PENERAPAN PRINSIP GOOD GOVERNANCE DALAM PELAYANAN DI DINAS KEPENDUDUKAN...
Transcript of PENERAPAN PRINSIP GOOD GOVERNANCE DALAM PELAYANAN DI DINAS KEPENDUDUKAN...
PENERAPAN PRINSIP GOOD GOVERNANCE DALAM PELAYANAN DI DINAS
KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL KABUPATEN BINTAN
(Studi Kasus Pelayanan Pembuatan Kartu Tanda Penduduk Elektronik)
NASKAH PUBLIKASI
OLEH
ARIKA BAYU PURNAMA
NIM. 140565201040
PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI
TANJUNGPINANG 2019
PENERAPAN PRINSIP GOOD GOVERNANCE DALAM PELAYANAN DI
DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL KABUPATEN
BINTAN
(Studi Kasus Pelayanan Pembuatan Kartu Tanda Penduduk Elektronik)
ABSTRAK
Pelayanan publik merupakan pelayanan yang menjadi tanggungjawab pemerintah
kepada warganya. Konsep good governance merupakan tata kelola pemerintahan
yang baik, dengan melibatkan tiga domain yaiu Negara/pemerintahan,
swasta/dunia usaha dan masyarakat. Dalam melakukan pelayanan publik
pemerintah wajib menerapkan good governance. Salah satu instansi pemerintah
yang wajib menerapkan good governance adalah Dinas Kependudukan dan
Pencatatan Sipil Kabupaten Bintan. Masih kurangnya jumlah sumber daya
manusia dalam pelayanan dan kurangnya peralatan menjadi kendala dalam proses
peyalanan yang diberikan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana
penerapan prinsip good governance dalam pelayanan di Dinas Kependudukan dan
Pencatatan Sipil Kabupaten Bintan tentang pelayanan pembuatan Kartu Tanda
Penduduk Elektronik. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif.
Informan yang di ambil dalam penelitian ini sebanyak 9 orang dengan jumlah
pegawai sebanyak 5 orang dan 4 orang masyarakat. Berdasarkan hasil penelitian
maka dapat disimpulkan Penerapan Prinsip Good Governance Dalam Pelayanan
di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Bintan masih dalam
proses menjalankan prinsip good governance karena masih kurangnya jumlah
sumber daya manusia, peralatan yang masih terbatas dan kurangnya kesadaran
masyarakat akan pentingnya dokumen kependudukan.
Kata Kunci : Good Governance, Penerapan Prinsip Good Governance
PENERAPAN PRINSIP GOOD GOVERNANCE DALAM PELAYANAN DI
DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL KABUPATEN
BINTAN
(Studi Kasus Pelayanan Pembuatan Kartu Tanda Penduduk Elektronik)
ABSTRACT
Public service is a service that is the responsibility of the government to its
citizens. The concept of good governance is good governance, involving three
domains that are state / government, private / business and community. In
conducting public services the government is obliged to implement good
governance. One of the government agencies that are required to implement good
governance is the Bintan Regency Population and Civil Registration Service. The
lack of a number of human resources in the service and the lack of equipment is
an obstacle in the delivery process given. This study aims to find out how the
application of the principles of good governance in services at the Department of
Population and Civil Registry of Bintan Regency about the service of making
Electronic Population Sign Cards. Based on the results of the study, it can be
concluded that the Application of the Principles of Good Governance in Services
at the Department of Population and Civil Registration of Bintan Regency is still
in the process of implementing the principle of good governance because there is
still a lack of human resources, limited equipment and a lack of public awareness
of the importance of population documents.
Keywords: Good Governance, Application of Good Governance Principles
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Good Governance dipandang sebagai paradigma baru dan menjadi ciri yang
perlu ada di dalam sistem administrasi publik. Secara umum, Governance
diartikan sebagai kualitas hubungan antara pemerintah dan masyarakat yang di
layani dan di lindunginya. Governance mencakup 3 domain yaiu
Negara/pemerintahan, swasta/dunia usaha dan masyarakat. Oleh sebab itu, Good
Governance sektor publik di artikan sebagai suatu proses tata kelola pemerintahan
yang baik, dengan melibatkan stakeholders, terhadap berbagai kegiatan
perekonomian, sosial politik, dan pemanfaatan beragam sumber daya seperti
sumber daya alam, keuangan dan manusia bagi kepentingan rakyat yang di
laksanakan dengan menganut asas : keadilan, pemerataan, persamaan efisien,
transparansi, dan akuntabilitas (World Conference on Governance, UNDP,1999
dalam Sedarmayanti,2007:2).
