PENGARUH JENIS ATRAKTAN YANG BERBEDA DALAM …repository.ub.ac.id/6760/1/ALMAS AZKA...
Transcript of PENGARUH JENIS ATRAKTAN YANG BERBEDA DALAM …repository.ub.ac.id/6760/1/ALMAS AZKA...
PENGARUH JENIS ATRAKTAN YANG BERBEDA DALAM FORMULA PAKAN TERHADAP RETENSI PROTEIN, LEMAK DAN ENERGI PADA
BENIH IKAN BAWAL AIR TAWAR (Colossoma macropomum)
SKRIPSI
Oleh:
ALMAS AZKA YUDHISTIRA NIM. 135080500111063
PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERIRAN JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG 2017
PENGARUH JENIS ATRAKTAN YANG BERBEDA DALAM FORMULA PAKAN TERHADAP RETENSI PROTEIN, LEMAK DAN ENERGI PADA
BENIH IKAN BAWAL AIR TAWAR (Colossoma macropomum)
SKRIPSI
sebagai Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Perikanan di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Universitas Brawijaya
Oleh: ALMAS AZKA YUDHISTIRA
NIM. 135080500111063
PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG JULI, 2017
SKRIPSI PENGARUH JENIS ATRAKTAN YANG BERBEDA DALAM FORMULA PAKAN TERHADAP RETENSI PROTEIN, LEMAK DAN ENERGI PADA
BENIH IKAN BAWAL AIR TAWAR (Colossoma macropomum)
Oleh: ALMAS AZKA YUDHISTIRA
NIM. 135080500111063
telah dipertahankan di depan penguji pada tanggal 27 Juli 2017
dan dinyatakan telah memenuhi syarat
Menyetujui,
Dosen Pembimbing I
(Dr. Ir. Arning W. Ekawati, MS.)
NIP. 19620805 198603 2 001
Tanggal :
Dosen Pembimbing II
(Muhammad Fakhri, SPi., MP., MSc.)
NIP. 19860717 201504 1 001
Tanggal :
Mengetahui,
Ketua Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan
(Dr. Ir. Arning Wilujeng Ekawati, MS.)
NIP. 19620805 198603 2 001
Tanggal :
IDENTITAS TIM PENGUJI
Judul : PENGARUH JENIS ATRAKTAN YANG BERBEDA
DALAM FORMULA PAKAN TERHADAP RETENSI
PROTEIN, LEMAK DAN ENERGI PADA BENIH IKAN
BAWAL AIR TAWAR (Colossoma macropomum)
Nama Mahasiswa : ALMAS AZKA YUDHISTIRA
NIM : 135080500111063
Program Studi : Budidaya Perairan
PENGUJI PEMBIMBING:
Pembimbing 1 : DR. IR. ARNING WILUJENG EKAWATI, MS.
Pembimbing 2 : M. FAKHRI, SPi., MP., MSc.
PENGUJI BUKAN PEMBIMBING:
Dosen Penguji 1 : IR. M. RASYID FADHOLI, MSi.
Dosen Penguji 2 : Dr. ATING YUNIARTI, SPi, M Aqua.
Tanggal Ujian : 27 Juli 2017
PERNYATAAN ORISINALITAS
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi tentang “Pengaruh Jenis
Atraktan yang Berbeda dalam Formula Pakan terhadap Retensi Protein, Lemak
dan Energi pada Benih Ikan Bawal Air Tawar (Colossoma macropomum)”, yang
saya tulis ini benar merupakan hasil karya dan pendapat yang pernah ditulis atau
diterbitkan oleh orang – orang lain kecuali yang tertulis dalam naskah ini dan
disebutkan dalam daftar pustaka. Apabila kemudian hari terbukti atau dapat
dibuktikan skripsi ini hasil penjiplakan (plagiasi), maka saya bersedia menerima
sanksi atas perbuatan tersebut, sesuai hukum yang berlaku di Indonesia.
Malang, Juli 2017
Almas Azka Y 135080500111063
RIWAYAT HIDUP
Almas Azka Yudhistira adalah nama penulis skripsi ini.
Penulis lahir dari orang tua Nugroho dan Ellya sebagai
anak ke duan dari duan bersaudara. Penulis dilahirkan
di Desa Selokbesuki, Kecamatan Sukodono,
Kabupaten Lumajang, Jawa Timur pada tanggal 10 April
1995. Penulis menempuh pendidikan dimulai dari SD
Negeri Ditotrunan 01 Lumajang (lulus tahun 2007),
melanjutkan ke SMP Negeri 1 Lumajang (lulus tahun 2010) kemudian ke SMA
Negeri 2 Lumajang (lulus tahun 2013) dan Universitas Brawijaya, Malang
(discontinued), hingga akhirnya bisa menempuh masa kuliah di Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan Progaram studii Budidaya Perairan.
Dengan ketekunan, motifasi tinggi untuk terus belajar dan berusaha, penulis telah
berhasil menyelesaikan pengerjaan tugas akhir skripsi ini. Semoga dengan
penulisan tugas akhir skripsi ini mampu memberikan kontribusi positif bagi dunia
pendidikan.
Akhir kata penulis mengucapkan rasa syukur yang sebesar-besarnya atas
terselesaikannya skripsi yang berjudul “Pengaruh Jenis Atraktan Yang
Berbeda dalam Formula Pakan Terhadap Retensi Protein, Lemak dan Energi
pada Benih Ikan Bawal Air Tawar (Colossoma macropomum)”.
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada:
1. Allah SWT atas karunia dan kesehatan yang diberikan selama ini sehingga
skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.
2. Ibu Dr. Ir. Arning Wilujeng Ekawati, MS. selaku Ketua Jurusan MSP dan
selaku Dosen Pembimbing 1 yang telah membimbing dan mengarahkan untuk
menyelesaikan skripsi ini.
3. Muhammad Fakhri, SPi., MP., MSc. selaku pembimbing II yang telah memberi
dorongan, bimbingan, arahan untuk menyelesaikan skripsi.
4. Bapak Ir. M. Rasyid Fadholi, MSi. selaku Dosen Penguji 1 yang telah
memberikan saran dan mengarahkan dalam penulisan skripsi ini
5. Bapak Dr. Ating Yuniarti, SPi, M Aqua. selaku Dosen Penguji 2 yang telah
memberikan saran dan mengarahkan dalam penulisan skripsi ini
6. Kedua orang tua, Bapak Nugroho Dwi Atmoko dan Ibu Ellya Febri Hendriwati
serta saudara Mbak Nanda Elza Nadhira dan seluruh keluarga besar atas
segala doa, dukungan moril dan materiil sehingga skripsi ini bisa
terselesaikan.
7. Keluarga besar Al – Istiqomah CF yang selalu membantu dan memberikan
semangat dan sahabat-sahabat antara lain Rif’at, Ucy, Anggita serta teman
tim skripsi yaitu Della, Adam, Lian, Dian Eva, serta tak lupa orang tersayang
Dian Isna yang selalu membantu dari awal sampai akhir.
8. Terimakasih Almas Azka Yudhistira yang telah memberi dukungan, motivasi
dan semangat dalam penyelesaian skripsi ini dan segala prosesnya.
9. Aqua GT tercinta, tim Limbah (Joko, Cafu, Indah, Wiwit, Derry dan Nogie) dan
tim CIS. Tak lupa terimakasih kepada
10. Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini yang
tidak dapat disebutkan satu per satu.
Malang, Juni 2017
(Penulis)
PENGARUH JENIS ATRAKTAN YANG BERBEDA DALAM FORMULA PAKAN TERHADAP RETENSI PROTEIN, LEMAK DAN ENERGI PADA
BENIH IKAN BAWAL AIR TAWAR (Colossoma macropomum)
The Effect of Different Types of Attractants in Diet on Protein, Lipid and Energy Retention of Colossoma macropomum
Almas Azka Yudhistira(1), Arning Wilujeng Ekawati(2) dan Muhammad Fakhri(2)
(1) Mahasiswa Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya (2) Dosen Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya
Jl. Veteran No.16, Ketawanggede, Kec. Lowokwaru, Kota Malang, Jawa Timur 65145
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh jenis atraktan yang berbeda dalam
formula pakan terhadap retensi protein, lemak dan energi pada benih ikan bawal air tawar (C.
macropomum) dan menentukan jenis atraktan terbaik dalam formula pakan. Metode penelitian yang
digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen dengan menggunakan Rancangan Acak
Lengkap (RAL) yang terdiri dari 4 perlakuan dengan 3 kali pengulangan. Perlakuan yang digunakan
dalam penelitian ini yaitu penambahan jenis atraktan yang berbeda, perlakuan tersebut antara lain
perlakuan A (kontrol/tanpa penambahan atraktan), B (minyak ikan), C (minyak cumi) dan D (minyak
udang) berdasarkan isoprotein 30 % dan isoenergi 350 kkal/100g. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
penambahan jenis atraktan yang berbeda memberikan pengaruh terhadap retensi protein, lemak dan
energi. Retensi terbaik terdapat pada perlakuan C (minyak cumi) dengan nilai retensi protein sebesar
43,20±1,76%, retensi lemak sebesar 66,57±0,92% dan retensi energi sebesar 13,69±2,12%.
Kata Kunci : Colossoma macropomum, Atraktan, Retensi
ABSTRACT
The aim of this research was to know the effect of different types of attractants and determine
the best type of attractants in diet for protein, lipid and energy retention of Colossoma macropomum. This
study used experimental method based on Completely Randomized Design (CRD) with four
treatments with three replications. The treatments used were the different types of attractant, such as
treatment A (control / without addition of attractant), B (fish oil), C (squid oil) and D (shrimp oil)
based on 30% isoprotein and 350 kcal/100g isoenergy. The results showed that different types of
attractant in diet were significantly influence the protein, lipid and energy retention of Colossoma
macropomum. The best attractans was in treatment C (squid oil,) with protein retention value of 43,20 ±
1,76%, fat retention of 66,57 ± 0,92% and energy retention of 13,69 ± 2,12%.
Keyword : Colossoma macropomum, Attractant, Retention
i
KATA PENGANTAR
Skripsi ini berjudul “Pengaruh Jenis Atraktan yang Berbeda dalam
Formula Pakan terhadap Retensi Protein, Lemak dan Enegi pada Benih Ikan
Bawal Air Tawar (Colossoma macropomum)”. Skripsi ini disajikan pokok-pokok
bahasan yang meliputi latar belakang dilakukannya penelitian skripsi, tujuan
dilakukannya penelitian skripsi, kegunaan dilakukannya penelitian skripsi,
tinjauan pustaka, metode penelitian skripsi serta jadwal pelaksanaan
dilakukannya penelitian skripsi mengenai pengaruh jenis atraktan yang berbeda
terhadap retensi protein, lemak dan energi benih ikan bawal air tawar (Colossoma
macropomum).
Sangat disadari bahwa dengan keterbatasan yang dimiliki, walaupun telah
dikerahkan segala kemampuan untuk lebih teliti, penulis mengharapkan saran
yang membangun agar tulisan ini bermanfaat bagi yang membutuhkan.
