PENERAPAN PERMAINAN LABIRIN UNTUK MENINGKATKAN …

13
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Bimbingan dan Konseling Volume 4 Nomor 3 tahun 2019 Hal 40 - 52 Desember 2018 ISSN: 2615-0344 40 PENERAPAN PERMAINAN LABIRIN UNTUK MENINGKATKAN KONSENTRASI PADA ANAK ADHD (ATTENTION DEFICIT HYPERACTIVITY DISORDER) DI SLB BUKESRA BANDA ACEH Intan Yolanda, Syaiful Bahri, Fajriani Program Studi Bimbingan Konseling, Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan, Universitas Syiah Kuala Email: [email protected] ABSTRACT The concentration of learning is a focused attention during the learning process and it facilitates the understanding of lessons explained by the teacher so that it can support student’s achievement. Learning concentration is called effective when it is characterized by the strength of memories possessed by individuals. This study aimed to see the effectiveness of the labyrinth game in improving the learning concentration of children with ADHD using a quantitative descriptive approach and the type of single- subject experimental design with the A-B-A design baseline logic. The subjects in this study were 3 students of Bukesra SLB Banda Aceh with low learning concentration. The instrument used in this study was the concentration scale. Data analysis techniques used in this research was data analysis in conditions and data analysis between conditions. The results of the study showed that the students’ learning concentration after being given the treatment of the labyrinth game was higher than their learning concentration before being given the treatment. This is supported by the results of data analysis on the level changes in condition with an increase in the intervention phase (B) was (+6) at AP, (+9) at MH, (+8) at AM and the baseline phase (A2) was (+8) at AP, (+8) at MH, (+8) at AM. The results of data analysis between conditions in all phase comparisons showed the percentage of overlap below 90%. Data analysis between conditions on observation’s results showed a percentage of 0% at AP, 0% at MH, and 0% at AM in a comparison of baseline (A1) with intervention (B) and baseline (A2). So that it can be concluded that there was a significant increase between the students’ learning concentration after being given treatment and the analysis results of observational data obtained a tendency toward positive direction and trace data or increasing the percentage of the three subjects. Keywords: ADHD Children, Labyrinth Game, Improving Concentration, Research single-subject experimental design, A-B-A design baseline logic. ABSTRAK Konsentrasi belajar adalah terfokusnya perhatian pada saat proses pembelajaran yang memudahkan memahami pelajaran yang dijelaskan guru sehingga dapat menunjang prestasi siswa. Konsentrasi belajar dikatakan efektif ditandai dengan kuatnya ingatan yang dimiliki oleh individu. Penelitian ini bertujuan untuk melihat keefektifan permainan labirin dalam meningkatkan konsentrasi belajar anak ADHD dengan menggunakan pendekatan deskriptif kuantitatif dan jenis penelitian single-subject experimental design baseline logic desain A-B-A. Subjek dalam penelitian ini adalah 3 orang siswa ADHD dari SLB Bukesra Banda Aceh dengan konsentrasi belajar rendah. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala konsentrasi. Teknik analisis data menggunakan analisis data dalam kondisi dan analisis data antar kondisi. Hasil penelitian diperoleh bahwa konsentrasi belajar siswa setelah diberikan perlakuan permainan labirin lebih tinggi dari konsentrasi belajar siswa sebelum diberikan perlakuan. Hal ini didukung oleh hasil analisis data pada perubahan level dalam kondisi dengan level peningkatan pada fase intervensi (B) yaitu (+6) pada AP, (+9) pada MH, (+8) pada AM dan fase baseline (A2) yaitu (+8) pada AP, (+8) pada MH, (+8) pada AM. Hasil analisis data antar kondisi pada semua perbandingan fase menunjukkan persentase overlap dibawah 90%. Analisis data antar kondisi pada hasil pelaksanaan observasi menunjukkan persentase 0% pada AP, 0% pada MH, dan 0% pada AM pada perbandingan fase baseline (A1) dengan intervensi (B) dan baseline (A2). Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat peningkatan yang signifikan antara konsentrasi belajar siswa setelah diberikan perlakuan dan hasil analisis data observasi diperoleh kecenderungan arah dan jejak data yang bersifat positif atau semakin meningkat persentase ketiga subjek.

Transcript of PENERAPAN PERMAINAN LABIRIN UNTUK MENINGKATKAN …

Page 1: PENERAPAN PERMAINAN LABIRIN UNTUK MENINGKATKAN …

Jurnal Ilmiah Mahasiswa Bimbingan dan Konseling Volume 4 Nomor 3 tahun 2019

Hal 40 - 52 Desember 2018

ISSN: 2615-0344 40

PENERAPAN PERMAINAN LABIRIN UNTUK MENINGKATKAN KONSENTRASI PADA ANAK ADHD (ATTENTION DEFICIT HYPERACTIVITY DISORDER)

DI SLB BUKESRA BANDA ACEH

Intan Yolanda, Syaiful Bahri, Fajriani Program Studi Bimbingan Konseling, Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan,

Universitas Syiah Kuala Email: [email protected]

ABSTRACT

The concentration of learning is a focused attention during the learning process and it facilitates the understanding of lessons explained by the teacher so that it can support student’s achievement. Learning concentration is called effective when it is characterized by the strength of memories possessed by individuals. This study aimed to see the effectiveness of the labyrinth game in improving the learning concentration of children with ADHD using a quantitative descriptive approach and the type of single-subject experimental design with the A-B-A design baseline logic. The subjects in this study were 3 students of Bukesra SLB Banda Aceh with low learning concentration. The instrument used in this study was the concentration scale. Data analysis techniques used in this research was data analysis in conditions and data analysis between conditions. The results of the study showed that the students’ learning concentration after being given the treatment of the labyrinth game was higher than their learning concentration before being given the treatment. This is supported by the results of data analysis on the level changes in condition with an increase in the intervention phase (B) was (+6) at AP, (+9) at MH, (+8) at AM and the baseline phase (A2) was (+8) at AP, (+8) at MH, (+8) at AM. The results of data analysis between conditions in all phase comparisons showed the percentage of overlap below 90%. Data analysis between conditions on observation’s results showed a percentage of 0% at AP, 0% at MH, and 0% at AM in a comparison of baseline (A1) with intervention (B) and baseline (A2). So that it can be concluded that there was a significant increase between the students’ learning concentration after being given treatment and the analysis results of observational data obtained a tendency toward positive direction and trace data or increasing the percentage of the three subjects. Keywords: ADHD Children, Labyrinth Game, Improving Concentration, Research single-subject experimental design, A-B-A design baseline logic.

