PENERAPAN MEDICAL PROFESSIONALISM DALAM KASUS ABORSI ANAK DOWN SYNDROME

22
PENERAPAN MEDICAL PROFESSIONALISM DALAM KASUS ABORSI ANAK DOWN SYNDROME Fakultas Kedokteran Universitas Udayana 2014 Oleh: SGD A8 www.google.com/down-syndrome

description

Medical Professionalism

Transcript of PENERAPAN MEDICAL PROFESSIONALISM DALAM KASUS ABORSI ANAK DOWN SYNDROME

Page 1: PENERAPAN MEDICAL PROFESSIONALISM DALAM KASUS ABORSI ANAK DOWN SYNDROME

PENERAPAN MEDICAL

PROFESSIONALISM DALAM KASUS ABORSI ANAK

DOWN SYNDROME

Fakultas Kedokteran Universitas Udayana2014

Oleh: SGD A8www.google.com/down-syndrome

Page 2: PENERAPAN MEDICAL PROFESSIONALISM DALAM KASUS ABORSI ANAK DOWN SYNDROME

SELAMAT SIANG.....

www.google.com/down-syndrome

Page 3: PENERAPAN MEDICAL PROFESSIONALISM DALAM KASUS ABORSI ANAK DOWN SYNDROME

SGD A8

I.A. MITA SARASWATI (NIM. 1302005154)D.A. AGUNG DWITA A (NIM. 1302005155)IDA AYU SINTA NADIA UTAMI (NIM. 1302005156)JESSICA CHRISTY (NIM. 1302005159)INGE NANDYA HERTAPANNDIKA (NIM. 1302005163)NUR RIZKY AMALIAH (NIM. 1302005165)MADE DIAH SARASWATI (NIM. 1302005173)A.A. DAVYN ANANTHA (NIM. 1302005174)MARIA DEMETRIA BRIA (NIM. 1302005176)FUAD ADI ROSYADI (NIM. 1302005178)CALVIN JONATHAN (NIM. 1302005179)DONNY PRATAMA (NIM. 1302005180)

Page 4: PENERAPAN MEDICAL PROFESSIONALISM DALAM KASUS ABORSI ANAK DOWN SYNDROME

Cakupan

BAB 1. PENDAHULUANBAB 2. PEMBAHASANBAB 3. PENUTUP

Page 5: PENERAPAN MEDICAL PROFESSIONALISM DALAM KASUS ABORSI ANAK DOWN SYNDROME

BAB 1PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang 1.2 Dasar Teori1.3 Rumusan Masalah1.4 Tujuan

Page 6: PENERAPAN MEDICAL PROFESSIONALISM DALAM KASUS ABORSI ANAK DOWN SYNDROME

1.1 Latar BelakangJanin

Normal Tidak Normal

Down Syndrome

Faktor LainFaktor Genetik

Aborsi

Pelanggaran KODEKI2

Faktor genetik sebanyak 98%1

Faktor lain, seperti alkohol, obat-obatan dll sebanyak 2%1

1. Soetjiningsih. 1995. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC 2. Majelis Kehormatan Etik Kedokteran Indonesia (MKEK) IDI. Kode Etik Kedokteran Indonesia dan Pedoman Pelaksanaan

Kode Etik Kedokteran Indonesia.

