Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Murder Dalam Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Tik...

5
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF MURDER DALAM UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR TIK SISWA Ismaya Melaningsih Pendidikan Ilmu Kompter FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia Bandung [email protected] Dr. Dedi Rohendi, M.T Pendidikan Ilmu Kompter FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia Bandung [email protected] Drs. Heri Sutarno, M.T Pendidikan Ilmu Kompter FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia Bandung [email protected] ABSTRAK Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hasil belajar pada ranah kognitif siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif MURDER dengan siswa yang menggunakan p embelajaran konvensional dan untuk mengetahui apakah peningkatan hasil belajar pada ranah kognitif siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif MURDER lebih baik daripada hasil belajar siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional. Penelitian ini menggunakan metode kuasi eksperimen (nonequivalent control group design). Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI SMAN 1 Baleendah, dan sampelnya adalah siswa kelas XI IPS 1 dan XI IPS 3 masing-masing kelas terdiri dari 32 siswa. Data penelitian dikumpulkan melalui instrumen tes yang berbentuk pilihan ganda dan pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji t. Berdasarkan analisis uji-t dari nilai posttest, dengan α=0,05 diperoleh t hitung > t tabel atau 4,257 > 1,7. Hal ini dapat ditafsirkan hasil belajar siswa dengan model kooperatif MURDER lebih baik daripada hasil belajar siswa model konvensional. Berdasarkan analisis gain dari pretest-posttest didapat rata-rata skor gain kelas eksperimen dan control masing-masing 0,49 dan 0,15 dapat diinterprestasikan gain kelas eksperimen masuk kriteria sedang dan gain kelas kontrol masuk kriteria rendah. Dari analisis gain peningkatan pembelajaran kelas eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol. Kategori dan Deskripsi Subjek Bidang kajian pada paper ini adalah kuasi eksperimen dan pendidikan Kata Kunci Model Pembelajaran Kooperatif, MURDER, TIK, Hasil belajar . 1. PENDAHULUAN Salah satu upaya meningkatkan kualitas SDM adalah pendidikan. Salah satu faktor utama yang mempengaruhi hasil belajar adalah kualitas pembelajaran. Kualitas pembelajaran adalah kualitas dalam melakukan kegiatan pembelajaran. Sehingga penguasaan guru terhadap model pembelajaran mempengaruhi hasil belajar siswa. Hasil belajar meliputi tiga aspek sebagaimana klasifikasi hasil belajar Bloom [3] yaitu: ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotor. Menurut Triatno [5] KTSP menuntut perubahan paradigma dalam pendidikan dan pembelajaran. Komarudin [5] salah satu perubahan paradigma pembelajaran adalah orientasi pembelajaran yang semula berpusat kepada guru (teacher centered) beralih berpusat kepada murid (student centered), metode yang semula lebih didominasi ekspositori berganti ke partisipatori dan pendekatan yang semula lebih bersifat tekstual berubah menjadi kontekstual. Semua perubahan tersebut dimaksudkan untuk memperbaiki mutu pendidikan, baik dari segi proses maupun hasil pendidikan. Sedangkan p embelajaran yang biasa dilakukan berpusat kepada guru. Untuk sekarang ini, siswa sudah mengenal komputer, akan tetapi jika diberikan tes kognitif, hasilnya tidak sebagus psikomotor. Untuk mengatasi permasalahan tersebut diperlukan suatu model pembelajaran yang bisa meningkatkan kemampuan hasil belajar kognitif siswa. Salah satu model yang menekankan kognitif dalam proses pembelajaran adalah model pembelajaran kooperatif tipe MURDER (Mood, Understand, Recall, Detect, Elaborate, Review) yaitu suatu model pembelajaran kooperatif yang dihasilkan dari perspektif psikologi kognitif [1]. Berdasarkan uraian permasalahan diatas penulis ingin mengkaji lebih dalam mengenai penerapan model pembelajran kooperatif MURDER dalam upaya meningkatkan hasil belajar TIK siswa. 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hasil Belajar Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya” [3]. Hasil belajar mata pelajaran TIK tidak hanya penguasaan terhadap materi saja tetapi harus mencangkup segala aspek baik itu kognitif (intelektual),

description

Gaya gerak listrik (GGL) induksi pada sebuah rangkaian sama dengan kecepatan perubahan fluks yang melalui rangkaian tersebut. Diungkapkan oleh...

