PENERAPAN KEPUTUSAN MENTERI BUMN NOMOR KEP-101/MBU/2002 DAN SURAT MENTERI BUMN NOMOR...

28
Tugas Akhir Perkuliahan Penganggaran Perusahaan PENERAPAN KEPUTUSAN MENTERI BUMN NOMOR KEP-101/MBU/2002 DAN SURAT MENTERI BUMN NOMOR S-441/MBU/WK/08/2014 PADA RENCANA KERJA DAN ANGGARAN PERUSAHAAN (RKAP) TAHUN 2015 PT. PERKEBUNAN NUSANTARA IX Disusun Oleh: Adi Wijaya Agustian Permadi Ahmad Daud Albert Andika Prasetia Budi Santoso Fariz Muhammad Haikal Fauzan Nur Abdilah Ganjar Asdi Sudrajat Janson Yanda Hutauruk Misbun Siddik Rozali M. Arief Bukhari Saraan Rozqi Hakiki Sani Nurbani Willy Andersen Siahaan Yogi Gumilar Mahasiswa Program Sarjana Akuntansi STAR BPKP-ADB Batch II

Transcript of PENERAPAN KEPUTUSAN MENTERI BUMN NOMOR KEP-101/MBU/2002 DAN SURAT MENTERI BUMN NOMOR...

Page 1: PENERAPAN KEPUTUSAN MENTERI BUMN NOMOR KEP-101/MBU/2002 DAN SURAT MENTERI BUMN NOMOR S-441/MBU/WK/08/2014 PADA RENCANA KERJA DAN ANGGARAN PERUSAHAAN (RKAP) TAHUN 2015 PT. PERKEBUNAN

Tugas Akhir Perkuliahan Penganggaran Perusahaan

PENERAPAN KEPUTUSAN MENTERI BUMN NOMOR KEP-101/MBU/2002 DAN SURAT MENTERI BUMN NOMOR S-441/MBU/WK/08/2014

PADA RENCANA KERJA DAN ANGGARAN PERUSAHAAN (RKAP) TAHUN 2015 PT. PERKEBUNAN NUSANTARA IX

Disusun Oleh:

Adi Wijaya

Agustian Permadi

Ahmad Daud

Albert Andika Prasetia

Budi Santoso

Fariz Muhammad Haikal

Fauzan Nur Abdilah

Ganjar Asdi Sudrajat

Janson Yanda Hutauruk

Misbun Siddik Rozali

M. Arief Bukhari Saraan

Rozqi Hakiki

Sani Nurbani

Willy Andersen Siahaan

Yogi Gumilar

Mahasiswa Program Sarjana Akuntansi STAR BPKP-ADB Batch II

Page 2: PENERAPAN KEPUTUSAN MENTERI BUMN NOMOR KEP-101/MBU/2002 DAN SURAT MENTERI BUMN NOMOR S-441/MBU/WK/08/2014 PADA RENCANA KERJA DAN ANGGARAN PERUSAHAAN (RKAP) TAHUN 2015 PT. PERKEBUNAN

1

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI........................................................................................................................................... 1

BAB I KONSEP..................................................................................................................................... 2

BAB II REGULASI .............................................................................................................................. 11

BAB III IMPLEMENTASI ................................................................................................................... 18

BAB IV SIMPULAN ............................................................................................................................ 25

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................................... 27

Page 3: PENERAPAN KEPUTUSAN MENTERI BUMN NOMOR KEP-101/MBU/2002 DAN SURAT MENTERI BUMN NOMOR S-441/MBU/WK/08/2014 PADA RENCANA KERJA DAN ANGGARAN PERUSAHAAN (RKAP) TAHUN 2015 PT. PERKEBUNAN

2

BAB I

KONSEP

1. Anggaran Sektor Publik

Pengertian Anggaran

Perencanaan merupakan bagian yang tak dapat dipisahkan dari proses

manajemen organisasi. Demikian juga, anggaran mempunyai posisi yang penting.

Anggaran mengungkapkan apa yang dilakukan di masa mendatang. Anggaran dapat

diinterpretasikan sebagai paket pernyataan perkiraan penerimaan dan pengeluaran

yang diharapkan akan terjadi dalam satu atau beberapa periode mendatang. Di dalam

tampilannya, anggaran selalu menyertakan data penerimaan dan pengeluaran yang

terjadi di masa lalu. Dan menurut Mulyadi (2001:488), Anggaran merupakan suatu

rencana kerja yang dinyatakan secara kuantitatif, yang diukur dalam satuan moneter

standar dan satuan ukuran yang lain yang mencakup jangka waktu satu tahun.

Sedangkan, Menurut National Commitee on Governmental Accounting (NCGA)

yang saat ini telah menjadi Governmental Accounting Standards Board (GASB), definisi

anggaran (budget) adalah sebagai rencana operasi keuangan, yang mencakup estimasi

pengeluaran yang diusulkan dan sumber pendapatan yang diharapkan untuk

membiayainya dalam periode waktu tertentu.

Kebanyakan sektor publik melakukan pembedaan krusial antara tambahan

modal dan penerimaan, serta tambahan pendapatan dan pengeluaran. Dampaknya

adalah pemisahan penyusunan anggaran tahunan dan anggaran modal tahunan. Jenis

anggaran sektor publik adalah:

1. Anggaran Negara dan Daerah APBN/APBD (Budget of State)

2. Rencana Kegiatan dan Anggaran Perusahaan (RKAP), yaitu anggaran usaha setiap

BUMN/BUMD serta badan hukum publik atau gabungan publik-swasta.

Karakteristik dan Fungsi Anggaran

Karakteristik anggaran sektor publik, adalah sebagai berikut:

1. Anggaran dinyatakan dalam satuan keuangan dan satuan non keuangan

2. Anggaran umumnya mencakup jangka waktu tertentu, satu atau beberapa tahun

3. Anggaran berisi komitmen atau kesanggupan manajemen untuk mencapai sasaran

yang ditetapkan

4. Usulan anggaran ditelaah dan disetujui oleh pihak yang berwenang lebih tinggi dari

penyusun anggaran

5. Sekali disusun, anggaran hanya dapat diubah dalam kondisi tertentu.

Page 4: PENERAPAN KEPUTUSAN MENTERI BUMN NOMOR KEP-101/MBU/2002 DAN SURAT MENTERI BUMN NOMOR S-441/MBU/WK/08/2014 PADA RENCANA KERJA DAN ANGGARAN PERUSAHAAN (RKAP) TAHUN 2015 PT. PERKEBUNAN

3

Fungsi Anggaran sebagai berikut:

1. Anggaran sebagai alat perencanaan

Anggaran merupakan alat perencanaan manajemen untuk mencapai tujuan

organisasi. Anggaran sektor publik dibuat untuk merencanakan tindakan apa yang

akan dilakukan oleh pemerintah, berapa biaya yang dibutuhkan, dan berapa hasil

yang diperoleh dan belanja pemerintah tersebut.

2. Anggaran sebagai alat pengendalian

Anggaran merupakan suatu alat yang esensial untuk menghubungkan antara

proses perencanaan dan proses pengendalian. Sebagai alat pengendalian, anggaran

memberikan rencana detail atas pendapatan dan pengeluaran pemerintahagar

pembelanjaan yang dilakukan dapat dipertanggungjawabkan kepada publik. Tanpa

anggaran, pemerintah tidak dapat mengendalikan pemborosan-pemborosan

pengeluaran. Bahkan tidak berlebihan jika dikatakan bahwa presiden, menteri,

gubernur, bupati, dan manajer publik lainnya dapat dikendalikan melalui anggaran.

Anggaran sektor publik dapat digunakan untuk mengendalikan (membatasi

kekuasaan) eksekutif.

