PENGARUH INDEPENDENSI, PENERAPAN TEKNOLOGI INFORMASI, DAN ... · PDF filedari distribusi...
Transcript of PENGARUH INDEPENDENSI, PENERAPAN TEKNOLOGI INFORMASI, DAN ... · PDF filedari distribusi...
1
PENGARUH INDEPENDENSI, PENERAPAN TEKNOLOGI INFORMASI,
DAN PEMAHAMAN GOOD GOVERNANCE TERHADAP KINERJA
AUDITOR
(Studi Kasus Pada Auditor di BPK RI Perwakilan Provinsi Jawa Barat)
Muknisa Elda Dripani
1), Dudi Pratomo
2) 1)Program Studi Akuntansi, Universitas Telkom
Jl. Telekomunikasi, Terusan Buah Batu, Bandung 40257
email: [email protected] 2)Program Studi Akuntansi, Universitas Telkom
Jl. Telekomunikasi, Terusan Buah Batu, Bandung 40257
email: [email protected]
Abstrak - Dalam melaksanakan pemeriksaan, auditor BPK harus menjunjung tinggi independensi sehingga
pendapat, simpulan dan rekomendasi dari hasil pemeriksaan yang dilaksanakan dapat mencerminkan keadaan yang
sebenarnya dan sesuai fakta. Selain itu penerapan teknologi informasi juga sangat diperlukan dalam pelaksanaan
tugas pemeriksaan dan juga pemahaman auditor terhadap good governance atau tata kelola yang baik sehingga
pemeriksaan dapat berjalan dengan baik dan menghasilkan pemeriksaan yang berkualitas dan peningkatan kinerja
auditor.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh independensi auditor, penerapan teknologi informasi
dan pemahaman good governance terhadap kinerja auditor. Teknik sampling dalam penelitian ini menggunakan
convenience sampling dengan 50 responden. Populasi penelitian ini adalah auditor di BPK RI Perwakilan Provinsi
Jawa Barat. Data yang diolah adalah data primer melalui penyebaran kuesioner. Data kemudian dianalisis
menggunakan garis kontinum untuk mendeskripsikan data, setelah itu dilakukan uji asumsi klasik, analisis regresi berganda, koefisien determinasi dan pengujian hipotesis.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa independensi auditor, penerapan teknologi informasi dan pemahaman
good governance secara simultan berpengaruh signifikan terhadap kinerja auditor. Secara parsial, independensi
auditor dan pemahaman good governance tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja auditor, karna jika dilihat
dari distribusi jawaban responden sebesar 20% tidak menyetujui pernyataan yang dipaparkan, sedangkan
penerapan teknologi informasi berpengaruh signifikan terhadap kinerja auditor.
Kata Kunci : Independensi, Pemahaman Good Governance, Penerapan Teknologi Informasi, Kinerja Auditor.
2
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Laporan keuangan negara pada dasarnya harus
dikelola secara transparan dan bertanggungjawab
dengan taat pada peraturan dan perundang-
undangan yang telah ditetapkan oleh pemerintah.
Tantangan yang dihadapi saat ini yaitu bagaimana
menghasilkan suatu laporan yang relevan, dapat
dipertanggungjawabkan, dan dapat ditelusuri.
Dalam beberapa tahun terakhir, permasalahan
hukum terutama berkaitan dengan korupsi, kolusi,
dan nepotisme (KKN) dengan segala praktiknya
seperti penyalahgunaan wewenang, penyuapan,
pemberian uang pelicin, pungutan liar, pemberian
imbalan atas dasar kolusi dan nepotisme serta
penggunaan uang negara untuk kepentingan pribadi
telah menjadi perhatian masyarakat dan menjadi
permasalahan besar negara saat ini.
Tuntutan masyarakat akan penyelenggaraan
pemerintahan yang bersih dan bebas KKN
menghendaki adanya pelaksanaan fungsi
pengawasan dan sistem pengendalian intern yang
baik atas pelaksanaan pemerintahan dan
pengelolaan keuangan negara untuk menjamin
bahwa pelaksanaan kegiatan telah sesuai dengan
kebijakan dan rencana yang telah ditetapkan serta
untuk menjamin bahwa tujuan tercapai secara
hemat, efisien, dan efektif.Untuk memeriksa
pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara
diadakan suatu badan pemeriksa keuangan yang
bebas dan mandiri. Audit yang dilakukan
pemerintah dilaksanakan oleh Badan Pemeriksaan
Keuangan Negara Republik Indonesia (BPK-RI)
sebagai auditor eksternal.
Perhatian pemangku kepentingan, baik dari
lembaga perwakilan, pemerintah, maupun
masyarakat umum terhadap hasil pemeriksaan BPK
juga semakin meningkat. Banyak pihak menantikan
dan memperhatikan opini BPK atas laporan
keuangan pemerintah. Dalam menjalankan fungsi
audit eksternal tersebut, maka BPK perlu didukung
oleh kinerja auditornya. Auditor memiliki peran
penting dalam menjalankan fungsi pemeriksaan.