Transcript of Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Murder Dalam Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Tik...

  • PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

    MURDER DALAM UPAYA MENINGKATKAN HASIL

    BELAJAR TIK SISWA

    Ismaya Melaningsih Pendidikan Ilmu Kompter

    FPMIPA

    Universitas Pendidikan Indonesia

    Bandung

    [email protected]

    Dr. Dedi Rohendi, M.T Pendidikan Ilmu Kompter

    FPMIPA

    Universitas Pendidikan Indonesia

    Bandung

    [email protected]

    Drs. Heri Sutarno, M.T Pendidikan Ilmu Kompter

    FPMIPA

    Universitas Pendidikan Indonesia

    Bandung

    [email protected]

    ABSTRAK Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hasil belajar pada ranah

    kognitif siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif

    MURDER dengan siswa yang menggunakan pembelajaran

    konvensional dan untuk mengetahui apakah peningkatan hasil

    belajar pada ranah kognitif siswa yang menggunakan model

    pembelajaran kooperatif MURDER lebih baik daripada hasil

    belajar siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional.

    Penelitian ini menggunakan metode kuasi eksperimen

    (nonequivalent control group design). Populasi penelitian ini

    adalah seluruh siswa kelas XI SMAN 1 Baleendah, dan sampelnya

    adalah siswa kelas XI IPS 1 dan XI IPS 3 masing-masing kelas

    terdiri dari 32 siswa. Data penelitian dikumpulkan melalui

    instrumen tes yang berbentuk pilihan ganda dan pengujian

    hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji t. Berdasarkan

    analisis uji-t dari nilai posttest, dengan =0,05 diperoleh thitung >

    ttabel atau 4,257 > 1,7. Hal ini dapat ditafsirkan hasil belajar siswa

    dengan model kooperatif MURDER lebih baik daripada hasil

    belajar siswa model konvensional. Berdasarkan analisis gain dari

    pretest-posttest didapat rata-rata skor gain kelas eksperimen dan

    control masing-masing 0,49 dan 0,15 dapat diinterprestasikan gain

    kelas eksperimen masuk kriteria sedang dan gain kelas kontrol

    masuk kriteria rendah. Dari analisis gain peningkatan pembelajaran

    kelas eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol.

    Kategori dan Deskripsi Subjek Bidang kajian pada paper ini adalah kuasi eksperimen dan

    pendidikan

    Kata Kunci Model Pembelajaran Kooperatif, MURDER, TIK, Hasil belajar.

    1. PENDAHULUAN Salah satu upaya meningkatkan kualitas SDM adalah pendidikan.

    Salah satu faktor utama yang mempengaruhi hasil belajar adalah

    kualitas pembelajaran. Kualitas pembelajaran adalah kualitas dalam

    melakukan kegiatan pembelajaran. Sehingga penguasaan guru

    terhadap model pembelajaran mempengaruhi hasil belajar siswa.

    Hasil belajar meliputi tiga aspek sebagaimana klasifikasi hasil

    belajar Bloom [3] yaitu: ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah

    psikomotor. Menurut Triatno [5] KTSP menuntut perubahan

    paradigma dalam pendidikan dan pembelajaran. Komarudin [5]

    salah satu perubahan paradigma pembelajaran adalah orientasi

    pembelajaran yang semula berpusat kepada guru (teacher centered)

    beralih berpusat kepada murid (student centered), metode yang

    semula lebih didominasi ekspositori berganti ke partisipatori dan

    pendekatan yang semula lebih bersifat tekstual berubah menjadi

    kontekstual. Semua perubahan tersebut dimaksudkan untuk

    memperbaiki mutu pendidikan, baik dari segi proses maupun hasil

    pendidikan. Sedangkan pembelajaran yang biasa dilakukan

    berpusat kepada guru. Untuk sekarang ini, siswa sudah mengenal

    komputer, akan tetapi jika diberikan tes kognitif, hasilnya tidak

    sebagus psikomotor.