Page 7: PENERAPAN MEDICAL PROFESSIONALISM DALAM KASUS ABORSI ANAK DOWN SYNDROME

1.2 Dasar Teori

3 unsur penting Medical Professionalism3

Attributes ResponsivenessEthical practice

3. Medical Education Unit. References of Medical Professionalism Udayana University Faculty of Medicine. 2013: 6-7.

www.google.com/dokter

Page 8: PENERAPAN MEDICAL PROFESSIONALISM DALAM KASUS ABORSI ANAK DOWN SYNDROME

1.3 Rumusan Masalah

1. Bagaimana identifikasi masalah utama (major issues) yang terdapat dalam kasus?

2. Bagaimana identifikasi masalah lain (minor issues) yang terdapat dalam kasus?

3. Bagaimana solusi yang dapat diberikan untuk mengatasi masalah dalam kasus?

Page 9: PENERAPAN MEDICAL PROFESSIONALISM DALAM KASUS ABORSI ANAK DOWN SYNDROME

1.4 Tujuan

1. Mengidentifikasi masalah utama (major issues) yang terdapat dalam kasus.

2. Mengidentifikasi masalah lain (minor issues) yangterdapat dalam kasus.

3. Memberikan solusi yang dapat mengatasi masalah dalamkasus.

Page 10: PENERAPAN MEDICAL PROFESSIONALISM DALAM KASUS ABORSI ANAK DOWN SYNDROME

BAB 2. PEMBAHASAN

2.1 Skenario2.2 Identifikasi Masalah

2.2.1 Masalah Utama (Major Issues)2.2.2 Masalah Lain (Minor Issus)

2.3 Solusi

Page 11: PENERAPAN MEDICAL PROFESSIONALISM DALAM KASUS ABORSI ANAK DOWN SYNDROME

2.1 SkenarioWanita hamil 42 tahun datang ke sebuah klinik antenatal dengan suaminya untuk mendiskusikan hasil dari tes amniosentesis yang baru saja dilakukan. Berhubungan dengan Down Syndrome, echocardiography janin menunjukkan kelainan jantung, termasuk atrioventricular septal defect. Setelah diskusi yang panjang antara orang tua dan dokter kandungan, orang tua tersebut memutuskan bahwa janinnya memiliki terlalu banyak masalah sehingga hal tersebut tidak adil bagi anak yang belum dilahirkannya dan bagi keempat anak mereka yang lain jika kehamilannya dilanjutkan.

Page 12: PENERAPAN MEDICAL PROFESSIONALISM DALAM KASUS ABORSI ANAK DOWN SYNDROME

Down Syndrome adalah kelainan genetik yang dikenal sebagai trisomi, karena individu yang mendapat Sindrom Down memiliki kelebihan satu kromosom, yaitu di nomor 21 .4

Amniosentesis adalah prosedur yang digunakan untuk menganalisis kromosom janin (9-12 minggu) dengan cara mengambil cairan amnion.5

Echocardiography adalah pemeriksaan jantung dengan

menggunakan ultrasound gelombang suara frekuensi

2-6 MHz.6

Atrioventricular septal defect adalah kondisi

terjadinya kelainan anatomis akibat perkembangan

endocardial cushioins yang tidak sempurna saat

embrio.7

4. Pathol, 2003:120(Suppl 1):S14-s24. Am J Clin. New developments in prenatal screening for down syndrome5. Emory. 2008. About Amniocentesis. Department of Human Genetics Division of Medical Genetics Emory University School of Medicine6. Rudski et al. Journal of the American Society of Echocardiography. 2010: vol.23 Number 77. Tersedia pada: www.childrens-heart-fed.org.uk

Page 13: PENERAPAN MEDICAL PROFESSIONALISM DALAM KASUS ABORSI ANAK DOWN SYNDROME

2.2 Identifikasi Masalah

2.2.1 Masalah Utama (Major Issues)

Kaidar Dasar Medical Professionalism8

Agama

Hukum Tidak Tertulis9

Non-Maleficence

Autonomy

Justice

Beneficence

Moral dan Etika

8. Lawrence, D.J. The Four Principles of Biomedical Ethics : A Foundation for Current Bioethical Debate. Journal of Chiropractic Humanities. 2007:34-40.9. Loqman, Loebby. Jurnal Obsetri dan Ginekologi Indonesia. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Yogyakarta. 2003: 232.

Page 14: PENERAPAN MEDICAL PROFESSIONALISM DALAM KASUS ABORSI ANAK DOWN SYNDROME

Kaidah Dasar Medical Professionalism

Beneficence :

Meminimalisasi akibat buruk

Justice :

Menghargai hak sehat pasien

Non-Maleficence :

Tidak membunuh pasien

Autonomy :

tidak berbohong ke pasien meskipun demi kebaikan

pasien

Page 15: PENERAPAN MEDICAL PROFESSIONALISM DALAM KASUS ABORSI ANAK DOWN SYNDROME

Hukum Tidak Tertulis

MORAL ETIKA

Moral : sulit untuk membiarkan seorang ibu yang harus merawat kehamilan yang tidak diinginkan.

Etika kedokteran : lafal sumpah kedokteran “Saya akan menghormati setiap hidup insani mulai saat pembuahan”

AGAMA

Secara universal, semua agama tidak mengijinkan dilakukannya aborsi. karena aborsi berarti menghilangkan nyawa manusia (bayi) yang berada dalam kandungan.

Page 16: PENERAPAN MEDICAL PROFESSIONALISM DALAM KASUS ABORSI ANAK DOWN SYNDROME

2.2 Identifikasi Masalah

2.2.2 Masalah Lain (Minor Issues)

Pengaruh Usia Ibu saat Hamil terhadap Kondisi Kandungan

Dampak Aborsi terhadap Ibu

Pengaruh Down Syndrome dalam Kehidupan

Page 17: PENERAPAN MEDICAL PROFESSIONALISM DALAM KASUS ABORSI ANAK DOWN SYNDROME

Dampak Aborsi terhadap Ibu

Pengaruh Down Syndrome dalam Kehidupan

Pengaruh Usia Ibu saat Hamil terhadap Kondisi Kandungan

Down Syndrome

Risiko kesehatan dan keselamatan10

Risiko gangguan psikologis10

Menimbulkan penolakan untuk melanjutkan pertumbuhan janin11

10. Tersedia pada: http://aborsi.org/risiko.htm. Tanggal akses : 23 Maret 2014.11. Giubilini. Alberto., Minerva, Francesca. 2012. After-birth abortion: why should the  baby live?. University of Melbourne Australia

Page 18: PENERAPAN MEDICAL PROFESSIONALISM DALAM KASUS ABORSI ANAK DOWN SYNDROME

2.3 Solusi

ISDI13

Usia Ibu Hamil

Aborsi

Down Syndrome

Mengecek kesehatan secara rutin ke dokter

Down Syndrome: diberikan ke panti asuhan untuk diadopsi

POTADS12

AVSD : Dapat dioperasi7

7. Tersedia pada: www.childrens-heart-fed.org.uk 12. Tersedia pada: www.potads.org13. Tersedia pada: www.isdi-online.org

Page 19: PENERAPAN MEDICAL PROFESSIONALISM DALAM KASUS ABORSI ANAK DOWN SYNDROME

Penutup

• KesimpulanAborsi memiliki risiko yang tinggi terhadap keselamatan dan kesehatan ibu, baik dari segi fisik maupun mental/psikologis, karena itu sebaiknya aborsi tidak dilakukan. Setiap mahluk hidup memiliki hak untuk hidup bahkan anak dengan Down Syndrome sekalipun. Oleh karena itu dalam kasus dokter seharusnya tidak mengaborsi janin.

Page 20: PENERAPAN MEDICAL PROFESSIONALISM DALAM KASUS ABORSI ANAK DOWN SYNDROME

Penutup• Saran1. Kepada orang tua

a. Bertanggungjawab terhadap kehidupan anaknyab. Bila memiliki anak dengan kelainan Down Syndrome

dapat bergabung dalam organisasi POTADS (Persatuan Orang Tua Anak Dengan Sindrom Down) dan ISDI (Ikatan Sindroma Down Indonesia)

2. Kepada praktisi kesehatana. Melakukan tindakan medis sesuai kode etik kedokteranb. Bergabung ke dalam ISDI

3. Kepada masyarakata. Dapat menerima anak dengan Down Syndrome dalam

kehidupan bermasyarakatb. Bergabung ke dalam ISDI

Page 21: PENERAPAN MEDICAL PROFESSIONALISM DALAM KASUS ABORSI ANAK DOWN SYNDROME

Anak Down Syndrome Berprestasi

Stephanie Handojo, memiliki prestasi sebagai pembawa obor Olimpiade London 2012, peraih medali emas cabang renang 50 m gaya dada.

Samuel Santoso, menggelar pameran tunggal lukisan pertama dengan tema “Pelangi Warna Samuel Santoso”

Christian Husein Sitompul, peraih medali emas dalam cabang renang 50 m gaya bebas pada Olimpiade Tunagrahita di Yunani.

www.google.com

www.google.com

www.google.com

Page 22: PENERAPAN MEDICAL PROFESSIONALISM DALAM KASUS ABORSI ANAK DOWN SYNDROME

Terima Kasih....