PENGARUH BRAND AWARENESS, BRAND ASSOCIATIONS,...

159
i PENGARUH BRAND AWARENESS, BRAND ASSOCIATIONS, BRAND LOYALTY DAN PERCEIVED QUALITY TERHADAP KEPUTUSAN MENABUNG DI BRI SYARIAH SEMARANG (STUDI KASUS MAHASISWA PERBANKAN SYARIAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA ) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh GelarSarjana Ekonomi (S.E) Disusun Oleh : Aisyah Hidayati NIM 213 13 036 PROGRAM STUDI S1 PERBANKAN SYARIAH FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA 2017

Transcript of PENGARUH BRAND AWARENESS, BRAND ASSOCIATIONS,...

  • i

    PENGARUH BRAND AWARENESS, BRAND ASSOCIATIONS,

    BRAND LOYALTY DAN PERCEIVED QUALITY TERHADAP

    KEPUTUSAN MENABUNG DI BRI SYARIAH SEMARANG

    (STUDI KASUS MAHASISWA PERBANKAN SYARIAH

    INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA )

    SKRIPSI

    Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat

    Guna Memperoleh GelarSarjana Ekonomi (S.E)

    Disusun Oleh :

    Aisyah Hidayati

    NIM 213 13 036

    PROGRAM STUDI S1 PERBANKAN SYARIAH

    FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

    INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA

    2017

  • ii

  • iii

    PENGARUH BRAND AWARENESS, BRAND ASSOCIATIONS,

    BRAND LOYALTY DAN PERCEIVED QUALITY TERHADAP

    KEPUTUSAN MENABUNG DI BRI SYARIAH SEMARANG

    (STUDI KASUS MAHASISWA PERBANKAN SYARIAH

    INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA )

    SKRIPSI

    Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat

    Guna Memperoleh GelarSarjana Ekonomi (S.E)

    Disusun Oleh :

    Aisyah Hidayati

    NIM 213 13 036

    PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARIAH S1

    FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

    INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA

    2017

  • iv

  • v

  • vi

  • vii

  • viii

    MOTTO DAN PERSEMBAHAN

    “Cara Untuk Menjadi di Depan Adalah Memulai Sekarang. Jika Memulai

    Sekarang, Tahun Depan Anda Akan Tahu Banyak Hal Yang Sekarang

    Tidak Diketahui, Dan Anda Tak Akan Mengetahui Masa Depan Jika Anda

    Menunggu”.

  • ix

    PERSEMBAHAN

    Bismillahirrohmanirrohim.

    Setiap detik waktu menyelesaikan karya tulis ini merupakan hasil getaran doa kepada

    orang tua. Dengan ini saya persembahkan karya ini untuk ayahanda susilo legowo

    terimakasih atas limpahan kasih sayang semasa hidupnya dan memberikan rasa rindu yang

    berarti. Ibunda siti sholikah terimakasih atas limpahan doa dan kasih sayang yang tak

    terhingga dan selalu memberikan yang terbaik. Karya kecil ini kupersembahkan kepada

    ayahanda dan ibunda setelah apa yang diberikan tiada mungkin dapat kubalas hanya dengan

    selembar kertas yang bertuliskan kata cinta dan persembahan. Semoga ini menjadi langkah

    awal untuk membuat ibu dan ayah bahagia karena kusadar, selam ini belum bisa berbuat yang

    lebih.

    Untuk Adik-adikku Ahmad Zein dan Hasan Abdurrahman, tiada yang paling

    mengharukan saat berkumpul bersama kalian, walaupun sering bertengkar tapi hal itu selalu

    menjadi warna yang tak akan bisa tergantikan. Hanya karya kecil ini yang kupersembahkan,

    maaf belum bisa menjadi panutan seutuhnya.

    Sebagai tanda cinta kasihku, ku persembahkan karya kecil ini buatmu. Terimakasih

    atas kasih sayang, perhatian, dukungan, dan kesabaranmu yang telah memberikan semangat

    dan inspirasi dalam menyelesaikan tugas akhir ini, semoga engkau pilihan yang terbaik

    buatku dan masa depanku. “Tepu Beni Setiawan” Terimakasih .

    Untuk Bapak Abdul Aziz selaku dosen pembimbing tugas akhir saya, terimakasih

    banyak pak saya sudah dibantu selama ini, sudah dinasehati, sudah meluangkan waktunya,

    dan memberikan ilmunya dari bapak. Terimakasih kepada seluruh dosen Perbankan Syariah

    S1 untuk semua ilmunya dan pengalaman yang berarti yang telah diberikan kepada kami.

    Yang terakhir karya kecil ini kupersembahkan untuk sahabat-sahabatku Rini Suryati,

    Lukluk Atul Fuah, Nur Lailatul Maghfiroh, dan Nessya Maudy. Dan untuk teman-teman ku

    satu atap selama 4 tahun ini sintia, desi, reni, fajri, deka.

  • x

    KATA PENGANTAR

    Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Segala puji

    bagi Allah SWT Tuhan Semesta alam, atas limpahan rahmat, hidayah, taufiq dan inayahnya

    skripsi ini dapat terselesaikan.

    Sholawat serta salam semoga tercurahkan pada junjungan Nabi Agung Muhammad

    SAW, keluarga dan para sahabat yang telah menunjukkan jalan kebenaran dengan perantara

    agama Islam.

    Penulis skripsi ini tidak terlepas dari bantuan serta bimbingan dari berbagai pihak,

    maka segala kerendahan hati penulis menyampaikan terima kasih kepada:

    1. Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd selaku Rektor Intitut Agama Islam Negeri (IAIN)

    Salatiga

    2. Dr. Anton Bawono, M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Institut

    Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga

    3. Abul Aziz NP, S.Ag., M.M selaku dosen pembimbing dengan penuh kesabaran telah

    meluangkan waktunya untuk memberikan pengaraham serta bimbingan dalam

    penulisan skripsi ini dari awal sampai akhir.

    4. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam dan seluruh sivitas

    akademik IAIN Salatiga

    5. Bapak, Ibu, adik-adik dan semua familiku yang selalu memotivasi serta doa restunya

    6. Sahabat-sahabat PS-SI yang telah banyak membarikan masukan kepada penulis.

    7. Semua pihak yang ikut memberikan bantuan dalam menyelesaikan skripsi ini.

  • xi

    8. Penulis menyadari dan mengakui bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari

    kesempurnaan, semua itu karena keterbatasaam pengetahuan penulis. Oleh karena itu,

    kritik dan saran penulis harapkan demi kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya penulis

    berharap semoga skripsi ini bermanfaat. Amin

    Salatiga, 11 September 2017

    Penulis

    Aisyah Hidayati

    NIM. 213 13 036

  • xii

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i

    PERSETUJUAN PEMBIMBING .......................................................................... iv

    LEMBAR PENGESAHAN ..................................................................................... v

    PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN .............................................................. vi

    PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT .................................................................... vii

    MOTTO DAN PERSEMBAHAN ....................................................................... viii

    KATA PENGANTAR ............................................................................................. x

    DAFTAR ISI .......................................................................................................... xii

    DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xvi

    DAFTAR TABEL ................................................................................................ xvii

    ABSTRAK ......................................................................................................... xviii

    BAB I PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Penelitian ............................................................................ 1

    B. Rumusan Masalah ...................................................................................... 13

    C. Tujuan Penelitian ....................................................................................... 14

    D. Manfaat Penelitian ..................................................................................... 15

    E. Sistematika Penulisan ................................................................................ 16

    BAB II LANDASAN TEORI

    A. Telaah Pustaka ........................................................................................... 18

    B. Kerangka Teori .......................................................................................... 23

    1. Merek ................................................................................................... 23

    a. Pengertian Merek ........................................................................... 23

    b. Membangun Merek’....................................................................... 26

  • xiii

    2. Brand Equity ........................................................................................ 28

    a. Pengertian Brand Equity ................................................................ 28

    b. Manfaat Brand Equity .................................................................... 33

    c. Elemen-elemen Brand Equity ........................................................ 34

    1) Brand Awareness ............................................................... 34

    2) Perceived Quality ............................................................... 40

    3) Brand Associations ............................................................ 45

    4) Brand Loyalty .................................................................... 46

    3. Keputusan Pembelian........................................................................... 52

    a. Langkah-langkah keputusan pembelian ......................................... 52

    b. Faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian ........................ 55

    4. Hubungan Antar Variabel .................................................................... 56

    a. Pengaruh kesadaran merek terhadap keputusan menabung ........... 56

    b. Pengaruh asosiasi merek terhadap keputusan menabung .............. 58

    c. Pengaruh loyalitas merek terhadap keputusan menabung ............. 60

    d. Pengaruh persepsi kualitas terhadap keputusan menabung ........... 61

    C. Kerangka Pemikiran................................................................................... 63

    D. Hipotesis .................................................................................................... 63

    BAB III METODE PENELITIAN

    A. Jenis Penelitian........................................................................................... 64

    B. Lokasi dan Waktu Penelitian ..................................................................... 64

    C. Populasi dan Sampel .................................................................................. 64

    1. Populasi ................................................................................................ 64

    2. Sampel.................................................................................................. 65

    D. Metode Pengumpulan Data ........................................................................ 54

    1. Kuesioner (Angket) .............................................................................. 66

    2. Pengamatan (Observasi) ...................................................................... 66

    E. Skala Pengukuran....................................................................................... 67

    F. Definisi Operasional .................................................................................. 68

    G. Instrumen Penelitian .................................................................................. 73

    H. Uji Instrumen Penelitian ............................................................................ 73

    1. Uji Validitas ......................................................................................... 73

    2. Uji Reliabilitas ..................................................................................... 74

  • xiv

    3. Analisis Regresi Berganda ................................................................... 74

    4. Uji Statistik .......................................................................................... 75

    a. Uji t ................................................................................................ 75

    b. Uji f ................................................................................................ 76

    c. Uji R2 ............................................................................................. 76

    5. Uji Asumsi Klasik ................................................................................ 77

    a. Uji Multikolonearitas ..................................................................... 77

    b. Uji Heteroskedastisitas................................................................... 78

    c. Uji Normalitas ................................................................................ 78

    d. Uji Linearitas ................................................................................. 79

    I. Alat Analisis............................................................................................... 79

    BAB IV ANALISI DATA

    A. Deskripsi Obyek Penelitian........................................................................ 80

    1. Profil Bank BRI Syariah ...................................................................... 80

    2. Visi Bank BRI Syariah......................................................................... 82

    3. Misi Bank BRI Syariah ........................................................................ 82

    4. Struktur Organisasi .............................................................................. 83

    B. Identitas Responden ................................................................................... 83

    1. Profil Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ..................................... 83

    2. Profil Responden Berdasarkan Lama Menabung ................................ 84

    3. Profil Responden Berdasarkan Penghasilan ........................................ 85

    4. Profil Responden Berdasarkan Penghasilan yang diperoleh ............... 86

    C. Analisis Data .............................................................................................. 86

    1. Uji Validitas ................................................................................... 86

    2. Uji Reliabilitas ............................................................................... 88

    3. Analisis Regresi Berganda ............................................................. 89

    4. Uji Statistik .................................................................................... 91

    a. Uji ttest ....................................................................................... 91

    b. Uji ftest ...................................................................................... 93

    c. Uji R2 ....................................................................................... 94

