PENGARUH DEMOKRASI, PEMBANGUNAN MANUSIA, DAN ...

135
PENGARUH DEMOKRASI, PEMBANGUNAN MANUSIA, DAN KETENAGAKERJAAN TERHADAP KETIMPANGAN DISTRIBUSI PENDAPATAN INDONESIA TIMUR (Studi Kasus 12 Provinsi di Indonesia Timur tahun 2009 2018) SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untuk Memenuhi Syarat Meraih Gelar Sarjana Ekonomi (S.E) Disusun Oleh: FEBRI ANGGELO 11160840000096 JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1442 H / 2021 M

Transcript of PENGARUH DEMOKRASI, PEMBANGUNAN MANUSIA, DAN ...

PENGARUH DEMOKRASI, PEMBANGUNAN MANUSIA, DAN

KETENAGAKERJAAN TERHADAP KETIMPANGAN DISTRIBUSI

PENDAPATAN INDONESIA TIMUR

(Studi Kasus 12 Provinsi di Indonesia Timur tahun 2009 – 2018)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Untuk Memenuhi Syarat Meraih Gelar Sarjana Ekonomi (S.E)

Disusun Oleh:

FEBRI ANGGELO

11160840000096

JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1442 H / 2021 M

i

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIBING

PENGARUH DEMOKRASI, PEMBANGUNAN MANUSIA, DAN

KETENAGAKERJAAN TERHADAP KETIMPANGAN DISTRIBUSI

PENDAPATAN INDONESIA TIMUR

(Studi Kasus 12 Provinsi di Indonesia Timur tahun 2009 – 2018)

ii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF

Hari ini, Kamis, 14 Mei 2020, telah dilakukan ujian Komprehesif atas mahaswa:

Nama : Febri Anggelo

NIM : 11160840000096

Jurusan : Ekonomi Pembangunan

Judul Skripsi : Pengaruh Demokrasi, Pembangunan Manusia, dan

Ketenagakerjaan Terhadap Ketimpangan Distribusi

Pendapatan Indonesia Timur (Studi Kasus 12 Provinsi di

Indonesia Timur Tahun 2009-2018)

Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang

bersangkutan selama proses ujian komprehensif, maka diputuskan bahwa

mahasiswa tersebut dinyatakan LULUS dan diberi kesempatan untuk melanjutkan

ke tahap ujian skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

Ekonomi pada Fakutas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negri Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 14 Mei 2020

1. Dr. Lukaman, M.Si (__________________)

NIP: 196406072003027001 Penguji 1

2. Aizirman Djusan, M.Sc., Econ (_________________)

NIP: 195312051981031002 Penguji 2

iii

LEMBAR PERYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH

iv

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI

Hari ini Selasa, 23 Maret 2021 telah dilakukan Ujian Skripsi atas Mahasiswa:

Nama : Febri Anggelo

NIM : 11160840000096

Jurusan : Ekonomi Pembangunan

Judul : Pengaruh Demokrasi, Pembangunan Manusia, Dan

Ketenagakerjaan Terhadap Ketimpangan Distribusi

Pendapatan Indonesia Timur (Studi Kasus: 12

Provinsi di Indonesia Timur Tahun 2009-2018)

Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang

bersangkutan selama ujian skripsi, maka diputuskan bahwa mahasiswa di atas

dinyatakan “Lulus” dan Skripsi ini diterima sebagai salah satu syarat untuk

memperoleh gelar sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 23 Maret 2021

1. Dr. M Hartana I Putra M. Si

NIP.196806052008011023 (____________________)

Ketua

2. Rizqon Halal Syah Aji, M, Si, Ph. D

NIP. 197904052011011005 (____________________)

Pembibing

3. Djaka Badranaya, ME

NIP. 197705302007011008 (____________________)

Penguji Ahli

v

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. Identitas Pribadi

1. Nama : Febri Anggelo

2. Tempat/Tanggal Lahir : Bekasi, 13 Februari 1998

3. Alamat : Kp. Raden Rt.02/Rw.01 No.13

Bekasi – Jawa Barat

4. Telepon : 0856 5929 7579

5. Email : [email protected]

II. Riwayat Hidup

1. SDN 3 Jatiranggon 2003-2009

2. SMPN 7 Bekasi 2009-2012

3. SMAN 7 Bekasi 2012-2015

4. S1 UIN SyarifHidayatullah Jakarta 2016-2021

III. Pengalaman Organisasi

1. Anggota Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia Fakultas Ekonomi dan

Bisnis

2. Anggota Departemen Kewirausahaan Himpunan Mahasiswa Jurusan

Ekonomi Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Wakil Ketua Departemen Kewirausahaan Himpunan Mahaswa Jurusan

Ekonomi Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

V. Seminar

1. Seminar “Peran Generasi Muda Dalam Menghadapi Revolusi Industri 4.0

dan Ekonomi Digital” diselenggarakan HMJ EP.

2. Seminar Nasional “Menjawab Peluang dan Tantangan Perkembangan

Financial Technology di Indonesia” diselenggarakan HMJ EP.

vi

ABSTRACT

Inequality of income distribution in Eastern Indonesia has become a serious

problem since Indonesia's independence because it shows the distance between

high income and low-income people. This can occur because of the low democracy

and human development factors and the lack of maximum absorption of labour. The

study aims to analyse the effects of democracy represented Indonesian Democracy

Index and human development are represented as well as the expectancy

employment represented by the Unemployment Rate to Inequality income

distribution in 12 provinces in eastern Indonesia period 2009-2018. This study uses

panel data analysis with the Fixed Effect Model (FEM) GLS method. The results

show that inequality in income distribution can be explained by democracy, human

development, and employment 77% (R2 value). Simultaneously variable Indonesian

Democracy Index, life expectancy, and the Unemployment Rate has a negative and

significant impact on income distribution inequality.

Keywords: Income Distribution Inequality, Indonesia Democracy Index, Human

Development, Unemployment Rate, and Fixed Effects Model (FEM) GLS.

vii

ABSTRAK

Ketimpangan distribusi pendapatan di Indonesia Timur menjadi salah satu

permasalahan yang serius sejak Indonesia merdeka karena memperlihatkan jarak

antara masyarakat berpenghasilan tinggi dan berpenghasilan rendah. Hal ini dapat

terjadi karena faktor demokrasi dan pembanguanan manusia yang rendah serta

kurang terserapnya tenaga kerja secara maksimal. Maka penelitian ini bertujuan

menganalisis pengaruh demokrasi yang diwakili Indeks Demokrasi Indonesia dan

Angka Harapan Hidup serta ketenagakerjaan yang diwakili oleh Tingkat

Pengangguran Terbuka terhadap Ketimpangan Distribusi Pendapatan di 12 provinsi

di Indonesia Timur periode 2009-2018. Penelitian ini menggunakan analisis data

panel dengan pendekatan Fixed Effect Model (FEM) metode GLS. Hasil menujukan

bahwa ketimpangan distribusi pendapatan dapat dijelaskan oleh demokrasi, angka

harapan hidup, dan ketenagakerjaan 77% (nilai R2). Secara simultan variabel Indeks

Demokrasi Indonesia, Angka Harapan Hidup, dan Tingkat Pengangguran Terbuka

memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap Ketimpangan Distribusi

Pendapatan.

Kata Kunci: Ketimpangan Distribusi Pendapatan, Indeks Demokrasi Indonesia,

Angka Harapan Hidup, Tingkat Pengangguran Terbuka, dan Fixed Effect Model

(FEM) GLS.

viii

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmannirrahim

Asslamualikum warahmatullahi wabarakatuh,

Puji serta syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu Wata’ala yang

mana telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengaruh Demokrasi, Pembangunan

Manusia, dan Ketenagakerjaan Terhadap Ketimpangan Distribusi

Pendapatan (Studi Kasus: 12 Provinsi di Indonesia Timur Tahun 2009 –

2018)” dengan segala kelancaran dan kemudaha yang Allah Subhanahu Wata’ala

berikan. Shalawat serta salam semoga senantiasa terlimpahkan kepada Rasulullah

Shallallahu ‘Alahi Wa Sallam, yang telah membawa kita dari jaman kegelapan

menuju terang benderang.

Skripsi ini disusun dalam rangka ikhtiar penulis untuk mendapatkan gelar

Sarjana Ekonomi di UIN SyarifHidayatullah Jakarta. Penulis menyadari bahwa

skripsi ini tidak akan terselesaikan dengan baik tanpa bantuan dari berbagai pihak.

Oleh karena itu, penulis mengucapkan rasa terima kasih sebesar-besarnya dan

semoga Allah Subhanahu Wata’ala memberikan pahala serta balasan yang setimpal

atas amal kebaikan kepada seluruh pihak yang telah membantu penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini diantaranya adalah:

1. Kepada keluarga penulis. Orang tua penulis selaku Donatur tetap, Bapak

Suparman Toyo dan Ibu Lismawati, dan Kepada Kakak penulis selaku Sub

Donatur, dan doa tiada hentinya kepada penulis selama proses penyelesaian

skripsi. Juga keluarga besar yang selalu mendoakan dan mendukung segala

pilihan yang telah ditempuh penulis.

2. Bapak Prof.Dr.Amilin, S.E.Ak., M.Si., CA., QIA., BKP., CRMP., selaku

Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta serta

jajaran.

3. Bapak Rizon Halal Syah Aji, M.Si selaku pembimbing skrispsi yang telah

meluangkan waktu untik selalu membimbing, membantu, dan memotivasi

ix

penulis dalam upaya menyelesaikan skripsi. Semoga Bapak selal diberikan

rahmat dan karunia oleh Allah Subhanahu Wata’ala.

4. Bapak Dr. Tb. Ace Hasan Syadzily, selaku dosen pembimbing akedemik

yang telah memberikan dukungan serta motivasi kepada penulis semenjak

semester 1 hingg dapat menyelesaikan skripsi.

5. Bapak M. Hartana Iswandi Putra, M.Si. dan Bapak Deni Pandu, M.Sc,

selaku Kepala Jurusan dan Sekretaris Jurusan Ekonomi Pembangunan yang

telah memberikan arahan yang sangat membantu penulis selama masa

perkulihan hingga pengerjaan skripsi.

6. Seluruh Dosen dan Staff Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, atas ilmu dan pelayanan yang selama diberikan

kepada penulis.

7. Sergey Brin, Larry Page, dan Bill Gate, atas penemuanya Google Scolar dan

Microsoft Office yang membantu mempermudah penulis dalam

mengerjakan skripsi ini.

8. Seluruh Hamba Allah yang Namanya tidak ingin disebut satu persatu,

terima kasih kalian semua telah memberikan dukungan kepada penulis

selama pengerjaan skripsi semoga diberikan oleh Allah Subhanahu

Wata’ala balasan Surga Firdaus.

Penulis sangat menyadari bahwa didalam skripsi ini masih banyak kesalahan

dan kekurangan maka penulis memohon maaf atas segala kekurangan. Dan karena

itu, penulis menerima saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan

skripsi ini, penulis menerima saran dan kritik yang dapat membangun demi

kesempurnaan skripsi ini. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan

manfaat untuk banyak pihak serta penulis sangat mengharapkan dan menerima

dengan terbuka jika ada kritik dan saran, bang yayan makan nasi cukup sekian dan

terima kasih.

x

Wassalamualaikum warhmatullahi wabarakatuh

Bekasi, 03 Februari 2021

Febri Anggelo

xi

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIBING ........................................................... i

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ................................... ii

LEMBAR PERYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH .............................. iii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ................................................... iv

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ............................................................................. v

ABSTRACT .......................................................................................................... vi

ABSTRAK ........................................................................................................... vii

KATA PENGANTAR ........................................................................................ viii

DAFTAR ISI ......................................................................................................... xi

DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xv

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1

A. Latar Belakang ............................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ....................................................................................... 6

C. Tujuan Penelitihan ....................................................................................... 6

D. Manfaat Penelitihan .................................................................................... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................... 8

A. Teori Terkait dengan Variabel Penelitihan .................................................. 8

1. Ketimpangan Ditribusi Pendapatan .......................................................... 8

2. Demokrasi .............................................................................................. 12

3. Pembangunan Manusia ........................................................................... 23

4. Ketenagakerjaan ..................................................................................... 28

B. Tinjauan Kajian Terdahulu ..................................................................... 37

C. Hubungan Antar Variabel .......................................................................... 52

D. Kerangka Pemikiran ................................................................................... 57

E. Hipotesis Penelitihan .................................................................................. 57

BAB III METODELOGI PENELITIHAN ...................................................... 59

A. Ruang Lingkup Penelitihan .................................................................... 59

B. Metode Pengumpulan Sampel.................................................................... 60

xii

C. Definisi Operasional Variabel .................................................................... 62

D. Metode Analisis Data ................................................................................. 63

1. Model Data Panel ................................................................................... 63

2. Model Estimasi ....................................................................................... 65

E. Pengujian Model ........................................................................................ 67

1. Uji Spesifikasi ........................................................................................ 67

2. Metode Estimasi ..................................................................................... 69

F. Uji Statistik ................................................................................................ 72

1. Uji Signifikansi Parsial (Uji t-statistik) .................................................. 72

2. Uji Signifikansi Simultan (Uji F-statistik) ............................................. 73

3. Koefisien Determinasi (R2) .................................................................... 75

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ..................................................... 76

A. Temuan Hasil Penelitihan .......................................................................... 76

1. Penentuan Model .................................................................................... 76

2. Pengujian Hipotesis ................................................................................ 78

B. ANALISIS MODEL .................................................................................. 85

1. Analisis Teknis ....................................................................................... 85

2. Analisis Ekonomi ................................................................................... 97

BAB V PENUTUP ............................................................................................ 103

A. Kesimpulan .............................................................................................. 103

B. Saran ......................................................................................................... 103

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 105

LAMPIRAN ....................................................................................................... 110

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 2. 1 Tinjaun Kajian Terdahulu .................................................................... 37

Tabel 3. 1 Definisi Operasional Tabel .................................................................. 62

Tabel 4. 1 Hasil Uji Chow..................................................................................... 77

Tabel 4. 2 Hasil Uji Hausman ............................................................................... 78

Tabel 4. 3 Hasil Perhitungan Estimasi Data Panel Metode GLS .......................... 79

Tabel 4. 4 Uji t-statistik ......................................................................................... 83

Tabel 4. 5 Hasil Interpretasi Data Panel Metode GLS .......................................... 85

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. 1 Rasio Gini Seluruh Provinsi di Indonesia Tahun 2020 ...................... 2

Gambar 1. 2 Rasio Gini Rata-Rata Nasional dan Rasio Gini Rata-Rata ................ 2

Gambar 2. 2 Kerangka Berpikir ............................................................................ 57

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Pooled Least Square (PLS) GLS .................................................. 110

Lampiran 2. Fixed Effect Model (FEM) GLS ................................................... 111

Lampiran 3. Uji Chow ....................................................................................... 112

Lampiran 4. UJi Hausman.................................................................................. 113

Lampiran 5. Data-Data ....................................................................................... 115

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan ekonomi suatu negara bertujuan untuk mencapai

kesejahteraan. Hambatan kesejahteraan adalah kemiskinan dan distribusi

pendapatan yang tidak merata. Di Indonesia, permasalahan kemiskinan dan

ketimpangan belakangan ini telah menjadi isu yang berdampak langsung bagi

penduduk Indonesia karena berpengaruh pada pemenuhan kebutuhan dasar seperti

sandang, papan, dan pangan. Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk

sebanyak 269,6 juta jiwa di tahun 2019 (BPS, 2020). Indonesia yang terdiri dari

bermacam golongan dengan jumlah penduduk yang besar, sehingga mengalami

permasalahan pembangunan ekonomi ialah ketimpangan. Sementara itu,

permasalahan ketimpangan distribusi pendapatan ialah permasalahan serius yang

dialami oleh seluruh nagera baik di negera maju maupun negara berkembang.

Dibawah kepemimpinan presiden ketujuh Indonesia, Presiden Joko Widodo

secara aktif berupaya memerangi ketimpangan distribusi pendapatan. Diakui

Presiden Jokowi bahwa ketimpangan pendapatan telah menjadi tantangan yang

dihadapi oleh Indonesia sejak kemerdekaan, sehingga pemerintah mengeluarkan

Economic Equality Policy (KPE) yang bertujuan untuk mengurangi ketimpangan

yang terjadi di Indonesia (Firman, 2017). Distribusi pendapatan yang tidak merata

ialah permasalahan yang menghambat pemerataan kesejahteraan penduduk, yang

2

akan berdampak negatif bagi perekonomian Indonesia. Ketimpangan distribusi

pendapatan di Indonesia diukur dengan koefisien Gini, nilai koefisien satu untuk

menggambarkan ketimpangan sempurna sedangkan nilai koefisien nol untuk

menggambarkan kesetaraan yang sempurna di suatu daerah. Menurut Badan Pusat

Statistik (BPS), derajat ketimpangan distribusi pendapatan bervariasi dari satu

provinsi ke provinsi lain di Indonesia. Perkembangan statistik ketimpangan

pendapatan di Indonesia ditunjukan pada Gambar 1.1 berikut ini:

Sumber: BPS (2020)

BPS (2020) merilis data ketimpangan ditribusi pendapatan yang diukur

dengan koefisien gini dari 34 provinsi di Indonesia. Dari data tersebut dapat dilihat

bahwa rata-rata koefisien gini di 12 Provinsi di Indonesia Timur memiliki

Gambar 1. 1 Rasio Gini Seluruh Provinsi di Indonesia Tahun 2020

Gambar 1. 2 Rasio Gini Rata-Rata Nasional dan Rasio Gini Rata-

RataGambar 1. 3 Rasio Gini Seluruh Provinsi di Indonesia Tahun 2020

Gambar 1. 4 Rasio Gini Seluruh Provinsi di Indonesia Tahun 2020

Gambar 1. 5 Rasio Gini Rata-Rata Nasional dan Rasio Gini Rata-

RataGambar 1. 6 Rasio Gini Seluruh Provinsi di Indonesia Tahun 2020

Gambar 1. 7 Rasio Gini Seluruh Provinsi di Indonesia Tahun 2020

Gambar 1. 8 Rasio Gini Rata-Rata Nasional dan Rasio Gini Rata-

RataGambar 1. 9 Rasio Gini Seluruh Provinsi di Indonesia Tahun 2020

Gambar 1. 10 Rasio Gini Seluruh Provinsi di Indonesia Tahun 2020

Gambar 1. 11 Rasio Gini Rata-Rata Nasional dan Rasio Gini Rata-

RataGambar 1. 12 Rasio Gini Seluruh Provinsi di Indonesia Tahun 2020

3

ketimpangan distribusi yang tinggi dibandingkan nilai koefisien gini rata-rata

Nasional.

12 Propinsi di Indonesia Timur

Sumber: BPS (2020)

Seperti yang dapat dilihat pada Gambar 1.2, dalam tiga tahun terakhir dari

tahun 2018 hingga 2020 rata-rata koefisien gini dari 12 provinsi di Indonesia Timur

lebih tinggi dari rata-rata koefisien gini nasional, sehingga terjadi jarak antara

ketimpangan rata-rata 12 provinsi di Indonesia Timur dengan ketimpangan rata–

rata nasional pada tahun 2019. Kenaikan nilai koefisien gini di 12 provinsi di

Indonesia Timur disebabakan kondisi politik yang tidak stabil, ditambah lagi

dengan penurunan kualitas sumber daya manusia yang berpengaruh ke pasar tenaga

kerja. Maka tahun 2020 nilai rata-rata koefisien gini 12 provinsi di Indonesia Timur

lebih besar dari nilai rata-rata nasional yaitu sebesar 0,384.

Gambar 1. 2 Rasio Gini Rata-Rata Nasional dan Rasio Gini Rata-Rata

12 Provinsi di Indonesia Timur

4

Menurut Bappenas (2019), salah satu faktor yang menyebabkan ketimpangan

distribusi pendapatan ialah kurangnya perbaikan Indeks Demokrasi di Indonesia

yang memperhambat percepatan Sustainable Development Goals (SDGs) yang

salah satu misinya dalam poin 10 yang bertujuan mengurangi ketimpangan dalam

dan antar negara (BPS, 2014). Amartya Sen peraih nobel ekonomi 1998

menunujukan bahwa kemiskinan dan ketimpangan di Asia dan Afrika adalah buah

kelalaian negara yang menafikan demokrasi dalam memutar roda perekonomianya

(Cahyono, 2014). Demokrasi yang menjadi salah satu hal pokok yang diperlukan

suatu wilayah mengelolah sistem pemerintahanya untuk meningkatkan

kesejahterahan dimasa yang akan datang.

