PENERIMAAN MASYARAKAT TERHADAP PERILAKU KAWIN LARI ...
Transcript of PENERIMAAN MASYARAKAT TERHADAP PERILAKU KAWIN LARI ...
PENERIMAAN MASYARAKAT TERHADAP PERILAKU KAWIN LARI
(STUDY KASUS ORANG TERDIDIK KELURAHAN MALAKAJI
KECEMATAN TOMPOBULU KABUPATEN GOWA)
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar sarjana
pendididan pada progaram studi pendidikansosiologi Fakultas keguruan dan ilmu
pendidikan universitas muhammadiyah makassar
OLEH
MURNI
10538315815
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI
JULI 2019
vii
MOTTO
“Tidak ada perjuangan yang sia-sia untuk orang yang benar-benar ingin
berjuang untuk masa depanya”
Alhamdulillah, atas rahmat dan hidayah-Nya, saya dapat menyelesaikan
skripsi ini dengan baik.
Ku persembahkan skripsi ini kedua orangtuaku yang saya sayangi
didunia ini, ayahandaku tercinta (Tama’ Dg. Lalang) dan ibundaku (Hamsinah
Dg. Bau’) yang telah mendukungku dan memberikan motivasi dan kasih sayang
yang berlimpah dan sangat besar terimah kasih banyak.
viii
ABSTRAK
Murni, 2019, Penerimaan Masyarakat terhadap Perilaku Kwin lari (study kasus orang terdidik Kel. Malakaji Kec. Tompobulu Kab. Gowa). Skripsi, Pendidikan Sosiologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Makassar.pembimbing 1 Kaharuddin dan pembimbing 2 Risfaisal. Zaman globalisasi sekarang semakin marak terjadi kebebasan para generasi muda dalam bergaul antar pasangan yang cenderung bebas dalam hubungan percintaan ataupun asmara, jika ditinjau dari segi pergaulanya sudah banyak yang menyimpang. Alasan saya terdorong judul penelitian ini karena ingin mengkaji lebih dalam proses kawin lari yang ada di kampung saya dan ingin lebih melihat adat istiadat yang ada di kelurahan tersebut, bagaimana proses penerimaan masyarakat terhadap perilaku kawin lari dan apa tanggapan masyarakat terhadap kawin lari di malakaji.
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif deskriptif yang bertujuan untuk mengungkap bagaimana proses penerimaan masyarakat terhadap kawin lari, lokasi penelitian ini yaitu di kelurahan malakaji kecematan tompobulu kabupaten gowa. Informan penelitian ini yaitu lurah, masyarakat, tokoh agama, dan pelajar. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan tehnik observasi dan dokumen.
Hasil penelitian dari proses penerimaan masyarakat terhadap perilaku kawin lari biasanya dikenakan sanksi adat yang sudah diataur oleh pemerintah dan masyarakat dan tercapainya kesepatan baik dari pihak orang tua maupun dari pihak masyarakat, jika sebelumnya syarat untuk menerima pelaku kawin lari yaitu dengan cara melakukan kekerasan fisik maka saat ini tidak di berlakukan lagi dikarenakan sudah terlalu berlebihan.
Beberapa tanggapan masyarakat mengenai perilaku kawin lari yaitu yang pertama orang yang memalukan yang kedua perbuatan memalukan yang ketiga yaitu perilaku yang menyimpang dan perbuatan yang memalukan. Keluarga dan orang tua harusnya memberikan kebebasan kepada mereka menentukan pilihan pasangan hidupnya masing-masing tanpa memberikan persyaratan-persyaratan yang justru hanya memberatkan padahal seharusnya mempermudah, seperti menjodohkan, menetapkan uang panai’ yang tinggi, atau memilih milih calon yang ideal, pemerintah
khususnya kelurahan malakaji kecamatan tompobulu kabupaten gowa harusnya memberikan pemahaman terhadap masyarakatnya agar kawin lari tidak terjadi lagi.
Kata kunci: Kawin Lari, masyarakat.
ix
ABSTRACT
Murni, 2019, Commonity Acceptance of Running Behavior (case study of educated people ini Malakaji village, Tompobulu District,Gowa Regency). Thesis Sociology Education, faculty of Teacher Training and education, Muhammadiyah University Makassar. Supervisisor 1 Kaharuddin and Supervisior 2 Risfaisal. The area of globalization is now increasingly prevalent in the freedom of the younger generation in hanging out between couples who tend to be free in relationships or romance when viewed in terms of association many have strayed.
The reason I was motivated by the title of this research was because I wanted to examine more deeply the elopement process in my village and wanted to see more about the customs that exist in the village, how the process of community acceptance of elopement behavior and what the commonity’s response to eloping in Malakaji.
This study uses descriptive qualitative research thathaims to reveal how the process of community acceptance of elopement, the location of this research is in the village of Malakaji, kecamatan tompobulu, Gowa district.
The informants of this research are the village chief, the community, religios leaders, and students. Data collection in this study uses observation techniques and documents. The result of research process of community acceptance of elopement behavior are asually subject to customary sanctions that have been regulated by the government and the community and the achievement of accuracy both from the parents and from the community, if previously the requirement to accept the elopement perpretrators was through physical violence then when this is not enforced anymore because it is too excessive. Some of the commonity’s responses regarding
elopement behavior are the first person who is shameful, the second is the shameful act, the third is deviant behavior and shameful behavior. Families and parents should give them the freedom to determine the choice of their life partners without providing conditions that are just burdensome when they should make it easir, such as matchmaking, set a high sum, or choose the ideal candidate, the government especially Malakaji village Tompobulu sub-district, Gowa Regency should provide an understanding of the community so the elopement does not happen again
Keywords: Elopement, community.
x
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Allah Maha Pengasih dan Maha Penyayang, demikian kata untuk mewakili
atas segala karunia dan nikmat-NYA. Jiwa ini takkan henti bertauhid atas anugerah
pada detik waktu, denyut jantung , gerak langkah, serta rasa dan rasio pada-Mu, Sang
Khaliq. Proposal ini adalah setitik dari sederetan berkah-Mu.
Setiap orang dalam berkarya selalu mencari kesempurnaan, tetapi terkadang
kesempurnaan itu terasa jauh dari kehidupan seseorang. Demikian juga dalam tulisan
ini, kehendak hati ingin mencapai kesempurnaan, tetapi kapasitas penulis dalam
keterbatasan. Segala daya dan upaya telah penulis kerahkan untuk membuat tulisan
ini selesai dengan baik dan bermanfaat dalam dunia pendidikan, khususnya dalam
ruang lingkup Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah
Makassar.
Motivasi dari berbagai pihak sangat membantu dalam penampungan tulisan
ini. Segala rasa hormat, penulis mengucapkan terimah kasih kepada kedua orang
tuaku tercinta yang telah berjuang, berdoa, mengasuh, membesarkan, mendidik,
mendukung dan membiayai penulis dalam proses pencarian ilmu. Penulis juga
mengucapkan para saudara-saudara dan keluarga yang tak hentinya membrikan
motivasi. Dengan segala hormat penulis mengucapkan terimah kasih kepada
Kaharuddin, S.Pd. M.Pd. Ph.D dan Risfaisal, S.Pd., M.Pd. pembimbing I dan
xi
pembimbing II yang selalu memberikan bimbingan motivasi serta menuntun penulis
sejak awal penyusunan skripsi hingga selesainnya proposal ini.Tak lupa juga penulis
mengucapkan terima kasih kepada Dr. H. Abd. Rahman Rahim,MM, Rektor
Universitas Muhammadiyah Makassar, Erwin Akib, S.Pd, M.Pd, Ph.D Dekan
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar, dan
Drs. H. Nurdin, M.Pd ketua jurusan pendidikan sosiologi, serta seluruh dosen dan
staff pegawai dalam lingkungan Fakultas Keguruan dan Imu Pendidikan, Universitas
Muhammadiyah Makassar yang telah membekali penulis dengan serangkaian ilmu
yang bermanfaat bagi penulis.
Ungkapan terimah kasih dan penghargaan yang sangat spesial penulis
haturkan dengan rendah hati dan rasa hormat kepada kedua orang tua yang tercinta
ayahanda Tama’ dan ibunda Hamsinah serta adik sya yang dengan segala
pengorbananya tak akan pernah saya lupakan atas jasa-jasa mereka. Doa restu,
nasihat dan petunjuk dari mereka yang merupakan dorongan moril yang sangat afektif
bagi kelanjutan studi saya hingga saat ini.
Kelurga besar Kelurahan malakaji Bapak Baharuddin SM, beserta msyarakat
yang telah memberikan bantuan kepada peneliti untuk mendapatkan informasi atau
fakta mengenai proses penerimaan masyarakat terhadap perilaku kawin lari. Yang
mendukung penyelesaian skripsi ini.
Dan ucapan terimah kasih kepada teman-teman seperjuanganku yang selalu
menemani dalam suka dan duka, sahabat-sahabatku terkasih serta seluruh rekan
xii
mahasiswa Jurusan Pendidikan Sosiologi atas segala kebersamaan, motivasi, saran
dan bantuannya.
Akhirnya, dengan segala kerendahan hati, penulis senantiasa mengharapkan kritikan
dan saran dari berbagai pihak, yang bersifat membangun. Semoga Proposal ini dapat
memberikan manfaat. Aamiin Yarabbal Alamin. Billahi fii sabilil haq fastabiqul
khaerat wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Makassar , Sept 2019
MURNI
xii
DAFTAR ISI
SAMPUL. ...........................................................................................................i
HALAMAN JUDUL. ........................................................................................ii
LEMBAR PENGESAHAN. .............................................................................iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING....................................................................iv
SURAT PERNYATAAN. .................................................................................v
SURAT PERJANJIAN. ....................................................................................vi
MOTTO DAN PERSEMBAHAN. ...................................................................vii
ABSTRAK. ........................................................................................................viii
ABSTRACT. ......................................................................................................ix
KATA PENGANTAR. ......................................................................................x
DAFTAR ISI. .....................................................................................................xiii
DAFTAR GAMBAR. ........................................................................................xvi
BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................. 1
A. Latar Belakang ....................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................. 6
C. Tujuan Penelitian ................................................................................... 6
D. Manfaat penelitian.................................................................................. 7
E. Definisi Operasional .............................................................................. 7
BAB II KAJIAN KONSEP ............................................................................. 11
A. Kajian Konsep ....................................................................................... 11
B. Landasan Teori ...................................................................................... 14
C. Kerangka pikir ....................................................................................... 17
D. Penelitian Yang Relevan ....................................................................... 18
BAB III METODE PENELITIAN ................................................................ 24
xiii
A. Jenis dan Pendekatan Penelitian............................................................ 24
B. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian .............................................. 25
C. Informan Penelitian ............................................................................... 26
D. Fokus Penelitian .................................................................................... 28
E. Instumen Penelitian ............................................................................... 28
F. Jemis dan Sumber Data ......................................................................... 28
G. Tehnik Pengumpulan Data .................................................................... 30
H. Analisis Data ......................................................................................... 30
I. Keabsahan Data ..................................................................................... 31
J. Etika Penelitian ..................................................................................... 32
BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN .......................... 33
A. Sejarah Lokasi Penelitian ................................................................... 33
B. Profil Kelurahan Malakaji ............................................................................. 40
C. Dinamika Sosial Masyarakat Kelurahan Malakaji......................................... 45
D. Lokalitas Malakaji ......................................................................................... 47
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................. 49
A. Hasil Penelitian ................................................................................... 49
B. Pembahasan .......................................................................................... 60
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................... 73
A. Kesimpulan ......................................................................................... 73
B. Saran .................................................................................................... 72
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 75
LAMPIRAN
DAFTAR PUSTKA
xiv
DAFTAR GAMBAR
Kerangka Fikir ...................................................................................................18
Analisi Data ........................................................................................................31
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sekian banyak suku di indonesia salah satu suku dan budaya yang unik di
indonesia yaitu suku bugis dimakssar karna keanekaragaman di suku bugis
makassar sangat unik salah satunya yaitu pernikahan proses pernikahan pada
tiap-tiap daerah selalu menjadi hal yang menarik untuk di bahas. Baik dari segi
dari latar belakang pernikahan maupun dari segi kompleksitas pernikahan itu
sendiri.
Pernikahan merupakan suatu akad untuk menghalalkan hubungan antara
laki-laki dan perempuan sebagai suami istri kedua belah pihak, dengan dasar
suka rela dan keridhahan kedua belah pihak untuk mewujudkan suatu
kebahgiaan dalam berumah tangga yang diliputi rasa kasih sayang dan
ketentraman dengan cara-cara yang di ridhai Allah.
Zaman globalisasi sekarang semakin marak terjadi kebebasan para
generasi muda dalam bergaul antar pasangan yang cenderung bebas dalam
hubungan percintaan ataupun asmara. Jika di tinjau dari dari segi pergaulanya
sudah banyak yang menyimpang.
Penyebab terjadinya kawin lari silariang tidak adanya restu dari orang tua,
karena adanya fitnah dari orang, hamil diluar nikah, faktor ekonomi, faktor
usia. Dampak yang di timbulkan silariang di kelurahan malakaji kec.
Tompobulu kab. Gowa adalah sering terjadi pertengkaran rumah tangga,
adanya kebencian laki-laki dengan keluarga perempuan, pemutusan hubungan
darah terhadap anak yang melakukan kawin lari, orangtua merasa sedih ,
1
2
kecewa dan sakit hati, tidak mendapatkan izin untuk menikah dari orang tua,
orang yang melakukan kawin lari biasanya tidak pulang baik ke keluarga
mereka.
Awalnya keluarga mempelai laki-laki datang melamar dengan baik kepada
keluarga mempelai perempuan akan tetapi lamaran sering di tolak karena
keluarga mempelai laki-laki tidak sederajat dengan keluarga mempelai
perempuan. Karena keluarga mempelai lakii-laki merasa ni paka siri’
(dipermalukan) oleh pihak mempelai perempuan, maka untuk menegakkan
siri’ keluarganya maka laki-laki ini membawa perempuan pergi jauh dari
kediamanya, biasanya kedua belah pihak sudah sepakat melakukan kawin lari.
Faktor yang melatarbelakangi kawin lari yaitu faktor suka sama suka,
syarat-syarat pembiayaan terlalu tinggi atau terkendala di uang panai’, laki-laki
dan perempuan telah melakukan perlakuan yang bertentangan dengan hukum
islam dan hkum adat dan yang terakhir faktor budaya atau tradisi adat. Tradisi
kawin lari mengakibatkan adanya keharusan si gadis untuk tinggal serumah
bersama si bujang sebelum terjadinya akad nikah. Cara penyelesaian kawin lari
sama seperti pernikahan biasa hanya saja tidak lagi menggunakan pemilihan
jodoh pertunangan tetapi langsung pada proses lamaran.
Walaupun kedua pasangan ini menyadari bahwa tindakan kawin larii
(Silariang) ini penuh resiko tetapi itulah jalan terbaik baginya untuk membina
rumah tangga dengan kekasihnya kelak. Kawin lari ini adalah suatu bentuk
perkawinan yang tidak di benarkan oleh adat makassar terutama di
3
gowa.khususnya di kelurahan malakaji itulah sebabnya para pelaku kawin lari
disebut angyyala artinya orang yang menyalahi aturan adat dan aturan norma.
Dalam kehidupan sosial masyarakat Gowa dan suku makassar pada
dasarnya kawin lari tersebut tidak dibenarkan, karena didalamnya ada hal-hal
yang di langgar yaitu tidak mengindahkan asas usus musyawarah dan mufakat,
terjadinya pemaksaan kehendak dan terbukanya aib keluarga maupun
masyarakat karena kawin lari akan berpeluan terjadinya maksiat, penegakan
hukum dan sanksi adat secara tegas dan adanya perasaan malu masyarakat
terhadap perbuatan yang menyimpang ini sangat besar pengaruhnya dalam
mengatur dalam mengatur kehidupan sosial dalam masyarakat. Setiap
pelanggaran adat dalam kasus silariang atau kawin lari selalu mendapatkan
sanksi berupa bahan pergunjingan terkadang di dalam kehidupang masyarakat,
peristiwa kawin lari dilakukan kerabat akan menjadi bahan percekcokan
dengan masyarakat sekitarnya yang berujung pada saling bunuh. Pertengakaran
ini merupakan bentuk gejala awal yang melahirkan kebencian dan permusuhan
dikalangan masyarakat.
Umumnya kawin lari dalam masyarakat suku makassar khususnya di
masyarakat gowa dianggap sebagai penyelesaian hubungan rasa cinta yang
mengalami hambatan dari pihak orang tua kerabat, karena masih ada sebagian
masyarakat yang menetukan pilihan pasangan terhadap anak-anaknya,
mengakibatkan anak-anak maka kurang kebebasan dalam memilih pasangan
hidup yang dikehendakinya, walaupun sudah ada juga orang tua yang
membebaskan anaknya untuk memilih jodoh sendiri.
4
Pihak laki-laki biasanya membawa pergi perempuan ke rumah pak imam
nanti kalau sudah dinikahi baru dibawa pergi kerumah laki-laki. Kedua belah
pihak bisa menikah apabila dapat izin dari keluarga mempelai perempuan,
dalam hal ini imam setempat yang memberikan persuratan kepada imam
dimana tempat tinggal m,empelai perempuaan pelaku kawin lari karena
biasanya apabila dilakukan persuratan izin terkadang tidak langsung di beri izin
dari pihak keluarga mempelai perempuan dan ada juga tanpa sepengetahuan
pihak keluarga mereka langsung menikah.
Setelah beberapa bulan atau tahun lamanya di pelariang maka ada hasrat
untuk Abbaji atau datang baik, maka pihak pemudapun mendatangi orang tua
perempuan itu untuk menyampaikan maksudnya Abbaji, saat pihak laki-laki
minta acara Abbaji, biasanya orang tua perempuan masih emosi, maka ia
mewakilkan pada saudaranya untuk berembuk. Bila terjadi kata sepakat untuk
datang Abbaji, juga di tetapkan passala (uang denda). pelaku kawin lari
bertahun-tahun baru datang baik atau a’baji ke keluarganya, terkadang sudah
mempunyai anak baru datang baik, proses datang baik atau a’baji ini
dilakukan apabila sudah meminta izin kepda kedua orangtua perempuan dan
apabila sudah disetujui, maka selanjutnya dilakukan acara a’baji atau datang
baik maka tidak ada lagi namanya tupakasiri’ dan anyyala.
