PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING ( · PDF file( Studi Pada Siswa Kelas X1.IPS SMA Negeri...
Transcript of PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING ( · PDF file( Studi Pada Siswa Kelas X1.IPS SMA Negeri...
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING ( PBL ) DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH UNTUK MENINGKATKAN
KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN HASIL BELAJAR ( Studi Pada Siswa Kelas X1.IPS SMA Negeri 1 Purwokerto
Tahun Pelajaran 2012/2013 )
TESIS
Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister
Program Studi Pendidikan Sejarah
Disusun Oleh :
Erlina Supriyati Martiningrum
NIM. S 861108004
PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
2013
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING ( PBL ) DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN
BERPIKIR KRITIS DAN HASIL BELAJAR ( Studi Pada Siswa Kelas X1.IPS SMA Negeri 1 Purwokerto
Tahun Pelajaran 2012/2013 )
TESIS
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister
Program Studi Sejarah
Disusun Oleh :
Erlina Supriyati Martiningrum
NIM. S 861108004
Telah Disetujui Oleh Tim Pembimbing
Komisi Pembimbing
Jabatan Nama Tanda Tangan Tanggal
Pembimbing I Prof. Dr. H. Mulyoto, M.Pd ............. .......................
NIP. 19430712 197301 1 001
Pembimbing II Drs. Leo Agung S, M.Pd ............. .....................
NIP.19560515 198203 1 005
Mengetahui,
Ketua Program Studi Pendidikan Sejarah
Dr. Hermanu Joebagyo, M.Pd
NIP.19560303 198603 1 001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING ( PBL ) DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN
BERPIKIR KRITIS DAN HASIL BELAJAR ( Studi Pada Siswa Kelas X1.IPS SMA Negeri 1 Purwokerto
Tahun Pelajaran 2012/2013 )
TESIS
Oleh Erlina Supriyati Martiningrum NIM. S 861108004
Tim Penguji
Jabatan Nama Tanda Tangan Tanggal
Ketua Dr. Hermanu Joebagyo, M.Pd ...................... Januari 2013 NIP. 19560303 198603 1 001
Sekertaris Dr. Sariyatun,M.Pd, M.Hum ...................... Januari 2013 NIP. 19610318 198903 2 001
Anggota : I. Prof.Dr.H.Mulyoto, M.Pd ..................... Januari 2013 NIP. 19430712 197301 1 001
II. Drs.Leo Agung S, M.Pd ...................... Januari 2013 NIP.19560515 198203 1 005
Telah dipertahankan di depan penguji Dinyatakan telah memenuhi syarat
pada tanggal ................ 2013
Direktur Program Pascasarjana UNS Ketua Program Studi Pendidikan Sejarah
Prof.Dr.Ir.Ahmad Yunus,MS Dr, Hermanu Joebagyo, M.Pd NIP. 19610717 198601 1 001 NIP. 19560303 198603 1 001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini,
Nama : Erlina Supriyati Martiningrum
NIM : S861108004
Program Studi : Pendidkan Sejarah Program Pascasarjana Universitas Sebelas
Maret, Surakarta.
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis berjudul PENERAPAN MODEL
PROBLEM BASED LEARNING (PBL) DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH
UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN HASIL
BELAJAR (STUDI PADA SISWA KELAS XI.IPS SMA NEGERI 1 PURWOKERTO
TAHUN PELAJARAN 2012/2013) adalah benar-benar karya sendiri dan bebas plagiat,
serta tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh
gelar akademik serta tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau
diterbitkan oleh orang lain kecuali secara tertulis digunakan sebagai acuan dalam naskah
ini dan disebutkan dalam sumber acuan serta daftar pustaka.
Apabila di kemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam karya ilmiah ini, maka saya
bersedia menerima sanksi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan
(Permendiknas No.17 tahun 2010).
Surakarta, Januari 2013 Yang membuat pernyataan
Erlina Supriyati Martiningrum
NIM. S861108004
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO :
Orang yang segera bertindak akan jauh lebih sukses, dari pada orang yang cepat
berkomentar tetapi lamban memulai ( Mario Teguh )
Keberhasilan yang paling manis adalah dapat menggapai yang dikatakan oleh orang
lain sebagai tidak mungkin. ( Mario Teguh )
Sekali Layar Terkembang, Surut Kita Berpantang ...!
PERSEMBAHAN :
Tesis ini kupersembahkan untuk orang-orang yang kusayangi dan kuhormati yang telah
memberikan dukungan dan motivasi :
1. Ibu Marchamah Soemargo,HS, ibuku tersayang
2. Drs.Budi Raharjo, suamiku tercinta
3. Nurlita Permata Dewi dan Agung Budi Prakoso, permata hatiku tersayang
4. Kakak, adik, dan semua keponakanku tersayang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat, taufiq serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis yang
penulis wujudkan dalam bentuk Penelitian Tindakan Kelas dengan judul : Penerapan
Model Problem Based Learning (PBL) Dalam Pembelajaran Sejarah Untuk
Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Hasil Belajar (Studi Pada Siswa Kelas
X1.IPS SMA Negeri 1 Purwokerto Tahun Pelajaran 2012/2013).
Dalam penyelesaian tesis ini, penulis mengakui telah banyak mendapatkan
bantuan , motivasi, dan dukungan dari berbagai pihak, maka dengan penuh santun,
hormat, dan kerendahan hati yang mendalam penulis sampaikan terima kasih yang
setulus-tulusnya kepada :
1. Prof.Dr.Ravik Karsidi,MS, selaku Rektor Universitas Sebelas Maret yang
telah memberikan ijin belajar di Program Pascasarjana Universitas Sebelas
Maret.
2. Prof.Dr.Ir.Ahmad Yunus,MS selaku Direktur Program Pascasarjana
Universitas Sebelas Maret, yang memberikan kesempatan untuk melanjutkan
studi di Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret, dan membantu
proses ijin penelitian
3. Dr.Hermanu Joebagio,M.Pd, sebagai Ketua Program Studi Pendidikan
Sejarah PPS UNS yang telah memberikan motivasi dan bimbingan dalam
penyusunan tesis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
4. Dr.Sariyatun,M.Pd,M.Hum, sebagai Sekertaris Program Studi Pendidikan
Sejarah PPS UNS yang juga telah memberikan motivasi dan bimbingan dalam
penyusunan tesis
5. Prof.Dr.H.Mulyoto,M.Pd selaku dosen pembimbing pertama yang telah
membimbing dan mengarahkan penulis dalam proses penyusunan tesis
6. Drs.Leo Agung S, M.Pd selaku dosen pembimbing kedua yang juga telah
membimbing dan mengarahkan penulis dalam proses penyusunan tesis
7. Semua dosen di Program Pascasarjana Pendidikan Sejarah yang telah
memberikan dukungan moral dan semangat, sehingga penulis dapat
menyelesaikan penyusunan tesis ini
8. Drs.H.Dayono,M M selaku Kepala SMA Negeri 1 Purwokerto yang telah
memberikan ijin sekaligus membantu penulis dalam memberikan informasi
data yang dibutuhkan dalam penyusunan tesis
9. Suami, anak, dan keluarga tercinta yang telah memberikan dukungan moral
dan semangat sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan tesis
10. Semua pihak yang telah membantu dan mendukung penulis dalam proses
penyusunan tesis
Dalam penyusunan tesis ini, penulis sangat menyadari masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati penulis mengharap saran
dan kritik yang bersifat membangun dari berbagai pihak untuk menyempurnakan karya
penulis berikutnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
Akhirnya penulis mohon maaf apabila ada kesalahan dan kekhilafan. Semoga
laporan ini dapat menambah khasanah atau cakrawala pemikiran penulis khususnya dan
pembaca pada umumnya bagi perkembangan ilmu pengetahuan khususnya yang terkait
dengan pembelajaran. Amin.
Purwokerto, Januari 2013
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ......................................................................................... ... i
HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. .... ii
PENGESAHAN PENGUJI ................................................................................ ...... iii
PERNYATAAN .............................................................................................. ......... iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ....................................................................... .... v
KATA PENGANTAR ....................................................................................... ....... vi
DAFTAR ISI ................................................................................................... ....... vii
DAFTAR TABEL ............................................................................................... ..... xi
DAFTAR BAGAN ............................................................................................. ...... xii
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... ...... xiii
ABSTRAK ......................................................................................................... ...... xvi
ABSTRACT ...................................................................................................... ....... xvii
BAB I : PENDAHULUAN ................................................................... ....... 1
A. Latar Belakang ......................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ....................................................... ......... 8
C. PembatasanMasalah ........................................................ ........ 9
D. Rumusan Masalah ............................................................... .... 10
E. Tujuan Penelitian ................................................................. .... 10
F. Manfaat Penelitian .............................................................. .... 11
BAB II : LANDASAN TEORI ................................................................... .... 14
A. Kajian Teori .......................................................................... .... 14
1. Model Pembelajaran Problem Based Learning
( PBL) ................................................................................ . 14
2. Pembelajaran Sejarah ...................................................... ... 22
3. Berpikir Kritis ................................................................. .... 33
4. Hasil Belajar ................................................................. ...... 39
B. Penelitian Yang Relevan .................................................. ........ 42
C. Kerangka Berpikir ............................................................. ....... 45
D. Hipotesis Tindakan ............................................................ ....... 46
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
BAB III : METODOLOGI PENELITIAN ............................................. ......... 48
A. Jenis dan Desain Penelitian ............................................... ....... 48
B. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................ ...... 50
C. Subyek Penelitian .............................................................. ....... 51
D. Prosedur Penelitian .................................................................... 52
E. Sumber Data ...................................................................... ....... 59
F. Teknik Pengumpulan Data ................................................. ...... 60
G. Teknik Validasi Data ......................................................... ....... 60
H. Analisis Data ...................................................................... ..... 61
I. Indikator Kinerja ....................................................................... 62
BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN....................... ........ 63
A. Deskripsi dan Tempat Penelitian ........................................... ..... 63
B. Kondisi awal pelaksanaan kegiatan pembelajaran ................ ...... 67
C. Pelaksanaan Kegiatan Peneltian ............................................ ..... 71
D. Hasil Penelitian ............................... ............................................ 92
E. Pembahasan ........................................................................... ..... 103
BAB V : SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ................................... ... 110
A. Simpulan ............................................................................... ...... 110
B. Implikasi ................................................................................. .... 112
C. Saran ....................................................................................... .... 114
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... ..... 116
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1 Jadwal Kegiatan .................................................. 51
Tabel 2 Jumlah Siswa SMA Negeri 1 Purwokerto Tahun
Pelajaran 2012/2013 ...... 65
Tabel 3 Tingkat PendidikanTenaga Pendidikan dan Kependidikan
SMA Negeri 1 Purwokerto Tahun Pelajaran 2012/2013 ..... 66
Tabel 4 Kriteria Ketuntasan Minimal ( KKM ) SMA Negeri 1
Purwokerto Tahun Pe;ajaran 2012/2013.................................. 68
Tabel 5 Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Selama
......................................................................... 100
Tabel 6 Peningkatan Nilai Ulangan Harian Selama ..... 103
.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
DAFTAR BAGAN
Halaman
Bagan 1 Tahapan Tiap ....... 54
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Ijin ....................... 120
Lampiran 2 . 123
Lampiran 3 Rencana Pelaksanaan 142
3,1, . 143
3.2. . 156
3.3. .. 167
Lampiran 4 Lembar Diskusi ................. 179
4.1. Materi Diskusi Siklus I............................................ 180
4.2. Materi Diskusi Siklus 2........................................... 182
4.3. Materi Diskusi Siklus 3........................................... 184
Lampiran 5 Lembar Soal Post Test 186
5.1. Soal Post Test Pra Siklus ........................................ 187
5.2. Soal Post Test .. 193
5.3. Soal Post Test 197
5.4. Soal Post Test 201
Lampiran 6 Catatan 205
6.1. Hasil Wawancara dengan Kepala Sekolah (CL 01-03) 206
6.4. Hasil Wawancara dengan Sie Kurikulum (CL 04-05) 210
6.6. Hasil Wawancara dengan Waka Urusan
Sar-Pras ( CL06 ) ..................................................... 213
6.7. Hasil Wawancara dengan Siswa Siklus I (CL 07-08) 214
6.9. Hasil Wawancara dengan Siswa Siklus 2 (CL 09-10). 217
6.11. Hasil Wawancara dengan Siswa Siklus 3 (CL 11-12) 220
Lampiran 7 Catatan Pengamatan Proses 223
7.1. Catatan Pengamatan tentang Kondisi
Pembelajaran Sejarah Sebelum PTK ( CP 01 ) . 224
7.2. Catatan Pengamatan tentang Pelaksanaan Tes
Pra-Siklus ( CP 02 )................................................... 225
7.3. Catatan Pengamatan Kegiatan Pembiasaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
dalam PTK ( CP 03 ).................................................. 226
7.4. Catatan PengamatanTahap-tahap Pembelajaran Model
PBL ( CP 04 ).......................................................... 228
7.5. Catatan Pengamatan Pembagian Kelompok Siklus 1
Pertemuan Pertama ( CP 05 ) 229
7.6. Catatan Pengamatan Kegiatan Pembelajaran
Siklus 1 ( CP 06 )..................................................... 230
7.7. Catatan Pengamatan Pembelajaran Siklus 1
Pertemuan Kedua( CP 07 ) 235
7.8. Catatan Pengamatan Pembagian Kelompok Siklus 2
Pertemuan Pertama ( CP 08 ) . 238
7.9. Catatan Pengamatan Kegiatan Pembelajaran Siklus 2
Pertemuan Pertama ( CP 09 ) . 239
7.10. Catatan Pengamatan Kegiatan Pembelajaran Siklus 2
Pertemuan Kedua ( CP 10 ) ... 245
7.11. Catatan Pengamatan Pembagian Kelompok Siklus 3
Pertemuan Pertama ( CP 11 ) . 248
7.12. Catatan Pengamatan Kegiatan Pembelajaran Siklus 3
Pertemuan Pertama ( CP 12 ) ... 249
7.13. Catatan Pengamatan Kegiatan Pembelajaran Siklus 3
Pertemuan Kedua ( CP 13 ) .... 255
7.14. Catatan Pengamatan Peningkatan Kemampuan Berpikir
Kritis Siklus 1 ( CP 14 ) . 258
7..15. Catatan Pengamatan Peningkatan Kemampuan Berpikir
Kritis Siklus 2 ( CP 15 ) . 259
7.16. Catatan Pengamatan Peningkatan Kemampuan Berpikir
Kritis Siklus 3 ( CP 16 ) ............................................ 261
Lampiran 8 Lembar Data Nilai Post Tes ............................... 262
8.1. Data Nilai Post Tes Pra- 263
8.2. Data Nilai Post Tes Siklus 1 .... 265
8.3. Data Nilai Post Tes Siklus 2 .... 267
8.4 Data Nilai Post Tes Siklus 3 ... 269
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
Lampiran 9 Lembar Kisi-Kisi dan Soal Tes Kemampuan Berpikir
Kritis ............................................................................. 271
Lampiran 10 Lembar Data Nilai Tes Kemampuan Berpikir Kritis .... 277
Lampiran 11 Lembar Pengamatan Kegiatan Siklus ........................... 284
11.1 Data Hasil Pengamatan Kegiatan Siklus 1 .................... 285
11.2 Data Hasil Pengamatan Kegiatan Siklus 2 .................... 287
11.3 Data Hasil Pengamatan Kegiatan Siklus 3 .................... 289
Lampiran 12 Contoh Sintak Kegiatan Pembelajaran .......................... 291
Lampiran 13 Foto Dokumentasi Kegiatan Siklus................................ 301
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
ABSTRAK
Erlina Supriyati Martiningrum - S861108004, 2012: Penerapan Model Problem Based Learning (PBL) Dalam Pembelajaran Sejarah Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Hasil Belajar : Studi Pada Siswa Kelas X1.IPS SMA Negeri 1 PurwokertoTahun Pelajaran 2012/2013, TESIS. Pembimbing I: Prof.Dr.Muyoto, M.Pd, II: Drs.Leo Agung S,M.Pd. Program Studi Pendidikan Sejarah, Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Tujuan dari penelitian adalah untuk mengetahui bagaimanakah penerapan model Problem Based Learning (PBL) dalam pembelajaran sejarah untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar Sejarah pada siswa kelas X1.IPS SMA Negeri 1 Purwokerto pada semester 1 Tahun Pelajaran 2012/2013. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dari hasil penelitian tindakan kelas (PTK) berupa perlakuan (treatment) khusus dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL). Subyek penelitian adalah siswa kelas XI.IPS.2 SMA Negeri 1 Purwokerto, Kabupaten Banyumas, pada semester 1 tahun pelajaran 2012/2013 berjumlah 38 siswa yang terdiri dari 15 siswa laki-laki dan 23 siswa perempuan. Data penelitian diperoleh dari peristiwa selama pembelajaran berlangsung, informan dari siswa, wakil kepala sekolah, kepala sekolah dan warga sekolah lainnya, pengamatan, dokumen arsip dan foto kegiatan. Melalui tahapan planning, acting, observing dan reflecting, penelitian ini dilaksanakan dalam tiga siklus dengan langkah-langkah pembelajaran model Problem Based Learning (PBL) yang terdiri dari orientasi siswa pada masalah (appersepsi), mengorganisasi siswa untuk belajar (elaborasi), membimbing diskusi kelompok (eksplorasi), mengembangkan dan menyajikan hasil karya (eksplorasi), dan kemudian menganalisis serta mengevaluasi proses pemecahan masalah (konfirmasi ). Untuk memperlancar kegiatan pembelajaran model Problem Based Learning (PBL) dirancang skenario pembelajaran, media pendukung, alat dan bahan yang diperlukan dan instrumen penelitian tindakan. Untuk Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) Sejarah kelas XI.IPS di SMAN.1 Purwokerto adalah 79,00 sedangkan prosentasi ketuntasan klasikal minimal 75%. Dan skor minimal untuk kemampuan berpikir kritis adalah 90,00. Setelah pemberian perlakuan (treatment) selama tiga siklus peningkatan yang dicapai antara lain kemampuan berpikir kritis siswa, peningkatan yang dicapai adalah siswa pada siklus 1 memperoleh skor 74, siklus 2 memperoleh 85, dan siklus 3 meningkat pesat yaitu 140. Peningkatan hasil belajar siswa dapat dilihat dari rata-rata nilai ulangan harian siswa pada siklus 1: 75,39 , kemudian pada siklus 2 meningkat menjadi 81,84 dan akhirnya pada siklus 3 meningkat lagi menjadi 83,82. Sedangkan untuk prosentase ketuntasan belajar klasikal pada siklus 1 ; 63,16%, kemudian pada siklus 2 meningkat menjadi 73,68% dan pada siklus 3 meningkat lagi menjadi sebesar 92,11%.
Kata Kunci : Pembelajaran Model Problem Based Learning, Kemampuan Berpikir Kritis, dan Hasil Belajar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvii
ABSTRACT
Erlina Supriyati Martiningrum - S861108004 : The Implementation of Problem Based Learning (PBL) Model in Teaching History To Improving Critical Thinking Skills and Learning Outcomes: A Study at SMA X1 Social Negeri 1 Purwokerto Period 2012/2013, THESIS. Supervisor I: Prof.Dr.Muyoto, M.Pd, II: Drs.Leo Agung S,M.Pd. Progrm Study of History Education Program, Postgraduate Program of Sebelas Maret University, Surakarta.
The purpose of the research is to determine how the implementation of the Problem Based Learning (PBL) in the teaching of history to promote critical thinking skills and student learning results in the classroom X1 Social of History SMA Negeri 1 Purwokerto in Semester 1 in the Academic Year 2012/2013. The method used in this research is qualitative description of Classroom Action Research (CAR) in which is entitled the treatment of using a particular model of learning Problem Based Learning (PBL). The subjects were XI Social 2 graders SMA Negeri 1 Purwokerto, Banyumas, in the semester 1 of the school year 2012/2013 with 38 students consisting of 15 male and 23 female students. Datas were obtained from the events during the learning process, informants of students, assistant principal, principal and other school communities, observations, archival documents and photograph of activities. Through the stage of planning, acting, observing and reflecting, the research was conducted in three cycles with a model of Problem Based Learning (PBL), which consists of student orientation to the problem (appersepsi), organizing students to learn (elaboration), guided group discussion (exploration), develop and present work (exploration), and then analyze and evaluate the problem solving process (confirmation). To expedite the learning model of Problem Based Learning (PBL) tailored learning scenarios, media support, tools and the necessary materials and instruments of action research.
For Completeness Criteria Minimal for history lesson in XI.IPS in SMAN.1 Purwokerto is 79.00 while the classical completeness percentage is 75%. And the minimum score for critical thinking skills is 90.00. After administering treatment for three cycles of improvement achieved include students' critical thinking skills, improvement was achieved in Cycle 1 students scored 74, cycle 2 gained 85, and cycle 3 increased rapidly in 140. Improved student learning outcomes can be seen from the average value of daily tests of students in cycle 1: 75.39, then in cycle 2 increased to 81.84 and finally at cycle 3 increased to 83.82. As for the percentage of mastery learning classical in cycle 1: 63.16%, then in cycle 2 increased to 73.68% and rose again on the third cycle amounted to 92.11%.
Keywords: Learning Problem Based Learning (PBL), Critical Thinking Skills, and Learning Outcomes.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Masalah mendasar yang dihadapi dunia pendidikan dewasa ini diantaranya
adalah bagaimana meningkatkan kualitas pendidikan. Kualitas pendidikan tidak
dapat dilepaskan dari kualitas proses pembelajaran di kelas, sedangkan kualitas
pembelajaran dapat dilihat dari aspek proses hasil (prestasi) belajar peserta didik.
Proses belajar yang baik akan mendorong siswa untuk selalu terlibat secara aktif,
kreatif, dan bersikap kritis sehingga dapat mencapai prestasi dan hasil belajar
yang maksimal.
Sementara itu proses pendidikan di era globalisasi yang bersifat kompetitif
diharapkan mampu menghasilkan generasi yang cerdas, kreatif, memiliki
moralitas yang tinggi,dan bersikap kritis terhadap situasi yang terjadi di
sekitarnya. Manusia yang cerdas, kreatif, dan kritis menjadi faktor dominan yang
sangat dibutuhkan dalam menghadapi era persaingan global.
Dalam pelaksanaan pembelajaran, khususnya pembelajaran di dalam kelas
masih banyak sekolah yang masih menggunakan metode pembelajaran konven
sional karena guru masih mendominasi dalam kegiatan pembelajaran dengan
mengutamakan penggunaan metode yang konvensional. Apabila hal ini dilakukan
secara terus menerus maka kondisi pembelajaran di dalam kelas menjadi sulit
untuk berkembang. Karena peserta didik dalam proses pembelajaran tidak dapat
menyampaikan ide, gagasan maupun pendapatnya ketika dia menemukan suatu
permasalahan yang memerlukan pemecahan. Keadaan ini semakin diperburuk lagi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
2
dengan penerapan metode pembelajaran yang kurang melibatkan partsipasi peser
ta didik. Peserta didik kurang diperlakukan sebagai subyek belajar, namun masih
lebih banyak diperlakukan sebagai obyek dalam pembelajaran.
Kondisi seperti itu terjadi juga pada kegiatan pembelajaran sejarah, karena
sebagian besar masyarakat khususnya peserta didik masih memandang sebelah
mata terhadap mata pelajaran sejarah yang dianggap sebagai mata pelajaran yang
membosankan, tidak menarik, mengutamakan pembahasan materi yang berkutat
pada hafalan rentetan peristiwa saja. Hal ini diperkuat lagi dengan posisi mata
pelajaran Sejarah yang bukan termasuk dalam mata pelajaran yang di ujikan
secara nasional. Sehingga memperkuat posisi mata pelajaran Sejarah sebagai mata
pelajaran yang diremehkan dan dianggap tidak penting oleh siswa.
Padahal apabila kita hubungkan dengan isi Permendiknas No.22 Taahun
2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, mata
pelajaran sejarah memiliki arti strategis dalam pembentukan watak dan peradaban
bangsa yang bermartabat, serta dalam pembentukan manusia Indonesia yang
memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air.(Aman, 2011:101).
