PENGARUH DUKUNGAN SOSIAL DAN HEALTH...
Transcript of PENGARUH DUKUNGAN SOSIAL DAN HEALTH...
PENGARUH DUKUNGAN SOSIAL DAN HEALTH BELIEF MODEL TERHADAP PERILAKU DIET SEHAT PADA WANITA
DEWASA AWAL
Skripsi diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam
memperoleh gelar Sarjana Psikologi
Disusun oleh :
Dick Hurry Maulana
1110070000017
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2015
PENGARUH DUKUNGAN SOSIAL DAN HEALTH
BELIEF MODEL TERHADAP PERILAKU DIET
SEHAT PADA WANITA DEWASA AWAL
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Psikologi
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoieh
Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi)
Oieh:
Dick Hurry Maulana NIM: 1110070000017
Pembimbing
CY
Dr. Rena La fa,1 t.Psi NIP: 19820929 200801 2 004
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1436 11/2015 M
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi berjudul "PENGARUH DUKUNGAN SOSIAL DAN HEALTH
BELIEF MODEL TERHADAP PERILAKU DIET SEHAT PADA WANITA
DEWASA AWAL" telah diujikan dalam Sidang Munaciasyah Fakultas Psikologi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada 30 April 2015. Skripsi
ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana psikologi
(S.Psi) pada Fakultas Psikologi.
Jakarta, 30 April 2015
Sidang Munauasyah
Dekan/ Ketua Merangkap Anggota
Wakil Dekan/ Sekertari e angkap nggota
Prof. Dr. Abd. Mujib, .Ag, M.Si Dr. Abd. Rahman Shaleh, M.Si NIP: 19680641 199703 1 001 NIP: 19720823 199903 1 002
Anggota
Dr. Risatianti Kolopaking, Psi Ilmi Amalia, M.Psi NIP: 20120401 0901 NIP: 198210142011012005
Dr. Rena Latifa, M.Psi NIP: 19820929 20080 1 2004
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar sarjana strata satu (Si) di UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya saya atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jak. a, 10 April 2015
IL IL
4, TrettAli
269445997
NIM: 1110070000017
E-mail: [email protected]
MOTTO
Rasulullah SAW bersabda: “Miduplah engkau di dunia
seakan-akan orang asing atau pengembara. Jika kamu
berada di sore harijangan tunggu pagi hari, dan jika
kamu berada di pagi hari jangan tunggu esok hari,
gunakanlah kesehatanmu untuksakitmu dan
kehidupanmu untuk matimu”. (MR. Al-Bukhari)
“Midup sehat merupakan investasi
Untuk mencapai masa depan yang lebih baik”
Slow, But Sure ...
Skripsi ini penulis persembahkan special untuk kedua orang tua, adik tercinta, dan seseorang yang senantiasa mendukung dan menyayangi sepenuh hati, serta untuk sahabat- sahabat dan semua orang yang telah membantu dan mendo’akan. Terima kasih atas kebersamaan yang indah ini.
ABSTRAK
(A)Fakultas Psikologi (B) April 2015 (C) Dick Hurry Maulana (D)Pengaruh Dukungan Sosial dan Health Belief Model Terhadap Perilaku
Diet Sehat pada Wanita Dewasa Awal (E) xvi + 85 Halaman + Lampiran (F) Kesehatan adalah suatu hal yang pokok dan penting bagi setiap orang,
akan tetapi kebanyakan orang sering melupakan hal tersebut. Biasanya apabila sudah jatuh sakit hal ini baru disadari oleh penderita. Maka dari itu, kebutuhan akan kesehatan menjadi mutlak diperlukan oleh tubuh. Diet merupakan cara yang mudah dan sering menjadi andalan untuk menjaga tubuh tetap fit dan sehat. Diet sehat dilakukan dengan mengkonsumsi makanan yang baik, bergizi, serta melakukan aktivitas fisik tentu saja akan meningkatkan stamina tubuh, sehingga kesehatan kita akan selalu terjaga. Semua hal yang mendukung kesehatan individu tidak lepas dari dukungan orang sekitar dan persepsi diri bahwa diet sehat itu adalah sebuah kewajiban. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh dukungan sosial (dukungan emosi atau penghargaan, dukungan nyata dan instrumen, dukungan informasi, dan dukungan persahabatan), dan health belief model (perceived susceptibility, perceived severity, perceived benefits, perceived barriers, cues to Action, dan self-efficacy) terhadap perilaku diet sehat. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 314 orang wanita usia dewasa awal yang melakukan diet (mengurangi konsumsi makanan, minuman yang mengandung kalori tinggi, lemak tinggi, dan melakukan aktifitas fisik) paling kurang selama satu bulan. Hasil uji hipotesis menunjukkan nilai RSquare = 0.682, artinya adalah proporsi varian dari perilaku diet sehat yang dijelaskan oleh semua independen variabel sebesar 68,2%, sedangkan 31,8% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti. Terdapat lima variabel yang memiliki pengaruh signifikan terhadap perilaku diet sehat yaitu dukungan emosi atau penghargaan, dukungan informasi, perceived severity, cues to action, dan self-efficacy.
(G)Bahan bacaan 31 Jurnal+ 3 E-book + 4 Buku
ABSTRACT
(A)Faculty of Psychology (B) April 2015 (C) Dick Hurry Maulana (D)Effect of Social Support and Health Belief Model Against the Behavior of
a Healthy Diet in Early Adult Women (E) xvi + 85 pages + Attachment (F) Health is a basic and important thing for everyone, but most people often
forget about it. Usually when they got sick it was realized by the patient. Therefore, the need for health becomes absolutely necessary for the body. Diet is an easy way and mainstay to keep your body fit and healthy. Diet is an easy way and often a mainstay to keep your body fit and healthy. A healthy diet is done by eating good, nutritious, and physical activity that will improve stamina, so that our health will always be maintained. All the things that support the health of the individual can not be separated from the support of people around and the self-perception that a healthy diet is required. The purpose of this study was to determine the effect of social support (emotional support or appreciation, real support and instruments, informational support, and friendship support), and the health belief model of (perceived susceptibility, perceived severity, perceived benefits, perceived barriers, cues to Action, and self-efficacy) against the behavior of a healthy diet. The sample in this study as many as 314 people early adulthood women who go on a diet (reducing the consumption of food, beverages that contain high calorie, high fat diet, and physical activity) at least for one month. Hypothesis test show the value Rsquare = 0.682, meaning that is the proportion of variance of healthy dietary behavior described by all the independent variables by 68.2%, while 31.8% is influenced by other variables not examined. There are five variables that had a significant influence on the behavior of a healthy diet that is emotional support or appreciation, support information, perceived severity, cues to action, and self-efficacy.
(G)Reading material 31 Journal+ 3 E-books + 4 Books
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahiim
Alhamdulillahi rabbil’alamin, Segala puji dan syukur kehadirat Sang Maha
Pencipta Allah S.W.T atas segala rahmat, kekuatan dan hidayah yang diberikan-
Nya dan salam selalu tercurah limpah kepada suri tauladan kita, sebaik-baik
pemimpin dengan keteladanan, Nabi Muhammad S.A.W dalam kesempatan ini,
penulis mengucapkan syukur untuk segala anugrah tiada terkira yang telah
diberikan kepada penulis selama ini sehingga dapat melalui proses studi dan
menyelesaikan skripsi ini dengan judul “pengaruh dukungan sosial dan health
belief model terhadap perilaku diet sehat pada wanita dewasa awal”.
Terwujudnya skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak yang telah
mendorong, mendukung dan membimbing penulis, baik tenaga, ide-ide, maupun
pemikiran. Oleh karena ini, perkenankan penulis untuk mengucapkan terima kasih
tak terhingga kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Abdul Mujib, M.Ag,. M.Si, Dekan Fakultas Psikologi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta beserta jajarannya yang
telah memberi kesempatan pada penulis untuk mengembangkan kemampuan
sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.
2. Ibu Neneng Tati Sumiati, M.Si, Psi, dosen pembimbing akademik yang telah
membimbing, mengarahkan dan memotivasi penulis selama perkuliahan.
3. Ibu Dr. Rena Latifa, M.Psi, dosen pembimbing yang banyak memberikan
bimbingan, meluangkan waktu, tenaga, pikiran, dan motivasi, serta dengan
kesabaran membimbing hingga terselesaikannya skripsi ini dengan maksimal.
4. Ibu Dr. Dra. Risatianti Kolopaking, Psi, dosen mata kuliah psikologi
kesehatan yang telah memberikan inspirasi untuk menjalankan gaya hidup
sehat dan membuat penulis tertarik untuk menjadikan perilaku diet sehat
sebagai penelitian penulis.
5. Seluruh Dosen Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah
banyak memberikan ilmu dan pembelajaran bagi penulis.
6. Pak Dedi, Pak Ayung, Pak Deden, Pak Alex serta seluruh staff pegawai
akademik, umum, keuangan dan perpustakaan Fakultas Psikologi dan
perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memudahkan
penulis dalam proses administrasi selama ini.
7. Yang tercinta kedua orang tua penulis, Bapak dan mamak yang telah
memberikan banyak kasih sayang, pengorbanan, keikhlasan do’a, serta materi
yang tiada tara, kalianlah motivasi terbesar dalam terselesainya skripsi ini dan
maafkan penulis yang sudah mengecewakan kalian.
8. Yang tersayang Deky dan Lala (boyat), Adik-adik penulis yang sebenarnya
sangat jarang bertemu, yang selalu menanyakan penulis untuk pulang
kerumah, selalu mendengarkan cerita penulis tentang perantauan. Terima
kasih atas dukungan dan do’anya. Salam rindu untuk kalian
9. Keluarga Besar di Aceh Utara dan Aceh Tengah, Pon Adi, Pon Gus, Pon Yan,
Pon Adi Amor, Pon Mbek, Pon Ijal, Om Fadli, Bunda Ipah, Bunda Ina, Bunda
Iin, Bunda Shirley, Bunda Du, Bunda Cut, mereka semua adalah ayah dan ibu
kedua bagi penulis. Besar rasa hormat penulis untuk kalian.
10. Yang terkasih Devi, yang sudah membuka mata penulis dalam hal menghargai
waktu, yang selama ini menyemangati, mendengarkan keluh kesah, membatu
dengan terlibat langsung pada skripsi ini, dan juga menyusahkan penulis.
Semoga apa yang selama ini dilakukan dan diperjuangkan akan berbuah manis
pada waktunya, kebaikan ini akan memudahkan segala urusan yang sedang
dihadapi.
11. Sahabat Salman, yang menjadi teman diskusi penulis, menjadi guru dalam hal
apapun khususnya dalam hal pengolahan data, dan menjadi teman kost selama
empat tahun.
12. Sahabat Ferdi, Soleh, Al, Denny, Shafhan, dan John, yang selalu bersama-
sama lima tahun ini dalam susah maupun senang, berjuang bersama dalam
perantauan, dan bercanda tawa bersama. Terima kasih atas dukungan dan do’a
yang diberikan kepada penulis.
13. Sahabati Intan, Azka, Sarah, Rani, Palupi, Laily, Mayang, Amelia, Aufa, dan
Irza, yang dalam lima tahun sudah bersama-sama, bercanda tawa bersama, dan
menemani hari penulis. Terima kasih atas dukungan dan do’anya.
14. Teman-teman angkatan 2010 kelas A, terima kasih atas empat tahun
kebersamaan ini. Kritik, saran dan dukungan kalianlah yang membuat penulis
semangat menyelesaikan skripsi ini, serta untuk kelas 2010 B,C, dan D.
15. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih untuk
segala do’a dukungan dan bantuan yang telah diberikan untuk membantu
penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Semoga segala bantuan yang telah diberikan akan dibalas berlipat ganda oleh
Allah SWT. Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, segala kritik dan saran yang membangun akan berguna agar pada
penulisan selanjutnya dapat menghasilkan karya yang lebih baik lagi. Semoga
skripsi ini dapat bermanfaat bagi siapa pun yang membacanya.
Jakarta, April 2015
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................... ii HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................... iii HALAMAN PERNYATAAN ........................................................................... iv HALAMAN MOTTO ........................................................................................ v HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................ vi ABSTRAK ......................................................................................................... vii KATA PENGANTAR ....................................................................................... viii DAFTAR ISI ...................................................................................................... xi DAFTAR TABEL .............................................................................................. xii DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xiii DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xv
BAB 1. PENDAHULUAN ............................................................................. 1 1.1. Latar Belakang Masalah .............................................................. 1 1.2. Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah ........................... 12
1.2.1. Pembatasan masalah .......................................................... 12 1.2.2. Perumusan masalah .......................................................... 13
1.3. Tujuan Penelitian ........................................................................ 13 1.4. Manfaat Penelitian ...................................................................... 13 1.5. Sistematika Penulisan ................................................................. 14
BAB 2. LANDASAN TEORI ....................................................................... 16 2.1. Perilaku diet .....16
2.1.1. Definisi perilaku diet .....16 2.1.2. Tugas perkembangan dan perilaku diet pada wanita dewasa
awal ................................................................................. 18 2.1.2.1. Tugas perkembangan fisik ................................... 18 2.1.2.2. Perilaku diet pada wanita dewasa
awal ..................................................................... 20 2.1.3. Jenis perilaku diet ............................................................. 20
2.1.3.1. Perilaku diet sehat ................................................ 22 2.1.3.2. Aspek dan pengukuran perilaku diet
sehat .................................24 2.1.4. faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku diet .............. 26
2.2. Dukungan Sosial .............27 2.2.1. Definisi dukungan sosial ..............27 2.2.2. Jenis atau bentuk dukungan sosial ........ 29 2.2.3. Pengukuran dukungan sosial ..............30
2.3. Health Belief Model .................30 2.3.1. Definisi health belief model .................. 30 2.3.2. Aspek Health BeliefModel ................................... 32 2.3.3. Pengukuran ..................................................34
2.4. Kerangka Berpikir ...............35
2.5. Hipotesis Penelitian ..... 37 2.5.1. Hipotesis mayor .......37 2.5.2. Hipotesis minor ...... 37
BAB 3 METODE PENELITIAN ................................................................. 39 3.1. Populasi dan Sampel Penelitian ...................................39 3.2. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel ........40 3.3. Pengumpulan Data ......................41
3.3.1. Instrumen penelitian ........................................................ 41 3.4. Uji Validitas Instrumen Penelitian ............................................. 44
3.4.1. Uji validitas konstruk skala Perceived susceptibility ......46 3.4.2. Uji validitas konstruk skala perceived severity ........47 3.4.3. Uji validitas konstruk skala perceived benefits... 49 3.4.4. Uji validitas konstruk skala perceived barriers .......... 50 3.4.5. Uji validitas konstruk skala cues to action ...........51 3.4.6. Uji validitas konstruk skala self-efficacy ........................ 52 3.4.8. Uji validitas konstruk skala dukungan emosi atau
penghargaan ........................................................................ 53 3.4.8. Uji validitas konstruk skala dukungan nyata dan
instrumen ........................................................................ 55 3.4.9. Uji validitas konstruk skala dukungan informasi .......56 3.4.10. Uji validitas konstruk skala dukungan persahabatan ...... 57 3.4.11. Uji validitas konstruk skala perilaku diet ...................... 58
3.5. Metode Analisis Data .................................................................. 60
BAB 4 HASIL PENELITIAN ....................................................................... 62 4.1. Gambaran Umum ........................................................................ 62
4.1.1. Gambaran subjek penelitian ........62 4.2. Statistik Deskriptif Variabel Penelitian ...................................... 69 4.3. Pengelompokan Subjek Berdasarkan Variabel Penelitian .......... 65 4.4. Uji Hipotesis Penelitian .............................................................. 69
4.4.1. Analisis regresi variabel penelitian ....... 69 4.4.1.Uji proporsi varians independent variabel ..........74
BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI DAN SAARAN .................................... 77 5.1. Kesimpulan .................................................................................. 77 5.2. Diskusi ......................................................................................... 78 5.3. Saran ............................................................................................ 82
5.3.1. Saran Teoritis ..................................................................... 82 5.3.2. Saran Praktis ...................................................................... 83
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 85 LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Bagan Kerangka Berpikir ....... 40
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1. Skor untuk pernyataan positif dan negatif .................................. 44 Tabel 3.2. Blueprint skala pengukuran dukungan sosial ...............45 Tabel 3.3. Blueprint skala pengukuran perilaku diet ........................... 46 Tabel 3.4. Blueprint skala pengukuran health belief model 47 Tabel 3.5. Muatan faktor item perceived susceptibility ......... 50 Tabel 3.6. Muatan faktor item perceived severity .............................51 Tabel 3.7. Muatan faktor item perceived benefits ........................................... 53 Tabel 3.8. Muatan faktor item perceived barrier ............................................ 54 Tabel 3.9. Muatan faktor item cues to action ..................................................... 55 Tabel 3.10. Muatan faktor item self-efficacy ..............56 Tabel 3.11. Muatan faktor item dukungan emosi atau penghargaan .................. 58 Tabel 3.12. Muatan faktor item dukungan nyata dan instrumen ........................ 59 Tabel 3.13. Muatan faktor item dukungan informasi ......................................... 60 Tabel 3.14. Muatan faktor item dukungan persahabatan ............... 61 Tabel 3.15. Muatan faktor item perilaku diet ................................ 63 Tabel 4.1. Gambaran umum subjek penelitian .................................................. 67 Tabel 4.2. Analisis deskriptif variabel penelitian ................69 Tabel 4.3. Kategorisasi responden penelitian .......................71 Tabel 4.4. Tabel R square......................................................... .............. 74 Tabel 4.5. ANOVA 75 Tabel 4.6. Koefisien regresi .............................................................................. 76 Table 4.7. Proporsi varian perilaku diet sehat pada
setiap variabel indevenden ............ 80
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran A Kuesioner penelitian............................. ............................ Lampiran B Path diagram CFA .............................................................. Lampiran C Syntax lisrel ........................................................................ Lampiran D Output deskriptif dan regresi ................................................
BAB 1
PENDAHULUAN
Dalam bab pendahuluan ini akan dibahas mengenai latar belakang penelitian,
perumusan dan pembatasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan
sistematika penulisan.
1.1. Latar Belakang Masalah
Kesehatan merupakan salah satu aspek yang penting dalam kehidupan manusia.
Kesehatan menurut WHO dapat diartikan sebagai suatu keadaan sehat utuh secara
fisik, mental, dan sosial, dan bukan hanya suatu keadaan yang terbebas dari penyakit,
cacat dan kelemahan (Smet, 1994).
Kesehatan adalah suatu hal yang pokok dan penting bagi setiap orang, akan
tetapi kebanyakan orang sering melupakan hal tersebut. Biasanya apabila sudah jatuh
sakit hal ini baru disadari oleh penderita. Maka dari itu, kebutuhan akan kesehatan
menjadi mutlak diperlukan oleh tubuh. Dalam keseharian, sebenarnya asupan
makanan, minuman, gizi yang diserap oleh tubuh, aktivitas fisik seperti olahraga
harus menjadi perhatian utama. Mengkonsumsi makanan yang baik, bergizi, dan halal
tentu saja akan meningkatkan stamina tubuh, sehingga kesehatan kita akan selalu
terjaga.
Dalam promosi kesehatan dan pencegahan penyakit, Amerika memiliki
tingkat kepedulian tinggi di bidang gizi. Makanan adalah topik yang populer di surat
kabar, majalah, dan talk-show. Pemerintah juga mengeluarkan laporan tentang
1
2
kesehatan secara teratur, dan penelitian tentang subjek ini sering dilaporkan di televisi
sebelum jurnal ilmiah disebarkan ke perguruan tinggi dan perpustakaan universitas
diseluruh negeri. Sayangnya, banyak informasi yang ada pada publik tidak dapat
diandalkan dan tidak didasarkan pada pengetahuan ilmiah. Hal ini menambah
kebingungan terhadap perbedaan pendapat di antara ilmuwan dan pengertian di
masyarakat walaupun hal tersebut terinformasi dengan baik. (Jansen, 1990)
Belloc dan Breslow (1972) mengatakan terdapat beberapa kategori dalam
perilaku nonmedis pada status kesehatan dan risiko kesehatan yang ada dalam
keseharian setiap orang. Prilaku ini diantaranya durasi tidur, kebiasaan makan, jumlah
yang dimakan, manajemen berat badan, dan aktifitas fisik (olahraga, berenang,
berjalan, bekerja di kebun).
Setiap orang ingin sehat dan setiap orang ingin memiliki tubuh yang sehat,
bentuk tubuh serta berat badan yang ideal. Hal ini dilatar belakangi oleh alasan
kesehatan, serta berat badan yang mempengaruhi penampilan seseorang. Penampilan
dan kesehatan merupakan suatu hal yang sering kali mendapat perhatian khusus, dan
setiap individu berusaha agar penampilanya terlihat sehat dan sempurna di
lingkungan sosialnya. Hal ini sangat wajar, mengingat salah satu dari lima kebutuhan
dasar manusia menurut maslow adalah kebutuhan akan penghargaan diri. Jika
kebutuhan harga diri dan penghargaan dari orang lain tidak terpenuhi, individu
tersebut akan merasa tidak berdaya dan merasa rendah diri atau minder (Alwisol,
2009).
3
Wanita muda lebih mungkin untuk mengadopsi nilai - nilai yang berdasar
pada penampilan luar (Harper, 2009). Hal ini dikarenakan pada masa tersebut seorang
wanita ingin selalu terlihat menarik, dan sehat di depan teman, pasangan atau rekan
kerja mereka. Selain itu, orang yang berada pada fase dewasa awal ingin mencapai
kedekatan dengan orang lain dan berusaha menghindar dari sikap menyendiri
(Papalia, 2009). Penelitian yang dilakukan pada 803 orang di Amerika, menunjukkan
bahwa dibandingkan dengan laki – laki, perempuan lebih memberikan perhatian pada
kesehatan dan tubuh mereka (Wood, 2006).
