PENERAPAN MODEL THINK PAIR SHARE UNTUK...

36
. PENERAPAN MODEL THINK PAIR SHARE UNTUK MENINGKATKANN HASIL BELAJAR MATERI AJAR TEMATIK TERINTEGRATIF KELAS IV SDN 2 KALIRANCANG ALIAN KEBUMEN PROPOSAL SKRIPSI OLEH YENI SAPTI ARIYANTI NPM 11129006 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PGRI SEMARANG 2014

Transcript of PENERAPAN MODEL THINK PAIR SHARE UNTUK...

.

PENERAPAN MODEL THINK PAIR SHARE UNTUK

MENINGKATKANN HASIL BELAJAR MATERI AJAR TEMATIK

TERINTEGRATIF KELAS IV SDN 2 KALIRANCANG

ALIAN KEBUMEN

PROPOSAL SKRIPSI

OLEH

YENI SAPTI ARIYANTI

NPM 11129006

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PGRI SEMARANG

2014

1

PENERAPAN MODEL THINK PAIR SHARE UNTUK MENINGKATKAN

HASIL BELAJAR MATERI AJAR TEMATIK TERINTEGRATIF

KELAS IV SDN 2 KALIRANCANG, ALIAN, KEBUMEN

A. Latar Belakang

Menurut UU Nomor 20 tahun 2003 mengemukakan bahwa

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki keagamaan, pengendalian

diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang

diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Dalam proses pendidikan

merupakan tanggungjawab bersama antara orang tua, masyarakat dan

pemerintah. Orang tua sebagai pendidik pertama dalam keluarga yang

memberi fondasi awal untuk mempersiapkan anak menghadapi dunia luar.

Masyarakat dan lingkungan ikut berpartisipasi dalam proses pengembangan

pendidikan. Peran pemerintah dalam dunia pendidikan yaitu menciptakan

guru-guru yang profesional untuk mendidik berdasarkan kurikulum.

Tugas utama seorang guru adalah mengarahkan dan membimbing

siswa mampu tumbuh dan berkembang sebagai sesuai dengan profesinya.

Menurut Hartono (2013) dalam proses pembelajaran seorang guru berperan

sebagai sumber belajar, fasilitator, pembimbing dan motivator. Seorang guru

membutuhkan keterampilan mengajar yang lebih dibandingkan dengan orang

yang bukan guru. Guru harus kaya metode,model dan strategi dalam proses

pembelajaran.Pembelajaran adalah upaya untuk membelajarkan siswa. Proses

pembelajaran akan berjalan sesuai dengan tujuan yang akan diinginkan,

apabila dari komponen-komponen dari pembelajaran saling mendukung.

Komponen-komponen pembelajaran yaitu : guru, kurikulum, siswa, media,

metode dan lainnya. Dari komponen yang satu dengan lainnya mempunyai

hubungan timbal balik.

2

Guru sebagai pelaksanaan pendidikan di lapangan yang akan

menentukan keberhasilan maka guru mempelajari kurikulum untuk membuat

perencanaan pembelajaran dengan melihat kemampuan siswa, teori belajar,

metode, media dan model yang akan digunakan sehingga implementasi

pembelajaran akan menghasilkan suatu hasil belajar. Hasil ini akan

memberikan dampak bagi guru dan siswa.

Menurut Abdurrahman (Jihad, 2008: 14) hasil belajar adalah

kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Hasil

belajar yang baik yaitu adanya interaksi belajar mengajar yang baik. Interkasi

belajar mengajar yang baik dapat terpenuhi dengan adanya interaksi edukatif.

Interaksi edukatif adalah proses interaktif yang menghimpun sejumlah

nilai(norma) merupakan substansi, sebagai medium antara guru dengan anak

didik dalam rangka mencapai tujuan (Syaiful, 2010: 53). Proses interaktif

antara guru dengan peserta didik inilah yang menjadi kunci dalam

keberhasilan pembelajaran.

Pembelajaran tematik adalah salah satu strategi pembelajaran terpadu

yang mengaitkan beberapa mata pelajaran satu dengan yang lainnya sehingga

dapat memberikan pengalaman bermakna kepada siswa (Hatono 2013: 167).

Pembelajaran tematik menekankan pada siswa terlibat secara langsung

dilapangan. Keterlibatan aktif membuat siswa memperoleh pengalaman yang

luas. Pengalaman ini yang membawa siswa mampu menghubungkan antara

satu konsep dengan konsep yang lain. Konsep ini yang akan membawa

pemahaman siswa yang lebih bermakna dalam proses pembelajaran.

Pada pelaksanaan di lapangan proses konsep pembelajaran belum

dilaksanakan secara optimal.Berdasarkan observasi pada siswa kelas IV SDN

2 Kalirancang menunjukkan adanya hasil nilai belajar siswa kurang dari

Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM). Hal tersebut disebabkan karena dalam

proses pembelajaran guru kurang menerapkan kurikulum 2013. Dalam

kurikulum 2013 guru diharapkan lebih mengembangkan model dan metode

dalam proses pembelajaran yang lebih bermakna. Dalam kenyataan

3

dilapangan guru lebih banyak ceramah sehingga siswa tidak ikut terlibat aktif.

Sehingga siswa kurang semangat untuk mengikuti pembelajaran.

Dari hasil observasi tersebut penulis sangat tertarik pada

permasalahan yang muncul yaitu bagaimana mengoptimalkan hasil belajar

siswa. Penulis berupaya memberikan suatu alternatif dengan menerapkan

model Think Pair Share dalam pembelajaran. Hal ini dimaksudkan dengan

adanya model Think Pair Share dalam pembelajaran, siswa dapat

meningkatnya hasil belajar siswa.

Model pembelajaran Think Pair Share (TPS) adalah salah satu model

pembelajaran yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa.

Prosedur yang digunakan dalam Think Pair Share terdiri dari 3 tahapan

yaitu thinking, pairing, dan sharing. Guru tidak lagi sebagai satu-satunya

sumber pembelajaran (teacher oriented), tetapi siswa dituntut untuk dapat

menemukan dan memahami konsep-konsep baru (student oriented).

Pembelajaran diawali dengan tahap Think yaitu guru mengajukan

pertanyaan atau masalah yang dikaitkan dengan pelajaran. Peserta didik diberi

waktu untuk berpikir sendiri terhadap pertanyaan yang diajukan oleh guru.

Selanjutnya peserta didik diminta bekerjasama secara berpasangan (Pairing).

Tahap ini peserta didik diharapkan dapat saling mendiskusikan jawaban

masing-masing sehingga mendapatkan memperdalam makna dari jawaban.