Oleh karena itu pengajaran sejarah harus mampu mendorong siswa untuk
berpikir kritis-analisis dalam memanfaatkan pengetahuan tentang masa lampau
untuk memahami kehidupan masa kini dan masa yang akan datang;
mengembangkan kemampuan intelektual dan keterampilan untuk memahami
proses perubahan dalam kehidupan masyarakat melalui dimensi waktu (Djoko
Suryo dalam Aman, 2011:71-72). Terkait dengan peran Sejarah dalam kehidupan
berbangsa History teaches us the most valuable lessons, how diversity, and
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
3
transfer of ideas bring us to the gate of independence. Through the transfer of
ideas we learn much on tolerance and openness performed by the founding fathers
to accept various opinion and critics at the time . We are also able to see the
willingness of the founding fathers to be united in one nation identity, so that the
diversity is not a question for them.
Sejarah mengajarkan kepada kita pelajaran yang paling berharga,
bagaimana keragaman, dan transfer ide membawa kita ke gerbang kemerdekaan.
Melalui transfer ide-ide kita belajar banyak pada toleransi dan keterbukaan yang
dilakukan oleh para pendiri untuk menerima pendapat berbagai kritik pada saat
itu. Kami juga dapat melihat kesediaan para pendiri untuk bersatu dalam satu
identitas bangsa, sehingga keragaman bukan pertanyaan untuk mereka. ( Sumber :
Journal of Education Research and Policy , Volume 3, Number 1, 2011 )
Terkait dengan pembelajaran Sejarah, S.K.Kochhar dalam bukunya yang
berjudul Teaching of History (2008: 27-37) berpendapat bahwa sasaran umum
pembelajaran sejarah adalah :
1. Mengembangkan pemahaman tentang diri sendiri
2. Memberikan gambaran yang tepat tentang konsep waktu, ruang dan
masyarakat
3. Membuat masyarakat mampu mengevaluasi nilai-nilai dan hasil yang telah
dicapai oleh generasinya
4. Mengajarkan toleransi
5. Menanamkan sikap intelektual (berpikir obyektif dan komprehensif disertai
pembuktian yang akurat)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
4
6. Memperluas cakrawala intelektualitas
7. Mengajarkan prinsip-prinsip moral
8. Menanamkan orientasi ke masa depan
9. Memberikan pelatihan mental
10. Melatih siswa menangani isu-isu kontroversial
11. Membantu mencarikan jalan keluar bagi berbagai masalah sosial dan
perseorangan
12. Memperkokoh rasa nasionalisme
13. Mengembangkan pemahaman internasional
14. Mengembangkan keterampilan-keterampilan yang berguna (keterampilan
menggunakan, mengartikan dan menyiapkan media pembelajaran,
keterampilan membaca maupun berdiskusi)
Sementara itu di sisi lain kita juga harus menyadari bahwa kegiatan
pembelajaran di sekolah adalah kegiatan pendidikan yang menjadikan peserta
didik menuju pada keadaan yang lebih baik. Pendidikan dalam hal ini sekolah
tidak dapat lepas dari peran guru sebagai fasilitator dalam penyampaian materi.
Profesionalisme seorang guru sangat dibutuhkan untuk terciptanya suasana
proses belajar mengajar yang efisien dan efektif dalam pengembangan peserta
didik yang memiliki kemampuan beragam. Pembelajaran pada dasarnya adalah
proses interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya, sehingga terjadi
perubahan perilaku kearah yang lebih baik.
Pemecahan masalah merupakan fokus dalam pembelajaran yang artinya
sebelum peserta didik belajar harus melalui sesuatu yang berkaitan dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
5
kehidupan sehari hari yang masalahnya bersifat tertutup maupun terbuka. Oleh
karena itu pada proses pembelajaran guru perlu meningkatkan kemampuan untuk
menjadi guru yang professional dan kreatif dalam mengembangkan kemampuan
mengajar sehingga peserta didik dapat lebih maksimal baik pada saat mengikuti
kegiatan pembelajaran maupun hasil evaluasi pembelajarannya, walaupun dalam
kenyataannya guru-guru di Indonesia sebagian besar masih mempertahankan
metode-metode pembelajaran lama. Kemampuan guru sebagai salah satu usaha
meningkatkan mutu pendidikan di sekolah di mana guru merupakan elemen di
sekolah yang secara langsung dan aktif bersinggungan dengan peserta didik ,
kemampuan yang dimaksudkan adalah kemampuan mengajar dengan menerapkan
model pembelajarn yang tepat, efisien dan efektif.
Terkait dengan harapan kita untuk lebih memposisikan peserta didik
sebagai subyek belajar, maka terdapat gagasan invatif dari UNESCO yang
disampaikan oleh Delors dalam Hadiwinarto (2009: 1208-1209) tentang empat
pilar pendidikan, yakni: learning to know, learning to do, learning to be, and
learning to live together. Artinya bahwa dalam proses pendidikan harus
mencakup proses belajar mengetahui, belajar berbuat, belajar menjadi diri sendiri
dan belajar hidup bersama.
Sementara itu menurut Keputusan Menpan No. 26/MENPAN/1989,
tanggal 2 Mei 1989 dikemukakan bahwa, guru terlibat langsung dalam proses
pendidikan, karena guru memegang peranan yang sangat menentukan bagi
tercapainya tujuan pendidikan. Guru selalu harus meningkatkan kemampuan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
6
profesinya agar dapat melaksanakan tugasnya dengan baik. (Trianto, 2009: 245-
246).
Di pihak lain dalam Undang-Undang No.20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional Bab II Pasal 3 menyebutkan bahwa Pendidikan Nasional
berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab.
Kita juga menyadari bahwa dalam pembelajaran sejarah, guru mempunyai
kewajiban untuk menanamkan nilai-nilai kebangsaan, patriotisme dan cinta tanah
air. Pembelajaran sejarah selain bertugas memberikan pengetahuan sejarah
(kognitif), juga memperkenalkan nilai-nilai luhur bangsanya. Seperti yang
diungkapkan oleh Sartono Kartodirdjo dalam Aman (1982:86) tentang fungsi
pembelajaran sejarah, yaitu: 1) untuk membangkitkan minat kepada sejarah tanah
airnya , 2) untuk mendapatkan inspirasi dari peristiwa sejarah, baik dari kisah
kepahlawanan maupun peristiwa yang merupakan tragedi nasional, 3) memberi
pola berpikir ke arah berpikir secara rasional, kritis, dan empiris, dan 4)
mengembangkan sikap mau menghargai nilai-nilai kemanusiaan.
Seyogyanya pembelajaran di dalam kelas sekarang ini sudah diarahkan
untuk membantu peserta didik untuk menjadi manusia yang mandiri dalam
menyelesaikan berbagai permasalahan yang dijumpainya ketika dia dihadapkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
7
pada permasalahan di kehidupan nyata. Banyaknya model pembelajaran pada
metode kooperatif dapat menjadi salah satu pilihan seorang pendidik untuk
mengurangi dominasi pembelajaran di dalam kelas. Peserta didik sudah harus
aktif untuk mengaplikasikan antara materi yang ada dengan permasalahan yang
akan dihadapi dalam dunia nyata. Hal ini dapat menguntungkan peserta didik,
apabila peserta didik dapat berkreasi dan berpikir kritis dengan ide-ide yang ada
dalam setiap permasalahan yang ada, maka seorang peserta didik akan terbiasa
menghadapi permasalahan yang berkaitan dengan materi yang telah dipelajarinya
secara bijaksana.
Menyadari betapa penting dan strategisnya pembelajaran sejarah di negara
kita, serta juga dalam rangka menggali dan meningkatkan sikap berpikir kritis,
kualitas moral, jati diri dan intelektual bangsa khususnya peserta didik, maka
dibutuhkan model dan strategi pembelajaran yang sesuai, salah satunya adalah
model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL). Pembelajaran PBL adalah
suatu model pembelajaran kooperatif yang berdasarkan pada prinsip penggunaan
permasalahan sebagai titik awal untuk penggunaan pengetahuan baru. Pendekatan
pemecahan masalah ini menempatkan guru sebagai fasilitator di mana kegiatan
belajar mengajar akan dititik beratkan pada keaktifan peserta didik, kegiatan
belajar ini dapat mengasah kemampuan peserta didik dalam memahami konsep,
menggunakan penalaran, memecahkan masalah, mengemukakan gagasan atau ide
dan mampu bekerjasama. Proses pembelajaran yang mengikut sertakan peserta
didik secara aktif baik diterapkan secara individu maupun kelompok, akan lebih
bermakna karena dalam proses pembelajaran peserta didik mempunyai lebih
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
8
banyak pengalaman. Dengan menggunakan model pembelajaran PBL peserta
didik akan lebih kreatif, aktif, dan juga memacu peserta didik berpikir dan
bersikap kritis.
Terkait dengan model pembelajaran Problem Based Learning ini, ada
pendapat dari Barbara J.Duch dalam tesis yang disusun oleh M.Wijayanto
berjudul Pengaruh Penerapan Model Problem Based Learning (PBL) dan
Cooperative Learning Terhadap Pretasi Belajar Matematika Ditinjau Dari
Motivasi Belajar Siswa, yang menyatakan bahwa PBL adalah satu model yang
kerjasama di dalam kelompok-kelompok untuk mencari pemecahan masalah
dalam dunia nyata. Permasalahan ini digunakan untuk menghubungkan pokok
materi pelajaran terhadap rasa keingintahuan siswa. PBL mempersiapkan para
siswa untuk berpikir kritis dan secara analitis, serta untuk menentukan dan
menggunakan sumber belajar yang sesuai.
Model pembelajaran PBL dapat mengurangi dominasi guru dalam
mengajar di dalam kelas. Model pembelajaran ini juga dapat mengorganisir
peserta didik dalam menyelesaikan masalah yang diberikan guru pada kegiatan
pembelajaran. Disamping itu model pembelajaran ini dapat membiasakan peserta
didik untuk bekerja sama dengan teman dalam sebuah kelompok kecil untuk
menyelesaikan masalah yang diberikan guru dalam proses pembelajaran, sehingga
pada akhirnya akan diperoleh hasil belajar yang maksimal.
Bila kita cermati model pembelajaran PBL ternyata ada persamaannya
dengan model pembelajaran Problem Based Instruction (PBI). Yaitu sama-sama
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
9
merupakan model pembelajaran yang bersifat student centered. Hal ini dipertegas
lagi dari pendapat Janulis P.Purba yang dikutip oleh Prayekti dalam karya tulis
Problem Based Instruction sebagai alternatif model pembelajaran fisika
mengatakan bahwa peran guru dalam PBI salah satunya adalah mengajukan
masalah dan memfasilitasi penyelidikan serta melakukan dialog dengan siswa,
sampai masalah tersebut terselesaikan. Dan diharapkan dengan PBI ini siswa
dapat memproses informasi yang baru diperolehnya itu menjadi bermakna.
il dan Mc.Mahon (2005) yang dikutip Endang
-
sejak
munculnya pendekatan konstruktivisme dalam pendidikan, maka proses belajar-
mengajar yang secara konvensional berpusat pada guru telah bergeser menjadi
berpusat pada siswa. Proses pergeseran tersebut tentunya tidak terjadi secara
drastis melainkan sedikit demi sedikit namun kontinue. Peran guru bergeser menja
di kolaborator dan fasilitator dalam kegiatan belajar.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan deskripsi singkat yang diuraikan pada latar belakang masalah
seperti tesebut diatas, maka dapat diutarakan bahwa menurunnya minat dan
kemampuan peserta didik dalam mempelajari dan memahami materi pembelajaran
antara lain sebagai berikut:
1. Kurangnya pengetahuan guru tentang model pembelajaran yang mampu
mengembangkan potensi dan kreatifitas peserta didik secara maksimal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
10
2. Kurangnya kemampuan guru dalam mengimplementasikan teknik
mentransfer ilmu pengetahuan yang bervariasi dalam kegiatan pembelajaran
sehingga proses pembelajaran cenderung membosankan.
3. Sumber belajar yang dimiliki peserta didik masih belum memadai, dan
bersifat statis dari waktu ke waktu sehingga berdampak terhadap kurangnya
motivasi peserta didik dalam mengikuti proses pembelajaran
4. Guru jarang melatih peserta didik untuk berpikir kritis dengan memberikan
pertanyaan yang diawali dengan kata mengapa, bagaimana, apa sebab
melalui proses pembelajaran, sebaliknya masih mendominasi pertanyaan
yang diawali dengan kata siapa, kapan, dan di mana, dalam proses
pembelajaran.
5. Hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran Sejarah di SMA Negeri 1
Purwokerto yang masih rendah dan ini menandakan juga masih rendahnya
kualitas sistem pendidikan dan pembelajaran kita.
C. Pembatasan Masalah
Dari beberapa masalah yang sudah diidentifikasi tersebut di atas, maka perlu
adanya pembatasan masalah agar pelaksanaan dan proses penelitian dapat lebih
spesifik dan terarah. Oleh karena itu pembatasan masalah dalam penelitian ini
adalah :
1. Materi pembelajaran yang diajarkan adalah Perkembangan kehidupan Kerajaan
- Kerajaan Hindu-Budha dan Islam di Indonesia.
2. Model pembelajaran yang digunakan adalah Problem Based Learning (PBL)
yang dilaksanakan melalui diskusi kelompok
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
11
3. Sikap berpikir kritis dan upaya peningkatan hasil belajar siswa untuk mata
pelajaran Sejarah di SMA Negeri 1 Purwokerto
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan pemaparan singkat yang disampaikan pada latar belakang
masalah dan juga mengacu pada judul penelitian ini, maka yang menjadi
permasalahan pokok dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimanakah implementasi model PBL dalam pembelajaran sejarah ?
2. Apakah model PBL dalam pembelajaran sejarah dapat meningkatkan
kemampuan berpikir kritis peserta didik ?
3. Apakah model PBL dalam pembelajaran sejarah dapat meningkatkan hasil
belajar peserta didik ?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang telah dipaparkaan di
atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui efektifitas implementasi model PBL dalam
pembelajaran sejarah
2. Untuk mengetahui implementasi model PBL dalam pembelajaran
sejarah untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis peserta didik.
3. Untuk mengetahui implementasi model PBL dalam pembelajaran
sejarah untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik.
F. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah :
1. Teoritis :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
12
Menambah wawasan pengetahuan dan pemahaman guru tentang
model pembelajaran PBL yaitu merupakan salah model pembelajaran
yang efektif dalam proses pembelajaran tingkat tinggi karena dapat
membantu dan melatih peserta didik untuk memproses informasi yang
sudah ada dalam benaknya dan menyusun pengetahuan mereka sendiri
tentang dunia sosial dan lingkungan di sekitarnya
2. Praktis :
a. Siswa, yaitu :
1) Penggunaan model pembelajaran PBL dalam pembelajaran
sejarah dapat menggali dan mengembangkan pengetahuan
tentang peristiwa masa lampau yang dapat menjadi tolak ukur
dalam menentukan sikap dan pemikirannya pada masa
sekarang dan yang akan datang.
2) Penggunaan model pembelajaran PBL dalam pembelajaran
sejarah dapat menggali dan meningkatkan kemampuan
berpikir kritis peserta didik sehingga dapat sebagai modal
untuk meningkatkan kualitas diri dan lingkungan sekitar.
3) Penggunaan model pembelajaran PBL dalam pembelajaran
sejarah dapat meningkatkan hasil prestasi belajar.
b. Guru :
1) Untuk meningkatkan kemampuan dan kreatifitas guru dalam
menyusun rancangan program pembelajaran, melaksanakan
KBM dan mengevaluasi proses pembelajaran agar seluruh
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
13
domain pembelajaran dapat dikuasai secara maksimal dan
menyeluruh.
2) Guru dapat memilih dan mengembangkan model
pembelajaran yang sesuai dengan materi dan karakteristik
peserta didik sehingga mampu menggali dan mengembangkan
sikap berpikir peserta didik serta dapat meningkatkan hasil
belajar siswa.
c. Sekolah :
1) Untuk dijadikan tolak ukur bagi peningkatan kualitas dan
eksistensi lembaga / institusi sekolah.
2) Untuk memberi masukan kepada sekolah tentang model
pembelajaran konstruktive yang sesuai dengan kondisi sekolah
dan juga peserta didik, sehingga dapat ditularkan kepada guru
lain di sekolah tersebut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kajian Teori
1. Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)
a. Pengertian Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)
Problem Based Learning (Pembelajaran berbasis masalah) merupakan
pembelajaran terpusat melalui masalah-masalah yang relevan. Terpusat karena
berisi scenario, tema, unit yang menempatkan kembali pada pembelajaran yang di
inginkan. Tujuan dalam proses pembelajaran ini adalah kemampuan siswa dalam
menyelesaikan masalah, menguraikan masalah dan merevisinya ketika melakukan
presentasi sehingga akan menambah informasi sesuai kompetensinya. Salah satu
metode yang banyak diadopsi untuk menunjang pendekatan pembelajaran Learner
Centered (Student Centered) dan yang dapat memberdayakan peserta didik adalah
metode Problem Base Learning (M.Taufik Amir, 2011: 12)
Terkait dengan pembahasan tentang masalah model pembelajaran ini, maka
Howard Barrows dan Kelson dalam M.Taufik Amir, (2011: 21) berpendapat
bahwa yang dimaksud dengan PBL adalah kurikulum dan proses pembelajaran,
yang di dalamnya dirancang masalah-masalah yang menuntut mahasiswa
mendapatkan pengetahuan yang penting, membuat mereka mahir dalam
memecahkan masalah, dan memiliki strategi belajar sendiri serta memiliki
kecakapan berpartisipasi dalam tim. Proses pembelajarannya menggunakan
pendekatan yang sistemik untuk memecahkan masalah atau menghadapi
tantangan yang nanti diperlukan dalam karir dan kehidupan sehari-hari. Pendapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
Dutch dalam M.Taufik Amir, (2011: 21) menyatakan bahwa PBL merupakan
bekerja sama dalam kelompok untuk mencari solusi bagi masalah yang nyata.
Masalah ini digunakan untuk mengaitkan rasa keingintahuan serta kemampuan
analisis mahasiswa dan inisiatif atas materi pelajaran. PBL mempersiapkan
mahasiswa untuk kritis dan analitis, dan untuk mencari serta menggunakan
sumber pembelajaran yang sesuai.
Sementara itu Bruner dalam Trianto (2011: 91) mengatakan bahwa berusaha
sendiri untuk mencari pemecahan masalah serta pengetahuan yang menyertainya,
menghasilkan pengetahuan yang benar-benar bermakna. Sedangkan menurut John
Dewey dalam Trianto (2011: 91), belajar berdasarkan masalah adalah interaksi
antara stimulus dan respons, merupakan hubungan antara dua arah belajar dan
lingkungan. Lingkungan memberi masukan pada siswa berupa bantuan dan
masalah, sedangkan sistem syaraf otak berfungsi menafsirkan bantuan itu secara
efektif sehingga masalah yang dihadapi dapat diselidiki, dinilai, dianalisis serta
dicari pemecahannya dengan baik.
Terkait tentang karakteristik dari model pembelajaran PBL menurut Ong-Seng
Tan dalam M.Taufik Amir (2010: 22) telah menyampaikan pendapatnya sebagai
berikut :
1. Masalah digunakan sebagai awal pembelajaran
2. Biasanya masalah yang digunakan merupakan masalah dunia nyata yang
disajikan secara mengambang (ill-srtuctured)
3. Masalah biasanya menuntut perspektif majemuk (multiple perspektive)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
4. Masalah membuat pemelajar tertantang untuk mendapatkan pembelajaran di
ranah pembelajaran yang baru
5. Sangat mengutamakan belajar mandiri (self derected learning)
6. Memanfaatkan sumber pengetahuan yang bervariasi, tidak dari satu sumber
saja
7. Pembelajarannya kolaboratif, komunikatif, dan kooperatif. Peserta didik
bekerja dalam kelompok, berinteraksi, saling mengajarkan (peer teaching)
dan melakukan presentasi.
Dari penjelasan di atas dapat diketahui bahwa tujuan dari pembelajaran berbasis
masalah (Problem Base Learning) antara lain adalah :
1. Membantu peserta didik mengembangkan keterampilan berpikir dan
keterampilana memecahkan masalah.
2. Belajar berperan sebagai orang dewasa yang autentik (nyata)
3. Menjadi peserta didik yang mandiri. (Trianto, 2011: 95)
Menurut Suparno dalam Aunurrahman (2011: 22-24) peran guru dalam proses
pembelajaran, antara lain :
1. Menyediakan pengalaman belajar yang memungkinkan peserta didik
bertanggung jawab dalam membuat rancangan, proses dan penelitian.
2. Memberikan kegiatan yang merangsang keingintahuan peserta didik dan
membantu mereka untuk mengekspresikan gagasan-gagasannya serta ide-ide
ilmiahnya.
3. Memonitor, mengevaluasi dan menunjukkan apakah pemikiran-pemikiran
peserta didik dapat didorong secara aktif.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
Adapun manfaat model pembelajaran PBL menurut M.Taufiq Amir (2010: 27-29)
antara lain yaitu:
1. Menjadi lebih ingat dan meningkat pemahamannya tentang materi yang
diajarkan
2. Meningkatkan fokus pada pengetahuan yang relevan
3. Mendorong untuk berpikir kritis
4. Membangun kerjasama tim, kepemimpinan dan ketrampilan sosial
5. Membangun kecakapan belajar (life-long learning skills)
6. Memotivasi pemelajar untuk menyelesaikan masalah sendiri
Norman & Schmid dalam Dorothy H. Evensen and Cindy E. Hmelo (2000: 6)
menyampaikan pendapat bahwa :
Research in psychology predicts several advantages for student in PBL curricula compared with those in traditional medical education contexts PBL student may be more highly motivated, betterat problem solving and self-directed learning, better able to learn and recall information (http://www.questia.com/PM.qst?a=o&d=27763577, diunduh tanggal 19 Januari 2013) Maksudnya bahwa menurut hasil penelitian ilmu Psikologi, ada beberapa
keuntungan yang diperoleh siswa dalam pembelajaran PBLdibandingkan dengan
pada saan mereka masih belajar pada pendidikan kedokteran dalam konteks
pembelajaran tradisional. Peserta didik lebih termotivasi pada pemecahan masalah
dan belajar mandiri, lebih mampu belajar dan mengingat informasi.
Sebenarnya model pengajaran berdasarkan masalah ini telah dikenalkan sejak
lama oleh John Dewey. Menurut Dewey dalam Trianto (2009: 91) belajar
berdasarkan masalah adalah interaksi antara stimulus dan respon, merupakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
hubungan antara dua arah belajar dan lingkungan. Lingkungan memberikan
masukan kepada siswa berupa bantuan dan masalah, sedangkan sistem saraf otak
berfungsi menafsirkan bantuan itu secara efektif sehingga masalah yang dihadapi
dapat diselidiki, dinilai, dianalisis, serta dicari pemecahannya dengan baik.
Sementara itu menurut Bader Shamsan and AT Syed dalam artikelnya berjudul
Evaluation of Problem Based Learning
(http://ijhs.org.sa/index.php/journal/article/view/3 diunduh tanggal 19 Januari
2013) yang mengungkap tentang keunggulan model pembelajaran PBL yaitu
bahwa :
The study reveals that the PBL system helps developing student skill particularly
problem solving skill and help sharpening analytic skills .
Maksudnya bahwa Model pembelajaran PBL membantu mengembangkan
keterampilan peserta didik terutama keteranpilan pemecahan masalahdan
membantu mengasah keterampilan analisis.
Pengajaran berdasarkan masalah merupakan pendekatan yang efektif untuk
pengajaran proses berfikir tingkat tinggi. Pembelajaran ini membantu siswa untuk
memproses informasi yang sudah jadi dalam benaknya dan menyusun
pengetahuan mereka sendiri tentang dunia sosial dan sekitarnya. Pembelajaran ini
cocok untuk mengembangkan pengetahuan dasar maupun kompleks (Ratumanan
dalam Trianto, 2011: 92).
