Penerapan Metode Cooperative Script untuk Keterampilan ...

19
Jurnal Pembelajaran dan Riset Pendidikan | 180 Volume I, Nomor 1, Juli 2021 E-ISSN: 2798-3331, P-ISSN: 2798-5628 Tersedia online di https://ojs.unublitar.ac.id/index.php/jprp Sejarah artikel Diterima pada : 20-07-2021 Disetuji pada : 28-07-2021 Dipublikasikan pada : 29-07-2021 Kata kunci: Ketrampilan menulis. Menulis Descriptive Text, Cooperative Script DOI: https://doi.org/10.28926/jprp.v1i1.15 Penerapan Metode Cooperative Script untuk Meningkatan Keterampilan Menulis Descriptive Text Pada Siswa Kelas VIII-E Semester 1 SMP Negeri 1 Rejotangan Tahun Pelajaran 2017/2018 Susanti Marsono SMP Negeri 01 Rejotangan Tulungagung Email : [email protected] Abstrak: Penelitian ini menggunakan jenis penelitian tindakan kelas (PTK). Subjek penelitian adalah siswa Kelas VIII-E. Dalam penelitian ini peneliti sebagai guru (peng- ajar), guru kelas (mitra peniliti) sebagai observer proses pembelajaran Menulis Descriptive Text. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan pendekatan Metode Cooperative Script untuk meningkatkan Ketrampilan menulis dan mengembangkan kreatif siswa pada materi Menulis Descriptive Text siswa Kelas VIII-E SMP Negeri 1 Rejotangan mempunyai kriteria keberhasilan baik. Hal ini dibuktikan dengan adanya peningkatan Ketrampilan menulis siswa berdasarkan nilai post test per siklus dengan nilai di atas KKM yaitu persentase pada siklus I 68,4 % dan pada siklus II 92,1%. PENDAHULUAN Kemampuan memahami teks tulis sangat dibutuhkan untuk mendapatkan informasi baik bidang ilmu pengetahuan maupun teknologi. Karena itu kemampuan memahami teks tulis ini (kemampuan membaca) sangat perlu dikembangkan. Dengan kemampuan ini siswa akan dapat mengembangkan dirinya dengan membaca teks-teks yang dicetak dalam bahasa Indonesia maupun bahasa Inggris. Dalam mata pelajaran bahasa Inggris tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP), siswa dituntut untuk dapat memahami dan menciptakan berbagai teks fungsional pendek dan monolog serta esei berbentuk procedure, descriptive, recount, narrative, dan report. Masing-masing jenis teks ini memiliki langkah-langkah retorika tersendiri. Teks berbentuk descriptive berbeda langkah retorikanya bila dibandingkan dengan teks procedure, recount, narrative, atau report. Dengan demikian, cara memahami teks-teks tersebut akan berbeda pula. Siswa sering menemui kesulitan dalam kegiatan membaca. Hal ini disebabkan berbagai aspek: tidak memiliki strategi membaca yang tepat, minimnya penguasaan kosakata, kurangnya minat membaca, kurang tersedianya bahan-bahan bacaan yang sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan siswa, metode mengajar yang monoton, media pembelajaran (Ruston, 2006: 3-5). Faktor lain yang menyebabkan siswa sulit dalam memahami teks bahasa Inggris adalah kurangnya pengetahuan tentang langkahlangkah retorika untuk masing-masing jenis teks. Pembekalan pengetahuan kepada siswa tentang langkah-langkah retorika sangat efektif sebelum diberikan kegiatan membaca pemahaman. Adapun terjadinya kegagalan proses belajar mengajar Bahasa Inggris di sekolah SMP Negeri 1 Rejotangan antara lain disebabkan oleh: 1. Masih menggunakan metode konvensional; 2. Pengelolaan dan penataan kelas kurang bervariasi; 3. Siswa kurang termotivasi untuk menulis; 4. Prasyarat keterampilan menulis siswa terbatas.

Transcript of Penerapan Metode Cooperative Script untuk Keterampilan ...

Page 1: Penerapan Metode Cooperative Script untuk Keterampilan ...

Jurnal Pembelajaran dan Riset Pendidikan | 180

Volume I, Nomor 1, Juli 2021 E-ISSN: 2798-3331, P-ISSN: 2798-5628

Tersedia online di https://ojs.unublitar.ac.id/index.php/jprp Sejarah artikel

Diterima pada : 20-07-2021 Disetuji pada : 28-07-2021 Dipublikasikan pada : 29-07-2021

Kata kunci:

Ketrampilan menulis. Menulis Descriptive Text, Cooperative Script DOI: https://doi.org/10.28926/jprp.v1i1.15

Penerapan Metode Cooperative Script untuk Meningkatan Keterampilan Menulis Descriptive Text Pada Siswa Kelas VIII-E Semester 1 SMP Negeri 1 Rejotangan

Tahun Pelajaran 2017/2018

Susanti Marsono SMP Negeri 01 Rejotangan Tulungagung

Email : [email protected] Abstrak: Penelitian ini menggunakan jenis penelitian tindakan kelas (PTK). Subjek penelitian adalah siswa Kelas VIII-E. Dalam penelitian ini peneliti sebagai guru (peng-ajar), guru kelas (mitra peniliti) sebagai observer proses pembelajaran Menulis Descriptive Text. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan pendekatan Metode Cooperative Script untuk meningkatkan Ketrampilan menulis dan mengembangkan kreatif siswa pada materi Menulis Descriptive Text siswa Kelas VIII-E SMP Negeri 1 Rejotangan mempunyai kriteria keberhasilan baik. Hal ini dibuktikan dengan adanya peningkatan Ketrampilan menulis siswa berdasarkan nilai post test per siklus dengan nilai di atas KKM yaitu persentase pada siklus I 68,4 % dan pada siklus II 92,1%.

PENDAHULUAN Kemampuan memahami teks tulis sangat dibutuhkan untuk mendapatkan

informasi baik bidang ilmu pengetahuan maupun teknologi. Karena itu kemampuan memahami teks tulis ini (kemampuan membaca) sangat perlu dikembangkan. Dengan kemampuan ini siswa akan dapat mengembangkan dirinya dengan membaca teks-teks yang dicetak dalam bahasa Indonesia maupun bahasa Inggris. Dalam mata pelajaran bahasa Inggris tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP), siswa dituntut untuk dapat memahami dan menciptakan berbagai teks fungsional pendek dan monolog serta esei berbentuk procedure, descriptive, recount, narrative, dan report. Masing-masing jenis teks ini memiliki langkah-langkah retorika tersendiri. Teks berbentuk descriptive berbeda langkah retorikanya bila dibandingkan dengan teks procedure, recount, narrative, atau report. Dengan demikian, cara memahami teks-teks tersebut akan berbeda pula.

Siswa sering menemui kesulitan dalam kegiatan membaca. Hal ini disebabkan berbagai aspek: tidak memiliki strategi membaca yang tepat, minimnya penguasaan kosakata, kurangnya minat membaca, kurang tersedianya bahan-bahan bacaan yang sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan siswa, metode mengajar yang monoton, media pembelajaran (Ruston, 2006: 3-5). Faktor lain yang menyebabkan siswa sulit dalam memahami teks bahasa Inggris adalah kurangnya pengetahuan tentang langkahlangkah retorika untuk masing-masing jenis teks. Pembekalan pengetahuan kepada siswa tentang langkah-langkah retorika sangat efektif sebelum diberikan kegiatan membaca pemahaman.

Adapun terjadinya kegagalan proses belajar mengajar Bahasa Inggris di sekolah SMP Negeri 1 Rejotangan antara lain disebabkan oleh:

1. Masih menggunakan metode konvensional; 2. Pengelolaan dan penataan kelas kurang bervariasi; 3. Siswa kurang termotivasi untuk menulis; 4. Prasyarat keterampilan menulis siswa terbatas.

Page 2: Penerapan Metode Cooperative Script untuk Keterampilan ...

Jurnal Pembelajaran dan Riset Pendidikan | 181

Volume I, Nomor 1, Juli 2021 E-ISSN: 2798-3331, P-ISSN: 2798-5628

Apabila kenyataan pembelajaran yang demikian itu terus berlangsung tanpa adanya usaha perbaikan, jelas akan merugikan guru mata pelajaran, siswa, maupun kelas. Kerugian itu meliputi:

1. Kerugian guru mata pelajaran yaitu: pembelajaran kurang berkembang, karena guru kurang kreatif dan inovatif;

2. Kerugian siswa yaitu: kompetensi Pelajaran Bahasa Inggris materi menulis Descriptive Text kurang diminati;

3. Kerugian klasikal yaitu: dengan KKM 75 baru mencapai 38,2%. Sebagai solusi untuk memperbaiki kompetensi dasar menulis Descriptive Text dengan bahasa yang singkat, padat, dan jelas, maka digunakanlah metode Cooperative Script. Model Cooperative Script merupakan Metode belajar di mana siswa bekerja

berpasangan dan bergantian secara lisan mengikhtisarkan bagian-bagian dari materi Pelajaran yang dipelajari.

METODE

Subjek penelitian ini adalah siswa siswi Kelas VIII-E SMP Negeri 1 Rejotangan, pada Semester 1 tahun pelajaran 2017/2018 yang berjumlah 34 siswa terdiri dari 18 laki-laki dan 16 perempuan. Mata pelajaran yang dijadikan subjek penelitian adalah Bahasa Inggris. Lokasi yang digunakan tempat penelitian adalah ruang Kelas VIII-E SMP Negeri 1 Rejotangan Tahun Pelajaran 2017/2018. Alasan peneliti melaksanakan penelitian di tempat tersebut adalah peneliti merupakan salah satu Guru mata pelajaran di sekolah sehingga memudahkan peneliti dalam melaksanakan penelitian serta dapat menghemat waktu dan biaya .Pelaksanan Penelitian Perbaikan Pembelajaran dilaksanakan dalam dua siklus yaitu: Siklus Pertama dilaksanakan pada hari Sabtu, 20 Agustus 2017 dan Siklus Kedua dilaksanakan pada hari Sabtu, 27 Agustus 2017. Setiap kali pertemuan membutuhkan waktu 80 menit dengan rincian 2 x 40 menit.

Dalam kegiatan penelitian, peneliti meminta bantuan teman sejawat untuk mengamati pelaksanaan perbaikan pembelajaran dalam penelitian ini.Hal ini dilakukan agar hasil penelitian lebih objektif dan dapat dipertanggungjawabkan. Peneliti yaitu, Ibu Susanti Marsono, S.Pd dan Bapak Darul Fathoni, S. Pd, yang membantu peneliti dalam proses pembelajaran dengan instrument yang dipilih. Kegiatan merancang dan melaksanakan perbaikan pembelajaran dengan menerapkan tindakan penelitian kelas akan dilakukan sebanyak 2 siklus, yang dimulai dari refleksi pada sebelum pelaksanaan perbaikan pembelajaran dimulai. Namun jika setelah siklus ke-II masih belum menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar dan pemahaman siswa, maka akan dilanjutkan sampai siklus ke-III.

Siklus I Siklus II Siklus III

Keterangan :

M = Merencanakan Gambar 3.1

L = Melaksanakan Rencana Siklus R = Refleksi

R

1

L

3

L

2

M

1

L

1

R

3

M

2

R

2

M

3

Page 3: Penerapan Metode Cooperative Script untuk Keterampilan ...

Jurnal Pembelajaran dan Riset Pendidikan | 182

Volume I, Nomor 1, Juli 2021 E-ISSN: 2798-3331, P-ISSN: 2798-5628

Langkah-Langkah Penelitian

Gambar 3.2

Langkah-Langkah PTK dengan 2 Siklus

Gambar 3.3

Skematik Kegiatan Inti Penelitian

Perencanaan 1

Klasifikasi Masalah

Tindakan 1 Refleksi 1

Mengamati 1

Perencanaan II Refleksi 2

Tindakan 2

Mengamati 2

Selanjutnya sampai

mencapai hasil yang

diinginkan

PERSIAPAN Pelaksanaan Tindakan

Agustus Minggu 3

- Orientasi

- Tes Awal

Proses Pembelajaran

Evaluasi/Refleksi/ Rekomendasi

- Penjelasan

- Eksperimen

Pembelajaran

Evaluasi/Refleksi/ Rekomendasi

PERSIAPAN

AGUSTUS

SIKLUS II

Remidi/ Kemungkinan

Remidi/ Kemungkinan

SIKLUS I

Page 4: Penerapan Metode Cooperative Script untuk Keterampilan ...

Jurnal Pembelajaran dan Riset Pendidikan | 183

Volume I, Nomor 1, Juli 2021 E-ISSN: 2798-3331, P-ISSN: 2798-5628

a. Siklus I 1) Rencana Tindakan Perbaikan Pembelajaran

a) Mempersiapkan instrument penilaian untuk merekam dan menganalisis data.

b) Mempersiapkan bahan ajar, silabus, rencana pelaksaan pembelajaran (RPP), tugas-tugas kelompok, quis dan lembar observasi, instrument lain, jurnal kegiatan, angket dan lain-lain.

Perencanaan siklus I ini dituangkan dalam bentuk Rencana Perbaikan Pembelajaran Siklus I (terlampir).

2) Pelaksanaan Tindakan Perbaikan Pembelajaran

a) Sebagai apersepsi siswa dan guru mengadakan tanya jawab tentang Descriptive Text

b) Kemudian guru menjelaskan tujuan dan manfaat pembelajaran. c) Guru menunjukkan contoh Descriptive Text. d) Guru menunjuk salah satu siswa untuk membacakan Descriptive Text di

depan kelas. e) Siswa dibagi menjadi 6 kelompok, setiap kelompok terdiri dari 5 siswa. f) Setelah terbentuk kelompok, guru menugaskan untuk mendeskripsikan

dengan bahasa sendiri paragraf descriptive text yang disuguhkan oleh Guru.

g) Guru melakukan pengamatan dengan menggunakan lembar pengamatan keaktifan siswa.

h) Siswa mempresentasikan hasil pekerjaannya ke depan kelas, siswa lain menanggapi.

i) Siswa dengan bimbingan guru membuat kesimpulan. j) Di akhir pembelajaran guru memberikan tes individu kepada siswa. k) Guru menganalisis dan mengambil kesimpulan secara deskriptif hasil tes

individu siswa. l) Tindak lanjut, Sebagai tindak lanjut, siswa diminta tetap belajar dan

memberi tugas pekerjaan rumah dengan mengerjakan LKS.

3) Observasi dan Pengumpulan data a) Guru memberikan penjelasan, instruksi atau pertanyaan terhadap materi

menulis Descriptive Text. b) Memberikan tugas kepada peserta didik untuk mendeskripsikan dengan

bahasa sendiri paragraf descriptive text yang disuguhkan oleh Guru. c) Guru memberikan penjelasan terhadap persoalan-persoalan yang mungkin

membingungkan peserta didik. d) Resitasi untuk menanamkan fakta-fakta yang telah dipelajari sebelumnya. e) Siswa merangkum dalam bentuk materian sebagai kesimpulan yang dapat

dipertanggung jawabkan. Adapun pengamatan dan pengumpulan data menggunakan instrument

sebagaimana terlampir di bagian belakang laporan ini, sabagai berikut : a) Lembar pengamatan keaktifan kelompok: b) Lembar penilaian tes individu; c) Lembar observasi guru; d) Lembar kerja kelompok; e) Lembar kerja individu.

Sedangkan observer, dalam hal ini adalah teman sejawat yang membantu pelaksanaan perbaikan pembelajaran yang dilakukan, mengamati guru sebagai pelaksana pembelajaran.

Dalam observasi, dicatat pula gagasan-gagasan dan kesan-kesan yang muncul dan segala sesuatu yang benar terjadi dalam proses pembelajaran.

Page 5: Penerapan Metode Cooperative Script untuk Keterampilan ...

Jurnal Pembelajaran dan Riset Pendidikan | 184

Volume I, Nomor 1, Juli 2021 E-ISSN: 2798-3331, P-ISSN: 2798-5628

Jadi observasi ini dilakukan adalah untuk mengamati berbagai hal selama pembelajaran, mengamati interaksi selama proses penyelidikan berlangsung dan mengamati respon siswa terhadap proses pembelajaran.

4) Refleksi Tindakan

1) Analisis hasil observasi mengenai penjelasan data apa saja yang akan di analisis.

Guru menyampaikan tujuan dan manfaat dari pembelajaran Bahasa Inggris tentang menulis Descriptive Text pada siswa dan digunakan dalam kehidupan sehari-hari sebelum pelajaran dimulai, dan memberikan apersepsi kepada siswa sebagai pemanasan. Setelah itu, siswa dan Guru bersama-sama menentukan masalah yang akan dikembangkan. Dalam hal ini, dibentuklah kelompok agar siswa dapat berdiskusi dan bekerjasama dengan siswa lain dalam memecahkan masalah.

2) Kekuatan dan Kelemahan dari Siklus 1 Hasil-hasil yang diperoleh dan permasalahan yang muncul pada

pelaksanaan tindakan dalam proses pembelajaran Bahasa Inggris tentang menulis Descriptive Text siklus pertama, dipakai sebagai dasar dalam melakukan perencanaan ulang pada siklus berikutnya

Pada tahap ini peneliti atau Guru, teman sejawat dan kepala Sekolah berdiskusi dan bertukar pikiran untuk mengambil suatu kesimpulan yang berupa hasil dari pelaksanaan penelitian. Dari hasil penarikan kesimpulan ini, dapat diketahui apakah penelitian ini berhasil atau tidak, sehingga dapat digunakan untuk menentukan langkah selanjutnya

3) Indikator keberhasilan pada siklus 1 Untuk mengukur keberhasilan tindakan, peneliti perlu merumuskan

indikator-indikator ketercapaiannya. Perumusan persentase target ketercapaian pada indikator yang ditetapkan dalam penelitian ini berdasarkan pada hasil observasi awal, dikatakan indikator tercapai bila 85% dari siswa Kelas VIII-E mendapat nilai Bahasa Inggris minimal di atas KKM atau 75.

Sebelum diadakan penelitian ini dengan menggunakan Metode Cooperative Script nilai Bahasa Inggris siswa yang diperoleh dari ulangan harian 38,2% siswa mendapat nilai dibawah KKM dan rata-rata kelas hanya sebesar 63,4 Sedangkan pada siklus pertama ini nilai post test Bahasa Inggris siswa meningkat menjadi 61,8% yang mendapat nilai diatas KKM atau dengan rata-rata nilai penapaian di atas KKM sebesar 73,7.

Dalam sebuah penerapan suatu metode pasti akan ada kendala, karena tidak ada satupun metode yang sempurna. Dalam pelaksanaan penelitian ini, peneliti menghadapi kendala-kendala misalnya, dalam kegiatan percobaan, beberapa siswa tampak bingung dalam menuliskan isi Descriptive Text, sehingga suasana kelas tampak sedikit ramai dan gaduh, diwarnai dengan siswa yang banyak bertanya kepada Guru. Antisipasi yang dilaksanakan peneliti adalah dengan mengkondisikan kelas sebaik mungkin, membimbing siswa untuk menganalisis cara memberikan penjelasan yang tepat tentang Descriptive Text, sehingga membuat siswa lebih mudah dan ingat.

b. Siklus II

1) Rencana Tindakan Perbaikan Pembelajaran a) Mempersiapkan instrument penilaian untuk merekam dan menganalisis

data. b) Mempersiapkan bahan ajar, silabus, rencana pelaksaan pembelajaran

(RPP), tugas-tugas kelompok, quis dan lembar observasi, instrument lain, jurnal kegiatan, angket dan lain-lain.

Page 6: Penerapan Metode Cooperative Script untuk Keterampilan ...

Jurnal Pembelajaran dan Riset Pendidikan | 185

Volume I, Nomor 1, Juli 2021 E-ISSN: 2798-3331, P-ISSN: 2798-5628

Perencanaan siklus II ini dituangkan dalam bentuk Rencana Perbaikan Pembelajaran siklus II (terlampir).

2) Pelaksanaan Tindakan Perbaikan Pembelajaran. a) Sebagai apersepsi guru dan siswa melakukan tanya jawab tentang

Descriptive Text b) Kemudian guru menyampaikan tujuan dan manfaat pembelajaran. c) Guru menunjukkan contoh Descriptive Text. d) Salah satu siswa membacakan Descriptive Text tersebut. e) Siswa dibagai menjadi 6 kelompok, setiap kelompok terdiri dari 5 siswa. f) Setelah terbentuk kelompok, guru memberikan tugas kelompok kepada

siswa. g) Kelompok ditugaskan menulis sebuah descriptive text yang

mengambarkan kondisi desa masing-masing. h) Guru melakukan pengamatan dengan menggunakan lembar pengamatan

keaktifan siswa. i) Guru membimbing dan memotivasi siswa agar lebih aktif dalam kegiatan

kelompok. j) Siswa mempresentasikan hasil pekerjaan kelompok ke depan kelas siswa

yang lain menaggapinya. k) Siswa dengan bimbingan guru membuat kesimpulan. l) Di akhir pembelajaran, guru memberikan tes individu kepada siswa. m) Guru menganalisis dan mengambil kesimpulan secara deskriptif hasil tes

individu siswa. n) Tindak lanjut. Sebagai tindak lanjut, guru memberikan remidi bagi siswa

yang nilainya masih kurang dari 75 (belum tuntas) dengan mengerjakan kembali tes individu yang diberikan, sementara bagi siswa yang sudah tuntas (nilainya lebih dari 75) diberikan pesan agar mempelajari pokok materi untuk pertemuan berikutnya di rumah.

3) Pengamatan dan Pengumpulan data. Kegiatan observasi siklus kedua dilakukan bersamaan dengan

pelaksanaan tindakan siklus kedua. Pada tahap ini peneliti mengacu pada langkah-langkah metode Cooperative Script yaitu: a) Guru memberikan penjelasan, instruksi atau pertanyaan terhadap materi

menulis Descriptive Text. b) Memberikan tugas kepada peserta didik. Kelompok ditugaskan menulis

sebuah descriptive text yang mengambarkan kondisi desa masing-masing. c) Guru memberikan penjelasan terhadap persoalan-persoalan yang mungkin

membingungkan peserta didik. d) Resitasi untuk menanamkan fakta-fakta yang telah dipelajari sebelumnya. e) Siswa merangkum dalam bentuk materia sebagai kesimpulan yang dapat

dipertanggung jawabkan. Adapun pengamatan dan pengumplan data menggunakan instrument

sebagaimana terlampir di bagian belakang laporan ini, sebagai berikut : a) Lembar pengamatan keaktifan kelompok: b) Lembar penilaian tes individu; c) Lembar observasi guru; d) Lembar kerja kelompok; e) Lembar kerja individu.

Sedangkan observer, dalam hal ini adalah teman sejawat yang membantu pelaksanaan perbaikan pembelajaran yang dilakukan, mengamati guru sebagai pelaksana pembelajaran.

Dalam observasi, dicatat pula gagasan-gagasan dan kesan-kesan yang muncul dan segala sesuatu yang benar terjadi dalam proses pembelajaran.

Page 7: Penerapan Metode Cooperative Script untuk Keterampilan ...

Jurnal Pembelajaran dan Riset Pendidikan | 186

Volume I, Nomor 1, Juli 2021 E-ISSN: 2798-3331, P-ISSN: 2798-5628

Jadi observasi ini dilakukan adalah untuk mengamati berbagai hal selama pembelajaran, mengamati interaksi selama proses penyelidikan berlangsung dan mengamati respon siswa terhadap proses pembelajaran.

4) Refleksi Tindakan

1) Analisis hasil observasi mengenai penjelasan data apa saja yang akan di analisis.

Guru menyampaikan lagi tujuan dan manfaat dari pembelajaran Bahasa Inggris tentang menulis Descriptive Text pada siswa untuk digunakan dalam kehidupan sehari-hari sebelum pelajaran dimulai dan memberikan apersepsi sebagai pemanasan. Setelah itu, siswa dan Guru bersama-sama menentukan masalah yang akan dikembangkan. Dalam hal ini, dibentuklah kelompok sesuai dengan siklus pertama agar siswa dapat berdiskusi dan bekerjasama dengan siswa lain dalam memecahkan masalah.

2) Kekuatan dan Kelemahan dari Siklus II Hasil-hasil yang diperoleh dan permasalahan yang muncul pada

pelaksanaan tindakan dalam proses pembelajaran Bahasa Inggris tentang menulis Descriptive Text siklus kedua merupakan perbaikan-perbaikan dari kelemahan siklus pertama.

Pada tahap ini peneliti atau Guru, teman sejawat dan kepala Sekolah berdiskusi dan bertukar pikiran untuk mengambil suatu kesimpulan yang berupa hasil dari pelaksanaan penelitian. Dari hasil penarikan kesimpulan ini, dapat diketahui apakah penelitian ini berhasil atau tidak, sehingga tidak perlu dilakukan pelaksanaan tindakan siklus ketiga.

3) Indikator keberhasilan pada siklus II Setelah melihat pelaksanaan tindakan siklus pertama, maka pada

siklus kedua ini, peneliti merumuskan kembali indikator-indikator ketercapaian demi mengukur keberhasilan tindakan.

Pada siklus pertama dengan menggunakan Metode Cooperative Script nilai Bahasa Inggris siswa 61,8% meningkat dibandingkan kondisi awal tanpa Metode Cooperative Script, beberapa siswa masih mendapat nilai dibawah KKM dan rata-rata kelas masih sebesar 73,7. Pada siklus kedua, terjadi lagi peningkatan prestasi belajar siswa dari 61,8% menjadi 91,2% dengan rata-rata nilai Bahasa Inggris 83,5.

Perumusan persentase target ketercapaian pada indikator yang ditetapkan dalam penelitian ini berdasarkan pada hasil observasi siklus pertama, dikatakan indikator tercapai bila 85% atau lebih dari siswa Kelas VIII-E mendapat nilai Bahasa Inggris minimal di atas KKM yaitu 75 atau lebih.

Dalam sebuah penerapan suatu metode pasti akan ada kendala, karena tidak ada satupun metode yang sempurna. Dalam pelaksanaan penelitian siklus kedua ini, peneliti menghadapi kendala-kendala misalnya, ada beberapa siswa yang masih bingung dalam menentukan kata yang digunakan dalam menulis Descriptive Text .

Antisipasi yang dilaksanakan peneliti adalah dengan menulis Descriptive Text satu-persatu.

Page 8: Penerapan Metode Cooperative Script untuk Keterampilan ...

Jurnal Pembelajaran dan Riset Pendidikan | 187

Volume I, Nomor 1, Juli 2021 E-ISSN: 2798-3331, P-ISSN: 2798-5628

Tabel 3.1 Indikator Keberhasilan Siklus Kedua Dalam Tabel

Aspek Pencapaian

Siklus I Pencapaian

Siklus II

Keaktifan siswa mengajukan pertanyaan 60% 80%

Ketepatan waktu melakukan kegiatan ekplorasi (mengerjakan LKS)

65% 90%

Interaksi antar siswa pada kegiatan kooperatif

75% 80%

Ketuntasan Prestasi belajar 65% 90%

Instrumen penelitian adalah alat atau sarana yang digunakan oleh peneliti

untuk mengumpulkan data penelitian. Data penelitian yang dimaksud adalah sebuah informasi dari penelitian tindakan kelas ini, yaitu berupa kata-kata, angka-angka, gambar, segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menjawab masalah penelitian. Instrumen yang dikembangkan oleh Guru sebagai peneliti disesuaikan berdasarkan kebutuhan data penelitian itu sendiri. Guru atau peneliti mengidentifikasi dan mempersiapkan berbagai ragam instrument yang diperlukan dalam penelitian tindakan kelas ini. Guru ataupun peneliti mempersiapkan instrument penelitian dengan tepat, tentunya supaya data yang terkumpul dapat lebih bermakna dan bermanfaat bagi kegiatan penelitian.

Adapaun ragam instrument penelitian tindakan kelas yang telah dipersiapkan yaitu, Rencana Pelaksaaan Pembelajaran sebagai instrument rencana pelaksanaan tindakan. Lembar observasi Guru sebagai instrument utama pengumpul data proses dan lembar observasi siswa, wawancara, angket dan catatan lapangan sebagai instrument pendukung pengumpul data proses. Selain itu juga terdapat instrument pengumpul data hasil, yang dapat dikumpulkan dari prestasi belajar berdasarkan soal-soal yang diberikan, serta ketrampilan siswa berdasarkan rubrik yang ada.

Gambar 3.4

Ragam Instrumen PTK Dalam Skema

Instrumen Rencana Pelaksanaan

Tindakan

Instrumen Utama Pengumpul Data

Instrumen Pengumpul Data

PROSES

Instrumen Pengumpul Data

HASIL

Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP)

Utama

Pendukung

Lembar

Observasi Guru

Lembar

Observasi Siswa

Wawancara

Angket

Catatan Lapangan

Prestasi

belajar

Ketrampilan

Soal Rubrik

Page 9: Penerapan Metode Cooperative Script untuk Keterampilan ...

Jurnal Pembelajaran dan Riset Pendidikan | 188

Volume I, Nomor 1, Juli 2021 E-ISSN: 2798-3331, P-ISSN: 2798-5628

Teknik analisis yang digunakan yaitu deskriptif persentase. Data hasil penelitian yang dianalisis meliputi rata-rata kelas, ketuntasan belajar individu dan ketuntasan belajar secara klasikal. Selanjutnya hasil analisis data diperoleh baik secara kualitatif (dengan kata-kata) dan kuantitatif (dengan grafik). Hasil ini diinterprestasikan dan disimpulkan untuk menjawab permasalahan yang ada.

Analisis data dari sumber-sumber informasi hasil penelitian di dapat dari: 1. Analisis Data Observasi

Data hasil observasi keterlaksanaan pembelajaran melalui Metode Cooperative Script dan observasi aktivitas siswa dianalisis secara deskriptif untuk memberikan gambaran pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan Metode Cooperative Script.

2. Analisis Data Wawancara Hasil wawancara dengan siswa dianalisi secara deskriptif dengan lembar angket untuk mengetahui pendapat Guru dan siswa terhadap pembelajaran.

3. Analisis Data Tes Berdasarkan hasil tes siswa, setiap soal diberi skor kemudian diperoleh nilai untuk setiap siswa. Data yang terkumpul dianalisis dengan statistik deskriptif untuk mengetahui: a. Nilai rata-rata post-test, dapat dirumuskan sebagai berikut

Ẋ =

Keterangan: Ẋ = Nilai rata-rata kelas

= Jumlah semua nilai siswa

= Jumlah Siswa

(Sudjana, 1989: 109) b. Ketuntasan Belajar secara individu (prestasi belajar siswa)

Untuk menghitung ketuntasan belajar secara individu digunakan rumus:

Ketuntasan Individu = x 100%

(USMAn, 1993 : 138) c. Ketuntasan Belajar secara klasikal

Untuk menghitung persentase ketuntasan belajar klasikal digunakan rumus sebagai berikut :

P = x 100%

(Mulyasa, 2003, 102)

Tabel 3.2 Kualifikasi Tingkat Prestasi belajar Bahasa Inggris Siswa

Persentase (%) tingkat ketuntasan

belajar IPA siswa Ketegori

85,00% < x ≤ 100 % Sangat Tinggi

75,00 % < x ≤ 85,00% Tinggi

55,00 % < x ≤ 75,00% Cukup

40,00% < x ≤ 55,00% Rendah

00,00 % < x ≤ 40,00 % Sangat Rendah

Page 10: Penerapan Metode Cooperative Script untuk Keterampilan ...

Jurnal Pembelajaran dan Riset Pendidikan | 189

Volume I, Nomor 1, Juli 2021 E-ISSN: 2798-3331, P-ISSN: 2798-5628

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian

Sebelum melaksanakan proses penelitian, peneliti mengumpulkan data dan

informasi tentang subjek penelitian. Data-data yang dikumpulkan antara lain daftar

nama siswa Kelas VIII-E, daftar nilai ulangan harian Bahasa Inggris tentang menulis

Descriptive Text, hasil wawancara dengan informan yaitu siswa Kelas VIII-E SMP

Negeri 1 Rejotangan. Dari pengumpulan data, nilai ulangan harian Bahasa Inggris

tentang menulis Descriptive Text, rata-rata nilai yang didapat hanya sebesar 63,4. Dari

34 siswa, hanya 13 siswa yang mendapat nilai di atas 75. Ini berarti hanya 38,2% siswa

yang telah mencapai ketuntasan belajar, karena Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)

telah ditentukan sebesar 75. (Nama siswa dan nilai bisa dilihat di lampiran).

Rumus rata-rata nilai harian Bahasa Inggris tentang menulis Descriptive Text

adalah:

Ẋ = , Jadi Ẋ =

Nilai KKM = 75

Rumus Ketuntasan Individu (prestasi belajar siswa) =

x 100%

Jadi, Ketuntasan Individu (prestasi belajar siswa) = x 100% = 38,2%

Analisis soal yang telah dilakukan menunjukkan bahwa kesulitan paling banyak

dialami siswa dalam menyelesaikan soal-soal Bahasa Inggris tentang menulis

Descriptive Text. Berdasarkan kondisi awal di atas, maka akan diterapkan Metode

Cooperative Script, sehingga siswa Kelas VIII-E SMP Negeri 1 Rejotangan tahun

pelajaran 2017/2018 dapat mengatasi kesulitan belajar Bahasa Inggris tentang menulis

Descriptive Text.

Tabel 4.1

Daftar Nilai Ulangan Harian Kondisi Awal

Nilai Frekuensi Prosentase

0 – 40 0 0,0%

41 – 69 21 61,8%

75 – 100 13 38,2%

Jumlah 34 100%

Gambar 4.1

Grafik Frekuensi Nilai

Page 11: Penerapan Metode Cooperative Script untuk Keterampilan ...

Jurnal Pembelajaran dan Riset Pendidikan | 190

Volume I, Nomor 1, Juli 2021 E-ISSN: 2798-3331, P-ISSN: 2798-5628

Dari tabel diatas dapat kita lihat bahwa terdapat 0 siswa atau 0.0% yang

mendapat nilai antara 0 – 40, ada 21 siswa atau 61.8% yang mendapat nilai antara 41 – 69, dan ada 13 siswa atau 38,2%yang mendapat nilai antara 75 – 100. Dengan ketentuan nilai KKM 75, maka dapat disimpulkan jika pencapaian prestasi nilai 75 – 100 yang hanya 38,2% merupakan prestasi yang rendah.

Berdasarkan hasil data yang dikumpulkan, dapat dikemukakan dua hal pokok yang perlu diatasi, yaitu menumbuhkan minat siswa untuk belajar Bahasa Inggris dan memahamkan tentang menulis Descriptive Text dengan cara mengaktifkan siswa dalam kegiatan belajar mengajar dan meningkatkan prestasi belajar siswa dengan menerapkan Metode Cooperative Script pada siklus 1 nanti dengan harapan prestasi belajar siswa dapat meningkat.

Jika pada siklus 1, target indikator pencapaian prestasi belajar masih kurang dari 85% maka akan dilanjutkan dengan siklus 2 dan seterusnya, hingga target indicator pencapaian peningkatan prestasi belajar siswa pada pelajaran Bahasa Inggris khususnya pembelajaran Bahasa Inggris tentang menulis Descriptive Text dapat terpenuhi, yaitu 85% atau lebih.

1. Siklus 1

a) Perencanaan

Langkah peneliti antara lain adalah menyiapkan instrument penelitian, dan bahan ajar salah satunya Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I materi pelajaran Bahasa Inggris Kelas VIII-E Semester 1, dengan Kompetensi Dasar 4.13 Menyusun teks deskriptif lisan dan tulis, sangat pendek dan sederhana, tentang orang, binatang, dan benda, dengan memperhatikan fungsi sosial, struktur teks, dan unsur kebahasaan, secara benar dan sesuai konteks, (RPP Siklus I dalam lampiran)

Mempersiapkan silabus, materi pelajaran, tugas kelompok atau lembar kegiatan, post test. Peneliti juga menyiapkan lembar evaluasi post test, evaluasi digunakan peneliti untuk mengukur sejauh mana keberhasilan proses pembelajaran. Peneliti pun menyiapkan lembar observasi, untuk mengamati proses pembelajaran dan lembar angket untuk mengetahui hasil metode pembelajaran.

b) Pelaksanaan Tindakan

Kegiatan diawali dengan menjelaskan tentang metode yang akan digunakan yaitu Metode Cooperative Script dan komponen-komponennya kepada siswa. Guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam. Guru memberikan apersepsi tentang menulis Descriptive Text dengan mengajukan pertanyaan “Describe your self!”. Setelah itu, siswa dibagi ke dalam 6 (enam) kelompok sesuai absensi, setelah itu Guru atau Peneliti memberikan penjelasan tentang tujuan pembelajaran dan garis besar Bahasa Inggris tentang menulis Descriptive Text.

c) Hasil Pengamatan

❖ Observasi Kegiatan Siswa

i. Sebagian besar siswa mengerjakan tugas secara berkelompok dengan antusias

ii. Sebagian besar siswa terlibat aktif dalam pembelajaran dengan menggunakan Model Pembelajaran Metode Cooperative Script

iii. Sebagian besar siswa sudah memperhatikan penjelasan Guru. Hanya ada 6 siswa yang tidak memperhatikan, mereka justru mengajak bicara dengan teman sebangkunya.

Page 12: Penerapan Metode Cooperative Script untuk Keterampilan ...

Jurnal Pembelajaran dan Riset Pendidikan | 191

Volume I, Nomor 1, Juli 2021 E-ISSN: 2798-3331, P-ISSN: 2798-5628

iv. Sebagian besar siswa sudah dapat memahami lembar kegiatan dengan baik, hanya terdapat 6 siswa yang masih bertanya pada Guru cara menulis Descriptive Text.

v. Baru terdapat sebagian kecil siswa yang ikut ambil bagian dalam diskusi kelompok. Sebagian besar siswa justru saling berbincang dengan teman duduknya. Terdapat 4 (empat) kelompok yang melaksanakan diskusi dengan sungguh-sungguh.

vi. Dari 6 (enam) kelompok, baru terdapat 4 (empat) kelompok yang sudah dapat menyelesaikan Lembar Kegiatan dengan tepat waktu. Sedangkan 2 (satu) kelompok yang lain membutuhkan waktu lebih dari 20 menit.

vii. Dari 6 (enam) kelompok, baru ada 3 (tiga) kelompok yang sudah berani mempresentasikan hasil temuan kelompoknya, sedangkan 3 (dua) kelompok yang lain belum berani.

viii. Metode pembelajaran dengan memberikan tugas kepada peserta didik untuk mendeskripsikan dengan bahasa sendiri paragraf descriptive text yang disuguhkan oleh Guru, dan menyelesaikannya bersama-sama dengan kelompok terlihat kurang efektif. Karena terlihat beberapa siswa masih kurang mandiri dalam melaksanakan tugas, sehingga waktu yang dialokasikan dalam pembelajaran kurang terlaksana dengan baik.

ix. Sewaktu presentasi hasil kelompok dilakukan, hanya terdapat 6 (enam) siswa yang mau mengajukan pertanyaan. Sehingga dapat disimpulkan jika siswa kurang maksimal dalam menyerap konsep yang diajarkan.

x. Masih ada beberapa siswa yang belum aktif dalam menjawab pertanyaan.

❖ Observasi Kegiatan Guru

i. Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah disusun.

ii. Guru membuka pelajaran dengan baik, mengabsen siswa dan menyampaikan tujuan pembelajaran.

iii. Menjelaskan tentang pembelajaran dengan Metode Cooperative Script. Karena masih baru di perkenalkan oleh siswa, beberapa siswa masih tampak bingung.

iv. Mengamati jalannya proses pembelajaran dan menilai kemampuan siswa dalam menyelesaikan tugas dalam kelompoknya.

v. Aktif membimbing siswa. Selama diskusi berlangsung Guru berkeliling mengawasi, membimbing dan menjelaskan kepada siswa atau kelompok yang memerlukan penjelasan akan temuannya, agar hasil yang dicapai lebih optimal. Selain itu, Guru juga memotivasi siswa agar melakukan diskusi dengan baik.

vi. Guru menyuruh salah satu siswa untuk mempresentasikan hasil temuan kelompoknya dan memeriksa serta mengevaluasi dengan baik. Guru memotivasi siswa yang merasa malu untuk maju presentasi hasil temuan.

d) Refleksi Siklus I

Dalam pelaksanaan pembelajaran, Guru masih menghadapi berbagai kendala, antara lain: i. Masih ada kelompok yang bingung dalam mengikuti langkah-langkah

yang tertera dalam lembar kegiatan. ii. Masih ada beberapa siswa yang belum aktif dalam pelaksanaan

percobaan. iii. Ketika pelaksanaan diskusi, ada beberapa siswa yang tidak aktif

menyampaikan pendapatnya.

Page 13: Penerapan Metode Cooperative Script untuk Keterampilan ...

Jurnal Pembelajaran dan Riset Pendidikan | 192

Volume I, Nomor 1, Juli 2021 E-ISSN: 2798-3331, P-ISSN: 2798-5628

iv. Dalam menyimpulkan hasil percobaan, terdapat 2 (dua) kelompok yang malu untuk presentasi, dan hanya terdapat 4 (empat) siswa yang mengajukan pertanyaan.

Adapun prosentase hasil observasi dalam pelaksanaan percobaan pada siklus I dapat dilihat dari tabel 3 bawah ini. Perhitungan prosentase keberhasilan siklus I di bawah ini diskusikan juga dengan teman sejawat.

Tabel 4.2

Prosentase hasil observasi Siklus I

No Kegiatan Siswa Prosentase

1 Pembagian Kelompok 60%

2 Keruntutan langkah 65%

3 Aktif melaksanakan kegiatan 75%

4 Aktif mengutarakan pendapat 68%

5 Kesimpulan akhir 66%

Gambar 4.2

Grafik Histogram Prosentase Hasil Observasi Siklus I

Tabel 4.3

Hasil Post Test Siklus Pertama

No Deskripsi Nilai

1 Jumlah Nilai 2505

2 Rata-rata Hasil Post Test 73,7

3 Jumlah siswa yang mendapat nilai diatas KKM (75) 21

4 Presentase siswa yang mendapat nilai diatas KKM (75) 61,8%

5 Jumlah siswa yang mendapat nilai dibawah KKM (75 13

6 Presentase siswa yang mendapat nilai dibawah KKM (75) 38,2%

Page 14: Penerapan Metode Cooperative Script untuk Keterampilan ...

Jurnal Pembelajaran dan Riset Pendidikan | 193

Volume I, Nomor 1, Juli 2021 E-ISSN: 2798-3331, P-ISSN: 2798-5628

Nilai rata-rata hasil post test, dapat dihitung dari :

Ẋ = , Jadi Ẋ =

Nilai KKM = 75. Jadi sudah ada peningkatan prestasi belajar, namun hanya

sedikit. Rumus Ketuntasan Individu (prestasi belajar siswa) =

x 100%

Jadi, Ketuntasan Individu (prestasi belajar siswa) = x 100% = 61,8%

Tabel 4.4

Daftar Nilai Ulangan Harian Siklus I Nilai Frekuensi Prosentase

0 – 40 0 0,0%

41 – 69 13 38,2%

75 – 100 21 61,8%

Jumlah 34 100%

Gambar 4.3

Grafik Frekuensi Nilai Siklus I

Dari tabel diatas dapat kita lihat terdapat 13 siswa atau 38.2% yang mendapat

nilai antara 41 – 69, dan 21 siswa atau 61,8% yang mendapat nilai antara 75 – 100.

Dengan ketentuan nilai KKM 75, dapat disimpulkan jika pencapaian prestasi nilai 75 –

100, maka prestasi belajar siswa telah meningkat dari 38,2% menjadi 61,8%. Namun

karena belum mencapai target indicator pencapaian siklus I sebesar 85% atau lebih,

maka akan dilanjutkan ke Siklus II.

2. Siklus II

a) Perencanaan ➢ Guru lebih memperhatikan dan mendekati siswa dan kelompok yang

memerlukan bimbingan; ➢ Guru memberi bimbingan bagi siswa dan kelompok yang memerlukan; ➢ Guru memandu siswa dalam melaksanakan percobaan; ➢ Guru mengganti rencana pembelajaran Metode Cooperative Script baru; ➢ Guru memilihkan kelompok berdasarkan kelompok pada siklus 1;

Page 15: Penerapan Metode Cooperative Script untuk Keterampilan ...

Jurnal Pembelajaran dan Riset Pendidikan | 194

Volume I, Nomor 1, Juli 2021 E-ISSN: 2798-3331, P-ISSN: 2798-5628

➢ Karena pada siklus I diketahui masih banyak siswa yang malu untuk maju presentasi dan mengajukan pertanyaan, maka pada siklus II ini Guru memberikan reward kepada siswa yang mau maju presentasi dan aktif dalam diskusi baik bertanya maupun menjawab pertanyaan.

b) Pelaksanaan Tindakan

Langkah-langkah yang dilakukan Guru dalam pelaksanaan siklus II ini antara lain, kegiatan diawali dengan Guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam; Guru mengulang materi yang lampau yang berkaitan dengan materi yang akan disampaikan sekarang; Memberikan apersepsi, “Read aloud of some texts about

descriptive!”. Menjelaskan kembali tentang metode yang akan digunakan yaitu Metode

Cooperative Script dan komponen-komponennya kepada siswa. Siswa menuju kelompoknya masing-masing, setelah itu Guru atau peneliti memberikan penjelasan lagi tentang tujuan pembelajaran dan garis besar Bahasa Inggris tentang menulis

Descriptive Text. Setelah siswa bergabung ke dalam kelompknya masing-masing. Guru

membagikan lembar kegiatan yang berisi petunjuk pelaksanaan percobaan untuk

penemuan, kemudian menugaskan siswa untuk melaksanakannya (lihat lampiran).

c) Hasil Pengamatan

Observasi Kegiatan Siswa

i. Sebagian besar siswa mengerjakan tugas secara berkelompok dengan antusias ii. Sebagian besar siswa terlibat aktif dalam pembelajaran dengan menggunakan

Model Pembelajaran Metode Cooperative Script dengan cara siklus II. iii. Hampir semua siswa sudah memperhatikan penjelasan Guru. Hanya ada 2 siswa

yang tidak memperhatikan, mereka justru mengajak bicara dengan teman sebangkunya ataupun melamun.

iv. Dengan adanya reward, terdapat sebagian besar siswa yang ikut ambil bagian dalam diskusi kelompok. Sebagian kecil siswa masing tampak saling berbincang dengan teman duduknya ataupun melamun. Diskusi dilakukan dengan baik.

v. 6 (enam) kelompok yang terbagi, mereka sudah dapat menyelesaikan Lembar Kegiatan dengan tepat waktu. Siswa yang terlihat lemah pada siklus I, lebih banyak mendapat perhatian dan bimbingan dari Guru.

vi. Dengan adanya reward, 5 (lima) kelompok sudah berani mempresentasikan hasil temuan kelompoknya. Mereka tampak detail dalam mempresentasikan hasil temuannya.

vii. Metode pelaksanan pembelajaran Model Pembelajaran Metode Cooperative Script siklus 2 menunjukkan hasil yang efektif dan hasil yang memuaskan.

viii. Sewaktu presentasi hasil kelompok dilakukan, dengan adanya reward, hampir semua siswa mengajukan pertanyaan, hanya terdapat 2 siswa yang masih malu mengajukan pertanyaan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa penerapan Model Pembelajaran Metode Cooperative Script siklus II ini maksimal dalam menyerap konsep yang diajarkan.

ix. Hasil post test menjukkan prestasi belajar siswa pun meningkat.

Observasi Kegiatan Guru

i. Pergantian pelaksanaan pembelajaran Metode Cooperative Script dilaksanakan dengan baik.

ii. Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah disusun.

iii. Guru membuka pelajaran dengan baik, mengabsen siswa dan menyampaikan tujuan pembelajaran.

Page 16: Penerapan Metode Cooperative Script untuk Keterampilan ...

Jurnal Pembelajaran dan Riset Pendidikan | 195

Volume I, Nomor 1, Juli 2021 E-ISSN: 2798-3331, P-ISSN: 2798-5628

iv. Menjelaskan kembali tentang pembelajaran dengan Metode Cooperative Script. Karena telah diperkenalkan sebelumnya, maka siswa telah memahami konsep dengan baik.

v. Mengamati jalannya proses pembelajaran dan menilai kemampuan siswa dalam menyelesaikan tugas dalam kelompoknya.

vi. Aktif membimbing siswa. Selama diskusi berlangsung Guru berkeliling mengawasi, membimbing dan menjelaskan kepada siswa atau kelompok yang memerlukan penjelasan akan temuannya, agar hasil yang dicapai lebih optimal. Selain itu, Guru juga memotivasi siswa agar melakukan diskusi lebih baik lagi dan memberikan reward bagi mereka yang aktif.

vii. Guru menyuruh salah satu siswa untuk mempresentasikan hasil temuan kelompoknya dan memeriksa serta mengevaluasi dengan baik. Guru memotivasi siswa yang merasa malu untuk maju presentasi hasil temuan dan memberikan reward bagi mereka yang berani tampil presentasi.

viii. Karena siswa melaksanakan kegiatan pembelajaran secara berkelompok, maka penelitian-pun terlihat lebih efektif dan maksimal.

d) Refleksi Siklus II

Tabel 4.5

Prosentase Hasil Observasi Siklus II No Kegiatan Siswa Prosentase

1 Pembagian Kelompok 80%

2 Keruntutan langkah 90%

3 Aktif melaksanakan kegiatan 90%

4 Aktif mengutarakan pendapat 88%

5 Kesimpulan akhir 87%

Gambar 4.4

Grafik Histogram Prosentase Hasil Observasi Siklus II

Tabel 4.6

Hasil Post Test Siklus Kedua

No Deskripsi Nilai

Page 17: Penerapan Metode Cooperative Script untuk Keterampilan ...

Jurnal Pembelajaran dan Riset Pendidikan | 196

Volume I, Nomor 1, Juli 2021 E-ISSN: 2798-3331, P-ISSN: 2798-5628

1 Jumlah Nilai 2840

2 Rata-rata Hasil Post Test 83,5

3 Jumlah siswa yang mendapat nilai diatas KKM (75) 31

4 Presentase siswa yang mendapat nilai diatas KKM (75) 91,2%

5 Jumlah siswa yang mendapat nilai dibawah KKM (75 3

6 Presentase siswa yang mendapat nilai dibawah KKM (75) 8,8%

Nilai rata-rata hasil post test, dapat dihitung dari :

Ẋ = , Jadi Ẋ= = 83,5

Nilai KKM = 75. Jadi sudah ada peningkatan prestasi belajar yang signifikan.

Rumus Ketuntasan Individu (prestasi belajar siswa) =

x 100%

Jadi, Ketuntasan Individu (prestasi belajar siswa) = 91,2%

Telah mencapai indicator pencapaian siklus II sebesar 85% atau lebih. Maka tidak perlu dilanjutkan percobaan pembelajaran dengan Metode Cooperative Script pada siklus III.

