PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN THE 5E...

14
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN THE 5E LEARNING CYCLE BERBASIS INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR FISIKA POKOK BAHASAN KALOR SISWA KELAS X SMA SELAMAT PAGI INDONESI (SPI) BATU PERIODE 2010/2011. Aliffernanda Rinti Taddaga 1 Sirwadji 2 Asim 3 Universitas Negeri Malang, Jalan Semarang 5 Malang E-mail: [email protected] ABSTRAK Berdasarkan hasil observasi, proses pembelajaran fisika di SMA Selamat Pagi Indonesia (SPI) Batu cukup baik, tetapi siswa masih memiliki keaktifan serta prestasi belajar fisika yang rendah. Guru masih dominan menerapkan metode ce- ramah dalam pembelajaran. Keaktifan siswa hanya mendengarkan guru, menger- jakan soal latihan. Guru belum pernah melakukan demonstrasi, diskusi kelompok/ diskusi kelas, atau melibatkan siswa dalam kegiatan eksperimen. Prestasi belajar siswa masih kurang dari KKM (67). Siswa kurang memahami konsep, dan hanya menghafal rumus saja. Beberapa siswa kesulitan dalam menentukan besaran fisika yang diketahui maupun besaran yang dicari pada saat mengerjakan soal. Siswa ke- sulitan dalam mengembangkan rumus untuk menyelesaikan soal yang berbeda. Hanya beberapa siswa yang mampu mengerjakan latihan soal dengan benar. Nilai rata-rata Ujian Tengah Semester siswa mencapai 43,88. Oleh karena itu perlu di- upayakan perbaikan untuk meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan penerapan model pembelajaran The 5E Learning Cycle Berbasis Inquiry untuk meningkatkan ke- aktifan dan prestasi belajar siswa kelas X SMA SPI. Rancangan penelitian yang digunakan adalah dengan pendekatan kualitatif dan berjenis penelitian tindakan kelas (PTK) dengan memberikan tindakan berupa model pembelajaran The 5E Learning Cycle Berbasis Inquiry . Penelitian ini mendeskripsikan proses pembela-jaran, keaktifan siswa dan prestasi belajar fisika siswa. Penelitian dilaksanakan dalam dua siklus. Kegiatan proses pembelajaran yang digunakan adalah kegiatan engagemen, eksplorasi, eksplanasi, elaborasi, dan evaluasi. Pada akhir siklus I keaktifan siswa meningkat dari pertemuan pertama. Peningkatan itu terjadi pada aspek menjawab/mengajukan pertanyaan, merancang 1 Aliffernanda Rinti Taddaga adalah mahasiswa Universitas Negeri Malang (UM), Malang. Artikel ini diangkat dari skripsi sarjana pendidikan program sarjanaUniversitas Negeri Malang, 2011. 2 Sirwadji adalah dosen Fisika Universitas Negeri Malang (UM). 3 Asim adalah dosen Fisika Universitas Negeri Malang (UM).

Transcript of PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN THE 5E...

Page 1: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN THE 5E …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikel5F9CD1422856ED52F4AD... · penerapan model pembelajaran the 5e learning cycle berbasis inquiry untuk

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN THE 5E LEARNING CYCLE

BERBASIS INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN

PRESTASI BELAJAR FISIKA POKOK BAHASAN KALOR SISWA KELAS

X SMA SELAMAT PAGI INDONESI (SPI) BATU PERIODE 2010/2011.

Aliffernanda Rinti Taddaga1

Sirwadji2

Asim3 Universitas Negeri Malang, Jalan Semarang 5 Malang

E-mail: [email protected]

ABSTRAK

Berdasarkan hasil observasi, proses pembelajaran fisika di SMA Selamat

Pagi Indonesia (SPI) Batu cukup baik, tetapi siswa masih memiliki keaktifan serta

prestasi belajar fisika yang rendah. Guru masih dominan menerapkan metode ce-

ramah dalam pembelajaran. Keaktifan siswa hanya mendengarkan guru, menger-

jakan soal latihan. Guru belum pernah melakukan demonstrasi, diskusi kelompok/

diskusi kelas, atau melibatkan siswa dalam kegiatan eksperimen. Prestasi belajar

siswa masih kurang dari KKM (67). Siswa kurang memahami konsep, dan hanya

menghafal rumus saja. Beberapa siswa kesulitan dalam menentukan besaran fisika

yang diketahui maupun besaran yang dicari pada saat mengerjakan soal. Siswa ke-

sulitan dalam mengembangkan rumus untuk menyelesaikan soal yang berbeda.

Hanya beberapa siswa yang mampu mengerjakan latihan soal dengan benar. Nilai

rata-rata Ujian Tengah Semester siswa mencapai 43,88. Oleh karena itu perlu di-

upayakan perbaikan untuk meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan penerapan model

pembelajaran The 5E Learning Cycle Berbasis Inquiry untuk meningkatkan ke-

aktifan dan prestasi belajar siswa kelas X SMA SPI. Rancangan penelitian yang

digunakan adalah dengan pendekatan kualitatif dan berjenis penelitian tindakan kelas

(PTK) dengan memberikan tindakan berupa model pembelajaran The 5E Learning

Cycle Berbasis Inquiry . Penelitian ini mendeskripsikan proses pembela-jaran,

keaktifan siswa dan prestasi belajar fisika siswa. Penelitian dilaksanakan dalam dua

siklus. Kegiatan proses pembelajaran yang digunakan adalah kegiatan engagemen,

eksplorasi, eksplanasi, elaborasi, dan evaluasi.

