Pengaruh belajar kelompok dengan belajar sendiri

73
PENGARUH BELAJAR KELOMPOK DENGAN BELAJAR SENDIRI TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA DALAM BIDANG STUDI PMP DI KELAS I SMEA BARUNAWATI SURABAYA

Transcript of Pengaruh belajar kelompok dengan belajar sendiri

Page 1: Pengaruh belajar kelompok dengan belajar sendiri

PENGARUH BELAJAR KELOMPOK DENGAN BELAJAR SENDIRI

TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA DALAM BIDANG STUDI

PMP DI KELAS I SMEA BARUNAWATI SURABAYA

Page 2: Pengaruh belajar kelompok dengan belajar sendiri

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

B. Identifikasi Masalah

C. Pembatasan Masalah

D. Rumusan Masalah

E. Tujuan Penelitian

F. Kegunaan Penelitian

G. Sistematika Skripsi

BAB II : KERANGKA TEORITIS DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

A. Tinjauan Umum Tentang Belajar

1. Pengertian Belajar

2. Sistem Belajar

3. Teori Belajar

4. Pengertian Belajar Kelompok

B. Tinjauan Umum Tentang Prestasi belajar

1. Pengertian Prestasi Belajar

2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

C. Tinjauan Umum Tentang PMP

1. Pengertian PMP

2. Dasar Hukum PMP

3. Tujuan PMP

4. Obyek PMP

5. Materi PMP

6. Metode Pengajaran PMP

Page 3: Pengaruh belajar kelompok dengan belajar sendiri

D. Kaitan Antara Belajar Kelompok Terhadap Prestasi Belajar

E. Perumusan Hipotesis

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

B. Populasi

C. Sampel

D. Metode Pengumpulan Data

E. Metode Pengolahan Data

F. Metode Analisis Data

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Persiapan Penelitian

B. Pelaksanaan Penelitian

C. Penyajian Data

D. Analisis Data

E. Pengujian Hipotesis

F. Kesimpulan Pengujian Hipotesis

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

B. Saran-saran

DAFTAR KEPUSTAKAAN

Lampiran - Lampiran

Page 4: Pengaruh belajar kelompok dengan belajar sendiri

DAFTAR TABEL

I. Tabel Tentang Hasil Prestasi Belajar

Siswa Pada Kelompok Eksperimen

II. Tabel Tentang Hasil Prestasi Belajar

Siswa Pada Kelompok Kontrol

III. Tabel Kerja Untuk Pengetahuan Hasil

Belajar Kelompok Eksperimen Dan

Kelompok Kontrol

Page 5: Pengaruh belajar kelompok dengan belajar sendiri

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Pendidikan merupakan kegiatan universal dalam kehidupan manusia. Sejalan

dengan ketentuan GBHN maka dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan,

khususnya dalam pelita VI dewasa ini, pendidikan mempuyai tempat dan peranan yang

sangat penting bagi negara dan bangsa kita, sebab maju atau mundurnya suatu negara

sangat tergantung pada mutu dan tinggi rendahnya pembangunan bangsa tersebut.

Titik berat pembangunan pendidikan diletakkan pada peningkatan mutu pada

setiap jenis dan jenjang pendidikan serta perluasan kesempatan belajar pada jenjang

pendidikan menengah dalam rangka persiapan perluasan belajar untuk pendidikan yang

lebih tinggi.

Dalam rangka pembangunan pendidikan dan meningkatkan mutu pendidikan,

hal ini akan menyangkut beberapa aspek antara lain anak didik, guru, metode dan

kurikulum.

Oleh sebab itu maka pendidikan harus mendapat perhatian dan prioritas pertama

hingga diharapkan dapat mencapai tujuan nasional yaitu masyarakat adil dan makmur

berdasarkan falsafah negara yaitu Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.

Salah satu factor yang berkaitan dengan masalah pendidikan yaitu masalah

belajar, karena dengan belajar akan terjadi perubahan baik menyangkut pengetahuan

maupun tingkah laku seseorang. Dengan demikian belajar berpengaruh juga terhadap

prestasi belajar yang dicapai seseorang. Dengan metode yang tepat siswa akan dapat

menggunakan waktunya dengan efisien dan efektif, sehingga setiap langkah dan usaha

akan mengarah kepada tercapainya tujuan pendidikan yang diharapkan.

Salah satu tujuan negara Indonesia seperti yang tercantum dalam Pembukaan

Undang-Undang Dasar 1945 adalah mencerdaskan kehidupan bangsa yang sesuai

dengan tujuan pendidikan nasional seperti yang tercantum dalam Ketetapan MPR No.

II/MPR/1993 tentang Garis-Garis Besar Haluan Negara yaitu :

Page 6: Pengaruh belajar kelompok dengan belajar sendiri

Pendidikan nasional bertujuan untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwaterhadap Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian, mandiri, maju, tangguh, cedas, kreatif, trampil, berdisiplin, beretos kerja, professional, bertanggung jawab dan produktif serta sehat jasmani dan rohani. Pendidikan nasional juga menumbuhkan jiwa patriotic dan mempertebal rasa cinta tanah air, meningkatkan semangat kebangsaan dan kesetiakawanan social serta kesadaran pada sejarah bangsa dan sikap menghargai jasa para pahlawan, serta berorientasi masa depan.

Tujuan pendidikan dan pengajaran seperti tercantum dalam undang-undang

pokok pendidikan adalah :

Ketetapan MPR No. II/MPR/1993, GBHN Hal. 99

“Membentuk manusia susila yang cakap dan warga negara yang demokratis serta

bertanggung jawab tentang kesejahteraan masyarakat dan tanah air”.

Diatas telah diuraikan bahwa pendidikan berkaitan erat dengan tujuan negara

yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa, hal ini dapat tercapai melalui tujuan pendidikan

dalam keluarga, sekolah dan masyarakat.

Dari ketiga lingkup tersebut, sekolah yang paling dominan dalam mencapai

tujuan pendidikan karena orang tua telah menyerahkan anaknya kesekolah untuk

mencapai tujuan pendidikan.

Adapun usaha sekolah untuk mencapai tujuan pendidikan sesuai tujuan

pendidikan nasional adalah menempuh jalan dengan usaha-usaha perbaikan disegala

bidang, baik kurikulum, tenaga pendidik, administrasi, metode pengjaran dan lain-lain.

Berkaitan dengan metode pengajaran, seorang guru dituntut untuk dapat

memilih metode dan menggunakan yang tepat sesuai dengan materi yang akan

disampaikna. Salah satu metode yang sering digunakan dalam pengajaran bidang studi

PMP adalah metode pemberian tugas secara kelompok, karena metode ini bias melatih

siswa untuk dapat menerima pendapat orang lain, sekaligus melatih siswa untuk

menggunakan pendapatnya, jadi siswa saling mengisi dan melengkapi, sehingga hasil

belajar mereka baik.

Berdasarkan hal-hal tersebut, maka penulis tertarik untuk menyusun skripsi

dengan judul “PENGARUH BELAJAR KELOMPOK DENGAN BELAJAR SENDIRI

Page 7: Pengaruh belajar kelompok dengan belajar sendiri

TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA DALAM BIDANG STUDI PMP DI

KELAS I SMEA BARUNAWATI SURABAYA”.

B. IDENTIFIKASI MASALAH

Berdasarkan pembahasan pada latar belakangmasalah tersebut diatas, maka

perlu mengidentifikasikan dalam maslaah yang akan dibahas.

Dalam penulisan ini yang akan dibahas adalah pengaruh belajar kelompok

terhadap prestasi belajar siswa, maka dalam hal ini penulis akan membandingkan

prestasi belajar dengan cara belajar sendiri, yang pengertiannya adalah sebagai berikut :

a. Belajar Kelompok :

Cara atau metode yang dilaksanakan oleh sekelompok siswa yang terdiri dari dua

atau lebih untuk mengerjakan atau mempelajari atau mendiskusikan sesuatu

kemudian membuat kesimpulan atau laporan.

b. Belajar Individu atau sendiri :

Cara atau metode belajar yang tidak dengan lantaran atau bantuan orang lain.

C. PEMBATASAN MASALAH

Masalah pendidikan sangat luas dan banyak sehingga tidak mungkin semuanya

dapat diteliti, mengingat keterbatasan pengetahuan serta fasilitas yang kurang memadai.

Oleh sebab itu penulis membatasi diri pada masalah “PENGARUH BELAJAR

KELOMPOK DENGAN BELAJAR SENDIRI TERHADAP PRESTASI BELAJAR

SISWA DALAM BIDANG STUDI PMP DI KELAS I SMEA BARUNAWATI

SURABAYA”.

Agar tidak menimbulakn penafsiran yang berbeda terhadap skripsi ini, dengan

kata lain agar mengenai sasaran yang akan dicapai, maka penulis akan menjelaskan

beberapa makna yang terkandung dalam judul skripsi ini, sebagai berikut :

a. Pengaruh :

Daya yang ada atau yang timbul dari sesuatu (orang, benda dan sebagainya) yang

berkuasa atau berkekuatan.

b. Belajar Kelompok :

Page 8: Pengaruh belajar kelompok dengan belajar sendiri

Cara atau metode yang dilaksanakan oleh sekelompok siswa yang terdiri dari dua

atau lebih untuk mengerjakan atau mempelajari atau mendiskusikan sesuatu

kemudian membuat suatu kesimpulan atau laporan.

c. Prestasi Belajar :

Hasil yang dicapai (dilakukan atau dikerjakan) dalam proses belajar mengajar.

Penulis hanya mengadakan penelitian di kelas I KU. 1 dan kelas I KU. 2 yang

sudah diberi tugas secara bersama atau berkelompok dan mampu mengemukakan

pendapat atau memahami pendapat orang lain.

D. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang masalah dan pentingnya masalah yang akan diteliti,

maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :

Apakah ada pengaruh belajar kelompok terhadap prestasi belajar siswa pada

bidang studi PMP di kelas I SMEA Barunawati Surabaya.

E. TUJUAN PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan :

1. Ingin mengetahui sejauh mana pengaruh cara belajar kelompok terhadap prestasi

belajar bidang studi PMP.

