Penerapan Sistem Dinamik pada Logistik Militer untuk...

6
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 1 Abstrak—Logistik memiliki peran yang sangat vital dalam suatu sistem pertahanan negara. Manajemen logistik yang baik akan mengatur tempo dan kekuatan internal militer. Strategi tek-nis dan taktik memberikan pola penyelenggaraan operasi militer, sedangkan logistik menyediakan sarananya. Kegiatan pada bi-dang logistik ini meliputi penyimpanan senjata, manajemen per-sonel dan penyediaan fasilitas untuk mendukung kekuatan opera-sional. Kurangnya perencanaan pada sistem perawatan senjata dan penganggaran biaya yang tidak tepat akan berakibat pada menimbulkan lemahnya persediaan senjata untuk siap tempur sehingga berujung pada lemahnya sistem pertahanan negara. Tujuan dari tugas akhir ini adalah untuk mengimplementasi- kan permodelan simulasi dalam menangani masalah sistem ma- najemen logistik khususnya pada perencanaan waktu perawatan senjata beserta biaya-biaya yang digunakan untuk perawatan maupun pendukung operasional lainnya sehingga logistik mampu mendukung lancarnya kegiatan pertahanan negara dengan ter-sedianya senjata siap pakai. Untuk menyelesaikan masalah terse-but, dilakukan sebuah pemodelan simulasi sistem dinamik yang dapat mengidentifikasi faktor-faktor internal maupun eksternal yang mempengaruhi sistem. Hasil dari penelitian ini adalah model simulasi yang dapat mencukupi kebutuhan senjata pasukan dengan waktu serta biaya perawatan yang lebih efisien. Dari hasil simulasi diketahui bahwa penambahan sebuah mesin otomatis dapat meningkatkan tingkat ketersediaan senjata menjadi dua kali lipat dan mengurangi biaya perawatan senjata sebesar 14%. Kata Kuncilogistik senjata, sistem dinamik, pemodelan dan simulasi, vensim. I. PENDAHULUAN OGISTIK merupakan kegiatan mengatur dan mengontrol arus barang, informasi, dan sumber daya lainnya, seperti produk, jasa, dan manusia, dari sumber produksi dengan tujuan mengoptimalkan penggunaan modal. Pengertian ini akan berbeda bagi sebuah instansi berbasis pertahanan, logistik dapat berubah menjadi kegiatan untuk menyimpan atau menyediakan pergerakan, suplai dan perawatan untuk pasukan beserta senjata yang akan digunakan untuk keperluan pertahanan negara. Logistik adalah proses mendapatkan jumlah yang tepat pada barang yang tepat di tempat yang tepat dan pada waktu yang tepat [N. E. Hutchinson]. Logistik merupakan jantung instansi pertahanan negara untuk itu perlu dilakukan efektivitas pemenuhan kebutuhan untuk beradaptasi dengan permintaan yang mendadak karena ancaman dari luar juga tidak dapat diduga. Logistik senjata menjadi salah satu hal yang vital bagi departemen pertahanan yang selalu harus menuntut selalu tersedianya peralatan senjata yang memadai dan layak pakai untuk mendukung usaha keamanan negara. Hal ini berkaitan dengan pemeliharaan pengadaan, personil beserta material. Logistik militer merupakan kegiatan usaha yang cukup besar serta bagian integral dari keseluruhan suatu negara sehingga banyak isu yang sering di kalangan militer [Greg H. Parlier, PhD,2002] antara lain : 1. Kurangnya kesiapan dari fungsi logistik khususnya pada ketidakpastian pasokan senjata yang mengakibatkan perencanaan yang tidak tepat, baik dalam anggaran yang digunakan maupun sumber daya lain yang dipakai. 2. Kurangnya pengoptimalan kebijakan retail untuk mencapai efficientreadiness yang menghasilkan ketidakefisienan pada pengadaan sehingga mengurangi kesiapan senjata yang akan dipakai. 3. Kelemahan dalam mengelola logistik yang berkontribusi pada pengelolaan persediaan. Oleh karena itu, peramalan waktu yang tepat dalam perawatan senjata beserta efisiensi penggunaan anggaran sangat dibutuhkan. Dalam meramalkan waktu perawatan senjata, tentunya ada beberapa faktor yang harus diperhatikan seperti jumlah senjata yang digunakan untuk perang, lamanya perawatan tiap senjata pada tiap level, biaya perawatan, jumlah tenaga kerja, beserta biaya tenaga kerja serta peralatan tambahan yang digunakan untuk perawatan senjata. Ketika perencanaan yang tepat terhadap faktor-faktor penting di atas berjalan baik, maka senjata akan siap pakai dengan kualitas yang baik setelah mendapat perawatan yang memadai sehingga umur senjata juga akan lebih lama. 1.1 Rumusan Permasalahan a. Bagaimana membuat model simulasi untuk logistik senjata sehingga dapat meningkatkan efisiensi tenaga kerja, waktu perawatan beserta biaya-biaya yang ditimbulkan? Penerapan Sistem Dinamik pada Logistik Militer untuk Meningkatkan Efisiensi Tenaga Kerja, Waktu, dan Biaya Perawatan sehingga dapat Menjaga Ketersediaan Senjata Perang Oki Nidianita Hadi 1 , dan Erma Suryani 2 Jurusan Sistem Informasi, Fakultas Teknologi Informasi, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 E-mail: [email protected] 1 , [email protected] 2 L

