PENERAPAN ASAS PUBLISITAS DALAM PELAKSANAAN...
Transcript of PENERAPAN ASAS PUBLISITAS DALAM PELAKSANAAN...
UNIVERSITAS BENGKULU
FAKULTAS HUKUM
PENERAPAN ASAS PUBLISITAS DALAM
PELAKSANAAN PENDAFTARAN TANAH DI KANTOR
PERTANAHAN KABUPATEN KEPAHIANG
SKRIPSI
Diajukan Untuk Menempuh Ujian Dan Memenuhi
Persyaratan Guna Mencapai Gelar Sarjana Hukum
Oleh :
ANKALA HAGIB
NPM : B1A110025
BENGKULU
2014
v
MOTTO
1. “Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar” (Q.S. Al-baqarah ayat 153)
2. “Sesungguhnya mereka yang beriman dan beramal soleh, tentulah kami tidak akan
menyiakan pahala orang-orang yang mengerjakan amalannya dengan baik”
(Q.S Al-Kahfi ayat 30)
3. Beranikanlah dirimu!!sebab berjuta-juta orang yang berhasil bukan karena pandai,
tapi berhasil karena keberanian…………
4. Kemenangan atau keberhasilan hanya dapat dicapai dengan kesabaran.
PERSEMBAHAN
Skripsi ini ku persembahkan kepada :
1. Ayahku Syahrul Zaipin dan Ibuku Martini yang telah mendidikku, mengasihiku
dan mendo’akanku, sehingga aku dapat menyelesaikan skripsi ini
2. Kakakku Daven Padila, S.Kom dan adikku Twenty Mariza Syafirti yang telah
memberikan semangat,
3. Krisno Kusdibyo yang selalu memberikan saran dan kritik dalam menyelesaikan
skripsi ini,
4. Sahabat-sahabatku, dan
5. Almamaterku Fakultas Hukum Universitas Bengkulu
vi
KATA PENGANTAR
Bismillahirahmanhirahim
Assalamualaikum.Wr.Wb
Alhamdulillah penulis ucapkan pada Allah Swt, karena atas rahmat dan
hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Skripsi ini disusun
dalam rangka memenuhi persyaratan unutk memperoleh gelar Sarjana Hukum pada
Fakultas Hukum Universitas Bengkulu.
Skripsi ini berjudul : “Penerapan Asas Publisitas Dalam Pelaksanaan
Pendaftaran Tanah Di Kantor Pertanahan Kabupaten Kepahiang”, Karena masalah
keagrariaan khususnya yang berkenaan dengan penerapan asas publisitas dalam
pelaksanaan pendaftaran tanah di negara kita merupakan permasalahan yang sangat
penting.
Penerapan asas publisitas dalam pelaksanaan pendaftaran tanah merupakan
salah satu cara untuk mengurangi konflik, sengketa, dan perkara khususnya mengenai
status kepemilikan hak atas tanah serta dalam rangka mewujudkan kepastian hukum
hak atas tanah tanpa mengenyampingkan UUPA sebagai induk dari peraturan
keagrariaan di Indonesia.
Selanjutnya dalam menyelesaikan skripsi ini penulis banyak mendapatkan
bantuan dan bimbingan yang sangat berharga dari berbagai kalangan. Oleh karena itu
vii
pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih yang tak terhingga,
teristimewa kepada :
1. Yang terhormat Bapak M.Abdi, S.H, M.Hum, selaku Dekan Fakultas Hukum
Universitas Bengkulu
2. Yang terhormat Prof. Dr. Herawan Sauni, S.H, M.Si, selaku Pembimbing Utama
yang telah memberikan bimbingan, mengarahkan dan memberi petunjuk dalam
penulisan skripsi ini.
3. Yang terhormat Bapak Hamdani Ma’akir, S.H, M.Hum, selaku Pembimbing
Pendamping yang telah membimbing dan dukungan dalam penulisan skripsi ini.
4. Yang terhormat Bapak Ibu Dr. Emelia Kontesa, S.H, M.Hum dan Ibu Rahma
Fitri, S.H, M.Hum, selaku Penguji I dan Penguji II
5. Yang terhormat Bapak Adi Bastian, S.H, M.Hum, selaku Pembimbing Akademik
yang selalu memberikan dukungan dalam penulisan skripsi ini
6. Bapak-bapak, ibu-ibu dosen dan seluruh karyawan yang telah membantu dan
membimbing penulis selama belajar di Fakultas Hukum Universitas Bengkulu
7. Ir. Krisno Kusdibyo selaku Kepala Badan Pertanahan Nasional Kabupaten
Kepahiang yang selalu membantu serta membimbing dalam penulisan skripsi ini
8. Hadi Alan Kurniawan, Sri Kuntjoro, Romeli Santiago, M.Saleh selaku keluarga
yang selalu memberikan masukan dalam penulisan skripsi ini
9. Serta kawan-kawanku sealmamater angkatan 2010 antara lain : Dedi Anggoro,
Rudi Hartono, Enos Alexander, M.Danil, Ardani Mahendra, yang telah
berpatisipasi membantu dalam menggarap skripsi ini.
viii
Dalam kesempatan ini penulis secara khusus mengucapkan terima kasih
yang tak terhingga kepada ibunda tercinta yang telah memberi seluruh cinta kasihnya
dan curahan sayang tak ternilai kepada penulis dengan harapan dapat menjadi orang
yang bertaqwa kepada Allah SWT, berbakti kepada orang tua dan berguna bagi
bangsa dan negara, selanjutnya ungkapan rasa sayang dan ucapan terima kasih
penulis sampaikan kepada kekasihku tercinta serta saudara-saudaraku tersayang yang
setia dan penuh rasa sayang memberikan dukungan dan semangat kepada penulis.
