analisis pengaruh struktur corporate governance terhadap corporate ...
PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE, ETNIS, DAN LATAReprints.uns.ac.id/8956/1/73120807200904231.pdf ·...
Transcript of PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE, ETNIS, DAN LATAReprints.uns.ac.id/8956/1/73120807200904231.pdf ·...
PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE, ETNIS, DAN LATAR
BELAKANG PENDIDIKAN TERHADAP ENVIRONMENTAL
DISCLOSURE: STUDI EMPIRIS PADA PERUSAHAAN LISTING DI
BURSA EFEK INDONESIA
Skripsi
Diajukan untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-syarat
untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret
Disusun oleh:
NOVITA DIAN PERMATASARI
NIM. F0305014
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2009
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi dengan judul
PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE, ETNIS, DAN LATAR
BELAKANG PENDIDIKAN TERHADAP ENVIRONMENTAL
DISCLOSURE: STUDI EMPIRIS PADA PERUSAHAAN LISTING DI
BURSA EFEK INDONESIA
Telah disetujui dan diterima oleh pembimbing untuk diajukan kepada tim penguji
skripsi.
Surakarta, 27 Mei 2009
Disetujui dan diterima oleh
Pembimbing
Drs. Djoko Suhardjanto, M.Com (Hons), Ph.D, Ak
NIP. 131 843 290
HALAMAN PENGESAHAN
Telah disetujui dan diterima dengan baik oleh tim penguji skripsi Fakultas
Ekonomi Universitas Sebelas Maret guna melengkapi tugas-tugas dan memenuhi
syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi.
Surakarta, 13 Juni 2009
Tim Penguji Skripsi
1. Sri Suranta, SE, M.Si, Ak.
NIP 13216300
Ketua (………………..)
2. Drs. Djoko Suhardjanto, M.Com (Hons),
Ph.D, Ak
NIP 131 843 290
Pembimbing (………………..)
3. Drs. Santoso Tri Hananta, M.Si, Ak.
NIP 132086156
Anggota (………………..)
MOTTO
Tak Ada Rahasia untuk Menggapai Sukses,
Sukses itu Dapat Terjadi Karena Persiapan,
Kerja Keras dan Mau Belajar dari Kegagalan
PERSEMBAHAN
Aku Persembahkan Skripsi ini untuk:
”My Lovely Family”
Trimakasih untuk Semangat, Motivasi dan Kasih
Sayangnya
KATA PENGANTAR
Puji syukur Penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT atas limpahan
rahmat, karunia dan ridho-Nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
dengan baik.
Skripsi ini disusun dan diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan
memenuhi syarat-syarat guna mencapai gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Penulis menyadari dalam proses penyelesaian skripsi ini tidak lepas dari
bantuan banyak pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Penulis
dengan ini mengucapkan banyak terima kasih kepada berbagai pihak sebagai
berikut :
1. Prof. Dr. Bambang Sutopo, M.Com., Ak., selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Drs. Jaka Winarna M.Si., Ak., selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas
Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Drs. Djoko Suhardjanto, M.Com (Hons), Ph.D, Ak. selaku pembimbing
skripsi atas semua kritik dan sarannya yang sangat membantu penulis
untuk mencapai hasil yang terbaik. Trimakasih untuk deadlinenya setiap
minggu, karena sangat membantu kelancaran penulisan skripsi ini. Pak
Djoko the best lah.
4. Kedua Orangtuaku, kalian adalah satu-satunya alasan kenapa aku bisa
bertahan sampai sejauh ini. Trimakasih untuk semua do`a, kasih sayang,
dan dukungannya selama ini.
5. Keluargaku (kedua kakakku, mbah `ung, mbah putri, bu end, sepupu-
sepupuku, bu `dhe, pak `dhe, om dan tante), trimakasih untuk dukungan
dan do`a dari kalian. Especcially for my nice, Via...jangan nakal ya, cepet
gede dan ga nyusahin mbah uti lagi.
6. Temen-temenku yang slalu buatku betah di kos, para kawanan Rotterdam:
Dede, Gata, Fika, Mbak Widhie, Nita, Hana, Puri, Lala, Pipit, Ayu..I will
miss you all.
7. Temen-temen seperjuanganku, The DjoKo`s Family: Laras, Anggi, Uli,
Mari. Akhirnya slese juga kita melewati hari-hari penuh dengan revisi,
revisi, dan revisi. Bersama kalian skripsi yang terlihat sangat sulit pada
awalnya, jadi menyenangkan dan terasa mudah saat menjalaninya.
8. Sahabatku, del, yan, ndien, thanks 4 everythings.
9. Buat `Fee, ga lupa juga ni aku ucapin trimakasih untuk semuanya. Tanpa
kamu, aku ga mungkin jadi seperti ini, tangguh dan ga cengeng. Ayo cepet
wisuda ya, jangan lama-lama di Kampus.
10. Para Urgent Kempong, mas bagus, mas bayu, mas eko, mas havids, mas
agus, mba novita, dina, trijun, yoga, arif, cahya, hendrawan, sapto,
trimakasih untuk kebersamaannya, aku bisa melewatkan masa-masa
terburukku saat ga lulus kompre dengan kalian dan bergelut dengan
laporan audit.
11. Temen-temen Akuntansi `05, especially dian “mio”, trimakasih untuk
gosip-gosipnya selama ini..hehehe...semoga kita bisa jadi akuntan handal
dan bermoral. Amien.
12. Dosen-dosen favoritku, Pak Hanung, Pak Lardi, Pak Djoko, Trimakasih
bapak-bapak sudah berbagi ilmu dengan kami. Tapi ga ketinggalan juga,
seluruh dosen-dosen akuntansi, trimakasih untuk semuanya.
13. Buat “temennya” Laras, trimakasih untuk download-an annual reportnya.
14. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu (Thanks a lot)
Penulis menyadari bahwa karya ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu
penulis meminta maaf atas kekurangan yang terjadi dan demi kesempurnaan
skripsi ini penulis mengharap kritik dan saran yang membangun demi terciptanya
karya yang sempurna.
Akhir kata, penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak
yang membutuhkan di kemudian hari.
Surakarta, Mei 2009
Novita Dian Permatasari
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAKSI ………………………………………………………..
ABSTRACT ………………………………………………………...
HALAMAN PERSETUJUAN ……………………………...............
HALAMAN PENGESAHAN …………………………………........
HALAMAN MOTTO …………………………………………….....
HALAMAN PERSEMBAHAN …………………………………....
KATA PENGANTAR ……………………………………………....
DAFTAR ISI ………………………………………………………..
DAFTAR TABEL …………………………………………………..
DAFTAR GAMBAR ……………………………………………......
BAB I. PENDAHULUAN ………………………………………......
A. Latar Belakang Masalah ………………………………...
B. Perumusan Masalah ……………………………………..
C. Tujuan Penelitian ………………………………………..
D. Manfaat Penelitian ………………………………………
E. Sistematika Penulisan …………………………………...
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA .......................................................
A. Landasan Teori……………………….............................
1. Peran Laporan Tahunan ……………………………..
ii
iii
iv
v
vi
vii
viii
xi
xiv
xv
1
1
5
6
6
7
8
8
8
2. Latar Belakang dan Faktor Pendorong Tanggung Jawab
Lingkungan Hidup …………………………...
3. Definisi Pengungkapan ……………………………...
4. Environmental Disclosure …………………………..
5. Corporate Governance ……………………………...
B. Kerangka Teoritis..............................................................
C. Penelitian Terdahulu dan Pengembangan Hipotesis..........
BAB III. METODE PENELITIAN …………………………............
A. Desain Penelitian...............................................................
B. Populasi dan Sampel..........................................................
C. Data dan Metode Pengumpulan Data................................
D. Variabel Penelitian dan Pengukurannya............................
E. Metode Analisis Data........................................................
BAB IV. ANALISIS DAN PEMBAHASAN ……………................
A. Analisis Deskriptif Data...................................................
1. Seleksi Sampel ...........................................................
2. Statistik Deskriptif .....................................................
B. Pengujian hipotesis ..........................................................
1. Logistic Regression ....................................................
2. Analisis Regresi Berganda .........................................
3. Uji beda t dan ANOVA ..............................................
C. Pembahasan Hasil Analisis ...............................................
BAB V. PENUTUP.............................................................................
12
15
18
21
24
25
31
31
31
32
32
37
41
41
41
42
48
48
49
51
55
61
A. Kesimpulan......................................................................
B. Saran .............................................................................
C. Keterbatasan.....................................................................
D. Rekomendasi...................................................................
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
61
62
63
64
DAFTAR TABEL
TABEL Halaman
3. 1
3. 2
4. 1
4. 2
4. 3
4. 4
4. 5
4. 6
4. 7a
4. 7b
4. 8a
4. 8b
4. 8c
4. 9
Indonesian Environmental Reporting Indeks (IER).......
Keterangan Persamaan Regresi Berganda......................
Populasi dan Klasifikasi Industri....................................
Sampel dan Klasifikasi Industri.....................................
Perusahaan dengan Environmental Disclosure..............
Statistik Deskriptif Variabel-Variabel Penelitian...........
Hasil Logistic Regression...............................................
Hasil Analisis Regresi Berganda....................................
Hasil Uji Beda T Group Statistic...................................
Hasil Uji Beda T Independent Sample Test…..............
Hasil Anova Levene`s Test of Equality of Error
Variance ........................................................................
Hasil ANOVA Test of Between-Subjects Effects…......
Hasil ANOVA Post Hoc Test ........................................
Ringkasan Hasil Pengujian …………………………..
36
40
41
42
42
46
49
50
52
52
53
53
54
60
DAFTAR GAMBAR
GAMBAR Halaman
2. 1
2. 2
Model Stakeholder.........................................................
Hubungan antara Corporate Governance dan
Environmental Disclosure.............................................
10
25
ii
PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE, ETNIS, DAN LATAR
BELAKANG PENDIDIKAN TERHADAP ENVIRONMENTAL
DISCLOSURE: STUDI EMPIRIS PADA PERUSAHAAN LISTING DI
BURSA EFEK INDONESIA
ABSTRAKSI
Novita Dian Permatasari
F 0305014
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh corporate governanceterhadap environmental disclosure. Variabel corporate governance yang digunakan adalah proporsi dewan komisaris independen, latar belakang belakangculture atau etnis presiden komisaris, latar belakang pendidikan presiden komisaris, jumlah rapat dewan komisaris, proporsi komite audit independen, dan jumlah rapat komite audit. Penelitian ini juga menggunakan tipe industri dan ukuran perusahaan sebagai variabel kontrol. Pengungkapan informasi lingkungan hidup diukur dengan menggunakan Indonesian Environmental Reporting Index yang dikembangan oleh Suhardjanto, Tower, dan Brown (2007).
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 90 perusahaan untuk semua industri pada periode 2007. Metode pemilihan sampel menggunakan metode random berbasis alokasi porposional. Berdasarkan sampel, terdapat 48% perusahaan yang melakukan pengungkapan informasi lingkungan hidup. Pengujian dilakukan dengan menggunakan logistic regression, regresi berganda, uji beda t, ANOVA.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa faktor yang mempengaruhi environmental disclosure adalah proporsi dewan komisaris independen, latar belakang culture presiden komisaris. Ukuran perusahaan sebagai variabel kontrol juga mempengaruhi environmental disclosure.
Kata Kunci: corporate governance, komisaris independen, komite audit independen, environmental disclosure.
iii
THE EFFECT OF CORPORATE GOVERNANCE, ETHNIC, AND
EDUCATIONAL BACKGROUND ON ENVIRONMENTAL DISCLOSURE:
(An Empirical Study on Public Companies Listed in Indonesian Stock
Exchange)
ABSTRACT
Novita Dian Permatasari
F 0305014
The purpose of this study is to examine relationship between corporate governance and its environmental disclosures. Corporate governance aspect usesthe proportion of independent commissioner, the commissioner president`s ethnic background, the commissioner president`s educational background, the number of commissary chamber meeting, the proportion of independent audit committee, and the number of audit committee meeting as the independent variable. This study also investigates industry type and firm size as control variable. Companies’ environmental disclosures are measured by using the Indonesian Environmental Reporting index that developed by Suhardjanto, Tower and Brown (2007).
Under proportional random sampling method, 90 Indonesian listed companies’ annual reports are selected. From the sample, there is fourty eightpercent (48%) disclosed environmental information. This study employed ahypothesis test using logistic regression, multiple regression, t-test, and ANOVA.
Analysis of statistical results the proportional of independent commissioner, the commissioner president`s ethnic background are as significant predictors to environmental disclosure. The firm size as control variable also effects to environmental disclosure.
Keywords: Corporate governance, independent commissioners, independent audit committee, environmental disclosure.
BAB I
PENDAHULUAN
Pada Bab I berikut ini akan dijelaskan mengenai latar belakang masalah,
perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika
pembahasan.
A. Latar Belakang Masalah
Pada beberapa tahun terakhir ini, Indonesia mengalami permasalahan
pencemaran lingkungan seperti halnya negara-negara yang lain (Suratno, Darsono,
dan Mutmainah, 2006). Perusahaan dan industri lebih mengutamakan konsep
maksimalisasi laba yang berorientasi pada kepentingan pemilik modal yang
menyebabkan perusahaan melakukan eksploitasi sumber daya alam dan manusia
sehingga mengakibatkan kerusakan lingkungan yang pada akhirnya mengganggu
kehidupan manusia (Anggraini, 2006).
Gejala-gejala pencemaran lingkungan ini dapat dilihat dari berbagai
bencana yang terjadi akhir-akhir ini, seperti banjir bandang di beberapa daerah di
Jawa Tengah dan Jawa Timur, tanah longsor di Desa Sijeruk Jawa Tengah dan
daerah-daerah lainnya di Jawa dan Sumatera, serta kebakaran hutan di beberapa
hutan lindung Kalimantan. Bahkan munculnya banjir lumpur bercampur gas
sulfur di daerah Sidoarjo Jawa Timur merupakan bukti rendahnya perhatian
perusahaan terhadap dampak lingkungan dari aktifitas industrinya (Ja`far, 2006).
Permasalahan lingkungan menjadi perhatian yang serius, baik oleh
konsumen, investor, maupun pemerintah. Pada umumnya, para investor lebih
tertarik pada perusahaan yang menerapkan manajemen lingkungan yang baik dan
tidak mengabaikan masalah pencemaran lingkungan (Ja`far, 2006). Adanya
kepentingan bisnis untuk menunjukkan reputasi, kredibilitas, dan value added
bagi perusahaan dimata stakeholder menjadi dorongan perusahaan untuk
mengungkapkan tanggung jawab sosialnya terhadap lingkungan dalam annual
report mereka. Eipstein dan Freedman (1994) menemukan bahwa investor
individual tertarik terhadap informasi lingkungan yang dilaporkan dalam annual
report.
Penerapan pengungkapan lingkungan hidup memberikan keuntungan yang
lebih. Hal ini didukung dengan penelitian yang dilakukan oleh Pflieger, Fischer,
Kupfer, dan Eyerer (2005) yang menunjukkan bahwa usaha-usaha pelestarian
lingkungan oleh perusahaan dapat mendatangkan sejumlah keuntungan,
diantaranya adalah ketertarikan pemegang saham dan stakeholder terhadap
keuntungan perusahaan akibat pengelolaan lingkungan yang bertanggung jawab
dimata masyarakat. Dengan pertanggungjawaban itu pula dapat memberikan
informasi mengenai sejauh mana perusahaan memberikan konstribusi positif
maupun negatif terhadap kualitas hidup manusia dan lingkungannya (Belkoui,
2000).
Penelitian-penelitian yang berkaitan dengan pelaporan lingkungan hidup
(environmental disclosure) telah mengalami peningkatan secara signifikan sejak
empat dekade terakhir (Bates, 2002; Welford, 1998). Secara umum, penelitian-
penelitian mengenai environmental disclosure difokuskan pada hubungannya
dengan kualitas environmental disclosure (Cunningham dan D. Gadenne, 2003;
Gamble, 1995; Belal, 2000), hubungan environmental disclosure dengan strategi
perusahaan (Niskanen dan Terhi Nieminen, 2001; Solomon dan Linda Lewis,
2002; Elkinton, 1994), dan perbandingan pelaporan environmental disclosure
antar negara (Nyquist, 2003; Atkinton, 1999).
Standar akuntansi keuangan di Indonesia belum mewajibkan perusahaan
untuk mengungkapkan informasi lingkungan hidup (Suhardjanto, 2008),
akibatnya banyak perusahaan yang tidak mengungkapkan aktivitas lingkungan
hidupnya (Anggraini, 2006). Corporate governance yang baik menjadi salah satu
faktor pendorong yang memunculkan akuntansi pertanggungjawaban lingkungan
hidup (Eng dan Mak, 2003). Corporate governance merupakan kunci atau alat
untuk mengawasi kinerja perusahaan oleh stakeholder termasuk investor. Adanya
corporate governance yang baik akan meningkatkan transparansi dan
akuntabilitas perusahaan, sehingga tanggung jawab lingkungan hidup akan
diungkap dalam annual report.
Sudah banyak penelitian yang dilakukan untuk menguji keterkaitan antara
mekanisme corporate governance terhadap pengungkapan informasi lingkungan
hidup, yaitu Eipstein dan Freedman (1994), Belkoui (2000), Komar (2004),
Simon dan Wong (2001), Eng dan Mak (2003), serta Haniffa dan Cooke (2005).
Proporsi dewan komisaris independen merupakan variabel yang sering
digunakan untuk menguji pengaruh corporate governance terhadap environmental
disclosure. Penelitian Chen dan Jaggi (1998) menunjukkan terdapat hubungan
positif antara proporsi dewan komisaris independen dengan environmental
disclosure.
Karakteristik personal presiden komisaris juga mempengaruhi
environmental disclosure. Hal ini dijelaskan oleh penelitian Haniffa dan Cooke
(2005), yang menunjukkan adanya hubungan antara pengungkapan informasi
lingkungan dengan faktor dominan presiden komisaris pribumi yang menduduki
jabatan tersebut.
