Penerapan Prinsip Metodologis

12
PENERAPAN PRINSIP METODOLOGIS (VERIFIKASI DAN FALSIFIKASI) DALAM SALAH SATU CABANG ILMU GEOLOGI Salah satu cabang ilmu geologi yang menarik untuk di pelajari dan diperdalam lebih lanjut adalah stratrigrafi. Didalam ilmu ini dipelajari mengenai berbagai macam hal menyangkut urut – urutan perlapisan dari batuan sedimen, serta asal muasal pembentukan (origin) dari batuan sedimen tersebut, proses pembatuan (dikenal pula dengan diagenesis), ruang lingkup studi meliputi studi mengenai lingkungan pengendapan sedimen, paleobatimetri, hingga arah arus purba dari sedimen. Dalam essay ini akan dibahas lebih dalam mengenai bagaimana verifikasi dari teori – teori atau hukum – hukum yang berkembang di dalam ilmu stratrigrafi tersebut. Verifikasi Hukum – Hukum Stratrigrafi A. Hukum Superposisi Hukum stratrigrafi ini merupakan salah satu hukum utama di dalam ilmu stratrigrafi. Hukum ini mengatakan bahwa pada sebuah sekuen batuan yang belum mengalami gangguan/ deformasi, maka batuan yang berada pada bagian paling atas adalah batuan yang termuda sedangkan batuan yang berada di paling bawah adalah batuan yang tertua.

description

Filsafat

Transcript of Penerapan Prinsip Metodologis

PENERAPAN PRINSIP METODOLOGIS (VERIFIKASI DAN FALSIFIKASI) DALAM SALAH SATU CABANG ILMU GEOLOGISalah satu cabang ilmu geologi yang menarik untuk di pelajari dan diperdalam lebih lanjut adalah stratrigrafi. Didalam ilmu ini dipelajari mengenai berbagai macam hal menyangkut urut urutan perlapisan dari batuan sedimen, serta asal muasal pembentukan (origin) dari batuan sedimen tersebut, proses pembatuan (dikenal pula dengan diagenesis), ruang lingkup studi meliputi studi mengenai lingkungan pengendapan sedimen, paleobatimetri, hingga arah arus purba dari sedimen. Dalam essay ini akan dibahas lebih dalam mengenai bagaimana verifikasi dari teori teori atau hukum hukum yang berkembang di dalam ilmu stratrigrafi tersebut. Verifikasi Hukum Hukum StratrigrafiA. Hukum SuperposisiHukum stratrigrafi ini merupakan salah satu hukum utama di dalam ilmu stratrigrafi. Hukum ini mengatakan bahwa pada sebuah sekuen batuan yang belum mengalami gangguan/ deformasi, maka batuan yang berada pada bagian paling atas adalah batuan yang termuda sedangkan batuan yang berada di paling bawah adalah batuan yang tertua.Hukum ini pertama kali diungkapkan oleh Steno pada tahun 1669, dan hukum ini dapat dibuktikan kebenarannya dengan mengamati dan mendeteksi umur absolut pada singkapan singkapan batuan yang berada di tebing tebing jalan. Dimana pasti akan didapatkan hasil bahwa batuan yang berada di paling bawah akan memiliki umur absolut yang lebih tua dibandingkan dengan batuan yang berada di bagian paling atas dari sebuah sekuen batuan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar perlapisan batuan berikut ini:

Batugamping dengan umur termudaBatunapal dengan umur tertuaDapat dilihat pada gambar diatas, bahwa batuan pada foto tersebut secara umum dibedakan menjadi batugamping dan batunapal, dengan batugamping berumur lebih muda daripada batunapal. Kondisi ideal pada foto dapat digunakan sebagai landasan awal untuk menentukan umur relatif dari batuan tersebut, dengan melihat letak/posisinya satu dengan lainnya.B. Hukum potong memotongHukum ini menyatakan apabila sebuah batuan menerobas batuan yang lainnya, maka batuan yang menerobos akan berumur lebih muda dibandingkan batuan yang diterobos. Hukum ini digunakan untuk menyatakan umur relative dari suatu batuan, dengan melihat asosiasi batuan tersebut dengan batuan di sekitarnya, terutama terjadi pada batuan beku. Untuk memverifikasi hukum ini maka perlu diamati bagaimana hubungan potong memotong dari batuan di permukaan bumi. Salah satu contoh yang bisa dilihat adalah pada daerah daerah yang mengalami terobosan (intrusi) batuan beku. Terobosan batuan beku sendiri dapat searah dengan perlapisan batuan (disebut juga sebagai sill) dan dapat tegak lurus arah perlapisan batuan (disebut juga sebagai dike). Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat gambar intrusi batuan beku tipe sill berikut ini:

