PENGANTAR INDUSTRI KIMIA

20
PENGANTAR INDUSTRI KIMIA PROSES INDUSTRI PADA PEMBUATAN SEMEN Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengantar Industri Kimia Oleh : Asi Lamtiur ( 080713 Barkatul Aulia ( 0807121133 ) Dona Irawati ( 080711 Erniwita Ekasari ( 080713 JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS RIAU PEKANBARU 2008

Transcript of PENGANTAR INDUSTRI KIMIA

Page 1: PENGANTAR INDUSTRI KIMIA

PENGANTAR INDUSTRI KIMIA

PROSES INDUSTRI PADA PEMBUATAN SEMEN

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengantar Industri Kimia

Oleh :

Asi Lamtiur ( 080713

Barkatul Aulia ( 0807121133 )

Dona Irawati ( 080711

Erniwita Ekasari ( 080713

JURUSAN TEKNIK KIMIA

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS RIAU

PEKANBARU

2008

Page 2: PENGANTAR INDUSTRI KIMIA

BAB I

PENDAHULUAN

Semen berasal dari kata caementum yang berarti bahan perekat yang mampu

mempersatukan atau mengikat bahan – bahan padat menjadi satu kesatuan yang kokoh

atau suatu prosduk yang mempunyai suatu bagian yang kompak atau dalam pengertian

yang luas adalah material yang plastis yang memberikan sifat rekat antara batuan –

batuan konsturksi bangunan.

Usaha untuk membuat semen pertama kali dilakukan dengan cara membakar

campuran batu kapur dengan tanah liat. Joseph Aspadin( 1824) membuat semen dari

kalsinasi campuran batu kapur dengan tanah liat yang telah dihaluskan, digiling dan

dibakar menjadi lelehan dalam tungku, sehingga terjadi penguraian batu kapur (CaCO3)

menjadi batu tohor (CaO) dan karbondioksida (CO2).batuan kapur tohor (CaO) bereaksi

dengan senyawa lain membentuk klinker kemudian digiling sampai menjadi tepung

yang kemudian dikenal dengan portland (Walter H. Duda, 1976)

Saat ini diperlukan bahan bangunan yang cukup banyak untuk digunakan dalam

membangun gedung – gedung ataupun perumahan. Untuk hal itu, dibutuhkan banyak

semen agar dapat memenuhi kebutuhan dalam pembangunan. Untuk memproduksi

semen dalam skala yang besar diperlukan suatu industri yang dapat memproduksi

semen dalam skala yang luas. Industri yang memproduksi semen dalam skala yang luas

adalah industri semen atau pabrik semen.

1

Page 3: PENGANTAR INDUSTRI KIMIA

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Semen

Semen adalah suatu campuran senyawa kimia yang bersifat hidrolisis artinya jika

dicampur air dalam jumlah tertentu akan mengikat bahan – bahan lain menjadi satu

kesatuan massa yang dapat memadat dan mengeras.. Semen adalah hasil industri dari

bahan baku : batu kapur sebagai bahan utama dan tanah liat atau bahan pengganti

lainnya dengan hasil akhir berupa padatan berbentuk bubuk, yang mengeras atau

membatu pada pencampuran dengan air. Batu kapur adalah bahan alam yang

mengandung senyawa oksida (CaO), sedangkan tanah liat adalah bahan alam yang

mengandung senyawa silika oksida (SiO), alumunium oksida (Al2O3), besi oksida

(Fe2O3) dan magnesium oksida (MgO). Untuk menghasilkan semen, bahan baku

tersebut dibakar hingga meleleh, sebagian untuk mem,bentuk clinker-nya, yang

kemudian dihancurkan dan ditambah dengan gypsum dalam jumlah yang sesuai. Hasil

akhir dari proses produksi dikemas dalam kantong/zak dengan berat rata –rata 40 kg

atau 50 kg. Semakin baik mutu semen maka semakin lama mengerasatau membatunya

jika dicampur dengan air, dengan angka hidrolitasyang dapat dihitung dengan rumus:

{ %SiO2 + %Al2O3 + Fe2O3 } : { %CaO + %MgO }

Angka hidrolitas ini berkisar antara < 1/1,5 ( lemah) hingga > ½ ( keras sekali).

