Penerapan Pendekatan Sistem Di Sekolah Menengah
description
Transcript of Penerapan Pendekatan Sistem Di Sekolah Menengah
BAB IPENDAHULUAN
Pendidikan kejuruan yang dikembangkan di Indonesia diantaranya adalah Sekolah
Menengah Kejuruan (SMK), dirancang untuk menyiapkan peserta didik atau lulusan yang
siap memasuki dunia kerja dan mampu mengembangkan sikap profesional di bidang
kejuruan. Lulusan pendidikan kejuruan, diharapkan menjadi individu yang produktif yang
mampu bekerja menjadi tenaga kerja menengah dan memiliki kesiapan untuk menghadapi
persaingan kerja. Lulusan pendidikan kejuruan memang mempunyai kualifikasi sebagai
(calon) tenaga kerja yang memiliki keterampilan vokasional tertentu sesuai dengan bidang
keahliannya.
Gambaran tentang kualitas lulusan pendidikan kejuruan yang disarikan dari Finch dan
Crunkilton (1979), bahwa : “Kualitas pendidikan kejuruan menerapkan ukuran ganda, yaitu
kualitas menurut ukuran sekolah atau in-school success standards dan kualitas menurut
ukuran masyarakat atau out-of school success standards”. Kriteria pertama meliputi aspek
keberhasilan peserta didik dalam memenuhi tuntutan kurikuler yang telah diorientasikan pada
tuntutan dunia kerja, sedangkan kriteria kedua, meliputi keberhasilan peserta didik yang
tertampilkan pada kemampuan unjuk kerja sesuai dengan standar kompetensi nasional
ataupun internasional setelah mereka berada di lapangan kerja yang sebenarnya.
Upaya untuk mencapai kualitas lulusan pendidikan kejuruan yang sesuai dengan
tuntutan dunia kerja tersebut, perlu didasari dengan kurikulum yang dirancang dan
dikembangkan dengan prinsip kesesuaian dengan kebutuhan stakeholders. Kurikulum
pendidikan kejuruan secara spesifik memiliki karakter yang mengarah kepada pembentukan
kecakapan lulusan yang berkaitan dengan pelaksanaan tugas pekerjaan tertentu. Kecakapan
tersebut telah diakomodasi dalam kurikulum SMK yang meliputi kelompok Normatif, Adaptif
dan kelompok Produktif.
Pendidikan dan pelatihan di SMK, khususnya pada program produktif yang sesuai
dengan bidang keahlian, secara ideal dituntut untuk menerapkan pendekatan pembelajaran
yang mampu memberikan pengalaman belajar kepada peserta didik di dalam penguasaan
kompetensi atau kemampuan kerja sesuai dengan tuntutan dunia usaha dan industri.
Pendekatan pembelajaran tersebut terdiri dari : Pelatihan Berbasis Kompetensi (Competency
Based Training), Pelatihan Berbasis Produksi (Production Based Training) dan Pelatihan
Berbasis Industri. Dengan menerapkan pendekatan pembelajaran ini diharapkan mampu
memberikan pengalaman belajar kepada peserta didik di dalam penguasaan seluruh
kompetensi yang harus dikuasai sesuai Standar Kompetensi Nasional.
Penerapan Pendekatan Sistem di Sekolah MenengahM.Syafaat Putrasyah 1
Belakangan ini ada beberapa kasus mengenai sekolah atau lembaga pendidikan
yang berjalan tanpa adanya sistem yang baik. Semua komponen tidak terkoordinasi
dengan baik. Akibatnya banyak dari komponen-komponen itu itu tidak berjalan secara
efektif dan efisien. Padahal pengajaran berkaitan dengan hal bagaimana guru mengajar
serta bagaimana siswa belajar. Proses pembelajaran ini merupakan suatu kegiatan yang
disadari dan direncanakan. Kegiatan yang disadari dan direncanakan mencakup tiga hal
antara lain: perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Pengajaran dilakukan dalam waktu
yang berkala, baik untuk waktu jangka pendek, menengah ataupun jangka panjang.
Misalnya, latihan Pembina Pramuka selama satu minggu. Apakah suatu pengajaran
berjangka waktu lama ataupun singkat, tetap membutuhkan suatu program kerja, yaitu
program pengajaran yang secara singkat disebut program pengajaran. Program
Pengajaran merupakan suatu program bagaimana mengajarkan apa-apa yang sudah
dirumuskan dalam kurikulum. Dewasa ini konsep yang banyak mewarnai pengajaran di
sekolah dasar dan sekolah menengah di Indonesia adalah konsep Teknologi Pendidikan.
Khususnya pengajaran sebagai system. Oleh karena ini, pembahasan, dimulai dari konsep
tentang system, dan pengajaran sebagai suatu system. Oleh karenanya, perlu adanya
perencanaan yang baik, sehingga semua komponen, baik yang secara langsung maupun
tidak langsung berhubungan dengan proses pembelajaran bisa berjalan dengan efektif dan
efisien.
Penerapan Pendekatan Sistem di Sekolah MenengahM.Syafaat Putrasyah 2
BAB IIKARAKTERISTIK DAN TUNTUTAN
PERKEMBANGAN PENDIDIKAN KEJURUAN
A. Karakteristik Pendidikan Kejuruan
Pendidikan kejuruan memiliki karakteristik yang berbeda dengan satuan
pendidikan lainnya. Perbedaan tersebut dapat dikaji dari tujuan pendidikan, substansi
pelajaran, tuntutan pendidikan dan lulusannya.
1. Tujuan pendidikan kejuruan
Pendidikan kejuruan bertujuan untuk meningkatkan kecerdasan, pengetahuan,
kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan peserta didik untuk hidup mandiri dan
mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai dengan program kejuruannya.
Berdasarkan pada tujuan pendidikan kejuruan di atas, maka untuk memahami
filosofi pendidikan kejuruan perlu dikaji dari landasan penyelenggaraan pendidikan
kejuruan sebagai berikut :
a. Asumsi tentang anak didik
Pendidikan kejuruan harus memandang anak didik sebagai individu yang
selalu dalam proses untuk mengembangkan pribadi dan segenap potensi yang
dimilikinya. Pengembangan ini menyangkut proses yang terjadi pada diri anak didik,
seperti proses menjadi lebih dewasa, menjadi lebih pandai, menjadi lebih matang,
yang menyangkut proses perubahan akibat pengaruh eksternal, antara lain
berubahnya karir atau pekerjaan akibat perkembangan sosial ekonomi masyarakat.
Keunikan tiap individu dalam berinteraksi dengan dunia luar melalui
pengalaman belajar merupakan upaya terintegrasi guna menunjang proses
perkembangan diri anak didik secara optimal. Kondisi ini tertampilkan dalam prinsip
pendidikan kejuruan “learning by doing”, dengan kurikulum yang berorientasi pada
dunia kerja.
b. Konteks sosial pendidikan kejuruan
Tujuan dan isi pendidikan kejuruan senantiasa dibentuk oleh kebutuhan
masyarakat yang berubah begitu pesat, sekaligus juga harus berperan aktif dalam ikut
serta menentukan tingkat dan arah perubahan masyarakat dalam bidang kejuruannya
tersebut.
Pendidikan kejuruan berkembang sesuai dengan perkembangan tuntutan
masyarakat, melalui dua institusi sosial. Pertama, institusi sosial yang berupa struktur
pekerjaan dengan organisasi, pembagian peran atau tugas, dan perilaku yang
Penerapan Pendekatan Sistem di Sekolah MenengahM.Syafaat Putrasyah 3
berkaitan dengan pemilihan, perolehan dan pemantapan karir. Institusi sosial yang
kedua, berupa pendidikan dengan fungsi gandanya sebagai media pelestarian budaya
sekaligus sebagai media terjadinya perubahan sosial.
c. Dimensi ekonomi pendidikan kejuruan
Hubungan dimensi ekonomi dengan pendidikan kejuruan secara konseptual
dapat dijelaskan dari kerangka investasi dan nilai balikan (value of return) dari hasil
pendidikan kejuruan. Dalam penyelenggaraan pendidikan kejuruan, baik swasta
maupun pemerintah semestinya pendidikan kejuruan memiliki konsekuensi investasi
lebih besar daripada pendidikan umum. Di samping itu, hasil pendidikan kejuruan
seharusnya memiliki peluang tingkat balikan (rate of return) lebih cepat
dibandingkan dengan pendidikan umum. Kondisi tersebut dimungkinkan karena
tujuan dan isi pendidikan kejuruan dirancang sejalan dengan perkembangan
masyarakat, baik menyangkut tugas-tugas pekerjaan maupun pengembangan karir
peserta didik.
Pendidikan kejuruan merupakan upaya mewujudkan peserta didik menjadi
manusia produktif, untuk mengisi kebutuhan terhadap peran-peran yang berkaitan
dengan peningkatan nilai tambah ekonomi masyarakat. Dalam kerangka ini, dapat
dikatakan bahwa lulusan pendidikan kejuruan seharusnya memiliki nilai ekonomi
lebih cepat dibandingkan pendidikan umum.
d. Konteks Ketenagakerjaan Pendidikan Kejuruan
Pendidikan kejuruan harus lebih memfokuskan usahanya pada komponen
pendidikan dan pelatihan yang mampu mengembangkan potensi manusia secara
optimal. Meskipun pada dasarnya hubungan antara pendidikan kejuruan dan
kebijakan ketenagakerjaan adalah hubungan yang didasari oleh kepentingan
ekonomis, tetapi harus selalu diingat bahwa hubungan penyelenggraan pendidikan
kejuruan tidak semata-mata ditentukan oleh kepentingan ekonomi.
Dalam konteks ini diartikan bahwa pendidikan kejuruan, dengan dalih
kepentingan ekonomi, tidak seharusnya hanya mendidik anak didik dengan
seperangkat skill atau kemampuan spesifik untuk pekerjaan tertentu saja, karena
keadaan ini tidak memperhatikan anak didik sebagai suatu totalitas. Mengembangkan
kemampuan spesifik secara terpisah dari totalitas pribadi anak didik, berarti
memberikan bekal yang sangat terbatas bagi masa depannya sebagai tenaga kerja.
Penerapan Pendekatan Sistem di Sekolah MenengahM.Syafaat Putrasyah 4
2. Substansi pendidikan kejuruan
Substansi dari pendidikan kejuruan harus menampilkan karakteristik pendidikan
kejuruan yang tercermin dalam aspek-aspek yang erat dengan perencanaan kurikulum,
yaitu :
a. Orientasi (Orientation)
Kurikulum pendidikan kejuruan telah berorientasi pada proses dan hasil atau
lulusan. Keberhasilan utama kurikulum pendidikan kejuruan tidak hanya diukur
dengan keberhasilan pendidikan peserta didik di sekolah saja, tetapi juga dengan
hasil prestasi kerja dalam dunia kerja. Finch dan Crunkilton (1984 : 12)
mengemukakan bahwa : Kurikulum pendidikan kejuruan berorientasi terhadap
proses (pengalaman dan aktivitas dalam lingkungan sekolah) dan hasil (pengaruh
pengalaman dan aktivitas tersebut pada peserta didik).
b. Dasar kebenaran/Justifikasi (Justification)
Pengembangan program pendidikan kejuruan perlu adanya alasan atau
justifikasi yang jelas. Justifikasi untuk program pendidikan kejuruan adalah adanya
kebutuhan nyata tenaga kerja di lapangan kerja atau di dunia usaha dan industri.