3. Anggaran sebagai alat kebijakan fiskal

Anggaran sebagai alat kebijakan fiskal pemerintah digunakan untuk

menstabilkan ekonomi dan mendorong pertumbuhan ekonomi. Melalui anggaran

publik tersebut dapat diketahui arah kebijakan fiskal pemerintah sehingga dapat

dilakukan prediksi-prediksi dan estimasi ekonomi. Anggaran dapat digunakan untuk

mendorong, memfasilitasi dan mengkoordinasikan kegiatan ekonomi masyarakat

sehingga dapat mempercepat pertumbuhan ekonomi.

4. Anggaran sebagai alat politik

Anggaran digunakan untuk memutuskan prioritas-prioritas dan kebutuhan

keuangan terhadap prioritas tersebut. Pada sektor publik, anggaran merupakan

political tool sebagai bentuk komitmen eksekutif dan kesepakatan legislatif atas

penggunaan dana publik untuk kepentingan tertentu. Oleh karena itu, pembuatan

anggaran publik membutuhkan political will, coalition building, keahlian berorganisasi,

dan pemahaman prinsip manajemen keuangan publik oleh para manajer publik.

5. Anggaran sebagai alat koordinasi dan komunikasi

Setiap unit kerja pemerintahan terlibat dalam proses penyusunan anggaran.

Anggaran publik merupakan alat koordinasi antar bagian dalam pemerintahan.

Anggaran publik yang disusun dengan baik akan mampu mendeteksi terjadinya

inkonsistensi suatu unit kerja dalam pencapaian tujuan organisasi. Disamping itu,

Page 5: PENERAPAN KEPUTUSAN MENTERI BUMN NOMOR KEP-101/MBU/2002 DAN SURAT MENTERI BUMN NOMOR S-441/MBU/WK/08/2014 PADA RENCANA KERJA DAN ANGGARAN PERUSAHAAN (RKAP) TAHUN 2015 PT. PERKEBUNAN

4

anggaran publik juga berfungsi sebagai alat komunikasi antar unit kerja dalam

lingkungan eksekutif. Anggaran harus dikomunikasikan ke seluruh bagian organisasi

untuk dilaksanakan.

6. Anggaran adalah alat penilaian kinerja

Anggaran merupakan wujud komitmen dan budget holder (eksekutif) kepada

pemberi wewenang (legislatif). Kinerja eksekutif akan dinilai berdasarkan berapa

yang berhasil ia capai dikaitkan dengan anggaran yang telah ditetapkan. Anggaran

merupakan alat yang efektif untuk pengendalian dan penilaian.

7. Anggaran sebagai alat motivasi

Anggaran sebagai instrumen untuk memotivasi masyarakat manajemen agar

bekerja secara ekonomis, efektif, dan efisien dalam mencapai target dan tujuan

organisasi yang telah ditetapkan. Agar dapat memotivasi, anggaran hendaknya

bersifat challenging but attainable atau demanding but achieveable. Maksudnya

adalah target anggaran hendaknya jangan terlalu tinggi sehingga tidak dapat

dipenuhi, namun juga jangan terlalu rendah sehingga terlalu mudah untuk dicapai.

8. Anggaran sebagai alat untuk menciptakan ruang publik

Anggaran publik tidak boleh diabaikan oleh kabinet, birokrat, dan DPR/DPRD.

Masyarakat, LSM, Perguruan tinggi, dan berbagai organisasi kemasyarakatan harus

terlibat dalam proses penganggaran publik. Kelompok masyarakat yang terorganisir

akan mencoba mempengaruhi anggaran pemerintah untuk kepentingan mereka.

Kelompok lain dari masyarakat yang kurang terorganisasi akan mempercayakan

aspirasinya melalui proses politik yang ada. Pengangguran, tuna wisma dan

kelompok lain yang tak teroganisasi dengan mudah dan tidak berdaya mengikuti

tindakan pemerintah. Jika tidak ada alat untuk menyampaikan suara mereka, maka

mereka akan mengambil tindakan dengan jalan lain seperti dengan tindakan massa,

melakukan boikot, vandalisme dan sebagainya.

Jenis – Jenis Anggaran

1. Line Item Budgeting

Line Item Budgeting adalah penyusunan anggaran yang didasarkan pada dan

darimana dana berasal (pos-pos penerimaan) dan untuk apa dana tersebut

digunakan (pos-pos pengeluaran). Jenis anggaran ini relatif dianggap paling tua dan

banyak mengandung kelemahan atau sering pula disebut “traditional budgeting”.

Walaupun tak dapat disangkal, “line item budgeting” sangat populer penggunaannya

karena dianggap mudah untuk dilaksanakan.

2. Incremental Budgeting

Page 6: PENERAPAN KEPUTUSAN MENTERI BUMN NOMOR KEP-101/MBU/2002 DAN SURAT MENTERI BUMN NOMOR S-441/MBU/WK/08/2014 PADA RENCANA KERJA DAN ANGGARAN PERUSAHAAN (RKAP) TAHUN 2015 PT. PERKEBUNAN

5

Incremental Budgeting adalah sistem anggaran belanja dan pendapatan yang

memungkinkan revisi selama tahun berjalan, sekaligus sebagai dasar penentuan

usulan anggaran periode tahun yang akan datang. Angka di pos pengeluaran

merupakan perubahan (kenaikan) dari angka periode sebelumnya. Permasalahan

yang harus diputuskan bersama adalah metode kenaikan/penurunan (incremental)

dari angka anggaran tahun sebelumnya. Logika sistem anggaran ini adalah bahwa

seluruh kegiatan yang dilaksanakan merupakan kelanjutan kegiatan dari tahun

sebelumnya.

3. Planning Programming Budgeting Sistem

Planning Programming Budgeting Sistem adalah suatu proses perencanaan,

pembuatan program, dan penganggaran yang terkait dalam suatu sistem sebagai

kesatuan yang bulat dan tidak terpisah-pisah, dan didalamnya terkandung identifikasi

tujuan organisasi atas permasalahan yang mungkin timbul. Proses

pengorganisasian, pengkoordinasian, dan pengawasan terhadap semua kegiatan

sangat diperlukan selain pertimbangan atas implikasi keputusan terhadap berbagai

kegiatan di masa yang akan datang.

4. Zero Based Budgeting (ZBB)

Zero Based Budgeting merupakan sistem anggaran yang didasarkan pada

perkiraan kegiatan, bukan pada apa yang telah dilakukan di masa lalu. Setiap

kegiatan akan dievaluasi secara terpisah. Ini berarti berbagai program dikembangkan

dalam visi tahun yang bersangkutan. Tiga langkah penyusunan ZBB adalah:

a. Identifikasi unit keputusan

b. Membangun paket keputusan

c. Meriview peringkat paket keputusan

5. Performance Budgeting

Performance Budgeting (anggaran yang berorientasi pada kinerja) adalah sistem

penganggaran yang berorientasi pada “output” organisasi yang berkaitan sangat erat

dengan visi, misi dan rencana strategis organisasi. Performance Budgeting

mengalokasikan sumber daya program, bukan pada unit organisasi semata dan

memakai laporan pengukuran sebagai indikator kinerja organisasi.

6. Medium Term Budgeting Framework (MTBF)

Medium Term Budgeting Framework (MTBF) adalah suatu kerangka strategi

kebijakan tentang anggaran belanja untuk departemen dan lembaga pemerintah non

departemen. Kerangka ini memberikan tanggung jawab yang lebih besar kepada

departemen untuk penetapan lokasi dan sumber dana pembangunan.

Page 7: PENERAPAN KEPUTUSAN MENTERI BUMN NOMOR KEP-101/MBU/2002 DAN SURAT MENTERI BUMN NOMOR S-441/MBU/WK/08/2014 PADA RENCANA KERJA DAN ANGGARAN PERUSAHAAN (RKAP) TAHUN 2015 PT. PERKEBUNAN

6

2. Badan Usaha Milik Negara

Pengertian BUMN

Dalam pasal 1 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha

Milik Negara dijelaskan bahwa pengertian Badan Usaha Milik Negara, yang selanjutnya

disebut BUMN, adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya

dimiliki oleh negara melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan

negara yang dipisahkan. BUMN terdiri dari Perum danPersero.