Berdasarkan pemikiran tersebut, diet merupakan salah satu cara yang efektif
dan efisien untuk memiliki atau mencapai berat badan normal. Individu yang mampu
mengatur pola kebiasaan makan secara sehat (diet), akan mampu menjaga stabilitas
berat badannya dengan baik sehingga ia dapat terhindar dari kegemukan ataupun
kelebihan berat badan (Dariyo, 2004).
Diet merupakan sesuatu yang sangat menarik pada jaman sekarang, dengan
pola makan yang tidak terbatas, banyak pilihan serta citra rasa tinggi, adakalanya
menyebabkan obesitas dan membuat tubuh menjadi kurang sehat. Banyak orang
berlomba-lomba untuk membuat tubuh menjadi langsing agar terlihat sehat. Sejauh
ini wanita lebih menyukai diet untuk menurunkan berat badan dan sehat. Kim dan
Lennon (2006) menjelaskan bahwa diet mencakup poal-pola perilaku bervariasi dari
pemilihan makanan yang baik untuk kesehatan sampai pembatasan sangat ketat akan
konsumsi kalori. Menurut Calhoun (1995) pada tahun 1984 suatu perusahaan riset
pasar melaporkan bahwa sebanyak 30% dari wanita Amerika dan 16 % pria
4
melakukan diet. Data nasional di Amerika juga menyatakan bahwa, sekitar 44%
wanita mencoba untuk menurunkan berat badan mereka dan sisanya kurang lebih
26% wanita mencoba mempertahankan berat badan mereka. Berdasarkan data
tersebut lebih dari dua pertiga wanita dimana mayoritas berat badan mereka normal,
tapi mereka semua aktif mengendalikan berat badan mereka(French, Perry, Leon, &
Fulkerson, 1995).
Kesadaran seseorang untuk menjaga kesehatan juga ditandai dengan
pembatasan diri pada konsumsi makanan. Peneliti menemukan bahwa wanita yang
telah melakukan diet yang sehat dan merasakan manfaat dari diet yang sehat akan
membantu teman-temannya yang lain untuk melakukan diet yang sehat. Begitu juga
dengan remaja wanita yang melakukan diet, wanita pada usia 20 – 30 tahun
melakukan diet bukan hanya untuk mempercantik diri tetapi juga untuk menjaga
kesehatan (Papalia, 2009).
kebanyakan wanita usia 30 tahun ke atas, mereka melakukan diet untuk
mengembalikan bentuk tubuh, karena pada usia tersebut biasanya wanita mengalami
perubahan bentuk tubuh. Centers for Disease Control and Prevention (CDC),
mengungkapkan penyakit jantung dan stroke banyak ditemukan di kalangan remaja
dan dewasa muda karena kebiasaan mengkonsumsi makanan siap saji. Tidak
sedikitnya penderita penyakit seperti jantung dan stroke yang berusia dewasa muda
membuat kebanyakan wanita pada usia dewasa muda atau sekitar 20 – 30 tahun mulai
menyadari kadar kolesterol atau kadar lemak pada makanan yang mereka konsumsi.
5
Disebutkan dalam Weight Loss Plan (2012), beberapa tahun yang lalu orang-
orang dewasa mungkin belum terlalu sadar akan kadar kolesterol yang ada pada
tubuh mereka, tapi sekarang orang - orang dewasa mulai menyadari bagaimana
kolesterol mempengaruhi hidup mereka. Mengontrol kolesterol melalui diet dan jika
diperlukan dengan obat, secara signifikan dapat mengurangi resiko terkena penyakit
jantung koroner (Papalia, 2009).
Pengaturan pola makan yang sesuai aturan dengan tujuan untuk menjaga
kesehatan dan mencapai berat badan yang ideal disebut diet yang sehat. Diet sehat
dapat membuat seseorang memiliki tubuh ideal, tanpa mendatangkan efek samping
yang berbahaya bagi tubuh.
Para peneliti mengungkapkan strategi sukses yang paling efektif untuk
menurunkan berat badan adalah mengkonsumsi sedikit lemak dan banyak
berolahraga. Meski terdengar klise, tapi cara ini memang terbukti efektif dan benar.
Partisipan dari National Health and Nutritional Examination Survey melaporkan
adanya penurunan berat badan minimal 5 persen dari berat badan semula jika mereka
melakukan pola sedikit lemak dan banyak berolahraga. Serta penurunan minimal 10
persen berat badan jika digabung dengan program penurunan berat badan (Ashton,
2010). Dalam uji coba yang dilakukan secara acak dari 201 mahasiswi yang
menjalani program pengontrolan berat badan, kombinasi diet dan olahraga selama 12
bulan menghasilkan penurunan berat badan yang signifikan dan meningkatkan
kebugaran pernapasan dan jantung (Papalia, 2007).
6
Para wanita yang telah berhasil melakukan diet pun tidak sedikit yang terus
mempertahankan diet mereka meskipun berat badan mereka sudah normal. Mereka
melakukan diet dalam upaya untuk menjaga kesehatan tubuh dan menghindarkan
mereka dari penyakit - penyakit akibat pola makan yang tidak sehat. Mereka
melakukan diet dengan mengatur pola makan menjadi pola makan yang sehat dan
berolahraga.
Permasalahan yang akan timbul nantinya adalah perilaku diet yang dipilih
oleh wanita. keharusan untuk mendapatkan berat badan yang ideal dengan proses
cepat dan mudah yang membuat para wanita akan melakukan diet tidak sehat, seperti
pola makan yang tidak sehat, puasa dengan berlebihan, olahraga yang berlebuhan,
dan lainnya.
Seperti penelitian yang dilakukan Erdianto (2009) terhadap kecenderungan
penyimpangan perilaku makan pada wanita usia dewasa awal di FISIP UI
mengatakan bahwa meskipun IMT responden normal, tetap merasa bahwa diri
mereka gemuk (38,8%). Perasaan gemuk dirasakan oleh mahasiswi karena tubuh
yang terlihat besar (81,5%) sehingga tidak terlihat menarik. Selain itu, responden juga
merasa takut jika berat badan naik dan menjadi gemuk (28,7%). Sebanyak 40,3%
responden pernah berdiet dalam kurun waktu satu tahun terakhir. Alasan terbanyak
dari wanita berdiet adalah keinginan untuk mencegah naiknya berat badan (85,2%)
dan keinginan untuk mendapat bentuk tubuh yang menarik (81,5%).
Perilaku diet yang dilakukan oleh mereka yang memiliki IMT dan berat badan
yang sudah normal bahkan kurang, dikhawatirkan akan terjadi kekurangan asupan
7
gizi yang dapat mempengaruhi aktivitas sehari-hari. Persepsi negatif yang mahasiswi
miliki mengenai tubuh yang ideal mengakibatkan adanya usaha-usaha obsesif
terhadap kontrol berat badan.
Penelitian Erdianto (2009) menemukan cara berdiet yang pernah dilakukan
oleh responden adalah dengan mengurangi frekuensi makan (63%), mengurangi
konsumsi lemak (59,3%), mengurangi konsumsi karbohidrat (55,6%), dan melakukan
olah raga secara berlebihan dengan waktu yang lebih lama (40,7%).
Penelitian yang dilakukan oleh Hendrayati (2007) menghasilkan 95.56%
responden memiliki pola makan yang tidak sehat dengan kategori gizi tidak
seimbang. Perbandingan antara IMT dan asupan gizi menunjukan bahwa 71.1%
responden memiliki IMT normal namun intake mereka kurang. Sedangkan hasil yang
mengkhawatirkan yaitu 17.78% responden masuk ke dalam kategori kurus dan
mereka juga memiliki intake yang kurang.
Penelitian lain yang dilakukan Ginting (2002) dalam Mulia (2010)
menunjukkan bahwa mahasiswa non kesehatan masih kurang dalam memilih menu
makanan dan menentukan waktu makan yang baik, pernyataan ini terbukti dari hasil
penelitian yang menunjukkan bahwa hanya 12,9% memilih menu makanan kategori
baik dan 14,3% mahasiswa non kesehatan yang memilih waktu makan kategori baik.
Tidak mudah bagi seseorang untuk memutuskan melakukan diet dengan tepat,
terutama diet yang sehat. Dukungan seperti pemberian informasi tentang diet yang
sehat, pemberian menu makanan yang sehat serta penghargaan bagi pemilihan menu
makanan yang sehat sangat diperlukan bagi seseorang yang ingin menjalankan
8
program diet yang sehat. Untuk itu, diperlukan pengaruh dukungan sosial dari
lingkungannya. Survei dari International Food Information Council Foundation pada
tahun 2011 menyatakan bahwa secara signifikan, sebesar 36% dukungan dari
keluarga dan teman menjadi sumber yang mempengaruhi peningkatan diet yang
sehat. Melakukan diet berarti membatasi dengan cermat konsumsi kalori atau jenis
makanan tertentu, selama dilakukan dengan proporsional dengan memperhatikan
kebutuhan tubuh, diet dapat membuat berat badan berkurang dan tubuh tetap sehat.
Akan tetapi jika dilakukan secara sembarangan dapat berakibat fatal. Menurut survey
Horm dan Anderson (2008) menunjukkan bahwa 40 % perempuan melakukan
pengurangan berat badan secara tidak sehat. Banyak pakar kesehatan yang
menyalahkan program diet yang akhir-akhir ini mengakibatkan peningkatan
terjadinya anoreksia atau kegagalan makan yang kronis, yang mengakibatkan
setengah kelaparan, dan terjadinya bulimia, dengan usaha memuntahkan kembali,
berpuasa, atau penyalahgunaan obat pencahar berlebihan (Calhoun, 1995).
Seseorang dengan pola makan yang tidak sehat atau tidak seimbang mungkin
saja tidak melakukan diet. Hal ini karena orang tersebut tidak mendapatkan dukungan
sosial berupa dukungan informasi tentang akibat dari pola makan yang tidak sehat.
Dukungan sosial dapat memiliki efek yang bermanfaat pada pemilihan makanan dan
perubahan diet yang sehat (Devine, 2005).
Orang yang memiliki berat badan lebih tetapi tidak memiliki kesadaran akan
kondisinya tersebut sangat mungkin untuk tidak melakukan diet. Jika hal tersebut
terjadi pada seorang anak maka dukungan sosial berupa dukungan instrumental dari
9
sang ibu sangat berpengaruh pada perubahan pola makannya (Ireland, 2010).
Dukungan instrumental tersebut dapat berupa penyediaan menu makanan sehat untuk
dikonsumsi setiap harinya sehingga bisa melakukan diet yang sehat.
Bentuk dukungan sosial lainnya adalah dukungan emosi yang berupa
perhatian dan kepedulian. Banyak orang yang melakukan diet, tetapi tidak banyak
orang yang melakukan diet yang sehat. Diet bisa saja dilakukan dengan
mengkonsumsi obat penurun berat badan, tapi tentu saja itu bukanlah diet yang sehat.
Untuk itulah diperlukan perhatian dan kepedulian dari orang terdekat bagi orang yang
memutuskan untuk melakukan diet. Perhatian dan kepedulian dari orang-orang
terdekat dapat mempengaruhi seseorang untuk melakukan diet yang sehat. Seseorang
yang ingin melakukan diet akan melakukan diet yang sehat ketika orang-orang di
sekitarnya memberikan rasa peduli terhadap pola makan, makanan yang
dikonsumsinya dan cara orang tersebut melakukan diet. Dukungan sosial dari dalam
rumah tangga dan dari teman sekerja secara positif berhubungan dengan perbaikan
konsumsi buah dan sayuran dan dengan tahap perbaikan kebiasaan makan secara
berturut-turut (Sorensen, 2005).
Selain itu, pada dasarnya para pelaku diet membutuhkan dukungan
penghargaan ketika melakukan diet terutama diet yang sehat. Dengan adanya
penghargaan terhadap pola makan yang sehat, akan mempengaruhi seseorang untuk
melakukan diet yang sehat ketimbang dengan membeli obat-obatan untuk
mendapatkan hasil yang instant.
10
Berkaitan dengan perilaku kesehatan, Rosenstock (1966) menyusun model
tentang bagaimana keyakinan individu mempengaruhi seseorang untuk memilih
perilaku yang lebih sehat. Teorinya dikenal sebagai health belief model atau disingkat
dengan istilah HBM. Health belief model merupakan salah satu pendekatan
psikososial yang paling banyak digunakan untuk menerangkan perilaku yang
berhuhungan dengan kesehatan. Faktor utama dari teori ini adalah macam-macam
keyakinan (belief) yang dimiliki seorang individu memengaruhi perilaku sehatnya.
Dengan memfokuskan pada keyakinan atau penilaian individu tentang kesehatannya,
teori ini mengorganisasikan info tentang kesehatannya dan faktor yang memengaruhi
individu dalam mengubah tingkah laku sehatnya (Taylor, 2006).
Health belief model (HBM) telah lama dikenal sebagai salah satu model yang
paling berpengaruh dan paling popular dalam usaha menerangkan tingkah laku
kesehatan, baik dalam mencegah timbulnya penyakit maupun dalam mencegah
bertambahnya penyakit yang telah berkembang. Teori ini menekankan pada aspek
kognisi yang sering kali terlupakan dalam mempelajari tingkah laku kesehatan
(Sarafino, 2008).
Teori ini mengasumsikan bahwa agar seseorang termotivasi untuk mengambil
langkah sehat individu perlu diyakinkan secara pribadi bahwa kesehatannya rentan
terhadap penyakit (perceived susceptibility), dan penyakit tersebut tergolong serius
(perceived severity), Selain itu keuntungan yang diperoleh individu (perceived
benefits) lebih besar dibanding aspek negatif (perceived barriers) yang diperoleh
ketika melalukan perilaku sehat, serta penilaian tentang siapa dan hal apa saja yang
11
membuat dirinya tergerak (cues to action) untuk melakukan perilaku sehat, dan
keyakinan bahwa ia akan berhasil (self-efficacy) dalam melakukan perilaku tersebut.
Kempat jenis beliefs, cues to action, self-efficacy dari HBM lebih mempengaruhi
keputusan individu apabila akan mengambil langkah-langkah untuk berperilaku sehat
atau tidak (Taylor, 2006).
Penelitian Abood, Black, dan Feral (2003) tentang "Nutrition Education
Worksite Intervention for University Staff- Application of the benefits health belief
model”, mengatakan bahwa HBM khususnya perceived berhasil digunakan dalam
praktek gizi sehat dan pengetahuan gizi yang berhubungan dengan penyakit jantung
dan kanker.
Pada penelitian Yunansih (2002) tentang ketaatan penderita diabetes mellitus
tipe II mengidentifikasikan bahwa keyakinan yang tinggi pada perceived severity
(tingkat keseriusan penyakit yang dipersepsikan) memberikan dorongan kuat untuk
bertindak pada pasien yang taat dan terarah saran-saran dokter. Dengan demikian
health beliefs turut membantu mengidentifikasikasi faktor-faktor yang mempengaruhi
perilaku sehat, dimana salah satu dari perilaku sehat tersebut adalah perilaku diet
yang dilakukan.
Berdasarkan fenomena dan beberapa penelitian yang telah dilakukan, maka
peneliti tertarik untuk melakukan penelitian lanjutan tentang dukungan sosial dan
health belief model yang berkaitan dengan perilaku diet sehat. Oleh karena itu peneliti
melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Dukungan Sosial dan Health Belief
Model Terhadap Perilaku Diet Sehat pada Wanita Usia Dewasa Awal”.
12
1.2. Pembatasan dan Rumusan Masalah
1.2.1. Pembatasan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan di atas, maka peneliti
membatasi ruang lingkup masalah penelitian ini pada pengaruh variabel independen,
yaitu dukungan sosial dan health belief model, terhadap variabel dependen, yaitu
perilaku diet sehat.
Penelitian dilakukan pada wanita usia dewasa awal di Fitness Centre Syahida
Inn, Fitness Centre Banda Aceh, fakultas psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
dan Universitas Syiah Kuala. Adapun pembatasan masing-masing variabel sebagai
berikut:
a) Dukungan sosial dibatasi pada persepsi individu pada rasa kenyamanan,
perhatian, penghargaan, informasi ataupun bantuan yang diterima dari orang
lain. Dalam penelitian ini, peneliti membagi dukungan sosial menjadi empat
bagian berdasarkan jenis-jenis dukungan sosial yang dijelaskan Sarafino,
yaitu; dukungan emosi atau penghargaan, dukungan nyata dan dukungan
istrumen, dukungan informasi, dan dukungan persahabatan (Sarafino, 2011).
b) Health belief model dibatasi pada penilaian individu akan ancaman yang
akan terjadi akibat masalah kesehatan yang mungkin akan beresiko terhadap
penyakitnya (Rosenstock, 1966). aspek-aspek-aspek Health belief model
yaitu perceived susceptibility, perceived severity, perceived benefits,
perceived barriers, cues to Action, dan self-efficacy (Glanz, 2008)
13
c) Perilaku diet dibatasi pada perilaku mengatur pola makan dan perilaku
aktifitas fisik yang menggunakan strategi yang sehat untuk mempertahankan
berat badan ideal seperti memakan lebih banyak sayur dan buah,
mengurangi cemilan dan olahraga (Gillen, 2012).
1.2.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan hal-hal di atas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
Apakah ada pengaruh antara dukungan sosial (dukungan emosi, dukungan
penghargaan, dukungan instrumental, dukungan informasi, interaksi sosial) dan
health belief model (perceived susceptibility, perceived severity, perceived benefits,
perceived barriers, cues to Action, dan self-efficacy) terhadap perilaku diet sehat pada
wanita usia dewasa awal?
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat pengaruh dukungan sosial dan health
belief model terhadap perilaku diet sehat pada wanita usia dewasa awal.
1.4. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, baik secara teoritis maupun
praktis yaitu sebagai berikut:
1. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi
pengembangan teori-teori psikologi, khususnya yang berhubungan dengan
psikologi kesehatan dalam hal health behavior dimana Peran perilaku dalam
kesehatan di seluruh dunia adalah kebiasaan masyarakat itu sendiri, mereka
yang biasa berhubungan dengan perilaku kesehatan buruk memungkinkan
14
mereka untuk mendapat penyakit kronis dan mematikan, seperti jantung
penyakit, kanker, dan AIDS (WHO, 2009).
2. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan beberapa
manfaat, yaitu:
a. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi literatur atau bacaan bagi para
pembaca khususnya pembaca yang ingin melakukan diet yang sehat
untuk menambah pengetahuan mengenai dukungan sosial dan health
belief model sebelum melakukan diet.
b. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi literatur atau bacaan bagi para
pelaku diet untuk menambah pengetahuan mengenai dukungan sosial
dan health belief model sehingga tetap dapat melakukan diet sehat.
c. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan dalam mengembangkan
penelitian tentang perilaku diet sehat.
d. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi instansi, lembaga
yang berkaitan dengan gizi, dan klinik program penurunan berat badan.
Agar dapat disosialisasikan tentang aspek psikologis yang dapat
membantu program diet sehat yakni dukungan sosial dan health belief
model (HBM).
1.5. Sistematika Penulisan
Penulisan penelitian ini berdasarkan 5 bab sistematika penulisan sebagai berikut :
15
BABI PENDAHULUAN
Dalam bab ini akan menguraikan tentang latar belakang masalah,
pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat
penelitian dan sistematika penulisan.
BAB 2 LANDASAN TEORI
Pada bab ini membahas tentang sejumlah teori yang mendasari
masalah yang akan diteliti secara sistematis, yaitu teori tentang
perilaku diet sehat, teori tentang dukungan sosial beserta pengertian
dari empat komponen yang terdapat pada teori ini dan juga teori health
belief model serta empat dimensinya. Selain itu juga terdapat kerangka
berpikir dan pengajuan hipotesis penelitian.
BAB 3 METODE PENELITIAN
Bab ini akan membahas tentang variabel-variabel penelitian, populasi
penelitian metode pengambilan sampel penelitian, instrumen
penelitian, prosedur penelitian, dan teknik analisis data.
BAB 4 HASIL PENELITIAN
Dalam bab ini akan membahas mengenai gambaran subjek penelitian,
deskripsi hasil penelitian dan hasil analisis penelitian.
BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN
Pada bab ini penulis akan menyimpulkan berdasarkan analisis dan
interpretasi data penelitian yang dilakukan dan diskusi dari hasil
penelitan serta saran teoritis untuk penelitian selanjutnya.
BAB 2
KAJIAN TEORI
Pada bab dua ini dijelaskan mengenai teori-teori yang berkaitan dengan penelitian.
Teori tersebut yaitu teori perilaku diet, teori dukungan sosial, teori health belief
model, serta kerangka berfikir dan hipotesis penelitian.
2.1. Perilaku Diet
2.1.1. Definisi perilaku diet
Perilaku diartikan sebagai suatu aktivitas organisme yang dapat diobservasi atau
dapat diukur (Powell, Symbaluk, & Honey, 2009). Sedangkan dalam kamus lengkap
psikologi, perilaku diartikan sebagai sembarang respon (reaksi, tanggapan, jawaban,
balasan) yang dilakukan oleh suatu organisme. Secara khusus, perilaku diartikan
sebagai bagian dari satu kesatuan pola reaksi. Selain itu, behavior juga didefinisikan
sebagai satu perbuatan atau aktivitas, dan satu gerak atau kompleks gerak-gerak
(Chaplin, 1981).
Watson mengatakan bahwa hampir semua perilaku merupakan hasil dari
pengkondisian, dan lingkungan membentuk perilaku kita dengan memperkuat
kebiasaan tertentu. Respons terkondisikan dipandang sebagai unit perilaku terkecil
yang tidak dapat dibagi lagi, suatu atom perilaku di mana perilaku yang lebih rumit
dapat dibangun. Semua tipe perilaku kompleks berasal dari rangkaian respons
terkondisikan (Atkinson, Atkinson, Smith dan Bem, 2006).