Fungsi audit akan efektif dan optimum apabila
kinerja auditor ditentukan oleh perilaku auditor
tersebut.Kinerja (prestasi kerja) dapat diukur
melalui pengukuran tertentu (standar), dimana
kualitas adalah berkaitan dengan mutu kerja yang
dihasilkan, sedangkan kuantitas adalah jumlah hasil
kerja yang dihasilkan dalam kurun waktu tertentu,
dan ketepatan waktu adalah kesesuaian waktu yang
telah direncanakan (Trisnaningsih, 2007)
Fenomena yang terjadi terkait dengan
independensi auditor di BPK yakni seperti kasus
korupsi yang melibatkan oknum BPK RI
Perwakilan Provinsi Jawa Barat, terjadi di Kota
Bekasi. Pemkot Bekasi telah melakukan korupsi
penggunaan dana APBD periode 2010 untuk
melakukan penyuapan demi memperoleh Adipura
2010, untuk kota terbersih. Untuk mendapatkan
Adipura tersebut Pemkot Bekasi menyuap auditor
BPK. Saat penangkapan, penyidik menemukan
barang bukti uang tunai Rp272 juta di lokasi. Uang
itu terkait dengan upaya agar mendapatkan
penilaian wajar tanpa pengecualian dari
BPK.(http://politik.news.viva.co.id, 2014)
Dengan munculnya kasus KKN tersebut,
masyarakat mulai mempertanyakan eksistensi dari
BPK yang seharusnya sebagai lembaga independen
mampu menjaga komitmennya untuk tidak terlibat
dalam KKN dengan segala praktiknya seperti
penyalahgunaan wewenang, penyuapan, pemberian
uang pelican, pungutan liar, kesalahan prosedur
serta kolusi dan nepotisme. Oleh karenanya,
dengan tuntutan tersebut auditor BPK RI mulai
meningkatkan kinerjanya.
Keberhasilan kinerja auditor juga tidak terlepas
dari tersedianya teknologi informasi (TI) yang
dibutuhkan dalam pelaksanaan audit. Dalam
melakukan audit, auditor berhadapan dengan
sebuah sistem pengendalian intern dimana pada
saat ini auditee sudah banyak yang menerapkan
sistem teknologi informasi yang berbeda-beda.
Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) kini mulai
memakai teknologi informasi dalam pengumpulan
data terkait pemeriksaan pengelolaan dan tanggung
jawab keuangan Negara. Teknologi informasi
tersebut terkait pengembangan dan pengelolaan
sistem informasi untuk akses data dalam rangka
pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab
keuangan Negara yang disebut e-audit. Dengan e-
audit BPK menggabungkan data elektronik BPK
(e-BPK) dengan data elektronik auditee (e-
auditee).(www.bandung.bpk.go.id, 2014).
Auditor mempunyai peranan penting dalam
penyediaan informasi keuangan yang handal bagi
pemerintah, investor, kreditor, pemegang saham,
karyawan, debitur, juga bagimasyarakat dan pihak-
pihak lain yang berkepentingan, selain itu,
timbulnya kasus - kasus menimbulkan pertanyaan
bagi banyak pihak terutama terhadap tata kelola
perusahaan atau yang lebih dikenal dengan
3
corporate governance yang mengakibatkan
terungkapnya kenyataan bahwa mekanisme good
corporategovernance yang baik belum diterapkan.
Peran profesi akuntan selama ini masih belum
optimaldalam mewujudkan good governance. Oleh
karena itu, tuntutan terhadap terwujudnyagood
governance (tata kelola yang baik)sangat
diperlukan, baik oleh perusahaan bisnis manufaktur
maupun non manufaktur, sector publik termasuk
BPK dan KAP.
Beberapa penelitian sebelumnya telah
melakukan penelitian dengan variabel-variabel
pada penelitian ini. Namun hasil penelitian tersebut
tidak konsisten atau berbeda-beda. Penelitian yang
dilakukan Trisnaningsih (2007) menyatakan bahwa
pemahaman good governance tidak berpengaruh
lansung terhadap kinerja auditor. Namun
independensi berpengaruh terhadap kinerja auditor.
Sedangkan penelitian yang dilakukan E.Wati dkk
(2010) menyatakan bahwa independensi dan
pemahaman good governanceberpengaruh positif
terhadap kinerja auditor. Selanjutnya penelitian
yang dilakukan Gautama (2010) menyatakan
bahwa penerapan teknologi informasi berpengaruh
signifikan terhadap kinerja auditor.
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis
tertarik untuk melakukan penelitian dengan
mengangkat judul “Pengaruh Independensi
Auditor, Penerapan Teknologi Informasi, dan
Pemahaman Good Governance Terhadap
Kinerja Auditor (Studi Kasus pada Auditor di
BPK RI Perwakilan Provinsi Jawa Barat)”.
II. LANDASAN TEORI
2.1 Tinjauan Pustaka
1. Audit dan Auditor
Menurut Arens et.al. (2008:4) auditing adalah
Pengumpulan dan evaluasi bukti tentang informasi
untuk menentukan dan melaporkan derajat
kesesuaian antara informasi itu dan kriteria yang
telah ditetapkan. Auditing harus dilakukan oleh
orang yang kompeten dan independen.
Menurut UU RI No 15 tahun 2004 tentang
Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab
Keuangan Negara Pasal 1, disebutkan bahwa
pemeriksaan atau auditing adalah proses
identifikasi masalah, analisis, dan evaluasi yang
dilakukan secara independen, objektif, dan
professional berdasarkan standar pemeriksaan,
untuk menilai kebenaran, kecermatan, kredibilitas,
dan keandalan informasi mengenai pengelolaan dan
tanggung jawab keuangan negara.
Auditor digolongkan menjadi tiga
kategori(Mulyadi, 2011:28), yaitu:
1. Auditor Independen: Auditor independen
adalah auditor profesional yang menyediakan
jasanya kepada masyarakat umum, terutama
dalam bidang audit atas laporan keuangan yang
dibuat oleh kliennya.
