PENGARUH ASET TETAP TAK BERWUJUD...
-
Upload
truongphuc -
Category
Documents
-
view
238 -
download
1
Transcript of PENGARUH ASET TETAP TAK BERWUJUD...
PENGARUH ASET TETAP TAK BERWUJUD TERHADAP
FINANCIAL DISTRESS
(Studi Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia
Periode 2011-2014)
MAIHAFNI
120462201027
Jurusan Akuntansi - Fakultas Ekonomi
Universitas Maritim Raja Ali Haji
Tanjungpinang, 2016
ABSTRAK
Skripsi ini meneliti tentang pengaruh aset tetap tak berwujud terhadap
financial distress pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia periode 2011-2014, dengan total observasi sebanyak 304 perusahaan.
Penelitian ini menggunakan model Altman Z-score untuk mengindentifikasi kondisi
financial distress pada suatu perusahaan.
Hasil penelitian ini menyatakan bahwa aset tetap tak berwujud bepengaruh
terhadap financial distress dan perusahaan yang memiliki aset tetap tak berwujud
lebih tinggi nilai rata-rata Z-score dibandingkan perusahaan yang tidak memiliki aset
tetap tak berwujud. Sehingga menyebabkan perbedaan yang signifikan antara
perusahaan yang memiliki aset tetap tak berwujud dan perusahaan yang tidak
memiliki aset tetap tak berwujud.
Kata Kunci : Aset Tetap Tak Berwujud, Financial Distress, Altman Z-score
I. PENDAHULUAN
Kondisi ekonomi yang selalu mengalami perubahan telah mempengaruhi
kegiatan dan kinerja perusahaan, baik perusahaan kecil maupun perusahaan besar
sehingga banyak perusahaan yang mengalami kebangkrutan. Kesehatan suatu
perusahaan akan mencerminkan kemampuan dalam menjalankan usahanya, distribusi
aset, keefektivitas penggunaan aset, hasil usaha yang telah di capai dan kewajiban
yang harus di lunasi.
Sehingga investor sebagai pihak yang berada di luar perusahaan, investor
dituntut untuk memiliki pengetahuan tentang kebangkrutan sehingga keputusan yang
diambil tidak akan salah. Salah satu indikator yang bisa dipakai untuk mengetahui
tingkat kebangkrutan perusahaan adalah indikator keuangan. Kebanyakan penyebab
kebangkrutan dimulai dariadanya kesulitan keuangan. Financial distress atau
kesulitan keuangan memiliki hubungan yang erat dengan kebangkrutan pada suatu
perusahaan. Financial distress merupakan tahap dimana kondisi keuangan
perusahaan mengalami penurunan sebelum terjadinya kebangkrutan.
Salah satu aspek dalam mengukur kondisi financial distress yaitu melalui aset
tetap tak berwujud atau intangible assets. Aset tetap tak berwujud sangat penting bagi
suatu perusahaan karena sumber daya yang cerdas dan hak atas kekayaan intelektual
menjadi aset yang lebih penting dari pada aset fisik ataupun aset financial
Pada penelitian yang dilakukan oleh Rachmawati (2011) dengan
menggunakan metode pengukuran Altman Z-score menunjukkan bahwa perusahaan
yang tidak memiliki intangible assets memiliki nilai Z-score yang lebih kecil dari
pada perusahaan yang memiliki intangible asset.
Terbatasnya penelitian yang menggunakan aset tetap tak berwujud atau
intangible assets sebagai variabel independent dari financial distress , maka peneliti
mereplikasi penelitian yang sebelumnya telah dilakukan oleh Rachmawati (2011),
peneliti ingin meneliti lebih lanjut mengenai aset tetap tak berwujud terhadap
financial distress . maka judul dari penelitian ini yaitu “Pengaruh Aset Tetap Tak
Berwujud Terhadap Financial Distress Pada Perusahaan Manufaktur yang
Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2011-2014”.
Tujuan dari penelitian adalah :
1. Untuk mengetahui perusahaan yang memiliki aset tetap tak berwujud memiliki
nilai rata-rata Z-score yang lebih tinggi dibandingkan perusahaan yang tidak
memiliki aset tetap tak berwujud pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia periode 2011-2014.
2. Untuk mengetahui pengaruh aset tetap tak berwujud terhadap financial distress
pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2011-
2014.