Dasar kebenaran/justifikasi pendidikan kejuruan menurut Finch dan Crunkilton
(1984 : 12), meluas hingga lingkungan sekolah dan masyarakat. Ketika kurikulum
berorientasi pada peserta didik, maka dukungan bagi kurikulum tersebut berasal dari
peluang kerja yang tersedia bagi para lulusan.
c. Fokus (Focus)
Fokus kurikulum dalam pendidikan kejuruan tidak terlepas pada
pengembangan pengetahuan mengenai suatu bidang tertentu, tetapi harus secara
simultan mempersiapkan peserta didik yang produktif. Finch dan Crunkilton (1984 :
13) mengemukakan bahwa : Kurikulum pendidikan kejuruan berhubungan langsung
dengan membantu siswa untuk mengembangkan suatu tingkat pengetahuan,
keahlian, sikap dan nilai yang luas. Setiap aspek tersebut akhirnya bertambah dalam
beberapa kemampuan kerja lulusan. Lingkungan belajar pendidikan kejuruan
mengupayakan di dalam mengembangkan pengetahuan peserta didik, keahlian
meniru, sikap dan nilai serta penggabungan aspek-aspek tersebut dan aplikasinya
bagi lingkungan kerja yang sebenarnya.
Penerapan Pendekatan Sistem di Sekolah MenengahM.Syafaat Putrasyah 5
Seluruh kemampuan tersebut di atas, dapat dikuasai oleh peserta didik
melalui pengalaman belajar yang diberikan, yaitu berupa rangsangan yang
diaplikasikan baik pada situasi kerja yang tersimulasi lewat proses belajar mengajar
di sekolah maupun situasi kerja yang sebenarnya pada dunia usaha atau industri
(pembelajaran di dunia kerja). Dari hasil belajar atau kemampuan yang telah dikuasai
diharapkan dapat memberikan kontribusi pada pengembangan diri peserta didik,
sehingga mereka mampu bekerja sesuai dengan tuntutan dunia usaha dan industri.
d. Standar keberhasilan di sekolah (In-school success standards)
Kriteria untuk menentukan keberhasilan suatu lembaga pendidikan kejuruan
diukur dari keberhasilan peserta didik di sekolah, mengenai beberapa aspek yang
akan dia masuki. Penilaian keberhasilan pada peserta didik di sekolah harus pada
penilaian sebenarnya atau kemampuan melakukan suatu pekerjaan. Dengan kata lain
bahwa dalam standar keberhasilan sekolah harus berhubungan erat dengan
keberhasilan yang diharapkan dalam pekerjaan, dengan kriteria yang digunakan oleh
guru dengan mengacu pada standar atau prosedur kerja yang telah ditentukan oleh
dunia kerja (dunia usaha dan dunia industri).
e. Standar keberhasilan di luar sekolah (Out-of school success standards)
Penentu keberhasilan tidak terbatas pada apa yang terjadi di lingkungan
sekolah. Standar keberhasilan di luar sekolah berkaitan dengan pekerjaan atau
kemampuan kerja yang biasanya dilakukan oleh dunia usaha atau dunia industri.
Menurut Starr (1975), bahwa : Walaupun standar keberhasilan beragam antar sekolah
dan antar Negara, tetapi keberhasilan tersebut seringkali mengambil bentuk kepuasan
pegawai dengan keahlian lulusan, suatu persentase tinggi lulusan yang mendapatkan
pekerjaan di bidang persiapan atau dalam bidang yang berhubungan, kepuasan kerja
lulusan, kemajuan yang dialami lulusan.
Standar kelulusan di luar sekolah (out-of school success standards) dilakukan
oleh dunia usaha dan industri yang mengacu pada standar kompetensi sesuai bidang
keahlian atau produk yang dihasilkan oleh masing-masing industri.
f. Hubungan kerja sama dengan masyarakat (School-community relationships)
Suatu usaha pendidikan harus berhubungan dengan masyarakat, demikian
pula dengan pendidikan kejuruan memiliki tanggung jawab di dalam
mempertahankan hubungan yang kuat dengan berbagai bidang keahlian yang
berkembang di masyarakat.
Penerapan Pendekatan Sistem di Sekolah MenengahM.Syafaat Putrasyah 6
Pengertian masyarakat yang dimaksud adalah dunia usaha dan dunia industri.
Penyelenggaraan pendidikan kejuruan harus relevan dengan tuntutan kerja pada
dunia usaha atau industri, maka masalah hubungan antara lembaga pendidikan
dengan dunia usaha atau industri merupakan suatu ciri karakteristik yang penting
bagi pendidikan kejuruan.
Perwujudan hubungan timbal balik berupa kesediaan dunia usaha atau
industri, menampung peserta didik untuk mendapat kesempatan pengalaman belajar
di lapangan kerja atau industri, merpakan bentuk kerjasama yang saling
menguntungkan.
g. Keterlibatan Pemerintah Pusat (Federal involvement)
Keterlibatan pemerintah pusat ini berkaitan dengan dana pendidikan yang
akan dialokasikan, karena hal ini akan mempengaruhi kurikulum. Misalnya :
Ketentuan jam pengajaran kejuruan tertentu dan jenis perlengkapan tertentu yang
digunakan di bengkel atau laboratorium dapat membantu perkembangan suatu
tingkat kualitas yang lebih tinggi.
h. Kepekaan (Responsivenenss)
Komitmen yang tinggi untuk selalu berorientasi ke dunia kerja, pendidikan
kejuruan harus mempunyai ciri berupa kepekaan atau daya suai terhadap
perkembangan masyarakat pada umumnya, dan dunia kerja pada khususnya.
Perkembangan ilmu dan teknologi, inovasi dan penemuan-penemuan baru di bidang
produksi dan jasa, besar pengaruhnya terhadap perkembangan pendidikan kejuruan.
Untuk itulah pendidikan kejuruan harus bersifat responsif proaktif terhadap
perkembangan ilmu dan teknologi, dengan upaya lebih menekankan kepada sifat
adaptabilitas dan fleksibilitas untuk menghadapi prospek karir peserta didik dalam
jangka panjang.
i. Logistik
Kurikulum pendidikan kejuruan dalam implementasi kegiatan pembelajaran
perlu didukung oleh fasilitas beajar yang memadai, karena untuk mewujudkan situasi
belajar yang dapat mencerminkan situasi dunia kerja secara realistis dan edukatif,
diperlukan banyak perlengkapan, sarana dan perbekalan logistik. Bengkel kerja dan
laboratorium adalah kelengkapan utama dalam sekolah kejuruan yang harus ada
sebagai fasilitas bagi peserta didik di dalam mengembangkan kemampuan kerja
sesuai dengan tuntutan dunia usaha dan industri.
Penerapan Pendekatan Sistem di Sekolah MenengahM.Syafaat Putrasyah 7
Kebutuhan untuk koordinasi program kejuruan yang bekerja sama dengan
industri di masyarakat, berhubungan erat untuk menjalin dan mempertahankan pusat
kerja bagi peserta didik menunjukkan suatu susunan unit permasalahan logistik.
j. Pengeluaran (Expense)
Pengeluaran rutin sebagai biaya pendidikan pada pendidikan kejuruan yang
menunjang kegiatan pembelajaran, mencakup biaya listrik, air, pemeliharaan dan
penggantian peralatan, biaya transportasi ke lokasi/industri (tempat praktek
kerja/magang) yang jauh dari sekolah. Di samping itu, peralatan harus diperbaharui
secara periodik juga guru berharap untuk memberikan pengalaman belajar yang
sebenarnya bagi peserta didik sebagaimana layaknya di industri, maka ini bisa
menjadi mahal. Yang terakhir yang juga harus menjadi perhatian adalah pembelian
bahan habis sebagai bahan praktikum yang digunakan secara rutin sesuai dengan
program keahlian yang dikembangkan pada SMK masing-masing.
B. Tuntutan Perkembangan Pendidikan Kejuruan
Perkembangan teknologi menuntut adanya perkembangan pula pada pendidikan
kejuruan, karena saat ini tatanan kehidupan pada umumnya dan tatanan perekonomian
pada khususnya sedang mengalami pergeseran paradigma ke arah global. Pergeseran ini
akan membuka peluang kerja sama antar Negara semakin terbuka dan di sisi lain,
persaingan antar Negara semakin ketat. Untuk meningkatkan kemampuan persaingan
dalam perdagangan bebas, diperlukan serangkaian kekuatan daya saing yang tangguh,
antara lain kemampuan manajemen, teknologi dan sumber daya manusia. Sumber daya
manusia merupakan sumber daya aktif yang dapat menentukan kelangsungan hidup dan
kemenangan dalam persaingan suatu bangsa.
Pendidikan memiliki peran yang sangat strategis dalam mewujudkan sumber
daya manusia yang tangguh untuk menghadapi persaingan bebas. Termasuk pendidikan
kejuruan yang menyiapkan peserta didik atau sumber daya manusia yang memiliki
kemampuan kerja sebagai tenaga kerja menengah sesuai dengan tuntutan dunia usaha dan
dunia industri. Oleh karena itu sesuai dengan tuntutan perkembangan pendidikan kejuruan,
maka perlu adanya pembaharuan pendidikan dan pelatihan kejuruan di SMK untuk masa
depan.
1. Tuntutan Peserta Didik
Pendidikan kejuruan memiliki peran untuk menyiapkan peserta didik agar siap
bekerja, baik bekerja secara mandiri (wiraswasta) maupun mengisi lowongan pekerjaan
Penerapan Pendekatan Sistem di Sekolah MenengahM.Syafaat Putrasyah 8
yang ada. SMK sebagai salah satu institusi yang menyiapkan tenaga kerja, dituntut
mampu menghasilkan lulusan sebagaimana yang diharapkan dunia kerja. Tenaga kerja
yang dibutuhkan adalah sumber daya manusia yang memiliki kompetensi sesuai dengan
bidang pekerjaannya, memiliki daya adaptasi dan daya saing yang tinggi. Atas dasar itu,
pengembangan kurikulum dalam rangka penyempurnaan pendidikan menengah
kejuruan harus disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan dunia kerja.
2. Tuntutan Menjawab Kebutuhan Masyarakat
Ditinjau dari perspektif perkembangan kebutuhan pembelajaran dan
aksesibilitas duia usaha/industri, sekurang-kurangnya tiga dimensi pokok yang menjadi
tantangan bagi SMK, baik dalam konteks regional maupun nasional, diantaranya :
a. Implementasi program pendidikan dan pelatihan harus berfokus pada pendayagunaan
potensi sumber daya lokal, sambil mengoptimalkan kerjasama secara intensif dengan
institusi pasangan
b. Pelaksanaan kurikulum harus berdasarkan pendekatan yang lebih fleksibel sesuai
dengan trend perkembangan dan kemajuan teknologi agar kompetensi yang diperoleh
peserta didik selama dan sesudah mengikuti program diklat, memiliki daya adaptasi
yang tinggi
c. Program pendidikan dan pelatihan sepenuhnya harus berorientasi mastery learning
(belajar tuntas) dengan melibatkan peran aktif – partisipatif para stakeholders
pendidikan, termasuk optimalisasi peran Pemerintah Daerah untuk merumuskan
pemetaan kompetensi ketenagakerjaan di daerahnya sebagai input bagi SMK dalam
penyelenggaraan diklat berkelanjutan.