Tahap terakhir yaitu tahap Sharing. Setelah berdiskusi dengan pasangan

masing-masing peserta didik diminta maju membagikan (Share) hasil

diskusinya kepada seluruh kelas sehingga peserta didik dapat mengontruksi

sendiri pengetahuan yang dipelajari sebagai hasil belajar.

Berdasarkan penjabaran masalah diatas maka penulis mengambil

judul “PENERAPAN MODEL THINK PAIR SHARE UNTUK

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATERI AJAR TEMATIK

TERINTEGRATIF KELAS IV SDN 2 KALIRANCANG, ALIAN,

KEBUMEN”.

4

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan penjabaran latar belakang yang telah dipaparkan maka

identifikasi masalah pada penelitian ini sebagai berikut :

1. Kurang maksimalnya hasil belajar siswa

2. Guru belum menggunakan model pembelajaran yang inovatif dan kreatif

dalam proses pembelajaran

3. Kurang nya guru dalam menggunakan model pembelajaran yang efektif

sehingga siswa tidak ikut terlibat dalam proses pembelajaran

4. Siswa kurang antusias untuk mengikuti pembelajaran

C. Pembatasan Masalah

Mengacu pada uraian identifikasi masalah maka peneliti hanya

membatasi persoalan pada hasil belajar siswa. Dalam hal ini, yang akan diteliti

yaitu hasil belajar kognitif bagi siswa pada materi ajar tematik tema Tempat

Tinggalku Kelas IV SDN 2 Kalirancang Alian. Untuk meningkatkan hasil

belajar siswa, maka peneliti akan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe

Think Pair Share (TPS).

D. Rumusan Masalah

Dari uraian batasan masalah maka rumusan masalah yang menjadi

fokus dalam penelitian ini yaitu Apakah penerapan model Think Pair Share

dapat meningkatkan hasil belajar materi ajar tematik terintegratif kelas IV

SDN 2 Kalirancang ?

E. Pemecahan Masalah

Dengan adanya rumusan masalah di atas, maka peneliti mempunyai

strategi yang dapat digunakan pada proses pembelajaran sebagai langkah

dalam memecahkan permasalahan yang telah ada.

Strategi yang dapat dilakukan adalah:

1. Menciptakan pembelajaran yang efektif dan menyenangkan.

Pembelajaran efektif yang melibatkan siswa secara aktif

5

2. Menggunakan model pembelajaran yang inovatif, kreatif dan bermakna

3. Menggunakan model Think Pair Share (TPS) pada kegiatan pembelajaran

dalam menyampaikan materi pembelajaran

F. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah “Untuk mengetahui apakah penerapan

model Think Pair Share (TPS) dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada

materi ajar tematik terintegratif kelas IV SDN 2 Kalirancang.

G. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini dapat memberikan kontribusi positif bagi

pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya yang berkaitan dengan

model pembelajaran Think Pair Share.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Guru

Penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan acuan untuk mengajar

materi tematik terintegratif dan pembelajaran yang efektif.

b. Bagi Siswa

Penelitian ini dapat dijadikan untuk meningkatkan hasil dan

pengalaman belajar yang lebih bermakna.

c. Bagi Peneliti

Penelitian ini dapat menambah pengalaman dan keterampilan dalam

pemilihan model yang lebih bervariasi untuk meningkatkan hasil

belajar siswa.

H. Kajian Teori

1. Kajian Teori Variabel Masalah

a. Belajar

Menurut Gallowing (Ekawarna, 2013: 71) belajar merupakan

suatu proses internal yang mencakup ingatan, tensi, pengolahan

6

informasi, emosi dan faktor-faktor lain. Proses belajar mencakup

pengaturran stimulus yang diterima dan penyesuaian dengan sturktur

kognitif yang terbentuk dalam pikiran seseorang berdasarkan

pengalaman-pengalaman sebelumnya.

Belajar merupakan suatu kegiatan di mana seseorang membuat

atau menghasilkan suatu perubahan tingkah laku yang ada pada dirinya

dalam pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Sunaryo (Komalasari,

2013: 2).

Menurut Slameto (Hamdani, 2013: 20) mengemukakan bahwa

belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk

memperoleh perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,

sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan

lingkungannya.

Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar

adalah suatu proses kegiatan yang melibatkan secara langsung untuk

memperoleh perubahan tingkah laku baru yang nyata dalam bentuk

kognitif, afektif dan psikomotor.

b. Hasil Belajar

Menurut Dick dan Reiser (Ekawarna, 2013: 69) mengemukakan

hasil belajar merupakan kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa

sebagai hasil kegiatan pembelajaran, yang terdiri atas empat macam,

yaitu pengetahuan, ketrampilan intelektual, ketrampilan motorik dan

sikap.

Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-

pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan Suprijono (2009:

5).

Menurut Rifa’i (2009: 85) mengemukakan bahwa hasil belajar

merupakan perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah

mengalami aktivitas belajar.

Jadi dari deskripsi diatas maka dapat diperoleh suatu pengertian

bahwa hasil belajar adalah suatu bentuk produk kemampuan yang

7

dimiliki oleh siswa setelah belajar maupun menempuh pembelajaran di

sekolah yang wujudnya berupa kemampuan kognitif, afektif, dan

psikomotor.

Prinsip-prinsip yang harus diperhatikan dalam belajar meliputi :

1) Prinsip Kesiapan

Tingkat keberhasilan belajar tergantung pada kesiapan pelajar.

Apakah dia sudah dapat mengonsentrasikan pikiran, atau apakah

kondisi fisiknya sudah siap apa belum.

2) Prinsip Asosiasi

Tingkat keberhasilan belajar juga tergantung pada kemampuan

pelajar mengasosiasikan atau menghubung-hubungkan apa yang

sedang dipelajari dengan apa yang sudah ada dalam ingatannya:

pengetahuan yang sudah dimiliki, pengalaman, tugas yang akan

datang, masalah yang pernah dihadapi, dan lain-lain.

3) Prinsip Latihan

Pada dasarnya mempelajari sesuatu itu perlu berulang-ulang atau

diulang-ulang, baik mempelajari pengetahuan maupun

keterampilan, bahkan juga dalam kawasan efektif. Makin sering

diulang makin baiklah hasil belajarnya.

4) Prinsip Efek (Akibat)

Situasi emosional pada saat belajar akan mempengaruhi hasil

belajarnya. Situasi emosional itu dapat disimpulkan sebagai

perasaan senang atau tidak senang selama belajar.

c. Jenis dan Indikator Belajar

Menurut Bloom (Anni, 2006: 7) membagi hasil belajar dalam

tiga ranah, yakni ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotorik.

1) Ranah kognitif Ranah ini berkenaan dengan hasil belajar

intelektual yang terdiri dari enam aspek, yakni:

a) Pengetahuan (knowledge)

Pengetahuan mengingat atau mengenali informasi (materi

pembelajaran) yang telah dipelajari sebelumnya. Pengetahuan

8

ini dimulai dari fakta spesifik sampai teori yang kompleks.

