PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PADA MATA PELAJARAN EKONOMI
-
Upload
alim-sumarno -
Category
Documents
-
view
127 -
download
0
description
Transcript of PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PADA MATA PELAJARAN EKONOMI
84
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG UNTUK MENINGKATKAN
HASIL BELAJAR PADA MATA PELAJARAN EKONOMI
Irma Daniyati dan Sri Sudarmini
Fakultas Ekonomi, Unesa, Kampus Ketintang Surabaya
SMA Negeri 11 Surabaya
ABTRACK
The purpose of the study is to ditermine the activities of teachers and students,
and to ditermine the learning outcomes of students after implementing the direct
instruction model. Researchers used classroom action research design was
achieved in two cycles,
The results showed that the activities of teachers and students in direct
instruction model is good. Seen from the results of students learning there is an
increasing mastery learning classical 10,25 %
Keywords: Direct instruction model, learning outcomes
Pendidikan memegang peranan
penting dalam kehidupan karena
pendidikan merupakan wahana untuk
meningkatkan dan mengembangkan
kualitas sumber daya manusia. Pendidikan
formal di sekolah merupakan salah satu
realisasi pelaksanaan pembangunan di
bidang pendidikan. Kegiatan belajar
mengajar merupakan kegiatan inti dalam
pendidikan formal di sekolah karena
kegiatan ini melibatkan semua komponen
pengajaran dan akan menentukan sejauh
mana tujuan yang telah ditetapkan bisa
tercapai. Sementara itu, belajar merupakan
kegiatan yang tidak akan terlepas dari
proses pembelajaran, karena pembelajaran
merupakan suatu proses kegiatan belajar
mengajar yang dilakukan oleh guru
terhadap siswanya.
Akuntansi merupakan salah satu
mata pelajaran ekonomi yang diberikan di
bangku SMA, khususnya di program studi
ilmu sosial. Belajar akuntansi memerlukan
pemahaman yang sangat baik agar tujuan
pembelajaran akuntansi dapat tercapai.
Pembelajaran akuntansi di SMA Negeri 11
Surabaya masih memiliki beberapa
kendala yang menyebabkan tujuan
pengajaran tidak dapat dicapai secara
optimal.
Berdasarkan wawancara yang
dilakukan penulis dengan guru mata
pelajaran ekonomi di SMA Negeri 11
Surabaya pada tanggal 14 Desember 2011
diperoleh informasi bahwa pembelajaran
akuntansi khususnya di kelas XI IPS
menggunakan metode ceramah dan
latihan. Sementara itu hasil informasi
wawancara dengan siswa diperoleh bahwa
siswa merasa kurang memahami materi
yang disampaikan oleh guru. Hal ini
berdampak pada hasil belajar siswa yang
kurang memuaskan yaitu sebanyak 13
siswa dari 40 siswa dengan ketuntasan
klasikal sebesar 67,5% pada ulangan
harian kompetensi dasar menafsirkan
persamaan akuntansi. Ketuntasan klasikal
ini masih dibawah Kriteria Ketuntansan
85
Minimal (KKM), sedangkan harapan
ketuntasan hasil belajar siswa ≥ 72.
Kesulitan dan kelemahan belajar
memahami materi pembelajaran akuntansi
yang dialami siswa tidak semata – mata
karena proses lemahnya berpikir, tetapi
mungkin juga karena siswa tidak
mendapatkan model pembelajaran yang
seharusnya yang bisa membantu siswa
dalam pemahaman materi.
Peran guru sangat penting dalam
menentukan kualitas pembelajaran yang
dilaksanakan. Profesionalisme guru tidak
cukup hanya dengan kemampuan
membelajarkan siswa, tetapi juga harus
mampu mengelola informasi dan
lingkungan untuk memfasilitasi belajar
siswa.
Kualitas pembelajaran harus
ditingkatkan untuk meningkatkan kualitas
hasil pendidikan. Pengelolaan kelas yang
baik dapat diwujudkan dengan cara
memilih model pembelajaran yang tepat
dan efektif. Melalui cara penerapan model
pembelajaran yang tepat dan efektif di
kelas akan dapat memberdayakan potensi
siswa, yang pada akhirnya tujuan
pembelajaran terpenuhi.
