PENGARUH BERKUMUR LARUTAN GEL LIDAH...
Transcript of PENGARUH BERKUMUR LARUTAN GEL LIDAH...
PENGARUH BERKUMUR LARUTAN GEL LIDAH BUAYA
(Aloe vera) 5% TERHADAP SKOR HI (HYGIENE INDEX)
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan
Pendidikan Program Diploma III pada Jurusan Keperawatan Gigi
Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan Bandung
Disusun Oleh :
ESTER NOVIA VERANATA SIMBOLON
NIM. P17325112023
KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN BANDUNG
JURUSAN KEPERAWAN GIGI
2015
LEMBAR PENGUJIAN
Karya Tulis Ilmiah dengan Judul
PENGARUH BERKUMUR LARUTAN GEL LIDAH BUAYA
(Aloe vera) 5% TERHADAP SKOR HI (HYGIENE INDEX)
Diujikan pada Hari Jumat Tanggal 7 Bulan Agustus Tahun 2015
Penguji 1 Penguji 2
drg. Hj. Hetty Aggrawati K., M.Kes. AIFO drg. Yenni Hendriani P. MKM
NIP. 1956 10 05 1987 12 2001 NIP. 1972 11 22 2005 01 2002
Penguji 3
Deru Marah Laut, M.Kes
NIP. 1975 10 16 1994 03 1001
LEMBAR PENGESAHAN
Karya Tulis Ilmiah dengan Judul
PENGARUH BERKUMUR LARUTAN GEL LIDAH BUAYA
(Aloe vera) 5% TERHADAP SKOR HI (HYGIENE INDEX)
Telah disahkan pada Hari Tanggal Bulan Tahun 2015
Pembimbing
Deru Marah Laut, M.Kes
NIP. 1975 10 16 1994 03 1001
Mengetahui,
Ketua Jurusan Keperawatan Gigi
Politeknik Kesehatan Kemenkes Bandung
drg. Hj. Hetty Aggrawati K., M.Kes. AIFO
NIP. 1956 10 05 1987 12 2001
LEMBAR PERSEMBAHAN
“Tetapi barang siapa mendengarkan aku, ia akna tinggal dengan aman,
terlindung dari pada kedahsyatan malapetaka”
Amsal 1 : 33
“Karena Engkaulah yang membuat pelitaku bercahaya
Tuhan, Allahku, menyinari kegelapanku
Karena dengan Engkau aku berani melompati tembok”
Mazmur 18 : 29-30
Bapa, sembah sujudku pada Mu
Atas segala karunia, berkat dan penyertaan Mu selama ini, sepanjang hidupku
Tak ada satupun sesuatu yang dapat ku serahkan sebagai tanda balasan atas cinta kasih Mu yang luar biasa
Hanya kata sederhana yang ku rangkai setulus hati dan penuh syukur
Hanya diri yang berpasrah pada segala yang empunya jagat rayA
Pakailah aku Bapa, sebagai alat Mu
Pakailah aku dan ilmu yang ku dapat ini agar menjadi manfaat
Untuk menjadi perawat gigi yang baik dan penuh kasih dimata Mu serta dimata orang-orang
Karya Tulis Ini saya dedikasikan untuk
Mama, wanita yang luar biasa, malaikat dan bidadari dihidupku.
Bapa dan adik-adikku tercinta.
ABSTRAK
PENGARUH BERKUMUR LARUTAN GEL LIDAH BUAYA
(Aloe vera) 5% TERHADAP SKOR HYGIENE INDEKS (HI)
Ester Novia Veranata Simbolon 1)
, Deru Marah Laut. 2)
Jurusan Keperawatan Gigi Poltekkes Kemenkes Bandung
Email: [email protected]
Plak merupakan lapisan yang melekat pada gigi dan berpontensi menimbulkan
penyakit gigi dan mulut. Upaya pengendalian plak sangat diperlukan untuk
mencegah terjadinya penyakit gigi dan mulut, salah satu upaya tersebut dapat
dilakukan dengan cara berkumur dengan bahan tradisional yaitu lidah buaya (Aloe
vera). Namun konsentrasi lidah buaya 25% keatas berdasarkan Kimawaty (2005)
dapat menyebabkan hipersensitivitas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
pengaruh berkumur larutan lidah buaya (Aloe vera) 5% terhadap skor higyene
index.
Penelitian ini menggunakan desain penelitiaan analitik dengan rancangan quasi
eksperimen sedangkan pengambilan sampel berdasarkan total sampling sebanyak
35 Mahasiswa tingkat 1 yang dilaksanakan di Kampus Jurusan Keperawatan Gigi
Bandung pada bulan Mei 2015. Jenis data yang diperoleh merupakan data
kuantitatif yang disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi, data diolah dan
dianalisa menggunakan uji t-test dependen dan t-test Independen.
Dari hasil penelitian didapat rata-rata peningkatan nilai higyene index setelah
berkumur dengan lidah buaya (Aloe vera) 5% adalah 27,29% sedangkan berkumur
dengan air mineral adalah 13,22%. Kesimpulan dengan menggunakan uji t-test
independen pada tingkat kemaknaan 5% menunjukkan hasil
3,68 sedangkan 2,042, maka hasil penelitian menunjukkan
adanya perbedaan bermakna peningkatan nilai higyene index berkumur larutan
lidah buaya (Aloe vera) 5% dan berkumur air mineral terhadap pembentukan plak.
Sehingga lidah buaya lebih efektif dibandingkan air mineral dalam membersihkan
dan menghambat penumpukan plak karena lidah buaya mengandung Saponin dan
Acemannan yang bersifat antibakteri.
Kata kunci: Berkumur, Lidah buaya (Aloe vera) 5%.
KATA PENGANTAR
Puji Tuhan.
Dengan mengucap rasa syukur kehadirat Tuhan YME yang telah
melimpahkan berkat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah dengan judul “Pengaruh Berkumur Larutan Gel
Lidah Buaya (Aloe vera) 5% Terhadap Skor Hygiene Index”. Karya Tulis Ilmiah
ini disusun untuk diajukan sebagai syarat dalam menyelesaikan Pendidikan
Diploma III Jurusan Keperawatan Gigi di Politeknik Kesehatan Kementrian
Kesehatan Bandung.
Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis banyak mendapat
bantuan, arahan dan bimbingan dari berbagai pihak, baik dalam penelitian,
penyusunan isi serta teknik penulisan. Penulis ingin menyampaikan terima kasih
kepada:
1. Tuhan YME atas segala rahmat, berkat dan penyertaan-Nya yang luar
biasa selama ini.
2. Kedua orang tua, Mama yang menjadi alasan, motivator, inspirasi dan
penyemangat hidup, senantiasa memberikan contoh, doa, motivasi dan
dukungannya untuk untet.
3. Dr. Ir. H. R. Osman Syarief, MKM selaku Direktur Politeknik Kesehatan
Kementrian Kesehatan Bandung
4. Drg. Hj. Hetty Aggrawati K., M.Kes. AIFO. Selaku ketua Jurusan
Keperawatan Gigi
5. Deru Marah Laut, M.Kes selaku dosen pembimbing yang telah memberi
saran, arahan dan gagasan kepada penulis dalam menyusun Karya Tulis
Ilmiah ini
6. Drg. Yenni Hendriani P., MKM dan Drg. Hj. Hetty Aggrawati K., M.Kes.
AIFO. Selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan dan saran
sehingga penulis dapat memperbaiki dan menyelesaikan Karya Tulis
Ilmiah ini
7. Drg. Sri Hedy Yati selaku pembimbing akademik yang telah memberikan
banyak masukan, bimbingan dan motivasi bagi penulis
8. Seluruh dosen pengajar dan staf tata usaha yang telah ilmu pengetahuan
dan pengalaman kepada penulis
9. Agus Suryana, S.Sos selaku petugas perpustakaan yang telah membantu
dan menyemangati dalam mencari sumber referensi dalam penyusunan
Karya Tulis Ilmiah ini
10. Adikku tercinta Elisabeth Putri Meisari S dan Fransiskus Nico Sanjaya S
yang selalu memberi dukungan.
11. Sahabatku yang selalu mendukung dan memberi semangat, Octavia
Simarmata, Puspita Ekawati, Yoga tryantoko, Yogi Dwiantono dan EL.
12. Seluruh rekan-rekan mahasiswa JKG angkatan 2012 yang saling
membantu dan mendukung dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini.
Khususnya Hana A. Imaillah, Kelompok PKL Warung Danas dan
Kelompok PKL RSAU Salamun.
13. Adik-adik tingkat ku tercinta angkatan 2014 yang sudah memberi
dukungan, doa dan menjadi responden pada penelitian ini.
14. Semua pihak baik secara langsung maupun secara tidak langsung yang
telah memberikan gagasan dan dukungannya dalam penyusunan Karya
Tulis Ilmiah ini yang belum tersampaikan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari kata
sempurna, untuk itu berbagai saran dan kritikan yang bersifat membangun sangat
diharapkan demi perbaikan karya-karya penulis selanjutnya.
Semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi penulis maupun pembaca.
Semoga segala kebaikan mendapat balasan dari Tuhan YME.
