Pengalihan Pbb p2- Eddy Ahyudi

3
Perlu diketahui bahwa sebelum berlakunya UU PDRD, PBB P2 merupakan pajak yang dipungut dan diadministrasikan oleh pemerintah pusat namun demikian hasilnya seluruhnya diberikan kepada pemerintah daerah. Dengan demikian tentunya pemerintah daerah mempunyai kepentingan yang sangat besar terhadap pajak ini. Pola tax sharing seperti ini memang dahulu sangat diperlukan terutama sebagai salah satu sumber penyeimbang pendapatan daerah, sesuai dengan salah satu fungsi pajak itu sendiri yaitu sebagai pengatur (reguleren). Namun seiring dengan berkembangnya rezim otonomi daerah dimana daerah diminta untuk lebih mandiri dalam mengelola sumber-sumber pendapatannya maka pola bagi hasil tersebut menurut pengagas UU PDRD ini sudah tidak relevan lagi. Pendaerahan PBB P2 menurut beberapa penggagasnya, diharapkan akan meningkatkan transparansi dan akuntabilitas pengelolaannya. Hal ini dinilai akan dapat terwujud bila pengelolaan PBB P2 diserahkan kepada masing-masing pemegang otonomi. Pada gilirannya diharapkan akan membawa iklim demokrasi yang lebih baik karena berakar langsung pada kondisi konkrit di daerah yang bersangkutan. Pembiayaan kebutuhan daerah yang selalu meningkat setiap tahunnya yang selama ini masih sebagian besar dibiayai dari dana transfer DAU dan DAK dari pemerintah pusat dianggap kurang mencerminkan bentuk kemandirian daerah. Hal ini pada akhirnya tidak memberikan insentif bagi daerah untuk menggunakan anggaran secara efisien. Jika sebagian besar pembiayaan kebutuhan daerah diperoleh dari DAU dan DAK, maka otomatis peran pemerintah daerah dalam mengelola pemerintahannya dianggap menjadi kurang dewasa. Diharapkan bila PAD dari sektor pajak semakin meningkat maka tentunya transparansi dan akuntabilitas pengelolaan pajak tersebut akan semakin tinggi, dan kesadaran untuk membayar pajak daerah serta retribusi daerah atas pelayanan publik yang langsung akan mereka nikmati juga akan makin tinggi. Bersamaan dengan itu pemerintah daerah akan terdorong untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat karena setiap pembebanan tertentu kepada masyarakat memerlukan peningkatan pelayanan kepada masyarakat. Argumen lainnya yang dilontarkan sehubungan dengan proses pengalihan ini adalah bahwa objek pajak properti lebih bersifat immobile, dalam arti tidak dapat dipindahkan ke daerah lainnya, sehingga lebih pantas apabila dijadikan pajak daerah.