Perusahaan Perseroan, yang selanjutnya disebut Persero, adalah BUMN yang

bentuknya perseroan terbatas yang modalnya terbagi dalam saham yang seluruh atau

paling sedikitnya 51% (lima puluh satu persen) sahamnya dimiliki oleh Negara Republik

Indonesia yang tujuan utamanya mengejar keuntungan.

Dalam pasal 2 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha

Milik Negara dijelaskan bahwa Maksud dan tujuan pendirian BUMN adalah :

a. memberikan sumbangan bagi perkembangan perekonomian nasional pada

umumnya dan penerimaan negara pada khususnya;

b. mengejar keuntungan;

c. menyelenggarakan kemanfaatan umum berupa penyediaan barang dan/atau jasa

yang bermutu tinggi dan memadai bagi pemenuhan hajat hidup orang banyak;

d. menjadi perintis kegiatan-kegiatan usaha yang belum dapat dilaksanakan oleh

sektor swasta dan koperasi;

e. turut aktif memberikan bimbingan dan bantuan kepada pengusaha golongan

ekonomi lemah, koperasi dan masyarakat.

3. PT Perkebunan Nusantara IX

a) Gambaran Umum PT. Perusahaan Nusantara IX

Landasan Hukum Keberadaan Perusahaan

PT. Perkebunan Nusantara IX (Persero) didirikan pada tanggal 11 Maret 1996

berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 14 tahun 1996 tanggal 14 Februari 1996,

merupakan peleburan dari PT. Perkebunan XV-XVI (Persero) dan PT. Perkebunan XVIII

(Persero). Pendirian PT. Perkebunan Nusantara IX (Persero) tersebut tertuang pada

Akta Notaris Harun Kamil, SH Nomor 42 tanggal 11 Maret 1996 yang disahkan dengan

Keputusan Menteri Kehakiman No. C2-8337.HT.01.01.TH.96 tanggal 8 Agustus 1996.

Akta Notaris PT Perkebunan Nusantara IX (Persero) telah mengalami bebarapa

perubahan, dengan perubahan terakhir tertuang dalam Akta Notaris Ummy Nabawa, SH

Page 8: PENERAPAN KEPUTUSAN MENTERI BUMN NOMOR KEP-101/MBU/2002 DAN SURAT MENTERI BUMN NOMOR S-441/MBU/WK/08/2014 PADA RENCANA KERJA DAN ANGGARAN PERUSAHAAN (RKAP) TAHUN 2015 PT. PERKEBUNAN

7

nomor 65 tanggal 27 Juni 2014 yang dicatat dalam Kementerian Hukum dan Hak Asasi

Manusia sesuai surat No. AHU-16857.40.22.2014 tanggal 1 Juli 2014.

Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2014 tentang

Penambahan Penyertaan Modal Negara Republik Indonesia ke Dalam Modal Saham

Perusahaan Perseroan (Persero) PT Perkebunan Nusantara III, 90% (sembilan puluh

persen) saham PT Perkebunan Nusantara IX dialihkan ke PT Perkebunan Nusantara III

(Persero).

Usaha Perusahaan

Komoditi pokok yang diusahakan meliputi Karet, Teh, Kopi, (Tanaman Tahunan),

Gula dan Tetes (Tanaman Semusim) dijual bebas kepada konsumen/pelanggan dan

bersaing secara kompetitif dengan perusahaan lain yang mengusahakan komoditi

sejenis di pasar domestik dan global. Selain usaha pokok tersebut dikembangkan pula

industri hilir dan agrowisata yang dikelola oleh Bagian Perencanaan dan

Pengembangan.

b) Visi dan Misi Perusahaan

Visi

Menjadi perusahaan agrobisnis yang berdaya saing tinggi dan tumbuh berkembang

bersama mitra.

Misi

Memproduksi dan memasarkan produk karet, teh, kopi, gula dan tetes ke pasar

domestik dan internasional secara profesional untuk menghasilkan pertumbuhan

laba (profit growth) dan mendukung kelestarian lingkungan.

Mengembangkan cakupan bisnis melalui diversifikasi usaha, yaitu produk hilir, wisata

agro, dan usaha lainnya, untuk mendukung kinerja perusahaan.

Mengembangkan sinergi dengan mitra usaha strategis dan masyarakat lingkungan

usaha untuk mewujudkan kesejahteraan bersama.

c) Wilayah Kerja

Wilayah kerja PT. Perkebunan Nusantara IX meliputi Propinsi Jawa Tengah

dengan Unit Usaha dan komoditi yang diusahakan :

Divisi Tanaman Semusim mempunyai 8 unit usaha Pabrik Gula :

Pabrik Gula Lokasi Komoditi Utama

1. Jatibarang Kab. Brebes Gula, Tetes

2. Pangka Kab. Tegal Gula, Tetes

3. Sumberharjo Kab. Pemalang Gula, Tetes

4. Sragi Kab. Pekalongan Gula, Tetes

5. Rendeng Kab. Kudus Gula, Tetes

Page 9: PENERAPAN KEPUTUSAN MENTERI BUMN NOMOR KEP-101/MBU/2002 DAN SURAT MENTERI BUMN NOMOR S-441/MBU/WK/08/2014 PADA RENCANA KERJA DAN ANGGARAN PERUSAHAAN (RKAP) TAHUN 2015 PT. PERKEBUNAN

8

6. Mojo Kab. Sragen Gula, Tetes

7. Tasikmadu Kab. Karanganyar Gula, Tetes

8. Gondang Baru Kab. Klaten Gula, Tetes

Divisi Tanaman Tahunan mempunyai 15 unit usaha Kebun :

Kebun Lokasi Komoditi Utama

1. Kawung Kab. Cilacap Karet

2. Warnasari Kab. Cilacap Karet

3. Krumput Kab. Banyumas Karet

4. Kaligua Kab. Brebes Teh

5. Semugih Kab. Pemalang The

6. Blimbing Kab. Pekalongan Karet

7. Jolotigo Kab. Pekalongan Karet, The

8. Siluwok / Subah Kab. Batang Karet

9. Sukamangli Kab. Kendal Karet, Kopi

10. Merbuh Kab. Kendal Karet

11. Ngobo Kab. Semarang Karet, Kopi

12. Getas Kab. Semarang Karet, Kopi

13. Batujamus Kab. Karanganyar Karet

14. Balong / Beji Kab. Jepara Karet

15. Jollong Kab. Pati Kopi

d) Gambaran Umum yang Mempengaruhi Kinerja PT Perkebunan Nusantara IX

Tahun Buku 2014

Kondisi Eksternal

Pemulihan perekonomian dunia terus berlanjut meskipun masih berjalan tidak

seimbang. Perekonomian AS terus tumbuh didukung oleh kegiatan manufaktur,

penjualan eceran, tingkat keyakinan konsumen serta membaiknya indikator tenaga

kerja. Di sisi lain perekonomian Eropa dan Jepang menunjukkan perlambatan yang

tercermin dari permintaan domestik yang masih relatif lemah. Pertumbuhan ekonomi di

negara berkembang masih relatif terbatas sehingga mendorong berlanjutnya penurunan

harga jual komoditas akibat melemahnya permintaan.

Di sisi domestik, pertumbuhan ekonomi masih mengalami moderasi. Kondisi

tersebut antara lain dipengaruhi oleh masih terbatasnya perbaikan ekspor seiiring

dengan menurunnya harga jual komoditas dunia dan masih lemahnya volume

perdagangan negara-negara emerging market.

