Pengaruh Dewan Direksi, Dewan Komisaris Dan Komite Audit Terhadap Penerimaan Opini Audit Going...

94
PENGARUH DEWAN DIREKSI, DEWAN KOMISARIS, DAN KOMITE AUDIT TERHADAP PENERIMAAN OPINI AUDIT GOING CONCERN (Studi Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI) SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk meraih Derajat Sarjana Ekonomi Disusun Oleh : JIMI UJI WIJAYANTO ADI 0610230103 FAKULTAS EKONOMI JURUSAN AKUNTANSI UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2011

description

semoga bisa bermanfaat,,

Transcript of Pengaruh Dewan Direksi, Dewan Komisaris Dan Komite Audit Terhadap Penerimaan Opini Audit Going...

Page 1: Pengaruh Dewan Direksi, Dewan Komisaris Dan Komite Audit Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern

PENGARUH DEWAN DIREKSI, DEWAN KOMISARIS, DAN

KOMITE AUDIT TERHADAP PENERIMAAN

OPINI AUDIT GOING CONCERN

(Studi Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI)

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk meraih

Derajat Sarjana Ekonomi

Disusun Oleh :

JIMI UJI WIJAYANTO ADI

0610230103

FAKULTAS EKONOMI

JURUSAN AKUNTANSI

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2011

Page 2: Pengaruh Dewan Direksi, Dewan Komisaris Dan Komite Audit Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern

LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi dengan judul:

“PENGARUH DEWAN DIREKSI, DEWAN KOMISARIS, DAN KOMITE

AUDIT TERHADAP PENERIMAAN OPINI AUDIT GOING CONCERN”

(Studi pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI)

Yang disusun oleh:

Nama : Jimi Uji Wijayanto Adi

NIM : 0610230103

Fakultas : Ekonomi

Jurusan : Akuntansi

Telah dipertahankan di depan dewan penguji pada tanggal 13 September 2011 dan

dinyatakan memenuhi syarat untuk diterima.

SUSUNAN DEWAN PENGUJI

1. Nurul Fachriyah, SE., MSA., Ak.

NIP. 19690609 199303 2 004

( Dosen Pembimbing/Penguji I ) .............................................

2. Prof. Dr. Made Sudharma, SE., MM.,Ak.

NIP. 19570709 198303 1 001

( Dosen Penguji II ) .............................................

3. Devy Pusposari, SE., M.Si., Ak.

NIP. 19751105 200312 2 001

( Dosen Penguji III ) .............................................

Malang, 19 September 2011

Ketua Jurusan Akuntansi

Dr. Unti Ludigdo, SE., M.Si., Ak.

NIP. 19690814 199402 1 001

Page 3: Pengaruh Dewan Direksi, Dewan Komisaris Dan Komite Audit Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Jimi Uji Wijayanto Adi

Tempat/Tanggal Lahir : Lumajang, 7 Juli 1988

NIM : 0610230103

Jurusan/Program Studi : Akuntansi/S1

Alamat : Perum Griya Damai B.78-Malang.

Dengan ini menyatakan bahwa Skripsi yang saya susun dengan judul:

PENGARUH DEWAN DIREKSI, DEWAN KOMISARIS, DAN KOMITE

AUDIT TERHADAP PENERIMAAN OPINI AUDIT GOING CONCERN

(Studi pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI)

adalah benar-benar hasil karya saya sendiri dan bukan merupakan plagiat dari

Skripsi orang lain. Apabila kemudian hari pernyataan Saya tidak benar, maka

Saya bersedia menerima sanksi akademis yang berlaku (dicabut predikat

kelulusan dan gelar kesarjanannya).

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya, untuk dapat

dipergunakann bilamana diperlukan.

Malang, 15 Agustus 2011

Pembuat Pernyataan,

Jimi Uji Wijayanto A.

NIM. 0610230103

Page 4: Pengaruh Dewan Direksi, Dewan Komisaris Dan Komite Audit Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, atas segala rahmat dan

karunia-Nya sehingga dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul: Pengaruh

Dewan Direksi, Dewan Komisaris, dan Komite Audit Terhadap Penerimaan

Opini Audit Going Concern (Studi pada Perusahaan Manufaktur yang

Terdaftar di BEI), adapun tujuan dari penulisan skripsi ini sebagai salah syarat

untuk meraih derajat Sarjana Ekonomi pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi

Universitas Brawijaya.

Banyak pihak yang berjasa membantu baik moral maupun materiil dalam

menyelesaikan skripsi ini. Hanya ucapan terima kasih sebesar-besarnya yang bisa

penulis sampaikan kepada:

1. Bapak Drs. Gugus Irianto MSA., Ak., Phd. selaku dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Brawijaya.

2. Bapak Dr. Unti Ludigdo, Ak. selaku ketua jurusan Akuntansi Fakultas

Ekonomi Universitas Brawijaya.

3. Ibu Nurul Fachriyah, SE., MSA., Ak. selaku dosen pembimbing skripsi yang

bersedia meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan kepada penulis.

4. Bapak Prof. Dr. Made Sudharma, SE., MM., Ak. selaku dosen penguji 1.

5. Ibu Devy Pusposari, SE,. M.Si., Ak. selaku dosen penguji 2.

6. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi, Staf Pengajaran dan Administrasi

Universitas Brawijaya Malang, trimakasih atas ilmu yang diberikan dan

bantuan dalam proses belajar hingga akhir masa studi.

Page 5: Pengaruh Dewan Direksi, Dewan Komisaris Dan Komite Audit Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern

7. Ibunda tercinta terima kasih atas doa, bimbingan, dorongan baik spiritual

maupun material sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini.

8. Almarhum ayah tercinta terima kasih atas semua yang ayah berikan selama

ini, saya memohon maaf karena tidak dapat menyelesaikan penelitian ini tepat

pada waktunya.

9. Adik – adikku Aldi, Yoyok, dan Fitrwan terima kasih atas dukungan dan

semangat kalian selama ini, “sekolah sing niat rek ojo sampe telat koyok aku”.

10. Teman – temanku dari komunitas capxa brawijaya, komunitas touring

brawijaya, komunitas djoker, dan anak- anak angkatan 2006. Terima kasih

semua jasa dan kenangan bersama kalian tak akan pernah terlupakan.

11. Serta semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini,

namun penulis tidak dapat menyebutkan satu per satu, hanya Allah yang

mengetahui dan membalas kebaikan kalian semua.Amin.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna sehingga

penulis mengharapkan kritik dan saran guna penulisan yang lebih baik. Semoga

penulisan ini bermanfaat bagi kita semua.

Malang, 19 September 2011

Penulis

Page 6: Pengaruh Dewan Direksi, Dewan Komisaris Dan Komite Audit Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern

DAFTAR ISI

Hal

HALAMAN JUDUL……………………………………………………………...i

KATA PENGANTAR……………………………………………………………ii

DAFTAR ISI……………………………………………………………………..iv

DAFTAR TABEL……………………………………………………………….vi

DAFTAR GAMBAR………………...………………………………………….vii

DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………..………….viii

ABSTRAK……………….……...…………………………………….…………ix

ABSTRACK……………...………………………………………………………x

BAB I PENDAHULUAN….…………………………………………………1

1.1 Latar Belakang……………………………………...…………….1

1.2 Motivasi Penelitian……………………………………………….8

1.3 Perumusan Masalah………………………………………………9

1.4 Tujuan Penelitian………………………………………………..10

1.5 Manfaat Penelitian………………………………………………10

1.5.1 Manfaat Teoritis………………………………………….10

1.5.2 Manfaat Praktis…………………………………………..10

BAB II KAJIAN PUSTAKA………………………………………………..12

2.1 Penelitian Terdahulu…………………………………………….12

2.2 Landasan Teori………………………………………………….14

2.2.1 Corporate Governance…………………………………...14

2.2.2 Manfaat Corporate Governance………………………….17

2.2.3 Mekanisne Corporate Governance……………………….17

2.2.3.1 Dewan Direksi………………………………….18

2.2.3.2 Dewan Komisaris………………………………21

2.2.3.3 Komite Audit…………………………………..25

2.2.4 Opini Audit………………………………………………28

2.2.5 Opini Audit Going Concern……………………………..31

2.3 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis……………………………..33

2.3.1 Kerangka Pemikiran……………………………………..33

2.3.2 Pengembangan Hipotesis………………………………...33

BAB III METODE PENELITIAN…………………………………………..38

3.1 Jenis Penelitian………………………………………………….38

3.2 Populasi dan Sampel Penelitian………………………………...38

3.2.1 Populasi…………………………………………………..38

3.2.2 Sampel……………………………………………………39

3.3 Identifikasi dan Definisi Operasional Variabel…………………40

Page 7: Pengaruh Dewan Direksi, Dewan Komisaris Dan Komite Audit Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern

3.3.1 Variabel Dependen……………………………………….40

3.3.2 Variabel Independen……………………………………..41

3.4 Jenis dan Sumber Data………………………………………….43

3.5 Metode Pengumpulan Data……………………………………..43

3.6 Pengujian Hipotesis……………………………………………..44

BAB IV PEMBAHASAN…………………………………………………….48

4.1 Hasil Penelitian………………………………………………….48

4.1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian……………………...48

4.1.2 Deskripsi Sampel Penelitian……………………………..48

4.1.3 Deskripsi Variabel Penelitian…………………………….48

4.1.3.1 Opini Audit Going Concern…………………….49

4.1.3.2 Dewan Direksi…………………………………..50

4.1.3.3 Dewan Komisaris……………………………….51

4.1.3.4 Komite Audit…………………………………....52

4.1.4 Pengujian Hipotesis……………………………………...53

4.2 Pembahasan……………………………………………………..60

4.2.1 Dewan Direksi…………………………………………...61

4.2.2 Dewan Komisaris………………………………………...62

4.2.3 Komite Audit……………………………………………..64

BAB V KESIMPULAN……………………………………………………...66

5.1 Kesimpulan……………………………………………………...66

5.2 Keterbatasan Penelitian…………………………………………67

5.3 Saran…………………………………………………………….67

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………...68

LAMPIRAN……………………………………………………………………..71

Page 8: Pengaruh Dewan Direksi, Dewan Komisaris Dan Komite Audit Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern

DAFTAR TABEL

Hal

Tabel 3.1 Proses Seleksi Sampel Berdasarkan Kriteria……………….…….….40

Tabel 4.2 Ringkasan Penerimaan Opini Audit……………………...………......50

Tabel 4.3 Ringkasan Kepemilikan Manajerial………………………...…..........51

Tabel 4.4 Ringkasan Komisaris Independen…………………...…………...…..52

Tabel 4.5 Ringkasan Komite Audit………………………………………..……53

Tabel 4.6 Iteration History 0…………………………………………..………..54

Tabel 4.7 Iteration History 1……………………………………..……………..55

Tabel 4.8 Hosmer and Lameshow Test………………………..………………..56

Tabel 4.9 Correlation Matrix…………………………………………………....57

Tabel 4.10 Model Summary……………………………………………………...57

Tabel 4.11 Classification Table…………………………………………………..58

Tabel 4.12 Variables in the Equation…………………………………………….59

Tabel 4.13 Ringkasan Pengujian Hipotesis………………………………………61

Page 9: Pengaruh Dewan Direksi, Dewan Komisaris Dan Komite Audit Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern

DAFTAR GAMBAR

Hal

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Penelitian…………………………………….33

Gambar 2.2 Kerangka Konseptual Hipotesis…………………………………….33

Page 10: Pengaruh Dewan Direksi, Dewan Komisaris Dan Komite Audit Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern

DAFTAR LAMPIRAN

Hal

Lampiran 1 Daftar Perusahaan Sampel…………………………………………..71

Lampiran 2 Statistik Deskriptif…………………………………………………..72

Lampiran 3 Regresi Logistik……………………………………………………..78

Page 11: Pengaruh Dewan Direksi, Dewan Komisaris Dan Komite Audit Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern

PENGARUH DEWAN DIREKSI, DEWAN KOMISARIS, DAN KOMITE

AUDIT TERHADAP PENERIMAAN OPINI AUDIT GOING CONCERN

Oleh : Jimi Uji Wijayanto A.

Pembimbing : Nurul Fachriyah, SE., MSA., Ak.

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui adanya pengaruh dewan

direksi, dewan komisaris, dan komite audit terhadap penerimaan opini audit going

concern pada suatu perusahaan.

Pemilihan sampel ditentukan dengan dengan menggunakan purposive

sampling method dan diperoleh sebanyak 31 perusahaan manufaktur yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Pengaruh antara dewan direksi, dewan

komisaris dan komite audit terhadap penerimaan opini audit going concern

dianalisis dengan menggunakan analisis regresi logistik karena adanya variabel

dummy baik pada variabel dependen daupun pada variabel independen.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel dewan direksi yang

diproksikan dengan kepemilikan manajerial dalam suatu perusahaan berpengaruh

terhadap penerimaan opini audit going concern. Namun, penelitian ini tidak dapat

memberikan bukti adanya pengaruh dewan komisaris yang diproksikan dengan

proporsi jumlah komisaris independen dan jumlah anggota komite audit dalam

suatu perusahaan terhadap penerimaan opini audit going concern.

Kata kunci : opini audit going concern, kepemilikan manajerial, komisaris

independen, komie audit, regresi logistik.

Page 12: Pengaruh Dewan Direksi, Dewan Komisaris Dan Komite Audit Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern

THE INFLUENCE OF BOARD OF DIRECTORS, BOARD OF

COMMISSIONERS, AND AUDIT COMMITTEE TO THE ACCEPTANCE

OF GOING CONCERN OPINION

By : Jimi Uji Wijayanto A.

Advisor Lecturer : Nurul Fachriyah, SE., MSA., Ak.

ABSTRACT

The objective of this study is to examine whether there is an influence of

board of directors, board of commissioners, and audit committee to the

acceptance of going concern opinion to the company.

The data was selected by using purposive sampling method and obtained

31 manufacturing firms listed in Indonesia Stock Exchange. The influence of

board of directors, board of commissioners, and audit committee to the

acceptance of going concern opinion to the company is analyzed using logistic

regression because there is dummy variable either in dependent variable or in

independent variable.

The result show that board of directors which uses managerial ownership

in a company as a proxy, have an influence to the acceptance of going concern

opinion. But, this study can not give evidence that board of commissioners which

uses proportion of independent commissioners as a proxy and number of audit

committee members in a company to the acceptance of going concern opinion.

Keyword : going concern opinion, managerial ownership, independent

commissioners, audit committee, logistic regression.

Page 13: Pengaruh Dewan Direksi, Dewan Komisaris Dan Komite Audit Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Keadaan ekonomi yang tidak stabil di Indonesia sejak krisis keuangan

berskala global memberi dampak tersendiri terhadap perusahaan yang ada. Hal ini

mengakibatkan perekonomian Indonesia mengalami perubahan mendasar, terlebih

pada saat krisis ekonomi terjadi, yang memberikan pengaruh signifikan terhadap

perekonomian, dan perusahaan-perusahaan yang ada di Indonesia dari segala

bidang. Krisis ekonomi membuat adanya persaingan antar perusahaan yang

semakin ketat dan menuntut perusahaan untuk dapat mengatur strategi perusahaan

agar dapat bertahan dan berkembang lebih besar lagi, untuk itu perusahaan perlu

membuat strategi yang tepat untuk mempertahankan kelangsungan usahanya

(going concern).

Going concern adalah kemampuan suatu usaha dalam mempertahankan

kelangsungan hidupnya. Dengan adanya going concern maka suatu entitas

dianggap akan mampu mempertahankan kegiatan usahanya dalam jangka

panjang, dan tidak akan dilikuidasi dalam jangka pendek. Oleh karenanya, adalah

wajar jika manajemen menjadi pihak yang diandalkan untuk membawa suatu

perusahaan survive selama mungkin. Menurut Setiawan (2006) dalam Santosa dan

Wedari (2007), going concern sebagai asumsi bahwa perusahaan dapat

mempertahankan hidupnya secara langsung akan mempengaruhi laporan

Page 14: Pengaruh Dewan Direksi, Dewan Komisaris Dan Komite Audit Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern

keuangan. Jadi, jika laporan keuangan disusun dengan dasar going concern berarti

diasumsikan perusahaan akan bertahan dalam jangka panjang.

Auditor juga memiliki peranan yang penting dalam menentukan

kelangsungan hidup suatu perusahaan (going concern) melalui opininya yang

terangkum dalam laporan audit. Auditor bertanggung jawab untuk mengevaluasi

apakah terdapat kesangsian besar terhadap kemampuan entitas dalam

mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam periode waktu yang pantas, tidak

lebih dari satu tahun sejak tanggal laporan keuangan yang sedang diaudit (SPAP

Seksi 341, 2001). Auditor seharusnya dapat memberikan warning kepada

pembaca laporan keuangan atas kelangsungan hidup perusahaan yang diaudit. Hal

ini sangat penting karena auditor merupakan perantara antara manajemen dengan

pengguna laporan keuangan. Bagi para pembaca laporan keuangan yang awam

terhadap Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP), auditor eksternal sering kali

dianggap salah memberikan opini audit atas laporan keuangan karena gagal

memberikan warning sebagaimana diutarakan sebelumnya.

Sebagian besar masyarakat menganggap bahwa laporan keuangan yang

telah diaudit dengan pendapat wajar tanpa pengecualian adalah jaminan bahwa

perusahaan yang diaudit pasti bebas dari kegagalan usaha dan kepailitan. Padahal

belum tentu demikian, karena pekerjaan auditor eksternal harus dilihat dari

implementasi SPAP dalam setiap penugasan audit atas laporan keuangan yang

dilakukan oleh auditor eksternal (Purba, 2009). Menurut Mulyadi (2002) dalam

buku Auditing bahwa laporan audit merupakan media yang dipakai oleh auditor

dalam berkomunikasi masyarakat lingkungannya. Dalam laporan tersebut auditor

Page 15: Pengaruh Dewan Direksi, Dewan Komisaris Dan Komite Audit Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern

menyatakan pendapatnya mengenai kewajaran laporan keuangan auditan. Opini

audit merupakan hal yang tidak bisa dipisahkan dari audit report. Auditor

bertanggung jawab atas opini yang diberikan, sedangkan isi laporan keuangan

sepenuhnya menjadi tanggung jawab manajemen. Ada lima tipe opini audit yang

diterbitkan oleh auditor berdasarkan hasil pengauditan laporan kliennya yaitu

unqualified opinion report, unqualified opinion report with explanatory language,

qualified opinion report, adverse opinion report, dan disclaimer of opinion report.