Latar belakang pendidikan presiden komisaris yang berasal dari bisnis
(keuangan) juga menjadi variabel penentu. Presiden komisaris yang mempunyai
latar belakang pendidikan keuangan atau bisnis biasanya berpengaruh terhadap
pengetahuan yang dimiliki, meskipun bukan menjadi suatu keharusan bagi
seseorang yang akan masuk dunia bisnis untuk berpendidikan bisnis, akan lebih
baik jika anggota dewan memiliki latar belakang pendidikan bisnis dan ekonomi
(Kusumastuti, Supatmi, dan Sastra, 2006).
Kinerja dan tugas dewan komisaris untuk mengawasi jalannya perusahaan
akan efektif bila masing-masing anggota dewan aktif hadir dalam pertemuan
dewan komisaris (corporate governance guidelines, 2007). Pertemuan dewan
komisaris ini dilakukan baik secara internal maupun eksternal sesuai dengan
kebutuhan dan tujuannya.
Keberadaan komite audit dalam suatu perusahaan berfungsi untuk
meningkatkan kualitas laporan keuangan (Forker, 1992). Dengan adanya komite
audit, perusahaan akan lebih meningkatkan kualitas laporan keuangan sehingga
pengungkapan dalam annual report akan diperluas sesuai dengan aktivitas
perusahaan (Simon dan Wong, 2001). Dalam menjalankan tugasnya, komite audit
minimal mengadakan pertemuan 4 kali dalam satu tahun (corporate governance
guidelines, 2007). Hal ini dilakukan untuk meningkatkan kinerja komite audit
sehingga hasilnya dapat maksimal.
Penelitian ini mengacu pada penelitian Haniffa dan Cooke (2005).
Perbedaannya adalah aspek corporate governance yang digunakan dalam
penelitian ini ditambahkan dengan variabel jumlah rapat dewan komisaris dan
keberadaan komite audit serta jumlah rapat komite audit. Hal ini dilakukan
dengan alasan bahwa komite audit merupakan komite yang membantu peran
dewan komisaris dalam perusahaan. Perbedaan lainnya yaitu, proksi variabel
dependen yang digunakan dalam penelitian ini hanya menggunakan 1 ukuran,
yaitu skor indeks, sedangkan dalam penelitian sebelumnya menggunakan indeks
dan content analysis.
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh corporate governance
dalam hal ini mengenai proporsi dewan komisaris independen, latar belakang
etnis (culture) dan latar belakang pendidikan presiden komisaris serta komite
audit dengan environmental disclosure. Berdasarkan uraian-uraian tersebut di atas,
peneliti akan melakukan penelitian dengan judul ”Pengaruh Corporate
Governance, Etnis, dan Latar Belakang Pendidikan terhadap Environmental
Disclosure: Studi Empiris Pada Perusahaan Listing di Bursa Efek Indonesia”.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini adalah
apakah corporate governance yang terdiri dari (1) proporsi dewan komisaris
independen, (2) latar belakang culture atau etnic presiden komisaris, (3) latar
belakang pendidikan presiden komisaris, (4) jumlah rapat dewan komisaris, (5)
proporsi komite audit independen, dan (6) jumlah rapat komite audit
mempengaruhi environmental disclosure.
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menguji dan memperoleh bukti empiris
mengenai hubungan antara corporate governance, budaya serta latar belakang
pendidikan dan environmental disclosure.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat termasuk:
1. Dapat memberikan kontribusi terhadap literatur penelitian akuntansi
khususnya mengenai corporate governance dengan environmental disclosure
di Indonesia.
2. Bagi perusahaan, dapat memberikan masukan dalam perbaikkan dalam
penerapan corporate governance dan pelaporan aktivitas lingkungan hidup
dalam annual report.
3. Bagi stakeholder seperti investor, kreditor dan pihak-pihak yang
berkepentingan lainnya, dapat menjadi acuan tambahan dalam menganalisis
informasi yang disajikan oleh perusahaan berkenaan dengan corporate
governance dan environmental disclosure dalam annual report.
4. Bagi regulator, penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dalam
penentuan kebijakan lingkungan hidup.
5. Bagi kalangan akademisi, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai
tambahan literatur dalam bidang ilmu akuntansi.
E. Sistematika Pembahasan
Bab I : Pendahuluan
Dalam bab ini diuraikan latar belakang masalah; rumusan
masalah; tujuan penelitian; manfaat penelitian; dan sistematika
pembahasan.
Bab II : Tinjauan Pustaka
Dalam bab ini diuraikan tinjauan pustaka yang memuat
landasan teori yang terkait dengan topik penelitian; kerangka
teoritis; serta penelitian terdahulu dan pengembangan hipotesis.
Bab III : Metode Penelitian
Berisi tentang desain penelitian; populasi, sampel, dan teknik
pengambilan sampel; variabel penelitian dan pengukurannya;
dan metode analisis data yang terdiri dari statistik deskriptif
dan pengujian hipotesis.
Bab IV : Analisis dan Pembahasan
Bab ini menguraikan analisis deskriptif data; pengujian
hipotesis; dan pembahasan hasil analisis.
Bab V : Penutup
Berisi tentang kesimpulan hasil penelitian; saran; dan
rekomendasi bagi peneliti selanjutnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Setelah kita membahas pendahuluan di Bab I, pada Bab II ini akan
diterangkan mengenai landasan teori, kerangka teoritis, serta penelitian terdahulu
dan pengembangan hipotesis dalam penelitian ini.
A. Landasan Teori
Pada landasan teori dalam penelitian ini akan dijabarkan mengenai peran
laporan tahunan, latar belakang dan faktor pendorong tanggung jawab lingkungan
hidup, definisi pengungkapan, environmental disclosure, dan corporate
governance.
1. Peran Laporan Tahunan
Tujuan utama suatu laporan tahunan adalah memberikan informasi yang
relevan bagi pembuatan keputusan (Naim dan Rakhman, 2000). Informasi yang
diungkap dalam laporan tahunan dapat berupa informasi akuntansi yaitu informasi
yang berkaitan dengan laporan keuangan dan informasi non-akuntansi yaitu
informasi yang tidak berkaitan dengan laporan keuangan. Ciri-ciri dasar informasi
akuntansi adalah informasi tersebut tersedia untuk umum dengan sedikit atau
sama sekali tanpa biaya bagi mereka yang ingin memperoleh dan menggunakan
informasi tersebut.
Karakteristik kualitatif merupakan ciri khas yang membuat informasi
dalam laporan tahunan berguna bagi pemakai. Terdapat tujuh karakteristik
kualitatif pokok menurut PSAK No.1 Tahun 2004, yaitu:
Dapat Dipahami
Informasi harus dapat dipahami dan dimengerti oleh pemakainya, dan dinyatakan dalam bentuk dan dengan istilah yang disesuaikan dengan batas pengertian pemakai.
Relevan
Relevansi suatu informasi harus dihubungkan dengan maksud penggunaanya.
Keandalan
Informasi harus dapat diuji kebenarannya oleh para pengukur yang independen dengan metode pengukuran yang sama.
Dapat diperbandingkan
Informasi dalam laporan keuangan akan lebih berguna bila dapat dibandingkan dengan laporan keuangan periode sebelumnya dari perusahaan yang sama, maupun dengan laporan keuangan perusahaan-perusahaan lainnya pada periode yang sama.
Tepat waktu
Informasi harus disampaikan sedini mungkin untuk dapat digunakan sebagai dasar untuk membantu dalam pengambilan keputusan-keputusan ekonomi dan untuk menghindari tertundanya pengambilan keputusan tersebut.
Netral
Informasi harus diarahkan pada kebutuhan umum pemakai, dan tidak bergantung kebutuhan dan keinginan pihak-pihak tertentu.
Lengkap
Informasi akuntansi yang lengkap meliputi semua data akuntansi keuangan yang dapat memenuhi secukupnya enam tujuan kualitatif diatas dan memenuhi standar pengungkapan yang memadai dalam laporan keuangan.
Menurut Standar Akuntansi Keuangan, tujuan laporan tahunan adalah
memberikan informasi tentang posisi keuangan, kinerja, dan arus kas perusahaan
yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam rangka
membuat keputusan-keputusan ekonomi serta menunjukkan pertanggungjawaban
(stewardship) manajemen atas penggunaan sumber daya yang dipercayakan
kepada mereka.
Adapun pihak-pihak yang berkepentingan terhadap annual report:
1. Para pemilik perusahaan,
2. Manajer perusahaan,
3. Para kreditor, bankir, investor, dan
4. Instansi pemerintah.
Menurut Donaldson (1995:68) pihak-pihak yang berkepentingan terhadap
laporan tahunan perusahaan dapat dijelaskan dengan gambar berikut ini:
Gambar 2.1Model Stakeholder
Dalam model stakeholder ini dijelaskan bahwa pihak-pihak yang
diperhatikan oleh perusahaan tidak hanya orang-orang atau kelompok-kelompok
yang dipengaruhi atau mempengaruhi perusahaan dalam hal transaksi ekonomi,
FIRM
PoliticalGroup
Customer
Community
Supplier
Employees
Investor
TradeAssociations
Goverment
akan tetapi juga orang-orang atau kelompok-kelompok yang mempengaruhi atau
dipengaruhi oleh keputusan, kebijakan, dan operasi perusahaan secara tidak
langsung.
Laporan tahunan memiliki keunggulan dibandingkan dengan sumber
informasi lain (Astuti, 1999), yaitu:
a. Memberikan informasi tentang sebuah perusahaan secara spesifik.b. Memuat laporan keuangan yang pada umumnya telah diaudit oleh
auditor independen dan memperoleh jaminan kewajaran. Informasi dari sumber lain tidak diperiksa oleh pihak yang independen dan diberi pendapat sehingga informasi tersebut mempunyai tingkat keandalan yang lebih rendah.
c. Laporan yang dipublikasikan bisa diperoleh dengan biaya yang rendah mengingat perusahaan yang go public wajib memberikan laporan tahunan.
d. Bapepam mempunyai peraturan tentang kewajiban menerbitkan laporan tahunan dengan batas waktu tertentu, sedangkan sumber lain tidak ada peraturan yang pasti.
Keunggulan lainnya, bahwa annual report mempunyai kredibilitas tinggi
(Zeghal dan Ahmed, 1999) sehingga banyak digunakan oleh stakeholder dalam
pembuatan keputusan. Hal lain menyebutkan bahwa, laporan tahunan merupakan
sumber informasi yang pasti bagi para stakeholder (Deegan dan Rankin, 1997),
memiliki potensi yang besar untuk mempengaruhi penyebaran distribusi secara
luas (Adams and Harte, 1998), menawarkan deskripsi menajemen pada suatu
periode tertentu (Neimark, 1992), dan lebih banyak dapat diakses untuk tujuan
penelitian (Woodward, 1998).
Laporan tahunan merupakan media bagi manajemen perusahaan untuk
memberikan informasi bagi pihak-pihak yang berkepentingan dan merupakan
sarana pertanggungjawaban kepada publik atas sumber daya yang dikelolanya
(Yustina, 2003). Hal ini merupakan implementasi dari teori agensi. Teori agensi
membahas hubungan antara pemberi kerja (prinsipal) dengan penerima
mandat/kerja (agen). Prinsipal memberi fasilitas dan dana untuk menjalankan
operasi perusahaan, sedangkan manajemen berkewajiban mengelola dana dan
fasilitas tersebut. Prinsipal memperoleh hasil berupa pembagian laba, sedangkan
manajemen memperoleh gaji, bonus, dan kompensasi lainnya (Astuti, 1999).
Selain itu, sebagai pertanggungjawaban agen terhadap prinsipal, agen wajib
memberikan laporan hasil kinerja dan pengelolaan sumber daya perusahaan
kepada prinsipal.
2. Latar Belakang dan Faktor Pendorong Tanggung Jawab Lingkungan Hidup
Dekade 1960-an dipandang sebagai kebangkitan aktivis lingkungan hidup.
Pada masa ini, orang-orang menjadi lebih peduli kepada kelestarian lingkungan
hidup. Dampak industri terhadap kualitas udara, air, dan tanah menjadi sorotan
masyarakat. Peraturan Pemerintah untuk melindungi sumber daya dan mengawasi
pelepasan limbah berbahaya. Berbagai standar ditetapkan untuk mengawasi
operasi dan usaha. Dunia usaha diminta untuk mengendalikan emisi karbon dan
merencanakan, mengembangkan serta mengimplementasikan rencana
pengurangan polusi (Freedman, 1989).
Untuk konsep akuntansi lingkungan sendiri, sebenarnya sudah mulai
berkembang sejak tahun 1970-an di Eropa. Akibat tekanan lembaga-lembaga
bukan pemerintah dan meningkatnya kesadaran lingkungan di kalangan
masyarakat yang mendesak agar perusahaan-perusahaan menerapkan pengelolaan
lingkungan bukan hanya kegiatan industri demi bisnis saja (Djogo, 2006).
Banyak perusahaan industri dan jasa berskala besar di dunia yang kini
menerapkan akuntansi lingkungan. Tujuannya adalah meningkatkan efisiensi
pengelolaan lingkungan dengan melakukan penilaian kegiatan lingkungan dari
sudut pandang biaya (environmental costs) dan manfaat atau efek (economic
benefit). Akuntansi lingkungan diterapkan oleh berbagai perusahaan untuk
menghasilkan penilaian kuantitatif tentang biaya dan efek perlindungan
lingkungan (environmental protection) (Djogo, 2006).
Berry dan Rondinelly (1998), mengungkapkan ada beberapa kekuatan
yang mendorong perusahaan untuk melakukan tindakan manajemen lingkungan.
Faktor-faktor tersebut adalah:
1. Regulatory demandTanggung jawab perusahaan terhadap lingkungan muncul sejak
30 tahun terakhir ini, setelah masyarakat meningkatkan tekanannya kepada pemerintah untuk menetapkan peraturan pemerintah sebagai dampak meluasnya polusi. Sistem pengawasan manajemen lingkungan menjadi dasar untuk skor lingkungan, seperti program-program kesehatan dan keamanan lingkungan. Perusahaan merasa penting untuk bisa mendapatkan penghargaan di bidang lingkungan, dengan berusaha menerapkan prinsip-prinsip TQM secara efektif, misalnya dengan penggunaan teknologi pengontrol polusi melalui penggunaan clean technology.
2. Cost FactorsAdanya komplain terhadap produk-produk perusahaan, akan
membawa konsekuensi munculnya biaya pengawasan kualitas yang tinggi, karena semua aktivitas yang terlibat dalam proses produksi perlu dipersiapkan dengan baik. Hal ini secara langsung akan berdampak pada munculnya biaya yang cukup tinggi, seperti biaya sorting bahan baku, biaya pengawasan proses produksi, dan biaya pengetesan. Konseksensi perusahaan untuk mengurangi polusi juga berdampak pada munculnya berbagai biaya, seperti penyediaan pengolahan limbah, penggunaan mesin yang clean technology, dan biaya pencegahan kebersihan.
3. Stakeholders ForcesStrategi pendekatan proaktif terhadap manajemen lingkungan
dibangun berdasarkan prinsip-prinsip manajemen, yakni mengurangi waste dan mengurangi biaya produksi, demikian juga respond terhadap permintaan konsumen dan stakeholder. Perusahaan akan selalu berusaha
untuk memuaskan kepentingan stakeholder yang bervariasi dengan menemukan berbagai kebutuhan akan manajemen lingkungan yang proaktif.
4. Competitive requirementsSemakin berkembangnya pasar global dan munculnya berbagai
kesepakatan perdagangan sangat berpengaruh pada munculnya gerakan standarisasi manajemen kualitas lingkungan. Persaingan nasional maupun internasional telah menuntut perusahaan untuk dapat mendapatkan jaminan dibidang kualitas, antara lain seri ISO 9000. Sedangkan untuk seri ISO 14000 dominan untuk standar internasional dalam sistem manajemen lingkungan. Keduanya memiliki perbedaan dalam kriteria dan kebutuhannya, namun dalam pelaksanaannya saling terkait, yakni dengan mengintegrasikan antara sistem manajemen lingkungan dan sistem manajemen perusahaan.
Untuk mencapai keunggulan dalam persaingan, dapat dilakukan dengan menerapkan green alliances (Hartman dan Stafford, 1995). Green alliances merupakan partner diantara pelaku bisnis dan kelompok lingkungan untuk mengintegrasikan antara tanggungjawab lingkungan perusahaan dengan tujuan pasar.
Menurut Gray, Kouhy, dan Lavers (1995), latar belakang perlunya
pengungkapan informasi sosial dan lingkungan hidup adalah: (1) munculnya
masalah-masalah sosial di lingkungan perusahaan karena ketidakpuasan terhadap
kebijakan masyarakat sosial; (2) untuk meminimalisasi munculnya masalah
lingkungan perusahaan yaitu dengan cara meningkatkan kepedulian perusahaan
terhadap lingkungan sosial dan dengan menggunakan salah satu media yang bisa
digunakan untuk pengungkapan sosial adalah laporan tahunan.
Alasan dan motif perusahaan melakukan pengungkapan informasi
lingkungan juga diungkapkan De Villers (1998) dalam penelitiannya mengenai
environmental disclosure, yaitu:
1. Jika perusahaan tidak mengungkapkan secara sukarela, dikhawatirkan akan menjadi kebijakan pemerintah yang bersifat wajib.
2. Sebagai legitimasi atas kegiatan yang telah dilakukan perusahaan.3. Untuk mengalihkan perhatian dari isu lain.4. Untuk meningkatkan citra publik.5. Harga saham perusahaan diharapkan akan naik.
6. Untuk meningkatkan keuntungan kompetitif.7. Adalah hak bagi para shareholders dan stakeholders.8. Keuntungan politik.9. Dorongan untuk mengkomunikasikan kepada khalayak tentang hal-hal
yang dilakukan perusahaan.10. Untuk menjelaskan pola pengeluaran.
