PENGARUH DAUN SENDUDUK

download PENGARUH DAUN SENDUDUK

of 55

Transcript of PENGARUH DAUN SENDUDUK

  • 8/10/2019 PENGARUH DAUN SENDUDUK

    1/55

    PENGARUH DAUN SENDUDUK (Melastoma malabathr icum.L)

    TERHADAP PENYEMBUHAN LUKA BAKAR

    Disusun Oleh :

    1. ASMAT BURHAN (10620345)

    2. MOISES D. C. (10620363)

    3. RIZKY D.C RAHAYU (10620373)

    4. WAHYU EKAWATI (10620379)

    5. YANUARIUS F.R (10620381)

    PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

    FAKULTAS ILMU KESEHATAN

    UNIVERSITAS KADIRI

    2011

  • 8/10/2019 PENGARUH DAUN SENDUDUK

    2/55

    BAB 1

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Luka adalah suatu gangguan dari kondisi normal pada kulit ( Taylor, 1997). Luka adalah

    kerusakan kontinyuitas kulit, mukosa membran dan tulang atau organ tubuh lain (Kozier, 1995).

    Luka bakar adalah kehilangan jaringan yang disebabkan kontak dengan sumber panas

    seperti air, api, bahan kimia, listrik dan radiasi (Moenadjat, 2003). Luka bakar akan

    mengakibatkan tidak hanya kerusakan kulit, tetapi juga amat mempengaruhi seluruh sistem

    tubuh pasien. Pada pasien dengan luka bakar luas (mayor) tubuh tidak mampu lagi untuk

    mengkompensasi sehingga timbul berbagai macam komplikasi yang memerlukan penanganan

    khusus (Effendi, 1999).

    Luka bakar merupakan penyebab kematian ketiga akibat kecelakaan pada semua kelompok

    umur. Laki-laki cenderung lebih sering mengalami luka bakar dari pada wanita, terutama pada

    orang tua atau lanjut usia ( diatas 70 th).

    Banyak orang masuk rumah sakit setiap tahunnya disebabkan karena luka bakar. Luka

    bakar tidak hanya berpengaruh terhadap kulit tetapi berpengaruh terhadap sistem tubuh secara

    menyeluruh. Menghisap asap dan infeksi pada luka merupakan komplikasi pasien yang

    mengalami luka bakar.

    Peristiwa kecelakaan luka bakar pada umumnya adalah disebabkan oleh faktor kelalaian

    manusia. Pada kenyataannya memang pengetahuan dan disiplin masyarakat umum terhadap

    penyebab dan akibat yang ditimbulkan peristiwa kecelakaan luka bakar adalah masih sangat

    minim dan memprihatinkan. Banyak contoh perilaku keseharian masyarakat disekitar kita yang

    tanpa disadari dapat menyebabkan terjadinya peristiwa kecelakaan luka bakar, seperti misalnya

    penggunaan telepon selular pada saat mengisi bensin di SPBU atau pedagang bensin eceran yang

    berjualan di sebelah kios rokok.

    Masyarakat Indonesia sudah sejak zaman dahulu mengenal dan memanfaatkan tanaman

    berkhasiat obat sebagai salah satu upaya dalam penanggulangan masalah kesehatan yang

    dihadapi, jauh sebelum pelayanan kesehatan formal dengan obat-obatan modern. Pemeliharaan

  • 8/10/2019 PENGARUH DAUN SENDUDUK

    3/55

    dan pengembangan pengobatan tradisional sebagai warisan budaya bangsa terus ditingkatkan dan

    didorong pengembangannya melalui penggalian, pengujian dan penemuan obat-obat baru,

    termasuk budidaya tanaman yang secara medis dapat dipertanggungjawabkan.

    Salah satu tanaman berkhasiat untuk menyembuhkan luka bakar adalah tumbuhan

    senduduk (Melastoma malabathricum L) dari suku Melastomataceae. Tumbuhan ini mempunyai

    khasiat sebagai pereda demam, penghilang nyeri, peluruh urin, mengobati keputihan,

    menghilangkan pembengkakan, darah haid yang berlebihan, dan mengobati luka bakar atau luka

    berdarah.

    Menurut pengalaman masyarakat di Aceh, daun senduduk dapat digunakan sebagai obat

    luka dengan cara membubuhkan daun segar atau daun yang dikeringkan setelah digiling halus

    pada luka bakar atau luka berdarah. Senduduk mengandung senyawa flavonoida, saponin, tanin,

    glikosida, steroida/triterpenoida yang berperan sebagai penyembuh luka.

    1.2 Rumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang diatas, dapat dirumuskan masalah sebagai beikut:

    1.2.1 Bagaimanakah daun tumbuhan senduduk dapat digunakan untuk penyembuhan luka bakar?

    1.2.2 Bagaimanakah cara perawatan luka bakar dengan menggunakan daun tumbuhan senduduk?

    1.3

    Tujuan

    1.3.1 Tujuan Umum

    Mengetahui kegunaan dari daun tumbuhan senduduk untuk penyembuhan luka bakar.

    1.3.2 Tujuan Khusus

    Untuk mengetahui cara penggunaan daun tumbuhan senduduk sebagai penyembuhan luka bakar.

    1.4 Manfaat

    1.4.1 Bagi Mahasiswa

    Agar dapat menambah wawasan mahasiswa tentang manfaat daun tumbuhan senduduk sebagai

    penyembuhan luka bakar.

    1.4.2 Bagi Institusi

    Agar dapat memberikan penjelasan yang lebih luas tentang penyembuhan pada luka bakar

    dengan menggunakan tumbuhan herbal.

  • 8/10/2019 PENGARUH DAUN SENDUDUK

    4/55

    1.4.3 Bagi Masyarakat

    Agar menambah pengetahuan tentang cara penyembuhan luka bakar dengan menggunakan daun

    tumbuhan senduduk dan bagaimana cara penggunaannya.

    BAB 2

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Tumbuhan Senduduk (Melastoma malabathr icum L)

    2.1.1 Sistematika Tumbuhan (Depkes dan Kesejahteraan RI, 2001)

    Divisi : Spermatophyta

    Sub divisi : Angiospermae

    Kalas : Dicotyledoneae

    Bangsa : Myrtales

    Suku : Melastomataceae

    Marga :Melastoma

    Jenis :Melastoma malabathricumL

  • 8/10/2019 PENGARUH DAUN SENDUDUK

    5/55

    2.1.2 Sinonim

    Nama lain dari senduduk (Melastoma malabathricum L.) adalahMelastoma affine G.Don,

    Melastoma polyanthumB1 (Depkes RI, 1995)

    2.1.3 Nama Daerah

    Nama daerah tumbuhan ini di sumatra adalah senduduk, sedangkan di jawa di kenal

    dengan nama senggani, sengganen, kluruk, harendong dan kemanden (Depkes RI, 1995)

    2.1.4 Deskriptif Tumbuhan

    Tumbuhan senduduk (Melastoma malabathricum L) tumbuh liar pada tempat-tempat yang

    mendapat cukup sinar matahari, seperti di lereng gunung, semak belukar, lapangan yang tidak

    terlalu gersang, atau di daerah objek wisata sebagai tanaman hias dan dapat tumbuh sampai

    ketinggian 1.650 m di atas permukaan air laut. Perdu tegak, tinggi 0,5-4 m banyak bercabang,

    bersisik, berambut, daun tunggal, bertangkai, letak berhadapan silang. Helai daun bundar telur

    memandang sampai lonjong. Ujung lancip, pangkal membulat, tepi rata, permukaan berambut

    pendek yang jarang dan kaku sehingga teraba kasar. Berbunga majemuk keluar di ujung cabang,

    warna ungu kemerahna. Buah masak akan merekah dan terbagi dalam berbagai bagian, warnanya

    ungu kemerahan. Biji kecil-kecil warnanya coklat. Buahnya dapat dimakan, sedangkan daun

    muda dapat dimakan sebagai lalap atau di sayur. Perbanyakan dengan biji (dalimartha, 2000).

    2.1.5 Kandungan Dan Manfaat

    Senduduk mengandung senyawa flavonoida, saponin, tanin, glikosida,

    steroida/triterpenoida. Zat aktif yang terkandung daun senduduk yang berperan sebagai

    penyembuh luka yaitu:

    a. Flavonoid berfungsi sebagai anti bakteri, antioksidan, dan jika diberikan pada kulit dapat

    menghambat pendarahan.

    b. Steroid berfungsi sebagai antiinflamasi.

    c. Saponin memiliki kemampuan sebagai pembersih dan antiseptik yang berfungsi membunuh atau

    mencegah pertumbuhan mikroorganisme (Robinson, 1995).

  • 8/10/2019 PENGARUH DAUN SENDUDUK

    6/55

    d. Tanin berfungsi sebagai astringen yang dapat menyebabkan penutupan pori-pori kulit,

    memperkeras kulit, menghentikan eksudat dan pendarahan yang ringan (Anief,1997).

    Tumbuhan ini berkhasiat untuk mengobati diare, keputihan, obat kumur, luka bakar,

    sariawan, pendarahan rahim, dan luka berdarah (Djauhariya dan Hermani, 2004).

    2.2 Ekstrak

    Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat aktif dari simplisia

    nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir

    semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian hingga

    memenuhi baku yang ditetapkan (Depkes RI, 1995).

    Ekstraksi adalah suatu proses pemisahan kandungan senyawa kimia dari jaringan

    tumbuhan ataupun hewan dengan menggunakan penyari tertentu. Ada beberapa metode

    ekstraksi, yaitu:

    a. Cara dingin

    1) Maserasi

    Maserasi adalah proses pengekstraksian simplisisa dengan mengunakan pelarut dengan

    beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur ruangan (kamar).

    2) Perkolasi

    Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai terjadi penyaringan

    sempurna yang umumnya dilakukan pada temperatur kamar.

    b. Cara panas

    1) Refluks

    Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik didihnya selama waktu

    tertentu dan dalam jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan dengan adanya pendingin balik

    (Depkes RI, 2000).

    2) Digesti

    Digesti adalah maserasi dengan pengadukan kontinu pada temperatur yang lebih tinggi dari

    temperatur kamar yaitu pada 40-50C (Depkes RI, 2000).

    3) Infus

  • 8/10/2019 PENGARUH DAUN SENDUDUK

    7/55

    Infus adalah ekstraksi menggunakan pelarut air pada temperatur penangas air (bejana infus

    tercelup dalam penangas air mendidih, temperatur terukur 90C ) selama 15 menit (Depkes RI,

    2000).

    4) Dekok

    Dekok adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur 90C selama 30 menit (Depkes

    RI, 2000).

    5) Sokletasi

    Sokletasi adalah metode ekstraksi untuk bahan yang tahan pemanasan dengan cara

    meletakan bahan yang akan di ekstraksi dalam sebuah kantung ekstraksi (kertas saring) didalam

    sebuah alat ekstraksi dari gelas yang bekarja kontinu (voigt,1995)

    2.3 Krim

    Krim adalah bentuk sediaan setengah padat yang mengandung satu atau lebih bahan obat

    terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai. Krim digunakan sebagai :

    1. Bahan pembawa obat untuk pengobatan kulit

    2. Bahan pelembut kulit

    3. Pelindung kulit yaitu mencegah kontak permukaan kulit dengan larutan berair dan rangsang kulit

    (Anief, 2000)

    2.4 Luka

    2.4.1 Pengertian Luka

    Luka adalah suatu keadaan kerusakan jaringan dan dapat mengenai stuktur yang lebih

    dalam dari kulit seperti saraf, otot, atau membran. Luka, cacat atau kerusakan kulit dan jaringan

    dibawahnya disebabkan oleh:

    1. Trauma mekanis yang disababkan karena tergesek, terpotong, terpukul, tertusuk, terbentur dan

    terjepit.

    2. Trauma elektris yang disebabkan cedera listrik dan petir.

    3. Trauma termis yang disababkan panas dan dingin.

    4. Trauma kimia yang disebabkan oleh zat kimia yang bersifat asam dan basa serta zat iritatif

    lainnya.(Karakata dan Bachsinar,1995)

  • 8/10/2019 PENGARUH DAUN SENDUDUK

    8/55

    2.4.2 Klasifikasi Luka

    Berdasarkan kedalaman jaringan yang dikenai, luka dapat dibagi dua yaitu:

    1. Simpleks, bila hanya melibatkan kulit.

    2. Komplikatum, bila melibatkan kulit dan jaringan dibawahnya. (Karakata dan Bachsinar,1995).

    Berdasarkan keadaannya luka dibagi atas dua bagian, yaitu:

    1. Luka tertutup. Dalam hal ini kulit masih utuh.contohnya:

    a. Vulnus contussum atau luka memar. Disini kulit tidak rusak,tetapi pada pembuluh darah sub

    kutan, sehingga dapat terjadi hematom.

    b. Vulnus traumaticum. Terjadi di dalam tubuh,tetapi tidak tampak dari luar.

