EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE DITINJAU … fileEKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF...

81
EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) DAN TIPE TWO STAY TWO STRAY (TSTS) PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA DITINJAU DARI INTELLIGENCE QUOTIENT SISWA KELAS VIII SMP DI KABUPATEN PURWOREJO TAHUN PELAJARAN 2011/2012 TESIS Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Pendidikan Matematika Oleh Andi Suparlan NIM S851102004 PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2013 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user

Transcript of EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE DITINJAU … fileEKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF...

Page 1: EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE DITINJAU … fileEKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE DITINJAU DARI ...

EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) DAN TIPE TWO STAY TWO STRAY (TSTS) PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA

DITINJAU DARI INTELLIGENCE QUOTIENT SISWA KELAS VIII SMP DI KABUPATEN PURWOREJO

TAHUN PELAJARAN 2011/2012

TESIS

Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Pendidikan Matematika

Oleh

Andi Suparlan NIM S851102004

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2013

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 2: EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE DITINJAU … fileEKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE DITINJAU DARI ...

ii

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 3: EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE DITINJAU … fileEKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE DITINJAU DARI ...

iii

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 4: EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE DITINJAU … fileEKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE DITINJAU DARI ...

iv

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Yang Maha Kuasa, karena atas petunjuk dan

karuniaNya tesis yang berjudul Eksperimentasi Pembelajaran Kooperatif Tipe

Numbered Heads Together (NHT) dan Tipe Two Stay Two Stray (TSTS) pada

Pembelajaran Matematika ditinjau dari Intelligence Quotient Siswa Kelas VIII

SMP di Kabupaten Purworejo Tahun Pelajaran 2011/2012 telah dapat

diselesaikan.

Tesis ini selesai atas peran dan bantuan dari banyak pihak. Untuk itu

ucapan terima kasih kami sampaikan kepada:

1. Prof. Dr. Ir. Ahmad Yunus, MS., Direktur Program Pascasarjana Universitas

Sebelas Maret, yang telah memberikan kesempatan kepada kami untuk

mengikuti pendidikan di Program Pascasarjana.

2. Prof. Dr. Budiyono, M.Sc., Ketua Program Studi Pendidikan Matematika dan

Pembimbing I, yang telah memberikan bimbingan sehingga tesis ini dapat

diselesaikan.

3. Drs. Sutrima, M.Si., Pembimbing II, yang telah memberikan bimbingan

sehingga tesis ini dapat diselesaikan.

4. Drs. H. Mahsun Zain, M.Ag., Bupati Purworejo, yang melalui Kantor

Pelayanan Perijinan Terpadu (KPPT) Kabupaten Purworejo telah

memberikan ijin untuk melakukan penelitian di wilayahnya.

5. Drs. Bambang Aryawan, M.M., Kepala Dinas P dan K Kabupaten Purworejo

yang telah memberikan informasi perkembangan pendidikan di Purworejo.

6. Kepala SMP Negeri 15 Purworejo, Kepala SMP Negeri 31 Purworejo dan

Kepala SMP Negeri 33 Purworejo, yang telah memberikan kesempatan

penulis dalam melakukan eksperimen di unit kerja masing-masing.

7. Kepala SMP Negeri 9 Purworejo dan Kepala SMP Negeri 25 Purworejo,

yang telah memberikan kesempatan penulis dalam melakukan uji coba

instrumen di unit kerja masing-masing.

8. Dr. Bambang Priyo Darminto, M.Kom., yang telah membantu penulis dalam

validasi instrumen penelitian.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 5: EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE DITINJAU … fileEKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE DITINJAU DARI ...

v

9. Teguh P., S.Pd., Siti Munawarah, S.Pd., dan Tut Wuri Handayani, S.Si., yang

telah membantu penulis dalam eksperimen.

10. Ibu Eko dan Bapak Sentot, yang telah membantu penulis dan uji coba

instrumen penelitian.

11. Kepada semua pihak yang telah membantu hingga terselesaikannya tesis ini.

Kami berharap semoga tesis ini dapat membantu dalam pelaksanaan

penelitian selanjutnya.

Surakarta, 7 Desember 2012

Penulis

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 6: EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE DITINJAU … fileEKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE DITINJAU DARI ...

vi

PERNYATAAN ORISINALITAS DAN HAK PUBLIKASI

Saya menyatakan dengan sebenarnya bahwa:

1. Eksperimentasi Pembelajaran Kooperatif Tipe

Numbered Heads Together (NHT) dan Tipe Two Stay Two Stray (TSTS) pada

Pembelajaran Matematika ditinjau dari Intelligence Quotient Siswa Kelas

VIII SMP di Kabupaten Purworejo Tahun Pelajaran 2011/2012

karya penelitian saya sendiri dan bebas plagiat, serta tidak terdapat karya

ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar

akademik serta tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau

diterbitkan oleh orang lain kecuali secara tertulis digunakan sebagai acuan

dalam naskah ini dan disebutkan dalam sumber acuan serta daftar pustaka.

Apabila di kemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam karya ilmiah ini,

maka saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan (Permendikanas No 17, tahun 2010).

2. Publikasi sebagian atau keseluruhan isi Tesis pada jurnal atau forum ilmiah

lain harus seijin dan menyertakan tim pembimbing sebagai author dan PPs

UNS sebagai institusinya. Apabila dalam waktu sekurang-kurangnya satu

semester (enam bulan sejak pengesahan Tesis) saya tidak melakukan

publikasi dari sebagian atau keseluruhan Tesis ini, maka Prodi Pendidikan

Matematika PPs UNS berhak mempublikasikannya pada jurnal ilmiah yang

diterbitkan oleh Prodi Pendidikan Matematika PPs UNS. Apabila saya

melakukan pelanggaran dari ketentuan publikasi ini, maka saya bersedia

mendapat sanksi akademik yang berlaku.

Surakarta, 7 Desember 2012

Mahasiswa,

Andi Suparlan NIM S851102004

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 7: EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE DITINJAU … fileEKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE DITINJAU DARI ...

vii

ABSTRAK

Andi Suparlan. S851102004. Eksperimentasi Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT) dan Tipe Two Stay Two Stray (TSTS) pada Pembelajaran Matematika ditinjau dari Intelligence Quotient Siswa Kelas VIII SMP di Kabupaten Purworejo Tahun Pelajaran 2011/2012. TESIS. Pembimbing I: Prof. Dr. Budiyono, M.Sc., Pembimbing II: Drs. Sutrima, M.Si. Program Studi Pendidikan Matematika, Program Pascasarjana, Universitas Sebelas Maret, Surakarta 2013.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) model pembelajaran mana yang memberikan prestasi belajar lebih baik di antara model NHT, model TSTS atau model konvensional, (2) siswa dengan kategori Intelligence Quotient (IQ) mana yang mempunyai prestasi belajar lebih baik di antara siswa dengan IQ tinggi, siswa dengan IQ sedang atau siswa dengan IQ rendah, (3) pada masing-masing model pembelajaran, siswa dengan kategori IQ mana yang mempunyai prestasi belajar lebih baik di antara siswa dengan IQ tinggi, siswa dengan IQ sedang atau siswa dengan IQ rendah, (4) pada masing-masing kategori IQ siswa, model pembelajaran mana yang memberikan prestasi belajar lebih baik di antara model NHT, model TSTS atau model konvensional.

Penelitian ini menggunakan metode eksperimental semu. Populasi dari penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Negeri di Kabupaten Purworejo. Sampel dalam penelitian ini diambil dengan teknik stratified cluster random sampling dan diperoleh sampel sebanyak 210 siswa dari SMP Negeri 15 Purworejo, SMP Negeri 31 Purworejo dan SMP Negeri 33 Purworejo yang terdiri dari 70 siswa dalam kelompok NHT, 72 siswa dalam kelompok TSTS dan 68 siswa dalam kelompok Konvensional. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode dokumentasi dan tes. Teknik analisis data yang digunakan adalah Analisis Variansi Dua Jalan dengan Sel Tak Sama.

Berdasarkan analisis data, disimpulkan bahwa: (1) model pembelajaran TSTS memberikan prestasi belajar yang lebih baik daripada model pembelajaran NHT, model pembelajaran Konvensional memberikan prestasi belajar yang lebih baik daripada model pembelajaran NHT, dan model pembelajaran TSTS memberikan hasil prestasi belajar yang sama dengan model pembelajaran Konvensional, (2) siswa-siswa pada semua kelompok kategori IQ, baik tinggi, sedang, maupun rendah mempunyai prestasi belajar yang sama, (3) pada masing-masing model pembelajaran, siswa-siswa yang mempunyai IQ tinggi, sedang, maupun rendah mempunyai prestasi belajar yang sama, (4) pada masing-masing kategori IQ, model pembelajaran TSTS memberikan prestasi belajar yang lebih baik daripada model pembelajaran NHT, model pembelajaran Konvensional memberikan prestasi belajar yang lebih baik daripada model pembelajaran NHT, dan model pembelajaran TSTS memberikan hasil prestasi belajar yang sama dengan model pembelajaran Konvensional. Kata Kunci: Numbered Heads Together, Two Stay Two Stray, dan Intelligence Quotient.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 8: EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE DITINJAU … fileEKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE DITINJAU DARI ...

viii

ABSTRACT

Andi Suparlan. S851102004. The Experimentation of Cooperative Learning Numbered Heads Together (NHT) Type and Two Stay Two Stray (TSTS) Type at Mathematics Learning Quotient of the Eighth Class of Junior High School at Purworejo regency on academic 2011/2012. Thesis. Supervisor I: Prof. Dr. Budiyono, M.Sc., Supervisor II: Drs. Sutrima, M.Si. Program Study of Mathematics Education, Post-graduate Program of Sebelas Maret University, Surakarta 2013.

The aims of the research were to know: (1) which one of the learning models gave a better achievement between NHT model, TSTS model or conventional model, (2) which one of the student with Intelligence Quotient (IQ) categories had a better achievement between student with high IQ, student with middle IQ or student with low IQ, (3) At each the learning models, which one of the student with IQ categories had a better achievement between student with high IQ, student with middle IQ or student with low IQ, (4) At each the student IQ categories, which one of the learning models gave a better achievement between NHT model, TSTS model or conventional model.

The research used was a quasi-experimental. The population of the research was the eighth class student of Junior High School at Purworejo regency. The sample of the research was taken with stratified cluster random sampling technique and got the sample was 210 students from SMP Negeri 15 Purworejo, SMP Negeri 31 Purworejo and SMP Negeri 33 Purworejo that consisted of 70 students in the NHT group, 72 students in the TSTS group, and 68 students in the Conventional group. The data collecting methods used in the research were documentation and test method. The data analysis technique used was unbalanced two ways analyze of variance.

Based on the data analysis, it was concluded that: (1) TSTS learning model gave better achievement than NHT learning model, conventional learning model gave better achievement than NHT learning model, and TSTS learning model gave the same achievement with conventional learning model, (2) The students in all of IQ categories, high, middle and low had the same achievement, (3) At each the learning models, the students with high, middle and low IQ had the same achievement, (4) At each the student IQ categories, TSTS learning model gave better achievement than NHT learning model, conventional learning model gave better achievement than NHT learning model, and TSTS learning model gave the same achievement with conventional learning model. Key words: Numbered Heads Together, Two Stay Two Stray, and Intelligence Quotient.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 9: EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE DITINJAU … fileEKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE DITINJAU DARI ...

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ...................................................... ii

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI .............................................................. iii

KATA PENGANTAR ....................................................................................... iv

PERNYATAAN ORISINALITAS DAN HAK PUBLIKASI ........................... vi

ABSTRAK ......................................................................................................... vii

ABSTRACT ......................................................................................................... viii

DAFTAR ISI ...................................................................................................... ix

DAFTAR TABEL .............................................................................................. xi

DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ..................................................................... 1

B. Identifikasi Masalah ........................................................................... 4

C. Pemilihan Masalah ............................................................................. 5

D. Pembatasan Masalah........................................................................... 5

E. Rumusan Masalah .............................................................................. 6

F. Tujuan Penelitian ................................................................................ 6

G. Manfaat Penelitian .............................................................................. 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori ........................................................................................ 8

1. Prestasi Belajar .............................................................................. 8

2. Model Pembelajaran ...................................................................... 12

3. Intelligence Quotient Siswa ........................................................... 20

B. Penelitian Relevan .............................................................................. 26

C. Kerangka Berpikir .............................................................................. 28

D. Hipotesis Penelitian ............................................................................ 32

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat, Subjek dan Waktu Penelitian ............................................... 33

B. Jenis Penelitian ................................................................................... 33

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 10: EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE DITINJAU … fileEKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE DITINJAU DARI ...

x

C. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel .......................... 34

D. Teknik Pengumpulan Data ................................................................. 35

E. Teknik Analisis Data .......................................................................... 41

BAB IV HASIL PENELITIAN

A. Hasil Uji Coba Instrumen .................................................................. 53

B. Deskripsi Data ................................................................................... 55

C. Uji Keseimbangan Sebelum Eksperimen .......................................... 56

1. Hasil Uji Normalitas ..................................................................... 56

2. Hasil Uji Homogenitas Variansi ................................................... 57

3. Hasil Uji Keseimbangan ............................................................... 57

D. Uji Prasyarat Analisis ........................................................................ 58

1. Hasil Uji Normalitas ..................................................................... 58

2. Hasil Uji Homogenitas Variansi ................................................... 59

E. Uji Hipotesis ...................................................................................... 59

1. Hasil Uji Anava Dua Jalan dengan Sel Tak Sama ........................ 59

2. Hasil Uji Komparasi Ganda antar Baris ....................................... 60

F. Pembahasan Hasil Penelitian ............................................................. 61

G. Keterbatasan Penelitian ..................................................................... 65

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Kesimpulan ........................................................................................ 66

B. Implikasi ............................................................................................ 66

C. Saran .................................................................................................. 67

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 11: EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE DITINJAU … fileEKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE DITINJAU DARI ...

xi

DAFTAR TABEL

1. Tabel 2.1 Sintaks Pembelajaran Kooperatif ................................................ 14

2. Tabel 2.2 Distribusi Kecerdasan IQ menurut Stanford Revision ................ 25

3. Tabel 2.3 Pengkategorian IQ pada penelitian ini ........................................ 26

4. Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan Penelitian ......................................................... 33

5. Tabel 3.2 Rancangan Penelitian .................................................................. 34

6. Tabel 3.3 Pengelompokan SMP .................................................................. 35

7. Tabel 3.4 Pengkategorian IQ pada penelitian ini ........................................ 36

8. Tabel 3.5 Tata Letak Data Anava Satu Jalan Sel Tak Sama ....................... 44

9. Tabel 3.6 Rangkuman Analisis Variansi Dua Jalan Sel Tak Sama ............ 50

10. Tabel 4.1 Data Prestasi Belajar Matematika Sebelum Eksperimen ............. 55

11. Tabel 4.2 Data Prestasi Belajar Matematika Sesudah Eksperimen ............. 56

12. Tabel 4.3 Data Rerata Prestasi Belajar Matematika Sesudah Eksperimen . 56

13. Tabel 4.4 Hasil Uji Normalitas Prestasi Belajar Sebelum Eksperimen ....... 57

14. Tabel 4.5 Hasil Uji Normalitas Prestasi Belajar Sesudah Eksperimen ........ 58

15. Tabel 4.6 Hasil Uji Homogenitas Prestasi Belajar Sesudah Eksperimen .... 59

16. Tabel 4.7 Rangkuman Hasil Uji Analisis Variansi Dua Jalan dengan Sel Tak Sama .................................................................................................... 60

17. Tabel 4.8 Hasil Uji Komparasi Ganda antar Baris ..................................... 61

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 12: EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE DITINJAU … fileEKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE DITINJAU DARI ...

xii

DAFTAR LAMPIRAN

1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) model pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) ........................................................ 72

2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) model pembelajaran Two Stay Two Stray (TSTS) .......................................................................... 90

3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) model pembelajaran Konvensional ......................................................................................... 108

4. Lembar Kerja Siswa (LKS) ................................................................... 125

5. Kisi-kisi Soal Tes Prestasi Belajar Uji Coba ......................................... 144

6. Soal Tes Prestasi Belajar Uji Coba ........................................................ 146

7. Lembar Validasi Soal Tes Prestasi Belajar Uji Coba ............................ 156

8. Uji Tingkat Kesukaran dan Daya Pembeda Soal Tes Prestasi Belajar Uji Coba ................................................................................................. 161

9. Uji Reliabilitas Soal Tes Prestasi Belajar .............................................. 163

10. Kisi-kisi Soal Tes Prestasi Belajar Sesudah Uji Coba ........................... 165

11. Soal Tes Prestasi Belajar Sesudah Uji Coba .......................................... 167

12. Data Prestasi Belajar Matematika Sebelum Eksperimen ........................ 174

13. Uji Normalitas Data Prestasi Belajar Sampel Sebelum Eksperimen Kelompok NHT ..................................................................................... 177

14. Uji Normalitas Data Prestasi Belajar Sampel Sebelum Eksperimen Kelompok TSTS .................................................................................... 180

15. Uji Normalitas Data Prestasi Belajar Sampel Sebelum Eksperimen Kelompok Konvensional ....................................................................... 183

16. Uji Homogenitas Data Prestasi Belajar Sampel Sebelum Eksperimen .. 186

17. Uji Keseimbangan dengan ANAVA Satu Jalan Sel Tak Sama ............. 194

18. Data Prestasi Belajar Matematika Sesudah Eksperimen......................... 198

19. Uji Normalitas Data Prestasi Belajar Sampel Sesudah Eksperiman Kelompok NHT ..................................................................................... 201

20. Uji Normalitas Data Prestasi Belajar Sampel Sesudah Eksperimen Kelompok TSTS .................................................................................... 204

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 13: EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE DITINJAU … fileEKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE DITINJAU DARI ...

xiii

21. Uji Normalitas Data Prestasi Belajar Sampel Sesudah Ekperimen Kelompok Konvensional ....................................................................... 207

22. Uji Normalitas Data Prestasi Belajar Sampel Sesudah Eksperimen Kelompok Kategori IQ Tinggi ............................................................... 210

23. Uji Normalitas Data Prestasi Belajar Sampel Sesudah Eksperimen Kelompok Kategori IQ Sedang .............................................................. 212

24. Uji Normalitas Data Prestasi Belajar Sampel Sesudah Eksperimen Kelompok Kategori IQ Rendah ............................................................. 215

25. Uji Homogenitas Model Pembelajaran .................................................. 218

26. Uji Homogenitas Kategori IQ ................................................................ 226

27. Uji Analisis Variansi (ANAVA) Dua Jalan dengan Sel Tak Sama ....... 234

28. Uji Komparasi Ganda dengan Metode Scheffe untuk Komparasi Rataan Antar Baris ................................................................................. 240

29. Tabel Statistik ........................................................................................ 243

30. Surat Ijin Penelitian ................................................................................ 248

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 14: EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE DITINJAU … fileEKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE DITINJAU DARI ...

