Pengaruh Hubungan Patron Dan Clien Terhadap Distribusi Dan Alokasi Kebijakan Di Desa Karangrejo

21
PENGARUH HUBUNGAN PATRON DAN CLIEN TERHADAP DISTRIBUSI DAN ALOKASI KEBIJAKAN DI DESA KARANGREJO, MADIUN, JAWA TIMUR Pendekatan Hubungan Elit dan Massa Proposal Politik Desa DEPARTEMEN ILMU POLITIK FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS AIRLANGGA 2016

description

Pengaruh Hubungan Patron Dan Clien Terhadap Distribusi Dan Alokasi Kebijakan Di Desa Karangrejo

Transcript of Pengaruh Hubungan Patron Dan Clien Terhadap Distribusi Dan Alokasi Kebijakan Di Desa Karangrejo

Page 1: Pengaruh Hubungan Patron Dan Clien Terhadap Distribusi Dan Alokasi Kebijakan Di Desa Karangrejo

PENGARUH HUBUNGAN PATRON DAN CLIEN TERHADAP DISTRIBUSI DAN

ALOKASI KEBIJAKAN DI DESA KARANGREJO, MADIUN, JAWA TIMUR

Pendekatan Hubungan Elit dan Massa

Proposal Politik Desa

DEPARTEMEN ILMU POLITIK

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS AIRLANGGA

2016

Page 2: Pengaruh Hubungan Patron Dan Clien Terhadap Distribusi Dan Alokasi Kebijakan Di Desa Karangrejo

PENGARUH HUBUNGAN PATRON DAN CLIEN TERHADAP DISTRIBUSI DAN

ALOKASI KEBIJAKAN DI DESA KARANGREJO, MADIUN, JAWA TIMUR

Pendekatan Hubungan Elit dan Massa

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Desa merupakan salah satu elemen penting dalam suatu distribusi kebijakan yang

dilaksanakan oleh pemerintah. Desa adalah salah satu corong terakhir dari berbagai keputusan-

keputusan yang ada dari pemerintah yang mengatur tentang berbagai hal di dalam masyarakatnya.

Desa menjadi salah satu elemen yang sentral damlam berbagai pelaksanaan keputusan. Tuntas atau

tidaknya suatu keputusan yang langsung menyentuh rakyat, akan berakhir pada bagaimana desa

mengelola kebijakan tersebut. Dapat disimpulkan, bahwa desa adalah salah satu penentu

keberhasilan kebijakan tersebut atau tidak.

Hal inilah yang akan menimbulkan kepentingan-kepenting baru di dalam suatu desa.

Sebagai corong dalam segala pelaksanaan kebijakan, desa tentu memiliki andil yang sangat besar.

Maka dari itu, akan ada berbagai kelompok-kelompok yang berkepentingan yang tentunya akan

hadir untuk mempengaruhi berbagai tindakan pelaksanaan yang terjadi di desa itu. Di setiap desa

memiliki berbagai macam kepentingan. Mulai dari kepentingan ideologi, sanak saudara, hingga

politik uang. Hal ini tak terelakkan dan sudah biasa terjadi di ranah desa. Sebagai bagian dari desa,

kepentingan-kepentingan tersebut akan terus ikut campur dalam berbagai hal yang berkaitan

dengan kebijakan pemerintah. Karena syarat terpenting dalam mempengaruhi pelaksanaan

kebijakan yang akan dilakukan adalah bagaimana kepentingan itu bisa menjadi opini besar bagi

massa dan menjadi keuntungan tersendiri untuk elit.

Dalam kasus ini, ditariklah berbagai fenomena yang berlandaskan kepentingan-

kepentingan yang masuk dengan hubungan elite – massa. Hal ini ditengarai banyaknya fenomena

yang di dapat oleh kelompok kami mengenai bagaimana kejadian-kejadian yang berlangsung

sangat mempengaruhi kebijakan yang akhirnya menimbulkan tarikan kuat dalam jalinan hubungan

Page 3: Pengaruh Hubungan Patron Dan Clien Terhadap Distribusi Dan Alokasi Kebijakan Di Desa Karangrejo

antara pihak elite dan massa yang ada di desa. Dalam hal ini pembedaan kelompok-kelompok

antara elite dan massa akan terbagi dalam 3 hal, pertama:

1. Pelaksanaan kebijakan dari pemerintah pusat terhadap desa yang menjadi corong dari

kebijakan pusat dan menimbulkan berbagai kepentingan di desa.

2. Pemahaman mengenai pemahaman elit untuk mendapat legitimasi massa (dalam hal ini

adalah pemerintah desa)

3. Pemilihan Kepala Desa dan Penunjukan pegawai-pegawai desa

Dari ketiga kejadian diataslah bagaimana hubungan antara elite dan massa tersebut bisa saling

mempengaruhi satu sama lain. Hingga beberapa hal yang bisa dijadikan salah satu fenomena

sentral yang akan dibawa dalam studi kasus yang lebih terperinci, dan kami melihatnya dalam

ranah yang lebih luas lagi. Namun, jika di kaitkan dengan hubungan elite massa, maka kita juga

lihat apa-apa saja yang menjadi kepentingan massa dan kepentingan elite yang terjadi dalam

beberapa kasus diatas yang nantinya berpengaruh pada kebijakan yang dibuat

Pertama adalah masalah latar belakang dan ideologi. Hal ini sudah umum terjadi di

berbagai kalangan masyarakat. Umumnya hubungan latar belakang dan ideologi kelompok

kepentingan massa dan elite ini akan memiliki pengaruh dalam jangka waktu yang panjang.