Malang, Juli 2017
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Halaman
RINGKASAN........................................................................................... vii
KATA PENGANTAR .............................................................................. viii
DAFTAR ISI ............................................................................................ ix
DAFTAR GAMBAR ............................................................................... xi
DAFTAR TABEL .................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. xiii
1. PENDAHULUAN ................................................................................ 1 1.1 Latar Belakang ............................................................................. 1 1.2 Rumusan Masalah ....................................................................... 3 1.3 Tujuan Penelitian.......................................................................... 3 1.4 Hipotesis ....................................................................................... 4 1.5 Kegunaan Penelitian .................................................................... 4 1.6 Tempat dan Waktu Penelitian ...................................................... 4
2. TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................... 5 2.1 Biologi Ikan Bawal Air Tawar (Colossoma macropomum) ......... 5
2.1.1 Klasifikasi dan Morfologi Ikan Bawal Air Tawar (C. macropomum) .............................................................. 5
2.1.2.Habitat Ikan Bawal Air Tawar (C. macropomum) .............. 6 2.1.3 Kebiasaan Makan Ikan Bawal Air Tawar
(C. macropomum) .............................................................. 7 2.2 Kebutuhan Nutrisi Ikan ................................................................. 7
2.2.1 Protein ................................................................................ 7 2.2.2 Lemak ................................................................................. 8 2.2.3 Karbohidrat ......................................................................... 9 2.2.4 Vitamin................................................................................ 9 2.2.5 Mineral ................................................................................ 10
2.3 Atraktan ........................................................................................ 11 2.4 Bahan Penyusun Formula Pakan ................................................ 12
2.4.1 Tepung Ikan ....................................................................... 12 2.4.2 Tepung Kedelai .................................................................. 12 2.4.3 Tepung Daging dan Tulang ............................................... 13 2.4.4 Tepung Dedak .................................................................... 14 2.4.5 Tepung Terigu .................................................................... 14 2.4.6 Tepung Tapioka ................................................................. 15
2.5 Retensi ......................................................................................... 15 2.5.1 Retensi Protein ................................................................... 15 2.5.1 Retensi Lemak ................................................................... 16 2.5.1 Retensi Energi .................................................................... 16
2.6 Kualitas Air ................................................................................... 17
iii
3. MATERI DAN METODE PENELITIAN ............................................. 19 3.1 Alat dan Bahan Penelitian ............................................................ 19
3.1.1 Alat Penelitian .................................................................... 19 3.1.2 Bahan Penelitian ................................................................ 19
3.2 Metode Penelitian......................................................................... 19 3.3 Rancangan Percobaan Penelitian ............................................... 20 3.4 Prosedur Penelitian ...................................................................... 21
3.4.1 Persiapan Penelitian .......................................................... 21 3.4.2 Pelaksanaan Penelitian ..................................................... 24
3.5 Parameter Uji ............................................................................... 25 3.5.1 Parameter Utama ............................................................... 25 3.5.2 Parameter Penunjang ........................................................ 26
3.6 Analisis Data ................................................................................ 27
4. HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................ 28 4.1 Retensi Protein ............................................................................. 28 4.2 Retensi Lemak ............................................................................. 30 4.3 Retensi Energi .............................................................................. 32 4.4 Kualitas Air ................................................................................... 34 4.5 Harga Pakan ................................................................................ 36
5. KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................ 38
5.1 Kesimpulan ................................................................................... 38 5.2 Saran ............................................................................................ 38
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 39
LAMPIRAN ............................................................................................ 44
iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Ikan bawal air tawar (C. macropomum) (Mahyuddin, 2011) .......... 5
2. Denah penempatan akuarium penelitian ......................................... 21
v
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Analisis proksimat bahan pakan ..................................................... 22 2. Formula pakan percobaan .............................................................. 23
3. Analisis prosimat pakan ................................................................... 23 4. Parameter kualitas air selama penelitian ....................................... 27 5. Nilai retensi protein, lemak dan energi pada benih ikan bawal air
tawar (C. macropomum) ................................................................. 28
6. Data pengamatan parameter kualitas air pemeliharaan ikan bawal air tawar (C. macropomum) .................................................. 34
7. Harga pakan setiap perlakuan ......................................................... 37
vi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Alat penelitian .................................................................................. 44
2. Bahan penelitian ............................................................................. 49
3. Metode analisis proksimat .............................................................. 52
4. Hasil perhitungan retensi protein pada benih ikan bawal air tawar (C. macropomum) ............................................................................ 57
5. Analisis data retensi protein pada benih ikan bawal air tawar
(C. macropomum) ............................................................................ 58
6. Hasil perhitungan retensi lemak pada benih ikan bawal air tawar (C. macropomum) ............................................................................ 60
7. Analisis data retensi lemak pada benih ikan bawal air tawar (C. macropomum) ............................................................................ 61
8. Hasil perhitungan retensi energi pada benih ikan bawal air tawar
(C. macropomum) ............................................................................ 63
9. Analisis data retensi energi pada benih ikan bawal air tawar (C. macropomum) ............................................................................ 64
10. Data parameter kualitas air selama pemeliharaan ikan bawal air tawar (C. macropomum) .................................................................. 66
11. Kalkulasi harga pakan penelitian ..................................................... 85
1
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pemerintah Indonesia melalui Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya
sedang mengembangkan produksi ikan bawal air tawar. Produksi ikan bawal (C.
macropomum) setiap tahunnya selalu mengalami kenaikan. Produksi ikan bawal
air tawar di Provinsi Jawa Barat pada tahun 2010 sebesar 7.343 ton dengan jumlah
benih yang ditebar sebesar 542.118.000 ekor masih belum mencukupi permintaan
pasar. Peningkatan produksi tersebut harus diimbangi dengan peningkatan benih
dalam segi kualitas maupun kuantitas (Hastuti et al., 2016). Menurut Santoso dan
Agusmansyah (2011), untuk meningkatkan produksi ikan dapat dicapai dengan
mempercepat laju pertumbuhan. Salah satu faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan adalah ketersediaan pakan.
Kandungan protein pakan merupakan faktor yang dapat mempengaruhi
konsumsi pakan pada ikan atau udang. Pakan dengan kadar protein tinggi dapat
menjadi daya tarik bagi organisme yang dibudidayakan. Selain memiliki kadar
protein yang tinggi, pakan bisa ditambahkan dengan zat perangsang berupa bau
yang dapat merangsang udang atau ikan. Pada kegiatan budidaya, aroma pakan
yang lebih tajam dapat mengurangi persentase sisa pakan yang diberikan (Syafaat
et al., 2016).
Meningkatkan efisiensi pada pakan ikan perlu ditambahkan atraktan.
Atraktan adalah produk yang berfungsi untuk menambah tingkat kesukaan ikan
terhadap pakan. Atraktan bisa berupa bahan yang dapat meningkatkan rasa
maupun aroma pakan tersebut. Pengaplikasian atraktan biasanya ditambahkan
dalam pakan buatan. Jenis atraktan sendiri ada 2 macam yaitu kimiawi (sintesis)
dan alami. Sementara itu, atraktan alami bisa berupa minyak cumi, minyak ikan
(Lesmana, 2015) dan minyak udang (Afrianto dan Liviawaty, 2005). Minyak cumi
2
mengandung 619 - 928 mg glysin/betain/100 g yang dimana glysin dan betain
berfungsi sebagai bahan yang merangsang nafsu makan ikan. Pada minyak udang
mengandung 251 - 961 mg glysin/betain/100g (Khasani, 2013), sedangkan minyak
ikan mengandung asam lemak non esensial yang tidak jenuh (Makfoeld et al.,
2002).
Nilai retensi protein dipengaruhi oleh tingkat kecernaan dan efisiensi
pemanfaatan pakan oleh ikan. Nilai keefisienan pemanfaatan protein ini
dipengaruhi oleh kualitas pakan, ukuran ikan, fungsi fisiologis ikan dan laju
mengkonsumsi pakan (Sainah et al., 2016). Serangkaian penelitian menunjukkan
bahwa penambahan atraktan pada pakan dapat mempercepat waktu konsumsi
pakan, meningkatkan pertumbuhan ikan, meningkatkan sintasan, mengurangi sisa
pakan dan menjaga nilai nutrisi yang masuk ke dalam lambung ikan. Penggunaan
atraktan pada indrustri pakan dapat menginduksi ransangan bau dan rasa bagi
ikan sehingga membuat ikan lebih cepat tertarik pada pakan tersebut (Khasani,
2013).
Penelitian mengenai pemanfatan atraktan yang berbeda telah dilakukan
pada lobster air tawar (Cherax quadricarinatus) (Kuswandi, 2014) dan ikan sidat
(Anguilla bicolor) pada stadia elver (Yudiarto et al., 2012). Pemanfaatan atraktan
dalam pakan ikan meningkatkan nilai dari retensi protein, tetapi tidak berpengaruh
terhadap retensi lemak (Utomo et al., 2007). Pemberian atraktan yang bebeda
belum pernah dilakukan pada benih ikan bawal air tawar (C. macropomum), maka
perlu dilakukan penelitian mengenai pengaruh penambahan atraktan minyak ikan,
minyak cumi dan minyak udang terhadap retensi protein, lemak dan energi pada
benih ikan bawal air tawar (C. macropomum).
3
1.2 Rumusan Masalah
Ikan bawal air tawar (C. macropomum) merupakan salah satu ikan
introduksi yang digemari masyarakat. Permintaan pasar untuk ikan bawal air tawar
(C. macropomum) setiap tahun semakin meningkat. Namun untuk
pembudidayanya masih terdapat banyak masalah, salah satu permasalahannya
adalah pakan. Permintaan pakan semakin tinggi sejalan dengan semakin
intensifnya kegiatan budidaya. Selain pakan yang harus bergizi tinggi bagi ikan,
pakan juga harus mempunyai daya tarik untuk ikan itu sendiri salah satunya
dengan cara penambahan atraktan pada pakan ikan. Dalam penelitian ini terdapat
rumusan masalah sebagai berikut:
Apakah jenis atraktan yang berbeda memberikan pengaruh terhadap retensi
protein, lemak dan energi pada benih ikan bawal air tawar (C. macropomum)?
Jenis atraktan apa yang terbaik dalam formula pakan terhadap retensi protein,
lemak dan energi pada benih ikan bawal air tawar (C. macropomum)?
1.3 Tujuan
Tujuan dari penelitian mengenai pengaruh jenis atraktan yang berbeda
dalam formula pakan terhadap retensi protein, lemak dan energi pada benih ikan
bawal air tawar (C. macropomum) adalah sebagai berikut :
Untuk mengetahui apakah jenis atraktan yang berbeda dalam formula pakan
memberikan pengaruh terhadap retensi protein, lemak dan energi pada benih
ikan bawal air tawar (C. macropomum).
Untuk mengetahui jenis atraktan yang terbaik dalam formula pakan terhadap
retensi protein, lemak dan energi pada benih ikan bawal air tawar (C.
macropomum).
4
1.4 Hipotesis
H0 : Jenis atraktan yang berbeda dalam formula pakan tidak berpengaruh
terhadap retensi protein, lemak dan energi pada benih ikan bawal air tawar
(C. macropomum).
H1 : Jenis atraktan yang berbeda dalam formula pakan berpengaruh terhadap
retensi protein, lemak dan energi pada benih ikan bawal air tawar (C.
macropomum).
1.5 Kegunaan Penelitian
Kegunaan dari penelitian ini yaitu mengetahui pengaruh jenis atraktan yang
berbeda dalam formula pakan terhadap retensi protein, lemak dan energi pada
benih ikan bawal air tawar (C. macropomum), sehingga masyarakat dan petani
mengetahui pengaruh yang diberikan dan dapat memanfaatkan atraktan minyak
ikan, minyak cumi dan minyak udang tersebut.
1.6 Tempat dan Waktu
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Nutrisi Ikan, Laboratorium
Perekayasaan Hasil Perikanan dan Laboratorium Reproduksi Ikan, Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Brawijaya Malang, pada bulan
Desember 2017 – Mei 2017.
5
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Biologi Ikan Bawal Air Tawar (C. macropomum)
2.1.1 Klasifikasi dan Morfologi Ikan Bawal Air Tawar (C. macropomum)
Menurut Cuvier (1816), klasifikasi ikan bawal air tawar (C. macropomum)
adalah sebagai berikut :
Kelas : Actinopterygii
Ordo : Characiformes
Famili : Serrasalmidae
Genus : Colossoma
Spesies : Colossoma macropomum
Gambar 1. Ikan Bawal Air Tawar (C. macropomum) (Mahyuddin, 2011)
Bawal air tawar (C. macropomum) memiliki bentuk tubuh agak bulat pipih,
ukuran sisiknya kecil-kecil, bentuk kepalanya membulat dengan lubang hidung
agak besar seperti pada Gambar 1. Ikan bawal air tawar (C. macropomum)
memiliki sirip dada yang terletak di bawah tutup insang, sirip perut dan sirip
duburnya terpisah. Pada bagian ujung siripnya berwarna kuning sampai merah,
punggungnya berwarna abu-abu tua dan perutnya berwarna putih abu-abu dan
merah (Khairuman dan Amri, 2008).
6
Dari segi morofologinya, ikan bawal air tawar (C. macropomum) memiliki
bentuk badan agak bulat menyerupai oval. Bentuk tubuhnya pipih, tegak dan agak
tinggi. Perbandingan tubuh antara panjang dan tingginya yaitu 1:2. Ikan bawal air
tawar (C. macropomum) memiliki sisik berukuran kecil dan berbentuk ctenoid,
artinya yaitu setengah bagian sisik belakangnya menutupi sisik bagian depan.
Tubuh bagian punggung berwarna abu-abu gelap, sedangkan bagian perut
berwarna putih. Bagian tepi sirip perut, sirip anus, dan bagian bawah sirip ekor
berwarna merah (Mahyuddin, 2011).
2.1.2 Habitat Ikan Bawal Air Tawar (C. macropomum)
Menurut Mahyuddin (2011), habitat bawal air tawar (C. macropomum)
adalah di sungai. Ikan bawal di negara asalnya banyak ditemukan di sungai-sungai
besar, seperti di sungai Amazon (Brazil) dan sungai Orinoco (Venezuela). Ikan
bawal air tawar (C. macropomum) hidup secara bergerombol di daerah yang
memiliki aliran sungai deras, namun ikan ini juga bisa ditemukan pada daerah yang
memiliki aliran sungai lebih tenang, terutama pada benih bawal. Di sungai Amazon
dan sungai Orinoco, ikan bawal air tawar (C. macropomum) merupakan ikan
penting dalam poduksi kegiatan perikanan tangkap.
