PENGADILAN MILITER I 07 BALIKPAPAN 5.pdf · mengajukan surat ke Kadilmil dan akan diteruskan ke...
Transcript of PENGADILAN MILITER I 07 BALIKPAPAN 5.pdf · mengajukan surat ke Kadilmil dan akan diteruskan ke...
PENGADILAN MILITER I – 07 BALIKPAPAN JL. SYARIFUDDIN YOES NO. 39 BALIKPAPAN
E-mail : [email protected] Telp. (0542) 8520025, (0542) 8520026, Fax : (0542) 8520024
Balikpapan , September 2018
Nomor : W1-MIL07 / / / / 2018 Lampiran : - Perihal : Undangan Sosialisasi PERMA 7,8 dan 9 Dan Maklumat MARI No.1 tahun 2017
Kepada Yth. Seluruh Anggota Dilmil I-07
Balikpapan Di Tempat
Dengan Hormat,
Mengharap kehadiran Saudara/i dalam acara Sosialisasi PERMA 7, 8, 9 dan
Maklumat MARI No.1 tahun 2017 yang akan diselenggarakan pada:
Hari/Tanggal : Senin, 24 September 2018
Jam : 09.00 WITA
Tempat : Ruang Sidang Borneo I Pengadilan Militer I-07 Balikpapan
Mengingat sangat pentingnya acara tersebut, kami mengharapkan kehadiran
Saudara/i tepat pada waktunya. Atas kehadiran dan kerjasamanya diucapkan
terimakasih.
Kepala Pengadilan Militer I-07 Balikpapan
Syf Nursiana, S.H. Letkol Sus NRP. 519759
PENGADILAN MILITER I – 07 BALIKPAPAN JL. SYARIFUDDIN YOES NO. 39 SEPINGGAN - BALIKPAPAN E-mail : [email protected] TELP /FAX : (0542) 8520024
Notulen Rapat
Hari / Tanggal : Senin 24 September 2018
Materi rapat : Sosialisasi Perma Nomor 7, 8 dan 9 tahun 2016 serta Maklumat
KMA Nomor 1 Tahun 2017
Peserta : Seluruh Hakim, Pejabat Struktural dan seluruh Staf dan Honorer Pengadilan Militer I-07 Balikpapan.
Pemimpin Rapat : Letkol Sus Syf.Nursiana, S.H selaku Pgs.Kadilmil I-07 Bpp.
Dengan Hasil sebagai berikut :
I. Perma Nomor 7 tahun 2016 tentang PENEGAKAN DISIPLIN KERJA HAKIM PADA MAHKAMAH AGUNG DAN BADAN PERADILAN YANG BERADA DI BAWAHNYA
Disiplin Kerja Hakim adalah kesanggupan Hakim untuk mentaati kewajiban dan menghindari larangan yang ditentukan dalam peraturan perundang-undangan dan/atau peraturan kedinasan mengenai jam kerja
1. Hakim wajib mematuhi ketentuan mengenai disiplin kerja sesuai ketentuan yang berlaku di satuan kerjanya.
2. Jam Kerja : - Senin, Rabu, kamis dan Jumat 08.00-16.30 waktu setempat.
- Selasa 07.00 - 15.30 waktu setempat.
- Jumat 07.00 - 16.00 waktu setempat.
3. Sekretaris harus menyiapkan formulir Surat Ijin Keluar kantor sehingga bagi setiap
Hakim / Panitera dan seluruh staff harus mengisi Surat Ijin Keluar kantor.
4. Waka dan Hakim yang mau ijin keluar kantor ijin harus melalui Kadilmil sedanngkan
untuk anggota yang ijin untuk keluar kantr harus melalui kepala bagian masing-masing.
5. Bagi Hakim dan Anggota Ijin diberika maksimum selama 2 (dua) hari yang diajukan
secara tertulis (korp rapot) kepada Waka / Kadilmil melalui Kasubag masing-masing.
Sedangkan untuk Kadilmil Ijin diberikan dari kadilmilti dengan mengajukan surat secara tertulis
kepada Kadilmilti atau melalu Fax.
6. Hakim yang hendak bepergian ke luar negeri baik dinas maupun pribadi wajib
meminta izin secara tertulis kepada Ketua Mahkamah Agung dan KMA mendelegasikan ke
Dirjen masing-masing. Sedangkan Hakim yang hendak bepergian ke luar negeri untuk Ibadah
cukup mendapatkan izin dari pimpinan satuan kerja dalam hal ini, dari jajaran Dilmil
mengajukan surat ke Kadilmil dan akan diteruskan ke Kadilmiltama.
7. Hakim yang tidak masuk kerja karena alasan sakit lebih dari 2 (dua) hari tidak lebih
dari 14 (empat belas) hari wajib mengajukan permintaan cuti sakit yang diajukan secara tertulis
kepada Kadilmil yang dengan melampirkan surat keterangan dokter.
8. Kepala Pengadilan Tingkat Pertama yang berpergian ke Luar Negeri, kota atau daerah
lebih dari 1 (satu) hari wajib melimpahkan tugas dan wewenangnya secara tertulis kepada
Waka atau menunjuk pelaksana tugas dalam hal jabatan Waka tidak ada.