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Tujuan pendidikan dasar adalah meletakkan dasar kecerdasan,

pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup

mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut. Salah satu komponen untuk

mencapai tujuan tersebut adalah pembelajaran matematika sekolah menengah

pertama (SMP). Matematika SMP masih sering disebut sebagai matematika

tingkat rendah. Matematika tingkat rendah bagaikan pondasi sebuah

bangunan. Apabila menginginkan bangunan yang baik seyogyanya juga harus

memperhatikan pondasinya.

Perbaikan kegiatan belajar matematika terus dilakukan hingga saat ini.

Berbagai metode pembelajaran dan alat peraga belajar juga terus

dikembangkan. Hal ini tidak lain bertujuan agar mutu pendidikan matematika

yang lambat laun semakin meningkat seiring dengan perkembangan zaman.

Ini sungguh ironis apabila kata-kata tersebut sudah muncul saat seorang siswa

masih duduk di bangku SMP atau bahkan yang masih duduk di bangku

sekolah dasar (SD). Apabila hal ini terus dibiarkan begitu saja kemungkinan

akan berakibat buruk pada pembelajaran matematika pada jenjang sekolah

yang lebih tinggi. Sehingga penanaman konsep-konsep dasar matematika pada

SMP dengan menggunakan metode pembelajaran matematika yang tepat

Pada umumnya, proses belajar mengajar di sekolah masih didominasi

oleh pembelajaran dengan ciri-ciri sebagai berikut:

1. Guru aktif ceramah menyampaikan informasi, sementara siswa hanya

menjadi pendengar setia (pasif) yang hanya menerima informasi begitu

saja akan konsep matematika.

2. Siswa dipaksa mempelajari apa yang diajarkan oleh guru dengan

menerapkan berbagai rumus yang disampaikan guru.

1

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 15: EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE DITINJAU … fileEKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE DITINJAU DARI ...

2

3. Pembelajaran berfokus atau berorientasi pada guru bukan pada siswa.

Dengan keadaan yang demikian, jangan berharap dapat menciptakan

sumber daya manusia kreatif dan bermutu tinggi, malahan sebaliknya. Tidak

mengherankan jika kualitas pemahaman konsep matematika pada siswa

menjadi sangat rendah.

Sebenarnya banyak metode pembelajaran yang dapat diterapkan untuk

menanamkan konsep-konsep dasar matematika. Selain itu juga, dengan

bantuan alat peraga mungkin akan membantu mengkonkritkan konsep-konsep

dasar matematika tersebut. Suatu konsep akan jauh ternanam dalam diri

seorang siswa apabila dia sendiri yang mengkronstruksinya sendiri,

dibandingkan dengan menghafal rumus-rumus yang tidak berarti apabila tidak

mengerti maknanya. Hal ini senada dengan penelitian yang dilakukan oleh

It was found that neither the students'

gender nor their year of studies influenced their beliefs about their self-

concept of mathematics

siswa namun juga lama mereka belajar mempengaruhi kepercayaan diri

mereka akan konsep matematika diri mereka sendiri).

Berbagai penelitian meneliti metode pembelajaran matematika dengan

penggunaan media belajar atau alat peraga belajar dalam meningkatkan

pemahaman konsep. Dari beberapa penelitian yang dijumpai penulis, sebagian

besar membuktikan bahwa metode pembelajaran dengan memanfaatkan media

belajar atau alat peraga belajar dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa

akan materi pembelajaran. Salah satu penelitian yang memanfaatkan media

belajar modern adalah penelitian yang dilakukan oleh Bambang Priyo

Darminto (2008) tentang pemanfaatan media belajar berbasis komputer di

perguruan tinggi yang memberikan kesimpulan bahwa pemanfaatan media

belajar berbasis komputer dapat mempengaruhi peningkatan Kemampuan

Berpikir Matematis Tingkat Tinggi di perguruan tinggi.

Berdasarkan hasil Ujian Nasional tahun pelajaran 2009/2010 untuk

mata pelajaran Matematika, Kabupaten Purworejo menduduki peringkat 29

dari 35 Kota/Kabupaten yang ada di Propinsi Jawa Tengah dengan nilai rata-

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 16: EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE DITINJAU … fileEKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE DITINJAU DARI ...

3

ratanya sebesar 6,21. Nilai ini lebih rendah dibanding nilai rata-rata secara

propinsi, yaitu sebesar 6,70. Selain itu, beberapa kompetensi uji juga ada yang

masih rendah tingkat penguasaannya. Salah satunya, tingkat penguasaan siswa

pada pokok bahasan bangun ruang sisi datar limas dan prisma tegak,

khususnya dalam menyelesaikan soal yang berkaitan dengan luas permukaan

bangun ruang sisi datar masih jauh dari harapan, yaitu hanya sebesar 41,79.

Sementara untuk wilayah Propinsi Jawa Tengah tingkat penguasaannya

sebesar 44,81. Padahal secara nasional penguasaan pada materi ini sebesar

60,82. Hal ini mungkin disebabkan oleh rendahnya penguasaan konsep-

konsep dasar matematika pada bangun ruang sisi datar.

Rendahnya penguasaan konsep dasar ini mungkin dipicu oleh kegiatan

pengalaman belajar yang tidak bermakna. Pengalaman belajar mungkin lebih

bersifat text book, hanya disuruh menghafalkan rumus tanpa mengetahui

rumus itu berasal darimana atau bagaimana mengkontruksikan rumus tersebut.

Di samping itu, mungkin juga tidak disampaikan kegunaan dari proses belajar

sehingga terkesan pengalaman belajar menjadi tidak bermakna. Untuk

mengatasi hal ini perlu mengubah paradigma model pembelajaran yang

digunakan, yaitu dari konvensional menjadi model inovatif. Hal ini juga

result is that

.menghasilkan bahwa

metode pembelajaran guru dalam kelas adalah penting dalam merubah sikap

dan kebiasaan siswa terhadap matematika). Hal seirama juga disampaikan

Educational implications with regard to student

engagement with realistic tasks are considered ( ...Pendidikan bermaksud

dengan memperhatikan siswa atas pemakaian tugas-tugas realistis

dipertimbangkan).

Kemampuan spasial anak juga turut menyumbang dalam masalah ini.

Hal ini disampaikan oleh Van This emphasizes

the importance of acknowledging spatial structure in early educational

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 17: EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE DITINJAU … fileEKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE DITINJAU DARI ...

4

(

pendidikan bagi pengolahan pertumbuhan matematika anak-anak muda). Di

sisi lain kecerdasan siswa yang merupakan gabungan dari berbagai

kemampuan, termasuk di dalamnya kemampuan spasial, juga turut

mempengaruhi prestasi belajarnya. Kecerdasan siswa ini diwujudkan dalam

skor IQ. Tidak bisa dipungkuri bahwa siapa yang mempunyai IQ dengan

kategori yang tinggi biasanya diikuti mempunyai kecerdasan yang lebih baik

juga dibanding dengan orang yang mempunyai IQ dengan kategori di

bawahnya. Namun yang perlu dipikirkan bagaimana caranya agar siswa yang

mempunyai IQ dengan kategori rendah dapat mempunyai prestasi belajar yang

baik. Hal ini adalah salah satu alasan mengapa peneliti ingin melakukan

penelitian dengan tinjauan IQ siswa.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukan di atas

dapat diidentifikasi permasalahan sebagai berikut.

1. Ada kemungkinan rendahnya prestasi belajar disebabkan oleh kurangnya

pemahaman konsep dasar oleh siswa. Terkait hal ini maka muncul

pertanyaan apakah kemampuan awal konsep dasar mempengaruhi prestasi

belajar. Sehingga perlu dilakukan penelitian yang membandingkan prestasi

belajar yang ditinjau dari kemampuan awal.

2. Ada kemungkinan rendahnya prestasi belajar disebabkan oleh kurang

tepatnya model pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Terkait hal ini

maka muncul pertanyaan apakah jika model pembelajaran guru diubah

akan membuat prestasi belajar menjadi lebih baik. Sehingga perlu

dilakukan penelitian dengan membandingkan beberapa model

pembelajaran yang inovatif yang dapat meningkatkan prestasi belajar.

3. Ada kemungkinan rendahnya prestasi belajar disebabkan karena tidak ada

upaya penggunaan alat peraga oleh guru. Terkait hal ini maka muncul

pertanyaan apakah jika menggunakan alat peraga akan dapat meningkat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 18: EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE DITINJAU … fileEKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE DITINJAU DARI ...

5

prestasi belajar. Sehingga perlu dilakukan penelitian dengan

membandingkan model pembelajaran dengan berbagai alat peraga.

4. Ada kemungkinan rendahnya prestasi belajar disebabkan oleh IQ siswa.

Terkait hal ini maka muncul pertanyaan apakah IQ siswa mempengaruhi

prestasi belajar. Sehingga perlu dilakukan penelitian dengan

membandingkan prestasi belajar dengan ditinjau dari IQ siswa.

C. Pemilihan Masalah

Dari keempat masalah yang teridentifikasi, peneliti melakukan

penelitian yang terkait dengan permasalahan kedua dan keempat, yaitu sebagai

berikut.

1. Ada kemungkinan rendahnya prestasi belajar disebabkan oleh kurang

tepatnya model pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Terkait hal ini

maka muncul pertanyaan apakah jika model pembelajaran guru diubah

akan membuat prestasi belajar menjadi lebih baik. Sehingga perlu

dilakukan penelitian dengan membandingkan beberapa model

pembelajaran yang inovatif yang dapat meningkatkan prestasi belajar.

2. Ada kemungkinan rendahnya prestasi belajar disebabkan oleh IQ siswa.

Terkait hal ini maka muncul pertanyaan apakah IQ siswa mempengaruhi

prestasi belajar. Sehingga perlu dilakukan penelitian dengan

membandingkan prestasi belajar dengan ditinjau dari IQ siswa.

D. Pembatasan Masalah

Berdasarkan pemilihan masalah di atas dan agar penelitian ini lebih

terarah maka diperlukan pembatasan masalah sebagai berikut.

1. Model pembelajaran yang dibatasi pada model pembelajaran kooperatif

tipe Numbered Heads Together (NHT), model pembelajaran kooperatif

tipe Two Stay Two Stray (TSTS) dan model pembelajaran konvensional.

2. Intelligence Qoutient (IQ) siswa dibatasi pada IQ rendah dengan skor

kurang dari atau sama dengan 99, IQ sedang dengan skor 100 sampai

dengan 109, dan IQ tinggi dengan skor lebih dari atau sama dengan 110.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 19: EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE DITINJAU … fileEKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE DITINJAU DARI ...

6

3. Prestasi belajar dibatasi pada prestasi siswa pada pokok bahasan luas

permukaan dan volume bangun ruang sisi datar kubus, balok, prisma dan

limas di kelas VIII SMP semester 2.

4. Siswa SMP dibatasi pada seluruh SMP Negeri yang ada di wilayah

kabupaten Purworejo pada kelas VIII semester 2 pada tahun pelajaran

2011/2012.

E. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah dan

pembatasan masalah di atas, maka rumusan masalah penelitian ini adalah

sebagai berikut.

1. Manakah yang memberikan prestasi belajar lebih baik di antara model

NHT, model TSTS atau model konvensional?

2. Manakah yang mempunyai prestasi belajar lebih baik di antara siswa

dengan IQ tinggi, siswa dengan IQ sedang atau siswa dengan IQ rendah?

3. Pada masing-masing model pembelajaran, manakah yang mempunyai

prestasi belajar lebih baik di antara siswa dengan IQ tinggi, siswa dengan

IQ sedang atau siswa dengan IQ rendah?

4. Pada masing-masing kategori IQ siswa, manakah yang memberikan

prestasi belajar lebih baik di antara model NHT, model TSTS atau model

konvensional?

F. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian yang

akan dicapai dalam penelitian ini untuk mengetahui:

1. Model pembelajaran mana yang memberikan prestasi belajar lebih baik di

antara model NHT, model TSTS atau model konvensional.

2. Siswa dengan kategori IQ mana yang mempunyai prestasi belajar lebih

baik di antara siswa dengan IQ tinggi, siswa dengan IQ sedang atau siswa

dengan IQ rendah.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 20: EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE DITINJAU … fileEKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE DITINJAU DARI ...

7

3. Pada masing-masing model pembelajaran, siswa dengan kategori IQ mana

yang mempunyai prestasi belajar lebih baik di antara siswa dengan IQ

tinggi, siswa dengan IQ sedang atau siswa dengan IQ rendah.

4. Pada masing-masing kategori IQ siswa, model pembelajaran mana yang

memberikan prestasi belajar lebih baik di antara model NHT, model TSTS

atau model konvensional.

G. Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai

berikut.

1. Sebagai bahan pertimbangan guru matematika SMP dalam penggunaan

model pembelajaran.

2. Sebagai bahan acuan dalam penelitian penggunaan model pembelajaran

matematika inovatif yang lebih lanjut.

3. Memberikan informasi tentang model pembelajaran mana yang paling

cocok digunakan pada masing-masing siswa dengan kategori IQ tertentu.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 21: EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE DITINJAU … fileEKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE DITINJAU DARI ...

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Prestasi belajar

a. Definisi Belajar

Eveline Siregar dan Hartini Nara (2010: 5), mendefinisikan

belajar sebagai suatu aktivitas mental (psikis) yang berlangsung dalam

interaksi dengan lingkungannya yang menghasilkan perubahan yang

bersifat relatif konstan. Adapun definisi belajar menurut software

Kamus Besar Bahasa Indonesia version 1.3 (KBBI v1.3, 2011), belajar

adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu.

Sementara itu menurut beberapa ahli yang dikutip dari Eveline

Siregar dan Hartini Nara (2010: 4) dalam buku Teori Belajar dan

Pembelajaran, definisi belajar adalah sebagai berikut.

1) Burton dalam The Guidance of Learning Activities mengemukakan bahwa belajar adalah proses perubahan tingkah laku pada diri individu karena adanya interaksi antara individu dengan individu dan individu dengan lingkungannya sehingga mereka lebih mampu berinteraksi dengan lingkungannya.

2) Hilgard dalam Introduction to Psychology mendefinisikan belajar sebagai suatu proses perubahan kegiatan, reaksi terhadap lingkungan.

3) Witherington dalam Educational Psychology menjelaskan pengertian belajar sebagai suatu perubahan di dalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru dari reaksi berupa kecakapan, sikap, kebiasaan kepribadian atau suatu pengertian.

4) Berlinger mendefinisikan belajar sebagai suatu proses di mana suatu organisme berubah perilakunya sebagai akibat dari pengalaman.

5) Spears mengemukakan learning is to observe, to read, to imitate, to try something them selves, to listen, to follow direction (belajar adalah mengamati, membaca, meniru, mencoba sesuatu pada dirinya sendiri, mendengar dan mengikuti aturan).

6) Singer mendefinisikan belajar sebagai perubahan perilaku yang relatif tetap yang disebabkan praktik atau pengalaman yang sampai dalam situasi tertentu.

8

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 22: EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE DITINJAU … fileEKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE DITINJAU DARI ...

9

7) Gagne mengemukakan learning is relatively permanent change in behavior that result from past experience or purposeful instruction (belajar adalah suatu perubahan perilaku yang relatif menetap yang dihasilkan dari pengalaman masa lalu ataupun dari pembelajaran yang bertujuan/direncanakan).

Belajar adalah sebuah proses yang kompleks yang di dalamnya

terkandung beberapa aspek. Menurut Eveline Siregar dan Hartini Nara

(2010: 4-5), aspek-aspek tersebut adalah:

1) bertambahnya jumlah pengetahuan, 2) adanya kemampuan mengingat dan mereproduksi, 3) ada penerapan pengetahuan, 4) menyimpulkan makna, 5) menafsirkan dan mengaitkannya dengan realitas, dan 6) adanya perubahan sebagai pribadi.

Berbagai teori belajar yang terkenal, yaitu teori belajar

behavioristik, teori belajar belajar kognitif, teori belajar humanistik,

dan teori belajar konstruktivistik. Menurut teori belajar behavioristik

atau aliran tingkah laku, belajar diartikan sebagai proses perubahan

tingkah laku sebagai akibat dari interaksi antara stimulus dan respons.

Belajar tidaknya seseorang bergantung kepada faktor-faktor yang

diberikan lingkungan. Adapun teori belajar kognitif, belajar tidak

sekadar melibatkan hubungan antara stimulus dan respons. Lebih dari

itu, belajar adalah melibatkan proses berpikir yang sangat kompleks.

Pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya sangat menentukan hasil

belajar.

Sementara itu dalam teori belajar humanistik, proses belajar

dilakukan dengan memberikan kebebasan yang sebesar-besarnya

kepada individu. Si belajar diharapkan dapat mengambil keputusannya

sendiri dan bertanggung jawab atas keputusan-keputusan yang

dipilihnya. Di lain pihak, ada teori belajar yang saat ini dikembangkan

secara mendalam, yaitu teori belajar konstruktivistik. Teori belajar ini

memahami belajar sebagai proses pembentukan (konstruksi)

pengetahuan oleh si belajar itu sendiri. Pengetahuan yang ada di dalam

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 23: EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE DITINJAU … fileEKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE DITINJAU DARI ...

10

diri seseorang yang sedang mengetahui dan tidak dapat dipindahkan

begitu saja dari otak seseorang (guru) kepada orang lain (siswa).

Menurut pandangan konstruktivitik, belajar merupakan suatu

proses pembentukan pengetahuan. Pembentukan ini harus dilakukan

oleh siswa. Ia harus aktif melakukan kegiatan, aktif berpikir, menyusun

konsep dan memberi makna tentang hal-hal yang sedang dipelajari,

tetapi yang paling menentukan terwujudnya gejala belajar adalah niat

belajar siswa itu sendiri, sementara peranan guru dalam belajar

konstruktivistik berperan membantu agar proses pengkonstruksian

pengetahuan oleh siswa berjalan lancar.

Dalam hal sarana belajar, pendekatan konstruktivistik

menekankan bahwa peranan utama dalam kegiatan belajar adalah

aktivitas siswa dalam mengkonstruksi pengetahuannya sendiri, melalui

bahan, media, peralatan, lingkungan, dan fasilitas lainnya yang

disediakan untuk membantu pembentukan tersebut. Media dan

peralatan belajar sangat mendukung munculnya berbagai pandangan

dan interpretasi terhadap realitas, konstruksi pengetahuan, serta

aktivitas-aktivitas lain yang didasarkan pada pengalaman.

Berdasarkan berbagai definisi dan teori belajar di atas, maka

yang digunakan sebagai landasan proses pembelajaran dalam

penelitian ini adalah belajar berdasarkan teori belajar konstruktivistik.