    Untuk mengatasi permasalahan tersebut diperlukan suatu model

    pembelajaran yang bisa meningkatkan kemampuan hasil belajar

    kognitif siswa. Salah satu model yang menekankan kognitif dalam

    proses pembelajaran adalah model pembelajaran kooperatif tipe

    MURDER (Mood, Understand, Recall, Detect, Elaborate, Review)

    yaitu suatu model pembelajaran kooperatif yang dihasilkan dari

    perspektif psikologi kognitif [1].

    Berdasarkan uraian permasalahan diatas penulis ingin mengkaji

    lebih dalam mengenai penerapan model pembelajran kooperatif

    MURDER dalam upaya meningkatkan hasil belajar TIK siswa.

    2. TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Hasil Belajar Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa

    setelah ia menerima pengalaman belajarnya [3]. Hasil belajar mata

    pelajaran TIK tidak hanya penguasaan terhadap materi saja tetapi

    harus mencangkup segala aspek baik itu kognitif (intelektual),

  • afektif (sikap) dan psikomotor. Namun pada penelitian ini hasil

    belajar dibatasi pada ranah kognitif (pengetahuan).

    2.2 Model Kooperatif MURDER MURDER merupakan salah satu model kooperatif yang

    dihasilkan dari perspektif psikologi kognitif [1]. Pembelajaran

    MURDER dari enam prosedur yaitu : (1) Mood, mengatur suasana

    hati yang tepat dengan cara relaksasi dan berfokus pada tugas

    belajar; (2) Understand, membaca bagian materi tertentu dari

    naskah tanpa menghafalkan; (3) Recall, salah satu anggota

    kelompok merangkum dan memberikan sajian lisan dengan

    mengulang rangkuman materi yang dibaca; (4) Detect yang

    dilakukan oleh anggota yang lain mendengarkan munculnya

    kesalahan atau kealpaan catatan; (5) Elaborate telaah gagasan

    setiap sesi dengan contoh, keterhubungan, opini, oleh sesama

    pasangan; langkah-langkah 2, 3, 4, 5 diulang untuk bagian materi

    selanjutnya; (6) Review hasil pekerjaannya dan mentransmisikan

    pada pasangan lain dalam kelompoknya.

    3. METODE PENELITIAN

    3.1 Metode dan Desain Penelitian Metode yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah metode

    quasi eksperimen. Desain penelitian yg digunakan adalah

    nonequivalent control group design [4].

    Pada desain ini terdapat dua kelompok yaitu kelas ekperimen dan

    kelas kontrol. Kelas eksperimen diberi perlakuan yaitu penerapan

    pembelajaran kooperatif MURDER dalam proses pembelajaran

    TIK. Sedangkan kelas kontrol tidak diberlakukan perlakuan

    khusus hanya menggunakan pembelajaran konvensional.

    3.2 Variabel dan Prosedur Penelitian

    3.2.1 Variabel Penelitian Variabel bebas : Penerapan model pembelajaran kooperatif

    MURDER dalam proses pembelajaran TIK.

    Variabel terikat : Hasil belajar siswa setelah proses pembelajaran.

    3.2.2 Prosedur Penelitian a. Tahap persiapan dilakukan penentuan populasi dan

    sampel yang akan digunakan, pembuatan RPP, bahan ajar

    dan instrument penelitian.

    b. Tahap pengujian instrument, validitas, reliabilitas, indeks

    kesukaran dan daya pembeda.

    c. Tahapan pretes, untuk menguji kemampuan awal siswa

    sebelum diberi perlakuan

    d. Tahapan pembelajaran, kelas eksperimen menggunakan

    model pembelajaran kooperatif MURDER, sedangkan

    kelas kontrol menggunakan model pembelajaran

    konvensional.

    e. Tahapan posttest, untuk mengetahui hasil belajar siswa

    setelah diberi perlakuan.

    f. Tahapan analisis data hasil pretes dan posttest.

    g. Tahapan pengujian hipotesis.

    h. Tahapan penarikan kesimpulan.