2. Ingin mengetahui apakah benar cara belajar kelompok berpengaruh terhadap

prestasi belajar PMP.

3. Untuk melaksanakan Tri Dharma Perguruan Tinggi (Pendidikan, Penelitian dan

Pengabdian Masyarakat).

4. Untuk memenuhi persyaratan dalam menempuh gelar Sarjana Pendidikan Program

Strata I (S1) Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Jurusan PMP IKIP

Widya Dharma Surabaya.

F. KEGUNAAN PENELITIAN

Penelitian ini diharapkan dapat berguna :

Page 9: Pengaruh belajar kelompok dengan belajar sendiri

1. Bagi siswa dalam rangka meningkatkan prestasi belajar pada bidang studi PMP.

2. Menyadarkan anak didik bahwa dengan belajar kolompok dapat saling bertukar

pikiran dalam memutuskan masalah.

3. Sebagai masukan bagi guru bidang studi PMP bahwa dengan belajar kelompok akan

dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.

G. SISTEMATIKA SKRIPSI

BAB I : Pendahuluan yang membahas latar belakang, identifikasi masalah,

tujuan penelitian, kegunaan penelitian, sistematika skripsi.

BAB II : Kerangka teoritis dan pengajuan hipotesis tinjauan umum tentang

belajar, pengertian belajar, system belajar, teori belajar, pengertian

belajar kelompok, tinjauan umum tentang prestasi belajar, pengertian

prestasi belajar faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar,

tinjauan umum tentang PMP, pengertian PMP, dasar hukum PMP,

tujuan PMP, obyek PMP, materi PMP, metode pengajaran PMP, kaitan

antara belajar kelompok dengan prestasi belajar rumusan hipotesis.

BAB III : Metodologi penelitian, membahas metode penelitian, populasi, sampel,

metode pengumpulan data, metode analisis data.

BAB IV : Hasil penelitian dan pembahasan meliputi persiapan penelitian,

pelaksanaan penelitian, penyajian data, analisa data, pengujian

hipotesis, kesimpulan pengujian hipotesis.

BAB V : Kesimpulan dan Saran.

Daftar Kepustakaan.

Lampiran-Lampiran.

Page 10: Pengaruh belajar kelompok dengan belajar sendiri

BAB II

KERANGKA TEORITIS DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

A. TINJAUAN UMUM TENTANG BELAJAR

1. Pengertian Belajar

Sering penulis mendengar istilah belajar, tetapi istilahbelajar oleh tiap-tiap

orang tidak sama, setiap ahli pendidikan memberikan arti menurut tujuan masing-

masing. Maka dari itu akan penulis pilih beberapa pendapat dari para ahli

pendidikan :

1. Drs. Imansjah Alipandie.

Belajar berarti terbentuknya, dimodifikasi dan berkembangnya semua

kecakapan, ketrampilan, pengetahuan, kegemaran dan sikap.

2. Prof, Dr. S. Nasution, M.A.

Menurut pendapat yang tradisional, belajar adalah : menambah dan

mengumpulkan sejumlah pengetahuan. Sedangkan menurut pendapat yang lebih

modern ialah : yang menganggap belajar sebagai perubahan tingkah laku.

3. Ernest. R. Hilgard.

Belajar yaitu : apabila ia dapat melakukan sesuatu yang tidak dapat

dilakukannya sebelum ia belajar atau bila tingkah lakunya berubah sehingga lain

caranya.

4. Dra. Ny. Roestiyah N. K.

Belajar merupakan suatu proses aktifitas yang dapat membawa individu.

5. Lester. D. Crow & Alice Crow.

Belajar adalah : perubahan individu dalam kebiasaan, pengetahuan dan sikap.

Page 11: Pengaruh belajar kelompok dengan belajar sendiri

Dari pendapat-pendapat tersebut diatas, semua menekankan pada arti belajar,

dengan adanya perubahan kepribadian serta tingkah laku dari seseorang sebagai

hasil dari belajar.

Seseorang mengalami proses belajar kalau ada perubahan dari tidak tahu

menjadi tahu dalam menguasai ilmu pengetahuan. Belajar disini merupakan suatu

proses, dimana guru terutama melihat apa yang terjadi selama murid mengalami

hal-hal yang edukatif untuk mencapai suatu tujuan.

2. Sistem Belajar

Sistem belajar yang terdiri dari kumpulan beberapa siswa yang menyatukan

diri membentuk suatu kelompok dalam belajar untuk membahas suatu masalah atau

membicarakan suatu bidang studi.

Sistem diatas banyak digunakan oleh siswa dan guru dalam proses belajar

mengajar.

Keuntungan belajar kelompok :

1. Siswa terlibat aktif dalam proses belajar.

2. Siswa berketrampilan berlatih berani mengemukakan pendapatnya

didepan temannya secara kritis, mendengarkan dan mentaati gilirannya dengan

tertib serta menanggapi pendapat orang lain secara sistematis.

3. Siswa yang kurang mampu akan terisi oleh kelebihan dari

temannya.

4. Dengan adanya belajar kelompok, masing-masing siswa akan

mempersiapkan diri sebaik mungkin sebelum menghadapi temannya dalam

kelompok.

Disamping ada keuntungan, maka system belajar kelompok juga mempunyai

beberapa kelemahan.

Kelemahan belajar kelompok :

1. Metode ini memerlukan persiapan-persiapan yang agak rumit bila disbanding

dengan metode yang lain.

Page 12: Pengaruh belajar kelompok dengan belajar sendiri

2. Apabila dikelompok itu anggotanya berkemampuan heterogen, maka siswa yang

pandai akan mendominir dalam diskusi, sedangkan siswa yang kurang pandai

menjadi pasif dan sebagai pendengar saja.

3. Kalau tidak pandai mengatur waktu, maka waktu akan banyak terbuang.

4. Bila terjadi persaingan yang negatif, baik antara kelompok atau antara individu

dalam kelompok, maka hasilnya akan lebih buruk.

Dalam mengatasi kelemahan itu, penulis berpendapat bahwa dalam

pembentukan belajar kelompok yang efektif diutamakan sebagai berikut :

1. Setiap kelompok terdiri paling banyak 2 sampai 5 orang anak.

2. Setiap kelompok terdiri dari anggota-anggota yang pandai dan kurang pandai.

3. Dalam diskusi diharapkan bahwa pimpinan haruslah siswa yang pandai dalam

kelompok tersebut.

4. Setiap kelompok terdiri dari siswa putra dan putrid.

5. Dalam kelompok tersebut diharapkan yang didiskusikan adalah berpangkal pada

pemecahan masalah.

3. Teori Belajar

Didalam belajar terdapat beberapa macam teori yang masing-masing teori

menitik beratkan pada peninjauan salah satu aliran ilmu jiwa terutama ilmu jiwa

pendidikan. Disini penulis hanya akan membicarakan 3 teori tentang belajar

menurut pendapat :

Dra. Ny. Roestiyah N. K

a. Teori Belajar Menurut Ilmu Jiwa Daya.

Dalam teori ini jiwa manusia mempunyai daya-daya, misalnya : daya mengenal,

mengingat, berfikir, berfantasi, dan sebagainya. Daya-daya itu supaya menjadi

tajam harus dilatih untuk memecahkan masalah. Belajar hanyalah melatih daya-

daya tersebut. Akibat teori ini, maka untuk mendapatkan pengetahuan dengan

hafalan.

b. Belajar Menurut Teori Tanggapan.

Page 13: Pengaruh belajar kelompok dengan belajar sendiri

Menurut Herbart : orang pandai yaitu orang yang mempunyai banyak tanggapan

yang tersimpan dalam otaknya. Jadi belajar merupakan masukan tanggapan

sebanyak-banyaknya, berulang-ulang dan sejelas-jelasnya. Maka inti belajar

adalah ulangan atau tes hasil belajar.

c. Teori Assosiasi.

Teori ini dikemukakan oleh Thorndike : Mengajar yaitu dengan mengadakan

suatu perbuatan emosional yang menimbulkan respon dari anak. Jadi perbuatan

itu apabila sering dilakukan akan menjadi suatu proses otomatis.

Setelah melihat beberapa teori diatas, maka jelaslah bahwa pengertian belajar

yang telah dikemukakan beberapa ahli adalah merupakan gabungan daripada

berbagai pandangan tentang belajar.

Sehubungan dengan hal tersebut, maka berikut ini pendapat para ahli tentang

“Insight”.

1. Prof. Dr. S. Nasution, M.A

Insight merupakan pemahaman sebagai syarat mutlak dalam belajar, dengan

insight dimaksudkan suatu saat dalam proses belajar seseorang mendapatkan

pengertian tentang seluk beluk dalam hubungan tertentu antara unsure-unsur

dalam suatu situasi yang mengandung suatu problem.

2. Sumadi Suryabarata

Insight didapatkannya pemecahan problem, dimengertinya persoalan inilah inti

belajar. Jadi yang penting bukanlah mengulang-ulang hal yang harus dipelajari,

tetapi yang penting yaitu cara mengertinya.

3. Hilgard (1948) memberikan 6 macam sifat khas dengan insight sebagai berikut :

a. Insight itu tergantung pada kemampuan dasar.

b. Insight itu tergantung pengalaman masa lampau yang nyata.

c. Insight itu tergantung pada pengaturan yang eksperimen.

Page 14: Pengaruh belajar kelompok dengan belajar sendiri

d. Insight itu didahului oleh suatu periode mencoba-coba.

e. Belajar dengan insight itu dapat diulangi.

f. Insight yang telah didapatkan, dapat dipergunakan untuk menghadapi

situasi-situasi yang baru.

Walaupun cara menguraikan berbeda, namun ketiga pendapat diatas mengenai

insight sebenarnya tidak ada pertentangan, namun menekankan kepada pemecahan

problem yang diperoleh pada suatu saat memperoleh pemahaman.

4. Pengertian Belajar Kelompok

Ada beberapa pendapat dari para ahli mengenai arti belajar kelompok.

1. W.J.S. Poerwadarminta

Mengartikan kelompok sebagai kumpulan dari beberapa orang menjadi satu.