Opini audit atas laporan keuangan adalah salah satu bahan pertimbangan

bagi investor ketika membuat keputusan untuk berinvestasi. Opini audit going

concern yang diberikan auditor menggambarkan kondisi internal perusahaan yang

sedang bermasalah. Menurut Altman dan McGough (1974) dalam Praptitorini dan

Januarti (2007), masalah going concern terbagi dua: pertama, masalah keuangan

yang meliputi defisiensi likuiditas, defisiensi ekuitas, penunggakan utang,

kesulitan memperoleh dana. Kedua, masalah operasi yang meliputi kerugian

operasi yang terus menerus, prospek pendapatan yang meragukan, kemampuan

operasi trancam dan pengendalian yang lemah atas operasi.

Masalah going concern ini dapat dicegah dan diatasi dengan adanya suatu

aturan untuk mengelola dan mengawasi perusahaan yaitu tata kelola perusahaan

yang baik (good corporate governance). Ini dikarenakan salah satu manfaat Good

Corporate Governance adalah menjaga going concern perusahaan. Penelitian-

penelitian sebelumnya mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian

opini going concern oleh auditor didasarkan pada kondisi internal perusahaan,

seperti kualitas audit (Santosa dan Wedari, 2007; Siregar dan Tamba, 2009),

Page 16: Pengaruh Dewan Direksi, Dewan Komisaris Dan Komite Audit Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern

kondisi keuangan perusahaan (Ramadhany, 2004; Santosa dan Wedari, 2007;

Hadiyana, 2007; Siregar dan Tamba, 2009), pertumbuhan perusahaan (Santosa

dan Wedari, 2007; Hadiyana, 2007), dan ukuran perusahaan (Ramadhany, 2004;

Santosa dan Wedari, 2007). Selain faktor-faktor di atas, mekanisme corporate

governance juga memiliki andil dalam pengelolaan perusahaan, sebab corporate

governance merupakan suatu sistem dimana perusahaan itu dijalankan dan

dikendalikan.

Menurut Berle dan Means (1934) dalam Gunarsih (2003), isu corporate

governance muncul karena terjadinya pemisahan antara kepemilkan dan

pengelolaan perusahaan. Dengan pemisahan ini, pemilik perusahaan memberikan

kewenangan pada pengelola (manajemen) untuk mengurus jalannya perusahaan

seperti mengelola dana dan mengambil keputusan perusahaan lainnya untuk dan

atas nama pemilik. Dengan kewenangan yang dimiliki ini, mungkin saja pengelola

bisa bertindak yang hanya menguntungkan dirinya sendiri, dengan mengorbankan

kepentingan pemilik. Hal ini mungkin terjadi karena pengelola mempunyai

informasi mengenai perusahaan, yang tidak dimiliki pemilik perusahaan

(asymmetric information). Corporate governance diperlukan untuk

mengendalikan perilaku pengelola perusahaan agar bertindak tidak hanya

menguntungkan dirinya sendiri, tetapi juga menguntungkan pemilik perusahaan,

atau dengan kata lain untuk menyamakan kepentingan antara pemilik dengan

pengelola perusahaan. Kepentingan utama pemilik dana adalah memperoleh

return yang memadai atas dana yang ditanamkan. Pengelola akan mengutamakan

kepentingan pemilik apabila aktivitas yang dilakukan dan keputusan yang diambil

Page 17: Pengaruh Dewan Direksi, Dewan Komisaris Dan Komite Audit Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern

ditujukan untuk meningkatkan nilai perusahaan, hal ini berarti juga akan

meningkatkan kekayaan pemilik.

Kepemilikan manajerial adalah salah satu bentuk mekanisme corporate

governance yang bisa menyamakan kepentingan pemilik dan pengelola

perusahaan. Besar kecilnya jumlah kepemilikan saham manajerial dalam

perusahaan dapat mengindikasikan adanya kesamaan (congruance) kepentingan

antara manajemen dengan pemegang saham (Faizal, 2004). Peningkatkan

persentase kepemilikan, akan membuat manajer termotivasi untuk meningkatkan

kinerja dan bertanggung jawab meningkatkan kemakmuran pemegang saham.

Manajer tidak hanya mengambil tindakan yang sesuai dengan tujuan perusahaan

yaitu untuk memperoleh laba tetapi juga mengoptimalkan aktivitas investasi.

Herawaty (2008) juga menyatakan bahwa kepemilikan manajerial dapat berfungsi

sebagai mekanisme corporate governance sehingga dapat mengurangi tindakan

manajer dalam memanipulasi laba, dengan demikian kepemilikan manajerial

sebagai salah satu mekanisme corporate governance merupakan sarana

monitoring yang efektif yang dapat membawa pada kualitas pelaporan yang lebih

tinggi, sehingga opini audit yang diterima atas laporan keuangan perusahaan

cenderung merupakan opini yang bersih (clean opinion).

Mekanisme corporate governance lain yang tak kalah penting adalah

keberadaan komisaris independen dan komite audit. Komisaris independen

diharapkan mampu menempatkan keadilan (fairness) sebagai prinsip utama dalam

memperhatikan kepentingan pihak-pihak yang mungkin sering terabaikan,

misalnya pemegang saham minoritas serta para stakeholder lainnya, sebab

Page 18: Pengaruh Dewan Direksi, Dewan Komisaris Dan Komite Audit Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern

komisaris independen harus bebas dari kepentingan dan urusan bisnis apapun

yang dapat dianggap sebagai campur tangan untuk bertindak demi kepentingan

yang menguntungkan perusahaan (Forum for Corporate Governance in

Indonesia, 2000). Tugas komisaris independen dalam hubungannya dengan

pelaporan keuangan adalah menjamin transparansi dan keterbukaan laporan

keuangan perusahaan serta mengawasi kepatuhan perusahaan pada perundangan

dan peraturan yang berlaku. Chtourou et al. (2001) dalam Santosa dan Wedari

(2007) menyatakan bahwa Dewan Komisaris yang independen secara umum

mempunyai pengawasan yang lebih baik terhadap manajemen, sehingga

mempengaruhi kemungkinan kecurangan dalam menyajikan laporan keuangan

yang dibuat oleh manajemen. Menurut Amirudin (2004), keanggotaan komisaris

independen harus lebih dari jumlah (30%), sehingga dapat outvoted dalam

pengambilan keputusan, hal ini apabila dihubungkan dengan adanya anggota

komisaris yang tidak independen. Oleh karena itu, dengan adanya proporsi

komisaris independen minimal 30% atau lebih banyak diharapkan dapat

membawa pada pelaporan keuangan yang lebih berkualitas sehingga

menghasilkan opini yang wajar tanpa pengecualian atau opini non going concern.

Kemudian mekanisme corporate governance yaitu adanya kewajiban

dibentuknya komite audit pada perusahaan-perusahaan public oleh Bursa Efek

Indonesia dalam peraturan pencatatan efek no I-A, dalam rangka penyelenggaraan

pengelolaan perusahaan yang baik (good corporate governance) menunjukkan

bahwa BEI ingin meningkatkan pengawasan terhadap pengelolaan perusahaan

sehingga dapat mengurangi aktivitas manajemen melalui akrual diskresioner.

Page 19: Pengaruh Dewan Direksi, Dewan Komisaris Dan Komite Audit Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern

Tugas komite berhubungan dengan kualitas laporan keuangan, karena

komite audit diharapkan dapat membantu dewan komisaris dalam pelaksanaan

tugas yaitu mengawasi pelaporan keuangan oleh manajemen. Peran komite audit

sangat penting karena mempengaruhi kualitas laba perusahaan yang merupakan

salah satu informasi penting yang tersedia untuk publik dan dapat digunakan

investor untuk menilai perusahaan. Investor sebagai pihak luar perusahaan tidak

dapat mengamati perusahaan secara langsung kualitas sistem informasi

perusahaan sehingga persepsi mengenai kinerja komite audit akan mempengaruhi

penilaian investor terhadap kualitas laba perusahaan. Hal ini seperti yang

dinyatakan oleh Verschoor (1993) mengenai pengawasan pada audit eksternal

yang diharapkan dapat meningkatkan independensi auditor sehingga dapat

memperbaiki efektivitas audit. McMullen (1996) dalam Santosa dan Wedari

(2007) menunjukkan bahwa komite audit berhubungan dengan lebih sedikit

tuntutan hukum pemegang saham karena kecurangan dan tindakan illegal. Auditor

yang melihat adanya tuntutan hukum pemegang saham akan menilai hal tersebut

sebagai salah satu faktor keraguan akan kelangsungan hidup perusahaan, sehingga

ia akan memberikan opini going concern pada perusahaan tersebut.

Penelitian ini merupakan replikasi dari tiga penelitian sebelumnya, yaitu

penelitian Ramadhany (2004) yang berjudul “Analisis Faktor-Faktor yang

Mempengaruhi Penerimaan Opini Audit Going Cencern pada Perusahaan

Manufaktur yang Mengalami Financial Distress di Bursa Efek Jakarta., kemudian

penelitian Ballesta dan Garcia Meca (2005) yang berjudul “Audit Qualifications

and Corporate Governance in Spanish Listed Firms” dan yang terakhir

Page 20: Pengaruh Dewan Direksi, Dewan Komisaris Dan Komite Audit Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern

penelitiaan Linoputri (2010) yang berjudul “Pengaruh Corporate Governance

Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern”. Beda Penelitian ini dengan

penelitian Ramadhany (2004), penelitian Ballesta dan Garcia Meca (2005) dan

penelitian Linoputri (2010) adalah :

- Penelitian ini menggunakan variabel kepemilikan manajerial, proporsi dewan

komisaris dan ukuran komite audit sebagai proksi dari variabel dewan direksi,

dewan komisaris dan komite audit.

- Data pada penelitian ini menggunakan perusahaan manufaktur. Penelitian

menggunakan perusahaan manufaktur karena sebagian besar perusahaan di

BEJ termasuk dalam jenis perusahaan manufaktur sehingga diharapkan tingkat

generalisasi temuan cukup tinggi.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis mencoba untuk

melakukan penelitian yang berjudul : “Pengaruh Dewan Direksi, Dewan

Komisaris, dan Komite Audit terhadap Penerimaan Opini Audit Going

Concern (Studi pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia)”.

1.2. Motivasi Penelitian

Motivasi penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor apa saja

yang mempengaruhi perusahaan dalam penerimaan opini audit going concern,

selain itu beberapa penelitian telah dilakukan untuk membuktikan pengaruh

kepemilikan manajerial, kepemilikan keluarga, ukuran dewan komisaris, komite

audit, kondisi keuangan, laporan audit sebelumnya, ukuran perusahaan, dan

komisaris independen terhadap penerimaan opini audit going concern,

Page 21: Pengaruh Dewan Direksi, Dewan Komisaris Dan Komite Audit Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern

menunjukkan hasil yang tidak konsisten diantaranya penelitian yang dilakukan,

Carcello dan Neal (2000) menunjukkan bahwa komisaris independen berpengaruh

signifikan terhadap penerimaan opini going concern, sedangkan Ramadhany

(2004) Rahayu (2007) memberikan hasil yang berbeda, di mana komisaris

independen tidak berpengaruh terhadap opini audit going concern.

Berdasarkan penelitian-penelitian sebelumnya, peneliti tertarik untuk

melakukan pengujian lebih lanjut mengenai faktor-faktor yang dapat

mempengaruhi opini audit going concern yaitu karakteristik dewan komisaris,

karakteristik dewan direksi dan komite audit pada perusahaan manufaktur yang

terdaftar di BEI tahun 2008-2010.

1.3. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas diperoleh rumusan masalah

seperti berikut :

1. Apakah kepemilikan manajerial dalam suatu dewan direksi berpengaruh

terhadap penerimaan opini audit going concern ?

2. Apakah proporsi komisaris independen dalam dewan komisaris berpengaruh

terhadap penerimaan opini audit going concern ?

3. Apakah ukuran komite audit berpengaruh terhadap penerimaan opini audit

going concern ?

Page 22: Pengaruh Dewan Direksi, Dewan Komisaris Dan Komite Audit Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern

1.4. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan perumusan masalah yang diuraikan, tujuan yang hendak

dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk menguji pengaruh kepemilikan manajerial dalam suatu dewan direksi

terhadap penerimaan opini audit going concern pada perusahaan manufaktur

yang terdaftar di BEI.

2. Untuk menguji pengaruh proporsi komisaris independen dalam dewan

komisaris terhadap terhadap penerimaan opini audit going concern pada

perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI.

3. Untuk menguji pengaruh ukuran komite audit terhadap terhadap penerimaan

opini audit going concern pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI.

1.5. Manfaat Penelitian

1.5.1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini dapat menambah wacana keilmuan bidang manajemen

dan akuntansi keuangan khususnya tentang auditing. Penelitian ini juga

menjadi bukti empiris dan dapat menambah referensi bagi penelitian lanjutan

atau para peneliti yang berminat memperdalam kajian pelaporan informasi

keuangan perusahaan.

1.5.2. Manfaat Praktis

Manfaat praktis dari penelitian ini dapat memberikan kontribusi baik pada

lembaga audit, perusahaan, maupun elemen pengguna informasi keuangan lain

Page 23: Pengaruh Dewan Direksi, Dewan Komisaris Dan Komite Audit Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern

untuk menilai dan memahami karakteristik manajerial perusahaan (corporate

government) dalam kaitannya dengan dampak pada kandungan informasi dalam

laporan keuangan. Penelitian ini juga dapat memberikan kontribusi bagi pihak-

pihak yang berkepentingan dengan laporan keuangan dalam kaitannya dengan

pemanfaatan informasi guna menunjang aktivitas investasi di bursa efek.

Page 24: Pengaruh Dewan Direksi, Dewan Komisaris Dan Komite Audit Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Penelitian Terdahulu

Penelitian yang telah dilakukan sebelumnya menjelaskan mengenai

keberadaan pengaruh kepemilikan dewan direksi, dewan komisaris, opini audit

tahun sebelumnya, prediksi kebangkrutan, pertumbuhan perusahaan dan komite

audit, serta beberapa variabel yang lain, terhadap penerimaan opini audit going

concern di perusahaan go public. Berkaitan dengan penelitian ini, instrumen-

instrumen tersebut adalah variabel independen yang dominan digunakan. Paragraf

berikutnya akan menjelaskan secara singkat hasil dari penelitian terdahulu yang

menggunakan variabel independen yang sama dengan variabel independen pada

penelitian ini.

Penelitian sebelumnya yang menggunakan variabel independen

kepemilikan manajerial dilakukan oleh Ballesta dan Garcia-Meca (2005),

Linoputri (2010), menunjukkan bahwa kepemilikan dewan direksi dalam

perusahaan berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini going concern.

Sedangkan, Januarti (2008) memberikan hasil yang berbeda, di mana kepemilikan

dewan direksi dalam perusahaan tidak berpengaruh terhadap opini audit going

concern.

Variabel independen dewan komisaris yang digunakan pada penelitian

terdahulu dilakukan oleh Ramadhany (2004), Ballesta dan Garcia-Meca (2005),

Rahayu (2007), dan Linoputri (2010) memberikan hasil yang menyatakan bahwa

Page 25: Pengaruh Dewan Direksi, Dewan Komisaris Dan Komite Audit Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern

proporsi jumlah komisaris independen dalam perusahaan tidak berpengaruh

signifikan terhadap penerimaan opini going concern. Carcello dan Neal (2000)

dalam penelitiannya menunjukkan hasil yang berbeda, yaitu keberadaan komisaris

independen yang lebih banyak dalam komite audit mengurangi kemungkinan bagi

auditor untuk mengeluarkan opini going concern.

Penelitian lainnya yang menyertakan komite audit sebagai variabel

independen, antara lain Firmansyah (2010), membuktikan bahwa komite audit

memberikan pengaruh yang signifikan terhadap opini audit going concern.

Carcello dan Neal (2000) memberikan hasil penelitian bahwa semakin besar

persentase komisaris independen dalam komite audit, semakin kecil kemungkinan

auditor akan mengeluarkan opini going concern.

Ramadhany (2004), Linoputri (2010) memakai komite audit sebagai

variabel penjelas untuk membuktikan pengaruhnya terhadap opini audit going

concern. Ramadhany (2004) tidak berhasil menjelaskan keberadaan pengaruh

komite audit dalam membantu auditor eksternal mengeluarkan keputusan opini

going concern. Bahkan, Linoputri (2010) menunjukkan hasil bahwa keberadaan

komite audit tidak memberikan pengaruh terhadap opini audit going concern.

Walaupun demikian, hasil Ramadhany (2004) dan Linoputri (2010) memberikan

implikasi kepada regulator perusahaan go public di Indonesia untuk lebih

menyerukan independensi komite audit dalam memonitor proses pelaporan

keuangan manajemen dari perusahaan-perusahaan yang go public tersebut.

Page 26: Pengaruh Dewan Direksi, Dewan Komisaris Dan Komite Audit Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern

2.2. Landasan Teori

2.2.1. Corporate Governance

Perusahaan terutama perusahaan go public, dalam menjalankan

aktivitasnya semakin bergantung dari pembiayaan eksternal, misalnya melalui

modal dan pinjaman. Berkaitan dengan masalah keagenan, corporate governance

yang merupakan konsep yang didasarkan pada teori keagenan, diharapkan bisa

berfungsi sebagai alat untuk memberikan keyakinan kepada para investor bahwa

mereka akan menerima return atas dana yang telah mereka investasikan

(Darmawati dkk., 2004).