Model pembelajaran berdasarkan masalah dilandasi teori konstruktivis. Pada
model ini pembelajaran dimulai dengan menyajikan masalah nyata yang
penyelesaiannya membutuhkan kerjasama antara siswa, guru memandu siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
menguraikan rencana pemecahan masalah menjadi tahap-tahap kegiatan, guru
memberi contoh mengenai penggunaan keterampilan dan strategi yang dibutuhkan
supaya tugas-tugas tersebut dapat diselessaikan. Guru menciptakan suasana kelas
yang fleksibel dan berorientasi pada upaya penyelidikan oleh siswa.(Trianto,
2011: 92)
Sementara itu seorang psikolog terkenal Gestalt menyarankan bahwa dalam
pembelajaran berbasis masalah sebaiknya : a) pada saat membuat tugas belajar
atau memberikan masalah sebaiknya dalam situasi yang kongkrit dan aktual, b)
pendampingan selama pemecahan masalah tidak boleh berupa prosedur
pengulangan atau peniruan, c) pembelajaran tidak boleh berupa seperangkat
masalah yang sudah usang yang dapat dipecahkan dengan mempelajari
serangkaian langkah hafalan saja.(Margareth E.Gredler, 2011: 74-75).
Dengan kata lain dalam memilih materi pembelajaran berbasis masalah materi
harus yang aktual dan bersifat problematik, sehingga menarik untuk di diskusikan
dalam bentuk model pembelajaran berbasis masalah. Sehingga guru diharapkan
selektif dalam memilih materi yang sesuai dengan model pembelajaran yang akan
diterapkan dalam proses pembelajaran.
b. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Problem Based
Learning ( PBL )
Setiap model pembelajaran selalu terdapat kelebihan dan kelemahannya.
Demikian juga dengan model pembelajaran PBL . Menurut Wina Sanjaya (2011:
220), penerapan model pembelajaran PBL memiliki beberapa keunggulan, antara
lain :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
a. Pemecahan masalah merupakan teknik yang cukup bagus untuk lebih
memahami isi pelajaran, sehingga pembelajaran lebih bermakna.
b. Pemecahan masalah dapat menantang kemampuan siswa serta memberikan
kepuasan untuk menemukan pengetahuan baru bagi siswa
c. Pemecahan masalah dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran siswa
d. Pemecahan masalah dapat membantu siswa bagaimana menstranfer
pengetahuan siswa untuk memahami masalah dalam kehidupan nyata
e. Pemecahan masalah dapat membantu siswa untuk mengembangkankan
pengetahuan barunya dan bertanggung jawab dalam pembelajaran yang
dilakukan.
f. Melalui pemecahan masalah bisa memperlihatkan kepada siswa bahwa setiap
mata pelajaran pada dasarnya merupakan cara berpikir, dan sesuatu yang harus
dimengerti oleh siswa, bukan hanya sekedar dari guru atau dari buku saja.
g. Pemecahan masalah dianggap lebih menyenangkan dan disukai siswa
h. Pemecahan masalah dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk berpikir
kritis dan menyesuaikan dengan pengetahuan baru.
Disamping mengungkapkan tentang kelebihan model PBL, Wina Sanjaya (2011:
221) juga menyampaikan kekurangan dari model pembelajaran PBL, diantaranya
yaitu :
1) Manakala siswa tidak tidak memiliki minat atau siswa berasumsi bahwa
masalah yang dipelajari sulit dipecahkan, maka akan merasa enggan untuk
mencoba.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
2) Keberhasilan model pembelajaran PBL membutuhkan cukup waktu untuk
persiapan.
3) Tanpa pemahaman mengapa siwa berusaha memecahkan masalah yang
dipelajari. Maka siswa tidak akan belajar apa yang ingin dipelajari.
c. Sintaks Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)
Sintaks pembelajaran berisi langkah-langkah praktis yang harus dilakukan
oleh guru dan siswa dalam suatu kegiatan. Dalam pembelajaran berdasarkan
masalah, ada 5 langkah utama yaitu : (Trianto 2011: 98)
Tahapan Aktifitas Guru Aktifitas siswa
Tahap-1 Orientasi siswa pada masalah ( Apersepsi )
Menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan sarana yang dibutuhkan, mengajukan fenomena atau demonstrasi atau informasi (sesuai KD yang akan diajarkan) untuk memunculkan masalah, memotivasi siswa untuk terlibat dalam pemecahan masalah yang dipilih.
Menyimak penjelasan guru dan menyiapkan diri untuk membentuk kelompok diskusi dengan arahan guru.
Tahap-2 Mengorganisasi siswa untuk belajar ( Elaborasi )
Membantu siswa untuk mendefinisikan dan mengorganisasi tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut
Melaksanakan diskui pemecahan masalah yang diberikan guru secara kelompok.
Tahap-3 Membimbing kegiatan diskusi kelompok ( Eksplorasi )
Mendorong/memotifasi siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan diskusi kelompok untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah. Juga menugaskan untuk mencari sumber data dengan melakukan wawancara dengan nara sumber yang relevan dan juga sumber kapustakan.
Mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas secara kelompok
Tahap-4 Mengembangkan
Membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan
Melanjutkan mempresentasikan hasil
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
dan menyajikan hasil karya (Eksplorasi )
laporan hasil diskusi serta membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya dalam menyusun dan membuat laporan.
diskusi di depan kelas secara kelompok
Tahap-5 Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah ( Konfirmasi )
Membantu siswa untuk melakukan mempresentasikan hasil diskusi kelompok, melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan.
Bersama-sama guru menyimpulkan materi.
Tahap 6 Penutup
Memberikan Post Tes tertulis dan langsung dikumpulkan. Menyampaikan tugas untuk pertemuan berikutnya.
Mengerjakan Post tes
2. Pembelajaran Sejarah
a. Pembelajaran
Apabila kita akan membahas mengenai istilah pembelajaran, maka kita tidak akan
bisa lepas dari pembahasan masalah belajar. Terkait dengan istilah belajar ini,
Burton dalam Aunurrahman (2011: 35), merumuskan pengertian belajar sebagai
perubahan tingkah laku pada diri individu dengan individu dan individu dengan
lingkungannya sehingga mereka mampu berinteraksi dengan lingkungannya.
Pendapat lain dikemukakan oleh Abdillah, dalam Aunurrahman (2011: 35),
yang mengemukakan bahwa belajar adalah suatu usaha sadar yang dilakukan oleh
individu dalam perubahan tingkah laku baik melalui latihan dan pengalaman yang
menyangkut aspek-aspek kognitif, afektif dan psikomotorik untuk memperoleh
tujuan tertentu.
Gagne, dalam Deni Darmawan dan Permasih (2011: 124), juga
menyumbangkan pendapatnya dengan menyatakan bahwa belajar adalah suatu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
proses di mana suatu organisme/individu berubah perilakunya sebagai akibat
pengalaman. Dari pengertian tersebut disimpulkan bahwa terdapat tiga unsur
pokok dalam belajar, yaitu: (a) proses, (b) perubahan perilaku, (c) pengalaman.
(a) Proses, maksudnya belajar adalah proses mental dan emosional atau proses
berpikir dan merasakan. Seseorang dikatakan belajar apabila pikiran dan
perasaannya aktif.
(b) Perubahan perilaku, maksudnya hasil belajar akan tampak pada perubahan
perilaku individu yang belajar.
(c) Pengalaman, maksudnya belajar dapat dilakukan melalui pengalaman
langsung maupun pengalaman tidak langsung.
Selanjutnya Sudjana dalam Deni Darmawan dan Permasih (2011: 127),
menyatakan bahwa hakikat belajar adalah proses interaksi terhadap semua situasi
yang ada di sekitar individu. Belajar juga merupakan proses melihat, mengamati
dan memahami sesuatu. Sedangkan menurut Degeng dalam La Maskone (2011:
42) belajar adalah proses perubahan tingkah laku pada diri sendiri disebabkan
adanya interaksi antar individu, dan individu dengan lingkungannya. Belajar
menjadi lebih mudah dan menyenangkan bagi siswa apabila dilakukan dengan
metode yang lebih efektif, efisien, dan memiliki daya tarik yang tinggi.
Dari uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa seseorang telah mengalami
proses belajar apabila terjadi peerubahan, dari sebelumnya tidak mengetahui
sesuatu menjadi mengetahui dan juga merupakan proses melihat, mengamati dan
memahami sesuatu, baik dengan bantuan orang lain maupun secara otodidak.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
. Dan kalau kita cermati pada prinsipnya hal-hal yang menyangkut
pengertian belajar diantaranya adalah :
1. Belajar merupakan suatu proses, yaitu kegiatan yang berkesinambungan yang
dimulai sejak lahir dan terus berlangsung seumur hidup
2. Dalam belajar terjadi adanya perubahan tingkah laku yang bersifat relatif
permanen
3. Hasil belajar ditunjukkan dengan aktifitas tingkah laku secara keseluruhan
4. Adanya peranan kepribadian dalam proses belajar, antara lain aspek motivasi,
emosional, sikap, dan sebagainya, (Deni Darmawan dan Permasih, 2011:
127)
Adapun ciri-ciri umum kegiatan belajar menurut Wragg, dalam Aunurrahman
(2011: 35-37) adalah sebagai berikut :
1. Belajar menunjukkan suatu aktifitas pada diri seseorang yang
disadari/disengaja
2. Belajar merupakan interaksi individu dengan lingkungannya
3. Belajar ditandai dengan perubahan tingkah laku
Terkait tentang masalah belajar, Nana Sudjana (2011: 22) menyampaikan
pendapatnya tentang adanya penggolongan atau tingkatan jenis perilaku belajar
itu sendiri yang terdiri dari tiga ranah (diambil dari pendapat Benyamin S.Bloom),
yaitu ;
1. Ranah kognitif, terdiri dari enam jenis atau tingkatan perilaku :
a. Pengetahuan, mencakup kemampuan ingatan tentang hal-hal yang telah
dipelajari dan tersimpan di dalam ingatan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
b. Pemahaman, mencakup kemampuan menangkap sari dan makna tentang hal-hal
yang dipelajari.
c. Penerapan, mencakup kemampuan menerapkan metode, dan kaidah untuk
menghadapi masalah yang nyata dan baru.
d. Analisis, mencakup kemampuan merinci suatu kesatuan ke dalam bagian-
bagian sehingga struktur keseluruhan dapat dipahami dengan baik.
e. Sintesis, mencakup kemampuan membentuk suatu pola baru
f. Evaluasi, mencakup kemampuan membentuk pendapat tentang beberapa hal
berdasarkan kriteria tertentu.
2. Ranah Afektif menurut Krathwohl & Bloom dkk dalam Aunurrahman (2011:
50-51), terdiri dari tujuh jenis perilaku, yaitu :
a. Penerimaan, yang mencakup kepekaan tentang hal tertentu dan kesediaan
memperhatikan hal tersebut.
b. Partisipasi, yang mencakup kerelaan, kesediaan memperhatikan dan
berpartisipasi dalam suatu kegiatan
c. Penilaian dan penetuan sikap, yang mencakup penerimaan terhadap suartu nilai,
menghargai, mengakui, dan menentukan sikap.
d. Organisasi, yang mencakup kemampuan membentuk suatu sistem nilai sebagai
pedoman dan pegangan hidup.
e. Pembentukan pola hidup, yang mencakup kemampuan menghayati nilai,
dan membentuknya menjadi pola nilai kehidupan pribadi.
3. Ranah Psikomotor (Simpson dalam Aunurrahman, 2011: 52), terdiri dari tujuh
kemampuan motorik, yaitu :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
a. Persepsi, yang mencakup kemampuan memilah-milah/mendeskripsikan sesuatu
secara khusus dan menyadari adanya perbedaan antara sesuatu tersebut.
b. Kesiapan, yang mencakup kemampuan menempatkan diri dalam suatu keadaan
dimana akan terjadi suatu gerakan atau rangkaian gerakan.
c. Gerakan terbimbing, yang mencakup kemampuan melakukan gerakan sesuai
contoh atau gerakan peniruan.
d. Gerakan terbiasa, yang mencakup kemampuan gerakan-gerakan tanpa contoh.
e. Gerakan kompleks, yang mencakup kemampuan melakukan gerakan atau
keterampilan terdiri dari banyak tahap secara lancar, efisien dan tepat.
f. Penyesuaian pola gerakan, yang mencakup kemampuan melakukan perubahan
dan penyesuaian pola gerak dengan persyaratan khusus yang berlaku.
g. Kreativitas, yang mencakup kemampuan melahirkan pola-pola gerakan yang
baru atas dasar prakarsa sendiri.
Aktifitas belajar secara sistematis dan kontinyu dapat kita jumpai dalam proses
pembelajaran. Terkait dengan istilah pembelajaran, Trianto (2009:17),
berpendapat bahwa pembelajaran pada hakekatnya adalah usaha sadar dari
seorang guru untuk membelajarkan siswanya (mengarahkan interaksi siswa
dengan sumber belajar lainnya) dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan.
Jadi dengan kata lain pembelajaran merupakan interaksi dua arah dari seorang
guru dan peserta didik, di mana antara keduany terjadi komunikasi (transfer) yang
intens dan terarah menuju pada suatu target yang ditetapkan sebelumnya.
Clements & Battista, dalam Trianto (2011:18), menyatakan bahwa pembelajaran
hanya sekedar penyampaian fakta, konsep, prinsip, dan keterampilan kepada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
siswa. Pendapat lain tentang pembelajaran juga didampaikan oleh Margaret
E.Gredler (2011: 248), yang menyatakan bahwa proses pembelajaran adalah
kegiatan yang bertujuan untuk mengembangkan potensi diri peserta didik tentang
kekayaan pengetahuan yang dimiliki dan strategi efektif untuk memahami dan
menguasai informasi dalam ranah yang berbeda-beda. Sedangkan komponen
utama dalam pembelajaran itu sendiri terdiri dari : a) menstrukturisasi kerangka
belajar, maksudnya menangani kerangka belajar yang terdiri pengetahuan peserta
didik dan organisasi informasi yang akan dipelajari, b) memfasilitai perhatian
pemelajar/peserta didik, maksudnya menciptakan lingkungan yang membuat
siswa dapat fokus pada tugasnya dan kemudian memberikan penilaian informal
atas persepsi peseta didik, c) memfasilitasi pengkodean informasi, maksudnya
riset laboratoris menunjukkan bahwa tes sebelum penilaian akhir akan dapat
memperkuat ingatan dan pemahaman peserta didik, dan d) mengajari siswa
mengonstruksi makna untuk memperkaya pemahaman mereka atas pengetahuan
yang bersifat tekstual maupun kontekstual.
Syarifah Mursidah dalam Subiyanto (2007:117) juga memberikan sumbangan
pemikirannya dengan mengatakan bahwa pembelajaran adalah suatu kegiatan
yang bernilai edukatif, nilai tersebut mewarnai interaksi yang terjadi antara guru
dengan peserta didik. Interaksi dalam kegiatan pembelajaran dikatakan bernilai
edukatif karena diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu yang telah dirumuskan
sebelum pengajaran dilakukan.
Dari uraian di atas maka disimpulkan bahwa pembelajaran pada dasarnya adalah
interaksi antara guru dengan peserta didik dalam kegiatan mentransfer ilmu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
pengetahuan di kelas dengan tujuan untuk tercapainya pemahaman dari tidak tahu
menjadi tahu dan adanya perubahan sikap dan tingkah laku peserta didik kepada
kondisi yang lebih baik dan berkualitas.
Sementara itu kita menyadari bahwa kegiatan pembelajaran merupakan
kegiatan terencana dan terprogram dengan memiliki ciri-ciri yang spesifik sebagai
berikut :
1. Siswa terlibat aktif dalam belajarnya, maksudnya siswa belajar
materi/pengetahuan yang bermakna dengan bekerja dan berpikir
2. Dalam proses pembelajaran informasi baru harus dikaitkan dengan informasi
sebelumnya, sehingga menyatu dengan skemata yang dimiliki siswa.
(Hudojo dalam Trianto, 2009:19)
Senada dengan hal tersebut, Gagne dalam Margaret E.Gredler (2011: 195)
berpendapat bahwa karakter/prinsip-prisip pembelajaran yaitu sebagai berikut :
1. Kegiatan pembelajaran merupakan kegiatan eksternal yang mempengaruhi
pemelajar/peserta didik pada saat melakukan kegiatan belajar
2. Pembelajaran tidak memiliki tujuan tunggal, sebaliknya pembelajaran
memiliki fungsi yang sesuai dengan tahapan pemrosesan informasi dalam
belajar.
3. Keputusan tentang pembelajaran harus dibuat dalam konteks keterampilan
atau keterampilan yang akan dipelajari.
Dalam proses pembelajaran guru harus menyiapkan desain pembelajaran agar
dalam pelaksanaannya dapat berlangsung lebih baik. Terkait dengan masalah
persiapan untuk membuat dan menyusun desain pembelajaran, menurut Gagne
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
dalam Margaret E. Gredler ( 2011:195 ) terdapat lima kriteria dalam desain
pembelajaran, yaitu :
1. Pembelajaran harus dirancang untuk memfailitasi belajar siswa secara
individu
2. Kegiatan pembelajaran jangka panjang maupun menengah harus dimasukkan
dalam desain pembelajaran
3. Perencanaan pembelajaran tidak boleh sembarangan
4. Pembelajaran harus di desain dengan menggunakan pendekatan sistem
5. Desain pembelajaran harus didasarkan pada cara manusia belajar
Proses pembelajaran yang kita harapkan adalah bentuk proses pembelajaran yang
baik dan ideal serta dapat diimplementasikan oleh guru dalam kegiatan
pembelajaran mereka.
Adapun kriteria atau ciri-ciri kegiatan pembelajaran yang baik menurut Toto
Fathoni (2011:161-162) adalah :
1) Memiliki tingkat relevansi epistemologi yang tinggi, artinya proses belajar
yang dilakukan peserta didik relevan dengan hakekat ilmu yang sedang
dipelajari peserta didik.
2) Memiliki tingkat relevansi psikologis; dalam hal ini ilmu dipandang sebagai
alat berpikir. Makin tinggi kadar berpikir peserta didik di dalam kegiatan
belajar makin berkualitas proses pembelajaran tersebut.
3) Memiliki tingkat relevansi sosiologis, maksudnya proses pembelajaran yang
baik akan memberi kesempatan kepada peserta didik untuk menghayati nilai-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
nilai sosial yang ada, seperti saling menghargai pendapat, bekerja sama, dan
sebagainya.
4) Memberi kesempatan kepada peserta didik untuk berpartisipasi secara optimal.
Karena proses pembelajaran yang terlalu didominasi oleh guru dinilai tidak
baik.
5) Memiliki tingkat efisiensi dan efektifitas yang tinggi. Hal ini dapat dilihat dari
tingkat pencapaian tujuan yang optimal dan komprehensif serta dengan sumber
daya yang relatif hemat.
b. Sejarah
Kita sudah sering mendengarkan istilah sejarah dalam kehidupan sehari-hari.
Terutama apabila kita akan menelusuri asal-usul terjadinya suatu peristiwa yang
kita alami atau kita jumpai sekarang ini.
Oleh karena itu untuk lebih jelasnya akan penulis sampaikan penjelasan tentang
makna sejarah itu sendiri. Menurut Permendiknas No.22 Tahun 2006 tentang
Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, menyebutkan bahwa
sejarah merupakan cabang ilmu pengetahuan yang menelaah tentang asal-usul dan
perkembangan serta peranan masyarakat di masa lampau berdasarkan metode
tertentu.
Disamping itu Kuntowidjojo dalam Aman (2011: 15) menyatakan bahwa sejarah
merupakan rekonstruksi masa lampau dan yang direkonstuksi sejarah adalah apa
saja yang sudah dipikirkan, dikatakan, dikerjakan, dirasakan, dan dialami oleh
manusia. Sidi Gazalba dalam Aman (2011:15) juga mengemukakan bahwa sejarah
adalah gambaran masa lalu tentang manusia dan sekitarnya sebagai makhluk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
sosial, yang disusun secara ilmiah dan lengkap, meliputi urutan fakta masa
tersebut dengan tafsiran dan penjelasan, yang memberi pengertian dan kepahaman
tentang apa yang telah berlalu itu. Sedangkan menurut Sartono Kartodirdjo dalam
Aman ( 2011:22 ) yang dimaksud dengan sejarah adalah cerita tentang
pengalaman kolektif suatu komunitas atau bangsa di masa lampau yang akan
membentuk kepribadian nasional dan sekaligus menentukan identitas nasional
bangsa tersebut.
Dari beberapa uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa sejarah adalah suatu
ilmu pengetahuan yang mempelajari segala peristiwa atau kejadian yang telah
benar-benar terjadi pada masa lampau dalam kehidupan umat manusia.
Dalam Permendiknas No.22 tahun 2006 Standar Isi : 523 dijelaskan bahwa mata
pelajaran Sejarah memiliki arti strategis dalam pembentukan watak dan peradaban
bangsa yang bermartabat serta dalam pembentukan manusia Indonesia yang
memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air, karena materi sejarah:
1. Mengandung nilai-nilai kepahlawanan, keteladanan, kepeloporan,
patriotisme, nasionalisme, dan semangat pantang menyerah yang mendasari
proses pembentukan watak dan kepribadian peserta didik;
2. Memuat khasanah mengenai peradaban bangsa-bangsa, termasuk peradaban
bangsa Indonesia. Materi tersebut merupakan bahan pendidikan yang
mendasar bagi proses pembentukan dan penciptaan peradaban bangsa
Indonesia di masa depan;
3. Menanamkan kesadaran persatuan dan persaudaraan serta solidaritas untuk
menjadi perekat bangsa dalam menghadapi ancaman disintegrasi bangsa;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
4. Sarat dengan ajaran moral dan kearifan yang berguna dalam mengatasi krisis
multidimensi yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari;
5. Berguna untuk menanamkan dan mengembangkan sikap bertanggung jawab
dalam memelihara keseimbangan dan kelestarian lingkungan hidup.
Sementara itu mata pelajaran Sejarah juga mempunyai tujuan agar peserta didik
memiliki kemampuan sebagai berikut (Permendiknas No.22 tahun 2006 Standar
Isi : 524) :
1. Membangun kesadaran peserta didik tentang pentingnya waktu dan tempat
yang merupakan sebuah proses dari masa lampau, masa kini, dan masa depan
2. Melatih daya kritis peserta didik untuk memahami fakta sejarah secara benar
dengan didasarkan pada pendekatan ilmiah dan metodologi keilmuan
3. Menumbuhkan apresiasi dan penghargaan peserta didik terhadap peninggalan
sejarah sebagai bukti peradaban bangsa Indonesia di masa lampau
4. Menumbuhkan pemahaman peserta didik terhadap proses terbentuknya bangsa
Indonesia melalui sejarah yang panjang dan masih berproses hingga masa
kini dan masa yang akan datang
5. Menumbuhkan kesadaran dalam diri peserta didik sebagai bagian dari bangsa
Indonesia yang memiliki rasa bangga dan cinta tanah air yang dapat
diimplementasikan dalam berbagai bidang kehidupan baik nasional maupun
internasional.
Dari penjelasan diatas maka disimpukan bahwa pembelajaran sejarah adalah
proses interaksi antara guru dengan peserta didik dalam kegiatan mentransfer
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
ilmu pengetahuan sejarah di kelas dengan tujuan agar peserta didik dapat menjadi
manusia yang mempunyai rasa kebangsaan, patriotisme dan cinta tanah air.
3. Berpikir Kritis
a. Pengertian Berpikir Kritis
Berpikir kritis bukanlah sesuatu yang sulit dan esoteris yang hanya bisa
dilakukan oleh manusia yang memiliki nilai IQ berkategori genius. Sebaliknya,
berpikir kritis merupakan sesuatu yang dapat dilakukan oleh semua orang.
Berpikir kritis membantu kita memandang diri sendiri, bagaimana kita
memandang dunia, dan bagaimana kita berhubungan dengan orang lain. Berpikir
kritis membantu kita meneliti perilaku kita dan menilai nilai-nilai kita. Berpikir
kritis merupakan sebuah keterampilan hidup, bukan hobi dibidang akademik
(Ruggiero dalam Elaine B.Johnson, 2011: 189). Karena berpikir kritis adalah hobi
berpikir yang bisa dikembangkan oleh setiap orang, maka hobi ini harus diajarkan
siswa di SD,SMP dan SMA.