Menurut Kordi (2010), ikan bawal air tawar (C. macropomum) berasal dari
sungai Amazon, Brazil dan sungai Orinoco, Venezuela. Awal masuk ke Indonesia
ikan bawal air tawar (C. macropomum) diminati sebagai ikan hias, tetapi semakin
hari ikan bawal air tawar (C. macropomum) dimanfaatkan sebagai ikan konsumsi.
Hidup pada sungai berarus deras dan hidup secara berkoloni merupakan habitat
asli dari ikan bawal air tawar (C. macropomum). Ikan bawal air tawar (C.
macropomum) dapat bertahan hidup dengan baik pada daerah dengan ketinggian
antara 100 - 800 mdpl, dengan suhu air berkisar antara 25 - 30°C. Namun ikan
bawal air tawar (C. macropomum) dapat beradaptasi dengan lingkungan yang
memiliki ketinggian hingga 0 mdpl.
7
2.1.3 Kebiasaan Makan Ikan Bawal Air Tawar (C. macropomum)
Menurut Mahyuddin (2011), ikan bawal air tawar (C. macropomum)
termasuk ke dalam golongan ikan omnivora (pemakan segala), sehingga ikan
bawal air tawar (C. macropomum) mampu memanfaatkan hampir semua jenis
makanan, baik pakan alami maupun pakan buatan. Pertumbuhan ikan bawal air
tawar (C. macropomum) tergolong cepat dan memiliki tingkat nafsu makan yang
tinggi. Ikan bawal air tawar (C. macropomum) termasuk salah satu jenis ikan yang
cukup rakus terhadap makanan tambahan. Ikan bawal air tawar (C. macropomum)
yang berumur 6 - 7 bulan setelah menetas, bobotnya mampu mencapai 400 - 500
gram/ekor. Ikan bawal air tawar (C. macropomum) tidak memiliki sifat menyerang
meskipun memiliki gigi-gigi tajam di mulutnya. Berbeda dengan kerabatnya, yaitu
ikan piranha yang bersifat karnivora dan memiliki sifat menyerang.
Menurut Khairuman dan Amri (2008), ikan bawal air tawar (C.
macropomum) termasuk ke dalam golongan ikan omnivora atau pemakan segala.
Namun ada pula yang menyebutkan bahwa ikan ini termasuk ke dalam golongan
ikan karnivora karena mmeiliki gigi-gigi tajam di bagian mulutnya. Ketika masih
kecil, ikan bawal air tawar (C. macropomum) akan memangsa berbagai jenis
plankton baik fitoplankton maupun zooplankton, serta tumbuhan air atau
dedaunan. Setelah dewasa ikan ini juga akan memangsa ikan-ikan yang ukuran
tubuhnya lebih kecil, udang kecil maupun serangga-serangga air.
2.2 Kebutuhan Nutrisi Ikan
2.2.1 Protein
Kuantitas dan kualitas pakan sangat penting dalam kegiatan budidaya ikan
bawal air tawar (C. macropomum). Hal ini dikarenakan dengan menggunakan
pakan yang baik maka ikan dapat tumbuh dan berkembang dengan baik pula
sesuai yang diinginkan. Pakan yang baik adalah pakan yang memiliki kandungan
8
gizi seimbang, baik dari protein, karbohidrat, lemak, vitamin dan mineral. Pelet
yang dapat diberikan sebagai pakan tambahan ikan bawal air tawar (C.
macropomum) adalah pelet komersial dengan kandungan protein 30 - 40%
(khairuman dan Amri, 2008).
Menurut Ghrufran dan Kordi (2010), dalam pembuatan pakan ikan, protein
merupakan komponen yang sangat penting. Oleh karena itu dalam membuat
pakan ikan harus dilakukan perhitungan protein sehingga kebutuhan nutrisi ikan
budidaya dapat terpenuhi. Tidak semua gizi yang dibutuhkan seperti protein,
karbohidrat, lemak, vitamin dan mineral harus dihitung, tetapi cukup dengan
menghitung dan mengetahui kebutuhan protein, total energi (kkal/100 g),
persentase protein yang dapat dicerna serta asam amino (methionine dan
arginine). Kebutuhan protein bawal air tawar (C. macropomum) adalah 20 - 40%,
dan kebutuhan protein optimumnya yaitu sebesar 27 - 35%.
2.2.2 Lemak
Menurut Setiadharma et al. (2014), asam lemak esensial dalam pakan
sangatlah penting. Kekurangan asam lemak esensial menyebabkan pertumbuhan
ikan melambat dan dapat menyebabkan kematian pada benih ikan. Asam lemak
essensial sangat berperan dalam pembentukan komponen sel-sel tubuh. Asam
lemak ini akan membantu larva dan benih dalam penyediaan energi dan fase
perkembangan tulang belakang dapat berlangsung dengan baik.
Pertumbuhan ikan akan baik apabila kadar lemak dalam pakan ikan
berkisar antara 4 - 8%. Apabila terdapat kelebihan energi, maka energi berlebih
tersebut digunakan untuk pertumbuhan. Kebutuhan ikan akan energi diharapkan
sebagian besar dipenuhi oleh nutrien non-protein, seperti lemak dan karbohidrat
(Kardana et al., 2014).
9
2.2.3 Karbohidrat
Karbohidrat adalah salah satu makro nutrien yang cukup penting dalam
pakan ikan. Karbohidrat merupakan sumber energi pakan yang paling murah
dibandingkan protein dan lemak. Karbohidrat merupakan zat organik yang
tersusun dari atom karbon (C), hidrogen (H) dan oksigen (O) dalam suatu
perbandingan tertentu. Karbohidrat terbagi dalam 3 kelompok yaitu monosakarida,
disakarida dan polisakarida. Karbohidrat dalam bentuk sederhana umumnya
memiliki sifat lebih mudah larut dalam air daripada lemak dan protein. Kemampuan
ikan untuk memanfaatkan karbohidrat tergantung pada kemampuan menghasilkan
enzim amilase sebagai pemecah karbohidrat (Marzuqi, 2015).
Menurut Ghurfon dan Kordi (2010), kebutuhan karbohidrat pada pakan ikan
bergantung pada jenis ikannya. Ikan herbivor dan omnivor dapat memanfaatkan
karbohidrat dari tanaman. Kadar karbohidrat optimum untuk jenis ikan omnivora
yaitu antara 20 - 40%, sedangkan untuk ikan karnivora membutuhkan karbohidrat
antara 10 - 20%. Kadar karbohidrat untuk ikan di daerah tropis antara 25 - 40%.
Tingkat pemanfaatan karbohidrat oleh tubuh ikan biasanya dipengaruhi oleh
kemampuan ikan mencerna karbohidrat dan memanfaatkan glukosa. Ikan
karnivora memiliki toleransi glukosa yang lebih rendah dibandingkan ikan
omnivora.
2.2.4 Vitamin
Vitamin adalah senyawa organik esensial bagi pertumbuhan. Vitamin
hanya dibutuhkan dalam jumlah yang kecil, tetapi vitamin berperan penting untuk
menjaga proses–proses yang terjadi dalam tubuh ikan agar tetap berlangsung
dengan baik. Tubuh ikan pada dasarnya tidak mampu membuat atau
menghasilkan vitamin, jadi vitamin harus selalu di tambahkan pada pakan
(Afrianto, 2005). Kebutuhan vitamin pada ikan bawal air tawar (C. macropomum)
sebesar 4% (Avadi et al., 2015)
10
Menurut Murtidjo (2001), vitamin berperan penting dalam reaksi spesifik
metabolisme tubuh, proses pertumbuhan dan kehidupan normal. Kekurangan
salah satu atau lebih macam vitamin dalam makanan dapat menghambat
pertumbuhan ikan atau terjadinya kemunduran yang disebut penyakit vitamin.
Kekurangan vitamin dapat juga terjadi karena penurunan potensi dari vitamin atau
karena adanya mineral atau antimetabolit.
2.2.5 Mineral
Mineral sangat penting dan dibutuhkan oleh ikan selain protein, lemak,
karbohidrat dan vitamin. Mineral menjadi faktor esensial dalam proses
metabolisme dan pertumbuhan. Berbeda dengan hewan darat, untuk menentukan
kebutuhan mineral ikan dalam makanannya secara tepat agak sulit, karena hewan
akuatik dapat memanfaatkan beberapa mineral dari lingkungannya. Mineral
berperan sebagai komponen struktur pada matriks jaringan keras dan jaringan
lemah, sebagai metaloenzim dan sebagai kofaktor atau aktivator beberapa jenis
enzim (Setiawati et al., 2007).
Mineral adalah bahan anorganik yang dibutuhkan ikan. Mineral berfungsi
untuk membentuk jaringan tubuh, mempertahankan keseimbangan osmosis dan
membantu proses metabolisme. Fungsi utama dari mineral adalah untuk fungsi
pernafasan, struktural dan metabolisme umum. Mineral yang berfungsi untuk
pernafasan dengan membentuk hemoglobin adalah besi (Fe), kobal (Co) dan
tembaga (Cu). Mineral yang berfungsi secara struktural membentuk tulang, sisik
dan gigi adalah fosfor (P), kapur (Ca), fluor (F) dan magnesium (Mg). Mineral yang
membantu proses metabolisme adalah semua mineral esensial, baik mikromineral
maupun makromineral. Mineral juga berperan dalam metabolisme adalah
pembentukan enzim, serta mengatur keseimbangan cairan tubuh dan beberapa
fungsi penting lainnya (Kordi, 2010). Pada ikan bawal air tawar (C. macropomum),
kebutuhan mineral berkisar antara 10 - 15% (Mahyudin, 2010).
11
2.3 Atraktan
Penggunaan atraktan atau perangsang nafsu makan sudah mulai
digunakan pada pembuatan pelet ikan. Pada umumnya atraktan digunakan pada
pembuatan pakan ikan air tawar dan diketahui bahwa penggunaan atraktan
tersebut dapat meningkatkan nafsu makan ikan. Penambahan aditif atraktan
tersebut diharapkan dapat menyebabkan peningkatan nafsu makan ikan terhadap
pakan buatan berupa pelet (Adriane dan Khalil, 2013). Pada atraktan umumnya
dihasilkan oleh asam amino bebas. Keberadaan asam amino bebas mempunyai
peranan penting untuk memacu pertumbuhan dan memberikan stimulus bagi ikan
untuk memakan pakan. Asam amino ini akan merangsang sel–sel kemosensori
berupa indra penciuman (olfactory) dan indra perasa (gustatory). Olfactory
berperan dalam pemberian isyarat untuk mendekati makanan, sedangkan
gustatory memegang peranan penting dalam keputusan menerima atau menolak
makanan (Khasani, 2013).
Menurut Lesmana (2015), atraktan merupakan istilah yang diberikan
kepada suatu produk yang memiliki fungsi untuk meningkatkan tingkat kesukaan
ikan terhadap pakan yang diberikan. Atraktan dapat berupa bahan yang dapat
meningkatkan rasa maupun meningkatkan aroma pakan tersebut. Biasanya
atraktan dicampurkan ke dalam pakan buatan yang diberikan kepada ikan
budidaya. Pada pakan alami juga bisa ditambahkan atraktan, namun secara teknis
lebih sulit. Jenis atraktan ada dua macam, yaitu kimiawi (liquid palatant for fish dan
kristal betain) dan atraktan alami (minyak cumi, minyak ikan, saus tiram, terasi,
kecap, silase ikan, kembang lawang, dan lainnya).
Secara umum subtitusi tepung ikan oleh tepung scp (single cel protein)
pada juvenil ikan mas dengan dosis lebih dari 20% akan mempengaruhi jumlah
konsumsi pakan, pertumbuhan, efisiensi pakan serta retensi protein. Namun
jumlah ini tidak mempengaruhi retensi lemak dan sintasan pada ikan uji. Nilai
12
konsumsi pakan juga dipengaruhi oleh adanya kandungan atraktan serta
komposisi asam amino pada tepung scp maupun tepung ikan (Utomo et al., 2007).
2.4 Bahan Penyusun Formula Pakan
2.4.1 Tepung ikan
Menurut Efendi dan Sitanggang (2015), tepung ikan terbuat dari ikan atau
tulang–tulang ikan yang telah dikeringkan kemudian digiling hingga halus sampai
menjadi tepung. Kegunaan tepung ikan adalah sebagai bahan baku pada
pembuatan pakan ikan. Tepung ikan yang bermutu baik harus bebas dari
kontaminasi mikroorganisme patogen, serangga dan jamur. Butiran-butirannya
harus seragam. Bebas dari sisa-sisa tulang, mata ikan dan benda asing dan
berwarna halus bersih, seragam dan bau khas ikan.