ABSTRAK Konsentrasi belajar adalah terfokusnya perhatian pada saat proses pembelajaran yang memudahkan memahami pelajaran yang dijelaskan guru sehingga dapat menunjang prestasi siswa. Konsentrasi belajar dikatakan efektif ditandai dengan kuatnya ingatan yang dimiliki oleh individu. Penelitian ini bertujuan untuk melihat keefektifan permainan labirin dalam meningkatkan konsentrasi belajar anak ADHD dengan menggunakan pendekatan deskriptif kuantitatif dan jenis penelitian single-subject experimental design baseline logic desain A-B-A. Subjek dalam penelitian ini adalah 3 orang siswa ADHD dari SLB Bukesra Banda Aceh dengan konsentrasi belajar rendah. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala konsentrasi. Teknik analisis data menggunakan analisis data dalam kondisi dan analisis data antar kondisi. Hasil penelitian diperoleh bahwa konsentrasi belajar siswa setelah diberikan perlakuan permainan labirin lebih tinggi dari konsentrasi belajar siswa sebelum diberikan perlakuan. Hal ini didukung oleh hasil analisis data pada perubahan level dalam kondisi dengan level peningkatan pada fase intervensi (B) yaitu (+6) pada AP, (+9) pada MH, (+8) pada AM dan fase baseline (A2) yaitu (+8) pada AP, (+8) pada MH, (+8) pada AM. Hasil analisis data antar kondisi pada semua perbandingan fase menunjukkan persentase overlap dibawah 90%. Analisis data antar kondisi pada hasil pelaksanaan observasi menunjukkan persentase 0% pada AP, 0% pada MH, dan 0% pada AM pada perbandingan fase baseline (A1) dengan intervensi (B) dan baseline (A2). Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat peningkatan yang signifikan antara konsentrasi belajar siswa setelah diberikan perlakuan dan hasil analisis data observasi diperoleh kecenderungan arah dan jejak data yang bersifat positif atau semakin meningkat persentase ketiga subjek.

Page 2: PENERAPAN PERMAINAN LABIRIN UNTUK MENINGKATKAN …

Intan Yolanda, Syaiful Bahri, Fajriani Penerapan Permainan Labirin Untuk Meningkatkan Konsentrasi ........

41

Kata kunci: Anak ADHD, Labirin, Konsentrasi, single-subject experimental design, baseline logic desain A-B-A.

PENDAHULUAN

Anak berkebutuhan khusus (ABK) merupakan anak yang memiliki karakteristik khusus

yang berbeda dengan anak-anak pada umumnya, mereka memerlukan pelayanan yang khusus untuk dapat mencapai perkembangan yang optimal terutama dalam pendidikan. Iswari (2007) berpendapat anak berkebutuhan khusus membutuhkan layanan atau perlakuan khusus untuk mencapai perkembangan yang optimal sebagai akibat dari kelainan atau keluarbiasaan yang disandangnya. Secara umum, berbagai bentuk gangguan Anak Berkebutuhan Khusus dapat digolongkan dalam tunadaksa, tunalaras, tunagrahita, tunanetra, tunarungu, kesulitan belajar, gangguan perilaku, anak berbakat, dan anak yang mengalami gangguan kesehatan.

Salah satu hambatan yang dialami oleh anak berkebutuhan khusus (ABK) adalah gangguan perilaku atau ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder). Marlina (2007) menyatakan ADHD merupakan perilaku yang berkembang secara tidak sempurna dan timbul pada anak-anak serta orang dewasa. Perilaku yang dimaksud berupa kekurangmampuan dalam hal menaruh perhatian, pengontrolan gerak hati serta gerak motor. Aktivitas berlebihan yang cendrung dimiliki oleh anak pada berbagai waktu dan kesempatan merupakan hal yang wajar bagi anak-anak, akan tetapi apabila keaktifan tersebut didalam setiap aktivitas terjadi secara berlebihan maka akan menjadi hal yang tidak wajar dan menjadi suatu permasalahan dalam diri anak. Tidak semua anak dapat melewati semua proses dalam perkembangan kemampuan emosi dan sosialnya dengan baik. Hal ini merupakan permasalah yang sering sekali ditemukan dalam proses belajar di lapangan.

Hatiningsih (2013) menyatakan ADHD merupakan suatu sindrom yang timbul pada anak dengan pola gejala restless atau tidak bias diam (Hyperactivity), tidak dapat memusatkan perhatian (Inattention), semaunya sendiri (Impulsive), dan perilaku penghambat atau distruktif yang dapat menyebabkan ketidakseimbangan sebagai besar aktivitas hidup mereka yang secara umum dapat mengganggu proses belajar serta prestasi akademiknya. Dayu (2013) menjelaskan ciri-ciri gangguan pemusatan perhatian dapat dijelaskan sebagai berikut: 1) Jarang menyelesaikan perintah sampai tuntas; 2) Mainan, buku, dan sebagainya sering kali tertinggal; 3) Sering membuat kesalahan; 4) Mudah beralih perhatian (terutama oleh rangsangan luar); 5) dan Sulit menyelesaikan tugas atau pekerjaan sekolah.

Kurangnya konsentrasi belajar akan menimbulkan kesukaran didalam kelas, Pada dasarnya konsentrasi merupakan kemampuan seseorang untuk mengendalikan kemauan, pikiran, perasaan. Dengan melalui kemampuan tersebut individu diharapkan mampu memusatkan sebagian besar perhatiannya pada objek yang dikehendaki dan pengendalian kemauan, pikiran, dan perasaan dapat tercapai apabila seseorang mampu menikmati kegiatan yang sedang dilakukannya. Baharudin (2010) mengatakan konsentrasi merupakan salah satu tahapan dari suatu proses belajar yang terjadi di sekolah. Konsentrasi sendiri sangat erat kaitannya dengan unsur motivasi. Tahap konsentrasi terjadi disaat siswa harus memusatkan perhatian untuk tertuju pada hal-hal yang relevan dengan apa yang kan dipelajari. Senada dengan itu Agustini (2014) menjelaskan dalam proses pelajaran pada dunia pendidikan, konsentrasi merupakan salah satu aspek penting karena konsentrasi merupakan salah satu faktor yang harus diperhatikan demi mencapai hasil belajar yang maksimal.

Hatiningsih (2013) menjelaskan kurangnya konsentrasi sendiri memiliki pengertian ketidakmampuan individu dalam mempertahankan perhatian sehingga rentang perhatiannya sangat singkat. Anak ADHD Umumnya memiliki kemampuan konsentrasi yang rendah yaitu ketidakmampuan untuk mempertahankan terhadap suatu kegiatan.

Ciri tersebut sesuai dengan beberapa siswa anak ADHD di SLB Bukesra Banda Aceh. Observasi yang dilaksanakan pada saat jam belajar berlangsung menunjukkan perilaku gangguan pemusatan perhatian seperti berdiri meninggalkan tempat duduk sering terjadi ketika pembelajaran berlangsung. Anak lebih tertarik mengganggu teman kelasnya dengan

Page 3: PENERAPAN PERMAINAN LABIRIN UNTUK MENINGKATKAN …

Intan Yolanda, Syaiful Bahri, Fajriani Penerapan Permainan Labirin Untuk Meningkatkan Konsentrasi ........

42

menjahili temannya atau memukul meja untuk mencari perhatian teman lainnya agar bergabung bermain dengannya. Selain itu, anak terlihat mudah bosan dengan kegiatan yang sedang ia lakukan, seperti anak selalu meminta pelajaran lain saat semua teman-temannya sedang mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru kelas. Dampak dari perilaku gangguan pemusatan perhatian pada anak di atas dapat mengganggu prestasi akademik anak. Marlina (2007) mengatakan gangguan perhatian dapat mengakibatkan anak mengalami hambatan dalam proses pembelajaran, terutama bahasa, menulis dan membaca.