Kondisi Internal

1. Produksi dan Produktivitas

Page 10: PENERAPAN KEPUTUSAN MENTERI BUMN NOMOR KEP-101/MBU/2002 DAN SURAT MENTERI BUMN NOMOR S-441/MBU/WK/08/2014 PADA RENCANA KERJA DAN ANGGARAN PERUSAHAAN (RKAP) TAHUN 2015 PT. PERKEBUNAN

9

Produksi tahun 2014 dibanding RKAP diprognosakan untuk karet mencapai 100,01%

dengan produktivitas 1.529 kg/ha, teh mencapai 100,00 % dengan produktivitas

2.115 kg/ha, dan komoditi kopi mencapai 103,23%. Untuk gula eks tebu milik PG

mencapai 70,18% dari RKAP dengan rendemen 6,18%, dan tetes milik PG mencapai

96,73% dari RKAP, karena mengalami beberapa kendala pada giling tahun 2014,

antara lain tebu berbunga, norma tebang dan angkut belum sesuai MBS, komposisi

sifat kemasakan tebu tiap pabrik gula belum ideal. Serta operasional off farm tidak

efektif dengan penyebab utama kapasitas pasok tebu di bawah kapasitas giling

(kekurangan tenaga tebang), serta kendala beberapa peralatan dan kekurangan

bahan bakar.

2. Kondisi Pabrik Gula

Pabrik Gula yang dimiliki PTPN IX pada umumnya sudah tua. Pada tahun 2014 telah

direncanakan alih proses DRK pada PG Sragi tahap pertama namun belum dapat

terealisasi, dan upaya yang dilakukan hanya sebatas perawatan dan pemantapan

kapasitas giling agar pabrik gula tetap dapat beroperasi, karena keterbatasan dana.

3. Keuangan

PTPN IX masih memiliki Kredit Modal Kerja (KMK) yang belum dapat dikembalikan

sesuai siklus usaha budidaya tebu. Dalam memenuhi keperluan modal kerja untuk

memproduksi gula dicukupi dengan Kredit Komersial Perbankan yang memberikan

bunga yang rendah untuk PTPN IX dan Kredit Ketahanan Pangan dan Energi

(KKPE) dan Program Kemitraan BUMN lain untuk Petani. Total beban bunga pada

tahun 2014 mencapai Rp. 81,82 milyar atau setara dengan Rp. 1.879/kg gula. Rasio

likuiditas masih rendah karena besarnya liabilitas jangka pendek terutama KMK dan

KKPE. Di sisi lain rasio liabilitas terhadap ekuitas (DER) masih relative tinggi.

e) Pencapaian Kinerja Tahun Buku 2014

Dari data tahun buku 2014 dapat dijelaskan pencapaian kinerja perusahaan sebagai

berikut :

1. Gula eks tebu milik PG dan tetes milik PG masing-masing mencapai 70,18% dan

96,73% dari RKAP, dengan rendemen 6,18%, yang disebabkan jam berhenti giling

pabrik gula yang masih cukup tinggi.

2. Produksi Karet mencapai 100,01% dari RKAP.

3. Produksi Teh tercapai 100,00 % dari RKAP karena kondisi tanaman yang belum

pulih akibat kemarau yang menyebabkan frost sehingga pertumbuhan pucuk

mengalami stagnasi.

4. Produksi Kopi tercapai 103,23 % dari RKAP.

f) Posisi Keuangan Tahun Buku 2014

Page 11: PENERAPAN KEPUTUSAN MENTERI BUMN NOMOR KEP-101/MBU/2002 DAN SURAT MENTERI BUMN NOMOR S-441/MBU/WK/08/2014 PADA RENCANA KERJA DAN ANGGARAN PERUSAHAAN (RKAP) TAHUN 2015 PT. PERKEBUNAN

10

Dari data tahun buku 2014 dapat dijelaskan posisi keuangan perusahaan sebagai

berikut :

1. Total Aset Perusahaan mencapai 108,95% dari RKAP, Total Liabilitas Perusahaan

mencapai 126,96%, dan Total Ekuitas mencapai 73,17%.

2. Laba (Rugi) Komprehensif rugi (Rp.170.683.218) atau mencapai (347,31%) dari

RKAP.

Page 12: PENERAPAN KEPUTUSAN MENTERI BUMN NOMOR KEP-101/MBU/2002 DAN SURAT MENTERI BUMN NOMOR S-441/MBU/WK/08/2014 PADA RENCANA KERJA DAN ANGGARAN PERUSAHAAN (RKAP) TAHUN 2015 PT. PERKEBUNAN

11

BAB II

REGULASI

1. Keputusan Menteri BUMN Nomor KEP-101/MBU/2002 Tentang Penyusunan RKAP

BUMN

Ketentuan mengenai hal-hal yang harus tercangkup dalam RKAP diatur secara

khusus pada pasal 3 sampai dengan pasal 8 KEP-101/MBU/2002 tentang Penyusunan

RKAP BUMN. Dalam peraturan tersebut dijelaskan bahwa RKAP sekurang-kurangnya

memuat:

a. Rencana Kerja Perusahaan;

b. Anggaran Perusahaan;

c. Proyeksi Keuangan Pokok Perusahaan;

d. Proyeksi Keuangan Pokok Anak Perusahaan;

e. Hal-hal lain yang memerlukan Keputusan Rapat Umum Pemegang Saham

(RUPS).

Rencana Kerja Perusahaan

Rencana Kerja Perusahaan memuat penjelasan dan rincian tentang:

a. Misi Perusahaan;

b. Sasaran Usaha;

c. Strategi Usaha;

d. Kebijakan;

e. Program Kegiatan.

Program Kegiatan sebagaimana dimaksud pada huruf e di atas, memuat penjelasan

secara kualitatif dan kuantitatif tentang:

a. Pemasaran dan Penjualan;

b. Pengadaan;

c. Produksi dan Kualitas Produk;

d. Teknik dan Teknologi;

e. Keuangan dan Akuntasi;

f. Sistem dan Organisasi;

g. Pengembangan Sumber Daya Manusia;

h. Penelitian dan Pengembangan;

i. Pelestarian Lingkungan;

j. Investasi.

Page 13: PENERAPAN KEPUTUSAN MENTERI BUMN NOMOR KEP-101/MBU/2002 DAN SURAT MENTERI BUMN NOMOR S-441/MBU/WK/08/2014 PADA RENCANA KERJA DAN ANGGARAN PERUSAHAAN (RKAP) TAHUN 2015 PT. PERKEBUNAN

12

Program kegiatan investasi sebagaimana dimaksud pada huruf j di atas, meliputi :

a. Program kegiatan investasi didalam Perusahaan.

b. Program penyertaan pada perusahaan lain.

Anggaran Perusahaan

Anggaran Perusahaan memuat:

a. Anggaran Pendapatan Usaha;

b. Anggaran Biaya Usaha;

c. Anggaran Pendapatan dan Biaya Lainnya;

d. Anggaran Pengadaan;

e. Anggaran Teknik dan Teknologi;

f. Anggaran Penelitian dan Pengembangan;

g. Anggaran Pengembangan Sumber Daya Manusia;

h. Anggaran Pelestarian Lingkungan;

i. Anggaran Investasi.

Dalam Anggaran Biaya Usaha sebagaimana termasuk juga anggaran biaya yang

diperlukan bagi penyelenggaraan PUKK. Untuk Anggaran Investasi meliputi:

a. Anggaran Investasi di dalam Perusahaan.

b. Anggaran Penyertaan pada perusahaan lain.

Proyeksi Keuangan Perusahaan

Proyeksi Keuangan Pokok Perusahaan memuat:

a. Proyeksi Neraca;

b. Proyeksi Laba/Rugi;

c. Proyeksi Arus Kas;

d. Sumber dan Penggunaan Dana.

Proyeksi Keuangan Pokok Anak Perusahaan, terdiri dari :

a. Proyeksi Neraca;

b. Proyeksi Laba/Rugi.