Faktor lain yang mempengarui ketimpangan distribusi pendapatan adalah

kondisi indeks pembangunan manusia. IPM yang tidak merata antar daerah

menyebabkan daerah yang IPM-nya lebih tinggi akan memiliki kualitas manusia

yang baik sehingga dapat menunjang pembangunan dan sebaliknya. Peningkatan

IPM pada suatu daerah yang tidak diiringi dengan peningkatan IPM di daerah

lainnya akan memicu terjadinya peningkatan ketimpangan distribusi pendapatan

(Brata, 2002). Terdapat tiga indikator yang menjadi komposisi sebagai

perbandingan pengukuran IPM yakni, tingkat kesehatan, tingkat pendidikan dan

standar kehidupan dimana ketiga indikator ini saling mempengaruhi satu sama lain.

Maka Indeks Pembangunan Manusia yang digunakan dalam penelitihan ini adalah

Angka Harapan Hidup yang menggamabarkan Kesehatan disuatu daerah. Menurut

5

Notoatmodjo (Notoadmodjo, 2007) mutu manusia dilihat dari sisi kesehatannya.

Karena menurut beliau kesehatan adalah salah satu faktor yang memperngarui

kualitas sumber daya manusia, dengan kata lain kesehatan adalah salah satu

indikator yang dapat mempengaruhi kualitas manusia.

Faktor lain yang mempengarui ketimpangan distribusi pendapatan bisa

meluas apabila penduduk Indonesia yang telah memasuki usia Angkatan kerja tidak

produktif dan menganggur. Pengangguran sendiri dapat diartikan apabila sejumlah

Angkatan kerja baik yang sedang mencari pekerjaan, yang tidak sedang mencari

pekerjaan, yang sedang mempersiapkan usaha maupun yang sudah bekerja namun

bekerja belum dimulai. Permasalahan mengenai pengangguran juga menjadi

masalah serius karena apabila penduduk yang telah memasuki usia angkatann kerja

tidak produktif atau menganggur bisa berdampak pada kesejahteraan penduduk

tersebut dalam memenuhi kebutuhan sehari – harinya dan apabila tidak diatasi

secara terus menerus maka akan berdampat pada kesenjangan pendapatan yang

akan berdampak terhadap ketimpangan distribusi pendapatan di suatu daerah.

Berdasarkan dari penjelasan diatas, disini penelitih tertarik untuk

melakukan penelitihan ketimpangan distribusi pendapatan yang terjadi di 12

provinsi Indonesia Timur dengan judul “PENGARUH DEMOKRASI,

PEMBANGUNAN MANUSIA DAN KETENAGAKERJAAN TERHADAP

KETIMPANGAN DISTRIBUSI PENDAPATAN INDONESIA TIMUR”.

6

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang yang telah dikemukan maka penelitih menalaah beberapa

rumusan masalah, diataranya:

1. Bagaimana pengaruh indeks demokrasi Indonesia terhadap ketimpangan

distribusi pendapatan 12 provinsi di Indonesia Timur pada tahun 2009 – 2018?

2. Bagaimana pengaruh angka harapan hidup terhadap ketimpangan distribusi

pendapatan 12 provinsi di Indonesia Timur pada tahun 2009 – 2018?

3. Bagaimana pengaruh tingkat pengangguran terbuka terhadap ketimpangan

distribusi pendapatan 12 provinsi di Indonesia Timur pada tahun 2009 – 2018?

4. Bagaimana pengaruh indeks demokrasi Indonesia, angka harapan hidup, dan

tingkat pengangguran secara bersama-sama terhadap ketimpangan distribusi

pendapatan 12 provinsi di Indonesia Timur pada tahun 2009 – 2018?

C. Tujuan Penelitian

Adapun dari tujuan penelitihan ini adalah:

1. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh indeks demokrasi Indonesia terhadap

ketimpangan distribusi pendapatan 12 provinsi di Indonesia Timur pada tahun

2009 – 2018.

2. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh angka harapan hidup terhadap

ketimpangan distribusi pendapatan 12 provinsi di Indonesia Timur pada tahun

2009 – 2018.

7

3. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh tingkat pengangguran terbuka

terhadap ketimpangan distribusi pendapatan 12 provinsi di Indonesia Timur

pada tahun 2009 – 2018.

4. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh indeks demokrasi Indonesia, angka

harapan hidup, dan tingkat pengangguran terbuka secara bersama-sama

terhadap ketimpangan distribusi pendapatan 12 provinsi di Indonesia Timur

pada tahun 2009 – 2018.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk mempunyai beberapa manfaat baik bagi

penulis maupun pihak-pihak yang terkait. Adapun manfaat yang dapat diambil

adalah:

1. Sebagai sumber masukan yang bermanfaat bagi pengambil kebijakan,

terutama yang berkaitan dengan perencanaan pembangunan untuk mengatasi

permasalahan-permasalahan ketimpangan distribusi pendapatan.

2. Sebagai tambahan refrensi dan juga informasi bagi penelitihan-penelitihan

yang terkait dengan ketimpangan distribusi pendapatan pada suatu daerah

tersebut.

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Terkait dengan Variabel Penelitihan

1. Ketimpangan Ditribusi Pendapatan

Terdapat berbagai macam definisi dari ketimpangan distribusi pendapatan,

dan sebagain besar dikaitkan dengan aspek ekonomi. Definisi dari ketimpangan

distribusi pendapatan adalah keadaan dimana hasil dari pembangunan suatu negara

belum dapat dinikmati oleh rakyatnya secara merata atau keseluruhan.

Ketimpangan distribusi pendapatan sering kali diartikan ketidakmakmuran

pendapatan diseluruh kalangan masyrakat baik itu dalam bentuk kepemilikan

masyrakat individu maupun kepemilikian faktor – faktor produksi (Todaro, 2000).

Distribusi Pendapatan juga menggambarkan bagaimana pembagian hasil

pembangunan agregat suatu negara di lingkungan masyrakat dapat distribusikan

secara merata sehingga tidak terjadi ketimpangan (Dumairy, 1996). Saat bekerja

seorang tenaga kerja menerima pengahasilan secara individu. Tingkat pendapatan

yang diterima oleh tenaga kerja merefleksikan produktifitas mereka, yang semakin

produktif dalam bekerja maka akan memeperoleh kesempatan pendapatan yang

lebih tinggi. Menurut (Todaro & Smith, 2006) terdapat dua kelompok besar dalam

membedakan ukuran distribusi pendapatan yaitu distribusi pendapatan individu dan

distribusi pendapatan fungsional. Distribusi pendapatan individu adalah ukuran

9

yang paling umum digunakan oleh para pengamat ekonomi karena menggambarkan

dengan jelas bagaimana pendapatan secara individu dan kejadian ketimpangan

antar individu. Masalah ketimpangan dalam distribusi pendapatan dapat ditinjau

dari tiga segi berikut ini:

a. Distribusi pendapatan diantara golongan pendapatan (Size Distribution of

Income) atau ketimpangan relative.

b. Distribusi pendapatan di antara daerah (Regional Income Disparities).

Ketimpangan antar daerah terjadi karena adanya perbedaan sumber daya

alam dan belum merata penyebaran dari hasil sumber daya alam tersebut

secara keseluruhan.

c. Distribusi pendapatan di antara daerah perkotaan dan perdesaan (Urban

Rural Income Dsiparaties). Menurut Word Bank, pembangunan ekonomi

di Indonesia memperliatkan urban bias yang tercermin dari pembangunan

daerah perkotaan yang mana telah mentransformasikan sektor-sektor

pertanian ke sektor industri tanpa melakuakn penyesuaian terlebih dahulu

sehingga berisiko menyebabkan ketimpangan semakin meningkat.

Pada tahap awal ketimpangan pendapatan antara sektor industri modern

dengan sektor pertanian mengalami peningkatan dengan cepat namun sebelum

kemudian mengalami penyusutan. Ketimpangan pendapatan cenderung lebih tinggi

pada daerah dengan sektor industri modern daripada suatu daerah yang

menggunakan sektor pertanian yang relatif tetap (Todaro, 2006). Kuznet juga

10

mengungkap bahwa ketimpangan dalam pendapatan ditahap awal cenderung

semakin meningkat karena adanya perekonomian yang mengalami penurunan yang

cukup besar dalam pendistribusian pendapatan, kemudian setelah tahap

pembangunan berikutnya ketimpangan pendapatan cenderung menurun karena

distribusi pendapatan sudah lebih merata.

Permasalahan dalam pembangunan antar derah ini diakibatkan adanya

sumber daya alam dan perbedaan kondisi demografis yang berbeda di setip daerah

sehingga proses pembangunan di setiap daerah juga mengalami perbedaan yang

kemudian menyebabkan terjadinya ketimpangan dalam pembangunan antar daerah

(Hutabarat, 2014). Menurut (Sukirno, 2006) distribusi pendapatan terdapat dua

yaitu distribusi pendapatan relatif yang merupakan perbandingan antara total

pendapatan yang sudah diterima oleh sekelompok penerima pendapatan tersebut,

sedangkan distribusi pendapatan mutlak merupakan persentase masyarakat yang

mendapatkan pendapatan yang mencapai pendapatan yang tertentu ataupun kurang

dari padanya. Pemetaan dalam distribusi pendapatandalam distribusi pendapatan

ada tiga kategori yaitu pembagian distribusi pendapatan antar golongan masyarakat

pebagian distribusi pendapatan antardaerah desa dan kota, serta pembagian distribui

pendapatan antar wilayah kabupaten/kota (Dumairy, 1996).

Distribusi pendapatan pada dasarnya merupakan tolak ukur kemiskinan

relatif yang perlu diperhatikan karena merupakan aspek kemiskinan. Oleh karena

itu, data pendapatan sulit diperoleh dan cara dalam mengukur distribusi pendapatan

11

𝑖=1

selama ini menggunakan data pengeluaran. Ukuran yang biasa digunakan untuk

merefleksikan ketimpangan pendapatan antara lain Indeks Gini (Gini Rasio),

ukuran dari Bank Dunia, Indeks Theil dan Indeks-L. Namun dalam penelitihan ini

penulis menggunakan koefesien gini atau indeks gini (gini rasio) sebagai refleksi

dari ketimpangan distribusi pendapatan.

Indeks Gini adalah suatu koefisien yang berkisaran atara nol (kemerataan

sempurna) hingga satu (ketimpangan sempurna), di mana semakin besar

koefisienya atau mendekati satu maka dapat dinyatakan distribusi pendapatan

semakin timpang begitu pula sebaliknya apabila koefisien gininya semakin kecil

dan mendekati nol dapat dinyatakan distribusi pendapatan semakin merata. Indeks

gini adalah salah satu ukuran yang paling sering digunakan untuk mengukur

ketimpangan pendapatan secara menyeluruh. Indeks gini dapat dihitung dengan

rumus sebagai berikut:

IG = 1 - ∑𝑛 𝑓𝑝𝑖 ∗ (𝐹𝑐𝑖 + 𝐹𝑐𝑖−1)

IG: Indeks Gini (Gini Ratio)

fpi : Frekuensi penduduk dalam kelas pengeluaran ke-i

Fci : Frekuensi kumulatif dari total pengeluaran dalam kelas pengeluaran ke-i

Fci-1 : Frekuensi kumulatif dari total pengeluaran dalam kelas pengeluaran ke (i-1)

Indeks gini ini merupakan ukuran statistik yang secara ilmiah dengan

variabilitas dan ukuran normatif untuk menggukur ketimpangan distribusi

12

pendapatan (Yithazki, 2002) mengungkapan kelebihan utama indeks gini sebagai

berikut:

1. Sebagai ukuran statistik untuk variabelitas, indeks gini bisa digunakan untuk

menghitung pendapatan negatif, ini adalah salah satu yang tidak dimiliki

oleh Sebagian alat ukur lainya.

2. Indeks gini memiliki dasar teori yang kuat. Sebagai indeks normatif, indeks

gini bisa merepresentasikan teori kemiskinan relatif. Indeks gini juga bisa

diturunkan sebagai ukuran ketimpangan berdasarkan aksioma keadian

sosial.

3. Indeks gini juga bisa digambarkan secara geometris sehingga lebih muda

untuk diamati dan dianalisis.

2. Demokrasi

Pada dasarnya demokrasi dapat dikatakan sebagai pengaturan institusional

keputusan politik dihasilkan dari kemmampuan tiap individu untuk dapat

menentukan pilihanya sendiri (Schumpeter, 1974). Maka kesimpulanya menurut

(Schmitter & Karl, 1991) Demokrasi adalah sistem pemerintahaan dimana

pemerintah dimintai tanggung jawab atas tindakan-tindakan mereka diwilayah

publik oleh warga negara, yang bertindak secara tidak langsung melalui kompetisi

dan kerjasama dengan para wakil mereka yang terpilih.

Demokrasi pada dasarnya mengalami varian dalam praktiknya hampir semua

13

orang sepakat bahwa kata kunci demokrasi adalah rakyat. Pengalaman Panjang

Indoensia menjadi negara Demokrasi membuktikan klaim bahwa sebagai negara

Demokrasi sudah menjadi komitmen kolektif diantara elit bangs aini, nyatanya

Ketika di praktikan menjadi berbeda dari satu rezim ke rezimlainya. Menurut (Held,

2007) Demokrasi yang dimaknai sebagai pemerintahan oleh rakyat mengandung

muatan bernama kesetaraan politik. Demokrasi tidak hanya mewakili satu dari nilai

lainya seperti kebebasan, kesetaraan, dan keadilan, tetapi juga menghubungkan dan

menegahi bebagai permasalahan yang saling bertentangan. Demokrasi menurut

Held tidak hanya soal bebas dan setara, tetapi bagaimana meletakan dasar yang

tepat dalam mempertahankan dialog public, suatu kondisi dimana berbagai isu-isu

substanntif mendapat lebih banyka kesempatan untuk dipertimbangkan,

didiskusikan, dan diselesaikan. Menurut (Dahl , 1971) mengidentifikasi kriteria

untuk demokrasi yaitu:

1. Keputusan pemerintah dalam membuat kebijakan diambil secara

konsitituional oleh orang-orang yang terpilih dalam pemilu;

2. Pemilu yang diadakan secara berkala, bebas dan adil;

3. Pemilu adalah orang dewasa yang mempunyai hak memilih dalam

pemilu;

4. Hak untuk memperoleh jabatan public;

5. Mendapatkan informasi dari sumber-sumber yang tidak dikuasai oleh

pemerintah maupun golongan tertentu;

14

6. Mendapatkan informasi dari sumber-sumber yang tidak dikuasai oleh

pemerintah maupun golongan tertentu;

7. Kebebasan untuk berkumpul dan berorganisasi;

Menurut (Amartya Sen, 1999) Demokrasi adalah nilai universal, suatu

konsep yang dapat dan harusnya diterapkan oleh semua negara didunia ini. Nilai-

nilai utama dalam demokrasi meliputi:

1. Pentingnya hakikat kehidupan manusia (instrinsic importance in human

life), sehingga sebagai manusia yang utuh, warga negara dapat

menjalankan partisipasi politik dengan bebas.

2. Berperan dalam menggerakan politik (instrumental role in generation

political incentives), sehingga pemerintah bertanggung jawab

memberikan ruang terhadap peran warga negara dalam kehidupan

politik.

3. Peran kontruktif dalam merumuskan nilai-nilai (constructive function in

the formulation of values), bahwa ssetiap bangsa dapat membangun

kesepahaman mengenai kebutuhan, hak dan kewajiban.

2.1 Demokrasi Ekonomi

Demokrasi*Ekonomi*dapat*diartikan*sebagai*kedaulatan*ekonomi*yang

berada*ditangan*rakyat. Konsep dasar ekonomi demokrasi oleh Ikatan Sarjana

Ekonomi Indeonesia (ISEI) pada tahun 1990 yang diformulasikan secara garis besar

yaitu: (1) Penjabaran Demokrasi Ekonomi sebagai dasar sistem ekonomi nasional.

15

(2) Penjabaran demokokrasi eknomi dalam format program-program

pelaksanaanya.

Landasan konstusional demokrasi ekonomi adalah pasal 33 UUD 1945 dan

landasan idiologinya adalah Pancasila. Namun walaupun belum ada penjabaran

kongkrit mengenai demokrasi ekonomi, namun menurut GBHN/TAP MPR IV

1978 dampak positif Demokrasi Ekonomi yaitu:

1. Perekonomian disusun sebagai usaha bersama atas nama kekeluargaan.

2. Cabang-cabang produksi yang penting dan yang menguasai hajat hidup

orang banyak dikuasai oleh negara.

3. Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai

oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya untuk kemakmuran

rakyat.

4. Sumber-sumber kekayaan dan keuangan negara digunakan untuk

pemufakatan Lembaga-lembaga perwakilan rakyat, serta pengawasan

terhadap kebijaksanaanya ada pada Lembaga perwakilan rakyat juga,

5. Warga negara memiliki kebebasan dalam memilih pekerjaan yang

dikehendaki serta mempunyai ha katas pekerjaan dan penghidupan yang

layak.

6. Hak milik perorangan diakui dan pemanfaatannya tidak boleh

bertentangan dengan kepentingan masyarakat

7. Potensi, inisiatif, dan daya kreasi setiap warga negara diperkembangkan

sepenuhnya dalam batas-batas yang tidak merugikan kepentingan umum

16

8. Fakir miskin dan anak-anak yang terlantar dipelihara oleh negara

Demokrasi ekonomi menghindari terjadinya sistem ekonomi liberalism,

etatisme, dan pemusatan kekuatan ekonomi pada satu kelompok atau monopoli.

sistem ekonomi liberalism harus dihindari karena menimbulkan eksploitasi dan

penghisapan terhadap sesama manusia. Sistem etatisme dimana ekonomi dikuasai

oleh negara juga harus dihindari, karena etatisme dapat mematikan usaha-usaha

di luar sektor negara seperti usaha swasta, koperasi, dan usaha kecil.

Pelaksanaan demokrasi ekonomi baru mencapai tujuannya, bila pemerintah

benar-benar menjalankan demokrasi politik yang merupakan prasyarat bagi

berjalannya demokrasi ekonomi. Lebih lanjut, diperlukan adanya kesejajaran

antara sistem politik dan sistem ekonomi yang dianut dan menjadi landasan bagi

sistem ekonomi nasional. Tanpa adanya kesejajaran antara sistem politik dan

sistem ekonomi, maka penjabaran nilai-nilai demokrasi ekonomi dalam

keseluruhan sistem perekonomian nasional hanya merupakan sebuah mitos

belaka.

2.2 Keterkaitan antara Sistem Politik dan Sistem Ekonomi

Dalam sejarah perpolitikan di Indonesia, sistem politik nasional cenderung

berada di antara dua kutub sistem politik yaitu antara kutub libelism dan kutub

sosialism. Sejalan dengan pergerakan arah sistem politik nasional, sistem ekonomi

nasional juga bergerak di antara dua kutub sistem ekonomi, yaitu antara kutub

ekonomi kapitalis dan kutub ekonomi terpusat (Gossman , 2001).

17

Pada periode ekonomi terpimpin, sistem ekonomi nasional cenderung

mengarah ke sistem ekonomi terpusat. Setelah berakhirnya masa demokrasi

terpimpin, sistem ekonomi nasional cenderung berkiblat kepada sistem ekonomi

kapitalis. Ketika sistem ekonomi mengarah ke sistem ekonomi kapitalis maka

demokrasi ekonomi akan sulit terwujud, karena dalam sistem ekonomi liberalis-

kapitalistik akan terjadi penghisapan terhadap yang lemah dan pemusatan kekuatan

ekonomi hanya berada pada sekelompok orang. Sebaliknya jika sistem ekonomi

mengarah ke sistem ekonomi terpusat, maka akan terjadi penguasaan oleh negara

yang berlebihan yang dapat mematikan inisiatif dan kreasi individu dan badan

usaha lainnya di luar sektor negara.

Pelaksanaan demokrasi ekonomi baru mencapai tujuannya bila terdapat

kesejajaran antara sistem politik dan sistem ekonomi. Sistem politik yang

demokratis akan memberikan iklim yang kondusif bagi terwujudnya demokrasi

ekonomi. Dengan lain perkataan, demokrasi politik yang merupakan prasyarat bagi

berjalannya demokrasi ekonomi. Tanpa adanya kesejajaran antara sistem politik

dan sistem ekonomi, maka penjabaran nilai-nilai demokrasi ekonomi dalam

keseluruhan sistem perekonomian nasional hanya merupakan sebuah mitos belaka.