Menurut John Dewey dalam Elaine B.Johnson (2011: 187), berpikir kritis adalah
berpikir dengan baik, dan merenungkan tentang proses berpikir merupakan bagian
dari berpikir dengan baik. John Dewey juga mengatakan bahwa sekolah harus
mengajarkan cara berpikir yang benar pada anak-anak. Sementara itu Vincent
Ruggiero dalam Elaine B.Johnson (2011: 187), mengartikan berpikir sebagai
membuat keputusan, atau memenuhi keinginan untuk memahami dan berpikir
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
Terkait dengan kemampuan berpikir kritis, buku Panduan Teknis Pembelajaran
Yang Mengembangkan Critical Thinking mengutip pendapat Arthur L.Costa
(2009: 11) yang mengatakan bahwa berpikir kritis adalah aktivitas mental yang
dilakukan untuk mengevaluasi kebenaran sebuah pernyataan. Pada umumnya
evaluasi berakhir dengan keputusan untuk menerima, menyangkal, atau
meragukan kebenaran pernyataan yang bersangkutan.
Sementara itu Direktur Pusat Bahasa dan Pemikiran Kritis di LaGuardi College,
City Unuverity of New York (CUNY), John Chaffee dalam Elaine B.Johnson
(2011: 187) menjelaskan bahwa berpikir kritis sebagai berpikir untuk menyelidiki
secara sistematis proses berpikir itu sendiri. Maksudnya tidak hanya memikirkan
dengan sengaja, tetapi juga meneliti bagaimana kita dan orang lain menggunakan
bukti dan logika.
Ada keterkaitan antara berpikir kritis dengan berpikir kreatif. Menurut Filsaime
dalam Yuli Nurul Fauziah, Wahyu Sopandi, Mubiar Agustin (2010: 61) berpikir
kreatif adalah proses berpikir yang memiliki ciri-ciri kelancaran (fluency),
keluwesan (flexibellity), keaslian atau originalitas (originallity) dan merinci atau
elaborasi (elaborate).
Kelancaran adalah kemampuan mengeluarkan ide atau gagasan yang benar
sebanyak mungkin secara jelas. Keluwesan adalah kemampuan untuk
mengeluarkan banyak ide atau gagasan yang beragam dan tidak monoton dengan
melihat dari berbagai sudut pandang. Originalitas adalah kemampuan
mengeluarkan ide atau gagasan yang unik dan tidak biasa. Elaborasi adalah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
kemampuan untuk menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi dan menambah
kerincian dari ide atau gagasannya sehingga lebih menjadi lebih bernilai.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa berpikir kritis adalah
kemampuan mengaplikasikan rasional, dan kegiatan berpikir tingkat tinggi, yang
meliputi kegiatan menganalisis, mensintesis, mengenal permasalahan dan
pemecahannya, menyimpulkan dan mengevaluasi.
b. Delapan Langkah untuk Menjadi Pemikir Kritis
Menurut pendapat Elaine B.Johnson (2011: 192-200) untuk menjadi pemikir kritis
sebaiknya melalui tahapan-tahapan sistematis. Menurut beliau ada delapan
langkah untuk menjadi pemikir kritis. Kedelapan langkah tersebut disajikan dalam
bentuk sebuah pertanyaan karena dengan menjawab pertanyaan, para siswa
dilibatkan dalam kegiatan mental yang mereka perlukan untuk mendapatkan
pemahaman yang mendalam :
1. Apa sebenarnya isu, masalah, keputusan, atau kegiatan yang sedang
dipertimbangkan? Ungkapkan dengan jelas !
Sebuah masalah atau isu mustahil bisa diteliti sebelum masalah atau isu tersebut
digambarkan dengan jelas. Oleh karena itu, subyek yang akan diteliti harus
dijelaskan dengan setepat-tepatnya.
2. Apa sudut pandangnya ?
Sudut pandang, sudut pribadi yang kita gunakan dalam memandang sesuatu, dapat
membutakan kita dari kebenaraan.
3. Apa alasan yang diajukan ?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
Sebenarnya kita semua percaya bahwa keyakinan dan tindakan kita didasarkan
pada alasan yang masuk akal.
4. Asumsi-asumsi apa saja yang dibuat ?
Asumsi adalah ide-ide yang kita terima apa adanya.
5. Apakah bahasanya jelas ?
Pemikir kritis berusaha untuk memahami. Dalam mencari makna, mereka sangat
memperhatikan kata-kata/bahasa.
6. Apakah alasan didasarkan pada bukti-bukti yang meyakinkan ?
Bukti adalah informasi yang akurat dan dapat dipercaya.
7. Kesimpulan apa yang ditawarkan ?
Setelah mengumpulkan dan mengevaluasi informasi untuk memecahkan masalah,
mengembangkan sebuah proyek, atau memutuskan sebuah perkara, pemikir kritis
mulai merumuskan kesimpulan yang tepat.
8. Apakah implikasi dari kesimpulan-kesimpulan yang sudah diambil ?
Kesimpulan yang menyangkut persoalan pribadi maupun publik hampir selalu
memiliki efek samping yang tidak diharapkan
c. Proses Berpikir Kritis
Perilaku berpikir kritis sebaiknya dibiasakan dalam kehidupan sehari-hari.
Adapun tahapan dalam proses berpikir kritis adalah sebagai berikut :
1) bermula dari ilmu pengetahuan, semua dimulai dengan mengetahui serta
meningkatkan pemahaman mengenai topik yang dipikirkan.
2) meningkatkan pemahaman, ini adalah tahap seseorang mengerti tentang apa
yang dipikirkannya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
3) Aplikasi, jika tidak dapat mengaplikasikan pemikiran dan pengetahuan pada
kehidupan nyata, menerapkannya untuk hal yang bermanfaat bagi
kehidupan, maka anda sesungguhnya tidak mengehui pentingnya
memikirkan suatu topik. Oleh karena itu, carilah sesuatu yang bermanfaat
untuk anda pikirkan.
4) Analisis topik yang sedang anda pikirkan, membagi informasi ke dalam
kategori dan sub kategori, memilih dan memilah berbagai hal yang masuk
ke dalam bagian yang lebih penting.
5) Sintesis, ini adalah langkah dalam mengorganisir, menyusun konsep,
mengubah (menyusun), dan menciptakan hal baru yang anda kembangkan
dari yang sudah ada.
6) Evaluasi, lihat kembali produk akhir anda. Jika anda menyukainya, maka
tuntaskan. Jika tidak, kembali ke langkah awal dengan sasaran dan tujuan
yang berbeda. Ingat, jangan menyelesaikan sesuatu yang anda tidak sukai.
( http://gurupembaharu.com/home/berpikir-kritis/ diunduh tgl 7 Januari 2011)
Model di atas menggambarkan tahap-tahap berpikir kritis yang digunakan dalam
pentahapan dalam ranah kognitif Benyamin S Bloom. Dalam pengem bangan
yang terakhir justru evaluasi tidak menjadi puncak kemampuan berpikir kritis.
Puncak yang sesungguhnya adalah kemampuan untuk mengubah ide menjadi
karya yang inovatif.
Dalam Panduan Teknis Pembelajaran yang Mengembangkan Critical Thinking
(2009: 18) dijelaskan bahwa indikator untuk mengukur kemampuan berpikir kritis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
antara lain : 1) membandingkan, 2) hubungan sebab akibat, 3) memberi alasan, 4)
meringkas, 5) menyimpulkan, 6) berpendapat,7) mengelompokkan, 8)
menciptakan, 9) menerapkan, 10) analisis, 11) sintesis, 12) evaluasi.
Sedangkan karakteristik berpikir kritis menurut Robert Duron, dkk yang dikutip
dalam Panduan Teknis Pembelajaran yang Mengembangkan Critical Thinking
(2009: 19) yaitu :1) kegiatan merumuskan pertanyaan, 2) membatasi
permasalahan, 3) menguji data, 4) menguji berbagai pendapat dan bias,
5) menghindari pertimbangan yang emosional, 6) menghindari penyederhanaan
berlebihan, 7) mempertimbangkan berbagai interpretasi, 8) mempertimbangkan
toleransi ambiguitas.
Adapun cara untuk mengembangkan kompetensi berpikir kritis, diantaranya
adalah :
1) kuasai terlebih dahulu kemampuan-kemampuan berpikir dasar ( induktif,
deduktif dan reflektif )
2) selalu bersikap skeptis tentang segala sesuatu
3) Tanamkan dalam diri kita bahwa tidak ada kebenaran yang mutlak selain
yang datang dari Allah SWT
4) Yakini bahwa selalu ada kemungkinan kekeliruan atau kesalahan dari suatu
pernyataan
5) Yakini bahwa tidak ada larangan untuk berpikir kritis dan berpendapat lain
6) Yakini bahwa pendapat orang banyak belum tentu benar
7) Yakini bahwa berpikir kritis adalah juga kunci untuk maju
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
8) Selalu dahului keputusan yang kita ambil sekecil apapun dengan berpikir
nalar (menggunakan logika)
9) Jika kita berpikir kritis, jangan lupa bahwa orang lainpun mau.
(http://didin-uninus.blogspot.com/2008/03/berpikir-kritis-dan
pengembangannya.html)
4. Hasil Belajar
Untuk mengetahui efektivitas kegiatan pembelajaran, guru perlu melihat hasil
prestasi belajar peserta didik. Pembelajaran adalah pemerolehan pengetahuan
tentang sesuatu hal atau keterampilan melalui belajar pengalaman dan pengajaran.
Dan yang dimaksud dengan pengajaran itu sendiri adalah usaha untuk
menunjukkan atau membantu seseorang untuk menjadi mengerti. ( Brown dalam
Darmiyati, 2009: 540). Lebih jauh Brown dalam Darmiyati (2009: 540)
mengemukakan bahwa terdapat tujuh macam konsep pembelajaran yaitu: 1)
pembelajaran menyangkut hal yang praktis, 2) pembelajaran adalah penyampaian
informasi, 3) pembelajaran adalah penyusunan organisasi, 4) pembelajaran
memerlukan kearifan dan kesadaran, 5) pembelajaran relatif permanen, 6)
pembelajaran menvakup hal yang praktis, 7) pembelajaran adalah perubahan
tingkah laku.
Sementara itu menurut Dimyati dalam Sri Hastuti Lastyawati ( MIIPS Volume
11 No.2 September 2010 yang dimaksud dengan evaluasi hasil belajar merupakan
proses untuk menentukan nilai hasil belajar siswa melalui kegiatan penilaian
dan/atau pengukuran hasil belajar. Tujuan utamanya adalah untuk mengetahui
tingkat keberhasilan yang dicapai siswa setelah mengikuti suatu kegiatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
pembelajaran, dimana tingkat keberhasilan tersebut kemudian ditandai dengan
skala nilai berupa huruf , kata atau simbol. Sedangkan menurut Sudjana dalam Sri
Hastuti Lastyawati ( MIIPS Volume 11 No.2 September 2010 ) penilaian hasil
belajar adalah proses pemberian nilai terhadap hasil-hasil belajar yang dicapai
siswa dengan kriteria tertentu. Hal ini mengisyaratkan bahwa obyek yang
dinilainya adalah hasil belajar siswa. Hasil belajar siswa pada hakekatnya adalah
perubahan tingkah laku. Penilaian proses belajar adalah upaya memberi nilai
terhadap kegiatan belajar mengajar yang dilakukan oleh siswa dan guru dalam
mencapai tujuan-tujuan pengajaran.
Sedangkan menurut Gagne dalam Nurdin Ibrahim (2009: 111) yang
dimaksud dengan belajar adalah seperangkat proses kognitif yang mengubah sifat
stimulasi dari lingkungan menjadiyang diperlukan beberapa tahapan pengolahan
informasi yang diperlukan untuk memperoleh kapabilitasyang baru. Kapabilitas
inilah yang disebut dengan hasi belajar.
Menurut Gagne dan Briggs dalam Nurdin Ibrahim (2009: 111) terdapat 5 kategori
kapabilitas hasil belajar, yaitu : 1) keterampilan intelektual (intellectual skill), 2)
strategi kognitif (cognitive strategies), 3) informasi verbal (verbal information),
4) keterampilan motorik (motor skill), dan 5) sikap (atitudes).
Sedangkan menurut Reigeluth dalam Nurdin Ibrahim (2009: 112) yang dimaksud
hasil belajar adalah suatu kinerja (performance) yang diindikasikan sebagai suatu
kapabilitas (kemampuan) yang telah diperoleh.
Terkait dengan masalah hasil belajar, Winkel dalam Mery Noviyanti (2011: 82)
menyampaikan pendapatnya tentang prestasi belajar. Menurut mereka yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
dimaksud dengan prestasi belajar adalah bukti keberhasilan yang telah dicapai
peserta didik yang mana setiap kegiatan belajar dapat menimbulkan suatu
perubahan yang khas/spesifik. Senada dengan Winkel, Arikunto dalam Mery
Noviyanti (2011: 82-83) mengatakan bahwa pencapaian tujuan pembelajaran yang
berupa prestasi belajar merupakan hasil dari kegiatan belajar mengajar semata.
Sedangkan Gagne&Briggs dalam Sukiniarti (2006:13) menyatakan bahwa hasil
belajar merupakan kemampuan internal yang meliputi pengetahuan, keterampilan
dan sikap yang telah menjadi milik pribadi sesorang dan memungkinkan orang itu
melakukan sesuatu. Jadi pada prinsipnya hasil belajar itu merupakan kemampuan
yang diperoleh seseorang setelah melakukan kegiatan belajar.
Sementara itu menurut Djamarah dalam Darmansyah dalam Arlis Efi Adriani
(2010: 4) yang dimaksud dengan hasil belajar adalah penilaian pendidikan tentang
kemampuan siswa setelah melakukan aktifitas belajar. Disisi lain Zamroni dalam
Zamrefrida dalam Arlis Efi Adriani (2010: 4) mengatakan bahwa hasil belajar
dapat digunakan memotivasi peserta didik dan guru agar dapat melakukan
perbaikan dan peningkatan kualitas pembelajaran.
Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar itu merupakan
bentuk perilaku berupa pengetahuan, keterampilan, sikap, informasi, dan atau
strategi kognitif yang baru diperolaeh siswa setelah berinteraksi dengan
lingkungan dalam suatu suasana atau kondisi pembelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
B. Penelitian Yang Relevan
1. Arinawati Dwi Lestari, 2010 Model Problem Based-Learning (PBL)
Untuk Meningkatkan Partisipasi Dan Prestasi Belajar Ilmu Pengetahuan Alam
(IPA) Pada Siswa Kelas X1 di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Teknologi
Informatika Pelita Nusantara Kediri Tahun Pelajaran 2010/2011.
Dalam hasil penelitiannya dibuktikan bahwa :
(1) Pembelajaran dengan model PBL dapat meningkatkan partisipasi siswa
dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi. Partisipasi siswa dalam
pembelajaran yang menggunakan model PBLdari siklus ke siklus mengalami
peningkatan, Pada siklus 1 mencapai 13,3% siklus ke 2 menjadi 40% dan siklus
ke 3 meningkat menjadi 83,3% yang berarti telah mencapai batas yang telah
ditetapkan yaitu 80%.
(2) Pembelajaran dengan model PBL dapat meningkatan prestasi belajar siswa.
Prestasi siswa dalam pembelajaran yang menggunakan model PBL dari siklus ke
siklus mengalami pengingkatan. Berdasarkan data prestasi belajar, jumlah siswa
yang mencapai KKM dalam siklus 1 sejumlah 33,3% pada siklus 2 mengingkat
menjadi 53,3% dan pada siklus 3 menjadi 80% yang berarti ketuntasan belajar
IPA pada pokok bahasan manajemen limbah telah terpenuhi dan
(3) Peningkatan partisipasi siswa dikarenakan siswa menggunakan berbagai
sumber informasi diantaranya dengan melaksanakan diskusi antar kelompok,
mencari narasumber serta mendapatkan informasi secara on-line guna
menyelesaikan masalah. Sedangkan peningkatan prestasi belajar siswa
dipengaruhi faktor minat , guru dan sumber belajar . Guru sebagai faktor eksternal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
mengembangkan dan memberikan penalaran teknik serta melatih dalam
menggunakan berbagai sumber belajar supaya minat siswa dalam pembelajaran
meningkat. Para siswa yang kurang mempunyai partisipasi dan prestasi belajar
yang baik dikarenakan rasa kurang nyaman dalam proses pengolahan limbah ,
memiliki sifat mudah menyerah dalam menghadapi masalah dan tidak memiliki
kemauan serta kemampuan yang cukup dalam mengikuti pembelajaran .
2. Gino, 2007 Pengaruh Model Pembelajaran Preoblem Based Learning,
Cooperative Learning Dan Ekspositorik Terhadap Prestasi Belajar Pendidikan
Kewarganegaraan Ditinjau Dari Tingkat Intelegensi Siswa Smp Di Kec.
Jatisrono, Wonogiri.
Berdasar penelitiannya dibuktikan bahwa:
(1) Ada pengaruh yang signifikan model pembelajaran terhadap potensi belajar
Pendidikan Kewarganegaraan, Model Problem Based Learning memiliki
pengaruh yang paling signifikan, didiikuti Cooperative Learning dan Ekspositori,
(2) Ada pengaruh yang signifikan tingkat siswa terhadap prestasi belajar
Pendidikan Kewarganagaraan. Dari hasil penelitian dibuktikan bahwa siswa yang
memiliki IQ tinggi lebih baik prestasi belajarnya daripada siswa yang memiliki IQ
rendah,
(3) Ada interaksi pengaruh yang signifikan antara model pembelajaran dan
tingkat intelegensi siswa terhadap prestasi belajar Pendidikan Kewarganagaraan.
Berdasar uji penelitian secara umum model PBL memiliki pengaruh signifikan
yang paling kuat, diikuti Cooperative Learning dan Ekspositori. Namun bila
ditinjau secara khusus pada tingkat IQ rendah, model pembelajaran PBL sama
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
pengaruhnya dengan Cooperative Learning dan dengan model Ekspositori,
prestasi belajarnya lebih baik.
Model pembelajaran PBL menekankan pada pemecahan masalah pada
kehidupan nyata. Model Cooperatiove Learning menekankan pada aspek kerja
sama kelompok sedangkan model Ekpositori menekankan presentasi. Guru
hendaknya mampu menerapkan model pembelajaran yang tepat sesuai
karakteristik siswa termasuk tingkat intelegensinya. Guna meningkatkan
kemampuan berfikir kritis dan prestasi belajar siswa, guru disarankan
mengembangkan pembelajaran seperti model PBL.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
C. Kerangka Berpikir
Judul : Penerapan Model Problem Based Learning ( PBL ) Dalam Pembelajaran Sejarah Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Hasil Belajar ( Studi Pada Siswa Kelas X1.IPS. SMA Negeri 1 Purwokerto Tahun Pelajaran 2012/2013 )
Keterangan Skema :
1. Kondisi awal, maksudnya bahwa kondisi peserta didik sebelum diterapkannya
model pembelajaran PBL prestasi hasil belajar khususnya untuk mata pelajaran
sejarah. Hal ini terjadi antara lain karena kegiatan pembelajaran masih bersifat
teacher centered , dan juga metode yang kurang variatif sehingga cenderung
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
membosankan. Kondisi ini akhirnya menyebabkan prestasi belajar siswa menjadi
tidak bisa maksimal.
2. Dengan latar belakang tersebut maka guru kemudian melakukan tindakan
menerapkan salah satu model pembelajaran yang bersifat student centered, yaitu
model pembelajaran PBL dalam rangka untuk meningkatkan kemampuan berpikir
kritis dan hasil belajar siswa.
3. Setelah guru menerapkan model pembelajaran PBL maka peserta didik mulai
terlatih untuk dapat berpikir kritis dan akhirnya hasil prestasi belajar khususnya
mata pelajaran Sejarah menjadi meningkat melampaui batas ketuntasan minimal
(KKM).
D. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian teori di atas, maka hipotesis tindakan penelitian ini di
rumuskan sebagai berikut:
1. Penerapan model PBL dalam pembelajaran Sejarah,meliputi tahap
perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi.
2. Penerapan model pembelajaran PBL dapat meningkatkan kemampuan
berpikir kritis siswa, yaitu apabila nilai hasil pengamatan siswa selama
proses pembelajaran
3. Penerapan model pembelajaran PBL dapat meningkatkan hasil belajar siswa
(diatas Kriteria Ketuntasan
Minimal).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
48
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Untuk kegiatan penelitian kali ini, peneliti menggunakan jenis Penelitian
Tindakan Kelas (PTK). Yang dimaksud dengan Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
adalah merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah
tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara
bersama. Tindakan tersebut diberikan oleh guru atau dengan arahan dari guru
yang dilakukan siswa. (Suharsimi Arikunto, 2012: 3)
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah juga merupakan penelitian tindakan
(action research) yang dilakukan dengan tujuan memperbaiki mutu praktik
pembelajaran di kelasnya (Suhardjono, 2012: 58). Terkait dengan pengertian
Penelitian Tindakan Kelas (PTK), Supardi (2012: 104) mengatakan bahwa pada
intinya PTK merupakan suatu penelitian yang akar permasalahannya muncul di
kelas, dan dirasakan langsung oleh guru yang bersangkutan sehingga sulit
dibenarkan jika ada anggapan bahwa permasalahan dalam penelitian tindakan
kelas diperoleh dari persepsi atau lamunan seorang peneliti.
Penelitian Tindakan Kelas oleh guru dapat merupakan kegiatan reflektif
dalam berpikir dan bertindak dari guru yang bersangkutan. Menurut John Dewey
berpikir reflektif dalam pengalaman pendidikan sebagai selalu aktif, ulet, dan
selalu mempertimbangkan segala bentuk pengetahuan yang akan diajarkan
berdasarkan keyakinan adanya alasan-alasan yang mendukung dan memikirkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
49
kesimpulan serta akibat-akibatnya kemana pengetahuan itu akan membawa
peserta didik. (Dewey, dalam Rochiati Wiriaatmadja, 2010:12).
Sedangkan tindakan reflektif guru dalam praktek sehari-harinya, yang
harus banyak melakukan pengambilan kesimpulan, dan untuk mencapai
kesimpulan yang benar itu ia perlu bereksperimen dan melakukan tes.(Rochiati
Wiriaatmadja, 2010:12).
Pengertian lain Penelitian Tindakan Kelas yaitu sebagai suatu penelitian yang
dilakukan secara sistematis, reflektif terhadap berbagai tindakan yang dilakukan
oleh guru atau orang lain dari perencanaan sampai dengan tahap penilaian
terhadap tindakan nyata di dalam kelas yang berupa kegiatan belajar mengajar
untuk memperbaiki kondisi pembelajaran yang dilakukan (Basuki Wibowo, dalam
Nunuk Suryani, 2010: 135).
Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya
Penelitian Tindakan Kelas adalah suatu jenis penelitian yang dilakukan oleh guru
yang dilakukan pada saat berlangsungnya proses pembelajaran dalam rangka
untuk melakukan refleksi dan peningkatan sistem pembelajaran konstruktif
sehingga dapat meningkatkan kualitas guru dalam melaksanakan kegiatan pembe
lajaran maupun hasil belajar siswa.
Menurut Suharsimi Arikunto (2012: 6-8) agar peneliti memperoleh
informasi atau kejelasan yang lebih baik tentang PTK, maka perlu memahami
prinsip-prinsip PTK. Prinsip-prinsip tersebut adalah :
1. Kegiatan nyata dalam situasi rutin.
Penelitian tindakan dilakukan oleh peneliti tanpa mengubah situasi rutin.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
50
2. Adanya kesadaran diri untuk memperbaiki kinerja
PTK didasarkan atas sebuah filosofi bahwa setiap manusia tidak suka atas
hal-hal yang statis, tetapi selalu menginginkan sesuatu yang lebih baik.
3. SWOT sebagai dasar berpijak
Penelitian tindakan harus dimulai dengan melakukan analisis SWOT, terdiri
atas unsur S-Strength ( kekuatan ), W-Weaknesses ( kelemahan ), O-
Opportunity ( kesempatan ), dan T-Threat ( ancaman ).