Corporate Governance dapat didefinisikan sebagai suatu proses dan

struktur yang digunakan oleh organ perusahaan (pemegang saham/pemilik modal,

komisaris/dewan dengawas dan direksi) untuk meningkatkan keberhasilan usaha

dan akuntabilitas perusahaan guna mewujudkan nilai pemegang saham dalam

jangka panjang dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholder lainnya,

berlandaskan peraturan perundangan dan nilai-nilai etika. Dalam tingkat yang

paling dasar, corporate governance digambarkan sebagai suatu proses dimana

perusahaan berusaha untuk meminimalisir biaya transaksi dan biaya agensi terkait

dengan bisnis yang dijalankan perusahaan (Samanta, 2009).

Manajemen perlu memperhatikan prinsip-prinsip good corporate

governance sebagaimana yang diuraikan Organization for Economic Cooperation

and Development dalam FCGI (2000), yaitu :

Page 27: Pengaruh Dewan Direksi, Dewan Komisaris Dan Komite Audit Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern

1. Fairness (Keadilan)

Prinsip ini menekankan pada jaminan perlindungan hak-hak para pemegang

saham. Seluruh pemangku kepentingan harus memiliki kesempatan untuk

mendapatkan perlakuan yang adil dari perusahaan. Pemberlakuan prinsip ini

di perusahaan akan melarang praktek-praktek tercela yang dilakukan oleh

orang dalam yang merugikan pihak lain. Setiap anggota direksi harus

melakukan keterbukaan jika menemukan transaksi-transaksi yang

mengandung benturan kepentingan.

2. Transparency (Transparansi)

Prinsip ini menyatakan bahwa informasi harus diungkapkan secara tepat

waktu dan akurat. Informasi yang diungkapkan antara lain keadaan keuangan,

kinerja keuangan, kepemilikan dan pengelolaan keuangan perusahaan. Audit

yang dilakukan atas informasi dilakukan secara independen. Keterbukaan

dilakukan agar pemegang saham dan orang lain mengetahui keadaan

perusahaan sehingga nilai pemegang saham dapat ditingkatkan

3. Accountability (Keterbukaan)

Prinsip ini membuat kewenangan-kewenangan yang harus dimiliki oleh dewan

komisaris dan direksi besrta kewajiban-kewajibannya kepada pemegang

saham dan stakeholders lainnya. Dewan direksi bertanggung jawab atas

keberhasilan pengelolaan perusahaan dalam rangka mencapai tujuan yang

telah ditetapkan oleh pemegang saham. Komisaris bertanggung jawab atas

keberhasilan pengawasan dan wajib memberikan nasehat kepada direksi atas

pengelolaan perusahaan sehingga tujuan perusahaan dapat tercapai. Pemegang

Page 28: Pengaruh Dewan Direksi, Dewan Komisaris Dan Komite Audit Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern

saham bertanggung jawab atas keberhasilan pembinaan dalam rangka

pengelolaan perusahaan.

4. Responsibility (Pertanggungjawaban)

Prinsip ini menekankan pada adanya sistem yang jelas untuk mengatur

mekanisme pertanggungjawaban perusahaan kepada pemegang saham dan

pihak-pihak lain yang berkepentingan. Hal tersebut merealisasikan tujuan

yang hendak dicapai dalam good corporate governance yaitu

mengakomodasikan kepentingan pihak-pihak yang berkaitan dengan

perusahaan seperti masyarakat, pemerintah, asosiasi bisnis dan sebagainya.

Prinsip ini menuntut perusahaan maupun pimpinan dan manajer perusahaan

melakukan kegiatannya secara bertanggung jawab.

Komponen-komponen GCG tersebut penting karena penerapan

prinsip GCG secara konsisten terbukti dapat meningkatkan kualitas laporan

keuangan dan juga dapat menjadi penghambat aktivitas rekayasa kinerja yang

dapat mengakibatkan laporan keuangan tidak menggambarkan nilai

fundamental perusahaan (Kaihatu,2006).

Dalam penelitian ini, elemen-elemen yang terkandung dalam mekanisme

corporate governance adalah:

1. Kepemilikan manajerial

2. Proporsi komisaris independen

3. Keberadaan komite audit dalam perusahaan

Page 29: Pengaruh Dewan Direksi, Dewan Komisaris Dan Komite Audit Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern

2.2.2. Manfaat Corporate Governance

Menurut Herawaty (2008) prinsip-prinsip corporate governance yang

diterapkan memberikan manfaat diantaranya yaitu :

1. Meminimalkan agency cost dengan mengontrol konflik kepentingan yang

mungkin terjadi antara principal dan agen;

2. Meminimalkan cost of capital dengan menciptakan sinyal positif kepada para

penyedia modal;

3. Meningkatkan citra perusahaan;

4. Meningkatkan nilai perusahaan yang dapat dilihat dari cost of capital yang

rendah;

5. Peningkatan kinerja keuangan dan persepsi stakeholder terhadap masa depan

perusahaan yang lebih baik.

2.2.3. Mekanisme Coerporate Governance

Mekanisme corporate governance menurut Shleifer dan Vishny (1997)

adalah suatu mekanisme yang digunakan untuk memastikan bahwa supplier

keuangan (pemegang saham atau shareholders) dan pemberi pinjaman

(bondholders), dari perusahaan memperoleh pengembalian dari kegiatan yang

dijalankan oleh manajer, atau dengan kata lain bagaimana supplier keuangan

perusahaan melakukan kontrol terhadap manajer. Menurut Barnhart dan

Rosestein (1998) dalam Misiastuty dan Machfoedz (2003) kontrol tersebut

meliputi :

Page 30: Pengaruh Dewan Direksi, Dewan Komisaris Dan Komite Audit Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern

1. Mekanisme internal, seperti struktur dewan direksi, kepemilikan manajerial,

dan komposisi eksekutif.

2. Mekanisme eksternal, seperti pasar untuk kontrol perusahaan, kepemilikan

intitusional, dan tingkat pendanaan hutang.

Menurut Boediono (2005), mekanisme corporate governance

merupakan suatu sistem, yang terdiri atas kepemilikan institusional,

kepemilikan manajerial, dan komposisi dewan komisaris yang mengendalikan

dan mengarahkan operasional perusahaan. Siallagan dan Machfoedz (2006)

menyatakan bahwa mekanisme corporate governance merupakan suatu

sistem, yang terdiri atas kepemilikan manajerial, proporsi jumlah anggota

komisaris independen, dan komite audit, untuk mengatur dan mengendalikan

perusahaan yang diharapkan dapat memberikan dan meningkatkan nilai

perusahaan kepada pemegang saham.

Jadi mekanisme corporate governance merupakan suatu sistem yang

terdiri atas kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, komisaris

independen, dan komite audit yang mengatur dan mengendalikan perusahaan

yang diharapkan dapat memberikan dan meningkatkan nilai perusahaan

kepada pemegang saham. Dalam penelitian ini, elemen-elemen yang

terkandung dalam mekanisme corporate governance mencakup dewan direksi,

dewan komisaris, dan komite audit.

Page 31: Pengaruh Dewan Direksi, Dewan Komisaris Dan Komite Audit Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern

2.2.3.1.Dewan Direksi

Wilkipedia (2011), direktur (dalam jumlah jamak disebut dewan direksi)

adalah seseorang yang ditunjuk untuk memimpin Perusahaan. Direktur dapat

seseorang yang memiliki perusahaan tersebut atau orang profesional yang

ditunjuk oleh pemilik usaha untuk menjalankan dan memimpin perusahaan.

Penyebutan direktur dapat bermacam-macam, yaitu dewan manager, dewan

gubernur, atau dewan eksekutif. Di Indonesia pengaturan terhadap direktur

terdapat dalam UU No. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas dijabarkan

fungsi, wewenang, dan tanggung jawab direksi. Seorang direktur atau dewan

direksi dalam jumlah direktur dalam suatu perusahaan (minimal satu), yang dapat

dicalonkan sebagai direktur, dan cara pemilihan direktur ditetapkan dalam

anggaran dasar perusahaan. Pada umumnya direktur memiliki tugas antara lain:

1. Memimpin perusahaan dengan menerbitkan kebijakan-kebijakan perusahaan.

2. Memilih, menetapkan, mengawasi tugas dari karyawan dan kepala bagian

(manajer).

3. Menyetujui anggaran tahunan perusahaan.

4. Menyampaikan laporan ke ada pemegang saham atas kinerja perusahaan.

Tanggung jawab dari direktur kepada pihak ketiga dan hukum ditentukan dari

jenis perusahaan yang didirikan (Firma, Persekutuan Komanditer (CV), atau

Perseroan Terbatas (PT)).

Dalam penelitian ini dewan direksi berkaitan dengan struktur kepemilikan

manajerial dalam perusahaan sebagaimana dipaparkan sebagai berikut :

Page 32: Pengaruh Dewan Direksi, Dewan Komisaris Dan Komite Audit Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern

Kepemilikan manajerial

Kepemilikan manajerial merupakan jumlah kepemilikan saham oleh pihak

manajemen perusahaan terhadap total jumlah saham beredar. Struktur

kepemilikan manajerial merupakan salah satu mekanisme dalam coporate

governance. Pemahaman terhadap kepemilikan perusahaan sangat penting karena

berkaitan dengan pengendalian operasional perusahaan. Kepemilikan ini akan

menyejajarkan kepentingan manajemen dan pemegang saham, sebab dengan

besarnya saham yang dimiliki, pihak manajemen diharapkan akan bertindak lebih

hati-hati dalam mengambil keputusan.

Besar kecilnya jumlah kepemilikan saham manajerial dalam perusahaan

dapat mengindikasikan adanya kesamaan (congruance) kepentingan antara

manajemen dengan pemegang saham (Faizal, 2004). Peningkatkan persentase

kepemilikan, akan membuat manajer termotivasi untuk meningkatkan kinerja dan

bertanggung jawab meningkatkan kemakmuran pemegang saham. Manajer tidak

hanya mengambil tindakan yang sesuai dengan tujuan perusahaan yaitu untuk

memperoleh laba tetapi juga mengoptimalkan aktivitas investasi. Herawaty (2008)

juga menyatakan bahwa kepemilikan manajerial dapat berfungsi sebagai

mekanisme corporate governance sehingga dapat mengurangi tindakan manajer

dalam memanipulasi laba, dengan demikian kepemilikan manajerial sebagai salah

satu mekanisme corporate governance merupakan sarana monitoring yang efektif

yang dapat membawa pada kualitas pelaporan yang lebih tinggi, sehingga opini

audit yang diterima atas laporan keuangan perusahaan cenderung merupakan

opini yang bersih (clean opinion). Namun, kekuasaan yang dipegang oleh manajer

Page 33: Pengaruh Dewan Direksi, Dewan Komisaris Dan Komite Audit Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern

dengan kepemilikan sahamnya yang besar juga dapat membawa dampak negatif

pada pemegang saham eksternal, dimana pemegang saham eksternal tidak dapat

mengendalikan tindakan manajemen.

2.2.3.2.Dewan Komisaris

Dewan komisaris merupakan sekelompok orang dalam perusahaan yang

diangkat dan diberhentikan melalui Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) yang

bertugas untuk mengawasi dan memberikan petunjuk serta nasihat kepada

manajemen dengan pengelolaan perusahaan. Oleh karena itu keberadaan dewan

komisaris menjadi salah satu faktor yang sangat penting dalam mewujudkan

keberhasilan perusahaan. Selain itu keberadaan dewan komisaris akan menjadi

penghubung bagi pemegang saham dalam mengetahui kondisi perusahaan yang

dikelola oleh manajemen sehingga dewan komisaris juga berfungsi untuk

meminimalisasi konflik keagenan (agency problem) antara pemegang saham

dengan manajemen. Dapat ditarik kesimpulan bahwa dewan komisaris merupakan

salah satu aspek penting perwujudan good corporate governance.

Dewan komisaris memandang aktivitas oleh komisaris eksternal sebagai

pusat dari pecahan masalah agency (antara manajer dan pemegang saham) yang

efektif (Fama dan Jansen, 1983 seperti yang dinyatakan oleh Pranata, 2002).

Proporsi dewan komisaris harus sedemikian rupa sehingga memungkinkan

pengambilan keputusan yang efektif, tepat dan cepat serta dapat bertindak secara

independen. Menurut Peraturan Pencatatan Nomor IA tentang Ketentuan Umum

Pencatatan Efek bersifat Ekuitas di Bursa yaitu jumlah komisaris independen

Page 34: Pengaruh Dewan Direksi, Dewan Komisaris Dan Komite Audit Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern

minimum 30%. Dalam rangka penyelenggaraan pengelolaan perusahaan yang

baik (good corporate governance), perusahaan tercatan wajib memiliki komisaris

independen yang jumlahnya proposional sebanding dengan jumlah saham yang

dimiliki oleh bukan pemegang saham dengan ketentuan jumlah komisaris

independen sekurang-kurangnya 30% (tiga pulu per seratus) dari jumlah seluruh

anggota komisaris.

Secara umum dewan komisaris ditugaskan dan diberi tanggung jawab atas

pengawasan kualitas informasi yang terkandung dalam laporan keuangan. Hal ini

penting mengingat adanya kepentingan dari manajemen untuk melakukan

manajemen laba yang berdampak pada berkurangnya kepercayaan investor. Untuk

mengatasinya dewan komisaris diperbolehkan untuk memiliki akses pada

informasi perusahaan. Dewan komisaris tidak memiliki otoritas dalam

perusahaan, maka dewan direksi bertanggung jawab untuk menyampaikan

informasi terkait dengan perusahaan kepada dewan komisaris. Selaim

mensupervisi dan member nasihat pada dewan direksi sesuai dengan UU No. 1

tahun 1995, fungsi dewan komisaris yang lain sesuai dengan yang dinyatakan

dalam National Code for Good Corporate Governance (2001) adalah memastikan

bahwa perusahaan telah melakukan tanggung jawab sosial dan

mempertimbangkan kepentingan berbagai stakeholder perusahaan sebaik

memonitor efektifitas pelaksanaan good corporate governance.

Mengingat pentingnya peranan dewan komisaris dalam menerapkan good

corporate governance maka perlu dijelaskan tugas-tugas utama yang harus

Page 35: Pengaruh Dewan Direksi, Dewan Komisaris Dan Komite Audit Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern

dilakukan oleh dewan komisaris berkaitan dengan penerapan prinsip-prinsip good

corporate governance itu sendiri, yaitu :

1. Menilai dan mengarahkan strategi perusahaan, garis-garis besar rencana kerja,

kebijakan pengendalian risiko, anggaran tahunan dan rencana usaha,

menetapkan sasaran kerja, mengawasi pelaksanaan dan kinerja perusahaan,

serta memonitor penggunaan modal perusahaan, investasi dan penjualan asset.

Tugas ini terkait dengan peran dan tanggungjawab, serta usaha untuk

menjamin penyeimbangan kepentingan manajemen (accountability).

2. Menilai sistem penetapan penggajian pejabat pada posisi kunci dan penggajian

dewan direksi, serta menjamin suatu proses pencalonan anggota direksi yang

transparan dan adil (transparancy).

3. Memonitor dan mengawasi masalah benturan kepentingan pada tingkat

manajmen, anggota dewan direksi dan anggota dewan komisaris, termasuk

penyalahgunaan asset perusahaan dan manipulasi transaksi perusahaan. Tugas

ini memberikan perlindungan hak-hak pera pemegang saham (fairness).

4. Memantau proses keterbukaan dan efektifitas komunikasi yang terjadi di

perusahaan (OECD Principle of Corporate Governance). Proses keterbukaan

(transparancy) ini untuk menjamin tersedianya informasi yang tepat waktu

dan jelas.

Berdasarkan uraian di atas, variable komposisi dewan komisaris dalam penelitian

ini diwakili oleh proporsi komisaris independen dalam susunan dewan komisaris.

Page 36: Pengaruh Dewan Direksi, Dewan Komisaris Dan Komite Audit Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern

Komisaris Independen

Komisaris independen adalah anggota dewan komisaris yang tidak

terafiliasi dengan manajemen, anggota sewan komisaris lainnya dan pemegang

saham pengendali, serta bebas dari hubungan bisnis atau hubungan lainnya yang

dapat mempengaruhi kemampuannya untuk bertindak independen atau bertindak

semata-mata demi kepentingan perusahaan. Komisaris independen memiliki

tanggungjawab pokok untuk mendorong diterapkannya prinsip tata kelola

perusahaan yang baik (good corporate governance) di dalam perusahaan melalui

pemberdayaan dewan komisaris agar dapat melakukan tugas pengawasan dan

pemberian nasihat kepada direksi secara efektif dan lebih memberikan nilai

tambah bagi perusahaan (Komite Nasional Kebijakan Governance, 2004).

Forum for Corporate Governance in Indonesia (FCGI) menyatakan bahwa

keberadaan komisaris independen telah diatur Bursa Efek Jakarta melalui

peraturan BEJ tanggal 1 Juli 2000. Peraturan ini menyatakan bahwa perusahaan

yang listed di bursa harus mempunyai komisaris independen yang secara

proporsional sama dengan jumlah saham yang dimiliki pemegang saham

minoritas (bukan kontrolling shareholders). Persyaratan jumlah minimal

komisaris independen dalam peraturan ini adalah 30% dari seluruh anggota dewan

komisaris. Beberapa criteria lainnya tentang komisaris independen adalah sebagai

berikut :

1. Komisaris independen tidak memiliki hubungan afiliansi dengan pemegang

saham mayoritas atau pemegang saham pengendali (kontrolling shareholders)

perusahaan tercatat yang bersangkutan.

Page 37: Pengaruh Dewan Direksi, Dewan Komisaris Dan Komite Audit Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern

2. Komisaris independen tidak memiliki hubungan dengan direktur dan/atau

komisaris lainnya perusahaan yang tercatat yang bersangkutan.

3. Komisaris independen tidak memiliki kedudukan rangkap pada perusahaan

lainnya yang terafiliasi dengan perusahaan tercatat yang bersangkutan.

4. Komisaris independen harus mengerti peraturan perundang-undangan di

bidang pasar modal.

5. Komisaris independen diusulkan dan dipilih oleh pemegang saham minoritas

yang bukan merupakan pemegang saham pengendali (bukan kontrolling

shareholders) dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).