Beberapa pendapat diatas dapat diartikan bahwa penanganan perilaku yang menyimpang lebih baik di prioritaskan sebelum menangani masalah akademik anak. Dalam perilaku anak dapat membentuk kebiasaan yang dapat membawanya menuju sikap untuk kedepannya. Anak yang mengalami gangguan perhatian kesulitan fokus saat mengerjakan tugas dan sering sekali merasa enggan ketika anak tersebut sudah merasa bosan dengan tugas yang diberikan, sehingga tugas tidak dapat terselesaikan dengan baik.

Udani (2015) mengatakan permainan edukatif dalam semua bentuk permainan yang dirancang untuk memberikan pengalaman pendidikan atau pengalaman belajar kepada pemainnya. Permainan edukatif adalah permainan yang dirancang untuk tujuan latihan tertentu yang juga dapat digunakan untuk melatih kemampuan anak serta dapat digunakan sebagai alternatif untuk menangani permasalahan yang dihadapi oleh anak ADHD.

Bermain merupakan kegiatan yang menyenangkan dan disukai oleh banyak orang terutama pada anak-anak, bermain dapat menyuarakan atau mengungkapkan hal-hal yang terpendam atau tidak bisa diungkapkan secara langsung oleh anak. Hatiningsih (2013) menjelaskan dalam permainan anak-anak membangun kepercayaian diri mereka terhadap lingkungan sekitar. Dengan permainan, anak akan mengenal suatu konsep yang masih abstrak dapat lebih di konkritkan, sehingga penerimaan tersebut menjadi gambaran bersifat verbal. Anak dapat mengenal lingkungan sekeliling dengan permainan. Anak juga dapat mengenal konsep yang belum diketahuinya melalui permainan.

Lestari (2014) mengatakan bahwa “salah satu permainan yang diberikan untuk anak hiperaktif adalah permainan labirin karena merupakan salah satu permainan edukatif yang membutuhkan konsentrasi, kesabaran dan ketekunan anak dalam melaluinya. Dengan terbiasa bermain labirin, lambat laun mental anak akan terbiasa untuk bersifat tenang, berkonsentrasi, dan sabar dalam menyelesaikan sesuatu”. Permainan labirin yang diberikan kepada anak dapat melatih konsentrasi pada anak dikarenakan permainan labirin termasuk salah satu permainan edukatif yang dapat dimainkan oleh anak terutama anak ADHD.

Permainan labirin ini penting diberikan kepada anak ADHD khususnya yang mengalami konsentrasi belajar yang rendah. Kurangnya konsentrasi belajar akan menimbulkan kesukaran didalam kelas, Pada dasarnya konsentrasi merupakan kemampuan seseorang untuk mengendalikan kemauan, pikiran, perasaan. Konsentrasi yang ingin ditingkatkan dalam penelitian ini adalah konsentrasi dalam pemusatan atau pengarahan perhatian anak kepada kegiatan atau aktivitas yang sedang dilakukan terhadap suatu objek yang dipelajari dan mengabaikan segala hal yang tidak ada hubungannya dengan objek yang dipelajari. Konsentrasi ini akan terlihat mengalami peningkatan apabila anak mampu memberikan perhatian, fokus, memperhatikan guru, dan mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru.

Berdasarkan pemaparan di atas, peneliti berpendapat bahwa masalah ini penting untuk diteliti lebih lanjut, karena masalah ini dapat mengganggu prestasi akademik siswa, adapun judul penelitian ini adalah “Penerapan Permainan Labirin Untuk Meningkatkan Konsentrasi Pada Anak ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) Di SLB Bukesra Banda Aceh”.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kuantitatif deskriptif. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode single-subject experimental design (ekperimen subjek-tunggal). Yang merupakan sebuah desain dimana subjek atau partisipannya bersifat tunggal, bisa satu orang, dua orang atau lebih. Hasil eksperimen disajikan dan dianalisis berdasarkan subjek secara individu. Arifin (2012) menjelaskan prinsip dasar eksperimen

Page 4: PENERAPAN PERMAINAN LABIRIN UNTUK MENINGKATKAN …

Intan Yolanda, Syaiful Bahri, Fajriani Penerapan Permainan Labirin Untuk Meningkatkan Konsentrasi ........

43

subjek tunggal adalah meneliti individu dalam dua kondisi yaitu tanpa perlakuan dan dengan perlakuan. Pengaruh terhadap variabel akibat diukur dalam kedua kondisi tersebut. Pada umumnya, single-subject design menggunakan pengukuran yang berulang dan hanya menginplementasikan variabel bebas tunggal yang diharapkan dapat berubah hanya satu variabel terikat. Penelitian menggunakan metode single-subject experimental design (eksperimen subjek-tunggal) adalah sebuah desain penelitian untuk mengevaluasi efek suatu perlakuan dengan kasus tunggal. Penelitian ini dilaksanakan dengan maksud untuk menguji pengaruh dari penggunaan permainan labirin dalam proses pembelajaran dikelas terhadap tingkat konsentrasi belajar anak ADHD. Penentuan pengaruh tersebut dapat dilihat dari dampak yang diperoleh dari pelaksanaan treatment dengan menggunakan permainan labirin terhadap tingkat konsentrasi belajar anak ADHD.

Rancangan pelaksanaan penelitian ini menggunakan kategori desain A-B-A, Prosedur desain ini disusun atas dasar pengukuran variabel pada kondisi normal yang disebut logika baseline (baseline logic) yang diawali dengan mengamati anak ADHD sebelum perlakuan dan diakhiri dengan mengamati anak ADHD setelah perlakuan. Sunanto (2006) mengatakan bahwa untuk mendapatkan validitas penelitian yang baik, pada saat melakukan eksperimen dengan desain A-B-A, peneliti perlu memperhatikan beberapa hal berikut ini seperti : Mendefinisikan, target behavior sebagai perilaku yang dapat diukur secara akurat, Mengukur dan mengumpulkan data pada kondisi baseline (A1) secara kontinyu sekurang-kurangnya 3 sampai 5 trent dan level data menjadi stabil, Memberikan intervensi setelah trend data baseline stabil, Mengukur dan mengumpulkan data pada fase intervensi (B) dengan periode waktu tertentu, Setelah kecendrungan dan level data pada fase intervensi (B) stabil mengulang fase baseline (A2).

