Penerapan Permainan Mengarang Gotong Royong Untuk Meningkatkan Kemampuan Menulis Karangan Sederhana...
-
Upload
makhlul-ilmah -
Category
Documents
-
view
294 -
download
0
Transcript of Penerapan Permainan Mengarang Gotong Royong Untuk Meningkatkan Kemampuan Menulis Karangan Sederhana...
1
PROPOSAL PENELITIAN TINDAKAN KELAS
A. JUDUL PENELITIAN
“Penerapan Permainan Mengarang Gotong Royong Untuk
Meningkatkan Kemampuan Menulis Karangan Sederhana Siswa Kelas III
SDN. Sukaraja I Kecamatan Sumedang Selatan Kabupaten Sumedang”
B. BIDANG KAJIAN
Bidang kajian yang menjadi fokus penelitian tindakan kelas adalah
masalah dalam pembelajaran menulis karangan berdasarkan pengalaman
sendiri di kelas III SDN Sukaraja I Kecamatan Sumedang Selatan Kabupaten
Sumedang dengan menggunakan permainan mengarang gotong royong.
Dengan alat bantu dan media yang digunakan adalah gambar seri yang
sekaligus sebagai sumber belajar. Prosedur penilaian yang digunakan adalah
hasil belajar dengan bentuk penilaian tulisan dan sebagai alat penilaianya
menggunakan format penilaian.
C. PENDAHULUAN
Dengan bahasa, seseorang dapat menjadikannya sebagai alat untuk
berinteraksi dengan sesamanya dan bisa mengungkapkan keinginan,
perasaannya, kehendaknya, pendapatnya, dan lain-lain. Melihat peran bahasa
2
yang sangat penting bagi kehidupan, maka bahasa perlu diajarkan kepada anak
agar mereka memiliki kemampuan berbahasa yang baik dan benar serta dapat
berinteraksi dengan dunia luar yang lebih luas mengingat zaman yang semakin
maju. Tentunya dunia pendidikan harus lebih memantapkan siswa didiknya
dalam menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar.
Mata Pelajaran Bahasa Indonesia diajarkan di semua jenjang pendidikan formal. Adapun tujuan utamanya adalah siswa mampu berkomunikasi dengan Bahasa Indonesia secara lisan maupun tertulis. Selain itu, siswa dapat mengembangkan potensi dirinya sesuai dengan kemampuan, bakat, minat, motif serta menumbuh kembangkan setiap penghargaan terhadap budaya, nilai-nilai dan hasil karya bangsa sendiri (Depdiknas, 2006).
Pembelajaran Bahasa Indonesia di sekolah dasar tidak hanya
diarahkan untuk meningkatkan pengetahuan saja, namun sebagai suatu upaya
untuk meningkatkan keterampilan berbahasa. Keterampilan berbahasa yang
dimaksud, yaitu keterampilan menyimak, bebicara, membaca, dan menulis.
Dalam hal ini siswa dituntut untuk menggunakan Bahasa Indonesia baik
secara lisan maupun tulisan dengan baik dan benar.
Setiap keterampilan berbahasa berhubungan dengan proses-proses
yang mendasari bahasa. Bahasa seseorang mencerminkan pikirannya semakin
terampil seseorang berbahasa, semakin cerah pula jalan pikirannya.
Keterampilan hanya dapat diperoleh dan dikuasai dengan jalan praktek dan
banyak latihan.’Melatih keterampilan berbahasa berarti pula melatih
keterampilan berpikir’, menurut Dawson (Tarigan, 1980/1981 : 2).
3
Pengajaran Bahasa Indonesia dalam aspek membaca dan menulis
sebagaimana tercantum dalam kurikulum sekolah dasar Tahun 2006, salah
satunya adalah “Siswa mampu menyampaikan informasi secara lisan dan
tertulis sesuai dengan konteks dan keadaan”. (Depdiknas, 2006: 19).
Sedangkan Haryadi (1997: 75) mengatakan bahwa, “Menulis memiliki
peranan penting dalam rangka meningkatkan aktivitas komunikasi dan
mengembangkan ilmu pengetahuan”. Hal ini berarti cukup menjelaskan
kemampuan berbahasa, khususnya keterampilan membaca dan menulis
merupakan keterampilan dasar yang harus dimiliki oleh siswa sekolah dasar,
baik dalam rangka meningkatkan aktivitas komunikasi maupun untuk
mengembangkan ilmu pengetahuan pada jenjang pendidikan berikutnya.
Meskipun menulis merupakan suatu keterampilan yang sulit dan
kompleks, tetapi keterampilan menulis sangatlah penting untuk dikuasai oleh
siswa. Menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang sangat
penting selain dari tiga keterampilan berbahasa lainnya seperti menyimak,
berbicara dan membaca. Kegiatan menulis berperan penting dalam
pengembangan kemampuan berbahasa seseorang terutama para siswa.
Pembelajaran menulis bukan semata-mata penyajian materi dengan
menuliskan segala sesuatu informasi, melainkan ada proses pemahaman yang
harus dikembangkan.
Seperti yang diungkapkan oleh Suriamiharja (Djuanda,2008: 180)
mengemukakan bahwa ”menulis adalah kegiatan melahirkan pikiran dan
perasaan dengan tulisan. Menulis juga dapat diartikan berkomunikasi
4
mengungkapkan pikiran, perasaan dan kehendak kepada orang lain secara
tertulis”.
Salah satu pembelajaran menulis di Sekolah Dasar adalah menulis
fiksi, yang di dalamnya terkandung mengarang. Pada dasarnya mengarang
sudah diajarkan semenjak kelas rendah (mengarang permulaan). Syarat-syarat
mengarang dapat diajarkan berangsur-angsur, yang penting siswa secara
spontan dan timbul keberaniannya untuk menyatakan isi hatinya dalam
bentuk tulisan.
Di dalam menulis karangan diharapkan siswa tidak hanya dapat
mengembangkan kemampuan membuat karangan, tetapi memiliki
kemampuan untuk menuangkan ide atau gagasan dengan cara membuat
karangan yang menarik untuk dibaca. Selain itu siswa pun dalam menulis
sebuah karangan memiliki kemampuan dalam penggunaan kata-kata yang
baik dan benar tentunya sesuai dengan ejaan yang telah dibakukan (EYD).
Sehingga siswa secara tidak langsung dapat melatih kemampuan
berbahasanya dalam bentuk tulisan dan kesalahan dalam berbahasa yang
sering dijumpai di sekolah dasar dapat diminimalisir.
Dalam pembelajaran menulis karangan, guru harus dapat
menyediakan, menunjukkan, membimbing dan memberikan motivasi kepada
siswa agar siswa mampu berkreasi dan mengungkapkan gagasan serta idenya
dengan berbagai sumber yang ada karena dengan begitu siswa dapat
mengembangkan segala potensi yang dimilikinya. Selain itu, guru harus
5
mampu memiliki dan menggunakan media yang sesuai dengan materi
sehingga dapat membantu siswa dalam membuat karangan.
Keterampilan menulis memang harus diterapkan kepada siswa sekolah
dasar dikelas rendah, sehingga siswa terlatih kemampuan menulisnya dan
lebih siap untuk menulis karangan di kelas tinggi. Namun dalam
pembelajaran keterampilan menulis karangan yang ada di Sekolah Dasar,
sering ditemukan berbagai hambatan, terutama tentang kurang tepatnya
penggunaan teknik maupun model dalam pembelajaran mengarang. Demikian
juga, pada pembelajaran mengarang di kelas III SDN Sukaraja 1. Penulis
menemukan ada beberapa kendala atau masalah yang ditimbulkan baik oleh
guru maupun siswanya, serta dalam penggunaan strategi, teknik, media dan
evaluasi yang digunakan dalam pembelajaran mengarang.
Penulisan ejaan yang digunakan pada masa sekarang adalah ejaan
yang berdasarkan pada keputusan menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia Nomor : 0543a/u/1987, tanggal 9 September 1987 yaitu
Ejaan Bahasa Indonesia yang disempurnakan.
Ejaan menurut Suriamiharja (1997: 80) adalah penggambaran bunyi bahasa dengan kaidah tulis-menulis yang distandarisasikan yang lazimnya mempunyai tiga aspek yaitu aspek fonologis yang menyangkut penggambaran fonem dengan huruf dan penyusunan abjad; aspek morfologis yang menyangkut penggambaran satuan-satuan morfem, aspek sintaksis yang menyangkut penanda ujaran berupa tanda baca.
Dengan demikian, pada awal siswa mulai menulis sudah dituntut
untuk mampu menggunakan ejaan, kosakata, membuat kalimat dan
menghubung-hubungkan kalimat yang runtut dan dalam satu paragraf mereka
6
perlu peningkatan dalam pembelajaran bahasa Indonesia khususnya dalam
pembelajaran menulis karangan.
Berdasarkan hasil penelitian awal yang diperoleh dari lapangan,
penulis menemukan adanya permasalahan yang dihadapi oleh siswa kelas III
SDN Sukaraja I dalam menulis karangan sederhana dengan memperhatikan
pemilihan kata dan penggunaan ejaan.
Siswa yang dinyatakan tuntas dalam pembelajaran menulis karangan
sederhana jika dipersentasekan sebanyak 11% sedangkan yang belum tuntas
sebanyak 89%. Dimana siswa yang mendapatkan skor 3 untuk pemilihan kata
sebannyak 8%, yang mendapatkan skor 2 sebanyak 89%, dan yang
mendapatkan skor 1 sebanyak 3%. Dan untuk siswa yang mendapatkan skor 3
untuk penggunaan huruf capital diawal kalimat sebanyak 11%, skor 2
sebanyak 36%, dan skor 1 sebanyak 53%. Serta siswa yang mendapatkan
skor 3 untuk ketepatan dalam menempatkan tanda titik di akhir kalimat
sebanyak 5%, skor 2 sebanyak 31%, dan skor 1 sebanyak 64%. Hal tersebut
membuktikan bahwa kemampuan siswa dalam menulis karangan sederhana
perlu ditingkatkan kembali terutama dalam hal pembelajarannya.
Dalam pembelajaran ini, guru menggunakan teknik secara klasikal
sehingga perhatian siswa kurang terpokus pada pembelajaran dan media yang
digunakan hanya terpaku pada buku paket saja, sehingga siswa mengalami
kesulitan dalam menulis karangan pengalaman yang pernah dialami. Padahal
7
pembelajaran akan berhasil bila ditunjang dengan Penerapan metode dan
teknik yang tepat.
Pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru tersebut dirasakan kurang
tepat, karena dalam pembelajaran menulis karangan diperlukan metode dan
teknik yang sangat mendukung serta penggunaan media untuk mencapai hasil
yang diharapkan sesuai dengan indikator. Berkaitan dengan masalah di atas
maka penulis mencoba mengatasi masalah tersebut yang terjadi pada siswa
kelas III SDN Sukaraja I Kecamatan Sumedang Selatan Kabupaten
Sumedang Tahun 2010/2011.
Dalam menulis karangan, guru memegang peranan penting bagi
keberhasilan proses dan hasil pembelajaran, karena keberhasilan proses
belajar banyak dipengaruhi oleh faktor kemampuan guru itu sendiri dalam
merencanakan dan melaksanakan kegiatan pembelajaran. Dalam upaya
meningkatkan pembelajaran menulis karangan pengalaman sendiri, guru
sebaiknya menggunakan teknik dan media yang tepat untuk melatih
keterampilan menulis karangan. Dalam proses pelaksanaan pembelajaran
menulis karangan pada siswa kelas III SDN Sukaraja I Kecamatan Sumedang
Selatan Kabupaten Sumedang masih ditemukan berbagai kendala, terutama
yang berkaitan dengan teknik dan media yang tepat dalam pembelajaran
menulis karangan sederhana sesuai dengan gambar seri.
Permainan bahasa mengarang gotong royong dapat membantu siswa
dalam meminimalisir kesalahan dalam pemilihan kata. Penggunaan kata yang
8
kurang baik dan benar tentunya dikarenakan siswa kurang memiliki kosakata
atau pembendaharaan kata yang cukup. Untuk itu dengan mengarang gotong
royong siswa akan dilatih dalam membuat kalimat yang akan menjadi sebuah
paragraf dalam karangan. Permainan gotong royong tentunya akan dikemas
dalam kegiatan menulis proses. Dimana siswa dalam kegiatan menulis proses
akan mengalami kegiatan pembelajaran editing, dimana siswa akan saling
mengoreksi hasil karangan dengan teman-temannya. Tahapan ini tentunya
dapat membantu siswa dalam meminimalisir terjadinya kesalahan
penggunaan ejaan dalam menulis sebuah karangan sederhana. Serta bantuan
media gambar seri dan LKS sebagai sumber ajar dapat membantu siswa untuk
melatih pemilihan kata yang sesuai dengan EYD yang telah dibakukan.
D. PERUMUSAN DAN PEMECAHAN MASALAH
1. Perumusan Masalah
Peneliti akan melakukan penelitian tindakan kelas dengan
permasalahan, yaitu kesulitan siswa dalam menulis karangan sederhana
dengan memperhatikan penggunaan pilihan kata yang sesuai dengan bahasa
Indonesia yang baik dan benar, penggunaan huruf kapital di awal kalimat
dengan tepat, serta penempatan tanda titik di akhir kalimat dengan tepat di
kelas III SDN. Sukaraja I Kecamatan Sumedang Selatan Kabupaten
Sumedang, yang didasarkan pada hasil observasi, wawancara yang
dilakukan pada siswa dan guru, dan hasil belajar siswa, yang menunjukan
9
bahwa pembelajaran menulis karangan sederhana di kelas III belum
berhasil. Tindakan yang dilakukan oleh peneliti adalah menggunakan
permainan bahasa mengarang gotong royong, maka peneliti merumuskan
masalah sebagai berikut:
a. Bagaimana perencanaan permainan mengarang gotong royong dalam
meningkatkan kemampuan pemilihan kata yang sesuai dengan bahasa
indonesia yanng baik dan benar dalam menulis karangan sederhana.
Pada siswa kelas III SDN Sukaraja I Kecamatan Sumedang Selatan
Kabupaten Sumedang?
b. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran menulis karangan sederhana
dalam permainan mengarang gotong royong untuk meningkatkan
kemampuan penggunaan ejaan (penggunaan huruf kapital di awal
kalimat dan penempatan tanda titik di akhir kalimat) dengan tepat dalam
menulis karangan sederhana. Pada siswa kelas III SDN Sukaraja I
Kecamatan Sumedang Selatan Kabupaten Sumedang?
c. Bagaimana peningkatan aktifitas siswa dalam pembelajaran menulis
karangan sederhana dalam permainan mengarang gotong royong untuk
meningkatkan kemampuan penggunaan ejaan (penggunaan huruf kapital
di awal kalimat dan penempatan tanda titik di akhir kalimat) dengan
tepat dalam menulis karangan sederhana. Pada siswa kelas III SDN
Sukaraja I Kecamatan Sumedang Selatan Kabupaten Sumedang?
