PENERAPAN TERAPI BERMAIN LILIN KELOMPOK ANAK USIA PRASEKOLAH TERHADAP TINGKAT KECEMASAN SAAT...

download PENERAPAN TERAPI BERMAIN LILIN KELOMPOK ANAK USIA PRASEKOLAH TERHADAP TINGKAT KECEMASAN SAAT TINDAKAN INJEKSI DI RSUD dr. SOESELO KAB. TEGAL

of 7

Transcript of PENERAPAN TERAPI BERMAIN LILIN KELOMPOK ANAK USIA PRASEKOLAH TERHADAP TINGKAT KECEMASAN SAAT...

  • 8/18/2019 PENERAPAN TERAPI BERMAIN LILIN KELOMPOK ANAK USIA PRASEKOLAH TERHADAP TINGKAT KECEMASAN SAAT TIND…

    1/7

    PENERAPAN TERAPI BERMAIN LILIN KELOMPOK ANAK USIA PRASEKOLAHTERHADAP TINGKAT KECEMASAN SAAT

    TINDAKAN INJEKSI DI RSUD dr. SOESELO KAB. TEGAL

    Wisnu Widyantoro1 , Anggun Yunisa Jasmin2

    1,2Program Studi Ilmu Keperawatan dan Ners, STIKes Bhakti Mandala Husada Slawi*Corresponding author  : [email protected] 

     Abstrak 

    Latar Belakang : Kecemasan pada anak yang dirawat di rumah sakit dikarenakan perlukaantubuh dan rasa nyeri saat tindakan injeksi. Reaksi penolakan karena kecemasanmenyebabkan anak takut terhadap pengobatan yang diberikan, anak sering menangis dantidak kooperatif pada petugas kesehatan. Pemberian terapi bermain lilin malam pada saatsebelum diberikan tindakan injeksi dapat menjadikan diri anak lebih senang dan nyaman

    sehingga berkurangnya stress dan ketegangan pada anak dapat dihindarkan.Metode : Penelitian quasi eksprerimental ini dengan kelompok kontrol dimana pada desainini terdapat dua kelompok yang digunakan untuk penelitian, yaitu kelompok pertama diberiperlakuan dan kelompok yang lain tidak diberi perlakuan. Pengumpulan data pada kelompokeksperimen yang diberikan terapi bermain lilin saat tindakan injeksi yaitu di kamar kelas 3dan kelompok kontrol yaitu kamar kelas 2 dan kamar isolasi yang tidak diberikan terapibermain lilin pada saat injeksi yang masing-masing kelompok sebelum diberi terapi injeksidiukur tingkat kecemasan  dengan menggunakan alat ukur Mc Murtry faces anxiety scale.Sampel dalam penelitian ini adalah anak usia prasekolah berumur 3  – 6 tahun sebanyak 24anak yang dirawat di ruang Anggrek RSUD dr. Soeselo Kabupaten Tegal. Data dianalisisdengan uji chi square goodness of fit.Hasil : Kelompok eksperimen yang tidak mengalami kecemasan setelah dilakukan terapi

    bermain lilin saat injeksi sebanyak 75%, kecemasan ringan 8.3%, kecemasan sedang 8.3%,kecemasan berat8.3%, dan kecemasan sangat berat/panik 0%. Kelompok kontrol yang tidakdilakukan terapi bermain lilin saat injeksi, yang tidak mengalami kecemasan 16.7%,kecemasan ringan 0%, kecemasan sedang 8.3%, kecemasan berat 25%, dan yangmengalami kecemasan sangat berat/panik 50%. Ada pengaruh terapi bermain lilin terhadaptingkat kecemasan pada anak usia prasekolah saat tindakan injeksi.Kesimpulan : Terdapat perbedaan antara tingkat kecemasan anak usia prasekolah yangdiberikan terapi bermain lilin dengan yang tidak diberikan terapi bermain lilin.

    Kata Kunci : Terapi Bermain Lilin, Tingkat Kecemasan

    mailto:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]

  • 8/18/2019 PENERAPAN TERAPI BERMAIN LILIN KELOMPOK ANAK USIA PRASEKOLAH TERHADAP TINGKAT KECEMASAN SAAT TIND…

    2/7

  • 8/18/2019 PENERAPAN TERAPI BERMAIN LILIN KELOMPOK ANAK USIA PRASEKOLAH TERHADAP TINGKAT KECEMASAN SAAT TIND…

    3/7

     Anak yang mengalami prosedur yang menimbulkan nyeri, cenderung memperlihatkan

    reaksi-reaksi perilaku negatif diantaranya anak menjadi lebih agresif dan tidak kooperatif

    atau bermusuhan dan apabila kondisi ini berlanjut, akan mengalami gangguan tumbuh

    kembangnya juga mempersulit pelaksanaan prosedur tindakan medis diantaranya

    pemberian obat injeksi (Supartini, 2005).