Pengetahuan mencerminkan tingkat hasil belajar paling rendah

pada ranah kognitif

b) Pemahaman (comprehension)

Pemahaman dapat dilihat dari kemampuan individu dalam

menjelaskan sesuatu masalah atau pertanyaan. Hasil belajar ini

berada pada satu tahap diatas pengingatan materi sederhana,

dan mencerminkan tingkat pemahaman paling rendah.

c) Penerapan (application)

Penerapan mengacu pada kemampuan menggunakan materi

pembelajaran yang telah dipelajari di dalam situasi baru dan

konkrit. Hal ini mencakup penerapan hal-hal seperti aturan,

metode,konsep, prinsip-prinsip, dalil, dan teori. Hasil belajar

dibidang ini memerlukan tingkat pemahaman yang lebih tinggi

daripada tingkat pemahaman sebelumnya.

d) Analisis (analysis)

Analisis mengacu pada kemampuan memecahkan material ke

dalam bagian-bagian sehingga dapat dipahami struktur

organisasinya. Hasil belajar ini mencerminkan tingkat

intelektual lebih tinggi daripada pemahaman dan penerapan,

karena memerlukan pemahaman isi dan bentuk struktural

materi pembelajaran yang telah dipelajari.

e) Sintesis

Sintesis mengacu pada kemampuan menggabungkan bagian-

bagian dalam rangka memebentuk struktur yang baru. Hasil

belajar bidang ini menekannkan perilaku kreatif dengan

penekanan dasar pada pembentukan struktur atau pola-pola

baru. Hasil belajar bidang ini menekankan perilaku kreatif,

dengan penekanan dasar pada pembentukan struktur atau pola-

pola baru.

9

f) Penilaian

Penilaian mengacu pada kemampuan membuat keputusan

tentang nilai materi pembelajaran untuk tujuan tertentu. Hasil

belajar dibidang ini adalah paling tinggi di dalam hirarki

kognitif karena berisi unsur-unsur keseluruhan.

2) Ranah Afektif

Ranah afektif berkenaan dengan sikap dan nilai. Tipe hasil

belajar afektif tampak pada siswa dalam berbagai tingkah laku

seperti perhatiaannya terhadap pelajaran, disiplin, motivasi belajar,

menghargai guru, kebiasaan belajar, dan hubungan sosial.

3) Ranah Psikomotorik

Hasil belajar psikomotoris tampak dalam bentuk keterampilan

(skill) dan kemampuan bertindak individu.

d. Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Adapun faktor itu dapat dibedakan menjadi dua golongan yaitu

faktor intern atau individual dan faktor ekstern atau faktor sosial.

1) Faktor Intern

Adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar

yang termasuk faktor intern antara lain: faktor jasmaniah, faktor

psikologis, dan faktor kelelahan (Daryanto, 2010: 36)

a) Faktor Jasmaniah dibedakan menjadi dua faktor yaitu faktor

kesehatan dan cacat tubuh.

(1) Faktor Kesehatan

Sehat berarti dalam keadaan baik segenap badan beserta

bagian - bagiannya bebas dari penyakit. Kesehatan adalah

keadaan atau hal sehat. Kesehatan seseorang berpengaruh

terhadap belajarnya.

Proses belajar seseorang akan terganggu jika kesehatan

seseorang terganggu, selain itu juga ia akan cepat lelah,

kurang bersemangat , mudah pusing, ngantuk jika badannya

lemah, kurang darah ataupun ada gangguan - gangguan atau

10

kelainan-kelainan fungsi alat inderanya serta tubuhnya. Oleh

karena itu kesehatan sangat penting sekali dan harus dijaga.

(2) Faktor Cacat Tubuh

Cacat tubuh adalah sesuatu yang menyebabkan

kurang baik atau kurang sempurna mengenai tubuh atau

badan. Cacat itu dapat berupa buta, setengah buta, tuli,

setengah tuli, patah kaki, dan patah tangan, lumpuh, dan

lain-lain. Keadaan cacat tubuh juga mempengaruhi belajar.

Jika dapat hal ini terjadi, hendaknya ia belajar pada lembaga

pendidikan khusus atau diusahakan alat bantu agar dapat

menghindari atau mengurangi pengaruhnya kecacatannya

itu.

b) Faktor Psikologis

Sekurang-kurangnya tujuh faktor yang tergolong ke dalam

faktor psikologis yang mempengaruhi belajar. Faktor - faktor

itu adalah inteligensi, perhatian, minat, bakat, motif, dan

kematangan.

(1) Intelegensi

Adalah kecakapan yang terdiri dari tiga jenis yaitu

kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan ke dalam

situasi yang baru, cepat, efektif dan mengetahui atau

menggunakan konsep - konsep yang abstrak secara efektif,

mengetahui relasi dan mempelajarinya dengan cepat.

(2) Perhatian

Menurut Gazali (Daryanto, 2010: 39) mengemukakan

keaktifan jiwa yang dipertinggi, jiwa itu pun semata - mata

tertuju kepada suatu objek (benda atau hal) ataupun

sekumpulan objek. Agar siswa dapat belajar dengan baik,

usahakanlah bahan yang akan digunakan dalam proses

belajar mengajar selalu menarik perhatian siswa dengan

11

cara mengusahakan pelajaran itu sesuai dengan hobi atau

bakatnya.

(3) Minat

Minat adalah sebuah kecenderungan yang tetap untuk

memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan.

Kegiatan yang diminati seseorang, diperhatikan terus

menerus yang disertai dengan rasa senang. Jadi, berbeda

dengan perhatian, karena perhatian sifatnya sementara

(tidak dalam waktu yang lama) dan belum tentu diikuti

dengan perasaan senang, sedangkan minat selalu diikuti

dengan perasaan senang dan dari situ diperoleh kepuasan.

(4) Bakat

Bakat atau aptitude adalah: ” the capacity to learn”.

Dengan perkataan lain bakat adalah kemampuan untuk

belajar. Kemampuan itu baru akan terealisasi menjadi

kecakapan yang nyata sesudah belajar atau berlatih Hilgard

(Daryanto, 2010: 38).

Dari uraian di atas dijelaskan bahwa bakat itu

mempengaruhi belajar. Jika bahan pelajaran yang dipelajari

siswa sesuai dengan bakatnya, maka hasil belajarnya lebih

baik karena ia senang belajar dan pastilah selanjutnya ia

lebih giat lagi dalam belajar. Untuk mengetahui bakat

seseorang, guru harus memahami dan memberikan

perhatian yang baik kepada seorang siswa.

