PENERIMAAN ORANG TUA TERHADAP ANAK YANG MEMILIKI …

36
PENERIMAAN ORANG TUA TERHADAP ANAK YANG MEMILIKI PRESTASI MATEMATIKA DI BAWAH KKM OLEH HAPPY HOSANA TARIP 802013091 TUGAS AKHIR Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2018

Transcript of PENERIMAAN ORANG TUA TERHADAP ANAK YANG MEMILIKI …

Page 1: PENERIMAAN ORANG TUA TERHADAP ANAK YANG MEMILIKI …

PENERIMAAN ORANG TUA TERHADAP ANAK YANG

MEMILIKI PRESTASI MATEMATIKA DI BAWAH KKM

OLEH

HAPPY HOSANA TARIP

802013091

TUGAS AKHIR

Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari

Persyaratan Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

2018

Page 2: PENERIMAAN ORANG TUA TERHADAP ANAK YANG MEMILIKI …

i

Page 3: PENERIMAAN ORANG TUA TERHADAP ANAK YANG MEMILIKI …

ii

Page 4: PENERIMAAN ORANG TUA TERHADAP ANAK YANG MEMILIKI …
Page 5: PENERIMAAN ORANG TUA TERHADAP ANAK YANG MEMILIKI …
Page 6: PENERIMAAN ORANG TUA TERHADAP ANAK YANG MEMILIKI …
Page 7: PENERIMAAN ORANG TUA TERHADAP ANAK YANG MEMILIKI …

PENERIMAAN ORANG TUA TERHADAP ANAK YANG

MEMILIKI PRESTASI MATEMATIKA DI BAWAH KKM

Happy Hosana Tarip

Rudangta Arianti Sembiring

Program Studi Psikologi

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

2018

Page 8: PENERIMAAN ORANG TUA TERHADAP ANAK YANG MEMILIKI …

i

Abstrak

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran penerimaan orang tua

terhadap anak yang memiliki prestasi belajar yang rendah dalam mata pelajaran

matematika. Penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif. Responden pada

penelitian kuantitatif ini sebanyak 38 orang berdasarkan teknik purposive

sampling serta melalui wawancara dengan wali kelas I-VI SD Kanisius Cungkup

Salatiga berupa hasil dari mata pelajaran matematika yang rendah. Alat ukur yang

digunakan adalah Porter Parental Acceptance Scale (PPAS) oleh Dr. Blaine M.

Porter (1954). Teknik analisa data yang dipakai adalah teknik Product Moment .

Hasil penelitian menunjukkan penerimaan orang tua terhadap anak yang memiliki

prestasi matematika di bawah KKM dengan memiliki tingkatan yang sedang

sejumlah 19 orang (50%), sementara orang tua yang memiliki penerimaan rendah

sebanyak 9 orang (23,68%) dan sebanyak 10 orang (26,32%) pada kategori tinggi.

Kata kunci : penerimaan orang tua, prestasi matematika.

Page 9: PENERIMAAN ORANG TUA TERHADAP ANAK YANG MEMILIKI …

ii

Abstract

The purpose of this study was to determine the description of parents acceptance

of children who have mathematical achievement under minimum completeness

criteria. This research uses quantitative research. Respondents in this quantitative

research as much as 38 people based on purposive sampling technique and

through interviews with homeroom teacher from I to VI SD Kanisius Cungkup

Salatiga in the form of results from low mathematics subjects. The measuring

instrument utilized Porter Parental Acceptance Scale (PPAS) by Dr. Blaine M.

Porter (1954). Data analysis technique using by Pearson Product Moment

technique. The result of the study showed that parents acceptance of children who

have mathematics achievement under KKM with moderate level of 19 people

(50%), while parents who have low acceptance of 9 people (23.68%) and 10

people (26 , 32%) in the high category.

Keywords : parental acceptance, achievement of mathematics

Page 10: PENERIMAAN ORANG TUA TERHADAP ANAK YANG MEMILIKI …

1

PENDAHULUAN

Pendidikan yang termuat dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang sistem

pendidikan nasional, adalah sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

suasana belajar dan proses pembelajaran, agar siswa/i secara aktif

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,

pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang

diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara. Menurut Santrock (2007)

untuk periode pada usia sekolah dibagi menjadi dua fase yaitu masa kelas rendah

sekolah dasar pada usia 6 tahun sampai usia sekitar 8 tahun dalam usia ini

dikategorikan sebagai kelas I sampai dengan kelas III, fase kedua yaitu masa kelas

tinggi sekolah dasar pada usia 9 tahun sampai kira-kira usia 12 tahun pada fase ini

dikategorikan sebagai kelas IV sampai dengan kelas VI.

Menurut Djamarah (1994) prestasi merupakan suatu hal yang telah

diciptakan dari hasil pekerjaan kita, serta suatu hasil yang menyenangkan hati dari

jalan keuletan kerja kita sendiri. Sedangkan menurut Suryabrata (2006)

berpendapat bahwa prestasi adalah perumusan terakhir dari sebuah nilai diberikan

oleh guru sebagai kemajuan atau prestasi belajar dari siswa/i selama masa tertentu.

Pengertian belajar menurut Slameto (2010) adalah suatu proses usaha yang mana

seseorang memperoleh perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,

sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungan.

Selaras dengan pendapat Syah (2008) bahwa belajar merupakan suatu tahapan dari

perubahan keseluruhan tingkah laku seseorang yang relatif menetap hal tersebut

merupakan hasil dari pengalaman dan interaksi seseorang. Menurut Slameto

(2010) faktor-faktor yang mempengaruhi belajar dapat digolongkan menjadi dua,

Page 11: PENERIMAAN ORANG TUA TERHADAP ANAK YANG MEMILIKI …

2

yaitu: (1) faktor internal berupa inteligensi, perhatian, minat, bakat, motif,

kematangan, dan kesiapan dan (2) faktor eksternal berupa keluarga dan sekolah.

Penentuan keberhasilan proses belajar anak dapat dilihat dari hasil

kegiatan-kegiatan anak yaitu bagaimana sikap anak menanggapi tugas yang

diberikan oleh guru baik berupa tugas mandiri maupun tugas kelompok. Salah satu

standar keberhasilan anak dapat dilihat dari prestasi belajar yang diraihnya.