Bandung, Agustus 2015
Penulis
DAFTAR ISI
LEMBAR JUDUL
LEMBAR PENGUJIAN
LEMBAR PENGESAHAN
LEMBAR PERSEMBAHAN
ABSTRAK
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI iv
DAFTAR TABEL vi
DAFTAR LAMPIRAN vii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1 B. Rumusan Masalah 3 C. Tujuan Penelitian 3 D. Manfaat Penelitian 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Berkumur 6 1. Pengertian Berkumur 6 2. Berkumur sebagai Tindakan Aseptis 6 3. Lidah Buaya 7 B. Plak 11 1. Pengertian Plak 11 2. Struktur dan Komposisi Plak 12 3. Proses Pembentukan Plak 12 4. Hubungan antara Lidah Buaya dengan Plak 13 C. Kebersihan Gigi dan Mulut 15 D. Kerangka Teori 20
BAB III KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS, DEFINISI OPERASIONAL
A. Kerangka Konsep 21 B. Hipotesis 21 C. Definisi Operasional 22
BAB IV METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian 23 B. Waktu dan Tempat Penelitian 23 C. Populasi dan Sampel 23 D. Jenis dan Cara Pengumpulan Data 24 E. Langkah-langkah Penelitian 25 F. Alur Penelitian 26 G. Pengolahan dan Analisa Data 27
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian 29
B. Pembahasan 32
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan 37 B. Saran 38
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel 5.1 Hasil penelitian skor hygiene indeks sebelum dan sesudah
berkumur dengan larutan gel lidah buaya (Aloe vera) 5%.
Tabel 5.2 Hasil penelitian skor hygiene indeks sebelum dan sesudah
berkumur dengan air mineral.
Tabel 5.3 Hasil t-test dependen skor hygiene indeks sebelum dan sesudah
berkumur larutan gel lidah buaya (Aloe vera) 5% dan berkumur air mineral.
Tabel 5.4 Hasil t-test independen skor hygiene indeks sebelum dan sesudah
berkumur larutan gel lidah buaya (Aloe vera) 5% dan berkumur air mineral.
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Informed Concent.
Lampiran 2 Tabel Data Berkumur dengan Larutan Gel Lidah Buaya.
Lampiran 3 Tabel Data Berkumur dengan Air Mineral.
Lampiran 4 Uji t-test dependen pada kelompok perlakuan lidah buaya.
Lampiran 5 Uji t-test dependen pada kelompok kontrol air mineral.
Lampiran 6 Uji t-test independen.
Lampiran 7 Lembar Penelitian.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Data hasil riset kesehatan dasar (RISKESDAS) tahun 2013 oleh
Kementerian Kesehatan RI menunjukkan prevalensi nasional masalah gigi dan
mulut dalam 12 bulan terakhir adalah 29,5%, sedangkan prevalensi nasional
indeks DMF-T adalah 4,6. Diantara mereka, terdapat 31,1% yang menerima
perawatan dan pengobatan dari tenaga medis gigi (perawat gigi, dokter gigi
atau dokter gigi spesialis), sementara 68,9% lainnya tidak dilakukan
perawatan.
Salah satu faktor yang menyebabkan tingginya penyakit karies gigi
dan penyakit periodontal serta penyakit gigi lainnya adalah plak. Plak
merupakan suatu deposit lunak yang terdiri atas kumpulan mikroorganisme
yang berkembang biak dalam suatu matrik interseluler apabila seseorang
melalaikan kebersihan gigi dan mulutnya (Putri dkk., 2010).
Dengan demikian dibutuhkan suatu cara untuk mengontrol
pembentukan plak. Salah satunya dapat dilakukan dengan cara berkumur obat
kumur yang mengandung zat kimia seperti chlorhexidine. Tetapi
chlorhexidine memiliki efek negatif yaitu munculnya noda pada gigi, mulut
dan mukosa pipi setelah 3 hari pemakaian, iritasi mukosa mulut, sensasi
terbakar dan perubahan persepsi rasa. (Gurgan cit. Nareswari. 2010).
Metode mendasar dan murah adalah mencari alternatif perawatan
sederhana dengan efek samping yang lebih rendah, yaitu dengan
1
menggunakan bahan-bahan tradisional. Alasan penggunaan tanaman
tradisional sebagai obat alternatif adalah efek samping yang relatif kecil
dibanding obat sintetik, kemudahan dalam mendapatkan bahan baku dan
penggunaannya (Wasito, 2011). Salah satu bahan alami untuk mengontrol
bakteri di dalam mulut adalah lidah buaya (Aloe vera) (Rostita, 2008).
Lidah buaya mengandung berbagai macam zat aktif diantaranya
Saponin dan Acemannan. Saponin ini adalah zat aktif yang mempunyai
kemampuan untuk membersihkan/sebagai bahan pencuci/detergen yang baik
dan bersifat antibakteri yang mempunyai kemampuan untuk membunuh
mikroorganisme, sedangkan Acemannan sebagai antivirus, antibakteri,
antijamur, dapat menghancurkan sel tumor, serta meningkatkan daya tahan
tubuh (Arifin, 2015)
Penelitian mengenai pengaruh berkumur dengan larutan lidah buaya
25% sudah pernah dilakukan oleh Sofian (2012) dalam penelitiannya
menunjukkan terjadinya penurunan skor debris indeks setelah berkumur
dengan lidah buaya 25% dengan skor rata-rata yaitu 0,78. Akan tetapi dalam
jurnal penelitian yang dilakukan oleh Kimawaty, dkk (2005) tentang
hipersensitivitas kontak pada mukosa bukal setelah induksi gel aloe vera, pada
konsentrasi lidah buaya 25% ternyata telah mampu menimbulkan reaksi
hipersensitivitas kontak pada mukosa bukal serta semakin tinggi konsentrasi
lidah buaya yang diberikan semakin tinggi peningkatan jumlah infiltrasi sel
mononuclear pada mukosa bukal. Penelitian lain yang dilakukan oleh Boel
(2002) secara in vitro menyimpulkan bahwa lidah buaya konsentrasi 1,562%
ternyata sudah memiliki daya hambat terhadap bakteri Streptococcus mutans.
Penelitian yang dilakukan oleh Permata (2010) menunjukkan bahwa larutan
ekstrak lidah buaya konsentrasi 5% dapat menurunkan akumulasi plak pada
penderita gingivitis dengan cara irigasi.
Berdasarkan latar belakang tersebut belum ada yang meneliti tentang
larutan lidah buaya dengan konsentrasi lebih aman yang dilakukan dengan
cara berkumur, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang
pengaruh berkumur larutan gel lidah buaya (Aloe vera) dengan menurunkan
konsentrasi lidah buaya sebesar 5% terhadap penurunan plak.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang diteliti adalah: “Bagaimana pengaruh
berkumur larutan gel lidah buaya (Aloe vera) 5% terhadap skor HI?”
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Diketahuinya pengaruh berkumur larutan gel lidah buaya (Aloe
vera) 5% terhadap skor HI.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui skor HI sebelum berkumur larutan gel lidah buaya (Aloe
vera) 5% dan air mineral.
b. Mengetahui skor HI setelah berkumur larutan gel lidah buaya (Aloe
vera) 5% dan air mineral.
c. Mengetahui ada tidaknya perbedaan yang bermakna antara skor HI
setelah berkumur larutan gel lidah buaya (Aloe vera) 5% dan air
mineral.
d. Mengetahui bagaimana pengaruh berkumur larutan gel lidah buaya
(Aloe vera) 5% terhadap skor HI.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah
dibidang keperawatan gigi kepada pembaca tentang berkumur dengan
larutan gel lidah buaya (Aloe vera) terhadap penurunan akumulasi
plak.
b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada
masyarakat tentang alternatif pengontrolan plak dengan cara berkumur
menggunakan bahan tradisional yaitu larutan gel lidah buaya (Aloe
vera).
c. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi untuk perpustakaan
di Kampus Keperawatan Gigi tentang manfaat berkumur dengan
larutan gel lidah buaya (Aloe vera) terhadap penurunan akumulasi
plak.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi masyarakat, hasil penelitian tentang gel lidah buaya (Aloe vera)
ini dapat dijadikan pertimbangan memilih obat kumur untuk
mengontrol plak dalam kehidupan sehari-hari.
b. Bagi penulis adalah untuk menambah pengetahuan dan pengalaman
meneliti, terutama mengenai berkumur dengan larutan gel lidah buaya
(Aloe vera) terhadap penurunan plak.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Berkumur
1. Pengertian Berkumur
Menurut KBBI (2005) berkumur adalah membasuh mulut dengan
menggerak-gerakkan air dan sebagainya di dalam mulut. Berkumur dapat
membantu membersihkan sisa makanan dan bakteri rongga mulut yang
setelah disikat masih menempel ringan dirongga mulut. Selain itu,
berkumur dapat membantu menghilangkan bahan sisa pasta gigi yang
menempel di jaringan lunak atau gigi sehingga tidak tertelan.
2. Berkumur sebagai Tindakan Aseptis
Tindakan aseptis adalah suatu tindakan yang bertujuan untuk
mengurangi bahkan menghilangkan seluruh mikroorganisme yang ada.