10
Berdasarkan hasil penelitian awal yang diperoleh dari lapangan,
penulis menemukan adanya permasalahan yang dihadapi oleh siswa kelas III
SDN Sukaraja I dalam menulis karangan sederhana dengan memperhatikan
pemilihan kata dan penggunaan ejaan.
Siswa yang dinyatakan tuntas dalam pembelajaran menulis
karangan sederhana jika dipersentasekan sebanyak 11% sedangkan yang
belum tuntas sebanyak 89%. Dimana siswa yang mendapatkan skor 3 untuk
pemilihan kata sebannyak 8%, yang mendapatkan skor 2 sebanyak 89%, dan
yang mendapatkan skor 1 sebanyak 3%. Dan untuk siswa yang mendapatkan
skor 3 untuk penggunaan huruf capital diawal kalimat sebanyak 11%, skor 2
sebanyak 36%, dan skor 1 sebanyak 53%. Serta siswa yang mendapatkan
skor 3 untuk ketepatan dalam menempatkan tanda titik di akhir kalimat
sebanyak 5%, skor 2 sebanyak 31%, dan skor 1 sebanyak 64%. Hal tersebut
membuktikan bahwa kemampuan siswa dalam menulis karangan sederhana
perlu ditingkatkan kembali terutama dalam hal pembelajarannya.
2. Pemecahan Masalah
Dalam pembelajaran menulis cerita atau karangan banyak digunakan
berbagai media dan metode yang diharapkan dapat meningkatkan
kemampuan siswa dalam belajar menulis cerita atau karangan. Permasalahan
yang ditemukan di lapangan. Memerlukan suatu pemecahan masalah yang
tepat, yaitu dengan menggunakan permainan bahasa mengarang gotong
11
royong yang akan mampu meningkatkan kemampuan menulis cerita atau
karangan sederhana kelas III SDN Sukaraja I. Karena permainan bahasa
mengarang gotong royong dapat melatih siswa dalam menulis sebuah
karangan yang menggunakan bahasa indonesia yang dan benar. Dimana
siswa dalam setiap kelompok akan membuat sebuah kalimat yang sesuai
dengan benda yang telah disiapkan oleh guru. Metode permainan bahasa
mengarang gotong akan dikemas dalam writing process saat pembelajaran
menulis karangan sederhana.
Tahapan dalam menulis proses menurut Tomkins (Djuanda, 2008:
184) ada beberapa tahapan, yaitu.
1) Pra Menulis (Pre Writing)Pada tahap pra menulis siswa berusaha mengemukakan apa yang akan mereka tulis. Dalam hal ini guru dapat menggunakan berbagai strategi untuk membantu siswa memperoleh gagasan untuk dituliskan dan memilih tema tulisan. Pra menulis sebagai satu tahapan dari rangkaian proses akan tampak ketika penulis mengenali, menggali, memahami dan menyeleksi pengetahuan awalnya (Prior Knowledge) sesuai dengan topik tulisannya. Dengan memulai aktivitas-aktivitas tersebut siswa dapat mengeksplorasi gagasan dan dapat memilih atau menentukan.
2) Penyusunan dan Pemaparan Konsep (Drafting)Tahap ini siswa membuat karangannya dalam bentuk kasar. Dalam tulisan kasar inilah penulis berupaya untuk menarik pembaca dengan tulisannya. Dengan demikian konsep tulisan yang masih kasar ini lebih mengutamakan isi bukan hal-hal yang bersifat mekanis. Siswa dibiarkan menuangkan gagasannya sebebas mungkin, tidak harus terikat dengan ejaan, tanda baca, kesalahan berbahasa, atau kerapihan tulisan. Biarkan siswa menumpahkan gagasan yang ada di kepalanya. Hal ini bertujuan agar siswa tidak ragu-ragu, karena pada tahap merevisi akan diperbaiki, diubah, dan disusun ulang. Untuk membantu siswa mengembangkan ide dan menyusun konsep tulisannya, dapat dilakukan dengan pemetaan pikiran yang sudah dibuatnya pada langkah pra menulis.
12
3) Merevisi (Revising)Pada tahap perbaikan siswa membaca kembali tulisannya untuk selanjutnya menambah, mengganti, atau menghilangkan sebagian ide berkaitan dengan penggarapan tulisannya. Siswa diberi kesempatan untuk merevisi kekeliruan yang dibuatnya. Perbaikan tersebut bisa hasil pemikirannya atau hasil diskusi dalam kelompok, balikan dari teman-teman kelompoknya. Siswa bertukar hasil pikirannya berupa draf kasar dengan temannya.
4) Mengedit (Editing)Mengedit merupakan tahap penyempurnaan tulisan sebelum dipublikasikan. Pada tahap ini siswa mengedit kesalahan mekanikal yang dibuatnya pada menulis draf kasar. Pengeditan lebih diarahkan pada ejaan, tanda baca, dan kesalahan mekanikal lainnya. Dapat dilakukan melalui kelompok. Tulisan siswa bisa diedit oleh siswa lain baik dalam kelompok maupun dalam kelas. Pelaksanaan pengeditan ini siswa bisa dibekali buku-buku teori yang terikat dengan ejaan, misalnya. Ejaan Yang Disempurnakan. Yang terpenting dari ini, siswa harus menyadari kesalahannya sendiri hasil mengoreksinya.
5) Publikasi (Publishing)Sebagai tahap akhir adalah publikasi, dapat dilakukan melalui kegiatan penugasan untuk membacakan hasil karangan atau ditempel pada majalah dinding sekolah atau di depan kelas. Jadi, publikasi yang dimaksud ialah menyampaikan hasil tulisannya kepada audien, teman, dan orang tua sehingga memperoleh kesadaran bahwa ia adalah pengarang, bahwa apa yang ditulisnya bisa dibaca dan dinikmati orang lain.
Melalui penerapan metode permainan mengarang gotong royong
diharapkan dapat mengatasi permasalahan siswa dalam menulis karangan
sederhana sehingga kemampuan menulis karangan pada siswa kelas III SDN
Sukaraja I meningkat. Dimana kemampuan siswa mengenai pilihan kata,
penggunaan huruf kapital, tanda titik, dan tanda koma dalam menulis
karangan sederhana di kelas III SDN Sukaraja I dianggap sudah tuntas.
E. TUJUAN PENELITIAN
13
Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kegiatan
pembelajaran menulis karangan sederhana dengan penerapan metode
permainan mengarang gotong royong dalam meningkatkan kemampuan
penggunaan ejaan yaitu huruf capital diawal kalimat dan tanda titik diakhir
kalimat serta penggunaan media gambar seri dalam meningkatkan
kemampuan pemilihan kata bahasa indonesia yang baik dan benar dalam
menulis karangan sederhana pada siswa kelas III SDN Sukaraja I Kecamatan
sumedang Selatan Kabupaten Sumedang. Sedangkan secara khusus bertujuan
untuk.
1. Mengetahui perencanaan permainan mengarang gotong royong dalam
meningkatkan kemampuan pemilihan kata yang sesuai dengan bahasa
indonesia yanng baik dan benar dalam menulis karangan sederhana. Pada
siswa kelas III SDN Sukaraja I Kecamatan Sumedang Selatan Kabupaten
Sumedang?
2. Mengetahui pelaksanaan pembelajaran menulis karangan sederhana dalam
permainan mengarang gotong royong untuk meningkatkan kemampuan
penggunaan ejaan (penggunaan huruf kapital di awal kalimat dan
penempatan tanda titik di akhir kalimat) dengan tepat dalam menulis
karangan sederhana. Pada siswa kelas III SDN Sukaraja I Kecamatan
Sumedang Selatan Kabupaten Sumedang?
3. Mengetahui peningkatan aktifitas siswa dalam pembelajaran menulis
karangan sederhana dalam permainan mengarang gotong royong untuk
14
meningkatkan kemampuan penggunaan ejaan (penggunaan huruf kapital
di awal kalimat dan penempatan tanda titik di akhir kalimat) dengan tepat
dalam menulis karangan sederhana. Pada siswa kelas III SDN Sukaraja I
Kecamatan Sumedang Selatan Kabupaten Sumedang?
F. MANFAAT HASIL PENELITIAN
Dengan diadakannya penelitian tindakan kelas (PTK) ini, diharapkan
dapat memberi manfaat sebagai berikut.
1. Bagi Siswa
Dapat mengeluarkan ide/gagasan, pikiran, perasaan, kepada orang lain
atau dirinya dengan minat dan kebebasannya, membiasakan untuk menulis
karangan pengalaman yang pernah dialamai, belajar mengoreksi kesalahan
orang lain pada menulis karangan, dapat mengetahui kesalahan tulisan
sendiri, dan dapat meningkatkan kemampuan penggunaan pilihan kata dan
ejaan pada kalimat dalam menulis karangan dengan baik dan benar. Dapat
bekerja sama dalam membuat sebuah karangan sederhana.
2. Bagi Guru
Dapat menjadi alternatif metode pembelajaran untuk meningkatkan
keterampilan menulis karangan sederhana. Sehingga dalam pembelajaran
mengarang tidak monoton.
3. Bagi Lembaga
15
Dapat memberikan kontribusi dalam meningkatkan kualitas
pembelajaran di tingkat pendidikan.
4. Bagi Peneliti
Sebagai bahan data atau informasi tentang penerapan metode
kolaborasi dalam memecahkan masalah pembelajaran menulis karangan
sederhana.
G. Batasan Istilah
Batasan istilah perlu dicantumkan agar tidak ada salah persepsi antara
penulis dan pembaca serta sebagai penjelas makna kalimat yang dipakai
dalam judul proposal penelitian ini. Berikut istilah-istilah yang dipakai dalam
penelitian ini.
a. Penerapan adalah proses, cara perbuatan menerapkan, perihal
mempraktekkan. (Depdiknas, 2005: 1180)
b. Menulis adalah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik
yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang
sehingga orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut
kalau mereka memahami bahasa dan gambaran grafik tersebut.
(Suriamiharja, dkk., 1997: 1)
c. Mengarang adalah segenap rangkaian kegiatan seseorang
mengungkapkan gagasan dan menyampaikannya melalui bahasa tulis
kepada masyarakat pembaca untuk dipahami. (The Liang Gie, 2002:
3).
16
d. Mengarang gotong royong menurut Djuanda (Kopendas.2009).
Tempatkan beberapa benda ke dalam tas atau kotak. Buatlah
kelompok belajar. Suruhlah salah seorang siswa pertama wakil dari
kelompok mengambil satu benda, dan dia harus membuat kalimat
yang berkaitan dengan benda tersebut. Bantulah bila siswa
membutuhkan bantuan guru. Kemudian siswa yang lain dalam
kelompok yang sama membuat sebuah kalimat dari benda tersebut dan
terus sampai siswa yang terakhir dalam kelompok terebut. Permainan
ini tentunya melatih keterampilan menulis (menyusun gagasan) dan
membuat kalimat.
e. Meningkatkan adalah usaha untuk menaikkan kemampuan, yakni
menaikkan kemampuan siswa dalam menulis karangan sederhana.
H. KAJIAN PUSTAKA
a. Kajian Pustaka
Dalam kehidupan sehari-hari kita mengenal dua macam cara
berkomunikasi, yaitu komunikasi langsung dan komunikasi tidak langsung.
Komunikasi langsung yaitu kegiatan berbicara dan mendengar. Sedangkan
komunikasi tidak langsung yaitu kegiatan menulis dan membaca.
Bahasa memiliki peran yang sangat penting dalam perkembangan
intelektual, sosial, dan emosional siswa didik dan merupakan penunjang
17
keberhasilan dalam mampelajari semua bidang studi. Pembelajaran bahasa
diharapkan membantu peserta didik mengenal dirinya, budayanya, dan
budaya orang lain, mengemukakan gagasan dan perasaan, berpartisipasi
dalam masyarakat yang menggunakan bahasa tersebut.
Ruang lingkup mata pelajaran Bahasa Indonesia mencakup
komponen kemampuan berbahasa dan bersastra yang meliputi aspek
mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. (Depdiknas, 2006: 13).
Menulis merupakan salah satu kemampuan yang harus dimiliki oleh siswa
Sekolah Dasar. Dengan memiliki kemampuan menulis seseorang dapat
mengungkapkan pikiran dan gagasan untuk mencapai maksud dan tujuan.
Di bawah ini akan dijelaskan beberapa pengertian menulis menurut para
ahli.
a.Pengertian Menulis
Pengertian menulis menurut Djuanda(2008: 180) “menulis adalah
suatu proses dan aktivitas melahirkan gagasan, pikiran, perasaan, kepada
orang lain atau dirinya melalui media bahasa berupa tulisan”.
Sedangkan menurut Robert Lado (Suriamiharja, 1997 : 1)
mengungkapkan bahwa ”Menulis adalah menempatkan simbol-simbol
18
grafis yang menggambarkan suatu bahasa yang dimengerti oleh
seseorang”.
Selanjutnya Sabarti Akhaidah, dkk(1996 : 8). mengemukakan
bahwa menulis adalah.
1.1) Merupakan suatu bentuk komunikasi1.2) Merupakan suatu proses pemikiran yang dimulai dengan pemikiran tentang gagasan yang akan disampaikan1.3) Adalah bentuk komunikasi yang berbeda dengan bercakap-cakap, dalam tulisan tidak terdapat intonasi ekspresi wajah, gerakan fisik, serta situasi yang menyertai percakapan1.4) Merupakan suatu ragam komunikasi yang perlu dilengkapi dengan ”alat-alat penjelas serta aturan ejaan dan tanda baca1.5) Merupakan bentuk komunikasi untuk menyampaikan gagasan penulis kepada khalayak pembaca yang dibatasi oleh jarak, tempat, dan waktu.
Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa
menulis adalah suatu bentuk komunikasi untuk menyampaikan gagasan,
pikiran, dan perasaan seseorang agar dapat dipahami oleh pembaca.
b. Fungsi Menulis
Menurut Tarigan (Djuanda, 2008: 181) menulis memiliki bermacam-
macam fungsi yaitu sebagai berikut.
a. Fungsi PenataanPada saat seseorang mengarang terjadi penataan terhadap gagasan, pikiran pendapat, imajinasi, dan yang lainnya, serta terhadap penggunaan bahasa untuk mewujudkannya secara tersusun dengan runtut.
b. Fungsi PengawetanMengarang mempunyai fungsi untuk mengawetkan pengutaraan sesuatu dalam wujud dokumen tertulis yang sangat berharga,
19
misalnya untuk mengungkapkan kehidupan yang terjadi pada zaman dahulu.
c. Fungsi PenciptaanDengan mengarang dapat menciptakan sesuatu yang mewujudkan fungsi penciptaan. Begitu pula karangan filsafat dan keilmuan.
d. Fungsi PenyampaianPenyampaian terjadi bukan saja kepada orang yang berdekatan saja, akan tetapi dengan orang yang berjauhan juga. Dengan demikian fungsi menulis selain sebagai alat untuk berkomunikasi juga berfungsi sebagai penataan, pengawetan, penciptaan, dan penyampaian.
c. Manfaat Menulis
Menurut Akhadiah, dkk. (Djuanda, 2008: 182) ada delapan kegunaan
atau manfaat dari menulis, yaitu.
a. Menulis dapat mengenali kemampuan dan potensi dirinya, dengan menulis penulis dapat mengetahui sampai di mana pengetahuannya tentang suatu topik.
b. Penulis dapat terlatih dalam menggunakan berbagai gagasan. Dengan menulis, penulis terpaksa bernalar, menghubungkan, serta membanding-bandingkan fakta untuk mengembangkan berbagai gagasannya.
c. Penulis dapat lebih banyak menyerap, mencari serta menguasai informasi sehubungan dengan topik yang ditulis. Kegiatan menulis dapat memperluas wawasan penulisan secara teoritis mengenai fakta-fakta yang berhubungan.
d. Penulis dapat terlatih dalam mengorganisasikan gagasan secara tesurat.
e. Penulis dapat meninjau serta menilai gagasannya sendiri secara objektif.
f. Dengan menulis sesuatu di atas kertas, penulis akan lebih mudah memecahkan permasalahannya, yaitu dengan menganalisanya secara tersurat dalam konteks yang lebih konkret.
g. Dengan menulis, penulis terdorong untuk terus belajar secara aktif. Penulis menjadi penemu sekaligus pemecah masalah, bukan sekedar menjadi penyadap informasi dari orang lain.