Karakteristik dewan komisaris secara umum dan khususnya komposisi

dewan dapat menjadi suatu mekanisme yang menentukan tindakan manajemen

laba. Melalui peranan dewan dalam melakukan fungsi pengawasan terhadap

operasional perusahaan yang dijalankan oleh pihak manajemen, komposisi dewan

komisaris dapat memberikan kontribusi yang efektif terhadap tercapainya proses

penyusunan laporan keuangan yang berkualitas stsu kemungkinan terhindar dari

kecurangan laporan keuangan.

2.2.3.3.Komite Audit

Komite Audit mulai diperkenalkan kepada dunia usaha di Amerika Serikat

pada tahun 1930-an. Kemudian pada tahun 1970-an, New York Stock Excange

(NYSE) mulai mewajinkan keberadaan Komite Audit sebagaipersyaratan

pencatatan, sejak itu banyak Negara yang membuat ketentuan mengenai komite

audit apakah itu dalam bentuk Code of Best Practices, peraturan perundangan,

Page 38: Pengaruh Dewan Direksi, Dewan Komisaris Dan Komite Audit Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern

maupun persyaratan pencatatan di bursa. Sejalan dengan kecenderungan

internasional ini, persyaratan semacam ini juga telah ditetapkan di Indonesia

melalui Pedoman Good Corporate Governance yang diterbitkan pada bulan Mei

2002.

Fungsi pengawasan sangat diperlukan dalam rangka menunjang

tercapainya corporate governance yang baik. Oleh karena itu dibentuklah komite

audit yang merupakan komite khusus dalam perusahaan yang bertujuan untuk

mengoptimalkan fungsi pengawasan yang sebelumnya merupakan tanggungjawab

penuh dari dewan komisaris (Wedari, 2004).

Menurut Anis Baridwan dengan memperhatikan pembentukan serta tugas

dan fungsinya, maka komite audit dapat didefinisikan sebagai, komite yang

dibentuk oleh dewan komisaris perusahaan untuk membantu dewan komisaris

perusahaan melakukan pemeriksaan atau penelitian yang dianggap perlu terhadap

pelaksanaan fungsi direksi dalam melaksanakan pengelolaan perusahaan serta

melaksanakan fungsi penting berkaitan dengan sistem pelaporan keuangan yang

dilakukan oleh manajemen dan auditor independen,

Bapepam (2001) yang dikutip oleh Febryana (2007) mendefinisikan

komite audit sebagai berikut :

“Komite audit adalah komite yang dibentuk oleh dewan komisaris yang

anggotanya diangkat dan diberhentikan oleh dewan komisaris yang bertujuan

untuk membantu dewan komisaris dalam rangka melakukan tugas dan

fungsinya”.

Page 39: Pengaruh Dewan Direksi, Dewan Komisaris Dan Komite Audit Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern

Sementara itu menurut Supriyono (1998) dalam Susiana dan Herawaty

(2006), berkaitan dengan keberadaan komite audit, menjelaskan bahwa :

“Komite audit adalah suatu badan yang dibentuk di dalam perusahaan

klien yang bertugas untuk memelihara independensi akuntan pemeriksa terhadap

manajemen”.

Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa komite audit

merupakan komite yang bertugas untuk membantu dewan komisaris dalam rangka

upaya mewujudkan praktek good corporate governance.

Pemegang saham mengangkat dewan komisaris untuk melakukan fungsi

pengawasan terhadap manajemen. Selanjutnya dewan komisaris membentuk

komite audit yang bertujuan untuk membantu dewan komisaris dalam melakukan

tindakan pengawasan terhadap manajemen. Oleh karena itu komite audit berperan

sebagai penghubung antara pemegang saham dan dewan komisaris dengan pihak

manajemen dalam menangani masalah pengendalian perusahaan. Berkaitan

demgan peran komite audit tersebut, FCGI membagi tanggungjawab komite audit

pada tiga bidang, yaitu :

1. Laporan Keuangan (Financial Reporting)

Tanggungjawab komite audit di bidang laporan keuangan adalah untuk

memastikan bahwa laporan keuangan yang dibuat oleh manajemen telah

menggambarkan kondisi keuangan, hasil usaha, dan rencana serta komitmen

jangka panjang perusahaan sesuai dengan kenyataan yang ada.

Page 40: Pengaruh Dewan Direksi, Dewan Komisaris Dan Komite Audit Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern

2. Tata Kelola Perusahaan (Corporate Governance)

Tanggungjawab komite audit dalam bidang corporate governance adalah

untuk memastikan bahwa perusahaan telah dijalankan sesuai dengan undang-

undang dan peraturan yang berlaku serta etika yang ada. Selain itu komite

audit juga bertanggungjawab untuk mengawasi perbedaan kepentingan dan

kecurangan yang dilakukan oleh karyawan.

3. Pengawasan Perusahaan (Corporate Kontrol)

Tanggungjawab komite audit dalam bidang corporate kontrol adalah

memonitor proses pengawasan yang dilakukan oleh internal auditor sehingga

komite audit diharuskan memahami risiko yang mungkin muncul serta

memahami sistem pengendalian internal perusahaan.

Berdasarkan Surat Edaran BEJ, SE-008/BEJ/12-2001, keanggotaan komite

audit dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Komite audit beranggotakan sekurang-kurangnya tiga orang termasuk ketua

komite audit. Salah satu dari anggota komite audit merupakan komisaris

independen yang sekaligus bertindak sebagai ketua komite agar tercipta

independensi dalam memberikan pendapat. Sedangkan anggota komite audit

lainnya merupakan pihak ekstern yang independen dan tidak mempunyai

hubungan usaha maupun hubungan afiliansi dengan perusahaan, direktur,

komisaris, atau pemegang saham utama.

2. Anggota komite audit haruslah individu yang mandiri dan tidak terlibat

dengan kegiatan manajemen serta memiliki pengalaman terhadap pengawasan

Page 41: Pengaruh Dewan Direksi, Dewan Komisaris Dan Komite Audit Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern

manajemen. Hal ini bertujuan agar nilai integritas dan obyektivitas dapat

tercipta dalam merekomendasi penyusunan laporan keuangan.

2.2.4. Opini Audit

Menurut standar profesional akuntan publik SA Seksi 110, tujuan audit

atas laporan keuangan oleh auditor independen pada umumnya adalah untuk

menyatakan pendapat tentang kewajaran dalam semua hal yang meterial, posisi

keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas, dan arus kas sesuai dengan prinsip

akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. Pendapat auditor (opini audit)

merupakan bagian dari laporan audit yang merupakan informasi utama dari

laporan audit. Opini audit diberikan oleh auditor melalui beberapa tahap audit

sehingga auditor dapat memberikan kesimpulan atas opini yang harus diberikan

atas laporan keuangan yang diauditnya. Terdapat lima jenis pendapat auditor

menurut Mulyadi (2002) yaitu:

1. Pendapat wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion)

Dengan pendapat wajar tanpa pengecualian, auditor menyatakan bahwa

laporan keuangan menyajikan secar wajar dalam semua hal yang material

sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum di Indonesia. Laporan audit

dengan pendapat wajar tanpa pengecualian diterbitkan oleh auditor jika

kondisi berikut terpenuhi:

a. Semua laporan neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan ekuitas dan

laporan arus kas terdapat dalam laporan keuangan.

Page 42: Pengaruh Dewan Direksi, Dewan Komisaris Dan Komite Audit Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern

b. Dalam pelaksanaan perikatan, seluruh standar umum dapat dipenuhi oleh

auditor.

c. Bukti cukup dapat dikumpulkan oleh auditor, dan auditor telah

melaksanakan perikatan sedemikian rupa sehingga memungkinkan untuk

melaksanakan tiga standar pekerjaan lapangan,

d. Laporan keuangan disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi yang

berterima umum di Indonesia.

e. Tidak ada keadaan yang mengaruskan auditor untuk menambah paragraf

penjelas atau modifikasi kata-kata dalam laporan audit.

2. Pendapat wajar tanpa pengecualian dengan bahasa penjelas (unqualified

opinion with explanatory languege)

Dalam keadaan tertentu, auditor menambahkan suatu paragraf penjelas atau

bahasa pejelas lain dalam laporan audit, meskipun tidak mempengaruhi

pendapat wajar tanpa pengecualian atas laporan keuangan auditan. Paragraf

penjelas dicantumkan setelah paragraf pendapat. Keadaan yang menjadi

penyebab utama ditambahkannya suatu paragraf penjelas atau modifikasi kata-

kata dalam laporan audit baku adalah:

a. Ketidak konsistenan penerapan prinsip akuntansi berterima umum.

b. Keraguan besar tentang kelangsungan hidup suatu entitas.

c. Auditor setuju dengan suatu penyimpangan dari prinsip akuntansi yang

dikeluarkan oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan.

d. Penekanan atas suatu hal.

e. Laporan audit yang melibatkan auditor lain.

Page 43: Pengaruh Dewan Direksi, Dewan Komisaris Dan Komite Audit Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern

3. Pendapat wajar dengan pengecualian (qualified opinion)

Pendapat wajar dengan pengecualian diberikan apabila auditee menyajikan

secara wajar laporan keuangan, dalam semuahal yang material sesuai dengan

prinsip akuntansi berterima secara umum di Indonesia, kecuali untuk dampak

hal yang dikecualikan. Pendapat wajar dengan pengecualian dinyatakan dalam

keadaan:

a. Tidak adanya bukti kompeten yang cukup atau adanya pembatasan

terhadap ruang lingkup audit.

b. Auditor yakin bahwa laporan keuangan berisi penyimpangan dari prinsip

akuntansi berteriam umum di Indonesia, yang berdampak material , dan ia

brkesimpulan untuk tidak menyatakan pendapat tidak wajar.

4. Pendapat tidak wajar (adverse opinion)

Pendapat tidak wajar diberikan oleh auditor apabila laporan keuangan auditee

tidak menyajikan secar wajar laporan keuangan sesuai dengan prinsip

akuntansi berterima umum.

5. Tidak memberikan pendapat (disclaimer of opinion)

Auditor menyatakan tidak memberikan pendapat jika ia tidak melaksanakan

audit yang berlingkup memadai untuk memungkinkan auditor memberikan

pendapat atas laporan keuangan. Pendapat ini juga diberikan apabila ia dalam

kondisi tidak independen dalam hubungannya dengan klien.

Page 44: Pengaruh Dewan Direksi, Dewan Komisaris Dan Komite Audit Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern

2.2.5. Opini Audit Going Concern

Going concern merupakan kelangsungan hidup suatu entitas, dengan

adanya going concern maka suatu entitas dianggap akan mampu mempertahankan

kegiatan usahanya dalam jangka panjang, tidak akan dilikuidasi dalam jangka

pendek (Setyarno dkk, 2006). Going concern merupakan salah satu konsep yang

mendasari pelaporan keuangan (Gray dan Manson, 2000 dalam Praptitorini dan

Januarti, 2007). Jadi, ketika auditor memberikan opini dengan modifikasi

mengenai going concern kepada auditee atas laporan keuangannya, itu merupakan

suatu indikasi bahwa auditee berisiko tidak dapat bertahan dalam bisnis atau

dengan kata lain, terdapat kesangsian mengenai kelangsungan hidup perusahaan.

Menurut Ares (1997) dalam Santoso dan Wedari (2007), faktor-faktor yang

menimbulkan ketidakpastian tersebut antara lain :

1. Kerugian usaha yang besar secara berulang atau kekurangan modal kerja.

2. Ketidakmampuan perusahaan untuk membayar kewajibannya pada saat jatuh

tempo dalam jangka pendek.

3. Kehilangan pelanggan utama, terjadinya bencana yang tidak diasuransikan

seperti gempa bumi / banjir / masalah perburuhan yang tidak biasa.

4. Perkara pengadilan, gugatan hukum / masalah serupa yang sudah terjadi yang

dapat membahayakan kemampuan perusahaan untuk beroperasi.

Page 45: Pengaruh Dewan Direksi, Dewan Komisaris Dan Komite Audit Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern

2.3.Kerangka Pemikiran dan Hipotesis

2.3.1. Kerangka Pemikiran

Gambar 2.1

Kerangka Pemikiran Penelitian

2.3.2. Pengembangan Hipotesis

Gambar 2.2

Kerangka Konseptual Hipotesis

Perusahaan Manufaktur

Page 46: Pengaruh Dewan Direksi, Dewan Komisaris Dan Komite Audit Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern

Berdasarkan kerangka konseptual, dapat dikembangkan beberapa

hipotesis sebagai berikut:

1. Dewan Direksi

Menurut Jensen dan Meckling (1976), perbedaan kepentingan dan perilaku

oportunistik berbanding terbalik dengan bagian kepemilikan pihak dalam, karena

kepemilikan pihak dalam (manajemen) bertindak sebagai sarana pengawasan yang

membawa pada kualitas pelaporan yang lebih tinggi. Jadi, semakin besar saham

yang dimiliki oleh manajemen, mereka akan bertindak lebih hati-hati dalam

membuat keputusan dan berusaha mencegah perilaku oportunistik.

Kecenderungan manajer sebagai pemilik dan pengelola perusahaan untuk tidak

melakukan manajemen laba dan menghasilkan informasi akuntansi yang credible

demi reputasi perusahaan juga akan membawa pengaruh positif bagi pemberian

opini auditor

Hasil penelitian Ballesta dan Garcia Meca (2005), di perusahaan-

perusahaan non keuangan yang go public di Spanyol menunjukkan perusahaan

dengan kepemilikan manajerial yang lebih besar cenderung tidak menerima opini

yang qualified (wajar dengan pengecualian). Linoputri (2010), menunjukkan

bahwa dewan direksi yang memiliki saham di perusahaan, apalagi dalam jumlah

besar cenderung berusaha mempertahankan atau bahkan meningkatkan fungsi

pengelolaan dan pengawasannya terhadap perusahaan agar kinerja perusahaan

juga dapat lebih baik dan dapat bertahan dalam jangka panjang. Selain itu juga

untuk mencegah auditor meragukan kelangsungan hidup perusahaan, sehingga

tidak memberikan opini going concern pada laporan keuangannya.

Page 47: Pengaruh Dewan Direksi, Dewan Komisaris Dan Komite Audit Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern

H1 : Kepemilikan manajerial dalam suatu dewan direksi perusahaan, berpengaruh

negatif terhadap penerimaan opini audit going concern.

2. Dewan Komisaris

Tugas komisaris independen dalam hubungannya dengan pelaporan

keuangan adalah menjamin transparansi dan keterbukaan laporan keuangan

perusahaan serta mengawasi kepatuhan perusahaan pada perundangan dan

peraturan yang berlaku. Namun demikian, apakah keberadaan komisaris

independen yang minimal 30% dari jumlah anggota Dewan Komisaris akan

efektif? Mekanisme pengawasan yang dijalankan Dewan Komisaris akan berjalan

lebih efektif jika lebih banyak anggota yang bersifat independen.

Menurut Amirudin (2004), keanggotaan komisaris independen harus lebih

dari jumlah (30%), sehingga dapat outvoted dalam pengambilan keputusan, hal ini

apabila dihubungkan dengan adanya anggota komisaris yang tidak independen.

Oleh karena itu, dengan adanya proporsi komisaris independen minimal 30% atau

lebih banyak diharapkan dapat membawa pada pelaporan keuangan yang lebih

berkualitas sehingga menghasilkan opini yang wajar tanpa pengecualian atau

opini non going concern. Carcello an Neal (2000), menunjukkan peran komisaris

independen dalam komite audit yaitu semakin besar persentase komisaris

independen semakin rendah kemungkinan perusahaan menerima opini audit going

concern.

H2 : Jumlah proporsi dewan komisaris berpengaruh negatif terhadap penerimaan

opini audit going concern.

Page 48: Pengaruh Dewan Direksi, Dewan Komisaris Dan Komite Audit Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern

3. Komite Audit

Komite audit merupakan komite yang dibentuk oleh Dewan Komisaris

untuk melakukan tugas pengawasan pengelolaan perusahaan. Komite audit

dianggap sebagai penghubung antara pemegang saham dan Dewan Komisaris

dengan pihak manajemen dalam menangani masalah pengendalian (Nasution dan

Setiawan, 2007). Dalam rangka untuk membuat komite audit yang efektif dalam

pengendalian dan pemantauan atas kegiatan pengelolaan perusahaan, komite audit

harus memiliki anggota yang cukup untuk melaksanakan tanggungjawab. Di

Indonesia, pedoman pembentukan komite audit yang efektif menjelaskan bahwa

anggota komite audit yang dimiliki oleh perusahaan sedikitnya terdiri dari 3

orang, diketuai oleh komisaris independen perusahaan dengan dua orang eksternal

yang independen terhadap perusahaan serta menguasai dan memiliki latar

belakang akuntansi dan keuangan.

Jumlah anggota komite audit yang harus lebih dari satu orang ini

dimaksudkan agar komite audit dapat mengadakan pertemuan dan bertukar

pendapat satu sama lain. Hal ini dikarenakan masing-masing anggota komite audit

memiliki pengalaman tata kelola perusahaan dan pengetahuan keuangan yang

berbeda-beda. Teori ketergantungan sumber daya berargumen bahwa terciptanya

fungsi pengawasan komite audit yang efektif berhubungan dengan jumlah sumber

daya yang dimiliki oleh komite (Pierce dan Zahra, 1992 dalam Anggraini, 2010).

Efektivitas komite audit akan meningkat jika ukuran komite meningkat, karena

komite memiliki sumber daya yang lebih untuk menangani masalah-masalah yang

dihadapi oleh perusahaan. Auditor yang melihat masalah-masalah yang dihadapi

Page 49: Pengaruh Dewan Direksi, Dewan Komisaris Dan Komite Audit Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern

oleh perusahaan sebagai salah satu faktor keraguan akan kelangsungan hidup

perusahaan, sehingga ia akan memberikan opini going concern pada perusahaan

tersebut.