9. Hakim yang menderita sakit lebih dari 14 (empat belas) hari secara berturut-turut dan
tidak dapat menjalankan tugas wajib mengajukan permintaan cuti sakit secara tertulis kepada
Pejabat yang berwenang dengan melampirkan Surat Keterangan Tim Penguji Kesehatan yang
di tunjuk Menteri atau rumah sakit yang merawat paling lama 7 (tujuh) hari terhitung sejak hari
ke 14 (empat belas) dari sakitnya.
10. Cuti sakit sebagaimana diatas diberikan untuk waktu paling lama 6 (enam) bulan dan
dapat ditambah paling lama 3 (tiga) bulan apabila dipandang perlu berdasarkan Tim Penguji
Kesehatan rumah sakit yang merawat.
11. Hakim yang tidak sembuh dari sakitnya dalam jangka waktu tersebut harus diuji
kembali kesehatannya oleh Tim Penguji Kesehatan yang di tunjuk oleh Menteri Kesehatan.
12. Apabila berdasarkan hasil pengujian Hakim yang bersangkutan dinyatakan tidak dapat
bekerjalagi sebagai Hakim, maka Hakim tersebut diberhentikan dengan hormat dari jabatannya.
13. Hakim yang tidak mematuhi ketentuan masuk kerja sebanyak 3 (tiga) kali dalam 1
(satu) bulan berjalan dipanggil oleh Pejabat Penanggungjawab untuk di dengar keterangannya
mengenai alasan tidak mematuhi ketentuan masuk kerja.
14. Dalam hal Hakim yang mengalami sakit sebagaimana ketentuan pasal 13 ayat 2
PERMA ini dan tidak memeriksakan kesehatan lewat jangka waktu yang ditetapkan, atasan
langsung dari hakim tersebut wajib memerintahkan hakim yang bersangkutan untuk
memeriksakan kesehatan sebagaimana diatur dalam pasal 13 ayat 2 dan ayat 3; perintah
dilakukan secara tertulis oleh Kepala / Wakil untuk disampaikan kepada Hakim yang
bersangkutan.
15. Apabila dalam permintaan keterangan Hakim yang bersangkutan tidak dapat
memberika alasan yang sah / rasional sehingga tidak mematuhi jam masuk kerja maka,
diberikan peringatan pertama.
16. Jika dalam 3 (tiga) bulan setelah diberikan peringatan pertama Hakim mengulangi
perbuatannya tidak mematuhi jam masuk kerja maka, hakim yang bersangkutan diberika
peringatan yang kedua.
17. Jika dalam waktu 3 (tiga) bulan setelah diberikan peringatan kedua hakim mengulangi
perbuatan tidak mentaati jam masuk kerja maka hakim yang bersangkutan akan dilakukan
pemeriksaan.
18. Kadilmil wajib melaporkan ke Kadilmilti dengan tembusan Kabawas MA mengenai
Hakim di pengadilannya tidak mematuhi ketentuan jam masuk kerja, atau tidak memeriksakan
kesehatannya dan mengajukan cuti yang diatur dalam PERMA ini.
19. Hakim yang berdasarkan hasil pemeriksaan terbukti tidak mentaati ketentuan
mengenai disiplin kerja akan dijatuhi sanksi atas pelanggaran disiplin kerja hakim, sanksi dapat
berupa : Sanksi ringan, sanksi sedang dan sanksi berat.
20. Hakim yang dijatuhi sanksi ringan berupa teguran tertulis tetap dibayarkan tunjangan
structural / fungsional kecuali secara tegas dinyatakan tidak dibayarkan tunjangan structural /
fungsional. Hakim yang dijatuhi sanksi sedang atau berat tidak dibayarkan tunjungan structural /
fungsional.
2
Perma nomor 8 tahun 2018 tentang PENGAWASAN DAN PEMBINAAN ATASAN LANGSUNG DI
LINGKUNGAN MAHKAMAH AGUNG DAN BADAN PERADILAN DI BAWAHNYA.
- Pengawasan dan Pembinaan atasan langsung adalah serangkaian kegiatan yang
dilaksakan oleh setiap pejabat pemangku jabatan structural untu membina dan mengendalikan
secara terus menerus bawahan yang berada langsung di bawahnya untuk dapat melaksanakan
tugas secara efektif dan efisien serta berperilaku sesuai dengan kode etik apparat peradilan
dan ketentuan peraturan perundangan yang berlaku
- Pengawasan melekat adalah serangkaian kegiatan yang bersifat sebagai
pengendalian yang terus menerus dilakukan oleh atasan langsung terhadap bawahannya
secara preventif atau represif agar pelaksanaan tugas bawahan tersebut berjalan secara efektif
dan efisien sesuai dengan kententuan pearturan perundangan-undangan yang berlaku.
- Pengawasan fungsional adalah pengawasa yang dilakukan oleh apparat yang
diberikan tugas dan fungsi secara khusus untuk melaksanakan pengawasan di lingkungan
Mahkamah Agung.
- Bawahan adalah Hakim atau aparatur di lingkungan Mahkamah Agung dan badan
peradilan yang berada di bawahnya yang menjadi objek pengawasan atasan langsung.