    3.3 Populasi dan Sampel Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa kelas

    XI SMAN 1 Baleendah. Adapun sampel data dalam penelitian ini

    yaitu siswa kelas XI IPS 1 sebanyak 32 orang sebagai kelas

    eksperimen dan kelas XI IPS 3 sebanyak 32 orang sebagai kelas

    kontrol. Pemilihan sampel diambil secara Cluster Sampling.[4]

    3.4 Instrumen Penellitian Instrumen penelitian ini digunakan untuk mengukur sejauh mana

    penerapan model pembelajaran kooperatif MURDER

    meningkatkan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran TIK.

    Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa tes awal

    (pretest) dan tes akhir (posttest) dengan teknik pilihan ganda

    (multiple choice), serta lembar observasi.

    3.5 Teknik Analisis Data a. Uji Normalitas

    1. Menyusun data skor gain yang diperoleh kedalam tabel

    distribusi frekuensi, dengan susunan berdasarkan kelas

    interval. Untuk menentukan banyak kelas interval dan

    panjang kelas setiap interval digunakan aturan Sturges yaitu

    sebagai berikut :

    - Menentukan banyak kelas (K)

    K = 1 + 3,3 log N. [2]

    - Menentukan panjang kelas interval (P)

    P = [2]

    Keterangan:

    R=rentang kelas

    K=banyak kelas

    2. Menentukan batas atas dan batas bawah setiap kelas interval.

    Batas atas diperoleh dari ujung kelas atas ditambah 0,5,

    sedangkan batas bawah diperoleh dari ujung kelas bawah

    dikurangi 0,5. [2]

    3. Menentukan skor rata-rata untuk masing-masing kelas,

    dengan menggunakan rumus:

    i

    ii

    f

    xfX [2]

    R

    K

  • dengan X yaitu skor rata-rata, Xi yaitu skor setiap siswa dan f1 yaitu jumlah siswa dengan skor Xi .

    4. Menghitung standar deviasi dengan rumus :

    1)-(nn

    xf xfn S

    2

    ii

    2

    ii2 [2]

    dengan n yaitu jumlah siswa seluruhnya.

    5. Menghitung z skor batas nyata masing-masing kelas interval

    dengan menggunakan rumus z skor :

    S

    XXZ i

    i. [2]

    6. Menghitung luas daerah tiap-tiap kelas interval sebagai berikut :

    21 III [2]

    dengan I yaitu luas kelas interval, I1 yaitu luas daerah batas

    atas kelas interval, I2 yaitu atas daerah bawah kelas interval.

    7. Menentukan frekuensi ekspektasi (Ei):

    Ei = N x l. [2]

    8. Menghitung harga frekuensi dengan rumus Chi-Kuadrat:

    i

    iihitung

    E

    EO2

    2 [2]

    dengan Oi yaitu frekuensi observasi (pengamatan), Ei yaitu

    frekuensi ekspektasi (diharapkan) dan 2hitung yaitu harga chi

    kuadrat yang diperoleh dari hasil perhitungan

    9. Mengkonsultasikan harga 2 dari hasil perhitungan dengan

    tabel Chi-Kuadrat pada derajat kebebasan tertentu sebesar

    jumlah kelas interval dikurangi tiga (dk = k-3). Jika diperoleh

    harga 2hitung < 2 tabel , pada taraf nyata tertentu, maka

    dikatakan bahwa sampel berdistribusi normal

    b. Uji Homogenitas

    Uji homogenitas varians dilakukan untuk mengetahui apakah

    dua sampel yang diambil yaitu kelompok eksperimen dan

    kontrol mempunyai varians yang homogen atau tidak. Uji

    homogenitas dilakukan dengan menggunakan rumus:

    F= [2]

    dengan SA2 = varians terbesar

    SB2= varians terkecil

    c. Uji Perbedaan Dua Rata-Rata

    Uji perbedaan dua rata-rata bertujuan untuk mengetahui

    apakah terdapat perbedaan rata-rata secara signifikan antara

    kemampuan kelompok eksperimen dan kontrol. Jika data

    memenuhi asumsi distribusi normal dan memiliki varians yang

    homogen maka pengujiannya menggunakan uji-t, yaitu dengan

    menggunaka rumus sebagai berikut:

    2121

    2

    22

    2

    11

    21

    11

    2

    )1()1(

    nnnn

    snsn

    xxt

    [2]

    d. Uji Indeks Gain

    Uji indeks gain bertujuan untuk mengetahui peningkatan hasil

    belajar siswa dalam pembelajaran TIK, dengan menggunakan

    rumus sebagai berikut:

    Indeks gain =

    4. HASIL PENELITIAN Data yang didapat dari penelitian ini adalah data hasil pretest dan

    posttest siswa pada kelas eksperimen dan kelas control.

    Selanjutnya akan dianalisis untuk diuji hipotesis. Uji hipotesis

    dilakukan dengan uji t. Tapi sebelumnya perlu dilakukan uji

    normalitas untuk mengetahui apakah data terdistribusi normal atau

    tidak. Setelah uji normalitas untuk mengetahui homogenitas data

    dilakukan uji varians. Jika kedua asumsi diatas terpenuhi, data

    terdistribusi normal dan homogen barulah bisa uji hipotesis.

    Dari penelitian ini didapat data bahwa hasil uji normalitas kelas

    eksperimen dan kelas control menunjukkan terdistribusi normal

    berdasarkan perhitungan data maka diperoleh tabel sebagai berikut:

    Tabel 2. Tabel deskripsi pretes dan posttest

    Ukuran

    Statistika

    Kelas Ekperimen Kelas Kontrol

    Pretes Postes Pretes Postes

    Rata-rata 11,00 17,5 13,00 14,75

    Simpangan

    baku

    3 2,33 3,29 2,82

    2 hitung 7,56 4,52 5,54 1,88

    skor postes skor pretes

    skor maksimum skor pretes

    SA2

    SB2

  • 2 tabel 7,815 7,815 7,815 7,815

    kesimpulan Normal Normal Normal Normal

    Berdasarkan tabel di atas, pada kelas ekperimen untuk pretes

    diperoleh nilai 2hitung = 7,56, postest 2hitung = 4,54 Dengan

    mengambil taraf signifikasi 5% dan dk = k -3 = 6 3 = 3, maka

    diperoleh 2tabel = 7,815. Hal ini berarti 2hitung <

    2tabel.

    Berdasarkan kriteria pengujian, maka dapat disimpulkan bahwa

    data pretes dan postes dari kelas eksperimen berdistribusi normal.

    Begitu pula dengan kelas kontrol, menujukan bahwa baik pretes

    maupun postes berdistribusi normal.

    Uji Homogenitas (Kesamaan Varians) Kedua Kelompok, Kriteria

    pengujian dalam [3]

    Fhitung < Ftabel = data skor tes akhir kedua kelompok homogen

    Fhitung > Ftabel = data skor tes akhir kedua kelompok tidak

    homogen

    Besaran yang diperlukan untuk menguji homogenitas skor tes akhir

    kedua kelompok adalah sebagai berikut:

    Tabel 3. Tabel Deskripsi Varian pretes dan postes

    Nilai Fhitung ini kemudian dibandingkan dengan nilai Ftabel pada taraf

    signifikasi 5% dengan derajat kebebasan pembilang = 31 dan

    derajat kebebasan penyebut = 31 . Maka diperoleh Ftabel = 1,82.

    Hal ini berarti Fhitung < Ftabel , yang artinya data skor tes dari kedua

    kelompok homogen.