Pelaksanaan Good Governance tentunya sangat membantu masyarakat
dalam pelayanan yang di berikan. Pelayanan yang di dapatkan haruslah efektif
dan efisien. Kabupaten Bintan merupakan Kabupaten di Provinsi Kepulauan Riau
dengan 10 Kecamatan yaitu Kecamatan Bintan Pesisir, Kecamatan Bintan Timur,
Kecamatan Bintan Utara, Kecamatan Gunung Kijang, Kecamatan Mantang,
Kecamatan Seri Kuala Lobam, Kecamatan Tambelan, Kecamatan Teluk Bintan,
Kecamatan Teluk Sebong, Kecamatan Toapaya.
Terdiri dari Kecamatan dengan wilayah yang luas dan jarak yang sangat
jauh, proses pembuatan Kartu Tanda Penduduk Elektronik (KTP-el) di lakukan di
Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil yang letaknya di Kota Tanjungpinang.
Berkenaan pelaksanaan Good Governance di Dinas Kependudukan dan
Pencatatan Sipil Kabupaten Bintan maka dapat diidentifikasi beberapa
permasalahan yaitu :
a. Kurangnya tanggung jawab dalam pekerjaan hal ini dapat dilihat dari
masih seringnya pekerjaan yang tidak tepat waktu dalam proses
pembuatan KTP-el. Sedangkan untuk standar pelayanan KTP-el di
Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil jangka waktu penyelesaian
maksimal 3 (tiga) hari kerja dan menurut Standard Operasional
Procedure (SOP) Waktu yang di butuhkan untuk proses satu
pemohon pembuatan KTP-el mulai dari penyerahan berkas sampai
tahap akhir hanya menghabiskan waktu 50 menit per berkas.
b. Masih ada masyarakat yang merasa kurangnya keramahan pegawai
dalam pengurusan keperluan administrasi menyebabkan masyarakat
merasa tidak dilayani dengan baik.
Efektif dan efisien pelayanan yang diberikan masih belum baik. Ketidak
efektivan tersebut ada pada pelayanan pembuatan KTP-el yang ada di Dinas
Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Bintan. Hal ini di sebabkan
karena terlalu lama dan tidak ada kepastian waktu yang di berikan kepada
masyarakat untuk selesainya KTP-el sehingga masyarakat yang ingin
mendapatkan KTP-el harus sering ke Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil
Kabupaten Bintan untuk menanyakan KTP-el tanpa ada kejelasan waktu. Hal ini
sangatlah tidak efektif da efesien dengan kabupaten Bintan yang memiliki
Kecamatan yang sangat jauh dari Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil
Kabupaten Bintan yang berada di Kota Tanjungpinang. Jarak yang harus di
tempuh masyarakat untuk membuat KTP-el ke Dinas Kependudukan dan
Pencatatan Sipil Kabupaten Bintan sangatlah jauh dari berbagai masyarakat yang
ada di Bintan.
Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian
dengan judul “Penerapan Prinsip Good Governance dalam Pelayanan di Dinas
Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Bintan (Studi Kasus
Pelayanan Pembuatan Kartu Tanda Penduduk Elektronik)”.
B. Rumusan Masalah
Dari uraian diatas penulis tertarik untuk melihat lebih dalam mengenai penerapan
prinsip good governance dalam pelayanan di Dinas Kependudukan dan
Pencatatan Sipil Kabupaten Bintan, sehingga perumusan permasalahan yang
diangkat penulis dalam penelitian ini adalah: Bagaimana Penerapan Prinsip
Good Governance dalam Pelayanan di Dinas Kependudukan dan Pencatatan
Sipil Kabupaten Bintan?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini ialah untuk
mengetahui Penerapan Prinsip Good Governance dalam pelayanan di Dinas
Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Bintan Kabupaten Bintan.
