PENERAPAN METODE SOROGAN DALAM MENGHAFAL AL-QURAN DI...

89
PENERAPAN METODE SOROGAN DALAM MENGHAFAL AL-QURAN DI PONDOK PESANTREN TAHAFFUDZUL QURAN PORWOYOSO NGALIYAN SEMARANG SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata (S.I) Pendidikan Agama Islam Disusun Oleh: IZATUL ISTIFAQOH NIM. 073111083 FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2011

Transcript of PENERAPAN METODE SOROGAN DALAM MENGHAFAL AL-QURAN DI...

Page 1: PENERAPAN METODE SOROGAN DALAM MENGHAFAL AL-QURAN DI ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/112/jtptiain-gdl... · Guru-guruku yang telah memperkenalkan jendela ilmu dan meletakkan

PENERAPAN METODE SOROGAN DALAM MENGHAFAL

AL-QURAN DI PONDOK PESANTREN TAHAFFUDZUL

QURAN PORWOYOSO NGALIYAN SEMARANG

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi dan Melengkapi Syarat

Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata (S.I)

Pendidikan Agama Islam

Disusun Oleh:

IZATUL ISTIFAQOH

NIM. 073111083

FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO

SEMARANG

2011

Page 2: PENERAPAN METODE SOROGAN DALAM MENGHAFAL AL-QURAN DI ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/112/jtptiain-gdl... · Guru-guruku yang telah memperkenalkan jendela ilmu dan meletakkan

ii

Page 3: PENERAPAN METODE SOROGAN DALAM MENGHAFAL AL-QURAN DI ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/112/jtptiain-gdl... · Guru-guruku yang telah memperkenalkan jendela ilmu dan meletakkan

iii

Page 4: PENERAPAN METODE SOROGAN DALAM MENGHAFAL AL-QURAN DI ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/112/jtptiain-gdl... · Guru-guruku yang telah memperkenalkan jendela ilmu dan meletakkan

iv

Page 5: PENERAPAN METODE SOROGAN DALAM MENGHAFAL AL-QURAN DI ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/112/jtptiain-gdl... · Guru-guruku yang telah memperkenalkan jendela ilmu dan meletakkan

v

PERSEMBAHAN

����������� �

Sujudku pun tak ingin memuaskan inginku

Untuk haturkan sembah sedalam kalbu

Adapun ku sembahkan syukur padaMu ya Allah

Untuk nama, jiwa dan keluarga yang mencinta

Dan perjalanan yang sejauh ini tertempa

Alhamdulillah, pilihan dan kesempatan

Yang membuat hamba mengerti lebih baik makna dari hidup

Semuanya lebih berarti bila dihayati

Alhamdulillah, Alhamdulillah, Alhamdulillah

Dalam rentang waktu menuntut ilmu

Tercipta sebuah karya yang sangat sederhana

Merupakan awal dari sebuah perjalanan yang sangat panjang

Dalam menapaki jalan kehidupan yang sangat terjal dan berliku

Dengan penuh rasa syukur dan kerendahan hati yang sangat dalam

Karya yang sangat sederhana ini didedikasikan kepada:

����������� �

Ibunda tersayang, Sri Jiddah dan Ayahanda tercinta, Masnur Abdullah yang

selalu mencurahkan kasih sayangnya dengan penuh ketulusan dan keikhlasan

hati, kesabaran, ketabahan, serta selalu membasahi bibir beliau dengan

untaian do’a yang tiada hentinya demi keberhasilan Ananda dalam meraih

cita-cita dan kesuksesan. Pengorbanan beliau merupakan semangat hidup

agar diri ini dapat menjadi orang yang lebih baik dan lebih berarti. Semoga

kedamaian, kebahagiaan dan ridho ilahi selalu menyertai keduanya.

Amieen………

Kakek nenekku (alm dan almh) serta adikku tersayang dek ulya dan si kecil

dek fail yang selalu memberi semangat untuk terus berkarya hingga pada

batas akhir, yang selalu menerangi dan menemani diri ini baik suka maupun

duka dalam menapaki jalan kehidupan yang sangat panjang. Semoga adik-

adikku tersayang dapat melanjutkan jenjang yang paling tinggi dan dapat

meraih segala cita-cita, impian dan kesuksesan hidup. Amieen…….

Ummi Aufa Abdullah Umar,AH. Beserta keluarga besar beliau, yang telah

mendidik, membimbing, menasehati, mengarahkan, mengajar ilmu dan

Page 6: PENERAPAN METODE SOROGAN DALAM MENGHAFAL AL-QURAN DI ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/112/jtptiain-gdl... · Guru-guruku yang telah memperkenalkan jendela ilmu dan meletakkan

vi

pengetahuan serta mencurahkan kasih sayangnya dengan penuh ketulusan

dan keikhlasan hati yang sangat dalam. Semoga beliau senantiasa dalam

ridho Allah SWT. Amieen….. Jazakumullahu khoiron jaza’ Jazakumullahu

ahsanal jaza’………..

Guru-guruku yang telah memperkenalkan jendela ilmu dan meletakkan dasar

akhlaqul karimah sehingga dapat memperluas wawasan dan ilmu

pengetahuan. Semoga jasa-jasa beliau mendapat balasan yang sebaik-

baiknya oleh Allah SWT.

Sahabat-sahabatku PAI-C, PPL, KKN,yang selalu memberikan bantuan,

motivasi, inspirasi, nasehat, semangat hidup, pelajaran hidup dan dukungan

untuk selalu bangkit dari keputusasaan dan keterpurukan yang selalu datang

melanda. Semoga sahabat-sahabatku dapat meraih segala impian dan

kesuksesan hidup yang dicita-citakan.

kakanda tercinta yang selalu memberikan semangat dan waktunya dalam

menapaki rintangan dan cobaan hidup untuk selalu sabar dan terus

berusaha. Semoga diberi kelancaran, kesabaran, serta keikhlasan dalam

menjalani hidup yang penuh cobaan, ujian dan rintangan. I love you so

much………………

Kelurga besar Pondok Pesantren Tahaffudzul Quran yang meliputi seluruh

jajaran pengurus yang telah mengorbankan waktu, pikiran dan tenaganya

untuk mengemban tugas yang sangat mulia semoga kebaikan mereka selalu

mendapat ridho dan balasan yang sebaik-baiknya oleh Allah SWT. Seluruh

temen-temen kamar khuffadz, kamar pink, kamar ungu, kamar biru dan

kamar kuning. Sahabat-sahabatku khoir, sokhi,mb ainu, m batik, dek reni, dek

zahro, mb rifa, mb sussi, twiteey, ana, dek sifa, dek milani, dek husna, dek

dian , dek muthi’ dek fanti, dek wilda, dek qoni’ah, dek nida dan semuanya

yang selalu memberi semangat dan nasehat serta semua pihak yang telah

membantu menyelesaikan karya yang sangat sederhana ini serta sahabat-

sahabatku yang tak tersebut satu persatu semoga kalian semua dapat

melanjutkan studi dengan sungguh-sungguh dan mencapai apa yang kalian

cita-citakan. Amieen…………….

Page 7: PENERAPAN METODE SOROGAN DALAM MENGHAFAL AL-QURAN DI ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/112/jtptiain-gdl... · Guru-guruku yang telah memperkenalkan jendela ilmu dan meletakkan

vii

ABSTRAK

Judul : Penerapan Metode Sorogan dalam Menghafal Al-Quran di Pondok

Pesantren Tahaffudzul Quran Porwoyoso Ngaliyan Semarang

Nama : Izatul Istifaqoh

NIM : 073111083

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : 1. Penerapan metode sorogan

dalam menghafal al-Quran di Pondok Pesantren Tahaffudzul Quran Porwoyoso

Ngaliyan Semarang. 2. Mengetahui kelebihan dan kekurangan penerapan metode

sorogan dalam menghafal al-Quran di Pondok Pesantren Tahaffudzul Quran

Porwoyoso Ngaliyan Semarang.

Penelitian ini merupakan field research (penelitian lapangan) yang

disajikan secara deskriptif. Kemudian data yang telah terkumpul akan diadakan

penganalisaan dengan pendekatan deskriptif untuk mengetahui penerapan metode

sorogan dalam menghafal al-Quran di pondok Pesantren Tahaffudzul Quran

Porwoyoso Ngaliyan Semarang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan

metode sorogan yang diterapkan di Pondok Pesantren Tahaffudzul Quran

Porwoyoso Ngaliyan Semarang diterapkan dalam empat periode yaitu periode

yang pertama pada masa K.H Abuya Abdullah Umar (pada tahun 1972-1991),

periode kedua pada masa K.H Mushofa (pada tahun 2000-2004), kemudian

periode ketiga pada masa K.H Azka (pada tahun 2004-2007) dan periode keempat

pada masa Nyai Hj.Aufa (pada tahun 2007-sekarang). Penerapan metode sorogan

sejak K.H Abuya Abdullah Umar dilakukan dengan cara santri maju satu persatu

hingga selesai begitu juga pada masa K.H Mushofa dan pada masa KH Azka,

kemudian baru pada masa Nyai Hj. Aufa metode sorogan yang dilakukan dengan

cara santri maju tiga-tiga secara bersamaan, hal ini dilakukan karena pada masa

pengasuhan Nyai Hj. Aufa jumlah santri yang mondok banyak sehingga Nyai Hj.

Aufa menyuruh santri untuk mengaji dengan maju tiga santri secara bersamaan,

berbeda dengan pada masa K.H .Abuya Abdullah Umar, K.H Mushofa dan K.H

Azka, karena pada masa pengasuhan ketiga beliau ini jumlah santri masih sedikit

dan kebanyakan santri berstatus santri tahassus (santri hanya mondok)

Berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan akan menjadi bahan informasi

dan masukan bagi mahasiswa, para tenaga pengajar, para peneliti, dan semua

pihak, terutama dalam memberi pertolongan dan motivasi kepada rekan-rekan

mahasiswa agar senantiasa meningkatkan kualitas penelitian pada masa

mendatang.

Page 8: PENERAPAN METODE SOROGAN DALAM MENGHAFAL AL-QURAN DI ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/112/jtptiain-gdl... · Guru-guruku yang telah memperkenalkan jendela ilmu dan meletakkan

viii

TRANSLITERASI

Penulisan transliterasi huruf-huruf Arab-Latin dalam Skripsi ini berpedoman pada

SKB Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor:

158/1987 dan Nomor: 0543b/1987. Penyimpangan penulisan kata sandang (al-)

disengaja secara konsisten agar sesuai teks Arabnya.

. t ط a ا

. z ظ b ب

‘ ع t ت

. ثs

gh غ

f ف j ج

q ق . h ح

k ك kh خ

l ل d د

. ذz

m م

n ن r ر

w و z ز

h ھـ s س

` ء sy ش

y ي . s ص

d ض

Bacaan Madd: Bacaan Diftong:

â = a panjang ْاَو = au

î = i panjang ْاَي = ai

û = u panjang

Page 9: PENERAPAN METODE SOROGAN DALAM MENGHAFAL AL-QURAN DI ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/112/jtptiain-gdl... · Guru-guruku yang telah memperkenalkan jendela ilmu dan meletakkan

ix

KATA PENGANTAR

Dengan mengucap syukur alhamdulillah ke hadirat Ilahi Robbi, Tuhan

semesta alam, dengan ridho dan hidayah-Nya lah semua dapat terjadi, sehingga

penulis dapat menyelesaikan karya ini.

Dan dengan ketulusan hati yang terdalam, penulis sampaikan terima kasih

atas pemberian dan bantuan dalam bentuk apapun kepada berbagai pihak yang

telah ikhlas dan rela. Seiring doa jazakumullah khoiro jaza, limpahan rahmat dan

kasih sayang-Nya tercurah kepada kita semua. Amin. Ucapan terima kasih,

penulis haturkan kepada:

1. Prof. Dr. Muhibbin, M.Ag. selaku Rektor IAIN Walisongo Semarang.

2. Dr. Suja’i, M.Ag. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo

Semarang.

3. Drs. H. Soediyono, M.Pd. dan Nur Asiyah, M.S.I. selaku pembimbing

skripsi bagi penulis.

4. Ibu Nyai Aufa Abdullah Umar AH. beserta Keluarga besar Pondok

Pesantren Tahaffudzul Qur’an Purwoyoso Ngaliyan Semarang yang telah

mendukung menjadi tempat penelitian dan sekaligus membimbing dalam

penelitian ini.

5. Santri Putri Pondok Pesantren Tahaffudzul Qur’an Purwoyoso Ngaliyan

Khoir, Shohi, Mbak Atik, Mbak Ainu, Mbak Rifa, Mbak Susi, Tweetiy,

Shifa, Zahra, Reni, Fanti, Ginuk, Husna, Melani, Lek Shofi, Kak Aluh,

Lele, Mbak Isma, mbak Alfu, Vicki, Nayla, Qonik, Nida, Wilda, Ida,

Page 10: PENERAPAN METODE SOROGAN DALAM MENGHAFAL AL-QURAN DI ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/112/jtptiain-gdl... · Guru-guruku yang telah memperkenalkan jendela ilmu dan meletakkan

x

Nurus, Wiwik, Wahdah, Rifaah, Susi dan semua teman yang penulis

wawancarai yang telah membantu menyelesaikan penelitian ini.

6. Keluargaku, Bapak dan Ibuku tercinta, Masnur Abdullah dan Sri Jidah;

adik-adikku, Muarijatul Ulya dan Faizatus Sholihah.

7. Sahabat-sahabatku kelas PAI-C 2007 senasib seperjuangan; Khoir, Nurba,

Aida, Juni, Yusuf, A’af, Tina, Nova, Fela, Indah, Ida, Santi, Ila, Lia, Dian,

Junadi, Amin, Janu, Azmi, Basit, Fuad, Zaki, Bambang, Hanif, Ali.

8. Teman-teman PPL, dan KKN.

9. Semua pihak yang membantu, yang tidak dapat penulis sebutkan satu

persatu.

Akhirnya, dengan penuh rendah hati, penulis menyadari bahwa skripsi ini

masih jauh dari sempurna, baik dalam penulisan, materi, maupun analisisnya.

Oleh karena itu, kritik dan saran yang konstruktif sangat penulis harapkan demi

perbaikan penulisan selanjutnya. Penulis berharap semoga karya ini tetap

membawa manfaat bagi pengembangan pendidikan dan khazanah Islam. Amin

Semarang, 18 November 2011

Penulis,

Page 11: PENERAPAN METODE SOROGAN DALAM MENGHAFAL AL-QURAN DI ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/112/jtptiain-gdl... · Guru-guruku yang telah memperkenalkan jendela ilmu dan meletakkan

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ......................................................................................... i

PENGESAHAN ................................................................................................. ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................................... iii

DEKLARASI ..................................................................................................... iv

PERSEMBAHAN ............................................................................................. v

ABSTRAK ......................................................................................................... vii

TRANSLITERASI ............................................................................................ viii

KATA PENGANTAR ....................................................................................... ix

DAFTAR ISI ...................................................................................................... xi

DAFTAR TABEL ............................................................................................ xiii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1

A. Latar Belakang .......................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ..................................................................... 2

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .............................................. 3

D. Penegasan Istilah ...................................................................... 3

BAB II LANDASAN TEORI TENTANG METODE SOROGAN

DALAM MENGHAFAL AL-QURAN .......................................... 6

A. Kajian Pustaka ........................................................................... 6

B. Metode Sorogan ......................................................................... 8

1. Pengertian metode sorogan ................................................. 8

2. Dasar dan Tujuan ................................................................ 10

3. Kelebihan dan Kekurangan Metode Sorogan ................... 11

4. Penerapan Metode Sorogan ................................................ 12

C. Menghafal Al-Quran ................................................................. 13

1. Pengertian Menghafal Al-Quran ........................................ 13

2. Dasar dan tujuan pendidikan menghafal Al-Quran ........ 20

3. Faktor-faktor dalam menghafal al-Quran ........................ 25

4. Sorogan sebagai metode menghafal al-Quran .................. 30

D. Petunjuk Teknis dan Pelaksanaan Menghafal al-Quran ...... 32

Page 12: PENERAPAN METODE SOROGAN DALAM MENGHAFAL AL-QURAN DI ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/112/jtptiain-gdl... · Guru-guruku yang telah memperkenalkan jendela ilmu dan meletakkan

xii

E. Problematika umum dalam menghafal al-Quran .................. 34

BAB III METODE PENELITIAN ............................................................... 36

A. Jenis Penelitian .......................................................................... 36

B. Waktu dan Tempat Penelitian ................................................. 36

C. Sumber Data Penelitian ............................................................ 36

D. Fokus Penelitian ......................................................................... 36

E. Metode dan Instrumen Pengumpulan Data ............................ 37

1. Observasi .............................................................................. 37

2. Wawancara ........................................................................... 37

3. Dokumentasi ......................................................................... 38

F. Metode Analisis Data 38

1. Tahap Pekerjaan Lapangan ............................................... 39

2. Tahap Pasca Lapangan ...................................................... 40

BAB IV ANALISIS PENERAPAN METODE SOROGAN DALAM

MENGHAFAL AL-QURAN DI PONDOK PESANTREN

TAHAFFUDZUL QURAN PURWOYOSO NGALIYAN

SEMARANG .................................................................................... 43

A. Gambaran Umum dan Sejarah Berdirinya Pondok

Pesantren Tahaffudzul Qur’an Ngaliyan Semarang .............. 43

B. Penerapan metode sorogan dalam menghafal al-Quran di

Pondok Pesantren Tahaffudzul Quran Purwoyoso Ngaliyan

Semarang .................................................................................... 52

C. Analisis Terhadap Kelebihan dan Kekurangan Penerapan

Metode Sorogan di Pondok Pesantren Tahaffudzul Quran

Porwoyoso Ngaliyan Semarang ................................................ 54

BAB V PENUTUP ......................................................................................... 56

A. Kesimpulan ................................................................................ 56

B. Saran ............................................................................................ 57

C. Penutup ........................................................................................ 58

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 59

LAMPIRAN-LAMPIRAN .............................................................................. 62

Page 13: PENERAPAN METODE SOROGAN DALAM MENGHAFAL AL-QURAN DI ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/112/jtptiain-gdl... · Guru-guruku yang telah memperkenalkan jendela ilmu dan meletakkan

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1. Pengumpulan Data dan Sumber Data ...................................... 41

Tabel 4.1. Daftar Nama Santri Pondok Pesantren Tahaffudzul Qur’an . 48

Tabel 4.2. Jadwal Kegiatan Santri Pondok Pesantren Tahaffudzul

Qur’an ........................................................................................... 50

Page 14: PENERAPAN METODE SOROGAN DALAM MENGHAFAL AL-QURAN DI ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/112/jtptiain-gdl... · Guru-guruku yang telah memperkenalkan jendela ilmu dan meletakkan

1

BAB I

PENDAHULUAN

E. Latar Belakang

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh metode-metode pembelajaran yang

ada di pondok pesantren di seluruh Indonesia. Dalam buku Pesantren dari

Transformasi Metodologi Menuju Demokratisasi Institusi karangan Mujamil

Qomar, disebutkan ada dua metode pembelajaran, yaitu metode sorogan dan

metode wetonan (bandongan). Disebutkan bahwa metode sorogan merupakan

metode yang ditempuh dengan cara guru atau kyai menyampaikan pelajaran

kepada santri secara individual. Sedangkan metode wetonan atau bandongan

merupakan metode pengajaran dengan cara guru atau kyai membaca,

menterjemahkan, menerangkan dan mengulas buku-buku Islam atau kitab-

kitab dalam bahasa Arab, sedang kelompok santri mendengarkannya.1

Tentang kemunculan pesantren pertama kali di Indonesia, menurut

pendataan yang dilakukan oleh Departemen Agama pada tahun 1984-1985

diperoleh keterangan bahwa pesantren tertua didirikan pada tahun1062 di

Pamekasan Madura, dengan nama pesantren Jan Tampes II.2 Akan tetapi hal

ini diragukan, karena tentunya ada pesantren Jan Tampes I yang lebih tua.

Kendatipun demikian, pesantren merupakan lembaga pendidikan Islam tertua

di Indonesia yang peran-sertanya tidak diragukan lagi terutama bagi

perkembangan Islam di Indonesia.3

Dalam perkembangannya, pondok pesantren mengalami perubahan

yang pesat, bahkan ada kecenderungan menunjukkan trend. Di sebagian

pesantren telah mengembangkan kelembagaannya dengan membuka sistem

madrasah, sekolah umum, dan di antaranya ada yang membuka semacam

lembaga pendidikan kejuruan seperti bidang pertanian, peternakan, teknik dan

1

Prof. Dr. Mujamil Qomar, Pesantren dari Transformasi Metodologi Menuju Demokratisasi

Institusi, (Jakarta: Penerbit Erlangga, 2006), hlm. 142-143 2 Drs.Hasbullah, Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Jakarta: Raja Grafindo persada, 1996),

hlm.41. 3 Qadri Abdillah Azizi, et.al., Dinamika Pesantren dan Madrasah, (Yogyakarta: Pustaka

Pelajar, 2002), Cet.1, hlm. 86.

Page 15: PENERAPAN METODE SOROGAN DALAM MENGHAFAL AL-QURAN DI ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/112/jtptiain-gdl... · Guru-guruku yang telah memperkenalkan jendela ilmu dan meletakkan

2

sebagainya.4 Kontak antara pesantren dengan madrasah ini baru terjadi secara

intensif dan massif pada awal dekade 70-an.5 Sebelum itu, kedua lembaga ini

cenderung berjalan sendiri-sendiri, baik karena latar belakang

pertumbuhannya yang berbeda maupun karena tantangan eksistensial yang

dihadapi masing-masing lembaga yang tidak sama.

Di Semarang Jawa Tengah terdapat banyak pondok pesantren yang

mengembangkan kelembagaan dengan sistem madrasah maupun umum.

Selain itu juga terdapat pondok pesantren yang hanya fokus pada kajian-kajian

Islami. Ada juga pondok pesantren yang mengkhususkan diri pada tahfidz al-

Quran. Pola-pola pondok pesantren tersebut sangat layak untuk dikaji demi

kemajuan keilmuan keislaman yang memang banyak bersumber dari kajian

tentang pondok pesantren. Namun pada penelitian ini hanya menfokuskan

kajian pada pondok pesantren tahfid al-Quran di kota Semarang yakni Pondok

Pesantren Tahaffudzul Quran Purwoyoso Ngaliyan Semarang.