Fungsi model pembelajaran adalah
sebagai pedoman perancangan dan
pelaksanaan pembelajaran. Oleh karena
itu, pemilihan model pembelajaran sangat
dipengaruhi oleh sifat dari materi yang
akan dibelajarkan, tujuan (kompetensi)
yang akan dicapai dalam pembelajaran
tersebut, serta tingkat kemampuan peserta
didik.
Perlu kita ingat bahwa kemampuan
penyerapan informasi oleh tiap siswa
berbeda – beda, baik oleh siswa yang
berprestasi tinggi, sedang, dan rendah.
Dengan melihat karakteristik mata
pelajaran akuntansi, maka salah satu
model pembelajaran yang sesuai untuk
digunakan adalah model pembelajaran
langsung. Model ini dimaksudkan agar
mempermudah bagi tiap siswa dengan
masing–masing kemampuannya untuk
memahami materi akuntansi yang
diberikan.
Berdasarkan latar belakang masalah
yang telah diuraikan di atas, maka masalah
yang akan dibahas adalah (1) bagaimana
aktivitas guru, (2) bagaimana aktivitas
siswa, dan (3) bagaimana hasil belajar
siswa setelah menerapkan model
pembelajaran langsung. Beberapa tujuan
penelitian yang hendak dicapai adalah (1)
untuk mengetahui aktivitas guru, (2) untuk
mengetahui aktivitas siswa, dan (3) untuk
mengetahui hasil belajar siswa setelah
menerapkan model pembelajaran
langsung.
Model pembelajaran pada dasarnya
merupakan kerangka pembelajaran yang
tergambar dari awal sampai akhir yang
dilakukan oleh siswa disajikan secara
spesifik oleh guru. Dengan kata lain,
model pembelajaran merupakan bingkai
dari pelaksanaan suatu pendekatan,
metode, dan teknik pembelajaran
(Sudrajat, 2008).
Arends (2001:24), dalam Trianto
(2010: 25), menyeleksi enam model
pembelajaran yang sering digunakan guru
dalam mengajar. Enam model
pembelajaran tersebut yaitu presentasi,
model pembelajaran langsung, pengajaran
konsep, pembelajaran kooperatif,
pengajaran berdasarkan masalah, dan
diskusi kelas.
Model pembelajaran langsung
adalah model pembelajaran di mana guru
menyampaikan informasi atau
keterampilan secara langsung kepada
siswa dan pembelajaran berorientasi pada
tujuan dan distrukturkan oleh guru.
Penggunaan model ini sangat cocok jika
guru menginginkan siswa menguasai
informasi atau keterampilan tertentu.
Terdapat lima langkah yang sangat
penting dalam model pembelajran
langsung yaitu (1) menyampaikan tujuan
86
dan mempersiapkan siswa, (2)
mendemonstrasikan pengetahuan dan
keterampilan, (3) membimbing pelatihan,
(4) mengecek pemahaman dan
memberikan umpan balik, serta (5)
memberikan kesempatan untuk pelatihan
lanjutan dan penerapan.
Penggunaan model pembelajaran
langsung dilandasi oleh dukungan teoritis
dan empiris. Menurut Arends (2008: 295),
terdapat tiga tradisi yang menjadi dasar
pemikiran dalam penggunaan model
pembelajaran ini, yakni: behaviorisme,
teori belajar sosial dan penelitian tentang
efektivitas guru.
Sudjana (2009: 22) mengemukakan
“Hasil belajar adalah kemampuan –
kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia
menerima pengalaman belajarnya”. Hasil
belajar yang dicapainya akan bermakna
bagi dirinya sendiri dan akan bertahan
lama dalam ingatannya, membentuk
perilaku yang dapat digunakan alat untuk
memperoleh informasi dan pengetahuan
lainnya.
Menurut Sudjana (2011: 49), tujuan
pendidikan yang hendak dicapai dapat
dikategorikan menjadi tiga aspek yakni
aspek kognitif (penguasaan intelektual),
aspek afektif (berhubungan dengan sikap
dan nilai) serta aspek psikomotor
(kemampuan / keterampilan bertindak /
berperilaku). Ketiga aspek tersebut, harus
dipandang sebagai hasil belajar siswa yang
nampak dalam perubahan tingkah laku
serta merupakan satu kesatuan yang tidak
dapat dipisahkan.