Penggunaan tepung ikan masih menjadi sumber utama dalam memenuhi
kebutuhan protein pada pakan ikan. Tepung ikan merupakan faktor penentu
kualitas pakan buatan dan sumber protein hewani yang banyak digunakan dalam
pembuatan pakan ikan. Tepung ikan memiliki kandungan protein yang cukup tinggi
dan mengandung sepuluh macam asam amino esensial yang dibutuhkan oleh
ikan, yaitu umumnya mengandung lysin yang relatif tinggi (Utomo et al., 2013).
2.4.2 Tepung Kedelai
Tepung kedelai terbuat dari kedelai yang dikeringkan kemudian dihaluskan
dan diayak sampai didapatkan tepung kedelai yang halus. Tepung kedelai
merupakan sumber protein nabati dengan kadar protein yang cukup tinggi yaitu
sebesar 34,8%. Kandungan dari tepung kedelai antara lain adalah protein,
karbohidrat, lemak, kalsium, fosfor dan zat besi. Tepung kedelai juga terdapat
kandungan vitamin A, vitamin B1 dan vitamin C. Protein kedelai memiliki sifat
fungsional antara lain sifat pengikatan air dan lemak, sifat mengemulsi dan
mengentalkan (Trisnawati dan Purwidiani, 2015).
13
Selain tepung ikan yang berfungsi sebagai sumber protein hewani, tepung
kedelai juga merupakan salah satu sumber protein nabati dalam pembuatan pakan
ikan. Tepung kedelai merupakan hasil dari pemindahan minyak dari soya beans.
Penggunaan tepung kedelai dapat menggantikan sebagian atau seluruhnya
penggunaan tepung ikan. Protein pada tepung kedelai mengandung asam amino
fenilalanin dan arginin yang diperlukan oleh ikan. Kandungan protein kasar tepung
kedelai dapat mencapai 44% tergantung pada kualitas tepung. Faktor yang
mempengaruhi kandungan protein dalam tepung kedelai antara lain yaitu tanah
tempat tumbuh kedelai, cuaca dan musim selama pemeliharaan kedelai dan
proses pengolahan untuk dijadikan tepung kedelai (Adijaya dan Prasetya, 2015).
2.4.3 Tepung Daging dan Tulang
Meat Bone Meal (MBM) atau tepung daging dan tulang memiliki kadar
protein yang tinggi yaitu berkisar antara 45 - 55%. MBM merupakan hasil dari
limbah pengolahan hewan ternak seperti tulang dan daging yang membuat bahan
ini memiliki kandungan fosfor yang tinggi. Tepung tulang dan daging (MBM)
memiliki kandungan asam amino methionine dan cystine dalam jumlah sedikit
tetapi memiliki kandungan asam amino lysine yang tinggi. Persentase maksimum
pemakaian MBM pada formula pakan ikan karnivor hingga 20% dan ikan herbivor
serta omnivor hanya mencapai 25% (Mamora, 2009).
Tepung daging dan tulang merupakan salah satu sumber protein hewani
dalam pembuatan pakan ikan. Tepung daging dan tulang memiliki asam amino
lisin dan metionin serta kandungan Ca dan P yang tinggi. Penggunaannya bisa
mencapai 7% dari komposisi formula pakan. Adapun kandungan nutrien yang ada
dalam tepung daging dan tulang yaitu bahan kering 90%, protein kasar 50%,
energi metabolis 2.450 - 2.850 kkal/kg, Ca 8%, P 5,1%, Na 0,5% dan Cl 0,9%
(Suci, 2013).
14
2.4.4 Tepung Dedak
Salah satu bahan nabati yang sering digunakan dalam pebuatan pakan
ikan yaitu tepung dedak dan tepung dedak merupakan limbah dari proses
pengolahan beras. Dedak padi dibedakan menjadi dua macam, yaitu dedak halus
(katul) dan dedak kasar. Dalam pembuatan pakan ikan dedak yang digunakan
adalah dedak halus. Adapun kandungan nutrisi dari dedak halus antara lain yaitu
protein 11,35%, lemak 12,15%, karbohidrat 28,62%, abu 10,5%, serat kasar
24,46% dan air 10,15% (Lukito dan Prayugo, 2007).
Dedak merupakan bahan yang berasal dari hasil gilingan padi. Dedak biasa
digunakan sebagai makanan ternak dan ikan. Dedak memiliki kandungan gizi yang
cukup dengan kandungan karbohidrat, selain itu terkandung pula protein. Dedak
memiliki kandungan protein antara 11 - 14%. Ikan yang diberi dedak memiliki
kelebihan, yaitu kondisi tubuhnya lebih kuat, sehingga mampu bertahan hidup
hingga akhir masa pemeliharaan (Arie, 2012).
2.4.5 Terigu
Tepung terigu merupakan salah satu dari bahan nabati dalam pembuatan
pakan ikan. Tepung terigu terbuat dari biji gandum yang memiliki fungsi dalam
formula pakan adalah sebagai bahan perekat. Adapun kandungan nutrisi tepung
terigu antara lain yaitu protein 8,9%, lemak 1,3%, karbohidrat 77,3%, abu 0,06%
dan air 13,25% (Lukito dan Prayugo, 2007).
Jenis dalam bahan perekat pada bahan baku pakan ada dua, yaitu bahan
perekat alami dan sintetis. Bahan perekat alami yang banyak digunakan sebagai
bahan perekat untuk berbagai pakan, antara lain tepung terigu. Selain berfungsi
sebagai bahan perekat tepung terigu juga berfungsi sebagai sumber energi pada
bahan pakan. Tepung dari olahan pati ini berperan sebagai bahan perekat yang
baik untuk pakan ikan, sehingga pakan yang dihasilkan mempunyai tekstur yang
baik dan tahan lama di dalam air (Mulia dan Maryanto, 2014).
15
2.4.6 Tapioka
Tepung tapioka atau tepung kanji adalah tepung yang terbuat dari pati
singkong. Sifat tepung ini mirip dengan tepung sagu. Jika ditambahkan air dan
dipanaskan akan berubah tekstur menjadi lengket menyerupai lem (Handayani
dan Wibowo, 2014). Tepung tapioka dikenal juga dengan nama tepung sagu.
Tapioka tersebut dibuat dari bahan baku singkong yang diparut dan diambil
patinya kemudian dikeringkan (Suyanti, 2009).
Binder atau bahan perekat adalah bahan tambahan yang digunakan untuk
menyatukan semua bahan baku dalam pembuatan pakan. Bahan tambahan yang
digunakan sebagai perekat sangat menentukan stabilitas pakan dalam air. Salah
satu bahan perekat adalah tepung tapioka. Pada umumnya pakan ikan maupun
udang menggunakan tepung tapioka sebagai binder atau bahan perekat dalam
formula pakan (Saade dan Aslamyah, 2009).
2.5 Retensi
2.5.1 Retensi Protein
Menurut Suprayudi et al. (2012), pertumbuhan erat kaitannya dengan nilai
retesi protein. Semakin tinggi retensi protein maka semakin meningkat pula laju
pertumbuhan ikan. Peningkatan dari nilai pertumbuhan sejalan dengan
meningkatnya nilai retensi protein pada pakan dengan penambahan fitase.
Penambahan fitase dapat meningkatkan laju pertumbuhan ikan dengan nilai
tertinggi pada dosis 500 dan 1.000 unit/kg pakan.
Retensi protein merupakan gambaran dari banyaknya protein yang
diberikan dan yang dapat diserap atau dimanfaatkan untuk membangun maupun
memperbaiki sel-sel tubuh yang rusak serta dimanfaatkan tubuh ikan bagi
metabolisme sehari-hari. Tingginya konsumsi pakan membuat semakin banyak
protein pakan yang dikonsumsi sehingga menyebabkan kelebihan protein dalam
16
tubuh. Kelebihan protein ini dapat memacu sistem metabolisme ikan untuk
mensintesa protein dalam tubuh menjadi amonia. Semakin banyak protein yang
disintesa oleh tubuh maka semakin banyak energi yang digunakan. Hal ini
menyebabkan protein yang seharusnya tersimpan akan lebih banyak dirubah
menjadi energi untuk mensintesa kelebihan protein menjadi amonia (Yudiarto et
al., 2012).
2.5.2 Retensi Lemak
Menurut Suprayudi et al. (2012), rendahnya nilai retensi lemak dapat
menjadi indikasi bahwa penambahan atraktan dapat menyebabkan
meningkatannya konsumsi ransum pakan pada ikan dan juga turut meningkatkan
jumlah serat kasar dalam pakan yang dikonsumsi oleh ikan. Retensi lemak adalah
kemampuan ikan menyimpan dan memanfaatkan lemak pakan. Semakin banyak
konsumsi serat, semakin tinggi pula proporsi lemak yang terbuang. Hal ini
menyebabkan lemak yang diserap oleh tubuh semakin sedikit, sehingga nilai
retensi lemak atau penyerapan lemak dalam pakan menjadi berkurang
Nilai retensi lemak adalah kemampuan ikan dalam menyimpan dan
memanfaatkan lemak yang terdapat pakan. Lemak merupakan salah satu sumber
energi dan lemak pada pakan sangatlah penting untuk digunakan sebagai energi.
Lemak pada pakan dalam bentuk asam lemak essensial dibutuhkan dalam
pertumbuhan dan metabolisme tubuh. Fungsi lemak yang lainnya yaitu membantu
proses metabolisme dan menjaga keseimbangan daya apung ikan di air (Arief et
al., 2015).
2.5.3 Retensi Energi
Retensi energi merupakan gambaran dari perbandingan banyaknya energi
yang tersimpan dalam bentuk jaringan di tubuh ikan dengan banyaknya energi
dalam pakan yang diberikan. Kandungan energi pakan yang paling banyak dari
protein sehingga menyebabkan energi yang seharusnya tersimpan digunakan
17
untuk membantu mensintesa kelebihan protein dalam tubuh. Semakin banyak
protein yang dikatabolisme maka dapat meningkatkan energi untuk mengoksidasi
kelebihan asam amino yang akhirnya akan meningkatkan amonia yang diproduksi
(Suprayudi et al., 2012).
Menurut Pranata (2011), retensi energi merupakan jumlah energi pakan
yang dikonsumsi ikan yang dapat disimpan di dalam tubuh. Retensi energi
berhubungan dengan kadar protein pakan, karena selain mengandung karbohidrat
dan lemak, pakan juga mengandung protein yang berguna sebagai sumber energi
dan pertumbuhan. Protein merupakan sumber energi yang sangat dibutuhkan
untuk kegiatan metabolisme energi. Semakin meningkatnya penggunaan lemak
dan karbohidrat sebagai sumber energi, maka protein dalam pakan dapat lebih
digunakan secara efisien dan akan teretensi di dalam tubuh ikan untuk proses
metabolisme, penggantian sel atau jaringan yang rusak, aktivitas reproduksi,
biosintesis dan hilang dalam bentuk panas. Sebagian besar energi yang dikonversi
dari pakan yang dikonsumsi hilang dalam bentuk panas dan hanya sekitar
seperlima total energi dari pakan yang diperoleh dalam bentuk pertumbuhan.
2.6 Kualitas air
Kisaran kualitas air yang baik untuk pertumbuhan ikan bawal antara lain
adalah suhu 25 - 30oC, kecerahan 30 - 45 cm, pH 6,5 - 8,5, oksigen terlarut ≥ 4
mg/l, karbondioksida (CO2) maksimal 25 mg/l, amonia maksimal 0,1 mg/l dan
alkalinitas 50 - 300 mg/l. Pertumbuhan ikan bawal air tawar akan lebih baik jika
dipelihara pada suhu dan lingkungan yang hangat. Sehingga ketinggian lokasi
budidaya disarankan antara 0 - 800 mdpl, jika lokasi lebih dari 800 mdpl
pertumbuhan ikan akan lambat (Mahyudin, 2011).
Air merupakan media hidup untuk ikan, maka kualitas air mempengaruhi
kehidupan ikan budidaya. Kualitas air di lingkungan tempat hidup ikan dapat
18
mempengaruhi proses metabolisme dalam tubuh ikan. Faktor-faktor yang
mempengaruhi tersebut di antaranya adalah suhu, kandungan oksigen, pH,
alkalinitas dan kadar amonia terlarut. Suhu dapat mempengaruhi laju
metabolisme. Oksigen terlarut atau dissolved oxygen (DO) adalah konsentrasi gas
oksigen yang terlarut dalam air. Kelarutan oksigen dipengaruhi oleh suhu, tekanan
parsial gas-gas yang ada di udara dan air. Semakin tinggi suhu, kadar garam dan
tekanan gas-gas yang terlarut dalam air, kandungan oksigen akan semakin
berkurang (Mustika, 2005).
