PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH DI BADAN …
Transcript of PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH DI BADAN …
BUKU SAKU
PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH
DI BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
Jl. Raya Gandul No. 4
Cinere-Depok 16512 021-7540123 [email protected]
DAFTAR ISI I. PENGENALAN PENGADAAN BARANG/JASA ..................................... 1
A. Pengertian Pengadaan Barang/Jasa ............................................ 1 B. Jenis Barang/Jasa ........................................................................ 1 C. Pelaku Pengadaan Barang/Jasa ................................................... 2 D. Cara Pengadaan barang/Jasa ...................................................... 5
II. PENGADAAN BARANG/JASA MELALUI SWAKELOLA ........................ 7 A. Kriteria Barang/Jasa yang diadakan melalui Swakelola ................ 7 B. Tipe-Tipe Swakelola .................................................................... 8 C. Tata Cara Pengadaan Barang/Jasa Melalui Swakelola ................. 10 D. Sanksi ........................................................................................ 13
III. PENGADAAN BARANG/JASA MELALUI PENYEDIA ........................... 15 A. Perencanaan Pengadaan Barang/Jasa ........................................ 15 B. Persiapan Pengadaan Barang/Jaa ............................................... 16 C. Persiapan Pemilihan Penyedia ................................................... 25 D. Pelaksanaan Pemilihan Penyedia ............................................... 33 E. Konsolidasi ................................................................................ 43 F. Pelaksanaan Kontrak ................................................................. 45 G. Serah Terima Hasil Pekerjaan ..................................................... 55 H. Penilaian Kinerja Penyedia ......................................................... 57
IV. PENGADAAN KHUSUS .................................................................... 59 A. Pengadaan Barang/jasa dalam Rangka Penanganan Keadaan Darurat ...................................................................................... 59 B. Pengadaan Barang/Jasa di Luar Negeri ....................................... 59 C. Pengecualian ............................................................................. 59 D. Penelitian .................................................................................. 62 E. Tender/Seleksi Internasional dan Dana Pinjaman Luar Negeri atau Hibah Luar Negeri .............................................................. 63
V. PENGAWASAN, PENGADUAN, DAN SANKSI .................................... 65 A. Pengawasan .............................................................................. 65 B. Pengaduan ................................................................................ 65 C. Sanksi ........................................................................................ 65
REFERENSI ........................................................................................... 68
Sekilas tentang Pengadaan Barang/Jasa di BPSDM Hukum dan HAM
Pengadaan barang/jasa merupakan kegiatan pengadaan barang/jasa oleh Kementerian/Lembaga/Perangkat Daerah yang dibiayai oleh APBN/APBD yang prosesnya sejak identifikasi kebutuhan sampai dengan serah terima hasil pekerjaan. Meliputi pengadaan Barang, Pekerjaan Konstruksi, Jasa Konsultansi, dan Jasa Lainnya. Sementara itu, cara pengadaan dapat dilakukan melalui Swakelola dan/atau Penyedia. Proses pengadaan barang/jasa tidak selalu berjalan dengan lancar. Ada kalanya, terjadi permasalahan dalam pengadaan barang/jasa pemerintah. Permasalahan-permasalahan tersebut tentu saja dapat menghambat pencapaian tujuan dari pengadaan barang/jasa. Setelah melakukan diskusi dengan Pejabat Pengadaan dan Pejabat Pembuat Komitmen di lingkungan BPSDM Hukum dan HAM, penyusun menemukan beberapa masalah yang pernah terjadi terkait dengan pengadaan barang/jasa.
Pertama, menyangkut pendokumentasian kontrak pengadaan barang/jasa di BPSDM Hukum dan HAM. Akibat banyaknya pengadaan barang/jasa dalam kurun waktu satu tahun anggaran, kadangkala kontrak yang sedang dilaksanakan maupun sudah selesai dilaksanakan tercecer entah ke mana. Hal ini menyebabkan pegawai mengalami kesulitan saat membutuhkan dokumen kontrak tersebut. Selain itu, kurang rapinya sistem administrasi pengadaan barang/jasa mengakibatkan beberapa masalah. Misalnya, saat dilakukan pemeriksaan oleh BPK, ditemukan temuan seperti kelebihan pembayaran, adanya denda keterlambatan yang belum dibayar dan lain sebagainya. Hal-hal seperti ini dapat merugikan negara dan mengakibatkan pelaku pengadaan mendapatkan teguran.
Permasalahan selanjutnya yang ditemukan adalah menyangkut kegagalan proses Tender/Seleksi akibat refocusing anggaran untuk penanganan pandemi Covid-19. Proses Tender/Seleksi, terutama di Polteknik Tangerang, banyak yang terpaksa dibatalkan akibat tidak tersedianya anggaran. Anggaran yang sudah termuat dalam RKA-KL untuk proses Tender/Seleksi dialihkan untuk penanganan pandemi. Sejak bulan April sampai saat ini, dana yang tadinya ditujukan untuk Tender/Seleksi namun dialihkan untuk penanganan Covid-19 telah mencapai sekitar 100 (seratus) miliar rupiah. Akibatnya, proses pembangunan menjadi terhambat karena tidak bisa segera dilaksanakan.
Oleh karena itu, diharapkan panduan pelaksanaan barang/jasa dapat digunakan untuk membantu menyelesaikan permasalahan-permasalahan di atas. Selain itu, diperlukan kerja sama dari berbagai pihak untuk mewujudkan proses pengadaan barang/jasa yang berkualitas.
I
PENGENALAN PENGADAAN BARANG/JASA
1
A. Pengertian Pengadaan Barang/Jasa Kegiatan Pengadaan Barang/Jasa oleh Kementerian/Lembaga/Perangkat Daerah (K/L/PD) yang dibiayai oleh APBN/APBD yang prosesnya sejak identifikasi kebutuhan sampai dengan serah terima hasil pekerjaan.
B. Jenis Barang/Jasa
1. Barang
Contoh: bahan baku, barang setengah jadi, barang jadi/peralatan, makhluk
hidup
Setiap benda baik berwujud maupun tidak berwujud, bergerak maupun tidak bergerak, yang dapat diperdagangkan, dipakai, dipergunakan atau dimanfaatkan oleh pengguna barang.
2. Pekerjaan Konstruksi
Contoh: pekerjaan konstruksi umum dan
pekerjaan konstruksi spesialis
Keseluruhan atau sebagian kegiatan yang meliputi pembangunan, pengoperasian, pemeliharaan, pembongkaran, dan pembangunan kembali suatu bangunan.
3. Jasa Konsultansi
Contoh: jasa konsultansi non-konstruksi
dan jasa konsultansi konstruksi
Jasa layanan profesional yang membutuhkan keahlian tertentu di berbagai bidang keilmuan yang mengutamakan adanya olah pikir.
4. Jasa Lainnya
Contoh: jasa boga, jasa layanan
kebersihan, jasa penyedia tenaga kerja, jasa publikasi, jasa percetakan dan
penjilidan, jasa pengamanan dll
Jasa nonkonsultansi atau jasa yang membutuhkan peralatan, metodologi khusus, dan/atau keterampilan dalam suatu sistem tata kelola yang telah dikenal luas di dunia usaha untuk menyelesaikan suatu pekerjaan.
2
C. Pelaku Pengadaan Barang/Jasa
1. Pengguna Anggaran (PA) Tugas dan kewenangan PA:
• Melakukan tindakan yang mengakibatkan pengeluaran anggaran belanja
• Mengadakan perjanjian dengan pihak lain dalam batas anggaran pelanja yang telah ditetapkan
• Menetapkan perencanaan pengadaan
• Menetapkan dan mengumumkan RUP
• Melaksanakan konsolidasi pengadaan barang/jasa
• Menetapkan Penunjukan Langsung untuk Tender/Seleksi ulang gagal
• Menetapkan pengenaan sanksi daftar hitam
• Menetapkan Pejabat Pembuat Komitmen (PPK)
• Menetapkan Pejabat Pengadaan (PP)
• Menetapkan Penyelenggara Swakelola
• Menetapkan tim teknis
• Menetapkan tim juri/tim ahli untuk pelaksanaan melalui sayembara/kontes
• Menyatakan Tender/Seleksi gagal
• Menetapkan pemenang pemilihan Penyedia untuk metode: ▪ Tender/Penunjukan Langsung/E-purchasing
paket pengadaan Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya dengan Pagu Anggaran paling sedikit di atas 100 miliar
▪ Seleksi/Penunjukan Langsung paket pengadaan Jasa Konsultansi dengan Pagu Anggaran paling sedikit di atas 10 miliar
PA merupakan Pejabat pemegang
kewenangan penggunaan anggaran K/L/PD
2. Kuasa Pengguna Anggaran (KPA)
Tugas dan kewenangan KPA:
• Melaksanakan pendelegasian pelimpahan wewenang dari PA
• Menjawab sanggah Banding peserta Tender Pekerjaan Konstruksi
• KPA dapat menugaskan PPK terkait dengan melakukan tindakan yang mengakibatkan pengeluaran anggaran belanja dan/atau mengadakan perjanjian dengan pihak lain dalam batas anggaran belanja yang telah ditetapkan
KPA merupakan Pejabat yang
memperoleh kuasa dari PA untuk melaksanakan sebagian kewenangan
dan tanggung jawab penggunaan anggaran pada K/L/PD
3
3. Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Tugas dan kewenangan PPK:
• Menyusun perencanaan pengadaan
• Melaksanakan konsolidasi pengadaan barang/jasa
• Menetapkan spesifikasi teknis/KAK
• Menetapkan rancangan kontrak
• Mentapkan HPS
• Menetapkan besaran uang muka yang akan dibayarkan kepada Penyedia
• Mengusulkan perubahan jadwal kegiatan
• Melaksanakan E-purchasing untuk nilai paling sedikit di atas 200 juta
• Mengendalikan kontrak
• Menyimpan dan menjaga keutuhan seluruh dokumen pelaksanaan kegiatan
• Melaporkan pelaksanaan dan penyelesaian kegiatan kepada PA/KPA
• Menyerahkan hasil pekerjaan pelaksanaan kegiatan kepada PA/KPA dengan berita acara penyerahan
• Menilai kinerja Penyedia
• Menetapkan tim pendukung
• Menetapkan tim ahli atau tenaga ahli
• Menetapkan Surat Penunjukan Penyedia Barang/Jasa
PPK merupakan Pejabat yang diberi
kewenangan oleh PA/KPA untuk mengambil keputusan dan/atau melakukan tindakan yang dapat
mengakibatkan pengeluaran APBN/APBD
4. Kelompok Kerja Pemilihan (Pokja
Pemilihan) Tugas dan kewenangan Pokja Pemilihan:
• Melaksanakan persiapan dan pelaksanaan pemilihan Penyedia, kecuali E-purchasing dan Pengadaan Langsung
• Menetapkan pemenang pemilihan (Penyedia) untuk metode pemilihan: ▪ Tender/Penunjukan Langsung untuk paket
pengadaan Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya dengan Pagu Anggaran paling banyak 100 miliar
▪ Seleksi/Penunjukan Langsung untuk paket pengadaan Jasa Konsultansi dengan Pagu Anggaran paling banyak 10 miliar
Sumber daya manusia yang
ditetapkan oleh kepala UKPBJ untuk mengelola pemilihan Penyedia.
Berjumlah minimal 3 orang dan bisa ditambah selama berjumlah gasal.
4
5. Pejabat Pengadaan (PP) Tugas dan kewenangan PP:
• Melaksanakan persiapan dan pelaksanaan Pengadaan Langsung
• Melaksanakan persiapan dan pelaksanaan Penunjukan Langsung untuk pengadaan Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya yang bernilaipaling banyak 200 juta
• Melaksanakan persiapan dan pelaksanaan Penunjukan Langsung untuk pengadaan Jasa Konsultansi yang bernilai paling banyak 100 juta
• Melaksanakan E-purchasing yang bernilai paling banyak 200 juta
Pejabat administrasi/pejabat
fungsional/personel yang bertugas melaksanakan Pengadaan Langsung, Penunjukan Langsung, E-purchasing
6. Agen Pengadaan
• Agen Pengadaan adalah UKPBJ atau Pelaku Usaha yang melaksanakan sebagian atau seluruh pekerjaan pengadaan barang/jasa yang diberi kepercayaan oleh K/L/PD sebagai pihak pemberi pekerjaan
• Pelaksanaan tugas Agen Pengadaan mutatis mutandis dengan Pokja dan/atau PPK
7. Penyelenggara Swakelola
Penyelenggara Swakelola terdiri dari:
• Tim Persiapan yang memiliki tugas menyusun rencana kegiatan, jadwal pelaksanaan, dan rencana biaya
• Tim Pelaksana yang memiliki tugas melaksanakan, mencatat, mengevaluasi, dan melaporkan secara berkala kemajuan pelaksanaan kegiatan & penyerapan anggaran
• Tim Pengawas yang memiliki tugas mengawasi persiapan dan pelaksanaan fisik maupun administrasi Swakelola dan penyerahan hasil pekerjaan
Penyelenggara Swakelola adalah tim
yang menyelenggarakan kegiatan secara Swakelola
8. Penyedia
• Penyedia adalah Pelaku Usaha yang menyediakan barang/jasa berdasarkan kontrak
• Penyedia bertanggung jawab atas pelaksanaan kontrak, kualitas barang/jasa, ketepatan perhitungan jumlah atau volume, ketepatan waktu penyerahan, dan ketepatan tempat penyerahan
5
D. Cara Pengadaan Barang/Jasa 1. Swakelola
Cara memperoleh barang/jasa yang dikerjakan sendiri oleh K/L/PD, K/L/PD lain, organisasi kemasyarakatan, atau kelompok masyarakat.
2. Penyedia Cara memperoleh barang/jasa yang disediakan oleh Pelaku Usaha.
Langkah penentuan cara pengadaan barang/jasa
TIDAK
YA
TIDAK
YA
TIDAK YA
Barang/Jasa
Bisa melalui Penyedia?
Bisa melalui Swakelola
Sesuai tujuan
Swakelola
Pengadaan Barang/Jasa
melalui Swakelola
Pengadaan Barang/Jasa
melalui Penyedia
6
Garis Besar Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
PERENCANAAN PERSIAPAN PELAKSANAAN
Identifikasi Kebutuhan Persiapan Swakelola Pelaksanaan Swakelola
Penetapan Barang/Jasa
Cara Pengadaan
Jadwal Pengadaan
Anggaran Pengadaan
Penetapan Sasaran
Penyelenggara Swakelola
Rencana Kegiatan
Rencana Kegiatan
Persiapan Penyedia
Menetapkan HPS
Menetapkan Rancangan Kontrak
Menetapkan Spesifikasi Teknis/KAK
Menetapkan uang muka, jaminan uang
muka, jaminan pelaksanaan,
jaminan pemeliharaan,
sertifikat garansi, penyesuaian harga
Pelaksanaan Swakelola Tipe
I, II, III, IV
Pembayaran Swakelola
Pengawasan dan Pertanggungjawaban
Swakelola
Pelaksanaan PBJ melalui Penyedia
Pelaksanaan Pemilihan
Pelaksanaan Kontrak
Serah Terima Hasil Pekerjaan
II
PENGADAAN BARANG/JASA MELALUI SWAKELOLA
7
A. Kriteria Barang/Jasa yang Diadakan Melalui Swakelola
Contoh barang/jasa yang dapat diadakan melalui Swakelola: 1. Barang/jasa yang dilihat dari segi nilai, lokasi, dan/atau sifatnya tidak
diminati oleh Pelaku Usaha, contoh: pemeliharaan rutin (skala kecil, sederhana), penanaman gebalan rumput, pemeliharaan rambu suar, pengadaan barang/jasa di lokasi terpencil/pulau terluar, atau renovasi rumah tidak layak huni.
2. Jasa penyelenggaraan penelitian dan pengembangan, pendidikan / pelatihan, kursus, penataran, seminar, lokakarya atau penyuluhan.
3. Jasa penyelenggaraan kegiatan sayembara atau kontes. 4. Jasa pemilihan Agen Pengadaan dari unsur UKPBJ K/L/PD. 5. Barang/jasa yang dihasilkan oleh usaha ekonomi kreatif dan budaya
dalam negeri untuk kegiatan pengadaan festival, parade seni/budaya, contoh: pagelaran seni oleh siswa/siswi sekolah, pembuatan film, atau penyelenggaraan pertandingan olahraga antar sekolah/kampus.
6. Jasa sensus, survei, pemprosesan/pengolahan data, perumusan kebijakan publik, pengujian laboratorium dan pengembangan sistem, aplikasi, tata kelola, atau standar mutu tertentu.
7. Barang/jasa yang masih dalam pengembangan sehingga belum dapat disediakan atau diminati oleh Pelaku Usaha.
8. Barang/jasa yang dihasilkan oleh Ormas, Kelompok Masyarakat, atau masyarakat. Contoh: Jasa pendampingan untuk pemberdayaan ekonomi keluarga pra sejahtera, pelestarian lingkungan hidup, produk kerajinan masyarakat, produk Kelompok Masyarakat, produk Kelompok Masyarakat penyandang disabilitas, tanaman atau bibit milik masyarakat atau produk warga binaan lembaga permasyarakatan.
9. Barang/jasa yang pelaksanaan pengadaannya memerlukan partisipasi masyarakat. Dapat berupa Pembangunan fisik maupun non fisik. a. Pembangunan fisik dapat berupa Pekerjaan Konstruksi sederhana
yang hanya dapat berbentuk rehabilitasi, renovasi, dan konstruksi sederhana.
b. Peningkatan pembangunan non fisik bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Contoh: Pelayanan peningkatan gizi keluarga di posyandu, pelayanan kesehatan lingkungan, atau peningkatan kualitas sanitasi sederhana.
10. Barang/jasa yang bersifat rahasia dan mampu dilaksanakan oleh K/L/PD yang bersangkutan, contoh: pembuatan soal ujian dan pembuatan sistem keamanan informasi.
8
B. Tipe-Tipe Swakelola
1. Tipe I merupakan Swakelola yang direncanakan, dilaksanakan, dan diawasi oleh K/L/PD penanggungjawab anggaran. Swakelola tipe I juga dapat dilaksanakan oleh BLU yang
merupakan bagian dari K/L penanggung jawab anggaran sebagai instansi induk; BLUD yang merupakan bagian dari PD penanggung jawab anggaran sebagai instansi induk; atau PTN bagian dari K/L penanggung jawab anggaran.
2. Tipe II merupakan Swakelola yang direncanakan dan diawasi oleh K/L/PD penanggungjawab anggaran dan dilaksanakan oleh K/L/PD lain pelaksana Swakelola. Swakelola tipe II dapat dilaksanakan oleh K/L/PD lain yang mempunyai tugas dan fungsi yang sesuai dengan pekerjaan Swakelola yang akan dilaksanakan; UKPBJ K/L/PD yang ditunjuk sebagai Agen Pengadaan untuk pemilihan Penyedia Barang/Jasa; BLU/BLUD dari K/L/PD lain; atau PTN dari K/L lain.