2.3 Keterkaitan antara Demokrasi Ekonomi dan Sistem Ekonomi

Kerayatan.

Sistem Ekonomi Indonesia merupakan sistem ekonomi campuran (mixed

economy) yang memiliki unsur-unsur sistem ekonomi kapitalistik (mekanisme

18

pasar) dan unsur-unsur sistem ekonomi terpusat (pengaturan oleh negara). Sebagai

sistem ekonomi campuran, sistem ekonomi nasional berada di kisaran mekanisme

pasar dan kontrol oleh negara sebagai stabilisator, dinamisator dan regulator.

Sistem mekanisme pasar merupakan unsur sistem ekonomi nasional yang cukup

penting, karena sistem perekonomian bekerja menurut mekanisme pasar. Namun

sesuai dengan jiwa dan semangat Demokrasi Ekonomi, peran sistem ekonomi pasar

dibatasi untuk tidak menjurus pada free ligft liberalism yang menimbulkan

eksploitasi terhadap mereka yang lemah dan miskin serta mencegah terjadinya

pemusatan kekuatan ekonomi pada segelintir orang. Peran negara dalam

perekonomian dibatasi hanya sebagai stabilisator, dinamisator, dan regulator.

Meskipun negara berhak menguasai cabang-cabang produksi yang penting dan

yang menguasai hajat hidup orang banyak, namun kekuasaan negara dibatasi oleh

syarat dipergunakan bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Dalam hal ini,

peran negara lebih berfungsi sebagai pelaksana keadilan sosial dan bukan fungsi

penguasaan terhadap cabangcabang produksi.

Sistem ekonomi nasional disamping ditafsirkan sebagai Sistem Ekonomi

Campuran juga ditafsirkan sebagai Sistem Ekonomi Pancasila. Mubyarto menggali

landasan filosofis dari sistem ekonomi nasional dan kemudian menyimpulkan

bahwa, Sistem Ekonomi Indonesia adalah sistem ekonomi yang berdasarkan

Pancasila sebagai landasan filosofisnya. Selanjutnya Mubyarto menamakan sistem

ekonomi nasional dengan sebutan Sistem Ekonomi Pancasila.

19

Menurut Pandangan (Mubyarto, 1994). Sistem Ekonomi Pancasila yaitu:

1. Roda perekonomian digerakkan oleh rangsangan ekonomi, sosial dan moral.

2. Ada kehendak kuat dari seluruh anggota masyarakat untuk mewujudkan

keadaan kemerataan sosial ekonomi.

3. Prioritas kebijaksanaan ekonomi adalah pengembangan ekonomi nasional

yang kuat dan tangguh, yang berarti nasionalisme selalu menjiwai setiap

kebijaksanaan ekonomi.

4. Koperasi merupakan sokoguru perekonomian nasional.

5. Adanya imbangan yang jelas dan tegas antara sentralisme dan desentralisme

kebijaksanaan ekonomi untuk menjamin keadilan ekonomi dan keadilan

sosial dengan sekaligus menjaga prinsip efisiensi dan pertumbuhan

ekonomi.

Lebih lanjut, Sri-Edi (Swasono, 1988) yang mengulas tentang orientasi

Ekonomi Pancasila menyimpulkan bahwa Ekonomi Pancasila adalah Ekonomi

Sosialis Indonesia yaitu ekonomi yang berorientasi kepada Ketuhanan yang Maha

Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan dan keadilan sosial. Di samping

dikenal dengan sebutan Sistem Ekonomi Pancasila, sistem ekonomi nasional

belakangan ini juga populer dengan sebutan Sistem Ekonomi Kerakyatan. Undang-

undang No. 25 Tahun 2000 tentang Program Perencanaan Nasional Tahun 2000-

2004 menyebutkan 5 ciri sistem ekonomi kerakyatan yaitu:

20

1. Penegakan prinsip keadilan demokrasi ekonomi disertai kepedulian terhadap

yang lemah.

2. Pemihakan, pemberdayaan dan perlindungan terhadap yang lemah oleh

semua potensi bangsa, terutama pemerintah sesuai dengan kemampuannya.

3. Penciptaan iklim persaingan usaha yang sehat dan intervensi yang ramah

pasa.

4. Pemberdayaan kegiatan ekonomi rakyat yang sangat terkait dengan

pembangunan pedesaan,

5. Pemanfaatan dan penggunaan tanah dan sumberdaya alam lainnya, seperti

hutan, laut, air, udara, dan mineral secara adil, transparan, dan produktif

dengan mengutamakan hak-hak rakyat setempat, termasuk hak ulayat

masyarakat adat dengan tetap menjaga kelestarian fungsi lingkungan hidup.

Penegakan prinsip keadilan demokrasi ekonomi disertai kepedulian terhadap

yang lemah sebagai ciri utama Sistem Ekonomi Kerakyatan dijiwai oleh semangat

untuk mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Keadilan yang

disertai keberpihakan terhadap yang lemah adalah langkah yang amat penting

dalam rangka mempercepat pengentasan kemiskinan dan membatasi pemusatan

kekuatan ekonomi pada segelintir orang. Keberpihakan terhadap yang lemah berarti

memberikan berbagai kemudahan fasilitas, akses modal, dan pendidikan, dan

perlindungan sosial kepada masyarakat miskin.

21

Sejauhmana prinsip keadilan demokrasi ekonomi sebagai ciri utama Sistem

Ekonomi Kerakyatan telah diwujudkan dalam keseluruhan kehidupan ekonomi

nasional dapat dilihat dari perkembangan tingkat kesenjangan dan distribusi

pendapatan. Bila tingkat kesenjangan dan distribusi pendapatan semakin membaik

berarti prinsip keadilan demokrasi ekonomi sudah mewarnai kehidupan ekonomi

nasional dan sebaliknya. Dalam Sistem Ekonomi Kerakyatan, masalah kesenjangan

dan distribusi pendapatan merupakan tujuan utama dalam rangka mewujudkan

keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Tidak ada artinya pertumbuhan, kalau

kemajuan ekonomi hanya dinikmati oleh segelintir golongan saja. Pertumbuhan

haruslah disertai dengan pemerataan, bahkan pemerataan harus dijadikan sasaran

utama pembangunan ekonomi nasional.

2.4 Indeks Demokrasi Indonesia

Indeks Demokrasi Indonesia (IDI) merupakan alat ukur objektif dan empirik

terhadap kondisi demokrasi dan sistem politik yang ada di Indonesia (BPS, 2015).

Indeks demokrasi adalah alat pengukuran yang dibangun dengan latar belakang

keadaan sosial politik di Indonesia. Oleh karena itu dalam merumuskan konsep

demokrasi maupun metode pengukuranya mempertimbangkan ke keadaan

persoalan bangsa.

Indeks demokrasi Indonesia (IDI) adalah angka-angka yang menunjukan

tingkat perkembangan demokrasi di seluruh Provinsi yang ada di Indonesia

berdasarkan beberapa aspek tertentu dari demokrasi. Tingkat perkembangan

22

demokrasi tersebut diukur berdasarkan pelaksanaan dan perkembangan sejumlah

aspek demokrasi di semua provinsi di Indonesia. Manfaatnya antara lain, (i)

mengukur secara kuantitatif tingkat pelaksanaan demokrasi, (ii) mengukur

perkembangan demokrasi pada tingkat provinsi di Indonesia, (iii) memperoleh

gambaran tingkat perkembangan demokrasi antar provinsi.

Maka untuk Menyusun indeks demokrasi Indonesia (IDI) disepakati menjadi

tiga aspek yang disejikan sebagai objek kajian antara lain (Rauf, et al., 2009) :

1. Apek Kebabasan Sipil (Civil Liberties)

Aspek kebebasan sipil didefinisikan sebagai kebebasan individu atau

warga negara dan kelompok individu untuk berkumpul dan berserikat,

berpedapat dan berkeyakinan, serta kebebasan dari diskriminasi dan

pengekangan yang berasal dari individu atau warga negara lainya,

kekuasaan negara dan kelompok tertentu.

2. Aspek Hak-Hak Politik (Political Rights)

Aspek hak-hak politik adalah hak-hak untuk memberikan suara, hak-hak

untuk memperebutkan jabatan public, hak-hak berkompetisi dalam

memperebutkan suara, pemilihan yang bebas dan adil, dan pembuatan

kebijakan pemerintahan berdasarkan suara atau pilihan public.

3. Aspek Lembaga Demokrasi (Institutions of Democracy)

Aspek lembaga demokrasi didefinikan Insitusi atau Lembaga yang bekerja

untuk menompang terbentuknya dan bekerjanya sistem politik yang

23

demokratis meliputi antara lain: Lembaga Eksekutif dan Lembaga

Yudikatif maupun pada tataran insfratrukstur seperti Pemilu, Partai Politi,

Media Massa, dan Kelompok yang berkepentingan.

3. Pembangunan Manusia

Pembanguanan manusia merupakan proses perluasan pilihan untuk manusia,

terutama untuk mendapatkan hasil dari pembangunan seperti memperoleh

kesehatan, pendidikan, dan pendapatan. Pada tahun 1990 UNDP (United Nations

Development Programme) mengeluarkan konsep pembangunan manusia (Human

Development) yang diartikan sebagai pengembangan kemampuan dan keahlian

dengan meningkatkan kesehatan dan pengetahuan. Sehingga dapat menghasilkan

keterampilan juga yang akan dimanfaatkan oleh negara keterampilan mereka,

sesuai dengan laporan yang diterbitkan oleh UNDP tahun 1995 (Moustafa & Abott

, 2015) berikut ini kosep dari pembangunan manusia.

a. Pembanguanan mengutamakan penduduk sebgai pusat-nya.

b. Pembangunan yang dimaksudkan bertujuan untuk memperbesar pilihan

bagi penduduk bukan hanya untuk meningkatkan pendapatan.

c. Pembangunan manusia memperhatikan upaya-upaya memanfaatkan

kemampuan atau kapasiatas manusia tersebut.

d. Pembanguanan manusia mempunyai empat pilar dalam prosesnya, yang

pertama produktifitas, yang kedua adalah pemerataan, yang ketiga adalah

kesinambungan dan yang terkahir adalah pemberdayaan.

24

Dalam Human Development Report (HDR) yang dikeluarkan oleh UNDP

(UNDP, 1995), menjelaskan, bahwa untuk dapat bisa memperluas pilihan- pilihan

manusia di suatu negara, konsep pembangunan manusia yang diterapakan harus

bisa mencakup empat dimensi yang tidak terpisahkan dan saling

berkesinambungan. Ada empat unsur pokok/dimensi yang perlu diperhatikan untuk

menjamin tercapainya tujuan pembanguna manusia/human development, sesuai

dengan konsep di atas (UNDP, 1995) sebagai berikut:

a. Produktivitas/Productivity

Setiap individu diharuskan untuk meningkatkan produktifitas mereka

masing-masing. Selanjutnya berpartisipasi penuh dalam proses mencari

penghasilan serta lapangan kerja. Dikarenakan, pembangunan ekonomi

merupakan bagian dari model pembangunan manusia.

b. Pemerataan/Equality

Setiap individu mempunyai akses untuk memperoleh kesempatan yang

adil. Semua hambatan terhadap peluang yang ia miliki, baik dari segi

ekonomi dan politik, harus dihapuskan. Pada akhirnya individu tersebut

dapat berpatisipasi di dalam negara dan memperoleh mandaat dari peuang-

peluang mereka.

c. Kesinambungan/Sustainability

Akses-akses pemerataan, seperti pemerataan memperoleh kesempatan kerja,

25

harus dipastikan tidak hanya untuk generasi sekarang tetapi juga untuk

beberapa generasi kedepannya. Ber-kesinambungan ini harus dibuat merata

dari semua jenis pemodalan baik itu fisik, manusia, dan lingkungan hidup.

d. Pemberdayaan/Empowerment

Pembangunan diciptakan oleh masyarakat, semakin terampil suatu

individu maka pembanguan akan lebih baik. Masyarakat diharuskan untuk

berpartisipasi penuh dalam mengambil keputusan dan proses- proses

ekonomi agar pembangunan tercipta dan kehidupan mereka sejahtera.

Indeks yang mengukur kualiatas sumber daya manusia berdasarkan harapan

hidup, melek huruf, pendidikan dan standar hidup untuk semua daerah itulah yang

dimaksud Indeks Pembangunan Manusia. Indeks Pembangunan Manusia ialah

indeks yang mengukur pencapaian pembangunan manusia berdasakan kualitas

hidup, dan ukuran standar hidup. Menurut BPS (BPS, 2008) IPM dibangun

berdasarkan tiga dimensi yaitu: (i) umur Panjang dan sehat, (ii) pengetahuan dan

(iii) standar kehidupan yang layak. Dari ketiga dimensi tersebut memiliki dimensi

pengertian terlalu luas, maka untuk mempersempit dimensi tersebut dikeluarkan

pendekatan-pendekatan untuk mrmpermudah mengukur dimensi tersebut. Untuk

mengukur dimensi kesehatan, dapat menggunakan angka umur harapan hidup.

Selanjutnya untuk mengukur dimensi pengetahuan dapat menggunakan gabungan

indicator antara angka melek huruf serta lama bersekola. Sementara itu yang

26

terkahir, untuk mengukur standar hidup layak dapat mengguanakan indicator

kemmpuan daya beli masyrakat.

3.1 Keterkaitan Kesehatan dalam Pembangunan Manusia

Menurut Notoatmodjo (Notoadmodjo, 2007) mutu manusia dilihat dari sisi

kesehatannya. Karena menurut beliau kesehatan adalah salah satu faktor yang

mempengarui kualitas sumber daya manusia, dengan kata lain kesehatan adalah

salah satu indikator yang dapat mempengaruhi kualitas manusia. Kekurangan

kalori, gizi, karbohidrat, protein, dan lain sebagainya akan membuat derajat

kesehatan bagi suatu populasi akan menyebabkan kualitas manusia rendah serta

tingkat mental yang rendah yang beroengaruh terhadap produktifitas seseorang.

persyaratan bagi suatu negara dalam meningkatkan produktifitas

masyarakatnya adalah dengan memenuhi salah satu hak dasar mereka, salah satu

hak dasar rakyat adalah mendapatkan pelayanan dan fasilitas kesehatan yang baik.

Pengeluaran pemerintah pada sektor kesehatan adalah salah satu cara dalam

memenuhi salah satu hak dasar tersebut. Pengeluaran pemerintah pada sektor

kesehatan digunakan untuk melihat capaiannya terhadap dimesi IPM yang pertama,

yaitu hidup sehat dan umur Panjang.

Kesehatan adalah salah satu kebutuhan dasar, ada dua jenis pelayanan yang

dibutuhkan masyarakat, yaitu pelayanan kebutuhan dasar dan juga pelayanan

fasilitas umum (Mahmudi, 2007). Ketika kebutuhan dasar suatu individu sudah

tercukupi, maka dengan sendirinya individu tersebut akan lebih produktif dalam

27

memenuhi kegiatan ekonomi lainnya (Todaro & Smith, 2003). Presfektif

Pembangunan Manusia yang berdasarkan kebutuhan dasar (basic needs), yaitu

pembangunan yang lebih concern pada pelayanan kebutuhan dasar demi mencapai

kesejahteraan (Ginanjar, 1997). Kesehatan juga adalah satu dimensi pembangunan

manusia yang dibuat oleh UNDP, dimana keshatan yang telah tercukupi akan

dengan sendirinya meningkatkan kualitas sumber daya manusia-nya.

3.2 Angka Harapan Hidup (AHH)

Angka Harapan Hidup pada suatu umur x adalah rata-rata tahun hidup yang

masih akan dijalani seseorang pada suatu umur x adalah rata-rata hidup yang masih

akan dijalani seseorang yang telah berhasil mencapai umur x, pada suatu tahun

tertentu, dalam situasi mortalias yang berlak di lingkungan masyrakat. Angka

harapan hidup merupakan alat untuk mengevaluasi kinerja pemerintah dalam

meningkatkan kesejahteraan penduduk pada umumnya, dan mingkatkan derajat

Kesehatan pada khususnya. Angka harapan hidup yang rendah disuatu daerah harus

diikuti dengan program pembangunan Kesehatan, dan program sosial lainya

termasuk Kesehatan lingkungan, kecukupan gizi dan kalori termasuk progam

pemberantasan kemiskinan.

Angka harapan hidup (AHH), dijadikan indicator dalam mengukur Kesehatan

suatu individu di suatu daerah. AHH adalah rata-rata perkiraan banyak tahun yang

akan ditempuh seseorang selama hidup. AHH diartikan diartikan sebagai umur

yang mungkin dicapai seseorang yang lahir pada waktu tertentu, AHH dihitung

menggunakan pendekatan tak langsung (indirect estimation). Ada dua jenis data

28

yang digunakan dalam perhitungan AHH yaitu anak lahir hidup (AHL) dan anak

masih hidup (AMH). Sementara itu untuk menghitung indeks haraoan hidup

digunakan nilai maksimum harapan hidup sesuai UNDP, dimana angka tertinggi

sebagai batas atas untuk perhitungan indeks dipakai 85 tahun dan terendah 25 tahun

(standar UNDP). Usia harapan hidup dapat Panjang jika status Kesehatan, gizi dan

lingkungan yang baik.

Angka harapan hidup dijadikan indikator dalam mengukur tingkat kesehatan

suatu individu disuatu daerah. Angka harapan hidup saat lahir adalah rata-rata tahun

hidup yang akan dijalani oleh bayi yang baru lahir pada suatu tahun tertentu (BPS,

2008). Angka harapan hidup merupakan alat untuk mengevaluasi kinerja

pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan penduduk pada umumnya, dan

meningkatkan derajat kesehatam pada khusunya. Angka harapan hidup yang rendah

disuatu daerah harus diikuti dengan program pembangunan kesehatan, dan program

sosial lainya termasuk kesehatan lingkungan, kecukupan gizi dan kalori termasuk

program pemberantasan kemiskinan yang berdampak pada ketimpangan distribusi

pendapatan. Sementara itu menurut Mungkasa (2019) peningkatan kualitas

kesehatan dapat meningkatkan kesejahteraan penduduk yang berati mengurangi

ketimpangan distribusi pendapatan di masa yang akan datang.

4. Ketenagakerjaan

Pekerja atau tenaga kerja adalah semua orang yang bekerja, baik itu di

perusahaan maupun lembaga atau instansi pemerintahaan. Perusahaan melakukan

29

aktivitas ekonomi seperti produksi atau menghasilkan barang dan jasa memerlukan

tenaga kerja yang merupakan bagian dari proses produksi. Instansi pemerintahan

yang bekerja melayani masyrakat juga memerulukan pekerja untuk melayani suatu

proses dari berjalan suatu sistem. Menurut sukirno (Sukirno , 2002). Angkatan kerja

dapat didefinisikan sebagai jumlah angkatan kerja yang ada dalam ruang lingkup

perkeonomian dalam kurung waktu tertentu yang digolongkan menjadi kelompok

yang sedang bekerja dan kelompok yang sedang menganggur namun sedang

mencari pekerjaan.

Tenaga kerja menurut UU No. 13 Tahun 2003 Republik Indonesia tentang

Ketenagakerjaan adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna

menghasilkan barang dan/atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri

maupun untuk masyarakat. Sedangkan menurut Badan Pusat Statistik (BPS), tenaga

kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan

barang dan jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat.

Batas usia kerja yang dianut oleh Indonesia adalah minimum 10 tahun, tanpa batas

umur maksimum. Jadi setiap orang atau penduduk yang berusia 10 tahun keatas

tergolong tenaga kerja.

Tenaga kerja sendiri terbagi menjadi dua kelompok yaitu angkatan kerja dan

bukan angkatan kerja. Angkatan kerja adalah tenaga kerja atau penduduk dalam

usia kerja yang bekerja atau mempunyai pekerjaan namun untuk sementara tidak

bekerja dan yang sedang mencari pekerjaan. Sedangkan bukan angkatan kerja

30

adalah tenaga kerja atau penduduk dalam usia kerja yang tidak bekerja, tidak

mempunyai pekerjaan dan sedang tidak mencari pekerjaan yaitu orang yang

kegiatannya sekolah (pelajar/mahasiswa), mengurus rumah tangga, serta menerima

pendapatan tapi bukan merupakan imbalan langsung atas jasa kerjanya (Sakernas,

2011).

Menurut Badan Pusat Statistik (BPS 2019) Pengangguran terdiri dari:

a. Mereka yang tak punya pekerjaan dari mencari pekerjaan.

b. Mereka yang tak punya pekerjaan dan mempersiapkan usaha.

c. Mereka yang tak punya pekerjaan dan tidak mencari pekerjaan, karena

merasa tidak mungkin mendapatkan pekerjaan.

d. Mereka yang sudah punya pekerjaan, tapi belum mulai bekerja.