    Terapi bermain merupakan cerminan kemampuan fisik, intelektual, emosional, dan

    sosial dan bermain merupakan media yang baik untuk belajar karena dengan bermain,

    anak-anak akan berkata - kata (berkomunikasi), belajar menyesuaikan diri dengan

    lingkungan, melakukan apa yang dapat dilakukannya, dan mengenal waktu, jarak serta

    suara. Tujuan utama terapi bermain adalah merangsang perkembangan sensoris-motorik,

    perkembangan intelektual, perkembangan sosial, perkembangan kreativitas, perkembangan

    kesadaran diri, perkembangan moral dan bermain sebagai terapi. Salah satu fungsi terapi

    bermain tersebut merupakan nilai terapeutik, terapi bermain sangat sesuai dalam

    penerapannya pada anak selama proses hospitalisasi / perawatan di rumah sakit (Whaley &

    Wong, 2009).

    Berdasarkan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Junaidi (2013) menunjukkan

    bahwa terapi bermain merupakan terapi untuk mengobati anak yang sedang sakit

    dalam respon penerimaan pemberian obat injeksi. Dan hasil penelitian ini menunjukan

    bahwa respon penerimaan anak pada saat penyuntikan yang diberikan terapi bermain

    memiliki respon penerimaan positif yakni sebanyak 13 anak (86,7%) dan yang memberikan

    respon penerimaan negatif yakni sebanyak 2 anak (13,3%) sedangkan pada kelompok

    kontrol yang memberikan respon penerimaan positif sebanyak 1 anak (6,7%) dan yang

    memberikan respon negatif sebanyak 14 anak (93,3%), sehingga dapat diartikan bahwa ada

    pengaruh terapi bermain terhadap respon penerimaan pemberian obat injeksi pada anak pra

    sekolah di rumah sakit dimana anak yang diberikan terapi bermain lebih bagus

    penerimaannya dibanding dengan anak yang tidak diberikan terapi bermain.

    Salah satu terapi bermain yang sesuai adalah terapi bermain dengan kelompok jenis

    usia, pada salah satu kelompok usia adalah usia prasekolah, alat permainan yang tepatpada usia prasekolah yang memiliki manfaat selain untuk kebutuhan bermainnya juga dapat

    mengembangkan kemampuan motorik kasar dan halus yang lebih matang dari anak usia

    toodler (Supartini, 2012).

    Terapi bermain dengan menggunakan lilin sangat tepat karena lilin tidak

    membutuhkan energi yang besar untuk bermain, permainan ini juga dapat dilakukan di atas

    tempat tidur anak, sehingga tidak mengganggu dalam proses pemulihan kesehatan anak,

    Ngastiyah (2005). Terapi bermain lilin bertujuan untuk anak-anak dalam meningkatkan

    kemampuan memecahkan masalah, peningkatan harga diri, menurunkan kecemasan,

  • 8/18/2019 PENERAPAN TERAPI BERMAIN LILIN KELOMPOK ANAK USIA PRASEKOLAH TERHADAP TINGKAT KECEMASAN SAAT TIND…

    4/7

    pengambilan keputusan dan pengendalian impuls dan kemarahan. Anak-anak biasanya sulit

    untuk mengekspresikan perasaan mereka melalui kata-kata.

    Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh terapi bermain lilin terhadap

    tingkat kecemasan pada anak usia prasekolah saat tindakan injeksi yang dirawat di ruang

    anak.

    Metode

    Penelitian ini menggunakan desain penelitian quasi eksperimental dengan rancangan

    Posttest-only non equivalent control group. Dilakukan observasi untuk mengetahui tingkat

    kecemasan dengan menggunakan Mc Murtry faces anxiety scale berupa 5 gambar raut

    muka yang menunjukan tentang tada-tanda kecemasan. Pengumpulan data dilakukan dua

    kali yaitu kelompok yang diberi perlakuan dan yang tidak diberi perlakuan terapi bermain

    lilin. Sebelum tindakan dilakukan peneliti menjelaskan tentang pelaksanaan terapi bermain

    dengan lilin dan menanyakan kesediaan pasien menjadi responden dalam penelitian

    (informed consent ). Tindakan/intervensi dilakukan dengan menggunakan lilin atau malam

    yang digunakan untuk semua pasien anak prasekolah. Sumber data didapat dari Ruang

     Anggrek (Ruang Perawatan Anak) RSUD dr. Soeselo Kabupaten Tegal Pada kelompok

    eksperimen yang diberikan terapi bermain lilin saat tindakan injeksi yaitu di kamar kelas 3

    sebanyak 12 pasien dan kelompok kontrol yang tidak diberikan terapi bermain lilin yaitu

    kamar kelas 2 dan kamar isolasi sebanyak 12 pasien, kemudian sampel diukur tingkat

    kecemasan dengan menggunakan alat ukur Mc Murtry faces anxiety scale. Data dianalisis

    dengan rumus chi  – square goodness of fit .