- Aparatur adalah seluruh apparat pengadilan yang bukan berstatus sebagai Hakim di
seluruh pengadilan di Indonesia dalam semua lingkungan peradila serta satuan kerja di bawah
Mahkamah Agung kecuali aparatur pengadilan pajak.
1. Perma ini tujuanya untuk menegakkan dan menjaga martabat serta kepercayaan
publik terhadap lembaga pengadilan, pencegahan atas penyimpangan pelaksanaan tugas dan
pelanggaran perilaku oleh aparat pengadilan sedini mungkin
2. Kenapa perlu adanya pengawasan dan pembinaan, yaitu untuk mengefektifkan
pencegahan terjadinya penyimpangan dalam pelaksanaan tugas atau pelanggaran perilaku
aparat pengadilan.
3. Sebelumnya telah beredar Surat Keputusan Ketua Mahkamah Agung nomor :
096/KMA/SK/X/2006 saat ini sudah dianggap tidak memadai lagi sehingga dikeluarkanlah
Perma no.8 tahun 2016
4. Pengawasan dilaksanakan utuk memantau, mengamati dan memeriksa pelaksanaan
tugas agar berjalan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
5. Hasil pengawasan dan pembinaan atasan langsung dibuat secara tertulis.
6. Setiap atasan langsung wajib melaksanakan pengawasan dan pembinaan atas
pelakasaan tugas dan perilaku bawahannya baik di dalam maupun di luar kedinasan.
7. Mengupayakan tersedianya sarana atau system kerja berdasarkan kewenangan yang
dimiliki sehingga pelaksanaan tugas berjalan sesuai dengan rencana dan ketentuan berlaku.
8. Pengawasan sebagaimana dimaksud Pasal 2 huruf a dilaksanakan setidaknya dengan
a. Memantau,mengamati dan memeriksa pelaksaan tugasagar berjalan sesuai dengan rencana
dan ketentuan yang berlaku secara berdaya guna dan berhasilguna.
b. Meminta laporan dan pertanggungjawaban atas pelaksanaan tugas bawahan.
c. Mengidentifikasi dan menganalisis gejala-gejala dan penyimpangan serta kesalahan yang
terjadi, menetukan sebab dan akibatnya serta cara mengatasinya.
d. Merumuskan tindak lanjut dan mengambil langkah-langkah yang tepat sesuai dengan
kewenangannya dengan memperhatikan kewenangan pejabat / instansi yang terkait.
e. Berkonsultasi kepada atasan langsungnya secara berjenjang dalam rangka meningkatkan
mutu pengawasan yang dilakukan.
9. Pembinaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf a, dilaksanakan dengan :
a. menjelaskan pembagian tugas, fungsi dan kewenangan bawahan dalam struktur organisasi
di bawah kendalinya secara berkala;
b. menetapkan dan menyetujui sasaran kinerja bawahan serta memberikan penilaian dan
evaluasi terhadap pelaksanaan tugas capaian kinerja bawahan;
c. menjelaskan, membuat dan menyepakati prosedur atau cara pelaksaan pekerjaan atau
kegiatan yang dinilai kurang jelas ata belum diatur secara khusus;
d. membina bawahan agar dapat melaksanakan tugas dengan baik.
10. Pengawasan perilaku bawahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf a
dilakukan dengan memantau :
a. ketaatan bawahan atas disiplin kerja yang ditetapkan dan
b. ketaatan atas kode etik dan pedoman perilaku yang berlaku.
11. Atasan langsung wajib menentukan dan melaksanakan tindak lanjut yang sesuai
dalam hal menemukan bawahan tidak memenuhi kewajiban dan larangan yang di tetapkan
dalam ketentuan mengenai disiplin kerja dan kode etik dan pedoman perilaku yang berlaku.
12. Atasan langsung merekomendasikan tindak lanjut sebagaimana dimaksud ayat (2)
kepada atasannya secara berjenjang dalam hal tindak lanjut yang diperlukan di luar
kewenanganya.
13. Tindak lanjut sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) huruf d dan Pasal 4 ayat
(2) meliputi :
a. petunjuk untuk penyempurnaan pelaksanaan tugas yang harus dilaksanakan oleh
bawahan.
b. tindakan administrative sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di
bidang kepegawaian, termasuk penerapan hukuman disiplin
c. merekomendasikan kepada pimpinan pengadilan untuk menghentikan pembayaran gaji
bawahan yang tidak masuk kerja selama 2 (dua) bulan berturut-turut;
d. tuntutan / gugatan perdata antara lain tuntutan ganti rugi / penyetoran kembali, tuntutan
perbendaharaan dan tuntutan perdata berupa pengenaan denda, ganti rugi dan lain-lain.
e. pengaduan tindak pidana dengan menyerahkan perkaranya kepada instansi yang
berwenang sesuai dengan prosedur dan peraturan perundang-undangan yang berlaku, setelah
mendapat persetujuan pimpinan ; dan
f. mengusulkan pemberian penghargaan kepada mereka yang memiliki prestasi yang dinilai
patut mendapat penghargaan dan bentuknya berupa :
- promosi dan mutase
- kesempatan prioritas untuk pengembangan kompetensi.