Untuk mencari solusi dari tantangan tersebut di atas, SMK sebagai salah satu
lembaga penyelenggara pendidikan dan pelatihan kejuruan harus mampu memberikan
layanan pendidikan terbaik kepada peserta didik walaupun kondisi fasilitasnya sangat
beragam. Seperti diketahui, bahwa investasi dan pembiayaan operasional terbesar yang
dilakukan oleh pemerintah dalam pendidikan kejuruan adalah pada sistem SMK.
Dengan fenomena ini, apakah SMK masih diperlukan ?
Pembukaan dan penutupan suatu SMK pada dasarnya sangat tergantung pada
tuntutan kebutuhan pengembangan sumber daya manusia di wilayah atau daerah
setempat. Pembukaan institusi SMK baru sangat dimungkinkan jika terdapat tuntutan
kebutuhan sumber daya manusia yang terkait dengan peran dan fungsi SMK.
Sebagaimana yang dikemukakan Djojonegoro (1998), bahwa : “Secara teoritik
pendidikan kejuruan sangat dipentingkan karena lebih dari 80 % tenaga kerja di
Penerapan Pendekatan Sistem di Sekolah MenengahM.Syafaat Putrasyah 9
lapangan kerja adalah tenaga kerja tingkat menengah ke bawah dan sisanya kurang dari
20 % bekerja pada lapisan atas. Oleh karena itu, pengembangan pendidikan kejuruan
jelas merupakan hal penting”.
Penutupan suatu institusi SMK hanya dimungkinkan jika secara hukum tidak
dapat dipertahankan atau karena adanya tuntutan masyarakat yang sama sekali tidak
dapat dipertahankan atau dihindari. Namun pada dasarnya, tidak ada alasan untuk
menutup SMK selama institusi tersebut masih dapat menjalankan peran dan fungsi serta
tidak bertentangan dengan hukum yang berlaku.
Upaya untuk mempertahan SMK yang dapat menjawab tuntutan kebutuhan
masyarakat, dalam hal ini SMK harus mampu menjalankan peran dan fungsinya dengan
baik. Dalam menjalankan peran dan fungsinya tersebut, maka pendidikan dan pelatihan
di SMK perlu memperhatikan prinsip-prinsip pendidikan kejuruan yang dikemukakan
Prosser (Djojonegoro, 1998); sebagai berikut :
a. Pendidikan kejuruan akan efisien jika lingkungan dimana siswa dilatih merupakan
replika lingkungan dimana nanti ia akan bekerja.
b. Pendidikan kejuruan yang efektif hanya dapat diberikan dimana tugas-tugas latihan
dilakukan dengan cara, alat dan mesin yang sama seperti yang ditetapkan di tempat
kerja.
c. Pendidikan kejuruan akan efektif jika dia melatih seseorang dalam kebiasaan berpikir
dan bekerja seperti yang diperlukan dalam pekerjaan itu sendri
d. Pendidikan kejuruan akan efektif jika dia dapat memampukan setiap individu
memodali minatnya, pengetahuannya dan keterampilannya pada tingkat yang paling
tinggi
e. Pendidikan kejuruan yang efektif untuk setiap profesi, jabatan atau pekerjaan hanya
dapat diberikan kepada seseorang yang memerlukannya, yang menginginkannya dan
yang dapat untung darinya
f. Pendidikan kejuruan akan efektif jika pengalaman latihan untuk membentuk
kebiasaan kerja dan kebiasaan berfkir yang benar diulangkan sehingga pas seperti
yang diperlukan dalam pekerjaan nantinya
g. Pendidikan kejuruan akan efektif jika gurunya telah mempunyai pengalaman yang
sukses dalam penerapan keterampilan dan pengetahuan pada operasi dan proses kerja
yang akan dilakukan
h. Pada setiap jabatan ada kemampuan minimum yang harus dipunyai oleh seseorang
agar dia tetap dapat bekerja pada jabatan tersebut
Penerapan Pendekatan Sistem di Sekolah MenengahM.Syafaat Putrasyah 10
i. Pendidikan kejuruan harus memperhatikan permintaan pasar (memperhatikan tanda-
tanda pasar kerja)
j. Proses pembinaan kebiasaan yang efektif pada siswa akan tercapai jika pelatihan
diberikan pada pekerjaan yang nyata
k. Sumber yang dapat dipercaya untuk mengetahui isi pelatihan pada suatu okupasi
tersebut
l. Setiap okupasi mempunyai ciri-ciri isi (body of content) yang berbeda-beda satu
dengan yang lainnya
m. Pendidikan kejuruan akan merupakan layanan sosial yang efisien jika sesuai dengan
kebutuhan seseorang yang memang memerlukan dan memang paling efektif jika
dilakukan lewat pengajaran kejuruan
n. Pendidikan kejuruan akan efisien jika metode pengajaran yang digunakan dan
hubungan pribadi dengan peserta didik mempertimbangkan sifat-sifat peserta didik
tersebut
o. Administrasi pendidikan kejuruan akan efisien jika dia luwes dan mengalir daripada
kaku dan terstandar
p. Pendidikan kejuruan memerlukan biaya tertentu dan jika tidak terpenuhi maka
pendidikan kejuruan tidak boleh dipaksakan beroperasi.
3. Tuntutan Pengelolaan Pendidikan Kejuruan
Tuntutan pengelolaan pada pendidikan kejuruan harus sesuai dengan kebijakan
link and match, yaitu perubahan dari pola lama yang cenderung berbentuk pendidikan
demi pendidikan ke suatu yang lebih terang, jelas dan konkrit menjadi pendidikan
kejuruan sebagai program pengembangan sumber daya manusia. Dimensi pembaharuan
yang diturunkan dari kebijakan link and match, yaitu :
a. Perubahan dari pendekatan Supply Driven ke Demand Driven
Dengan deman driven ini mengharapkan dunia usaha dan dunia industri atau
dunia kerja lebih berperan di dalam menentukan, mendorong dan menggerakkan
pendidikan kejuruan, karena mereka adalah pihak yang lebih berkepentingan dari
sudut kebutuhan tenaga kerja. Dalam pelaksanaannya, dunia kerja ikut berperan serta
karena proses pendidikan itu sendiri lebih dominan dalam menentukan kualitas
tamatannya, serta dalam evaluasi hasil pendidikan itupun dunia kerja ikut
menentukan supaya hasil pendidikan kejuruan itu terjamin dan terukur dengan
ukuran dunia kerja.
Penerapan Pendekatan Sistem di Sekolah MenengahM.Syafaat Putrasyah 11
Sebagai salah satu bentuk penerapan prinsip demand driven, maka dalam
pengembangan kurikulum SMK harus melakukan sinkronisasi kurikulum yng
direalisasikan dalam program Pendidikan Sistem Ganda (PSG). Dengan melakukan
sinkronisasi kurikulum, penyelengaraan pembelajaran di SMK diupayakan sedekat
mungkin dengan kebutuhan dan kondisi dunia kerja/industri, serta memiliki relevansi
dan fleksibilitas tinggi dengan tuntutan lapangan. Melalui sinkronisasi kurikulum ini,
diharapkan sekolah dapat membaca keahlian dan performansi apa yang dibutuhkan
dunia usaha atau industri untuk dapat dimasuki oleh lulusan SMK.
b. Perubahan dari pendidikan berbasis sekolah (School Based Program) ke sistem
berbasis ganda (Dual Based Program)
Perubahan dari pendidikan berbasis sekolah, ke pendidikan berbasis ganda
sesuai dengan kebijakan link and match, mengharapkan supaya program pendidikan
kejuruan itu dilaksanakan di dua tempat. Sebagian program pendidikan dilaksanakan
di sekolah, yaitu teori dan praktek dasar kejuruan, dan sebagian lainnya dilaksanakan
di dunia kerja, yaitu keterampilan produktif yang diperoleh melalui prinsip learning
by doing. Pendidikan yang dilakukan melalui proses bekerja di dunia kerja akan
memberikan pengetahuan keterampilan dan nilai-nilai dunia kerja yang tidak
mungkin atau sulit didapat di sekolah, antara lain pembentukan wawasan mutu,
wawasan keunggulan, wawasan pasar, wawasan nilai tambah, dan pembentukan etos
kerja.
c. Perubahan dari model pengajaran yang mengajarkan mata-mata pelajaran ke model
pengajaran berbasis kompetensi
Perubahan ke model pengajaran ke berbasis kompetensi, bermaksud
menuntun proses pengajaran secara langsung berorientasi pada kompetensi atau
satuan-satuan kemampuan. Pengajaran berbasis kompetensi ini sekaligus
memerlukan perubahan kemasan kurikulum kejuruan ke dalam kemasan berbentuk
paket-paket kompetensi.
d. Perubahan dari program dasar yang sempit (Narrow Based) ke program dasar yang
mendasar, kuat dan luas (Broad Based)
Kebijakan link and match menuntut adanya pembaharuan, mengarah kepada
pembentukan dasar yang mendasar, kuat dan lebih luas. Sistem baru yang
berwawasan sumberdaya manusia, berwawasan mutu dan keunggulan menganut
prinsip, bahwa : tidak mungkin membentuk sumberdaya manusia yang berkualitas
dan yang memiliki keunggulan, kalau tidak diawali dengan pembentukan dasar yang
Penerapan Pendekatan Sistem di Sekolah MenengahM.Syafaat Putrasyah 12
kuat. Dalam rangka penguatan dasar ini, maka peserta didik perlu diberi bekal dasar
yang berfungsi untuk membentuk keunggulan, sekaligus beradaptasi terhadap
perkembangan IPTEK, dengan memperkuat penguasaan matematika, IPA, Bahasa
Inggris dan Komputer. Sistem baru ini harus memberi dasar yang lebih luas tetapi
kuat dan mendasar, yang memungkinkan seseorang tamatan SMK memiliki
kemampuan menyesuaikan diri terhadap kemungkinan perubahan pekerjaan.
e. Perubahan dari sistem pendidikan formal yang kaku, ke sistem yang luwes dan
menganut prinsip multy entry, multy exit
Dengan adanya perubahan dari supply driven ke demand driven, dari
schools based program ke dual based program, dari model pengajaran mata
pelajaran ke program berbasis kompetensi; diperlukan adanya keluwesan yang
memungkinkan pelaksanaan praktek kerja industri dan pelaksanaan prinsip multy
entry multy exit. Prinsip ini memungkinkan peserta didik SMK yang telah memiliki
sejumlah satuan kemampuan tertentu (karena program pengajarannya berbasis
kompetensi), mendapatkan kesempatan kerja di dunia kerja, maka peserta didik
tersebut dimungkinkan meninggalkan sekolah. Dan kalau peserta didik tersebut ingin
masuk sekolah kembali menyelesaikan program SMK nya, maka sekolah harus
membuka diri menerimanya, dan bahkan menghargai dan mengakui keahlian yang
diperoleh peserta didik yang bersangkutan dari pengalaman kerjanya. Di samping itu,
sistem program berbasis ganda juga memerlukan pengaturan praktek kerja di industri
sesuai dengan aturan kerja yang berlaku di industri yang tidak sama dengan aturan
kalender belajar di sekolah.