2. Team IKIP Surabaya

Kelompok yaitu : dimana siswa-siswa dalam suatu kelas dipandang sebagai

suatu kesatuan (kelompok) tersendiri atau dibagi atas kelompok-kelompok kecil

atau merupakan bagian untuk mencapai suatu tujuan pelajaran yang tertentu

dengan bergotong-royong.

3. Prof. Zahara Idris, M.A.

Kerja kelompok ialah anak didik dalam satu kelas atau satu tingkatan dibagi atas

kelompok-kelompok kecil, yang akan menentukan jumlah besar kelompok

terutama sifat tugas yang dilaksanakan.

Metode belajar kelompok ini merupakan bentuk belajar, dimana terjadi

interaksi antara siswa yang satu dengan siswa yang lainnya. Belajar kelompok akan

lebih bermanfaat apabila setiap anggota kelompok saling dapat berperan dalam

kelompoknya.

Page 15: Pengaruh belajar kelompok dengan belajar sendiri

Dalam pelaksanaannya, belajar kelompok ini ada beberapa hal yang harus

diperhatikan antara lain :

a. Pimpinan Kelompok.

Pimpinan kelompok dipilih oleh individu, dalam hal ini secara demokratis.

Dengan dasar pemilihan ini diharapkan terbentuknya suatu kelompok yang baik,

saling tolong menolong diatara anggota sehingga kerukunan anggota dapat

ditingkatkan.

Fungsi Pimpinan Kelompok :

1. Menjelaskan persoalan yang dihadapi didalam memecahkan tujuan atau

masalah.

2. Menjaga agar setiap anggota tetap pada pokok persoalan.

3. Memberi semangat kerja pada anggotanya.

4. Harus dijaga tidak ada anak yang menguasai jalannya pembicaraan.

b. Anggota Kelompok.

Anggota kelompok sebaiknya terdiri atas siswa yang berbeda, baik putra

maupun putri dalam tingkat kemampuannya, sehingga tiap kelompok terdiri atas

anak dari tingkat kemampuan berpikir yang pandai, cukup dan kurang.

Anggota kelompok bersifat efektif kalau anak tersebut mampu menghayati

peranan kelompok tersebut dan memberikan partisipasi secara aktif dan sesuai

dengan tujuan kelompok tersebut.

Sikap dan perbuatan yang dianjurkan setiap anggota kelompok :

1. Berinisiatif dan berpartisipasi.

2. Mau memberi dan menerima ide-ide dari orang lain.

3. Dapat merumuskan apa yang dibahas.

4. Saling membantu dan membina dengan sesama.

5. Ikhlas menerima keputusan atau kesepakatan bersama.

c. Jumlah Anggota Kelompok

Page 16: Pengaruh belajar kelompok dengan belajar sendiri

Jumlah anggota dari masing-masing kelompok tidak boleh terlalu besar

dan kecil. Jumlah paling sedikit masing-masing kelompok terdiri dari 2 anak,

sedangkan paling besar untuk masing-masing kelompok 5 anak.

Untuk yang paling kecil tidak memberikan kesempatan kepada anggota

untuk mendapatkan keuntungan dari belajar kelompok, sedangkan kalau

jumlahnya terlalu besar menimbulkan hal-hal yang tidak diharapkan, misalnya :

timbul kekacauan dalam diskusi, tidak mempunyai kesempatan berbicara dalam

diskusi, sehingga belajar kelompok ini kurang bermanfaat.

Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam belajar kelompok :

1. Perlu adanya dorongan yang kuat untuk bekerja pada setiap anggota.

2. Pemecahan masalah dapat dipandang sebagai satu masalah.

3. Persaingan yang sehat antar kelompok biasanya mendorong siswa untuk

belajar.

4. Situasi menyenangkan antara anggota, banyak menentukan berhasil tidaknya

dalam kelompok tersebut.

B. TINJAUAN UMUM TENTANG PRESTASI BELAJAR

1. Pengertian Prestasi Belajar

Prestasi berasal dari kata “Pres” yang berarti hasil yang telah dicapai atau

dilaksanakan atau dikerjakan. (W.J.S. Poerwadarminta).

Menurut pendapat Drs. Wayan Nurkancana, hasil belajar :

“Menilai kesiapan belajar anak-anak dengan mendasarkan kepada prestasi

yang mereka capai”.

Dengan batas diatas dapatlah dikatakan bahwa hasil yang telah dicapai oleh

seseorang setelah melaksanakan atau mengerjakan sesuatu.

2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Bicara tentang prestasi belajar, maka penulis tidak akan dapat mengabaikan

faktor-faktor yang memepengaruhi karena faktor itu sangat kompleks dan

memerlukan penanganan yang serius dari berbagai pihak.

Page 17: Pengaruh belajar kelompok dengan belajar sendiri

Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi anak dibagi menjadi 2 macam

yaitu :

1. Faktor dari dalam diri anak (intern).

a. Faktor Fisik (jasmani).

Untuk memperlancar proses belajar, hendaknya diusahakan agar kesehatan

fisik terus diperhatikan, karena fisik yang tidak sehat merupakan

penghambat kemajuan belajar.

b. Faktor Psikis (rohani).

Anak sejak lahir sudah dibekali dengan potensi-potensi jiwa, dimana antara

anak yang satu dengan anak yang lainnya berbeda. Potensi-potensi itu dapat

dikembangkan untuk menentukan prestasi belajar yang akan dicapai. Yang

menyangkut factor psikis ini antara lain : intelegensia, motivasi, bakat, minat

dan kemampuan.

2. Faktor luar diri anak (ekstern).

a. Faktor lingkungan

Faktor tempat tinggal, tempat bermain atau bergaul, hiburan waktu senggang

antara lain rekreasi.

b. Faktor Sosial

Yang dimaksud faktor sosial adalah faktor keluarga yang berkaitan dengan

pendidikan orang tua, status sosial keluarga.

c. Faktor alat atau instrumen

Segala sesuatu yang secara langsung membantu proses belajar, hal ini dapat

berupa ruangan belajar, buku-buku pelajaran.

C. TINJAUAN UMUM TENTANG PENDIDIKAN MORAL PANCASILA

1. Pengertian Pendidikan Moral Pancasila

Pendidikan Moral Pancasila merupakan istilah yang sering dijumpai sehari-

hari, yang dicantumkan dalam TAP MPR No. II/MPR/1978 tentang P4.

Page 18: Pengaruh belajar kelompok dengan belajar sendiri

Bidang studi Pendidikan Moral Pancasila apabila dilihat, terdiri dari tiga kata

yaitu : Pendidikan, Moral, dan pancasila. Penulis akan menguraikan satu persatu

tentang pengertian tersebut.

a. Pengertian Pendidikan

Menurut pendapat Drs. Rochman Natawidjaja, bahwa pendidikan dapat

diartikan secara umum dan khusus :

1. Pendidikan dalam arti umum adalah usaha yang dijalankan oleh orang

kepada orang lain, agar orang lain itu mencapai tingkat kehidupan dan

penghidupan yang lebih tinggi sehingga pendidikan berlangsung seumur

hidup.

2. Pendidikan dalam arti khusus adalah bimbingan atau pertolongan yang

diberikan dengan sengaja oleh orang dewasa kepada orang yang belum

dewasa, agar ia menjadi dewasa.

Drs. Soetedjo berpendapat bahwa pendidikan adalah :

Usaha manusia yang disengaja untuk memimpin angkatan muda untuk

mencapai kedewasaan dan peningkatan kesejahteraan rohani dan jasmani berada

dalam satu lingkungan kebudayaan dan karenanya tidak dapat terlepas dari

persoalan tersebut diatas.

Ki Hadjar Dewantara mengemukakan pengertian pendidikan yaitu :

Daya upaya untuk memajukan perkembangan budi pekerti (kekuatan batin),

pikiran dan jasmani anak-anak.

b. Pengertian Moral

Secara etimologis kata “moral” berasal dari kata lati “mos” yang berarti tata

cara, adat istiadat atau kebiasaan, sedangkan pengertian dalam bahasa Indonesia,

kata “moral” dikenal sebagai kesusilaan.

Page 19: Pengaruh belajar kelompok dengan belajar sendiri

Drs. D.A. Wila Huky, B.A mengatakan, kita dapat memahami moral dengan

tiga cara :

1. Moral sebagai tingkah laku manusia yang mendasarkan diri pada kesadaran

bahwa ia terikat keharusan untuk mencapai yang baik sesuai dengan nilai

dan norma yang berlaku dalam lingkungannya.

2. Moral sebagai perangkat ide-ide tentang tingkah laku hidup, dengan warna

dasar tertentu yang dipegang oleh sekelompok manusia didalam lingkungan

tertentu.

3. Moral adalah ajaran tentang tingkah laku hidup yang baik berdasarkan

pandangan hidup atau agama tertentu.

Menurut Prof. Dr. N. Drijakara, S.J.

“Moral” berarti tentang diri kita sendiri, didalam mana kita melihat diri kita

sendiri sebagai orang yang berhadapan dengan hal yang buruk dan yang baik,

disitu manusia membedakan antara yang halal dan yang haram, yang boleh dan

yang tidak boleh dilakukan, meskipun hal tersebut dapat dilakukan.

Menurut Prof. Dardji Darmodihardjo, S.H, mengartikan moral sebagai :

Ajaran tentang hal yang baik dan buruk, yang menyangkut tingkah laku dan

perbuatan manusia seorang pribadi yang taat pada aturan-aturan, kaidah-kaidah,

norma yang berlaku dalam masyarakat, dianggap sesuai dan bertingkah benar

secara moral. Jika sebaliknya yang terjadi, pribadi itu dianggap tidak bermoral.

Dari berbagai pengertian moral, dapat dilihat bahwa moral memegang

peranan penting dalam kehidupan manusia yang berhubungan dengan hal yang

baik dan yang buruk terhadap tingkah laku manusia.

Dengan demikian moral atau kesusilaan adalah keseluruhan norma yang

mengatur tingkah laku manusia dimasyarakat untuk melaksanakan perbuatan-

perbuatan yang benar dan salah.

Page 20: Pengaruh belajar kelompok dengan belajar sendiri

c. Pengertian Pancasila

Secara etimologis kata “Pancasila” berasal dari bahasa sansekerta “Panca” yang

berarti lima dan “Sila” yang berarti dasar. Jadi pancasila merupakan lima dasar.