Terdapat beberapa penelitian sejenis
yang pernah dilakukan oleh peneliti –
peneliti sebelumnya yang relevan dan
mendasari penelitian ini adalah sebagai
berikut: (1) Menurut I Wayan Distrik
(2008), dalam penelitiannya (jurnal)
menyebutkan bahwa terjadi peningkatan
pada aktivitas siswa dan hasil belajar siswa
setelah menerapkan model pembelajaran
langsung. (2) Menurut Luh Ririn
Indahyani (2010), menyebutkan bahwa
terjadi peningkatan hasil belajar siswa
yang diperoleh dari peningkatan rata – rata
kelas, peningkatan ketuntasan klasikal, dan
respon siswa sangat positif terhadap
penerapan model pembelajaran langsung.
(3) Menurut Sheila Kartikasari (2011),
dalam penelitiannya menyebutkan bahwa
hasil penelitian yang diperoleh yaitu
aktivitas siswa mengalami peningkatan
dari siklus I: 25 dan siklus II: 32.
Persentase ketuntasan belajar klasikal
untuk mengukur pencapaian hasil belajar
siswa yang diperoleh dari post – test juga
mengalami peningkatan yaitu pencapaian
hasil belajar pada siklus I sebesar 65% dan
post – test siklus II sebesar 90%.
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah penelitian
tindakan kelas dengan menentukan tempat,
waktu, sasaran penelitian, serta dilanjutkan
dengan menyusun rancangan penelitian,
teknik pengumpulan dan analisis data.
Penelitian dilaksanakan di SMA Negeri 11
Surabaya yang berlokasi di Jl. Perumnas
Tandes 1 Surabaya pada semester genap
tahun ajaran 2011 / 2012 tanggal 4 – 11
April 2012.
Subjek studi ini adalah siswa kelas
XI IPS 4 di SMA Negeri 11 Surabaya
dengan jumlah 39 siswa. Adapun objek
studi ini adalah hasil belajar dan
pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran langsung pada mata
pelajaran ekonomi kompetensi dasar
membuat ikhtisar siklus akuntansi
perusahaan jasa kelas XI IPS 4 SMA
Negeri 11 Surabaya.
Penelitian tindakan kelas ini
dilaksanakan dalam dua siklus, di mana
setiap siklus terdiri dari tahap: (1)
perencanaan, (2) pelaksanaan, (3)
pengamatan, dan (4) refleksi. Adapun Alur
Penelitian Tindakan Kelas (Classroom
87
Action Research) disajikan pada gambar 1
berikut.
Gambar 1
Penelitian Tindakan Kelas
(Model John Elliot)
Sumber: Sudrajat (2008)
Pada tahap rencana awal, peneliti
membuat perencanaan dengan menentukan
konsep yang digunakan dalam
pembelajaran dan menyiapkan perangkat
pembelajaran berupa silabus, rencana
pelaksanaan pembelajaran dan lembar
kerja siswa. Instrumen penelitian berupa
lembar pengamatan aktivitas guru, lembar
pengamatan aktivitas siswa, dan soal post
– test juga dipersiapkan pada tahap ini.
Pelaksanaan merupakan penerapan
dari isi tahap perencanaan mengenai
tindakan di kelas yang dilaksanakan oleh
peneliti. Pada tahap ini peneliti melakukan
kegiatan atau tindakan pokok dalam siklus
PTK sebagai upaya perubahan menuju
arah perbaikan. Guru menerapkan model
pembelajaran langsung dengan dilakukan
pengamatan dampak dari pembelajaran
serta memberikan tes tulis berupa post –
test diakhir pelajaran untuk mengetahui
sejauh mana siswa memahami materi yang
telah disampaikan.
Pada tahap pengamatan dilakukan
analisis data untuk mengevaluasi kegiatan
pembelajaran yang telah dilaksanakan.
Pada tahap ini dapat diungkapkan
kelebihan serta kekurangan yang terjadi
selama kegiatan pembelajaran
berlangsung. Data diperoleh dari lembar
pengamatan aktivitas guru, lembar
pengamatan aktivitas siswa dan data yang
berupa tes hasil belajar.
Refleksi dilakukan berdasarkan hasil
pengamatan pembelajaran. Peneliti
melakukan refleksi rancangan untuk
tindakan perbaikan yang akan
dilaksanakan pada putaran berikutnya.