f. Perubahan dari sistem yang tidak mengakui keahlian yang telah diperoleh
sebelumnya, ke sistem yang mengakui keahlian yang diperoleh dari mana dan
dengan cara apapun kompetensi itu diperoleh (Recognition of prior learning)
Sistem baru pendidikan kejuruan harus mampu memberikan pengakuan dan
penghargaan terhadap kompetensi yang dimiliki oleh seseorang. Sistem ini akan
memotivasi banyak orang yang sudah memiliki kompetensi tertentu, misalnya dari
pengalaman kerja, berusaha mendapatkan pengakuan sebagai bekal untuk pendidikan
dan pelatihan berkelanjutan. Untuk ini SMK perlu menyiapkan diri sehingga
memiliki instrument dan kemampuan menguji kompetensi seseorang darimana dan
dengan cara apapun kompetensi itu didapatkan.
g. Perubahan dari pemisahan antara pendidikan dengan pelatihan kejuruan, ke sistem
baru yang mengintegrasikan pendidikan dan pelatihan kejuruan secara terpadu
Penerapan Pendekatan Sistem di Sekolah MenengahM.Syafaat Putrasyah 13
Program baru pendidikan yang mengemas pendidikannya dalam bentuk
paket-paket kompetensi kejuruan, akan memudahkan pengakuan dan penghargaan
terhadap program pelatihan kejuruan dan program pendidikan kejuruan. Sistem baru
ini memerlukan standarisasi kompetensi, dan kompetensi yang terstandar itu bisa
dicapai melalui program pendidikan, program pelatihan atau bahkan dengan
pengalaman kerja yang ditunjang dengan inisiatif belajar sendiri.
h. Perubahan dari sistem terminal ke sistem berkelanjutan
Sistem baru tetap mengharapkan dan mengutamakan tamatan SMK
langsung bekerja, agar segera menjadi tenaga produktif, dapat memberi return atas
investasi SMK. Sistem baru juga mengakui banyak tamatan SMK yang potensial,
dan potensi keahlian kejuruannya akan lebih berkembang lagi setelah bekerja.
Terhadap mereka ini diberi peluang untuk melanjutkan pendidikannya ke jenjang
pendidikan yang lebih tinggi (misalnya program Diploma), melalui suatu proses
artikulasi yang mengakui dan menghargai kompetensi yang diperoleh dari SMK dan
dari pengalaman kerja sebelumnya.
Untuk mendapatkan sistem artikulasi yang efisien diperlukan “program
antara” (bridging program) guna memantapkan kemampuan dasar tamatan SMK
yang sudah berpengalaman kerja, supaya siap melanjutkan ke program pendidikan
yang lebih tinggi.
i. Perubahan dari Manajemen Terpusat ke Pola Manajemen Mandiri (Prinsip
Desentralisasi)
Pola baru manajemen mandiri dimaksudkan memberi peluang kepada
propinsi dan bahkan sekolah untuk menentukan kebijakan operasional, asal tetap
mengacu kepada kebijakan nasional. Kebijakan nasioanl dibatasi pada hal-hal yang
bersifat strategis, supaya memberi peluang bagi para pelaksana di lapangan
berimprovisasi dan melakukan inovasi. Proses pendewasaan SMK perlu ditekankan,
untuk menumbuhkan rasa percaya diri sekolah melakukan apa yang baik menurut
sekolah, dengan prinsip akuntabilitas (accountability) yang secara taat azas
memberikan penghargaan kepada mereka yang pantas dihargai, dan menindak
mereka yang pantas ditindak.
j. Perubahan dari ketergantungan sepenuhnya dari pembiayaan pemerintah pusat, ke
swadana dengan subsidi pemerintah pusat
Sejalan dengan prinsip demand driven, dual based program, pendewasaan
manajemen sekolah, dan pengembangan unit produksi sekolah, sistem baru
Penerapan Pendekatan Sistem di Sekolah MenengahM.Syafaat Putrasyah 14
diharapkan dapat mendorong pertumbuhan swadana pada SMK, dan posisi lokasi
dana dari pemerintah pusat bersifat membantu atau subsidi. Sistem ini juga
diharapkan mampu mendorong SMK berpikir dan berperilaku ekonomis.
BAB IIIPENDEKATAN SISTEM DI SEKOLAH KEJURUAN
A. Pengertian Pendekatan Sistem Dalam Pembelajaran
Pendekatan sistem pada mulanya digunakan di bidang Teknik Mesin (Engineering)
untuk merancang sistem-sistem elektronik, mekanik dan militer. Kemudian pendekatan
sistem melibatkan sistem manusia mesin, dan selanjutnya dilaksanakan dalam bidang
keorganisasian dan manajemen. Pada akhir tahun 1950 dan awal 1960-an mulai diterapkan
dalam bidang pendidikan dan pelatihan.
Pendekatan sistem yang diterapkan dalam pembelajaran bukan saja sesuai dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, tetapi juga sesuai dengan perkembangan
dalam psikologi belajar sistematik, yang dilandasi dengan prinsip-prinsip psikologi
behavioristik dan humanistik. Aspek-aspek pendekatan sistem pembelajaran, meliputi
aspek filosofis dan aspek proses. Aspek filosofis ialah pandangan hidup yang melandasi
sikap si perancang, sistem yang terarah pada kenyataan. Sedangkan aspek proses ialah
suatu proses dan suatu perangkat alat konseptual.
Ciri-ciri pendekatan sistem pembelajaran, yaitu ada dua ciri utama, yakni
1. Pendekatan sistem sebagai suatu pandangan tertentu mengenai proses pembelajaran
dimana berlangsung kegiatan belajar mengajar, terjadinya interaksi antara siswa dan
guru, dan memberikan kemudahan bagi siswa untuk belajar secara efektif.
2. Penggunaan metodologi untuk merancang sistem pembelajaran yang meliputi
prosedur perencanaan, perancangan, pelaksanaan dan penilaian keseluruhan proses
pembelajaran yang tertuju pada konsep pencapaian tujuan pembelajaran.
Pola pendekatan sistem pembelajaran, menurut Oemar Hamalik, melalui langkah-
langkah sebagai berikut:
1. Identifikasi kebutuhan pendidikan (merumuskan masalah);
2. Analisis kebutuhan untuk mentransfomasikan menjadi tujuan pembelajaran (analisis
masalah);
3. Merancang metode dan materi pembelajaran (pengembangan suatu pemecahan);
4. Pelaksanaan pembelajaran (eksperimental)
5. Menilai dan merevisi.
Penerapan Pendekatan Sistem di Sekolah MenengahM.Syafaat Putrasyah 15
System pembelajaran adalah sutau kombinasi terorganisasi yang meliputi unsur-
unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur berinteraksi untuk
mencapai suatu tujuan.
Pendekatan sistem pada pembelajaran bertujuan agar kita dapat mengerti masalah
pengajaran sebagai keseluruhan secara tuntas dan dapat mendalami pula apa bagian-
bagiannya. Selain itu diharapkan kita dapat memahami pula cara bagaimana masing-
masing bagian itu saling berinteraksi, saling berfungsi dan saling bergantung di dalam
sebuah sistem untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Sebagai suatu system seluruh unsur yang membentuk system itu memiliki ciri
saling ketergantungan yang diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu. Keberhasilan
system pembelajaran adalah keberhasilan pencapaian tujuan pembelajaran. Maka dengan
demikian, tujuan utama system pembelajaran adalah keberhasilan siswa mencapai tujuan.
Dari uraian di atas, dapat penulis rumuskan bahwa untuk mencapai pembelajaran
efektif dan efisien dibutuhkan pengelolaan komponen pembelajaran secara baik. Dalam
pendekatan sistem bahwasanya untuk mencapai tujuan pembelajaran secara maksimal
harus didukung dengan komponen pembelajaran yang baik, yang meliputi tujuan, siswa,
guru, metode, media, sarana, lingkungan pembelajaran dan evaluasi.
Masing-masing komponen memberikan pengaruh terhadap keberhasilan
pembelajaran. Akan tetapi dari beberapa komponen-komponen tersebut guru merupakan
komponen terpenting dalam pembelajaran, karena guru bersifat dinamis, sehingga dapat
mengelola dan menggerakkan komponen-komponen yang lain. Oleh karena itu,
Pendekatan sistem pembelajaran adalah kumpulan dari sekian banyak komponen yang
saling berintegrasi, saling berfungsi secara kooperaatif dan saling mempengaruhi dalam
rangka mewujudkan generasi-generasi yang berwawasan luas.
B. Manfaat Pendekatan Sistem Dalam Pembelajaran
Merencanakan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan system memiliki
beberapa manfaat, di antaranya:
1. Melalui pendekatan system, arah dan tujuan pembelajaran dapat direncanakan dengan
jelas. Dapat kita bayangkan apa yang akan terjadi, manakala dalam suatu proses
pembelajaran tanpa adanya tujuan yang jelas. Tentu, proses pembelajaran tidak akan
menjadi fokus, dalam arti pembelajaran akan menjadi tidak bermakna serta sulit
menentukan efektifitas proses pembelajaran.
2. Pendekatan system menuntun guru pada kegiatan yang sistematis.
Penerapan Pendekatan Sistem di Sekolah MenengahM.Syafaat Putrasyah 16
3. Pendekatan system dapat merancang pembelajaran dengan mengoptimalkan segala
potensi dan sumber daya yang tersedia.
4. Pendekatam system dapat memberikan umpan baik. Melalui proses umpan balik
dalam pendekatan system dapat diketahui apakah tujuan itu telah berhasil dicapai apa
belum. Hal ini sangat penting sebab mencapai tujuan merupakan tujuan utama dalam
berfikit sistemik.
Satuan pendidikan di sekolah secara umum memiliki fungsi sebagai wadah untuk
melaksanakan proses edukasi, sosialisasi dalam transformasi bagi siswa/peserta didik.
Bermutu tidaknya penyelenggaraan sekolah dapat diukur berdasarkan pelaksanaan fungsi-
fungsi tersebut. Untuk dapat memahami kedudukan manajemen dalam pembelajaran dapat
dilihat kerangka di bawah ini.
C. Komponen Sistem Pembelajaran
Dalam pengembangan perencanaan maupun pengembangan desain pembelajaran
keduanya disusun berdasarkan pendekatan system. Jika perencanaan pembelajaran sebagai
suatu system, maka didalamnya harus memiliki komponen-komponen yang berproses
sesuai dengan fungsinya hingga tujuan-tujuan pembelajaran tercapai secara optimal.
