Pengaruh Dewan Komisaris, Komisaris Independen, Kompensasi...
Transcript of Pengaruh Dewan Komisaris, Komisaris Independen, Kompensasi...
1
“Pengaruh Dewan Komisaris, Komisaris Independen, Kompensasi Dewan
Komisaris dan Direksi dan Komite Audit terhadap Tindakan Agresivitas
Pajak Pada Perusahaan Manufaktur Sub Sektor Makanan dan Minuman
yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2013-2016”
Hanifah Hanim1, Fatahurrazak2, Tumpal Manik3
Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi Universitas Maritim Raja Ali Haji
Tanjungpinang
E-mail : [email protected]
ABSTRAK
Hanifah Hanim, 2018: The Effect of Commissioner, Independent
Commissioner, Compensation of Commissioner and
Executive and Audit Committee Towards The
Concentration on The Tax Agressiveness On The
Manufactured Companies Sub Sector Food and
Beverage On Indonesia Stock Exchange From 2013-
2016.
The aim of the research is to obtain find the effect of Commissioner,
Independent Commissiner, compensation of Commisioner and Executive and
Audit Committee towards the concentration on the tax aggressiveness on the
manufactured companies sub sector food and beverage on the Stock Exchange
from 2013-2016. The sample is determined by purposive sampling. The type of
data used is used data from www.idx.co.id. Data were analyzed by using multiple
linear regression test. The results of the study showed that Commissioner and
compensation of Commissioner an Executive affect to the concentration on the tax
aggressiveness and the Independent Commissioner don’t affect to the
concentration on the tax aggressiveness.
Keyword: Commissoner, Independent Commissioner, compensation of
Commissioner and Executive, Audit Commitee, and Tax
Agressiveness.
Latar Belakang Masalah
Menurut Undang-Undang No.28 Tahun 2007 pasal 1 ayat 1, pajak merupakan
kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang
bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan
imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-
besarnya kemakmuran rakyat. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan
2
utama suatu negara dalam rangka pembiayaan penyelenggaraan pemerintahan
untuk penyediaan barang dan jasa publik serta pembangunan (Rahayu, 2014).
Sebagai unsur penerimaan negara, pajak mengalami peningkatan dari tahun
ke tahun. Berdasarkan website resmi Dirjen Pajak pada tahun 2013 Pemerintah
mencatatbahwa realisasi penerimaan pajak sebesar Rp.995,2 triliun. Tahun 2014
dalam APBN Pemerintah menargetkan penerimaan pajak sebesar Rp.1.110,2
triliun, angka ini naik sebesar Rp.115 triliun dibandingkan target APBN-P 2013.
Target Pemerintah dalam penerimaan pajak pada tahun 2015 sebesar Rp.1.294,
285 triliun yang ditetapkan sesuai APBN-P 2015, target pajak tahun 2015 naik
sebesar Rp.184.085 triliun. Sedangkan pada tahun 2016 pemerintah menargetkan
pajak dalam APBN-P sebesar Rp.1.355,203 triliun, target pajak tahun 2016 naik
sebesar Rp.60,918 triliun.
Pemerintah pada tahun 2008 kembali melakukan perubahan atas UU PPh
No.36 tahun 2008 guna meningkatkan penerimaan pajak. Perubahan-perubahan
peraturan perpajakan yang dilakukan pemerintah untuk memperbaiki sistem
perpajakan dan meningkatkan jumlah penerimaan pajak ini disebut reformasi
pajak. Untuk mencapai misi pemerintah tersebut, maka melalui UU No.36 tentang
Pajak Penghasilan tahun 2008 pemerintah memberikan insentif berupa penurunan
tarif Pajak Penghasilan menjadi 28% pada tahun 2008 dan akan menjadi 25%
pada tahun fiskal 2010. Dengan demikian, adanya reformasi perpajakan tentunya
juga dirancang agar wajib pajak tidak melakukan manajemen pajak secara agresif.
Agresivitas pajak dapat timbul karena adanya perbedaan kepentingan antara wajib
pajak dan pemerintah. Pemerintah memerlukan dana untuk untuk membiayai
penyelenggaraan kegiatan pemerintah yang berasal sebagian besar dari pajak.
Namun, disisi lain perusahaan sebagai wajib pajak menganggap pajak sebagai
biaya karena dengan membayar pajak berarti mengurangi jumlah laba bersih yang
akan diterima (Sabrina, 2013).
Beberapa penelitian dan literatur menjelaskan definisi agresivitas. Definisi
agresivitas pajak mengacu pada pengertian agresivitas pajak yang digunakan
Frank, Lynch, dan Rego (2009) dalam Novitasari (2017), agresivitas pajak adalah
suatu tindakan merekayasa pendapatan kena pajak yang dirancang melalui
tindakan perencanaan pajak baik menggunakan cara yang tergolong secara legal
(tax avoindance) atau ilegal (tax evasion). Semakin besar penghematan pajak
yang dilakukan oleh perusahaan, maka perusahaan tersebut dianggap semakin
agresif terhadap pajak. Dalam penelitian ini, agresivitas pajak diukur
menggunakan ETR (effective tax rate). ETR digunakan karena perusahaan-
perusahaan yang menghindari pajak perusahan dengan mengurangi penghasilan
kena pajak mereka dengan tetap menjaga laba akuntansi keuangan sehingga akan
memiliki nilai ETR yang akan rendah (Sabrina, 2013).