(5) Motif

Motif erat sekali hubungannya dengan tujuan yang akan

dicapai. Di dalam menentukan tujuan itu dapat disadari atau

tidak, akan tetapi untuk mencapai tujuan itu perlu berbuat,

sedangkan yang menjadi penyebab berbuat adalah motif itu

sendiri sebagai daya penggerak atau pendorongnya. Untuk

12

mencapai hasil belajar yang baik, guru harus memberikan

dorongan yang baik pada siswanya.

(6) Kematangan

Kematangan adalah suatu tingkat atau fase dalam

pertumbuhan seseorang, di mana alat - alat tubuhnya sudah

siap untuk melaksanakan kecakapan baru.

(7) Kesiapan

Menurut Jamies Drever (Daryanto, 2010: 40)

mengemukakan bahwa kesiapan adalah kesediaan untuk

memberi respon atau bereaksi. Kesediaan itu timbul dari

dalam diri seseorang dan juga berhubungan dengan

kematangan, karena kematangan berarti kesiapan untuk

melaksanakan kecakapan.

c) Faktor Kelelahan

Kelelahan pada seseorang walaupun sulit untuk dipisahkan

tetapi dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu kelelahan

jasmani dan kelelahan rohani (bersifat psikis).

Kelelahan jasmani terlihat dengan lemah lunglainya tubuh

dan timbul kecenderungan untuk membaringkan tubuh.

Kelelahan jasmani terjadi karena terjadi kekacauan substansi

sisa pembakaran di dalam tubuh, sehingga darah tidak atau

kurang lancar pada bagian-bagian tertentu.

Kelelahan rohani dapat dilihat dengan adanya kelesuan

dan kebosanan, sehingga minat dan dorongan untuk

menghasilkan sesuatu hilang. Kelelahan ini sangat terasa pada

bagian kepala atau pusing-pusing sehingga sulit untuk

berkonsentrasi, seolah - olah otak kehabisan daya untuk

bekerja.

Dari uraian di atas dapatlah dimengerti bahwa kelelahan

itu mempengaruhi belajar. Agar siswa dapat belajar dengan

13

baik haruslah menghindari jangan sampai terjadi kelelahan

dalam belajarnya.

Kelelahan baik secara jasmani maupun rohani dapat

dihilangkan dengan cara-cara sebagai berikut:

(1) Tidur.

(2) Istirahat

(3) Mengusahakan variasi dalam belajar, juga dalam bekerja

(4) Menggunakan obat-obatan yang bersifat melancarkan

peredaran darah.

(5) Rekreasi dan ibadah yang teratur.

(6) Olahraga yang teratur.

(7) Mengimbangi makan dengan makanan yang memenuhi

empat sehat lima sempurna.

(8) Jika kelelahan sangat serius cepat-cepat menghubungi

seorang ahli.

2) Faktor Ekstern

Adalah faktor yang ada di luar individu. Faktor ekstern

tersebut berpengaruh terhadap belajar, dikelompokkan menjadi tiga

faktor, yaitu: faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor

masyarakat.

a) Faktor Keluarga

Faktor keluarga sangat mempengaruhi hasil belajar siswa

karena siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari

keluarga yang berupa cara orang tua mendidik, relasi antara

anggota keluarga, suasana rumah tangga dan keadaan ekonomi

keluarga.

(1) Cara Orang Tua Mendidik

Cara orang tua mendidik anaknya besar pengaruhnya

terhadap belajar anaknya. Keluarga adalah lembaga

pendidikan yang pertama dan yang utama. Keluarga yang

sehat besar artinya untuk pendidikan dalam ukuran kecil,

14

tetapi bersifat menentukan untuk pendidikan dalam ukuran

besar artinya untuk pendidikan dalam ukuran besar yaitu

pendidikan bangsa, negara dan dunia. Melihat pertanyaan

di atas, dapatlah dipahami betapa pentingnya peranan

keluarga di dalam mendidik anaknya. Cara orang tua

mendidik anak – anaknya akan berpengaruh terhadap

belajarnya.

(2) Relasi Antar Anggota Keluarga

Relasi antar anggota keluarga yang tepenting adalah

relasi orang tua dan anaknya. Demi kelancaran belajar serta

keberhasilan anak, perlu diusahakan relasi yang baik di

dalam keluarga anak tersebut. Hubungan yang baik di

dalam keluarga anak tersebut. Hubungan yang baik adalah

hubungan yang penuh pengertian dan kasih sayang, disertai

dengan bimbingan dan bila perlu hukuman - hukuman

untuk mensukseskan belajar anak sendiri.

(3) Suasana Rumah

Suasana rumah dimaksudkan sebagai situasi atau

kejadian - kejadian yang sering dialami oleh siswa karena

dalam keluarga anak berada dan belajar. Suasana rumah

juga merupakan faktor yang penting yang tidak termasuk

faktor yang disengaja.

(4) Keadaan Ekonomi Keluarga

Keadaan ekonomi keluarga erat hubungannya dengan

belajar anak. Anak yang sedang belajar selain harus

terpenuhi kebutuhan pokoknya, misal pakaian, makan,

perlindungan kesehatan dan lain-lain. Fasilitas belajar itu

hanya dapat terpenuhi jika keluarga mempunyai cukup

uang.

15

(5) Pengertian Orang Tua

Anak belajar perlu dorongan dan pengertian orang tua.

Bila anak sedang belajar jangan diganggu dengan tugas-

tugas di rumah.

(6) Latar belakang Kebudayaan

Tingkat pendidikan atau kebiasaan di dalam keluarga

mempengaruhi sikap anak dalam belajar. Perlu kepada

anak - anak ditanamkan kebiasaan baik, agar mendorong

semangat anak untuk belajar.

b) Faktor Sekolah

Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar ini mencakup

metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi

siswa dengan siswa, disiplin sekolah, pelajaran dan waktu

sekolah, standar pelajaran, keadaan gedung, metode belajar dan

tugas rumah.

(1) Metode Mengajar

Metode mengajar adalah suatu cara atau jalan yang

harus dilalui di dalam mengajar. Mengajar adalah

menyajikan bahan pelajaran oleh orang kepada orang lain

agar orang lain menerima, menguasai dan

mengembangkannya.

Dari uraian di atas dijelaskan bahwa metode mengajar

itu mempengaruhi belajar. Metode mengajar guru yang

kurang baik akan mempengaruhi belajar siswa yang tidak

baik pula.

(2) Kurikulum

Kurikulum diartikan sebagai sejumlah kegiatan yang

diberikan kepada siswa. Kegiatan itu sebagian besar adalah

menyajikan bahan pelajaran agar siswa menerima,

menguasai, dan mengembangkan bahan pelajaran itu.