14. Dalam hal berdasarkan hasil pemeriksaan oleh atasan langsung ditemukan bahwa
bawahan melakukan pelanggaran disiplin kerja atau kode etik dan pedoman perilaku yang
dapat dijatuhi sanksi berat, maka atasan langsung melakukan tindakan sementara serta
merekomendasikan kepada pimpinan agar yang bersangkutan dibebastugaskan sementara dari
tugas jabatannya sampai dengan ditetapkannya hukuman disiplin oleh pejabat yang
berwenang.
15. Ketua / Kepala Pengadilan Tingkat Pertama berdasarkan ayat (3)tersebut diatas wajib :
a. menonaktifkan sementara Hakim dengan tidak memberikan perkara dan segera melaporkan
kepada Kadilmil Tingkat Banding dengan disertai usul untuk dilakukan pemeriksaan oleh
Pengadilan Tingkat Bandung dan Hakim yang bersangkutan ditarik ke pengadilan tingkat
banding.
b. menonaktifkan dari jabatan bagi aparatur disertai pemeriksaan lanjutan oleh Pengadilan
Tingkat Pertama.
16. Ketua / Kadilmil tingkat Banding berdasarkan ayat (3) tersebut diatas, wajib :
- menarik Ketua / Kepala, Wakil Ketua / Waka Pengadilan Tingkat Pertama diikuti dengan
pemeriksaan lanjutan oleh Pengadilan Tingkat Banding
- menarik Hakim pengadilan tingkat pertama berdasarkan usulan ketua pengadilan tingkat
pertama diikuti dengan pemeriksaan lanjutan oleh Pengadilan Tingkat Banding;
- menonaktifkan sementara Hakim tingkat banding dengan tidak memberikan perkara dan
segera melaporkan kepada Ka Bawas dengan disertai usul untuk dilakukan pemeriksaan ;
- menonaktifkan dari jabatan dan menarik aparatur pengadilan tingkat pertama apabila
dianggap perlu disertai pemeriksaan lanjutan oleh Pengadilan Tingkat Banding;
- menonaktifkan dari jabatan bagai aparatur pengadilan tingkat banding disertai pemeriksaan
oleh Pengadilan Tingkat Banding.
17. Hasil Pengawasan dan pembinaan atasan langsung sebagaimana di maksud dalam
pasal 3 dan pasal 4 dituangkan dalambentuk tertulis agar dapat dipergunakan sewaktu-waktu
dalam pemeriksaan untuk pemenuhan kewajiban pengawasan dan pembinaan oleh atasan
langsung.
18. Hasil pengawasan dan pembinaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), disampaikan
kepada atasan dari atasan langsung secara berjenjang.
19. Tidak dipenuhinya kewajiban pengawasan dan pembinaan oleh atasan langsung
sebagaimana diatur dalam BAB II peraturan ini adalah pelanggaran yang dikenai sanksi
administrasi ringan, sedang atau berat setelah diperiksa oleh pejabat yang berwenang.
20. Bentuk-bentuk sanksi ringan yang dapat di jatuhkan terdiri dari :
- Teguran lisan
- Teguran tertulis
- pernyataan tidak puas secara tertulis.
21. Pemeriksaan atau pemantuan atas pelaksanaan pengawasan dan pembinaan atasan
langsung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 dan Pasal 4, dilakukan :
- pemeriksaan yang bersifat rutin leh aparat pengawasan fungsional, Hakim tinggi pengawas
daerah di pengadilan tingkat banding atay Hakim pengawas bidang di pengadilan tingkat
pertama dan banding.
Perma nomor 9 tahun 2018 tentang PEDOMAN PENANGANAN PENGADUAN DI MAHKAMAH
AGUNG DAN BADAN PERADILAN YANG BERADA DIBAWAHNYA.
1. Pengaduan adalah laporan yang mengandung informasi atau indikasi terjadinya
Pelanggaran terhadap Kode Etik dan pedoman perilaku Hakim, Pelanggaran Kode Etik dan
pedoman perilaku Panitera, Pelanggaran terhadap Kode Etik dan pedoman perilaku pegawai
Aparatur Sipil Negara, Pelanggaran hokum acara atau Pelanggaran terhadap disiplin Pegawai
Negeri SIpilatau peraturan disiplin militer, maladministrasi dan pelayanan public dan /atau
Pelanggaran pengelolaan keuangan dan Barang Milik Negara.
2. Penelaahan Pengaduan adalah kegiatan meneliti dan mengkaji suatu pengaduan
apakah dapat atau tidak untuk ditindaklanjuti.
3. Tujuan penanganan Pengaduan adalah untuk merespon pengaduan baik yang dari
masyarakat, instansi dari internal pengadilan, agar citra dan wibawa Lembaga peradilan tetap
terjaga dan kepercayaan masyarakat terhapar Lembaga peradilan meningkat.
4. Pengaduan dapat disampaikan melalui :
- aplikasi SIWAS MA-RI pada situs Mahkamah Agung.