Salah satu kasus pajak yang pernah terjadi di Indonesia adalah kasus
perusahaan Asian Agri Group (AAG). Asian Agri Group melakukan penggelapan
pajak pada tahun 2006, penggelapan yang dilakukan Asian Agri dengan menjual
produk minyak sawit mentah ke perusahan afiliasi di luar negeri dengan harga di
bawah harga pasar dan kemudian dijual kembali ke pembeli rill dengan harga
tinggi maka beban pajak di dalam negeri dapat ditekan. Sealin itu, tekanan
perusahaan Asian Agri Group sebagian besar adalah perusahaan fiktif.
Diperkirakan perusahaan Asian Agri Group telah merugikan negara sejumlah Rp
1,3 triliun (Rahayu, 2016).
3
Berdasarkan adanya perbedaan penelitian-penelitian sebelumnya maka
peneliti menganalisis kembali bagaimana pengaruh Dewan Komisaris, Komisaris
Independen, kompensasi Dewan Komisaris dan Direksi dan Komite Audit
terhadap tindakan agresivitas pajak pada perusahaan manufaktur sub sektor
makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2013-
2016. Penelitian ini menggunakan perusahaan manufaktur sub sektor makanan
dan minuman karena peneliti menghindari terjadinya bias terhadap hasil
penelitian yang disebabkan perbedaan karakteristik perusahaan. Alasan memilih
perusahaan makanan dan minuman sebagai objek penelitian karena sektor industri
makanan dan minuman merupakan salah satu sektor usaha yang akan terus
mengalami pertumbuhan. Seiring dengan meningkatnya pertumbuhan jumlah
penduduk dan kondisi ekonomi di Indonesia saat ini yang tidak terlalu bagus,
permintan konsumen akan makanan dan minuman ini tidak terpengaruh.
Kajian Pustaka
Pajak
Definisi pajak menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28
Tahun 2007 pasal 1, yaitu kontribusi wajib pajak negara yang terutang oleh orang
pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan
tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan
negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Pengertian pajak menurut Prof.
Dr. Rochmat Soemitro, S.H (Mardiasmo, 2008) pajak adalah iuran rakyat kepada
kas negara (peralihan kas ke sektor pemerintahan berdasarkan Undang-Undang)
dapat dipaksakan dengan tiada mendapat timbal balik yang langsung dapat
ditunjukkan dan digunakan untuk membiayai pengeluaran umum.
Tindakan Agresivitas Pajak
Menurut Frank, et, al (2009) dalam Husodo (2017), tindakan agresivitas
pajak adalah tindakan yang dilakukan untuk mengurangi pendapatan kena pajak
melalui perencanaanpajak baik secara legal (tax avoidance) maupun illegal (tax
evasion). Sedangkan menurut Solihin (2017) tindakan agresivitas merupakan
suatu pengelolaan yang ditujukan untuk menurunkan laba kena pajak melalui
perencanaan pajak baik memakai cara yang termasuk tax evasion atau tidak. Tax
Evasion adalah usaha yang dilakukan oleh wajib pajak untuk mengurangi beban
pajaknya dengan cara-cara yang tidak mematuhi peraturan perpajakan.
Keuntungan dan Kerugian dari Tindakan Agresivitas Pajak
Tindakan agresivitas pajak dapt memberikan marginal benefit maupun marginal
cost. Marginal benefit yang didapat adanya penghematan pajak (tax saving) yang
signifikan bagi perusahaan sehingga porsi yang dinikmati oleh pemilik akan
menjadi lebih besar. Kemudian dengan melakukan tindakan pajak agresivitas
dapat memberikan keuntungan pada manajer baik secara langsung maupun tidak
langsung. Manajer bisa mendapatkan kompensasi yang lebih tinggi atas
kinerjanya yang menghasilkan beban pajak perusahaan yang harus dibayarkan
menjadi lebih rendah. Selain itu manajer juga berkesempatan untuk mendapatkan
keuntungan pribadi dengan melakukan rent extraction. Rent extraction adalah
4
suatu tindakan manajer yang tidak memaksimalkan kepentingan pemilik, tindakan
ini dapat berupa penyusunan laporan keuangan yang agresif, mengambil sumber
daya atau asset perusahaan untuk kepentingan pribadi, maupun melakukan
transaksi dengan pihak istimewa.
Sedangkan marginal cost yang mungkin terjadi adalah penalti atau sanksi
administrasi yang dikenakan oleh petugas pajak yang merupakan akibat dari
kemungkinan dilakukannya audit dan ditemukannya kecurangan-kecurangan di
bidang perpajakan pada perusahaan. Jika kecurangan-kecurangan tersebut
ditemukan ketika dilakukan pemeriksaan maka akan berpotensi memunculkan
biaya-biaya non pajak lainnya yang tentu saja dapat merugikan perusahaan dan
merusak reputasi perusahaan. Salah satu contohnya adalah menurunnya harga
saham perusahaan. Penurunan harga saham ini adalah sebagai akibat adanya
anggapan dari pemegang saham bahwa tindakan pajak agresif yang dilakukan
oleh manajer merupan tindakan rent extraction yang dapat merugikan pemegang
saham (Fahriani, 2016)
Dewan Komisaris
Menurut UUPT No. 40 tahun 2007, mendefinisikan Dewan Komisaris
adalah organisasi peseroan yang bertugas mengawasi pengawasan secara umum
dan atau khusus sesuai dengan anggaran dasar dan memberi nasehat kepada
direksi.