Proses datang baik adalah mengurus permintaan maaf boleh dilakukan
oleh bersangkutan sendiri, melainkan harus melalui orang-orang tertentu yang
memiliki wibawa atau tokoh masyarakat yang disegani. Namun hal ini byukan
merupakan jaminan untuk diterimanya kembali kekeluarganya, karena
5
terkadang ada juga pemberian maaf sering di ulur-ulur oleh pihak keluarga
perempuan, bahkan sampai bertahun tahun lamanya barulah bisa di beri maaf
Memang konsekuensi kawin lari ini cukup berat bakah dihadapi, karena nyawa
taruhanya selama mereka tidak datang a’baji atau datang baik. Terkadang
orang yang melakukan kawin lari biasa ada yang tidak pulang baik walaupun
telah menikah secara resmi di tempat dimana mereka melakukan kawin lari
pasangan kedua belah pihak pasti ingin pulang baik ke orang tuanya akan tetapi
pasangan kawin lari ini tidak diterima begitu saja oleh keluarga belah pihak.
Agar bisa diterima oleh keluarga siperempuan dan menegakkan kembali siri’
maka pelaku kawin lari ini harus menggelar acara atau berdamai dengan pihak
keluarga si perempuan, pelaku kawin lari harus menyediakan sunrang atau bisa
dikatakan mahar dan passala atau denda karena keduanya telah berbuat salah.
Selain itu. Pihak laki-laki harus menyediakan uang panai’. Apabila pelaku
silariang atau kawin lari belum bisa memenuhi semua itu maka keduanya tidak
bisa pulang baik. Dan tinggal selamanya di tempat kawin lari.
Kasus pelaku kawin lari sebaiknya memang dihentikan setidaknya
mengurangi terjadinya kawin lari karena dilihat dari dampak yang ditimbulkan
oleh pelaku kawin lari lebih banyak menimbulkan mudarat daripada maslahat.
Mungkin dsebagai solusinya, maka para tokoh adat dan tokoh agama, dan
pendidik sebaiknya memberikan pencerahan kepada generasi muda agar tidak
melakukan kawin lari, kemudian bagi orang tua yang memiliki anak gadis agar
tidak membebani dengan permintaan sebagai maharnya. Sesungguhnya Allah
SWT tidak suka orang yang berlebihan, dan dalam pemikiran dapat
6
dilaksanakan dengan cara sederhana saja agar terhindar dari kawin lari, bagi
siperempuan pun sebaiknya menyarankan kekasihnya untuk menempuh jalan
peminangan saja dan tidak mudah diajak lari hanya karena alasan cinta .
Alasan asaya mengangkat judul ini karena saya ingin mengkaji lebih
dalam proses kawin lari yang ada di kampung saya dan ingin melihat
bagaimana proses penerimaanya diasyarakat kelurahan malakaji itu sendiri dan
ingin tahu masalah-masalah apa saja sehingga terjadinya proses kawin lari itu
sendiri dan sebagai pengalaman untuk menemukan fakta-fakta yang aktual
dijaman sekarang.
. Fenomena silariang (kawin lari) telah menjadi hal yang menyimpang
maka pentingnya penelitian ini penulis berinisiatif untuk mengkaji lebih dalam
menganalisis dan mengamat”penerimaan masyarakat terdidik terhadap perilaku
kawin lari (study kasus masyarakat kelurahan malakaji kec.tompobulu kab.
Gowa).
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana proses penerimaan masyarakat terhadap perilaku kawin lari di
kelurahan malakaji?
2. Apa tanggapan masyarakat terhadap kawin lari di malakaji?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menjawab semua permasalahan yang telah
dirumuskan, adapun tujuan penelitian ini yaitu:
1. Untuk menganalisis penerimaan masyarakat terhadap perilaku kawin lari
2. Untuk mengalisis pemahaman masyarakat tentang kawin lari (silariang)
7
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritis sebagai pembanding antara teori yang di dapat dari
bangku perkuliahan dengan fakta yang lapangan. Hasil dari penelitian ini
dapat dapat dingunakan
2. sebagai bahan acuan penelitian yang sejenis khususnya bidang studi
sosiologi.
3. Manfaat praktis
a. Bagi mahasiswa
Sebagai tambahan wawasan pengetahuan tentang siri’ di raharapkan
mampu menjadi bahan referensi serta stimulus bagi peneliti yang
memiliki topik yang yang sama sehingga perkembangan ilmu
pengetahuan khususnya sosiologi menjadi rtidak stabil
b. Bagi pemerintah
sebagai saran dan informasi alternatif yang dapat dingunakan
pihak terkait tentang siri’ yang ada di dalam kebudayaaan khususnya
budaya suku makassar terkait tentang kawin lari
E. Defenisi Operasional
1. Kawin lari
Kawin lari merupakan melarikan seorang wanita tanpa izin, yang
bertujuan untuk hidup bersama maupun menikah. Dapat juga berarti
penculikan gadis di bawah umur atas persetujuanya, tetapi tak disukai oleh
orangtuanya. Ini juga bisa diartikan tak disukai oleh orangtuanya. Bisa
diartikan dengan menculik pengantin wanita, baik denga taktik, paksaan,
8
maupun ancaman. Di indonesia kebiasaan ini masih ada di beberapa
tempat seperti di lampung, bali, sumatra utara, dan sulawesi selatann, dsb.
Adapun penertian kawinlari dari daerah suku bugis yaitu daerah sulawesi
selatan yaitu
Kawin lari merupakan kehendak berdua laki-laki dan perempuan.
Namun demikian persoalanya tetap menimbulkan siri bagi pihak tomasiri
yang senantiasa mempunyai kewajiban menurut prosedur adat membunuh
tau sala.
Pada umumnya yang dimaksud dengan perkawinan lari atau
melarikan adalah bentuk perkawinan yang tidak didasarkan atas
persetujuan lamaran orangtua, tetapi berdasarkan kemauan sepihak atau
kemauan belah pihak yang bersangkutan lamaran dan atau persetujuan
untuk perkawinan diantara kedua pihak orang tua terjadi setelah kejadian
melarikan, atau yang bersangkutan telah memiliki keturunan(anak).
Kawin lari biasanya terjadi tanpa peminangan atau pertunangan
secara formal. Cara yang demikian ini merupakan cara yang umum dalam
melakukan perkawinan di dalam wilayah-wilayah masyarakat yang
menganut sistem ptririneal dan juga terdapat dalam wilayah-wilayah yang
menganut sistem kekeluargaan, adapun maksud dari perkawinan ini ialah
menghindarkan keharusan sebagai akibat dari perkawinan pinang,
disamping juga mungkin tidak disetujuinya antara keduanya oleh orangtua
masing-masing atau orangtua salah satu pihak, padahal keduanya saling
9
mencintai, disinilah timbulnya sumber kenekatan pasangan jodoh tersebut,
sehingga mereka berani untuk kawin lari.
Kawin lari memiliki dua pengertian dalam hal ini:
a. Kawin lari bersama: terjadi dengan larinya calon suami istri tanpa
peminangan formal dan tanpa bertunangan
b. Kawin bawa lari; yang disebut bawa lari adalah; lari dengan wanita
yang sudah di pertunangan atau dikawinkan dengan orang lain dan
melarikan wanita dengan cara paksa.
Perkawinan seperti ini biasanya terjadi beberapa daerah di
nusantara karena beberapa hal diantaranya yaitu; panjang proses adat yang
akan dilalui, upacara adat dan segala bentuk acara, adanya stratifikasi
sosial, tingginya mahar.
2. Orang terdidik
Orang terdidik adalah orang yang tidak hanya memiliki ilmu
pengetahuan dan penerapanya (tidak hanya mengetahui teori dan praktek)
melainkan juga tahu aturan yang berlaku di masyarakat. Dengan kata lain
orang terdidik adalah manusia yang mengerti dan paham situasi, kondisi,
dan kemampuanya. Sudah banyak orang yang tahu bahwa susah bagi
seorang Indonesia untuk mengatakan “tidak ” kepada orang, terlebih ketika
dia sebagai orang yang pintar oleh lingkunganya. Semisal saja kita lihat
sekarang disekitar kita saya bisa pastikan ada orang yang menurut kita sok
tahu atau susah untuk mengatakan tidak ketika ditanya oleh orang lain
10
inilah yang membuat orang indonesia susah maju, susahnya menerima
kritikan dan susahnya menerima rasa malu terhadap ketidaktahuan.
Beberapa ciri yang bisaanya bisa kita lihat kebiasaan orang yang
terdidik adalah tahu norma dan hukum yang beralaku disekitar kita,
memiliki sopan santun dan ramah terhadap lingkungan serta bisa
menempatkan diri dikeadaan dan situasi tertentu, perlu dipahami
pendidikan yang dirancang indonesia kini adalah pendidikan yang
berkarakter. Pendidikan berkarakter ini diharapkan akan melahirkan
penerus bangsa yang tidak hanya berpendidikan melainkan, juga
diharapkan bisa melahirkan manusia yang mampu terjun di masyarakat
tidak hanya menjadi pemimpin melainkan pengayom serta panutan
dimsayrakat, ituseharusnya,
BAB II
KAJIAN KONSEP
A. Kajian Konsep
1. Kawin Lari (Silariang)
Silariang atau kawin lari tidak hanya di kenal suku atau adat
makassar, bugis, mandar dan toraja di sulawesi selatan, juga suku lainya di
indonesia. Hanya saja yang membedakan adalah sanksi adat yang diterapkan
pada kedua pelaku kawin lari. Kalau pada suku lainya, biasanya sanksi tidak
begitu berat, tetapi pada suku makassar, biasanya berakhir dengan
pembunuhan terhadap pelaku.
Kawin lari ini biasanya terjadi karena salah satu pihak keluarga tak
menyetujui hubungan asmara dari kedua pasangan ini. Mungkin karena
perbedaan strata sosial, atau karena wanita yang menjadi kekasihnya itu
hamil di luar nikah, sehingga mereka mengambil jalan pintas, yakni
melarikan diri atau kawin lari.
Walaupun kedua pasangan kawin lari ini menyadari, bahwa
tindakan kawin lari ini penuh resiko, tetapi itulah jalan terbaik baginya
untuk membina rumah tangga dengan kekasihnya kelak. Untuk mengetauhi
secara jelas apa arti silariang atau kawin lari ini akan dikemukakan beberapa
pendapat para ahli budaya, baik dalam maupun luar negeri.
Dr T.H. Chabot dalam bukunya Verwatenschap Stand en Sexe in
Zuid Celebes mengatakan, perkawinan silariang adalah apabila
gadis/perempuan dengan pemulai laki-laki setelah lari bersama-sama.
12
Bertlin dalam bukunya Huwelijk en Huwelkijkrecht inZuid Celebes
mengatakan, kawin lari adalah apabila gadis/perempuan dengan
pemuda/laki-laki setelah lari bersama atas kehendak bersama. Kemudian Mr
Moh Natsir Said berpendapat, silariang adalah perkawinan yang
dilangsungkan setelah pemuda/laki-laki dengan gadis/perempuan lari
bersama-sama atas kehendak sendiri-sendiri. Namun menurut hemat
penulis, juga berpendapat lain silariang adalah perkawinan yang dilakukan
antara sepasang laki-laki dan perempuan setelah sepakat lari bersama,
perkawinan mana yang menimbulkan siri’bagi keluarganya khususnya bagi
keluarga perempuan, dan padanya dikenakan sanksi adat.
Muhammad, (1981:86) kawin lari adalah bentuk perkawinan yang
terjadi apabila bakal si jodoh lari bersama dengan tiada peminangan atau
pertunangan yang diistilakan dengan weglopwelijik of vuckwelkijk yang
artinya kawin lari atau melarikan diri. Hadikusuma, (1993:34) menyatakan
bahwa kawin lari tidak hanya dilakukan bujang terhadap gadis, tetapi ada
juga yang sedang dalam ikatan perkawinan atau sudahpernah kawin.
Dari pendapat para pakar dapat disimpulkan bahwa silariang itu
unsur-unsurnya sebagai berikut: Dilakukan sepasang laki-laki dan
perempuan, Sepakat lari bersama untuk menikah, Menimbulkan siri’ dan
dikenakan sanksi. Dan dapat juga disimpulkan bahwa kawin lari adalah
suatu bentuk perkawinan yang dilakukan tanpa didahului peminangan atau
pertunangan secara resmi/formal.
13
2. Orang Terdidik
Agusiswanto mengatakan bahwa orang terdidik orang yang
berpengetahuan dan orang yang terarah, ini penting dalam rangka
mengubah sikap seseorang dari yang tidak bermoral menjadi bermoral,
dari yang tidak memiliki keberpihakan menjadi orang yang memiliki
keberpihakan, dan orang yang memiliki intergritas menjadi orang yang
memiliki intergritas, itulah orang atau manusia yang terdidik,. Ada banyak
orang terpelajar tetapi ia tidak terdidik ia bisa mudah melancurkan
keterpeljaranya hanya untuk kepentingan sesaat dan individu, inilah yang
disebut dengn “bunuh diri intelektual” atau saya menyebutnya dengan
pelacuran intelektual,
Orang terdidik adalah manusia yang mempunyai kepekaan sosio-
trasendental. Orang terdidik tidak meras nyaman hanya duduk tertengger
dimenara gading ilmunya. Manusia terdidik selalu berbicara kebenaran
atas nama kebenaran., bukan atas nama kekuasaan memang tidak ada yang
indah berbicara tentang idialisme, tetapi tidak ada yang indah berbicara
kebenaran. Oramg-orang suci dahulu kala nabi-nabi, para rasul, dan para
guru suci selalu menekankan akan indahnya kebenaran, meski harus
ditebus dengan darah, itulah hakikat manusia terdidik.
John Taylor Gatto orang terdidik memiliki karakteristik yaitu:
(1)memilki prinsip-prinsip dan nilai-nilai pribadi namun menyadari,
memahami, dan menghargai prinsip dan niali yang dimiliki oleh komunitas
di sekelilingnya dan juga oleh berbagai ragam budaya yang ada didunia.
14
(2)menyadari dan mengekspoitasi warisan, sejarah, budaya, dan tradisi
bagi para pendahulunya. (3)merasa nyaman saat sendidri (Tidak mencari
persahabatan konstan melalui hiburan TV, komputer televon seluler tidak
pula persahabatan dangkal yang cepat diperoleh namun cepat pula
ditinggalkan), namun memhami dinamika antar manusia serta mampu
membentuk hubungan yang sehat dengan sesamanya.(4)menerima bahwa
tidak ada yang abadi didunia ini menyadari setiap pilihan yang diambil
dapat mempengaruhi generasi-generasi berikutnya. (5)menciptakan hal-hal
baru dan pengalaman-penagalamn baru. (6)dapat berfikir sendiri tidak
harus disuplai jawaban. Dapat mengobservasi, menganalisa dan
menemukan kebenaran tanpa harus bergantung pada opini orang lain.
(7)lebih menyukai cinta keingin tahuan, rasa hormat dan empati daripada
kekayaan materi. (8)memilih aktivitas dan pekerjaan yang berkontribusi
pada kebaikan dan keuntungan bersama. (9)menikmati tempat dan
pengalaman baru yang bervariasi namun memiliki dan mencintai tempat
yang bisa disebut rumah. (10) menyuarakan pendapatnya sendiri dengan
penuh percaya diri. (11)memberi nilai tambah pada tiap pertemuan dengan
orang lain dan pada tiap kelompok tempat ia tergabung.
B. Landasan Teori
Berangkat dari asumsi diatas, penulis memberikan informasi melalui
pembahasan berikut yang akan mengkaji teori tentang teori penyimpangan dan
teori Kontruksi Sosial, peneliti mencoba mengangkat sisi sosial dari teori
tersebut.
15
1. Teori penyimpangan sosial
Penyimpangan sosial adalah perilaku yang tidak sesuai dengan nilai
nilai kesusilaan atau kepatutan, baik dalam sudut pandang
kemanusiaan(agama) secara individu maupun pembenaranya sebagai
mahluk sosial. Dalam kehidupan masyarakat, semua tindakan dibatasi oleh
aturan (aturan) untuk berbuat dan berperilaku sesuai dengan sesuatu yang
dianggap baik oleh masyarakat. Namun di tengah kehidupan masyarakat
kadang-kadang masih kita jumpai tindakan-tindakan yang tidak sesuai
dengan norma yang berlaku pada masyarakat seperti halnya kawin lari,
kawin lari sangat tidak sesuai dengan norma yang ada di masyarakat kenapa
karena itu sdh dilarang pada agama dan norma yang berlaku di masyarakat
dan berakibat menyimpang. Menurut Gillin perilaku menyimpang adalah
perilaku yang menyimpang dari norma dan nilai sosial keluarga dan
masyarakat yang menjadi penyebab atau memudarnya ikatan atau solidaritas
kelompok.
James Vander Zenden mengatakan bahwa penyimpangan sosial
adalah perilaku yang oleh sejumlah besar orang dianggap sebagai hal yang
tercela dan diluar batas toleransi. Paul B. horton mengutarakan bahwa
penyimpangan adalah setiap perilaku yang dinyatakan sebagai pelanggaran
terhadap norma-norma kelompok atau masyarakat. Robert M.Z. Lawang
penyimpangan sosial adalah semua tindakan yang menyimpang dari norma
yang berlaku dalam sistem sosial dan menimbulkan usaha dari mereka yang
berwenang dalam sistem itu untuk memperbaiki perilaku yang menyimpang.
16
2. Tindakan sosial
Yang paling terkenal dengan pemikiran tindakan sosial ini adalah Max
weber. Hal ini lantaran ia menjadi pionir yang memberikan ulasan secara
lengkap tentang tindakan ini. Menururnya, semua tindakan-tindakan yang
dilakukan oleh manusia dapat dianggap tindakan sosial jika perilaku
tersebut dengan catatan mampu menjadi pertimbangan adakan perilaku
orang lain, serta berorientasi pada perilaku orang lain, serta berperilaku
kepada kelompok masyarakat lainya.
Ia menambahkan isi dalam teori ini bahwasnya, segala perilaku yang
dilakukan oleh manusia dan dianggap memiliki nilai secra subjektifbagi
pelakunya maka disebut sebagai tindakan sosial. Hal ini mengindikasikan
bahwa weber mendalami tentang tindakan sosial akan memiliki akibat
tertentu serta memberikan corak pada setiap individu.