- layanan pesan singkat / SMS
- surat elektronik / (email)
- facsimile
- telepon
- meja Pengaduan
- surat dan /atau
- kotak Pengaduan
5. Penanganan pengaduan dilaksanakan berdasarkan pada prinsip-prinsip:
- Terintegrasi
- Objektivitas
- Efektif, efisien, dan Ekonomis
- Transparansi
- Akuntabilitas
- Kerahasiaan
- Adil
- Non Diskriminatif
- Indepedensi
- Netralitas
- Kepastian
- Profesionalitas
- Proposionalitas
- Menjujung tinggi indepedensi peradilan
6. Pada prinsipnya semua penanganan Pengaduan merupakan kewenangan Badan
Pengawasan
7. Badan Pengawasan dapat medelegasikan kepada Pengadilan Tingkat Banding dan
Pengadilan Tingkat Pertama dengan memperhatikan ketentuan pasal 6.
8. Badan Pengawasan dapat mendelegasikan pelaksanaan penanganan pengaduan
kepada Pengadilan Tingkat Banding atau Pengadilan Tingkat Pertama, kecuali :
- Terlapor telah pindah tugas diluar wilayah pengadilan dimana peristiwa atau perbuatan
yang dilaporkan terjadi.
- Pengaduan bersifat penting atau menarik perhatian public.
- Penanganan Pengaduan oleh Pengadilan Tingkat Banding atau Pengadilan Tingkat
Pertama dinilai berlarut-larut.
9. Dalam hal Badan Pengawasan mendelegasikan penanganan pengaduan kepada
Pengadilan Tingkat Pertama ditembuskan kepada Pengadilan Tingkat Banding setempat.
10. Dalam hal Kabawas menerima pengaduan yang bersifat tembusan, sedangkan
pengaduan ditunjukan kepada Pimpinan Mahkamah Agung, maka Badan Pengawas dapat
menindaklanjuti pengaduan tersebut dengan terlebih dahulu melaporkan guna memperoleh
persetujuan Ketua Mahkamah Agung.
11. Penanggungjawab penanganan pengaduan pada Pengadilan Tingkat Banding adalah
pimpinan pengadilan, sedangkan pelaksana administrative atas penanganan pengaduan oleh
Panmud Hukum.
12. Pengadilan tingkat banding tidak dapat mendelegasikan lagi kepada pengadilan
tingkat pertama penanganan pengaduan yang sebelumya didelegasikan oleh Bawas kepada
pengadilan tingkat banding tersebut.
13. Dalam hal pengaduan diterima oleh pengadilan tingkat banding merupakan
kewenangan Bawas, pengadilan tingkat banding wajib memeruskan pengaduan tersebut
kepada Bawas paling lambat dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari sejak diterima Pengaduan
diterima.
14. Pengadilan tingkat banding yang menerima pengaduan yang bersifat tembusan dapat
menindaklanjuti Pengaduan tersebut sepanjang sesuai dengan kewenangannya dan
berkoordinasi dengan Kabawas.
15. Dalam hal suatu pengaduan ditunjukan kepada Pimpinan Mahkamah Agung atau
Pimpinan Tingkat Banding, Pengadilan tingkat pertama hanya berwenang untuk menerima dan
mencatat Pengaduan tersebut.
16. Pengadilan Tingkat pertama wajib meneruskan pengaduan tersebut kepada MA atau
Pengadilan Tingkat Banding paling lambat dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari sejak Pengaduan
diterima.
17. Pengadilan tingkat banding dan pengadilan tingkat pertama wajib menyampakain
setiap perkembangan penanganan Pengaduan kepada Bawas melalui aplikasi SIWAS MA-RI.
18. Pengaduan secara lisan diajukan sebagaimana :
- Pelapor datang menghadap sendiri ke meja pengaduan dengan menunjukkan identitas diri
- Petugas meja pengaduan memasukan laporan pengaduan ke dalam aplikasi SIWA MA-RI
- Petugas meja pengaduan memberikan nomor register pengaduan kepada pelapor guna
memonitor tindak lanjut penanganan Pengaduan
19. Pengaduan seccara tertulis diajukan sebagaimana :
- Identitas Pelapor
- Identitas Terlapor jelas
- Perbuatan yang diduga dilanggar harus dilengkapi dengan waktu dan tempat kejadian,
alasan penyampaian Pengaduan, Bagaimana pelanggara terjadi, dan pengaduan
dilengkapai dengan nomor perkara.
- menyertakan bukti atau keterangan yang dpat mendukung pengaduan yang disampaikan.
- petugas meja pengaduan memasukkan laporan pengaduan tertulis ke dalam aplikasi
SIWAS MA-RI dengan melampirkan dokumen Pengaduan. Dokumen asli diarsipkan dan
dapat dikirim ke BAWAS apabila di lakukan.
20. Pengaduan seccara elektronik diajukan sebagaimana :
- Identitas Pelapor
- IdentitasTerlapor jelas.
- Dugaan perbuatan yang dilanggar jelas
- Menyertakan bukti atau keterangan yang dapat mendukung pengaduan yang disampaikan
- Jika pelapor tidak mencantumkan identitasnya secara lengkap tetapi informasi pengaduan
logis dan memadai, pengaduan tersebut dapat ditindaklanjuti.