Pondok Pesantren Tahaffudzul Quran ini dikhususkan bagi santri putri.

Dengan waktu yang ditentukan, santri menyetorkan hafalannya kepada

pengasuh pondok yang sekaligus sebagai pen-tashih bagi santri yang telah

menyetor hafalan. Namun, pada prakteknya terdapan perbedaan antara teori

metode sorogan dengan pelaksanaan metode sorogan di Pondok Pesantren

tersebut.

Dari latar belakang di atas akan diperoleh gambaran kajian yang akan

diteliti, oleh karena itu dirumuskan judul PENERAPAN METODE

SOROGAN DALAM MENGHAFAL AL-QURAN DI PONDOK

PESANTREN TAHAFFUDZUL QURAN PURWOYOSO NGALIYAN

SEMARANG.

F. Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang dan beberapa kerangka pemikiran di atas,

ada dua permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini, yaitu:

4 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, Pendidikan di Indonesia dari Zaman ke Zaman,

(Jakarta: Badan Litbang Pendidikan dan Kebudayaan, 1979), hlm. 166. 5 Maksum Mochtar, ”Transformasi Pendidikan Islam”, dalam Said Agil Siradj, (et.al),

Pesantren Masa depan, (Bandung: Pustaka Hidayah, 1999), Cet.1, hlm.198.

Page 16: PENERAPAN METODE SOROGAN DALAM MENGHAFAL AL-QURAN DI ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/112/jtptiain-gdl... · Guru-guruku yang telah memperkenalkan jendela ilmu dan meletakkan

3

1. Bagaimana penerapan metode sorogan dalam menghafal al-Quran di

Pondok Pesantren Tahaffudzul Quran Purwoyoso Ngaliyan Semarang?

2. Apakah kelebihan dan kekurangan penerapan metode sorogan dalam

menghafal al-Quran di Pondok Pesantren Tahaffudzul Quran Purwoyoso

Ngaliyan Semarang?

G. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Dari permasalahan-permasalahan yang dipaparkan di atas, maka

tujuan penelitian adalah:

1. Untuk mengetahui penerapan metode sorogan dalam menghafal al-Quran

di Pondok Pesantren Tahaffudzul Quran Purwoyoso Ngaliyan Semarang.

2. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan penerapan metode sorogan

dalam menghafal al-Quran di Pondok Pesantren Tahaffudzul Quran

Purwoyoso Ngaliyan Semarang.

Sedangkan hasil penelitian diharapkan dapat memberi manfaat bagi

dunia pendidikan secara teoritis dan praktis.

2. Manfaat teoritis

Secara teoritis diharapkan dapat menambah pengetahuan mengenai

penerapan metode yang tepat untuk dapat menghafal Al-Quran.

3. Manfaat Praktis

Dapat memberikan gambaran kepada para pembaca pada umumnya

dan khususnya para penghafal al-Quran mengenai cara-cara praktis untuk

mempercepat menghafal al-Quran melalui pemahaman terhadap metode

sorogan.

H. Penegasan Istilah

Agar memberikan pemahaman yang tepat serta untuk menghindari

kesalahpahaman dalam menginterpretasikan judul skripsi ini maka, perlu

untuk mempertegas istilah dalam judul tersebut, juga dengan memberikan

batasan-batasan istilah. Adapun penjelasan istilah tersebut adalah:

1. Penerapan

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia istilah “penerapan” berasal dari

kata dasar “terap” yang artinya berukur, kemudian mendapat imbuhan pe-

Page 17: PENERAPAN METODE SOROGAN DALAM MENGHAFAL AL-QURAN DI ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/112/jtptiain-gdl... · Guru-guruku yang telah memperkenalkan jendela ilmu dan meletakkan

4

an, sehingga kata tersebut menjadi “penerapan” yang berarti proses, cara

atau perbuatan menerapkan.6

2. Metode Sorogan

Metode berasal dari kata “method” dalam bahasa Inggris yang berarti

cara. Metode adalah cara yang tepat dan cepat dalam melakukan

sesuatu.7Sedangkan istilah sorogan berasal dari kata sorog (Jawa) yang

berarti menyodorkan kitab atau al-Quran kedepan kiai atau asistennya.8

Jadi metode sorogan merupakan salah satu metode pendidikan Islam, yaitu

para santri maju satu per satu untuk menyodorkan kitabnya dan

berhadapan langsung dengan seorang guru atau kiai dan terjadi interaksi

diantara keduanya.

3. Menghafal Al-Quran

Kata menghafal di sini berasal dari kata yang berarti menjaga,

memelihara, dan melindungi.9

Menghafal berasal dari kata “hafal” yang artinya telah masuk dalam

ingatan tentang pelajaran atau dapat mengucapkan di luar kepala tanpa

melihat buku atau catatan lain. Kemudian mendapat awalan me-menjadi

menghafal yang artinya adalah berusaha meresapkan ke dalam pikiran agar

selalu ingat.10

Sedangkan Menghafal al-Quran adalah usaha keras yang

dilakukan oleh seseorang untuk meresapkan sesuatu ke dalam pikirannya

agar selalu diingat.11

4. Pondok Pesantren

Pondok Pesantren merupakan gabungan dua kata yang memiliki arti

hampir sama yaitu :

6 Lukman Ali, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1999), cet.10, hlm.

1044. 7 Ahmad Tafsir, Metodologi Pengajaran Agama Islam,(Bandung: Remaja Rosdakarya, 1995),

cet. 1, hlm. 9. 8 Abuddin Nata, Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Lembaga-lembaga Pendidikan

Islam di Indonesia, (Jakarta: PT Grasindo, 2001), hlm. 108. 9 Maftuh Afnan, Kamus Al-Munir, (Surabaya: Anugerah, 1991), cet. 1, hlm. 88.

10 Hasan Alwi, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi III, (Jakarta Balai pustaka, 2003), cet. 3,

hlm. 381. 11

Lukman Ali, dkk., , Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1999), cet.10,

hlm. 333.

Page 18: PENERAPAN METODE SOROGAN DALAM MENGHAFAL AL-QURAN DI ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/112/jtptiain-gdl... · Guru-guruku yang telah memperkenalkan jendela ilmu dan meletakkan

5

Pondok berasal dari bahasa arab “Funduq” yang berarti hotel, asrama,

rumah dan tempat tinggal sederhana.12

Perkataan Pesantren berasal dari kata santri, dengan awalan pe depan

dan akhiran an berarti tempat tinggal para santri. 13

Pondok Pesantren yang dimaksud disini adalah Pondok Pesantren

Tahaffudzul Quran yang berada di daerah Purwoyoso Ngaliyan Semarang.

12

Yasmadi, Modernisasi Pesantren, (Ciputat: Quantum Teaching, 2005), hlm. 62 13

Yasmadi, Modernisasi Pesantren, (Ciputat: Quantum Teaching, 2005), hlm. 61.

Page 19: PENERAPAN METODE SOROGAN DALAM MENGHAFAL AL-QURAN DI ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/112/jtptiain-gdl... · Guru-guruku yang telah memperkenalkan jendela ilmu dan meletakkan

6

BAB II

LANDASAN TEORI TENTANG METODE SOROGAN DALAM

MENGHAFAL AL-QURAN

F. Kajian Pustaka

Dalam penyusunan skripsi ini penulis mencoba menggali informasi

terhadap penelitian-penelitian terdahulu sebagai bahan pertimbangan untuk

membandingkan masalah-masalah yang diteliti, baik dalam segi khusus

metode maupun objek yang diteliti.

Penelitian dengan tema Metode menghafal al-Quran telah banyak ditulis.

Namun, yang membedakan dari tema-tema tersebut adalah fokus, objek, dan

sasaran yang akan dikaji. Adapun penelitian yang relevan dengan penelitian

ini antara lain:

Skripsi I’triadi Fatukaloba (063111045) yang berjudul “Menghafal al-

Quran bagi santri di Pondok Pesantren Anzalal Furqân Kecamatan

Gunungpati Semarang”, Skripsi ini ditulis pada tahun 2010, secara garis besar

di dalam skripsi tersebut dijelaskan bahwa metode menghafal al-Quran bagi

santri di Ponpes Anzalal Furqân Kecamatan Gunungpati Semarang

menggunakan dua Metode, yakni: individual method (Metode menghafal al-

Quran secara individu), dan team method (Metode menghafal al-Quran secara

berkelompok.14

Muhammad Liulin Nuha (0314197), dalam skripsinya yang berjudul

“Metode tahfidz Al-Quran dalam keluarga (studi komparasi keluarga Anwar

Syadad Mangkang Semarang dan Ahsan surodadi Jepara).” Skripsi ini ditulis

pada tahun 2010, Secara garis besar, penelitian menunjukkan bahwa metode

tahfidz al-Quran yang diterapkan H Muhammad Ahsan surodadi Jepara belum

dikatakan optimal. Karena dalam pelaksanaannya, belum menerapkan

berbagai macam metode yang ada (masih terbawa oleh metode menghafal

yang diterapkan ketika orang tua berada dilingkungan pondok pesantren).

14

Itriadi Fatukaloba, Menghafal A-Quran bagi Santri di Pondok Pesantren Anzalal Furqan

Kecamatan Gunung Pati, Skripsi SI, Semarang: IAIN Walisongo Semarang, 2010.

Page 20: PENERAPAN METODE SOROGAN DALAM MENGHAFAL AL-QURAN DI ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/112/jtptiain-gdl... · Guru-guruku yang telah memperkenalkan jendela ilmu dan meletakkan

7

Adapun metode tahfidz al-Quran yang diterapkan keluarga Anwar Syadad

lebih optimal karena menggunakan metode dan urutan yang dimulai sejak

anak dalam kandungan (doa, ibadah, membaca al-Quran, zikir), kemudian

metode pada tahap kanak-kanak (permainan, mengeraskan bacaan al-Quran,

menggunakan tape recorder, sima’i) hingga sampai metode pada tahap remaja

yaitu menggunakan (wahdah, kitabah, gabungan, antara wahdah dan kitabah,

talaqqi, tasmi’) dan ditunjang dengan program menghatamkan membaca al-

Quran dalam jangka waktu satu pekan. Hasilnya menunjukkan bahwa metode

yang diterapkan keluarga Anwar Syadad lebih cepat dibanding dengan metode

yang diterapkan keluarga H.Muhammad Ahsan dalam mewujudkan putri-

putrinya menjadi seorang hafidzah. 15

Inayah Alfauziyah (03103100). Pengaruh Penerapan Metode Sorogan

Terhadap Kemampuan Membaca al-Qur’an Anak Usia 6-7 Tahun di Pondok

Tahfidh Yanbu’ul Qur’an Anak-Anak Kudus.” Secara garis besar Penelitian

ini bertujuan untuk mengetahui penerapan metode sorogan di Pondok Tahfidh

Yanbu’ul Qur’an Anak-anak Kudus, untuk mengetahui kemampuan membaca

al-Qur’an anak usia 6-7 tahun di Pondok Tahfidh Yanbu’ul Qur’an Anak-anak

Kudus, dan untuk mengetahui adakah pengaruh positif antara penerapan

metode sorogan terhadap kemampuan membaca al-Qur’an anak usia 6-7 tahun

di Pondok Tahfidh Yanbu’ul Qur’an Anak-anak Kudus.

Penelitian ini menggunakan metode field research dengan tehnik analisis

regresi sederhana (satu predictor). Subyek penelitian sebanyak 38 responden,

menggunakan penelitian populasi. Pengumpulan data dengan menggunakan

metode observasi, metode angket, tes dan metode dokumentasi.

Kesimpulan dari penelitian ini menyatakan ada pengaruh positif antara

penerapan metode sorogan terhadap kemampuan membaca al-Qur’an anak

usia 6-7 tahun di Pondok Tahfidh Yanbu’ul Qur’an Anak-anak Kudus, yaitu

15

Muhammad Liulin Nuha, Metode Tahfidz Al-Quran dalam keluarga (Studi Komparasi

Keluarga Anwar Syadad Mangkang Semarang dan Ahsan Surodadi Jepara), Skripsi SI,

Semarang: IAIN Walisongo Semarang, 2010.

Page 21: PENERAPAN METODE SOROGAN DALAM MENGHAFAL AL-QURAN DI ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/112/jtptiain-gdl... · Guru-guruku yang telah memperkenalkan jendela ilmu dan meletakkan

8

dilihat dari nilai Freg > Ft 5 % dan Freg > Ft 1 %, berarti signifikan dan hipotesis

dapat diterima.

Qomariyah (03104286) dalam skripsinya yang berjudul “Penerapan

Metode Takrir dalam Menghafal Al-Quran 2 juz di SD Islam Terpadu Nurul

Iman Genuk Semarang.” Skripsi ini ditulis pada tahun 2009. Secara garis

besar, menunjukkan bahwa pelaksanaan menghafal al-Quran di SD Islam

Terpadu Nurul Iman Genuk Semarang disesuaikan dengan kemampuan

siswa. Oleh karena itu sekolah menargetkan hafal 2 juz al-Quran, yang

dimulai dari juz 30 dan juz 29 karena kedua juz tersebut mempunyai surat

yang pendek dan mudah dihafal.16

Dari telaah pustaka yang telah dilakukan, penulis hendak mengemukakan

bahwa penelitian ini berbeda dengan penelitian-penelitian yang telah ada. Hal

yang membedakan kajian penelitian ini adalah fokus kajian dan tujuan

penelitian. Oleh karena itu, penulis berpendapat bahwa rencana penelitian ini

layak diangkat.

G. Metode Sorogan

5. Pengertian metode sorogan

Pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam tertua di Indonesia,

mengajarkan ilmu agama. Dengan berbagai macam metode yang biasa

dipergunakan dalam penyajian dan penyampaian materi pendidikan di

pesantren adalah metode sorogan, wetonan dan hafalan.

Pengertian metode sorogan terdiri dari dua kata, yaitu metode dan

sorogan. Kata “metode” mengandung pengertian suatu jalan yang dilalui

untuk mencapai suatu tujuan. Metode berasal dari dua perkataan yaitu

meta dan hodos berarti. “jalan atau cara.17

Zuhairini menjelaskan bahwa metode adalah salah satu komponen

dari proses pendidikan, alat untuk mencapai tujuan yang didukung oleh

16

Qomariah, Penerapan Metode Takrir dalam Menghafal Al-Quran 2 Juz di SD Islam Terpadu

Nurul Iman Genuk Semarang, Skripsi SI, Semarang: IAIN Walisongo Semarang, 2009. 17

M.Arifin, Ilmu Pendidikan Islam Tinjauan Teoritis Dan Praktis Berdasarkan Pendekatan

Interdisipliner, (Jakarta: Bumi Aksara, 2003), hlm. 65.

Page 22: PENERAPAN METODE SOROGAN DALAM MENGHAFAL AL-QURAN DI ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/112/jtptiain-gdl... · Guru-guruku yang telah memperkenalkan jendela ilmu dan meletakkan

9

alat-alat bantu mengajar, dan merupakan kebulatan dalam sistem

pendidikan.18

Dari sini peneliti menyimpulkan bahwa metode merupakan suatu

cara untuk mencapai suatu tujuan. Tuhan sendiri telah mengajarkan

kepada manusia supaya mementingkan metode. Sebagaimana Firman

Allah SWT pada surat An-Nahl: 125.

�� �� �� �� � � � �� � �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� ��� � �� � �� !� �" �� �# �$ �� �% �� �&

' �� !( �� !� �� �# ��

�� �� �) � �� �� �& �* !� �� �& � �� � �) �+ �� �# �� �� �� �) � �� �� �� �� �" �, �- �& )���� :012(

Ayat di atas menyuruh supaya manusia dalam menyampaikan

ajaran Tuhan, dengan cara-cara yang bijaksana, sesuai antara bahan dan

orang yang akan menerimanya dengan mempergunakan faktor-faktor yang

akan dapat membantu supaya ajarannya itu dapat diterima.19

Metode dalam rangkaian sistem pengajaran, telah menempatkan

urutan setelah meteri yang akan di ajarkan atau di sampaikan oleh guru

atau ustadz dalam penyampaian materi, seorang guru harus mampu

memilih metode dengan tepat dan menggunakannya dengan baik,sehingga

memiliki peran besar terhadap hasil pendidikan dan pengajarannya.

Sedangkan pengertian sorogan menurut beberapa ahli, sebagai

berikut:

Abuddin Nata mengemukakan Istilah sorogan berasal dari kata

Sorog (Jawa) yang berarti menyodorkan kitab ke depan kyai atau

asistennya.20

Armai Arif telah mengutip pendapat dari Mastuhu dalam Pengantar

Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, Mastuhu menjelaskan bahwa

sorogan artinya belajar secara individu di mana seorang santri berhadapan

dengan seorang guru atau kyai, terjadi interaksi saling mengenal di antara

18

Zuhairini,dkk, Metodik Khusus Pendidikan Agama, (Malang: Biro Ilmiah Fakultas Tarbiyah

IAIN Sunan Ampel, 1981), hlm. 68. 19

Muhammad Zein, Methodologi Pengajaran Agama, (Yogyakarta: Ak Group, 1995), hlm. 11. 20

Abuddin Nata, Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Lembaga-lembaga Pendidikan

Islam di Indonesia, (Jakarta: PT Grasindo, 2001), hlm. 108.

Page 23: PENERAPAN METODE SOROGAN DALAM MENGHAFAL AL-QURAN DI ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/112/jtptiain-gdl... · Guru-guruku yang telah memperkenalkan jendela ilmu dan meletakkan

10

keduannya. Sedangkan menurut wahyu Utomo,yamg dikutip A.Arif

mengatakan metode Sorogan adalah sebuah sistem belajar dimana santri

maju satu persatu untuk menbaca dan menguraikan isi kitab atau al-Quran

di hadapan seorang guru atau kyai.21

Hasbullah menyebut sorogan sebagai cara mengajar per kepala,

yaitu setiap santri mendapat kesempatan tersendiri untuk memperoleh

pelajaran secara langsung dari kyai.22

Penulis menyimpulkan bahwa metode sorogan dengan cara para

santri maju satu persatu untuk menyodorkan kitabnya dan berhadapan

langsung dengan seorang guru atau kyai dan terjadi interaksi di antara

keduanya dalam proses pengajarannya. Dalam metode sorogan terdapat

pembelajaran secara individual, interaksi pembelajaran, bimbingan

pembelajaran, dan didukung keaktifan santri.

6. Dasar dan Tujuan

Pengajaran individual merupakan cara penyampaian materi yang

didasari atas peristiwa yang terjadi ketika Rasulullah saw ataupun Nabi

lainnya menerima ajaran dari Allah swt. Melalui malaikat Jibril, mereka

langsung bertemu satu persatu, yaitu antara malaikat Jibril dan para nabi

tersebut.23

Pada jaman Rasulullah saw dan para sahabat, pengajaran

individual dikenal dengan metode belajar kuttab, sampai muncul istilah

sorogan yang dijadikan sebagai salah satu metode pengajaran di pondok

pesantren.

Metode sorogan merupakan konsekuensi logis dari layanan yang

sebesar-besarnya pada santri. Berbagai usaha pembaharuan dewasa ini

dilakukan justru mengarah pada layanan secara individual kepada peserta

didik. Metode sorogan justru mengutamakan kematangan dan perhatian

21

Armai Arif, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Press,

2002), hlm. 150. 22

Hasbullah, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia: Lintasan Sejarah Pertumbuhan dan

Perkembangannya, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1995), Cet.1, hlm. 145. 23

Armai Arif, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Press,

2002), hlm. 151

Page 24: PENERAPAN METODE SOROGAN DALAM MENGHAFAL AL-QURAN DI ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/112/jtptiain-gdl... · Guru-guruku yang telah memperkenalkan jendela ilmu dan meletakkan

11

serta kecakapan seseorang.24

Karena melihat tujuan metode sorogan

sendiri adalah untuk mengarahkan anak didik pada pemahaman materi

pokok dan juga tujuan kedekatan Relasi anak didik dan guru.

Di samping itu dengan metode sorogan seorang guru dapat

memanfaatkannya untuk menyelami gejolak jiwa atau problem-problem

yang dihadapi masing-masing santrinya, terutama yang berpotensi

mengganggu proses penyerapan pengetahuan mereka. Kemudian dari

penyelaman ini guru dapat memilih strategi apa yang diperlukan untuk

memberikan solusi bagi santrinya.

7. Kelebihan dan Kekurangan Metode Sorogan

Seperti halnya metode-metode pembelajaran yang lain, metode

sorogan ini juga mempunyai kelebihan maupun kekurangan. Armai Arif

menyebutkan beberapa kelebihan yang dimiliki metode sorogan ini

adalah:

a. terjadi hubungan yang erat dan harmonis antara guru/kiai dan santri;

b. memungkinkan bagi seorang guru untuk mengawasi, menilai dan

membimbing secara maksimal kemampuan seorang santri;

c. santri mendapatkan penjelasan langsung dari guru;

d. guru dapat mengetahui kualitas yang telah dicapai santrinya; dan

e. santri yang aktif dan yang mempunyai IQ yang tinggi akan lebih cepat

menyelesaikan materi pembelajarannya dibanding dengan yang

rendah akan membutuhkan waktu yang lebih lama.25

Sedangkan kelemahan metode sorogan Armai Arif menemukan

beberapa kekurangan di antaranya adalah:

a. metode sorogan kurang efisien, disebabkan hanya menghadapi

beberapa santri saja;

b. membuat santri cepat bosan karena metode ini menuntut kesabaran,

kerajinan, ketaatan, dan disiplin pribadi; dan

24

Mujamil Qomar, Pesantren: Dari Transformasi Metodologi Menuju Demokratisasi Institusi.,

hlm. 145 25

Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Press,

2002), hlm. 152.

Page 25: PENERAPAN METODE SOROGAN DALAM MENGHAFAL AL-QURAN DI ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/112/jtptiain-gdl... · Guru-guruku yang telah memperkenalkan jendela ilmu dan meletakkan

12

c. santri kadang hanya menangkap kesan verbalisme semata terutama

mereka yang tidak mengerti terjemahan dari bahasa tertentu.26

8. Penerapan Metode Sorogan

Dalam penerapan metode sorogan mau tidak mau harus terjadi

interaksi antara dua individu, yakni guru atau kyai dan santri. Interaksi dari

keduanya dapat terjadi jika guru membaca atau berbicara sedang santri

mendengarkan atau menyimak; ataupun santri membaca atau berbicara

sedang guruatau kyai mendengar atau menyimak.