Prestasi belajar adalah pencapaian yang telah ditempuh seseorang dalam usahanya

belajar sesuai dengan apa yang dituliskan dalam hasil rapor (Poerwanto, 1986).

Sedangkan menurut Winkel (1996) prestasi belajar adalah suatu pencapaian

maksimal yang telah dicapai seseorang dalam kecakapan nyata setelah

mengadakan usaha-usaha salah satu perbaikan ke arah yang lebih baik dengan

menggunakan alat pengukur tes evaluasi belajar. Dari pendapat yang telah

dipaparkan dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah hasil usaha siswa/i

yang dapat dicapai berupa penguasan terkait pengetahuan, kemampuan dan

keterampilan serta sikap setelah mengikuti proses pembelajaran yang dapat

dibuktikan dengan hasil tes. Prestasi belajar merupakan suatu hal yang dibutuhkan

siswa/i untuk mengetahui kemampuan yang diperolehnya dari suatu kegiatan yang

disebut belajar.

Dewasa ini seseorang yang menguasai bidang eksakta tergolong

merupakan orang-orang yang hebat dan berprestasi. Orang-orang tersebut berbeda

dan terbatas, oleh sebab itu karena pada perkembangannya banyak orang tua yang

ingin anaknya mampu menguasai bidang eksakta. Bidang-bidang eksakta

didalamnya termasuk matematika, matematika merupakan awal atau dasar dari

segala ilmu pengetahuan oleh sebab itu matematika menjadi penting untuk

Page 12: PENERIMAAN ORANG TUA TERHADAP ANAK YANG MEMILIKI …

3

diajarkan pada usia kanak-kanak. Pada umumnya matematika dipandang sebagai

suatu kedudukan yang bergengsi dan cukup menjadi jaminan sebagai masa depan

yang cerah bagi anak (Nanang, 2016).

Matematika merupakan himpunan dari suatu nilai kebenaran, seperti suatu

pernyataan yang dilengkapi oleh bukti (Marsigit, 2003). Sedangkan pengertian

matematika menurut Hudoyo (2003) adalah suatu pembelajaran yang berkaitan,

berhubungan atau menelaah bentuk-bentuk atau struktur-struktur yang abstrak.

Dimana untuk memahami struktur-struktur serta hubungan-hubungan diperlukan

pemahaman tentang konsep yang ada di dalam matematika. Menurut Kline

(dalam Abdurrahman, 2003) matematika merupakan bahasa simbolis dan ciri

utamanya adalah penggunaan cara bernalar deduktif, tetapi juga tidak melupakan

cara bernalar induktif. Dapat disimpulkan bahwa matematika adalah suatu nilai

kebenaran yang berkaitan dengan struktur-struktur dengan menggunakan pola

berpikir secara deduktif.

Pada umumnya anak memiliki prestasi yang dikaitkan dengan daya

tangkap mereka dari materi yang disampaikan guru dalam kelas, anak yang

memang tergolong cerdas akan dengan mudah menangkap pelajaran yang

diberikan guru di sekolah. Namun ada pula anak yang merasa sulit dalam

menangkap atau menerima pelajaran. Walaupun demikian setiap orang tua

mengharapkan agar anak-anaknya dapat berhasil di sekolahnya. Keberhasilan

pendidikan anak pada umumnya melalui prestasi belajar siswa/i di sekolah, namun

keberhasilan tersebut dapat diraih dengan bantuan dari orang tua saat anak di

rumah, misalkan dalam bentuk pemberian perhatian, pengarahan, motivasi, dan

bimbingan belajar kepada anak. Orang tua merupakan orang yang bertanggung

Page 13: PENERIMAAN ORANG TUA TERHADAP ANAK YANG MEMILIKI …

4

jawab penuh dalam pendidikan anak-anak, sehingga kepedulian orang tua

terhadap pendidikan anak sangatlah berpengaruh terhadap prestasi belajar anak.

Kebanyakan orang tua ingin sekali agar anak-anaknya mencapai prestasi tinggi di

sekolah. Iskandar (2011) mengatakan bahwa anak yang unggul lahir dari upaya

orang tua yang menjadikan dia sebagai manusia yang unggul. Hal ini

menunjukkan bahwa orang tua menginginkan anaknya dapat tumbuh sebagai

orang yang sukses dan berguna bagi sesamanya. Untuk dapat menghasilkan anak

yang mereka inginkan, maka orang tua akan melakukan berbagai cara yang

menurut mereka paling benar untuk anak-anak. Di satu sisi tidak semua cara-cara

orang tua dalam mengajar anak tepat. Pengertian, penerimaan, pemahaman serta

bantuan dari orang tua menjadi sangat berarti bagi anak guna mengarahkan

kehidupan dan pencapaian prestasi belajar anak. Menurut Rusyan (dalam Azizah,

2009) mengatakan bahwa perhatian orang tua dalam belajar anaknya merupakan

faktor penting dalam membina mereka agar dapat sukses dalam belajar.

Kurangnya perhatian orang tua dapat menyebabkan anak menjadi malas, acuh tak

acuh, dan kurang dalam minat belajar.

Hurlock (1978) berpendapat bahwa konsep penerimaan orang tua ditandai

oleh perhatian besar dan kasih sayang anak. Kurang lebih sama dengan pendapat

dari Rohner (2012) penerimaan orang tua mengarah kepada ikatan rasa sayang

antara orang tua dan anak-anak mereka, dan dengan perilaku fisik, verbal, dan

simbolik orang tua digunakan untuk mengekspresikan perasaan ini. Salah satu

ujung kontinum ditandai dengan penerimaan orang tua, yang mengacu pada

kehangatan, kasih sayang, perawatan, kenyamanan, perhatian, pemeliharaan,

dukungan, atau cinta secara sederhana bahwa anak dapat mengalami dari orang

Page 14: PENERIMAAN ORANG TUA TERHADAP ANAK YANG MEMILIKI …

5

tua mereka dan pengasuh lainnya. Menurut Johnson dan Medinnus (1967)

penerimaan didefinisikan sebagai pemberian cinta tanpa syarat sehingga

penerimaan orang tua terhadap anaknya tercermin melalui adanya perhatian yang

kuat, cinta kasih terhadap anak serta sikap penuh kebahagiaan mengasuh anak.