Komisaris Independen
Komisaris Independen merupakan anggota Dewan Komisaris yang berasal
dari luar manajemen perusahaan dan bukan merupakan pegawai perusahaan
tersebut tapi berurusan langsung dengan organisasi dalam perusahaan. Perusahaan
mengangkat Komisaris Independen untuk untuk mengawasi bagaimana organisasi
dalam perusahaan dijalankan dan dapat menjadi penengah antara Komisaris dalam
dan pihak pemegang saham apabila terjadi konflik. Komisaris Independen
dipercayai menjadi penengah diantara kedua belahpihak karena bersikap objektif
dan memiliki risiko yang kecil dalam konflik internal.
Kompensasi Dewan Komisaris dan Direksi
Kompensasi yaitu umpan balik yang dibayarkan kepada karyawan (seperti:
gaji, dll). Gaji merupakan salah satu hal yang penting bagi setiap karyawan yang
bekerja di suatu perusahaan kemudian sesorang dapat memenuhi kebutuhan
hidupnya. Karena dengan seseorang memperoleh gaji maka seseorang dapat
memenuhi kebutuhan hidupnya.
Komite Audit
Menurut Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 55/POJK.04/2015,
Komite Audit adalah komite yang dibentuk oleh dan bertanggung jawab kepada
Dewan Komisaris dalam membantu melaksanakan tugas dan fungsi Dewan
Komisaris. Komite Audit merupakan pihak yang yang bertugas untuk membantu
Komisaris dalam rangka peningkatan kualitas laporan keuangan dan peningkatan
efektivitas audit internal dan eksternal. Keberadaan Komite Audit bermanfaat
5
untuk menjamin transparansi, keterbukaan laporan keuangan, keadilan untuk
semua stakeholders, pengungkapan semua informasi telah dilakukan oleh
manajemen meski ada konflik kepentingan.
Kerangka Pemikiran
Pengembangan Hipotesis
Pengaruh Dewan Komisaris terhadap Tindakan Agresivitas Pajak
Dalam mengelola perusahaan peran Dewan Komisaris sangat diperlukan.
Dewan Komisaris sangat diperlukan. Dewan Komisaris bertugas dan bertanggung
jawab melakukan pengawasan dan memberikan nasihat kepada dewan direksi
serta memastikan perusahaan melaksanakan good corporate governance.
Dewan Komisaris merupakan perwakilan dari pemegang saham, sehingga
diharapkan Dewan Komisaris dapat memaksimalkan laba dengan mengurangi
beban pajak perusahaan. Semakin besar jumlah Dewan Komisaris maka
dimungkinkan akan semakin besar pula tindakan pajak agresif yang dilakuakan
oleh perusahaan (Fahriani dan Priyadi, 2016). Kondisi ini dapat disebabkan
karena sulitnya kooordinasi antar anggota dewan dan hal ini menghambat proses
pengawasan yang harusnya menjadi tanggung jawab Dewan Komisaris. Pada
akhirnya terjadi pula tindakan pajak agresif yang dilakukan oleh pihak
manajemen.
H1: Diduga Dewan Komisaris berpengaruh terhadap tindakan agresivitas pajak
Dewan Komisaris
(X1)
Komisaris Independen
(X2)
Kompensasi Dewan
Komisaris dan Direksi
(X3)
Komite Audit
(X4)
Agresivitas Pajak
(Y)
H1
H2
H3
H4
H5
6
Pengaruh Komisaris Independen terhadap Tindakan Agresivitas Pajak
UU Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas menyebutkan
bahwa Komisaris Independen diangkat berdasarkan keputusan RUPS dari pihak
yang terafiliasi dengan pemegang saham utama, anggota Direksi atau anggota
Dewan Komisaris lainnya.
Komisaris Independen sebagai pengawas yang mendorong manajemen
perusahaan dengan melakukan pengawasan terhadap manajemen perusahaan agar
dalam menghasilkan laba berdasarkan aturan yang berlaku, karena pada dasarnya
Komisaris Independen lebih melihat seberapa jauh manajemen taat kepada aturan
dalam menghasilkan laba, salah satunya adalah mematuhi peraturan pajak yang
berlaku dan meminimalisir adanya tindakan pajak agresif yang dilakukan oleh
perusahaan. Semakin banyak jumlah Komisaris Independen maka pengawasan
terhadap agen semakin ketat. Karena adanya pengawasan lebih dari Komisaris
Independen maka diprediksikan tungkat pajak efektifnya sesuai dengan
semestinya. Komisaris Independen selalu mengawasi agar perusahaan mematuhi
hukum dan peraturan yang berlaku.