4.1 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT)

Tenaga kerja menurut UU No13 Tahun 2003 Republik Indonesia tentang

Ketenagakerjaan adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna

menghasilkan barang dan atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sediri maupun

untuk masyrakat, sedangkan menuru Badan Pusat Statistik (BPS), tenaga kerja

adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang

dan jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyrakat. Batas

usia kerja yang dianut oleh Indonesia adalah minimum 10 tahun, tanpa batas umur

maksimum. Jadi setiap orang atau penduduk berusia 10 tahun keatas tergolong

tenaga kerja.

31

Tenaga kerja sendiri terbagi menjadi dua kelompok yaitu angkatan kerja dan

bukan angkatan kerja. Angkatan kerja adalah tenaga kerja atau penduduk dalam

usia kerja yang bekerja atau mempunyai pekerjaan namun untuk sementara tidak

bekerja dan yang sedang mencari pekerjaan. Sedangkan bukan angkatan kerja

adalah tenaga kerja atau penduduk dalam usia kerja yang tidak bekerja, tidak

mempunyai pekerjaan dan sedang tidak mencari pekerjaan yaitu orang yang

kegiatannya sekolah (pelajar/mahasiswa), mengurus rumah tangga, serta menerima

pendapatan tapi bukan merupakan imbalan langsung atas jasa kerjanya.

Jika dalam standar pengertian yang sudah ditentukan secara internasional,

yang dimaksudkan pengangguran adalah seseorang yang sudah digolongkan dalam

angkatan kerja yang sedang aktif dalam mencari pekerjaan pada suatu tingkat upah

tertentu, tetapi tidak dapat memperoleh pekerjaan yang diinginkannya. Maka

menurut sebab terjadinya, pengangguran digolongkan kepada tiga jenis yaitu:

a. Pengangguran friksional Pengangguran friksional adalah pengangguran

yang terjadi karena kesulitan temporer dalam mempertemukan pencari kerja

dan lowongan kerja yang ada. Kesulitan temporer ini dapat berbentuk

sekedar waktu yang diperlukan selama prosedur pelamaran dan seleksi, atau

terjadi karena faktor jarak atau kurangnya informasi. Pengangguran

friksional tidak bisa dielakkan dari perekonomian yang sedang berubah.

Untuk beberapa alas an, jenis-jenis barang yang dikonsumsi perusahaan dan

rumah tangga bervariasi sepanjang waktu. Ketika permintaan terhadap

barang bergeser, begitu pula perminttan terhadap tenaa kerja yang

32

memproduksi barang-barang tersebut.

b. Pengangguran struktural Pengangguran struktural terjadi karena ada

problema dalam struktur atau komposisi perekonomian. Perubahan struktur

yang demikian memerlukan perubahan dalam ketrampilan tenaga kerja

yang dibutuhkan sedangkan pihak pencari kerja tidak mampu menyesuaikan

diri dengan ketrampilan baru tersebut.

c. Pengangguran konjungtur Pengangguran konjungtur terjadi karena

kelebihan pengangguran alamiah dan berlaku sebagai akibat pengangguran

dalam permintaan agregat.

Menurut Badan Pusat Statistik (BPS 2019), Tingkat pengangguran terbuka

adalah presentase jumlah pengangguran terhadap jumlah angkatan kerja.

Pengganguran adalah suatu kondisi dimana individu anggkatan kerja yang

menginginkan pekerjaan tapi belum mendapatkanya (Sukirno, 2006). Segala upaya

untuk menurunkan tingkat pengangguran dan menurunkan ketimpangan distribusi

pendapatan adalah tujuan yang sama pentingnya. Secara teori jika masyrakat tidak

menganggur maka mereka memiliki pekerjaan dan pendapatan, dan pendapatan

yang diminiki dari bekerja diharapkan dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari. Jika

kebutuhan hidup sehari-hari dipenuhi maka dipastikan orang tersebut tidak miskin

dan dapat dikategorikan tingkat pengangguran akan semakin menurun yang

berpengaruh terhadap kesempatan kerja yang akan semakin meningkat, dan pada

akhirnya tingkat ketimpangan distribusi pendapatan akan menurun.

33

Tingkat pengangguran terbuka memberikan idikasi tentang usia penduduk

usia kerja temrasuk dalam kelompok penganggur. Tingkat pengangguran kerja

diukur sebagai presentase jumlah penganggur terhadao jumlah Angkatan kerja.

Untuk mengungukur tingkat pengangguran terbyka pada suatu wilayah bisa didapat

dari presentase membagi jumlah pengangguran dengan jumlah Angkatan kerja dan

dinyatakan dalam persen.

𝑻𝑷𝑻 =𝑱𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉 𝒑𝒆𝒏𝒈𝒂𝒏𝒈𝒈𝒖𝒓

𝒋𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉 𝒂𝒏𝒈𝒌𝒂𝒕𝒂𝒏 𝒌𝒆𝒓𝒋𝒂 𝑿 𝟏𝟎𝟎

Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) adalah angka yang menunjukkan

banyaknya pengangguran terhadap 100 penduduk yang masuk kategori angkatan

kerja. Pengangguran terbuka (open unemployment) didasarkan pada konsep

seluruh angkatan kerja yang mencari pekerjaan, baik yang mencari pekerjaan

pertama kali maupun yang sedang bekerja sebelumnya. Sedang pekerja yang

digolongkan setengah penganguran (underemployment) adalah pekerja yang masih

mencari pekerjaan penuh atau sambilan dan mereka yang bekerja dengan jam kerja

rendah (di bawah sepertiga jam kerja normal, atau berarti bekerja kurang dari 35

jam dalam seminggu). Namun masih mau menerima pekerjaan, serta mereka yang

tidak mencari pekerjaan namun mau menerima pekerjaan itu. Pekerja digolongkan

setengah pengangguran parah (severely underemployment) bila ia termasuk

setengah menganggur dengan jam kerja kurang dari 25 jam seminggu.

Menurut BPS, Pengangguran terbuka terdiri atas:

34

1. Penduduk yang sedang mencari pekerjaan

2. Penduduk yang sedang mempersiapkan usaha

3. Penduduk yang merasa tidak mungkin mendapat pekerjaan

4. Penduduk yang sudah punya pekerjaan tapi belum mulai bekerja

Pengangguran terbuka biasanya terjadi pada generasi muda yang baru

menyelesaikan pendidikan menengah dan tinggi. Ada kecenderung mereka yang

baru menyelesaikan pendidikan berusaha mencari kerja sesuai dengan aspirasi

mereka. Aspirasi mereka biasanya adalah bekerja disektor modern atau di kantor.

Untuk mendapatkan pekerjaan itu mereka bersedia menunggu untuk beberapa lama.

Tidak tertutup kemungkingan mereka berusaha mencari pekerjaan itu di kota atau

di provinsi atau daerah yang kegiatan industry telah berkembang. Ini yang

menyebabkan angka pengangguran terbuka cenderung tinggi di kota atau daerah

yang kegiatan industry atau sektor modern telah berkembang.17 Sebaliknya angka

pengangguran terbuka rendah di daerah atau provinsi yang kegiatan ekonomi masih

bertumpu pada sektor pertanian. Apalagi tingkat pendidikan di daerah tersebut

rendah. Pada umumnya, mereka yang berpendidikan rendah bersedia bekerja apa

saja untuk menopang kehidupan. Bila sektor pertanian kurang dapat menjamin

kelangsungan hidup, mereka bersedia berusaha di kantor informal. Mereka tidak

memperdulikan apakah jam kerja panjang atau penghasilan rendah. Bagi mereka

yang penting dapat bertahan hidup

Beberapa akibat buruk dari pengangguran dibedakan kepada dua aspek

dimana dua aspek tersebut yaitu:

35

a. Akibat buruk ke atas kegiatan perekonomian Tingkat pengangguran yang

relatif tinggi tidak memungkinkan masyarakat mencapai pertumbuhan

ekonomi yang teguh. Hal ini dapat dengan jelas dilihat dari memperlihatkan

berbagai akibat buruk yang bersifat ekonomi yang ditimbulkan oleh

masalah pengangguran. Akibat-akibat buruk tersebut dapat dibedakan

sebagai berikut:

1) Pengangguran menyebabkan masyarakat tidak memaksimumkan tingkat

kemakmuran yang mungkin dicapainya. Hal ini terjadi karena pengangguran

bisa menyebabkan pendapatan nasional riil (nyata) yang dicapai masyarakat

akan lebih rendah daripada pendapatan pendapatan potensial (pendapatan

yang seharusnya). Oleh karena itu, kemakmuran yang dicapai oleh

masyarakat pun akan lebih rendah.

2) Pengangguran menyebabkan pendapatan pajak pemerintah berkurang.

Pengangguran diakibatkan oleh tingkat kegiatan ekonomi yang rendah, dan

dalam kegiatan ekonomi yang rendah pendapatan pajak pemerintah semakin

sedikit. Jika penerimaan pajak rendah, dana untuk kegiatan ekonomi

pemerintah juga akan berkurang sehingga kegiatan pembangunan pun akan

terus menurun.

3) Pengangguran tidak menggalakkan pertumbuhan ekonomi. Pengangguran

menimbulkan dua akibat buruk kepada kegiatan sektor swasta. Yang pertama,

pengangguran tenaga buruh diikuti pula oleh kelebihan kapasitas mesin-

mesin perusahaan. Kedua, pengangguran yang diakibatkan keuntungan

36

kelesuan berkurang. Kegiatan Keuntungan perusahaan yang rendah

menyebabkan mengurangi keinginan untuk melakukan investasi.

b. Akibat buruk ke atas individu dan masyarakat Pengangguran akan

mempengaruhi kehidupan individu dan kestabilan sosial dalam masyarakat.

Beberapa keburukan sosial yang diakibatkan oleh pengangguran adalah:

1) Pengangguran menyebabkan kehilangan mata pencarian dan pendapatan.

2) Pengangguran dapat menyebabkan kehilangan keterampilan. Keterampilan

dalam mengerjakan suatu pekerjaan hanya dapat dipertahankan apabila

keterampilan tersebut digunakan dalam praktek.

3) Pengangguran dapat menimbulkan ketidakstabilan sosial dan politik.

Kegiatan ekonomi yang lesu dan pengangguran yang tinggi dapat

menimbulkan rasa tidak puas masyarakat kepada pemerintah.

37

B. Tinjauan Kajian Terdahulu

Tabel 2. 1 Tinjaun Kajian Terdahulu

No Judul, Penulis

dan Tahun

Penelitian

Variabel

dan Alat

Analisis

Hasil Penelitihan Perbedaan

1 Analisis

Pengaruh

Pertumbuhan

Ekonomi,

Investasi dan IPM

terhadap

Ketimpangan

Pendapatan Antar

Daerah di

Provinsi Jawa

Tengah tahun

2005-2012

a.Variabel

Depeden

Ketimpanga

n Distribusi

Pendapatan

b.Variabel

Independen

• Pertumbuhan

Ekonomi

• Investasi

a. Variabel

pertumbuhan

ekonomi tidak

berpengaruh

signifikan

b. Variabel IPM

tidak berpengaruh

signifikan

c. Variabel

investasi

Variabel

Indepeden:

Pertumbuhan

Ekonomi dan

Investasi

Periode: 2005-

2012

Objek

Penelitihan:

Jawa Tengah

38

No Judul, Penulis

dan Tahun

Penelitian

Variabel

dan Alat

Analisis

Hasil Penelitihan Perbedaan

(Muhammad

Haris Hidayat,

2014)

• IPM

Alat Analisis:

Panel Data

menggunakan

Fixed Effect

Model (FEM)

berpengaruh

negatif signifikan

2 Analisis Faktor-

Faktor yang

Mempengarui

Ketimpangan

Distribusi

Pendapatan di

Pulau Jawa tahun

a.Variabel

Depeden

• Indeks Gini

b.Variabel

Indepeden

a.Variabel PDRB

perkapita

berpengaruh positif

signifikan

b. Variabel

populasi penduduk

Variabeel

Indepeden:

PDRB Per

kapita,

Populasi

Penduduk. Dan

Derajat

39

No Judul, Penulis

dan Tahun

Penelitian

Variabel

dan Alat

Analisis

Hasil Penelitihan Perbedaan

2007-2013 (Ani

Nurlali, 2016)

• PDRB per

kapita

• Populasi

Penduduk

• Tingkat

Pengangguran

Terbuka

• Derajat

Desentralisasi

Fiskal

berpengaruh positif

signifikan

c. Variabel TPT

berpengaruh positif

signifikan

d. Variabel

derajat fiskal tidak

berpengaruh

signifikan

Desentralisasi

Fiskal

Periode: 2007-

2013

Objek

Penelitihan:

Pulau Jawa

40

No Judul, Penulis

dan Tahun

Penelitian

Variabel

dan Alat

Analisis

Hasil Penelitihan Perbedaan

3 Ketimpangan

Pendapatan

Provinsi Jawa

Timur dan

Faktor-Faktor

yang

Mempengaruinya

(Muhammad

Arif, 2017)

a.Variabel

Independen

Ketimpanga

n Distribusi

Pendaatan

b.Variabel

Depeden

• IPM

• Pertumbuhan

Ekonomi

a. Variabel IPM

berpengaruh positif

signifikan

b. Variabel

Pertumbuhan

Ekonomi

berpengaruh

negatif signifikan

c. Variabel tenaga

kerja berpengaruh

negatif signifikan

Variabel

Indepeden:

Pertumbuhan

Ekonomi,

Tenaga Kerja,

dan Jumlah

Penduduk

Metode:

Random Effect

Model (REM)

Objek: Jawa

Timur

41

No Judul, Penulis

dan Tahun

Penelitian

Variabel

dan Alat

Analisis

Hasil Penelitihan Perbedaan

• Tenaga

Kerja

• Jumlah

Penduduk

Alat Analisis:

Panel Data

menggunakan

Random Effect

Model (REM)

d. Variabel jumlah

penduduk

berpengaruh

signifikan

4 Analisis Peran

Pendidikan dan

Ketangakerjaan

.Variabel

Depeden

• Indeks Gini

a. Variabel rata-rata

lama sekolah

Variabel

Indepeden:

Rata-rata lama

42

No Judul, Penulis

dan Tahun

Penelitian

Variabel

dan Alat

Analisis

Hasil Penelitihan Perbedaan

terhhadap

Ketimpangan

Distribusi

Pendapatan di

Indonesia (Rara

Min Arsyillah,

2019)

b.Variabel

Independen

• Rata-Rata

Lama

Sekolah

• Angka

Partisipasi

Sekolah

• Tingkat

Partisipasi

Sekolah

berpengaruh

negatif signifikan

b. Variabel angka

partisipasi

sekolah

berpengaruh

positf signifikan

c. Variabel tingkat

partisipasi

sekolah

berpengaruh

positif signifikan

sekolah, Angka

Partisipasi

Sekolah, dan

Tingkat

Partisipasi

Sekolah

Periode: 2013-

2017

Objek:

Indonesia

43

No Judul, Penulis

dan Tahun

Penelitian

Variabel

dan Alat

Analisis

Hasil Penelitihan Perbedaan

• Tingkat

Partisipasi

Angkatan

Kerja

Alat Analisis:

Panel Data

menggunakan

Fixed Effect

Model (FEM)

d. Variabel tingkat

partisipasi

angkatan kerja

berpengaruh

positif

signifikan

5 Effect of

Education and

Globalisation on

Income

a.Variabel

Dependen

• Indeks Gini

a. Ketimpangan

Pendidakan

berpengaruh

ketidak adailan

Variabel

Indepeden:

GDP

perkapita,

44

No Judul, Penulis

dan Tahun

Penelitian

Variabel

dan Alat

Analisis

Hasil Penelitihan Perbedaan

Distribution

(Kang H

Park,2013)

b. Variabel

Indepeden

• GDP

perkapita

Ketimpanga

n Pendidikan

• Kebebasan

Ekonomi

• Tingkat

Globalisasi

pendidikan

menyebabkan

ketimpangan

distribusi

pendapatan

Pendidikan,

dan

Globalisasi

Metode:

Model

Hipotesis

Kuznets

Interveted-U

(Gini= a0 + a1

lnY + a2 (lnY)

+ u)

Periode: 1970-

2012

45

No Judul, Penulis

dan Tahun

Penelitian

Variabel

dan Alat

Analisis

Hasil Penelitihan Perbedaan

Alat Analisis:

Model

Hipotesis

Kuznets

Interveted-U

(Gini= a0 + a1

lnY + a2 (lnY)

+ u)

Objek: 208

Negara-Negara

di Dunia

6 Democracy,

Redistribution of

Inequality (Daron

Acemogolu,

2015)

a.Variabel

depeden

• Gini Ratio

a.Indeks demokrasi

berpengaruh

negatif signifikan

b. Pendapatan asli

daerah

Variabel

Indepeden:

Retribution

Regional

46

No Judul, Penulis

dan Tahun

Penelitian

Variabel

dan Alat

Analisis

Hasil Penelitihan Perbedaan

b.Variabel

Independen

• Indeks

Democracy

• Retiribution

Regional

Alat Analisis:

Panel Data

menggunakan

Random Effect

Model

berpengaruh

negatif signifikan

Metode:

Random Effect

Model

47

No Judul, Penulis

dan Tahun

Penelitian

Variabel

dan Alat

Analisis

Hasil Penelitihan Perbedaan

7 The Effect of

Unemployment

on Labour

Earning Inquality

(Alicia

Menendez, 2000)

a.Variabel

Depeden

• Gini Ratio

b.Variabel

Independen

• Employed

• Unemployed

• Out of The

Labor Force

a. Jumlah

pengangguran

menyumbang

besar terhadap

ketimpangan

pendapatan

Variabel

Depeden:

Employed dan

Out of the

Labor Depeden

Metode:

Pooled Least

Square

48

No Judul, Penulis

dan Tahun

Penelitian

Variabel

dan Alat

Analisis

Hasil Penelitihan Perbedaan

Alat Analisis:

Pooled Least

Square

8 Analisi Faktor-

Faktor yang

Mempengarui

Ketimpangan di

Pulau Jawa tahun

2010-2016 (Ellza

Alfya Rahma,

2018)

a.Variabel

Depeden

• Indeks Gini

b.Variabel

Independen

•IPM

• TPT

• TPAK

a. IPM dan TPT

bepengaruh

positif

signifikan

b. TPAK

berpengaruh

Positif tidak

signifikan

Variabel

Depeden:

TPAK

Periode: 2010-

2016

Objek: Pulau

Jawa

49

No Judul, Penulis

dan Tahun

Penelitian

Variabel

dan Alat

Analisis

Hasil Penelitihan Perbedaan

Alat Analisis:

Fixed Effect

Model

9 Pengaruh PDRB

perkapita,

Tingkat

Kemiskinan,

Jumlah

Penduduk, dan

Tingkat

Pengangguran

Terbuka terhadap

Ketimpangan

a.Variabel

Depeden

• Indeks Gini

b.Variabel

Indepeden

• PDRB

perkapita

a. PDRB

perkapita dan

Jumlah penduduk

berpengaruh positif

tidak signifikan

b. Indeks

kedalaman

kemsiskinan dan

TPT berpengaruh

Variabel

Indepeden:

PDRB

perkapita,

Indeks

Kedalaman

Kemiskinan

dan Jumlah

Penduduk

50

No Judul, Penulis

dan Tahun

Penelitian

Variabel

dan Alat

Analisis

Hasil Penelitihan Perbedaan

Distribusi

Pendapatan di

Sumatera Barat

tahun 2011-2017

(Miftahurrahma,

2019)

• Indeks

Kedalaman

Kemiskinan

• Jumlah

Penduduk

• Tingkat

Pengangguran

Terbuka

Alat Analisis:

Fixed Effect

Model

negatif tidak

signifikan

Periode: 2011-

2017

Objek:

Sumatera Barat

51

No Judul, Penulis

dan Tahun

Penelitian

Variabel

dan Alat

Analisis

Hasil Penelitihan Perbedaan

10 Analisis

Pengaruh

Desentralisasi

Fiskal terhadap

Ketimpangan

Distribusi

Pendapatan di

Indonesia

(Aditya, 2020)

a.Variabel

Depeden

• Indeks Gini

b.Variabel

Independen

• Derajat

Desentralisasi

Fiskal

• PDRB

• Total

Populasi

a. Variabel

DDF dan Total

Populasi tidak

berpengaruh

signifikan

b. PDRB

berpengaruh ngatif

signifikan

c. IDI

berpngaruh positif

signifikan

Variabel

Indepeden:

Derajat

Desentralisasi

Fiskal, PDRB,

dan Total

Populasi

Objek:

Indonesia

Periode: 2013-

2018

52

No Judul, Penulis

dan Tahun

Penelitian

Variabel

dan Alat

Analisis

Hasil Penelitihan Perbedaan

• Indeks

Demokrasi

Indonesia

Alat Analisis:

Fixed Effect

Model

C. Hubungan Antar Variabel

1. Pengaruh Indeks Demokrasi Indoneisa terhadap Ketimpangan

Distribusi Pendapatan

Pada indeks demokrasi indonesia diasumsikan sebagai alat ukur objektif dan

empirik terhadap kondisi Demokrasi dan Sistem Politik yang ada di Indonesia. Dan

Indeks Demokrasi Indonesia mereprensentasikan alat pengukuran yang dibagun

dengan latar belakang keadaan sosial politik di Indonesia. Indeks Demokrasi

Indonesia yang dimaksud adalah komponen-komponen yang terdiri dari Kebabasan

53

Sipil (Civil Libierties), Hak – Hak politik (Political Right), dan Lembaga-lembaga

Demokrasi (Intituion of democracy), Ketiga aspek demokrasi ini kemudian

dijabarkan menjadi sejumlah variabel dan indikator (Rauf, et al., 2009). Pada

penelitihan ini diasumsikan bahwa Indeks Demokrasi merpresentasikan keadan

Sosial politik dan sistem pemerintahan yang ada dinegara ini. Menurut North

(North, 1990) Peningktan Indeks Demokrasi disuatu daerah akan memeberikan

dampak baik terhadap perekonomian di masyrakat. Hak – hak politik dan hak-hak

sipil memberikan rakyat kesempatan untuk menuntut kebijakan pemerintah yang

lebih baik. Jika demokrasi dilaksanakan dengan benar maka tuntutan ini selalu

memotivasi pemerintah melakukan respon yang baik demi mensejahterahkan

rakyatnya.