Tindakan ini salah satunya dapat dilakukan dengan menggunakan zat
antiseptik atau antibakteri. Berkumur akan menghasilkan suatu efek
pembersihan rongga mulut secara mekanis dan kimiawi. Efek mekanis
didapatkan dari gerakan dinamis saat berkumur, sedangkan efek kimiawi
didapatkan dari bahan aktif yang terdapat dalam obat kumur. Bahan aktif
obat kumur bersifat antibakteri (Black cit. Nareswari, 2010).
Berkumur dapat pula dilakukan hanya menggunakan air mineral.
Akan tetapi, berkumur dengan air mineral hanya akan membersihkan sisa
6
makanan di dalam mulut karena efek mekanis saja. Hal ini terjadi karena
air mineral tidak mempunyai zat kimia yang bersifat antibakteri. Air
mineral mengandung beberapa zat mikro seperti Kalsium, Magnesium,
Natrium, Kalium, Klorida, Florida, Tembaga, Bikarbonat dan sulfat atau
mineral lainnya yang jumlahnya sangat kecil tetapi tetap diperlukan oleh
tubuh sehingga air mineral tidak memiliki zat yang dapat menurunkan dan
menghambat pertumbuhan mikroorganisme.
3. Lidah Buaya
a. Sejarah Lidah Buaya
Menurut catatan seorang ahli ilmu bumi berkebangsaan Arab
yang bernama Idris, lidah buaya merupakan produk dari pulau Socotra
di Yunani dan sudah dikenal sejak abad ke-4 SM. Meskipun demikian,
lidah buaya merupakan tanaman asli dari Afrika. Pada tahun 1720
pertama kalinya tanaman ini diberi nama Aloe vera oleh Carl Von
Linne (Rostita, 2008).
Beberapa bukti sejarah menyebutkan bangsa Arab, Yunani,
Romawi, India dan Cina telah menggunakan lidah buaya (Aloe vera)
sebagai bahan baku obat aneka penyakit. Lidah buaya (Aloe vera)
diperkirakan masuk ke Indonesia oleh bangsa Cina pada abad ke-17.
Semula pemanfaatan tanaman tersebut terbatas hanya sebagai tanaman
hias, ramuan obat-obat tradisional dan bahan kecantikan. Pemanfaatan
lidah buaya secara komersial sebagai bahan minuman baru dimulai
pada tahun 1990, oleh petani di Kalimantan Barat (Arifin, 2015).
b. Pengertian Lidah Buaya
Tanaman lidah buaya merupakan tanaman asli dari Afrika yang
temasuk golongan liliaceae. Perkataan ‘Aloe vera’ berasal dari bahasa
Arab ‘Alloeh’ yang berarti bahan pahit yang berkilat, dan dalam
bahasa Latin ‘Aloe’ berarti pokok, sedangkan ‘Vera’ adalah tulin
(Arifin, 2015).
Lidah buaya (Aloe vera) merupakan tanaman berduri yang
semua bagiannya bermanfaat, pelepah lidah buaya (Aloe vera) dapat
dikelompokan menjadi 3 bagian yang dapat digunakan untuk
pengobatan, antara lain: 1) Daun, keseluruhan daunnya dapat
digunakan baik secara langsung atau dalam bentuk ekstrak. 2) Eksudat,
adalah getah yang keluar dari dalam saat dilakukan pemotongan,
eksudat ini berbentuk kental berwarna kuning, dan rasanya pahit. 3)
Gel, adalah bagian yang berlendir yang diperoleh dengan cara
menyayat bagian dalam daun lidah buaya (Furnawanthi, 2007)
c. Jenis-jenis Lidah Buaya
Terdapat lebih dari 350 jenis lidah buaya (Aloe vera) yang
termasuk dalam suku liliaceae, sebagian diantaranya sudah
disilangkan. Di dunia ada 3 jenis lidah buaya (Aloe vera) yang
dibudidayakan secara komersial, yakni Curacao aloe atau Aloe
barbadensis miller, Cape aloe atau Aloe ferox miller dan Socotrine
aloe yang salah satunya adalah Aloe perryi baker. Diantara ketiga jenis
tersebut, yang paling banyak digunakan adalah spesies Aloe
berbadensis miller karena tekstur pelepahnya yang keras, berisi dan
tebal sehingga menguntungkan bagi industri karena diperoleh daging
yang lebih banyak dan pengupasan kulitnya pun akan lebih mudah
(Arifin, 2015)
d. Kandungan Lidah Buaya (Aloe vera)
Lidah buaya (Aloe vera) mengandung berbagai macam zat aktif
dan enzim yang sangat berguna untuk menyembuhkan berbagai
macam penyakit dikarenakan mengandung zat aktif dan enzim, maka
sifat gel lidah buaya (Aloe vera) ini sangat sensitif terhadap suhu,
udara dan cahaya, serta sangat mudah teroksidasi sehingga gel dan
eksudat (getah) akan mudah berubah warna menjadi kuning hingga
cokelat. Komponen yang terkandung dalam lidah buaya (Aloe vera)
sebagian besar adalah air yang mencapai 99,75%, dengan total padatan
terlarut hanya 0,49%, lemak 0,067%, karbohidrat 0,043%, protein
0,038%, vitamin 0,49% dan vitamin C 3,476 mg (Furnawanthi, 2007)
Bagian lidah buaya (Aloe vera) yang dikonsumsi adalah bagian
gelnya, karena gel lidah buaya (Aloe vera) mengandung banyak gizi
yang dibutuhkan oleh tubuh.
Dalam sebuah penelitian yang lain diketahui bahwa gel lidah
buaya (Aloe vera) mengandung zat aktif Saponin dan Acemannan.
Kedua zat tersebut yaitu Saponin, memiliki kemampuan untuk
membersihkan dan bersifat antibakteri serta bahan pencuci yang baik,
sedangkan Acemannan sebagai antivirus, antibakteri, antijamur dan
dapat menghancurkan sel tumor, serta meningkatkan daya tahan tubuh
(Fitriana, 2005)
e. Manfaat Lidah Buaya (Aloe vera)
Manfaat lidah buaya (Aloe vera) terhadap kesehatan tubuh dan
kesehatan gigi dan mulut, antara lain: lidah buaya bermanfaat untuk
penyembuhan sariawan (stomatitis aphtous), mengurangi peradangan,
nyeri, mempercepat proses penyembuhan dan mengurangi plak (Arifin,
2015).
S. Levenson dan K. Somova dari Rusia menggunakan getah
lidah buaya (Aloe vera) untuk mengobati penyakit pada gigi. Sebanyak
150 pasien diobati dengan cara menyuntikkan ekstrak getah lidah
buaya (Aloe vera) pada gigi yang terinfeksi. Sakit pada gigi berkurang
hampir pada semua pasien (Rostita, 2008).
Dr. Eugine Zimmerman dari Rumah Sakit Gigi Universitas
Baylor, melakukan uji coba untuk melihat khasiat lidah buaya (Aloe
vera) bagi masalah gigi dan kemampuannya membasmi organisme
seperti: Staphylococcus aureus, Staphylococcus viridaus, Candida
albicans, Corynebacterium xerosis dan 5 turunan Staphylococcus.
Kesimpulannya, lidah buaya adalah anti inflamasi hebat yang mampu
membunuh mikroorganisme jenis apapun (Rostita, 2008).
Lidah buaya bermanfaat bagi berbagai macam penyakit yang
ada di dalam tubuh diantaranya: kanker, gangguan pencernaan,
HIV/AIDS, diabetes mellitus, radang tenggorokan, ambeien, sembelit,
asma, maag, luka kulit, menurunkan kolesterol, bisul dan berbagai
macam penyakit lainnya (Arifin, 2015)
B. Plak
1. Pengertian Plak
Plak berasal dari kata plaque. Plak adalah lendir yang melekat pada
permukaan gigi. Dalam plak terdapat kuman-kuman dari ludah dan mulut.
Plak tidak dapat dilihat dengan kasat mata hanya dapat dilihat dengan zat
pewarna yang dinamakan disclosing solution (Machfoedz, 2005).
Plak merupakan deposit lunak yang melekat erat pada permukaan
gigi, terdiri atas mikroorganisme yang berkembang biak dalam suatu
matriks interseluler jika seseorang melalaikan kebersihan gigi dan
mulutnya. Jika jumlahnya sedikit plak tidak dapat terlihat, kecuali
diwarnai dengan larutan disclosing. Plak akan terlihat berwarna abu-abu,
abu-abu kekuningan dan kuning (Putri dkk., 2010).
Plak merupakan lengketan yang berisi bakteri yang terbentuk pada
semua permukaan gigi. Akumulasi bakteri ini terbentuk melalui
serangkaian tahapan (Kidd dan Bechal, 2012)
Berdasarkan pengertian-pengertian di atas maka dapat disimpulkan
bahwa plak gigi adalah suatu lapisan lunak yang mengandung banyak
bakteri dan melekat erat pada permukaan gigi.
2. Struktur dan Komposisi Plak
Plak gigi sebagian besar terdiri atas air dan berbagai macam
mikroorganisme yang berkembang biak dalam suatu matriks interseluler
yang terdiri atas polisakarida ekstraseluler dan protein saliva. Sekitar 80%
dari berat plak adalah air, sementara jumlah mikroorganisme kurang lebih
250 juta per mg berat basah. Selain terdiri atas mikroorganisme, juga
terdapat sel-sel epitel lepas, leukosit, pelikel-pelikel sisa makanan, garam
anorganik yang terutama terdiri atas kalsium, fosfat dan fluor (Putri dkk.,
2010).