    2. Luka terbuka. Dalam keadaan ini kulit sudah robek.Contohnya:

    a. Ekskoriasi atau luka lecet adalah cedera pada permukaan epidermis akibat bersentuhan dengan

    benda berpermukaan kasar atau rata.

    b. Vulnus scissum adalah luka sayat atau iris yang ditandai dengan tepi luka berupa garis lutus

    beraturan.

    c. Vulnus laceratum atau luka robek adalah luka dengan tepi beraturan atau compang-camping

    biasanya karena tarikan atau goresan benda tumpul.

    d. Vulnus punctum atau luka tusuk adalah luka akibat tusukan benda runcing yang biasanya

    kedalaman luka lebih dari lebarnya.

    e. Vulnus caesum atau luka potong adalah luka yang disebabkan oleh benda tajam yang

    besar,dengan tepi tajam dan rata.

    f. Vulnus sclopetorum atau luka tembak yang terjadi karena tembakan, granat, dan sebagainya,

    dengan tepi luka yang tidak teratur.

    g. Vulnus morsumatau luka gigit yang disebabkan oleh gigitan binatang atau manusia,bentuk luka

    tergantung bentuk gigi penggigit.(Karakata dan Bachsinar,1995).

    2.5 Luka Bakar

    Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan oleh

    kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik, dan radiasi. Luka bakar

  • 8/10/2019 PENGARUH DAUN SENDUDUK

    9/55

    merupakan suatu jenis trauma dengan mordibitas dan mortalitas yang tinggi yang memerlukan

    penatalaksanaan khusus sejak awal (fase syok) sampai fase lanjut. (Yefta, 2003).

    Kulit atau jaringan tubuh yang terbakar akan menjadi jaringan nekrotik.kalau luka karena

    benda tajam atau benda tumpul, bila ada jaringan nekrotik kita harus berusaha melakukan

    debridement pada waktu pertama kali pencucian luka tetapi lain pada luka bakar, jaringan

    nekrotik ini tidak dapat dibuang segera tetapi tetep lekat di tubuh penderita untuk waktu yang

    relatif lama. Tetap beradanya jaringan jaringan nekrotik di tubuh si penderita akan mengandung

    infeksi serta kesukaran-kesukaran lain dalam perawatannya (Marzoeki, 1993).

    Berat ringannya luka bakar tergantung dari lamanya dan banyaknya kulit badan yang

    terbakar.Kerusakan paling ringan akibat terbakar yang timbul pada kulit adalah warna merah

    pada kulit. Bila lebih berat, timbul gelembung. Pada keadaan yang lebih berat lagi bila seluruh

    kulit terbakar sehingga dagingnya tampak, sedangkan yang terberat adalah bila otot-otot ikut

    terbakar (Oswari, 2003).

    2.5.1 Klasifikasi Luka Bakar

    Luka bakar dibedakan menjadi beberapa jenis berdasarkan penyebab dan kedalaman

    kerusakan jaringan.

    1. Berdasarkan penyebabnya, luka bakar dibedakan atas beberapa jenis, antara lain:

    a. Luka bakar karena api

    b. Luka bakar karena air panas

    c. Luka bbakar karena bahan kimia (yang bersifat asam atau basa kuat)

    d. Luka bakar karena listrik

    e. Luka bakar karen logam panas

    f. Luka bakar karena radiasi

    g. Cedera karena suhu sangat rendah

    2. Berdasarkan kedalaman kerusakan jaringan, luka bakar dibedakan atas beberapa jenis yaitu:

    a. Luka bakar derajat I :

    Kerusakan terbatas pada superfisial epidermis

    Kulit kering, tampak pucat sebagai eritrema

    Tidak dijumpai bula (gelembung berisi cairan)

    Nyeri karena ujung-ujung saraf sensorik teriritasi

  • 8/10/2019 PENGARUH DAUN SENDUDUK

    10/55

    Penyembuhan terjadi secara spontan dalam waktu 5-10 hari

    b. Luka bakar derajat II :

    Kerusakan meliputi dermis dan epidermis

    Dijumpai bula

    Dasar luka berwarna merah atau pucat, terletak lebih tinggi dari atas kulit normal

    Nyeri karena ujung-ujung saraf sensorik teriritasi

    Luka bakar derajat II dibedakan menjadi 2, yaitu :

    1. Derajat II dangkal (superficial)

    Kerusakan mengenai bagian superfisial dermis. Apendices kulit seperti folikel rambut, kelenjar

    keringat, kelenjar sebasea masih utuh. Penyembuhan terjadi secara spontan dalam waktu 10-14

    hari.

    2. Derajat II dalam (deep)

    Kerusakan hampir seluruh bagian dermis. Apendices kuulit seperti folikel rambut, kelenjar

    keringat, kelenjar sebasea masih utuh. Penyembuhan lebih lama, tergantung kulit tersisa.

    Biasanya penyembuhan terjadi lebih dari satu bulan.

    c. Luka bakar derajat III

    Kerusakan meliputi seluruh ketebalan dermis dan lapisan yang lebih dalam

    Apendices kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea mengalami kerusakan

    Tidak dijumpai bula

    Kulit yang terbakar berwarna abu-abu dan pucat, kering, letaknya lebih rendah dibandingkan

    kulit sekitar koagulasi protein dan lapisan epidermis dan dermis

    Tidak dijumpai rasa nyeri, bahkan hilang sensasi karerna ujung-ujung saraf sensorik mengalami

    kerusakan atau kematian.

    Penyembuhan terjadi lama karena tidak ada proses epitelisasi spontan baik dari dasar luka, tepi

    luka maupun apendices kulit. (Moenadjat, 2003).

    2.5.2 Penyembuhan Luka Bakar

  • 8/10/2019 PENGARUH DAUN SENDUDUK

    11/55

    Tindakan yang dapat dilakukan pada luka bakar adalah dengan memberikan terapi local

    dengan tujuan mendapatkan kesembuhan secepat mungkin, sehingga jumlah jaringan fibrosis

    yang terbentuk akan sedikit dan dengan demikian mengurangi jaringan parut. Diusahakan pula

    pencegahan terjadi peradangan yang merupakan hambatan paling besar terhadap kecepatan

    penyembuhan (Henderson M.A, 1997).

    Proses penyembuhan luka yang dibagi dalam tiga fase yaitu fase inflamasi, proliferasi dan

    penyudahan yang merupakan penyerupaan kembali (remodeling) jaringan.

    1. Fase inflamasi

    Fase inflamasi berlangsung sejak terjadinya luka sampai hari kelima. Pembuluh darah yang

    terputus pada luka menyebabkan perdarahan dan tubuh akan berusaha menghentikannya dengan

    vasokontriksi. Pengerutan pembuluh yang terputus (retraksi) dan reaksi hemostasis. Hemostasis

    terjadi karena trombosit yang keluar dari pembuluh darah saling melengket dan bersama dengan

    jala fibrin yang terbentuk membekukan darah yang keluar dari pembuluh darah.

    Sel mast dalam jaringan ikat menghasilkan serotonin dan histamine yang meningkatkan

    permeabilitas kapiler sehingga terjadi eksudat cairan, pembentukan sel radang disertai

    vasodilatasi setempat menyebabkan pembengkakan.

    2. Fase proliferasi

    Fase poliferasi disebut juga fibroplasias karena yang menonjol adalah proses proliferasi

    fibroblast. Fase ini berlangsung dari akhir fase inflamasi sampai kira-kira akhir minggu ketiga.

    Pada fase ini serat kolagen yang mempertautkan tepi luka.

    3. Fase penyudahan

    Pada fase ini terjadi proses pematangan yang terdiri dari penyerapan kembali jaringan yang

    berlebih dan perupaan kembali jaringan yang terbentuk. Fase ini dapat berlangsung berbulan-

    bulan dan dinyatakan berakhir kalau semua tanda radang sudah lenyap. Tubuh berusaha

    menormalkan kembali semua yang menjadi abnormal karena proses penyembuhan

    (Sjamsuhidajat. R dan Wim de jong, 1997).

  • 8/10/2019 PENGARUH DAUN SENDUDUK

    12/55

    BAB 3

    PEMBAHASAN

    3.1 Pengolahan Daun Senduduk

    Daun senduduk yang telah dikumpulkan dibersihkan dengan air bersih, ditiriskan di atas

    tampah yang dialasi dengan koran. Selanjutnya ditimbang sebagi berat basah sebesar 7,5 kg,

    kemudian dikeringkan dengan cara dimasukkan kedalam lemari pengering. Setelah ditimbang

    sebagai berat kering sebesar 2,5 kg. Daun senduduk yang telah kering diserbuk dengan blender.

    3.2 Pembuatan EEDS (Ekstrak Etanol Daun Senduduk)

    Pembuatan ekstrak dilakukan secara perkolasi dengan menggunakan pelarut etanol 96%.

    Prosedur pembuatan ekstrak

    Sejumlah serbuk daun senduduk dibasahi dengan etanol dan dibiarkan selama 3 jam,

    kemudian dimasukkan kedalam alat perkolator, lalu dituang cairan etanol 96% secukupnya

    sampai terendam dan terdapat selapis cairan penyari diatasnya, mulut tabung ditutup dengan

    aluminium foil dan biarkan selama 24 jam, kemudian kran dibuka dan biarkan tetesan ekstrak

    mengalir. Perkolasi dihentikan setelah 500 mg perkolat terakhir diuapkan tidak meninggalkan

    sisa. Selanjutnya ekstrak diuapkan dengan penguap vakum putar pada temperatur tidak lebih dari

    50oC sampai diperoleh ekstrak kental.

    3.3 Pembuatan Krim Ekstrak Luka Bakar

    3.3.1 Pembuatan Krim

    Sediaan krim yang digunakan adalah krim tipe minyak dalam air dan dibuat berdasarkan

    formula standar vanishing cream (ISFI, 1971) yaitu asam stearat, gliserin, natrium biborat,

    trietanolamin, air suling, nipagin.

  • 8/10/2019 PENGARUH DAUN SENDUDUK

    13/55

    Cara pembuatan yaitu:

    Timbang semua bahan yang diperlukan. Bahan yang terdapat dalam formula dipisahkan

    menjadi dua kelompok yaitu fase minyak dan fase air. Fase minyak yaitu asam stearat dilebur di

    atas penangas air dengan suhu 70o-75

    oC, fase aiy yaitu trietanolamin, gliserin, metil paraben dan

    air suling dilarutkan dalam air panas. Kemudian fase minyak dipindahkan ke dalam lumpang

    panas. Fase air ditambahkan secara perlahan-lahan ke dalam fase minyak dengan pengadukan

    yang konstan sampai diperoleh massa krim

    3.3.2 Pembuatan Krim Ekstrak Luka Bakar

    Timbang 5 gram ekstrak kental, kemudian masukkan kedalam lumpang diencerkan dengan

    sedikit pelarut kemudian digerus. Ditambahkan 100 gram bahan dasar krim sedikit demi sedikit

    sambil digerus samapi homogen.

    3.4 Penggunaan Sediaan Krim Terhadap Luka Bakar

    Penggunaan sediaan krim yaitu dengan mengoleskan pada kulit yang melepuh atau yang

    mengalami luka bakar tersebut sebanyak 0,350 gram secara merata pada permukaan luka dengan

    interval pengolesan 6 jam (tiga kali sehari).

    BAB 4

    PENUTUP

  • 8/10/2019 PENGARUH DAUN SENDUDUK

    14/55

    4.1 Kesimpulan

    Daun tumbuhan senduduk mengandung saponin, tanin, flavonoid, glikosida, dan streoid.

    Tanin berfungsi sebagai adstringen yang dapat menyebabkan penciutan pori-pori kulit,

    memperkeras kulit, menghentikan eksudat dan pendarahan yang ringan (Anief, 1997), sehingga

    mampu menutup luka dan mencegah pendarahan yang biasa timbul pada luka.

    Saponin memiliki kemampuan sebagai pembersih dan antiseptik yang berfungsi

    membunuh atau mencegah pertumbuhan mikroorganisme yang biasa timbul pada luka sehingga

    luka tidak mengalami infeksi yang berat (Robinson, 1995).