Gering dkk (2015) mengukapkan bahwa pada rezim demokrasi yang baik,

demokrasi akan memberikan dampak yang baik terhadap tiga jenis modal yaitu:

manusia, sosial dan politik. Muara dari meningkatnya ketigat modal tersebut adalah

pertumbuhan ekonomi disuatu daerah yang akan meningkatkan pendapatan

masyrakatnya. Demokrasi dinilai berhasil meningkatkan modal manusia melalui

perbaikan kualitas pendidikan dan kesehatan, serta peningkatan harapan hidup.

Modal sosial berperan dalam menentukan produktifitas ekonomi masyrakat

54

misalnya melalui pembangunan finansial dan dampak jangka Panjang mendorong

peningkatan modal sosial. Demokrasi mempengarui modal politik melelui proses

pembelajaran para pelaku politik karena pada negara demokrasi kesempatan yang

sama diberikan untuk menjadi pelaku politik. Selain proses pembelajaran

demokrasi juga mempengaruhi kelembagaan, dimana kelembagaan berperan

meminimalkan ketidakpastian dalam meningkatkan sistem pemerintahan yang

Good Govermance. Maka pada penelitihan ini diasumsiakan bahwa indeks

demokrasi Indonesia akan mengurangi ketimpangan distribusi pendapatan jika

diiring peran aktif pemerintah untuk mendengarkan aspirasi masyrakat dalam upaya

mensejahterakan masyraktanya dan peran aktif pengawasan pemerintaah untuk

meningkatkan modal manusia (Kesehatan dan Pendidikan) serta modal fisik

(Insfratrukstur Pendidikan, Kesehatan, dan Perdagangan) yang dalam jangka

panjanganya meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia di suatu daerah yang

akan berdampak kepada penigkatan pendapatan yang akan mengurangi

ketimpangan distribusi pendapatan di masyrakat.

2. Pengaruh Angka Harapan Hidup terhadap Ketimpangan Distribusi

Pendapatan

55

Angka Harapan Hidup suatu indikator yang merepresentasikan kualitas

kesehatan suatu masrakat di daerah karena kesehatan suatu yang penting untuk

mutu manusianya. Menurut Notoatmodjo (Notoadmodjo, 2007) mutu manusia

dilihat dari sisi kesehatannya. Karena menurut beliau kesehatan adalah salah satu

faktor yang mempengarui kualitas sumber daya manusia, dengan kata lain

kesehatan adalah salah satu indikator yang dapat mempengaruhi kualitas manusia.

Kekurangan kalori, gizi, karbohidrat, protein, dan lain sebagainya akan membuat

derajat kesehatan bagi suatu populasi akan menyebabkan kualitas manusia rendah

serta tingkat mental yang rendah. Menurut Todaro & Smith (Todaro & Smith, 2003)

persyaratan bagi suatu negara dalam meningkatkan produktifitas masyrakatnya

adalah dengan memenuhi salah satu hak dasar mereka, salah satu hak dasar mereka

adalah mendapatkan pelayanan dan fasilitas kesehatan yang baik agar

meningakatkan kesehatan dan manusianya. Apabila suatu masyrakat daerah

kebutuhan kalori, gizi, karbohidrat, protein terpenuhi serta pelayanan dan

fasilitasnya memadai maka akan berdampak pada kualitas kesehatan masyrakat

yang akan berpengaruh terhadap mutu manausianya serta produktifitas manusianya

dalam bekerja yang akan berdampak terhadap pendapatanya apabila dalam jangka

56

Panjang akan menghasilkan pemertaan distribusi pendapatan masyrakatnya disuatu

daerah.

3. Pengaruh Tingkat Pengangguran Terbuka terhadap Ketimpangan

Distribusi Pendapatan

Tidak dapat dipungkiri bahwa terdapat hubungan yang erat antara

pengangguran, kemiskinan dan ketidakmerataan distribusi pendapatan. Semakin

banyak jumlah penganguran disutau negara akan semakin banyak jumlah

maskyrakat miskinya yang akan berdampak kepada ketidakmerataan distribusi

pendapatan disuatu daerah. Hal ini juga menjadi masalah yang disebabkab

timbulnya tenaga kerja paruh waktu dan pengangguran sukarela. Tenaga paruh

waktu dapat dikatakan tidak mempunyai pendapatan sebesar tenaga kerja yang

bekerja secara normal, bahkan sering tidak dianggap sebagai pekerja karena jam

kerja yang rendah. Terdapat banyak juga pekerja penuh yang dapat dikategorikan

pengangguran tetapi memiliki pendapatan yang memadai karena dilihat dari jam

kerjanya kurang tetapi mendapatkan pendapatan yang lumayan besar. Seperti

nelayan, pedagang pasar, dan pedagang kaki lima serta yang lainya yang dapat

dikategorikan pengangguran karena jam kerjanya kurang namun pendapatan

lumayan memenuhi kebutuhan hidupnya.

57

D. Kerangka Pemikiran

Keterangan:

: Hubungan Simultan

: Hubungan Parsial

Ketimpangan Distribusi

Pendapatan (Y)

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir

Indeks Demokrasi Indonesia

(IDI)

Angka Harapan Hidup

(AHH)

Tingkat Pengangguran Terbuka

(TPT)

58

E. Hipotesis Penelitihan

Menurut Ghozali (Ghozali, 2001), hipotesis adalah hasil praduga sementara

dan masih harus dibuktikan kebenaranya dengan uji analisis. Hipotesis di susun

berdasarkan kebenarannya dan juga sesuai dengan kerangka pemikiran serta

penelitihan terdahulu.

1. Variabel Indeks Demokrasi Indonesia memiliki pengaruh negatif dan

signifikan terhadap ketimpangan distribusi pendaptan 12 provinsi di

Indonesia Timur

2. Variabel Angka Harapan Hidup diduga memiliki pengaruh negatif dan

signifikan terhadap ketimpangan distribusi pendaptan 12 provinsi di

Indonesia Timur.

3. Variabel Indeks Angka Harapan Hidup diduga memiliki pengaruh negatif

dan signifikan terhadap ketimpangan distribusi pendaptan 12 provinsi di

Indonesia Timur.

4. Variabel Indeks demokrasi Indonesia, Angka Harapan Hidup dan Tingkat

Pengangguran Terbuka secara bersama-sama berpengaruh negatif dan

signifikan terhadap ketimpangan distribusi pendapatan 12 provinsi di

Indonesia Timur.

59

BAB III

METODELOGI PENELITIHAN

A. Ruang Lingkup Penelitihan

Penelitihan ini menganalisa apakah kualitas demokrasi, Angka Harapan

Hidup dan ketenagakerjaan dapat mengurangi ketimpangan distribusi pendapatan

di Indonesia Timur. Penelitih menggunakan dua jenis variabel, yang pertama adalah

variabel depeden yang digunakan penulis adalah indeks gini (selaku y) dan variabel

independen yang digunakan dalam kelompok demokrasi di representasikan oleh

indeks demokrasi Indonesia (selaku x1), kelompok pembangunan manusia

direpresentasikan oleh angka harapan hidup (selaku x2), dan kelompok

ketenagakerjaan direpresentasikan oleh tingkat pengangguran terbuka selaku (x3).

Ruang lingkup penelitihan ini adalah Indonesia Timur dengan mengambil

sample (cross-section) 12 provinsi, dan tahun (timer series) sebanyak 10 tahun.

Dari tahun 2009-2018. Metode analisis yang akan penelitih gunakan adalah regresi

data panel. Adapun data yang diperlukan dalam penelitihan kali ini adalah, (i) data

indeks gini (IG) dari 12 provinsi dalam kurun waktu 2009-2018, (ii) data indeks

demokrasi Indonesia (IDI) 12 provinsi dalam kurun waktu 2009-2018, (iii) data

angka harapan hidup (AHH) 12 provinsi dalam kurun waktu 2009-2018, dan (iv)

60

data tingkat pengangguran terbuka (TPT) dari 12 provinsi dalam kurun waktu 2009-

2018.

B. Metode Pengumpulan Sampel

Metode pengumpulan sampel akan sangat membantu dalam penelitihan yang

dihadapkan pada sampel yang beragam dari suatu populasi. Populasi yang

digunakan dalam penelitihan ini adalah Provinsi-provinsi yang di wilayah

Indonesia bagian Timur yang berjumlah 12 Provinsi. Adapun Metode yang

digunakan dalam penelitihan ini merupakan purposive sampling.

Purposive Simpling sendiri dapat dideskripsikan sebagai teknik yang

digunakan dalam memilih sampel suatu penelitihan, dimana terdapat keterkaitan

yang antara kriteria yang ditentukan dan tujuan penelitihan yang dihasilkan

(Sugiyono, 2012). Pada teknik purposive simpling, terdapat teori yang

dikembangkan oleh Rosecoe dalam Sugiyono (2012) salah satu syaratnya

mengatakan bahwa jika peneliti menggunakan analisis dengan variasi yang banyak

(korelasi anatar variable atau regresi linear berganda), maka jumlah anggota sampel

yang harus dianlisis minimal 10 dikalikan dengan jumlah variabel yang digunakan.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat diketahui bahwa penelitihan ini

menggunakan anlisis regresi linear berganda dengan jumlah anggota sampel

61

ditentukan dengan cara jumlah variable dikali 10 maka didapatkan hasil minimal

sampel yang dapat digunakan dalam penelitihan tersebut. Terdapat empat variabel

dalam penelitihan ini yaitu satu variabel dependen (Ketimpangan Distribusi

Pendapatan) dan tiga variabel independen (Indeks Demokrasi Indonesia, Angka

Harapan Hidup, dan Tingkat Pengangguran Terbuka) maka 4 variabel dikalikan 10

sama dengan 40 yang artinya minimal sampel dalam penelitihan ini adalah 40.

Penelitihan in kemudian memilih observasi sebanyak 12 Provinsi dengan rentan

waktu 10 tahun yaitu dari tahun 2009-2018 dan didapatkan jumlah sampel dalam

penelitihan ini berjumlah 120. Oleh karena itu, maka jenis data yang peneliti

gunakan adalah data sekunder, karena tidak diperoleh langsung oleh sumbernya.

Teknik pengambilan data yang penulis lakukan adalah Teknik dukumentasi

laporan-laporan pemerintah dan juga teknik studi Pustaka dengan melihat data dari

literatur-literatur terdahulu. Karena data yang penulis gunakan adalah data

sekunder, maka penulis gunakan adalah data sekunder, maka penulis mengambil

data tersebut dari Badan Pusat Statistika (BPS, 2019) dalam kurun waktu 2009-

2018.

62

C. Definisi Operasional Variabel

Tabel 3. 1 Definisi Operasional Tabel

Variabel Definisi Teori Satuan

Indeks

Demokrasi

Indonesia

Koefisieen untuk menghitung tingkat

perkembangkan demokrasi di Indonesia berasarkan

tiga aspek demokrasi yaitu Kebebasan Sipil (Civil

Liberty), Hak-hak politik (political Rights), dan

Lembaga Demokrasi (Institution Demokrasi).

Presentase

Angka

Harapann

Hidup

Koefisien untuk menghitung perkiraan rata-rata

lamanya hidup sejak lahir yang akan dicapai oleh

penduduk,

Presentase

Tingkat

Pengangguran

Terbuka

Koefisien untuk menghitung proporsi presentase

jumlah angkatan kerja yang tidak terserap oleh

pasar tenaga kerja. Pada rentan usia kerja 15-64

tahun.

Presentase

63

Variabel Definisi Teori Satuan

Ketimpangan

Distribusi

Pendapatan

Koefisien untuk mengukur ketimpangan distribusi

pendapatan yang angkanya berkisar antara nol

(pemerataan Sempurna) hingga satu (ketimpangan

sempurna), semakin besar koefisienya (mendekati

satu) maka dapat dikatakan ketimpangan semakin

besar sebaliknya apabila koefisien semakin kecil

(mendekati nol) maka dapat dinyatakan tidak

timpang.

Indeks

D. Metode Analisis Data

1. Model Data Panel

Data Panel merupakan analisis data yang terdiri dari data seksi silang

(terdapat beberapa objek) yang biasa sering disebut cross section digabung dengan

data runtutan waktu (berdasarkan waktu) yang disebut time series (Winarno, 2015).

Data Panel merupakan analisis yang mengkombinasikan data cross section dengan

sejumlah observasi yang telah ditentukan dalam jangka waktu tertentu atau data

time series yang juga telah ditentukan. Menurut Gujarati (Gujarati, 2006) data panel

64

memungkinkan peneliti mempelajari suatu data komplek, terkait perilaku yang ada

dalam modelnya keunggulan tersebut yang mengimplikasikan bahwa dalam

pengujian data model GLS tidak diperlukan pengujian asumsi klasik.

Menurut Gujarti (Gujarata, 2003). Berikut adalah beberapa keuntugan

menggunakan data panel.

1. Data panel adalah data yang berjenis homogen bila didapatkan dari suatu

individu, negara maupun perushaan. Maka dari itu data panel, dalam

perhitungannya dapat dipertimbangkan dan juga ditaksirkan.

2. Dikarenakan data panel adalah gabungan dari data time series dan juga cross

section, maka kombinasi tersebut akan membuat data yang didapat lebih

lengkap informasinya, lebih beragam, minim terjadinya korelasi antar

variabel, derajat bebas lebih besar, dan lebih efisien.

3. Penelitihan dengan data panel lebih memuaskan dalam menentukan suatu

perubahan yang dinamis.

4. Data panel dapat menganalisis suatu perilaku yamg lebih kompleks, seperti

skala perubahan ekonomi dan perubahan tekonologi.

5. Data panel dapat mendeteksi juga mengukur efek sederhana yang tidak

dapat diukur oleh data time series saja maupun cross section saja.

65

6. Dapat menimbulkan bias yang disebabkan oleh agregasi perusahaan

maupun individu, karena unit data yang dihasilkan lebih banyak.

Saat menggabungka data time series dan cross section kita mampu menambahkan

jumlah observasi secara signifikan tanpa melakukan treatment apapun pada data

seperti melakukan logaritma natural. Sehingga analisis data panel memungkinkan

memberikan hasil yang memuaskan dan mendapatkan hasil yang rinci. Sedangakan

model analisis yang digunakan dalam penelitihan ini yakni analisi regresi linear

berganda.

Model penelitih yang digunakan oleh penelitih adalah model regresi data

panel dengan metode GLS, berikut adalah model yang digunakan:

IGi* = βiIDI0i

* + βiAHH0i* + βiTPT0i

* + սi*

Penjelasan:

IG : Indeks Gini

IDI : Indeks Demokrasi Indonesia

AHH : Angka Harapan Hidup

TPT : Tingkat Pengangguran Terbuka

2. Model Estimasi

Dalam menganalisis model regresi dengan menggunakan data panel dapat

66

dilakukan dengan macam-macam pendekatan yaitu :

1. Pendekatan Common Effect

Pendekatan pertama adalah common effect, Teknik yang cukup terbilang

sederhana karena hanya mengestimasi data lewat kombinasi data time

series dan data cross section. Dengan hanya menggambarkan data tersebut

tanpa perbedaan tiap individu disetiap waktu, maka dengan hanya

menggunakan OLS, data tersebut selesai untuk diestimasi. Menurut

Greene (Greene, 2000), common effect model adalah model yang

mengacuhkan perbedaan disetiap seris waktu dan seris wilayah.

2. Pendekatan Fixed Effect Model

Fixed Effect Model (FEM) adalah model yang menjelaskan bahwa

individu-individu secara cross-section dalam model memiliki interesepnya

masing-masing. Intersep yang dihasilkan tersebut akan memberikan

pengaruh yang berbeda dari masing-masing individu. Model ini juga

sering disebut sebagai Teknik Least Squares Dummy Variable (LSDV).

Untuk mengestimasi data panel, model initer kadang menggunakan Teknik

variable dummy, yang mana variable dummy dapat melihat perbedaan

intersep pada masing-masing individu (Gujarati, 2003).

67

3. Pendekatan Random Effect Model

Menurut Greene (Greene, 2000), random effect model adalah model yang

mengestimasi parameter (intersep) yang berbeda-beda antar wilayah dan

waktu, menjadi suatu error dalam suatu model.

E. Pengujian Model

1. Uji Spesifikasi

Diperlukan beberapa tahapan dalam melakukan uji spesifikasi. Karena tiga macam

pendekatan diatas adalah sebuah asumsi yang sudah ditetapkan untuk melakukan

uji spesifikasi terlebih dahulu terhadap data panel yang telah didapatkan. Maka dari

itu, ada beberapa uji spesifikasi, diantaranya uji Chow dan uji Huasman. Ketika

menetapkan bentuk asumsi yang paling tepat diantaranya estimasi Ordinasy Least

Square (OLS), jika diasumsikan tidak memiliki masalah pada autokorelasi dan

heterokedastisitas. Namun, jika memiliki masalah pada autokorelasi dan

heterokedastis maka memakai estimasi General Least Square (GLS). Penjelasan uji

spesifikasi sebagai berikut :

a. Uji Chow

Uji Chow adalah uji yang digunakan untuk membandingkan model mana

yang terbaik antara model Commen Effect Model dengan Fixed Effect

68

Model (Widarjono, 2013). Uji Chow dalam penelitian ini menggunakan

program Eviewa 10.

Hipotesis yang dibentuk dalam Uji Chow sebagai berikut:

𝐻0: Model Common Effect adalah model terbaik

𝐻1: Model FixedtEffect adalah model terbaik

b. Uji Hausman

Uji Hausman adalah uji yang digunakan untuk membandingkan Fixed

Effect Model dengan Random Effect Model untuk menentukan model

yang terbaik untuk dipakai sebagai model regresi data panel (Gujarati,

2012). Uji Hausman dalm penelitian ini menggunakan program Eviews

10.

Hipotesis yang dibentuk dalam Uji Chow sebagai berikut:

𝐻0: Model Random Effect adalah model terbaik

𝐻1: Model FixedtEffect adalah model terbaik

c. Uji Langrange Multiplier (LM Test)

Uji Langrange Multiplier adalah Uji yang digunakan untuk

membandingkan Random Effect Model dengan Comment Effect Model

69

untuk menentukan model yang terbaik yang digunakan sebagai regrsi data

panel (Gujarati, 2012).