2. Auditor Pemerintah: Auditor pemerintah
adalah auditor profesional yang bekerja di
instansi pemerintah yang tugas pokoknya
melakukan audit atas pertanggungjawaban
keuangan yang disajikan oleh unit-unit
organisasi pemerintah atau
pertanggungjawaban keuangan yang ditujukan
kepada pemerintah.
3. Auditor Internal: Auditor internal adalah
auditor yang bekerja dalam perusahaan yang
tugas pokoknya adalah menentukan apakah
kebijakan dan prosedur yang ditetapkan oleh
manajemen puncak telah dipatuhi, menentukan
baik atau tidaknya penjagaan terhadap
kekayaan organisasi, menentukan efisiensi dan
efektivitas kegiatan organisasi serta
menentukan keandalan informasi yang
dihasilkan oleh berbagai bagian organisasi.
2. Independensi
Independensi menurut Arens et al.(2008:83)
dapat diartikan cara pandang yang tidak memihak
didalam pelaksanaan pengujian, evaluasi atas hasil
pemeriksaan dan penyusunan laporan audit.
Independensi menurut Mulyadi (2011:26) adalah
sikap mental yang bebas dari pengaruh, tidak
dikendalikan oleh pihak lain, tidak tergantung pada
orang lain.
Dalam Pernyataan standar umum kedua
(SPKN, 2007:24) menyatakan bahwa independensi
yaitu : “Dalam semua hal yangberkaitan dengan
pekerjaan pemeriksaan, organisasi pemeriksa dan
pemeriksa harusbebas dalam sikap mental dan
penampilan dari gangguan pribadi, ekstern, dan
organisasi yang dapat mempengaruhi
independensinya”.
3. Penerapan Teknologi Informasi
Teknologi informasi adalah satu dari banyak
alat yang digunakan untuk menghadapi perubahan.
Proses perancangan, pengembangan, implementasi,
dukungan, atau manajemen sistem informasi
berbasis komputer, khususnya aplikasi perangkat
lunak dan perangkat keras komputer. (Loudon,
2007: 21).
4
BPK saat ini menerapkan teknologi informasi
e-audit dalam melaksanakan pemeriksaannya.
Dengan diimplementasikannya e-audit, BPK RI
diharapkan dapat melaksanakan tugas dan
tanggung jawabnya secara lebih efektif dan efisien
yaitu melakukan pemeriksaan atas pengelolaan dan
tanggung jawab keuangan negara dan mendukung
terwujudnya tata kelola yang baik atas pelaksanaan
tugas utama BPK RI. (Hartoyo, 2011)
4. Pemahaman Good Governance
Good governance adalah tata kelola yang baik
pada suatu usaha yang dilandasi oleh etika
profesional dalam berusaha/berkarya. Good
Governance juga dimaksudkan sebagai suatu
kemampuan manajerial untuk mengelola sumber
daya dan urusan suatu negara dengan cara-cara
terbuka, transparan, akuntabel, equitable, dan
responsif terhadap kebutuhan masyarakat
(Widyananda, 2008).
5. Kinerja Auditor
Kinerja (prestasi kerja) adalah suatu hasil
karya yang dicapai oleh seseorang dalam
melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan
kepadanya yang didasarkan atas kecakapan,
pengalaman dan kesungguhan waktu yang diukur
dengan mempertimbangkan kuantitas, kualitas dan
ketepatan waktu. (Trisnaningsih, 2007). Kinerja
dibedakan menjadi dua, yaitu kinerja individu dan
kinerja organisasi. Kinerja individu adalah hasil
kerja karyawan baik dari segi kualitas maupun
kuantitas berdasarkan standar kerja yang telah
ditentukan, sedangkan kinerja organisasi adalah
gabungan dari kinerja individu dengan kinerja
kelompok (Mangkunegara, 2005:15).
2.2 Kerangka Pemikiran
1. Pengaruh Independensi Auditor terhadap
Kinerja Auditor
Menurut Standar Pemeriksaan Keuangan
Negara (SPKN, 2007:24), dalam pekerjaan
pemeriksaan, organisasi pemeriksa dan para
pemeriksanya bertanggung jawab untuk dapat
mempertahankan independensinya sedemikian
rupa, sehingga pendapat, simpulan, pertimbangan
atau rekomendasi dari hasil pemeriksaan yang
dilaksanakan tidak memihak dan dipandang tidak
memihak oleh pihak manapun. Pemeriksa harus
bebas dari gangguan pribadi, gangguan ekstern, dan
gangguan organisasi yang dapat mempengaruhi
independensi nya.Dalam E.Wati, dkk (2010)
mengungkapkan bahwa semakin independen
seorang auditor pemerintah dalam melakukan audit,
maka hasil pemeriksaannya akan sesuai dengan
fakta-fakta yang ada sehingga kinerja auditor
pemerintah akan semakin baik, dan dalam
penelitian tersebut menunjukkan bahwa
independensi auditor berpengaruh signifikan
terhadap kinerja auditor.
2. Pengaruh Penerapan Teknologi Informasi
terhadap Kinerja Auditor
Penerapan teknologi informasi oleh auditor
akan memberikan kemudahan serta mempercepat
proses penyelesaian pemeriksaan, dengan demikian
akan memberikan manfaat dalam peningkatan
kinerjanya. Penelitian yang dilakukan Gautama dan
Arfan (2010) membuktikan bahwa penerapan
teknologi informasi secara parsial berpengaruh
signifikan terhadap kinerja auditor, artinya
peningkatan kinerja auditor dapat tercapai dengan
adanya penerapan teknologi informasi.