Transcript of Penerapan Sistem Dinamik pada Logistik Militer untuk...

Page 1: Penerapan Sistem Dinamik pada Logistik Militer untuk ...digilib.its.ac.id/public/ITS-paper-24173-5208100108-Paper.pdf · tingkat ketersediaan senjata menjadi dua kali lipat dan ...

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6

1

Abstrak—Logistik memiliki peran yang sangat vital dalam suatu sistem pertahanan negara. Manajemen logistik yang baik akan mengatur tempo dan kekuatan internal militer. Strategi tek-nis dan taktik memberikan pola penyelenggaraan operasi militer, sedangkan logistik menyediakan sarananya. Kegiatan pada bi-dang logistik ini meliputi penyimpanan senjata, manajemen per-sonel dan penyediaan fasilitas untuk mendukung kekuatan opera-sional. Kurangnya perencanaan pada sistem perawatan senjata dan penganggaran biaya yang tidak tepat akan berakibat pada menimbulkan lemahnya persediaan senjata untuk siap tempur sehingga berujung pada lemahnya sistem pertahanan negara.

Tujuan dari tugas akhir ini adalah untuk mengimplementasi-kan permodelan simulasi dalam menangani masalah sistem ma-najemen logistik khususnya pada perencanaan waktu perawatan senjata beserta biaya-biaya yang digunakan untuk perawatan maupun pendukung operasional lainnya sehingga logistik mampu mendukung lancarnya kegiatan pertahanan negara dengan ter-sedianya senjata siap pakai. Untuk menyelesaikan masalah terse-but, dilakukan sebuah pemodelan simulasi sistem dinamik yang dapat mengidentifikasi faktor-faktor internal maupun eksternal yang mempengaruhi sistem.

Hasil dari penelitian ini adalah model simulasi yang dapat mencukupi kebutuhan senjata pasukan dengan waktu serta biaya perawatan yang lebih efisien. Dari hasil simulasi diketahui bahwa penambahan sebuah mesin otomatis dapat meningkatkan tingkat ketersediaan senjata menjadi dua kali lipat dan mengurangi biaya perawatan senjata sebesar 14%.

Kata Kunci— logistik senjata, sistem dinamik, pemodelan dan simulasi, vensim.

I. PENDAHULUAN OGISTIK merupakan kegiatan mengatur dan mengontrol arus barang, informasi, dan sumber daya lainnya, seperti

produk, jasa, dan manusia, dari sumber produksi dengan tujuan mengoptimalkan penggunaan modal. Pengertian ini akan berbeda bagi sebuah instansi berbasis pertahanan, logistik dapat berubah menjadi kegiatan untuk menyimpan atau menyediakan pergerakan, suplai dan perawatan untuk pasukan beserta senjata yang akan digunakan untuk keperluan pertahanan negara.