Hipotesis yang dibentuk dalam Uji Chow sebagai berikut:

𝐻0: Model Commen Effect adalah model terbaik

𝐻1: Model RandomtEffect adalah model terbaik

2. Metode Estimasi

Dikarenakan sudah menentukan model asumsi yang paling besar, selanjutnya

adalah menetukan metode estimasinya. Proses yang menggunakan sampel statistik,

yang dipergunakan untuk menduga atau menaksir hubungan parameter populasi

yang tidak diketahui disebut sebagai pendugaan atau Bahasa ilmiahnya adalah

estimasi. Keadaan parameter populasi dapat diketahui oleh penulis dikarenakan

adanya pendugaan atau estimasi. Estimasi atau pendugaan merupakan suatu

pernyataan mengenai parameter populasi yang diketahui berasaskan dari sampel,

selanjutnya sampel random yang diambil dari populasi dari sampel, selanjutnya

sampel random yang diambil dari populasi yang digunakan Menurut Hasan (Hasan,

2017) , ciri-ciri pendugaan yang baik dan benar adalah efisien, konsisten, unbiased

(tidak bias). Dalam menentukan estimasi atau pendugaan terdapat dua, Diantaranya

adalah sebagai berikut:

70

a. Ordinary Least Square (OLS)

Yi = β0 + β1 X1i + β1 X2i + … + βk Xki + ℇi Ordinary Least Square (kuadrat terkecil

biasa) merupakan salah satu metode bagian dari kuadrat terkecil saja.

Metode ini sering digunakan para peneliti atau ilmuwan untuk proses

perhitungan suatu persamaan regresi sederhana. Dalam penggunaan

regresi, terdapat beberapa asumsi dasar yang dapat menghasilkan

estimator linear tidak bias yang terbaik dari model regresi yang diperoleh

dari metode kuadrat terkecil biasa atau dikenal dengan regresi OLS agar

taksirkan koefisien regresi itu bersifat BLUE (Best Linear Unbiased

Estimator). Misalkan:

Yang dapat secara ringkas ditulis dalam notasi matriks sebagai berikut :

Y=Xβ + ℇ

Dengan β adalah suatu vektor kolom k-unsur dari penaksiran parameter

kuadrat terkecil biasa dan ℇ adalah suatu vektor kolom n x 1 dan n residual

(Gujarati, 1999). Variabel ℇ sangat memegang peran dalam model

ekonometrika, akan tetapi variabel ini tidak dapat diteliti dan tidak juga

tersedia informasi tentang bentuk distribusi kemungkinanya. Selain asumsi

menganai distribusi probalitasnya, beberapa asumsi lainya khususnya

71

tentang sifat statistiknya perlu dibuat dalam menerapkan metode OLS

(Rizki, 2011).

b. Generelized Least Square (GLS)

Menurut Greene (Greene, 2000), untuk menanggulangi

permasalahanya heterokedastisitas dapat dilakukan dengan estimasi melalui

pembobotan (weighted) atau bisa dikatan sebagai kuadrat terkecil yang

diberlakukan secara umum disebut Generelized Least Square (GLS).

Masalah autokorelasi dan heteroskedastisitas sering muncul apabila data

yang digunakan adalah cross-section. Menurut (Gujarata, 2003), bahwa

untuk data panel dengan menggunakan estimasi Generelized Least Square

(GLS) lebih baik dan kosnsiten jika dibandingkan dengan metode OLS.

Dalam metode estimasi GLS mampu memperhitungkan informasi secara

ekplesit dan karena itu mampu menghasilkan estimator BLUE (Best Linear

Unbiased Estimator). Untuk melihat bagaimana hal ini dapat dicapai

kemudian dilanjutkan dengan dua model variabel yang dikenal:

Yi = β1 + β2 Xi + β3 Xi + սi

Untuk memudahkan manipulasi aljabar maka ditulis sebagai

Yi = β1 X0i + β2 Xi + β3 Xi + սi

Dimana X0i = 1 untuk masing-masing i. dapat dilihat bahwa kedua formulasi

72

ini identik.

Sekarang asumsikan varian heterokedastisitas 𝜎i2 diketahui. Bagi melalui

𝜎I untuk mendapatkan =

Untuk memudahkan eksposisi maka ditulis sebagai:

Yang dibintangi atau diubah adalah variabel asli dibagi dengan (yang

diketahui) 𝜎I. Penggunaan notasi βi* dan β2

*, parameter dari model yang

diubah, untuk membedakan GLS dengan parameter OLS biasa βi dan β2.

Estimasi GLS juga dengan Fixed Effect dan Common Effect. Estimasi GLS

mengambil informasi secara eksplesit dan oleh karena itu memproduksi

BLUE (Best Linear Unbiased Estimator). Menurut Gujarati (Gujarati, 2003)

penggunaan estimasi GLS sudah memenuhi asumsi klasik, sehingga tidak

diperlukan lagi uji asumsi klasik pada estimasi GLS.

F. Uji Statistik

1. Uji Signifikansi Parsial (Uji t-statistik)

Uji t dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel independent secara

73

parsial (masing-masing variabel) terhadap variabel dependen. Uji t dilakukan

dengan membandingkan t hitung setiap variabel terhadap t table dengan ketentua

sebagai berikut:

H0 : β = 0, maka tidak ada pengaruh positif dari masing-masing variabel

indevenden terhadap variabel dependen secara parsial (individu).

H1 : β > 0, maka ada pengaruh positif dari masing-masing variabel

independent terhadap variabel dependen secara parsial (individu).

Tingkat kepercayaan yang digunakan adalah 95% atau taraf signifikan 5% (α

= 0,05) dan 90% atau taraf signifikan 10% (α = 0,1) dapat disimpulkan dengan

ketentuan sebagai berikut:

1) Jika F hitung > F tabel maka H0 diterima dan H0 ditolak berate variabel

independent secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang signifikan

terhadap variabel dependen.

2) Jika F hitung < F tabel maka H1 diterima dan H0 ditolak berate variabel

independent secara bersama-sama tidak mempunyai pengaruh yang

signifikan terhadap variabel dependen.

2. Uji Signifikansi Simultan (Uji F-statistik)

Uji F dilakukan untuk mengetahui apakah semua bariabel independent

74

secara simultan (bersama-sama) berpengaruh terhadap variabel depeden. Cara

yang digunakan adalah dengan membandingkan nillai F hitung dengan F table

dengan ketentuan sebagai berikut:

H0 : β = 0, maka tidak ada pengaruh signifikan dari variabel independent secara

simultan (bersam-sama)

H1 : β > 0, maka ada hubungan yang signifikan dari variabel independent terhadap

variabel depeden secara simultan (bersam-sama).

Tingkat kepercayaan yang digunakan adalah 95% atau taraf signifikan 5% (α =

0,05) dapat disimpulkan dengan ketentuan sebagai berikut:

1) Jika F hitung > F tabel maka H0 diterima dan H1 ditolak berati variabel

independent secara bersam-sama mempunyai pengaruh yang signifikan

terhadap variabel depeden.

2) Jika F hitung < f tabel maka H1 diterima dan H0 ditolak berati variabel

indepeden secara bersama-sama tidak mempunyai pengaruh yang

signifikan terhadap variable depeden.

75

3. Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi merupakan suatu ukuran yang penting dan harus

dipertimbangkan dalam melakukan analisis regresi, karena nilai koefisien

determinasi dapat menginformasikan baik tidaknya model regresi yang teretimasi.

Nilai koefisien determinasi (Goodness of fit) mencerminkan Sebagian besar variasi

variasi dan varibel dependen (Y) dapat diterangkan oleh variabel independent (X)

Koefisien Determinasi dapat dilambangkan dengan R2. Jika R2 = 0, maka variasi

dari variabel dependen tidak dapat diterangkan oleh variabel independent sama

sekali. Sementara jika R2 = 1, maka variasi variabel indepedem secara keseluruhan

dapat diterapkan oleh variabel indepeden. Bila R2 = 1, maka semua titik pengamatan

berbeda pada garis regresi atau garis yang diestimasi letaknya sama dengan garis

menurut data sesungguhnya. Semakin besar nilai R2 maka semakin besar pengaruh

yang diberikan variasi variabel indepeden terhadap variabel indepeden. Nilai R2.

76

BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Temuan Hasil Penelitihan

1. Penentuan Model

Penelitihan yang dilakukan kali ini, memilih pendekatan estimasi generalized

least square (GLS) dengan model fixed effect model (FEM). Hal tersebut

ditetepakan setelah melalui beberapa proses pemilihan model (uji chow dan uji

hausman) dan beberapa uji analisis asumsi klasik. Uji yang dilakukan untuk

menentukan model estimasi adalah uji chow dan uji hausman. Dimana uji chow

adalah uji yang menentukan antara common effect model dan juga random effect

model. Hasilnya adalah model yang penelitih gunakan adalah model FEM, namun

pengujian asumsi klasik yang penelitih gunakan tidak lulus uji, seperti ditemukan

autokorelasi dan juga multikolenerialitas didalam tersebut. Karena hal itu penelitih

menggunakan pedekatan weight atau GLS pada model estimasi FEM, dikarena-kan

hal itu, uji hausman tidak lagi dibutuhkan karena weight atau pembobotan tidak ada

atau tidak dilakukan dalam model REM dikarenakan model REM sudah

menggunakan pendekatan GLS (Widarjono, 2007). Lalu, pengujian asumsi klasik

77

juga dapat diabaikan dikarenakan model estimasi yang digunakan adalah GLS

(Sedyadi, 2014).

a. Hasil Uji Chow

Tabel 4. 1 Hasil Uji Chow

Effect Test Statistic D,f Prob.

Cross-section F 22.032625 (11,105) 0.0000

Dari hasil pengujian, didapatkan dari nilai cross-section F adalah

0.0000. Dimana:

H0 = Commont Effect Model

H1 = Fixed Effect Model

Dikarenakan nilai probalitas dari cross-section F adalah sebesar

0.0000, maka H0 ditolak (dikarenakan lebih kecil dari 0.005), tingkat

signifikansi yang digunakan adalah 0.005 (α = 5%). Maka sudah bisa

dipastikan model estimasi FEM adalah model yang pas untuk penelitihan

kali ini. Dikarenakan adanya autokorelasi dan multikolinearitas pada

model ini, maka penelitih menggunakan bobot/weight pada model estimasi

FEM, untuk dapat mengabaikan uji klasik. Dikarenakan pada model

Sumber : Hasil Pengelolahan Data Dengan Menggunakan Eviews 10.0

78

estimasi REM tidak dapat menggunakan bobot, maka uji hausman

(pemilihan FEM atau REM) tidak perlu dilakukan.

b. Hasil Uji Hausman

Tabel 4. 2 Hasil Uji Hausman

Test Summary Chi-Sq.

Statistic

Chi-Sq. d,f. Prob.

Cross-Section random 12.386547 3 0.0062

Dari hasil pengujian, didapatkan nilai probalitas cross-section random

adalah 0.0012. Dimana:

H0 = Commont Effect Model

H1 = Fixed Effect Model

Dikarenakan hasil dari hausman bernilai 0.0012, dimana hasil

tersebut lebih kecil dari taraf signifikansi 0.05 (5%), maka H0 ditolak dan

H1 diterima. Maka sudah bida dipastikan model yang harus digunakan

adalah fixed effect model (FEM).

2. Pengujian Hipotesis

a. Uji Statistik

Pengujian statistik dilakukan untuk mengetahui apakah model estimasi

yang penelitih gunakan sudah tepat dan pas. Pengujian statistik adalah

Sumber : Hasil Pengelolahan Data Dengan Menggunakan Eviews 10.0

79

gambaran keseluruhan model secara statistik, apakah model estimasi tersebut

bagus atau tidak. Penelitih menggunakan aplikasi pengelohan data berupa

eviesw edisi ke-10. Dalam pengujian statistik dilihat beberapa aspek nilai

statistik dalam model yang akan diuji, diantaranya adalah R-squared atau

koefisien determinasi (R2), uji F-statistik dan terakhir adalah uji t-statistik.

Berikut ini adalah hasil model estimasi Fixed Effect Model (FEM) dengan

pendekatan GLS.

Tabel 4. 3 Hasil Perhitungan Estimasi Data Panel Metode GLS

Variable Coefficient Prob.

C 0.896477 0.0000

IDI? -0.000861 0.0201

AHH? -0.006181 0.0071

TPT? -0.009324 0.0000

F-stat 26.15286 0.000000

R2 0.777163

Adj R2 0.747451

(1). Koefisien Determinasi (Uji R-Squared)

Uji R-Squared atau uji koefisien determinasi adalah alat uji statistik

untuk menjelaskan seberapa mampu variabel independent (variabel

bebas) dapat menjelaskan variabel depedent-nya (variabel terikat).

80

Sesuai dengan tabel model estimasi diatas, nilai R-squared (R2) yang

diperoleh dari model estimasi FEM pendekatan GLS adalah 0.77. Hal

ini berati bahwa 77% dari variasi ketimpangan distribusi pendapan di

Indonesia Timur pada tahun 2009 sampai dengan tahun 2018 mampu

dijelaskan oleh variabel Indeks demokrasi, angka harapan hidup, dan

tingkat pengangguran terbuka sedangkan 23% dijelaskan variabel lain

diluar model penelitian ini.

(2). Uji Signifikansi Simultan (Uji F-statistic)

Uji F-statistik adalah alat uji untuk melihat apakah ketiga variabel

bebas mempunyai pengaruh positif dan signifikan secara bersama-sama

terhadap variabel terikatnya. Bisa dikatakan, uji F-satistik adalah

pengujian terhadap model yang telah penelitih buat. Jika secara

serentak signifikan, maka model yang penelitih buat adalah model yang

baik, sebaliknya jika serentak tidak signifikan maka model yang

penelitih buat tidak baik untuk dipakai.

Cara menguji F-statistik adalah sebagai berikut:

81

H0: Adanya pengaruh antara variabel x secara bersama-

sama terhadap variabel y.

H1: Tidak adanya pengaruh antara variabel x secara

bersama- sama terhadap variabel.

Jika nilai probalitas F-statistik lebih kecil dibandingkan nilai

alpha (signifikansi = 5%), maka H0 diterima ataupun hipotesis awal

penelitih diterima, dengan kata lain model dapat diterima secara

serentak tiga variabel yang penelitih gunakan dapat mempengarui

variabel terikat-nya. Namun bilai nanti nilai probalitas F-statistiknya

lebih besar dibandingkan nilai alpha. Maka H0 ditolak, dengan kata lain

model tidak dapat diterima. Dalam penelitihan ini, nilai alpha

signifikansi adalah 5% (0.005), sementara nilai probalitas F-statistiknya

adalah 0.0000. Dapat dikatakan nilai F-statistik lebih kecil

dibandingkan dengan nilai alpha, maka dapat disimpulkan model yang

penelitih gunakan adalah baik (secara simultan dapat mempengarui

variabel y).

(3). Uji Signifikan Parsial (Uji t-statistik)

82

Uji t dilakukan untuk menguji apakah variabel (Indeks Demokrasi

Indonesia, Angka Harapan Hidup, dan Tingkat Pengangguran Terbuka)

berpengaruh secara parsial terhadap variabel depedennya

(Ketimpangan Distribusi Pendapatan). Uji t-statistik dilakukan dengan

cara membandingkan nilai probalitas t-statistik terhadap tingkat

signifikansi α = 5% melihat apakah hipotesisnya diterima atau ditolak.

Adapun hipotesis dalam penelitihan ini adalah sebagai berikut:

1) H0: Tidak ada pengaruh Indeks Demokrasi Indonesia secara

parsial terhadap Ketimpangan Pendapatan di 12 provinsi

Indonesia Timur tahun 2009-2018.

H1: Ada pengaruh Indeks Demokrasi Indonesia secara parsial

terhadap Ketimpangan Distribusi Pendapatan di 12 provinsi

Indonesia Timur tahun 2009-2018.

2) H0; Tidak ada pengaruh Angka Harapan Hidup secara parsial

terhadap Ketimpangan Pendapatan di 12 provinsi Indonesia Timur

tahun 2009-2018.

83

H1: Ada pengaruh Angka Harapan Hidup secara parsial terhadap

Ketimpangan Distribusi Pendapatan di 12 provinsi Indonesia

Timur tahun 2009-2018.

3) H0: Tidak ada pengaruh Tingkat Pengangguran Terbuka secara

parsial terhadap Ketimpangan Pendapatan di 12 provinsi Indonesia

Timur tahun 2009-2018

H1: Ada pengaruh Tingkat Pengangguran Terbuka secara parsial

terhadap Ketimpangan Distribusi Pendapatan di 12 provinsi

Indonesia Timur tahun 2009-2018

Tabel 4. 4 Uji t-statistik

Berdasarkan hipotesis diatas, maka pembuktian dari

penelitian ini didapatkan hasil sebagai berikut:

a) Nilai probalitas t-statistik pada variabel Indeks Demokrasi

Indonesia (IDI) adalah 0,0201 < 0,05 (α = 5%) yang artinya H1

diterima H0 ditolak.

Variable Coefficient Prob.

C 0.896477 0.0000

IDI? -0.000861 0.0201

AHH? -0.006181 0.0071

TPT? -0.009324 0.0000

Sumber: Hasil Pengelolahan Data Dengan Menggunakan Eviews 10.0

84

b) Nilai probalitas t-statistik pada variabel Angka Harapan Hidup

(AHH) adalah 0,0071 < 0,05 (α = 5%) yang artinya H1 diterima

H0 ditolak.

c) Nilai probalitas t-statistik pada variabel Tingkat Pengangguran

Terbuka (TPT) adalah 0,0000 < 0,05 (α = 5%) yang artinya H1

diterima H0 ditolak.

Dapat disimpulkan bahwa semua variabel yaitu indeks

demokrasi Indonesia, angka harapan hidup, tingkat partisipasi

angkatan kerja masing-masing memiliki pengaruh yang signifikan

terhadap ketimpangan distribusi pendapatan dibuktikan dengan uji

t-statistik dan dilihat dari nilai probabilitasnya,

85

B. ANALISIS MODEL

1. Analisis Teknis

Tabel 4. 5 Hasil Interpretasi Data Panel Metode GLS

Variable Coefficient Ind.Effect Prob.

C 0.896477 0.0000

IDI? -0.000861 0.2001

AHH? -0.006181 0.0071

TPT? -0.009324 0.0000

Fixed Effect (Cross)

GORONTALO--C 0.036159 0.932636

MALUKU--C -0.007070 0.889407

MALUT--C -0.055750 0.840727

NTB—C -0.030080 0.866397

NTT—C -0.042718 0.853759

PAPUA—C 0.001323 0.8978

PAPUABARAT—C 0.022210 0.918687

SULBAR—C -0.068268 0.828209

SULSEL—C 0.062088 0.958565

SULTENG--CC -0.019554 0.876923

SULTRA--CC 0.029044 0.925521

SULUT--CC 0.072617 0.969094

Sumber: Hasil Pengelolahan Data Dengan Menggunakan Eviews 10.0

Fungsi general:

IG = 0.896477 – 0.000861*IDI – 0.006181*AHH – 0.009324*TPT

• Ketika indeks demokrasi Indonesia naik sebesar 1%, maka ketimpangan

distribusi pendapatan akan turun sebesar 0.000861 satuan

86

• Ketika angka harapan hidup naik sebesar 1%, maka ketimpangan distubusi

pendapatan akan turun sebesar 0.006181 satuan

• Ketika tingkat pengangguran terbuka naik sebesar 1%, maka ketimpangan

distribusi pendapatan akan turun sebesar 0.009324 satuan

• Ketika tidak ada kenaikan ataupun penurunan pada indeks demokrasi

Indonesia, angka harapan hidup, dan tingkat pengangguran terbuka maka

ketimpangan distribusi pendapatan akan naik sebesar 0.896477 satuan.

1. Gorontalo

• IG_gorontalo = 0.932636 – 0.000861*IDI – 0.006181*AHH –

0.009324*TPT

• Bila nilai indeks demokrasi Indonesia, angka harapan hidup, dan tingkat

pengangguran terbuka yang ada pada model masing-masing tidak ada

kenaikan atau penurun terhdap indeks gini (konstan), maka ketimpangan

distribusi pendapatan dipropinsi Gorontalo akan naik sebesar 0.009324

satuan.

• Jika indeks demokrasi Indonesia naik sebesar 1% maka akan menyebabkan

ketimpangan distribusi pendapatan akan turun sebesar 0.000861 satuan.

87

• Jika angka harapan hidup naik sebesar 1% maka akan menyebabkan

ketimpangan distribusi pendapatan tutun sebsar 0.006181 satuan.

• Jika tingkat pengangguran terbuka naik sebesar 1% maka akan akan

menurunkan sebesar 0.009324 satuan.

