Pengaruh Ekuitas Merek Terhadap Keputusan Pembelian Studi Kasus J.co Donuts and Coffee

50
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Waralaba yang memiliki potensi sangat besar di Indonesia adalah jenis waralaba restoran makanan cepat saji, karena jumlah penduduk Indonesia dengan pertumbuhan perkapita yang tergolong tinggi, dan ketersediaan makanan cepat saji semakin dibutuhkan sejalan dengan meningkatnya mobilitas masyarakat, terutama di kawasan perkotaan yang dinamis. Didukung juga kecenderungan gaya hidup masyarakat yang semakin mengarah kepada hal-hal lebih praktis. Tidak terkecuali pada pola makan yang gemar menyantap sajian yang serba instant. Pada saat ini salah satu waralaba lokal yang tidak kalah bersaing dengan waralaba asing adalah J.CO Donuts & Coffee. J.CO Donuts & Coffee pada saat sekarang ini merupakan trend setter pecinta donat. J.CO Donuts & Coffee adalah produk dalam negeri dengan menggunakan konsep dari luar negeri dan disempurnakan dengan modernisasi dan kualitas terbaik. Sesuai dengan namanya, J.CO Donuts & Coffee mempunyai produk makanan berupa donat yaitu camilan atau makanan selingan pengantar makan besar dan produk minuman berupa kopi serta teh yang panas maupun dingin. Yang diunggulkan oleh J.CO Donuts & Coffee adalah produk makanannya, yaitu donat. Selain donat, tersedia juga cappucinno dan mocca, caramel, tea dan lain-lain. Gerai J.Co Donuts dibuka pertama kalinya 26 Juli 2005 lalu di Jakarta, sampai sekarang banyak orang masih rela mengantri atau berebut meja dan tempat duduk demi beberapa keping donat. Mereka yang mengantri adalah kalangan kelas menengah ke atas karena gerai dari J. Co berada di mal-mal berkelas seperti, Senayan city, Bandung Indah Plaza, Paris Van Java (PVJ), atau Cihampelas Walk (Ciwalk). Banyak orang mengira J.Co yang bernama lengkap J.Co Donuts & Coffee adalah produk asing yang masuk ke pasar Indonesia. J.Co sebenarnya adalah produk dalam negeri yang diciptakan oleh penduduk asli Indonesia. J.Co

description

Teori

Transcript of Pengaruh Ekuitas Merek Terhadap Keputusan Pembelian Studi Kasus J.co Donuts and Coffee

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Waralaba yang memiliki potensi sangat besar di Indonesia adalah jenis

    waralaba restoran makanan cepat saji, karena jumlah penduduk Indonesia dengan

    pertumbuhan perkapita yang tergolong tinggi, dan ketersediaan makanan cepat

    saji semakin dibutuhkan sejalan dengan meningkatnya mobilitas masyarakat,

    terutama di kawasan perkotaan yang dinamis. Didukung juga kecenderungan gaya

    hidup masyarakat yang semakin mengarah kepada hal-hal lebih praktis. Tidak

    terkecuali pada pola makan yang gemar menyantap sajian yang serba instant.

    Pada saat ini salah satu waralaba lokal yang tidak kalah bersaing dengan

    waralaba asing adalah J.CO Donuts & Coffee. J.CO Donuts & Coffee pada saat

    sekarang ini merupakan trend setter pecinta donat. J.CO Donuts & Coffee adalah

    produk dalam negeri dengan menggunakan konsep dari luar negeri dan

    disempurnakan dengan modernisasi dan kualitas terbaik. Sesuai dengan namanya,

    J.CO Donuts & Coffee mempunyai produk makanan berupa donat yaitu camilan

    atau makanan selingan pengantar makan besar dan produk minuman berupa kopi

    serta teh yang panas maupun dingin. Yang diunggulkan oleh J.CO Donuts &

    Coffee adalah produk makanannya, yaitu donat. Selain donat, tersedia juga

    cappucinno dan mocca, caramel, tea dan lain-lain.

    Gerai J.Co Donuts dibuka pertama kalinya 26 Juli 2005 lalu di Jakarta,

    sampai sekarang banyak orang masih rela mengantri atau berebut meja dan tempat

    duduk demi beberapa keping donat. Mereka yang mengantri adalah kalangan

    kelas menengah ke atas karena gerai dari J. Co berada di mal-mal berkelas seperti,

    Senayan city, Bandung Indah Plaza, Paris Van Java (PVJ), atau Cihampelas Walk

    (Ciwalk).

    Banyak orang mengira J.Co yang bernama lengkap J.Co Donuts &

    Coffee adalah produk asing yang masuk ke pasar Indonesia. J.Co sebenarnya

    adalah produk dalam negeri yang diciptakan oleh penduduk asli Indonesia. J.Co

  • 2

    mengimpor semua bahan baku donatnya, sehingga tidak heran kalau harganya pun

    lebih mahal dibandingkan dengan pasar tradisional. J.Co juga memberikan

    pemandangan lain, meskipun bentuknya tetap bundar dengan lubang di tengah,

    topping gaya J.Co berbeda dengan para pendahulunya di Indonesia. Satu gerai

    J.Co Donuts & Coffee bisa menjual 15.000 donuts sehari.

    (http://agungdsp.wordpress.com Okt 2009)

    Dibawah ini terdapat 10 daftar Brand Product Choices 2007 yang

    memiliki tingkat pertumbuhan penjualan relative tinggi yang sangat diminati

    konsumen.

    Tabel 1.1

    BrandProduct Choices 2007 No Brand Kategori produk Pemilik merek

    1 AVANZA Multi Purposes

    Vehicle (MPV)

    Toyota (ATPM di

    Indonesia: PT Toyota

    Astra Motor / TAM)

    2 SWEETY Baby Diapers Baby Diapers PT Softex Indonesia

    3 Yamaha MIO Motor matic PT Yamaha Motor

    Kencana Indonesia

    4 Bank MANDIRI Jasa Perbankan PT Bank Mandiri Tbk

    5 THE FUK Produk Perawatan

    Wajah

    Tan Tje Fu (Pranoto

    Widjojo)

    6 OLAY TOTAL EFFECTS Pelembab Wajah Procter & Gamble (P&G)

    7 MIZONE Minuman isotonic PT Aqua Golden

    Misissipi Tbk

    8 J.CO Donuts & Coffe Kafe yang

    menyediakan cemilan

    donut

    Kelompok Usaha Johny

    Andrean

    9 XL Operator Selular PT Excelcom Pratama

    Tbk

    10 Gerry Biskuit Garuda Food

    Sumber(http://agungdsp.wordpress.com Okt 2009).

    Berdasarkan Tabel 1.1 dapat dilihat, J.CO Donuts & Coffee memasuki

    posisi kedelapan dan merupakan termasuk dalam sepuluh merek produk pilihan

    konsumen yang mengalami tingkat pertumbuhan yang relative tinggi pada tahun

    2007. Hal ini menunjukkan bahwa J.CO Donuts & Coffee mampu bersaing

    dengan baik dan mampu membuktikan produktifitasnya di tengah persaingan

    pasar yang semakin ketat. Oleh karna itu J.CO Donuts & Coffee terpilih sebagai

  • 3

    pemenang The Integrated Marketing Champion 2008, oleh majalah SWA yang

    bekerjasama dengan Mark Plus & Co. Selama kurang dari 3 tahun selama

    beroperasi, J.CO Donuts & Coffee telah mendapatkan penghargaan dari media.

    Selain award yang telah diberikan, terdapat 3 award lainnya yaitu CAKRAM

    AWARD 2008 dari majalah CAKRAM, Best Innovation dari majalah

    Marketing, dan Best Donut 2006 dari majalah FREE (www.jcodonuts.com Okt

    2009).

    Salah satu faktor penting dalam benak konsumen jika mengkonsumsi

    sesuatu adalah merek. Merek menurut Durianto (2004) adalah nama, istilah tanda,

    simbol, rancangan atau kombinasi hal-hal tersebut untuk mendifinisikan barang

    atau jasa seseorang atau kelompok penjual dan untuk membedakannya dari

    produk pesaing. Tujuan utama dari pemberian merek adalah menanamkan merek

    sebagai identitas ke sistem memori konsumen, karena identitas merek adalah

    heart dan soul of the brand (Aaker, 1997).

    Brand Equity (ekuitas merek) adalah seperangkat asosiasi dan perilaku

    yang dimiliki oleh pelanggan merek, anggota saluran distribusi, dan perusahaan

    yang memungkinkan suatu merek mendapatkan kekuatan, daya tahan, dan

    keunggulan yang dapat membedakan dengan merek pesaing (Astuti dan Cahyadi,

    2007).

    Melalui merek yang sudah menjadi identitas produk yang kuat,

    kedekatan merek dengan konsumen akan terjalin secara fungsional dan emosional,

    sebagai self expressive yang dihasilkan oleh merek tersebut. Hal ini pula yang

    membuat J.Co menjadi berkembang pesat bisnis nya pada saat ini. Konsumen

    telah memiliki persepsi tersendiri tentang merek J.Co donut dan Coffee. Merek

    J.Co telah memberikan pengaruh positif terhadap keuntungan yang didapatkan,

    para konsumen seolah-olah telah terhipnotis dengan merek tersebut dan akhirnya

    ingin mencicipi produk yang ditawarkan oleh J.Co, yaitu donut dan coffee.

    Pemasaran pada dasarnya adalah membangun merek di benak konsumen.

    Kekuatan merek terletak pada kemampuan untuk mempengaruhi perilaku

    pembelian. Merek diyakini mempunyai kekuatan yang besar untuk memikat

    orang untuk membeli produk atau jasa yang diwakilinya. Merek yang kuat akan

  • 4

    membangun loyalitas, loyalitas akan mendorong bisnis terulang kembali. Merek

    yang kuat juga akan menghasilkan harga yang menarik dan menjadi penghalang

    bagi masuknya pesaing (Fadli dan Qamariah,2008).

    Kekuatan merek yang dimiliki oleh J.Co donuts dan Coffe ini akan

    memberikan dampak yang positif bagi perusahaan salah satu nya adalah dalam

    proses keputusan pembelian oleh konsumen. Untuk mengetahui apakah ekuitas

    merek dapat mempengaruhi keputusan pembelian dari konsumen dibutuhkan

    sebuah penelitian. Berdasarkan hal tersebut penulis tertarik untuk meneliti lebih

    lanjut mengenain fenomena kekuatan merek J.Co donuts dan coffee ini sebagai

    gerai donut yang mampu menyaingi Dunkin Donuts dalam Industri makanan dan

    penulis mencoba untuk meneliti tentang Pengaruh Ekuitas Merek J.Co Donuts

    & Coffee Terhadap Keputusan Pembelian Konsumen.

    1.2 Identifikasi Masalah

    Berdasarkan latar belakang tersebut, pokok permasalahan yang menjadi

    objek penelitian adalah :

    1. Apakah dimensi ekuitas merek berpengaruh signifikan terhadap

    keputusan pembelian konsumen?

    2. Seberapa besar pengaruh dimensi-dimensi ekuitas merek terhadap

    keputusan pembelian konsumen?

    3. Dimensi ekuitas merek manakah yang paling mempengaruhi

    keputusan pembelian konsumen?

    1.2.1 Hipotesa Penelitian

    Hipotesis yang digunakan untuk melakukan penelitian terhadap rumusan

    masalah di atas adalah :

    Ho : Ekuitas merek tidak mempunyai pengaruh terhadap keputusan

    pembelian konsumen.

  • 5

    Ha : Ekuitas merek mempunyai pengaruh terhadap keputusan pembelian

    konsumen.

    1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

    Penelitian ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu syarat dalam

    menyelesaikan perkuliahan Diploma III Program Studi Manajemen Pemasaran di

    Jurusan Administrasi Niaga.

    Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar pengaruh

    yang ditimbulkan ekuitas merek dari J.Co donuts dan Coffee terhadap keputusan

    pembelian konsumen. Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan

    penelitian ini dapat diperinci sebagai berikut :

    1. Untuk mengetahui apakah dimensi ekuitas merek berpengaruh

    signifikan terhadap keputusan pembelian konsumen.