Komponen system pembelajaran menurut Brown (1983), antara lain:
1. Siswa
Proses pembelajaran pada hakikatnya diarahkan untuk membelajarkan siswa
untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Sehingga dalam proses pengembangan
desain dan perencanaan, siswa harus dijadikan pusat pertimbangan. Artinya, keputusan-
keputusan yang diambil harus disesuaikan dengan kondisi siswa, baik kemampuan
dasar, minat, bakat, motivasi belajar, gaya belajar siswa itu sendiri.
2. Tujuan
Tujuan adalah komponen terpenting dalam pembelajaran setelah komponen
siswa. Tujuan sebenarnya merupakan arah yang harus dijadikan rujukan dalam
pembuatan desain dan perencanaan serta pembelajaran di kelas. Adapun tujuan khusus
yang direncakan oleh guru adalah: pengetahuan, informasi serta pemahaman sebagai
bidang kognitif, sikap dan apresiasi sebagai tujuan dari bidang afektif.
Berbagai kemampuan sebagai bidang psikomotorik. Adapun dalam Pembelajaran
adalah mewujudkan generasi-genarasi yang berwawasan luas.
a. Kondisi
Penerapan Pendekatan Sistem di Sekolah MenengahM.Syafaat Putrasyah 17
Kondisi adalah berbagai pengalaman belajar yang diharapkan akan ada pada diri
siswa, agar siswa dapat mencapai tujuan pembelajaran seperti yang telah dirumuskan.
Pengalaman ini harus dapat membuat siswa aktif belajar, baik secara fisik maupun non-
fisik. Merencakana belajar salah satunya adalah memberikan kesempatan kepada siswa
untuk belajar sesuai kecenderungan gaya belajarnya. Demikian juga desain
pembelajaran, ia harus dapat membuat siswa belajar dengan penuh motivasi dan gairah.
b. Sumber-sumber Belajar
Sumber belajar berkaitan dengan segala sesuatu yang memungkinkan siswa
dapat memperoleh pengalaman belajar. Di dalamnya meliputi lingkungan fisik, seperti
tempat belajar; alat yang digunakan, guru petugas perpustakaan, ahli media, dan
sebagainnya.
c. Hasil Belajar
Hasil belajar berkaitan dengan pencapaian dalam memperoleh kemampuan
sesuai dengan tujuan khusus yang direncanakan. Dengan demikian tugas utama guru
adalah merancang instrument yang dapat menghasilkan data tentang keberhasilan siswa
mencapai tujuan pembelajaran.
Menurut Soetopo (2005:143), pembelajaran sebagai suatu sistem yang komponen-
komponennya terdiri dari:
1. Siswa
Teori didaktik metodik telah bergeser dalam menempatkan siswa sebagai
komponen proses belajar mengajar (PBM). Siswa yang semula dipandang sebagai objek
pendidikan bergeser sebagai subjek pendidikan. Sebagai subjek, siswa adalah kunci dari
semua pelaksanaan pendidikan. tiada pendidikan tanpa anak didik. Untuk itu siswa
harus dipahami dan dilayani sesuai dengan hak dan tanggung jawabnya sebagai siswa.
Siswa adalah individu yang unik, mereka merupakan kesatuan psiko-fisis yang
secara sosiologis berinteraksi dengan teman sebaya, guru, pengelola sekolah, pegawai
administrasi, dan masyarakat pada umumnya. Mereka datang ke sekolah telah
membawa potensi psikologis dan latar belakang kehidupan sosial. Masing-masing
memiliki potensi dan kemampuan yang berbeda. Potensi dan kemampuan inilah yang
harus dikembangkan oleh guru. (Sardiman, 2001: 109).
2. Guru
Guru adalah sebuah profesi. Oleh karena itu, pelaksanaan tugas guru harus
profesional. Walaupun guru sebagai seorang individu yang memiliki kebutuhan pribadi
dan memiliki keunikan tersendiri sebagai pribadi, namun guru mengemban tugas
Penerapan Pendekatan Sistem di Sekolah MenengahM.Syafaat Putrasyah 18
mengantarkan anak didiknya mencapai tujuan. Untuk itu guru harus menguasai
seperangkat kemampuan yang disebut dengan kompetensi guru. Oleh karena itu, tidak
semua orang bisa menjadi guru yang profesional. Kompetensi guru itu mencakup
kemampuan menguasai siswa, menguasai tujuan, menguasai metode pembelajaran,
menguasi materi, menguasai cara mengevaluasi, menguasai alat pembelajaran, dan
menguasai lingkungan belajar. (Soetopo, 2005: 144).
Guru memiliki peran yang sangat penting dalam proses belajar mangajar.
Menurut Usman (1990:7) ada empat peran guru dalam pembelajaran, yaitu: (1) sebagai
demonstrator, lecturer (pengajar), (2) sebagai pengelola kelas, (3) sebagai mediator dan
fasilitator, dan (4) sebagai motivator.
3. Tujuan
Tujuan yang harus dipahami oleh guru meliputi tujuan berjenjang mulai dari
tujuan pendidikan nasional, tujuan institusional, tujuan kurikuler, tujuan umum
pembelajaran sampai tujuan khusus pembelajaran. Proses pembelajaran tanpa tujuan
bagaikan hidup tanpa arah. Oleh sebab itu, tujuan pendidikan dan pembelajaran secara
keseluruhan harus dikuasai oleh guru. Tujuan disusun berdasarkan ciri karakteristik
anak dan arah yang ingin dicapai.
Tujuan belajar adalah sejumah hasil belajar yang menunjukkan bahwa siswa
telah melakukan perbuatan belajar, yang umumnya meliputi pengetahuan, keterampilan
dan sikap-sikap yang baru yang diharapkan tercapai oleh siswa (Hamalik, 2003: 73)
4. Materi
Materi pembelajaran dalam arti yang luas tidak hanya yang tertuang dalam buku
paket yang diwajibkan, akan tetapi mencakup keseluruhan materi pembelajaran. Setiap
aktivitas belajar-mengajar harus ada materinya. Anak yang sedang field-trip di kebun
menggunakan materi jenis tumbuhan dan klasifikasinya. Anak yang praktikum di
laboratorium menggunakan materi simbiose katak. Semua materi pembelajaran harus
diorganisasikan secara sistematis agar mudah dipahami oleh anak. Materi disusun
berdasarkan tujuan dan karakteristik siswa.
5. Metode
Metode mengajar merupakan cara atau teknik penyampaian materi pembelajaran
yang harus dikuasai oleh guru. Metode mengajar ditetapkan berdasarkan tujuan dan
materi pembelajaran, serta karakteristik anak.
6. Sarana/Alat/Media
Penerapan Pendekatan Sistem di Sekolah MenengahM.Syafaat Putrasyah 19
Agar materi pembelajaran lebih mudah dipahami oleh siswa, maka dalam proses
belajar-mengajar digunakan alat pembelajaran. Alat pembelajaran dapat berupa benda
yang sesungguhnya, imitasi, gambar, bagan, grafik, tabulasi dan sebagainya yang
dituangkan dalam media. Media itu dapat berupa alat elektronik, alat cetak, dan tiruan.
Menggunakan sarana atau alat pembelajaran harus disesuaian dengan tujuan, anak,
materi, dan metode pembelajaran. Oleh karena itu diperlukan tenaga pengajar yang
memiliki kemampuan dan kecakapan yang memadai (Asnawir, 2002: 17) diperlukan
tenaga pengajar yang handal dan mempunyai kemampuan (capability) yang tinggi.
7. Evaluasi
Evaluasi dapat digunakan untuk menyusun graduasi kemampuan anak didik,
sehingga ada penanda simbolik yang dilaporkan kepada semua pihak. Evaluasi
dilaksanakan secara komprehensif, obyektif, kooperatif, dan efektif. Dan evaluasi
dilaksanakan berpedoman pada tujuan dan materi pembelajaran. Guru harus melakukan
evaluasi terhadap hasil tes dan menetapkan standar keberhasilan. Sebagai contoh, jika
semua siswa sudah menguasai kompetensi dasar, maka pelajaran dapat dilanjutkan
dengan catatan guru memberikan perbaikan (remidial) kepada siswa yang belum
mencapai ketuntasan. Dengan adanya evaluasi, maka dapat diketahui kompetensi dasar,
materi, atau individu yang belum mencapai ketuntasan. (Madjid, 2005: 224)
8. Lingkungan
Lingkungan pembelajaran merupakan komponen PBM yang sangat penting
demi suksesnya belajar siswa. Lingkungan ini mencakup lingkungan fisik, lingkungan
sosial, lingkungan alam, dan lingkungan psikologis pada waktu PBM berlangsung.
Semua komponen pembelajaran harus dikelola sedemikian rupa, sehingga belajar anak
dapat maksimal untuk mencapai hasil yang maksimal pula. Mengelola lingkungan
pembelajaran baik di kelas maupun di luar kelas bukan merupakan tugas yang ringan.
Oleh karenanya guru harus banyak belajar. Doyle (1986) berpendapat bahwa hal-hal
yang menyebabkan pengelolaan kelas mempunyai beberapa dimensi. Seperti penelitian
yang dilakukan oleh Emersen, Everston dan Anderson (1980), peristiwa yang terjadi
pada waktu awal-awal sekolah banyak berpengaruh terhadap pengelolaan kelas pada
tingkat-tingkat berikutnya.
Adapun menurut Oemar Hamalik (2001: 77), komponen-komponen
pembelajaran meliputi tujuh aspek yaitu:
a. Tujuan pendidikan dan pengajaran,
b. Peserta didik atau siswa,
Penerapan Pendekatan Sistem di Sekolah MenengahM.Syafaat Putrasyah 20
c. Tenaga kependidikan khususnya guru,
d. Perencanaan pengajaran sebagai suatu segmen kurikulum,
e. Strategi pembelajaran,
f.Media pembelajaran, dan
g. Evaluasi pembelajaran.
Sedangkan menurut Suharsini Arikunto (1990: 216), berpendapat bahwa unsur-
unsur atau komponen-komponen yang dapat mendukung kualitas pembelajaran, maka
perlu diperhatikan unsur-unsur yang secara langsung berkaiatan dengan berlangsungnya
proses belajar tersebut terdiri atas 6 komponen, yaitu: guru, siswa, kurikulum, konteks,
metode, dan sarana.
Dari gambar di atas, nampaknya setiap unsur dapat dikatakan penting dan
menentukan. Namun apabila dicermati lebih mendalam satu persatu unsur-unsur selain
guru, yakni konteks, siswa, kurikulum, metode, dan sarana, tidak dapat menunjukkan
peran yang berbeda tanpa mengubah posisinya, namun disisi lain guru yang profesional
mampu mengubah, mengupayakan atau memanipulasi ke-5 (lima) variabel tersebut
untuk kepentingan pembelajaran yang ia kehendaki.