• Pengaruh yang diterima dari kenaikan IDI, AHH, dan TPT sama pada setiap

daerah (efek tetap) namun intersep (efek individual) pada setiap daerah

berbeda dikarenakan adanya perbedaan budaya, wilayah, dsb.

2. Maluku

• IG_Maluku = 0.889407 – 0.000861*IDI – 0.006181*AHH – 0.009324*TPT

• Bila nilai indeks demokrasi Indonesia, angka harapan hidup, dan tingkat

pengangguran terbuka yang ada pada model masing-masing tidak ada

kenaikan atau penurun terhdap indeks gini (konstan), maka ketimpangan

distribusi pendapatan dipropinsi Maluku akan naik sebesar 0.889407 satuan.

• Jika indeks demokrasi Indonesia naik sebesar 1% maka akan menyebabkan

ketimpangan distribusi pendapatan akan turun sebesar 0.000861 satuan.

• Jika angka harapan hidup naik sebesar 1% maka akan menyebabkan

ketimpangan distribusi pendapatan tutun sebsar 0.006181 satuan.

88

• Jika tingkat pengangguran terbuka naik sebesar 1% maka akan akan

menurunkan sebesar 0.009324 satuan.

• Pengaruh yang diterima dari kenaikan IDI, AHH, dan TPT sama pada setiap

daerah (efek tetap) namun intersep (efek individual) pada setiap daerah

berbeda dikarenakan adanya perbedaan budaya, wilayah, dsb.

3. Maluku Utara

• IG_malut = 0.840727 – 0.000861*IDI – 0.006181*AHH – 0.009324*TPT

• Bila nilai indeks demokrasi Indonesia, angka harapan hidup, dan tingkat

pengangguran terbuka yang ada pada model masing-masing tidak ada

kenaikan atau penurun terhdap indeks gini (konstan), maka ketimpangan

distribusi pendapatan dipropinsi Maluku Utara akan naik sebesar 0.840727

satuan.

• Jika indeks demokrasi Indonesia naik sebesar 1% maka akan menyebabkan

ketimpangan distribusi pendapatan akan turun sebesar 0.000861 satuan.

• Jika angka harapan hidup naik sebesar 1% maka akan menyebabkan

ketimpangan distribusi pendapatan tutun sebsar 0.006181 satuan.

• Jika tingkat pengangguran terbuka naik sebesar 1% maka akan akan

menurunkan sebesar 0.009324 satuan.

89

• Pengaruh yang diterima dari kenaikan IDI, AHH, dan TPT sama pada setiap

daerah (efek tetap) namun intersep (efek individual) pada setiap daerah

berbeda dikarenakan adanya perbedaan budaya, wilayah, dsb.

4. Nusa Tenggara Barat

• IG_NTB = 0.866397 – 0.000861*IDI – 0.006181*AHH – 0.009324*TPT

• Bila nilai indeks demokrasi Indonesia, angka harapan hidup, dan tingkat

pengangguran terbuka yang ada pada model masing-masing tidak ada

kenaikan atau penurun terhdap indeks gini (konstan), maka ketimpangan

distribusi pendapatan dipropinsi Nusa Tenggara Barat akan naik sebesar

0.866397 satuan.

• Jika indeks demokrasi Indonesia naik sebesar 1% maka akan menyebabkan

ketimpangan distribusi pendapatan akan turun sebesar 0.000861 satuan.

• Jika angka harapan hidup naik sebesar 1% maka akan menyebabkan

ketimpangan distribusi pendapatan tutun sebsar 0.006181 satuan.

• Jika tingkat pengangguran terbuka naik sebesar 1% maka akan akan

menurunkan sebesar 0.009324 satuan.

90

• Pengaruh yang diterima dari kenaikan IDI, AHH, dan TPT sama pada setiap

daerah (efek tetap) namun intersep (efek individual) pada setiap daerah

berbeda dikarenakan adanya perbedaan budaya, wilayah, dsb.

5. Nusa Tenggara Timur

• IG_NTT = 0.853759 – 0.000861*IDI – 0.006181*AHH – 0.009324*TPT

• Bila nilai indeks demokrasi Indonesia, angka harapan hidup, dan tingkat

pengangguran terbuka yang ada pada model masing-masing tidak ada

kenaikan atau penurun terhdap indeks gini (konstan), maka ketimpangan

distribusi pendapatan dipropinsi Nusa Tenggara Timur akan naik sebesar

0.853759 satuan.

• Jika indeks demokrasi Indonesia naik sebesar 1% maka akan menyebabkan

ketimpangan distribusi pendapatan akan turun sebesar 0.000861 satuan.

• Jika angka harapan hidup naik sebesar 1% maka akan menyebabkan

ketimpangan distribusi pendapatan tutun sebsar 0.006181 satuan.

• Jika tingkat pengangguran terbuka naik sebesar 1% maka akan akan

menurunkan sebesar 0.009324 satuan.

91

• Pengaruh yang diterima dari kenaikan IDI, AHH, dan TPT sama pada setiap

daerah (efek tetap) namun intersep (efek individual) pada setiap daerah

berbeda dikarenakan adanya perbedaan budaya, wilayah, dsb.

6. Papua

• IG_papua = 0.8978 – 0.000861*IDI – 0.006181*AHH – 0.009324*TPT

• Bila nilai indeks demokrasi Indonesia, angka harapan hidup, dan tingkat

pengangguran terbuka yang ada pada model masing-masing tidak ada

kenaikan atau penurun terhdap indeks gini (konstan), maka ketimpangan

distribusi pendapatan dipropinsi Papua akan naik sebesar 0.8978 satuan.

• Jika indeks demokrasi Indonesia naik sebesar 1% maka akan menyebabkan

ketimpangan distribusi pendapatan akan turun sebesar 0.000861 satuan.

• Jika angka harapan hidup naik sebesar 1% maka akan menyebabkan

ketimpangan distribusi pendapatan tutun sebsar 0.006181 satuan.

• Jika tingkat pengangguran terbuka naik sebesar 1% maka akan akan

menurunkan sebesar 0.009324 satuan.

• Pengaruh yang diterima dari kenaikan IDI, AHH, dan TPT sama pada setiap

daerah (efek tetap) namun intersep (efek individual) pada setiap daerah

berbeda dikarenakan adanya perbedaan budaya, wilayah, dsb.

92

7. Papua Barat

• IG_papuabarat = 0.918687 – 0.000861*IDI – 0.006181*AHH –

0.009324*TPT

• Bila nilai indeks demokrasi Indonesia, angka harapan hidup, dan tingkat

pengangguran terbuka yang ada pada model masing-masing tidak ada

kenaikan atau penurun terhdap indeks gini (konstan), maka ketimpangan

distribusi pendapatan dipropinsi Papua Barat akan naik sebesar

0.918687satuan.

• Jika indeks demokrasi Indonesia naik sebesar 1% maka akan menyebabkan

ketimpangan distribusi pendapatan akan turun sebesar 0.000861 satuan.

• Jika angka harapan hidup naik sebesar 1% maka akan menyebabkan

ketimpangan distribusi pendapatan tutun sebsar 0.006181 satuan.

• Jika tingkat pengangguran terbuka naik sebesar 1% maka akan akan

menurunkan sebesar 0.009324 satuan.

• Pengaruh yang diterima dari kenaikan IDI, AHH, dan TPT sama pada setiap

daerah (efek tetap) namun intersep (efek individual) pada setiap daerah

berbeda dikarenakan adanya perbedaan budaya, wilayah, dsb.

93

8. Sulawesi Barat

• IG_sulbar = 0.828209 – 0.000861*IDI – 0.006181*AHH – 0.009324*TPT

• Bila nilai indeks demokrasi Indonesia, angka harapan hidup, dan tingkat

pengangguran terbuka yang ada pada model masing-masing tidak ada

kenaikan atau penurun terhdap indeks gini (konstan), maka ketimpangan

distribusi pendapatan dipropinsi Sulawesi Barat akan naik sebesar 0.828209

satuan.

• Jika indeks demokrasi Indonesia naik sebesar 1% maka akan menyebabkan

ketimpangan distribusi pendapatan akan turun sebesar 0.000861 satuan.

• Jika angka harapan hidup naik sebesar 1% maka akan menyebabkan

ketimpangan distribusi pendapatan tutun sebsar 0.006181 satuan.

• Jika tingkat pengangguran terbuka naik sebesar 1% maka akan akan

menurunkan sebesar 0.009324 satuan.

• Pengaruh yang diterima dari kenaikan IDI, AHH, dan TPT sama pada setiap

daerah (efek tetap) namun intersep (efek individual) pada setiap daerah

berbeda dikarenakan adanya perbedaan budaya, wilayah, dsb.

9. Sulawesi Selatan

• IG_sulsel = 0.958565 – 0.000861*IDI – 0.006181*AHH – 0.009324*TPT

94

• Bila nilai indeks demokrasi Indonesia, angka harapan hidup, dan tingkat

pengangguran terbuka yang ada pada model masing-masing tidak ada

kenaikan atau penurun terhdap indeks gini (konstan), maka ketimpangan

distribusi pendapatan dipropinsi Sulawesi Selatan akan naik sebesar

0.958565 satuan.

• Jika indeks demokrasi Indonesia naik sebesar 1% maka akan menyebabkan

ketimpangan distribusi pendapatan akan turun sebesar 0.000861 satuan.

• Jika angka harapan hidup naik sebesar 1% maka akan menyebabkan

ketimpangan distribusi pendapatan tutun sebsar 0.006181 satuan.

• Jika tingkat pengangguran terbuka naik sebesar 1% maka akan akan

menurunkan sebesar 0.009324 satuan.

• Pengaruh yang diterima dari kenaikan IDI, AHH, dan TPT sama pada setiap

daerah (efek tetap) namun intersep (efek individual) pada setiap daerah

berbeda dikarenakan adanya perbedaan budaya, wilayah, dsb.

10. Sulawesi Tengah

• IG_sulteng = 0.876923 – 0.000861*IDI – 0.006181*AHH – 0.009324*TPT

• Bila nilai indeks demokrasi Indonesia, angka harapan hidup, dan tingkat

pengangguran terbuka yang ada pada model masing-masing tidak ada

95

kenaikan atau penurun terhdap indeks gini (konstan), maka ketimpangan

distribusi pendapatan dipropinsi Sulawesi Tengah akan naik sebesar

0.876923 satuan.

• Jika indeks demokrasi Indonesia naik sebesar 1% maka akan menyebabkan

ketimpangan distribusi pendapatan akan turun sebesar 0.000861 satuan.

• Jika angka harapan hidup naik sebesar 1% maka akan menyebabkan

ketimpangan distribusi pendapatan tutun sebsar 0.006181 satuan.

• Jika tingkat pengangguran terbuka naik sebesar 1% maka akan akan

menurunkan sebesar 0.009324 satuan.

• Pengaruh yang diterima dari kenaikan IDI, AHH, dan TPT sama pada setiap

daerah (efek tetap) namun intersep (efek individual) pada setiap daerah

berbeda dikarenakan adanya perbedaan budaya, wilayah, dsb.

11. Sulawesi Tenggara

• IG_sultra = 0.925521 – 0.000861*IDI – 0.006181*AHH – 0.009324*TPT

• Bila nilai indeks demokrasi Indonesia, angka harapan hidup, dan tingkat

pengangguran terbuka yang ada pada model masing-masing tidak ada

kenaikan atau penurun terhdap indeks gini (konstan), maka ketimpangan

96

distribusi pendapatan dipropinsi Sulawesi Tenggara akan naik sebesar

0.925521 satuan.

• Jika indeks demokrasi Indonesia naik sebesar 1% maka akan menyebabkan

ketimpangan distribusi pendapatan akan turun sebesar 0.000861 satuan.

• Jika angka harapan hidup naik sebesar 1% maka akan menyebabkan

ketimpangan distribusi pendapatan tutun sebsar 0.006181 satuan.

• Jika tingkat pengangguran terbuka naik sebesar 1% maka akan akan

menurunkan sebesar 0.009324 satuan.

• Pengaruh yang diterima dari kenaikan IDI, AHH, dan TPT sama pada setiap

daerah (efek tetap) namun intersep (efek individual) pada setiap daerah

berbeda dikarenakan adanya perbedaan budaya, wilayah, dsb.

12. Sulawesi Utara

• IG_sulut = 0.969084 – 0.000861*IDI – 0.006181*AHH – 0.009324*TPT

• Bila nilai indeks demokrasi Indonesia, angka harapan hidup, dan tingkat

pengangguran terbuka yang ada pada model masing-masing tidak ada

kenaikan atau penurun terhdap indeks gini (konstan), maka ketimpangan

distribusi pendapatan dipropinsi Sulawesi Utara akan naik sebesar 0.969094

satuan.

97

• Jika indeks demokrasi Indonesia naik sebesar 1% maka akan menyebabkan

ketimpangan distribusi pendapatan akan turun sebesar 0.000861 satuan.

• Jika angka harapan hidup naik sebesar 1% maka akan menyebabkan

ketimpangan distribusi pendapatan tutun sebsar 0.006181 satuan.

• Jika tingkat pengangguran terbuka naik sebesar 1% maka akan akan

menurunkan sebesar 0.009324 satuan.

• Pengaruh yang diterima dari kenaikan IDI, AHH, dan TPT sama pada setiap

daerah (efek tetap) namun intersep (efek individual) pada setiap daerah

berbeda dikarenakan adanya perbedaan budaya, wilayah, dsb.

98

2. Analisis Ekonomi

a. Indeks Demokrasi Indonesia Terhadap Ketimpangan Distribusi

Pendapatan

Hasil dari penelitian ini mengidentifikasi bahwa indeks demokrasi Indonesia

berhubungan negatif terhadap ketimpangan distribusi pendapatan 12 provinsi di

Indonesia Timur. Hal ini, dapat dilihat dari nilai koefisien variabel indeks

demokrasi Indonesia (IDI) yaitu sebesar -0.000861. Hal ini dapat diartikan setiap

peningkatan indeks demokrasi Indonesia akan menurunkan ketimpangan distibusi

pendapatan di 12 provinsi di Indonesia Timur. Variabel indeks demokrasi Indonesia

(IDI) juga memiliki pengaruh yang signifikan terhadap ketimpangan distribusi

pendapatan di 12 provinsi di Indonesia Timur, hal ini dapat dilihat dari nilai

Probalitas t-statistic sebesar 0.0201.

Hasil penelitihan ini sesuai dengan penelitian yang sudah dilakukan oleh

Bramastyo Bontas, dimana hasil penelitiannya menunjukan bahwa demokrasi

berpengaruh negatif dan signifikan terhadap ketimpangan distribusi pendapatan

(Bontas, 2020). Hubungan negatif ini terjadi dikarenakan, indeks demokrasi yang

meningkat merepresentasikan kestabilan politik yang baik disuatu daerah sehingga

Institusi dan Lembaga pemerintahan dapat menghasilkan regulasi yang berdampak

99

terhadap meningkatnya modal manusia (pendidikan dan kesehatan) dan modal fisik

(insfratrukstur kesehatan, pendidikan dan perdagangan) dalam jangka panjang akan

berdampak pada masyrakat langsung dan mempengarui kualitas sumber daya

manusianya serta pendapatan seseorang yang akan menghasilkan pemerataan

distribusi pendapatan dimasyrakat. Jika demokrasi dilakukan dengan baik maka

tuntutan ini selalu memotivasi pemerintah melakukan respon baik demi

mensejahterakan rakyatnya (North, 1990). Oleh karenanya perbaikan aspek-aspek

dari indeks demokrasi harus terus diperbaiki dan ditingkatkan agar menghasilkan

sistem pemerintah yang Good Govermance yang dapat mensejahterakan masyrakat.

b. Angka Harapan Hidup Terhadap Ketimpangan Distribusi Pendapatan

Hasil dari penelitian ini mengidentifikasi angka harapan hidup berhubungan

negatif terhadap ketimpangan distribusi pendapatan 12 provinsi di Indonesia Timur.

Hal ini, dapat dilihat dari nilai koefisien variabel angka harapan hidup (AHH) yaitu

sebesar -0.006181. Hal ini dapat diartikan setiap peningkatan angka harapan hidup

akan menurunkan ketimpangan distribusi pendapatan 12 provinsi di Indonesia

100

Timur. Variabel angka harapan hidup (AHH) juga memiliki pengaruh yang

signifikan terhadap ketimpangan distribusi pendapatan 12 provinsi di Indonesia

Timur, hal ini dapat dilihat dari nilai Probalitas t-Statistic sebesar 0.0071.

Hasil penelitihan ini sesuai dengan yang dilakukan (Tessa, 2017) yang

menunjukan bahwa angka harapa hidup berpengaruh negatif dan signifikan

terhadap ketimpangan distribusi pendapatan. Hubungan negatif ini terjadi

dikarenakan, meningkatnya angka harapan hidup menandakan meningkatnya

kualitas kesehatan manusia disuatu daerah. Tingkat kesehatan yang baik disuatu

daerah, akan menghasilkan kualitas sumber daya manusia yang cenderung lebih

produktif dan secara ekonomis mempunyai pendapatan yang lebih stabil, sehingga

dalam jangka panjang akan berpengaruh terhadap penurunan ketimpangan

distribusi pendapatan.

Hal ini sejalan dengan Todaro & Smith (Todaro & Smith, 2003) persyaratan

bagi suatu negara dalam meningkatkan produktifitas masyrakatnya adalah dengan

memenuhi salah satu hak dasar mereka, salah satu hak dasar mereka adalah

mendapatkan pelayanan dan fasilitas kesehatan yang baik agar dapat

meningakatkan kualitas kesehatan manusianya. Karena kesehatan merupakan

kebutuhan dasar setiap individu, bila kebutuhan dasar terpenuhi maka dengan

101

sendirinya individu tersebut akan produktif. Oleh karena, itu perbaikan pelayanan

dan fasilitas kesehatan harus terus dilakukan supaya terpenuhi kebutuhan dasar

kesehatan di masyarakat, dimana apabila kebutuhan kesehatan dasar masyarakat

tecukupi maka dengan sendirinya berpengaruh terhadap produktifitas masyrakat

untuk melakukan kegiatan ekonomi lainya (Putra, 2019)

c. Tingkat Pengangguran Terbuka Terhadap Ketimpangan Distribusi

Pendapatan

Hasil dari penelitian ini mengidentifikasi tingkat pengangguran terbuka

berhubungan negatif terhadap ketimpangan distibusi pendapatan 12 provinsi di

Indonesia Timur. Hal ini, dapat dilihat dari nilai koefisien variabel tingkat

pengangguran terbuka (TPT) yaitu sebesar -0.009324. Hal ini, dapat diartikan setiap

peningkatan tingkat pengangguran terbuka akan menurunkan ketimpangan

distribusi pendapatan 12 provinsi di Indonesia timur. Variabel tingkat

pengangguran terbuka (TPT) juga memiliki pengaruh yang signifikan terhadap

ketimpangan distribusi pendapatann 12 provinsi di Indonesia Timur, hal ini dapat

dilihat dari nilai Probalitas t-Statistic sebesar 0.0000.

102

Hasil penelitihan ini sesuai dengan penelitian yang sudah dilakukan oleh Reza

Maulana Dwiputra, dimana hasil penelitiannya adalah hubungan negatif dan

signifikan antara tingkat pengangguran terbuka dan ketimpangan distribusi

pendapatan di Indonesia (Dwiputra, 2018). Hubungan negatif ini terjadi

dikarenakan tingkat pengangguran tebuka meningkat malah membuat ketimpangan

distribusi pendapatan menurun disebabkan oleh banyak pekerja yang bekerja di

sektor informal seperti nelayan dan pengerajin tangan yang pendapatanya

cenderung sama rata satu sama lainya. Penelitian ini diperkuat juga oleh World

Bank (2016), yang menyatakan bahwa sebagian besar tenanga kerja Indonesia

bekerja di sektor informal dengan penghasilan yang rendah. Kondisi tersebut

menyebabkan pemerataan pendapatan di masyrakat, akan tetapi pemerataan

tersebut berada pada kelas perekonomian yang rendah. Oleh sebab itu harus ada

program pelatihan yang dapat mengasah kemampuan dan meningkatkan keahlian

agar menghasilkan tenaga kerja yang produktif dan bernilai tinggi (Arsyillah,

2019).

103

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan beberapa landasan teori, metodelogo, pembahasan dan hasil,

maka kesimpulan umum pada penelitian adalah

1. Variabel indeks demokrasi Indonesia secara parial berpengaruh negatif dan

signifikan terhadap ketimpangan distribusi pendaptan 12 Propinsi di

Indonesia Timur pada tahun 2009 – 2018.