H2: Diduga Komisaris Independen berpengaruh terhadap tindakan agresivitas
pajak
Pengaruh Kompensasi Dewan Komisaris dan Direksi terhadap Tindakan
Agresivitas Pajak
Tujuan dari kompensasi adalah untuk menyelaraskan antara kepentingan
pemegang saham dengan kepentingan pengelola asset. Kompensasi dapat
memeberikan insentif jangka panjang dengan menggunakan bentuk insentif stock
option maupun memberikan insentif jangka pendek dengan menggunakan
kompensasi dalam bentuk uang.
Sistem kompensasi yang baik dapat memberikan kontribusi yang signifikan
terhadap keberhasilan bisnis (Rahayu, 2014). Sitem kompensasi membantu dalam
memberi penguatan terhadap nilai-nilai kunci organisasi serta memfasilitasi
pencapaian tujuan organisasi (Sutrisno dalam Rahayu, 2014). Kompensasi juga
menjadi pendorong seseorang untuk bekerja karena berpengaruh terhadap moral
dan disiplin tenaga. Kebijakan penetuan kompensasi salah satu cara yang dapat
dilakukan dalam rangka mendorong peningkatan kinerja para eksekutif
perusahaan dan bertanggung jawab untuk mengoptimalkan keuntungan pemilik
saham. Semakin tinggi perusahaan memberikan kompensasi maka mendorong
peningkatan kerja yang dapat meminimalisasi agresivitas pajak. Dengan
pemberian kompensasi diharapkan pihak eksekutif dapat meningkatkan kinerja
dengan pemberian kompensasi yang tepat.
H3: Diduga Kompnsasi Dewan Komisaris dan Direksi berpengaruh terhadap
tindakan agresivitas pajak
Pengaruh Komite Audit terhadap Tindakan Agresivitas Pajak
Dewan Komisaris wajib membentuk Komite Audit yang beranggotakan
sekurang-kurangnya tiga orang anggota, diangkat dan diberhentikan serta
bertanggung jawab kepada Dewan Komisaris. Komite Audit yang beranggotakan
7
sedikit, cenderung dapat bertindak lebih efisien, namun juga memiliki kelemahan,
yaitu minimnya ragam pengalaman anggota, sehingga anggota komite audit
seharusnya memiliki pemahaman memadai tentang pembuatan laporan keuangan
dan prinsip-prinsip pengawasan internal.. Semakin banyak jumlah komite audit
dalam perusahaan akan meminimalisrkan pajak agresif. Karena Komite audit
bertugas malakukan control dalam proses penyusuna lapran keuangan perusahaan
umtuk menghindari kecurangan pihak manajemen.
H4: Diduga Komit Audit berpengaruh terhadap tindakan agresivitas pajak
Variabel Dependen
Agresivitas Pajak
Dalam penelitian ini agresivitas pajak (tax aggressiveness) diukur
menggunakan proksi effective Tax Rate (ETR). Effective Tax Rate (ETR) adalah
tingkat pajak efektif perusahaan. ETR dihitung dari beban pajak penghasilan
dibagi dengan pendapatan sebelum pajak. Semakin baik nilai Effective Tax Rate
(ETR) ditandai semakin rendahnya nilai Effective Tax Rate perusahaan tersebut.
ETR =Beban Pajak Penghasilan
Laba Sebelum Pajak
Variabel Independen
Dewan Komisaris
Variabel ini diukur dengan secara numeral, yaitu dilihat jumlah nominal
dari anggota yang tergabung dalam dewan komisaris sesuai penelitian Fahriani
dan Priyadi (2016).
BOARD = ∑seluruh anggota yang tergabung dalam
dewan komisaris
Komisaris Independen
Skala yang digunakan untuk mengukur persentase komisaris independen
yaitu dengan skala rasio, yaitu persentase jumlah anggota dewan komisaris
independen dengan jumlah total anggota dewan komisaris. Pengukuran ini sesuai
dengan pengukuran dalam penelitian yang dilakukan oleh Fadli (2013). Variabel
ini dirumuskan sebagai berikut:
INDEP =Jumlah anggota dewan komisaris independen
Jumlah total anggota dewan komisaris
Kompensasi Dewan Komisaris dan Direksi
Penelitian ini mengukur kompensasi eksekutif sebagai total kompensasi, yang
mencakup jumlah gaji, bonus, tunjangan, dan pembayaran lain yang diterima
8
eksekutif (Dewan Komisaris dan Direksi) selama satu tahun dibagi dengan
revenue perusahaan. Dalam penelitian ini, total kompensasi bagi Dewan
Komisaris dan Direksi dilihat dari catatan atas laporan keuangan dan laporan
tahunan yang dipublikasi perusahaan.
Komite Audit
Penelitian ini mengikuti Eksandy (2017) diukur dari jumlah komite audit
dalam suatu perusahaan. Kementerian BUMN mewajibkan komite audit minimal
terdiri dari seorang ketua yang juga komisaris independen dan dua anggota
eksternal yang independen.
Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
dokumentasi, yaitu metode pengumpulan data dengan cara mengumpulkan,
mencatat, dan mengkaji data sekunder yang berhubungan dengan variabel yang
diteliti.
Metode Penentuan Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur sub sektor
makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan
periode pengamatan mulai tahun 2013-2016.