Weber membedakan tindakan sosial manusia ke dalam empat tipe yaitu
a. tindakan rasionalitas intrumental
Tindakan ini merupakan suatu tindakan sosial yang dilakukan
seseorang didasarkan atas pertimbangan dan pilihan sadar yang
berhubungan dengan tujuan tindakan itu ketersediaan alat yang
dipergunakan untuk mencapainya.
b. Tindakan rasional nilai
Memiliki sifat bahwa alat-alat yang ada hanya merupakan
pertimbangan dan perhitungan yang sadar, sementara tujuan-
17
tujuanya sudah ada didalam hubunganya dengan nilai-nilai individu
yang bersifat absolut.
c. Tindakan afektif/tindakan yang dipengaruhi emosi
Tipe tindakan sosial ini lebih didominasi perasaan atau emosi tanpa
refleksi intelektual atau perencanaan sadar. Tindakan afektif sifatnya
spontan, tidak rasional, dan merupakan ekspresi emisonal dari
individu.
d. Tindakan tradisional/tindakan karena kebiasaan
Dalam tindakan jenis ini, seseorang memperlihatkan perilaku
tertentu karena kebiasaan yang diperoleh dari nenek moyang, tanpa
refleksi, yang sadar atau perencanaan.
Alasan peneliti mengambil kedua teori diatas karena penyimpangan
sosial menyangkut pada norma kesusilaan yang berlaku dalam masyarakat
dan tidak sesuai dengan nilai-nilai kesusilaan. Sedangkan teori sosial
menyangkut tentang tindakan yang tidak logis dan tindakan secara spontan
yang hanya meluapkan emosi kita saja.
C. Kerangka Pikir
pola pikir yang melandasi penelitian ini adalah penerimaan masyarakat
terdidik terhadap perilaku kawin lari dimana perilaku kawin lari ini adalah
perilaku yang tercela didalam masyarakat dan perilaku kawin lari ini adalah
tindakan yang tidak di benarkan.
Maraknya perilaku kawin lari ini karena terjadinya kebebasan para
generasi muda dalam bergaul antar pasangan yang cenderung bebas dalam
18
hubungan percintaan atau asmara jika di tinjau dari segi pergaulanya sudah
banyak yang menyimpang.
D.Penelitian yang Relevan
Suatu penelitian yang sebelumnya sudah pernah di buat dan dianggap
cukup relevan mempunyai keterkaitan dengan judul dan topik yang akan di
teliti yang berguna untuk menghindari terjadinya pengulangan penelitian
dengan pokok permasalahan yang sama. Penelitian yang relevan dalam
penelitian juga bermakna berbagai revferensi yang berhubungan dengan
penelitian yang akan di bahas.
Proses Penerimaan masyarakat terhadap perilaku kawin lari
Tanggapan masyarakat terhadap kawin lari
Hasil dan Temuan
Masyarakat dan kawin lari
PE Penerimaan masyarakat terhadap perilaku
kawin lari (study kasus Kelurahan Malakaji Kec.
Tompobulu Kab. Gowa)
19
1. Sinarti (Legalitas Wali nikah kawin lari perspektif hukum islam
dan kompilasi hukum islam) 2017 dalam penelitian ini di tinjau dari
jenis penelitian, penulis menguunakan penelitian lapangan (Field
Research), karena dilakukan secara langsung di lapangan sebagai objek
penelitian. Adapun pendekatan yang dilakukan adalah kualitatif yakni
penelitian yang bersifat deskriptif dan menggunakan analisis dengan
pendekatan induktif, penelitian kualitatif ditujukan untuk
mendeskripsikan dan menganalisis fenomena, peristiwa, aktivitas
sosial, kepercayaan, persepsi, dan pemikiran orang secara individual
ataupun kelompok adapun lokasi penelitian yang dilakukan yaitu di
kelurahan Bontokadatto, Kecematan Polongbangkeng Selatan,
Kabupaten takalar adapun tehnik pengumpulan data dan analisis data
yaitu pengelohan data kualitatif dalam penelitian analisis yakni reduksi
kata, penyajian data dan menarik kesimpulan/variasi. Analisis data
yang digunakan ysitu analisis data kualitatif adalah upaya yang
dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, memilih milahnya menjadi
satuan yang dapat dikelolah, mensistesiskan mencari dan menemukan
pola menemukan apa yan penting dan apa yang dipelajari dan
memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain. hasil
penelitian yang dilakukan peneliti yaitu, tata cara kawin lari di
Kelurahan Bontokadatto, Kecematan Polongbangkeng Selatan,
Kabupaten Takalar. Awalnya keluarga mempelai laki-laki datang
melamar dengan baik kepada keluarga mempelai perempuan akan
20
tetapi lamaran sering di tolak oleh keluarga mempelai perempuan.
Proses lamaran ini biasanya di tolak karena keluarga mempelai
perempuan, uang panai’ (uang belanja) yang terlampau tinggi yang di
tentukan oleh pihak keluarga perempuan, bisa juga terjadi karena
keluarga perempuan tidak menyetujui keluarga mempelai laki-laki baik
calon menantunya maupun calon besanya dan banyak persyaratan lain
yang tidak yang tidak disanggupi oleh keluarga mempelai laki-laki
biasanya memang keluarga mempelai perempuan menempuh jalan
demikian untuk menolak pinangan secara halus.
2. Diah Ekha Novita Susanti, Tradisi Kawin Lari Dalam Perkawinan
Adat di Desa Ketapang Kecematan Sungkai Selatan Kabupaten
Lampung Utara Propinsi Lampung Dalam Prespektif Hukum
Islam tahun 2013, jenis dan metode penelitian, pendekatan yang
digunakan penulis yaitu yuridis sosiologis pendekatan ini melihat
implementasi real di dalam masyarakat, jenis penelitian yang
digunakan adalah yaitu suatu penelitian yang terjun langsung
kelapangan guna mengadakan penelitian pada obyek yang dibahas,
lokasi penelitian di Desa Katapang Kecamatan Sungkai Selatan
Kabupaten Lampung Utara, sumber data yang dingunakan yaitu data
primer dan sekunder, tehnik pengumpulan data yaitu observasi,
wawancara,dan dokumentasi. Analisis data dengan metode, deduktif
yaitu yang bertitik tolak dari suatu kaidah yang umum menuju suatu
kesimpulan yang bersifat khusus, artinya ketentuan-ketentuan umum
21
yang ada dalam nas dijadikan sebagai pedoman untuk menganalisis
pandangan hukum islam tentang tradisi kawin lari dalam perkawinan
adat di desa ketapang kecematan sungkai selatan kabupaten lampung
utara provinsi lampung. Sedangkan kualitatif yaitu prosedur penelitian
yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis maupun
lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Hasil
penelitian, sebagaimana yang diketahui bahwa kawin lari ini
merupakan tindakan melarikan gadis yang dilakukan bujang atas
kehendak keduanya dengan meninggalkan surat dan uang tergepik dan
gadis tersebut di bawah ke rumah bujang atau kerabat dekatnya
sebelum menikah. Dalam kawin lari ini antara bujang dan gadis
sebenarnya telah sepakat untuk untuk mengikat tali pernikahan.
Rencana kawin lari ini ada yang memang diketahui keluarga, kepala
KUA dan tokoh agama desa ketapang tentang faktor yang
menyebabkan kawin lari maka diketahui bahwa tradisi kawin lari di
desa ketapang kecematan sungkai selatan kabupaten lampung utara
terjadi karena berbagai macam faktor-faktor tersebut yaitu: tidak
direstui orang tua, syarat-syarat mahar yang terlalu tinggi, laki-laki dan
perempuan telah melakukan perbuatan zina,faktor budaya atau tradisi
adat, meskipun pada dasarnya yang langsung berkepentingan dalam
perkawinan adalah suami dan istri namun tidak boleh dilupakan bahwa
perkawinan itu adalah maslah besar, masalah keturunan yang akan
menyambung kehidupan dari suatu generasi kegenerasi berikutnya
22
menurut hukum islam bertentangan dengn perintah untuk berbakti pada
orang tua karena dengan adanya kawin lari orang tua merasa kecewa
dengan apa yang telah oleh anaknya, berbakti kepada orang tua
termasuk salah satu ajaran islam.
3. Puput Nurmarhama, Eksistensi perkawinan silariang dalam
prespektif hukum adat di desa kapita kecematan bangkala
kabupaten jeneponto 2018, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
eksistensi perkawinan silariang yang di tinjau dari hukum adat di desa
kapita kecematan bangkala kabupaten jeneponto, metode penelitian
yang dingunakan adalah metode kualitatif dimana informan yang
diambil dari keseluruhan tokoh masyarakat. Aparat desa dan keluarga
pelaku silariang di desa kapita kecematan bangkala kabupaten
jeneponto yang berjumlah 10 orang. Tehnik pengumpulan data adalah
observasi, wawancara dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukan
bahwa (1) masyarakat desa kapita kabupaten jeneponto memandang
silariang sebagai perbuatan menyimpang dari ajaran agama, norma
sosial, dan hukum adat, terdapat perbedaan pandangan terutama pada
pihak keluarga perilaku silariang di satu sisi, ada pihak keluarga yang
mengharapkan pelaku silariang di pisahkan, di lain sisi ada pihak
keluarga yang cenderung mengiginkan agsar hubungan mereka tetap di
perthankan dengan cara menikahlkan mereka sesuai dengan ketentuan
yang berlaku.
23
4. Khaerunnisa, Dampak Praktek Kawin Lari Terhadap Kehidupan
Keluarga Masyarakat Kec. Kutapanjang Kab. Gayo Lues, 2017.
Metode penelitian yang dilakukan adalah penelitian lapangan masuk
dalam kategori penelitian kualitatif. Tehnik pengumpulsan data yang
dingunakan yaitu observasi, dan wawancara. Sedangan tehnik analisis
data penulis lakukan meliputi tiga langkah yaitu, mereduksi data
merangkum dan menganalisis melalui kajian konseptual, kesimpulan.
Hasil penelitian menunjukan bahwa praktek kawin lari dimana praktek
kawin lari banyak terjadi di kalangan remaja dewasa yaitu pendidikan
pada anak SMP dan SMA dampak praktek kawin lari ini tidak tercatat
status pernikahannya, sehingga mengakibatkan pada tidak di akuinya
pernikahan dampak lainya yaitu antara pasangan kawin lari dengan
keluarga masing-masing pihak tidak akur, perkawinan itu sendiri tidak
direstui oleh orang tua yang bersangkutan. Sehingga hubungan
perkawinannya tidak mampu menyelesaikan masalah kawin lari di kec
kutapanjang kab gayo lues dilakukan di tingkat kampung dan
kecematan.
24
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif sebagai prosedur
penelitian untuk mendapatkan data deskriptif yaitu sebuah penelitian yang
berusaha memberikan gambaran umum mengenai objek yang diamati atau di
teliti, atau bahkan suatu penelitian yang bertujuan membuat gambaran secara
sistematis dan aktual mengenai fakta-fakta yang ada di lapangan tentang
penerimaan masyarakat terdidik terhadap perilaku kawin lari study kasus
masyarakat kelurahan malakaji kec.tompobulu kab. Gowa.
Alasan peneliti mengambil study kasus yaitu karena menyelidiki secara
mendalam latar kehidupan yang nyata manusia yang aktif dan menceritakan
pengalamanya atas sesuatu yang dialaminya.
Pendekatan penelitian ini adalah Studi kasus dimaksud adalah strategi
riset, penelitian empiris yang menyelidiki suatu gejala yang nyata. Studi kasus
adalah penelitian yang sangat waktu tertentu. Tujuanya untuk memperoleh
deskriptip yang utuh dalam dan mendalam dari sebuah identitas budaya. Studi
kasus dalam penelitian ini merupakan penelaan empiris yang menyelidiki kasus
penerimaan masyarakat terhadap perilaku kawin lari study kasus dikelurahan
malakaji kec. Tompobulu kab. Gowa. Tujuanya untuk memperoleh deskripsi
yang utuh dan mendalam dari kasus kawin lari pada masyarakat terdidik di
kelurahan malakaji kec tompobulu kab gowa.
24
25
Sugiono dalam Herwina Bahar (2016:15) metode penelitian kualitatif
adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat potpositisisme,
digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah (sebagai lawanya
adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrument kunci,
pengambilan sampel, sumber dan data dilakukan secara porposive dan
snowbaal data yang bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian klualitatif
lebih menekankan pada makna daripada generalisasi. Metode penelitian
kualitatif sering disebut metode penelitian naturalistic karena penelitian
dilakukan dalam kondisi yang alamiah.
B. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian
Terkait dengan penelitian ini akan dilakukan di kelurahan Malakaji
Kecamatan Tompobulu Kabupaten Gowa dan terkait dengan peristiwa atau
issu yang akan di bahas yaitu Penerimaan Masyarakat Terhadap Perilaku
Kawin lari terdapat suatu persoalan, persoalan tersebut telah menjadi
perbincangan di kalangan masyarakat sehingga peneliti tertarik untuk menenliti
lebih dalam.
Waktu penelitian ini akan dilaksanakan di Kelurahan Malakaji
Kecamatan Tompobulu Kabupaten Gowa. Pelaksanaan penelitian ini akan
dilakukan pada tanggal keluarnya izin penelitian dalam kurung waktu 2 bulan.
26
No
Jenis Kegiatan Bulan 1 Bulan II Bulan III
I ll III lll IV lV I ll ll IV lV l l III lll IV l
V
1. pengusulan proposal
2. Penyusunan proposal
3. konsultasi pembimbing
4. Seminar proposal
5. Pengurusan izin penelitian
Penyusunan instrumen
Pengumpulan data
Analisis data
Peyusunan hasil penelitian
.
C. Informan Penelitian
Informan penelitian ditentukan dengan tahnik purposive sampling yaitu
penentuan informasi tidak didasarkan pedoman atau berdasarkan
perwakilan,populasi, namun berdasarkan kedalam informasi yang dibutuhkan,
yaitu dengan mentukan informan kuci yang kemudian akan dilanjutkan
informan lainnya dengan tujuan mengembangkan dan mencari informasi
sebanyak-banyaknya yang berhubungan dengan permasalahan penelitian.
Arikunto (1999:128), bahwa penetapan informan menjadi sampel dengan
tujuan tertentu disebut dengan sampel bertujuan atau purposive sampling
27
dimana peneliti menentukan sampel berdasarkan tujuan tertentu, tetapi harus
memenuhi syarat-syarat ilmiah sebagai berikut:
1. Pengambilan sampel harus didasarkan atas ciri-ciri, sifat-sifat, atau
karakteristik tertentu, yang merupakan ciri-ciri pokok populasi.
2. Subjek yang diambil sebagai sampel benar-benar merupakan subjek
yang paling banyak mengandung cieri-ciri yang terdapat dalam
populasi.
3. Penentuan karakteristik populasi dilakukan dengan cermat di dalam
studi pendahuluan.
Hendorsono dalam Suyanto (2005:171-172), informan peneliti ini
meliputi 3 macam yaitu:
1. Informan kunci (Key Informan), yaitu mereeka yang mengetahui dan
memiliki berbagai informasi pokok yang diperlukan dalam penelitian
2. Informan utama, yaitu mereka yang terlibat secara langsung dalam
interaksi sosial yang diteliti
3. Informan tambahan, mereka yang dapat memberikan informasi
walaupun tidak langsung terlibat dalam interaksi sosial yang diteliti.
Berdasarkan uraian di atas, maka informan ditentukan dengan tehnik
purposive sampling yaitu penentukan informan tidak didasarkan pedoman
atau berdasarkan perwakilan populasi, namun berdasarkan kedalam informasi
yang dibutuhkan, yaitu dengan menentukan informan kunci yang kemudian
akan dilanjutkan informan lainya dengan tujuan menegembangkan dan
mencari informasi sebanyak-banyaknya yang berhubungan dengan
28
permasalahan penelitian, maka dalam penelitian ini digunakan yang terdiri
dari:
1. Informan kunci Masyarakat sekitar Masyarakat yang melakukan kawin lari RT LURAH
2 Informan utama Masayarakat yang melakukan kawin lari
3 Informan pendukung
Tokoh pemuda: Mahasiswa Pelajar Masyarakat sekitar
D. Fokus Penelitian
Yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah masyarakat terdidik dan kawin
lari, sehingga peneliti harus memiliki batasan yang disebut fokus penelitian
artinya intisari penelitian yang dilakukan
E. Intrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat bantu yang dingunakan di dalam
pengumpulan data. Adapun alat yang dingunakan berdasarkan tehnik
pengumpulan data yaitu wawancara mendalam (tanya jawab atau daftar
wawacancara, alat perekam, notulen), observasi (lembar observasi, kamera).
Dan telaah dokumentasi (lembar catatan dokumen).
F. Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang dingunakan dalam penelitian ini adalah jenis data primer
dan sekunder. Data primer dalam penelitian ini adalah hasil observasi dan
wawancara dengan informan penelitian yaitu status sosial. Data sekunder
29
adalah data yang sudah tersedia dan diperoleh peneliti dari pihak narasumber
petua-petua adat istiadat di Kel. Malakaji Kec. Tompobulu Kab. Gowa.
a. Data Primer
1. Wawancara mendalam
Tehnik wawancara yang dilakukan adalah dengan melakukan tanya
jawab langsung kepada informan yang berdasarkan pada tujuan penelitian.
Tahnik wawancara yang dilakukan penulis adalah dengan cara mencatat
berdasarkan pedoman pada daftar pertanyaan yang telah di siapkan
sebelumnya. Wawancara ini dilakukan beberapa kali sesuai keperluan
peneliti yang berkaitan dengan kejelasan dari kemantapan masalah yang di
jelajahi.
2. Observasi
Dengan melakukan pengamatan dan pencatatan secara langsung
terhadap hal yang dianggap berhubungan dengan objek yang diteliti, atau
hal yang berkaitan dengan masalah penelitian.
b. Data Sekunder
1. Dokumentasi
Dokumentasi yang dimaksudkan penulis disini adalah peninggal tertulis
seperti arsip-arsip dan termasuk juga buku-buku, teori, dalil atau hukum-
hukum, dan lain-lain yang termasuk dengan masalah penelitian
30
G. Tehnik Pengumpulan Data
Adapun tehnik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah:
1. Observasi
Observasi adalah melakukan pengamatan secara langsung di
masyarakat mengenai penerimaan masyarakat tedidik terhadap perilaku
kawin lari.
2. Wawancara
Wawancara dingunakan untuk mengumpulkan data melalui tanya
jawab secara langsung kepada informan untuk mengetahui; (1) bagaimana
proses penerimaan masyarakat terhadap perilaku kawin lari kelurahan
malakaji kecematan tompobulu kabupaten gowa. (2) Tanggapan
masyarakat terhadap kawin lari di kelurahan malakaji .