    Flavonoid bersifat sebagai anti inflamasi, anti alergi, mencegah proses oksidasi, dan anti

    oksidan serta berbagai fungsi lainnya (Jansen, 2006). Steroid sebagai anti radang yang mampu

    mencegah kekakuan dan nyeri (Tan Hoan Tjay & Kirana, 2002).

    Dalam penyembuhan luka, daun tumbuhan senduduk dapat diolah menjadi krim agar dapat

    digunakan untuk penyembuhan luka bakar. Cara penggunaan sediaan krim pada luka bakar yaitu

    dengan mengoleskan sediaan krim pada kulit yang melepuh atau yang mengalami luka bakar

    tersebut sebanyak 0,350 gram secara merata pada permukaan luka dengan interval pengolesan 6

    jam (tiga kali sehari).

    4.2 Saran

    4.2.1 Bagi Mahasiswa

    Diharapkan mampu memahami dan dapat menambah wawasan mahasiswa tentang manfaat daun

    tumbuhan senduduk sebagai penyembuhan luka bakar.

    4.2.2 Bagi Institusi

    Diharapkan dapat memberikan penjelasan yang lebih luas tentang penyembuhan pada luka bakar

    dengan menggunakan tumbuhan herbal.

    4.2.3 Bagi Masyarakat

    Diharapakan agar dapat menambah pengetahuan tentang cara penyembuhan luka bakar dengan

    menggunakan daun tumbuhan senduduk dan bagaimana cara penggunaannya.

  • 8/10/2019 PENGARUH DAUN SENDUDUK

    15/55

    DAFTAR PUSTAKA

    Moenajat, Y. (2003). Luka Bakar Pengetahuan Klinik Praktis. Edisi II. Jakarta: Fakultas Kedokteran UI

    Noname. (2010). Senggani. http://www.naturindonesia.com/tanaman-obat-indonesia/abjad-awal-s/303-

    senggani.html (diakses tanggal 21 Oktober 2011, Jam 14:47)

    Simanjuntak R. Megawati. 2008.Ekstraksi dan Fraksinasi Komponen Ekstrak Daun Tumbuhan Senduduk

    (Melastoma malabathricum.L) Serta Pengujian Efek Sediaan Krim Terhadap PenyembuhanLuka Bakar. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14472/1/09E01171.pdf (diakses

    tanggal 21 Oktober 2011, Jam 12:34)http://kumpulan-askep3209.blogspot.com/2012/06/perawatan-luka-dengan-daun-senduduk.html

    http://www.naturindonesia.com/tanaman-obat-indonesia/abjad-awal-s/303-senggani.htmlhttp://www.naturindonesia.com/tanaman-obat-indonesia/abjad-awal-s/303-senggani.htmlhttp://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14472/1/09E01171.pdfhttp://kumpulan-askep3209.blogspot.com/2012/06/perawatan-luka-dengan-daun-senduduk.htmlhttp://kumpulan-askep3209.blogspot.com/2012/06/perawatan-luka-dengan-daun-senduduk.htmlhttp://kumpulan-askep3209.blogspot.com/2012/06/perawatan-luka-dengan-daun-senduduk.htmlhttp://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14472/1/09E01171.pdfhttp://www.naturindonesia.com/tanaman-obat-indonesia/abjad-awal-s/303-senggani.htmlhttp://www.naturindonesia.com/tanaman-obat-indonesia/abjad-awal-s/303-senggani.html
  • 8/10/2019 PENGARUH DAUN SENDUDUK

    16/55

    BAB IPENDAHULUAN

    A. LATAR BELAKANG

    Pengobatan tradisional yang bahannya dari sumberdaya alam hayati seperti dari

    tumbuh-tumbuhan telah lama digunakan oleh masyarakat Indonesia. Hingga kini jamu

    tradisional masih digunakan oleh sebagian besar masyarakat untuk mengobati berbagai penyakit.

    Tumbuhan obat merupakan salah satu topik yang sangat penting dalam obat tradisional dan

    sebagai bahan alternatif untuk menyembuhkan berbagai penyakit (Arifin, 2009).

    Penggunaan tanaman obat untuk penyembuhan suatu penyakit didasarkan pada

    pengalaman yang secara turun temurun yang diwariskan oleh generasi terdahulu kepada generasi

    berikutnya. Tanaman obat merupakan suatu komponen penting dalam pengobatan tradisional

    (Prapti, 2008 ).

    Salah satu tanaman yang dapat digunakan sebagai obat adalah tanaman turi (Sesbania

    grandiflora). Tanaman turi diketahui mengandung beberapa senyawa aktif yang salah satunya

    mengandung tanin yang aktivitasnya sebagai antibakteri (Hutapea, 2000). Tanin dan derivatnya

    dapat berfungsi sebagai antibakteri karena mendenaturasi protein dan merusak membran sel

    bakteri (Jawetz et al., 1996).

    Secara tradisional tanaman turi cenderung digunakan masyarakat sebagai obat

    tradisional karena mempunyai khasiat yang sangat potensial dalam menyembuhkan berbagai

    penyakit seperti luka, erupsi kulit, memar akibat terpukul, disentri dan sariawan karena tanaman

  • 8/10/2019 PENGARUH DAUN SENDUDUK

    17/55

    turi mengandung beberapa senyawa aktif yang salah satunya yaitu tanin yang diduga

    mempunyai senyawa bioaktivitas sebagai antibakteri yang dapat menghambat pertumbuhan

    bakteri Staphylococcus aureus(Hutapea, 2000)

    Kemampuan kulit turi sebagai antibakteri juga di kemukakan oleh

    (Suryowinoto,1997)bahwa selain bersifat antibakteri, kulit turi juga bersifat antijamur.

    Kemampuan kulit turi ini berasal dari zat kimia yang terkandung di dalam kulit batang tanaman

    tersebut. Komponen kimia tersebut adalah tannin karena berfungsi sebagai penghambat atau

    penghancur berbagai pertumbuhan bakteri (Iryanto, 2006)

    Bakeri Staphylococcus aureusmerupakan bakteri berbentuk kokus yang hidup

    bergerombol. Bakteri ini merupakan mikroba berbahaya yang bisa menyebabkan infeksi pada

    kulit dan meracuni makanan sehingga menimbulkan penyakit serius pada

    manusia. Staphylococcous aureusmenginfeksi tubuh manusia terutama tubuh yang sel imunnya

    lemah. Stapylococcus aureusdapat mengganggu sistem imun manusia karena mengikat antibody

    dan menyerang membran sel serta menyebabkan hemolisis (Todar, 2008).

    Penyakit-penyakit yang disebarkan oleh Staphylococcus

    aureusdiantaranyaImpetigo(pengerasan kulit), cellulitis(peradangan di bawah

    kulit), mastitis(peradangan payudara), pioderma (penyakit kulit) danfurunkel (peradangan pada

    folikel rambut) (Jawets et al.,2001).

  • 8/10/2019 PENGARUH DAUN SENDUDUK

    18/55

    Penelitian yang dilakukan oleh Linggadi Laboratorium Mikrobiologi, Jurusan

    Biologi FMIPA, Universitas Padjadjaran, menyatakan bahwa ekstrak tanaman turi mempunyai

    aktivitas antibakteri terhadap Staphylococcus aureus dengan metode difusi agar,dengan zona

    hambatan 11 mm untuk zona hambatan Staphylococcus aureus sebesar 20 mm. Pada penelitian

    ini digunakan ekstrak daun turi yang dimaserasi dalam air dan etanol. (Sukarsono, 2003)

    menyatakan bahwa daun turi memberikan khasiat yang baik bila digabungkan dengan minuman

    anggur (wine), sehingga pada penelitian Lingga ini untuk mengekstrak daun turi yang telah

    dimaserasi dalam etanol. Telah diketahui juga bahwa etanol bersifat polar, sehingga zat-zat polar

    yang terdapat dalam ekstrak daun turi dapat terekstraksi dengan pelarut tersebut, dalam

    menghambat pertumbuhan Staphylococcus aureus.

    Hal diatas mendasari penulis untuk melakukan pengujian dengan menggunakan kulit

    batang turi dengan pelarut aceton serta metode difusi agar untuk mengetahui daya antibakteri

    ekstrak kulit turi dalam menghambat pertumbuhan Staphylococcus aureus. Dengan demikian

    penulis melakukan penelitian dengan judul: UJI RESISTENSI Staphylococcus

    aureusTERHADAP ANTIBAKTERI EKSTRAK NON POLAR KULIT TURI (Sesbania

    grandiflora).

    B. RUMUSAN MASALAH

  • 8/10/2019 PENGARUH DAUN SENDUDUK

    19/55

    Apakah Staphylococcus aureusresistensi terhadap senyawa antibakteri ekstrak non

    polar kulit turi (sesbania grandiflora)

    C. TUJUAN PENELITIAN

    Mengetahui resistensi Staphylococcus aureusterhadap senyawa antibakteri ekstrak non

    polar kulit turi ( Sesbania grandiflora)

    D. MANFAAT PENELITIAAN

    Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai kegunaanekstrak

    tanaman turi (Sesbania grandiflora) dapat digunakan sebagai zat antimikroba alami.

    BAB II

    LANDASAN TEORI

    A. Gambaran umum Tanaman Turi ( Sesbania grandi fl ora)

    1. Deskripsi Dan Morfologi Tanaman Turi (Sesbania grandiflora)

    Turi (Sesbania grandifloramerupakanpohon kecil dengan tingginya rata-rata mencapai

    10 meter. Bentukpohon dengan percabangan jarang, cabang mendatar, batang utama tegak, tajuk

    cenderung meninggi, daun menyirip ganda.Bunganya tersusun majemuk, mahkota berwarna

    putih, tipe kupu-kupu khasFaboideae.Buahnya berbentuk polong dan menggantung. Kulit luar

    batang pohonnya berwarna kelabu hingga kecoklatan, tidak rata, dengan alur membujur dan

    http://id.wikipedia.org/wiki/Pohonhttp://id.wikipedia.org/wiki/Pohonhttp://id.wikipedia.org/wiki/Bungahttp://id.wikipedia.org/wiki/Fabaceaehttp://id.wikipedia.org/wiki/Fabaceaehttp://id.wikipedia.org/wiki/Fabaceaehttp://id.wikipedia.org/wiki/Fabaceaehttp://id.wikipedia.org/wiki/Bungahttp://id.wikipedia.org/wiki/Pohonhttp://id.wikipedia.org/wiki/Pohon
  • 8/10/2019 PENGARUH DAUN SENDUDUK

    20/55

    melintang tidak beraturan, lapisan gabus mudah terkelupas sedangkan bagian dalam berair dan

    sedikit berlendir. Percabangan baru keluar setelah tinggi tanaman mencapai sekitar 5 meter.

    Berdaun majemuk yang letaknya tersebar dengan daun penumpu yang panjangnya 0,5-1,0 cm.

    Panjang daun 20-30 cm, menyirip genap dan 20-40 pasang anak daun yang bertangkai pendek.

    Helaian anak daun berbentuk jorong memanjang, tepi rata, panjang 3-4 cm dan lebar 0,8-1,5 cm.

    Bunganya besar dalam tandan yang keluar dari ketiak daun, letaknya menggantung dengan 2-4

    bunga yang bertangkai, kuncupnya berbentuk sabit, panjangnya 7-9 cm. Bila mekar, bunganya

    berbentuk kupu-kupu (Raina, 2011)

    Ada dua varietas tanaman turi yaitu yang berbunga putih dan berbunga merah.

    Buah bentuk polong yang menggantung, berbentuk pita dengan sekat antara, panjang 20-55 cm

    dan lebar 7-8 mm. Jumlah bijinya sekitar 15-50 biji dan letak melintang di dalam polong.

    Akarnya berbintil-bintil, berisi bakteri yang dapat memanfaatkan nitrogen, sehingga bisa

    menyuburkan tanah. Daun, bunga dan polong muda dapat dimakan sebagai sayur atau dipecel.

    Daun muda setelah dikukus kadang dimakan oleh ibu yang sedang menyusui anaknya untuk

    menambah produksi asi, walaupun baunya tidak enak dan berlendir. Bunganya gurih dan manis

    sehingga biasa dimakan sebagai pecel. Daun dan ranting muda juga merupakan makanan ternak

    yang kaya protein.

  • 8/10/2019 PENGARUH DAUN SENDUDUK

    21/55

    Masa kini masyarakat lebih cenderung menggunakan obat antibakteri yang berasal dari

    ekstrak tumbuhan dalam menghambat pertumbuhan bakteri karena diduga adanya kandungan

    kimia yang terkandung didalam tumbuhan tersebut. Dari sekian banyak tumbuhan yang

    mempuyai manfaat dan khasiat salah satu tumbuham penghambat pertumbuhan

    bakteri Staphylococcus aureus adalah tanaman turi yang di dalam kulit batang terdapat salah

    satu senyawa aktif yakni tannin yang bekerja sebagai penghambat pertumbuhan Staphylococcus

    aureus (Syamsunir, 1992).