16
17
Selanjutnya, sebagian besar perilaku dalam kehidupan nyata terjadi seperti
respons dipelajari karena beroperasi pada lingkungan, atau mempengaruhi
lingkungan. Hal seperti itu dinamakan sebagai pengkondisian operan. Pengkondisian
operan mengurusi situasi di mana respons bekerja pada lingkungan ketimbang
ditimbulkan oleh stimulus tak-terkondisikan (Atkinson, et al, 2006).
Diet merupakan suatu perencanaan atau pengaturan pola makan dan minum
yang bertujuan untuk menurunkan berat badan atau menjaga kesehatan (Dariyo,
2004). Pendapat Dariyo sejalan dengan pendapat dari Papalia yang menyatakan diet
adalah cara membentuk atau mencapai proporsi berat badan dan taraf kesehatan yang
seimbang melalui pengaturan pola makan, minum dan aktifitas fisik.
Menurut Luciana (2011), diet sebenarnya mempunyai arti kombinasi makanan
dan minuman di dalam hidangan makan yang dikonsumsi sehari-hari. Jadi, mengatur
makan dengan pola yang sehat. Diet menurut Andea (2010) adalah kegiatan
membatasi dan mengontrol makanan yang akan dimakan dengan tujuan untuk
mengurangi dan mempertahankan berat badan. Sedangkan menurut Poppy Kumala
(1998) diet adalah kebiasaan dalam jumlah dan jenis makanan dan minuman yang
dimakan oleh seseorang dari hari ke hari; mendapatkan kebutuhan individu yang
spesifik, memasukkan atau mengeluarkan bahan makanan tertentu. Atau dengan kata
lain ketika seseorang melakukan diet, ia akan membiasakan diri untuk mengonsumsi
makanan dan minuman dalam jumlah tertentu tanpa mengurangi kebutuhan bahan
makanan yang diperlukan oleh tubuh.
18
Damayanti (2001) menjelaskan diet adalah jumlah makanan yang dikonsumsi
seseorang atau organisme dalam jumlah tertentu. Sedangkan menurut Sari (2008)
perilaku diet adalah perilaku membatasi dengan cermat konsumsi kalori atau jenis
makanan tertentu oleh seseorang atau sekelompok orang.
Dengan demikian peneliti menyimpulkan bahwa perilaku diet adalah perilaku
mengurangi konsumsi makanan serta minuman yang mengandung kalori, lemak
tinggi, dan melakukan aktifitas fisik untuk mempertahankan berat badan ideal.
2.1.2. Tugas perkembangan dan perilaku diet pada wanita dewasa awal
2.1.2.1. Tugas perkembangan fisik
Pada masa dewasa awal, perkembangan fisik telah mencapai kesempurnaan dan
tubuh berada pada kondisi puncak. Orang dewasa awal menunjukkan hasil yang lebih
baik ketimbang orang dewasa madya atau dewasa akhir pada setiap tes fisik. Orang
dewasa awal lebih berotot; memiliki kadar kalsium yang maksimum dalam
tulangnya; massa otak yang lebih berat; penglihatan, pendengaran, dan penciuman
yang lebih baik; kapasitas oksigen yang lebih besar; dan sistem kekebalan tubuh yang
lebih efisien (Smolak, 1993).
Orang dewasa awal memiliki kulit yang halus dan kencang, rambut mereka
leih berwarna, tebal, dan berkilau. Orang berusia dua puluhan pada saat ini cenderung
lebih tinggi daripada orang tua mereka. Orang berusia muda di Amerika Serikat,
Eropa Barat, dan Jepang, mencapai tinggi badan orang dewasa dan kematangan
seksual yang lebih cepat ketimbang generasi sebelumnya. Hal ini disebabkan status
19
gizi dan perawatan kesehatan yang lebih baik (Chumlea, Eveleth, dan Tanner, dalam
Papalia (2002).
Sebagian besar orang pada masa dewasa awal memiliki perhatian yang besar
pada penampilan. Namun demikian, banyak di antara mereka yang kegemukan.
Resiko tertinggi untuk mengalami kegemukan mempengaruhi penampilan tetapi juga
kesehatan, berada pada rentang usia 25 sampai 34 tahun (Papalia, 2009).
Bertambah gemuk bagi sebagian orang dapat menimbulkan keresahan. Namun
banyak pula yang menerima tanda-tanda tersebut sebagaimana adanya, tanpa
berusaha untuk menutupi atau memperbaikinya. Meskipun demikian, sebagian besar
orang muda ini menyadari bahwa kesehatan memegang peran penting dalam aktifitas
sehari-hari, pergaulan sosial, kehidupan keluarga, dan mereka seringkali mengatasi
masalah ini dengan diet (Hurlock, 1991).
Dalam hal kesehatan, penyakit menular seksual lebih sering ditemukan pada
orang dewasa awal, ketimbang pada orang dewasa madya atau dewasa akhir. Jumlah
penderita gangguan kejiwaan pada orang dewasa awal pun lebih besar daripada orang
dewasa madya. Orang dewasa awal lebih banyak mengalami depresi, kecemasan, atau
kesepian daripada orang dewasa madya.
Periode dewasa awal adalah periode dimana gangguan kepribadian dan
skizofrenia seringkali terdiagnosis. Sedangkan dalam hal perbedaan penurunan
kemampuan fisik dan kognitif antar individu umumnya disebabkan oleh perbedaan
gaya hidup sehat. Orang dewasa awal dengan gaya hidup sehat memiliki resiko
terkena penyakit kronis dan kematian yang lebih rendah (Denise Boyd dan Hellen
Bee, 2006).
2.1.2.2. Perilaku diet pada wanita dewasa awal
Pada masa dewasa awal, 37.6 – 46.3% dari para wanita mencoba untuk menurunkan
berat badan mereka dengan diet. Dibandingkan dengan para lelaki, para wanita lebih
banyak memiliki sejarah tentang diet dan usaha mengurangi berat badan (Gillen,
Markey & Markey, 2011).
Usia dewasa awal menurut Erik Erikson adalah orang-orang yang berada pada
jenjang usia 20 – 30 tahun (Papalia, 2009). Wanita pada usia dewasa awal lebih
mungkin untuk mengadopsi nilai - nilai yang berdasar pada penampilan luar (Harper,
2009). Wanita biasanya lebih identik dengan permasalahan tubuh yang ideal, wanita
lebih mungkin berpikir bahwa mereka terlalu gemuk dibandingkan para lelaki (Cash,
2004).
United States Departement of Health & Human Services (2004) menyebutkan
bahwa para wanita lebih mungkin untuk mengidentifikasikan nutrisi sebagai hal yang
penting dan juga lebih mungkin mengadopsi perilaku makan yang sehat dibandingkan
dengan para lelaki. Banyak wanita yang melaporkan bahwa mereka ikut serta dalam
beberapa tipe dari perilaku diet yang sehat, dan memanfaatkan lebih banyak perilaku
diet sehat dibandingkan laki-laki (Boyes, fletcher, & Latner, 2007).
2.1.3. Jenis perilaku diet
Menurut Kim dan Lennon (Andea, 2010) menyebutkan bahwa macam-macam praktik
diet penurunan berat badan terbagi menjadi dua kategori, yaitu :
21
1. Diet sehat, diet dapat diasosiasikan dengan perubahan perilaku ke arah
yang lebih sehat, seperti mengubah pola makan dengan mengkonsumsi
makanan rendah kalori atau rendah lemak, dan menambah aktivitas fisik
secara wajar. Diet sehat dapat membuat seseorang memiliki tubuh ideal
tanpa mendatangkan efek samping yang berbahaya bagi tubuh.
2. Diet tidak sehat, diet jenis ini dapat diasosiasikan dengan perilaku yang
membahayakan kesehatan dapat dilakukan dengan berpuasa (di luar niat
ibadah) atau melewatkan waktu makan dengan sengaja, penggunaan obat
penurun berat badan, penahan nafsu makan, muntah degan disengaja, dan
binge eating.
Menurut Stainzher (2002) menyebutkan bahwa macam-macam praktek diet
terbagi menjadi 3 kategori :
1. Diet sehat, perilaku diet yang sehat misalnya perubahan perilaku makan
dengan mengurangi asupan lemak dan membatasi asupan energi, mengurangi
makan cemilan dan meningkatkan aktifitas fisik atau berolahraga
2. Diet tidak sehat, praktik diet tidak sehat misalnya melewatkan waktu
makan ( waktu sarapan, makan siang atau makan malam) dan berpuasa.
3. Diet ekstrim, diet ekstrim sangat berbahaya bagi kesehatan tubuh karena
pada umumnya menggunakan produk untuk mempercepat penurunan berat
badan, seperti penggunaan pil pelangsing, pil diet, pil penurun nafsu makan,
obat pencahar dan diikuti dengan perilaku kesehatan buruk misalnya dengan
memuntahkan makanan dengan sengaja, olahraga yang berlebihan.
2.1.3.1. Perilaku diet sehat
Menurut French, Perry, Leon dan Fulkerson (1995) menjelaskan bahwa metode
penurunan berat badan atau diet yang sehat yang mencerminkan pola makan sehat
dan olahraga. Selanjutnya mengungkapkan diet sehat mencerminkan pola makan dan
aktifitas fisik yang menggunakan strategi yang sehat untuk mempertahankan berat
badan seperti memakan lebih banyak sayur dan buah dan olahraga (Gillen, 2012).
Diet sehat menurut Kim dan Lennon (2006) dapat diasosiasikan dengan
perubahan perilaku ke arah yang lebih sehat, seperti mengubah pola makan dengan
mengkonsumsi makanan rendah kalori atau rendah lemak, dan menambah aktivitas
fisik secara wajar. Diet sehat dapat membuat seseorang memiliki tubuh ideal, tanpa
mendatangkan efek samping yang berbahaya bagi tubuh.
Sedangkan menurut Sari (2008) diet sehat yaitu metode pengaturan konsumsi
makanan/pola makan yang bersifat alamiah dengan cara mengurangi porsi makan,
mengubah pola makan, dan memperkecil sistem pencernaan. Dalam melakukan diet
sehat, jumlah makanan yang dikonsumsi harus dibatasi. Namun, sama sekali tidak
ada makanan yang perlu dihindari apalagi dipantang. Utamakan makanan yang
berkualitas dan kaya gizi.
Diet yang tinggi akan buah-buahan, sayuran, sedikit gandum, kacang-
kacangan, ayam dan ikan dan mengurangi gandum, kentang dan daging telah
menunjukkan dapat mengurangi resiko penyakit jantung koroner pada wanita (Taylor,
2006). Diet dengan mengonsumsi ikan salmon, brokoli, bayam, buah beri dan teh
hijau sangat dianjurkan karena makanan tersebut mengandung konsentrasi dari nutrisi
23
yang tinggi dan rendah kalori. Makanan yang mengandung nutrisi seperti itu dapat
mencegah penyakit seperti penyakit jantung, diabetes tipe II, hipertensi dan kanker
(Pratt, 2012).
Diet yang ekstrim biasanya berhubungan dengan faktor resiko yang berat.
Berita baiknya adalah bahwa merubah diet seseorang dapat meningkatkan kesehatan.
Sebagai contohnya, diet tinggi serat dapat mencegah obesitas dan penyakit jantung
dengan mengurangi kadar insulin (Taylor, 2006).
Banyak hal yang harus diketahui mengenai keseimbangan energi dalam diet.
Diet sebaiknya meliputi dari berbagai macam jenis makanan, dengan maksud energi
yang dibutuhkan dari banyak sumber yang berbeda. Jenis makanan yang berbeda
akan memberikan energi yang berbeda dan dapat membantu diet sehat secara
keseluruhan. Karbohidrat misalnya merupakan pemegang peranan yang penting
dalam pemeliharaan kesehatan dan juga merupakan hal yang terpenting dalam diet.
Selulosa dan serat juga merupakan bagian dari karbohidrat. Selulosa dan serat dapat
mencegah terjadinya konstipasi atau sembelit (Ashton et. al., 2010).
Selain berdampak bagi kesehatan dan keseimbangan energi, diet sehat juga
memberikan keuntungan pada para pelaku diet. Dalam uji coba yang dilakukan secara
acak dari 201 mahasiswi yang menjalani program pengontrolan berat badan,
kombinasi diet dan olahraga selama 12 bulan menghasilkan penurunan berat badan
yang signifikan dan meningkatkan kebugaran pernapasan dan jantung (Papalia,
2007). Dalam bukunya Lucy Danziger, penulis buku The Drop 10 Diet,
mengungkapkan bahwa ketika ia menjalani diet dengan mengonsumsi makanan super
24
yang terdiri dari kacang-kacangan, buah beri, dan gandum yang mengandung serat,
protein dan nutrisi penting serta menambah aktivitas seperti berlari, berenang dan
bersepeda, setelah enam bulan ia berhasil mengurangi 25 pon dari berat badannya
(CNNhealth, 2012).
Penurunan berat badan tersebut akan memiliki efek yang lebih lama
dibandingkan dengan melakukan diet yang tidak sehat. Dengan diet yang tidak sehat,
pelaku diet akan mendapatkan penurunan berat badan yang sangat cepat. Akan tetapi,
penurunan berat badan secara cepat justru akan berdampak naik turunnya berat badan
tubuh yang biasa disebut dengan fenomena yoyo syndrome (Sari, 2008).
2.1.3.2 Aspek perilaku diet sehat
Perilaku diet merupakan bagian dari pola makan. Aspek teoritis perilaku makan
pertama kali dikemukakan oleh Schachter dan Radin dalam teori internal eksternal
obesitas. Hasil risetnya menunjukkan subyek yang kegemukan akan lebih responsif
terhadap isyarat eksternal yaitu makanan dan kurang responsif terhadap isyarat
internal, seperti signal lapar dan kenyang. Selain itu, subyek yang kegemukan juga
makan lebih banyak sewaktu merasa tertekan, sementara subyek yang berat badannya
normal makan lebih sedikit (Ruderman, 1986).
Aspek diet menurut Ruderman (1986) perilaku diet terdiri dari tiga aspek
yaitu:
a. Aspek eksternal
Aspek eksternal mencakup situasi yang berkaitan dengan cara makan dan
faktor makanan itu sendiri, baik dari segi rasa, bau, dan penampilan makanan.
25
Bagi pelaku diet aspek eksternal ini akan lebih bernilai apabila makanan yang
tersedia adalah makanan yang lezat.
b. Aspek emosional
Aspek emosional menunjuk emosi yang lebih berperan dalam perilaku makan
adalah emosi negatif, seperti kecewa, cemas, depresi dan sebagainya. Rasa
cemas, rasa takut dan khawatir yang timbul akan melahirkan sikap yang
berbeda-beda pada setiap orang. Ada yang mengatasi keadaan stres dengan
tidur, melakukan berbagai aktivitas fisik seperti olah raga, jalan-jalan,
meminum minuman keras, mengkonsumsi obat-obat tertentu atau
mengalihkan perhatiannya dengan memakan makanan sesukanya.
Khusus untuk memakan makanan sesukanya ini, jika keadaan
berlangsung lama dan tidak terkontrol maka akan menyebabkan dampak
negatif pada tubuh, terlebih jika makanan yang dimakan banyak mengandung
kalori, karbohidrat dan lemak yang tinggi. Kondisi ini bisa menjadi kebiasaan
makan yang salah karena dapat menaikkan berat badan.
c. Aspek restraint
Istilah restraint menurut kamus kedokteran berarti pengekangan atau
pembatasan. Aspek restraint ini kemudian dikembangkan oleh Herman dan
Polivy yang mengemukakan bahwa pola makan individu dipengaruhi oleh
keseimbangan antara faktor-faktor fisiologis yaitu desakan terhadap keinginan
pada makanan dan usaha secara kognitif untuk melawan keinginan tersebut.
Usaha secara kognitif inilah yang disebut restraint.
26
Penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya mengenai perilaku diet
pada umumnya mengacu pada alat ukur yang disusun oleh French, Perry, Leon dan
Fulkerson (Andea, 2010). Metode penurunan berat badan atau diet yang sehat yang
mencerminkan pola makan sehat dan olahraga.
Pengukuran perilaku diet sehat yang digunakan berupa self report yang terdiri
dari: pengurangan kalori, memperbanyak olahraga, memperbanyak makan buah dan
sayur, mengurangi cemilan, mengurangi asupan lemak, mengurangi permen atau
makanan manis, mengurangi porsi makan yang dikonsumsi, mengubah tipe makanan,
mengurangi konsumsi daging, mengurangi makanan yang berkarbohidrat tinggi dan
mengonsumsi makanan-makanan yang rendah kalori.
2.1.4. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku diet
Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku diet menurut Menurut Wardle et al (1997)
adalah :
1. Kesehatan yaitu diet membatasi pengkonsumsian daging-dagingan banyak
mengandung zat kolesterol (lemak) tinggi, garam dapat mencegah
terjadinya gangguan penyakit jantung (heart disease).
2. Kepribadian adalah jika seseorang merasa tidak percaya diri maka ia akan
melakukan diet untuk mendapatkan tubuh yang ideal.
3. Lingkungan yaitu perilaku seseorang dipengaruhi oleh lingkungan seperti
orang tua, saudara, teman dan media (Smet, 1993).
Jenis kelamin adalah salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku
seseorang. Pada tahun 1984 suatu perusahaan riset pasar melaporkan dengan pasti
27
bahwa sebanyak 30% dari wanita Amerika dan 16 % pria melakukan diet (Smet,
1994).
2.2. Dukungan Sosial
2.2.1. Definisi dukungan sosial
Baron dan Byrne (1997) menyatakan bahwa social support adalah pemberian
perasaan nyaman baik secara fisik maupun psikologis atau keluarga kepada seseorang
untuk menghadapi masalah. Individu mempunyai perasaan aman karena mendapatkan
dukungan akan lebih efektif dalam menghadapi masalah daripada individu yang
mendapat penolakan dari orang lain.
Menurut Taylor (2009) dukungan sosial adalah suatu informasi dari orang lain
bahwa seseorang dicintai dan diperhatikan, dihormati dan dihargai, dan merupakan
bagian dari jaringan komunikasi dan kewajiban bersama. Dukungan sosial bisa di
berikan dari orangtua, pasangan atau kekasih, kerabat kita, teman, dan hubungan
sosial serta komunitas atau bahkan hewan peliharaan kita.
Dukungan sosial menurut House (1981) adalah transaksi interpersonal yang
mencakup: (1) perhatian secara emosional (menyukai, mencintai, empati), (2)
bantuan instrumental (barang atau pelayanan), (3) informasi (tentang lingkungan),
atau (4) penilaian (informasi yang relevan untuk evaluasi diri). Konsep dari dukungan
sosial adalah konsep yang digemari diantara peneliti stres dalam bidang psikologi dan
ilmu kedokteran karena dua alasan. Pertama, dukungan sosial muncul untuk
menengahi efek dari stres kehidupan dan kesehatan. Kedua, intervensi untuk stres
pada individu yang mencakup dukungan sosial terlihat menjanjikan untuk
mengurangi distres dan memfasilitasi penyesuaian.
Sedangkan menurut Cohen (2004) Dukungan sosial mengacu pada sumber
materi, informasi, dan psikologi yang diperoleh dari jaringan sosial, dimana
seseorang dapat mengandalkannya untuk membantu menanggulangi stres. Pada
situasi stres yang tinggi, seseorang yang dekat dengan orang lain mungkin lebih
mudah makan dan tidur, mendapat olahraga yang cukup dan jauh dari kekerasan dan
sedikit memiliki kemungkinan untuk menderita, cemas atau depresi atau bahkan
meninggal.
Menurut Sarafino (2011) dukungan sosial mengacu pada kenyamanan,
perhatian, penghargaan, atau bantuan yang diterima individu dari orang lain.
Dukungan bisa datang dari banyak sumber-orang itu pasangan atau kekasih,
keluarga, teman, dokter, atau organisasi masyarakat. Individu yang mendapatkan
dukungan sosialpercaya bahwa mereka dicintai, dihargai, danbagian dari jaringan
sosial, seperti keluarga atau organisasi masyarakat, yang dapat membantu pada saat
dibutuhkan. Jadi, dukungan sosial mengacu pada tindakan yang benar-benar
dilakukan oleh orang lain, atau mendapat dukungan. Hal ini juga mengacu pada rasa
atau persepsi seseorang bahwa kenyamanan, peduli, dan bantuan tersedia jika
diperlukan yaitu, persepsi dukungan.
Dari beberapa definisi dukungan sosial di atas, penulis menggunakan definisi
dalam Sarafino (2011) yang sesuai dengan penelitian dimana dukungan sosial adalah
kenyamanan, perhatian, penghargaan, atau bantuan yang diterima individu dari orang
29
lain yang mencakup keluarga, teman atau kerabat. Jadi definisi dukungan sosial
dalam penelitian ini adalah pemberian dan persepsi pada rasa kenyamanan, perhatian,
penghargaan, informasi ataupun bantuan yang diterima individu dari orang lain.
2.2.2. Jenis atau bentuk dukungan sosial
Dukungan sosial memiliki empat komponen dasar, yaitu :
1. Dukungan emosi atau penghargaan yaitu dukungan yang mencakup
empati, kepedulian, perhatian, hal positif dan dorongan terhadap individu
tersebut. Hal ini meliputi kenyamanan dan kepastian dengan rasa memiliki
dan mencintai pada saat stress.
2. Dukungan nyata atau dukungan instrumen, yaitu dukungan melibatkan
bantuan langsung dengan tindakan nyata, seperti memberikan atau
meminjamkan uang atau membantu dengan tugas-tugaspada saat stres.
3. Dukungan informasi
Dukungan informasi mencakup pemberian nasihat, arah, saran atau umpan
balik / feedback tentang apa yang harus dilakukan individu tersebut.
Contohnya, seseorang yang mendapatkan informasi dari keluarga atau
dokter untuk mengatasi penyakit yang dideritanya.