19
3. METODE PENELITIAN
3.1 Alat dan Bahan Penelitian
3.1.1 Alat Penelitian
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah loyang, gilingan
pakan, oven, kompor, kamera digital, ayakan, pipet tetes, labu destruksi,
erlenmeyer, gelas ukur, spatula, buret dan statif, alat destruksi, cawan petri, alat
destilasi, sokhlet, kompor listrik, muffle Nabertherm, pendingin balik, beaker glass,
mortar, alu, corong, labu ukur, crushable tank, cawan porselen, pipet volume, bola
hisap, ayakan bertingkat, akuarium dengan ukuran 50x30x30 cm3, blower, batu
aerasi, selang aerasi, selang sifon, toples plastik 20l, heater akuarium,
termometer, kabel roll, DO meter Lovibond, pH meter Lovibond, timbangan
analitik, timbangan digital, baskom, blender, nampan, rak akuarium dan seser.
3.1.2 Bahan Penelitian
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: benih ikan bawal
air tawar (C. macropomum) ukuran 5 - 7 cm, air tawar, tepung MBM, CMC, NaCl,
Cr2O3, Premix, tepung kedelai, tepung dedak, tepung ikan, tepung terigu, tepung
tapioka, minyak ikan, minyak cumi, minyak udang, H2SO4, asam borak, akuades,
NaOH, Methyl orange, tablet kjeldahl, kertas buram, pH paper, kertas saring,
kapas, benang kasur, petroleum eter, etanol, aluminium foil, nitrat tes kit, nitrit tes
kit, amonia tes kit, pakan ikan dan kertas label.
3.2 Metode Penelitian
Metode yang digunakan adalah metode eksprimen, karena bertujuan untuk
mengetahui pengaruh atraktan yang berbeda dalam formula pakan terhadap
retensi protein, lemak dan energi pada benih ikan bawal air tawar (C.
macropomum) dalam lingkungan yang terkontrol.
20
Menurut Umar (2005), metode eksperimen merupakan langkah-langkah
atau kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh data yang diperlukan sehingga
dapat dianalisis secara obyektif. Dalam metode eksperimen terdapat tiga variabel,
yaitu variabel bebas, variabel perlakuan dan variabel akibat. Variabel bebas
merupakan variabel eksperimen, variabel penyebab atau variabel perlakuan
merupakan variabel yang karakteristiknya dapat menghasilkan perbedaan,
sedangkan variabel terikat atau variabel akibat merupakan hasil dari suatu
penelitian. Dikatakan terikat karena tergantung atas variabel bebas.
3.3 Rancangan Percobaan Penelitian
Rancangan Acak Lengkap (RAL) digunakan untuk percobaan yang
mempunyai media atau tempat percobaan yang seragam atau homogen, sehingga
RAL banyak digunakan untuk percobaan laboratorium, rumah kaca, dan
peternakan. Karena media homogen maka media atau tempat percobaan tidak
memberikan pengaruh pada respon yang diamati (Sastrosupadi, 2000).
Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari 4
perlakuan dan 3 ulangan. Empat perlakuan pakan diamati pengaruhnya terhadap
retensi protein, lemak dan energi pada benih ikan bawal air tawar (C.
macropomum) sebagai variabel terikat. Penambahan atraktan dilakukan dengan
jumlah masing-masing 2%. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Yudiarto et al.
(2012), dimana penggunaan atraktan sebaiknya tidak lebih dari 10% sehingga
pakan tidak mudah tengik. Jenis atraktan yang digunakan dalam penelitian ini
yaitu:
Perlakuan A : Kontrol (tanpa penambahan atraktan)
Perlakuan B : Penambahan atraktan minyak ikan
Perlakuan C : Penambahan atraktan minyak cumi
Perlakuan D : Penambahan atraktan minyak udang
21
Setiap perlakuan menggunakan 3 kali ulangan. Denah penempatan
akuarium setelah pengacakan disajikan pada Gambar 2.
Gambar 2. Denah Penempatan Akuarium Penelitian
Keterangan:
A, B, C, D : Perlakuan
1, 2, 3 : Ulangan
3.4 Prosedur Penelitian
3.4.1 Persiapan Penelian
a. Persiapan Pakan Formula
Persiapan penelitian dilakukan dengan persiapan pakan formula, langkah-
langkahnya adalah sebagai berikut:
Alat dan bahan yang dibutuhkan dalam formula pakan dipersiapkan.
Setiap bahan yang akan digunakan diuji proksimat untuk formula pakan.
A1
A2
A3
D3
D1 C2
C3
B3
B1
C1 D2 B2
22
Semua bahan dicampurkan sesuai dengan komposisi bahan yang telah
ditentukan. Pencampuran dimulai dari bahan dengan jumlah yang paling
terkecil sampai jumlah terbesar
Air panas ditambahkan sedikit demi sedikit, sehingga menjadi adonan yang
siap dicetak menjadi pellet.
Pakan dijemur di bawah sinar matahari hingga kering.
Pakan dibuat ukuran crumble agar sesuai ukuran bukaan mulut benih ikan.
Pakan yang telah jadi diuji proksimat.
Metode uji proksimat dapat dilihat pada Lampiran 3. Pakan dimasukkan
dalam plastik dan diberi label. Pakan tersebut siap digunakan sebagai pakan ikan
penelitian.
Formula pakan ditentukan berdasarkan komposisi semua bahan penyusun
percobaan yang akan digunakan berdasarkan formula pakan dengan isoprotein
30% dan isoenergi 3,50 Kkal/g. Perbandingan protein hewani dan nabati yang
digunakan adalah 80 : 20. Komposisi pakan penelitian yang digunakan dilihat pada
Tabel 1, formula pakan penelitian Tabel 2 dan hasil dari proksimat pakan dapat
dilihat pada Tabel 3.
Tabel 1. Analisis Proksimat Bahan Pakan
Bahan Protein (%)**
Lemak (%)*
Serat Kasar (%)*
Abu (%)**
Kering (%)**
BETN (%)
Tepung Ikan 58,89 11,03 5,61 19,30 90,54 5,17
Tepung Kedelai 45,64 0,97 3,06 7,25 89,77 43,08
MBM 57,59 6,76 7,12 22,12 91,30 6,41
Tepung Dedak 13,69 3,00 18,16 14,93 90,87 50,22
Tepung Terigu 13,50 1,04 1,63 0,11 91,04 83,72
Tepung Tapioka 0,00 0,03 0,10 0,09 91,61 99,78
Keterangan: * = Hasil Analisis Laboratorium Pengujian Mutu dan Keamanan Pangan
Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya Malang ** = Hasil Analisis Laboratorium Nutrisi Ikan Universitas Brawijaya Malang BETN = 100 – Protein – Lemak – Serat Kasar – Abu
23
Tabel 2. Formula pakan percobaan
Bahan Perlakuan
A B C D
Tepung Ikan 36,68 36,68 36,68 36,68
Tepung Kedelai 5,26 5,26 5,26 5,26
MBM 4,17 4,17 4,17 4,17
Tepung Dedak 13,15 13,15 13,15 13,15
Tepung Terigu 13,33 13,33 13,33 13,33
Tepung Tapioka 21,15 16,89 16,89 16,89
Vitamin dan Mineral
2,00 2,00 2,00 2,00
Cr2O3 0,50 0,50 0,50 0,50
NaCl 1,50 1,50 1,50 1,50
Atraktan 0,00 2,00 2,00 2,00
CMC 2,26 4,52 4,52 4,52
Total Bahan (%) 100,00 100,00 100,00 100,00
Tabel 3. Analisis proksimat pakan
Perlakuan A B C D
Kering** 86,55 89,22 88,02 87,96
Potein* 26,56 27,78 27,62 27,86
Lemak* 5,63 6,33 6,64 6,14
Abu* 14,5 13,4 12,3 13,9
Serat Kasar* 2,72 2,85 2,45 3,4
BETN 50,59 49,64 50,99 48,7
Karbohidrat 53,31 52,49 53,44 52,1
DE (kkal/100g) 369,735 377,375 384,69 372,36
Keterangan: * = Hasil Analisis Laboratorium Pengujian Mutu dan Keamanan Pangan
Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya Malang ** = Hasil Analisis Laboratorium Nutrisi Ikan Universitas Brawijaya Malang BETN = 100 – Protein – Lemak – Serat Kasar – Abu DE = [(4,5 x Protein) + (8,5 x Lemak) + (4 x BETN)] (Hernandez et al., 1995)
b. Persiapan Tempat Pemeliharaan dan Ikan Uji
Wadah pemeliharaan yang digunakan adalah akuarium berukuran 50×30
×30 cm3 sebanyak 12 buah, dilanjutkan dengan persiapan ikan uji dan wadah
pemeliharaan sebagai berikut:
Akuarium yang akan digunakan dipersiapkan
24
Akuarium disterilkan dengan merendam dalam chlorine dan diberi aerasi
selama 24 jam.
Akuarium, batu aerasi dan selang aerasi dicuci sampai bersih.
Akuarium diangin-anginkan sampai kering.
Masing – masing akuarium diisi air dengan ketinggian 20 cm, volume 30 liter.
Aerator dipasang sebagai aerassi untuk suplai oksigen.
Benih ikan bawal air tawar diadaptasikan selama 1 bulan dan dipuasakan 1
hari sebelum perlakuan.
Benih ikan bawal air tawar (C. macropomum) diperoleh dari Kediri.
3.4.2 Pelaksanaan Penelitian
Pelaksanaan penelitian dilakukan dengan pemeliharaan benih ikan bawal
air tawar (C. macropomum) terlebih dahulu, langkah-langkahnya adalah sebagai
berikut:
Ikan dipuasakan selama satu hari, kemudian dilakukan penimbangan berat
tubuh awal (W0), diusahakan ukuran ikan setiap akuarium seragam.
Benih ikan bawal air tawar (C. macropomum) ditebar dengan kepadatan 2
ekor/liter dan dilakukan pemeliharaan ikan selama 45 hari.
Pakan diberikan sebanyak 3% dari berat total biomassa per hari dengan
frekuensi kali sehari yaitu pada pukul 08.00, 14.00 dan 20.00 WIB.
Pergantian air dilakukan dengan cara penyiponan. Pergantian air dilakukan
sebanyak ±30% dari volume air.
Pengukuran kualitas air meliputi suhu, pH dan DO dilakukan tiap hari pada
pukul 05.30 WIB dan 14.00 WIB. Pengukuran nitrat, nitrit dan amonia
dilakukan pada hari ke 1, 15, 30 dan 45.
25
3.5 Parameter Uji
3. 5. 1 Parameter Utama
a. Retensi Protein
Parameter utama yang diuji pada penelitian ini adalah pengamatan retensi
protein pada benih ikan bawal air tawar (C. macropomum). Pengamatan ini
dilakukan untuk melihat perbedaan nilai retensi protein pada benih ikan bawal air
tawar (C. macropomum) yang diberi atraktan dengan jenis yang berbeda. Nilai
protein didapatkan dengan melakukan uji proksimat pada pakan dan pada hewan
uji.
Pemanfatan protein pakan dapat dilakukan dengan perhitungan retensi
protein yang merupakan efisiensi penggunaan protein yang terdapat pada pakan
dan diubah menjadi protein jaringan tubuh. Perhitungan nilai retensi protein
mengacu pada rumus Buwono (2000), yaitu :
Retensi Protein =JPS akhir (g) − JPS awal (g)
JPB (g)x100%
Keterangan: JPS akhir = Jumlah protein yang disimpan dalam tubuh ikan pada akhir penelitian
(g) JPS awal = Jumlah protein yang disimpan dalam tubuh ikan pada awal penelitian
(g) JPB = Jumlah protein yang diberikan (g)
b. Retensi Lemak
Parameter utama yang diuji pada penelitian ini adalah pengamatan retensi
lemak pada benih ikan bawal air tawar(C. macropomum). Pengamatan ini
dilakukan untuk melihat perbedaan nilai retensi lemak pada benih ikan bawal air
tawar (C. macropomum) yang diberi atraktan dengan jenis yang berbeda. Nilai
lemak didapatkan dengan melakukan uji proksimat pada pakan dan pada hewan
uji.
26
Rumus yang digunakan untuk menghitung retensi lemak dalam tubuh ikan
menurut Watanabe (2001), adalah :
Retensi Lemak = [(F − I)/L]x 100%
Keterangan: F = jumlah kandungan lemak dalam tubuh ikan pada akhir pemeliharaan (g) I = jumlah kandungan lemak dalam tubuh ikan pada awal pemeliharaan (g) L = jumlah lemak yang dikonsumsi selama masa pemeliharaan (g)
c. Retensi Energi
Parameter utama yang diuji pada penelitian ini adalah pengamatan retensi
energi pada benih ikan bawal air tawar (C. macropomum). Pengamatan ini
dilakukan untuk melihat perbedaan nilai retensi energi pada benih ikan bawal air
tawar (C. macropomum) yang diberi atraktan dengan jenis yang berbeda. Nilai
protein didapatkan dengan melakukan uji menggunakan bomb calorimeter pada
pakan dan pada hewan uji.