Dapat dilihat pada gambar disebut, bagaimana intrusi batuan beku tersebut menimbulkan efek bakar di sekitar batuan sedimen yang diintrusi. Intrusi ini sendiri terjadi setelah batuan sedimen terbentuk, sehingga secara relatif batuan yang diintrusi (dipotong) akan berumur lebih tua dibandingkan batuan yang mengintrusi (memotong).C. Hukum ketidakselarasanHukum ketidakselarasan menyatakan mengenai bagaimana hubungan yang tidak normal antara lapisan batuan sedimen yang satu dengan lapisan sedimen yang lainnya. Apabila dijumpai adanya ketidak selarasan, maka dapat dipastikan bahwa telah terjadi penghilangan (ekshumasi) salah satu bagian dari sebuah sekuen batuan, dan menyebabkan adanya jeda pengendapan batuan dari sebuah sekuen batuan. Jeda waktu pengendapan ini yang dikenal sebagai hiatus. Untuk memverifikasi hukum ini, maka diperlukan adanya tinjauan lapangan serta penelitian data lapangan, pada sekuen batuan yang dianggap mempunyai batas ketidakselarasan. Penelitian yang perlu dilakukan antara lain dengan melihat umur relatif dan absolut dari batuan batuan yang diperkirakan memiliki batas ketidakselarasan, dan bila dijumpai adanya jeda umur yang sangat panjang, maka dapat dipastikan bahwa kedua batuan tersebut tidak selaras satu dengan yang lain. Beberapa tipe ketidak selarasan antara lain: Non-conformityMerupakan hubungan antara 2 satuan stratigrafi, yaitu batan beku/metamorf yang sering juga disebut sebagai batuan dasar (basement) dengan batuan sedimen. Umumunya batuan beku/metamorf berada di bawah, sedangkan batuan sedimen berada di atasnya.

Angular ConformityKondisi ini terbentuk umumnya akibat adanya deposisi sedimen diatas batuan yang telah mengalami deformasi tektonik, sehingga antara batuan yang telah terdeformasi dan sedimen yang baru terbentuk akan membentuk ketidakserasan yang menyudut.

DisconformityAdalah batas ketidakselarasan berupa bidang erosional yang membagi antara lapisan batuan yang lebih muda dengan lapisan batuan yang lebih tua.

ParaconformityBidang ketidakselarasan sejajar dengan bidang perlapisan, sehingga seakan akan tidak memiliki bidang ketidak selarasan, namun saat dilakukan analisa umur, akan memiliki jeda pengendapan (hiatus)

Verifikasi yang dapat dilakukan untuk membuktikan hukum hukum diatas adalah dengan melakukan pendekatan analitik (menggunakan fungsi matematis) dan pendekatan empiris (melalui hasil penelitian atau percobaan). Pembahasannya adalah sebagai berikut: Metode AnalitikMetode yang umum digunakan dalam metode analitik adalah dengan menggunakan analisa umur dari sampel batuan. Analisa umur ini dapat melalui analisa fosil ataupun dating radioaktif pada batuan. Analisa fosil akan menghasilkan umur yang bersifat kualitatif (range umur), sedangkan analisa radioaktif akan menghasilkan umur absolut dari batuan.Pada penentuan umur melalui analisa fosil, akan dibentuk sebuah biozonasi, hasil dari pengelompokkan fosil fosil pada batuan, sehingga akan didapatkan rentang umur pembentukan batuan, yang dinyatakan dalam umur umur geologi tertentu, misal N19 N 23, berarti batuan tersebut terbentuk pada rentang Neogen, di kisaran N19 N23.Sedangkan analisa menggunakan dating radioaktif akan meneliti waktu paruh dari mineral mineral radioaktif pada batuan atau fosil. Pada fosil umumnya akan digunakan dating menggunakan isotop C - 14(karbon). Isotop C-14 ini bagus untuk melakukan analisa umur hingga rentang 100.000 tahun yang lalu. Sedangkan untuk melakukan penentuan umur batuan dengan umur pembentukan >100.000 tahun yang lalu, maka unsur yang digunakan umumnya adalah uranium.Biozonasi untuk menentukan umur relatif dari batuan

Dating radioaktif menggunakan isotop C-14 Metode EmpirisVerifikasi dengan metode empiris didapat melalui penelitian maupun pengamatan laboratorium ataupun lapangan. Salah satunya adalah dengan menggunakan pemodelan. Pemodelan tersebut dikenal juga sebagai sandbox modeling. Pada pemodelan sandbox ini digunakan batasan batasan tertentu, sehingga didapatkan hasil yang sesuai dengan batasan batasan yang telah ditetapkan. Misalnya menggunakan batasan hukum superposisi, bahwa batuan yang berada di bawah akan memiliki umur yang lebih tua dibandingkan batuan yang berada di atas.Melalui batasan tersebut, kemudian dibuat pemodelan yang sesuai. Contohnya dengan membatasi pemodelan cukup dengan mengisi sandbox dengan pasir, yang diberikan warna berbeda untuk lapisan yang berbeda, tanpa memberikan tekanan pada lapisan yang telah terbentuk, sehingga akan terbentuk lapisan batuan yang ideal dan dapat diamati bagaimana hubungan suksesi batuan secara vertikal dari bawah ke atas. Bentuk sandbox modeling, dan cara pembuatan lapisan batuan dengan mengisi sandbox dengan pasir yang telah diberi warna (penanda lapisan satu dengan lainnya)

Daftar Pustaka

Boggs, S.JR. 2006. Principles of sedimentology and Stratigraphy fouth edition. New Jersey: Pearson prentice Hall.Miall, A.D. 2010. The Geology of Stratigraphic Sequences 2nd edition. Toronto:Springer.Mustansyir, Rizal. 2007. Filsafat Analitik, Sejarah, Perkembangan, dan Peranan Para tokohnya. Yogyakarta:Pustaka Pelajar.Mustansyir, Rizal. 2014. Materi kuliah Filsafat Ilmu Pengetahuan . UnpublishedNichols, G.2009. Sedimentology and Stratigraphy 2nd edition. Oxford: Wiley-Blackwell.