Akan tetapi dalam industri angka hidrolitas ini harus dijaga secara teliti untuk

mendapatkan mutu yang baik, yaitu antara 1/1,9 hingga 1/2,15. Semen terbaik saat ini

adalah semen portland yang ditemukan tahun 1624 oleh Joseph Aspdin.

2.2 Bahan Baku Pembuatan Semen

1. Batu Kapur

Batu kapur merupakan komponen yang banyak mengandung CaCO3 dengan sedikit

tanah liat, Mgnesium Karbonat, Alumunium Silikat dan senyawa oksida lainnya.

Senyawa besi dan organic yang membuat batu kapur berwarna abu- abu hingga kuning.

2. Tanah Liat

Komponen utama pembentuk tanah liat adalah senyawa Alumina Silikat Hidrat,

klasifikasi senyawa tersebut berdasarkan kelompok mineral yang dikandungnya :

2

Page 4: PENGANTAR INDUSTRI KIMIA

kelompok Montmoriionete, meliputi ; monmorilosite, beidelite,

saponite, dan nitronite,

kelompok Kaolin, meliputi ; kaolinite, dienete, nacrite dan

halaysite,

kelompok tanah liat beralkali, meliputi ; tanah liat mika (ilite).

3. Pasir Besi dan Pasir Silikon

Bahan ini merupakan bahan koreksi pada campuran tepung baku ( Raw Mix ).

Digunakan sebagai pelengkap komponen esensial yang diperlukan dalam

pembuatan semen. Pasir silika, digunakan untuk menaiikkan kandungan SiO2 dan

pasir besi digunakan untuk menaikkan kandungan Fe 2O3 dalam Raw Mix.

4. Gypsum ( CaSO4 . 2 H2O )

Berfungsi sebagai retarder atau memperlambat proses pengerasan dari semen.

Hilangnbya kristal air pada gypsum menyebabkan hilangnya atau berkurangnya

sifat gypsum sebagai retarder.

2.3 Teknologi Pembuatan Semen

1. Proses Basah

Pada proses ini, bahan baku dipecah kemudian dengan menambahkan air dalam

jumlah tertentu serta dicampurkan dengan luluhan tanah liat. Bubuk halus dengan

kadar air 25 – 40 % ( slurry ) dikalsinasi dalam tungku panjang ( long rotary kiln ).

2. Proses Kering

Pada proses ini, bahan baku diolah ( dihancurkan ) di dalam Raw Mil dalam

keaadan kering dan hasil penggilingan ( tepung baku ) dengan kadar air 0,5 – 1 %

dikalsimasikan dalam rotari kiln. Proses ini menggunakan sekitar 1500 – 1900

kcal/kg klinker

Perbedaan antara keduanga hanya terletak pada penggilingan dan homogenisasi

yaitu sebagai berikut :

Proses Basah ; semua bahan dicampur dengan air, dihancurkan dan diuapkan

menggunakan bahan bakar minyak bakar (bunker crude oil).

Proses Kering ; menggunakan teknik penggilingan dan blending, kemudian dibakar

dengan bahan bakar batubara. Proses ini, meliputi lima tahappenglahan yaitu:

3

Page 5: PENGANTAR INDUSTRI KIMIA

o Proses pengeringan dan penggilingan bahan baku di rotary dryer dan rooler

meal,

o Proses pencampuran (homogenizing raw meal) untuk mendapatkan

campuran yang homogen,

o Proses pembakaran raw meal untuk menghasilkan terak ( clinker bahan

setengah jadi yang dibutuhkan untuk pembuatan semen ),

o Proses pendinginan terak,

o Proses penggilingan akhir dan gypsum digiling dengan cement miil.