Sampel yang dipilih adalah menggunakan metode purposive sampling yaitu
pengambilan sampel berdasarkan pertimbangan tertentu yang sesuai dengan
tujuan penelitian agar diperoleh sampel yang representative. Kriteria pemilihan
sampel dalam penelitian ini adalah:
1. Perusahaan manufaktur sub sektor makanan dan minuman yang terdaftar di
BEI dari tahun 2013-2016.
2. Perusahaan manufaktur sub sektor makanan dan minuman yang
mempublikasikan laporan tahunan (annual report) dan laporan keuangan
yang telah diaudit oleh auditor independen.
3. Perusahaan manufaktur sub sektor makanan dan minuman yang
memperoleh laba pada tahun 2013-2016.
4. Perusahaan manufaktur sub sektor makanan dan minuman yang
menggunakan satuan mata uang rupiah dalam laporan keuangan.
5. Perusahaan manufaktur sub sektor makanan dan minuman yang menyajikan
data-data yang dibutuhkan dalam laporan keuangan tahunan.
9
Jumlah Sampel
No. Keterangan Jumlah
1. Perusahaan manufaktur sub sektor makanan dan
minuman yang terdaftar di BEI selama periode
2013-2016
15
2. Perusahaan manufaktur sub sektor makanan dan
minuman yang tidak mempublikasikan laporan
tahunan (annual report) dan laporan keuangan yang
telah diaudit oleh auditor independen
(1)
3. Perusahaan manufaktur sub sektor makanan dan
minuman yang mengalami rugi selama tahun 2013-
2016
(2)
4. Perusahaan manufaktur sub sektor makanan dan
minuman yang tidak menggunakan satuan mata
uang rupiah dalam laporan keuangan
(0)
5. Perusahaan manufaktur sub sektor makanan dan
minuman yang tidak menyajikan data-data yang
dibutuhkan dalam laporan keuangan tahunan
(1)
Jumlah perusahaan yang dijadikan sampel
penelitian
11
Metode Analisis
Hasil Penelitian dan Pembahasan
Uji Statistik Deskriptif
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode statistik deskriptif
yaitu penelitian yang dilakukan untuk memperoleh gambaran yang sebenarnya
tentang kondisi perusahaan dalam analisis. Statistik deskriptif memberikan
penjelasan tentang nilai minimum, nilai maksimum, nilai rata-rata (mean), dan
nilai standard deviasi dari variabel-variabel dependen.
Hasil Statistik Deskrptif
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
DK 44 2.0000 9.0000 4.613636 2.1154571 KI 44 .2857 .5556 .377994 .0684029 KOM 44 .0005 .0336 .008109 .0073638 KA 44 3.0000 4.0000 3.113636 .3210382 AGP 44 .0598 .3487 .243490 .0534503 Valid N (listwise) 44
Sumber: Data diolah SPSS versi 22
10
Hasil Uji Asumsi Klasik
Hasil Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
variabel, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal.
Berikut ini adalah uji analisis grafik dan uji statistik Kolmogorof-Smirnof:
Hasil Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 44 Normal Parametersa,b Mean .0000000
Std. Deviation .04888696 Most Extreme Differences Absolute .158
Positive .085 Negative -.158
Test Statistic .158 Asymp. Sig. (2-tailed) .007c
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. c. Lilliefors Significance Correction.
Sumber : Data diolah SPSS versi 22
Dari hasil output pada tabel diatas dapat dilihat nilai kolmogorof-smirnov
adalah 0,158 dan signifikannya 0,007 dimana lebih kecil dari 0,05 (0,007 < 0,05)
maka data tidak normal.
Untuk mendapatkan normalitas data maka dilakukan dengan cara outlier
menggunakan explore data (Ghozali, 2013 : 41) outlier adalah kasus atau data
yang memiliki karakteristik unik yang terlihat sangat berbeda jauh dari observasi-
observasi lainnya dan muncul dalam bentuk nilai ekstrim baik untuk sebuah
variabel tunggal atau variabel kombinasi
Hasil Uji Normalitas setelah outlier
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 17 Normal Parametersa,b Mean -.0046678
Std. Deviation .02067212 Most Extreme Differences Absolute .191
Positive .138 Negative -.191
Test Statistic .191 Asymp. Sig. (2-tailed) .098c
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. c. Lilliefors Significance Correction.
Sumber : Data diolah SPSS versi 22
11
Berdasarkan tabel diatas setelah data outlier dapat dilihat nilai
Kolmogorov smirnov sebesar 0,191 dan nilai signifikan sebesar 0,098 dimana
nilai signifikan lebih besar dari 0,05 (0,098 > 0,05) maka data berdistribusi
normal.
Hasil Uji Multikolonieritas
Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi
ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Untuk mendeteksi
ada atau tidaknya multikolonieritas dapat dilihat dari niali tolerance dan VIF. Jika
nilai tolerance tidak kurang dari dari 0,10 dan nilai VIF tidak lebih dari 10 maka
model dikatakan terbebas dari multikolonieritas.