Mempelajari tentang Pancasila, tentunya kita akan menginjak pada masalah

tentang hakekat Pancasila, yang berarti pula memahami makna pokok

(mendasar, hakiki, utama) nilai pancasila dalam kehidupan bangsa dan negara.

Dari kedudukan nilai Pancasila yang pokok dan hakiki inilah lahir berbagai nilai

dan fungsi Pancasila yang melandasi tata kehidupan berbangsa dan bernegara.

Fungsi Pancasila adalah :

1. Jiwa seluruh rakyat Indonesia.

2. Landasan Ideal.

3. Kepribadian bangsa Indonesia.

4. Alat pemersatu bangsa Indonesia.

5. Pandangan Hidup bangsa Indonesia.

Setelah kita mengetahui satu persatu arti dari Pancasila, pendidikan maupun

moral, maka dapat kita ambil suatu kesimpulan Pendidikan Moral Pancasila secara

menyeluruh adalah :

1. Program pendidikan yang bukan suatu pengajaran yang hanya mendalihkan

pengetahuan saja.

2. Sebagai proses pendidikan, kegiatannya menyangkut usaha sadar tentang

pembentukan kepribadian sikap dan mengarah kepada tingkah laku dari

warganegara Republik Indonesia.

3. Merupakan jalur pendidikan atau pemasyarakatan Pedoman Penghayatan dan

Pengamalan Pancasila melalui jalur sekolah. Hal ini dapat diketahui dari

ketetapan MPR No. II/MPR/1983 tentang Garis-Garis Besar Haluan Negara

yang menetapkan bahwa pendidikan nasional diperluas dan ditingkatkan usaha-

usaha Pengamalan Pancasila oleh seluruh rakyat Indonesia.

2. Dasar Hukum Pendidikan Moral Pancasila

Page 21: Pengaruh belajar kelompok dengan belajar sendiri

Tidak seperti bidang studi yang lain, misalnya Sejarah, matematika dan

sebagainya, maka Pendidikan Moral Pancasila mempunyai dasar konstitusional.

a. Undang-Undang Dasar 1945

1. Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945

a) Alinea keempat yaitu Pancasila sebagai dasar negara Indonesia.

b) Pokok Pikiran Keempat : Ketuhanan Yang Maha Esa menurut dasar

kemanusiaan yang adil dan beradab.

c) Pasal 31 UUD 1945 : Tiap-tiap warganegara berhak mendapatkan

pengajaran.

b. Ketetapan MPR No. II/MPR/1983 menetapkan bahwa Pendidikan Moral

Pancasila termasuk pendidikan pelaksanaan pedoman penghayatan dan

pengamalan pancasila yang dapat meneruskan, mengembangkan jiwa, semangat

dan nilai-nilai 1945 kepada generasi muda dan lingkungan masyarakat.

c. Ketetapan MPR No. II/MPR/1978 tentang Pedoman Penghayatan dan

Pengamalan Pancasila.

d. Panca Krida Kabinet Pembangunan VI :

1. Melanjutkan, meningkatkan, memperdalam dan memperluas pembangunan

nasional sebagai pengamalan pancasila bertumpu pada Trilogi

Pembangunan, berwawasan Nusantara untuk memperkuat ketahanan

nasional dan tekad kemandirian.

2. Meningkatkan disiplin nasional yang dipelopori oleh aparatur negara menuju

terwujudnya pemerintah yang bersih dan berwibawa dalam memberikan

pelayanan pada rakyat Indonesia.

3. Membudayakan mekanisme kepemimpinan nasional berdasarkan UUD

1945, Ideologi Pancasila, Demokrasi Pancasila, Ekaprasetia Pancakarsa

dalam kehidupan bernegara, berbangsa dan bermasyarakat.

4. Melakukan politik luar negeri yang bebas dan aktif berdasarkan prinsip

hidup berdampingan secara damai dalam hubungan bilateral, regional dan

global untuk kepentingan pembangunan nasional.

Page 22: Pengaruh belajar kelompok dengan belajar sendiri

5. Melaksanakan pemilihan umum yang langsung, umum, bebas dan rahasia

dalam tahun 1997.

3. Tujuan Pendidikan Moral Pancasila

Tujuan Pendidikan Moral Pancasila tidak dapat dipisahkan dengan tujuan

pendidikan nasional. Dikatakan bahwa pendidikan nasional berdasarkan atas

Pancasila dan bertujuan untuk meningkatkan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang

Maha Esa, kecerdasan, ketrampilan, mempertinggi budi pekerti, memperkuat

kepribadian, mempertebal semangat kebangsaan agar dapat menumbuhkan

manusia-manusia pembangunan yang membangun dirinya sendiri serta bersama-

sama bertanggung jawab atas pembangunan bangsanya.

Tetapi secara khusus dikemukakan beberapa pendapat mengenai tujuan

Pendidikan Moral Pancasila yaitu :

a. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, dalam memberikan tujuan Pendidikan

Moral Pancasila :

1. Memberi pengertian, pengetahuan dan pemahaman yang benar tentang

Pancasila sebagaimana terdapat dalam Pembukaan UUD 1945.

2. Menanamkan nila-nilai Pancasila dan pola berpikir yang sesuai dengan

Pancasila dan UUD 1945, sehingga tumbuh keyakinan motivasi dan

kehendak untuk senantiasa sesuai dengan nilai-nilai Pancasila dan UUD

1945.

3. Menambahkan ketrampilan warganegara Indonesia untuk selalu

mempertahankan dan melestarikan Pancasila dan UUD 1945.

Pada hakekatnya Pendidikan Moral Pancasila bertujuan membentuk anak

didik menjadi manusia Indonesia yang warganegara Indonesia. Dengan Pendidikan

Moral Pancasila diharapkan warganegara mempunyai tingkah laku, keyakinan,

motivasi, kehendak sesuai dan layak dengan sila-sila Pancasila, serta bersikap hidup

manusia Indonesia.Akhirnya mempunyai ketrampilan mengamalkan dan

melestarikan Pancasila dan UUD 1945.

Page 23: Pengaruh belajar kelompok dengan belajar sendiri

b. Rektor IKIP Malang, Drs. Rosidan, M.A, mengatakan bahwa tujuan Pendidikan

Moral Pancasila adalah :

Menekankan terbinanya anak didik akan kepekaan hubungan dengan negara.

Hal ini meliputi antara lain kedisiplinan mereka kepada negaranya, baik sebagai

warganegara yang patuh pada peraturan negara maupun sebagai warganegara

yang bertanggung jawab akan kesejahteraan masyarakat bangsanya.

Bertanggung jawab dalam arti kepekaan berupa kegiatan untuk ikut

berpartisipasi dalam rangka pembinaan dan perbaikan masayarakat dan negara.

4. Obyek Pendidikan Moral Pancasila

Obyek Pendidikan Moral Pancasila adalah manusia Indonesia seutuhnya (anak

didik atau warganegara) dengan :

a. Delapan sasaran bina, yaitu :

Manusia yang taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Manusia yang cerdas.

Manusia yang trampil.

Manusia yang berbudi pekerti luhur.

Manusia yang memiliki kepribadian kuat.

Manusia yang tebal semangat kebangsaannya.

Manusia yang mampu membangun dirinya sendiri.

Manusia yang bertanggung jawab atas pembangunan bangsanya.

b. Sasaran akhir, bahwa anak didik atau manusia Indonesia menghayati dan

mengamalkan Pancasila, sehingga tingkah laku sesuai dan layak dengan sila-sila

Pancasila, sehingga anak didik atau manusia Indonesia akan mempunyai sikap

hidup manusia Pancasila yaitu :

Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Meletakkan kepentingan pribadinya dalam rangka kesadaran kewajibannya

sebagai makhluk sosal dalam kehidupan masyarakat.

Kewajiban terhadap masyarakat lebih besar dari kepentingan pribadinya.

Page 24: Pengaruh belajar kelompok dengan belajar sendiri

Jadi obyek Pendidikan Moral Pancasila yaitu anak didik atau warganegara

dengan sasaran yang hendak dicapainya.

5. Materi Pendidikan Moral Pancasila.

Moral Pancasila adalah Moral yang bersumber pada pancasila yang rumusan

resminya tercantum dalam pembukaan UUD 1945 alinea keempat. Karena itu perlu

diketahui terlebih dahulu bahwa Pancasila itu digali dari bumi Indonesia sendiri.

Materi pendidikan Moral Pancasila meliputi :

1. Pancasila adalah :

a. Dasar filsafat negara Republik Indonesia yang merupakan sumber dari

segala sumber hukum yang berlaku di Indonesia. Perwujudan Pancasila

sebagai sumber dari segala sumber hukum adalah :

1. Proklamasi Kemerdekaan.

2. Dekrit Presiden.

3. Undang-Undang Dasar 1945.

4. Surat Perintah 11 Maret 1966.

b. Pandangan Hidup bangsa Indonesia, yan dapat mempersatukan bangsa

Indonesia serta memberi petunjuk dalam mencapai kesejahteraan dan

kebahagiaan lahir batin dalam masyarakat Indonesia yang beraneka sifatnya.

c. Jiwa dan kepribadian bangsa Indonesia, karena Pancasila memberi corak

yang khas kepada bangsa Indonesia dan tidak dapat dipisahkan dengan

bangsa Indonesia serta merupakan cirri khas dari bangs Indonesia yang

membedakan dengan bangsa lain.

d. Tujuan yang akan dicapai, yakni suatu masyarakat yang adil dan makmur

yang merata material dan spiritual berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

e. Perjanjian luhur Bangsa Indonesia, yang disetujui wakil-wakil bangsa

Indonesia menjelang dan sesudah Proklamasi yang dijunjung tinggi oleh

Bangsa Indonesia.