3. Pengaruh Pemahaman Good Governance
terhadap Kinerja Auditor
Penerapan good governance dalam akuntan
publik berarti membangun kultur, nilai-nilai serta
etika bisnis yang melandasi pengembangan
perilaku profesional akuntan.Seorang akuntan yang
memahami good governance secara benar maka
akan mempengaruhi perilaku profesional akuntan
dalam berkarya dengan orientasi pada kinerja yang
tinggi untuk mencapai tujuan akhir sebagaimana
diharapkan oleh berbagai pihak (Trisnaningsih,
2007). Berdasarkan uraian di atas bahwa seorang
auditor pemerintah yang memahami good
governance dengan baik maka dia akan bekerja
sesuai dengan aturan yang ada, sehingga kinerja
auditor pemerintah akan menjadi lebih baik.
Penelitian E.Wati, dkk (2010) menyatakan bahwa
5
berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja
auditor.
2.3 Hipotesis Penelitian
H1: Independensi Auditor, Penerapan Teknologi
Informasi dan Pemahaman Good
Governance berpengaruh secara simultan
terhadap kinerja auditor.
H2: Independensi Auditor berpengaruh secara
parsial terhadap kinerja auditor. H3: Penerapan Teknologi Informasi berpengaruh
secara parsial terhadap kinerja auditor.
H4: Pemahaman Good Governanceberpengaruh
secara parsial terhadap kinerja auditor.
III. METODE PENELITIAN
3.1 Variabel Operasional
1. Variabel Independen
Menurut Sugiyono (2010:59) variabel bebas
adalah variabel yang memperngaruhi atau
yang menjadi sebab perubahannya atau
timbulnya variabel dependen (terikat).
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah:
(1) Independensi, (2) Penerapan Teknologi
Informasi, (3) Pemahaman Good
Governance
2. Variabel Dependen
Variabel terikat (dependen) merupakan variabel yang menjadi perhatian utama
peneliti. Tujuan peneliti adalah memahami
dan membuat variabel terikat, menjelaskan
variabilitasnya, atau
memprediksinya.Dengan kata lain, variabel
terikat merupakan variabel utama yang
menjadi faktor yang berlaku dalam
investigasi (Sekaran, 2011:118). Variabel
dependen dalam penelitian ini adalah
Kinerja Auditor.
3.2 Populasi dan Sampel
Populasi yang digunakan pada penelitian ini
adalah karyawan dari subbagian auditor pada
Badan Pemeriksa Keuangan Provinsi Jawa Barat.
Jumlah populasi pada subbagian auditor BPK
berjumlah 90 orang. Dalam penelitian ini
pengambilan sampel dilakukan secara
nonprobability sampling yaitu teknik pengambilan
sampel yang tidak memberi peluang yang sama
setiap populasi untuk dipilih menjadi sampel
(Sugiyono, 2010:82) dengan metode pemilihan sampel incidental atau yang disebut juga
convenience sampling. Convenience Sampling
yaitu teknik penentuan sampel berdasarkab
kebetulan, yaitu siapa sajaa yang secara kebetulan
bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai
sampel, bila dipandang orang yang kebetulan
ditemui itu cocok sebagai sumber data.
3.3 Teknik Analisis Data 1. Analisis Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif digunakan untuk
menganalisis data dengan cara
mendeskripsikan atau menggambarkan data
yang telah terkumpul sebagaimana adanya
tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang
berlaku umum (Sugiyono, 2010: 147).Untuk
melihat tingkat gradasi dari sangat setuju
sampai sangat tidak setuju pada tiap indikator
digunakan alat ukur yaitu garis kontinum
2. Uji Asumsi Klasik
Pada penelitian ini digunakan tiga buah alat uji
asumsi klasik, yaitu uji normalitas, uji multikolinearitas, dan uji heterokedastisitas
3. Analisis Regresi Linear Berganda
Mengingat penelitian ini menggunakan empat
variabel bebas, maka persamaan regresinya
sebagai berikut :
Y = β0 + β1X1 + β2X2
+ β3X3 + ε
Keterangan:
Y = Kinerja Auditor
β0 = Bilangan Konstanta β1…β3 = Koefisien arah regresi
X1 = Independensi Auditor
X2 = Penerapan Teknologi Informasi
X3 = Pemahaman Good Governance
4. Pengujian Hipotesis
a. Uji Statistik t. Pada dasarnya menunjukan
seberapa jauh pengaruh satu variabel
penjelas/independen secara individu dalam
menerangkan variasi variabel dependen.
b. Uji Statistik F. Pada dasarnya menunjukan
apakah semua variabel independen atau
bebas yang dimasukan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-
sama terhadap variabel dependen/terikat.
5. Analisis Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi (R²) pada intinya
mengukur seberapa jauh kemampuan model
dalam menerangkan variasi variabel
dependen.
IV. HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
4.1 Analisis Statistik Deskriptif
Hasil pengujian statistik deskriptif dari penelitian
ini yaitu sebagai berikut:
1. Rata-rata auditor di BPK RI Perwakilan
Provinsi Jawa Barat yang diteliti, sebesar
87,75% menyutujui pernyataan yang
dipaparkan mengenai independensi auditor.
Hal ini menunjukkan bahwa secara
keseluruhan auditor di BPK RI Perwakilan
Provinsi Jawa Barat memiliki independensi
6
yang tinggi. Karena secara garis besar dapat
dilihat bahwa auditor telah dapat menjaga
independensinya dari gangguan pribadi,
gangguan ekstern dan gangguan organisasi.
2. Auditor BPK RI Perwakilan Provinsi Jawa
Barat yang diteliti sebanyak 91,94%
menyetujui pernyataan yang dipaparkan
mengenai penerapan teknologi informasi.