4. Upaya empiris dan sistematik, merupakan penerapan dari prinsip ketiga.
5. Ikuti prinsip SMART dalam perencanaan
- S (Specific), khusus/spesifik, tidak terlalu luas cakupannya
- M (Managable), mudah dikelola/dilakukan, tidak berbelit-belit
- A (Acceptable), dapat diterima oleh lingkungan (subyek, siswa) atau
Achievable (dapat dicapai / dijangkau peneliti dan subyeknya)
- R (Realistic), operasional, tidak menyimpang dari kenyataan dan jelas
bermanfaat bagi dirinya maupun subyek yang dikenai tindakan
- T ( Time-bound ), diikat oleh waktu, sudah terencana.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat : Penelitian ini dilaksanakan pada kelas XI.IPS SMA Negeri 1
Purwokerto, dengan jumlah siswa sebanyak 38 orang.
Waktu : Semester 1 (Agustus Desember 2012) Tahun Ajaran 2012-2013.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
51
Tabel 1 : Jadwal Kegiatan Penelitian
Kegiatan Penelitian B u l a n
Juli Agustus September Oktober Nopember Desember 1. Menyusun Proposal
Penelitian X
2. Menyusun Instru men Penelitian X
3. Melakukan Kegiatan Siklus 1
X
4. Melakukan Kegiatan Siklus 2
X
5. Melakukan Kegiatan Siklus 3
X
6. Menganalisis Data Penelitian
X
7. Menyusun Laporan Penelitian
X X X
C. Subyek Penelitian
a. Siswa :
Aktivitas dan hasil belajar siswa kelas XI.IPS Semester I (Ganjil) Tahun
Ajaran 2012/2013.
b. Guru :
Kemampuan guru dalam mengaplikasikan model pembelajaran PBL atau
model pembelajaran berbasis pemecahan masalah. Dalam kegiatan ini
guru harus menyiapkan instrumen dan program pembelajaran dalam
bentuk Silabus, Program Tahunan, Program Semester, dan Rencana
Pelaksanaan Pembalajaran (RPP). Disamping itu guru kemudian juga
melaksanakan program pembelajaran dengan menggunakan model PBL .
Dalam menggunakan model PBL ini guru sebagai fasilitator sekaligus
mediator yang membimbing dan mengarahkan peserta didik melalui
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
52
diskusi kelompok untuk dapat bekerja sama dalam memecahkan masalah
tentang berbagai peristiwa yang terjadi pada masa kerajaan-kerajaan
Hindhu-Budha dan Islam di Indonesia.
Tugas akhir guru dalam proses pembelajaran ini adalah melakukanevaluasi
dalam bentuk post tes untuk siswa.
c. Kolaborator
Kolaborator ini bertugas untuk mengamati aktifitas peserta didik maupun
guru selama berlangsungnya proses pembelajaran. Dalam penelitian ini
yang menjadi kolaborator adalah PD. Beliau merupakan guru PKn di SMA
Negeri 1 Purwokerto yang sudah cukup senior dan berpengalaman dalam
penerapan pembelajaran kreatif. Kemudian hasil pengamatannya
didiskusikan bersama guru yang sedang melakukan praktek penelitian.
D. Prosedur Penelitian
1. Menyusun Rancangan Tindakan
Pada tahap perencanaan ini, peneliti menyusun menyiapkan rencana
program penelitian tindakan kelas, dilanjutkan dengan menyiapkan dan
menyusun perangkat pembelajaran. Adapun permasalahan penelitiannya
adalah Penerapan Model Problem Based Learning (PBL) dalam
Pembelajaran Sejarah Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis
Dan Hasil Belajar (Studi Pada Kelas X1.IPS. SMA Negeri 1 Purwokerto
Tahun Pelajaran 2012/2013)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
53
2. Melaksanakan Rancangan Tindakan
Peneliti mulai melakukan kegiatan penelitian dan disertai dengan praktek
penerapan model PBL di kelas dengan urutan kegiatan sebagai berikut :
a) Pelaksanaan siklus l, rincian seperti pada kolom siklus 1
b) Observasi dan refleksi hasil siklus l
c) Apabila hasil yang diperoleh dari kegiatan Siklus 1 belum sesuai dengan
target yang diinginkan , maka dilaksanaan siklus 2, rinciannya seperti
pada kolom siklus 2.
i. Observasi dan refleksi hasil siklus
3. Refleksi
Pada penelitian tindakan kelas (PTK) ini peneliti akan mengulas secara
kritis (reflektive) tentang perubahan-perubahan yang terjadi pada siswa,
situasi dan kondisi kelas yang dijadikan obyek penelitian.
Siklus I Siklus 2 Siklus 3
Kompetensi Dasar : Kerajaan-Kerajaan Hindhu-Budha di Indonesia (Mataram Kuno, Sriwijaya dan Majapahit) 1.Waktu : 2 kali pertemuan
( 2 x 90 menit ) 2.Model Pembelajaran PBL
Melalui metode Diskusi Kelompok
3.Lokasi di ruang Kelas X1.IPS.2
4.Evaluasi sikap berpikir kritis dan hasil belajar peserta didik
Kompetensi Dasar : Kerajaan-Kerajaan Islam di Indoneia (Samudra Pasai, Aceh dan Demak ). 1.Waktu : 2 kali
pertemuan (2 x 90 menit)
2. Model Pembelajaran PBL. Melalui metode Diskusi Kelompok
3. Lokasi di ruang Kelas X1.IPS.2
4. Evaluasi sikap berpikir kritis dan hasil belajar peserta didik
Kompetensi Dasar : Kerajaan-Kerajaan Islam di Indonesia (Banten Mataram Islam,Ternate- Tidore) 5.Waktu : 2 kali
pertemuan ( 2 x 90 menit )
6.Model Pembelajaran PBL Melalui metode Diskusi Kelompok
7.Lokasi di ruang Kelas X1.IPS.2
8.Evaluasi sikap berpikir kritis dan hasil belajar peserta didik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Diagram Rencana Penelitian Tiap Siklus adalah sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
55
Prosedur Rencana Tindakan Siklus :
1. Tahap Perencanaan Pembelajaran
Kegiatan awal yang dilakukan dalam tahap persiapan ini adalah
melakukan identifikasi masalah yang dilakukan pada tahap pra penelitian
tindakan kelas, peneliti mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan
dalam proses pembelajaran, kemudian guru menjelaskan tujuan
pembelajaran yang ingin dicapai dan langkah-langkah yang akan dilakukan
peserta didik dalam proses pembelajaran tersebut.
Rencana kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran PBL, disusun berdasarkan pada Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) yang dibuat oleh guru pengampu mata pelajaran yaitu
penulis sendiri. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ( RPP ) tersebut disusun
berdasarkan pada silabus mata pelajaran Sejarah kelas XI.IPS semester 1.
2. Tahap Pelaksanaan Pembelajaran ( Siklus 1 )
a. Perencanaan Tindakan
Dalam tahap ini guru melakukan kegiatan antara lain :
- Menyusun skenario pembelajaran
- Membuat lembar pengamatan/observasi
- Guru menyiapkan alat pembelajaran yang diperlukan
b. Pelaksanaan tindakan
(1) Apersepsi : a) Guru menugaskan ketua kelas untuk memimpin
doa bersama, b) Guru mengabsen siswa, c) Guru membagikan
lembar masalah yang akan didiskusikan peserta didik dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
56
setiap kelompok, d) Guru menjelaskan cara menyusun format
laporan hasil diskusi.
(2) Kegiatan Inti
Pada tahap ini peserta didik melakukan kegiatan diskusi
dengan masalah yang sudah diberikan oleh guru, diteruskan
presentasti, dan tanggapan dari dari kelompok lain.
Dalam kegiatan inti ini siswa yaitu melakukan diskusi dengan
tema yang sudah diarahkan oleh guru yang dituangkan dalam
bentuk laporan, dilanjutkan dengan presentasi setiap kelompok
dan terakhir adalah tanggapan dari kelompok lain.
(3) Penutup
a) Guru memberi kesempatan siswa untuk menyampaikan
materi yang belum jelas
b) Guru melakukan evaluasi terhadap laporan hasil diskusi
siswa
c. Pengamatan
Pelaksanaan kegiatan proses pembelajaran pada siklus 1 ini,
pengamatan dilakukan secara langsung oleh kolaborator. Adapun
obyek yang diamati adalah aktifitas siswa dalam kegiatan diskusi
maupun pada saat presentasi kelompok, dengan menggunakan
lembar pengamatan/observasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
57
d. Refleksi
Refleksi dalam Penelitian Tindakan Kelas merupakan upaya untuk
mengkaji apa yang telah terjadi dan juga apa yang telah dihasilkan
dalam proses pembelajaran tersebut. Kegiatan refleksi dilakukan
pada setiap akhir siklus. Setiap selesai melakukan tindakan
pembelajaran, guru dibantu oleh teman sejawat yang bertugas
sebagai kolaborator menilai dirinya sendiri secara objektif apabila
sudah berhasil menerapkan model pembelajaran PBL pada mata
pelajaran Sejarah dengan baik dan juga telah menganalisis laporan
hasil kerja kelompok peserta didik.
3. Perencanaan Siklus 2
Siklus 2 merupakan langkah berikutnya setelah peneliti
melakukan refleksi siklus 1 yang ternyata belum berhasil sesuai target
yang diinginkan yaitu :
a. Nilai kemampuan berpikir kritis masih < 80,00
b. Nilai hasil belajar siswa masih < 79,00
Tujuan dilaksanakan siklus II adalah mengulangi kegiatan pembelajaran
yang sama dengan persiapan dan perencanaan kegiatan pembelajaran
yang lebih baik lagi. Sehingga hasilnya diharapkan dapat mencapai target
yang diinginkan.
Dalam siklus ini guru memberi arahan kepada siswa dan
menyampaikan bahwa dalam kegiatan siklus 1 hasilnya belum sesuai
yang diinginkan sehingga perlu dilakukan siklus II dengan harapan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
58
hasilnya lebih baik seperti yang ditargetkan peneliti. Adapaun tindakan
yang akan dilakukan peneliti dalam siklus 2 adalah :
a. Perencanaan Tindakan
(1) Menetapkan materi pembelajaran
(2) Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran
(3) Peserta didik diberi penjelasan tentang pelaksanaan diskusi,
penyusunan laporan hasil diskusi dan kemudian
mempresentasikannya
(4) Melaksanakan kegiatan pembelajaran
b. Pelaksanaan Tindakan
(1) Apersepsi : a) Guru membuka kegiatan pembelajaran dengan
memerintahkan ketua kelas untuk memimpin doa bersama, b)
Guru mengabsen siswa, c) Guru menjelaskan kronologi
kegiatan pembelajaran
(2) Kegiatan Inti
Pada pelaksanaan kegiatan inti ini siswa melaksanakan
kembali kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran PBL
(3) Penutup
a) Guru memberi kesempatan kepada peserta didik untuk
menanyakan materi pelajaran yang belum jelas
b) Guru mengevaluasi laporan hasil diskusi peserta didik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
59
c. Pengamatan
Pelaksanaan proses pembelajaran pada siklus 2 diamati secara
langsung oleh kolaborator dengan objek utama aktifitas pserta didik
pada saat mengikuti rangkaian pembelajaran.
d. Refleksi
Refleksi dalam Penelitian Tindakan Kelas adalah upaya untuk
mengkaji apa yang telah terjadi dan yang telah dihasilkan. Refleksi
dilakukan pada setiap akhir kegiatan siklus. Setiap selesai
melakukan tindakan siklus, guru dibantu dengan teman sejawat
yang bertindak sebagai kolaborator menilai dirinya sendiri secara
objektif tentang pelaksanaan penerapan model PBL pada mata
pelajaran Sejarah, disertai dengan menilai serta menganalisa hasil
diskusi kelompok dan presentasi, sehingga diharapkan dapat
mewujudkan hasil pembelajaran yang diiinginkan.
4. Perencanaan Tindak Lanjut
Apabila dalam 2 siklus masalah yang diteliti belum sesuai target yang
diinginkan maka penelitian tindakan kelas dilanjutkan pada siklus 3. Jika
dalam pelaksanaan siklus 3 pelaksanaan tindakan sudah menyelesaikan
masalah, maka kegiatan penelitian selesai.
E. Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah ;
a. Informan (siswa), yang diperoleh melalui kegiatan tes hasil belajar dan
quisioner
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
60
b. Lokasi penelitian yang diperoleh dengan melakukan kegiatan observasi
c. Dokumen, berasal dari analisis data, Silabus, dan Rancangan Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP)
F. Teknik Pengumpulan Data
1. Jenis Data
Jenis data yang dikumpulkan adalah data kuantitatif dan data kualitatif.
- Data kuantitatif diambil dari nilai diskusi kelompok, dan post-test
pada akhir kegiatan Pra-Siklus, siklus 1, siklus 2, maupun siklus 3.
- Data kualitatif diambil dari hasil informasi yang diperoleh melalui
kegiatan observasi dan quisioner.
2. Teknik Pengumpulan Data
Sumber untuk memperoleh data penelitian diambil dari :
a. Wawancara, yang dilakukan dengan siswa, guru, maupun stake holder
sekolah (Kepala Sekolah dan Wakil Kepala Sekolah)
b. Observasi, meliputi lingkungan sekolah dan kondisi siswa
c. Penelitian dokumen, diantaranya silabus, RPP, hasil kuisioner dan nilai
hasil kegiatan Post tes.
G. Teknik Validasi Data
Menurut H.B.Sutopo (2006: 93-96) untuk menjamin kepercayaan data
yang diperoleh melalui penelitian maka perlu dilakukan validasi data dengan
cara Trianggulasi sumber (Trianggulasi data) maupun Trianggulasi metode.
Untuk teknik Trianggulasi sumber bisa dilakukan dengan cara menggali data
dari sumber yang berbeda melalui wawancara dengan lebih dari satu informan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
61
yang berbeda status dan kelompoknya. Sedangkan dalam teknik Trianggulasi
metode peneliti menggunakan metode yang berbeda (kuisioner, wawancara dan
observasi) untuk memperoleh jenis data yang sejenis, sehingga diharapkan data
yang diperoleh akan lebih dapat dipercaya kebenarannya.
H. Analisis Data
Teknik analisis data dalam penelitian ini dengan cara :
1. Menjelaskan kondisi hasil belajar siswa pada Pra Siklus
Kondisi hasil belajar siswa masih rendah karena kegiatan pembelajaran masih
bersifat konvensional (teacher centered) dan metode pembelajaran yang
kurang variatif sehingga cenderung membosankan siswa.
Oleh karena itu perlu dilakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK), karena
tujuan diadakannya PTK pada dasarnya adalah untuk perbaikan dan
peningkatan layanan profesional pendidik dalam menangani proses belajar
mengajar, melalui berbagai tindakan tindakan alternatif dalam memecahkan
berbagai persoalan dalam pembelajaran di kelas. (Supardi, 2012: 106).
2. Membandingkan kondisi hasil belajar siswa pada Pra Siklus dengan Siklus 1.
Setelah peneliti melaksanakan kegiatan siklus I, maka pada tahap refleksi
dilakukan analisis untuk membandingkan hasil belajar siswa pada Pra Siklus
dengan Siklus I. Walaupun hasilnya mungkin lebih baik, tetapi apabila belum
memenuhi target yang diinginkan maka dilanjutkan pada Siklus 2.
3. Membandingkan kondisi hasil belajar siswa pada Siklus 1 dengan Siklus 2.
Setelah peneliti melaksanakan kegiatan siklus 2, maka pada tahap refleksi
dilakukan analisis untuk membandingkan hasil belajar siswa pada Siklus I
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
62
dengan Siklus II. Walaupun hasilnya mungkin lebih baik, tetapi apabila belum
memenuhi target yang diinginkan maka dilanjutkan pada Siklus 3.
4. Membandingkan kondisi hasil belajar siswa pada Siklus 2 dengan Siklus 3.
Setelah peneliti melaksanakan kegiatan siklus III, maka pada tahap refleksi
dilakukan analisis untuk membandingkan hasil belajar siswa pada Siklus 2
dengan Siklus 3. Apabila sudah memenuhi target ( KKM 79,00 ) yang
diinginkan, maka penelitian sudah selesai dan tidak perlu dilanjutkan lagi.
I. Indikator Kinerja
Yang menjadi tolak ukur atau indikator keberhasilan penelitian
tindakan kelas ini adalah:
1. Guru dapat menerapkan model PBL pada saat menyajikan materi
pembelajaran Sejarah di klas dengan menerapkan tahap 1 (apersepsi):
orientasi siswa pada masalah, tahap 2 (Elaborasi): mengorganisai siswa
untuk belajar, tahap 3 (Eksplorasi): membimbing kegiatan diskusi
kelompok, tahap 4: mengembangkan dan menyajikan hasil karya, tahap 5
(Konfirmasi ): menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah
2. Penerapan model PBL dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis
pada peserta didik apabila nilai kemampuan berpikir kritis berdasarkan
3. Penerapan model Problem Based Learning dapat meningkatkan hasil
belajar peserta didik apabila nilai hasil belajar sudah mencapai dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
48
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Tempat Penelitian
1. Lokasi Sekolah
Lokasi SMA Negeri 1 Purwokerto terletak di Jalan Jendral Gatot Subroto No.73
Purwokerto, kabupaten Banyumas, propinsi Jawa Tengah. SMA Negeri 1
Purwokerto didirikan pada tanggal 1 Agustus 1958 berdasarkan Surat
Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No: 4791/B.III Tanggal 21
September 1958, merupakan salah satu SMA negeri dari tiga belas SMA negeri
yang ada di Kabupaten Banyumas, dan juga merupakan salah satu sekolah RSBI
dari 5 RSBI yang ada di kabupaten Banyumas. Gedung yang digunakan
merupakan gedung peninggalan Belanda dan merupakan cagar budaya Pemerintah
Kabupaten Banyumas. Sedangkan alamat E-Mail SMA Negeri 1 Purwokerto
adalah : [email protected], kemudian untuk Website : www
sma1purwokerto.sch.id, dan nomor tilpun / Fax : ( 0281 ) 636293.
Adapun Visi, Misi, Dan Tujuan dari SMA Negeri 1 Purwokerto adalah sebagai
berikut :
a. Visi
SMA Negeri 1 Purwokerto mempunyai visi menjadikan lulusannya bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa (takwa), mempunyai keunggulan dibidang
akademik dan nonakedemik (unggul), dan tetap berpegang pada budaya nasional
(berbudaya), yang disingkat TANGGUL BUDAYA.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
49
b. Misi
Untuk mewujudkan visi Tanggul Budaya, SMA Negeri 1 Purwokerto memiliki
misi sebagai berikut : 1) Menyelenggarakan manajemen peningkatan mutu
berbasis sekolah yang partisipatif, akuntabel, dan transparan, 2)
Menyelenggarakan pendidikan keagamaan yang berkualitas, 3)
Menyelenggarakan proses pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif dan
menyenangkan, 4) Mengembangkan kecerdasan spiritual, intelektual dan
emosional secara seimbang, 5) Menumbuhkan budaya tertib dan disiplin serta
sikap kritis, kreatif, inovatif, sportif dan konstruktif pada seluruh komunitas
sekolah, 6) Menerapkan nilai-nilai budi pekerti, moral dan estetika, serta
semangat nasionalisme, 7) Meningkatkan profesionalisme tenaga pendidik dan
kependidikan, 8) Menyediakan sarana dan prasarana yang lengkap dan
berkualitas, 9) Membangun jaringan dan kerjasama dengan berbagai komponen
masyarakat di wilayah sekitar SMA Negeri 1 Purwokerto.
c. Tujuan
Untuk merealisasikan visi dan misi di atas, maka SMA Negeri 1 Purwokerto
merumuskan tujuan sekolah sebagai berikut . 1) Menghasilkan lulusan yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, 2) Menghasilkan lulusan
yang dapat diterima di perguruan tinggi dalam dan luar negeri baik melalui tes
dan tanpa tes, 3) Memiliki tim Olimpiade Sains secara berkesinambungan untuk
menjadi juara dalam Olimpiade tingkat dunia, 4) Memiliki tim lomba karya ilmiah
remaja secara berkesinambungan dan menjadi juara dalam lomba tingkat nasional,
5) Memiliki tim debat Bahasa Inggris secara berkesinambungan dan menjadi juara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
50
dalam lomba tingkat nasional, 6) Memiliki tim olah raga sekurang-kurangnya tiga
cabang dan menjadi juara dalam lomba tingkat propinsi. 7) Memiliki tim kesenian
yang siap dipentaskan dan menjadi juara dalam lomba tingkat propinsi, 8)
Memilik
Menghasilkan lulusan yang berbudi pekerti luhur, bermoral, dan berestetika
tinggi, 10) Menghasilkan lulusan yang memiliki budaya tertib dan berdisiplin.
2. Keadaan Siswa
Pada Tahun Pelajaran 2012/2013 SMA Negeri 1 Purwokerto memiliki 996 peserta
didik (data per 1 Oktober 2012) . Jumlah tersebut ditampung dalam 29 rombongan
belajar (rombel), yang masing-masing berjumlah 10 rombel di kelas X, 9 rombel
di kelas XI, dan 10 rombel di kelas XII. Jumlah jurusan di SMA Negeri 1
Purwokerto ada dua, yaitu IPA (tujuh kelas) dan IPS (dua kelas). Berikut ini
adalah tabel data tentang jumlah siswa tiap rombel pada tahun pelajaran
2012/2013 :
Tabel 2 : Jumlah Siswa SMA Negeri 1 Purwokerto
Tahun Pelajaran 2012/2013
Kelas Laki-Laki Perempuan Jumlah X.1 14 24 38 X.2 14 24 38 X.3 14 23 37 X.4 15 22 37 X.5 14 22 36 X.6 14 23 37 X.7 14 22 36 X.8 14 22 36 X.9 15 22 37 Kelas Laki-Laki Perempuan Jumlah X. Akselerasi 6 17 23 XI. IPA.1 14 20 34 XI. IPA.2 15 19 34
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
51
XI. IPA.3 14 20 34 XI. IPA.4 14 18 32 XI. IPA.5 12 22 34 XI. IPA.6 13 21 34 XI. IPA.7 12 22 34 XI. Akselerasi 6 18 24 XI. IPS.1 13 26 39 XI. IPS.2 15 22 37 XII. IPA.1 15 20 35 XII. IPA.2 15 20 35 XII. IPA.3 16 19 35 XII. IPA.4 15 19 34 XII. IPA.5 13 21 34 XII. IPA.6 14 20 34 XII. IPA.7 14 20 34 XII. IPS.1 15 16 31 XII. IPS.2 13 17 30 Jumlah 392 604 996
3. Keadaan Tenaga Pendidik dan Kependidikan
SMA Negeri 1 Purwokerto memiliki tenaga pendidik 64 orang, tenaga
kependidikan 29 orang, Sumber daya manusia dari tenaga pendidik di SMA
Negeri 1 Purwokerto termasuk relatif tinggi. Hal ini dapat diamati antara lain dari
tingkat pendidikan formalnya seperti terdapat dalam tabel berikut ini.
Tabel 3 : Tingkat Pendidikan Tenaga Pendidik
SMA Negeri 1 Purwokerto Tahun Pelajaran 2012/2013
No Tingkat Pendidikan Jumlah Keterangan 1. 2. 3.
< Sarjana ( S1 ) Sarjana ( S1 ) Pascasarjana ( S2 )
4 44 18
7 orang dalam proses studi
Jumlah 64
Dari hasil pengamatan peneliti dan wawancara dengan Kepala Sekolah,
guru-guru di SMA Negeri 1 Purwokerto memiliki rasa loyalitas dan tanggung
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
52
jawab yang tinggi terhadap institusi maupun profesinya, serta selalu berusaha
untuk meningkatkan pengetahuannya untuk menunjang kualitas profesi. Semua
guru aktif dalam organisasi Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) baik
sebagai anggota maupun pengurus pada tingkat Kabupaten.
B. Kondisi Awal Pelaksanaan Kegiatan Pembelajaran
Data yang dikumpulkan untuk menyusun laporan penelitian diperoleh dari
wawancara dengan Kepala Sekolah, Waka Sarana Prasarana, Sie Kurikulum.