Dalam literature lain disebutkan; dari sudut pandang teknologi intruksional,
komponen sistem pengajaran diuraikan dengan lebih luas lagi sebagai berikut:
1. spesifikasi isi pokok bahan
2. spesifikasi tujuan pengajaran pengumpulan dan penyaringan data siswa
3. Penentuan cara pendekatan, metode, teknik mengajar
4. Pengelompokkan siswa
5. Penyediaan waktu
6. Pengaturan ruang
7. Pemilihan media evaluasi
Unsur minimal yang harus dalam sistem pengajaran adalah suatu tujuan, siswa
serta prosedur kerja untuk mencapai tujuan. Dalam konteks ini, guru tidak termasuk
sebagai unsur sistem dan hanya merupakan salah satu sumber belajar. Dalam dalam
keadaan lain fungsinya dapat digantikan dengan sumber balajar lain yang mempunyai
fungsi yang sama, seperti; buku, film, slide show, teks yang telah diprogram, dan
sebagainya.
Fungsi guru dalam sistem pengajaran adalah sebagai desainer, sekaligus sebagai
pelaksana pengajaran. Sebagai seorang perancang, guru berfungsi menyusun suatu
sistem pengajaran. Sedangkan sebagai pelaksana sistem pengajaran, guru berfungsi
Penerapan Pendekatan Sistem di Sekolah MenengahM.Syafaat Putrasyah 21
dalam tranformasi ilmu yang dilakukanya di kelas. Dalam hal ini guru harus memiliki;
kompetensi mengajar, sikap professional, penguasan materi pelajaran, prinsip-prinsip
dan teknik pengajaran serta keterampilan-keterampilan dasar mengajar lainnya. Dan
yang terpenting adalah seorang guru harus memiliki keteladanan yang bisa ditiru oleh
murid-muridnya. Dalam hal ini guru harus menjadi sosok desain hasil pembelajaran
yang diharapkan muncul pada diri masing-masing siswa. Adapun fungsi yang ketiga,
adalah guru sebagai evaluator. Kegiatan pengajaran yang telah dijalankan, kemudian
diadakan evaluasi. Hasil evaluasi yang di dapat digunakan untuk mengetahui sejauh
mana tingkat keberhasilan yang telah dicapai dengan menggunakan pedoman
perencanaan. Dari sini, akan ditemukan titik-titik mana saja yang kemudian diperbaiki.
Beberapa komponen pendekatan sistem diatas bekerja secara kooperatif. Artinya
kesemuanya itu saling berkerja sama untuk mencapai sebuah tujuan. Sehingga satu
sama lain saling menguatkan dan saling mempengaruhi satu dengan yang lainnnya.
D. Kriteria Dan Variabel – Variabel Yang Dapat Mempengaruhi System Pembelajaran
1. Hasil belajar sebagai kriteria keberhasilan sistem pembelajaran
Pembelajaran merupakan suatu sistem yang kompleks yang keberhasilannya dapat
dilihat dari dua aspek, yakni aspek produk dan aspek proses.
Keberhasilan pembelajaran dilihat dari sisi produk adalah keberhasilan siswa
mengenai hasil yang diperoleh dengan mengabaikan proses pembelajaran. Keberhasilan
pembelajaran dilihat dari sisi hasil memang mudah dilihat dan ditentukan kriterianya,
akan tapi hal ini dapat mengurangi makna proses pembelajaran sebagai proses yang
mengandung nilai-nilai pendidikan. Dengan kata lain keberhasilan pembelajaran yang
hanya melihat sisi hasil sama halnya dengan mengerdilkan makna pembelajaran itu
sendiri.
2. Variabel yang berpengaruh terhadap keberhasilan system pembelajaran
a. Faktor Guru
Keberhasilan suatu system pembelajaran, guru merupakan komponen yang
menentukan. Hal ini disebabkan karena guru merupakan orang yang secara langsung
berhadapan dengan siswa. Dalam system pembelajaran guru bisa berperan sebagai
perencana(planer) atau desainer (designer) pembelajaran, sebagai implementator, dll.
Menurut Dunkin (1974) ada sejumlah aspek yang dapat mempengaruhi kualitas guru
yaitu: teacher formative experience, teacher training experience, dan teacher
properties.
Penerapan Pendekatan Sistem di Sekolah MenengahM.Syafaat Putrasyah 22
b. Faktor siswa
Siswa adalah organisme yang unik yang berkembang sesuai dengan tahap
perkembangannya. Perkembangan anak adalah perkembangan seluruh aspek
kepribadiannya, akan tetapi tempo dan irama perkembangan masing-masing anak
pada setiap aspek tidak selalu sama.
c. Faktor sarana dan prasarana
Sarana adalah segala sesuatu yang mendukung secara langsung terhadap
kelancaran proses pembelajaran. Misalnya media pembelajaran, alat-alat pelajaran,
perlengkapan sekolah dan lain-lain.
d. Faktor Lingkungan
Dilihat dari dimensi lingkungan ada dua factor yang dapat memengaruhi proses
pembelajaran yaitu factor organisasi kelas dan factor iklim social-psikologis.
E. Aplikasi Pendekatan Sistem Dalam Pembelajaran
Menurut Gagne dan Atwi Suparman mengatakan bahwa sistem pengajaran adalah
suatu set peristiwa yang mempengaruhi siswa sehingga terjadi proses belajar. Oemar
Hamalik, mengatakan; “sistem pengajaran merupakan suatu kombinasi terorganisasi yang
meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang
berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan. Ada tiga ciri khas yang ada dalam sistem
pembelajaran yaitu:
1. Rencana, penataan intensional orang, material dan prosedur yang merupakan unsur
sistem pengajaran sesuai dengan suatu rencana khusus, sehingga tidak mengambang.
2. Kesalingtergantungan (interdependent), unsur-unsur suatu sistem merupakan bagian
yang koheren dalam keseluruhan, masing-masing bagian bersifat esensial, satu sama
lain saling memeberikan sumbangan tertentu.
3. Tujuan, setiap sistem pengajaran memiliki tujuan tertentu. The goal is the purpose for
which the system is design.
Menurut Oemar Hamalik, langkah-langkah perencanaan (desain) pembelajaran
termasuk pelajaran sebagai berikut:
Pada tahap perencanaan, komponen-komponen pembelajaran yang harus
direncanakan oleh guru melalui pendekatan sistem antara lain:
1. Menetapkan tujuan pembelajaran
Sebagai langkah awal dalam desain pembelajaran, guru harus menelaah
kurikulum untuk mengetahui tujuan dan kompetensi mata pelajaran. Kemudian, ia
Penerapan Pendekatan Sistem di Sekolah MenengahM.Syafaat Putrasyah 23
mengembangkannya dalam bentuk silabus sebagai uraian program yang mencantumkan
mata pelajaran, tingkat satuan pendidikan, semester, pengelompokan standart
kompetensi dan kompetensi dasar, materi pokok, indicator, strategi pembelajaran,
alokasi waktu, sumber dan media, serta sistem penilaian.
2. Menetapkan strategi pengorganisasian isi pelajaran
Semua materi ini harus direncanakan secara sistematik sesuai dengan kelas,
semester, alokasi waktu, sumber belajar, media dan karakteristik siswa yang akan
menerima materi pelajaran.
3. Merencanakan peran pendidik dan siswa dalam kegaiatan pembelajaran.
Pendidik dan siswa merupakan subyek utama yang sangat berperan dan saling
membutuhkan dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran, sebab tanpa peran aktif
keduanya tidak akan terjadi mobilisasi pembelajaran. Karena itu, guru harus mampu
membangun kerjasama yang sinergis dengan siswa dalam semua aksi transformasi
keilmuan dan sikap sehingga siswa dapat mencapai berbagi kompetensi pembelajaran
yang tertuang dalam kurikulum.
4. Menentukan strategi pembelajaran
Strategi ini merupakan tehnik mengelola kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh
guru dan siswa dalam interkasi pembelajaran. Menentukan strategi ini mencakup
pendekatan dan metode pembelajaran yang akan digunakan agar sesuai sumber daya
sekolah dan keadaan peserta didik. Di dalam pembelajaran , banyak pendekatan dan
metode yang dapat diterapkan, tetapi metode yang sering digunakan adalah metode
ceramah, tanya jawab, demonstrasi dan diskusi.
5. Menetapkan tehnik evaluasi hasil pembelajaran
Evaluasi dilakukan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam menerima
pelajaran yang telah diberikan oleh guru. Penilaian pembelajaran harus direncanakan
dengan tepat agar instrument penilaiannya reabel dan valid untuk mengukur
kemampuan siswa dengan mengacu pada penilaian yang berbasis kelas, yakni penilaian
proses dan hasil ujian siswa.
6. Memilih fasilitas, media dan lingkungan pembelajaran
Perencanaan terhadap fasilitas, media dan lingkungan pembelajaran yang tepat
akan mampu memberikan pengalaman belajar dan mempermudah peserta didik untuk
menerima pelajaranyang disampaikan guru. Pemilihan fasilitas, media dan lingkungan
pembelajaran dimaksudkan untuk menghemat dana, waktu, dan tempat atau guru dapat
Penerapan Pendekatan Sistem di Sekolah MenengahM.Syafaat Putrasyah 24
merencanakan kegiatan pembelajaran sesuai dengan kondisi dan sumber daya sekolah
yang tersedia.
Pada tahap pelaksanaannya, guru harus melaksanakan proses pembelajarannya
dengan berpedoman pada rancangan pembelajaran yang sudah disusun dengan
pendekatan sistem. Bentuk rancangan yang dipergunakan saat ini adalah Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang memiliki beberapa komponen yang saling
berkaitan dalam menapai tujuan pembelajaran. Model satuan pelajaran ini meruapakan
istilah yang diperkenalkan melalui KBK dan KTSP yang saat ini harus dipahami oleh
semua guru.
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rencana atau program yang
disusun oleh guru untuk satu atau dua kali pertemuan untuk mencapai target satu
kompetensi dasar. RPP diturunkan dari silabus yang telah disusun dan bersifat aplikatif
di kelas. Secara sistematik, sebuah RPP memiliki komponen-komponen sebagai berikut:
identitas mata pelajaran, standart kompetensi mata pelajaran, kompetensi dasar setiap
topik materi, dan indicator yang hendak dicapai setiap materi, pokok materi, kegiatan
pembelajaran, media pembelajaran, sumber belajar, dan evaluasi. Semua komponen ini
harus dirancang oleh guru dalam bentuk RPP yang akan dijadikan pedoman selama
berlangsungnya kegiatan pembelajaran pada setiap semester.
Pada komponen kegiatan pembelajaran, sebuah RPP menyajikan langkah-langkah
operasional yang akan dikerjakan oleh guru dan siswa selama berlangsungnya proses
pembelajaran. Kegiatan pembelajaran ini terdiri dari tiga tahap yaitu: awal, inti dan
akhir. Pada kegiatan awal, guru membuka pelajaran dengan salam dan berdoa,
menyiapkan kondisi kelas dan siswa, memberikan apersepsi dan menyampaikan tujuan
pembelajaran dan materi pertemuan yang berjalan. Pada kegiataan inti, guru harus
mampu mengelola aksi belajar siswa, sehingga peran aktif mengikuti pembelajaran.