Berkembangnya wacana business and society telah menyingkirkan
paradigma lama bahwa organisasi adalah mesin, sebagaimana disimpulkan oleh
Morgan (1987). Evan dan Freedman (dalam Triyuwono, 1997) melontarkan
paradigma baru, bahwa organisasi (sebagaimana halnya dengan manusia), selain
memiliki hak juga memiliki kewajiban terhadap lingkungan.
3. Definisi Pengungkapan
Pengungkapan secara sederhana dapat diartikan sebagai pengeluaran
informasi (Naim dan Rakhman, 2000). Sedangkan menurut Hendriksen (1990),
pengungkapan adalah penyediaan sejumlah informasi yang dibutuhkan untuk
pengoperasian pasar modal secara optimal. Pengungkapan laporan tahunan dapat
dilakukan dalam bentuk penjelasan mengenai kebijakan akuntansi yang ditempuh,
metode persediaan, jumlah saham yang beredar dan sebagainya. Suwardjono
(2005), pengungkapan berkaitan dengan cara pembeberan atau penjelasan hal-hal
informatif yang dianggap penting dan bermanfaat bagi pemakai selain apa yang
dinyatakan melalui statement keuangan utama.
Secara umum, tujuan pengungkapan adalah menyajikan informasi yang
dipandang perlu untuk mencapai tujuan pelaporan keuangan dan untuk melayani
berbagai pihak yang mempunyai kepentingan berbeda-beda. Guthrie dan
Matthews (1990), menyatakan bahwa tujuan pengungkapan adalah sebagai
ketersediaan informasi keuangan dan non-keuangan berkaitan dengan lingkungan
fisik dan lingkungan sosialnya yang dapat dibuat dalam laporan tahunan
perusahaan atau laporan pertanggungjawaban terpisah.
Berdasarkan tujuan Securities Exchange Commission (SEC) membagi
pengungkapan dalam 2 kategori, yaitu protective disclosure yang dimaksudkan
sebagai upaya perlindungan terhadap investor dan informative disclosure yang
bertujuan memberikan informasi yang layak kepada pengguna laporan (Walk,
Francis, dan Tearney, 1989).
Terdapat 4 prinsip dalam akuntansi: (1) historical cost principle, (2)
revenue recognition principle, (3) matching principle, dan (4) full disclosure
principle. Full disclosure diartikan sebagai penyediaan semua informasi yang
dianggap cukup penting dalam mempengaruhi penilaian dan keputusan yang
diambil pemakai laporan keuangan.
Hendriksen dan Breda (2001), konsep full disclosure mewajibkan agar
laporan tahunan didesain dan disajikan sebagai kumpulan potret dari kejadian
ekonomi yang mempengaruhi perusahaan untuk suatu periode dan berisi cukup
informasi, sehingga stakeholder paham dan tidak salah tafsir terhadap laporan
tahunan tersebut. Selanjutnya, dikatakan pula bahwa pengertian full disclosure
harus mencakup prinsip-prinsip sebagai berikut:
1. Cukup (Adequate)
Artinya bahwa informasi minimum laporan tahunan harus disajikan.
2. Wajar (Fair)
Pengungkapan menjelaskan bahwa ada aturan etis tentang perlakuan
sama kepada semua pemakai annual report.
3. Penuh (Full)
Laporan tahunan harus mencakup semua kelengkapan penyajian
informasi.
Ada 2 sifat dari pengungkapan, yaitu: pengungkapan yang didasarkan pada
ketentuan atau standar (required/regulated/mandatory disclosure) dan
pengungkapan yang bersifat sukarela (voluntary disclosure). Perusahaan bersedia
melakukan pengungkapan sukarela, meski menambah cost perusahaan, untuk
memenuhi tekanan masyarakat (misalnya dalam kasus lingkungan) atau untuk
meningkatkan citra publiknya.
Oleh karena sifatnya yang masih sukarela, maka banyak perusahaan yang
enggan untuk menambah luas disclosure. Alasan-alasan mengapa perusahaan
enggan menambah disclosure menurut Hendriksen (2001) adalah sebagai berikut:
1. Disclosure akan membantu para pesaing dan merugikan pemegang saham.
2. Disclosure yang lengkap akan memberikan keuntungan kepada serikat pekerja dalam hal tawar menawar upah.
3. Adanya keraguan terhadap kemampuan investor dalam memahami kebijakan dan prosedur akuntansi sehingga full disclosure akan menyesatkan mereka.
4. Tersedianya sumber-sumber informasi lain selain annual reportyang tersedia dengan biaya yang lebih mahal.
5. Kurangnya pengetahuan kebutuhan investor juga merupakan alasan disclosure terbatas.
Meskipun demikian, pengungkapan akan tetap dilakukan oleh perusahaan
karena manfaat yang diterima melebihi biaya yang dikeluarkan perusahaan. Selain
itu, pengungkapan tambahan ini diharapkan mampu menanamkan kepercayaan
investor dan pihak-pihak yang mempunyai kepentingan dengan perusahaan
tersebut.
4. Environmental Disclosure
Akuntansi sebagai alat pertanggungjawaban mempunyai fungsi sebagai
alat kendali utama terhadap aktivitas perusahaan. Tanggung jawab manajemen
tidak terbatas pada pengelolaan dana ke dalam perusahaan kepada investor dan
kreditor, tetapi juga meliputi dampak yang ditimbulkan oleh perusahaan terhadap
lingkungan.
Environmental disclosure adalah pengungkapan informasi yang berkaitan
dengan lingkungan di dalam laporan tahunan perusahaan (Suratno dkk, 2006).
Zhegal dan Ahmed (1990) mengidentifikasi pelaporan lingkungan meliputi
pengendalian terhadap polusi, pencegahan atau perbaikan terhadap kerusakan
lingkungan, konservasi alam dan pengungkapan lain yang berhubungan dengan
lingkungan.
Pengungkapan informasi lingkungan hidup perusahaan bertujuan sebagai
media untuk mengkomunikasikan realitas untuk pengambilan keputusan ekonomi,
sosial, dan politis (Hayuningtyas, 2007). Pertangggungjawaban lingkungan hidup
juga merupakan respon terhadap kebutuhan informasi dari kelompok-kelompok
yang berkepentingan (interest groups) seperti serikat pekerja, aktivis lingkungan
hidup, kalangan religius dan kelompok lain (Guthrie dan Parker, 1990).
Environmental disclosure merupakan wujud pertanggungjawaban sosial
perusahaan (Hadi, 2006). Melalui pengungkapan lingkungan hidup pada laporan
tahunan, masyarakat dapat memantau aktivitas-aktivitas yang dilakukan oleh
perusahaan dalam rangka memenuhi tanggung jawab sosialnya. Dengan cara
demikian, perusahaan akan memperoleh perhatian, kepercayaan dan dukungan
dari masyarakat sehingga perusahaan dapat tetap eksis (Parsons, 1996).
Pengungkapan informasi lingkungan hidup perusahaan masih bersifat
voluntary, unaudited dan unregulated (Mathews, 1984). Namun demikian,
beberapa institusi telah menawarkan model yang bisa dijadikan pedoman.
1) Institute of Chartered Accountants in England and Walls (ICAEW)
Merupakan organisasi profesi para akuntan di Inggris dan Wales ini
mengeluarkan rekomendasi pada tema lingkungan yang perlu diungkap dalam
annual report, yaitu:
a. Kebijakan lingkungan oleh perusahaan.
b. Identitas para direktur dilengkapi dengan rincian tanggung jawab
mereka pada lingkungan.
c. Tujuan lingkungan perusahaan.
d. Informasi aksi lingkungan yang telah dilakukan, termasuk rincian
asal dan jumlah pengeluaran dalam aktivitas lingkungan.
e. Dampak utama bisnis terhadap lingkungan, dan bila memungkinkan
disertai dengan pengukuran kinerja lingkungan terkait.
f. Kepatuhan terhadap aturan dan petunjuk industri yang berkaitan
dengan lingkungan termasuk bila memungkinkan eco-audit scheme
dari masyarakat Eropa dan rincian yang berkaitan dengan
pendaftaran dan persetujuan Standar Inggris tentang “SM
Lingkungan 7750”.
g. Risiko lingkungan yang signifikan yang tidak disyaratkan untuk
diungkap dalam kewajiban kontinjensi.
h. Laporan audit eksternal pada aktivitas lingkungan yang dilakukan
oleh perusahaan termasuk yang terkait dengan tempat-tempat
tertentu.
2) Global Reporting Initiative’s (GRI)
GRI merekomendasikan beberapa aspek lingkungan yang harus diungkap
dalam annual report. Ada 30 item yang direkomendasikan oleh GRI dan terdiri
dari 9 aspek. Kesembilan aspek tersebut adalah:
a. Materialb. Energic. Aird. Keanekaragaman hayatie. Emisi dan limbahf. Produk dan jasag. Ketaatan pada peraturanh. Transportasii. Keseluruhan biaya yang dikeluarkan untuk menjaga lingkungan.
Pentingnya pengungkapan informasi lingkungan (environmental
disclosure) berkaitan dengan adanya kontrak (perjanjian) sosial (social contract).
Kontrak antara perusahaan dengan masyarakat, baik yang sifatnya eksplisit
maupun implisit yang timbul karena interaksi perusahaan dengan lingkungan,
membawa konsekuensi perusahaan harus bertanggung jawab tidak hanya terhadap
kesejahteraan pemegang saham, tetapi juga memiliki tanggung jawab sosial, yaitu
tanggung jawab untuk menjaga kelangsungan lingkungan hidup (Belkaoui, 2000).
Banyak kasus yang telah terjadi berkenaan dengan lingkungan hidup yang
belum diungkap dalam annual report perusahaan-perusahaan di Indonesia.
Diantaranya adalah kasus pencemaran Teluk Buyat oleh PT Newmont. PT
Newmont, Nusa Tenggara menggunakan teknologi yang berbahaya di laut, yaitu
pembuangan tailing ke laut (Submarine Tailing Disposal), yang terbukti telah
mengakibatkan pencemaran di Teluk Buyat, Sulawesi Utara. Bahkan hasil survei
KLH yang dilakukan bulan September 2004 di daerah Tongo Sejorong, Benete
dan Lahar, Nusa Tenggara Barat, menunjukkan sekitar 76 – 100% responden
nelayan menyatakan bahwa pendapatan mereka menurun setelah Newmont
membuang tailingnya ke Teluk Senunu, yang besarnya mencapai 120.000 ton
tailing perhari, atau 60 kali besarnya tailing Newmont di Teluk Buyat (WALHI,
2005). Itulah sebabnya mengapa perusahaan perlu melakukan pengungkapan
informasi lingkungan.
5. Corporate Governance
Ada dua teori utama yang terkait dengan corporate governance, yaitu
stewardship theory dan agency theory (Chinn, 2000). Stewardship theory
dibangun atas asumsi filosofis mengenai sifat manusia yakni bahwa manusia pada
hakekatnya dapat dipercaya, mampu bertindak dengan penuh tanggungjawab,
memiliki integritas dan kejujuran terhadap pihak lain. Dengan kata lain,
stewardship theory memandang manajemen dapat dipercaya untuk bertindak
dengan sebaik-baiknya bagi kepentingan publik maupun stakeholder.
Sementara itu, agency theory yang dikembangkan oleh Michael Johnson
(2000), memandang bahwa manajemen perusahaan sebagai ”agents” bagi para
pemegang saham, akan bertindak dengan penuh kesadaran bagi kepentingannya
sendiri, bukan sebagai pihak yang arif dan bijaksana serta adil terhadap pemegang
saham. Dalam perkembangan selanjutnya agency theory menjadi tumpuan dalam
corporate governance, hal ini disebabkan pengelolaan dilakukan dengan penuh
kepatuhan kepada berbagai peraturan dan ketentuan yang berlaku.
Corporate governance secara definitif merupakan sistem yang mengatur
dan mengendalikan perusahaan yang menciptakan nilai tambah (value added)
untuk semua stakeholder (Monks, 2003). Ada dua hal yang ditekankan dalam
konsep ini. Pertama, pentingnya hak pemegang saham untuk memperoleh
informasi dengan benar dan tepat pada waktunya. Kedua, kewajiban perusahaan
untuk melakukan pengungkapan (disclosure) secara akurat, tepat waktu,
transparan terhadap semua informasi kinerja perusahaan, kepemilikan dan
stakeholder (Kaihatu, 2006).
Prinsip-prinsip corporate governance menurut Organisation for Economic
Co-operation and Development (OECD) adalah: (1) perlindungan terhadap hak-
hak pemegang saham, (2) persamaan perlakuan terhadap seluruh pemegang saham,
(3) peranan stakeholders yang terkait dengan perusahaan, (4) keterbukaan dan
transparansi, dan (5) akuntabilitas dewan komisaris.
Salah satu aspek penting dalam corporate governance adalah Dewan
Pengurus Perseroan atau Board of Directors. Indonesia menganut two board
system, yang berarti bahwa komposisi dewan pengurus perseroan terdiri dari
fungsi eksekutif yaitu dewan direksi, dan fungsi pengawasan yaitu dewan
komisaris (Herwidayatmo, 2000). Berdasarkan kerangka hukum yang ada, fungsi
independent directors pada single-board system dapat direpresentasikan dengan
fungsi dewan komisaris pada two-board system. Oleh karena itu, sistem
pengawasan yang ada pada perusahaan-perusahaan di Indonesia terletak pada
dewan komisaris. Keefektifan peran pengawasan oleh dewan komisaris ini
didukung dengan keberadaan komisaris independen dalam komposisi dewan
komisarisnya. Barry (1999) menyatakan bahwa komisaris independen dapat
membantu memberikan kontinuitas dan objektivitas yang diperlukan bagi suatu
perusahaan untuk berkembang dan makmur. Selanjutnya, komisaris independen
membantu merencanakan strategi jangka panjang perusahaan dan secara berkala
melakukan review atas implementasi strategi tersebut.
Keberadaan komisaris independen diatur dalam ketentuan Peraturan
Pencatatan Efek Bursa Efek Indonesia (BEI) Nomor I-A tentang Ketentuan
Umum Pencatatan Pencatatan Efek Bersifat Ekuitas di Bursa yang berlaku sejak
tanggal 1 Juli 2000. Perusahaan yang tercatat di BEI wajib memiliki komisaris
independen yang jumlahnya secara proporsional sebanding dengan jumlah saham
yang dimiliki oleh bukan pemegang saham pengendali dengan ketentuan jumlah
komisaris independen 30% dari jumlah seluruh anggota komisaris. Keberadaan
komisaris independen dalam susunan dewan komisaris akan meningkatkan
keefektifan dewan komisaris (John dan Senbet, 1998). Dalam menjalankan
tugasnya, dewan komisaris biasanya mengadakan pertemuan rutin baik itu internal
maupun eksternal dengan pihak lain. Hal ini tentu saja agar kelangsungan
perusahaan dapat terjaga (corporate governance guidelines, 2007)
Karakteristik personal seorang presiden komisaris mempengaruhi praktek
disclosure (Alhabsi, 1994). Menurut penelitian yang dilakukan oleh Chuah (1995),
pemikiran seorang presiden komisaris dipengaruhi oleh latar belakang ras dan
culture, serta latar belakang pendidikan dan tipe organisasi dimana dia bekerja.
Peran pengawasan yang dilakukan dewan komisaris perusahaan-
perusahaan di Indonesia belum memadai (Herwidayatmo, 2000). Untuk itu
diperlukan suatu komite untuk membantu tugas dan fungsi dewan komisaris.
Komite ini disebut Komite Audit. Pada bulan Mei tahun 2000 telah diterbitkan
surat edaran oleh Bapepam kepada para emiten/perusahaan untuk memiliki
komite audit. Tugas dan fungsi komite audit adalah membantu dewan komisaris
dalam meningkatkan akuntabilitas dan transparansi perusahaan. Berdasarkan
strukturnya, komite audit sekurang-kurangnya terdiri dari tiga anggota dan salah
satu diantaranya adalah komisaris independen sekaligus merangkap sebagai ketua,
sedangkan anggota lainnya merupakan pihak independen. Dalam tugasnya
membantu dewan komisaris untuk meningkatkan akuntabilitas dan transparansi
perusahaan, maka komite audit dituntut harus independen. McMullen (1996),
keberadaan anggota komite audit independen dalam komite audit akan
meningkatkan transparansi komite audit dalam menjalankan tugasnya. Agar tugas
dan tanggung jawabnya berjalan dengan baik, komite audit harus rutin
mengadakan pertemuan atau rapat internal.
B. Kerangka Teoritis
Penelitian ini menggunakan environmental disclosure dengan proksi skor
IER sebagai variabel dependen, dan corporate governance sebagai variabel
independen, serta tipe industri dan ukuran perusahaan sebagai variabel kontrol. Di
bawah ini adalah kerangka mengenai hubungan antar masing-masing variabel.