    Daun tanaman turi juga dipakai sebagai pupuk hijau. Daunnya mengandung saponin

    sehingga dapat digunakan sebagai pengganti sabun setelah diremas-remas dalam air untuk

    mencuci pakaian. Sari kulit batang pohon turi digunakan untuk menguatkan dan mewarnai jala

    ikan. Kulit batang turi merah kadang dijual dengan nama kayu timor. Turi berbunga merah lebih

    banyak dipakai dalam pengobatan karena kadar taninnya lebih tinggi sehingga lebih manjur

    untuk pengobatan luka ataupun disentri. Perbanyakan dengan biji atau stek batang (Prapti, 2008).

    2. Klasifikasi Tanaman Turi (Sesbania grandiflora)

    Klasifikasi tanaman turi (Sesbania grandiflora) adalah sebagai berikut:

    Divisi : Magnoliophyta

    Kelas : Magnoliopsida

    Ordo : Fabales

  • 8/10/2019 PENGARUH DAUN SENDUDUK

    22/55

    Famili : Fabaceae

    subfamili : Faboideae

    Bangsa : Robinieae

    Genus : Sesbania

    Spesies : Sesbania grandiflora (Arifin, 2009).

    3. Kandungan Kimia Dalam Tanaman Turi (Sesbania grandiflora)

    Senyawa kimia yang terdapat dalam kulit batang turi antara lainnya yaitu tanin

    yang dapat dipakai sebagai antimikroba (bakteri dan virus) juga dapat dimanfaatkan sebagai

    antioksidan pada lemak dan minyak goreng agar lemak dan minyak goreng tidak mudah rusak

    serta dimanfaatkan sebagai bahan antiseptik dan antioksidan dalam makanan (Sukarsono, 2003).

    4. Manfaat Tanaman Turi (Sesbania grandiflora) Sebagai Obat Tradisional

    Tanaman turi dapat menyembuhkan berbagai penyakit khususnya kulit batang tanaman

    turi dapat menyembuhkan: sariawan, disentri, diare, cacar air, demam, erupsi kulit, keseleo,

    memar akibat terpukul (hematona), luka, keputihan (fluoralbus), batuk, hidung berlendir, sakit

    kepala, radang tenggorokan, memperbanyak dan memperlancar air susu ibu, pegalinu

    (rheumatism) dan batuk berdahak.

    Cara untuk menyembuhkan sariawan yaitu merebus satu genggam kulit batang turi

    dengan air sebanyak 3 gelas hingga tersisa 1 gelas. Setelah dingin air rebusannya dipakai untuk

  • 8/10/2019 PENGARUH DAUN SENDUDUK

    23/55

    berkumur. Mengobati cacar air, demam dengan erupsi kulit dilakukan dengan cara sebagai

    berikut yaitu ambil kulit batang turi sebesar ibu jari kemudian direbus dengan air secukupnya.

    Setelah dingin, disaring dan diminum (Pratignjo,1980).

    B. Antibakteri

    Antibakteri adalah zat yang dapat mengganggu pertumbuhan atau bahkan

    mematikanbakteri dengan cara mengganggumetabolismebakteri yang merugikan. Antibakteri

    termasuk kedalam antimikroba yang digunakan untuk menghambat pertumbuhanbakteri.

    Antibakteri hanya dapat digunakan jika mempunyai sifattosik selektif yang artinya yaitu dapat

    membunuh bakteri yang menyebabkan penyakit tetapi tidak beracun bagi penderitanya.

    (Dwidjoseputro, 2005).

    1. Daya Kerja Anti Mikroba

    Mekanisme kerja dari senyawa antibakteri menurut Pelezar dan Chan diantaranya yaitu

    :

    a) Penghambatan sintesis dinding sel bakteri

    Langka pertama kerja obat berupa pengikatan obat pada reseptor sel kemudian

    dilanjutkan dengan reaksi transpeptidase dan sintensis peptidoglikan terhambat. Mekanisme

    diakhiri dengan pembuangan atau penghentian aktifitas penghambat enzim autolisis pada dinding

    sel. Pada lingkungan yang isotonislisis terjadi pada lingkungan yang jelas hipertonik maka

    http://id.wikipedia.org/wiki/Bakterihttp://id.wikipedia.org/wiki/Metabolismehttp://id.wikipedia.org/wiki/Mikrobahttp://id.wikipedia.org/wiki/Bakterihttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Tosik_selektif&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Tosik_selektif&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Bakterihttp://id.wikipedia.org/wiki/Mikrobahttp://id.wikipedia.org/wiki/Metabolismehttp://id.wikipedia.org/wiki/Bakteri
  • 8/10/2019 PENGARUH DAUN SENDUDUK

    24/55

    mikroba berubah menjadi protoplas atau steroplas yang hanya tertutup oleh selaput sel yang

    rapuh. Sebagai contoh antibakteri dengan mekanisme kerja diatas adalah penicilin, sefalosporin,

    vankomisin, basitrasin, sikloserin dan ampisilin.

    b) Penghambatan keutuhan permeabilitas dinding sel bakteri

    Sitoplasma semua sel hidup dibatasi oleh selaput sitoplasma yang bekerja sebagai

    penghalang permeabilitas selektif melakukan fungsi pengangkutan aktif sehingga dapat

    mengendalikan susunan sel. Bila integritas fungsi selaput sitoplasma terganggu misalnya oleh zat

    bersifat surfaktan sehingga permeabilitas dinding sel berubah atau bahkan menjadi rusak, maka

    komponen penting seperti protein, asam nukleat, nukleotida dan lain-lain keluar dari sel

    sehingga sel berangsur-angsur mati.

    c) Penghambat sintesis protein sel bakteri

    Umumnya senyawa penghambat ini akan menyebabkan Staphylococcus auerussalah

    membaca kode pada mRNA dan tRNA (hambatan translasi dan transkripsi bahan genetik).

    Kloramfonikel, eritromisin, linkomisin, tetrasiklin, dan aminoglikosida juga bersifat

    menghambat sintesis protein sel bakteri.

    d) Penghambatan sintesis protein sel bakteri

    Senyawa antibakteri yang bekerja dengan senyawa ini diharapkan mempunyai

    selektifitas yang tinggi sehingga hanya sintesis asam nukleat bakteri saja yang dihambat.

  • 8/10/2019 PENGARUH DAUN SENDUDUK

    25/55

    Umumnya senyawa penghambat akan diberikatan dengan enzim atau salah satu komponen yang

    berperan dalam tahapan sintesis sehingga akhirnya reaksi akan terhenti karena tidak ada substrat

    yang direaksikan dan asam nukleat tidak dapat terbentuk.

    Antibakteri dapat dibagi dalam dua kelompok berdasarkann kemampuan zat tersebut

    untuk membersihkan bakteri dan residu yang dihasilkan yaitu kelompok pertama adalah zat yang

    dapat bekerja secara cepat untuk membasmi bakteri namun dapat hilang dengan cepat (dengan

    cara penguapan atau dengan cara penguraian) dan tidak meninggalkan residu aktif (dikenal

    sebagai zat yang tidak-menghasilkan-residu). Contoh zat-zat seperti ini adalah alkohol, klorin,

    peroksida, dan aldehid. Kelompok kedua adalah zat yang memiliki unsur-unsur jenis baru yang

    meninggalkan residu dalam jangka panjang dipermukaan sehingga dapat membasmi kuman

    dalam jangka panjang dan tindakan pembasmian kuman dapat dilakukan dalam jangka panjang

    (dikenal sebagai zat yang menimbulkan-residu). Contoh-contoh umum dari kelompok ini adalah

    triclosan, triclocarban, dan benzalkonium chloride (Dwidjoseputro, 2005).

    Menurur Jawetz (1999) zat antibakteri mempunyai berbagai cara dalam menghambat

    pertumbuhan bakteri. Kerusakan pada salah satu struktur penyusun sel bakteri dapat

    menyebabkan perubahan-perubahan struktur dan kerja bakteri. Hal ini dapat mengakibatkan

    pertumbuhan bakteri terhambat bahkan mengakibatkan kematian sel. Mekanisme kerja zat

    antibakteri dimulai pada struktur sel terutama membran sel. Pelczar dan Chan (1988)

  • 8/10/2019 PENGARUH DAUN SENDUDUK

    26/55

    menambahkan bahwa membran sel merupakan bagian terluar sitoplasma yang terletak dibawah

    dinding sel, tersusun oleh senyawa protein, lipid dan asam nukleat. Membran ini berperan untuk

    mengatur keluar masuknya zat seperti air dan garam mineral yang dibutuhkan sel.

    2. Macam-Macam Zat Anti Bakteri

    Menurut (Syamsunir 1992), Antibiotik yang pertama dikenal ialah penisilinsuatu zat

    yang dihasilkan oleh jamurPenicillium.Penisilin ditemukan oleh Fleming pada tahun 1929

    namun baru sejak 1943 antibiotik ini banyak digunakan sebagai pembunuh bakteri. Antibakteri

    yang efektif bagi banyak spesies bakteri baik kokus, basil, maupun spiril, dikatakan mempunyai

    spektrum luas.Sebaliknya suatu antibiotik yang hanya efektif untuk spesies tertentu, disebut

    antibiotik dengan spektrum sempit. Penisilinhanya efektif untuk memberantas terutama jenis

    kokus sehingga penisilinmempunyai spektrum yang sempit. Tetrasiklinefektif bagi kokus, basil

    dan jenis spiril tertentu sehingga tetrasiklin mempuyai spektrum luas. Jenis antibakteri lain yaitu

    amoxilin, ampisilin dan oxacilin serta ekstrak kulit turi juga mengandung zat antibakteri.

    C. BAKTERI Staphylococcus aureus

    1. Pengertian bakteri Staphylococcus aureus

    Baketristaphylococcuspertama kali di kenal oleh Pasteur pada tahun 1880 dan Ogstron

    pada tahun 1881 dari seorang penderita. Selanjutnya, becker pada tahun 1883 berhasil

  • 8/10/2019 PENGARUH DAUN SENDUDUK

    27/55

    melakukan biakan murni pada tahun 1884 Resonbach untuk pertama kalinya mengetahui adanya

    kausal antara timbulnya suatu penyakit osteomeilitis dengan bakteristaphylococcus.

    Staphylococcusadalah sel berbentuk bulat, gram positif tersusun seperti buah anggur,

    kuman ini mudah tumbuh pada berbagai media dan metabolismenya aktif, meragikan banyak

    karbohidrat dan menghasilkan pigmen yang bervariasi dari warna putih hingga kekuning-

    kuningan.

    Dalam genus Staphylococcus terdiri dari 3 macam spesies yaitustaphylococcus aureus,

    staphylococcus epidermiclis, staphylococcus saprophyticus, bakteri

    golonganstaphylococcusmemiliki bentuk sel bulat dan tersusun bergerombol seperti buah

    anggur. Bakteri ini sering ditemukan sebagai flora normal pada kulit dan selaput lendir manusia

    dan juga menyebabkan infeksi pada binatang, bahkan ada jenisstaphylococcus yang

    menyebabkan keracunan pada makanan.

    Bakteri Staphylococcus aureusadalah bakteri jenis kokus (bulat) yang hidup

    bergerombol. Tak seindah namanya,staphyle, dari bahasaYunani yang berarti anggur. Bakteri

    ini merupakan mikroba berbahaya yang bisa menyebabkan infeksi pada kulit, atau meracuni

    makanan sehingga menimbulkan penyakit serius padamanusia. Staphylococcus aureusbiasanya

    hidup pada jaringan kulit dan lubang hidung manusia. Dalam kondisi sehat dannormal,bakteri

    ini tidak menginfeksi karena tubuh kita memiliki mekanisme perlindungan seperti kastil yang

    http://www.anneahira.com/bakteri-staphylococcus-aureus.htmhttp://www.anneahira.com/bakteri-staphylococcus-aureus.htmhttp://www.anneahira.com/bakteri-staphylococcus-aureus.htmhttp://www.anneahira.com/sejarah-atlantis-6088.htmhttp://www.anneahira.com/sistem-pencernaan-7670.htmhttp://www.anneahira.com/jurnal-psikologi-abnormal.htmhttp://www.anneahira.com/jurnal-psikologi-abnormal.htmhttp://www.anneahira.com/sistem-pencernaan-7670.htmhttp://www.anneahira.com/sejarah-atlantis-6088.htmhttp://www.anneahira.com/bakteri-staphylococcus-aureus.htm
  • 8/10/2019 PENGARUH DAUN SENDUDUK

    28/55

    dijaga prajurit-prajurit bernama antibodi. Infeksi biasanya dipicu oleh luka luar atau penetrasi

    bakteri melaluimakanan yang tercemar. Dalam jumlah terbatas bakteri ini juga terdapat pada

    pori-pori dan permukaankulit,kelenjar keringat, dan saluran usus (Entjang, 2003).