Rumus yang digunakan untuk menghitung retensi energi dalam tubuh ikan
menurut Buwono (2000), adalah :
Retensi Energi =Et − E
Efx 100%
Keterangan : Et : energi tubuh ikan pada akhir penelitian Eo : energi tubuh ikan pada awal penelitian Ef : jumlah energi pakan yang diberikan
3.5.2 Parameter Penunjang
Parameter penunjang meliputi kualitas air yang diamati dalam penelitian ini
adalah suhu, pH, oksigen terlarut, nitrit, nitrat dan amonia. Pengukuran kualitas air
seperti oksigen terlarut, pH dan suhu dilakukan setiap hari pada pagi dan sore hari
pukul 07.00 WIB dan 15.00 WIB, sedangkan pengukuran nitrat, nitrit dan amonia
dilakukan pada awal, pertengahan dan akhir penelitian. Alat ukur yang digunakan
dalam pengukuran parameter penunjang dapat dilihat pada Tabel 3.
27
Tabel 4. Parameter Kualitas Air Selama Penelitian
3.6 Analisis Data
Data yang diperoleh dari hasil penelitian dianalisis menggunakan analisis
ragam (ANOVA) sesuai dengan RAL (Rancangan Acak lengkap) pada selang
kepercayaan 95% (α 0,05) dan 99% (α 0,01) untuk menguji apakah terdapat
pengaruh antar perlakuan yang diberikan. Jika terdapat pengaruh yang beda
nyata, maka dilanjutkan dengan uji BNT untuk mengetahui perlakuan yang
memberikan hasil tertinggi dan terendah. Data kualitas air dianalisis secara
deskriptif dengan menampilkan tabel dan gambar. Analisis data dilakukan dengan
bantuan program Ms. Excel 2013 dan SPSS.
No. Parameter Kualitas Air Alat yang digunakan
1. Suhu Termometer 2. Oksigen terlarut DO meter 3. pH pH meter 4. Amonia Test kit 5. Nitrat Test kit 6. Nitrit Test kit
28
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada ikan sebagian makanan yang dapat dicerna akan berubah bentuk
menjadi energi. Energi ini akan dimanfaatkan ikan untuk melakukan aktivitas
seperti metabolisme, pertumbuhan, berkembangbiak dan lain sebagainya. Nutrisi
yang dapat diserap ini dinyatakan sebagai nilai retensi. Menurut Dani et al. (2005),
menyatakan tidak semua protein dari makanan yang masuk dapat diubah menjadi
daging. Makanan yang dimakan oleh ikan sebagian akan diubah menjadi energi
yang digunakan untuk aktivitas hidup, sedangkan sebagian lainnya akan keluar
dari tubuh. Hasil dari penelitian mengenai pengaruh jenis atraktan yang berbeda
terhadap penyerapan nutrisi pada benih ikan bawal air tawar (C. macropomum)
ditunjukkan dengan nilai retensi protein, lemak dan energi. Nilai rata-rata retensi
protein, lemak dan energi dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Nilai retensi protein, lemak dan energi pada benih Ikan bawal air tawar (C. macropomum)
4.1 Retensi Protein
Retensi protein merupakan gambaran dari banyaknya protein yang
diberikan dapat diserap. Protein yang dapat dimanfaatkan berasal dari pakan yang
diberikan. Protein akan dimanfaatkan untuk membangun maupun memperbaiki
sel-sel tubuh yang rusak serta dimanfaatkan tubuh ikan bagi metabolisme sehari-
hari. Data perhitungan retensi protein dapat dilihat pada Lampiran 4. Perhitungan
analisis data retensi protein pada Lampiran 5.
Perlakuan Retensi
Protein(%) Lemak(%) Energi(%)
A (kontrol) 28,49±3,79a 49,27±2,40a 5,44±3,45a
B (minyak ikan) 39,29±2,80b 49,30±1,38a 12,37±3,59b
C (minyak cumi) 43,20±1,76b 66,57±0,92b 13,69±0,65b
D (minyak udang) 31,40±2,41a 63,92±1,80b 5,71±2,12a
29
Berdasarkan pada Tabel 5 dapat diketahui bahwa pakan C dengan
penambahan minyak cumi dalam pakan memberikan nilai retensi atau penyerapan
protein tertinggi yaitu sebesar 43,20±1,76%, sedangkan pakan A tanpa
penambahan minyak memberikan nilai retensi atau penyerapan protein terendah
yaitu sebesar 28,49±3,79%.
Hal ini diduga disebabkan penambahan bobot pada ikan perlakuan C
dengan penambahan minyak cumi lebih tinggi dibadingkan ikan perlakuan lainnya.
Menurut Suprayudi et al. (2012), menjelaskan bahwa pertumbuhan erat kaitannya
dengan nilai retensi protein. Semakin tinggi retensi protein maka semakin
meningkat pula laju pertumbuhan ikan. Peningkatan dari nilai pertumbuhan sejalan
dengan meningkatnya nilai retensi protein pada pakan. Penggunaan atraktan
minyak cumi diduga berpengaruh terhadap nafsu makan dan tingkat kesukaan
ikan terhadap pakan, dengan nafsu makan yang lebih tinggi maka jumlah pakan
yang dikonsumsi oleh ikan juga semakin meningkat sehingga semakin banyak
pula asupan protein yang dapat diserap dan dimanfaatkan oleh ikan. Menurut
Lesmana (2015), atraktan merupakan istilah yang diberikan kepada suatu produk
yang memiliki fungsi untuk meningkatkan tingkat kesukaan ikan terhadap pakan
yang diberikan. Penggunaan minyak sebagai atraktan diduga dapat memicu
ketertarikan ikan karena adanya degradasi lemak yang menghasilkan bau amis
yang disukai ikan. Degradasi ini akan menghasilkan senyawa volatil yang dapat
menjadi atraktan dalam pakan ikan. Widowati et al. (2015), menjelaskan bahwa air
dapat menyebabkan adanya degradasi protein dan lemak dapat mengeluarkan
bau amis yang disukai ikan. Setiawati et al. (2014), menambahkan terdapat
beberapa senyawa volatil yang berupa gugus aldehid yang dapat menjadi atraktan
dan dapat memberikan aroma yang khas pada pakan ikan. Minyak cumi memiliki
kandungan asam lemak tidak jenuh yang dapat terdegradasi lebih tinggi daripada
minyak ikan dan minyak udang. Hal ini menyebabkan semakin tingginya
30
ketertarikan ikan terhadap pakan. Menurut Park (2017), minyak cumi memiliki
kandungan asam linoleat sebesar 1,60% dan asam linolenat 1,28%. Sementara
minyak ikan tuna memiliki kandungan asam linolenat 0,51% dan asam linoleat
1,37%. Sementara itu Kanazawa (1985), menjelaskan bahwa minyak udang
memiliki kandungan asam linoleat sebesar 0% dan asam linolenat sebesar 0,1%.
Ramadhan (2014), menyatakan bahwa penggunaan minyak cumi sebagai
atraktan dapat meningkatkan nilai retensi protein sebesar 7,23% pada belut sawah
(Monopterus albus) dibandingkan perlakuan tanpa penambahan atraktan yaitu
sebesar 4,48%. Hal ini membuktikan bahwa minyak cumi memiliki kandungan
yang lebih baik sebagai atraktan untuk meningkatkan nafsu makan, jumlah
konsumsi pakan serta jumlah penyerapan protein pada ikan bawal (C.
macropomum) dibandingkan perlakuan lainnya.
4.2 Retensi Lemak
Retensi lemak merupakan gambaran dari banyaknya lemak yang diberikan
dapat diserap. Lemak akan dimanfaatkan untuk membangun maupun
memperbaiki sel-sel tubuh rusak serta dimanfaatkan tubuh ikan bagi metabolisme
sehari-hari. Data perhitungan retensi lemak dapat dilihat pada Lampiran 6.
Perhitungan analisis data retensi lemak pada Lampiran 7.
Bedasarkan pada Tabel 5 dapat diketahui bahwa pakan C dengan
penambahan minyak cumi dalam pakan memberikan nilai retensi atau penyerapan
lemak tertinggi yaitu sebesar 66,57±0,92%, sedangkan pakan A tanpa
penambahan minyak memberikan nilai retensi atau penyerapan lemak terendah
yaitu sebesar 49,27±2,40%.
Lemak sangat bermanfaat dan dibutuhkan oleh tubuh. Pakan yang
diberikan harus memiliki kandungan nutrien yang cukup, termasuk lemak untuk
dapat mendukung pertumbuhan ikan secara optimal. Subekti et al. (2011),
31
menyatakan bahwa penyerapan nutrien pakan yang diberikan akan
mempengaruhi laju pertumbuhan pada ikan. Lemak sangat dibutuhkan ikan untuk
mempertahankan bentuk dan fungsi jaringan. Selain itu lemak dapat digunakan
sebagai sumber energi. Tingginya nilai retensi lemak pada perlakuan C dengan
penambahan minyak cumi diduga disebabkan oleh tingginya nilai lemak yang
terkandung dalam pakan perlakuan C dibandingkan dengan pakan perlakuan
lainnya. Sesuai dengan pernyataan Mukti et al. (2014), bahwa kadar lemak dalam
pakan akan mempengaruhi retensi lemak. Tingginya nilai lemak dalam pakan
dipengaruhi oleh kandungan pakan. Pada perlakuan C menggunakan tambahan
atraktan berupa minyak cumi, sehingga minyak akan menyumbang sejumlah
besar lemak dan akan meningkatkan kadar lemak dalam pakan. Lemak yang tinggi
akan digunakan sebagai sumber energi, lalu sisanya akan diserap dan disimpan
sebagai cadangan lemak sehingga akan meningkatkan nilai retensi lemak. Hal ini
selaras dengan pernyataan Batubara (2009), lemak yang tinggi akan dikonsumsi
dan disimpan banyak dalam tubuh saat kebutuhan energi sudah tercukupi. Lemak
tidak dimanfaatkan sebagai energi karena ikan cenderung memanfaatkan protein
sebagai sumber energinya. Menurut Samsudin et al. (2010) lemak dari pakan akan
disimpan dalam jaringan tubuh ikan setelah kebutuhan protein terpenuhi dan
kebutuhan energi tercukupi, sehingga menghasilkan nilai retensi lemak yang
tinggi.
Tingginya nilai retensi lemak pada perlakuan C dengan penambahan
minyak cumi juga dapat dipengaruhi oleh asupan protein dari pakan yang
dikonsumsi. Dengan mengkonsumsi lebih banyak pakan, maka protein yang
tersedia dan dapat dimanfaatkan akan semakin banyak pula. Semakin banyak
protein yang dikonsumsi akan menghasilkan enzim lipase lebih banyak. Enzim
lipase akan dimanfaatkan untuk menyerap butiran lemak pada dinding usus dan
getah pankreas. Ramlah et al. (2016) menjelaskan bahwa pada saat makanan
32
masuk kedalam usus ikan, hormon kolsistokinin keluar dan memacu keluarnya
getah empedu untuk melarutkan butiran-butiran lemak menjadi emulsi sehingga
larut dalam air. Saat butiran lemak ini larut dalam air, lemak akan lebih mudah
diserap enzim lipase yang berada di dinding usus dan getah pankreas. Pada
sistem pencernaan ikan, enzim lipase sangat dipengaruhi oleh kadar protein yang
terdapat dalam pakan. Jadi semakin tinggi kandungan enzim lipase yang
dihasilkan oleh protein pakan akan menyebabkan peningkatan nilai retensi lemak
pada ikan pula. Pakan perlakuan C dengan penambahan minyak cumi memiliki
jumlah konsumsi pakan yang lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan lainnya.
Sehingga protein yang tersedia dari pakan yang terkonsumsi juga akan semakin
banyak. Hal ini membuktikan bahwa minyak cumi dapat digunakan sebagai
atraktan untuk menambah nafsu makan dan dapat meningkatkan nilai retensi
lemak. Ramadhan (2014), menyatakan bahwa penggunaan minyak cumi sebagai
atraktan dapat meningkatkan nilai retensi lemak sebesar 13,33% pada belut
sawah (Monopterus albus) dibandingkan perlakuan tanpa penambahan atraktan
yaitu sebesar 13%. Hal ini membuktikan bahwa minyak cumi memiliki kandungan
yang lebih baik dan dapat meningkatkan nilai retensi lemak dibandingkan
perlakuan lainnya.
4.3 Retensi Energi
Retensi energi merupakan gambaran dari banyaknya energi yang diberikan
dapat diserap. Energi akan dimanfatkan untuk membangun maupun memperbaiki
sel-sel tubuh yang rusak serta dimanfaatkan tubuh ikan bagi metabolisme sehari-
hari. Data perhitungan retensi energi dapat dilihat pada Lampiran 8. Perhitungan
analisis data retensi energi pada Lampiran 9.