3. Tipe III merupakan Swakelola yang direncanakan dan diawasi oleh K/L/PD penanggung jawab anggaran dan dilaksanakan oleh Organisasi Kemasyarakatan pelaksana Swakelola. Swakelola tipe III juga dapat dilaksanakan oleh PTS atau organisasi profesi. Persyaratan Penyelenggara Swakelola tipe III, yaitu: a. Berbadan hukum yayasan atau
berbadan hukum perkumpulan yang telah mendapatkan pengesahan badan hukum dari kementerian yang membidangi urusan hukum dan hak asasi manusia sesuai dengan peraturan perundang-undangan
b. Mempunyai status valid keterangan Wajib Pajak berdasarkan hasil konfirmasi status Wajib Pajak
c. Memiliki struktur organisasi/pengurus
9
d. Memiliki Anggaran Dasar (AD) dan Anggaran Rumah Tangga (ART) e. Mempunyai bidang kegiatan yang berhubungan dengan barjas yang
diadakan sesuai dengan AD/ART dan/atau dokumen pengesahan f. Mempunyai personel tetap dengan keilmuan dan pengalaman
teknis menyediakan atau mengerjakan barjas sejenis yang diswakelolakan. Untuk personel yang ditugaskan sebagai calon Ketua Tim Pelaksana wajib memiliki kemampuan manajerial
g. Mempunyai atau menguasai kantor dengan alamat yang benar, tetap dan jelas berupa milik sendiri atau sewa
h. Dalam hal calon pelaksana Swakelola akan melakukan kemitraan, harus mempunyai perjanjian kerja sama kemitraan yang memuat tanggung jawab masing-masing yang mewakili kemitraan tersebut.
4. Tipe IV merupakan Swakelola yang direncanakan oleh K/L/PD penanggung jawab anggaran dan/atau berdasarkan usulan Kelompok Masyarakat dan dilaksanakan serta diawasi oleh Kelompok Masyarakat Pelaksana Swakelola. Persyaratan Penyelenggara Swakelola tipe IV, yaitu memiliki sekretariat dengan alamat yang benar dan jelas di lokasi tempat pelaksanaan kegiatan; dan memiliki kemampuan untuk menyediakan atau mengerjakan barang/jasa sejenis yang diswakelolakan.
Penetapan Penyelenggara Swakelola
Tipe Swakelola
Tim Persiapan Tim
Pengawas Tim Pelaksana
Tipe I Ditetapkan oleh PA/KPA penanggung jawab anggaran
Tipe II Ditetapkan oleh PA/KPA
penanggung jawab anggaran
Ditetapkan oleh K/L/PD penyelenggara
Swakelola
Tipe III Ditetapkan oleh PA/KPA
penanggung jawab anggaran
Ditetapkan oleh penanggung jawab
Ormas
Tipe IV Ditetapkan oleh penanggung jawab Pokmas
10
C. Tata Cara Pengadaan Barang/Jasa Melalui Swakelola Ruang lingkup Swakelola meliputi perencanaan pengadaan melalui Swakelola; persiapan Swakelola; pelaksanaan Swakelola; pengawasan Swakelola; dan serah terima hasil pekerjaan.
1. Perencanaan pengadaan melalui Swakelola terdiri dari: a. Identifikasi Pengadaan Barang/Jasa
Bersamaan dengan pembahasan RUU APBN/Rancangan Perda APBD, PPK melakukan identifikasi pengadaan barang/jasa pada level komponen/sub komponen pada RKA K/L atau sub kegiatan pada RKA PD di mana terdapat akun belanja pengadaan barang/jasa berdasarkan penugasan dari PA/KPA.
b. Penetapan Barang/Jasa PPK menetapkan barang/jasa berdasarkan jenis pengadaan berupa: Barang; Pekerjaan Konstruksi; Jasa Konsultansi (Jasa Konsultansi Non-Konstruksi/Jasa Konsultansi Konstruksi); dan Jasa Lainnya. Pengadaan barang/jasa dapat juga dilakukan dengan menggabungkan beberapa jenis pengadaan di atas menjadi 1 (satu) paket pekerjaan terintegrasi.
c. Cara Pengadaan PPK menentukan cara pengadaan, yaitu secara Swakelola dan/atau Penyedia. Pemilihan cara pengadaan berdasarkan sumber penyedia barang/jasa. Pengadaan Barang/Jasa melalui Swakelola adalah cara memperoleh barang/jasa yang dikerjakan sendiri oleh K/L/PD, K/L/PD lain, Organisasi Kemasyarakatan, atau Kelompok Masyarakat. Dalam hal kegiatan Swakelola memerlukan penyedia barang/jasa, pengadaannya mengacu pada peraturan pengadaan barang/jasa melalui penyedia.
2. Persiapan, Pelaksanaan, Pengawasan, dan Serah Terima Hasil Pekerjaan Swakelola 1) Persiapan Swakelola
a) Tipe I
Kegiatan Para Pihak
Penyusun Penetapan
Penyelenggara Swakelola PPK PA/KPA
Rencana Kegiatan Tim Persiapan PPK
Jadwal Pelaksanaan Tim Persiapan PPK
Reviu spesifkasi teknis/KAK Tim Persiapan PPK
Reviu RAB Tim Persiapan PPK
11
b) Tipe II
Kegiatan Para Pihak
Penyusun Penetapan
Penyelenggara Swakelola: - Tim Persiapan dan Tim
Pengawas
- Tim Pelaksana
PPK penanggung
jawab anggaran
K/L/PD lain pelaksana Swakelola
PA/KPA penanggung
jawab anggaran
K/L/PD lain pelaksana Swakelola
Rencana Kegiatan Tim Persiapan PPK
Jadwal Pelaksanaan Tim Persiapan PPK
Reviu spesifkasi teknis/KAK
Tim Persiapan PPK
Reviu RAB Tim Persiapan PPK
Finalisasi dan penandatanganan Kontrak
PPK dan Tim Pelaksana
c) Tipe III
Kegiatan Para Pihak
Penyusun Penetapan
Penyelenggara Swakelola: - Tim Persiapan dan Tim
Pengawas
- Tim Pelaksana
PPK penanggung
jawab anggaran
Ormas
PA/KPA penanggung
jawab anggaran Pimpinan pelaksana Swakelola
Rencana Kegiatan Tim Persiapan PPK
Jadwal Pelaksanaan Tim Persiapan PPK
Reviu spesifkasi teknis/KAK
Tim Persiapan PPK
Reviu RAB Tim Persiapan PPK
Finalisasi dan penandatanganan Kontrak
PPK dan pimpinan pelaksana Swakelola
12
d) Tipe IV
PA/KPA melalui PPK menyampaikan undangan kepada Kelompok Masyarakat di lokasi pelaksanaan pekerjaan Swakelola. Jika Kelompok Masyarakat tersebut bersedia untuk melaksanakan pekerjaan Swakelola, maka penanggung jawab Kelompok Masyarakat menyampaikan surat pernyataan kesediaan sebagai pelaksana Swakelola. Selanjutnya PA/KPA melakukan penetapan Kelompok Masyarakat sebagai pelaksana Swakelola. Dalam hal pengadaan barang/jasa melalui Swakelola merupakan usulan dari Kelompok Masyarakat, maka PA/KPA menetapkan Kelompok Masyarakat sebagai calon pelaksana Swakelola. Setelah Kelompok Masyarakat ditetapkan, Selanjutnya PPK meminta Kelompok Masyarakat calon pelaksana Swakelola untuk mengajukan proposal dan RAB.
2) Kegiatan Pelaksanaan Swakelola
Tim Pelaksana bertugas melaksanakan Swakelola. Pelaksanaan dilakukan sesuai dengan rencana kegiatan yang telah ditetapkan oleh PPK (Tipe I). Pada Tipe II, III, dan IV, pelaksanaan dilakukan sesuai dengan spesifikasi teknis/KAK yang telah ditetapkan oleh PPK. Apabila terdapat pengajuan kebutuhan tenaga kerja, sarana prasarana/peralatan dan material/bahan kepada PPK, harus disesuaikan dengan rencana kegiatan dan jadwal pelaksanaan. Dilakukan juga penyusunan laporan penerimaan dan penggunaan kebutuhan tersebut. Kemudian, dilakukan penyusunan laporan Swakelola dan dokumentasi sesuai dengan yang diatur dalam dokumen kontrak. Setelah itu, PPK melakukan pembayaran pelaksanaan Swakelola sesuai yang tercantum dalam Kontrak Swakelola. Dalam Swakelola Tipe II, III, dan IV terdapat klausul tambahan berupa larangan bagi pelaksana Swakelola untuk mengalihkan pekerjaan utama kepada pihak lain.
3) Kegiatan Pengawasan Swakelola Tim Pengawas melaksanakan tugas pengawasan administrasi,
teknis, dan keuangan sejak persiapan, pelaksanaan, sampai dengan penyerahan hasil pekerjaan. Berdasarkan hasil pengawasan, Tim Pengawas melakukan evaluasi Swakelola. Apabila dalam hasil evaluasi ditemukan penyimpangan, Tim Pengawas melaporkan dan memberikan rekomendasi kepada
13
PPK, tim persiapan, atau tim pelaksana untuk segera mengambil tindakan korektif.
4) Serah Terima Hasil Pekerjaan Swakelola Penyerahan Hasil Pekerjaan Swakelola pada Swakelola tipe I
dilaksanakan dengan ketentuan sebagai berikut: a) Tim Pelaksana menyerahkan hasil pekerjaan dan laporan
pelaksanaan pekerjaan kepada PPK melalui Berita Acara Serah Terima Hasil Pekerjaan;
b) Penyerahan hasil pekerjaan dan laporan pelaksanaan pekerjaan kepada PPK setelah dilakukan pemeriksaan oleh Tim Pengawas dengan Berita Acara Hasil Pemeriksaan;
c) PPK menyerahkan hasil pekerjaan kepada PA/KPA. D. Sanksi
Penyelenggara Swakelola berwajiban mematuhi etika pengadaan. Sanksi dapat dikenakan kepada Penyelenggara Swakelola apabila terjadi pelanggaran penyelenggaraan Swakelola. Dalam Swakelola, penilaian dilakukan oleh PPK terhadap Penyelenggara Swakelola. Penilaian PPK dapat berdasarkan atas penilaian PPK secara mandiri atau atas laporan dari Tim Pengawas kepada PPK. Penyelenggara Swakelola yang terbukti melakukan pelanggaran atas penyelenggaraan Swakelola dikenakan pembatalan sebagai Penyelenggara Swakelola. Pengenaan sanksi sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-Undangan (pada Tipe I) dan/atau sesuai dengan ketentuan yang tercantum dalam Kontrak (pada Tipe II, III, dan IV).
III
PENGADAAN BARANG/JASA MELALUI PENYEDIA
14
Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa melalui Penyedia meliputi: 1. Perencanaan Pengadaan Barang/Jasa 2. Persiapan Pengadaan Barang/Jasa; 3. Persiapan Pemilihan Penyedia; 4. Pelaksanaan pemilihan Penyedia melalui Tender/Seleksi; 5. Persiapan dan pelaksanaan pemilihan Penyedia melalui E-purchasing,
Penunjukan Langsung, Pengadaan Langsung dan Tender Cepat; 6. Konsolidasi; 7. Pelaksanaan Kontrak; 8. Serah terima; dan 9. Penilaian Kinerja Penyedia.
15
A. Perencanaan Pengadaan Barang/Jasa Perencanaan pengadaan disusun oleh PPK dan ditetapkan oleh PA/KPA yang meliputi identifikasi pengadaan barang/jasa, penetapan barang/jasa, cara, jadwal dan anggaran Pengadaan Barang/Jasa. 1. Identifikasi Pengadaan Barang/Jasa
Bersamaan dengan pembahasan RUU APBN/Rancangan Perda APBD, PPK melakukan identifikasi pengadaan barang/jasa pada level komponen/sub komponen pada RKA K/L atau sub kegiatan pada RKA PD di mana terdapat akun belanja pengadaan barang/jasa berdasarkan penugasan dari PA/KPA.
2. Penetapan Barang/Jasa PPK menetapkan barang/jasa berdasarkan jenis pengadaan berupa: Barang; Pekerjaan Konstruksi; Jasa Konsultansi (Jasa Konsultansi Non-Konstruksi/Jasa Konsultansi Konstruksi); dan Jasa Lainnya. Pengadaan barang/jasa dapat juga dilakukan dengan menggabungkan beberapa jenis pengadaan di atas menjadi 1 (satu) paket pekerjaan terintegrasi.
3. Cara Pengadaan PPK menentukan cara pengadaan, yaitu secara Swakelola dan/atau Penyedia. Pemilihan cara pengadaan berdasarkan sumber penyedia barang/jasa. Pengadaan Barang/Jasa melalui Penyedia adalah cara memperoleh barang/jasa yang disediakan oleh Pelaku Usaha.
4. Jadwal Pengadaan Dalam menyusun perencanaan pengadaan, perlu ditentukan waktu pemanfaatan barang/jasa karena akan menjadi dasar dalam menetapkan jadwal pelaksanaan pengadaan seperti jadwal persiapan pengadaan, jadwal persiapan pemilihan, jadwal pelaksanaan pemilihan, jadwal pelaksanaan kontrak, dan jadwal serah terima.
6. Anggaran Pengadaan Selain melakukan identifikasi pengadaan barang/jasa, jenis pengadaan dan cara pengadaan, PPK melakukan reviu terhadap ketersediaan biaya pendukung pada RKA K/L atau RKA PD. Dalam hal biaya pendukung belum tersedia, PPK dapat mengusulkan perubahan anggaran kepada PA/KPA.
16
B. Persiapan Pengadaan Barang/Jasa Persiapan pengadaan barang/jasa melalui Penyedia oleh PPK meliputi
penyusunan dan penetapan spesifikasi teknis/KAK; penyusunan dan penetapan HPS; penyusunan dan penetapan rancangan kontrak; dan menetapkan uang muka, jaminan uang muka, jaminan pelaksanaan, jaminan pemeliharaan, sertifikat garansi, penyesuaian harga, SSUK, dan/atau SSKK.
1. Reviu dan Penetapan Spesifikasi Teknis/KAK
Reviu meliputi kualitas, kuantitas, waktu yang akan digunakan, biaya, lokasi, dan ketersediaan di pasar. Dalam melakukan reviu ketersediaan barang/jasa perlu memperhatikan:
• Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) yang mengacu pada daftar inventarisasi barang/jasa produksi dalam negeri
• Memenuhi Standar Nasional Indonesia (SNI)
• Produk usaha mikro dan kecil serta koperasi dari hasil produksi dalam negeri
• Produk ramah lingkungan
2. Penyusunan dan Penetapan HPS Penyusunan dan penetapan HPS bertujuan untuk menilai kewajaran
harga penawaran atau kewajaran harga satuan, dasar untuk menetapkan batas tertinggi penawaran yang sah, dan dasar untuk
17
menetapkan besaran nilai jaminan pelaksanaan bagi penawaran kurang dari 80% dari nilai HPS. PPK menyusun HPS berdasarkan pada: a. Hasil RAB yang telah disusun pada tahap perencanaan pengadaan b. Pagu Anggaran yang tercantum dalam DIPA/DPA, untuk proses
pemilihan yang dilakukan sebelum penetapan DIPA/DPA mengacu kepada Pagu Anggaran yang tercantum dalam RKA K/L atau RKA-PD
c. Hasil reviu RAB yang telah memperhitungkan biaya tidak langsung, keuntungan, dan PPN
HPS tidak boleh memperhitungkan biaya tak terduga, biaya lain-lain, dan PPh. Nilai HPS bersifat terbuka dan tidak rahasia serta paling tinggi sama dengan nilai pagu anggaran. Sedangkan rincian HPS bersifat rahasia, kecuali rincian harga satuan tersebut telah tercantum dalam Dokumen Anggaran Belanja. PPK menetapkan HPS dengan menandatangani pada lembar persetujuan/penetapan. HPS yang sah adalah yang telah ditandatangani oleh PPK. Penetapan HPS dikecualikan untuk Pengadaan barjas dengan Pagu Anggaran paling banyak 10 juta, E-purchasing, dan Tender pekerjaan terintegrasi.
3. Penyusunan dan Penetapan Rancangan Kontrak PPK menyusun rancangan kontrak yang memuat: jenis kontrak, bentuk
kontrak, naskah perjanjian, uang muka, jaminan pengadaan, sertifikat garansi, sertifikat/dokumen dalam rangka pengadaan barang impor, penyesuaian harga, Syarat-Syarat Umum Kontrak (SSUK), serta Syarat-Syarat Khusus Kontrak (SSKK).
a. Jenis Kontrak
1) Jenis Kontrak Pengadaan Barang/Jasa Lainnya a) Kontrak Lumsum
Kontrak Lumsum merupakan kontrak dengan ruang lingkup pekerjaan dan jumlah harga yang pasti dan tetap dalam batas waktu tertentu, dengan ketentuan semua risiko sepenuhnya ditanggung oleh Penyedia, berorientasi pada keluaran, dan pembayaran produk didasarkan pada tahapan produk/keluaran yang dihasilkan sesuai dengan kontrak.
b) Kontrak Harga Satuan Kontrak Harga Satuan merupakan kontrak pengadaan dengan harga satuan yang tetap untuk setiap satuan atau unsur pekerjaan dengan spesifikasi teknis tertentu atas penyelesaian seluruh pekerjaan dalam batas waktu yang telah ditetapkan dengan ketentuan sebagai berikut volume atau kuantitas pekerjaannya masih bersifat perkiraan pada
18
saat kontrak ditandatangani, pembayaran berdasarkan hasil pengukuran bersama atas realisasi volume pekerjaan dan nilai akhir kontrak ditetapkan setelah seluruh pekerjaan diselesaikan.
c) Kontrak Gabungan Lumsum dan Harga Satuan Kontrak Gabungan Lumsum dan Harga Satuan merupakan kontrak gabungan Lumsum dan Harga Satuan dalam satu pekerjaan yang diperjanjikan.
d) Kontrak Payung Kontrak Payung dapat berupa kontrak harga satuan dalam periode waktu tertentu untuk barang/jasa yang belum dapat ditentukan volume dan/atau waktu pengirimannya pada saat kontrak ditandatangani.
e) Kontrak Biaya Plus Imbalan Kontrak Biaya Plus Imbalan merupakan kontrak yang
digunakan untuk pengadaan dalam rangka penanganan keadaan darurat dengan nilai kontrak merupakan perhitungan dari biaya aktual ditambah imbalan dengan persentase tetap atas biaya aktual atau imbalan dengan jumlah tetap.
2) Jenis Kontrak Pengadaan Jasa Konsultansi Nonkonstruksi a) Kontrak Lumsum
Kontrak Lumsum merupakan kontrak dengan ruang lingkup pekerjaan dan jumlah harga yang pasti dan tetap dalam batas waktu tertentu, dengan ketentuan semua risiko sepenuhnya ditanggung oleh Penyedia, berorientasi pada keluaran, dan pembayaran produk didasarkan pada tahapan produk/keluaran yang dihasilkan sesuai dengan kontrak.
b) Kontrak Berdasar Waktu Penugasan Kontrak Berdasar Waktu Penugasan merupakan kontrak Jasa Konsultansi untuk pekerjaan yang ruang lingkupnya belum bisa didefinisikan dengan rinci dan/atau waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan belum bisa dipastikan.
c) Kontrak Payung Kontrak Payung dapat berupa kontrak harga satuan dalam periode waktu tertentu untuk barang/jasa yang belum dapat ditentukan volume dan/atau waktu pengirimannya pada saat kontrak ditandatangani.