    Setelah kedua asumsi terpenuhi yaitu data terdistribusi normal dan

    homogen barulah bisa dilakukan uji hipotesis dengan uji t, dengan

    hipotesi :

    H0: tidak ada perbedaan peningkatan hasil belajar siswa antara

    kelompok siswa yang memperoleh model pembelajaran

    kooperatif MURDER dan kelompok siswa yang memperoleh

    pembelajaran konvensional.

    H1: Peningkatan hasil belajar siswa yang menggunakan model

    pembelajaran kooperatif MURDER lebih baik daripada hasil

    belajar siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional.

    Dari data hasil penelitian didapat nilai rata-rata kelas eksperimen

    sebesar 17,5 dan nilai rata-rata kelas kontrol sebesar 14,75. Setelah

    dilakukan uji t didapat nilai thitung sebesar 4,257 Pada taraf

    signifikasi 5% dan dk = 31 diperoleh harga ttabel = 1,7. Artinya thitung

    = 4,257 > t tabel =1,7 hal ini berarti H0 ditolak dan H1 diterima.

    Artinya hasil belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran

    kooperatif MURDER lebih baik daripada hasil belajar siswa yang

    menggunakan pembelajaran konvensional.

    Temuan lain dari penelitian ini adalah adanya peningkatan hasil

    belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif

    MURDER lebih tinggi bila dibandingkan dengan yang menggunakan

    pembelajaran konvensional. Pernyataan ini di dapat dari rata-rata

    indeks gain kelas eksperimen lebih tinggi daripada kelas kontrol.

    Untuk lebih jelasnya berikut disajikan diagram rata-rata indeks gain.

    Gambar 1. Skor rata-rata gain eksperimen dan kontrol

    5. KESIMPULAN DAN SARAN

    5.1 Kesimpulan Berdasarkan pembahasan bab sebelumnya dan analisis data yang

    diperoleh pada pretest dan posttest, dan lembar observasi yang

    dilakukan di kelas XI IPS SMAN 1 Baleendah maka diperoleh

    kesimpulan hasil penelitian sebagai berikut:

    1. Hasil belajar siswa dengan model pembelajaran kooperaif

    MURDER lebih baik daripada hasil belajar siswa dengan

    pembelajaran konvensional. Hal ini terlihat dari rata-rata

    hasil posttest.

    2. Peningkatan hasil belajar kelas eksperimen dengan model

    pembelajaran kooperatif MURDER lebih baik daripada

    peningkatan hasil belajar siswa kelas kontrol dengan

    Ukuran

    Statistika

    Tes awal Tes akhir

    Kelas

    Ekperimen

    Kelas

    Kontrol

    Kelas

    Ekperimen

    Kelas

    Kontrol

    Varians 9,032 10,839 5,419 7,935

    Fhitung 1,2 1,46

    Ftabel 1,82 1,82

  • pembelajaran konvensional. Hal ini dilihat dari rata-rata skor

    gain ternormalisasi yang didapat kelas eksperimen lebih

    besar daripada skor gain ternormalisasi kelas kontrol.

    5.2 Saran Saran bagi peneliti selanjutnya yang tertarik dengan masalah

    penelitian ini hendaknya mengembangkan instrumen yang

    digunakan pada subjek dan kajian berbeda, serta dengan

    permasalahan yang lebih variatif. Sehingga dapat dipakai sebagai

    bahan studi yang lebih baik dan bermanfaat.

    6. REFERENSI [1]. Lee, Christine at..l (1997). Cooperative learning in the

    thinking classroom Research and Theoretical Perspectives.

    Paper presented at the International Conference on Thinking,

    Singapore. [online] http://eric.ed.gov/PDFS/ED408570.pdf

    [2]. Sudjana. (1996). Metode Statistika. Bandung: Tarsito.

    [3]. Sudjana, Nana (2008) Penilaian Hasil Proses Belajar

    Mengajar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

    [4]. Sugiyono (2008). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan

    Kuantitatif, Kualitatif dan R &D). Bandung: Alfabeta.

    [5]. Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif

    Progresif. Jakarta : Kencana Prenada Media Group.