Instrumen penelitian yang digunakan
dalam penelitian ini antara lain adalah
perangkat pembelajaran yang terdiri atas
silabus, RPP, LKS; serta lembar
pengamatan yang terdiri dari lembar
pengamatan aktivitas guru, lembar
pengamatan aktivitas siswa, dan lembar
soal tes. Untuk memperoleh butir tes yang
baik sesuai dengan tujuan pembelajaran,
maka butir tes divalidasi dan dicari
reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya
bedanya.
Teknik pengumpulan data
merupakan suatu cara yang dilakukan
untuk mencari dan mengumpulkan data
atau keterangan yang ada dalam penelitian.
Oleh karena itu untuk mendapatkan data
yang diperlukan dalam penelitian ini
dilakukan wawancara, observasi,
dokumentasi, dan tes.
Teknik analisis data yang digunakan
untuk menjawab rumusan masalah adalah
analisis lembar aktivitas guru, analisis
lembar aktivitas siswa dan analisis hasil
belajar.
Pelaksanaan
Pengamata
n
Perencanaa
n
Refleksi
SIKLUS I
Pelaksanaan
Pengamatan SIKLUS II Perencanaa
n
Refleksi
88
Analisis lembar aktivitas guru
Analisis terhadap lembar aktivitas
guru dalam menerapkan model
pembelajaran langsung dilakukan oleh
pengamat pada lembar observasi aktivitas
guru. Pengamatan terhadap aktivitas guru
dilakukan ketika proses belajar mengajar
berlangsung.
Kriteria penilaian keterampilan guru
dalam mengelola KBM dilakukan dengan
skor penilaian berikut:
Skor 1 = sangat kurang
Skor 2 = kurang baik
Skor 3 = cukup baik
Skor 4 = baik
Skor 5 = sangat baik
Untuk menilai rata – rata
kemampuan guru dalam pengelolaan
pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran langsung dapat dihitung
dengan cara:
Rata – rata tiap kemampuan :
Menurut Arikunto (2008: 226),
untuk menilai rata – rata aktivitas guru
dapat digunakan kriteria sebagai berikut:
Nilai 0,50 – 1,49 = Tidak baik
Nilai 1,50 – 2,49 = Kurang baik
Nilai 2,50 – 3,49 = Cukup baik
Nilai 3,50 – 4,49 = Baik
Nilai 4,50 – 5,00 = Sangat baik
Analisis lembar aktivitas siswa
Analisis terhadap lembar aktivitas
siswa dalam menerapkan model
pembelajaran langsung dilakukan oleh
pengamat pada lembar observasi aktivitas
siswa. Pengamatan terhadap aktivitas
siswa dalam pengelolaan pembelajaran
dilakukan ketika proses belajar mengajar
berlangsung.
Skor yang diberikan untuk data
aktivitas siswa dalam proses pengelolaan
pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran seperti kriteria penilaian
ketrampilan guru.
Untuk menilai rata – rata aktivitas
siswa dalam pengelolaan pembelajaran
dengan menggunakan model pembelajaran
langsung dapat dihitung dengan cara:
Rata – rata tiap kemampuan :
Untuk menilai rata – rata aktivitas
siswa dapat digunakan kriteria seperti
kriteria penilaian ketrampilan guru.
Analisis hasil belajar
Dalam penelitian ini hasil belajar
siswa didapatkan dari nilai tes tertulis yang
digunakan sebagai dasar dalam mengukur
ketuntasan hasil belajar siswa. Data
yang diperoleh dari hasi belajar dianalisis
secara deskriptif dengan untuk
mendiskripsikan ketuntasan hasil belajar
siswa dan ketuntasan kelas (klasikal).
89
Siswa dianggap telah tuntas belajar
bila telah mencapai ketuntasan kompetensi
minimum yang telah ditetapkan oleh SMA
Negeri 11 Surabaya yaitu nilai 72, serta
suatu kelas dianggap tuntas belajar bila
ketuntasan klasikal mencapai > 72%
jumlah siswa yang telah tuntas belajar.