21. Setiap Pengaduan yang diterima diberikan nomor register melalui aplikasi SIWAS MA-
RI.
22. Petugas meja pengaduan pada pengadila tingkat pertama dan pengadilan tingkat
banding atau Kasubag Tata Usaha Umum pada Bawas yang menerima pengaduan wajib
memasukan ke dalam aplikasi SIWAS MA-RI
23. Paling lambat 1 (satu) hari setelah menerima pengaduan petugas meja pengaduan
pada pengadilan tingkat pertama, banding dan Mahkamah Agung memasukan ke dalam
aplikasi SIWAS MA-RI
24. Pertugas yang tidak memasukan atau memasuka informasi pengaduan yang tidak
sesuai maka diberikan sanksi administrative sesua Peraturan Perundangan.
25. Kabawas meneruskan pengaduan tersebut kepada Inspektur Wilayah / Hakim Tinggi
Pengawas /Auditor yang berwenang untuk dilakukan penelaahan paling lambat 3 (tiga) hari
setelah menerima pengaduan.
26. Penelaah melakukan penelaahan terhadap Pengaduan apakah suati pengaduan
dapat ditindak lanjuti atau tidak.
27. Pengaduan yang tidak ditindaklanjuti adalah pengaduan dengan kriteria berikut :
- Pengaduan dengan identitas Pelapor tidak jelas.
- Pengaduan dengan identitas pelapor tidak jelas dan tidak menunjuk substansi secara
jelas.
- Pengaduan dimana Terlapor sudah tidak lagi bekerja sebagai hakim dan /atau pegawai
ASN dipengadilan.
- Pengaduan mengandung unsur tindak pidana dan telah di tanda tangani oleh pejabat
yang berwenang.
- Pengaduan mengenai keberatan terhadap pertimbangan yuridis dan substansi putusan
pengadilan.
- Pengaduan mengenai pihak atau instansi lain di luar yuridiksi pengadilan.
- Pengaduan mengenai fakta atau perbuatan yang terjadi lebih dari 3 (tiga) dan tidak ada
pengaduan sebelumnya.
- Pengaduan berkaitan dengan pelaksanaan eksekusi.
- Keberatan atas penjatuhan hukuman disiplin.
28. Terhadap pengaduan yang tidak dapat ditindak lanjuti, diberitahukan alasannya
kepada Pelapor, dalam hal :
- Pertimbangan yuridis dan substansi putusan pengadilan disarankan agar diajukan melalui
mekanisme upaya hukum.
- Terlapor bukan pihak atau instansi lain di luar yuridiksi pengadilan disarankan agar
diajukan melalui mekanisme upaya hukum
- Pengaduan yang mengandung unsur tindak pidana dan telah ditanda tangani oleh pejabat
yang berwenang.
29. Ka-Bawas atau Kepala / Kepala pengadilan menentukan bentuk tindak lanjutb
penanganan Pengaduan dalam jangka waktu paling lambat 5 (lima) hari sejak diterima hasil
penelaahan.
30. Dalam hal pelanggaran hukum acara, kode etik dan pedoman yang berlaku hakim
yang terlapor adalah pimpinan pengadilan tingkat banding, ketua kamar pengawasan
membentuk tim pemeriksa yang terdiri dari 3 (tiga) orang Hakim Agung, yang salah satunya
bertindak sebagai ketua, dan dibantu oleh satu orang hakim tinggi pengawas / hakim yustisial
pada Bawas sebagai sekretaris.
31. Dalam hal pelanggaran hukum acara, kode etik dan pedoman perilaku hakim yang
terlapor adalah hakim tingkat banding atau Hakim Ad Hoc, Hakim Yustisial, pada pengadilan
tingkat Banding, Pimpinan/Hakim tingkat pertama, Ka-Bawas MA membentuk tim pemeriksa
dengan susunan tiga orang hakim tinggi pengawas pada Bawas yang salah satunya bertindak
sebagai ketua, dan dibantu oleh satu orang hakim yustisial pada Bawas sebagai sekretaris.
32. Dalam hal pelanggaran hukum acara, kode etik dan pedoman perilaku Panitera dan
Jurusita yang terlapor adalah Panitera, Panmud, PP pada pengadilan tangka banding dan
jurusita PTUN, Ka-Bawas membentuk tim pemeriksa yang teridir dari Waka Pengadilan banding
sebagai ketua, dua orang hakim tinggi pengawas pada Bawas dan dibantu oleh seorang hakim
yustisial pada Bawas sebagai sekretaris.
33. Dalam hal pelanggaran hukum acara, kode etik dan pedoman perilaku Panitera dan
Jurusita yang terlapor adalah Panitera, Panmud PP dan Jurusita pada Pengadilan Tingkat
Pertama, Ka-Bawas membentuk tim pemeriksa yang terdiri dari Hakim tinggi pengawas pada
badan pengawasan sebagai ketua, Ketua / Kepala / Wakil ketua / Wakil Kepala dan satu orang
hakim pada pengadilan tingkat pertama sealu anggota dan dibantu oleh satu orang hakim
yustisial pada Bawas sebagai sekretaris.