Adapun manfaat yang diharapkan penulis dari penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Secara Teoritis
Penelitian ini diharapkan mampu menambah pengetahuan bagi penulis dan
pembaca tentang penerapan prinsip good governance dalam pelayanan
pembuatan KTP-el.
2. Secara Praktis
Hasil penelitian inidi harapkan dapat dijadikan bahan pertimbangan
khususnya kepada para pimpinan di lingkup Dinas Kependudukan dan
Pencatatan Sipil Kabupaten Bintan dalam mengevaluasi penerapan prinsip
good governance dalam pelayanan pembuatan KTP-el.
D. Kerangka Teoritis
Secara sederhana, Good Governance pada umumnya diartika sebagai
pengelolaan pemerintahan yang baik. Yang di maksud dengan kata “baik” disini
adalah mengikuti kaidah-kaidah tertentu sesuai dengan prinsip-prinsip dasar Good
Governance. Gambir Bjatta (1996) mengungkapkan bahwa unsur utama
governance yaitu : akuntabilitas, transparansi, keterbukaan, dan aturan hukum di
tambah dengan kompetensi manajemen dan hak-hak asasi manusia.
Menurut Dwiyanto (2008;21), pemerintahan yang baik (Good
Governance)sebagai sistem administrasi yang melibatkan banyak pelaku (multi
stakeholders) baik dari pemerintah maupundi luar pemerintah, sedangkan
Sedarmayanti (2004;2) menyatakan bahwa Good Governancemerupakan proses
penyelenggaraankekuasaan Negara dalam melaksanakan penyediaan publik
goodsand service. Untuk mewujudkan kepemerintahan yang baik (Good
Governance) salah satu unsur yang harus terpenuhi adalah adanya komitmen dari
semua anggota dalam satuan organisasi / lembaga dalam mewujudkan
kepemerintahan yang bersih, mengedepankan dan mempertimbangkan unsur-
unsur efektivitas, efisiensi dan ekonomis dalam memberikan layanan prima
kepada publik.
E. Definisi Konsep
Menurut Dwiyanto (2008:80) ada 5 indikator good governane antara lain:
a. Pengawasan: Meningkatkan upaya pengawasan terhadap
penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan dengan
mengusahakan keterlibatan swasta dan masyarakat luas.
b. Profesionalisme: Meningkatkan kemampuan dan moral
penyelenggaraan pemerintahan agar mampu memberi pelayanan yang
mudah, cepat, tepat dengan biaya terjangkau.
c. Efisiensi & Efektivitas: Menjamin terselenggaranya pelayanan kepada
masyarakat dengan menggunakan sumber daya yang tersedia secara
optimal & bertanggung jawab.
d. Transparansi: Menciptakan kepercayaan timbal-balik antara
pemerintah dan masyarakat melaluipenyediaan informasi dan
menjamin kemudahan didalam memperoleh informasi.
e. Kesetaraan: Memberi peluang yang sama bagi setiap anggota
masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraannya.
F. Metode Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Penelitian yang di lakukan ini adalah deskriptif dengan menggunakan
pendekatan kualitatif. Menurut Sugiono (2001:6), menjelaskan bahwa yang
dimaksud dengan penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan tanpa
membuat perbandingan atau hubungan dengan variable lain, tetapi penelitian
untuk mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul
sebagaimana adanya sedangkan pendekatan yang digunakan adalah pendekatan
kualitatif.
2. Objek Penelitian
Objek yang akan diteliti adalah Kantor Dinas Kependudukan dan Pencatatan
Sipil Kabupaten beralamat di Jalan A. Yani KM.5 Tanjungpinang. Karena
pelayanan yang diberikan belum berjalan maksimal pada pembuatan KTP-el
karena masih kurang effektif dan efisien dalam penyelesaian KTP-el.
3. Fokus Penelitian
Fokus Penelitian pada Penerapan Prinsip Good Governance dalam
Pelayanan di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Bintan yaitu
pada pelayanan pembuatan KTP-el yang masih belum berjalan dengan baik.