    2. Untuk mengetahui seberapa besar dimensi-dimensi ekuitas merek

    tersebut.

    3. Untuk mengetahui dimensi manakah yang paling berpengaruh

    dalam keputusan pembelian konsumen.

    1.4 Manfaat Penelitian

    Kegiatan penelitian ini dapat bermanfaat bagi :

    1. Penulis

    Penelitian ini merupakan sarana yang tepat bagi penulis untuk menerapkan

    konsep-konsep yan telah diterima dalam proses belajar mengajar di

    Program Studi Manajemen Pemasaran Politeknik Negeri Bandung,

    terutama berkaitan dengan Manajemen Pemasaran.

    2. Pembaca

    Dengan adanya penelitian ini penulis mengharapkan para pembaca akan

    mengetahui seberapa besar pengaruh yang diberikan ekuitas merek

    terhadap keputusan pembelian konsumen, selain itu penelitian ini juga

  • 6

    bermanfaat untuk menambah wawasan pengetahuan bagi pembaca

    khususnya di bidang pemasaran.

    1.5 Sistematika Penulisan

    Pengajuan proposal penelitian ini nantinya akan menjadi sebuah penelitan

    yang disusun dengan sistematikan penulisan sebagai berikut :

    1. Bab 1 merupakan pendahuluan yang berisi latar belakang, identifikasi

    masalah, hipotesa, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika

    penulisan tentang pengaruh ekuitas merek J.co terhadap keputusan

    pembelian.

    2. Bab 2 merupakan tinjauan teoritis mengenai konsep merek, brand strategi,

    ekuitas merek, faktor yang mempengaruhi ekuitas merek, kesan kualitas,

    asosiasi merek, loyalitas merek, dan teori keputusan pembelian.

    3. Bab 3 merupakan metodologi penelitian yang berisi uraian mengenai tipe

    penelitian, jenis dan sumber data, metode penentuan sampel, definisi

    operasionalisasi variabel, dan teknis analisis.

    4. Bab 4 merupakan hasil analisis dan pembahasan. Dalam bab ini akan

    diuraikan mengenai hasil temuan dalam penelitian serta pembahasan

    beserta implikasinya dalam bidang manajerial.

    5. Bab 5 merupakan kesimpulan dan saran yang diambil penulis berdasarkan

    hasil penelitian yang telah diperoleh untuk kegiatan lebih lanjut mengenai

    masalah dalam penelitian ini.

    1.6 Lokasi dan Waktu Penelitian

    Lokasi yang dipilih penulis untuk melakukan penelitian ini adalah di

    wilayah kota Bandung tepatnya di Gerai J.CO Donuts & Coffe yang berada di

    Cihampelas walk (Ciwalk), Bandung Indah Plaza (BIP) dan Paris Van Java (PVJ)

    serta waktu pelaksanaan penelitian ini dilakukan pada bulan April hingga Juli

    2011.

  • 7

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Merek (Brand)

    Suatu produk atau jasa sudah pasti mempunyai ciri khas masing-masing

    yang membedakan dari yang lainnya. Hal tersebut tentu menjadi nilai tambah

    untuk mengenali produk mereka. Dengan merek atau memberikan sebuah nama

    pada produk dan jasa yang akan kita jual kepada konsumen akan memberikan hal

    yang positif untuk dapat mengenali dan mengetahui produk kita. Dibawah ini

    akan menjelaskan pengertian merek menurut beberapa ahli.

    2.1.1 Pengertian Merek (Brand)

    Brand merupakan sebuah janji penjual dalam memberikan pelayanan

    yang konsisten kepada pelanggannya yang didalamnya mengandung

    keistimewaan, pembeda, keunikan, dan jasa yang berbeda dengan yang lain.

    Berikut adalah pengertian brand menurut beberapa ahli :

    Merek menurut Durianto (2004) adalah nama, istilah, tanda, simbol,

    rancangan, atau kombinasi hal-hal tersebut untuk mengidentifikasi barang atau

    jasa seseorang atau kelompok penjual dan untuk membedakannya dari produk

    pesaing. Lalu menurut Durianto dkk (2004) merek adalah nama, istilah, tanda,

    simbol desain, ataupun kombinasinya yang mengidentifikasikan suatu produk/jasa

    yang dihasilkan oleh suatu perusahaan. Sedangkan pengertian merek menurut

    Rangkuti (2002) agak berbeda yaitu janji penjual untuk secara konsisten

    memberikan feature, manfaat, dan jasa tertentu kepada pembeli.

    Dapat ditarik satu kesamaan bahwa merek merupakan sesuatu hal yang

    mampu mendeskripsikan karakteristik dari penjual. Dari berbagai pendapat para

    ahli maka dapat ditarik definisi baru mengenai merek yaitu suatu nama, tanda,

    simbol, desain, dan kombinasi dari semuanya yang mampu mengidentifikasikan

    janji penjual kepada pembeli untuk selalu memberikan yang terbaik kepada

    konsumen.

  • 8

    2.1.2 Brand Strategy

    Menurut Rangkuti (2002:37) strategi merek dapat berupa pengenalan

    merek baru (new brand), strategi multi merek (multi brand strategy), strategi

    perluasan merek (brand extension strategy), dan strategi perluasan lini (line

    extension strategy) dapat digambarkan pada Gambar 2.1 .

    Line Extension

    Brand Extension

    Multi Brand

    New Brand

    Sumber : Rangkuti, Fredy, 2002, The Power of Brands

    Gambar 2.1 Brand Strategy

    a. Merek Baru (New Brand)

    Sebuah perusahaan dapat menciptakan sebuah nama merek baru ketika

    memasuki sebuah kategori produk baru. Strategi ini dapat dilakukan

    karena tidak ada nama merek yang sesuai.

    b. Multi Merek (Multi Brand)

    Perusahaan ingin mengelola berbagai nama merek dalam kategori yang

    ada untuk mengemukakan fungsi dan manfaat yang beda.

    c. Perluasan Merek (Brand Extension)

    Usaha apa pun yang dilakukan untuk menggunakan sebuah nama merek

    yang sudah berhasil untuk meluncurkan produk baru atau produk yang

    sudah ada dimodifikasi dalam kategori baru.

    d. Perluasan Lini (Line Extentions)

    Strategi ini dapat dilakukan dengan cara perusahaan memperkenalkan

    berbagai macam feature atau tambahan variasi produk, dalam sebuah

    kategori produk yang ada di bawah nama merek yang sama, seperti rasa,

    bentuk, warna, atau kemasan baru.

    New Product Category Existing Brand

    Existing Brand

    New Brand

  • 9

    2.2 Ekuitas Merek

    2.2.1 Pengertian Ekuitas Merek

    Ekuitas merek (brand equity) adalah seperangkat asosiasi dan perilaku

    yang dimiliki oleh pelanggan merek, anggota saluran distribusi, dan perusahaan

    yang memungkinkan suatu merek mendapatkan kekuatan, daya tahan, dan

    keunggulan yang dapat membedakan dengan merek pesaing (Astuti dan Cahyadi,

    2007).

    Menurut Rangkuti (2002) ekuitas merek merupakan sekumpulan aset

    (dan liabilities) yang terkait dengan nama merek dan simbol, sehingga dapat

    menambah nilai yang ada dalam produk atau jasa tersebut. Aset yang terdapat

    dalam merek tersebut meliputi : brand awareness, perceived quality, brand

    association, dan brand loyalty. Lalu menurut Sugiarto dkk (2001) ekuitas merek

    adalah seperangkat aset dan liabilitas merek yang terkait dengan suatu merek,

    nama, symbol, yang mampu menambah atau mengurangi nilai yang diberikan

    oleh sebuah produk atau jasa baik pada perusahaan maupun pada pelanggan.

    Sedangkan menurut Kotler dan Armstrong (2004) ekuitas merek adalah efek

    diferensial positif yang mengetahui nama suatu merek telah direspon pelanggan

    terhadap produk atau layanan.

    Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat kita simpulkan bahwa

    kekuatan merek atau ekuitas merek adalah suatu kekuatan merek yang dapat

    menambah atau mengurangi value atau nilai bagi merek itu sendiri yang cara

    mengetahuinya adalah dengan mengamati respon konsumen terhadap barang atau

    jasa yang dijual.

    2.2.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ekuitas Merek

    2.2.2.1 Kesadaran Merek

    Menurut Aaker dalam Rangkuti (2002:39) kesadaran merek adalah

    kesanggupan seseorang calon pembeli untuk mengenali atau mengingat kembali

    bahwa suatu merek merupakan bagian dari kategori produk tertentu.

  • 10

    Menurut Aaker dalam Rangkuti (2002:39) peran brand awareness dalam

    keseluruhan ekuitas merek tergantung dari sejauh mana tingkatan kesadaran yang

    dicapai oleh suatu merek.

    Tingkatan kesadaran merek secara berurutan dapat digambarkan sebagai

    suatu piramida seperti di bawah ini :

    Sumber : Rangkuti, 2002, The Power of Brands hal.40

    Gambar 2.2 Piramida Brand Awareness

    Penjelasan mengenai piramida brand awareness dari tingkat terendah

    sampai tingkat tertinggi adalah :

    a. Unware of Brand (tidak menyadari merek)

    Merupakan tingkat yang paling rendah dalam piramida kesadaran merek,

    di mana konsumen tidak menyadari akan adanya suatu merek.

    b. Brand Recognition (pengenalan merek)

    Tingkat minimal dari kesadaran merek. Hal ini penting pada saat

    seseorang pembeli memilih suatu mrek pada saat melakukan pembelian.

    c. Brand recall (pengingatan kembali terhadap merek)

    Pengingatan kembali terhadap merek disadarkan pada permintaan

    seseorang untuk menyebutkan merek tertentu dalam suatu kelas produk.

    Hal ini diistilahkan dengan pengingatan kembali tanpa bantuan, karena

    berbeda dari tugas pengenalan, responden tidak perlu dibantu untuk

    memunculkan merek tersebut.

    Top

    of

    Mind

    Brand Recall

    Brand Recognition

    Unware of Brand

  • 11

    d. Top of mind (puncak pikiran)

    Apabila seseorang ditanya secara langsung tanpa diberi bantuan

    pengingatan dan ia dapat menyebutkan satu nama merek, maka merek

    yang paling banyak disebutkan pertama kali merupakan puncak pikiran.

    Dengan kata lain, merek tersebut merupakan merek utama dari berbagai

    merek yang ada di dalam benak konsumen.

    Kesadaran konsumen terhadap merek dapat digunakan oleh

    perusahaan sebagai sarana untuk memberikan pemahaman yang lebih

    mendalam mengenai suatu merek kepada konsumen (Humdiana, 2005).

    Perusahaan dapat menciptakan nilai-nilai kesadaran merek agar konsumen

    dapat lebih memahami pesan merek yang akan disampaikan (Humdiana,

    2005). Berikut adalah nilai-nilai kesadaran merek yang diciptakan oleh

    perusahaan :

    1. Jangkar yang menjadi pengait asosiasi lain

    Tingkat kesadaran merek yang tinggi akan lebih memudahkan

    pemasar untuk melekatkan suatu asosiasi terhadap merek karena

    merek tersebut telah tersimpan di benak konsumen.

    2. Rasa Suka

    Kesadaran merek yang tinggi dapat menimbulkan rasa suka

    konsumen terhadap merek tersebut.

    3. Komitmen

    Jika kesadaran suatu merek tinggi, maka konsumen dapat selalu

    merasa kehadiran merek tersebut.

    4. Mempertimbangkan merek

    Ketika konsumen akan melakukan keputusan pembelian, merek

    yang memiliki tingkat kesadaran merek tinggi akan selalu

    tersimpan di benak konsumen dan akan dijadikan pertimbangan

    oleh konsumen.