    Hasil Penelitian Pembahasan

    Sebelum dilakukan uji chi  –  square goodness of fit   dilakukan uji normalitas data

    dengan uji Shapiro-Wilk . Data berdistribusi normal maka dilakukan uji homogenitas dalam

    penelitian ini kedua kelompok data mempunyai varian yang sama. Responden yang

    mengalami kecemasan pada kelompok eksperimen dan pada kelompok kontrol memiliki nilaisignifikasi homogenitas usia 0.310 dan jenis kelamin 0.661. data di atas dapat disimpulkan

    bahwa kelompok eksperimen dan kontrol memiliki varians yang sama atau homogen karena

    nilai signifikasi > 0,05.

  • 8/18/2019 PENERAPAN TERAPI BERMAIN LILIN KELOMPOK ANAK USIA PRASEKOLAH TERHADAP TINGKAT KECEMASAN SAAT TIND…

    5/7

    Tabel 1  Tingkat Kecemasan Anak Berdasarkan Kelompok Eksperimen dan KelompokKontrol Di Ruang Anggrek RSUD dr. Soeselo Slawi Tahun 2015

    Tingkat Kecemasan Anak

    Kelompok Eksperimen Kelompok Kontrol

    Frekuensi Persentase (%) Frekuensi Persentase (%)

    Tidak ada cemas 9 75.0 2 16.7Kecemasan ringan 1 8.3 0 0Kecemasan sedang 1 8.3 1 8.3Kecemasan berat 1 8.3 3 25.0

    Kecemasan sangatberat/panik

    0 0 6 50.0

    Total 12 100.0 12 100.0

    Distribusi Frekuensi Tingkat Kecemasan Anak Berdasarkan Kelompok Eksperimen

    dan Kelompok Kontrol Di Ruang Anggrek RSUD dr. Soeselo Slawi Tahun 2015 didapat

    tingkat kecemasan anak pada kelompok eksperimen yang tidak mengalami kecemasan

    setelah dilakukan terapi bermain lilin saat injeksi sebanyak sembilan responden (75%) dan

    yang mengalami kecemasan sangat berat/panik sebanyak enam responden (50%).

    Tabel 2. Hubungan Terapi Bermain Lilin Terhadap Tingkat Kecemasan pada Anak UsiaPrasekolah Saat Tindakan Injeksi Di Ruang Anggrek RSUD dr. SoeseloSlawi Tahun 2015

    Terapi Kecemasan Total P-Value

    Tidak

    cemas

    Cemas

    Ringan

    Cemas

    Sedang

    Cemas

    Berat

    Cemas

    SangatBerat/panik

    Tidakdiberi

    2 0 1 3 6 12

    0.011Diberi 9 1 1 1 0 12

    Total 11 1 2 4 6 24

    Berdasarkan uji chi square dengan menggunakan tingkat kesalahan 5% p-value 0.05

    diperoleh p-value = 0.011 ada hubungan terapi bermain lilin terhadap tingkat kecemasan

    pada anak usia prasekolah saat tindakan injeksi di ruang anggrek RSUD dr. Soeselo Slawi.  

    Reaksi anak terhadap kecemasan anak saat tindakan injeksi bersifat individual dan

    akan berbeda pada setiap usia anak. Berdasarkan hasil penelitian Apriliawati (2011) pada

    30 responden anak, terdapat hubungan sedang antara usia dan kecemasan responden.

    Semakin bertambah usia semakin tinggi tingkat kecemasan responden. Namun ada pula

    penelitian yang dilakukan menyebutkan bahwa tidak ada hubungan antara umur dengan

    tingkat kecemasan pada anak yang mengalami hospitalisasi (Brewer et. Al dalam Tsai,

    2007). Trismiati (2006) mengatakan bahwa perempuan lebih cemas akan

    ketidakmampuannya dibanding dengan laki-laki, laki-laki lebih aktif, eksploratif, sedangkan

  • 8/18/2019 PENERAPAN TERAPI BERMAIN LILIN KELOMPOK ANAK USIA PRASEKOLAH TERHADAP TINGKAT KECEMASAN SAAT TIND…

    6/7

    perempuan lebih sensitif. Penelitian lain menunjukkan bahwa laki-laki lebih rileks dibanding

    perempuan.