4. Sumber Data
a) Data Primer
Data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari Informan melalui
wawancara yang menjadi sasaran penelitian yang meliputi data tentang
pelaksanaan prinsip Good Governance dalam pelayanan pada Kantor Dinas
Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Bintan Kabupaten Bintan pada
pelayanan KTP-el.
b) Data Sekunder
Data Sekunder yaitu data pendukung yang melengkapi data primer, yang
diperoleh melaui dokumen-dokumen yang ada di Dinas Kependudukan dan
Pencatatan Sipil Kabupaten Bintan, seperti data tentang pelayanan, laporan
tahunan dan gambaran umum.
5. Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik yang digunakan dalam penelitian yaitu dengan menggunakan
teknik observasi, wawancara (interview) dan dokumentasi.
a) Observasi
Observasi menurut Sugiyono (2012:166) teknik pengumpulan data untuk
mengamati prilaku manusia, proses kerja, dan gejala-gejala alam, dan
responden
b) Wawancara
Menurut Moeleong dalam buku Haris Herdiansyah yang berjudul Metode
Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-ilmu sosial (2012:118), wawancara adalah
percakapan yang dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara yang
mengajukan pertanyaan dan terwawancara yang memberikan jawaban atas
pertanyaan. Adapun alat yang digunakan yaitu pedoman wawancara.
c) Dokumentasi
Dokumentasi adalah pengumpulan, pemilihan, pengolahan, dan
penyimpanan informasi di bidang pengetahuan: pemberian atau pengumpulan
bukti dan keterangan seperti gambar, kutipan, kliping, dan bahan referensi
lainnya.
6. Informan
Informan adalah objek penting dalam sebuah penelitian. Informan adalah
orang-orang yang di manfaatkan untuk memberikan informasi. Teknik penetuan
informan dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling adalah
teknik pengumpulan data jumlah informan di tentukan berdasarkan kebutuhan
data, sehingga informan yang di ambil dalam penelitian ini yaitu:
a) Kepala Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Bintan
b) Kepala Bidang Pelayanan Pendaftaran Penduduk Dinas Kependudukan
dan Pencatatan Sipil Kabupaten Bintan
c) Seksi Sistem Informasi Administrasi Kependudukan Kabupaten Bintan
d) Seksi Pendataan Penduduk Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil
Kabupaten Bintan
e) Seksi Identitas Kependudukan Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil
Kabupaten Bintan
f) Masyarakat
Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil yang merupakan turunan
RPJMD Kabupaten Bintan, untuk satu bidang atau fungsi pemeritahan diharapkan
dapat dijabarkan secara detail dan rinci. Selanjutnya dalam Undang-Undang
Nomor 10 Tahun 1992 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan
Keluarga Sejahtera, disebutkan bahwa kependudukan adalah hal ihwal yang
berkaitan dengan jumlah, ciri utama, pertumbuhan, persebaran, mobilitas,
penyebaran kualiatas, kondisi kesejahteraan yang menyangkut politik, ekonomi,
sosial budaya agama serta lingkungan penduduk tersebut.
Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Beralamat di Jl. A. Yani KM. 5
Tanjungpinang. Secara administratif Kabupaten Bintan memiliki 10 Kecamatan
yaitu Kecamatan Bintan Pesisir, Kecamatan Bintan Timur, Kecamatan Bintan
Utara, Kecamatan Gunung Kijang, Kecamatan Mantang, Kecamatan Seri Kuala
Lobam, Kecamatan Tambelan, Kecamatan Teluk Bintan, Kecamatan Teluk
Sebong, Kecamatan Toapaya. Secara geografis Kabupaten Bintan terletak diantara
2’00” LU – 1’20” LS dan 104’,00” BT sebelah barat, 108’,30” BT sebelah timur.
Luas wilayah Kabupaten Bintan seluruhnya mencapai 88.038,54 Km2, luas
daratannya hanya 2,21 % atau sebesar 1.946,13 Km2 saja dan luas lautnya
86.092,41 Km2. Kecamatan terluas daratannya adalah Kecamatan Gunung Kijang
dengan luas 503,12 Km2 dan Kecamatan terkecil adalah Kecamatan Tambelan
yaitu 169,42 Km2.