Proses pembelajaran dirancang demikian rupa sehingga sesuai dengan

teori belajar konstruktivistik, yang mengutamakan keaktifan siswa

dalam mengkontruksikan pengetahuannya sendiri dengan model

pembelajaran yang dirancang dalam penelitian ini.

b. Definisi Prestasi Belajar

Prestasi belajar dalam software KBBI v1.3, 2011 adalah

penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan

melalui mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau

angka nilai yang diberikan oleh guru. Sementara menurut Widha

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 24: EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE DITINJAU … fileEKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE DITINJAU DARI ...

11

Sunarno (2007: 17), prestasi belajar adalah hasil tes berupa angka yang

diperoleh siswa setelah siswa mengalami pembelajaran pada pokok

bahasan tertentu.

Menurut Winkel dalam Utu Rahim (2010: 79), prestasi belajar

adalah perubahan-perubahan dalam bidang pengetahuan/pengalaman,

keterampilan, nilai dan sikap. Dari beberapa pengertian prestasi belajar

di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pengertian prestasi belajar

dalam penelitian ini adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan

dalam pokok bahasan bangun ruang sisi datar yang ditunjukkan dari

hasil tes yang berupa angka.

c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Secara umum faktor yang mempengaruhi prestasi belajar terdiri

dari faktor internal dan eksternal. Faktor-faktor tersebut berpengaruh

sekali terhadap prestasi belajar yang diraih oleh seorang individu

dalam belajar. Rincian mengenai faktor-faktor ini sebagai berikut.

1) Faktor internal

Faktor internal adalah faktor yang timbul dari dalam diri siswa baik

kondisi jasmani maupun rohani siswa. Adapun faktor internal

dibedakan menjadi faktor fisiologis dan faktor psikologis.

a) Faktor fisiologis

Faktor fisiologis adalah sesuatu kondisi yang berhubungan

dengan jasmani seseorang. Faktor ini dipengaruhi oleh tonus

(kondisi) tubuh dan keadaan fungsi-fungsi fisiologis tertentu,

misalnya fungsi panca indra.

b) Faktor psikologis

Faktor psikologis adalah suatu kondisi yang berhubungan

dengan keadaan kejiwaan siswa. Faktor psikologis dapat

ditinjau dari aspek bakat, minat, inteligensi, dan motivasi.

2) Faktor eksternal

Faktor eksternal adalah faktor yang timbul dari luar diri siswa.

Faktor eksternal dibagi menjadi dua macam, yaitu sebagai berikut.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 25: EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE DITINJAU … fileEKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE DITINJAU DARI ...

12

a) Faktor sosial

Faktor sosial dikategorikan menjadi lingkungan keluarga,

lingkungan guru, dan lingkungan masyarakat. Lingkungan

keluarga dipengaruhi oleh orang tua, suasana rumah,

kemampuan ekonomi keluarga, dan latar belakang kebudayaan.

Lingkungan guru dipengaruhi oleh interaksi guru dan murid,

hubungan antar murid, dan cara pengajian bahan pelajaran.

Sementara lingkungan masyarakat dipengaruhi oleh teman

bergaul, pola hidup lingkungan, kegiatan dalam masyarakat,

dan mass media.

b) Faktor non-sosial

Faktor non-sosial dikategorikan menjadi sarana dan prasarana

sekolah, waktu belajar, rumah, dan alam. Faktor sarana dan

prasarana sekolah meliputi kurikulum, media pendidikan,

keadaan gedung, dan sarana belajar.

2. Model Pembelajaran

a. Definisi Model Pembelajaran

Model pembelajaran erat kaitannya dengan pendekatan

pembelajaran, strategi pembelajaran dan metode pembelajaran.

Menurut Eveline Siregar dan Hartini Nara (2010: 122), pendekatan

pembelajaran adalah suatu pandangan dalam mengupayakan cara siswa

berinteraksi dengan lingkungannya, strategi adalah cara sistematis

yang dipilih dan digunakan seorang guru untuk menyampaikan materi

pembelajaran, sehingga memudahkan guru untuk mencapai tujuan

pembelajaran tertentu, sementara metode pembelajaran adalah bagian

dari strategi, merupakan cara dalam menyajikan (menguraikan,

memberi contoh, memberi latihan) isi pelajaran untuk mencapai tujuan

tertentu.

Apabila pendekatan pembelajaran, strategi pembelajaran dan

metode pembelajaran terangkai menjadi satu bungkus yang utuh maka

itu disebut model pembelajaran. Jadi dengan kata lain, dapat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 26: EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE DITINJAU … fileEKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE DITINJAU DARI ...

13

disimpulkan bahwa model pembelajaran adalah prosedur yang

sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk

mencapai tujuan belajar.

b. Model Pembelajaran Kooperatif

Kooperatif dalam software KBBI v1.3, 2011 adalah bersifat

kerja sama dan bersedia membantu. Menurut Eveline Siregar dan

Hartini Nara (2010: 115), cooperative learning (pembelajaran

kooperatif) merupakan model pembelajaran yang menekankan

aktivitas kolaboratif siswa dalam belajar yang berbentuk kelompok,

mempelajari materi pelajaran, dan memecahkan masalah secara

kolektif kooperatif.

Sementara menurut Baharuddin dan Nur Wahyuni (2010: 128),

cooperative learning yaitu strategi yang digunakan untuk proses

belajar, di mana siswa akan lebih mudah menemukan secara

komprehensif konsep-konsep yang sulit jika mereka mendiskusikannya

dengan siswa yang lain tentang problem yang dihadapi. Sedangkan

menurut Slavin dalam Eveline Siregar dan Hartini Nara (2010: 114),

belajar kooperatif dapat membantu siswa dalam mendefinisikan

struktur motivasi dan organisasi untuk menumbuhkan kemitraan yang

bersifat kolaboratif. Jadi pembelajaran kooperatif adalah strategi dalam

proses belajar sedemikian sehingga dapat membantu siswa

mendefinisikan struktur motivasi dan organisasi untuk menumbuhkan

aktivitas kolaboratif dan kemitraan.

Pengelompokan siswa merupakan salah satu strategi yang

dianjurkan agar siswa dapat saling berbagi pendapat, beragumentasi

dan mengembangkan berbagai alternatif pandangan dalam upaya

konstruksi pengetahuan. Tiga konsep yang melandasi model

pembelajaran kooperatif (Eveline Siregar dan Hartini Nara, 2010:

114).

1) Team rewads: tim akan mendapat hadiah bila mereka mencapai kriteria tertentu yang ditetapkan.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 27: EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE DITINJAU … fileEKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE DITINJAU DARI ...

14

2) Individual accountability: keberhasilan tim bergantung dari hasil belajar individual dari semua anggota tim. Pertanggung jawaban berpusat pada kegiatan anggota tim dalam membantu belajar satu sama lain dan memastikan bahwa setiap anggota siap untuk kuis atau penilaian lainnya tanpa bantuan teman sekelompoknya.

3) Equal opportunities for success: setiap siswa memberikan kontribusi kepada timnya dengan cara memperbaiki hasil belajarnya sendiri yang terdahulu. Kontribusi dari semua anggota kelompok dinilai.

Menurut Rachmadi Widdiharto (2004: 13) menyebutkan

beberapa hal yang perlu diperhatikan ketika siswa bekerja dalam

kelompok.

1) Setiap anggota dalam kelompok harus merasa bagian dari tim dalam pencapaian tujuan bersama.

2) Setiap anggota dalam kelompok harus menyadari bahwa masalah yang mereka pecahkan adalah masalah kelompok, berhasil atau gagal akan dirasakan semua anggota kelompok.

3) Untuk pencapaian tujuan kelompok, semua siswa harus bicara atau diskusi satu sama lain.

4) Harus jelas bahwa setiap kerja individu dalam kelompok mempunyai efek langsung terhadap keberhasilan kelompok.

Sementara itu Eveline Siregar dan Hartini Nara (2010: 114)

menyampaikan bahwa pembelajaran kooperatif menganut lima prinsip

utama, yaitu 1) saling ketergantungan positif; 2) tanggungjawab

perseorangan; 3) interaksi tatap muka; 4) komunikasi; 5) evaluasi

proses secara kelompok.

Terkait langkah (sintaks) model pembelajaran, Ismail dalam

Rachmadi Widdiharto (2004: 15) menyebutkan enam langkah dalam

model pembelajaran kooperatif, yakni:

Tabel 2.1 Sintaks Pembelajaran Kooperatif

Fase ke- Indikator Tingkah laku guru

1 Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa

Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar

2 Menyajikan informasi

Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 28: EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE DITINJAU … fileEKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE DITINJAU DARI ...

15

Fase ke- Indikator Tingkah laku guru

3 Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar

Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien

4 Membimbing kelompok bekerja dan belajar

Guru membimbing kelompok kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas

5 Evaluasi Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya

6 Memberikan penghargaan

Guru mencari cara-cara untuk menghargai upaya atau hasil belajar individu maupun kelompok

Beberapa kegiatan kelompok dalam model pembelajaran

kooperatif, antara lain: learning together, Investigation Group, Co-op

co-op, Jigsaw, Student Teams-Achievement Division, Team

Accelerated Instruction, Team Games-Tournament, Numbered Heads

Together, Think Pair Share, Two Stay Two Stray.

c. Model Pembelajaran Kooperatif tipe Numbered Heads Together

Numbered Heads Together (Menomori Orang Bersama)

merupakan salah satu tipe dari model pembelajaran kooperatif.

Disebutkan dalam Slavin (2008: 256) bahwa Numbered Heads

Together (NHT) pada dasarnya adalah sebuah varian dari Group

Discussion, hanya saja ada pembelokan, yaitu pada hanya ada satu

siswa yang mewakili kelompoknya tetapi sebelumnya tidak diberi tahu

siapa yang akan menjadi wakil kelompok tersebut. Pembelokan

tersebut memastikan keterlibatan total dari semua siswa.

Langkah model pembelajaran kooperatif tipe NHT menurut

Kagan dalam Elfis (2010) adalah sebagai berikut.

1) Peserta didik dibagi dalam kelompok, setiap peserta didik dalam setiap kelompok mendapat nomor.

2) Guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok mengerjakannya.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 29: EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE DITINJAU … fileEKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE DITINJAU DARI ...

16

3) Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan tiap anggota kelompok dapat mengerjakannya/mengetahui jawabannya.

4) Guru memanggil salah satu nomor peserta didik dan nomor yang dipanggil melaporkan hasil kerja sama mereka.

5) Teman yang lain memberi tanggapan, kemudian guru menunjuk nomor yang lain.

6) Guru dan peserta didik menyimpulkan. 7) Guru memberi evaluasi.

Adapun langkah model pembelajaran kooperatif tipe NHT

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1) Siswa dibagi dalam kelompok. Setiap kelompok diupayakan terdiri

dari siswa dengan kemampuan yang bervariasi. Banyak anggota

tiap kelompok antara empat sampai lima orang.

2) Setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor.

3) Guru memberikan tugas berupa Lembar Kerja Siswa (LKS) dan

masing-masing kelompok mengerjakannya.

4) Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan

tiap anggota kelompok dapat mengerjakannya/mengetahui

jawabannya.

5) Guru memanggil salah satu nomor siswa dan nomor yang dipanggil

melaporkan hasil kerja sama mereka.

6) Teman yang lain memberi tanggapan, kemudian guru menunjuk

nomor yang lain.

7) Guru dan siswa menyimpulkan materi pertemuan secara bersama-

sama.

8) Guru memberi evaluasi.

Dengan memperhatikan langkah-langkahnya maka dapat

dirangkai kesimpulan mengenai model pembelajaran Numbered Heads

Together dalam penelitian ini adalah model pembelajaran kooperatif

yang mana siswa dibagikan dalam beberapa kelompok dan setiap siswa

diberi nomor serta pelaporan hasil kerja sama dilakukan dengan

memanggil nomor siswa secara acak.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 30: EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE DITINJAU … fileEKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE DITINJAU DARI ...

17

d. Model Pembelajaran Kooperatif tipe Two Stay Two Stray

Model pembelajaran Two Stay Two Stray (Dua Tinggal Dua

Tamu) merupakan salah satu tipe model pembelajaran kooperatif yang

memberi kesempatan kepada kelompok untuk membagikan hasil

pekerjaan dan informasi dengan kelompok lainnya. Dalam model

pembelajaran Two Stay Two Stray (TSTS) hal ini dilakukan dengan

cara saling mengunjungi/bertamu antar kelompok untuk berbagi

informasi.

Langkah model pembelajaran kooperatif tipe TSTS adalah

sebagai berikut (Rachmad Widodo, 2009).

1) Siswa bekerja sama dalam kelompok yang berjumlah 4 (empat) orang.

2) Setelah selesai, dua orang dari masing-masing kelompok menjadi tamu kedua kelompok yang lain.

3) Dua orang yang tinggal dalam kelompok bertugas membagikan hasil kerja dan informasi ke tamu mereka.

4) Tamu mohon diri dan kembali ke kelompok mereka sendiri dan melaporkan temuan mereka dari kelompok lain.

5) Kelompok mencocokkan dan membahas hasil kerja mereka. 6) Kesimpulan.

Adapun langkah model pembelajaran kooperatif tipe TSTS

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1) Siswa dibagi dalam kelompok. Setiap kelompok diupayakan terdiri

dari siswa dengan kemampuan yang bervariasi. Banyak anggota

tiap kelompok antara empat sampai lima orang.

2) Guru memberikan tugas berupa Lembar Kerja Siswa (LKS) dan

masing-masing kelompok mengerjakannya.

3) Siswa bekerja bersama dan berdiskusi dalam kelompok.

4) Setelah selesai, dua orang dari masing-masing kelompok menjadi

tamu kedua kelompok yang lain.

5) Dua orang yang tinggal dalam kelompok bertugas membagikan

hasil kerja dan informasi ke tamu mereka.

6) Tamu mohon diri dan kembali ke kelompok mereka sendiri dan

melaporkan temuan mereka dari kelompok lain.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 31: EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE DITINJAU … fileEKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE DITINJAU DARI ...

18

7) Kelompok mencocokkan dan membahas hasil kerja mereka.

8) Guru dan siswa menyimpulkan materi pertemuan secara bersama-

sama.

9) Guru memberi evaluasi.

Dengan memperhatikan langkah-langkahnya maka dapat

dirangkai kesimpulan mengenai model pembelajaran Two Stay Two

Stray dalam penelitian ini adalah model pembelajaran kooperatif yang

mana siswa dibagikan dalam beberapa kelompok dan bekerja sama

dalam kelompok tersebut untuk menyelesaikan suatu tugas, kemudian

setelah tugas selesai, dua siswa tetap tinggal di kelompok tersebut

untuk menjelaskan pada siswa tamu yang datang, sementara dua siswa

yang lain pergi ke kelompok lain yang berbeda untuk mencari

informasi dari kelompok lain. Setelah dirasa sudah cukup dalam

mendapatkan informasi maka siswa tamu kembali ke kelompoknya

masing-masing dan menyampaikan informasi yang didapatnya pada

siswa lain dalam kelompoknya. Pelaporan hasil kerja dilakukan dengan

memanggil salah satu anggota kelompok secara acak.

e. Model Pembelajaran Konvensional

Menurut Freire dalam Ketut Juliantara (2009) memberikan

istilah model pembelajaran ini sebagai suatu penyelenggaraan

pendidikan ber- banking concept of education).

Penyelenggaraan pendidikan hanya dipandang sebagai suatu aktivitas

diingat dan dihafal. Proses ini lebih jauh akan berimplikasi pada

terjadinya hubungan yang bersifat antagonisme di antara guru dan

siswa. Guru sebagai subjek yang aktif dan siswa sebagai objek yang

pasif dan diperlakukan tidak menjadi bagian dari realita dunia yang

diajarkan kepada mereka.

Sementara menurut Burrowes dalam Ketut Juliantara (2009)

menyampaikan bahwa pembelajaran konvensional menekankan pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 32: EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE DITINJAU … fileEKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE DITINJAU DARI ...

19

resitasi konten, tanpa memberikan waktu yang cukup kepada siswa

untuk merefleksi materi materi yang dipresentasikan,

menghubungkannya dengan pengetahuan sebelumnya, atau

mengaplikasikannya kepada situasi kehidupan nyata. Masih dalam

Ketut Juliantara (2009), menurut Brooks and Brooks,

penyelenggaraan pembelajaran konvensional lebih menekankan

kepada tujuan pembelajaran berupa penambahan pengetahuan,

untuk dapat mengungkapkan kembali pengetahuan yang sudah

dipelajari melalui kuis atau tes terstandar.

Langkah model pembelajaran konvensional adalah sebagai

berikut. (Ketut Juliantara, 2009)

1) Apersepsi.

2) Penjelasan konsep dengan metode ceramah dan/atau demonstrasi.

3) Latihan terbimbing.

4) Memberikan balikan (feed back)

Adapun langkah model pembelajaran kovensional dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut.

1) Apersepsi.

2) Guru memberikan penjelasan konsep dengan metode ceramah dan

demonstrasi.

3) Guru memberikan tugas berupa Lembar Kerja Siswa (LKS) secara

individu.

4) Siswa bekerja mengerjakan LKS secara individu.

5) Setelah selesai, beberapa siswa diminta mengerjakan di depan

kelas.

6) Guru bersama siswa mencocokkan dengan berdiskusi secara

bersama-sama dan membahas hasil kerja mereka.

7) Guru dan siswa menyimpulkan materi pertemuan secara bersama-

sama.

8) Guru memberi evaluasi.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 33: EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE DITINJAU … fileEKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE DITINJAU DARI ...

20

Dengan memperhatikan langkah-langkahnya maka dapat

dirangkai kesimpulan mengenai model pembelajaran konvensional

dalam penelitian ini adalah model pembelajaran yang dimulainya

dengan guru aktif memberikan penjelasan konsep tentang materi dan

siswa diminta memperhatikan, kemudian siswa mengerjakan tugas

secara individu dan pelaporan hasil kerja dilakukan dengan menunjuk

beberapa siswa secara acak dan kemudian dibahas secara bersama-

sama.

3. Intelligence Qoutient (IQ) siswa

a. Definisi IQ

Intelligence Quotient menggandung pengertian ukuran

kecerdasan. Dalam software KBBI v1.3, 2011, ukuran didefinisikan

sebagai hasil mengukur, adapun kecerdasan didefinisikan sebagai

kesempurnaan perkembangan akal budi. Sehingga ukuran kecerdasan

adalah hasil mengukur pada kesempurnaan perkembangan akal budi.

