Penetapan Kadar Kafein Dalam Minuman Dengan HPLC

download Penetapan Kadar Kafein Dalam Minuman Dengan HPLC

of 6

description

Laporan Praktikum Kimia Analisa Instrumen 2

Transcript of Penetapan Kadar Kafein Dalam Minuman Dengan HPLC

  • Praktikum Kimia Instrumen Kimia 6A (2015)

    Penetapan Kadar Kafein dalam Minuman dengan HPLC

    Rizky Widyastari*, Putri Purnama Yanti, Reza Falepi

    Program Studi Kimia, Fakultas Sains dan Teknologi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    *Email: [email protected]

    Abstrak

    Pada proses pembuatan minuman berenergi, kafein sering ditambahkan sebagai

    stimulan. Namun, secara jangka panjang konsentrasi kafein yang terakumulasi

    di dalam tubuh dalam jumlah yang melebihi batas dapat menimbulkan gangguan kesehatan. Percobaan ini bertujuan untuk menentukan kadar kafein

    dalam sampel minuman dan membandingkannya dengan batas maksimal yang

    ditentukan oleh pemerintah. Metode yang digunakan adalah kromatografi cair kinerja tinggi (HPLC). Dari data hasil percobaan diperoleh kadar kafein dalam 1

    mL sampel kratingdaeng dan teh poci secara berturut-turut adalah 0,55525 mg

    dan 0,12977 mg kafein. Kandungan kafein dalam sampel ini berada dibawah

    kadar kafein yang terdapat pada Indonesian Nutrition Work, sehingga minuman ini aman untuk dikonsumsi.

    Kata kunci : HPLC, Indonesian Nutrition Work, kafein, kratingdaeng, teh poci

    Abstract

    In the process of making energy drinks, caffeine is often added as a stimulant.

    However, in the long term caffeine concentrations accumulate in the body in an amount that exceeds the limit can cause health problems. This experiment aims

    to determine the levels of caffeine in a beverage sample and compare it with the

    maximum limit set by the government. The method used is a high performance

    liquid chromatography (HPLC). From the experimental data obtained caffeine levels in 1 mL samples of Red Bull and tea pot are respectively 0.55525 mg and

    0.12977 mg of caffeine. The caffeine content in the sample is below the levels

    of caffeine found in Indonesian Nutrition Work, so that the drink is safe for consumption.

    Keywords: HPLC, Indonesian Nutrition Work, caffeine, Red Bull, tea pot

  • Penetapan Kadar Kafein dalam Minuman dengan HPLC Widyastari et al, 2015

    1. PENDAHULUAN

    Pada proses pembuatan minuman berenergi, sering ditambahkan zat-zat stimulan ke

    dalamnya, salah satunya adalah kafein. Efek kafein sebagai stimulan tidak diragukan lagi.

    Selain dapat menghilangkan rasa kantuk, kafein juga dapat memberikan kebugaran dan

    kesegaran pada tubuh. Kafein juga berfungsi sebagai zat penenang, sehingga kafein dijadikan

    sebagai pelengkap obat-obat penawar rasa sakit. Namun, kafein juga dapat menimbulkan

    perangsangan terhadap otak dan sistem syaraf pada dosis yang besar. Kafein dalam tubuh

    dapat dengan mudah diserap oleh usus dan menyebar dalam beberapa menit melalui darah

    kesemua organ dan jaringan. Kafein dapat mengelabui tubuh untuk dapat tetap beraktivitas

    tinggi, meningkatkan tekanan darah, dan peningkatan pengeluaran urin (Sinaga, 2012).

    Kafein merupakan jenis alkaloid yang secara alamiah terdapat dalam biji kopi, daun

    teh, daun mete, biji kola, biji coklat, dan beberapa minuman penyegar. Kafein memiliki berat

    molekul 194,19 gr/gmol dengan rumus kimia C8H10N8O2 dan pH 6,9 (larutan kafein 1%

    dalam air). Secara ilmiah, efek langsung dari kafein terhadap kesehatan sebetulnya tidak ada,

    tetapi yang ada adalah efek tak langsungnya seperti menstimulasi pernafasan dan jantung,

    serta memberikan efek samping berupa rasa gelisah (neuroses), tidak dapat tidur (insomnia),

    dan denyut jantung tak beraturan (tachycardia) (Hermanto, 2007).