V. Independen
Variabel Kontrol
Variabel Dependen
Gambar 2.2Hubungan antara corporate governance dan environmental disclosure
C. Penelitian Terdahulu dan Pengembangan Hipotesis
Proporsi Dewan Komisaris Independen
(X1)
Latar belakang cultureatau etnic presiden
komisaris (X2)
Latar belakang pendidikan presiden
komisaris (X3)
Jumlah Rapat dewan komisaris (X4)
Proporsi komite audit independen (X5)
Jumlah Rapat komite audit (X6)
Ukuran perusahaan (X7) Tipe Industri (X8)
Environmental Disclosure :
Skor IER1 (Y)
Banyak penelitian yang telah dilakukan untuk menguji hubungan
antara corporate governance dengan environmental disclosure. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui hubungan antara corporate governance dengan
environmental disclosure. 1
Variabel corporate governance yang digunakan dalam penelitian ini ada 6,
yaitu proporsi dewan komisaris independen, latar belakang culture atau etnic
presiden komisaris, latar belakang pendidikan presiden komisaris, jumlah rapat
dewan komisaris, proporsi anggota komite audit independen, dan jumlah rapat
komite audit. Selain itu, penelitian ini juga menggunakan 2 variabel kontrol,
yaitu : ukuran perusahaan dan tipe industri. Berikut adalah hipotesis yang
dikembangkan dalam penelitian ini :
1. Proporsi dewan komisaris independen dan environmental disclosure
Peran utama dewan komisaris adalah terkait dengan fungsi kontrol (Pound,
1995). Dewan komisaris independen merupakan alat untuk mengawasi perilaku
manajemen untuk meningkatkan pengungkapan informasi sukarela dalam laporan
tahunan perusahaan (Rosenstein dan Wyatt, 1990). Dalam penelitian Chen dan
Jaggi (1998), menyatakan bahwa proporsi dewan komisaris independen
berpengaruh positif terhadap environmental disclosure. Hasil yang sama juga
diperoleh dalam penelitian yang dilakukan oleh Leftwich, Watt dan Zimmerman
(1981), Fama dan Jansen (1983), Forker (1992). Berdasarkan uraian tersebut,
maka dapat dikembangkan hipotesis:
1 IER adalah Indonesian Environmental Reporting Indeks, yaitu indeks yang digunakan untuk membobot environmental disclosure dalam annual report yang merupakan hasil penelitian dari Suhardjanto, Tower, dan Brown (2007).
H1 : Terdapat hubungan positif antara proporsi dewan komisaris
independen dan environmental disclosure.
2. Latar belakang culture atau etnic presiden komisaris dan environmental
disclosure
Latar belakang etnis (culture) presiden komisaris direpresentasikan dengan
loyalitas kelompok etnik yang berada pada kelompok yang terdiri dari kumpulan
orang-orang yang mempunyai pola tingkah laku normatif (Cohen, 1974). Hal ini
penting untuk mengakui bahwa nilai yang mungkin berbeda antara kelompok-
kelompok yang ada dalam suatu negara (Spector dan Solomon, 1990), terutama
ketika beberapa kelompok etnik memilih untuk menjaga identitas kelompoknya
(Sendut, 1991).
Indonesia merupakan negara dengan banyak ras dan salah satu yang
mempunyai kontribusi besar dalam dunia bisnis di Indonesia adalah etnis
Tionghoa (Kusumastuti dkk, 2006). Etnis Tionghoa dinilai memiliki etos kerja
tinggi, memiliki filosofi bisnis yang menjadi ciri khasnya, yaitu hemat dan
disiplin bila dibandingkan dengan orang pribumi sendiri (Sugiyono, 2007).
Dengan adanya budaya dan etos kerja yang tinggi dapat meningkatkan kinerja
dalam hal ini adalah kinerja presiden komisaris (Setyawan, 2005). Berdasarkan
uraian di atas, maka dapat dikembangkan hipotesis sebagai berikut:
H2 : Terdapat hubungan antara latar belakang etnis atau budaya
(etnic/culture) presiden komisaris dan environmental disclosure.
3. Latar belakang pendidikan presiden komisaris dan environmental
disclosure
Latar belakang pendidikan yang dimiliki oleh presiden komisaris
berpengaruh terhadap pengetahuan yang dimiliki (Ahmed and Nicholls, 1994).
Akan lebih baik jika seorang presiden komisaris memiliki latar belakang
pendidikan bisnis dan ekonomi karena seorang presiden komisaris harus memiliki
kemampuan untuk mengelola bisnis dan mengambil keputusan bisnis (Bray,
Howard, dan Golan, 1995).
Santrock (1995) menyatakan bahwa pendidikan universitas membantu
seseorang dalam kemajuan karirnya, di mana seseorang berpendidikan tinggi akan
memiliki jenjang karir lebih tinggi dan lebih cepat. Dari uraian di atas, maka dapat
dikembangan hipotesis sebagai berikut:
H3 : Terdapat hubungan antara latar belakang pendidikan presiden
komisaris dan environmental disclosure.
4. Jumlah rapat dewan komisaris dan environmental disclosure
Sesuai dengan corporate governance guidelines yang ditetapkan 12
September 2007, dewan komisaris harus memiliki skedul atau jadwal rapat tetap
dan dapat dilakukan rapat tambahan sesuai dengan kebutuhan serta dilakukan
pada saat yang tepat. Hal ini untuk mengetahui apakah operasi perusahaan telah
sesuai dengan kebijakan dan strategi perusahaan. Menurut penelitian yang
dilakukan oleh Brick dan Chidambaran (2007), menunjukkan bahwa semakin
banyak rapat yang diselenggarakan dewan komisaris akan meningkatkan
kinerjanya. Dari argumen tersebut di atas, maka dapat dikembangkan hipotesis:
H4 : Terdapat hubungan positif antara jumlah rapat dewan komisaris
dan environmental disclosure.
5. Proporsi komite audit independen dan environmental disclosure
Komite Audit mempunyai fungsi untuk meningkatkan kualitas laporan
keuangan dan sebagai sistem pengendalian (Collier, 1993). Komite audit
indepeden tidak terafiliasi dengan perusahaan atau komite lainnya, sehingga
kinerjanya dapat dipercaya (McMullen, 1996).
Penelitian Forker (1992) menyatakan bahwa keberadaan komite audit
independen meningkatkan kualitas kontrol perusahaan. Hal ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Simon (2001) bahwa komite audit independen
berpengaruh positif terhadap luasnya disclosure. Berdasarkan uraian di atas, maka
dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
H5 : Terdapat hubungan positif antara proporsi komite audit
independen dan environmental disclosure.
6. Jumlah rapat komite audit dan environmental disclosure
Dalam menjalankan tugasnya, komite audit minimal mengadakan rapat 4
kali dalam satu tahun (corporate governance guidelines, 2007). Hal ini dilakukan
untuk dapat meningkatkan kinerjanya agar sesuai dengan tugas dan fungsinya.
Selain tercantum dalam corporate governance guidelines, dalam audit committee
charter tahun 2005 dinyatakan bahwa semakin banyak rapat komite audit yang
dilakukan akan meningkatkan kinerja komite audit. Dari uraian tersebut, maka
dapat dikembangkan hipotesis seperti berikut:
H6 : Terdapat hubungan positif antara jumlah rapat komite audit dan
environmental disclosure.
BAB III
METODE PENELITIAN
Pada Bab III berikut ini akan dijelaskan mengenai metode penelitian yang
digunakan dalam penelitian.
A. Desain Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan macam hubungan tertentu,
pengaruh atau menetapkan perbedaan kelompok atau independensi dari dua atau
lebih faktor dalam subjek yang diteliti (Sularso, 2003). Tujuan dalam penelitian
ini adalah menguji pengaruh antara corporate governance, etnis, dan latar
belakang pendidikan terhadap environmental disclosure dalam annual report
perusahaan-perusahaan yang telah listing di Bursa Efek Indonesia periode 2007.
B. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia (BEI) untuk periode 2007, yaitu sebesar 380 perusahaan.
Penggunaan perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sebagai populasi
karena perusahaan tersebut mempunyai kewajiban untuk menyampaikan laporan
tahunan kepada stakeholders, sehingga memungkinkan data laporan tahunan
tersebut diperoleh dalam penelitian ini.
Teknik pengambilan sampel dilakukan secara random berbasis alokasi
proporsional untuk meyakinkan sampel representatif dari semua sektor industri
(Haniffa dan Cooke, 2005), yaitu service, finance, dan manufacture termasuk
mining. Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah sebesar 90 perusahaan.
Rosche (1975) dalam Sekaran (2003:295) menyatakan bahwa dalam analisis
regresi berganda ukuran sampel hendaknya minimal sepuluh kali variabel dalam
penelitian.
C. Data dan Metode Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data sekunder yang
diambil dari laporan tahunan perusahaan tahun 2007. Laporan tahunan dipilih
karena memiliki kredibilitas yang tinggi, selain itu laporan tahunan digunakan
oleh sejumlah stakeholder sebagai sumber utama informasi yang pasti (Deegan
dan Rankin, 1997), memiliki potensial yang besar untuk mempengaruhi
penyebaran distribusi secara luas (Adams and Harte, 1998), menawarkan
deskripsi menajemen pada suatu periode tertentu (Neimark, 1992) dan dapat
diakses untuk tujuan penelitian (Woodward, 1998).
Data sekunder yang dikumpulkan diperoleh dari Indonesia Capital Market
Directory (ICMD), IDX dan dari situs masing-masing perusahaan sampel.
D. Variabel Penelitian dan Pengukurannya
Berikut ini akan dijelaskan mengenai definisi variable-variabel penelitian
dan pengukurannya.
a. Variabel Independen
Variabel independen terdiri dari proporsi dewan komisaris independen,
latar belakang culture atau etnis presiden komisaris, latar belakang pendidikan
presiden komisaris, jumlah rapat dewan komisaris, proporsi komite audit
independen, dan jumlah rapat komite audit.
1. Proporsi dewan komisaris independen
Komisaris independen adalah anggota dewan komisaris yang tidak
terafiliasi dengan manajemen, anggota dewan komisaris lainnya dan pemegang
saham pengendali, serta bebas dari hubungan bisnis atau hubungan lainnya yang
dapat mempengaruhi kemampuanya untuk bertindak independen atau bertindak
semata-mata demi kepentingan perusahaan (Herwidayatmo, 2000). Indikator yang
digunakan adalah indikator yang digunakan dalam penelitian Eng dan Mak (2005),
yaitu persentase anggota dewan komisaris yang berasal dari luar perusahaan dari
seluruh ukuran anggota dewan komisaris perusahaan.
2. Latar belakang culture atau etnic presiden komisaris
Latar belakang culture presiden komisaris diukur dengan menggunakan
dummy variable. Indikator yang digunakan adalah dengan mengadopsi dari
penelitian yang telah dilakukan oleh Kusumastuti, Supatmi, dan Sastra (2006),
yaitu untuk presiden komisaris yang berasal dari pribumi dikode 1, etnis Tionghoa
dikode 2, dan berasal dari negara lainnya dikode 3.
3. Latar belakang pendidikan presiden komisaris
Indikator yang digunakan untuk latar belakang pendidikan presiden
komisaris adalah apabila presiden komisaris mempunyai latar belakang
pendidikan keuangan atau bisnis dikode 1, sedangkan yang lain dikode 0.
Indikator tersebut sesuai dengan penelitian Haniffa dan Cooke (2005).
4. Jumlah rapat dewan komisaris
Jumlah rapat dewan komisaris merupakan rapat yang dilakukan antara
dewan komisaris dalam suatu perusahaan. Indikator yang digunakan adalah
jumlah rapat yang dilakukan oleh dewan komisaris dalam waktu satu tahun. Hal
ini sesuai dengan corporate governance guidelines (2007) dan penelitian Brick
dan Chidambaran (2007).
5. Proporsi komite audit independen
Komite audit independen merupakan anggota komite audit yang tidak
terafiliasi dengan manajemen, anggota dewan komisaris lainnya dan pemegang
saham pengendali, serta bebas dari hubungan bisnis atau hubungan lainnya yang
dapat mempengaruhi kemampuannya untuk bertindak independen atau bertindak
semata-mata demi kepentingan perusahaan. Indikator yang digunakan adalah
persentase anggota komite audit yang berasal dari luar perusahaan dari seluruh
ukuran komite audit perusahaan, yaitu sesuai dengan penelitian Forker (1992),
dan Simon (2001).
6. Jumlah rapat komite audit
Jumlah rapat komite audit merupakan rapat yang dilakukan oleh komite
audit dalam perusahaan. Indikator yang digunakan adalah jumlah rapat komite
audit yang diselenggarakan dalam jangka satu tahun, dan sesuai dengan audit
committee charter (2005) dan corporate governance guidelines (2007).
b. Variabel Dependen
Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah
environmental disclosure. Environmental disclosure dalam penelitian ini
diproksikan dengan menggunakan skor pengungkapan environmental disclosure
pada annual report perusahaan sampel. Skor diberikan pada tiap-tiap item
pengungkapan aktivitas lingkungan hidup yang terdapat dalam annual report.
Bobot skor yang digunakan adalah menggunakan Indonesian Environmental
Reporting Index (IER) yang merupakan hasil penelitian dari Suhardjanto, Tower
dan Brown (2007). Penggunaan skor ini dipilih karena bobot yang diberikan
sesuai dengan pengungkapan informasi lingkungan hidup pada perusahaan-
perusahaan di Indonesia sehingga hasilnya akan lebih tepat dan akurat.
Berikut adalah tabel IER:
TABEL 3.1 Indonesian Environmental Reporting Indeks (IER)
No IER ItemsIER
Index(weighted)
1 Impact of Using Water 3.252 Incidents and Fines 3.053 Programs for Protection 2.274 Waste by Type 1.995 Impacts of Activities 1.916 Materials by Type 1.847 Environmental Expense 1.638 Discharges Water 1.589 Other Air Emissions 1.54
10 Withdrawals of Ground Water 1.4411 Land Information 1.4312 Volume of Water Use 1.4113 Energy Consumption 1.2914 Performance of Supplier 1.2515 Impact of Discharges Water 1.0516 Impacts of Transportation 1.0517 Impacts of Products 0.9518 Land for Extraction 0.8419 Spills of Chemicals 0.7620 Indirect Energy 0.6721 Renewable Initiatives 0.5922 Habitat Changes 0.4223 Other Indirect Energy 0.4124 Recycling Water 0.3725 Hazardous Waste 0.3626 Impermeable Surface 0.3027 Affected Red List Species 0.3028 Impact of Activities on Protected Areas 0.2829 Wastes of Material 0.2030 Direct Energy 0.1931 Greenhouse Gas Emissions (GGEs) 0.1432 Recycling Materials 0.1033 Emissions of Ozone Depleting Substances 0.0834 Other Indirect GGEs 0.0235 Operations in Protected Areas 0.02
Mean 1.00
c. Variabel kontrol
Variabel kontrol yang digunakan dalam penelitian ini adalah ukuran
perusahaan dan tipe industri.
1. Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan menggunakan proksi yang sama dengan penelitian
Suhardjanto (2008); Freedman dan Jaggi (2005), yaitu log total aset perusahaan.
Total aset digunakan karena total aset berisi keseluruhan aktiva yang dimiliki
perusahaan baik yang lancar maupun tidak lancar, sehingga lebih menunjukkan
ukuran perusahaan yang sebenarnya.
2. Tipe Industri
Perusahaan memberikan informasi sesuai dengan tipe industri yang
menjadi usaha mereka (Dye dan Sridhar 1995). Klasifikasi industri yang
digunakan didalam penelitian ini sesuai dengan penelitian Suhardjanto (2008),
yaitu:
1. Service dikode 1.
2. Finance dikode 2.
3. Manufacture (termasuk Mining) dikode 3.
E. Metode Analisis Data
Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan statistik deskriptif,
dan pengujian hipotesis. Pengujian dilakukan dengan menggunakan bantuan
program SPSS release 16.
1. Statistik Deskriptif
Pengujian ini terdiri dari penghitungan mean, median, standar deviasi,
maksimum, dan minimum dari masing-masing data sampel. Pengujian ini
dimaksudkan untuk memberikan gambaran mengenai distribusi dan perilaku data
sampel tersebut.
2. Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan logistic regression,
analisis regresi berganda, uji beda t dan ANOVA.
a. Logistic Regression
Logistic regression merupakan analisis untuk menguji apakah probabilitas
terjadinya variabel dependen dapat diprediksi dengan variabel independennya
(Ghozali, 2003).
b. Analisis Regresi Berganda
Untuk pengujian hipotesis, penelitian ini menggunakan analisis regresi
berganda. Sebagai prasyarat pengujian regresi berganda dilakukan uji asumsi
klasik untuk memastikan bahwa data penelitian valid, tidak bias, konsisten, dan
penaksiran koefisien regresinya efisien (Gujarati, 2003). Pengujian asumsi klasik
meliputi:
1) Uji Normalitas
Uji ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah data yang digunakan
dalam penelitian ini bersifat normal atau tidak. Hasil pengujian
normalitas data dilakukan dengan uji Kolmogorov-Sminorv. Kriteria
pengujian apabila value > 0.05 maka data berdistribusi secara
normal, sedangkan apabila value < 0.05 data tidak berdistribusi
normal. Hal ini didukung juga dengan tampilan grafik histogram dan
normal probability plot.
2) Uji Multikolineritas
Multikolineritas merupakan suatu keadaan dimana terdapat
hubungan yang sempurna antara beberapa semua variabel
independen dalam model regresi. Pendeteksiannya dilakukan dengan
menggunakan toleransi value VIF (variance inflation factor). Jika
nilai tolerance value 0,1 dan VIF < 10 maka tidak terjadi
multikolineritas.
3) Uji Autokorelasi
Uji ini untuk mengetahui apakah terdapat korelasi yang sempurna
antara anggota-anggota observasi. Untuk mengetahui apakah data
yang digunakan dalam model regresi terdapat autokorelasi atau tidak,
dapat diketahui melalui uji Durbin-Watson. Apabila nilai DW lebih
besar dari batas atas (du) dan kurang dari 4-du, maka dapat
disimpulkan bahwa tidak terdapat autokorelasi.
4) Uji Heteroskedastisitas
Heterokedastisitas berarti terdapat varian yang tidak sama dalam
kesalahan pengganggu. Untuk menentukan heteroskedastisitas
dengan grafik scatterplot, titik yang terbentuk harus menyebar secara
acak, baik diatas maupun dibawah angka 0 pada sumbu Y. Bila
kondisi ini terpenuhi maka tidak terjadi heteroskedastisitas.
