Penerapan EBM Dalam Menentukan Diagnosis Dalam Menentukan Penyakit Adalah Melalui Beberapa Tahap...

2

Click here to load reader

Transcript of Penerapan EBM Dalam Menentukan Diagnosis Dalam Menentukan Penyakit Adalah Melalui Beberapa Tahap...

Page 1: Penerapan EBM Dalam Menentukan Diagnosis Dalam Menentukan Penyakit Adalah Melalui Beberapa Tahap Antara Lain

Penerapan EBM dalam menentukan diagnosis dalam menentukan penyakit adalah melalui beberapa tahap antara lain: menanyakan masalah pasien, menyusun pertanyaan, menelusuri sumber-sumber untuk menentukkan diagnosis, mempelajari kebenaran sumber, mencari terapi yang tepat dan mengaplikasikannya pada pasien dan melakukan evaluasi terhadap terapi yang diberikan pada pasien. Dalam menentukan masalah pasien maka diperlukan keterangan mengenai keluhan utama yang diderita dan riwayat penyakit yang pernah dialami oleh pasien dan riwayat pekerjaannya. Keluhan utama pasien berdasarkan skenario adalah sesak napas. Riwayat penyakit dapat dibedakan menjadi riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu. Berdasarkan skenario riwayat penyakit sekarang pasien adalah demam, pusing, batuk bersahak, badan terasa sakit yang keseluruhannya dialami tiga hari yang lalu, dan sesak napas yang dialami dua hari yang lalu, sedangkan untuk riwayat penyakit dahulu tidak pernah dialami oleh pasien. Langkah selanutnya adalah merumuskan pertanyaan berdasarkan keterangan yang diperoleh dari keluhan, keluhan, riwayat penyakit dan riwayat pekerjaan. Pertanyaan yang diajukan harus spesifik agar dapat menentukan prognosis dan terapi yang tepat dari penyakit yang diderita oleh pasien. Pertanyaan tersebut antara lain 1)Penyakit apa yang mungkin diderita oleh pasien?, 2) Apakah ada hubungan antara penyakit yang diderita oleh pasien dengan tempat pasien bekerja?. Langkah yang ketiga adalah mempelajari sumber-sumber yang digunakan untuk menentukan diagnosis penyakit pasien. Dari keterangan yang diperoleh pada langkah yang pertama diperoleh hubungan yang mendasar dari penyakit yang diderita pasien dengan tempat pasien bekerja yaitu di peternakan ayam, dimana banyak ternak yang mati mendadak dan gejala-gejala dari penyakit flu burung antara lain demam, batuk dan nyeri tenggorokan, radang saluran pernapasan atas, napas cepat dan nyeri dada . Langkah yang keempat adalah mencari kebenaran dari sumber-sumber informasi yang telah dibahas pada langkah yang ketiga yaitu menentukkan adanya hubungan dari keluhan-keluhan, riwayat penyakit dengan tempat pasien bekerja. Dari informasi yang diperoleh dari gejala-gejala penyakit flu burung dan keluhan penyakit pasien ditemukan kecocokan, hal tersebut didukung oleh tempat pasien tersebut bekerja. Jadi dapat dibuktikan bahwa pasien tersebut menderita penyakit flu burung atau sering disebut dengan H5N1. Langkah selanjutnya adalah menentukan pengobatan yang tepat dan mengaplikasikannya pada pasien flu burung tersebut. Pengobatan dilakukan untuk mengurangi dan menghilangkan rasa sakit, dalam hal ini pengobatan yang dimaksud adalah untuk menghentikan penyebaran virus agar tidak mengalami mutasi yang dapat mengakibatkan penyebaran virus di dalam tubuh manusia semakin ganas. Umumnya obat yang digunakan sebagai obat antivirus influenza adalah golongan inhibitor protein matriks M2 dan golongan penghambat neuramidase (NA). Golongan penghambat M2 adalah amantadin dan rimantadin, sedangkan golongan inhibitor neuraminidase adalah oseltamivir dan zanavir. Kedua obat ini biasanya digunakan untuk mengobati influenza. Tetapi, obat antivirus lain (oseltamivir dan zanavir) masih efektif terhadap virus galur H5N1. Walaupun demikian, virus H5N1 juga dilaporkan sudah ada yang resisten terhadap obat oseltamivir. Saat ini sedang diteliti tentang efektivitas obat oseltamivir dengan dosis dua kali lipat untuk mencegah terjadinya resistensi. Dosis obat antivirus oseltamivir yang diberikan kepada penderita H5N1 pada prinsipnya adalah sama dengan penderita influenza yang lain. Untuk orang dewasa umur lebih 13 tahun diberikan 2x75 mg sehari selama 5 hari, sedangkan untuk anak yang berumur >1 tahun dengan berat <15 kg diberikan 2x30 mg sehari; 15-23 kg diberikan 2x45 mg sehari; 23-40 kg diberikan 2x60 mg sehari; dan anak dengan berat badan >40 kg diberikan 2x75 mg sehari. Pengobatan diberikan selama 5 hari. Untuk penggunaan profilaksis pada orang dewasa yang berumur lebih 13 tahun yang kontak erat dengan penderita diberikan 1x75 mg sehari selama lebih 7 hari, dan bila terjadi wabah diberi 1x75 mg sehari selama 6 minggu. Langkah yang terakhir adalah melakukan evaluasi terhadap

Page 2: Penerapan EBM Dalam Menentukan Diagnosis Dalam Menentukan Penyakit Adalah Melalui Beberapa Tahap Antara Lain

terapi yang dierikan pada pasien flu burung tersebut yaitu dengan membandingkan penyakit yang dialami oleh pasien sebelum dan sesudah pemberian antigen.