Logistik adalah proses mendapatkan jumlah yang tepat pada barang yang tepat di tempat yang tepat dan pada waktu

yang tepat [N. E. Hutchinson]. Logistik merupakan jantung instansi pertahanan negara untuk itu perlu dilakukan efektivitas pemenuhan kebutuhan untuk beradaptasi dengan permintaan yang mendadak karena ancaman dari luar juga tidak dapat diduga. Logistik senjata menjadi salah satu hal yang vital bagi departemen pertahanan yang selalu harus menuntut selalu tersedianya peralatan senjata yang memadai dan layak pakai untuk mendukung usaha keamanan negara. Hal ini berkaitan dengan pemeliharaan pengadaan, personil beserta material. Logistik militer merupakan kegiatan usaha yang cukup besar serta bagian integral dari keseluruhan suatu negara sehingga banyak isu yang sering di kalangan militer [Greg H. Parlier, PhD,2002] antara lain : 1. Kurangnya kesiapan dari fungsi logistik khususnya pada

ketidakpastian pasokan senjata yang mengakibatkan perencanaan yang tidak tepat, baik dalam anggaran yang digunakan maupun sumber daya lain yang dipakai.

2. Kurangnya pengoptimalan kebijakan retail untuk mencapai efficientreadiness yang menghasilkan ketidakefisienan pada pengadaan sehingga mengurangi kesiapan senjata yang akan dipakai.

3. Kelemahan dalam mengelola logistik yang berkontribusi pada pengelolaan persediaan.

Oleh karena itu, peramalan waktu yang tepat dalam perawatan senjata beserta efisiensi penggunaan anggaran sangat dibutuhkan. Dalam meramalkan waktu perawatan senjata, tentunya ada beberapa faktor yang harus diperhatikan seperti jumlah senjata yang digunakan untuk perang, lamanya perawatan tiap senjata pada tiap level, biaya perawatan, jumlah tenaga kerja, beserta biaya tenaga kerja serta peralatan tambahan yang digunakan untuk perawatan senjata. Ketika perencanaan yang tepat terhadap faktor-faktor penting di atas berjalan baik, maka senjata akan siap pakai dengan kualitas yang baik setelah mendapat perawatan yang memadai sehingga umur senjata juga akan lebih lama.

1.1 Rumusan Permasalahan a. Bagaimana membuat model simulasi untuk logistik

senjata sehingga dapat meningkatkan efisiensi tenaga kerja, waktu perawatan beserta biaya-biaya yang ditimbulkan?

Penerapan Sistem Dinamik pada Logistik Militer untuk Meningkatkan Efisiensi Tenaga Kerja, Waktu, dan Biaya Perawatan sehingga dapat Menjaga Ketersediaan Senjata Perang

Oki Nidianita Hadi1, dan Erma Suryani2 Jurusan Sistem Informasi, Fakultas Teknologi Informasi, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)

Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 E-mail: [email protected], [email protected]

L

Page 2: Penerapan Sistem Dinamik pada Logistik Militer untuk ...digilib.its.ac.id/public/ITS-paper-24173-5208100108-Paper.pdf · tingkat ketersediaan senjata menjadi dua kali lipat dan ...

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6

2

b. Bagaimana membuat model skenario perencanaan jumlah senjata siap pakai sehingga dapat mendukung sistem pertahanan negara?

c. Bagaimana melakukan uji keakuratan terhadap sebuah model simulasi sistem manajemen logistik senjata militer?

1.2 Batasan Permasalahan a. Data senjata yang digunakan hanya satu jenis

senjata yang masih layak pakai. b. Waktu simulasi dilakukan per tahun selama 10

tahun. c. Tenaga ahli (skilled labor) yang aktif pada tiap

gudang berkapasitas tetap tiap tahunnya. d. Satu tahun simulasi terhitung sebanyak 313 hari

dan 1 hari kerja memiliki 8 jam aktif. e. Tingkat ketersediaan senjata mencapai 100% jika

jumlah senjata siap pakai sama dengan jumlah pasukan militer.

f. Yang menjadi objek penelitian adalah AD (Angkatan Darat) dan divisi yang menjadi sorotan adalah pada tingkat staf brigade.

g. Pengerjaan tugas akhir adalah pembuatan model simulasi manajemen logistik senjata militer.

h. Sistem yang telah ada, diasumsikan berjalan dengan semestinya sehingga delay time tidak dihitung.