3. Untuk mengetahui perbedaan nilai rata-rata Z-score antara perusahaan yang
memiliki aset tetap tak berwujud dan perusahaan yang tidak memiliki ase tetap tak
berwujud pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa efek Indonesia
periode 2011-2014.
II. KAJIAN PUSTKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS
Financial Distress
Financial distress atau Kesulitan keuangan dapat diartikan sebagai
ketidakmampuan perusahaan untuk membayar kewajiban keuangan pada saat jatuh
tempo yang menyebabkan kebangkrutan perusahaan. Menurut Foster (1989) dalam
Darsono dan Ashari (2005:101) kesulitan keuangan menunjukkan adanya masalah
likuiditas yang parah yang tidak dapat dipecahkan tanpa melalui penjadwalan
kembali secara besar-besaran terhadap operasi dan struktur perusahaan.
Permasalahan dalam Financial Distress
Darsono dan Ashari (2005:104) menjelaskan bahwa masalah Financial
distress yang dialami oleh perusahaan harus diatasi dengan pembaruan baik struktur
keuangan maupun organisasi perusahaan. Berkaitan dengan permasalahan keuangan
perusahaan, permasalahan keuangan bisa digolongkan ke dalam empat kategori yaitu:
1. Perusahaan yang mengalami masalah keuangan baik dalam jangka pendek
maupun jangka panjang, sehingga mengalami kebangkrutan.
2. Perusahaan yang mengalami financial distress jangka pendek namun bisa
mengatasi, sehingga tidak menyebabkan kebangkrutan.
3. Perusahaan yang tidak mengalami financial distress jangka pendek tapi
mengalami financial distress jangka panjang, sehingga ada kemungkinan
mengalami kebangkrutan.
4. Perusahaan yang tidak mengalami financial distress dalam jangka pendek yang
berupa kesulitan likuiditas ataupun financial distress jangka panjang
Metode Altman Z-score
Prediksi kebangkrutan usaha berfungsi untuk memberikan panduan bagi
pihak- pihak tentang kinerja keuangan perusahaan apakah akan mengalami
fianancial distresssatau tidak di masa mendatang. Seorang Profesor di New York
University, Edward Altman, melakukan penelitian terhadap kinerja keuangan
perusahaan yang mengalami kebnagkrutan dengan kinerja keuangan perusahaan yang
sehat. Hasil penelitiannya dirumuskan dalam suatu rumus matematis yang disebut
dengan rumus Altman Z-score. Rumus ini menggunakan komponen dalam laporan
keuangan sebagai alat prediksi terhadap kemungkinan bangkrut tidaknya perusahaan.
Secara matematis persamaan Alman Z-score ini bisa dirumuskan sebagai berikut :
Z = 1,2 WCTA + 1,4 RETA + 3,3 EBITTA + 0,6 MVEBVL + 0,999 STA
Dimana :
WCTA : Working Capital to Total Asset (Modal kerja dibagi total aset)
RETA : Retained Earning to Total Asset (Laba ditahan dibagi total aset)
EBITTA : Earning Before Interest and Taxes to Total Asset (Laba sebelum
pajak dan bunga dibagi total aset)
MVEBVL : Market Value of Equity to Book Value of Liability (Nilai pasar
ekuitas dibagi dengan nilai buku hutang)
STA : Sales to Total Assets (Penjualan dibagi total aset)
Hasil perhitungan nilai Z-score bisa dijelaskan dengan tabel sebagai berikut :
Tabel 2.1
Interpretasi Nilai Z-score
Nilai Z-score Interprestasi
Z > 2.99 Tidak mengalami financial distress
1.81 < Z < 2.99 Gray area
Z < 1.8 Mengalami financial distress
Sumber : Altman (1968)
Aset Tetap Tak Berwujud
Ada beberapa definisi yang dijelaskan tentang aset tetap tak berwujud yaitu
sebagai berikut :
1. Soemarso (2002:59), Aset tetap tak berwujud adalah aktiva tetap perusahaan
yang secara fisik tidak dapat dinyatakan. Aktiva tetap tak berwujud dapat
diperoleh melalui pembelian atau dikembangkan sendiri oleh perusahaan.
2. Surya, (2012:201), Aset tetap tak berwujud adalah aset nonmoneter yang tidak
memiliki wujud fisik, tetapi dapat diidentifikasi dan dikendalikan oleh suatu
entitas.