Secara garis besar auditor di BPK RI
Perwakilan Provinsi Jawa Barat telah
menerapkan Teknologi Informasi dalam
melaksanakan pemeriksaannya. Dilihat dari
indikator perangkat lunak dan perangkat keras
komputer auditor telah menggunakan
teknologi informasi tersebut dengan baik. Dan
menurut auditor tersebut penerapan teknologi
informasi dapat memberikan manfaat dalam
pemeriksaan seperti pemeriksaan dapat
dilakukan dengan lebih cepat, efektif dan
efisien dan dapat meningkat kualitas hasil
pekerjaan auditor.
3. Auditor di BPK RI Perwakilan Provinsi
Jawa Barat yang diteliti sebanyak 89,70%
menyutujui pernyataan yang dipaparkan
mengenai pemahaman good governance. Hal
ini menggambarkan bahwa pemahaman
good governance telah dilakukan dengan
cukup baik dalam melaksanakan tugas
pemeriksaan oleh para auditor.
4. Auditor di BPK RI Perwakilan Jawa Barat
yang diteliti sebanyak 85,12% menyutujui
pernyataan yang dipaparkan mengenai kinerja
auditor. Hal ini berarti kinerja auditor di BPK
RI Perwakilan Provinsi Jawa Barat dalam
melaksanakan pemeriksaan dapat dikatakan
sangat baik.
4.2 Uji Asumsi Klasik
1. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk memeriksa
apakah data berdistribusi normal atau tidak. Dalam
penelitian ini, uji normalitas menggunakan uji
Kolmogorov-Smirnov (K-S)(Ghozalli, 2013: 164).
Berdasarkan hasil perhitungan yang dilakukan dengan SPSS, penulis memperoleh hasil uji
normalitas sebagai berikut:
Tabel 2
Berdasarkan hasil perhitungan pada Tabel 2,
dapat diketahui bahwa nilai signifikansi (Asympt.
Sig 2-tailed) sebesar 0,124. Dapat dilihat bahwa
nilai signifikasi lebih besar dari 0,05, sehingga
dapat disimpulkan bahwa data pada penelitian ini
telah memenuhi asumsi normalitas.
2. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas digunakan untuk
mendeteksi apakah ada korelasi yang erat diantara
variabel indpenden dalam model regresi. Ada
beberapa cara mendeteksi ada atau tidaknya
multikolinearitas. Dalam penelitian ini
menggunakan metode analisis nilai tolerance dan
variance inflation factor (VIF). Multikolinearitas
terjadi jika nilai VIF ≥ 10 dan nilai tolerance ≥ 0,1.
Berikut ini tabel 3 yang menunjukkan hasil uji
multikolinearitas:
Tabel 3
Hasil Uji Multikolinearitas
Dari tabel 3 dapat diketahui bahwa nilai
tolerance ketiga variabel independen lebih daro
0,10 dan nilai VIF masing-masing kurang dari 10.
Maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi
masalah multikolinearitas pada model regresi.
3. Uji Heterokedesitas
Uji Heteroskedastisitas bertujuan untuk
menguji apakah dalam model regresi terdapat
masalah heterokedesitas atau tidak, yaitu untuk
melihat apakah terdapat ketidaksamaan varians dari
residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain.
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode
scatter plot dengan memplotkan nilai ZPRED (nilai
prediksi) dengan SRESID (nilai residualnya).
Gambar 2 berikut ini menyajikan grafik Scatterplot
yang menunjukkan hasil uji Heteroskedastisitas
Gambar 2
Hasil Uji Heterokedesitas
7
Sumber:Output SPSS (2014)
Dari gambar 2 dapat diketahui bahwa titik-titik
tidak membentuk pola tertentu yang jelas. Titik-
titik menyebar diatas dan dibawah angka 0 dan
sumbu Y. Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak
terjadi masalah heterokedesitas dalam model
regresi.
4.3 Koefisien Determinasi
Tabel 4
Uji Koefisien Determinasi
Berdasarkan output pada Tabel 4, diperoleh
angka R square sebesar 40,5%. Hal ini
menunjukkan bahwa kemampuan variabel-variabel
independen dalam menjelaskan variasi variabel
dependen mencapai 40,5%. Atau variasi variabel
bebas yang digunakan dalam model mampu
menjelaskan variasi variabel kinerja auditor sebesar
40,5%. Sedangkan sisanya sebesar 59,5%
dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak
dimasukkan dalam model penelitian ini.
4.4 Pengujian Hipotesis
1. Hasil Pengujian Hipotesis Secara Simultan
(Uji F)
Tabel 5
Hasil Pengujian Hipotesis Secara
Simultan
Sumber: Output SPSS (2014)
Berdasarkan output pada Tabel 4.16, diperoleh
nilai F hitung sebesar 10,452. Dengan
menggunakan tingkat keyakinan 95%, α = 5%, df 1
(jumlah variabel-1) atau 4-1 yaitu sebesar 3, dan df
2 (n-k-1) atau 50-3-1 yaitu sebesar 46, maka
diperoleh F tabel sebesar 2,806. Karena F hitung >
F tabel (10,452 > 2,806), maka H0ditolak dan
H1diterima. Sehingga dapat disimpulkan
bahwaindependensi auditor, penerapan teknologi
informasi dan pemahaman good governance secara
simultan berpengaruh terhadap kinerja auditor.