    Aspek paling penting dari brand awareness adalah bentuk informasi

    dalam ingatan di tempat pertama (Lindawati, 2005). Sebuah titik ingatan brand

  • 12

    awareness adalah paling penting sebelum brand association dapat dibentuk

    (Lindawati, 2005).

    Menurut Astuti dan Cahyadi (2007), saat pengambilan keputusan

    pembelian dilakukan, kesadaran merek (brand awareness) memegang peran

    penting. Merek menjadi bagian dari consideration set sehingga memungkinkan

    preferensi pelanggan untuk memilih merek tersebut. Pelanggan cenderung

    memilih merek yang sudah dikenal karena merasa aman dengan sesuatu yang

    dikenal dan beranggapan merek yang sudah dikenal kemungkinan bisa

    diandalkan, dan kualitas yang bisa dipertanggungjawabkan.

    2.2.2.2 Kesan kualitas

    Pengertian dari kesan kualitas adalah persepsi pelanggan terhadap

    keseluruhan kualitas atau keunggulan suatu produk atau jasa layanan berkenaan

    dengan maksud yang diharapkan. (Aaker dalam Rangkuti, 2002). Kesan kualitas

    memberikan nilah dalam beberapa bentuk seperti dapat dilihat pada diagram

    berikut ini.

    Sumber : Rangkuti 2002, The Power of Brands hal.42

    Gambar 2.3 Diagram Nilai dari Kesan Kualitas

    Penjelasan dari Gambar di atas adalah sebagai berikut :

    1. Alasan membeli

    Kesan kualitas sebuah merek memberikan alasan yang penting untuk

    membeli. Hal ini mempengaruhi merek-merek mana yang harus

    Alasan untuk membeli

    Perluasan Brand

    Diferensiasi/posisi

    Harga Optimum

    Minat saluran distribusi

    Kesan

    Kualitas

  • 13

    dipertimbangkan, dan selanjutnya mempengaruhi merek apa yang akan

    dipilih.

    2. Diferensiasi/posisi

    Diferensiasi didefinisikan sebagai suatu karakteristik penting dari merek,

    apakah merek tersebut bernilai atau ekonomis juga berkenaan dengan

    persepsi apakah merek tersebut terbaik atau sekedar kompetitif terhadap

    merek-merek lain.

    3. Harga optimum

    Keuntungan ini memberikan pilihan dalam menetapkan harga optimum

    yang bisa meningkatkan laba atau memberikan sumber daya untuk

    reinvestasi pada merek tersebut.

    4. Minat Saluran distribusi

    Keuntungan ini yaitu meningkatkan minat para distributor dikarenakan

    dapat menawarkan suatu produk yang memiliki Kesan kualitas tinggi

    dengan harga yang menarik dan menguasai lalu lintas distribusi tersebut

    untuk menyalurkan merek yang diminati konsumen.

    5. Perluasan merek

    Kesan kualitas dapat dieksploitasi dengan cara mengenalkan berbagai

    perluasan merek, yaitu dengan menggunakan merek tertentu untuk masuk

    ke dalam kategori produk baru.

    Kesan kualitas juga merupakan persepsi pelanggan atas atribut yang

    dianggap penting baginya (Astuti dan Cahyadi, 2007). Persepsi pelanggan

    merupakan penilaian, yang tentunya tidak selalu sama antara pelanggan satu

    dengan pelanggan yang lainnya. Dan berikut adalah dimensi-dimensi yang

    mempengaruhi kualitas suatu produk (Durianto, dkk, 2004) :

    a. Performance, yaitu karakteristik operasional produk yang utama.

    b. Features, yaitu elemen sekunder dari produk atau bagian tambahan

    dari produk.

    c. Conformance with specifications, yaitu tidak ada produk yang

    cacat.

    d. Reliability, yaitu konsistensi kinerja produk.

  • 14

    e. Durability, yaitu daya tahan sebuah produk.

    f. Service ability, yaitu kemampuan memberikan pelayanan

    sehubungan dengan produk.

    g. Fit dan Finish, yaitu menunjukan saat munculnya atau

    dirasakannya kualitas produk

    Kesan kualitas yang dimaksud dalam penelitian ini adalah persepsi

    pelanggan terhadap kualitas suatu merek produk. Kesan kualitas ini akan

    membentuk Kesan kualitas secara keseluruhan terhadap suatu produk di benak

    konsumen. Kesan kualitas keseluruhan dari suatu produk dapat menentukan nilai

    dari produk atau jasa tersebut dan berpengaruh secara langsung kepada keputusan

    pembelian konsumen dan loyalitas mereka terhadap merek (Durianto, dkk, 2004).

    2.2.2.3 Asosiasi Merek

    Menurut Fadli dan Qamariah (2008) asosiasi merek dapat menciptakan

    nilai bagi perusahaan dan para pelanggan, karena ia dapat membentu proses

    penyusunan informasi untuk membedakan merek yang satu dengan merek

    lainnya. Berbagai asosiasi yang diingat konsumen dapat menghasilkan suatu

    bentuk citra tentang merek (brand image) di benak konsumen.

    Menurut Aaker dalam Fadli dan Qamariah (2008) asosiasi merek

    merupakan segala hal yang berkaitan dengan ingatan mengenai merek. Terdapat

    lima keuntungan asosiasi merek, yaitu :

    1. Membantu proses penyusunan informasi yang dapat meringkaskan

    sekumpulan fakta yang dapat dengan mudah dikenal konsumen;

    2. Perbedaan yang mempunyai peran penting dalam menilai keberadaan atau

    fungsi suatu merek dibandingkan lainnya ;

    3. Alasan untuk membeli, yang sangat membantu konsumen dalam

    mengambil keputusan untuk membeli;

    4. Perasaan positif yang merangsang tumbuhnya perasaan positif terhadap

    produk;

    5. Menjadi landasan untuk perluasan merek yang dinilai kuat.

    Keterkaitan pada suatu merek akan lebih kuat apabila dilandasi pada

    banyak pengalaman atau penampakan mengkomunikasikannya. Berbagai asosiasi

  • 15

    yang diingat konsumen dapat dirangkai sehingga membentuk citra tentang merek

    atau brand image di dalam benak konsumen. Secara sederhana, pengertian brand

    image adalah sekumpulan asosiasi merek yang terbentuk di benak konsumen.

    Konsumen yang terbiasa menggunakan merek tertentu cenderung memiliki

    konsistensi terhadap brand image atau hal ini disebut juga dengan kepribadian

    merek (brand personality) (Rangkuti, 2002).

    Menurut konsep Brand Equity ten yang dikembangkan oleh David A.

    Aaker, kategori asosiasi merek mewakili 3 elemen, yaitu sebagai berikut

    (Durianto, dkk, 2004) :

    1. Persepsi Nilai

    Persepsi nilai suatu produk merupakan suatu persepsi yang

    melibatkan manfaat fungsional dimata konsumen. Nilai merupakan

    hal penting untuk suatu merek. Merek yang tidak memiliki nilai

    akan mudah diserang oleh pesaing. Menurut Durianto, dkk (2004)

    terdapat 5 dimensi yang menjadi penggerak utama pembentukan

    persepsi nilai terkait dengan kepuasan pelanggan, yaitu dimensi

    kualitas produk, dimensi harga, dimensi kualitas layanan, dimensi

    emosional, dimensi kemudahan.

    2. Kepribadian Merek

    Kepribadian merek dapat diartikan sebagai suatu hal yang dapat

    menghubungkan ikatan emosi merek tersebut dengan manfaat

    merek itu sendiri sebagai dasar untuk diferensiasi merek dan

    customer relationship yang pada akhirnya akan berujung pada

    keuntungan yang akan diraih oleh perusahaan. Seorang konsumen

    akan lebih tertarik untuk memilih suatu merek apabila ia merasa

    kepribadian merek tersebut sesuai dengan yang diharapkan. Sebuah

    penelitian telah menemukan suatu skala yang dapat digunakan

    untuk mengukur kepribadian merek (Durianto, dkk, 2004) sebagai

    berikut :

    a. Ketulusan (sederhana, jujur, sehat, riang)

  • 16

    b. Kegemparan (berani, bersemangat, penuh daya

    khayal, mutakhir)

    c. Kecakapan (dapat dipercaya, cerdas, sukses)

    d. Keduniawian (golongan atas, mempesona)

    e. Ketangguhan (keras, ulet)

    3. Asosiasi Organisasi

    Asosiasi organisasi dapat dijadikan sebagai keunggulan untuk

    mengembangkan persaingan pasar apabila merek tersebut tidak

    memiliki karakteristik yang dapat membedakan dengan merek

    pesaing. Sebuah perusahaan haru selalu menjaga asosiasi

    organisasinya dimata konsumen karena konsumen akan lebih

    tertarik untuk memilih merek yang diproduksi oleh perusahaan

    yang memiliki citra asosiasi organisasi yang baik. Selain itu,

    asosisasi organisasi sangat diperlukan untuk meningkatkan

    loyalitas konsumen terhadap merek tersebut. Durianto, dkk (2004)

    menyatakan 6 unsur yang dapat mempengaruhi asosiasi organisasi,

    yaitu sebagai berikut : Orientasi pada masyarakat, persepsi

    kualitas, inovasi, perhatian kepada pelanggan, keberadaan dan

    keberhasilan, lokal versus global.

    Semakin banyak asosiasi yang saling berhubungan, maka akan semakin

    kuat citra mereknya. Selain itu, asosiasi merek dapat membangkitkan berbagai

    atribut produk atau manfaat bagi konsumen yang pada akhirnya akan memberikan

    alasan spesifik bagi konsumen untuk membeli dan menggunakan merek tersebut

    (Durianto, dkk, 2004).

    Dari penjelasan diatas, asosiasi merek dapat dikatakan sebagai

    pembentuk citra merek atau brand image yang tertanam di benak konsumen.

    2.2.2.4 Loyalitas Merek

    Menurut Rangkuti (2002:60) pengertian loyalitas merek adalah ukuran

    dari kesetiaan konsumen terhadap suatu merek. Loyalitas merek merupakan inti

    dari brand equity yang menjadi gagasan sentral dalam pemasaran, karena hal ini

    merupakan satu ukuran keterkaitan seorang pelanggan pada sebuah merek.

  • 17

    Com

    mited

    Buyer

    Likes The Brand

    Considers it A friend

    Satisfied buyer with switching cost

    Habitual buyer-no reason to changes

    Brand switchers or price sensitive no brand loyalty

    Dengan kata lain apabila seorang konsumen memiliki loyalitas terhadap

    merek yang tinggi, hal itu dapat mengindikasikan bahwa merek itu memiliki

    brand equity yang kuat.

    Loyalitas memiliki tingakatan sebagaimana dapat dilihat pada diagram

    berikut ini :

    Sumber : Rangkuti, 2002, The Power of Brands hal.61

    Gambar 2.4 Piramida Loyalitas

    Melalui piramida loyalitas diatas, dapat dimengerti bahwa :

    a. Tingkat loyalitas yang paling dasar adalah pembeli tidak loyal atau sama

    sekali tidak tertarik pada merek-merek apapun yang ditawarkan. Dengan

    demikian, merek memainkan peran yang kecil dalam keputusan

    pembelian. Pada umumnya, jenis konsumen seperti ini suka berpindah-

    pindah merek atau disebut tipe konsumen switcher atau price buyer

    (konsumen lebih memperhatikan harga di dalam melakukan pembelian).

    b. Tingkat kedua adalah para pembeli merasa puas dengan produk yang

    digunakan, atau minimal tidak mengalami kekecewaan. Pada dasarnya,

    tidak terdapat dimensi ketidakpuasan yang cukup memadai untuk

  • 18

    mendorong suatu perubahan, terutama apabila pergantian ke merek lain

    memerlukan suatu tambahan biaya. Para pembeli tipe ini dapat disebut

    pembeli tipe kebiasaan (habitual buyer).

    c. Tingkat ketiga berisi orang-orang yang puas, namun memikul biaya

    peralihan (switching cost), baik dalam waktu, uang atau resiko sehubungan

    denga upaya untuk melakukan pergantian ke merek lain. Kelompok ini

    biasanya disebut dengan konsumen loyal yang merasakan adanya suatu

    pengorbanan apabila melakukan pergantian ke merek lain. Para pembeli

    tipe ini disebut satisfied buyer.

    d. Tingkat keempat adalah konsumen benar-benar menyukai merek tersebut.