Page 25: Pengaruh belajar kelompok dengan belajar sendiri

Materi Pendidikan Moral Pancasila meliputi tiga aspekpadasemua tingkat

pendidikan dari sekolah dasar sampai dengan sekolah menengah atas. Adapun

aspek-aspek tersebut adalah sebagai berikut :

a. Aspek Sejarah Perjuangan (historis).

b. Aspek Hukum Tata Negara.

c. Aspek Moral

6. Metode Pengajaran Pendidikan Moral Pancasila.

Pendidikan Moral Pancasila dapat dipandang sebagai usaha yang teratur dan

terus menerus yang terjadi dalam proses belajar mengajar yang diciptakan oleh

hubungan antara guru dengan siswa menurut tuntutan moral Pancasia. Dengan

demikian proses belajar mengajar mempunyai fungsi bukan hanya teknis melainkan

normative, dalam arti mengarahkan tujuannya pada perubahan sikap dan tingkah

laku siswa mencapai tujuan yang diinginkan.

Oleh karenanya, pendekatan dan langkah guru pertama-tama adalah mengenali

dan memahami pengertian tentang itu, maka guru dapat mengetahui tentang cara

pemindahan pesan yang terkandung dalam nilai-nilai moral dan siswa bersedia

melakukannya.

Pada metode Pendidikan Moral Pancasila, pusat orientasinya bukan pada

penyajian pengetahuan saja, akan tetapi lebih daripada itu ditujukan pada

merangsang kondisi sehingga terjadi perubahan sikap dan perbuatan siswa menurut

moral Pancasila.

Seorang guru sebelum mengajar, diharuskan memenuhi beberapa faktor yaitu :

a. Pemahaman guru didalam bahan pendidikan Moral Pancasila.

b. Kemampuan guru dalam mempersiapkan dan memilih cara penyajian bahan

Pendidikan Moral Pancasila.

c. Ketetapan bahan dengan kurikulum Pendidikan Moral Pancasila menurut

jenjang-jenjang tingkat sekolah yang diperoleh dari sumber bahan yang resmi.

d. Kesesuaian dengan tingkat perkembangan psikologi siswa dan Kondisinya.

Page 26: Pengaruh belajar kelompok dengan belajar sendiri

e. Tingkah laku dan perbuatan yang merupakan contoh dan teladan secara tetap

dilaksanakan oleh guru.

Jenis-jenis metode pengajar :

1. Metode ceramah.

2. Metode diskusi.

3. Metode Tanya jawab.

4. Metode simulasi.

5. Metode bermain peran.

6. Metode kerja kelompok.

7. Metode karya wisata.

8. Metode seminar.

9. Metode pemberian tugas.

Pengaruh dan kaitan metode pengajaran diatas dengan Pendidikan Moral

Pancasila, seorang guru harus pandai memilih mana yang sesuai dengan materi yang

akan disajikan sebab proses penyampaian itu diharapkan nantinya akan terjadi

perubahan sikap dan perbuatan siswa.

D. KAITAN ANTARA BELAJAR KELOMPOK DENGAN PRESTASI BELAJAR.

Disamping belajar sendiri dirumah, setiap siswa dianjurkan belajar sewaktu-waktu

secara bersama-sama dengan teman sekelas atau sekelompok.

Belajar secara kelompok banyak manfaatnya, siswa yang belum memahami

sesuatu hal dapat memperoleh penjelasan dari temannya yang sudah paham. Sebaliknya

siswa yang sudah paham akan lebih mahir, karena ia mengutarakan apa yang

diketahuinya. Dalam membentuk kelompok diusahakan yang rumahnya berdekatan.

Melalui belajar kelompok, siswa terlatih juga untuk bermusyawarah. Dengan belajar

kelompok diharapkan prestasi dapat meningkat.

Dalam belajar kelompok ini dapat tercipta suasana yang bebas terhadap sesama

teman. Dorongan ingin tahu dan ingin bekerjasama, sehingga kesempatan untuk

berkembang sangat memungkinkan.

Page 27: Pengaruh belajar kelompok dengan belajar sendiri

Pengaruh dan kaitan belajar kelompok dengan prestasi belajar mengandung

pengertian bahwa dengan belajar kelompok memungkinkan siswa belajar lebih giat,

karena memupuk kerjasama, sehingga dapat mempengaruhi semangat belajar, yaitu

menunjukkan hasil yang lebih baik dan lebih tinggi bila dibandingkan dengan siswa

yang belajar sendiri.

E. PERUMUSAN HIPOTESIS

1. Pengertian Hipotesis

Apabila ditinjau dari segi etimologisnya, istilah hipotesis berasal dari dua suku

kata yaitu : Hipo dan tesis. “Hipo” artinya dibawah, sedangkan “tesis” artinya suatu

pernyataan yang telah diakui kebenarannya.

Hipotesis adalah :

“Suatu dugaan yang masih perlu dibuktikan kebenarannya, jadi hipotesis masih

mempunyai kemungkinan benar atau kemungkinan salah”.

Suatu hipotesis yang baik harus dirumuskan dengan syarat-syarat tertentu.

Rumusan hipotesis yang tidak memenuhi syarat akan menyulitkan penulis dalam

proses analisa yang dilakukan :

Adapun syarat-syarat tersebut adalah :

a. Harus menggunakan kata-kata yang jelas dan sestematis.

b. Harus menggunakan suatu kalimat pernyataan.

c. Harus menggunakan suatu kalimat yang pendek artinya jangan terlalu pendek

dan jangan terlalu panjang.

d. Harus menggunakan suatu kalimat tunggal.

Pada umumnya, didalam statistik dibedakan dua macam bentuk hipotesis

yaitu :

a. Hipotesis altenatif.

Yaitu hipotesis yang isinya mengandung pernyataan yang tidak menyangkal.

b. Hipotesis nol.

Yaitu hipotesis yang isinya mengandung pernyataan menyangkal.

Page 28: Pengaruh belajar kelompok dengan belajar sendiri

Dari uraian diatas, maka penulis akan merumuskan hipotesis yang berkaitan

dengan judul dan rumusan masalah yang telah ditentukan dalam skripsi ini yaitu :

a. Hipotesis alternaif.

Ada pengaruh belajar kelompok terhadap prestasi belajar siswa pada bidang

studi PMP di kelas I SMEA Barunawati Surabaya.

b. Hipotesis nol.

Tidak ada pengaruh belajar kelompok terhadap prestasi belajar siswa pada

bidang studi PMP di kelas I SMEA Barunawati Surabaya.

Page 29: Pengaruh belajar kelompok dengan belajar sendiri

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. METODOLOGI PENELITIAN

Dalam rangka pengumpulan data, seorang peneliti tidak dapat lepas dari metode

penelitian. Seorang peneliti dapat memilih salah satu cara dari beberapa jenis metode

penelitian dalam melaksanakan suatu penelitian. Jika seseorang berbicara tentang

metode penelitian, maka berarti membicarakan prosedur dan teknik penelitian.

Oleh karena itu sebelum melakukan penelitian, harus memahami dengan baik

tentang apa dan bagaimana menggunakan suatu metode penelitian.

Dalam memperoleh data dari suatu penelitian, salah satu syaratnya adalah

menggunakan metode yang tepat yang dapat pula divariasi dengan metode lain untuk

melengkapi agar lebih efektif dan efisien, sehingga penarikan data tersebut dalam

penelitian lebih sempurna.

Metode adalah cara kerja atau jalan yang ditempuh untuk memperoleh suatu

kebenaran darui suatu penelitian. Sedangkan penelitian adalah penyelidikan yang hati-

hati dan kritis dalam mencari fakta dan prinsip-prinsip untuk menetapkan sesuatu.

Dengan demikian pengertian “Metode Penelitian” adalah suatu ilmu yang

mempelajari cara kerja atau jalan yang harus ditempuh untuk memperoleh suatu

kebenaran melalui penyelidikan yang hati-hati dan kritis dalam mencari fakta dan

prinsip-prinsip untuk menetapkan sesuatu.

B. POPULASI

Menurut Prof. Drs. Sutrisno Hadi, M.A dalam bukunya statistik, mendefinisikan

populasi yaitu :

“Seluruh penduduk yang dimaksudkan untuk diselidiki yang dibatasi sebagai

sejumlah penduduk atau individu yang paling sedikit mempunyai satu sifat yang

sama”.

Dari pendapat lainnya yang dikemukakan oleh Drs. I.B. Netra bahwa populasi adalah :

Page 30: Pengaruh belajar kelompok dengan belajar sendiri

“Seluruh individu yang menjadi subyek penyelidikan yang nantinya akan dikenai

generalisasi”.

Dalam penelitian skripsi ini, obyek penelitiannya adalah siswa kelas I SMEA

Barunawati Surabaya yang jumlahnya 45 anak.

C. SAMPEL

Dengan memperhatikan data siswa kelas I, yang terdiri dari 2 kelas yang

berjumlah 45 siswa, oleh sebab itu penulis berpedoman pada H.J.X. Fernandes yaitu

dalam tabel population bahwa “apabila jumlah populasi (N) 45, maka jumlah sampel

(S) adalah 40”.

Sedangkan dalam menentukan siapa saja dari 40 siswa yang menjadi sampel

tersebut, penulis menggunakan teknik sampling, yaitu cara yang digunakan untuk

mengambil sampel.

Teknik sampling yang penulis gunakan ialah random pling yaitu teknik

pengambilan sampel tanpa pandang bulu, semua individu diberi kesempatan yang sama

untuk dipilih menjadi anggota sampel, seperti apa yang dikemukakan oleh Prof. Drs.

Sutrisno Hadi, M.A, mengemukakan bahwa :

“Pengambilan sampel secara random atau tanpa pandang bulu. Dalam random

sampling semua individu dalam populasi baik secara sendiri-sendiri atau bersama-

sama untuk diberi kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi anggota sampel”.

Jadi disini untuk menentukan kelompok mana yang ditetapkan sebagai kelompok

eksperimen dan kelompok kontrol, penulis menggunakan teknik random sampling

dengan cara mengambil mereka secara acak atau sembarang. Dari 40 siswa sebagai

tersebut oleh peneliti dibagi antara 20 siswa sebagai kelompok eksperimen dan 20 siswa

lainnya sebagai kelompok kontrol.

Dengan demikian berarti pada kelompok eksperimen ini akan dikenakan

perlakuan yaitu dengan diberi tugas secara kelompok dan hasil tes / evaluasi akan

dianalisa dengan tes / evaluasi siswa kelompok kontrol yang diberikan tugas secara

individu.