16

(3) Hubungan Guru dengan Siswa

Di dalam relasi (guru dengan siswa) yang baik, siswa

akan menyukai gurunya, juga akan menyukai mata

pelajaran yang diberikannya sehingga siswa berusaha

mempelajari sebaik-baiknya.Guru yang kurang berinteraksi

dengan siswa secara akrab menimbulkan proses belajar

mengajar itu kurang lancar. Juga siswa merasa jauh dari

guru, maka segan berpartisipasi secara aktif dalam belajar

(4) Hubungan Siswa dengan Siswa

Guru yang kurang mendekati siswa dan kurang

bijaksana, tidak akan melihat bahwa di dalam kelas ada

group yang saling bersaing secara tidak sehat. Menciptakan

relasi yang baik antar siswa adalah perlu, agar dapat

memberikan pengaruh yang positif terhadap belajar siswa.

(5) Disiplin Sekolah

Disiplin sekolah erat hubungannya dengan kerajinan

siswa dalam sekolah dan juga dalam belajar. Kedisiplinan

sekolah mencakup kedisiplinan guru dalam mengajar

dengan melaksanakan tata tertib. Dengan disiplin, guru

akan mencapai tujuan belajar dengan baik dan siswa

mendapatkan hasil belajar yang baik pula.

(6) Alat Pelajaran

Alat pelajaran erat hubungannya dengan cara

belajar siswa, karena alat pelajaran yang dipakai oleh guru

pada waktu mengajar sangat berpengaruh sekali terhadap

tingkat pemahaman siswa dan alat pelajaran yang dipakai

oleh guru nantinya dapat dipakai oleh siswa untuk

menerima bahan yang diajarkan.

(7) Waktu Sekolah

Waktu sekolah ialah waktu terjadinya proses belajar

mengajar di sekolah. Waktu itu dapat pagi hari, siang, sore

17

atu malam hari. Waktu sekolah juga mempengaruhi belajar

siswa.

(8) Standar Pelajaran di Atas Ukuran

Guru berpendirian untuk mempertahankan wibawanya,

perlu memberi pelajaran di atas hukurn standar. Akibatnya,

merasa kurang mampu dan takut kepada guru.

(9) Keadaan Gedung

Dengan jumlah siswa yang banyak serta variasi

karakteristik mereka masing-masing menuntut keadaan

gedung harus memadai di dalam setiap kelas.

(10) Metode Belajar

Banyak siswa yang melaksanakan cara belajar yang

salah. Dalam hal ini perlu pembinaan guru, dengan cara

belajar yang tepat akan efektif pula hasil belajar siswa itu.

Juga dalam pembagian waktu untuk belajar.

(11) Tugas Rumah

Waktu belajar terutama adalah di sekolah, di samping

untuk belajar waktu di rumah biarlah digunakan untuk

kegiatan - kegiatan lain karena seorang anak juga

memerlukan waktu untuk bermain.

c) Faktor Masyarkat

Masyarakat merupakan faktor ekstern yang juga

berpengaruh terhadap belajar siswa, pengaruh tersebut terjadi

karena keberadaan siswa dalam masyarakat. Pada uraian di

atas membahas tentang kegiatan siswa dalam teman bergaul,

masyarakat, media massa, dan bentuk kehidupan

bermasyarakat.

(1) Kegiatan Siswa Dalam Masyarakat

Kegiatan tersebut dapat menguntungkan terhadap

perkembangan pribadinya. Perlu membatasi kegiatan siswa

dalam masyarakat agar tidak mengganggu belajarnya.

18

(2) Mass Media

Yang termasuk media massa adalah bioskop, radio,

TV, surat kabar, majalah, buku - buku, komik dan lain -

lain. Semuanya itu ada dan beredar dalam masyarakat.

Media massa sangat berpengaruh terhadap belajar anak

karena di dalam media massa terdapat beberapa informasi

yang bisa diperoleh.

(3) Bentuk Kehidupan Masyarakat

Kehidupan masyarakat di sekitar siswa juga

berpengaruh terhadap belajar siswa. Jika lingkungan anak

adalah orang - orang yang terpelajar yang baik - baik,

mereka mendidik dan menyekolahkan anak - anaknya, anak

atau siswa terpengaruh juga ke hal - hal yang dilakukan

oleh orang - orang yang ada di lingkungannya. Maka perlu

mengusahakan lingkungan yang baik agar dapat memberi

pengaruh yang positif terhadap anak atau siswa sehingga

anak atau siswa dapat belajar dengan sebaik – baiknya dan

dapat mencapai prestasi belajar yang baik.

e. Pembelajaran Tematik Terintegratif

Mulyasa (2013: 170) menyatakan bahwa pembelajaran tematik

integratif yang diterapkan pada tingkatan pendidikan dasar ini

menyuguhkan proses belajar berdasarkan tema untuk kemudian

dikombinasikan dengan mata pelajaran lainnya”. Tema menjadi pokok

pembicaraan untuk memusatkan siswa pada satu tema tertentu. Dengan

tema, siswa akan mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam dan

bermakna. Dalam pembelajaran tematik ini menekankan anak terlibat

secara aktif dan langsung dilapangan.

19

Karakteristik dari pembelajaran tematik yaitu :

1) Holistik

Holistik yaitu suatu gejala atau peristiwa yang menjadi pusat

perhatian dalam pembelajaran diamati dan dikaji dari beberapa

bidang studi.

2) Bermakna

Bermakna yaitu pengkajian suatu fenomena dari berbagai macam

aspek, memungkinkan terbentuknya jalinan antar siswa yang akan

memberi dampak kebermaknaan dari materi yang dipelajari.

3) Otentik

Otentik yaitu pembelajaran tematik memungkinkan siswa

memahami secara langsung konsep dan prinsip yang ingin

dipelajari.

4) Aktif

Aktif yaitu pembeljaran tematik dikembangkan berdasar pada

pendekatan diskoveri inquiri, yaitu siswa terlibat secara aktif dalam

proses pembelajaran, mulai dari perencanaan, pelaksanaaan,

hingga proses evaluasi.