Jenis-jenis Aset Tetap Tak Berwujud
Jenis-jenis aset tetap tak berwujud menurut Rachmawati (2011) :
1. Patent adalah hak khusus yang diterima oleh mereka yang mendapatkan
penemuan-penemuan baru, apakah dalam produk, sistem, pola ataupun
formula-formula lainnya.
2. Copyright adalah hak khusus yuang diberikan kepada pengarang, pencipta,
komponis, untuk mempublikasikan, menjual karamgan-karangannya. Sejak
tahun 1990 Indonesia sudah memiliki UU Hak Cipta.
3. Trade Mark/Trade Name adalah pengakuan (perlindungan hukum) dari
pemerintah terhadap penjual, cap label ataupun tanda-tanda lain dari
perusahaan maupun produknya. Pengakuan ini biasanya diberikan selama
perusahaan menggunakannya. Untuk menetukan umur penggunaan hak ini
lebih banyak ditentukan oleh perusahaan/pemilik Trademark tersebut.
Biasanya nama-nama (merek) terkenal dapat dijual kepada pihak lain tetapi
dengan diikuti pembayaran royalty yang biasanya didasarkan pada pendapatan
penjualan.
4. Franchise, hak ini diberikan kepada seseorang atau perusahaan untuk
melakukan kegiatan usaha seperti memasarkan suatu produk dan jasa
memakai merk perusahaan lain pada suatu daerah tertentu dan dalam waktu
tertentu.
5. Goodwill, perusahaan yang memiliki keistimewaan-keistimewaan tertentu,
kelebihan-kelebihan, maupun keuntungan lebih lainnya disebut memiliki
goodwill. Kelebihan-kelebihan ini disebabkan oleh karena kemampuan,
kulaitas produk, letak yang strategis, dukungan pemerintah,
kemampuan/reputasi maanjemen, mauoun yang lain-lain, walaupun suatu
perusahaan memiliki goodwill belum tentu harus dibuat perkiraan goodwill.
Goodwill hanya boleh dicatat apabila terjadi transaksi, misalnya melalui
pembelian, masuk/keluar sekutu, merger akuisisi dan lain-lain.
Karangka Pemikiran
Variabel Independent Variabel Dependent
Pengembangan Hipotesis
Menurut Soemarso (2002), Aset tetap tak berwujud adalah aset tetap
perusahaan yang secara fisik tidak dapat dinyatakan. Aset tetap tak berwujud dapat
diperoleh melalui pembelian atau dikembangkan sendiri oleh perusahaan. Aset tetap
tak berwujud atau intangible assets memiliki kekuatan yang besar dampaknya dalam
membawa arah perusahaan menuju kemajuan. Apabila suatu perusahaan memperkuat
intangible assets, maka dalam hal ini perusahaan dapat memperkuat nilai perusahaan
dimasa depan dan menjauhkan nilai perusahaan dari financial distress. Hal ini sejalan
dengan hasil penelitian yang dilakukan Rachmawati (2011) yang menyimpulkan
bahwa intangible assets berpengaruh terhadap financial distress dengan metode
pengukuran Altman Z-score sebagai pengukurannya. Dimana perusahaan yang tidak
Aktiva Tetap Tak
Berwujud Financial Distress
memiliki intangible assets memiliki nilai Z-score yang lebih kecil dari pada
perusahaan yang memiliki intangible assets.
Hipotesis
Dari pengembangan hipotesis tersebut maka hipotesis dari penelitian ini adalah :
H1 : Diduga perusahaan yang memiliki aset tetap tak berwujud memiliki nilai rata-
rata Z-score yang lebih tinggi dibandingakan perusahaan yang tidak memiliki
aset tetap tak berwujud.
H2 : Diduga aset tetap tak berwujud berpengaruh terhadap financial distress
H3 : Diduga adanya perbedaan nilai rata-rata Z-score antara perusahaan yang
memiliki aset tetap tak berwujud dengan perusahaan yang tidak memiliki aset
tetap tak berwujud
III. METODELOGI PENELITIAN
Objek dan Ruang Lingkup Penelitian
Objek dan ruang lingkup dalam penelitian ini adalah Perusahaan Manufaktur
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2011-2014. Perusahaan ini bergerak di
sektor industry dan kimia, aneka industry, dan industry barang konsumsi.