Page 31: Pengaruh belajar kelompok dengan belajar sendiri

D. METODE PENGUMPULAN DATA

Yang dimaksud metode pengumpulan data adalah cara-cara yang digunakan atau

dapat dipergunakan untuk mendapatkan keterangan-keterangan yang diperlukan dalam

penelitian, baik melalui pengamatan dan pencatatan secara tertulis, lisan maupun dalam

bentuk tes, dengan maksud untuk mengukur kemampuan siswa.

Dengan demikian metode yang penulis gunakan dalam penelitian yang berkaitan

dengan pengumpulan data ini adalah :

Metode Dokumentasi

Metode Test

a. Metode Dokumentasi

Yang dimaksud metode dokumentasi adalah suatu teknik untuk

mengumpulkan data dengan jalan mengadakan penelitian tentang catatan-catatan

atau dokumen-dokumen yang dianggap mempunyai hubungan dan dapat

memberikan keterangan-keterangan pada pokok masalah yang sedang dibicarakan.

Sebuah lembaga pendidikan seperti Sekolah Dasar, Sekolah Lanjutan Pertama,

Sekolah Lanjutan Tingakat Atas maupun Tingkat Perguruan Tinggi tentu

mempunyai dokumentasi tertulis mengenai administrasi masing-masing lembaga.

Dokumentasi tersebut antara lain mengenai :

Keadaan siswa.

Keadaan guru.

Keadaan buku pelajaran.

Daftar nilai dan lain-lain yang perlu mendapatkan perhatian.

Dalam hal ini, penulis mempergunakan metode dokumentasi untuk

memperoleh informasi yang dianggap mempunyai hubungan dan dapat memberikan

keterangan-keterangan pada pokok masalah yang sedang diteliti. Yang menjadi alas

an penggunaan metode dokumentasi adalah :

2. Dengan menggunakan metode dokumentasi, penulis dapat mengambil data-data

antara lain jumlah kelas, prestasi belajar siswa dan sebagainya. Dengan

menggunakan metode dokumentasi, penulis mendapatkan data-data yang masih

baru dan relevan sesuai tujuan penulis.

Page 32: Pengaruh belajar kelompok dengan belajar sendiri

3. Dengan metode dokumentasi, apa yang diragukan dalam tes, dapat diperoleh

pada dokumentasi, sehingga dapat penulis pertimbangkan dalam hasil tes.

4. Metode dokumentasi dapat melengkapi data-data meskipun peristiwanya sudah

berlalu.

b. Metode Test

Menurut Drs. Muhammad Ali, menjelaskan bahwa :

“Salah satu alat pengumpul data dalam penelitian pendidikan adalah dengan

menggunakan tes hasil belajar”.

Jadi yang dimaksud dengan test hasil belajar disini adalah test untuk mengukur

kemampuan siswa tentang pengetahuan dan ketrampilan yang dimiliki.

Sebagaimana penulis kemukakan diatas, bahwa dalam penelitian ini, penulis

memberikan test atau evaluasi kepada dua kelompok, yaitu pada siswa kelompok

eksperimen dan kepada siswakelompok kontrol.

Adapun tujuan dari pemberian test atau evaluasinya adalah untuk :

2. Mendapatkan data hasil eksperimen yang berupa score test hasil belajar siswa.

3. Memperoleh data hasil test secara langsung dari siswa.

4. Menganalisa data tersebut, selanjutnya dipergunakan untuk hasil ekserimen.

E. METODE PENGOLAHAN DATA

Untuk pengolahan data, maka data yang telah diperoleh dari hasil eksperimen atau

dokumentasi, penulis menggunakan teknik statistik, dalam hal ini yang diambil dari

pedoman buku statistik.

Oleh karena pokok bahasan pada skripsi ini bersifat perbedaan prestasi sifat dan

kemampuan, untuk pengolahan datanya menggunakan rumus “t-test” yang seperti

dikemukakan oleh Drs. I.B. Netra, mengemukakan bahwa :

“Apa yang disebut dengan “t-test” adalah bahwa “t-test” merupakan suatu alat

yang khusus dipersiapkan untuk menguji hipotesis tentang perbedaan sifat dan

Page 33: Pengaruh belajar kelompok dengan belajar sendiri

kemampuan antara dua sampel saja. Sedangkan untuk tiga sampel atau lebih telah

disiapkan pula teknik yang khusus disebut “F-test”.

Maka dengan demikian untuk menentukan perhitungan pengolahan data penelitian

ini, penulis menggunakan rumus “t-test” untuk menganalisa atau untuk menguji

hipotesisnya antara lain hasil belajar siswa kelompok eksperimen diberi tugas secara

kelompok dan dengan hasil prestasi siswa kelompok kontrol yang diberi tugas secara

individu.

F. METODE ANALISIS DATA

Metode analisis data ini, adalah suatu cara untuk menganalisa data yang telah

terkumpul dan tersusun secara berurutan, sedangkan tujuan analisis ini adlah untuk

menguji kebanaran dari suatu hipotesis yang diajukan dalam penulisan ini.

Dalam analisis data ini penulis akan menggunakan teknik analisis data, yaitu

teknik analisis data statistik.

Teknik analisis data statistik yaitu dipergunakan apabila data yang diperoleh

berupa angka-angka. Oleh karena dalam penelitian ini penulis akan menghadapi data

yang berupa angka, maka dalam menganalisis data ini penulis menggunakan analisis

secara statistik dan menggunakan teknik analisis data untuk menganalisa data yang

telah diperoleh. Sedangkan pengolahan data maupun analisis datanya penulis

mendasarkan kepada :

Tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui hasil prestasi belajar siswa pada kelas

eksperimen yang diberi tugas secara kelompok dan terhadap hasil prestasi belajar

siswa pada kelompok kontrol yang diberi tugas secara individu.

Jadi masalah yang dihadapi adalah hal-hal yang berhubungan dengan nilai atau

angka hasil prestasi belajar siswa kelompok eksperimen dan nilai hasil prestasi belajar

siswa kelompok kontrol.

Page 34: Pengaruh belajar kelompok dengan belajar sendiri

Siswa kelompok eksperimen Siswa kelompok kontrol

No. Ind. x I x I x I No. Ind. x II x II x II

1 2 3 4 5 6 7 8

2. Mengisi nomor urut sesuai dengan jumlah individu (sampel) pada

kolom (1) dan kolom (5).

3. Memasukkan hasil niai test siswa kelompok eksperimen dan

kelompok pada kolom (2) dan kolom (6).

4. Memasukkan angka pada kolom (3) dan pada kolom (7) dengan cara

x atau nilai per-individu dikurangi M atau angka rata-rata dari sampel.

5. Mamasukkan angka pada kolom (4) dan pada kolom (8) dengan cara

angka-angka yang terdapat pada kolom (3) dan pada kolom (7) dikuadratkan.

6. Memasukkan kedalam rumus “t-test” dan akhirnya akan diketahui

hasilnya pada “t”.

Selanjutnya nilai “t” dihubungkan dengan tabel nilai-nilai “t”, maka tampaklah hasil

signifikasinya, dan menurut Drs. I.B. Netra, menerangkan bahwa :

“Apabila nilai “t” yang kita peroleh dalam penyelidikan lebih besar ataupun sama

besar dibandingkan angka batas yaitu nilai “t” yang terdapat dalam tabel, maka

dikatakan bahwa perbedaan tersebut berarti atau signifikan. Sebaliknya apabila nilai

“t” yang kita peroleh dalam penyelidikan lebih kecil daripada angka batas yaitu “t”

yang terdapat dalam tabel, maka dikatakan bahwa perbedaan tersebut tidak berarti

atau tidak signifikan (non signifikan).

Jadi oleh karena itu perlu dijelaskan, bahwa dalam rangka pengujian hipotesis perlu

dihitung koefisien “t” antara kedua variable :

Page 35: Pengaruh belajar kelompok dengan belajar sendiri

1. Variabel xI, pengaruh belajar kelompok yang diperoleh dari nilai hasil prestasi belajar

siswa kelompok eksperimen yang diberi tugas secara kelompok.

2. Variabel xII, prestasi belajar siswa yang diperoleh dari nilai prestasi belajar siswa yang

diberi tugas secara individu pada kelompok kontrol.

Jadi disini untuk mengetahui sejauh mana pengaruh antara variabel x I atau kelompok

eksperimen dan variabel xII atau kelompok kontrol, maka perlu menetapkan nilai “t” pada

tabel nilai-nilai (t) dengan individu di jumlah (N) adalah dua puluh (20).

Demikian pada metode penelitian ini, akan diperjelas lagi pada uraian bab empat,

yaitu hasil penelitian dan pembahasan.

Page 36: Pengaruh belajar kelompok dengan belajar sendiri

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Apabila seseorang akan memecahkan suatu masalah atau problematik, maka terlebih

dahulu harus melakukan persiapan dan perencanaan yang cermat dan baik, agar masalah itu

dapat berhasil sesuai dengan yang diharapkan, Apabila problematik tersebut bertujuan

untuk memasukkan atau membuktikan hipotesis penelitian, peneliti dituntut bersifat teoritis

dan ilmiah.

Persiapan dan perencanaan yang berupa alat-alat, waktu, biaya dan kemampuan

intelektual sangat penting dalam mencapai keberhasilan. Untuk mencapai kebenarannya

alat-alat yang dipergunakan harus dapat untuk mengukur apa yang hendak diukur oleh

peneliti.

Dari kegiatan awal dengan pengelolaan data penelitian untuk membuktikan hipotesis

yang telah diketemukan secara sistematisnya tersusun sebagai berikut :

A. Persiapan penelitian.

B. Pelaksanaan penelitian.

C. Penyajian data.

D. Analisis data.

Untuk lebih jelasnya akan penulis uraikan langkah-langkah tersebut sebagaimana

dibawah ini.

A. PERSIAPAN PENELITIAN

Didalam langkah ini, penulis kemukakan persiapan dalam melakukan penelitian

untuk mencapai hasil yang lebih baik dan terarah. Maka dalam persiapan penelitian

diusahakan beberapa sarana yang menunjang keberhasilan dari suatu penelitian.