3. Dokumentasi
Dokumentasi adalah pengumpulan bukti dan keterangan seperti
gambar, rekaman, kutipan materi dan berbagai bahan referensi lain yang
berada dilokasi penelitian dan dibutuhkan untuk memperoleh data yang
valid.
H. Analisis Data
Untuk menganalisis data yang terkumpul guna memperoleh kesimpulan
yang valid, maka digunakan teknik analisis data dengan metode kualitatif
adapun model analisis data yang digunakan yaitu;
31
I. Keabsahan Data
Keabsahan data merupakan tehnik ysng dingunakan untuk mrnyakinkan
publik atau masyarakat atau audiens mengenai data yang didapatkan dapat
dipercaya atau dapat di pertanggung jawaban kebenaranya. Sehingga peneliti
dapat berhati-hati dalam memasukkan data hasil penelitian, data yang
dimasukan adalah data yang sudah melalui berbagai tahapan dan absahan data.
Penjelasan dari ketiga trianggulasi akan di jelaskan sebagai berikut:
1. Trianggulasi sumber adalah trianggulasi yang dingunakan untuk menguji
kredibilitsas data dengan cara mengecek data yang telah diperoleh
melalui beberapa sumber.
2. Trianggulasi tehnik adalah suatu alat untuk menguji kredinilitas data
dengan cara mengecek data yang sama namundengan alat yang berbeda.
3. Trianggulasi waktu adalah trianggulasi yang sering mempengaruhi data.
Data yang dikumpulkan dengan tehnik wawancara dipagi, siang,
Organisasi data
Pengumpulan data Transkip data Membaca berulang-ulang
Tema-tema data Kategori data
Tahap kejenuhan data Demontrasi tingkat kepercayaan dan keabsahan data
laporan Hasil reduksi data
32
maupun malam hari yang akan memberikan data yang lebih valid
sehingga lebih kredibel.
Berdasarkan pemaran diatas peneliti menggunakan dua macam
trianggulasi,pertama trianggulasi sumber dta yang berupa observasi serta
wawancara dengan narasumber secara langsung dan dokumen yang berisi
catatan terkait dengan data yang diperlakukan oleh peneliti
(Ningrum,2015)
J. Etika Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti mendapatkan rekomendasi dari institusi
tempat penelitian. Penelitian menggunakan etika sebagai berikut
1. Menghormati harkat dan martabat manusia peneliti mempertimbangkan
hak-hak subyek untuk mendapatkan informasi yang terbuka berkaitan
dengan jalanya penelitian.
2. Keadilan, Penelitian dilakukan dengan jujur,menperhatikan faktor-
faktor ketetapan, keseksamaan psikologi serta perasaan subyek
penelitian.
3. Memperhitungkan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan penelitian
melaksanakan penelitian memperhatikan prosedur penelitian guna
mendapatkan hasil yang bermanfaat semaksimal mungkin bagi subyek
penelitian.
33
BAB IV
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
A. Sejarah Lokasi Penelitian
1. Sejarah Kelurahan Malakaji
Sejarah bangsa indonesia berhasil merebut kemerdekaan dari tangan
penjajahan pada tanggal 17 agustus 1945, yang ditandai penggabungan
seluruh daerah di Nusantara ke dalam negara kesatuan RI, bukan berarti
bangsa Indonesia sudah terbebas dari penjajahan. Jepang angkat kaki,
Belanda masuk ke Indonesia berboncengan dengan tentara sekutu.
Rakyat sulawesi selatan saat itu juga berjuang mati-matian untuk
mempertahankan kemerdekaan dari ancaman Belanda yang ingin menjajah
kembali di tanah air ini.
Beberapa organisasi kelaksaraan saat itu muncul dengan satu tujuan,
yakni melawan penjajah sampai kedaulatan kembali sepenuhnya kepangkuan
RI. Seperti halnya ronggong daeng romo, Emmy saelan, dan puncak
perlawanan rakyat Sul-Sel terjadi pada bulan Desember 1946 denagn menelan
banyak korban. Peristiwa itu kemudian dikenal dengan nama Korban 40.000
jiwa.
Pasang surut pemerintahan di Indonesia pasca proklamasi masih dihadang
berbagai tantangan . Belanda kemudian memecah belah bangsa Indonesia
dengan mendirikan NIT (Negara Indonesia Timur). Tapi Negara NIT ini tidak
berlangsung lama, hanya kurang lebih 3 tahun (1946-1949) setelah hasil
33
34
Konfrensi Meja Bundar (KMB) di Den Haag Belanda sebagai tanda
penyerajaan kedaulatan kepada pemerintah Indonesia.
Walau Sulsel saat itu dijadikan basis untuk negara NIT, tetapi sejak 25
April 1950. Rakyat Sulawesi menyatakan keluar dari NIT dan bergabung
dengan Pemerintah negara Kesatuan RI. Para pejuang kita setelah
mengadakan kongres di Polongbangkeng Takalar pada 5 Februari 1950.
Kongres itu melahirkan PRRI (Pejuang Pengikut Republik Indonesia) yang
diketuai Yusuf Bauty. Kemudian di seluruh Sulsel, dibentuk KNI (Komite
Nasional Indonesia). Melalui KNI ini, pemerintahan raja-raja diganti dengan
pemerintahan sipil sesuai dengan UU Pokok Pemerintahan Daerah No. 22
Tahun 1948.
Sejarah pemerintahan Gowa mengalami perubahan sesuai dengan
sistem pemerintahan Republik Indonesia. Setelah NIT dibubarkan dan berlaku
sistem pemerintahan Parlementer berdasarkan UUDS 1950 dan lebih khusus
memenuhi UU Darurat Nomor 2 tahun 1957, maka daerah Swapraja yang
tergabung dalam onderofdeling Kabupaten Makassar dibubarkan. Selanjutnya
berdasarkan UU Darurat Nomor 1 Tahun 1957 tentang Pemerintahan Daerah
untuk seluruh wilayah Indonesia Tanggal 18 Januari 1957, segera
dilaksanakan pembentukan daerah-daerah tingkat. Tingat II. Disusul lahirmya
UU No. 9 Tahun 1959 sebagai penjabaran daru UU No. 1 Tahun 1957, dan
mencabut UU Darurat No. 2 Tahun 1957, maka demikian halnya kerjaan kecil
35
yang berbentuk Gallarang, kareang atau nama lainya yang ada dalam wilayah
kerajaan gowa berubah status menjadi distrik.
Dengan adanya perubahan sistem pemerintahan dari Swapraja menjadi
Swatantra, otomatis juga terjadi perubahan dalam tubuh pemerintahan.
Jabatan raja dalam suatu daerah pemerintahan berubah menjadi Bupati,
Kepala daerah. Saat itu kerajaan gowa yang dipimpin tanggal 06 februari
1957, Andi Ijo kemudian dikukuhkan sebagai kepala Daerah yang meliputi 12
distrik yang dibagi dalam 4 lingkungan kerja yang disebut koordinatorchap
yakni:
1. Gowa Utara meliputi distrik mangasa, tombolo, pattalassang, borongloe,
manuju, bosisallo, koordinatornya di sungguminasa.
2. Gowa Timur meliputi distrik, parigi, inklusif malino, kota dan tombolo pao,
dengan koordinator berkedudukan di malino.
3. Gowa Selatan meliputi distrik limbung, dan bontonompo, dengan
koordinator berkedudukan di limbung.
4. Gowa tenggara meliputi distrik malakaji, dengan kooerdinator di malakaji
Dilihat dari pembagian koordinator distrik tersebut diatas, maka distrik
tompobulu yang sekarang ini meliputi tempat kecamatan yakni tompobulu,
biringbulu, dan bontolempangan. Ketika menjadi bagian dari distrik
tompobulu di malakaji, maka distrik itu membawahi 7 daerah perkampungan
yang masing-masing dipimpin oleh seorang kepala adat bergelar Gallarang,
bontoloe, lembayya, sapaya dan bissoloro. Dalam perkembangan selanjutnya
36
berdasarkan surat keputusan menteri dalam negeri indonesia bagian timur
nomor 21 tahun 1950 yang menetapkan onderafdeling gowa dibagi menjadi
11 kampung kompleks terdiri dari kampung adat ditambah dfengan kampung
Malonjo, lemoa dan rappoala. Keputusan menteri tersebut diatas, wilayah
bontolempangan yang masuk distrik malakaji bertambah lagi yakni setelah
pa’ladingan dan bontoloe, juga masuk lemoa. Sejak menjadi distrik, ada
beberapa pejabat yang pernah menjadi kepala distrik di Tompobulu, yakni;
1. Andi Beta Karaeng Serang (kepala distrik)
2. Lume Dg. Tutu (acting kepala distrik)
3. Abdl. Hakim Opu Tinggi (kepala distrik)
4. Adam Siana (acting kepala distrik)
5. Andi Bela Karaeng Serang (koordianator gowa tenggara)
Ketika belanda menguasai daerah di indonesia terutama di sulawesi
selatan, mereka banyak melakukan intimidasi penduduk yang ymenyebabkan
warga mengungsi ketempat yang lebih aman. Penduduk di kerajaan bone
misalnya, mereka banyak yang lari ke daerah pengunungan gowa, diantaranya
kec. Bollagi juga ada yang kewilayah gunung loppobattang di kerajaan garing
dan datara yang kini masuk dalam wilayah kecamatan tompobulu.
Warga bone yang mengungsi, itu akhirnya keenakan tinggal di daerah
pengungsian dan mereka menetap di tempat itu. Mereka memanfaatkan
sumber daya alam untuk keperluan hidupnya, beternak dan berkebun.
37
Hal tersebut juga didukung oleh kebijakan pemerintah kerajaan gowa
yang menerapkan pintu politik terbuka bagi warga kerajaan lainya untuk
masuk ke gowa, demikian sebaliknya. Apalagi dilihat dari latar belakang
historis kerajaan gowa bone serta beberapa kerajaan lainya adalah besaudara
dan mereka menjaakin hubungan persahabatan hanya saja kedatanagan tentara
belanda sempat mengusik ketenagan warga diberbagai kerajaan di sulawesi
selatan. Bebrapa raja atau pembesar kerajaan di sulawesi selatan yang menjadi
buronan tentara belanda memilih mengungsi didaerah pengunungan, seperti
halnya raja gowa ke 26 Amas Madina yang dikenal denga julukan batara
gowa II atau I sangkilang (1753-1767)pernah mengungsi kedaerah
pengunungan lompobattang dan bawakaraeng.
Demikian halnya dengan kerajaan gowa yang ke 341 Makkulau Daeng
Serang karaeng lembang parang (1895-1906) pernah bersembunyi di wilayah
pengunungan itu, kerena dialah raja yang menentang kebijakan belanda
dikerajaan gowa, akhirnya memberontak. Kekejaman tentara belanda
diwilayah kerajaan bone, membuat Arung Pencong, salah seorang bangsawan
bone yang mengungsi kedaerah kerajaan garing dan datara dan membawa
beberapa warganya, disanalah beliau mendapati perlindungan dari raja garing
dan diberi lahan untuk bertani. Warga didaerah pedalaman biasanya memsaka
nasi sayur mayur maupun makanan lainya dengan menggunakan kayu bakar
ketika warga bugis bone masuk ke hutan mencari kayu untuk dijadikan kayu
bakar.
38
Ketika tentara belanda pertama memasuki daerah itu, merekapun
bertanya pada warga setempat yang kebetulan mncari kayu. Tetntara belanda
itu bertanya dalam bahasa belanda, menanyakan tentang nama daerah itu,
warga bugis yang mencari kayu, walau tak mengerti bahsanyaa, yang
disangkanya bertanya “apa yang kau cari” maka secara spontan warga bugis
itu menjawab “MALAAJU” artinya dalam bahsa bugis, mencari kayu. Dari
jawaban itulah belanda kemudian memperkenalkan daerah itu dengan nama
malaaju yang kemudian berubah menjadi Malakaji, yang nantinya menjadi
ibukota dari kecamatan tompobulu yang dipimpin oleh seorang lanschap.
Ketika I makkulau Dg. Serang melakukan perlawanan terhadap
belanda, maka tempat persembunyianya dimalakaji kemudian diambil alih
oleh tentara belanda pada tahu 1905. Belnda ingin memperkecil wilayah
kekuasaan kerajaan gowa itulah sebabnya selama kurang lebih 30 tahun tidak
ada pengankatan somba di gowa dan kekuasaan diambil alih oleh belanda
untuk memperkecil wilayah, kekuasaanya, belanda kemudian menggabung
distrik malakaji keadaan onder afdeling bantaeng dan kemudian dialihkan ke
ondeer ofdelling jeneponto’
Distrik malakaji dipimpin oleh asisten landaschap dan dan membawa
7 perkampungan adat yang di pimpin oleh kepala adat berpangkat gallarang
ketujuh kampung adat dimaksud adalah; datara, garing, pa’ladingang,
bontoloe lembaya, sapaya, dan bissoloro. Dalam SK medagri bagian timur
nomor 21 tahun 1940, menetapkan ondeer ofdelling gowa dibagi menjadi 11
39
distrik sehinggah wilayah malakaji menjadi 11 perkampungan adat, dengan
menambah kampung malonjo, lemoa,dan rappoala. Adapun asisten rasiden
yang pernah memerintah di distrik malakaji adalah;
1. Dg, Mattata
2. HM. Yunus Dg. Mannangkasi
3. Sonda Dg. Mattayang
4. Mappasero
5. Waworunu
6. Sampara Dg. Lali
7. Y Silae
8. Andi Matteterang
9. Dg. Mangung
10. Sampara Dg. Lili
11. Muhammad Amin Dg. Suro
12. Sallatu Dg. Ngampi
13. Andi Pturusi
Berdasarkan UU nomor 7 tahun 1960 tentng pembentukan daerah
tingkat 1, maka daerah swapraja berubah nama menjadi swatantra. Wilayah
distrik berubah nama menjadi kecamatan. Distrik malakaji kemudian berubah
nama menjadi kecamatan tompobulu dan ibukotanya malakaji.
40
B. Profil Kelurahan Malakaji
a. Selayang pandang kecamatan tompobulu
Nama kecamatan tompobulu disulawesi selatan terdapat bebrapa
kabupaten antara lain di gowa, maros dan bantaeng, tompobulu secara
etimologi berasal dari dua kata dalam bahasa makassar yakni tompo dan bulu.
Tompo bermakna ouncak, ketinggian atau diatas, sedangkan bulu bermakna
gunung. Dengan demikian tompobulu dapat diartikan sebagai wilayah yang
berada di pengunungan. Dalam uraian ini kita dapat memberikan beberapa
data tentang kecamatan tompobulu di kabupaten gowa. Tompobulu
beribukota di malakaji berjarak sekitar 147 km dari sungguminasa, ibukota
kabupaten gowa. Merupakan daerah dataran tinggi dengan rata-rata ketinggian
1000 meter diatas permukaan laut.
1. Batas wilayah dan akses
Tompobulu berbatasan dengan kabupaten sinjai seblah utara,
kabupaten jeneponto seblah selatan, kecamatan biringbulu sebalah barat
dan kabupaten jeneponto di seblah timur. Tewrdapat beberapa akses
mencapai kecamatan ini antara lain akses jln pallangga-bugaya, jln palleko
(takalar)-biringbulu dan sungguminasa-jeneponto. Akses utama yang
digunakan warga sejak puluhan tahun silam makassar ke jeneponto, karena
dua akses pertama kondisi jalanya masih kurang baik sealain jalur itu
dipenuhi tanjakan.
41
2. Wilayah administratif dan penduduk
Kecamatan tompobulu debentuk berdasarkan peraturan daerah (perda)
kabupaten gowa nomor 7 tahun 2007 tentang pembentukan kecamatan di
kabupaten gowa. Kecamatan ini dibagi dalam enam desa dan dua kelurahan
sebagai pembagian wilayah administratifnya. Berikut nama des adan
kelurahan di kecamatan tompobul:
1) Kelurahan malakaji
2) Kelurahan cikoro
3) Desa datara
4) Desa rappolemba
5) Desa rappoala
6) Desa tanete
7) Desa bontobuddung
8) Desa garing
Jumlah penduduk kecamatan tompobulu (2013) sebesar 29.749 jiwa
terdiri dari laki-laki 14.385 dan perempuan sebesar 15.364 jiwa dengan
jumlah rumah tangga 7.534. penduduk tompobulu berprofesi sebagai
petani padi, palawija dan berkebun kopi, sebagaian warga bergerak pada
usaha sektor non pertanian terutama perdanganagan.
3. Fasilitas Umum
Beberapa fasilitas umum yang terdapat di tompobulu seperti sarana
pendidikan antara lain taman kanak-kanak sebanyak enam unit, SDN
42
sebanyak 11 unit, SDI sebanyak 11 unit, SMA sebanyak 1unit, MI
sebanyak 6 unit, MTs sebanyak 4 unit, dan MA sebanyak 3 unit.
b. Selayang pandang kelurahan malakaji
Kelurahan malakaji merupakan salah satu desa dari 8 desa dan
kelurahan kecamatan tompobulu, kabupaten gowa, sulawesi selatan.
Merupakan ibukukota kecamatan. Kelurahan malakji memiliki luas wilayah
6,75 km persegi merupakan wilayah terkecil di kecamatan tompobulu, luasnya
setara 5,09% luasa wilayah kecamatan. Terbagi dalam tiga lingkungan,
sembilan rukun warga dan 18 rukun tetangga. Kkelurahan malakaji terletak
digaris lintang 5º26’8.21”S dan garis bujur; 119º50’26.50”T TM3 koordinat
BPN X: 0348491 Y: 0898819 Dan merupakan salah satu wilayah kota sejuk di
kabupaten gowa.
Kelurahan malakaji sebagian besar wilayahnya berada pada dataran,
dengan batas-batas wilayah sebagai berikut; pada sebelah perbatasan dengan
desa dataran, sebelah barat berbatasan dengan desa bontobuddung.
C. Dinamika Sosial Masyarakat Kelurahan Malakaji
A. Tradisi keagamaan atau realitas keagamaan
1. Tradisi islam di malakaji
Tradisi islam dimalakaji meliputi
a. Majelis taklim
b. TK/TPA
c. jum’at ibadah
43
B. Aktivis perkebunan dan pertanian
1. pertanian dan perkebunan di malakaji
Berbiacara tentang pertanian dan perkebunan dimalakaji salah sati
kiblat disektor pertanian dan perkebunan mengingat wilayah malakaji berda
pada daerah yang subur dan menjanjikan disektor pertanian dan perkebunan.