Dari interaksi tersebut di atas kemudian diterapkan dalam

menghafal ayat-ayat al-Quran yang nantinya melibatkan antara guru atau

kyai dan santri di lokasi pondok pesantren yang akan peneliti kaji.

Hasbullah dalam bukunya Kapita Selekta Pendidikan Islam

menggambarkan bahwa pelaksanaan pembelajaran yang menggunakan

metode sorogan ini, santri bersama-sama mendatangi guru atau kyai,

kemudian mereka antri dan menunggu giliran masing-masing.27

Dari

gambaran tersebut dapat diketahui bahwa metode sorogan membutuhkan

keaktifan santri. Jika dikaitkan dengan kajian yang akan peneliti ambil,

para santri menghafal ayat-ayat al-Quran di hadapan guru atau kyai,

namun sebelum hal itu dilakukan sudah tentu santri harus mempersiapkan

terlebih dahulu hafalan yang akan disetorkan. Lebih siap dalam menghafal,

maka akan lebih lancar di hadapan guru atau kyai.

Di lain pihak, Zamakhsyari Dhofier berpendapat bahwa metode

sorogan ini merupakan bagian yang paling sulit dari keseluruhan metode

pendidikan Islam tradisional, sebab sistem ini menuntut kesabaran,

kerajinan, ketaatan, dan disiplin pribadi santri.28

Nampaknya pendapat ini

terlalu berlebihan jika dinyatakan bahwa metode sorogan paling sulit dari

sekian banyak metode pendidikan yang ditawarkan kepada santri dalam

26

Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Press,

2002), hlm. 152. 27

Hasbullah, Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1996), hlm. 50 28

Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren: Studi tentang Pandangan Hidup Kyai, (Jakarta:

LP3ES, 1982), hlm. 108

Page 26: PENERAPAN METODE SOROGAN DALAM MENGHAFAL AL-QURAN DI ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/112/jtptiain-gdl... · Guru-guruku yang telah memperkenalkan jendela ilmu dan meletakkan

13

pendidikan tradisional Islam, karena bukan hanya santri saja yang

seharusnya berperan aktif, tetapi juga guru atau kyai harus berperan aktif

juga. Sehingga akan diperoleh hasil yang optimal terhadap apa saja bidang

yang menggunakan metode sorogan ini.

H. Menghafal Al-Quran

1. Pengertian Menghafal Al-Quran

a. Landasan menghafal al-Quran

Menghafal al-Quran memiliki landasan yang cukup kuat dan tidak

bisa dipisahkan dari kehidupan manusia, yaitu landasan agama.

Al-Quran dikenal oleh manusia dari berbagai ciri dan sifatnya.

Salah satu ciri dan sifat al-Quran adalah dijamin keasliannya dan

kemurniannya oleh Allah SWT. Sifat ini tidak dimiliki oleh kitab-kitab

suci sebelumnya. Kemurniannya senantiasa terjaga sejak

diturunkannya kepada nabi Muhammad SAW, sekarang dan sampai

hari kiamat kelak. Hal ini terjadi karena dalam lafal-lafal al-Quran,

redaksi maupun ayat-ayatnya mengandung makna keindahan,

kenikmatan, dan kemudahan. Hal ini memudahkan bagi orang yang

bersungguh-sungguh untuk menghafal dan menyimpan al-Quran

dalam hatinya.29

Allah SWT. Berfirman dalam Qs.Al-Hijr ayat 9:

�(�����4���� �+� �!5�6�� �7 �8�9� ����!:�;5 �& ���5 �!5�6) 7<�� :=(

“Sesungguhnya kamilah yang menurunkan al-Quran dan kami

benar-benar memeliharanya.”30

Ayat diatas meyakinkan kepada orang-

orang yang beriman akan kemurnian al-Quran. Bukan berarti umat

Islam terlepas dari tanggung jawab dan kwajiban untuk memelihara

kemurniannya dari upanya pemalsuan ayat-ayat al-Quran.31

29

Yusuf Qardhawi, Menghafal Al-quran, terj. Nn., (t.tp., KONSIS Media, tt.), pdf, hlm.2. 30

R.A.H Soenarjo, Al-quran dan Terjemahnya, (Jakarta: Departemem Agama RI,1971),

hlm.391 31

Ahsin W. Al-Hafidz, Bimbingan Praktis menghafal Al-Quran, (Jakarta Bumi Aksara, 2005),

cet. 3, hlm. 1.

Page 27: PENERAPAN METODE SOROGAN DALAM MENGHAFAL AL-QURAN DI ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/112/jtptiain-gdl... · Guru-guruku yang telah memperkenalkan jendela ilmu dan meletakkan

14

Quraish Shihab memaparkan dalam Tafsir al-Misbah, bahwa ayat

ini merupakan dorongan kepada orang-orang kafir untuk mempercayai

al-Qur'an sekaligus memutus harapan mereka untuk dapat

mempertahankan keyakinan sesat mereka. Betapa tidak, al-Qur'an dan

nilai-nilainya tidak akan punah tetapi akan bertahan. Itu berarti bahwa

kepercayaan yang bertentangan dengannya, pada akhirnya — cepat

atau lambat — pasti akan dikalahkan oleh ajaran al-Qur'an. Dengan

demikian, tidak ada gunanya meteka memeranginya dan tidak berguna

pula mempertahankan kesesatan mereka.32

Oleh karena itu, menghafal al-Quran menjadi sangat penting bagi

umat islam dengan empat alasan.33

1) Al-Quran diturunkan, diterima dan diajarkan oleh Rasulullah saw

secara hafalan sebagaimana ditegaskan dalam firman-Nya Qs. Asy-

Syu’araa ayat 192-193.

…çµ ¯ΡÎ)uρ ã≅ƒÍ”∴tGs9 Éb>u‘ t ÏΗs>≈ yè ø9 $# ∩⊇⊄∪ tΑt“tΡ ÏµÎ/ ßyρ”�9 $# ß ÏΒF{ $# ∩⊇⊂∪

yang artinya: “Dan sesungguhnya al-Quran ini benar-benar

diturunkan oleh tuhan semesta alam. Dia dibawa turun oleh al-

Ruh al-amin (jibril) ke dalam hatimu (Muhammad) agar kamu

menjadi salah seorang diantara orang-orang memberi peringatan

dengan bahasa arab yang jelas.”

Kata ( ����� ) tanzil terambil dan kata ( ���� ) nazzala yang

berarti menurunkan. Kata "turun" dapat berkaitan dengan hal yang

bersifat material, dan ketika itu ia bermakna "pemindahan dari

tempat yang tinggi ke tempat yang rendah", dan dapat juga

menyangkut immaterial, dan kctika itu ia bermakna "pemindahan

dari sumber yang ringgi ke arah bawahnya". Al-Qur'an diturunkan

32

Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, (Jakarta: Lentera Hati, 2002), Vol. 7, hlm. 97. 33

Ahsin W. Al-Hafidz, Bimbingan Praktis menghafal Al-Quran, (Jakarta Bumi Aksara, 2005),

cet. 3, hlm. 22-23.

Page 28: PENERAPAN METODE SOROGAN DALAM MENGHAFAL AL-QURAN DI ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/112/jtptiain-gdl... · Guru-guruku yang telah memperkenalkan jendela ilmu dan meletakkan

15

dari "langit" atau dan Allah swt. kepada manusia. Penurunan

dimaksud adalah penampakannya dari alam gaib atau alam ruhani

ke alam nyata/duniawi yang bersifat material. Kata (�����) tanzil

biasa digunakan dalam arti turun sedikit demi sedikit, tahap demi

tahap.34

Malaikat Jibril dinamai ar-Ruh al-Amin adalah yang

berfungsi mengantar wahyu-whyu ilahi kepada manusia-manusia

pilihan Allah. Agaknya penamaan itu, untuk mengisyaratkan

bahwa kalam Ilahi itu adalah sesuatu yang menghidupkan ruhani

sebagaimana halnya dengan nyawa yang menghidupkan jasmani.

Sedang penyifatan malaikat suci itu dengan al-Amin untuk

menyatakan bahwa ia sangat tepercaya oleh Allah swt.35

2) Hikmah diturunkannya al-Quran secara berangsur-angsur

merupakan isyarat dan dorongan kepada umat islam untuk

menghafalkannya. Mereka harus menjadikan Rasulullah Saw

sebagai figur yang dipersiapkan oleh Allah SWT untuk menerima

wahyu secara hafalan. Beliau adalah teladan bagi umatnya,

Sebagaimana firman-Nya dalam QS. Al-Qamar ayat 17;

ô‰s)s9 uρ $ tΡ÷�œ£o„ tβ#uö� à)ø9 $# Ì� ø.Ïe%#Ï9 ö≅yγ sù ÏΒ 9� Ï.£‰•Β ∩⊇∠∪

“Dan sesungguhnya telah kami mempermudah al-Quran (bagi

manusia) untuk pelajaran, maka adakah orang yang mengambil

pelajaran (daripadanya)?”

Uraian ayat-ayat yang lalu merupakan bagian dari ayat al-

Qur'an yang diturunkan Allah swt. kepada umat manusia. Uraian

tersebut pada hakikatnya sangat berguna bagi mereka yang ingin

mendapat pelajaran serta sangat mudah dicerna oleh siapa pun

yang memberi perhatian - walau tidak terlalu banyak. Hakikat itu

34

Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, (Jakarta: Lentera Hati, 2002), Vol. 10, hlm. 134. 35

Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, (Jakarta: Lentera Hati, 2002), Vol. 10, hlm. 134.

Page 29: PENERAPAN METODE SOROGAN DALAM MENGHAFAL AL-QURAN DI ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/112/jtptiain-gdl... · Guru-guruku yang telah memperkenalkan jendela ilmu dan meletakkan

16

diungkap oleh Allah swt. melalui ayat di atas dengan menyatakan:

Dan sungguh Kami bersumpah bahwa Kami telah mempermudah

al-Qur'an untuk menjadi pelajaran, maka adakah yang akan

bersungguh-sungguh mengambil pelajaran sehingga Allah

melimpahkan karunia dun membantunya memahami kitab suci itu?

Quraish Shihab menyatakan bahwa Allah swt.

mempermudah pemahaman al-Qur'an dengan cara menurunkannya

sedikit demi sedikit, mengulang-ulangi uraiannya, memberikan

serangkaian contoh dan perumpamaan menyangkut hal-hal yang

abstrak dengan sesuatu yang kasat indrawi melalui pemilihan

bahasa yang paling kaya kosakatanya serta mudah diucapkan dan

dipahami, populer, terasa indah oleh kalbu yang mendengarnya

lagi sesuai dengan nalar fitrah manusia agar tidak timbul kerancuan

dalam memahami pesannya.36

3) Aplikasi dari al-Quran surat al-Hijr ayat 9 diatas Allah-lah yang

menjamin pemeliharaan terhadap kemurnian al-Quran. Namun,

tugas operasional secara nyata dalakukan oleh umat islam sebagai

wujud dan rasa tanggung jawab pemiliknya.

4) Menghafal al-Quran hukumnya fardu kifayah. Fardhu kifayah

adalah suatu kewajiban yang dituntut oleh syar’i dari keseluruhan

para mukallaf (yang diberi tanggung jawab), bukan masing-masing

individu dari mereka. Apabila sebagian dari para mukallaf telah

melaksanakannya maka kewajiban tersebut telah dilaksanakan dan

dosa serta kesulitan telah gugur dari yang lainnya. Apabila tiap-

tiap individu dari para mukallaf tidak melaksanakannya maka

mereka swmua berdosa karena tidak memperhatikan kewajiban

tersebut.37

Dalam konteks kajian penelitian ini, penghafal al-Quran

36

Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, (Jakarta: Lentera Hati, 2002), Vol. 13, hlm. 463. 37

Abdul Wahab Khallaf, Ilmi Ushul Fiqh, terj. Muhammad Zuhri dan Ahmad Qorib,

Semarang: Dina Utama Semarang, 1994, hlm.156

Page 30: PENERAPAN METODE SOROGAN DALAM MENGHAFAL AL-QURAN DI ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/112/jtptiain-gdl... · Guru-guruku yang telah memperkenalkan jendela ilmu dan meletakkan

17

tidak boleh kurang dari jumlah mutawattir38

. Sehingga tidak ada

kemungkinan terjadi pemalsuan dan pengubahan terhadap ayat-

ayat suci al-Quran.

Menurut penulis, berdasarkan empat alasan diatas maka menghafal

al-Quran hukumnya fardhu kifayah.39

Bagi umat islam. Mereka harus

memelihara dan merawat kesucian ayat-ayat suci al-Quran, baik

dengan ingatan dan terlebih lagi dengan perilakunya.

b. Keutamaan menghafal al-Quran

Menghafal al-Quran memiliki keutamaan yang sangat banyak.

Badrun bin Nasir Al-Badri menerangkan sebagai berikut:40

1) Penghafal al-Quran menjadi manusia yang terbaik.41

Hujjaj bin Minhal telah menyampaikan kepada kami, Syu’bah

telah menyampaikan kepada kami, dia berkata, al-Qamah bin

Mursad telah mengabarkan kepada saya, dia berkata, saya telah

mendengar Sa’d bin U’baidah, dari Abdurrahman As-sulami, dari

Usman ra. Berkata, Nabi SAW. Telah bersabda,” sebaik-baik kamu

adalah orang yang mempelajari al-Quran kemudian

mengajarkannya.

2) Penghafalal-Quran mendapat kenikmatan yang tiada bandingnya.

Ali bin Ibrahim telah menyampaikan kepada kami, dia berkata,

Rauh telah menyampaikan kepada kami, dia berkata, su’bah telah

38

Mutawatir adalah derajat suatu berita (al-Quran) yang tidak membutuhkan syarat-syarat

hadis shahih karena tidak dipercaya keabsahannya dari pada hadis shahih. (A. Hasan, terjemah

Bulughul Maram, Bandung: CV Diponegoro, 2002, cet. 26, hlm.10). Namun Mutawatir memiliki

empat syarat: pertama, perawinya harus tsiqah (terpercaya), mengerti terhadap apa yang

dikabarkan dan menyampaikannya dengan kalimat pasti. Kedua, sandaran penyampaian kepada

sesuatu yang konkrit, meliputi penyaksian atau penglihatan langsung, seperti., “saya mendengar,

kami mendengar, saya melihat dan kami melihat.” Ketiga, jumlah perawi banyak sehinnga

mustahil ada kesepakatan diantara mereka untuk berdusta. Keempat, jumlah perawi minimal 10

orang dan mereka tetap pada pendiriannya dari awal sanad hingga akhir sanad. (Mahmud Tahan,

Kitab Tafsir Mustalah Al-Hadist, terj. Nn., t.tp.:tp.,,tt., hlm.31). 39

Abdul Wahab Khallaf, Ilmi Ushul Fiqh, terj. Muhammad Zuhri dan Ahmad Qorib,

Semarang: Dina Utama Semarang, 1994, hlm.156 40

Badrun bin Nasir Al-Badri, Keutamaan Membaca dan Menghafal al-Quran, terj.

Muhammad Iqbal A. Ghazali, (Indonesia: Maktub Dakwah dan Bimbingan Jaliyat Rabwah, 2010,

hlm. 4-6) 41

Abu Abdillah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin Al-Mughirah Al-Bukhari, Al-Jami’ Al-

Musnad As-Sahih Al-Mukhtasar, Jilid VI, Beirut: Dar Tauq An-Najah, 1422, hlm.191-192.

Page 31: PENERAPAN METODE SOROGAN DALAM MENGHAFAL AL-QURAN DI ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/112/jtptiain-gdl... · Guru-guruku yang telah memperkenalkan jendela ilmu dan meletakkan

18

menyampaikan kepada kami, dari Sulaiman, dia berkata, saya telah

mendengar dari Dukwan, dari Abi Hurairah ra. Berkata,

bahwasanya Rasulullah SAW telah bersabda,” tidak boleh

menginginkan sesuatu yang dimiliki oleh orang yang lain kecuali

dua hal: yaitu orang yang diberi oleh Allah SWT keahlian dalam

al-Quran maka dia melaksanakannya (mengamalkannya) pada

malam dan siang. Dan seseorang yang diberi harta oleh Allah

kemudian ia menginfakkannya sepanjang siang dan malam.”42

3) Penghafal al-Quran mendapat syafaatnya dihari kiamat.

Hasan bin Ali Al-Huluwan telah menyampaikan kepada saya,

Abu Taubah telah menyampaikan kepada kami, Mu’awiyah telah

menyampaikam kepada kami, dari Zaid, bahwasanya dia telah

mendengar Aba Salamah berkata, Abu Umamah Al-Bahili ra.

Telah menyampaikan kepada kami, Rasulullah SAW telah

bersabda,” bacalal al-Quran, sesnnguhnya dia akan datang pada

hari kiamat untuk memberi pertolongan kepada ahlinya (orang

yang membaca, menghafal dan mengamalkannya”) 43

4) Penghafal al-Quran mendapat pahala berlipat ganda.

Muhammad bin Basyar teleh menyampaikan kepada kami,

Abu Bakar Al-Hanafi telah menyampaikan kepada kami, Ad-

Dahah bin Usman telah menyampaikan kepada kami, dari ayub bin

musa,dia berkata saya telah mendengar muhammad bin ka’ab Al-

Qorzai dia berkata,saya telah mendengar Abdullah bin mas’ud ra.

Dia berkata, Rasulullah SAW. telah bersabda,”Barang siapa yang

membaca satu huruf dari Al-Qur’an maka untuknya satu kebaikan

dan satu satu kebaikan yang dilipatgandakan menjadi 10 kebaikan.

42

Abu Abdillah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin Al-Mughirah Al-Bukhari, Al-Jami’ Al-

Musnad As-Sahih Al-Mukhtasar, Jilid VI, Beirut: Dar Tauq An-Najah, 1422, hlm.191 43

Muslim bin Al-Hujaj Abu Al-Husain Al-Qusyairi An-Naisaburi, Shahih Muslim. Jilid 1,

Beirut: Dar Ihya At-Turas Al- Arabi, tt., hlm. 553

Page 32: PENERAPAN METODE SOROGAN DALAM MENGHAFAL AL-QURAN DI ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/112/jtptiain-gdl... · Guru-guruku yang telah memperkenalkan jendela ilmu dan meletakkan

19

Saya tidak mengatakan alif lam mim satu huruf tetapi alif satu

huruf, lam satu huruf dan mim satu huruf.” 44

5) Penghafal al-Quran dikumpulkan bersama para malaikat.

Dari Aisyah ra. Berkata, Rasulullah SAW. Bersabda,”Orang

yang membaca Al-Qur’an dan dia mahir dalam membacanya maka

dia dikumpulkan bersama malaikat yang mulia lagi berbakti.

Sedangkan orang yang membaca Al-Qur’an dan dia massih

terbata-bata dan merasa berat dalam membacanya maka dia

mendapat dua pahala.” 45

6) Penghafal al-Quran adalah keluarga Allah SWT.46

Sebagaimana

diriwayatkan oleh Imam Ahmad.

Imam ahmad berkata, Abdullah telah menyampaikan kepada

kami, dari bapaknya, dari Abu Ubaidah Al-Hadad dari

Abdurrahman bin Badil bin Maisaroh, Ia berkata, Bapakku telah

menceritakan kepadaku dari Anas, dia berkata, Rasulullah SAW.

telah bersabda,” sesungguhnya Allah itu mempunyai keluarga yang

terdiri dari manusia.” Kata An-Nas selanjutnya,” lalu Rasullah

SAW ditanya,” siapakah mereka itu wahai Rasulullah?” beliau

menjawab, “ya ahli Al-Qur’an (orang yang membaca atau

menghafal Al-Quran dan mengamalkan isinya). Mereka adalah

keluarga Allah dan orang-orang yang istimewa bagi Allah.”47

7) Penghafal al-Quran adalah manusia pilihan Allah SWT untuk

menerima warisan kitab suci tersebut.48

Allah SWT menerangkannya dalam Qs. Fatir ayat 32.

Kemudian kitab itu kami wariskan kepada orang-orang yang kami

44

Muhammad bin Isa Abu Isa Al-tirmidzi As-Salami, Al-Jami As-Shahih Sunan At-Tirmidzi,

jilid 2, Beirut: Dar Ihya At-Turas Al-Arabi, tt., hlm.175 45

Abu Abdillah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin Al-Mughirah Al-Bukhari, Al-Jami’ Al-

Musnad As-Sahih Al-Mukhtasar, Jilid VI, Beirut: Dar Tauq An-Najah, 1422, hlm.166 46

Ali Mustafa Yaqub, Nasihat Nabi kepada Pembaca dan Penghafal Al-Qur’an (Jakarta: Gema

Insani Press, 2001), cet.10, hlm. 29. 47

Ahmad bin Hambal Abu Abdillah Syaibani, Musnad Al-Imam Ahmad bin Hambal, Jilid III,

Kairo: Mu’assasah Qurtubah, tt., hlm. 127. 48

Ahsin W. Al-Hafidz, Bimbingan Praktis Menghafal Al-Quran, (Jakarta Bumi Aksara, 2005),

cet. 3, hlm.26

Page 33: PENERAPAN METODE SOROGAN DALAM MENGHAFAL AL-QURAN DI ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/112/jtptiain-gdl... · Guru-guruku yang telah memperkenalkan jendela ilmu dan meletakkan

20

pilih diantara hamba-hamba kami, lalu diantara mereka ada yang

menganiaya diri mereka sendiri, dan diantara mereka ada yang

pertengahan, dan diantara mereka ada (pula) yang lebih dahulu

berbuat kebaikan dengan izin Allah yang demikian itu adalah

karunia yang amat besar.49

8) Menghafal al-Quran adalah ibadah yng paling utama dan jamuan

kepada kekasihnya.50

Allah SWT menerangkannya dalam Qs. fatir

ayat 29.

Sesunggunya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah

dan mendirikan shalat dan menafkahkan sebagian dari rizki yang

kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-

terang, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan

merugi.51

2. Dasar dan tujuan pendidikan menghafal Al-Quran

Dasar yang dijadikan sebagai landasan untuk menghafal al-Quran

disebut sebagai nash al-Quran, al-Hadist dan pendapat para ulama.