Analisa Data
1. Pengawasan
Pengawasan yang dilakukan setiap pekerjaan dan pelayanan yang diberikan
Dinas kepada masyarakat untuk menjamin pelayanan yang di berikan. Meski pun
di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil belum memiliki media untuk
pengaduan masyarakat, pengaduan dapat di arahkan dan masyakarat
menyampaikan langsung kepada Kepala Bidang. Pengaduan juga dapat dilakukan
melalui kotak saran yang terletak di depan di atas mesin nomor antrian. Untuk
dapat mengevaluasi kinerja dan masukkan dari masyarakat pihak Dinas membuka
kotak saran setiap bulan. Namun masih banyak masyarakat yang tidak mengerti
akan peran kotak saran dalam memberi saran dan masukan dalam pelayanan yang
di berikan. Pengawasan yang dilakukan oleh Dinas Kependudukan dan Pencatatan
Sipil masih kurang, pengawasan yang dilakukan tidak hanya dalam apel setiap
pagi akan tetapi perlunya pengawasan secara rutin dalam setiap pelaksanaan
pelayanan yang diberikan kepada masyarakat. Hal tersebut di buktikan dari hasil
wawancara kepada informan baik dari Dinas maupun kepada masyarakat.
2. Profesionalisme
Profesionalisme sebagai sikap dan prilaku pegawai yang mampu dan handal
serta berpengetahuan luas dalam bidangnya diharapkan mampu melakukan
pekerjaannya dalam melayani masyarakat. Mengenai profesionalisme di Dinas
Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Bintan berdasarkan hasil
wawancara bahwa pegawai yang sesuai dengan biadangnya masih berjalan 85% di
karenakan masih kurangnya sumber saya manusia. Dengan jumlah pegawai yang
terbatas menjadikan setiap pegawai mendapatkan tugas dan pekerjaan tambahan
membantu bidang-bidang lain. Sedangkan pegawai yang ada masih kurang
mendapatkan pelatihan-pelatihan khusus yang di adakan oleh pihak Kabupaten,
Provinsi maupun Pusat, pegawai hanya mendapatkan bimbingan dari atasan yang
melakukan kontrol terhadap pelayanan dan kinerjanya. Sejauh ini sikap pegawai
dalam pelayanan sudah baik dan melayani masyarakat dengan ramah dengan
menerapkan 3S (senyum, sapa, salam) sehingga masyarakat puas terhadap layanan
yang di berikan.
Profesionalisme pegawai sudah meningkat dan membaik jika dibandingkan
dengan tahun sebelummnya yang masih lambat dalam menangani masyarakat dan
kurangnya keramahan pegawai. Namun hal tersebut dapat di evaluasi oleh Dinas
sehingga berdampak pada sikap pegawai saat pelayanan yang sudah membaik, hal
tersebut di buktikan dari kutipan wawancara kepada masyarakat yang melakukan
pelayanan pembuatan KTP-el.
3. Efisiensi dan Efektivitas
Pelayanan dalam pembuatan KTP-el di Dinas Kependudukan dan Pencatatan
Sipil Kabupaten Bintan belum sesuai dengan standar pelayanan pembuatan KTP-
el. Karena masih ada penyelesaian KTP-el hingga seminggu bagi masyarakat
pembuat KTP-el pemula. Karena pemula Untuk pencapaian penyelesaian
pembuatan KTP-el satu berkas dapat terselesaikan 50 menit belum mampu
melaksanakannya, namun sudah lebih baik jika dibandingkan pada tahun
sebelumnya penyelesaian KTP-el atau KTP-el bisa menghabiskan waktu hingga
berbulan-bulan. Seharusnya tidak ada perbedaan dalam waktu pembuatan KTP-el
antara pemula dan yang memperbaharui data karena didalam standard
operasional procedure tidak ada perbedaan waktu dalam penerbitan KTP-el.
Kendala yang dihadapi yaitu masih kurangnya sumber daya manusia dalam
melakukan pelayanan sehingga sumber daya manusia atau pegawai yang ada
selalu bekerja membantu pelayanan yang lainnya. Hal ini dapat menjadikan
pegawai menjadi tidak sesuai dengan bidang pekerjaannya, sehingga dapat
menghambat pelayanan yang diberikan. Selanjutnya pegawai yang ada masih
jarang diberikan pelatihan untuk meningkatkan kinerja para pegawai yang ada.