4. Dukungan persahabatan
Dukungan persahabatan mengacu pada ketersediaan orang lain untuk
menghabiskan waktu dengan individu, sehingga memberikan perasaan
bahwa individu tersebut merupakan bagian dari kelompok yang memiliki
minat yang sama dan aktivitas sosial.
30
2.2.3. Pengukuran
Pengukuran terhadap dukungan sosial, dalam hal ini peneliti menyusun skala
berdasarkan empat komponen dari dukungan sosial. Empat komponen tersebut yaitu
dukungan emosi atau penghargaan, dukungan nyata atau dukungan instrumen,
dukungan informasi, dan dukungan persahabatan.
2.3. Health Belief Model
2.3.1. Definisi health belief model
Health belief model (HBM) adalah teori yang paling umum digunakan dalam
pendidikan kesehatan dan promosi kesehatan (Glanz, Rimer, & Lewis, 2008). Health
belief model pertama kali diperkenalkan pada tahun 1950-an oleh kelompok psikolog
yang bekerja di US Public Health Service. Fokus mereka adalah bagaimana
meningkatkan penggunaan pelayanan preventif yang digalangkan oleh pemerintah,
seperti vaksinasi influenza. Mereka mengasumsikan hahwa tiap orang beresiko untuk
terkena penyakit. Oleh sehab itu, mereka akan terdorong untuk mengambil langkah-
langkah sehat dalam rangka untuk mengurangi resiko sakit (perceived threat) dan
berharap serangkaian tindakan yang akan dilakukan menguntungkan dalam
mengurangi resiko sakit atau keparahan penyakit selama keuntungan yang diperoleh
melebihi hambatan yang ditemui ketika melakukan perilaku sehat.
Health belief model diformulasikan oleh Rosenstock (1966) untuk
memprediksi kemungkinan individu akan melibatkan diri dalam perilaku sehat atau
tidak. Konsepnya HBM berisi beberapa konsep utama yang memprediksi mengapa
orang-orang akan mengambil tindakan untuk mencegah, untuk menyaring, atau untuk
31
mengontrol kondisi penyakit. Teori Health belief model telah banyak diaplikasikan
pada penelitian-penelitian tentang berbagai macam perilaku kesehatan. Konsep asli
yang mendasari HBM adalah bahwa perilaku kesehatan ditentukan oleh keyakinan
pribadi atau persepsi tentang penyakit dan strategi yang tersedia untuk mengurangi
terjadinya penyakit (Turner, et al, 2004).
Secara umum individu akan mengambil tindakan pencegahan apabila individu
menganggap dirinya rentan terhadap kondisi yang ia percayai menimbulkan
konsekuensi serius. Individu akan mengambil tindakan memeriksakan dirinya apabila
mempercayai terhadap masalah kesehatan ataupun keseriusan dari kondisi tersebut
dan individu akan mengambil langkah mengontrol kondisi kesehatannya yang sakit
apabila ia mempercayai bahwa keuntungan yang akan diperoleh melebihi rintangan
yang dihadapi pada saat mengambil langkah tersebut (Smet, 1994).
Menurut HBM, kemungkinan individu akan melakukan tindakan pencegahan
tergantung secara langsung pada hasil dari keyakinan (health belief) yaitu : perceived
threat dimana penilaian individu akan ancaman yang dirasakan dari masalah
kesehatan yang mungkin akan beresiko terhadap penyakitnya (perceived
susceptibility dan perceived severity), seperti komplikasi diabetes, dan pertimbangan
tentang keuntungan dan kerugian (benefits and cues to action) (Sine, 1994). Penilaian
pertama adalah ancaman yang dirasakan terhadap resiko yang akan muncul. Hal ini
mengacu pada sejauh mana seseorang berpikir penyakit atau kesakitan betul-betul
merupakan ancaman kepada dirinya. Asumsinya adalah bahwa apabila ancaman yang
32
dirasakan tersebut meningkat maka perilaku unruk mengurangi resiko penyakit juga
akan meningkat.
2.3.2. Aspek Health Belief Model
Terdapat enam dimensi dari health belief model (Glanz, 2008), yaitu:
1. Perceived susceptibility, yaitu mengukur persepsi kerentanan mengacu pada
keyakinan tentang kemungkinan mendapatkan penyakit. Sebagai contoh,
kemungkinan seseorang akan terlibat dalam perilaku pencegahan untuk
kenaikan berat badan (Misalnya olahraga dan diet rendah kalori) akan
tergantung pada seberapa banyak mereka percaya bahwa mereka berisiko
obesitas. Contoh lainnya adalah seorang wanita harus percaya ada
kemungkinan terkena kanker payudara sebelum ia akan tertarik dan merasa
butuh untuk melakukan pemeriksaan pada payudara (mammogram).
2. Perceived severity, berkaitan dengan keyakinan individu dalam bahaya yang
dapat disebabkan oleh penyakit dari perilaku tertentu. Seorang individu akan
mencegah kenaikan berat badan jika ia percaya akan menimbulkan efek
negatif pada fisik, psikologis dan sosial (misalnya, kematian, cacat, beban
keuangan, rasa sakit yang berlebih, dan kesulitan bersosial dengan keluarga).
Jika efek penyakit tidak memiliki dampak besar pada kehidupan individu, ia
tidak akan termotivasi untuk bertindak menghindari resiko.
3. Perceived benefits, yaitu mengukur keyakinan orang mengenai manfaat yang
dirasakan dari berbagai tindakan yang tersedia apabila mengurangi ancaman
penyakit. Persepsi dalam konteks kesehatan apabila melakukan perilaku
33
makan sehat akan mendapatkan keuntungan yaitu menghindarkan mereka dari
obesitas. Persepsi non-kesehatan, seperti berhenti merokok dapat menghemat
pengeluaran keuangan atau menyenangkan anggota keluarga dengan memiliki
hasil tes mammogram.
4. Perceived barriers, yaitu mengukur penilaian individu mengenai besar
hambatan yang ditemui dalam mengadopsi perilaku kesehatan yang
disarankan, seperti hambatan finansial, fisik, dan psikososial.
5. Cues to action, yaitu mengukur hal-hal yang menggerakkan individu untuk
mengubah perilaku mereka setelah melihat atau mendengar peristiwa-
peristiwa, kisah orang lain, atau kejadian yang orang lain yang mendapatkan
akibat buruk dari perilaku tidak sehat. Pemberi intervensi yang sering
disebutkan adalah gereja, tukang cukur, organisasi persaudaraan, acara
olahraga, dan tetangga, sebagai media edukasi dan penggerak bagi pria
Afrika-Amerika untuk mengikuti program pendidikan kanker prostat.
6. Self-efficacy, yaitu mengukur bahwa keyakinan seseorang dapat berhasil
melaksanakan perilaku yang diperlukan untuk menghasilkan hasil tertentu.
Bandura mendefinisikan self-efficacy sebagai seseorang yang memperkirakan
bahwa perilaku tertentu akan menyebabkan hasil tertentu. Pada umumnya,
individu akan melakukan sesuatu yang baru kecuali mereka berpikir bahwa
mereka bisa melakukannya. Misalnya, jika seseorang percaya bahwa perilaku
baru memiliki keuntungan yang baik, tetapi tidak berpikir bahwa ia mampu
34
melakukannya (rendah self-efficacy), kemungkinan bahwa dia tidak akan
mencoba perilaku baru tersebut.
2.3.3. Pengukuran
Skala yang digunakan adalah konstruk teori health belief model yang membagi
dimensi health belief model menjadi perceived susceptibility, perceived severity,
perceived benefits, perceived barriers, cues to action dan self-efficacy. Salah satu
keterbatasan yang paling penting dalam penelitian baik deskriptif dan intervensi pada
HBM karena memiliki variabilitas (alat ukur) dalam konstruksi pengukuran HBM
(Glanz, 2008).
Beberapa prinsip penting dalam pengembangan panduan pengukuran HBM
bahwa membangun definisi harus konsisten dengan teori HBM sebagai konsep
awalnya, dan langkah-langkah harus spesifik seperti perilaku yang ditangani dan
relevan dengan subjek yang diteliti. Untuk memastikan validitas isi, penting untuk
mengukur berbagai faktor yang dapat mempengaruhi perilaku (Glanz, 2008).
Validitas dan reliabilitas dari alat ukur perlu dikaji ulang dan dianalisis
dengan studi masing-masing. Perbedaan budaya dan populasi membuat penerapan
skala tanpa pemeriksaan rentan terhadap kesalahan. Hanya beberapa studi
menggunakan HBM yang telah dikembangkan dan harus melakukan pengujian
validitas dan reliabilitas sebelum penelitian.
2.4. Kerangka Berpikir
Seseorang yang berada pada usia dewasa awal, sekitar 20 – 30 tahun, terutama
wanita, biasanya memberikan perhatian pada penampilannya. Banyak wanita
35
memutuskan untuk mengurangi berat badan untuk mencapai berat badan yang ideal
supaya terlihat menarik di depan pasangan, serta dapat menyehatkan. Inilah salah
satu pemicu perilaku yang disebut diet.
Dukungan sosial yang berupa dukungan emosi dan penghargaan dapat
mempengaruhi seseorang untuk memutuskan melakukan diet karena seseorang yang
memiliki berat badan yang berlebih atau memiliki pola makan yang tidak sehat
membutuhkan perhatian dan informasi tentang diet sehingga yang bersangkutan dapat
menjalankan diet tanpa mengesampingkan masalah kesehatan. Dukungan
penghargaan juga dapat mempengaruhi seseorang untuk lebih bersemangat
melakukan diet yang sehat ketimbang dengan membeli obat – obatan penurun berat
badan. Sedangkan dukungan instrumental seperti bantuan secara langsung misalnya
memberikan menu makanan sehat dan dukungan persahabatan yang selalu menemani
aktivitas keseharian, merasa bahwa teman selalu ada mendampingi dapat
mempengaruhi seseorang untuk memperkuat keputusan seseorang untuk melakukan
diet terutama diet yang sehat.
Selain karena dukungan sosial, kesadaran seseorang akan kesehatan juga
mulai meningkat. Pengaturan pola makan yang sesuai aturan dengan tujuan untuk
menjaga kesehatan dan mencapai berat badan yang ideal disebut diet yang sehat. Diet
sehat menurut French, Perry, Leon dan Fulkerson mencerminkan pola makan dan
perilaku aktifitas fisik yang menggunakan strategi yang sehat untuk mengurangi berat
badan seperti memakan lebih banyak sayur dan buah, mengurangi cemilan dan
olahraga (Gillen, 2012).
36
Dalam hal ini juga health belief model memiliki peran dalam melakukan diet.
Bermula dari anggapan bahwa setiap orang beresiko terkena penyakit, maka muncul
dorongan yang dipengaruhi oleh factor-faktor seperti persepsi tentang kerentanan
terhadap penyakit, potensi ancaman, motivasi untuk memperkecil kerentanan, dan
adanya kepercayaan bahwa perubahan perilaku akan memberikan keuntungan. Factor
yang mempengaruhi perubahan perilaku adalah perilaku itu sendiri yang dipengaruhi
oleh karakterisitik individu, penilaian individu terhadap perubahan yang terjadi.
Oleh karena itu, peneliti menduga bahwa dukungan sosial dan health belief
model akan berkorelasi positif dengan perilaku diet sehat. Kerangka hubungan antara
dukungan sosial, health belief model, dan perilaku diet sehat digambarkan dalam
bagan di bawah ini:
Gambar 2.1 Kerangka berpikir
37
2.5. Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan asumsi penelitian terhadap suatu permasalahan yang masih
harus diuji, maka hipotesis yang dirumuskan oleh penulis adalah sebagai berikut:
2.5.1. Hipotesis mayor
Ada pengaruh yang signifikan dukungan emosi atau penghargaan, dukungan nyata
dan instrumen, dukungan informasi, dukungan persahabatan, perceived susceptibility,
perceived severity, perceived benefits, perceived barriers, cues to Action, dan self-
efficacy terhadap perilaku diet sehat pada wanita usia dewasa awal.
2.5.2. Hipotesis minor
H1 : Ada pengaruh yang signifikan antara dukungan emosi atau penghargaan
terhadap perilaku diet sehat pada wanita usia dewasa awal.
H2 : Ada pengaruh yang signifikan antara dukungan nyata dan istrumen terhadap
perilaku diet sehat pada wanita dewasa awal.
H3 : Ada pengaruh yang signifikan antara dukungan informasi terhadap perilaku
diet sehat pada wanita dewasa awal.
H4 : Ada pengaruh yang signifikan antara dukungan persahabatan terhadap
perilaku diet sehat pada wanita dewasa awal.
H5 : Ada pengaruh yang signifikan antara perceived susceptibility terhadap
perilaku diet sehat pada wanita dewasa awal.
H6 : Ada pengaruh yang signifikan antara perceived severity terhadap perilaku
diet sehat pada wanita dewasa awal.
38
H7 : Ada pengaruh yang signifikan antara perceived benefits terhadap perilaku
diet sehat pada wanita dewasa awal.
H8
: Ada pengaruh yang signifikan antara perceived barriers terhadap perilaku
diet sehat pada wanita dewasa awal.
H9
: Ada pengaruh yang signifikan antara cues to action terhadap perilaku diet
sehat pada wanita dewasa awal.
H10 : Ada pengaruh yang signifikan antara self-efficacy terhadap perilaku diet
sehat pada wanita dewasa awal.
BAB 3
METODE PENELITIAN
Bab ini menjelaskan tentang metode penelitian yang terdiri dari populasi dan sampel,
variabel penelitian, pengumpulan data, uji alat ukur, prosedur penelitian dan analisis
data.
3.1. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah wanita yang memiliki karakteristik sebagai
berikut:
a. Usia 20 sampai dengan 30 tahun karena masuk dalam kategori dewasa awal.
b. Melakukan diet setidaknya selama satu bulan.
c. Aktivitas diet dapat berupa mengurangi konsumsi makanan serta minuman
yang mengandung kalori, lemak tinggi, dan melakukan aktifitas fisik.
Dalam penelitian ini, peneliti menetapkan 314 responden sebagai sampel
penelitian yang dianggap cukup untuk uji validitas menggunakan CFA dan dianalisis
dengan menggunakan teknik analisis multiple regression. Pengambilan sampel pada
penelitian ini bersifat non probability sampling yang berarti kemungkinan terpilihnya
dari setiap responden anggota populasi tidak dapat dihitung. Peneliti menggunakan
teknik non probability sampling dengan tipe snowball sampling karena populasi tidak
dapat diidentifikasi namun dapat diperoleh dari seseorang yang tahu bahwa ada orang
lain memiliki pengalaman atau karakteristik yang diperlukan (MacNealy, 1999.).
40
41
Snowball Sampling juga dapat mengidentifikasi karakteristik yang dibutuhkan
melalui anggota kelompok yang berkarakteristik sama (Henry, 1990). Selain itu,
keterbatasan waktu dan biaya juga menjadi alasan bagi peneliti dalam menggunakan
teknik non probability sampling. Penelitian dilakukan di Fitness Centre Syahida Inn,
Fitness Centre Banda Aceh, fakultas psikologi, dan Universitas Syiah Kuala.
3.2. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel
a) Dependent Variabel:
Definisi operasional perilaku diet: perilaku mengurangi konsumsi makanan serta
minuman yang mengandung kalori, lemak tinggi, dan melakukan aktifitas fisik untuk
mempertahankan berat badan ideal.
b) Independent Variabel
• Independent Variabel 2: dukungan sosial
Definisi operasional dukungan dosial: pemberian dan persepsi pada rasa
kenyamanan, perhatian, penghargaan, informasi ataupun bantuan yang
diterima individu dari orang lain.
• Independent Variabel 1: health belief model (HBM)
Definisi operasional health belief model: perilaku kesehatan ditentukan oleh
keyakinan pribadi atau persepsi tentang penyakit dan strategi yang tersedia
untuk mengurangi terjadinya penyakit.
42
3.3. Pengumpulan Data
3.3.1. Instrumen penelitian
Adapun metode pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner. Di dalam
penelitian ini, peneliti menggunakan tiga skala berbentuk skala model Likert yaitu,
skala health belief model, skala dukungan sosial, dan skala perilaku diet yang disusun
dengan menggunakan empat pilihan jawaban yaitu, sangat setuju (SS), setuju (S),
tidak setuju (TS), sangat tidak setuju (STS), Peneliti tidak menggunakan lima pilihan
jawaban dalam skala ini karena menghindari pilihan jawaban ragu – ragu (R).
Peneliti membagi dua kategori item pernyataan yaitu favorable dan
unfavorable serta menentukan bobot nilai. Untuk item favorable,skor subjek dimulai
dari 4, 3, 2, 1. Sementara untuk item unfavorable, skor subjek dimulai dari 1, 2, 3, 4.
Tabel 3.1 Skor untuk Pernyataan Positif dan Negatif
Pilihan Jawaban Favorable Unfavorable
(SS) 4 1 (S) 3 2
(TS) 2 3 (STS) 1 4
b. Skala perilaku diet
Skala perilaku diet yang digunakan dalam penelitian ini dibuat berdasarkan
weight loss behavior scale (WLBS) yang disusun oleh French, Perry, Leon
dan Fulkerson untuk kemudian dijadikan indikator. Peneliti hanya mengambil
11 dari 23 strategi penurunan berat badan yang ada pada skala tersebut, karena
dianggap sudah mewakili semua hal yang ingin diukur. Metode penurunan
berat badan atau diet yang sehat dalam skala tersebut mencerminkan pola
43
makan sehat dan olahraga. Metode ini terdiri dari: pengurangan kalori,
memperbanyak olahraga, memperbanyak makan buah dan sayur, mengurangi
cemilan, mengurangi asupan lemak, mengurangi permen atau makanan manis,
mengurangi porsi makan yang dikonsumsi, mengubah tipe makanan,
mengurangi konsumsi daging, mengurangi makanan yang berkarbohidrat
tinggi dan mengonsumsi makanan-makanan yang rendah kalori.
Tabel 3.2 Blue Print Skala Pengukuran Perilaku Diet
a. Skala dukungan sosial
Skala yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah menggunakan
konstruk teori dukungan sosial dari Sarafino (2011) yang membagi dimensi
dukungan sosial menjadi dukungan emosi atau penghargaan, dukungan nyata
atau dukungan instrument, dukungan informasi, dukungan persahabatan.
Tabel 3.3 Blue Print Skala Pengukuran Dukungan Sosial
c. Skala health belief model
Skala yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah menggunakan
konstruk teori health belief model (Glanz, 2008) yang membagi dimensi
health belief model menjadi perceived susceptibility, perceived severity,
perceived benefits, perceived barriers, cues to action dan self-efficacy.
Tabel 3.4 Blue Print Skala Health BeliefModel
44
45
3.4 Uji Validitas Instrumen Penelitian
Untuk menguji validitas alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini, peneliti
menggunak CFA (Confirmatory Factor Analysis) dengan software Lisrel 8.70.
Harrington (2009) menjelaskan langkah-langkah yang dilakukan untuk mendapatkan
kriteria hasil CFA yang baik adalah:
1. Dilakukan uji CFA dengan model satu faktor dan dilihat nilai Chi-square
yang dihasilkan. Jika nilai Chi-square tidak signifikan (p > 0,05) berarti
semua item hanya mengukur satu faktor saja. Namun, jika nilai Chi-
square signifikan (p<0,05), maka perlu dilakukan modifikasi terhadap
model pengukuran yang diuji sesuai langkah kedua berikut ini.
2. Jika nilai Chi-square signifikan (p < 0,05), maka dilakukan modifikasi
model pengukuran dengan cara membebaskan parameter berupa korelasi
kesalahan pengukuran. Ini terjadi ketika suatu item selain mengukur
konstruk yang ingin diukur, item tersebut juga mengukur hal yang lain
(mengukur lebih dari satu konstruk atau multidimensional). Jika setelah
beberapa kesalahan pengukuran dibebaskan untuk saling berkorelasi dan
akhirnya diperoleh model fit, maka model terakhir inilah yang akan
digunakan pada langkah selanjutnya.
3. Jika telah diperoleh model yang fit, maka dilakukan analisis item dengan
melihat apakah muatan faktor item tersebut signifikan dan mempunyai
nilai koefisien positif. Jika t-value untuk koefisien muatan faktor suatu
46
item lebih besar dari 1,96 (absolute), maka item tersebut dinyatakan
signifikan dalam mengukur faktor yang hendak diukur (tidak di drop).
4. Setelah itu dilihat apakah ada item yang muatan negatif. Perlu dicatat
bahwa untuk alat ukur yang bukan mengukur kemampuan (misal:
personality inventory), jika ada pernyataan negatif perlu dilakukan
penyesuaian arah skoringnya yang dirubah menjadi positif. Jika sudah
dibalik, maka berlaku perhitungan umum dimana item bermuatan faktor
negatif didrop.
5. Selanjutnya, melihat loading factor yang merupakan besar korelasi
(kovarian) antar indikator dengan konstruk latennya setelah diperoleh dari
model yang fit. Bobot yang diperlukan dalam loading factor sebesar 0,5
atau lebih yang dianggap akan memiliki validasi yang cukup kuat untuk
menjelaskan konstruk laten. Jika sudah sesuai, maka item tersebut
dinyatakan valid dalam mengukur faktor yang hendak diukur (tidak
didrop).
6. Apabila kesalahan pengukurannya berkorelasi terlalu banyak dengan
kesalahan pengukuran pada item lain, maka item seperti ini pun dapat
didrop karena bersifat sangat multidimensional.
3.4.1. Uji validitas konstruk skala perilaku diet
Peneliti menguji apakah 28 item yang ada bersifat unidimensional, artinya item-item
tersebut benar-benar hanya mengukur perilaku diet. Dari hasil awal analisis CFA
yang dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak fit, Chi-Square=2182.93,
47
df=350, P-value=0.00000, RMSEA=0.129. Namun setelah dilakukan modifikasi
dengan membebaskan korelasi kesalahan pengukuran diantara item-item yang
dianalisis, maka kemudian diperoleh model fit dengan nilai Chi-Square=246.94,
df=214, P-value=0.06069, RMSEA=0.022. Chi Square menghasilkan P-value > 0.05
(tidak signifikan), artinya model satu faktor (unidimensional) dapat diterima, bahwa
seluruh item hanya mengukur satu faktor saja yaitu perilaku diet.