Coopersmith (1967) mengatakan bahwa penerimaan orang tua terungkap melalui

perhatian pada anak, kepekaan terhadap kepentingan anak, ungkapan kasih sayang

dan hubungan yang penuh kebahagiaan dengan anak. Porter (1954)

mengidentifikasi penerimaan orangtua sebagai salah satu unsur penting yang

mendasari seluruh struktur hubungan antara orangtua dengan anak, dalam hal ini

Porter memiliki empat aspek yaitu: a) Respect for child's feelings and right to

express them (menghargai perasaan anak dan hak untuk mengekspresikan

perasaan mereka), b) Appreciation of the child's unique make-up (apresiasi pada

anak terhadap keunikannya), c) Recognition of the child's need for autonomy and

independence (mengakui bahwa anak membutuhkan otonomi dan kemandirian),

d) Unconditional love (mencintai anak tanpa syarat).

Pada saat anak merasa malu atau kecewa karena hasil belajar atau nilai

rapot yang menurun maka orang tua menghargai perasaan anak dan membiarkan

bagaimana mereka mengekspresikan perasaannya, sebagai orang tua pun sebisa

mungkin menghargai keunikan yang ada pada anaknya karena anak mungkin

berbeda dari setiap anak lainnya serta menerima keterbatasan yang ada pada anak.

Sama halnya saat anak dihadapi oleh beberapa pilihan dan harus membuat suatu

keputusan maka orang tua mengakui bahwa anak akan pada waktunya

membutuhkan kemandirian baik dalam mengambil suatu keputusan, maupun

dalam hal berteman tetapi selaku orang tua tidak lepas memberikan cinta dan

Page 15: PENERIMAAN ORANG TUA TERHADAP ANAK YANG MEMILIKI …

6

dukungan tanpa ada batas dan syarat untuk anaknya bagaimana pun hasil prestasi

yang diperoleh maupun karakter dari anak. Penerimaan merupakan pemicu bagi

prestasi anak dan pada umumnya anak lebih cenderung dekat dengan orang tua

daripada lingkungan luarnya sehingga dengan adanya hubungan yang dekat antara

anak dan orang tua mampu membuat anak merasa bebas dalam mengekspresikan

semua yang anak rasakan serta anak menganggap bahwa orang tua merupakan

seorang yang memiliki rasa peduli dan empati (Porter, 1954).

Jadi sesusai dengan aspek yang sudah dilampirkan di atas ingin

mengatakan bahwa sebenarnya anak pada usia sekolah sangat mudah menyerap

pengetahuan dari lingkungan sekitar mereka dan rentan dalam melakukan

kesalahan akibat pembentukan mental yang belum sempurna, sehingga orang tua

sebagai media utama penyalur pengetahuan sebelum anak mereka dilepas ke

dalam lingkungan sosial masyarakat. Semua itu dibentengi oleh dukungan moral,

etika, sopan santun, tata krama, kedisiplinan sebagai daya dorong bagi anak

mereka agar bisa berprestasi dalam proses belajar di sekolah dan meminimalisir

sikap ketimpangan dalam kehidupan sosial mereka. Namun, dalam proses prestasi

belajar anak yang rendah tidak semua orang tua dapat menerima seutuhnya.

Dalam hal ini orang tua menjadi memberikan batasan pada anak untuk bermain,

uang jajan dikurangi dari pada sebelumnya, dan sering menjadi pemarah setelah

mengetahui prestasi belajar anak mereka rendah, hal ini merupakan wujud dari

rasa kekecewaan orang tua. Salah satu wujud dukungan orang tua dimulai dari

memperbaiki nilai mata pelajaran yang rendah yaitu mata pelajaran matematika.

Menurut Nugrahawati (2012) kemampuan matematika digunakan untuk

melakukan perhitungan-perhitungan tentang logika dan keberhasilan dalam

Page 16: PENERIMAAN ORANG TUA TERHADAP ANAK YANG MEMILIKI …

7

melaksanakan tugasnya. Sehingga siswa/i yang memiliki prestasi akademik yang

baik di bidang matematika akan memiliki penguasaan yang baik pula dalam mata

pelajaran lainnya. Oleh sebab itu orang tua mempunyai intensitas untuk

mendukung anak-anak mereka dalam bidang matematika tersebut. Pada akhirnya

matematika mampu mempengaruhi bidang-bidang yang lain, dalam hal ini

matematika dapat membuat anak berpikir secara logis, terukur, tepat dan kritis,

dengan terlatihnya keahlian anak tersebut maka anak dapat mengikuti pelajaran

yang lain dengan mudah.

Sebagai orang tua, terdapat empat peran dalam prestasi belajar anak

(Arifin, 1992), yaitu: a. Seorang pengasuh dan pendidik. Salah satu peran penting

orang tua adalah sebagai pendidik serta bertanggung jawab dalam menemukan

bakat dan minat anak, b. Seorang motivator. Orang tua memberikan dukungan

untuk anak akan pentingnya belajar agar dapt meningkatkan prestasi belajar,

dukungan bisa dengan memberikan suasana belajar yang nyaman, mendampingi,

membimbing saat belajar dengan kasih sayang, c. Seorang pembimbing. Orang

tua memberikan bantuan kepada anak yang merasa kesulitan dalam belajar, d.

Seorang fasilitator. Menyediakan fasilitas atau sarana belajar, hal ini juga

merupakan salah satu penunjang prestasi belajar anak.

Lingkungan sekolah sebagai sarana dalam mengevaluasi diri terkait

dengan perkembangan anak dimana orang tua dapat lebih mudah mengerti

terhadap kondisi dan situasi berkaitan langsung dengan prestasi belajar anak-anak

mereka. Para pendidik atau guru-guru di sekolah dapat secara langsung

menyampaikan permasalahan yang dialami oleh anak mereka dalam mengikuti

proses belajar di dalam maupun di lingkungan sekolah. Melalui informasi yang

Page 17: PENERIMAAN ORANG TUA TERHADAP ANAK YANG MEMILIKI …

8

didapat oleh para orang dari sekolah membuat mereka semakin lebih sadar akan

kekurangan dan kelebihan serta mau menerima anak-anak mereka dengan tulus

hati, karena penerimaan merupakan suatu hal yang penting bagi anak.