Adapaun Dasar dari nash al-Quran adalah:

a. Surat al-Hijr ayat 9

$ ¯ΡÎ) ß øtwΥ $ uΖø9 ¨“tΡ t� ø.Ïe%!$# $̄ΡÎ)uρ … çµ s9 tβθ ÝàÏ�≈ ptm: ) 7<�� :=(

“Sesungguhnya kamilah yang menurunkan al-Quran dan kami benar-

benar memeliharanya.”

Seperti pemaparan pada landasan menghafal al-Qur’an di atas,

Quraish Shihab memaparkan dalam Tafsir al-Misbah, bahwa ayat ini

merupakan dorongan kepada orang-orang kafir untuk mempercayai al-

49

R.A.H. Soenarjo, dkk, op.cit., hlm 700-701 50

Ahmad Salim Badwilan, Seni menghafal Al-Quran, Resep Manjur Menghafal Al-Quran

yang Telah Terbukti Keampuhannya, terj. Abu Hudzaifah (t.tp., Wacana Ilmiah Press, 2008), cet.

1, hlm. 264-266. 51

R.A.H. Soenarjo, dkk, op.cit., hlm. 700

Page 34: PENERAPAN METODE SOROGAN DALAM MENGHAFAL AL-QURAN DI ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/112/jtptiain-gdl... · Guru-guruku yang telah memperkenalkan jendela ilmu dan meletakkan

21

Qur'an sekaligus memutus harapan mereka untuk dapat

mempertahankan keyakinan sesat mereka.52

b. Surat al-Qamar ayat 17.

ô‰s)s9 uρ $ tΡ÷�œ£o„ tβ#uö� à)ø9 $# Ì� ø.Ïe%#Ï9 ö≅yγ sù ÏΒ 9� Ï.£‰•Β ) 7�>�:?1(

“Dan Sesungguhnya telah Kami mudahkan al-Quran untuk pelajaran,

Maka Adakah orang yang mengambil pelajaran?”

c. Surat ar-Rahman ayat 2

zΝ̄=tæ tβ#u ö�à)ø9 $# ) 7�&�% :1(

“Yang telah mengajarkan Al Quran.”

Secara etimologi, Quraish Shihab menjelaskan bahwa patron kata

(��) ‘allama / mengajarkan memerlukan dua objek. Banyak ulama

yang menyebut objeknya adalah kata al-insan (manusia) yang

diisyaratkan oleh ayat berikutnya.

Sedangkan Al-Qur’an adalah firman-firman Allah yang

disampaikan oleh malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad saw.

dengan lafal dan maknanya yang beribadah siapa yang membacanya,

dan menjadi bukti kebenaran mukjizat Nabi Muhammad saw. Kata

(� ����) al-Qur'an dapat dipahami sebagai keseluruhan ayat-ayatnya

yang enam ribu lebih itu, dan dapat juga digunakan untuk menunjuk

walau satu ayat saja atau bagian dari satu ayat.53

d. Surat al-Muzzammil ayat 4

... È≅Ïo?u‘uρ tβ#u ö� à)ø9 $# ¸ξ‹Ï?ö� s? )��@:� :A(

52

Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, (Jakarta: Lentera Hati, 2002), Vol. 7, hlm. 97. 53

Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, (Jakarta: Lentera Hati, 2002), Vol. 13, hlm. 493.

Page 35: PENERAPAN METODE SOROGAN DALAM MENGHAFAL AL-QURAN DI ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/112/jtptiain-gdl... · Guru-guruku yang telah memperkenalkan jendela ilmu dan meletakkan

22

“... dan bacalah Al-Quran itu dengan perlahan-lahan.”

Dalam Tafsir al-Mishbah, disebutkan bahwa kata (�����) rattil dan

(�����) tartil terambil dari kata (���) ratala yang antara lain berarti

serasi dan indah. Kamus-kamus bahasa merumuskan bahwa segala

sesuatu yang baik dan indah dinamai ratl seperti gigi yang putih dan

tersusun rapi, demikian pula benteng yang kuat dan kokoh. Ucapan-

ucapan yang disusun secara rapi dan diucapkan dengan baik dan benar

dilukiskan dengan kata-kata Tartil al-Kalam.54

Sehingga Tartil al-Qur'an adalah: "Membacanya dengan perlahan-

lahan sambil memperjelas huruf-huruf berhenti dan memulai (Ibtida'),

sehingga pembaca dan pendengarnya dapat memahami dan

menghayati kandungan pesan-pesannya".55

e. Surat al-Qiyamah ayat 17-19

¨βÎ) $ uΖøŠn=tã … çµyè ÷Ηsd …çµ tΡ#u ö� è%uρ #sŒ Î* sù çµ≈tΡù& t� s% ôìÎ7 ¨?$$ sù … çµtΡ#u ö� è% §ΝèO ¨βÎ) $ uΖøŠn=tã …çµ tΡ$ uŠt/

)>��@� :0B C0=(

“Sesungguhnya atas tanggungan kamilah mengumpulkannya (di

dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya. Apabila Kami telah

selesai membacakannya Maka ikutilah bacaannya itu. Kemudian,

Sesungguhnya atas tanggungan kamilah penjelasannya.”

Banyak ulama berpendapat bahwa ayat ini adalah sisipan yang

turun spontan saat Nabi Muhammad saw. menerima wahyu al-Qur'an

melalui malaikut Jibril as. Al-Bukhari dan Muslim meriwayatkan

asbab nuzulnya bahwa apabila wahyu al-Qur'an turun, Nabi saw.

menggerakkan lidahnya untuk menghafal wahyu al-Qur'an itu - karena

takut jangan sampai ada yang luput dari beliau, atau karena keinginan

54

Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, (Jakarta: Lentera Hati, 2002), Vol. 14, hlm. 516. 55

Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, (Jakarta: Lentera Hati, 2002), Vol. 14, hlm. 516.

Page 36: PENERAPAN METODE SOROGAN DALAM MENGHAFAL AL-QURAN DI ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/112/jtptiain-gdl... · Guru-guruku yang telah memperkenalkan jendela ilmu dan meletakkan

23

beliau yang meluap untuk menghafalnya. Keadaan ini sangat

menyulitkan beliau. Maka turunlah ayat-ayat di atas. Maksudnya, Nabi

biasa menyempurnakan satu kata yang belum sempurna diucapkan

oleb Jibril as. Misalnya seorang belum lagi selesai mengucapkan kata

kemarin - baru sampai "kema", yang mendengarnya langsung

menambahkan sendiri kaca "rin".56

Quraish Shihab menambahkan, bila malaikat Jibril as. datang

menyampaikan wahyu, behau menggerakkan lidahnya agar dapat

mengikuti dan segera menghafal wahyu itu serta agar tidak luput

sesuatu pun darinya. Itulah yang behau lakukan padahal sebelum ini

telah dinyatakan oleh ayat yang lalu tidak bergunanya dalih seseorang,

sedang ketergesaan merupakan salah satu bentuk dalih. Di samping itu

manusia sering kali dikecam akibat ketergesaan dan keinginan meraih

kenikmatan duniawi yang cepat perolehan serta cepat pula hilangnya.

Sebagai natijah dari mukadimah di atas, Allah berfirman melarang

ketergesaan itu agar beliau tidak cenderung kepada ketergesaan dan

tidak terjerumus dalam pelanggaran.57

Ayat di atas bagaikan menyatakan: Janganlah engkau wahai Nabi

Muhammad menggerakkan dengannya yakni menyangkut al-Qur'an

lidahmu untuk membacanya sebelum malaikat Jibril selesai

membacakannya kepadamu karena engkau hendak mempercepat

menguasai bacaan-nya takut jangan sampat engkau tidak

menghafalnya atau melupakan salah satu bagian darinya.

Sesungguhnya atas tanggungan Kami-lah pengumpulannya sehingga

sempurna ucapan katanya tanpa harus mendahului Jibril dalam

pengucapannya atau pengumpulannya di dalam dadamu dan engkau

mampu menghafalnya tanpa bersusah payah dan atas tanggungan

56

Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, (Jakarta: Lentera Hati, 2002), Vol. 14, hlm. 631. 57

Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, (Jakarta: Lentera Hati, 2002), Vol. 14, hlm. 631.

Page 37: PENERAPAN METODE SOROGAN DALAM MENGHAFAL AL-QURAN DI ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/112/jtptiain-gdl... · Guru-guruku yang telah memperkenalkan jendela ilmu dan meletakkan

24

Kami pula pembacaannya sehingga engkau pandai dan lancar

membacanya.58

Sedangkan tujuan menghafal al-Quran adalah:

a. Merasakan keagungan al-Quran.

Al-Quran merupakan wahyu Allah SWT yang apabila dibaca akan

mendapat pahala.59

Ini menjadi bukti yang kuat tentang keagungan al-

Quran calon tahfidz al-Quran hendaknya menyadari betul bahwa apa

yang akan dihafalkannya adalah sesuatu yang mulia. Kemuliaan al-

Quran tidak hanya diakui oleh kaum muslimin saja, Akan tetapi

semua manusia mengakuinya.

Kesadaran akan al-Quran hendaknya dapat menjadi pemicu bagi

calon tahfidz dalam menghafal al-Quran secara sungguh-sungguh

tertanam dalam hati kemantapan serta optimisme yang tinggi untuk

mendapatkan titel al-hamil yang benar.

b. Memiliki ihtimam (perhatian) terhadap al-Quran

Al-Quran sebanyak 30 juz yang pada proses pewahyuannya tidak

secara langsung, menandakan bahwa al-Quran cukup sulit untuk

dihafalkan, sukses menjadi hamil al-Quran bukanlah hal yang mudah

tapi memerlukan perhatian yang khusus terhadap al-Quran

Adapun ciri orang yang memiliki ihtimam (perhatian) terhadap al-

Quran antara lain: 1) Membaca al-Quran 1 juz tiap hari 2) senang

mengikuti acara hifd al-Quran, 3) Senang mendengarkan bacaan al-

Quran.60

c. Membina dan megembangkan serta meningkatkan jumlah para

penghafal al-Quran, baik kualitas maupun kuantitasnya, dan mencetak

58

Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, (Jakarta: Lentera Hati, 2002), Vol. 14, hlm. 632. 59

Ahsin W. Al-Khafidz, Bimbingan Praktis menghafal Al-Quran, (Jakarta: Bumi Aksara

1994), hlm. 1. 60

Miftah, dkk, Al-Quran Sumber Hukum Islam, Juz I, (Bandung: Pustaka, 1989), hlm.19

Page 38: PENERAPAN METODE SOROGAN DALAM MENGHAFAL AL-QURAN DI ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/112/jtptiain-gdl... · Guru-guruku yang telah memperkenalkan jendela ilmu dan meletakkan

25

kader-kader muslimin yang hafal al-Quran, memahami dan mendalami

isinya, serta berpengetahuan luas dan berakhlakul karimah.61

d. Melestarikan kemurnian al-Quran dari segi bacaannya yang benar

sesuai dengan perintah AllahSWT dan Rasulnya.

e. Menyebarluaskan ilmu membaca al-Quran, karena mengajar al-Quran

adalah kewajiban suci lagi mulia.

3. Faktor-faktor dalam menghafal al-Quran.

Seseorang yang ingin berhasil dalam menghafal al-Quran harus

memperhatikan faktor-faktor yang mendukung, diantaranya ialah:

a. Usia yang cocok (ideal)

Sebenarnya tidak ada batasan usia tertentu secara mutlak untuk

memulai menghafal al-Quran, akan tetapi tingkat usia seseorang

berpengaruh terhadap keberhasilan menghafal al-Quran. Seseorang

penghafal yang berusia lebih muda akan lebih potensial daya serapnya

terhadap materi-materi yang dibaca, dihafal atau didengar ketimbang

dengan mereka yang berusia lanjut, meskipun tidak mutlak. Dalam hal

ini, ternyata usia dini atau anak-anak mempunyai daya rekam yang

kuat terhadap sesuatu yang dilihat, didengar atau dihafal. Karena usia

yang relatif muda belum banyak terbebani oleh problema hidup yang

memberatkan sehingga ia akan lebih cepat menciptakan konsentrasi

untuk mencapai sesuatu yang diiginkannya, maka usia yang ideal

untuk menghafal adalah berkisar antara 6-21 tahun. Namun, bagi anak-

anak usia dini yang diproyeksikan untuk menghafal al-Quran tidak

boleh dipaksakan di luar batas kemampuan psikologis. Pepatah Arab

mengatakan:

�� !;" �D E) � �4 �F� � �G ��� �8 !;�� �> �H �� � �) �� � �� �< �7 �� !;"� �D E) � �4 �� � �� �� �7 �8 !;�� �> �H �� � �) �� � �� �I�

“Belajar di waktu kecil bagaikan mengukir di atas batu, sedang belajar

pada usia sesudah dewasa bagaikan mengukir di atas air.62

61

Muhaimin Zen, Pedoman Pembinaan Tahfidzul Quran, (Jakarta: Pustaka Al-Husna, 1983),

hlm. 26. 62

Ahsin W. Al-Hafidz, Bimbingan Praktis menghafal Al-Quran, (Jakarta: Bumi Aksara 1994),

hlm. 56-57.

Page 39: PENERAPAN METODE SOROGAN DALAM MENGHAFAL AL-QURAN DI ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/112/jtptiain-gdl... · Guru-guruku yang telah memperkenalkan jendela ilmu dan meletakkan

26

Disebut juga dalam buku psikologi perkembangan, bahwa

anak-anak yang berumur 6-7 tahun dianggap matang untuk belajar di

sekolah dasar, jika:

1) Kondisi jasmani yang cukup sehat dan kuat untuk melakukan tugas

di sekolah.

2) Ada keinginan belajar

3) Perkembangan perasaan sosial telah memadai

4) Syarat-syarat lain:

- Fungsi jiwa (daya ingat, cara berfikir, daya pendengaran sudah

berkembang yang diperlukan untuk belajar membaca)

- Anak telah memperoleh cukup pengalaman dari rumah untuk

dipergunakan sebagai dasar bagi pelajaran permulaan, karena

pada apa yang telah diketahui oleh anak.63

b. Pengaturan waktu dan pembatasan.

Pengaturan waktu dan pembatasan pelajaran adalah merupakan

faktor terpenting untuk menghafal al-Quran. Pengaturan waktu dan

pembagiannya sehingga menjadi satuan yang tepat, umpamanya ada

jam-jam pagi dan siang, akan memperoleh hasil yang optimal. Fungsi

terpenting yang dapat dirasakan dari pembagian waktu, adalah

memperbarui semangat dan kemauan, meniadakan kejemuan dan

kebosanan, membiasakan syiar-syiar yang lembut, mengupayakan

adanya kesungguhan, mengurangi senda gurau, perangkat ini adalah

merupakan ciri-ciri muslim yang paling mendalam.64

Dalam kaitannya dengan upanya menghafal al-Quran tampak

adanya tanda-tanda pentingnya pembagian waktu, di antaranya:

1) Untuk menghafal al-Quran sebaiknya kita memilih waktu yang

paling tepat. Di antaranya penghafal al-Quran ada yang menghafal

63

Desmita, Psikologi Perkembangan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2008) cet. IV, hlm.

166 64

Abdurrab Nawabuddin, Teknik Menghafal Al-Quran, (Bandung: Al-Gensindo,1991), hlm.

39-40.

Page 40: PENERAPAN METODE SOROGAN DALAM MENGHAFAL AL-QURAN DI ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/112/jtptiain-gdl... · Guru-guruku yang telah memperkenalkan jendela ilmu dan meletakkan

27

al-Quran secara khusus, yakni tidak ada kesibukan lain kecuali

menghafal al-Quran saja. Bagi mereka yang tidak mempunyai

kesibukan lain dapat mengoptimalkan seluruh waktu dan

memaksimalkan seluruh kapasitas waktu menghafal dan akan

lebih cepat selesai. Sebaliknya bagi mereka yang mempunyai

kesibukan lain harus pandai-pandai memanfaatkan waktu.

Di antara waktu yang paling tepat adalah:65

a) Waktu sebelum terbit fajar

b) Setelah fajar hingga terbit matahari

c) Setelah bangun tidur dari siang

d) Setelah shalat fardhu

e) Waktu diantara magrib dan isya’

2) Mengatur waktu untuk menghafal dan untuk lainnya. Para ahli jiwa

(psikologi) berpendapat bahwa pengaturan waktu yang baik akan

berpengaruh besar terhadap melekatnya materi.

Siapa yang menghafal nash (teks ) selama satu bulan maka

hafalannya akan melekat erat dan bertahan lama dibandingkan

orang yang membaca teks yang sama dalam waktu satu minggu.

3) Tidak memaksakan mengulang-ulang dengan sekaligus karena hal

tersebut dapat menimbulkan kejenuhan. Orang yang menghafal

satu jam lalu beristirahat agar materi yang baru dihafal mengendap

dalam benak, lebih baik dibandingkan mereka yang membaca Al-

Quran dalam waktu satu hari penuh dalam keadaan lelah lesu.66

c. Tempat Menghafal

Situasi dan kondisi suatu tempat ikut mendukung tercapainya

program menghafal Al-Quran. Oleh karena itu untuk menghafal Al-

Quran diperlukan tempat yang ideal untuk terciptanya konsentrasi.

65

Ahsin W. Al-Hafidz, Bimbingan Praktis Menghafal Al-Quran, (Jakarta: Bumi Aksara 1994),

hlm. 56. 66

Abdurraab Nawabuddin, Teknik Menghafal Al-Quran, (Bandung: Al-Gensindo,1991), hlm.

41

Page 41: PENERAPAN METODE SOROGAN DALAM MENGHAFAL AL-QURAN DI ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/112/jtptiain-gdl... · Guru-guruku yang telah memperkenalkan jendela ilmu dan meletakkan

28

Tempat yang ideal untuk menghafal Al-Quran, yaitu: 67

1) Jauh dari kebisingan

2) Bersih dan suci dari kotoran dan najis

3) Cukup ventilasi untuk terjaminnya pergantian udara

4) Cukup penerangan

5) Tidak memungkinkan timbulnya gangguan-gangguan, yakni jauh

dari telephon, atau ruang tamu, atau tempat yang bukan biasa untuk

mengobrol.

Jadi pada dasarnya tempat menghafal harus dapat menciptakan

suasana yang penuh untuk konsentrasi dalam menghafal al-Quran

d. Materi menghafal al-Quran

Materi adalah sisi yang diberikan kepada siswa pada saat

berlangsungnya belajar mengajar.68

Sedangkan materi yang diberikan

dalam menghafal al-Quran berupa materi bacaan yang terdiri dari:

1) Makhraj al-Huruf

Yaitu tempat asal keluarnya huruf ada lima tempat diantaranya:

a) Keluar dari lubang mulut (ا، ي، ر)

b) Tenggorokan (ح، خ، ع، غ، ھـ، ء)

c) Lidah ( ت، د، ذ، ط، ظ، س، ش، ص، ض، ل)

d) Bibir ( ( و، ف ، ب، م،ث

e) Hidung (ن)

2) Ilmu Tajwid

Yaitu: Ilmu yang mempelajari tentang pemberian huruf tentang

hak-haknya dan mustahatnya, seperti tafkhim, tarqiq, qalqalah,

mad dan lain-lain.

3) Kefasihan dalam membaca

4) Kelancaran dalam membaca.69

67

Ahsin W. Al-Hafidz, Bimbingan Praktis Menghafal Al-Quran, (Jakarta: Bumi Aksara 1994),

hlm. 61. 68

Nana Sudjana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru, 1989), hlm.

67. 69

Minan Zuhri, Pelajaran Tajwid, (Kudus: Menara Kudus, 1981), hlm. 1.

Page 42: PENERAPAN METODE SOROGAN DALAM MENGHAFAL AL-QURAN DI ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/112/jtptiain-gdl... · Guru-guruku yang telah memperkenalkan jendela ilmu dan meletakkan

29

Faktor-faktor psikologis dalam menghafal al-Quran

Dalam kegiatan menghafal al-Quran terdapat juga faktor-faktor

psikologis yang mempengaruhi keefektifannya hal ini perlu

diperhatikan sungguh-sungguh oleh santri demi kesuksesan dalam

menghafal al-Quran

e. Faktor-faktor psikologis tersebut diantaranya:

1) Kecerdasan atau Intelegensi

Pada intinya aktivitas menghafal adalah dominasi kerja otak untuk

mampu menangkap dan menyimpan stimulus yang kuat.

Kecerdasan otak mempunyai peran yang besar dalam menentukan

cepat lambatnnya santri menjadi hafidz dan hafidzah

Kecerdasan sering disamakan dengan intelegensi. Kecerdasan

merupakan kemampuan psiko-fisik dalam meraksi rangsangan

intelegensi seseorang tidak dapat diragukan sangat menentukan

tingkat keberhasilan belajar. Oleh karena itu berlakulah sebuah

hukum, semakin tinggi kemampuan intelegensi seseorang, maka

semakin besar peluangnya untuk meraih sukses.70

2) Minat

Minat merupakan alat komunikasi pokok dalam melakukan suatu

kegiatan. Tidak mungkin seseorang mau berusaha mempelajari

sesuatu bahkan menghafal al-Quran dengan sebaik-baiknya, jika ia

tidak mengetahui betapa pentingnya dari hasil yang akan

mendorongnya untuk mencurahkan perhatian serta memusatkan

fungsi jiwa pada kegiatan tersebut.

3) Motivasi

Adanya unsur motivasi yang tepat akan semakin mempermudah

dalam mencapai keberhasilan dalam menghafal al-Quran.71

Di

samping faktor-faktor psikologi tersebut di atas, terdapat juga hal-

hal yang dapat menguatkan hafalan dan merusak hafalan. Hal-hal

70

Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu,2001), hlm. 133. 71

Ilham Agus Sugiyanto, Kiat Praktis Menghafal Al-Quran, (Bandung: Mujahid, 2004), hlm.

122.