Hasil Uji Multikolinearitas
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) .179 .048 3.755 .006
DK -.011 .004 -1.220 -2.756 .025 .248 4.036
KI .381 .182 1.075 2.097 .069 .185 5.407
KOM -2.644 .997 -.785 -2.652 .029 .554 1.806
a. Dependent Variable: AGP
Sumber : Data diolah SPSS versi 22
Berdasarkan tabel diatas dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi gejala
multikolonieritas antara variabel independen dengan nilai tolerance lebih besar
dari 0,10 dan VIF setiap variabel < 10.
12
Hasil Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi
terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan yang lain.
Uji Glejser
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients
T Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) -.007 .025 -.281 .786
DK -.003 .002 -.793 -1.249 .247
KI .072 .096 .550 .748 .476
KOM -.066 .526 -.053 -.126 .903
a. Dependent Variable: RES5
Sumber : Data diolah SPSS versi 22
Berdasrkan uji glejser pada tabel diats dapat dilihat nilai signifikan DK
(Dewan Komisaris) sebesar 0,247, KI (Komisaris Independen) 0,476, dan KOM
(Kompensasi Dewan Komisaris dan Direksi) sebesar 0,903. Karena signifikasi
lebih dari 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa model regresi terhindar dari
masalah heteroskedastisitas.
Hasil Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linear ada
korelasi antara kesalahan penganggu pada periode t dengan kesalahan penganggu
pada periode t-1 (sebelumnya).
Hasil Uji Autokeralasi
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R
Square Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 .782a .612 .466 .0107096 1.467
a. Predictors: (Constant), KOM, DK, KI b. Dependent Variable: AGP
Sumber : Data diolah SPSS versi 22
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat dengan nilai DW sebesar 1,485.
Nilai ini dibandingkan dengan tabel Durbin-Watson. Dari tabel statistik Durbin-
Watson didapat nilai DL sebesar 0,8968 dan nilai DU sebesar 1,710 dengan
junlah variabel independen (k=3) dan jumlah sampel (n=17). Oleh karena nilai
DW lebih besar dari sisi dL dan lebih kecil dari dU atau dL < d < dU (0,8968 <
1,467 < 1,710). Maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi autokorelasi,
sehingga data terbebas dari autokorelasi.
13
Analisi Regresi Berganda
Model penelitian ini menggunakan Regresi linear berganda yaitu model
regresi yang memiliki lebih dari satu variabel independen, persamaan regresi
linear berganda adalah sebagai berikut :
AGP = a + b1 X1 + b2 X2 + b3X3 + b4 X4 + ϵ
Hasil Uji Regresi Linear Berganda
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) .179 .048 3.755 .006
DK -.011 .004 -1.220 -2.756 .025
KI .381 .182 1.075 2.097 .069
KOM -2.644 .997 -.785 -2.652 .029
a. Dependent Variable: AGP
Sumber : Data diolah SPSS versi 22
Berdasarkan hasil pengolahan data diatas diperoleh persamaan regresi sebagai
berikut:
AGP = 0,179 - 0,011 DK + 0,381 KI - 2,644 KOM + ϵ
Keterangan:
1. Nilai konstanta (ɑ) sebesar 0,179 menunjukkan bahwa jika nilai variabel
independen (Dewan Komisaris, Komisaris Independen, Kompensasi Dewan
Komisaris dan direksi) bernilai 0 maka nilai variabel dependen (Agresivitas
Pajak) meningkat sebesar 0,179.
2. Koefisien regresi Dewan Komisaris -0,011 menyatakan bahwa setiap
kenaikan Dewan Komisaris 1 satuan akan diikuti dengan penurunan
tindakan agresivitas pajak sebesar -0,011.
3. Koefisien regresi Komisaris Independen 0,381 menyatakan bahwa setiap
kenaikan Komisaris Independen 1 satuan akan diikuti kenaikan tindakan
agresivitas pajak sebesar 0,381.
4. Koefisien regresi kompensasi Dewan Komisaris dan Direksi -2,644
menyatakan bahwa setiap kenaikan kompensasi Dewan Komisaris dan
Direksi 1 satuan akan diikuti penurunan tindakan agresivitas pajak sebesar
-2,644.
14
Hasil Uji Statistik t
Hasil Uji Signifikasi Individual (Uji Statistik t)
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients
T Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) .179 .048 3.755 .006
DK -.011 .004 -1.220 -2.756 .025
KI .381 .182 1.075 2.097 .069
KOM -2.644 .997 -.785 -2.652 .029
a. Dependent Variable: AGP
Sumber : Data diolah SPSS versi 22
Dari hasil otput SPSS pada tabel diatas dapat dijelaskan bahwa variabel
DK (Dewan Komisaris) memiliki nilai signifikan 0,025 lebih kecil dari 0,05 (0,025
< 0,05) dan nilai t- hitung < t-tabel (-2,756 < -2,160). Artinya Dewan Komisaris
berpengaruh berpengaruh terhadap tindakan agresivitas pajak. Dengan demikian
HA diterima dan H0 ditolak.
Variabel KI (Komisaris Independen) memiliki nilai signifikan 0,069 lebih
besar dari 0,05 (0,069 > 0,05) dan nilai t-hitung < t-tabel (2,097 < 2,160 ). Artinya
bahwa Komisaris Independen tidak berpengaruh terhadap tindakan agresivitas
pajak. Dengan demikian HA ditolak dan H0 diterima.