Dalam fase ini diperlukan adanya perhitungan yang masak, cermat, teliti, dan

terperinci, semua ini perlu diperhitungkan karena suatu pelaksanaan penelitian tanpa

adanya persiapan yang baik akan mengakibatkan suatu kegagalan di dalam mencari

data-data pada pelaksanaan penelitian.

Page 37: Pengaruh belajar kelompok dengan belajar sendiri

Dengan adanya persiapan yang baik akan memudahkan dalam pelaksanaan suatu

kegiatan penelitian, tetapi kalu tanpa persiapan yang baik akan merupakan suatu

pemborosan dari segi waktu, biaya maupun tenaga.

Pada garis besarnya fase persiapan penelitian ini dapat dibagi menjadi beberapa

tahap :

a. Tahap penentuan obyek.

b. Tahap pembekalan.

c. Tahap survei kelapangan yang akan menjadi obyek penelitian.

d. Pembuatan rencana penelitian.

e. Penyiapan alat-alat penelitian yang diperlukan.

a. Penentuan obyek

Penentuan obyek ini, setelah adanya persetujuan dari dosen pembimbing,

maka penulis mengajukan judul serta menentukan obyek penelitiannya, yaitu

SMEA Barunawati Surabaya.

Alasan penulis meneliti dilokasi tersebut, karena SMEA Barunawati Surabaya

tersebut letaknya strategis dan mudah dijangkau oleh kendaraan umum, sedangkan

alasan lain karena disekolah tersebut banyak data yang diperlukan penulis.

b. Tahap pembekalan

Tahap pembekalan ini, yang diberikan oleh dosen pembimbing, yang

bertujuan untuk memberikan penjelasan serta pengarahan kepada penulis yang akan

mengadakan penelitian, supaya dalam melaksanakan penelitian dapat terarah pada

sasaran yang sesuai denga tujuannya.

Adapun pembekalannya diatur sebagai berikut :

Sebelum melakukan penelitian, peneliti sudah harus mengajukan judul maupun

proposal dan mendapatkan persetujuan dari dosen pembimbing.

Mengurus surat ijin dari Institut untuk mengadakan penelitian.

Page 38: Pengaruh belajar kelompok dengan belajar sendiri

Sesudah pembekalan-pembekalan yang lain selesai semuanya, maka peneliti

baru mengadakan survei ketempat obyek penelitian, yaitu SMEA Barunawati

Surabaya.

c. Survei kelapangan

Survei kelapangan yang akan menjadi obyek penelitian ini perlu dilakukan,

walaupun sebelumnya penulis sudah mengetahui mengenai keadaan sekolah

tersebut.

Dengan diketahui jumlah obyek dalam hal ini responden yang akan diteliti,

maka akan diketahui banyaknya, jadi pada waktu penelitian tidak terjadi kekacauan.

Sehubungan dengan survei ini, penulis langsung merencanakan pelaksanaan

penelitian pada bulan Nopember.

d. Pembuatan rencana penelitian

Sebelum peneliti terjun kelapangan, harus sudah jelas tentang apa yang akan

diteliti, siapa dan apa yang akan diteliti, tujuan serta pelaksanaannya.

e. Persiapan alat-alat penelitian

Sebelum berangkat kelokasi penelitian, penulis telah menyiapkan alat-alat

yang diperlukan dalam penelitian yang akan dilaksanakan antara lain :

Surat permohonan ijin penelitian dari IKIP Widya Darma Surabaya.

Daftar instrumen yang akan dikonsultasikan oleh penulis antara lain dengan

kepala sekolah dan guru kelas.

Daftar data yang akan diperlukan berbentuk dokumentasi maupun dari

wawancara.

Demikianlah langkah-langkah yang penulis tempuh dalam persiapan penelitian,

dengan harapan dapat mempermudah jalannya penelitian sampai selesai di SMEA

Barunawati Surabaya.

Page 39: Pengaruh belajar kelompok dengan belajar sendiri

B. PELAKSANAAN PENELITIAN

Setelah mengadakan persiapan, maka diadakan pelaksanaan penelitian, secara

garis besar dalam penelitian adalah :

a. Tahap pengumpulan data-data dokumentasi.

b. Tahap pelaksanaan proses belajar.

c. Tahap hari-hari berikutnya.

a. Tahap pengumpulan data-data dokumentasi

Kegiatan yang dilaksanakan antara lain adalah konsultasi kepada kepala SME

Barunawati Surabaya serta minta petunjuk maupun saran-saran mengenai kegiatan

yang akan penulis lakukan.

b. Tahap pelaksanaan proses belajar

Setelah mendapat petunjuk-petunjuk dari kepala sekolah, berikutnya penulis

menyiapkan bahan-bahan yang akan diberikan dikelas I. Karena dalam penulisan

skripsi ini penulis akan meneliti belajar kelompok. Penulis tidak perlu

menyampaikan materi pelajaran kepada siswa tetapi cukup memberikan test atau

tugas kepada siswa kelas I dengan mengikuti materi pelajaran yang telah

disampaikan oleh gurunya.

Pada proses pemberian test, peneliti mengadakan tanya jawab yang

berhubungan dan bertujuan untuk mengingat kembali pelajaran yang sudah

dipelajari pada hari yang lalu, setelah itu peneliti menyampaikan kepada siswa

bahwa pada hari berikutnya akan diadakan test dan penulis mengharap bahwa siswa

belajar dengan baik. Setelah itu penulis membagi siswa dalam 2 kelompok :

1. Kelompok 1 diberi tugas secara kelompok yang terdiri dari dua anak.

2. Kelompok 2 diberi tugas secara individu. Sebagai peneliti, sebelum

memberikan test harus kosultasi terlebih dahulu kepada guru kelas dan

mendapatkan persetujuan.

c. Tahap hari-hari berikutnya

Page 40: Pengaruh belajar kelompok dengan belajar sendiri

Seperti hari-hari yang sudah dilaksanakan oleh peneliti selama penelitian

belum selesai, peneliti memberikan test kepada siswa masing-masing kelompok

sebanyak 3 kali.

Jadi untuk mengetahui hasil yang jelas, penulis sajikan data sebagai berikut.

C. PENYAJIAN DATA

Laporan ini penulis sajikan dari hasil pengumpulan data yang diperoleh dalam

penelitian. Dalam pengumpulan data ini, penulis menggunakan metode dokumentasi

dan metode test yang digunakan untuk memperoleh data tentang pengaruh belajar

kelompok terhadap prestasi siswa bidang studi PMP maupun belajar sendiri / individu

di kelas I SMEA Barunawati Surabaya.

Untuk mendapatkan gambaran yang jelas, maka dapat dilihat pada tabel sebagai

berikut :

TABEL I

TABEL TENTANG HASIL PRESTASI BELAJAR SISWA PADA KELOMPOK

EKSPERIMEN YANG BELAJAR SECARAKELOMPOK

Responden

Nilai Hasil Test atau

Tugas Kelompok Eksperimen Nilai Rata-rata

Test I Test II Test III

1 80 80 80 80

2 85 75 85 82

3 80 80 80 80

4 65 70 85 74

5 65 70 85 74

6 85 75 85 82

7 90 80 80 84

8 80 80 75 78

9 65 85 95 82

Page 41: Pengaruh belajar kelompok dengan belajar sendiri

Lanjutan tabel I

10 65 85 95 82

11 80 80 85 81

12 65 85 85 79

13 60 85 90 78

14 60 85 90 78

15 75 80 90 82

16 90 80 80 84

17 80 80 75 78

18 80 80 85 81

19 65 85 85 79

20 75 80 90 82

TABEL II

TABEL TENTANG HASIL PRESTASI BELAJAR SISWA PADA KELOMPOK

KONTROL YANG BELAJAR SENDIRI / INDIVIDU

Responden

Nilai Hasil Test atau

Tugas Kelompok Kontrol Nilai Rata-rata

Test I Test II Test III

1 80 85 80 81

2 75 75 80 77

3 75 75 85 79

4 75 75 85 79

5 70 80 80 77

6 80 80 80 80

7 85 70 75 76

8 80 85 90 81

9 75 75 75 75

Page 42: Pengaruh belajar kelompok dengan belajar sendiri

Lanjutan tabel II

10 65 85 90 60

11 70 75 90 76

12 65 90 90 82

13 70 65 85 74

14 65 85 85 79

15 75 75 80 77

16 60 85 90 79

17 80 80 70 77

18 65 85 85 79

19 75 75 80 77

20 65 75 85 75

Kedua tabel tersebut diatas masih merupakan data-data yang masih mentah, karena

hanya merupakan hasil pengumpulan data yang penulis peroleh selama dalam penelitian.

Sedangkan untuk memperoleh kenyataan yang sebenarnya akan penulis sajikan pada

analisis data.