Loyalitas terhadap elite akan sangat tinggi, begitupun sebaliknya pada pihak yang kontra terhadap

elit. Dalam contoh kasus, kami mendapati salah satu pihak elite yang berasala dari kalangan yang

agamis dan selalu mengadakan pengajian pada setiap minggunya. Begitu banyaknya massa yang

ikut dalam pengajian dan berbagai acara agama yang berlangsung setiap tahunnya. Dan benar saja,

para massa pengajian tersebut memiliki loyalitas yang tinggi terhadap apa yang menjadi keputusan

dan kebijakan0kebijakan yang dikeluarkan oleh pihak elite. Umumnya pihak elite akan langsung

menyerapo kepentingan massa loyalnya dengan latar belakang ideologi dan menuangkannya

dalam suatu bentuk kebijakan baru yang menguntungkan bagi berbagai pihak.

Kedua ialah latar belakang Sanak saudara. Umumnya keterpilihan elite dan massa tak jauh

dari tim sukses terbaiknya: keluarga dan sanak saudara sendiri. Karena dalam suatu desa yang

memiliki paguyuban yang tinggi, umumnya juga akan terdapat berbagai sanak saudara yang masih

memiliki ikatan darah satu sama lain antar penghuni desa. Hal inilah yang menjadi salah satu faktor

hubungan yang paling diandalkan oleh pihak elite. Bahwa massanya loyalnya adalah sanak

saudaranya sendiri. Hubungan semacam ini tentu sulit untuk diputuskan apalagi menimbulkan

Page 4: Pengaruh Hubungan Patron Dan Clien Terhadap Distribusi Dan Alokasi Kebijakan Di Desa Karangrejo

kritik dan perlawanan. Dalam kasus yang kami dapatkan, terjadi pembagian kekuasaan oleh pihak

kepala desa terpilih pada jabatan-jabatan strategis di desa. Mulai dari sekretraris desa, bendahara

desa, ketua Badan Musyawarah Desa, ketua karang taruna dan sebagainya. Yang ternyata setelah

ditarik bagaimana hubungan antar elitenya, ialah hubungan sanak saudara yang berada di desa

tersebut dan tentunya loyal pada kepala desa. Hubungan elite massa semacam inilah yang hingga

kini menjadi polemik tersendiri. Lebih-lebih juga keputusan yang diambil hanya menguntungkan

sanak saudaranya saja.

Ketiga adalah latar belakang uang atau money politics. Biasanya pihak elite akan

mempengaruhi massa dengan menjanjikan sejumlah uang agar pihak massa dapat menerima segala

konsekuen yang dilaksanakan dari kebijakan yang dikeluarkan oleh pihak elite desa. Dan

sebaliknya, pihak massa juga dapat mempengaruhi kebijakan yang dikeluarkan pemerintah desa

dengan menggunakan uang. Latar belakang semacam ini memnag tidak menimbulkan loyalitas

yang lama dan kuat. Namun, latar belakang hubungan elite massa semacam inilah yang efektif

untuk menyelesaikan suatu masalah. Money politics sangat sarat terjadi pada pemilihan kepala

desa. Dalam beberapa contoh kasus yang kami dapat, dimana pada pemilihan kepala desa dimana

siapa kepala desa yang memberikan uang paling banyak maka dialah pemenangnya. Nyatanya hal

ini memang banyak terjadi. Bisa jadi kepentingan ideologi dan sanak saudara langsung

terhapuskan karena pengaruh money politics. Namun umumnya hal ini akan terjadi sebentar saja

dan kemudian akan kembali seperti semual ketika diketahui salah satu pihak (elite ataupun massa)

tak konsekuan dan dianggap gagal dalam menjalani apa yang diharapkan masing-masing pihak.

Dalam pencarian fenomena-fenomena yang kami lakukan sebelumnya, terdapat satu garis

besar bagaimana hubungan elite-massa harus kita teliti. Terdapat garis yang sama dalam fenomena

yang kami cari. Yakni kepentingan yang mempengaruhi.Dalam desa yang akan kami teliti nanti,

niscaya akan menimbulkan gejala baru yang belum kami ketahui sebelumnya.

Implikasi atas

kebijakan

terhadap pola

hubungan elite-

massa

Pola Hubungan:

Jenis-jenis dan

dasar kepentingan

Identifikasi Pola

Hubungan terkait

dengan elit untuk

mendapatkan

legitimasi massa

Page 5: Pengaruh Hubungan Patron Dan Clien Terhadap Distribusi Dan Alokasi Kebijakan Di Desa Karangrejo

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana pola hubungan elite – massa di desa A Kabupaten Madiun?

2. Apakah pola tersebut terimplementasi dan digunakan sebagai proses pembuatan dan

pelaksanaan keputusan?

3. Bagaiamana implikasi pola hubungan elite – massa di desa A Kabupaten Madiun?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Mengetahui pola hubungan elite-massa

2. Mengetahui pola pola elite-massa yang terepresentasikan di dalam pemerintahan desa

3. Mengetahui peran serta elite-massa dalam proses pembuatan dan pelaksanaan keputusan

di tingkat desa.

1.4 Manfaat Penulisan

1. Sebagai sebagai salah satu bahan penelitian hubungan elite-massa di desa

2. Sebagai media latihan untuk mengaplikasikan kembali teori-teori yang pernah dipelajari

selama mengikuti perkuliahan.

3. Sebagai bahan referensi bagi peneliti lain yang berminat melakukan penelitian terkait

politik di desa dengan pola pendekatan hubungan elite-massa

Page 6: Pengaruh Hubungan Patron Dan Clien Terhadap Distribusi Dan Alokasi Kebijakan Di Desa Karangrejo

BAB II

KERANGKA PEMIKIRAN KONSEPTUAL TEORITIK

Salah satu unsur terpenting dalam penelitian yang memiliki peran sangat besar dalam

penelitian adalah teori. Suatu landasan teori dari suatu penelitian tertentu atau karya ilmiah sering

juga disebut sebagai studi literatur atau tinjauan pustaka. Salah satu contoh karya tulis yang penting

adalah tulisan itu berdasarkan riset. Melalui penelitian atau kajian teori diperoleh kesimpulan-

kesimpulan atau pendapat-pendapat para ahli, kemudian dirumuskan pada pendapat baru.