Page 43: PENERAPAN METODE SOROGAN DALAM MENGHAFAL AL-QURAN DI ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/112/jtptiain-gdl... · Guru-guruku yang telah memperkenalkan jendela ilmu dan meletakkan

30

yang dapat menguatkan hafalan adalah tekun atau rajin belajar,

aktif, mengurangi makan, shalat malam, banyak membaca

shalawat nabi dan sering membaca al-Quran. Adapun hal-hal yang

dapat merusak hafalan adalah : banyak berbuat maksiat, banyak

melakukan dosa, banyak susah, prihatin memikirkan harta, dan

terlalu banyak kerja.72

4. Sorogan sebagai metode menghafal al-Quran

Strategi atau cara menghafal al-Quran dipesantren pada dasarnya yang

terpenting adalah adanya minat yang besar dari santri dalam menghafal al-

Quran, dan dididukung oleh keaktifan santri dan ustadz, nyai atau kiyai

nya dalam proses penghafalan al-Quran73

Ada beberapa strategi yang digunakan dalam menghafal al-Quran yaitu

a. Strategi pengulangan ganda

Untuk mencapai tingkat hafalan yang baik tidak cukup hanya dengan

sekali proses menghafal saja, namun penghafalan itu harus dilakukan

berulang-ulang karena pada dasarnya ayat-ayat al-Quran itu meskipun

sudah dihafal, akan tetapi juga cepat hilangnya. Maka supaya ayat-ayat

al-Quran itu tidak lepas dari ingatan harus diulang secara terus

menerus yaitu dimulai dari pagi sampai pagi hari lagi.

Untuk menanggulangi masalah seperti ini, maka perlu sistem

pengulangan ganda. Umpamanya, jika pada waktu pagi hari telah

mendapatkan hafalan satu muka, maka pada sore harinya diulang

kembali sampai pada tingkat hafalan yang mantap. Semakin banyak

pengulangan, maka semakin kuat pelekatan hafalan itu dalam ingatan,

lisan pun akan membentuk gerak reflek untuk menghafalkannya.

b. Tidak beralih pada ayat-ayat berikutnya, sebelum ayat yang sedang

dihafal benar-benar hafal.

72

Syaikh Az-Zarmuji, Ta’lim Muta’allim, (Surabaya: Mutiara Ilmu, 1995), hlm. 92-94. 73

Syaikh Az-Zarmuji, Ta’lim Muta’allim, (Surabaya: Mutiara Ilmu, 1995), hlm. 67.

Page 44: PENERAPAN METODE SOROGAN DALAM MENGHAFAL AL-QURAN DI ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/112/jtptiain-gdl... · Guru-guruku yang telah memperkenalkan jendela ilmu dan meletakkan

31

Pada umumnya, kecenderumgan seseorang dalam menghafal al-

Quran ialah cepat-cepat selesai, atau cepat mendapatkan sebanyak-

banyaknya dan cepat menghatamkannya. Sehinngga ketika ada ayat-

ayat yang belum dahafal secara sempurna, maka ayat-ayat itu dilewati

begitu saja, karena pada dasarnya ayat-ayat tersebut lafadznya sulit

untuk dihafal, ketika akan mengulang kembali ayat tersebut,

menyulitkan sendiri bagi penghafal. Maka dari itu usahakan lafadz

harus yang dihafal harus lancar, sehingga mudah untuk mengulamgi

kembali.

c. Menghafal urutan-urutan ayat yang dihafalkannya dalam satu kesatuan

jumlah setelah benar-benar hafal ayat-ayatnya.

Untuk mempermudah proses ini, maka memakai al-Quran yang

disebut dengan al-Quran Pojok akan sangat membantu. Dengan

demikian penghafal akan lebih mudah membagi sejumlah ayat dalam

rangka menghafal rangkaian ayat-ayatnya. Dalam hal ini sebaiknya

setelah mendapat hafalan-hafalan ayat sejumlah satu maka, dilanjutkan

dengan mengulang-ulangi sehingga disamping hafal bunyi masing-

masing ayatnya, ia juga hafal tertib ayat-ayatnya.

d. Menggunakan satu jenis mushaf

Di antara strategi menghafal yang banyak membantu proses menghafal

al-Quran ialah menggunakan satu jenis mushaf, walaupun tidak ada

keharusan menggunakannya. Hal ini perlu diperhatikan, karena

bergantinya penggunaan satu mushaf kepada mushaf yang lain akan

membingungkan pola hafalan dalam bayangannya. Dengan demikian

dapat disimpulkan bahwa aspek visual sangat mempengaruhi dalam

pembentukan hafalan baru.

e. Memahami (pengertian) ayat-ayat yang dihafalnya.

Memahami pengertian, kisah atau asbabunnuzul yang terkandung

dalam ayat yang sedang dihafalnya merupakan unsur yang sangat

mendukung dalam mempercepat proses menghafal al-Quran.

Pemahaman itu sendiri akan lebih memberi arti bila didukung dengan

Page 45: PENERAPAN METODE SOROGAN DALAM MENGHAFAL AL-QURAN DI ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/112/jtptiain-gdl... · Guru-guruku yang telah memperkenalkan jendela ilmu dan meletakkan

32

pemahaman terhadap makna kalimat, tata bahasa, dan struktur kalimat

dalam satu ayat dengan demikian maka penghafal yang menguasai

bahasa Arab dan memahami struktur bahasanya akan lebih banyak

mendapatkan kemudahan daripada mereka yang tidak mempunyai

bekal penguasaan bahasa Arab sebelumnya.

f. Memperhatikan ayat-ayat yang serupa.

Ditinjau dari aspek makna, lafadz dan susunan atau struktur bahasanya

diantara ayat-ayat dalam al-Quran, banyak yang terdapat keserupaan

atau kemiripan antara satu dengan yang lainnya.

Ada beberapa ayat yang hampir sama, di mana sering terbolak-balik.

Kalau menghafal tidak teliti dan tidak memperhatikan, maka dia akan

sulit menghafalkannya. Oleh karena itu ayat-ayat yang mempunyai

kemiripan dengan ayat yang lainnya dikelompokkan secara tersendiri,

sehingga dengan begitu si penghafal dapat membedakaanya.

g. Disetorkan pada seorang pengampu.

Menghafal al-Quran memerlukan adanya bimbingan yang terus

menerus daru seorang pengampu (kyai), baik untuk menambah setoran

hafalan baru, atau untuk mengulang kembali ayat-ayat yang telah

disetorkannya terdahulu. Menghafal al-Quran dengan sistem setoran

kepada seorang pengampu akan lebih baik dibanding dengan

menghafal sendiri dan juga memberikan hasil yang berbeda.74

I. Petunjuk Teknis dan Pelaksanaan Menghafal al-Quran

Seorang penghafal al-Quran sebelum memulai menghafalkan al-Quran,

perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

1. Penggunaan al-Quran

Dalam menghafal al-Quran ada al-Quran khusus untuk menghafal, yang

terkenal dengan sebutan “al-Quran pojok atau al-Quran sudut” yakni al-

Quran yang setiap halaman diakhiri dengan akhir ayat, al-Quran pojok ini

berciri khusus mempunyai 15 baris dalam setiap halamannya, dan setiap

74

Syaikh Az-Zarmuji, Ta’lim Muta’allim, (Surabaya: Mutiara Ilmu, 1995), hlm. 67-70.

Page 46: PENERAPAN METODE SOROGAN DALAM MENGHAFAL AL-QURAN DI ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/112/jtptiain-gdl... · Guru-guruku yang telah memperkenalkan jendela ilmu dan meletakkan

33

juznya berisi 20 halaman, akan sangat praktis untuk menghafalkan dan

membantu ingatan. Oleh karena itu, hampir semua orang Indonesia yang

menghafal al-Quran menggunakan al-Quran tersebut.

2. Perlu diperhatikan bacaan-bacaan yang disunatkan sebelum membaca al-

Quran, do’a atau shalawat. Misalnya:

�� !) �� JKL ����@ �� ��M� N���� ������ J� % 7 ,��@ �5, �)� �L

�)�� O� ��� ��D�� P�>� I� ��� $��Q�R� O�-M� ��� $���QR� (S7>� ��� $��Q�R

)� +��L� +S

3. Perlu diperhatikan jumlah banyaknya khatam di dalam al-Quran.

Sebelum memulai menghafal al-Quran, dianjurkan sekurang-

kurangnya sudah pernah tamat membaca al-Quran tujuh kali dengan

bacaan yang benar dan fasih lagi bertajwid, sehingga dalam pelaksanaan

menghafal al-Quran nanti tidak lagi membetulkan bacaan-bacaan yang

salah.

Dalam menghafal al-Quran setelah mengikuti teori-teori dan

petunjuk teknis serta mematuhi segala ketentuan yang telah dikemukakan,

maka untuk menentukan program berikutnya dapat ditentukan dengan

mengukur kemampuan yang terdapat pada dirinya serta dapat

menyesuaikan daya kemampuan berfikir, situasi, dan kondisi pada

lingkungan masing-masing. 75

Menghafal al-Quran ini dapat diatur dalam program-program

sebagai berikut:

b. Program khusus menghafal

Yang dimaksud program khusus menghafal yaitu semua waktu yang

telah ditentukan dikhususkan untuk menghafal al-Quran saja tanpa

disertai belajar pengetahuan lain atau pekerjaan lain.

75

H.A. Muhaimin Zen, Pedoman Pembinaan Tahfidzul Quran, (Jakarta: Pustaka al-Husna,

1983), hlm. 246-248.

Page 47: PENERAPAN METODE SOROGAN DALAM MENGHAFAL AL-QURAN DI ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/112/jtptiain-gdl... · Guru-guruku yang telah memperkenalkan jendela ilmu dan meletakkan

34

c. Program pendidikan formal

Pengelolaan pendidikan Tahfidz al-Quran dapat juga dilakukan di

dalam pendidikan formal, sehinnga nantinya akan menghasilkan

hafidz-hafidzah yang berpengetahuan tinggi yang hafal al-Quran dan

dapat pula mencetak kader-kader yang hafidzul Quran. Pendidikan

formal ini dapat dilakukan pada sekolah menengah dan perguruan

tinggi.76

J. Problematika umum dalam menghafal al-Quran

Problem yang dihadapi oleh yang sedang dalam proses menghafal al-

Quran memang banyak dan bermacam-macam mulai dari pengembangan

minat penciptaan lingkungan pembagian waktu sampai pada metode itu

sendiri.

Adapun Problem yang umumnya sering ditemui oleh calon khafidz-

khafidzah adalah:

1. Cepat lupa bagaimana cepat menghafal

2. Banyaknya kesepadanan ayat dalam struktur ayat

3. Sewaktu-waktu lupa atau fanding, dan barangkali ini merupakan sebab

paling jelas bagi terjadinya kelupaan-kelupaan yang datang secara

bertahap karena pengaruh dari jaringan-jaringan sel-sel yang semangatnya

lemah karena tidak diperbarui

4. Terhalang ingatan yang disebabkan.

a. Masuknya hafalan-hafalan lain yang serupa, sehingga melepaskan

berbagai hal yang sudah dihafal.

b. Benturan yang dapat mengubah berbagai proses hafalan menjadi

hilang.

c. Perasaan tertentu yang terkristal dalam jiwa seperti rasa takut, sakit

syaraf dan gangguan jiwa.77

76

H.A. Muhaimin Zen, Pedoman Pembinaan Tahfidzul Quran, (Jakarta: Pustaka al-Husna,

1983), hlm.252. 77

Abdurrab Nawabuddin, Teknik Menghafal Al-Quran, (Bandung: Al-Gesindo, 1991), hlm.

82-83.

Page 48: PENERAPAN METODE SOROGAN DALAM MENGHAFAL AL-QURAN DI ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/112/jtptiain-gdl... · Guru-guruku yang telah memperkenalkan jendela ilmu dan meletakkan

35

5. Timbulnya kejenuhan yang disebabkan seseorang terlalu memeras dan

memaksa untuk mengungat bacaan al-Quran yang telah dibaca.

Problematika yang dihadapi oleh penghafal al-Quran itu secara garis

besarnya dapat dirangkum sebagai berikut:

a. Menghafal itu susah

b. Ayat-ayat yang dihafal lupa lagi

c. Banyaknya ayat-ayat yang serupa

d. Banyaknya gangguan kejiwaan

e. Gangguan lingkungan

f. Banyaknya kesibukan dan lain-lain

Page 49: PENERAPAN METODE SOROGAN DALAM MENGHAFAL AL-QURAN DI ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/112/jtptiain-gdl... · Guru-guruku yang telah memperkenalkan jendela ilmu dan meletakkan

36

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif , yaitu

merupakan metode penelitian yang berusaha menggambarkan dan

menginterpretasi objek sesuai dengan apa adanya.78

Dalam hal ini peneliti

mendeskripsikan metode sorogan dalam menghafal al-Quran di Pondok

Pesantren Tahaffudzul Quran dengan cara mengumpulkan data dan

mempelajarinya secara cermat kemudian dikaji dan dihubungkan satu sama

lain. Setelah itu diinterpretasikan oleh peneliti. Interpretasi ini bergantung

pada ketajaman analisis dan objektivitas peneliti yang disusun secara

menyeluruh dan sistematis dengan metode deskriptif.79

B. Waktu dan Tempat Penelitian

Adapun waktu penelitian ini dimulai pada tanggal 30 Mei 2011 sampai

6 Desember 2011. Sedangkan lokasi yang menjadi objek penelitian ini adalah

Pondok Pesantren Tahaffudzul Qur’an yang terletak di Segaran Baru Gang

Buntu RT III RW XI Kelurahan Purwoyoso Kecamatan Ngaliyan Kota

Semarang.

C. Sumber Data Penelitian

Sumber data penelitian ini diambil dari sumber yang terkait dengan

penelitian ini yaitu berasal dari pengasuh, pengurus dan santri yang ada di

pondok pesantren Tahaffudzul Quran Porwoyoso Ngaliyan Semarang.

D. Fokus Penelitian

Sesuai dengan obyek kajian skripsi ini, maka penelitian ini adalah

penelitian lapangan atau field research, yakni penelitian yang dilakukan di

kancah atau medan terjadinya gejala-gejala yang diselidiki.80

Dalam hal ini

78

Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya, (Jakarta: PT Bumi

Aksara, 2003), hlm. 157. 79

Nana Sudjana dan Ibrahim, Penelitian dan Penilaian Pendidikan, (Bandung: Sinar Baru

Algesindo, 2001), hlm. 196. 80

Sutrisno Hadi, Metodologi Research, Jilid I ( Yogyakarta: Andi Offset, 2003), cet XXXIX,

hlm.10.

Page 50: PENERAPAN METODE SOROGAN DALAM MENGHAFAL AL-QURAN DI ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/112/jtptiain-gdl... · Guru-guruku yang telah memperkenalkan jendela ilmu dan meletakkan

37

penelitian difokoskan pada penerapan metode sorogan yang dipraktekkan oleh

para santri putri Pondok Pesantren Tahaffudzul Quran Purwoyoso Ngaliyan

Semarang.

E. Metode dan Instrumen Pengumpulan Data

1. Observasi

Observasi adalah metode penelitian yang berciri interaksi sosial,

dimana memakan waktu cukup lama antara penelitian dengan lingkungan

subjek dan selama itu data dalam bentuk catatan lapangan dikumpulkan

secara sistematis.81

Metode observasi ini digunakan untuk mengetahui secara langsung

penerapan metode sorogan dalam menghafal al-Quran di Ponpes Putri

Tahaffudzul Quran Purwoyoso Ngaliyan Semarang.

Metode observasi ini tidak meninggalkan adanya instrumen agar

proses penelitian tetap dapat terkontrol secara berkesinambungan. Dimana

instrumen penelitian itu sendiri adalah alat atau fasilitas yang digunakan

oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah

dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis

sehingga lebih mudah diolah. Variasi jenis instrumen penelitian adalah:

angket, ceklis (check-list) atau daftar centang, pedoman wawancara,

pedoman pengamatan. Ceklis sendiri memiliki wujud yang bermacam-

macam.

Dengan demikian maka dapat dikatakan: “peneliti di dalam

menerapkan metode penelitian menggunakan instrumen atau alat, agar

data yang diperoleh lebih baik”.

2. Wawancara

Wawancara atau interview adalah alat pengumpul informasi dengan

cara mengajukan sejumlah pertanyaan secara lisan untuk dijawab secara

lisan pula. Ciri utama interview adalah kontak langsung dan tatap muka

antara pencari informasi (interviewer) dengan sumber informasi

81

Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,

2001), cet. 14, hlm. 117. Lihat juga, Sutrisno Hadi, Metodologi Research jilid 2, (Yogyakarta:

Andi Offset, 2001), hlm. 36

Page 51: PENERAPAN METODE SOROGAN DALAM MENGHAFAL AL-QURAN DI ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/112/jtptiain-gdl... · Guru-guruku yang telah memperkenalkan jendela ilmu dan meletakkan

38

(interviewee).82

Metode ini sebagai pelengkap untuk memperoleh data lain

dari sumber informasi, seperti pengasuh, para pengurus, para santri. Hal

ini dilakukan untuk mengetahui penerapan metode sorogan dalam

menghafal al-Quran terhadap santri di Ponpes Putri Tahaffudzul Quran

Purwoyoso Ngaliyan Semarang.

Instrumen yang digunakan dalam hal ini adalah menggunakan

pedoman wawancara dan ceklis.

3. Dokumentasi

Dokumentasi dari asal kata dokumen, yang artinya barang-barang

tertulis. Didalam melaksanakan metode dokumentasi, peneliti menyelidiki

benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen, peraturan-

peraturan, notulen rapat, catatan harian dan sebagainya.83

Metode ini

digunakan untuk mengumpulkan data yang berkaitan dengan sejarah

berdirinya, tujuan didirikan, nama dan letak geografis, struktur

kepengurusan, jadwal kegiatan santri, tata tertib dalam menghafal al-

Quran, yang berasal dari dokumen-dokumen Pondok Pesantren

Tahaffudzul Quran Porwoyoso Ngaliyan Semarang.

Instrumen dari dokumentasi ini menggunakan ceklis, kerangka,

sistematika data hasil analisis

F. Metode Analisis Data

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data

yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan dan dokumentasi,

dengan cara mengorganisasikan data kedalam kategori, menjabarkan kedalam

unit-unit, melakukan sintesa, menyusun kedalam pola, memilih mana yang

penting dan mana yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga

mudah dipahami oleh diri sendiri dan orang lain.84

82

S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), hlm. 1. 83

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek,(Jakarta: PT Rineka

Cipta, 2002), Ed. Revisi V, hlm 135. 84

Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: CV. Alfabeta, 2008), hlm. 89.

Page 52: PENERAPAN METODE SOROGAN DALAM MENGHAFAL AL-QURAN DI ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/112/jtptiain-gdl... · Guru-guruku yang telah memperkenalkan jendela ilmu dan meletakkan

39

1. Tahap Pekerjaan Lapangan

Karena data utama penelitian ini diperoleh berdasarkan interaksi dengan

responden dalam latar alamiah, maka beberapa perlengkapan dipersiapkan

hanya untuk memudahkan, misalnya : (1) camera digital, (2) tape recorder,

dan (3) alat tulis termasuk lembar catatan lapangan. Perlengkapan ini

digunakan apabila tidak mengganggu kewajaran interaksi sosial.

Pengamatan dilakukan dalam suasana alamiah yang wajar. Pada tahap

awal, pengamatan lebih bersifat tersamar. Teknik ini seringkali memaksa

peneliti melakukan penyamaran. Misalnya: untuk mengamati aspek-aspek

yang berhubungan dengan perilaku dan gaya hidup, peneliti beranjang-sana di

rumah informan. Sambil berbincang-bincang, peneliti mencermati cara

berbicara, berpakaian, penataan ruang, gaya bangunan rumah, benda-benda

simbolik dan sebagainya.

Ketersamaran dalam pengamatan ini dikurangi sedikit demi sedikit

seirama dengan semakin akrabnya hubungan antara pengamat dengan

informan. Ketika suasana akrab dan terbuka sudah tercipta, peneliti bisa

mengkonfirmasikan hasil pengamatan melalui wawancara dengan informan.

Dengan wawancara, peneliti berupaya mendapatkan informasi dengan

bertatap muka secara fisik dan bertanya-jawab dengan informan. Dengan

teknik ini, peneliti berperan sekaligus sebagai piranti pengumpul data.

Selama wawancara, peneliti juga mencermati perilaku gestural informan

dalam menjawab pertanyaan. Untuk menghindari kekakuan suasana

wawancara, tidak digunakan teknik wawancara terstruktur. Bahkan

wawancara dalam penelitian ini seringkali dilakukan secara spontan, yakni

tidak melalui suatu perjanjian waktu dan tempat terlebih dahulu dengan

informan. Dengan ini peneliti selalu berupaya memanfaatkan kesempatan dan

tempat-tempat yang paling tepat untuk melakukan wawancara.

Pada dasarnya wawancara dilaksanakan secara simultan dengan

pengamatan. Kadang-kadang wawancara merupakan tindak-lanjut dari

pengamatan. Dalam penelitian ini, peneliti melakukan pengamatan kegiatan

Page 53: PENERAPAN METODE SOROGAN DALAM MENGHAFAL AL-QURAN DI ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/112/jtptiain-gdl... · Guru-guruku yang telah memperkenalkan jendela ilmu dan meletakkan

40

setoran hafalan santri putri Pondok Pesantren Tahaffudzul Quran dengan

menggunakan metode sorogan.

Di samping itu, penelaahan dokumentasi dilakukan khususnya untuk

mendapatkan data konteks dan validitas penelitian. Kajian dokumentasi di

lakukan terhadap catatan-catatan, arsip-arsip, dan sejenisnya termasuk

laporan-laporan yang bersangkut paut dengan permasalahan penelitian.

Kegiatan lapangan penelitian ini semula dijadwal tidak lebih dari satu

bulan. Dengan pertimbangan bahwa peningkatan waktu masih memunculkan

informasi baru tentang penerapan metode sorogan di Pondok Pesantren

Tahaffudzul Qur’an Purwoyoso Ngaliyan, maka lama kegiatan lapangan

diperpanjang hingga tidak ditemukannya informasi baru. Dengan

perpanjangan waktu ini, seperti dikemukakan Lexy J. Moleong (1989),

peneliti dapat mempelajari "kebudayaan", menguji kebenaran dan mengurangi

distorsi.

Dengan mengamati secara tekun, peneliti bisa menemukan ciri-ciri atau

unsur-unsur dalam suatu situasi yang sangat relevan terhadap metode sorogan

yang diterapkan di Pondok Pesantren Tahaffudzul Qur’an Purwoyoso

Ngaliyan.