    2. Klasifikasi Staphylococcus aureus

    Klasifikasi Staphylococcus aureusmenurut Bergey dalam Capuccino (1993) adalah :

    Kingdom : MoneraDivisio : FirmicutesClass : BacilliOrder

    : BacillalesFamily : StaphylococcaceaeGenus : StaphilococcusSpecies

    : Staphilococcus aureus

    3. Ciri-ciriStaphylococcus aureus

    Menurut (Waluyo 2008) bahwa Staphylococcus aureusmerupakan bakteri gram positif,

    tidak bergerak, tidak berspora dan mampu membentuk kapsul, berbentuk kokus dan tersusun

    seperti buah anggur. Ukuran Staphylococcusberbeda-beda tergantung pada media

    pertumbuhannya. Apabila ditumbuhkan pada media agar makaStaphylococcusmemiliki

    diameter 0,5-1,0 mm dengan koloni berwarna kuning. Warna tersebut dihasilkan oleh pigmen

    yang melapisi dinding sel, memiliki sifat aerob fakultatif yang artinya membutuhkan oksigen

    pada saat tertentu, namun dalam kondisi lain mampu bertahanhidup tanpa oksigen sama sekali.

    4. Toksin yang dilepaskan oleh Staphylococcus aureus

    http://www.anneahira.com/makanan-dan-minuman-9049.htmhttp://www.anneahira.com/penyakit-pada-kulit.htmhttp://www.anneahira.com/artikel-gaya-hidup.htmhttp://www.anneahira.com/artikel-gaya-hidup.htmhttp://www.anneahira.com/penyakit-pada-kulit.htmhttp://www.anneahira.com/makanan-dan-minuman-9049.htm
  • 8/10/2019 PENGARUH DAUN SENDUDUK

    29/55

    Staphylococcus aureusmengandung lysostaphin yang dapat menyebabkan lisisnya sel

    darah merah. Toksin yang dibentuk oleh Staphylococcus aureusadalah enterotosin dan

    eksoenzim dapat menyebabkan keracunan pada makanan terutama yang mempengaruhi saluran

    pencernaan. Leukosidinmenyerang leukosit sehingga daya tahan tubuh akan menurun.

    Eksofoliatin merupakan toksin yang menyerang kulit dengan tanda-tanda kulit seperti terkena

    luka bakar(Pratignjo, 1990).

    Staphylococcus aureus dapat memproduksi berbagai toksin antara lain: hemolisin yaitu

    suatu komponen yang dapat menyebabkan lisisnya sel darah merah, enterotoksin dapat

    menyebabkan gejala mual, muntah dan diare dalam 6 jam setelah menelan makanan yang

    tercemar, eksotoksin yaitu suatu campuran termolabil yang mematikan bagi binatang pada

    penyuntikan, menyebabkan nekrosis pada kulit dan mengandung hemolisin. Eksotoksin-

    alfabersifat sangat beracun sedangkan eksotoksin-beta yang terdiri dari hemosilin yaitu suatu

    komponen yang dapat menyebabkan lisis pada sel darah merah. Hialuronidase yaitu suatu enzim

    yang dapat memecah asam hyaluronat sehingga mempermudah penyebaran bakteri ke seluruh

    tubuh.

    5. Mekanisme kerja toksin Staphylococcus aureus

    Staphylococcus aureusmenginfeksi tubuh manusia terutama tubuh yang sistem

    imunnya lemah. Infeksi pada kulit atau luka luar biasanya berakibat pada penanahan, misalnya

  • 8/10/2019 PENGARUH DAUN SENDUDUK

    30/55

    bisul atau luka bernanah lainnya. Areainfeksiberwarna merah, bengkak, dan terasa sakit bila

    disentuh. Dalam kondisi parah pembengkakan tersebut berkembang

    menjadi impetigo (pengerasan kulit) atau cellulitis (peradangan pada jaringan dibawah kulit).

    Infeksi juga bisa terjadi pada ibu menyusui berupa peradangan payudara, bisul dan nanah pada

    puting yang berpotensi menularkanbakteri kepada bayi (Entjang, 2003).

    Staphylococcus aureusdapat mengganggusistem imun pada tubuh manusia karena

    mengikat antibodi, menyerang membran sel dan menyebabkan hemolisis serta leukolisis yang

    mematikan sel tubuh manusia. Bakteri yang masuk ke dalam aliran darah juga bisa bersarang di

    dalam paru-paru menyebabkan organ tersebut bernanah dan infeksi klep jantung (endocarditis)

    yang bisa mengakibatkan gagal jantung. Infeksi pada sel tulang berakibat peradangan

    berat osteomyelitis(Syamsunir, 1992)

    Bakteri yang mengontaminasi makanan pada saat tertelan akan menimbulkan gangguan

    pencernaan dengan gejala mual, muntah, (benar-benar muntah atau tampak seperti muntah tetapi

    tidak mengeluarkan apa pun), kram perut, lemas, diare, dan dehidrasi. Gejala ini muncul sekitar

    1-6 jam sejak menelan makanan. Gejala tersebut berlangsung selama 1-3 hari. Pada kasus yang

    lebih berat maka gejala tersebut disertai dengansakit kepala, kram otot, tekanan darah, dan

    denyut nadi tidak teratur (Iryanto, 2006).

    D. Resistensi Bakteri Terhadap Antibiotik

    http://www.anneahira.com/ciri-ciri-penyakit-kelamin.htmhttp://www.anneahira.com/bakteri-menguntungkan.htmhttp://www.anneahira.com/sistem-informasi-perpustakaan.htmhttp://www.anneahira.com/sakit-batuk.htmhttp://www.anneahira.com/sakit-batuk.htmhttp://www.anneahira.com/sistem-informasi-perpustakaan.htmhttp://www.anneahira.com/bakteri-menguntungkan.htmhttp://www.anneahira.com/ciri-ciri-penyakit-kelamin.htm
  • 8/10/2019 PENGARUH DAUN SENDUDUK

    31/55

    Resistensi bakteri menurut (Syamsunir, 1992) terhadap antibiotik adalah kemampuan

    alamiah bakteri untuk mempertahankan diri terhadap efek antibiotik. Antibiotik menjadi kurang

    efektif dalam mengontrol atau menghentikan pertumbuhan bakteri. Mekanisme resistensi bakteri

    terhadap antibiotik melalui tiga cara yaitu:

    a) Terjadi mutasi pada porin (lubang-lubang kecil) yang terdapat pada dinding luar bakteri. Porin

    ini merupakan suatu jalur bagi antibiotik untuk masuk dan secara efektif menghentikan

    pertumbuhan bakteri, akibat mutasi yang terjadi pada porin, antibiotik tidak lagi dapat mencapai

    tempat kerjanya didalam sel bakteri.

    b) Adanya inaktivasi antibiotik, mekanisme ini mengakibatkan terjadinya resistensi terhadap

    antibiotik golongan aminoglikosida dan beta laktam karena bakteri mampu membuat enzim

    yang merusak kedua golongan antibakteri tersebut.

    c) Terjadi pengubahan tempat ikatan antibiotik oleh bakteri sehingga antibiotic tidak mampu lagi

    untuk berikatan dengan bakteri sebagai upaya menghentikan pertumbuhan bakteri tersebut.

    E. Ekstraksi

    1. Pengertian

    Menurut (Katzum, 2004,)ekstraksi merupakan teknik pemisahan suatu senyawa

    berdasarkan perbedaan distribusi zat terlarut diantara dua pelarut yang saling bercampur. Pada

    umumnya zat terlarut yang diekstrak bersifat tidak larut atau larut sedikit dalam suatu pelarut

  • 8/10/2019 PENGARUH DAUN SENDUDUK

    32/55

    tetapi mudah larut dengan pelarut lain. Metode ekstraksi yang tepat ditemukan oleh tekstur

    kandungan air bahan-bahan yang akan diekstrak dan senyawa-senyawa yang akan diisolasi.

    Proses pemisahan senyawa dalam simplisia menggunakan pelarut tertentu sesuai

    dengan sifat senyawa yang akan dipisahkan. Pemisahan pelarut berdasarkan kaidah like

    dissolved likeartinya suatu senyawa polar akan larut dalam pelarut polar. Ekstraksi dapat

    dilakukan dengan bermacam-macam metode tergantung dari tujuan ekstraksi jenis pelarut yang

    digunakan dan senyawa yang diinginkan. Metode ekstraksi yang paling sederhana adalah

    maserasi.

    2. Tujuan Ekstraksi

    Menurut (Harborne, 1996) tujuan ekstraksi adalah untuk menarik semua komponen

    kimia yang terdapat dalam simplisia. Ekstraksi ini didasarkan pada perpindahan massa

    komponen zat padat ke dalam pelarut dimana perpindahan mulai terjadi pada lapisan antar muka

    kemudian berdifusi masuk ke dalam pelarut. Secara umum terdapat empat situasi dalam

    menentukan tujuan ekstraksi yakni:

    a) Senyawa kimia telah diketahui identitasnya untuk diekstraksi dari organisme. Dalam kasus ini

    prosedur yang telah dipublikasikan dapat diikuti dan dibuat modifikasi yang sesuai untuk

    mengembangkan proses atau menyesuaikan dengan kebutuhan pemakai.

  • 8/10/2019 PENGARUH DAUN SENDUDUK

    33/55

    b) Bahan diperiksa untuk menemukan kelompok senyawa kimia tertentu misalnya alkaloid,

    flavanoid atau saponin meskipun struktur kimia sebetulnya dari senyawa ini bahkan

    keberadaannya belum diketahui. Dalam situasi seperti ini metode umum yang dapat digunakan

    untuk senyawa kimia yang diminati dapat diperoleh dari pustaka. Hal ini diikuti dengan uji kimia

    atau kromatografi yang sesuai untuk kelompok senyawa kimia tertentu.

    c) Organisme (tanaman atau hewan) digunakan dalam pengobatan tradisional dan biasanya dibuat

    dengan cara misalnya Tradisional Chinese Medicine (TCM) seringkali membutuhkan herba yang

    dididihkan dalam air dan dekok dalam air untuk diberikan sebagai obat. Proses ini harus ditiru

    sedekat mungkin jika ekstrak akan melalui kajian ilmiah biologi atau kimia lebih lanjut

    khususnya jika tujuannya untuk memfalidasi penggunaan obat tradisional.

    d) Sifat senyawa yang akan diisolasi belum ditentukan sebelumnya dengan cara apapun. Situasi ini

    (utamanya dalam program skrining) dapat timbul jika tujuannya adalah untuk menguji

    organisme, baik yang dipilih secara acak atau didasarkan pada penggunaan tradisional untuk

    mengetahui adanya senyawa dengan aktivitas biologi khusus.

    Proses pengekstraksian komponen kimia dalam sel tanaman yaitu pelarut organik akan

    menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif, zat aktif akan

    larut dalam pelarut organik di luar sel, maka larutan terpekat akan berdifusi keluar sel dan proses

  • 8/10/2019 PENGARUH DAUN SENDUDUK

    34/55

    ini akan berulang terus sampai terjadi keseimbangan antara konsentrasi cairan zat aktif di dalam

    dan di luar sel (Katzum, 2004)

    3. Prinsip Maserasi

    Penyarian zat aktif yang dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam

    cairan penyari yang sesuai selama lima hari pada temperatur kamar terlindung dari cahaya,

    cairan penyari akan masuk ke dalam sel melewati dinding sel. Isi sel akan larut karena adanya

    perbedaan konsentrasi antara larutan di dalam sel dengan di luar sel. Larutan yang

    konsentrasinya tinggi akan terdesak keluar dan diganti oleh cairan penyari dengan konsentrasi

    rendah (proses difusi). Peristiwa tersebut berulang sampai terjadi keseimbangan konsentrasi

    antara larutan di luar sel dan di dalam sel. Selama proses maserasi dilakukan pengadukan dan

    penggantian cairan penyari setiap hari. Endapan yang diperoleh dipisahkan dan filtratnya

    dipekatkan.