    Pilihan konsumen terhadap suatu merek dilandasi pada suatu asosiasi,

    seperti simbol, rangkaian pengalaman dalam menggunakannya, atau kesan

    kualitas yang tinggi. Para pembeli pada tingkat ini disebut sahabat merek,

    karena terdapat perasaaan emosional dalam menyukai merek.

    e. Tingkat teratas adalah para pelanggan yang setia. Para pelanggan

    mempunyai suatu kebanggaan dalam menemukan atau menjadi pengguna

    suatu merek. Merek tersebut sangat penting bagi pelanggan baik dari segi

    fungsinya, maupun sebagai ekspresi mengenai siapa pelanggan sebenarnya

    (commited buyers).

    Loyalitas merek juga merupakan suatu ukuran keterkaitan pelanggan

    kepada sebuah merek (Durianto, dkk, 2004). Ukuran ini mampu memberikan

    gambaran tentang mungkin tidaknya seorang pelanggan beralih ke merek lain,

    terutama jika pada merek tersebut didapati terjadinya perubahan baik menyangkut

    harga ataupun atribut lain.

    Konsumen yang memiliki loyalitas kuat terhadap suatu merek akan tetap

    melanjutkan pembelian produk tersebut, meskipun saat ini banyak bermunculan

    berbagai merek di pasar yang menawarkan karakteristik produk yang lebih unggul

    serta dapat memberikan jaminan peningkatan perolehan laba perusahaan di masa

    yang akan datang (Durianto, dkk, 2004). Selain itu, konsumen yang loyal juga

    akan secara sukarela merekomendasikan untuk menggunakan merek tersebut

  • 19

    Pengenalan Masalah Pencarian Informasi Evaluasi Alternatif

    Perilaku pasca

    pembelian

    Keputusan Pembelian

    kepada orang lain yang pada akhirnya akan meningkatkan keuntungan

    perusahaan.

    2.3 Proses Keputusan Pembelian

    Menurut Kotler dan Keller (2009) Periset pemasaran telah

    mengembangkan model tingkat proses keputusan pembelian. Model tersebut

    dapat digambarkan sebagai berikut.

    Sumber : Kotler dan Keller (2009) Manajemen Pemasaran Edisi 13 hal. 185

    Gambar 2.5 Tahapan Keputusan Pembelian

    Untuk dapat menjelaskan hubungan antara tahapan berdasarkan Gambar

    2.5 dapat dijelaskan sebagai berikut :

    1. Proses pengenalan kebutuhan, yaitu ketika konsumen mengenali adanya

    masalah atau kebutuhan. Kebutuhan itu akan digerkan oleh rangsangan

    dari dalam maupun dari luar dirinya.

    2. Proses pencarian informasi, tahap ini merupakan tahapan yang

    merangsang konsumen untuk mencari informasi lebih banyak mengenai

    suatu produk. Sumber informasi utama di mana konsumen dibagi menjadi

    empat kelompok diantaranya :

    a. Pribadi : Keluarga, teman, tetangga, rekan.

    b. Komersial : Iklan, situs Web, wiraniaga, penyalur, kemasan.

    c. Publik : Media massa, organisasi, pemeringkat konsumen.

    d. Eksperimental : Pemeriksaan, penggunaan produk.

    Setiap sumber informasi melaksanakan fungsi yang berbeda dalam

    mempengaruhi keputusan pembelian. Sumber komersial biasanya

    melaksanakan fungsi informasi, sementara sumber pribadi melaksanakan

    fungsi legitimasi atau evaluasi.

  • 20

    3. Evaluasi berbagai alternatif merek, pada tahapan ini konsumen

    menggunakan informasi untuk mengevaluasi merek alternatif dalam

    menentukan peringkat produk untuk dipilih.

    4. Keputusan pembelian, dimana terjadi pembelian produk atas merek yang

    disukai berdasarkan peringkat dari tahapan 3, tetapi faktor situasi dan

    pendapat orang lain juga menentukan dalam tahapan ini.

    5. Perilaku pasca pembelian, kepuasan konsumen harus dipantau dari mulai

    pasca pembelian, tindakan pasca pembelian dan pemakaian produk pasca

    pembelian.

    Sumber : Rangkuti (2002), The Power of Brands

    Gambar 2.6 Konsep Ekuitas Merek yang Mempengaruhi Proses Keputusan

    Pembelian

    Pemasaran merupakan permerekan itu sendiri. Suatu permerekan yang

    tepat akan mempermudah penjualan produk. Permerekan yang tepat akan menarik

    minat massa, melihat dan akhirnya memiliki produk itu. Jika konsumen yang

    Memberikan nilai kepada

    perusahaan dengan menguatkan :

    1. Efisiensi dan efektivitas

    program pemasaran

    2. Loyalitas merek

    3. Harga/laba

    4. Perluasan merek

    5. Peningkatan perdagangan

    dan keunggulan

    kompetitif

    Memberikan Nilai kepada

    Customer dengan menguatkan

    terhadap :

    1. Interpretasi dan atau

    proses informasi

    2. Rasa percaya diri dalam

    pembelian

    3. Pencapaian kepuasan dari

    pelanggan

  • 21

    datang telah menyukai strategi merek yang dipromosikan, maka mereka akan

    melakukan apa saja di dalam batasan tertentu demi merek yang diinginkan,

    termasuk dalam pembelian terhadap produk atas merek yang diinginkan. Melalui

    Gambar 2.6 tentang konsep ekuitas merek yang mempengaruhi keputusan

    pembelian dapat diketahui bahwa merek juga membantu meyakinkan konsumen,

    dimana mereka akan mendapatkan kualitas yang konsisten ketika mereka

    membeli produk merek tersebut.

    2.4 Hubungan Brand Equity dengan Keputusan Pembelian

    Pada saat semakin selektifnya konsumen terhadap keputusan pembelian

    suatu produk atau jasa, maka strategi ekuitas merek dapat memberikan nilai

    tambah kepada perusahaan dan konsumen. Merek yang memiliki ekuitas berarti

    disikapi secara positif oleh konsumen yang kemudian dapat berkembang menjadi

    dasar proses keputusan pembelian konsumen.

    Sutisna (2003) menyatakan bahwa sikap positif terhadap merek tertentu

    akan memungkinkan konsumen melakukan pembelian terhadap merek itu,

    sebaliknya sikap negatif akan menghalangi konsumen dalam melakukan

    pembelian.

    Merek juga dapat dipakai untuk mengurangi perbandingan harga karena

    merek adalah salah satu faktor yang perlu dipertimbangkan dalam

    membandingkan produk sejenis yang berbeda. Hubungan antara ekuitas merek

    dengan proses keputusan pembelian konsumen terletak pada keyakinan-keyakinan

    dan pilihan konsumen (preference) atas suatu merek yang merupakan sikap dari

    konsumen. Dalam banyak hal, sikap terhadap merek tertentu sering

    mempengaruhi apakah konsumen akan membeli atau tidak.

    Menurut Chandrashekran dalam Setiadi (2003) Suatu pemilihan merek,

    akan melalui pola dimana seseorang akan membentuk suatu ide atau kepercayaan

    akan beberapa alternatif dan membangun suatu preferensi. Kepercayaan-

    kepercayaan dan preferensi tersebut dapat membantu konsumen mengambil

    keputusan.

  • 22

    BAB III

    METODOLOGI PENELITIAN

    3.1 Prosedur Penelitian

    Pada penelitian kali ini penulis akan melakukan penelitian dengan

    langkah-langkah penelitian seperti yang digambarkan dibawah ini:

    Gambar 3.1 : Alur penelitian

    Sumber : Diolah Penulis

    Pada alur penelitian diatas, tahap pertama yang dilakukan peneliti adalah

    identifikasi masalah yaitu dimana peneliti mengidentifikasi masalah yang sedang

    menjadi sorotan dari masyarakat dengan melihat di Internet atau artikel-artikel

    Pemilihan Topik

    Penelitian

    Diskusi Topik

    dengan Dosen

    Penentuan Topik

    Penelitian dan

    Pengajuan

    Kajian

    Literatur/Kepustakaan Sampling design

    Pembuatan

    Kuesioner

    Pilot Testing

    Penyebaran

    Kuesioner

    Pengolahan dan

    Analisa Data

    Pelaporan Hasil Data

  • 23

    dikoran dan buku. Setelah menemukan masalah yang tepat peneliti mencari

    informasi tentang masalah yang terjadi dan menetukan topik penelitian yang akan

    dilakukan, dengan cara membaca literatur, buku maupun sumber lainnya. Setelah

    mencari informasi dari masalah-masalah tersebut maka peneliti tertarik untuk

    melakukan penelitian tentang Brand Equity.

    Tahap selanjutnya adalah menentukan sample dan membuat kuesioner.

    Kuesioner yang dibuat diadaptasi dari Fadli dan Qamariah (2008). Sebelum

    kuesioner ini disebarkan, dilakukan uji kelayakan kuesioner (pilot testing) kepada

    30 responden yang bertujuan untuk mengetahui bahwa kuesioner layak

    disebarkan.

    Setelah kuesioner tersebut valid maka peneliti melakukan tahap

    selanjutnya yaitu mengumpulkan data-data yang dibutuhkan untuk penelitian,

    dengan cara membagikan kuesioner pada responden. Setelah data tersebut

    terkumpul peneliti mengolah dan menganalisis data tersebut, Sebelum akhirnya

    dituangkan dalam laporan akhir penelitian.

    3.1.1 Teknik Pengumpulan Data

    Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik pengumpulan data

    dengan metode survei, dimana peneliti memperoleh informasi dari hasil kuesioner

    yang diolah lebih lanjut. Cara pembagian kuesionernya adalah dengan

    menggunakan metode self administered questionnaire dimana responden mengisi

    sendiri pernyataan yang disediakan. Terlebih dahulu peneliti menjelaskan maksud

    dan tujuan dari penyebaran kuesioner tersebut. Setelah itu, peneliti menjelaskan

    mengenai petunjuk pengisian kuesioner untuk menghindari terjadinya bias dalam

    pengisian kuesioner.

    3.1.2 Model Penelitian

    Penelitian yang dilakukan oleh peneliti di kembangkan dari suatu model

    penelitian seperti terlihat di Gambar 3.2 dibawah ini :

  • 24

    Gambar 3.2 Model Penelitian

    Sumber : Adopsi dari Fadli dan Qamariah (2008) Jurnal Manajemen Bisnis Vol. 1

    Model di atas merupakan penjelasan bahwa Brand Awareness, Perceived

    Quality, Brand Association, dan Brand Loyalty adalah konstruk atau dimensi dari

    Ekuitas merek. Sementara itu, Ekuitas merek tersebut dapat mempengaruhi pada

    keputusan pembelian konsumen. Dari model tersebut, peneliti mengajukan

    beberapa hipotesa :

    H1: Brand Awareness tidak berpengaruh terhadap keputusan pembelian

    konsumen

    H2: Perceived Quality tidak berpengaruh terhadap keputusan pembelian

    konsumen

    H3: Brand Association tidak berpengaruh terhadap keputusan pembelian

    konsumen

    H4: Brand Loyalty tidak berpengaruh terhadap keputusan pembelian

    konsumen

    Brand Awarness

    Brand Loyalty

    Perceived

    Quality

    Brand

    Association

    Ekuitas Merek Keputusan

    Pembelian

    Konsumen

  • 25

    3.2 Riset Desain

    Menurut Maholtra dalam Istijanto (2005:19) desain riset merupakan

    suatu kerangka kerja atau cetak biru yang merinci segala detail prosedur yang

    diperlukan untuk memperoleh informasi guna menjawab masalah riset dan

    menyediakan informasi yang diperlukan bagi pengambil keputusan.