Hal-Hal Lain

Hal-hal lain antara lain mengenai:

a. Penghapusan Piutang;

b. Penghapusan Persediaan;

c. Penghapusan Aktiva Tetap;

d. Penghapusan Aktiva Tetap Lainnya;

e. Penarikan Kredit;

f. Pengagunan Aset;

g. Pemberian Pinjaman;

Page 14: PENERAPAN KEPUTUSAN MENTERI BUMN NOMOR KEP-101/MBU/2002 DAN SURAT MENTERI BUMN NOMOR S-441/MBU/WK/08/2014 PADA RENCANA KERJA DAN ANGGARAN PERUSAHAAN (RKAP) TAHUN 2015 PT. PERKEBUNAN

13

h. Kerjasama Jangka Menengah/Panjang dengan Pihak Ketiga;

i. Perubahan Modal;

j. Penunjukan Direksi dan Komisaris anak perusahaan;

k. Penghasilan Direksi dan Komisaris/Dewan Pengawas;

l. Pembagian tugas Direksi.

2. Peraturan Spesifik (S-441/MBU/WK/08/2014)

Dalam rangka penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP)

sebagaimana diatur dalam Pasal 22 Undang-Undang No. 19 Tahun 2003 tentang Badan

Usaha Milik Negara dan Pasal 63 Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang

Perseroan Terbatas, Menteri BUMN dalam suratnya Nomor S-441/MBU/WK/08/2014

tanggal 25 Agustus 2014 perihal penyampaian aspirasi Pemegang Saham/Pemilik Modal

yang menjadi panduan dasar dalam penyusunan RKAP Tahun 2015 dijelaskan mengenai

panduan dasar dalam penyusunan RKAP BUMN 2015 sebagai berikut:

a. Asumsi-asumsi Dasar Makro

Dalam rangka penyusunan RKAP Tahun 2015, asumsi makro ekonomi yang

digunakan agar mengacu pada asumsi-asumsi penyusunan Anggaran Pendapatan

dan Belanja Negara (APBN) Tahun 2015 sebagai berikut:

1. Pertumbuhan Ekonomi : 5.6 %

2. Inflasi : 4.4 %

3. Nilai Tukar : Rp 11.900/USD

(untuk BUMN yang kinerjanya sangat sensitif terhadap nilai tukar, dapat

menggunakan asumsi nilai tukar di atas APBN maksimal 10%)

4. Suku Bunga Surat Perbendaharaan Negara (3 bulanan) : 6.2 %

b. Sasaran Kinerja

1. Pertumbuhan Pendapatan Usaha

Target pertumbuhan Pendapatan Usaha dalam RKAP Tahun 2015 ditentukan

sesuai kelompok sebagai berikut:

Pembagian Kelompok BUMN Target Pertumbuhan

Pendapatan Usaha Kelompok Pertumbuhan CAGR Revenue (5 th)

Sangat Tinggi diatas 20% > 20%

Tinggi > 15% s.d. 20% > 16%

Sedang > 10% s.d. 15% > 12%

Rendah > 5% s.d. 10% > 10%

Page 15: PENERAPAN KEPUTUSAN MENTERI BUMN NOMOR KEP-101/MBU/2002 DAN SURAT MENTERI BUMN NOMOR S-441/MBU/WK/08/2014 PADA RENCANA KERJA DAN ANGGARAN PERUSAHAAN (RKAP) TAHUN 2015 PT. PERKEBUNAN

14

Sangat Rendah dibawah 5% > 8%

* angka elcstrim pada tahun-tahun tertentu, tidak diperhitungkan dalam

penghitungan CAGR

2. Pertumbuhan Aset

Target pertumbuhan Aset dalam RKAP Tahun 2015 ditentukan sesuai kelompok

sebagai berikut:

Pembagian Kelompok BUMN Target Pertumbuhan

Aset Kelompok Pertumbuhan CAGR Revenue (5 th)

Sangat Tinggi diatas 20% > 15%

Tinggi > 15% s.d. 20% > 12%

Sedang > 10% s.d. 15% > 10%

Rendah > 5% s.d. 10% > 8%

Sangat Rendah dibawah 5% > 5%

* angka elcstrim pada tahun-tahun tertentu, tidak diperhitungkan dalam

penghitungan CAGR

Untuk mendukung peningkatan aset BUMN, agar diupayakan inovasi/kreativitas

utamanya

dalam rangka optimalisasi aset BUMN dan tidak hanya mengandalkan

pertumbuhan yang

sifatnya organik.

3. EBITDA Margin

a. EBITDA Margin dalam RKAP Tahun 2015 ditargetkan minimal 10% dan tidak

lebih rendah dari EBITDA Margin tertinggi 3 tahun terakhir.

b. Perusahaan dapat menggunakan EBITDA Margin lebih rendah dari target

tersebut di atas, hanya apabila dapat membuktikan dengan data yang valid

bahwa sector industri perusahaan tersebut memiliki karakteristik EBITDA

Margin jauh dibawah target tersebut di atas.

Pendapatan Usaha dan EBITDA yang digunakan dalam perhitungan EBITDA

Margin tidak memasukkan unsur pendapatan lain-lain yang sifatnya tidak

berkelanjutan seperti penjualan aset, laba/rugi selisih kurs, dan sebagainya.

4. Pertumbuhan Biaya Pegawai

Pertumbuhan biaya pegawai (termasuk jasa produksi) dalam RKAP Tahun 2015

harus lebih rendah dari pertumbuhan laba usaha.

5. Pelaksanaan investasi

Pelaksanaan investasi dalam RKAP Tahun 2015, target program tercapai 100%,

dan target fisik tercapai 75%.

Page 16: PENERAPAN KEPUTUSAN MENTERI BUMN NOMOR KEP-101/MBU/2002 DAN SURAT MENTERI BUMN NOMOR S-441/MBU/WK/08/2014 PADA RENCANA KERJA DAN ANGGARAN PERUSAHAAN (RKAP) TAHUN 2015 PT. PERKEBUNAN

15

6. Skor Good Corporate Governance

a. Untuk BUMN yang skor GCG pada tahun sebelumnya lebih besar dari 85%,

maka target skor GCG pada tahun 2015 adalah minimal sama dengan tahun

sebelumnya.

b. Untuk BUMN yang skor GCG pada tahun sebelumnya antara 75% s.d. 85%,

maka target skor GCG pada tahun 2015 harus lebih besar dari 85%.

c. Untuk BUMN yang skor GCG pada tahun sebelumnya kurang dari 75%, maka

target skor GCG pada tahun 2015 harus lebih besar dari 75%.

d. Untuk BUMN yang belum pernah dilakukan assessment GCG, maka target

pada tahun 2015 harus sudah dilakukan assessment GCG. Dalam hal tidak

dilakukannya assessment GCG karena alasan keterbatasan kemampuan

keuangan BUMN tersebut, maka Deputi teknis diharapkan dapat membantu

dengan DIPA Kementerian BUMN.

7. Skor KPKU

a. Untuk BUMN yang skor KPKU pada tahun sebelumnya berada dibawah kelas

good performance, maka target skor KPKU pada tahun 2015 adalah minimal

naik 10% dari skor tahun sebelumnya.

b. Untuk BUMN yang skor KPKU pada tahun sebelumnya berada dalam kelas

good performance dan kelas diatasnya, maka target skor KPKU pada tahun

2015 adalah minimal naik 5% dari skor tahun sebelumnya.

c. Untuk BUMN yang belum pernah dilakukan assessment KPKU, maka target

pada tahun 2015 harus sudah dilakukan assessment KPKU. Dalam hal tidak

dilakukannya assessment KPKU karena alasan keterbatasan kemampuan

keuangan BUMN tersebut, maka Deputi teknis diharapkan dapat membantu

dengan DIPA Kementerian BUMN.