Dari hasil wawancara dengan satu Guru SD Kanisius Cungkup Salatiga

(wawancara dilakukan pada tanggal 15 Agustus 2017), diketahui bahwa ada

beberapa anak harus diajar dari nol, anak dengan mudah kehilangan fokusnya

dalam belajar, pengetahuan prasyarat anak yang kurang sehingga kurang bisa

menunjang pembelajaran anak, lupa mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru,

serta terdapat juga salah satu orang tua ketika pulang sekolah marah-marah karena

menunggu anaknya yang lambat dalam menyelesaikan tugasnya.

Selain itu, penelitian oleh Saraswati (2017) mengenai pengaruh perhatian

orang tua terhadap prestasi belajar siswa/i kelas IV di SDIT Alam Harapan

Ummat Purbalingga yaitu terdapat pengaruh yang signifikan antara perhatian

orang tua terhadap prestasi belajar siswa/i kelas IV di SDIT Alam Harapan

Ummat Purbalingga. Penelitian serupa juga pernah dilakukan oleh Casdari (2008)

tentang pengaruh perhatian orang tua dan minat belajar dengan prestasi belajar

siswa, berdasarkan hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa perhatian dari

orang tua terhadap minat belajar berpengaruh positif dan signifikan terhadap hasil

belajar anak. Sehingga menurut pernyataan di atas menunjukkan bahwa

penerimaan orang tua berperan penting dalam prestasi belajar anak.

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti menduga bahwa besarnya

penerimaan orang tua baik berupa perhatian, bimbingan, kasih sayang tanpa

syarat, dan sebagainya bisa berperan penting dalam prestasi belajar anak mereka.

Adapun tujuan penelitian ini untuk mengetahui gambaran penerimaan orang tua

Page 18: PENERIMAAN ORANG TUA TERHADAP ANAK YANG MEMILIKI …

9

terhadap anak yang memiliki prestasi belajar yang rendah dalam mata pelajaran

matematika.

Page 19: PENERIMAAN ORANG TUA TERHADAP ANAK YANG MEMILIKI …

10

METODE PENELITIAN

Partisipan

Partisipan dalam penelitian ini adalah orang tua. Penelitian ini

dilaksanakan di kota Salatiga dan populasi dalam penelitian ini adalah orang tua

SD Kanisius Cungkup Salatiga yaitu sebanyak 168 orang tua kemudian dilakukan

seleksi dari hasil wawancara sehingga didapatkan 38 orang tua dengan anak yang

berprestasi belajar yang rendah dalam mata pelajaran matematika. Dalam

pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling, yaitu teknik

penentuan sampel dengan pertimbangan atau karakteristik tertentu. Adapun

karakteristik yang dijadikan sampel penelitian adalah: (1) orang tua yang

menyekolahkan anak mereka di SD Kanisius Cungkup Salatiga, (2) orang tua

yang berusia 25 sampai 45 tahun, dan (3) orang tua yang memiliki anak

berprestasi belajar yang rendah dalam mata pelajaran matematika dengan nilai

dibawah KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) dilihat dari hasil rapot semester

ganjil.

Instrumen Penelitian

Di dalam penelitian ini, peneliti menggunakan satu instrumen penelitian

berupa skala psikologi. Untuk mengukur penerimaan orang tua, peneliti

menggunakan Porter Parental Acceptance Scale (PPAS) yang terdiri dari 40 item,

berdasarkan aspek Porter (1954) yang menjelaskan bahwa PPAS terdiri atas

empat aspek yaitu: a) Respect for child's feelings and right to express them

(menghargai perasaan anak dan hak untuk mengekspresikan perasaan mereka), b)

Appreciation of the child's unique make-up (apresiasi pada anak terhadap

keunikannya), c) Recognition of the child's need for autonomy and independence

Page 20: PENERIMAAN ORANG TUA TERHADAP ANAK YANG MEMILIKI …

11

(mengakui bahwa anak membutuhkan otonomi dan kemandirian), d)

Unconditional love (mencintai anak tanpa syarat).

Prosedur

Dalam proses pengambilan data, peneliti menyerahkan 168 angket dimana

peneliti sudah membagikan per-tiap kelas sesuai dengan jumlah total siswa/i di

SD Kanisius Cungkup Salatiga yaitu kelas I dengan total siswa/i 30, kelas II

dengan total siswa/i 26, kelas III dengan total siswa/i 23, kelas IV dengan total

siswa/i 30, kelas V dengan total siswa/i 34, kelas VI dengan total siswa/i 25.

Peneliti memberikan angket tersebut kepada Kepala Sekolah yang kemudian akan

dibagikan pada tiap wali kelas masing-masing dimana pengisian kuisioner

dilakukan oleh orang tua siswa/i baik itu ayah atau ibu, peneliti melakukannya

pada tanggal 7 Maret 2018 dan pengembalian angket pada tanggal 19 Maret dan

27 Maret 2018. Kemudian peneliti juga melakukan wawancara kepada para wali

kelas pada tanggal 21 Maret 2018, 22 Maret 2018, dan 26 Maret 2018 untuk dapat

mengetahui siswa/i yang memiliki prestasi belajar matematika di bawah KKM

berapa jumlahnya serta dalam mata pelajaran apa yang memiliki hasil nilai

rendah, dari hasil wawancara yang didapatkan maka ada 38 siswa/i yang memiliki

prestasi belajar matematika di bawah KKM dengan mata pelajaran yang rendah

adalah matematika. Data yang telah terkumpul kemudian diolah lalu dianalisa

dengan menggunakan teknik analisis statistik deskriptif.

Page 21: PENERIMAAN ORANG TUA TERHADAP ANAK YANG MEMILIKI …

12

Teknik Analisis Data

Dalam perhitungan penelitian ini menggunakan bantuan dari program

statistik SPPS versi 16.00 dan 22.00 for windows dan untuk menguji validitas item

pada penelitian ini menggunakan Product Moment dari Pearson (Hasan, 1999).