Ketuntasan belajar dapat dicari
dengan menggunakan rumus:
Ketuntasan belajar individual:
Ketuntasan klasikal:
HASIL DAN PEMBAHASAN
PENELITIAN
Pelaksanaan pembelajaran dengan
menerapkan model pembelajaran
langsung
Pelaksanaan pembelajaran pada siklus I
Pelaksanaan pembelajaran pada
siklus I dilaksanakan dalam 1 (satu) kali
pertemuan selama 90 menit dengan materi
kertas kerja tentang pengertian kertas
kerja, fungsi kertas kerja, dan bentuk –
bentuk kertas kerja.
Pada tahap perencanaan, peneliti
menyiapkan perangkat pembelajaran yang
meliputi silabus, Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP), dan LKS. Instrumen
penelitian juga disiapkan pada tahap ini
yang terdiri dari lembar pengamatan
aktivitas guru, lembar pengamatan
aktivitas siswa, dan soal post – test I.
Tahap pelaksanaan, guru
melaksanakan kegiatan belajar mengajar
dengan menerapkan model pembelajaran
langsung yang terdiri dari 5 fase.
Selama kegiatan belajar mengajar
berlangsung, dua observer bertugas
mengamati aktivitas guru dan mengisi
lembar aktivitas guru dalam menerapkan
model pembelajaran langsung.
Hasil pengamatan aktivitas guru
Nilai rata – rata keseluruhan yang
diperoleh guru dalam kegiatan belajar
mengajar dengan menerapkan model
pembelajaran langsung pada siklus I
adalah sebesar 2,97 dengan kriteria cukup
baik. Hal ini menunjukkan bahwa
kemampuan guru dalam mengelola
kegiatan belajar mengajar yang dimulai
dari perencanaan, kegiatan pembelajaran
yang terdiri dari kegiatan awal, kegiatan
inti (terdiri dari lima fase model
pembelajaran langsung), dan penutup,
serta pengelolaan waktu dan pengamatan
suasana kelas sudah tergolong baik,
namun masih ada beberapa aspek yang
perlu lebih ditingkatkan lagi, diantaranya
pada fase I yaitu aspek menghubungkan
pelajaran sekarang dengan pengetahuan
awal siswa dan pada fase III yaitu aspek
membimbing siswa untuk mengerjakan
tugas.
Hasil pengamatan aktivitas siswa
Aktivitas belajar siswa pada siklus I
secara keseluruhan mendapatkan skor rata
– rata sebesar 2,79 dengan kriteria cukup
baik. Hal ini menunjukkan bahwa aktivitas
siswa dalam kegiatan belajar mengajar
dengan menerapkan model pembelajaran
langsung secara keseluruhan sudah baik.
Namun perlu adanya upaya peningkatan
pada aspek siswa, yaitu kemampuan
90
bertanya kepada guru dan siswa
menyampaikan pendapatnya.
Hasil belajar siswa
Nilai hasil post – test siklus I secara
keseluruhan mendapat rata – rata sebesar
72,67. Hal ini menunjukkan bahwa siswa
memahami tentang materi yang telah
dijelaskan oleh guru. Namun siswa perlu
lebih baik lagi dalam meningkatkan
pemahaman terhadap materi yang
disampaikan guru.
Terdapat kekurangan – kekurangan
yang terjadi pada saat kegiatan belajar
mengajar pada siklus I. Beberapa
kekurangan tersebut antara lain: (1) Fase I
pada aspek menghubungkan pelajaran
sekarang dengan pengetahuan awal siswa
terdapat kekurangan disebabkan karena
guru kurang menghubungkan materi kertas
kerja dengan pengetahuan awal siswa yaitu
materi tentang neraca saldo dan jurnal
penyesuaian yang erat kaitannya dengan
materi kertas kerja; (2) Fase III pada aspek
membimbing siswa untuk mengerjakan
tugas, pada saat kegiatan belajar mengajar
berlangsung, guru kurang membimbing
dan memberikan pengarahan kepada siswa
dalam mengerjakan tugas sehingga
sebagian siswa kurang memahami dalam
mengerjakan tugas yang diberikan oleh
guru.
Berdasarkan kekurangan yang
terdapat pada siklus I melalui refleksi di
atas, maka revisi yang perlu dilakukan
untuk tindakan pada siklus II yaitu: (1)
Fase I pada aspek menghubungkan
pelajaran sekarang dengan pengetahuan
awal siswa, guru harus lebih mengaitkan
materi yang diajarkan yaitu kertas kerja
dengan pengetahuan awal siswa tentang
neraca saldo yang nantinya akun – akun
pada neraca saldo ada yang harus
disesuaikan melalui jurnal penyesuaian.