19
3) Jenis Kontrak Pekerjaan Konstruksi a) Lumsum
Kontrak Lumsum digunakan dalam hal kontrak didasarkan atas produk/keluaran, ruang lingkup kemungkinan kecil berubah dan detailed engineering design dan spesifikasi teknis lengkap dan akurat.
b) Harga Satuan Kontrak Harga Satuan digunakan dalam hal kontrak didasarkan atas unsur pekerjaan / komponen, kuantitas / volume masih bersifat perkiraan dan detailed engineering design dan spesifikasi teknis menyesuaikan kebutuhan pekerjaan dan kondisi lapangan.
c) Gabungan Lumsum dan Harga Satuan Kontrak Gabungan Lumsum dan Harga Satuan digunakan dalam hal terdapat bagian pekerjaan yang diberlakukan ketentuan Kontrak Lumsum dan terdapat bagian pekerjaan yang diberlakukan ketentuan Kontrak Harga Satuan di dalam satu perjanjian kontrak.
d) Kontrak Putar Kunci Kontrak Putar Kunci merupakan suatu perjanjian mengenai pembangunan suatu proyek dalam hal Penyedia setuju untuk membangun proyek tersebut secara lengkap sampai selesai. Termasuk pemasangan semua perlengkapannya sehingga proyek tersebut siap dioperasikan atau dihuni.
e) Kontrak Biaya Plus Imbalan Kontrak Biaya Plus Imbalan digunakan dalam hal merupakan jenis kontrak yang digunakan untuk Pengadaan Pekerjaan Konstruksi dalam rangka penanganan keadaan darurat dengan nilai kontrak merupakan perhitungan dari biaya aktual ditambah imbalan dengan persentase tetap atas biaya aktual atau imbalan dengan jumlah tetap.
4) Jenis Kontrak Pengadaan Jasa Konsultansi Konstruksi a) Lumsum
Kontrak Lumsum digunakan dalam hal kontrak yang didasarkan atas produk/keluaran, ruang lingkup kemungkinan kecil berubah, dan KAK lengkap dan akurat disertai dengan kebutuhan minimal tenaga ahli.
b) Waktu Penugasan Kontrak Waktu Penugasan digunakan dalam hal kontrak yang didasarkan atas unsur personel dan nonpersonel, waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan belum bisa
20
dipastikan dan KAK menyesuaikan kebutuhan pekerjaan dan kondisi lapangan.
5) Jenis Kontrak Pengadaan Pekerjaan Konstruksi Rancang dan Bangun Jenis kontrak pengadaan Pekerjaan Konstruksi Terintegrasi Rancang dan Bangun adalah Lumsum dengan pembayarannya dapat berbentuk Lumsum atau gabungan Lumsum dan Harga Satuan. Pembayaran dalam bentuk Harga Satuan diberlakukan dalam hal terdapat bagian pekerjaan yang memiliki kondisi ketidakpastian yang tinggi.
6) Kontrak Tahun Jamak Kontrak Tahun Jamak merupakan kontrak pengadaan
barang/jasa yang membebani lebih dari satu tahun anggaran. Dilakukan setelah mendapatkan persetujuan pejabat yang berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Kontrak Tahun Jamak dapat berupa: a) Pekerjaan yang penyelesaiannya lebih dari dua belas bulan; b) Pekerjaan yang penyelesaiannya lebih dari satu tahun
anggaran; atau c) Pekerjaan yang memberikan manfaat lebih apabila
dikontrakkan untuk jangka waktu lebih dari satu tahun anggaran dan maksimum tiga tahun anggaran.
b. Bentuk Kontrak Bentuk kontrak pengadaan barang/jasa terdiri dari:
1) Bukti Pembelian/Pembayaran Bukti pembelian/pembayaran adalah dokumen yang digunakan sebagai pernyataan tagihan yang harus dibayar oleh PPK untuk pengadaan Barang atau Jasa Lainnya dengan nilai paling banyak 10 juta.
2) Kuitansi Kuitansi adalah dokumen yang dijadikan sebagai tanda bukti transaksi pembayaran yang ditandatangani oleh penerima uang (Penyedia) dengan berbagai ketentuan pembayaran untuk pengadaan Barang atau Jasa Lainnya dengan nilai paling banyak 50 juta.
3) Surat Perintah Kerja (SPK) SPK adalah perjanjian sederhana secara tertulis antara kedua belah pihak tentang suatu perbuatan yang memiliki akibat
21
hukum untuk memperoleh hak dan melaksanakan kewajiban. SPK digunakan untuk: a) Pengadaan Jasa Konsultansi Nonkonstruksi/Jasa Konsultansi
Konstruksi bernilai paling banyak 100 juta. b) Pengadaan Barang/Jasa Lainnya bernilai paling sedikit di atas
50 juta sampai dengan paling banyak 200 juta. c) Pekerjaan Konstruksi bernilai paling banyak 200 juta.
4) Surat Perjanjian Surat Perjanjian merupakan pernyataan secara tertulis antara kedua belah pihak tentang suatu perbuatan yang memiliki akibat hukum untuk memperoleh hak dan melaksanakan kewajiban. Surat Perjanjian digunakan untuk: a) Pengadaan Jasa Konsultansi Nonkonstruksi/Jasa Konsultansi
Konstruksi bernilai paling sedikit di atas 100 juta. b) Pengadaan Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya
bernilai paling sedikit di atas 200 juta. 5) Surat Pesanan
Surat Pesanan merupakan bentuk perjanjian dalam pelaksanaan pengadaan melalui E-purchasing. Bentuk surat pesanan mengikuti praktik bisnis yang sudah mapan yang diterapkan dalam perdagangan melalui sistem elektronik. Untuk pengadaan barang/jasa tertentu yang membutuhkan pengaturan kontrak yang lebih rinci atau diperlukan/dipersyaratkan secara administratif dalam proses pembayaran, maka Surat Pesanan dapat ditindaklanjuti dengan Surat Perintah Kerja atau Surat Perjanjian.
c. Naskah Perjanjian Naskah Perjanjian terdiri dari:
1) Pembukaan terdiri dari judul kontrak; nomor kontrak; kalimat pembuka; para pihak dalam kontrak; dan latar belakang.
2) Isi berisi pernyataan-pernyataan kesepakatan antara kedua pihak yang berkontrak.
3) Penutup terdiri dari persetujuan dalam melaksanakan kontrak dan tanda tangan para pihak di atas materai.
d. Uang Muka PPK menetapkan besaran persentase uang muka yang akan
diberikan kepada Penyedia dan dicantumkan pada rancangan kontrak yang terdapat dalam Dokumen Pemilihan. Besaran uang muka untuk Usaha Mikro, Usaha Kecil, serta Koperasi:
22
1) Nilai pagu anggaran/kontrak paling sedikit di atas 50 juta sampai dengan paling banyak 200 juta diberikan uang muka paling rendah 50%.
2) Nilai pagu anggaran/kontrak paling sedikit di atas 200 juta sampai dengan paling banyak 2,5 miliar, diberikan uang muka paling rendah 30%.
3) Nilai pagu anggaran/kontrak paling sedikit di atas 2,5 miliar sampai dengan paling banyak 15 miliar diberikan uang muka paling tinggi 30%.
4) Nilai pagu anggaran/kontrak lebih dari 15 miliar diberikan uang muka paling tinggi 20%.
5) Besaran uang muka untuk Kontrak Tahun Jamak diberikan paling tinggi 15%.
Setiap pemberian uang muka harus disertai dengan penyerahan jaminan uang muka senilai uang muka yang diberikan.
e. Jaminan Pengadaan Jaminan pengadaan barang/jasa terdiri dari:
1) Jaminan Penawaran Jaminan Penawaran digunakan untuk Pekerjaan Konstruksi dan
pengadaan barang/jasa yang dilakukan secara terintegrasi. Jaminan Penawaran diberlakukan untuk nilai HPS paling sedikit di atas 10 miliar. Besarnya Jaminan Penawaran untuk Pekerjaan Konstruksi adalah antara 1% hingga 3% dari nilai HPS. Untuk pengadaan barang/jasa terintegrasi, Jaminan Penawaran ditentukan sebesar 1% hingga 3% dari nilai pagu anggaran.
2) Jaminan Sanggah Banding Jaminan Sanggah Banding hanya untuk Pekerjaan Konstruksi dan
dilakukan bersamaan dengan pengajuan sanggah banding. Jaminan Sanggah Banding untuk Pekerjaan Konstruksi besarnya 1% dari nilai HPS. Sementara itu, Jaminan Sanggah Banding untuk Pekerjaan Konstruksi Terintegrasi ditentukan sebesar 1% dari nilai pagu anggaran.
3) Jaminan Pelaksanaan Jaminan Pelaksanaan diberlakukan untuk kontrak pengadaan
Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya dengan nilai paling sedikit di atas 200 juta. Jaminan Pelaksanaan tidak diperlukan dalam hal pengadaan Jasa Lainnya yang aset Penyedia dikuasasi oleh pengguna atau pengadaan barang/jasa melalui E-Purchasing. Besaran nilai Jaminan Pelaksanaan sebagai berikut:
23
a) Jaminan Pelaksanaan Untuk nilai penawaran antara 80% sampai 100% dari nilai HPS, Jaminan Pelaksanaan sebesar 5% dari nilai kontrak. Sementara itu, untuk nilai penawaran di bawah 80% dari nilai HPS, Jaminan Pelaksanaan sebesar 5% dari nilai HPS.
b) Jaminan Pelaksanaan Terintegrasi Untuk nilai penawaran antara 80% sampai 100% dari nilai pagu anggaran, Jaminan Pelaksanaan sebesar 5% dari nilai kontrak. Sementara itu, untuk nilai penawaran di bawah 80% dari nilai pagu anggaran, Jaminan Pelaksanaan sebesar 5% dari nilai pagu anggaran.
Jaminan Pelaksanaan berlaku sampai dengan serah terima pekerjaan pengadaan Barang/Jasa lainnya atau serah terima pertama Pekerjaan Konstruksi.
4) Jaminan Uang Muka Jaminan Uang Muka diserahkan oleh Penyedia kepada PPK
ditentukan senilai uang muka. Jaminan Uang Muka bertahap dapat dikurangi secara proporsional sesuai dengan sisa uang muka yang diterima.
5) Jaminan Pemeliharaan Jaminan pemeliharaan diberlakukan untuk Pekerjaan Konstruksi
atau Jasa Lainnya yang membutuhkan masa pemeliharaan dalam hal Penyedia menerima uang retensi pada serah terima pekerjaan pertama. Jaminan Pemeliharaan dikembalikan 14 hari kerja setelah masa pemeliharaan selesai. Besaran nilai Jaminan Pemeliharaan ditentukan sebesar 5% dari nilai Kontrak.
f. Sertifikat Garansi Dalam Pengadaan Barang, untuk menjamin kelaikan penggunaan
barang, maka Penyedia menyerahkan Sertifikat Garansi/Kartu Jaminan/Garansi Purna Jual yang menyatakan adanya jaminan ketersediaan suku cadang serta fasilitas dan pelayanan purna jual. Sertifikat Garansi memberikan jaminan bahwa barang yang dipasok adalah asli, barang/produk baru (hasil produksi tahun terakhir), belum pernah dipakai, dan bukan barang/produk yang diperbarui/rekondisi.
g. Sertifikat/Dokumen dalam Rangka Pengadaan Barang Impor Pengadaan barang impor adalah barang yang diimpor untuk
kebutuhan pengadaan barang/jasa. Pengadaan barang impor harus mencantumkan persyaratan kelengkapan dokumen barang:
24
1) Supporting Letter/Letter of Intent/Letter of Agreement dari pabrikan/prinsipal di negara asal;
2) Surat Keterangan Asal (Certificate of Origin); dan 3) Sertifikat Produksi.
h. Penyesuaian Harga PPK menyusun penyesuaian harga dalam rancangan Kontrak.
Penyesuaian harga diberlakukan dengan ketentuan sebagai berikut: 1) Diberlakukan terhadap Kontrak Tahun Jamak dengan jenis
Kontrak Harga Satuan atau Kontrak Waktu Penugasan sesuai dengan ketentuan dan persyaratan yang tercantum dalam Dokumen Pemilihan dan/atau perubahan Dokumen Pemilihan.
2) Tata cara penghitungan penyesuaian harga harus dicantumkan dengan jelas pada Dokumen Pemilihan dan/atau perubahan Dokumen Pemilihan yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari kontrak.
i. Syarat-Syarat Umum Kontrak (SSUK)
SSUK adalah ketentuan umum dalam pelaksanaan Kontrak. Ketentuan umum mengatur tentang hak dan kewajiban para pihak. Pengisian SSUK dilakukan bersamaan dengan penyusunan rancangan kontrak.
j. Syarat-syarat Khusus Kontrak (SSKK) SSKK adalah ketentuan khusus dalam pelaksanaan Kontrak. SSKK menjelaskan lebih rinci ketentuan yang tertuang di dalam SSUK dari pengadaan yang diadakan. Dalam menyusun SSKK mencantumkan nomor klausul yang diperinci pada SSUK. Pengisian SSKK dilakukan bersamaan dengan penyusunan rancangan kontrak.
25
C. Persiapan Pemilihan Penyedia Persiapan pemilihan melalui Penyedia yang dilakukan oleh Pokja Pemilihan
meliputi: reviu dokumen persiapan pengadaan; penetapan metode pemilihan Penyedia; penetapan metode kualifikasi; penetapan persyaratan Penyedia; penetapan metode evaluasi penawaran; penetapan metode penyampaian dokumen penawaran; penyusunan dan penetapan jadwal pemilihan; dan penyusunan Dokumen Pemilihan. Sementara itu, persiapan pemilihan melalui Penyedia yang dilakukan oleh Pejabat Pengadaan meliputi: reviu dokumen persiapan pengadaan; penetapan persyaratan Penyedia; penetapan jadwal pemilihan; dan penetapan Dokumen Pemilihan. 1. Metode Pemilihan
Metode pemilihan Penyedia Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya meliputi E-purchasing, Pengadaan Langsung, Penunjukan Langsung, Tender Cepat, dan Tender. Sementara itu, metode pemilihan Penyedia Jasa Konsultansi meliputi Seleksi, Pengadaan Langsung, dan Penunjukan Langsung.
a. Metode Pemilihan Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya
1) E-purchasing E-purchasing dilaksanakan untuk Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya yang sudah tercantum dalam katalog elektronik dan toko daring. Penyelenggaraan Toko Daring dan Katalog Elektronik menggunakan Sistem Pengadaan Secara Elektronik (SPSE) dan sistem pendukung.
Toko Daring Katalog Elektronik
Pelaksanaan E-Purchasing
• Pembelian Langsung
• Negosiasi Harga
• Metode lainnya sesuai dengan proses bisnis yang terdapat pada PPMSE
• Negosiasi Harga
• Mini-Kompetisi
• Competitive Catalogue
Pelaku • Kepala LKPP
• Pemerintah
• PPK
• PP
• Penyelenggara PPMSE
• Pedagang
• Kepala LKPP
• Menteri/Pimpinan Lembaga/Kepala Daerah
• PPK
• PP
• Penyedia Katalog
26
2) Pengadaan Langsung Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya Pengadaan Langsung yang dilaksanakan untuk: a) Pekerjaan Konstruksi
Pekerjaan Konstruksi yang bernilai paling banyak 200 juta. Pekerjaan Konstruksi untuk percepatan pembangunan kesejahteraan di Papua dan Papua Barat bernilai paling sedikit di atas 200 juta sampai dengan paling banyak 1 miliar.
b) Barang/Jasa Lainnya Barang/Jasa Lainnya bernilai paling paling banyak 200 juta. Barang/Jasa Lainnya untuk percepatan pembangunan kesejahteraan di Papua dan Papua Barat bernilai paling sedikit di atas 200 juta sampai dengan paling banyak 1 miliar.
3) Penunjukan Langsung Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya Kriteria Penunjukan Langsung meliputi: a) Penyelenggaraan penyiapan kegiatan yang mendadak untuk
menindaklanjuti komitmen internasional dan dihadiri oleh Presiden/Wakil Presiden;
b) Barang/jasa yang bersifat rahasia untuk kepentingan negara meliputi intelijen, perlindungan saksi, pengamanan Presiden dan Wakil Presiden, Mantan Presiden dan Mantan Wakil Presiden beserta keluarganya serta tamu negara setingkat kepala negara/kepala pemerintahan, atau barang/jasa lain bersifat rahasia sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
c) Pekerjaan Konstruksi bangunan yang merupakan satu kesatuan sistem konstruksi dan satu tanggung jawab atas risiko kegagalan bangunan yang secara keseluruhan tidak dapat direncanakan/diperhitungkan sebelumnya;
d) Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya yang hanya dapat disediakan oleh satu Pelaku Usaha yang mampu;
e) Pengadaan dan penyaluran benih unggul yang meliputi benih padi, jagung, dan kedelai, serta pupuk yang meliputi Urea, NPK, dan ZA kepada petani dalam rangka menjamin ketersediaan benih dan pupuk secara tepat dan cepat untuk pelaksanaan peningkatan ketahanan pangan;
f) Pekerjaan prasarana, sarana, dan utilitas umum di lingkungan perumahan bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah yang dilaksanakan oleh pengembang yang bersangkutan;
g) Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya yang spesifik dan hanya dapat dilaksanakan oleh pemegang hak paten, atau
27
pihak yang telah mendapat izin dari pemegang hak paten, atau pihak yang menjadi pemenang tender untuk mendapatkan izin dari pemerintah;
h) Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya yang setelah dilakukan Tender ulang mengalami kegagalan; atau
i) Pemilihan penyedia untuk melanjutkan pengadaan Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya dalam hal terjadi pemutusan kontrak.
4) Tender Cepat Tender Cepat merupakan metode pemilihan pada pengadaan barang/jasa dalam hal Pelaku Usaha telah memiliki akun SPSE dan terkualifikasi dalam Sistem Informasi Kinerja Penyedia (SIKaP). Selain itu, Penyedia telah lulus dalam pembuktian kualifikasi sesuai dengan paket pekerjaan yang akan dilaksanakan. Tender Cepat dilakukan untuk Pengadaan Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya dengan kriteria: a) Spesifikasi dan volume pekerjaannya sudah dapat ditentukan
secara rinci; atau b) Dimungkinkan menyebutkan merek terhadap komponen
barang/jasa, suku cadang, bagian dari sistem yang sudah ada, dan barang/jasa dalam katalog elektronik.
Metode penyampaian penawaran dalam Tender Cepat menggunakan penyampaian penawaran harga berulang (E-reverse Auction).