Sedangkan untuk menguji reliabilitas pada penelitian ini menggunakan Cronbach

Alpha. Pengujian normalitas pada penelitian ini menggunakan Kolmogorov-

Smirnov.

Page 22: PENERIMAAN ORANG TUA TERHADAP ANAK YANG MEMILIKI …

13

HASIL ANALISIS DATA

Analisis Deskriptif

Untuk keperluan analisis deskriptif terkait penerimaan orangtua terhadap

anak yang memiliki prestasi matematika di bawah KKM, maka total jawaban

partisipan dikategorikan berdasarkan nilai mean dan standar deviasi (SD) sebagai

berikut:

Tabel 1

Norma Statistika Deskriptif

Tinggi (X) > Mean + 0,75SD

Sedang Mean - 0,75SD ≤ X ≤ Mean + 0,75SD

Rendah (X) > Mean - 0,75SD

Menurut Riwidikdo (2012) aturan normatif yang menggunakan mean dan

standar deviasi tersebut hanya berlaku jika terdapat tiga kategori dalam

pembagian total skor jawaban responden. Di bawah ini adalah penjabaran analisa

deskriptif untuk variabel yang digunakan di dalam penelitian:

1. Penerimaan Orang Tua

Dari hasil penelitian di atas diperoleh penilaian data Penerimaan Orang

Tua dengan mean = 128,94 dan standar deviasi = 14,80 maka didapatkan

kategorisasi sebagai berikut:

Page 23: PENERIMAAN ORANG TUA TERHADAP ANAK YANG MEMILIKI …

14

Tabel 2

Kategorisasi Porter Parental Acceptance Scale

Interval Kategori N Presentase Mean SD

X > 140,05 Tinggi 10 26,32%

128,95

14,80 117,85≤ X ≤ 140,05 Sedang 19 50%

X < 117,85 Rendah 9 23,68%

Tabel di atas menunjukkan bahwa sebagian besar orang tua memiliki

penerimaan dalam kategori sedang sejumlah 19 orang (50%). Sementara orang tua

yang memiliki penerimaan rendah sebanyak 9 orang (23,68%) dan sebanyak 10

orang (26,32%) pada kategori tinggi.

2. Skor Total Per-item Porter Parental Acceptance Scale

Berdasarkan hasil perhitungan skor total per-item dari empat aspek milik

Porter, hasil tersebut dimasukkan ke dalam interval kategorisasi dengan mean =

119,26 dan standar deviasi = 29,77 maka didapatkan kategorisasi sebagai berikut:

Tabel 3

Kategorisasi Skor Total Per-Item Porter Parental Acceptance Scale

Interval Kategori N Presentase Mean SD

X > 141,59 Tinggi 6 26,09%

119,26

29,77 96,93 ≤ X ≤ 141,59 Sedang 12 52,17%

X < 96,93 Rendah 5 21,74%

Page 24: PENERIMAAN ORANG TUA TERHADAP ANAK YANG MEMILIKI …

15

Berdasarkan tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa mayoritas partisipan

berada pada kategori sedang untuk aspek respect for child's feelings and right to

express them, appreciation of the child's unique make-up, recognition of the

child's need for autonomy and independence dan unconditional love pada variabel

Porter Parental Acceptance dengan rincian yakni sebanyak 12 orang (52,17%),

sementara kategori rendah terdiri dari aspek respect for child's feelings and right

to express them, recognition of the child's need for autonomy and independence

dan unconditional love sebanyak 5 orang (21,74%) dan sebanyak 6 orang

(26,09%) pada kategori tinggi dalam aspek respect for child's feelings and right to

express them, appreciation of the child's unique make-up, dan recognition of the

child's need for autonomy and independence.

Analisis Data

Berikut ini adalah hasil pehitungan dari skala yang digunakan oleh peneliti

yaitu Porter Parental Acceptance Scale (PPAS) serta nilai dari prestasi belajar

yang rendah dalam mata pelajaran matematika. Dengan melakukan uji coba alat

ukur terlebih dahulu maka didapatkan hasilnya seperti berikut:

Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas pada skala PPAS menghasilkan reliabilitas yaitu sebesar

0,795. Pengujian reliabilitas menyisakan 23 item yang awalnya yang berjumlah 40

item dengan menggunakan batasan dari Guilford (1956) rxy ≥ 0,20 untuk

penggugurkan item. Seluruh item-item yang daya diskriminasinya rendah harus

direvisi bahkan harus ditulis item-item pengganti yang baru sama sekali, dan

kemudian dilakukan field-test kembali (Azwar, 2012).

Page 25: PENERIMAAN ORANG TUA TERHADAP ANAK YANG MEMILIKI …

16

Tabel 4

Reliabilitas Skala PPAS

Variabel Alpha Cronbach Item

Penerimaan Orang Tua 0,795 23 buah

Koefisien reliabilitas dalam penelitian ini berkisar mulai dari 0,0 sampai

dengan 1,0, bila koefisien semakin mendekati angka 1,0 menunjukan bahwa

pengukuran tersebut semakin reliabel (Azwar, 2012). Sehingga pada skala Porter

Parental Acceptance Scale (PPAS) nilai alpha cronbach adalah 0,795.

Uji Normalitas

Selanjutnya dilakukan uji asumsi, dalam penelitian ini menggunakan uji

normalitas. Uji normalitas ini dilakukan untuk mengetahui apakah data yang telah

dilakukan berdistribusi normal atau tidak. Pengujian normalitas dilakukan dengan

melihat hasil uji Kolmogorov-Smirnov.