Langkah selanjutnya adalah melihat signifikan atau tidaknya item dalam
mengukur apa yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tertentu perlu
didrop atau tidak. Dalam hal ini yang dilihat adalah koefisien muatan faktor dari item
dan nilai t dari setiap muatan faktor, jika nilai t > 1.96 artinya item tersebut signifikan
dan begitu juga sebaliknya. Koefisien muatan faktor untuk item pengukuran perilaku
diet disajikan pada tabel 3.15.
Tabel 3.5 Muatan Faktor Item Perilaku diet
Keterangan : tanda V = signifikan (t > 1.96) ; X = tidak signifikan.
48
Dari tabel 3.15 dapat dilihat bahwa ada 21 item yang signifikan ( t > 1.96) dan
7 item yang tidak signifikan (t < 1,96) yaitu item nomor 1,3,7 dan 9. Dengan
demikian, item nomor 3, 11, 14, 16, 17, 27, dan 28 akan didrop yang berarti item
tersebut tidak akan ikut dianalisis dalam perhitungan faktor skor.
3.4.2. Uji validitas konstruk skala dukungan emosi atau penghargaan
Peneliti menguji apakah 7 item yang ada bersifat unidimensional, artinya item-item
tersebut benar-benar hanya mengukur dukungan emosi atau penghargaan. Dari hasil
awal analisis CFA yang dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak fit, Chi-
Square=134.11, df=14, P-value=0.00000, RMSEA=0.166. Namun setelah dilakukan
modifikasi dengan membebaskan korelasi kesalahan pengukuran diantara item-item
yang dianalisis, maka kemudian diperoleh model fit dengan nilai Chi-Square=12.69,
df=8, P-value=0.12304, RMSEA=0.043. Chi Square menghasilkan P-value > 0.05
(tidak signifikan), artinya model satu faktor (unidimensional) dapat diterima, bahwa
seluruh item hanya mengukur satu faktor saja yaitu dukungan emosi atau
penghargaan.
Langkah selanjutnya adalah melihat signifikan atau tidaknya item dalam
mengukur apa yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tertentu perlu
didrop atau tidak. Dalam hal ini yang dilihat adalah koefisien muatan faktor dari item
dan nilai t dari setiap muatan faktor, jika nilai t > 1.96 artinya item tersebut signifikan
dan begitu juga sebaliknya. Koefisien muatan faktor untuk item pengukuran perilaku
diet disajikan pada tabel 3.11.
Tabel 3.6 Muatan Faktor Item Dukungan Emosi atau Penghargaan
No Koefisein Standard Error Nilai t Signifikan ITEM1 0.45 (0.07) 6.49 V ITEM2 0.96 (0.05) 18.32 V ITEM3 0.62 (0.05) 11.50 V ITEM4 0.52 (0.05) 9.38 V ITEM5 -0.10 (0.06) -1.77 X ITEM6 0.56 (0.07) 8.52 V ITEM7 0.61 (0.05) 11.13 V
Keterangan : tanda V = signifikan (t > 1.96) ; X = tidak signifikan
Dari tabel 3.11 dapat dilihat bahwa ada 6 item yang signifikan ( t > 1.96) dan
1 item yang tidak signifikan (t < 1,96) yaitu item nomor 5. Dengan demikian, item
nomor 5 akan didrop yang berarti item tersebut tidak akan ikut dianalisis dalam
perhitungan faktor skor.
3.4.3. Uji validitas konstruk skala dukungan nyata dan instrumen
Peneliti menguji apakah 6 item yang ada bersifat unidimensional, artinya item-item
tersebut benar-benar hanya mengukur dukungan nyata dan instrumen. Dari hasil awal
analisis CFA yang dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak fit, Chi-
Square=116.85, df=9, P-value=0.00000, RMSEA=0.196. Namun setelah dilakukan
modifikasi dengan membebaskan korelasi kesalahan pengukuran diantara item-item
yang dianalisis, maka kemudian diperoleh model fit dengan nilai Chi-Square=10.99,
df=6, P-value=0.08879, RMSEA=0.052. Chi Square menghasilkan P-value > 0.05
(tidak signifikan), artinya model satu faktor (unidimensional) dapat diterima, bahwa
seluruh item hanya mengukur satu faktor saja yaitu dukungan nyata dan instrumen.
Langkah selanjutnya adalah melihat signifikan atau tidaknya item dalam
mengukur apa yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tertentu perlu
49
50
didrop atau tidak. Dalam hal ini yang dilihat adalah koefisien muatan faktor dari item
dan nilai t dari setiap muatan faktor, jika nilai t > 1.96 artinya item tersebut signifikan
dan begitu juga sebaliknya. Koefisien muatan faktor untuk item pengukuran perilaku
diet disajikan pada tabel 3.12.
Tabel 3.7 Muatan Faktor Item Dukungan Nyata dan Instrumen
No Koefisein Standard Error Nilai t Signifikan ITEM1 0.39 (0.06) 6.18 V ITEM2 0.78 (0.06) 12.37 V ITEM3 -0.47 (0.06) -7.62 X ITEM4 -0.06 (0.07) -0.77 X ITEM5 0.46 (0.06) 7.57 V ITEM6 0.67 (0.06) 11.09 V
Keterangan : tanda V = signifikan (t > 1.96) ; X = tidak signifikan
Dari tabel 3.12 dapat dilihat bahwa ada 4 item yang signifikan ( t > 1.96) dan
2 item yang tidak signifikan (t < 1,96) yaitu item nomor 3 dan 4. Dengan demikian,
item nomor 3 dan 4 akan didrop yang berarti item tersebut tidak akan ikut dianalisis
dalam perhitungan faktor skor.
3.4.4. Uji validitas konstruk skala dukungan informasi
Peneliti menguji apakah 4 item yang ada bersifat unidimensional, artinya item-item
tersebut benar-benar hanya mengukur dukungan informasi. Dari hasil awal analisis
CFA yang dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak fit, Chi-Square=33.12,
df=2, P-value=0.00000, RMSEA=0.223. Namun setelah dilakukan modifikasi dengan
membebaskan korelasi kesalahan pengukuran diantara item-item yang dianalisis,
maka kemudian diperoleh model fit dengan nilai Chi-Square=0.00, df=0, P-
value=1.00000, RMSEA=0.000. Chi Square menghasilkan P-value > 0.05 (tidak
51
signifikan), artinya model satu faktor (unidimensional) dapat diterima, bahwa seluruh
item hanya mengukur satu faktor saja yaitu dukungan informasi.
Langkah selanjutnya adalah melihat signifikan atau tidaknya item dalam
mengukur apa yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tertentu perlu
didrop atau tidak. Dalam hal ini yang dilihat adalah koefisien muatan faktor dari item
dan nilai t dari setiap muatan faktor, jika nilai t > 1.96 artinya item tersebut signifikan
dan begitu juga sebaliknya. Koefisien muatan faktor untuk item pengukuran perilaku
diet disajikan pada tabel 3.13.
Tabel 3.8 Muatan Faktor Item Dukungan Informasi No Koefisein Standard Error Nilai t Signifikan
ITEM1 0.44 (0.06) 7.01 V ITEM2 0.95 (0.08) 12.57 V ITEM3 0.39 (0.06) 6.49 V ITEM4 0.73 (0.07) 10.66 V
Keterangan : tanda V = signifikan (t > 1.96) ; X = tidak signifikan
Dari tabel 3.13 dapat dilihat bahwa seluruh item signifikan (t >1,96) dan
semua koefisien sudah bermuatan positif. Artinya semua koefisien muatan faktor dari
item sesuai dengan sifat item yang semuanya bersifat favorable. Dengan demikian
item-item tersebut tidak akan didrop.
3.4.5. Uji validitas konstruk skala dukungan persahabatan
Peneliti menguji apakah 4 item yang ada bersifat unidimensional, artinya item-item
tersebut benar-benar hanya mengukur dukungan persahabatan. Dari hasil awal
analisis CFA yang dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak fit, Chi-
Square=33.12, df=2, P-value=0.00000, RMSEA=0.223. Namun setelah dilakukan
modifikasi dengan membebaskan korelasi kesalahan pengukuran diantara item-item
52
yang dianalisis, maka kemudian diperoleh model fit dengan nilai Chi-Square=0.00,
df=0, P-value=1.00000, RMSEA=0.000. Chi Square menghasilkan P-value > 0.05
(tidak signifikan), artinya model satu faktor (unidimensional) dapat diterima, bahwa
seluruh item hanya mengukur satu faktor saja yaitu dukungan persahabatan.
Langkah selanjutnya adalah melihat signifikan atau tidaknya item dalam
mengukur apa yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tertentu perlu
didrop atau tidak. Dalam hal ini yang dilihat adalah koefisien muatan faktor dari item
dan nilai t dari setiap muatan faktor, jika nilai t > 1.96 artinya item tersebut signifikan
dan begitu juga sebaliknya. Koefisien muatan faktor untuk item pengukuran perilaku
diet disajikan pada tabel 3.14.
Tabel 3.9 Muatan Faktor Item Dukungan Persahabatan No Koefisein Standard Error Nilai t Signifikan
ITEM1 0.30 (0.08) 3.94 V ITEM2 -1.30 (0.23) -5.76 X ITEM3 0.44 (0.09) 4.73 V ITEM4 1.19 (0.29) 4.13 V
Keterangan : tanda V = signifikan (t > 1.96) ; X = tidak signifikan
Dari tabel 3.14 dapat dilihat bahwa ada 3 item yang signifikan ( t > 1.96) dan
1 item yang tidak signifikan (t < 1,96) yaitu item nomor 2. Dengan demikian, item
nomor 2 akan didrop yang berarti item tersebut tidak akan ikut dianalisis dalam
perhitungan faktor skor.
3.4.6. Uji validitas konstruk skala perceived susceptibility
Peneliti menguji apakah 5 item yang ada bersifat unidimensional, artinya item-item
tersebut benar-benar hanya mengukur perceived susceptibility. Dari hasil awal
analisis CFA yang dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak fit, Chi-
53
Square=36.21, df=5, P-value=0.00000, RMSEA=0.141. Namun setelah dilakukan
modifikasi dengan membebaskan korelasi kesalahan pengukuran diantara item-item
yang dianalisis, maka kemudian diperoleh model fit dengan nilai Chi-Square=5.12,
df=4, P-value=0.27503, RMSEA=0.030. Chi Square menghasilkan P-value > 0.05
(tidak signifikan), artinya model satu faktor (unidimensional) dapat diterima, bahwa
seluruh item hanya mengukur satu faktor saja yaitu perceived susceptibility.
Langkah selanjutnya adalah melihat signifikan atau tidaknya item dalam
mengukur apa yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tertentu perlu
didrop atau tidak. Dalam hal ini yang dilihat adalah koefisien muatan faktor dari item
dan nilai t dari setiap muatan faktor, jika nilai t > 1.96 artinya item tersebut signifikan
dan begitu juga sebaliknya. Koefisien muatan faktor untuk item pengukuran perilaku
diet disajikan pada tabel 3.5.
Tabel 3.10 Muatan Faktor Item Perceived Susceptibility
No Koefisein Standard Error Nilai t Signifikan ITEM1 0.87 (0.05) 18.30 V ITEM2 0.91 (0.05) 19.21 V ITEM3 -0.08 (0.06) -1.38 X ITEM4 0.68 (0.05) 12.44 V ITEM5 0.68 (0.05) 13.18 V Keterangan : tanda V = signifikan (t > 1.96) ; X = tidak signifikan
Dari tabel 3.5 dapat dilihat bahwa ada 4 item yang signifikan ( t > 1.96)
dan 1 item yang tidak signifikan (t < 1,96) yaitu item nomor 3. Dengan demikian,
item nomor 3 akan didrop yang berarti item tersebut tidak akan ikut dianalisis dalam
perhitungan faktor skor.
54
3.4.7. Uji validitas konstruk skala perceived severity
Peneliti menguji apakah 6 item yang ada bersifat unidimensional, artinya item-item
tersebut benar-benar hanya mengukur perceived severity. Dari hasil awal analisis
CFA yang dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak fit, Chi-Square=126.30,
df=9, P-value=0.00000, RMSEA=0.204. Namun setelah dilakukan modifikasi dengan
membebaskan korelasi kesalahan pengukuran diantara item-item yang dianalisis,
maka kemudian diperoleh model fit dengan nilai Chi-Square=10.68, df=6, P-
value=0.09894, RMSEA=0.050. Chi Square menghasilkan P-value > 0.05 (tidak
signifikan), artinya model satu faktor (unidimensional) dapat diterima, bahwa seluruh
item hanya mengukur satu faktor saja yaitu perceived severity.
Langkah selanjutnya adalah melihat signifikan atau tidaknya item dalam
mengukur apa yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tertentu perlu
didrop atau tidak. Dalam hal ini yang dilihat adalah koefisien muatan faktor dari item
dan nilai t dari setiap muatan faktor, jika nilai t > 1.96 artinya item tersebut signifikan
dan begitu juga sebaliknya. Koefisien muatan faktor untuk item pengukuran perilaku
diet disajikan pada tabel 3.6.
Tabel 3.11 Muatan Faktor Item Perceived severity
No Koefisein Standard Error Nilai t Signifikan ITEM1 0.35 (0.05) 6.37 V ITEM2 0.34 (0.05) 6.25 V ITEM3 0.81 (0.05) 15.13 V ITEM4 0.62 (0.05) 11.74 V ITEM5 0.81 (0.05) 16.46 V ITEM6 0.97 (0.05) 20.57 V
Keterangan : tanda V = signifikan (t > 1.96) ; X = tidak signifikan
55
Dari tabel 3.6 dapat dilihat bahwa seluruh item signifikan (t >1,96) dan semua
koefisien sudah bermuatan positif. Artinya semua koefisien muatan faktor dari item
sesuai dengan sifat item yang semuanya bersifat favorable. Dengan demikian item-
item tersebut tidak akan didrop.
3.4.8. Uji validitas konstruk skala perceived benefits
Peneliti menguji apakah 7 item yang ada bersifat unidimensional, artinya item-item
tersebut benar-benar hanya mengukur perceived benefits. Dari hasil awal analisis
CFA yang dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak fit, Chi-Square=102.54,
df=14, P-value=0.00000, RMSEA=0.142. Namun setelah dilakukan modifikasi
dengan membebaskan korelasi kesalahan pengukuran diantara item-item yang
dianalisis, maka kemudian diperoleh model fit dengan nilai Chi-Square=16.23, df=9,
P-value=0.06225, RMSEA=0.051. Chi Square menghasilkan P-value > 0.05 (tidak
signifikan), artinya model satu faktor (unidimensional) dapat diterima, bahwa seluruh
item hanya mengukur satu faktor saja yaitu perceived benefits.
Langkah selanjutnya adalah melihat signifikan atau tidaknya item dalam
mengukur apa yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tertentu perlu
didrop atau tidak. Dalam hal ini yang dilihat adalah koefisien muatan faktor dari item
dan nilai t dari setiap muatan faktor, jika nilai t > 1.96 artinya item tersebut signifikan
dan begitu juga sebaliknya. Koefisien muatan faktor untuk item pengukuran perilaku
diet disajikan pada tabel 3.7.
Tabel 3.12 Muatan Faktor Item Perceived Benefits
No Koefisein Standard Error Nilai t Signifikan ITEM1 0.20 (0.07) 2.85 V ITEM2 0.33 (0.06) 5.82 V ITEM3 0.85 (0.05) 17.72 V ITEM4 0.62 (0.05) 11.73 V ITEM5 0.51 (0.07) 7.41 V ITEM6 0.96 (0.05) 21.24 V ITEM7 0.62 (0.05) 11.80 V
Keterangan : tanda V = signifikan (t > 1.96) ; X = tidak signifikan
Dari tabel 3.7 dapat dilihat bahwa seluruh item signifikan (t >1,96) dan semua
koefisien sudah bermuatan positif. Artinya semua koefisien muatan faktor dari item
sesuai dengan sifat item yang semuanya bersifat favorable. Dengan demikian item-
item tersebut tidak akan didrop.
3.4.9. Uji validitas konstruk skala perceived barriers
Peneliti menguji apakah 5 item yang ada bersifat unidimensional, artinya item-item
tersebut benar-benar hanya mengukur perceived barriers. Dari hasil awal analisis
CFA yang dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak fit, Chi-Square=12.17,
df=5, P-value=0.03248, RMSEA=0.068. Namun setelah dilakukan modifikasi dengan
membebaskan korelasi kesalahan pengukuran diantara item-item yang dianalisis,
maka kemudian diperoleh model fit dengan nilai Chi-Square=1.99, df=4, P-
value=0.73805, RMSEA=0.000. Chi Square menghasilkan P-value > 0.05 (tidak
signifikan), artinya model satu faktor (unidimensional) dapat diterima, bahwa seluruh
item hanya mengukur satu faktor saja yaitu perceived barriers.
Langkah selanjutnya adalah melihat signifikan atau tidaknya item dalam
mengukur apa yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tertentu perlu
56
57
didrop atau tidak. Dalam hal ini yang dilihat adalah koefisien muatan faktor dari item
dan nilai t dari setiap muatan faktor, jika nilai t > 1.96 artinya item tersebut signifikan
dan begitu juga sebaliknya. Koefisien muatan faktor untuk item pengukuran perilaku
diet disajikan pada tabel 3.8.
Tabel 3.13 Muatan Faktor Item Perceived Barriers
No Koefisein Standard Error Nilai t Signifikan ITEM1 0.45 (0.07) 6.39 V ITEM2 0.41 (0.07) 5.86 V ITEM3 0.42 (0.07) 5.88 V ITEM4 0.69 (0.08) 8.84 V ITEM5 0.33 (0.07) 4.69 V
Keterangan : tanda V = signifikan (t > 1.96) ; X = tidak signifikan
Dari tabel 3.8 dapat dilihat bahwa seluruh item signifikan (t >1,96) dan semua
koefisien sudah bermuatan positif. Artinya semua koefisien muatan faktor dari item
sesuai dengan sifat item yang semuanya bersifat favorable. Dengan demikian item-
item tersebut tidak akan didrop.
3.4.10. Uji validitas konstruk skala cues to action
Peneliti menguji apakah 5 item yang ada bersifat unidimensional, artinya item-item
tersebut benar-benar hanya mengukur cues to action. Dari hasil awal analisis CFA
yang dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak fit, Chi-Square=12.17, df=5,
P-value=0.03248, RMSEA=0.068. Namun setelah dilakukan modifikasi dengan
membebaskan korelasi kesalahan pengukuran diantara item-item yang dianalisis,
maka kemudian diperoleh model fit dengan nilai Chi-Square=0.93, df=2, P-
value=0.62863, RMSEA=0.000. Chi Square menghasilkan P-value > 0.05 (tidak
58
signifikan), artinya model satu faktor (unidimensional) dapat diterima, bahwa seluruh
item hanya mengukur satu faktor saja yaitu cues to action.
Langkah selanjutnya adalah melihat signifikan atau tidaknya item dalam
mengukur apa yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tertentu perlu
didrop atau tidak. Dalam hal ini yang dilihat adalah koefisien muatan faktor dari item
dan nilai t dari setiap muatan faktor, jika nilai t > 1.96 artinya item tersebut signifikan
dan begitu juga sebaliknya. Koefisien muatan faktor untuk item pengukuran perilaku
diet disajikan pada tabel 3.9.
Tabel 3.14 Muatan Faktor Item Cues to Action
No Koefisein Standard Error Nilai t Signifikan ITEM1 0.23 (0.06) 3.76 V ITEM2 0.19 (0.06) 3.32 V ITEM3 -0.14 (0.06) -2.55 X ITEM4 0.58 (0.09) 6.34 V ITEM5 1.11 (0.15) 7.44 V
Keterangan : tanda V = signifikan (t > 1.96) ; X = tidak signifikan
Dari tabel 3.9 dapat dilihat bahwa ada 4 item yang signifikan ( t > 1.96)
dan 1 item yang tidak signifikan (t < 1,96) yaitu item nomor 3. Dengan demikian,
item nomor 3 akan didrop yang berarti item tersebut tidak akan ikut dianalisis dalam
perhitungan faktor skor.
3.4.11. Uji validitas konstruk skala self-efficacy
Peneliti menguji apakah 5 item yang ada bersifat unidimensional, artinya item-item
tersebut benar-benar hanya mengukur self-efficacy. Dari hasil awal analisis CFA yang
dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak fit, Chi-Square=30.96, df=5, P-
value=0.00001, RMSEA=0.129. Namun setelah dilakukan modifikasi dengan
59
membebaskan korelasi kesalahan pengukuran diantara item-item yang dianalisis,
maka kemudian diperoleh model fit dengan nilai Chi-Square=5.80, df=3, P-
value=0.12186, RMSEA=0.055. Chi Square menghasilkan P-value > 0.05 (tidak
signifikan), artinya model satu faktor (unidimensional) dapat diterima, bahwa seluruh
item hanya mengukur satu faktor saja yaitu self-efficacy.
Langkah selanjutnya adalah melihat signifikan atau tidaknya item dalam
mengukur apa yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tertentu perlu
didrop atau tidak. Dalam hal ini yang dilihat adalah koefisien muatan faktor dari item
dan nilai t dari setiap muatan faktor, jika nilai t > 1.96 artinya item tersebut signifikan
dan begitu juga sebaliknya. Koefisien muatan faktor untuk item pengukuran perilaku
diet disajikan pada tabel 3.10.