    F. Metode Ekstraksi

    1. Ekstraksi Secara Dingin

    Merupakan cara penyarian sederhana yang dilakukan dengan cara merendam serbuk

    simplisia dalam cairan penyari selama beberapa hari pada temperatur kamar dan terlindung dari

    sinar matahari. Metode maserasi digunakan untuk menyari simplisia yang mengandung komonen

    kimia yang mudah larut dalam cairan penyari, tidak mengandung benzoin, tiraks dan lilin.

  • 8/10/2019 PENGARUH DAUN SENDUDUK

    35/55

    2. Ekstraksi secara panas

    Merupakan metode yang popular untuk ekstraksi minyak-minyak yang mudah menguap

    (esensial) dari sampel tanaman. Metode panas dengan menggunakan uap air diperuntukkan untuk

    menyari simplisia yang mengandung minyak menguap atau mengandung komponen kimia yang

    mempunyai titik didih tinggi pada tekanan udara normal.

    BAB III

    METODE PENELITIAN

    A. Tempat Dan Waktu Penelitian

    Penelitian ini telah dilakukan di Laboratorium Farmakognosi Jurusan Farmasi

    POLTEKES Kupang, Dan pengujian resistensi juga sudah dilakukan di Laboratorium PMIPA

    FKIP Biologi Universitas Nusa Cendana selama 1 bulan yaitu pada bulan Juli 2011.

    B. Alat Dan Bahan

    1. Alat

    a) Cawan Petri

    b) Botol

    c) Neraca ohaus

    d) Timbangan elektrik

    e) Autoclave

  • 8/10/2019 PENGARUH DAUN SENDUDUK

    36/55

    f) Pipet tetes

    g) Tabung reaksi

    h) Beakker glass

    i) Gelas ukur

    j) Blender

    k) Kertas saring

    l) Inkubator

    m) Jarum Inokulasi

    n) Pisau

    o) Laminar air flow

    p) Erlenmeyer

    q) Lampu bunsen

    r) Pecandang

    s) Hot plate

    t) Penggaris.

    2. Bahan

    a) Kulit Turi (sesbania grandiflora)b) Aceton

    c) Bakteri Staphylococcus Aureus

    d) MediaNutrient Agar(NA)e) MediaMueller Hinton Agar (MHA)

    f) Alkohol 70%.

  • 8/10/2019 PENGARUH DAUN SENDUDUK

    37/55

    g) Tetrasiklin

    C. Metode Penelitian

    Metode dalam penelitian ini adalah metode eksperimen dengan menguji resistensi pada

    konsentrasi 25% dan 50% dengan ulangan sebanyak 6 kali dan kontrol positif (+) dan kontrol

    negatif (-).

    D. Prosedur Kerja

    1. Pengeringan Sampel Kulit Turi (Sesbania gradiflora)

    Kulit Turi (Sesbania grandiflora) yang dipakai sebagai sampel, diambil dan kupas kulit

    luarnya, dipotong-potong tipis, kemudian dicuci dan dikeringkan dengan cara diangin-anginkan

    diudara terbuka tanpa terkena sinar matahari langsung. Setelah kering, dirajang dan selanjutnya

    diblender sampai terbentuk serbuk halus, kemudian diayak dengan menggunakan ayakan 40-60

    mesh. Hasil ayakan disimpan di dalam botol dan ditutup rapat.

    2. Ekstraksi Kulit Turi (Sesbania grandiflora)

    Sebanyak 100 gram serbuk turi ditimbang dan dimaserasi memakai pelarut aceton

    sebanyak 375 ml. Sampel didiamkan selama 5 hari sambil sesekali diaduk. Setelah 5 hari,

    disaring dan didestilasi dengan vakum evaporator dengan suhu 49%, ekstrak turi yang peroleh

    dikumpulkan untuk pengujian selanjutnya.

    3. Pembuatan MediumNutrient Agar (NA)Miring

  • 8/10/2019 PENGARUH DAUN SENDUDUK

    38/55

    Media NA dibuat dengan cara menimbang 8 gram agar-agar dan 0,5 gram NaCl,

    kemudian dimasukan ke dalam beakker glass yang sudah berisi 150 ml air dan 350 ml kaldu

    sapi, selanjutnya larutan media dipanaskan dengan hot plate sampai larutan homogen, kemudian

    larutan dituang secara aseptis kedalam erlenmeyer, dibungkus dengan aluminium foil kemudian

    disterilkan menggunakan autoklave selama 35 menit pada suhu 121C. Setelah steril dituang

    dalam tabung reaksi masing-masing 5 ml, kemudian ditutup dengan menggunakan kapas,

    selanjutnya dimasukan ke dalam kulkas, tabung reaksi selanjutnya dimiringkan pada posisi 40-

    450, dengan tujuan agar media didalamnya membeku berbentuk miring.

    4. Peremajaan Bakteri Uji Pada Agar Miring

    Sebanyak 1 ose biakan murni bakteri uji Staphylococcus Aureusdimasukan dalam

    mediaNutrient Agar (NA) miring ditutup lalu diinkubasikan pada suhu 37C selama 24 jam

    (Entjang, 2003)

    5. Pembuatan MediumMueller Hinton Agar (MHA)

    Media MHA dibuat dengan cara menimbang 20 gram agar-agar kemudian masukan ke

    dalam beakker glass yang berisi 150 ml air, selanjutnya larutan media dipanaskan dengan hot

    plate hingga larutan homogen, kemudian masukan 0,2 gram laktosa sambil diaduk-aduk hingga

    mengental. Setelah itu angkat dan tuang ke dalam erlenmeyar kemudian ditutup dengan

    aluminium foil dan dibungkus kemudian disterililkan menggunakan autoklaf selama 35 menit

  • 8/10/2019 PENGARUH DAUN SENDUDUK

    39/55

    pada 121C. Media yang sudah steril kemudian secara aseptik dituang kedalam cawan petri

    masing-masing10 ml sebagai lapisan dasar.

    6. Pembuatan Larutan Pembanding

    Tetrasiklinditimbang sebanyak 0,3 gram dan dilarutkan dalam aquades hingga

    volumenya mencapai 10 ml.

    7. Pembuatan Konsentrasi Ekstrak Kulit turi ( Sesbania grandiflora)

    Ekstrak kental kulit turi, dibuat 2 seri konsentrasi 25% dan 50% misalnya untuk

    konsentrasi 50% dibuat dengan cara pipet 0,5 ml ekstrak kemudian disuspensikan dengan

    aquades steril hingga volumenya mencapai 10 ml.

    8. Prosedur Uji Dengan Difusi Agar.

    Sebanyak 4 ml medium MHA dicampur dengan 1 ml suspensi Staphylococcus aureus,

    digoyang-goyang dengan tujuan untuk menghomogenkan larutan dalam medium. Tuang

    campuran dalam medium diatas lapisan dasar MHA. Selanjutnya letakan pecandang di atas

    lapisan dasar dan dibiarkan hingga medium memadat. Setiap pecandang dimasukan masing-

    masing 0,2 ml larutan uji, kontrol positif dan kontrol negatif dalam medium steril. Untuk satu

    cawan petri terdiri dari 4 pecandang, yang terbagi menjadi 1 pecandang ekstrak turi 25%, 1

    pecandang ekstrak turi 50% , 1 pecandang kontrol positif berisi tetrasiklin, dan 1 pecandang lagi

  • 8/10/2019 PENGARUH DAUN SENDUDUK

    40/55

    control negatif berisi aquades. Selanjutnya tumbuhkan dalam incubator pada suhu 370C selama

    24-48 jam setelah masa inkubasi, ukur diameter zona hambat dengan penggaris.

    E.Pengumpulan Data

    Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah resistensi dalam bentuk diameter

    zona hambat.

    F. Analisis Data

    Data yang diperoleh kemudian dihitung nilai rata-ratanya dan dideskripsikan

    berdasarkan standar resistensi. Standar nilai resistensi (Cappucino dan Sherman, 1983) dalam

    (Tokan, 2006) adalah sebagai berikut :

    1) Bila diameter zona hambat < 14 mm maka resistensi.

    2) Bila diameter zona hambat antara15-18 mm maka resistensi sedang

    3) Bila diameter zona hambat > 19 mm maka sensitif

    BAB IV

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    A. Hasil

    1. Ekstrak Senyawa Antibakteri Kulit Turi (Sesbania grandiflora)

    Dari penelitian yang dilakukan dapat diperoleh hasil ekstraksi 100 gram serbuk Turi

    yang dimaserasi dengan 375 ml pelarut aceton dapat menghasilkan stok berupa ekstrak kental

  • 8/10/2019 PENGARUH DAUN SENDUDUK

    41/55

    berwarna cokelat dengan berat 4,16 gram. Aceton dipakai sebagai pelarut karena senyawa ini

    mampu menarik senyawa-senyawa non polar yang terdapat dalam serbuk turi karena prinsipnya

    pelarut non polar akan melarutkan senyawa yang non polar.

    2. Hasil Pengukuran Diameter Zona Hambat Ekstrak Non Polar Kulit Turi(Sesbania

    grandiflora) Terhadap bakteri ujiTabel 1. Hasil Pengukuran Diameter Zona Hambat Ekstrak Non Polar Kulit Turi dapat dilihat

    pada tabel berikut:

    Konsentrasi/Perlakuan

    (%)

    Ulangan Rata-rata

    1 2 3 4 5 6

    25 15 16 17 18 14 15 15

    50 17 18 18 19 18 18 18

    K+ 20 20 20 20 20 20 20

    K- - - - - - - -Ket : K+ (Kontrol positif) = Tetrasiklin

    K-(Kontrol negatif) = aquades

    Table 1. diatas menunjukan bahwa setiap konsentrasi ekstrak memperlihatkan diameter

    zona hambat bervariasi, pada konsentrasi 25% menghasilkan zona hambat lebih kecil dengan

    diameter zona hambat berkisar antara 14-18 mm dengan rata-rata 15 mm. Pada konsentrasi 50%

    menghasilkan diameter zona hambat lebih besar yaitu berkisar antara 17-19 mm dengan rata-rata

    18 mm. Pada kontrol positif (Tetrasiklin) menghasilkan diameter zona hambat lebih besar yaitu

    20 mm dengan rata-rata 20 mm dan kontrol negatif (aquades steril) tidak menghasilkan diameter

    zona hambat.

    Dari table 1 diatas terlihat bahwa konsentrasi ekstrak 50% menghasilkan rata-rata

    diameter zona hambat lebih besar dari pada konsentrasi ekstrak 25%, dan diameter zona hambat

    dari kontrol positif (tetrasiklin)lebih besar dari pada kedua level konsentrasi ekstrak. Hal ini

  • 8/10/2019 PENGARUH DAUN SENDUDUK

    42/55

    menunjukan bahwa kontrol positif (Tetrasiklin)berpengaruh terhadap bakteri Staphylococcus

    aureussehingga aktifitas penghambatannya tergolong dalam kategori kuat. Pemberian

    konsentrasi yang berbeda-beda menunujukkan pengaruh yang berbeda juga terhadap diameter

    zona hambat yang dihasilkan. Semakin luas daerah zona hambat yang terbentuk disekitar

    pecandang maka semakin besar pula daya antibakteri yang terdapat pada ekstrak. Hal Ini

    ditunjukkan dengan adanya diameter zona hambat atau daerah transparan di sekitar pecandang.

    Ekstrak non polar kulit turi (Sesbania grandiflora) diketahui mengandung zat antibakteri

    sehingga mampu menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus. Zat yang terkandung

    dalam ekstrak non polar kulit turi (Sesbania grandiflora) bersifat bakteriostatik(menghambat

    bakteri). Hal ini diketahui dari perlakuan ekstrak non polar kulit turi (Sesbania grandiflora.)

    dengan 2 seri konsentrasi yaitu 25% dan 50% berpengaruh dalam menghambat pertumbuhan

    bakteri Staphylococcus aureus,dan aktifitas penghambatan tergolong resistensi sedang.