Laporan keuangan perusahaan dalam penelitian dapat didownload di website
resmi Bursa Efek Indonesia yaitu www.idx.co.id. Waktu yang akan diteliti dalam
penelitian adalah periode 2011, 2012,2013 dan 2014.
Definisi Operasionalisasi Variabel Penelitian
Variabel Dependen
Variable Dependen (Y) adalah Variabel terikat atau variabel utama dari
penelitian. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah financial distress.
Menurut Darsono & Ashari(2005:101), financial distress atau kesulita
keuangan adalah ketidakmampuan perusahaan untuk membayar kewajiban keuangan
pada saat jatuh tempo yang menyebabkan kebangkrutan perusahaan.
Rumus yang digunakan untuk menghitung variabel Y mengikuti pengukuran
yang dilakukan oleh Altman (1968) dan Rachmawati (2011).
Variabel Independen
Variabel Independen (X) adalah Variabel bebas atau variabel yang
mempengaruhi variabel terikat atau variabel dependen. Variabel Independen dalam
penelitian ini adalah Aset Tetap Tak Berrwujud.
Menurut Soemarso (2002:59), aset tetap tak berwujud adalah aset tetap
perusahaan yang secara fisik tidak dapat dinyatakan. Aset tetap tak berwujud dapat
diperoleh melalui pembelian atau dikembangkan sendiri oleh perusahaan. Penelitian
ini menggunakan Variabel Dummy sebagai parameter pengukuran kepimilikan aset
tetap tak berwujud. Untuk perusahaan yang memiliki aset tetap tak berwujudakan
Financial distress (Y) = 1,2WCTA+1,4RETA+3,3EBITTA+0,6VEBVL+0,999 STA
diberi nilai 1 (satu) dan untuk perusahaan yang tidak memiliki aset tetap tak
berwujud akan diberi nilai 0 (nol).
Populasi
Populasi dari penelitian ini yaitu perusahaan manufaktur yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2011-2014 sejumlah 144 perusahaan.
Sampel
Teknik pemilihan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling, yaitu
penentuan sampel di mana peneliti memilih sampel secara subjektif. Tujuan dari
penggunaan metode ini adalah untuk mendapatkan sampel yang sesuai atau
memenuhi karakteristik-karakteristik yang telah ditentukan penulis.
Adapun kriteria sampel yang ditetapkan adalah sebagai berikut:
1. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia secara
berturut-turut periode 2011-2014.
2. Perusahaan maufaktur yang memlliki laporan keuangan perusahaan yang telah
diaudit berturut-turut periode 2011-2014
3. Perusahaan manufaktur yang melaporkan laporan keuangannya dalam mata
uang rupiah.
4. Perusahaan manufaktur yang konsisten memaparkan aset tetap tak berwujud
atau tidak memaparkan aset tetap tak berwujud pada laporan keuangan
berturut-turut periode 2011-2014
Hasil Penelitian dan Pembahasan
Hasil Penelitian
Uji Statistik Deskriptif
Statistik Deskriptif Perusahaan yang Memiliki Aset Tetap Tak Berwujud
Sumber : Hasil output IBM SPSS. V.21
Statistik Deskriptif Perusahaan yang Tidak Memiliki Aset Tetap Tak
Berwujud
Sumber : Hasil output IBM SPSS. V.21
Perusahaan yang memiliki aset tetap tak berwujud memiliki nilai rata-
rata Z-score yang lebih tinggi yaitu sebesar 2.2475, dibandingkan dengan rata-
rata nilai Z-score pada perusahaan yang tidak memiliki aset tetap tal berwujud
yaitu sebesar 1.7158. Dan dengan standar deviasi perusahaan yang memiliki
aset tetap tak berwujud sebesar 1.39563 dan perusahaan yang tidak memiliki
aset tetap tak berwujud sebesar 1.45475.
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
INTANGIBLE 72 1 1 1.00 .000
ZSCORE 72 -.06 7.01 2.2475 1.39563
Valid N (listwise) 72
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
INTANGIBLE 219 0 0 .00 .000
ZSCORE 219 -2.91 5.91 1.7158 1.45475
Valid N (listwise) 219
Uji Asumsi Klasik
Uji Normalitas
Uji Normalitas Sebelum Outlier
Sumber : Hasil output IBM SPSS. V.21
Dikarenakan data awal sejumlah 304 observasi tidak berdistribusi
normal (nilai sig = 0.000) maka dilakukan pembuangan outlier dengan standar
deviasi diatas 3, maka total yang dibuang adalah 13 observasi.