Setelah masalah penelitian dirumuskan, maka langkah kedua dalam proses penelitian

(kuantitatif) adalah mencari teori-teori, konsep-konsep dan generalisasi-generalisasi hasil

penelitian yang dapat dijadikan sebagai landasan teoritis untuk pelaksanaan penelitian (Sumadi

Suryabrata dalam Sugiyono, 2010:52). Landasan teori ini perlu ditegakkan agar penelitian itu

mempunyai dasar yang kokoh, dan bukan sekedar perbuatan coba-coba (trial and error). Adanya

landasan teoritis ini merupakan ciri bahwa penelitian itu merupakan cara ilimiah untuk

mendapatkan data.

Metode penelitian merupakan hal yang sangat penting untuk diperhatikan dan dipelajari.

Dengan penguasaan metode penelitian yang mantap, diharapkan para tenaga pengajar dapat

menyertakan metode-metode penelitian serta hal-hal yang berkaitan dengan penelitian dalam

bidang yang sedang diajarkan.

Dalam makalah ini disajikan bagian dari materi Metode penelitian tersebut, yakni tentang

landasan teori, kerangka pikir dan hipotesis.

1.1 Deskripsi dan Pengertian Teori

1. Pengertian Teori

Setelah masalah penelitian dirumuskan, maka langkah kedua dalam proses

penelitian (kuantitatif) adalah mencari teori-teori, konsep-konsep, generalisasigenerelisasi

hasil penelitian yang dapat dijadikan sebagai landasan teoritis untuk pelaksanaan

penelitian. (Sumadi Suryabrata dalam Sugiyono, 2010:52).

Teori adalah seperangkat konstruk (konsep), definisi dan proposisi yang berfungsi

untuk melihat fenomena secara sistematik, melalui spesifikasi hubungan antara variabel,

Page 7: Pengaruh Hubungan Patron Dan Clien Terhadap Distribusi Dan Alokasi Kebijakan Di Desa Karangrejo

sehingga dapat berguna untuk menjelaskan dan meramalkan fenomena. (Neumen dalam

Sugiyono, 2010:52).

Teori adalah generalisasi atau kumpulan generalisasi yang dapat digunakan untuk

menjelaskan berbagai fenomena secara sistematik. (Wiliam Wiersma dalam Sugiyono,

2010:52).

Sitirahayu Haditono, 1999 menyatakan bahwa suatu teori akan memperoleh arti

yang penting, bila ia lebih banyak dapat melukiskan, menerangkan dan meramalkan gejala

yang ada. Mark 1963 membedakan adanya tiga macam teori. Ketiga teori ini berhubungan

dengan data empiris. Dengan demikian dapat dibedakan antara lain:

a. Teori yang deduktif: memberikan keterangan yang dimulai dari suatu perkiraan

atau pikiran spekulatif tertentu ke arah data akan diterangkan.

b. Teori yang induktif: adalah cara menerangkan dari data ke arah teori. Dalam bentuk

ekstrim titik pandang yang positivistik ini dijumpai pada kaum behaviorist.

c. Teori yang fungsional: di sini tampak suatu interaksi pengaruh antara data dan

perkiraan teoritis, yaitu data mempengaruhi pembentukan teori dan pembentukan

teori kembali mempengaruhi data.

Berdasarkan tiga pandangan ini dapatlah disimpulkan bahwa teori dapat dipandang sebagai

berikut.

a. Teori menunjuk pada sekelompok hukum yang tersusun secara logis.

Hukumhukum ini biasanya sifat hubungan yang deduktif. Suatu hukum

menunjukkan suatu hubungan antara variabel-variabel empiris yang bersifat ajeg

dan dapat diramal sebelumnya.

b. Suatu teori juga dapat merupakan suatu rangkuman tertulis mengenai suatu

kelompok hukum yang diperoleh secara empiris dalam suatu bidang tertentu. Di

sini orang mulai dari data yang diperoleh dan dari data yang diperoleh itu datang

suatu konsep yang teoritis (induktif).

c. Suatu teori juga dapat menunjuk pada suatu cara menerangkan yang

menggeneralisasi. Di sini biasanya tedapat hubungan yang fungsional antara data

dan pendapat yang teoritis.

Berdasarkan data tersebut di atas secara umum dapat ditarik kesimpulan bahwa, suatu teori

adalah suatu konseptualisasi yang umum. Konseptualisasi atau sistem pengertian ini diperoleh

Page 8: Pengaruh Hubungan Patron Dan Clien Terhadap Distribusi Dan Alokasi Kebijakan Di Desa Karangrejo

malalui jalan yang sistematis. Suatu teori harus dapat diuji kebenarannya, bila tidak, dia bukan

suatu teori.

Teori adalah alur logika atau penalaran, yang merupakan seperangkat konsep, definisi, dan

proporsisi yang disusun secara sistematis. Secara umum, teori mempunyai tiga fungsi, yaitu untuk

menjelaskan (explanation), meramalkan (prediction), dan pengendalian (control) suatu gejala

(Sugiyono, 2010).

Konsep merupakan pendapat ringkas yang dibentuk melalui proses penyimpulan umum

dari suatu peristiwa berdasarkan hasil obervasi yang relevan. Definisi merupakan suatu pernyataan

mengenai ciri-ciri penting suatu hal, dan biasaya lebih kompleks dari arti, makna, atau pengertian

suatu hal. Sedangkan proposisi merupakan pernyataan yang membenarkan atau menolak suatu

perkara.

2. Deskripsi Teori

Deskripsi teori dalam suatu penelitian merupakan uraian sistematis tentang teori

(bukan sekedar pendapat pakar atau penulis buku) dan hasil-hasil penelitian yang relevan

dengan variabel yang diteliti. Berapa jumlah kelompok teori yang perlu dikemukakan, akan

tergantung pada luasnya permasalahan dan secara teknis tergantung pada jumlah variabel

yang diteliti. Bila dalam suatu penelitian terdapat tiga variabel independen dan satu

dependen, maka kelompok teori yang perlu dideskripsikan ada empat kelompok teori, yaitu

kelompok teori yang berkenaan dengan variabel independen dan satu dependen. Oleh

karena itu, semakin banyak variabel yang diteliti, maka akan semakin banyak teori yang

dikemukakan (Sugiyono, 2010:58).

Deskripsi teori paling tidak berisi tentang penjelasan terhadap variabel-variabel

yang diteliti, melalui pendefinisian, dan uraian yang lengkap dan mendalam dari berbagai

dari berbagai referensi, sehingga ruang lingkup, kedudukan dan prediksi terhadap

hubungan antar variabel yang akan diteliti menjadi lebih jelas dan terarah. (Sugiyono,

2010:58).

Langkah-langkah untuk dapat melakukan pendeskripsian teori adalah sebagai berikut:

a. Tetapkan nama variabel yang diteliti, dan jumlah variabelnya

b. Cari sumber-sumber bacaan yang banyak dan relevan dengan setiap variabel yang

diteliti.

Page 9: Pengaruh Hubungan Patron Dan Clien Terhadap Distribusi Dan Alokasi Kebijakan Di Desa Karangrejo

c. Lihat daftar isi setiap buku, dan pilih topik yang relevan dengan setiap variabel

yang diteliti. Untuk referensi yang berbentuk laporan penelitian lihat penelitian

permasalahan yang digunakan, tempat penelitian, sampel sumber data, teknik

pengumpulan data, analisis dan saran yang diberikan.

d. Cari definisi setiap variabel yang akan diteliti pada setiap sumber bacaan,

kemudian bandingkan antara satu sumber dengan sumber lainnya dan dipilih

definisi yang sesuai dengan penelitian yang akan dilakukan.

e. Baca seluruh isi topik buku sesuai dengan variabel yang akan diteliti lakukan

analisis renungkan, dan buatlah rumusan dengan bahasa sendiri tentang isi setiap

sumber data yang dibaca.

f. Deskripsikan teori-teori yang telah dibaca dari berbagai sumber ke dalam bentuk

tulisan dengan bahasa sendiri. Sumber-sumber bacaan yang dikutip atau yang

digunakan sebagai landasan untuk mendeskripsikan teori harus dicantumkan.

2.2 Tingkatan dan Fokus Teori

Numan 2003, dalam (Sugiyono, 2010) mengemukakan tingkatan teori (level of

theory) menjadi tiga yaitu, micro, meso, dan macro. Micro level theory: small slices of

time, space, or a number of people. The concept are usually not very abstract. Meso level

theory: attempts to link macro and micro levels or to operate at an intermediate level.

Contoh teori: organisasi dan gerakan sosial, atau komunitas tertentu. Macro level theory:

concerns the operation of larger aggregates such as social institutions, entire culture

systems, and whole societies. It use more concepts that are abstract.

Selanjutnya fokus teori dibedakan menjadi tiga yaitu teori subtantif, teori formal,

dan midle range theory. Subtantive theory is developed for a specific area of social

concern, such as deliquent gangs, strikes, diforce, or ras relation. Formal theory is

developed for a broad conceptual area in general theory, such as deviance; socialization,

or power. Midle range theory are slightly more abstract than empirical generalization or

specific hypotheses. Midle range theories can be formal or subtantive. Midle range theory

is princippally used in sociology to guide empirical inquiry.

Page 10: Pengaruh Hubungan Patron Dan Clien Terhadap Distribusi Dan Alokasi Kebijakan Di Desa Karangrejo

Teori yang digunakan untuk perumusan hipotesis yang akan diuji melalui

pengumpulan data adalah teori subtantif, karena teori ini lebih fokus berlaku untuk obyek

yang akan diteliti.

2.3 Kegunaan Teori dalam Penelitian

Semua penelitian bersifat ilmiah, oleh karena itu semua peneliti harus berbekal

teori. Dalam penelitian kuantitatif, teori yang digunakan harus sudah jelas, karena teori di

sini akan berfungsi untuk memperjelas masalah yang akan diteliti, sebagai dasar untuk

merumuskan hipotesis, dan sebagai referensi untuk menyusun instrumen penelitian. Oleh

karena itu landasan teori dalam proposal penelitian kuantitatif harus sudah jelas teori apa

yang akan dipakai.

Teori-teori pendidikan dapat dibagi menjadi teori umum pendidikan dan teori

khusus pendidikan. Teori umum pendidikan dapat dibagi menjadi filsafat-filsafat

pendidikan (filsafat ilmu pendidikan dan filsafat praktek pendidikan) dan Ausland

pedagogik. Teori khusus pendidikan dapat dibagi menjadi teknologi pendidikan

(manajemen pendidikan, pengembangan kurikulum, model-model belajar mengajar dan

evaluasi pendidikan) dan ilmu pendidikan (ilmu pendidikan makro dan mikro).

Redja Mudyaharjo 2002 dalam (Sugiyono, 2010), mengemukakan bahwa, sebuah

teori pendidikan adalah sebuah sistem konsep yang terpadu, menerangkan dan prediktif

tentang peristiwa-peristiwa pendidikan. Sebuah teori ada yang berperan sebagai asumsi

atau titi tolak pemikiran pendidikan, dan ada pula yang berperan sebagai definisi atau

keterangan yang menyatakan makna. Asumsi pokok pendidikan adalah:

a. Pendidikan adalah aktual, artinya pendidikan bermula dari kondisi-kondisi

aktual dari individu yang belajar dan lingkungan belajarnya

b. Pendidikan adalah normatif, artinya pendidikan tertuju pada mencapai hal-hal

yang baik atau norma-norma yang baik

c. pendidikan adalah suatu proses pencapaian tujuan, artinya pendidikan berupa

serangkaian kegiatan yang bermula dari kondisi-kondisi aktual dari individu

yang belajar, tertuju pada pencapaian individu yang diharapkan.

Dalam kaitannya dengan kegiatan penelitian, maka fungsi teori yang pertama digunakan

untuk memperjelas dan mempertajam ruang lingkup, atau konstruk variabel yang akan diteliti.

Page 11: Pengaruh Hubungan Patron Dan Clien Terhadap Distribusi Dan Alokasi Kebijakan Di Desa Karangrejo

Fungsi teori yang kedua adalah untuk merumuskan hipotesis dan menyusun instrumen penelitian,

karena pada dasarnya hipotesis itu merupakan pernyataan yang bersifat prediktif. Selanjutnya

fungsi teori yang ketiga digunakan mencandra dan membahas hasil penelitian, sehingga

selanjutnya digunakan untuk memberikan saran dan upaya pemecahan masalah.

Dalam landasan teori perlu dikemukakan deskripsi teori, dan kerangka berfikir, sehingga

selanjutnya dapat dirumuskan hipotesis dan instrumen penelitian.

2.4 Kerangka Berfikir

Uma Sekaran dalam bukunya Business Research, 1992 dalam (Sugiyono, 2010)

mengemukakan bahwa, kerangka berfikir merupakan model konseptual tentang bagaimana

teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah yang

penting.

Kerangka berfikir yang baik akan menjelaskan secara teoritis pertautan antar

variabel yang akan diteliti. Jadi secara teoritis perlu dijelaskan hubungan antar variabel

independen dan dependen. Bila dalam penelitian ada variabel moderator dan intervening,

maka juga perlu dijelaskan, mengapa variabel itu ikut dilibatkan dalam penelitian.

Pertautan antar variabel tersebut, selanjutnya dirumuskan ke dalam bentuk paradigma

penelitian. Oleh karena itu pada setiap penyusunan paradigma penelitian harus didasarkan

pada kerangka berfikir (Sugiyono, 2010:60)

Kerangka berfikir dalam suatu penelitian perlu dikemukakan apabila dalam

penelitian tersebut berkenaan dua variabel atau lebih. Apabila penelitian hanya membahas

sebuah variabel atau lebih secara mandiri, maka yang dilakukan peneliti disamping

mengemukakan deskripsi teoritis untuk masing-masing variabel, juga argumentasi

terhadap variasi besaran variabel yang diteliti (Sapto Haryoko, 1999, dalam Sugiyono,

2010).

Penelitian yang berkenaan dengan dua variabel atau lebih, biasanya dirumuskan

hipotesis yang berbentuk komparasi maupun hubungan. Oleh karena itu dalam rangka

menyusun hipotesis penelitian yang berbentuk hubungan maupun komparasi, maka perlu

dikemukakan kerangka berfikir.

Suriasumantri 1986, dalam (Sugiyono, 2010) mengemukakan bahwa seorang

peneliti harus menguasai teori-teori ilmiah sebagai dasar bagi argumentasi dalam

Page 12: Pengaruh Hubungan Patron Dan Clien Terhadap Distribusi Dan Alokasi Kebijakan Di Desa Karangrejo

menyusun kerangka pemikiran yang membuahkan hipotesis. Krangka pemikiran ini

merupakan penjelasan sementara terhadap gejala-gejala yang menjadi obyek

permasalahan.

Kiteria utama agar suatu kerangka pemikiran bisa meyakinkan sesama ilmuwan,

adalah alur-alur pikiran yang logis dalam membangun suatu kerangka berfikir yang

membuahkan kesimpulan yang berupa hipotesis. Jadi kerangka berfikir merupakan sintesa

tentang hubungan antar variabel yang disusun dari berbagai teori yang telah dideskripsikan.

Berdasarkan teori-teori yang telah dideskripsikan tersebut, selanjutnya dianalisis secara

kritis dan sistematis, sehingga menghasilkan sintesa tentang hubungan antar variabel yang

diteliti. Sintesa tentang hubungan variabel tersebut, selanjutnya digunakan untuk

merumuskan hipotesis (Sugiyono, 2010:60-61).

2.5 Hipotesis

Perumusan hipotesis penelitian merupakan langkah ketiga dalam penelitian, setelah

peneliti mengemukakan landasan teori dan kerangka berfikir. Tetapi perlu diketahui bahwa

tidak setiap penelitian harus merumuskan hipotesis. Penelitian yang bersifat ekploratif dan

deskriptif sering tidak perlu merumuskan hipotesis.

Hipotesis dapat diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap

permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul (Suharsimi

Arikunto, 2010:110).

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, di

mana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan.

Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang

relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan

data. Jadi hipotesis juga dapat dinyatakan sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan

masalah penelitian, belum jawaban yang empirik (Sugiyono, 2010).

Penelitian yang merumuskan hipotesis adalah penelitian yang menggunakan

pendekatan kuantitatif. Pada penelitian kualitatif, tidak dirumuskan hipotesis, tetapi justru

diharapkan dapat ditemukan hipotesis. Selanjutnya hipotesis tersebut akan diuji oleh

peneliti dengan menggunakan pendekatan kuantitatif.

Page 13: Pengaruh Hubungan Patron Dan Clien Terhadap Distribusi Dan Alokasi Kebijakan Di Desa Karangrejo

2.6 Kesimpulan

Salah satu unsur terpenting dalam penelitian yang memiliki peran sangat besar

dalam penelitian adalah teori. Teori adalah alur logika atau penalaran, yang merupakan

seperangkat konsep, definisi, dan proposisi yang disusun secara sistematis. Teori

mempunyai tiga fungsi, yaitu untuk menjelaskan (explanation), meramalkan (prediction),

dan pengendalian (control) suatu gejala.

Dalam kaitannya dengan kegiatan penelitian, maka fungsi teori yang pertama

digunakan untuk memperjelas dan mempertajam ruang lingkup, atau konstruk variabel

yang akan diteliti. Fungsi teori yang kedua adalah untuk merumuskan hipotesis dan

menyusun instrumen penelitian, karena pada dasarnya hipotesis itu merupakan pernyataan

yang bersifat prediktif. Selanjutnya fungsi teori yang ketiga digunakan mencandra dan

membahas hasil penelitian, sehingga selanjutnya digunakan untuk memberikan saran dan

upaya pemecahan masalah. Dalam landasan teori perlu dikemukakan deskripsi teori, dan

kerangka berfikir, sehingga selanjutnya dapat dirumuskan hipotesis dan instrumen

penelitian.

Page 14: Pengaruh Hubungan Patron Dan Clien Terhadap Distribusi Dan Alokasi Kebijakan Di Desa Karangrejo

BAB III

JAWABAN TEORITIK HIPOTETIK

3.1 Struktur elite-massa

Elite Strategi

Para sejarah politik lain yang mendukung teori Elitisme ini memandang bahwa

pada masyarakat modern bukan hanya satu dimenis kekuasaan saja melainakan terpadat

beberapa dimensia kekuasaan dalam setiap bidang kegiatan masyarakat. Mereka yang

memiliki keahlian dan keterampilan tertentu yang dapat mengorganisasi massa di dalam

maupun luar pemerintahan akan disebut “elite strategis” (Suzzane Keller) .

3.2 Pola hubungan elite-massa

a. Traditional Authority Relationship

Karl D. Jackson mendefinisikan kewibawaan tradisional sebagai penggunaan

kekuasaan personalitas yang dihimpun melalui peranan masa lampau dan masa kini dari

yang mempengaruhi sebagai penyedia, pelindung, pendidik, sumber nilai-nilai dan status

unggul dari mereka yang punya hubungan ketergantungan yang mapan dengannya. Sekali

telah mapan, tokoh kewibawaan tradisional tak perlu mengancam, menawarkan imbalan

benda atau yang bersifat lambang, mencoba menganjurkan atau mengacu kepada aturan

yang mengatur peranan-peranan. Perintah-perintahnya diterima semata-mata atas dasar

siapa dia dan hubungan tertentu yang tersebar dan bersifat pribadi, yang telah

dipeliharanya dengan setiap pengikutnya. Tennyson mengamati bahwa “kepatuhan adalah

ketakziman yang patut diberikan kepada raja-raja.” Dalam suasana kepatuhan yang hampir

bertaklid itulah kewibawaan tradisional menemukan dinamikanya. Sekali kewibawaan

tradisional ada, satu-satunya reaksi normal terhadap perintah adalah mengabulkan. Dalam

kewibawaan tradisional, perilaku patut tidaklah didasarkan atas persetujuan dengan

pendirian ideologi si pemimpin. Para pengikut taat kepada pendirian si pemimpin tanpa

memandang liku-liku ideologi yang penuh pertentangan yang mungkin diambilnya.

b. Patron Client Realationship

Page 15: Pengaruh Hubungan Patron Dan Clien Terhadap Distribusi Dan Alokasi Kebijakan Di Desa Karangrejo

Menurut Keith R. Legg, hubungan yang tidak terjalin diantara dua pihak tidak

mungkin merupakan tautan tuan-hamba, namun tidak setiap bentuk hubungan yang terdiri

dari dua pihak merupakan hubungan tuan-hamba. Hubungan tuan hamba timbul bila

syarat-syarat berikut ini terpenuhi diantaranya adalah; (1) hubungan di antara para pelaku

atau perangkat para pelaku yang menguasai sumber daya yang tidak sama, (2) hubungan

yang bersifat khusus (particularistic), hubungan pribadi dan sedikit banyak mengandung

kemesraan (affectivity), dan (3) hubungan yang berdsarkan asas saling menguntungkan

dan saling memberi dan menerima. Lemarchand menyatakan bahwa “Setiap tautan tuan-

hamba selalu melekat hubungan timbal balik antara perorangan (atau kelompok

perorangan) dimana pengaruh ditentukan oleh kemampuannya memberikan pelayanan,

barang atau sesuatu yang bernilai yang diinginkan oleh pihak lain sehingga pihak yang

lain itu pun terimbas untuk membalas kebaikan tersebut dalam bentuk perhatian,

pelayanan, barang atau sesuatu yang bernilai”.

3.3 Peran elite-massa

Elite-Massa

Elite merupakan kelas yang memerintah, yang terdiri dari sedikit orang,

melaksanakan fungsi politik, memonopoli kekuasaan, dan menikmati keuntungan-

keuntungan yang ditimbulkan dengan kekuasaan. Sedangkan massa adalah kelas yang

diperintah, yang berjumlah lebih banyak, diarahkan dan dikendalikan oleh penguasa

dengan cara-cara yang kurang lebih berdasarkan hokum, semaunya ataupun paksaan. Pola

hubungan antara elite dan massa didistribusikan kekuasaan-kekuasaan di pedesaan dalam

masyarakat tradisional diantaranya adalah Traditional Authority Relationship dan Patron

Client Relationship.

3.4 Dampak peran elite-massa

Patron-Client

Patron merupakan pihak dengan status social ekonomi yang lebih tinggi

yangvmenggunakan [engaruh dan sumber daya untuk memberikan perlindungan dan

keuntungan kepada client. Client merupakan pihak yang memiliki status lebih rendah

dibandingkan dengan patron dan menerima perlindungan dan/atau keuntunganb dari

Page 16: Pengaruh Hubungan Patron Dan Clien Terhadap Distribusi Dan Alokasi Kebijakan Di Desa Karangrejo

patron yang pada gilirannya membals pemberian tersebut dengan dukungan dan bantuan,

termasuk jasa pribadi kepada patron. James Scott mendeteksi bahwa arus patron klien

berkaitan dengan kehidupan petani yaitu penghidupan sussistensi dasar meliputi

pemberian pekerjaan tetap atau tanah untuk bercocok tanam, jaminan krisis susbsistensi,

patron menjamin dasar susbsistensi bagi kliennya dengan menyerap kerugian-kerugian

yang ditimbulkan oleh pemasalahan petani (paceklik dan alin sebagainya) yang akan

menganggu kehidupan kliennya.

Patron Client merupakan pola hubungan yang saling menguntungkan (diagonal).

Client (yang dikuasai) mendukung sepenuhnya kemauan penguasa apabila patron mampu

memenuhi kebutuhab client. Apabila patron tidak dapat memenuhi kebutuhan client maka

client akan sangat mudah berpindah mebcari patron client yang lain.

Page 17: Pengaruh Hubungan Patron Dan Clien Terhadap Distribusi Dan Alokasi Kebijakan Di Desa Karangrejo

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Jenis dan Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif, yaitu suatu metode

penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah, dimana

peneliti adalah sebagai instrumen kunci. Teknik pengumpulan datanya dilakukan dengan

cara triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif

lebih menekankan makna daripada generalisasi.1

Sementara itu, dilihat dari teknik penyajian datanya, penelitian menggunakan pola

deskriptif. Yang dimaksud pola deskriptif menurut Best (sebagaimana dikutip oleh

Sukardi), adalah metode penelitian yang berusaha menggambarkan dan menginterpretasi

objek sesuai dengan apa adanya.2

Dari definisi di atas, dapat dipahami bahwa metode penelitian kualitatif dengan

pola deskriptif yang dilakukan, bermaksud menggambarkan secara sistematis fakta dan

karakteristik objek atau subjek yang diteliti secara tepat. Adapun alasan peneliti memilih

metode ini adalah:

1. Dari pengamatan empiris didapat bahwa sebagian besar laporan penelitian

dilakukan dalam bentuk deskriptif.

2. Metode penelitian kualitatif deskriptif sangat berguna untuk mendapatkan

variasi permasalahan yang berkaitan dengan bidang pendidikan maupun

tingkah laku manusia.

3. Memiliki kepekaan dan daya penyesuaian diri dengan banyak pengaruh yang

timbul dari pola-pola yang dihadapi.

4.2 Tempat dan Waktu Penelitian

1. Lokasi

Penelitian kualitatif lapangan ini dilaksanakan di Desa Karangrejo, Madiun,

Jawa Timur

1 Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: CV. ALFABETA, 2008), hlm. 1. 2 Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan: Kompetensi dan Praktiknya, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2009), hlm. 157.

Page 18: Pengaruh Hubungan Patron Dan Clien Terhadap Distribusi Dan Alokasi Kebijakan Di Desa Karangrejo

2. Waktu

Penelitian ini dilaksanakan dari tanggal 19 sampai 21 Mei 2016.

4.3 Sumber Data

Sumber data yang digunakan oleh peneliti menggunakan teknik purposive

sampling dengan maksud penentuan sumber data diambil dengan pertimbangan tertentu.3

Sumber data penelitian adalah Pertama, Kepala Desa dan perangkatnya sebagai subjek

pembuatan kebijakan (Patron) sehingga diperlukan informasi terkait kebijakan yang

diambil dan keputusan lainnya. Kedua, Masyarakat di desa Karangrejo, Madiun, Jawa

Timur sebagai objek distribusi dan alokasi kebijakan (Client) yang memiliki informasi

terkait latar belakang dan tujuan adanya kebijakan yang diambil oleh kepala Desa setempat.

4.4 Fokus Penelitian

Untuk membatasi kajian permasalahan yang dibahas, penelitan kualitatif lapangan

ini difokuskan pada Alur Distribusi dan Alokasi sebuah kebijakan pemerintah desa

setempat. Dengan fokus permasalahan tersebut, kajian yang dibahas mencakup

perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi kebijakan dari Kepala Desa Karangrejo, Madiun

dan kebermanfaatan kebijakan tersebut bagi masyarakat sekitar.

4.5 Teknik Pengumpulan Data

Pada penelitian ini digunakan beberapa metode yang tepat untuk mengumpulkan

data, yaitu :

1. Observasi (pengamatan)

Observasi adalah metode pengumpulan data dengan cara mengamati langsung

terhadap obyek penelitian. Observasi atau pengamatan digunakan dalam rangka

mengumpulkan data dalam suatu penelitian, merupakan hasil perbuatan jiwa secara

aktif dan penuh perhatian untuk menyadari adanya suatu rangsangan tertentu yang

diinginkan, atau suatu studi yang disengaja dan sistematis tentang keadaan/fenomena

sosial dan gejala-gejala psikis dengan jalan mengamati dan mencatat.4

3 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung: Alfabet, 2010), hlm. 300. 4 Mardalis, Metode Penelitian, (Jakarta, Bumi Aksara, 2002), hlm. 63

Page 19: Pengaruh Hubungan Patron Dan Clien Terhadap Distribusi Dan Alokasi Kebijakan Di Desa Karangrejo

Beberapa hal yang terkait dengan proses pembelajaran akan penulis amati

langsung, yaitu dengan mengamati hasil kebijakan kepala desa dan perangkatnya

yang ada di Desa Karangrejo, Madiun, Jawa Timur.