3. Proses Pembentukan Plak
Proses pembentukan plak ini terdiri atas tiga tahap. Pada tahap
pertama, setelah acquired pellicle terbentuk bakteri mulai berproliferasi
disertai dengan pembentukan matriks interbakterial yang terdiri atas
polisakarida ekstraseluler. Polisakarida ini terdiri dari dextran, levan dan
protein saliva dan hanya bakteri yang dapat membentuk polisakarida
ekstraseluler yang dapat tumbuh pada tahap pertama, yaitu Streptococcus
mutans, Streptococcus sanguis, Streptococcus salivarius sehingga pada 24
jam pertama terbentuklah lapisan tipis yang terdiri atas jenis kokus pada
tahap awal proliferasi bakteri. Streptococcus mutans menghasilkan dua
enzim, yaitu glucosyltransferase dan fruktosyltransferase. Enzim-enzim
ini bersifat spesifik untuk substrat sukrosa yang digunakan untuk sintesa
glukan dan fruktan atau levan diatas permukaannya yang dapat
menyebabkan polimerisasi glukosa pada sukrosa dengan pelepasan dari
fruktosa, sehingga dapat mensintesa molekul. Hal ini dimanfaatkan oleh
bakteri streptococcus mutans untuk berkembang dan membentuk plak
gigi. Streptococcus mutans melekat pada permukaan gigi dengan perantara
glukan, dimana produksi glukan yang tidak dapat larut dalam air
merupakan faktor virulensi yang penting.
Perkembangbiakan bakteri membuat lapisan plak bertambah tebal
dan adanya hasil metabolisme dan adhesi dari bakteri-bakteri pada
permukaan luar plak, lingkungan di dalam plak berubah menjadi anaerob.
Pada tahap kedua, jika kebersihan mulut diabaikan, dua sampai
empat hari, kokus gram negatif dan basilus akan bertambah jumlahnya
(dari 7% menjadi 30%), dengan 15% di antaranya terdiri atas bacillus yang
bersifat anaerob. Pada hari kelima Eusobacterium, Aactinomyces dan
Veillonella yang aerob akan bertambah jumlahnya.
Pada tahap ketiga, pematangan plak pada hari ketujuh ditandai
dengan munculnya bakteri jenis Spirochaeta dan Vibrio dan jenis filament
terus bertambah dengan peningkatan paling menonjol pada Actinomyces
naeslundi (Putri dkk., 2010).
4. Hubungan antara Gel Lidah Buaya dengan Plak
Plak merupakan penyebab langsung dari karies dan radang jaringan
penyangga gigi. Bermacam-macam bakteri hidup pada plak gigi, yang satu
dengan yang lain telah menyesuaikan diri dalam kehidupan berkelompok
pada permukaan gigi. Adanya flora bakterial mulut dalam bentuk plak
merupakan syarat utama bagi terbentuknya karies. Telah diketahui bahwa
sebagian besar masyarakat Indonesia menderita penyakit gigi yang salah
satu awal penyebabnya adalah plak dan dirasakan sebagai suatu keadaan
yang mengganggu (J.S Van der Hoeven cit. Konig, 1882).
Lidah buaya (Aloe vera) mengandung berbagai zat yang sangat
bermanfaat untuk kesehatan, daging atau gel lidah buaya (Aloe vera)
mengandung lebih dari 200 senyawa dan nutrisi alami berbeda yang
menghasilkan khasiat untuk mengobati. Salah satu senyawa yang
terkandung dalam lidah buaya (Aloe Vera) yaitu Saponin dan Acemannan.
Saponin ini adalah zat aktif yang mempunyai kemampuan untuk
membersihkan/sebagai bahan pencuci/detergen yang baik dan bersifat
antibakteri, sedangkan Acemannan sebagai antivirus, antibakteri,
antijamur, dan dapat menghancurkan sel tumor, serta meningkatkan daya
tahan tubuh. Aktivitas antibakteri lidah buaya mampu menghambat
pertumbuhan bakteri baik bakteri gram positif maupun gram negatif. Efek
antibakteri mampu menghambat terbentuknya polisakarida ekstraseluler
plak gigi, yang dilakukan dengan menguraikan enzim di permukaan
dinding bakteri yaitu enzim ekstraseluler berupa glucosyltransferase dan
fructosyltransferase, rusaknya membran menyebabkan substansi penting
keluar sel dan juga dapat mencegah masuknya bahan-bahan penting ke
dalam sel, jika fungsi sel rusak maka akan mengakibatkan kematian sel
sehingga bakteri tidak dapat menghidrolasi sukrosa yang dikonsumsi
menjadi glukosa dan fruktosa (Kohantep cit. Riana, 2012). Lidah buaya
(Aloe vera) dapat mengendalikan akumulasi plak dan mencegah penyakit
dengan mekanisme mengurangi tingkat akumulasi dari plak baru,
mengurangi atau menghilangkan plak yang sudah ada, menekan
pertumbuhan bakteri secara selektif yakni yang berkaitan dengan penyakit
dan mencegah produksi dari faktor virulensi. Dengan demikian lidah
buaya dapat mengobati penyakit gigi dan mulut, mengurangi peradangan,
mempercepat proses penyembuhan dan mencegah kerusakan gigi yang
disebabkan oleh plak (Arifin, 2015).
C. Kebersihan Gigi dan Mulut
Pada umumnya untuk mengukur kebersihan gigi dan mulut digunakan
suatu indeks. Indeks adalah suatu angka yang menunjukkan keadaan klinis
yang didapat pada waktu dilakukan pemeriksaan, dengan cara mengukur luas
dari permukaan gigi yang ditutupi oleh plak maupun kalkulus, dengan
demikian angka yang diperoleh berdasarkan penelitian objektif (Putri dkk.,
2010).
Ada beberapa cara untuk mengukur indeks kebersihan gigi dan mulut,
diantaranya:
1. OHI-S (Oral Hygiene Index Simplified)
Untuk mengukur kebersihan gigi dan mulut, Green and Vermillion
memilih enam permukaan gigi indeks tertentu yang cukup dapat
mewakili segmen depan maupun belakang dari seluruh pemeriksaan
gigi yang ada dalam rongga mulut bagian bukal, labial, lingual. Gigi-
gigi yang dipilih sebagai gigi indeks yang dianggap mewakili tiap
segmen adalah 16 pada permukaan bukal, 11 pada permukaan labial, 26
pada permukaan bukal, 36 pada permukaan lingual, 31 pada permukaan
labial, 46 pada permukaan lingual.
Permukaan yang diperiksa adalah permukaan yang jelas terlihat di
dalam mulut, yaitu permukaan klinis bukan anatomis.
Jika gigi indeks pada suatu segmen tidak ada, maka dilakukan
penggantian dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Jika gigi molar pertama tidak ada, penilaian dilakukan pada gigi
molar kedua, jika gigi molar pertama dan kedua tidak ada penilaian
dilakukan pada gigi molar ketiga akan tetapi jika gigi molar
pertama, kedua dan ketiga tidak ada maka tidak ada penilaian untuk
segmen tersebut.
b. Jika gigi insisif pertama kanan atas tidak ada, dapat diganti oleh
gigi insisif kiri dan jika gigi insisif kiri bawah tidak ada, dapat
diganti dengan insisif pertama kanan bawah, akan tetapi jika gigi
insisif pertama kiri atau kanan tidak ada, maka tidak ada penilaian
untuk segmen tersebut.
c. Gigi indeks dianggap tidak ada pada keadaan-keadaan sebagai
berikut: gigi hilang karena dicabut, sisa akar, gigi yang merupakan
mahkota jaket, mahkota gigi sudah hilang atau rusak lebih dari ½
bagiannya pada permukaan indeks akibat karies maupun fraktur
dan gigi yang erupsinya belum mencapai ½ tinggi mahkota klinis.
d. Penilaian dapat dilakukan jika minimal ada dua gigi indeks yang
dapat diperiksa.
Cara pemeriksaan debris dapat dilakukan dengan menggunakan
larutan disclosing ataupun tanpa larutan disclosing. Untuk
mempermudah penilaian, permukaan gigi yang akan dinilai dengan
garis khayal dibagi menjadi tiga bagian sama besar atau luasnya secara
horizontal. Penilaian skor debris yaitu skor 0 = tidak ada debris atau
stain, skor 1 = plak menutup tidak lebih dari 1/3 permukaan servikal
atau terdapat stain ekstrinsik di permukaan yang diperiksa, skor 2 =
plak menutup lebih dari dari 1/3 tapi kurang dari 2/3 permukaan yang
diperiksa, skor 3 = plak menutup lebih dari 2/3 permukaan yang
diperiksa.