Keterbatasan peralatan yang dibutuhkan juga masih kurang dalam proses
pelayanan, termasuk peralatan dalam pembuatan KTP-el yang masih kurang. Hal
ini di lihat dari hasil wawancara peneliti dengan beberapa informan yang terkait.
4. Transparansi
Hasil dari wawancara dan observasi maka dapat di analisa bahwa pegawai
sudah mampu untuk menjelaskan dengan baik. Jika segala aspek proses
penyelenggaraan pelayanan seperti persyaratan dan waktu yang di perlukan, cara
pelayanan serta hak dan kewajiban penyelenggara dan pengguna layanan di
publikasikan secara terbuka sehingga mudah di akses dan di pahami oleh publik,
maka praktik penyelenggaraan pelayanan itu dapat di nilai memiliki transparansi.
Dalam pelaksanaannya Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten
Bintan sudah banyak melakukan perbaikan-perbaikan untuk mempermudah
masyarakat baik dalam mengakses informasi serta mempermudah dalam proses
pelayanan.
Seluruh pelayanan termasuk pelayanan pembuatan KTP-el perekamannya
langsung dilakukan di depan sehingga prosesnya akan lebih cepat. Persyaratan
pembuatan KTP-el sudah semakin dipermudah, tentunya hal ini sangat
mempermudah masyarakat untuk memiliki KTP-el dan penduduk yang wajib
KTP-el seharunya jumlahnya sudah sesuai dengan yang ditargetkan. Meskipun
pelayanan yang diberikan sudah dipermudah dan lebih baik, namun kesadaran
masyarakat akan pentingnya membuat dan memperbaharui data KTP-el
khususnya KTP-el masih kurang meski sudah dilakukan sosialisasi-sosialisasi dari
Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Bintan.
5. Kesetaraan
Hasil wawancara informan dan observasi dapat diambil analisa bahwa
kesamaan hak yang diperoleh masyarakat saat ingin memperoleh pelayanan di
Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Bintan belum sesuai
dengan yang di harapkan dengan sarana dan prasarana yang ada di kantor tersebut
yang sudah memadai dan mendukung terhadap pelayanan yang di berikan.
Terutama dengan adanya mesin nomor antrian yang tersedia bagi masyarakat
yang ingin melakukan pelayanan.
Pihak Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Bintan telah
melakukan perbaikan atas buruknya dan banyaknya keluhan masyarakat
sebelumnya. Namun masih ada beberapa masyarakat yang datang dan langsung
bertemu dengan beberapa pegawai yang berkaitan dengan pelayanan akan tetapi
tidak melewati alur pelayanan yang ada seperti masuk di depan dan mengambil
nomor antrian tetapi langsung masuk ke dalam ruangan Kasi maupun Kepala
Bidang tertentu. Sedangkan untuk pelayanan masyarakat dilakukan di ruangan
depan sekaligus menjadi ruang tunggu dalam melakukan pelayanan. Hal ini
menunjukkan masih lemahnya kesetaraan dalam pelayanan yang diberikan kepada
masyarakat meskipun sudah diterapkannya sistem nomor antrian.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah di bahas di bab sebelumnya, maka
penulis menarik kesimpulan bahwa pelayanan KTP-el di Dinas Kependudukan
dan Pencatatan Sipil Kabupaten Bintan sudah berjalan dengan baik sesuai dengan
prinsip-prinsip Good Governance namun masih ada beberapa kendala yang perlu
segera di perbaiki. Hal ini dapat di lihat dari lima indikator yang penulis gunakan
untuk mengukur penerapan prinsip-prinsip Good Governance dalam pelayanan
KTP-el, yaitu:
Berdasarkan hasil penelitian penerapan prinsip-prinsip Good Governance
di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Bintan di lihat dari segi
pengawasan yang terjadi dalam pelaksanaan pelayanan pembuatan KTP-el
peneliti melihat pengawasan yang dilakukan secara internal masih kurang dalam
pengawasan secara rutin terhadap pelayanan. Masih banyak masyarakat yang
tidak mengerti akan peran kotak saran dalam memberi saran dan masukan dalam
pelayanan yang di berikan. Hal tersebut di buktikan dari hasil wawancara kepada
informan baik dari Dinas maupun kepada masyarakat.