Pada akhir siklus I keaktifan siswa meningkat dari pertemuan pertama.

Peningkatan itu terjadi pada aspek menjawab/mengajukan pertanyaan, merancang

1Aliffernanda Rinti Taddaga adalah mahasiswa Universitas Negeri Malang (UM), Malang. Artikel ini

diangkat dari skripsi sarjana pendidikan program sarjanaUniversitas Negeri Malang, 2011. 2Sirwadji adalah dosen Fisika Universitas Negeri Malang (UM). 3Asim adalah dosen Fisika Universitas Negeri Malang (UM).

Page 2: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN THE 5E …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikel5F9CD1422856ED52F4AD... · penerapan model pembelajaran the 5e learning cycle berbasis inquiry untuk

eksperimen sederhana, mengeksplorasi gagasan melalui eksperiment, mengamati

gejala fisis dan membuat kesimpulan. Pada akhir siklus II keaktifan siswa meningkat

dari siklus I. Peningkatan itu terjadi pada aspek menyusun hipotesis, mengamati

gejala fisis dan membuat kesimpulan. Prestasi belajar siswa secara keseluruhan

mencapai tahap pengetahuan (C1) pada akhir siklus I, dan meningkat mencapai tahap

pemahaman (C2) pada siklus II.

Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa penerapan model

The 5E Learning Cycle Berbasis Inquiry dapat meningkatkan keaktifan dan prestasi

belajar siswa. Untuk itu disarankan bagi guru fisika SMA disarankan agar

menggunakan model pembelajaran The 5E Learning Cycle Berbasis Inquiry dalam

melakukan pembelajaran kepada siswa untuk meningkatkan keaktifan dan prestasi

belajar siswa.

Kata kunci: penerapan model pembelajaran The 5E Learning Cycle Berbasis

Inquiry, keaktifan siswa, prestasi belajar siswa.

ABSTRACT

Based on the observation result, the process of physics learning in SMA

Selamat Pagi Indonesia (SPI) Batu is fairly good, nevertheless the students still have

low activeness and learning outcome in physics subject. It is caused by the dominant

methods in the learning which is lecturing. To the date, students are never given the

opportunity for doing ay experiment in the laboratory. Therefore, effort for

improvement is needed for the students’ activeness and learning outcome in physics.

The objective of this study is to describe the implementation of the 5E

Learning Cycle inquiry based learning model in improving the activeness and

learning outcome of tenth grade students in SMA Selamat Pagi Indonesia (SPI) Batu

2010/2011period.

The research design is qualitative approach and included as Class Action

Research (CAR) by implementing inquiry based learning model of the 5ELearning

Cycle. This study describes the learning process, students’ activeness, and learning

outcome in physics subject. This study was conducted in two cycles, and the material

for cycle I is expansion and phase transition, while for cycle II is heat and Black

principle. The activities of the learning process are engagement, exploration,

explanation, elaboration, and evaluation.

In cycle I the learning process ran well, the average score for students’

activeness reached 78.67 and the indicator has been achieved, nevertheless the

students’ average learning outcome reached 63.83 so that the study has been

proceeded to cycle II. In cycle II, the learning process became better and satisfying.

He score for students’ activeness has increased to 85.48. And the learning outcome

was the same, the students’ average learning outcome has increased into 72,7 and the

indicator has been achieved.

Page 3: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN THE 5E …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikel5F9CD1422856ED52F4AD... · penerapan model pembelajaran the 5e learning cycle berbasis inquiry untuk

Based on the research findings, it is concluded that the implementation of

inquiry based learning model of the 5E Learning Cycle can improve the activeness

and learning outcome of students. Therefore, it is suggested that the teachers

especially high school physics teachers to use this learning model in the learning

process so that the activeness and earning outcome can be improved.

Keywords: The inquiry based learning model of 5E Learning Cycle, Physics

learning, activeness, and physics learning outcome.

Penelitian ini berawal dari observasi dan interview langsung terhadap siswa

kelas X SMA Selamat Pagi Indonesia (SPI). Keaktifan siswa dalam proses

pembelajaran masih kurang terlihat. Siswa hanya mendengarkan guru, mengerjakan

soal latihan, dan sesekali ada yang mengajukan pertanyaan. Guru belum pernah

melakukan demonstrasi, diskusi kelompok/diskusi kelas, atau melibatkan siswa

dalam kegiatan eksperimen sejak awal semester. Hal ini dikarenakan keterbatasan

media atau alat yang digunakan untuk praktikum.