Kriteria penilaian tingkat kebersihan gigi dan mulut berdasarkan indeks
OHI-S yaitu :
Baik : 0,0 – 1,2
Sedang : 1,3 – 3,0
Buruk : 3,1 – 6,0
2. PHP (Patien Hygiene Performance)
Untuk mengukur kebersihan gigi dan mulut, menurut Podshadley dan
Haley menggunakan PHP (Patien Hygiene Performance). Cara
pemeriksaan klinis berdasarkan indeks plak PHP adalah sebagai
berikut:
a. Digunakan bahan pewarna gigi yang berwarna merah (larutan
disclosing) untuk memeriksa plak yang terbentuk pada permukaan
gigi
b. Pemeriksaan dilakukan pada mahkota gigi bagian fasial atau
lingual dengan membagi tiap permukaan mahkota gigi menjadi
lima subsidi yaitu: D: Distal, G: 1/3 tengah gingival, M: Mesial, C:
1/3 tengah incisal atau oklusal.
c. Pemeriksaan dilakukan secara sistematis pada: a) Permukaan labial
gigi insisif pertama kanan atas; b) Permukaan labial gigi insisif
pertama kiri bawah; c) Permukaan bukal gigi molar pertama kanan
atas; d) Permukaan bukal gigi molar pertama kiri atas; e)
Permukaan lingual gigi molar pertama kiri bawah; f) Permukaan
lingual gigi molar pertama kanan bawah. Gigi pengganti seperti
ketentuan pada pemeriksaan OHI-S Greene and Vermilion.
d. Cara penilaian plak adalah sebagai berikut : Nilai 0 = tidak ada
plak, Nilai 1 = ada plak.
e. Cara pengukuran untuk menentukan indeks plak PHP yaitu dengan
rumus dibawah ini dan nilai yang dihasilkan adalah berupa angka.
f. Kriteria penilaian tingkat kebersihan gigi dan mulut berdasarkan
indeks PHP yaitu :
Sangat Baik = 0
Baik = 0,1 – 1,7
Sedang = 1,8 – 3,4
Buruk = 3,5 – 5,0
3. HI (Hygiene Index)
Pengukuran ini merupakan pemeriksaan yang paling akurat karena
penilaian akumulasi plak dilakukan pada seluruh gigi dan mencakup 4
permukaan, yaitu mesial, fasial, distal dan lingual. Jika dijumpai plak
pada permukaan gigi yang diperiksa, diberi tanda (+) dan jika tidak ada
penumpukan plak diberi tanda (-). Skor HI ditentukan dengan membagi
jumlah nilai permukaan gigi yang bebas plak dengan jumlah permukaan
gigi yang diperiksa, dinyatakan dalam presentase permukaan yang
bersih (Putri dkk., 2010).
HI = Jumlah nilai permukaan yang bebas plak x 100%
Jumlah permukaan gigi yang diperiksa
IP PHP = Jumlah total skor plak seluruh permukaan gigi yang diperiksa
Jumlah gigi yang diperiksa
Kriteria:
>80% = Baik
<80% = Buruk
D. Kerangka Teori
Secara teoritis indeks kebersihan gigi dan mulut dapat diukur dengan
menggunakan metode OHI-S, PHP dan HI. Indeks kebersihan gigi dan mulut
tersebut dipengaruhi oleh bahan kumur yang digunakan. Bahan kumur yang
tersedia dipasaran selama ini adalah bahan kumur yang konvensional atau
diproduksi oleh pabrik tertentu. Bahan kumur tradisional merupakan salah satu
alternatif pemilihan bahan kumur. Pemilihan bahan kumur juga dipengaruhi oleh
ketersediaannya artinya apakah obat kumur tersebut mudah didapatkan, harga
Bahan Kumur: 1. Bahan Konvensional 2. Bahan Tradisional 3. Air Mineral
Indeks kebersihan gigi dan mulut: 1. OHI-S 2. PHP 3. HI
Faktor-faktor yang
mempengaruhi pemilihan
bahan kumur:
1. Ketersediaan 2. Harga 3. Efek Samping 4. Efektivitas
yang ekonomis terjangkau oleh masyarakat, efek samping yang minimal, serta
efektivitas obat kumur dalam membersihkan rongga mulut.
BAB III
KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN DEFINISI OPERASIONAL
A. Kerangka Konsep
Berdasarkan judul yang diambil oleh peneliti, maka dapat dibuat
kerangka konsep. Kerangka konsep ini ditampilkan dalam bentuk diagram
yang menunjukkan jenis serta hubungan antara variabel yang diteliti.
Variabel Independen Variabel Dependen
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah skor HI, sedangkan
variabel independen pada kelompok perlakuan yaitu berkumur dengan bahan
kumur tradisional larutan gel lidah buaya (Aloe vera) 5% dan kelompok
kontrol berkumur dengan air mineral.
B. Hipotesis
Berkumur Larutan
Gel Lidah Buaya
(Aloe Vera) 5%
(Kelompok Perlakuan) Skor HI
Berkumur Air
Mineral
(Kelompok Kontrol)
Ada pengaruh dari berkumur dengan larutan gel lidah buaya (Aloe
vera) 5% terhadap skor HI.
C. Definisi Operasional
1. Berkumur
Berkumur adalah salah satu cara untuk mengontrol plak.
2. Larutan gel lidah buaya 5%
Larutan gel lidah buaya (Aloe vera) 5% adalah perbandingan
campuran yang dibuat oleh peneliti dari 5 mg gel lidah buaya yang telah
diambil gelnya dan dicuci menggunakan air bersih, kemudian dihaluskan
dan dicampur dengan 100 ml air mineral yang diukur menggunakan gelas
ukur.
3. Skor HI
Indeks kebersihan gigi dan mulut yang digunakan dalam penelitian
ini adalah indeks kebersihan gigi dan mulut yang diukur dengan metode
HI.
21
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian analitik dengan rancangan
penelitian quasy experiment atau eksperimen semu. (Notoatmodjo, 2010)
B. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan bulan Mei 2015 pada Mahasiswa Tingkat 1
Jurusan Keperawatan Gigi Bandung dan bertempat di Kampus Jurusan
Keperawatan Gigi Bandung Jalan Prof. Eyckman no.40 Bandung.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Seluruh mahasiswa/i Tingkat 1 Jurusan Keperawatan Gigi Bandung
yang berjumlah 35 orang.
2. Sampel
Pemilihan sampel pada penelitian ini yaitu dengan total sampling
yang menggunakan seluruh populasi di dalam pengambilan sampelnya.
Selanjutnya dipilih sampel dengan kriteria sebagai berikut :
Kriteria Inklusi :
a. Bersedia dijadikan subjek penelitian
Kriteria Eksklusi :
a. Memakai kawat Orthodontik
D. Jenis dan Cara Pengumpulan Data
1. Jenis Data
Jenis data yang diperoleh merupakan data primer yaitu data yang
dikumpulkan oleh penelitinya sendiri, karena data tersebut merupakan
hasil pengukuran langsung terhadap kebersihan gigi dan mulut pada
responden, pengukuran ini dilakukan sebelum dan sesudah berkumur air
mineral dan larutan gel lidah buaya (Aloe vera) 5%. Sedangkan data
sekunder adalah data yang diambil dari suatu sumber dan biasanya data itu
sudah dikomplikasi lebih dahulu oleh instansi atau yang punya data (Sabri
dan Hastono, 2008). Dalam penelitian yang akan dilaksanakan, peneliti
mengumpulkan data sekunder berupa nama mahasiwa/i serta alamat
mahasiswa kepada pengelola kampus jurusan Keperawatan Gigi Bandung.
2. Cara Pengumpulan Data
Cara pengumpulan data diperoleh dari hasil pengamatan (observasi)
secara langsung (Notoatmodjo, 2010). Kegiatan ini meliputi mengamati
dan mencatat data penting yang berhubungan dengan penelitian ini. Data
yang dikumpulkan langsung oleh peneliti dengan cara mengukur
kebersihan gigi dan mulut dengan metode HI (Hygiene Index) sebelum dan
23
sesudah berkumur dengan air mineral dan larutan gel lidah buaya (Aloe
vera) 5%.
E. Langkah-langkah Penelitian
Responden dibagi menjadi 2 kelompok, kemudian masing-masing
kelompok diberi nama, kelompok air mineral sebagai kelompok kontrol dan
kelompok gel lidah buaya sebagai kelompok perlakuan. Seluruh responden
diiinstruksikan untuk menyikat gigi sesuai dengan cara yang benar dan cermat
dibimbing oleh peneliti. Setelah responden selesai menyikat gigi, peneliti
melakukan pemeriksaan untuk memastikan kondisi mulut seluruh responden
bersih dari plak setelah itu responden diberi makan yang telah disediakan oleh
peneliti yaitu roti tawar. Kemudian tunggu 1 jam setelah makan dengan tujuan
untuk menumbuhkan plak. Selanjutnya peneliti melakukan pemeriksaan
kebersihan gigi dan mulut dengan cara meneteskan cairan disclosing yang
diberikan sebanyak 3 tetes di bawah lidah dan dilakukan pemeriksaan dengan
metode HI (Hygiene Index) untuk melihat plak yang dihasilkan setelah makan
roti tawar. Setelah itu, masing-masing responden berkumur sesuai dengan
nama kelompok, kelompok perlakuan berkumur dengan larutan gel lidah
buaya (Aloe vera) 5% dan kelompok kontrol berkumur dengan air mineral.