McMullen (1996) dalam Santosa dan Wedari (2007) menunjukkan bahwa

komite audit berhubungan dengan lebih sedikit tuntutan hukum pemegang saham

karena kecurangan dan tindakan illegal. Auditor yang melihat adanya tuntutan

hukum pemegang saham akan menilai hal tersebut sebagai salah satu faktor

keraguan akan kelangsungan hidup perusahaan, sehingga ia akan memberikan

opini going concern pada perusahaan tersebut

H3 : Ukuran komite audit berpengaruh negatif terhadap penerimaan opini going

concern.

Page 50: Pengaruh Dewan Direksi, Dewan Komisaris Dan Komite Audit Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini berbentuk penelitian deskriptif kuantitatif yaitu penelitian

yang mengungkap besar atau kecilnya suatu pengaruh atau hubungan antar

variabel yang dinyatakan dalam angka-angka. Penelitian ini dilakukan dengan

cara mengumpulkan data yang merupakan faktor pendukung terhadap pengaruh

antara variabel-variabel yang bersangkutan kemudian mencoba untuk dianalisis

dengan menggunakan alat analisis yang sesuai dengan variabel-variabel dalam

penelitian

3.2. Populasi dan Sampel Penelitian

3.2.1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan go public yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang bergerak dalam bidang manufaktur

pada tahun 2008-2010. Kelompok perusahaan manufaktur dipilih karena sebagian

besar perusahaan di BEI termasuk dalam jenis ini sehingga diharapkan hasil

penelitian dapat digeneralisasi. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 125

perusahaan.

Page 51: Pengaruh Dewan Direksi, Dewan Komisaris Dan Komite Audit Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern

3.2.2. Sampel

Sampel penelitian ini adalah perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia (BEI) yang bergerak dalam bidang manufaktur pada tahun 2008-2010

yang dipilih dengan metode purposive sampling. Pemilihan kelompok subyek

dalam purposive sampling, didasarkan pada ciri atau sifat yang dipandang

memiliki sangkut paut yang erat dengan ciri atau sifat populasi yang sudah

diketahui sebelumnya.

Pemilihan sampel dengan metode purposive sampling ini diharapkan dapat

mewakili populasinya dan tidak menimbulkan bias bagi tujuan penelitian. Sampel

dipilih dengan kriteria sebagai berikut:

1. Perusahaan manufaktur yang sudah terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)

sebelum 1 Januari 2008.

2. Perusahaan delisting dari Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode

penelitian (tahun 2008-2010). Karena pada penelitian ini hanya menggunakan

perusahaan yang secara konsisten listing di BEI selama periode 2008-2010.

3. Perusahaan mengalami laba bersih setelah pajak yang positif selama periode

penelitian (tahun 2008-2010). Hal ini dikarenakan auditor hampir tidak pernah

mengeluarkan opini going concern pada perusahaan yang mempunyai laba

bersih setelah pajak positif.

4. Data lengkap dan tersedia mulai tahun 2008-2010. Hal ini dikarenakan ada

beberapa perusahaan belum menerbitkan laporan keuangan pada tahun 2010.

Proses seleksi sampel berdasarkan kriteria tersebut di atas, tampak sebagai

berikut:

Page 52: Pengaruh Dewan Direksi, Dewan Komisaris Dan Komite Audit Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern

Tabel 3.1 Proses Seleksi Sampel Berdasarkan Kriteria

No. Kriteria Pelanggaran

Kriteria Akumulasi

1. Perusahaan manufaktur yang sudah

terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)

sebelum 1 Januari 2008

136

2. Perusahaan delisting dari Bursa Efek

Indonesia (BEI) selama periode

penelitian (tahun 2008-2010)

-11

125

3. Perusahaan mengalami laba bersih

setelah pajak yang positif selama periode

penelitian (tahun 2008-2010)

-82

43

4. Data tidak lengkap dan tersedia mulai

tahun 2008-2010

-12

31

Jumlah perusahaan sampel 31

Tahun pengamatan (tahun) 3

Total sampel selama periode penelitian 93

3.3. Identifikasi dan Definisi Operasional Variabel

3.3.1. Variabel Dependen

Variabel dependen (terikat) adalah variabel yang besarnya tergantung dari

variabel bebas yang diberikan dan diukur untuk menentukan ada tidaknya

pengaruh (kriteria) dari variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini

adalah variabel dummy, dimana kategori 1 untuk auditee yang menerima opini

audit going concern (GCAO) dan kategori 0 untuk auditee yang menerima opini

audit non going concern (NGCAO).

Definisi operasional variabel dependen dalam penelitian ini yaitu opini

audit going concern adalah opini audit modifikasi yang dalam pertimbangan

auditor terdapat ketidakmampuan atau ketidakpastian signifikan atas

kelangsungan hidup perusahaan dalam menjalankan operasinya (SPAP, 2001).

Page 53: Pengaruh Dewan Direksi, Dewan Komisaris Dan Komite Audit Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern

Opini going concern dalam penelitian ini terdapat pada opini wajar tanpa

pengecualian dengan bahasa penjelas dan wajar dengan pengecualian.

3.3.2. Variabel Independen

Terdapat tiga variabel independen dalam penelitian ini yang akan diuji

tehadap opini going concern yang diterima perusahaan terdiri atas : dewan direksi,

dewan komisaris, dan komite audit. Definisi operasional serta pengukuran dari

variabel-variabel tersebut adalah sebagai berikut:

1. Dewan Direksi (DD)

Kepemilikan dalam dewan direksi diproksikan dengan proporsi saham

biasa yang dipegang oleh pemegang saham mayoritas, yang merupakan pemegang

saham pengendali terbesar dalam perusahaan. Pemegang saham pengendali adalah

pemegang saham yang memiliki 20% atau lebih saham perusahaan yang

ditempatkan (Task Force Komite Nasional Kebijakan Corporate Governance Bab

II No.7). Pemegang saham signifikan, baik itu merupakan direktur atau komisaris

emiten maupun perusahaan publik yang memiliki sekurang-kurangnya 5% saham

emiten atau perusahaan publik wajib melaporkan kepada Bapepam atas

kepemilikan dan setiap perubahan kepemilikannya atas saham perusahaan

tersebut. Berdasarkan hal tersebut dewan direksi diukur dengan menggunakan

dummy, dimana bernilai 1 untuk karakteristik dewan direksi dengan kepemilikan

saham lebih dari 5% dan bernilai 0 untuk ketiadaan dewan direksi dengan

kepemilikan saham lebih dari 5%.

Page 54: Pengaruh Dewan Direksi, Dewan Komisaris Dan Komite Audit Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern

2. Dewan Komisaris

Karakteristik dewan komisaris diukur dengan persentase keberadaan

komisaris independen. Keberadaan Komisaris Independen telah diatur Bursa Efek

Jakarta melalui peraturan BEJ tanggal 1 Juli 2000. Peraturan tersebut

mengemukakan bahwa perusahaan yang terdaftar di bursa harus mempunyai

komisaris independen yang secara proporsional sama dengan jumlah saham yang

dimiliki pemegang saham yang minoritas (bukan controlling shareholders).

Dalam peraturan ini, persyaratan jumlah minimal Komisaris Independen adalah

30% dari seluruh anggota Dewan Komisaris. Proporsi komisaris independen pada

penelitian ini diukur dengan menggunakan indikator persentase anggota dewan

komisaris yang independen terhadap jumlah seluruh anggota dewan komisaris.

Proporsi komisaris independen (DK) diperoleh dari perhitungan :

Jumlah Komisaris Independen

Total Dewan KomisarisDK X= 100%

3. Komite Audit (AC)

Berdasarkan Surat Edaran Bapepam No. SE-03/PM/2000 menyatakan

bahwa komite audit pada perusahaan publik Indonesia terdiri dari sedikitnya tiga

orang anggota dan diketuai oleh komisaris independen perusahaan dengan dua

orang eksternal yang independen. Variabel ukuran komite audit dalam penelitian

ini diukur dengan jumlah anggota di dalam komite audit.

Page 55: Pengaruh Dewan Direksi, Dewan Komisaris Dan Komite Audit Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern

3.4. Jenis dan Sumber Data

Data dalam penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari

laporan keuangan auditan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia (BEI) pada tahun 2008-2010 yang telah dipublikasikan dan tersedia di

database Pojok BEI Universitas Brawijaya, serta Indonesian Capital Market

Directory (ICMD) tahun 2008-2010. Data dalam penelitian ini juga diperoleh dari

homepage BEI yaitu www.idx.co.id. Pemilihan BEI sebagai sumber pengambilan

data dengan alasan BEI merupakan bursa efek terbesar dan representative di

Indonesia.

3.5. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode

Content Analysis, yaitu suatu metode pengumpulan data penelitian dengan

menggunakan teknik observasi dan analisis terhadap isi atau pesan dari suatu

dokumen (antara lain: iklan, kontrak kerja, laporan, notulen, rapat, surat, jurnal,

majalah, surat kabar, dan lain-lain). Tujuan Content Analysis adalah melakukan

identifikasi terhadap karakteristik atau informasi spesifik yang terdapat pada suatu

dokumen untuk menghasilkan deskripsi yang obyektif dan sistematik

(Indriyantoro & Supomo, 2002).

Content Analysis dilaksanakan dengan cara melakukan observasi atas

laporan keuangan perusahaan sektor manufaktur yang menjadi sampel penelitian.

Observasi dilakukan dengan objek penelitian laporan keuangan yang telah diaudit

oleh auditor independen tahun 2008-2010. Laporan keuangan yang telah

Page 56: Pengaruh Dewan Direksi, Dewan Komisaris Dan Komite Audit Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern

diidentifikasi sesuai dengan kriteria yang dijadikan data dalam penelitian ini

kemudian dianalisis dengan metode Content Analysis, guna mengelompokkan

perusahaan menjadi perusahan dengan opini audit going concern (GCAO) dan

perusahaan dengan opini audit non going concern (GCAO).

3.6. Pengujian Hipotesis

Penelitian ini menggunakan regresi logistik (logistic regression). Gujarati

(2003) menyatakan bahwa regresi logistik mengabaikan heteroscedasity, artinya

variabel dependen tidak memerlukan homoscedacity untuk masing-masing

variabel independennya. Model regresi logistik yang digunakan untuk menguji

hipotesis sebagai berikut :

GC

1-GCLn = α + 1 DD + 2 DK + 3 KA +

Keterangan:

Ln = Dummy variabel opini audit (kategori 1 untuk auditee dengan

opini audit going cocern dan 0 untuk auditee dengan opini audit

non going concern)

DD = Dummy variabel dewan direksi (kategori 1 untuk auditee dengan

adanya kepemilikan manajerial dan 0 untuk tidak adanya

kepemilikan manajerial)

DK = Proporsi komisaris independen

KA = Jumlah seluruh anggota komite

Page 57: Pengaruh Dewan Direksi, Dewan Komisaris Dan Komite Audit Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern

α = Konstanta

1, 2, 3 = Koefisien regresi logistik

= Kesalahan residual

Pengujian hipotesis dilakukan dengan analisis multivariat yaitu

menggunakan regresi logistik (logistic regression), yang variabel bebasnya

merupakan kombinasi antara metric dan nonmetric (nominal). Teknik analisis ini

tidak memerlukan lagi uji normalitas dan uji asumsi klasik pada variabel

independennya. Pengujian terhadap hipotesis dalam penelitian ini dilakukan

dengan tahapan sebagai berikut:

a. Menilai Model Fit dan Keseluruhan Model (Overall Model Fit)

Analisis pertama yang dilakukan adalah menilai overall fit model

terhadap data. Pengujian dilakukan dengan membandingkan nilai antara -2

Log Likelihood (-2LL) pada awal (Block Number = 0) dengan nilai -2 Log

Likelihood (-2LL) pada akhir (Block Number = 1). Adanya pengurangan nilai

antara -2LL awal (initial -2LL function) dengan nilai -2LL pada langkah

berikutnya menunjukkan bahwa model yang dihipotesiskan fit dengan data

(Ghozali, 2005). Log Likelihood pada regresi logistik mirip dengan pengertian

Sum of Square Error pada model regresi, sehingga penurunan Log Likelihood

menunjukkan model regresi yang semakin baik.

b. Menilai Kelayakan Model Regresi

Kelayakan model regresi dinilai dengan menggunakan Hosmer and

Lemeshow’s Goodness of Fit Test. Hipotesis untuk menilai kelayakan model

regresi adalah:

Page 58: Pengaruh Dewan Direksi, Dewan Komisaris Dan Komite Audit Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern

H0 : Tidak ada perbedaan antara model dengan data

Ha : Ada perbedaan antara model dengan data

Jika nilai statistik Hosmer and Lemeshow Goodness of fit lebih besar dari

pada 0,05 maka hipotesis nol tidak dapat ditolak dan berarti model mampu

memprediksi nilai observasinya atau dapat dikatakan model dapat diterima

karena sesuai dengan data observasinya (Ghozali, 2005).

c. Uji Multikolinieritas

Uji multikolinieritas digunakan untuk mengetahui apakah dalam model

regresi terdapat hubungan linier yang sempurna atau mendekati sempurna di

antara beberapa atau semua variabel yang menjelaskan dari model regresi.

Jika variabel-variabel yang menjelaskan berkorelasi satu sama lain maka

sangat sulit untuk memisahkan pengaruhnya masing-masing dan untuk

mendapatkan penaksiran yang baik bagi koefisien-koefisien regresi, untuk

mendeteksi ada atau tidaknya korelasi antar variabel atau multikolinieritas

dalam penelitian ini, digunakan nilai pearson correlation. Jika koefisien

korelasinya (r) > 0,8 maka terjadi multikolinieritas. Sebaliknya, jika

koefisien korelasinya (r) < 0,8 maka tidak terjadi multikolinieritas.

d. Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui seberapa besar

variabilitas variabel–variabel independen mampu memperjelas variabilitas

variabel dependen. Koefisien determinasi pada regresi logistik dapat dilihat

pada nilai Nagelkerke R Square. Nilai Nagelkerke R Square dapat

diinterpretasikan seperti nilai R Square pada regresi berganda (Ghozali, 2005).

Page 59: Pengaruh Dewan Direksi, Dewan Komisaris Dan Komite Audit Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern

Nilai ini didapat dengan cara membagi nilai Cox & Snell R Square dengan

nilai maksimumnya.

e. Matriks Klasifikasi

Matriks klasifikasi akan menunjukkan kekuatan prediksi dari model

regresi untuk memprediksi kemungkinan penerimaan opini audit going

concern pada auditee. Angka ini dalam output regresi logistik, dapat dilihat

pada Classification Table.

f. Menguji Koefisien Regresi

Pengujian hipotesis dapat dilihat melalui koefisien regresi. Koefisien

regresi dari tiap variabel-variabel yang diuji menunjukkan bentuk hubungan

antar variabel. Pengujian hipotesis dilakukan dengan cara membandingkan

antara nilai probabilitas (sig) dengan tingkat signifikasi (α). Jika nilai

asymtotik signifikan < dari 0,05 (tingkat signifikansi/α) maka berarti H0

ditolak dan Ha diterima yang berarti bahwa variabel bebas berpengaruh secara

signifikan terhadap terjadinya variabel terikat. Begitu pula sebaliknya, bila

asymtotik signifikan > dari 0,05 (tingkat signifikansi/α) maka berarti H0

diterima dan Ha ditolak yang berarti bahwa variabel bebas tidak berpengaruh

secara signifikan terhadap terjadinya variabel terikat.

Page 60: Pengaruh Dewan Direksi, Dewan Komisaris Dan Komite Audit Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian

4.1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian

Objek dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di

Bursa Efek Indonesia (BEI). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh

perusahaan go public yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang bergerak

dalam bidang manufaktur pada tahun 2008-2010. Kelompok perusahaan

manufaktur dipilih karena sebagian besar perusahaan di BEI termasuk dalam jenis

ini sehingga diharapkan hasil penelitian dapat digeneralisasi. Pemilihan BEI

sebagai populasi dalam penelitian ini dengan alasan BEI merupakan bursa efek

terbesar dan representatif di Indonesia. Perusahaan-perusahaan pada sektor

manufaktur ini memiliki perubahan harga saham yang sangat dinamis. Namun

harga saham perusahaan ini paling rentan terhadap kondisi eksternal dan

perubahan-perubahan pada kondisi makro ekonomi negara.

4.1.2. Deskripsi Sampel Penelitian

Sampel dalam penelitian ini dipilih dengan metode purposive sampling.

Metode purposive sampling ini diharapkan dapat mewakili populasinya dan tidak

menimbulkan bias bagi tujuan penelitian. Sampel dipilih untuk perusahaan yang

mengalami laba bersih setelah pajak adalah negatif sekurangnya satu periode

laporan keuangan (satu tahun) selama periode penelitian (tahun 2008-2010). Hal

Page 61: Pengaruh Dewan Direksi, Dewan Komisaris Dan Komite Audit Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern

ini dikarenakan auditor hampir tidak pernah mengeluarkan opini going concern

pada perusahaan yang mempunyai laba bersih setelah pajak positif atau tidak

mengalami financial distress (McKeown et.al., 1991 dalam Isyana, 2006).

Proses seleksi sampel berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan tampak

dalam tabel 4.1. Berdasarkan proses seleksi tersebut terpilih sebanyak 31

perusahaan yang akan dijadikan sampel dengan periode pengamatan tiga tahun,

sehingga total sampel keseluruhan adalah 93 perusahaan.