Penelitian ini dilaksanakan di SLB Bukesra Banda Aceh yang beralamat di Jln. Kebun Raja Desa Doy Ulhee Kareng Kec. Ulhee Kareng Kota Banda Aceh. Pemilihan lokasi tersebut dikarenakan peneliti mendapati beberapa anak ADHD di SLB Bukesra Banda Aceh pada pelaksanaan observasi yang dilaksanakan saat jam belajar berlangsung menunjukkan perilaku gangguan pemusatan perhatian seperti berdiri meninggalkan tempat duduk sering terjadi ketika pembelajaran berlangsung. Anak lebih tertarik mengganggu teman kelasnya dengan menjahili temannya atau memukul meja untuk mencari perhatian teman lainnya agar bergabung bermain dengannya. Selain itu, anak terlihat mudah bosan dengan kegiatan yang sedang ia lakukan, seperti anak selalu meminta pelajaran lain saat semua teman-temannya sedang mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru kelas. Sampel dalam penelitian ini terdiri dari 3 orang anak ADHD yang mengalami konsentrasi belajar yang rendah. Dipilih menggunakan teknik penentuan subjek menggunakan DSM V (2013) dikatakan bahwa apabila subjek memiliki enam (atau lebih) dari gejala-gejala diatas, maka anak tersebut tergolong kedalam anak ADHD dengan gangguan pemusatan perhatian (Konsentrasi).

Instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala konsentrasi belajar yang diadopsi dari setiani (2014) yang merupakan alat ukur menggunakan skala likert. Dalam skala likert terdapat dua bentuk pernyataan yaitu pernyataan positif yang berfungsi untuk mengukur sikap positif dan pernyataan negatif yang berfungsi untuk mengukur sikap negatif dari objek. Ada lima kategori kesetujuan dan memiliki interval skor 1 sampai 5.

Tabel 1. Kategori Jawaban Instrumen Penelitian Skala Konsentrasi Belajar

Pernyataan Positif Pernyataan Negatif

Alternatif Jawaban Nilai Untuk Setiap

Jawaban Alternatif Jawaban

Nilai Untuk Setiap Jawaban

Sangat Sesuai 5 Sangat Tidak Sesuai 5

Sesuai 4 Tidak Sesuai 4

Antara Sesuai/Tidak 3 Antara Sesuai/Tidak 3

Tidak Sesuai 2 Sesuai 2

Sangat Tidak Sesuai 1 Sangat Sesuai 1

Page 5: PENERAPAN PERMAINAN LABIRIN UNTUK MENINGKATKAN …

Intan Yolanda, Syaiful Bahri, Fajriani Penerapan Permainan Labirin Untuk Meningkatkan Konsentrasi ........

44

Jika itemnya berupa pernyataan positif maka skornya 5 untuk jawaban sangat sesuai (SS), 4 untuk jawaban sesuai (S), 3 untuk jawaban antara sesuai dan tidak (E), 2 untuk jawaban tidak sesuai (TS), dan 1 untuk jawaban sangat tidak sesuai (STS). Sedangkan untuk item negatif skornya 5 untuk jawaban sangat tidak sesuai(STS), 4 untuk jawaban tidak sesuai (TS), 3 untuk jawaban antara sesuai dan tidak (STS), 4 untuk jawaban sesuai (S), dan 1 untuk jawaban sangat sesuai (SS).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Sebelum melaksanakan penelitian, penelitian ini telah melewati serangkaian prosedur

yang sistematis dan terpadu. Persiapan yang dilakukan dalam pelaksanaan penelitian ini berupa mengadopsi skala konsentrasi belajar yang cocok digunakan kepada anak ADHD sampai dengan merumuskan modul penelitian yang tepat, modul diperlukan sebagai panduan oleh peneliti untuk menjelaskan tahapan kegiatan yang dilaksanaan pada penelitian dan dilakukan judgement oleh tiga orang expert. Selanjutnya menyelesaikan administrasi menyangkut pemberian izin untuk melaksanakan penelitian ini. Setelah semua proses tersebut dilakukan maka penelitian baru dapat dilaksanakan. Lalu menentukan tempat penelitian, menentukan sampel yang akan diteliti, Pemilihan observer, mempersiapkan lembar observasi yang akan digunakan dalam Baseline A1 ataupun Baseline A2, melakukan wawancara dengan pengamat (observer), Melaksanakan (Baseline A1), Mengukur dan mengumpulkan data pada kondisi baseline A1, dilanjutkan dengan intervensi, dan baseline A2, Melakukan wawancara setelah perlakuan dengan pengamat (observer), dan analisis data penelitian. Hasil penelitian dapat dilihat berdasarkan perolehan hasil dari analisis dalam kondisi dan antar kondisi subjek, sehingga dapat menggambarkan ada tidaknya peningkatan skor konsentrasi belajar siswa. Adapun hasil penelitian yang diperoleh dari fase baseline A1, intervensi dan baseline dapat dilihat pada uraian berikut.. Analisis Data Hasil Penelitian 1. Subjek AP Tabel 2. Hasil Analisis Visual Dalam Kondisi AP

Kondisi A1 B A2

Panjang Kondisi 5 12 5

Estimasi Kecenderungan Arah

( - ) ( + ) ( + )

Kecenderungan Stabilitas Stabil Stabil Stabil

100% 100% 100%

Jejak Data

( - ) ( + ) ( + )

Level Stabilitas dan Rentang Variabel Stabil Stabil

(54-62) (54-60) (65-73)

Perubahan Level (62-54) (54-60) (65-73)

(-8) (+6) (+8)

Tabel 2 menampilkan data hasil observasi pada fase baseline (A1), intervensi (B), dan

baseline (A2). Hasil tersebut diperoleh dari hasil akhir pada pelaksanaan observasi yang dilakukan pada setiap fase. Secara rinci dapat dilihat pada tabel dan grafik hasil pelaksanaan penelitian analisis data dari hasil pelaksanaan penelitian di atas dengan menggunakan rancangan desain A-B-A, Panjang kondisi penelitian ini yaitu baseline (A1) adalah 5, pada fase intervensi (B) panjang kondisinya 12, sedangkan pada fase baseline (A2) panjang kondisinya adalah 5.

Page 6: PENERAPAN PERMAINAN LABIRIN UNTUK MENINGKATKAN …

Intan Yolanda, Syaiful Bahri, Fajriani Penerapan Permainan Labirin Untuk Meningkatkan Konsentrasi ........

45

Estimasi kecenderungan arah pada Fase baseline (A1) garis 1 adalah garis tengah tepat pada titik axis yaitu 3. Garis 2a terletak diantara data 1-3 adalah x,y (2 ; 61). Dan garis 2b di antara data 3-5 adalah x,y (4 ; 57). Garis tersebut menunjukkan arah kecenderungan arah yang menurun. Fase Intervensi (B) garis 1 merupakan garis median antara fase 6-17 yang terletak pada titik axis (x) 11,5. Garis 2a diperoleh dari median pada data tunggal yang terletak pada titik axis (x) 8,75. Dan garis 2b diperoleh dari median pada data tunggal yang terletak pada titik axis (x) 14,25. Langkah selanjutnya yakni mencari garis kecenderungan arah dari garis 2a dan 2b. Pada garis 2a koordinat median pada garis ini adalah x,y (8,75 ; 55,5). Pada garis 2b koordinat median pada garis ini adalah x,y (14,25 ; 59). Kecenderungan arah pada garis tersebut adalah meningkat. Dan fase Baseline (A2) garis 1 adalah garis tengah tepat pada titik axis yaitu 20. Garis 2a terletak diantara data 18-20 adalah x,y (19 ; 67,5). Dan garis 2b di antara data 3-5 adalah x,y (21 ; 71,5). Garis tersebut menunjukkan kecenderungan arah pada baseline A2 meningkat.