5) Tender Tender digunakan dalam hal tidak dapat menggunakan E-Purchasing, Pengadaan Langsung, Penunjukan Langsung dan Tender Cepat. Dalam hal terdapat penyebaran lokasi/tempat kerja, dan/atau keterbatasan kapasitas dari Pelaku Usaha, maka Pokja Pemilihan dapat menetapkan metode Tender itemized.
b. Metode Pemilihan Penyedia Jasa Konsultansi
1) Seleksi Seleksi dilaksanakan untuk Jasa Konsultansi bernilai paling
sedikit di atas 100 juta. Seleksi digunakan dalam hal tidak dapat menggunakan Pengadaan Langsung dan Penunjukan Langsung.
2) Pengadaan Langsung Jasa Konsultansi Pengadaan Langsung Jasa Konsultansi dilaksanakan untuk Jasa Konsultansi yang bernilai paling banyak 100 juta. Jasa Konsultansi untuk percepatan pembangunan kesejahteraan di
28
Papua dan Papua Barat bernilai paling sedikit di atas 100 juta sampai dengan paling banyak 200 juta.
3) Penunjukan Langsung Jasa Konsultansi Kriteria Penunjukan Langsung meliputi: a) Jasa Konsultansi yang hanya dapat dilakukan oleh satu
Pelaku Usaha yang mampu; b) Jasa Konsultansi yang hanya dapat dilakukan oleh satu
pemegang hak cipta yang telah terdaftar atau pihak yang telah mendapat izin pemegang hak cipta;
c) Jasa Konsultansi di bidang hukum meliputi konsultan hukum/advokasi atau pengadaan arbiter yang tidak dapat direncanakan sebelumnya, untuk menghadapi gugatan dan/atau tuntutan hukum dari pihak tertentu, yang sifat pelaksanaan pekerjaan dan/atau pembelaannya harus segera dan tidak bisa ditunda;
d) Permintaan berulang (repeat order) untuk Penyedia Jasa Konsultansi yang sama;
e) Jasa Konsultansi yang setelah dilakukan Seleksi ulang mengalami kegagalan;
f) Pemilihan Penyedia untuk melanjutkan Jasa Konsultansi dalam hal terjadi pemutusan Kontrak;
g) Jasa Konsultansi yang bersifat rahasia sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
h) Jasa ahli Dewan Sengketa Konstruksi; i) Dalam hal dilakukan Penunjukan Langsung untuk Penyedia
Jasa Konsultansi permintaan berulang (repeat order) diberikan batasan paling banyak dua kali.
2. Penetapan Metode Kualifikasi Metode kualifikasi pemilihan Penyedia terdiri dari dua macam, yaitu:
a. Pascakualifikasi Pascakualifikasi merupakan proses evaluasi kualifikasi yang dilakukan setelah penyampaian penawaran. Pascakualifikasi dilaksanakan pada pelaksanaan pemilihan Penyedia sebagai berikut: 1) Tender Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya untuk
Pengadaan yang bersifat tidak kompleks; atau 2) Seleksi Jasa Konsultansi Perorangan. Evaluasi kualifikasi dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan evaluasi administrasi. Evaluasi kualifikasi menggunakan metode sistem gugur. Evaluasi dilakukan terhadap kompetensi, kemampuan usaha, dan pemenuhan persyaratan sebagai Penyedia yang ditetapkan dalam Dokumen Pemilihan. Peserta dinyatakan lulus
29
kualifikasi apabila memenuhi seluruh persyaratan kualifikasi. Pembuktian pascakualifikasi dilakukan terhadap calon pemenang dan calon pemenang cadangan. Dalam hal calon pemenang dan calon pemenang cadangan tidak lulus pembuktian kualifikasi maka dilanjutkan dengan pembuktian kualifikasi terhadap peserta dengan peringkat selanjutnya (apabila ada).
2) Prakualifikasi Prakualifikasi merupakan proses evaluasi kualifikasi yang dilakukan sebelum penyampaian penawaran. Prakualifikasi dilaksanakan pada pelaksanaan pemilihan Penyedia sebagai berikut: a) Tender Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya untuk
Pengadaan yang bersifat kompleks; b) Seleksi untuk Jasa Konsultansi Badan Usaha; atau c) Penunjukan Langsung. Evaluasi kualifikasi pada prakualifikasi menggunakan metode: a) Sistem gugur untuk Penyedia Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa
Lainnya dan pada proses Penunjukan Langsung; atau b) Sistem pembobotan dengan ambang batas untuk Penyedia Jasa
Konsultansi. Hasil prakualifikasi: a) Untuk Tender Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya paling
sedikit 3 peserta yang lulus kualifikasi; b) Untuk Seleksi Jasa Konsultansi Badan Usaha paling sedikit 3 dan
paling banyak 7 peserta yang lulus kualifikasi; atau c) Untuk Penunjukan Langsung hasil prakualifikasi memenuhi atau
tidak memenuhi syarat kualifikasi. Apabila peserta yang lulus kualifikasi untuk Tender/Seleksi kurang dari 3, prakualifikasi dinyatakan gagal dan dilakukan prakualifikasi ulang.
3. Penetapan Persyaratan Penyedia Pokja Pemilihan menyusun persyaratan kualifikasi Penyedia dengan
memperhatikan jenis Barang, Jasa Lainnya, Pekerjaan Konstruksi, Jasa Konsultansi Konstruksi, Jasa Konsultansi Nonkonstruksi, nilai Pagu Anggaran, dan ketentuan yang berkaitan dengan persyaratan Pelaku Usaha pengadaan barang/jasa yang ditetapkan oleh instansi yang berwenang. Dalam menentukan persyaratan kualifikasi Penyedia, Pokja Pemilihan dilarang menambah persyaratan kualifikasi yang diskriminatif dan tidak objektif yang dapat menghambat dan membatasi keikutsertaan Pelaku Usaha dalam proses pemilihan. Pokja Pemilihan menyusun persyaratan kualifikasi untuk memastikan Pelaku Usaha yang akan menjadi Penyedia mempunyai kemampuan untuk menyediakan
30
barang/jasa. Persyaratan kualifikasi terdiri dari persyaratan administrasi/legalitas dan teknis.
4. Penetapan Metode Evaluasi Penawaran Metode evaluasi penawaran Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya
terdiri dari Sistem Nilai; Penilaian Biaya Selama Umur Ekonomis; atau Harga Terendah. Sedangkan metode evaluasi penawaran Jasa Konsultansi terdiri dari Kualitas dan Biaya; Kualitas; Pagu Anggaran; atau Biaya Terendah.
a. Metode Evaluasi Penawaran untuk pengadaan Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya 1) Sistem Nilai
Metode evaluasi Sistem Nilai digunakan untuk pengadaan Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya yang harga penawarannya dipengaruhi oleh kualitas teknis, sehingga penetapan pemenang berdasarkan kombinasi perhitungan penilaian teknis dan harga.
2) Penilaian Biaya Selama Umur Ekonomis Metode evaluasi Penilaian Biaya Selama Umur Ekonomis digunakan untuk pengadaan Barang yang memperhitungkan faktor umur ekonomis, harga, biaya operasional, biaya pemeliharaan, dan nilai sisa dalam jangka waktu operasi tertentu.
3) Harga Terendah Metode evaluasi Harga Terendah digunakan untuk Pengadaan Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya dalam hal harga menjadi dasar penetapan pemenang di antara penawaran yang memenuhi persyaratan teknis.
b. Metode Evaluasi Penawaran untuk Jasa Konsultansi 1) Kualitas dan Biaya
Metode evaluasi Kualitas dan Biaya digunakan untuk pengadaan yang ruang lingkup pekerjaan, jenis tenaga ahli, dan waktu penyelesaian pekerjaan dapat diuraikan dengan pasti dalam KAK.
2) Kualitas Metode evaluasi Kualitas digunakan untuk pekerjaan yang ruang lingkup pekerjaan, jenis tenaga ahli, dan waktu penyelesaian pekerjaan tidak dapat diuraikan dengan pasti dalam KAK atau untuk pekerjaan Penyedia Jasa Konsultansi Perorangan.
31
3) Pagu Anggaran Metode evaluasi Pagu Anggaran hanya digunakan untuk ruang lingkup pekerjaan sederhana yang dapat diuraikan dengan pasti dalam KAK dan penawaran tidak boleh melebihi Pagu Anggaran.
4) Biaya Terendah Metode evaluasi Biaya Terendah hanya digunakan untuk pekerjaan standar atau bersifat rutin yang praktik dan standar pelaksanaan pekerjaannya sudah mapan.
5. Penetapan Metode Penyampaian Dokumen Penawaran Metode penyampaian Dokumen Penawaran dalam pemilihan dalam
pengadaan barang/jasa dapat dilakukan dengan menggunakan: a. Metode Satu File digunakan untuk:
1) Pengadaan Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya yang menggunakan metode evaluasi Harga Terendah;
2) Tender Cepat; 3) Pengadaan Langsung; dan 4) Penunjukan Langsung.
b. Metode Dua File digunakan untuk: 1) Pengadaan Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya yang
memerlukan penilaian teknis terlebih dahulu. 2) Pengadaan Jasa Konsultansi yang dengan Seleksi Badan Usaha
dan Perorangan. c. Metode Dua Tahap
Metode dua tahap digunakan untuk Pengadaan Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya yang memiliki karakteristik sebagai berikut: 1) Spesifikasi teknisnya belum bisa ditentukan dengan pasti pada
Dokumen Pemilihan; 2) Mempunyai beberapa alternatif penggunaan sistem dan desain
penerapan teknologi yang berbeda; 3) Dimungkinkan perubahan spesifikasi teknis berdasarkan
klarifikasi penawaran teknis yang diajukan; dan/atau 4) Membutuhkan penyetaraan teknis.
32
Jenis Pengadaan
Metode Evaluasi Metode Penyampaian Dokumen
1 File 2 File 2 Tahap
Barang PBSUE X √ √
Barang / Pekerjaan Konstruksi / Jasa Lainnya
Sistem Nilai X √ √
Harga Terendah Ambang Batas X √ X
Harga Terendah Sistem Gugur √ X X
Jasa Konsultansi Badan Usaha
Kualitas dan Biaya
X √ X Kualitas
Pagu Anggaran
Biaya Terendah
Jasa Konsultansi Perorangan
Kualitas X √ X
6. Penyusunan dan Penetapan Jadwal Pemilihan Penyusunan dan penetapan jadwal pemilihan baik untuk proses
pengadaan Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya/Jasa Konsultansi Konstruksi maupun Jasa Konsultansi Nonkonstruksi terdapat dalam Peraturan LKPP No. 12 Tahun 2021 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang Jasa Melalui Penyedia.
7. Penyusunan Dokumen Pemilihan Pokja Pemilihan/Pejabat Pengadaan menyusun Dokumen Pemilihan
berdasarkan dokumen persiapan pengadaan yang ditetapkan oleh PPK dan telah direviu oleh Pokja Pemilihan/Pejabat Pengadaan. Dokumen Pemilihan adalah dokumen yang ditetapkan oleh Pokja Pemilihan/Pejabat Pengadaan yang memuat informasi dan ketentuan yang harus ditaati oleh para pihak dalam pemilihan Penyedia. Dokumen Pemilihan terdiri atas Dokumen Kualifikasi dan Dokumen Tender /Tender Cepat/Seleksi/Penunjukan Langsung/Pengadaan Langsung.
33
D. Pelaksanaan Pemilihan Penyedia
1. E-purchasing Terdapat beberapa langkah pengadaan melalui E-purchasing, baik
melalui toko daring maupun katalog elektronik. Dalam pelaksanaannya, Pejabat Pembuat Komitmen, Pejabat Pengadaan, dan Pokja Pemilihan bisa menggunakan user guide SPSE yang diterbitkan oleh Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah. a. Toko Daring Penyelenggara Perdagangan Melalui Sistem Elektronik (PPMSE)
menyelenggarakan Toko Daring berupa Marketplace dan Ritel Daring. Pelaksanaan pembelian secara elektronik (E-purchasing) melalui Toko Daring dapat dilaksanakan dengan metode: 1) Pembelian Langsung; 2) Negosiasi Harga; 3) Permintaan Penawaran; dan/atau 4) Metode lainnya sesuai dengan proses bisnis yang terdapat pada
PPMSE. b. Katalog Elektronik Katalog Elektronik terdiri atas Katalog Elektronik Nasional, Katalog
Elektronik Sektoral, dan Katalog Elektronik Lokal. Pengelolaan Katalog Elektronik meliputi aktivitas pencantuman informasi barang/jasa, pembaruan data, serta monitoring dan evaluasi. Pelaksanaan pembelian secara elektronik (E-purchasing) melalui Katalog Elektronik dapat dilaksanakan dengan metode: 1) Negosiasi Harga; 2) Mini-Kompetisi; dan/atau 3) Competitive Catalogue.
2. Penunjukan Langsung
PPK menyerahkan dokumen persiapan pengadaan kepada Pejabat Pengadaan atau UKPBJ. Setelah dokumen persiapan pengadaan diterima dan dinyatakan lengkap, Pokja Pemilihan/Pejabat Pengadaan melakukan persiapan pemilihan Penyedia sesuai dengan ketentuan persiapan pemilihan. Pokja Pemilihan/Pejabat Pengadaan menyusun jadwal dan dokumen Penunjukan Langsung. Pelaksanaan pemilihan melalui metode Penunjukan Langsung meliputi langkah-langkah berikut: a. Pokja Pemilihan/Pejabat Pengadaan mengundang sekaligus
menyampaikan Dokumen Kualifikasi untuk Penunjukan Langsung kepada Pelaku Usaha yang dianggap mampu untuk menyediakan barang/jasa.
34
b. Pelaku Usaha yang diundang menyampaikan Dokumen Kualifikasi. c. Pokja Pemilihan/Pejabat Pengadaan melakukan evaluasi kualifikasi. d. Pokja Pemilihan/Pejabat Pengadaan melakukan pembuktian
kualifikasi. e. Pokja Pemilihan/Pejabat Pengadaan melakukan penetapan hasil
kualifikasi dan penyampaian undangan (apabila lulus kualifikasi). f. Pokja Pemilihan memberikan penjelasan. g. Pelaku Usaha menyampaikan Dokumen Penawaran dalam satu file
yang berisi dokumen administrasi, teknis, dan harga. h. Pokja Pemilihan/Pejabat Pengadaan membuka Dokumen
Penawaran, melakukan evaluasi administrasi, teknis, koreksi aritmatik, dan harga.
i. Pokja Pemilihan/Pejabat Pengadaan melakukan klarifikasi dan negosiasi teknis dan harga.
j. Apabila hasil evaluasi administrasi, teknis, atau harga dinyatakan tidak memenuhi syarat, Pokja Pemilihan mengundang calon Penyedia lain (jika ada). Jika tidak ada calon Penyedia lain, maka Pokja Pemilihan/Pejabat Pengadaan melaporkan kepada PPK.
k. Pokja Pemilihan/Pejabat Pengadaan menyusun Berita Acara Hasil Penunjukan Langsung.
l. Pokja Pemilihan mengumumkan hasil Penunjukan Langsung di dalam SPSE.
m. Pokja Pemilihan/Pejabat Pengadaan menyampaikan hasil Penunjukan Langsung kepada PPK melalui SPSE dengan tembusan kepada Kepala UKPBJ.
b. Pengadaan Langsung
Pejabat Pengadaan mencari informasi terkait pekerjaan yang akan dilaksanakan dan harganya, antara lain melalui media elektronik dan/atau non-elektronik. Dalam hal informasi tersedia, Pejabat Pengadaan membandingkan harga dan kualitas paling sedikit dari dua sumber informasi yang berbeda. Pelaksanaan pemilihan melalui metode Pengadaan Langsung meliputi: 1) Pengadaan Langsung Barang/Jasa Lainnya/Jasa Konsultansi
Nonkonstruksi a) Pengadaan Langsung dengan Menggunakan Bukti Pembelian
atau Kuitansi Pengadaan Langsung dengan menggunakan bukti pembelian atau kuitansi dilakukan untuk Barang/Jasa Lainnya dengan nilai paling banyak 50 juta, memiliki tahap pemilihan sebagai berikut:
35
i) Pejabat Pengadaan melakukan pemesanan ke Pelaku Usaha. Dalam melakukan pemesanan, Pejabat Pengadaan dapat dibantu oleh tenaga pendukung.
ii) Penyedia dan PPK melakukan serah terima barang/jasa; iii) Penyedia menyerahkan bukti pembelian/pembayaran atau
kuitansi kepada PPK; dan/atau iv) PPK melakukan pembayaran.
b) Pengadaan Langsung untuk: i) Jasa Konsultansi Nonkonstruksi dengan nilai:
• Paling banyak 100 juta menggunakan Surat Perintah Kerja.
• Paling sedikit di atas 100 juta sampai dengan paling banyak 200 juta untuk percepatan pembangunan kesejahteraan di Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat menggunakan Surat Perjanjian.
ii) Barang/Jasa Lainnya dengan nilai:
• Paling sedikit di atas 50 juta sampai dengan paling banyak 200 juta menggunakan Surat Perintah Kerja.
• Paling sedikit di atas 200 juta sampai dengan paling banyak 1 miliar untuk percepatan pembangunan kesejahteraan di Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat menggunakan Surat Perjanjian.
Pengadaan Langsung dilaksanakan dengan tahapan berikut: i) Pejabat Pengadaan mengundang satu calon Penyedia yang
diyakini mampu untuk menyampaikan penawaran administrasi, teknis, harga, dan kualifikasi.
ii) Undangan dilampiri spesifikasi teknis dan/atau gambar serta dokumen-dokumen lain yang menggambarkan jenis pekerjaan yang dibutuhkan.
iii) Calon Penyedia yang diundang menyampaikan penawaran administrasi, teknis, harga, dan kualifikasi secara langsung sesuai jadwal yang telah ditentukan dalam undangan.
iv) Pejabat Pengadaan membuka penawaran dan mengevaluasi administrasi, teknis, dan kualifikasi dengan sistem gugur. Melakukan klarifikasi teknis dan negosiasi harga untuk mendapatkan Penyedia dengan harga yang wajar serta dapat dipertanggungjawabkan.
v) Klarifikasi serta negosiasi teknis dan harga dilakukan berdasarkan HPS dan dapat berdasarkan informasi lain yang diperoleh saat persiapan pemilihan.
vi) Dalam hal negosiasi harga tidak menghasilkan kesepakatan, Pengadaan Langsung dinyatakan gagal dan dilakukan
36
Pengadaan Langsung ulang dengan mengundang Pelaku Usaha lain.
vii) Pejabat Pengadaan membuat Berita Acara Hasil Pengadaan Langsung.
viii) Pejabat Pengadaan melaporkan hasil Pengadaan Langsung kepada PPK melalui SPSE dengan tembusan kepada Kepala UKPBJ.