    Dalam penelitian ini, riset desain yang digunakan adalah riset kausal. Riset

    kausal merupakan riset yang memiliki tujuan utama membuktikan hubungan

    sebab akibat atau hubungan mempengaruhi dan dipengaruhi dari variabel-variabel

    yang diteliti (Istijanto, 2005:31). Oleh karena penelitian ini bertujuan untuk

    meneliti pengaruh ekuitas merek terhadap keputusan pembelian, maka riset desain

    yang digunakan adalah riset kausal.

    3.3 Sampel

    Istijanto (2005:109) mendefinisikan sampel sebagai suatu bagian yang

    ditarik dari populasi. Dengan kata lain sample merupakan bagian yang lebih kecil

    dari populasi, sedangkan populasi sendiri merupakan jumlah keseluruhan yang

    mencakup semua anggota yang diteliti.

    3.3.1 Ukuran Sampel

    Dalam penelitian ini, unit sampel yang dipilih yaitu pria dan wanita yang

    merupakan telah melakukan pembelian di gerai J.Co donuts and Coffee. Maholtra

    (2004) mendefinisikan ukuran sampel dalam tabel 3.1 di bawah ini :

    Tabel 3.1

    Sample size used in Marketing Research Studies

    Type of Study Minimum

    Size

    Typical

    Problem identification research 500 1000-2500

    Problem solving research 200 300-500

    Product test 200 300-500

  • 26

    Lanjutan Tabel 3.1

    Test-Marketing Studies 200 300-500

    TV, Radio/Print advertising 150 200-300

    Test-Market Audit 10 Stores 10-20 Stores

    Focus Group 6 Groups 10-15 Groups

    Sumber : Malholtra,(2004). Marketing Research, 4th

    edition

    Berdasarkan pemahaman dari tabel 3.1, minimal respoden untuk riset

    pemasaran sebanyak 200 sampel, maka penulis memutuskan untuk mengambil

    sampel sebanyak 230 responden dengan pertimbangan keterbatasan waktu dan

    jumlah sampel tersebut dianggap cukup mewakili.

    3.3.2 Teknik Sampling

    Istijanto (2005:115) menjelaskan, secara garis besar ada 2 metode untuk

    menarik sampel dari populasi yaitu probability dan non-probability sampel.

    Dalam penelitian ini, peneliti akan menggunakan non-probability sampling, yang

    pemilihan elemen populasi tidak menggunakan proses random, sehingga anggota

    populasi dipilih berdasarkan pertimbangan tertentu atau alasan kemudahan saja.

    Metode yang digunakan yaitu judgmental sampling, dikarenakan peneliti

    menetukan sendiri responden yang sesuai dengan ketentuan penelitian topik.

    3.4. Instrumen Penelitian

    Instrumen dalam penelitian ini berupa kuesioner. Kuesioner merupakan

    daftar pertanyaan yang akan digunakan oleh periset untuk memperoleh data dari

    sumbernya secara langsung (Istijanto,2005:67).

    Adapun skala yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah skala

    likert. Skala ini meminta responden menunjukan tingkat persetujuan atau

    ketidaksetujuan terhadap serangkaian pernyataan tentang suatu obyek. Skala ini

    memberi inspirasi bagi periset pemasaran untuk mengembangkan skala dalam

  • 27

    bentuk kategori yang memiliki tingkatan intensitas sesuai dengan pernyataan riset

    (Istijanto, 2005).

    3.4.1 Desain Kuesioner

    Kuesioner yang dibagikan kepada responden terdiri dari 3 bagian,

    dijelaskan sebagai berikut :

    Bagian I terdiri dari 15 Pernyataan yang mewakili empat dimensi ekuitas

    merek dan 6 Pernyataan tentang keputusan pembelian

    Bagian II terdiri dari 2 Pertanyaan mengenai seberapa besar pengeluaran

    responden untuk melakukan pembelian di J.co Donuts and Coffe.

    Bagian III terdiri dari 4 Pernyataan mengenai profil responden

    3.4.2 Operasional Variabel

    Di dalam penelitian ini operasional variabel yang digunakan adalah

    pengaruh ekuitas merek J.co Donuts and Coffe sebagai variabel dependent (X)

    sedangkan keputusan pembelian sebagai variabel dependen (Y). Variabel-

    variabel tersebut dapat dijelaskan dalam tabel berikut :

    Tabel 3.2 Operasional Variabel

    Variabel Definisi Operasional Indikator Skala

    Pengukuran

    No

    Kesadaran Merek (X1) Kesanggupan

    konsumen mengingat

    merek J.Co Donuts and

    Coffee sebagai kategori

    produk tertentu, baik

    melalui tingkat

    kepopuleran maupun

    media promosi yang

    membedakan dengan

    pesaing.

    1. Pengenalan

    merek

    2. Media iklan

    3. Kegiatan Promosi

    Skala

    Likert

    1-4

    Kesan Kualitas (X2) Persepsi atau kesan 1. Kinerja produk Skala 5-8

  • 28

    yang didapat konsumen

    terhadap penilaian

    kualitas secara

    keseluruhan terhadap

    suatu merek.

    2. Rancangan

    produk

    3. Nilai

    fungsional/harga

    jual

    4. Kesempurnaan

    produk

    5. Nilai emosional

    Likert

    Asosiasi Merek (X3) Kesan yang muncul di

    benak konsumen

    setelah melakukan

    penilaian terhadap

    merek pilihan

    dibandingkan dengan

    merek yang lainnya.

    1. Harga produk

    2. Keamanan

    produk

    3. Lokasi penjualan

    dan purna jual

    Skala

    Likert

    9-11

    Loyalitas Merek (X4) Keterikatan konsumen

    terhadap sebuah merek

    yang mencakup rasa

    kesetiaan dan kepuasan

    konsumen pilihan

    dibandingkan dengan

    merek yang lainnya

    1. Merek prioritas

    2. Minat pembelian

    ulang

    3. Peralihan ke

    merek lain

    Skala

    Likert

    12-

    15

    Keputusan pembelian

    (Y)

    Kegiatan penentuan

    pemilihan produk/jasa

    oleh konsumen yang

    umumnya terdiri dari

    lima tahapan yaitu:

    Pengenalan masalah,

    Pencarian Informasi,

    Evaluasi Alternatif,

    Keputusan Pembelian,

    dan Perilaku Pasca

    Pembelian

    1. Hambatan

    informasi

    2. Nilai prestise

    produk

    3. Standar kualitas

    4. Pengaruh orang

    lain

    5. Rekomendasi

    kepada orang lain

    6. Nama baik

    Skala

    Likert

    19-

    25

    Sumber : Adopsi dari Fadli dan Qamariah (2008) Jurnal Manajemen Bisnis Vol. 1

  • 29

    3.4.3 Pengukuran Variabel

    Dalam penelitian ini skala yang digunakan skala likert. Setiap pernyataan

    dalam kuesioner ini terdiri dari lima jawaban pilihan yang memungkinkan

    responden untuk memilih jawaban dari setiap pernyataan yang terdapat dalam

    kuesioner. Bobot penilaian skala Likert adalah sebagai berikut :

    Tabel 3.3 Bobot Penilaian Skala Likert

    Bobot Keterangan

    1 Sangat Tidak Setuju

    2 Tidak Setuju

    3 Netral

    4 Setuju

    5 Sangat Setuju

    Sumber : Simamora (2005)

    3.5 Analisis Data

    Metode analisis yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah uji

    validitas dan analisis regresi dengan alat bantu berupa software SPSS (Systematic

    Program for Social Science).

    3.5.1 Analisis Faktor

    Analisis Faktor pada penelitian dilakukan untuk melihat kelayakan setiap

    indikator dalam membentuk masing-masing konstruknya. Dalam penelitian ini

    terdapat 4 konstruk yaitu : awareness, perceived quality, loyalty dan association.

    Analisis ini digunakan untuk mengetahui apakah setiap indikator dari masing-

    masing konstruk dapat mewakili. Hal penting lainnya dalam penggunaan analisis

    faktor adalah membentuk suatu skor faktor terhadap kelompok-kelompok variabel

    dimaksud. Hal ini sangat diperlukan sekali apabila data dimaksud akan dianalisis

    lebih lanjut dengan analisis multivariat (analisis regresi).

  • 30

    3.5.2 Uji Validitas

    Penelitian ini menggunakan uji validitas konfirmatori. Menurut Meyers

    dkk (2006) analisis faktor konfirmatori dilakukan pada saat seorang peneliti

    berusaha untuk mengetahui apakah jumlah faktor dan masing-masing variabel

    yang terukur mendukung apa yang diharapkan dari kerangka teoritis.

    Menurut Sugiyono (2008) instrumen yang valid berarti alat ukur yang

    digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid. Valid berarti instrumen

    tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Adapun

    komponen yang paling penting yang haru dianalisis dalam uji validitas yaitu :

    KMO dan Bartletts Test

    Menurut Simamora (2005) layak dan tidaknya analisis faktor

    dilakukan, baru sah secara statistik dengan menggunakan uji

    Kaiser-Meyer-Olkin (KMO) dan Bartletts Test. KMO digunakan

    untuk mengukur kecukupan sampel dengan cara membandingkan

    besarnya koefisien yang diamati dengan koefisien korelasi

    parsialnya. KMO uji nilainya berkisar antara 0 sampai 1. Apabila

    nilai indeks tinggi (berkisar antara 0,5 sampai 1) maka analisis

    layak dilakukan, sebaliknya jika dibawah 0,5 analisis tidak layak

    dilakukan.

    Total Variance Explained

    Menurut Simamora (2005) Total Variance Expalined menjelaskan

    tentang setiap faktor dapat mewakili variabel-variabel yang

    dianalisis, ditunjukan oleh besarnya yang dijelaskan, biasa disebut

    dengan eigenvalue. Nilai eigenvalue yang baik adalah lebih besar

    daripada 1 (>1).

    Component Matrix

    Simamora (2005) menyatakan bahwa talbel dalam component

    matrix berisi faktor loadings (yaitu nilai korelasi) antara setiap

    faktor dan variabel-variabel analisis.

  • 31

    3.5.3 Analisis Regresi

    Malholtra (2004) mendefinisikan analisis regresi sebagai sebuah prosedur

    yang kuat dan dinamis dalam menganalisis/asosiasi antar matric dependent

    variable dan satu atau lebih independent variable. Pada penelitian ini digunakan 4

    buah prediktor Y dan persamaan regresi nya adalah :

    Y= a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4

    (X1= awareness; X2= perceived quality; X3= association;X4= Loyalty)

    Tes signifikan dilakukan pada keseluruhan model dan pada koefisien

    regresi parsial. Umumnya digunakan distribusi F dalam menguji model dan

    digunakan distribusi t dalam menguji koefisien parsial. Selain itu juga akan dilihat

    faktor score keempat konstruk yang ada di dalam model penelitian ini. Factor

    score adalah gabungan angka yang diestimasi pada setiap responden pada faktor

    yang diperoleh menggunakan faktro analisis yang gunanya untuk melakukan test

    uji linear pada olahan data SPSS.

  • 32

    BAB IV

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    4.1 Hasil Penelitian

    Dalam bab ini menjelaskan tentang hasil penelitian yang telah diuji

    sebelumnya. Data dari penelitian ini diperoleh dari kuesioner yang layak diolah

    sebanyak 226, dari 240 kuesioner yang dibagikan kepada responden. Data tersebut

    selanjutnya diolah kedalam software SPSS 17. Adapun jenis analisis yang

    digunakan antara lain analisis deskriptif, analisis faktor dan analisis regresi linear

    berganda. Hasil penelitian pada bab ini tentunya menjawab dari research question

    sebelumnya. Selanjutnya hasil olah data dibahas pada poin pembahasan yang

    dijadikan dasar pengambilan keputusan secara keseluruhan dari penelitian yang

    telah dilakukan.