Kecenderungan stabilitas pada fase baseline (A1) rentang stabilitas adalah 9,3. mean level pada adalah 58,4. Batas atas adalah 63,05. Batas bawah adalah 53,75. Dari perhitungan tersebut selanjutnya dihitung presentase stabilitas dengan banyaknya data point yang ada dalam rentang tersebut adalah 5 data, sehingga perbandingan antara banyaknya data yang ada dalam rentang dengan data keseluruhan adalah 5:5. Maka diperoleh hasil presentase kecenderungan stabilitas adalah 100%. Fase intervensi (B) rentang stabilitas adalah 9. mean level adalah 57,25. Batas atas adalah 61,75. Batas bawah adalah 52,75. Dari perhitungan tersebut, dihitung presentase stabilitas dengan banyaknya data point yang ada dalam rentang tersebut adalah 12 data, sehingga perbandingan antara banyaknya data yang ada dalam rentang dengan data keseluruhan adalah 12:12. Maka diperoleh hasil presentase kecenderungan stabilitas adalah 100%. Fase baseline (A2) rentang stabilitas adalah 10,95. mean level adalah 69,8. Batas atas adalah 75,27. Batas bawah adalah 64,32. Dari perhitungan tersebut, dihitung presentase stabilitas dengan banyaknya data point yang ada dalam rentang tersebut adalah 5 data, sehingga perbandingan antara banyaknya data yang ada dalam rentang dengan data keseluruhan adalah 5:5. Maka diperoleh hasil presentase kecenderungan stabilitas adalah 100%.

tersebut dapat disajikan dalam bentuk grafik garis sebagai berikut.

Kecenderungan jejak data pada subjek AP menunjukkan kecenderungan arah yaitu

Batas atas

Mean level

Batas Bawah

Page 7: PENERAPAN PERMAINAN LABIRIN UNTUK MENINGKATKAN …

Intan Yolanda, Syaiful Bahri, Fajriani Penerapan Permainan Labirin Untuk Meningkatkan Konsentrasi ........

46

Kecenderungan jejak data pada subjek AP menunjukkan kecenderungan arah yaitu menurun pada baseline (A1), meningkat pada intervensi (B), dan meningkat pada baseline (A2). Level stabilitas dan rentang mengikuti perhitungan yang telah ditampilkan sebelumnya, level stabilitas pada baseline (A1), intervensi (B) dan baseline (A2). Dan perubahan level pada analisis perubahan level yaitu menurun pada fase baseline A1 sebanyak 8 poin, meningkat pada fase intervensi sebanyak 6 poin, dan meningkat lagi pada fase baseline A2 sebanyak 8 poin.

Tabel 3. Hasil Analisis Visual Antar Kondisi AP

Kondisi yang Dibandingkan A1-B B-A2 A1-A2

( 1 :2) ( 2:3 ) ( 1:3 )

Jumlah Variabel A1-B-A2

1

Perubahan Arah dan Efeknya

( - ) ( + ) ( + ) ( + ) ( - ) ( + )

Perubahan Kecenderungan Stabilitas Variabel- Stabil Stabil- Stabil Variabel- Stabil

Perubahan Level

A1-B B-A2 A1-A2

54-54 60-65 54-65

( 0 ) (+5) (+11)

Presentase Overlap 100% 0% 0%

Berdasarkan analisis data dari hasil pelaksanaan penelitian di atas dengan menggunakan rancangan desain A-B-A. Analisis data antar kondisi pada penelitian ini dilakukan dengan membandingkan data antara fase baseline (A1) dengan intervensi (B) menjadi 1, fase intervensi (B) dengan baseline (A2) menjadi 2, dan fase baseline (A1) dengan baseline (A2) menjadi 3. Jumlah variabel yang diubah dalam penelitian ini ada 1 yaitu meningkatkan konsentrasi belajar. Menentukan perubahan kecenderungan arah dan kecenderungan stabilitas dengan mengambil data pada analisis dalam kondisi dan menuliskan kembali. Perubahan Level diabil pada data point sesi terakhir kondisi baseline (A1) dan sesi pertama intervensi (B), data point pada sesi terakhir kondisi intervensi (B) dan sesi pertama baseline A2. serta data point pada sesi terakhir kondisi baseline (A1) dan sesi pertama baseline A2. Dan menghitung presentase overlap dengan menentukan perubahan kecenderungan stabilitas dengan mengambil data pada analisis dalam kondisi dan menuliskan kembali. Batas atas dan bawah data baseline (A1) adalah 63,05 dan 53,75 dengan mengitung banyak data point dalam kondisi intervensi (B). Batas atas dan bawah data intervensi (B) adalah 61,75 dan 52,75 dengan mengitung banyak data point dalam kondisi baseline A2. Serta batas atas dan bawah data baseline A2 adalah 75,27 dan 64,32 dengan mengitung banyak data point dalam kondisi baseline A1. 2. Subjek MH

Tabel 4 menampilkan data hasil observasi pada fase baseline (A1), intervensi (B), dan baseline (A2). Hasil tersebut diperoleh dari hasil akhir pada pelaksanaan observasi yang dilakukan pada setiap fase. Secara rinci dapat dilihat pada tabel dan grafik hasil pelaksanaan penelitian analisis data dari hasil pelaksanaan penelitian di atas dengan menggunakan rancangan desain A-B-A, Panjang kondisi penelitian ini yaitu baseline (A1) adalah 5, pada fase intervensi (B) panjang kondisinya 12, sedangkan pada fase baseline (A2) panjang kondisinya adalah 5.

Estimasi kecenderungan arah pada Fase baseline (A1) garis 1 adalah garis tengah tepat pada titik axis yaitu 3. Garis 2a terletak diantara data 1-3 adalah x,y (2 ; 55). Dan garis 2b di antara data 3-5 adalah x,y (4 ; 52). Garis tersebut menunjukkan arah kecenderungan arah yang menurun. Fase intervensi (B) garis 1 merupakan garis median antara fase 6-17 yang terletak pada titik axis (x) 11,5. Garis 2a diperoleh dari median pada data tunggal yang terletak pada titik axis (x) 8,75. Dan garis 2b diperoleh dari median pada data tunggal yang terletak pada titik

Page 8: PENERAPAN PERMAINAN LABIRIN UNTUK MENINGKATKAN …

Intan Yolanda, Syaiful Bahri, Fajriani Penerapan Permainan Labirin Untuk Meningkatkan Konsentrasi ........

47

axis (x) 14,25. Langkah selanjutnya yakni mencari garis kecenderungan arah dari garis 2a dan 2b. Pada garis 2a koordinat median pada garis ini adalah x,y (8,75 ; 54). Pada garis 2b koordinat median pada garis ini adalah x,y (14,25 ; 58,5). Kecenderungan arah pada garis tersebut adalah meningkat. Dan fase Baseline (A2) garis 1 adalah garis tengah tepat pada titik axis yaitu 20. Garis 2a terletak diantara data 18-20 adalah x,y (19 ; 65,5). Dan garis 2b di antara data 3-5 adalah x,y (21 ; 69,5). Garis tersebut menunjukkan kecenderungan arah pada baseline A2 meningkat.