Tabel 4.7

Daftar Nilai Ulangan Harian Siklus II

Nilai Frekuensi Prosentase

0 – 40 0 0,0%

41 – 69 3 8,8%

75 – 100 31 91,2%

Jumlah 34 100%

Gambar 4.5

Grafik Frekuensi Nilai Siklus II

Dari tabel diatas dapat kita lihat terdapat 3 siswa atau 8,8% yang mendapat nilai antara 41 – 69, dan 31 siswa atau 91,2% yang mendapat nilai antara 75 – 100. Dengan ketentuan nilai KKM 75, dapat disimpulkan jika pencapaian prestasi nilai 75 –

Page 18: Penerapan Metode Cooperative Script untuk Keterampilan ...

Jurnal Pembelajaran dan Riset Pendidikan | 197

Volume I, Nomor 1, Juli 2021 E-ISSN: 2798-3331, P-ISSN: 2798-5628

100, maka prestasi belajar siswa telah meningkat dari 61,8% menjadi 91,2%. Dengan 91,2% maka telah tercapai indicator pencapaian siklus II sebesar yang 85% atau lebih, maka tidak perlu dilanjutkan ke Siklus III.

Selain itu, dari proses wawancara diperoleh kesimpulan bahwa beberapa siswa menjadi bersemangat dalam belajar Bahasa Inggris, karena pelaksanaan kegiatan belajar Bahasa Inggris dengan Metode Cooperative Script ini dilaksanakan dengan mandiri, menyenangkan, penuh kebersamaan serta saat melaksanakan kegiatan bersama kelompok menjadikan mereka lebih rileks dan ringan dalam mengerjakan laporan kegiatan. Meskipun masih terdapat kendala-kendala seperti yang telah diuraikan dalam laporan observasi. Dari hasil post test, 31 nilai siswa telah sesuai KKM atau diatas nilai 75. Sedangkan 3 siswa dari 34 siswa belum berhasil. Karena nilai siswa berada di bawah 75.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan dalam 2

siklus dengan menerapkan Model Pembelajaran Cooperative Script dalam pembelajaran

Bahasa Inggris pada siswa Kelas VIII-E SMP Negeri 1 Rejotangan, dapat dibuat

kesimpulan sebagai berikut: Penerapan Pendekatan Model Pembelajaran Cooperative

Script dapat meningkatkan prestasi belajar Bahasa Inggris dan ketrampilan menulis

prosedur text pada siswa Kelas VIII-E SMP Negeri 1 Rejotangan.

Hal ini dilihat dari prosentase kenaikan nilai Bahasa Inggris Kelas VIII-E dari

pra siklus, siklus I sampai Siklus II. Pada pra siklus, siswa yang mendapat nilai minimal

75 ada 13 siswa atau 38,2%, pada siklus I siswa yang mendapat nilai minimal 75 ada 21

siswa atau 61,8%, pada siklus II siswa yang mendapat nilai minimal 75 ada 31 siswa

atau 91,2% dari 34 siswa. Dari pra siklus kemudian dilaksanakan siklus I prestasi siswa

mengalami prosentase kenaikan 23,5%. Dan dari siklus I kemudian dilaksanakan siklus

II prestasi siswa mengalami prosentase kenaikan 29,4%. Penerapan pembelajaran dan

prosedur dalam penelitian ini didasarkan pada pembelajaran dengan menerapkan Model

Pembelajaran Cooperative Script dalam pelaksanaan proses pembelajaran Bahasa

Inggris. Model yang dipakai dalam penelitian tindakan kelas ini adalah model siklus,

adapun prosedur penelitiannya terdiri dari 2 siklus. Siklus I dilaksanakan pada hari

Sabtu, 20 Agustus 2017, 4.13 Menyusun teks deskriptif lisan dan tulis, sangat pendek

dan sederhana, tentang orang, binatang, dan benda, dengan memperhatikan fungsi

sosial, struktur teks, dan unsur kebahasaan, secara benar dan sesuai konteks, siklus II

dilaksanakan hari Sabtu, 27 Agustus 2017.

Berdasarkan kriteria temuan dan pembahasan hasil penelitian seperti yang

diuraikan pada bab IV, maka penelitian ini dapat digunakan peneliti untuk membantu

guru dalam menghadapi permasalahan yang sejenis. Disamping itu, perlu penelitian

lanjut tentang upaya guru untuk mempertahankan atau menjaga dan meningkatkan prestasi belajar siswa. Pembelajaran dengan menggunakan Model Pembelajaran

Cooperative Script pada hakikatnya dapat digunakan dan dikembangkan oleh guru yang

menghadapi permasalahan yang sejenis, terutama untuk mengatasi masalah ketrampilan

menulis siswa, yang pada umumnya dimiliki oleh sebagian besar siswa.

Page 19: Penerapan Metode Cooperative Script untuk Keterampilan ...

Jurnal Pembelajaran dan Riset Pendidikan | 198

Volume I, Nomor 1, Juli 2021 E-ISSN: 2798-3331, P-ISSN: 2798-5628

DAFTAR RUJUKAN Abin Syamsuddin Makmun. 2003. Psikologi Pendidikan. PT Rosda Karya Remaja, Kedungwaru. Buchori M. 1992. Psikologi Pendidikan 3. Kedungwaru : Jeanmars. Fudyartanto, Ki RBS. 2002. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Yogyakarta: Global Pustaka Ilmu. Gulo. W. 2004. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Grasindo. Hayinah, Masalah Belajar, Malang: DepDikbud IKIP Negri Malang, 1992 Ibrahim, dkk. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: University Press Kamus Besar Bahasa Inggris (2002). Departemen Pendidikan Nasional Edisi ke-3. Balai Pustaka, Jakarta. Gramedia. Lie, Anita. (2002). Cooperatif Learning. Jakarta: PT. Gramedia Widisarana indonesia Lie, Anita. (2004). Cooperatif Learning. Jakarta: Gramedia. Muhibbin Syah. (2003). Psikologi Belajar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada Nana Sudjana & Ibrahim. 1989. Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Kedungwaru : Sinar Baru. Oemar Hamalik. 2003. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta : Bumi Aksara. Oemar Hamalik. 2004. Proses Belajar Mengajar. Jakarta : Bumi Aksara. S. Nasution. 1996. Azas-azas Mengajar, Kedungwaru: Tarsito Slavin, R. E. (1994). Educational Psychology Theory Into Practices. 4th ed. Boston: Ally and Bacon Publishers. Suradi & Djadir. 2004. Model Pembelajaran Kooperatif.

http://72.14.203.104/search?q=cache:_i-

Tirtonegoro, Sutratinah. Anak Supernormal dan Program Pendidikannya, Yogyakarta: Bumi Aksara, 1988. W.S.Winkel. 2004. Psikologi Pengajaran . Yogyakarta: Media Abadi Arends, R.I. (2004). Learning To Teach 6th ed. New York: McGraw-Hill Companies,

Inc. Depdiknas, 2003. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang

Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia

Erman Suherman, dkk. 2003. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Kedungwaru: UPI.

Gijselaers, W.H. (1996). Connecting Problem Based Practice with Educational Theory. Wilkenson, L, (Ed). New Direction for Theaching and Learning. No. 68. Josey-Bass

Publisher Ibrahim, Muslim; dkk. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya. Universitas Negeri

Surabaya Pannen, Paulina dan Purwanto. 2001. Penulisan Bahan Ajar. Jakarta: Pusat antar

Universitas untuk Peningkatan dan Pengembangan Aktivitas Intruktional Ditjen Dikti Diknas.