    Kafein termasuk dalam famili bahan alam yang dikenal sebagai xantin. Kafein adalah

    jenis xantin yang kuat, dengan kemampuannya untuk meningkatkan kesadaran, tidak tertidur,

    dan kafein merupakan vasodilator (relaksasi pebuluh darah) dan sebagai diuretik

    (meningkatkan jumlah urin). Kafein membuat dekafeinasi teh yang penting dalam proses

    industri. Ditambah lagi, memiliki rasa yang agak pahit. Hasilnya, dekafeinasi biji kopi dan

    daun teh akan menghilangkan rasa tersebut dengan tidak adanya komponen lain yang hilang.

    Perlu dicatat bahwa dekafeinasi kopi dan teh adalah bukan kafein bebas. Kafeinasi dilakukan

    dengan menggunakan pelarut yang mengekstrak kafein. Untuk tujuan ini, pelarut yang sesuai

    adalah kloroform, diklorometana, etil asetat, karbondioksida super kritik, dan lain-lain.

    Diklorometana digunakan untuk dekafeinasi bagian yang besar dari teh konvensional. Pelarut

    ini juga relatif tidak toksik dan sering digantikan dengan kloroform. Etil asetat juga menarik

    kafein dari daun teh secara efektif, juga dapat mengekstrak komponen kimia lain dengan

    baik. Studi pada teh hijau dengan dekafeinasi menggunakan etil asetat telah menunjukkan

    potensi di atas 30% dari epigalokatekin galat (dianggap sebagai komponen yang sangat

    bermanfaat dalam teh hijau) dan lainnya bermanfaat sebagai komponen yang bersifat

    antioksidan yang diekstrak bersama kafein (Atomssa dan Gholap, 2011).

  • Praktikum Kimia Instrumen Kimia 6A (2015)

    Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) secara tegas menetapkan kadar kafein

    dalam minuman berernergi maksimal 50 mg. Jika lebih dari itu maka dalam jangka panjang

    pengkonsumsinya bisa terkena penyakit ginjal, jantung, darah tinggi, diabetes, stroke, dan

    risiko abortus untuk wanita hamil. Secara jangka panjang konsentrasi kafein yang

    terakumulasi di dalam tubuh dalam jumlah yang melebihi batas dapat menimbulkan

    gangguan kesehatan. Oleh karena itu praktikum ini bertujuan untuk menentukan kadar kafein

    dalam sampel minuman dan membandingkannya dengan batas maksimal yang ditentukan

    oleh pemerintah.

    2. METODE PENELITIAN

    Alat dan Bahan

    Alat-alat yang digunakan adalah satu set alat High Performance Liquid

    Chromatpgraphy (HPLC), vial, labu ukur, dan tisu.

    Bahan yang digunakan adalah larutan standar kafein, sampel teh poci dan kratingdaeng,

    dan aquades.

    Prosedur Kerja

    1. Pembuatan standar kafein

    Dibuat larutan baku kafein 500 ppm, dengan cara melarutkan 50 mg kafein dalam 100 ml

    aquades. Kemudian dibuat larutan satandar kafein dari larutan baku dengan konsentrasi 25,

    50, 100, dan 200 ppm. Larutan standar masing-masing dianalisa serta dibaca luas daerahnya

    kemudian dibuat kurva kalibrasinya.

    2. Proses Injeksi Sampel

    Kadar kafein diuji dengan menggunakan instrumen High Performance Liquid

    Chromatography (HPLC). Sejumlah besar sampel (Teh Poci dan Kratingdeng), dimasukkan

    kedalam vial untuk selanjutnya di injeksi ke instrumen HPLC. Hasil kromatogram dan kadar

    kafein yang didapat akan dibandingkan dengan standar kafein yang dibuat terlebih dulu.

    3. HASIL DAN PEMBAHASAN

    Percobaan kali ini mengenai penetapan kadar kafein dilakukan dengan analisis

    kualitatif dan kuantitatif kafein dalam sampel teh poci dan kratingdaeng. Analisis kualitatif

    dilakukan dengan membandingkan waktu retensi komponen dalam sampel dengan waktu

  • Penetapan Kadar Kafein dalam Minuman dengan HPLC Widyastari et al, 2015

    retensi standar. Berikut ini adalah tabel data waktu retensi dan luas area standar kafein dan

    beberapa sampel produk minuman dalam kemasan.