2) Pengadaan Langsung Pekerjaan Konstruksi/Jasa Konsultansi Konstruksi Pengadaan Langsung untuk: a) Jasa Konsultansi Konstruksi dengan nilai paling banyak 100 juta
menggunakan Surat Perintah Kerja. Paling sedikit di atas 100 juta sampai dengan paling banyak 200 juta untuk percepatan pembangunan kesejahteraan di Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat menggunakan Surat Perjanjian.
b) Pekerjaan Konstruksi dengan nilai paling banyak 200 juta menggunakan Surat Perintah Kerja. Paling sedikit di atas 200 juta sampai dengan paling banyak 1 milyar untuk percepatan pembangunan kesejahteraan di Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat menggunakan Surat Perjanjian.
Pengadaan Langsung dilaksanakan dengan tahapan sebagai berikut: a) Pejabat Pengadaan mengundang satu Pelaku Usaha yang
diyakini mampu untuk melaksanakan pekerjaan sebagai calon Penyedia.
b) Calon Penyedia yang diundang menyampaikan penawaran administrasi, teknis, biaya/harga, dan kualifikasi sesuai jadwal yang telah ditentukan dalam undangan.
c) Pejabat Pengadaan membuka penawaran dan melakukan evaluasi administrasi, teknis, dan kualifikasi.
d) Pejabat Pengadaan melakukan pembuktian kualifikasi apabila calon Penyedia memenuhi persyaratan administrasi, teknis, dan kualifikasi.
e) Pejabat Pengadaan melakukan klarifikasi serta negosiasi teknis dan biaya/harga berdasarkan HPS dan dapat berdasarkan informasi lain yang diperoleh saat persiapan pemilihan.
f) Dalam hal berdasarkan hasil evaluasi atau pembuktian kualifikasi, calon Penyedia tidak memenuhi persyaratan, atau negosiasi biaya/harga tidak menghasilkan kesepakatan maka Pengadaan Langsung dinyatakan gagal dan dilakukan proses Pengadaan Langsung ulang kepada Pelaku Usaha lain.
37
g) Pejabat Pengadaan melaporkan hasil Pengadaan Langsung kepada PPK melalui SPSE dengan tembusan kepada Kepala UKPBJ.
c. Tender Cepat
Tender Cepat merupakan metode pemilihan pada pengadaan Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya dengan mengundang Pelaku Usaha yang telah terkualifikasi dalam Sistem Informasi Kinerja Penyedia (SIKaP). Pelaku Usaha/Penyedia Terkualifikasi merupakan Pelaku Usaha/Penyedia yang telah memiliki akun SPSE, terdaftar di SIKaP, dan telah lulus dalam pembuktian kualifikasi yang sesuai dengan paket pekerjaan yang akan dilaksanakan dan/atau Penyedia yang tercantum dalam Katalog Nasional, Sektoral, atau Lokal. Pelaku Usaha atau Penyedia tersebut wajib memiliki kinerja sekurang-kurangnya baik sepanjang penilaian kinerja tersedia dalam SIKaP. Pelaksanaan Tender Cepat dengan tahapan sebagai berikut: 1) Pelaku Usaha yang terkualifikasi dalam SIKaP dan memenuhi kriteria
menerima undangan untuk mengikuti pelaksanaan Tender Cepat. 2) Pelaku Usaha yang terundang dan berminat mengikuti Tender Cepat
mendaftar sebagai peserta melalui SPSE. 3) Pemberian penjelasan (apabila diperlukan). 4) Penyampaian Penawaran Harga. 5) Dalam hal Pokja Pemilihan mengubah waktu batas akhir
penyampaian penawaran, maka harus menyampaikan / menginformasikan alasan yang dapat dipertanggungjawabkan kepada peserta melalui SPSE.
6) Dalam hal sesaat sebelum batas akhir penyampaian penawaran harga, tidak ada peserta atau hanya ada satu peserta yang menyampaikan penawaran harga, Pokja Pemilihan dapat memperpanjang batas waktu akhir jadwal penyampaian penawaran harga.
7) Perpanjangan jangka waktu dilakukan pada hari yang sama dengan batas akhir jadwal penyampaian penawaran harga.
8) Apabila setelah diberikan perpanjangan jangka waktu batas akhir penyampaian penawaran harga tidak ada peserta atau hanya ada satu peserta yang menyampaikan penawaran harga, maka Tender Cepat dinyatakan gagal.
9) Penawaran harga yang disampaikan setelah batas akhir waktu penyampaian penawaran harga tidak diterima.
Setelah batas akhir pemasukan penawaran harga, SPSE mengumumkan ranking penawaran harga. Peserta dengan penawaran terendah
38
merupakan pemenang dan penawaran terendah kedua dan seterusnya merupakan pemenang cadangan. Tender Cepat gagal dalam hal:
• Tidak ada peserta atau hanya satu peserta yang menyampaikan dokumen penawaran setelah ada pemberian waktu perpanjangan;
• Pemenang atau pemenang cadangan tidak ada yang menghadiri verifikasi data kualifikasi;
• Ditemukan kesalahan dalam Dokumen Pemilihan atau tidak sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan LKPP;
• Seluruh peserta terlibat korupsi, kolusi, dan/atau nepotisme;
• Seluruh peserta terlibat persaingan usaha tidak sehat; dan/atau
• Korupsi, kolusi, dan/atau nepotisme melibatkan Pokja Pemilihan/PPK. Tindak lanjut dari Tender Cepat gagal, Pokja Pemilihan melakukan reviu penyebab kegagalan Tender Cepat dan melakukan Tender Cepat kembali atau mengganti metode pemilihan lain.
d. Tender/Seleksi
Pelaksanaan Tender/Seleksi yang menggunakan metode Prakualifikasi, setelah proses prakualifikasi selesai dilanjutkan dengan undangan kepada peserta yang lulus Prakualifikasi/Daftar Pendek. Pelaksanaan Tender/Seleksi yang menggunakan metode Pascakualifikasi, dimulai dengan Pengumuman Tender/Seleksi. 1) Undangan kepada Peserta yang Lulus Prakualifikasi/Daftar Pendek
Pokja Pemilihan mengundang semua peserta tender yang telah lulus prakualifikasi atau peserta seleksi yang masuk dalam Daftar Pendek untuk mengikuti proses Pemilihan.
2) Pengumuman Tender/Seleksi Pokja Pemilihan mengumumkan melalui SPSE dan dapat
ditambahkan dalam situs web K/L/PD, papan pengumuman resmi untuk masyarakat, surat kabar, dan/atau media lainnya.
3) Pendaftaran dan Pengunduhan Dokumen Pemilihan Pada Tender/Seleksi Prakualifikasi, Pelaku Usaha yang lulus
prakualifikasi atau masuk dalam Daftar Pendek pada pengadaan Jasa Konsultansi diundang untuk mengikuti Tender/Seleksi dan mengunduh Dokumen Pemilihan melalui SPSE. Pada Tender/Seleksi Pascakualifikasi, Pelaku Usaha yang berminat untuk mengikuti Tender/Seleksi melakukan pendaftaran dan mengunduh Dokumen Pemilihan melalui SPSE.
4) Pemberian Penjelasan Pokja Pemilihan melaksanakan pemberian penjelasan pemilihan
Penyedia melalui SPSE sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan. Pemberian penjelasan merupakan media/forum tanya jawab antara
39
Peserta Tender/Seleksi dengan Pokja Pemilihan mengenai ruang lingkup paket pengadaan serta syarat dan ketentuan yang tercantum dalam Dokumen Pemilihan.
5) Penyampaian Dokumen Penawaran Peserta pemilihan menyampaikan dokumen penawaran
berdasarkan ketentuan yang telah ditetapkan dalam Dokumen Tender/Seleksi. Dalam hal peserta berbentuk konsorsium / kerja sama operasi / kemitraan / bentuk kerja sama lain, penyampaian penawaran dilakukan oleh leadfirm.
6) Pembukaan Dokumen Penawaran Pada tahap pembukaan dokumen penawaran, Pokja Pemilihan
mengunduh file penawaran sesuai waktu yang telah ditetapkan. Terhadap file penawaran yang tidak dapat dibuka, Pokja Pemilihan menyampaikan file penawaran tersebut kepada LPSE untuk mendapat keterangan bahwa file yang bersangkutan tidak dapat dibuka. Apabila berdasarkan keterangan LPSE file penawaran tidak dapat dibuka, maka Pokja Pemilihan dapat menetapkan bahwa file penawaran tersebut tidak memenuhi syarat. Namun apabila berdasarkan LPSE dapat dibuka, maka Pokja Pemilihan melanjutkan proses evaluasi atas dokumen penawaran tersebut.
7) Evaluasi Dokumen Penawaran Evaluasi dokumen penawaran meliputi Koreksi Aritmatik, Evaluasi
Administrasi, Evaluasi Teknis, dan Evaluasi Harga/Biaya. 8) Penetapan Calon Pemenang Penetapan calon pemenang berdasarkan pada metode evaluasi
yang telah ditetapkan dalam Dokumen Pemilihan. 9) Klarifikasi dan Negosiasi Teknis dan Harga/Biaya Pokja Pemilihan melakukan klarifikasi dalam pengadaan
Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya atas Dokumen Penawaran untuk pengadaan barang/jasa melalui pascakualifikasi kepada calon pemenang peringkat pertama, untuk memastikan kejelasan substansi teknis dan harga/biaya. Klarifikasi dan negosiasi terhadap teknis dan harga untuk Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya dilakukan dalam hal hanya satu peserta yang memenuhi persyaratan administrasi, teknis, dan kualifikasi. Khusus untuk pengadaan Jasa Konsultansi dilakukan klarifikasi dan negosiasi teknis dan biaya kepada calon pemenang peringkat pertama. Hasil klarifikasi dan negosiasi terhadap teknis dan harga dituangkan dalam berita acara klarifikasi dan negosiasi.
10) Penetapan Pemenang Pokja Pemilihan menetapkan Pemenang Tender/Seleksi dan
Pemenang cadangan 1 dan Pemenang cadangan 2. Pemenang
40
cadangan ditetapkan apabila ada. Pokja Pemilihan kemudian membuat Berita Acara Hasil Pemilihan (BAHP). Untuk pengadaan Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya dengan nilai Pagu Anggaran paling sedikit di atas 100 miliar dan pengadaan Jasa Konsultansi dengan nilai Pagu Anggaran paling sedikit di atas 10 miliar, Pokja Pemilihan mengusulkan penetapan pemenang pemilihan kepada PA melalui UKBPJ yang ditembuskan kepada PPK dan APIP K/L/PD yang bersangkutan. PA menetapkan pemenang pemilihan berdasarkan usulan Pokja Pemilihan. Apabila PA tidak sependapat dengan usulan Pokja Pemilihan, maka PA menolak untuk menetapkan pemenang pemilihan dan menyatakan Tender/Seleksi gagal. PA menetapkan pemenang pemilihan berdasarkan peringkat usulan Pokja Pemilihan. Dalam hal PA menetapkan pemenang cadangan 1 atau pemenang cadangan 2 sebagai pemenang, maka PA harus memberikan alasan yang dapat dipertanggungjawabkan. PA menyampaikan surat penetapan Pemenang kepada UKPBJ paling lambat 14 hari kerja setelah usulan penetapan pemenang diterima. Dalam hal PA tidak memberikan penetapan/penolakan, maka PA dianggap menyetujui usulan Pokja Pemilihan. Dalam hal PA menerima/menolak hasil pemilihan, UKPBJ memerintahkan Pokja Pemilihan untuk menindaklanjuti penetapan/penolakan tersebut. PA untuk pengelolaan APBN dapat melimpahkan kewenangan penetapan pemenang pemilihan/Penyedia kepada KPA sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
11) Pengumuman Pemenang Pokja Pemilihan mengumumkan pemenang pemilihan melalui SPSE.
Isi pengumuman pemenang pemilihan paling sedikit memuat nama pemenang; NPWP; alamat; harga penawaran; harga negosiasi; dan hasil evaluasi penawaran.
12) Sanggah Sanggah merupakan protes dari peserta pemilihan yang merasa
dirugikan atas penetapan pemenang. Peserta yang menyampaikan Dokumen Penawaran dapat mengajukan sanggah melalui SPSE apabila menemukan kesalahan dalam melakukan evaluasi; penyimpangan terhadap ketentuan dan prosedur yang diatur dalam Peraturan Presiden tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah beserta perubahannya, aturan turunannya, dan ketentuan yang telah ditetapkan dalam Dokumen Pemilihan; rekayasa / persekongkolan sehingga menghalangi terjadinya persaingan usaha yang sehat; dan/atau penyalahgunaan wewenang oleh Pokja Pemilihan, Kepala UKPBJ, PPK, PA/KPA, dan/atau kepala daerah.
41
Apabila sanggah dinyatakan benar/diterima, Pokja Pemilihan melakukan evaluasi ulang atau Tender/Seleksi ulang. Apabila sanggah dinyatakan salah/ditolak, maka Pokja Pemilihan melanjutkan proses pemilihan dengan menyampaikan hasil pemilihan kepada Pejabat Penandatangan Kontrak. Untuk pengadaan Pekerjaan Konstruksi, dalam hal penyanggah tidak setuju dengan jawaban sanggah, maka penyanggah dapat menyampaikan Sanggah Banding. Apabila Sanggah Banding dinyatakan benar/diterima, UKPBJ memerintahkan Pokja Pemilihan melakukan evaluasi ulang atau Tender ulang. Apabila Sanggah Banding dinyatakan salah/ditolak, maka Pokja Pemilihan melanjutkan proses pemilihan dengan menyampaikan hasil pemilihan kepada Pejabat Penandatangan Kontrak. Kemudian, Pokja Pemilihan atau pihak yang diberi kuasa oleh Pokja Pemilihan mencairkan Jaminan Sanggah Banding dan disetorkan ke kas negara/daerah.
Tender/Seleksi dinyatakan gagal dalam hal:
Penyebab Penetapan
Terdapat kesalahan dalam proses evaluasi Pokja Tidak ada peserta yang menyampaikan dokumen penawaran setelah ada pemberian waktu perpanjangan
Pokja
Seluruh penawaran harga pada Tender di atas HPS atau penawaran biaya pada Seleksi Metode Evaluasi Pagu Anggaran di atas Pagu Anggaran
Pokja
Tidak ada peserta yang lulus evaluasi penawaran Pokja Ditemukan kesalahan dalam Dokumen Pemilihan atau Dokumen Pemilihan tidak sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan Presiden tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah beserta perubahannya dan aturan turunannya
Pokja
Seluruh peserta terlibat KKN Pokja Seluruh peserta terlibat persaingan usaha tidak sehat Pokja Negosiasi biaya pada Seleksi tidak tercapai Pokja Tidak menjalankan prosedur berdasarkan dokumen pemilihan Pokja Pokja Pemilihan/PPK terlibat KKN PA/KPA PA/KPA menyetujui penolakan oleh PPK atas hasil pemilihan PA/KPA PA/KPA menolak untuk menetapkan pemenang pemilihan Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya paling sedikit di atas 100 miliar dan Jasa Konsultansi paling sedikit di atas 10 miliar.
PA/KPA
42
Catatan: Apabila Tender/Seleksi gagal, maka Pokja Pemilihan melakukan evaluasi ulang, Tender/Seleksi ulang atau penghentian proses Tender/Seleksi. Pokja Pemilihan melakukan reviu penyebab Tender/Seleksi gagal sebelum dilakukan Tender/Seleksi ulang. Pokja Pemilihan melakukan penghentian proses Tender/Seleksi apabila berdasarkan hasil peninjauan dan komunikasi dengan PA/KPA/PPK, kebutuhan masih dapat ditunda dan tidak cukup waktu untuk melaksanakan Tender/Seleksi. Dalam hal Tender/Seleksi ulang yang disebabkan oleh KKN yang melibatkan Pokja Pemilihan/PPK, Tender/Seleksi ulang dilakukan oleh Pokja Pemilihan/PPK yang baru. Dalam hal Tender/Seleksi ulang gagal, Pokja Pemilihan dengan persetujuan PA/KPA melakukan Penunjukan Langsung dengan kriteria kebutuhan tidak dapat ditunda dan tidak cukup waktu untuk melaksanakan Tender/Seleksi. Pokja Pemilihan menyampaikan laporan hasil pemilihan kepada PPK melalui SPSE dengan tembusan kepada Kepala UKPBJ.
43
E. Konsolidasi
1. Konsolidasi oleh PPK Konsolidasi pengadaan barang/jasa oleh PPK dengan menggabungkan
paket-paket pengadaan barang/jasa sejenis menjadi satu atau beberapa paket yang dilaksanakan bersamaan dengan persiapan pengadaan barang/jasa melalui Penyedia. Konsolidasi yang dilakukan oleh PPK sebagai berikut: a. PPK menerima Dokumen Perencanaan Pengadaan dari PA/KPA. b. PPK melakukan reviu Dokumen Perencanaan Pengadaan untuk
mendapatkan data/informasi paket pengadaan barang/jasa sejenis. c. PPK melaksanakan strategi penggabungan beberapa paket
pengadaan barang/jasa sejenis apabila terdapat indikasi pemecahan paket untuk menghindari Tender/Seleksi.
d. PPK melakukan Konsolidasi untuk paket pengadaan barang/jasa sejenis yang dicadangkan untuk usaha mikro atau usaha kecil sampai dengan nilai maksimum hasil konsolidasi sebesar 15 miliar.
e. PPK dilarang menyatukan atau memusatkan beberapa paket pengadaan barang/jasa yang tersebar di beberapa lokasi/daerah yang menurut sifat pekerjaan dan tingkat efisiensinya seharusnya dilaksanakan/dikerjakan di beberapa lokasi/daerah masing-masing.
f. PPK mengusulkan perubahan pemaketan kepada PA/KPA. g. Dalam hal usulan perubahan pemaketan disetujui oleh PA/KPA,
maka ditindaklanjuti dengan perubahan RUP. Selanjutnya PPK menyampaikan hasil konsolidasi kepada Pejabat Pengadaan/UKPBJ untuk dilakukan pemilihan Penyedia.
2. Konsolidasi oleh UKPBJ a. Umum
UKPBJ melaksanakan strategi penggabungan beberapa paket pengadaan barang/jasa sejenis dengan ketentuan: 1) UKPBJ melakukan Konsolidasi untuk paket pengadaan
barang/jasa sejenis yang dicadangkan untuk usaha mikro atau usaha kecil sampai dengan nilai maksimum hasil konsolidasi sebesar 15 miliar.
2) UKPBJ melakukan koordinasi kepada PPK untuk melaksanakan strategi pengadaan.
3) Beberapa PPK yang paketnya dikonsolidasikan oleh UKPBJ, selanjutnya ditunjuk satu PPK sebagai koordinator / konsolidator sesuai kesepakatan para PPK atau ditetapkan oleh pejabat yang berwenang.