8. Skor Tingkat Kesehatan

Target tingkat kesehatan RKAP Tahun 2015 minimal Sehat "A", dan skor tidak

boleh lebih rendah dari skor tingkat kesehatan tertinggi 3 tahun sebelumnya.

c. Arahan Umum

1. Penetapan target RKAP 2015 didasarkan atas realisasi/capaian dalam prognosa

tahun 2014. Dalam hal setelah terbitnya laporan tahun buku 2014 (audited)

terdapat deviasi yang material (± lebih dari 10%) antara nilai audited dan prognosa,

maka RKAP 2015 dan Kontrak Manajemen tahun 2015 dapat diminta untuk direvisi.

2. Rencana dan Anggaran Dewan Komisaris/Pengawas merupakan bagian RKAP

Perusahaan.

Page 17: PENERAPAN KEPUTUSAN MENTERI BUMN NOMOR KEP-101/MBU/2002 DAN SURAT MENTERI BUMN NOMOR S-441/MBU/WK/08/2014 PADA RENCANA KERJA DAN ANGGARAN PERUSAHAAN (RKAP) TAHUN 2015 PT. PERKEBUNAN

16

3. RKAP 2015 harus selaras dengan target dalam RJPP. Oleh karenanya apabila

RJPP yang ada saat ini dinilai sudah tidak relevan (deviasi salah satu dari total

aset, pendapatan, atau laba yang material ± 20%), maka agar dilakukan adjustment

RJPP.

4. Direksi dan Dekom/Dewas harus mengusulkan Key Performance Indicators (KPI)

untuk Kontrak Manajemen dengan format yang sederhana (maksimum 12 indikator

utama), namun mencerminkan indikator dan target-target strategis RKAP/RKA

Dekom/Dewas yang harus dicapai oleh Direksi dan Dekom/Dewas. Indikator

kinerjaharus merupakan parameter yang berada dalam pengendalian Direksi dan

Dekom/Dewas yang dapat diukur (measurable) dan diyakini/dibuktikan

kebenarannya (auditable). Pembobotan indikator-indikator tersebut harus

mencerminkan urutan tingkat kepentingan masing-masing indikator terhadap

sasaran utama RKAP. Format KPI dapat menyesuaikan dengan kriteria

sebagaimana yang digunakan dalam KPKU.

5. Anggaran tantiem/insentif kinerja harus terkorelasi dengan aggresivitas target KPI

(semakin agresif target semakin besar anggarannnya), dan dicantumkan dalam

kontrak manajemen.

6. BUMN yang melaksanakan PSO:

a. KPI hams mencakup indikator-indikator ukuran keberhasilan pelaksanaan

PSO.

b. Total bobot indikator-indikator sebagaimana butir a di atas minimal 15% dan

maksimal 30%.

c. Target untuk masing-masing indikator adalah sesuai kontrak PSO.

7. BUMN yang kegiatan usahanya bersinggungan dengan permasalahan lingkungan,

maka harus memiliki program pengelolaan lingkungan secara prioritas dan

berkelanjutan dengan tingkat proper yang baik.

8. Program Research and Development (R & D) dapat diintegrasikan dengan kegiatan

karya ilmiah pada beberapa tingkatan sepanjang termasuk dalam program yang

diselenggarakan oleh Kemendiknas atau Kemenristek/BPPT atau Lembaga

Internasional yang diakui oleh Kemendiknas melalui program CSR dan BL. Karya

Ilmiah yang didukung adalah karya yang berkaitan dengan kegiatan usaha BUMN

bersangkutan.

9. RKAP harus memuat hal-hal yang perlu mendapatkan keputusan RUPS seperti

penghapusan piutang, persediaan, aktiva tetap dan aktiva tetap lainnya, penarikan

kredit, pengagunan aset, pemberian pinjaman, serta kerjasama jangka

Page 18: PENERAPAN KEPUTUSAN MENTERI BUMN NOMOR KEP-101/MBU/2002 DAN SURAT MENTERI BUMN NOMOR S-441/MBU/WK/08/2014 PADA RENCANA KERJA DAN ANGGARAN PERUSAHAAN (RKAP) TAHUN 2015 PT. PERKEBUNAN

17

menengah/panjang dengan pihak ketiga, sebagaimana diatur di dalam Anggaran

Dasar masing-masing BUMN.

10. Bagi BUMN yang masih memiliki Rekening Dana Investasi (RDI), Sub-Loan

Agreement (SLA), dan Bantuan Pemerintah Yang Belum Ditetapkan Statusnya

(BPYBDS), RKAP harus memuat posisi/nilai, skema rencana dan jadwal

penyelesaian, serta informasi yang relevan lainnya.

Page 19: PENERAPAN KEPUTUSAN MENTERI BUMN NOMOR KEP-101/MBU/2002 DAN SURAT MENTERI BUMN NOMOR S-441/MBU/WK/08/2014 PADA RENCANA KERJA DAN ANGGARAN PERUSAHAAN (RKAP) TAHUN 2015 PT. PERKEBUNAN

18

BAB III

IMPLEMENTASI

Pada bab implementasi ini kami akan coba menganalisis Rencana Kerja dan

Anggaran Perusahaan (RKAP) Tahun 2015 PT. Perkebunan Nusantara IX dengan cara

membandingkan dan menelaah antara penyusunan anggaran di PT. Perkebunan Nusantara

IX dengan regulasi yang telah ditetapkan. Apakah RKAP yang telah dibuat sesuai antara

regulasi dan implementasinya.

1. Penerapan Keputusan Menteri BUMN Nomor KEP-101/MBU/2002 pada RKAP

Tahun 2015 PTPN IX

Berikut ini kami sajikan tabel kesesuaian RKAP PT. PN IX 2015 dengan

Keputusan Menteri BUMN Nomor KEP-101/MBU/2002:

Page 20: PENERAPAN KEPUTUSAN MENTERI BUMN NOMOR KEP-101/MBU/2002 DAN SURAT MENTERI BUMN NOMOR S-441/MBU/WK/08/2014 PADA RENCANA KERJA DAN ANGGARAN PERUSAHAAN (RKAP) TAHUN 2015 PT. PERKEBUNAN

19

PTPN XI

RKAP sekurang-kurangnya memuat

1 Rencana Kerja Perusahaan √

2 Anggaran Perusahaan √

3 Proyeksi Keuangan Pokok Perusahaan √

4 Proyeksi Keuangan Pokok Anak Perusahaan Tidak ada

5 Hal-hal lain yang memerlukan Keputusan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) √

1 Rencana Kerja Perusahaan

a. Misi Perusahaan √

b. Sasaran Usaha √

c. Strategi Usaha √

d. Kebijakan √

e. Program Kegiatan √

2 Program Kegiatan

a. Pemasaran dan Penjualan √

b. Pengadaan √

c. Produksi dan Kualitas Produk √

d. Teknik dan Teknologi √

e. Keuangan dan Akuntansi √

f. Sistem dan Organisasi √

g. Pengembangan Sumber Daya Manusia √

h. Penelitian dan Pengembangan √

i Pelestarian Lingkungan √

j. Investasi √

3 Anggaran Perusahaan

a. Anggaran Pendapatan Usaha √

b. Anggaran Biaya Usaha √

c. Anggaran Pendapatan dan Biaya Lainnya √

KEP 101/MBU/2002

Page 21: PENERAPAN KEPUTUSAN MENTERI BUMN NOMOR KEP-101/MBU/2002 DAN SURAT MENTERI BUMN NOMOR S-441/MBU/WK/08/2014 PADA RENCANA KERJA DAN ANGGARAN PERUSAHAAN (RKAP) TAHUN 2015 PT. PERKEBUNAN