Tabel 4. Hasil Analisis Visual Dalam Kondisi MH

Kondisi A1 B A2

Panjang Kondisi 5 12 5

Estimasi Kecenderungan Arah

( - ) ( + ) ( + )

Kecenderungan Stabilitas Stabil Stabil Stabil

100% 91,66% 100%

Jejak Data

( - ) ( + ) ( + )

Level Stabilitas dan Rentang Variabel Stabil Stabil

(51-57) (51-60) (63-71)

Perubahan Level (57-51) (51-60) (63-71)

(-6) (+9) (+8)

Kecenderungan stabilitas pada fase baseline (A1) rentang stabilitas adalah 8,55. mean

level pada adalah 53,8. Batas atas adalah 58,07. Batas bawah adalah 49,52. Dari perhitungan tersebut selanjutnya dihitung presentase stabilitas dengan banyaknya data point yang ada

Tabel tersebut dapat disajikan dalam bentuk grafik garis sebagai berikut.

Kecenderungan stabilitas pada fase baseline (A1) rentang stabilitas adalah 8,55.

2b 2b

2b

2a

2a 2a

1

1

1 3

3

3

adalah 5:5. Maka diperoleh hasil presentase kecenderungan stabilitas adalah

100%. Tabel tersebut dapat disajikan dalam bentuk grafik garis sebagai berikut.

Kecenderungan jejak data pada subjek MH menunjukkan kecenderungan arah

Batas atas

Mean level

Batas Bawah

Page 9: PENERAPAN PERMAINAN LABIRIN UNTUK MENINGKATKAN …

Intan Yolanda, Syaiful Bahri, Fajriani Penerapan Permainan Labirin Untuk Meningkatkan Konsentrasi ........

48

dalam rentang tersebut adalah 5 data, sehingga perbandingan antara banyaknya data yang ada dalam rentang dengan data keseluruhan adalah 5:5. Maka diperoleh hasil presentase kecenderungan stabilitas adalah 100%. Fase intervensi (B) rentang stabilitas adalah 9. mean level adalah 56,33. Batas atas adalah 60,83. Batas bawah adalah 51,83. Dari perhitungan tersebut, dihitung presentase stabilitas dengan banyaknya data point yang ada dalam rentang tersebut adalah 11 data, sehingga perbandingan antara banyaknya data yang ada dalam rentang dengan data keseluruhan adalah 11:12. Maka diperoleh hasil presentase kecenderungan stabilitas adalah 91,66%. Fase baseline (A2) rentang stabilitas adalah 10,65. mean level adalah 67,6. Batas atas adalah 72,92. Batas bawah adalah 62,27. Dari perhitungan tersebut, dihitung presentase stabilitas dengan banyaknya data point yang ada dalam rentang tersebut adalah 5 data, sehingga perbandingan antara banyaknya data yang ada dalam rentang dengan data keseluruhan adalah 5:5. Maka diperoleh hasil presentase kecenderungan stabilitas adalah 100%.

Kecenderungan jejak data pada subjek MH menunjukkan kecenderungan arah yaitu menurun pada baseline (A1), meningkat pada intervensi (B), dan meningkat pada baseline (A2). Level stabilitas dan rentang mengikuti perhitungan yang telah ditampilkan sebelumnya, level stabilitas pada baseline (A1), intervensi (B) dan baseline (A2). Dan perubahan level pada analisis perubahan level yaitu menurun pada fase baseline A1 sebanyak 6 poin, meningkat pada fase intervensi sebanyak 9 poin, dan meningkat lagi pada fase baseline A2 sebanyak 8 poin. Tabel 5. Hasil Analisis Visual Antar Kondisi MH

Kondisi yang Dibandingkan A1-B B-A2 A1-A2

( 1 :2) ( 2:3 ) ( 1:3 )

Jumlah Variabel A1-B-A2

1

Perubahan Arah dan Efeknya

( - ) ( + ) ( + ) ( + ) ( - ) ( + )

Perubahan Kecenderungan Stabilitas Variabel- Stabil Stabil- Stabil Variabel- Stabil

Perubahan Level

A1-B B-A2 A1-A2

51-51 60-63 51-63

( 0 ) (+3) (+12)

Presentase Overlap 75% 0% 0%

Berdasarkan analisis data dari hasil pelaksanaan penelitian di atas dengan menggunakan rancangan desain A-B-A. Analisis data antar kondisi pada penelitian ini dilakukan dengan membandingkan data antara fase baseline (A1) dengan intervensi (B) menjadi 1, fase intervensi (B) dengan baseline (A2) menjadi 2, dan fase baseline (A1) dengan baseline (A2) menjadi 3. Jumlah variabel yang diubah dalam penelitian ini ada 1 yaitu meningkatkan konsentrasi belajar. Menentukan perubahan kecenderungan arah dan kecenderungan stabilitas dengan mengambil data pada analisis dalam kondisi dan menuliskan kembali. Perubahan Level diabil pada data point sesi terakhir kondisi baseline (A1) dan sesi pertama intervensi (B), data point pada sesi terakhir kondisi intervensi (B) dan sesi pertama baseline A2. serta data point pada sesi terakhir kondisi baseline (A1) dan sesi pertama baseline A2. Dan menghitung presentase overlap dengan menentukan perubahan kecenderungan stabilitas dengan mengambil data pada analisis dalam kondisi dan menuliskan kembali. Batas atas dan bawah data baseline (A1) adalah 58,07 dan 49,52 dengan mengitung banyak data point dalam kondisi intervensi (B). Batas atas dan bawah data intervensi (B) adalah 60,83 dan 51,83 dengan mengitung banyak data point dalam kondisi baseline A2. Serta batas atas dan bawah data baseline A2 adalah 72,92 dan 62,27 dengan mengitung banyak data point dalam kondisi baseline A1.

Page 10: PENERAPAN PERMAINAN LABIRIN UNTUK MENINGKATKAN …

Intan Yolanda, Syaiful Bahri, Fajriani Penerapan Permainan Labirin Untuk Meningkatkan Konsentrasi ........

49

3. Subjek AM Tabel 6. Hasil Analisis Visual Dalam Kondisi AM

Kondisi A1 B A2

Panjang Kondisi 5 12 5

Estimasi Kecenderungan Arah

( - ) ( + ) ( + )

Kecenderungan Stabilitas Stabil Stabil Stabil

100% 100% 100%

Jejak Data

( - ) ( + ) ( + )

Level Stabilitas dan Rentang Variabel Stabil Stabil

(47-53) (47-55) (57-65)

Perubahan Level (53-47) (47-55) (57-65)

(-6) (+8) (+8)

Tabel 6 menampilkan data hasil observasi pada fase baseline (A1), intervensi (B), dan

baseline (A2). Hasil tersebut diperoleh dari hasil akhir pada pelaksanaan observasi yang dilakukan pada setiap fase. Secara rinci dapat dilihat pada tabel dan grafik hasil pelaksanaan penelitian analisis data dari hasil pelaksanaan penelitian di atas dengan menggunakan rancangan desain A-B-A, Panjang kondisi penelitian ini yaitu baseline (A1) adalah 5, pada fase intervensi (B) panjang kondisinya 12, sedangkan pada fase baseline (A2) panjang kondisinya adalah 5.