Proses pembelajaran yang dilakukan guru tersebut bertentangan dengan isi

dan pendekatan kurikulum pendidikan dasar dan menengah yang berlaku saat ini,

dimana pembelajaran di sekolah menitikberatkan pada keaktifan siswa dan

bertentangan dengan hakikat fisika itu sendiri.

Siswa yang belajar fisika di sekolah tidak hanya mempelajari kumpulan fakta

tetapi juga mempelajari bagaimana kumpulan fakta tersebut didapatkan. Siswa

mempelajari proses penemuan fakta tersebut dengan menggunakan pengetahuan

dasar fisika untuk memprediksi atau menjelaskan fenomena yang berbeda

Prestasi belajar siswa selama tengah semester pertama masih kurang dari

KKM yang diterapkan guru yaitu 67. Siswa kurang memahami konsep, dan hanya

menghafal rumus saja. Beberapa siswa kesulitan dalam menen-tukan besaran fisika

yang diketahui maupun besaran yang dicari pada saat mengerjakan soal. Siswa juga

kesulitan dalam mengembangkan rumus untuk menyelesaikan soal yang berbeda.

Penggunaan model pembelajaran yang mampu menanamkan konsep dan

menuntut siswa untuk terlibat aktif dalam proses pembelajaran merupakan salah satu

cara untuk memecahkan permasalah rendahnya keaktifan dan prestasi belajar siswa.

Salah satu model pembelajaran yang mampu menanamkan konsep dan menitik

Page 4: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN THE 5E …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikel5F9CD1422856ED52F4AD... · penerapan model pembelajaran the 5e learning cycle berbasis inquiry untuk

beratkan pada keaktifan siswa adalah model pembelajaran The 5 E Learning Cycle

berbasis inquiry.

Penerapkan model pembelajaran The 5 E Learning Cycle berbasis inquiry

memberikan kesempatan kepada siswa untuk terlibat secara aktif dalam proses

pembelajaran dan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Sebagaian besar proses

pembelajaran dilakukan sendiri oleh siswa. Guru hanya bertindak sebagai fasilitator.

Siswa dapat menemukan sendiri konsep yang dipelajarinya dengan pembelajaran

berbasis inquiri. Siswa lebih memahami konsep dan dapat menerapkan konsep yang

dipelajarinya tersebut dalam situasi baru

METODE

Penelitian ini mendeskripsikan peningkatan keaktifan dan prestasi belajar

fisika siswa dengan menggunakan model pembelajaran The 5E learning Cycle

berbasis Inquiry. Data yang dikumpulkan bersifat deskriptif kualitatif. Penelitian ini

menggunakan penelitian tindakan kelas (classroom action research). Data yang

dikumpulkan berupa angka-angka dan juga deskripsi berupa kata-kata atau kalimat.

Langkah-langkah pokok yang ditempuh pada siklus pertama dan siklus-siklus

berikutnya adalah Perencanaan tindakan, Pelaksanaan tindakan, Pengumpulan data

(pengamatan/observasi), Refleksi (analisis, dan interpretasi).

Penelitian dilakukan di SMA Selamat Pagi Indonesia (SPI) Batu pada bulan

Februari dan April. Subjek penelitian adalah siswa kelas X SMA Selamat Pagi

Indonesia (SPI) semester dua periode 2010/2011 yang berjumlah 23 siswa dengan

karakteristik dan tingkat kemampuan yang beragam. Penelitian mengambil pokok

bahasan Kalor. Pertemuan pertama pada siklus I membahas tentang pemuaian dan

pertemuan kedua membahas tentang pengaruh kalor terhadap perubahan wujud suatu

zat. Pertemuan pertama pada siklus II membahas tentang pengaruh kalor terhadap

suhu suatu zat dan pertemuan kedua membahas tentang Asas Black.

Data yang dikumpulkan dari penelitian ini tampak pada tabel berikut.

Page 5: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN THE 5E …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikel5F9CD1422856ED52F4AD... · penerapan model pembelajaran the 5e learning cycle berbasis inquiry untuk

Tabel 3.1 Data dan Sumber Data No Data Sumber Data Teknik Pengambilan Data 1 Penerapan model pembelajaran Guru dan Siswa Observasi 2 Keaktifan Siswa Siswa Observasi 3 Prestasi Belajar Siswa Siswa Tes

Teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah

observasi, interview, dokumen, tes dan catatan lapangan. Obeservasi dilakukan pada

siswa kelas X SMA Selamat Pagi Indonesia (SPI) Batu selama proses pembelajaran.

Interview dilakukan oleh peneliti kepada beberapa siswa dan wakil kepala sekolah

bidang kurikulum sebelum pelaksanaan penelitian untuk mengetahui kondisi awal

dan menentukan fokus masalah yang akan diteliti. Dokumen digunakan sebagai

sumber informasi untuk melengkapi data yang diperoleh berupa skor keaktifan dan

nilai tes siswa untuk mendukung informasi yang didapat. Dokumentasi foto pada saat

proses pembelajaran diambil sebagai data pendukung. Tes digunakan untuk

mengetahui prestasi belajar siswa. Tes dilakukan dalam bentuk tes tulis yang

dilakukan pada setiap akhir siklus untuk mengetahui prestasi belajar siswa. Soal tes

berupa soal uraian dan soal pilihan ganda. Catatan lapangan memuat hal-hal penting

saat proses pembelajaran berlangsung yang tidak tercantum dalam lembar observasi.