34. Dalam hal pelanggaran disiplin ASN dan Kode etik dan Kode perilaku ASN yang
terlapor adalag Pejabat Eselon II, III, IV dan staf pada pengadilan tingkat banding dan tingkat
pertama. Ka-Bawas membentuk Tim Pemeriksa yang terdiri dari Waka pengadilan tingkat
banding sebagai Ketua, Atasan langsung terlapor sebagai anggota 1orang hakim tinggi
pengawas pada Bawas sebagai anggota dan dibantu oleh 1 orang auditor kepegawaian atau
pejabat kesekretariatan pada Bawas MA sebagai sekretaris.
35. Dalam hal pemeriksaan di delegasikan ke pengadilan tingkat Banding, pihak terlapor
adalah Hakim tinggi, Hakim Ad Hoc pada Pengadilan tingkat Banding dan Ketua / Kepala /
Wakil Ketua / Wakil Kepala Pegadilan tigkat pertama , Ketua / Kepala Pengadilan Tingkat
Banding membentuk tim pemeriksaan yang terdiri dari wakil ketua / wakil kepala pengadilan
tingkat banding sebagai ketua, 2 orang hakim tingkat banding di wilayah setempat sebagai
anggota dibantu oleh 1 orang staf pada Kepaniteraan muda hukum pengadilan tingkat banding
sebagai sekretaris.
36. Untuk pemeriksaan terkait dengan dugaan larangan penyalahgunaan wewenang
yang mengadung unsur kerugian keuangan negara yang berasal dari Undang-undang no 30
tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan ,yang terjadi di lingkungan MA, Pengadilan
Tingkat Banding dan Pengadilan Tingkat Pertama , Ka-Bawas membentuk tim pemeriksa yang
terdiri dari 1 orang auditor muda sebagai ketua, 2 orang auditor sebagai anggota, 1 orang
aparat Bawas sebagai sekretaris.
37. Setiap pemeriksaan dan hasil pemeriksaan lapangan dituangkan dalam Berita Acara
Pemeriksaan yang ditandatangani oleh Tim Pemeriksa dan Terlapor, Pelapor, Saksi, Ahli, atau
pihak terkait
38. Dalam berita acara pemeriksaan dan laporan hasil pemeriksaan, tim pemeriksa
menyebutkan identitas Pelapor, Terlapor, Saksi, Ahli, atau pihak-pihak terkait secara lengkap
- Nama
- Nomor Induk pegawai ASN, pangkat, golongan dan jabatan (jika terperiksa adalah hakim
atau pegawai ASN pengadilan)
- Tempat dan tanggal lahir
- Agama
- Alamat
- Nomor telepon dan email
39. Hasil pemeriksaan bersifat rahasia
40. Bawas memasukan data tahapan penanganan Pengaduan ke dalam aplikasi SIWAS
MA-RI untuk diketahui pelapor.
41 Laporan hasil pemeriksaan paling sedikit terdiri atas :
- ringkasan hasil pemeriksaan dan rekomendasi
- dasar melakukan pemeriksaan
- Susunan tim, tujuan / sasaran, lingkup dan metologi pemeriksaan
- Kriteria yang digunakan dalam pemeriksaan.
- Hasil Pemeriksaa berupa kesimpulan, fajta dan rekmendasi
- informasi rahasia apabila ada.
42. Setiap satuan kerja yang menangani Pengaduan wajib mendokumentasikan surat-
surat dan berkas Pengaduan
43. Setiap berkas pengaduan disusun secara kronologis dan dilengkapi dengan daftar isi.
44. Panmud Hukum atau pejabat yang ditunjuk pada pengadilan tingkat pertama dan
tingkat banding bertanggungjawab terhadap pendokumentasian berkas pengaduan pada
pengadilan yang bersangkutan.
Mengetahui : Balikpapan, 24 September 2018
Kepala Pengadilan Militer I-07 Balikpapan Pembuat Notulen Rapat
Syf. Nursiana, S.H. Puspa Ningsih Letkol Sus NRP. 519759. NIP.196508271987032002.
PENGADILAN MILITER I – 07 BALIKPAPAN JL. SYARIFUDDIN YOES NO. 39 SEPINGGAN - BALIKPAPAN E-mail : [email protected] TELP /FAX : (0542) 8520024
Notulen Rapat
Hari / Tanggal : Senin, 24 September 2018
Materi rapat : Sosialisasi Maklumat Mahkamah Agung No 1 tahun 2017
Peserta : Seluruh Hakim, Pejabat Struktural dan seluruh Staf dan Honorer Pengadilan Militer I-07 Balikpapan.
Pemimpin Rapat : Letkol Sus Syf.Nursiana, S.H selaku Pgs.Kadilmil I-07 Bpp.
Dengan Hasil sebagai berikut :
Maklumat Mahkamah Agung No 1 tahun 2017 tentang PENGAWASAN DAN
PEMBINAAN HAKIM, APARATUR MAHKAMAH AGUNG DAN BADAN PERADILAN
DI BAWAHNYA.