Kecerdasan ialah istilah umum yang digunakan untuk

menjelaskan sifat pikiran yang mencakup sejumlah kemampuan,

seperti kemampuan menalar, merencanakan, memecahkan masalah,

berpikir abstrak, memahami gagasan, menggunakan bahasa, dan

belajar. Kecerdasan erat kaitannya dengan kemampuan kognitif yang

dimiliki oleh individu.

Menurut Eveline Siregar dan Hartini Nara (2010: 176),

inteligensi (kecerdasan) adalah kemampuan psiko-fisik untuk mereaksi

rangsangan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan dengan cara

yang tepat. Kemampuan dasar yang tinggi pada anak, memungkinkan

anak dapat menggunakan pikirannya untuk belajar dan memecahkan

persoalan-persoalan baru secara tepat, cepat, dan berhasil. Sebaliknya,

tingkat kemampuan dasar yang rendah dapat mengakibatkan murid

mengalami kesulitan dalam belajar.

Menurut Gardner yang dikutip dari Eveline Siregar dan Hartini

Nara (2010: 99), intellegence (kecerdasan) diartikan sebagai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 34: EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE DITINJAU … fileEKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE DITINJAU DARI ...

21

kemampuan untuk memecahkan persoalan dan menghasilkan produk

dalam suatu setting yang beragam dan dalam situasi yang nyata.

Menurutnya, suatu kemampuan disebut intelegensia (kecerdasan) jika:

1) menunjukkan suatu kemahiran dan keterampilan seseorang dalam

memecahkan persoalan dan kesulitan yang ditemukan dalam

hidupnya,

2) ada unsur pengetahuan dan keahlian,

3) bersifat universal harus berlaku bagi banyak orang,

4) kemampuan itu dasarnya adalah unsur biologis, yaitu karena otak

seseorang, bukan sesuatu yang terjadi karena latihan atau training,

5) kemampuan itu sudah ada sejak lahir, meski di dalam pendidikan

dapat dikembangkan.

Menurut Alim Sumarno (2011), orang seringkali menyamakan

arti intelegensi dengan IQ, padahal kedua istilah ini mempunyai

perbedaan arti yang sangat mendasar. Arti intelegensi sudah dijelaskan

di depan, sedangkan IQ atau tingkatan dari Intelligence Quotient,

adalah skor yang diperoleh dari sebuah alat tes kecerdasan. Dengan

demikian, IQ hanya memberikan sedikit indikasi mengenai taraf

kecerdasan seseorang dan tidak menggambarkan kecerdasan seseorang

secara keseluruhan. Skor IQ mula-mula diperhitungkan dengan

membandingkan umur mental (mental age) dengan umur kronologik

(chronological age). Bila kemampuan individu dalam memecahkan

persoalan-persoalan yang disajikan dalam tes kecerdasan (umur

mental) tersebut sama dengan kemampuan yang seharusnya ada pada

individu seumur dia pada saat itu (umur kronologis), maka akan

diperoleh skor 1. Skor ini kemudian dikalikan 100 dan dipakai sebagai

dasar perhitungan IQ. Tetapi kemudian timbul masalah karena setelah

otak mengalami kemasakan, tidak terjadi perkembangan lagi, bahkan

pada titik tertentu akan terjadi penurunan kemampuan.

Dari beberapa definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa

defisini IQ dalam penelitian ini adalah skor yang diperoleh dari sebuah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 35: EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE DITINJAU … fileEKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE DITINJAU DARI ...

22

alat tes kecerdasan yang menunjukkan kemampuan seseorang untuk

memecahkan persoalan dan menghasilkan produk dalam suatu setting

yang beragam dan dalam situasi yang nyata.

b. Faktor-faktor yang mempengaruhi IQ

Menurut Alim Sumarno (2011) faktor yang mempengaruhi IQ

adalah faktor bawaan atau keturunan dan faktor lingkungan. Penjelasan

mengenai dua faktor ini adalah sebagai berikut.

1) Faktor bawaan atau keturunan

Penelitian membuktikan bahwa korelasi nilai tes IQ dari satu

keluarga sekitar 0,50, sedangkan di antara 2 anak kembar, korelasi

nilai tes IQnya sangat tinggi, sekitar 0,90. Bukti lainnya adalah

pada anak yang diadopsi, IQ mereka berkorelasi antara 0,40 0,50

dengan ayah dan ibu yang sebenarnya, dan hanya 0,10 0,20

dengan ayah dan ibu angkatnya. Selanjutnya bukti pada anak

kembar yang dibesarkan secara terpisah, IQ mereka tetap

berkorelasi sangat tinggi, walaupun mereka tidak pernah saling

kenal.

2) Faktor lingkungan

Walaupun ada ciri-ciri yang pada dasarnya sudah dibawa sejak

lahir, ternyata lingkungan sanggup menimbulkan perubahan-

perubahan yang berarti. Intelegensi tentunya tidak bisa terlepas dari

otak. Perkembangan otak sangat dipengaruhi oleh gizi yang

dikonsumsi. Selain gizi, rangsangan-rangsangan yang bersifat

kognitif emosional dari lingkungan juga memegang peranan yang

amat penting.

c. Keanekaragaman Kecerdasan

Kecerdasan menurut Howard Gardner dalam Eveline Siregar

dan Hartini Nara (2010: 100) dibagi menjadi sembilan kecerdasan,

yaitu kecerdasan linguistik, kecerdasan logis-matematis, kecerdasan

spasial, kecerdasan musikal, kecerdasan naturalis, kecerdasan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 36: EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE DITINJAU … fileEKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE DITINJAU DARI ...

23

kinestetik-jasmani, kecerdasan antarpribadi, kecerdasan intrapribadi,

dan kecerdasan eksistensialis.

1) Kecerdasan linguistik

Kecerdasan linguistik adalah kecerdasan dalam mengolah kata. Ini

merupakan kecerdasan para jurnalis, juru cerita, penyair, dan

pengacara. Orang yang cerdas dalam bidang ini dapat

beragumentasi, menyakinkan orang, menghibur, atau mengajar

dengan efektif lewat kata-kata yang diucapkannya.

2) Kecerdasan logis-matematis

Kecerdasan logis-matematis adalah kecerdasan dalam hal angka

dan logika. Ini merupakan kecerdasan para ilmuwan, akuntan, dan

programer komputer. Ciri-ciri orang yang cerdas secara logis-

matematis mencakup kemampuan penalaran, mengurutkan,

berpikir dalam tentang sebab akibat, menciptakan hipotesis,

mencari keteraturan konseptual atau pola numerik, dan pandangan

hidupnya umumnya bersifat rasional.

3) Kecerdasan spasial

Kecerdasan spasial mencakup berpikir dalam gambar, serta

kemampuan untuk mencerap, mengubah, dan menciptakan kembali

berbagai macam aspek dunia visual-spasial. Kecerdasan ini

merupakan kecerdasan para arsitek, fotografer, artis, pilot, dan

insinyur mesin. Orang dengan tingkat kecerdasan spasial yang

tinggi hampir selalu mempunyai kepekaan yang tajam terhadap

detail visual dan dapat menggambarkan sesuatu dengan begitu

hidup, melukis atau membuat sketsa ide secara jelas, serta dengan

mudah menyesuaikan orientasi dalam tiga dimensi.

4) Kecerdasan musikal

Ciri utama kecerdasan ini adalah kemampuan untuk mencerap,

menghargai, dan menciptakan irama dan melodi. Kecerdasan

musikal juga dimiliki orang yang peka nada, dapat menyanyikan

lagu dengan tepat, dapat mengikuti irama musik, dapat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 37: EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE DITINJAU … fileEKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE DITINJAU DARI ...

24

mendengarkan berbagai karya musik dengan tingkat ketajaman

tertentu.

5) Kecerdasan naturalis

Kecerdasan naturalis adalah kemampuan dan kepekaan terhadap

alam sekitar. Kemampuan yang tinggi untuk membedakan berbagai

jenis tumbuhan secara mendalam. Kemampuan untuk

menghubungkan materi pelajaran dengan fenomena alam.

Seseorang yang memiliki kecerdasan naturalis ini sangat menyukai

binatang ataupun tanaman. Kecerdasan ini banyak dimiliki oleh

para pakar lingkungan.

6) Kecerdasan kinestetik-jasmani

Kecerdasan kinestetik-jasmani adalah kecerdasan fisik, kecerdasan

ini mencakup bakat dalam mengendalikan gerak tubuh dan

keterampilan dalam menangani benda. Atlet, pengrajin, montir, dan

ahli bedah mempunyai kecerdasan kinestetik-jasmani tingkat

tinggi. Orang dengan kecerdasan fisik memiliki keterampilan

dalam menjahit, bertukang, atau merakit model. Mereka juga

menikmati kegiatan fisik, seperti berjalan kaki, menari, berlari,

berkemah, berenang, atau berperahu. Mereka adalah orang-orang

yang cekatan, indra perabanya sangat peka, tidak bisa tinggal diam,

dan berminat atas segala sesuatu.

7) Kecerdasan antarpribadi

Ini adalah kemampuan untuk memahami dan bekerja sama dengan

orang lain. Kecerdasan ini terutama menuntut untuk mencerap dan

tanggap terhadap suasana hati, perangai, niat, dan hasrat orang lain.

Pada tingkat yang lebih tinggi, kecerdasan ini dapat membaca

konteks kehidupan orang lain, kecenderungannya dan

kemungkinan keputusan yang akan diambil. Profesional, guru,

terapis, dan politisi umumnya memiliki kecerdasan ini.

8) Kecerdasan intrapribadi (dalam diri sendiri)

Orang yang kecerdasan intrapribadinya sangat baik dapat dengan

mudah mengakses perasaannya sendiri, membedakan berbagai

macam keadaan emosi, dan menggunakan pemahamannya sendiri

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 38: EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE DITINJAU … fileEKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE DITINJAU DARI ...

25

untuk memperkaya dan membimbing hidupnya. Contoh orang

yang mempunyai kecerdasan ini, yaitu konselor, ahli teologi, dan

wirausahawan. Mereka sangat mawas diri dan suka bermeditasi,

berkontemplasi, atau bentuk lain penelusuran jiwa yang mendalam.

Sebaliknya mereka sangat mandiri, sangat terfokus pada tujuan,

dan sangat disiplin. Secara garis besar, mereka merupakan orang

yang gemar belajar sendiri dan lebih suka bekerja sendiri daripada

bekerja dengan orang lain.

9) Kecerdasan eksistensialis

Kecerdasan eksistensialia adalah kecerdasan yang cenderung

memandang masalah-masalah dari sudut pandang yang lebih luas

dari segala sesuatu. Kecerdasan ini banyak dijumpai pada para

filsuf. Mereka mampu menyadari dan menghayati dengan benar

keberadaan dirinya di dunia ini dan apa tujuan hidupnya.

d. Penggolongan IQ

IQ dapat diukur dengan menggunakan alat psikometri yang

biasa disebut sebagai tes kecerdasan. Para ahli membagi tingkatan IQ

bermacam-macam, salah satunya adalah penggolongan tingkat IQ

berdasarkan tes Stanford-Binet yang telah direvisi oleh Terman dan

Merill sebagai berikut (Baharuddin dan Nur Wahyuni, 2010: 21).

Tabel 2.2 Distribusi Kecerdasan IQ menurut Stanford Revision

Tingkat Kecerdasan (IQ) Klasifikasi

140 169 Amat superior

120 139 Superior

110 119 Rata-rata tinggi

90 109 Rata-rata

80 89 Rata-rata rendah

70 79 Batas lemah mental

20 69 Lemah mental

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 39: EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE DITINJAU … fileEKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE DITINJAU DARI ...

26

Dalam penelitian ini Distribusi Kecerdasan IQ dibagi menjadi 3

kategori berdasarkan skor IQ. Pengkategorian skor tersebut nampak

pada Tabel 2.3 berikut ini.

Tabel 2.3 Pengkategorian IQ pada penelitian ini

Tingkat Kecerdasan (IQ) Kategori

Tinggi

100 109 Sedang

99 Rendah

B. Penelitian yang Relevan

Beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah sebagai

berikut.

1. Haydon, Maheady, dan Hunter (2010) yang berjudul Effects of Numbered

Heads Together on the Daily Quiz Scores and On-Task Behavior of

Students with Disabilities (Efek Numbered Heads Together pada skor kuis

harian dan tugas praktek siswa-siswa dengan keterbatasan jasmani).

Persamaan dengan penelitian ini adalah model NHT, sementara

perbedaannya adalah tidak dibandingkan dengan model yang lain.

2. Maheady, Pendl, Harper, dan Mallette (2006) yang berjudul The effects of

Numbered Heads Together with and without an Incentive Package on the

Science Test Performance of a Diverse Group of Sixth Graders (Efek

Numbered Heads Together dengan dan tanpa Paket Perangsang pada

Penyelenggaraan Tes Sains pada Grup Bakat Siswa Kelas 6). Persamaan

dengan penelitian ini adalah model NHT, sementara perbedaannya adalah

hanya membandingkan model NHT dengan modifikasinya.

3. Desoete (2008) yang berjudul Multi-method Assessment of Metacognitive

Skills in Elementary School Children: How You Test is What You Get

(Beraneka ragam metode penilaian kemampuan metakognitif pada anak-

anak sekolah dasar: Bagaimana kamu mengetes adalah apa yang dapat).

Persamaan dengan penelitian ini adalah meninjau IQ, sementara

perbedaannya adalah tidak membandingkan model pembelajaran.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 40: EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE DITINJAU … fileEKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE DITINJAU DARI ...

27

4. Berger (1986) yang berjudul Toward an Educated Use of IQ Tets (Untuk

sebuah pendidikan menggunakan IQ tes). Persamaan dengan penelitian ini

adalah meninjau IQ, sementara perbedaannya adalah tidak mengkaji

tentang model pembelajaran.

5. Bond (1982) yang berjudul The IQ Controversy and Academic

Performance (Kontroversi IQ dan Penyelenggaraan Akademik).

Persamaan dengan penelitian ini adalah meninjau IQ, sementara

perbedaannya adalah tidak meneliti tentang model pembelajaran.

6.

Kooperatif Tipe Two Stay-Two Stray (TS-TS) dan Numbered Heads

Together (NHT) terhadap Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas VIII

yang

menghasilkan temuan bahwa pembelajaran dengan model TSTS

memberikan prestasi belajar yang sama dengan model NHT, di sisi lain

prestasi belajar siswa dengan model TSTS dan NHT lebih baik dibanding

dengan pembelajaran konvensional. Persamaan dengan penelitian adalah

model pembelajaran, yaitu TSTS dan NHT. Sementara perbedaannya

adalah peninjauannya, yaitu akfivitas belajar, bukan IQ siswa.

7. Ceket Palupi Suroso (2011) yan

Matematika dengan Model Think-Pair-Share (TPS) dan Model Two Stay

Two Stray (TSTS) pada Kompetensi Dasar Menghitung Luas Permukaan

dan Volume Kubus, Balok, Prisma dan Limas ditinjau dari Kemampuan

Spasial Siswa Kelas VIII SMP Kota Surakarta Tahun Pelajaran

2010/2011 bahwa model TSTS lebih baik

daripada model TPS. Persamaan dengan penelitian ini adalah pada

penggunaan model TSTS, namun jika dalam penelitian ini dibandingkan

dengan model NHT, sementara dalam penelitian relevan dibandingkan

dengan model TPS. Selain itu, peninjauannya juga berbeda.

8. Tri Widiastuti (2011) yang berjudul Eksperimentasi Pembelajaran

Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray (TSTS) Dan Tipe Missouri

Mathematics Project (MMP) pada Prestasi Belajar Matematika ditinjau

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 41: EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE DITINJAU … fileEKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE DITINJAU DARI ...

28

dari Sikap Sosial Siswa bahwa model TSTS

lebih baik daripada model MMP dan model konvensional, dan model

MMP lebih baik daripada model konvensional. Persamaan dengan

penelitian ini adalah pada penggunaan model TSTS, namun jika dalam

penelitian ini dibandingkan dengan model NHT, sementara dalam

penelitian relevan dibandingkan dengan model MMP.

9.

Kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TSTS) dan Student Team

Achievement Division (STAD) pada Siswa SMP Negeri se-Kabupaten

menghasilkan temuan model TSTS sama baiknya dengan model STAD.

Persamaan dengan penelitian ini adalah pada penggunaan model TSTS,

namun jika dalam penelitian ini dibandingkan dengan model NHT,

sementara dalam penelitian relevan dibandingkan dengan model STAD.

Selain itu, peninjauannya juga berbeda.

C. Kerangka Berpikir

1. Kaitan antara model pembelajaran terhadap prestasi belajar

Menurut para ahli, penggunaan model pembelajaran yang tepat

akan berpengaruh terhadap keberhasilan proses belajar. Dengan

berhasilnya proses belajar, siswa akan mencapai hasil belajar yang

optimum. Model pembelajaran yang inovatif menjadi model pembelajaran

yang dianggap paling tepat untuk melaksanakan proses pembelajaran yang

aktif dan kreatif yang berorientasi pada siswa. Model pembelajaran

inovatif didaulat menjadi model pembelajaran yang akan membawa siswa

mencapai keberhasilan belajar dibandingkan model pembelajaran

konvensional.

Terdapat beberapa model pembelajaran inovatif yang dapat

digunakan untuk meningkatkan prestasi belajar siswa, diantaranya adalah

NHT dan TSTS. Dalam kedua model pembelajaran tersebut, siswa

menggunakan LKS serta diberi kesempatan untuk terlibat langsung dalam

mengolah informasi sehingga siswa dapat saling berinteraksi dan saling

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 42: EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE DITINJAU … fileEKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE DITINJAU DARI ...

29

memunculkan strategi-strategi pemecahan masalah yang efektif dan

bekerjasama untuk memahami materi pelajaran. Model tersebut lebih

banyak melibatkan siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam

suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran

tersebut.

Baik model NHT atapun TSTS merupakan model pembelajaran

yang baik dalam merangsang siswa untuk lebih aktif dan berfikir kritis

karena siswa diberikan kesempatan untuk mencari sendiri pemecahan

masalah dengan kerjasama kelompok sehingga mereka lebih mudah

memahami materi. Keduanya merupakan varian dari model pembelajaran

kooperatif, hanya saja berbeda pada cara diskusi dan pemanggilan siswa

untuk unjuk hasil kerja. Sementara itu, berdasarkan dari beberapa

penelitian yang relevan diperoleh bahwa model TSTS merupakan model

pembelajaran yang lebih baik dibandingkan beberapa model pembelajaran

yang lain.

Atas dasar pemikiran di atas, diharapkan model pembelajaran

TSTS dapat memberikan prestasi belajar yang lebih baik daripada model

pembelajaran NHT dan model pembelajaran konvensional. Sementara itu,

diharapkan model pembelajaran NHT dapat memberikan prestasi belajar

yang lebih baik daripada model pembelajaran konvensional.