Dibawah ini merupakan pemetaan materi ajar tematik tema

Tempat tinggalku subtema 1 Lingkungan Tempat Tinggalku :

20

IPS

Kompetensi Dasar:

1.3 Memahami manusia dalam hubungannya dengan kondisi geografis di sekitarnya

4.3 Menceritakan manusia dalam hubungannya dengan lingkungan geografis tempat tinggalnya

SBdP

Kompetensi Dasar: 3.3 Mebedakan panjang-pendek bunyi, dan tinggi-rendah nada dengan gerak tangan 4.6 Menyanyikan solmisasi lagu wajib dan lagu daerah yang harus dikenal

Bahasa Indonesia

Kompetensi Dasar:

3.1 Menggali informasi dari teks laporan hasil pengamatan tentang gaya, gerak, energi panas, bunyi, dan cahaya dengan bantuan guru dan teman dalam bahasa Indonesia lisan dan tulis dengan memilih dan memilah kosakata baku

4.1 Mengamati, mengolah, dan menyajikan teks laporan hasil pengamatan tentang gaya, gerak, energi panas, bunyi, dan cahaya dalam bahasa Indonesia lisan dan tulis dengan memilih dan memilah kosakata baku

Matematika

Kompetensi Dasar:

3.*)

4.8 Membuat peta posisi suatu tempat/benda tanpa menggunakan skala dengan memperhatikan arah mata angin

Subtema 1

LINGKUNGAN TEMPAT TINGGALKU

21

2. Kajian Teori Variabel Tindakan

a. Model Think Pair Share

1) Model Think Pair Share

Model pembelajaran merupakan landasan praktik

pembelajaran hasil penurunan teori psikologi pendidikan dan teori

belajar yang dirancang berdasarkan analisis terhadap

implementasi kurikulum dan implikasinya pada tingkat

operasional dikelas (Suprijono, 2009: 45).

Menurut Komalasari (2013: 64) model Think Pair Share

melalui 3 tahapan yaitu :

Tahap 1: Berpikir (think)

Guru mengajukan suatu pertanyaan atau masalah yang dikaitkan

dengan pelajaran, dan meminta siswa menggunakan waktu

beberapa menit untuk berpikir sendiri mencari jawaban atas

masalah.

Tahap 2: Berpasangan (pairing)

Selanjutnya guru meminta siswa untuk berpasangan dan

mendiskusikan apa yang telah mereka peroleh. Interaksi selama

waktu yang disediakan dapat menyatukan jawaban jika suatu

pertanyaan yang diajukan menyatukan gagasan suatu maslah

khusus yang diidentifikasi.

Tahap 3: Berbagi (sharing)

Pada langkah akhir, guru meminta pasangan-pasangan untuk

berbagi dengan keseluruhan kelas yang telah mereka bicarakan.

Hal ini efektif untuk berkeliling ruangan dari pasangan ke

pasangan dan melanjutkan sampai sekitar sebagian pasangan

mendapat kesempatan untuk melaporkan.

22

2) Sintakmatik Model Think Pair Share

Menurut Trianto (2007: 118) sintak model Think Pair Share

Langkah –

Langkah

Kegiatan Pembelajaran

Tahap I

Pendahuluan

- Guru menjelaskan aturan dan

batasan waktu untuk setiap

kegiatan, memotivasi siswa untuk

terlibat pada akivitas pemecahan

masalah.

- Guru menjelaskan kompetensi yang

harus dicapai oleh siswa.

Tahap 2

Think

- Guru menggali pengetahuan awal

siswa melalui kegiatan demonstrasi.

- Guru memberikan lembar kerja

siswa ( LKS ) kepada seluruh siswa.

- Siswa mengerjakan LKS tersebut

secara individu.

Tahap 3

Pair

- Siswa dikelompokkan dengan

teman sebangkunya.

- Siswa berdiskusi dengan teman

pasangannya mengenai jawaban

tugas yang telah dikerjakan.

Tahap 4

Share

- Satu pasangan siswa dipanggil

secara acak untuk berbagi

pendapat kepada seluruh siswa di

kelas dengan dipandu oleh guru

Tahap 5

Penghargaan

- Siswa dinilai secara individu dan

kelompok

23

3) Kelebihan Model Think Pair Share

Kelebihan model Think Pair Share yaitu :

a) Memberi murid waktu lebih banyak untuk berfikir,

menjawab, dan saling membantu satu sama lain.

b) Lebih mudah membentuk kelompoknya

c) Murid lebih aktif dalam pembelajaran karena menyelesaikan

tugasnya kelompok, dimana tiap kelompok hanya terdiri dari

2 orang

d) Murid memperoleh kesempatan untuk mempresentasikan

hasil diskusinya dengan seluruh murid sehingga ide yang ada

menyebar

e) Memungkinkan murid untuk merumuskan dan mengajukan

pertanyaan-pertanyaan mengenai materi yang diajarkan

karena secara tidak langsung memperoleh contoh pertanyaan

yang diajukan oleh guru, serta memperoleh kesempatan

untuk memikirkan materi yang diajarkan

4) Kelemahan model Think Pair Share

Kelemahan model Think Pair Share yaitu

a) Jumlah murid yang ganjil berdampak pada saat pembentukan

kelompok, karena ada murid tidak mempunyai pasangan

b) Jika ada perselisihan, tidak ada penengah

c) Jumlah kelompok yang terbentuk banyak

d) Menggantungkan pada pasangan

e) Sangat sulit diterapkan di sekolah yang rata-rata kemampuan

muridnya rendah

3. Kerangka Berpikir

Keberhasilan belajar sangat tergantung pada proses belajar. Seperti

yang dikatakan oleh Abdurrahman (Jihad, 2008: 4) hasil belajar

merupakan kemampuan-kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui

kegiatan belajar. Hasil belajar merupakan tolak ukur keberhasilan maupun

24

kegagalan suatu proses pembelajaran. Maka dari itu peran guru sangat

penting dalam tercapainya keberhasilan belajar peserta didik.

Seorang guru harus berupaya semaksimal mungkin untuk

mengembangkan pembelajaran sesuai dengan karakteriistik peserta didik

agar peserta didik dapat mencapai keberhasilan belajar. Dalam proses

pembelajaran guru belum menggunakan model pembelajaran yang inovatif

dan kreatif, membuat siswa kurang antusias dan tidak terlibat secara

langsung.

Penerapan model pembelajaran Think Pair Share ini diharapkan

dapat memberikan manfaat dalam kegiatan pembelajaran. Diantaranya

yaitu variasi suasana pola diskusi kelas yang efektif dalam proses

pembelajaran. Hal ini akan berpengaruh terhadap keterampilan guru dalam

mengelola pembelajaran, aktivitas siswa, dan hasil belajar siswa yang

lebih baik. Kerangka berfikir dapat dilihat pada bagan berikut :

Bagan 1. Kerangka berpikir

Pelaksanaan

Kondisi Awal

Hasil

a. Hasil belajar siswa belum maksimal b. Guru belum menggunakan model

pembelajaran yang inovatif dan kreatif c. Pembelajaran masih di dominasi oleh guru d. Keaktifan siswa masih kurang

a. Pembelajaran pada subtema Lingkungan Tempat Tinggalku menggunakan model TPS

b. Siswa aktif dalam kegiatan pembelajaran c. Guru hanya sebagai pembimbing d. Kondisi pembelajaran yang menyenangkan

a. Pembelajaran tidak di dominasi oleh peran guru b. Keaktifan siswa meningkat c. Hasil belajar siswa meningkat

25

SIKLUS PENELITIAN TINDAKAN

Bagan 2 Desain Penelitian Tindakan Kelas (Arikunto, 2010: 137)

4. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir maka hipotesis

penelitian dalam penelitian ini adalah penerapan model Think Pair Share

(TPS) dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi ajar tematik

terintegratif kelas IV SDN 2 Kalirancang.Hasil belajar siswa dikatakan

meningkat, apabila nilai yang diperoleh siswa yang semula ada 40% siswa

yang mendapatkan nilai 70, menjadi 70% siswa yang mendapatkan nilai

70.