    5. Uji Asumsi Klasik .......................................................................... 95

    a. Uji Multikolonearitas ............................................................... 95

    b. Uji Heteroskedastisitas............................................................. 96

  • xv

    c. Uji Linearitas ........................................................................... 97

    d. Uji Normalitas .......................................................................... 98

    D. Pembahasan Hasil Penelitian ..................................................................... 99

    BAB V PENUTUP

    A. Kesimpulan .............................................................................................. 104

    B. Saran ........................................................................................................ 105

    DAFTAR PUSTAKA

    LAMPIRAN

  • xvi

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 2.1 Piramida Brand Awareness ................................................................ 29

    Gambar 2.2 Nilai-Nilai Kesadaran ....................................................................... 31

    Gambar 2.3 Nilai-nilai persepsi kualitas ............................................................... 34

    Gambar 2.4 Piramida Loyalitas Merek .................................................................. 39

    Gambar 2.5 nilai loyalitas merek ........................................................................... 41

  • xvii

    DAFTAR TABEL

    Tabel 1.1 Ringkasan Research Gap ....................................................................... 12

    Tabel 2.1 langkah-langkah keputusan pembelian .................................................. 53

    Tabel 3.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ..................................... 69

    Tabel 4.1Jenis Kelamin responden ........................................................................ 83

    Tabel 4.2 Lama Menabung .................................................................................... 84

    Tabel 4.3 Pendapatan Responden .......................................................................... 85

    Tabel 4.4 Pendapatan yang di dapat responden ..................................................... 86

    Tabel 4.5 Hasil Uji Validitas ................................................................................. 87

    Tabel 4.6 Hasil Uji Reliabilitas ............................................................................. 88

    Tabel 4.7Hasil Regresi Berganda .......................................................................... 89

    Tabel 4.8 Hasil Uji Multikolonearitas ................................................................... 91

    Tabel 4.9 Hasil Uji Heteroskedastisitas ..................................................................................................

    92

    Tabel 4.10 Hasil Uji Linearitas .............................................................................. 93

    Tabel 4.11 Hasil Uji Normalitas ............................................................................ 94

    Tabel 4.12 Hasil Uji ttest ......................................................................................... 95

    Tabel 4.13 Hasil Uji ftest ......................................................................................... 97

    Tabel 4.14 Hasil R2 ................................................................................................ 98

    Tabel 4.15 Hasil Analisis Regresi Berganda ......................................................... 82

  • xviii

    ABSTRAK

    Hidayati, Aisyah. 2017 Analisis Pengaruh Brand Awareness, Brand Association, Brand

    Loyalty dan Perceived Quality terhadap Keputusan Menabung Mahasiswa

    Perbankan Syariah Institut Agama Islam Negeri Salatiga di Bank Bri Syariah

    Kantor Cabang Semarang. Skripsi. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam, Jurusan

    Perbankan Syariah S-1, Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: H.

    Abdul Aziz N.P., S.Ag, MM

    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) pengaruh brand awareness terhadap

    keputusan menabung (2) pengaruh brand associations terhadap keputusan menabung (3)

    pengaruh brand loyalty terhadap keputusan menabung (4) pengaruh perceived quality

    terhadap keputusan menabung. Pengumpulan data dilakukan melalui penyebaran

    kuesioner. Analisis data pada penelitian ini yaitu analisis data kuantitatif. Pengambilan

    sampel menggunakan teknik purposive sampling. Sampel yang diperoleh sebanyak 40

    responden. Alat analisis pada penelitian ini menggunakan IBM SPSS versi 16. Metode

    analisis data yang digunakan yaitu analisis regresi berganda.

    Berdasarkan hasil uji penelitian yang dilakukan yaitu: (1) brand awareness

    berpengaruh positif dan signifikan (2) brand associations berpengaruh positif dan

    signifikan (3) brand loyalty berpengaruh positif dan tidak signifikan (4) perceived quality

    berpengaruh positif dan tidak signifikan. Sedangkan hasil koefisien determinasi (R2)

    sebesar 0,569 ini berarti konstribusi variabel indepen (kesadaran merek, asosiasi merek,

    loyalitas merek, dan persepsi kualitas) mempengaruhi variabel dependen (keputusan

    menabung) sebesar 56,9% sedangkan sisanya sebesar 43,1% dipengaruhi variabel lain di

    luar model penelitian

    Kata Kunci : kesadaran merek, asosiasi merek, loyalitas merek, persepsi kualitas,

    keputusan menabung

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Bank adalah lembaga yang melaksanakan tiga fungsi utama, yaitu

    menerima simpanan uang, meminjamkan uang, dan memberikan jasa

    pengiriman uang. Di dalam sejarah perekonomian umat Islam, pembiayaan

    yang dilakukan dengan akad yang sesuai syariah telah menjadi bagian dari

    tradisi umat Islam sejak zaman Rasulullah Saw. Praktik-Praktik seperti

    menerima titipan harta, meminjamkan uang untuk keperluan konsumsi dan

    untuk keperluan bisnis, serta melakukan pengiriman uang, telah lazim

    dilakukan sejak zaman Rasulullah Saw. Dengan demikian, fungsi-fungsi

    utama perbankan modern, yaitu menerima deposit, menyalurkan dana, dan

    melakukan transfer dana telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari

    kehidupan umat Islam, bahkan sejak zaman Rasulullah Saw.

    Konsep mengenai Bank Islam muncul pertama kali pada tahun

    1940-an, dengan gagasan mengenai perbankan berdasarkan bagi hasil.

    Usaha modern pertama untuk mendirikan Bank tanpa bunga dimulai di

    Pakistan yang mengelola dana haji pada pertengahan tahun 1940-an, tetapi

    usaha ini tidak sukses. Perkembangan berikutnya usaha pendirian Bank

    Syariah yang paling sukses dan inovatif di masa modern ini dilakukan di

    Mesir pada tahun 1963, dengan berdirinya Myt-Ghamr Local Saving Bank.

    Bank ini diterima dengan baik oleh kalangan petani dan masyarakat

  • 2

    pedesaan. Akibat terjadi kekacauan politik di Mesir Myt-Ghamr mulai

    mengalami kemunduran, sehingga operasionalnya diambil alih oleh

    National Bank of Egypt dan Bank Sentral Mesir pada tahun 1967.

    Pengambilalihan ini menyebabkan prinsip nir-bunga kembali dibangkitkan

    pada masa rezim Sadat melalui pendirian Naseer Social Bank. Tujuan

    Bank ini adalah untuk menjalankan kembali bisnis yang berdasarkan

    konsep yang telah dipraktikkan oleh Myt-Ghamr. Kesuksesan Myt-Ghamr

    memberikan inspirasi bagi umat Muslim di seluruh penjuru dunia,

    sehingga timbullah kesadaran bahwa prinsip-prinsip Islam masih dapat di

    aplikasikan dalam bisnis modern. Secara internasional, perkembangan

    perbankan Islam pertama kali diprakarsai oleh Mesir. Pada sidang Menteri

    Luar Negeri Negara-Negara Organisasi Konferensi Islam (OKI) di Karachi

    Pakistan bulan Desember 1970, Mesir mengajukan proposal berupa studi

    tentang pendirian Bank Islam Internasional untuk Perdagangan dan

    Pembangunan (Internasional Islamic Bank for Trade and Development)

    dan proposal pendirian Federasi Bank Islam (Federation of Islamic

    Banks). Inti usulan yang diajukan dalam proposal tersebut adalah bahwa

    sistem keungan berdasarkan bunga harus digantikan dengan suatu sistem

    kerjasama dengan skema bagi hasil keuntungan maupun kerugian.

    Akhirnya terbentuklah Islamic Development Bank (IDB) pada bulan

    Oktober 1975 yang beranggotakan 22 negara Islam pendiri. Bank ini

    menyediakan bantuan financial untuk pembanguna Negara-negara

  • 3

    anggotanya dalam mendirikan bank Islam di negaranya masing-masing

    (www.ojk.go.id).

    Deregulasi perbankan dimulai sejak tahun 1983. Pada tahun

    tersebut Bank Indonesia memberikan keleluasaan kepada bank-bank untuk

    menetapkan suku bunga. Pemerintah berharap dengan kebijakan

    deregulasi perbankan yang lebih efisien dan kuat dalam menopang

    perekonomian. Pada tahun 1983 pemerintah Indonesia pernah berencana

    menerapkan “sistem bagi hasil” dalam perkereditan yang merupakan

    konsep perbankan syariah. Namun inisiatif pendirian bank islam Indonesia

    sudah dimulai pada tahun 1980 melalui diskusi-diskusi bertemakan bank

    islam sebagai pilar ekonomi Islam. Sebagai uji coba, gagasan perbankan

    islam di praktekkan dalam skala yang relatif terbatas di antaranya di

    Bandung (Bait At-Tamwil Salman ITB) dan di Jakarta (Koperasi Ridho

    Gusti). Baru tahun 1990 Majelis Ulama Indonesia (MUI) membentuk

    kelompok kerja untuk mendirikan bank islam di Indonesia pada tanggal

    18-20 Agustus 1990 Majelis Ulama Indonesia menyelenggarakan lokarya

    bunga bank dan perbakan di Cisarua Bogor, hasil lokakarya dibahas lebih

    mendalam pada Musyawarah Nasional IV MUI yang menghasilkan

    amanat pembentukan kelompok kerja pendirian bank islam di Indonesia

    dengan diberi tugas untuk melakukan pendekatan dan konsultasi dengan

    semua pihak, sebagai hasil Tim Perbankan MUI berdirilah bank syariah

    pertama di Indonesia yaitu PT. Bank Muamalat Indonesia dengan sistem

  • 4

    bagi hasil pada UU No. 7 Tahun 1992 tanpa rincian landasan hukum

    syariah serta jenis-jenis usaha yang diperbolehkan (www.ojk.go.id).

    Sedangkan Bank Rakyat Indonesia (BRI) syariah hadir sejak tahun

    2007, berawal dari akuisisi PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk.,

    terhadap Bank Jasa Arta pada 19 Desember 2007 dan setelah mendapatkan

    izin dari Bank Indonesia pada 16 Oktober 2008 melalui surat nya

    0.10/67/KEP.GBI/DpG/2008 PT. Bank BRI Syariah secara resmi

    beroperasi. Kemudian PT. Bank BRI syariah merubah kegiatan usaha yang

    semula beroperasional secara konvensional, kemudian diubah menjadi

    kegiatan perbankan berdasarkan prinsip syariah Islam setelah pada 19

    Desember 2008 ditandatangi akta pemisah Unit Usaha Syariah PT Bank

    Rakyat Indonesia (Persero), Tbk., untuk melebur ke dalam PT. Bank

    Rakyat Indonesia Syariah (proses spin off) yang berlaku efektif pada

    tanggal 1 januari 2009. Penandatangan dilakukan oleh Bapak Sofyan Basir

    selaku Direktur Utama PT. Bank Rakyat Indonesia dan Bapak Ventje

    Rahardjo selaku Direktur Utama PT. Bank Rakyat Indonesia Syariah

    (www.brisyariah.co.id).