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 304
Normal Parametersa,b
Mean .0000000
Std. Deviation 2.14986045
Most Extreme Differences
Absolute .122
Positive .114
Negative -.122
Kolmogorov-Smirnov Z 2.119
Asymp. Sig. (2-tailed) .000
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Uji Normalitas Setelah Outlier
Sumber : Hasil output IBM SPSS. V.21
Uji normalitas data pada tabel 4.4 diatas menggunakan One-Sample
Kolmogorov-Smirnov Test , dimana data yang diuji adalah data residual. Berdasarkan
uji normalitas residual pada tabel diatas menunjukkan nilai Asymp Sig (2-tailed)
sebesar 0.496, nilai tersebut lebih besar dari nilai signinifikan 0.05. Maka dapat
dikatakan uji normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test diatas berdistribusi
normal.
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 291
Normal Parametersa,b
Mean .0000000
Std. Deviation 1.43796569
Most Extreme Differences
Absolute .049
Positive .048
Negative -.049
Kolmogorov-Smirnov Z .830
Asymp. Sig. (2-tailed) .496
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Uji Autokorelasi
Uji Autokorealasi Durbin-Watson
Uji autokorelasi menggunakan metode Durbin-Watson dam output yang
dihasilkan menunjukkan bahwa nilai Durbin-Watson sebesar 1.980, hal ini
menunjukkan bahwa tidak terjadi autokorelasi karena nilai Durbin-Watson berada
diantara du < d < 4 - du (1.814 < 1.980 < 2.186), dengan demikian maka dalam
model regresi ini tidak terjadi autokorelasi.
Uji Heteroskedastisitas
Uji Heteroskedastisitas
Sumber : Hasil output IBM SPSS. V.21
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
Durbin-Watson
1 .158a .025 .022 1.44045 1.980
a. Predictors: (Constant), INTANGIBLE
b. Dependent Variable: ZSCORE
Sumber : Hasil output IBM SPSS. V.21
Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized
Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) 1.113 .063 17.524 .000
INTANGIBLE -.103 .128 -.047 -.804 .422
a. Dependent Variable: abs
Dari tabel diaats dapat dilihat bahwa variabel Aset tetap tak berwujud atau
intangible assets mempunyai nilai signifikan diatas 0.05, dengan demikian
dismpulkan tidak terjadi heteroskedastisitas
Analisis Regresi Linear Sederhana
Analsisis Regresi Linear Sederhana
Sumber : Hasil output IBM SPSS. V.21
Y = 1.716 + 0.532 X
Persamaan regresi diatas mengandung arti sebagai berikut :
1. Nilai Konstanta (a) = 1.716
Nilai ini menunjukkan bahwa jika tidak ada nilai aset tetap tak berwujud
(intangible assets) maka nilai financial distress sebesar 1.716.
2. Koefisien Regresi Aset tetap tak berwujud (b) = 0.532
Koefisien regresi b menunjukkan bahwa apabila Aset tetap tak berwujud
mengalami kenaikan 1 maka financial distress akan mengalami peningkatan
sebesar 0.532.
Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized
Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) 1.716 .097 17.628 .000
INTANGIBLE .532 .196 .158 2.717 .007
a. Dependent Variable: ZSCORE
Uji Hipotesis
Uji Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien Determinasi
Sumber : Hasil output IBM SPSS. V.21
Nilai koefisien determinasi (Adjusted R-Square) adalah sebesar 0.022 atau
2.2%. Hal ini menunjukkan bahwa 2.2% financial distress dapat dijelaskan oleh aset
tetap tal berwujud. Dan sisanya 97.8% dapat dipengaruhi atau dijelaskan oleh
variabel lain diluar dari variabel penelitian ini.
Uji Parsial (Uji –t)
Uji Parsial (Uji t)
Sumber : Hasil output IBM SPSS. V.21
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 .158a .025 .022 1.44045
a. Predictors: (Constant), INTANGIBLE
b. Dependent Variable: ZSCORE
Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized
Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) 1.716 .097 17.628 .000
INTANGIBLE .532 .196 .158 2.718 .007
a. Dependent Variable: ZSCORE
Berdasarkan hasil uji parsial diatas maka dapat disimpulkan pengaruh aset
tetap tak berwujud terhadap financial distress diperoleh nilai t hitung > t tabel (2.718
> 1.968) dan p-value < signifikansi yang ditentukan (0.007 < 0.05). Sehingga dapat
disimpulkan bahwa H0 ditolak dan Ha diterima. Hal ini menunjukkan bahwa aset
tetap tak berwujud berpengaruh terhadap financial distress
Uji Beda T-Test
Uji Beda Independen
Independent Samples Test
Levene's Test
for Equality of
Variances
t-test for Equality of Means
F Sig. t df Sig.