Tabel 3.15 Muatan Faktor Item Self-efficacy
No Koefisein Standard Error Nilai t Signifikan ITEM1 0.59 (0.05) 10.96 V ITEM2 0.85 (0.05) 17.31 V ITEM3 0.91 (0.05) 19.33 V ITEM4 0.85 (0.05) 17.38 V ITEM5 0.67 (0.05) 12.92 V
Keterangan : tanda V = signifikan (t > 1.96) ; X = tidak signifikan
Dari tabel 3.10 dapat dilihat bahwa seluruh item signifikan (t >1,96) dan
semua koefisien sudah bermuatan positif. Artinya semua koefisien muatan faktor dari
item sesuai dengan sifat item yang semuanya bersifat favorable. Dengan demikian
item-item tersebut tidak akan didrop.
60
3.5 Metode Analisis Data
Analisis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah multi regresi. Analisis
multi regresi adalah suatu metode untuk mengkaji akibat-akibat dan besarnya akibat
dari lebih satu variabel bebas terhadap satu variabel terikat, dengan menggunakan
prinsip-prinsip korelasi dan regresi. Dengan dependent variable yaitu perilaku diet
dan independent variable yaitu dukungan sosial dan health belief model, maka
persamaan regresinya adalah sebagai berikut:
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + b6X6 + b7X7 + b8X8 + b9X9 + b10X10 + e
Dimana:
Y = Nilai prediksi Y (perilaku diet)
a = Konstan intersepsi
b = Koefisien regresi untuk masing-masing IV
X1 = Dukungan emosi atau penghargaan
X2 = Dukungan nyata dan instrumen
X3 = Dukungan informasi
X4 = Dukungan persahabatan
X5 = Perceived susceptibility
X6 = Perceived severity
X7 = Perceived benefits
61
X8 = Perceived barriers
X9 = Cues to action
X10 = Self-efficacy
e = Residual dari DV
Untuk menilai apakah model regresi yang dihasilkan merupakan model yang
paling sesuai (memiliki error terkecil), dibutuhkan beberapa pengujian dan analisis
sebagai berikut:
1. R2 (R square) untuk mengetahui berapa persen (%) sumbangan DV yang
dijelaskan oleh IV berpengaruh secara signifikan terhadap DV.
2. Diketahui signifikan atau koefisien regresi dari masing – masing IV.
Koefisien yang signifikan menunjukkan dampak yang signifikan dari IV
yang bersangkutan.
3. Dapat diketahui besarnya sumbangan dari setiap IV dan melihat
signifikansinya.
62
BAB 4
HASIL PENELITIAN
Pada bab empat ini akan menguraikan hasil penelitian yang telah dilakukan.
Pembahasan tersebut meliputi dua bagian yaitu analisis deskriptif dan pengujian
hipotesis penelitian.
4.1. Gambaran Umum
4.1.1. Gambaran subjek penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah 314 wanita usia 20 – 30 tahun yang masuk dalam
kategori usia dewasa awal dan sedang melakukan diet setidaknya selama satu bulan.
Aktivitas diet dapat berupa mengurangi konsumsi makanan serta minuman yang
mengandung kalori, lemak tinggi, dan melakukan aktifitas fisik untuk
mempertahankan berat badan ideal. Pengambilan sampel menggunakan teknik non
probability sampling dengan tipe snowball sampling. Gambaran subjek penelitian
dapat dilihat pada tabel 4.1:
Tabel 4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian
63
Berdasarkan tabel 4.1 dapat diketahui bahwa subjek memiliki usia bervariasi
mulai dari 20 – 30 tahun. Responden terbanyak berusia 20-25 tahun yaitu dengan
jumlah 302 orang dengan persentase 66%. Selanjutnya gambaran subjek penelitian
berdasarkan kategori rentang waktu melakukan diet bahwa sebesar 90,8% atau 285
orang masuk dalam kategorisasi 1 – 6 bulan, 6 orang atau 1,9% pada 6 – 12 bulan,
dan pada kategorisasi 12 bulan keatas sebanyak 7,3% atau 23 orang.
Untuk kategorisasi IMT (indeks massa tubuh), under weight memliki muatan
sebesar 10,8% atau sebanyak 34 orang. Kemudian kategorisasi normal dengan
persentase paling tinggi yaitu 63,7% atau 200 orang, dan over weight sebanyak
16,9% atau 53 orang. Sedangkan wanita yang memiliki kategorisasi obesitas yaitu
sebesar 8,6% atau 27 orang.
4.2. Statistik Deskriptif Variabel Penelitian
Sebelum diuraikan secara lebih detail tentang beberapa sub bab selanjutnya, perlu
dijelaskan bahwa skor yang digunakan dalam analisis statistik adalah skor faktor
yang dihitung untuk menghindari estimasi bias dari kesalahan pengukuran. Jadi,
penghitungan skor faktor pada tiap variabel tidak menjumlahkan item-item seperti
pada umumnya, tetapi dihitung dengan menggunakan maximum likelihood, skor ini
disebut true score. Item-item yang dianalisis oleh maximum likelihood adalah item
yang bermuatan positif dan signifikan. Adapun true score yang dihasilkan oleh
maximum likelihood satuannya berbentuk Zscore. Untuk menghilangkan bilangan
negatif dari z-score, semua skor ditransformasi ke skala T yang semuanya positif
64
dengan menetapkan nilai mean = 50 dan standar deviasi = 15. Langkah selanjutnya
adalah melakukan proses komputasi melalui formula T-score = 50 + 15.z.
Selanjutnya, untuk menjelaskan gambaran umum tentang deskriptif statistik dari
variabel-variabel dalam penelitian ini, indeks yang menjadi patokan adalah nilai
mean, standar deviasi (SD), nilai maksimal dan minimal dari masing - masing
variabel. Nilai tersebut disajikan dalam tabel 4.2 berikut ini.
Tabel 4.2 Analisis Deskriptif variabel penelitian
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
TSPERILAKUDIET 314 27.37 77.30 50.0000 9.49987
TSDUKEMOSI 314 27.27 71.91 50.0000 8.80360
TSDUKNYATA 314 28.49 70.75 50.0000 8.30639
TSDUKINFORMASI 314 33.68 69.11 50.0000 9.28464
TSFRIEND 314 30.39 69.44 50.0000 9.98765
TSSUSPEC 314 26.74 65.21 50.0000 9.28166
TSSEVERITY 314 33.40 70.52 50.0000 9.29946
TSBENEFIT 314 29.90 73.15 50.0000 9.28966
TSBARRIERS 314 28.09 71.19 50.0000 7.59613
TSCUES 314 32.79 68.23 50.0000 8.57667
TSSELFEFFICACY 314 33.17 69.24 50.0000 9.45683
Valid N (listwise) 314
Mengingat semua skor telah diletakkan pada skala yang sama, maka semua
mean pada setiap skala adalah 50 dan standar deviasi adalah 15. Dari tabel 4.2 juga
dapat diketahui skor terendah dari perilaku diet 27.37 dan skor tertinggi 77.30. Skor
terendah dimensi dukungan emosi atau penghargaan dari variabel dukungan sosial
27.27 dan skor tertinggi 71.91. Skor terendah dimensi dukungan nyata atau
instrument dari variabel dukungan sosial 28.49 dan skor tertinggi 70.75. Skor
terendah dimensi dukungan informasi dari variabel dukungan sosial 33.68 dan skor
65
tertinggi 69.11. Skor terendah dimensi dukungan persahabatan dari variabel
dukungan sosial 30.39 dan skor tertinggi 69.44.
Skor terendah pada dimensi perceived susceptibility dari variabel health belief
model 26.74 dan skor tertinggi 65.21. Skor terendah pada dimensi perceived severity
dari variabel health belief model 33.40 dan skor tertinggi 70.52. Skor terendah dari
dimensi perceived benefit dari variabel health belief model 29.90 dan skor tertinggi
73.15. Skor terendah dari dimensi perceived barrier dari variabel health belief model
28.09 dan skor tertinggi 71.15. Skor terendah dari dimensi cues to action dari variabel
health belief model 32.79 dan skor tertinggi 68.23. Skor terendah dari dimensi self-
efficacy dari variabel health belief model 33.17 dan skor tertinggi 69.24.
4. 3. Pengelompokan Subjek Berdasarkan Variabel Penelitian
Kategorisasi variabel bertujuan untuk menempatkan individu ke dalam kelompok-
kelompok yang terpisah secara berjenjang menurut suatu kontinum berdasarkan
atribut yang diukur. Kontinum jenjang ini contohnya adalah dari rendah ke tinggi
yang akan penulis gunakan dalam kategorisasi variabel penelitian. Sebelum
mengkategorisasikan skor masing-masing variabel berdasarkan tingkat rendah dan
tinggi, penulis terlebih dahulu menetapkan norma dari skor dengan menggunakan
nilai mean dan standar deviasi. Maka akan diperoleh nilai persentase kategori untuk
masing-masing variabel sebagaimana yang terdapat pada tabel 4.3 berikut.
Tabel 4.3 Kategorisasi responden penelitian
Variabel Tinggi Rendah n(%) n(%)
Perilaku Diet Sehat 144(45.9) 170(54.1) Dukungan emosi atau penghargaan 150(47.8) 164(52.2) Dukungan nyata dan instrumen 161(51.3) 153(48.7) Dukungan informasi 129(41.1) 185(58.9) Dukungan persahabatan 158(50.3) 156(49.7) Perceived susceptibility 189(60.2) 125(39.8) Perceived severity 135(43.0) 179(57.0) Perceived benefit 151(48.1) 163(51.9) Perceived barrier 152(48.4) 162(51.6) Cues to action 148(47.1) 166(52.9) Self efficacy 141(44.9) 173(55.1)
Dari tabel diatas, diperoleh hasil presentase variabel perilaku diet sehat
sebanyak 144 orang (45.9%) pada kateori tinggi, dan 170 subjek (51.1%) pada
kategori rendah. Dengan demikian, dari hasil sebaran pada variabel perilaku diet
sehat paling banyak berada pada kategori rendah.
kemudian pada persentase dimensi dukungan emosi atau penghargaan dari
dukungan sosial sebanyak 150 orang (47.8%) pada kategori tinggi, dan 164 orang
(52.2%) pada kategori rendah. Dengan demikian, dari hasil dimensi dukungan emosi
atau penghargaan dari dukungan sosial paling banyak pada kategori rendah.
Selanjutnya, diperoleh hasil persentase dukungan nyata atau instrumen dari
dukungan sosial sebanyak 161 orang (51.3%) pada kategori tinggi, dan 153 orang
(48.7%) pada kategori rendah. Dengan demikian, dari hasil sebaran dukungan nyata
atau instrumen paling banyak pada kategori tinggi.
Kemudian, diperoleh hasil dukungan informasi dari dukungan sosial sebanyak
129 orang (41.1%) pada kategori tinggi, dan 185 orang (58.9%) pada kategori rendah.
66
67
Dengan demikian, dari hasil Dukungan informasi paling banyak pada kategori
rendah.
Kemudian, diperoleh hasil dimensi Dukungan persahabatan dari dukungan
sosial sebanyak 158 orang (50.3%) pada kategori tinggi, dan 156 orang (49.7%) pada
kategori rendah. Dengan demikian, dari hasil dimensi dukungan persahabatan dari
dukungan sosial paling banyak pada kategori sedang.
Kemudian, dari HBM diperoleh hasil dimensi perceived susceptibility
sebanyak 189 orang (60.2%) dan pada kategori rendah 125 orang (39.8%). Dengan
demikian, dari hasil sebaran dimensi perceived susceptibility dari HBM paling
banyak berada pada kategori tinggi.
Selanjutnya, hasil presentase dimensi perceived severity dari HBM, sebanyak
135 orang (43.0%) pada kategori tinggi, 179 orang (57.0%) pada kategori rendah.
Dengan demikian, dari hasil sebaran perceived severity dari HBM paling banyak
berada pada kategori rendah.
Lalu, diperoleh hasil persentase dimensi perceived benefits dari HBM
sebanyak 151 orang (48.1%) pada kategori tinggi, 163 orang (51.9%) pada kategori
rendah. Dengan demikian, dari hasil sebaran dimensi perceived benefits dari HBM
paling banyak pada kategori rendah.
Untuk dimensi perceived barriers dari HBM sebanyak 152 orang (48.4%)
pada kategori tinggi, dan 162 orang (51.6%) pada kategori rendah. Dengan demikian,
dari hasil sebaran dimensi BS dari SS paling banyak pada kategori rendah.
Selanjutnya, diperoleh hasil persentase cues to action dari HBM sebanyak 148 orang
68
(47.1%) pada kategori tinggi, dan 166 orang (52.9%) pada kategori rendah. Dengan
demikian, dari hasil sebaran cues to action paling banyak pada kategori rendah.
Terakhir, diperoleh hasil self-efficacy dari HBM sebanyak 141 orang (44.9%) pada
kategori tinggi, dan 173 orang (55.1%) pada kategori rendah. Dengan demikian, dari
hasil self-efficacy paling banyak pada kategori rendah.
4.4. Uji Hipotesis Penelitian
4.4.1. Analisis regresi variabel penelitian
Pada tahap ini peneliti menguji hipotesis dengan teknik analisis berganda dengan
menggunakan software SPSS 17.0. Dalam regresi berganda terdapat 3 hal yang
dilihat yaitu melihat besaran R square untuk mengetahui berapa persen kontribusi IV
secara keseluruhan (mayor) terhadap DV, melihat pengaruh IV secara keseluruhan
dan signifikansinya, melihat apakah dari 10 IV (minor) berpengaruh secara positif
maupun negatif dan signifikansi terhadap DV, kemudian terakhir melihat besarnya
kontribusi dan signifikansi masing-masing IV terhadap DV.
Langkah pertama peneliti menganalisis seberapa besar sumbangsih yang
diberikan oleh seluruh IV terhadap DV. Tabel R square dapat dilihat sebagai berikut:
Tabel 4.4 Tabel R square
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate
1 .826a
.682 .671 5.44834
Berdasarkan tabel 4.3 dapat dilihat bahwa perolehan R square sebesar 0.682
atau 68,2%. Artinya sebesar 68,2% variasi dari perilaku diet dapat dijelaskan oleh
variasi seluruh IV (perceived susceptibility, perceived severity, perceived benefits,
69
perceived barriers, cues to action, self-efficacy, dukungan emosi atau penghargaan,
dukungan nyata atau instrumen, dukungan informasi dan dukungan persahabatan)
sedangkan 31,8% sisanya dipengaruhi oleh variabel lain diluar penelitian ini.
Langkah selanjutnya yaitu menganalisis dampak atau pengaruh dari seluruh
IV (perceived susceptibility, perceived severity, perceived benefits, perceived
barriers, cues to action, self-efficacy, dukungan emosi atau penghargaan, dukungan
nyata dan instrumen, dukungan informasi, dan dukungan persahabatan) terhadap DV.
Adapun hasil uji F dapat dilihat sebagai berikut:
Tabel 4.5 ANOVA
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
1 Regression 19253.077 10 1925.308 64.859 .000a
Residual 8994.383 303 29.684
Total 28247.460 313
a. Predictors: (Constant), TSSELFEFFICACY, TSDUKNY, TSSUS, TSFRIEND, TSBARRIERS, TSDUKEMOSI, TSDUKINFO, TSCUES, TSBENEFIT, TSSEVERITY
b. Dependent Variable: TSPERILAKU
Berdasarkan tabel 4.4 didapatkan signifikansi sebesar 0.000 (sig<0.005),
maka hipotesis (Ho) yang menyatakan tidak ada pengaruh yang signifikan antara
seluruh IV terhadap perilaku diet ditolak. Artinya ada pengaruh yang signifikan dari
perceived susceptibility, perceived severity, perceived benefits, perceived barriers,
cues to action, self-efficacy, dukungan emosi atau penghargaan, dukungan nyata atau
instrumen, dukungan informasi dan dukungan persahabatan terhadap perilaku diet.
Langkah selanjutnya adalah melihat koefisiens regresi tiap independen
variabel. Hal ini dapat dilihat pada kolom paling kanan. Jika nilai sig<0.05 maka
70
koefisien regresi tersebut signifikan yang berarti bahwa variabel tersebut memiliki
dampak yang signifikan terhadap performance anxiety. Adapun penyajiannya
ditampilkan pada tabel berikut.
Tabel 4.6 Koefisien Regresi
Berdasarkan koefisien regresi pada tabel 4.5, dapat disimpulkan bahwa persamaan
pada perilaku diet adalah:
Perilaku diet = -458 + 0.118 dukungan emosi atau penghargaan* + 0.043 dukungan
nyata atau instrument + 0.333 dukungan informasi* + 0.067 dukungan persahabatan
– 0.016 perceived susceptibility + 0.255 perceived severity* - 0.029 perceived
benefits + 0.048 perceived barriers - 0.142 cues to action* + 0.333 self-efficacy*
Keterangan: Signifikan (*)
Dari persamaan diatas hanya lima koefisien regresi yang signifikan, yaitu
dukungan emosi atau penghargaan , dukungan informasi, perceived severity, cues to
71
action,dan self-efficacy sedangkan sisa variabel lainnya tidak signifikan. Penjelasan
dari nilai koefisien regresi yang diperoleh masing-masing IV adalah sebagai berikut:
1. Variabel dukungan emosi atau penghargaan: diperoleh nilai koefisien
regresi sebesar 0.118 dengan signifikansi 0.017 (sig<0.05), yang berarti
bahwa variabel dukungan emosi atau penghargaan positif mempengaruhi
perilaku diet secara signifikan. Jadi, semakin tinggi skor dukungan emosi
atau penghargaan maka semakin tinggi perilaku diet, dan variabel ini
signifikan.
2. Variabel dukungan nyata atau instrumen: diperoleh nilai koefisien regresi
sebesar 0.014 dengan signifikansi 0.295 (sig>0.05), yang berarti bahwa
variabel dukungan nyata atau instrumen positif tidak mempengaruhi
perilaku diet secara signifikan.
3. Variabel dukungan informasi: diperoleh nilai koefisien regresi sebesar
0.333 dengan signifikansi 0.000 (sig<0.05), yang berarti bahwa variabel
dukungan informasi positif mempengaruhi perilaku diet secara signifikan.
Jadi, semakin tinggi skor dukungan informasi maka semakin tinggi
perilaku diet, dan variabel ini signifikan.
4. Variabel dukungan persahabatan: diperoleh nilai koefisien regresi sebesar
0.067 dengan signifikansi 0.070 (sig>0.05), yang berarti bahwa variabel
dukungan persahabatan positif tidak mempengaruhi perilaku diet secara
signifikan.
72
5. Variabel perceived susceptibility: diperoleh nilai koefisien regresi sebesar
-0.016 dengan signifikansi 0.668 (sig>0.05), yang berarti bahwa variabel
perceived susceptibility negatif tidak mempengaruhi perilaku diet secara
signifikan.
6. Variabel perceived severity: diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0.255
dengan signifikansi 0.005 (sig<0.05), yang berarti bahwa variabel
perceived severity positif mempengaruhi perilaku diet secara signifikan.
Jadi, semakin tinggi skor perceived severity maka semakin tinggi perilaku
diet, dan variabel ini signifikan.
7. Variabel perceived benefits: diperoleh nilai koefisien regresi sebesar -
0.029 dengan signifikansi 0.617 (sig>0.05), yang berarti bahwa variabel
perceived benefits negatif tidak mempengaruhi perilaku diet secara
signifikan.
8. Variabel perceived barriers: diperoleh nilai koefisien regresi sebesar
0.048 dengan signifikansi 0.309 (sig>0.05), yang berarti bahwa variabel
perceived barriers positif tidak mempengaruhi perilaku diet secara
signifikan.
9. Variabel cues to action: diperoleh nilai koefisien regresi sebesar -0.142
dengan signifikansi 0.015 (sig<0.05), yang berarti bahwa variabel cues to
action negatif mempengaruhi perilaku diet secara signifikan. Jadi,
semakin tinggi skor cues to action maka semakin rendah perilaku diet,
dan variabel ini signifikan.
73
10. Variabel self-efficacy: diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0.333
dengan signifikansi 0.000 (sig<0.05), yang berarti bahwa variabel self-
efficacy positif mempengaruhi perilaku diet secara signifikan. Jadi,
semakin tinggi skor self-efficacy maka semakin tinggi perilaku diet, dan
variabel ini signifikan.
Pada tabel 4.4 koefisien regresi diatas, dari lima IV yang berpengaruh
signifikan terhadap DV dapat diketahui IV mana yang memiliki pengaruh lebih besar.
Untuk melihat perbandingan besar kecilnya pengaruh antara tiap IV terhadap DV
dapat diketahui dengan dua cara, yaitu melihat nilai signifikansinya (sig.) dan melihat
standardized coefficient (beta). Maka tabel diatas dapat diketahui perbandingan atau
urutan IV yang memiliki pengaruh terbesar sebagai berikut:
1. Dukungan informasi dari social support dengan nilai beta 0.325.
2. Self-efficacy dari HBM (Health belief model) dengan nilai beta 0.331.
3. Perceived severity dari HBM (Health belief model) dengan nilai beta
0.250.
4. Dukungan emosi atau penghargaan social support dengan nilai beta 0.109.
5. Cues to action dari HBM (Health belief model) dengan nilai beta -0,128.
4.4.1.Uji proporsi varians independent variabel
Selanjutnya peneliti ingin melihat proporsi varians independent variabel untuk
mengetahui seberapa besar sumbangan dari masing-masing IV terhadap perilaku diet
sehat. Besarnya sumbangan masing-masing IV terhadap perilaku diet sehat dapat
dilihat pada tabel 4.7 dibawah ini:
Tabel 4.7 Proporsi Varians
74
Dari tabel 4.6 dapat disampaikan informasi sebagai berikut:
1. Variabel dukungan emosi atau penghargaan memberikan sumbangan
sebesar 33.5% dalam varian perilaku diet. Sumbangan tersebut signifikan
dengan Sig. F Change = 0.000 (p<0.05).