    Kini, perbankan syariah telah mengalami perkembangan yang

    cukup pesat dan menyebar ke banyak negara, bahkan ke negara-negara

    Barat seperti Denmark, Inggris, Australia uang berlomba-lomba menjadi

    pusat keuangan Islam di Dunia (Islamic Financial hub) untuk membuka

    bank islam dan Islamic window agar dapat memberikan jasa-jasa

    perbankan yang sesuai dengan prinsip-prinsip syariat islam. Menurut

    http://www.brisyariah.co.id/

  • 5

    Vogel dan Hayes (1998) dalam Muhammad menegaskan bahwa saat ini

    lembaga keuangan islam dan perbankan yang berada di Indonesia maupun

    di belahan dunia mengalami pertumbuhan serta perkembangan yang

    sangat pesat terutama yang berada di negara-negra Barat, Timur Tengah

    dan Asia. Dikarenakan bisnis keuangan islam sebagai peluang baru yang

    sangat penting bagi pertumbuhan ekonomi (Muhammad, 2013).

    Perkembangan dan pertumbuhan industri yang sangat pesat umum

    nya disertai dengan semakin kompleks nya kegiatan usaha bank yang

    mengakibatkan peningkatan eksposur resiko bank. Good Corporate

    Governance pada industi perbankan menjadi lebih penting untuk saat ini

    dan masa-masa yang akan datang, mengingat resiko dan tantangan yang

    dihadapi oleh industri perbankan akan semakin meningkat. Dalam rangka

    meningkatkan kinerja bank, melindungi kepentingan stakeholders.

    Penerapan Good Corporate Governance selain untuk meningkatkan daya

    saing bank itu sendiri juga untuk lebih memberikan perlindungan kepada

    masyarakat dan menyiapkan sumber daya manusia yang bermartabat

    dengan menerapkan lima prinsip dasar Good Corporate Governance.

    Pertama, transparasi yaitu keterbukaan dalam mengemukakan informasi

    dalam melaksanakan proses yang material dan relevan serta keterbukaan

    pengambilan keputusan. Kedua, akuntabilitas yaitu kejelasan fungsi dan

    pelaksanaan dan pertanggungjawaban organ bank sehingga

    pengelolaannya berjalan secara efektif. Ketiga, Pertanggungjawaban yaitu

    kesesuaian pengelolaan bank dengan peraturan perundang-undangan yang

  • 6

    berlaku dan prinsip-prinsip pengelolaan bank yang sehat. Keenpat,

    independensi yaitu pengelolaan bank sevara profesional tanpa pengaruh

    atau tekanan dari pihak manapun. Kelima, kewajaran yaitu keadilan dan

    kesetaraan dalam memenuhi hak-hak stakeholders yang timbul

    berdasarkan perjanjian dan peraturan perundang-undangan yang berlaku

    (Burhanuddin, 2008:127).

    Selain penting nya menerapkatan Good Corporate Governance

    dalam sistem perbakan. Di era globalisasi ini, menuntut lembaga keuangan

    untuk dapat lebih bersaing, memiliki keunggulan dan daya saing, sehingga

    mampu bertahan di antara lembaga keuangan lain. Hal tersebut tentu

    dicapai dengan berbagai macam usaha disertai suatu kreativitas untuk

    mendapatkan ide segar dalam menciptakan berbagai macam cara atau

    bentuk karakteristik atau ciri khas yang memberikan nilai unik dan

    perhatian dari pelanggan kepada perusahaan yang biasa disebut dengan

    istilah brand. Brand adalah nama, istilah, tanda, simbol, rancangan, atau

    kombinasi hal-hal tersebut untuk mengidentifikasi barang atau jasa

    seseorang atau sekelompok penjual untuk membedakan nya dari produk

    pesaing. Merek sebenarnya merupakan nilai tangible dan intangible yang

    terwakili dalam sebuah merek dagang yang mampu menciptakan nilai dan

    pengaruh tersendiri dipasar bila dikelola dengan tepat (Darmadi, dkk

    2004:2).

    Sebagaimana dikemukakan Kolter (2001:357) untuk

    memenangkan persaingan yang begitu ketat maka perlu membentuk

  • 7

    identitas produk yang kuat melalui persaingan merek, mengingat pada saat

    ini persaingan tidak hanya terbatas pada atribut fungsional produk,

    melainkan sudah dikaitkan dengan merek yang mampu memberikan citra

    khusus bagi pemakainya. Hal itu dapat dilakukan dengan memperhatikan

    dan menjaga konsistensu merek produk perusahaan tersebut (Kolter,

    2001:332). Oleh karena itu, sebuah merek harus memiliki ekuitas yang

    tinggi. Brand Equity (Ekuitas Merek) merupakan seperangkat aset dan

    liabilitas merek yang berkaitan dengan suatu merek, nama dan simbolnya,

    yang menambah atau mengurangi nilai yang diberikan oleh sebuah barang

    atau jasa kepada perusahaan atau para pelanggan perusahaan (Aaker,

    1997). Ekuitas merek mengakibatkan pelanggan memperlihatkan

    preferensi terhadap suatu produk dibandingkan dengan yang lain apabila

    keduanya pada dasarnya identik. Salah satu preferensi yang diperhatikan

    konsumen itu yakni merek produk tersebut. Karena pada dasarnya setiap

    konsumen menginginkan suatu produk yang dapat memberikan nilai

    utilitas yang tinggi bagi dirinya, sehingga apabila terdapat dua atau lebih

    produk yang identik, maka tentu mereklah yang menjadi pembeda dan

    suatu hal yang wajar apabila konsumen tersebut akan membeli salah satu

    produk yang bermerek lebih ternama dan terbaik menurut konsumen.

    Seperti yang dilakukan Oleh Bank BRI Syariah di usia nya yang

    baru menginjak 8 tahun, BRI Syariah terus mendorong prestasi kinerja,

    dimana jumlah nasabah terus meningkat. Pelayanan terbaik menjadi

    prioritas utama Bank BRI Syariah sebagai bank ritel modern untuk

  • 8

    melayani para nasabah. Hal ini terlihat dari aset penghimpunan dana yang

    meningkat menjadi 19,65 triliun atau tumbuh 17,58% dari sebelumnya

    (www.brisyariah.co.id). Bank BRI Syariah berhasil menyusun strategi

    agar mereknya dapat masuk ke dalam kelompok kesadaran, pertimbangan,

    dan pilihan prospek. Sebagaimana dikemukakan kolter (2001:357), untuk

    mengungguli atau memenangkan persaingan yang begitu ketat maka perlu

    membentuk identitas produk yang kuat melalui persaingan merek, merek

    harus mampu memberikan citra khusu bagi pemakainya. Hal ini dapat

    dilakukan dengan memperhatikan dan menjaga konsisten. Strategi yang

    dilakukan Bank BRI Syariah dengan mengidentifikasi merek lain dalam

    kelompok pilihan konsumen sehingga BRI Syariah dapat merencanakan

    daya tarik kompetitif yang tepat. Selain itu, BRI Syariah juga

    mengidentifikasi sumber informasi konsumen dan mengevaluasi arti

    penting merek yang mereka miliki.

    Yaitu dengan bertanya kepada konsumen akan membantu suatu

    perusahaan menyiapkan komunikasi efektif untuk pasar sasaran.

    Perusahaan yang cerdas berusaha untuk memahami proses keputusan

    pembelian pelanggan secara penuh, semua pengalaman mereka dalam

    pembelajaran, memilih, menggunakan dan bahkan menyingkirkan produk.

    Keputusan pembelian lebih sering didasarkan pada pertimbangan merek

    dari pada hal-hal lain. Banyak variasi produk untuk jenis produk yang

    sama tetapi dengan merek yang berbeda pula. Dengan adanya merek maka

    akan mempermudah perusahaan mengenalkan produknya kepada para

  • 9

    konsumen sehingga merek harus selalu hidup agar dapat diterima pasar.

    Menurut Kolter dan Keller Keputusan pembelian seseorang merupakan

    hasil dari suatu proses yang terdiri dari lima tahapan pengenalan masalah,

    pencarian informasi, evaluasi alternatif, keputusan pembelian, dan perilaku

    pasca pembelian itu sendiri. Ia juga menambahkan bahwa keputusan

    pembelian yang dilakukan oleh konsumen sangat dipengaruhi oleh faktir

    psikologis dan karakteristik konsumen itu sendiri. Ekuitas merek

    memgang peranan kunci terhadap psikologis seorang pelanggan dalam

    pembentukan persepsi dan pembangunan karajter pelanggan. (Kolter dan

    Keller, 2008:184).

    Penelitian Dicho dan Kadarisma (2016) yang berjudul “Pengaruh

    Brand Equity terhadap Keputusan Pembelian (Survei pada konsumen

    pembeli dan pengguna kartu perdana simpati telkomsel di lingkungan

    mahasiswa jurusan Administrasi bisnis angkatan 2012-2013 Fakultas

    Administrasi Universitas Brawijaya Malang)” menyimpulkan bahwa brand

    awareness berpengaruh tidak signifikan terhadap keputusan pembelian,

    brand associations berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian,

    begitu juga dengan perceived quality dan brand loyalty berpengaruh

    signifikan terhadap keputusan pembelian.

    Sedangkan Penelitian Nicky dkk (2016) yang berjudul “Pengaruh

    Brand Awareness dan Brand Attitude terhadap Keputusan Pembelian

    Handphone Merek Nokia (Studi kasus pada siswa SMA dan SMK di Kota

    Manado)” menyimpulkan bahwa variabel kesadaran merek berpengaruh

  • 10

    signifikan terhadap keputusan pembelian dengan tingkat signifikan sebesar

    0,000 > 0,05.

    Penelitian Oon boy dkk (2011) yang berjudul “Pengaruh Brand

    Equity Flash Disk Merek Kingston terhadap Keputusan Pembelian pada

    Mahasiswa AMIK MBP Medan” menyimpulkan bahwa variabel

    kesadaran merek berpengaruh postif dan signifikan terhadap keputusan

    pembelian, variabel asosiasi merek berpengaruh negatif dan tidak

    signifikan terhadap keputusan pembelian dengan tingkat signifikansi 0,328

    > 0,005, Variabel persepsi kualitas berpengaruh positif dan signifikan,

    sedangkan loyalitas merek juga berpengaruh positif dan sigifikan terhadap

    keputusan pembelian.

    Sedangkan Penelitian Jatmiko dan Retno (2015) yang berjudul “

    Pengaruh Brand Positioning dan Brand Equity Terhadap Keputusan

    Pembelian Sepeda Motor Yamaha” mengindikasikan bahwa Kesadaran

    merek tidak memiliki pengaruh terhadap variabel keputusan pembelian,

    Asosiasi Merek tidak memiliki pengaruh terhadap variabel keputusan

    pembelian begitu juga loyalitas merek tidak memiliki pengaruh terhadap

    variabel keputusan pembelian. Sedangkan Kesan Kualitas memiliki

    pengaruh terhadap variabel keputusan pembelian.

    Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Yudi Ariyanto (2016)

    yang berjudul “Pengaruh Ekuitas Merek dan Gaya Hidup terhadap

    Keputusan Pembelian Mobil Nissan Juke” menyimpulkan bahwa variabel

    ekuitas merek dalam penelitian ini berpengaruh positif dan signifikan

  • 11

    terhadap keputusan pembelian mobil nissan juke pada PT.United Indo

    Surabaya

    Dalam Penelitian Ayu dan Assegaff (2010) yang berjudul “Analisis

    Brand Awareness, Brand Associations, Perceived Quality dan Pengaruh

    nya terhadap Keputusan Pembelian” menyimpulkan bahwa variabel brand

    awarenss berpengaruh positif dan signifikan, variabel brand associations

    juga berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian,

    dan variabel perceived quality berpengaruh positif dan signifikan.

    Sedangakan penelitian Irwan dan Hastuti (2014) yang berjudul

    “Pengaruh Elemen Ekuitas Merek (Brand Equity) terhadap Keputusan

    Pembelian Produk Pakaian (X) S.M.L di Surabaya” menyimpulkan bahwa

    keasadaran merekberpengaruh positif terhadap keputusan pembelian,

    variabel persepsi kualitas tidak berpengaruh terhadap keputusan

    pembelian, loyalitas merek berpengaruh positif, sedangkan variabel

    asosiasi merek tidak berpengaruh terhadap keputusan pembelian produk

    pakaian (x) di surabaya.

    Dalam penelitian Eded (2009) dengan judul “Pengaruh Perceived

    Quality dari Brand Equity terhadap Keputusan Pembelian Deterjen

    Bukrim (Studi Kasus Konsumen di Giant Supermarket, Griya Setyabudhi,

    dan Isola Swalayan di Bandung)” menyimpulkan bahwa perceived quality

    berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian. Yang

    terdiri dari kinerja, daya tahan, kesesuaian dengan spesifikasi, keandalan,

    karakteristik produk, pelayanan.

  • 12

    Tabel 1.1

    Ringkasan Research Gap

    NO Nama

    Peneliti/Tahun

    Variabel yang digunakan Hasil Penelitian

    Isu : Kesadaran Merek dan Keputusan Pembelian

    1. Dicho dan Kadarisman/ 2016

    Kesadaran Merek dan

    Keputusan Pembelian

    Kesadaran Merek

    berpengaruh tidak

    signifikan terhadap

    keputusan

    pembelian

    2. Nicky dkk/ 2016 Kesadaran Merek dan Keputusan Pembelian

    Kesadaran Merek

    berpengaruh

    signifikan terhadap

    keputusan

    pembelian

    Isu : Asosiasi Merek dan Keputusan Pembelian

    1. Oon Boy dkk/ 2011

    Asosiasi Merek dan Keputusan

    Pembelian

    Asosiasi Merek

    Berpengaruh

    negatif dan tidak

    signifikan terhadap

    keputusan

    pembelian

    2. Ayu dan Assegaff/ 2010

    Asosiasi Merek dan Keputusan

    Pembelian

    Asosiasi Merek

    berpengaruh positif

    dan signifikan

    terhadap keputusan

    pembelian

    Isu : Loyalitas Merek dan Keputusan Pembelian

    1. Jatmiko dan Retno/ 2015

    Loyalitas Merek dan Keputusan

    Pembelian

    Loyalitas Merek

    tidak memiliki

    pengaruh terhadap

    keputusan

    Pembelian

    2. Yudi Ariyanto/ 2016

    Loyalitas Merek dan Keputusan

    Pembelian

    Loyalitas Merek

    memiliki hubungan

    positif terhadap

    keputusan

    pembelian

    Isu : Persepsi Kualitas dan Keputusan Pembelian

    1. Irwan dkk/ 2014 Persepsi Kualitas dan Keputusan Pembelian

    Persepsi Kualitas

    tidak berpengaruh

    signifikan terhadap

    keputusan

  • 13

    pembelian

    Eded dan Penty/

    2009

    Persepsi Kualitas dan

    Keputusan Pembelian

    Persepsi Kualitas

    Berpengaruh

    signifikan terhadap

    keputusan

    pembelian

    Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah objek dan

    lokasi yang di teliti, sehingga menjadikan hal yang menarik untuk di teliti. Dari

    hal tersebut penulis menduga bila kesadaran merek, asosiasi merek, persepsi

    merek dan loyalitas merek masing-masing berpengaruh terhadap keputusan

    menabung.

    Berdasarkan bukti kemajuan Bank Bri Syariah di atas mendorong peneliti

    melakukan penelitian di Bank Bri Syariah Kantor Cabang Semarang, dan

    berdasarkan kesenjangan dari penelitian-penelitian terdahulu peneliti tertarik

    untuk meneliti dengan judul : Analisis Pengaruh Brand Awareness, Brand

    Association, Brand Loyaltydan Perceived Qualityterhadap Keputusan

    Menabung di Bank Bri Syariah Semarang (Studi Kasus Mahasiswa

    Perbankan Syariah Institut Agama Islam Negeri Salatiga).

    B. Rumusan Masalah

    Dari latar belakang di atas dapat dirumuskan pokok permasalahan

    yang terjadi dan menjadi fokus penelitian yaitu :

  • 14

    1. Apakah pengaruh Brand Awareness (kesadaran merk) terhadap

    keputusan menabung mahasiswa Perbankan Syariah Intitut Agama

    Islam Negeri Salatiga di Bank BRI Syariah Kantor Cabang Semarang ?

    2. Apakah pengaruh Brand Association (asosiasi merk) terhadap

    keputusan menabung mahasiswa Perbankan Syariah Intitut Agama

    Islam Negeri Salatiga di Bank BRI Syariah Kantor Cabang Semarang ?

    3. Apakah pengaruh Brand Loyalty (loyalitas merk) terhadap keputusan

    menabung mahasiswa Perbankan Syariah Intitut Agama Islam Negeri

    Salatiga di Bank BRI Syariah Kantor Cabang Semarang ?

    4. Apakah pengaruh Perceived Quality (persepsi kualitas) terhadap

    keputusan menabung Mahasiswa Perbankan Syariah Intitut Agama

    Islam Negeri Salatigadi Bank BRI Syariah Kantor Cabang Semarang ?

    C. Tujuan Penelitian

    1. Untuk mengetahui pengaruh brand awareness (kesadaran merek)

    terhadap keputusan menabungMahasiswa Perbankan Syariah Intitut

    Agama Islam Negeri Salatiga di Bank Bri Syariah Kantor Cabang

    Semarang

    2. Untuk mengetahui pengaruh brand association (asosiasi merek)

    terhadap keputusan menabungMahasiswa Perbankan Syariah Intitut

    Agama Islam Negeri Salatiga di Bank Bri Syariah Kantor Cabang

    Semarang

  • 15

    3. Untuk mengetahui pengaruh brand loyalty (loyalitas merek) terhadap

    keputusan menabungMahasiswa Perbankan Syariah Intitut Agama

    Islam Negeri Salatiga di Bank Bri Syariah Kantor Cabang Semarang

    4. Untuk mengetahui pengaruh perceived quality (persepsi kualitas)

    terhadap keputusan menabungMahasiswa Perbankan Syariah Intitut

    Agama Islam Negeri Salatiga di Bank Bri Syariah Kantor Cabang

    Semarang

    D. Manfaat Penelitian

    Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat baik secara

    ilmiah maupun secara praktis, adapun manfaat dari hasil penelitian ini

    adalah:

    1. Bagi penulis

    a. Menambah pengetahuan tentang pengaruh Brand Awareness,

    Brand Association, Brand Loyalty, dan Perceived Quality

    terhadap Keputusan Menabung di Bank Bri Syariah Kantor

    Cabang Semarang.

    b. Memberikan pengalaman serta dapat memperluas wawasan

    peneliti

    c. Peneliti dapat mengaplikasikan teori yang diperoleh dalam

    pembuatan karya ilmiah yang berupa skripsi

    2. Untuk pembaca dan penulis lain

    a. Menambah informasi bermanfaat mengenai pengaruh Brand

    Awareness, Brand Association, Brand Loyalty,danPerceived

  • 16

    Quality terhadap Keputusan Menabung Mahasiswa Perbankan

    Syariah Intitut Agama Islam Negeri Salatiga di Bank Bri Syariah

    Kantor Cabang Semarang Dapat dijadikan bahan penelitian lebih

    lanjut dengan menambah permasalahan lain

    3. Bagi Bank Bri Syariah Cabang Semarang

    Hasil penelitian ini diharapkan bisa menjadi bahan informasi dan

    masukan bagi Bank Bri Sayariah Kantor Cabang Semarang dalam

    melakukan berbagai kebijakan. Khususnya masalahBrand

    Awareness, Brand Association, Perceived Quality, dan Brand

    Loyalty, hal tersebut cukup berguna dalam proses pengambilan

    keputusan suatu pimpinan

    E. Sistematika Penulisan

    Sistematika penulisan pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

    BAB I : PENDAHULUAN

    Pada Bab ini berisikan tentang latar belakang masalah,

    rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,

    sistematika penulisan.

    BAB II : LANDASAN TEORI

    Pada Bab ini berisikan tentang ringkasan penelitian

    terdahulu, bangunan teori dan konsep yang akan digunakan

    untuk menganalisis, serta berisi uk menghasilkan hipotesis

    dan model penelitian yang akan diuji disajikan dalam

    bentuk gambar dan atau persamaan.

  • 17

    BAB III : METODE PENELITIAN

    Pada bab ini menguraikan tentang jenis penelitian, lokasi

    dan waktu penelitian, populasi dan sampel, teknik

    pengumpulan data, metode pengumpulan data, skala

    pengukuran, definisi konsep dan operasional, instrumen

    penelitian, uji instrumen penelitian, alat analisis.

    BAB IV : ANALISIS DAN PEMBAHASAN

    Pada bab ini membahas deskripsi Bank Bri Syariah Kantor

    Cabang Semaranganalisis data dalam penelitian serta berisi

    jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang disebutkan dalam

    rumusan masalah.

    BAB V : PENUTUP

    Pada bab ini merupakan penutup dari penulisan yang terdiri

    dari kesimpulan atau hasil analisis dan saran yang dianggap

    bermanfaat.

  • 18

    BAB II

    LANDASAN TEORI

    A. Telaah Pustaka

    Di dalam tinjauan pustaka ini akan dibahas tentang hasil

    penelitian-penelitian terdahulu yang sejenis dengan penelitian yang akan

    dilakukan sebagai acuan atau pembanding untuk mencari perbedaan-

    perbedaan agar tidak ada unsur duplikasi.

    Penelitian yang dilakukan oleh Edi dkk (2013:10) tentang

    pengaruh brand equity terhadap keputusan pembelian produk sepeda

    motor yamaha vixion (Studi kasus di Universitas Singaperbangsa

    Karawang) dengan sampel 100 responden pengguna sepeda motor yamaha

    vixion di Universitas Singaperbangsa Karawang. Dalam penelitian ini

    menggunakan 3 variabel dari brand equity sebagai variabel independen

    metiputi Brand Awareness (X1) Brand Associations (X2) dan Brand

    Loyalty (X3). Dengan keputusan pembelian (Y) sebagai variabel

    dependen. Hasil penelitian menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan

    terhadap keputusan pembelian sepeda motor yamaha vixion.