2. Kaitan antara kategori IQ siswa dengan prestasi belajar

Sesuai dengan pendapat para ahli, IQ merupakan skor yang

diperoleh dari sebuah alat tes kecerdasan. IQ hanya memberikan sedikit

indikasi mengenai taraf kecerdasan seseorang dan tidak menggambarkan

kecerdasan seseorang secara keseluruhan. IQ diakui sebagai suatu hal yang

patut diketahui oleh seseorang untuk mengetahui sejauhmana tingkat

kecerdasannya. Begitu pula dengan seorang siswa, sudah sepatutnya

mengetahui skor IQ-nya. Hal ini amat penting untuk keberhasilan

belajarnya. Apabila hasil tes IQ menunjukan bahwa dia termasuk kategori

IQ rendah, maka seharusnya dia akan berusaha belajar lebih giat jika ingin

prestasi belajarnya optimum.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 43: EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE DITINJAU … fileEKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE DITINJAU DARI ...

30

Perlu ditegaskan bahwa IQ menunjukan potensi modal kepandaian

siswa. Dengan modal awal yang bagus tentu saja hasilnya akan bagus

pula. Sehingga dengan demikian akan dapat diramalkan bahwa dengan

memiliki IQ yang tinggi, seorang siswa akan mendapat prestasi belajar

yang lebih baik dibandingkan dengan siswa yang memiliki IQ yang lebih

rendah daripadanya. Dengan demikian kategori IQ siswa dapat untuk

meramalkan tingkat keberhasilan siswa dalam belajarnya.

Siswa dengan IQ tinggi akan cenderung mampu memecahkan

masalah dengan cepat dan tepat serta mampu menelaah materi pelajaran

secara luas dengan mengkaitkan dan mengkonstruksikan. Siswa dengan IQ

tinggi mempunyai karakteristik rasa ingin tahu yang luas mendalam, suka

mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan mudah memahami materi

pelajaran. Sebaliknya, siswa dengan IQ rendah mempunyai karakteristik

rasa ingin tahu rendah, jarang mengajukan pertanyaan dan butuh waktu

agak lama untuk memahami materi pelajaran.

Atas dasar pemikiran di atas, siswa dengan IQ tinggi besar

kemungkinannya akan mempunyai prestasi belajar yang lebih baik

dibandingkan dengan siswa dengan IQ sedang dan siswa dengan IQ

rendah. Demikian pula, siswa dengan IQ sedang besar kemungkinannya

akan memperoleh prestasi belajar yang lebih baik dibandingkan siswa

dengan IQ rendah.

3. Kaitan antara kategori IQ siswa dengan prestasi belajar pada masing-masing model pembelajaran

Telah disampaikan dalam uraian di atas bahwa model

pembelajaran adalah faktor yang berpengaruh terhadap prestasi belajar

siswa. Penggunaan model pembelajaran yang berbeda dapat memberikan

keefektifan yang berbeda sesuai dengan potensi IQ siswa. Pada siswa

dengan IQ tinggi apabila difasilitasi dengan model pembelajaran yang

tepat, maka akan menghasilkan prestasi belajar yang optimum. Akan tetapi

walaupun siswa dengan IQ tinggi, namun tidak difasilitasi dengan model

pembelajaran yang tepat, maka prestasi belajarnya pun akan kurang

optimum.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 44: EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE DITINJAU … fileEKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE DITINJAU DARI ...

31

Dengan memperhatikan landasan teori dan karakterisktik masing-

masing model pembelajaran, yaitu model NHT, model TSTS dan model

konvensional, dapat dibuat dasar pemikiran bahwa kemungkinan pada

model NHT, siswa dengan IQ tinggi mempunyai prestasi belajar yang

lebih baik daripada siswa dengan IQ sedang maupun siswa dengan IQ

rendah, dan siswa dengan IQ sedang mempunyai prestasi belajar yang

lebih baik daripada siswa dengan IQ rendah.

Kemungkinan pada model TSTS, siswa dengan IQ tinggi

mempunyai prestasi belajar yang lebih baik daripada siswa dengan IQ

sedang maupun siswa dengan IQ rendah, dan siswa dengan IQ sedang

mempunyai prestasi belajar yang lebih baik daripada siswa dengan IQ

rendah. Sementara pada model konvensional, kemungkinan siswa dengan

IQ tinggi, siswa dengan IQ sedang dan siswa dengan IQ rendah

mempunyai prestasi belajar yang sama.

4. Kaitan antara model pembelajaran terhadap prestasi belajar pada masing-masing kategori IQ siswa

Dengan memperhatikan karakteristik siswa dengan IQ tinggi

sangat memungkinkan untuk keaktifannya dalam proses kegiatan belajar.

Mereka mampu memecahkan masalah dengan cepat dan tepat serta

menelaah materi pelajaran secara luas. Sebaliknya, untuk siswa dengan IQ

rendah bagaimanapun tetap sukar ditingkatkan keaktifannya, kecuali jika

mereka merasa nyaman dalam proses kegiatan belajar. Dengan model

pembelajaran TSTS kemungkinan siswa dengan IQ rendah akan terbantu

karena keaktifan dari siswa dengan IQ tinggi.

Dengan memperhatikan landasan teori dan karakteristik IQ siswa,

dapat dibuat dasar pemikiran bahwa kemungkinan pada siswa dengan IQ

tinggi, antara model NHT, model TSTS dan model konvensional

memberikan prestasi belajar yang sama. Pada siswa dengan IQ sedang,

kemungkinan model TSTS memberikan prestasi belajar lebih baik

daripada model NHT maupun model konvensional, dan model NHT

memberikan prestasi belajar lebih baik daripada model konvensional.

Sementara pada siswa dengan IQ rendah, kemungkinan model TSTS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 45: EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE DITINJAU … fileEKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE DITINJAU DARI ...

32

memberikan prestasi belajar lebih baik daripada model NHT maupun

model konvensional, dan model NHT memberikan prestasi belajar lebih

baik daripada model konvensional.

D. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan tinjauan pustaka dan kerangka berpikir yang

dikemukakan di atas, dapat disampaikan beberapa hipotesis penelitian, sebagai

berikut:

1. Model TSTS memberikan prestasi belajar lebih baik dibanding model

NHT maupun model konvensional, dan model NHT memberikan prestasi

belajar lebih baik dibanding model konvensional.

2. Siswa dengan IQ tinggi mempunyai prestasi belajar lebih baik dibanding

siswa dengan IQ sedang maupun siswa dengan IQ rendah, dan siswa

dengan IQ sedang mempunyai prestasi belajar lebih baik dibanding siswa

dengan IQ rendah.

3. Pada model NHT, siswa dengan IQ tinggi mempunyai prestasi belajar

yang lebih baik daripada siswa dengan IQ sedang maupun siswa dengan

IQ rendah, dan siswa dengan IQ sedang mempunyai prestasi belajar yang

lebih baik daripada siswa dengan IQ rendah. Pada model TSTS, siswa

dengan IQ tinggi mempunyai prestasi belajar yang lebih baik daripada

siswa dengan IQ sedang maupun siswa dengan IQ rendah, dan siswa

dengan IQ sedang mempunyai prestasi belajar yang lebih baik daripada

siswa dengan IQ rendah. Pada model konvensional, siswa dengan IQ

tinggi, siswa dengan IQ sedang dan siswa dengan IQ rendah mempunyai

prestasi belajar yang sama.

4. Pada siswa dengan IQ tinggi, antara model NHT, model TSTS dan model

konvensional memberikan prestasi belajar yang sama. Pada siswa dengan

IQ sedang, model TSTS memberikan prestasi belajar lebih baik daripada

model NHT maupun model konvensional, dan model NHT memberikan

prestasi belajar lebih baik daripada model konvensional. Pada siswa

dengan IQ rendah, model TSTS memberikan prestasi belajar lebih baik

daripada model NHT maupun model konvensional, dan model NHT

memberikan prestasi belajar lebih baik daripada model konvensional.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 46: EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE DITINJAU … fileEKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE DITINJAU DARI ...

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat, Subjek dan Waktu Penelitian

1. Tempat dan Subjek Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada SMP Negeri di Kabupaten

Purworejo propinsi Jawa Tengah dengan subjek penelitian siswa kelas

VIII semester 2 tahun pelajaran 2011/2012.

2. Waktu Penelitian

Kegiatan penelitian dilakukan dari bulan Februari 2012 sampai

Januari 2013 dengan tahapan seperti dalam Tabel 3.1 berikut.

Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan Penelitian

No. Kegiatan Bulan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

1. Persiapan

2. Penyusunan usulan penelitian

3.

Penyusunan instrumen, pengajuan ijin penelitian dan uji coba instrumen

4. Eksperimen, pengumpulan data, dan analisis data

5. Penyusunan laporan penelitian

B. Jenis Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan yang diteliti, maka jenis pendekatan

penelitian yang digunakan adalah pendekatan eksperimental semu, karena

peneliti tidak mungkin mengontrol semua variabel bebas yang ikut

mempengaruhi variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah

model pembelajaran dan Intelligence Quotient (IQ) siswa, sedangkan

variabel terikatnya adalah prestasi belajar.

33

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 47: EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE DITINJAU … fileEKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE DITINJAU DARI ...

34

Model pembelajaran dalam penelitian ini, meliputi model

pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) untuk

kelas eksperimen 1, model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two

Stray (TSTS) untuk kelas eksperimen 2, dan model pembelajaran

konvensional untuk kelas kontrol. Sementara untuk IQ siswa meliputi IQ

tinggi, IQ sedang, dan IQ rendah.

2. Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan rancangan faktorial 3 x 3 yang dapat

digambarkan seperti nampak pada Tabel 3.2 berikut:

Tabel 3.2 Rancangan Penelitian IQ Siswa (B) Model Pembelajaran (A)

IQ tinggi (b1)

IQ sedang (b2)

IQ rendah (b3)

NHT (a1)

a1b1

a1b2

a1b3

TSTS (a2)

a2b1

a2b2

a2b3

Konvensional (a3 )

a3b1

a3b2

a3b3

Sebelum diadakan eksperimen, terlebih dahulu dilihat apakah secara

statistik terdapat perbedaan rata-rata prestasi yang berarti dari tiga kelas

(eksperimen 1, eksperimen 2 dan kontrol) maka dilakukan uji

keseimbangan dengan uji Anava Satu Jalan Sel Tak Sama berdasarkan

nilai matematika Ulangan Akhir Semester 1 tahun pelajaran 2011/2012.

C. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel

Populasi dalam penelitian adalah seluruh siswa kelas VIII SMP dalam

wilayah Kabupaten Purworejo. Tidaklah mungkin peneliti melakukan

penelitian terhadap populasi yang jumlahnya banyak. Sehingga di sini peneliti

mengambil beberapa sampel dari populasi.

Sampel yang dimaksud dipilih dengan teknik stratified cluster random

sampling. Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut.

1. Mengelompokkan seluruh SMP dalam kriteria SMP berprestasi tinggi,

sedang dan rendah berdasarkan hasil UN mata pelajaran Matematika tahun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 48: EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE DITINJAU … fileEKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE DITINJAU DARI ...

35

pelajaran 2010/2011 untuk wilayah Kabupaten Purworejo. Adapun cara

pengelompokan adalah sebagai berikut:

Tabel 3.3 Pengelompokan SMP

No Interval Kategori

1. UNM > mean + (1/2) SD Tinggi

2. mean (1/2) SD UNM mean + (1/2) SD Sedang

3. UNM < mean (1/2)SD Rendah

dengan: UNM = nilai Ujian Nasional mata pelajaran Matematika mean = rata-rata UNM SD = standar deviasi

2. Dari kelompok yang terbentuk, diambil satu SMP dari masing-masing

kelompok secara random.

3. Dalam ketiga SMP yang terpilih, masing-masing SMP diambil tiga kelas

secara random untuk dijadikan sebagai sampel, yaitu masing-masing satu

kelas dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT, satu kelas dengan

model pembelajaran kooperatif tipe TSTS, dan satu kelas dengan model

pembelajaran konvensional. Sehingga jumlah kelas yang dijadikan sampel

adalah sebanyak sembilan kelas, yang meliputi, tiga kelas ekperimen 1,

tiga kelas eksperimen 2, dan tiga kelas kontrol.

Dari proses di atas terpilih SMP Negeri 15 Purworejo, SMP Negeri 31

Purworejo dan SMP Negeri 33 Purworejo.

D. Teknik Pengumpulan Data

1. Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini terdapat dua variabel bebas dan satu variabel terikat,

yaitu :

a. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model pembelajaran dan IQ

siswa.

1) Model Pembelajaran

a) Definisi operasional: model pembelajaran adalah prosedur yang

sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk

mencapai tujuan belajar.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 49: EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE DITINJAU … fileEKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE DITINJAU DARI ...

36

b) Indikator: penggunaan model pembelajaran.

c) Skala pengukuran: nominal dengan tiga kategori, yaitu model

kooperatif tipe NHT, model kooperatif tipe TSTS dan model

konvensional.

d) Simbol: A

2) IQ siswa

a) Definisi operasional: IQ siswa adalah skor yang diperoleh dari

sebuah alat tes kecerdasan yang menunjukkan kemampuan

seseorang untuk memecahkan persoalan dan menghasilkan

produk dalam suatu setting yang beragam dan dalam situasi

yang nyata.

b) Indikator: skor tes IQ oleh Lembaga Konsultasi dan Bantuan

Psikologi Yayasan Bina Psikodata Yogyakarta.

c) Skala pengukuran: ordinal dengan tiga kategori, yaitu seperti

nampak pada Tabel 3.4 berikut ini.

Tabel 3.4 Pengkategorian IQ pada penelitian ini

Tingkat Kecerdasan (IQ) Kategori

Tinggi

100 109 Sedang

99 Rendah

d) Simbol: B

b. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah prestasi belajar.

1) Definisi operasional: prestasi belajar adalah penguasaan

pengetahuan atau keterampilan dalam pokok bahasan bangun ruang

sisi datar yang ditunjukkan dari hasil tes yang berupa angka.

2) Skala pengukuran: interval

3) Indikator: nilai tes prestasi belajar siswa pada pokok bahasan

bangun ruang sisi datar.

4) Simbol: Xi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 50: EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE DITINJAU … fileEKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE DITINJAU DARI ...

37

2. Metode Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini metode yang digunakan untuk mengumpulkan

data ada dua macam, yaitu metode dokumentasi dan metode tes.

a. Metode dokumentasi

Menurut Suharsimi Arikunto (2006: 231), metode dokumentasi, yaitu

mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan,

transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, legger,

agenda, dan sebagainya. Dalam penelitian ini, metode dokumentasi

digunakan untuk memperoleh informasi dari sampel penelitian secara

rinci, yaitu meliputi biodata sampel, skor IQ siswa dan nilai

Matematika Ulangan Akhir Semester 1 tahun pelajaran 2011/2012.

Skor IQ diminta datanya dari Bagian BK sekolah tersebut. Nilai

Matematika Ulangan Akhir Semester 1 tahun pelajaran 2011/2012

digunakan untuk uji keseimbangan antar kelas eksperimen 1, kelas

eksperimen 2 dan kelas konvensional.

b. Metode tes

Tes adalah cara pengumpulan data yang menghadapkan sejumlah

pertanyaan-pertanyaan atau suruhan-suruhan kepada subjek peneliti.

Dalam mengukur ada atau tidaknya serta besarnya kemampuan objek

yang diteliti, digunakan tes. Untuk manusia, instrumen yang berupa tes

ini dapat digunakan untuk mengukur kemampuan dasar dan

pencapaian atau prestasi. Dalam penelitian ini, tes digunakan untuk

mengetahui prestasi belajar matematika siswa. Tes tersebut berbentuk

soal-soal obyektif sebanyak 30 soal tentang materi bahasan luas

permukaan dan volume bangun ruang sisi datar pada pokok bahasan

bangun ruang sisi datar kubus, balok, prisma dan limas.

3. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan instrumen berupa tes

atau soal-soal tes. Menurut Ruseffendi (1991: 69), tes adalah sekumpulan

soal atau pertanyaan yang dipakai untuk mengukur pengetahuan,

keterampilan, kemampuan, atau inteligensi perorangan atau kelompok.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 51: EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE DITINJAU … fileEKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE DITINJAU DARI ...

38

Ada beberapa jenis tes untuk mengumpulkan data, salah satunya adalah tes

prestasi. Tes prestasi atau achievement test, yaitu tes yang digunakan

untuk mengukur pencapaian seseorang setelah mempelajari sesuatu

(Suharsimi Arikunto, 2006: 151). Dari tes prestasi kita dapat melihat

seberapa dalam pemahaman materi pada pembelajaran. Oleh karena

peneliti ingin mengetahui efektivitas penggunaan model pembelajaran

dalam upaya peningkatan prestasi belajar matematika siswa SMP pada

pokok bahasan bangun ruang sisi datar, maka jenis tes yang digunakan

adalah berupa tes prestasi. Tes ini berwujud soal-soal obyektif atau pilihan

ganda.

4. Uji Coba Instrumen

Sebelum instrumen tes dipergunakan, instrumen tes tersebut perlu

diuji validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya beda.

a. Uji validitas

Uji validitas pada instrumen tes dimaksudkan untuk menguji apakah

tes tersebut mampu mempresentasikan seluruh isi hal yang akan

diukur. Untuk tes hasil belajar, supaya tes mempunyai validitas isi,

harus diperhatikan hal-hal berikut.

1) Bahan ujian (tes) harus merupakan sampel yang representatif

untuk mengukur sampai seberapa jauh tujuan pembelajaran

tercapai ditinjau dari materi yang diajarkan maupun dari sudut

proses belajar.

2) Titik berat bahan yang harus diujikan harus seimbang dengan titik

berat bahan yang telah diajarkan.

3) Tidak diperlukan pengetahuan lain yang tidak atau belum diajarkan

untuk menjawab soal-soal ujian dengan benar.

(Budiyono, 2003: 58)

Dalam penelitian ini suatu instrumen dikatakan valid jika memenuhi

kriteria penelaahan instrumen sebagai berikut:

1) Butir tes sesuai dengan kisi-kisi tes.

2) Materi pada butir tes sesuai dengan indikator.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 52: EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE DITINJAU … fileEKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE DITINJAU DARI ...

39

3) Materi pada butir tes sudah pernah dipelajari siswa.

4) Materi pada butir tes sudah dapat dipahami siswa.

5) Materi pada butir tes tidak memberikan interpretasi ganda.

6) Butir tes bukan termasuk kategori soal yang terlalu mudah atau

terlalu sulit.