    4.1.1 Profil Responden

    Responden dalam penelitian ini adalah pengunjung J.Co Donuts and

    Coffee. Teknik pengambilan responden ini menggunakan judgemental sampling,

    yang dipilih berdasarkan pertimbangan peneliti atau alasan kemudahan saja. Dari

    240 kuesioner, pertama responden diminta untuk mengisi identitas diri mereka.

    Diantaranya adalah Jenis kelamin, Usia, Pekerjaan, dan Pengeluaran per bulan

    nya. Identitas diri responden tersebut kemudian dikelompokan berdasarkan

    masing-masing karakteristik yang akan dijelaskan sebagai berikut :

    Tabel 4.1 Profil Responden

    Jenis Kelamin Kelompok Umur (tahun) Pekerjaan

    Pria Wanita 36 Pelajar

    SMA Mahasis

    wa

    PNS/

    Polri/

    TNI

    Wiras

    wasta

    Kary

    awan

    Lain

    -lain

    94 132 41 172 6 4 3 27 181 6 4 3 5

    41.6% 58.4% 18.1% 76.1% 2.7% 1.8% 1.3% 11.9% 80.1% 2.7% 1.8% 1.3% 2.2%

    Jumlah = 226 Orang

  • 33

    Lanjutan Tabel 4.1

    Sumber : Olah data SPSS

    Gambar 4.1 Profil Responden

    Sumber : Dikembangkan oleh peneliti

    Dapat dilihat pada Tabel 4.1 dan dideskripsikan pada gambar 4.1,

    menjelaskan lebih mendalam tentang profil responden. Secara keseluruhan

    responden wanita yang lebih banyak dibandingkan dengan responden pria. Hal ini

    dapat dilihat dari tabel 4.1 yaitu sebanyak 132 responden wanita dan 94 responden

    Pengeluaran per Bulan (Rp) Frekuensi membeli Donat J.Co

    5.000.000 3 Hari

    sekali

    1x

    Seminggu

    2 minggu

    sekali

    1 Bulan

    sekali

    >1bulan

    72 144 6 4 7 21 27 64 107

    31.9% 63.7% 2.7% 1.8% 3.1% 9.3% 11.9% 28.3% 47.3%

    Jumlah 226 Orang

  • 34

    pria atau dipresentasikan 58.4% untuk responden wanita dan 41.6% untuk

    responden pria. Dibandingkan dengan pria, ternyata wanita lebih sering

    mengunjungi gerai J.co Donuts and Coffe hal ini dikarenakan tempat tersebut

    sering digunakan hanya sekedar untuk bertemu dengan teman ataupun saling

    berbincang-bincang sambil menyantap donut. Pada dasarnya, segmen dari J.co

    Donuts and Coffe adalah anak muda atau pun mahasiswa yang dapat dilihat dari

    tabel 4.1 dengan jumlah 172 orang untuk kelompok umur 18-25 tahun. Dan

    sebesar 80.1% jumlah mahasiswa yang pernah mengunjungi gerai J.co Donuts

    and Coffe.

    Kebanyakan dari mereka, intensitas untuk membeli donat di J.co Donuts

    and Coffe yaitu lebih dari 1 bulan dengan jumlah sebesar 47.3% . Data tersebut

    dapat didukung dengan rata-rata pengeluaran dari responden yaitu hanya sebesar

    Rp 500.000-2.500.000,- tiap bulan nya. Hal tersebut relatif standar untuk

    pengeluran dari setiap mahasiswa yang pernah mengunjungi gerai J.co Donuts

    and Coffe.

    Sehingga secara keseluruhan dari responden tersebut dapat diketahui

    bahwa kebanyakan dari wanita yang lebih sering mengunjungi J.co Donuts and

    Coffe dibandingkan dengan pria. Selain itu pekerjaan yang paling dominan dari

    responden adalah sebagai mahasiswa dengan rata-rata pengeluaran per bulan

    berkisar antara Rp 500.000-2.500.000,-.

  • 35

    4.1.2 Analisis Faktor Variabel

    Pada tahap analisis faktor konfirmatori ini, dijelaskan beberapa hasil dari

    setiap variabel diantaranya :

    Tabel 4.2 Hasil Analisis Faktor variabel Ekuitas Merek

    Variabel Pernyataan KMO Sig. Total

    Cumulative

    Component

    Matrix

    Kesadaran

    Merek

    KESMER1 .500 .000 82.625%

    .909

    KESMER2 .909

    Kesan Kualitas

    KESKUAL2

    .628 .000 63. 230%

    .854

    KESKUAL3 .834

    KESKUAL4 .687

    Asosiasi

    Merek

    ASOMER2 .500 .000 64.762%

    .805

    ASOMER3 .805

    Loyalitas

    Merek

    LOYMER4

    .671 .000 68. 152%

    .870

    LOYMER3 .829

    LOYMER1 .775

    Sumber : Olah Data SPSS

    Pernyataan yang digunakan untuk mengukur variabel kesadaran merek

    (brand awareness) berjumlah 4 pernyataan. Akan tetapi terdapat dua pernyataan

    yang tidak mengukur dimensi tersebut, sehingga pernyataan tersebut direduksi.

    Dari tabel 4.2 dapat dijelaskan bahwa nilai analisis KMO untuk variabel

    kesadaran merek sama dengan .500 hal ini dikarenakan terdapat dua pernyataan

    yang direduksi sehingga nilai KMO tersebut tidak lebih besar daripada 0,5. Tetapi

    pernyataan tersebut dinyatakan valid. Dapat dilihat dari persen kumulatifnya

    sebesar 82,625%. Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa data tersebut

    layak untuk dianalisis lebih lanjut.

    Dalam kuesioner, variabel kesan kualitas diukur dengan 4 pernyataan.

    Tetapi pada saat dianalisis total cumulative nya kurang dari 60% sehingga ada 1

    pernyataan yang harus direduksi.

  • 36

    Dari tabel 4.2 dapat dijelaskan bahwa nilai dari KMO untuk variabel

    kesan kualitas lebih besar dari 0.5 yaitu sebesar 0,628. Oleh karena itu pernyataan

    kuesioner untuk mengukur variabel kesan kualitas dinyatakan valid. Hal ini juga

    didukung dari hasil analisis Bartlett yang memberikan nilai signifikan

    0,00(dibawah nilai batas signifikan, yaitu 0,05). Hasil analisis total cumulative

    dinyatakan valid karena lebih besar dari 60 % yaitu sebesar 63,23 %. Dengan

    demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa data tersebut layak untuk dianalisis

    lebih lanjut.

    Pada variabel asosiasi merek terdapat 3 pernyataan yang mengukur

    variabel tersebut. Tetapi terdapat 1 pernyataan yang kurang mendukung untuk

    mengukur dari variabel asosiasi merek, sehingga pernyataan tersebut harus

    direduksi agar layak untuk dianalisis lebih lanjut.

    Dari tabel 4.2 tersebut dapat menjelaskan bahwa variabel asosiasi merek

    diukur dengan 2 pernyataan dengan hasil KMO sebesar 0,5 yang merupakan batas

    minimal untuk validitas agar layak dianalisis selanjutnya. Hal tersebut didukung

    dengan hasil signifikansi kurang dari 0,5 yaitu sebesar 0.000 dan juga total

    cumulative sebesar 64.762% yang lebih besar dari 60%. Sehingga variabel

    asosiasi merek ini layak untuk dianalisis lebih lanjut.

    Terdapat 4 pernyataan yang digunakan untuk mengukur variabel loyalitas

    merek dalam kuesioner. Setelah direduksi pernyataan tersebut menjadi 3

    pernyataan yang valid dan layak untuk dianalisis.

    Dari tabel 4.2 dapat dijelaskan bahwa nilai analisis KMO variabel

    loyalitas merek lebih besar dari 0,5 yaitu sebesar 0,671. Sehingga pernyataan

    dalam kuesioner untuk mengukur variabel loyalitas merek dinyatakan valid. Hal

    ini juga didukung dari hasil analisis Bartlett yang memberikan nilai siginifikansi

    0,00(di bawah nilai batas signifikan, yaitu 0,05). Hasil analisis total varian

    menunjukan bahwa ketiga pernyataan loyalitas merek adalah valid, karena persen

    kumulatif dari analisis total varian lebih besar dari 60% yaitu sebesar 68,152%.

    Berdasarkan hasil tersebut, maka variabel loyalitas merek layak untuk diolah lebih

    lanjut.

  • 37

    2. Analisis Faktor Variabel Keputusan Pembelian

    Pada variabel keputusan pembelian, diukur dengan 6 pernyataan.

    Terdapat 4 pernyataan yang kurang mendukung sehingga harus direduksi.

    Sehingga untuk variabel keputusan pembelian hanya 2 pernyataan yang dianggap

    valid. Hasil analisis faktor untuk variabel keputusan pembelian dapat dilihat pada

    tabel 4.6 :

    Tabel 4.3 Hasil Analisis Faktor Variabel Keputusan Pembelian

    Sumber : Olah Data SPSS

    Dari tabel 4.3 dapat diketahui bahwa nilai KMO sebesar 0,500 yang

    berarti batas minimal untuk validitas agar layak dianalisis selanjutnya. Hal ini

    diperkuat dengan Bartlett dengan menunjukan signifikansi sebesar 0.000 yang

    berarti dibawah dari 0.5 atau batas signifikansi. Selain itu, persen kumulatif yang

    dihasilkan pun valid yaitu sebesar 71,691 % yang mengharuskan diatas 60%.

    Sehingga variabel keputusan pembelian layak untuk dianalisis lebih lanjut.

    4.1.3 Analisis Regresi

    Analisis regresi digunakan untuk menjawab pertanyaan riset penelitian

    ini. Analisis regresi dilakukan dengan menggunakan SPSS 17 dan metode

    stepwise. Berikut adalah hasil dari analisis regresi dari hasil olah data :

    Tabel 4.4 Model Summary

    Model R R Square R Square

    Change F Change

    1 .515a

    .266 .266 81.014

    2 594b

    .353 .087 30.078

    a. Predictors : (Constant), Loyalitas Merek

    b. Predictors : (Constant), Loyalitas Merek,Asosiasi Merek

    Sumber : Olah Data SPSS

    Pernyataan KMO Sig. Total

    Cumulative

    Component

    Matrix

    KEPPEM6 .500 .000 71.691%

    .847

    KEPPEM5 .847

  • 38

    Tabel 4.4 menunjukan bahwa dari keempat dimensi ekuitas merek hanya

    dua dimensi yang memberikan pengaruh terhadap keputusan pembelian yaitu

    dimensi loyalitas merek dan asosiasi merek. Kolom R menjelaskan terdapat

    hubungan atau korelasi antara ekuitas merek dan keputusan pembelian sebesar

    0.594. Suatu hubungan dua variabel dikatakan kuat apabila nilai R mendekati 1.

    Setelah mengetahui hubungan dari kedua variabel, selanjutnya adalah pengaruh

    dari ekuitas merek terhadap keputusan pembelian.

    Kolom R Square bernilai 0.353 yang berarti ekuitas merek

    mempengaruhi keputusan pembelian sebesar 35.3% sedangkan sisanya 65.3%

    dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diketahui dalam penelitian ini. Selain itu

    pengaruh dari tiap dimensi pun dapat terlihat karena metode yang digunakan

    adalah metode stepwise. Pada model 1 menunjukan dimensi loyalitas merek yang

    mempengaruhi keputusan pembelian sebesar 26,6% kemudian pada model 2

    dimensi asosiasi merek mempengaruhi keputusan pembelian sebesar 8,7%.

    Tabel 4.5 Coefficients

    Model B Sig.

    (Consant) 9.849E-17 1.000

    Loyalitas Merek .418 .000

    Asosiasi Merek .311 .000

    Sumber : Olah Data SPSS

    Tabel 4.5 menunjukan signifikansi kedua dimensi ekuitas merek yang

    mempengaruhi keputusan pembelian. Dapat dilihat nilai signifikansi dari dimensi

    loyalitas merek dan asosiasi merek adalah sebesar 0.000 yang berarti signifikansi

    kurang dari 0.05 dan kedua dimensi tersebut mempunyai pengaruh positif

    terhadap keputusan pembelian.