2. Variabel dukungan nyata dan instrument memberikan sumbangan sebesar
0.5% dalam varian perilaku diet. Sumbangan tersebut tidak signifikan
dengan Sig. F Change= 0.136 (p>0.05).
3. Variabel dukungan informasi memberikan sumbangan sebesar 21.8%
dalam varian perilaku diet. Sumbangan tersebut signifikan dengan Sig. F
Change = 0.000(p<0.05).
4. Variabel dukungan persahabatan memberikan sumbangan sebesar 2.1%
dalam varian performance anxiety. Sumbangan tersebut signifikan dengan
Sig. F Change = 0.000 (p<0.05).
75
5. Variabel perceived susceptibility memberikan sumbangan sebesar 0.2%
dalam varian perilaku diet. Sumbangan tersebut tidak signifikan dengan
Sig. F Change= 0.179 (p>0.05).
6. Variabel perceived severity memberikan sumbangan sebesar 7.9% dalam
varian perilaku diet. Sumbangan tersebut signifikan dengan Sig. F Change
= 0.000 (p<0.05).
7. Variabel perceived benefit memberikan sumbangan sebesar 0% dalam
varian perilaku diet. Sumbangan tersebut tidak signifikan dengan Sig. F
Change = 0.633 (p>0.05).
8. Variabel perceived barrier memberikan sumbangan sebesar 0.1% dalam
varian perilaku diet. Sumbangan tersebut tidak signifikan dengan Sig. F
Change = 0.287 (p>0.05).
9. Variabel cues to action memberikan sumbangan sebesar 0% dalam varian
perilaku diet. Sumbangan tersebut tidak signifikan dengan Sig. F Change
= 0.152 (p>0.05).
10. Variabel self-efficacy memberikan sumbangan sebesar 1.8% dalam varian
perilaku diet. Sumbangan tersebut signifikan dengan Sig. F Change =
0.000 (p<0.05).
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat lima IV yang signifikan
sumbangannya terhadap perilaku diet, yaitu dukungan emosi, dukungan informasi,
dukungan persahabatan, perceived severity, dan self-efficacy. Hal ini dapat dilihat dari
besarnya pertambahan R2 yang dihasilkan setiap kali penambahan IV (sumbangan
76
proporsi varians yang diberikan). Dari kelima IV tersebut menunjukkan mana yang
paling besar memberikan sumbangan terhadap DV.
Hal tersebut dapat diketahui dengan melihat R2 Square nya, semakin besar
nilai maka semakin banyak sumbangan yang diberikan terhadap DV. Dari tabel 4.6
diatas diketahui urutan IV yang signifikan memberikan sumbangan dari yang terbesar
hingga yang terkecil ialah dukungan emosi dengan presentase 33.5% dan self-efficacy
dengan presentase 1.8%.
BAB 5
KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN
Pada bab ini akan dijelaskan mengenai kesimpulan hasil penelitian, diskusi tentang
penelitian serta saran praktis dan secara teoritis untuk penelitian selanjutnya.
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data penelitian, maka kesimpulan yang dapat diambil dari
penelitian ini adalah ada pengaruh yang signifikan dari variabel dukungan sosial dan
health belief model terhadap perilaku diet sehat pada wanita dewasa awal. Dimana
health belief model terdiri dari perceived susceptibility, perceived severity, perceived
benefits, perceived barriers, cues to action, dan self-efficacy. kemudian dukungan
sosial terdiri dari dukungan emosi atau dukungan penghargaan, dukungan nyata atau
instrumen, dukungan informasi dan dukungan persahabatan. Berdasarkan proporsi
varian seluruhnya, perilaku diet dipengaruhi oleh variabel independen sebesar 68,2%.
Dari kesepuluh independent variabel dalam penelitian ini, hanya lima
independent variabel yang signifikan pengaruhnya terhadap perilaku diet yaitu
dukungan emosi atau dukungan penghargaan, dukungan informasi perceived severity,
cues to action, dan self efficacy. Dengan demikian hanya ada lima hipotesis minor
yang diterima yaitu ada pengaruh yang signifikan antara dukungan emosi atau
penghargaan terhadap perilaku diet; ada pengaruh yang signifikan antara dukungan
informasi terhadap perilaku diet; ada pengaruh yang signifikan antara perceived
severity terhadap perilaku diet; ada pengaruh yang signifikan antara cues to action
77
78
terhadap perilaku diet; dan ada pengaruh yang signifikan antara self efficacy terhadap
perilaku diet. Penulis menyimpulkan bahwa perilaku diet sehat pada wanita dewasa
awal dipengaruhi oleh dukungan sosial yaitu dukungan emosi atau penghargaan,
dukungan informasi dan perceived severity, cues to action, self efficacy dari health
belief model.
5.2 Diskusi
Dalam penelitian ini ditemukan adanya pengaruh yang signifikan antara dukungan
sosial dan perilaku diet sehat. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
Wei Chang, dkk (2008) yang menunjukkan bahwa dukungan sosial merupakan salah
satu faktor yang mempengaruhi perilaku diet namun penelitian tersebut hanya
meneliti dukungan sosial secara keseluruhan sehingga tidak mengetahui dimensi
mana yang paling signifikan.
Kemudian dalam penelitian ini juga ditemukan variabel dukungan emosi atau
penghargaan memiliki pengaruh terhadap perilaku diet sehat. Hal ini sejalan dengan
Vicki (1996) penelitiannya terhadap pasien penderita kanker, mengatakan bahwa
dukungan sosial berperan untuk penyesuaian psikologis penderita kanker.
Penelitiannya menyarankan bahwa dukungan emosional adalah yang paling
diinginkan oleh pasien. Hasil menunjukkan bahwa dukungan emosi memiliki asosiasi
kuat dengan penyesuaian diri yang lebih baik pada pasiennya.
Pada variabel dukungan sosial lainnya didapatkan bahwa dukungan informasi
secara positif berpengaruh pada perilaku diet sehat artinya semakin tinggi dukungan
informasi semakin tinggi juga perilaku diet sehat. Hal tersebut sesuai dengan yang
79
dikemukakan Thornton (2006) dimana dukungan informasi dari suami adalah
dukungan yang paling berpengaruh, penting, dan konsisten pada perilaku diet seorang
istri.
Dalam penelitian Cullen (2000) media informasi seperti televisi menjadi peran
sebagai sumber informasi guna mencari referensi makanan yang sehat. Dari
penelitian ini didapatkan bahwa seseorang yang sedang menjalani program diet
terutama diet yang sehat akan lebih mudah menjalankan program dietnya ketika ia
mendapatkan informasi yang cukup.
Selanjutnya terdapat pengaruh yang signifikan antara health belief model
terhadap perilaku diet. Hal tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
Robert (1997) yang menyatakan bahwa health belief model secara signifikan
berpengaruh dalam pengurangan stres pada wanita menjelang pernikahan dan sedang
melakukan perilaku diet. Dalam penelitian lain oleh Abood, Black & Ferai (2003)
bahwa health belief model secara signifikan berhasil digunakan pada praktek gizi dan
pengetahuan gizi yang berhubungan dengan penyakit jantung dan kanker.
Hasil penelitian ini juga sesuai dengan pernyataan Taylor (2006) bahwa
dengan seseorang memfokuskan pada keyakinan atau penilaiannya tentang kesehatan,
maka akan memengaruhi seseorang dalam mengubah perilaku yang berkaitan dengan
kesehatannya.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dimensi perceived severity pada
variabel health belief model memiliki pengaruh positif terhadap perilaku diet pada
wanita dewasa awal. Dimensi perceived severity memiliki nilai yang positif dapat
80
disimpulkan bahwa semakin tinggi perceived severity yang terdapat pada seseorang
maka semakin tinggi perilaku diet. Hasil penelitian ini didukung oleh Sarafino
(2008) yang menyatakan bahwa individu yang yakin akan konsekuensi dari masalah
kesehatannya akibat dari penyakitnya (perceived severity), seperti konsekuensi medis
(kematian, cacat, dan rasa sakit), konsekuensi psikologis (depresi, cemas dan takut),
maupun konsekuensi sosial (dampak terhadap pekerjaan, kehidupan keluarga dan
hubungan sosial), maka semakin besar keyakinan bahwa ancaman tersebut akan
menghampiri mereka. Keyakinan akan terkena penyakit (perceived severity)
membuat individu terdorong untuk melakukan perilaku diet sehat dikarenakan
banyaknya keuntungan yang didapat dan juga sudah menjadi gaya hidup yang sedang
trend pada masa kini.
Variabel cues to action memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap
perilaku diet sehat. artinya semakin tinggi cues to action yang terdapat pada
seseorang maka semakin rendah perilaku diet. Peneliti menduga hal ini terjadi karena
isyarat tertentu seharusnya dapat mengaktifkan/merangsang persepsi individu akan
ancaman dari kondisi kesehatan tertentu. kondisi mempengaruhi tingkat keparahan
dan kerentanan yang dirasakan. Dengan isyarat lebih kuat atau akumulasi isyarat,
seseorang dirangsang untuk mengambil tindakan. Namun hasil yang yang didapatkan
adalah sebaliknya, peneliti kemudian mengkritisi item yang mengukur dimensi cues
to action. Item yang digunakan untuk mengukur cues to action dalam penelitian ini
berjumlah empat item dan valid, hanya saja item tersebut dirasa kurang spesifik
menjelaskan hal-hal atau peristiwa yang dapat menggerakkan individu untuk
81
melakukan diet. Hal ini dapat dilihat dari salah satu item yang berbunyi Orang tua
tidak membolehkan saya melakukan diet, pada item tersebut tidak menjelaskan hal-
hal atau peristiwa yang mengharuskan individu untuk tidak melakukan diet.
Penjelasan ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Baranowski
(2003) bahwa kebanyakan dari individu tidak menilai atau merasakan pentingnya
pertanda buruk bagi dirinya untuk mengubah perilaku. Sebagai contoh kerabat
terdekat meninggal dunia karena mengidap penyakit obesitas, namun isyarat tersebut
tidak menjadikan pertanda bagi individu lain untuk mengubah perilaku hidup sehat
mereka.
Selain itu didapatkan pula pengaruh positif pada dimensi self-efficacy, artinya
semakin tinggi self-efficacy yang terdapat pada seseorang maka semakin tinggi
perilaku diet. hal ini juga sesuai dengan penilitian yang dilakukan oleh Rita (2012)
yang menyatakan bahwa self-efficacy memiliki hubungan yang kuat dan signifikan
terhadap individu untuk keefektifan dalam melakukan sebuah program kesehatan.
Self-efficacy menggambarkan keyakinan individu dalam kemampuannya
untuk melakukan perilaku diet sehat. Health belief model dalam hal ini self-efficacy
menunjukkan bahwa seseorang lebih mungkin untuk melakukan perilaku jika ia
percaya bahwa ia mampu melakukan hal tersebut. Self-efficacy tidak hanya
meningkatkan kecenderungan individu mengadopsi perilaku hidup sehat tetapi juga
mengurangi efek penghambat dalam menjalankan perilaku tersebut. Meningkatkan
self-efficacy adalah cara yang paling efektif untuk mengurangi kesulitan yang
dirasakan individu dalam perilaku tertentu.
82
Selain dari lima variabel tersebut, didapatkan variabel lain yang tidak
mempengaruhi perilaku diet sehat. Adapun variabel-variabel tersebut seperti
perceived susceptibility yang didapatkan tidak berpengaruh terhadap perilaku diet
sehat. Penelitian ini tidak sejalan dengan Harrison (1992) yang mengatakan bahwa
perceived susceptibility adalah variabel prediktor terbaik terhadap perilaku hidup
sehat, Karena individu yang memiliki persepsi akan kerentanan dirinya mendapatkan
penyakit menjadi termotivasi untuk mengubah perilaku kesehatannya.
Selain itu, hasil yang didapat juga menunjukkan bahwa variabel perceived
benefits dan perceived barriers tidak mempengaruhi perilaku diet sehat. Hal ini
terjadi karena individu tidak yakin bahwa dengan melakukan diet sehat akan
mendapatkan keuntungan serta menjadikan alasan-alasan tertentu untuk menjadi
hambatan dalam melakukan perilaku diet sehat. Berbeda dengan penelitian
sebelumnya yang dilakukan oleh Rita (2012) yang menyatakan bahwa perceived
benefits dan perceived barriers penentu terkuat pada individu untuk melakukan
perubahan gaya hidup sehat.
Dimensi dari dukungan sosial yaitu dukungan persahabatan dalam penelitian
ini justru tidak berpengaruh pada perilaku diet sehat. Menurut teori, dukungan
persahabatan adalah ketersediaan orang lain untuk menghabiskan waktu dengan
individu, sehingga memberikan perasaan bahwa individu tersebut merupakan bagian
dari kelompok yang memiliki minat yang sama dan aktivitas sosial. Dalam konteks
perilaku diet, hal tersebut dapat diasumsikan bahwa seseorang yang melakukan suatu
kegiatan seperti jogging bersama, aerobik, atau aktivitas fisik lainnya akan
83
mendapatkan dukungan dari anggota lain yang juga mengikuti aktivitas serupa untuk
menjalankan program diet melalui interaksi yang dilakukan selama kegiatan
berlangsung. Meskipun demikian, hal tersebut tidak ditemukan dalam penelitian ini.
5.3 Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, peneliti menyadari bahwa masih
terdapat banyak kekurangan di dalamnya. Untuk itu, peneliti memberikan beberapa
saran untuk pertimbangan sebagai penyempurnaan penelitian selanjutnya, baik berupa
saran teoritis dan saran praktis.
5.3.1 Saran Teoritis
1. Pada peneliti selanjutnya, disarankan untuk meneliti tipe atau jenis diet secara
mendalam seperti diet mayo, diet air putih, dan lain-lain agar dapat memberikan
perbandingan antara masing-masing tipe diet. Penelitian ini tidak mengukur tipe
diet yang dilakukan responden secara mendalam. Peneliti hanya melihat kegiatan
diet yang dilakukan responden seperti mengurangi karbohidrat, makan berlemak
tinggi, dan melakukan olahraga rutin.
2. Pada penelitian selanjutnya, disarankan untuk meneliti perilaku diet secara
keseluruhan, tidak hanya diet yang sehat pada wanita tetapi juga diet pada pria,
anak-anak, dan remaja. Peneliti menduga bisa ditemukan temuan yang khas dari
diet yang dilakukan oleh jenis kelamin dan usia yang berbeda.
3. Perlu penelitian lanjutan terkait temuan dalam penelitian ini yang variabel-
variabelnya tidak mempengaruhi perilaku diet sehat. Seperti tipe kepribadian,
body image, health locus of control, dan self-esteem.
84
5.3.2 Saran Praktis
1. Penelitian ini dapat menjadi pengetahuan tambahan dan acuan bagi wanita
dewasa awal yang sedang melakukan diet sehat, instansi, lembaga yang berkaitan
dengan gizi, dan klinik program penurunan berat badan. Hasil penelitian ini lebih
lanjut dapat dijadikan cetak biru panduan peningkatan self-efficacy, perceived
severity, cues to action, dukungan emosi atau penghargaan dan dukungan
informasi yang dapat digunakan klien klinik dan sebagainya.
2. Terkait dengan perceived severity, maka dapat disarankan kepada wanita dewasa
awal yang sedang melakukan diet agar dapat meningkatkan keyakinan terhadapat
pola hidup sehat dan keyakinan bahwa penyakit bisa kapan saja datang
menghampiri. Keseriusan terhadap bahaya penyakit medis agar dapat diatasi
secepat mungkin seperti mengatur pola makan sejak dini, olahraga rutin, juga
menghindari stres yang didapat dari pekerjaan, konflik keluarga, dan masalah
sosial lainnya.
3. Terkait dengan cues to action, disarankan kepada wanita dewasa awal agar dapat
meningkatkan rasa peduli terhadap diri dengan cara menjaga tubuh tetap sehat.
Mengambil tindakan sedini mungkin untuk mengubah cara hidup sehat adalah
hal yang diwajibkan tanpa harus menunggu penyakit datang menghampiri.
Kejadian-kejadian pada lingkungan sekitar sebaiknya dapat dijadikan motivasi
atau ransangan bahwa setiap individu berpeluang untuk sakit.
85
4. Terkait dengan self-efficacy, Apabila individu memiliki keyakinan bahwa
kemampuan yang ada dalam diri dapat membawa individu kepada hasil yang
lebih baik. Disarankan agar dalam menjalani diet tidak menjadikan hal tersebut
sebagai sesuatu hal yang memberatkan.
5. Dukungan informasi, maka disarankan kepada wanita dewasa awal yang
melakukan diet sehat agar menjadikan informasi sebagai hal utama dalam
memandunya pada melakukan diet sehat. kemudian informasi yang didapat harus
berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh para ahli dalam bidang kesehatan,
bukan berdasarkan pengalaman satu atau dua orang saja.
DAFTAR PUSTAKA
Abood, D.A., Black, D.R., & Ferai, D. (2003). Nutrition education worksite intervention for university staff: Application of the Health belief model. Departement of Nutrition, Food, and Exercise Science, Florida University. Journal Nutrition Education Behavior.
Alwisol. (2009). Psikologi kepribadian edisi revisi. Malang: UMM Press.
Andea, R. (2010). Hubungan antara body image dan perilaku diet pada remaja. Sumatera utara: Universitas Sumatera Utara.
Ashton, A., Lavers, S., Haworth, E., & Helen, L. (2010). BTEC Level 2 first health and social care. London: Edexcel Foundation
Belloc, N.B., L. Breslow, (1972). Relationship of physical health status and health practices. Preventive Medicine vol.1: 409-421.
Boyes, A. D., Fletcher, G. J. O., & Latner, J. D. (2007). Risk factors for eating disorders: the role of intimate relationships. Journal of Family Psychology, 21, 764-768.
Calhoun, J.F dan Acocella, J.R. (1995). Psikologi tentangpenyesuaian dan hubungan kemanusiaan. Edisi Ketiga. Alih Bahasa: Satmoko, R. S. Edisi ke-3. Semarang: Ikip Semarang Press.
Chang, W. M., Brown, R., & Nitzke, S. (2008). Scale development: factors affecting diet, exercise, and stress management (FADESM). BMC Public Health.
Cullen, K.W., Baranowski, T., Rittenberry, L., & Olvera, N. (2000) social-environmental indluences on children’s diets: results from focus group with african-, euro, and mexican american children and their parents. Health Education Research.
Chaplin, J.P. (2006). Kamus lengkap psikologi. (terj. Kartini Kartono 2006). Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada.
Dariyo A. (2004). Psikologi perkembangan dewasa muda. Jakarta: PT. Grasindo
Eat more “Superfoods” to lose weight (2012). Diambil tanggal 15 Mei 2012 dari CNNHealth.
Erdianto, Sigit Dwi. (2009). Hubungan antara faktor individu dan faktor lingkungan dengan kecenderungan penyimpangan perilaku makan pada mahasiswi jurusan administrasi perkantoran dan sekretaris FISIP UI tahun 2009. Skripsi FKM UI, Depok.
French, S.A., Perry, C.L., Leon, G.R., & Fulkerson, J.A. (1995). Dieting behaviors and weight change history in female adolescents. Health Psychology vol. 14, No.6, 548 – 555 . University of Minnesota, Minneapolis. American Psychological Association.
Gillen, M. M., Charlotte, N. M., & Patrick, M. M. (2011). An examination of dieting behaviors among adults: Links with depression. Eating Behaviors An International Journal, 13, 88-93.
Glanz, K., Rimer, B. K., & Viswanath , K. (2008) Health behavior and health education theory, research, and practice: John Wiley & Sons, Inc.
Helgeson, V.S., & Cohen S. (1996). Social support and adjustment to cancer: reconciling descriptive, correlational, and intervention research. Health Psychology.
Hendrayati, Neti. (2007). Gambaran pola makan mahasiswa regular FIK UI. Laporan penelitian dibuat untuk memenuhi tugas akhir mata ajar riset keperawatan. FIK UI, Depok.
Ireland, J. (2010). Factors affecting a person’s diet. United States of America.
Kim, M., & Lennon, S.J. (2006). Analysis of diet advertisement a cross- national comparison of Korean and U.S. women’s magazines. Clothing and Textiles Research. Journal, 24, 345.
Latham , B. (2007). Sampling: what is it?. quantitative research methods. ENGL 5377.
Mulia, Agus. (2010). Pengetahuan gizi, pola makan dan status gizi mahasiswa Pendidikan Teknologi Kimia Industri (PTKI) Medan tahun 2010. Skripsi FKM USU. Medan.
Orji, R., Vassileva, J., & Mandryk, R. (2012). Towards an effective health interventions design: an extension of the health belief model. Online Journal ofPublic Health Informatics.
Papalia, D.E., Sally, W.O., & Ruth, D.F. (2009). Human development. New York: McGraw-Hill.
Perri, G.M., Kumanyika, S.K., Bowen, D., & Horn, L.V. (2000). Maintenace of dietary behavior change. Health Psychology. American Psychological Association.
Poppy, Kumala,. (1998). Kamus kedokteran dorland, copy editor edisi bahasa : Dyah Nuswantari, (edisi 25), Jakarta: EGC.
Ruderman.A.J.(1986). Dietary Restraint : A theoritical and empical review. Psychologycal Buletin. vol 09.
Sarafino, E.P. (2008). Health psychology biopsychosocial interactions. Canada: John Wiley & Sons, I,nc.
Sari, D.I. (2008). Perilaku remaja puteri tentang diet sehat di SMU Dharmawangsa Medan. Medan: Universitas Sumatera Utara.
Schetter, C.D., Folkman,S., & Lazarus, R.S. (1987). Correlates of social support receipt. Journal of Personality and Social Psychology, 53, 71-80.
Smet, B. (1994). Psikologi kesehatan. Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia.
Smolak, Linda. (1993). Adult development. New Jersey: Prentice-Hall, Inc.