Hal ini bertujuan agar siswa dengan
mudah dapat memahami materi yang
disampaikan. (2) Fase III pada aspek
membimbing siswa untuk mengerjakan
tugas, dimana kegiatan guru dalam
membimbing siswa saat mengerjakan
tugas yang diberikan harus lebih
ditingkatkan lagi agar siswa tidak bingung
dalam mengerjakan tugas saat kegiatan
belajar mengajar berlangsung.
Pelaksanaan pembelajaran pada siklus II
Pelaksanaan pembelajaran pada
siklus II dilaksanakan dalam dua kali
pertemuan dengan materi kertas kerja
tentang cara menyusun kertas kerja. Hasil
refleksi dan revisi pada siklus I diterapkan
pada siklus II.
Hasil pengamatan aktivitas guru
Nilai rata – rata keseluruhan yang
diperoleh guru dalam kegiatan belajar
mengajar dengan menerapkan model
pembelajaran langsung pada siklus II
adalah sebesar 3,18 dengan kriteria cukup
baik. Revisi yang diterapkan pada siklus II
membuat aktivitas guru menjadi lebih baik
dan mengalami peningkatan dibandingkan
pada siklus I.
Hasil pengamatan aktivitas siswa
Aktivitas belajar siswa pada siklus II
secara keseluruhan mendapatkan skor rata
– rata sebesar 3,29 dengan kriteria cukup
baik. Hal ini menunjukkan bahwa aktivitas
siswa dalam kegiatan belajar mengajar
dengan menerapkan model pembelajaran
langsung secara keseluruhan sudah baik.
Pada siklus II ini siswa lebih antusias
bertanya kepada guru tentang materi kertas
kerja yang belum dimengerti. Siswa juga
aktif menjawab pertanyaan,
menyampaikan pendapat, dan antusias
membuat simpulan pada kegiatan akhir
pelajaran.
Hasil belajar siswa
Hasil post test siklus II secara
keseluruhan mendapat rata – rata nilai
sebesar 82,23. Hal ini menunjukkan bahwa
siswa memahami tentang materi yang telah
dijelaskan oleh guru. Pada siklus II
91
mengalami peningkatan dalam memahami
materi bila dibandingkan pada siklus I.
PEMBAHASAN
Aktivitas guru dengan menerapkan
model pembelajaran langsung
Hasil pengamatan aktivitas guru
pada siklus I mendapatkan nilai rata-rata
sebesar 2,97 yang termasuk dalam kriteria
cukup baik. Dari hasil pengamatan dan
refleksi dari siklus I masih ada beberapa
aspek yang kurang baik pada fase I dan
fase III yaitu pada aspek menghubungkan
pelajaran sekarang dengan pengetahuan
awal siswa dan membimbing siswa untuk
mengerjakan tugas, sehingga guru harus
memperbaiki aspek yang kurang tersebut
pada siklus berikutnya.
Aktivitas guru pada siklus II
mendapatkan nilai rata – rata sebesar 3,18.
Hal ini memperlihatkan terjadinya
peningkatan aktivitas guru pada beberapa
aspek yang telah mengalami perbaikan di
siklus II. Guru telah membuat beberapa
perbaikan saat siklus II pada fase 1 yaitu
pada aspek menghubungkan pelajaran
sekarang tentang kertas kerja dengan
pengetahuan awal siswa, dan pada fase 3
aspek membimbing siswa untuk
mengerjakan tugas.
Hasil aktivitas guru dalam
menerapkan model pembelajaran langsung
dapat disajikan dalam diagram sebagai
berikut:
Diagram 1
Rata – rata Penilaian Pengamatan
Aktivitas Guru Tiap Siklus
(Sumber: Hasil Pengelolaan Data)
Aktivitas siswa dalam proses
pembelajaran dengan menerapkan
model pembelajaran langsung
Hasil aktivitas siswa dengan
menerapkan model pembelajaran langsung
pada siklus I rata – rata aktivitas siswa
sebesar 2,79 dengan kriteria cukup baik.