Persamaan regresi berganda untuk pengujian hipotesis dalam penelitian
ini adalah:
Y = b0 + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + b6X6
+ b7X7 + b8X8 + e
Tabel 3.2 Keterangan Persamaan Regresi Berganda
Simbol Keterangan
Y : Skor IER (environmental disclosure)X1 : Proporsi dewan komisaris independenX2 : Latar belakang culture atau etnic presiden komisaris, 1 = Pribumi,
2 = Tionghoa, 3 = LainnyaX3 : Latar belakang pendidikan presiden komisaris, 1 = bisnis /
keuangan, 0 = lainnyaX4 : Jumlah Rapat dewan komisarisX5 : Proporsi komite audit independenX6 : Jumlah Rapat komite auditX7 : Ukuran perusahaanX8 : Tipe Industri, 1= Service, 2= Finance, 3= Manufactureb0 : Konstanb1 – b8 : Koefisien regresie : Error
c. Uji Beda T dan ANOVA
Uji beda t digunakan untuk menentukan apakah dua sampel yang tidak
berhubungan memiliki nilai rata-rata yang berbeda, sedangkan anova digunakan
untuk menguji hubungan antara satu variabel dependen (skala metrik) dengan satu
atau lebih variabel independen (skala nonmetrik atau kategorikal dengan kategori
lebih dari dua) (Ghozali, 2003).
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Bab IV dalam penelitian ini akan membahas analisis data dan pembahasan
hasil analisis.
A. Analisis Deskriptif Data
Analisis deskriptif data terdiri dari seleksi sampel dan statistik deskriptif.
1. Seleksi Sampel
Penelitian ini menggunakan data sekunder berupa annual report tahun
2007. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang tercatat di
Bursa Efek Indonesia tahun 2007. Pada tabel di bawah ini akan ditunjukkan
mengenai jumlah populasi menurut klasifikasi industrinya:
Tabel 4.1Populasi dan Klasifikasi Industri
PerusahaanNo Klasifikasi Industri Jumlah Persentase (%)
1 Industri Jasa 66 17.362 Industri Keuangan 67 17.633 Industri Manufaktur dan lainnya 247 65.00
Total 380 100.00
Berdasarkan teknik pengambilan sampel dalam BAB III, maka jumlah
sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebanyak 90 perusahaan,
nama-nama perusahaan sampel dapat dilihat pada (lampiran 1). Jumlah sampel
dan klasifikasi industri, dapat dilihat dalam tabel 4.2 berikut:
Tabel 4.2Sampel dan Klasifikasi Industri
PerusahaanNo Klasifikasi Industri Jumlah Total Persentase (%)
1 Service Industries 15 16.672 Finance Industries 17 18.893 Manufacture dan lainnya 58 64.44
Total 90 100.00
Terdapat perbedaan jumlah persentase antara populasi dan sampel pada
sektor industri jasa dan keuangan diakibatkan keterbatasan data pada sektor jasa,
sehingga diganti dengan perusahaan dari sektor industri keuangan.
2. Statistik Deskriptif
Environmental disclosure sebagai variabel dependen dalam penelitian ini
diperoleh dari annual report masing-masing perusahaan sampel. Berdasarkan 90
perusahaan sampel tersebut, ternyata hanya ada 44 perusahaan yang mengungkap
environmental disclosure dalam laporan tahunannya atau sebesar 48.89% dari
seluruh sampel yang digunakan. Tabel 4.3 akan menyajikan jumlah perusahaan
sampel yang mengungkap environmental disclosure.
Tabel 4.3Perusahaan dengan Environmental Disclosure
PerusahaanNo Klasifikasi Industri Jumlah Total Persentase (%)
1 Service Industries 7 7.782 Finance Industries 4 4.443 Manufacture dan lainnya 33 36.67
Total 44 48.89
Kemudian dari 44 perusahaan tersebut, environmental disclosure akan
dibobot dengan menggunakan indeks IER sesuai dengan pengungkapan informasi
lingkungan yang ada di dalam annual report. Daftar perusahaan dan bobot
pengungkapan informasi lingkungan dapat dilihat pada (lampiran 2). Dari ke-44
perusahaan dengan environmental disclosure, sektor keuangan merupakan sektor
dengan pengungkapan informasi lingkungan hidup lebih kecil dibanding dengan 2
sektor lainnya. Namun demikian, Bank Permata dalam annual reportnya telah
mengungkapkan kegiatan lingkungannya dengan baik,
Untuk mengundang partisipasi karyawan, setiap departemen saling bersaing memperebutkan Green and Clean Award yang didasarkan pada prinsip 5R (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, Rajin) dan penghargaan diberikan kepada yang terbaik dan terburuk di setiap lokasi utama Permata Bank. Selama tahun 2007, Permata Bank juga melaksanakan berbagai acara termasuk bekerjasama dengan WWF dalam seminar interaktif `Permata Bank peduli Global Warming`, `Tips Gaya Hidup Hijau Ala Permata Bankers`, Eco-Bussiness Tourism yaitu kegiatan benchmarking ke perusahaan yang ramah lingkungan, in-house training OHSAS 18001:2007 dan SO 14001:2004 (Integrated EHS Management System) untuk mensosialisasikan penerapan OHSAS 18001:2007 di Permata Bank tahun 2008 dan Awareness Vendor dengan tema Green Building (AR Bank Permata, 2007).
Berdasarkan hasil uji statistik deskriptif pada tabel 4.4 dapat diketahui
bahwa perusahaan-perusahaan di Indonesia mengungkapkan informasi lingkungan
rata-rata sebesar 5,40. Nilai rata-rata pengungkapan sebesar 5,40 berarti
environmental disclosure pada annual report perusahaan-perusahaan di Indonesia
masih sangat rendah karena skor total untuk environmental disclosure pada
penelitian ini adalah 35. Dari 44 perusahaan dengan nilai rata-rata pengungkapan
5,40 ada 25 perusahaan yang mempunyai bobot pengungkapan di bawah rata-rata,
sedangkan 19 perusahaan lainnya mempunyai bobot pengungkapan di atas rata-
rata.
Nilai minimum environmental disclosure pada penelitian ini adalah 0,59
yaitu oleh PT Tira Austenite dan PT Adira Dinamika Muti Finance, yaitu
berkenaan dengan aspek keanekaragaman hayati. PT Tira Austenite yang
merupakan perusahaan dari sektor industri jasa menyatakan dalam annual
reportnya mengenai pengungkapan program penghijauan seperti berikut ini,
Planting of trees in the areas arround in the company offices, to reflect the company`s concern for global warming and to conserve the environmental arround the company (AR PT Tira Austenite, 2007).
Item penghijauan ini juga merupakan item terbanyak kedua yang diungkap
setelah item programs for protections dalam annual report perusahaan-perusahan
di Indonesia. Terbukti dengan adanya 32 perusahaan yang mengungkapkan pada
laporan tahunan. Hal ini disebabkan program penghijauan merupakan program
lingkungan yang mudah dilakukan dan menggunakan biaya yang lebih rendah
dibandingkan dengan item pengungkapan lainnya.
Nilai maksimum atau bobot tertinggi environmental disclosure sebesar
11,20 dilakukan oleh PT Inco dengan mengungkap 11 item dari 35 item
pengungkapan dalam IER. Hal ini dikarenakan PT Inco merupakan perusahaan
pertambangan yang aktivitas operasi utamanya bersinggungan langsung dengan
alam, sehingga tanggung jawabnya terhadap lingkungan lebih tinggi.
Item terbanyak yang diungkap dalam annual report perusahaan-
perusahaan di Indonesia adalah mengenai programs for protections. Program for
Protections merupakan seluruh program yang dilakukan oleh perusahaan-
perusahaan dalam menjaga lingkungan akibat aktivitas perusahaan baik secara
langsung maupun tidak langsung. Ada 38 perusahaan yang mengungkap item
tersebut, diantaranya adalah PT Semen Gresik Tbk. PT Semen Gresik Tbk dalam
annual reportnya menyatakan,
In performing its environmental management activities, the following strategy has been implemented by the Company, to include:• Environment Monitoring Program• Environment Management Program• Resources Conservation Program• Implementing management system related to environment• Clean Development Mechanism (CDM) Implementation (AR PT Semen Gresik Tbk, 2007)
Belum lama ini telah diselenggarakan Konferensi Global Warming and
Climate Change di Nusa Dua Bali yang berlangsung mulai tanggal 1 November
sampai dengan 15 November 2007 dan diikuti oleh sebagian besar negara-negara
di dunia untuk mengurangi efek pemanasan global yang terjadi. Ada beberapa
poin penting dalam konferensi ini berkenaan dengan lingkungan hidup,
diantaranya adalah kesediaan negara-negara peserta konferensi untuk mengurangi
emisi gas yang ada. Indonesia sebagai salah satu negara peserta konferensi yang
sangat concern dalam hal global warming tentu saja bersedia untuk mengurangi
jumlah emisi gas yang dihasilkan dari aktivitas sehari-hari. Hal ini dapat
dibuktikan salah satunya dalam annual report PT Inco,
Suatu contoh yang signifikan adalah keberhasilan kami dalam proyek bernilai $62 juta yang telah selesai pada tahun 2007 di mana kami telah berhasil menekan tingkat emisi debu yang keluar dari seluruh tanur listrik sesuai dengan mandat dari pemerintah (AR PT Inco, 2007).
Aspek dalam GRI 2002 yang sama sekali tidak diungkap dalam annual
report perusahaan-perusahaan di Indonesia adalah mengenai kegiatan transportasi.
Hal ini dimungkinkan karena aspek transportasi belum menjadi topik atau isu
menarik bagi perusahaan-perusahaan di Indonesia.
Pada tabel di bawah ini akan dijelaskan statistik deskriptif dari variabel
independen penelitian. Informasi mengenai statistik deskriptif tersebut meliputi:
nilai minimum, maksimum, rata-rata (mean), dan standar deviasi dihitung
menggunakan alat bantu perangkat statistik SPSS release 16. Hasil dari
perhitungan tersebut ditampilkan pada tabel 4.4 berikut:
Tabel 4.4Statistik Deskriptif Variabel-Variabel Penelitian
Variabel Min Max Mean Std.deviasi
ED .59 11.20 5.40 2.62 Prop_DKI 25.00 100.00 42.93 15.06 Rapat_DK 2 77 9.23 12.06 Prop_KAI 25.00 100.00 55.61 22.92 Rapat_KA 1 104 10.26 13.27 Total_Asset 314 312,533,200 17,257,907 46,089,452
Ada sekitar 43% susunan dewan komisaris pada perusahaan-perusahaan di
Indonesia terdiri dari anggota komisaris independen. Proporsi ini sudah baik
karena berdasarkan peraturan yang dikeluarkan oleh Bapepam pada tanggal 1 Juli
tahun 2000, bahwa proporsi dewan komisaris independen adalah 30% dari total
anggota dewan komisaris. Komisaris independen mempunyai peranan penting
dalam pengungkapan informasi lingkungan pada laporan tahunan. Ada 7
perusahaan (7,77%) yang mempunyai proporsi dewan komisaris independen 25%
dan hanya ada 2 perusahaan yang seluruh anggota dewan komisarisnya terdiri dari
komisaris independen yaitu PT Aneka Tambang, dan Millenium Pharmacom
International.
Agar proses pengawasan yang dilakukan oleh dewan komisaris berjalan
efektif, corporate governance guidelines (2007) menyatakan bahwa minimal
dewan komisaris harus mengadakan rapat intern sebanyak 4 kali dalam 1 tahun.
Dari data statistik deskriptif di atas terdapat 15 perusahaan (16,67%) yang
menyelenggarakan rapat dibawah ketentuan yang ada. Hal ini menunjukkan
bahwa masih kurangnya kesadaran perusahaan-perusahaan di Indonesia akan
ketentuan yang telah ditetapkan.
Pada umumnya perusahaan-perusahaan di Indonesia sudah memenuhi
peraturan Bapepam terkait dengan proporsi komite audit independen minimal
sebesar 33%. Hal ini terbukti dengan jumlah rata-rata proporsi komite audit
independen perusahaan-perusahaan di Indonesia, yaitu sebesar 56%. Sedangkan
hanya terdapat 3 perusahaan saja yang proporsi komite audit independennya tidak
sesuai dengan regulasi. Masih terkait dengan peraturan Bapepam, tersebut di
dalamnya bahwa komite audit independen harus menyelenggarakan rapat intern
minimal 4 kali dalam 1 tahun (corporate governance guidelines, 2007). Dari data
statistik pada tabel 4.4 di atas masih terdapat perusahaan di Indonesia yang tidak
mematuhi ketentuan rapat intern komite audit yaitu 9 perusahaan atau sekitar 10%.
Berdasarkan tabel di atas juga dapat diketahui bahwa nilai rata-rata ukuran
perusahaan sebesar Rp 17.257.907.027.079,53. Dari seluruh sampel dalam
penelitian ini, terdapat 47 perusahaan (52,22%) yang mempunyai ukuran
perusahaan di atas nilai rata-rata dan 47,78% sisanya mempunyai nilai di bawah
rata-rata. Ini berarti mengindikasikan bahwa iklim perekonomian Indonesia mulai
stabil.
B. Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini akan dilakukan dengan 3
pengujian, yaitu pengujian dengan menggunakan logistic regression, analisis
regresi berganda, dan dengan menggunkan uji beda t serta ANOVA. Sebelum
dilakukan pengujian hipotesis, terlebih dahulu dilakukan uji asumsi klasik yang
meliputi uji normalitas, uji multikolineritas, uji autokorelasi, dan uji
heteroskedastisitas. Penelitian ini telah memenuhi uji asumsi klasik, hasil
pengujian data untuk penelitian ini disajikkan pada lampiran 4.
1. Logistic Regression
Tujuan pengujian logistic regression adalah mengetahui variabel
independen mana yang dapat memprediksi ada dan tidaknya environmental
disclosure pada annual report perusahaan-perusahaan di Indonesia. Variabel
dependen yang digunakan dalam pengujian ini adalah variabel dummy untuk
environmental disclosure. Di bawah ini adalah tabel mengenai hasil logistic
regression dengan menggunakan metode backward stepwise.
Tabel 4.5Hasil Logistic Regression
No Variabel Signifikansi
1 Nagelkerke R Square .1152 Hosmer and Lemeshow test .7994 Prop_DKI .7325 LBC_PK .6186 LBP_PK .2927 Rapat_DK .4648 Prop_KAI .5559 Rapat_KA .47510 TI .79711 Asset .035**
** Secara statistik signifikan pada tingkat 0.05
Tabel 4.5 menunjukkan bahwa predictive value model ini adalah sebesar
11,50% (perhitungan Nagelkerke R Square = 0,115) dan bentuk model ini kuat
karena hasil uji Hosmer dan Lemeshow menunjukkan nilai 4,605 dan dengan
0,799. Hasil uji Hosmer dan Lemeshow dikatakan kuat apabila nilai signifikansi >
0.05 (Ghozali, 2003). Uji ini menunjukkan bahwa variabel ukuran perusahaan
yaitu total aset yang dapat menentukan environmental disclosure.
2. Analisis Regresi Berganda
Pengujian ini bertujuan untuk menguji pengaruh variabel independen
terhadap variabel dependen atas perusahaan-perusahaan di Indonesia yang
mengungkap environmental disclosure dalam laporan tahunannya. Hasil
pengujian hipotesis penelitian ini diringkas pada tabel 4.6 berikut ini:
Tabel 4.6Hasil Analisis Regresi Berganda
Variabel Coefficient Std.Error t Sig
Constant -9.851 4.146 -2.376 .022**Prop_DKI .045 .025 1.818 .077*LBC_PK 1.186 .546 2.171 .036**LBP_PK .026 .790 .005 .974Rapat_DK -.003 .034 -.090 .924Prop_KA -.022 .015 -1.447 .156Rapat_KA -.011 .020 -.540 .572TI .519 .502 1.035 .307Asset (Log) .787 .464 1.695 .010**R Square .349Adjusted R Square .300F 7.134Sig .001
** Secara statistik signifikan pada tingkat 0.05* Secara statistik signifikan pada tingkat 0.10
Pengujian regresi berganda ini dilakukan dengan metode backward. Dari
tabel 4.6 di atas menunjukkan bahwa nilai R2 dan Adjusted (R2) adalah 0,349 dan
0,300. Sesuai dengan Ghozali (2003) bahwa bila dalam model terdapat variabel
independen lebih dari dua maka angka adjusted R square lebih baik dalam menilai
kemampuan variabel independen dalam menjelaskan variabel dependen.
Berdasarkan nilai Adjusted (R2) tersebut, dapat disimpulkan bahwa sebanyak 30%
variabel dependen dapat dijelaskan oleh variabel independen dan variable kontrol
dan sisanya sebanyak 70% dijelaskan oleh faktor lain. Nilai F hitung sebesar
7,134 dengan probabilitas 0,001 (<0,05), berarti bahwa variabel-variabel
independen dan kontrol secara bersama-sama berpengaruh terhadap
environmental disclosure.
Berdasarkan tabel di atas juga menunjukkan bahwa variabel-variabel
independen yang berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen adalah latar
belakang etnis presiden komisaris dengan ρ value yang diperoleh sebesar 0,036
artinya bahwa latar belakang etnis presiden komisaris berpengaruh terhadap
environmental disclosure pada tingkat 5% dan proporsi dewan komisaris
independen (ρ value = 0,077) signifikan pada level 10%. Sedangkan untuk
variabel kontrol yang berpengaruh pada variabel dependen adalah ukuran
perusahaan pada tingkat 5%, karena ρ value yang diperoleh adalah 0,010.
Variabel-variabel lain yang tidak signifikan secara statistik adalah latar
belakang pendidikan presiden komisaris (ρ value = 0,974), jumlah rapat dewan
komisaris (ρ value = 0,924), proporsi komite audit independen (ρ value = 0,156),
jumlah rapat komite audit (ρ value = 0,572) dan tipe industri (ρ value = 0,307)
sebagai variabel kontrol. Variabel-variabel tersebut tidak berpengaruh signifikan
dikarenakan ρ value yang diperoleh dari hasil pengujian > 0,05.