Berdasarkan pada Tabel 5 dapat diketahui bahwa pakan C dengan
penambahan minyak cumi dalam pakan memberikan nilai retensi atau penyerapan
33
energi tertinggi yaitu sebesar 13,69±0,65%. Pada pakan A tanpa penambahan
minyak sebagai atraktan dalam pakan memberikan nilai retensi atau penyerapan
energi terendah yaitu sebesar 5,44±3,45
Hal ini diduga karena penambahan bobot pada ikan perlakuan C dengan
penambahan atraktan minyak cumi lebih tinggi dibandingkan ikan perlakuan
lainnya. Penambahan bobot ikan perlakuan ini merupakan gambaran dari
kemampuan ikan menyerap energi dengan baik dan memanfaatkannya secara
optimal. Menurut Mathius et al. (2003), bahwa nilai retensi yang positif
menggambarkan kemampuan memanfaatkan asupan energi yang dikonsumsi
secara optimal. Keadaan tersebut biasanya dieskpresikan dengan penambahan
bobot. Retensi energi juga meningkat seiring dengan tingginya nilai karbohidrat
serta adanya tambahan lemak. Pakan perlakuan C dengan penambahan minyak
cumi memiliki kandungan karbohidrat lebih tinggi dibandingkan perlakuan lainnya
sehingga dapat menyediakan energi tambahan untuk diserap dan dimanfaatkan
oleh ikan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Hadijah (2016), bahwa untuk
mendapatkan tambahan sumber energi dapat dilakukan penambahan kandungan
lemak dan karbohidrat dalam pakan. Jumlah pakan yang dikonsumsi oleh ikan
juga dapat mempengaruhi nilai retensi energi. Semakin banyak pakan yang
dikonsumsi maka akan semakin banyak jumlah energi yang terserap dan
dimanfaatkan oleh tubuh. Sesuai dengan pernyataan Hariyanti et al. (2017), nilai
retensi energi meningkat seiring dengan nilai konsumsi pakan yang tinggi.
Peningkatan jumlah konsumsi pakan dapat dilakukan dengan penambahan
atraktan untuk meningkatkan ketertarikan ikan tehadap pakan. Atraktan dapat
berupa senyawa aromatik yang berasal dari degradasi lemak oleh air dalam pakan
yang akan menghasilnya senyawa volatil gugus aldehid. Semakin besar nilai asam
lemak yang terdapat dalam pakan, maka semakin banyak pula asam lemak yang
akan terdegradasi sehinggi senyawa aromatik yang dihasilkan akan semakin
34
pekat. Minyak cumi memiliki nilai kandungan asam lemak tidak jenuh yang dapat
terdegradasi oleh air lebih banyak daripada minyak ikan dan minyak udang. Park
(2017), menjelaskan bahwa minyak cumi memiliki kandungan EPA sebesar
20,23% dan DHA sebesar 35,50%. Sementara minyak ikan tuna mengandung
EPA sebesar 5,95% dan DHA sebesar 26,88%. Kanazawa (1985), menambahkan
bahwa minyak udang memiliki kandungan EPA sebesar 0,5% dan kandungan
DHA sebesar 1,1%. Yudiarto et al. (2012), menyarankan penggunaan minyak cumi
untuk meningkatkan nilai retensi energi. Pada ikan sidat (Anguilla bicolor)
penggunaan atraktan minyak cumi sebesar 9,59% memberikan pengaruh yang
tinggi dibandingkan penggunaan atraktan minyak lainnya, namun penggunaan
minyak cumi ini tidak berpengaruh nyata terhadap pakan tanpa pemberian
atraktan. Hal ini membuktikan bahwa minyak cumi memiliki kandungan yang lebih
baik sebagai atraktan untuk meningkatkan nafsu makan, jumlah konsumsi pakan
serta jumlah penyerapan energi pada ikan bawal (C. macropomum) dibandingkan
perlakuan lainnya.
4.4 Kualitas Air
Pada penelitian ini parameter penunjang yang digunakan adalah kualitas
air. Faktor yang dapat mempengaruhi hidup benih ikan bawal air tawar (C.
maropomum) adalah kualitas air media pemeliharaan. Kualitas air yang diamati
selama penelitian antara lain adalah suhu, pH, oksigen terlarut, nitrat, nitrit dan
amonia. Hasil pengkuran kualitas air dan analisis data kaulitas air selama
penelitian dapat dilihat pada Lampiran 10. Data hasil pengamatan parameter
kualitas air selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 5.
35
Tabel 6. Data pengamatan parameter kualitas air pemeliharaan ikan bawal air tawar (C. maropomum)
Berdasarkan data hasil pengamatan parameter kualitas air selama
pemeliharaan benih ikan bawal air tawar (C. macropomum), diketahui bahwa suhu
air selama pemeliharaan yaitu sebesar 28,10±0,47 oC. Nilai ini tergolong baik dan
masih pada kisaran yang dapat ditolerir oleh benih ikan bawal air tawar (C.
macropomum). Hal ini sesuai dengan Mahyuddin (2011) yaitu, kisaran suhu yang
baik untuk pertumbuhan ikan bawal adalah sebesar 25 - 30oC.
Kadar oksigen terlarut (DO), diketahui bahwa DO air selama
pemeliharaan yaitu sebesar 4,37±0,10 mg/l. Nilai ini tergolong baik dam masih
pada kisaran yang dapat ditolerir oleh benih ikan bawal air tawar (C.
macropomum). Hal ini sesuai dengan Taufiq et al. (2016), bahwa untuk oksigen
terlarut yang dibutuhkan pada ikan bawal minimal 3 mg/l.
Kadar pH, diketahui bahwa pH air selama pemeliharaan yaitu sebesar
6,96±0,02. Nilai ini tergolong baik dan masih pada kisaran yang dapat ditolerir oleh
benih ikan bawal air tawar (C. macropomum). Hal ini sesuai dengan pendapat
Mahyudin (2011), bahwa kirasan optimal untuk pertumbuhan ikan bawal sebesar
6,5 - 8,5.
Kadar nitrit (NO3), diketahui bahwa nitrit (NO3) air selama pemeliharaan
yaitu sebesar 0,044±0,004 mg/l. Nilai ini tergolong baik dan masih pada kisaran
yang dapat ditolerir oleh benih ikan bawal air tawar (C. macropomum). Hal ini
Parameter
Perlakuan
A B C D
Suhu (oC) 28,06±0,36 28,04±0,35 28,24±0,80 28,04±0,51
DO (mg/l) 4,390±0,04 4,330±0,17 4,360±0,13 4,390±0,02
pH 6,970±0,03 6,960±0,04 6,950±0,01 6,970±0,01
Nitrat (mg/l) 4,050±0,07 4,020±0,22 3,950±0,27 3,920±0,17
Nitrit (mg/l) 0,039±0,01 0,045±0,00 0,045±0,00 0,047±0,00
Amoniak (mg/l) 0,044±0,01 0,044±0,00 0,048±0,01 0,048±0,00
36
sesuai dengan pendapat Kordi (2010), yaitu kandungan maksimal nitrit pada
perairan adalah sebesar 0.05 ppm.
Kadar nitrat (NO2), diketahui bahwa nitrat (NO2) air selama pemeliharaan
yaitu sebesar 3,99±0,18 mg/l. Nilai ini tergolong baik dan masih pada kisaran yang
dapat ditolerir oleh benih ikan bawal air tawar (C. macropomum). Hal ini sesuai
dengan pendapat Effendy (2003) bahwa untuk kadar nitrat pada perairan tidak
boleh lebih dari 5 mg/L karena dapat bersifat racun pada perairan.
Kadar amonia (NH4), diketahui bahwa amonia (NH4) air selama
pemeliharaan yaitu sebesar 0,046±0,005 mg/l. Nilai ini tergolong baik dan masih
pada kisaran yang dapat ditolerir oleh benih ikan bawal air tawar (C.
macropomum). Hal ini sesuai dengan pendapat Taufiq et al. (2016), bahwa kisaran
optimum amonia dalam perairan adalah sebesar 0,1 mg/l.
4.5 Harga Pakan
Pakan yang diberikan pada ikan tidak hanya dilihat dari komponen
penyusunnya melainkan juga dari seberapa besar komponen yang terkandung
dalam pakan mampu diserap dan dimanfaatkan oleh ikan dalam kehidupannya.
Selain itu pakan juga dilihat dari nilai ekonomisnya. Terkadang pakan yang
diberikan pada ikan tidak termakan semuanya, maka digunakan atraktan untuk
merangsang nafsu makan ikan, sehingga mengurangi sisa pakan yang terbuang.
Penggunaan atraktan tersebut mempengaruhi harga pakan. Pada penelitian ini
pakan mengandung protein sebesar ±30%. Harga pakan dapat dilihat pada Tabel
7. Perhitungan harga pakan dapat dilihat pada Lampiran 11.
37
Tabel 7. Harga Pakan Setiap Perlakuan
Berdasarkan Tabel 7 dapat diketahui jika harga pakan tertinggi adalah
perlakuan D dengan penambahan atraktan yaitu minyak udang yaitu sebesar Rp.
26.864/kg. Hal ini terjadi dikarenakan harga minyak udang yang sangat mahal,
sehingga meningkatkan harga pakan. Pakan termurah adalah perlakuan A tanpa
penambahan atraktan yaitu sebesar Rp. 15.285/kg. Dilihat dari retensi protein dan
retensi energi perlakuan B dan pelakuan C adalah perlakuan terbaik, namun jika
dilihat dari segi ekonomis penggunaan atraktan minyak ikan lebih balik dari minyak
cumi. Jika dilihat dari retensi lemak perlakuan C dan perlakuan D adalah yang
terbaik, namun jika dilihat dari segi ekonomis penggunaan minyak cumi lebih baik
dari minyak udang. Sehingga walaupun perlakuan minyak cumi dengan harga
lebih tinggi dari pada minyak ikan dan lebih murah dari minyak udang, namun
memberikan pengaruh terhadap retensi protein, lemak dan energi yang baik
terhadap benih ikan bawal air tawar (C. macropomum). Efisiensi harga pakan
terbaik jika dibandingkan dengan pakan kontrol didapatkan nilai efisiensi sebesar
16%.
Harga Pakan A (Rp)
Harga Pakan B (Rp)
Harga Pakan C (Rp)
Harga Pakan D (Rp)
15.285 16.644 17.844 26.864
38
5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian tentang pengaruh jenis atraktan yang
berbeda dalam formula pakan terhadap retensi protein, lemak dan energi pada
benih ikan bawal air tawar (C. macropomum) didapatkan hasil sebagai berikut :
Jenis atraktan yang berbeda dalam formula pakan memberikan pengaruh
sangat nyata terhadap retensi protein, lemak dan energi pada benih ikan bawal
air tawar (C. macropomum).
Jenis atraktan yang terbaik pada pelakuan C dengan penambahan minyak cumi
mempengaruhi retensi protein, lemak dan energi pada benih ikan bawal air
tawar (C. macropomum) adalah dengan nilai retensi protein sebesar
43,20±1,76%, retensi lemak sebesar 66,57±0,92% dan retensi energi sebesar
13,69±0,65%.
5.2 Saran
Saran yang dapat disampaikan dari penelitian ini adalah perlu dilakukan
penelitian mengenai dosis yang optimal untuk penggunaan minyak cumi pada
retensi protein, lemak dan energi pada benih ikan bawal air tawar (C.
macropomum).
39
DAFTAR PUSTAKA
Adijaya, D. S dan B. Prasetya. 2015. Panduan Praktis Pakan Ikan Lele. Penebar Swadaya. Depok. 134 hlm.
Adrisnie, A dan M. Khalil. 2013. Efek pemberian atraktan kerang darah (Anadara granosa) dan udang windu (Penaeus monodon) terhadap daya konsumsi pakan ikan kakap putih (Lates calcarifer). Jurnal Samudra. 7(2): 1-27.
Afrianto, E dan E. Liviawaty. 2005. Pakan Ikan. Yogyakarta : Kanisius. 146 hlm.
Arie, U. 2012. Solusi Lele Sehat dan Tumbuh Cepat. Jakarta : Penebar Swadaya. 91 hlm.
Arief, M., D. Faradiba dan M. A. Al-Arief. 2015. Pengaruh pemberian probiotik plus herbal pada pakan komersil terhadap retensi energi dan retensi lemak ikan nila merah (Oreochromis niloticus). Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan. 7(2) : 1-8.
Avadi, A, N. Pelletier., J. Aubin., S.ralite., J.Nunez and P. Freon. 2015. Comparative environmental performance of artisanal and commercial feed use in Peruvian freshwater aquaculture. Aquaculture: Elsevier .435: 52-66.