Tabel 5

Rangkuman Hasil Uji Normalitas Penerimaan Orang Tua

Variabel K-S-Z Sig

Penerimaan Orang Tua

Prestasi Matematika

0,520

0,863

0,949

0,446

Berdasarkan uji normalitas di atas, variabel di atas memiliki signifikansi

p>0,05. Dimana variabel penerimaan orang tua memiliki K-S-Z sebesar 0,520

dengan probabilitas (p) atau signifikansi sebesar 0,949 (p>0,05). Sedangkan untuk

prestasi rendah yang saya ambil yaitu dalam pelajaran matematika memiliki K-S-

Z sebesar 0,863 dengan probabilitas atau signifikansi sebesar 0,446. Dengan hasil

Page 26: PENERIMAAN ORANG TUA TERHADAP ANAK YANG MEMILIKI …

17

demikian maka berdistribusi normal apabila p>0,05 yang didapatkan dari hasil

analisa menggunakan SPSS 16.00.

Page 27: PENERIMAAN ORANG TUA TERHADAP ANAK YANG MEMILIKI …

18

PEMBAHASAN

Dalam proses penerimaan orang tua terhadap anak yang memiliki prestasi

belajar yang rendah berupaya agar mencari jalan keluar agar anak mereka dapat

menaikkan kapasitas mereka dalam tahap pendidikan mereka selama masih duduk

di bangku sekolah. Kasus penerimaan orang tua terhadap anak-anak SD Kanisius

Cungkup pada umumnya membutuhkan kompromi dan toleransi yang tinggi

sebagai orang tua kandung. Kadang muncul sikap yang menyimpang pada anak

yang mengakibatkan orang tua agar membantu anaknya untuk menemukan cara

lain untuk mengekspresikan sesuatu hal dengan cara mengevaluasi perilaku dari

sisi anaknya melalui pola pertumbuhan, kepentingan serta sesuai dengan nilai-

nilai luhur yang diperlukan dalam pergaulan anak tersebut (Porter, 1954).

Anak-anak sekolah dasar cenderung menunjukan perasaan mereka dengan

berteriak dan menari pada suasana dan momen yang tidak tepat di saat orang lain

ingin menikmati suasana yang hening dan damai. Oleh sebab itu orang tua mereka

dalam merespon situasi tersebut maka biasanya didahului dengan komunikasi dan

menanyakan alasan apa yang membuat mereka menjadi riang seperti itu sehingga

melalui cara tersebut maka muncul pengertian orang tua agar tidak langsung

memarahi anaknya hal tersebut (Porter, 1954). Hal tersebut menjadi bagian

penerimaan oleh orang tua terhadap anak-anak mereka yang bersekolah di SD

Kanisius Cungkup.

Orang tua dari anak-anak sekolah SD Kanisius Cungkup juga terkadang

memiliki konflik dalam komunikasi dimana keputusan seorang anak yang ditolak

oleh orang tuanya sendiri sehingga terjadi perdebatan (Porter, 1954). Namun

Page 28: PENERIMAAN ORANG TUA TERHADAP ANAK YANG MEMILIKI …

19

orang tua dari anak-anak tersebut kadang harus mengitrospeksi diri bahwa tidak

selama keputusan yang ia berikan kepada anaknya merupakan solusi terbaik tetapi

anak juga perlu memutuskan sendiri apa yang terbaik untuk dirinya sendiri.

Ketika anak sedang menjalani proses studi mereka di bangku SD, mereka

sering dihadapkan kepada berbagai macam pilihan karena tidak selamanya orang

tua dapat mendampingi anaknya dalam menghadapi suatu permasalahan misalkan

saat anak menghadapi ujian matematika orang tua tidak bisa memberikan

masukan atau bantuan sehingga anak harus dengan pilihannya sendiri dalam

menentukan jawabannya. Pada saat itu orang tua mendorong anak untuk

mengambil keputusannya sendiri karena orang tua yakin bahwa anaknya bisa

membuat pilihan dengan bijaksana (Porter, 1954).

Salah satu cara yang dipakai orang tua dalam melatih kedewasaan dan

kemandirian anak yaitu dengan memberikan ruang kepada anak dalam mengambil

keputusan yang tepat, dimana pada akhirnya tidak merugikan anak dan pihak

lainnya. Lalu peran orang tua lebih cenderung untuk mendorong dan mengajarkan

anak mereka untuk dapat memikul tangung jawab mereka sendiri. Selain itu orang

tua dapat membantu anak mereka yang berprestasi rendah agar menemukan cara

dalam merealisasikan keinginan yang baik di masa sekarang dan di masa depan

(Porter, 1954).

Anak-anak pada usia sekolah sering mengeluarkan perasaan emosional

mereka dalam suatu hal yang mengakibatkan orang-orang yang ada di sekitarnya

merasa terganggu, sehingga orang tua dalam fungsinya menggunakan semua

petunjuk yang ada untuk melihat minat dan perasaan anak agar dapat mengetahui

karakter asli pada anak itu sendiri. Melalui komunikasi yang dilakukan orang tua

Page 29: PENERIMAAN ORANG TUA TERHADAP ANAK YANG MEMILIKI …

20

terhadap anaknya sehingga dapat membantu memberikan informasi terkait dengan

karakter asli anaknya (Porter, 1954).

Dalam proses penerimaan, ada beberapa orang tua yang memiliki

tingkatan yang rendah dalam hal ini yaitu saat anak marah dan mengatakan suatu

kata-kata kebencian kepada orang tua membuat orang tua ingin menghukum

anaknya karena berperilaku tidak sopan terhadap orang tua, ada waktunya saat

anak berperilaku sesuai harapan tertinggi dari orang tua tetapi tingkatan perasaan

mereka tidak mengalami perubahan, mereka hanya menganggap hal tersebut

biasa. Waktu anak mereka patuh terhadap semua perintah dan larangan dari orang

tua maka orang tua menganggap sikap patuh yang dilakukan anak merupakan hal

yang biasa, ada saatnya anak menjadi dekat dan anak mengekspresikan suatu

bentuk kasih sayang kepada orang tua hal tersebut seharusnya memberikan

perasaan senang bagi orang tua ketika anak bisa dekat dan mengungkapkan

ekspresi kasih sayangnya tetapi beberapa orang tua memiliki perasaan yang biasa

ketika anak melakukan hal tersebut (Porter, 1954).