    3. Resistensi Bakteri Dapat Diketahui Berdasarkan Ukuran Diameter Zona Hambat.

    Tabel 2. Resistensi Staphylococcus aureusterhadap Ekstrak Non Polar Kulit Turi dapat dilihat

    pada tabel berikut:No Konsentrasi (%) Rata rata

    (mm)

    Standar nilai resistensi Ket

    1 25 15 19 (sensitif) Sensitif4 K- - - -

    Ket : K+ (Kontrol positif)= TetrasiklinK-(Kontrol negatif)= aquades

  • 8/10/2019 PENGARUH DAUN SENDUDUK

    43/55

    Dari tabel diatas menunjukan bahwa setiap konsentrasi ekstrak memperlihatkan

    diameter zona hambat bervariasi. Pada konsentrasi 25% menghasilkan diameter zona hambat

    dengan rata-rata 15 mm, dan aktifitas penghambatan tergolong kategori resistensi sedang. Pada

    konsentrasi 50% menghasilkan diameter zona hambat zona hambat dengan rata-rata 18 mm,

    aktifitas penghambatan masih tergolong resistensi sedang. Sedangkan pada kontrol positif

    (Tetrasiklin) menghasilkan diameter zona hambat dengan rata-rata 20 mm. Kontrol positif

    digunakan untuk membandingkan apakah ekstrak non polar kulit turi yang digunakan sebagai

    larutan uji sebanding atau lebih kecil dari zona hambat antibiotik Tetrasiklin.Namun pada

    penelitian ini, hasil pengukuran diameter zona hambat yang lebih besar adalah pada kontrol

    positif (Tetrasiklin) dengan rata-rata diameter zona hambat adalah 20 mm dan aktifitas

    penghambatan tergolong sensitif. Kontrol negatif (aquades) tidak menunjukan adanya diameter

    zona hambat. Penentuan kriteria ini berdasarkan nilai standar resistensi (Cappocino dan

    Sherman, 1983).

    B. Pembahasan

    1. Senyawa antibakteri Ekstrak Non Polar Kulit Turi (Sesbania grandiflora)

    Dari hasil diatas dapat diketahui bahwa ekstrak non polar kulit Turi (Sesbania

    grandiflora) mampu menghambat resistensistaphylococcus aureuspada konsentrasi 25% dan

    50%. Hal ini sejalan dengan pendapat Purwoko (2007) menyatakan bahwasemakin tinggi

  • 8/10/2019 PENGARUH DAUN SENDUDUK

    44/55

    konsentrasi ekstrak non polar yang diberikan maka semakin besar diameter zona hambat yang

    dihasilkan.

    Pada penelitian ini dapat diketahui bahwa senyawa antibakteri kulit turi yang

    dimaserasi dengan menggunakan pelarut aceton telah terbukti menghambat resistensi

    bakteri Staphylococcus aureus.Senyawa non polar kulit turi bekerja efektif sehingga mampu

    menghambat bakteri Staphylococcus aureuskarena didalam serbuk turi terdapat salah satu

    senyawa antibakteri yang disebut tannin. (Menurut Hutapea, 2000) menyatakan bahwa senyawa

    tannin merupakan fitokimia yang mempunyai aktivitas sebagai antibakteri dan mempunyai

    kemapuan untuk menyembuhkan penyakit yang disebabkan oleh mikroba-mikroba berhahaya.

    Tanin dan derivatnya dapat berfungsi sebagai antibakteri karena mendenaturasi protein dan

    merusak membrane sel bakteri Staphylococcus aureus.

    Berdasarkan penelitian ini, dapat dilihat bahwa bakteri Staphylococcus aureusyang

    diperoleh, telah diuji resistensinya terhadap ekstrak non polar kulit turi (Sesbaniagrandiflora)

    maka ekstrak kulit turi (Sesbaniagrandiflora) terbukti memberikan pengaruh terhadap

    pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureusberupa resistensi dalam bentuk diameter zona

    hambat. Hal ini didukung oleh Sadikin (2002) menyatakan bahwa bakteri ini pada lingkungan

    alaminya menunjukan resistensi terhadap beberapa antibiotik.

  • 8/10/2019 PENGARUH DAUN SENDUDUK

    45/55

    2. Resistensi Bakteri (Staphylococcus aureus) Terhadap Ekstrak Non Polar Kulit Turi (Sesbania

    grandiflora)

    Berdasarkan hasil pengujian ekstrak non polar kulit turi (Sesbania grandiflora)

    terhadap bakteri Staphylococcus aureus, terbukti menghambat resistensi Staphylococcus

    aureusnamun aktifitas penghambatan tergolong kategori resistensi sedang. sehingga

    mengindikasikan bahwa senyawa antibakteri tannin efektif menghambat kerja

    bakteri Staphylococcus aureus.Menurut Sadikin (2002) menyatakan bahwa Staphylococcus

    aureusmerupakan bakteri yang resisten terhadap antibakteri dan dapat hidup dilingkungan yang

    berkonsentrasi tinggi.

    Kemampuan Staphylococcus aureus dalam mempertahankan diri dari ekstrak non polar

    yang diberikan menunjukan bahwa mikroba ini mempunyai struktur yang terdiri dari lapisan-

    lapisan pembungkus yang terletak antara selaput sitoplasmik dan simpai secara kolektif disebut

    dinding sel. Fungsi utama dinding sel adalah menyediakan komponen struktural kaku dan kuat

    yang dapat menahan tekanan osmosis yang tinggi dari dalam sel. Semua dinding sel bakteri

    mempunyai komponen struktural yang sama yang dinamakan mukopolisakarida dinding sel,

    peptidoglikan, asam teikhoat dan lipid. Peptidoglikan merupakan polimer kompleks yang terdiri

    dari rangkaian asam N-asetilglukosamin yang disusun secara berganti-gantian dengan ikatan

    pirofosfat, tempat melekat sejumlah asam-asam lemak berantai panjang (Jawetz dkk., 2001).

  • 8/10/2019 PENGARUH DAUN SENDUDUK

    46/55

    Resistensi Staphylococcus aureusterhadap ekstrak non polar kulit turi

    (Sesbaniagrandiflora) yang diberikankan dapat terjadi melalui mutasi kromosomnya atau

    pertukaran materi genetik diantara senyawa antibakteri. Telah diketahui juga

    bahwa Staphylococcus aureusyang resisten ribosomnya berbeda, dibandingkan dengan bakteri

    yang sensitif terhadap konsentrasi ekstrak yang diberikan. Hal ini didukung oleh (Pelczar dan

    Chan,1986) yang menyatakan bahwa bakteri gram positif (Staphylococcus aureus) mempunyai

    kecenderungan lebih resisten terhadap zat antibakteri.

    Resistensi Staphylococcus aureusterhadap ekstrak kulit turi diduga berasal dari sel

    bakteri yang terlibat dalam metabolisme normal, sebagai akibat pemakaian ekstrak, hal ini terjadi

    karena tekanan selektif yang memungkinkan terjadinya mutasi gen bakteri. Mutasi

    bakteri Staphylococcus aureusdiekspresikan dalam bentuk enzim penghancur sehingga dapat

    menghancurkan senyawa antibakteri yang masuk ke dalam sel bakteri (Sadikin, 2002).

    Bakteri yang menghasilkan enzim ini, resisten terhadap ekstrak antibakteri kulit turi

    (Sesbaniagrandiflora). Enzim ini bekerja dengan cara merusak senyawa antibakteri yang masuk

    kedalam sel bakteri. Sehingga keberadaan enzim sangat penting untuk mempertahankan

    kehidupan Staphylococcus aureusdari senyawa antibakteri yang akan masuk kedalam sel

    bakteri. Menurut Sadikin (2002) bahwa dengan adanya temuan enzim-enzim penghancur anti

    biotika yaitu enzim koagulasi, yaitu suatu protein yang dapat menggumpalkan plasma oxalate

  • 8/10/2019 PENGARUH DAUN SENDUDUK

    47/55

    atau citrate. koagulasi dapat menggumpalkan fibrin pada permukaan Staphylococcus

    aureus sehingga dapat menyebabkan kuman penyakit.

    3. Pengaruh Konsentrasi Ekstrak Non Polar Kulit Turi (Sesbania grandiflora) Terhadap Diameter

    Zona Hambat Yang Dihasilkan.

    Berdasarkan hasil pengukuran diameter zona hambat diketahui bahwa pada level

    konsentrasi yaitu 25% dan 50% mampu menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus

    aureus namun tergolong resistensi sedang. Menurut Purwoko (2007) bahwa konsentrasi efektif

    merupakan konsentrasi terkecil yang mempunyai daya hambat besar. Maka dengan adanya daya

    hambat yang besar merupakan petunjuk kepekaan mikroorganisme terhadap antibakteri.

    Menurut Volk dan Wehler (1988) bahwa ekstrak non polar kulit turi sebagai bahan

    antimikroba akan lebih baik di bawah konsentrasi 100%. Ekstrak non polar kulit turi akan lebih

    lebih besar daya hambatnya apabila digunakan pada konsentrasi 70% karena pada konsentrasi

    tersebut ekstrak non polar kulit turi (Sesbaniagrandiflora) dapat mendenaturasikan protein sel

    dan merusak dinding sel. Sedangkan bagi pertumbuhan bakteri konsentrasi di atas 70% akan

    membunuh bakteri. Kenyataan ini dimungkinkan bahwa bahan antibakteri ekstrak non polar kulit

    turi (Sesbaniagrandiflora) mempunyai mekanisme yang sangat baik dalam menghambat

    resisrensi Staphylococcus aureus. Kemungkinan lain adalah semakin pekatnya bahan

    antimikroba maka semakin berpengaruh pada proses difusi mikroorganime tersebut serta

  • 8/10/2019 PENGARUH DAUN SENDUDUK

    48/55

    kelemahan dari metode pecandang yaitu pada konsentrasi tinggi bahan antimikroba akan

    memperkecil daya serap bahan antimikroba pada medium yang ditumbuhi bakteri, akibatnya

    pengaruh bahan antimikroba kurang meluas sehingga dihasilkan zona hambat kecil.

    Sesuai hasil penelitian yang didapat yaitu senyawa metabolit sekunder ekstrak non polar

    kulit turi (Sesbania grandiflora) yang mengandung senyawa antibakteri tannin, efektif

    menghambat daya kerja bakteri Staphylococcus aureus. Proses ekstraksi senyawa antibakteri

    juga berpengaruh terhadap aktivitas bakteri Staphylococcus aureus. Hal ini menyebabkan

    aktivitas antibakteri senyawa tanin yang terkandung di dalam ekstrak bekerja maksimal

    (Kusmayati dan Agustini, 2007).

    Ekstrak non polar kulit turi (Sesbania grandiflora) bekerja stabil dalam penghambatan,

    ditunjukkan dengan konsentrasi yang semakin besar memberikan efek penghambatan yang lebih

    besar. Kemungkinan ini disebabkan karena ekstrak yang digunakan merupakan ekstrak kasar

    yang kelarutan senyawa antibakterinya maksimal, sehingga aktivitas penghambatan maksimal

    pula (Kusmayati dan Agustini, 2007).

    Berdasarkan penelitian yang dilakukan juga disimpulkan bahwa kulit turi (Sesbania

    grandiflora) yang diekstrak dengan pelarut aceton mampu menghambat

    resistensi Staphylococcus aureus karena senyawa antibakteri dan aktivitas antibakteri yang

  • 8/10/2019 PENGARUH DAUN SENDUDUK

    49/55

    dihasilkan lebih besar, dengan rata zona hambat 21 mm tergolong sensitif yaitu pada konsentrasi

    100%.

    Menurut Jayaraman dkk (2008) bahwa konsentrasi ekstrak non polar kulit turi yang

    efektif menghambat bakteri mulai bekerja pada konsentrasi 70%-100%. Serbuk turi (Sesbania

    grandiflora) yang diekstrak dengan pelarut non polar (aceton) menunjukkan efek penghambatan

    terhadap bakteri S.aureus tergolong kategori resistensi sedang.

    Menurut Purwoko (2007) bahwa Seharusnya, semakin tinggi konsentrasi ekstrak yang

    diberikan, maka semakin besar aktivitas penghambatannya. Namun, dalam penelitian ini tidak

    menunjukkan hal tersebut, karena level konsentrasi yang digunakan dalam penelian ini hanya

    pada 25% dan 50%.

    Purwoko (2007) menyatakan bahwa pada umumnya diameter zona hambat cenderung

    meningkat sebanding dengan meningkatnya konsentrasi ekstrak. Dalam penelitian ini terdapat

    penurunan luas zona hambat pada konsentrasi yang lebih besar yaitu 50%. Hal ini terjadi

    karena Staphylococcus aureusmempunyai stuktur peptidoglikan yang mampu menahan

    substansi toksik yang akan masuk untuk mengganggu metabolism sel bakteri.

    Hal serupa juga dikemukakan oleh Elifah (2010) bahwa dimana diameter zona hambat

    tidak selalu naik sebanding dengan naiknya konsentrasi antibakteri, kemungkinan ini terjadi

    karena perbedaan kecepatan difusi senyawa antibakteri pada media agar serta jenis dan

  • 8/10/2019 PENGARUH DAUN SENDUDUK

    50/55

    konsentrasi senyawa antibakteri yang berbeda juga memberikan diameter zona hambat yang

    berbeda pula. Jawetz (1996) menyatakan bahwa wilaya jerni disekitar zat antimikroba

    merupakan kekuatan hambatan zat antimikroba terhadap pertumbuhan mikroorganisme.