(2-
tailed)
Mean
Difference
Std.
Error
Differe
nce
95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
ZSCORE
Equal
variances
assumed
.073 .787 2.622 289 .009 .55110 .21021 .13737 .96484
Equal
variances
not
assumed
2.631 90.196 .010 .55110 .20946 .13499 .96722
Sumber : Hasil output IBM SPSS. V.21
Pada tabel 4.10 menunjukkan hasil pengujian independent sample t-test
menunjukkan nila F hitung levence’s test sebesar 0.673 dan nilai signifikan sebesar
0.787 karena probabilitas > 0.05 maka memiliki variance yang sama. Sehingga
analisis uji beda t-test menggunakan asumsi equal variance assumed sebesar 2.622
dan nilai signifikan (2-tailed) sebesar 0.009 lebih kecil dari nilai signifikan (0.009 <
0.05). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan rata-rata nilai
Z-score antara perusahaan yang memiliki aset tetap tak berwujud dan perusahaan
yang tidak memiliki aset tetap tak berwujud.
Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dianalissi secara statistik, temuan hasil
penelitian dibahas pada bagian dibawah ini :
Perusahaan yang Memiliki Aset tetap Tak Berwujud Memiliki Nilai Rata-rata
Z-score yang Lebih Tinggi Dibandingakan Perusahaan yang Tidak Memiliki
Aset Tetap Tak Berwujud
Hasil uji hipotesis dengan uji statistik deskriptif menunjukkan bahwa nilai
rata-rata Z-score perusahaan yang memiliki aset tetap tak berwujud sebesar 2.2475
sedangkan nilai rata-rata Z-score perusahaan yang tidak memiliki aset tetap tak
berwujud sebesar 1.7158 Sehingga dapat disimpulkan bahwa perusahaan yang
memiliki aset tetap tak berwujud memiliki nilai Z-score yang lebih tinggi
dibandingkan perusahaan yang tidak memiliki aset tetap tak berwujud. Hal ini
membuktikan bahwa perusahaan yang tidak memiliki aset tetap tak berwujud akan
lebih cenderung mengalami financial distress dibandingkan perusahaan yang
memiliki aset tetap tak berwujud.
Pengaruh Aset Tetap Tak Berwujud Terhadap Financial Distress
Hasil pengujian regresi aset tetap tak berwujud terhadap financial distress
diperoleh nilai t hitung > t tabel (2.718 >1 .968) dan p-value < signifikansi yang
ditentukan (0.007 < 0.05). Hal ini menunjukkan adanya pengaruh aset tetap tak
berwujud terhadap financial distress, karena aset tetap tak berwujud memiliki
kekuatan yang besar dampaknya dalam membawa arah perusahaan menuju kemajuan,
dan menjauhkan perusahaan dari terjadinya financial distress. Karena semakin suatu
perusahaan memiliki aset tetap tak berwujud maka semakin kecil juga resiko
perusahaan mengalami financial distress. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil
penelitian yang dilakukan Rachmawati (2011) yang menyimpulkan bahwa aset tetap
tak berwujud berpengaruh terhadap financial distress dengan metode pengukuran
Altman Z-score sebagai pengukurannya.
Perbedaan Nilai Rata-rata Z-Score Antara Perusahaan Yang Memiliki Aset
Tetap Tak Berwujud Dengan Perusahaan Yang Tidak Memiliki Aset Tetap Tak
Berwujud
Hasil pengujian independent sample t-test menunjukkan nila F hitung
levence’s test sebesar 0.673 dan nilai signifikan sebesar 0.787 karena probabilitas >
0.05 maka memiliki variance yang sama. Sehingga analisis uji beda t-test
menggunakan asumsi equal variance assumed sebesar 2.622 dan nilai signifikan (2-
tailed) sebesar 0.009 lebih kecil dari nilai signifikan (0.009 < 0.05). Maka dapat
disimpulkan bahwa terdapat perbedaan nilai rata-rata Z-score antara perusahaan yang
memiliki aset tetap tak berwujud dan perusahaan yang tidak memiliki aset tetap tak
berwujud.