1.3 Tujuan a. Membuat model simulasi untuk logistik senjata

sehingga dapat meningkatkan efisiensi tenaga kerja, waktu perawatan beserta biaya-biaya yang ditimbulkan.

b. Membuat model skenario perencanaan jumlah senjata siap pakai sehingga dapat mendukung sistem pertahanan negara.

a. Melakukan uji keakuratan terhadap sebuah model simulasi sistem manajemen logistik senjata militer

1.4 Manfaat a. Dapat mensimulasikan sistem manajemen pada

logistik senjata yang mirip dengan keadaan aslinya. b. Dapat merencanakan jumlah senjata siap pakai

untuk perang melalui simulasi yang dibuat. c. Dapat membuat alur simulasi sistem manajemen

logistik yang berbeda dari alur simulasi awal sehingga dapat menentukan model simulasi mana yang paling baik untuk menigkatkan efisiensi biaya perawatan senjata dan tenaga kerja.

II. TEORI PENUNJANG

A. Metode Penelitian

1. Studi Literatur

Pada tahap ini akan dilakukan penggalian teori yang mendukung penelitian maupun informasi lain yang menunjang pelaksanaan penelitian seperti permodelan sistem yang benar-benar dapat menggambarkan keadaan sesuai dengan realita yang sebenarnya.

2. Analisa Sistem Analisis ini dilakukan berdasarkan hasil pemahaman

terhadap faktor-faktor apa yang terlibat dalam manajemen sistem logistik senjata. Tujuan analisis sistem ini adalah untuk mengetahui gambaran yang jelas tentang sistem perawatan senjata yang dilakukan.

3. Membuat Model Kausatik Pada tahapan ini dilakukan eksperimen pembuatan suatu

model berdasarkan survey dan analisa yang telah dilakukan sebelumnya. Selanjutnya akan ditentukan satu variable utama yang menyebabkan siklus sistem untuk kemudian diketahui faktor-faktor lain yang tersembunyi menggunakan hubungan sebab-akibat dari faktor utama yang timbul.

4. Membuat Model Matematis Sebuah model matematika dalam optimisasi dan kontrol

biasanya menggambarkan suatu sistem sebagai kombinasi dari sekumpulan peubah (variables) dan sekumpulan persamaan yang menyatakan hubungan antara peubah-peubah tersebut.

5. Verifikasi dan Validasi Setelah output dari model simulasi didapat,

langkah selanjutnya adalah melakukan verifikasi dan validasi terhadap output tersebut.

a. Verifikasi Proses menentukan apakah model simulasi

merefleksikan model konseptual dengan tepat atau tidak.. Verifikasi adalah pemerikasaan model simulasi konseptual (diagram alur dan asumsi) ke dalam bahasa pemrograman secara benar [Law dan Kelton (1991)].

b. Validasi Proses menentukan apakah model konseptual merfleksikan sistem nyata dengan tepat atau tidak. Menurut Law and Kelton (1991) Validasi adalah penentuan apakah model konseptual simulasi adalah representasi akurat dari sistem nyata yang dimodelkan. Terdapat dua cara pengujian [Yaman Barlas (1996), ”Multiple Test for Valdiation of Systems Dynamics Type of Simulation Model”], yaitu: Perbandingan rata-rata (Means Comparison) dan Perbandingan variasi amplitude (Amlitude Variations Comparison).

6. Membuat skenario Setelah model membuat valid maka langkah

selanjutnya adalah membuat beberapa skenario (eksperimen) untuk memperbaiki kinerja sistem sesuai dengan keinginan. Dalam menentukan skenario model sendiri terdapat jenis – jenisnya, diantaranya adalah : a. Skenario Parameter

Skenario Parameter dilakukan dengan jalan mengubah nilai parameter model. Skenario ini relatif mudah digunakan karena hanya melakukan perubahan terhadap nilai parameter

Page 3: Penerapan Sistem Dinamik pada Logistik Militer untuk ...digilib.its.ac.id/public/ITS-paper-24173-5208100108-Paper.pdf · tingkat ketersediaan senjata menjadi dua kali lipat dan ...

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6

3

model dan melihat dampaknya terhadap output model.

b. Skenario Struktur Skenario jenis dilakukan dengan cara

mengubah struktur model. Skenario jenis ini memerlukan pengetahuan yang cukup tentang sistem agar struktur baru yang diusulkan atau dieksperimenkan dapat memperbaiki kinerja sistem.