2. Variabel indeks angka harapan hidup secara parial berpengaruh negatif dan

signifikan terhadap ketimpangan distribusi pendaptan 12 Propinsi di

Indonesia Timur pada tahun 2009 – 2018.

3. Variabel tingkat pengangguran terbuka secara parial berpengaruh negatif dan

signifikan terhadap ketimpangan distribusi pendaptan 12 Propinsi di

Indonesia Timur pada tahun 2009 – 2018.

4. Variabel indeks demokrasi Indonesia, angka harapan hidup, dan tingkat

pengangguran terbuka secara bersama-sama berpengaruh negatif dan

signifikan terhadap ketimpangan distribusi pendaptan 12 Propinsi di

Indonesia Timur pada tahun 2009 – 2018.

104

B. Saran

Sesuai hasil dari penelitian yang telah peneli lakukan, maka ada beberapa

saran yang peneliti coba untuk mengukapkanya, diantaranya:

1. Dari Hasil penelitian, dapat dijadikan salah satu bahan masukan bapi para

pengambil kebijakan di pemerintahan guna mengurangi ketimpangan

distribusi pendapatan 12 provinsi di Indonesia Timur.

2. Dari hasil penelitian ini dapat dijadikan salah satu bahan masukan bagi para

akademisi yang melalukan penelitian sejenis.

.

105

DAFTAR PUSTAKA

Amartya Sen, 1999. Development As Freeadom. New York: Oxford University

Press.

Arham, A. M. & Hasan , Y., 2017. TRANSFER DANA DESA DAN

KETIMPANGAN DISTRIBUSI PENDAPATAN. Jurnal Ekonomi dan

Pembangunan Indonesia, pp. 1-2.

BPS, 2008. Komponen Indeks Pembangunan Nanusia. Jakarta: BPS.

BPS, 2014. Kajian Indikator Sutainable Development Goals (SDGs). Jakarta:

Badan Pusat Statistik.

BPS, 2015. Indeks Demokrasi Indonesia. Jakarta: BPS.

BPS, 2020. Kependudukan. Jakarta: BPS RI.

Brata, A. G., 2002. Pembangunan Manusia dan Kinerja Ekonomi Regional

diIndonesia. Jurnal Ekonomi Pembangunan, Volume Vol. 7, No. 2, , pp.

hal. 113-122..

Cahyono, E., 2014. Demokrasi dan Pembangunan Ekonomi. Diunduh pada 15

Agustus, dari

http://kanalsatu.com/id/post/24696/demokrasi_dan_pembangunan_ekonomi

106

Dahl , R. A., 1971. Dilemmas of Pluralist Democracy : Autonomy. New Haven:

Yale University Press.

Dumairy, 1996. Pereokonomian Indonesia. Jakarta: Erlangga.

Firman, M., 2017. 10 Fokus Jokowi Mengatasi Ketimpangan. Diunduh pada 02

Sepetember 2020, dari

https://katadata.co.id/ariayudhistira/infografik/5e9a564968c95/10-fokus-

jokowi-mengatasi-ketimpangan

Greene, W. H., 2000. Econemetrics Analysis. New Jersey: Prentice Hall.

Gossman , G. 2001. Sistem-Sistem ekonomi. Terjemahan Anas Sidiq. Jakarta:

Bumi Aksara.

Greene, W. H., 2000. Econometrics Analysis. 3th edition ed. New Jersey:

Prentice.

Gujarati, D. N., 1999. Ekonometrik Dasar. Jakarta: Erlangga.

Gujarati, D. N., 2003. Basic Econometrics. Edition 4 ed. New York: McGraw-

Hill.

Gujarati, D. N., 2006. Ekonomettrik Dasar. Jakarta: Erlangga.

Hasan, I. M., 2017. Pokok-Pokok Materi Statistik. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

107

ILO, 2015. Labour and social trends in Indonesia: Progres and pathyways to job-

rich development. Labour Development, III(Ecomomic Empowerment), p.

47.

Kurtz J. Kurtz, 2004. The Dilemmas of Democracy in the Open Economy: Lessons

From Latinn America. Vol 56,No2(World Politics), p, 226-263

Lasselle S. Laurance, 2002. Involuntary Unemplyment in Implerfectly competitive

General Equlibirium Models. Journal of Economic Surveys, Volume 16 pp.

14-15.

Moustafa , A. & Abott , D., 2015. The State Human Development. Journal

Economic and Development, Volume 3, pp. 114-116.

Mubyarto. 1994. Sistem dan Moral Ekonomi Indonesia. Jakarta: LP3ES.

Notoadmodjo, S., 2007. Pendidikan Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta:

Rineka Cipta.

Rauf, M. et al., 2009. Menakar Demokrasi Di Indonesia. Jakarta: UNDP

Indonesia.

108

Rizki, N. A., 2011. Estimasi Parameter Model Regresi Data Panel Random Effect

dengan Metode Generalized Least Square (GLS), Malang: UIN Malik

Ibrahim.

Roy, Nilanjana., 2009. "Healthy" Human Development Indices. Social Indicator

Research, Volume 3, pp. 61-62

Schumpeter, J. A., 1974. Capitalism, Socialism, and Democracy. New York:

Haper.

Sedyadi, G. S., 2014. Kajian Pengaruh Desentralisasi Fiskal Asimetri di

Indeonesia terhadap Efisiensi Penyediaan Barang dan Layanan Publik

Sektor Pendidikan. Jurnal EkonomiITB.

Sukirno , S., 2002. Teori Mikro Ekonomi. Jakarta: Rajawali Press.

Sukirno, S., 2006. Teori Pengantar Ekonomi Mikro. Jakarta: Rajawali Pers.

Swasono, S. 1988. Orientasi Ekonomi Pancasila dan Wawasan Ekonomi

Pancasila. Jakarta: UI Press.

Todaro, M. P., 2000. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga. Jakarta: Erlangga.

Todaro, M. P. & Smith, S. C., 2006. Pembangunan Ekonomi. Edisi ke ( ed.

Jakarta: Erlangga.

109

Winarno, W. W., 2015. Analisis Ekonometrika dan Statika dengan Eviews. Edisi

4 ed. Yogyakarta: UPP STIM YKPN.

Yithazki, S., 2002. Inequality and social Welfare. Washington: Word Bank.

110

LAMPIRAN

(dengan Aplikasi Pengelolahan Eviews)

Lampiran 1. Pooled Least Square (PLS) GLS

Dependent Variable: IG?

Method: Pooled EGLS (Cross-section weights)

Date: 12/04/20 Time: 18:31

Sample: 1 10

Included observations: 10

Cross-sections included: 12

Total pool (balanced) observations: 120

Linear estimation after one-step weighting matrix

Variable

Coefficie

nt Std. Error t-Statistic Prob.

IDI? -0.001475 0.000287 -5.135490 0.0000

AHH? 0.007266 0.000311 23.32923 0.0000

TPT? -0.001808 0.001187 -1.523483 0.1303

Weighted Statistics

R-squared 0.417045 Mean dependent var 0.516688

Adjusted R-squared 0.407080 S.D. dependent var 0.238340

S.E. of regression 0.034734 Sum squared resid 0.141156

Durbin-Watson stat 0.871943

Unweighted Statistics

R-squared 0.113777 Mean dependent var 0.379108

Sum squared resid 0.149637 Durbin-Watson stat 0.552466

111

Lampiran 2. Fixed Effect Model (FEM) GLS

Dependent Variable: IG?

Method: Pooled EGLS (Cross-section weights)

Date: 12/04/20 Time: 18:32

Sample: 1 10

Included observations: 10

Cross-sections included: 12

Total pool (balanced) observations: 120

Linear estimation after one-step weighting matrix

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 0.896477 0.146487 6.119859 0.0000

IDI? -0.000861 0.000365 -2.360071 0.0201

AHH? -0.006181 0.002252 -2.744438 0.0071

TPT? -0.009324 0.001789 -5.211538 0.0000

Fixed Effects

(Cross)

GORONTALO--C 0.036159

MALUKU--C -0.007070

MALUT--C -0.055750

NTB--C -0.030080

NTT--C -0.042718

PAPUA--C 0.001323

PAPUABARAT--C 0.022210

SULBAR--C -0.068268

SULSEL--C 0.062088

SULTENG--C -0.019554

SULTRA--C 0.029044

SULUT--C 0.072617

Effects Specification

Cross-section fixed (dummy variables)

Weighted Statistics

R-squared 0.777163 Mean dependent var 0.422851

Adjusted R-squared 0.747451 S.D. dependent var 0.139238

S.E. of regression 0.020136 Sum squared resid 0.042573

112

F-statistic 26.15682 Durbin-Watson stat 1.426064

Prob(F-statistic) 0.000000

Unweighted Statistics

R-squared 0.746833 Mean dependent var 0.379108

Sum squared resid 0.042747 Durbin-Watson stat 1.457957

Lampiran 3. Uji Chow GLS

Redundant Fixed Effects Tests

Pool: Untitiled

Test cross-section fixed effects

Effects Test Statistic d.f. Prob.

Cross-section F 22.032625 (11,105) 0.0000

Cross-section fixed effects test equation:

Dependent Variable: IG?

Method: Panel EGLS (Cross-section weights)

Date: 01/11/21 Time: 13:45

Sample: 1 10

Included observations: 10

Cross-sections included: 12

Total pool (balanced) observations: 120

Use pre-specified GLS weights

Variable

Coefficie

nt Std. Error t-Statistic Prob.

C 0.063961 0.087184 0.733633 0.4647

IDI? -0.001990 0.000431 -4.623201 0.0000

AHH? 0.006906 0.001354 5.101450 0.0000

113

TPT? -0.002070 0.001606 -1.288518 0.2001

Weighted Statistics

R-squared 0.262814 Mean dependent var 0.422851

Adjusted R-squared 0.243748 S.D. dependent var 0.139238

S.E. of regression 0.034845 Sum squared resid 0.140841

F-statistic 13.78502 Durbin-Watson stat 0.582112

Prob(F-statistic) 0.000000

Unweighted Statistics

R-squared 0.123013 Mean dependent var 0.379108

Sum squared resid 0.148077 Durbin-Watson stat 0.577578

Lampiran 4. UJi Hausman

Correlated Random Effects - Hausman Test

Pool: POOL01

Test cross-section random effects

Test Summary

Chi-Sq.

Statistic Chi-Sq. d.f. Prob.

Cross-section random 12.386547 3 0.0062

Cross-section random effects test comparisons:

Variable Fixed Random Var(Diff.) Prob.

IDI? -0.000934 -0.000979 0.000000 0.6519

AHH? -0.006909 -0.003314 0.000001 0.0015

TPT? -0.009842 -0.008293 0.000001 0.0318

Cross-section random effects test equation:

Dependent Variable: IG?

Method: Panel Least Squares

114

Date: 12/04/20 Time: 18:35

Sample: 2009 2018

Included observations: 10

Cross-sections included: 12

Total pool (balanced) observations: 120

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 0.952622 0.154988 6.146437 0.0000

IDI? -0.000934 0.000418 -2.231704 0.0278

AHH? -0.006909 0.002399 -2.880267 0.0048

TPT? -0.009842 0.001980 -4.970743 0.0000

Effects Specification

Cross-section fixed (dummy variables)

R-squared 0.747314 Mean dependent var 0.379108

Adjusted R-squared 0.713622 S.D. dependent var 0.037668

S.E. of regression 0.020158 Akaike info criterion -4.853980

Sum squared resid 0.042665 Schwarz criterion -4.505544

Log likelihood 306.2388 Hannan-Quinn criter. -4.712479

F-statistic 22.18108 Durbin-Watson stat 1.469312

Prob(F-statistic) 0.000000

115

Lampiran 5. Data-Data

Provinsi Tahun IG IDI AHH TPT

NUSA TENGGARA BARAT 2009 0,354 58,12 61,80 6,12

NUSA TENGGARA BARAT 2010 0,396 58,13 63,82 5,78

NUSA TENGGARA BARAT 2011 0,363 54,49 64,13 5,46

NUSA TENGGARA BARAT 2012 0,348 57,97 64,43 5,23

NUSA TENGGARA BARAT 2013 0,364 57,22 64,74 5,28

NUSA TENGGARA BARAT 2014 0,377 62,62 64,89 5,30

NUSA TENGGARA BARAT 2015 0,368 65,08 65,38 4,98

NUSA TENGGARA BARAT 2016 0,359 65,41 65,48 3,66

NUSA TENGGARA BARAT 2017 0,371 76,04 65,55 3,86

NUSA TENGGARA BARAT 2018 0,372 73,63 65,87 3,38

NUSA TENGGARA TIMUR 2009 0,357 71,64 67,25 2,78

NUSA TENGGARA TIMUR 2010 0,378 72,05 65,28 3,49

NUSA TENGGARA TIMUR 2011 0,365 72,34 65,45 2,76

NUSA TENGGARA TIMUR 2012 0,356 72,67 65,64 2,53

NUSA TENGGARA TIMUR 2013 0,352 73,29 65,82 2,12

NUSA TENGGARA TIMUR 2014 0,355 68,81 65,91 1,97

NUSA TENGGARA TIMUR 2015 0,339 78,47 65,96 3,12

NUSA TENGGARA TIMUR 2016 0,336 82,49 66,04 3,59

NUSA TENGGARA TIMUR 2017 0,359 75,51 66,07 3,21

NUSA TENGGARA TIMUR 2018 0,351 82,32 66,38 2,98

SULAWESI UTARA 2009 0,311 70,94 72,12 10,63

SULAWESI UTARA 2010 0,370 65,94 70,40 10,48

SULAWESI UTARA 2011 0,386 71,19 70,55 9,74

SULAWESI UTARA 2012 0,427 76,50 70,70 8,55

SULAWESI UTARA 2013 0,422 73,11 70,86 7,50

SULAWESI UTARA 2014 0,424 83,94 70,94 7,27

SULAWESI UTARA 2015 0,368 79,40 70,99 8,69

SULAWESI UTARA 2016 0,386 76,34 71,02 7,82

116

Provinsi Tahun IG IDI AHH TPT

SULAWESI UTARA 2017 0,396 75,76 71,04 6,12

SULAWESI UTARA 2018 0,394 77,77 71,26 6,09

SULAWESI TENGAH 2009 0,338 66,02 66,35 5,11

SULAWESI TENGAH 2010 0,366 66,63 66,07 4,89

SULAWESI TENGAH 2011 0,376 64,00 66,39 4,31

SULAWESI TENGAH 2012 0,400 64,97 66,70 3,75

SULAWESI TENGAH 2013 0,407 64,50 67,02 2,67

SULAWESI TENGAH 2014 0,372 74,36 67,18 2,92

SULAWESI TENGAH 2015 0,374 76,67 67,26 2,99

SULAWESI TENGAH 2016 0,362 72,20 67,31 3,46

SULAWESI TENGAH 2017 0,355 69,79 67,32 2,97

SULAWESI TENGAH 2018 0,346 75,29 67,78 3,19

SULAWESI SELATAN 2009 0,394 61,48 69,80 8,74

SULAWESI SELATAN 2010 0,404 56,67 68,93 7,99

SULAWESI SELATAN 2011 0,405 65,31 69,12 6,89

SULAWESI SELATAN 2012 0,410 68,55 69,31 6,56

SULAWESI SELATAN 2013 0,429 65,20 69,50 5,88

SULAWESI SELATAN 2014 0,425 75,30 69,59 5,79

SULAWESI SELATAN 2015 0,424 67,90 69,80 5,81

SULAWESI SELATAN 2016 0,426 68,53 69,82 5,11

SULAWESI SELATAN 2017 0,407 70,79 69,84 4,77

SULAWESI SELATAN 2018 0,397 70,88 70,08 5,39

SULAWESI TENGGARA 2009 0,359 64,29 67,60 5,38

SULAWESI TENGGARA 2010 0,421 54,79 69,65 4,77

SULAWESI TENGGARA 2011 0,413 57,56 69,85 4,45

SULAWESI TENGGARA 2012 0,404 57,26 70,06 3,20

SULAWESI TENGGARA 2013 0,426 52,61 70,28 3,43

SULAWESI TENGGARA 2014 0,409 70,13 70,39 2,13

SULAWESI TENGGARA 2015 0,399 69,44 70,44 3,62

SULAWESI TENGGARA 2016 0,402 71,13 70,46 3,78

117

Provinsi Tahun IG IDI AHH TPT

SULAWESI TENGGARA 2017 0,394 68,51 70,47 3,14

SULAWESI TENGGARA 2018 0,409 74,32 70,72 2,79

GORONTALO 2009 0,355 73,50 66,50 5,06

GORONTALO 2010 0,431 64,97 66,41 5,05

GORONTALO 2011 0,459 62,77 66,59 4,95

GORONTALO 2012 0,437 59,37 66,76 4,92

GORONTALO 2013 0,437 67,21 66,92 4,51

GORONTALO 2014 0,412 73,82 67,00 2,44

GORONTALO 2015 0,420 76,77 67,12 3,06

GORONTALO 2016 0,419 77,48 67,13 3,88

GORONTALO 2017 0,430 73,92 67,14 3,65

GORONTALO 2018 0,403 72,59 67,45 3,62

SULAWESI BARAT 2009 0,301 67,99 67,60 4,92

SULAWESI BARAT 2010 0,364 68,82 62,50 4,10

SULAWESI BARAT 2011 0,342 66,36 62,78 2,77

SULAWESI BARAT 2012 0,315 63,65 63,04 2,10

SULAWESI BARAT 2013 0,349 64,02 63,32 2,02

SULAWESI BARAT 2014 0,352 76,69 64,04 1,60

SULAWESI BARAT 2015 0,363 68,25 64,22 1,81

SULAWESI BARAT 2016 0,364 72,37 64,31 2,72

SULAWESI BARAT 2017 0,354 67,74 64,34 2,98

SULAWESI BARAT 2018 0,370 71,46 64,58 2,45

MALUKU 2009 0,312 69,07 67,20 10,38

MALUKU 2010 0,329 69,51 64,46 9,13

MALUKU 2011 0,412 68,38 64,61 8,18

MALUKU 2012 0,383 59,68 64,77 7,59

MALUKU 2013 0,370 66,23 64,93 6,97

MALUKU 2014 0,351 72,72 65,01 6,59

MALUKU 2015 0,340 65,90 65,31 6,72

MALUKU 2016 0,348 78,20 65,35 6,98

118

Provinsi Tahun IG IDI AHH TPT

MALUKU 2017 0,343 77,45 65,40 7,77

MALUKU 2018 0,343 75,51 65,59 7,38

MALUKU UTARA 2009 0,327 67,21 65,70 6,61

MALUKU UTARA 2010 0,336 59,92 66,70 6,03

MALUKU UTARA 2011 0,334 59,17 66,87 5,80

MALUKU UTARA 2012 0,338 66,83 67,05 5,50

MALUKU UTARA 2013 0,318 64,06 67,24 5,50

MALUKU UTARA 2014 0,325 67,90 67,33 5,65

MALUKU UTARA 2015 0,280 61,52 67,44 5,56

MALUKU UTARA 2016 0,286 73,27 67,51 3,43

MALUKU UTARA 2017 0,317 70,73 67,54 4,82

MALUKU UTARA 2018 0,328 72,10 67,80 4,65

PAPUA BARAT 2009 0,353 63,06 68,20 7,73

PAPUA BARAT 2010 0,381 67,75 64,59 7,77

PAPUA BARAT 2011 0,416 61,78 64,75 6,82

PAPUA BARAT 2012 0,425 65,70 64,88 6,57

PAPUA BARAT 2013 0,431 60,70 65,05 4,36

PAPUA BARAT 2014 0,439 65,65 65,13 3,70

PAPUA BARAT 2015 0,440 59,97 65,19 4,61

PAPUA BARAT 2016 0,373 60,35 65,30 5,73

PAPUA BARAT 2017 0,390 62,76 65,32 7,52

PAPUA BARAT 2018 0,394 58,29 65,55 5,67

PAPUA 2009 0,383 63,80 68,35 4,13

PAPUA 2010 0,414 60,26 64,31 4,08

PAPUA 2011 0,419 59,05 64,46 3,84

PAPUA 2012 0,439 60,71 64,60 3,03

PAPUA 2013 0,442 60,92 64,76 2,91

PAPUA 2014 0,408 62,15 64,84 3,48

PAPUA 2015 0,421 57,55 65,09 3,72

PAPUA 2016 0,390 61,02 65,12 2,97

119

Provinsi Tahun IG IDI AHH TPT

PAPUA 2017 0,397 61,34 65,14 3,96

PAPUA 2018 0,384 62,20 65,36 2,91

Sumber Data: (BPS, 2019)