Data yang diperoleh kemudian dianalisis secara deskriptif. Teknik analisis

data yang digunakan adalah teknik analisis data deskriptif kualitatif yang terdiri dari

tiga tahap kegiatan yang dilakukan secara beruntun, yaitu: 1) mereduksi data, 2)

menyajikan data, 3) menarik kesimpulan.

Reduksi data dilakukan mulai awal pengumpulan data hingga penyusunan

laporan penelitian agar memperoleh kesimpulan yang akurat. Data tersebut meliputi:

1) penerapan model pembelajaran The 5E Learning Cycle Berbasis Inquiry, dilihat

dari keterlaksanaan model pembelajaran yang dilakukan oleh guru dan siswa, 2)

keaktifan siswa dan peningkatannya, dipilih dan dipilah sesuai dengan aspek

keaktifan yang diteliti, 3) prestasi belajar siswa dan peningkatannya, direduksi dan

disederhanakan sehingga sesuai dengan prestasi belajar siswa dalam aspek penilaian

(C1-C4).

Page 6: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN THE 5E …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikel5F9CD1422856ED52F4AD... · penerapan model pembelajaran the 5e learning cycle berbasis inquiry untuk

Penyajian data dilakukan dengan cara menyusun hasil reduksi berupa

sekumpulan informasi yang telah diperoleh secara naratif. Uraian berupa paparan

dalam proses kegiatan pembelajaran dalam hal ini hasil tes, observasi keaktifan siswa

selama pembelajaran dan catatan. Selanjutnya data yang disajikan tersebut ditafsirkan

dan dievaluasi.

Cara penarikan kesimpulan pada penelitian ini adalah: 1) penerapan penerapan

model pembelajaran dikatakan baik apabila proses pembelajaran terlaksana

sebagaimana yang telah direncanakan, 2) keakfifan siswa dikatakan meningkat

apabila terdapat peningkatan skor aspek keaktifan, 3) prestasi belajar siswa dikatakan

meningkat apabila terjadi peningkatan aspek penilaian (C1–C4) yang dicapai siswa.

Prestasi belajar siswa dikatakan meningkat apabila rata-rata skor siswa mencapai

70% dari skor total.

Prosedur penelitian terdiri dari dua siklus, siklus I meliputi : 1) identifikasi

masalah (penetapan fokus permasalahan), terdiri dari data-data yang diperoleh

berdasarkan hasil observasi dan interview awal yang dilakukan oleh peneliti, 2)

perencanaan tindakan I, meliputi: menyiapkan materi tentang kalor, menyusun

silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), menyusun lembar kegiatan

siswa (LKS), menyiapkan media untuk demonstrasi guru dan eksperimen siswa,

membagi siswa menjadi kelompok kecil, satu kelompok terdiri 5-6 siswa, menyusun

lembar observasi, menyusun kisi-kisi butir soal, menentukan indikator ketercapaian

yaitu 70 %, 3) pelaksanaan tindakan I, dilakukan dalam 2 pertemuan. Alokasi waktu

setiap pertemuan 3 x 45 menit. Kegiatan yang dilakukan mengikuti sintak dalam

model pembelajaran The 5 E Learning Cycle yaitu: engagement, explorasi, explanasi,

elaborasi, evaluasi, 4) Ppengamatan/ observasi, dilakukan pada tiap pertemuan dari

tahap pelaksanaan tindakan, instrumen yang digunakan adalah LKS hasil eksperimen

dan diskusi siswa, lembar observasi dan catatan lapangan, 5) refleksi, dengan bantuan

hasil analisis data, peneliti melakukan refleksi untuk mendiskusikan temuan-temuan

dalam pembelajaran. Apabila dari temuan yang didapatkan menunjukkan bahwa

masalah yang dihadapi belum terselesaikan atau belum terpenuhinya indikator

Page 7: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN THE 5E …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikel5F9CD1422856ED52F4AD... · penerapan model pembelajaran the 5e learning cycle berbasis inquiry untuk

ketercapai-an, maka penelitian dilanjutkan pada siklus II. Tahap yang dilakukan pada

siklus II sama seperti siklus I.

HASIL

Observasi dan interview awal menunjukkan bahwa beberapa siswa tidak

memperhatikan penjelasan guru ketika di kelas, guru belum pernah mengadakan

diskusi kelas, guru belum pernah mengadakan demonstrasi, guru belum pernah

melibatkan siswa dalam kegiatan eksperimen, siswa kurang terlibat aktif dalam

pembelajaran, siswa kurang memahami konsep materi yang diberikan, banyak siswa

yang tidak bisa mengerjakan tugas dari guru, rendahnya prestasi belajar siswa.