1. Meningkatkan efektivitas pencegahan terjadinya penyimpangan dalam pelaksaan
tugas atau pelanggaran perilaku Hakim, Aparatur MA dan Badan Peradilan di bawahnya
dengan melaksanakan pengawasan dan pembinaan baik dalam maupundi luar kedinasan
2. Kadilmil juga menekankan dan memastikan bahwa tidak ada lagi Hakim dan Aparatur
yang dipimpinnya melakukan perbuatan merendahkan wibawa, kehormatan MA dan badan
peardilan di bawahnya.
3. Memahami dan memastikan terlaksananya kebijakan MA khususnya bidang
pengawasan dan pembinaan di lingkungan MA dan Badan Peradilan di bawahnya diantaranya
- Perma No. 7 tahun 2016 tentang Penegakkan Disiplin Kerja Hakim pada Mahkamah Agung
dan Badan Peradilan di bawahnya
- Perma No. 8 tahun 2016 tentang Pengawasan dan Pembinaan Atasan Langsung di
Lingkungan MA dan Badan Peradilan dibawahnya.
- Perma No.9 tahun 2016 tentang Pedoman Penanganan Pengaduan (whistleblowing
system) di Mahkamah Agung dan Badan Peradilan dibawahnya.
4. Mahkamah Agung akan memberhentikan Pimpinan MA atau Pimpinan Badan Peradilan
di bawahnya secara berjenjang dari jabatannya selaku atasan langsung. Jika
ditemukan bukti bahwa proses pengawasan dan pembinaan tidak dilakasanakan
secara berkala. MA juga tidak memberikan bantuan hukum kepada Hakim dan
Aparatur MA dan Badan Peradilan dibawahnya yang diduga melakukan tindak pidana
dan proses pengadilan.
Mengetahui : Balikpapan, 24 September 2018
Kepala Pengadilan Militer I-07 Balikpapan Pembuat Notulen Rapat
Syf. Nursiana, S.H. Puspa Ningsih Letkol Sus NRP. 519759. NIP.196508271987032002.
PENGADILAN MILITER I – 07 BALIKPAPAN JL. SYARIFUDDIN YOES NO. 39 SEPINGGAN - BALIKPAPAN E-mail : [email protected] TELP /FAX : (0542) 8520024
Foto Sosialisasi PERMA 7,8 dan 9 Dan Maklumat MARI No.1 tahun 2017
PENGADILAN MILITER I – 07 BALIKPAPAN JL. SYARIFUDDIN YOES NO. 39 BALIKPAPAN
E-mail : [email protected] Telp. (0542) 8520025, (0542) 8520026, Fax : (0542) 8520024
Pelaksanaan Absensi Sesuai Dengan Perma No. 7 Tahun 2016 dan SK KMA
071/KMA/SK/V/2008 (uji petik tiga bulan terakhir)
ABSEN ANGGOTA
ABSEN TENAGA KONTRAK
KETUA MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA
KEPUTUSAN KETUA MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA :
Nomor : KMAI 033 /SKN/2004
Tentang
PEDOMAN PELAKSANAAN PENGGUNAAN STEMPEL, LOGO, PAPAN NAMA, PAKAIAN DINAS DAN BENDERA PENGADILAN DALAM RANGKA .PERADILAN SATU ATAP
DIBAWAH MAHKAMAH AGUNG
KETUA MAKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA,
enimbang a. bahwa Keputusan Presiden Nomor 21 Tahun 2004 tentang Pengalihan Organisasi, Administrasi dan Finansial di Ungkungan Peradilan Umum dan Peradilan Tata Usaha Negara, dan Peradilan Agarna ke Mahkamah Agung, pada hakei<atr,Ya rrienegaskan keterpaduan organisasi dan administrasi Badan Peradilan di bawah Mahkamah Agung Rl.
b. bahwa untuk keseragaman dan keterpaduan organisasi dan administrasi Mahkamah Agung tersebut dipandang perlu menetapkan pedoman pelaksanaan
1
· engingat
Menetapkan
PERTAMA
KEDUA
KETIGA
penggunaan stempel, logo, papan nama, pakaian dinas dan bandera pengadilan dengan Keputusan Ketua Mahkamah Agung.
1. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004 .. tentang Kekuasaan Kehakiman.
2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2004 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung.
3. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 1958 tentang Penggunaan Lambang Negara (Tambahan Lembara Negara Nomor 1636).
MEMUTUSKAN
Menerapkan pedoman pelaksanaan penggunaan stempel, logo, papan nama, pakaian dinas dan bandera pengadilan dalam rangka peradilan satu atap dibawah Mahkamah Agung, sebagaimana ditentukan dalam lampiran Keputusan ini.
Stempel atau Cap dinas digunakan untuk menyertai tanda tangan pada surat dinas atas nama jabatan penandatangan atau atas nama instansinya dan dipertanggungjawabkan kepada Pejabat yang bersangkutan.
Segala hal yang belum cukup di atas diatur dalam Keputusan ini akan diatur kemudian.
2
Suraf Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan.
Dengan catatan : bahwa apabila dikemudian hari ternyata terdapat kekeliruan dalam Surat Keputusan ini, akan diadakan _perbaikan seperlunya~ ·
Ditetapkan di Jakarta
11 Mei 2004
3
PENEGAKAN ATURAN DISIPLIN