20
h. Dengan kegiatan menulis yang terencanakan membiasakan penulis berfikir serta berbahasa secara tertib dan benar.
d.Proses Menulis (Writing Process) Dalam Pembelajaran Menulis
Menurut Tomkins (Djuanda, 2008: 184) ada beberapa tahapan dalam
proses menulis yaitu.
a.Pra Menulis (Pre Writing)Pada tahap pra menulis siswa berusaha mengemukakan apa yang akan mereka tulis. Dalam hal ini guru dapat menggunakan berbagai strategi untuk membantu siswa memperoleh gagasan untuk dituliskan dan memilih tema tulisan. Pra menulis sebagai satu tahapan dari rangkaian proses akan tampak ketika penulis mengenali, menggali, memahami dan menyeleksi pengetahuan awalnya (Prior Knowledge) sesuai dengan topik tulisannya. Dengan memulai aktivitas-aktivitas tersebut siswa dapat mengeksplorasi gagasan dan dapat memilih atau menentukan.
b.Penyusunan dan Pemaparan Konsep (Drafting)Tahap ini siswa membuat karangannya dalam bentuk kasar. Dalam tulisan kasar inilah penulis berupaya untuk menarik pembaca dengan tulisannya. Dengan demikian konsep tulisan yang masih kasar ini lebih mengutamakan isi bukan hal-hal yang bersifat mekanis. Siswa dibiarkan menuangkan gagasannya sebebas mungkin, tidak harus terikat dengan ejaan, tanda baca, kesalahan berbahasa, atau kerapihan tulisan. Biarkan siswa menumpahkan gagasan yang ada di kepalanya. Hal ini bertujuan agar siswa tidak ragu-ragu, karena pada tahap merevisi akan diperbaiki, diubah, dan disusun ulang. Untuk membantu siswa mengembangkan ide dan menyusun konsep tulisannya, dapat dilakukan dengan pemetaan pikiran yang sudah dibuatnya pada langkah pra menulis.
c.Merevisi (Revising)Pada tahap perbaikan siswa membaca kembali tulisannya untuk selanjutnya menambah, mengganti, atau menghilangkan sebagian ide berkaitan dengan penggarapan tulisannya. Siswa diberi kesempatan untuk merevisi kekeliruan yang dibuatnya. Perbaikan tersebut bisa hasil pemikirannya atau hasil diskusi dalam kelompok, balikan dari teman-teman kelompoknya. Siswa bertukar hasil pikirannya berupa draf kasar dengan temannya.
21
d.Mengedit (Editing)Mengedit merupakan tahap penyempurnaan tulisan sebelum dipublikasikan. Pada tahap ini siswa mengedit kesalahan mekanikal yang dibuatnya pada menulis draf kasar. Pengeditan lebih diarahkan pada ejaan, tanda baca, dan kesalahan mekanikal lainnya. Dapat dilakukan melalui kelompok. Tulisan siswa bisa diedit oleh siswa lain baik dalam kelompok maupun dalam kelas. Pelaksanaan pengeditan ini siswa bisa dibekali buku-buku teori yang terikat dengan ejaan, misalnya. Ejaan Yang Disempurnakan. Yang terpenting dari ini, siswa harus menyadari kesalahannya sendiri hasil mengoreksinya.
e.Publikasi (Publishing)Sebagai tahap akhir adalah publikasi, dapat dilakukan melalui kegiatan penugasan untuk membacakan hasil karangan atau ditempel pada majalah dinding sekolah atau di depan kelas. Jadi, publikasi yang dimaksud ialah menyampaikan hasil tulisannya kepada audien, teman, dan orang tua sehingga memperoleh kesadaran bahwa ia adalah pengarang, bahwa apa yang ditulisnya bisa dibaca dan dinikmati orang lain.
e.Macam-macam Menulis
Menurut Djuanda (2008:183) macam-macam menulis yang dapat
diajarkan di sekolah dasar berdasarkan tingkatannya, isi/bentuknya, dan
susunannya adalah sebagai berikut:
a. Menurut Tingkatannyaa) Menulis permulaan (kelas 1 dan 2)b) Menulis lanjut (kelas 3 dan 6)
b. Menurut Isi/Bentuknyab.i.1. Karangan Verslag (laporan), umumnya diberikan di kelas rendah; misalnya menceritakan kembali (secara tertulis) apa yang dialami dalam pengajaran lingkungan.b.i.2. Karangan fantasi; mengeluarkan isi jiwa sendiri (ekspresi jiwa), misalnya : ”Cita-citaku setelah tamat SD”, ”Seandainya Aku Jadi Presiden”.b.i.3. Karangan reproduksi, umumnya bersifat menceritakan/ menguraikan suatu perkara yang telah dipelajari atau dipahami.b.i.4. Karangan argumentasi; karangan berdasarkan alasan tertentu. Siswa dibiasakan menyatakan pendapat ataupun pikirannya berdasarkan alasan yang tepat.
c. Menurut Susunannyac.i.1. Karangan terikatc.i.2. Karangan bebas
22
c.i.3. Karangan setengah bebas setengah terikatf. Mengarang
a.i.a.1) Pengertian Mengarang
Untuk memulai mengembangkan diri agar dapat mengarang
sesuatu melalui tulisan, setiap peminat perlu terlebih dahulu mengerti
dan memahami pengertian tentang mengarang.
The Liang Gie(2002:3)menjelaskan bahwa “Mengarang adalah
segenap rangkaian kegiatan seseorang mengungkapkan gagasan dan
menyampaikannya melalui bahasa tulis kepada masyarakat pembaca
untuk dipahami”.
Berdasarkan kutipan di atas, dapat penulis simpulkan bahwa setiap
gagasan yang disampaikan melalui tulisan dapat disebut sebagai
kegiatan mengarang. Hasil perwujudan gagasan yang tertulis tersebut
disebut karangan, dan penulis karangannya disebut sebagai pengarang.
a.i.a.2) Unsur-unsur Mengarang
Mengarang sebagai kegiatan mengungkapkan gagasan-gagasan
melalui bahasa tulis meliputi 4 unsur sebagai berikut :
a) Gagasan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005:326), “Gagasan
adalah hasil pemikiran atau ide”.
Gagasan tersebut dapat berupa pendapat, pengalaman, atau
pengetahuan yang ada dalam pikiran seseorang.
23
b) Tuturan
Tuturan adalah bentuk pengungkapan gagasan agar karangan
dapat dipahami pembaca. Adapun bentuk-bentuk pengungkapan
tersebut, dimana keempat unsur tersebut harus saling terkait untuk
mewujudkan karangan yang runtut. (The Lian Gie, 2002:4-5), yakni
sebagai berikut :
(1.a.a) PenceritaanBentuk pengungkapan yang menyampaikan sesuatu
peristiwa/pengalaman dalam kerangka urutan waktu kepada pembaca dengan maksud untuk meninggalkan kesan tentang perubahan atau gerak sesuatu dari awal sampai akhir.
(1.a.b) PelukisanBentuk pengungkapan yang menggambarkan berbagai cerapan pengarang dengan segenap inderanya yang bermaksud menimbulkan citra yang sama dalam diri pembaca. Melalui pelukisan itu, pembaca diharapkan dapat mencerap atau mengalami macam-macam hal yang berada dalam susunan ruang (misalnya pemandangan indah, lagu merdu, bunga harum, mangga manis, atau sutra halus).
(1.a.c)PemaparanBentuk pengungkapan yang menyajikan fakta-fakta secara teratur, logis, dan terpadu dengan maksud untuk memberi penjelasan kepada pembaca mengenai suatu ide, persoalan, proses, atau peralatan.
(1.a.d) Perbincangan
Bentuk pengungkapan dengan maksud meyakinkan pembaca agar mengubah pikiran, pendapat, atau sikapnya sesuai dengan yang diharapkan oleh pengarang.
c) Tatanan
24
Tatanan ialah tertib pengaturan dan penyusunan
gagasan dengan mengindahkan berbagai asas, aturan, dan teknik
sampai merencanakan rangka dan langkah.
d).Wahana
Wahana ialah sarana penghantar gagasan berupa bahasa
tulis yang terutama menyangkut kosa kata, gramatika, dan retorika
(seni memakai bahasa secara efektif). Untuk dapat menyampaikan
gagasan secara lincah dan kuat, seorang penulis perlu memiliki
perbendaharaan kata yang memadai, terampil menyusun kata-kata
itu menjadi aneka kalimat yang jelas, dan mahir memakai bahasa
secara efektif.
a.i.a.3) Tahap-tahap Pembelajaran Mengarang
Menurut Haryadi, dkk. (1996/1997) proses pembelajaran
mengarang melalui berbagai tahapan, yaitu.
a). MencontohMencontoh merupakan aktivitas mekanis, tetapi bukan berarti murid-murid tidak belajar apa-apa. Keuntungan yang dapat diperoleh lewat kegiatan mencontoh, misalnya berlatih menulis dengan tepat sesuai dengan contoh, belajar mengeja dengan tepat, dan membiasakan dan menggunakan bahasa yang baik.
b). MereproduksiKegiatan reproduksi yaitu menulis apa yang telah dipelajari secara lisan dan tulisan. Kegiatan ini diawali dengan kegiatan menyimak atau membaca, dan hasilnya dituangkan dalam bentuk karangan yang disusun dengan kata-katanya sendiri.
c). Rekombinasi dan Transformasi
25
Rekombinasi merupakan latihan menggabungkan beberapa karangan menjadi satu karangan. Sedangkan transformasi ialah mengubah salah satu bentuk karangan ke dalam bentuk karangan yang lain.
d) Mengarang Terpimpin
Mengarang terpimpin atau menulis terpimpin dapat dilakukan dengan bantuan gambar dan kerangka karangan.
e). Mengarang BebasMengarang bebas merupakan karangan yang ditulis secara bebas. Sebagai tahap akhir dari pengajaran mengarang dengan cara memberi tugas kepada siswa untuk membuat karangan secara bebas. Namun ada baiknya apabila judul karangan atau tema dan jumlah kata ditentukan oleh guru.
a.i.a.4) Macam-macam Karangan
a) Karangan Deskripsi
Karangan deskripsi adalah suatu bentuk karangan yang
melukiskan sesuatu sesuai dengan keadaan sebenarnya, sehingga
pembaca dapat mencitrai (melihat, mendengar, mencium, dan
merasakan) apa yang dilukiskan itu sesuai dengan citra penulisnya.
Karangan ini bertujuan untuk menyampaikan kesan-kesan tentang
sesuatu, dengan sifat dan gerak-geriknya atau sesuatu yang lain
kepada pembaca. Karangan deskripsi merupakan karangan yang
disusun untuk melukiskan sesuatu dengan maksud untuk
menghidupkan kesan dan daya khayal mendalam pada si pembaca.
b). Karangan Narasi
Karangan narasi adalah suatu bentuk karangan yang menyajikan
serangkaian peristiwa menurut urut kejadian atau kronologis dengan
26
maksud memberi arti kepada seluruh atau serentetan kejadian,
sehingga pembaca dapat memetik hikmah dari cerita tersebut.
Tujuan menulis narasi adalah untuk:
(1) Memberikan informasi/wawasan dan memperluas pengetahuan
pembaca.
(2) Memberikan pengalaman estetis kepada pembaca.
c) Karangan Eksposisi
Karangan eksposisi adalah suatu bentuk karangan yang
bertujuan untuk memberitahu, mengupas, menguraikan atau
menerangkaan sesuatu. Dalam karangan eksposisi sesuatu yang
dikomunikasikan itu adalah informasi berupa.
(1) Data faktual, tentang sesuatu kondisi yang benar terjadi.
(2) Suatu analisis atau penafsiran yang objektif terhadap
seperangkat fakta.
(3) Fakta tentang pendirian yang khusus dari seseorang.
Gagasan disusun secara teratur sehingga mudah dipahami. Agar
karangan eksposisi lebih jelas, disertakan pula gambar, denah,
peta dan angka-angka.
d) Karangan Argumentasi
Karangan argumentasi adalah karangan yang terdiri atas
paparan alasan dan penyintesisan pendapat untuk membangun
27
suatu kesimpulan. Ditulis dengan maksud untuk memberikan
alasan, untuk memperkuat atau menolak suatu pendapat, pendirian,
atau gagasan. Pada setiap karangan argumentasi selalu kita dapati
alasan maupun bantahan yang memperkuat ataupun menolak
sesuatu secara sedemikian rupa guna mempengaruhi keyakinan
pembaca sehingga berpihak kepada atau sependapat dengan
penulis.
e) Karangan PersuasiKarangan persuasi adalah karangan yang berisi paparan
berdaya bujuk, berdaya ajuk, ataupun berdaya himbau yang membangkitkan ketergiuran pembaca untuk meyakini dan menuruti himbauan penulis. Karangan persuasi dimaksudkan bertujuan untuk mempengaruhi pembaca atau mengarahkan pembaca melakukan sesuatu atau sikap tertentu. (Resmini, dkk., 2006)
a.i.a.5) Susunan Karangan
Suriamiharja (1997) mengemukakan bahwa untuk menyusun
tulisan diperlukan pengetahuan tentang;
a) Kata
(1) Kata dan Pilihan Kata
Kata adalah unsur bahasa yang diucapkan atau dituliskan yang
merupakan perwujudan kesatuan perasaan dan pikiran yang dapat
digunakan dalam berbahasa. Kata merupakan salah satu unsur dasar
bahasa yang sangat penting. Dengan kata-kata kita berpikir,
menyatakan perasaan, serta gagasan.
(2) Pilihan Kata
28
Untuk menyampaikan gagasan, pikiran dan perasaan dalam
tulisan diperlukan pemilihan kata.
Ada dua hal yang harus diperhatikan sebagai persyaratan pokok
dalam memilih kata, yaitu ketepatan dan kesesuaian.
(3) Penggolongan Kata
Kaitannya dengan pilihan kata, kosakata bahasa indonesia dapat
digolongkan.
(4) Makna Kata
Secara garis besar makna kata dapat dibedakan atas makna
denotasi dan makna konotasi. Makna denotasi ialah konsep dasar yang
didukung oleh suatu kata, sedangkan makna konotasi adalah nilai rasa
atau gambaran tambahan yang ada di samping denotasi.
b) Kalimat
Kalimat ialah satuan bahasa yang secara relatif berdiri sendiri,
mempunyai pola intonasi final dan secara aktual maupun potensial
terdiri dari klausa. Kalimat juga turut membangun karangan.
Kalimat efektif dalam bahasa tulis harus.
(1) Secara tepat dapat mewakili gagasan penulis.
(2) Sanggup menimbulkan gagasan yang sama tepatnya dalam
pikiran pembaca seperti yang dipikirkan penulis.
c) Paragraf
29
(1) Pengertian Paragraf
’’Paragraf adalah satuan bahasa yang mengandung satu tema
perkembangannya” (Kridalaksana, 1984: 140). ”Paragraf
merupakan bagian dari satu karangan (biasanya mengandung satu
ide pokok dan dimulai penulisannya dengan garis baru), alinea,
tanda” (Muliono (ed.), 1990: 648). ”Paragraf merupakan satu
model karangan yang terkecil” (Parera, 1984: 13). ”Paragraf
merupakan inti penuangan buah pikiran dalam bentuk karangan”
(Akhadiah, dkk., 1991: 144).
g. Metode Pembelajaran
1) Pengertian Metode
Menurut T. Raka Joni (1993) dalam Abimanyu, dkk. (2008: 2-5)
mengartikan metode sebagai cara kerja yang bersifat relatif umum yang
sesuai untuk mencapai tujuan tertentu. Metode dapat juga diartikan
sebagai cara atau jalan menyajikan atau melaksanakan kegiatan untuk
mencapai tujuan.
2) Macam-macam Metode Pembelajaran
(a.i.a.5.i.a) Metode Ceramah
Sumantri dan Permana (1998/1999) dalam Abimanyu, dkk.
(2008) menyatakan bahwa metode ceramah adalah ”cara mengajar
yang paling popular dan banyak dilakukan oleh guru. Disajikan
dengan cara memberikan penjelasan secara lisan kepada siswa”.
30
(a.i.b) Metode Tanya Jawab
Metode tanya jawab adalah cara penyampaian suatu
pelajaran melalui interaksi dua arah dari guru kepada siswa atau dari
siswa kepada guru agar diperoleh jawaban kepastian materi melalui
jawaban lisan guru atau siswa.
(a.i.c) Metode Diskusi
Sanjaya (2006), dan Sumantri dan Permana (1998/1999)
dalam Abimanyu, dkk. (2008) menyatakan bahwa metode diskusi
dapat diartikan sebagai siasat untuk menyampaikan bahan pelajaran
yang melibatkan siswa secara aktif untuk membicarakan dan
menemukan alternatif pemecahan suatu topik bahasan yang bersifat
problematis.
(d) Permainan Bahasa
Permainan merupakan suatu aktifitas untuk memperoleh
suatu keterampilan tertentu dengan cara menggembirakan. Masalah
permaianan hampir tidak terpisahkann dari kehidupan manusia.
Dengan jalan bermain, kita memperoeh suatu kegembiraan dan
kesenangan. Kegembiraan tersebut bukan saja karena kita dapat
menjadi pemenang dalam sebuah permainan namun ketika
permainan itu berlangsung kita memperoleh kegembiraan juga.
Waktu untuk seorang anak bermain tentunya sebanding dengan
waktu orang dewasa bekerja. Untuk itu bagaimana kita mengemas
31
sebuah pembelajaran dalam bentuk permainan akan membuat siswa
didik belajar lebih bermakna.
a. Macam-macam permainan.
1) Bisik berantai, Dimana setiap pemain secara berurutan harus
membisikan suatu kalimat kepada pemain berikutnya. Kalimat
yang dibisikan itu adalah kalimat yang dibisikkan pemain
laiinnya. Tujuan permainan ini adalah untuk melatih anak didik
menyimak.
2) Perintah bersyarat, dalam permainan ini pemain harus
mengikuti suatu perintah yang diberikan oleh guru dengan
syarat-syarat tertentu. Permainan ini bertujuan untuk melatih
keterampilan menyimak.
3) Sambung Suku, yang dapat dilaksanakan secara lisan dan
tertulis. Dalam permainan ini pemain disuruh menyambung
suatu akhir suatu kata yanng menjadi kata baru. Tujuan dari
permainan ini adalah untuk memupuk penguasaan kosakata.
4) Mengarang gotong royong menurut Djuanda (Kopendas.2009).
Tempatkan beberapa benda ke dalam tas atau kotak. Buatlah
kelompok belajar. Suruhlah salah seorang siswa pertama wakil
dari kelompok mengambil satu benda, dan dia harus membuat
kalimat yang berkaitan dengan benda tersebut. Bantulah bila
siswa membutuhkan bantuan guru. Kemudian siswa yang lain
32
dalam kelompok yang sama membuat sebuah kalimat dari
benda tersebut dan terus sampai siswa yang terakhir dalam
kelompok terebut. Permainan ini tentunya melatih keterampilan
menulis (menyusun gagasan) dan membuat kalimat.
h. Media
a.i.1.a.i.1.1) Pengertian Media
Istilah media berasal dari bahasa latin yang merupakan
bentuk jamak dari “medium” yang secara harfiah berarti perantara
atau pengantar. Makna umumnya adalah segala sesuatu yang dapat
meyakinkan informasi dari sumber informasi kepada penerima
informasi. Terdapat beberapa pengertian media, diantaranya :
a) Mc.Luhan dalam Basuki Wibawa (1992/1993: 7), menjelaskan
bahwa “Media adalah semua saluran pesan yang dapat
digunakan sebagai sarana komunikasi dari seseorang ke orang
lain yang tidak ada di hadapannya”.
b) Menurut Rimoszowski dalam Basuki Wibawa (1992/1993: 8),
“Media ialah pembawa pesan yang berasal dari suatu sumber
pesan (yang dapat berupa orang atau benda) kepada penerima
pesan”.
c) AECT (dalam Rahardi, 2003: 9) mengatakan bahwa “media
adalah segala sesuatu yang digunakan orang dalam meyakinkan
pesan”.
33
d) Angkowo, Robertus, dkk. (2007: 10) menjelaskan bahwa :
Media dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang dapat
dipergunakan untuk menyalurkan pesan, merangsang pikiran,
perasaan, perhatian dan kemauan siswa sehingga dapat
terdorong terlibat dalam proses pembelajaran.
Dari berbagai batasan di atas, dapat penulis simpulkan
bahwa media adalah merupakan segala sesuatu yang dapat
dipergunakan untuk menyampaikan pesan hingga dapat
merangsang pikiran, dapat membangkitkan semangat, perhatian,
dan kemauan siswa dalam proses pembelajaran.
a.i.1.a.i.1.2) Manfaat Media
Secara umum, manfaat media dalam proses pembelajaran
adalah memperlancar interaksi antara guru dengan siswa sehingga
kegiatan pembelajaran lebih efektif dan efisien. Tetapi secara lebih
khusus ada beberapa manfaat media yang lebih rinci. Kemp dan
Dayton (1985: 15), misalnya mengidentifikasi beberapa manfaat
media dalam pembelajaran, yaitu.
a.i.1.a.i.a) Penyampaian materi pembelajaran dapat
diseragamkan.
a.i.1.a.i.b) Proses pembelajaran menjadi lebih jelas dan
menarik.
a.i.1.a.i.c) Proses pembelajaran menjadi lebih interaktif.
34
a.i.1.a.i.d) Efisiensi dalam waktu dan tenaga.
a.i.1.a.i.e) Meningkatkan kualitas hasil belajar siswa.
a.i.1.a.i.f) Media memungkinkan proses belajar dapat
dilakukan di mana saja dan kapan saja.
a.i.1.a.i.g) Media dapat menumbuhkan sikap positif siswa
terhadap materi dan proses belajar.
a.i.1.a.i.h) Merubah peran guru ke arah yang lebih positif dan
produktif.
a.i.1.a.i.1.3) Jenis-jenis Media
Ada beberapa jenis media pembelajaran yang dapat
dipergunakan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia, yaitu
a.i.1.a.i.1) Media Audio
Media ini terdiri dari perangkat keras yang berupa alat
perekam (tape recorder) dan perangkat lunak yang berupa
program dalam pita rekaman. Media ini sangat sesuai untuk
melatih keterampilan ekspresi lisan dan menyimak, contohnya
radio, tape recorder dan pita audio.
a.i.1.a.i.2) Media Visual
Media visual artinya media pembelajaran yang dapat dilihat
dengan indera penglihatan, misalnya : gambar datar, media
proyeksi diam, media grafis. (Kamus Besar Bahasa Indonesia,
2005: 1262)
35
a.i.1.a.i.3) Media Audio Visual
Media audio visual merupakan perpaduan antara media
visual dan media audio. Keduanya dimunculkan bersama-sama
untuk mengkomunikasikan program pembelajaran. Contohnya:
televisi (TV), film, video.
a.i.1.a.i.4) Media Serba Aneka
Media serba aneka merupakan media pengajaran yang
berasal dari potensi di suatu daerah di sekitar sekolah atau di
masyarakat yang dapat dimanfaatkan sebagai media pengajaran,
contohnya: papan tulis, papan buletin, papan flannel, papan
magnetik.
a.i.1.a.i.5) Media Tiga Dimensi
Media tiga dimensi merupakan media yang dapat
memberikan suatu perasaan akan realita karena lebih banyak
pengertian yang mendalam dan pemahaman yang lebih lengkap
akan benda-benda nyata. Contohnya: model dan miniatur,
diorama.
a.i.1.a.i.6) Media Gambar
Media gambar merupakan salah satu dari jenis media
visual. media gambar adalah penyajian visual dua dimensi yang
memanfaatkan rancangan gambar sebagai sarana pertimbangan
mengenai kehidupan sehari-hari, misalnya yang menyangkut
36
manusia, peristiwa, benda-benda, tempat, dan sebagainya.
Menurut Sudjana, dkk. (2001: 68) dalam Angkoro, Robertus
(2007: 26), ”media gambar adalah media yang
mengkombinasikan fakta dan gagasan secara jelas dan kuat
melalui kombinasi pengungkapan kata-kata dengan gambar-
gambar”
Media gambar adalah media yang paling umum dipakai.
Media ini berfungsi menyalurkan pesan dari sumber informasi
ke penerima pesan. Secara khusus, media gambar berfungsi
untuk menarik perhatian, memperjelas sajian ide,
mengilustrasikan atau memberi variasi pada fakta yang
kemungkinan dilupakan atau diabaikan. Media gambar
merupakan media sederhana, mudah dalam pembuatannya, dan
ditinjau dari pembiayaan termasuk media yang murah harganya.
media gambar atau media grafis terdiri atas gambar, bagan,
diagram, grafik, poster, kartu dan komik.
Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa media
gambar adalah foto atau sejenisnya yang menampakkan benda
yang banyak dan umum digunakan, mudah dimengerti dan
dinikmati dalam pembelajaran, serta untuk mengatasi kesulitan
menampilkan benda aslinya di dalam kelas.
37
Penggunaan media gambar yang efektif harus mempunyai
tujuan yang jelas, pasti, dan terperinci. Dengan demikian media
gambar yang dapat digunakan adalah media gambar yang ada
hubungannya dengan pelajaran yang sedang dibahas atau
masalah yang dihadapi. (Angkoro, Robertus 2002: 25-28).
Beberapa kelebihan media gambar antara lain.
a.Sifatnya konkrit.
b.Dapat mengatasi batasan ruang, waktu dan indera.
c.Harganya relatif murah serta mudah dibuat dan digunakan
dalam pembelajaran di kelas.
Selain kelebihan, media gambar juga memiliki
kelemahannya, antara lain.
a. Hanya menekankan persepsi indera mata, ukurannya
terbatas, hanya terlihat oleh sekelompok siswa.
b. Jika gambar terlalu komplek, kurang efektif untuk tujuan
pembelajaran
i. Ejaan
a.i.1.1) Sejarah Singkat Ejaan
Sejak Bahasa Indonesia dijadikan bahasa nasional, bahasa
pengantar, dan bahasa resmi, Bahasa Indonesia sudah mengalami
beberapa kali perubahaan ejaan, yaitu.
a) Pada tahun 1901 lahir ejaan Van Ophuysen. Ejaan ini berlandaskan aturan ejaan Melayu dengan huruf latin.
38
b) Pada tahun 1938 Kongres Bahasa Indonesia Pertama. Kongres menyarankan agar ejaan lebih diinternasionalkan.
c) Pada tahun 1945 Kongres Bahasa Indonesia Kedua dibicarakan asal-usul Bahasa Indonesia juga penyusunan peraturan ejaan yang praktis bagi bahasa indonesia.
d) Pada tanggal 19 Maret 1947 Mendikbud menetapkan ejaan Republik sebagai ejaan resmi.
e) Pada tahun 1945 lahir ejaan Melindo (Melayu – Indonesia).f) Pada tahun 1967 dirumuskan rancangan peraturan ejaan sebagai
bahan pengembangan bahasa nasional, Indonesia dan Malaysia.g) Pada tanggal 17 Agustus 1972 diresmikannya EYD (Ejaan Yang
Disempurnakan).(Hoerudin, dkk., 2006)
a.i.1.2) Pemakaian dan Penulisan Huruf
Pemakaian-pemakaian dan penulisan huruf serta penulisan
kata menjadi penting dalam bahasa tulis karena penyampaian
gagasan dalam bahasa tulis lebih sulit daripada bahasa lisan.
Penyampaian gagasan dengan bahasa lisan lebih cepat dipahami
karena disertai gerak-gerik, mimik, intonasi, irama, jeda, serta
unsur-unsur non bahasa lainnya. Hal semacam itu tidak terdapat di
dalam bahasa tulis dan dapat menimbulkan kesalahpahaman
(miscommunication). Oleh sebab itu, ejaan dan pungtuasi (tanda
baca) berperan penting menggantikan unsur-unsur non bahasa
untuk memperjelas gagasan atau pesan.
Tulisan yang sudah diberi pungtuasi dan diperbaiki
ejaannya, lebih mudah dan lebih cepat dipahami. Itulah sebabnya,
unsur ejaan dan pungtuasi merupakan salah satu syarat yang harus
dipenuhi dalam tulis-menulis.
39
a) Pemakaian Huruf
Pemakaian huruf terdiri atas.
(1) Huruf Abjad
Abjad yang digunakan dalam ejaan Bahasa Indonesia ada
26 huruf, yaitu a, b, c, d, e, f, g, h, i, j, k, l, m, n, o, p, q, r, s, t, u,
v, w, x, y, dan z.
(2) Huruf Vokal
Huruf yang melambangkan vokal dalam Bahasa Indonesia
terdiri atas huruf a, i, u, e, o.
(3) Huruf Konsonan
Huruf yang melambangkan konsonan dalam Bahasa
Indonesia terdiri atas b, c, d, f, g, h, j, k, l, m, n, p, q, r, s, t, v, w,
x, y, dan z.
(4) Huruf Diftong
Di dalam bahasa Indonesia terdapat diftong yang
dilambangkan dengan ai, au, dan oi.
(5) Gabungan Huruf Konsonan
Di dalam bahasa Indonesia terdapat empat gabungan huruf
yang melambangkan konsonan, yaitu kh, ng, ny, dan sy.
40
b) Pemakaian Huruf Kapital
Huruf kapital atau huruf besar, dipakai sebagai huruf
pertama pada.
(1) Awal kalimat. Misalnya: Dia mengamuk
(2) Petikan langsung.Misalnya: Adik bertanya, ”Kapan kita
pulang?”
(3) Dalam ungkapan yang berhubungan dengan nama Tuhan
dan kitab suci, termasuk kata ganti untuk Tuhan.
Misalnya: Allah, Yang Mahakuasa.
Nama gelar kehormatan, katurunan, dan keagamaan yang
diikuti nama orang. Misalnya: Sultan Hasanudin. Huruf
kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama gelar
kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang tidak diikuti
nama orang. Misalnya : Dia baru saja diangkat menjadi
sultan.
c) Pemakaian Tanda Baca
(1) Tanda Titik (.)
Tanda titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan
pertanyaan atau seruan. Misalnya : Ayahku tinggal di Solo.
2. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan rumusan dan pemecahan masalah di atas peneliti mengajukan
hipotesis sebagai berikut : ”Jika pembelajaran menulis karangan menggunakan
41
metode kolaborasi dan permainan bahasa mengarang gotong royong, maka
kemampuan menulis karangan pengalaman siswa kelas III SDN Sukaraja I akan
meningkat”.
I. RENCANA DAN PROSEDUR PENELITIAN
1. Rencana Penelitian
a. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini dilaksanakan di wilayah Sumedang kota yang
berdekatan dengan alun-alun kota Sumedang, beralamatkan di jalan
empang no.04 tepat bersebrangan dengan pemda kabupaten
Sumedang. Tentunya SDN Sukaraja I ini memiliki letak yang sangat
strategis karena berada di kawasan Pusat kota sumedang. Lokasi ini
dipilih atas pertimbangan bahwa peneliti pernah melakukan observasi
di SDN Sukaraja 1, sehingga peneliti tidak merasa ragu untuk memilih
lokasi ini.
b. Subjek Penelitian
Subjek penelitian yang dilakukan adalah siswa kelas III semester II tahun
ajaran 2009/2010 SDN Sukaraja I Kec. Sumedang Selatan Kab.
Sumedang. Dimana Siswa kelas III ini berjumlah 37 orang siswa.
Alasan peneliti melaksanakan penelitian di kelas III ini adalah siswa
tidak mampu menulis karangan sederhana dengan memperhatikan
42
penggunaan pilihan kata yang sesuai dengan bahasa Indonesia yang
baik dan benar serta penggunaan ejaan dengan tepat sehingga
memerlukan perbaikan sesegera mungkin.
c. Waktu Penelitian
Waktu yang digunakan untuk penelitian ini yaitu sekitar lima bulan yang
terhitung dari bulan Februari samapai dengan bulan Juni. Dimana
siklus yang akan digunakan dalam penelitian ini sebannyak tiga siklus.
Masing-masing siklus akan dilakukan dalam satu kali pertemuan
dimana penerapan metode kolaborasi dan penggunaan media gambar
akan tercapainya tujuan pembelajaran.
2. Metode dan Desain Penelitian
a. Metode Penelitian
Penelitian yang penulis lakukan bercorak Penelitian Tindakan
Kelas (PTK). Metode yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah
metode deskriptif kualitatif sejalan dengan pendapat Bogdan dan Taylor
(moleong, 1994: 3) mendefinisikan bahwa, ”Metodologi kualitatif
prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata
tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati”.
Dalam penelitian ini penulis memilih menggunakan pendekatan
kualitatif, alasan memilih penelitian kualitatif adalah berdasarkan dari
pendapat Moleong (1994: 5), yaitu.
43
Pertama, menyesuaikan metode lebih mudah apabila berhadapan dengan kenyataan ganda; kedua, metode ini menyajikan secara langsung hakikat berhubungan antara peneliti dan responden; ketiga, metode ini lebih peka dan lebih dapat menyesuaikan diri dengan banyak penajaman pengaruh bersama dan terhadap pola- pola nilai yang dihadapi.
Sedangkan menurut Wiriaatmadja (2005: 10-11), karakteristik
penelitian kualitatif adalah sebagai berikut:
1) Penelitian kualitatif berlangsung dalam latar alamiah, tempat kejadian dan perilaku manusia berlangsung;
2) Peneliti adalah instrumen utama penelitian dalam pengumpulan data;
3) Data yang dihasilkan bersifat deskriptif
4) Fokus diarahkan persepsi dan pengalaman partisipan;
5) Proses sama pentingnya dengan produk;
6) Penafsiran dalam pemahaman ideografis, perhatian kepada particular, bukan kepada membuat generalisasi;
7) Memunculkan desain, peneliti mencoba mengkonstruksikan penafsiran dan pemahaman dengan sumber data manusia;
8) Objektifitas dan kebenaran dijungjung tinggi.
Dengan demikian proses dan hasil penelitian yang akan dilakukan
penulis akan dideskripsikan dengan jelas dan rinci melalui penggunaan
kata-kata dengan bantuan persentase.
b. Desain Penelitian
Rancangan penelitian yang akan dilakukan dalam penelitian
tindakan kelas ini adalah berbentuk siklus, setiap siklus terdiri dari
satu pertemuan. Pada akhir pertemuan diharapkan tercapainya tujuan
yang ingin dicapai yaitu peningkatan kemampuan menulis karangan.
44
Dalam penelitian tindakan kelas ini, peneliti menggunakan spiral
Kemmis dan Mc Taggart (Wiriaatmadja, 2005: 66), yaitu model siklus
yang dilakukan secara berulang, berkelanjutan artinya semakin lama
diharapkan semakin meningkat perubahan atau pencapaian hasilnya.
Seperti nampak pada gambar berikut
Gambar 1
Model Spiral Kemmis dan Mc. Taggart
(Wiriaatmadja, 2005: 66)
Secara mendetail Kemmis dan Taggart (Wiriaatmadja: 2006 )
menjelaskan tahap-tahap penelitian tindakan yang dilakukannya adalah
sebagai berikut.
1. Tahap perencanaan (plan), Pada tahap ini disusun rancangan strategi
bertanya untuk mendorong siswa menjawab pertanyaannya sendiri.
45
2. Tahap tindakan (act),pada tahap ini guru mulai mengajukan beberapa
pertanyaan kepada siswa untuk mendorong siswa mengatakan apa yang
mereka pahami, dan minati.
3. Tahap pengamatan (observe), pada tahap ini pertanyaan dan jawaban
siswa dicatat atau direkam untuk melihat apa yang sedang terjadi.
4. Tahap refleksi (reflect), pada tahap ini dilakukan pertimbangan baik
buruknya atau berhasil belum berhasilnya tindakan, kemudian dianalisis
untuk memberikan arahan bagi perbaikan tindakan selanjutnya.
Pada siklus berikutnya tahapan-tahapan tindakan dilakukan
semakin baik sehingga proses pembelajaran dapat dilakukan dengan
lebih baik dan tujuan pembelajaran dapat dicapai dengan optimal.
3. Prosedur Penelitian Tindakan
a. Tahapan Perencanaan
Bagian awal dari rancangan Penelitian Tindakan Kelas berisi
rencana tindakan yang akan dilakukan untuk memecahkan masalah
yang telah ditetapkan. Menurut Hasan dalam (Kasbolah, 1999: 81) hal-
hal yang dilakukan dalam rencana tindakan adalah sebagai berikut.
Penentuan bukti yang akan dijadikan indikator untuk mengukur
pencapaian pemecahan masalah sebagai akibat dilakukannya tindakan.
Penetapan bukti-bukti yang akan dijadikan indikator tindakan untuk
menentukan tingkat keberhasilan pemecahan masalah sebagai akibat
46
dilakukannya tindakan merupakan hal yang sangat penting untuk
mengetahui apakah tindakan yang dilakukan sudah berhasil atau belum.
Adapun permasalahan dalam penelitian ini adalah rendahnya
kemampuan siswa kelas III dalam menulis karangan mengenai
penempatan pilihan kata, penggunaan huruf kapital, dan tanda titik.
Pada tahapan ini ditetapkan indikator dan deskriptor yang akan
dijadikan sebagai acuan dalam mengukur keberhasilan pembelajaran
menulis karangan.
b. Tahapan pelaksanaan
Pada tahap pelaksanaan tindakan penelitian ini akan dilaksanakan
secara kolaborasi antara praktisi dengan peneliti. Dalam hal ini peneliti
mengarahkan praktisi agar tindakannya sesuai dengan perencanaan
pembelajaran yang telah disusun. Bersamaan dengan dilakukannya
tindakan, peneliti melakukan pengamatan terhadap pelaksanaan tindakan
dengan menggunakan alat pengumpul data, yaitu lembar observasi
kinerja guru dan aktivitas siswa serta hasil tindakan dengan
menggunakan lembar tes.
Sebelum melaksanakan tindakan perlu disusun langkah operasional
dari tindakan yang akan dilakukan agar semua komponen yang
diperlukan dapat dikelola dengan baik. Langkah- langkah tersebut
adalah.
47
1) Memberikan informasi kepada guru mengenai cara melakukan
tindakan atau melatih guru melakukan tindakan sesuai dengan rencana
yang telah sisusun dalam RPP.
2) Mempersiapkan fasilitas dan sarana pendukung yang diperlukan di
kelas, seperti berbagai jenis media pembelajaran dan peralatan yang
diperlukan sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai.
3) Menyiapkan contoh-contoh atau suruhan melakukan tindakan secara
jelas misalnya petunjuk yang dirumuskan dalam LKS.
4) Mempersiapkan cara-cara melakukan observasi terhadap hasil yang
dicapai dan mempersiapkan segala alat yang diperlukan.
5) Menyusun skenario mengenai segala hal yang akan dilakukan oleh
guru, peneliti, dan apa yang akan dikerjakan oleh siswa dalam
pelaksanaan tindakan yang sudah direncanakan.
6) Jika semuanya sudah dipersiapkan, maka skenario tindakan dapat
dilaksanakan. Pada akhir tindakan dilakukan pengamatan atau
pengukuran hasil tindakan untuk dibandingkan dengan hasil
pengukuran awal sehingga dapat diketahui peningkatan dari hasil
pembelajaran yang telah dilakukan. Agar pelaksanaan tindakan dapat
menjamin tercapainya tujuan perlu adanya pengelolaan dan
pengendalian. Pengelolaan mencakup pengorganisasian kegiatan,
waktu, sarana dan prasarana yang digunakan. Dengan pengelolaan yang
baik, maka efisiensi dan efektivitas kegiatan dapat dicapai. Sedangkan
48
pengendalian untuk mengontrol pelaksanaan tindakan agar tetap
menuju ke arah sasaran yang hendak dicapai.
c. Tahapan Observasi
Tahapan ini terdiri dari proses pengumpulan data dan mencatat
segala kegiatan yang bertujuan untuk perbaikan selama tindakan itu
berlangsung. Hal ini untuk mengetahui sejauh mana kinerja guru dan
aktifitass siswa dalam pembelajaran. Pada tahap ini dilakukan dengan
mengisi lembar observasi untuk mengamati segala aktifitas selama
kegiatan berlangsung.
d. Tahapan Analisis dan Refleksi
Kegiatan refleksi adalah melakukan evaluasi terhadap
keberhasilan dan pencapaian tujuan tindakan. Refleksi tentunya
dilakukan untuk mengetahui segala hal yang terjadi dan diperoleh dalam
proses dan hasil dalam pembelajaran.
Pada pelaksanaannya, peneliti bersama praktisi dan teman
sejawat yang telah memahami permasalahan yang diteliti melakukan
analisis, interpretasi dan evaluasi atas data yang berhasil diperoleh
melalui kegiatan observasi. Data yang berhasil diperoleh perlu diurai,
dipahami, diuji, dibandingkan dengan pengalaman sebelumnya,
kemudian dicarikan keterkaitannya dengan teori tertentu yang relevan.
49
Hasil data yang sudah dianalisis-sintesis tersebut kemudian melalui
proses refleksi ditarik kesimpulan yang mantap dan tajam.
Tahap refleksi sangat penting untuk memberikan gambaran
yang jelas tentang hasil tindakan yang telah dilaksanakan. Refleksi juga
bermanfaat untuk meningkatkan kemampuan peneliti dalam melakukan
penelitian tindakan kelas.
Melalui kegiatan refleksi ini semua unsur yang terlibat/para
pelaku (peneliti, praktisi, rekan guru, dan kepala sekolah) mempunyai
banyak kesempatan yang sama untuk meningkatkan profesionalismenya
dalam memperbaiki proses pembelajaran yang dilakukan dan pelayanan
yang diberikan secara berkelanjutan.
Hasil tahap refleksi ini dijadikan sumber untuk melakukan
tindakan selanjutnya, yaitu perbaikan dan penyempurnaan dari tindakan
sebelumnya. Pada akhirnya refleksi akan menghasilkan dan mendorong
dalam merancang rencana-rencana baru untuk perbaikan pembelajaran
selanjutnya.
J. INSTRUMEN PENELITIAN
Instrumen penelitian merupakan alat pengumpul data yang berpusat
pada peneliti itu sendiri, karena peneliti berperan penuh dalam menentukan
skenario secara keseluruhan Ia sekaligus sebagai perencana, pelaksana,
pengumpul data, analisis, penafsiran data, dan pada akhirnya ia menjadi
pelapor hasil penelitiannya.
50
Adapun instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut.
a.1.a.a.i.1. Format Observasi
Observasi adalah suatu pengumpulan datayang dilakukan dengan
cara melakukanpengamatan secara langsung maupun tidak langsung,
pada kegiatan-kegiatan yang sedang berlangsung baik di lingkungan
sekolah maupun di lingkungan luar sekolah.
Penulis melakukan observasi pada tanggal 3 Desember 2010
dengan melakukan pengamatanterhadap proses pembelajaran bahasa
indonesia di kelas IIIB SD Negeri Sukaraja I.
Observasi ini dilakukan untuk mencatat dan mengetahui kinerja
guru dan aktivitas siswa kelas III SD Sukaraja 1 dalam Proses
pemebelajaran menulis karangan sederhana
Format observasi adalah alat untuk mengetahui aktivitas dan
tingkah laku siswa atau guru dalam proses belajar pembelajaran
menulis karangan sederhana dengan metode permainan bahasa
mengarang gotong-royong
a.1.a.a.i.2. Pedoman Wawancara
Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data, bila
peneliti telah mengetahui dengan pasti tentang informasi yang akan
diperoleh. Dalam melakukan wawancara, pengumpul data telah
51
menyiapkan instrumen penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan
tertulis yang alternatif jawabannya pun telah disiapkan.
a.1.a.a.i.3. Tes Hasil Belajar
Tes dapat dipandang sebagai teknik dan alat yang paling utama
digunakan untuk mengetahui kemampuan atau perilaku siswa sesuai
dengan tujuan instruksional yang ingin diukur. Tes dapat memberikan
gambaran tingkat intensitas perilaku seseorang baik dibandingkan
dengan siswa lainnya maupun dengan tolok ukur tertentu.
K. TEKNIK PENGOLAHAN DATA
1. Pengolahan Data Proses
Pengolahan data dimulai pada saat melakukan refleksi dari setiap siklus
yang dilaksanakan dalam penelitian. Proses yang dilakukan yaitu dengan
memasukkan data-data yang telah diperoleh dalam proses pembelajaran ke
dalam lembar observasi yang memuat kriteria aspek-aspek yang dinilai
berdasarkan deskriptor yang telah ditentukan dalam penilaian proses
pembelajaran. Adapun penilain proses terdiri dari lembar observasi aktivitas
siswa dan lembar observasi kinerja guru. Berikut adalah pengolahan data
proses.
4.1.a.a.a. Keaktifan
52
(3) : Jika siswa dapat memberikan pendapat dan pertanyaan saat
pembelajaran berlangsung
(2) : Jika siswa dapat memberikan pendapat saja atau pertanyaan saja
saat pembelajaran berlangsung
(1) :Jika siswa tidak dapat memberikan pendapat dan pertanyaan saat
pembelajaran berlangsung
4.1.a.a.b. Kerjasama
(3) : Jika siswa saling membantu mengoreksi karangan dalam
kelompoknya.
(2) :Jika siswa mengoreksi sendiri karangan temannya
(1) :Jika siswa tidak dapat mengoreksi karangan temannya.
4.1.a.a.c. Ketepatan
(3) : Jika siswa dapat menyelesaikan tugasnya dengan tuntas dan
tepat waktu
(2) : Jika siswa dapat menyelesaikan tugasnya dengan tuntas tetapi
tidak tepat waktu
(1) : Jika siswa tidak dapat menyelesaikan tugasnya
Kriteria Penskoran
53
- Pada kolom format aktivitas siswa diisi dengan menggunakan tanda (√)
sesuai dengan indikator yang dilaksanakan
- Skor ideal = 9
- Dibuang rentang 3, maka :
- Jika skor 7 – 9 = Baik
skor 4 – 6 = Cukup
skor 1 – 3 = Kurang
- Rumus Persentase :
% = x 100
X = Jumlah Perolehan Skor
N = Jumlah Siswa Keseluruhan
100 = Angka Baku
2. Pengolahan Data Hasil
Pengolahan data hasil belajar siswa dilakukan setelah melaksanakan
tes hasil belajar. Hasil karangan siswa dinilai dengan berpedoman
kepada deskriptor penilaian yang telah dirumuskan. Setelah data hasil
penilaian menulis karangan terkumpul selanjutnya data tersebut diolah
berdasarkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah
ditentukan. Adapun kriteria aspek-aspek penilaian menulis karangan
adalah sebagai berikut.
54
A. Pilihan Kata
Pilihan Kata 1
3 jika dalam menulis karangana sederhana terdapat penggunaan
bahasa daerah minimal 0-2 kata dari 6 kalimat di awal.
2 jika dalam menulis karangana sederhana terdapat penggunaan
bahasa daerah minimal 3-4 kata dari 6 kalimat di awal.
1 jika dalam menulis karangana sederhana terdapat penggunaan
bahasa daerah minimal 5-6 kata dari 6 kalimat di awal.
Pilihan Kata 2
3 jika dalam menulis karangan sederhana terdapat pengulangan
konjungsi 0-2 kata dari 6 kalimat di awal
2 jika dalam menulis karangan sederhana terdapat pengulangan
konjungsi 3-4 kata dari 6 kalimat di awal
1 jika dalam menulis karangan sederhana terdapat pengulangan
konjungsi 5-6 kata dari 6 kalimat di awal
Pilihan Kata 3
3 jika dalam menulis karangan sederhana terdapat kesalahan
imbuhan 0-2 kata dari 6 kalimat di awal
2 jika dalam menulis karangan sederhana terdapat kesalahan
imbuhan 3-4 kata dari 6 kalimat di awal
1 jika dalam menulis karangan sederhana terdapat kesalahan
imbuhan 5-6 kata dari 6 kalimat di awal
55
B. Penggunaan Huruf Kapital
(3) : jika siswa dalam menulis karangan dapat menggunakan huruf
kapital di awal kalimat (minimal enam kalimat di awal).
(2) : jika siswa dalam menulis karangan dapat menggunakan huruf
kapital di awal kalimat (minimal empat kalimat di awal).
(1) : jika siswa dalam menulis karangan dapat menggunakan huruf
kapital di awal kalimat (minimal dua kalimat di awal).
3. Penempatan tanda titik di akhir kalimat.
(3) : jika siswa dalam menulis karangan dapat menempatkan tanda
titik di akhir kalimat dengan tepat(minimal enam kalimat di awal).
(2) : jika siswa dalam menulis karangan dapat menempatkan tanda
titik di akhir kalimat dengan tepat(minimal empat kalimat di awal).
(1) : jika siswa dalam menulis karangan dapat menempatkan tanda
titik di akhir kalimat dengan tepat(minimal dua kalimat di awal).
56
.
Nilai Akhir = X 100
Teknik pengolahan data hasil dilakukan dengan cara sebagai
berikut.
a. Menentukan skor dari setiap nomor soal.
b. Menghitung jumlah skor yang diperoleh tiap siswa.
c. Memberi nilai angka dengan cara seperti berikut ini.
Nilai akhir=Jumlah Skor yang Benar52 x 100
d. Menghitung persentase ketuntasan dengan cara berikut.
Jumlah siswa yang tuntasJumlah siswa seluruhnya x 100%
e. Nilai batas ketuntasan tiap siswa ditetapkan dengan menggunakan
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) dengan ketentuan sebagai
berikut.
1) Rambu-rambu
1.a.1.a.a) KKM ditetapkan
pada awal tahun pelajaran
1.a.1.a.b) KKM ditetapkan
oleh forum KKG
57
1.a.1.a.c) Nilai KKM
dinyatakan dalam bentuk bilangan bulat dengan rentang 0-100
1.a.1.a.d) Nilai ketuntasan
belajar maksimal adalah 100
1.a.1.a.e) Kriteria ditetapkan
untuk masing-masing indikator, idealnya berkisar 75%
1.a.1.a.f) Sekolah dapat
menetapakan KKM dibawah kriteria ideal
1.a.1.a.g) Nilai KKM dapat
dicantumkan dalam LHBS sesuai model yang dipilih sekolah
2) Kriteria Penetapan KKM
2.a) Kompleksitas indikator (kesulitan dan kerumitan)
2.b) Daya dukung (sarana/prasarana, kemapuan guru,
lingkungan, dan biaya)
2.c)Intake siswa (kemampuan rata-rata siswa)
3) Penafsiran kriteria KKM menjadi nilai KKM
Cara menafsirkan kriteria KKM menjadi nilai KKM dengan tiga
cara, yaitu:
3.a) dengan memberikan point pada setiap kriteria
3.b) dengan memberikan rentang nilai pada setiap kriteria
58
3.c) dengan memberikan proffesional judgment pada setiap
kriteria
Adapun aturan penentuan KKM yang ditetapkan di SD
Negeri Sukaraja 1 dengan tafsiran memberikan point pada setiap
kriteria.
Tabel Point pada setiap Kriteria :
Kriteria Kategori Point
Kompleksitas Tinggi 1
Sedang 2
Rendah 3
Daya Dukung Tinggi 3
Sedang 2
Rendah 1
Intake siswa Tinggi 3
Sedang 2
Rendah 1
Tabel Kriteria KKM menjadi Nilai KKM
Standar Kompertensi Kriteri Penentuan KKM KKM
59
Kompetensi dasar dan Indikator
Komplek sitas
Daya dukung Intake Siswa
Jumlah Bobot
Guru Sarpras
Menghitung luas bangun datar sederhana dan menggunakannya dalam pemecahan masalah
2 3 2 2 9 75
Menghitung luas trapesium dan layang-layang •Menentukan luas layang-layang
(2 + 3 + 2 + 2 ) × 100 = 75
12
Persentase ketuntasan klasikal diperoleh dari :
Jumlah siswa yang mencapai ketuntasan ≥ 75 × 100%
Jumlah siswa
L. VALIDASI DATA
Teknik validasi data yang digunakan untuk mengetahui validitas sebuah
data antara lain.
60
1. Member Check
Member Check adalah meninjau kembali keterangan-keterangan atau
informasi data yang diperoleh selama observasi atau wawancara, dengan cara
mengkonfirmasikannya dengan guru, siswa, nara sumber, atau siapapun yang
berhubungan dengan penelitian ini melalui kegiatan relatif-kolaboratif pada
setiap akhir kegiatan pembelajaran. Kegiatan ini dilakukan untuk mendapatkan
keterangan, informasi, atau penjelasan apakah tetap sifatnya atau tidak berubah
sehingga dapat dipastikan keajegan dan kebenarannya. Hal ini berguna untuk
memperoleh tanggapan, sanggahan atau informasi tambahan baik dari guru
maupun siswa, sehingga terjaring data yang benar dan memiliki derajat validasi
yang tinggi. (Wiriaatmadja, 2006). Contoh pelaksanaannya adalah pada saat
peneliti mengecek kembali keterangan atau informasi mengenai penerapan
metode kolaborasi baik kelebihan maupun kekurangannya melalui diskusi
dengan siswa dan mitra pengamat di sekolah untuk memperoleh kebenaran data
yang jelas dan benar adanya.
2.Triangulasi
Trianglasi adalah pemeriksa kebenaran data yang diperoleh peneliti, dengan
membandingkan terhadap hasil yang diperoleh sumber lain yakni guru dan
siswa. Tujuannya untuk memperoleh derajat kepercayaan data yang maksimal.
Kegiatan triangulasi dalam kegiatan ini dilakukan melalui kegiatan reflektif
kolaboratif antara guru dan peneliti. Selain itu juga dilakukan kegiatan
wawancara dengan siswa, dengan tujuan untuk mendapat gambaran tentang
persepsi siswa terhadap pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan metode
61
kolaborasi. Hasil triangulasi ini kemudian dijabarkan dalam bentuk catatan
lapangan. (Moleong: 2004). Contoh triangulasi dilakukan pada saat peneliti
membandingkan aktifitas guru dan siswa selama proses pembelajaran serta hasil
yang dicapai dalam menulis karangan dengan menggunakan metode kolaborasi.
Hasilnya dicatat dalam catatan lapangan agar dapat diketahui peningkatannya.
3. Audit Trail
Audit Trail mengecek kebenaran prosedur dan metode pengumpulan data
dengan cara mendiskusikannya dengan guru, pembimbing, peneliti senior, dan
teman-teman peneliti untuk mengetahui kesalahan-kesalahan prosedur atau
metode yang digunakan peneliti dengan cara memeriksa catatan-catatan yang
ditulis oleh peneliti maupun pengamat mitra penelitian lainnya untuk mengambil
kesimpulan mengenai tindakan yang telah dilaksanakan. Kegiatan ini dilakukan
untuk memperoleh data dengan validasi yang tinggi. (Wiriaatmadja, 2006).
Contohnya, pada saat peneliti melakukan diskusi dengan guru atau pengamat
penelitian membahas kesalahan-kesalahan atau kekurangan metode kolaborasi
dalam pembelajaran menulis karangan.
4.Expert Opinion
Expert Opinion dilakukan dengan cara mengkonsultasikan hasil temuan
peneliti kepada para ahli. Dalam kegiatan ini, peneliti mengkonsultasikan hasil
temuan peneliti kepada pembimbing mengenai masalah-masalah penelitian yang
ditemukan untuk memperoleh arahan dan masukan berupa perbaikan, modifikasi
atau penghalusan untuk meningkatkan derajat keterpercayaan terhadap
penelitian yang sedang dilakukan sehingga validasi temuan penelitian dapat
62
dipertanggungjawabkan. (Wiriaatmadja, 2006). Sebagai contoh pelaksanaan
kegiatan ini adalah peneliti selalu melakukan konsultasi dan bimbingan dengan
dosen pembimbing dan guru-guru di sekolah sebagai mitra pengamat penelitan
dari mulai tahap perencanaan, pelaksanaan sampai penelitian selesai
dilaksanakan.
Berdasarkan penjelasan validasi data di atas, peneliti menggunakan
validasi data yaitu member check dan triangulasi. Validasi data dengan member
check digunakan setelah mengobservasi kinerja guru dan aktivitas siswa dalam
pelajaran menulis karangan serta setelah melakukan wawancara guru dan siswa.
Peneliti akan memeriksa kembali hasil observasi dan wawancara. Apakah hasil
temuan tersebut benar-benar sesuai dengan yang dilakukan atau ada yang belum
tercatat dalam observasi dan wawancara.
Validasi data dengan triangulasi dilakukan setelah observasi kinerja guru
dan aktivitas siswa dengan cara peneliti membandingkan dan mendiskusikan
hasil observasi tersebut dengan guru yang melakukan observasi di kelas V saat
pembelajaran menulis karangan. Validasi data dengan audit trail dilakukan
untuk mengecek kebenaran dan keabsahan data dengan berdiskusi bersama guru,
pembimbing, peneliti senior dan teman-teman penelitian.
63
M. JADWAL PENELITIAN
Penelitian ini direncanakan memerlukan waktu pelaksanaan selama lima
bulan, yaitu mulai bulan februari sampai dengan bulan juni 2011.
NO
Uraian
Kegiatan
Januari
2011
Februari
2011
Maret
2011
April
2011
Mei
2011
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
1 Pembuatan
Proposal
√ √
2 Seminar
Proposal
√ √
3 Perencanaan √ √ √
4 Pelaksanaan √ √ √ √
5 Pembuatan
Laporan
√ √ √ √
64
N. DAFTAR PUSTAKA
Abimanyu, Solih, dkk. 2008. Strategi Pembelajaran. Jakarta : Depdiknas
Akhadiah, Sabarti, dkk. 1997. Menulis. Jakarta : Depdikbud.
Depdiknas. 2006. KTSP. Jakarta : Depdiknas.
Djuanda, D. (2006). Pembinaan dan Pengembangan Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Bandung : UPI Press.
Djuanda, Dadan, dkk. 2008. Pembelajaran Keterampilan Berbahasa Indonesia Di SD. Bandung : Pustaka Latfiah.
Gie. L. (2002). Terampil Mengarang. Yogyakarta : Andi.
65
Haryadi-Zamzam. 1997. Peningkatan Keterampilan Berbahasa Indonesia. Jakarta : Depdikbud.