Dalam aspek pertama yaitu respect for child's feelings and right to express

them (menghargai perasaan anak dan hak untuk mengekspresikan perasaan

mereka) dalam tabel 3 terdapat kategori tinggi dan rendah, untuk kategori tinggi

ada dua poin dengan berjumlah 166 dan 152 sedangkan kategori rendahnya ada

dua poin dengan berjumlah 93 dan 72. Aspek kedua appreciation of the child's

unique make-up (apresiasi pada anak terhadap keunikannya) untuk kategori tinggi

ada dua poin dengan jumlah 156 dan 150 sedangkan untuk kategori rendahnya

tidak ada. Aspek ketiga yaitu recognition of the child's need for autonomy and

independence (mengakui bahwa anak membutuhkan otonomi dan kemandirian)

Page 30: PENERIMAAN ORANG TUA TERHADAP ANAK YANG MEMILIKI …

21

untuk kategori tinggi ada dua poin dengan jumlah 152 dan 145 sedangkan

kategori rendahnya ada satu poin dengan jumlah 80. Dan aspek keempat

unconditional love (mencintai anak tanpa syarat) dalam aspek ini hanya ada

kategori rendah yaitu dua poin dengan berjumlah 66 dan 64.

Uji reliabilitas dan seleksi item pada skala penerimaan orang tua dilakukan

oleh peneliti sebanyak satu kali putaran dengan menggunakan batas kriteria 0,20.

Dalam penelitian ini penulis mengadakan uji coba atau try out data terpakai,

dimana dari hasil uji coba langsung digunakan penulis untuk dianalisis hanya dari

butir-butir yang sah dan untuk menguji hipotesis (Hadi, 2000). Kekurangan pada

try out data terpakai di penelitian ini yakni terdapat beberapa item yang tidak

dapat diwakili dari indikator di empat aspek milik Porter, keterbatasan peneliti

baik dalam pengambilan data maupun dalam pengukuran variabel-variabel

lainnya.

Berdasarkan hasil dari analisis deskriptif skala didapatkan mean sebesar

128,94 dan standar deviasi sebesar 14,80 menunjukkan bahwa sebagian besar

orang tua memiliki penerimaan dalam kategori sedang, yaitu sebanyak 50% (19

orang). Sementara orang tua yang memiliki penerimaan rendah sebanyak 23,68%

(9 orang) dan sebanyak 26,32% (10 orang) pada kategori tinggi. Serta berdasarkan

hasil dari analisis deskriptif skor per-item skala diperoleh mean = 119,26 dan

standar deviasi = 29,77, menunjukkan bahwa mayoritas partisipan berada pada

kategori sedang untuk aspek respect for child's feelings and right to express them,

appreciation of the child's unique make-up, recognition of the child's need for

autonomy and independence dan unconditional love pada variabel Porter

Parental Acceptance, dengan rincian yakni sebanyak 12 orang (52,17%),

Page 31: PENERIMAAN ORANG TUA TERHADAP ANAK YANG MEMILIKI …

22

sementara kategori rendah di dominasi pada aspek unconditional love sebanyak 5

orang (21,74%) dan sebanyak 6 orang (26,09%) pada kategori tinggi dalam aspek

respect for child's feelings and right to express them, appreciation of the child's

unique make-up, recognition of the child's need for autonomy and independence.

Sekolah juga memiliki peranan penting dalam membantu orang tua untuk

menerima kekurangan anak mereka dalam prestasi belajar. Sekolah dapat

membuka wawasan orang tua melalui hasil akhir belajar anak yang dikeluarkan

setiap akhir semester, dari hal tersebut orang tua dengan fungsinya dapat mencari

cara agar meningkatkan kualitas dari hasil belajar anak-anak mereka. Oleh sebab

itu orang tua serta para guru perlu bekerja sama dalam meningkatkan prestasi

yang sudah ditargetkan.

Page 32: PENERIMAAN ORANG TUA TERHADAP ANAK YANG MEMILIKI …

23

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian mengenai gambaran penerimaan orang tua

terhadap anak yang memiliki prestasi belajar yang rendah, dapat disimpulkan

bahwa penerimaan orang tua tehadap anak yang memiliki prestasi belajar yang

rendah di SD Kanisius rata-rata berada pada tingkat sedang dan yang

dimaksudkan dalam hal ini bahwa rata-rata orang tua kurang lebih menerima hasil

akhir studi anak-anak mereka, tetapi mereka tidak sepenuhnya menerima, namun

ada kala pada titik tertentu mereka mau dengan tulus membimbing, memberikan

perhatian, memberi dukungan dan memberi kasih sayang dalam proses belajar

anak-anak mereka. Hasil penelitian menunjukkan penerimaan orang tua terhadap

anak yang memiliki prestasi matematika di bawah KKM tergolong sedang yaitu

50%, 26,32% tergolong dalam kategori tinggi dan sebanyak 23,68% tergolong

rendah. Hasil total per-item skala menunjukkan bahwa mayoritas partisipan

berada pada kategori sedang dengan jumlah 52,17%. Dalam alat ukur PPAS

terdapat beberapa item yang tidak dapat diwakili dari indikator di empat aspek

milik Porter.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan di atas, maka penulis

menyarankan hal-hal sebagai berikut:

1. Bagi orang tua yang memiliki tingkat penerimaannya tinggi, sedang dan

rendah diharapkan agar tetap dapat meluangkan waktu untuk anaknya untuk dapat

memberikan bimbingan, arahan, fasilitas belajar serta memberikan dukungan

dalam proses belajar anak di rumah.

Page 33: PENERIMAAN ORANG TUA TERHADAP ANAK YANG MEMILIKI …

24

2. Bagi sekolah kiranya dapat memberikan wawasan pentingnya penerimaan

orang tua terhadap anak yang memiliki prestasi belajar yang rendah, dalam poin

yang rendah terdapat dua yang terendah yaitu terkait melakukan hal-hal bersama

anak sekecil apapun serta orang tua dengan bebas mengungkapkan rasa cintanya

kepada anak, maka diharapkan pihak sekolah dapat memberikan pengarahan,

membuat acara sehari bersama orang tua atau bermain, atau seminar dan belajar

bersama orang tua dalam lingkungan sekolah sembari diselingi games, misalkan

games dengan mengungkapkan rasa sayang atau bermain tebak-tebakan kesukaan

anak.