    4. Konsentrasi Efektif Ekstrak Non Polar Kulit Turi (Sesbania grandiflora).

    Berdasarkan hasil pengujian yang dilakukan maka rata-rata diameter zona hambat dapat

    diketahui bahwa ekstrak non polar kulit turi (Sesbania grandiflora) pada konsentrasi 25% dan

    50% mampu menghambat resistensi bakteri Staphylococcus aureus. Hal ini menunjukan bahwa

    senyawa antibakteri ekstrak non polar kulit turi mempunyai kemampuan dalam menghambat

    pertumbuhan Staphylococcus aureus. Kusmayati dan Agustini (2007) menyatakan bahwa

    konsentrasi efektif yang mampu menghambat bahkan membunuh bakteri Staphylococcus

    aureusyaitu pada berkisar antara 75%-100%.

    Pada penelitian ini, digunakan 2 level konsentrasi yaitu 25% dan 50% dengan tujuan

    untuk mencari tahu resistensi bakteri Staphylococcus aureus,dan telah terbukti bahwa ekstrak

    non polar kulit turi (Sesbania grandiflora) mampu menghambat resistensi

    bakteri Staphylococcus aureuswalaupun aktivitas penghambatan tergolong resistensi sedang hal

    ini dibuktikan berdasarkan diameter zona hambat yang dihasilkan.

    5. Mekanisme Resistensi Staphylococcus aureusTerhadap Ekstrak Kulit Turi (Sesbania

    grandiflora)

  • 8/10/2019 PENGARUH DAUN SENDUDUK

    51/55

    Menurut Sadikin (2002) bahwa resistensi bakteri Staphylococcus aureusterhadap Zat

    antibakteri yang diberikan dapat terjadi melalui mekanisme berikut:

    a. Inaktifasi antibakteri oleh enzim yang dihasilkan bakteri Staphylococcus aureus

    b. Berkurangnyapermaebilitas bakteri terhadap obat

    c. Meningkatnya sintesa senyawa yang antagonistic terhadap obat.

    Pada penelitian ini, dapat dilihat bahwa terjadi resistensi bakteri Staphylocuccus

    aureuskarena perubahan reseptor ekstrak terhadap pertumbuhan bakteri Staphylocuccus

    aureussehingga dapat menyebabkan penurunan kapasitas ekstrak antibakteri. Pelczar dan Chan

    (1988) membenarkan bahwa penurunan struktur dinding sel bakteri dapat terjadi karena senyawa

    antibiotik yang masuk kedalam sel bakteri mampu menghambat pertahanan sel mekanisme ini

    merupakan mekanisme yang terjadi pada larutan pembanding (tetrasiklin).

    Resistensi bakteri Staphylococcus aureus dapatterjadi melalui mekanisme intrinsik

    (kegagalan senyawa antibakteri yang masuk kedalam sel), perubahan permaebilitas membran sel,

    perubahan pada ribosom maupun pembentukan enzim yang dapat menginaktifkan ekstrak

    antibakteri yang telah diberikan. Kemampuan bakteri Staphylococcus aureusuntuk

    mempertahankan diri dari ekstrak yang diberikan dapat terjadi melalui replikon yang satu ke

    replikon yang lain dengan struktur yang luas sehingga terjadi penyebaran resistensi menjadi lebih

    cepat (Sadikin, 2002).

  • 8/10/2019 PENGARUH DAUN SENDUDUK

    52/55

    Terjadinya resistensi bakteriyang tadinya peka terhadap antibiotik dapat terjadi melalui

    mutasi pada kromosom atau pertukaran materi genetik diantara mikroba, dengan demikian pada

    penelitian ini dapat disimpulkan bahwa bakteri Staphylococcus aureus mampu bertahan hidup

    dan dapat melawan senyawa antibakteri ekstrak non polar yang diberikan.

    Menurur Jawetz (1999) bahwa zat antibakteri mempunyai berbagai cara dalam

    menghambat pertumbuhan bakteri. Kerusakan pada salah satu struktur penyusun sel bakteri

    dapat menyebabkan perubahan-perubahan struktur dan kerja bakteri. Hal ini dapat

    mengakibatkan pertumbuhan bakteri terhambat bahkan mengakibatkan kematian sel. Mekanisme

    kerja zat antibakteri dimulai pada struktur sel terutama membran sel. Pelczar dan Chan (1988)

    menambahkan bahwa membran sel merupakan bagian terluar sitoplasma yang terletak dibawah

    dinding sel, tersusun oleh senyawa protein, lipid dan asam nukleat. Membran ini berperan untuk

    mengatur keluar masuknya zat seperti air dan garam mineral yang dibutuhkan sel.

    Secara keseluruhan dari hasil penelitian ini, dapat diketahui bahwa

    bakteri Staphylococcus aureuscenderung lebih resisten terhadap ekstrak non polar kulit turi

    (Sesbania grandiflora), dengan diameter zona hambat berkisar antara 17-19 mm yaitu pada

    konsentrasi 50%, Sedangkan pada larutan pembanding TetrasiklinStaphylococcus

    aureuscenderung lebih sensitif, dengan diameter zona hambat 20 mm, ini menunjukan bahwa

    bakteri Staphylococcus aureustermasuk peka terhadap zat antibiotik. Hal ini sejalan dengan

  • 8/10/2019 PENGARUH DAUN SENDUDUK

    53/55

    pendapat Capucino dan Sherman(1983) menyatakan bahwa diameter hambat antara 20-30 mm

    menunjukkanbahwa bakteri tersebut peka terhadap suatu zat uji.

    BAB IV

    PENUTUP

    A. Kesimpulan

    Staphylococcus aureus resistensi sedang terhadap senyawa antibakteri ekstrak non

    polar kulit turi (Sesbania grandiflora)pada konsentrasi 25% dan 50%.

    B. Saran

    1. Kepada peneliti lanjutan untuk mekakukan penelitian lebih lanjut mengenai mekanisme

    penghambatan senyawa antibakteri ekstrak kulit Turi (Sesbania grandiflora) terhadap bakteri uji

    secara pasti.

    2. Kepada peneliti lanjutan agar dapat mengembangkan permasalahan yang telah dilakukan dalam

    penelitian ini guna mendapatkan zat antimikroba alami yang dapat dipakai sebagai obat.

    3. Kepada peneliti lanjutan agar dalam melakukan penelitian diharapkan agar mengunakan

    konsentrasi ekstrak non polar kulit yang lebih efektif sehingga dapat membunuh bakteri

    Bakteri Staphylococcus aureus.

    DAFTAR PUSTAKA

    Arifin, A. S. 2009. Tumbuhan obat Indonesia. ITB. Bandung.

  • 8/10/2019 PENGARUH DAUN SENDUDUK

    54/55

    Cappocino dan Sherman. 1983. Microbologi a laboratory manual.

    Dwidjoseputro. 2005. Dasar-dasar Mikrobiologi. Percetakan Imagraph. Jakarta .

    Elifah, 2010. Uji Antibakteri Fraksi Aktif Ekstrak Metanol Daun Senggani (Melastoma candidum,

    D.Don) TerhadapEscherichia coli dan

    Bacillussubtilis Serta Profil Kromatografi Lapis Tipisnya. Skripsi. FMIPA UNS, Surakarta.

    Entjang, I. 2003. Mikrobiologi dan parasitologi Keperawatan. PT Citra Aditya Bakti. Bandung.

    Iryanto, K. 2006. Mikrobiologi Menguak Dunia Mikroorganisme Jilid 2. Yrama Widia. Bandung.

    Harborne. 1996. Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis Tumbuhan. Penerbit ITB.Bandung.

    Hutapea. 2000. Tanaman Obat Indonesia.http://www.tanaman-obat.com/di akses pada tanggal 10Februari 2010

    Jawetz et all.,1996. S.aureushttp://www.cfsan.fda.gov/ di akses pada tanggal 24 Desember 2004.

    Jawetz. E., J. Melnick, L. Adelberg, E.A. 1986. Microbiologi Untuk Profesi

    Katzum, B. 2004. Farmakologi Dasar dan Klinik. Salemba Madika. Jakarta.Terjemahan Huriati dan Hartanto. Penerbit Buku Kedokteran

    EGC. Jakarta.

    Kusmayati dan Agustini, N. W. R. 2007. Uji Aktivitas Senyawa Antibakteri dariMikroalga (Porphyridium cruentum). Biodiversitas.

    Lingga, M. E. 2005. Isolasi dan Identifikasi Bakteri pada Udang Laut yang Biasa Dikonsumsi MasyarakatPananjung Pangandaran. Laporan. Universitas Padjadjaran.

    Mycek, M. J., Richard, A. H., dan Pamela, C. 1997. Farmakologi UlasanBergambar. Terjemahan AzwarAgoes dan Huriawati Hartanto. Penerbit Widya Medika. Jakarta.

    Pelczar, M. J. dan Chan, E.C.S. 1998. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta.

    Prapti, U. 2008. Buku Pintar Tanaman Obat. Agromedia. Jakarta.

    Pratignjo, S. J. 1990. Usaha Memerangi Penyakit. CV Karya Indah. Jakarta.

    Raina. 2011. Ensiklopedia Tanaman Obat Untuk Kesehatan. Absolut. Jakarta.

    Sadikin, M. 2002. Biokimia Enzim. Penerbit Wijaya Medika. Jakarta.

    Sukarsono. dkk., 2003. Tumbuhan untuk Pengobatan. Penerbit Universitas Muhamadiya Malang.

    http://www.tanaman-obat.com/%20dihttp://www.tanaman-obat.com/%20dihttp://www.tanaman-obat.com/%20dihttp://www.cfsan.fda.gov/http://www.cfsan.fda.gov/http://www.cfsan.fda.gov/http://www.tanaman-obat.com/%20di
  • 8/10/2019 PENGARUH DAUN SENDUDUK

    55/55

    Suryowinoto, S. M. 1997. Flora Eksotika, Tanaman Peneduh. Penerbit Kanisius.Yogyakarta.

    Syamsunir, A. 1992. Dasar-Dasar Mikrobiologi Dan Parasitologi Untuk Perawat. Penerbit BukuKedokteran EGC. Jakarta.

    Todar, K. 2008.Bacillus cereusKeracunan Makanan.www.texbook of bacteriology. di akses padatanggal 22 0ktober 2009.

    Tokan, M. K. 2006. Bahan Ajar Mikrobiologi. Kupang.

    Waha, M. G. 2000. Sehat dengan Mengkudu. Jakarta.

    Waluyo, L. 2008. Teknik dan Metode dasar dalam Mikrobiologi. UPT Universitas Muhammadiyah,

    Malang.

    Diposkan olehYanti Cristin Hibu di05.05Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbahttp://yanticristin.blogspot.com/2013/10/uji-resistensi-staphylococcus-aureus_8.html

    http://www.texbook/https://plus.google.com/115901297197887399659https://plus.google.com/115901297197887399659http://yanticristin.blogspot.com/2013/10/uji-resistensi-staphylococcus-aureus_8.htmlhttp://yanticristin.blogspot.com/2013/10/uji-resistensi-staphylococcus-aureus_8.htmlhttp://yanticristin.blogspot.com/2013/10/uji-resistensi-staphylococcus-aureus_8.htmlhttp://www.blogger.com/share-post.g?blogID=289182400687719977&postID=823421520777850966&target=emailhttp://www.blogger.com/share-post.g?blogID=289182400687719977&postID=823421520777850966&target=twitterhttp://www.blogger.com/share-post.g?blogID=289182400687719977&postID=823421520777850966&target=twitterhttp://yanticristin.blogspot.com/2013/10/uji-resistensi-staphylococcus-aureus_8.htmlhttp://yanticristin.blogspot.com/2013/10/uji-resistensi-staphylococcus-aureus_8.htmlhttp://yanticristin.blogspot.com/2013/10/uji-resistensi-staphylococcus-aureus_8.htmlhttp://www.blogger.com/share-post.g?blogID=289182400687719977&postID=823421520777850966&target=twitterhttp://www.blogger.com/share-post.g?blogID=289182400687719977&postID=823421520777850966&target=emailhttp://www.blogger.com/share-post.g?blogID=289182400687719977&postID=823421520777850966&target=emailhttp://yanticristin.blogspot.com/2013/10/uji-resistensi-staphylococcus-aureus_8.htmlhttps://plus.google.com/115901297197887399659http://www.texbook/