    Yanti (2014:84) melakukan penelitian pada mie instan cepat saji di

    kota Depok tentang dimensi ekuitas merek (brand equity) dan keputusan

    pembelian dengan menggunakan sampel sebanyak 100 reponden dengan

    menggunakan metode accidental sampling dari masyarakat kota Depok

    yang datang berbelanja di salah satu pusat pembelanjaan. Hasil penelitian

    ini menggungkapkan bahwa variabel kesadaran merek, persepsi kualitas,

  • 19

    asosiasi merek, dan loyalitas merek berpengaruh signifikan terhadap

    keputusan pembelian.

    Menurut penelitian Albert (2014:31) pada sepeda motor merek

    honda di Kota Bandung tentang analisis pengaruh faktor-faktor brand

    equity terhadap keputusan pembelian dengan sampel sejumlah 100

    responden. Penelitian ini menggunakan 4 variabel independen meliputi

    kesadaran merek (X1), Asosiasi merek (X2), persepsi kualitas (X3), dan

    loyalitas merek (X4) dengan keputusan pembelian sebagai variabel

    dependen. Hasil membuktikan bahwa variabel kesadaran merek

    berpengaruh secara signifikan terhadap keputusan pembelian sepeda motor

    merek honda di kota bandung.

    Abraham (2016:5) melakukan penelitian tentang pengaruh brand

    equity terhadap keputusan pembelian smartphone samsung oleh

    mahasiswa Universitas X dengan sampel 91 responden yang menggunakan

    smartphone samsung di universitas X. Dalam penelitian ini menggunakan

    4 variabel independen dan 1 variabel dependen. Hasil menunjukkan

    adanya adanyan pengaruh brand equity terhadap keputusan pembelian,

    brand equity sebagai variabel independen memiliki pengaruh signifikan

    sebesar 34,8% terhadap keputusan pembelian smartphone samsung di

    Universitas X.

    Penelitian yang dilakukan Saleh (2013:154) tentang pengaruh

    ekuitas merek terhadap keputusan pembelian sepeda motor yamaha

    dengan faktor keluarga sebagai variabel moderator dengan sampel yang di

  • 20

    ambil 100 orang pemilik sepeda motor yamaha di Simpang Empat

    Pasaman Barat. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa ekuitas merek

    berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian sepeda

    motor yamaha dengan koefisien sebesar 0,502, ini berarti merek yamaha

    cukup kuat dalam mempengaruhi konsumen membeli produk itu.

    Demikian juga variabel keluarga berpengaruh positif dan signifikan

    terhadap keputusan pembelian sepeda motor selanjutnya menunjukkan

    bahwa keluarga tidak berperan memoderasi hubungan antara ekuitas

    dengan keputusan pembelian sepeda merek yamaha.

    Riwin dkk (2013:153) melakukan penelitian tentang pengaruh

    ekuitas terhadap faktor psikologis yang berdampak terhadap keputusan

    pembelian (studi kasus pada mahasiswa jurusan administrasi bisnis

    angkatan 2012-2013) dengan sampel 104 responden yang membeli

    handphone blackberry. Dengan hasil penelitian menyatakan ekuitas merek

    secara berpengaruh signifikan terhadap struktur keputusan pembelian. Hal

    ini dibuktikan dengan probabilitas sebesar 0,000 < 0,005 dengan ini

    konsumen cenderung lebih memilih merek terlebih dahulu baru setelah itu

    memikirkan harga, merek merupakan pertimbangan konsumen dalam

    pengambilan keputusan.

    Menurut penelitian Marco (2014) tentang analisis pengaruh ekuitas

    merek terhadap keputusan pembelian dan kepuasaan konsumen produk teh

    botol sosro kemasan kotak dengan menggunakan sampel 200 responden

    yang pernah mengkonsumsi produk teh botol sosro kemasan kotak dalam

  • 21

    satu tahun terakhir. Penelitian ini 1 variabel independen yaitu ekuitas

    merek (X1) keputusan pembelian sebagai variabel dependen (Y) dan

    kepuasaan konsumen sebagai variabel intervening. Hasil penelitian

    menyimpulkan bahwa ekuitas merek berpengaruh positif dan signifikan

    terhadap keputusan pembelian, keputusan pembelian berpengaruh secara

    signifikan terhadap kepuasaan konsumen, dan ekuitas merek juga

    berpengaruh signifikan terhadap kepuasaan pembelian.

    Komang (2015) juga melakukan penelitian yang serupa dengan

    judul pengaruh ekuitas merek terhadap keputusan pembelian produk

    minuman teh botol sosro pada mahasiswa jurusan pendidikan ekonomi

    UNDIKSHA 2015 dengan sampel 82 responden mahasiswa jurusan

    ekonomi. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa variabel kesadaran merek

    berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian yang

    ditunjukkan dengan koefisien regresi yang positif sebesar thitung 3,475 >

    dari ttabel 1,9893 dan nilai probabilitas 0,001 < 0,05 artinya kesadaran

    merek semakin baik maka keputusan pembelian juga semakin baik,

    variabel asosiasi merek berpengaruh positif dan signifikan dengan nilai

    probabilitas 0,002 < 0,05, variabel loyaitas merek berpengaruh positif dan

    signifikan, dan variabel persepsi kualitas merek juga berpengaruh positif

    dan signifikan ditunjukkan dengan nilai probabilitas 0,009 < 0,005.

    Penelitian yang dilakukan Gede Teguh dan Wardana (2015:843)

    tentang pengaruh ekuitas merek terhadap keputusan pembelian iphone di

    Denpasar dengan sampel sebanyak 120 responden masyarakat kota

  • 22

    denpasar yang menggunakan smartphone dan pendidikan minimal SMA.

    Hasil penelitian menyimpulkan bahwa kesadaran merek, persepsi kualitas,

    asosiasi merek, dan loyalitas merek berpengaruh signifikan terhadap

    keputusan pembelian dengan nilai Fhitung sebesar 53,579 > 2,45 Ftabel dan

    nilai signifikansi sebesar 0,000 < 0,05. Perusahaan harus selalu melakukan

    pengulangan untuk mengingatkan ingatan seseorang terhadap merek

    iphone dengan penambahan fitur atau aplikasi yang baru untuk memenuhi

    semua tuntutan konsumen dalam menggunakan produk iphone.

    Menurut penelitian Muhammad dan Edi (2009:360) tentang

    analisis elemen-elemen ekuitas merek (brand equity) dari produk kartu

    telepon cdma dengan sampel 400 responden yang menggunakan sim card

    cdma di Jakarta tidak termasuk Kepulauan Seribu. Hasil penelitian

    menyimpulkan bahwa ekuitas merek yang terdiri dari kesadaran merek,

    asosiasi merek, persepsi kualitas, dan loyalitas merek berpengaruh

    signifikan. Merek kartu telepon cdma yang berada pada tingkat top of

    mind adalah esia yang berada pada tingkat brand recall adalah flexi.

    Perusahaan provider kartu telepon cdma startone, smart dan terutama hepi

    harus berusaha keras untuk meningkatkan kesadaran merek kartu mereka

    karena saat ini para konsumen khusus nya di wilayah Jakarta masih

    banyak yang kurang mengenal merek-merek tersebut.

  • 23

    B. Kerangka Teori

    1. Merek

    a. Pengertian Merek

    Menurut American Marketing Association, definisi merek

    adalah nama, istilah, tanda, simbol atau rancangan atau kombinasi

    dari hal-hal tersebut. Tujuan pemberian merek adalah untuk

    mengidentifikasi produk atau jasa yang dihasilkan sehingga

    berbeda dari produk atau jasa yang dihasilkan oleh pesaing.

    Merek dapat dibagi dalam pengertian lainnya, seperti:

    1) Brand name (nama merek) yang merupakan bagian dari

    yang dapat diucapkan misalnya, Pepsodent, BMW, Toyota,

    dan sebagainya.

    2) Brand mark (tanda merek) yang merupakan sebagian dari

    merek yang dapat dikenali namun tidak diucapkan, seperti

    lambang, desain huruf atau warna khusus. Misalnya, simbol

    Toyota, gambar tiga berlian Mitsubishi.

    3) Trade mark (tanda merek dagang) yang merupakan merek

    atau sebagian dari merek yang dilindungi hukum karena

    kemampuannya untuk menghasilkan sesuatu yang

    istimewa. Tanda dagang ini melindungi penjual dengan hak

    istimewanya untuk menggunakan nama merek (tanda

    merek).

  • 24

    4) Copyright ( Hak Cipta) yang merupakan hak istimewa yang

    dilindungi oleh undang-undang untuk memproduksi,

    menerbitkan, dan menjual karya musik atau karaya seni.

    Jadi merek merupakan janji penjual untuk secara konsisten

    memberikan feature, manfaat, dan jasa tertentu kepada pembeli.

    Merek terbaik akan memberikan jaminan kualitas. Namun

    pemberian nama atau merek pada suatu produk hendaknya tidak

    hanya merupakan suatu simbol, karena merek memilki enam

    tingkat pengertian yaitu:

    1) Artibut

    Setiap merek memiliki atribut. Atribut ini perlu dikelola

    dan diciptakan agar pelanggan dapat mengetahui dengan

    pasti atribut-atribut apa saja yang terkandung dalam suatu

    merek. Contohnya, BMW seri 7 merupakan merek mobil

    yang dirancang dengan kualitas tinggi, selalu menjaga

    keamanan, bergengsi, berharga jual mahal serta dipakai

    oleh senior eksekutif perusahaan multinasional.

    2) Manfaat

    Selain atribut, merek juga memiliki serangkaian manfaat.

    Konsumen tidak membeli atribut, mereka membeli

    manfaat. Produsen harus dapat menerjemahkan atribut

    menjadi manfaat fungsional maupun manfaat emosional.

    Atribut “aman” dapat diterjemahkan menjadi manfaat

  • 25

    fungsional, yaitu tidak perlu mengganti berbagai fungsi rem

    serta balon pelindung baik dari depan maupun dari samping

    kiri dan kanan. Manfaat fungsional dapat diterjemahkan

    kedalam manfaat emosional yaitu “ Selama mengendarai

    BMW seri 7, saya merasa aman dan menyenangkan.”

    Selain itu atribut-atribut lain juga harus dapat

    diterjemahkan menjadi manfaat yang dapat langsung

    dirasakan oleh konsumen.

    3) Nilai

    Merek juga menyatakan sesuatu tentang nilai bagi

    produsen. Merek yang memilki nilai tinggi akan dihargai

    oleh konsumen sebagai merek yang berkelas, sehingga

    dapat mencerminkan siapa pengguna merek tersebut.

    4) Budaya

    Mereka juga mewakili budaya tertentu. Misalnya, Mercedes

    mewakili budaya Jerman yang terorganisasi dengan baik,

    memiliki cara kerja yang efisien, dan selalu menghasilkan

    produk yang berkualitas tinggi.