Siklus I meliputi : 1) perencanaan tindakan, Pelaksanaan Tindakan, Observasi

dan Refleksi. Perencanaan tindakan meliputi penyelenggaraan proses pembelajaran

dengan metode eksperimen melalui beberapa usaha, yaitu : menyiapkan LKS sebagai

petunjuk praktikum bagi siswa, menyiapkan alat-alat, baik itu untuk kegiatan

demonstrasi maupun untuk praktikum siswa, memberikan waktu yang cukup untuk

siswa dalam melakukan kegiatan pengamatan demonstrasi dan kegiatan pelaksanaan

praktikum.

Pemberian kesempatan bagi siswa untuk aktif dalam proses pembelajaran

dilakukan dengan beberapa usaha yaitu : membagi 23 siswa menjadi 4, memberikan

tugas siswa untuk mengamati kegiatan demonstrasi dan menyusun hipotesis,

memberikan tugas siswa untuk merencanakan dan melakukan kegiatan praktikum

untuk menguji hipotesis dengan peralatan yang telah disediakan, memberikan tugas

siswa untuk mengerjakan LKS yang dibagikan ke masing-masing siswa,

menyelenggarakan kegiatan diskusi kelas dengan menunjuk salah satu kelompok ke

depan kelas menyampaikan hasil praktikum dan diskusi dalam kelompoknya,

memberikan kesempatan siswa untuk bertanya, mengeluarkan pendapat maupun

sanggahan terhadap kelompok yang ditunjuk untuk maju ke depan kelas.

Pemberian penguatan konsep bagi siswa dilakukan dengan beberapa usaha

yaitu : memberikan pembenahan apabila terdapat kesalahan konsep saat diskusi kelas

Page 8: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN THE 5E …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikel5F9CD1422856ED52F4AD... · penerapan model pembelajaran the 5e learning cycle berbasis inquiry untuk

berlangsung, memberikan latihan-latihan soal kepada siswa baik berupa konsep

maupun soal-soal penerapan.

Pelaksanaan Tindakan meliputi, Engagemen: guru menyiapkan siswa untuk

mengikuti proses pembelajaran dan menggali kemampuan awal siswa dengan

mengajukan pertanyaan tentang fenomena alam yang berkaitan dengan materi yang

akan dipelajari, menunjukkan fenomena alam, mengikut sertakan siswa dalam

pertanyaan-pertanyaan ilmiah dan menyampaikan tujuan pembelajaran. Explorastion:

Guru menyiapkan siswa untuk melakukan eksperimen, membagi siswa dalam

kelompok, perwakilan setiap kelompok mengambil alat, bahan praktikum dan KLS.

Siswa menyusun hipotesis dan merancang praktikum sederhana, melakukan

praktikum yang telah mereka rencanakan untuk menguji hipotesis yang mereka buat.

Siswa mendapat bimbingan seminim mungkin dari guru. Guru hanya menjawab

pertanyaan yang diajukan siswa apabila siswa tersebut mengajukan pertanyaan yang

bisa dijawab dengan jawaban “ya” dan “tidak”. Explanation: siswa mendiskusikan

hasil praktikum bersama kelompoknya, mengamati gejala fisis dari eksperimen yang

mereka kerjakan, menganalisis data percobaan, mencari tau kenapa hal itu terjadi dan

menarik kesimpulan. Setelah melakukan diskusi kelompok, guru meminta perwakilan

salah satu kelompok untuk mempresentasikan hasil praktikum dan diskusi kelompok

di depan kelas sedangkan siswa dari kelompok lain memberikan pertanyaan,

tanggapan dan sanggahan dari apa yang dipresentasikan. Guru memberikan

penegasan konsep dan memberikan kesempatan siswa untuk mengajukan pertanyaan.

Elaboration: Guru memberikan pertanyaan pengembangan konsep kepada siswa,

memberikan kesempatan kepada siswa untuk berdiskusi dan menjawab pertanyaan.

Evaluation : guru memberikan kesempatan pada siswa untuk menyimpulkan hasil

pembelajaran, mengevaluasi proses pembelajaran, apa saja yang yang mereka

kerjakan, dan mencari tau letak kesulitan siswa dan kekurangan selama proses

pembelajaran. Guru memberikan latihan soal kepada siswa. Pada pertemuan ketiga,

siswa mengikuti tes untuk mengetahui prestasi belajar siswa selama sikklus I.

Observasi, pada pertemuan pertama dirasakan banyak kekurangan selama

proses pembelajaran. Pada pertemuan pertama hanya beberap siswa yang menjawab

Page 9: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN THE 5E …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikel5F9CD1422856ED52F4AD... · penerapan model pembelajaran the 5e learning cycle berbasis inquiry untuk

dan mengajukan pertanyaan, siswa masih terlihat bingung dan mengalami kesulitan

dalam mengerjakan LKS dan mengajukan pertanyaan. Siswa masih ragu untuk

menyampaikan pendapatnya di depan kelas. Namun dengan bimbingan dan dorongan

dari guru siswa mulai berani mengungkapkan pendapat. Pada pertemuan ketiga, guru

mengadakan tes yang berjalan dengan tertib dan lancar.