3. Uji Beda t dan ANOVA
Uji beda t digunakan untuk menentukan apakah dua sampel yang tidak
berhubungan memiliki nilai rata-rata yang berbeda. Dalam penelitian ini, uji beda
t dilakukan terhadap variabel ukuran perusahaan yaitu total aset. Hal ini
disebabkan ukuran perusahaan memiliki pengaruh signifikan terhadap
environmental disclosure. Total aset dibedakan atau dikategorikan menjadi 2
kelompok, yaitu kelompok dengan nilai diatas mean dan kelompok dengan nilai
dibawah mean. Berikut ini adalah tabel hasil uji beda t:
Tabel 4.7aHasil Uji Beda tGroup Statistic
Log total asset Mean Std.deviationDi atas mean 5.92 2.46Di bawah mean 4.57 2.74
Dari tabel 4.7a di atas dapat diketahui bahwa rata-rata environmental
disclosure untuk total aset di atas rata-rata sebesar 5,92, sedangkan untuk total
aset di bawah rata-rata sebesar 4,57.
Tabel 4.7bHasil Uji Beda t
Independent Sample Test
Levene`s Test Equality T-test for Equality of Means Of Variance
ED F Sig t Sig. (2-tail)Equal variance assumed .214 .646 1.699 .097Equal variance not assumed 1.657 .108
Pada tabel 4.7b terlihat bahwa F hitung levene test sebesar 0,214 dengan
probabilitas 0,646, karena probabilitas > 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa
kedua kelompok populasi tersebut mempunyai variance yang sama. Dengan
demikian analisis uji beda t menggunakan asumsi equal variance assumed. Dari
hasil uji tersebut terlihat bahwa nilai t pada equal variance assumed adalah 1,699
dengan probabilitas signifikansi 0,097. Jadi dapat disimpulkan bahwa
pengungkapan environmental disclosure berbeda signifikan antara kelompok
perusahaan besar dan perusahaan kecil.
ANOVA digunakan untuk menguji hubungan antara satu variabel dependen
(skala metrik) dengan satu atau lebih variabel independen (skala nonmetrik atau
kategorikal dengan kategori lebih dari dua). Dalam penelitian ini, anova diujikan
terhadap variabel latar belakang etnis presiden komisaris. Hal ini disebabkam
variabel tersebut berpengaruh signifikan terhadap environmental disclosure dan
mempunyai 3 kategori.
Tabel 4.8aHasil Anova
Levene`s Test of Equality of Error Variances
F df1 df2 Sig.412 2 41 .665
Hasil uji levene test menunjukkan bahwa nilai F test sebesar 0,412 dan
tidak signifikan pada 0,05 ( value > 0,05) yang berarti variance sama dan
asumsi anova diterima.
Tabel 4.8bHasil Anova
Test of Between-Subjects Effects
Source F Sig
Corrected Model 3.289 .047Intercept 129.659 .000LBC_PK 3.289 .047
R-Square = .138Adjusted R-square = .096
Berdasarkan pengujian anova, nilai F hitung diperoleh 129,659 untuk
intercept dan signifikan pada 0,05, begitu juga dengan variabel latar belakang
etnis presiden komisaris dengan nilai F sebesar 3,289 dan signifikan pada 0,05.
Maka dapat disimpulkan bahwa latar belakang etnis presiden komisaris
mempengaruhi environmental disclosure. Besarnya nilai adjusted R-square 0,096
mempunyai arti bahwa variabel environmental disclosure dapat dijelaskan oleh
variabel kategori latar belakang etnis sebesar 9,6%.
Tabel 4.8c
Hasil AnovaPost Hoc test
Turkey HSD 1 2 -.2867 .946 3 -3.8630 .037
2 1 .2867 .9463 -3.5763 .087
3 1 3.860 .0372 3.5763 .087
Bonferroni 1 2 -.2867 1.000 3 -3.8630 .042
2 1 .2867 1.0003 -3.5763 .105
3 1 3.860 .0422 3.5763 .105
Hasil Tukey HSD maupun Bonferroni menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan environmental disclosure antara presiden komisaris etnis pribumi
dengan presiden komisaris etnis negara lain dengan rata-rata perbedaan
environmental disclosure 3.8630 dan signifikan dengan value = 0,037.
Perbedaan environmental disclosure antara presiden komisaris etnis pribumi dan
presiden komisaris etnis tionghoa sebesar 0,906 dan secara statistik tidak
signifikan ( value = .946 jauh di atas 0,05). Sedangkan perbedaan
environmental disclosure antara presiden komisaris etnis tionghoa dan presiden
komisaris etnis negara lain sebesar 3.5763 dan secara statistik signifikan pada
10%.
C. Pembahasan Hasil Analisis
Berdasarkan pengujian hipotesis yang telah dilakukan, hasilnya
menunjukkan bahwa hipotesis proporsi dewan komisaris independen, latar
belakang culture presiden komisaris, dan ukuran perusahaan berpengaruh secara
signifikan. Hasil pengujian juga menunjukkan bahwa variabel independen dan
kontrol hanya mempengaruhi variabel dependen yaitu environmental disclosure
sebesar 30%, sedangkan sisanya dipengaruhi oleh faktor lain.
Proporsi dewan komisaris independen berpengaruh secara statistik pada
level 10% terhadap pengungkapan informasi lingkungan perusahaan dalam
annual report. Koefisien positif menunjukkan bahwa semakin besar proporsi
dewan komisaris independen pada susunan dewan komisaris akan meningkatkan
jumlah pengungkapan informasi lingkungan dalam laporan tahunan. Hal ini
mengindikasikan bahwa peran dan tanggung jawab dewan komisaris independen
pada perusahaan-perusahaan di Indonesia telah berfungsi sebagai mana mestinya.
Hasil ini konsisten dengan penelitian sebelumnya, (Leftwich et all 1981; Fama
dan Jansen 1983; Rosenstein dan Watt 1990; Forker 1992; dan Chen dan Jaggi
1998).
Proporsi dewan komisaris independen yang tinggi pada komposisi dewan
komisaris hasilnya akan lebih efektif dalam pengawasannya terhadap dewan
komisaris (Weir dan Laing, 2003). Pincus, Rusbarsky, dan Wong (1989)
menyatakan bahwa keberadaan dewan komisaris independen akan meningkatkan
kualitas pengawasan karena mereka tidak terafiliasi dengan perusahaan. Dewan
komisaris independen mempunyai pengaruh besar terhadap keputusan manajemen
termasuk dalam pengungkapan informasi lingkungan pada annual report (Uzun,
Szweczky, dan Varma, 2004).
Variabel corporate governance lain yang berpengaruh terhadap
environmental disclosure adalah latar belakang etnis presiden komisaris
(signifikan pada tingkat 5%). Hal ini konsisten dengan penelitian Haniffa dan
Cooke (2005). Perilaku perusahaan dipengaruhi latar belakang etnis presiden
komisaris termasuk dalam praktek-praktek pengungkapan. Hasil ini didukung
dengan uji anova (tabel 4.8 a, b, c), yang menunjukkan bahwa environmental
disclosure yang dilakukan oleh perusahaan dengan presiden komisaris berlatar
belakang etnis pribumi akan berbeda dengan pengungkapan informasi lingkungan
hidup yang dilakukan oleh perusahaan yang presiden komisarisnya berlatar
belakang culture dari etnis negara lain. Hal ini bisa disebabkan karena sifat
karakteristik dari masing-masing etnis berbeda, misalnya sifat karakeristik yang
dimiliki etnis dari negara lain yaitu etos kerja (semangat kerja) tinggi, rasional,
disiplin tinggi, kerja keras, berorientasi pada kesuksesan material, hemat dan
bersahaja, tidak mengumbar kesenangan, menabung dan investasi (Sugiyono,
2007) .
Latar belakang pendidikan presiden komisaris ternyata tidak
mempengaruhi luas pengungkapan informasi lingkungan pada perusahaan-
perusahaan di Indonesia. Hasil ini sesuai dengan penelitian Haniffa dan Cooke
(2005); Kusumastuti dkk (2007). Tidak adanya pengaruh ini disebabkan dalam
penelitian ini hanya mendefinisikan latar belakang pendidikan secara spesifik
pada bisnis dan keuangan, padahal ada kemungkinan latar belakang pendidikan
presiden komisaris sesuai dengan jenis usaha perusahaan yang dapat menunjang
kelangsungan bisnis perusahaan lebih diperlukan. Selain itu adanya kebutuhan
akan soft skill dalam menjalankan bisnis, sedangkan pendidikan yang diperoleh di
bangku sekolah merupakan pendidikan hard skill. Penelitian dari Harvard
University di Amerika Serikat mengungkapkan, kesuksesan hanya ditentukan
sekitar 20% dengan hard skill dan sisanya 80% dengan soft skill (Nurudin, 2004).
Jumlah rapat dewan komisaris tidak mempengaruhi environmental
disclosure. Hal ini dapat diindikasikan bahwa peraturan yang ditetapkan
corporate governance guidelines (2007) belum berjalan baik di Indonesia.
Peraturan yang ada hanya dijalankan sebagai formalitas demi menjaga image
perusahaan-perusahaan itu sendiri.
Proporsi komite audit independen juga tidak berpengaruh pada
pengungkapan tambahan tentang informasi lingkungan perusahaan. Hasil ini
konsisten dengan penelitian Suhardjanto (2008). Hal ini bertentangan dengan teori
dasarnya, karena seharusnya keberadaan komite audit independen mendukung
prinsip responsibilitas dalam penerapan corporate governance, yang menekan
perusahaan untuk memberikan informasi lebih baik terutama keterbukaan dan
penyajian yang jujur dalam laporan keuangan (www.cic-fcgi.org ). Namun hasil
penelitian ini dapat diterima mengingat lemahnya praktik corporate
governance di Indonesia. Proses penunjukkan anggota komite audit independen
masih belum jelas dan terbuka, sehingga keindependensiannya masih patut
diragukan (Yunita, 2008). Pemilihan anggota yang masih memiliki hubungan
kekerabatan marak terjadi.
Variabel independen jumlah rapat komite audit secara statistik tidak
signifikan. Sama halnya dengan rapat dewan komisaris, rapat komite audit belum
berfungsi secara maksimal dikarenakan ada kecenderungan bahwa hal tersebut
hanya merupakan wujud kepatuhan terhadap aturan saja. Selain itu, jumlah rapat
komite audit juga bukan merupakan ukuran dalam menilai keefektifan komite
audit dalam menjalankan tugas dan fungsinya (Menon dan Williams, 1994).
Ukuran perusahaan sebagai variabel kontrol dalam penelitian ini
berpengaruh terhadap environmental disclosure pada tingkat signifikansi 5%.
Koefisien positif berarti bahwa semakin besar ukuran perusahaan akan semakin
tinggi tingkat pengungkapan informasi lingkungan dalam annual report. Beberapa
penelitian yang menyatakan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh terhadap
environmental disclosure karena perusahaan besar cenderung mempunyai
permintaan informasi yang lebih tinggi daripada perusahaan kecil (Andrew et al,
1989; Suhardjanto, 2008). Selain itu, menurut Watt dan Zimmerman (1986),
perusahaan berukuran besar mempunyai perhatian lebih dari media, pembuat
keputusan dan regulasi sehingga mereka akan lebih memperluas praktek
disclosurenya daripada perusahaan yang lebih kecil. Hasil penelitian ini juga
diperkuat dengan uji beda t (tabel 4.8 a, b).
Selain itu, pada uji logistic regression juga tampak bahwa variabel ukuran
perusahaan yaitu total aktiva merupakan variabel yang dapat menjadi faktor yang
mempengaruhi diungkap atau tidaknya environmental disclosure pada annual
report perusahaan-perusahaan di Indonesia (tabel 4.5).
Variabel kontrol tipe industri tidak berpengaruh terhadap environmental
disclosure. Penelitian ini menggunakan 3 kategori tipe industri, yaitu service,
finance dan manufacture etc. Hasil ini sangat bertentangan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Suhardjanto (2008). Hal tersebut terjadi disebabkan jumlah sampel
dan tahun penelitian yang digunakan berbeda. Akan tetapi, hasil penelitian ini
konsisten dengan penelitian Eng dan Mak (2003).
Setiap perusahaan akan selalu mempertimbangkan biaya dan manfaat atas
informasi yang diungkapkan. Terkait dengan biaya yang dialokasikan atau
dikeluarkan perusahaan untuk menjaga lingkungan hidup, beberapa perusahaan
juga mengungkapkannya dalam laporan tahunannya. Berikut ini adalah contoh
pengungkapan mengenai environmental expense,
WIKA mengalokasikan 2% dari laba bersih untuk anggaran program kemitraan dan 1% dari laba bersih untuk bina lingkungan. Sejak tahun 1994, PT WIKA telah mengeluarkan dana sebesar 1.8 Milyar (AR PT WIKA, 2007).
Sedangkan manfaat yang diterima perusahaan harus lebih besar dari biaya
yang dikeluarkan. Jika pengungkapan informasi memberikan dampak positif bagi
perusahaan, maka perusahaan akan mengungkapkan informasi lebih dalam.
Tabel 4.9Ringkasan Hasil Pengujian:
Variabel Logistik Regresi t-test/ Regresi Berganda Anova
Proporsi Dewan Komisaris Independen - √ -Latar Belakang culture Presiden Komisaris - √ √Latar Belakang Pendidikan Presiden Komisaris - - -Jumlah Rapat Dewan Komisaris - - -Proporsi Komite Audit Independen - - -Jumlah Rapat Komite Audit - - -Firm Size √ √ √Tipe Industri - - -
Berdasarkan hasil pengujian yang telah dilakukan, variabel independen
yang mempengaruhi environmental disclosure adalah proporsi dewan komisaris
independen, latar belakang culture presiden komisaris (didukung dengan uji
anova), dan variabel ukuran perusahaan (didukung dengan uji logistik regresi dan
uji beda t).
BAB V
PENUTUP
Setelah dilakukan analisis hasil pembahasan pada bab IV, maka pada bab
ini akan dibahas mengenai kesimpulan hasil penelitian, saran, dan rekomendasi
untuk peneliti selanjutnya.
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang diperoleh, maka dapat dibuat kesimpulan:
1. Dari jumlah sampel sebesar 90 perusahaan hanya terdapat 44 perusahaan
(48,89%) dengan environmental disclosure yang berarti bahwa
pengungkapan environmental disclosure masih sangat rendah. Item
pengungkapan yang paling banyak diungkap adalah item programs of
protections dan item yang sama sekali tidak diungkap dalam annual report
adalah berkenaan dengan aspek transportasi.
2. Hasil pengujian logistic regression menunjukkan bahwa variabel ukuran
perusahaan yaitu total aset merupakan faktor yang menentukan diungkap
atau tidak diungkapnya environmental disclosure pada annual reports.
3. Sedangkan faktor yang dapat mempengaruhi besarnya tingkat atau level
pengungkapan didasarkan hasil pengujian regresi berganda adalah sebagai
berikut:
a. Proporsi dewan komisaris independen secara statistik signifikan pada
tingkat 10%. Hal ini mengindikasikan bahwa peran dan tanggung
jawab dewan komisaris independen pada perusahaan-perusahaan di
Indonesia telah berfungsi sebagai mana mestinya.
b. Latar belakang culture presiden komisaris berpengaruh terhadap
environmental disclosure. Hal ini dikarenakan pemikiran dan tindakan
seorang presiden komisaris dipengaruhi oleh ras dan culture.
c. Ukuran perusahaan berpengaruh signifikan pada tingkat 5%. Hal ini
dikarenakan perusahaan besar lebih mendapat perhatian besar dari
media, pembuat keputusan dan regulasi sehingga mereka akan lebih
memperluas praktek disclosurenya daripada perusahaan yang lebih
kecil.
B. Saran
Beberapa saran yang dapat diberikan berdasarkan hasil penelitian adalah
sebagai berikut:
1. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat environmental
disclosure perusahaan-perusahaan di Indonesia masih sangat rendah. Oleh
karena itu, sebaiknya pengungkapan informasi lingkungan pada annual
report harus lebih ditingkatkan.
2. Oleh karena proporsi dewan komisaris independen mempunyai pengaruh
terhadap environmental disclosure, sebaiknya peran komisaris independen
dalam suatu perusahaan harus lebih dioptimalkan agar tingkat
pengungkapan informasi lingkungan hidup pada annual report lebih tinggi.
Selain itu, berkenaan dengan regulasi Bapepam perusahaan yang tercatat
di BEI wajib memiliki komisaris independen 30% dari jumlah seluruh
anggota komisaris. Regulasi ini sebaiknya dipatuhi oleh perusahaan-
perusahaan di Indonesia, agar peran pengawasan yang dilakukan oleh
dewan komisaris lebih optimal.
3. Sebaiknya dalam penunjukkan atau pengangkatan seorang presiden
komisaris perlu diperhatikan juga latar belakang personal presiden
komisaris, hal ini disebabkan latar belakang etnis seorang presiden
komisaris akan mempengaruhi perilakunya termasuk dalam hal praktik
pengungkapan pada laporan tahunan.
4. Ukuran perusahaan berpengaruh terhadap luas pengungkapan informasi
lingkungan, oleh karena itu sebaiknya perusahaan-perusahaan besar lebih
dapat meningkatkan pengungkapan informasi lingkungan pada annual
report agar para stakeholder bisa memperoleh informasi yang lebih detail
dan jelas.
C. Keterbatasan
Beberapa keterbatasan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini mengenai
corporate governance hanya sebatas pada dewan komisaris dan komite
audit.
2. Variabel kontrol ukuran perusahaan hanya menggunakan total aset sebagai
ukuran.
3. Penelitian hanya sebatas pada pengungkapan environmental disclosure
pada perusahaan di Indonesia saja.
D. Rekomendasi
Beberapa rekomendasi untuk peneliti-peneliti selanjutnya adalah:
1. Sebaiknya variabel independen corporate governance ditambah
cakupannya, seperti struktur kepemilikan ataupun keberadaan komite-
komite lainnya.