description

sumber : blog pribadi bapa Eddy Wahyudi

Transcript of Pengalihan Pbb p2- Eddy Ahyudi

Perlu diketahui bahwa sebelum berlakunya UU PDRD, PBB P2 merupakan pajak yang dipungut dan diadministrasikan oleh pemerintah pusat namun demikian hasilnya seluruhnya diberikan kepada pemerintah daerah. Dengan demikian tentunya pemerintah daerah mempunyai kepentingan yang sangat besar terhadap pajak ini. Pola tax sharing seperti ini memang dahulu sangat diperlukanterutama sebagai salah satu sumber penyeimbang pendapatan daerah, sesuai dengan salah satu fungsi pajak itu sendiri yaitu sebagai pengatur (reguleren. !amun seiring dengan berkembangnya re"im otonomi daerah dimana daerah diminta untuk lebih mandiri dalam mengelola sumber#sumber pendapatannya maka pola bagi hasil tersebut menurut pengagas UU PDRD ini sudah tidak rele$an lagi.Pendaerahan PBB P2 menurut beberapa penggagasnya, diharapkan akan meningkatkan transparansi dan akuntabilitas pengelolaannya. %al ini dinilai akandapat terwujud bila pengelolaan PBB P2 diserahkan kepada masing#masing pemegang otonomi. Pada gilirannya diharapkan akan membawa iklim demokrasi yang lebih baik karena berakar langsung pada kondisi konkrit di daerah yang bersangkutan.Pembiayaan kebutuhan daerah yang selalu meningkat setiap tahunnya yang selama ini masih sebagian besar dibiayai dari dana transfer D&U dan D&' dari pemerintah pusat dianggap kurang men(erminkan bentuk kemandirian daerah. %al inipada akhirnya tidak memberikan insentif bagi daerah untuk menggunakan anggaran se(ara e)sien. *ika sebagian besar pembiayaan kebutuhan daerah diperoleh dari D&U dan D&', maka otomatis peran pemerintahdaerah dalam mengelola pemerintahannya dianggap menjadi kurang dewasa. Diharapkan bila P&D dari sektor pajak semakin meningkat maka tentunya transparansi dan akuntabilitas pengelolaan pajak tersebut akan semakin tinggi, dan kesadaran untuk membayar pajak daerah serta retribusi daerah atas pelayanan publik yang langsung akan mereka nikmati juga akan makin tinggi.Bersamaan dengan itu pemerintah daerah akan terdorong untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat karena setiap pembebanan tertentu kepada masyarakat memerlukan peningkatan pelayanan kepada masyarakat. &rgumen lainnya yang dilontarkan sehubungan dengan proses pengalihan ini adalah bahwa objek pajak properti lebih bersifat immobile, dalam arti tidak dapat dipindahkan ke daerah lainnya, sehingga lebih pantas apabila dijadikan pajak daerah. +ambar ,. -kema pengalisan seluruh kewenangan pemungutan PBB P2-ebenarnya jika dilihat dari proses pemungutannya sejak dulu pemerintah daerah telah terlibat aktif terutama dalam hal penyampaian -PP. PBB P2 kepadawajib pajak dan pelaksanaan penagihan yang dilakukan se(ara bersama#sama dengan dibentuknya tim intensi)kasi penagihan PBB P2. !amun demikian peran daerah tersebut sebenarnya tidak bisa dikatakan se(ara otomatis bahwa daerah mampu mengelola pajak ini dengan baik seperti yang selama ini dilakukan oleh pemerintah pusat. /asih perlu banyak hal yang harus dipertimbangkan, seperti masalah teknis administratif, -D/, struktur organisasi, teknologi informasi dan hal#hal lainnya. Demikian juga masalah bagaimana menjaga kesinambungan penerimaan !egara (fscal sustainability dan beban pajak masyarakat. Untuk ituperlu perhatian dan persiapan serius bagi pemda yang nantinya akan mengelola PBB P2. /asyarakat sangat berharap jangan sampai upaya pendaerahan PBBP2itu justru menjadi tidak produktif dan akan semakin menambah beban masyarakat dan pemda itu sendiri.*ika ditinjau dari sisi pengalihan penerimaan sebenarnya tidak semua daerah akan menikmati pertumbuhan P&D dari PBB P2. Dari hasil analisa perhitungan perubahan penerimaan PBB P2 akibat dari berlakunya UU 20 tahun 2112, hanya akan dinikmati oleh kota#kota besar saja yang dalam waktu dekat akan mengalami penambahan penerimaan dari proses de$olusi ini. Perhatikan skema pembagian penerimaan PBB P2 sebelum UU PDRD berlaku. +ambar 2. -kema bagi hasil PBB P2 menurut UU PBB/enurut UU PBB, pemerintah 'abupaten3'ota akan menerima penerimaan PBB P2 sebesar 45,06 ditambah7,. Bagi rata penerimaan (4,86 dibagi seluruh jumlah 'abupaten3'ota di 9ndonesia,2. 9nsentif bagi pemda 'abupaten3'ota yang (apaian realisasi penerimaannya ,116 (:,86 dibagi menurut proporsi (apaian penerimaan,:. -ebagian dari biaya pemungutan..ambahan dari ke tiga item di atas itu saja ditahun 21,1 paling tidak akan men(apai 2,8#: miliar setahun. Dengan berlakunya UU PDRD maka skema bagi hasil di atas menjadi tidak berlaku lagi. Pemda 'abupaten3'ota akan murni menerima seluruh penerimaan PBB P2 untuk setiap tanah dan atau bangunan yang hanya berada di lokasinya saja menjadi P&D tanpa perlu dibagi lagi ke daerah lain dan Propinsi. Dengan demikian terbuka peluang tambahan penerimaan dari PBB P2 sebesar :8,26. &pakah semua daerah akan merasakan hal yang sama ; /ari kita kaji lebih jauh.