Jika di tinjau dari dimensi profesionalisme di Dinas Kependudukan dan
Pencatatan Sipil Kabupaten Bintan dapat dilihat untuk seseuai Tupoksinya masih
belum baik. Kekurangan jumlah sumber daya manusia dan peralatan dan
penempatan pegawai sesuai bidangnya menjadi kendalanya, akan tetapi petugas
pelayanan sudah melayani masyarakat dengan ramah sehingga masyarakat cukup
puas terhadap layanan yang di berikan.
Dilihat dari indikator efisiensi dan efektivitas di Dinas Kependudukan dan
Pencatatan Sipil Kabupaten Bintan sejauh ini cukup baik. Hal ini terbukti karena
pelayanan yang di berikan telah membaik dari sebelumnya dan proses pelayanan
pembuatan KTP-el lebih cepat tetapi belum mampu sesuai dengan SOP yang ada.
Akan tetapi masih adanya kekurang pada efisiensi yaitu kurangnya jumlah sumber
daya manusia (SDM) yang ada serta peralatan yang masih kurang serta dalam
penerbitan KTP-el yang tidak sama antara pemula dan pembaharuan data.
Transparansi dalam penerapan prinsip-prinsip Good Governance dalam
pelayanan di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Bintan sudah
berjalan dengan baik, meskipun sudah berjalan dengan baik namun masih banyak
kurangnya kesadaran masyarakat dalam membuat KTP dan pembaharuan data.
Dalam melakukan pelayanan Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil
Kabupaten Bintan belum netral meskipun sudah adanya mesin nomor antrian yang
berada di pintu masuk untuk melakukan pelayanan. Hal ini dapat menjadikan
masyarakat yang ingin melakukan pelayanan menjadi tertib. Namun masih ada
beberapa masyarakat yang ingin melakukan pelayanan langsung tanpa mengantri
di depan dan masuk ke dalam menemui pegawai yang ada.
Saran
Penelitian ini tentunya masih mengandung banyak kekurangan dalam
pelaksanaannya, oleh sebab itu peneliti akan memberikan saran-saran yang
bersifat teoritis agar pada penelitian selanjutnya, kekurangan-kekurangan yang
ada dapat dihindari dan menjadi penelitian yang lebih baik. Selain itu peneliti juga
akan memberikan saran yang sifatnya praktis agar hasil yang diperoleh pada
penelitian ini dapat diterapkan.
1. Saran Teoritis
a. Disarankan bagi peneliti lain agar dapat melakukan penelitian lebih
mendalam terhadap penerapan prinsip good governance dalam pelayanan
pembuatan KTP-el di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil
Kabupaten Bintan.
b. Menggunakan teori-teori mengenai good governance yang lebih tepat untuk
penelitian selanjutnya.
2. Saran Praktis
a. Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Bintan
1) Melakukan sosialisasi yang lebih intensif baik secara langsung maupun
melalui media cetak dan elektronik untuk meningkatkan partisipasi
masyarakat dalam pembuatan KTP-el agar tingkat kesadaran
masyarakat dalam membuat dan memperbaharui data meningkat
sehingga data yang tersedia di dinas selalu data terbaru.
2) Harus menambahkan sumber daya manusia yang berkompeten dan
sesuai bidangnya yaitu agar pelayanan yang di berikan semakin baik
dan semakin efektif serta efisien .
3) Harus ada pelatihan yang lebih sering diberikan kepada para pegawai
dari tingkat kabupaten, provinsi maupun pusat agar kinerja para
pegawai tetap baik dalam melakukan pelayanan kepada masyarakat.
b. Masyarakat
1) Masyarakat harus sadar pentingnya dokumen kependudukan sehingga
masyarakat yang sudah layak memiliki KTP-el wajib mengurus
pembuatannya dan masyarkat yang memiliki perubahan elemen data
wajib mengurus perubahan datanya.
2) Menjadi masyarakat yang pastisipatif dengan mengisi kotak saran yang
disediakan dan memberikan masukan untuk mengevaluasi terhadap
pelayanan yang diberikan.