     Anak yang dikatakan tidak mengalami cemas apabila anak tersebut kooperatif

    terhadap perawat, tidak menangis, ada ekspresi tertentu atau senyum saat perawat

    menghampiri anak tersebut. Anak yang mengalami cemas ringan apabila anak tersebut

    sesekali meringis atau cemberut, sesekali mengeluh, timbulnya perasaan berdebar-debar,

    banyak berbicara dan bertanya perasaan relatif masih terasa aman dan tetap tenang,

    penampilan juga tetap tenang dan suara tidak tinggi. Kondisi cemas ringan umumnya

    individu masih dapat mengenal tempat, orang, dan waktu. Cemas sedang dapat ditunjukkan

    dengan adanya mulut kering, sering cemberut kadang sesekali merengek seperti mau

    menangis, badan bergetar, ekspresi wajah ketakutan, sering mengeluh atau tidak tidak

    mampu rileks, meremas-remas tangan, posisi badan sering berubah-ubah, dan banyak

    bicara dengan volume agak keras (Muscary, 2005).

     Anak sakit yang dirawat akan mengalami berbagai perasaan yang sangat tidak

    menyenangkan, seperti marah, takut, cemas, sedih dan nyeri sebagai dampak stress

    pemberian obat injeksi. Permainan anak yang dilakukan akan terlepas dari ketegangan dan

    stress yang dialaminya, anak akan mengalihkan rasa sakitnya pada permainannya

    (distraksi) dan relaksasi melalui kesenangannya dalam permainan. Tujuan bermain di rumah

    sakit adalah dapat melanjutkan tumbuh kembang selama perawatan, dapat

    mengembangkan kreativitas melalui pengalaman bermain yang tepat, dapat beradaptasi

    terhadap stress karena penyakit atau dirawat di rumah sakit, sehingga dengan adanya

    adaptasi terhadap stress yang baik dapat menurunkan stress hospitalisasi anak dan

    penerimaan terhadap pemberian obat injeksi dengan lebih baik (Supartini, 2005)

    Penutup

    Terdapat perbedaan antara tingkat kecemasan anak usia prasekolah yang diberikan

    terapi bermain lilin dengan yang tidak diberikan terapi bermain lilin tetapi diberi terapi

    penjelasan saat injeksi, dengan kata lain ada hubungan antara terapi bermain lilin dengantingkat kecemasan pada anak usia prasekolah saat tindakan injeksi di ruang anggrek RSUD

    dr. Soeselo Slawi.

    Saran untuk pihak rumah sakit khususnya tenaga perawat untuk mempertimbangkan

    pelaksanaan diterapkannya kegiatan terapi bermain menggunakan lilin malam yang dapat

    dibentuk sesuai keinginan atau imajinasi anak dan dapat dijadikan alternatif sebagai bagian

    dari proses keperawatan untuk meminimalkan rasa takut terhadap cedera tubuh dan rasa

    nyeri saat dilakukan tindakan pemberian obat injeksi.

  • 8/18/2019 PENERAPAN TERAPI BERMAIN LILIN KELOMPOK ANAK USIA PRASEKOLAH TERHADAP TINGKAT KECEMASAN SAAT TIND…

    7/7

    Ucapan Terima Kasih

    Terima kasih kami ucapkan kepada Kepala Ruang Anggrek dan rekan-rekan sejawat

    di RSUD dr. Soeselo Slawi yang telah bersedia dan membantu selama kami berada di

    Ruang Anggrek yang tidak pernah lelah dan selalu ramah dalam membantu kami untuk

    mendapatkan data yang kami inginkan.

    Daftar Pustaka

     Apriliawati. (2011). Pengaruh Terapi Bermain Terhadap Hospitalisasi pada Anak . JurnalUniversitas Indonesia. http: // digital_20280209. Diakses pada tanggal 20 Maret 2015.

    Jovan. (2007). Hospitalisasi . Diambil pada tanggal 20 Maret 2015. Available:http://jovandc.multiply.com 

    Kemenkes RI. (2012). Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2012: Laporan  Nasional 2012. Jakarta : Badan Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan Kemenkes RI.

    Muscary, M. E. (2005). Panduan Belajar : Keperawatan Pediatrik . Jakarta : EGC.

    Ngastiyah. (2005). Perawatan Anak Sakit . Ed.2. Jakarta : EGC.Potter dan Perry. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan, Konsep, Proses, dan

    Praktik  ed.4, Alih bahasa Yasmin Asih. Jakarta : EGC.Ramaiah, S. (2005). Kecemasan; Bagaimana Mengatasi Penyebabnya. Jakarta : Pustaka

    Populer Obor.Rasmun. (2009). Stress, Koping dan Adaptasi . Jakarta : EGC.Supartini, Y. (2012). Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta: EGC.Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Alfabeta.Trismiati. (2006). Perbedaan Tingkat Kecemasan Antara Pria dan Wanita. Palembang:

    Fakultas Psikologi Universitas Bina Dharma.Wong, D. L. (2007). Pedoman Klinis Keperawatan Periatric . Jakarta : EGC.

    http://jovandc.multiply.com/http://jovandc.multiply.com/http://jovandc.multiply.com/