Penguji validitas instrumen tes hasil belajar pada penelitian ini adalah

ahli yang dianggap mampu dalam bidangnya.

b. Uji Reliabilitas

Reliabilitas menunjukkan kepada keajegan hasil pengukuran. Tes

prestasi belajar yang digunakan dalam penelitian ini memakai tes

obyektif, dimana setiap jawaban yang benar diberi skor 1 dan jawaban

yang salah diberi skor 0. Untuk menghitung tingkat reliabilitasnya

digunakan rumus Kuder-Richardson dengan KR-20 yaitu:

r11 = 1n

n2

2

t

iit

s

qps

dengan : r11 = indeks reliabilitas instrumen n = banyaknya butir instrumen st

2 = variansi skor total pi = proporsi subjek yang menjawab benar pada butir ke-i qi = 1 - pi

soal dikatakan reliabel jika r11 > 0,7

(Budiyono, 2003: 69)

c. Daya Pembeda

Daya pembeda butir soal merupakan selisih proporsi penjawab butir

dengan benar antara kelompok atas dan kelompok bawah.

di = Pai - Pbi

dengan :

di = daya pembeda butir soal Pai = jumlah siswa yang menjawab benar dari kelompok atas dibagi

jumlah siswa kelompok atas Pbi = jumlah siswa yang menjawab benar dari kelompok bawah

dibagi jumlah siswa kelompok bawah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 53: EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE DITINJAU … fileEKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE DITINJAU DARI ...

40

dimana cara pengelompokan menjadi kelompok atas dan kelompok

bawah sebagai berikut:

1) Prestasi siswa (responden) dalam mengerjakan tes uji coba

diurutkan dari yang paling tinggi sampai yang paling rendah.

2) Jumlah siswa yang mengikuti tes uji coba dibagi dua dengan

maksud akan membagi siswa dalam dua kelompok.

3) Hasil dari poin 2) menunjukkan berapa jumlah siswa pada masing-

masing kelompok. Apabila jumlah seluruh siswa yang ikut tes uji

coba genap maka hasil poin 2) tentu saja juga genap yang berakibat

jumlah siswa kelompok atas dan kelompok bawah sama. Namun

apabila jumlah seluruh siswa yang ikut tes uji coba ganjil maka

hasil poin 2) tentu saja juga ganjil yang berakibat jumlah siswa

kelompok atas dan kelompok bawah tidak sama dengan selisih satu

siswa.

4) Selain memperhatikan poin 3), bisa jadi pada posisi pemisahan

siswa menjadi kelompok atas dan kelompok bawah terdapat

prestasi siswa yang sama. Apabila terjadi hal semacam ini maka

sebaiknya siswa-siswa dengan prestasi sama dijadikan dalam satu

kelompok, apakah ikut kelompok atas atau kelompok bawah,

jangan dipisahkan.

5) Siswa dengan prestasi paling tinggi sampai dengan posisi tertentu

dengan memperhatikan poin 2), poin 3), dan poin 4) merupakan

kelompok atas. Sementara itu, dari posisi tertentu itu sampai pada

siswa dengan prestasi paling rendah merupakan kelompok bawah.

Setelah di diperoleh, kemudian diinterpretasikan sebagai berikut:

30,0id : butir digunakan

30,0id : butir disisihkan

Nilai daya beda yang digunakan dalam penelitian ini adalah

30,0id .

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 54: EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE DITINJAU … fileEKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE DITINJAU DARI ...

41

d. Tingkat Kesukaran

Tingkat kesukaran butir soal merupakan rasio antara penjawab butir

dengan benar dan banyaknya penjawab butir.

NB

P

P = indeks kesukaran setiap butir soal

B = banyaknya siswa yang menjawab benar setiap butir soal

N = banyaknya siswa yang menjawab Dalam penelitian ini soal dianggap baik jika tingkat kesukarannya

adalah 70,030,0 P . Butir soal yang tidak memiliki indeks

kesukaran baik harus diperbaiki.

(Budiyono, 2011: 30)

Uji coba instrumen tes menggunakan instrumen tes sebanyak 40

soal bentuk pilihan ganda dengan alternatif jawaban 4 pilihan. Waktu

pengujian selama 80 menit. Setelah dilakukan analisis hasil uji coba

instrumen tes diambil 30 soal yang akan menjadi instrumen tes prestasi

belajar dalam penelitian ini.

E. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

analisis variansi (anava) dua jalan dengan sel tidak sama. Dari variabel

penggunaan model pembelajaran diklasifikasikan menjadi kelas eksperimen 1,

kelas eksperimen 2 dan kelas kontrol. Sedangkan dari variabel IQ siswa

diklasifikasikan menjadi IQ tinggi, IQ sedang, dan IQ rendah.

1. Uji Prasyarat Analisis

Sebelum eksperimen, dilakukan uji keseimbangan kelas. Karena uji

keseimbangan kelas menggunakan anava satu jalan dengan sel tak sama, maka

haruslah data pretasi belajar sampel memenuhi uji normalitas dan uji

homogenitas. Adapun uji normalitasnya meliputi uji normalitas kelas

eksperimen 1, uji normalitas kelas eksperimen 2, uji normalitas kelas kontrol.

Sementara uji homogenitas dilakukan hanya satu kali, yaitu uji homogenitas

antar kelas.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 55: EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE DITINJAU … fileEKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE DITINJAU DARI ...

42

Setelah eksperimen, dilakukan uji hipotesis. Karena uji hipotesis dalam

penelitian ini menggunakan anava dua jalan dengan sel tak sama, maka

haruslah data prestasi belajar sampel memenuhi uji normalitas dan uji

homogenitas. Adapun uji normalitasnya meliputi uji normalitas kelas

eksperimen 1, uji normalitas kelas eksperimen 2, uji normalitas kelas kontrol,

uji normalitas siswa IQ tinggi, uji normalitas siswa IQ sedang, uji normalitas

siswa IQ rendah. Sementara uji homogenitasnya meliputi uji homogenitas

antar penggunaan model pembelajaran, dan uji homogenitas antar IQ siswa.

a. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah sampel berasal

dari distribusi normal atau tidak. Uji normalitas menggunakan metode

Lilliefors, sebagai berikut :

1) Hipotesis

H0 : sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal

H1 : sampel tidak berasal dari populasi yang berdistribusi normal

2) Taraf signifikansi : 0,05

3) Statistik Uji

L = Maks )()( ii zSzF

dengan :

zi = s

xxi , ( s = simpangan baku)

F(zi ) = P(Z zi) zi = skor terstandar untuk xi Z ~ N(0,1) S(zi) = proporsi cacah Z zi terhadap seluruh xi

4) Daerah kritik

DK = nLLL ;

5) Keputusan uji

H0 diterima jika nilai statistik uji amatan tidak berada di daerah kritik

dan H0 ditolak jika nilai statistik uji amatan berada pada daerah kritik.

(Budiyono, 2009: 170)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 56: EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE DITINJAU … fileEKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE DITINJAU DARI ...

43

b. Uji Homogenitas

Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah sampel

berasal dari populasi yang variansinya sama. Uji homogenitas

menggunakan metode Bartlett dengan statistik uji Chi Kuadrat sebagai

berikut :

1) Hipotesis

H0 : 21 = 2

2 2k (populasi-populasi homogen)

H1 : tidak semua variansi sama (populasi-populasi tidak homogen)

2) Taraf signifikansi : 0,05

3) Statistik uji

22 log.log.303,2

jj sfRKGfc

dengan 2 ~ 2 (k-1)

dengan :

k = banyaknya sampel

f = derajat kebebasan untuk RKG = N-k = k

j jf1

fj = nj -1 = derajat kebebasan untuk s 2j = nj 1 , dengan j k

N = banyaknya seluruh nilai nj = banyaknya nilai (ukuran ) sampel ke-j

c = 1 + ffk j

11)1(3

1; RKG =

j

j

f

SS

SSj = 2jX -

j

j

n

X2

= (nj -1) sj2

4) Daerah kritik

DK = 1,222

k

5) Keputusan uji

H0 diterima jika nilai statistik uji amatan tidak berada di daerah kritik

dan H0 ditolak jika nilai statistik uji amatan berada pada daerah kritik.

(Budiyono, 2009:174)

c. Uji Keseimbangan

Uji keseimbangan dilakukan untuk mengetahui apakah kelompok

eksperimen 1, kelompok eksperimen 2 dan kelompok kontrol dalam

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 57: EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE DITINJAU … fileEKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE DITINJAU DARI ...

44

keadaan seimbang atau tidak sebelum perlakuan dikenakan kepada

kelompok tersebut dengan kata lain secara statistik uji ini dilakukan untuk

mengetahui apakah terdapat perbedaan rata-rata yang berarti dari tiga

sampel. Untuk uji keseimbangan digunakan analisis variansi satu jalan

dengan sel tak sama terhadap nilai Matematika Ulangan Akhir Semester 1

tahun pelajaran 2011/2012. Adapun model untuk data pada populasi pada

analisis anava satu jalan dengan sel tak sama adalah:

ijjijX

dengan :

ijX data ke-i pada perlakuan ke-j

rerata dari seluruh data (rerata besar, grand mean)

jj efek perlakukan ke-j pada variabel terikat

jijij X deviasi data ijX

terhadap rerata populasinya yang

berdistribusi normal dengan rerata 0. i = 1, 2, jn ; j k

k = cacah populasi (cacah perlakuan, cacah klasifikasi)

Tabel 3.5 Tata Letak Data Anava Satu jalan Sel Tak Sama

1A 2A .... kA Total

Data Amatan

11X

21X

11nX

12X

22X

22nX

kX 1

kX 2

knkX

Cacah Data 1n 2n kn N

Jumlah Data 1T 2T kT G

Rerata 1X 2X kX X

Jumlah Kuadrat 21X 2

2X 2kX

jiijX

,

2

Suku Koreksi 1

21

nT

2

22

nT

k

k

nT 2

j j

j

n

T 2

Variasi 1SS 2SS kSS j

jSS

Dari Tabel 3.5, diketahui bahwa:

knnnnN ...21

kTTTTG ...21

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 58: EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE DITINJAU … fileEKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE DITINJAU DARI ...

45

NG

X

j

j

jjj n

TXSS

22

Adapun langkah pengujiannya adalah sebagai berikut:

a. Hipotesis

3210 :H

:1H paling sedikit ada dua rerata yang tidak sama

b. Tingkat Signifikansi: = 0,05

c. Statistik Uji

(1) = N

G 2

(2) =ji

ijX,

2 (3) =j j

j

n

T 2

Berdasarkan besaran-besaran itu, JKA, JKG, dan JKT diperoleh: JKA = (3) (1) JKG = (2) (3) JKT = (2) (1) Derajat kebebasan untuk masing-masing jumlah kuadrat itu adalah: dk A = k 1 dk G = N k dk T = N 1 Berdasarkan jumlah kuadrat dan derajat kebebasan masing-masing

diperoleh rerata sebagai berikut:

dkAJKA

RKA dkG

JKGRKG

Maka statistik ujinya adalah:

RKGRKA

F

d. Daerah Kritik

kNkFFFDK ,1;|

e. Keputusan Uji

0H ditolak apabila harga statistik yang bersesuaian melebihi harga

daerah kritiknya. Harga kritik tersebut diperoleh dari tabel distribusi F

pada tingkat signifikasi .

(Budiyono, 2009: 195)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 59: EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE DITINJAU … fileEKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE DITINJAU DARI ...

46

2. Uji Hipotesis

Setelah prasyarat uji yaitu uji normalitas, dan uji homogenitas

dipenuhi, maka selanjutnya dapat dilaksanakan uji hipotesis. Adapun uji

hipotesis dari penelitian ini digunakan analisis variansi dua jalan (3 x 3)

dengan frekuensi sel tak sama. Analisis variansi dua jalan yang merupakan

perluasan dari analisis variansi satu jalan, bertujuan untuk membandingkan

rata-rata beberapa populasi baik rata-rata baris maupun kolom dalam sel.

Anava dua jalan bertujuan untuk menguji signifikansi perbedaan efek

baris, kolom dan kombinasi efek baris dan kolom terhadap variabel terikat.

a. Model Umum

Adapun model untuk data populasi pada analisis variansi dua jalan

dengan sel tak sama adalah sebagai berikut :

Xijk = + i + j + ( )ij + ijk

(Budiyono, 2009: 229)

dengan :

Xijk = data amatan ke-k pada baris ke-i dan kolom ke-j

= rerata dari seluruh data amatan

i = efek baris ke-i pada variabel terikat

j = efek baris ke-j pada variabel terikat

( )ij = kombinasi efek baris ke-i dan kolom ke-j pada variabel terikat

ijk = deviasi data amatan terhadap rataan populasinya ( ij) yang

berdistribusi normal dengan rataan 0 (disebut rataan galat/error)

i = 1,2,3 dengan 1 = model pembelajaran kooperatif tipe NHT

2 = model pembelajaran kooperatif tipe TSTS

3 = model pembelajaran konvensional

j = 1,2,3 dengan 1 = IQ T (tinggi)

2 = IQ S (sedang)

3 = IQ R (rendah)

k ,nij ; nij = banyaknya data amatan pada sel ij

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 60: EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE DITINJAU … fileEKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE DITINJAU DARI ...

47

b. Prosedur Uji Hipotesis

Ada tiga pasang hipotesis yang diuji dengan analisis variansi dua

jalan. Tiga pasang tersebut adalah sebagai berikut:

H0A : i = 0 untuk setiap i = 1,2,3

(tidak ada perbedaan efek antar baris terhadap variabel terikat)

H1A : paling sedikit ada i yang tidak nol

(ada perbedaan efek antar baris terhadap variabel terikat)

H0B : j = 0 untuk setiap j =1,2,3

(tidak ada perbedaan efek antar kolom terhadap variabel terikat)

H1B : paling sedikit ada j yang tidak nol

(ada perbedaan efek antar kolom terhadap variabel terikat)

H0AB : ( )ij = 0 untuk setiap i=1,2,3 dan j=1,2,3

(tidak ada interaksi baris dan kolom terhadap variabel terikat)

H1AB : paling sedikit ada ( )ij yang tidak nol

(ada interaksi baris dan kolom terhadap variabel terikat)

Ketiga pasang hipotesis itu ekuivalen dengan tiga pasang hipotesis

berikut ini:

H0A : tidak ada perbedaaan efek antara penggunaan model

pembelajaran terhadap prestasi belajar.

H1A : ada perbedaaan efek antara penggunaan model pembelajaran

terhadap prestasi belajar.

H0B : tidak ada perbedaan efek IQ siswa terhadap prestasi belajar.

H1B : ada perbedaan efek IQ siswa terhadap prestasi belajar.

H0AB : tidak ada interaksi antara penggunaan model pembelajaran

dengan IQ siswa terhadap prestasi belajar.

H1AB : ada interaksi antara penggunaan model pembelajaran dengan

IQ siswa terhadap prestasi belajar.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 61: EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE DITINJAU … fileEKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE DITINJAU DARI ...

48

c. Komputasi

Pada analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama ini didefinisikan

notasi notasi sebagai berikut:

nij = unsur sel ij (sel pada baris ke-i dan kolom ke-j)

= banyaknya data amatan pada sel ij

= frekuensi sel ij

(i = 1, 2, 3 dan j = 1, 2, 3)

hn = rataan harmonik frekuensi seluruh sel =

ji ijn

pq

,

1

N = ji

ijn,

= banyaknya seluruh data amatan

ijk

kijk

kijkij n

X

XSS

2

2

= jumlah kuadrat deviasi data amatan pada sel ij

ijAB = rataan pada sel ij = ijX

j

iji ABA = jumlah rataan pada baris ke-i

i

ijj ABB = jumlah rataan pada kolom ke-j

ji

ijABG,

= jumlah rataan semua sel

1) Menghitung komponen jumlah kuadrat yang dirumuskan sebagai

berikut:

(1) = pqG2

(2) =ji

ijSS,

(3) =i

i

q

A2

(4) = j

j

p

B 2

(5) = ji

ijAB,

2

2) Jumlah Kuadrat

JKA = hn {(3) (1)}

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 62: EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE DITINJAU … fileEKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE DITINJAU DARI ...

49

JKB = hn {(4) (1)}

JKAB= hn {(1) + (5) (3) (4)}

JKG = (2)

JKT = JKA + JKB + JKAB + JKG

3) Derajat Kebebasan (dk)

dk A = p 1 dk B = q 1

dk AB = ( p 1 ) ( q 1 ) dk G = N pq

dk T = N 1

4) Rataan Kuadrat

RKA=dkAJKA

, RKB=dkBJKB

, RKAB=dkABJKAB

, RKG =dkGJKG

d. Statistik Uji

1) Untuk H0A adalah Fa = RKGRKA

2) Untuk H0B adalah Fb = RKGRKB

3) Untuk H0AB adalah Fab = RKGRKAB

dengan :

1pJKA

dkAJKA

RKA 11 qp

JKABdkABJKAB

RKAB

1qJKB

dkBJKB

RKB )1(npq

JKGdkGJKG

RKG

e. Daerah Kritik (DK)

1) Daerah kritik untuk Fa adalah DK = F F F ; p-1, N-pq

2) Daerah kritik untuk Fb adalah DK = F F F ; q-1, N-pq

3) Daerah kritik untuk Fab adalah DK = F F F ; (p-1)(q-1), N-pq

f. Keputusan uji

H0 ditolak apabila Fhit DK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 63: EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE DITINJAU … fileEKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE DITINJAU DARI ...

50

g. Rangkuman analisis

Tampak pada Tabel 3.6 di bawah ini.

Tabel 3.6 Rangkuman Analisis Variansi Dua Jalan Sel Tak Sama

Sumber JK dk RK Fobs Ftabel

Baris (A) JKA p 1 RKA Fa pqNpF ,1;

Kolom (B) JKB q 1 RKB Fb pqNqF ,1;

Interaksi(AB) JKAB (p 1) (q 1) RKAB Fab pqNqpF ,11;

Galat (G) JKG N pq RKG - -

Total JKT N 1 - - -

Keterangan: Ftabel adalah nilai F yang diperoleh dari tabel.

Uji Komparasi Ganda

Komparasi ganda adalah tindak lanjut dari analisis variansi. Apabila

analisis variansi tersebut menunjukkan bahwa hipotesis nol ditolak. Untuk uji

lanjutan setelah analisis variabel digunakan metode Scheffe. Langkah-

langkah dalam menentukan metode Scheffe:

a) Mengidentifikasi semua pasangan komparasi rataan dan merumuskan

hipotesis yang bersesuaian dengan komparasi tersebut.

b) Menentukan tingkat signifikansi.

c) Mencari harga statistik uji F dengan rumus sebagai berikut:

1) Untuk komparasi rataan antar baris ke-i dan ke-j

Jika H0A pada uji hipotesis ditolak sehingga ada perbedaan

efek antar baris, maka perlu dilakukan uji lanjut pasca anava yaitu uji

komparasi antar baris

ji

jiji

nnRKG

XXF

11

2

jiF = nilai Fobs pada pembandingan baris ke-i dan baris ke-j

iX = rataan pada baris ke-i

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 64: EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE DITINJAU … fileEKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE DITINJAU DARI ...