Pembicaraan antara peneliti dengan informan dimulai dengan Kegiatan Belajar
Mengajar ( KBM ) secara umum, kemudian menuju ke arah yang lebih spesifik
yaitu pada pembelajaran Sejarah. Kurikulum yang diterapkan di SMA Negeri 1
Purwokerto adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Pembelajaran
Sejarah pada kurikulum KTSP untuk kelas XI.IPS di SMA Negeri 1 Purwokerto
adalah 3 jam untuk 2 kali pertemuan setiap minggu.
Adapun sistem penilaian dalam pembelajaran Sejarah pada KTSP meliputi dua
aspek yaitu penguasaan konsep dan penerapan (aplikasi). Nilai penguasaan
konsep diperoleh dari tingkat pemahaman siswa berkaitan dengan kemampuan
kognitif, yang diukur melalui tes tertulis pada ulangan harian, ulangan tengah
semester, ulangan akhir semester dan ulangan kenaikan kelas. Sedangkan nilai
aspek penerapan diperoleh dari tingkat penguasaan siswa pada ranah afektif dan
psikomotor, yang diukur melalui penilaian unjuk kerja dan penilaian tugas
kokurikuler atau portofolio.Dalam KTSP ketuntasan belajar yang diharapkan
secara nasional adalah 75%, tetapi guru dapat menyusun Kriteria Ketuntasan
Minimal (KKM) sesuai dengan kondisi sekolahnya. KKM disusun berdasarkan 3
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
53
komponen yaitu kompleksitas (tingkat kesulitan materi), intake (tingkat
kemampuan akademik siswa), dan daya dukung (sarana dan prasarana sekolah).
KKM ditentukan oleh guru mata pelajaran untuk satu tahun ajaran dan disusun
pada setiap awal tahun pelajaran. KKM mata pelajaran Sejarah di kelas XI.IPS
pada tahun pelajaran 2012/2013 di SMA Negeri 1 Purwokerto adalah 79
(Lampiran 6.2 CL 05)
Untuk lebih jelasnya di bawah ini terdapat tabel Kriteria Ketuntasan Minimal
SMA Negeri 1 Purwokerto tahun pelajaran 2012/2013.
Tabel 4 : Kriteria Ketuntasan Minimal SMA Negeri 1 Purwokerto Tahun
Pelajaran 2012/2013.
Komponen
Kriteria Ketuntasan Minimal ( KKM )
Kelas X
Kelas XI IPA
Kelas XI IPS
Kelas XII IPA
Kelas XII IPS
A, Mata Pelajaran 1. Pendidikan Agama 78 78 78 80 80 2. Pendidikan Kewarganegaraan 78 79 79 80 80 3. Bahasa Indonesia 76 78 78 80 80 4. Bahasa Inggris 78 79 79 80 80 5. Matematika 78 80 80 80 80 6. Fisika 76 78 - 80 - 7. Biologi 78 79 - 80 - 8. Kimia 78 78 - 78 - 9. Sejarah 78 79 79 80 80 10. Geografi 76 - 77 - 78 11. Ekonomi 76 - 77 - 78 12. Sosiologi 78 - 79 - 80 13. Seni Budaya
76 78 78 80 80
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
54
Komponen
Kriteria Ketuntasan Minimal ( KKM )
Kelas X
Kelas XI IPA
Kelas XI IPS
Kelas XII IPA
Kelas XII IPS
14. Pendidikan Jasmani, Olah Raga dan Kesehatan
76 77 77 78 78
15. Teknologi Informasi dan Komunikasi
78 78 78 78 78
16. Keterampilan/Bahasa Asing 76 77 77 80 80 B. Muatan Lokal/Bahasa Jawa 77 78 78 79 79
Sarana dan prasarana pembelajaran di SMA Negeri 1 Purwokerto relatif sudah
cukup memadai, kecuali untuk mata pelajaran Penjasorkes karena lapangan olah
raga relatif sempit. Untuk lebih jelasnya di bawah ini terdapat tabel tentang
rincian sarana dan prasarana yang dimiliki SMA Negeri 1 Purwokerto. (Lampiran
6.3 CL 06)
Ruang Kelas dengan Fasilitas LCD dan Komputer : 29 ruang
Ruang Administrasi Sekolah : 10 ruang
Ruang Sekretariat Kegiatan Siswa : 5 ruang
Lab. Fisika : 1 ruang
Lab. Kimia : 1 ruang
Lab. Biologi : 1 ruang
Lab. Bahasa : 1 ruang
Lab. Komputer (70 Unit Komp) : 2 ruang
Ruang Kesenian : 2 ruang
Perpustakaan : 1 ruang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
55
Dengan fasilitas untuk kapasitas ruang baca 50 siswa, koleksi buku total terdapat
11346 judul, dan untuk koleksi buku berbahasa Inggris terdapat 527 judul.
Ruang Bimbingan dan Konseling : 1 ruang
Ruang UKS : 1 ruang
TRRC dilengkapi 5 Unit Komputer : 1 ruang
Aula : 1 ruang
Mushola : 1 ruang
Fasilitas Internet Hotspot Gratis : 24 jam
Laptop MGMP : 17 buah
Dari penjelasan di atas, dapat dilihat bahwa secara umum fasilitas penunjang
pembelajaran sudah cukup memadai. Demikian juga in put peserta didik yang
masuk ke SMA Negeri 1 Purwokerto cukup tinggi. Hal inilah yang mendorong
peneliti untuk mencoba menerapkan sistem pembelajaran Sejarah dengan
menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) atau
pembelajaran berbasis masalah. Karena model pembelajaran ini menuntut
kemampuan peserta didik yang relatif tinggi dan sarana pendukung yang
memadai. Masalahnya adalah untuk mata pelajaran Sejarah masih banyak peserta
didik yang meremehkannya karena dianggap merupakan mata pelajaran yang
membosankan. Oleh karena itulah melalui penerapan model pembelajaran PBL ini
diharapkan minat belajar peserta didik terhadap mata pelajaran Sejarah
meningkat, disamping juga untuk meningkatkan sikap berpikir kritis dan pada
akhirnya hasil belajarnyapun dapat meningkat pula.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
56
C. Pelaksanaan Kegiatan Penelitian
I. Siklus 1
Siklus 1 dilaksanakan pada tanggal 29 September dan 6 Oktober 2012 (2 x
pertemuan)
1. Materi :
a. Tumbuh dan berkembangnya kerajaan Mataram Kuno
b. Runtuhnya kerajaan Mataram Kuno
c. Tumbuh dan berkembangnya kerajaan Sriwijaya
d. Runtuhnya kerajaan Sriwijaya
e. Tumbuh dan berkembangnya Majapahit
f. Runtuhnya kerajaan Majapahit
2. Media pembelajaran yang digunakan dalam penelitian tindakan ini
adalah :
a. Buku Sejarah untuk SMA Kelas XI Program Ilmu Sosial, karangan
I Wayan Badrika, Tahun 2006, Penerbit Erlangga, Jakarta
b. Buku Eksplorasi Sejarah Indonesia dan Dunia Untuk Kelas XI,
karangan Ratna Hapsari dan Abdul Syukur, Tahun 2008, Erlangga,
Jakarta
c. Buku Sejarah SMA Kelas XI Program IPS, karangan M.Habib
Mustopo, dkk, Tahun 2007, Penerbit Yudhistira, Jakarta
d. Bahan Ajar Siswa Sejarah Untuk Siswa SMA, Penyusun Tim
MGMP Sejarah SMA/MA Kelas XI.IPS Semester 1, Penerbit
Prasasti, Kudus
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
57
e. Internet
3. Alat pembelajaran yang digunakan dalam penelitian tindakan adalah :
a. Papan tulis/white board, digunakan untuk membantu guru dan
siswa dalam menulis hal-hal penting ketika proses pembelajaran
berlangsung.
b. Lembar soal yang berisi soal/tugas yang akan didiskusikan oleh
peserta didik.
c. Nomor kelompok yang digunakan untuk memudahkan guru
melakukan penilaian dan pengamatan kelompok dalam kegiatan
pembelajaran.
d. Kokar absen peserta didik yang dipasang di dada sebelah kiri
peserta didik untuk memudahkan guru melakukan proses penilaian
dan pengamatan dalam kegiatan pembelajaran secara individu.
e. Laptop yang digunakan untuk browsing internet dan menyusun /
mencatat laporan kegiatan diskusi untuk dipresentasikan.
f. Layar Kristal (Liquid cristal display atau LCD) yang digunakan
peserta didik pada saat mempresentasikan hasil diskusinya.
4. Pelaksanaan kegiatan siklus 1 meliputi :
a. Perencanaan Tindakan (Planning)
Aktifitas perencanaan dalam kegiatan penelitian tindakan kelas ini diantaranya
adalah :
1) Memilih dan menentukan kelas sebagai subyek penelitian yaitu
kelas XI.IS.2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
58
2) Melakukan studi pendahuluan sebelum melaksanakan tindakan
yaitu berupa wawancara dengan observer, dan melihat
dokumen nilai siswa
3) Menentukan materi pembelajaran yang meliputi Tumbuh dan
berkembangnya kerajaan Mataram Kuno, Runtuhnya kerajaan
Mataram Kuno, Tumbuh dan berkembangnya kerajaan
Sriwijaya, Runtuhnya kerajaan Sriwijaya, Tumbuh dan
berkembangnya Majapahit, Runtuhnya kerajaan Majapahit.
4) Menentukan alokasi waktu penelitian
5) Pendekatan model pembelajaran yang digunakan adalah
Pendekatan Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based
Learning) dan metode lain yang sebagai pendukung kegiatan
pembelajaran (ceramah, tanya jawab, dan tugas).
b. Pelaksanaan Tindakan (Acting)
1) Pendahuluan (Appersepsi)
Dalam kegiatan pendahuluan ini ;
- Guru menyampaikan salam kepada peserta didik
- Ketua kelas memimpin doa awal kegiatan pembelajaran
- Guru mengecek kehadiran peserta didik dan membimbing
siswa dalam kegiatan apersepsi dan motivasi.
2) Kegiatan Inti
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
59
Dalam kegiatan inti ini dilakukan tindakan khusus yaitu menerapkan
pembelajaran kooperatif Problem Based Learning (PBL). Model pembelajaran ini
dilakukan dengan melalui tahapan sebagai berikut :
- Tahap Eksplorasi
a) Guru membagi peserta didik menjadi 6 kelompok,
setiap kelompok terdiri dari 6 7 orang (jumlah peserta
didik 38 orang).
b) Guru menjelaskan langkah-langkah kegiatan
pembelajaran dilanjutkan dengan membagikan lembar
soal yang akan didiskusikan kepada semua kelompok.
c) Guru dibantu peserta didik menyiapkan perangkat LCD
dan layarnya.
d) Setiap kelompok menyiapkan buku referensi dan laptop
untuk browsing internet dan menyusun/mencatat
laporan kegiatan diskusi untuk dipresentasikan.
- Tahap Elaborasi
a) Ketua kelompok membagi tugas kepada setiap anggota
kelompok (membaca dan mencari jawaban soal diskusi
yang terdapat dalam buku referensi maupun di internet,
menyusun laporan hasil diskusi untuk dipresentasikan)
b) Setelah semua kelompok selesai menyusun laporan
hasil diskusi, guru menyilahkan setiap kelompok secara
bergilir mempresentasikan hasil diskusinya dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
60
ketentuan: bila kelompok 1 dan 2 maju untuk
mempresentasikan hasil diskusinya, kelompok 3 dan 4
menanggapi. Berikutnya apabila kelompok 3 dan 4
maju untuk presentasi, maka kelompok 5 dan 6
menanggapi. Sedangkan bila kelompok 5 dan 6 yang
maju untuk presentasi, maka kelompok 1 dan 2 yang
menanggapi.
c) Pemaparan hasil diskusi kelompok 1 sampai 4 dilaksa
nakan pada pertemuan ke 1, sedangkan kelompok 5
sampai 6 dilaksanakan pada pertemuan ke 2
d) Selama kegiatan diskusi dan presentasi berlangsung,
guru mencatat dan menilai aktifitas peserta didik dalam
lembar pengamatan.
- Tahap Konfirmasi
a) Guru sebagai nara sumber dan fasilitator menjawab
pertanyaan dari peserta didik yang menghadapi
kesulitan dalam menyelesaikan soal diskusi.
b) Guru memberikan motivasi kepada peserta didik yang
kurang atau belum berpartisipasi aktif dalam kegiatan
diskusi.
c) Guru memberikan umpan balik positif dan penguatan
dalam bentuk lisan maupun tulisan, terhadap peserta
didik yang berhasil mencapai target yang ditetapkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
61
3) Kegiatan Penutup
Kegiatan dalam tahap penutup ini yaitu;
a) Guru bersama-sama dengan peserta didik menyampaikan
rangkuman/simpulan materi pembelajaran yang baru
dilaksanakan.
b) Guru melakukan penilaian atau evaluasi dalam bentuk :
o Penilaian kognitif berupa Post test untuk menguji peserta
didik terhadap penguasaan materi yang sudah selesai
dibahas. Post test disampaikan secara tertulis dengan
tujuan memacu peserta didik untuk latihan kecepatan dan
ketepatan dalam menjawab soal.
o Penilaian performance, berupa penilaian melalui sikap
kerja sama, tanggung jawab, menghargai teman, dan aktif
berpendapat
c) Guru menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan
berikutnya.
c. Tahap Observasi ( Observing )
Observasi dilaksanakan oleh observer terhadap kegiatan pembelajaran
sedang berlangsung. Pelaksanaan observasi dilakukan dengan menggunakan
panduan lembar observasi/pengamatan dan juga alat evaluasi yang berupa post
test.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
62
d. Tahap Refleksi ( Reflecting )
Pada kegiatan pra siklus (diadakan sebelum dilakukan PTK) ketuntasan belajar
baru mencapai 34,21%. Hal ini terjadi karena siswa belum siap untuk mengikuti
ulangan (guru tidak memberitahu terlebih dulu). Kemudian pada siklus I
ketuntasan klasikal relatif masih rendah yaitu baru mencapai 63,16 %.
Menurut hasil pengamatan kolaborator/observer pada siklus 1 ;
1. Pada pertemuan pertama sebenarnya persiapan guru sudah cukup
baik,misalnya lembar diskusi kelompok, kokar absen siswa, nomor meja
kelompok maupun persiapan format penilaian.
2. Pengelolaan waktu yang masih belum maksimal. Misalnya pada saat
pembagian kelompok sebagian siswa cenderung mau memilih sendiri,
sementara sebagian siswa mengusulkan guru saja yang membagi. Sehingga
untuk mencari kesepakatan cukup menyita waktu.
3. Kelemahan berikutnya adalah saat acara pemberian tanggapan dari tim
penyanggah maupun saat tim penyaji memberikan jawaban. Ini juga cukup
menyita waktu karena siswa masih merasa malu atau takut salah dalam
menyampaikannya. Diharapkan masalah ini dapat diatasi pada siklus
berikutnya.
Oleh karena pada siklus I kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar peserta
didik pada mata pelajaran Sejarah masih belum mencapai indikator yang telah
ditetapkan, maka peneliti akan melanjutkan pada tindakan siklus II.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
63
2. Siklus 2
Siklus 2 dilaksanakan selama 2 minggu yaitu pada tanggal 13 dan 20 Oktober
2012 (2 x pertemuan) dengan perincian pelaksanaan sebagai berikut :
1. Materi yang dibahas adalah : Peristiwa yang mendorong kerajaan Islam di
Indonesia (Samudera Pasai, Aceh dan Demak) ke masa kejayaan dan
keruntuhannya.
2. Media pembelajaran yang digunakan dalam penelitian tindakan adalah :
a) Buku Sejarah untuk SMA Kelas XI Program Ilmu Sosial, karangan I
Wayan Badrika, Tahun 2006, Penerbit Erlangga, Jakarta
b) Buku Eksplorasi Sejarah Indonesia dan Dunia Untuk Kelas XI, karangan Ratna
Hapsari dan Abdul Syukur, Tahun 2008, Erlangga, Jakarta
c) Buku Sejarah SMA Kelas XI Program IPS, karangan M.Habib Mustopo, dkk,
Tahun 2007, Penerbit Yudhistira, Jakarta
d) Bahan Ajar Siswa Sejarah Untuk Siswa SMA, Penyusun Tim MGMP Sejarah
SMA/MA Kelas XI.IPS Semester 1, Penerbit Prasasti, Kudus
e) Internet
3. Alat pembelajaran yang digunakan dalam penelitian tindakan adalah :
a) Papan tulis/white board, digunakan untuk membantu guru dan siswa dalam
menulis hal-hal penting ketika proses pembelajaran berlangsung.
b) Lembar soal yang berisi soal/tugas yang akan didiskusikan oleh peserta
didik.
Nomor kelompok yang digunakan untuk memudahkan guru melakukan penilaian
dan pengamatan kelompok dalam kegiatan pembelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
64
c) Kokar absen peserta didik yang dipasang di dada sebelah kiri peserta didik
untuk memudahkan guru melakukan proses penilaian dan pengamatan
dalam kegiatan pembelajaran secara individu.
d) Laptop yang digunakan untuk browsing melalui internet dan menyusun /
mencatat laporan kegiatan diskusi untuk dipresentasikan.
e) Layar Kristal ( Liquid Cristal Display atau LCD ) yang digunakan peserta didik
pada saat mempresentasikan hasil diskusinya.
4. Pelaksanaan kegiatan siklus 2 meliputi :
a. Perencanaan Tindakan (Planning)
Aktifitas perencanaan dalam kegiatan penelitian tindakan kelas pada siklus 2 ini
diantaranya adalah :
1) Memilih dan menentukan kelas sebagai subyek penelitian yaitu kelas
XI.IS.2
2) Menentukan materi pembelajaran yaitu Peristiwa yang mendorong
kerajaan Islam di Indonesia (Samudera Pasai, Aceh Darussalam dan
Demak) ke masa kejayaan dan keruntuhannya.
3) Menentukan alokasi waktu penelitian
4) Melakukan pembagian kelompok yang tidak lagi berdasarkan urutan
tempat duduk tetapi berdasarkan pada kemampuan siswa yang diamati
dari hasil ulangan harian. Dalam setiap kelompok terdiri dari peserta
didik yang masuk dalam kelompok atas (pintar), kelompok tengah
(cukup) dan kelompok bawah (kurang pintar). Dengan demikian
kemampuan tiap kelompok menjadi relatif berimbang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
65
5) Pendekatan model pembelajaran yang digunakan adalah Pendekatan
Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) dan
metode lain sebagai pendukung kegiatan pembelajaran (ceramah, tanya
jawab, dan tugas).
b. Pelaksanaan Tindakan (Acting)
1) Pendahuluan (Appersepsi)
Dalam kegiatan pendahuluan ini ;
- Guru menyampaikan salam kepada peserta didik
- Ketua kelas memimpin doa awal kegiatan pembelajaran
- Guru mengecek kehadiran peserta didik dan membimbing siswa
dalam kegiatan apersepsi dan motivasi.
2) Kegiatan Inti
Dalam kegiatan inti ini dilakukan tindakan khusus yaitu menerapkan
pembelajaran model PBL . Model pembelajaran ini dilakukan dengan melalui
tahapan sebagai berikut :
- Tahap Eksplorasi
a) Guru membagi peserta didik menjadi 6 kelompok, setiap
kelompok terdiri dari 6 7 orang (jumlah peserta didik
seluruhnya 38 orang).
b) Guru menjelaskan langkah-langkah kegiatan pembelajaran
dilanjutkan dengan membagikan lembar soal yang akan
didiskusikan kepada semua kelompok.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
66
c) Guru dibantu peserta didik menyiapkan perangkat LCD dan
layarnya.
d) Setiap kelompok menyiapkan buku referensi dan laptop
untuk browsing melalui internet dan menyusun/mencatat
laporan kegiatan diskusi dalam bentuk power point untuk
dipresentasikan.
- Tahap Elaborasi
a) Pelaksanaan pembelajaran pada prinsipnya sama dengan
siklus I, namun beberapa hal pelaksanaannya lebih intensif
pada siklus II yaitu adanya perbaikan terutama pada kegiatan
inti, pada pembentukan kelompok tidak berdasarkan tempat
duduk lagi melainkan berdasarkan pada kemampuan siswa
yang diamati dari hasil ulangan harian siklus I. Dalam setiap
kelompok terdiri dari peserta didik yang masuk dalam
kelompok atas (pintar), kelompok tengah (cukup) dan
kelompok bawah (kurang pintar). Dengan demikian
kemampuan tiap kelompok relatif berimbang.
b) Kemudian ketua kelompok membagi tugas kepada setiap
anggota kelompok (membaca dan mencari jawaban soal
diskusi yang terdapat dalam buku referensi maupun di
internet, menyusun laporan hasil diskusi dalam bentuk power
point untuk dipresentasikan)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
67
c) Setelah semua kelompok selesai menyusun laporan hasil
diskusi, guru menyilahkan setiap kelompok secara bergilir
mempresentasikan hasil diskusinya dengan ketentuan: bila
kelompok 1 dan 2 maju untuk mempresentasikan hasil
diskusinya, kelompok 3 dan 4 menanggapi. Berikutnya
apabila kelompok 3 dan 4 maju untuk presentasi, maka
kelompok 5 dan 6 menanggapi. Sedangkan bila kelompok 5
dan 6 yang maju untuk presentasi, maka kelompok 1 dan 2
yang menanggapi.
d) Tanggapan disampaikan dalam bentuk menyampaikan kritik,
memberikan masukan saran dan pertanyaan yang kemudian
langsung ditanggapi atau dijawab oleh kelompok penyaji.
o Pemaparan hasil diskusi kelompok 1 sampai 4 dilaksa
nakan pada pertemuan ke 1, sedangkan kelompok 5 dan 6
dilaksanakan pada pertemuan ke 2
o Selama kegiatan diskusi dan presentasi berlangsung, guru
mencatat dan menilai aktifitas peserta didik dalam lembar
pengamatan.
- Tahap Konfirmasi
a) Guru sebagai nara sumber dan fasilitator menjawab pertanyaan
dari peserta didik yang menghadapi kesulitan dalam
menyelesaikan soal diskusi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
68
b) Guru memberikan motivasi kepada peserta didik yang kurang
atau belum berpartisipasi aktif dalam kegiatan diskusi.
c) Guru memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam
bentuk lisan maupun tulisan, terhadap peserta didik yang berhasil
mencapai target yang ditetapkan
3) Kegiatan Penutup
Kegiatan dalam tahap penutup ini yaitu;
a) Guru bersama-sama dengan peserta didik menyampaikan rangkuman/
simpulan materi pembelajaran yang baru dilaksanakan.
b) Guru melakukan penilaian atau evaluasi dalam bentuk :
o Penilaian kognitif berupa Post test untuk menguji peserta didik
terhadap penguasaan materi yang sudah selesai dibahas. Post test
disampaikan secara tertulis dengan tujuan memacu peserta didik untuk
latihan kecepatan dan ketepatan dalam menjawab soal.
o Penilaian performance, berupa penilaian melalui sikap kerjasama,
tanggungjawab, menghargai teman, dan aktif berpendapat saat diskusi
maupun presentasi.
c) Guru merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembela
jaran remidi, dan atau program pengayaan,
c. Tahap Observasi (Observing)
Observasi dilaksanakan oleh observer terhadap kegiatan
pembelajaran yang sedang berlangsung. Pelaksanaan observasi dilakukan dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
69
menggunakan panduan lembar observasi/pengamatan dan juga alat evaluasi yang
berupa post test.
d. Tahap Refleksi (Reflecting)
Pada siklus 2 ini ketuntasan belajar sudah lebih baik dibandingkan pada siklus 1
yaitu mencapai 73,68%. Hal ini terjadi karena siswa sudah lebih siap dan
memahami materi yang dibahas sekaligus untuk mengikuti ulangan.
Dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran siklus 2 ini diperoleh informasi dari
hasil pengamatan kolaborator sebagai berikut:
1. Pada kegiatan pembelajaran siklus 2 sudah lebih baik dibanding siklus 1.
Misalnya guru sudah menyiapkan catatan pembagian kelompok berdasarkan
kemampuan akademik, perlengkapan pembelajaran juga sudah disiapkan di
kelas sebelum kegiatan pembelajaran dimulai.