20

d. Anggaran Pengadaan √

e. Anggaran Teknik dan Teknologi √

f. Anggaran Penelitian dan Pengembangan √

g. Anggaran Pengembangan Sumber Daya Manusia √

h. Anggaran Pelestarian Lingkungan √

i Anggaran Investasi √

4 Proyeksi Keuangan Pokok Perusahaan

a. Proyeksi Neraca √

b. Proyeksi Laba/Rugi √

c. Proyeksi Arus Kas √

d. Sumber dan Penggunaan Dana √

5 Hal-hal lain

a. Penghapusan Piutang -

b. Penghapusan Persediaan -

c. Penghapusan Aktiva Tetap -

d. Penghapusan Aktiva Tetap Lainnya -

e. Penarikan Kredit -

f. Pengagunan Aset -

g. Peberian Pinjaman -

h. Kerjasama Jangka Menengah/Panjang dengan Pihak Ketiga -

i Perubahan Modal -

j. Penunjukan Direksi dan Komisaris Anak Perusahaan √

k. Penunjukan Direksi dan Komisaris/Dewan Pengawas -

l. Pembagian Tugas Direksi -

Dari data pada table di atas dapat kita lihat bahwa beberapa aspek pada hal-hal

lain pada Keputusan Menteri BUMN Nomor KEP-101/MBU/2002 tidak diterapkan dalam

RKAP Tahun 2015 PT. Perkebunan Nusantara IX, antara lain:

1. Penghapusan Piutang (Tidak Ada)

Dampak: Nilai piutang yang tidak tertagih akan menambah nilai piutang di Neraca

karena tidak ada prosedur penghapusan piutang. Dengan adanya prosedur

penghapusan piutang, piutang usaha yang tidak mungkin dapat ditagih dapat

dihapuskan/dijadikan biaya bagi perusahaan.

2. Penghapusan Persediaan (Tidak Ada)

Dampak: Nilai Persediaan rusak dan hilang akan menambah nilai Persediaan pada

neraca sediaan karena tidak ada prosedur penghapusan sediaan. Dengan adanya

prosedur penghapusan persediaan, persediaan yang hilang dan rusak dapat diusulkan

untuk dihapuskan.

3. Penghapusan Aktiva Tetap (Tidak Ada)

Page 22: PENERAPAN KEPUTUSAN MENTERI BUMN NOMOR KEP-101/MBU/2002 DAN SURAT MENTERI BUMN NOMOR S-441/MBU/WK/08/2014 PADA RENCANA KERJA DAN ANGGARAN PERUSAHAAN (RKAP) TAHUN 2015 PT. PERKEBUNAN

21

Dampak: Nilai Aktiva Tetap yang tidak bermanfaat bagi perusahaan akan menambah

nilai aktiva tetap pada neraca karena tidak ada prosedur penghapusan Aktiva Tetap.

Dengan adanya prosedur penghapusan Aktiva Tetap, Aktiva Tetap yang tidak lagi

bermanfaat dapat diusulkan untuk dihapuskan atau dijual secara dilelang.

4. Penghapusan Aktiva Tetap Lainnya (Tidak Ada)

Dampak: Nilai Aktiva Tetap lainnya yang tidak lagi bermanfaat akan menambah nilai

sediaan pada neraca Aktiva Tetap lainnya karena tidak ada prosedur penghapusan

Aktiva Tetap lainnya. Dengan adanya prosedur penghapusan Aktiva Tetap lainnya,

Aktiva Tetap lainnya yang tidak lagi bermanfaat dapat diusulkan untuk dihapuskan.

5. Penarikan Kredit (Tidak Ada)

Dampak: Tidak adanya batasan penarikan kredit, pihak-pihak yang diajukan kredit,

alasan tertentu untuk menarik kredit dan persetujuan dari RUPS.

6. Pengagunan Aset (Tidak Ada)

Dampak: Tidak ada persyaratan dan jenis rinci mengenai aset manakah yang akan

diagunkan akan memperlambat proses penarikan kredit

7. Pemberian Pinjaman (Tidak Ada)

Dampak: Tidak ada dampak signifikan karena tergantung kebijakan perusahaan apakan

mau memberikan pinjaman ke karyawan sendiri atau tidak.

8. Kerjasama jangka menengah/panjang dengan pihak ketiga (Tidak Ada)

Dampak: Akan memperlambat proses perjanjian kerjasama apabila terjadi perjanjian

kerjasama dengan pihak ketiga.

9. Perubahan Modal (Tidak Ada)

Dampak: Akan menyulitkan investor dalam mengetahui nilai penyertaan mereka

terhadap keseluruhan modal perusahaan.

10. Penunjukan Direksi dan Komisaris/Dewan Pengawas (Ada)

Dampak: -

11. Penghasilan Direksi dan Komisaris/Dewan Pengawas (Tidak Ada)

Dampak: Penghasilan Direksi dan Komisaris/Dewan pengawas harus diketahui

sumbernya agar tidak mempengaruhi Direksi dan Komisaris/Dewan Pengawas dalam

mengambil keputusan demi menjaga kelangsungan perusahaan.

12. Pembagian Tugas Direksi (Tidak Ada)

Dampak: Tidak adanya kejelasan mengenai tugas direksi akan menimbulkan

ketidakefiektifan bagi perusahaan.

Berbagai kemungkinan bisa melatarbelakangi tidak diterapkannya aspek-aspek

hal lain pada keputusan Menteri BUMN tersebut, misalnya saja tidak diterapkannya

Page 23: PENERAPAN KEPUTUSAN MENTERI BUMN NOMOR KEP-101/MBU/2002 DAN SURAT MENTERI BUMN NOMOR S-441/MBU/WK/08/2014 PADA RENCANA KERJA DAN ANGGARAN PERUSAHAAN (RKAP) TAHUN 2015 PT. PERKEBUNAN

22

Penghapusan Aktiva Tetap. Bisa saja hal tersebut terjadi karena pada tahun 2015

PTPN IX tidak memiliki asset tetap yang harus untuk dihapuskan.

2. Penerapan Surat Menteri BUMN Nomor S-441/MBU/WK/08/2014 pada RKAP Tahun

2015 PTPN IX

Berikut ini kami sajikan tabel kesesuaian RKAP PT. PN IX 2015 dengan

Shareholder Aspiration:

No Uraian SatuanShareholder

AspirationPTPN IX

A Asumsi

1 Pertumbuhan Ekonomi % 5,60 -

2 Inflasi % 4,40 3,00

3 Kurs US $ RP/ US $ 11,900 11,900

4 Suku Bunga Perbendaharaan Negara %

-Bunga KMK % 9,50

-Bunga KKPE % 6,00

B Sasaran

Pendapatan Rp Juta

- 2010 1,798,419

- 2011 1,536,490

- 2012 1,392,423

- 2013 1,524,755

- 2014 1,311,319

CAGR % 3,75

1 Pertumbuhan Pendapatan % > 8

- Pendapatan Prognosa 2014 Rp Juta 1,311,319

- Pendapatan RKAP 2015 Rp Juta 1,189,205

Pertumbuhan Pendapatan % (9,31)

2 Pertumbuhan Aset % > 5

- Total Aset 2014 Rp Juta 2,665,780

- Total Aset 2015 Rp Juta 2,718,542

Pertumbuhan Aset % 1,98

3 EBITDA % 10% dan lebih tinggi

- EBITDA Tahun 2013 Rp Juta dari EBITDA 3 th 180,974

- EBITDA Tahun 2014 Rp Juta terakhir 4,729

- EBITDA Tahun 2015 Rp Juta 160,143

Pertumbuhan EBITDA % 3.485,93

4 Skor GCG Lebih Tinggi dari

Tahun 2014

Page 24: PENERAPAN KEPUTUSAN MENTERI BUMN NOMOR KEP-101/MBU/2002 DAN SURAT MENTERI BUMN NOMOR S-441/MBU/WK/08/2014 PADA RENCANA KERJA DAN ANGGARAN PERUSAHAAN (RKAP) TAHUN 2015 PT. PERKEBUNAN

23

- Tahun 2014 70,00

- Tahun 2015 75,00

5 Skor KPKU Naik 10 %

- Tahun 2014 350,00

- Tahun 2015 350,00

6 Tingkat Kesehatan Minimal A dan lebih

Tinggi dari 3 tahun

terakhir

- Tahun 2012 90,25 (AA)

- Tahun 2013 70,10 (A)

- Tahun 2014 50,60 (BBB)

- Tahun 2015 76,25 (A)

Dari table diatas kami dapat jelaskan bahwa terdapat beberapa hal dalam Aspirasi

Pemegang Saham/Pemilik Modal yang tidak dipenuhi dalam penyusunan Rencana Kerja

dan Anggaran Perusahaan (RKAP) PTPN IX, yaitu:

1. Asumsi tingkat inflasi yang diajukan Aspirasi Pemegang Saham/Pemilik Modal

sebesar 4,4%, sedangkan PT. Perkebunan Nasional IX membuat asumsi tingkat

inflasi sebesar 3%.

2. Dengan CAGR 3,75% berarti PT. Perkebunan Nasional IX masuk dalam kategori

kelompok BUMN dengan pertumbuhan sangat rendah, seharusnya sesuai dengan

standar yang diajukan aspirasi pemegang saham/pemilik modal adalah pertumbuhan

pendapatan harus lebih dari 8%, tetapi PT. PN IX menargetkan di bawah standar

dalam RKAP-nya yaitu sebesar -9,31%.

3. Tingkat pertumbuhan aset dengan CAGR 3,75% seharusnya sesuai dengan standar

yang diajukan aspirasi pemegang saham/pemilik modal adalah lebih dari 5%. PT. PN

IX menargetkan di bawah standar dalam RKAP-nya yaitu sebesar 1,98%.

4. EBITDA sudah sesuai dengan standar yang diajukan aspirasi pemegang

saham/pemilik modal yaitu 10% dan lebih tinggi dari EBITDA 3 tahun. PT. PN IX

menargetkan di atas standar dalam RKAP-nya sebesar 3.485,93%.

5. Skor GCG sudah sesuai dengan standar yang diajukan aspirasi pemegang

saham/pemilik modal yaitu lebih tinggi dari 2014 (70,00). PT. PN IX menargetkan

sebesar 75,00.

6. Skor KPKU belum sesuai dengan standar yang diajukan aspirasi pemegang

saham/pemilik modal yaitu naik sebesar 10%. PT. PN IX menargetkan tidak ada

kenaikan skor KPKU.

7. Tingkat Kesehatan sudah sesuai dengan standar yang diajukan aspirasi pemegang

saham/pemilik modal adalah minimal A dan lebih tinggi dari 3 tahun terakhir. PT. PN

Page 25: PENERAPAN KEPUTUSAN MENTERI BUMN NOMOR KEP-101/MBU/2002 DAN SURAT MENTERI BUMN NOMOR S-441/MBU/WK/08/2014 PADA RENCANA KERJA DAN ANGGARAN PERUSAHAAN (RKAP) TAHUN 2015 PT. PERKEBUNAN

24

IX menargetkan sesuai standar sebesar 76,25/A tetapi tidak lebih tinggi dari tahun

2012 (90,25/AA).

Page 26: PENERAPAN KEPUTUSAN MENTERI BUMN NOMOR KEP-101/MBU/2002 DAN SURAT MENTERI BUMN NOMOR S-441/MBU/WK/08/2014 PADA RENCANA KERJA DAN ANGGARAN PERUSAHAAN (RKAP) TAHUN 2015 PT. PERKEBUNAN

25

BAB IV

SIMPULAN

Pada penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP) PT

Perkebunan Nusantara tahun 2015 terdapat beberapa ketidaksesuaian dalam penerapan

Keputusan Menteri BUMN Nomor KEP-101/MBU/2002 dan Surat Menteri BUMN Nomor S-

441/MBU/WK/08/2014 diantaranya:

a) Ketidaksesuaian dalam penerapan Keputusan Menteri BUMN Nomor KEP-

101/MBU/2002 antara lain:

1. Tidak adanya Anggaran Penghapusan Piutang

2. Tidak adanya Anggaran Penghapusan Persediaan;

3. Tidak adanya Anggaran Penghapusan Aktiva Tetap;

4. Tidak adanya Anggaran Penghapusan Aktiva Tetap Lainnya;

5. Tidak adanya Anggaran Penarikan Kredit;

6. Tidak adanya Anggaran Pengagunan Aset;

7. Tidak adanya Anggaran Pemberian Pinjaman;

8. Tidak adanya Anggaran Kerjasama jangka menengah/panjang dengan pihak

ketiga;

9. Tidak adanya Anggaran Perubahan Modal;

10. Tidak adanya Anggaran Penghasilan Direksi dan Komisaris/Dewan Pengawas;

11. Tidak adanya Anggaran Pembagian Tugas Direksi.

Berbagai kemungkinan bisa melatarbelakangi tidak diterapkannya aspek-aspek hal

lain pada keputusan Menteri BUMN tersebut, misalnya saja tidak diterapkannya

Penghapusan Aktiva Tetap. Bisa saja hal tersebut terjadi karena pada tahun 2015

PTPN IX tidak memiliki asset tetap yang harus untuk dihapuskan

b) Ketidaksesuaian dalam penerapan Surat Menteri BUMN Nomor S-

441/MBU/WK/08/2014 antara lain:

1. Penetapan asumsi inflasi yang dibawah asumsi aspirasi pemegang

saham/pemilik modal;

2. Tingkat Pertumbuhan Pendapat yang dibawah standar aspirasi pemegang

saham/pemilik modal;

3. Tingkat Pertumbuhan Aset yang dibawah yang dibawah standar aspirasi

pemegang saham/pemilik modal;

4. Tidak menargetkan naiknya skor KPKU, sedangkan aspirasi pemegang

saham/pemilik modal mengamantkan untuk naik sebesar 10%

Page 27: PENERAPAN KEPUTUSAN MENTERI BUMN NOMOR KEP-101/MBU/2002 DAN SURAT MENTERI BUMN NOMOR S-441/MBU/WK/08/2014 PADA RENCANA KERJA DAN ANGGARAN PERUSAHAAN (RKAP) TAHUN 2015 PT. PERKEBUNAN

26

Berdasarkan hasil analisis kami diatas, maka kami menyimpulkan secara garis

besar penyusunan RKAP di PT PN IX masuk dalam kategori berhasil. hanya ada beberapa

poin-poin yang tidak terlalu signifikan terhadap keseluruhan RKAP.

Page 28: PENERAPAN KEPUTUSAN MENTERI BUMN NOMOR KEP-101/MBU/2002 DAN SURAT MENTERI BUMN NOMOR S-441/MBU/WK/08/2014 PADA RENCANA KERJA DAN ANGGARAN PERUSAHAAN (RKAP) TAHUN 2015 PT. PERKEBUNAN

27

DAFTAR PUSTAKA

Nafarin, M. 2007. Penganggaran Perusahaan. Jakarta: Penerbit Salemba Empat

Haryanto, Sahmuddin, Arifuddin., 2007. Akuntasi Sektor Publik. Semarang: Badan Penerbit UNDIP.

Indra Bastian. 2006. Akuntansi Sektor Publik. Jakarta: Penerbit Erlangga

Warsito Kawedar, Abdulrohman, dan Rr. Sri Handayani. 2008. Akuntansi Sektor Publik: Pendekatan Penganggaran Daerah dan Akuntansi Keuangan Daerah (Buku 1 dan 2). Semarang: Badan Penerbit Undip.

Keputusan Menteri BUMN Nomor KEP-101/MBU/2002 Tentang Penyusunan RKAP BUMN

Surat Menteri BUMN Nomor S-441/MBU/WK/08/2014 Tanggal 25 Agustus 2014 perihal penyampaian aspirasi Pemegang Saham/Pemilik Modal yang menjadi panduan dasar dalam penyusunan RKAP Tahun 2015

Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP) PT. Perkebunan Nusantara IX Tahun 2015