PERENCANAAN

SIKLUS 1

PENGAMATAN

PELAKSANAAN REFLEKSI

PERENCANAAN

PELAKSANAAN

PENGAMATAN

REFLEKSI SIKLUS 2

?

26

I. Metodologi Penelitian

1. Setting Penelitian

a. Tempat

Penelitian ini dilaksanakan di SDN 2 Kalirancang Kecamatan Alian

Kabupaten Kebumen

b. Waktu

Penelitian pada semester Genap tahun ajaran 2013/2014 tepatnya

bulan April.

2. Prosedur / siklus Penelitian

Prosedur penelitian akan dilakukan berapa siklus dan tiap siklus akan

dilakukan berapa pertemuan. Jumlah siklus diusahakan lebih dari satu

siklus. Kegiatan satu siklus belum mampu mengubah tingkah laku, sikap,

pola pikir, dan pola belajar siswa.

Tabel 2 Siklus PTK

Siklus

I

Perencanaan

Merencanakan apa,

mengapa, kapan,

dimana, oleh siapa,

dan bagaimana

tindakan tersebut

akan dilakukan

a. Menyusun RPP

b. Mempersiapkan fasilitas dan sarana

yang diperlukan dalam

pembelajaran seperti sumber belajar

dan lembar soal sebagai latihan

siswa.

c. Menyiapkan lembar observasi

kegiatan pengamatan aktivitas siswa

dalam pembelajaran.

d. Peneliti menyiapkan lembar

evaluasi untuk siswa.

Pelaksanaan

Penerapan dari

perencanaan yang

bertujuan untuk

meningkatkan hasil

a. Melaksanakan proses pembelajaran

sesuai dengan rencana pelaksanaan

pembelajaran

b. Menjelaskan kompetensi yang

akan dicapai pada

27

belajar

menggunakan

model Think Pair

Share

c. Membahas materi ajar

d. Menggunakan model pembelajaran

Think Pair Share pada

penyampaian materi

e. Mengadakan evaluasi

f. Mengumpulkan hasil kerja siswa.

Observasi

Pengamatan yang

dilakukan secara

langsung pada

siswa untuk melihat

dari dekat kegiatan

yang dilakukan

a. Melakukan observasi dengan

menggunakan format observasi

b. Mencatat semua perubahan yang

terjadi akibat tindakan yang

dilakukan guru.

c. Menilai hasil tindakan

Refleksi

Bertujuan untuk

mengetahui

kekurangan-

kekurangan

maupun kelebihan-

kelebihan yang

terjadi selama

proses

pembelajaran di

siklus I

a. Pengumpulkan data

b. Menganalisis data yang diperoleh

selama peneliti melakukan

observasi, yaitu meliputi data yang

diperoleh dari hasil observasi

siswa, hasil tes, dan catatan

lapangan

c. Mengetahui kekurangan maupun

ketercapaian pada siklus I. Data

dan informasi yang diperoleh pada

kegiatan siklus I digunakan sebagai

pertimbangan perencanaan

pembelajaran siklus berikutnya

yang diharapkan lebih baik dari

siklus sebelumnya

28

Siklus

II

Perencanaan a. Mengidentifikasi masalah atas

kelemahan dan kekurangan pada

siklus I. Dari refleksi hasil

kegiatan pada siklus I, sebagai

dasar untuk menyusun

merencanakan siklus II

b. Merencanakan dan penetapan

alternatif pemecahan masalah.

c. Menyusun RPP

d. Mempersiapkan fasilitas dan

sarana yang diperlukan dalam

pembelajaran seperti sumber

belajar dan lembar soal sebagai

latihan siswa.

e. Menyiapkan lembar observasi

kegiatan pengamatan aktivitas

siswa dalam pembelajaran.

f. Peneliti menyiapkan lembar

evaluasi untuk siswa.

g. Pengembangan dan

memperbaiki kesalahan atau

kelemahan pada siklus I.

h. Menyusun kegiatan program

tindakan II akibat kelemahan

pada siklus I.

Pelaksanaan a. Melaksanakan proses

pembelajaran sesuai dengan

rencana pelaksanaan

pembelajaran

b. Menjelaskan kompetensi yang

akan dicapai

29

c. Membahas materi pelajaran

d. Menggunakan model

pembelajaran Think Pair Share

pada penyampaian materi

e. Mengadakan evaluasi

f. Mengumpulkan hasil kerja

siswa.

g. Semua tindakan harus dilakukan

lebih baik dari kegiatan pada

siklus I, semua tindakan

dilakukan dengan didasari

dengan teori variabel tindakan

supaya dapat menghasilkan

suatu perubahan terhadap hasil

belajar siswa

Observasi a. Melakukan observasi dengan

menggunakan format observasi.

b. Mencatat dan merekam semua

perubahan yang terjadi dari

siklus I ke siklus II akibat

tindakan II yang dilakukan guru.

c. Menilai hasil tindakan

Refleksi Melakukan evaluasi dan analisis

data dengan cara melihat

prestasi atau nilai siswa.

Kemudian hasil analisis pada

siklus II digunakan sebagai

kesimpulan dari penelitian

30

Jika peneliti menyimpulkan bahwa belum ada perubahan hasil belajar

siswa pada siklus I dan siklus II, maka peneliti dapat melakukan

penelitian pada siklus berikutnya. Setiap siklus memiliki 4 tahap

(perencanaan, pelaksanaan, observasi, refleksi), setiap siklus tidak

boleh hanya dilakukan pada 1 pertemuan, tetapi dapat dilakukan pada

3 pertemuan.

3. Teknik Pengumpulan Data

Pada dasarnya prinsip pengumpulan data dalam penelitian tindakan

kelas tidak jauh berbeda dengan prinsip pengumpulan data pada jenis

penelitian yang lain. Dalam peneletian tindakan kelas ini untuk

mendapatkan data, peneliti menggunakan teknik pengumpulan data

sebagai berikut :

a. Tes

Tes merupakan hasil belajar untuk menggali tentang kemampuan

siswa dalam memahami materi yang sudah diberikan.

b. Wawancara

Wawancara dapat mengungkapkan data tentang proses pembelajaran.