Faktor geografis merupakan salah satu faktor malakaji menjadi kiblat pertanian
dan perkebunan, mengingat karena malakaji berada pada wilayah ketinggian
dan masuk didalam kecamatan tompobulu yang merupakan wilayah tertinggi
dikabupaten gowa perbtasan langsung dengn kab’. Jeneponto dan kab.
Bantaeng. Pertanian dan perkebunan juga merupakan penghidupan masyarakat
kel. Malakaji, terlihat dari masyarakat yang sebahagian besar bermata
pencaharian sebagai petani/berkebun. Berbicara tentang pertanian dan
perkebunan di kel. Malakaji tidak ada habisnya bisa terlihat dari kondisi
pertanian dan perkebunan dimalakaji yang begitu subur, dan juga corak daerah
pengunungan ini umunya bekerja dalam sektor pertanian, ladih dan perkebunan.
Dimana pengunungan merupakan deretan atau rangkaian gunung yang tinggi
dibandingkan daerah sekitarnya, pengunungan memiliki ketinggian 500 meter
diatas permukaan laut.
Daerah pengunungan bisa gunung berapi yang masih aktif,
pengunungan ataupun pengunungan kapur. Untuk daerah pengunungan, secara
umum masyarakatnya adalah petani, yang tentu saja pola pertanianya berbeda
beda sesuai dengan kondisi pengunungan tersebut. Seperti masyarakat di
44
malakaji misalnya, petani biasnya menanam, sayur-mayur dan bunga, selain itu,
ada juga petani biasanya menanam sayur-mayur dan bunga sealain itu, ada juga
petani yang bertanam berupa perkebunan, misalnya kopi cengkeh, sayur mayur
dan buah-buahan. Karena terdapat perkebunan besar, banyak penduduk yang
bekerja sebagai buruh perkebunan. Misalnya buruh perkebunan, kopi. Daerah
dpengunungan mempunyai iklim yang cukup dingin. Kondisi demikian cocok
untuk memmelihara ternak. Misalnya, sapi, kambing, ayam, angsa, kuda, dan
lain-lain. untuk pola pemukiman penduduk sangat dipengaruhi oleh kondisi
topografi dan tingkat kesuburan tanah. Pola pemukiman penduduk di daerah
pengunungan biasanya menyebar mengikuti lereng dan mengelompok pada
daerah yang mempunyai lahan subur dan relative datar.
2. jenis tanaman pertanian dan perkebunan di malakaji
a. jagung
b. ubikayu
c. kopi
d. cengkeh
e. sayur sayuran
f. padi
3. Dampak pertanian dan perkebunan terhadap pendapatan masyarakat malakaji
Berbicra tentang dampak pertanian dan perkebunan terhadap pendapat
masyarakat di malakaji, sebagai salah satu wilayah yang subur dampak pertanian
dan perkebunan di malakaji sanagatlah berpengaruh dan berperan penting bagi
45
pendapatan masyarakat, dimana seperti telah dijelaskan pada pembahasan
sebelumnya bahwa sebagian besar masyarakat malakaji bermata pencaharian
sebagai petani/pekebun. Pertanian dan perkebunan merupakan sektor yang
memiliki peranan signifikan bagi pendapatan masyarakat malakaji, dan juga
boleh dikatakan sebagai tulang punggung perekonomian masyarakat malakaji
disamping, profesi yang lainya yang digeluti masyarakat malakaji. Diisi lain
dalam skla nasional sektor pertanian dan perkebunan mempunyai peranan yang
penting dan strategis dalam pembangunan nasional. Peranan tersebut antara lain;
maningkatkan penerimaan devisa negara, penyedia lapangan kerja, perolehan
nilai tambah dan daya saing, pemenuhan kebutuhan komsumsi dalam negeri.
C. Standarisasi pendidikan di malakaji
Malakaji yang merupakan kelurahan yang ada di kecamatan tompobulu ini
mempunyai standar pendidikan yang hampir memiliki rata-rata jenjang pendidikan
masuk diperguruan tinggi. Itu bisa dilihat tingkat pendidikan dan banyaknya
tenaga pengajar yang berprofesi sebagai pengajar tetap.
1. Jenjang pendidikan di malakaji
Penyimpanagan perilaku dihampir semua sektor kehidupan telah
menimbulkan kesdaran bahwa “pendidikan karakter” sangatlah penting, bukti
bahwa sistem pendidikan kita telah gagal mencapai tujuanya. Bahkan,
kegagalan ini seolah tidak ada jalan keluar-krisis multidimensi. Pendidikan
seharusnya menjadi solusi bagi suatu bangsa untuk menggapai kemajuan dan
kemakmuran hakiki. Untuk mengetahui apa yang terjadi dengan sistem dan
46
praktik pendidikan, dilakaukan penelitian pada 29 madrasah aliyah yang ada di
kudus. Hasil penelitian menunjukkan nahwa konsep pendidikan karakter
sesungguhnya memiliki kesamaan substantive dengn system pendidikan
madrasah, perbedaanya terletak pada nilai yang dijadikan petunjuk. Konsep
pendidikan karakter secara filosofis mengacu pada kebenaran antropesentris,
dan madrasah merujuk pada teosentris (agama). Secara sosio-histiris system
pendidikan madrasah adalah model pendidikan berbasis karakter yang cocok
untuk untuk kondisi di indonesia.
Salah satu fungsi pendidikan secara umum yaitu proses memanusiakan
manusia dalam rangka mewujudkan budanyanya. Manusia di ciptakan dalam
keadaan fitrah. Fitrah dal Al-Qur’an pada dasarnya memiliki arti potensi yaitu
kesiapan manusia untuk menerima kondisi yang ada disekelilingnya dan
mampu menghadapi tantangan serta mempertahankan dirinya untuk service
dengan tetap berpedoman kepada Al-Qur’an dan sunnah.
Pendidikan yang ada dimalakaji nuansa keislamanya sangat ketat,
menjunjung tinggi nilai-nilainya agama baik sekolah umum maupun madrasah,
terutama di sekolah madrasah tsanawiyah yapit malakaji dan MAN malakaji
gowa, yang nilai-nilai keislamanya masih sangat menonjol, dan masih sangat
diutamakan dalam kehidupan sehari-hari fungsi agama islam bertujuan untuk
menumbuhkan dan meningkatkan keimanan melalui pemberian dan pemuputan
pengetahuan, penghayatan, pengalaman, seta pengalaman peserta didik
tetantang agama islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus
47
berkembang dalam hal keimanan, ketaqwaanya, berbangsa dan bernegara serta
untuk dapat melanjutkan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
D. Lokalitas Malakaji
Lokalitas malakaji merupakan suatu wilayah yang terletak di salah satu
kecamatan tompobulu kab. Gowa dengan populasi penduduk yang cukup padat itu
terlihat dari keadaan area pemukiman sepanjang jalan sudah hampir dipenuhi oleh
rumah, kelurahan malakaji diketahui adalah wilayah dataran tinggi, dengan
sebagian besar masyarakat menaruh hidupnya pada bidang pertanian dan pedagang
seta sebagian kecil adalah pegawai, bahsa sehari-hari yang dingunakan masyarakat
dikelurahan malakaji kabupaten gowa adalah makassar dan bahasa konjo hal itu
terjadi karena dipengaruhi oleh keadaan geografis dimana kecamatan ini dimana
kecamatan ini berbatasan dengan dua kabupaten yaitu kabupaten jreneponto dan
bantaeng,sehingga terjadi penyatuan dialeg bahasa makassar dan konjo.
Kepercayaan dan agama yang dianut di kelurahan malakaji kecamatan tompobulu
kabupaten gowa, secara keseluruhan beragama islam dengan kultur masyarakat
yang cukup maju, dapat kita jumpai rutinitas keseharianya diwarnai dengan
beribadatan secara berjmaah, sehingga peryaan-perayaan hari besar islam tidak ada
yang terlewatkan untuk di peringati setiap tahunya.
Kelurahan malakaji kecamatan tompobulu juga merupakan wilayah kabupaten
gowa yang terletak di pelosok dataran tinggi dan berada pada kaki gunung
lompobattang dengan kultur masyarakat sudah disentuh dengan pengaruh
globalisasi membuat pola pikir masyarakat sedikit terkesan dalam nuansa
48
kehidupan di kota, sehingga dikala berbicara dengan kebudayaan yang melekat
pada pola hifup masyarakat kelurahan malakaji itu sudah terkikis dengan sikap
apatisme masyarakat terhadap nilai-nilai kekeluargaan yang semestinya menjadi
ciri khas suatu daerah. Pola pikir masyarakat akan mempengaruhi gaya hidup
dalam berinteraksi antara individu yang satu dengan yang lainya. Sehingga
membentuk sebuah jalinan harmonisasi hubungan antara timbal balik dalam
nuansa kekeluargaan akan mengantarkan pola hidup bermasyarakat yang baik,
dengan itu masyarakat di kelurahan malakaji kewcamatan tompobulu kabupaten
gowa akan senatisa bersinergi dan tetap membudayakan warisan nenk moyang
sebagai azimat peninggalan yang harus dijunjung tinggi meski masyarakatnya
sudah terhigomoni dengan pengaruh zaman kekinian akan tetap mempertahankan
kebudayaan . salah satu kebudayaan yang masih dijunjung tinggi oleh masyarakat
kelurahan malakaji di kecamatan tompobulu kebupaten gowa diantaranya:
a. sikap gotong royong
b. nialai spritual
c. kesenian
49
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Penerimaan Masyarakat terhadap Kawin Lari
a. Bangaimana proses Penerimaan Masyarakat terhadap Kawin Lari
Dalam kehidupan masyarakat, semua tindakan manusia dibatasi oleh aturan
untuk berbuat dan berperilaku sesuai dengan sesuatu yang dianggap baik oleh
masyarakat, terkadang masih kita jumpai tindakan-tindakan yang tidak sesuai
dengan aturan yang berlaku pada masyarakat, misalnya perilaku kawin lari yang
marak terjadi kalangan masyarakat.
Kawin lari tidak hanya dikenal suku atau adat makassar, bugis, mandar dan
torja saja tetapi juga suku lainya yang ada di indonesia hanya saja yang
membedakan adalah sanksi adat yang di terapkan pada kedua pelaku kawin lari.
Kawin lari adalah apabila gadis atau perempuan dengan pemuda laki-laki setelah
lari bersama-sama atas kehendak bersama . kawin lari perkawinan yang dilakukan
antara sepasang laki-laki dan perempuan setelah sepakat lari bersama.,
perkawinan mana yang menimbulkan siri’ bagi keluarganya khususnya bagi
keluarga perempuan, dan padanya dikenakan sanksi adat.
Silariang itu unsur-unsurnya sebagai berikut, dilakukan dengan
perempuan, sepakat lari bersama untuk menikah, menimbulkan siri’ dan
dikenakan sanksi. Dan dapat disimpulkan bahwa kawin lari adalah suatu bentuk
perkawinan yang dilakukan tanpa didahului peminangan atau pertunangan secara
49
50
resmi. Walaupun kedua pasangan kawin lari ini menyadari bahwa tindakan
kawin lari ini penuh dengan resiko, tetapi itulah jalan terbaik baginya untuk
membina rumah tangga dengan kekasihnya kelak.
“masyarakat di kelurahan malakaji menganggap pernikahan adalah sesuatu yang sangat sakral dan perbuatan yang baik entah itu dalam hukum islam atau dalam hukum adat yang berlaku karena pernikahan merupakan hal yang sangat di sukai oleh Allah dan termasuk sunnatullah hal yang paling tidak disukai oleh masyarakat yaitu kawin lari karena itu termasuk hal yang memalukan dan anak yang tidak mempunyai moral sama sekali” (observasi/15/08/2019)
Masyarakat malakaji menaganggap pernikahan merupakan hal yang sangat
di sukai oleh masyarakat atau agama terutama pada Allah dan pernikahan
merupakan sunnatullah yang berlaku untuk semua mahluk Allah SWT yang
bernyawa, adanya pernikahan bertuan untuk memperoleh kebahagiaan dan
kesejahteraan lahir batin menuju kebahgiaan dan dunia akhirat. Perkawinan
merupakan hal yang sangat sakral dan agung dalam perjalanan hukum manusia
yang dalam islam disebut dengan mitsaqan qhalidan, yaitu akad yang sangat kuat
untuk mentaati perintah Allah dan melaksanakanya merubakan ibadah. Dan hal
yang paling tidak disukai oleh masyarakat kelurahan malakaji adalah kawin lari
karena kawin lari merupakan hal yang sangat memalukan.
“Proses penerimaan perilaku kawin lari di masyarakat kelurahan malakaji
ini memang masih kental dengan sanksi adatnya berbeda dengan daerah lain yang mungkin menganggap perbuatan tersebut sepele akan tetapi di daerah makassar khususnya di kelurahan malakaji masih menganggap bahwa perilaku kawin lari haru melalui tahap melakukan sanksi adat agar bisa dapat di terima di masyarakat karena makassar terkenal dengan siri’
na pacce”(observasi/15/08/2019)
51
Berdasarkan observasi diatas bahwa sanksi adat yang ada di kelurahan
malakaji masih sangat kental karena menyangkut masalah harga diri dan nama
baik dalam masyarakat dan keluarga penerimaan tersebut melalui proses agar bisa
di terima oleh masyrakat salah satunya harus mendapatkan sanksi adat yang sudah
diatur. Dikelurahan malakaji masih terasa adat istiadatanya yang kental yang
mungkin tidak bisa di tinggalkan begitu saja oleh msyarakat setempat karena
memang ini adalah adat istiadat di kelurahan ini.
Masyarakat dikelurahan malakaji merupakan masyarakat yang sangat
mematuhi hukum adat adat dan msyarakat kelurahan malakaji sanagat patuh
terhadap aturan yang ada yang sudah diatur oleh masyarakat yang dianggap
percaya seperti halnya kawin lari yang yang harus mematuhi hukum adat yang
berlaku.
Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak yang berinisial Baharuddin 40
tahun sebagai lurah mengatakan bahwa;
“Proses penerimaan masyarakat terhadap perilaku kawin lari dikelurahan ini memang miris kenapa saya bilang begitu karena memang itu perbuatan yang memalukan dan mencoreng nama baik keluarga, untuk diterima dimasyarakat disini biasanya dikenakan sanksi adat” (D.1.Wawancara,16, agustus).
Menurut informan diatas proses penerimaan masyarakat terhadap perilaku
kawin lari harus dikenakan sanksi adat yang berlaku di masyarakat kawin lari
termasuk hal yang tercela dan memalukan yang mencoreng nama baik keluarga.
Sanksi adat yang dikenakan dimalasyarakat malakji ini merupakan hal yang
harus dipatuhi oleh orang yang melakukan kawin lari di kelurahan ini dan harus
52
betul-betul mematuhi juga syarat-syarat yang diajukan oleh oleh ketua adat atau
pemerintah yang ada dikelurahan malakaji dan penerimaan di kelurahan malakji
juga harus diikuti dengan cara yang benar dan harus sesuai dengan syarat dan
ketentuan, penerimaan masyarakat dalam perilaku kawin lari juga harus adanya
restu orang tua dan adanya ketentuan-ketentuan oleh pihak keluarga misalkan
tentang uang panai’ yang akan di bawah ke pihak perempuan setelah itu beru di
tentukan bagaimana baiknya.
Adapun wawancara dengan masyarakat berinisial SR 40 tahun selaku
masyarakat malakaji mengatakan bahwa:
“Pihak laki-laki pergi kerumah perempuan berbicara baik-baik kalau disetujui maka akan di carikan waktu dan meminta uang panai’ sesudah
itu di tentukan pestanya baru setelah itu di panggilah yang bersangkutan dan di tanya bahwa pihak kawin lari telah di terima di masyarakat dan memang harus di terima karena sesuai dengan aturan yang ada”(D.2.Wawancara 16, agustus)
Menurut informan diatas mengatakan bahwa Sebelum diterimanya pelaku
kawin lari ini harus meminta izin kepada pihak keluarga menyediakan uang
panai’ dan melalui aturan yang telah di terapkan dari kelurahan malakaji
sehingga bisa diterima di pihak keluarga dan masyarakat setempat dan kalau ada
pelaku kawin lari yang tidak bisa memenuhi maka pihak dari dari laki-laki harus
berbicara dengan baik lagi dengan pelaku kawin lari agar bisa diterima oleh
masyarakat atau pihak dari keluarga perempuan dan orangtua siperempuan.
53
Sedangkan menurut bapak yang berinisial Abdul Rajab 35 tahun selaku
ketua RT di kelurahan malakaji mengatakan bahwa:
“Penerimaan kawin lari disini diboyanggi baji’na mae ri tau toana dan
jaman sekarang itu tidak adami lagi sistem tampar atau di buang karena kita merasa kasihan apalagi orang tuanya toh kalau masalah masyarakat itu sudah mereka menerima karena pihak pelaku kawin lari sudah bercerita baik-baik pada pihak masyarakat dan menuruti peraturan yang berlaku masyarakat juga merasa kasihanki kalau anak orang dibiarkan begitu saja tanpa kedua orang tuanya.(D.3.Wawancara, 16 agustus)
Menurut informan diatas salah satu syarat untuk menerima pelaku kawin
lari yaitu tercapainya kesepakatan baik dari pihak orangtua masing-masing
maupun masyarakat. Dan jika sebelumnya syarat untuk menerima pelaku kawin
lari yaitu dengan melakukan kekerasan fisik maka saat ini tidak diberlakukan lagi
syarat tersebut dikarenakan terlalu berlebihan. Dizaman dulu kekerasan yang
berlaku di tentang kawin lari memamng sangat miris karena banyak yang
dibunuh gara-gara melakukan hal yang memalukan dan tidak menghargai
keluarganya dan sanksi adat dulu ini biasanya mengeluarkan mereaka dari kartu
keluarga agar tidak mencoreng lagi nama baik keluarganya dan membersihkan
namanya dari keluarga mau tidak mau pihak dari pelaku kawin lari harus
menerima itu semua karena ini konsekuensi dari masyrakat dan pihak keluarga
yang telah memalukan dan sanksi adat juga harus siterima.