Estimasi kecenderungan arah pada Fase baseline (A1) garis 1 adalah garis tengah tepat pada titik axis yaitu 3. Garis 2a terletak diantara data 1-3 adalah x,y (2 ; 49). Dan garis 2b di antara data 3-5 adalah x,y (4 ; 46). Garis tersebut menunjukkan arah kecenderungan arah yang menurun. Fase intervensi (B) garis 1 merupakan garis median antara fase 6-17 yang terletak pada titik axis (x) 11,5. Garis 2a diperoleh dari median pada data tunggal yang terletak pada titik axis (x) 8,75. Dan garis 2b diperoleh dari median pada data tunggal yang terletak pada titik axis (x) 14,25. Langkah selanjutnya yakni mencari garis kecenderungan arah dari garis 2a dan 2b. Pada garis 2a koordinat median pada garis ini adalah x,y (8,75 ; 48,5). Pada garis 2b koordinat median pada garis ini adalah x,y (14,25 ; 53,5). Kecenderungan arah pada garis tersebut adalah meningkat. Dan fase baseline (A2) garis 1 adalah garis tengah tepat pada titik axis yaitu 20. Garis 2a terletak diantara data 18-20 adalah x,y (19 ; 60). Dan garis 2b di antara

tersebut dapat disajikan dalam bentuk grafik garis sebagai berikut.

Kecenderungan stabilitas pada fase baseline (A1) rentang stabilitas adalah 7,95.

2a 2b

2a

1

2a 1

2a

1

2a

2a 2a

2b

2b 3

3

3

Page 11: PENERAPAN PERMAINAN LABIRIN UNTUK MENINGKATKAN …

Intan Yolanda, Syaiful Bahri, Fajriani Penerapan Permainan Labirin Untuk Meningkatkan Konsentrasi ........

50

data 3-5 adalah x,y (21 ; 64). Garis tersebut menunjukkan kecenderungan arah pada baseline A2 meningkat.

Kecenderungan stabilitas pada fase baseline (A1) rentang stabilitas adalah 7,95. mean

level pada adalah 48,2. Batas atas adalah 52,17. Batas bawah adalah 44,22. Dari perhitungan tersebut selanjutnya dihitung persentase stabilitas dengan banyaknya data point yang ada dalam rentang tersebut adalah 5 data, sehingga perbandingan antara banyaknya data yang ada dalam rentang dengan data keseluruhan adalah 5:5. Maka diperoleh hasil presentase kecenderungan stabilitas adalah 100%. Fase intervensi (B) rentang stabilitas adalah 8,25. mean level adalah 51,16. Batas atas adalah 55,28. Batas bawah adalah 47,03. Dari perhitungan tersebut, dihitung presentase stabilitas dengan banyaknya data point yang ada dalam rentang tersebut adalah 12 data, sehingga perbandingan antara banyaknya data yang ada dalam rentang dengan data keseluruhan adalah 12:12. Maka diperoleh hasil persentase kecenderungan stabilitas adalah 100%. Fase baseline (A2) rentang stabilitas adalah 9,75. mean level adalah 62. Batas atas adalah 66,87. Batas bawah adalah 57,12. Dari perhitungan tersebut, dihitung presentase stabilitas dengan banyaknya data point yang ada dalam rentang tersebut adalah 4 data, sehingga perbandingan antara banyaknya data yang ada dalam rentang dengan data keseluruhan adalah 4:5. Maka diperoleh hasil presentase kecenderungan stabilitas adalah 80%.

Kecenderungan jejak data pada subjek AP menunjukkan kecenderungan arah yaitu menurun pada baseline (A1), meningkat pada intervensi (B), dan meningkat pada baseline (A2). Level stabilitas dan rentang mengikuti perhitungan yang telah ditampilkan sebelumnya, level stabilitas pada baseline (A1), intervensi (B) dan baseline (A2). Dan perubahan level pada analisis perubahan level yaitu menurun pada fase baseline A1 sebanyak 6 poin, meningkat pada fase intervensi sebanyak 8 poin, dan meningkat lagi pada fase baseline A2 sebanyak 8 poin.

Tabel 7. Hasil Analisis Visual Antar Kondisi AM

Kondisi yang Dibandingkan A1-B B-A2 A1-A2

( 1 :2) ( 2:3 ) ( 1:3 )

Jumlah Variabel A1-B-A2

1

Perubahan Arah dan Efeknya

( - ) ( + ) ( + ) ( + ) ( - ) ( + )

Perubahan Kecenderungan Stabilitas Variabel- Stabil Stabil- Stabil Variabel- Stabil

Perubahan Level

A1-B B-A2 A1-A2

47-47 55-57 47-57

( 0 ) (+3) (+10)

Presentase Overlap 58% 0% 0%

tersebut dapat disajikan dalam bentuk grafik garis sebagai berikut.

Kecenderungan jejak data pada subjek AP menunjukkan kecenderungan arah yaitu

menurun pada baseline (A1), meningkat pada intervensi (B), dan meningkat pada

baseline

Batas atas

Mean level

Batas Bawah

Page 12: PENERAPAN PERMAINAN LABIRIN UNTUK MENINGKATKAN …

Intan Yolanda, Syaiful Bahri, Fajriani Penerapan Permainan Labirin Untuk Meningkatkan Konsentrasi ........

51

Berdasarkan analisis data dari hasil pelaksanaan penelitian di atas dengan

menggunakan rancangan desain A-B-A. Analisis data antar kondisi pada penelitian ini dilakukan dengan membandingkan data antara fase baseline (A1) dengan intervensi (B) menjadi 1, fase intervensi (B) dengan baseline (A2) menjadi 2, dan fase baseline (A1) dengan baseline (A2) menjadi 3. Jumlah variabel yang diubah dalam penelitian ini ada 1 yaitu meningkatkan konsentrasi belajar. Menentukan perubahan kecenderungan arah dan kecenderungan stabilitas dengan mengambil data pada analisis dalam kondisi dan menuliskan kembali. Perubahan Level diabil pada data point sesi terakhir kondisi baseline (A1) dan sesi pertama intervensi (B), data point pada sesi terakhir kondisi intervensi (B) dan sesi pertama baseline A2. serta data point pada sesi terakhir kondisi baseline (A1) dan sesi pertama baseline A2. Dan menghitung presentase overlap dengan menentukan perubahan kecenderungan stabilitas dengan mengambil data pada analisis dalam kondisi dan menuliskan kembali. Batas atas dan bawah data baseline (A1) adalah 52,17 dan 44,22 dengan mengitung banyak data point dalam kondisi intervensi (B). Batas atas dan bawah data intervensi (B) adalah 55,28 dan 47,03 dengan mengitung banyak data point dalam kondisi baseline A2. Serta batas atas dan bawah data baseline A2 adalah 66,87 dan 57,12 dengan mengitung banyak data point dalam kondisi baseline A1.