B. Proses Perawatan Senjata Seperti yang dilansir pada Peraturan Direktur Jenderal

Kekuatan Pertahanan Republik Indonesia Tahun 2010 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pembinaan Materiil di Lingkungan Kementerian Pertahanan dan Tentara Nasional Indonesia pada Bagian Kelima Pasal 9 yang menjelaskan tentang jenis perawatan alutsista yaitu: 1. Pemeliharaan pencegahan, merupakan kegiatan teknis

yang dilakukan selama alut sista tersebut di gunakan, dilaksanakan secara sistematis dan terus menerus oleh pengguna materiil satuan, dengan tujuan untuk mencegah kerusakan kecil sebelum menimbulkan kerusakan yang lebih besar/berat;

2. Pemeriksaan, merupakan kegiatan teknis yang dilaksanakan oleh pengguna materiil maupun unsur pelaksana teknis pemeliharaan materiil untuk mengetahui tingkat kondisi kesiapan, jenis dan tingkat kerusakan alutsista;

3. Penentuan klasifikasi dan kondisi, merupakan kegiatan pengelompokan alut sista : a) Pengelompokan materiil ke dalam klasifikasi-

klasifikasi berdasarkan usia pemakaian, sistem penyimpanan, jenis kerusakan dan perbaikan yang pernah dilakukan sebagai pertimbangan dalam penggunaan materiil; dan

b) Pengelompokan kondisi berdasarkan atas tingkat berfungsinya komponen-komponen materiil yang berpengaruh terhadap operasional penggunaan materiil.

4. Perbaikan, merupakan kegiatan teknis pemeliharaan yang dilakukan dengan memperbaiki kerusakan dan pemulihan kondisi dengan cara memperbaiki bagian yang mengalami kerusakan dan atau menggati bagian yang rusak dengan bagian yang baru;

5. Rehabilitasi, merupakan kagiatan teknis perbaikan materiil yang rusak berat dengan tujuan memulihkan kondisi materiil sehingga dapat berfungsi dan digunakan kembali;

6. Peningkatan kemampuan, merupakan kegiatan teknis dengan merubah, mengganti atau menambah komponen materiil sehingga meningkatkan kemampuan dan efektifitas penggunaan materiil;

7. Uji kelayakan, merupakan kegiatan teknis pengujian terhadap kondisi dan kemampuan materiil dihadapkan kepada spesifikasi atau syarat standar tipe materiil, dapat dioperasikan/digunakan dengan tingkat keselamatan yang dapat diandalkan sesuai dengan rancang bangun.

8. Penyingkiran, merupakan kegiatan pemisahan dan pengumpulan materill pada suatu tempat yang ditentukan dalam rangka perbaikan maupun penghapusan ; dan

9. Penyelamatan, merupakan kegiatan teknis untuk menyelamatkan koponen-komponen materiil yang masih baik dan dapat digunakan untuk dijadikan sebagai materiil cadangan dukungan.

Sehingga secara garis besar, sistem perawatan senjata dapat digambarkan pada gambar di bawah ini:

Gambar 1: Gambaran umum sistem perawatan senjata

C. Pemodelan dan Simulasi Model merupakan suatu representasi sederhana dari

kenyataan yang ada. Terdapat 2 tipe model yaitu model konseptual dan model matematik. Ada 5 tipe umum pembuatan model : 1. Regression Models, adalah alat untuk membangun model

statistika yang hubungannya memiliki ciri antara variable yang saling bergantungan dan variable yang bebas.

2. Model Analisis Resiko (Risk Analysis Models), mendukung kebutuhan bisnis dalam penilaian resiko.

3. Model Analisis Keputusan, membantu dalam pengambilan keputusan dengan cara membandingkan alternatif pilihan yang jumlahnya sedikit dan mencari pilihan yang terbaik.

4. Model Simulasi, membantu untuk menganalisis keputusan yang melibatkan ketidakpastian yang tinggi.

5. Model Optimasi, membantu pembuat keputusan untuk mengidentifikasi tindakan terbaik yang harus dilakukan, biasanya ketika dihadapkan dengan sumberdaya yang terbatas.

Beberapa ilmuwan mendefinisikan simulasi dengan beberapa penjelasan berikut:

“Proses perancangan model matematis atau logis dari sistem nyata, melakukan eksperimen thd model dengan menggunakan komputer untuk menggambarkan, menjelaskan dan memprediksi perilaku sistem” [Hoover dan Perry (1990)]

“Sekumpulan metode dan aplikasi untuk menirukan atau merepresentasikan perilaku dari suatu sistem nyata, yang biasanya dilakukan pada komputer dengan perangkat lunak tertentu” [Law dan Kelton (1991)]

“Proses aplikasi membangun model dari sistem nyata atau usulan sistem, melakukan eksperimen dengan model tersebut untuk menjelaskan perilaku sistem, mempelajari kinerja sistem, atau untuk membangun sistem baru sesuai dengan kinerja yang di inginkan” [Khosnevis (1994)]

Page 4: Penerapan Sistem Dinamik pada Logistik Militer untuk ...digilib.its.ac.id/public/ITS-paper-24173-5208100108-Paper.pdf · tingkat ketersediaan senjata menjadi dua kali lipat dan ...

