Pengamalan Pancasila Di Lingkungan Sekitar
-
Upload
indah-lindiana-dewi-retha -
Category
Documents
-
view
86 -
download
0
description
Transcript of Pengamalan Pancasila Di Lingkungan Sekitar
Setiap unsur pimpinan, baik pimpinan rumah tangga, sekolah, perusahaan, rt, rw, kota,
serta kabupaten harus mengimplementasikan Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab,
Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan, Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia, dengan
berpegang teguh kepada prinsip “Ketuhanan Yang Maha Esa”.
Pancasila, lima sila. Dasar Negara Indonesia. Kata itu mungkin sudah tidak asing lagi
buat kita. Dari kita kecil kita sudah terbiasa untuk mendengar Pancasila, bahkan setiap
Upacara Bendera Pancasila selalu dibacakan dan kita wajib mengikutinya.
Sila 1
Ketuhanan Yang Maha Esa,
mengajak kita untuk takwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Kita semua punya agama dan
keyakinan. Kita tinggal menjalankan kewajiban kita terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Selain
itu, sila ke 1 ini mengajak kita untuk menjalin kerukunan dengan sikap saling hormat –
menghormati dan bekerjasama antar pemeluk agama. Walaupun berbeda agama, kita harus
tetap menjaga kerukunan dan menjaga kenyamanan beragama antara pemeluk agama satu
dengan agama yang lainnya. Seperti yang kita tahu, Indonesia sungguh kaya akan budaya.
Bahkan di Indonesia ada 5 agama yang diakui. Ada Islam, Kristen, Katolik, Hindu, dan
Buddha. Kita semua hidup berdampingan, dan diharapkan dapat menjaga hubungan baik
diantara pemeluk agama lainnya. Selain itu, kita juga tidak memaksakan suatu agama dan
kepercayaan kepada orang lain.
Sila kedua,
Kemanusiaan yang adil dan beradab.
Sila kedua ini mengajak kita untuk mengakui dan memperlakukan manusia sesuai dengan
harkat dan martabatnya sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa. Mengakui persamaan
derajat dan hak – hak asasi manusia. Menjunjung nilai – nilai kemanusiaan. Kita harus saling
membantu. Apabila ada saudara kita yang menderita kesusahan, seperti terkena bencana
alam, kita harus memberi bantuan kepada mereka. Membantu meringankan beban mereka. Di
Indonesia banyak terdapat organisasi – organisasi untuk saling membantu, diantaranya ada
Lembaga HAM yang membela hak asasi kita apabila ada yang bersikap tidak adil kepada
kita. Saling mencintai sesama manusia, menegmbangkan sikap tenggang rasa, tidak semena-
mena terhadap orang lain, menjunjung tinggi nilai kemanusiaan, dan berani membela
kebenaran dan keadilan merupakan pengalaman dari sila ke-2 ini. Bangsa Indonesia merasa
dirinya sebagai bagian dari seluruh umat manusia karena itu dikembangkanny sikap hormat
menghormati dan bekerjasama dengan bangsa lain.
Sila ketiga,
Persatuan Indonesia.
Bagi saya, sila ketiga ini benar – benar menggambarkan Pancasila. Bhinneka Tunggal Ika,
walaupun berbeda – beda tapi tetap satu. Indonesia dari Sabang sampai Merauke, bermacam
– macam adat dan budaya, berjuta – juta penduduk. Biar begitu, kita harus bersatu jika ada
yang berniat menghancurkan Indonesia. Kita harus berani membela mengorbankan untuk
kepentingan negara apabila diperlukan. Mungkin untuk jaman sekarang kita tidak perlu
berperang menggunakan senjata tajam, tapi dengan wawasan kita, kita bisa melawan Negara
lain. Mengharumkan nama bangsa Indonesia di dunia. Kita juga harus mampu menempatkan
persatuan, kesatuan, serta kepentingan dan keselamatan bangsa dan negara sebagai
kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi dan golongan. Ini yang sering membuat
bangsa Indonesia terpecah, contohnya adalah golongan A dan B yang mengatasnamakan
golongan kedaerahan, mempermasalahkan hal yang sebetulnya tidak perlu dipermasalahkan.
Kita juga harus cinta terhadap tanah air, bangga sebagai Bangsa Indonesia, dan memajukan
pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa yang ber-Bhinneka Tunggal Ika.
Sila keempat,
Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan
perwakilan.
Masih ada hubungannya dengan sila – sila diatas, mengapa menyelesaikan suatu masalah
harus dengan cara kekerasan? Bahkan untuk hal yang tidak begitu penting. Mengapa harus
sampai mengganggu ketidaknyamanan pemeluk agama lain yang sedang beribadah cuma
gara – gara hal yang sebenarnya tidak layak jika dipermasalahkan dengan urat yang menonjol
dan kekerasan fisik. Semua masalah itu sebenarnya bisa kita selesaikan dengan cara damai,
bermusyawarah. Menanyakan pendapat yang satu dan yang lainnya, dengan kepala dingin.
Ini sebenarnya pengamalan yang ingin disampaikan sila keempat, namun sangat sulit
dilakukan. Bermusyawarah mufakat dalam setiap pengambilan keputusan, kita tidak boleh
memaksakan kehendak kita kepada orang lain, menghormati dan menghargai pendapat orang
lain, berhati besar untuk menerima keputusan apapun yang dihasilkan oleh musyawarah dan
pastinya bekerjasama untuk mempertanggungkan jawabkan keputusan tersebut. Lagi – lagi
kita harus mengesampingkan kepentingan pribadi kita demi kebaikan bersama. Keputusan
yang diambil itu harus dapat dipertanggung jawabkan secara moral kepada Tuhan yang Maha
Esa, menjungjung tinggi harkat dan martabat serta niali-nilai kebenara dan keadilan.
Sila kelima,
Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Keadilan, suatu kata yang sudah mulai langka di jaman sekarang ini. Yang salah dibela, yang
benar ditinggalkan. Yang punya salah besar dihukum sebentar, yang punya salah secuil
dipenjara bertahun – tahun. Banyak yang diinjak –injak hanya karena miskin atau tidak
berpendidikan. Banyak orang yang sudah tidak membela keadilan, mungkin karena materi
atau mungkin memang karena sudah tidak peduli.. Biarpun sekarang sudah jaman
emansipasi, namun masih banyak juga yang memandang rendah terhadap kemampuan
wanita. Kita harus belajar untuk menghargai orang lain. Selain itu, untuk diri sendiri, kita
juga harus bisa menyeimbangkan hak dan kewajiban untuk diri kita. Di dalam segala hal
yang kita perbuat kita harus bersikap adil dan menghargai hasil karya orang lain. Tidak
bersikap boros, tidak bergaya hidup mewah, suka bekerja keras, dan suka member
pertolongan kepada orang lain merupakan penerapan pancasila terutama sila ke-5 ini.