Refleksi, dari hasil observasi pada siklus I, dapat disimpulkan bahwa proses

pembelajaran sudah berjalan cukup baik meskipun terdapat beberapa kekurangan,

yaitu : alokasi waktu setiap tahap kegiatan masih belum sesuai dengan rancangan

yang disusun, bahasa dalam LKS yang kurang komunikatif dan sulit dicerna oleh

siswa, siswa terlihat belum terlalu cakap dalam melakukan kegiatan praktikum.Solusi

alternatif pemecahan permasalahan yaitu: merancang rencana pembelajaran secara

lebih matang, menyusun LKS dengan bahasa yang lebih lugas, sederhana dan mudah

dicerna oleh siswa, mempertahankan model pembelajaran dengan kegiatan praktikum

agar siswa tetap terlibat aktif dalam pembelajaran dan mempertahankan kegiatan

diskusi. solusi prestasi belajar adalah sebagai berikut: menyusun soal dengan bahasa

yang lugas dan mudah dicerna serta tidak menimbulkan ambigu dalam kata-kata yang

digunakan, soal-soal disusun dengan pertanyaan konsep dan eksak untuk mendukung

kemampuan konsep dan eksak siswa

Siklus II meliputi 1) Perencanaan Tindakan, Perencanaan tindakan pada siklus

II tidak jauh beda dari perencanaan tindakan Pada sikul I. Hanya saja pada tahap ini

dilakukan perbaikan untuk mengatasi kekurangan yang terjadi pada siklus I, 2)

Pelaksanaan Tindakan pada siklus II tidak jauh beda dengan siklus I, 3) Observasi,

tampak bahwa siswa sudah terbiasa dengan model pem-belajaran yang diterapkan

oleh guru. Siswa banyak yang mengajukan pertanyaan, lebih terampil dalam

merancang dan melakukan ekperimen, tidak lagi ragu-ragu dalam mengungkapkan

pendapat, mengajukan pertanyaan ataupun menjawab pertanyaan. Hasil tes siswa

menunjukan peningkatan. Prestasi belajar siswa mencapai 72.7 dengan jumlah siswa

yang mencapai nilai diatas KKM yaitu sekitar 78.3%. 4) Refleksi, kegiatan

pembelajaran sudah terlaksana dengan baik. Keaktifan dan prestasi belajar siswa

Page 10: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN THE 5E …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikel5F9CD1422856ED52F4AD... · penerapan model pembelajaran the 5e learning cycle berbasis inquiry untuk

telah mengalami kenaikan dan dapat dikatakan telah memenuhi indicator

ketercapaian.

Pada akhir siklus I keaktifan siswa meningkat dari pertemuan pertama.

Peningkatan itu terjadi pada poin A (menjawab/mengajukan pertanyaan), poin C

(merancang eksperimen sederhana), poin D (mengeksplorasi gagasan melalui

eksperimen), poin F (mengamati gejala fisis) dan poin H (membuat kesimpulan).

Pada akhir siklus I rata-rata skor keaktifan siswa poin A mencapai skor 3 dengan

kriteria menjawab/mengajukan 3 pertanyaan, poin B mencapai skor 3 dengan kriteria

menusun hiposesis dengan tidak tepat namun logis, poin C mencapai skor 3 dengan

kriteria merancang eksperimen dengan tepat tetapi tidak dapat membuktikan teori,

poin D mencapai skor 4 dengan kriteria mengekplorasi gagasan dengan banyak

bekerja dan saling membantu, poin E mencapai skor 4 dengan kriteria menggunakan

semua alat dan bahan dengan sesuai, poin F mencapai skor 3 dengan kriteria

mengamati gejala fisis dan mencatat data dengan kurang tepat, poin G mencapai skor

3 dengan kriteria menganalisis data dengan tepat, poin H mencapai skor 3 dengan

kriteria kesimpulan tepat tetapi tidak sesuai dengan hipotesis, dan poin I mencapai

skor 3 dengan kriteria dapat bekerjasama dan menghargai pendapat teman.

Pada akhir siklus I, Jumlah seluruh rata-rata keaktifan siswa mencapai skor 29,

sekitar 80,3 % dari jumlah skor total yaitu 36. Dengan demikian pada akhir siklus I

keaktifan siswa telah memenuhi indicator ketercapaian.

Pada akhir siklus II keaktifan siswa meningkat dari siklus I. Peningkatan itu

terjadi pada poin B, poin F dan poin H. Pada akhir siklus II rata-rata skor keaktifan

siswa poin A mencapai skor 3 dengan kriteria menjawab/mengajukan 3 pertanyaan,

poin B mencapai skor 4 dengan kriteria menusun hiposesis dengan tepat dan logis,

poin C mencapai skor 3 dengan kriteria merancang eksperimen dengan tepat tetapi

tidak dapat membuktikan teori, poin D mencapai skor 4 dengan kriteria

mengekplorasi gagasan dengan banyak bekerja dan saling membantu, poin E

mencapai skor 4 dengan kriteria menggunakan semua alat dan bahan dengan sesuai,

poin F mencapai skor 4 dengan kriteria mengamati gejala fisis dan mencatat data

dengan tepat, poin G mencapai skor 3 dengan kriteria menganalisis data dengan tepat,

Page 11: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN THE 5E …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikel5F9CD1422856ED52F4AD... · penerapan model pembelajaran the 5e learning cycle berbasis inquiry untuk

poin H mencapai skor 4 dengan kriteria kesimpulan tepat dan sesuai dengan

hipotesis, dan poin I mencapai skor 3 dengan kriteria dapat bekerjasama dan

menghargai pendapat teman.