44
b. Konsolidasi setelah pengumuman RUP Setelah pengumuman RUP, UKPBJ dapat melakukan konsolidasi terhadap pemaketan dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1) UKPBJ secara tertulis mengusulkan kepada PA/KPA/PPK untuk
melakukan konsolidasi. 2) Dalam hal PA/KPA menyetujui, dilakukan tahapan konsolidasi. 3) Dalam hal PA/KPA tidak menyetujui, maka pengadaan
barang/jasa dilaksanakan sesuai dengan rencana semula. c. Konsolidasi pada tahap Persiapan Pemilihan
Konsolidasi Pengadaan barang/jasa oleh UKPBJ dengan menggabungkan paket-paket pengadaan barang/jasa sejenis menjadi satu atau beberapa paket yang dilakukan sebelum persiapan pemilihan Penyedia oleh Pokja Pemilihan. Konsolidasi oleh UKPBJ sebagai berikut: 1) UKPBJ menerima Dokumen Persiapan Pengadaan melalui
Penyedia dari PPK. 2) UKPBJ melakukan reviu Dokumen Persiapan Pengadaan untuk
mendapatkan data/informasi paket-paket pengadaan barang/jasa sejenis.
3) UKPBJ secara tertulis mengusulkan kepada para PPK untuk melakukan konsolidasi termasuk perubahan spesifikasi teknis/KAK, HPS, dan/atau rancangan kontrak.
4) Dalam hal para PPK menyetujui, dilakukan tahapan konsolidasi. 5) Dalam hal para PPK tidak menyetujui, maka pengadaan
barang/jasa dilaksanakan sesuai dengan rencana semula.
45
F. Pelaksanaan Kontrak
Pelaksanaan Kontrak dilakukan berdasarkan dokumen Kontrak pada rancangan Kontrak yang terdapat dalam standar Dokumen Pemilihan. Secara ringkas, pelaksanaan Kontrak meliputi:
1. Reviu Laporan Hasil Pemilihan Penyedia Setelah menerima laporan hasil pemilihan Penyedia, PPK melakukan
reviu atas laporan hasil pemilihan Penyedia dari Pokja Pemilihan/Pejabat Pengadaan untuk memastikan bahwa proses pemilihan Penyedia sudah dilaksanakan berdasarkan prosedur yang ditetapkan dan pemenang pemilihan/calon Penyedia memiliki kemampuan untuk melaksanakan Kontrak, termasuk keberlakuan data isian kualifikasi. Berdasarkan hasil reviu, PPK memutuskan untuk menerima atau menolak hasil pemilihan Penyedia tersebut.
2. Penetapan SPPBJ SPPBJ ditetapkan oleh Pejabat Penandatangan Kontrak. Dalam hal
Tender/Seleksi dilakukan mendahului tahun anggaran, SPPBJ dapat ditetapkan setelah persetujuan RKA-KL atau RKA-PD sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
3. Rapat Persiapan Penandatanganan Kontrak Sebelum penandatanganan Kontrak, dilakukan rapat persiapan
penandatanganan Kontrak antara Pejabat Penandatangan Kontrak dengan Penyedia. Hasil pembahasan dan kesepakatan rapat persiapan penandatanganan Kontrak dituangkan dalam berita acara. Dalam hal penetapan SPPBJ dilakukan sebelum DIPA/DPA disahkan dan ternyata alokasi anggaran dalam DIPA/DPA tidak disetujui atau kurang dari rencana nilai Kontrak, maka penandatanganan Kontrak dapat dilakukan setelah Pagu Anggaran cukup tersedia melalui revisi DIPA/DPA. Jika penambahan Pagu Anggaran melalui revisi DIPA/DPA tidak tercapai, maka SPPBJ dibatalkan dan kepada calon Penyedia Barang/Jasa tidak diberikan ganti rugi.
4. Pengunduran Diri Calon Penyedia Apabila pemenang pemilihan (calon Penyedia) mengundurkan diri
dengan alasan yang tidak dapat diterima oleh PPK/Pejabat Penandatangan Kontrak baik sebelum Penerbitan SPPBJ atau sebelum penandatanganan kontrak dan masa penawarannya masih berlaku, maka calon Penyedia tersebut dikenakan sanksi Daftar Hitam sesuai ketentuan perundang-undangan dan Jaminan Penawarannya (jika dipersyaratkan) dicairkan dan disetorkan pada kas negara/daerah.
46
Selanjutnya penunjukan Penyedia dilakukan kepada peserta dengan peringkat di bawahnya (jika ada).
5. Penandatanganan Kontrak Pejabat Penandatangan Kontrak dan Penyedia wajib memeriksa kembali rancangan kontrak meliputi substansi, bahasa, redaksional, angka, dan huruf serta membubuhkan paraf pada setiap lembar Dokumen Kontrak. Kontrak ditandatangani dengan ketentuan DIPA/DPA telah disahkan; penandatanganan kontrak dilakukan paling lambat 14 hari kerja setelah diterbitkan SPPBJ, kecuali DIPA/DPA belum disahkan; dan ditandatangani oleh Pihak yang berwenang menandatangani Kontrak. Dalam hal penandatanganan kontrak dilakukan setelah DIPA/DPA disahkan sebelum tahun anggaran, pelaksanaan pekerjaan dilaksanakan setelah DIPA/DPA berlaku efektif. Pihak yang berwenang menandatangani kontrak atas nama Penyedia adalah Direktur Utama/Pimpinan Perusahaan/Pengurus Koperasi yang disebutkan namanya dalam Akta Pendirian/Anggaran Dasar, yang telah didaftarkan sesuai dengan peraturan perundang-undangan atau Penyedia perorangan. Selain pihak yang disebut di atas, pihak lain yang dapat menandatangani Kontrak adalah pihak yang mendapat kuasa atau pendelegasian wewenang yang sah dari Direktur Utama/Pimpinan Perusahaan/Pengurus Koperasi atau pihak yang sah untuk menandatangani kontrak sepanjang pihak lain tersebut merupakan pengurus/karyawan perusahaan/karyawan koperasi yang berstatus sebagai tenaga kerja tetap. Kontrak mulai berlaku pada tanggal penandatanganan Kontrak oleh para pihak atau pada tanggal yang ditetapkan dalam Kontrak.
6. Penyerahan Lokasi Kerja dan Personel Apabila diperlukan Pejabat Penandatangan Kontrak menyerahkan
lokasi kerja kepada Penyedia, penyerahan lokasi kerja dilakukan setelah sebelumnya dilakukan peninjauan lapangan oleh para pihak dan pihak terkait yang dituangkan dalam Berita Acara Peninjauan Lokasi Kerja. Penyerahan lokasi kerja dituangkan dalam Berita Acara Serah Terima Lokasi Kerja yang ditandatangani oleh para pihak. Apabila Pejabat Penandatangan Kontrak tidak dapat menyerahkan seluruh lokasi kerja sesuai kebutuhan Penyedia yang tercantum dalam rencana kerja untuk melaksanakan pekerjaan sesuai kontrak, maka Pejabat Penandatangan Kontrak menetapkan kondisi ini sebagai Peristiwa Kompensasi dan dibuat Berita Acara. Penyedia menyerahkan personel (apabila dibutuhkan).
47
7. Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK)/Surat Perintah Pengiriman (SPP) a. SPMK untuk Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya/Jasa Konsultansi
Nonkonstruksi/Jasa Konsultansi Konstruksi Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK) adalah surat perintah dari Pejabat Penandatangan Kontrak kepada Penyedia barang/jasa untuk segera memulai pelaksanaan pekerjaan sesuai kontrak. Dalam SPMK dicantumkan seluruh lingkup pekerjaan dan tanggal mulai kerja yang merupakan waktu dimulainya pelaksanaan pekerjaan sesuai kontrak.
b. SPP untuk Barang Surat Perintah Pengiriman (SPP) adalah surat perintah tertulis dari Pejabat Penandatangan Kontrak kepada Penyedia Barang untuk mulai melaksanakan pekerjaan penyediaan barang sesuai kontrak. Tanggal penandatanganan SPP oleh Penyedia ditetapkan sebagai tanggal awal perhitungan waktu pelaksanaan pekerjaan sampai dengan serah terima barang. Untuk pekerjaan yang pengiriman barangnya dijadwalkan tidak dilaksanakan sekaligus tetapi secara bertahap sesuai rencana kebutuhan, harus dinyatakan dalam Kontrak.
8. Pemberian Uang Muka Penyedia dapat mengajukan permohonan uang muka secara tertulis
kepada Pejabat Penandatangan Kontrak disertai dengan rencana penggunaan uang muka untuk melaksanakan pekerjaan sesuai kontrak dan rencana pengembaliannya. Nilai besaran uang muka paling tinggi sesuai dengan yang ditetapkan dalam kontrak. Uang Muka dibayar setelah Penyedia menyerahkan Jaminan Uang Muka senilai uang muka yang diterima Penyedia. Pengembalian uang muka dapat dilakukan berangsur-angsur secara proporsional pada setiap pembayaran prestasi pekerjaan atau sesuai kesepakatan yang diatur dalam kontrak. Paling lambat harus lunas pada saat serah terima sesuai dengan ketentuan yang tertuang dalam kontrak.
9. Penyusunan Rencana Mutu Pekerjaan Program mutu disusun oleh Penyedia sebelum rapat persiapan
pelaksanaan kontrak. Rencana program mutu disesuaikan dengan jenis barang/jasa, karakteristik, dan kompleksitas pekerjaan. Rencana program mutu dapat direvisi sesuai dengan kondisi pekerjaan. Penyedia berkewajiban untuk memutakhirkan program mutu jika terjadi Adendum Kontrak dan/atau Peristiwa Kompensasi. Pemutakhiran rencana program mutu harus mendapatkan persetujuan Pejabat Penandatangan Kontrak. Persetujuan Pejabat Penandatangan Kontrak
48
terhadap rencana program mutu tidak mengubah kewajiban kontraktual Penyedia.
10. Rapat Persiapan Pelaksanaan Kontrak Sebelum melaksanakan kontrak, Pejabat Penandatangan Kontrak dan
Penyedia harus melakukan rapat secara tatap muka untuk mendiskusikan kesamaan pemahaman dan administrasi kontrak. Rapat harus dilaksanakan secara formal, agenda rapat diketahui secara bersama sebelum pelaksanaan rapat, dan para pihak masing-masing harus menunjuk narahubung selama pelaksanaan kontrak.
11. Mobilisasi Mobilisasi paling lambat harus sudah mulai dilaksanakan sesuai waktu
yang ditetapkan. Untuk Pekerjaan Konstruksi, mobilisasi dilakukan sesuai dengan lingkup pekerjaan, meliputi mendatangkan bahan/material dan peralatan terkait yang diperlukan dalam pelaksanaan pekerjaan; mempersiapkan fasilitas seperti kantor, rumah, gedung laboratorium, bengkel, gudang, dan sebagainya; dan/atau mendatangkan personel. Untuk Jasa Konsultansi, mobilisasi dilakukan sesuai dengan lingkup pekerjaan, meliputi mendatangkan tenaga ahli; mendatangkan tenaga pendukung; dan/atau menyiapkan peralatan pendukung. Mobilisasi bahan/material, peralatan, dan personil dapat dilakukan secara bertahap sesuai dengan kebutuhan.
12. Pemeriksaan Bersama Apabila diperlukan, pada tahap awal pelaksanaan kontrak, para pihak
bersama-sama melakukan pemeriksaan lokasi pekerjaan dengan melakukan pengukuran dan pemeriksaan detail kondisi lokasi pekerjaan untuk setiap tahapan pekerjaan dan rencana mata pembayaran. Hasil pemeriksaan bersama dituangkan dalam Berita Acara. Apabila dalam pemeriksaan bersama mengakibatkan perubahan isi kontrak, maka harus dituangkan dalam Adendum Kontrak.
13. Pengendalian Kontrak Para pihak melakukan pengawasan/pengendalian terhadap
pelaksanaan kontrak baik secara langsung atau melalui pihak lain yang ditunjuk. Pengawasan/pengendalian kontrak dapat dilaksanakan secara sendiri-sendiri atau bersama-sama oleh Pejabat Penandatangan Kontrak, pihak ketiga yang independen, Penyedia, dan/atau pengguna akhir. Dalam hal terjadi deviasi antara realisasi dengan target pelaksanaan kontrak atau terjadi Kontrak Kritis, maka para pihak melakukan Rapat Pembuktian (Show Cause Meeting/SCM). Pejabat Penandatangan Kontrak memerintahkan Penyedia untuk melaksanakan perbaikan target dan realisasi pelaksanaan pekerjaan. Apabila Penyedia
49
tidak mampu mencapai target yang ditetapkan pada SCM, maka Pejabat Penandatangan Kontrak mengeluarkan Surat Peringatan (SP) kepada Penyedia. Dalam hal telah dikeluarkan SP ketiga dan Penyedia dinilai tidak mampu mencapai target yang ditetapkan, maka Pejabat Penandatangan Kontrak dapat melakukan pemutusan Kontrak secara sepihak dan memberikan sanksi kepada Penyedia sesuai ketentuan yang berlaku.
14. Inspeksi Pabrikasi (apabila diperlukan) Jika diperlukan, para pihak dapat melakukan inspeksi atas proses
pabrikasi barang/peralatan khusus. Jadwal, tempat, dan ruang lingkup inspeksi harus sesuai dengan ketentuan dalam kontrak.
15. Pembayaran Prestasi Pekerjaan Penyedia mengajukan permohonan pembayaran prestasi pekerjaan
secara tertulis kepada Pejabat Penandatangan Kontrak disertai laporan kemajuan/output pekerjaan sesuai kontrak. Pembayaran termin terakhir hanya dapat dilakukan setelah sesuai dengan ketentuan yang termuat dalam Kontrak dan para pihak menandatangani Berita Acara Serah Terima pekerjaan. Untuk pekerjaan yang mensyaratkan masa pemeliharaan, uang retensi dibayarkan setelah masa pemeliharaan berakhir. Dalam hal masa pemeliharaan berakhir pada tahun anggaran berikutnya yang menyebabkan retensi tidak dapat dibayarkan, maka uang retensi dapat dibayarkan dengan syarat Penyedia menyampaikan Jaminan Pemeliharaan senilai uang retensi tersebut.
16. Perubahan Kontrak Perubahan kontrak karena perbedaan kondisi lapangan pada saat
pelaksanaan dengan gambar dan/atau spesifikasi teknis/KAK dalam dokumen kontrak diberlakukan untuk Kontrak Lumsum, Kontrak Harga Satuan, Kontrak Gabungan Lumsum dan Harga Satuan, dan Kontrak Putar Kunci. Dalam hal terdapat perbedaan atau ada perintah perubahan dari Pejabat Penandatangan Kontrak, Pejabat Penandatangan Kontrak bersama Penyedia dapat melakukan perubahan kontrak yang meliputi menambah atau mengurangi volume yang tercantum dalam kontrak, menambah dan/atau mengurangi jenis kegiatan, mengubah spesifikasi teknis dan gambar sesuai dengan kondisi lapangan, dan/atau mengubah jadwal pelaksanaan. Perubahan kontrak yang disebabkan masalah administrasi, dapat dilakukan sepanjang disepakati kedua belah pihak. Masalah administrasi yang dimaksud antara lain pergantian Pejabat Penandatangan Kontrak atau perubahan rekening penerima.
50
17. Penyesuaian Harga (apabila diperlukan) Penyesuaian harga diberlakukan terhadap Kontrak Tahun Jamak yang
berbentuk Kontrak Harga Satuan atau Kontrak Berdasarkan Waktu Penugasan yang masa pelaksanaan pekerjaannya lebih dari 18 bulan, dengan ketentuan: a. Ketentuan, persyaratan, dan tata cara perhitungan penyesuaian
harga dicantumkan dalam Dokumen Pemilihan (rancangan kontrak) dan/atau perubahan Dokumen Pemilihan, yang selanjutnya dituangkan dalam kontrak.
b. Persyaratan perhitungan penyesuaian harga meliputi: 1) Penyesuaian diberlakukan mulai bulan ke-13 sejak pelaksanaan
pekerjaan; 2) Penyesuaian harga satuan berlaku bagi seluruh kegiatan/mata
pembayaran, kecuali komponen keuntungan, biaya overhead, dan harga satuan timpang sebagaimana tercantum dalam penawaran;
3) Penyesuaian harga satuan diberlakukan sesuai dengan jadwal pelaksanaan yang tercantum dalam kontrak/adendum kontrak;
4) Penyesuaian harga satuan bagi komponen pekerjaan yang berasal dari luar negeri, menggunakan indeks penyesuaian harga dari negara asal barang tersebut;
5) Jenis pekerjaan baru dengan harga satuan baru sebagai akibat adanya adendum kontrak dapat diberikan penyesuaian harga mulai bulan ke-13 sejak adendum kontrak ditandatangani; dan
6) Indeks yang digunakan dalam hal pelaksanaan kontrak terlambat disebabkan oleh kesalahan Penyedia adalah indeks terendah antara jadwal kontrak dan realisasi pekerjaan.
18. Keadaan Kahar Keadaan kahar adalah suatu keadaan yang terjadi di luar kehendak para
pihak dalam kontrak dan tidak dapat diperkirakan sebelumnya, sehingga kewajiban yang ditentukan dalam kontrak menjadi tidak dapat dipenuhi. Tidak termasuk keadaan kahar adalah hal-hal merugikan yang disebabkan oleh perbuatan atau kelalaian para pihak. Dalam hal terjadi keadaan kahar, Pejabat Penandatangan Kontrak atau Penyedia memberitahukan tentang terjadinya keadaan kahar kepada salah satu pihak secara tertulis dalam waktu paling lambat 14 hari kalender sejak menyadari atau seharusnya menyadari atas kejadian atau keadaan yang merupakan keadaan kahar. Dalam hal terjadi keadaan kahar, pelaksanaan kontrak dapat dihentikan atau dilanjutkan setelah kondisi kahar berakhir. Kegagalan salah satu pihak memenuhi kewajiban yang disebutkan dalam kontrak bukan merupakan cidera
51
janji/wanprestasi jika disebabkan oleh karena keadaan kahar. Contoh keadaan kahar dalam kontrak pengadaan barang/jasa tidak terbatas pada bencana alam, bencana non alam, bencana sosial, pemogokan, kebakaran, kondisi cuaca ekstrim, dan gangguan industri lainnya.
19. Penghentian Kontrak atau Berakhirnya Kontrak a. Penghentian Kontrak Kontrak berhenti apabila terjadi keadaan kahar. Penghentian
kontrak karena keadaan kahar dilakukan secara tertulis oleh Pejabat Penandatangan Kontrak dengan disertai alasan penghentian pekerjaan. Penghentian kontrak karena keadaan kahar dapat bersifat sementara hingga keadaan kahar berakhir atau permanen apabila akibat keadaan kahar tidak memungkinkan dilanjutkan/diselesaikannya pekerjaan. Penghentian kontrak sementara dapat diberikan kompensasi berupa perpanjangan masa kontrak dan/atau penggantian yang wajar terhadap kerugian nyata. Penghentian Kontrak permanen diberlakukan Pengakhiran Kontrak. Dalam hal kontrak dihentikan karena keadaan kahar, maka Pejabat Penandatangan Kontrak wajib membayar kepada Penyedia sesuai dengan kemajuan hasil pekerjaan yang telah dicapai setelah dilakukan pemeriksaan bersama atau berdasarkan hasil audit.
b. Berakhirnya Kontrak Kontrak berakhir apabila pekerjaan telah selesai. Hak dan kewajiban para pihak yang terdapat dalam kontrak sudah terpenuhi. Terpenuhinya hak dan kewajiban para pihak adalah terkait dengan pembayaran yang seharusnya dilakukan akibat dari pelaksanaan kontrak. Dalam hal kontrak telah berhenti karena pekerjaan telah selesai, namun kontrak belum berakhir, apabila masih terdapat sisa pembayaran yang belum dibayarkan, Pejabat Penandatangan Kontrak melakukan sisa pembayaran tersebut kepada Penyedia.