Variabel KOM (Kompensasi Dewan Komisaris dan Direksi) memiliki nilai
signifikan 0,029 lebih kecil dari 0,05 (0,029 < 0.05) dan nilai t-hitung < t-tabel
(-2,652 < -2,160). Artinya bahwa Kompensasi Dewan Komisari dan Direksi
berpengaruh terhadap tindakan agresivitas pajak. Dengan demikian HA diterima
dan H0 ditolak.
Hasil Uji Statistik F
Hasil Uji Signifikan Simultan (Uji Statistik F)
ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression .001 3 .000 4.199 .046b
Residual .001 8 .000 Total .002 11
a. Dependent Variable: AGP b. Predictors: (Constant), KOM, DK, KI
Sumber : Data diolah SPSS versi 22
Dari hasil output SPSS pada tabel diatas menunjukkan hasil uji simultan
dengan hasil signifikan 0,046 lebih kecil dari 0,05 (0,046 < 0.05) dan nilai F-
hitung > F-tabel (4,199 > 3,34 ). Berdasarkan hasil uji hipotesis tersebut maka
dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak dan HA diterima, yaitu variabel Dewan
Komisaris, Komisaris Independen, dan kompensasi Dewan Komisaris dan Direksi
secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap tindakan agresivitas pajak.
Hasil Uji Determinasi (R²)
15
Menurut Ghozali (2013 : 97) koefisien determinasi (R²) pada artinya
mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel
terikat.
Hasil Uji Koefisien Determinasi (R²) Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R
Square Std. Error of the Estimate
1 .782a .612 .466 .0107096
a. Predictors: (Constant), KOM, DK, KI b. Dependent Variable: AGP
Sumber : Data diolah SPSS versi 22
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa nilai Adjust R Squere (R²)
sebesar 0,466 atau 46,6% yang berarti bahwa tindakan agresivitas pajak dapat
dijelaskan oleh variasi dati keempat variabel independen yaitu Dewan Komisaris,
Komisaris Independen, kompensasi Dewan Komisaris dan Direksi dan Komite
Audit. Sedangkan sisanya (100% - 46,6% = 53,4%) dijelaskan oleh variabel-
variabel lain selain yang digunakan didalam penelitian ini.
Pengaruh Dewan Komisaris Terhadap Tindakan Agresivitas Pajak
Dari hasil otput SPSS bahwa variabel DK (Dewan Komisaris) memiliki
nilai signifikan 0,025 lebih kecil dari 0,05 (0,025 < 0,05) dan nilai t- hitung < t-
tabel (-2,731 < -2,160). Artinya Dewan Komisaris berpengaruh berpengaruh
terhadap tindakan agresivitas pajak. Dengan demikian HA diterima dan H0
ditolak. Sehingga dapat disimpulkan H1 diterima yang artinya secara parsial
Dewan Komisaris berpengaruh terhadap tindakan agresivitas pajak pada
perusahaan manufaktur sub sektor makanan dan minuman yang terdaftar di bursa
efek Indonesia pada tahun 2013-2016.
Pengaruh Komisaris Independen Terhadap Tindakan Agresivitas Pajak
Variabel KI (Komisaris Independen) memiliki nilai signifikan 0,069 lebih
besar dari 0,05 (0,069 > 0,05) dan nilai t-hitung < t-tabel (2,097 < 2,160 ). Artinya
bahwa Komisaris Independen tidak berpengaruh terhadap tindakan agresivitas
pajak. Dengan demikian HA ditolak dan H0 diterima. Sehingga dapat disimpulkan
H2 ditolak yang artinya secara parsial Komisaris Independen tidak berpengaruh
terhadap tindakan agresivitas pajak pada perusahaan manufaktur sub sektor
makanan dan minuman yang terdaftar di bursa efek Indonesia pada tahun 2013-
2016.
Pengaruh Kompensasi Dewan Komisaris dan Direksi Terhadap Agresivitas
Pajak
Variabel KOM (Kompensasi Dewan Komisaris dan Direksi) memiliki
nilai signifikan 0,029 lebih kecil dari 0,05 (0,029 < 0.05) dan nilai t-hitung < t-
tabel (-2,662 < -2,042 ). Artinya bahwa Kompensasi Dewan Komisari dan Direksi
berpengaruh terhadap tindakan agresivitas pajak. Dengan demikian HA diterima
dan H0 ditolak. Sehingga dapat disimpulkan H3 diterima, yang artinya secara
parsial kompensasi Dewan Komisaris dan Direksi berpengaruh terhadap tindakan
agresivitas pajak pada perusahaan manufaktur sub sektor makanan dan minuman
yang terdaftar dibursa efek Indonesia pada tahun 2013-2015.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil dari analisis data maka diperoleh kesimpulan dalam
penelitian ini bahwa Komisaris Independen tidak berpengaruh terhadap
16
tindakan agresivitas pajak sedangkan Dewan Komisaris dan Kompensasi
Dewan Komisaris dan Direksi berpengaruh terhadap tindakan agresivitas
pajak. Berikut hasil penelitian yang diperoleh dalam penelitian ini:
1. Dewan Komisaris bepengaruh terhadap tindakan agresivitas pajak
pada perusahan manufaktur sub sektor makanan dan minuman yang
terdaftar di Bursa Efek Imdonesia dalam waktu empat tahun penelitian
yaitu 2013-2016
2. Komisaris Independen tidak berpengaruh terhadap tindakan agresivitas
pajak pada perusahaan manufaktur sub sektor makanan dan minuman
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dalam waktu empat tahun
penelitian yaitu 2013-2016.