Tabel 4.1 Proses Seleksi Sampel Berdasarkan Kriteria

No. Kriteria Pelanggaran

Kriteria Akumulasi

1. Perusahaan manufaktur yang sudah

terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)

sebelum 1 Januari 2008

136

2. Perusahaan tidak delisting dari Bursa

Efek Indonesia (BEI) selama periode

penelitian (tahun 2008-2010)

-11

125

3. Mengalami laba bersih setelah pajak

yang negatif sekurangnya satu periode

laporan keuangan (satu tahun) selama

periode penelitian (tahun 2008-2010)

-82

43

4. Data lengkap dan tersedia mulai tahun

2008-2010

-12

31

Jumlah perusahaan sampel 31

Tahun pengamatan (tahun) 3

Total sampel selama periode penelitian 93

4.1.3. Deskripsi Variabel Penelitian

4.1.3.1.Opini Audit Going Concern

Opini audit going concern adalah opini audit modifikasi yang dalam

pertimbangan auditor terdapat ketidakmampuan atau ketidakpastian signifikan

Page 62: Pengaruh Dewan Direksi, Dewan Komisaris Dan Komite Audit Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern

atas kelangsungan hidup perusahaan dalam menjalankan operasinya. Berdasarkan

hasil analisis terhadap laporan auditor independen yang diterima oleh auditee

pada tahun 2008-2010, dapat diketahui jenis opini yang diterima masing-masing

perusahaan. Jenis opini tersebut kemudian digolongkan menjadi dua jenis opini

audit yaitu opini audit going concern (GCAO) dan opini audit non going concern

(NGCAO). Hasil analisis terhadap perusahaan sampel terlampir pada lampiran 2

Perusahaan yang menerima opini audit going concern pada tahun 2008

berjumlah 17 perusahaan, sedangkan sisanya yaitu 14 perusahaan tidak menerima

opini audit going concern. Pada tahun 2009 perusahaan yang menerima opini

audit going concern berjumlah 14 perusahaan dan 17 perusahaan tidak menerima

opini audit going concern. Pada tahun 2010 sebanyak 14 perusahaan menerima

opini audit going concern dan 17 perusahaan tidak menerima opini audit going

concern. Secara ringkas, perusahaan yang menerima opini audit going concern

dan perusahaan yang tidak menerima opini audit going concern dapat

digambarkan pada tabel berikut:

Tabel 4.2 Ringkasan Penerimaan Opini Audit

2008 2009 2010 Total

Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah %

GCAO 17 54.84% 14 45.16% 14 45.16% 45 48.39%

NGCAO 14 45.16% 17 54.84% 17 54.84% 48 51.61%

Jumlah 31 100% 31 100% 31 100% 93 100% Sumber : Lampiran 2

4.1.3.2.Dewan Direksi

Dewan direksi pada penelitian ini diproksikan dengan kepemilikan

manajerial, meliputi pemegang saham yang memiliki kedudukan dalam

Page 63: Pengaruh Dewan Direksi, Dewan Komisaris Dan Komite Audit Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern

perusahaan sebagai kreditur maupun sebagai dewan komisaris, atau bisa juga

dikatakan kepemilikan manajerial merupakan saham yang dimiliki manajer dan

direktur perusahaan. Variabel ini merupakan variabel dummy, dimana dewan

direksi dengan kepemilikan saham lebih dari 5% diberi kode 1, sedangkan dewan

direksi yang tidak memiliki saham lebih dari 5% diberi kode 0. Hasil analisis

tersebut nampak dalam tabel 4.3. Dewan komisaris yang memiliki saham diatas

5% sebanyak 4 perusahaan, pada tahun 2008, pada tahun 2009 hanya 3

perusahaan saja yang dewan direksinya memiliki saham di atas 5%, selanjutnya

pada tahun 2010 terdapat 4 perusahaan yang dewan direksinya memiliki saham

diatas 5%. Total dari tahun 2008 sampai dengan 2010 terdapat 11 perusahaan

dengan kepemilikan manajerial, sisanya sebanyak 82 perusahaan tidak memiliki

kepemilikan manajerial.

Tabel 4.3 Ringkasan Kepemilikan Manajerial

2008 2009 2010 Total

Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah %

Ada

Kepemilikan 4 12.90% 3 9.68% 4 12.90% 11 11.83%

Tidak Ada

Kepemilikan 27 87.10% 28 90.32% 27 87.10% 82 88.17%

Jumlah 31 100% 31 100% 31 100% 93 100% Sumber : Lampiran 2

4.1.3.3.Dewan Komisaris

Dewan komisaris pada penelitian ini diproksikan dengan proporsi jumlah

komisaris independen dalam keseluruhan jumlah dewan komisaris dalam suatu

perusahaan, komisaris independen adalah anggota dewan komisaris yang tidak

terafiliasi dengan manajemen, anggota dewan komisaris lainnya dan pemegang

Page 64: Pengaruh Dewan Direksi, Dewan Komisaris Dan Komite Audit Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern

saham pengendali, serta bebas dari hubungan bisnis atau hubungan lainnya yang

dapat mempengaruhi kemampuannya untuk bertindak independen atau bertindak

semata-mata demi kepentingan perusahaan. Proporsi komisaris independen dalam

suatu perusahaan dapat dirumuskan sebagai berikut :

Jumlah Komisaris Independen

Total Dewan KomisarisDK X= 100%

Berdasarkan data yang diperoleh dari laporan keuangan dan laporan

tahunan auditee serta dari idx tahun 2008-2010, diperoleh nilai rasio dari proporsi

komisaris independen tersebut. Nilai rasio terendah diraih oleh PT Pan Brothers

Tbk sebesar 0,111 dan nilai rasio tertinggi diraih oleh PT Surya Intrindo

Makmur Tbk, PT Hanson International Tbk, dan PT Ever Shine Textile Industry

Tbk sebesar o,667. Rata-rata nilai proporsi komisaris independen dari seluruh

perusahaan sampel adalah 0,37396. Rata-rata tersebut tergolong tinngi karena

menurut Peraturan Pencatatan Nomor IA tentang Ketentuan Umum Pencatatan

Efek bersifat Ekuitas di Bursa yaitu jumlah komisaris independen minimum 30%

(0,30) dari jumlah seluruh anggota komisaris. Secara keseluruhan data dari

variabel ini memiliki standar deviasi 0,109354.

Tabel 4.4 Ringkasan Komisaris Independen

N Minimum Maksimum Rata-Rata Standar Deviasi

Dewan Komisaris 93 0.111 0.667 0.37396 0.109354 Sumber : Lampiran 2

4.1.3.4.Komite Audit

Komite audit merupakan suatu komite yang secara formal dibentuk oleh

Dewan Komisaris, bersifat independen dan bertanggung jawab secara langsung

Page 65: Pengaruh Dewan Direksi, Dewan Komisaris Dan Komite Audit Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern

kepada dewan komisaris untuk mengawasi kinerja pelaporan keuangan dan

pelaksanaan audit internal dan eksternal serta membantu auditor mempertahankan

independensi terhadap manajemen. Variabel ukuran komite audit dalam penelitian

ini diukur dengan jumlah anggota di dalam komite audit. Berdasarkan data yang

diperoleh dari laporan keuangan dan laporan tahunan auditee serta dari idx tahun

2008-2010, diperoleh jumlah dari komite audit tersebut. Jumlah komite audit

terendah diraih oleh PT Kertas Basuki Rachmat Indonesia Tbk sebesar 0, hal ini

dikarenakan PT Kertas Basuki Rachmat Indonesia Tbk baru membentuk komite

audit pada bulan desember 2008 dan jumlah komite audit tertinggi diraih oleh PT

APAC Citra Centertex Tbk sebesar 4. Rata-rata jumlah komite audit dari seluruh

perusahaan sampel adalah 2,94624. Rata-rata tersebut tergolong tinngi karena

berdasarkan Surat Edaran Bapepam No. SE-03/PM/2000 menyatakan bahwa

komite audit pada perusahaan publik Indonesia terdiri dari sedikitnya tiga orang

anggota dan diketuai oleh komisaris independen perusahaan dengan dua orang

eksternal yang independen. Secara keseluruhan data dari variabel ini memiliki

standar deviasi 0,426451.

Tabel 4.5 Ringkasan Komite Audit

N Minimum Maksimum Rata-Rata Standar Deviasi

Komite Audit 93 0.000 4.000 2.94624 0.426451 Sumber : Lampiran 2

4.1.4. Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis dalam penelitian ini dengan menggunakan model

regresi logistik. Regresi logistik adalah regresi yang digunakan untuk menguji

apakah probabilitas terjadinya variabel terikat dapat diprediksi dengan variabel

Page 66: Pengaruh Dewan Direksi, Dewan Komisaris Dan Komite Audit Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern

bebasnya (Ghozali, 2005:71). Teknik analisis ini tidak memerlukan lagi uji

normalitas, heteroscedasitiy, dan uji autokorelasi pada variabel bebasnya. Regresi

logistik digunakan untuk menguji pengaruh dewan direksi (DD), dewan komisaris

(DK), dan komite audit (KA) terhadap penerimaan opini audit going concern

(GCAO). Pengujian dilakukan pada tingkat signifikasi (α) 5 persen.

a. Pengujian Model Fit dan Keseluruhan Model (Overall Model Fit)

Analisis pertama yang dilakukan adalah menilai overall fit model terhadap

data. Output SPSS pada tabel 4.5 menunjukkan nilai -2 Log Likelihood pertama

sebesar 128,829. Nilai tersebut merupakan nilai -2 Log Likelihood sebelum

variabel bebas dimasukkan kedalam model regresi.

Tabel 4.6 Iteration History 0

Iteration

-2 Log likelihood Coefficients

Constant

Step 0 1 128.829 -.065

2 128.829 -.065

Sumber : Lampiran 3 Initial -2 Log Likelihood: 128.829

Langkah selanjutnya adalah menguji keseluruhan model (overall model

fit). Pengujian dilakukan dengan membandingkan nilai antara -2 Log Likelihood (-

2LL) pada awal (Block Number = 0) dengan nilai -2 Log Likelihood (-2LL) pada

akhir (Block Number = 1). Adanya pengurangan nilai antara -2LL awal (initial -

2LL function) dengan nilai -2LL pada langkah berikutnya (-2LL akhir)

menunjukkan bahwa model yang dihipotesiskan fit dengan data (Ghozali, 2005).

Page 67: Pengaruh Dewan Direksi, Dewan Komisaris Dan Komite Audit Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern

Tabel 4.7 Iteration History 1

Iteration

-2 Log

likelihood

Coefficients

Constant DD DK KA

Step 1 1 116.229 3.608 -2.065 -2.847 -.802

2 115.427 4.180 -2.801 -2.993 -.973

3 115.369 4.341 -3.063 -2.999 -1.026

4 115.369 4.359 -3.092 -2.999 -1.032

5 115.369 4.359 -3.093 -3.000 -1.032

-2LL awal (Block Number = 0) 128.829

-2LL akhir (Block Number = 1) 115.369 Sumber : Lampiran 3

Setelah keseluruhan variabel bebas yaitu dewan direksi (DD), dewan

komisaris (DK), dan komite audit (KA) dimasukkan kedalam model, -2 Log

Likelihood menunjukkan angka 115,369, atau terjadi penurunan sebesar 13,460.

Penurunan nilai -2 Log Likelihood ini dapat diartikan bahwa penambahan variabel

bebas kedalam model dapat memperbaiki model fit serta menunjukkan model

regresi yang lebih baik atau dengan kata lain model yang dihipotesiskan fit dengan

data.

b. Pengujian Kelayakan Model Regresi

Analisis selanjutnya yang dilakukan adalah menilai kelayakan model

regresi logistik yang akan digunakan. Pengujian kelayakan model regresi logistik

dilakukan dengan menggunakan Goodness of fit test yang diukur dengan nilai

Chi-Square pada bagian bawah uji Homser and Lemeshow. Probabilitas

signifikansi yang diperoleh kemudian dibandingkan dengan tingkat signifikasi (α)

5 %. Hipotesis untuk menilai kelayakan model regresi adalah:

H0: Tidak ada perbedaan antara model dengan data

Page 68: Pengaruh Dewan Direksi, Dewan Komisaris Dan Komite Audit Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern

Ha: Ada perbedaan antara model dengan data

Tabel 4.8 Hosmer and Lemeshow Test

Step Chi-square df Sig.

1 4.806 6 .569 Sumber : Lampiran 3

Tabel 4.8 di atas menunjukkan hasil pengujian Hosmer and Lemeshow.

Probabilitas signifikasi menunjukkan angka 0,569, yang berarti bahwa nilai

signifikansi yang diperoleh ini jauh lebih besar dari pada 0,05 (α) 5%, maka H0

tidak dapat ditolak (diterima). Hal ini berarti model regresi layak untuk digunakan

dalam analisis selanjutnya, karena tidak ada perbedaan yang nyata antara

klasifikasi yang diprediksi dengan klasifikasi yang diamati, atau dapat dikatakan

bahwa model mampu memprediksi nilai observasinya.

c. Pengujian Multikolinearitas

Regresi yang baik adalah regresi dengan tidak adanya gejala korelasi yang

kuat antara variabel bebasnya. Walaupun dalam regresi logistik tidak lagi

memerlukan uji asumsi klasik seperti multikolineartilitas, namun tidak ada

salahnya apabila dilakukan uji multikolineartilitas. Pengujian multikolinearitas

dalam model ini dengan menggunakan matriks korelasi antar variabel bebas untuk

melihat besarnya korelasi antar variabel independen di dalam penelitian ini yaitu

dewan direksi (DD), dewan komisaris (DK), dan komite audit (KA).

Tabel 4.9 di bawah menunjukkan korelasi antar variabel independen di

dalam penelitian ini. Matriks korelasi tersebut menunjukkan tidak adanya gejala

multikolinearitas yang serius antar variabel bebas, sebagaimana terlihat dari nilai

korelasi antar variabel bebas masih jauh di bawah 0,8.

Page 69: Pengaruh Dewan Direksi, Dewan Komisaris Dan Komite Audit Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern

Tabel 4.9 Correlation Matrix

Constant DD DK KA

Step 1 Constant 1.000 -.408 -.560 -.922

DD -.408 1.000 .081 .426

DK -.560 .081 1.000 .215

KA -.922 .426 .215 1.000 Sumber : Lampiran 3

d. Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui seberapa besar

variabilitas variabel-variabel independen mampu memperjelas variabilitas

variabel dependen. Koefisien determinasi pada regresi logistik dapat dilihat pada

nilai Nagelkerke R Square. Nilai Nagelkerke R Square dapat diinterpretasikan

seperti nilai R Square pada regresi berganda (Ghozali, 2005). Nilai ini didapat

dengan cara membagi nilai Cox & Snell R Square dengan nilai maksimumnya.

Tabel 4.10 Model Summary

Step -2 Log likelihood Cox & Snell R

Square

Nagelkerke R

Square

1 115.369 .135 .180 Sumber : Lampiran 3

Tabel 4.10 di atas menunjukkan nilai Nagelkerke R Square. Dilihat dari

hasil output pengolahan data nilai Nagelkerke R Square adalah sebesar 0,180 yang

berarti variabilitas variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variabel

independen adalah sebesar 18%, sisanya sebesar 82% dijelaskan oleh variabilitas

variabel-variabel lain di luar model penelitian. Hal tersebut berarti bahwa secara

bersama-sama variasi variabel dewan direksi (DD), dewan komisaris (DK), dan

komite audit (KA) dapat menjelaskan variasi variabel opini going concern sebesar

18%.

Page 70: Pengaruh Dewan Direksi, Dewan Komisaris Dan Komite Audit Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern

e. Matriks Klasifikasi

Matriks klasifikasi akan menunjukkan kekuatan prediksi dari model

regresi untuk memprediksi kemungkinan penerimaan opini audit going concern

pada auditee.

Tabel 4.11 Classification Table

Predicted

Observed Opini Audit Percentage

Correct

Step 1 Opini Audit NGCAO 25 23 52.1

GCAO 12 33 73.3

Overall Percentage 62.4 Sumber : Lampiran 3

Tabel 4.11 di atas menunjukkan bahwa menurut prediksi, auditee yang

menerima opini going concern adalah 33, sedangkan observasi sesungguhnya

menunjukkan bahwa auditee yang menerima opini going concern adalah 45. Jadi

ketepatan model ini adalah 33/45 atau 73,3% dan menurut prediksi, auditee yang

menerima opini non going concern adalah 25, sedangkan observasi sesungguhnya

menunjukkan bahwa auditee yang menerima opini non going concern adalah 48.

Jadi ketepatan model ini adalah 25/48 atau 52,1%. Ketepatan prediksi keseluruhan

model ini adalah 62,4%.

f. Pengujian Koefisien Regresi

Pengujian hipotesis dalam penelitian ini untuk menguji pengaruh variabel-

variabel bebas yaitu pengaruh dewan direksi (DD), dewan komisaris (DK), dan

komite audit (KA) terhadap penerimaan opini audit going concern dengan

menggunakan hasil uji regresi yang ditunjukkan dalam Variabel in the Equation.

Page 71: Pengaruh Dewan Direksi, Dewan Komisaris Dan Komite Audit Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern

Uji hipotesis menggunakan regresi logistik cukup dengan melihat Variables in the

Equation, pada kolom Significant dibandingkan dengan tingkat kealphaan 0,05

(5%). Apabila tingkat signifikansi < 0,05, maka Ha diterima.

Tabel 4.12 Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp (B)

Step 1 DD -3.093 1.282 5.822 1 .016 .045

DK -3.000 2.065 2.110 1 .146 .050

KA -1.032 .581 3.159 1 .076 .356

Constant 4.359 2.064 4.459 1 .035 78.211 Sumber : Lampiran 3

Tabel 4.12 di atas menunjukkan hasil pengujian dengan regresi logistik

pada tingkat signifikasi 5%. Persamaan dari pengujian dengan menggunakan

regresi logistik di atas adalah sebagai berikut:

OPINI = 4,359 – 3,093 DD – 3,000 DK – 1,032 AK + ɛ

Interpretasi persamaan tersebut adalah sebagai berikut :

1. B0 = 4,359

Nilai konstanta menunjukkan bahwa jika nilai dari dewan direksi (X1), dewan

komisaris (X2), dan komite audit (X3) nol, mala nilai logit opini audit going

concern (Y) sebesar 4,359.

2. B1 = – 3,093

Nilai koefisien regresi B1 ini menunjukkan bahwa jika skor dewan direksi

meningkat 1 poin, maka nilai logit opini audit going concern akan meningkat

– 3,093.

Page 72: Pengaruh Dewan Direksi, Dewan Komisaris Dan Komite Audit Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern

3. B2 = - 3,000

Nilai koefisien regresi B2 ini menunjukkan bahwa jika skor dewan komisaris

meningkat 1 poin, maka nilai logit opini audit going concern akan meningkat

– 3,000.