20. Pemutusan Kontrak Pemutusan kontrak adalah tindakan yang dilakukan oleh Pejabat
Penandatangan Kontrak atau Penyedia untuk mengakhiri berlakunya kontrak karena alasan tertentu. a. Pemutusan Kontrak oleh Pejabat Penandatangan Kontrak
Pejabat Penandatangan Kontrak melakukan pemutusan kontrak apabila: 1) Penyedia terbukti melakukan korupsi, kolusi dan/atau
nepotisme, kecurangan dan/atau pemalsuan dalam proses pengadaan yang diputuskan oleh instansi yang berwenang.
2) Pengaduan tentang penyimpangan prosedur, dugaan korupsi, kolusi dan/atau nepotisme dan/atau pelanggaran
52
persaingan sehat dalam pelaksanaan pengadaan barang/jasa dinyatakan benar oleh instansi yang berwenang;
3) Penyedia berada dalam keadaan pailit; 4) Penyedia terbukti dikenakan Sanksi Daftar Hitam sebelum
penandatangan kontrak; 5) Penyedia gagal memperbaiki kinerja setelah mendapat Surat
Peringatan sebanyak tiga kali; 6) Penyedia tidak mempertahankan berlakunya Jaminan
Pelaksanaan; 7) Penyedia lalai/cidera janji dalam melaksanakan
kewajibannya dan tidak memperbaiki kelalaiannya dalam jangka waktu yang telah ditetapkan;
8) Berdasarkan penelitian Pejabat Penandatangan Kontrak, Penyedia tidak akan mampu menyelesaikan keseluruhan pekerjaan walaupun diberikan kesempatan;
9) Penyedia tidak dapat menyelesaikan pekerjaan setelah diberikan kesempatan menyelesaikan pekerjaan; atau
10) Penyedia menghentikan pekerjaan selama waktu yang ditentukan dalam kontrak dan penghentian ini tidak tercantum dalam program mutu serta tanpa persetujuan pengawas pekerjaan.
Dalam hal pemutusan Kontrak dilakukan karena kesalahan Penyedia, maka Jaminan Pelaksanaan dicairkan; sisa Uang Muka harus dilunasi oleh Penyedia atau Jaminan Uang Muka dicairkan (apabila diberikan); dan Penyedia dikenakan sanksi Daftar Hitam. Dalam hal dilakukan pemutusan Kontrak secara sepihak oleh Pejabat Penandatangan Kontrak karena kesalahan Penyedia, maka Pokja Pemilihan dapat menunjuk pemenang cadangan berikutnya pada paket pekerjaan yang sama atau Penyedia yang mampu dan memenuhi syarat. Semua bahan, perlengkapan, peralatan, hasil pekerjaan sementara yang masih berada di lokasi kerja setelah pemutusan kontrak akibat kelalaian atau kesalahan Penyedia, dapat dimanfaatkan sepenuhnya oleh Pejabat Penandatangan Kontrak tanpa kewajiban perawatan/pemeliharaan. Pengambilan kembali semua peninggalan tersebut oleh Penyedia hanya dapat dilakukan setelah mempertimbangkan kepentingan Pejabat Penandatangan Kontrak.
b. Pemutusan Kontrak oleh Penyedia Penyedia melakukan pemutusan Kontrak apabila: 1) Setelah mendapatkan persetujuan Pejabat Penandatangan
Kontrak, pengawas pekerjaan memerintahkan Penyedia
53
untuk menunda pelaksanaan pekerjaan atau kelanjutan pekerjaan, dan perintah tersebut tidak ditarik selama waktu yang ditentukan dalam Kontrak;
2) Pejabat Penandatangan Kontrak tidak menerbitkan Surat Permintaan Pembayaran (SPP) untuk pembayaran tagihan angsuran sesuai dengan yang disepakati sebagaimana tercantum dalam syarat-syarat kontrak.
Apabila terjadi Pemutusan kontrak secara sepihak, maka: 1) PPK melakukan evaluasi atas hasil pekerjaan yang telah
dilakukan; 2) PPK membayar pekerjaan yang telah dikerjakan Penyedia
dan dapat dimanfaatkan oleh PPK dengan memperhitungkan ketentuan mengenai sanksi dan denda sesuai dengan Peraturan LKPP tentang Pembinaan Pelaku Usaha Pengadaan Barang/Jasa;
3) PPK meminta Pokja Pemilihan untuk melakukan Penunjukan Langsung terhadap pemenang cadangan (apabila ada) atau Pelaku Usaha yang mampu;
4) Proses selanjutnya mengikuti mekanisme Penunjukan Langsung.
21. Pemberian Kesempatan Dalam hal Penyedia gagal menyelesaikan pekerjaan sampai masa
pelaksanaan kontrak berakhir, Pejabat Penandatangan Kontrak melakukan penilaian atas kemajuan pelaksanaan pekerjaan. Hasil penilaian menjadi dasar bagi Pejabat Penandatangan Kontrak untuk: a. Memberikan kesempatan kepada Penyedia untuk
menyelesaikan pekerjaannya dengan ketentuan sebagai berikut: 1) Pemberian kesempatan kepada Penyedia menyelesaikan
pekerjaan sampai dengan 50 hari kalender. 2) Dalam hal setelah diberikan kesempatan, Penyedia masih
belum dapat menyelesaikan pekerjaan, Pejabat Penandatangan Kontrak dapat memberikan kesempatan kedua untuk penyelesaian sisa pekerjaan dengan jangka waktu sesuai kebutuhan atau melakukan pemutusan kontrak dalam hal Penyedia dinilai tidak akan sanggup menyelesaikan pekerjaannya.
3) Pemberian kesempatan kepada Penyedia dituangkan dalam adendum kontrak yang di dalamnya mengatur pengenaan sanksi denda keterlambatan kepada Penyedia dan perpanjangan masa berlaku Jaminan Pelaksanaan (jika ada).
54
4) Pemberian kesempatan kepada Penyedia untuk menyelesaikan pekerjaan dapat melampaui tahun anggaran.
b. Tidak memberikan kesempatan kepada Penyedia dan dilanjutkan dengan pemutusan kontrak serta pengenaan sanksi administratif dalam hal antara lain: 1) Penyedia dinilai tidak dapat menyelesaikan pekerjaan; 2) Pekerjaan yang harus segera dipenuhi dan tidak dapat
ditunda; atau 3) Penyedia menyatakan tidak sanggup menyelesaikan
pekerjaan.
22. Denda dan Ganti Rugi a. Denda dan ganti rugi merupakan sanksi finansial yang dikenakan
kepada Penyedia atau Pejabat Penandatangan Kontrak dalam hal terjadinya cidera janji/wanprestasi yang tercantum dalam Kontrak.
b. Cidera janji/wanprestasi dapat berupa kegagalan bangunan, menyerahkan jaminan yang tidak bisa dicairkan, melakukan kesalahan dalam perhitungan volume hasil pekerjaan berdasarkan hasil audit, menyerahkan barang/jasa yang kualitasnya tidak sesuai dengan kontrak berdasarkan hasil audit, dan keterlambatan penyelesaian pekerjaan.
c. Denda keterlambatan dikenakan apabila terjadi keterlambatan penyelesaian pekerjaan akibat kesalahan Penyedia. Besarnya denda keterlambatan adalah 1‰ (satu permil) per hari dari harga bagian kontrak yang tercantum dalam kontrak atau 1‰ (satu permil) per hari dari harga kontrak. Besaran denda keterlambatan atas perbaikan cacat mutu sebesar 1‰ (satu permil) per hari keterlambatan perbaikan dari nilai biaya perbaikan pekerjaan yang ditemukan cacat mutu.
d. Besaran sanksi ganti rugi adalah sebesar nilai kerugian yang ditimbulkan. Besaran denda atas pelanggaran ketentuan subkontrak sebesar nilai pekerjaan yang disubkontrakkan.
e. Bagian Kontrak adalah bagian pekerjaan dari satu pekerjaan yang ditetapkan dalam dokumen pemilihan.
f. Tata cara pembayaran denda diatur di dalam Dokumen Kontrak.
23. Penyelesaian Sengketa Kontrak Penyelesaian sengketa kontrak antara PPK dan Penyedia dalam
pelaksanaan kontrak dapat dilakukan melalui layanan penyelesaian sengketa kontrak, arbitrase, Dewan Sengketa Kontrak Konstruksi, atau melalui pengadilan.
55
G. Serah Terima Hasil Pekerjaan Setelah pekerjaan selesai sesuai dengan ketentuan yang tertuang dalam kontrak, Penyedia mengajukan permintaan secara tertulis kepada Pejabat Penandatangan Kontrak untuk penyerahan hasil pekerjaan. Dalam Pengadaan Pekerjaan Konstruksi, terdapat Serah Terima Pertama Hasil Pekerjaan (Provisional Hand-Over) dan Serah Terima Akhir Hasil Pekerjaan (Final Hand-Over). Namun demikian, serah terima hasil pekerjaan barang/jasa secara umum sebagai berikut: 1. Serah Terima Pekerjaan dari Penyedia kepada Pejabat Penandatangan
Kontrak a) Setelah pekerjaan selesai sesuai dengan ketentuan yang tertuang
dalam kontrak, Penyedia mengajukan permintaan secara tertulis kepada Pejabat Penandatangan Kontrak untuk penyerahan hasil pekerjaan.
b) Sebelum dilakukan serah terima, Pejabat Penandatangan Kontrak melakukan pemeriksaan terhadap hasil pekerjaan.
c) Pemeriksaan dilakukan terhadap kesesuaian hasil pekerjaan terhadap kriteria/spesifikasi yang tercantum dalam Kontrak.
d) Apabila dalam pemeriksaan hasil pekerjaan tidak sesuai dengan ketentuan yang tercantum dalam Kontrak dan/atau cacat hasil pekerjaan, Pejabat Penandatangan Kontrak memerintahkan Penyedia untuk memperbaiki dan/atau melengkapi kekurangan pekerjaan.
e) Apabila dalam pemeriksaan hasil pekerjaan telah sesuai dengan ketentuan yang tercantum dalam kontrak, maka Pejabat Penandatangan Kontrak dan Penyedia menandatangani Berita Acara Serah Terima.
2. Masa Pemeliharaan (apabila dibutuhkan) a) Penyedia wajib memelihara hasil pekerjaan selama masa
pemeliharaan sehingga kondisi tetap seperti pada saat penyerahan pertama pekerjaan.
b) Setelah masa pemeliharaan berakhir, Penyedia mengajukan permintaan secara tertulis kepada Pejabat Penandatangan Kontrak untuk penyerahan akhir pekerjaan.
c) Pejabat Penandatangan Kontrak menerima penyerahan akhir pekerjaan setelah Penyedia melaksanakan semua kewajibannya selama masa pemeliharaan dengan baik. Pejabat Penandatangan Kontrak wajib melakukan pembayaran sisa nilai kontrak yang belum dibayar atau mengembalikan Jaminan Pemeliharaan.
d) Masa pemeliharaan paling singkat untuk pekerjaan permanen selama 6 bulan, sedangkan untuk pekerjaan semi permanen selama 3 bulan.
56
e) Masa pemeliharaan dapat melampaui Tahun Anggaran. f) Apabila Penyedia tidak melaksanakan kewajiban pemeliharaan
sebagaimana mestinya, maka Pejabat Penandatangan Kontrak berhak untuk tidak membayar retensi atau mencairkan Jaminan Pemeliharaan untuk membiayai perbaikan/pemeliharaan, serta Penyedia dikenakan sanksi Daftar Hitam.
g) Dalam hal terdapat nilai sisa penggunaan uang retensi atau uang pencairan Jaminan Pemeliharaan untuk membiayai pemeliharaan, maka Pejabat Penandatangan Kontrak wajib menyetorkan kepada kas negara.
h) Apabila dalam pemeriksaan hasil pekerjaan telah sesuai dengan ketentuan yang tercantum dalam kontrak, maka Pejabat Penandatangan Kontrak dan Penyedia menandatangani Berita Acara Serah Terima akhir.
i) PA/KPA mengalokasikan anggaran untuk keperluan operasional PPK selama masa pemeliharaan.
j) Jaminan Pemeliharaan dikembalikan 14 hari kerja setelah masa pemeliharaan selesai.
57
H. Penilaian Kinerja Penyedia Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) memiliki tugas untuk melakukan Penilaian Kinerja. Penilaian Kinerja Penyedia Barang/Jasa (Penilaian Kinerja) merupakan aktivitas dan proses untuk mengukur kinerja Penyedia dalam melaksanakan pekerjaan berdasarkan indikator yang telah ditetapkan. Penilaian Kinerja dibutuhkan untuk meningkatkan kualitas hasil atas barang/jasa yang dihasilkan oleh Penyedia. Penilaian didasarkan pada kinerja Penyedia dalam melaksanakan pekerjaan sesuai dengan ruang lingkup yang telah ditetapkan dalam kontrak. Penilaian Kinerja dilaksanakan dengan prinsip sederhana, mudah, dan aplikatif; transparan, objektif, proporsional; dan profesional dan berintegritas. Penilaian Kinerja dilakukan melalui aplikasi Sistem Informasi Kinerja Penyedia (SIKaP) yang diselenggarakan oleh LKPP. 1. Tujuan Penilaian Kinerja
Penilaian Kinerja bertujuan untuk: a. Mewujudkan tertib penyelenggaraan pekerjaan dalam rangka
menjamin kualitas barang/jasa hasil pekerjaan Penyedia; b. Memperoleh profil Penyedia berdasarkan kinerja dalam
pelaksanaan kontrak; c. Melaksanakan mitigasi risiko pelaksanaan pekerjaan; d. Menghasilkan umpan balik bagi Penyedia untuk dapat
meningkatkan kinerjanya berdasarkan pada hasil kinerja sesuai kontrak; dan
e. Memberikan indikator peningkatan kapasitas yang dibutuhkan oleh Penyedia.
2. Tata Cara Penilaian Kinerja a. Penilaian Kinerja dilaksanakan oleh PPK melalui SIKaP, atas
pelaksanaan pekerjaan yang telah dilakukan oleh Penyedia selama masa pelaksanaan pekerjaan sampai dengan proses pembayaran termasuk masa pemeliharaan/garansi jika ada.
b. PPK melakukan Penilaian Kinerja setelah: 1) Penyedia melakukan serah terima hasil pekerjaan kepada PPK
melalui Berita Acara Serah Terima (BAST) dan/atau Berita Acara Serah Terima Akhir (BAST-A) untuk pekerjaan barang/jasa yang memerlukan masa pemeliharaan/garansi;
2) PPK menghentikan kontrak karena keadaan kahar dan pekerjaan tidak dapat dilanjutkan/diselesaikan; atau
3) PPK melakukan pemutusan kontrak karena kesalahan Penyedia. c. Dalam melakukan penilaian kinerja, PPK dapat dibantu oleh
Pengelola Pengadaan Barang/Jasa, tenaga ahli, dan/atau pihak lain yang kompeten.
58
d. Penilaian Kinerja pada E-purchasing melalui Toko Daring dilakukan berdasarkan syarat dan ketentuan yang berlaku pada masing-masing Toko Daring.
3. Aspek, Indikator, dan Bobot Penilaian Kinerja a. Aspek, indikator, dan bobot yang dipergunakan untuk menilai
kinerja Penyedia terdiri atas: 1) Kualitas dan kuantitas dengan indikator kesesuaian diberikan
bobot 30%; 2) Biaya dengan indikator kemampuan pengendalian biaya
diberikan bobot 20%; 3) Waktu dengan indikator ketepatan diberikan bobot 30%; dan 4) Layanan dengan indikator komunikasi dan tingkat respon
diberikan bobot 20%. b. Kriteria dan skor Penilaian Kinerja adalah sebagai berikut:
1) Kualitas dan kuantitas pekerjaan 2) Biaya 3) Waktu 4) Layanan
IV
PENGADAAN KHUSUS
59
A. Pengadaan Barang/jasa dalam Rangka Penanganan Keadaan Darurat
Penanganan keadaan darurat dilakukan untuk keselamatan / perlindungan masyarakat atau warga negara Indonesia yang berada di dalam negeri dan/atau luar negeri yang pelaksanaannya tidak dapat ditunda dan harus dilakukan segera. Keadaan darurat meliputi: 1. Bencana alam, bencana non-alam, dan/atau bencana sosial; 2. Pelaksanaan operasi pencarian dan pertolongan; 3. Kerusakan sarana/prasarana yang dapat mengganggu kegiatan
pelayanan publik; 4. Bencana alam, bencana non-alam, bencana sosial, perkembangan
situasi politik dan keamanan di luar negeri, dan/atau pemberlakuan kebijakan pemerintah asing yang memiliki dampak langsung terhadap keselamatan dan ketertiban warga negara Indonesia di luar negeri;
5. Pemberian bantuan kemanusiaan kepada negara lain yang terkena bencana.
Keadaan darurat meliputi siaga darurat, tanggap darurat, dan transisi darurat ke pemulihan. Untuk penanganan keadaan darurat, PPK menunjuk Penyedia terdekat yang sedang melaksanakan pengadaan barang/jasa sejenis atau Pelaku Usaha lain yang dinilai mampu dan memenuhi kualifikasi untuk melaksanakan pengadaan barang/jasa sejenis.
B. Pengadaan Barang/Jasa di Luar Negeri Pengadaan barang/jasa yang dilaksanakan di luar negeri berpedoman pada
ketentuan dalam Peraturan Presiden ini. Dalam hal ketentuan dalam Peraturan Presiden tidak dapat dilaksanakan, pelaksanaan pengadaan barang/jasa menyesuaikan dengan ketentuan pengadaan barang/jasa di negara setempat. Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengadaan barang/jasa di luar negeri diatur oleh menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang luar negeri setelah berkonsultasi dengan LKPP.
C. Pengecualian
Pengadaan Barang/Jasa yang Dikecualikan pada Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah adalah Pengadaan Barang/Jasa yang ketentuannya dikecualikan baik sebagian atau seluruhnya dari ketentuan Perpres Nomor 16 Tahun 2018 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah sebagaimana telah diubah dengan Perpres Nomor 12 Tahun 2021 tentang Perubahan atas Perpres Nomor 16 Tahun 2018 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah. Pengaturan Pengadaan Barang/Jasa yang Dikecualikan pada Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah merupakan salah satu pengaturan khusus yang dilatarbelakangi kebutuhan bervariasi dan beragam, adanya
60
mekanisme pasar yang memiliki mekanisme transaksi tersendiri, serta adanya peraturan perundang-undangan lain yang telah mengatur secara khusus. Pelaku pengadaan dalam pengadaan barang/jasa yang dikecualikan meliputi: PA/KPA; PPK; Pejabat Pengadaan; Pokja Pemilihan; Penyedia; dan Pihak lainnya (pihak yang dibutuhkan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan atau pihak yang dibutuhkan sesuai peraturan pimpinan BLU/BLUD). 1. Pengadaan Barang/Jasa pada Badan Layanan Umum (BLU)/Badan
Layanan Umum Daerah (BLUD) Pengadaan barang/Jasa di BLU/BLUD dilaksanakan berdasarkan peraturan pimpinan BLU/BLUD. Dalam hal terdapat alasan efektivitas dan/atau efisiensi berdasarkan hasil kajian internal BLU/BLUD, Pemimpin BLU/BLUD dapat mengatur pengadaan barang/jasa.