2. Interview (wawancara)

Wawancara adalah teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti untuk

mendapatkan keterangan-keterangan lisan melalui bercakap-cakap dan berhadapan

muka dengan orang yang dapat memberikan keterangan kepada si peneliti. Wawancara

ini berguna untuk melengkapi data yang diperoleh melalui observasi.

Penulis akan menggunakan metode ini untuk mencari informasi terkait keterangan

dari Kepala Desa dan Seperangkatnya, Masyarakat setempat dan responden-responden

lain yang dibutuhkan dalam proses penelitian.5

3. Dokumentasi

Metode ini adalah salah satu metode yang digunakan untuk mencari data mengenai

hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti,

notulen rapat, lengger, agenda dan sebagainya.6 Dalam hal ini data data-data tersebut

merupakan data yang bersifat tulisan.

Teknik ini digunakan untuk mengumpulkan data yang berkaitan dengan kondisi

desa tersebut, seperti letak geografis, latar belakang dan kebermanfaatan kebijakan.

3.6 Uji Keabsahan Data

Untuk menetapkan keabsahan (trustworthiness) data diperlukan teknik

pemeriksaan. Pelaksanaan teknik pemeriksaan didasarkan atas sejumlah kriteria tertentu.

Ada empat kriteria yang digunakan, yaitu derajat kepercayaan (credibility), keteralihan

(transferability), kebergantungan (dependability), dan kepastian (confirmability)7. Namun

yang utama adalah uji krediabilitas data. Uji krediabilitas data dilakukan dengan

perpanjangan pengamatan, meningkatkan ketekunan, triangulasi, diskusi dengan teman

sejawat, analisis kasus negatif dan member check.

Dalam melakukan penarikan kesimpulan peneliti memakai pedoman instrumen

penelitian yang bersumber dari referensi terkait. Selanjutnya mensinkronisasikannya

5 Mardalis, “Metode Penelitian,” hlm. 64. 6 Suharsimi Arikunto, Prosedur penelitian: Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta: Rineka Cipta, 2010), hlm. 274. 7 Lexy J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Reemaja Rosdakarya, 2007), hlm. 324.

Page 20: Pengaruh Hubungan Patron Dan Clien Terhadap Distribusi Dan Alokasi Kebijakan Di Desa Karangrejo

dengan data hasil interview dan hasil observasi di lapangan. Dari hasil observasi nantinya

akan diketahui apakah pelaksanaan pembelajaran sudah sesuai dengan skema/penjelasan

yang diatur dalam pedoman instrumen dan hasil interview sebelumnya.

3.7 Teknik Analisis Data

Setelah semua data terkumpul maka dilakukan analisis dengan menggunakan

analisis data menurut Miles dan Hubermen, yang mana analisis ini dilakukan secara

interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas. Aktivitas dalam analisis

data ini yaitu dengan merangkum, memilih hal-hal pokok, memfokuskan pada hal-hal yang

penting untuk dicari tema dan polanya (data reduction), kemudian data disajikan dalam

sebuah pola yang sesuai dengan kajian (data display), dan setelah itu ditarik sebuah

kesimpulan yang menghasilkan sebuah hipotesis dan deskripsi atau gambaran suatu objek

yang sebelumnya masih remang-remang atau gelap menjadi jelas (conclusion drawing)

atau (verification)8.

2. Reduksi Data (Data Reduction)

Menurut S. Nasution dalam bukunya yang berjudul Metode Penelitian

Naturalistik bahwa reduksi adalah merangkum, memilih hal-hal pokok,

memfokuskan pada hal-hal yang penting, mencari tema polanya, sehingga data

lebih mudah untuk dikendalikan.9 Sedangkan menurut Sugiyono reduksi adalah

merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan hal-hal yang penting,

dicari tema dan polanya dan membuang yang tidak perlu.

Setelah semua data yang telah terkumpul melalui wawancara, observasi,

dan dokumentasi, maka perlu difokuskan sesuai dengan rumusan masalah dalam

penelitian ini, yaitu Hubungan Elit dan Massa di Desa Karangrejo, Madiun, Jawa

Timur.

3. Penyajian Data (Data Display)

Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah mendisplaikan

data. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk

singkat, bagan, hubungan antar kategori, dan dengan teks yang bersifat naratif.

8 Sugiyono, “Memahami Penelitian Kualitatif,” hlm. 91-99. 9 Nasution, “Metode Penelitian Naturalistik,” hlm. 129.

Page 21: Pengaruh Hubungan Patron Dan Clien Terhadap Distribusi Dan Alokasi Kebijakan Di Desa Karangrejo

Dengan mendisplaikan data, maka akan memudahkan untuk memahami apa yang

terjadi dan merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami

tersebut. 10

Dari penjelasan tersebut, maka langkah selanjutnya setelah direduksi adalah

mendisplaykan data, yaitu membuat uraian yang bersifat naratif, sehingga dapat

diketahui rencana kerja selanjutnya berdasarkan yang telah dipahami dari data

tersebut. Rencana kerja tersebut bisa berupa mencari pola-pola data yang dapat

mendukung penelitian tersebut.

3.8 Penarikan Kesimpulan

Kesimpulan dalam penelitian kualitatif yang diharapakan adalah temuan baru yang

sebelumnya belum pernah ada atau berupa gambaran suatu obyek yang sebelumnya masih

remang-remang atau gelap sehingga setelah diteliti menjadi jelas. Kesimpulan ini masih

sebagai hipotesis, dan dapat menjadi teori jika didukung oleh data-data yang lain.

Dari penjelasan di atas, maka langkah penarikan kesimpulan ini dimulai dengan

mencari pola, tema, hubungan, hal-hal yang sering timbul, yang mengarah pada Hubungan

Elit dan Massa di desa tersebut.

10 Sugiyono, “Memahami Penelitian Kualitatif,” hlm. 341.