2. Variabel kontrol karakteristik perusahaan ukuran perusahaan dengan
proksi total aset dapat diganti dengan menggunakan proksi lain, seperti
penjualan atau jumlah karyawan perusahaan.
3. Untuk penelitian selanjutnya bisa juga membandingkan keluasan
environmental disclosure antara industri di Indonesia dengan negara lain
(studi komparatif).
DAFTAR PUSTAKA
Adams, C.A., dan Harte, G. 1998. The changing portrayal of the employment of women in British banks and retail companies corporate annual reports. Accounting, Organizations and Society. Vol. 23 (80): 781–812
Ahmed, K dan Nichols, D. 1994. The Impact of non-financial company characteristic on Mandatory disclosure Compliance in Developing Countries: The Case of Bangladesh. International Journal of Accounting, Vol. 29 (1): 62-77
Alhabshi, S.O. 1994. Corporate Ethics in the Management of Corporations. The Malaysian Accountant. April: 22-24
Anggraini, R.R. 2006. Pengungkapan Informasi Sosial dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengungkapan Informasi Sosial dalam Laporan Keuangan Tahunan (Studi Empiris pada Perusahaan-Perusahaan yang terdaftar Bursa Efek Jakarta). Simposium Nasional Akuntansi IX (Padang)
Astuti, T.W. 1999. Analisis Disclosure Level Serta Variabel-Variabel Penjelas Sebagai Faktor Penentu Cost of Equity Capital. Skripsi FE UGM
Atkinson, G. 1999. Measuring Corporate Sustainability. Journal of Environmental Planning and Management. Vol. 42 (2): 235-252
Bates, G.M. 2002. Environmental Law in Australia. Sydney: Butterworths
Belal, A.R. 2000. Environmental Reporting in Developing Countries: Empirical evidence from Bangladesh. Eco-Management and Auditing. Vol. 7 (3): 114
Barry J.R. 1999. Independent Directors. Ivey Business Journal
Berry A Michael dan Dennis A Rondinelli. 1998. Proactive Corporate Environmental Management: A New Industrial Revolution. Academy of Management Executive. Vol. 12 (2): 38-50
Brick E, Ivan, dan Chidambaran N.K. 2007. Board Meetings, Committee Structure, and Firm Performance. http://papers.ssrn.com. 23 Agustus 2008
Chen, C.J.P., dan Jaggi, B. 2000. Association between independent non-executive directors, family control and financial disclosures in Hong Kong. Journal of Accounting and Public Policy. Vol. 19: 285–310
Chinn, R. 2000. Corporate Governance Handbook. Gee Publising Ltd. London
Chuah, B.H. 1995. The unique breed of Malaysian managers. Management Times. New Straits Times Press: Malaysia. March 7-6
Cohen, A. 1974. Two-Dimensional Man. Routledge and Kegan Paul: London
Collier, P. 1993. Factors affecting the formation of audit committees in major UK listed companies. Accounting and Business Research. Vol. 23 (91): 421–430
Cunnigham, S., dan D. Gaddene. 2003. Do corporation perceive mandatory publication of pollution information for key stakeholders as a legitimacy treath?. Journal of Environmental Assessment Policy and Management.Vol. 5 (4): 523-549
Davis, K., dan William C.F. 1984. Business and Society: Corporate Strategy, Public Policy, Ethics. 5th ed. New York : Mc.Graw Hill
Deegan, C., dan Rankin, M. 1997. The materiality of environmental information to users of annual reports. Accounting, Auditing and Accountability Journal. Vol. 10 (4): 562–583
De Villers, C.J. 1998. The Willingess of South Africans to Support More Green Reporting. South African Journal of Economic and Management Sciences. Vol. 1 (1): 145-167
Djogo, T. 2006. Environmental Accounting. Tempo Interaktif 8 April 2006
Donaldson, T., dan Preston, L. 1995. The stakeholder theory of the corporation—concepts, evidence, and implications. Academy of Management Review.Vol. 20 (1): 65–92
Dye, R.A., dan Sridhar, S.S. 1995. Industry-wide disclosure dynamics. Journal of Accounting Research. Vol. 33 (1): 157–174
Eipstein, M.J., dan Freedman, M. 1994. Sosial Disclosure and the Individual Investor. Accounting, Auditing and Accountability Journal. Vol. 7 (4): 94-108
Eng, L.L., dan Mak, Y.T. 2001. Corporate Governance and Voluntary Disclosure. Journal of Accounting and Public Policy. ELSEVIER: 325-345
Fama, E.F., dan Jensen, M.C. 1983. Separation of ownership and control. Journal of Law and Economics. Vol. 26 (2): 301–325
Freedman, M., dan Jaggi, B. 1992. “An Investigation of The Long-Run Relationship Between Pollution Performance and Economic Performance: the Case of Pulp-and-Paper Firms”. Critical Perspectives on Accounting, Vol. 3 (4): 315-336
Freedman, M., dan Wasley, C. 1990. “The Association Between Environmental Performance and Environmental Disclosure in Annual Reports and 10-Ks”. Advances in Public Interest Accounting. Vol. 3: 183-193
Finch, N. 2005. The Motivations for Adopting Sustainability Disclosure. Macquaarie Graduate School of Management. Social Science Research Network
Foo, S.L., dan Tan, M.S. 1988. A comparative study of social responsibility reporting in Malaysia and Singapore. Singapore Accountant. August 12–15
Forker, J.J. 1992. Corporate Governance and Disclosure Quality. Accounting and Business Research. Vol. 22 (86): 111-124
Gamble, G.O. 1995. Environmental disclosure in annual report and 10Ks: an examination. Accounting Horizons. Vol. 9 (3): 34-54
Global Reporting Initiatives. 2002. Sustainability Reporting Guidelines. www.globalreporting.org
Gray, R., R Kouhy, dan S. Lavers. 1995. Corporate Social and Environmental Reporting: A Review of Literature and a Longitudinal Study of UK Disclosure. Accounting, Auditing and Accountability Journal. Vol. 8 (2): 47-77
Ghozali, I. 2005. Analisis MultivariateDengan Program SPSS. Badan Penerbit Universitas Diponegoro
Gujarati, D.N. 2003. Basic Econometrics. Forth Edition. New York: Mc.Graw-Hill
Guthrie, J., dan Parker. L.D. 1990. Corporate Social Reporting: A rebuttal of Legitimacy Theory. Accounting and Business Research. Vol. 19 (76): 343-351
Hadi, A.S. 2006. Regression Analysis by Example. Forth Edition. A John Willey and Sons, Inc
Haniffa dan Cooke. 2005. The Impact of Culture and Governance on Corporate Social Reporting. Journal of Accounting and Public Policy. Elsevier. 391-430
Hayuningtyas, P. 2007. Karakteristik Perusahaan, dan Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan. Skripsi FE UNS
Hendriksen, Eldon, dan M. Van Brenda. 2001. Accounting Theory. USA: Mc.Graw-Hill
Herwidayatmo. 2000. Implementasi Good Corporate Governance Untuk Perusahaan Publik Indonesia. Usahawan. Edisi 10/Tahun XXIX: 25-32
IAI. 2004. Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta: Salemba Empat
Ja`far, M. 2006. Pengaruh Dorongan Manajemen Lingkungan, Manajemen Lingkungan Proaktif dan Kinerja Lingkungan terhadap Public Environmental Reporting. Simposium Nasional Akuntansi IX (Padang)
John, K., dan L.W. Senbet. 1998. Corporate Governance and Board Effectiveness.Journal of Banking and Finance. Vol. 22: 371-403
Kaihatu, T.S. 2006. Good Corporate Governance dan Penerapannya di Indonesia. Jurnal Ekonomi Manajemen Universitas Kristen Petra Surabaya. www.petra.ac.id. 06-09-2008
Komar, S. 2004. Akuntansi Pertanggungjawaban Sosial (Social ResponsibilityAccounting) dan Korelasinya dengan Akuntansi Islam. Media Akuntansi. Edisi 42/Tahun XI: 54-58
Kusumastuti, Supatmi, dan Sastra. 2007. Pengaruh Board Diversity terhadap Nilai Perusahaan dalam Perspektif Corporate Governance. Jurnal Ekonomi Manajemen Universitas Kristen Petra Surabaya. www.petra.ac.id. 06-09-2008
Mathews, M.R. 1985. Social and Environmental Accounting : A practical demonstration of ethical concern. Journal of Business Ethics. Vol. 14: 663-671
McMullen, D.A. 1996. Audit committee performance: an investigation of the consequences associated with audit committee. Auditing: A Journal of Theory and Practice. Vol. 15 (1): 87–103
Menon dan Williams. 1994. The Use of Audit Committees for Monitoring. Journal of Accounting and Public Policy. Vol. 13: 121-139
Monks, R.A.G., dan Minow, N. 2003. Corporate Governance 3rd edition. Blackwell Publishing
Morgan, A. 1987. Solving polynomial systems using continuation for engineering and scientific problems. Prentice-Hall, Englewood Cliffs, N.J
Naim, Ainun, dan F. Rakhman. 2000. Analisis Hubungan Antara Kelengkapan Pengungkapan Laporan Keuangan dengan Struktur Modal dan Tipe Kepemilikan Perusahaan. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia. Vol. 15 (1): 70-82
Neimark, M.D. 1992. The Hidden Dimensions of Annual Reports. Paul Chapman: London
Niskanen, J., dan T. Nieminen. 2001. The Objectivity of Corporate environmental reporting: a study of finish listed firms' environemental disclosure. Business Strategy and The Environment. Vol. 10 (1): 29
Nurudin. 2004. Menggugat Pendidikan Hard Skill. http://www.suaramerdeka.com/harian/0410/04/opi04.htm. 28 Agustus 2008
Nyquist, S. 2003. The Legislation of environmental disclosure in three NordicCountries – a comparisons. Bussiness Strategy and The Environment. Vol. 12 (1): 12
Parson, E.A. 1996. Reflections on air capture: the political economy of active intervention in the global environment. Climatic Change: 1-11
Pincus, K., Rusbarsky, M. dan Wong, J.W. 1989. Voluntary formation of corporate audit committees among NASDAQ firms. Journal of Accounting and Public Policy. Vol. 8 (4): 239-265
Pflieger, J., M. Fischer, T. Kupfer; P. Eyerer. 2005. The contribution of life cycle assessment to global sustainability reporting of Organization. Management of Environmental. Vol. 16 (2)
Pound, J. 1995. The promise of the governed corporation. Harvard Business Review. Vol. 73 (2): 89–98
Reliant Energy Inc. 2007. Corporate Governance Guidelines. www.ssrn.com. 06-09-2008
Roberts, C. 1992. Environmental disclosures: A note on reporting practices in mainland Europe. Accounting, Auditing and Accountability. Vol. 4 (3): 62–71
Rosenstein, S., dan Wyatt, J.G. 1990. Outside directors, board independence and shareholder wealth. Journal of Financial Economics. Vol. 26: 175–192
Santrock, J.W. 1995. Life Span Development:Perkembangan Masa Hidup. Edisi 5 jilid II. Penerbit Erlangga: Jakarta
Setyawan, S. 2005. “Konteks Budaya Etnis Tionghoa dalam Manajemen Sumber Daya Manusia“. Jurnal Manajemen dan Bisnis BENEFIT. Vol. 9 (2): 164 –170. BPPE FE UMS
Sekaran, U. 2003. Research Method for Business. USA: John Wiley & Sons
Sendut, H. 1991. Managing in a Multicultural Society: The Malaysian Experience. Malaysian Management Review. Vol. 26 (1): 61-69
Shaw, J.C. 2003. Corporate Governance and Risk : A system approach. John Wiley and Sons. Inc.New Jersey
Simon, S.M. Ho, dan Wong. 2001. Astudy of Relationship Between Corporate Governance structures and The Extent of Voluntary Disclosure. Journal of International Accounting Auditing and Taxation. ELSEVIER: 139-156
Solomon, Aris, dan Linda Lewis. 2002. Incentives and disincentives corporate environmental disclosure. Busines Strategy and The Environment. Vol. 11 (3): 154
Specter, C.N dan Solomon, J.S. 1990. The human resource factor in Chinese management and reform: Comparing the attitudes and motivations of future
managers in Shanghai, China; Baltimore, Maryland; and Miami, Florida. International Studies of Management and Organisations. Vol. 20: 69–83
Suhardjanto, D. 2008. Environmental Reporting Practies: An Evidence From Indonesia. Jurnal Akuntansi dan Bisnis. Vol. 8 (1): 33-46
Suhardjanto, Tower, dan Brown. 2007. Generating a Uniquely Indonesian Environmental Reporting Disclosure Index Using Press Coverage as an Important Proxy of Stakeholder Demand. Asian Academic Accounting Association annual conference Yogyakarta, Indonesia
Sugiyono. 2007. Menjawab Stigma, Mewariskan Tradisi.http://www.kabarejogja.com/new/canthing2.html. 14 Juni 2008
Sularso, R.A. 2003. Pengaruh Pengumuman Dividen Terhadap Perubahan Harga Saham (Return) Sebelum dan Sesudah Ex-Dividend Date di Bursa Efek Jakarta (BEJ). Jurnal Akuntansi & Keuangan. Vol. 5
Suratno, I.B., Darsono, dan Mutmainah. 2006. Pengaruh Environmental Performance terhadap Environmental Disclosure dan Economic Performance (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta Periode 2001-2004). Simposium Nasional Akuntansi IX (Padang)
Suwardjono. 2005. Perekayasaan Pelaporan Keuangan. Teori Akuntansi. Yogyakarta. BPFE
Triyuwono, I. 1997. Akuntansi Syariah dan Koperasi Mencari Bentuk dalam Amanah. Jurnal Akuntansi dan auditing Indonesia. Vol. 1 (1): 3-46
WALHI. 2005. Laporan Indorayon Tidak Sesuai Fakta. http://www.walhi.or.id/
Walk, H.I., dan J.R. Francis, dan M.G. Tearney. 1989. Accounting Theory: A conceptual and institusional approach. 2nd ed. Boston: PWS-Kent Publising
Weir, C., dan Laing, D. 2003. Ownership structure, board composition and the market for corporate control in the UK: An empirical analysis. Applied Economics. Vol. 35: 1747–1759
Welford, R. 1998. Corporate Environmental Managemen. London: Eartscan Publication
Woodward, D.G. 1998. Specification of a content-based approach for use in corporate social reporting analysis. Southampton Institute working paper
Yunita, H.M. 2008. Pengaruh Implentasi Governance Terhadap Pengungkapan Informasi. Skripsi FE UII
Zhegal, D., dan Ahmed. SA. 1990. Comparison of social responsibility information disclosure media used by Canadian .rms. Accounting, Auditing and Accountability Journal. Vol. 3 (1): 38–53
www.idx.co.id
LAMPIRAN 3
Descriptives
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
ED 44 .59 11.20 5.3989 2.62110
Valid N (listwise) 44
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
pro_dki 90 .50 100.00 42.3787 15.06395
pro_kai 90 25.00 100.00 55.6136 22.92498
rapat_dk 90 2 77 9.23 12.059
rapat_ka 90 1 104 10.26 13.274
Aset 90 314993000 312533200000000 17257907027079.53 46089452435045.730
Valid N (listwise) 90
75
LAMPIRAN 4
HASIL UJI Asumsi Klasik
Normalitas
NPar Tests
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 44
Mean .0000000Normal Parametersa
Std. Deviation 2.02335219
Absolute .104
Positive .104
Most Extreme Differences
Negative -.067
Kolmogorov-Smirnov Z .692
Asymp. Sig. (2-tailed) .725
a. Test distribution is Normal.
Dari tabel di atas menunjukkan nilai probabilitas jauh di atas 0.05,
yaitu sebesar 0.752, hal ini dapat disimpulkan bahwa data berdistribusi
secara normal (Ghozali, 2003).
76
Multikolineritas
Coefficientsa
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients Collinearity Statistics
Model B Std. Error Beta t Sig. Tolerance VIF
(Constant) -8.397 4.618 -1.819 .078
Prop_DKI .060 .029 .328 2.093 .044 .695 1.438
LBC_PK 1.088 .584 .255 1.862 .071 .910 1.099
LBP_PK .026 .790 .005 .033 .974 .735 1.361
Rapat_DK -.003 .034 -.014 -.090 .929 .676 1.479
Prop_KA -.024 .018 -.208 -1.322 .195 .691 1.448
Rapat_KA -.011 .020 -.073 -.540 .592 .935 1.070
TI .546 .545 .158 1.001 .324 .687 1.456
1
LogAset .787 .464 .309 1.695 .099 .511 1.955
a. Dependent Variable: ED
Dari tabel di atas menunjukkan bahwa tidak ada variabel bebas yang
mempunyai nilai tolerance kurang dari 0.10, hal ini berarti tidak ada korelasi
antar variabel bebas. Hasil perhitungan nilai VIF (Variance Inflation Factor)
juga menunjukkan hal yang sama, dimana tidak satupun variabel bebas yang
memiliki nilai VIF lebih besar dari 10, sehingga dapat disimpulkan bahwa
tidak terdapat multikolinearitas antar variabel bebas maka model regresi layak
dipakai.
77
Autokorelasi
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 .636a .404 .268 2.24270 2.031
a. Predictors: (Constant), LogAset, LBC_PK, Rapat_KA, Prop_KA, LBP_PK, Rapat_DK,
Prop_DKI, TI
b. Dependent Variable: ED
Berdasarkan hasil uji autokorelasi pada tabel di atas, nilai dhitung (Durbin
Watson) sebesar 2.031 berada di antara du dan 4-du atau du<dhitung<4-du. Nilai du
sebesar 1.768 diperoleh dari tabel Durbin Watson dengan nilai signifikan 0,01
dan k =8. Setelah nilai du diperoleh, maka dapat ditentukan nilai 4-du sebesar
2.232 (4 − 1.768). Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi
autokorelasi dalam penelitian ini, sehingga model regresi yang dilakukan layak
untuk digunakan.