2. Pada saat akan presentasi LCD sempat macet sekitar 10 menit. Sehingga
mempengaruhi jatah waktu presentasi,
3. Pada saat menjawab pertanyaan, masih ada anggota tim penyaji yang
mendominasi pembicaraan, sehingga teman yang lain merasa kecewa.
Diharapkan hal seperti ini tidak terulang kembali pada kegiatan berikutnya.
Walaupun sudah ada peningkatan prosentase ketuntasan, tetapi karena masih
dibawah batas minimal ketuntasan minimal klasikal yaitu 75 %, maka peneliti
akan melanjutkan pada tindakan siklus 3.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
70
3. Siklus 3
Siklus 3 dilaksanakan selama 2 minggu yaitu pada tanggal 27 Oktober dan 3
Nopember 2012 ( 2 x pertemuan ), dengan perincian pelaksanaan :
1. Materi yang dibahas adalah : Peristiwa yang mendorong kerajaan Islam di
Indonesia (Banten, Mataram Islam, Ternate dan Tidore) ke masa kejayaan
dan keruntuhannya.
2. Media pembelajaran yang digunakan dalam penelitian tindakan adalah :
a) Buku Sejarah untuk SMA Kelas XI Program Ilmu Sosial, karangan I
Wayan Badrika, 2006, Penerbit Erlangga, Jakarta
b) Buku Eksplorasi Sejarah Indonesia dan Dunia Untuk Kelas XI, karangan Ratna
Hapsari dan Abdul Syukur, 2008, Erlangga, Jakarta
c) Buku Sejarah SMA Kelas XI Program IPS, karangan M.Habib Mustopo, dkk,
2007, Penerbit Yudhistira, Jakarta
d) Bahan Ajar Siswa Sejarah Untuk Siswa SMA, Penyusun Tim MGMP Sejarah
SMA/MA Kelas XI.IPS Semester 1, Penerbit Prasasti, Kudus
e) Internet
3. Alat pembelajaran yang digunakan dalam penelitian tindakan adalah :
a) Papan tulis/white board, digunakan untuk membantu guru dan siswa dalam
menulis hal-hal penting ketika proses pembelajaran berlangsung.
b) Lembar soal yang berisi soal/tugas yang akan didiskusikan oleh peserta
didik.
c) Nomor kelompok yang digunakan untuk memudahkan guru melakukan
penilaian dan pengamatan kelompok dalam kegiatan pembelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
71
d) Kokar absen peserta didik yang dipasang di dada sebelah kiri peserta didik
untuk memudahkan guru melakukan proses penilaian dan pengamatan
dalam kegiatan pembelajaran secara individu.
e) Laptop yang digunakan untuk browsing internet dan menyusun / mencatat
laporan kegiatan diskusi untuk dipresentasikan.
f) Layar Kristal (LCD) yang digunakan peserta didik pada saat
mempresentasikan hasil diskusi.
Adapun pelaksanaan kegiatan siklus 3 meliputi:
1. Perencanaan Tindakan (Planning)
Aktifitas perencanaan dalam kegiatan penelitian tindakan kelas pada siklus 3 ini
diantaranya adalah :
a. Memilih dan menentukan kelas sebagai subyek penelitian yaitu kelas
XI.IPS.2
b. Menentukan materi pembelajaran yaitu peristiwa yang mendorong
kerajaan Islam di Indonesia (Banten, Mataram Islam, Ternate dan
Tidore) ke masa kejayaan dan keruntuhannya.
c. Menentukan alokasi waktu penelitian
d. Melakukan pembagian kelompok yang tidak lagi berdasarkan urutan
tempat duduk tetapi berdasarkan pada kemampuan siswa yang
diamati dari hasil ulangan harian. Dalam setiap kelompok terdiri dari
peserta didik yang masuk dalam kelompok atas (pintar), kelompok
tengah (cukup) dan kelompok bawah (kurang pintar). Dengan
demikian kemampuan tiap kelompok menjadi relatif berimbang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
72
e. Pendekatan model pembelajaran yang digunakan adalah Pendekatan
Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) dan
metode lain sebagai pendukung kegiatan pembelajaran (ceramah,
tanya jawab, dan tugas).
2. Pelaksanaan Tindakan (Acting)
a. Pendahuluan (Appersepsi)
Dalam kegiatan pendahuluan ini ;
- Guru menyampaikan salam kepada peserta didik
- Ketua kelas memimpin doa awal kegiatan pembelajaran
- Guru mengecek kehadiran peserta didik dan membimbing siswa dalam
kegiatan apersepsi dan motivasi.
b. Kegiatan Inti
Dalam kegiatan inti ini dilakukan tindakan khusus yaitu menerapkan model PBL.
Model pembelajaran ini dilakukan dengan melalui tahapan sebagai berikut :
- Tahap Eksplorasi
1) Guru membagi peserta didik menjadi 6 kelompok,
2) Guru menjelaskan langkah-langkah kegiatan pembelajaran
dilanjutkan dengan membagikan lembar soal yang akan
didiskusikan kepada semua kelompok.
3) Guru dibantu peserta didik menyiapkan perangkat LCD dan
layarnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
73
4) Setiap kelompok menyiapkan buku referensi dan laptop
untuk browsing internet dan menyusun/mencatat laporan
kegiatan diskusi untuk dipresentasikan.
- Tahap Elaborasi
1) Pelaksanaan pembelajaran pada prinsipnya sama dengan
siklus 2, namun dalam pelaksanaannya lebih intensif pada
siklus 3, yaitu pada formasi kelompok diubah agar siswa
lebih dapat belajar menyesuaikan diri dengan berbagai
karakter teman. Kriteria penetapan anggota kelompok tetap
mengacu seperti pada siklus 2.
2) Kemudian ketua kelompok membagi tugas kepada setiap
anggota kelompok (membaca dan mencari jawaban soal
diskusi yang terdapat dalam buku referensi maupun di
internet, menyusun laporan hasil diskusi dalam bentuk power
point untuk dipresentasikan)
3) Setelah semua kelompok selesai menyusun laporan hasil
diskusi, guru menyilahkan setiap kelompok secara bergilir
mempresentasikan hasil diskusinya dengan ketentuan: bila
kelompok 1 dan 2 maju untuk mempresentasikan hasil
diskusinya, kelompok 3 dan 4 menanggapi. Berikutnya
apabila kelompok 3 dan 4 maju untuk presentasi, maka
kelompok 5 dan 6 menanggapi. Sedangkan bila kelompok 5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
74
dan 6 yang maju untuk presentasi, maka kelompok 1 dan 2
yang menanggapi.
4) Tanggapan disampaikan dalam bentuk menyampaikan kritik,
memberikan masukan saran dan pertanyaan yang kemudian
langsung ditanggapi atau dijawab oleh kelompok penyaji.
5) Pemaparan hasil diskusi kelompok 1 sampai 4 dilaksanakan
pada pertemuan ke 1, sedangkan kelompok 5 sampai 6
dilaksanakan pada pertemuan ke 2
6) Selama kegiatan diskusi dan presentasi berlangsung, guru
mencatat dan menilai aktifitas peserta didik dalam lembar
pengamatan.
- Tahap Konfirmasi
1) Guru sebagai nara sumber dan fasilitator menjawab
pertanyaan dari peserta didik yang menghadapi kesulitan
dalam menyelesaikan soal diskusi.
2) Guru memberikan motivasi kepada peserta didik yang kurang
atau belum berpartisipasi aktif dalam kegiatan diskusi.
3) Guru memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam
bentuk lisan maupun tulisan, terhadap peserta didik yang
berhasil mencapai target yang ditetapkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
75
c. Kegiatan Penutup
Kegiatan dalam tahap penutup ini yaitu;
1) Guru bersama-sama dengan peserta didik menyampaikan
rangkuman/simpulan materi pembelajaran yang baru dilaksanakan.
2) Guru melakukan penilaian atau evaluasi dalam bentuk :
o Penilaian kognitif berupa Post test untuk menguji peserta didik
terhadap penguasaan materi yang sudah selesai dibahas. Post test
disampaikan secara tertulis untuk memacu peserta didik latihan
kecepatan dan ketepatan dalam menjawab soal.
o Penilaian performance, berupa penilaian melalui sikap kerjasama,
tanggungjawab, menghargai teman, dan aktif berpendapat
3) Guru merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran
remidi, program pengayaan,
d. Tahap Observasi (Observing)
Observasi dilaksanakan oleh peneliti. Hal yang di observasi terutama
aktivitas peserta didik selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Pada siklus 3
ini hasil penguasaan kompetensi siswa terhadap materi telah tercapai, dan
ketuntasan belajar sudah lebih baik dibandingkan pada siklus 2 yaitu mencapai
92,11%. Hal ini terjadi karena siswa sudah lebih siap dan memahami materi yang
dibahas sekaligus untuk mengikuti ulangan. Demikian juga untuk peningkatan
prosentase ketuntasan, telah melampaui batas minimal ketuntasan klasikal yaitu
75 %. Oleh karena itu kegiatan penelitian tindakan telah dianggap selesai dan
berhasil.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
76
e. Tahap Refleksi ( Reflecting )
Data yang diperoleh peneliti pada siklus 3, selanjutnya digunakan sebagai bahan
refleksi. Nilai rata-rata 83,82 dan ketuntasan belajar klasikal mencapai 92,11 (lihat
lampiran). Jika dilihat pada KKM sebesar 79 maka hasil nilai ulangan harian
ketiga peningkatannya cukup baik dan sudah mencapai indikator yang ditetapkan.
Dalam ketuntasan belajar mengalami peningkatan dari 63,16 menjadi 92,11% dan
sudah melampaui indikator yang ditetapkan . Nilai tes akhir tindakan tertinggi 95
dan terendah 60, rata-rata nilai sebesar 92,11% .
Berdasarkan pengamatan kolaborator pada siklus 3, disampaikan bahwa :
1. Kegiatan siklus 3 mengalami peningkatan yang signifikan. Baik guru maupun
siswa sudah makin menunjukkan kesiapannya, tanpa banyak dipandu siswa
langsung menempati tempat duduk sesuai kelompoknya.
2. Siswa makin antusias berperan aktif, karena guru selalu memberikan
motivasi dan reward saat mereka menjawab maupun menanggapi dengan
baik.
3. Kesiapan ini lebih dibuktikan lagi saat nilai post test diumumkan yaitu nilai
rata-rata jauh melampaui batas ketuntasan minimal (92,11).
Karena faktor sikap berpikir kritis dan hasil belajar Sejarah pada siklus 3 telah
berhasil dicapai bahkan melampaui indikator yang telah ditetapkan maka siklus 3
tidak diperpanjang lagi dan penelitian diakhiri.
Penelitian tindakan kelas ini oleh peneliti dilakukan sampai siklus 3. Hal ini
dilakukan karena pada siklus 3 hasil peserta didik dalam mencapai kreatifitas dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
77
hasil belajar telah mengalami peningkatan bahkan telah melampaui indikator
kinerja.
D. Hasil Penelitian
Berdasarkan pengamatan pada proses pembelajaran yang dilakukan oleh peneliti,
hasil wawancara dengan peserta didik kelas XI IPS-2 dan pengamatan dokumen,
dipergunakan peneliti untuk mengambil tindakan. Pelaksanaan pembelajaran
meliputi tahap yaitu : (1) perencanaan (planning), (2) tindakan (acting), (3)
pengamatan (observing) dan (4) refleksi (reflecting). Pelaksanaan tindakan
tertuang dalam siklus, untuk permasalahan yang belum dapat diatasi dilakukan
tindakan selanjutnya pada siklus berikutnya sampai permasalahan dapat diatasi.
Dalam memperoleh data dengan validitas yang baik, diterapkan tindakan dalam
tiga siklus.
Setelah pelaksanaan tindakan yang berlangsung dalam tiga siklus hasil penelitian
tindakan kelas dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Implementasi Pembelajaran Kooperatif Model Problem Based learning
(PBL) dalam Pembelajaran.
Sebelum menerapkan tindakan pada siklus I peneliti terlebih dahulu melakukan
tindakan pra siklus. Tindakan pra siklus tersebut antara lain adalah :
a. Untuk mengawali pembelajaran, dilaksanakan tes pra siklus bagi
peserta didik kelas XI IPS-2. Instrumen yang digunakan adalah soal
tes tertulis bentuk pilihan ganda berjumlah 30 nomor. peserta didik
diberi waktu mengerjakan 40 menit. Setelah seluruh peserta didik
selesai mengerjakan soal dilanjutkan dengan koreksi bersama,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
78
jawaban peserta didik ditukar dengan jawaban peserta didik lain.
Selanjutnya guru memanggil peserta didik satu persatu, dan nilai
peserta didik ditulis pada instrumen penilaian. Hasil yang diperoleh
dari nilai pra-siklus digunakan untuk mengetahui salah satu
perkembangan hasil belajar peserta didik (Lampiran 7.2 CP 02).
b. Dalam setiap pertemuan kegiatan pembelajaran dimulai dengan
kegiatan pembiasaan dan pendahuluan, kegiatan inti dan penutup.
Kegiatan pembiasaan yang dilakukan yaitu berdoa, dan mengucap
salam. Kegiatan pendahuluan yang dilakukan guru adalah mengabsen
siswa, apersepsi dan motivasi. Selanjutnya guru menjelaskan tujuan
pembelajaran dan metode yang diterapkan serta aturan pembelajaran
atau tahapan dalam metode tersebut. Kegiatan inti disesuaikan dengan
strategi dan metode yang telah direncanakan dalam rencana
pelaksanaan tindakan tiap siklus. Pada akhir pertemuan dilakukan
kegiatan penutup yang berupa post tes, kesimpulan dan ditutup dengan
salam ( Lampiran 7 CP 01 dan 03 ).
Pelaksanaan pembelajaran model PBL dimodifikasi dengan berbagai metode,
teknik, dan sumber belajar yang tersedia disekolah. Adapun langkah-langkah
dalam pembelajaran yang ditempuh pada intinya adalah sebagai berikut :
1. Appersepsi
2. Kegiatan Inti, yang meliputi tahap Eksplorasi, Elaborasi dan Konfirmasi
3. Kegiatan Penutup
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
79
Menurut hasil pengamatan kolaborator/observer pada siklus 1 diperoleh hal-hal
sebagai berikut :
1. Pada pertemuan pertama sebenarnya persiapan guru sudah cukup
baik,misalnya lembar diskusi kelompok, kokar absen siswa, nomor meja
kelompok maupun persiapan format penilaian.
2. Pengelolaan waktu yang masih belum maksimal. Misalnya pada saat
pembagian kelompok sebagian siswa cenderung mau memilih sendiri,
sementara sebagian siswa mengusulkan guru saja yang membagi. Sehingga
untuk mencari kesepakatan cukup menyita waktu.
3. Kelemahan berikutnya adalah saat acara pemberian tanggapan dari tim
penyanggah maupun saat tim penyaji memberikan jawaban. Ini juga cukup
menyita waktu karena siswa masih merasa malu atau takut salah dalam
menyampaikannya.
Diharapkan masalah ini dapat diatasi pada siklus berikutnya.
Kemudian dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran siklus 2 ini diperoleh
informasi dari hasil pengamatan kolaborator sebagai berikut:
1. Pada kegiatan pembelajaran siklus 2 sudah lebih baik dibanding siklus 1.
Misalnya guru sudah menyiapkan catatan pembagian kelompok berdasarkan
kemampuan akademik, perlengkapan pembelajaran juga sudah disiapkan di
kelas sebelum kegiatan pembelajaran dimulai.
2. Pada saat akan presentasi LCD sempat macet sekitar 10 menit. Sehingga
mempengaruhi jatah waktu presentasi,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
80
3. Pada saat menjawab pertanyaan, masih ada anggota tim penyaji yang
mendominasi pembicaraan, sehingga teman yang lain merasa kecewa.
Diharapkan hal seperti ini tidak terulang kembali pada kegiatan berikutnya.
Selanjutnya pada kegiatan siklus 3 kolaborator menyampaikan bahwa berdasarkan
hasil pengamatannya diperoleh informasi sebagai berikut :
1. Kegiatan siklus 3 mengalami peningkatan yang signifikan. Baik guru maupun
siswa sudah makin menunjukkan kesiapannya, tanpa banyak dipandu siswa
langsung menempati tempat duduk sesuai kelompoknya.
2. Siswa makin antusias berperan aktif, karena guru selalu memberikan motivasi
dan reward saat mereka menjawab maupun menanggapi dengan baik.
3. Kesiapan ini lebih dibuktikan lagi saat nilai post test diumumkan yaitu nilai
rata-rata jauh melampaui batas ketuntasan minimal (92,11).
Dengan demikian maka diputuskan kegiatan penelitian selesai, karena kegiaatan
penelitian sudah dapat melampaui indikator kinerja. Yaitu untuk kemampuan
Selama kegiatan pembelajaran ini guru/peneliti juga selalu menyempatkan waktu
untuk memberikan perhatian kepada peserta didik agar perhatian mereka terpusat
pada kegiatan pembelajaran. Selain itu guru/peneliti juga selalu memberikan
motivasi kepada peserta didik yang masih merasa malu atau enggan untuk
berpartsipasi aktif dalam pembelajaran. Dengan tindakan seperti tersebut ternyata
banyak membawa manfaat bagi keberhasilan kegiatan pembelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
81
2. Implementasi Model Problem Based Learning ( PBL ) dalam
Pembelajaran Sejarah untuk meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis
Semua komponen sikap berpikir kritis yang terdiri dari kemampuan dalam
membuktikan kebenaran, saat melakukan diskusi, mempertahankan pendapat, dan
saat menyelesaikan tugas, dan kemampuan untuk memperoleh ilmu pengetahuan
baru diupayakan meningkat dengan berbagai strategi yang telah dirancang pada
tiap siklus.Untuk kemampuan dalam membuktikan kebenaran, pembelajaran
kooperatif model PBL dilaksanakan dengan memberikan kesempatan untuk
mempelajari sumber-sumber referensi yang lain baik melalui media cetak maupun
internet untuk memperkuat bukti kebenaran pernyataan yang disampaikan peserta
didik saat berdiskusi untuk memecahkan masalah/soal yang diberikan oleh guru.
Pembelajaran seperti ini juga mendorong semangat mengikuti pelajaran dan
membuat peserta didik merasa senang serta terpacu untuk memberikan tanggapan
terhadap materi pelajaran Sejarah yang sedang dibahas, serta untuk mengubah
image yang telah melekat pada diri peserta didik bahwa Sejarah adalah pelajaran
yang banyak menuntut kemampuan hafalan yang cenderung membosankan.
Kemampuan saat melakukan diskusi, yang diperlihatkan saat peserta didik
membahas masalah yang didiskusikan maupun saat menjawab atau menanggapi
kelompok penyanggah setelah peseta didik dari kelompok penyaji
mempresentasikan hasil diskusinya. Disini mereka juga dapat termotivasi untuk
menjawab pertanyaan secara rasional, karena adanya pemberian penghargaan
pada peserta didik yang aktif berupa tambahan nilai dan memberikan peringatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
82
bagi peserta didik yang pasif merupakan langkah yang dilakukan guru dan
hasilnya terjadi peningkatan.
Kemampuan mempertahankan pendapat dapat dilatih dan dilaksanakan saat
berdiskusi maupun presentasi. Hal ini bisa dilaksanakan setelah peserta didik
sudah banyak mempelajari materi dari berbagai sumber.. Pembelajaran dengan
melontarkan pernasalahan dan penerapan pengalaman belajar yang dipraktekkan
menghasilkan sikap peserta didik yang kritis dalam menanggapi permasalahan
sehari-hari sehingga peserta didik tahu manfaat mempelajari suatu peristiwa
sejarah untuk kehidupan sekarang maupun yang akan datang.
Kemampuan saat menyelesaikan tugas diperoleh peserta didik ketika mereka
membahas masalah yang diberikan guru dalam kegiatan diskusi. Pencarian
jawaban mereka lakukan baik melalui buku pegangan siswa, buku referensi,
maupun browsing melalui internet, sehingga hasilnya menjadi maksimal dan
membanggakan mereka.
Kemampuan untuk memperoleh ilmu pengetahuan baru dapat dilakukan peserta
didik saat mereka saling bertukar pikiran atau bertukar informasi baik saat
penyusunan laporan diskusi dalam bentuk power point maupun saat presentasi.
Peningkatan berpikir kritis peserta didik dari tiap siklus dapat dilihat pada uraian
berikut :
a. Aspek kemampuan dalam memberikan pertanyaan rasional, hal ini telah
dapat dilakukan peserta didik saat tim penyaji menyampaikan hasil
diskusinya didepan kelas. Mereka mulai merasa senang pada pelajaran
Sejarah yang menerapkan metode diskusi dan merasakan bahwa pelajaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
83
Sejarah tidak sulit dan tidak membosankan karena dibahas melalui diskusi
yang menyenangkan.
b. Aspek kemampuan mengatasi masalah diperoleh dari pengakuan peserta
didik untuk belajar lebih dahulu jika esok hari ada pelajaran Sejarah
c. Aspek mempunyai rasa ingin tahu tampak pada usaha mencari jawaban yang
menjadi tugas kelompok maupun saat menjawab pertanyaan dari kelompok
penyanggah.
d. Aspek kemampuan menyampaikan ide/pendapat peserta didik dapat
ditunjukkan baik pada saat saling bekerjasama untuk menyelesaikan masalah
yang didiskusikan maupun saat melakukan presentasi.
e. Aspek dalam menyampaikan saran/kritik konstruktif diamati dari peserta
didik mengungkapkan tanggapan atau membuat kesimpulan dengan bahasa
sendiri (Lampiran 7 CP 14 CP 16).
Sementara itu berdasarkan pengamatan dan wawancara dengan peserta didik,
peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa dapat diuraikan sebagai berikut
1. Aspek kemampuan dalam membuktikan kebenaran, peserta didik mengaku
menjadi lebih senang dan tertarik belajar Sejarah karena selama kegiatan tiap
pertemuan cara pembelajarannya berbeda dan merasa tertantang untuk dapat
menyelesaikan tugas dengan baik sesuai target yang ditentukan oleh guru.
2. Aspek kemampuan melakukan diskusi, peserta didik merasa senang
mengerjakan soal diskusi pada saat melakukan diskusi karena komunikasi
dengan teman maupun guru dapat dilakukan dengan intensif dan tidak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
84
membosankan. Dengan demikian pemahaman tentang materi sejarahpun
dapat lebih baik.
3. Aspek kemampuan mempertahankan pendapat, hal ini dapat ditunjukkan saat
mereka berdebat atau adu argumentasi baik saat diskusi untuk menyelesaikan
masalah maupun saat menjawab pertanyaan ketika mereka melakukan
presentasi.
4. Aspek kemampuan untuk menyelesaikan tugas dibuktikan peserta didik saat
menyelesaikan tugas untuk menjawab soal diskusi dengan berusaha
menyelesaikannya dengan tepat waktu tetapi tetap mengutamakan kualitas isi
dari tugas yang diberikan guru.
5. Aspek kemampuan untuk memperoleh ilmu pengetahuan baru, hal ini
dibuktikan peserta didik saat mereka saling kerjasama dengan teman satu
kelompok untuk menyelesaikan tugas untuk menjawab soal diskusi dengan
berusaha menggali potensi kemampuan pengetahuan yang sudah dimiliki
maupun saat mencarinya dari buku pegangan siswa maupun dari internet.
(Lampiran 6 CL 07- CL 12).