    Tabel 4.6 Excluded Variable

    Model Sig.

    Kesadaran Merek .155

    Kesan Kualitas .505

    Sumber : Olah Data SPSS

  • 39

    Tabel 4.6 menjelaskan bahwa 2 dimensi tersisa yang tidak mempunyai

    pengaruh kepada keputusan pembelian adalah kesadaran merek dan kesan

    kualitas. Hal tersebut ditunjukan dengan nilai signifikansi sebesar 0.155 dan 0.505

    yang berart lebih dari 0.05. Sehingga 2 dimensi tersebut tidak memberikan

    pengaruh terhadap keputusan pembelian.

    4.1.4 Pengujian Hipotesis

    Pada Bab III sebelumnya telah disinggung mengenai hipotesis yang akan

    diuji. Setelah mengetahui hasil analisis selanjutnya adalah menguji hipotesis yang

    dikemukakan oleh peneliti sebagai bahan pertimbangan untuk membahas analisis

    lebih lanjut. Berikut adalah tabel 4.10 mengenai pengujian dari setiap hipotesis :

    Tabel 4.7 Pengujian Hipotesis

    Pengujian Hipotesis T Sig. Hasil

    H1: Brand Awareness tidak berpengaruh positif

    terhadap keputusan pembelian konsumen

    1.428 .155 Diterima

    H2 : Perceived Quality tidak berpengaruh

    positif terhadap keputusan pembelian

    konsumen

    .668 .505 Diterima

    H3 : Brand Association tidak berpengaruh

    positif terhadap keputusan pembelian

    konsumen

    5.484 .000 Ditolak

    H4 : Brand Loyalty tidak berpengaruh positif

    terhadap keputusan pembelian konsumen

    7.375 .000 Ditolak

    Sumber : Olah Data SPSS dikembangkan peneliti

    Persamaan regresi :

    Y= a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4

    Y= 1.351+ 0.079 + 0.021 + 0.272 + 0.410

  • 40

    4.2 Pembahasan

    Setelah melakukan olah data dan analisis regresi, selanjutnya adalah

    pembahasan mengenai identifikasi masalah yang telah disinggung sebelumnya

    pada BAB I. Pembahasan ini dilakukan dengan melihat hasil yang sebenarnya dari

    olah data sebelumnya dan juga membandingkan dengan teori-teori yang relevan

    dengan bahasan penelitian ini. Berikut adalah pembahasan mengenai pertanyaan

    yang terdapat di penelitian ini :

    4.2.1 Dimensi ekuitas merek yang mempengaruhi secara signifikan kepada

    keputusan pembelian konsumen

    Pada dasarnya, ekuitas merek tersendiri mempunyai pengaruh kepada

    keputusan pembelian konsumen. Hal tersebut didasari pada pemikiran konsumen

    yang selalu atau cenderung untuk memilih brand yang lebih dikenal luas oleh

    masyarakat. Pemilihan tersebut merupakan hal yang wajar, mengingat pada proses

    pembelian terdapat tahap information search dimana calon pembeli tersebut akan

    mencari tahu tentang produk apa yang akan mereka beli nantinya.

    Merek-merek yang telah mempunyai kesan positif dalam benak

    konsumen tentunya juga mempunyai nilai ekuitas merek yang tinggi. Dalam

    pembentukan ekuitas merek terdapat 4 dimensi yang mewakili yaitu kesadaran

    merek (brand awareness), kesan kualitas (perceived quality), asosiasi merek

    (brand association) dan loyalitas merek (brand loyalty). Keempat dimensi

    tersebut tentunya mempunyai kontribusi terhadap pembentukan ekuitas merek.

    Dimensi ekuitas merek yang mempengaruhi secara signifikan pada penelitian ini

    diantaranya :

    1. Dimensi Loyalitas Merek

    Dimensi loyalitas merek mempengaruhi secara signifikan kepada

    keputusan pembelian dapat dilihat pada tabel 4.10 dengan signifikansi 0.000 yang

    berarti Ho ditolak dan Ha diterima. Hal tersebut diperkuat dengan uji tabel t

    sebesar 7.375 yang lebih besar daripada t tabel yaitu 1,960. Sehingga dimensi

    loyalitas merek ini berpengaruh positif terhadap keputusan pembelian konsumen.

    Loyalitas merek merupakan inti dari ekuitas merek itu sendiri. Hal tersebut pun

  • 41

    diungkapkan oleh Rangkuti (2002) dimana loyalitas merek merupakan inti dari

    ekuitas merek yang menjadi gagasan sentral dalam pemasaran, karena loyalitas

    merek sendiri merupakan satu ukuran keterkaitan seorang pelanggan pada sebuah

    merek. Semakin tinggi loyalitas merek maka akan semakin tinggi pula nilai dari

    ekuitas merek tersebut. J.co Donuts and Coffee merupakan makanan donat yang

    digemari dan paling diminati oleh masyarakat pada saat ini.

    Ketika seseorang akan memutuskan untuk membeli donat di gerai J.co

    Donuts and Coffee tentunya ia pun mempunyai pertimbangan-pertimbangan

    tersendiri. Selain memang karena banyak diminati oleh masyarakat, J.co Donuts

    and Coffee pun mempunyai berbagai pilihan rasa dan diolah dari bahan-bahan

    yang berkualitas. Sehingga calon pembeli pun tidak akan ragu dalam memutuskan

    membeli donat di J.co Donuts and Coffee. Dalam kenyataannya, J.co Donuts and

    Coffee telah memiliki komunitas J.Co Community, hal tersebut dibentuk karena

    sebagai bentuk apresiasi terhadap pelanggan J.co Donuts and Coffee yang telah

    menjadikan merek tersebut dalam pemilihan untuk melakukan pembelian donat.

    Seringkali pelanggan dari J.co Donuts and Coffee membeli donat lebih

    dari 1 bulan sekali, dapat dilihat pada tabel 4.1 mengenai profil responden. Dan

    tidak menutup kemungkinan juga kepada pelanggan J.co Donuts and Coffee yang

    lainnya untuk membeli donat dengan intensitas seminggu 1x ataupun ada yang

    membeli seminggu sekali. Hal itu tentunya sejalan dengan konsep yang

    dikemukakan oleh Durianto dkk (2004) yang menyatakan bahwa konsumen yang

    memiliki loyalitas kuat terhadap suatu merek akan tetap melanjutkan pembelian

    produk tersebut, meskipun saat ini banyak bermunculan berbagai merek di pasar

    yang menawarkan karakteristik produk yang lebih unggul serta dapat memberikan

    jaminan peningkatan perolehan laba perusahaan di masa yang akan datang.

    2. Dimensi Asosiasi Merek

    Dimensi Asosiasi merek mempengaruhi secara signifikan kepada

    keputusan pembelian dapat dilihat pada tabel 4.10 dengan signifikansi 0.000 yang

    berarti Ho ditolak dan Ha diterima. Hal tersebut diperkuat dengan uji tabel t

  • 42

    hitung sebesar 5.484 lebih besar daripada t tabel yaitu 1,960. Sehingga dimensi

    asosiasi merek ini berpengaruh positif terhadap keputusan pembelian konsumen.

    Asosiasi merek mempunyai karakterisitik yang bisa membedakan merek

    yang satu dengan merek yang lainnya. Dengan berbagai macam karakteristik,

    tentunya konsumen bisa mengingat mengenai merek tersebut dan dapat

    menghasilkan suatu bentuk citra tentang merek (brand image) di benak mereka.

    Menurut Fadli dan Qamariah (2008) asosiasi merek dapat menciptakan nilai bagi

    perusahaan dan para pelanggan, karena ia dapat membantu proses penyusunan

    informasi untuk membedakan merek yang satu dengan merek lainnya. Berbagai

    asosiasi yang diingat konsumen dapat menghasilkan suatu bentuk citra tentang

    merek (brand image) di benak konsumen.

    Merek J.co Donuts and Coffee telah memberikan karakteristik yang

    berbeda agar mudah dikenali oleh konsumen nya. Hal tersebut telah memberikan

    dampak yang positif terhadap perkembangan merek J.co Donuts and Coffee saat

    ini. Ciri khas dari gerai J.co Donuts and Coffee yaitu membuka gerainya di

    beberapa tempat strategis di kota Bandung misalnya saja gerai J.co Donuts and

    Coffee terdapat di Mall Bandung Indah Plaza, Ciwalk(Cihampelas Walk), PVJ

    (Paris Van Java) dan masih ada tempat strategis lainnya.

    Sehubungan dengan itu untuk memberikan ciri khas yang berbeda J.co

    Donuts and Coffee pun memberikan kualitas produk yang terbaik dengan

    mengimpor seluruh bahan baku dari luar negeri. Hal itu dikarenakan untuk

    menjamin bahwa donat yang dijual di gerai J.co Donuts and Coffee adalah aman

    untuk dikonsumsi oleh semua orang.

    Dengan berbagai macam asosiasi merek J.co Donuts and Coffee yang

    tertanam di benak konsumen, hal itu telah mendorong konsumen untuk membeli

    donat di gerai J.co Donuts and Coffee. Asosiasi merek juga dapat membangkitkan

    berbagai atribut produk atau manfaat bagi konsumen yang pada akhirnya akan

    memberikan alasan spesifik bagi konsumen untuk membeli dan menggunakan

    merek tersebut (Durianto, dkk, 2004).

  • 43

    Asosiasi merek sendiri memberikan pengaruh kepada keputusan

    konsumen untuk membeli produk dengan rasa puas berupa kredibilitas dan rasa

    percaya diri atas merek tersebut.

    3. Dimensi Kesadaran Merek

    Dimensi kesadaran merek tidak memberikan pengaruh yang positif

    terhadap keputusan pembelian konsumen. Hal ini dapat dilihat pada tabel 4.10

    dengan nilai t hitung sebesar 1.428 yang merupakan lebih kecil daripada t tabel

    yaitu sebesar 1,960. Hasil dari signifikansi sebesar 0.155 yang jauh dari batas

    minimal yaitu kurang dari 0.05.

    Pada dasarnya, kesadaran merek J.co Donuts and Coffee yang ditanyakan

    kepada responden, mereka telah mengetahui bahwa merek J.co Donuts and Coffee

    adalah merek donat. Hal tersebut berada pada top of mind pada piramida tingkatan

    kesadaran merek. Ketika konsumen akan membeli donat, maka brand pertama

    yang akan muncul dalam benak konsumen adalah merek J.co Donuts and Coffee.

    Aspek paling penting dari brand awareness adalah bentuk informasi dalam

    ingatan di tempat pertama (Lindawati, 2005).

    Dalam penelitian ini, kesadaran merek J.co Donuts and Coffee kurang

    diperhatikan dalam keputusan pembelian. Kesadaran merek ditimbulkan hanya

    sampai ke tahap consideration set yang dimana konsumen memiliki preferensi

    sebelum melakukan keputusan pembelian.

    4. Dimensi Kesan Kualitas

    Dimensi kesan kualitas tidak memberikan pengaruh yang positif terhadap

    keputusan pembelian konsumen. Hal ini dapat dilihat pada tabel 4.10 dengan nilai

    t hitung sebesar 0.668 yang merupakan lebih kecil daripada t tabel yaitu sebesar

    1,960. Hasil dari signifikansi sebesar 0.505 yang jauh dari batas minimal yaitu

    kurang dari 0.05.