    5) Kepribadian

    Merek juga memiliki kepribadian, yaitu kepribadian bagi

    para penggunanya. Jadi diharapkan dengan menggunakan

    merek, kepribadian si pengguna akan tercermin bersamaan

    dengan merek yang ia gunakan.

  • 26

    6) Pemakai

    Merek juga menunjukkan jenis konsumen pemakai

    merek tersebut. Itulah sebabnya para pemasar selalu

    menggunakan analogi orang-orang terkenal untuk

    penggunaan mereknya. Misalnya, untuk menggambarkan

    orang yang sukses selalu menggunakan BMW seri 7.

    b. Membangun Merek

    Membangun merek yang kuat tidak berbeda dari membangun

    sebuah rumah. Untuk memperoleh bangunan rumah yang kukuh,

    kita memerlukan fondasi yang kuat. Begitu juga dengan

    membangun dan mengembangkan merek. Ia memerlukan fondasi

    yang kuat. Caranya adalah:

    1) Memilki positioning yang tepat

    Merek dapat di positioningkan dengan berbagai cara,

    misalnya dengan menempatkan posisinya secara spesifik di

    benak pelanggan. Membangun positioning adalah

    menempatkan semua aspek dari brand value (termasuk

    manfat fungsional) secara konsisten sehingga selalu

    menjadi nomor satu di benak pelanggan. Menjadi nomor

    satu di benak pelanggan merupakan tujuan utama dari

    positioning. Menjadi nomor satu di benak pelanggan bukan

    berarti selalu menjadi nomor satu untuk semua aspek.

    Contohnya adalah Volvo. Volvo bukan merupakan mobil

  • 27

    nomor satu untuk semua aspek. Tetapi volvo adalah mobil

    nomor satu untuk kategori mobil aman dan positioning atas

    brand value ini terus dipertahankan secara konsisten,

    sehingga menancap erat di benak konsumen, kalau mau

    mau mobil yang aman, naiklah Volvo. Merek yang berhasil

    harus memiliki kategori spesifik agar menjadi nomor satu

    di benak pelanggan. Keberhasilan positioning adalah tidak

    sekedar menemukan kata kunci atau ekspresi dari core

    benefit suatu merek, tetapi lebih jauh lagi yaitu

    menjembatani keinginan dan harapan pelangan sehingga

    dapat memuaskan pelanggan.

    2) Memiliki brand value yang tepat

    Semakin tepat meek di positioningkan di benak

    pelanggan, merek tersebut akan semakin kompetitif. Untuk

    mengelola hal tersebut kita perlu mengetahui brand value.

    Diibaratkan sebuah pakaian, positioning adalah kesesuaian

    ukuran bagi pemakainya. Sedangkan brand value adalah

    keindahan warna serta model pakaian tersebut. Brand value

    membentuk brand personality. Brand personality lebih

    cepat berubah dibandingkan brand positioning, karena

    brand personality mencerminkan gejolak perubahan selera

    konsumen.

  • 28

    3) Memiliki konsep yang tepat

    Tahap akhir untuk mengkomunikasikan brand value

    dan positioning yang tepat kepada konsumen harsu

    didukung oleh konsep yang tepat. Pengembangan konsep

    merupakan proses kreatif, karena berbeda dari positioning,

    konsep dapat terus-menerus berubah sesuai daur hidup

    produk yang bersangkutan. Konsep yang baik adalah dapat

    mengkomunikasikan semua elemen-elemen brand value

    dan positioning yang tepat, sehingga brand image dapat

    terus-menerus ditingkatkan.

    2. Brand Equity

    a. Pengertian Brand Equity

    Definisi Brand Equity menurut Aaker (1991:15) Ekuitas

    merek adalah seperangkat asset dan liabilitas merek yang

    berkaitan dengan suatu merek, nama dan simbolnya, yang

    menambah atau melindungi nilai yang diberikan oleh sebuah

    barang atau jasa kepada konsumen. Jika nama atau simbol

    suatu merek berubah, maka beberapa atau bahkan semua aset

    dapat berubah atau bahkan hilang, walaupun beberapa

    diantaranya bergeser kenama atau simbol yang baru. Brand

    equity sendiri mencakup keseluruhan kekuatan dari sebuah

    merek di pasaran dan akan memberikan value pada perusahaan

    atau badan usaha yang menghasilkan produk atau jasa tersebut.

  • 29

    Tugas pemasar disini sangat penting untuk dapat membuat

    rancangan ataupun strategi yang tepat dalam pembuatan

    identitas merek yang mudah diingat dan memiliki aset-aset

    yang kuat di masyarakat.

    Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Barwise pada

    tahun 1993, pada saat itu banyak praktisi periklanan

    menggunakan istilah “Brand Equity” (Ekuitas Merek) sejak

    saat itu sampai sekarang. Menurut Aaker, 1990; Davis and

    Douglass, 1995) yang memakai teori finansial berpendapat

    bahwa corporate executive tidak akan mengetahui nilai aset

    intangible dari perusahaannya tanpa mengetahui aspek

    keuangan perusahaan yang bersangkutan. Aspek keuangan

    penting untuk diketahui pada saat perusahan melakukan

    akuisisi atau berusaha melakukan take over. Tanpa mengetahui

    nilai masing-masing merek, kemungkinan besar nilainya akan

    menjadi under valued. Pandagan kedua dari brand equity

    adalah korelasi antara brand equity dan brand extension (Pitta

    and Katsanis, 1995; Baldinger, 1990). Disini brand equity

    diukur berdasarkan kemampuan merek tersebut mendukung

    perluasan merek yang dilakukan. Semakin tinggi nilai brand

    equity yang dimiliki, upaya perluasan merek akan semakin

    baik. Pandangan ketiga berkaitan dengan perspektif konsumen

    tentang brand equity (Pokorny, 1995; Lassar, Mittal, Shama,

  • 30

    1995). Pandangan ketiga ini lebih banyak berhubungan dengan

    masalah psikologis dan perilaku konsumen. Jadi, dengan

    melihat perilaku pengambilan keputusan pembelian, manajer

    pemasaran dapat menentukan seberapa jauh persepsi brand

    equity yang dimiliki oleh pelanggan terhadap suatu merek.

    Analisis yang digunakan adalah loyalitas merek, dominasi

    merek dan kesan merek sebagai komponen dari brand equity.

    Menurut David A Aaker (1996:8), “Brand Equity is a set of

    assets (and liabilities) linked to a brand’s name and symbol

    that adds to (or subtraacts from) the value provided by a

    product or service to a firm and or that firm’s customers. The

    major asset categories are Brand awareness, Perceived

    Quality, Brand Associations and Brand Loyalty

    Tahap proses perkembangan ekuitas merek (brand equity),

    setelah perusahaan dapat membangun sebuah brand equity

    maka selanjutnya perusahaan harus memahami bagaimana cara

    atau tahapan proses dalam mengembangkan tahapan proses

    dalam mengembangkan ekuitas produk tersebut (Kolter, Philip

    and Kevin Lane Keller, 2002). Perkembangan brand equity

    paling tidak mengikuti enam tahapan yang akan di jelaskan

    sebagai berikut (Hasan A, 2013) :

  • 31

    1) Tahap 1 : Produk Unbranded

    Pada tahap pertama “barang diperlukan sebagai barang

    komoditi atau kasus dimana konsumen enggan untuk

    membuat perbedaan merek, misalnya tusuk gigi. Di negara-

    negara berkembang, informasi tentang produk umunya

    dibatasi dan karenannya konsumen memiliki pengetahuan

    merek produk sangat sedikit. Ekuitas merek nyaris tidak ada

    pada tahap ini.

    2) Tahap 2 : Merek sebagai referensi

    Pada tahap kedua, produsen mengingkatkan daya saing

    produk di pasar untuk membedakan barang-barang mereka

    dari yang lain. Pelanggan belajar tentang produk dan jenis

    pertama dari pengetahuan yang berhubungan dengan

    informasi produk. Pada tahap ini, upaya membangun

    ekuitas merek berfokus pada kesadaran merek, yang

    berhubungan dengan atribut produk, dan manfaat

    fungsional. Meningkatkan kekuatan asosiasi merek adalah

    tujuan utama dari bauran pemasaran.

    3) Tahap 3 : Merek sebagai kepribadian

    Ketika banyak produsen membuat klaim

    rasional/atribut fungsional, diferensiasi di antara merek.

    Pelanggan memilih merek sejalan dengan kepribadian,

    niali-nilai emosional dari brand dan target gaya hidup

  • 32

    konsumen. Dengan demikian, kepribadian konsumen

    dengan merek mulai digabungkan agar nilai merek menjadi

    ekspresi diri konsumen. Pada tahap ini, manajemen harus

    memberikan perhatian yang terus menerus ke pasar unuk

    menciptakan kepribadian yang tepat untuk merek dan

    memperbaharui ketika diperlukan.

    4) Tahap 4 : Merek sebagai ikon

    Pada tahap ini, konsumen memiliki pengetahuan merek

    dan menggunakan manfaat simbolik sebagai identitas.

    Manajemen menghubungkan merek dengan niali tertentu

    untuk memperluas persepsi merek global, yang dinotasikan

    sebagi simbol fisik, seperti M pada McDonald. Ikon

    memudahkan identifikasi simbol dari sebuah merek dan

    tidak peduli pada bahasa lokal (apa) yang digunakan.

    5) Tahap 5 : Perusahaan sebagai merek

    Merek memiliki identitas komposit dan tersedia banyak

    jalur komunikasi antara konsumen dalam tahap ini. Dengan

    munculnya penetrasi internet memungkinkan lebih banyak

    konsumen untuk mengetahui apa yang mereka inginkan.

    Konsumen jadi lebih bersemangat untuk terlibat dalam

    proses penciptaan merek dalam membangun sikap mereka

    terhadap merek. Di sisi penawaran, pasar cenderung

    menjadi luas, sebagai segmentasi berbasis kebutuhan

  • 33

    menjadi lebih umum dibandin dukungan berbagai merek

    individu, pengguana asosiasi perusahaan dan sikap terhadap

    merek yang dikembangkan dalam tahap ini.

    6) Tahap 5 : Merek sebagai kebijakan

    Pada tahap akhir, merek dan perusahaan diidentifikasi

    dengan etika, sosial dan politik. Konsumen berkomitmen

    berbagai pandangan untuk merek-merek dan perusahaan

    yang terikat dengan mereka. Risiko dari melibatkan isu-isu

    etis, politik, dan sosial adalah menjauhkan konsumen

    terutama jika mereka tidak suka terhadap sudut pandang

    perusahaan. Pada tahap ini, perusahaan memilih fokus

    favorabilitas asosiasi merek untuk menarik pelanggan

    potensial.

    b. Manfaat Brand Equity

    Manfaat brand equity menjadi topik hangat bagi eksekutif

    perusahaan atau marketer dan akademis terutama ketika

    memperhitungkan kinerja jangka panjang sebuah bisnis. Oleh

    karena itu brand equity memiliki manfaat yang sangat besar

    baik bagi perusahaan maupun konsumen. Manfaat brand equity

    menurut Hasan A. (2013), yaitu:

    1) Dapat membantu membedakan produk dari produk yang

    ditawarkan pesaing.