Hidayat, K., dkk. (1994). Evaluasi Pendidikan dan Penerapan Dalam Pengajaran Bahasa Indonesia. Bandung : Alpabeta
Kasbollah, K. 1999. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Depdikbud
Moleong, L.J. 2004. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : Rosdakarya
Suriamihardja, Agus. (1997). Petunjuk Praktek Menulis. Jakarta : Depdikbud
LAMPIRAN-LAMPIRAN
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARANLAMPIRAN 1
66
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Materi Pokok : Menulis Karangan Narasi
Kelas/semester : V/I (Lima/Satu)
Waktu : 2 x 35 menit
I. KEMAMPUAN DASAR
A. Standar Kompetensi : 4. Mengungkapkan pikiran, perasaan,
informasi, dan pengalaman secara tertulis dalam bentuk karangan, surat
undangan, dan dialog tertulis.
B. Kompetensi Dasar : 4.1 Menulis karangan berdasarkan pengalaman dan
memperhatikan pilihan kata dan penggunaan ejaan.
C. Indikator :
1. Menulis karangan dengan menggunakan pilihan kata yang tepat.
2. Menulis karangan dengan memperhatikan penggunaan ejaan yang
tepat.
D. Tujuan Pembelajaran :
1. Siswa dapat Menulis karangan dengan menggunakan pilihan kata
yang tepat.
67
2. Siswa dapat menulis karangan dengan menggunakan huruf kapital
diawal kalimat.
3. Siswa dapat menulis karangan dengan memperhatikan penempatan
tanda titik di akhir kalimat.
II. MATERI PEMBELAJARAN
Mengarang adalah segenap rangkaian kegiatan seseorang mengungkapkan
gagasan dan menyampaikannya melalui bahasa tulis kepada masyarakat untuk
dipahami. Huruf capital diagunakan di awal kalimat, tanda titk di akhir
kalimat.
III. METODE
1. Ceramah.
2. Tanya jawab.
3. Penugasan.
IV. MEDIA DAN SUMBER BELAJAR
Media
Gambar seri
Benda-benda yang sering dijumpai siswa (dimasukan dalam kotak).
Sumber Belajar
68
1. Kurikulum KTSP 2006 Depdikbud.Pb Dharma Bakti
2. Tim Bina Karya Guru(2007)Bina Bahasa Indonesia kelas 3 semester
2.Jakarata:Erlangga.
A. Kegiatan Awal (5 menit)
1. Siswa mengucapkan salam.
2. KM (Ketua Murid) memimpin doa.
3. Siswa duduk sesuai dengan kelompoknya masing-masing
yang telah ditentukan sebelumnya.
4. Siswa dengan guru mengecek daftar hadir.
5. Guru memberikan apersepsi yang berhubungan dengan
materi yang akan diberikan, serta memberikan motivasi kepada
siswa agar lebih siap untuk mengikuti pembelajaran.
6. Siswa mendengarkan dan memahami tujuan pembelajaran
yang harus dicapai dari penjelasan guru.
B. Kegitan Inti
1. Guru menjelaskan kegiatan pembelajaran yang akan
berlangsung saat itu. Dimana siswa akan mengikuti sebuah
pembelajaran yang dikemas dalam bentuk permainan
69
mengarang gotong royong. Dan guru tidak lupa menjelaskan
aturan permainan yang harus dilakukan oleh siswa.
2. Siswa yang sudah bergabung dengan kelompoknya masing-
masing, menyimak penjelasan dari guru.
3. Guru mendemonstrasikan permainan yang mengarang gotong
royong akan dimainkan oleh siswa. Hal tersebut dilakukan agar
siswa lebih memahami penjelasan dari guru.
4. Kemudian siswa mendengarkan penjelasan teori mengenai
materi pelajaran dari guru. Dengan menggunkan metode
ceramah. (hal ini sangat penting sebelum permainan dimulai)
5. Siswa melakukan Tanya jawab untuk memahami materi yang
belum dipahami oleh siswa.
6. Semua kelompok mulai bersiap-siap untuk mengikuti
permainan mengarang gotong royong yang telah dijelaskan
tadi.
7. Seorang siswa pertama wakil dari setiap kelompok mengambil
sebuah benda yang disimpan didalam kotak (benda tersebut
sudah disiapkan sebelumya dan disimpan ditempat dimana
setiap kelompok menempati tempatnya masing-masing).
8. Siswa yang telah bertugas mengambil benda harus membuat
sebuah kalimat yang berkaitan dengan benda tersebut dengan
70
menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Siswa
yang lain dari kelompok yang sama mendapat giliran untuk
membuat kalimat dari benda tersebut, terus sampai anggota
terakhir dari kelompok tersebut. Begitupun dengan kelompok
yang lainnya.
9. Guru membimbing siswa bila mengalami kesulitan dalam
membuat sebuah karangan.
10.Setelah selesai perwakilan setiap kelompok secara bergiliran
maju ke depan untuk membacakan hasil karangannya.
Kelompok yang lain menyimak dan mengamati apakah kalimat
yang disusun sudah runtut dan sesuai dengan kalimat pertama
yang dibuat oleh anggota pertama. (angggota yang maju diberi
bintang).
11.Siswa kembali bergabung dengan kelompoknya masing-
masing.
12.Setiap anggota di semua kelompok kembali mendapatkan
kejutan dari guru, yaitu amplop yang bertuliskan “bukalah aku,
rangkailah aku, dan deskripsikalah aku sesuka hatimu”
13.Guru membimbing siswa untuk membuka amplop kemudian
mulai mengerjakan suruhan yang dituliskan dalam amplop
tersebut.
71
14.Siswa mengerjakan mulai membuat sebuah karangan dari
gambar seri yang dimasukan ke dalam amplop tadi.
15.Guru membimbing siswa dalam menulis sebuah karangan.
16.Setelah selesai setiap anggota menyerahkan hasil pekerjaannya
kepada ketua kelompok untuk dikoreksi oleh kelompok yang
lain.
17.Guru membagikan LKS kepada setiap kelompok dan bolpoin
berwarna sebanyak jumlah siswa yang ada dalam kelompok
tersebut. (bolpoin warna merah untuk kelompok yang
memeriksa huruf kapital, warna hijau untuk kelompok yang
memeriksa tanda titik di akhir kalimat).
18.Guru membagikan hasil karangan siswa secara acak kepada
masing-masing kelompok untuk dikoreksi sesuai dengan
tugasnya masing-masing.
19.Siswa dalam kelompoknya saling membantu mengoreksi
karangan teman-temannya dengan menggarisbawahi kesalahan-
kesalahan penulisan karangan sesuai tugasnya dengan
menggunakan tinta yang diberikan oleh guru. Apabila ada
tulisan yang kurang dimengerti atau kurang jelas siswa yang
mengoreksi dapat menanyakan langsung kepada penulisnya.
72
20. Guru berkeliling memberikan bantuan dan
bimbingan kepada siswa yang mengalami kesulitan.
21. Kemudian hasil koreksi tersebut dikembalikan
kepada masing-masing pemiliknya untuk diperbaiki
kesalahannya dan ditulis ulang , kemudian dikembalikan
kepada guru.
C. Kegiatan Akhir
1. Siswa bersama guru menyimpulkan pembelajaran yang telah
berlangsung.
2. Berdoa.
V. EVALUASI
Prosedur Evaluasi : Proses dan Hasil belajar.
Bentuk Evaluasi : Tes tertulis.
Soal yang diberikan :
Nama :
No. Absen :
Kelas :
Buatlah sebuah karangan sederhana yang sesuai dengan gambar yang
telah disiapkan dengan menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar,
73
penggunaan huruf kapital diawal kalimat dengan tepat, serta penempatan tanda
titik di akhir kalimat dengan tepat.
Aspek yang dinilai dan deskriptor yang digunakan adalah sebagai berikut.
C. Pilihan Kata
Pilihan Kata 1
3 jika dalam menulis karangana sederhana terdapat penggunaan
bahasa daerah minimal 0-2 kata dari 6 kalimat di awal.
2 jika dalam menulis karangana sederhana terdapat penggunaan
bahasa daerah minimal 3-4 kata dari 6 kalimat di awal.
1 jika dalam menulis karangana sederhana terdapat penggunaan
bahasa daerah minimal 5-6 kata dari 6 kalimat di awal.
Pilihan Kata 2
3 jika dalam menulis karangan sederhana terdapat pengulangan
konjungsi 0-2 kata dari 6 kalimat di awal.
2 jika dalam menulis karangan sederhana terdapat pengulangan
konjungsi 3-4 kata dari 6 kalimat di awal.
1 jika dalam menulis karangan sederhana terdapat pengulangan
konjungsi 5-6 kata dari 6 kalimat di awal.
Pilihan Kata 3
3 jika dalam menulis karangan sederhana terdapat kesalahan imbuhan
0-2 kata dari 6 kalimat di awal.
74
2 jika dalam menulis karangan sederhana terdapat kesalahan imbuhan
3-4 kata dari 6 kalimat di awal.
1 jika dalam menulis karangan sederhana terdapat kesalahan imbuhan
5-6 kata dari 6 kalimat di awal.
D. Penggunaan Huruf Kapital
(3) : jika siswa dalam menulis karangan dapat menggunakan huruf
kapital di awal kalimat (minimal enam kalimat di awal).
(2) : jika siswa dalam menulis karangan dapat menggunakan huruf
kapital di awal kalimat (minimal empat kalimat di awal).
(1) : jika siswa dalam menulis karangan dapat menggunakan huruf
kapital di awal kalimat (minimal dua kalimat di awal).
3. Penempatan tanda titik di akhir kalimat.
(3) : jika siswa dalam menulis karangan dapat menempatkan tanda
titik di akhir kalimat dengan tepat(minimal enam kalimat di awal).
(2) : jika siswa dalam menulis karangan dapat menempatkan tanda
titik di akhir kalimat dengan tepat(minimal empat kalimat di awal).
(1) : jika siswa dalam menulis karangan dapat menempatkan tanda
titik di akhir kalimat dengan tepat(minimal dua kalimat di awal).
Nilai Akhir = X 100
75
PEDOMAN WAWANCARA UNTUK GURU
Nama Responden : ................................................................
Tanggal Wawancara : ................................................................
No Pertanyaan Ringkasan Jawaban
1. Bagaimana menurut pendapat Ibu mengenai penerapan permainan mengarang gotong royong dalam pembelajaran menulis karangan?
2. Kesulitan apa yang Ibu temukan pada saat menerapkan permainan mengarang gotong royong?
3. Berdasarkan pengamatan Ibu pada saat pembelajaran, apakah anak-anak senang dengan permainan mengarang gotong royong?
4. Apakah sebelumnya Ibu pernah menggunakan permainan mengarang gotong royong dalam pembelajaran menulis karangan?
5. Menurut Ibu apa kelebihan dari permainan mengarang gotong royong?
Kesimpulan :
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
LAMPIRAN 2
76
PEDOMAN WAWANCARA UNTUK SISWA
Nama Responden : ................................................................
Tanggal Wawancara : ................................................................
No Pertanyaan Ringkasan Jawaban
1. Apa yang kamu lakukan pada saat diskusi tadi?
2. Apa yang kamu periksa dalam karangan temanmu itu, dan dibagaimanakan?
3. Apakah sebelumnya kamu pernah melakukan hal seperti ini?
4. Apakah kamu senang membaca karangan temanmu?
5. Apakah manfaat dari mengoreksi karangan teman?
Kesimpulan hasil wawancara :
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
FORMAT CATATAN LAPANGAN
LAMPIRAN 3
LAMPIRAN 4
77
Tanggal Pengamatan :
Topik Pengamatan :
Aktivitas Guru Aktivitas Siswa
LEMBAR OBSERVASI KINERJA GURU
Sumedang, Februari 2010
Observer
LAMPIRAN 5
78
Yang diamati : Sikap dan perilaku guru dalam melaksanakan
pembelajaran
Nama guru : ……………………………………………………
Hari / Tanggal : ……………………………………………………
Waktu : ……………………………………………………
Nama observer : ……………………………………………………
Berilah tanda “√” pada kolom kualifikasi yang sesuai dengan pengamatan.
No. Aspek yang diamati Skor
nilai
Jml
skor
Ket.
3 2 1I. Tahap Perencanaan
A. Guru mempersiapkan Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran.
B. Guru mempersiapkan media
pembelajaran.
C. Guru mempersiapkan lembar
penilaian.II Tahap Pelaksanaan
A. Kegiatan Awal
1. Guru melakukan apersepsi.
2. Guru menyampaikan tujuan
pembelajaran.
B. Kegiatan Inti
79
1. Guru menjelaskan tentang
pembelajaran yang akan berlangsung.
Dimana guru menjelaskan aturan
dalam permainan mengarang gotong
royong.
2. Guru mendemontrasikan permainan mengarang
gotong royong.
3. Guru menjelaskan materi pokok tentang
mengarang.
4. Guru memberikan kesempatan untuk bertanya.
3. Guru memberikan intruksi kepada
seluruh kelompok, agar menyiapkan
perwakilan dari setiap kelompok untuk
membuka kotak yang telah disiapkan
oleh guru.
4. Guru menyuruh siswa untuk membuat
kalimat dari benda tersebut.
Dilanjutkan oleh anggota lain dari
kelompok yang sama.
5. Guru membimbing dan membantu
siswa yang mengalami kesulitan.
6. Guru menyuruh perwakilan di setiap
kelompok untuk membacakan hasil
80
karangannya.
7. Guru memberikan amplop yang berisi
gambar kepada setiap siswa untuk
dibuat sebuah karangan sederhana.
8. Guru membimbing siswa dalam
menulis sebuah karangan berdasarkan
gambar seri.
9. Guru membagikan LKS kepada setiap
kelompok dan bolpoin warna sesuai
jumlah anggota kelompok.
10. Guru membagikan hasil karangan
siswa secara acak kepada setiap
kelompok untuk dikoreksi.
11. Guru berkeliling membimbing dan
memberikan bantuan kepada siswa
yang mengalami kesulitan.
12. Guru memberikan intruksi kepada
setiap siswa untuk mengembalikan
hasil koreksi kepada pemiliknya untuk
ditulis ulang. Dan dikembalikan
kepada guru.
C.Kegiatan akhir
1. Guru menyimpulkan pembelajaran
81
yang telah dilakukan.
2. Guru menyampaikan gambaran
pembelajaran selanjutnya.Jumlah
Persentasi
DESKRIPTOR
I. TAHAP PERENCANAAN
A. Skor 3 jika ke 6 komponen dalam RPP lengkap.
Skor 2 jika dalam RPP terdapat 3-4 komponen.
Skor 1 jika dalam RPP terdapat 1-2 komponen.
B. Skor 3 jika media yang digunakan sesuai dengan materi yang akan
disampaikan dan merata untuk semua kelompok
Skor 2 jika media yang digunakan sesuai dengan materi yang akan disampaikan
namun tidak merata untuk semua kelompok.
Skor 1 jika media yang digunakan tidak sesuai dengan materi dan tidak merata
untuk semua kelompok.
C. Skor 3 jika lembar penilaian dibuat secara lengkap dan mengacu pada
tujuan pembelajaran.
Skor 2 jika lembar penilaian dibuat lengkap namun tidak mengacu pada tujuan
atau sebaliknya.
82
Skor 1 jika lembar penilaian dibuat secara tidak lengkap dan tidak mengacu pada
tujuan pembelajaran.