4. B3 = - 1,032

Nilai koefisien regresi B3 ini menunjukkan bahwa jika skor komite audit

meningkat 1 poin, maka nilai logit opini audit going concern akan meningkat

– 1,032.

4.2 Pembahasan

Penelitian ini merupakan studi mengenai penerimaan opini going concern

dan non going concern oleh suatu perusahaan. Penelitian ini mengamati tiga

variabel non keuangan yaitu dewan direksi yang diproksikan dengan kepemilikan

manajerial, dewan komisaris yang diproksikan dengan proporsi komisaris

independen, dan komite audit yang diproksikan dengan jumlah dari komite audit.

Penelitian terhadap 93 perusahaan manufaktur dari 136 perusahaan sampel

yang dipilih dengan metode purposive sampling selama tahun 2008-2010

diperoleh hasil 45 auditee menerima opini going concern dan sisanya sebanyak 48

auditee menerima opini non going concern. Berdasarkan opini yang diterima

tersebut, auditee yang terpilih menjadi sampel penelitian kemudian

dikelompokkan menjadi dua yaitu kelompok dengan GCAO dan kelompok

dengan NGCAO.

Page 73: Pengaruh Dewan Direksi, Dewan Komisaris Dan Komite Audit Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern

Ringkasan hasil pengujian ketiga hipotesis yang diajukan dalam penelitian

ini dapat dilihat pada tabel 4.13 sebagai berikut:

Tabel 4.13 Ringkasan Pengujian Hipotesis

No. Hipotesis Hasil

1

Kepemilikan manajerial dalam suatu dewan direksi

perusahaan, berpengaruh negatif terhadap penerimaan

opini audit going concern.

Diterima

2

Karakteristik dewan komisaris dengan anggota independen

yang lebih besar berpengaruh negatif terhadap

penerimaan opini audit going concern.

Ditolak

3 Ukuran komite audit berpengaruh negatif terhadap

penerimaan opini going concern. Ditolak

Pengaruh dari masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikat tersebut

dapat dijelaskan sebagai berikut:

4.2.1. Dewan Direksi

Dewan direksi yang diproksikan dengan kepemilikan manajerial pada

tabel 4.12 di atas menunjukkan koefisien negatif sebesar 3,093 dengan tingkat

signifikansi 0,016 < 0,05 yang berarti Ha1 dapat diterima. Hal tersebut

membuktikan bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh negatif terhadap

penerimaan opini audit going concern. Hal ini berarti perusahaan yang dewan

direksinya memiliki kepemilikan saham diatas 5% akan cenderung tidak

menerima opini audit going concern dibandingkan dengan perusahaan yang

dewan direksinya tidak memiliki saham diatas 5%.

Dari hasil tersebut dapat dikatakan bahwa dewan direksi yang memiliki

saham di perusahaan, apalagi dalam jumlah besar cenderung berusaha

Page 74: Pengaruh Dewan Direksi, Dewan Komisaris Dan Komite Audit Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern

mempertahankan atau bahkan meningkatkan fungsi pengelolaan dan

pengawasannya terhadap perusahaan agar kinerja perusahaan juga dapat lebih

baik dan dapat bertahan dalam jangka panjang. Kepemilikan ini akan

mensejajarkan kepentingan manajemen dan pemegang saham, sebab dengan

besarnya saham yang dimiliki, pihak manajemen diharapkan akan bertindak lebih

hati-hati dalam mengambil keputusan. Kepemilikan manajerial sebagai salah satu

mekanisme corporate governance merupakan sarana monitoring yang efektif

yang dapat membawa pada kualitas pelaporan yang lebih tinggi, hal ini mencegah

auditor meragukan kelangsungan hidup perusahaan, sehingga tidak memberikan

opini going concern pada laporan keuangannya.

Hasil ini konsisten dengan penelitian Ballesta dan Garcia-Meca (2005)

yang melakukan penelitian di perusahaan-perusahaan non keuangan yang go

public di Spanyol menunjukkan perusahaan dengan kepemilikan manajerial yang

lebih besar cenderung tidak menerima opini yang qualified (wajar dengan

pengecualian). Linoputri (2010) yang melakukan penelitian pada perusahaan

manufaktur di Indonesia menunjukkan bahwa dewan direksi yang memiliki saham

di perusahaan, dalam jumlah besar cenderung mencegah auditor meragukan

kelangsungan hidup perusahaan.

4.2.2. Dewan Komisaris

Dewan komisaris yang diproksikan dengan proporsi jumlah komisaris

independen pada tabel 4.12 di atas menunjukkan koefisien negatif sebesar 3,000

dengan tingkat signifikansi 0,146 > 0,05 yang berarti bahwa Ha2 ditolak. Hal

Page 75: Pengaruh Dewan Direksi, Dewan Komisaris Dan Komite Audit Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern

tersebut berarti bahwa proporsi jumlah komisaris independen tidak berpengaruh

terhadap penerimaan opini audit going concern. Hal ini mengartikan bahwa

perusahaan dengan jumlah proporsi komisaris independen yang tinggi tidak akan

mempengaruhi keputusan auditor dalam memberikan opini audit going concern

pada suatu perusahaan. Hasil temuan ini menunjukkan kurang efektifnya

keberadaan proporsi jumlah komisaris independen yang tinggi dalam membantu

keputusan auditor mengeluarkan opini going concern.

Tidak adanya pengaruh proporsi komisaris independen dalam mencegah

perusahaan dari penerimaan opini going concern kemungkinan karena

berdasarkan data penelitian, tidak ada perbedaan yang berarti dalam hal proporsi

komisaris independen pada perusahaan-perusahaan manufaktur yang rata-rata

sebesar 29%. Dengan demikian menunjukkan bahwa komisaris independen belum

mampu melaksanakan fungsinya sebagai salah satu mekanisme corporate

governance secara maksimal dan posisi komisaris independen masih sebatas

untuk mematuhi regulasi yang ditetapkan Bapepam.

Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan

Ramadhany (2004) pada perusahan yang mengalami financial distress di BEI,

yang menyatakan komisaris independen tidak memberikan pengaruh terhadap

penerimaan opini audit going concern. Temuan empiris pada penelitian ini

mendukung penelitian yang dilakukan oleh Ballesta dan Garcia-Meca (2005) yang

melakukan penelitian pada perusahaan-perusahaan non keuangan di Spanyol dan

memberikan hasil bahwa ukuran dewan komisaris tidak mempengaruhi

penerimaan opini audit. Penelitian ini juga sejalan dengan Linoputri (2010) yang

Page 76: Pengaruh Dewan Direksi, Dewan Komisaris Dan Komite Audit Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern

tidak berhasil menbuktikan keberadaan komisaris independen dalam membantu

auditor mengeluarkan keputusan opini going concern.

4.2.3. Komite Audit

Hasil pengujian regresi logistik menunjukkan bahwa variabel ukuran

komite audit yang diproksikan dengan ukuran komite audit pada suatu perusahaan

tidak berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern. Hal ini dapat

terlihat dari uji hipotesis dimana nilai komite audit menunjukkan koefisien negatif

1,032 dengan tingkat signifikansi 0,076 > 0,05 yang berarti penelitian ini menolak

Ha3 yang menyatakan bahwa ukuran komite audit berpengaruh negative terhadap

penerimaan opini audit going concern.

Pada tabel 4.5 sebelumnya, hasil dari statistik deskriptif diperoleh hasil

bahwa rata-rata perusahaan yang menerima opini going concern dan perusahaan

yang menerima opini non going concern memperoleh nilai yang sama yaitu 3. Hal

ini menunjukkan besarnya ukuran komite audit pada perusahaan yang menerima

opini going concern dan perusahaan yang menerima opini non going concern

adalah sama. Dari hasil ini dapat dikatakan bahwa ukuran komite audit kurang

mampu menunjang efektivitas kinerja dari komite audit tersebut, posisi komite

audit masih sebatas untuk mematuhi peraturan dan persyaratan pencatatan

perusahaan di bursa. Hasil penelitian ini bertentangan dengan pendapat Pierce dan

Zahra (1992) dalam Anggarini (2010) karena seharusnya efektivitas komite audit

akan meningkat bila ukuran komite meningkat, karena memiliki sumber daya

lebih untuk menangani masalah-masalah yang dihadapi oleh perusahaan.

Page 77: Pengaruh Dewan Direksi, Dewan Komisaris Dan Komite Audit Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern

Namun, hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian sebelumnya yang

dilakukan oleh Ramadhany (2004), yang menyatakan komite audit tidak

berpengaruh secara signifikan terhadap pemberian opini going concern oleh

auditor. Temuan empiris pada penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan

oleh Linoputri (2010) pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI dan

memberikan bukti empiris bahwa komite audit tidak berpengaruh negatif

signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern.

Page 78: Pengaruh Dewan Direksi, Dewan Komisaris Dan Komite Audit Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern

BAB V

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dijelaskan dalam bab sebelumnya,

maka pada bab ini akan diuraikan simpulan dan saran yang berhubungan dengan

penelitian ini.

5.1. Kesimpulan

Penelitian ini menguji faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan opini

audit going concern pada perusahaan go public. Faktor-faktor tersebut meliputi:

dewan direksi, dewan komisaris, dan komite audit, sedangkan proksi yang

digunakan untuk masing-masing variabel tersebut berturut-turut adalah :

kepemilikan manajerial oleh dewan direksi, proporsi jumlah komisaris

independen, dan jumlah komite audit.

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi penerimaan opini audit going concern pada suatu perusahaan

adalah dewan direksi yang diproksikan dengan kepemilikan manajerial. Hasil

penelitian ini tidak berhasil menemukan pengaruh dewan komisaris dan komite

audit terhadap penerimaan opini audit going concern pada suatu perusahaan. Hal

tersebut memberikan bukti secara empiris bahwa ketika auditor akan memberikan

opini audit going concern auditor juga memperhatikan kepemilikan manajerial

dalam suatu perusahaan sebagai pertimbangan dalam pemberian opini audit going

concern pada suatu perusahaan.

Page 79: Pengaruh Dewan Direksi, Dewan Komisaris Dan Komite Audit Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern

5.2. Keterbatasan Penelitian

1. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini hanyalah perusahaan

manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).

2. Periode yang digunakan dalam penelitian ini hanya tiga tahun.

3. Penelitian ini hanya menggunakan tiga variabel untuk mengetahui faktor-

faktor yang mungkin berpengaruh terhadap pemberian opini audit going

concern.

4. Pada penelitian ini proksi yang digunakan hanya menggunakan kepemilikan

manajerial, proporsi dewan komisaris, dan jumlah anggota komite audit,

dikarenakan keterbatasan data.

5.3. Saran

1. Dengan adanya berbagai keterbatasan di penelitian ini, diharapkan penelitian-

penelitian selanjutnya bisa dikembangkan dengan menambahkan beberapa

variabel tambahan yang dianggap mampu memberikan pengaruh lebih besar

terhadap pemberian opini audit going concern.

2. Selain itu, penelitian selanjutnya juga dapat dikembangkan dengan

menambahkan periode penelitian menjadi lebih panjang.

3. Penelitian selanjutnya juga diharapkan dapat memperluas populasi, sehingga

populasi yang digunakan dalam penelitian tidak hanya perusahaan

manufaktur.

4. Pada penelitian selanjutnya diharapkan dapat mengembangkan proksinya jika

menggunakan variabel yang sama.

Page 80: Pengaruh Dewan Direksi, Dewan Komisaris Dan Komite Audit Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern

DAFTAR PUSTAKA

Amirudin B. R., 2004. “Peran Komisaris Independen dalam Mewujudkan Good

Corporate Governance di Tubuh Perusahaan Publik.” Pendidikan

Network, h.n.p. diakses tanggal 28 Februari 2011.

Ballesta, Juan P. S. and E. Garcia-Meca , 2005. “Audit Qualifications and

Corporate Governance in Spanish Listed Firms.” Managerial Auditing

Journal, Vol. 20, No. 7.

Boediono, Gideon SB., 2005. Kualitas Laba : Studi Pengaruh Mekanisme

Corporate Governance dan Dampak Manajemen Laba dengan

Menggunakan Analisis Jalur. Simposium Nasional Akuntansi VIII. Solo.

Carcello, J.V. and T. L. Neal, 2000. “Audit Committee Composition and Auditor

Reporting.” The Accounting Review, Vol. 75, No. 4, pp.453-467.

Darmawati, Deni, Khomsiyah, dan R.K. Rahayu, 2004. “Hubungan Corporate

Governance dan Kinerja Perusahaan.” Paper ini disajikan pada

Simposium Nasional Akuntansi VII, Denpasar, 2-3 Desember 2004.

Faizal, 2004. “Analisis Agency Costs, Struktur Kepemilikan, dan Mekanisme

Corporate Governance.” Paper ini disajikan pada Simposium Nasional

Akuntansi VII, Denpasar, 2-3 Desember 2004.

Firmansyah, R. Y., 2010. Pengaruh Quick Ratio, Banking Ratio, ROA, CAR,

Komite Audit, Prior Opinion, dan Kualitas Audit Terhadap Penerimaan

Opini Audit Going Concern. Fakultas Ekonomi Universitas Airlangga.

Surabaya

Forum for Corporate Governance in Indonesia. “Peranan Dewan Komisaris dan

Komite Audit dalam Corporate Governance (Tata Kelola Perusahaan)”.

http://www.google.com. Diakses pada 20 Maret 2011.

Hadiyana, Amalia. 2007. Pengaruh Kondisi Keuangan Perusahaan, Pertumbuhan

Perusahaan, dan Opini Audit Tahun Sebelumnya Terhadap Opini Audit

Going Concern. Skripsi. Malang : Program S1 Jurusan Akuntansi

Universitas Brawijaya.

Herawaty, Vinola, 2008. “Peran Corporate Governance sebagai Moderating

Variable dari Pengaruh Earning Management terhadap Nilai Perusahaan.”

Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol.10 No.2.

Indriantoro, Nur dan B. Supomo, 2002. Metodologi Penelitian Bisnis untuk

Akuntansi dan Manajemen Edisi I. Yogyakarta. BPFE

Page 81: Pengaruh Dewan Direksi, Dewan Komisaris Dan Komite Audit Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern

Januarti, I., 2008. “Analisis Pengaruh Faktor Perusahaan, Kualitas Auditor,

Kepemillikan Perusahaan terhadap Penerimaan Opini Going Concern.”

Paper disajikan pada Simposium Nasional Akuntansi XII.

Jensen, Michael C. dan William H. Meckling, 1976. “Theory of The Firm:

Managerial Behaviour, Agency Costs and Ownership Structure”. Journal

of Financial Economics, Vol.3 No. 4.

Kaihatu, Thomas, 2006. “Good Corporate Governance dan Penerapannya di

Indonesia.” Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, Vol.8 No.1 Maret

2006. Diakses pada 12 Maret 2011.

Komite Nasional Kebijakan Governance, 2006. “Pedoman Umum Good

Corporate Governance Indonesia.” http://www.google.com. Diakses pada

12 April 2011.

Linoputri, F.P., 2010. Pengaruh Corporate Governance Terhadap Penerimaan

Opini Audit Going Concern. Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro.

Semarang

Midiastuty, Pratana P. dan Mas’ud Machfoedz. 2003. Analisis Hubungan

Mekanisme Corporate Governance dan Indikasi Manajemen Laba.

Simposium Nasional Akuntansi VI. Surabaya.

Nasution M. dan Doddy Setiawan, 2007. “Pengaruh Corporate Governance

terhadap Manajemen Laba di Industri Perbankan Indonesia.” Paper

disajikan pada Simposium Nasional Akuntansi X, Universitas Hasanuddin,

Makassar.

Petronila, T.A., 2004. “Analisis Pengaruh Mekanisme Corporate Governance

terhadap Opini Audit Going Concern.” STIE STIKUBANK.

Praptitorini, M. D. dan I. Januarti , 2007. “Analisis Pengaruh Kualitas Audit, Debt

Default, dan Opinion Shopping terhadap Penerimaan Opini Going

Concern.” Paper disajikan pada Simposium Nasional Akuntansi X,

Universitas Hasanuddin.

Ramadhany, A., 2004. “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penerimaan

Opini Going Concern pada Perusahaan Manufaktur yang Mengalami

Financial Distress di Bursa Efek Jakarta.” http://www.google.com.

Diakses tanggal 30 April 2011.

Samanta, N., Tirthankar Das, 2009. “Role of Auditors in Corporate Governance”.

working paper, www.SSRN.com.

Page 82: Pengaruh Dewan Direksi, Dewan Komisaris Dan Komite Audit Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern

Santosa, Arga F. dan Linda K. Wedari, 2007. “Analisis Faktor-Faktor yang

Mempengaruhi Kecenderungan Penerimaan Opini Audit Going Concern.”

JAAI, Vol.11 No.3.

Setyarno, Eko B., I. Januarti, dan Faisal, 2006. “Pengaruh Kualitas Audit, Kondisi

Keuangan Perusahaan, Opini Audit Tahun Sebelumnya, Pertumbuhan

Perusahaan terhadap Opini Going Concern.” Paper disajikan pada

Simposium Nasional Akuntansi IX, Padang.

Shleifer, A dan R. W. Vishny. 1997. A Survey of Corporate Governance. Journal

of Finance Vol. 52 No. 2

Siallagan, Hamonangan dan Machfoedz, Mas’ud. 2006. Mekanisme Corporate

Governance, Kualitas Laba dan Nilai Perusahaan. Simposium Nasional

Akuntansi IX.

Ujiyantho, M. A. dan B. A. Pramuka, 2007. “Mekanisme Corporate Governance,

Manajemen Laba, dan Kinerja Keuangan.” Paper disajikan pada

Simposium Nasional Akuntansi X, Universitas Hasanuddin, Makassar.

Wedari, Linda K., 2004. “Analisis Pengaruh Proporsi Dewan Komisaris dan

Keberadaan Komite Audit terhadap Aktivitas Manajemen Laba.” Paper

disajikan pada Simposium Nasional Akuntansi VII, Denpasar, Bali, 2-3

Desember 2004.