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa hasil analisis data observasi diperoleh kecenderungan arah dan jejak data yang bersifat positif atau semakin meningkat persentase ketiga subjek. Hal ini didukung oleh hasil analisis data pada perubahan level dalam kondisi dengan level peningkatan pada fase intervensi (B) yaitu (+6) point pada AP, (+9) point pada MH, (+8) point pada AM dan fase baseline (A2) yaitu (+8) point pada AP, (+8) point pada MH, (+8) point pada AM. Hasil analisis data antar kondisi pada semua perbandingan fase menunjukkan persentase overlap dibawah 90%. Analisis data antar kondisi pada hasil pelaksanaan observasi menunjukkan persentase 0% pada AP, 0% pada MH, dan 0% pada AM pada perbandingan fase baseline (A1) dengan intervensi (B), intervensi (B) dengan baseline (A2), baseline (A1) dengan baseline (A2). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa adanya pengaruh positif dengan adanya penurunan pada hasil observasi. Meskipun pada hasil analisis data pada fase intervensi menuju baseline (A2) mengalami penurunan, tetapi yang dialami pada fase baseline (A2) menunjukkan kenaikan perilaku konsentrasi belajar dibandingkan dengan fase baseline (A1).

Berdasarkan pada temuan selama berlangsungnya penelitian pada anak ADHD yang memiliki rendahnya konsentrasi belajar, maka peneliti menggunakan permainan labirin dalam mengatasi rendahnya konsentrasi belajar tersebut. Oleh karena itu dapat disampaikan beberapa saran sebagai berikut : Bagi Guru, Dari hasil penelitian diperoleh adanya pengaruh posittif penggunaan permainan labirin pada anak yang mengalami gangguan ADHD dengan konsentrasi belajar rendah. Guru hendaknya menggunakan metode dan media yang lebih efektif dalam melaksanakan pembelajaran seperti dengan menggunakan metode permainan labirin yang mampu meningkatkan konsentrasi belajar anak. Sehingga pembelajaran dan hasil belajar yang diperoleh dapat lebih optimal dan maksimal sesuai dengan apa yang diharapkan. Selain itu guru juga diharapkan dapat menciptakan suasana belajar yang lebih nyaman dan menyenangkan untuk siswa dengan lebih melibatkan siswa dalam kegiatan-kegiatan pembelajaran dan memberikan kesempatan lebih bayak kepada siswa dalam mengambil peran aktif dalam menghidupkan suasana pembelajaran. Bagi Peneliti Selanjutnya, Penelitian ini masih memiliki banyak keterbatasan pada beberapa aspek, sehingga perlu dikembangkan dengan penelitian lebih lanjut agar keterbatasan tersebut dapat diatasi dengan baik. Hal ini perlu dilakukan agar penggunaan metode permainan labirin dalam pembelajaran dapat lebih optimal. Hasil penelitian ini juga dapat dijadikan sebagai bahan kajian yang dapat dimanfaatkan dalam penulisan karya ilmiah selanjutnya, khususnya dalam meningkatkan konsentrasi belajar anak ADHD. Penelitian selanjutnya dapat menjadikan temuan hasil penelitian ini sebagai referensi

Page 13: PENERAPAN PERMAINAN LABIRIN UNTUK MENINGKATKAN …

Intan Yolanda, Syaiful Bahri, Fajriani Penerapan Permainan Labirin Untuk Meningkatkan Konsentrasi ........

52

dalam penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan anak ADHD, konsentrasi belajar, metode pembelajaran, serta permainan labirin. Bagi Kepala Sekolah, Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu pertimbangan dalam membuat kebijakan mengenai kegiatan pembelajaran yang aktif dan menarik untuk anak ADHD dengan konsentrasi belajar rendah. Misalnya dengan menggunakan metode permainan labirin sebagai salah satu referensi metode pembelajaran untuk meningkatkan keaktifan, antusiasme dan meningkatkan konsentrasi belajar siswa serta dapat menjadi inspirasi untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dengan melaksanakan pembelajaran yang lebih efektif dan menyenangkan bagi siswa.

DAFTAR PUSTAKA

Agustini, N.M.Y., & Sudhana, H. (2014). Pengaruh Pemberian Aromaterapi Terhadap Konsentrasi

Siswa Kelas V Sekolah Dasar Dalam Mengerjakan Soal Ujian. Jurnal Psikologi Udayana. 1 (2)

American Psychiatric Association. (2013). Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder Edition “DSM-5”. Washinton DC: American Psychiatric Publishing. Washinton DC.

Arifin, Zainal. 2012. Penelitian Pendidikan: Metode dan Paradigma Baru. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Baharudin & Wahyuni, E.N. (2010). Teori Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media Dayu, P. (2013). Mendidik Anak ADHD. Yogyakarta: Javalitera Hatiningsih, N. (2013). Play Therapy Untuk Meningkatkan Konsentrasi Pada Anak Attention

Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD). Jurnal Ilmiah Psikologi Terapan, 1 (2) Iswari., M. (2007). Kecakapan Hidup Bagi Anak Berkebutuhan Khusus. Departemen Pendidikan

Nasional Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Direktorat Ketenagaan Lestari, D. (2014). Penanganan Anak Hiperaktif Melalui Terapi Permainan Puzzel Di Kelompok

KB Paud Saymara Kartasura. FKIP Muhammadyah: Surakarta. Marlina. (2007). Asesmen dan Strategi Intervensi Anak ADHD (Attention Deficit Hyperactivity

Disorder). Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Direktorat Ketenagaan

Setiani, A.C. (2014). Meningkatkan Konsentrasi Belajar Melalui Layanan Bimbingan Kelompok Pada Siswa Kelas VI SD Negeri 2 Karangcegak, Kabupaten Purbalingga Tahun Ajaran 2013/2014. Skripsi. Jurusan Bimbingan Konseling. Ilmu Pendidikan: Universitas Negeri Semarang.

Sunanto, J., Takeuchi, K., dan Nakata, H. (2006). Pengantar Penelitian Dengan Subyek Tunggal. Center for Research On International Cooperation Educational Development (CRICED) University of Tsukuba

Udani, I.G.A.K.A., Marhaeni, A.A.I.N., & Jampel, I.N. (2015). Implementasi Teknik Maze Untuk Mengembangkan Kreativitas Dan Kemampuan Kognitif Anak Kelompok B2 TK Shanti Kumara III Sempidi Mengwi Badung. Jurnal Pendidikan Dasar Ganesha, 4(1).

Yutapratama, N. (2016). Pengaruh Terapi Musik Instrumental Dalam Pembelajaran Terhadap Perilaku Inatensi Pada Anak ADHD kelas III Di SDH Genayan. Skripsi. Jurusan Pendidikan Luar Biasa. Fakultas Ilmu Pendidikan: Universitas Negeri Yogyakarta.