II. TAHAP PELAKSANAAN
A. Kegiatan Awal
1. Skor 3 jika apersepsi disampaikan sesuai dengan pengetahuan awal anak
dan mengacu pada materi yang akan disampaikan.
Skor 2 jika apersepsi disampaikan sesuai dengan pengetahuan awal
anak namun tidak mengacu pada materi yang akan disampaikan atau
sebaliknya.
Skor 1 jika apersepsi disampaikan tidak sesuai dengan pengetahuan
awal anak dan tidak mengacu pada materi yang akan disampaikan.
2. Skor 3 jika guru menyampaikan 3 tujuan yang ada dalam RPP.
Skor 2 jika guru hanya menyampaikan 2 tujuan yang ada dalam RPP\
Skor 1 jika guru hanya menyampaikan 1 tujuan yang ada dalam RPP.
1.1.1.B. Kegiatan Inti
83
1. Skor 3 jika guru menjelaskan tentang aturan main kegiatan
pembelajaran dari awal sampai akhir yang akan diikuti oleh siswa.
Skor 2 jika guru menjelaskan tentang aturan main kegiatan
pembelajaran dari awal sampai akhir namun sulit dipahami siswa.
Skor 1 jika guru tidak menjelaskan tentang aturan main kegiatan
pembelajaran dari awal sampai akhir.
2. Skor 3 jika guru membimbing semua kelompok.
Skor 2 jika guru membimbing sebagian kelompok
Skor 1 jika guru tidak membimbing semua kelompok.
3. Skor 3 jika guru mendemonstrasikan permainan mengarang gotong
royong dengan jelas sampai siswa memahaminya.
Skor 2 jika guru hanya mendemonstrasikan sebagian kecil saja.
Skor 1 jika guru tidak mendemonstrasikan permainan tersebut.
4. Skor 3 jika guru menjelaskan sebagian besar materi pokok.
Skor 2 jika guru menjelaskan sebagian kecil materi pokok.
Skor 1 jika guru tidak menjelaskan materi pokok.
5. Skor 3 jika guru membimbing siswa di setiap kelompok secara
merata.
Skor 2 jika guru membimbing sebagian siswa di setiap kelompok.
84
Skor 1 jika guru tidak membimbing siswa disetiap kelompok.
6. Skor 3 jika guru menyuruh perwakilan ssetiap kelompok untuk
membacakan hasil karangannya.
Skor 2 jika guru menyuruh perwakilan dari beberapa kelompok saja
untuk membacakan hasil karangannya.
Skor 1 jika guru tidak menyuruh perwakilan dari setiap kelompok
untuk membacakan hasil karangannya.
7. Skor 3 jika guru memberikan amplop secara merata kepada seluruh
siswa di setiap kelompok.
Skor 2 jika guru memberikan amplop kepada sebagian besar siswa
di setiap kelompok.
Skor 1 jika guru memberikan amplop kepada sebagian kecil siswa
disetiap kelompok..
8. Skor 3 jika guru membimbing siswa disetiap kelompok secara
merata.
Skor 2 jika guru membimbing sebagian siswa di setiap kelompok.
Skor 1 jka guru tidak membimbing siswa.
85
9. Skor 3 jika guru membagikan amplop dan bolpoin sejumlah siswa
disetiap kelompok sesuai dengan tugasnya.
Skor 2 jika guru membagikan amplop dan bolpoin tidak
berdasarkan jumlah siswa dalam kelompok namun warna bolpoin
sesuai dengan tugasnya. Atau sebaliknya.
Skor 1 jika guru tidak membagikan amplop dan bolpoin tidak
sebanyak jumlah siswa dan warna bolpoin tidak sesuai dengan
tugasnya
10.Skor 3 jika guru membagikan karangan secara acak.
Skor 2 jika guru membagikan karangan kepada kelompok terdekat
saja.
Skor 1 jika guru tidak membagikan hasil karangan tersebut kepada
kelompok lain.
11.Skor 3 Skor 3 jika guru membimbing siswa disetiap kelompok
secara merata.
Skor 2 jika guru membimbing sebagian siswa di setiap kelompok.
Skor 1 jka guru tidak membimbing siswa
12.Skor 3 jika guru memberikan intruksi kepada siswa untuk
mengembalikan hasil koreksi kepada pemiliknya untuk ditulis
ulang.
86
Skor 2 jika guru memberikan intruksi kepada siswa untuk
mengembalikan hasil koreksi kepada pemiliknya namun tidak
menyuruhnya untuk ditulis ulang.
Skor 1 jika tidak memberikan intruksi apapun.
1.1.1.C. Kegiatan Akhir
1. Skor 3 jika guru mengajak siswa menyimpulkan materi yang telah
dipelajari.
Skor 2 jika guru langsung menyimpulkan sendiri materi ynag telah
dipelajari.
Skor 1 jika guru tidak menyimpulkan materi yang telah dipelajari.
2. Skor 3 jika guru menyampaikan pembelajaran selanjutnya
dihubungkan dengan materi yang telah dipelajari
Skor 2 jika guru menyampaikan pembelajaran selanjutnya namun
tidak dihubungkan dengan materi yang telah dipelajari.
Skor 1 jika guru tidak menyampaikan pembelajaran selanjutnya.
Nilai akhir = skor perolehan x 100
skor ideal (57)
87
=
Keterangan
A = 90-100
B = 80-89
C = 70-79
D = 60-69
E = 0-59
LEMBAR OBSERVASI KINERJA SISWA
No Fokus Kegiatan
Skor Jumlah
skor
Ket.
1 2 3
LAMPIRAN 6
88
I. A. Kegiatan awal
1. Siswa menyimak apersepsi
dari guru.
2. KM memimpin doa.
3. Siswa menyimak penjelasan
tujuan.
B. Kegiatan Inti
1. Siswa menyimak penjelasan
aturan pembelajaran dari guru.
2 Siswa menyimak saat guru
mendemonstrasikan permainan
mengarang gotong royong.
3. Siswa menyimak penjelasan
teori.
4. Siswa melakukan Tanya jawab
5. Siswa membuat kalimat secara
bergantian dari benda yang
disiapkan guru.
6. Perwakilan kelompok maju ke
89
depan untuk membacakan hasil
karangannya.
7. Setiap siswa menulis karangan
dari gambar seri yang disimpan
didalam amplop.
8. Semua siswa di setiap
kelompok mengumpulkan hasil
karangannya untuk dikoreksi
kelompok lain.
9. Setiap siswa di dalam
kelompok mengoreksi hasil
karangan temannya.
10. Siswa menulis ulang karangan
yang telah diperiksa temannya
untuk di perbaiki.
C. Kegiatan Akhir
1. Siswa dan guru menyimpulkan
pembelajaran yang telah
berlangsung.
2. Siswa menyimak penjelasan
tentang pembelajaran
90
selanjutnya.
Jumlah
Persentasi
Deskriptor:
A. Kegiatan Awal
1. Skor 3 jika seluruh siswa menyimak dengan seksama.
Skor 2 jika sebagian besar siswa menyimak dengan seksama.
Skor 1 jika sebagian kecil siswa menyimak dengan seksama.
2. Skor 3 jika semua siswa membaca doa dengan khidmat.
Skor 2 jika sebagian besar siswa membaca doa dengan khidmat.
Skor 1 jika sebagian kecil siswa membaca doa dengan khidmat.
3. Skor 3 jika seluruh siswa menyimak penjelasan tujuan dengan seksama.
Skor 2 jika sebagian besar siswa menyimak penjelasan tujuan dengan seksama.
Skor 1 jika sebagian kecil siswa menyimak penjelasan tujuan dengan seksama.
B.Kegiatan Inti
91
1. Skor 3 jika siswa menyimak aturan pembelajaran yang akan berlangsung
dengan seksama.
Skor 2 jika sebagian besar siswa menyimak aturan pembelajaran dengan
seksama.
Skor 1 jika sebagian kecil siswa menyimak aturan pembelajaran dengan
seksama.
2. Skor 3 jika siswa menyimak saat guru mendemonstrasikan permainan
dengan seksama
Skor 2 jika sebagian besar siswa menyimak saat guru mendemonstrasikan
permainan dengan seksama.
Skor 1 jika sebagian kecil siswa menyimak saat guru mendemonstrasikan
permainan saat guru mendemonstrasikan permainan dengan seksama.
3. Skor 3 jika siswa menyimak penjelasan teori dengan seksama.
Skor 2 jika sebagian besar siswa menyimak penjelasan teori dengan
seksama.
Skor 1 jika sebagian kecil siswa menyimak penjelasan teori dengan
seksama.
4. Skor 3 jika ada 6 kelompok yang bertanya mengenai materi.
Skor 2 jika hanya ada 3-4 kelompok yang bertanya mengenai materi.
92
Skor 1 jika hanya ada 1-2 kelompok yang bertanya mengenai materi.
5. Skor 3 jika setiap siswa didalam kelompoknya masing-masing membuat
kalimat secara bergantian.
Skor 2 jika hanya ada sebagian besar siswa saja yang bergantian membuat
membuat kalimat.
Skor 1 jika hanya ada sebagian kecil siswa saja yang bergantian membuat kalimat.
6. Skor 3 jika ke 6 kelompok membacakan hasil karangannya.
Skor 2 jika hanya ada 3-4 kelompok saja yang membacakan hasil karangannya.
Skor 1 jika hanya ada 1-2 kelompok saja yang membacakan hasil karangannya.
7. Skor 3 Jika semua anggota didalam kelompok menulis karangan
berdasarkan gambar seri.
Skor 2 jika sebagian besar anggota di dalam kelompok menulis karangan
berdasarkan gambar seri.
Skor 1 jika jika sebagian kecil anggota di dalam kelompok menulis karangan
berdasarkan gambar seri..
8. Skor 3 jika seluruh siswa mengumpulkan hasil karangannya.
Skor 2 jika sebagian besar siswa mengumpulkan hasil karangannya.
Skor 1 jika sebagian kecil siswa mengumpulkan hasil karangannya.
93
9. Skor 3 jika seluruh siswa mengoreksi hasil karangan temannya dengan
seksama.
Skor 2 jika sebagian besar siswa mengoreksi hasil karangan temannya
dengan seksama.
Skor 1 jika sebagian kecil siswa mengoreksi hasil karangan temannya dengan
seksama.
10. Skor 3 jika seluruh siswa menulis ulang karangan hasil koreksi temannya.
Skor 2 jika sebagian besar siswa menulis ulang karangan hasil koreksi
temannya
Skor 1 jika sebagian kecil siswa menulis ulang karangan hasil koreksi
temannya.
A. Kegiatan Akhir
Skor 3 jika seluruh siswa menyimpulkan pembelajaran yang telah
berlangsung.
Skor 2 jika sebagian besar siswa menyimpulkan pembelajaran yang telah
berlangsung.
Skor 1 jika sebagian kecil siswa menyimpulkan pembelajaran yang telah
berlangsung.
94
Skor 3 jika seluruh siswa menyimak penjelasan guru dengan seksama.
Skor 2 jika sebagian besar menyimak penjelasan guru dengan seksama.
Skor 1 jika sebagian kecil menyimak penjelasan guru dengan seksama.
Nilai akhir = skor perolehan x 100
skor ideal (45)
=
Keterangan
A = 90-100
B = 80-89
C = 70-79
D = 60-69
E = 0 -59
FORMAT PENILAIAN MENULIS KARANGAN SEDERHANA
LAMPIRAN 7
95
No Nama Siswa
Aspek
yang
dinilai
Skor
Nilai
Ket
Penggunaan
Hurup kapital
Pilihan Kat
a
Penggunaan
Tanda
Baca
(titik)
T BT
Pilihan.
kata 1
Pilihan
.
kata 2
Pilihan
kata 3
3 2 1 3 2 1 3 2 1 3 2 1 3 2 1
1. S1
2. S2
3. S3
4. S4
5. S5
6. S6
7. S7
8. S8
9. S9
10.
S10
11.
S11
12.
S12
13.
S13
96
No Nama Siswa
Aspek
yang
dinilai
Skor
Nilai
Ket
Penggunaan
Hurup kapital
Pilihan Kat
a
Penggunaan
Tanda
Baca
(titik)
T BT
Pilihan.
kata 1
Pilihan
.
kata 2
Pilihan
kata 3
3 2 1 3 2 1 3 2 1 3 2 1 3 2 1
14.
S14
15.
S15
16.
S16
17.
S17
18 S18
19 S19
20 S20
21
S21
22
S22
23
S23
24
S24
97
No Nama Siswa
Aspek
yang
dinilai
Skor
Nilai
Ket
Penggunaan
Hurup kapital
Pilihan Kat
a
Penggunaan
Tanda
Baca
(titik)
T BT
Pilihan.
kata 1
Pilihan
.
kata 2
Pilihan
kata 3
3 2 1 3 2 1 3 2 1 3 2 1 3 2 1
25
S25
26
S26
27
S27
28 S28
29 S29
30 S30
31 S31
32 S32
33 S33
34 S34
98
No Nama Siswa
Aspek
yang
dinilai
Skor
Nilai
Ket
Penggunaan
Hurup kapital
Pilihan Kat
a
Penggunaan
Tanda
Baca
(titik)
T BT
Pilihan.
kata 1
Pilihan
.
kata 2
Pilihan
kata 3
3 2 1 3 2 1 3 2 1 3 2 1 3 2 1
35 S35
36 S36
Jumla
h
Persentase (%)
LEMBAR KERJA SISWA
LAMPIRAN 8
99
Kelompok : ....................................................
Nama Siswa : 1. ..............................................
2. ..............................................
3. .............................................
4. .............................................
5. .............................................
6. ............................................
Mata Pelajaran : ....................................................
Hari/Tanggal : ....................................................
Tujuan : Siswa dapat mengoreksi karangan dalam hal pilihan kata, peng
gunaan huruf kapital, tanda titik, dan tanda koma.
Petunjuk Pengerjaan!
1. Bacalah kriteria pilihan kata dan penggunaan ejaan di bawah ini!
2. Kemudian analisis karangan temanmu berdasarkan panduan tersebut!
3. Mulailah mengoreksi dari judul karangan, kemudian baca dengan teliti tiap
kalimat pada karangan! Adakah kesalahan dalam pilihan kata dan penggunaan
ejaan?
100
4. Garis bawahi kesalahan yang ada dalam karangan dengan ballpoint warna
merah untuk pemilihan kata, warna hijau untuk penggunaan huruf kapital, dan
warna biru untuk penempatan tanda titik!
5. Kembalikan karangan yang sudah dikoreksi kepada penulisnya untuk
direvisi kesalahan-kesalahannya!
1. Kriteria pilihan kata di bawah ini!
a.i.1.a.i.1.a. Bila dalam menulis
karangan ada pengulangan kata secara berdekatan.
a.i.1.a.i.1.b. Bila menggunakan
bahasa campur kode (misalnya: Bahasa Sunda dan Bahasa Indonesia).
2. Penggunaan Ejaan
Huruf kapital atau huruf besar, dipakai sebagai huruf pertama pada.
a. Awal kalimat. Misalnya: Dia mengamuk
Tanda titik dipakai pada.
a. Akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan. Misalnya :
Ayahku tinggal di Solo.