Teknik ini dengan cara mengumpulkan informasi melalui komunikasi

langsung dengan responden (orang yang diminta informasi).

c. Pengamatan

Pengamatan dapat digunakan untuk mengungkapkan data tentang

proses pembelajaran.

4. Instrumen Penelitian

Instrumen adalah alat yang digunakan untuk mengumpulkan data

secara sistematis. Instrumen dalam peneltian ini meliputi teknik tes dan

non tes.

a. Tes

Menurut Jihad (2008: 67) tes merupakan seperangkat pertanyaan

yang harus dijawab, harus ditanggapi atau tugas yang harus

31

dilaksanakan. Tes digunakan untuk mengukur sejauh mana siswa

menguasai pembelajaran yang disampaikan terutama meliputi aspek

pengetahuan dan keterampilan. Dalam penelitan ini yang digunakan

berupa pilihan ganda dan isian singkat.

b. Non Tes

Menurut Jihad (2008: 69) non tes merupakan prosedur yang

dilaui untuk memperoleh gambaran mengenai karakteristik minat,

sifat, dan kepribadian melalui pengamatan. Pengamatan ini digunakan

oleh peneliti untuk mengetahui tingkat keaktifan siswa pada

pelaksanaan pembelajaran

5. Teknik Analisis Data

Supardi (Rustantiningsih, 2012: 96) mengemumakan bahwa “

teknik analisis data dalam penelitian tindakan kelas menggunakan analisis

kuantitatif dan kualitatif. Analisis data kuantitatif digunakan untuk

menganalisis data hasil belajar yang diperoleh oleh siswa. Data – data

hasil belajar yang diperoleh, selanjutnya dianalisis mulai dari siklus satu,

siklus dua dan seterusnya kemudian dibandingkan dengan menggunakan

teknik deskriptif persentase. Hasil yang diperoleh kemudian

dikelompokkan dalam 5 kategori, yaitu baik sekali, baik, cukup, kurang

dan sangat kurang sebagai berikut:

Tabel 3 Klasifikasi Kategori Tingkatan dan Persentase

Kriteria Nilai Penafsiran

Baik Sekali 86 – 100 Hasil belajar baik sekali

Baik 71 – 85 Hasil belajar baik

Cukup 56 – 70 Hasil belajar cukup

Kurang 41 – 55 Hasil belajar kurang

Sangat Kurang < 40 Hasil belajar sangat kurang

Depdiknas (Rustantiningsih, 2012: 96)

32

Alat evaluasi (tes) diujikan untuk menentukan tingkat kesukaran,

daya pembeda, validitas, dan reliabilitas soal.

a. Uji Instrumen Tes

1) Tingkat Kesukaran

“Tingkat kesukaran soal adalah peluang untuk menjawab

benar suatu soal pada tingkat kemampuan tertentu yang biasanya

dinyatakan dalam bentuk indeks”.

Menurut Nitko dapat menggunakan rumus sebagai berikut:

Rumus Tingkat Kesukaran (TK)

(TK) =

Kriteria Tingkat Kesukaran (TK)

0,00 – 0,30 = sukar

0,31 – 0,70 = sedang

0,71 – 1,00 = mudah (Arifin, 2009: 134)

2) Daya Pembeda

Rumus Daya Pembeda

DP = atau DP =

Keterangan

DP = daya pembeda soal

BA = jumlah jawaban benar pada kelompok atas

BB = jumlah jawaban benar pada kelompok bawah

N = jumlah siswa yang mengerjakan tes

Kriteria Daya Pembeda (DP)

0,40 – 1,00 = soal baik (dipakai)

0,30 – 0,39 = terima & perbaiki

0,20 – 0,29 = soal diperbaiki

0,19 – 0,00 = soal ditolak (Arifin, 2009: 133)

33

3) Validitas

Menurut Arikunto (2010: 211) validitas adalah “suatu ukuran

yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan

sesuatu instrument”. Untuk menghitung validitas item soal

digunakan rumus korelasi product moment, yaitu:

Rumus Korelasi Product Moment

2222xy

Y)(YΝ . X)(XΝ

YXXYΝr

Keterangan

rxy = koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y.

N = banyak subyek

X = skor butir

Y = skor total X = jumlah skor butir

Y = jumlah skor total (Arikunto, 2010: 213)

4) Reliabilitas

Suatu tes dikatakan mempunyai taraf kepercayaan yang

tinggi jika tes dapat memberikan hasil yang tetap. Dengan hal

tersebut peneliti menggunakan teknik belah dua.

Rumus Teknik Belah Dua

r ½ ½ =

Keterangan

r ½ ½ = koefisien korelasi belah dua

N = jumlah responden

X = jumlah skor butir ganjil

Y = jumlah skor butir genap (Arikunto, 2010: 226)

Koefisien reliabilitas yang diperoleh melalui rumus di atas,

kemudian dilanjutkan dengan rumus Spearman-Brown.

Rumus Spearman-Brown

34

r ₁₁ =

Keterangan

r ₁₁ = koefisien reliabilitas belah dua (Arikunto, 2010: 223)

Selanjutnya hasil observasi tersebut dianalisis menggunakan

teknik deskriptif kualitatif yang digambarkan dengan kata – kata

atau kalimat, dipisah-pisahkan menurut kategori untuk

memperoleh kesimpulan.

b. Uji Hasil Tes Belajar

Dalam penelitian ini digunakan untuk melihat peningkatan dari

keberhasilan indikator nilai ketuntasan belajar siswa di dalam

mengikuti proses pembelajaran berlangsung dan hasil uji siklus I dan

II untuk dibandingkan di setiap siklusnya. Data yang yang

dibandingkan tersebut dapat disimpulkan apakah hasil belajar siswa

meningkat apa tidak. Untuk memperoleh nilai rata – rata hasil belajar,

maka harus dicari nilai pada setiap siswa.

Rumus menghitung nilai rata – rata

=

Keterangan

= Nilai rata – rata

= Nilai individu siswa

∑x = Jumlah seluruh siswa

N = Jumlah siswa

1) Ketuntasan nilai individu

Rumus ketuntasan belajar individu dihitung menggunakan analisis

deskriptif persentase

Presentase % = x 100%

35

2) Ketuntasan belajar klasikal

Rumus ketuntasan belajar klasikal dihitung menggunakan

analisis deskriptif persentase

Presentase % = x 100%

6. Indikator Kinerja

Pada indikator kinerja ada beberapa hal yang menjadi fokus peneliti:

a.Meningkatnya hasil belajar siswa pada materi ajar tematik terintegratif

pada sub tema Lingkungan Tempat Tinggalku kelas IV sebesar 70%

b.Meningkatnya keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran sebesar

70%