    Kesan kualitas terhadap J.co Donuts and Coffee tidak memberikan

    pengaruh terhadap keputusan pembelian konsumen. Hal ini dikarenakan persepsi

    pelanggan yang kurang memposisikan J.co Donuts and Coffee sebagai jajanan

  • 44

    rakyat. Karena memang pada dasarnya segmen dari J.co Donuts and Coffee

    adalah kalangan menengah keatas dan kebanyakan yang membeli dari kelompok

    mahasiswa. Pada tahapan keputusan pembelian, terdapat evaluasi alternatif yang

    memungkinkan konsumen mempertimbangkan faktor harga produk sebelum

    memutuskan dan membeli. Harga yang dipasang J.co Donuts and Coffee memang

    terlampau tinggi di benak mahasiswa sehingga kesan yang ditimbulkan pada saat

    menyinggung soal harga, para responden mahasiswa tentunya kurang setuju

    dengan harga tersebut. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan hasil kuesioner yang

    diberikan kepada responden, dengan pernyataan Harga yang dipasang J.co

    Donuts and Coffee terjangkau. Dari hasil jawaban responden, sebanyak 34,1%

    menjawab netral. Dari jawaban tersebut mengandung makna bahwa, responden

    tidak terlalu setuju bahwa harga J.co Donuts and Coffee itu terjangkau pada uang

    jajan mahasiswa.

    4.2.2 Besar pengaruh dimensi ekuitas merek yang mempengaruhi secara

    signifikan terhadap keputusan pembelian

    Dapat dilihat pada penjelasan sebelumnya di subbab 4.2.1 bahwa dimensi

    yang mempengaruhi keputusan pembelian konsumen adalah dimensi loyalitas

    merek dan asosiasi merek. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel 4.7 dengan nilai

    sebesar 26,6 % pengaruh yang diberikan loyalitas merek dan 8,7% pengaruh yang

    dari asosiasi merek kepada keputusan pembelian.

    Loyalitas merek mempunyai peranan yang lebih penting dalam

    pembentukan ekuitas merek. Pada dasarnya responden pada penelitian ini

    termasuk pada kelompok commited buyer pada tingkatan piramida loyalitas.

    Commited buyer adalah para pelanggan setia yang mempunyai kebanggan dalam

    menemukan atau menjadi pengguna suatu merek (Rangkuti, 2002). Selain itu,

    Fadli dan Qamariah (2008) pun memberikan pemahaman yang sama pada

    loyalitas merek ini yaitu loyalitas merek sebagai sejauh mana seorang konsumen

    menunjukan sikap positif terhadap suatu merek, mempunyai komitmen dan

    berniat untuk terus membelinya di masa depan. Hal tersebut tentunya terdapat

    hubungan yang positif yang signifikan antara kepuasan dan keputusan konsumen

  • 45

    dengan loyalitas merek. Dari keempat dimensi ekuitas merek, loyalitas merek lah

    yang paling dominan mempengaruhi keputusan pembelian.

    Sementara itu Asosiasi merek pun memberikan kontribusi pada

    keputusan pembelian. Sebelum melakukan pembelian, tentunya konsumen pun

    mencari informasi tentang merek yang akan ia pilih. Brand image yang baik

    pastinya akan dipilih oleh konsumen sebagai keputusan pembelian konsumen.

    Merek J.co Donuts and Coffee memberikan pencitraan yang baik di benak

    konsumen, sehingga merek tersebut telah dipercaya konsumen. Hal tersebut

    didukung oleh pernyataan Durianto dkk (2004) yaitu Keterkaitan pada suatu

    merek akan lebih kuat apabila dilandasi pada banyak pengalaman atau

    penampakan mengkomunikasikannya. Berbagai asosiasi yang diingat konsumen

    dapat dirangkai sehingga membentuk citra tentang merek atau brand image di

    dalam benak konsumen.

    4.2.3 Dimensi ekuitas merek yang paling mempengaruhi keputusan

    pembelian konsumen

    Dimensi yang paling mempengaruhi keputusan pembelian konsumen

    yaitu dimensi loyalitas merek. Dapat dilihat pada tabel 4.7 dengan nilai sebesar

    26,6% pengaruh yang diberikan loyalitas merek terhadap keputusan pembelian.

    Loyalitas merek merupakan suatu ukuran keterkaitan pelanggan kepada

    sebuah merek. Ukuran ini mampu memberikan gambaran tentang mungkin

    tidaknya seorang pelanggan beralih ke merek lain, terutama jika pada merek

    tersebut didapati terjadinya perubahan baik menyangkut harga ataupun atribut lain

    (Durianto, dkk, 2004). Konsumen J.co Donuts and Coffee membuktikan bahwa

    mereka telah memberikan sikap loyal terhada merek tersebut. Dapat diketahui

    pada saat olah data ternyata konsumen selalu membeli donat di J.co Donuts and

    Coffee minimal satu bulan sekali.

    Konsumen yang loyal juga akan secara sukarela merekomendasikan untuk

    menggunakan merek tersebut kepada orang lain yang pada akhirnya akan

    meningkatkan keuntungan perusahaan. Hal tersebut tentunya akan memberikan

    dampak yang positif pada nilai dari ekuitas merek J.co Donuts and Coffee.

  • 46

    4.3 Keterbatasan Penelitian

    Dari penelitian yang telah dilakukan, terdapat beberapa keterbatasan dan

    kelemahan dalam penyusunan tugas akhir ini. Keterbatasan-keterbatasan tersebut

    adalah sebagai berikut :

    1. Ruang lingkup pada penelitian ini hanya terbatas untuk J.co

    Donuts and Coffee di wilayah kota Bandung saja.

    2. Penelitian ini hanya memfokuskan pada 4 dimensi saja yang

    terdiri dari kesadaran merek, kesan kualitas, asosiasi merek dan

    loyalitas merek. Sedangkan seluruh variabel independen tersebut

    hanya dapat mempengaruhi variabel dependen keputusan

    pembelian konsumen sebesar 35,3%. Dan sisanya 64,7%

    dipengaruhi oleh variabel lain selain variabel independen dalam

    penelitian ini.

  • 47

    BAB V

    KESIMPULAN DAN SARAN

    5.1 Kesimpulan

    Beberapa hasil penelitian telah dianalisis sebelumnya, dan memberikan

    jawaban dan gambaran mengenai pertanyaan yang terdapat pada identifikasi

    masalah. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dilakukan maka

    dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

    1. Dimensi ekuitas merek yang mempengaruhi secara signifikan

    adalah dimensi loyalitas merek dan asosiasi merek. Loyalitas merek

    merupakan inti dari ekuitas merek itu sendiri. Semakin tinggi

    loyalitas merek maka akan semakin tinggi pula nilai dari ekuitas

    merek tersebut. J.co Donuts and Coffee merupakan makanan donat

    yang digemari dan paling diminati oleh masyarakat pada saat ini.

    Dalam kenyataannya, J.co Donuts and Coffee telah memiliki

    komunitas J.Co Community, hal tersebut dibentuk karena sebagai

    bentuk apresiasi terhadap pelanggan J.co Donuts and Coffee yang

    telah loyal dan menjadikan merek tersebut dalam pemilihan untuk

    melakukan pembelian donat. Sedangkan Asosiasi merek mempunyai

    karakterisitik yang bisa membedakan merek yang satu dengan merek

    yang lainnya. Ciri khas dari gerai J.co Donuts and Coffee yaitu

    membuka gerainya di beberapa tempat strategis di kota Bandung

    misalnya saja gerai J.co Donuts and Coffee terdapat di Mall

    Bandung Indah Plaza, Ciwalk(Cihampelas Walk), PVJ (Paris Van

    Java) dan masih ada tempat strategis lainnya.

    2. Besar pengaruh dari dimensi loyalitas merek dan asosiasi merek

    adalah sebesar 35,3% mempengaruhi keputusan pembelian

    konsumen. Besar masing-masing pengaruh antara lain loyalitas

    merek memberikan pengaruh sebesar 26,6% sedangkan asosiasi

    merek memberikan pengaruh sebesar 8,7%. Loyalitas merek

  • 48

    mempunyai peranan yang lebih penting dalam pembentukan ekuitas

    merek. Pada dasarnya responden pada penelitian ini termasuk pada

    kelompok commited buyer pada tingkatan piramida loyalitas.

    Sementara itu Asosiasi merek pun memberikan kontribusi pada

    keputusan pembelian. Sebelum melakukan pembelian, tentunya

    konsumen pun mencari informasi tentang merek yang akan ia pilih.

    Brand image yang baik pastinya akan dipilih oleh konsumen sebagai

    keputusan pembelian konsumen. Merek J.co Donuts and Coffee

    memberikan pencitraan yang baik di benak konsumen, sehingga

    merek tersebut telah dipercaya konsumen.

    3. Dimensi ekuitas merek yang paling mempengaruhi keputusan

    pembelian adalah dimensi loyalitas merek dengan memberikan

    pengaruh sebesar 26.6%. Konsumen J.co Donuts and Coffee

    membuktikan bahwa mereka telah memberikan sikap loyal terhada

    merek tersebut. Dapat diketahui pada saat olah data ternyata

    konsumen selalu membeli donat di J.co Donuts and Coffee minimal

    satu bulan sekali. Konsumen yang loyal juga akan secara sukarela

    merekomendasikan untuk menggunakan merek tersebut kepada orang

    lain yang pada akhirnya akan meningkatkan keuntungan perusahaan.

    Hal tersebut tentunya akan memberikan dampak yang positif pada

    nilai dari ekuitas merek J.co Donuts and Coffee.

    5.2 Saran

    Setelah memberikan gambaran mengenai kesimpulan yang diambil dari

    hasil tahapan analisis dan pembahasan, selanjutnya peneliti akan memberikan

    rekomendasi atau saran kepada pihak perusahaan. Saran-saran tersebut

    diantaranya adalah :

    1. Setelah mengetahui dimensi mana saja yang mempengaruhi

    keputusan pembelian, ada 2 dimensi yang belum mempengaruhi.

    Diantarnya adalah dimensi kesadaran merek dan dimensi kesan

    kualitas. Oleh karena itu pihak J.co Donuts and Coffee harus

  • 49

    meningkatkan tingkat kesadaran merek mereka dengan

    memberikan promosi penjualan ataupun memberikan media iklan

    yang menarik sehingga konsumen akan lebih tertarik untuk

    membeli J.co Donuts and Coffee. Selain itu pihak J.co Donuts and

    Coffee harus meningkatkan kualitas nya dengan memberikan harga

    yang terjangkau di kalangan mahasiswa. Karena sebagian besar

    pelanggan J.co Donuts and Coffee adalah mahasiswa yang memang

    belum mendapatkan penghasilan secara tetap.

    2. Pihak J.co Donuts and Coffee perlu memfokuskan kebijakan

    pemasarannya pada usaha untuk mempertahankan dan memelihara

    serta meningkatkan loyalitas konsumen terhadap merek J.co

    Donuts and Coffee. Menjalin kedekatan dengan pelanggan sangat

    perlu dilakukan agar loyalitas konsumen terhadap J.co Donuts and

    Coffee selalu dapat dipertahankan. Selain itu pihak J.co Donuts and

    Coffee pun sangat perlu menaruh perhatian pada peningkatan

    asosiasi merek karena pada saat ini telah masuk pada globalisasi,

    tidak menutup kemungkinan bahwa akan ada lagi merek-merek

    donat dari luar negeri yang akan menyaingi merek J.co Donuts and

    Coffee. Perusahaan perlu menanamkan persepsi positif di benak

    konsumen bahwa merek J.co Donuts and Coffee adalah merek

    yang berkualitas daripada merek pesaingnya dan dengan

    memberikan harga yang terjangkau.

    3. Loyalitas merek adalah dimensi yang paling berpengaruh

    dibandingkan dengan ketiga dimensi lainnya, sehingga pihak J.co

    Donuts and Coffee harus memberikan bentuk penghargaan atau

    apresiasi kepada konsumen yang telah loyal. Bentuk apresiasi

    tersebut bisa berupa dengan kartu keanggotaan J.COmmunity,

    memberikan fasilitas seperti diskon sebesar x% atau memberikan

    hadiah misalnya mug(gelas) dari J.co Donuts and Coffee bagi

    konsumen yang membeli di atas 1 lusin. Selain itu, setelah

    memberikan fasilitas Wi-fi atau hotspot area di gerai J.co Donuts

  • 50

    and Coffee, perusahaan juga disarankan agar bisa membuat acara

    musik live pada hari-hari tertentu agar menambah kenyamanan

    kepada konsumen.