Jumlah seluruh keaktifan rata-rata siswa pada akhir siklus II meningkat dari

jumlah seluruh keaktifan rata-rata pada siklus I. Jumlah keaktifan rata-rata siswa

mencapai 30, sekitar 83 % dari skor total 36. Dengan demikian pada akhir siklus II

keaktifan siswa dikatakan telah memenuhi indicator ketercapaian.

Prestasi belajar siswa pada akhir siklus I, secara keseluruhan mencapai tahap

pengetahuan (C1). Dari 23 siswa, 17 siswa mencapai tahap pengetahuan (C1), 10

siswa pada tahap pemahaman (C2), 7 siswa pada tahap penerapan (C3) dan 6 siswa

pada tahap analisis (C4).

Pada akhir siklus II secara keseluruhan, prestasi belajar siswa mencapai tahap

pemahaman (C2). Dari 23 siswa, 15 siswa mencapai tahap pengetahuan (C1), 13 siswa

pada tahap pemahaman (C2), 10 siswa pada tahap penerapan (C3) dan 8 siswa pada

tahap analisis (C4).

Prestasi belajar siswa pada siklus II mengalami peningkatan dari siklus I.

Peningkatan tersebut tampak pada tahap pemahaman (C2) yang meningkat dari 10

siswa menjadi 13 siswa, pada tahap penerapan (C3) yang meningkat dari 7 siswa

menjadi 10 siswa dan pada tahap analisis (C4) yang meningkat dari 6 siswa menjadi

8. Secara keseluruan, peningkatan juga telihat dari sebagian besar siswa yang

mencapai tahap pengetahuan pada siklus I menjadi tahap pemashaman pada siklus II.

Pada akhir siklus II, prestasi belajar siswa mencapai nilai 72,7 dengan jumlah

siswa yang mecapai KKM berjumlah 18 siswa, sekitar 78 % dari jumlah siswa di

kelas. Dengan demikian pada akhir siklus II prestasi belajar siswa telah memenuhi

indicator ketercapaian.

PEMBAHASAN

Kegiatan pembelajaran siklus I tidak jauh berbeda dengan proses pem-

belajaran siklus II. Kegiatan pembelajaran mengikuti tahap pembelajaran model

Page 12: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN THE 5E …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikel5F9CD1422856ED52F4AD... · penerapan model pembelajaran the 5e learning cycle berbasis inquiry untuk

pembelajaran The 5E Learning Cycle Berbasis Inquiry yaitu: pendahuluan,

eksplorasi, eksplanasi, elaborasi, dan evaluasi.

Pada siklus I, pelaskanaan kegiatan pembelajaran sudah terbilang baik,

meskipun pada pertemuan pertama terdapat beberapa kekurangan, antara lain: 1) pada

awal pembelajaran siswa cenderung diam, 2) terjadinya kemoloran pada tahap

eksplorasi, eksplanasi dan evaluasi, 3) siswa kurang percaya diri dalam

mempresentasikan hasil praktikum di depan kelas. Pada pertemuan kedua ke-

kurangan itu telah dapat diatasi dengan dorongan dan bimbingan dari guru, siswa

menjadi lebih aktif dan antusias untuk mengikuti kegiatan pembelajaran, rasa percaya

diri siswa meningkat dan mengakibatkan siswa saling berebut untuk

mempresentasikan hasil pembelajaran. Akan tetapi alokasi waktu pada tahap evaluasi

melebihi alokasi waktu yang ditentukan, hal ini dikarenakan sebagian besar siswa

kurang percaya diri dalam mengerjakan soal latihan, sebagian siswa sering bertanya

pada guru karena kurang yakin pada jawaban yang mereka buat. Sedangkan pada

pertemuan ketiga diadakan tes, pelaksanaan tes ini berjalan dengan tertib dan lancar.

Pada siklus I, keaktifan siswa mengalami peningkatan dan dapat dikatakan

telah memenuhi indicator ketercapaian. Akan tetapi prestasi belajar siswa belum

memenuhi indicator ketercapaian.

Pada siklus II dilakukan perbaikan untuk mengatasi kekurangan yang ter-jadi

pada siklus II. Perbaikan itu antara lain: 1) guru lebih memberikan penegasan

terhadap materi yang dipelajari pada tahap ekplanasi agar siswa benar-benar

mengerti, 2) melakukan bimbingan yang lebih intensif kepada siswa dalam

mengerjakan soal latihan.

Pada pertemuan pertama siklus II, kegiatan berlangsung sesuai rencana dan

cukup memuaskan. Namun demikian, siswa mengalami sedikit kesulitan dalam

mengerjakan LKS, hal ini karena di awal pembelajaran guru kurang mem-berikan

penjelasan. Akan tetapi setelah guru memberikan penjelasan, siswa lebih mudah

memahami LKS dan melakukan praktikum.

Pertemuan kedua siklus II juga berjalan dengan sangat memuaskan, siswa

terlihat sangat antusias dalam mengikuti proses pembelajaran meskipun siswa kurang

Page 13: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN THE 5E …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikel5F9CD1422856ED52F4AD... · penerapan model pembelajaran the 5e learning cycle berbasis inquiry untuk

maksimal dalam mengikuti praktikum. Hal ini dikarenakan banyaknya siswa yang

ada dalam 1 kelompok.

Pada pertemuan ketiga dilaksanakan tes, pelaksanaan tes ini terbilang tertib

dan lancar. Dengan percaya diri siswa mengerjakan soal yang diberikan guru.

Pada siklus II keaktifan siswa sangat memuaskan, meskipun pada siklus I

keaktifan siswa sudah memenuhi indicator ketercapaian, akan tetapi pada siklus II

keaktifan siswa terus meningkat. Prestasi belajar siswa juga mengalami pening-katan

pada siklus II dan telah memenuhi indicator ketercapaian.

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan pembahasan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat ditarik

kesimpulan sebagai berikut : Proses pembelajaran yang diterapkan pada siswa kelas

X SMA Selamat Pagi Indonesia (SPI) Batu telah berjalan sesuai dengan model

pembelajaran The 5E Learning Cycle Berbasis Inquiry, penerapan model

pembelajaran The 5E Learning Cycle Berbasis Inquiry dalam pembelajaran fisika

dapat meningkatkan keaktifan siswa kelas X SMA Selamat Pagi Indonesia (SPI)

Batu, penerapan model pembelajaran The 5E Learning Cycle Berbasis Inquiry dalam

pembelajaran fisika dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas X SMA Selamat

Pagi Indonesia (SPI) Batu.

Berdasarkan kesimpulan-kesimpulan penelitian ini, maka perlu disampaikan

saran-saran sebagai berikut : Keberhasilan dalam melaksanakan proses pembelajaran

tidak lepas dari kemampuan dan kreatifitas guru dalam merencanakan dan

melaksanakan model pembelajaran, untuk itu disarankan bagi mahasiswa khususnya

program studi pendidikan disarankan agar belajar untuk menumbuhkembangkan

kemampuan dalam menggunakan model pembelajaran The 5E Learning Cycle

Berbasis Inquiry khususnya dalam mengalokasikan waktu dan menyusun LKS

dengan bahasa yang mudah domengerti oleh siswa, penerapan model pembelajaran

The 5E Learning Cycle Berbasis Inquiry terbukti dapat meningkatkan keaktifan dan

prestasi belajar siswa, untuk itu disarankan bagi guru khususnya guru fisika SMA

disarankan agar mengguna-kan model pembelajaran The 5E Learning Cycle Berbasis

Page 14: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN THE 5E …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikel5F9CD1422856ED52F4AD... · penerapan model pembelajaran the 5e learning cycle berbasis inquiry untuk

Inquiry dalam melakukan pembelajaran kepada siswa untuk meningkatkan keaktifan

dan prestasi belajar siswa, bagi siswa sekolah menengah disarankan agar selalu

meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar fisika untuk menyongsong masa depan

yang cerah.

DAFTAR RUJUKAN

Arikunto, Suharsimi dkk. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.

Dimyati dan Mudjiono.1990. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Depdikbud.

Elfatru, Nawawi. 2010. Keaktifan Belajar, (online), (http://nawawielfatru.blog-

spot.com/2010/07/keaktifan-belajar.html), diakses 27 Oktober 2011.

Hasibuan, J. J. 1986. Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Karya.

Imron, A. 1996. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Depdikbud.

Marsiti. 2002. Profil Pembelajaran Fisika Cawu I Tahun Pelajaran 2001/2002 di

SMUN 4 Malang. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: Universitas Negeri

Malang.

Moleong, Lexi J. 2006. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya.

Nurkancana, Wayan dan P.P.N Sunartana. 1986. Evaluasi Pendidikan. Surabaya:

Usaha Nasional.

Sugyanto. 2005. Metodologi Penelitian. Makalah disajikan dalam matakuliah

Penelitian Pendidikan Fisika, UM, Malang, 17 Oktober.

Tim Revisi. 2010. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Malang: Universitas negeri

Malang

Wartono. 2003. Keterampilan Dasar Mengajar. Malang: Universitas Kanjuruhan

Malang.

Wasih. 1989. Peningkatan Kemampuan Guru Membelajarkan Siswa dalam Mata

Pelajaran IPA melalui Pendekatan Daur Belajar di SDN Kepanjen Lor V

Kota Madya Blitar. Tesis tidak diterbitkan. Malang: IKIP Malang

Yuliati, Lia.2008.Model-Model Pembelajaran Fisika Teori dan Praktek.

Malang: UM Press.