Sorensen, M.V., Snodgrass, J.J., & Leonard W.R., (2005) Health consequences of postsocialist transition: dietary and lifestyle determinants of plasma lipids in Yakutia. American Journal of Human Biology, 17:576–592.
Taylor, S.E. (2006). Health psychology sixth edition. Los Angeles : University California.
Thornton, P.L., Kieffer, C. E., & Young, A.O. (2006). Weight, diet, and physical activity related beliefs and practices among pregnant and postpartum latino women: the role of social support. Maternal and Child Health Journal.
Yunansih. (2002). Ketaatan penderita diabet tipe II terhadap saran-saran dokter ditinjau dari health belief model. Jakarta : Fakultas Psikologi Universitas Indonesia.
Wood, N.L. (2006). Understanding the construct of body image to include positive components : A mixed-methods study. Ohio: The Ohio State University.
Lampiran A Kusioner Penelitian
Assalamualaikum Wr. Wb
Saya adalah mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Saat ini sedang melakukan penelitian mengenai ” Pengaruh Dukungan Sosial dan Health Belief Model (HBM) terhadap Perilaku Diet Sehat pada Wanita Dewasa Awal” yang merupakan persyaratan untuk mencapai gelar sarjana psikologi. Oleh karena itu, saya mengharapkan bantuan Saudari untuk mengisi angket ini.
Dalam menjawab angket ini tidak ada jawaban salah atau benar. Maka, Saudari bebas menetukan jawaban yang paling sesuai dengan diri masing-masing. Setiap jawaban yang diberikan akan terjamin kerahasiaannya dan hanya dipakai untuk penelitian ini saja.
Bacalah petunjuk terlebuh dahulu. Setelah mengisi angket ini, mohon diteliti kembali jawaban Saudari agar tidak ada pernyataan yang tidak terjawab atau terlewati.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb
Jakarta, 2015
Hormat Saya,
Dick Hurry Maulana
Data Responden
Inisial nama :
Usia :
Anak Ke :
dari ....... Saudara
Berat badan : ......... .Kg
Tinggi badan : ......... .Cm
Sudah berapa lama anda melakukan diet : ........ ..Bulan
Pekerjaan
Mahasiswa Wiraswasta PNS Lainnya ............................
Jumlah uang saku atau pemasukan anda per-bulan :
:
< Rp. 500.000 Rp. 500.000 sampai Rp.1.000.000 Rp. 1.000.000 sampai Rp. 2.000.000 > Rp. 2.000.000
Skala 1
Petunjuk Pengisian Skala 1, 2, dan 3
Bagian ini terdiri dari pernyataan-pernyataan dimana Saudari diminta untuk menjawab pernyataan yang paling sesuai dengan diri Saudari. Berilah tanda ceklis (√) pada jawaban yang paling sesuai dengan yang Anda alami. Adapun pilihan jawaban adalah sebagai berikut.
SS : Sangat Setuju
S : Setuju
TS : Tidak Setuju
STS : Sangat Tidak Setuju
CONTOH
No. Pernyataan SS S TS STS 1. Saya selalu menjaga kesehatan tubuh √
No. Pernyataan SS S TS STS 1. Melakukan diet membuat saya lebih sehat dalam
menjalani aktivitas. 2. Saya melakukan diet untuk memperkecil resiko terkena
obesitas. 3. Dengan melakukan diet membuat saya terasa sehat
dalam menjalani hari. 4. Melakukan diet membuat tidur saya lebih nyenyak. 5. Melakukan diet tidak mencegah saya dari terkena
penyakit. 6. Saat melakukan diet tubuh terasa lebih kuat.
7. Saya melakukan program diet sebagai upaya pencegahan terhadap Diabetes Militus (Kencing manis).
8. Melakukan diet membuat penyakit Maag saya semakin parah.
9. Melakukan diet membuat awet muda. 10. Jika melakukan diet saya bisa menabung lebih banyak. 11. Melakukan diet menjadikan daya tahan tubuh saya lebih
baik. 12. Membutuhkan biaya yang banyak untuk melakukan
diet. 13. Melakukan diet mempermudah saya mengikuti fashion. 14. Saya khawatir berat badan saya naik setelah melakukan
diet. 15. Melakukan diet berpotensi membuat saya menjadi
kekurangan gizi. 16. Melakukan diet membuat saya tidak terkena gangguan
pencernaan.
17. Saya tidak memiliki waktu untuk melakukan Olahraga. 18. Melakukan diet membuat tubuh saya terasa bugar. 19. Kondisi fisik saya tidak memungkinkan untuk
melakukan diet. 20. Saya melakukan diet setelah melihat tingginya angka
kematian penderita obesitas (kegemukan). 21. Melakukan diet membuat saya mudah lelah. 22. Fasilitas olahraga untuk umum (Gym, Taman, Jogging
track) sangat jauh dari rumah saya. 23. Melakukan diet dapat meningkatkan mood. 24. Dengan melakukan diet, saya lebih percaya diri dalam
bekerja. 25. Saya yakin melakukan diet membantu saya
mewujudkan kehidupan yang lebih sehat. 26. Saya tertarik melakukan diet setelah melihat acara
kesehatan di televisi.
27. Melakukan diet adalah kegiatan yang membuang waktu saja.
28. Saya melakukan diet atas saran teman dekat. 29. Apabila orang lain mampu melakukan diet, maka saya
juga mampu melakukannya. 30. Melakukan diet membuat saya dijauhi oleh keluarga. 31. Fisik saya tidak mampu untuk melakukan segala jenis
olahraga. 32. Orang tua tidak membolehkan saya melakukan diet. 33. Minimnya uang saku membuat saya tidak akan berhasil
melakukan diet.
34. Pacar saya melarang saya untuk melakukan diet.
Skala 2
No. Pernyataan SS S TS STS 1. Teman-teman dan keluarga bersikap tidak peduli
terhadap makanan yang saya konsumsi. 2. Orangtua memberikan sarana untuk melakukan diet. 3. Teman terdekat sering sekali menemani saya disaat
berolahraga. 4. Keluarga memberikan nasihat mengenai pola makan
sehat yang saya butuhkan. 5. Teman-teman yang melakukan diet tidak melibatkan
saya dalam perbincangan mengenai diet. 6. Orang-orang terdekat memperhatikan setiap perubahan
kecil dari program diet yang saya jalani. 7. Teman-teman memberikan makanan rendah kalori
kepada saya. 8. Saya tidak mendapatkan petunjuk tentang diet yang
sehat dari orang-orang terdekat. 9. Melakukan diet bersama teman-teman membuat saya
lebih bersemangat. 10. Teman - teman tidak peduli terhadap program diet yang
saya jalani.
11. Orangtua saya selalu memenuhi kebutuhan makan sehat saya.
12. Orang-orang di sekitar saya memberikan saran mengenai pola makan yang baik dan sehat.
13. Teman – teman yang melakukan diet mengajak saya berolah raga untuk melengkapi program diet yang saya jalani.
14. Kepedulian dari lingkungan sekitar mengenai makanan yang saya konsumsi sangat berarti bagi saya.
15. Orang – orang terdekat memberikan saya produk – produk penurun berat badan (suplemen, susu rendah lemak, vitamin).
16. Lingkungan sekitar tidak memberikan saran tentang diet yang sehat kepada saya meskipun saya mengalami kebingungan.
17. Saya tidak mendapatkan motivasi dari siapapun untuk berhasil melakukan diet.
18. Keluarga dan kerabat terdekat turut merasakan kesulitan yang saya alami dalam program diet yang saya jalani.
19. Teman terdekat saya selalu mengantarkan saya ke pusat olahraga (Gym, senam, Jogging track).
20. Ketika saya berhasil menjalankan diet, orang-orang terdekat bersikap biasa saja.
21. Orang-orang di sekitar saya berempati terhadap program diet yang saya jalani.
Skala 3
No. Pernyataan SS S TS STS 1. Saya menambah aktivitas fisik seperti
berjalan kaki, membersihkan rumah atau menaiki tangga untuk mengurangi kalori.
2. Saya berolahraga (jogging, jalan santai, bersepeda) atau mengikuti fitness setidaknya dua kali seminggu.
3. Saya memilih untuk naik elevator dibandingkan dengan menaiki tangga di kampus atau di kantor.
4. Saya mengurangi makan cemilan. 5. Saya mengkonsumsi susu rendah lemak
(Low fat). 6. Saya lebih memilih makanan yang
dibuat di rumah dibandingkan makanan cepat saji.
7. Saya mengurangi porsi makanan yang saya konsumsi.
8. Saya mengganti roti yang saya konsumsi dengan roti gandum.
9. Saya mengkonsumsi daging ayam dan olahannya paling banyak 7 kali
seminggu. 10. Saya mengurangi konsumsi mie baik itu
mie instan, mie basah atau bihun. 11. Saya memperhatikan kadar kalori pada
makanan dalam upaya mengurangi kalori.
12. Saya tidak berusaha mengurangi kalori melalui makanan atau aktivitas fisik.
13. Saya lebih memilih untuk berjalan kaki daripada naik motor atau ojek untuk pergi ke tempat yang berjarak.
14. Saya mengkonsumsi sayur setidaknya tiga kali sehari (dapat berupa variasi dari sayuran yang dimasak, salad, atau lalapan).
15. Saya mengkonsumsi cemilan setiap ada kesempatan.
16. Saya tidak mengkonsumsi makanan yang berlemak.
17. Saya mengurangi makan permen dan cokelat.
18. Saya mengkonsumsi makanan cepat saji sedikitnya 2 kali seminggu.
19. Program diet yang saya jalani tidak merubah porsi makanan yang saya konsumsi.
20. Saya mengkonsumsi tipe makanan yang sama meskipun sedang diet.
21. Saya mengurangi konsumsi daging sapi, ayam dan Kambing.
22. Saya mengkonsumsi nasi sebanyak 3 porsi sehari (1 porsi = 1 piring).
23. Saya mengkonsumsi makanan yang tinggi kalori.
24. Saya melewatkan kesempatan untuk berolahraga.
25. Saya tidak mengkonsumsi buah sama sekali dalam seminggu.
26. Saya mengkonsumsi minuman bersoda (regular soft drink).
27. Mengurangi konsumsi daging bukan merupakan cara saya dalam berdiet.
28. Saya mengkonsumsi sayur sebanyak satu porsi sehari.
“Terima Kasih”
ITEMS
ITEM4
ITEM3
ITEM1
ITEM2
ITEM1
ITEM?
0_20
0_22
0_85
0_62
0_51
0.9y
0_62
—1_00
Chi-Square=16.23, df=9, P-value=0.06225, RMSEA=0.051
ITEM2
ITEM3
ITEM4
ITEM5
ITEM6
Lampiran B Path Diagram CFA
Path Diagram Perceived Susceptibility
0_89
0_95
04
ff
f0_42
0_64
1.00
Chi-Square=1.24, df=2, P-value=0.53854, amsEA=o.goo
Path Diagram Perceived Severity
0_34H
ITEM1
ITEM2
ITEM3
ITEM4
ITEM5
ITEM6
Chi-Square=10.69, olf=6, P-value=0.09894, RMSKA=0.050
Path Diagram Perceived Benefits
0_35
0_34
0_81
0_62
-0 1
0_97
1.00
0_23
0_19
-0_ 4
0_5B
1_11
1.00
1.00
0 67
Path Diagram Perceived Barriers
. FLEM1
.78H ITEM2 s
a _82H ITEM3
o..3 --H ITEM4
85H ITEM6
0.39
Chi-Square=1.99, df=4, P-value=0.73805, RMSEA=0.000
Path Diagram Cues to Action
.94H ITEMI
.9.5H ITEM2
_ss-H ITEM3
_€€
ITEM5
Chi-Square=0.93, df=2, P-value=0.62863, RMSEA=0.044
Path Diagram Self-Efficacy
ITEM1
_29H ITEM2
( o _is-H ITEM3
_28H ITEM4
ITEM5
Chi-Square=5.80, df=3, P-value=0.12186, RMSEA=0.055
0_45
0_96
= 0_62
0 _52
- 0_1
_so-H ITEM1
_o7-H ITEM2
ITEM3
_73-H ITEM4
_99-H ITEM5
_619H ITEM6
o_ss-H ITEM?
1 . 00
Path Diagram Dukungan emosi atau penghargaan
Chi-Square=12.69, df=8, P-value=0.12304, RMSEA=0.043
Path Diagram dukungan nyata dan instrumen
ITEM1
ITEM2
ITEMS
ITEM4
ITEM5
..D .DH ITEM6
0_39
0_78
- 0_47
- 0_06
0_46
0_67
—1_00
Chi-Square=10.99, df=6, P-value=0.08879, RMSEA=0.052
Path Diagram informasi
ITEM1
o _ os-H ITEM2
ITEM3
0_44
0_95 DINFO 1.00
0_39
0_73
Chi-Square=0.00, df=0, P-value=1.00000, RMSKA=0.000
Chi—Square=246.94, cl1=214, P—value=0.06069, RMSEA=0.022
ITEM1
ITEM2
8
4
8
5
ITEMS
ITEM9
ITEM10
ITEM11
ITEM12
ITEM13
TTEM14
92H
72H
04H
-0_52
79
67
02
65
59
79
80
9
1.00
16
0
-0 _ 70
❑ _ 22
-o _ 74
0 _ 21
0
5
1
ITEMS
ITEM4
ITEMS
ITEM6
ITEM7
ITEM15
ITEM16
ITEM'?
ITEM18
ITEM19
TIE1420
ITEM21
ITEM22
ITEM23
ITEM24
TIE1425
ITEM26
ITEM27
ITEM28
Path Diagram persahabatan
ITEM1
0_30
ITEM2
1.00
ITEMS m
1_1s
41H ITEM4
Chi-Square=0.00, df=3, P-value=1.00000, RMSEA=0.000
Path Diagram perilaku diet sehat
Syntax Perceived Susceptibility SUSPEC DA NI=5 NO=314 MA=PM LA ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4 ITEM5 PM SY FI=SUS.COR MO NX=5 NK=1 TD=SY PH=ST LK SUSPEC FR LX 1 1 LX 2 1 LX 3 1 LX 4 1 LX 5 1 FRTD42 PD OU TX SS MI
Syntax Perceived severity
SEVERITY DA NI=6 NO=314 MA=PM LA ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4 ITEM5 ITEM6 PM SY FI=SEVER.COR MO NX=6 NK=1 TD=SY PH=ST LK SEVER FR LX 1 1 LX 2 1 LX 3 1 LX 4 1 LX 5 1 LX 6 1 FRTD42TD63TD21 PD OU TX SS MI
Syntax Perceived benefits P BENEFIT DA NI=7 NO=314 MA=PM LA ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4 ITEM5 ITEM6 ITEM7 PM SY FI=BENEFIT.COR MO NX=7 NK=1 TD=SY PH=ST LK P_BENEFIT FR LX 1 1 LX 2 1 LX 3 1 LX 4 1 LX 5 1 LX 6 1 LX 7 1 FRTD42TD53 TD65TD61 TD 3 1 PD OU TX SS MI
Syntax Perceived barriers P BARRIER DA NI=6 NO=314 MA=PM LA ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4 ITEM5 ITEM6 PM SY FI=BARRIER.COR MO NX=5 NK=1 TD=SY PH=ST SE 1 2 3 4 6/ LK
P_BARRIER FR LX 1 1 LX 2 1 LX 3 1 LX 4 1 LX 5 1 PD OU TX SS MI
Syntax cues to action CUES TO ACTION DA NI=5 NO=314 MA=PM LA ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4 ITEM5 PM SY FI=CUES.COR MO NX=5 NK=1 TD=SY PH=ST LK CUES FR LX 1 1 LX 2 1 LX 3 1 LX 4 1 LX 5 1 FRTD21 TD32TD42 PD OU TX SS MI
Syntax self-efficacy
SELF EFFICACY DA NI=5 NO=314 MA=PM LA ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4 ITEM5 PM SY FI=EFFICY.COR MO NX=5 NK=1 TD=SY PH=ST LK EFFICY FR LX 1 1 LX 2 1 LX 3 1 LX 4 1 LX 5 1 FRTD42TD51 PD OU TX SS MI
Syntax dukungan emosi atau penghargaan DUKUNGAN EMOSI DA NI=7 NO=314 MA=PM LA ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4 ITEM5 ITEM6 ITEM7 PM SY FI=EMOSI.COR MO NX=7 NK=1 TD=SY PH=ST LK D_EMOSI FR LX 1 1 LX 2 1 LX 3 1 LX 4 1 LX 5 1 LX 6 1 LX 7 1 FRTD41 TD54TD62TD5 1 TD 6 1 TD 2 1 PD OU TX SS MI
Syntax dukungan nyata dan instrumen DUK NYATA DA NI=6 NO=314 MA=PM LA ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4 ITEM5 ITEM6 PM SY FI=NYATA3.COR
MO NX=6 NK=1 TD=SY PH=ST LK NYATA FR LX 1 1 LX 2 1 LX 3 1 LX 4 1 LX 5 1 LX 6 1 FR TD 4 1 TD 5 3 TD 4 2 PD OU TX SS MI
Syntax dukungan informasi DUK INFORMASI DA NI=4 NO=314 MA=PM LA ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4 PM SY FI=INFO3.COR MO NX=4 NK=1 TD=SY PH=ST LK D_INFO FR LX 1 1 LX 2 1 LX 3 1 LX 4 1 FR TD 3 1 TD 4 1 PD OU TX SS MI
Syntax dukungan persahabatan D SAHABAT DA NI=4 NO=314 MA=PM LA ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4 PM SY FI=FRIEND.COR MO NX=4 NK=1 TD=SY PH=ST LK FRIEND FR LX 1 1 LX 2 1 LX 3 1 LX 4 1 FRTD42TD43 PD OU TX SS MI
Output deskriptif dan regresi
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
TSBARRIERS 314 28.09 71.19 50.0000 7.59613 TSBENEFIT 314 29.90 73.15 50.0000 9.28966 TSCUES 314 32.79 68.23 50.0000 8.57667 TSSELFEFFICACY 314 33.17 69.24 50.0000 9.45683 TSSEVERITY 314 33.40 70.52 50.0000 9.29946 TSDUKEMOSI 314 27.27 71.91 50.0000 8.80360 TSDUKINFO 314 33.68 69.11 50.0000 9.28464 TSDUKNY 314 28.49 70.75 50.0000 8.30639 TSFRIEND 314 30.39 69.44 50.0000 9.98765 TSPERILAKU 314 27.37 77.30 50.0000 9.49987 TSSUS 314 26.74 65.21 50.0000 9.28166 Valid N (listwise) 314
Regression
REGRESSION /MISSING LISTWISE /STATISTICS COEFF OUTS R
ANOVA /CRITERIA=PIN(.05) POUT(.10) /NOORIGIN /DEPENDENT TSPERILAKU /METHOD=ENTER TSDUKEMOSI
TSDUKNY TSDUKINFO TSFRIEND TSSUS TSSEVERITY TSBENEFIT TSBARRIERS TSCUES TSSELFEFFICACY.
E:\data SKRIPSI\SKRIPSI\RUN\REGRESI\REG RESI BAB4.sav
User-defined missing values are treated as missing. Statistics are based on cases with no missing values for any variable used.
DataSet1 <none> <none> <none>
18-Mar-2015 23:57:42
0:00:00.031 0:00:00.038 5028 bytes
0 bytes
314
Output Created
Comments
Input Data
Active Dataset Filter Weight Split File N of Rows in Working Data File
Missing Value Handling Definition of Missing
Cases Used
Syntax
Resources Processor Time Elapsed Time Memory Required Additional Memory Required for Residual Plots
Variables Entered/Removed
Model Variables Entered
Variables Removed Method
1 TSSELFEFFICA CY, TSDUKNY, TSSUS, TSFRIEND, TSBARRIERS, TSDUKEMOSI, TSDUKINFO, TSCUES, TSBENEFIT, TSSEVERITY
a
. Enter
a. All requested variables entered. Model Summary
Model R R Square Adjusted R
Square Std. Error of the
Estimate
1 .826a
.682 .671 5.44834 a. Predictors: (Constant), TSSELFEFFICACY, TSDUKNY, TSSUS, TSFRIEND, TSBARRIERS, TSDUKEMOSI, TSDUKINFO, TSCUES, TSBENEFIT, TSSEVERITY
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 19253.077 10 1925.308 64.859 .000a
Residual 8994.383 303 29.684
Total 28247.460 313
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients
B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) -.458 3.170 -.144 .885
TSDUKEMOSI .118 .049 .109 2.395 .017
TSDUKNY .043 .041 .038 1.048 .295
TSDUKINFO .333 .052 .325 6.420 .000
TSFRIEND .067 .037 .070 1.818 .070
TSSUS -.016 .037 -.016 -.429 .668
TSSEVERITY .255 .089 .250 2.853 .005
TSBENEFIT -.029 .058 -.028 -.501 .617
TSBARRIERS .048 .047 .038 1.019 .309
TSCUES -.142 .058 -.128 -2.456 .015
TSSELFEFFICACY .333 .081 .331 4.118 .000 a. Dependent Variable: TSPERILAKU
Model Summary
Model R R Square Adjusted R
Square Std. Error of the Estimate
Change Statistics
R Square Change F Change df1 df2
Sig. F Change
1 .579a
.335 .333 7.75925 .335 157.180 1 312 .000 2 .583
b .340 .336 7.74392 .005 2.237 1 311 .136
3 .747c
.558 .553 6.34959 .218 152.584 1 310 .000 4 .761
d .578 .573 6.20840 .021 15.261 1 309 .000
5 .762e
.581 .574 6.20027 .002 1.810 1 308 .179 6 .812
f .660 .653 5.59350 .079 71.447 1 307 .000
7 .813g
.660 .652 5.60054 .000 .228 1 306 .633 8 .813
h .661 .653 5.59927 .001 1.139 1 305 .287
9 .815i .664 .654 5.58949 .002 2.067 1 304 .152
10 .826b
.682 .671 5.44834 .018 16.956 1 303 .000