51

jX = rataan pada baris ke-j

RKG = rataan kuadrat galat dari perhitungan analisis variansi

in = ukuran sampel baris ke-i

jn = ukuran sampel baris ke-j

2) Untuk komparasi rataan antar kolom ke-i dan ke-j

Jika H0B pada uji hipotesis ditolak sehingga ada perbedaan

efek antar kolom, maka perlu dilakukan uji lanjut pasca anava yaitu

uji komparasi antar kolom. Metode yang digunakan adalah uji

ji

jiji

nnRKG

XXF

11

2

jiF = nilai Fobs pada pembandingan kolom ke-i dan kolom ke-j

iX = rataan pada kolom ke-i

jX = rataan pada kolom ke-j

RKG = rataan kuadrat galat dari perhitungan analisis variansi

in = ukuran sampel kolom ke-i

jn = ukuran sampel kolom ke-j

3) Untuk komparasi rataan antar sel ij dan sel kj pada kolom yang sama

kjij

kjijkjij

nnRKG

XXF

11

2

Fij-kj = nilai Fobs pada pembandingan rataan pada sel ij dan rataan

pada sel kj

ijX = rataan pada sel ij, kjX = rataan pada sel kj

RKG = rataan kuadrat galat dari perhitungan analisis variansi

nij = ukuran sel ij, nkj = ukuran sel kj

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 65: EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE DITINJAU … fileEKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE DITINJAU DARI ...

52

4) Untuk komparasi rataan antar sel ij dan sel ik pada baris yang sama

ikij

ikijikij

nnRKG

XXF

11

2

Fij-ik = nilai Fobs pada pembandingan rataan pada sel ij dan rataan

pada sel ik

ijX = rataan pada sel ij, ikX = rataan pada sel ik

RKG = rataan kuadrat galat dari perhitungan analisis variansi

nij = ukuran sel ij, nik = ukuran sel ik

d) Menentukan tingkat signifikansi ( = 0,05)

e) Menentukan daerah kritik (DK)

pqNpji FpFFDK ,1;1|

pqNqji FqFFDK ,1;1|

pqNpqk jij FpqFFDK ,1;1|

pqNpqikij FpqFFDK ,1;1|

f) Menentukan keputusan uji (beda rerata) untuk setiap pasang komparasi

rerata 0H ditolak jika DKF .

g) Menyusun rangkuman analisis (komparasi ganda).

(Budiyono, 2009: 215-217)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 66: EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE DITINJAU … fileEKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE DITINJAU DARI ...

53

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Hasil Uji Coba Instrumen

Soal tes yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari 30 butir soal tes

matematika mengenai luas dan volume bangun ruang sisi datar kubus, balok,

prisma dan limas. Karena soal tes ini merupakan instrumen penelitian maka

sebelum digunakan sebagai alat ukur terlebih dahulu dilakukan analisis

validasi, tingkat kesukaran, daya pembeda dan reliabilitas terhadap soal tes

ini.

Untuk menganalisis validasi soal tes dilakukan dengan expert judgment

(ahli), dengan validator Dr. Bambang Priyo Darminto, M.Kom, seorang

dosen matematika yang aktif mengajar di Prodi Matematika Fakultas FKIP

Universitas Muhammadiyah Purworejo. Selain itu juga konsultasi dengan tiga

validator lain, yaitu Siti Munawarah, S.Pd., Teguh P, S.Pd., Tut Wuri

Handayani, S.Si yang mana ketiganya merupakan pengajar matematika di

sekolah yang dijadikan sampel. Sedangkan untuk menganalisis tingkat

kesukaran, daya pembeda dan reliabilitas butir soal dicobakan kepada 60

orang siswa SMP yang terdiri dari 28 orang siswa dari SMP Negeri 9

Purworejo dan 32 orang siswa dari SMP Negeri 25 Purworejo dengan waktu

80 menit. Adapun hasil yang diperoleh adalah sebagai berikut.

1. Validitas soal tes

Dari uji validitas soal tes prestasi belajar mengenai luas dan volume

bangun ruang sisi datar kubus, balok, prisma dan limas yang dilakukan

dengan ahli, validator menyatakan bahwa dari 40 butir soal tes yang

divalidasi semua soal valid dan dapat digunakan untuk melakukan tes uji

hipotesis penelitian. Namun beberapa soal dikatakan agak sulit, terutama

soal yang berkaitan dengan permasalahan dunia nyata. Mengenai validasi

selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 7.

53

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 67: EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE DITINJAU … fileEKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE DITINJAU DARI ...

54

2. Tingkat Kesukaran soal tes

Kriteria uji yang digunakan dalam uji tingkat kesukaran soal tes prestasi

belajar mengenai luas dan volume bangun ruang sisi datar kubus, balok,

prisma dan limas adalah: Butir soal yang digunakan bila memenuhi syarat

70,030,0 TK dimana TK adalah Tingkat Kesu

tingkat kesukaran tes tersebut diperoleh hasil 31 butir soal memenuhi

syarat dan 9 butir soal tidak memenuhi syarat. Butir soal yang memenuhi

syarat adalah butir soal dengan nomor soal 2, 3, 5, 6, 7, 8, 9, 12, 13, 14,

15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 25, 27, 29, 31, 32, 33, 34, 35, 36, 37, 38, 39,

dan 40. Adapun butir soal yang tidak memenuhi syarat adalah butir soal

dengan nomor soal 1, 4, 10, 11, 23, 24, 26, 28, dan 30. Mengenai

perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 8.

3. Daya Pembeda soal tes

Kriteria uji yang digunakan dalam uji daya pembeda soal tes prestasi

belajar mengenai luas dan volume bangun ruang sisi datar kubus, balok,

prisma dan limas adalah

30,0id Dari analisis daya pembeda tersebut diperoleh hasil 31 butir

soal memenuhi syarat dan 9 butir soal tidak memenuhi syarat. Butir soal

yang memenuhi syarat adalah butir soal dengan nomor soal 2, 3, 5, 6, 7, 8,

9, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 25, 27, 29, 31, 32, 33, 34, 35,

36, 37, 38, 39, dan 40. Adapun butir soal yang tidak memenuhi syarat

adalah butir soal dengan nomor soal 1, 4, 10, 11, 23, 24, 26, 28, dan 30.

Mengenai perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 8.

Berdasarkan Tingkat Kesukaran dan Daya Pembeda, butir soal

yang tidak dipakai adalah butir soal dengan nomor soal 1, 4, 10, 11, 23,

24, 26, 28, dan 30. Selain kesembilan butir soal itu, nomor soal 35 juga

tidak dipakai karena butir soal yang dibutuhkan hanya 30 butir soal.

Adapun butir soal yang dipakai adalah butir soal dengan nomor soal 2, 3,

5, 6, 7, 8, 9, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 25, 27, 29, 31, 32,

33, 34, 36, 37, 38, 39, dan 40 yang seluruhnya berjumlah 30 butir soal.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 68: EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE DITINJAU … fileEKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE DITINJAU DARI ...

55

4. Reliabilitas soal tes

Uji reliabilitas soal tes prestasi belajar mengenai luas dan volume bangun

ruang sisi datar kubus, balok, prisma dan limas menggunakan rumus

Kuder-Richardson

indeks reliabilitas soal 70,011r Dari 40 soal tes yang memenuhi uji

tingkat kesukaran dan uji daya beda hanya 31 soal. Karena yang

dibutuhkan untuk instrumen tes hanya 30 soal maka hanya diambil 30 soal

dari 31 soal. Sebanyak 30 soal tersebut diuji reliabilitas dan analisis

reliabilitas soal tes tersebut menunjukan hasil 70,08987,011r yang

berarti 30 soal tersebut reliabel. Mengenai perhitungan selengkapnya dapat

dilihat pada Lampiran 9.

B. Deskripsi Data

1. Data Prestasi Belajar Sampel Sebelum Eksperimen

Sebelum eksperimen dimulai perlu dipastikan terlebih dahulu bahwa

masing-masing kelompok mempunyai kemampuan matematika yang

seimbang. Oleh karena itu, dari seluruh siswa yang termasuk dalam

sampel, yaitu siswa kelas VIII C, D, E SMP Negeri 15 Purworejo, siswa

kelas VIII A, B, C SMP Negeri 31 Purworejo, dan siswa kelas VIII C, D,

E SMP Negeri 33 Purworejo dilakukan uji keseimbangan. Data prestasi

belajar ini diambil dari data nilai matematika Ulangan Akhir Semester 1

kelas VIII tahun pelajaran 2011/2012. Berikut adalah rangkuman data

prestasi belajar matematika siswa sebelum eksperimen.

Tabel 4.1 Data Prestasi Belajar Matematika Sebelum Eksperimen

Kelompok x NHT 70 86 22 3649 52,13 190,08 13,79 TSTS 72 83 20 3769 52,35 150,43 12,26 Konvensional 68 92 20 3509 51,60 265,56 16,30

2. Data Skor IQ Sampel

Data skor IQ sampel diperoleh dari data di sekolah sampel.

Pengambilan data skor IQ di SMP Negeri 15 Purworejo dan SMP Negeri

33 Purworejo diperoleh dari Bagian Bimbingan Konseling (BK) sekolah.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 69: EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE DITINJAU … fileEKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE DITINJAU DARI ...

56

Sementara di SMP Negeri 31 Purworejo diperoleh dari masing-masing

individu siswa dengan mengumpulkan fotokopi bukti fisik hasil tes IQ

mereka. Untuk selengkapnya data skor IQ dapat dilihat pada Lampiran 18

yang memuat data skor IQ.

3. Data Prestasi Belajar Sampel Sesudah Eksperimen

Setelah eksperimen telah selesai dilaksanakan, siswa diberi tes

prestasi belajar mengenai luas dan volume bangun ruang sisi datar kubus,

balok, prisma dan limas. Berikut adalah rangkuman data prestasi belajar

matematika siswa sesudah eksperimen.

Tabel 4.2 Data Prestasi Belajar Matematika Sesudah Eksperimen

Kelompok x NHT 70 73 19 3139 44,84 169,90 13,03 TSTS 72 73 22 3546 49,25 242,56 15,57 Konvensional 68 76 25 3518 51,74 140,71 11,86

Tabel 4.3 Data Rerata Prestasi Belajar Matematika

Sesudah Eksperimen T S R Marginal

NHT 43,43 48,58 40,22 44,84 TSTS 58,00 50,50 46,28 49,25

K 46,64 54,82 50,05 51,74 Marginal 48,33 51,25 45,16

Keterangan :

NHT = Kelompok model pembelajaran NHT TSTS = Kelompok model pembelajaran TSTS K = Kelompok model pembelajaran Konvensional T = Kelompok kategori IQ Tinggi S = Kelompok kategori IQ Sedang R = Kelompok kategori IQ Rendah

C. Uji Keseimbangan Sebelum Eksperimen

1. Hasil Uji Normalitas

Sebagai persyaratan penggunaan statistik uji anava satu jalan

dengan sel tak sama untuk kepentingan uji keseimbangan tiga sampel

maka dilakukan terlebih dahulu uji normalitas pada masing-masing

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 70: EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE DITINJAU … fileEKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE DITINJAU DARI ...

57

Uji normalitas dilakukan pada data prestasi belajar sebelum eksperimen,

yaitu data prestasi matematika pada Ulangan Akhir Semester 1 kelas VIII

tahun pelajaran 2011/2012. Uji normalitas ini terdiri dari uji normalitas

pada kelompok NHT sebelum eksperimen, uji normalitas pada kelompok

TSTS sebelum ekperimen, dan uji normalitas pada kelompok

Konvensional sebelum eksperimen. Adapun hasil perhitungan uji

normalitas dengan metode Lilliefors tampak pada Tabel 4.4 berikut ini.

Tabel 4.4 Hasil Uji Normalitas Prestasi Belajar Sebelum Ekperimen

Sumber n Lobs Ltabel Keputusan Uji

Kelompok NHT 70 0,0922 0,1059 Ho tidak ditolak

Kelompok TSTS 72 0,1002 0,1044 Ho tidak ditolak

Kelompok Konvensional 68 0,1022 0,1074 Ho tidak ditolak

Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 13 15 Dari tabel di atas tampak bahwa Keputusan Uji menunjukan bahwa

baik untuk Kelompok NHT, Kelompok TSTS maupun Kelompok

Konvensional memberikan hasil 0H tidak ditolak. Dengan hal ini berarti

bahwa ketiga sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal.

2. Hasil Uji Homogenitas Variansi

Sebagai persyaratan yang lain atas penggunaan statistik uji anava

satu jalan dengan sel tak sama untuk kepentingan uji keseimbangan tiga

sampel maka dilakukan terlebih dahulu uji homogenitas dengan kriteria

apakah variansi variansi dari ketiga populasi tersebut sama

(homogen) Adapun hasil uji homogenitas variansi dengan uji Barlett

adalah 5,642, sementara 991,522;05,0 dan dengan memperhatikan bahwa

991,5| 22DK maka 0H tidak ditolak. Sehingga diperoleh

kesimpulan bahwa variansi variansi dari tiga populasi tersebut sama

(homogen). Untuk rincian perhitungan yang lengkap dapat dilihat pada

Lampiran 16.

3. Hasil Uji Keseimbangan

Dikarenakan sampel terdiri dari 3 kelompok berbeda maka untuk

kepentingan uji keseimbangan digunakan anava satu jalan. Dengan uji

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 71: EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE DITINJAU … fileEKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE DITINJAU DARI ...

58

anava akan dilihat apakah ketiga sampel mempunyai rataan yang sama

atau tidak sama. Dari hasil perhitungan diperoleh 05,0obsF , sementara

04,3207;2;05,0F dan dengan memperhatikan 04,3| FFDK maka

0H tidak ditolak, yang artinya bahwa ketiga sampel mempunyai rataan

yang sama. Dengan kata lain ketiga sampel seimbang. Untuk rincian

perhitungan yang lengkap dapat dilihat pada Lampiran 17.

D. Uji Persyaratan Analisis

1. Hasil Uji Normalitas

Salah satu syarat untuk dapat digunakan statistik uji anava dua jalan

dengan sel tak sama adalah masing masing sampel harus berasal dari

populasi yang berdistribusi normal. Terkait dengan pelaksanaan uji anava

dua jalan dengan sel tak sama dalam penelitian ini, uji normalitas

dilakukan pada prestasi belajar kelompok NHT, prestasi belajar kelompok

TSTS, prestasi belajar Konvensional, prestasi belajar kelompok kategori

IQ tinggi, prestasi belajar kelompok kategori IQ sedang, dan prestasi

belajar kelompok kategori IQ rendah. Adapun hasil uji normalitas dari

prestasi belajar matematika sesudah eksperimen (prestasi belajar

mengenai luas dan volume bangun ruang sisi datar kubus, balok, prisma

dan limas) dengan menggunakan metode Lilliefors pada masing masing

sampel adalah sebagai berikut.

Tabel 4.5 Hasil Uji Normalitas Prestasi Belajar Sesudah Ekperimen

Sumber n Lobs Ltabel Keputusan Uji

Kelompok NHT 70 0,1035 0,1059 Ho tidak ditolak

Kelompok TSTS 72 0,1037 0,1044 Ho tidak ditolak

Kelompok Konvensional 68 0,0646 0,1074 Ho tidak ditolak

Kelompok IQ Tinggi 27 0,1128 0,1705 Ho tidak ditolak

Kelompok IQ Sedang 104 0,0672 0,0869 Ho tidak ditolak

Kelompok IQ Rendah 79 0,0980 0,0997 Ho tidak ditolak

Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 19 24

Dari tabel di atas tampak bahwa Keputusan Uji menunjukan bahwa

baik untuk Kelompok NHT, Kelompok TSTS, Kelompok Konvensional,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 72: EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE DITINJAU … fileEKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE DITINJAU DARI ...

59

Kelompok IQ Tinggi, Kelompok IQ Sedang, maupun Kelompok IQ

Rendah memberikan hasil 0H tidak ditolak. Dengan hal ini berarti bahwa

sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal.

2. Hasil Uji Homogenitas Variansi

Uji homogenitas variansi dilakukan untuk mengetahui apakah

populasi populasi yang dibandingkan mempunyai variansi yang sama

atau tidak sama. Uji homogenitas variansi ini dilakukan juga karena

merupakan salah satu syarat untuk dapat digunakan statistik uji anava dua

jalan dengan sel tak sama. Dalam penelitian ini, uji homogenitas

dilakukan dua uji, yaitu uji homogenitas untuk populasi populasi dalam

model pembelajaran dan uji homogenitas untuk populasi populasi dalam

kategori IQ. Adapun hasil uji homogenitas dari prestasi belajar

matematika sesudah eksperimen tersebut dengan uji Bartlett disajikan

pada tabel di bawah ini.

Tabel 4.6 Hasil Uji Homogenitas Prestasi Belajar Sesudah Ekperimen

Sumber k - 1 2obs

22;05,0 Keputusan Uji

Model Pembelajaran 2 5,361 5,991 Ho tidak ditolak

Kategori IQ 2 2,416 5,991 Ho tidak ditolak

Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 25 26

Dari tabel di atas tampak bahwa Keputusan Uji menunjukan bahwa

baik untuk kelompok model pembelajaran maupun kelompok kategori IQ

memberikan hasil 0H tidak ditolak. Dengan hal ini berarti bahwa bahwa

variansi variansi dari tiga populasi pada model pembelajaran sama

(homogen) dan bahwa variansi variansi dari tiga populasi pada kategori

IQ sama (homogen).

E. Uji Hipotesis

1. Hasil Uji Anava Dua Jalan dengan Sel Tak Sama

Dalam penelitian ini digunakan uji analisis variansi dua jalan

dengan sel tak sama untuk mengetahui: (a) sama atau tidaknya rataan

hasil belajar ketiga model pembelajaran yang dieksperimenkan dalam

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 73: EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE DITINJAU … fileEKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE DITINJAU DARI ...

60

penelitian ini, (b) sama atau tidaknya rataan hasil belajar ketiga kategori

IQ yang ada dalam penelitian ini, dan (c) terdapat interaksi atau tidaknya

antara model pembelajaran dengan kategori IQ.

Hasil perhitungan analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama

terhadap hasil tes prestasi belajar sesudah eksperimen (prestasi belajar

mengenai luas dan volume bangun ruang sisi datar kubus, balok, prisma

dan limas) disajikan dalam Tabel 4.7 berikut ini.