3. Kompensasi Dewan Komisaris dan Direksi berpengaruh terhadap
tindakan agresivitas pajak pada perusahaan manufaktur sub sektor
makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dalam
waktu empat tahun penelitian yaitu 2013-2016.
4. Dewan Komisaris, Komisaris Independen, dan Kompensasi Dewan
Komisaris dan Direksi berpengaruh secara-bersama (simultan)
terhadap tindakan agresivitas pajak pada perusahaan manufaktur sub
sektor makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
dalam waktu empat tahun penelitian yaitu 2013-2016.
Saran
Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian yang diambil, saran yang dapat
diberikan adalah sebagai berikut :
1. Dalam penelitian ini penelitian hanya menggunakan empat variabel
independen dan empat tahun penelitian saja, oleh karena itu bagi
penelitian selanjutnya disarankan untuk menambah variabel lain dan
menambah tahun penelitian, yang memungkinkan untuk mendapatkan
hasil yang lebih akurat.
2. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan perusahaan manufaktur, bagi
peneliti selanjutbya disarankan untuk mengganti dengan perusahaan
property dan real estate.
DAFTAR PUSTAKA
Ardyansyah.2014.Pengaruh Size,Leverage,Prifitability,Capital Intensity,dan
Komisaris Independen terhadap Effective Tax Rate (ETR).Jurnal. Universitas
Diponegoro
Ariyani.2014.Pengaruh Mekanisme Pengawasan Stakeholder Terhadap
Agresivitas Pajak.Skripsi. Universitas Diponegoro Semarang
Fadli.2016.Pengaruh Likuiditas,Leverage,Komisaris Independen,Manajemen
Laba,dan Kepemilikan Institusional Terhadap Agresivitas Pajak
Perusahaan, Vol.3 No.1 (Februari)
Fahriani dan Priyadi.2016.Pengaruh Corporate Governance Terhadap Tindakan
Pajak Agresif Pada Perusahaan Manufaktur, Vol.5 No.7 (Juli)
17
Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program IBM SPSS
19. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
http://www.pajak.go.id/penerimaan-pajak-2013
http://www.pajak.go.id/penerimaan-pajak-2014
http://www.pajak.go.id/penerimaan-pajak-2015
http://www.pajak.go.id/penerimaan-pajak-2016
Husodo.2017.Pengaruh Likuiditas,Leverage,Profitabilitas,Komisaris Independen
dan Ukuran Perusahaan Terhadap Agresivitas Pajak Pada Perusahaan
yang Terdaftar di Jakarta Islamic Index Periode 2013-2015.Skripsi.
Institut Agama Islam Negeri Surakarta
Mardiasmo.2008. Perpajakan. Yogyakarta: CV. Andi Offseet
Novitasari.2017.Pengaruh Manajemen Laba,Corporate Governance,dan Intensitas
Modal Terhadap Agresivitas Pajak Perusahaan, Vol.4 No.1 (Februari)
Peraturan Bursa Efek Inonesia (BEI) nomor Kep-305/BEJ/07-2004 tentang
Pencatatan Sahan dan Efek Bersifat Ekuitas Selain Saham yang
Diterbitkan oleh Perusahaan Tercatat
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 33/PJOK.04/2014 tentang Direksi dan
Dewan Komisaris Emiten atau Perusahaan Publik
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 55/POJK.04/2015 tentang Tugas dan
Fungsi Dewan Komisaris
Rahayu.2016.Pengaruh Kompensasi Eksekutif, Keterwakilan CFO Wanita,dan
Karkteristik Eksekutif Terhadap Tindakan Pajak Agresif.Skripsi. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Sabrina.2013.Analisis Karakteristik Corporate Governance Terhadap Pajak
Agresif.Jurnal. Universitas Bina Nusantara Jakarta
Santoso.2014.Pengaruh Corporate Governance Terhadap pengghindaran Pajak
Perusahaan. Skripsi. Universitas Diponegoro
Solihin.2017.Pengaruh Karakter Eksekutif Terhadap Tindakan Agresivitas Pajak
Dengan Corporate Governance Sebagai Variabel Moderating.Skripsi.
Universitas Lampung Bandar Lampung
Surat Edaran PT . Bursa Efek Indonesia SE008/BEJ/12-2001 tanggal 7 Desember
2001 tentang Keanggotaan Komite Audit
Syoraya.2014.Pengaruh Kompensasi Dewan Komisaris dan Dewan Direksi
Terhadap Kinerja Manajerial Dengan Risiko Bisnis Sebagai Variabel
Moderating.Skripsi. Universitas Dipononegoro Semarang
18
Undang-Undang No.28 Tahun 2007 tentang Perubahan Ketiga Atas Undang-
Undang Nomor 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan
Undang-Undang No.36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan
www.idx.co.id