Pada kegiatan pembelajaran siklus II, rata
– rata aktivitas siswa meningkat menjadi
3,29 dengan kriteria cukup baik. Penilaian
aktivitas siswa disajikan dalam diagram 2
sebagai berikut:
Diagram 2
Rata – rata Penilaian Pengamatan
Aktivitas Siswa Tiap Siklus
2,97
3,18
92
(Sumber: Hasil Pengelolaan Data)
Berdasarkan diagram 2 dapat
diketahui tentang pengamatan aktivitas
siswa dalam penerapan model
pembelajaran langsung pada tiap siklus
mengalami kenaikan.
Hal ini menunjukkan bahwa setelah
guru lebih memperhatikan aktivitasnya,
siswa lebih aktif selama kegiatan belajar
mengajar berlangsung. Siswa menjadi
antusias dalam pembelajaran dan sudah
tidak malu untuk mengemukakan
pendapatnya saat kegiatan belajar
mengajar berlangsung. Selain itu aktivitas
siswa dalam bertanya tentang materi yang
belum dipahami juga mengalami
peningkatan. Siswa juga berani untuk
menjawab pertanyaan guru meskipun
jawabannya kurang tepat, akan tetapi
sudah menjadi poin tersendiri karena
sudah berusaha semaksimal mungkin
untuk menjawab pertanyaan dengan baik.
Hasil belajar siswa setelah menerapkan
model pembelajaran langsung Hasil belajar siswa setelah
menerapkan model pembelajaran langsung
mengalami peningkatan pada tiap – tiap
siklus. Hal ini dapat dibuktikan dari hasil
belajar siswa saat post – test I dan post –
test II.
Data hasil belajar siswa melalui post
– test dapat disajikan pada tabel 1 sebagai
berikut:
Tabel 1
Rekapitulasi Nilai Post – Test Tiap
Siklus dengan Menerapkan Model
Pembelajaran Langsung
Karakteristik
Keterangan Tiap
Siklus
I II
Jumlah siswa
seluruhnya 39 39
Jumlah siswa
yang tuntas 31 35
Jumlah siswa
yang tidak
tuntas
8 4
Rata – rata nilai
satu kelas 72,67 82,23
Prosentase
ketuntasan
klasikal
79,49% 89,74%
(Sumber: Hasil Pengelolaan Data)
Berdasarkan tabel 1 di atas maka
hasil belajar siswa melalui post – test
selama dua siklus dapat disajikan dalam
diagram 3 sebagai berikut:
Diagram 3
Rata – rata Nilai Satu Kelas pada
Penilaian Post – Test
2,79
3,29
93
(Sumber: Hasil Pengelolaan Data)
Berdasarkan diagram 3 di atas
diketahui bahwa rata – rata hasil post test
yang dicapai oleh siswa kelas XI IPS 4
pada model pembelajaran langsung
mengalami peningkatan dimana pada
siklus I rata – rata hasil post – test sebesar
72,67 dan pada siklus II mengalami
peningkatan menjadi 82,23. Hal ini
menunjukkan bahwa penerapan model
pembelajaran langsung efektif dalam
meningkatkan hasil belajar siswa.
Berikut ini merupakan penyajian
prosentase ketuntasan klasikal melalui post
– test selama dua siklus yang disajikan
dalam diagram 4 yaitu:
Diagram 4
Prosentase Ketuntasan Klasikal pada
Penilaian Post – Test
(Sumber: Hasil Pengelolaan Data)
Berdasarkan diagram 4 diketahui
bahwa ketuntasan belajar klasikal untuk
post – test mengalami peningkatan dari
siklus I ke siklus II sebesar 10,25%. Hal
ini dapat dilihat dari ketuntasan klasikal
pada siklus I sebesar 79,49%, sedangkan
pada siklus II mengalami peningkatan
menjadi 89,74%. Dari keseluruhan hasil
yang diperoleh, maka tingkat ketuntasan
per siklus adalah tuntas dikarenakan
mengalami peningkatan dari siklus satu ke
siklus dua.
Hasil penelitian yang dilaksanakan
pada kelas XII IPS 4 di SMA Negeri 11
Surabaya dengan menerapkan model
pembelajaran langsung sesuai dengan
penelitian I Wayan Distrik (2008), Luh
Ririn Indahyani (2010), dan Sheila
Kartikasari (2011) yang menyimpulkan
bahwa terjadi peningkatan aktivitas guru,
aktivitas siswa, dan hasil belajar siswa
setelah menerapkan model pembeljaran
langsung. Siswa menjadi lebih aktif dan
lebih memamhami materi yang
disampaikan.