Untuk lebih jelasnya peningkatan kemampuan berpikir kritis dari tiap siklus dapat
diamati pada tabel berikut ini :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
85
Tabel 5: Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik
No Indikator
Siklus 1
Siklus 2
Siklus 3
1 Mampu menyampaikan pertanyaan 12 12 23
2 Mampu mengatasi masalah 20 21 34
3 Mempunyai rasa ingin tahu 23 28 38
4 Mampu menyampaikan ide/pendapat 12 15 29
5 Mampu menyampaikan saran/kritik konstruktif
7 9 16
Jumlah 74 85 140
Berdasarkan tabel diatas dapat dijelaskan bahwa sikap kemampuan berpikir kritis
peserta didik tiap siklus terus mengalami peningkatan. Pada siklus 1 aspek
kemampuan menyampaikan saran/kritik konstruktif paling rendah skornya 7. Hal
ini terjadi karena mereka belum terbiasa melakukannya dalam kegiatan
pembelajaran. Aspek yang paling tinggi pada aspek rasa ingin tahu yaitu sebesar
23, dan jumlah aspek keseluruhan 74. (Lampiran 9.1). Karena pada siklus 1
kemampuan berpikir kritis peserta didik belum mencapai indikator yang telah
ditetapkan maka peneliti melanjutkan tindakan pada siklus 2. Pada siklus 2 aspek
yang paling tinggi peningkatannya adalah pada aspek rasa ingin tahu yaitu sebesar
yaitu 28 sedangkan aspek yang paling rendah pada kemampuan menyampaikan
saran/kritik konstruktif yaitu 9, sedangkan jumlah keseluruhannya adalah 85
(Lampiran 9.2). Walaupun pada siklus 2 kemampuan berpikir kritis peserta didik
telah mencapai indikator yang telah ditetapkan yaitu 80, namun peneliti tetap
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
86
melanjutkan ke siklus 3 karena indikator ketuntasan belajar klasikal nilai ulangan
harian dan nilai tugas belum mencapai hasil sesuai yang diharapkan yaitu 75%.
Pada siklus 3 tingkat kemampuan berpikir kritis peserta didik skor paling tinggi
peningkatannya tetap pada aspek rasa ingin tahu yaitu 38 poin, Sedangkan aspek
yang paling rendah pada aspek mampu menyampaikan saran/kritik konstruktif
sebesar 16 poin (Lampiran 9.3) sehingga jumlah keseluruhan adalah 140.
Karena aspek kemampuan berpikir kritis peserta didik pada siklus 3 telah
mancapai bahkan melampaui indikator yang telah ditetapkan, maka penelitian
diakhiri.
3. Penerapan Model Problem Based Learning (PBL) dalam Pembelajaran
Sejarah untuk Meningkatkan Hasil Belajar.
Dalam pembelajaran model PBL penilaian dilakukan secara intensif dan
menyeluruh. Komponen penilaian dilaksanakan pada semua aspek dengan
pencatatan otentik (authentic assessment) selama proses pembelajaran,
kemampuan siswa dalam bentuk berpendapat, bertanya, menjawab pertanyaan
guru, menyelesaikan tugas diskusi, mempertahankan argumentasi di depan kelas,
dan penampilan atau performance ternyata mendorong siswa untuk aktif dan
berusaha memperoleh nilai yang baik. Memberikan informasi tentang sistem
penilaian dan waktunya yaitu pada setiap akhir siklus berupa ulangan harian,
koreksi dan penilaiannya dilakukan bersama peserta didik, sehingga menyebabkan
peserta didik bersemangat dan bersaing secara sehat dengan teman-temannya
untuk memperoleh nilai yang maksimal. Penilaian juga dilakukan terhadap hasil
kerja kelompok yang merupakan komponen evaluasi yang berfungsi sebagai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
87
87
penilaian portofolio yang memiliki bobot 40% dari nilai siswa. Dengan pemberian
tugas yang dibatasi waktunya, siswa termotivasi untuk mengerjakan tugas dengan
sebaik-baiknya jika ingin nilainya baik. Setelah menerapkan pembelajaran
kooperatif model Problem Based Learning (PBL) dalam tiga siklus hasil belajar
siswa mengalami peningkatan sebagai berikut :
Hasil post test Pra-Siklus menunjukkan nilai tertinggi 82 dan nilai terendah 50 dan
rata-rata kelas sebesar 64,50 dengan ketuntasan klasikal 34,21 % (Lampiran 8.1).
Pada post test siklus I nilai tertinggi mencapai 90 (siswa BW,EY,KY, dan KM),
nilai terendah 50 (siswa AC) dan rata-rata nilai kelas 75,39 . Dengan ketuntasan
63,16 % (Lampiran 8.2). Nilai tersebut belum mencapai nilai ketuntasan minimal
yang telah ditentukan dalam KKM yaitu 79 dan belum mencapai indikator yang
ditentukan dalam PTK yaitu nilai rata-rata ketuntasan klasikal sebesar 75%.
Pada post test siklus 2 nilai peserta didik kelas XI IPS-2 yang tertinggi 100 (siswa
KM) dan terendah 50 (siswa AC). Sedangkan nilai rata-rata klasikal 81,84 dan
ketuntasan belajar klasikal mencapai 73,68 % (Lampiran 8.3). Jika dilihat pada
nilai KKM sebesar 79 memang sudah melampaui, tetapi nilai ketuntasan klasikal
belum mencapai nilai rata-rata sebesar 75%.
Pada post test siklus 3 peserta didik kelas XI IPS-2 nilai yang tertinggi 95 (siswa
DF) dan yang terendah 65 (siswa AR). Nilai rata-rata 83,82 dan ketuntasan belajar
klasikal mencapai. 92,11% (Lampiran 8.4). Jika dilihat pada KKM sebesar 79
maka hasil nilai ulangan harian ketiga peningkatannya cukup baik dan sudah
mencapai indikator yang. ditetapkan. Dalam ketuntasan belajar mengalami
peningkatan dari 73,68 menjadi 92,11 dan sudah melampaui indikator yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
88
88
ditetapkan . Nilai tes akhir tindakan (siklus 3) tertinggi 95 dan terendah 65, rata-
rata nilai sebesar 83,82 (Lampiran 8.4). Hal ini berarti telah mengalami
peningkatan sangat maksimal bila dibandingkan dengan sebelum tindakan dan
telah melampaui indikator. Nilai KKM kelas XI.IPS adalah 79,00.
Untuk lebih memperjelas keterangan tersebut, di bawah ini Peningkatan hasil
belajar peserta didik dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 6 : Peningkatan Nilai Ulangan Harian Selama Tindakan
No Nilai Pra-Siklus Siklus 1 Silklus 2 Siklus 3
1 Tertinggi 82 90 100 95
2 Terendah 50 50 65 60
3 Rata-rata 64,50 75,39 81,84 83,82
4 Ketuntasan 34,21 % 63,16 % 73,68 % 92,11 %
E. Pembahasan
1. Penerapan Model Problem Based Learning ( PBL ) dalam pembelajaran
Sejarah.
Penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan pada kelas XI.IPS.2 di SMA Negeri 1
Purwokerto dengan menggunakan pembelajaran model Problem Based Learning (
PBL ) ternyata terdapat beberapa kendala baik dalam perangkat sarana penunjang
pembelajaran maupun dalam proses pelaksanaan pembelajarannya.
a. Pada awal peserta didik belum bisa menyesuaikan pembelajaran dengan
menggunakan model Problem Based Learning (PBL), pembelajaran masih
berpusat pada guru (teacher centered).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
89
89
b. Kemudian untuk sarana penunjang seperti LCD kadang mengalami masalah,
juga pemanfaatan hot spot area untuk mencari materi lewat internet juga kadang
lambat karena terlalu banyak yang memakai.Tetapi pada siklus 2 dan siklus 3,
sudah ada perubahan dalam pembelajaran yaitu pembelajaran kontruktivisme
sudah mulai berjalan dengan baik karena siswa sudah mulai dapat beradaptasi
dengan pembelajaran model Problem Based Learning (PBL) ini.
Terkait dengan masalah tersebut, dalam teori konstruktivisme dikatakan bahwa
siswa harus menemukan sendiri dan menstransformasikan informasi yang
kompleks, mengecek informasi yang baru dengan aturan-aturan lama dan
merevisinya apabila aturan-aturan itu tidak lagi sesuai. Bagi siswa agar benar-
benar memahami dan dapat menerapkan pengetahuan, maka mereka harus bekerja
memecahkan masalah, menemukan segala ssesuatu, dan berusaha dengan susah
payah mengandalkan ide-idenya. (Slavin dalam Nur dalam Trianto : 28).
Konstruktivisme menganggap bahwa belajar sama dengan membentuk makna,
makna diciptakan pemelajar sendiri, konstruksi makna dipengaruhi oleh
pengetahuan yang telah dimiliki, kontruksi pengetahuan baru merupakn proses
yang terjadi terus-menerus, dan proses konstruksi pengetahuan baru didahului rasa
ingin tahu yang dapat dirangsang dengan penyajian masalah-masalah oleh guru
untuk dibahas oleh pemelajar.(Haris Mudjiman, 26-27).
Para konstruktivist memberikan kepada pemelajar kebebasan berpikir,
mengajukan pertanyaan, menganalisis jawaban, mencari hubungan berbagai
pendapat, memprediksi, memberikan jastivikasi dan berpikir jauh melebihi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
90
90
informasi awal yang masuk ke dalam pikirannya. (Brook & Brook dalam Haris
Mudjiman, 29-30).
Karena setiap model pembelajaran ada kelebihan dan kekurangannya, maka dalam
kegiatan belajar mengajar, seorang guru harus mampu memadukan dan
menciptakan proses pembelajaran yang inovatif yang pada prinsipnya mampu
mengaktifkan siswa, sehingga dapat memberi peluang untuk terjadinya proses
belajar mengajar yang aktif, inovatif dan menyenangkan. Metode diskusi yang
digunakan pada penelitian tindakan kelas ini, memberikan kesempatan kepada
siswa/peserta didik untuk menyampaikan pendapat, membuat kesimpulan atau
menyampaikan ide dan gagasannya.
Sedangkan hasil penelitian dari peneliti sendiri yang tertuang dalam tabel di
bagian depan dapat disimpulkn bahwa penerapan model PBL akan dapat
bermanfaat secara maksimal apabila dikolaborasikan dengan metode lain untuk
meminimalisir kelemahan dari masing-masing metode. Dan untuk menentukan
metode dan model pembelajaran yang akan dipakai guru harus mempehatikan
antara lain kondisi kemampuan intelegensi peserta didik, sarana dan prasarana
sekolah, materi yang akan diajarkan dan pengetahuan guru tentang metode dan
model pembelajaran itu sendiri.
2. Penerapan Model Problem Based Learning (PBL) dalam Pembelajaran
Sejarah untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis.
Dalam penelitian tindakan ini membuktikan bahwa model pembelajaran yang
digunakan oleh guru dapat mempengaruhi upaya untuk menggali kemampuan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
91
91
berpikir kritis siswa. Penerapan model pembelajaran yang menarik akan
memotivasi siswa/peserta didik untuk mengikuti kegiatan pembelajaran, karena
perasaan senang dan penuh antusias sehingga peserta didik akan lebih mudah
menerima dan memahami materi pelajaran. Apalagi bila guru mampu memotivasi
siswa dengan sering melontarkan permasalahan yang terkait dengan materi
pelajaran, maka siswa merasa terpacu untuk berpikir secara kritis untuk dapat
menjawab permasalahan tersebut.
Apabila kita merujuk pada pendapat Ruggiero (Elaine B.Johnson, 2011: 189)
berpikir kritis bukanlah sesuatu yang sulit dan esoteris yang hanya bisa dilakukan
oleh manusia yang memiliki nilai IQ berkategori genius. Sebaliknya, berpikir
kritis merupakan sesuatu yang dapat dilakukan oleh semua orang. Berpikir kritis
membantu kita memandang diri sendiri, bagaimana kita memandang dunia, dan
bagaimana kita berhubungan dengan orang lain. Berpikir kritis membantu kita
meneliti perilaku kita dan menilai nilai-nilai kita. Berpikir kritis merupakan
sebuah keterampilan hidup, bukan hobi dibidang akademik
Karena itulah perlu adanya suatu model pembelajaran yang mampu menggali
kemampuan berpikir kritis siswa, disamping juga situasi pembelajaran yang
kondusif dan menyenangkan. Salah satunya adalah model Problem Based
Learning (PBL).
Menurut Howard Barrows dan Kelson, dalam M.Taufik Amir, ( 2011:21 ) adalah
Problem Based Learning adalah kurikulum dan proses pembelajaran, yang di
dalamnya dirancang masalah-masalah yang menuntut mahasiswa mendapatkan
pengetahuan yang penting, membuat mereka mahir dalam memecahkan masalah,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
92
92
dan memiliki strategi belajar sendiri serta memiliki kecakapan berpartisipasi
dalam tim. Proses pembelajarannya menggunakan pendekatan yang sistemik
untuk memecahkan masalah atau menghadapi tantangan yang nanti diperlukan
dalam karir dan kehidupan sehari-hari.
Pada siklus I ini masih ada peserta didik yang merasa tidak percaya diri , tetapi
pada siklus 2 dan siklus 3 peserta didik menunjukkan sikap yang baik dan
tanggung jawab. Hal ini terlihat dari hasil nilai kempuan berpikir kritis yang
dilaksanakan selama proses pembelajaran tiap siklus. Pada siklus I hanya sekitar
memperoleh ketuntasan dengan skor 74. Tetapi dalam pembelajaran siklus 2
prestasi siswa yaitu menjadi 85. Kemudian pada pembelajaran siklus 3, guru
maupun peserta didik mulai bisa menyesuaikan diri dengan materi, metode dan
media dalam pembelajaran sehingga pada pembelajaran siklus 3 kemampuan
berpikir kritis peserta didik naik menjadi 140 poin, melewati batas tuntas minimal
yaitu skor 80.
3. Penerapan Model Problem Based Learning (PBL) dalam Pembelajaran
Sejarah untuk Meningkatkan Hasil Belajar.
Dalam penelitian tindakan ini membuktikan bahwa model pembelajaran yang
digunakan oleh guru dapat mempengaruhi upaya untuk meningkatkan nilai hasil
belajar siswa. Penerapan model pembelajaran yang menarik akan memotivasi
siswa/peserta didik untuk mengikuti kegiatan pembelajaran, karena situasi yang
kondusif dan penuh semangat sehingga peserta didik akan lebih mudah menerima
dan memahami materi pelajaran. Apalagi bila guru mampu memotivasi siswa
dengan sering melontarkan permasalahan yang terkait dengan materi pelajaran,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
93
93
maka siswa merasa terpacu untuk terus belajar. Dan pada akhirnya juga akan
memacu nilai hasil belajar siswa.
Terkait dengan masalah tersebut, terdapat pendapat dari hasil penelitian Gino (
2007 ) yang merupakan hasil penelitian tindakan yang juga sudah melalui uji
hipotesis disimpulkan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara model
pembelajaran PBL terhadap prestasi belajar. Dan model pembelajaran PBL
menekankan pada pemecahan masalah pada kehidupan nyata.
Sementara itu perkembangan kemampuan hasil belajar peserta didik dari siklus 1
sampai siklus 3 terus meningkat. Semula pada siklus 1 ini masih ada peserta didik
yang merasa tidak mampu dan cenderung minder , pada siklus 1 hanya sekitar
memperoleh rata-rata ketuntasan klasikal 63,16%. Tetapi dalam pembelajaran
siklus 2 prestasi hasil belajar siswa naik yaitu menjadi 73,68%. Kemudian pada
pembelajaran siklus 3, guru maupun peserta didik mulai bisa menyesuaikan diri
dengan materi, metode dan media dalam pembelajaran sehingga pada
pembelajaran siklus 3 nilai hasil belajar peserta didik naik menjadi 92,11%,
melewati batas tuntas minimal yaitu 79,00. Hal ini terjadi karena potensi
kemampuan peserta didik dapat berkembang makin baik.
Dan akhirnya dari penjelasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa terdapat
hubungan benang merah antara teori yang ada, hasil penelitian yang sudah
pernah dilaksanakan oleh peneliti lain, maupun hasil penelitian peneliti sendiri
yang pada prinsipnya sepakat bahwa penerapan model Problem Based
Learning ( PBL ) dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan hasil
belajar peserta didik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
110
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Simpulan
Penelitian tindakan kelas yang menerapkan pembelajaran kooperatif
model Problem Based Learning (PBL) dalam pembelajaran Sejarah untuk
meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar siswa telah selesai
dilaksanakan dalam tiga siklus. Dalam setiap siklusnya ada empat tahapan yaitu
perencanaan ( planning), tindakan (acting), pengamatan (observing) dan refleksi
(reflecting). Ketidakberhasilan dalam siklus akan diperbaiki pada siklus
berikutnya. Adapun hasil penelitian selama tindakan dapat disimpulkan sebagai
berikut :
1. Implementasi model Problem Based Learning (PBL) dalam pembelajaran
Sejarah
Pelaksanaan pembelajaran kooperatif model Problem Based Learning
(PBL) dimodifikasi dengan berbagai metode, teknik, dan sumber belajar yang
tersedia di sekolah. Adapun langkah-langkah dalam pembelajaran yang
ditempuh adalah sebagai berikut :
4. Appersepsi ( guru/peneliti mempersiapkan siswa dan perangkat
pendukung kegiatan pembelajaran sesuai dengan perencanaan )
5. Kegiatan Inti, yang meliputi tahap Eksplorasi, Elaborasi dan Konfirmasi
6. Kegiatan Penutup
Dalam kegiatan pembelajaran ini guru/peneliti selalu menyempatkan
waktu untuk memberikan perhatian kepada peserta didik agar perhatian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
111
mereka terpusat pada kegiatan pembelajaran. Selain itu guru/peneliti juga
selalu memberikan motivasi kepada peserta didik yang masih merasa malu
atau enggan untuk berpartsipasi aktif dalam pembelajaran. Dengan
tindakan seperti tersebut ternyata banyak membawa manfaat bagi
keberhasilan kegiatan pembelajaran.
2. Penerapan Model Problem Based Learning (PBL) dalam pembelajaran
Sejarah dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa.
Kemampuan berpikir kritis siswa mengalami peningkatan dalam setiap
siklus. Komponen kemampuan berpikir kritis terdiri dari kemampuan dalam
membuktikan kebenaran, melakukan diskusi, mempertahankan pendapat,
menyelesaikan tugas, dan kemampuan untuk memperoleh ilmu pengetahuan
baru. Selama penelitian tindakan dari siklus pertama sampai siklus ke 3
keberhasilan menerapkan atau mengimplementasikan Kemampuan berpikir
kritis siswa terlihat nyata. Setelah melaksanakan PTK, siswa mulai menyukai
mata pelajaran Sejarah. Mereka akhirnya menyadari bahwa ternyata mata
pelajaran Sejarah ternyata bukan pelajaran yang sulit dan membosankan.
Bahkan sikap rasa ingin tahu siswa cukup menonjol, hal ini diperlihatkan
terutama dalam menyelesaikan tugas maupun saat presentasi dengan
browsing melalui internet. Hal ini memungkinkan karena sekolah sudah
memiliki hot spot area.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
112
3. Penerapan Model Problem Based Learning (PBL) dalam pembelajaran
Sejarah dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Pembelajaran model PBL yang di desain dengan metode yang
bervariasi mampu meingkatkan hasil belajar siswa. Hasil belajar siswa
diperoleh dan penilaian otentik (authentic assessment) selama proses
pembelajaran, penilaian tugas dan penilaian hasil belajar pada tiap selesai
siklus. Ketrampilan guru dalam memilih pendekatan, strategi, metode dan
teknik pembelajaran akan menunjang motivasi siswa untuk meningkatkan
minat, motivasi dan semangat belajar siswa. Dengan semangat belajar yang
tinggi maka iklim belajar menjadi lebih kondusif dan pada akhirnya hasil
belajar siswapun menjadi meningkat. Setelah melakukan tindakan dalam tiga
siklus maka pada siklus 3 nilai rata-rata ulangan harian Sejarah siswa
mencapai 83,82 dan ketuntasan klasikal mencapai 92,11 %.
B. Implikasi
Berdasarkan hasil temuan dan hasil penelitian tindakan kelas bahwa
dengan penerapan model PBL dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan
hasil belajar siswa dalam mata pelajaran Sejarah di kelas XI IPS-2 SMA Negeri 1
Purwokerto, diimplikasikan sebagai berikut :
1. Pelaksanaan pembelajaran model PBL berhasil meningkatkan kemampuan
berpikir kritis siswa jika dilakukan dengan langkah yang tepat seperti
kemampuan memilih dan menyajikan topik yang menarik, adanya kesempatan
untuk membimbing dan memberi siswa dalam mengeluarkan potensi dan
kemampuannya melalui sistem pembelajaran dua arah (siswa dengan guru dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
113
siswa dengan siswa) secara kontinyu dan konsisten. Kemampuan berpikir
kritis amat cocok untuk meningkatkan aspek afektif dan psikomotor, dengan
fungsi guru sebagai fasilitator dan sekaligus sebagai motivator.
2. Pembelajaran PBL dapat meningkatkan basil belajar siswa jika dilaksanakan
dengan penilaian yang otentik (authentic assessment). Penilaian otentik adalah
proses pengumpulan informasi oelh guru tentang perkembangan dan
pencapaian pembelajaran yang dilakukn oleh peserta didik melalui berbagai
teknik yang mampu mengungkapkan, membuktikan atau menunjukkan secara
tepat bahwa tujuan pembelajaran telah benar-benar dikuasai dan dicapai
( Nurhadi, 2004 : 172 ). Diunduh tgl 6 mei 2011 : http//akbar-
iskandar.blogspot.com/2011/05/penilaian otentik.html. Penilaian merupakan
bagian tak terpisahkan dalam proses pembelajaran, mencerminkan masalah
dunia nyata, menggunakan berbagai ukuran, metode, dan kriteria yang sesuai
dengan esensi pengalaman belajar dan bersifat holistik atau menyeluruh pada
setiap komponen evaluasi sehingga dapat mengukur berbagai kemainpuan
siswa. Hasil belajar dapat diketahui dari perubahan tingkah laku yang
mencakup aspek kognitif, afektif dan psikomotorik yang bersifat kontinyu,
positif permanen dan terarah.
3. Pembelajaran model PBL kurang berhasil meningkatkan kemampuan berpikir
kritis dan hasil belajar Sejarah pada siswa yang memiliki kecerdasan dibawah
rata-rata kelas. Dalam PTK di kelas XI IPS-2 ada 2 orang siswa yang tetap
kurang maksimal dalam kemampuan berpikir kritis rnaupun basil belajar
(Lampiran 8). Sehingga guru harus dapat memberikan perhatian secara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
114
menyeluruh sehingga peserta didik dari beragam tingkat kecerdasan mampu
mengembangkan potensinya secara maksimal.
C. Saran
Berdasarkan hasil penelitian, simpulan dan implikasi yang telah diuraikan
diatas dapat disampaikan saran sebagai berikut :
1. Seorang guru hendaknya krreatif dan pandai didalam memilih model
pembelajaran yang tepat, guna menumbuhkan kemampuan berpikir kritis
siswa dalam pembelajaran. Guru dapat memilih alternatif pembelajaran model
PBL guna meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar siswa.
2. Guru dapat menerapkan pembelajaran model PBL dengan dimodifikasi
berbagai metode dan teknik tertentu dengan tetap berprinsip pada siswa
sebagai subyek belajar (student oriented), masyarakat belajar (learning
community), berbasis lingkungan (learning environment) untuk memperkaya
pengalaman belajar siswa.
3. Guru hendaknya menerapkan penilaian otentik (authentic assessment), agar
mengetahui perkembangan hasil belajar siswa secara menyeluruh yang
mencakup aspek kognitif, afektif dan psikomotorik.
4. Guru hendaknya berusaha melakukan perbaikan pembelajaran melalui
penelitian tindakan kelas, untuk meningkatkan kualitas pembelajaran,
sehingga kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar siswa meningkat.
5. Guru hendaknya sabar dan memberi perhatian lebih pada 'siswa yang memiliki
kecerdasan dibawah rata-rata karena daya nalar siswa lebih lambat dibanding
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
115
teman-temannya, sehingga sering minder dan tidak dapat memunculkan
kemampuannya.
6. Kepala sekolah hendaknya, memberi kebebasan kepada guru untuk
mengembangkan profesi dengan banyak aktif di organisasi seperti MGMP dan
forum ilmiah guru serta memberi kesempatan kepada guru untuk mengikuti
pelatihan agar tidak ketinggalan informasi tentang sistem pembelajaran aktif,
kreatif dan menyenangkan.
7. Kepala sekolah bersama komite hendaknya menyediakan sarana dan prasarana
serta sumber pembelajaran selaras dengan perkembangan kurikulum dan
IP'T'EK.
8. Peneliti lain dapat menerapkan penelitian sejenis untuk mengatasi
pembelajaran di kelas.
9. Peneliti lain dapat melakukan penelitian lebih lanjut guna menyempurnakan
kekurangan pada penelitian ini.