2.4 Proses Pembuatan Semen

Proses yang paling sering digunakan dalam pembuatan semen ialah proses kering,

karena keuntungan dalam proses ini bila dibandingkan dengan proses basah adalah

penggunaan bahan bakar yang lebih sedikit, dan energi yang dikonsumsi lebih kecil.

Ukuran tanur yang lebih pendek serta perawatan alat - alatnya yang lebih mudah.

Bahan baku yang dibutuhkan dalam pembuatan semen seperti pada tabel 1.1

berikut ini :

Tabel 1.1 bahan baku pembuatan semen

Jenis – Jenis Bahan Baku Perbandingan Berat ( % )

Batu kapur 80 – 85

Tanah liat 6 – 10

Pasir silika 6 – 10

Pasir besi 1

Gypsum 3 - 5

(sumber : Apriyadi F (2007), makalah)

Proses pembuatannya adalah sebagai berikut :

1. Penghancuran ( crushing ) bahan baku

Alat utama untuk menghancurkan bahan mentah adalah crusher, sedangkan alat

pendukung dalam proses ini adalah Dump Truck, Hopper, dan Feeder. Bahan baku

hasil dari tempat penambangan diangkut dengan menggunakan dump truck dan

kemudian dicurahkan kedalam hopper. Fungsi hopper adalah sebagai alat

penampungan awal untuk masukan ke dalam crusher.

Hopper yang digunakan untuk menampung batu kapur tidak menggunakan kisi

– kisi pada bagian atasnya,sedangkan yang digunakan untuk menampung tanah liat,

4

Page 6: PENGANTAR INDUSTRI KIMIA

silika dan pasir besi, dilengkapi dengan kisi – kisi. Kisi – kisi ini berguna untuk

menyaring bahan yang ukuran diameternya lebih besar dan diperkirakan dapat

menggangu sistem kerja crusher. Alat penghancur crusher dilengkapi dengan

sebuah alat untuk mengumpankan bahan kedalamnya, yang dinamakan feeder.

Crusher yang digunakan untuk menghancurkan batu kapur terdiri dari dua

bagian. Bagian pertama disebut vibrator, yang berfungsi untuk menyaring batu

kapur sehingga batu kapur yang ukurannya lebih kecil akan langsung jatuh menuju

belt conveyor. Batu kapur yang tertinggal akan secara menuju bagian kedua, yaitu

bagian yang memiliki alat penghancur yang dinamakan hammer. Setelah

mengalami penghancuran, batu kapur tersebut akan jatuh menuju belt conveyor

yang sama.

Crusher yang digunakan untuk menghancurkan tanah liat, dan silika tidak

dilengkapi dengan bagian hammer, hal ini dilakukan karena bahan – bahan tersbut

cukup lunak. Jadi proses penghancuran bahan – bahan tersebut hanya merupakan

proses penggilingan/ penghancuran menjadi bahan- bahan dengan ukuran yang

lebih kecil.

Setelah mengalami proses penghancuran, bahan – bahan teersebut dikirim

menuju tempat penyimpanan yaitu Stock Pile dengan menggunakan belt conveyor.

2. Penyimpanan dan pengumpanan bahan baku

Tempat penyimpanan bahan baku terdiri dari bagian utama yaitu, Stock Pile dan

Bin. Sedangkan alat –alat penunjang yang membantu dalam penyimpanan bahan

baku adalah Tripper dan Reclaimer. Stock pile dibagi menjadi dua bagian yaitu sisi

kanan dan sisi kiri untuk menunjang proses, jika stock pile yang kanan digunakan

sebagai masukkan proses, maka sisi bagian kiri akan diisi bahan baku dari crusher.

Begitu pula sebaliknya. Untuk mengatur letak penyimpanan bahan baku, digunakan

tripper selain itu stock pile juga dilengkapi dengan reclaimer, yang berfungsi untuk

memindahkan atau mengambil raw material dari stock pile ke belt conveyor

dengan kapasitas tertentu. Alat ini sendiri berfungsi untuk menghomogenkan bahan

baku yang akan dipindah ke belt conveyor.

Selanjutnya bahan baku dikirim dengan menggunakan belt conveyor menuju

tempat penyimpanan kedua, yang biasa dikatakan sebagai awalan masukan proses

pembuatan semen, yaitu Bin. Semua bin dilengkapi dengan alat pendeteksi

5

Page 7: PENGANTAR INDUSTRI KIMIA

ketinggian atau level indicator sehingga apabila bin sudah penuh, maka secara

otomatis masukkan material ke dalam bin akan terhenti.

Khusus untuk penanganan gypsum, stock pile tidak dilengkapi dengan

reclaimer. Di daerah stock pile, gypsum dimasukkan kedalam hopper dengan

menggunakan truck penyodok dan dikirim ke bin dengan menggunakan belt

conveyor.

Pengumpanan bahan baku ke dalam sistem proses selanjutnya diatur oleh

weight feeder, yang diletakkan tepat dibawah bin. Prinsip kerja alat ini adalah

mengatur kecepatan scavenger conveyor, yaitu alat untuk mengangkut material

dengan panjang tertentu dan mengatur jumlah bahan baku sehingga jumlah bahan

baku yang ada pada savenger conveyor sesuai dengan kebutuhan dalam proses.

Selanjutnya bahan baku dijatuhkan ke belt conveyor dan dikiri ke vertical roller

miil untuk mengalami penggiligan dan pengeringan. Pada belt conveyor, terjadi

pencampuran batu kapur, silika pasir besi dan tanah liat.

3. Penggilingan dan pengeringan bahan baku

Alat utama dalam yang digunakan dalam proses penggilingan dan pengeringan

bahan baku adalah vertical roller miil. Media pengeringan adalah udara panas yang

berasal dari coller dan pre-heater. Udara panas tersebut juga berfungsi sebagai

media pembawa bahan – bahan yang telah halus menuju alat proses selanjutnya.

Alat yang mendukung proses ini :

1. Cyclon

2. Electrosatatic precipitator

3. Stack

4. Dust bin

Bahan baku masuk ke dalam vertical roller miil ( raw miil ) pada bagian tengah

( tempat penggilingan ) sementa itu udara panas masuk ke dalam bagian bawahnya.

Material yang sudah tergiling halus akan terbawa udara panas keluar raw miil

melalui bagian atas alat tersebut.

Partikel yang ukurannya telah memenuhi kebutuhan akan terbawa udara panas

menuju cyclone, yang berfungsi untuk memisahkan antara partikel yang cukup

halus dan partikel yang terlalu halus ( debu ) partikel yang cukup halus akan turun

kebawah cyclone dan dikirim ke blending silo untuk mengalami pengadukan dan

homogensasi. Partikel yang terlalu halus ( debu ) akan terbawa udara panas menuju

6

Page 8: PENGANTAR INDUSTRI KIMIA

electrostatic precipitator. Alat ini berfungsi untuk menangkap debu – debu tersebut

sehingga tidak lepas ke udara. Efisiensi alat ini adalah 95 – 98 %. Debu – debu

yang tertangkap, dikumpulkan di dalam dust bin, sementara udara akan keluar

melalui stack.

4. Pencampuran ( Blending ) dan homogenisasi

Alat yang digunakan untuk mencampur dan menghomogenkan bahan baku

adalah blending silo, dengan media pengaduk adalah udara. Bahan baku masuk dari

bagian atas blending silo. Oleh karena itu, alat transportasi yang digunakan untuk

mengirim bahan baku hasil penggilingan blending silo adalah bucket elevator, dan

keluar dari bawah blending silo dilakukan pada beberapa bagian titik dengan jarak

tertentu, dan diatur dengan menggunakan valve. Proses pengeluarannya dari

beberapa titik dilakukan untuk menambah kehomogenan bahan baku.

5. Pemanasan awal ( Pre-heating )

Alat utama yang digunakan untuk proses pemanasan awal bahan baku adalah

suspension pre- heater, sedangkan alat bantunya ialah kiln feed bin.

Setelah mengalami homogenisasi di blending silo, material terlebih dahulu

ditampung di dalam kiln feed bin, yang merupakan tempat umpan yang akan masuk

ke dalam pre-heater. Suspension pre-heater merupakan suatu susunan empat buah

cyclon dan satu buah calsiner yang tersusun menjadi satu string. Suspension pre-

heater terdiri dari dua bagian yaitu; in line calsiner ( ILC ) dan saparate line

calsiner ( SLC ). Masing – masing string mempunyai inlet sendiri –sendiri, dan

material yang masuk melalui ILC akan mengalami calsinasi, karena setelah sampai

calsiner ILC material tersebut ditrnsfer ke SLC, sedangkan material yang masuk

melalui SLC hanya akan mengalami satu kali kalsinasi, karena setelah sampai ke

calsiner SLC material akan langsung masuk ke dalam rotary kiln.

Table 1.2 temperatur aliran gas panas dan material padat pada pre-heater.

Aliran Material Temperature ( C ) Airan Gas Temperatur ( C )

Masuk Tahap I 50 – 80 Masuk Tahap IV 1050 – 1100

Keluar Tahap I 330 – 350 Keluar Tahap IV 800 – 850

Keluar Tahap II 500 – 550 Keluar Tahap III 650 -700

Keluar Tahap III 640 – 680 Keluar Tahap II 525 – 575

Keluar Tahap IV 750 – 850 Keluar Tahap I 350 - 400

(sumber : Apriyadi F (2007), makalah)

7

Page 9: PENGANTAR INDUSTRI KIMIA

6. Pembakaran ( Firring )

Alat utama yang digunakan adalah tanur putar atau rotary kiln. Rotary kilnm

adalah alat berbentuk silinder memanjang horizontal yang diletakkan dengan

kemiringan tertentu. Dari ujung tempat masukknya ( in-let ), sedangkan di ujung

lainnya terjadinya pembakaran bahan bakar ( burning zone ). Bahan bakar yang

digunakan adalah batubara, sedangkan untuk pemanasn awal di gunakan Industrial

Diesel Oil ( IDO ). Tanur dilengkapi dengan gas analyzer, yang berfungsi untuk

mengendalikan kadar O2 , CO, dan NOx pada gas buang jika terjadi kelebihan atau

kekurangan, maka jumlah udara akan disesuaikan.

Daerah proses yang terjadi di dalam tanur putar dapat dibagi menjadi empat

bagian yaitu :

1. Daerah transisi ( Transision zone )

2. Daerah pembakaran ( Burning zone )

3. Daerah pelelehan ( Sintering zone )

4. Daerah pendinginan ( Colling zone )

7. Pendinginan ( Colling )

Alat utama yang digunakan untuk proses pendinginan clinker adalah cooler.

Cooler ini dilengkapi dengan alat penggerak material, sekaligus sebagai saluran

udara pendingin yang disebut grate dan alat pemecah clinker ( Clinker breaker ).

Setelah proses pembentukan clinker selesai dilakukan di dalam tanur putar,

clinker tersebut terlebih dahulu didinginkan di dalam cooler sebelum disimpan di

dalam clinker silo. Cooler yang digunakan terdiri dari Sembilan compartemen yang

menggunakan udara luar sebagai pendingin. Udara yang keluar dari cooler

dimanfaatkan sebagai media pemanas pada vertical roller miil, sebagai pemasok

udara panas pada pre-heater, dan sebagian lainnya dibuang ke udara bebas.

Clinker yang keluar dari tanur putar masuk ke dalam compartemen, dan akan

terletak di atas grade. Dasar grade ini mempunyai lubang-lubang dengan ukuran

yang kecil untuk saluran udara pendingin. Clinker akan terus bergerak menuju

compartemen yang kesembilan dengan bantuan grade yang bergerak secara

reciprocating, sambil mengalami pendinginan pada ujung compartemen

8

Page 10: PENGANTAR INDUSTRI KIMIA

kesembilan terdapat clinker breaker yang berguna untuk mengurangi ukuran clinker

yang besar.

Selanjutnya clinker dikirim menuju tempat penampungan clinker ( clinker silo )

dengan menggunakan alat transportasi deep drawn pan conveyor, dan melewati alat

pendeteksi kandungan kapur bebas, jika kandungan kapur melewati batas yang

diharapkan mak clinker akan dipisahkan dan disimpan dalam bin tersendiri.

8. Penggilingan akhir

alat utama yang digunakan pada penggilingan akhir, dimana terjadinya

penggilingan clinker dengan gypsum adalah ball mill. Peralatan yang menunjang

proses penggilingan akhir ini adalah Vertical Roller Mll, Separator (klasifire), dan

Bag Filter.

Reaksi – reaksi yang terjadi dalam proses pembentukan clinker pada umumnya

berdasarkan reaksi :

CaCO3 + Al2O3 . SiO2x H2O + Fe2O3 + SiO2 3CaO . SiO2 ( C3S ) +

2CaO . SiO2 ( C2S ) +

3CaO . Al2O3( C3A ) +

4CaO . Al2O3( C4AF )

Reaksi diatas terjadi dalam beberapa tahap reaksi atau proses yaitu :

a. Penguapan air bebas

Proses ini terjadi pada suhu 100 – 200 °C dan berlangsung secara endotermis.

b. Pelepasan air terikat

Proses ini tejadi pada temperatur 100 – 400 °C dan berlangsung secara endotermis.

c. Dekomposisi tanah liat

Proses ini menghasilkan senyawa Al2O3 . 2SiO2 berlangsung pada temperatur 400 –

750 °C berlangsung secara endotermis. Reaksi yang terjadi adalah :

Al4(OH)8 . Si4O10 2(Al2O3 . 2SiO2) + 4H20

d. Dekomposisi metakaolinit

Proses ini menghasilkan senyawa Al2O3 dan SiO2 berlangsung pada tem,peratur 600

– 900 °C reaksi belangsung secara endotermis, reaksi yang terjadi adalah :

Al2O3 . 2SiO2 Al2O3 + 2SiO2

e. Dekomposisi karbonat

9

Page 11: PENGANTAR INDUSTRI KIMIA

Proses ini menghasilkan C3S dan C3A berlangsung pada temperatur sekitar 600 -

1000°C reaksi belangsung secara endotermis, reaksi yang terjadi adalah sebagai

berikut:

CaCO3 CaO + CO2

3CaO + 2SiO2 +Al2O3 2(CaO . SiO2) + CaO . Al2O3

f. Reaksi fase padat

Reaksi ini berlangsung pada temperatur 800 - 1300°C, reaksi ini menghasilkan

komponen – komponen penting dalam clinker yaitu C3S, C3A dan C4AF, reaksi ini

adalah :

CaO . Al2O3 + 2CaO 3CaO . Al2O3

CaO . Al2O3 + 3CaO + Fe2O3 4CaO . Al2O3 . Fe2O3

CaO . SiO2 + CaO 2CaO . SiO2

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

1. Secara umum proses pembuatan semen terdiri dari proses kering dan proses basah

2. Bahan baku yang digunakan dalam pembuatan semen adalah tanah liat, batu kapur,

pasir silika, pasir besi dan gypsum

3. proses pembuatan semen terdiri dari penghancuran bahan baku, penyimpana dan

pengumpanan bahan baku , penggilingan dan homogenisasi, pemanasan awal,

pembakaran, pendinginan, dan penggilingan akhir.

4. semen berguna sebagai bahan baku untuk bangunan sebagai perekat dengan bahan

baku lainnya, sehingga menjadi suatu kesatuan yang utuh.

10

Page 12: PENGANTAR INDUSTRI KIMIA

DAFTAR PUSTAKA

Firdaus, Apriyadi. 2007. Proses Pembuatan Semen Pada PT. HOLCIM Indonesia Tbk.

Jurusan Teknik Kimia FT.UNTIRTA. Cilegon.

11

Page 13: PENGANTAR INDUSTRI KIMIA

LAMPIRAN

12

Page 14: PENGANTAR INDUSTRI KIMIA

13