Batubara, U. N. 2009. Analisa protein, lemak dan kalsium pada ikan pora-pora. Skripsi. Medan : Universitas Sumatra Utara. 51 hlm.
Buwono, I. D. 2000. Kebutuhan Asam Amino Esensial dalam Ransum Ikan. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. 56 hlm.
Cuvier. 1816. Fishbase klasifikasi bawal air tawar (Colossoma macropomum). http://www.fishbase.se/summary/Colossoma-macropomum.html. Diakses tanggal 28 September 2016 pukul 12.00 WIB.
Dani, N. P., A. Budiharjo dan S. Listyawati. 2005. Komposisi pakan buatan untuk meningkatkan pertumbuhan dan kandungan protein ikan tawes (Puntius javanicus Blkr.). Biosmart. 7(2): 83-90.
Efendi, M. dan M. Sitanggang. 2015. Lele Organik Hemat Pakan. AgroMedia Pustaka. Jakarta. 148 hlm.
Effendy, Hefni. 2003. Telaah Kualitas Air. Edisi 1. Kanisius. Yogyakarta. 259 hlm.
Ghufron, M. dan Kordi, K. 2010. Panduan Lengkap Memelihara Ikan Air Tawar di Kolam Terpal. ANDI.Yogyakarta. 304 hlm.
Hadijah, I. Mustahal dan A. N. Putra. 2015. Efek pemberian probiotik dalam pakan komersial terhadap pertumbuhan ikan patin (Pangasius sp.). Jurnal perikanan dan kelautan. 5 (1) : 33-40.
Hariyanti, P., Prayogo dan M. Lamid. 2017. Potensi penambahan Azolla sp. dalam formulasi pakan ikan lele (Clarias sp.) terhadap retensi energi dan rasio konversi pakan. Journal of Aquaculture Science. 1(1) : 36 – 42.
40
Hastuti, Y. P., C. Yudhistira., K. Nirmala., W. Nurusallam dan K. Faturochman. 2016. Pemberian CaCO3 pada Media Bersalinitas 3 g/L untuk Pertumbuhan ikan bawal air tawar. Jurnal Akuakultur Indonesia. 15(1): 32-40.
Hernandez, M., T. Takeuchi and T. Watanabe. 1995. Effect of dietary energy sources on the utilization of protein by Colossoma macropomum fingerlings. Journal Fisheries Science. 61(3) 507-511.
Kanazawa, Akio. 1985. Nutrition of penaeid prawns and shrimps. Proceedings of the First International Conference on the Culture of Penaeid Prawns/Shrimps : 123-130.
Kardana, D., K. Haetami dan Ujang Subhan. 2014. Efektivitas penambahan tepung maggot dalam pakan komersial terhadap pertumbuhan benih ikan bawal air tawar (Colossoma macropomum). Jurnal Perikanan dan Kelautan. 3(4) : 177-184.
Khairuman dan Amri, K. 2008. Buku Pintar Budi Daya 15 Ikan Konsumsi. Agromedia Pustaka. Jakarta. 342 hlm.
Khasani, Ikhsan. 2013. Atraktan pada pakan ikan: jenis, fungsi dan respons ikan. Media Akuakultur. 8(2): 128-133.
Kordi. M.G.H. 2010. Budi Daya Ikan Lele di Kolam Terpal. ANDI.Yogyakarta. 115 hlm.
Kuswandi, Agasthya. 2014. Penambahan jenis atraktan yang berbeda terhadap repons konsumsi pakan pada lobster air tawar Cherax quadricanatus.
Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 30 hlm.
Lesmana, D. S. 2015. Ensiklopedia Ikan Hias Air Tawar. Penebar Swadaya. Jakarta. 316 hlm.
Lukito, Agung dan S. Prayugo. 2007. Panduan Lengkap Lobster Air Tawar. Penebar Swadaya. Jakarta. 291 hlm.
Mahyuddin. 2010. Panduan Lengkap Agribisnis Patin. Penebar Swadaya. Depok. 212 hlm.
Mahyudin, K. 2011. Usahan Pembenihan Ikan Bawal di Berbagai Wadah. Penebar Swadaya. Jakarta .137 hlm.
Makfoeld, D., D.W. Marseno., P. Hastuti., S. Anggrahini., S. Rahardjo., S. Sastrosuwignyo., Suhardi., S. Martoharsono., S. Hadiwiyoto dan Tranggono. 2002. Kamus Istilah Pangan dan Nutrisi. Kanisius. Yogyakarta. 227 hlm.
Mamora, M. A. 2009. Efisiensi pakan serta kinerja pertumbuhan ikan bawal Colossoma macropomum dengan pemberian pakan berbasis meat bone meal (MBM) dan pakan komersil. Skripsi. Institut Pertanian Bogor.
Bogor.57 hlm.
Marzuqi, Muhammad. 2015. Pengaruh kadar karbohidrat dalam pakan terhadap pertumbuhan, efisiensi pakan dan aktivitas enzim amylase pada ikan
41
bandeng (Chanos chanos Forsskal). Tesis. Universitas Udayana. Denpasar. 88 hlm.
Mathius, I. W., D. Sastradipradja., T. Sutardi., A. Natasasmita, l. A. Sofyan dan D. T. H. Sihombing. 2003. Studi strategi kebutuhan energi-protein untuk domba lokal: 5. Induk fase laktasi. JITV. 8 (1) : 26-39.
Mukti, R. C., N. B. P. Utomo dan R. Affandi. 2014. Penambahan minyak ikan pada pakan komersial terhadap pertumbuhan Anguilla bicolor bicolor. Jurnal Akuakultur Indonesia. 13 (1) : 54–60.
Mulia, D.S dan H. Maryanto. 2014. Uji fisik dan kimiawi pakan ikan yang menggunakan bahan perekat alami. Prosiding Seminar Hasil Penelitian LPPM UMP. 25-33.
Mulia, D.S dan H. Maryanto. 2014. Uji fisik dan kimiawi pakan ikan yang menggunakan bahan perekat alami. Prosiding Seminar Hasil Penelitian LPPM UMP. 25-33.
Murtidjo, B.A. 2001. Pedoman Meramu Pakan Ikan. Kanisius. Yogyakarta. 129 hlm.
Mustika, E.R. 2005. Pengaruh pemberian dosis vitamin e berbeda pada kadar asam lemak n-3 dan n-6 tetap (1:3) dalam pakan terhadap penampilan reproduksi ikan zebra (Brachydanio rerio) prasalin. Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 51 hlm.
Park, Joung-Hyun. 2016. Quality characteristics of reifined squid (Todarodes pacificus) oil as an alternative resaurce for omega-3 fatty acids. Journal of Food Processing And Preservation. :1745-4549.
Parnata, A. S. 2004. Pupuk Organik Cair Aplikasi dan Manfaatnya. AgroMedia Pustaka. Tangerang. 112 hlm.
Ramadhan, A. Y. H. 2014. Penambahan atraktan dalam pakan pasta terhadap konsumsi pakan, retensi protein dan retensi lemak pada belut sawah (Monopterus albus) yang dipelihara dengan sistem resirkulasi. Skripsi. Universitas Airlangga. Surabaya. 77 hlm.
Ramlah, E. Soekendarsi, Z. Hasyim dan M. S. Hasan. 2016. Perbandingan kandungan gizi ikan nila Oreochromis niloticus asal danau mawang kabupaten gowa dan danau Universitas Hasanuddin Kota Makassar. Jurnal Biologi Makassar (Bioma). 1(1) : 39-46.
Saade, E dan A. Aslamyah. 2009. Uji fisik dan kimiawi pakan buatan untuk udang windu Panaeus monodon Fab. Yang menggunakan berbagai jenis rumput laut sebagai bahan perekat. Jurnal Ilmu Kelautan dan Perikanan. 19(2): 107-115.
Sainah, Adelina, B. Heltonika. 2016. Penambahan bakteri probiotik (Bacillus sp.) isolasi dari giant river frawn (Macrobrachium rosenbergii, de man) di feed buatan untuk meningkatkan pertumbuhan ikan baung (hemibagrus nemurus). Berkala Perikanan Terubuk. 44(2) : 36 – 50.
42
Samsudin, R. N. Suhenda dan M. Sulhi. 2010. Evaluasi penggunaan pakan dengan kadar protein berbeda terhadap pertumbuhan benih ikan nilem (Osteochilus hasseltii). Prosiding forum inovasi teknologi akuakultur : 697-701.
Santoso, L dan H. Agusmansyah. 2011. Pengaruh substitusi tepung kedelai dengan tepung biji karet pada pakan buatan terhadap pertumbuhan ikan bawal air tawar (Colossoma macropomum). Jurnal Perikanan Terubuk. 39(2):41-50.
Sastrosupadi, A. 2000. Rancangan Percobaan Praktis Bidang Pertanian. Kanisius. Yogyakarta. 276 hlm.
Setiadharma, T., G. S. Wibawa dan I. Setiadi. 2014. Performa pertumbuhan benih ikan bawal laut, Trachinotus blocii (lacepede) pada penggelondongan dalam hapa di tambak. Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis. 6(1): 81-86.
Setiawati, M., D. Jusadi., S. Marlinda dan D. Syafruddin. 2014. Pemberian daun kayu manis Cinnamomun burmanni dalam pakan terhadap kinerja pertumbuhan dan komposisi nutrien tubuh ikan patin (Pangasius hypopthalmus). Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia (JIPI). 19(2): 80-84.
Setiawati, M., N.R. Azwar, I. Mokoginta dan R. Affandi. 2007. Kebutuhan mineral seng (Zn) untuk benih ikan gurame (Osphronemus gouramy, Lac.). Jurnal Akuakultur Indonesia. 6(2): 161-169.
Subekti, S., M. Prawesti dan M. Arief. 2011. Pengaruh kombinasi pakan buatan dan pakan alami cacing sutera (Tubifex tubifex) dengan persentase yang berbeda terhadap retensi protein, lemak dan energi pada ikan sidat (Anguilla bicolor). Jurnal kelautan. 4(1) : 90-95.
Suci, D. M. 2013. Pakan Itik. Penebar Swadaya. Depok. 156 hlm.
Suprayudi, M. A., D. Harianto dan D. Jusadi. 2012. Kecernaan pakan dan pertumbuhan udang putih Litopanaeus vannamei diberi pakan mengandung enzim fitase berbeda. Jurnal Akuakultur Indonesia. 11(2) : 103-108.
Suyanti. 2009. Membuat Bihun, Kwetiau dan Sohun Sehat. Penebar Swadaya. Depok. 190 hlm.
Syafaat, M. N., A. Mansyur., S. Tonnek dan M. C. Undu. 2016. Persentase sisa pakan protein tinggi dan rendah di anco (feeding tray) pada budidaya udang vaname (Litopenaeus vannamei) intensif dengan teknik pergiliran pakan. Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur : 667-676.
Taufiq, T., F. Firdus dan I.I. Arisa. 2016. Pertumbuhan benih ikan bawal air tawar (Colossoma macropomum) pada pemberian pakan alami yang berbeda. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kelautan Perikanan Unsyiah. 1(3): 355-365.
Trisnawati, I.D dan N. Purwidiani. 2015. Pengaruh proporsi tepung ketan dan tepung kedelai terhadap sifat organoleptik wingko babat. e-Jurnal Boga. 4(2): 67-76.
43
Umar, H. 2005. Riset Sumberdaya Manusia Dalam Organisasi. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. 320 Hlm.
Utomo, N. B. P., I. Mokoginta dan E. Surwendi. 2007. Protein sel tunggal sebagai subtitusi tepung ikan dalam pakan juvenil ikan mas (Cyprinus carpio). Jurnal Perikanan. 9(2) : 188-193.
Utomo, N.B.P., Susan dan M. Setiawati. 2013. Peran tepung ikan dari berbagai bahan baku terhadap pertumbuhan lele sangkuriang Clarias sp. Jurnal Akuakultur Indonesia. 12(2): 158-168.
Watanabe, O.W., S.C. Ellis dan J. Chaven . 2001. Effect of dietary lipid and energy to energi ratio on growth and feed utilization of juvenile mutton snapper Lutjanus analis fed isonitrognous diets at two temperature. Journal of The World Aquaculture Society. 31(1) : 30-40.
Widowati, N., R. Irnawati dan A. Susanto. 2015. Efektivitas umpan yang berbeda pada bubu lipat untuk penangkapan rajungan yang berbasis di pelabuhan perikanan nusantara karangantu. Jurnal Perikanan dan Kelautan. 5(2) : 25-33.
Yudiarto, S., M. Arief dan Agustono. 2012. Pengaruh penambahan atraktan yang berbeda dalam pakan pasta terhadap retensi protein, lemak dan energi benih ikan sidat (Anguilla bicolor) stadia elver. Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan. 4(2). 135-140.