  • 34

    2) Dapat menjadi pengganti kualitas dan menciptakan image

    positif dalam pikiran pelanggan, membant memikat para

    pelanggan baru.

    3) Dapat mencegah penurunan market share selama perang

    harga dan promosi, memberikan waktu perusahaan untuk

    merespon atau menanggapi ancaman pesaing.

    4) Brand Equity yang kuat dapat membantu pelanggan

    mengurangi resiko evaluasi kualitas dalam keterlibatannya

    dengan keputusan pembelian.

    5) Dapat menjadi penjelas bagi pelanggan yang masih ragu-

    ragu mengenai pengalaman dan kemampuan perusahaan

    dalam menghasilkan kualitas produk.

    6) Dapat mendorong pelanggan membayar harga dengan

    harga sangat mahal karena kemampuannya mengurangi

    ketidakpastian.

    c. Elemen-elemen dari Brand Equity

    1) Brand awarennes

    Brand awarenessyaitu kemampuan konsumen untuk

    mengenali atau mengingat bahwa sebuah merek merupakan

    anggota dari produk tertentu. Kesadaran merek menyangkut

    pengenalan merek, ingatan terhadap merek dan ingatan

    yang paling tinggi (Aakeer 1998) dalam Wijaya (2007).

    Peranan pemimpin untuk menciptakan kesadaran merek

  • 35

    sangatlah penting dilakukan dalam usaha meningkatkan

    ekuitas merek. Brand awarennes yang tinggi merupakan

    kunci pembuka tercapainya brand equity yang kuat.

    Pemasar seharusnya menyadari bahwa tanpa kesadaran

    merek yang tinggi sulit untuk mendapatkan pangsa pasar

    yang tingi. Makin baik ingatan konsumen akan suatu merk,

    maka makin tinggi kesadaran merek nya. Konsumen

    cenderung membeli merek yang sudah dikenal karena

    mereka merasa aman dengan sesuatu yang dikenal. Dengan

    ini, sebuah merek yang dikenal mempunyai kemungkinan

    bisa diandalkan, kemantapan dalam bisnis dan kualitas

    yang dapat dipertanggung jawabkan.

    Kesadaran merek artinya adalah kesanggupan

    seseorang calon pembeli untuk mengenali atau mengingat

    kembali bahwa suatu merek merupakan bagian dari

    kategori produk tertentu (Aaker, 1996:90). Peran brand

    awareness dalam keseluruhan brand equity dari sejauh

    mana tingkatan kesadaran yang dicapai oleh suatu merek.

    Tingkatan kesadaran secara berurutan dapat digambarkan

    sebagai suatu piramida seperti dibawah ini :

  • 36

    Gambar 2.1 Piramida Brand Awareness

    Penjelasan mengenai piramida brand awareness dari

    tingkat terendah sampai tingkat tertinggi adalah :

    a) Unware of brand (tidak menyadari merek)

    Merupakan tingkat yang paling rendah dalam

    piramida kesadaran merek, dimana konsumen tidak

    menyadari akan adanya suatu merek.

    b) Brand recognition (Pengenalan merek)

    Tingkat minimal dari kesadaran merek. Hal ini

    penting pada saat seseorang pembeli memilih suatu

    merek pada saat melakukan pembelian.

    c) Brand recall (peningkatan kembali terhadap merek)

    Pengingatan kembali terhadap merek didasarkan

    pada permintaan seseorang untuk menyebutkan merek

    tertentu dalam suatu kelas produk. Hal ini diistilahkan

    top

    of

    mind

    Brand Recall

    Brand Recognition

    Unware of bramd

  • 37

    dengan pengingatan kembali tanpa bantuan, karena

    berbeda dari tugas pengenalan, responden tidak perlu

    dibantu untuk memunculkan merek tersebut.

    d) Top of Mind (puncak pikiran)

    Apabila seseorang ditanya secara langsung tanpa

    diberi bantuan pengingatan dan ia dapat menyebutkan

    satu nama merek, maka merek yang paling banyak

    disebutkan pertama sekali merupakan puncak pikiran.

    Dengan kata lain, merek tersebut merupakan merek

    utama dari berbagai merek yang ada di dalam benak

    konsumen.

    Upaya meraih kesadaran merek, baik dalam tingkat

    pengenalan maupun pengingatan kembali, melibatkan dua

    kegiatan yaitu berusaha memperoleh identitas merek dan

    berusaha mengaitkannya dengan kelas produk tertentu.

    Peran kesadaran merek dalam membantu merek dapat

    dipahami dengan mengkaji bagaimana kesadaran merek

    menciptakan suatu nilai.

  • 38

    Gambar 2.2 Nilai-Nilai Kesadaran

    Penjelasan dari keempat nilai tersebut adalah sebagai

    berikut :

    a) Jankar menjadi cantolan bagi asosiasi lain

    Suatu merek yang kesadaran nya tinggi akan

    membantu asosiasi-asosiasi melekat pada merek

    tersebut karena daya jelajah merek tersebut menjadi

    sangat tinggi di benak konsumen. Dengan demikian

    dapat disimpulkan bahwa jika kesadaran suatu

    merek rendah, suatu asosiasi yang diciptakan oleh

    pemasar akan sulit melekat pada merek tersebut.

    Kes

    adar

    an M

    erek

    Jangkar yang menjadi cantolan asosiasi lain

    Familier/rasa suka

    Substansi/komitmen

    Mempertimbangkan

    Merek

  • 39

    b) Familier/rasa suka

    Jika merek kita sangat tinggi, konsumen akan

    sangat akrab dengan merek kita, dan lama-kelamaan

    akan timbul rasa suka yang tinggi terhadap merek

    yang kita pasarkan. “Tak kenal maka tak sayang”

    merupakan ungkapan yang tepat untuk situasi ini.

    c) Substansi/komitmen

    Kesadaran merek dapat menandakan keberadaan,

    komitmen, dan inti yang sangat penting bagi suatu

    perusahaan. Jadi jika kesadaran atas merek tinggi,

    kehadiran merek itu akan selalu dapat dirasakan.

    Sebuah merek dengan kesadaran konsumen tinggi

    biasanya disebabkan oleh beberapa faktor antara lain

    diiklankan secara luas, eksistensi yang sudah teruji

    oleh waktu, jangkauan distribusi yang luas, merek

    tersebut dikelola dengan baik. Karena itu, jika

    kualitas dua merek adalah sama, kesadaran merek

    akan menjadi faktor yang menentukan dalam

    keputusan pembelian.

    d) Mempertimbangkan merek

    Langkah pertama dalam suatu proses pembelian

    adalah menyeleksi merek-merek yang dikenal

    dalam suatu kelompok untuk dipertimbangkan dan

  • 40

    diputuskan merek mana yang akan dibeli. Merek

    dengan top of mind yang tinggi mempunyai niali

    pertimbangan yang tinggi. Jika suatu merek tidak

    tersimpan dalam ingatan, merek tersebut tidak akan

    dipertimbangkan dalam benak konsumen. Biasanya

    merek-merek yang disimpan dalam ingatan

    konsumen adalah yang disukai atau dibenci.

    2) Perceived quality

    Perceived qualitymerupakan penilaian konsumen

    terhadapkeunggulan atau superioritas produk secara

    keseluruhan. Oleh sebab itu, perceived quality didasarkan

    pada evaluasi subyektif konsumen (bukan manajer atau

    pakar) terhadap kualitas produk. Persepsi adalah proses

    individu untuk mendapatkan, mengorganisasi, mengolah,

    dan menginterpretasikan informasi. Informasi yang sama

    bisa dipersepsikan berbeda oleh inividu yang berbeda.

    Persepsi individu tentang informasi tergantung pada

    pengetahuan pengalaman, pendidikan, minat, perhatian, dan

    sebagainya” (Sangadji dan Sopiah, 2013:42).

    Menurut Grewal dan Levy (2008:279) kesan

    kualitas adalah hubungan manfaat dari produk atau jasa

    yang diberikan ke konsumen dan kaitannya dengan harga.

    “Kesan kualitas dapat didefinisikan sebagai persepsi

  • 41

    pelanggan terhadap keseluruhan kualitas atau keunggulan

    suatu produk atau jasa berkenaan dengan maksud yang

    diharapkan” (Aaker, 1991:83). Dapat disimpulkan bahwa

    perceived quality yaitu kesan konsumen terhadap manfaat,

    kualitas, dan harga dari suatu produk atau jasa yang

    diberikan ke konsumen.

    Menurut Aaker (1996:24) adalah persepsi

    pelanggan terhadap keseluruhan kualitas atau keunggulan

    suatu produk atau jasa layanan berkaitan dengan maksud

    yang diharapkan. Persepsi kualitas adalah salah satu kunci

    dimensi ekuitas merek. Persepsi kualitas mempunyai atribut

    penting yang dapat diaplikasikan dalam berbagai hal,

    seperti:

    a) Kualitas aktual atau obyektif

    Perluasan ke suatu bagian dari produk atau jasa

    yang memberikan pelayanan lebih baik.

    b) Kualitas isi produk

    Karakteristik dan kuantitas unsur, bagain, atau

    pelayanan yang disertakan.

    c) Kualitas proses manufaktur

    d) Kesesuaian dengan spesifikasi, hasil akhir yang

    “tanpa cacat”.

  • 42

    Gambar 2.3 Nilai-nilai persepsi kualitas

    Gambar 2.3 mengambarkan nilai-nilai dari persepsi

    kualitas dalam bentuk :

    a) Alasan untuk membeli

    Konsumen sering kali tidak termotivasi untuk

    mendapatkan dan menyaring informasi yang

    mungkin mengarah pada objektivitasnya mengenai

    kualitas. Atau informasi itu memang tersedia. Atau

    konsumen tidak mempunyai kesanggupan atau

    sumber daya untuk mendapatkan atau proses

    informasi. Karena terkait dengan keputusan-

    Per

    sepsi

    Kual

    itas

    Alasan untuk membeli

    Diferensiasi/posisi

    Harga Optimum

    Minat saluran distribusi

    Perluasaan merek

  • 43

    keputusan pembelian, persepsi kualitas mampu

    mengefektifkan semua elemen program pemasaran.