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6

4

Gambar 2: Cara Mempelajari Sistem (Law and Kelton, 2000)

i. DATA Adapun data masukan yang digunakan ialah data tentang: 1. Jumlah senjata pada gudang 1 2. Jumlah senjata pada gudang 2 3. Jumlah senjata pada gudang 3 4. Jumlah pasukan satu batalliyon 5. Jumlah pasukan yang sakit/terluka 6. Jumlah pasukan yang meninggal saat perang 7. Jumlah pasukan yang tidak teridentifikasi Adapun representasi data yang kami gunakan dapat dilihat

pada lampiran.

III. PENGERJAAN DAN HASIL 4.1. Pemodelan Data

Jumlah senjata yang siap pakai dipengaruhi oleh: - Total waktu perawatan senjata

Total yang diperlukan untuk merawat tiap senjata berbeda tiap gudangnya. Semakin lama waktu untuk merawat senjata yang ada, maka senjata akan lebih banyak yang siap pakai.

- Jumlah tenaga kerja Semakin banyak tenaga kerja ahli, maka total waktu untuk merawat semua senjata yang ada semakin cepat sehingga dapat memangkas biaya perawatan [Fan, Chin-Yuan and Fan, Pei-Shu and Chang, Pei-Chann, 2010]. Sehingga, apabila dimodelkan pada suatu flow diagram akan menghasilkan model seperti gambar nomor 3 di bawah ini.

Gambar 3: base model

4.2. Verifikasi dan Validasi a. Validasi hasil senjata di Gudang 1

= 0,016 = 1,6 %

= 0,129 = 12,9 %

b. Validasi hasil senjata di Gudang 2

= 0,044 = 4,4 %

= 0,207 = 20,7 %

c. Validasi hasil senjata di Gudang 3

= 0,038 = 3,8 %

= 0,085 = 8,5 %

d. Validasi pasukan batalliyon

= 0,040 = 4 %

= 0,281 = 28,1%

Dari hasil perhitungan berdasarkan perbandingan Error Rate dan variasi error di atas, didapatkan bahwa hasil dari Error Rate tidak lebih dari 5% dan perhitungan dari variance error tdak lebih dari 30% sehingga hasil perhitungan di atas dapat dikatakan valid. 4.3. Pembuatan Skenario

a. Skenario Struktur Pada base model sebelumnya, pengerjaan perawatan senjata dilakukan secara manual sehingga membutuhkan waktu yang lama untuk menyelesaikan siklus maintenance. Pada base model sebelumnya, variabel waktu merupakan akibat dari total waktu yang dihabiskan untuk mengerjakan senjata sejumlah x. Pada base model juga terdapat waktu lembur (overtime) dari proses pengerjaan perawatan senjata yang ada sehingga pada scenario kali ini, terdapat jadwal perawatan dan alat otomatis yang digunakan untuk mengefisiensikan waktu serta biaya perawatan senjata. Table 1 di bawah ini menjelaskan perbedaan hasil base model dengan perubahan struktur yang dilakukan penambahan sub gudang, target perawatan, serta mesin otomatis pada gudang 1, gudang 2, dan gudang 3. Hasil pada gudang 1 menunjukkan hasil yang paling optimal sehingga model skenario pada gudang 1 digunakan pada skenario selanjutnya, yaitu skenario parameter.

Page 5: Penerapan Sistem Dinamik pada Logistik Militer untuk ...digilib.its.ac.id/public/ITS-paper-24173-5208100108-Paper.pdf · tingkat ketersediaan senjata menjadi dua kali lipat dan ...

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6

5

Table 1: : Perbandingan penambahan sub mesin, target, dan mesin otomatis tiap guang

Avg level of service (%)

Finished weapon/ total time (weapons)

Total cost/ finished

weapon (Rp)

Base 1 structural scenario

97.52 12.61 31732

Base 2 structural scenario

80.49 11.53 34737

Base 3 structural scenario

27.79 8.63 46350

Gambar 26 merupakan Flow Diagram dari skenario struktur yang telah dibuat.