Intensitas dan teknik berkumur dari kedua kelompok disamakan, yaitu
berkumur selama 60 detik dengan gerakan ke kanan-kiri dan memutar. Setelah
berkumur dengan air mineral dan larutan gel lidah buaya (Aloe vera) 5%
responden tidak diperbolehkan untuk makan dan minum selama 1 jam untuk
melihat plak hilang atau tidak. Setelah itu responden diperiksa kembali dengan
metode HI (Hygiene Index).
F. Alur Penelitian
Gambar 1.
Gosok Gigi
Pemeriksaan
Makan Roti Tawar
Tunggu 1 Jam
Tetes disclosing
(Pemeriksaan HI Awal)
Berkumur Gel lidah buaya
5%
Tunggu 1 Jam
Pemeriksaan HI Akhir
Gosok Gigi
Pemeriksaan
Makan Roti Tawar
Tunggu 1 Jam
Tetes disclosing
(Pemeriksaan HI Awal)
Berkumur air mineral
Tunggu 1 Jam
Pemeriksaan HI Akhir
G. Pengolahan dan Analisa Data
1. Pengolahan Data
Data yang diperoleh dari hasil pemeriksaan secara langsung dengan
menggunakan metode HI diolah secara manual dan menggunakan program
aplikasi statistik, setiap skor yang dihasilkan dari pengukuran secara
langsung pada responden diakumulasikan dan ditabulasi dalam tabel
distribusi frekuensi.
Data yang diperoleh dari hasil penelitian merupakan data kuantitatif,
yakni data yang berhubungan dengan angka-angka yang diperoleh dari
hasil pengukuran (Notoatmodjo, 2010).
2. Analisa Data
Masing-masing data yang diperoleh dari pengukuran secara
langsung akan diolah dan dianalisa dengan menggunakan uji t-dependen
dengan rumus :
df = n-1
d(debar) = Rata-rata selisih/deviasi pengukuran pertama dan kedua
S = Standar deviasi dari skor d
N = Jumlah Sampel
Kemudian data-data tersebut akan dibandingkan untuk mengetahui
perbedaan skor rata-rata antara satu kelompok dengan kelompok lain
(Riyanto, 2011).
Keterangan :
Error! Reference source not found. = Rata-rata sampel 1
Error! Reference source not found. = Rata-rata sampel 2
Error! Reference source not found. = Standar deviasi
kelompok 1
Error! Reference source not found. = Standar deviasi
kelompok 2
Error! Reference source not found. = Standar deviasi pool
(gabungan standar deviasi)
Jika t hitung Error! Reference source not found. t tabel maka
Error! Reference source not found. ditolak
Error! Reference source not found. Error! Reference source
not found.
Error! Reference source not found.2
Jika t hitung Error! Reference source not found. t tabel maka
Error! Reference source not found. diterima
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti diperoleh
sampel sebanyak 35 orang. Sampel dibagi menjadi dua kelompok yaitu
kelompok perlakuan dan kelompok kontrol, kedua kelompok tersebut
diberikan dua jenis perlakuan yang berbeda, pada kelompok perlakuan
diberikan perlakuan berkumur dengan larutan gel lidah buaya (Aloe vera) 5%
dan pada kelompok kontrol berkumur dengan air mineral. Setelah dilakukan
penelitian maka didapat hasil sebagai berikut:
Tabel 5.1
Hasil penelitian skor hygiene index sebelum dan sesudah berkumur dengan
larutan gel lidah buaya (Aloe vera) 5%
Jumlah
Responden
Skor Hygiene Index pada Kelompok Perlakuan
Sebelum
(%)
Sesudah
(%)
Selisih
(%)
18 55,20 82,40 27,20
Dari tabel 5.1 di atas dapat dilihat bahwa jumlah hygiene index sebelum
berkumur dengan larutan gel lidah buaya (Aloe vera) 5% adalah 55,20% dan
jumlah hygiene index setelah berkumur dengan larutan gel lidah buaya (Aloe
vera) 5% adalah 82,40%. Sehingga jumlah peningkatan skor hygiene index
setelah berkumur dengan larutan gel lidah buaya (Aloe vera) 5% adalah
27,20%
Tabel 5.2
Hasil penelitian skor hygiene index sebelum dan sesudah berkumur dengan
air mineral
Jumlah
Responden
Skor Hygiene Index pada Kelompok Kontrol
Sebelum
(%)
Sesudah
(%)
Selisih
(%)
17 54,83 68,05 13,22
Dari tabel 5.2 di atas dapat dilihat bahwa jumlah hygiene index sebelum
berkumur dengan air mineral adalah 54,83% dan jumlah hygiene index
setelah berkumur dengan air mineral adalah 68,05%. Sehingga jumlah
peningkatan skor hygiene index setelah berkumur dengan air mineral adalah
13,22%.
Tabel 5.3
Hasil t-test dependen skor hygiene index sebelum dan sesudah berkumur
larutan gel lidah buaya (Aloe vera) 5% dan berkumur air mineral
Perlakuan
Rata-rata sebelum
Rata-rata sesudah
29
Sampel
18 Berkumur Larutan Gel lidah buaya
55,20 82,40 27,20 14,12 8,17 2,110
17 Berkumur Air Mineral
54,83 68,05 13,22 6,72 8,12 2,120
Keterangan :
Error! Reference source not found. : rata-rata dari perbedaan (selisih) skor-skor
yang berpasangan.
Error! Reference source not found. : Standar Deviasi dari skor-skor d
Dari tabel 5.3 di atas dapat dilihat peningkatan jumlah hygiene index
sebelum berkumur dengan larutan gel lidah buaya (Aloe vera) 5% adalah
55,20% dan jumlah hygiene index setelah berkumur dengan larutan gel lidah
buaya (Aloe vera) 5% adalah 82,40%. Sedangkan hygiene index sebelum
berkumur dengan air mineral adalah 54,83% dan jumlah hygiene index
setelah berkumur dengan air mineral adalah 68,05%. Hasil uji statistik untuk
menguji perhitungan t-test dependen didapat Error! Reference source not
found. Error! Reference source not found. yang artinya ada perbedaan
berkumur larutan gel lidah buaya (Aloe vera) 5% dan berkumur air mineral
terhadap peningkatan skor hygiene index.
Tabel 5.4
Hasil t-test independen skor hygiene index sebelum dan sesudah berkumur
larutan gel lidah buaya (Aloe vera) 5% dan berkumur air mineral
(rata-rata)
(Standar Deviasi)
N
(jumlah sampel)
27,20 13,22 14,12 6,72 18 17 3,68 2,042
Keterangan :
Error! Reference source not found. : rata-rata kelompok 1
Error! Reference source not found. : rata-rata kelompok 2
Error! Reference source not found. : Standar Deviasi kelompok 1
Error! Reference source not found. : Standar Deviasi kelompok 2
Error! Reference source not found. : jumlah sampel kelompok 1
Error! Reference source not found. : jumlah sampel kelompok 2
Dari tabel 5.4 di atas dapat dilihat rata-rata peningkatan skor hygiene
index yang berkumur gel lidah buaya (Aloe vera) 5% adalah 27,20 sedangkan
yang berkumur air mineral 13,22 yang artinya berkumur gel lidah buaya
(Aloe vera) 5% lebih efektif meningkatkan skor hygiene index dibandingkan
dengan berkumur air mineral. Hasil perhitungan t-test independen
menunjukkan Error! Reference source not found. Error! Reference
source not found. = Ho ditolak yaitu hasil penelitian menunjukkan adanya
perbedaan bermakna peningkatan skor hygiene index berkumur larutan gel
lidah buaya (Aloe vera) 5% dan berkumur air mineral.
B. Pembahasan
Penelitian tentang berkumur larutan gel lidah buaya (Aloe vera) 5%
terhadap skor hygiene index telah dilakukan pada bulan Mei 2015. Adapun
hasil penelitian dari sampel yang berkumur dengan larutan gel lidah buaya
(Aloe vera) 5%, rata-rata skor hygiene index sebelum berkumur adalah
55,20% dan rata-rata skor hygiene index setelah berkumur adalah 82,40%.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut menunjukkan ada peningkatan skor
hygiene index setelah berkumur dengan larutan gel lidah buaya (Aloe vera) 5%
yaitu sebesar 27,20% dan standar deviasi pada kelompok yang berkumur gel
lidah buaya (Aloe vera) 5% adalah 14,12. Selisih peningkatan skor hygiene
index pada kelompok yang berkumur dengan larutan gel lidah buaya (Aloe
vera) 5% memiliki skor tertinggi yaitu mencapai hingga 50% dan terendah
adalah 8,03%, sedangkan dari penelitian sampel yang berkumur dengan air
mineral dapat diketahui rata-rata skor hygiene index sebelum berkumur adalah
54,83% dan rata-rata skor hygiene index setelah berkumur adalah 68,05%.
Berdasarkan hasil penelitian di atas menunjukkan bahwa ada peningkatan skor
hygiene index setelah berkumur dengan air mineral yaitu sebesar 13,22% dan
standar deviasi pada kelompok yang berkumur air mineral adalah 6,72. Selisih
peningkatan higyene index pada kelompok yang berkumur dengan air mineral
memiliki skor tertinggi yaitu mencapai 30,36% dan terendah adalah 3,58%.