Daftar Pustaka
Buku:
Afrizal, 2017. Kepemimpinan Pemerintahan, Tanjungpinang, UMRAH Press.
Dwiyanto, Agus, 2004. Reformasi Birokrasi Republik Indonesia, Yogyakarta:
PPSK-UGM.
, 2006. Reformasi Birokrasi Publik di Indonesia. Yogyakarta,
Gadjah Mada University Press.
Herdiansyah, Haris, 2012. Metode Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-ilmu sosial.
Jakarta, Salemba Humanika.
Inu Kencana Syafiie, Haji, 2010. Ilmu Politik. Jakarta, Rineka Cipta.
Isdianto, Bambang, 2011. Manajemen Pemerintahan Dalam Persepektif
Pelayanan Publik. Jakarta, Mitra Wacana Media (edisi 2).
Keban, Yeremias T, 2011. Memahami Good Governance Dalam Perspektif
Sumber Daya Manusia. Yogyakarta, Gava Media.
Mulyadi, Deddy, 2015. Perilaku Organisasi dan Kepemimpinan Pelayanan.
Bandung, Alfabeta.
Mustafa, Delly, 2013. Birokrasi Pemerintahan, Bandung, Alfabeta.
Ndaraha, Taliziduhu, 2011. Kybernolog : Ilmu Pemerintahan Baru I. Jakarta,
Rineka Cipta.
Pasolong, Harbani, 2008. Kepemimpinan Birokrasi. Bandung, Alfabeta.
Said, M. Mas’ud, 2010. Birokrasi Di Negara Birokratis. Malang, UMM Press.
Sedarmayanti, 2007. Sumber Daya Manusia Dan Produktivitas Kerja. Bandung:
Mandar Maju.
, 2009. Reformasi Administrasi Publik, Reformasi Birokrasi, Dan
Kepemimpinan Masa Depan, Bandung, Refika Aditama.
Setyawan, Guntur, 2004. Implementasi Dalam Birokrasi Pembangunan, Bandung,
Remaja Rosdakarya Offset.
Sugiyono,2012. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, Dan R&D. Bandung,
Alfabeta.
Thoha, Miftah, 2014. Birokrasi Dinamika Kekuasaan. Jakarta, Prenamedia.
Undang-Undang:
Undang-undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan.
Undang-undang Nomor 24 Tahun 2013 tentang Perubahan atas Undang-undang
Nomor 23 Tahun 2006.
Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah.
Peraturan Pemerintah No.37 Tahun 2007 tentang Pelaksanaan Undang-Undang
No.23 Tahun 2006 tentang Administasi Kependudukan.
Peraturan Pemerintah Nomor 102 tentang perubahan atas peraturan pemerintah
Nomor 37 2007 tentang Pelaksanaan Undang-Undang No.23 Tahun 2006
tentang Administasi Kependudukan.
Peraturan Presiden Nomor 25 Tahun 2008 tentang Perubahan ketiga atas
peraturan Presiden Nomor 26 Tahun 2009 tentang Penerapan KTP-el
Berbasis Nomor Induk.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 9 Tahun 2011 tentang Pedoman
Penerbitan KTP-el Berbasis Nomor Induk Kependudukansecara Nasional.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 19 Tahun 2012 tentang pedoman
pendokumentasian hasil pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil.
Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 30 Tahun 2014 tentang
Administrasi Pemerintahan.
Jurnal:
Fariz, Raja Syahbana, 2017 Pelaksanaan Prinsip Good Governance Dalam
Pelayanan Di Kelurahan Penyengat Tanjungpinang.
Mardiasmo, 2004, Akuntansi Sektor Publik . Penerbit Andi, Yogyakarta. . 2006.
Perwujudan Transparansi dan Akuntabilitas Publik Melalui Akuntansi
Sektor Publik : Suatu Sarana Good Governance. Jurnal Akuntansi
Pemerintah Vol. 2, No. 1, Mei 2006.
Shinta, Agni Saraswati, 2017 Penerapan Prinsip Good Governance Dalam
Penyelenggaraan Pemerintahan Di Kecamatan Bukit Bestari.
Wahyu, Indah Utami, 2014 Implementasi Good Governance Dengan Dasar UU.
No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah, Di Kota Surakarta.