2. Tahap Pasca Lapangan

Telah disinggung bahwa penelitian ini menerapkan metode kualitatif, yaitu

suatu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata

orang baik tertulis maupun lisan dan tingkah laku teramati, termasuk

gambar.85

Analisis selama pengumpulan data dimaksudkan untuk menentukan pusat

perhatian, mengembangkan pertanyaan-pertanyaan analitik dan hipotesis awal,

serta memberikan dasar bagi analisis pasca pengumpulan. Dengan demikian

analisis data dilakukan secara berulang-ulang.

Pada setiap akhir pengamatan atau wawancara, dicatat hasilnya ke dalam

lembar catatan lapangan (field notes). Lembar catatan lapangan ini berisi: (1)

85

Lexy J. Moleong, , Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,

2001), cet. 14, hlm. 167

Page 54: PENERAPAN METODE SOROGAN DALAM MENGHAFAL AL-QURAN DI ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/112/jtptiain-gdl... · Guru-guruku yang telah memperkenalkan jendela ilmu dan meletakkan

41

teknik yang digunakan, (2) waktu pengumpulan data dan pencatatannya, (3)

tempat kegiatan atau wawancara, (4) paparan hasil dan catatan, dan (5) kesan

dan komentar. Contoh catatan lapangan dapat diperiksa pada lampiran.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan analisis deskriptif kualitatif

yang diimbangkan ke arah penelitian naturalistik (penelitian setting alami)

dengan pendekatan fenomenologis (bersifat alami berdasar fakta di

lapangan).86

Analisis tersebut di gunakan untuk menganalisis tentang:

a. Menelaah seluruh data yang terkumpul dari berbagai sumber, yang pada

penelitian ini data-data terkumpul dari pengamatan langsung peneliti, dan

hasil wawancara (bisa dilihat pada lampiran).

b. Mengadakan reduksi data yang dilakukan dengan jalan abstraksi yaitu

usaha membuat rangkuman inti, proses dan pernyataan-pernyataan yang

perlu.

c. Menyusun data dalam satuan-satuan atau mengorganisasikan pokok-pokok

pikiran tersebut dengan cakupan fokus penelitian dan mengujinya secara

deskriptif.

d. Mengadakan pemeriksaan keabsahan data atau memberi makna pada hasil

penelitian dengan cara menghubungkannya dengan teori.

e. Mengambil kesimpulan.87

Tabel 3.1.

Pengumpulan Data dan Sumber Data

No Data Metode

Pengumpulan Data

Sumber data

1 Penerapan metode

sorogan

Wawancara Wawancara

Pengasuh

2 Waktu menghafal Wawancara dan

Observasi

Wawancara santri

dan aktivitas santri

86

Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya,(Jakarta: PT. Bumi

Aksara, 2003), hlm.158 87

Lexy J. Moleong, , Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,

2001), cet. 14, hlm. 190

Page 55: PENERAPAN METODE SOROGAN DALAM MENGHAFAL AL-QURAN DI ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/112/jtptiain-gdl... · Guru-guruku yang telah memperkenalkan jendela ilmu dan meletakkan

42

3 Metode sorogan dalam

menghafal al-Quran

Wawancara dan

Observasi

Wawancara santri

dan proses

penggunaan

metode sorogan

4 Penyetoran hafalan Wawancara dan

observasi

Wawancara santri

dan aktivitas

penyetoran santri

5 Proses menghafal

(pelaksanaan)

Wawancara dan

Observasi

Aktivitas

mengahafal santri

6 Kedisiplinan menghafal Observasi Rutinitas

menghafal santri

7 Lingkungan pondok

pesantren

Observasi Lingkungan

pondok pesantren

8 Sejarah berdiri pondok

pesantren

Dokumentasi Dokumen sejarah

berdiri pondok

pesantren

9 Tujuan berdirinya

pondok pesantren

Dokumentasi Dokumen tujuan

berdiri pondok

pesantren

10 Letak geografis pondok

pesantren

Dokumentasi dan

Observasi

Dokumen letak

geografis dan letak

pondok pesantren

11 Struktur kepengurusan Dokumentasi Dokumen struktur

kepengurusan

12 Jadwal setoran

menghafal al-Quran

Dokumentasi Dokumen jadwal

kegiatan santri

13 Tata tertib/sanksi Dokumentasi Dokumen tata

tertib/sanksi santri

Page 56: PENERAPAN METODE SOROGAN DALAM MENGHAFAL AL-QURAN DI ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/112/jtptiain-gdl... · Guru-guruku yang telah memperkenalkan jendela ilmu dan meletakkan

43

BAB IV

ANALISIS PENERAPAN METODE SOROGAN DALAM MENGHAFAL

AL-QURAN DI PONDOK PESANTREN TAHAFFUDZUL QURAN

PURWOYOSO NGALIYAN SEMARANG

D. Gambaran Umum dan Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren

Tahaffudzul Qur’an Ngaliyan Semarang

- Tinjauan Historis

Pondok Pesantren Tahaffudzul Qur’an berdiri atas inspirasi dari

KH. Abdullah Umar AH. Menurut cerita, konon rumah yang dijadikan sebagai

pondok pesantren itu adalah milik seorang penghulu yang bernama Ramelan.

Rumah itu telah lama dihuni oleh fakir miskin yang tidak jelas arah tujuan

hidupnya. Rumah itu letaknya hanya sekitar beberapa meter dari Masjid

Besar Kauman Semarang. Melihat hal itu, kemudian KH. Abdullah Umar

AH mempunyai gagasan untuk membeli rumah tersebut dengan tujuan untuk

menjadikan rumah tersebut sebagai pondok pesantren yang khusus untuk

menghafal Al-Qur'an. Yang menjadi alasannya adalah beliau sangat

menyayangkan apabila rumah yang letaknya sangat dekat dengan masjid

itu hanya digunakan untuk hal-hal yang kurang bermanfaat. Jadi alangkah

lebih baik lagi apabila digunakan untuk hal-hal yang lebih bermanfaat yaitu

untuk meramaikan dan memakmurkan masjid dengan ayat- ayat suci Al-

Qur'an serta melestarikan nya.

Tujuan lain dari gagasan itu adalah untuk membantu para santri

yang sungguh-sungguh berkeinginan dan bercita-cita untuk menghafal Al-

Qur'an tetapi terbentur biaya (dalam arti tidak mempunyai biasa untuk

mondok), maka di tempat inilah mereka dapat mondok. Karena maksud

dan tujuan yang sangat mulia itu, akhirnya pemilik rumah mengizinkan

rumah tersebut dibeli oleh K H. Abdullah Umar AH.

Kemudian pada tahun 1972, berdirilah pondok pesantren yang diberi

nama Pondok Pesantren Tahaffudzul Qur’an (PPTQ) dan KH. Abdullah Umar

AH sendiri yang bertindak sebagai pengasuh dan pengajarnya. Jumlah santri

Page 57: PENERAPAN METODE SOROGAN DALAM MENGHAFAL AL-QURAN DI ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/112/jtptiain-gdl... · Guru-guruku yang telah memperkenalkan jendela ilmu dan meletakkan

44

yang masuk pondok pesantren tersebut pertama kali ada sekitar 20 orang dan

semuanya adalah santri putra, yang dahulunya bertempat di rumah penghulu

tersebut.

Pada tahun 1973, Pondok Pesantren Tahaffudzul Qur’an mulai

menerima santri putri yang jumlahnya tidak lebih dari santri putra.

Untuk santri putri mengambil tempat di Kampung Malang, tetapi itu hanya

sementara karena pada tahun 1985 semua berpindah ke belakang Masjid

Besar Kauman Semarang. Sejak saat itulah banyak santri yang berdatangan

dari berbagai daerah di Jawa Tengah. Kemudian ada yang berasal dari Jawa

Barat dan Jawa Timur bahkan ada juga yang berasal dari luar Jawa.

Selanjutnya dalam usaha untuk mengembangkan pondok pesantren

ini KH. Abdullah Umar menambah bangunan gedung di daerah Purwoyoso

Ngaliyan. Pada bulan Oktober 1991 gedung tersebut sudah dapat ditempati

oleh santri putri, sedangkan yang semula ditempati oleh santri putri kini

ditempati oleh santri putra. Sejak tahun 2000 pondok pesantren Tahaffudzul

Qur’an ini baru menerima mahasiswi yang berminat untuk belajar dan

menghafalkan Al-Qur'an sebagai santri. Karena santri pondok ini semakin

lama semakin berkurang dan pondok kelihatan sepi, sejak tahun tersebut

mahasiswi diterima sebagai santri meskipun sebelumnya K H. Abdullah

Umar AH beranggapan bahwa santri mahasiswi yang mondok di sini tidak

bersungguh-sungguh dalam menghafal Al-Qur'an sehingga tidak diizinkan

bertempat tinggal di pondok ini.

Karena letak pondok putra dan pondok putri yang terpisah jauh,

maka untuk mengurus pondok diserahkan kepada putra-putra beliau.

Pondok putra dipercayakan kepada Gus Musthofa AH (adik Gus Azka)

dan pondok putri dipercayakan kepada Guz Azka AH. Pada tanggal 16

Maret 2001 K H. Abdullah Umar AH sowan ke hadirat Ilahi Robbi. Jenazah

Abuya dimakamkan di Pegandon Kendal di tengah pusara kedua istrinya yang

telah mendahuluinya.

Pada tanggal 4 April 2006 pengasuh pondok putri, KH. Azka

Abdullah Umar AH meninggal dunia dan sebagai penggantinya adalah istri

Page 58: PENERAPAN METODE SOROGAN DALAM MENGHAFAL AL-QURAN DI ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/112/jtptiain-gdl... · Guru-guruku yang telah memperkenalkan jendela ilmu dan meletakkan

45

beliau yaitu Ibu Siti Jamzatur Rohmah AH. Pada pertengahan bulan Mei

2007 diadakan rapat keluarga besar K H. Abdullah Umar AH di Pondok

Pesantren Putri Tahaffudzul Qur’an. Hasil dari rapat tersebut memutuskan

bahwa yang menjadi pengasuh Pondok Pesantren Putri Tahaffudzul Qur’an

adalah Umi Aufa Abdullah Umar AH. Sejak saat itu dan sampai sekarang

yang mengasuh Pondok Pesantren Putri Tahaffudzul Qur’an adalah Nyai Hj.

Aufa Abdullah Umar AH.88

- Tinjauan Geografis

Sejarah dan perkembangan PPTQ yang mempunyai lokasi pondok

yang terbagi dua, yaitu: pertama di belakang Masjid Agung Kauman

Semarang Utara sebagai Pondok Pesantren Tahaffudzul Qur’an bagian putra

dan yang kedua di Segaran Baru RT 03/XI Purwoyoso Ngaliyan Semarang

sebagai Pondok Pesantren Tahaffudzul Qur’an bagian putri. Dan yang

dijadikan lokasi penelitian ini adalah pondok pesantren khusus bagian putri

yang berlokasi di Kelurahan Purwoyoso Kecamatan Ngaliyan Kota Semarang.

Adapun batas wilayah yang berbatasan dengan pondok pesantren

Tahaffudzul Qur’an adalah sebagai berikut:

Sebelah utara berbatasan dengan pemukuman Purwoyoso, sebelah

selatan berbatasan dengan pemukiman Purwoyoso, sebelah barat berbatasan

dengan swalayan Aneka Jaya, sebelah timur berbatasan dengan pemukiman

Purwoyoso.89

1. Struktur Organisasi Kepengurusan Pondok Pesantren Tahaffudzul

Qur’an Purwoyoso Ngaliyan Semarang Tahun 2011-2012.

Organisasi sangat penting dan sangat berperan demi suksesnya

program-program kegiatan pada suatu pesantren. Hal ini sangat diperlukan

agar satu program kegiatan dengan program yang lain tidak berbenturan

dan supaya lebih terarah tugas dari masing-masing personal pelaksana

88

Data diambil dari Dokumen Pondok Pesantren Tahaffudzul Quran Porwoyoso Ngaliyan

Semarang pada tanggal 28 Juli 2011 89

Data diambil dari Dokumen Pondok Pesantren Tahaffudzul Quran Purwoyoso Ngaliyan

Semarang pada tanggal 28 Juli 2011

Page 59: PENERAPAN METODE SOROGAN DALAM MENGHAFAL AL-QURAN DI ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/112/jtptiain-gdl... · Guru-guruku yang telah memperkenalkan jendela ilmu dan meletakkan

46

pendidikan. Selain itu organisasi diperlukan dengan tujuan agar terjadi

pembagian tugas yang seimbang dan objektif, yaitu memberikan tugas

sesuai dengan kedudukan dan kemampuan masing-masing orang.

Struktur organisasi pesantren merupakan komponen yang sangat

diperlukan dalam suatu pesantren, terutama dari segi pelaksanaan kegiatan

pesantren. Dalam rangka pencapaian tujuan, struktur organisasi

hendaknya disesuaikan dengan keadaan dan kebutuhan suatu

pesantren.

Adapun yang dimaksud struktur organisasi disini adalah seluruh

tenaga yang berkecimpung dalam kepengurusan di pondok pesantren

Tahaffudzul Qur’an ini. Adapun struktur organisasi kepengurusan Pondok

Pesantren Tahaffudzul Qur’an Ngaliyan Semarang periode 2010-2011

adalah sebagai berikut:

a. Pengasuh : Nyai Hj. Aufa Abdullah Umar AH

K. H. Muhibbin

b. Ketua Pengurus : Novita Asyrifahnti

c. Wakil Ketua : Himmatul Aliyah

d. Sekretaris : Nurus Saniatun Rofiah

e. Seksi-seksi :

1) Seksi Pendidikan : Hilyatun Nida

Ida Nur Chamidah

Rifa’ah

2) Seksi keamanan : Wilda Wahyuni

Siti Shofiyah

3) Seksi kebersihan : Nayla Qoni’ah

Laili Hidayatun Nisa

4) Seksi Perlengkapan : Yuniarti. 90

90 Data diambil dari Buku Induk Pondok Pesantren Tahaffudzul Quran purwoyoso Ngaliyan

Semarang pada tanggal 29 juli 2011.

Page 60: PENERAPAN METODE SOROGAN DALAM MENGHAFAL AL-QURAN DI ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/112/jtptiain-gdl... · Guru-guruku yang telah memperkenalkan jendela ilmu dan meletakkan

47

2. Kondisi Ustadz di PPTQ

Ustadz (guru, kyai) memegang peranan yang sangat penting dalam

kegiatan belajar mengajar. Para ustadz menjadi tumpuan bagi para santri

untuk memecahkan berbagai persoalan yang mereka hadapi dan menjadi

suri tauladan bagi para santri di PPTQ. Selain itu mereka dituntut untuk

berperan menggantikan fungsi orang tua santri dalam mendidik dan

membimbing para santri agar memiliki akhlaqul karimah serta ilmu

pengetahuan yang tinggi dan bermanfaat termasuk kecerdasan intelektual,

emosional dan spiritual.

Ustadz yang mengajar di PPTQ ada 6, yaitu: Pertama, Nyai Hj.

Aufa Abdullah Umar AH. Beliau adalah pengasuh harian sekaligus

ustadzah yang mengajar ngaji Al-Qur'an para santri. Kedua, KH.

Muhibbin. Beliau adalah suami Nyai Hj. Aufa Abdullah Umar AH. Selain

sebagai pengasuh harian beliau juga mengajar ngaji kitab Tafsir Jalalain.

Ketiga, Bapak M. Sholeh yang mengajar kitab Nihayatuz Zein. Keempat,

Bapak Shulthon yang mengajar kitab Tambighul Ghofilin. Kelima, Gus

Muhammad Amin yang mengajar kitab Ta’lim Muta’alim dan kitab

Ushfuriyah. Keenam, Nur Hanif Laili, yang mengajar Tilawatil Qur’an.

3. Kondisi Santri di PPTQ

Santri yang belajar di PPTQ pada tahun 2010 ini sebanyak 63

orang. Mereka tidak hanya berasal dari Kota Semarang saja, tetapi mereka

datang dari segala penjuru daerah di pulau Jawa dan luar Jawa. Para santri

yang belajar di pondok ini ada yang berasal dari Demak, Kendal, Pati,

Rembang, Jepara, Kudus, Tegal, Brebes, Grobogan, Magelang, Cirebon,

Kebumen, Banyumas, Batang, dan Pekalongan dan Riau, Sumatra.

Mereka semua datang dengan latar belakang yang sangat beragam.

Ada beberapa santri yang sebelum masuk di pondok ini sudah pernah

mondok di tempat lain. Ada juga santri yang belum pernah mondok sama

sekali. Bahkan ada beberapa santri dengan latar belakang putri seorang

kyai yang biasa disebut dengan “Ning”. 97% santri yang belajar di pondok

pesantren ini adalah seorang mahasiswi. Dan 3% bukan seorang

Page 61: PENERAPAN METODE SOROGAN DALAM MENGHAFAL AL-QURAN DI ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/112/jtptiain-gdl... · Guru-guruku yang telah memperkenalkan jendela ilmu dan meletakkan

48

mahasiswi dan biasa disebut sebagai santri takhassus. 68 orang santri

adalah mahasiswi IAIN Walisongo dengan berbagai jurusan di empat

fakultas IAIN Walisongo dan 7 orang adalah santri takhassus.

Santri di PPTQ di bedakan menjadi 2 yaitu santri bil-ghaib dan

santri bin-nadhar.

a. Santri bil-Ghaib adalah santri yang belajar al-Quran dengan menghafal

ayat-ayat al-Quran tanpa melihat tulisannya. Santri bil-ghaib yang ada

di PPTQ sebanyak 61 orang.91

b. Santri bin-Nadhar adalah santri yang belajar al-Quran dan membaca

ayat-ayat al-Quran dengan melihat tulisannya. Santri bin-Nadhar yang

ada di PPTQ sebanyak 6 orang.92

Tabel 4.1.

Daftar Nama Santri Pondok Pesantren

Tahaffudzul Qur’an

No Nama Santri No Nama Santri

1 2 3 4

1 Afifatul Chusna 35 Nur Asiyah

2 Ainu Zumrudiana 36 Nur Hayati

3 Aluh Zahraini 37 Nur Laila Zahra

4 Arina Rokhil 38 Nurul Atiqoh

5 Anis Ulfatush Shihah 39 Nurus Saniatin Rofi’ah

6 Dian Baity Tan’imy 40 Reni Lestiani

7 Elvi Laili Hidayatika 41 Rifa Fauziyah

8 Fadhliyah 42 Rifa’ah

9 Hilyatun Nida 43 Rofi’ Laila Hanaum

10 Himmatul Aliyah ‘10 44 Rohma Istianah

11 Himmatul Aliyah ’06 45 Riska

91

Berdasar Buku Presensi Santri Bil-Ghaib PPTQ Tahun 2011 92

Hasil Wawancara dengan Ketua Pengurus Pondok Saudari Novita Asyrofahnti tanggal 9 juli

2011

Page 62: PENERAPAN METODE SOROGAN DALAM MENGHAFAL AL-QURAN DI ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/112/jtptiain-gdl... · Guru-guruku yang telah memperkenalkan jendela ilmu dan meletakkan

49

12 Himmatul Aliyah 09 46 Rika Bekti Sari

13 Ida Nur Chamidah 47 Shokhifatun

14 Ina Aini Fadhilah 48 Siti Nurul Inayatul Hikmah

15 Ismaunah 49 Siti Rizanatul Faizah

16 Izzatul Istifaqoh 50 Siti Sofiyah

17 Izzatul Maula Fitri 51 Siti Uchtafiah

18 Khoirotul Mustabsyiroh 52 Sri Wahyuningsih

19 Khoirul Muti’ah 53 Sussiyanti

20 Khotma Ayyida 54 Syifa Az-Zahra

21 Laili Syarifah 55 Tsani Rahmawati

22 Laily Hidayatun Nisa’ 56 Ulfiyah

23 Linatul Af’idah 57 Umi Nadzifah

24 Milani Tsalisul Aqwa 58 Vicky Ulya Milati

25 Naelatul Inayah 59 Wachidatun Nazilah

26 Naelatut Thoyyibah 60 Wahda Yunia Rahma

27 Nailil Ulfa 61 Wilda Wahyuni

28 Naylina Qoni’ah 62 Wiwik Listyawati

29 Novita Asyrofahnti 63 Yuniarti

30 Nur Aini 64 Farkhatin

31 Nur Alfu Laila 65 Sisa Rahayu

32 Nur Aliyah 66 Isfaizah

33 Roifatul Masfufah 67 Ita Ratnasari

34 Titin 68 mustafidah

Para santri yang belajar di Pondok Pesantren Tahaffudzul Qur’an

ini mayoritas adalah dari kalangan mahasiswi. Di pondok tersebut para

santri dibiasakan untuk hidup mandiri dan tidak menjadi beban orang lain

termasuk orang tua. Mereka juga dibiasakan untuk senantiasa mau

berkorban demi kepentingan orang lain, menghormati guru, saling tolong

menolong, sopan santun, menghargai orang lain memiliki kepedulian

Page 63: PENERAPAN METODE SOROGAN DALAM MENGHAFAL AL-QURAN DI ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/112/jtptiain-gdl... · Guru-guruku yang telah memperkenalkan jendela ilmu dan meletakkan

50

terhadap lingkungan dan peka terhadap kondisi orang lain, masyarakat dan

lingkungan sekitar.

4. Aktivitas Santri

Para santri di Pondok Pesantren ini telah memiliki jadwal kegiatan

sehari-hari yang harus dilaksanakan dan dipatuhi selama mereka berada di

pondok selain harus melaksanakan kegiatan kuliah di kampus. Adapun

jadwal kegiatan tersebut adalah sebagai berikut:

Tabel 4.2.