54
Kemudian data dokumen yang di dapatkan oleh peneliti berupa yang
Silaring:
“Sanksi adat yang ditujukan pada pelaku silariang memang kejam, yakni
bisa saja terjadi pembunuhan atau luka berat, tetapi bagi orang yang tahu aturan adat istiadat, mereka harus mengetahui aturan main yang berlaku” (D1/Dokumen/Zainuddin Tika, Siri’ dan Silariang). Sanksi adat pada pelaku kawin lari memang sangat miris dan sanksi adat
juga ini tidak bisa berupa pembunuhan atau luka yang berat bagi pelaku kawin
lari harus tau aturan yang berlaku. Walaupun sudah mendapat restu dari kedua
orangtuanya serta sudah dinikahkan oleh penghulu, tetapi bukan berarti persoalan
sudah selesai. Masih banyak tantangan yang harus dihadapi oleh para pelaku
kawin lari itu, belum bisa terlepas juga yang namnya sanksi adat sebelum acara
Abbaji.
Dan perlu kita sadri yaitu proses penerimaan di kelurahan malakaji ini
merupakan proses yang sangat panjang karena harus ada sanksi adat dan pelaku
kawin lari meminta maaf pada pihak keluarga terlebih dahulu dan mengurus
persyaratan yang sudah diatur oleh masyarakat setempat.
Memang konsekuensi kawin lari ini cukup berat dihadapi karena nyawa
taruhanya selama mereka tidak datang meminta maaf atai baik, terkadang orang
yang melakukan kawin lari biasa ada yang tidak pulang meminta maaf walaupun
telah menikah secara resmi di tempat dimana mereka melakukan kawin lari
bersama. Proses permintaan maaf ini tidak boleh dilakukan sendiri-sendiri karena
harus melalui tokoh masyarakat yang disegani.
55
2. Tanggapan tentang Kawin Lari
Proses perkawinan orang makassar pada dasarnya dilakukan secara
normatif sesuai ketentuan hukum agama maupun hukum adat yang mengatur
prosesi perkawinan, misalnya kedua pihak yang akan menikah melakukan
tahapan peminangan. Akan tetapi proses normatif perkawinan ini kadang
dilanggar oleh warga karena beberapa alasan yang melatar belakanginya, baik
karena hubungan mereka tidak direstui oleh orang tuanya atau keluarganya
maupun karena penentuan uang panai’ yang relatif mahal sehingga sebagian
masyarakat menenpuh jalan pintas yang disebut dengan kawin lari perbuatan ini
dianggap menyimpang atau bertentangan dengan hukum adat.
Pada dasarnya kawin lari merupakan kehendak berdua laki-laki dan
perempuan namun demikian persoalanya yaitu tetap menimbulkan siri’dari pihak
kawin lari yang senantiasa mempunyai kewajiban menurut prosedur adat
membunuhh orang yang salah perdamaian belum tercapai sebagai akibat larinya
gadis bersama seorang pemuda pujaanya. Hal ini di pandang sebagai tantangan
dan penghinaan terhadap kehormatan pihak keluarga perempuan tersebut, namun
sebenrnya perginya seorang gadis bersama pria pujaanya atas dasar kehendk
bersama tetapi pihak laki-laki tetaplah disalalahkan sehingga disebut sebagi
pihak orang yang salah.
56
Pihak pelaku kawin lari tetap pada pendirianya untuk memisahkan
hubungan kedua pihak, beranggapan bahwa perbuatan kawin kari itu akan
berdampak buruk pada nama baik orang tua atau merupakan aib bagi keluarga.
“tradisi kawin lari dikelurahan malakaji ini seorang wanita pergi dengan
seorang laki-laki tanpa disertai dengan mahramnya dan faktor yang paling banyak sehinggah melakukan kawin lari di kelurahan malakji ini yaitu faktor yang tidak direstui dan perbuatan yang dilarang oleh agama”(observasi/14/08/2019).
Kawin lari di kelurahan malakaji biasnaya laki-laki membawa
siperempuan untuk lari dari rumahnya dan biasnya juga laki-laki memaksa pihak
perempuan untuk mengikuti kemauan dari sipihak laki-laki karena laki-laki takut
akan hal yang akan dilakukan oleh keluarga perempuan karena piahak laki-laki
menhamili siperempuan dan laki-laki tersebut mau tidak mau harus bertanggung
jawab, yang jadi masalah disini oihak dari laki-laki biasanya takut bertanggung
jawab hanya karena faktor ekonomi dan adanya faktor yang namanya strata
sosial dari pihak laki-laki. Kawin lari biasanya disebut dengan hal yang
memalukan sekali dan biasa di cap dengan sebutan orang yang tidak punya
moral.
“Kawin lari merupakan hal yang menyimpang dimata semua orang dan
hal yang sangat memalukan bagi keluarga apalagi keluarga kita adalah keluarga yang masih kental dengan jiwa adatnya”(observasi/14/08/2019)
Menurut observasi diatas kawin lari merupakan perbutan yang
menyimpang dan kawin lari merupakan perbuatan yang tidak di sukai oleh
masyarakat karena merusak nama baik keluarga karena adat istiadat dikrlurahan
57
malakaji masih sangat kental dan di masyarakat malakaji ini sangat kental
dengan adatnya, dan asnagat patuh dengan hukum adat yang berlaku disana.
Hal ini seperti yang di ungkapkan oleh bapak yang berinisial SR 45 tahun
selaku masyarakat di kelurahan malakaji yang menyatakan bahwa:
“Tanggapan saya tentang kawin lari di kelurahan malakaji yaitu
perbuatan yang tidak baik karena setengah mati orangtua carik uang, usaha untuk membiayai sekolah supaya dapat ijazah untuk hidupnya dan nanti masa depanya, jadi tidak baik” appasirik bija
pammanakang”(D.1.Wawancara 19 agustus)
Menurut informan diatas kawin lari adalah hal yang menyimpang karena
orangtua stengah mati mencari nafkah untuk anak mereka akan tetatpi anaknya
memperlakukan hal yang tercela dan kawin lari ini bisa merusak masa depan dan
itu sangat memalukan untuk keluarga mereka dan mereka juga sanagat malu
karena msih sekolah dan anaknya sudah melakukan hal yang tercela dan banyak
orang tua yang merasa kesal terhadap anknya sendiri dan terlalu lama untuk
memaafkan anak mereka karena ini adalah siri’ bagi keluarga apalagi keluarga
yang merupakan keturunan keluarga yang sangat di kenal di kelurahan tersebut
otomatis keluarga merasa sudah di permalukan.
Seperti yang di ungkapkan oleh informan yang berinisial JN 23 tahun
selaku pelajar di kelurahan malakaji mengatakan bahwa:
“Tanggapan saya tentang kawin lari yaitu tidak baik karena membuat
masa depan kita hancur dan tidak bisa menggapai cita-cita kita sebagai anak pelajar dan salah satu perilaku yang menyimpang”(D.2.Wawancara,19 agustus)
58
Menurut informan diatas mengatakan bahwa bahwa: perilaku kawin lari
bukan hanya memalukan tetapi bisa menghancurkan masa depan bangsa kita
secara perlahan dan cita-cita merekapun yang mereka mimpikan hancur hanya
karena nafsu belaka yang menurut masayarakayt hal yang tidak masuk akal
dalam kawin lari. Kawin lari di kelurahan ini juga kebnayakan anak sekolah yang
masih duduk di bangku SMP dan SMA. Yang sangat miris juga mereka kawin
lari itu hanya karena tidk ingin kekasihnya lepas dari dirinya dan pemikiran
keduanya jan satu satunya yaitu kawin lari bersama kekasihnya.
Seperti yang di ungkapkan ibu yang berinisial MR 45 tahun selaku
masyarakat di kelurahan malakaji mengatakan bahwa:
“Tanggapan saya tentang kawin lari yaitu salah satu perbuatan yang
tidak baik karena membuat kita malu dan yang namanya kawin lari itu tidak ada baiknya di mata orang-orang dan agama tentunya kaarena itu termasuk aib di lingkungan masyrakat dan Bertentangan dengan norma dan agama”(D.3.Wawancara,19 agustus)
Menurut informan diatas mengatakan bahwa: kawin lari merupakan yang
bertentangan dengan agama dan hukum adat dan yang namanya kawin lari bukan
perbuatan baik dimata masyarakat dan termasuk dengan aib di mata keluarga dan
dimasyarakat. Dan setalah melakukan kawin lari juga dimata masyarakat kita
hanyalah orang tidak ada moral ataupun pendidikan atau mereka berfikir dia tidk
di didik baik oleh oramg tua mereka sehinggah masyarakat menganggap orang
yang kawin hal yang tmemalukan.
59
kawin lari merupakan hal yang menyimpang dan memalukan orangtua
dan masyarakat karena kawin lari bertentangan dengan norma dan adgama dan
dapat merusak masa depan anak bangsa dan menghancurkan cita-cita anak
bangsa.Umumnya kawin lari dalam masyarakat kelurahan malakaji dianggap
sebagai hubungan rasa cinta yang mengalami hambatan dari pihak orang tua dan
kerabat karena masih ada sebagian masyarakat yang menentukan pilihan
pasanganya dan kurangnya sosialisasi bersama anaknya dan adanya faktor
ekonomi, yang mengakibatkan anak tersebut kawin lari.
“tradisi kawin lari dalam perkawinan adat apabila ditinjau dari prespektif isalm kawin lari bertentangan dengan Al-Quran dan hadits karena islam tidak mengaenal istilah kawin lari, karena hukum islam memerintahkan bagi kaum perempuan untuk tidak keluar rumah tanpa disertai dengan muhrimnya, bertentabagan dengan perintah untuk berbakti pada orangtua, hukum islam melarang, yang bukan muhrim untuk tinggal bersama, pihak perempuan tidak boleh memberatkan pihak laki-laki untuk membawa mahar” (D.1/dokumen/Diah Eka Susanti/skripsi/tradisi kawin lari dalam perkawinan adat)
Dalam perkawinan adat bertentangan dengan Al-Quran dan hadits karena
islam tidak mengenal istilah yang dinamakan dengan kawin lari kerena,1 hukum
islam memrihtakan agar kaun hawa tidak keluar rumah tanpa disertai dengan
muhrimnya,2 harus berbakti pada kedua orangtua karena dengan adanya kawin
lari orangtua merasa kecewa dan sakit hati terhadap apa yang diperbuar oleh
anaknya,3 melarang pria dan wanita yang bukan muhrimnya untuk tinggal
berdua karena dikhawatirkan akan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan dan
mendekati zina,4 tuntunan ajaran islam uang mahar pemberian suami kepada
60
calon istri disesuaikan dengan kemampuan calon suami dan tidak boleh
memberatkanya.
Sehubungan dengan pembahasan sebelumnya dapat dimaknai dalam
hukum adat yang berlaku pada pihak kawin lari bukan hanya perilaku yang
menyimpang saja atau tidnakan yang tidak masuk akal akan tetapi kita harus
belajar dari apa yang kita lihat sekarang yang bisa merusak kita dimasa depan
kita harusnya kita juga meperhatiakn diri kita sendiri jangan sembarangan
bergaul apalagi pergaulan yang bebas dan kita harus mentatti kedua orangtua.
B. Pembahasan
1. Penerimaan Masyarakat terhadap Perilaku Kawin Lari
Berdasarkan hasil penelitian di lapangan dalam proses penerimaan
masyarakat terhadap perilaku kawin lari di kelurahan malakaji kecamatan
tompobulu kabupaten gowa dapat di simpulkan bahwa untuk menerima perilaku
kawin lari di masyarakat kelurahan malakaji harus dikenakan sanksi adat yang
berlaku di masyarakat dan tercapainya kesepakatan orang tua masing-masing,
dan pada zaman dulu pebnerimaan perilaku kawin lari biasanya di lakukan deng
kekerasan fisik tapi denga zaman sekarang di fikiran masyarakat adalah
perbuatan yng berlebihan karena kedua orang yang melakukan kawin lari sudah
menjalankan konsekuensinnya dengan baik.
Kawin lari merupakan perbuatan yang tercela, sehingga untuk menerima
para pelaku kawin lari terlebih dahulu harus di kenakan sanksi adat menurut
Bapak Baharuddin S.M sebagai lurah. Menurut saya kawin lari merupakan hal
61
yang sangat tidak benar untuk berada pada kasus masyarakat apalagi memalukan
orangtua dengan cara kawin lari harusnya juga pelaku kawin lari harus dihukum
secara berat karena merupakan hal yang meamlukan dalam lingkungan
masyarakat dan sekitarnya dan mencoreng nama baik dan menurut saya harus
mememnuhi semua peraturan yang ada dimasyarakat kelurahan malakji seperti
dahulu yang di cambuk atau di pukul baru di terima di masyarakat supaya orang
yang melihat hukuman sebelum diterima tersebut punya rasa agar anaknya tidak
melakukan hal yang memalukan dan harus benar-benar meminta maaf kepada
orang tua mereka.
Sebelum diterimanya pelaku kawin lari ini meminta izin kepada pihak
keluarga menyediakan uang panai’ dan melalui aturan yang telah diterapkan dari
kelurahan malakaji sehingga bisa diterima dari pihak keluarga dan masyarakat
setempat. Menurut ibu yang bernama ibu Sohra 40 tahun. Manurut saya
penerimaan perilaku kawin lari dengan adanya konsekuensi seperti yang di
paparkan ibu sohra memang harus ada langkah-langkahnya supaya piahak kawin
lari mendapatkan jera bahwa kawin lari tersebut tidak baik di mata masyarakat
apalagi di kelurahan malakaji dan langkah-langkah ini harus di sepakati oleh
pihak orang yang melakukan kawin lari.
Salah satu syarat untuk tercapainya penerimaan perilaku kawin lari ini
adanya kesepakatan baik dari pihak prang tua masing-masing maupun
masyarakat dan jika sebelumnya syarat untuk menrima pelaku kawin lari yaitu
dengan melakukan kekerasan maka saat ini syarat tidak di berlakukan lari di
62
karenakan sudah berlebihan, menurut bapak Abd. Rajab selaku ketua RT di
kelurahan malakaji. Menurut saya penerimaan ini harus ada hukuman yang jera
untuk para pelaku kawin lari dan biarpun masyrakat mersa ini berlebihan tapi
inilah jalan terbaik bagi perilaku kawin lari karena sudah melakukan perbuatan
yang tercela dan harusnya masyrakat tidak boleh menrima dulu pelaku kawin lari
sebelum selesai di hukum.
Dampak yang di timbulkan kawin lari dikelurahan malakaji yaitu
kurangnya sosialisasi kemasyrakat terutama untuk anak-anak muda karena kalau
kita selalu bersosialisasi kemasyarakat pasti banyak pengalaman dan
pengetahuan dan memahami adanya pendidikan karena tidak adanya pendidikan
pasti fikiran kita juga bakalan terarah kefikiran yang negatif dan faktor
terjadinya kawin lari yaitu adanya pergaulan bebas yang tidak didasari oleh
pendidikan dan tidak adanya pemahan yang mendalam dan juga adanya suka
sama suka dan faktor yang terlalu jadi perhatian di masyarakat yaitu faktor
ekonomi yang berlebihan dan kasta, ras juga yang bisa menyebabkan orang kwin
lari.
Adapun peneliti melihat bahwa ada beberapa Faktor yang paling banyak
menyebabkan dan mempengaruhi kawin lari pada kelurahan malakaji yaitu
Faktor yang pertama:Menentang perjodohan (kawin paksa) kebiasaan sebagian
orang tua, dalam mencarikan jodoh anknya selalu mencari dari luar keluarga
dekat, baik itu sepupuh satu kali, dua kali dan tiga kali. Tujuanya agar harta
warisan itu tidak jatuh keluar. Faktor yang kedua: faktor ekonomi yang
63
berlebihan faktor ketiga yaitu: lamaran ditolak, orang tua dari pihak perempuan
menolak lamaran pihak laki-laki yang melamar anak gadisnya, hal yang
menyebabkan ditolaknya pihak alki-laki yaitu perbedaan strata sosialnya dalam
masyarakat. Apalagi jaman sekarang semua orang mengejar yang namnya dunia
saja bukan akhirat. Faktor keempat:perilaku yang tak sesuai harapan orang tua
salah satu pihak teatapi menurut saya setiap orang tua menginginkan yang terbaik
untuk anknya hidup bahagia kelak, untuk bahagia itu juga harus mencari calon
suami dari yang baik-baik pula. Bilamana orang tua melihat kehidupan pemuda
yang melamar anaknya tingkah lakunya buruk maka orang tua menolaknya.
Faktor kelima: pergaulan bebabs, kalangan remaja jaman sekarang khususnya di
kelurahan malakji selalu mencari hal-hal yang bersifat instan atau mereka hanya
bertindak sesuai dengan naluri dalam dirinya tanp memikirkan dampak yang
akan terjadi pada apa yang mereka lakukan. Pergaualan bebas yang dialakukan
oleh remaja tdak terlepas dari pengaruh lingkungan, kurangnnya perhatian
keluarga.
Perlu kita ketahui juga tentang kawin lari di kelurahan malakaji ini
kebanyakan anak dibawah umur dan lebih sadisnya kawin lari di keluarahan
malakaji tersebut hamil diluar nikah dan yang paling banyak yaitu anak remaja
yang melakukan mereka sementara sekolah dan mereka tidak mementingkan lagi
pendidikan mereka orangtua pelaku kawin lari melarang anaknya melakukan
hubungan mereka karena persoalan kasta dan dan strata sosial yang bisa
menyebabkan kedua pelaku kawin lari dan kebanyakan juga di kelurahan ini
64
tidak direstui karena keluarga pelakukawin lari biasanya tidak jelas, misalnya
tidak adanya pekerjaan yang jelas dari laki-laki sehingga keluarga perempuan
tidak merestui mereka dan pergaulan laki-laki bebas sehingga keluarga
perempuan tidak rela anaknya menikah dengan laki-laki yang pergaulanya terlalu
bebas yang bisa menjerumuskan anak mereka yang ke arah yang salah, akan
tetapi pelaku kawin lari tidak memikirkan hal tersebut karena mereka berfikir
mereka saling mencintai satu sama lain
Dalam suku bugis makassar kawin lari sudah ada pada zaman dulu tapi
zaman dulu sanksi adat yang berlaku di masyarakat sangat keras, karna ini
masalh siri’ yang sudah ada sejak dulu orang malakji sangat peka sekali sebab
salah sedikit nyawa taruhanya, orang zaman dulu tidak mau harga dirinya di
injak. Injak oleh orang lain, kapan ada anak gadisnya dilarikan maka bukan
hanya bapaknya, juga keluarga perempuan mersa tersinggung karena siri’nya di
injak-injak oleh pihak laki-laki yang mebawanya dan zaman dulu sanksi adat
yang berlaku biasanya berakhir dengan maut. Tapi yang saya lihat zaman
sekarang kurang peduli dengan kasus kawuin lari dan merasa bodoh kenapa
karena yang saya lihat yang panting bisa mngurus semunya dan persyaratan
hukum adat selesai maka semuanya bisa berjalan dengan lancar.itulah bedanya
hukum adat jaman sekarang dan jaman dulu tentang hukuman kepada pelaku
kawin lari seharusnya hukum adat yang ada dikelurahan malakaji ini harus lebih
ketat karena kawin lari merupakan hal yang tidak dinginkan oleh pihak
masyarakat apalagi pihak keluarga pelaku kawin lari.