Tabel 4.7 Rangkuman Hasil Uji Analisis Variansi Dua Jalan dengan Sel Tak Sama

Sumber JK dk RK Fobs F

Model Pembelajaran (A) 1520,614 2 760,307 4,276 3,041

Kategori IQ (B) 798,606 2 399,303 2,246 3,041

Interaksi (AB) 1349,364 4 337,341 1,897 2,417

Galat (G) 35739,205 201 177,807 - -

Total 39407,789 209 - - -

Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 27

Dari Tabel 4.7 tampak bahwa untuk Model Pembelajaran (A), nilai

dari aF 4,276 dan nilai dari 201;2;05,0F 3,041. Jadi aF 4,276 DK ,

berarti OAH ditolak maka dari ketiga kelompok model pembelajaran

terdapat sekurang kurangnya satu pasang kelompok mempunyai rataan yang tidak sama.

Untuk Kategori IQ (B), nilai dari bF 2,246 dan nilai dari

201;2;05,0F 3,041. Jadi bF 2,246 DK , berarti OBH tidak ditolak maka

ketiga kategori IQ mempunyai rataan yang sama. Untuk Interaksi (AB),

nilai dari abF 1,897 dan nilai dari 201;4;05,0F 2,417. Jadi abF 1,897

DK , berarti OABH tidak ditolak maka tidak terdapat interaksi antara

model pembelajaran dan kategori IQ siswa.

2. Hasil Uji Komparasi Ganda antar Baris

Karena dari hasil uji analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama

di atas untuk Model Pembelajaran (A) menyatakan OAH ditolak (dari

ketiga kelompok model pembelajaran terdapat sekurang kurangnya satu

pasang kelompok mempunyai rataan yang tidak sama) maka dilakukan uji

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 74: EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE DITINJAU … fileEKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE DITINJAU DARI ...

61

komparasi ganda antar baris. Uji komparasi ganda antar baris ini untuk

mengetahui mana yang di antara ketiga model pembelajaran dalam

penelitian ini mempunyai rataan prestasi belajar yang berbeda.

Hasil dari uji komparasi ganda antar baris dengan metode Scheffe

disajikan dalam Tabel 4.8 berikut.

Tabel 4.8 Hasil Uji Komparasi Ganda antar Baris

Komparasi obsF 201;2;05.02F Keputusan Uji

1 vs 2 101,479 6,082 Ho ditolak

1 vs 3 72,127 6,082 Ho ditolak

2 vs 3 2,096 6,082 Ho tidak ditolak

Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 28

Dari Tabel 4.8 tampak bahwa untuk 1 vs 2 , 0H ditolak maka

rataan dari kelompok model NHT berbeda dengan rataan kelompok

model TSTS. Untuk 1 vs 3 , 0H ditolak maka rataan dari kelompok

model NHT berbeda dengan rataan kelompok model Konvensional.

Untuk 2 vs 3 , 0H tidak ditolak maka rataan dari kelompok model

TSTS tidak berbeda dengan rataan kelompok model Konvensional.

F. Pembahasan Hasil Penelitian

1. Hipotesis Pertama

Dari uji analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama dinyatakan

bahwa AH0 ditolak, artinya di antara kelompok NHT, kelompok TSTS,

atau kelompok Konvensional terdapat sekurang kurangnya satu pasang

kelompok model pembelajaran mempunyai rataan yang tidak sama.

Untuk mengetahui mana di antara ketiga model pembelajaran tersebut

yang mempunyai rataan prestasi belajar matematika berbeda, harus

dilanjutkan dengan uji komparasi ganda antar baris.

Dari uji komparasi ganda antar baris dengan metode Scheffe, untuk

1 vs 2 , 0H ditolak, artinya rataan dari kelompok NHT berbeda

dengan kelompok TSTS. Ditinjau dari besarnya nilai rataan prestasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 75: EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE DITINJAU … fileEKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE DITINJAU DARI ...

62

belajar siswa, siswa dalam kelompok NHT mempunyai rataan 44,84,

sedangkan siswa dalam kelompok TSTS mempunyai rataan 49,25

sehingga dapat dikatakan bahwa prestasi siswa dalam kelompok TSTS

lebih baik daripada siswa dalam kelompok NHT.

Dari uji komparasi ganda antar baris dengan metode Scheffe, untuk

1 vs 3 , 0H ditolak, artinya rataan dari kelompok NHT berbeda

dengan kelompok Konvensional. Ditinjau dari besarnya nilai rataan

prestasi belajar siswa, siswa dalam kelompok NHT mempunyai rataan

44,84, sedangkan siswa dalam kelompok Konvensional mempunyai

rataan 51,74 sehingga dapat dikatakan bahwa prestasi siswa dalam

kelompok Konvensional lebih baik daripada siswa dalam kelompok NHT.

Dari uji komparasi ganda antar baris dengan metode Scheffe, untuk

2 vs 3 , 0H tidak ditolak, artinya rataan dari kelompok TSTS sama

dengan rataan dari kelompok Konvensional. Sehingga dapat dikatakan

bahwa prestasi siswa kelompok TSTS sama baiknya dengan prestasi

siswa kelompok Konvensional.

Dari uraian di atas dapat dikatakan bahwa prestasi belajar siswa

dalam kelompok TSTS lebih baik daripada prestasi belajar siswa dalam

kelompok NHT, prestasi belajar siswa dalam kelompok Konvensional

lebih baik daripada prestasi belajar siswa dalam kelompok NHT, dan

prestasi belajar siswa dalam kelompok TSTS sama baiknya dengan

prestasi belajar siswa dalam kelompok Konvensional. Dengan demikian

hipotesis pertama penelitian ini yang berbunyi model TSTS memberikan

prestasi belajar lebih baik dibanding model NHT maupun model

konvensional, dan model NHT memberikan prestasi belajar lebih baik

dibanding model konvensional ditolak.

Uraian di atas bertolak belakang dengan teori yang ada, yaitu model

pembelajaran inovatif lebih baik daripada model pembelajaran

konvensional. Sementara itu pada penelitian sejenis yang dilakukan oleh

Ravi Apriandi (2012) menghasilkan temuan bahwa pembelajaran dengan

model pembelajaran kooperatif tipe TSTS memberikan prestasi belajar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 76: EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE DITINJAU … fileEKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE DITINJAU DARI ...

63

matematika yang sama dengan menggunakan pembelajaran kooperatif

tipe NHT, di sisi lain prestasi belajar matematika siswa dengan model

pembelajaran kooperatif tipe TSTS dan kooperatif tipe NHT lebih baik

dibanding dengan pembelajaran konvensional. Walaupun penelitian ini

memberikan hasil yang berbeda dengan teori yang ada dan berbeda

dengan penelitian relevan, namun tidak menjadi masalah. Hal ini justru

menambah khazanah ilmu pengetahuan bahwa model pembelajaran

mempunyai andil dalam prestasi belajar siswa.

Ditolaknya hipotesis pertama dalam penelitian ini diduga karena

ternyata model pembelajaran TSTS dan model pembelajaran NHT yang

diharapkan akan menghasilkan prestasi yang lebih baik masih perlu

dibiasakan. Kurang terbiasanya menggunakan kedua model pembelajaran

ini menyebabkan kurang optimalnya hasil yang dicapai. Namun demikian

walaupun dari sisi prestasi belum menggembirakan, dengan berdasar pada

teori yang ada, model pembelajaran TSTS dan model pembelajaran NHT

dapat dipastikan bahwa dalam pemahaman konsep akan lebih baik.

2. Hipotesis Kedua

Dari hasil analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama dinyatakan

bahwa BH0 tidak ditolak, artinya ketiga kategori IQ mempunyai rataan

yang sama. Dalam kasus ini tidak diperlukan uji lanjut. Ini berarti bahwa

hipotesis dalam penelitian ini yang menyatakan bahwa prestasi belajar

pada kelompok kategori IQ tinggi lebih baik daripada prestasi belajar

pada kelompok kategori IQ sedang dan prestasi belajar pada kelompok

kategori IQ rendah, dan prestasi belajar pada kelompok kategori IQ

sedang lebih baik daripada prestasi belajar pada kelompok kategori IQ

rendah ditolak. Jadi dapat dikatakan bahwa baik pada kategori IQ tinggi,

kategori IQ sedang maupun kategori IQ rendah mempunyai prestasi

belajar yang sama.

Tidak berbedanya prestasi belajar pada masing-masing kategori IQ

diduga karena kecerdasan siswa tidak bersifat tunggal. Mereka

mempunyai kecerdasan multidimensional dengan banyak cabang (rumpun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 77: EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE DITINJAU … fileEKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE DITINJAU DARI ...

64

kecerdasan). Selain Intellegence Quotient (IQ), mereka memiliki

Emotional Quotient (EQ), Adversity Quotient (AQ), Spiritual Quotient

(SQ), Creativity Quotient (CQ). Sehingga prestasi belajar mereka tidak

hanya dipengaruhi oleh IQ semata. Dengan demikian hasil penelitian ini

menunjukan bahwa perspektif yang menyatakan bahwa tinggi rendahnya

IQ adalah tolok ukur berhasil tidaknya siswa dalam belajar tidak

selamanya benar. Karena tidak selalu siswa yang ber-IQ tinggi memiliki

hasil belajar yang baik, begitupun sebaliknya.

3. Hipotesis Ketiga

Dari hasil analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama dinyatakan

bahwa ABH0 tidak ditolak. Jadi tidak terdapat interaksi antara model

pembelajaran dan IQ siswa. Dalam kasus ini tidak diperlukan uji lanjut.

Sehingga dapat dikatakan bahwa hipotesis ketiga penelitian ini yang

berbunyi pada model NHT, siswa dengan IQ tinggi mempunyai prestasi

belajar yang lebih baik daripada siswa dengan IQ sedang maupun siswa

dengan IQ rendah, dan siswa dengan IQ sedang mempunyai prestasi

belajar yang lebih baik daripada siswa dengan IQ rendah, pada model

TSTS, siswa dengan IQ tinggi mempunyai prestasi belajar yang lebih baik

daripada siswa dengan IQ sedang maupun siswa dengan IQ rendah, dan

siswa dengan IQ sedang mempunyai prestasi belajar yang lebih baik

daripada siswa dengan IQ rendah, pada model konvensional, siswa

dengan IQ tinggi, siswa dengan IQ sedang dan siswa dengan IQ rendah

mempunyai prestasi belajar yang sama ditolak.

Hasil analisis data menunjukan bahwa pada masing-masing model

pembelajaran (model NHT, model TSTS dan model konvensional) siswa

dengan IQ tinggi, siswa dengan IQ sedang dan siswa dengan IQ rendah

mempunyai prestasi belajar yang sama. Tidak berbedanya prestasi belajar

pada masing-masing kategori IQ diduga karena terjadinya proses berbagi

pengalaman belajar (sharing) antar siswa. Hal ini bisa terjadi karena baik

model pembelajaran TSTS, model pembelajaran NHT maupun model

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 78: EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE DITINJAU … fileEKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE DITINJAU DARI ...

65

pembelajaran konvensional terdapat langkah pembelajaran berupa diskusi

sehingga proses saling berbagai pengalaman belajar benar-benar terjadi.

4. Hipotesis Keempat

Karena tidak terdapat interaksi antara model pembelajaran dan IQ

siswa, sehingga dapat dikatakan bahwa hipotesis keempat penelitian ini

yang berbunyi pada siswa dengan IQ tinggi, antara model NHT, model

TSTS dan model konvensional memberikan prestasi belajar yang sama,

pada siswa dengan IQ sedang, model TSTS memberikan prestasi belajar

lebih baik daripada model NHT maupun model konvensional, dan model

NHT memberikan prestasi belajar lebih baik daripada model

konvensional, pada siswa dengan IQ rendah, model TSTS memberikan

prestasi belajar lebih baik daripada model NHT maupun model

konvensional, dan model NHT memberikan prestasi belajar lebih baik

daripada model konvensional ditolak.

Hasil analisis data menunjukan bahwa pada masing-masing kategori

IQ siswa (tinggi, sedang dan rendah), model TSTS memberikan prestasi

belajar lebih baik daripada model NHT, model konvensional memberikan

prestasi belajar lebih baik daripada model NHT, dan model TSTS

memberikan prestasi belajar yang sama dengan model konvensional. Hal

ini diduga karena model TSTS dan model NHT yang diharapkan akan

menghasilkan prestasi yang lebih baik masih perlu dibiasakan. Kurang

terbiasanya menggunakan kedua model pembelajaran ini menyebabkan

kurang optimalnya hasil yang dicapai.

G. Keterbatasan Penelitian

Setelah penelitian ini selesai dilaksanakan terdapat beberapa hal yang

menjadi keterbatasan dalam penelitian ini, yaitu salah satunya kesungguhan

belajar siswa saat eksperimen dilakukan. Kesungguhan belajar siswa

merupakan hal yang berada di luar jangkauan peneliti untuk mengontrolnya.

Selain itu, pelaksanaan RPP juga belum sepenuhnya terealisasi.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 79: EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE DITINJAU … fileEKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE DITINJAU DARI ...

66

BAB V

KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Kesimpulan

Bagian terpenting dari penelitian ini dituangkan dalam kesimpulan hasil

penelitian. Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan pada bab

sebelumnya, dapat dikemukakan bahwa kesimpulan dari penelitian ini adalah

sebagai berikut.

1. Model pembelajaran TSTS memberikan prestasi belajar yang lebih baik

daripada model pembelajaran NHT, model pembelajaran Konvensional

memberikan prestasi belajar yang lebih baik daripada model pembelajaran

NHT, dan model pembelajaran TSTS memberikan hasil prestasi belajar

yang sama dengan model pembelajaran Konvensional.

2. Siswa-siswa pada semua kelompok kategori IQ, baik tinggi, sedang,

maupun rendah mempunyai prestasi belajar yang sama.

3. Pada masing-masing model pembelajaran (model NHT, model TSTS, dan

model konvensional), siswa-siswa yang mempunyai IQ tinggi, sedang,

maupun rendah mempunyai prestasi belajar yang sama.

4. Pada masing-masing kategori IQ (tinggi, sedang, dan rendah), model

pembelajaran TSTS memberikan prestasi belajar yang lebih baik daripada

model pembelajaran NHT, model pembelajaran Konvensional

memberikan prestasi belajar yang lebih baik daripada model pembelajaran

NHT, dan model pembelajaran TSTS memberikan hasil prestasi belajar

yang sama dengan model pembelajaran Konvensional.

B. Implikasi Hasil Penelitian

Dari kesimpulan yang menyatakan bahwa secara teoritis model

pembelajaran TSTS lebih baik daripada model pembelajaran NHT maupun

model pembelajaran Konvensional, dan model pembelajaran NHT lebih baik

daripada model pembelajaran Konvensional berbeda dengan hasil eksperimen

66

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 80: EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE DITINJAU … fileEKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE DITINJAU DARI ...

67

yaitu dinyatakan bahwa prestasi belajar siswa model pembelajaran TSTS

lebih baik dari prestasi belajar siswa model pembelajaran NHT, prestasi

belajar siswa model pembelajaran Konvensional lebih baik daripada prestasi

belajar siswa model pembelajaran NHT, dan prestasi belajar siswa model

pembelajaran TSTS sama baiknya dengan prestasi belajar siswa model

pembelajaran Konvensional, memberikan implikasi bahwa hasil penelitian ini

tidak memperkuat kebenaran teori yang ada. Oleh karena itu masih perlu

dilakukan penelitian sejenis yang lebih banyak lagi dengan memperhatikan

kekurangan yang terjadi pada pelaksanaan penelitian ini.

Dari kesimpulan yang menyatakan bahwa secara teoritis siswa dengan

IQ tinggi mempunyai prestasi lebih baik daripada siswa dengan IQ sedang

maupun IQ rendah, dan siswa dengan IQ sedang mempunyai prestasi lebih

baik daripada siswa dengan IQ rendah berbeda dengan hasil eksperimen yaitu

dinyatakan bahwa baik siswa dengan IQ tinggi, siswa dengan IQ sedang dan

siswa dengan IQ rendah mempunyai prestasi belajar yang sama, memberikan

implikasi hasil penelitian ini tidak memperkuat kebenaran teori yang ada.

Namun hal ini patut menjadi pertimbangan, bahwa dengan model

pembelajaran yang terdapat proses diskusi akan sangat memungkinkan

terjadinya berbagi pengalaman belajar sehingga menjadikan pemerataan

pengetahuan pengalaman belajar.

C. Saran

Berdasarkan pada kesimpulan dari hasil penelitian ini, sebagai penutup

dikemukakan beberapa saran sebagai berikut.

1. Saran kepada siswa

a. Para siswa hendaknya memperhatikan sungguh-sungguh setiap

informasi guru di dalam kelas dan mengikuti petunjuk-petunjuk yang

telah diberikan guru dalam mengikuti proses pembelajaran.

b. Para siswa hendaknya dalam mengerjakan setiap tugas yang diberikan

guru dilakukan dengan sungguh-sungguh dan penuh tanggung jawab.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 81: EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE DITINJAU … fileEKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE DITINJAU DARI ...

68

c. Para siswa hendaknya lebih terbuka mendiskusikan kesulitannya

dengan teman-temanya baik dalam mempelajari materi pelajaran,

mengerjakan tugas maupun mengerjakan soal-soal.

2. Saran kepada guru matematika

a. Para guru hendaknya selalu memperluas wawasannya mengenai

model-model pembelajaran. Model pembelajaran TSTS dan model

pembelajaran NHT merupakan model pembelajaran yang perlu

dipertimbangkan. Model pembelajaran TSTS dapat dipergunakan

untuk pembelajaran matematika pada materi tertentu karena dalam hal

ini siswa lebih aktif dalam melakukan kegiatan belajar dan posisi guru

sebagai fasilitator untuk membantu kegiatan belajar siswa,

dibandingkan dengan model Konvensional, siswa cenderung pasif

sementara guru yang aktif.

b. Para guru hendaknya mempertimbangkan IQ siswa sehingga mendapat

informasi awal mengenai kemampuan dasar yang dimiliki siswa.

Selain itu juga perlu disadari bahwa siswa tidak hanya memiliki

kecerdasan tunggal. Selain Intellegence Quotient (IQ), mereka

memiliki Emotional Quotient (EQ), Adversity Quotient (AQ), Spiritual

Quotient (SQ), Creativity Quotient (CQ). Sehingga prestasi belajar

mereka tidak hanya dipengaruhi oleh IQ semata

3. Saran kepada kepala sekolah

a. Kepala sekolah hendaknya dapat memberikan motivasi kepada para

guru agar semua guru selalu berusaha melakukan peningkatan kualitas

pembelajaran siswa dengan menggunakan model-model pembelajaran

yang bervariasi.

b. Kepala sekolah hendaknya memfasilitasi para guru agar dapat

meningkatkan keahliannya dengan cara mengundang ahli/pakar

pendidikan, mengirim guru-guru untuk mengikuti pelatihan

pengembangan profesi, menyekolahkan guru, dan sebagainya.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user