Jadwal Kegiatan Santri Pondok Pesantren Tahaffudzul Qur’an

Hari Waktu Kegiatan

1 2 3

Senin 03.00 – 03.15 Membaca Asmaul Husna

04.00 – 05.00 Shalat Subuh berjama’ah dan belajar bersama

05.00 – 06.00 Belajar bersama

06.00 – selesai Mengaji Al-Qur’an bin-Nadhar dan bil-Ghaib

16.00 – selesai Mengaji Al-Qur’an bin-Nadhar dan bil-Ghaib

18.00 – 18.45 Shalat Maghrib berjama’ah dan Tartilan

kelompok

19.00 – selesai Shalat Isya’ berjama’ah dan Mengaji Tajwid

Selasa 03.00 – 03.15 Membaca Asmaul Husna

04.00 – 05.00 Shalat Subuh berjama’ah dan belajar bersama

06.00 – selesai Mengaji Al-Qur’an bin-Nadhar dan bil-Ghaib

16.00 – selesai Mengaji Al-Qur’an bin-Nadhar dan bil-Ghaib

18.00 – 18.45 Shalat Maghrib berjama’ah dan Tartilan

kelompok

19.00 – selesai Shalat Isya’ berjama’ah dan Mudzakaroh /

Muhadhoroh

Rabu 03.00 – 03.15 Membaca Asmaul Husna

04.00 – 05.00 Shalat Subuh berjama’ah dan belajar bersama

06.00 – selesai Mengaji Al-Qur’an bin-Nadhar dan bil-Ghaib

Page 64: PENERAPAN METODE SOROGAN DALAM MENGHAFAL AL-QURAN DI ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/112/jtptiain-gdl... · Guru-guruku yang telah memperkenalkan jendela ilmu dan meletakkan

51

16.00 – selesai Mengaji Al-Qur’an bin-Nadhar dan bil-Ghaib

18.00 – 18.45 Shalat Maghrib berjama’ah dan Tartilan

kelompok

19.00 – selesai Shalat Isya’ berjama’ah dan Tilawatil Qur’an

Kamis 03.00 – 03.15 Membaca Asmaul Husna

04.00 – 05.00 Shalat Subuh berjama’ah dan membaca ayat

kursi 99x

05.00 – 06.00 Belajar bersama (menghafal atau mengulang

hafalan)

06.00 – selesai Mengaji Al-Qur’an bin-Nadhar dan bil-Ghaib

16.00 – selesai Mengaji Al-Qur’an bin-Nadhar dan bil-Ghaib

18.00 – 18.45 Shalat Maghrib berjama’ah, menbaca yasin dan

tahlil bersama-sama

19.00 – selesai Shalat Isya’ berjama’ah dan Jam’iyahan

Jum’at 02.00 – selesai Shalat tasbih berjama’ah

03.00 – 03.15 Membaca Asmaul Husna

04.00 – 05.00 Shalat Subuh berjama’ah dan membaca

shalawat Nabi 100x

06.00 – selesai Ziarah ke Makam Ayah Azka (Alm)

18.00 – 18.45 Shalat Maghrib berjama’ah dan Tartilan

Kelompok

19.00 – selesai Shalat Isya’ berjama’ah, mengaji Kitab

Ushfuriyah dan kitab Ta’limul Muta’allim

Sabtu 03.00 – 03.15 Membaca Asmaul Husna

04.00 – 05.00 Shalat Subuh berjama’ah dan belajar bersama

06.00 – selesai Mengaji Al-Qur’an bin-Nadhar dan bil-Ghaib

08.30 – 09.00 Roan Akbar (bersih-bersih pondok)

10.00 – 11.30 Mengaji kitab Nihayatuz Zain

16.00 – selesai Memgaji Al-Quran bin-Nadhar dan bil-Ghaib

18.00 – 18.45 Shalat maghrib berjama’ah dan tartilan

Page 65: PENERAPAN METODE SOROGAN DALAM MENGHAFAL AL-QURAN DI ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/112/jtptiain-gdl... · Guru-guruku yang telah memperkenalkan jendela ilmu dan meletakkan

52

kelompok

19.00 – selesai Sholat Isya’ berjama’ah dan Sima’an Al-Qur’an

Minggu 03.00 – 03.15 Membaca Asmaul Husna

04.00 – 05.00 Sholat Subuh berjama’ah dan belajar bersama

06.00 – selesai Mengaji Al-Qur’an bin-Nadhar dan bil-Ghaib

09.00 – selesai Shalat Dhukha berjama’ah

10.00 – 11.30 Mengaji kitab Tambighul Ghafilin

16.00 – selesai Mengaji Al-Quran bin-Nadhar dan bil Ghaib

18.00 – 18.45 Sholat Maghrib berjama’ah dan Tartilan

Kelompok

19.00 – selesai Sholat Isya’ berjama’ah dan Mengaji tafsir

jalalain

Sesuai dengan jadwal kegiatan yang telah disebutkan, setiap santri wajib

mengikutinya. Selain hal tersebut santri juga harus mematuhi tata tertib yang

telah ditentukan. Dan akan dikenakan sanksi jika tidak mematuhinya.

E. Penerapan metode sorogan dalam menghafal al-Quran di Pondok

Pesantren Tahaffudzul Quran Purwoyoso Ngaliyan Semarang.

Pondok Pesantren Tahaffudzul Quran didirikan pada tahun 1991 oleh

K.H. Abuya Abdullah Umar. Metode yang digunakan adalah metode

sorogan . Santri mengaji satu persatu sampai selesai. Waktu mengaji adalah

ba’da subuh dan ba’da Asyar.93

Setelah K.H. Abuya Abdullah Umar wafat pengasuh dipegang oleh

K.H. Mushofa, putra dari K.H. Abuya Abdullah Umar. Metode yang

digunakan adalah metode sorogan. Santri mengaji dengan cara maju satu

persatu sampai selesai. Waktu mengaji adalah ba’da subuh dan ba’ da asyar.

93

Berdasarkan hasil wawancara dengan Pengasuh Pondok Pesantren Tahaffudzul Qur’an. Pada

tanggal 21 Juni 2011.

Page 66: PENERAPAN METODE SOROGAN DALAM MENGHAFAL AL-QURAN DI ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/112/jtptiain-gdl... · Guru-guruku yang telah memperkenalkan jendela ilmu dan meletakkan

53

Setelah subuh untuk undaan sedangkan setelah asyar untuk nderesan

(meriview hafalan yang sudah didapat).94

Pada masa ini pondok pesantren mulai menerima santri dari kalangan

mahasiswi. Pada awalnya hal ini diprotes oleh santri tahassus ( santri yang

hanya menghafalkan al-Quran saja ). Karena santri tahassus merasa akan

terganggu dengan kedatangan santri dari kalangan mahasiswi. Tapi lama

kelamaan santri dari kalangan mahasiswi bisa diterima.95

Pada tahun 2004, pondok pesantren diasuh oleh K.H. Azka, adik dari

K.H. Mushofa. Metode yang digunakan adalah metode sorogan. Santri

mengaji dengan cara maju satu-persatu. Waktu mengaji adalah ba’da subuh

dan setelah ashar.96

K.H. Azka wafat pada tahun 2006, kemudian pondok diasuh oleh Nyai

Hj. Aufa. Metode yang digunakan adalah metode sorogan. Waktu mengaji

adalah ba’da subuh dan ba’da asyar. Santri juga mengaji dengan cara maju

tiga sekaligus. Pada masa ini santri yang tidak mengaji selama tiga hari

berturut-turut akan dikenakan denda atau ta’zir yaitu dengan membaca al-

Quran 30 juz.

Dari analisis hasil observasi dan wawancara dapat disimpulkan bahwa

pondok pesantren Tahaffudzul Quran Purwoyoso Ngaliyan Semarang sejak

didirikan oleh K.H. Abuya Abdullah Umar sampai sekarang selalu

menggunakan metode sorogan yaitu santri maju satu persatu untuk

menyetorkan hafalannya langsung kepada pengasuh. Selama menghafal di

depan pengasuh, jika terjadi kesalahan langsung dibetulkan. Bagi santri yang

belum lancar harus mengulang lagi hafalannya.

Dari awal berdirinya pondok pesantren ini pada saat diasuh oleh K.H.

Abuya Abdullah Umar sampai K.H. Azka santri mengaji dengan cara maju

satu persatu. Tetapi mulai diasuh oleh Nyai Hj. Aufa santri mengaji dengan

94

Berdasarkan hasil wawancara dengan Pengasuh Pondok Pesantren Tahaffudzul Qur’an. Pada

tanggal 22 Juni 2011. 95

Berdasarkan hasil wawancara dengan Pengasuh Pondok Pesantren Tahaffudzul Qur’an. Pada

tanggal 23 Juni 2011. 96

Berdasarkan hasil wawancara dengan Pengasuh Pondok Pesantren Tahaffudzul Qur’an. Pada

tanggal 23 Juni 2011.

Page 67: PENERAPAN METODE SOROGAN DALAM MENGHAFAL AL-QURAN DI ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/112/jtptiain-gdl... · Guru-guruku yang telah memperkenalkan jendela ilmu dan meletakkan

54

cara maju tiga sekaligus karena dengan semakin banyaknya santri jika maju

satu persatu waktu yang dibutuhkan sangat lama.

F. Analisis Terhadap Kelebihan dan Kekurangan Penerapan Metode

Sorogan di Pondok Pesantren Tahaffudzul Quran Porwoyoso Ngaliyan

Semarang

Dari hasil observasi dan wawancara yang dilakukan di pondok pesantren

penerapan metode sorogan mempunyai kelebihan dan kekurangan

Adapun kelebihan dalam penerapan metode sorogan di pondok pesantren

tahaffudzul quran di antaranya:

1. Memudahkan santri dalam proses menghafal al-Quran karena metode ini

dilakukan dengan cara bertatap muka secara langsung di depan pengasuh

2. Jika ada ayat yang salah ketika santri mengaji setoran hafalan dengan

pengasuh makaNyai Hj. Aufa bisa langsung membetulkan dengan cara

mengetuk meja dua sampai tiga kali sehingga santri dapat menyadari

bahwa dirinya salah dan harus mengulangi ayat sebelumnya.

3. Mengaji hafalan al-Quran dengan berhadapan langsung dengan pengasuh

lebih baik karena lebih berkesan dan santri lebih bisa memahami seberapa

besar kemampuan setoran hafalan mengaji dalam menghafal al-Quran.

4. Pengasuh lebih bisa menilai para santrinya yaitu antara santri yang lancar

dalam setoran hafalan dalam menghafal al-Quran dan santri yang belum

lancar mengaji, santri yang rajin mengaji dan santri yang malas mengaji.

5. Pada masa K.H. Abuya Abdullah Umar sampai K.H. Azka hafalan lebih

berarti sebab santri mengaji dengan maju satu persatu

Kekurangan penerapan metode sorogan di Pondok Pesantren

Tahaffudzul Quran yaitu

1. Dengan metode sorogan santri yang kurang siap hafalannya menjadi takut

untuk setor hafalan.

2. Pada masa diasuh oleh Nyai Hj. Aufa dengan cara maju tiga sekaligus,

ketika santri menyetorkan hafalan al-Quran, mereka merasa tidak fokus

karena tiga santri sekaligus maju di hadapan pengasuh (pengasuh

Page 68: PENERAPAN METODE SOROGAN DALAM MENGHAFAL AL-QURAN DI ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/112/jtptiain-gdl... · Guru-guruku yang telah memperkenalkan jendela ilmu dan meletakkan

55

mengajari setiap setoran tiga santri-tiga santri bukan satu satu) sehingga

ada salah satu santri yang merasa tidak fokus dengan hafalannya.

3. Adanya kesalahfahaman antara santri ketika pengasuh membenarkan

hafalan yang salah kepada salah satu santri karena antara santri yang satu

dengan yang lainnya tempat duduknya untuk mengaji setoran hafalan

saling berdekatan.

4. Kemampuan antara santri yang satu dengan santri yang lainnya berbeda

sehingga santri yang maju bersamaan dengan santri yang suaranya keras

bagi santri yang suaranya pelan merasa terganggu dan kurang fokus atau

kurang lancar dalam menyetorkan hafalannya.

Page 69: PENERAPAN METODE SOROGAN DALAM MENGHAFAL AL-QURAN DI ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/112/jtptiain-gdl... · Guru-guruku yang telah memperkenalkan jendela ilmu dan meletakkan

56

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari beberapa pendapat yang diperoleh peneliti dari hasil wawancara

dengan pengasuh, pengurus beserta para santri yang ada di pondok pesantren

Tahaffudhul Quran maka dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Metode sorogan sudah diterapkan pada masa K.H. Abuya Abdullah Umar

sampai sekarang. Pada masa K.H. Abuya Abdullah Umar sampai K.H.

Azka metode ini dilakukan dengan cara santri maju satu persatu

sedangkan pada masa Nyai Hj. Aufa santri mengaji dengan cara maju tiga

sekaligus. Waktu mengaji setelah subuh untuk undaan ( menambah

hafalan baru ), setelah asyar untuk nderesan ( mereview hafalan yang

sudah didapat )

2. Kelebihan dan kekurangan penerapan metode sorogan dalam menghafal al-

Quran dipondok pesantren tahaffudzul Quran porwoyoso ngaliyan

porwoyoso ngaliyan semarang.

a. Kelebihan penerapan metode sorogan di Pondok Pesantren

Tahaffudzul Quran di antaranya:

1) Memudahkan santri dalam proses menghafal al-Quran karena

metode ini dilakukan dengan cara bertatap muka secara langsung di

depan pengasuh.

2) Jika ada ayat yang salah ketika santri mengaji setoran hafalan

dengan pengasuh maka pengasuh bisa langsung membetulkan

dengan cara mengetuk meja dua sampai tiga kali sehingga santri

dapat menyadari bahwa dirinya salah dan harus mengulangi ayat

sebelumnya.

3) Mengaji hafalan al-Quran dengan berhadapan langsung dengan

pengasuh lebih baik karena lebih berkesan dan santri lebih bisa

memahami seberapa besar kemampuan setoran hafalan mengaji

dalam menghafal al-Quran.

Page 70: PENERAPAN METODE SOROGAN DALAM MENGHAFAL AL-QURAN DI ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/112/jtptiain-gdl... · Guru-guruku yang telah memperkenalkan jendela ilmu dan meletakkan

57

4) Pengasuh lebih bisa menilai para santrinya yaitu antara santri yang

lancar dalam setoran hafalan dalam menghafal al-Quran dan santri

yang belum lancar mengaji, santri yang rajin mengaji dan santri

yang malas mengaji.

5) Pada masa K.H. Abuya Abdullah Umar sampai K.H. Azka hafalan

lebih berarti sebab santri mengaji dengan maju satu persatu

b. Kekurangan penerapan metode sorogan di Pondok Pesantren

Tahaffudzul Quran di antaranya:

1) Dengan metode sorogan santri yang kurang siap hafalannya

menjadi takut untuk setor hafalan.

2) Pada masa diasuh oleh Hj. Aufa dengan cara maju tiga sekaligus.

Ketika santri menyetorkan hafalan al-Quran mereka para santri

merasa tidak fokus karena santri maju hafalan tiga santri sekaligus

dalam satu hadapan pengasuh (pengasuh mengajari setiap setoran

tiga santri-tiga santri bukan satu satu) sehingga ada salah satu santri

yang merasa tidak fokus dengan hafalannya.

3) Adanya kesalahfahaman antara santri ketika pengasuh

membenarkan hafalan yang salah kepada salah satu santri karena

antara santri yang satu dengan yang lainnya tempat duduknya

untuk mengaji setoran hafalan saling berdekatan.

4) Kemampuan antara santri yang satu dengan santri yang lainnya

berbeda sehingga santri yang maju bersamaan dengan santri yang

suaranya keras bagi santri yang suaranya pelan merasa terganggu

dan kurang fokus atau kurang lancar dalam menyetorkan

hafalannya.

B. Saran

Dari kesimpulan diatas maka peneliti menganjurkan:

1. Agar dalam menerapkan metode sorogan ini lebih baik ditingkatkan

dengan santri mengaji lebih disiplin dan tepat waktu agar dalam hal

menyetorkan hafalan dengan pengasuh bisa berjalan dengan lancar dan

Page 71: PENERAPAN METODE SOROGAN DALAM MENGHAFAL AL-QURAN DI ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/112/jtptiain-gdl... · Guru-guruku yang telah memperkenalkan jendela ilmu dan meletakkan

58

tidak memakan waktu yang lama ketika para santri mengantri mengaji

dengan pengasuh sehingga dapat diambil manfa’at bagi semua santri yang

ada diPondok Pesantren Tahaffudzul Quran baik santri yang berstatus

mahasiswi maupun santri yang berstatus tahassus (santri yang hanya

mondok saja).

2. Santri yang mendapat jadwal kuliyah pada waktu jam pertama maka akan

lebih baik jika mempunyai persiapan yang lebih pagi agar ketika bel

mengaji sudah dibunyikan bisa langsung maju mengaji menyetorkan

hafalannya kepada pengasuh agar tidak terjadi antrian yang panjang

hingga siang hari, sehingga santri yang mendapat jam pertama juga bisa

mengaji dan menyetorkan hafalannya kepada pengasuh.

3. Berkaitan dengan tempat mengaji pada waktu menyetorkan hafalan

mengaji kepada pengasuh memang sudah baik karena tempatnya

dimushalla karena suasana mushalla sangat mendukung, selain tempatnya

bersih, suci dan tenang maka santri bisa lebih fokus, nyaman dalam

menyetorkan hafalannya.

C. Penutup

Alhamdulillah berkat rahmat dan hidayah Allah SWT penyusunan

skripsi ini dapat peneliti selesaikan. Peneliti menyadari bahwa meskipun

dalam penelitian ini telah berusaha semaksimal mungkin, namun dalam

penulisan skripsi ini tidak lepas dari kesalahan dan kekeliruan. Hal itu semata-

mata merupakan keterbatasan ilmu dan kemampuan yang peneliti miliki. Oleh

karena itu, peneliti sangat mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif dari

berbagai pihak demi perbaikan-perbaikan penelitian selanjutnya agarmencapai

kesempurnaan. Akhirnya peneliti berharap semoga skripsi ini dapat

bermanfaat bagi para pembaca.

Page 72: PENERAPAN METODE SOROGAN DALAM MENGHAFAL AL-QURAN DI ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/112/jtptiain-gdl... · Guru-guruku yang telah memperkenalkan jendela ilmu dan meletakkan

59

DAFTAR PUSTAKA

Afnan, Maftuh, Kamus Al-Munir, Surabaya: Anugerah, 1991

Ali, Lukman, dkk., , Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1999

Alwi, Hasan, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi III, Jakarta Balai pustaka,

2003.

Arif, Armai, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, Jakarta: Ciputat

Press, 2002

Arifin, M., Ilmu Pendidikan Islam Tinjauan Teoritis Dan Praktis Berdasarkan

Pendekatan Interdisipliner, Jakarta: Bumi Aksara, 2003

Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek,Jakarta: PT

Rineka Cipta, 2002,

Azizi, Qadri Abdillah, et.al., Dinamika Pesantren dan Madrasah, Yogyakarta:

Pustaka Pelajar, 2002.

Al-Badri, Badrun bin Nasir, Keutamaan Membaca dan Menghafal al-Quran, terj.

Muhammad Iqbal A. Ghazali Indonesia: Maktub Dakwah dan Bimbingan

Jaliyat Rabwah, 2010

Badwilan, Ahmad Salim, Seni menghafal Al-Quran, Resep Manjur Menghafal

Al-Quran yang Telah Terbukti Keampuhannya, terj. Abu Hudzaifah t.tp.,

Wacana Ilmiah Press, 2008

Al-Bukhari, Al-Jami’ Al-Musnad As-Sahih Al-Mukhtasar min Umur Rasulillah

Sallallah Alaih wa Sallam wa Sunanih wa Ayamih, Jilid VI, Beirut: Dar

Tauq An-Najah, 1422,

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, Pendidikan di Indonesia dari Zaman

ke Zaman, Jakarta: Badan Litbang Pendidikan dan Kebudayaan, 1979.

Desmita, Psikologi Perkembangan,Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2008

Dhofier, Zamakhsyari, Tradisi Pesantren: Studi tentang Pandangan Hidup Kyai,

Jakarta: LP3ES, 1982

Hadi, Sutrisno, Metodologi Research, Jilid I Yogyakarta: Andi Offset, 2003

Al-Hafidz, Ahsin W., Bimbingan Praktis Menghafal Al-Quran, Jakarta: Bumi

Aksara 1994

Page 73: PENERAPAN METODE SOROGAN DALAM MENGHAFAL AL-QURAN DI ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/112/jtptiain-gdl... · Guru-guruku yang telah memperkenalkan jendela ilmu dan meletakkan

60

Al-Hafidz, Ahsin W., Bimbingan Praktis menghafal Al-Quran, Jakarta Bumi

Aksara, 2005

Hasbullah, Drs., Kapita Selekta Pendidikan Islam, Jakarta: Raja Grafindo persada,

1996.

Hasbullah, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia: Lintasan Sejarah

Pertumbuhan dan Perkembangannya, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,

1995

Khallaf, Abdul Wahab, Ilmu Ushul Fiqh, terj. Muhammad Zuhri dan Ahmad

Qorib, Semarang: Dina Utama Semarang, 1994

Margono, S., Metodologi Penelitian Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 2004.

Miftah, dkk, Al-Quran Sumber Hukum Islam, Juz I, Bandung: Pustaka, 1989

Muslim, Sahih Muslim. Jilid 1, Beirut: Dar Ihya At-Turas Al- Arabi, tt.,

Nata, Abuddin, Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Lembaga-lembaga

Pendidikan Islam di Indonesia, Jakarta: PT Grasindo, 2001

Nawabuddin, Abdurrab, Teknik Menghafal Al-Quran, Bandung: Al-

Gensindo,1991

Qardhawi, Yusuf, Menghafal Al-quran, terj. Nn., t.tp., KONSIS Media, tt., pdf

Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, (Jakarta: Lentera Hati, 2002),

Siradj, Said Agil, (et.al), Pesantren Masa depan, Bandung: Pustaka Hidayah,

1999

Soenarjo, R.A.H, Al-quran dan Terjemahnya, Jakarta: Departemem Agama

RI,1971

Sudjana, Nana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, Bandung: Sinar Baru,

1989

Sudjana, Nana. dan Ibrahim, Penelitian dan Penilaian Pendidikan, Bandung:

Sinar Baru Algesindo, 2001

Sugiyanto, Ilham Agus, Kiat Praktis Menghafal Al-Quran,Bandung: Mujahid,

2004

Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, Bandung: CV. Alfabeta, 2008.

Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya,Jakarta:

PT. Bumi Aksara, 2003

Page 74: PENERAPAN METODE SOROGAN DALAM MENGHAFAL AL-QURAN DI ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/112/jtptiain-gdl... · Guru-guruku yang telah memperkenalkan jendela ilmu dan meletakkan

61

Syah, Muhibbin, Psikologi Belajar, Jakarta: Logos Wacana Ilmu,2001

al-Syaibani, Ahmad bin Hambal Abu Abdillah, Musnad Al-Imam Ahmad bin

Hambal, Jilid III, Kairo: Mu’assasah Qurtubah, tt.,

Tafsir, Ahmad, Metodologi Pengajaran Agama Islam,Bandung: Remaja

Rosdakarya, 1995

Al-Tirmidzi, Al- Jami As-shohih sunan At-Tirmidzi, jilid 2, Beirut: Dar Ihya At-

Turas Al-Arabi, tt.,

Yaqub, Ali Mustafa, Nasihat Nabi kepada Pembaca dan Penghafal Al-Qur’an

Jakarta: Gema Insani Press, 2001

Az-Zarmuji, Syaikh, Ta’lim Muta’allim, Surabaya: Mutiara Ilmu, 1995

Zein, Muhammad, Methodologi Pengajaran Agama, Yogyakarta: Ak Group, 1995

Zen, Muhaimin, Pedoman Pembinaan Tahfidzul Quran, Jakarta: Pustaka Al-

Husna, 1983

Zuhairini, dkk. Metodik Khusus Pendidikan Agama, Malang: Biro Ilmiah Fakultas

Tarbiyah IAIN Sunan Ampel, 1981

Zuhri, Minan, Pelajaran Tajwid, Kudus: Menara Kudus, 1981

Dokumen PPTQ pada tanggal 20 November 2010

Buku Induk PPTQ pada tanggal 20 November 2010.

Hasil wawancara dengan Nyai Hj. Aufa Umar pada hari selasa tanggal 21 Juni

2011 jam 09.00 WIB pagi.

Page 75: PENERAPAN METODE SOROGAN DALAM MENGHAFAL AL-QURAN DI ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/112/jtptiain-gdl... · Guru-guruku yang telah memperkenalkan jendela ilmu dan meletakkan

62

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 76: PENERAPAN METODE SOROGAN DALAM MENGHAFAL AL-QURAN DI ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/112/jtptiain-gdl... · Guru-guruku yang telah memperkenalkan jendela ilmu dan meletakkan

63

PEDOMAN OBSERVASI

1. Lingkungan Pondok Pesantren Tahaffudzul Quran Purwoyoso Ngaliyan

Semarang

2. Kegiatan para santri meliputi:

a. Waktu mengaji menyetorkan hafalan santri

b. Proses menghafal Al-Quran

c. Metode sorogan dalam menghafal Al-Quran

Page 77: PENERAPAN METODE SOROGAN DALAM MENGHAFAL AL-QURAN DI ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/112/jtptiain-gdl... · Guru-guruku yang telah memperkenalkan jendela ilmu dan meletakkan

64

Lampiran 1

PEDOMAN WAWANCARA

1. Dengan Metode sorogan ini apakah anda merasa nyaman ?

2. Apakah anda senang dengan metode tersebut ?

3. Apakah Anda mengaji tepat pada waktunya ?

4. Berapa Kali anda mengaji dalam sehari ?

5. Dimana tempat anda mengaji dengan pengasuh ?

6. Jam berapa anda mengaji ?

7. Dengan siapa anda mengaji ?

8. Ketika mengaji lebih suka sendiri atau bareng santri lain?

1. Shofiyah (Pengurus seksi keamanan )

Tanggal 20 juni 2011

Hari: Selasa

Waktu: 06.30

P: Dengan metode sorogan ini apakah anda merasa nyaman?

R:” nyaman saja. Sesuai yang diperintahkan pengasuh”

P: Apakah anda senang dengan metode tersebut ?

R: “ nyaman saja “

P: Berapa kali anda mengaji dalam sehari?

R: “dua kali dalam sehari yaitu pagi dan sore hari”

P: Apakah anda mengaji tepat pada waktunya ?

R: “ tidak tepat, karena suka antri yang terakhir”

P: jam berapa anda mengaji ?

R: “ pagi hari jam 06.30 untuk undaan ( nambah hafalan baru ) dan sore

hari jam 15.30 untuk nderesan ( mengulang hafalan yang telah didapat

sebanyak setengah juz atau seperempat juz )

P: Dimana tempat anda mengaji dengan pengasuh ?

R: “ dimushalla, karena memang tempatnya disitu”

P: Dengan siapa anda mengaji ?

R: “ dengan ummi Aufa”

P: Lebih senang ngaji sendiri atau bareng santri lain?

R: “ sesuai dengan biasanya saja maju tiga santri secara bersamaan “

Page 78: PENERAPAN METODE SOROGAN DALAM MENGHAFAL AL-QURAN DI ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/112/jtptiain-gdl... · Guru-guruku yang telah memperkenalkan jendela ilmu dan meletakkan

65

2. Ida Nur Chamidah ( Pengurus seksi pendidikan )

Tanggal 21 Juni 2011

Hari : senin

Waktu : 09.00

P: Dengan Metode sorogan ini apakah anda merasa nyaman ?

R: “ Nyaman ”

P: Apakah anda senang dengan metode tersebut ?

R: ” Senang ”

P: Apakah Anda mengaji tepat pada waktunya ?

R: “ Lebih banyak mengaji pertama karena kalau tidak ngaji duluan itu

antreannya panjang “

P: Berapa Kali anda mengaji dalam sehari ?

R: “ tiga kali “

P: Dimana tempat anda mengaji dengan pengasuh ?

R: “ Dimushalla “

P: Jam berapa anda mengaji ?

R: “ Pagi setelah sebuh jam 05.30, sore setelah asyar jam 15.00, dan

malam setelah shalat Isyak jam 08.00 “

P: Dengan siapa anda mengaji ?

R: “ Dengan ummi . Aufa “

P: Ketika mengaji lebih suka sendiri atau bareng santri lain?

R: “ Saya lebih suka sendirian karena secara pribadi saya lebih bisa fokus

menyetorkan hafalan saya kepada pengasuh tapi kalau dengan santri lain

bisa bareng tapi satu saja jadi dua santri bisa bareng gitu, kalau tiga

santri mengaji bersamaan membuat saya bingung dan tidak fokus

sehingga ketika menyetorkan hafalan saya kepada pengasuh itu jadi

bubar “

3. Isfaizah ( Santri Tahassus )

Tanggal : 22 Juni 2011

Hari : Rabu

Waktu : 20. 00

P: Dengan Metode sorogan ini apakah anda merasa nyaman ?

R: “ Nyaman “

P: Apakah anda senang dengan metode tersebut ?

R: “ Senang, karena memang pengasuh menghendaki demikian “

P: Apakah Anda mengaji tepat pada waktunya ?

R: “ ya kadang tepat , tidak tentu, kalau tidak ada antreannya ya saya

mengaji duluan ( mengawali ) kalau antreannya panjang biasanya saya

antri nomer tiga atau empat tidak sampai terakhir “

P: Berapa Kali anda mengaji dalam sehari ?

R: “ tiga kali

P: Dimana tempat anda mengaji dengan pengasuh ?

R: “ Dimushalla “

P: Jam berapa anda mengaji ?

Page 79: PENERAPAN METODE SOROGAN DALAM MENGHAFAL AL-QURAN DI ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/112/jtptiain-gdl... · Guru-guruku yang telah memperkenalkan jendela ilmu dan meletakkan

66

R: “ pagi setelah subuh jam 06.30, sore setelah asyar jam 15.30, malam

setelah shalat isyak jam 18.30 “

P: Dengan siapa anda mengaji ?

R: ” Dengan ummi. Aufa “

P: Ketika mengaji lebih suka sendiri atau bareng santri lain?

R: “ seneng maju bareng dua santri yang suaranya tidak terlalu keras alias

pelan-pelan, kalau ngaji sendirian itu grogi dan takut salah-salah “

4. Ina Aini Fadhilah

Tanggal 22 juni 20011

Hari : Kamis

Waktu : 20.30

P : Dengan Metode sorogan ini apakah anda merasa nyaman ?

R : “ Nyaman saja “

P : Apakah anda senang dengan metode tersebut ?

R : “ Senang “

P : Apakah Anda mengaji tepat pada waktunya ?

R : “ Tidak tepat kadang dapat antrian yang terakhir kadang juga dapat

antrian ditengah-tengah jadi tidak tentu gitu “

P : Berapa Kali anda mengaji dalam sehari ?

R : “ dua kali “

P : Dimana tempat anda mengaji dengan pengasuh ?

R : “ Dimushalla “

P : Jam berapa anda mengaji ?

R : “ Pagi setelah subuh jam 06.00, dan sore setelah asyar jam 15.00

nyaman saja , pendapat saya kalau ada santri yang dapat jam pertama

seharusnya didispensasi jadi tidak nunggu antrian panjang , langsung bisa

berangkat kuliyah gitu karena persiapannya kan panjang harus antri

mandi, antri nyetrika, antri ngaji dan belum lagi nyiapakan jadwal mata

kuliyah gitu , kalau ada jam kuliyah sore juga seharusnya didispensasi

juga karena sepulang dari kampus pasti sudah capek dan kesorean belum

lagi mengantri ngaji “

P : Dengan siapa anda mengaji ?

R : “ Dengan ummi . Aufa “

P : Ketika mengaji lebih suka sendiri atau bareng santri lain?

R : “ Biasa saja, lebih senang maju tiga santri bersamaan, soalnya kalau

sendirian itu takut kalau salah-salah jadi grogi “

Page 80: PENERAPAN METODE SOROGAN DALAM MENGHAFAL AL-QURAN DI ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/112/jtptiain-gdl... · Guru-guruku yang telah memperkenalkan jendela ilmu dan meletakkan

67

5. Novita Asyrofahnti ( Pengurus / Ketua Pondok )

Tanggal : 24 Juni 20011

Hari : Jum’at

Waktu : 18.30

P : Dengan Metode sorogan ini apakah anda merasa nyaman ?

R : “ Nyaman saja “

P : Apakah anda senang dengan metode tersebut ?

R : “ Senang , karena memang pengasuh menghendaki demikian “

P : Apakah Anda mengaji tepat pada waktunya ?

R : “ Tidak tepat waktu, kalau belum bisa mengaji atau belum lancar itu

belum berani antri paling nderes dulu baru kalau sudah lancar baru antri “

P : Berapa Kali anda mengaji dalam sehari ?

R : “ dua kali “

P : Dimana tempat anda mengaji dengan pengasuh ?

R ;” ya dimushalla, karena memang tempatnya disitu “

P : Jam berapa anda mengaji ?

R : “ Pagi setelah shalat subuh jam 06.30 dan sore setelah shalat asyar jam

16.00 “

P : Dengan siapa anda mengaji ?

R : “ Dengan ummi . Aufa “

P : Ketika mengaji lebih suka sendiri atau bareng santri lain?

R : “ Senang mengaji bareng tiga santri soale kalau Cuma satu santri itu

kelihatan sedikit sedangkan kalau ngaji empat santri bersamaan itu

kebayakan “

6. Himmatul Aliyah 09 ( Pengurus / Wakil ketua Pondok )

Tanggal : 25 juni 2011-07-2

Hari : Sabtu

Waktu : 18.30

P : Dengan Metode sorogan ini apakah anda merasa nyaman ?

R : “ Heem Nyaman “

P : Apakah anda senang dengan metode tersebut ?

R : “ Senang saja karena memang Pengasuh menginginkan seperti itu “

P : Apakah Anda mengaji tepat pada waktunya ?

R : “ nggak, kadang terakhir kadang juga ditengah-tengah tergantung

antriannya, jika antriannya sedikit ya bisa langsung antri mengaji , kalau

antriannya panjang ya bisa dapat antrian terakhir “

P : Berapa Kali anda mengaji dalam sehari ?

R ; ” Tiga kali “

P : Dimana tempat anda mengaji dengan pengasuh ?

R : “ ya dimushalla, memang tempat mengajinya disitu “

P : Jam berapa anda mengaji ?

R : “ Pagi kalau bisa setelah shalat subuh jam 05.30, sore setelah shalat

asyar jam 16.00 dan malam jam 20.30 kalau bisa mengajinya para santri

Page 81: PENERAPAN METODE SOROGAN DALAM MENGHAFAL AL-QURAN DI ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/112/jtptiain-gdl... · Guru-guruku yang telah memperkenalkan jendela ilmu dan meletakkan

68

itu yang lebih awal biar ummi ( pengasuh ) tidak menunggu terlalu lama

P : Dengan siapa anda mengaji ?

R : “ Dengan Pengasuh ummi. Aufa “

P : Ketika mengaji lebih suka sendiri atau bareng santri lain?

R : “ lebih senang mengaji bareng tiga santri , soalnya kalao bareng

bertiga itu bisa tenang sedangkan kalau sendirian saya jadi grogi ”

7. Rifa’ah (Pengurus /seksi pendidikan )

Tanggal : 26 Juni 2011

Hari : Minggu

Waktu : 20.00

P : Dengan Metode sorogan ini apakah anda merasa nyaman ?

R : “ nyaman ‘

P : Apakah anda senang dengan metode tersebut ?

R : “ Senang “

P: Apakah Anda mengaji tepat pada waktunya ?

R : “ tidak, soalnya kalau belum lancar be,um berani mengaji , untuk bisa

lancar harus nderes terlebih dahulu sambil menunggu antrian “

P : Berapa Kali anda mengaji dalam sehari ?

R : “ tiga kali “

P : Dimana tempat anda mengaji dengan pengasuh ?

R : “ dimushalla ‘

P : Jam berapa anda mengaji ?

R : “ Pagi setelah shalat subuh jam 06.30, sore setelah shalat asyar jam

16.30 dan malam setelah shalat isyak jam 20.30 “

P : Dengan siapa anda mengaji ?

R : “ Dengan ummi. Aufa “

P : Ketika mengaji lebih suka sendiri atau bareng santri lain?

R : “ Senang mengaji bareng dua santri soalnya kalau mengaji sendirian

merasa grogi akhirnya setoran kepada pengasuh jadi buyar, kalau bareng

tiga santri dengan suara yang keras-keras juga membuat setoran didepan

pengasuh jadi buyar “

Page 82: PENERAPAN METODE SOROGAN DALAM MENGHAFAL AL-QURAN DI ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/112/jtptiain-gdl... · Guru-guruku yang telah memperkenalkan jendela ilmu dan meletakkan

69

8. Aluh Zahraini

Tanggal 27 Juni 2011

Hari : Senin

Waktu : 20.00

P : Dengan Metode sorogan ini apakah anda merasa nyaman ?

R : “ Biasa nyaman “

P : Apakah anda senang dengan metode tersebut ?

R : “ senang “

P : Apakah Anda mengaji tepat pada waktunya ?

R : “ nggak juga, Kadang kalau antriannya banyak ya bisa langsung antri

sambil nderes, klau nggak ada antrian ya nggak berani karena belun bisa “

P : Berapa Kali anda mengaji dalam sehari ?

R : “ dua kali “

P : Dimana tempat anda mengaji dengan pengasuh ?

R : “ Dimushalla “

P : Jam berapa anda mengaji ?

R : ” Pagi jam 06.00 dan sore 16.00 “

P : Dengan siapa anda mengaji ?

R : ” Dengan ummi Aufa “

P : Ketika mengaji lebih suka sendiri atau bareng santri lain?

R : ” saya lebih senang bareng tiga santri, alasan saya karena disini

ummi sendiri yang menyimak selain itu waktunya ummi terbatas dan

ummi bisa melakukannya “

9. Reni Lestiani

Tanggal 28 Juni 2011

Hari : Selasa

Waktu : 16.30

P : Dengan Metode sorogan ini apakah anda merasa nyaman ?

R : “ nyaman aja “

P : Apakah anda senang dengan metode tersebut ?

R : ” ya, lha emang begitu “

P ; Apakah Anda mengaji tepat pada waktunya ?

R : “ nggak, biasanya saya ngaji kalau sudah bisa atau sudah lancar ”

P : Berapa Kali anda mengaji dalam sehari ?

R : ” dua kali “

P : Dimana tempat anda mengaji dengan pengasuh ?

R : ” Dimushalla “

P : Jam berapa anda mengaji ?

R : ” biasanya saya mengaji kalau pagi jam 06.00 dan sore jam 16.00 “

P : Dengan siapa anda mengaji ?

R : ” dengan ummi Aufa “

P : Ketika mengaji lebih suka sendiri atau bareng santri lain?

R : ” saya lebih suka bareng tiga santri karena kalau sendirian saya grogi,

jadi salah-salah terus tapi, senang kalau ummi tidak memperhatikan saya ,

Page 83: PENERAPAN METODE SOROGAN DALAM MENGHAFAL AL-QURAN DI ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/112/jtptiain-gdl... · Guru-guruku yang telah memperkenalkan jendela ilmu dan meletakkan

70

kalau yang pas bersamaan dengan saya kok suaranya keras , saya nggak

bisa fokus kalau sudah begitu biasanya saya mengimbangi dengan suara

yang keras juga jadi bisa sama-sama keras , pendapat saya kalau mbak-

mbak yang sudah bisa lancar mengajinya mbok ya ndang antri gitu biar

ummi nggak terlalu lama menunngunya gitu ”

10. Sokhifatun

Tanggal : 28 juni 2011

Hari : Selasa

Waktu : 17.00

Tempat : Kamar santri

P : Dengan Metode sorogan ini apakah anda merasa nyaman ?

R : ” Saya lebih merasa senang “

P : Apakah anda senang dengan metode tersebut ?

R : ” biasa , senang “

P : Apakah Anda mengaji tepat pada waktunya ?

R : ” nggak ”

P : Berapa Kali anda mengaji dalam sehari ?

R : ” Dua kali “

P : Dimana tempat anda mengaji dengan pengasuh ?

R : ” Dimushalla “

P : Jam berapa anda mengaji ?

R : ” Biasanya saya mengaji pagi jam 06.00 sedangkan untuk sore hari jam

16.00 ”

P : Dengan siapa anda mengaji ?

R : ” Dengan ummi Aufa “

P : Ketika mengaji lebih suka sendiri atau bareng santri lain?

R : ”Saya lebih setuju bareng tiga santri karena dengan tiga santri saja

ummi Aufa masih bisa membenarkan santri yang ketika menyetorkan

hafalannya ada yang salah “

Page 84: PENERAPAN METODE SOROGAN DALAM MENGHAFAL AL-QURAN DI ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/112/jtptiain-gdl... · Guru-guruku yang telah memperkenalkan jendela ilmu dan meletakkan

71

11. Rifa Fauziyah ( Santri Tahassus )

Tanggal : 29 Juni 2011

Hari : Rabu

Waktu : 17.00

Tempat : Kamar Santri

P : Dengan Metode sorogan ini apakah anda merasa nyaman ?

R : ”Nyaman-nyaman saja, memang begitu “

P : Apakah anda senang dengan metode tersebut ?

R : ” ya senang ”

P : Apakah Anda mengaji tepat pada waktunya ?

R : ” nggak, soalnya saya lebih seneng ngaji diakhir-akhir saja, kalau

masih ada yang antri biasanya saya gunakan untuk nderes biar tambah

lancar “

P : Berapa Kali anda mengaji dalam sehari ?

R : ”Tiga kali “

P : Dimana tempat anda mengaji dengan pengasuh ?

R : ” Dimushalla “

P : Jam berapa anda mengaji ?

R : ”kalau pagi jam 06.00 , sore jam 16.00, malam jam 20.00, seharusny

pengurus itu lebih disiplin dalam memukul bel mengaji jadi nggak

mengulur waktu terlalu lama, kalau memukul belnya saja telat maka

kasihan yang sudah antri sedangkan antriannya kan panjang jadi yang

terakhir-terakhir itu nggak kebagian jadi nggak ngaji dech. “

P : Dengan siapa anda mengaji ?

R : ” Dengan ummi Aufa “

P : Ketika mengaji lebih suka sendiri atau bareng santri lain?

R : ” seneng bareng du santri karena kalau nggak ada temennya sendirian

itu saya grogi sedangkan kalau tiga santri maju bareng itu menurut saya

kebayakan karena jadi rame ”

12. Afifatul Khusna ( Santri Tahassus )

Tanggal : 29 Juni 2011

Hari : Rabu

Waktu : 19.00

Tempat : Kamar santri

P : Dengan Metode sorogan ini apakah anda merasa nyaman ?

P : Apakah anda senang dengan metode tersebut ?

P : Apakah Anda mengaji tepat pada waktunya ?

P : Berapa Kali anda mengaji dalam sehari ?

P : Dimana tempat anda mengaji dengan pengasuh ?

P : Jam berapa anda mengaji ?

P : Dengan siapa anda mengaji ?

P : Ketika mengaji lebih suka sendiri atau bareng santri lain?

Page 85: PENERAPAN METODE SOROGAN DALAM MENGHAFAL AL-QURAN DI ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/112/jtptiain-gdl... · Guru-guruku yang telah memperkenalkan jendela ilmu dan meletakkan

72

Lampiran 2

DOKUMENTASI KEGIATAN PENELITIAN DI PONDOK PESANTREN

TAHAFFUDZUL QURAN PORWOYOSO NGALIYAN

Aktivitas simaan santri

Aktivitas simaan santri

Page 86: PENERAPAN METODE SOROGAN DALAM MENGHAFAL AL-QURAN DI ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/112/jtptiain-gdl... · Guru-guruku yang telah memperkenalkan jendela ilmu dan meletakkan

73

Peneliti sedang melakukan wawancara dengan santri

Peneliti sedang melakukan wawancara dengan santri

Page 87: PENERAPAN METODE SOROGAN DALAM MENGHAFAL AL-QURAN DI ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/112/jtptiain-gdl... · Guru-guruku yang telah memperkenalkan jendela ilmu dan meletakkan

74

Aktivitas para santri ketika antri mengaji

Kegiatan santri ketika nderes ( saling menyemak bergantian ) dengan santri lain

Page 88: PENERAPAN METODE SOROGAN DALAM MENGHAFAL AL-QURAN DI ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/112/jtptiain-gdl... · Guru-guruku yang telah memperkenalkan jendela ilmu dan meletakkan

75

Pengasuh sedang menyemak para santri dalam satu majlis ( di mushalla )

Pengasuh sedang menyemak setiap santri yang mengaji sekaligus secara

bersamaan

Page 89: PENERAPAN METODE SOROGAN DALAM MENGHAFAL AL-QURAN DI ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/112/jtptiain-gdl... · Guru-guruku yang telah memperkenalkan jendela ilmu dan meletakkan

76

Salah satu santri bersalaman dengan pengasuh ketika sudah selesai mengaji