    Apabila kesan kualitas tinggi, kemungkinan besar

    periklanan dan promosi yang dilancarkan akan

    efektif.

    b) Diferensiasi/posisi

    Suatu karakteristik penting dari merek adalah

    posisinya dalam dimensi persepsi kualitas, yaitu

    apakah merek tersebut superoptimum, optimum,

    bernilai atau ekonomis. Juga berkenaan dengan

    persepsi kualitas, apakah merek tersebut terbaik atau

    sekedar kompetitif terhadap merek-merek lain.

    c) Harga Optimum

    Keuntungan persepsi kualitas memberikan

    pilihan-pilihan dalam penerapan harga optimum

    (price premium). Harga optimum bisa meningkatkan

    laba atau memberikan sumber daya untuk re-

    investasi pada merek tersebut. Berbagai sumber daya

    ini dapat digunakan untuk membangun merek

    seperti menguatkan kesadaran atau asosiasi atau

    mutu produk. Harga optimum juga dapat

    menguatkan persepsi kualitas yaitu “Anda

    mendapatkan yan anda bayar”

  • 44

    d) Minat saluran distribusi

    Persepsi kualitas juga punya arti penting bagi

    para pengecer, distributor, dan berbagai pos saluran

    lainnya. Sebuah pengecer atau pos saluran lainnya

    dapat menawarkan suatu produk yang memiliki

    persepsi kualitas tinggi dengan harga yang menarik

    dan menguasai lalu lintas distribusi tersebut. Pos

    saluran distribusi dimotivasi untuk menyalurkan

    merek-merek yang diminati oleh konsumen.

    e) Perluasaan merek

    Sebuah merek yang kuat dalam hal persepsi

    kualitas dapat dieksploitasi untuk meluaskan diri

    lebih jauh, dan akan mempunyai peluang sukses

    yang lebih besar dibandingkan merek dengan

    persepsi kualitas yang lemah. Caranya adalah

    dengan menggunakan merek tersebut untuk masuk

    ke dalam kategori produk baru. Ada beberapa syarat

    perluasan merek yang berhasil. Pertama, merek

    tersebut harus kuat. Merek yang tidak kuat akan

    membuat merek tersebut sulit diperluas. Kedua,

    merek tersebut masih bisa diperluas, jadi belum

    overextension. Merek yang sudah terlalu banyak

    diperluas ke kategori yang lain akan sulit diterima

  • 45

    oleh konsumen dan justru akan menimbulkan

    kebingungan di benak mereka. Ketiga, keeratan

    hubungan antara kategori produk yang satu dan yang

    lain. Suatu merek biasanya sudah mempunyai citra

    dan jika ingin diperluas ke kategori lain, harus

    dilihat apakah citra ini bisa ditransfer atau tidak.

    3) Brand associations

    Brand associations menurut Aaker (1996:160)

    yakni segala sesuatu yang terkait dengan memori terhadap

    sebuah merek. Brand associations berkaitan erat dengan

    brand image, yang didefinisikan sebagai rangkaian asosiasi

    merek dengan makna tertentu. Asosiasi merek memiliki

    tingkat kekuataan tertentu dan akan semakin kuat seiring

    dengan pertambahan nya pengalaman konsumsi atau

    dengan merek spesifik.

    Asosiasi merek dapat menciptakan suatu nilai bagi

    perusahaan dan para pelanggan, karena ia dapat membantu

    proses penyusunan informasi untuk membedakan merek

    yang satu dari merek yang lain. Terdapat lima keuntungan

    asosiasi merek yaitu: pertama, dapat membantu proses

    penyusunan informasi. Asosiasi-asosiasi yang terdapat

    suatu merek, dapat membantu mengikhtisarkan sekumpulan

    fakta dan spesifikasi yang dapat dengan mudah dikenal oleh

  • 46

    pelanggan. Keuntungan kedua adalah perbedaan. Suatu

    asosiasi dapat memberikan landasan yang sangat penting

    bagi usaha pembedaan. Asosiasi-asosiasi merek dapat

    memainkan peran yang sangat penting dalam membedakan

    satu merek dari merek yang lain. Keuntungan ketiga adalah

    alasan untuk membeli. Pada umumnya, asosiasi merek

    sangat membantu para konsumen untuk mengambil

    keputusan untuk membeli produk tersebut atau tidak.

    Keuntungan keempat adalah penciptaan sikap atau perasaan

    positif. Asosiasi merek dapat merangsang perasaan positif

    terhadap produk yang bersangkutan. Keuntungan kelima

    adalah landasan untuk perluasan. Asosiasi merek dapat

    menghasilkan landasan bagi suatu perluasaan merek, yaitu

    dengan menciptakan rasa kesesuaian antara suatu merek

    dan sebuah produk baru.

    4) Brand Loyalty

    Loyalitas meruapakan ukuran yang paling kuat dari

    suatu nilai merk, baik dalam bentuk pembelian ulang

    maupun munculnya cerita dari mulut ke mulut (word of

    mouth), dan cerminan loyalitas tersebut sering

    ditunjukkanoleh pelanggan. Loyalitas bisnis sangat penting

    dalam kehidupan bisnis, loyalitas bisnis merupakan inti

    bagi nilai suatu merek.Loyalitas menjadi tujuan perusahaan

  • 47

    pasar strategik dalam jangka panjang dan juga dijadikan

    dasar untuk mengembangkan keunggulan kompetitif yang

    berkeanjutan, yaitu keunggulan yang dapt direalisir melalui

    upaya pemasaran. Oliver (1999) seperti dikutip kolter

    (2009) mendefinisikan loyalitas merek sebagai janji atau

    komitmen kepada sebuah perusahaan untuk membeli

    kembali atau berlangganan suatu produk atau jasa yang

    dipilih dimasa yang akan datang, dengan cara membeli

    merk yang sama secara berulang, meskipun pengaruh

    situasional dan usaha-usaha pemasaran secara potensial

    menyebabkan tingkah laku berpindah.

    Menurut Griffin (2002:4) “Loyalty is defined as non

    random purchase expressed over time by some decision

    making unit”. Dijelaskan bahwa loyalitas lebih mengacu

    pada wujud perilaku dari unit-unit pengambilan keputusan

    untuk melakukan pembelian secara terus-menerus terhadap

    barang atau jasa suatu perusahaan yang dipilih.

    Sedangkan kepuasaan adalah pengukuran secara

    langsung bagaimana konsumen tetap loyal kepada suatu

    merek. Kepuasaan terutama menjadi pengukuran bisnis dan

    jasa. Sementara itu, loyalitas merupakan hasil akumulasi

    pengalaman penggunaan produk. Berdasarkan Gambar 2.4

    tingkatan loyalitas merek adalah sebagai berikut

  • 48

    Gambar 2.4 Piramida Loyalitas Merek

    a) Swicher/price buyer (Pembeli yang berpindah

    pindah)

    Adalah tingkat loyalitas yang paling dasar.

    Semakin sering pembelian konsumen berpindah dari

    suatu merek ke merek yang lain mengindikasi bahwa

    mereka tidak loyal, semua merek dianggap

    memadai. Dalam hal ini merek memegangperanan

    yang kecil dalam keputusan pembelian. Ciri paling

    jelas dalam kategori ini adalah merek membeli suatu

    merek karena banyak konsumen lain membeli merek

    tersebut karena harganya murah.

    Commited

    Buyer

    Likes the brand

    Satisfied buyer

    Habitual buyer

    Switcher/price buyer

  • 49

    b) Habitual buyer (pembeli yang bersifat kebiasaan)

    Adalah pembeli yang tidak mengalami

    ketidakpuasaan dalam mengkonsumsi suatu merek

    produk. Tidak ada alasan yang kuat baginya untuk

    membeli merek produk lain atau berpindah merek,

    terutama jika peralihan itu membutuhkan usaha,

    biaya atau pengorbanan lain. Jadi, ia membeli suatu

    merek karena alasan kebiasan.

    c) Satisfied buyer (pembeli yang puas dengan biaya

    peralihan)

    Adalah kategori pembeli yang puas dengan merek

    yang mereka konsumsi. Namun mereka dapat saja

    berpindah merek dengan menanggung switching cost

    (biaya peralihan), seperti waktu, biaya, atau risiko

    yang timbul akibat tindakan peralihan merek

    tersebut. Untuk menarik minat pembeli kategori ini,

    pesaing perlu mengatasi biaya peralihan yang harus

    ditanggung pembeli dengan menawarkan berbagai

    manfaat sebagai kompensasi.

    d) Liked the brand (menyukai merek)

    Adalah kategori pembeli yang sungguh-sungguh

    menyukai merek tersebut. Rasa suka didasari oleh

    asosiasi yang berkaitan dengan simbol, rangkaian

  • 50

    pengalaman menggunakan merek sebelumnya, atau

    persepsi kualitas yang tinggi.

    e) Committed buyer (pembeli yang berkomitmen)

    Adalah kategori pembeli yang setia. Mereka

    mempunyai kebanggan dalam menggunakan suatu

    merek. Merek tersebut bahkan menjadi sangat

    penting bagi dari segi fungsi maupun sebagai

    ekspresi siapa sebenarnya penggunanya. Ciri yang

    tampak pada kategori ini adalah tindakan pembeli

    untuk merekomendasikan merek yang ia gunakan

    kepada orang lain.

    Loyalitas merek dapet juga dapat memberikan nilai

    kepada perusahaan :

    a) Mengurangi biaya pemasaran

    b) Biaya pemasaran untuk mempertahankan konsumen

    akan lebih mudah dibandingkan untuk mendapatkan

    konsumen baru.

    c) Meningkatkan perdagangan

    d) Loyalitas yang kuat terhadap suatu merek akan

    meningkatkan perdagangan dan memperkuat

    keyakinan perantara pemasaran.

    e) Menarik konsumen

  • 51

    f) Perasaan puas dan suka terhadap suatu merek akan

    menimbulkan perasaan yakin bagi calon konsumen

    untuk mengkonsumsi merek tersebut dan biasanya

    akan merekomendasikan atau mempromosikan

    merek yang ia pakai kepeda orang lain, sehingga

    kemungkinan dapat menarik konsumen baru.

    g) Memberi waktu untuk merespons ancaman

    persaingan

    h) konsumen yang loyal akan memberikan waktu bagi

    perusahaan untuk merespons pesaing dengan

    memperbarui produknya.

    Gambar 2.5 nilai loyalitas merek

    Loyal

    itas

    Mer

    ek

    Mengurangi biaya pemasaran

    Meningkatkan perdagangan

    Menarik konsumen baru

    Memberi waktu untuk merespon ancaman

    persaingan

  • 52

    3. Keputusan pembelian

    Keputuasan pembelian menurut Schiffman dan Kanuk (2008)

    adalah suatu keputusan seseorang dimana dia memilih salah satu dari

    beberapa alternatif pilihan yang ada. Keputusan pembelian itu sendiri

    menurut Kolter (2009) adalah suatu tindakan konsumen untuk

    membentuk referensi diantara merk-merk dalam kelompok pilihan dan

    membeli produk yang paling disukai. Sturtman dalam (Nurul, 2012)

    mendefinisikan keputusan pembelian adalah banyaknya omzet yang

    diterima akibat penawaran dan penjualan secara kontiyu dan

    menguntungkan, sehingga terjadi peningkatan ekonomis dan suatu

    kegiatan jasa.

    Keputusan konsumen merupakan suatu keputusan final yang

    dimiliki seorang konsumen untuk membeli suatu barang atau jasa

    dengan berbagai pertimbangan-pertimbangan tertentu. Keputusan

    pembelian yang dilakukan oleh konsumen menggambarkan seberapa

    jauh pemasar dalam memasarkan suatu produk ke konsumen (Kolter

    dan Asrmstrong 2008:181).

    Proses keputusan pembelian bukan sekedar mengetahui berbagai

    faktor yang akan mempengaruhi pelanggan, tetapi berdasarkan peranan

    dalam pembelian keputusan untuk membeli. Menurut Simamora

    (2004) terdapat lima peran yang terjadi dalam keputusan pembelian

    yaitu: a). Pemrakarsa, orang yang pertama kali menyarankan membeli

    suatu produk atau jasa. b). Pemberi pengaruh, orang yang pandangan

  • 53