Page 83: Pengaruh Dewan Direksi, Dewan Komisaris Dan Komite Audit Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern

Lampiran 1

Daftar Perusahaan Sampel

No Kode

Emiten Nama

1 ADES Akasha Wira International Tbk Tbk

2 ADMG Polychem Indonesia Tbk

3 AKKU Aneka Kemasindo Utama Tbk

4 APLI Asiaplast Industries Tbk

5 BIMA Primarindo Asia Infrastructure Tbk

6 BRPT Barito Pacific Tbk

7 CNTX Centex Tbk

8 DPNS Duta Pertiwi Nusantara Tbk

9 ESTI Ever Shine Textile Industry Tbk

10 GJTL Gajah Tunggal Tbk

11 HADE HD Capital Tbk

12 INAI Indal Aluminium Industry Tbk

13 JKSW Jakarta Kyoei Steel Works Ltd Tbk

14 KARW Karwell Indonesia Tbk

15 KBRI Kertas Basuki Rachmat Indonesia Tbk

16 KICI Kedaung Indah Can Tbk

17 MLIA Mulia Industrindo Tbk

18 MYRX Hanson International Tbk

19 MYTX APAC Citra Centertex Tbk

20 PAFI Panasia Filament Inti Tbk

21 PBRX Pan Brothers Tbk

22 POLY Asia Pacific Fibers Tbk. Tbk

23 PTSN Sat Nusapersada Tbk

24 RICY Ricky Putra Globalindo Tbk

25 SAIP Surabaya Agung Industry Pulp Tbk

26 SCPI Schering Plough Indonesia Tbk

27 SIMM Surya Intrindo Makmur Tbk

28 SPMA Suparma Tbk

29 TFCO Tifico Fiber Indonesia Tbk

30 TPIA Chandra Asri Petrochemical Tbk

31 UNTX Unitex Tbk

Page 84: Pengaruh Dewan Direksi, Dewan Komisaris Dan Komite Audit Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern

Lampiran 2

Statistik Deskriptif

Dewan Direksi (X1)

No Kode

Emiten Nama 2008 2009 2010

1 ADES Akasha Wira International Tbk Tbk 0 0 0

2 ADMG Polychem Indonesia Tbk 0 0 0

3 AKKU Aneka Kemasindo Utama Tbk 0 0 0

4 APLI Asiaplast Industries Tbk 1 1 1

5 BIMA Primarindo Asia Infrastructure Tbk 0 0 0

6 BRPT Barito Pacific Tbk 0 0 0

7 CNTX Centex Tbk 0 0 0

8 DPNS Duta Pertiwi Nusantara Tbk 0 0 1

9 ESTI Ever Shine Textile Industry Tbk 0 0 0

10 GJTL Gajah Tunggal Tbk 0 0 0

11 HADE HD Capital Tbk 0 0 0

12 INAI Indal Aluminium Industry Tbk 0 0 0

13 JKSW Jakarta Kyoei Steel Works Ltd Tbk 0 0 0

14 KARW Karwell Indonesia Tbk 0 0 0

15 KBRI Kertas Basuki Rachmat Indonesia Tbk 1 0 0

16 KICI Kedaung Indah Can Tbk 1 1 1

17 MLIA Mulia Industrindo Tbk 0 0 0

18 MYRX Hanson International Tbk 0 0 0

19 MYTX APAC Citra Centertex Tbk 0 0 0

20 PAFI Panasia Filament Inti Tbk 0 0 0

21 PBRX Pan Brothers Tbk 0 0 0

22 POLY Asia Pacific Fibers Tbk. Tbk 0 0 0

23 PTSN Sat Nusapersada Tbk 1 1 1

24 RICY Ricky Putra Globalindo Tbk 0 0 0

25 SAIP Surabaya Agung Industry Pulp Tbk 0 0 0

26 SCPI Schering Plough Indonesia Tbk 0 0 0

27 SIMM Surya Intrindo Makmur Tbk 0 0 0

28 SPMA Suparma Tbk 0 0 0

29 TFCO Tifico Fiber Indonesia Tbk 0 0 0

30 TPIA Chandra Asri Petrochemical Tbk 0 0 0

31 UNTX Unitex Tbk 0 0 0

Page 85: Pengaruh Dewan Direksi, Dewan Komisaris Dan Komite Audit Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern

Ringkasan Kepemilikan Manajerial

2008 2009 2010 Total

Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah %

Ada

Kepemilikan 4 12.90% 3 9.68% 4 12.90% 11 11.83%

Tidak Ada

Kepemilikan 27 87.10% 28 90.32% 27 87.10% 82 88.17%

Jumlah 31 100% 31 100% 31 100% 93 100%

Page 86: Pengaruh Dewan Direksi, Dewan Komisaris Dan Komite Audit Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern

Dewan Komisaris (X2)

No Kode

Emiten Nama 2008 2009 2010

1 ADES Akasha Wira International Tbk Tbk 0.333 0.333 0.333

2 ADMG Polychem Indonesia Tbk 0.400 0.286 0.286

3 AKKU Aneka Kemasindo Utama Tbk 0.500 0.500 0.500

4 APLI Asiaplast Industries Tbk 0.333 0.333 0.333

5 BIMA Primarindo Asia Infrastructure Tbk 0.400 0.500 0.500

6 BRPT Barito Pacific Tbk 0.333 0.600 0.600

7 CNTX Centex Tbk 0.333 0.333 0.333

8 DPNS Duta Pertiwi Nusantara Tbk 0.333 0.333 0.333

9 ESTI Ever Shine Textile Industry Tbk 0.500 0.500 0.667

10 GJTL Gajah Tunggal Tbk 0.429 0.429 0.375

11 HADE HD Capital Tbk 0.333 0.500 0.500

12 INAI Indal Aluminium Industry Tbk 0.200 0.200 0.200

13 JKSW Jakarta Kyoei Steel Works Ltd Tbk 0.500 0.500 0.500

14 KARW Karwell Indonesia Tbk 0.500 0.500 0.333

15 KBRI Kertas Basuki Rachmat Indonesia Tbk 0.500 0.500 0.333

16 KICI Kedaung Indah Can Tbk 0.333 0.333 0.333

17 MLIA Mulia Industrindo Tbk 0.333 0.333 0.333

18 MYRX Hanson International Tbk 0.333 0.667 0.500

19 MYTX APAC Citra Centertex Tbk 0.250 0.250 0.250

20 PAFI Panasia Filament Inti Tbk 0.333 0.333 0.333

21 PBRX Pan Brothers Tbk 0.333 0.111 0.333

22 POLY Asia Pacific Fibers Tbk. Tbk 0.143 0.333 0.333

23 PTSN Sat Nusapersada Tbk 0.333 0.333 0.333

24 RICY Ricky Putra Globalindo Tbk 0.333 0.333 0.333

25 SAIP Surabaya Agung Industry Pulp Tbk 0.250 0.250 0.333

26 SCPI Schering Plough Indonesia Tbk 0.333 0.333 0.333

27 SIMM Surya Intrindo Makmur Tbk 0.667 0.333 0.500

28 SPMA Suparma Tbk 0.400 0.400 0.400

29 TFCO Tifico Fiber Indonesia Tbk 0.333 0.333 0.333

30 TPIA Chandra Asri Petrochemical Tbk 0.200 0.500 0.400

31 UNTX Unitex Tbk 0.333 0.333 0.250

Ringkasan Komisaris Independen

N Minimum Maksimum Rata-Rata Standar Deviasi

Dewan Komisaris 93 0.111 0.667 0.37396 0.109354

Page 87: Pengaruh Dewan Direksi, Dewan Komisaris Dan Komite Audit Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern

Komite Audit (X3)

No Kode

Emiten Nama 2008 2009 2010

1 ADES Akasha Wira International Tbk Tbk 3 3 3

2 ADMG Polychem Indonesia Tbk 3 3 3

3 AKKU Aneka Kemasindo Utama Tbk 3 3 3

4 APLI Asiaplast Industries Tbk 3 3 3

5 BIMA Primarindo Asia Infrastructure Tbk 3 3 3

6 BRPT Barito Pacific Tbk 3 3 3

7 CNTX Centex Tbk 3 3 3

8 DPNS Duta Pertiwi Nusantara Tbk 3 3 3

9 ESTI Ever Shine Textile Industry Tbk 3 3 3

10 GJTL Gajah Tunggal Tbk 3 3 3

11 HADE HD Capital Tbk 3 3 3

12 INAI Indal Aluminium Industry Tbk 3 3 3

13 JKSW Jakarta Kyoei Steel Works Ltd Tbk 3 3 3

14 KARW Karwell Indonesia Tbk 2 2 2

15 KBRI Kertas Basuki Rachmat Indonesia Tbk 0 3 3

16 KICI Kedaung Indah Can Tbk 3 3 3

17 MLIA Mulia Industrindo Tbk 3 3 3

18 MYRX Hanson International Tbk 3 3 3

19 MYTX APAC Citra Centertex Tbk 4 4 4

20 PAFI Panasia Filament Inti Tbk 2 3 3

21 PBRX Pan Brothers Tbk 3 3 3

22 POLY Asia Pacific Fibers Tbk. Tbk 3 3 3

23 PTSN Sat Nusapersada Tbk 3 3 3

24 RICY Ricky Putra Globalindo Tbk 3 3 3

25 SAIP Surabaya Agung Industry Pulp Tbk 3 3 3

26 SCPI Schering Plough Indonesia Tbk 3 3 3

27 SIMM Surya Intrindo Makmur Tbk 3 3 3

28 SPMA Suparma Tbk 3 3 3

29 TFCO Tifico Fiber Indonesia Tbk 3 3 3

30 TPIA Chandra Asri Petrochemical Tbk 2 3 3

31 UNTX Unitex Tbk 3 3 3

Ringkasan Komite Audit

N Minimum Maksimum Rata-Rata Standar Deviasi

Komite Audit 93 0.000 4.000 2.94624 0.426451

Page 88: Pengaruh Dewan Direksi, Dewan Komisaris Dan Komite Audit Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern

Opini Audit Going Concern

No Kode

Emiten Nama 2008 2009 2010

1 ADES Akasha Wira International Tbk Tbk 1 1 1

2 ADMG Polychem Indonesia Tbk 1 1 1

3 AKKU Aneka Kemasindo Utama Tbk 0 1 0

4 APLI Asiaplast Industries Tbk 0 0 0

5 BIMA Primarindo Asia Infrastructure Tbk 1 1 1

6 BRPT Barito Pacific Tbk 1 0 0

7 CNTX Centex Tbk 1 1 1

8 DPNS Duta Pertiwi Nusantara Tbk 0 0 0

9 ESTI Ever Shine Textile Industry Tbk 0 0 0

10 GJTL Gajah Tunggal Tbk 0 0 0

11 HADE HD Capital Tbk 0 0 0

12 INAI Indal Aluminium Industry Tbk 0 0 0

13 JKSW Jakarta Kyoei Steel Works Ltd Tbk 1 1 1

14 KARW Karwell Indonesia Tbk 1 1 1

15 KBRI Kertas Basuki Rachmat Indonesia Tbk 1 0 1

16 KICI Kedaung Indah Can Tbk 0 0 0

17 MLIA Mulia Industrindo Tbk 1 1 1

18 MYRX Hanson International Tbk 1 0 0

19 MYTX APAC Citra Centertex Tbk 1 1 1

20 PAFI Panasia Filament Inti Tbk 1 0 0

21 PBRX Pan Brothers Tbk 0 0 0

22 POLY Asia Pacific Fibers Tbk. Tbk 1 1 1

23 PTSN Sat Nusapersada Tbk 0 0 0

24 RICY Ricky Putra Globalindo Tbk 0 0 0

25 SAIP Surabaya Agung Industry Pulp Tbk 1 1 1

26 SCPI Schering Plough Indonesia Tbk 0 0 0

27 SIMM Surya Intrindo Makmur Tbk 1 1 1

28 SPMA Suparma Tbk 0 0 0

29 TFCO Tifico Fiber Indonesia Tbk 1 1 1

30 TPIA Chandra Asri Petrochemical Tbk 0 0 0

31 UNTX Unitex Tbk 1 1 1

Page 89: Pengaruh Dewan Direksi, Dewan Komisaris Dan Komite Audit Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern

Ringkasan Penerimaan Opini Audit

2008 2009 2010 Total

Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah %

GCAO 17 54.84% 14 45.16% 14 45.16% 45 48.39%

NGCAO 14 45.16% 17 54.84% 17 54.84% 48 51.61%

Jumlah 31 100% 31 100% 31 100% 93 100%

Page 90: Pengaruh Dewan Direksi, Dewan Komisaris Dan Komite Audit Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern

Lampiran 3

Regresi Logistik

Block 0: Beginning Block

Case Processing Summary

93 100.0

0 .0

93 100.0

0 .0

93 100.0

Unweighted Casesa

Included in Analysis

Missing Cases

Total

Selected Cases

Unselected Cases

Total

N Percent

If weight is in effect, see classification table for the total

number of cases.

a.

Dependent Variable Encoding

0

1

Original Value

Non_Going_Concern

Going_concern

Internal Value

Iteration Historya,b,c

128.829 -.065

128.829 -.065

Iteration

1

2

Step

0

-2 Log

likelihood Constant

Coefficients

Constant is included in the model.a.

Initial -2 Log Likelihood: 128.829b.

Estimation terminated at iteration number 2 because

parameter estimates changed by less than .001.

c.

Page 91: Pengaruh Dewan Direksi, Dewan Komisaris Dan Komite Audit Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern

Classification Tablea,b

48 0 100.0

45 0 .0

51.6

Observed

Non_Going_Concern

Going_concern

Opini_Audit

Overall Percentage

Step 0

Non_Going_

Concern

Going_

concern

Opini_Audit

Percentage

Correct

Predicted

Constant is included in the model.a.

The cut value is .500b.

Variables in the Equation

-.065 .207 .097 1 .756 .938ConstantStep 0

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

Variables not in the Equation

7.714 1 .005

.863 1 .353

.598 1 .439

11.594 3 .009

Dewan_Direksi

Dewan_Komisaris

Komite_Audit

Variables

Overall Statistics

Step

0

Score df Sig.

Page 92: Pengaruh Dewan Direksi, Dewan Komisaris Dan Komite Audit Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern

Block 1: Method = Enter

Iteration Historya,b,c,d

116.229 3.608 -2.065 -2.847 -.802

115.427 4.180 -2.801 -2.993 -.973

115.369 4.341 -3.063 -2.999 -1.026

115.369 4.359 -3.092 -2.999 -1.032

115.369 4.359 -3.093 -3.000 -1.032

Iteration

1

2

3

4

5

Step

1

-2 Log

likelihood Constant

Dewan_

Direksi

Dewan_

Komisaris Komite_Audit

Coefficients

Method: Entera.

Constant is included in the model.b.

Initial -2 Log Likelihood: 128.829c.

Estimation terminated at i teration number 5 because parameter estimates changed by

less than .001.

d.

Omnibus Tests of Model Coefficients

13.460 3 .004

13.460 3 .004

13.460 3 .004

Step

Block

Model

Step 1

Chi-square df Sig.

Model Summary

115.369a .135 .180

Step

1

-2 Log

likelihood

Cox & Snell

R Square

Nagelkerke

R Square

Estimation terminated at iteration number 5 because

parameter estimates changed by less than .001.

a.

Hosmer and Lemeshow Test

4.806 6 .569

Step

1

Chi-square df Sig.

Page 93: Pengaruh Dewan Direksi, Dewan Komisaris Dan Komite Audit Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern

Contingency Table for Hosmer and Lemeshow Test

10 9.442 0 .558 10

4 5.172 4 2.828 8

9 8.942 7 7.058 16

6 4.475 3 4.525 9

1 .465 0 .535 1

13 14.767 21 19.233 34

3 3.566 7 6.434 10

2 1.170 3 3.830 5

1

2

3

4

5

6

7

8

Step

1

Observed Expected

Opini_Audit = Non_

Going_Concern

Observed Expected

Opini_Audit = Going_

concern

Total

Classification Tablea

25 23 52.1

12 33 73.3

62.4

Observed

Non_Going_Concern

Going_concern

Opini_Audit

Overall Percentage

Step 1

Non_Going_

Concern

Going_

concern

Opini_Audit

Percentage

Correct

Predicted

The cut value is .500a.

Variables in the Equation

-3.093 1.282 5.822 1 .016 .045 .004 .560

-3.000 2.065 2.110 1 .146 .050 .001 2.851

-1.032 .581 3.159 1 .076 .356 .114 1.112

4.359 2.064 4.459 1 .035 78.211

Dewan_Direksi

Dewan_Komisaris

Komite_Audit

Constant

Step

1a

B S.E. Wald df Sig. Exp(B) Lower Upper

95.0% C.I.for EXP(B)

Variable(s) entered on step 1: Dewan_Direksi, Dewan_Komisaris, Komite_Audit.a.

Correlation Matrix

1.000 -.408 -.560 -.922

-.408 1.000 .081 .426

-.560 .081 1.000 .215

-.922 .426 .215 1.000

Constant

Dewan_Direksi

Dewan_Komisaris

Komite_Audit

Step

1

Constant

Dewan_

Direksi

Dewan_

Komisaris Komite_Audit

Page 94: Pengaruh Dewan Direksi, Dewan Komisaris Dan Komite Audit Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern

Frequency Table

Descriptives

Dew an_Direksi

82 88.2 88.2 88.2

11 11.8 11.8 100.0

93 100.0 100.0

Tdk_Ada_Kepemil ikan

Ada_Kepemilikan

Total

ValidFrequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Opini_Audit

48 51.6 51.6 51.6

45 48.4 48.4 100.0

93 100.0 100.0

Non_Going_Concern

Going_concern

Total

ValidFrequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Descriptive Statistics

93 .000 1.000 .11828 .324689

93 .111 .667 .37396 .109354

93 .000 4.000 2.94624 .426451

93 .000 1.000 .48387 .502448

93

Dewan_Direksi

Dewan_Komisaris

Komite_Audit

Opini_Audit

Valid N (l istwise)

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation