Pengamatan Gunungapi.docx

20
Tugas ke-10 Vulkanologi Pengamatan Gunungapi Renanda Sevirajati 270110120115 Geologi C Fakultas Teknik Geologi

description

vulcanology

Transcript of Pengamatan Gunungapi.docx

Page 1: Pengamatan Gunungapi.docx

Tugas ke-10

Vulkanologi

Pengamatan Gunungapi

Renanda Sevirajati

270110120115

Geologi C

Fakultas Teknik Geologi

Universitas Padjadjaran

2014

Page 2: Pengamatan Gunungapi.docx

Vulkanologi Pengamatan Gunungapi

PendahuluanIndonesia merupakan Negara dengan gunungapi terbanyak di dunia. Gunungapi ini

rata-rata merupakan gunungapi yang terjadi akibat adanya pergerakan lempeng tektonik

yang konvergen antara lempeng samudra dan lempeng benua, yang selanjutnya disebut

sebagai zona subduksi. Indonesia sendiri termasuk kedalam jalur “ring of fire”.

Peta Gunungapi aktif dunia, USGS

Zona subduksi maupun pemisahan lempeng tektonik yang paling aktif dan terkenal

adalah yang disebut kawasan Circum Pasifik. Kawasan yang disebut cincin api Pasifik

tersebut paling sering memicu gempa bumi hebat dan juga tsunami dahsyat. Cincin api

Pasifik membentang diantara subduksi maupun pemisahan lempeng Pasifik dengan lempeng

Indo-Australia, lempeng Eurasia, lempeng Amerika Utara dan lempeng Nazca yang

bertabrakan dengan lempeng Amerika Selatan. Jadi cakupannya amat luas, membentang

dari mulai pantai barat Amerika Selatan, berlanjut ke pantai barat Amerika Utara, melingkar

ke Kanada, semenanjung Kamsatschka, Jepang, Indonesia, Selandia baru, dan kepulauan di

Pasifik Selatan. Zona kegempaan dan gunungapi aktif Circum Pasifik amat terkenal, karena

setiap gempa hebat atau tsunami dahsyat terjadi di kawasan tersebut, dan dapat dipastikan

menelan korban jiwa yang amat banyak.

Universitas Padjadjaran 2014 1

Page 3: Pengamatan Gunungapi.docx

Vulkanologi Pengamatan Gunungapi

Para ahli geologi mencatat terdapatnya beberapa lempengan tektonik yang

ukurannya amat besar, antara lain lempeng Pasifik, lempeng Indo-Australia, Lempeng

Amerika Selatan dan Utara, lempeng Eurasia, Lempeng Afrika, lempeng Antartika dan

lempeng Arab. Jika lempeng tektonik raksasa itu saling bertumbukan akan terjadi

penujaman. Berdasarkan hukum fisika sederhana, lempengan yang berat jenisnya lebih

tinggi atau massanya lebih besar, akan menujam ke bawah lempengan yang lebih ringan.

Karena mengapung di atas cairan inti Bumi, setiap lempengan juga bergerak amat lambat

saling mendesak. Atau saling terpisah, seperti di patahan Pasifik timur. Di kawasan

pemisahan lempeng tektonik, terjadi aktivitas magmatis berupa penambahan landas

samudra.

Indonesia sendiri merupakan Negara yang memiliki gunungapi terbanyak, yaitu 128

gunungapi aktif yang membentang sepanjang 7000 km mulai dari Pulau Sumatra, Jawa, Bali

dan Nusa Tenggara, Kepulauan Banda, Maluku, dan Sulawesi. Gunungapi di Indonesia

mencakup sekitar 13% dari total keseluruhan gunungapi yang ada di dunia (8037

gunungapi).

Peta Gunungapi aktif di Indonesia, USGS

Universitas Padjadjaran 2014 2

Page 4: Pengamatan Gunungapi.docx

Vulkanologi Pengamatan Gunungapi

Berikut tabel persebaran gunungapi di Indonesia

PulauTipe Vulkanik

TotalA B C

Sumatra 13 12 6 31

Jawa 21 9 5 35

Bali 2 - - 2

Nusa Tenggara 20 3 5 28

Laut Banda 8 1 1 10

Sulawesi Utara 6 2 5 13

Sangihe 5 - - 5

Halmahera 5 1 - 6

TOTAL 78 28 21 128

Tipe :

A. Sejak tahun 1600 pernah meningkat kegiatannya dan meletus dengan jenis letusan

magmatik ataupun freatik (79)

B. Manifestasi aktifitas berupa solfatara atau fumarola. Sejak tahun 1600 aktifitas ini

tidak pernah meningkat atau meletus. Masih tampak jelas bentuk gunungapi dan

kawahnya (28)

C. Manifestasi solfatara dan fumarola masih terlihat meskipun bentuk gunungapi sudah

tidak jelas

Melihat besarnya potensi kebencanaan yang dapat ditimbulkan dari aktivitas

vulkanisme, maka aktivitas vulkanisme ini perlu diamati dengan seksama guna

meminimalisir dampak dari aktivitas vulkanisme tersebut.

Beberapa daerah di Indonesia seperti Aceh, Nabire, Alor, Bengkulu, pantai selatan

Jawa, dan sejumlah daerah rawan gempa lainnya telah di pasang alat pendeteksi bahaya

gempa dan tsunami berupa sistem peringatan dini (early warning system) yang berfungsi

sebagai “alarm” darurat jika sewaktu-waktu datang gempa secara tak terduga.

Universitas Padjadjaran 2014 3

Page 5: Pengamatan Gunungapi.docx

Vulkanologi Pengamatan Gunungapi

Implementasi sistem ini bisa diterapkan dengan memasang rangkaian seismograph yang

tersambung dengan satelit. National Ocean and Atmospheric Administration (NOAA) USA

telah menggunakan sensor bernama DART (Deep Oceaan Assesment and Reporting) yang

mampu mengukur perubahan gelombang laut akibat gempa bumi tektonik.

Universitas Padjadjaran 2014 4

Page 6: Pengamatan Gunungapi.docx

Vulkanologi Pengamatan Gunungapi

Pemantauan GunungapiSaat gunungapi mengalami erupsi, gunungapi mengeluarkan energi yang sangat

besar. Energi tersebut akan memberikan dampak pada daerah sekitar gunungapi, yang

nantinya menjadi ciri-ciri kenaikan aktivitas gunungapi. Seperti adanya aktivitas kegempaan,

kenaikan kadar SO2, dll. Pengamatan dan penyelidikan gunungapi penting dilakukan untuk

mengetahui informasi dasar dalam menentukan tingkat kegiatan gunungapi, sehingga dapat

meminimalisir kerugian yang ditimbulkan dari peningkatan aktivitas gunungapi.

Penyelidikan gunungapi merupakan suatu kegiatan yang dilakukan baik rutin

maupun berkala dalam pengumpulan dan pengolahan data awal geofisika, geologi,

geokimia, dll, yang hasil kegiatan tersebut digunakan sebagai penunjang pemantauan

gunungapi. Pada umumnya pemantauan gunungapi secara rutin terdiri atas

pengamatan/pemantauan visual, seismicity (kegempaan), deformasi (perubahan tubuh

gunungapi) dan geomagnet. Pemantauan yang dilakukan secara berkala meliputi

pengamatan kubah lava, pengukuran temperature solfatara dan pengamatan lahar, survey

geokimia dan geofisika serta iklim.

Pada akhirnya pengamatan gunungapi berguna untuk kepentingan mitigasi bencana,

dimana berbagai ancaman bahaya dari peningkatan aktivitas gunungapi dapat diidentifikasi

lebih awal, sehingga dapat diinformasikan kepada masyarakat sebagai peringatan dini akan

ancaman bahaya yang mungkin terjadi seiring dengan peningkatan aktivitas gunungapi.

Gejala-gejala yang dapat diamati guna melihat perkembangan aktivitas gunungapi adalah

sebagai berikut

1. Pemantauan Seismic

Sampai saat ini, pemantauan kegempaan merupakan cara terbaik dalam survey

pemantauan gunungapi. Injeksi/intrusi dan gerakan magma atau cairan gunungapi

mengakibatkan goncangan / gempa atau gerakan pada aktivitas letusan.

Tekanan di dapur magma menyebabkan gunung api mengembang. Pengamatan

seismisitas gunung api pertama sekali diperkenalkan pada akhir tahun 1970-an melalui

publikasi Aki et.al pada tahun 1977. Ketika sebuah gunung api akan meletus maka akan ada

Universitas Padjadjaran 2014 5

Page 7: Pengamatan Gunungapi.docx

Vulkanologi Pengamatan Gunungapi

aktifitas seismisitas berupa tremor/getaran-getaran kecil/gempa vulkanik yang biasanya

dirasakan oleh masyarakat yang dekat dengan gunung api. Aktifitas seismisitas ini

meningkat karena peningkatan aktifitas dan tekanan di dapur magma. Peningkatan ini

menyebabkan terjadinya rekahan-rekahan yang menjadi sumber gempa vulkanik.

Sebelum pengamatan seismisitas ini bisa

dilakukan, hal pertama yang harus dilakukan

adalah pemasangan seismometer di sekitar

gunung api yang akan diamati. Seismometer

dapat mendeteksi gerakan tanah yang

disebabkan oleh beberapa fenomena,

termasuk angin, volcanic explosion,

longsoran, lahar, dan gempa bumi. Setiap

getaran tanah biasanya akan menghasilkan

rekaman seismik yang unik. Sehingga dapat

dikenali dan diidentifikasi sebagai peristiwa

tertentu. Untuk mengidentifikasi suatu

peristiwa dibutuhkan beberapa rekaman

seismik sehingga dapat ditafsirkan lebih

akurat. Kita dapat meningkatkan hasil tafsiran dengan cara membandingkan rekaman

seismik dengan pengamatan langsung aktifitas gunung api tersebut.

Pencatat gempa disebut seismograf, dimana seismograf ini mencatat guguran batu

atau lava, gempa vulkanik multiphase berhubungan dengan pembentukan kubah lava, dan

gempa-gempa yang disebabkan oleh guguran lava pijar. Klasifikasi ini didasarkan pada

bentuk gelombang gempa dan frekuensi yang terlihat pada seismogram.

Hampir semua pengamatan gunungapi menggunakan seismometer elektronik yang

dapat mengubah getaran bumi kedalam elektrovoltages. Tanda-tanda seismic dapat dicatat

di lapangan dengan seismograf portable, atau disalurkan dengan kabel, radio atau satelit

(seperti radio telemetry system (RTS)) ke pusat pencatat yang dapat diproses menjadi

bentuk analog (untuk kualitatif seismicity) atau bentuk digital (untuk kuantitatif data

seismic).

Energi gempa yang dilepaskan dari seluruh tipe gempa bumi dapat juga dihitung

menurut teori Blong, 1982. Pengeplotan energy yang dilepaskan keseluruhan terhadap

Universitas Padjadjaran 2014 6

Page 8: Pengamatan Gunungapi.docx

Vulkanologi Pengamatan Gunungapi

waktu akan memperlihatkan diagram yang dapat diinterpetasikan baik terhadap

peningkatan atau penurunan aktivitas gunungapi. Peningkatan dan penurunan energi yang

dilepaskan menunjukkan peningkatan dan penurunana aktivitas gunungapi berturut-turut.

Aktivitas seismik yang terukur oleh seismograf ada beberapa macam :

1) Gempa volcano tectonic tipe A (VTA). Gempa itu berasal dari kedalaman 2 sampai 5

kilometer.

2) Gempa volcano tectonic tipe B (VTB). Gempa jenis itu bersumber di kedalaman

kurang dari 2 kilometer di bawah puncak.

3) Gempa multi phase (MP), merupakan gempa yang terjadi di kubah lava. Pada saat

kubah lava tumbuh cepat, frekuensi gempa MP dapat mencapai 700 kali per hari.

Tampaknya gempa itu terjadi pada kerakkerak kubah lava yang bergesekan pada

saat kubah tumbuh.

4) Gempa low frequencies (LF) mempunyai frekuensi dominan sekitar 1,5 hertz. Gempa

LF mengindikasikan mulai terbentuknya kubah lava baru.

5) Guguran lava atau material dari puncak merapi yang menuju ke lereng terlihat pada

rekaman seismogram sebagai sinyal gempa dengan durasi yang panjang.

6) Tremor yang memiliki frekuensi tinggi berkaitan dengan kejadian erupsi. Sebelum

letusan, sering tercatat adanya tremor dengan frekuensi tinggi.

2. Pemantauan Deformasi Permukaan

Deformasi permukaan berhubungan erat dengan aktivitas gunungapi. Deformasi

permukaan mencerminkan dan menunjukkan aktivitas gunungapi di bawah permukaan,

seperti gerakan magma ketika tubuh magma muncul ke permukaan.

Cara yang paling umum menggunakan metode pemantauan deformasi permukaan

secara garis besar diadaptasi dari peralatan dan teknik bekerja dalam pekerjaan-pekerjaan

geologi dan survey. Pada sebagian besar metode yang digunakan adalah untuk mendeteksi

gerakan kulit bumi pada beberapa bagian per juta (ppm) atau kurang dari 1 ppm, bahkan

perubahan permukaan pada beberapa gunungapi dapat diketahui mempunyai ukuran yang

lebih besar.

Pemantauan deformasi permukaan dapat dibagi menjadi beberapa teknik, yaitu:

Universitas Padjadjaran 2014 7

Page 9: Pengamatan Gunungapi.docx

Vulkanologi Pengamatan Gunungapi

1. Perubahan Vertikal

Teknik survey konvensional untuk mengukur perubahan vertical pada

pemantauan gunungapi disebut precise leveling, perubahan pada elevasi benchmark

(titik tetap) ditempatkan pada beberapa bidang tertentu.

Teknik lain yang biasa digunakan adalah water level changes. Perubahan

elevasi berhubungan dengan permukaan air laut, teknik ini berguna pada

pemantauan kepulauan gunungapi atau sistem gunungapi di daerah pantai.

2. Perubahan Kemiringan Lereng Gunungapi

Di Indonesia, teknik water tube tiltmeter merupakan teknik yang sering

digunakan. Sistem pengukuran termasuk pengukuran optic dari perubahan

permukaan air pada dua bejana atau lebih. Water tube tiltmeasurement dapat

dibuat dan dipsang pada stasiun permanen di sebuah bangunan. Metoda ini

digunakan di Gunung Merapi, Gunung Tangkuban Perahu, dll. Metode lainnya

menggunakan trigonometric leveling array.

3. Perubahan Horizontal

Pengembangan atau penyusutan tubuh gunungapi sebelum letusan

disebabkan oleh tekanan ataupun perubahan horizontal. Komponen deformasi

permukaan horizontal dapat dipantau oleh instrument-instrumen Electronic-

Distance-Measurement (EDM) (seperti di Gunung Merapi, Gunung Kelud, Gunung

Galunggung, dll.) strain meter (extensometer) dan crack line (seperti di Gunung

Merapi). Metode EDM menggunakan transisi sinar laser dari instrument yang

terletak pada titik tetap ke suatu reflector pada titik tetap lainnya.

Pemantauan Deformasi Gunungapi Menggunakan GPS

GPS adalah sistem satelit navigasi dan penentuan posisi yang berbasiskan pada

pengamatan satelit-satelit Global Positioning System. Prinsip pemantauan ground

deformation pada tubuh gunungapi dengan survei GPS yaitu dengan cara menempatkan

beberapa titik di beberapa lokasi yang dipilih, ditentukan koordinatnya secara teliti dengan

menggunakan metode survei GPS.

Universitas Padjadjaran 2014 8

Page 10: Pengamatan Gunungapi.docx

Vulkanologi Pengamatan Gunungapi

Dengan mempelajari pola dan kecepatan perubahan koordinat dari titik-titik

tersebut dari survei yang satu ke survei berikutnya, maka karakteristik ground deformation

pada tubuh gunungapi akan dapat dihitung dan dipelajari lebih lanjut. Pemantauan ground

deformation gunung api dengan menggunakan GPS pada prinsipnya dapat dilakukan secara

episodic dan kontinyu. Dalam pengamatan secara episodik, koordinat dari beberapa titik

GPS yang dipasang pada gunung api, ditentukan secara teliti menggunakan metode survey

GPS. Koordinat titik-titik ini ditentukan dalam selang periode tertentu secara berkala dalam

selang waktu tertentu, dan dengan menganalisa perbedaan koordinat yang dihasilkan untuk

setiap periode, maka karakteristik deformasi dari gunung api dapat ditentukan dan dianalisa

Pemantauan deformasi secara kontinyu secara prinsip sama dengan pemantauan

deformasi secara episodik, yang membedakannya hanya aspek operasional dari

pemantauan. Dalam pemantauan deformasi secara kontinyu koordinat dari titik-titik GPS

pada gunungapi ditentukan secara real–time dan terus menerus dengan sistem yang

disusun secara otomatis. Agar metode ini dapat dilakukan maka diperlukan komunikasi data

antara titik-titik GPS pada gunungapi dan stasiun pengamat.

3. Pengamatan Graviti dan Geomagnet

Percepatan gravitasi merupakan fungsi dari ketinggian dan batuan dekat permukaan

bumi. Pengamatan berat jenis (graviti) merupakan salah satu pengamatan menggunakan

metode geofisika. Dalam tubuh gunung api, perubahan gravitasi dapat berasal dari

pengangkatan atau penurunan tubuh, perubahan berat jenis batuan yang disebabkan

terobosan magma atau perubahan level air bawah permukaan, atau kedua-duanya. Ketika

gunung api mau meletus maka akan terjadi perubahan densitas (berat jenis) di bawah

permukaan karena adanya magma yang menuju ke permukaan tanah. Ciri – ciri perubahan

gravitasi antara lain dengan pergantian perubahan dari dapur magma akibat pengisian dan

pengosongan daripada magma itu sendiri. Untuk mengetahui perubahan magma bawah

permukaan ini perlu dilakukan pengukuran metode graviti secara berkala pada sebuah

gunung api. Permodelan hasil pengukuran graviti akan bisa memprediksi volume dapur

magma suatu gunung api.

Perubahan kekuatan magnet di bumi dapat terjadi akibat terobosan magma atau

penekanan oleh batuan samping. Umumnya mineral yang mengandung magnet di dalam

Universitas Padjadjaran 2014 9

Page 11: Pengamatan Gunungapi.docx

Vulkanologi Pengamatan Gunungapi

magma tidak mengalami perubahan temperatur, sehingga terobosannya akan mengurangi

kekuatan lapangan magnet secara total. Selain itu perubahan magnet dapat disebabkan

oleh proses pemanasan yang relatif lamban, proses perambatan, dan penyebaran panas

yang terbatas. Pengamatan Geomagnet dilakukan untuk mengamati nilai intensitas magnet

di atas gunung api, apabila magma mulai naik ke atas permukaan maka nilai intensitas

magnet di atas gunung api akan rendah karena pengaruh panas magma.

Magma yang naik ke atas permukaan akan memiliki nilai susceptibilitas yang rendah

dibandingkan dengan batuan vulkanik pembentuk gunung api. Arah dan kekuatan magnet

diukur pada satu atau lebih titik pengamatan pada tubuh gunung api tersebut dan satu

lokasi yang jauh dari gunung api tersebut. Hasil akhir dari pengukuran Geomagnet juga

untuk memodelkan volume dari dapur magma.

4. Pemantauan dan Penyelidikan Geokimia

Pemantauan dan penyelidikan geokimia meliputi sampling dan analisis gas vulkanik,

determinasi gas SO2, serta sampling dan analisis lava (terutama kubah lava). Gas merupakan

unsur katalisator bagi magma ketika erupsi berlangsung. Secara umum kita mengguanakn

metode Giggenbach untuk pengambilan sampel gas vulkanik. Gas yang tak terurai

dideterminasi oleh chromatografi gas, sedangkan gas yang terurai dideterminasi oleh

volumetry dan spectrophotometry.

Di Gunung Merapi, kandungan H2O rendah dan peningkatan konsentrasi SO2, H2S

dan HCl menunjukkan peningkatan aktivitas Gunung Merapi. COSPEC (Correlation

Spectrophotometry) adalah metode pendeteksian jarak jauh (remote sensing method) yang

menggunakan absorpsi molekul spesifik kandungan gas SO2 dalam ton setiap hari.

5. Pengamatan Gas dan Thermal

Pengamatan gas biasa menggunakan pesawat. Peningkatan gas dan thermal (suhu)

juga terjadi apabila sebuah gunung api akan erupsi. Beberapa gas keluar ketika gunung api

mau dan sedang erupsi antara lain; Karbonmonoksida (CO), Karbondioksida (CO2), Hidrogen

Sulfide (H2S), Sulfurdioksida (S02), dan Nitrogen (NO2). Peningkatan suhu juga bisa teramati

dari mulai mengeringnya sungai dan danau serta perpohonan yang mulai mati di sekitar

gunungapi.

Universitas Padjadjaran 2014 10

Page 12: Pengamatan Gunungapi.docx

Vulkanologi Pengamatan Gunungapi

Pengukuran untuk gas dan thermal bisa dilakukan secara langsung, namun

pengukuran secara langsung sangat berisiko bagi pengukur. Solusi lain adalah dengan cara

memasang alat pengukuran gas dan thermal di lapangan fumaroel dan datanya terekam

secara terus-menerus dan bisa dikirim secara automatis ke pusat pengamatan.

6. Pengamatan Remote Sensing

Tujuan penginderaan jauh dalam bidang pemetaan adalah untuk mengetahui atau

mendapatkan gambar suatu obyek tanpa harus ‘mendatangi’ obyek tersebut secara

langsung. Metode ini terkait dengan sensor yang bisa mengamati suatu obyek, yang

analoginya adalah kamera foto. Jika kamera atau sensor ini terletak di pesawat udara, maka

hasilnya adalah foto udara; jika terletak di satelit atau pesawat luar angkasa, maka hasilnya

adalah citra satelit. Sensor merekam semua pantulan radiasi yang dipancarkan oleh obyek di

permukaan bumi. Radiasi yang umum adalah dari pantulan sinar matahari (gelombang

cahaya) yang direkam oleh sensor dan diterjemahkan dalam warna yang berbeda

tergantung panjang gelombangnya. Metode ini dikelompokkan menjadi penginderaan jauh

pasif, karena sensor hanya menerima pantulan panjang gelombang cahaya. Kelemahannya

adalah sangat tergantung kepada sinar matahari, artinya tidak berfungsi di malam hari, dan

tidak dapat menembus awan.

Aplikasi remote sensing bisa digunakan dalam pemetaan topografi, pembuatan

model permukaan (digital elevation model), pemetaan arus laut, pekerjaan hidrologi,

aktivitas terkait dengan seismik, kegiatan terkait dengan deformasi permukaan (penurunan

atau kenaikan permukaan tanah), gunung api, perubahan daerah pesisir serta aplikasi

kehutanan.

7. Pengamatan VisualKeadaan dan sifat-sifat gunungapi berbeda-beda antara satu dengan lainnya.

Meskipun teknik pengamatan visual pada setiap gunung api berbeda, namun secara garis

besar perubahan-perubahan yang dapat diamati oleh manusia adalah:

- Matinya vegetasi, turunnya binatang dari puncak gunungapi, dll

- Adanya suara gemuruh, adanya aktivitasas kegempaan

- Perubahan deformasi , contoh, melebarnya rekahan-rekahan permukaan bumi,

bertambahnya runtuhan batuan dan longdor di puncak atau tubuh gunungapi.

Universitas Padjadjaran 2014 11

Page 13: Pengamatan Gunungapi.docx

Vulkanologi Pengamatan Gunungapi

Bertambah atau berkurangnya air di danau kawah, pH air, warna atau bertambah

atau berkurangnya bau yang dikeluaran oleh asapdari kawa, fumaroludan air panas.

Perubahan warna, temperatur atau pengendapan dari sungai dan danau.

- Perubahan deformasi, contoh, melebarnya rekahan-rekahan permukaan bumi,

bertambahnya runtuhan batuan dan longdor di puncak atau tubuh gunungapi.

- Bertambah atau berkurangnya air di danau kawah, pH air, warna atau bertambah

atau berkurangnya bau yang dikeluaran oleh asap dari kawah, fumarole, dan air

panas.

- Perubahan warna, temperature atau pengendapan dari sungai dan danau

Kenampakan-kenampakan tersebut teramati beberapa hari pada kejadian-kejadian

sebelum letusan Gunung Galunggung (1982), Gunung Colo (1983), Gunung Kelut (1966 dan

1990) atas laporan dari penduduk sekitar gunungapi tersebut.

8. Pemantauan laharLahar merupakan percampuran antara material lepas hasil erupsis yang berada pada

lereng gunungapi dan air hujan menuju daerah rendah yang pada tahap selanjutnya

terendapkan pada kawasan yang relative lebih datar. Wilayah Indonesia memiliki 6 bulan

musim hujan selama satu tahun. Oleh karena itu, endapan lahar sangat umum terjadi di

Indonesia.

Upaya untuk mengurangi bahaya dapat dilakukan dengan mendeterminasi distribusi

material lahar, melokalisasi kawasan yang kemungkinan dapat terkena banjir, dan dengan

pemantauan data curah hujan. Upaya ini sering dilakukan di Gunung Merapi, Gunung Kelud,

Gunung Semeru, dll.

Di Indonesia, kumpulan data vulkanik dianalisa dan diinterpretasikan oleh Direktorat

Vulkanologi. Direktorat Vulkanologi adalah suatu badan yang ditunjuk untuk

bertanggungjawab dalam penyediaan informasi dan evaluasi mengenai bahaya gunungapi

kepada Badan Koordinasi Bencana Alam Nasional (BAKORNAS), khususnya penanggulangan

bencana alam akibat letusan gunungapi. Komunikasi antara Direktrorat Vulkanologi dan

instansi lainnya dalam BAKORNAS dilakukan dalam upaya untuk memitigasi bencana alam

gunungapi.

Universitas Padjadjaran 2014 12

Page 14: Pengamatan Gunungapi.docx

Vulkanologi Pengamatan Gunungapi

MONITORING GUNUNGAPI

LOCAL SYSTEM

Setiap gunungapi dimonitor melalui 1 atau lebih Pos Pengamatan

Gunungapi

Merapi (5), Semeru (2), Marapi (2), Krakatau (2), Agung (3)

REGIONAL CENTER VOLCANIC MONITORING SYSTEM

Dua atau lebih gunungapi yang berdekatan dipantau melalui 1 Pos

Pengamatan Gunungapi

5 Regional Center yang telah beroperasi

Jawa Barat (Guntur-Galunggung-Papandayan),

Jawa Timur (Bromo-Semeru-Lamongan),

Sulawesi Selatan (Soputan-Mahawu-Lokon),

Bali (Agung-Batur).

Sumatera (Marapi-Tandikat-Talang),

GLOBAL VOLCANIC MONITORING SYSTEM

Teknologi satelit

Kerjasama dengan USGS untuk gunungapi Sulawesi Utara

Universitas Padjadjaran 2014 13