Karena itu, guru senantiasa memulai materi pelajaran dengan memberikan penjelasan
singkat, memperkenalkan dan mencontohkan cara menggunakan media peraga,
membagi siswa menjadi beberapa kelompok belajar, berdiskusi, memberikan tugas
latihan, membuka sesi tanya jawab, meminta siswa memperagakan media melalui
praktik kelas. Pada kegiatan akhir, guru melaksanakan prosedur penutupan yang
berorientasi pada pemantapan pemahaman siswa dan tindak lanjut materi. Kegiatan
akhir ini mencakup; penyimpulan materi yang sudah dipelajari, memberikan tindak
lanjut berupa tugas praktik/latihan dan PR serta mengakhiri pembelajaran dengan doa
dan salam.
Penerapan Pendekatan Sistem di Sekolah MenengahM.Syafaat Putrasyah 25
Guru menilai kemampuan siswa dengan mengacu pada konsep penilaian berbasis
kelas yang terfokus pada dua aspek penilaian yakni proses pembelajaran dan hasil
belajar siswa. Penilaian proses dimulai sejak awal masa pembelajaran dengan mengukur
perkembangan aspek afektif siswa melalui internalisasi dan penghayatan nilai beragama
siswa selama di sekolah dan unjuk kerja psikomotorik yang sudah dihasilkan berupa
aksi ibadah yang bersifat mahdhah, gambar islami, etika social dalam bergaul di sekolah
ataupun di masyarakat.
Penilaian proses ini disebut juga dengan penilaian Authentic Assesment yang
mengandung makna bahwa penilaian yang mengacu pada pembelajaran yang telah
terjadi, menyatu dalam proses belajar mengajar dan memberikan kesempatan serta
arahan kepada siswa untuk maju. Authentic Assesment sekaligus dipergunakan sebagai
alat control untuk melihat kemajuan siswa dan feedback bagi praktek pengarahan
selanjutnya. Karena gambaran tentang kemajuan belajar itu diperlukan di sepanjang
proses pembelajaran, maka assessment tidak dilakukan di akhir periode pembelajaran
seperti pada kegiatan evaluasi hasil belajar,tetapi dilakukan bersama-sama secara
terintegrasi (tidak terpisahkan) dari kegiataan pembelajaran.
Data yang dikumpulkan melalui kegiatan penilaian bukanlah untuk mencari
informasi tentang belajar siswa. Pembelajaran yang benar memang seharusnya
ditekankan pada upaya membantu siswa agar mampu mempelajari, bukan ditekankan
kepada sebanyak mungkin informasi di akhir periode pembelajaran.
Perencanaan penilaian autentik dalam pembelajaran tentu akan menilai
pengetahuan dan ketrampilan yang diperoleh siswa selama mengikuti pembelajaran.
Penilai tidak hanya guru, tetapi dapat juga teman atau orang lain.
Karateristik penilaian autentik:
1. Dilaksanakan selama dan sesudah proses pembelajaran berlangsung
2. Bias digunakan untuk ujian formatif maupun sumatif
3. Yang diukir keterampilan dan performansi beragama
4. Berkesinambungan
5. Terintegrasi dalam kegiatan pembelajaran
6. Dapat digunakan sebagai feedback pembelajaran selanjutnya.
Penilaian hasil belajar siswa lebih cenderung mengukur kemajuan belajar kognitif
siswa yang terkadang pencapaian hasil nominalnya sering direkayasa dengan berbagai
siasatoleh siswa ketika mengikuti ujian akhir. Kondisi yang perlu dipahami oleh setiap
guru dalam menilai hasil belajar siswa melalui berbagai bentuk item soal ini, yaitu
Penerapan Pendekatan Sistem di Sekolah MenengahM.Syafaat Putrasyah 26
ketepan dan kebenaran soal ujian yang berkaitan dengan tujuan dan kompetensi
pelajaran yang termuat dalam kurikulum/ silabus dan materi ajar yang sudah dipelajari
siswa selama mengikuti pembelajaran di kelas.
Dari semua penjelasan diatas, sebenarnya aplikasi pendekatan sistem
pembelajaran terdiri tiga bagian, memiliki ciri-ciri adanya perencanaan,
kesalingtergantungan dan tujuan yang hendak dicapai. Dalam perencanaan itu terdapat
beberapa komponen yang saling mempengaruhi, dan bekerja sama untuk mencapai
sebuah tujuan. Sehingga dalam pendekatan sistem pembelajaran, semua komponen
memiliki makna dalam pencapaian sebuah tujuan. Artinya, pencapaian tujuan itu akan
terhambat manakala ada beberapa komponen yang tidak berfungsi sebagaimana
mestinya. Jika kita ingin memodifikasi pembelajaran, maka harus memperhatikan
semua variabel, aspek dan unsur-unsur serta faktor-faktor yang terlingkupi dalam sistem
pembelajaran, seperti sistem struktur kurikulum, sistem bahan ajar, media dan sarana,
juga aspek rencana, proses dan evaluasi pembelajaran dan lain-lain
F. Pendekatan System Dalam Perencanaan Pengembangan Kurikulum
Tinjauan Komprehensif Pengembangan Kurikulum Pendidikan Teknologi Dan Kejuruan
1. Perencanaan Kurikulum PTK
Perencanaan kurikulum merupakan langkah pertama dalam proses
pengembangan kurikulum. Finch & Crunkilton (1984), menggambarkan tahapan
dalam pengembangan kurikulum di pendidikan teknologi dan kejuruan. Salah satu
pendekatan yang dipergunakan dalam perencanaan kurikulum dikenal dengan nama
pendekatan sistem, yang digambarkan sebagai berikut :
Gambar 1. Pendekatan Sistem dalam Perencanaan dan Pengembangan Kurikulum
Penerapan Pendekatan Sistem di Sekolah MenengahM.Syafaat Putrasyah 27
Selain tinjauan pendekatan sistem dalam perencanaan kurikulum, di bawah ini
digambarkan bagaimana kerangka konseptual dan operasional dari perencanaan
kurikulum
Dalam Finch & Crunkilton (1984: 140) Beberapa strategi / pendekatan yang dapat
digunakan dalam mengidentifikasi isi kurikulum, adalah :
1) Pendekatan Filosofis
a) Penentuan isi kurikulumnya subyektif
b) Sulit menemukan kesepakatan antara ahli dengan perencana kurikulum
c) Merupakan bagian yang parsial dan kontradiktif
2) Pendekatan Introspektif
a) Penentuan isi kurikulum oleh sekelompok guru dan administrator
b) Hasil kurikulum tidak dijamin valid sesuai dengan dunia kerja
c) Perlu melibatkan kalangan dunia usaha dan dunia industri dalam curriculum advisory
commitee
3) Pendekatan DACUM
a) Penentuan isi kurikulum didominasi oleh kalangan dunia usaha dan dunia industri.
b) Guru dan administrator kurang dapat memberi kontribusi positif dalam penentuan isi
kurikulum.
c) Hasil proses kurikulum sampai pada kompetensi yang sesuai dengan situasi kerja yang
nyata
d) Orientasi bagi komisi atau peserta tentang program yang direncanakan dan apa
harapannya.
e) Mengkaji deskripsi pekerjaan dan tugas dalam situasi yang nyata.
f) Mengidentifikasi kategorisasi kompetensi umum dalam bidang kerja
Penerapan Pendekatan Sistem di Sekolah MenengahM.Syafaat Putrasyah 28
g) Mengidentifikasi seperangkat kompetensi khusus dalam kategori kompetensi umum
yang berujud K, S, A.
h) Mengorganisir kompetensi-kompetensi dalam urutan untuk dijabarkan menjadi urutan
belajar (prinsip psikologi belajar)
i) Menentukan level of competence sebagai acuan penilaian hasil belajar
4) Pendekatan Fungsional
a) Penentuan isi kurikulum lebih obyektif
b) Fungsi kerja industri dijabarkan menjadi performance yang terkait dengan fungsi
tertentu untuk dijadikan masukkan bagi perencana kurikulum
c) Proses penentuan isi kurikulum membutuhkan biaya dan waktu yang banyak
5) Pendekatan Analisis Tugas (Task Analysis)
a) Analisis dilaksanakan pada pekerja di industri (job incumbent)
b) Penentuan isi kurikulum lebih obyektif
c) Penentuan isi kurikulum lebih sistematis, teliti atau cermat
d) Dibutuhkan waktu sangat lama, biaya penelitian serta pengembangannya sangat mahal
1. Sistem Manajemen Sekolah Menengah
Kemampuan pimpinan dan personal sekolah serta pihak-pihak terkait dalam
melahirkan program-program yang sesuai dengan kebutuhan pasar kerja sangatlah
berperan penting dalam rangka mencapai tujuan sekolah kejuruan. Dengan kata lain,
model manajemen stratejik dalam sistem penyelenggaraan SMK dalam kajian ini adalah
suatu pendekatan pemberdayaan berbagai sumber daya sekolah dan sumber daya
lingkungan dengan mengikutsertakan berbagai pihak-pihak terkait melalui penyusunan,
pelaksanaan, dan pengawasan berbagai kegiatan dalam penyelenggaraan SMK.
Penerapan Pendekatan Sistem di Sekolah MenengahM.Syafaat Putrasyah 29
Gambar 3. Pendekatan system dalam pemberdayaan SMK melalui manajemen
Strategis
Unsur visi merupakan gambaran yang jelas tentang apa yang ingin dicapai oleh
suatu organisasi dan merupakan ekspresi dari suatu pelayanan yang ditawarkan, dan
merupakan aspirasi atau cita-cita suatu organisasi. Nawawi (2000:155) mengemukakan
bahwa visi organisasi dapat diartikan sebagai sudut pandang ke masa depan dalam
mewujudkan tujuan stratejik organisasi, yang berpengaruh langsung pada misinya
sekarang dan di masa depan. Sedangkan misi organisasi pada dasarnya berarti keseluruhan
tugas pokok yang dijabarkan dari tujuan stratejik untuk mewujudkan visi organisasi.
Dengan kata lain misi organisasi adalah bidang/jenis kegiatan yang akan dijelajahi atau
dilaksanakan secara operasional untuk jangka waktu panjang oleh sebuah organisasi
dalam merealisasikan tujuan strategiknya.
Berdasarkan uraian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa visi dan misi
merupakan suatu pedoman atau arah yang harus ada dalam suatu organisasi yang
menggambarkan kondisi ideal dan strategi yang dilakukan oleh organisasi pada masa
datang, dan dapat terwujud jika organisasi mampu memberdayakan sumber daya
organisasi dan lingkungan.
Visi, misi, dan tujuan yang diungkapkan di atas merupakan arah, strategi, dan
sasaran yang diinginkan dalam pencapaian pendidikan kejuruan yang mampu melahirkan
sumber daya manusia yang memiliki pengetahuan, teknologi, dan nilainilai
yangdibutuhkan lapangan pekerjaan dalam membangun suatu bangsa. Konsep keunggulan
sumber daya manusia yang diwujudkan dalam berbagai keterampilan peserta didik
sebagai generasi muda dapat dilaksanakan oleh pendidikan kejuruan melalui manajemen
stratejik. Karena itu, perlu upaya peningkatan nilai tambah pada sumber daya manusia
dengan cara meningkatan keterampilan dan keahlian generasi muda Indonesia yang akan
memasuki dunia kerja, dan melatih ulang serta meningkatkan keterampilan dan keahlian
bagi mereka yang sudah bekerja agar tetap selaras dengan per-kembangan teknologi dan
perubahan pasar (Supriadi, 2002:285).