65
Sesuai dengan teori yang yang dijadikan dasar mengenai proses
penerimaan masyarakat terhadap perilaku kawin lari yaitu teori penyimpangan
sosial teori ini berpandangan Dari uraian tersebut penulis menyimpulkan bahwa
hubungan antara teori yang dikemukakan oleh Gillin yaitu teori penyimpangan
sosial yang memberi pengertian bahwa perilaku menyimpang adalah perilaku
yang menyimpang dari norma dan nilai sosial keluarga dan masyarakat yang
menjadi penyebab atau memudarnya ikatan solidaritas kelompok.
Dengan kata lain penyimpangan sosial terciptanya nilai dan norma yang
berlaku di keluarga dan masyarakat agar masyarakat selalu menjaga ikatan
solidaritasnya, hal ini sejalan dengan perilaku kawin lari merupakan kehendak
laki-laki dan perempuan, namun demikian persoalanya tetap menimbulkan siri’
bagi pihak yang senantiasa melakukan kewajiban prosedur adat. Proses
penerimaan masyarakat terhadap perilaku kawin lari yaitu dikenakan sanksi yang
sudah diterapakan oleh masyarakat atau tokoh agama yang ada di kelurahan
malakaji sebelumnya syarat untuk di terimanya perilaku kawin lari dengan cara
melakukan kekerasan tetapi cara tersebut tidak di berlakukan lagi di karenakan
terlalu berlebihan dan yang penting semua permintaan maaf sudah dilakukan
sehingga bisa diterima oleh pihak keluarga dan masyarakat. Di makassar hukum
adat masih tetap berlaku pada pelaku kawin lari berbeda dengan suku-suku lain
yang menerima secara terhormat perbuatan tersebut.
66
2. Tanggapan tentang Kawin Lari
Berdasarkan hasil penelitian di lapangan mengenai Tanggapan
Masyarakat Tentang Kawin Lari kelurahan malakaji kecamatan tompobulu
kabupaten gowa dapat disimpulkan bahwa kawin lari merupakan tindakan yang
menyimpang di kalangan masyarakat dan bisa membuat masa depan rusak bagi
bangsa ini dan bertentangan agama dan hukum adat yang berlaku pada
masyarakat.
Kawin lari adalah hal yang menyimpang karena orang tua stegah mati
mencari nafkah untuk anak mereka akan tetapi anknya memperlakukan hal yang
tercela dan kawin lari itu bisa meruksak masa depan dan perilaku kawin lari
bukan hanya memalukan tetapi memalukan atau menghancurkan masa depan
secara perlahan dan bertentangan dengan agama dan hukum adat .
Menurut peneliti kawin lari adalah perilaku yang sangat menyimpang
karena memiliki sifat yang sangat di cela oleh oihak masyarakat dan keluarga
apalagi sama maha pencipta yaitu Allah SWT harusnya kawin lari ini harus di
cegah dikarenakan dapat merusak nilai moral yang berlaku dimasyarakat apalagi
bertentangan dengan hukum adat yang sudah di tetapkan. Kaum wanita
umumnya merasa takut, takut akan sanksi adat yang bakalan di hadapinya,namun
karena rasa cinta yang merasuk dalam dirinya, sehingga rasa takut itu hilang ia
nekat untuk melakukan yang namanya kawin lari apalagi kalau ia sudah tahu bila
orang tuanya sudah tidak merestui dengan laki- laki yang dicintainya maka
pelaku kawin lari memaksa pihak laki-laki menikahinya secara cepat.
67
Di kelurahan malakaji ini banyak anak-anak putus sekolah di karenakan
mereka kawin lari dibawah umur ada yang kawin lari umur 14 dan ada yang
kawin lari sejak umur 17 tahun, mereka melakukan ini semua dikarenakan tiadak
adanya restu dari orang tua dan adanya perbedaan umur diantara pelaku kawin
lari, dan sekarang mereka merasa menyesal karena melihat teman-temanya sudah
menggapai cita-cinta mereka cuman bisa melihatnya adapun penyebab
terjadinya kawin lari yang miris di kelurahan malakaji ini yaitu hamil diluar
nikah padahal perempuan ini masih sekolah di SMA dan mereka terpaksa kawin
lari karena pihak laki-laki juga tidak bisa melamar pacarnya faktornya adalah
uang panai’ mahal dan faktor strata sosial dan pergaulan bebas maka mereka
mengambil jalan pintas denagan melakukan kawin lari yang konsekuensinya
sangat berat bagi mereka dan Harusnya orang tua sanagat berperan disini
dikarenakan orang tua harus tegas dalam mendidik anak-anknya karena ini
menyangkut masa depan si anak.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi membawa dampak pada
sistem perkawinan adat makssar baik kawin secara adat maupun kawin lari.kawin
lari zaman dulu bertemu antara jejaka dan gadis sudah sangat sulit apalagi
bergaul bebas seperti sekarang ini. Namun sekarang ini pergaulan muda mudi
sangat jauh beda sekarang sudah banyak alat telekomunikasi yang super canggih
yang bisa digunakan untuk berkomunikasi dengan kekasihnya, kapan dan
dimanapun, mulai dari telepon, internet, HP hingga alat telekomunikasi lainya.
68
Dalam kasus diatas dapat kita lihat bahwa banyak alasan ketidak setujuan
orang tua misalnya beda umur, tidak layak untuk anaknya baik dilihat dari segi
pendidikan maupun dari segi kasta maupun agama dari salah satu ketidak
setujuan ini akibat salah satu dari calon tidak memilki pekerjaan yang tetap atau
tinggi. Perempuan yang hamil diluar nikah di kelurahan malakji ini merupakan
faktor yang tinggi terjadinya kawin lari dan wanita tersebut masih berpendidikan
atau sekolah sehingga hamil di luar nikah.
Menurut peneliti selaku peneliti yang pernah melihat pasangan yang
kawin lari terutama kawin lari pada saat usia remaja atau masih sekolah akan
mengalami kesulitan dalam menacari pekerjaan atau kebutuhan ekonomi, karena
pernikahan itu perlu adanya persiapan yang matang baik dari segi psikologis
maupun dari segi ekonomi, dengan demikin pelaku kawin lari ini perlu adanya
kesiapan dan kedewasaan bersama karena mengaatasi rumah tangga mungkin
rumit apalagi pemikiran masih labil dan dapat menimbulkan maslah besar dalam
rumah tangganya.
Kasus seperti ini di kelurahan malakaji sudah banyak terjadi, apalagi
pergaulan muda mudi sudah tidak dibatasi lagi cenderung bebas dlam bergaul,
mereka sudah bisa saling berkunjung kerumah teman pria atau wanitanya atau
bertemu di tempat yang sifatnya sangat rahasia, disanalah mereka kadang
memadu cinta untuk merasakan apa arti nikmatnya cinta.
Upaya pencegahan kawin lari dikelurahan malakaji, upaya ini terbilang
sangat sulit karena membutuhkan pihak ketiga atau jalur mediasi, misalnya
69
melibatkan imam untuk meminta persetujuan oarangtua atau keluarga salah satu
pihak agar mau menjadi wali nikah. Untuk mencegah kawin lari di kelurahan ini
salah satu dari pendidikan yang harus ada pendekatan budaya, budaya itu yang
kita tahu mungkin kita menyarankan orang tuanya bahwa saya mencintai si A
coba kita datang melamarnya, kalau memang pihak laki-laki tiadak ada restu nah
itu mungkin bisa dilakukan oleh anka muda untuk kawin lari.
Dampak yang didapat bagi si pelaku kawin lari di kelurahan maklakaji
khususnya yang masih berpendidikan yaitu: hilangnya cita-cita mereka, merasa
malu di masyarakat dan pada teman-tamannya, dan kurangngnya sosialisasi
bersama keluarga sang suami karena merasa tidak disukai dan tidak di anggap
menantu, kawin lari merupakan hal yag memang bertentangan dengan agama dan
hukum adat dan agama yang namanya kawin lari bukan perbuatan yang baik
dimata masyarakat, dan setelah melakukan kawin lari juga dimata masyarakat itu
adalah perbuatan orang yang tidak mempunyai moral ataupun pendidikan
sehungga mereka berfikir pendek untuk melakukan hal tersebut sehingga kawin
lari dianggap hal yang sangat memalukan oleh masyarakat sekitar.
Zaman sekarang mungkin susah untuk mendidik anak remaja secara tegas
di karenakan teknologi yang semakin canggih, tapi apa salahnya kita
bersosialisasi sama anak dan dekat dengan lingkungan sekitar mengenalkan anak
hal-hal yang positif dan menjauhkan anak ke hal yang negatif. Dang
menghilangkan hal-hal yang menjodohkan tidak mengikatkan atau memberatkan
70
pada uang panai’ yang mahal , dan tidak menolak lamaran yang datang dari
pasangan anak gadisnya hanya karna alasan beda strata sosial dalam keluarganya.
Kawin lari juga di kelurahan malakaji mengakibatkan nama keluarga di rusak
oleh anaknya sendiri . pada dasarnya kawin lari merupakan kehendak berdua
laki-laki dan perempuan namun demikian persoalanya yaitu tetap menimbulkan
siri’ dari pihak kawin lari yang senantiasa mempunyai kewajiban menurut
prosedur adat membunuh orang yang salah perdamaian belum tercapai sebagaia
akibat larinya gadis bersama orang yang yang dicintainya
Dari uaraian tersebut peneliti menyimpulkan bahwa hubungan antara
teori yang dikemukakan oleh Max Weber yaitu tindakan sosial, menurut peneliti
tindakan ini sangat relevan dengan topik penelitian. Teori tindakan termasuk di
dalm salah satu paradigma sosiologi.teori tindakan dibagi menjadi 4 tipe yaitu
rsionalisme, intrumental, rasionalitas yang beroriontasi nilai, tindkan rasional dan
tindakan afektif. Di antara tipe tersebut, teori tindakan afektif lebih tepat
dingunakan untuk membahas topik penelitian. Tipe tindakan ini ditandai oleh
dominasi perasaan atau emosi tanpa refleksi intelektual atau perencanaan, yang
sada, seseorang yang sedang mengalami perasaan meluap-luap seperti cinta,
kemarahan, ketakutan atau kegembiraan, dan secara spontan mengungkapkan
perasaan itu tanpa refleksi, berati sedang memperlihatkan tindakan afektif.
Tindakan itu benar-benar tidak rasional karena kurangnya pertimbangan logis,
idiologi, akan kriteria rasinalitas lainya.
71
Seperti halnya pasangan yang mealakukan kawin lari dengan cara hanya
karena perasaan emosi yang meluap luap dapat dikatakan sebagai keputusan
yang hanya sanngat memalukan dari pasangan tersebut. Keputusan untuk
melakukan kawin lari perlu di fikirkan secara logis supaya tidak berakibat fatal
bagi diri kita sendiri. Pasangan yang kawin lari pada usia remaja rentan terhadap
perceraian.
72
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarakan hasil penelitian dan pembahasan tentang penerimaan
masyarakat terhadap perilaku kawin lari dan tanggapan masyarakat tentang
perilaku kawin lari dapat disimpulkan bahwa.
Penerimaan masayarakat terhadap perilaku kwin lari proses
penerimaan masyarakat terhadap perilaku kawin lari dikelurahan malakaji
biasanya dikenakan sanksi adat dan harus di kenakan sanksi adat setelah
dikenakan sanksi adat. Proses penerimaan kawin lari ini sudah meminta izin
kepada kedua orangtua menyediakan uang panai’ dan menentukan hari baik
mereka menggelar acara pesta sudah setujui oleh kedua orang tua mereka
barulah mereka panggil pemerintah untuk memberitahukan kalau pelaku
kawin lari sudah diterima dan melaksanakan aturan yang sudah berlaku. Dan
sekarang sistem kekerasan oleh pihak pelaku kawin lari tidak lagi mengalami
kekerasan oleh masyarakat dan keluarga karena semua telah dibicarakan
dengan baik.
Tanggapan masyarakat tentang kawin lari yaitu orang yang
memalukan orangtua atau orang yang tidak ada malunya dan orang yang
menyimpang dan bertentangan dengan norma dan agama yang berlaku dalam
masyarakat, kawin lari biasanya terjadi karena salah satu pihak keluarga yang
tidak menyetujui mereka berdua dengan masalah latar belakang kasta dan
72
73
strata sosial yang tidk bisa membahagiakan keluarganya nati, kawin lari juga
biasa disebut dengan sepasang laki-laki dan perempuan, sepakat lari bersama
untuk menikah, menimbulkan siri’ dan dikenakan sanksi dan dapat juga
disimpulakan bahwa kawin lari adalah suatu bentuk perkawinan yang
dilakukan tanpa didahului peminangan atau pertunangan secara resmi atau
formal. Dan kawin lari bukan hanya karena nafsu belaka yang menurut
masyarakat hal yang tidak masuk akal dalam kawin lari. Kawin lari juga
bertentangan dengan norma dan agama dan dapat merusak anak bangsa dan
masa depan kelak nanti kawin lari bjuga memiliki sifat yang sangat tercela
oleh masyarakat dan pihak keluarga.
B. Saran
1. Bagi Keluarga diharapkan orang tua harusnya memberikan kebebasan kepada
mereka menentukan pilihan pasangan hidupnya masing-masing tanpa
memberikan persyaratan-persyarakatan yang justru hanya memberatkan
padahal seharusnya mempermudah, seperti menjodohkan, menetapkan uang
panai’ yang tinggi, atau memilih milih calon yang ideal, dan pihak orang tua
juga harus memberikan pendidikan yang baik dan mengarahkan anak untuk
tidak terjerumus kedalam peristiwa kawin lari
2. Bagi pemerintah khususnya kelurahan malakaji kecamatan tompobulu
kabupaten gowa diharapkan memberikan pemahaman terhadap
masyarakatnya agar kawin lari tidak terjadi lagi karena menimbulkan dampak
negatif, bahkan sampai pada timbulnya tindakan penggaran hukum.
74
3. Bagi masyarakat diharapkan harus lebih memahami lagi tentang kawin lari
yang ada di kelurahan malakaji
75
DAFTAR PUSTAKA Baso, Munassir Beta, Ridwan Syam, Zainuddin Tika (2009), sejarah tompobulu,
lembaga kajian dan penulisan sejarah budaya sulawesi selatan. Creswell.(2012). pendekatan kualitatif, kuantitattif, Yogyakarta: putaka belajar. Diah Eka Novia Susanti (2013), Tradisi Kawin Lari dalam Perkawinan Adat dan
Kompilasi Hukum. Skripsi Stain Salatiga. Khairunnisa,(2017) Dampak Praktek Kawin Lari Terhadap Kehidupan Keluarga Pada
Masyrakat Kecematan Ketapang Kbupaten Gayo Lues. skipsi Uin Ar-Raniry Darussalam Band aceh
Natsir Said, Moh Mr,( Makassar 1962) Siri’ dalam Hubungannya dengan
Perkawinan di Masyarakat Mangkasara di Sulawesi Selatan, P,Sejahtera. Nursalam, Suardi dan Syarufuddin. (2016).Teori Sosiologi Klasik, Modern,
Posmodern, Saintifik, Hermeneutik, Kritis, Evaluatif, dan Integratif. Yogyakarta: writing revolution.
Puput Nurmarhama,(2018) Ekasistensi Perkawinan Silariang dalam Perspektif
Hukum Adat di Desa Kapita Kecamatan Bangkala Kabupaten Jeneponto, jurnal.
Syukri Daeng Limpo, Moh. Drs,( 09 Desember 1984) Artikel masalah Kawin Lari,
SKU Mimbar Karya. Sinarti,(2017) Legalitas Wali Nikah Kawin Lari Perspektif Hukum Islam dan
Kompilasi Hukum. Skripsi UIN Alauddin Makassar Zainuddin Tika dan M. Ridwan Syam,( Juli 2004) Silariang:Pustaka Reflesi, Tulisan
SKM Brakara weng Pos. Zainuddin Tika,( Jakarta 1989) Siri dan Silariang, suatu tinjauan analisis
kriminologi. http://id.wikipedia.org/wiki/perilaku_menyimpang http://sosiologipedia.com./2017/01/teori-teori-penyimpangan-sosial.html?m=1 http://sihitamspeak-wprdpress-com.cdn.ampproject.org
75
76
http://id.m.wikipedia.org/wiki/kawin_lari
http://dkv.binus.ac.id/2015/05/2018/teori-kontruksi-dan-realitas-sosial http://www.bincangedukasi.com/12-ciri-orang-terdidik/
L
A
M
P
I
R
A
N
DAFTAR INFORMAN
Berikut ini daftar informan yang ditemui oleh peneliti dalam melakukan
penelitian di kelurahan malakaji kecamatan tompobulu kanupaten gowa:
NO NAMA INFORMAN UMUR KETERANGAN 1. Baharuddin. S,M 40 Tahun
Lurah malakaji
2. Abd. Rajab 45 tahun
RT
3. Sohra, S.Pd 40 tahun
Masyarakat malakaji
4. Muh. Syarif 45 tahun
Masyarakat malakaji
5. Mirawati 35 tahun
Masyarakat malakaji
6. Rosmina 35 tahun
Masyarakat malakaji
7. Hamsinah 40 tahun
Masyarakat malakaji
8. Nuraeni 17 tahun
Pelajar
9. Darniati 23 tahun
Pelaku kawin lari
10. Fitriani 19 tahun
Pelaku kawin lari
11. Nur jannah 20 tahun Pelaku kawin lari
PEDOMAN WAWANCARA
Daftar wawancara ini bertujuan sebagai pedoman untuk mempermudah
mengumpulkan bukti tentang Penerimaan Masyarakat Terhadap Perilaku Kawin Lari
(Study Kasus orang terdidik Kel. Malakaji Kec. Tompobulu Kab. Gowa)
A. Identitas Informan
1. Nama:
2. Umur:
3. Pendidikan:
4. Pekerjaan:
B. Pertanyaan untuk imam Kelurahan Malakaji Kec. Tompobulu Kab. Gowa
1. Apa yang menyebabkan sehingga terjadinya yang namanya kawin lari?
2. Bagaimana proses penerimaan masyarakat terhadap perilaku kawin lari
3. Apa tanggapan anda tentang adanya perilaku kawin lari?
4. Apakah ada kesulitan menikahkan orang yang kawin lari
5. Apakah ada solusi agar tidak terjadi yang namanya kawin lari terkhusus untuk
anak-anak jaman sekarang yang sementara berpendidikan?