Gambar 4: Penambahan target, mesin otomatis, dan sub gudang 1

b. Skenario Parameter 1. Skenario Optimis

Skenario ini dibuat untuk meningkatkan level ketersediaan senjata di gudang. Yang diubah untuk scenario optimis ini adalah jumlah tenaga kerja menjadi 14 orang. Asumsi ini didasarkan pada jumlah tenaga kerja pada base model adalah 6 orang sehingga pada scenario kali ini, penulis mencoba menambah jumlah tenaga kerja sampai tiga kali lipat. Ketika jumlah senjata yang dihasilkan pada gudang 1 lebih banyak, karena dikerjakan dengan tenaga kerja lebih banyak pula, diharapkan jumlah senjata siap paki pun dapat bertambah. Pada base model Flow Diagram, jumlah tenaga kerja pada gudang 1 berjumlah 6 orang dimana 2 orang menangani tiap sub gudang yang berjumlah 3 tempat. Gambar 28 merupakan grafik hasil untuk skenario parameter optimistis.

2. Skenario most likely Skenario kali ini digunakan untuk mengetahui biaya yang diakibatkan oleh perawatan senjata ketika tenaga kerja yang tersedia berjumlah 12 orang. Hal ini digunakan bila ternyata dengan jumlah tenaga kerja yang ada ternyata tidak cukup banyak senjata yang seharusnya siap digunakan untuk kegiatan pertahanan negara.

3. Skenario Pesimis Jika pada skenario optimistis jumlah tenaga kerja diasumsikan hamper mencapai tiga kali lipat dari

jumlah tenaga kerja awal, maka pada skenario parameter pesimistis digambarkan pada keadaan jika tenaga kerja pada gudang 1 berjumlah 10 orang. Berikut ini rumus yang diubah dari jumlah senjata yang keluar dari gudang 1.

Setelah melakukan skenario, langkah selanjutnya adalah membandingkan dari ketiga hasil skenario dan menganalisa hasil yang telah ada. Tabel … menjelaskan perbandingan hasil simulasi yang telah dibuat.

Tabel 1: Perbandingan Hasil Skenario Optimis, most likely, Pesimis

Scenario type

Avg level

Avg weapon per time

Avg cost per weapon

Total skilled labor

Optimis 203,5 14,699 27595,907 16 Most likely 203,5 14,687 27618,408 14

Pesimis 203,5 14,670 27649,941 12 Dari ketiga skenario pada table nomor 1 di atas

menunjukkan skenario optimis menghasilkan level tertinggi diantara skenario yang lain. Meskipun level kesiapan senjata adalah yang tertinggi, tapi biaya perawatan yang dihasilkan adalah paling efisien diantara yang lain. Ini dikarenakan waktu pengerjaan yang rata-rata relatif lebih cepat karena jumlah tenaga kerja pada skenario optimis adalah yang terbanyak sehingga jumlah senjata yang dihasilkan semakin banyak.

IV. KESIMPULAN/RINGKASAN Kesimpulan yang dapat ditarik dari proses simulasi samapi

dengan pembuatan skenario di atas adalah: 1. Hasil skenario yang dilakukan pada pada gudang1, gudang

2 dan gudang 3 dengan menambah jenis sub gudang, target perawatan senjata, serta mesin otomatis menghasilkan rata-rata level ketersediaan senjata layak pakai yang relatif sama yaitu 203,47% tapi rata-rata penyelesaian senjata per waktu pada gudang 1 lebih cepat yaitu 14,69 senjata per hari. Hasil ini lebih besar daripada gudang 2 dan gudang 3 yang hanya menghasilkan 14,68 dan 14,67 senjata per hari. Hasil pada gudang 1 juga meningkat dari base model yang hanya menghasilkan 10 senjata per hari. Rata-rata biaya yang dikeluarkan per satu senjata pada gudang 1 adalah Rp. 27.595,- per senjata, gudang 2 Rp. 27.618,-, dan gudang 3 Rp. 27.649,-. Jika dilihat dari hasil di atas, skenario model pada gudang 1 lebih efisien daripada ini lebih besar daripada gudang 2 dan gudang 3 dimana level ketersediaan naik dari 21,53 tingkat dari 75,99% ke 97,52%. Rata-rata penyelesaian senjata naik dari 10 senjata menjadi 12 senjata. Rata-rata biaya per senjata turun dari Rp. 32.496,- menjadi Rp. 31.731.