Penerapan Pendekatan Sistem di Sekolah MenengahM.Syafaat Putrasyah 30
Gambar 4. Model Pendekatan system dalam pemberdayaan SMK melalui manajemen
Strategis
Aspek penting yang perlu ditekankan pada model system manajemen sekolah ini
dapat diuraikan : Pertama, aspek pemberdayaan SMK, hal ini menggambarkan bahwa
sistem penyelenggaraan SMK memberdayakan sumber daya internal sekolah dan sumber
daya eksternal sekolah dalam menganalisis proses kegiatan berkaitan dengan visi, misi,
dan tujuan sekolah, program-progTam sekolah, dan hal-hal yang terkait dalam proses
penyelenggaraan pendidikan di SMK. Dilihat dari aspek manajemen stratejik, hal ini
menggam¬barkan bahwa persoalan penyelenggaraan sekolah berkaitan dengan peru-
musan stratejik dalam penentuan strategi dan kebijakan, dan implementasi strategi
kaitannya dengan pengembangan program, pengadaan anggaran, dan pengembangan
strategi.
Kedua, dilihat dari sudut kelembagaan, SMK harus dapat melakukan suatu
pcrubahan mekanisme kerja dari berbagai bidang kcahban dan pclimpahan wewenang
kepada personil-personil yang diserahkan tugas untuk melakukan terobosan-terobosan
dalam pengembangan program SMK. Dari pengembangan organisasi dimana struktur
organisasi dirancang dari berbagai bidang keahlian dan sub-sub kegiatan, sehingga dapat
memberdayakan semua potcnsi dengan memberi kesempatan untuk melakukan ide-ide
inovatif. Model strategi tersebut akan dapat meningkatkan program kegiatan yang
memiliki daya saing yang kompetetif.
Penerapan Pendekatan Sistem di Sekolah MenengahM.Syafaat Putrasyah 31
Ketiga, dilihat dari modal SMK seperti kondisi bangunan dan fasilitas, sumber
daya manusia yang memiliki kompetcnsi profesional, kepemimpinan inovatif, dan
program yang variatif membuka akses SMK sebagai sarana melahirkan sumber daya
manusia berkuaiilas.
Keempat, penentuan kebijakan dalam pcmberdavaan sumber daw internal dan
ekstemal sekolah melalui manajemen stratejik akan dapat meningkatkan program-program
kerja yang kompetetif sesuai dengan visi, misi, dan tujuan SMK
Model pemberdayaan SMK melalui manajemen stratejik sebagaimana
diringkaskan dalam gambar berikut diorientasikan kepada program SMK yang sesuai
dengan pasar kerja, yaitu SMK yang memiliki program-progTam rclevan dengan dunia
usaha/dunia industri (DU/D1), kebutuhan masyarakat, dan program yang dibutuhkan
dalam pembangunan. Dengan kata lain, program SMK adalah program yang memiliki
daya saing, berpengetahuan, berteknologi, dan memiliki daya suai dalam memenuhi
kebutuhan pasar kerja.
Secara administratif, sistem penyelenggaraan SMK harus memiliki beberapa
kriteria: (1) bangunan dan fasilitas, (2) sumber daya manusia yang profesional, (3)
program-program kerja yang variatif, (4) pemberdayaan berbagai program kerja secara
optimal, (5) mekanisme kerja yang melahirkan ide-ide inovatif, dan (6) keterlibatan pihak
eksternal sekolah secara proaktif. Sistem penye¬lenggaraan ini menggambarkan adanva
pemberdayaan anggota internal dan eksternal sekolah dengan membangun suatu team
work.
Pengembangan program sekolah harus dapat mewujudkan kebutuhan lingkungan
organisasi sekolah, sehingga pelayanan dan basil sekolah dapat diwujudkan dalam benruk
keterampilan, keahlian, dan pengetahuan, baik dari peserta didik, guru, dan masyarakat.
SMK sebagai sebuah organisasi pendidikan yang profesional harus dapat memberikan
perhatian terhadap kondisi-kondisi lingkungan yang mampu menciptakan berbagai
program, dan mendukung budaya organisasi sekolah yang mampu melahirkan berbagai
keterampilan kerja.
Internalisasi sistem penyelenggaraan sekolah hendaknya direalisasikan ke dalam
mekanisme dan sistem dalam bidang keahlian, sehingga memberi peluang bagi personil
untuk mclakukan kegiatan yang kompetitif. Untuk menyiapkan kualitas sistem
penyelenggaraan sekolah yang handal hendaknya dilakukan melalui strategi musyawarah,
dengan melibatkan personil sesuai dengan fungsi dan tugas masing-masing.
Penerapan Pendekatan Sistem di Sekolah MenengahM.Syafaat Putrasyah 32
Faktor-faktor yang menjadi penentu sistem penyelenggaraan SMK adalah
kemampuan internal sekolah dalam menentukan kebijakan, strategi, dan program,
sehingga adanya pcrumusan stratejik dan implcmentasi stratejik sesuai dengan visi, misi,
dan tujuan SMK. Faktor-faktor eksternal sekolah yang menjadi pendukung dalam sistem
penyelenggaraan sekolah, hendaknya dapat dioptimalkan untuk berpartisipasi aktif dalam
program sekolah. Pemberdayaan faktor-faktor yang menjadi penentu sistem
penyelenggaraan sekolah ini sebagai persyaratan utama menciptakan program-program
sekolah yang kompetetif.
Penerapan Pendekatan Sistem di Sekolah MenengahM.Syafaat Putrasyah 33
BAB VKESIMPULAN
Dari seluruh kajian yang berkaitan dengan pengembangan kurikulum pendidikan
kejuruan dapat disimpulkan, bahwa pendidikan kejuruan dikembangkan berdasar pada
tuntutan dunia kerja, yaitu dunia usaha dan dunia industri yang berkembang di masyarakat.
Sebagai realisasi di dalam memenuhi tuntutan dunia kerja tersebut, maka dalam perancangan
kurikulum pendidikan kejuruan mengacu pada karakteristik pendidikan kejuruan yang
seharusnya. Pendidikan menengah kejuruan memiliki peran untuk menyiapkan peserta didik
agar siap bekerja, baik bekerja secara mandiri (wiraswasta) maupun mengisi lowongan
pekerjaan yang ada.
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) sebagai salah satu institusi yang menyiapkan
tenaga kerja, dituntut mampu menghasilkan lulusan sebagaimana yang diharapkan dunia
kerja. Tenaga kerja yang dibutuhkan adalah sumber daya mansia yang memiliki kompetensi
sesuai dengan bidang pekerjaannya, memiliki daya adaptasi dan daya saing yang tinggi. Atas
dasar itu, pengembangan kurikulum dalam rangka penyempurnaan pendidikan menengah
kejuruan harus disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan dunia kerja.
Penerapan pendekatan system dalam sekolah menengah kejuruan haruslah
melibatkan seluruh unsur yang saling berkaitan satu dengan yang lainnya. Unsur-unsur saling
tunjang menunjang dalam mencapai tujuan, visi dan misi pendidikan tersebut. Tanpa adanya
saling menunjung antara unsur tersebut tentunya akan terjadi tumpang tindih dalam
manajemen sekolah yang strategis. Apabila system manajemen di sekolah berjalan dengan
baik, akan menghasilkan kualitas lulusan yang berkompetensi
Keberhasilan pendidikan dan pelatihan di SMK ditentukan dari kualitas lulusannya,
dimana mereka harus mencerminkan individu yang berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri dan bertanggung jawab. Lulusan SMK diharapkan mampu mengembangkan
seluruh potensi yang dimilikinya, sehingga mereka memiliki kemampuan kognitif, afektif dan
psikomotor untuk mampu bekerja sesuai dengan yang dipelajarinya. Lulusan SMK harus
mampu bersaing secara kompetitif, sehingga dapat memasuki dunia kerja baik pada dunia
Penerapan Pendekatan Sistem di Sekolah MenengahM.Syafaat Putrasyah 34
usaha maupun industri pada tingkat nasional, bahkan tidak menutup kemungkinan pada
tingkat internasional.
Sistem adalah kumpulan dari sekian banyak komponen yang saling berintegrasi,
saling berfungsi secara kooperaatif dan saling mempengaruhi dalam rangka mencapai tujuan
tertentu.
Pendekatan sistem pembelajaran adalah kumpulan dari sekian banyak komponen
yang saling berintegrasi, saling berfungsi secara kooperaatif dan saling mempengaruhi dalam
rangka mewujudkan generasi-genarasi yang beriman dan bertakwa.
Dalam perencanaan itu terdapat beberapa komponen yang saling mempengaruhi, dan
bekerja sama untuk mencapai sebuah tujuan. Sehingga dalam pendekatan sistem
pembelajaran, semua komponen memiliki makna dalam pencapaian sebuah tujuan. Artinya,
pencapaian tujuan itu akan terhambat manakala ada beberapa komponen yang tidak berfungsi
sebagaimana mestinya.
Kriteria dan variabel – variabel yang dapat mempengaruhi system pembelajaran itu
terdiri dari hasil belajar, faktor guru, faktor siswa, faktor sarana dan prasarana dan faktor
lingkungan.
Aplikasi pendekatan sistem pembelajaran terdiri tiga bagian, memiliki ciri-ciri
adanya perencanaan, kesaling tergantungan dan tujuan yang hendak dicapai.
Penerapan Pendekatan Sistem di Sekolah MenengahM.Syafaat Putrasyah 35
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad, A. (2004). Media Pembelajaran. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.
Blank, W.E. (1982). Handbook For Developing Competency Based Training Programs. New Jersey : Prentice-Hall, Inc.
Calhoun, C.C. dan Finch, A.V. (1982). Vocational Education : Concept and Operations. California : Wads Worth Publishing Company.
Curtis, T.E. dan Bidwell, W.W. (1976). Curriculum and Instruction for Emerging Adolescents. New York : State University of New York at Albany.
Direktorat Jenderal Pendidikan Menengah Kejuruan (2002). Sejarah Pendidikan Teknik dan Kejuruan di Indonesia : Membangun Manusia Produktif. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional.
Djohar, A. (2003). Pengembangan Model Kurikulum Berbasis Kompetensi Sekolah Menengah Kejuruan. Bandung : Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia.
Djojonegoro, W. (1998). Pengembangan Sumber Daya Manusia : Melalui Sekolah Menengah Kejuruan. Jakarta.
Evarinayanti. (2002). Pelatihan Berbasis Kompetensi (Competency Based Training). Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional.
Finch, C. dan Crunkilton, J.R. (1984). Curriculum Development in Vocational and Technical Education : Planning,Content and Implementation. Boston : Allyn and Bacon, Inc.
Rivai, A. (1995). Competency Based Training (Pelatihan Berdasarkan Kompetensi). Bandung : Technical Education Development Centre.
Penerapan Pendekatan Sistem di Sekolah MenengahM.Syafaat Putrasyah 36