SIMPULAN
72,67
82,23
79,49%
89,74%
94
Berdasarkan hasil dan pembahasan
penelitian dengan menggunakan rancangan
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) selama
dua siklus dalam pembelajaran dengan
menerapkan model pembelajaran langsung
pada materi kertas kerja di SMA Negeri 11
Surabaya diperoleh simpulan sebagai
berikut: (1) Aktivitas guru dalam
pembelajaran dengan menerapkan model
pembelajaran langsung di kelas XI IPS 4
tergolong cukup baik karena mengalami
peningkatan di setiap siklus. Pada siklus I
nilai rata – rata aktivitas guru sebesar 2,97.
Pada siklus II nilai rata – rata aktivitas
guru meningkat menjadi 3,18 karena guru
telah melakukan revisi dari siklus I. (2)
Aktivitas siswa kelas XI IPS 4 dalam
penerapan model pembelajaran langsung
tergolong cukup baik karena mengalami
peningkatan nilai rata-rata dari siklus I ke
siklus II yaitu dari 2,97 menjadi 3,29. (3)
Adanya penerapan model pembelajaran
langsung dapat meningkatkan hasil belajar
siswa kelas XI IPS 4. Hal ini ditunjukkan
dengan meningkatnya ketuntasan belajar
siswa melalui post – test. Pada siklus I
secara klasikal memperoleh nilai sebesar
79,49% dan pada siklus II sebesar 89,74%.
Saran
Dari hasil penelitian yang telah
dilakukan terdapat saran dari peneliti,
antara lain: (1) Dalam penerapan model
pembelajaran langsung diharapkan guru
dapat lebih berinteraksi dengan para siswa
untuk memberikan motivasi dan semangat
agar siswa lebih aktif dan antusias dalam
kegiatan belajar mengajar.(2) Pemilihan
dan penggunaan media pembelajaran yang
tepat dan bervariasi dalam penerapan
model pembelajaran langsung harus
disesuaikan dengan materi yang akan
disampaikan. (3) Penerapan model
pembelajaran langsung akan lebih efektif
jika sesuai dengan sintaksnya dan lebih
efisien dengan cara mengalokasikan waktu
yang lebih baik dan mengatur skenario
pembelajaran dengan baik.
DAFTAR RUJUKAN
Arends, I Richard. 2008. Learning to
Teach. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Arikunto, Suharsimi. 2008. Dasar-dasar
Evaluasi Pendidikan. Jakarta:
Bumi Aksara.
Indahyani, Luh Ririn. 2010. Penerapan
Model Pembelajaran Langsung
untuk Meningkatkan Hasil Belajar
IPA Siswa. Jurnal Pendidikan,
(Online), Vol.3, No.3
(http://jurnal.pdii.lipi.go.id/admin/jur
nal/33101423_2085-9716.pdf,
diakses 27 Desember 2011).
Kartikasari, Sheila. 2011. Penerapan
Model Pembelajaran Langsung
dengan Media Dokumen Transaksi
untuk Meningkatkan Aktivitas dan
Hasil Belajar Siswa di SMK
Paramitha Mojokerto. (Online),
(http://karya-
ilmiah.um.ac.id/index.php/akutansi/a
rticle/view/14026, diakses 27
Desember 2011).
Sudjana, Nana. 2009. Penilaian Hasil
Proses Belajar Mengajar. Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya.
Sudjana, Nana. 2011. Dasar-Dasar Proses
Belajar Mengajar. Bandung: Sinar
Baru Algensindo.
Sudrajat, Akhmad. 2008. Penelitian
Tindakan Kelas (Part II). (Online,
http://akhmadsudrajat.wordpress.co
m/2008/03/21/penelitian-tindakan-
kelas-part-ii/, diakses 27 Desember
2011).
Wayan Distrik, I. 2008. Model
Pembelajaran Langsung dengan
Pendekatan Kontekstual untuk
Meningkatkan Aktivitas Konsepsi
dan Hasil Belajar Fisika Siswa
SMAN 13 Bandar Lampung.
95
(Online), Vol. 6 No.1
(http://isjd.lipi.go.id/index.php/Searc
h.html?act=tampil&id=6830&idc=3
2, diakses 27 Desember 2011).