Heteroskedastisitas
Dari grafik tersebut terlihat titik-titik yang tersebar baik di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y, sehingga model regresi layak dipakai.
78
LAMPIRAN 1DAFTAR PERUSAHAAN SAMPEL
No Nama Perusahaan1 Arpeni Pratama Ocean Line (APOL)2 Astra Graphia (ASGR)3 Berlian Laju Tanker (BLTA)4 Fortune Indonesia (FORU)5 Millenium Pharmacon International (SDPC)6 PT Matahari Putra Prima Tbk7 PT. Pusako Tarinka8 PT. Panorama setrawisata9 PT. Pudjiadi and Sons
10 PT. Pelayaran tempuran emas11 PT. Tira austenite12 PT Pelita Sejahtera Abadi Tbk13 Centrin Online (CENT)14 PT Hero Supermarket Tbk (HERO)15 PT Indosiar Karya Media Tbk (IDKM)16 Bank Artha Graha Internasional (INPC)17 Bank Pan Indonesia (PNBN)18 Bank Rakyat Indonesia (BBRI)19 Bank Bukopin (BBKP)20 Bank Century (BCIC)21 Asia Kapitalindo Securities (AKSI)22 Bank Lippo (LPBN)23 Bank Niaga (BNGA)24 Bank Permata (BNLI)25 Adira Dinamika Multi Finance (ADMF)26 PT. Pan Pacific International27 Bank Central Asia Tbk28 Bank Mandiri 29 Bank Bumiputera Indonesia (BABP)30 Asuransi Dayin Mitra (ASDM)31 BFI Finance Indonesia (BFIN)32 PT. Trust finance Indonesia33 Bintang Mitra Semetaraya (BMSR)34 Bhuwanatala Indah Permai(BIPP)
79
35 Citra Marga Nusaphala Persada (CMNP)36 Darma Henwa (DEWA)37 PT Mobile-8 Telecom Tbk (FREN)38 PT Hexindo Adiperkasa Tbk (HEXA)39 PT Indonesia Paradise Property Tbk (INPP)40 PT Myoh Technology Tbk41 PT Lippo Cikarang Tbk (LPCK)42 PT Metrodata Electronics Tbk (MTDL)43 PT. Rukun Raharja44 PT. Sentul city45 PT. Suryainti permata 46 PT. Telkom Indonesia47 PT. Tunas ridean48 PT. United tractors49 PT. Wijaya karya50 PT Jasa Marga Tbk51 PT Jaya Real Property Tbk52 PT Jakarta Setiabudi Internasional Tbk (JSPT)53 PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk (PJAA)54 Ciputra Development55 Indofood sukses makmur56 PT. Indocement Tunggal Perkasa57 Indofarma58 Fajar Surya wisesa59 Holcim Indonesia60 PT Energi Mega Persada61 Gudang Garam62 Adhi Karya Tbk63 Aneka Tambang Tbk64 Apexindo Pratama Duta65 Bakrie&Brother Tbk66 Bumi Resources (BUMI)67 Central Proteina Prima (CPRO)68 PT Semen Gresik69 PT Bukit Asam70 PT Sumalindo Lestari Jaya71 International Nickel (Inco)72 AKR Corporindo (AKRA)73 Astra International (ASII)
80
74 Bakrie Telecom (BTEL)75 Bakrieland Development (ELTY)76 Intiland Development (DILD)77 Lippo Karawaci (LPKR)78 Elnusa (ELSA)79 PT Indonesia Prima Property Tbk80 PT. Modernland Reality81 PT. Modern Intrnasional82 PT. Royal oak development asia83 PT. Radiant utama interinsco84 PT. Suryamas dutamakmur85 PT Total Bangun Persada86 Indosat (ISAT)87 PT. Nusantara Infrastruktur 88 PT. Pakuwon Jati89 PT. Panca wiratama sakti
90 PT. Ristia Bintang Mahkotasejati
81
LAMPIRAN 2DAFTAR PERUSAHAAN DENGAN BOBOT ENVIRONMENTAL DISCLOSURE
No Nama Perusahaan Bobot ED1 Arpeni Pratama Ocean Line (APOL) 4.542 Astra Graphia (ASGR) 8.693 Fortune Indonesia (FORU) 2.274 PT. Panorama setrawisata 0.675 PT. Pudjiadi and Sons 7.556 PT. Tira austenite 0.597 PT Pelita Sejahtera Abadi Tbk 0.958 Bank Pan Indonesia (PNBN) 4.119 Bank Permata (BNLI) 7.03
10 Adira Dinamika Multi Finance (ADMF) 0.5911 Bank Mandiri 7.3612 Citra Marga Nusaphala Persada (CMNP) 4.9813 Darma Henwa (DEWA) 6.6214 PT Hexindo Adiperkasa Tbk (HEXA) 2.2715 PT Indonesia Paradise Property Tbk (INPP) 4.5916 PT Lippo Cikarang Tbk (LPCK) 5.2417 PT. Sentul city 5.2218 PT. Telkom Indonesia 4.4919 PT. Wijaya karya 6.120 PT Jaya Real Property Tbk 9.4821 PT Jakarta Setiabudi Internasional Tbk (JSPT) 4.7922 PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk (PJAA) 4.4423 Ciputra Development 5.9224 Indofood sukses makmur 5.2525 PT. Indocement Tunggal Perkasa 8.1126 Fajar Surya wisesa 4.2327 Holcim Indonesia 7.4928 PT Energi Mega Persada 4.6529 Adhi Karya Tbk 5.9230 Aneka Tambang Tbk 9.4331 Apexindo Pratama Duta 4.4932 Bakrie&Brother Tbk 6.8633 Bumi Resources (BUMI) 6.2834 Central Proteina Prima (CPRO) 2.8635 PT Semen Gresik 10.82
82
36 PT Bukit Asam 7.3437 PT Sumalindo Lestari Jaya 7.838 International Nickel (Inco) 11.2139 Astra International (ASII) 7.7740 Bakrie Telecom (BTEL) 4.5941 Bakrieland Development (ELTY) 1.6342 Intiland Development (DILD) 5.3243 Lippo Karawaci (LPKR) 4.18
44 PT Indonesia Prima Property Tbk 2.86
83
LAMPIRAN 5
Regression
Variables Entered/Removedb
Model
Variables
Entered
Variables
Removed Method
1 LogAset,
LBC_PK,
Rapat_KA,
Prop_KA,
LBP_PK,
Rapat_DK,
Prop_DKI, TIa
. Enter
2 . LBP_PK Backward (criterion: Probability of F-to-remove >= ,100).
3 . Rapat_DK Backward (criterion: Probability of F-to-remove >= ,100).
4 . Rapat_KA Backward (criterion: Probability of F-to-remove >= ,100).
5 . TI Backward (criterion: Probability of F-to-remove >= ,100).
6 . Prop_KA Backward (criterion: Probability of F-to-remove >= ,100).
a. All requested variables entered.
b. Dependent Variable: ED
84
Model Summary
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 .636a .404 .268 2.24270
2 .636b .404 .288 2.21137
3 .636c .404 .307 2.18156
4 .631d .399 .320 2.16212
5 .618e .382 .318 2.16408
6 .590f .349 .300 2.19346
a. Predictors: (Constant), LogAset, LBC_PK, Rapat_KA, Prop_KA,
LBP_PK, Rapat_DK, Prop_DKI, TI
b. Predictors: (Constant), LogAset, LBC_PK, Rapat_KA, Prop_KA,
Rapat_DK, Prop_DKI, TI
c. Predictors: (Constant), LogAset, LBC_PK, Rapat_KA, Prop_KA,
Prop_DKI, TI
d. Predictors: (Constant), LogAset, LBC_PK, Prop_KA, Prop_DKI, TI
e. Predictors: (Constant), LogAset, LBC_PK, Prop_KA, Prop_DKI
f. Predictors: (Constant), LogAset, LBC_PK, Prop_DKI
85
ANOVAg
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Regression 119.377 8 14.922 2.967 .012a
Residual 176.040 35 5.030
1
Total 295.417 43
Regression 119.371 7 17.053 3.487 .006b
Residual 176.046 36 4.890
2
Total 295.417 43
Regression 119.325 6 19.888 4.179 .003c
Residual 176.091 37 4.759
3
Total 295.417 43
Regression 117.775 5 23.555 5.039 .001d
Residual 177.642 38 4.675
4
Total 295.417 43
Regression 112.770 4 28.193 6.020 .001e
Residual 182.646 39 4.683
5
Total 295.417 43
Regression 102.965 3 34.322 7.134 .001f
Residual 192.451 40 4.811
6
Total 295.417 43
a. Predictors: (Constant), LogAset, LBC_PK, Rapat_KA, Prop_KA, LBP_PK, Rapat_DK, Prop_DKI, TI
b. Predictors: (Constant), LogAset, LBC_PK, Rapat_KA, Prop_KA, Rapat_DK, Prop_DKI, TI
c. Predictors: (Constant), LogAset, LBC_PK, Rapat_KA, Prop_KA, Prop_DKI, TI
d. Predictors: (Constant), LogAset, LBC_PK, Prop_KA, Prop_DKI, TI
e. Predictors: (Constant), LogAset, LBC_PK, Prop_KA, Prop_DKI
f. Predictors: (Constant), LogAset, LBC_PK, Prop_DKI
g. Dependent Variable: ED
86
Coefficientsa
Unstandardized CoefficientsStandardized Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
(Constant) -8.397 4.618 -1.819 .078
Prop_DKI .060 .029 .328 2.093 .044
LBC_PK 1.088 .584 .255 1.862 .071
LBP_PK .026 .790 .005 .033 .974
Rapat_DK -.003 .034 -.014 -.090 .929
Prop_KA -.024 .018 -.208 -1.322 .195
Rapat_KA -.011 .020 -.073 -.540 .592
TI .546 .545 .158 1.001 .324
1
LogAset .787 .464 .309 1.695 .099
(Constant) -8.427 4.466 -1.887 .067
Prop_DKI .060 .028 .326 2.174 .036
LBC_PK 1.091 .569 .255 1.918 .063
Rapat_DK -.003 .033 -.015 -.097 .924
Prop_KA -.024 .017 -.209 -1.429 .162
Rapat_KA -.011 .019 -.073 -.554 .583
TI .543 .534 .157 1.018 .316
2
LogAset .792 .430 .311 1.844 .073
(Constant) -8.316 4.259 -1.953 .058
Prop_DKI .059 .026 .322 2.273 .029
LBC_PK 1.104 .545 .258 2.024 .050
Prop_KA -.023 .015 -.204 -1.506 .141
Rapat_KA -.011 .019 -.074 -.571 .572
TI .556 .510 .161 1.090 .283
3
LogAset .777 .396 .305 1.965 .057
(Constant) -8.414 4.217 -1.995 .053
Prop_DKI .057 .026 .313 2.241 .031
LBC_PK 1.107 .541 .259 2.048 .048
Prop_KA -.022 .015 -.192 -1.445 .157
TI .519 .502 .150 1.035 .307
4
LogAset .781 .392 .307 1.992 .054
(Constant) -9.451 4.100 -2.305 .027
Prop_DKI .055 .026 .300 2.154 .037
LBC_PK 1.120 .541 .262 2.071 .045
Prop_KA -.022 .015 -.192 -1.447 .156
5
LogAset .979 .343 .385 2.857 .007
(Constant) -9.851 4.146 -2.376 .022
Prop_DKI .045 .025 .248 1.818 .077
LBC_PK 1.186 .546 .278 2.171 .036
6
LogAset .934 .346 .367 2.701 .010
a. Dependent Variable: ED
87
LAMPIRAN 6
Logistic Regression
Case Processing Summary
Unweighted Casesa N Percent
Included in Analysis 44 48.9
Missing Cases 46 51.1
Selected Cases
Total 90 100.0
Unselected Cases 0 .0
Total 90 100.0
a. If weight is in effect, see classification table for the total number of
cases.
Dependent Variable
Encoding
Original
Value Internal Value
0 0
1 1
Model Summary
Step -2 Log likelihood
Cox & Snell R
Square
Nagelkerke R
Square
1 51.681a .148 .200
2 51.748a .146 .199
3 51.870a .144 .195
4 52.125a .139 .189
5 52.480a .132 .179
6 53.076a .120 .163
7 53.694a .108 .146
8 54.813a .085 .115
a. Estimation terminated at iteration number 5 because
parameter estimates changed by less than ,001.
a. Estimation terminated at iteration number 5 because
parameter estimates changed by less than ,001.
88
Hosmer and Lemeshow Test
Step Chi-square df Sig.
1 6.397 8 .603
2 3.860 8 .870
3 4.978 8 .760
4 8.961 8 .346
5 13.335 8 .101
6 3.934 8 .863
7 4.523 8 .807
8 4.605 8 .799
89
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
pro_dki -.009 .029 .097 1 .755 .991
lb_lbc_pk -.384 .696 .304 1 .581 .681
lb_lbp_pk -.690 .755 .837 1 .360 .501
rapat_dk -.013 .026 .240 1 .624 .988
pro_ka -.007 .017 .174 1 .676 .993
rapat_ka .021 .028 .556 1 .456 1.021
ti .119 .463 .066 1 .797 1.127
Aset .000 .000 1.481 1 .224 1.000
Step 1a
Constant .646 1.836 .124 1 .725 1.907
pro_dki -.010 .029 .117 1 .732 .990
lb_lbc_pk -.366 .692 .279 1 .597 .694
lb_lbp_pk -.635 .722 .774 1 .379 .530
rapat_dk -.012 .026 .232 1 .630 .988
pro_ka -.007 .017 .166 1 .684 .993
rapat_ka .022 .027 .635 1 .425 1.022
Aset .000 .000 1.503 1 .220 1.000
Step 2a
Constant .830 1.682 .244 1 .622 2.294
lb_lbc_pk -.347 .695 .249 1 .618 .707
lb_lbp_pk -.697 .702 .987 1 .320 .498
rapat_dk -.015 .024 .413 1 .521 .985
pro_ka -.009 .016 .322 1 .571 .991
rapat_ka .021 .028 .603 1 .438 1.022
Aset .000 .000 1.588 1 .208 1.000
Step 3a
Constant .560 1.492 .141 1 .707 1.751
lb_lbp_pk -.734 .700 1.099 1 .294 .480
rapat_dk -.017 .023 .511 1 .475 .983
pro_ka -.009 .016 .349 1 .555 .991
rapat_ka .020 .028 .495 1 .482 1.020
Aset .000 .000 1.637 1 .201 1.000
Step 4a
Constant .162 1.250 .017 1 .897 1.176
lb_lbp_pk -.640 .676 .897 1 .344 .527
rapat_dk -.017 .023 .536 1 .464 .983
rapat_ka .022 .029 .599 1 .439 1.023
Aset .000 .000 1.995 1 .158 1.000
Step 5a
Constant -.483 .622 .603 1 .437 .617
lb_lbp_pk -.624 .670 .865 1 .352 .536
rapat_ka .017 .024 .509 1 .475 1.017
Aset .000 .000 1.682 1 .195 1.000
Step 6a
Constant -.606 .603 1.010 1 .315 .545
lb_lbp_pk -.697 .661 1.111 1 .292 .498
Aset .000 .000 1.777 1 .183 1.000
Step 7a
Constant -.396 .532 .553 1 .457 .673
Aset .000 .000 1.793 1 .181 1.000Step 8a
Constant -.803 .381 4.442 1 .035 .448
90
LAMPIRAN 7
Univariate Analysis of Variance
Between-Subjects Factors
N
1 31
2 10
LBC_PK
3 3
Levene's Test of Equality of Error Variancesa
Dependent Variable:ED
F df1 df2 Sig.
.412 2 41 .665
Tests the null hypothesis that the error variance
of the dependent variable is equal across groups.
a. Design: Intercept + LBC_PK
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable:ED
Source
Type III Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Corrected Model 40.841a 2 20.421 3.289 .047
Intercept 805.073 1 805.073 129.659 .000
LBC_PK 40.841 2 20.421 3.289 .047
Error 254.576 41 6.209
Total 1577.917 44
Corrected Total 295.417 43
a. R Squared = .138 (Adjusted R Squared = .096)
91
Post Hoc Tests
Multiple Comparisons
Dependent Variable:ED
95% Confidence Interval(I)
LBC_P
K
(J)
LBC_P
K
Mean Difference
(I-J) Std. Error Sig. Lower Bound Upper Bound
2 -.2867 .90621 .946 -2.4903 1.91691
3 -3.8630* 1.50666 .037 -7.5267 -.1993
1 .2867 .90621 .946 -1.9169 2.49032
3 -3.5763 1.64032 .087 -7.5650 .4123
1 3.8630* 1.50666 .037 .1993 7.5267
Tukey HSD
3
2 3.5763 1.64032 .087 -.4123 7.5650
2 -.2867 .90621 1.000 -2.5487 1.97541
3 -3.8630* 1.50666 .042 -7.6239 -.1021
1 .2867 .90621 1.000 -1.9754 2.54872
3 -3.5763 1.64032 .105 -7.6709 .5182
1 3.8630* 1.50666 .042 .1021 7.6239
Bonferroni
3
2 3.5763 1.64032 .105 -.5182 7.6709
Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) = 6.209.
*. The mean difference is significant at the .05 level.
92
LAMPIRAN 8
T-Test
Group Statistics
Aset N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
1 27 5.9211 2.45746 .47294ED
0 17 4.5712 2.73544 .66344
Independent Samples Test
Levene's Test for Equality
of Variances t-test for Equality of Means
95% Confidence Interval of
the Difference
F Sig. t df
Sig. (2-
tailed)
Mean
Difference
Std. Error
Difference Lower Upper
Equal variances
assumed.214 .646 1.699 42 .097 1.34993 .79475 -.25394 2.95381
ED
Equal variances not
assumed1.657 31.403 .108 1.34993 .81476 -.31091 3.01078
93
94