2.Hasil Pengujian Hipotesis Secara Parsial(Uji t)
Tabel 6
Uji Regresi Linear Berganda
3. Pengaruh Independensi Auditor (X1)
terhadap Kinerja Auditor (Y) secara parsial
Berdasarkan tabel 6 dari hasil pengolahan
software SPSS, diperoleh tingkat signifikansi
variabel independensi (X1) sebesar 0,705 lebih
besar dari α = 0,05, dengan t hitung 0,381 < dari
2,012, sehingga dapat disimpulkan bahwa
Ha1ditolak dan H01diterima. Hal ini berarti secara
parsial independensi auditor tidak berpengaruh
signifikan terhadap kinerja auditor. Independensi
auditor tidak berpengaruh terhadap kinerja auditor,
ini berarti bahwa jika auditor mempertahankan
independensinya atau tidak, kinerja auditor nya
tetap baik. Ketidakgsignifikan ini jika dilihat dari
distribusi jawaban responden dengan jawaban tidak
setuju sekitar 20% untuk beberapa pernyataan.
Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian
E.Wati dkk (2010) yang menyatakan independensi
berpengaruh signifikan terhadap kinerja auditor,
namun penelitian ini sejalan dengan penelitian A.
Ningrum(2012) dan Rina Ani (2011) yang
menyatakan bahwa independensi tidak berpengaruh
signifikan terhadap kinerja auditor tetapi memiliki
arah hubungan yang positif.
4. Pengaruh Penerapan Teknologi Informasi
(X2) terhadap Kinerja Auditor (Y) secara
parsial
8
Berdasarkan tabel 6 dari hasil pengolahan
software SPSS, diperoleh tingkat signifikansi
variabel penerapan teknologi informasi (X2)
sebesar 0,021 lebih kecil dari α = 0,05 dengan t
hitung > t tabel yaitu 2,390 > 2,012, sehingga dapat
disimpulkan bahwa H02ditolak dan Ha2diterima,
hal ini berarti secara parsial penerapan teknologi
informasi berpengaruh signifikan terhadap kinerja
auditor. Penelitian ini juga menunjukkan arah
hubungan yang positif, yaitu penerapan teknologi
informasi memiliki arah positif terhadap kinerja
auditor. Artinya semakin baik penerapan teknologi
informasi bagi auditor maka semakin tinggi pula
kinerja auditor yang dihasilkan. Hasil pengujian
hipotesis ini sejalan dengan hasil penelitian yang
dilakukan Gautama (2010) yang menyatakan
bahwa penerapan teknologi informasi berpengaruh
signifikan terhadap kinerja auditor. Hal ini
dikarenakan bahwa penerapan teknologi informasi
diperlukan auditor dalam melaksanakan
pemeriksaan.
5. Pengaruh Pemahaman Good Governance
(X3) terhadap Kinerja Auditor (Y) secara
parsial
Berdasarkan tabel 4.14 dari hasil pengolahan
software SPSS, diperoleh tingkat signifikansi
variabel pemahaman good governance (X3)
sebesar 0,437 lebih besar dari α = 0,05, dengan t
hitung < t tabel yaitu 0,784 < 2,012, sehingga dapat
disimpulkan bahwa Ha3 ditolak dan H03 diterima,
hal ini berarti secara parsial pemahaman good
governance tidak berpengaruh signifikan terhadap
kinerja auditor. Pemahaman good governance tidak
berpengaruh signifikan terhadap kinerja auditor
dapat dilihat dari poin-poin pernyataan kuesioner,
pada indikator-indikator pemahaman good
governance tidak memiliki pengaruh pada
indikator-indikator kinerja auditor, jika dilihat dari
pernyataan kuesioner pada pemahaman good
governance tidak memiliki keterkaitan atau
hubungan dengan pernyataan kuesioner pada
kinerja auditor. Maka dari itu hasil penelitian pada
variabel pemahaman good governance tidak
berpengaruh signifikan terhadap kinerja auditor.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian
Trisnaningsih (2007) dan Elizabeth (2013) yang
menyatakan bahwa pemahaman good governance
memiliki arah positif terhadap kinerja auditor
namun tidak berpengaruh signifikan terhadap
kinerja auditor.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Independensi Auditor, Penerapan Teknologi
Informasi, Pemahaman Good Governance
dan Kinerja Auditor di BPK RI Perwakilan
Provinsi Jawa Barat
a. Kemampuan para auditor BPK RI Perwakilan
Provinsi Jawa Barat dalam mempertahankan
sikap independensi dapat dikatakan sangat baik
dengan persentase sebesar 87,75%. Ini berarti
mereka tetap menjaga independensinya dari
gangguan pribadi, gangguan ekstern dan
gangguan organisasi.
b. Auditor di BPK RI Perwakilan Provinsi Jawa
Barat sudah sangat baik dalam penerapan
teknologi informasi dalam melaksanakan
auditnya. Hal ini dapat dilihat dari persentase
sebesar 91,94% auditor telah menggunakan
penerapan teknologi informasi dalam dengan
baik. Dapat disimpulkan bahwa penerapan
teknologi auditor sudah cukup baik dalam
pelaksanaan tugas pemeriksaan.
c. Pemahaman Good Governance pada auditor
BPK RI Perwakilan Provinsi Jawa Barat dapat
dikatakan sangat baik dengan persentase
sebesar 89,70%. Dapat disimpulkan bahwa
auditor telah memahami tata kelola atau good
governance dengan cukup baik dalam
melaksanakan tugas pemeriksaan sehingga
dapat melaksanakan pemeriksaan dengan baik
dan memberikan laporan hasil pemeriksaan
yang handal.
d. Kinerja auditor di BPK RI Perwakilan Provinsi
Jawa Barat termasuk kategori sangat baik
dengan persentase 85,12%. Hal ini
mengindikasikan bahwa kinerja auditor dalam
melaksanakan pemeriksaan sudah cukup baik
sehingga dapat melaporkan hasil pemeriksaan
yang tepat waktu, sesuai dengan fakta dan
bertanggungjawab.
2. Pengaruh Independensi Auditor (X1),
Penerapan Teknologi Informasi (X2) dan
Pemahaman Good Governance(X3)
terhadap Kinerja Auditor (Y) secara
Simultan.
Secara simultan variabel independensi auditor,
penerapan teknologi informasi dan pemahaman
good governance mempunyai pengaruh signifikan
terhadap kinerja auditor. Dan kemampuan
9
variabel-variabel independen dalam menjelaskan
variasi variabel dependen mencapai 40,5%.
Sedangkan sisanya sebesar 59,5% dipengaruhi
variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model
penelitian ini.
3. Pengaruh Independensi Auditor (X1),
Penerapan Teknologi Informasi (X2) dan
Pemahaman Good Governance(X3)
terhadap Kinerja Auditor (Y) secara Parsial
Berikut ini adalah pengaruh variabel
independen terhadap variabel dependen
secara parsial:
a. Variabel independensi auditor (X1) secara
parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap
kinerja auditor (Y) dan menunjukkan arah
hubungan positif.
b. Variabel penerapan teknologi informasi (X2)
secara parsial berpengaruh signifikan terhadap
kinerja auditor (Y) dan menunjukkan arah
hubungan yang positif.
c. Variabel pemahaman good governance(X3)
secara parsial berpengaruh signifikan terhadap
kinerja auditor (Y) dan menunjukkan arah
hubungan yang positif.
5.2 Saran
1. Saran Bagi Peneliti Selanjutnya
a. Memperluas objek penelitian, dengan
melakukan penelitian di BPK Perwakilan
provinsi lain dan BPK RI pusat.
b. Disarankan untuk melakukan penelitian bukan
pada musim pucak audit (April – Mei) agar
jumlah responden yang dijadikan sampel dapat
eningkat sehingga generalisasi simpulannya
lebih baik.
c. Penelitian selanjutnya disarankan untuk dapat
menambahakan variabel lain yang
mempengaruhi kinerja seperti kompetensi,
profesionalisme, integritas, sistem
pengendalian internal BPK, penerapan kode
etik dan lain-lain
5.3 Saran Bagi BPK RI Perwakilan Provinsi
Jawa Barat dan Auditor
a. BPK RI Perwakilan Provinsi Jawa Barat
sebagai organisasi pemeriksa disarankan untuk
dapat lebih bebas dari pengaruh pihak-pihak
ekstern yang dapat mengganggu independensi
auditor. Dengan begitu auditor dapat
mempertahankan independensinya sehingga
mampu memberikan penilaian yang objektif
dan tidak memihak terhadap semua hal yang
terkait dalam pemeriksaan dan pelaporan hasil
pemeriksaan.
b. BPK sebagai organisasi bagi auditor
disarankan untuk dapat lebih memberikan
motivasi untuk para auditor agar auditor lebih
termotivasi berbuat yang terbaik dalam
melaksanakan tugas pemeriksaannya
c. Auditor diharapkan dalam melakukan
pemeriksaan harus bebas dari gangguan-
gangguan yang dapat mempengaruhi
independensinya. Auditor dapat memberitahu
atau melaporkan pada organisasi atau
atasannya apabila merasa terdapat gangguan
pribadi, gangguan ekstern dan gangguan
organisasi dalam melaksanakan pemeriksaan,
d. Auditor diharapkan dapat lebih termotivasi
dari apa yang diperoleh atau diberikan
organisasi sehingga dapat melaksanakan tugas
pemeriksaan dengan baik dan diharapkan dapat
meningkatkan kinerja auditor dan kualitas hasil
pemeriksaan sehingga dapat memberiksan
laporan hasil pemeriksaan yang aktual dan
sesuai dengan fakta yang sebenarnya.
DAFTAR PUSTAKA
Amijaya, Gilang Rizky. (2010). Pengaruh Teknologi Informasi, Kemudahan, Risiko
dan Fitur Layanan terhadap Minat Ulang
Nasabah dalam Menggunakan Internet
Banking. Semarang: UniversitasDiponegoro.
Arens, Alvin A, Elder, Randal J., & Beasley, Mark
S. (2008). Auditing dan Jasa Assurance
Pendekatan Terintegrasi. (Edisi Kedua
Belas). Jakarta: Erlangga
Arista, Ningrum Rizky. (2012). Pengaruh
Independensi, Komitmen Organisasi, Gaya
Kepemimpinan, dan Pemahaman Good
Governance Terhadap Kinerja Auditor.
STIE Perbanas Surabaya.
Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia.
(2007). Petunjuk Teknis Pemeriksaan atas
Laporan Keuangan Pemerintah Pusat.
Jakarta
Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia.
(2007). Standar Pemeriksaan Keuangan
Negara. Jakarta: Badan Pemeriksa Keuangan RI.
Badan Pemeriksa Keuangan RI Perwakilan
Provinsi Jawa Barat. (2011). Profil Badan
Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia
Perwakilan Provinsi Jawa Barat. Bandung.
10
Donald R. Cooper, Pamela S. Schindler. (2011).
Bussiness Research Methods – II/E. New
York: McGraw Hill.
Elmansyah, Rio. (2012). Pengaruh Independensi,
Komitmen Organisasi, Gaya Kepemimipinan
dan Pemahaman Good Governance
Terhadap Kinerja Auditor. Akuntansi
Fakultas Ekonomi Universitas Riau.
Gautama, Ibnu.,Arfan, M. (2010). Pengaruh
Kepuasan Kerja, Profesionalisme, dan Penerapan Teknologi Informasi Terhadap
Kinerja Auditor. Jurnal Telaah dan Riset
Akuntansi Vol. 3 No. 2. Juli 2010.
Ghozali, Imam. (2013). Aplikasi Analisis
Multivariate dengan Program IBM SPSS 21,
(Ed 7). Semarang: Badan Penerbit
Universitas Diponegoro.
Hanna, Eizabeth.,Firnanti Friska. (2013). Faktor-
faktor yang Mempengaruhi Kinerja Auditor.
Jurnal Bisnis dan Akuntansi Vol. 14, No.1.
Juni 2013. STIE Trisakti.
Hartoyo, Dwi Agung. (2011). Upaya Peningkatan
Kinerja Pemeriksaan BPK RI Menggunakan
Computer Assisted Audit Techniques. Jurnal
e-Indonesia Initiative. Konferensi Teknologi
Informasi dan Komunikasi. 14-15 Juni 2011.
Bandung
Ikatan Akuntan Publik Indonesia. (2011). Standar
Profesional Akuntan Publik. Jakarta: SalembaEmpat.
Irham fahmi(2010). Manajemen Kinerja Teori dan
Aplikasi. Bandung: CV Alfabeta.
Irham Fahmi (2012). Manajemen Kepemimpinan
Teori dan Aplikasi. Bandung: CV Alfabeta.
Kadir, Abdul., Terra CH Triwahyuni. (2007)
Pengenalan Teknologi Informasi.
Yogyakarta: ANDI.
Kenneth C.Loudon.(2007). Sistem Informasi
Manajemen. Jakarta: Salemba Empat.
Mangkunegara.(2004). Manajemen Sumber Daya
Manusia Perusahaan. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya
Mulyadi. (2011). Auditing. (Buku 1 Edisi Keenam).
Jakarta: Salemba Empat.
Robbins, Timothi A. Judge (2009). Perilaku
Organisasi. Jakarta: Salemba Empat.
Sapariyah, Rina. (2011). Pengaruh Good
Governance dan Independensi Auditor
Terhadap Kinerja Auditor dan Komitmen
Organisasi. STIE “AUB” Surakarta.
Sekaran, Uma. (2011). Research Method
ForBussines Methodology, Penelitian Untuk
Bisnis. (Buku 1 Edisike 4). Jakarta: Salemba
Empat.
Sekaran, Uma. (2011). Research Method
ForBussines Methodology, Penelitian Untuk
Bisnis. (Buku 2 Edisike 4). Jakarta: Salemba
Empat.
Sevilla, Consuelo G. et. al (2007). Research
Methods. Rex Printing Company. Quezon City.
Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif,
Kualitatif dan R&D. Bandung: CV Alfabeta.
Sugiyono. (2012). Stataistika untuk Penelitian.
Bandung: CV Alfabeta.
Sunyoto, Danang. (2009). Analisis Regresi dan Uji
Hipotesis. Yogyakarta: Media Pressindo.
Sutarman. (2009). Pengantar Teknologi Informasi.
Jakarta: Bumi Aksara.
Suwatno dan Priansa.(2011). Manajemen SDM
dalam Organisasi Publik dan Bisnis.
Bandung: CV Alfabeta.
Trisnaningsih, Sri. (2007). Independensi Auditor
dan Komitmen Organisasi Sebagai Mediasi
Pengaruh Pemahaman Good Governance, Gaya Kepemimpinan dan Budaya
Organisasi Terhadap Kinerja Auditor.
Simposium Nasional Akuntansi X. Unhas
Makasar.
Undang-undang No.4. (2010). Jabatan Fungsional
Pemeriksa pada Badan Pemeriksa
Keuangan. Bandung.
Undang-Undang No. 15. (2006). Tentang Badan
Pemeriksa Keuangan. Jakarta.
Undang-Undang No. 15. (2004). Tentang
Pemeriksaan dan Pengelolaan dan
Tanggung Jawab Keuangan Negara. Jakarta.
Wati, Elya.,Lismawati, Aprilla Nila. (2010).
Pengaruh Independensi, Gaya
Kepemimpinan, Komitmen Organiasi,
Pemahaman Good Governance Terhadap
Kinerja Auditor. Simposium Nasional
Akuntasnsi XIII. Universitas Jendral Soedirman Purwokerto.
Wibowo, Muhammad Prabu. (2008). Analisis
Tingkat Kematangan (Maturity Level)
Pengawasan dan Evaluasi Kinerja Teknologi
Informasi Otomasi.
11
Widoyoko, Eko Putro. (2012). Teknik Penyusunan
Instrumen Penelitian. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Widyananda, Herman. 2008. Revitalisasi Peran
Internal Auditor Pemerintah Untuk
Penegakan Good Governance di Indonesia.
Publikasi, Seminar, makalah, dan Sambutan.
Universitas Padjadjaran.
Yuskar. Devisia, Selly. (2011). Pengaruh
Independensi Auditor, Komitmen Organisasi, Pemahaman Good Governance,
Integritas Auditor, Budaya Organisasi, dan
Etos Kerja Terhadap Kinerja Auditor.
Simposium Nasional Akuntansi XIV Aceh.
Universitas Syiah Kuala Banda Aceh.
www.bpk.go.id,23 Maret 2014
www.bandung.bpk.go.id, 23 Maret 2014
www.detiknews.com, 8 April 2014
www.harianterbit.com, 8 April 2014
www.kompasiana.com, 8 April 2014
www.politik.news.viva.co.id, 23 Maret 2014