D. ANALISIS DATA

Dalam menganalisis data, data yang diperoleh pada penelitian tersebut diatas,

maka penulis menggunakan rumus “t-test” seperti dalam bukunya Drs. I.B. Netra,

adalah sebagai berikut :

MI - MII

t = x 2

I + x 2II 1 + 1

( n I – 1 ) + ( n II – 1 ) n I + n II

Page 43: Pengaruh belajar kelompok dengan belajar sendiri

Sebelum memasukkan data-data tersebut diatas, maka terlebih dahulu hasil nilai rata-

rata dari tabel ke I dan dari tabel ke II diolah pada tabel ke III seperti di bawah ini :

TABEL III

TABEL KERJA UNTUK PENGETESAN HIPOTESIS TENTANG PERBEDAAN

PRESTASI ANTARA HASIL BELAJAR SISWA KELOMPOK EKSPERIMEN

DENGAN HASIL PRESTASI BELAJAR SISWA PADA KELOMPOK

KONTROL DENGAN MEMAKAI RUMUS “t-test”

Kelompok Eksperimen Kelompok Kontrol

No. Individu x I x I x I No. Individu x II x II x II

1 2 3 4 5 6 7 8

1 80 +0 0 1 81 +3 9

2 82 +2 4 2 77 -1 1

3 80 +0 0 3 79 +1 1

4 74 -6 36 4 79 +1 1

5 74 -6 36 5 77 -1 1

6 82 +2 4 6 80 +2 4

7 84 +4 16 7 76 -2 4

8 78 -2 4 8 81 +3 9

9 82 +2 4 9 75 -3 9

10 82 +2 4 10 80 +2 4

11 81 +1 1 11 76 -2 4

12 79 -1 1 12 82 +4 16

13 78 -2 4 13 74 -4 16

14 78 -2 4 14 79 +1 1

15 82 +2 4 15 77 -1 1

16 84 +4 16 16 79 +1 1

17 78 -2 4 17 77 -1 1

18 81 +1 1 18 79 +1 1

Page 44: Pengaruh belajar kelompok dengan belajar sendiri

Lanjutan tabel III

19 79 -1 1 19 77 -1 1

20 82 +2 4 20 75 -3 9

Total 1600 0 148 Total 1560 0 94

Dengan hasil dari tabel III yang ada diatas, maka sebelum dimasukkan kedalam

rumus, terlebih dahulu mencari besarnya nilai MI dan besarnya nilai MII yaitu sebagai

berikut :

xI 1600 MI = = = 80 jadi MI = 80 nI 20

xII 1560 MII = = = 78 jadi MII = 78 nI 20

Sesudah angka besarnya MI dan besarnya MII ketemu, maka dapat dimasukkan

bersama-sama dengan hasil yang diperoleh dari tabel III, kedalam rumus “t-test” seperti

dibawah ini :

MI - MII

t = x 2

I + x 2II 1 + 1

( n I – 1 ) + ( n II – 1 ) n I + n II

80 - 78t = 148 + 94 1 + 1

( 20 – 1 ) + ( 20 – 1 ) 20 + 20 2

Page 45: Pengaruh belajar kelompok dengan belajar sendiri

= 242 2

38 20

2

= = 2,506

0,7980238

t = 2,506

df = ( nI - 1 ) + ( nII - 1 )

= (20 - 1 ) + ( 20 - 1 )

= 19 + 19

df = 38

E. PENGUJIAN HIPOTESIS

Dalam penelitian ini penulis menguji terhadap hipotesis nol, yaitu tidak ada

pengaruh belajar kelompok terhadap prestasi belajar siswa pada bidang studi PMP di

kelas I SMEA Barunawati Surabaya.

Untuk menguji hipotesis nol, nilai “t” koefisien yang diperoleh dari hasil

penelitian dibandingkan dengan nilai –nilai “t” yang ada pada tabel nilai-nilai “t” test.

Berdasarkan taraf signifikan 5% dengan derajad kebebasan (df) 38, ternyata

besarnya angka batas penolakan hipotesis yang ada dalam tabel nilai-nilai “t” (lampiran

2) adalah = 2,021.

Dengan kenyataan ini menunjukkan bahwa nilai “t” yang penulis peroleh dalam

penelitian sebesar 2,506 adalah berada jauh diatas angka batas yang besarnya 2,021.

Dengan demikian nilai “t” yang diperoleh dalam penelitian adalah signifikan berarti

hipotesis nol ditolak.

F. KESIMPULAN PENGUJIAN HIPOTESIS

Page 46: Pengaruh belajar kelompok dengan belajar sendiri

Berdasarkan taraf signifikan 5% maka hipotesis nol ditolak, yaitu menyatakan

tidak ada pengaruh belajar kelompok terhadap prestasi belajar siswa pada bidang studi

PMP di kelas I SMEA Barunawati Surabaya.

Karena M I = 80 ; M II = 78 maka M I lebih besar dari M II. M I adalah prestasi

belajar rata-rata kelompok. M II adalah prestasi belajar rata-rata individu. Dengan

begitu maka prestasi belajar kelompok lebih baik daripada prestasi belajar sendiri dalam

bidang studi PMP di SMEA Barunawati Surabaya.

Page 47: Pengaruh belajar kelompok dengan belajar sendiri

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN-SARAN

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat ditarik beberapa

kesimpulan sebagai berikut :

1. Dengan menggunakan taraf signifikan 5% dan df 38, maka “t” hitung 2,506 lebih

besar dari “t” tabel 2,021, sehingga ada pengaruh antara belajar kelompok terhadap

prestasi belajar siswa bidang studi PMP di kelas I SMEA Barunawati Surabaya.

2. Ada perbedaan prestasi belajar anatar siswa yang belajar kelompok dengan siswa

yang belajar sendiri / individu di kelas I SMEA Barunawati Surabaya.

3. Dengan melihat nilai rata-rata pada kelompok belajar secara kelompok lebih besar

daripada kelompok belajar secara sendiri / individu yaitu MI = 80 dan MII = 78,

maka prestasi belajar pada kelompok belajar secara kelomok lebih baik daripada

kelompok belajar secara sendiri / individu.

B. SARAN-SARAN

Saran-saran yang dapat peneliti sampaikan berdasarkan hasil penelitian antara

lain :

Karena belajar kelompok lebih baik daripada belajar secara sendiri / individu,

maka sebaiknya guru selalu menganjurkan kepada siswa agar dalam mengatasi

kesulitan belajar siswa memecahkannya dengan cara belajar secara kelompok.

Khususnya pada guru bidang studi PMP, diharapkan sering memberikan tugas

secara kelompok. Dengan seringnya belajar secara kelompok, maka diharapkan rasa

setia kawan dapat terpupuk dengan sendirinya, dan rasa kegotong royongan dapat

ditingkatkan.

Agar dalam pelaksanaan belajar kelompok ini benar-benar bermanfaat, maka

diharapkan kepada siswa benar-benar menghargai waktu dan memanfaatkan waktu

tersebut agar tidak terbuang secara percuma.

Page 48: Pengaruh belajar kelompok dengan belajar sendiri

Peranan orang tua masing-masing siswa juga sangat diharapkan dalam mengawasi

untuk menyumbang agar pelajar kelompok berhasil, juga disekolah atau masing-masing

kelas sudah terbentuk kelompok belajar secara efektif dan mengembangkan faktor-

faktor yang mempengaruhi :

1. Jumlah tiap-tiap kelompok tidak terlalu besar, maksimal 5anak.

2. Anggota tiap-tiap kelompok tempat tinggalnya tidak berjauhan.

3. Setiap anggota dalam satu kelompok mempunyai rasa tanggung jawab terhadap

keberhasilan kelompoknya.

4. Adanya rasa saling bersaing dalam kelancaran proses belajar kelompok yang satu

dengan yang lainnya, untuk itu motivasi dari guru sangat diharapkan.

5. Guru sering membedakan tes untuk dikerjakan di depan kelas dengan menunjuk

siswa yang mewakili kelompoknya.

6. Perlu juga adanya pemberian tugas secara rutin yang harus dikerjakan dirumah.

Page 49: Pengaruh belajar kelompok dengan belajar sendiri

DAFTAR KEPUSTAKAAN

1. A. Rouf Tayib, Drs, Strategi Belajar Mengajar PMP, IKIP Surabaya, Thn. 1987

2. Bambang Darceso, SH, Drs, Dasar Dan Konsep Pendidikan Moral Pancasila, Aneka

Ilmu Semarang, Thn. 1984

3. Dardji Darmodihardjo, SH, Prof, Pendidikan Pancasila di Perguruan Tinggi, IKIP

Malang Thn. 1988

4. Garis-Garis Besar Haluan Negara, Ketetapan MPR No. II/MPR/1993

5. H.J.K. Fernandes, Basic Issues In Planning a Social Research Studi, Jakarta, Thn.

1983

6. Imansjah Alipendie, Drs, Didaktik Metodik Pendidikan Umum, Usaha Nasional

Surabaya – Indonesia, Thn. 1984

7. I.B. Netra, Drs, Statistik Inferensial, Usaha Nasional Surabaya-Indonesia Thn. 1974

8. Muhammad Ali, Drs, Penelitian Pendidikan Prosedur dan Strategi, Angkasa Bandung,

Thn. 1982

9. N. Drijarkara S.J. Prof, Dr. Percikan Filsafat, PT. Pembangunan Jakarta, Thn. 1981

10. Ny. Roestiyah. N.K. Dra, Didaktik Metodik, PT. Bina Aksara Jakarta, Thn. 1981

11. Rochman Natawidjaja. Drs, Ilmu Keguruan Pendidikan Nasional untuk SPG,

Departemen P & K.

12. Soetedjo. Drs, Mata Kuliah Filsafat Pendidikan, IKIP Surabaya

13. Sunoto, Mengenal Filsafat Pendidikan, PT. Hanindita Yogyakarta, Thn. 1985

14. Sumadi Suryabrata ( BA, Drs, M.A, Ed.S.P.H.D ) Psikologi Pendidikan, CV.

Rajawali Jakarta Thn. 1987

15. S. Nasution. MA. Prof. Dr, Asas-Asas Kurikulum, Jemmars Bandung, Thn. 1982

16. Sutrisno Hadi. MA. Prof. Drs, Statistik 2, Yayasan Penerbitan Fakultas Psikologi

UGM Yogyakarta Thn. 1986

17. Sutrisno Hadi. MA. Prof. Drs, Metedologi Research, Yayasan Penerbitan Fakultas

Psikologi UGM Yogyakarta Thn. 1986

18. S. Nasution. Prof. Drs dan Prof. Dr. M. Thomas, Buku Penuntun Membuat Disertai,

Thesis, Skripsi, Report, Paper, CV. Jemmars Bandung, Thn. 1980

Page 50: Pengaruh belajar kelompok dengan belajar sendiri

19. Team IKIP Surabaya, Didaktik Metodik, CV. Rajawali Jakarta, Thn. 1976

20. Tim Dosen Mata Kuliah Ilmu Pendidikan, Ilmu Pendidikan, IKIP Surabaya, Thn.

1988

21. Wayan Nurkancana, Drs & Drs. PPN. Sunartana, Evaluasi Pendidikan, Usaha

Nasional Surabaya-Indonesia Thn. 1982

22. W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, PN. Balai Pustaka Jakarta,

Thn 1985

23. Zahara Idris. M.A.Prof, Dasar-Dasar Kependidikan, Angkasa Raya, Thn. 1981