2. Satu mesin otomatis yang ditambahkan pada gudang 1 meningkatkan level ketersediaan senjata hampir 2 kali lipat. Ini menandakan bahwa pada penambahan tiga sub gudang, penambahan target, serta penambahan satu buah mesin otomatis pada gudang 1, menambah satu buah

Page 6: Penerapan Sistem Dinamik pada Logistik Militer untuk ...digilib.its.ac.id/public/ITS-paper-24173-5208100108-Paper.pdf · tingkat ketersediaan senjata menjadi dua kali lipat dan ...

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6

6

persediaan senjata untuk satu orang pasukan menjadi 2 senjata per pasukan.

Adapun saran untuk penulisan penelitian kedepan adalah: 1. Variabel pada model simulasi dapat ditambahkan jenis

senjata lain seperti meriam, tank, atau senjata lain yang merupakan alat kelengkapan perang sehingga waktu perawatan dan jenis perawatannya pun akan berbeda.

2. Penggolongan senjata yang memiliki umur lebih tua layaknya dapat dibedakan dari sistem perawatan senjata pada umumnya sehingga perlakuannya pun berbeda dari senjata-senjata yang lain.

3. Kebijakan-kebijakan pemerintah seperti pembatasan kuota senjata pada suatu instansi pertahanan dapat menjadi salah satu faktor banyaknya senjata yang masuk ke gudang.

LAMPIRAN Berikut adalah grafik hasil data simulasi.

Gambar 5: Grafik perbandingan jumlah tentara dengan senjata siap pakai base model

Gambar 6: Grafik Skenario perbandingan jumlah tentara dengan senjata siap pakai

UCAPAN TERIMA KASIH “Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dosen

pengajar, Pembimbing, dan penguji jurusan Sistem Informasi ITS yang telah meluangkan waktunya untuk berdiskusi dan bertukar informasi tentang topik yang diangkat pada paper ini.”. Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada staf logistik salah satu markas batalliyon infanteri blitar yang tidak penulis sebutkan identitasnya atas informasi-informasi yang diberikan sehingga memudahkan penulis untuk mendapatkan data tertentu.

DAFTAR PUSTAKA [1] Law, Averill M. and Kelton, W. David. (1990).

Simulation Modeling and Analysis. [2] Fan, Chin-Yuan and Fan, Pei-Shu and Chang, Pei-Chann.

(2010). A system dynamics modeling approach for a military weapon maintenance supply system.

[3] Kothari, Vishal. (2004). Assesment of Dynamic Maintenance Management. Blacksburg, VA

[4] [4] Greg H. Parlier, PhD, Colonel, USA, Retired. (2002). Transforming Army Supply Chains: an Analytical Architecture for Management Innovation Vol. XXXII, Number 4.

[5] Guy Edward Gallasch, Nimrod Lilith, Jonathan Billington, Lin Zhang, Axel Bender, and Benjamin Francis. (2001). Modelling Defence Logistics Networks. Australia.

[6] Vensim 5 Modeling Guide. (2003). Ventana Systems, Inc. [7] Wang, Yabin. (2011). Predication and Optimization of

Maintenance Resources for Weapon System. Department of Equipment Command and Management in Mechanical Engineering College, Shijiazhuang, P.R.China. MECS (http://www.mecs-press.org/).

[8] Goldsman, Dave. (2010). Simulation Output Analysis. School of ISyE, Georgia Tech, Atlanta, Georgia, USA.

[9] http://tniad.mil.id/pengmil/palpur.php. Peralatan Tempur. Diakses tanggal 23 Pebruari 2012.

[10] http://www.army.mil/info/organization/unitsandcommands/oud/. Operational Unit Diagram. Diakses tanggal 23 Pebruari 2012.

[11] http://www.weibull.com/basics/rcm.htm. Reliability Centered Maintenanced. Diakses tanggal 29 Mei 2012.

[12] http://www.flexhoneblog.com/2012/06/flex-hone-for-firearms-instruction.html. Flex-Hone® for Firearms Instruction Video. Diakses tanggal 6 Juni 2012.