Pada kelompok yang berkumur dengan larutan gel lidah buaya maupun air
mineral standar deviasi dan selisih peningkatan hygiene index berbeda-beda.
Hal ini dapat dikarenakan tekanan kumur setiap sampel yang berbeda karena
tekanan kumur tidak dapat disamakan atau diukur. Terlihat jelas bahwa
berkumur larutan gel lidah buaya (Aloe vera) 5% lebih tinggi meningkatkan
skor hygiene index dibandingkan berkumur dengan air mineral. Air mineral
mengandung beberapa zat mikro seperti Kalsium, Magnesium, Natrium,
Kalium, Klorida, Florida, Tembaga, Bikarbonat dan sulfat atau mineral
lainnya yang jumlahnya sangat kecil tetapi tetap diperlukan oleh tubuh
sehingga air mineral tidak memiliki zat yang dapat menurunkan jumlah plak
dan kemungkinan peningkatan skor hygiene index pada kelompok kontrol
dikarenakan efek mekanis dari berkumur saja. Sedangkan gel lidah buaya
(Aloe vera) memiliki kandungan kimia yang dapat mengurangi dan
menghambat pertumbuhan plak, diantaranya Saponin dan Acemannan.
Saponin adalah zat aktif yang mempunyai kemampuan untuk
membersihkan/sebagai bahan pencuci/detergen dan bersifat antibakteri,
detergen memiliki kemampuan untuk menurunkan tegangan permukaan
(surface tension) dan melonggarkan ikatan debris dengan gigi yang akan
membantu gerakan pembersihan plak pada gigi, sedangkan Acemannan
sebagai antivirus, antibakteri, antijamur dan dapat menghancurkan sel tumor,
serta meningkatkan daya tahan tubuh. Aktivitas antibakteri gel lidah buaya
mampu menghambat pertumbuhan bakteri baik bakteri gram positif maupun
gram negatif. Jenis utama bakteri yang mempunyai kemampuan untuk
membentuk polisakarida ekstraseluler adalah Streptococcus. Bakteri ini
membentuk polisakarida ekstraseluler dari karbohidrat terutama sukrosa yang
akan menghasilkan dekstran dan levan yang memegang peran penting dalam
pembentukan matriks plak. Efek antibakteri gel lidah buaya dari Saponin dan
Acemannan mampu menghambat terbentuknya polisakarida ekstraseluler plak
gigi yang dilakukan dengan menguraikan enzim di permukaan dinding bakteri
yaitu enzim ekstraseluler berupa glucosyltransferase dan fructosyltransferase,
jika fungsi sel rusak maka akan mengakibatkan kematian sel sehingga bakteri
tidak dapat menghidrolasi sukrosa yang dikonsumsi menjadi glukosa dan
fruktosa. Dengan begitu, pertumbuhan Streptococcus mutans akan terhambat.
Oleh karena itu, lidah buaya (aloe vera) dapat mencegah penyakit dengan
mekanisme mengurangi tingkat akumulasi dari plak baru, mengurangi atau
menghilangkan plak yang sudah ada, menekan pertumbuhan bakteri secara
selektif yakni yang berkaitan dengan penyakit dan mencegah produksi dari
faktor virulensi.
Berdasarkan uji statistik hasil perhitungan t-test independen
menunjukkan Error! Reference source not found. Error! Reference
source not found. = Ho ditolak yaitu hasil penelitian menunjukkan adanya
perbedaan bermakna peningkatan skor hygiene index berkumur larutan gel
lidah buaya 5% dan berkumur air mineral. Dilihat dari hasil tersebut maka
terlihat jelas bahwa berkumur larutan gel lidah buaya 5% dapat meningkatkan
skor hygiene index.
Hasil penelitian sebelumnya telah dilakukan oleh Sofian (2012)
penelitian ini menunjukkan adanya penurunan indeks plak yang diukur dengan
metode PHP setelah berkumur dengan larutan gel lidah buaya 25% yaitu
dengan penurunan skor sebanyak 0,78. Pada penelitian berkumur gel lidah
buaya 5% ini juga menunjukkan adanya penurunan akumulasi plak dengan
peningkatan skor hygiene index sebesar 27,29%, kedua penelitian ini sama-
sama menunjukkan adanya pengaruh ke arah yang lebih baik dalam berkumur
gel lidah buaya untuk menurunkan akumulasi plak. Akan tetapi dengan
penelitian yang telah dilakukan oleh Kimawaty, dkk (2005) yang menyatakan
bahwa pada konsentrasi 25% gel lidah buaya ternyata telah mampu
menimbulkan reaksi hipersensitivitas kontak pada mukosa bukal, selain itu
chlorhexidine yang mempunyai efek negatif yang dapat menimbulkan noda
pada gigi, mulut dan mukosa pipi iritasi serta mukosa mulut, sensasi terbakar,
dan perubahan persepsi rasa. Maka dengan konsentrasi gel lidah buaya yang
sudah diturunkan lebih rendah dan ternyata mampu untuk menurunkan
akumulasi plak maka gel lidah buaya dengan konsentrasi 5% akan lebih aman
digunakan untuk berkumur dan tetap efektif. Hal ini sesuai dengan penelitian
tentang lidah buaya yang dilakukan oleh Boel (2002) penelitian secara in vitro
menyimpulkan bahwa lidah buaya konsentrasi 1,562% sudah memiliki daya
hambat terhadap bakteri Streptococcus mutans. Dan yang dilakukan oleh
Permata (2010) menunjukkan bahwa irigasi larutan ekstrak gel lidah buaya
konsentrasi 5% dapat menurunkan akumulasi plak pada penderita gingivitis.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian mengenai pengaruh berkumur gel lidah
buaya terhadap skor hygiene index pada mahasiswa tingkat 1 Jurusan
Keperawatan Gigi Bandung dapat disimpulkan bahwa:
a. Rata-rata skor hygiene index sebelum berkumur larutan gel lidah buaya
sebesar 55,20% dan berkumur air mineral sebesar 54,83%.
b. Rata-rata skor hygiene index setelah berkumur larutan gel lidah buaya
sebesar 82,40% dan berkumur air mineral sebesar 68,05%.
c. Rata-rata peningkatan skor hygiene index setelah berkumur larutan gel
lidah buaya yaitu 27,20 sedangkan rata-rata skor hygiene index setelah
berkumur air mineral yaitu 13,23. Error! Reference source not found.=
3,68 sedangkan Error! Reference source not found. = 2,042. Error!
Reference source not found. Error! Reference source not found.
yang artinya Ho ditolak yaitu hasil penelitian menunjukkan adanya
perbedaan bermakna berkumur larutan gel lidah buaya terhadap
pembentukan plak.
d. Gel lidah buaya berpengaruh menurunkan dan menghambat
pembentukan plak dengan kandungan kimia yang dimiliki yaitu Saponin
dan Acemannan yang bersifat antibakteri.
B. Saran
Dari penelitian di atas penulis mencoba menyumbangkan saran sebagai
berikut :
a. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang konsentrasi terendah dan
efektif lidah buaya yang lebih aman digunakan berkumur dan dapat
mencegah hipersensitivitas.
b. Perlu diadakan penelitian atau studi kelayakan tentang produksi larutan
kumur dengan gel lidah buaya (Aloe vera) 5% sebagai obat kumur agar
masyarakat lebih mudah dan praktis dalam menggunakannya serta dapat
menjadi salah satu peluang usaha bagi tenaga kesehatan gigi.
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, J. 2015. Intensif Budidaya Lidah Buaya Usaha Dengan Prospek Yang
Kian Berjaya. Yogyakarta: Pustaka Baru Press.
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan RI. 2013. Laporan Hasil Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas 2013). Jakarta: Bakti Husada.
Bangun, A. 2013. Ensiklopedia Jus Buay dan Sayur untuk Penyembuhan.
Bandung: Indonesia Publishing House.
Darmawan, L. 2007. Cara Instan Membuat Gigi Sehat & Cantik dengan Dental
Cosmetics + Kiat Merawat Gigi yang Tepat dan Efektif. Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama.
Departemen Pendidikan Nasional. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:
Balai Pustaka.
Djamil, M. S. 2011. A-Z Kesehatan Gigi Panduan Lengkap Kesehatan Gigi
Keluarga. Solo: PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri.
Furnawanthi, I. 2007. Khasiat dan Manfaat Lidah Buaya si Tanaman Ajaib.
Jakarta: Argomedia.
Kidd, E. A. M., S. J. Bechal. 2012. Dasar-dasar Karies : Penyakit dan
penanggulangannya. Jakarta: EGC.
Lameshow, S., dkk. 1997. Besar Sampel Dalam Penelitian Kesehatan.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Machfoedz, I., Asmar, Y. Z. 2005. Menjaga Kesehatan Gigi dan Mulut Anak-
Anak dan Ibu Hamil. Yogyakarta: Fitramaya.
Marsudi, K.A., dkk. 2005. Hipersensitivitas Kontak Pada Mukosa Bukal Tikus
Wistar Setelah Induksi Gel Aloe vera. Yogyakarta: Jurnal Fakultas Kedokteran
Gigi Universitas Gadjah Mada.