6. Apa yang anda ketahui tentang kawin lari?
PEDOMAN WAWANCARA
Daftar wawancara ini bertujuan sebagai pedoman untuk mempermudah
mengumpulkan bukti tentang Penerimaan Masyarakat Terhadap Perilaku Kawin Lari
(Study Kasus orang terdidik Kel. Malakaji Kec. Tompobulu Kab. Gowa)
A. Identitas Informan
1. Nama:
2. Umur:
3. Pendidikan:
4. Pekerjaan:
B. Pertanyaan untuk RT/RW Kelurahan Malakaji Kec. Tompobulu Kab. Gowa
1. bagaimana proses penerimaan masyarakat terhadap perilaku kawin lari?
2. Bagaimanakah tanggapan anda tentang adanya kawin lari di kelurahan ini?
3. Apa ada dampak tersendiri bagi anda tentang adanya kawin lari di kelurahan
ini?
4. Apakah ada solusi sehingga tidak terjadi yang namanya kawin lari?
PEDOMAN WAWANCARA
Daftar wawancara ini bertujuan sebagai pedoman untuk mempermudah
mengumpulkan bukti tentang Penerimaan Masyarakat Terhadap Perilaku Kawin Lari
(Study Kasus Kel. Malakaji Kec. Tompobulu Kab. Gowa)
A. Identitas Informan
1. Nama:
2. Umur:
3. Pendidikan:
4. Pekerjaan:
B. Pertanyaan untuk Masyarakat dan Pelajar Kelurahan Malakaji Kec.
Tompobulu Kab. Gowa
1. Apakah termasuk asli dari kelurahan malakaji atau cuman pendatang saja?
2. Sudah Berapa lama anda tinggal di kelurahan ini?
3. Apakah anda pernah melihat atau menyaksikan secara langsung tentang
proses terjadinya kawin lari?
4. Apa faktor sehingga terjadinya kawin lari?
5. Bagaimana pendapat anda tentang adanya kawin lari ini di kelurahan ini?
6. Apakah ada solusi untuk tidak terjadi yang namanya kawin lari?
7. Bagaimana proses penerimaan masyarakat kelurahan ini terhadap perilaku
kawin lari?
8. Apa yang anda ketahui tentang kawin lari?
PEDOMAN WAWANCARA
Daftar wawancara ini bertujuan sebagai pedoman untuk mempermudah
mengumpulkan bukti tentang Penerimaan Masyarakat Terhadap Perilaku Kawin Lari
(Study Kasus orang terdidik Kel. Malakaji Kec. Tompobulu Kab. Gowa)
A. Identitas Informan
1. Nama:
2. Umur:
3. Pendidikan:
4. Pekerjaan:
B. Pertanyaan untuk orang yang mealakukan kawin lari Kelurahan Malakaji
Kec. Tompobulu Kab. Gowa
1. Faktor apa yang menyebabkan sehingga anda melakukan kawin lari?
2. Bagaimana proses dalam melakukan kawin lari?
3. Apa dampak setelah melakaukan kawin lari?
4. Bagaimana proses anda kembali ke keluarga anda?
5. Apakah ada penyesalan tersendiri bagi anda melakukan kawin lari?
TABEL INTERPRETASI
NO KONSEP HASIL WAWANCARA TEORI KESIMPULAN 1. Proses
penerimaan masyarakat terhadap perilaku kawin lari
“pihakna buraknea na battui ballana bainea akbicara baji’-baji’ punna
disetujuimi diatoro’ mi
waktunna nampa di pappalakki doek panai’lekbaki injo di
tentukanmi pole allo pakborong-borongna nampa di kio pammarentaiyyapunna inne tau assilariangga kullemi di tarima baji’na ,
punna di terima di masyarakat memang haruski di terima kare yang penting sesuai dengan aturan yang ada”
Penyimpangan sosial dan kontruksi sosial
satu syarat untuk menerima pelaku kawin lari yaitu tercapainya kesepakatan baik dari pihak orangtua masing-masing maupun masyarakat. Dan jika sebelumnya syarat untuk menerima pelaku kawin lari yaitu dengan melakukan kekerasan fisik maka saat ini tidak diberlakukan lagi syarat tersebut dikarenakan terlalu berlebihan.
2. “proses penerimaan masyarakat terhadap perilaku kawin lari dikelurahan ini memang miris kenapa saya bilang begitu karena memang itu perbuatan yang memalukan dan mencoreng nama baik keluarga, untuk diterima dimasyarakat disini biasanya dikenakan sanksi adat
penerimaan masyarakat terhadap perilaku kawin lari harus dikenakan sanksi adat yang berlaku di masyarakat kawin lari termasuk hal yang tercela dan memalukan.
3. “penerimaan kawin lari disini diboyanggi baji’na
mae ri tau toana dan
salah satu syarat untuk menerima pelaku kawin lari
jaman sekarang itu tidak adami lagi sistem tampar atau di buang karena kita merasa kasihan apalagi orang tuanya toh kalau masalah masyarakat itu sudah mereka menerima karena pihak pelaku kawin lari sudah bercerita baik-baik pada pihak masyarakat dan menuruti peraturan yang berlaku masyarakat juga merasa kasihanki kalau anak orang dibiarkan begitu saja tanpa kedua orang tuanya.
yaitu tercapainya kesepakatan baik dari pihak orangtua masing-masing maupun masyarakat. Dan jika sebelumnya syarat untuk menerima pelaku kawin lari yaitu dengan melakukan kekerasan fisik maka saat ini tidak diberlakukan lagi syarat tersebut dikarenakan terlalu berlebihan.
4. Tanggapan masyarakat terhadap kawin lari
“tanggapan saya tentang
kawin lari di kelurahan malakaji yaitu perbuatan yang tidak baik karena setengah mati orangtua carik uang, usaha untuk membiayai sekolah supaya dapat ijazah untuk hidupnya dan nanti masa depanya, jadi tidak baik”
appasirik bija pammanakang”
kawin lari adalah hal yang menyimpang karena orangtua stegah mati mencari nafkah untuk anak mereka akan tetatpi anaknya memperlakukan hal yang tercela dan kawin lari ini bisa merusak masa depan.
5. “tanggapan saya tentang
kawin lari yaitu tidak baik karena membuat masa depan kita hancur dan tidak bisa menggapai cita-cita kita sebagai anak pelajar dan salah satu perilaku yang
perilaku kawin lari bukan hanya memalukan tetapi bisa menghancurkan masa depan
menyimpang bangsa kita secara perlahan.
6. “tanggapan saya tentang
kawin lari yaitu salah satu perbuatan yang tidak baik karena membuat kita malu dan yang namanya kawin lari itu tidak ada baiknya di mata orang-orang dan agama tentunya kaarena itu termasuk aib di lingkungan masyrakat” Bertentangan dengan norma dan agama
kawin lari merupakan yang bertentangan dengan agama dan hukum adat dan yang namanya kawin lari bukan perbuatan baik dimata masyarakat dan termasuk dengan aib di mata keluarga dan dimasyarakat.
INSTRUMEN WAWANCARA
Wawancara dengan lurah malakaji
Nama: Baharuddin S.M
Umur: 35 tahun
Pendidikan: s2
Pekerjaan: Lurah
1. bagaimana proses penerimaan masyarakat terhadap perilaku kawin lari?
proses penerimaan masyarakat terhadap perilaku kawin lari dikelurahan ini memang miris kenapa saya bilang begitu karena memang itu perbuatan yang memalukan dan mencoreng nama baik keluarga, untuk diterima dimasyarakat disini biasanya dikenakan sanksi adat
2. Bagaimanakah tanggapan anda tentang adanya kawin lari di kelurahan ini?
Tanggapan saya tentang kawin lari yaitu sesuatu perbuatan yang tercela dan memalukan.
3. Apa ada dampak tersendiri bagi anda tentang adanya kawin lari di kelurahan ini?
mencemari nama baik kelurahan malakaji dan keluarga dari pihak pelaku kawin lari
4. Apakah ada solusi sehingga tidak terjadi yang namanya kawin lari?
Perbanyak sosialisasi terutama untuk anak muda jaman sekarang dan memahami adanya pendidikan
Wawancara Rt lingkungan malakaji
Nama: Abdl Rajab
Umur: 40 tahun
Pendidikan: SMA
Pekerjaan: RT dan petani
1. bagaimana proses penerimaan masyarakat terhadap perilaku kawin lari?
penerimaan kawin lari disini diboyanggi baji’na
mae ri tau toana dan jaman sekarang itu tidak adami lagi sistem tampar atau di buang karena kita merasa kasihan apalagi orang tuanya toh kalau masalah masyarakat itu sudah mereka menerima karena pihak pelaku kawin lari sudah bercerita baik-baik pada pihak masyarakat dan menuruti peraturan yang berlaku masyarakat juga merasa kasihanki kalau anak orang dibiarkan begitu saja tanpa kedua orang tuanya
2. Bagaimanakah tanggapan anda tentang adanya kawin lari di kelurahan ini?
Tau panrak
3. Apa ada dampak tersendiri bagi anda tentang adanya kawin lari di kelurahan ini?
Ada dampaknya injo na pakasiriki kampongga
4. Apakah ada solusi sehingga tidak terjadi yang namanya kawin lari?
Orang tua harusnya tidk membiarkan anaknya bergaul bebas apalagi selalu kaluyuran kalau malam sama pacarnya toh kalau anak perempuan itu di jaga bulkan d lepaskan bagitu saja.
Wawancara masyarakat
Nama:Muh. Syarief
Umur:45
Pendidikan:SMA
Pekerjaan:Petani
1. Apakah termasuk asli dari kelurahan malakaji atau cuman pendatang saja?
Saya asli orang disini
2. Sudah Berapa lama anda tinggal di kelurahan ini?
Saya tinggal disini sejak kecil sekitar 44 tahun
3. Apakah anda pernah melihat atau menyaksikan secara langsung tentang proses terjadinya kawin lari?
Ia saya pernah menyaksikan
4. Apa faktor sehingga terjadinya kawin lari?
Biasanya faktornya itu, di beda umur dan tidak di restui oleh orang tuanya
5. Bagaimana pendapat anda tentang adanya kawin lari ini di kelurahan ini?
Tau tena siri’na
6. Apakah ada solusi untuk tidak terjadi yang namanya kawin lari?
Solusinya untuk anak muda jaman sekrang toh kurangin pergaulan
7. Bagaimana proses penerimaan masyarakat kelurahan ini terhadap perilaku kawin lari?
pihak laki-laki pergi kerumah perempuan berbicara baik-baik kalau disetujui maka akan di carikan waktu dan meminta uang panai’
sesudah itu di tentukan pestanya baru setelah itu di panggilah yang bersangkutan dan di tanya bahwa pihak kawin lari telah di terima di masyarakat dan memang harus di terima karena sesuai dengan aturan yang ada”
8. Apa yang anda ketahui tentang kawin lari?
Kawin lari itu peristiwa yang kurang menyenangkan di masyarakat
Wawancara bersama orang yang melakukan kawin lari
Nama: Darniati
Umur: 23
Pendidikan: smp
Pekerjaan: IRT
Melakukan kawin lari pada umur 19 tahun
1. Faktor apa yang menyebabkan sehingga anda melakukan kawin lari
Saya melakukan kawin lari itu karena faktor beda umur yang sangat jauh dan saya melakukan kawin lari itu saat saya amasih sekolah maksudnya belum cukup umur karena pengaruh pergaulan bebas juga
2. Bagaimana proses dalam melakukan Prosesku banyak karena harus bicara
kawin lari
baik2 dulu sama yang ku temani kawin lari setelah sepakat, maka kita kawin lari
3. Apa dampak setelah melakaukan kawin lari
Dampaknya yah masih takut keluar rumah karena masih merasa malu pada masyarakat
4. Bagaimana proses anda kembali ke keluarga anda
Mengurus permintaan maaf dan apparuru bajik-bajik mange ri kluarga laki-laki dan meminta kelancaran
5. Apakah ada penyesalan tersendiri bagi anda melakukan kawin lari?
Pastinya ada, semua orang yang pernah kawin lari pasti merasakan penyesalan, tapi lambat laun bisa dijalani dengan baik.
Wawancara bersama orang yang melakukan kawin lari
Nama: nur jannah
Umur: 20 tahun
Pendidikan: SMP
Melakukan kawin lari pada umur 17 tahun
1. faktor apa yang menyebabkan sehingga anda melakukan kawin lari?
Faktor yang vmenyebabkan saya sehingga melakukan kawin lari yaitu ibu saya melarang saya pacaran karena mereka ingin menjodohkan sya dengan sepupu dua kali saya sehingga saya melakukan kawin lari
2. Bagaimana proses anda dalam melakukan kawin lari?
Saya memaksa pacar saya untuk menikahi saya padahal kita masih sama-sam berstatus masih sekolah dan pacar sya tidak bisa dan pada akhirmnya saya menelfon pacar saya untuk ingin melakukan kawin lari walaupun itu terpaksa
3. Apa dampak setelah melakukan kawin lari Dampak bagi saya yaitu masih malu berkumpul deengan kerabat apalagi keluarga dari ibu dan merasa malu dengan masyarakat sekitar.
4. Bagaimana proses anda kembali ke keluarga anda
Proses saya kembali ke keluarga saya pasti sangat panjang karena keluarga saya keturunan karaeng hukum adatnya itu harus di lalui beberapa tahap misalnya harus dilakukan hukum adat dan melalui proses yang namnya appalak baji’ dan lain-lain
5. Apakah ada penyesalan tersendiri bagi anda melakukan kawin lari
Saya merasa menyesal karena sudah mempermalukan keluarga sya salah saya juga sebenrnya karena ingin terlalu cepat mengambil keputusan yang salah dan tidak cerita baik-baik dengan keluarga
Wawancara dengan orang yang melakukan kawin lari
Nama: fitriani
Umur: 19
Pekerjaan: IRT
Melakukan kawin lari sejak umur 17 tahun
1. Faktor yang menyebabkan anda sehingga anda menyebabkan kawin lari?
Faktor yang menyebabkan saya kawin lari yaitu karena saya beda umur dengan suami saya, suami sya umunya 30 tahun sedangkan saya baru berumur 17 tahun sehingga orang tua saya tidak meresrtui saya denga suami saya makanya saya melakukan kawin lari.
2. Bagaimana proses anda dalam melakukan kawin lari
Proses waktu saya melakukan kawin lari yaitu sya befikir dengan suami sya untuk
melakukan hal yang tercela ini karena kita beda umur, dan pada saat itu rumah sedang sunyi dan saya menulis surat untuk ibu saya dan tidal lama kemudian saya d di telfon oleh suami saya untuk melakukan kawin lari, karena ini msalah cinta saja.
3. Apa dampak setelah melakukan kawin lari?
Dampaknya yah masih teringat dengan kesalahan yang pernah saya alami dengan suami saya tapi alhamdulillah saya sudah bahagia dengan keluarga kecil saya walaupun sampai sekarang suami sya masih di benci oleh ibu saya
4. Bagaiman proses anda kembali ke keluarga anda?
Proses kemabali saya yaitu lama sekali sekitar hampir satu tahun karena ibu saya berfikir panjang untuk memaafkan saya dan pada saat saya kembali suami saya di tampar oleh keluarga besar saya sehingga suami saya sakit dan pada saat itu saya kemabli dn tinggal dengan mertua saya tidak tinggal dengan ibu sya karena ibu sya masih membenci suami saya sampai sekarang.
5. Apakah ada penyesalan tersendiri bagi anda melakukan kawin lari?
Saya dengan suami saya menyesal akan tetatpi kami selalu berdoa agar anak kami tidak melakukan hal yang tercela seperti yang kita lakukan.
PEDOMAN OBSERVASI
Berdasarkan hasil observasi yang dilakaukan oleh peneliti, peneliti
menemukan dilapangan bahwa penerimaan perilaku kawin lari
dikelurahan malakaji kecamatan tompobulu selain dengan adanya
sanksi adat mmasyarakat juga menrapkan syarat berupa mahar dan
uang panai bagi pelaku kawin lari dan juga harus menerima hukuman dari keluarga
ataupun masyarakat setempat.
Aturan ini diberlakukan untuk orang yang telah melakukan kawin lari di
kelurahan malakaji selain pemberian sanksi adat biasanya masyarakat kelurahan
malakaji ini tidak menganggap lagia anaknya.
Orang yang melakukan kawin lari harusnya tahu apa itu kawin lari dan apa
yang akan dirasakan nanti jangan sampai menyesal dikemudian hari karena itu bisa
mengakibatkan rentang perceraian apalagi sekarang kebanyakan pergaulan bebas dan
tidak direstui oleh orang tua mereka.
DOKUMENTASI
1. Wawancara bersama bapak lurah malakaji
2. Wawancara dengan ketua RT
3. Wawancara dengan masyarakat setempat
4. Wawancara dengan orang yang melakukan kawin lari
RIWAYAT HIDUP
Murni, Lahir di Malakaji, pada tanggal 09 September 1996.
Merupakan anak pertama dari 2 bersaudara dari buah kasih sayang
pasangan Tama’ Dg. Lalang dan Hamsinah. Penulis menempuh
pendidikan Sekolah Dasar di SD Inpress Malakaji dan lulus pada
tahun 2009. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan sekolah menegah
pertama di SMPN 1 Tompobulu Kab. Gowa, lulus pada tahun 2012. Kemudian
penulis melanjutkan pendidikan di MAN 1 GOWA dan tamat pada tahu 2015. Pada
tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan di Universitas Muhammadiyah
Makassar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Jurusan Pendidikan Sosiologi dan
berhasil lulus di program Strata 1 (S1) Kependidikan. Pada tahun 2019 penulis
menyelesaikan studi dengan gelar sarjana pendidikan dengan menyusun karya ilmiah
(skripsi) yang berjudul “Penerimaan Masyarakat terdahap Perilaku Kawin Lari (Study
Kasus Orang Terdidik di Kelurahan Malakaji Ke. Tompobulu Kab. Gowa)”