3. Bagi orang tua yang memiliki hasil perhitungan angket dengan poin

tertinggi yaitu untuk tidak mengevaluasi perilaku dan prestasi anak dan

membandingkan anak dengan anak yang lain serta mendengarkan dengan pikiran

yang terbuka dari sisi anaknya dan mengakui bahwa terkadang orang tua salah.

4. Sekiranya pihak sekolah tetap mendukung orang tua dengan memberikan

reward atau apresiasi sehingga orang tua untuk tetap mempertahankan poin yang

tinggi, selain itu diharapkan dapat membuat orang tua yang memiliki hasil

penerimaan yang rendah dan sedang menjadi termotivasi untuk lebih ekstra dalam

mendukung, membimbing, memberikan kasih sayang dan perhatian pada anak

mereka.

5. Bagi peneliti yang akan mengunakan angket PPAS, sebaiknya bahasa yang

digunakan lebih mudah dipahami dan dibuat semenarik mungkin agar responden

tidak jenuh membaca dan mengerjakannya, selain itu alangkah baiknya jika

menetapkan indikator sebagai pedoman pengukuran atau melakukan uji coba (try

out) saat ingin menggunakan PPAS.

Page 34: PENERIMAAN ORANG TUA TERHADAP ANAK YANG MEMILIKI …

25

6. Peneliti selanjutnya yang ingin mengembangkan penelitian yang sejenis,

disarankan untuk mengacu pada jumlah sampel yang lebih besar dan mengkaji

ulang terkait faktor-faktor lainnya yang dapat memengaruhi penerimaan orang tua

serta diharapkan dapat melakukan pendekatan mendalam kepada orang tua

sehingga memperoleh data yang lebih mendalam.

Page 35: PENERIMAAN ORANG TUA TERHADAP ANAK YANG MEMILIKI …

26

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, M. (2003). Pendidikan Bagi Anak yang Berkesulitan Belajar.

Jakarta: Rineka Cipta.

Arifin. (1992). Pokok-pokok Pemikiran Tentang Bimbingan dan Penyuluhan

Agama. Jakarta: Bulan Bintang.

Azizah, S. N. (2009). Hubungan antara perhatian orang tua dengan prestasi

belajar pendidikan agama islam siswa kelas VII SMPN 2 Temon Kulon

Progo. Skripsi (tidak dipublikasi). Universitas Islam Negeri Sunan

Kalijaga, Yogyakarta.

Azwar, S. (2012). Metodologi Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Casdari, M. (2008). Pengaruh perhatian orang tua dan minat belajar dengan

prestasi belajar siswa. Skripsi (tidak dipublikasi). Universitas Pancasakti

Tegal, Tegal.

Coopersmith, S. (1967). The Antecedents of Self Esteem. San Fransisco: W. H.

Freeman.

Djamarah, S. B. (1994). Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru. Jakarta: Rineka

Cipta.

Guilford, J.P. (1956). Fundamental Statistics in Psychology and Education (3rd

ed). New York: McGraw-Hill.

Hadi, S. (2000). Panduan Manual Program Statistik (SPS-2000). Yogyakarta:

Universitas Gadjah Mada.

Hasan, I. (1999). Pokok-pokok Materi Statistika 2 (Statistik Inferensif). Jakarta:

Bumi Aksara.

Hudoyo, H. (2003). Pengembangan Kurikulum & Pembelajaran Matematika.

Malang: Universitas Negeri Malang.

Johnson, R. C., & Medinnus, G. R. (1967). Child Psychology Behaviour and

Development. Six Edition. United States of America: John Wiley and

Sons, Inc.

Junaidi, I. (2011). Mencetak Anak Unggul. Yogyakarta: C.V Andi Offset.

Marsigit. (2003). Pedoman Khusus Pengembangan Sistem Penilaian Matematika

SMP. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.

Nanang, A. (2016). Berpikir kreatif matematis dan kemandirian belajar dalam

pembelajaran berbasis masalah. Mimbar Sekolah Dasar, diunduh pada 11

Mei 2018, dari

http://ejournal.upi.edu/index.php/mimbar/article/download/4283/pdf.

Page 36: PENERIMAAN ORANG TUA TERHADAP ANAK YANG MEMILIKI …

27

Nugrahawati, A. R. (2012). Hubungan prestasi akademik mata pelajaran

matematika dan mata pelajaran bahasa inggris terhadap penguasan tik

(teknologi informasi dan komunikasi) siswa di SMA N 1 Cangkringan.

Skripsi (tidak dipublikasi). Universitas Negeri Yogyakarta, Yogyakarta.

Poerwanto, N. (1986). Ilmu Pendidikan Teori dan Praktis. Bandung: Remaja

Rosdakarya.

Porter, B. M. (1954). Measurement of parental acceptance of children. Journal of

home economis, 46 (3) 176-182.

Ritonga, R. (1997). Statistika Untuk Penelitian Psikologi dan Penelitian. Jakarta:

Lembaga.

Riwidikdo, H. (2012). Statistik Kesehatan. Yogyakarta: Nuh Madika.

Rohner, R. P. (1986).The Warmth Dimension: Foundation of Parental

Acceptance-Rejection Theory. California: Sage Publications, Inc.

Santrock, J. W. (2007). Perkembangan Anak. Jilid 1 Edisi kesebelas. Jakarta: PT.

Erlangga.

Saraswati, M. (2017). Pengaruh perhatian orang tua terhadap prestasi belajar

siswa kelas IV di SDIT Alam Harapan Ummat Purbalingga. Skripsi (tidak

dipublikasi). Institut Agama Islam Negeri, Purbalingga.

Slameto. (2010). Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi. Jakarta: Rineka

Cipta.

Suryabrata, S. (2006). Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Syah, M. (2008). Psikologi pendidikan Dengan Pendekatan Baru. Bandung:

Remaja Rosdakarya.

Undang-undang Republik Indonesia. (2003). Undang-undang Republik Indonesia

Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan Nasional. Komisi

informasi, diunduh pada 26 Februari 2018, dari

https://www.komisiinformasi.go.id/regulasi/download/id/101.

Winkel, W. S. (1996). Psikologi Pengajaran. Jakarta: Garindo.