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Dari hasil analisis dan pengujian hipotesis yang telah dilakukan, dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut :
1. Hasil uji hipotesis dengan Uji Statistik Deskriptif menunjukkan bahwa nilai
rata-rata Zscore perusahaan yang memiliki aset tetap tak berwujud lebih tinggi
dibandingkan perusahaan yang tidak memiliki aset tetap tak berwujud.
2. Hasil uji hipotesis dengan Uji Parsial (Uji t) menunjukkan bahwa aset tetap tak
berwujud berpengaruh signifikan terhadap financial distress.
3. Hasil uji hipotesis dengan Uji Independen T-test menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan nilai rata-rata Z-score antara perusahaan yang memiliki aset tetap tak
berwujud dcengan perusahaan yang tidak memiliki aset tetap tak berwujud.
Saran
Saran-saran yang dapat disampaikan terkait penelitian ini adalah :
1. Bagi Investor sebaiknya sebelum berinvestasi dapat melihat variabel aset tetap
tak berwujud, karena berdasarkan hasil penelitian ini dan diperkuat denganh
penelitian sebelumnya yang memberikan hasil yang sama bahwa aset tetap tak
berwujud berpengaruh terhadap financial distress.
2. Bagi peneliti selanjutnya yang akan melakukan penelitian yang lebih lanjut
dapat menambah periode waktu penelitian.
DAFTAR PUSTAKA
Altman, Edward I. (1968). Financial Ratios, Discriminant Analysis and the
Prediction of Corporate. The Journal of Finance, Vol. 23, No. 4 , 589-609.
Darsono, & Ashari. (2005). Pedoman Praktis Memahami Laporan Keuangan.
Yogyakarta: Andi.
Dyckman, Thocmas R, Dukes, Roland E, & Davis, Charles J. (2000).
Akuntansi Intermediate Jilid II Edisi Ketiga. Jakarta: Erlangga.
Ghozali, Imam. (2013). Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program
IBM SPSS 21. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Liana, Deny, & Sutrisno. (2014). Analisis Rasio Keuangan Untuk Memprediksi
Kondisi Financial Distress Perusahaan Manufaktur. Jurnal Studi Manajemen
Dan Bisnis Vol.1 No.2 , 52-62.
Purnajaya, K. D., & Merkusiwati, N. K. (2014). Analisis Komparasi Potensi
Kebangkrutan Dengan Metode Z-score Altman, Springate, Dan Zmijewski
Pda industri Kosmetik yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia. ISSN: 2302-
8556 E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana , 48-63.
Rachmawati, Adelita Shantri. (2011). Pengaruh Aktiva Tetap Tak Berwujud
(Intangible Assets) Terhadap Financial Distress (Studi pada: Perusahaan
Manufaktur yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2007-2010).
Skripsi
Salatin, Aswinda, Darminto, & Sudjana, Nengah. (2013). Penerapan Model
Altman (Z-score) untuk Memprediksi Kebangkrutan pada Industri Tekstil
dan Produk Tekstil yang Terdaftar di BEI Periode 2009-2011. Jurnal
Administrasi Bisnis (JAB) Vol.6 No.2 Desember 2013 .
Sanagdji, Etta Mamang, & Sopiah. (2010). Metodologi Penelitian. Yogyakarta:
Andi.
Sarwono, Jonathan. (2006). Analisis Data Penelitian Menggunakan SPSS.
Yogyakarta: Andi.
Soemarso. (2002). Akuntansi Suatu Pengantar Buku Kedua Edisi Keempat. Jakarta:
Rineka Cipta.
Sriram, Ram S. (2008). Relevance of Intangible Assets to Evaluate Financial Health.
Journal of Intellectual Capital, Vol 9 Iss 3 , 351-366.
Surya, Raja Adri Setiawan. (2012). Akuntansi Keuangan Versi IFRS+. Yogyakarta:
Graha Ilmu.
Widarjo, Wahyu, & Setiawan, Doddy. (2009). Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap
Kondisi Financial Distress Perusahaan Otomotif. Jurnal Bisnis dan Akuntansi
Vol 11, No 2 , 1007-119.
Www.finace.yahoo.com
Www.idx.co.id