2. Pengadaan Barang/Jasa yang Dilaksanakan Berdasarkan Tarif Barang/Jasa yang Dipublikasikan secara Luas kepada Masyarakat Pengadaan barang/jasa yang dilaksanakan sesuai dengan tarif barang/jasa yang dipublikasikan secara luas kepada masyarakat meliputi namun tidak terbatas pada listrik; telepon/komunikasi; air bersih; bahan bakar gas; atau bahan bakar minyak.
3. Pengadaan Barang/Jasa yang Dilaksanakan Sesuai dengan Praktik Bisnis yang Sudah Mapan Pengadaan barang/jasa yang dilaksanakan sesuai dengan praktik bisnis yang sudah mapan merupakan pengadaan barang/jasa yang pelaksanaan praktik transaksinya berlaku secara umum dan terbuka sesuai dengan kondisi pasar yang telah memiliki mekanisme transaksi tersendiri. Pengadaan Barang/Jasa yang dilaksanakan sesuai dengan praktik bisnis yang sudah mapan dapat dilaksanakan melalui kompetisi, mengikuti lelang, atau metode pemilihan yang lain seperti pembelian / sewa / pemesanan / langganan / cara lainnya. Tahapan pengadaan barang/jasa yang dilaksanakan sesuai dengan praktik bisnis yang sudah mapan terdiri atas tahapan perencanaan, persiapan pengadaan, persiapan dan pelaksanaan pemilihan Penyedia, dan pelaksanaan kontrak. a. Pengadaan Barang/Jasa yang pelaksanaan transaksi dan usahanya
telah berlaku secara umum dalam persaingan usaha yang sehat, terbuka dan pemerintah/asosiasi telah menetapkan standar untuk harga barang/jasa tersebut atau harga sudah terpublikasi secara resmi. Contoh: jasa akomodasi hotel, jasa tiket transportasi, langganan koran/majalah dll.
b. Jumlah Permintaan atas Barang/Jasa Lebih Besar daripada Jumlah Penawaran (Excess Demand) dan/atau Memiliki Mekanisme Pasar Tersendiri. Contoh: keikutsertaan seminar/pelatihan/pendidikan,
61
jurnal/publikasi ilmiah/penelitian/laporan riset, kapal bekas, pesawat bekas, dan jasa sewa gedung/gudang.
c. Pengadaan Jasa Profesi Tertentu yang Standar Remunerasi/Imbalan Jasa/Honorarium, Layanan Keahlian, Praktik Pemasaran, dan/atau Kode Etik Telah Ditetapkan oleh Perkumpulan Profesinya. Contoh: jasa Arbiter, jasa Pengacara/Penasihat Hukum, jasa Tenaga Kesehatan, jasa PPAT/Notaris, jasa Auditor, jasa penerjemah (interpreter), dan jasa Penilai.
d. Pengadaan Barang/Jasa yang Merupakan Karya Seni dan Budaya dan/atau Industri Kreatif. Contoh: pembuatan / sewa / pembelian film, pembuatan / sewa / pembelian iklan layanan masyarakat, jasa pekerja seni dan budaya, pembuatan/sewa/pembelian barang/karya seni dan budaya.
4. Pengadaan Barang/Jasa yang Diatur dengan Ketentuan dalam Peraturan Perundang-Undangan Lainnya Pengadaan untuk barang/jasa yang diatur dengan ketentuan dalam peraturan perundang-undangan lainnya meliputi pengadaan barang/jasa yang telah diatur ketentuannya dalam peraturan perundang-undangan lain yang pelaksanaannya dikecualikan dari ketentuan Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2021 tentang Perubahan atas Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah. Pengadaan Barang/Jasa yang telah diatur oleh peraturan perundangundangan lain dilaksanakan sesuai dengan ketentuan sebagaimana diatur dalam masing-masing peraturan perundang-undangan dimaksud. Pengadaan barang/jasa yang diatur dengan ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya, antara lain namun tidak terbatas pada: a. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1995 tentang Cukai beserta
perubahannya b. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2011 tentang Mata Uang c. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2012 tentang Industri
Pertahanan; d. Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2013 tentang Tata Cara
Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara beserta perubahannya
e. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2015 tentang Bentuk dan Mekanisme Pendanaan Perguruan Tinggi Negeri Badan Hukum beserta perubahannya
f. Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 2013 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang Undang Nomor 6 Tahun 2011 Tentang Keimigrasian beserta perubahannya
62
g. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Pengadaan Tanah bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum
h. Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Bidang Perkeretaapian
i. Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2021 tentang Kemudahan Proyek Strategis Nasional
j. Peraturan Presiden Nomor 11 Tahun 2008 tentang Tata Cara Pengadaan, Penetapan Status, dan Pengalihan Hak atas Rumah Negara
k. Peraturan Presiden Nomor 75 Tahun 2014 tentang Percepatan Penyediaan Infrastruktur Prioritas beserta perubahannya
l. Peraturan Presiden Nomor 52 tahun 2014 tentang Pengadaan dan Standar Rumah Bagi Mantan Presiden dan/atau Mantan Wakil Presiden
m. Peraturan Presiden Nomor 38 tahun 2015 tentang Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha
n. Peraturan Presiden Nomor 48 Tahun 2017 tentang Penyelenggaraan Asian Games XVIII Tahun 2018
o. Peraturan Presiden Nomor 40 Tahun 2018 tentang Pembaruan Sistem Administrasi Perpajakan
p. Peraturan Presiden Nomor 17 Tahun 2019 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah untuk Percepatan Pembangunan Kesejahteraan di Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
q. Peraturan Presiden Nomor 99 Tahun 2020 tentang Pengadaan Vaksin dan Pelaksanaan Vaksinasi dalam Rangka Penanggulangan Pandemi Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) beserta perubahannya
r. Peraturan Presiden Nomor 118 Tahun 2020 tentang Pengadaan Teknologi Industri melalui Proyek Putar Kunci
D. Penelitian
Penelitian dilakukan oleh PA/KPA pada K/L/PD sebagai penyelenggara penelitian dan pelaksana penelitian. Penyelenggara penelitian memiliki kewenangan: 1. Menetapkan rencana strategis penelitian yang mengacu pada arah
pengembangan penelitian nasional; 2. Menetapkan program penelitian tahunan yang mengacu pada rencana
strategis penelitian dan/atau untuk mendukung perumusan dan penyusunan kebijakan pembangunan nasional; dan
3. Melakukan penjaminan mutu pelaksanaan penelitian.
63
Pelaksana penelitian meliputi individu/kumpulan individu (ASN/Non-ASN); K/L/PD; Perguruan Tinggi; Ormas; dan/atau Badan Usaha. Pelaksana penelitian ditetapkan berdasarkan hasil kompetisi atau penugasan. Kompetisi dilaksanakan melalui seleksi proposal penelitian. Sementara itu, penugasan ditetapkan oleh penyelenggara penelitian untuk penelitian yang bersifat khusus. Penelitian dapat menggunakan anggaran belanja dan/atau fasilitas yang berasal dari satu atau lebih dari satu penyelenggara penelitian. Penelitian dapat dilakukan dengan kontrak penelitian selama satu Tahun Anggaran atau melebihi satu Tahun Anggaran. Pembayaran pelaksanaan penelitian dapat dilakukan secara bertahap atau sekaligus sesuai dengan kontrak penelitian dan dilakukan berdasarkan produk keluaran sesuai ketentuan dalam kontrak penelitian. Ketentuan lebih lanjut mengenai penelitian diatur dengan peraturan menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang riset, teknologi, dan pendidikan tinggi.
E. Tender/Seleksi Internasional dan Dana Pinjaman Luar Negeri atau Hibah Luar Negeri Tender/Seleksi Internasional dapat dilaksanakan untuk: 1. Pengadaan Pekerjaan Konstruksi dengan nilai paling sedikit diatas 1
triliun; 2. Pengadaan Barang/Jasa Lainnya dengan nilai paling sedikit di atas 50
miliar; 3. Pengadaan Jasa Konsultansi dengan nilai paling sedikit di atas 25 miliar; 4. Pengadaan Barang/Jasa yang dibiayai oleh Lembaga Penjamin Kredit
Ekspor atau Kreditor Swasta Asing. Tender/Seleksi Internasional untuk nilai kurang dari batasan di atas, dilaksanakan dalam hal tidak ada Pelaku Usaha dalam negeri yang mampu dan memenuhi persyaratan. Badan usaha asing yang mengikuti Tender/Seleksi Internasional harus melakukan kerja sama usaha dengan badan usaha nasional dalam bentuk konsorsium, subkontrak, atau bentuk kerja sama lainnya. Badan usaha asing yang melaksanakan pengadaan Barang/Pekerjaan Konstruksi, harus bekerja sama dengan industri dalam negeri dalam pembuatan suku cadang dan pelaksanaan pelayanan purnajual. Pengadaan Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Konsultansi/Jasa Lainnya yang dilaksanakan melalui Tender/Seleksi Internasional diumumkan dalam situs web K/L/PD dan situs web komunitas internasional. Dokumen Pemilihan melalui Tender/Seleksi Internasional paling sedikit ditulis dalam dua bahasa, yaitu Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris. Dalam hal terjadi penafsiran arti yang berbeda terhadap Dokumen Pemilihan, dokumen yang berbahasa Indonesia dijadikan acuan. Pembayaran Kontrak melalui Tender/Seleksi Internasional dapat
64
menggunakan mata uang rupiah dan/atau sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Pengadaan Barang/Jasa untuk kegiatan yang pendanaannya bersumber dari pinjaman luar negeri atau hibah luar negeri berlaku ketentuan sebagaimana diatur dalam Peraturan Presiden ini, kecuali diatur lain dalam perjanjian pinjaman luar negeri atau perjanjian hibah luar negeri. Proses Pengadaan Barang/Jasa untuk kegiatan yang pendanaannya bersumber dari pinjaman luar negeri dapat dilaksanakan sebelum disepakatinya perjanjian pinjaman luar negeri (advance procurement). Dalam menyusun perjanjian, dapat dikonsultasikan kepada LKPP.
V
PENGAWASAN, PENGADUAN, DAN SANKSI
65
A. Pengawasan
Menteri/kepala lembaga/kepala daerah wajib melakukan pengawasan
pengadaan barang/jasa melalui aparat pengawasan internal pada K/L/PD
masing-masing. Pengawasan tersebut dapat dilakukan sejak perencanaan,
persiapan, pemilihan Penyedia, pelaksanaan kontrak, dan serah terima
hasil pekerjaan. Pengawasan dapat dilaksanakan melalui melalui kegiatan
audit, reviu, pemantauan, evaluasi, dan/atau whistleblowing system.
Ruang lingkup pengawasan meliputi pemenuhan nilai manfaat yang
sebesar-besarnya; kepatuhan terhadap peraturan; pencapaian TKDN;
penggunaan produk dalam negeri; pencadangan dan peruntukan paket
untuk usaha mikro, kecil, dan koperasi; serta pengadaan berkelanjutan.
B. Pengaduan
Pengaduan oleh masyarakat dapat dilakukan dengan cara:
1. Masyarakat menyampaikan pengaduan kepada APIP (Aparat Pengawas
Intern Pemerintah) disertai bukti yang faktual, kredibel, dan autentik.
2. APH (Aparat Penegak Hukum) meneruskan pengaduan masyarakat
kepada APIP untuk ditindaklanjuti.
3. APIP melaporkan hasil tidak lanjut pengaduan kepada menteri/kepala
lembaga/kepala daerah.
4. Menteri/kepala lembaga/kepala daerah melaporkan kepada instansi
yang berwenang dalam hal diyakini adanya indikasi korupsi, kolusi,
dan/atau nepotisme yang merugikan keuangan negara.
5. Menteri/kepala lembaga/kepala daerah memfasilitasi masyarakat
dalam melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan pengadaan
barang/jasa.
6. LKPP mengembangkan sistem pengaduan pengadaan barang/jasa.
C. Sanksi
1. Sanksi Bagi Peserta Pemilihan/Pemenang Pemilihan/Penyedia
66
a. Peserta Pemilihan (Tender/Seleksi)
Perbuatan Sanksi
Menyampaikan dokumen atau keterangan palsu/tidak benar untuk memenuhi persyaratan yang ditentukan dalam Dokumen Pemilihan
Digugurkan dalam pemilihan, sanksi pencairan Jaminan Penawaran, dan Sanksi Daftar Hitam selama 2 tahun
Terindikasi melakukan persekongkolan dengan peserta lain untuk mengatur harga penawaran
terindikasi melakukan korupsi, kolusi, dan / atau nepotisme dalam pemilihan Penyedia
Mengundurkan diri dengan alasan yang tidak dapat diterima oleh Pejabat Pengadaan / Pokja Pemilihan / Agen Pengadaan
Sanksi pencairan Jaminan Penawaran dan Sanksi Daftar Hitam selama 1 tahun
b. E-katalog
Peserta Pemilihan dalam E-katalog
Perbuatan Sanksi
Menyampaikan dokumen atau keterangan palsu/tidak benar untuk memenuhi persyaratan yang ditentukan dalam Dokumen Pemilihan
Sanksi digugurkan dalam pemilihan dan Sanksi Daftar Hitam selama 2 tahun
terindikasi melakukan persekongkolan dengan peserta lain untuk mengatur harga penawaran
Terindikasi melakukan korupsi, kolusi, dan/ atau nepotisme dalam pemilihan Penyedia
Mengundurkan diri dengan alasan yang tidak dapat diterima Pokja Pemilihan /Agen Pengadaan
Sanksi Daftar Hitam selama 1 tahun
Tidak menandatangani kontrak katalog
Penyedia dalam E-katalog
Perbuatan Sanksi
Tidak memenuhi kewajiban dalam kontrak pada katalog elektronik
Penghentian sementara dalam sistem E-purchasing selama 6 bulan
Tidak memenuhi kewajiban dalam kontrak pada Surat Pesanan
Sanksi penurunan pencantuman Penyedia di e-katalog selama 1 tahun
67
c. Pemenang Pemilihan
Dalam hal pemenang pemilihan mengundurkan diri dengan alasan
yang tidak dapat diterima sebelum penandatanganan kontrak,
pemenang pemilihan dikenakan sanksi pencairan Jaminan
Penawaran dan Sanksi Daftar Hitam selama 1 tahun.
Perbuatan Sanksi
Tidak melaksanakan kontrak, tidak menyelesaikan pekerjaan, atau tidak melaksanakan kewajiban dalam masa pemeliharaan
Sanksi pencairan Jaminan Pelaksanaan atau sanksi pencairan Jaminan Pemeliharaaan dan Sanksi Daftar Hitam selama 1 tahun
Menyebabkan kegagalan bangunan
Sanksi ganti kerugian sebesar nilai kerugian yang ditimbulkan
Menyerahkan Jaminan yang tidak dapat dicairkan
Melakukan kesalahan dalam perhitungan jumlah/volume hasil pekerjaan berdasarkan hasil audit
Menyerahkan barang/jasa yang kualitasnya tidak sesuai dengan Kontrak berdasarkan hasil audit
Terlambat menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan Kontrak
Sanksi denda keterlambatan
2. Sanksi Bagi PA/KPA/PPK/PP/Pokja Pemilihan
Sanksi administratif dikenakan kepada PA/KPA/PPK/PP/Pokja Pemilihan
yang lalai melakukan suatu perbuatan yang menjadi kewajibannya.
Pemberian sanksi administratif dilaksanakan oleh Pejabat Pembina
Kepegawaian yang berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan. Sanksi hukuman disiplin ringan, sedang, atau
berat dikenakan kepada PA/KPA/PPK/PP/Pokja Pemilihan yang terbukti
melanggar pakta integritas berdasarkan putusan Komisi Pengawasan
Persaingan Usaha, Peradilan Umum, atau Peradilan Tata Usaha Negara.
68
REFERENSI
Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018 tentang Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah
Peraturan Presiden No. 12 Tahun 2021 tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden No. 16 Tahun 2018 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
Peraturan Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah No. 2 Tahun 2021 tentang Pedoman Penyelenggaraan Sayembara/Kontes
Peraturan Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah No. 3 Tahun 2021 tentang Pedoman Swakelola
Peraturan Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah No. 4 Tahun 2021 tentang Pembinaan Pelaku Usaha Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
Peraturan Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah No. 5 Tahun 2021 tentang Pedoman Pengadaan Barang/Jasa yang Dikecualikan pada Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
Peraturan Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah No. 6 Tahun 2021 tentang Pedoman dan Penyusunan Rencana Aksi Pemenuhan Pengelola Pengadaan Barang/Jasa
Peraturan Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah No. 7 Tahun 2021 tentang Sumber Daya Manusia Pengadaan Barang/Jasa
Peraturan Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah No. 8 Tahun 2021 tentang Tata Cara Pemilihan Panel Badan Usaha dan Pemilihan Badan Usaha Pelaksana pada Proyek Strategis Nasional
Peraturan Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah No. 9 Tahun 2021 tentang Toko Daring dan Katalog Elektronik dalam Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
Peraturan Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah No. 10 Tahun 2021 tentang Unit Kerja Pengadaan Barang/Jasa
Peraturan Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah No. 11 Tahun 2021 tentang Pedoman Perencanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
Peraturan Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah No. 12 Tahun 2021 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Melalui Penyedia
69
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No. 14 Tahun 2020 tentang Standar dan Pedoman Pengadaan Jasa Konstruksi Melalui Penyedia
Peraturan Pemerintah No. 22 Tahun 2020 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang No. 2 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi
Peraturan Pemerintah No. 14 Tahun 2021 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah No. 22 Tahun 2020 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang No. 2 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi
Undang-Undang No. 2 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi
70
Penyusunan Buku Saku Pedoman Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
di Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Hukum dan HAM
Disusun Sebagai Prasyarat Memenuhi Kelulusan Latihan Dasar CPNS Gol. III
Oleh:
Nama : Siti Nurhidayati, S.Sos
NIP : 199408032020122001
Jabatan : Pengelola Pengadaan Barang/Jasa
Unit Kerja : BPSDM Hukum dan HAM
Dapatkan soft file buku saku, peraturan tentang pengadaan barang/jasa
pemerintah, dan format dokumen kontrak pengadaan barang/jasa pemerintah:
atau melalui link:
https://drive.google.com/drive/folders/1EW0RmL-AS5Kz-BBy5sHgQ7u8dFDLskAk?usp=sharing