Napitupulu, R., dkk. 2005. Efektivitas Berkumur Dengan Aloe Vera 25%
Terhadap Gingivitis. Jakarta: Jurnal Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas
Trisakti.
Nareswari, A. 2010. Perbedaan Efektivitas Obat Kumur Chlorhexidine Tanpa
Alkohol Dengan Chlorhexidine Beralkohol Dalam Menurunkan Kuantitas Koloni
Bakteri Rongga Mulut. Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret
Surakarta diakses dari http://dglib.uns.ac.id/dokumen/detail/13669/Perbedaan-
efektivitas-obat-kumur-chlorhexidine-tanpa-alkohol-dibandingkan-dengan-
chlorhexidine-beralkohol-dalam-menurunkan-kuantitas-koloni-bakteri-rongga-
mulut pada tanggal 11 Desember 2014.
Notoatmodjo, S. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Pratiwi, D. 2009. Gigi Sehat Dan Cantik Perawatan Praktis Sehari-hari. Jakarta:
PT Kompas Media Nusantara.
Putri, H. M., dkk. 2010. Ilmu Pencegahan Penyakit Jaringan Keras dan Jaringan
Pendukung Gigi. Jakarta: EGC.
Riana, M. 2013. Status Gingiva Penderita Ginivitis Kategori Sedang Setelah
Berkumur Ekstrak Lidah Buaya (Aloe barbadensis Mill.) Konsentrasi 5%
http://etd.repository.ugm.ac.id/index.php?mod=penelitian_detail&sub=Penelitian
Detail&act=view&typ=html&buku_id=67325 pada tanggal 5 Maret 2015.
Riduwan., A. 2007. Rumus dan Data dalam Analisis Statistik. Bandung: Alfabeta.
Rostita. 2008. Sehat, Cantik dan Penuh Vitalitas Berkat Lidah Buaya. Bandung:
Qanita.
Sabri, L., Hastono S.P. 2008. Statistik Kesehatan. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.
Sofian, R. 2012. “Pengaruh Berkumur Larutan Lidah Buaya (Aloe Vera) 25%
Terhadap Indeks Kebersihan Gigi dan Mulut”. Karya Tulis Ilmiah. Bandung:
Politeknik Kesehatan Kemenkes Bandung Jurusan Keperawatan Gigi.
Wasito, H. 2011. Obat Tradisional Kekayaan Indonesia. Yogyakarta: Graha Ilmu.
LAMPIRAN
URAT PERSETUJUAN RESPONDEN
(INFORMED CONSENT)
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama :
Umur :
Menyatakan (bersedia, tidak bersedia)* ikut berpartisipasi sebagai
responden pada penelitian yang dilakukan oleh :
Nama : Ester Novia Veranata Simbolon
NIM : P17325112023
Judul Penelitian : “PENGARUH BERKUMUR LARUTAN GEL
LIDAH BUAYA (Aloe vera) 5% TERHADAP SKOR HI (HYGIENE
INDEX)”
Saya akan memberikan jawaban yang benar dan jujur tanpa adanya unsur
pemaksaan dari pihak manapun dan tidak akan melakukan tuntutan apapun di
kemudian hari yang berkenaan dengan penelitian ini.
Demikian pernyataan ini saya buat, untuk dapat dipergunakan seperlunya.
Bandung,……………….2015
(……………………)
Responden
Tabel Data Berkumur dengan Larutan Gel Lidah Buaya (Aloe vera) 5%
No Nama
Responden L/P
Indeks kebersihan gigi dan mulut pada kelompok
perlakuan
Sebelum Sesudah
1 TWK P 32,40 82,40 50 2500
2 HAF L 80,35 89,28 8,93 79,7449
3 LF P 68,75 88,39 19,64 385,7296
4 ZK P 81,25 89,28 8,03 64,4809
5 N P 73,21 89,28 16,07 258,2449
6 AN P 71,42 90,12 18,7 349,69
7 IS P 61,60 85,71 24,11 581,2921
8 DL P 47,32 87,5 40,18 1614,4324
9 IR P 41,07 51,78 10,71 114,7041
10 Y P 61,60 85,71 24,11 581,2921
11 AGP L 35,71 82,14 46,43 2155,7449
12 SNS P 57,14 78,57 21,43 459,2449
13 L P 17,85 67,85 50 2500
14 RSP P 45,19 75,96 30,77 946,7929
15 S L 41,07 81,25 40,18 1614,4324
16 ANA P 45,53 91,07 45,54 2073,8916
17 ADP P 79,46 93,75 14,29 204,2041
18 RF P 52,67 73,21 20,54 421,8916
JUMLAH 993,59 1483,25 489,66 16905,8134
RATA-RATA 55,20 82,40 27,20 939,2118
MIN 17,85 51,78 8,03 64,4809
MAX 81,25 93,75 50 2500
Tabel Data Berkumur dengan Air Mineral
No Nama
Responden L/P
Indeks kebersihan gigi dan mulut pada
kelompok control
Sebelum Sesudah
1 A L 73,14 78,70 5,56 30,9136
2 AS P 82,69 92,30 9,61 92,3521
3 KK P 76,78 82,14 5,36 28,7296
4 ANH P 69,64 79,46 9,82 96,4324
5 NW P 75 83,33 8,33 69,3889
6 AY P 67,85 85,71 17,86 318,9796
7 SBIS L 48,21 58,03 9,82 96,4324
8 NAP P 58,92 62,50 3,58 12,8164
9 DIM P 65,17 77,67 12,5 156,25
10 NSK P 40,62 56,25 15,63 244,2969
11 VR P 49,10 66,96 17,86 318,9796
12 SDP P 33,92 64,28 30,36 921,7296
13 RMR P 25,89 43,75 17,86 318,9796
14 RIS P 37,5 59,82 22,32 498,1824
15 MC P 54,46 61,6 7,14 50,9796
16 LM P 41,96 58,03 16,07 258,2449
17 SA P 31,25 46,42 15,17 230,1289
JUMLAH 932,1 1156,95 224,85 3743,8165
RATA-RATA 54,83 68,05 13,22 220,2245
MIN 25,89 43,75 3,58 12,8164
MAX 82,69 92,3 30,36 921,7296
LANGKAH UJI STATISTIK T-TEST
1. Uji statistik pada kelompok yang berkumur dengan larutan gel lidah
buaya (Aloe vera) 5% dengan Uji t-Dependen
a. Menentukan hipotesis
Ha : Terdapat perbedaan skor hygiene indeks sebelum dan sesudah berkumur
dengan larutan gel lidah buaya (Aloe vera) 5%
Ho : Tidak terdapat perbedaan skor hygiene indeks sebelum dan sesudah
berkumur dengan larutan gel lidah buaya (Aloe vera) 5%
b. Uji hitung dengan rumus t-Dependen
Diketahui:
= 489,66 = = 27,20
n = 18
= 16905,8134
df = n-1 = 18-1 = 17
Sd =
=
=
=
= 14,119901 = 14,1199 14,12
= 8,1681682 8,17
c. Keputusan uji statistik
ditolak jika
diterima jika
Diketahui:
= 8,17
= : 0,05
: 17
maka ditolak artinya ada perbedaan skor
hygiene indeks sebelum dan sesudah berkumur dengan larutan gel lidah buaya
(Aloe vera) 5%
2. Uji statistik pada kelompok yang berkumur dengan air mineral
dengan Uji t-Dependen
a. Menentukan hipotesis
Ha : Terdapat perbedaan skor hygiene indeks sebelum dan sesudah berkumur
dengan air mineral
Ho : Tidak terdapat perbedaan skor hygiene indeks sebelum dan sesudah
berkumur dengan air mineral
b. Uji hitung dengan rumus t-Dependen
Diketahui:
= 224,85 =
n = 17
= 3743,81
Df = n-1 = 17-1 = 16
Sd =
=
=
=
= 6,72244 6,72
= 8,1165644 8,12
c. Keputusan uji statistik
ditolak jika
diterima jika
Diketahui:
= 8,12
= : 0,05
: 16
maka ditolak artinya ada perbedaan skor
hygiene indeks sebelum dan sesudah berkumur dengan air mineral
3. Uji t-Independen antara dua kelompok (menggunakan larutan gel
lidah buaya dan air mineral)
Diketahui:
= 27,20 = 18 = 14,12
= 13,23 = 17 = 6,72
= 0,05
= (18 + 17) – 2 = 33
=
= 11,162505 11,16
3,68
ditolak jika
diterima jika
Diketahui:
= 3,68
= : 0,05
: 33
3,68
Kesimpulan:
Berdasarkan hasil perhitungan di atas, ada perbedaan bermakna
peningkatan skor hygiene indeks antara kelompok yang berkumur larutan gel lidah
buaya dan yang berkumur air mineral terhadap hygiene indeks pada tingkat
kemaknaan 5%.
Skor Hygiene Index Sebelum dan Sesudah Berkumur dengan Larutan Gel
Lidah Buaya (Aloe Vera) 5%
Nama :
Umur :
HI Awal
HI Akhir
Skor Hygiene Index Sebelum dan Sesudah Berkumur dengan Air Mineral
Nama :
Umur :
HI Awal
HI Akhir