    Tabel 1. Waktu Retensi dan Luas Area Standar Kafein dan Sampel

    Sampel Waktu Retensi Luas Area

    Standar 3,454 1788442,84

    Kratingdaeng 3,483 9930436,01

    Teh Poci 3,401 2320888,17

    Dari tabel waktu retensi dan luas area standar kafein dan sampel diatas, jika

    dibandingkan dengan hasil kromatogram standar kafein, sampel teh poci memiliki kemiripan

    yaitu terletak pada waktu retensinya yang berdekatan dengan waktu retensi standar kafein.

    Waktu retensi yang ditunjukkan oleh kromatogram teh poci adalah 3,401 menit sedangkan

    waktu retensi pada hasil kromatogram standar kafein adalah 3,454 menit. Selisih ini dapat

    diabaikan karena jumlahnya yang sangat kecil sehingga masih dapat dikatakan bahwa peak

    yang timbul pada hasil pemisahan komponen teh poci adalah senyawa kafein.

    Pada analisis kuantitatif, dilakukan Metoda Normalisasi Internal. Diasumsikan bahwa

    lebar atau tinggi puncak (Peak) sebanding dengan kadar atau konsentrasi suatu zat. Dalam

    metoda yang paling sederhana diukur lebar atau tinggi puncak. Kadar kafein dalam teh poci

    ini bisa dianalisa dengan rumus :

    Untuk sampel kratingdaeng juga memiliki waktu retensi yang berdekatan dengan waktu

    retensi standar kafein. Waktu retensi yang ditunjukkan oleh kromatogram kratingdaeng

    adalah 3,483 menit sedangkan waktu retensi pada hasil kromatogram standar kafein adalah

    3,454 menit, sehingga dapat disimpulkan bahwa peak yang timbul pada hasil pemisahan

    komponen kratingdaeng adalah senyawa kafein. Kadar kafein dalam kratingdaeng dapat

    dilihat dengan rumus :

  • Praktikum Kimia Instrumen Kimia 6A (2015)

    Dari data di atas didapatkan hasil bahwa kadar kafein dalam 1 mL sampel kratingdaeng

    dan teh poci berturut-turut mengandung 0,55525 mg dan 0,1297714 mg kafein. Menurut

    Indonesian Nutrition Work, kadar kafein dalam beberapa produk minuman adalah sebagai

    berikut :

    Tabel 2. Kadar Kafein Menurut Indonesian Nutrition Work

    Produk Minuman Kandungan Kafein

    Coca Cola

    45,6 mg/12 oz

    Pepsi-Cola

    38,4 mg/12 oz

    RC Cola

    36,0 mg/12 oz

    Minuman kopi

    115 mg/5 oz

    decaffeinated minuman teh

    40 mg/5 oz

    Minuman coklat susu

    5 mg/8 oz

    Dari tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa produk minuman dengan merk kratingdaeng dan

    teh poci masih memiliki kadar kafein sesuai dengan kadar yang ditentukan oleh Indonesian

    Nutrition Work.

    4. KESIMPULAN

    Kadar kafein dalam 1 mL sampel kratingdaeng dan teh poci secara berturut-turut adalah

    0,55525 mg dan 0,1297714 mg kafein. Kandungan kafein dalam sampel ini berada dibawah

    kadar kafein yang terdapat pada Indonesian Nutritition Work, sehingga minuman ini aman

    untuk dikonsumsi.

  • Penetapan Kadar Kafein dalam Minuman dengan HPLC Widyastari et al, 2015

    DAFTAR PUSTAKA

    Atomssa T., A.V. Gholap. 2011. Characterization of Caffeine and Determination of Caffeine

    in Tea Leaves Using UV-Visible Spectrometer. African Journal of Pure and Applied

    Chemistry. Vol. V(1).

    Hermanto, Sindhu. 2007. Kafein Senyawa Bermanfaat atau Beracunkah.

    Safitri, Miranti. 2007. Metode Cepat Penentuan Simultan Kadar Kafein, Vitamin B2 Dan B6

    Dalam Minuman Berenergi Dengan Teknik Zero- Crossing. [Skripsi]. Departemen

    Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Institut Pertanian Bogor.

    Sinaga S. 2012. Analisa Kadar Kafein Dalam Minuman Berenergi Yang Beredar Di Kota

    Medan Tahun 2006. Universitas Sumatera Utara. SP- Ilmu Kesehatan Masyarakat