Demikian secara ringkas apa yang dapat dikemukakan dalam skripsi ini,
mudah-mudahan skripsi ini besar manfaatnya bagi kita semua sesuai dengan harapan
penulis.
Wassalamualaikum
Bengkulu, 27 Juni 2014
Ankala Hagib
ix
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ............................................................................................. i
HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING .................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN TIM PENGUJI ..................................................... iii
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN PENULISAN SKRIPSI .................. iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ........................................................................ v
KATA PENGANTAR .......................................................................................... vi
DAFTAR ISI ......................................................................................................... ix
ABSTRAK ............................................................................................................ xi
ABSTRACT .......................................................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN
A Latar Belakang ...................................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ............................................................................. 6
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................................. 7
D. Kerangka Pemikiran ............................................................................. 7
E. Keaslian Penelitian ............................................................................... 18
F. Metode Penelitian ................................................................................. 21
BAB II KAJIAN PUSTAKA
1. Pendafatarn Tanah ................................................................................. 27
2. Obyek Pendaftaran Tanah ..................................................................... 29
3. Asas dan Sistem Pendaftaran Tanah ..................................................... 33
4. Asas Publisitas ....................................................................................... 36
BAB III PENERAPAN ASAS PUBLISITAS DALAM PELAKSANAAN
PENDAFTARAN TANAH DI KANTOR PERTANAHAN
KABUPATEN KEPAHIANG ................................................................ 39
BAB IV HAMBATAN-HAMBATAN PENERAPAN ASAS PUBLISITAS
DALAM PELAKSANAAN PENDAFTARAN TANAH DI KANTOR
PERTANAHAN KABUPATEN KEPAHIANG .................................... 80
BAB V PENUTUP
A Kesimpulan ......................................................................................... 84
B. Saran ................................................................................................... 85
x
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 86
LAMPIRAN
Lampiran 1 .............................................................................................. 89
Lampiran 2 .............................................................................................. 90
Lampiran 3 .............................................................................................. 91
Lampiran 4 .............................................................................................. 93
Lampiran 5 .............................................................................................. 98
Lampiran 6 .............................................................................................. 99
Lampiran 7 ..................................................................................... 100
Lampiran 8 ..................................................................................... 105
Lampiran 9 ..................................................................................... 109
Lampiran 10 ................................................................................... 110
Lampiran 11 ................................................................................... 111
Lampiran 12 ................................................................................... 112
Lampiran 13 ................................................................................... 113
xi
ABSTRAK
Pendaftaran tanah dilakukan untuk menghasilkan sebuah produk sertipikat sebagai
suatu tanda bukti hak kepemilikan atas suatu bidang tanah. Penelitian ini dilakukan
untuk mendapatkan gambaran tentang penerapan asas publisitas dalam pelaksanaan
pendaftaran tanah di Kantor Pertanahan Kabupaten Kepahiang. Berdasarkan
ketentuan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 Tentang Pendaftaran Tanah,
Pelaksanaan pendaftaran tanah di Indonesia menganut asas publisitas. Tujuan
penelitian ini untuk mengetahui penerapan asas publisitas dalam pelaksanaan
pendaftaran tanah di Kantor Pertanahan Kabupaten Kepahiang dan untuk mengetahui
hambatan penerapan asas publisitas dalam pelaksanaan pendaftaran tanah di Kantor
Pertanahan Kabupaten Kepahiang. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian
empiris, Hasil penelitian bahwa penerapan asas publisitas dalam pelaksanaan
pendaftaran tanah pada tahun 2011 sampai dengan 2013 yang dilakukan secara
sistematik dan secara sporadik di Kantor Pertanahan Kabupaten Kepahiang tidak
dilakukan, karena hak atas tanah bidang tanah yang didaftarkan di Kantor Pertanahan
Kabupaten Kepahiang berasal dari tanah Negara dan pendaftaran tanah untuk pertama
kali dilakukan melalui proses pemberian hak, kemudian untuk penerapan asas
publisitas dalam pemeliharaan data pendaftaran tanah dilakukan dan apabila
masyarakat ingin mengetahui keterangan mengenai suatu bidang tanah diberikan
dalam bentuk SKPT dengan seizin Kepala Kantor. Adapun hambatan penerapan asas
publisitas dalam pelaksanaan pendaftaran tanah di Kantor Pertanahan Kabupaten
antara lain : Tidak adanya hak-hak lama atas tanah yang belum terdaftar di Kantor
Pertanahan Kabupaten kepahiang dan tidak ada Peta blok yang menunjukkan tanah-
tanah bekas hak-hak lama.
Kata Kunci : Asas Publisitas, Pendaftaran Tanah
xii
ABSTRACT
Registration of land is done to produce a product certificate as a proof of title to a
parcel of land. This study was conducted to get an overview of the application of the
principle of publicity in the implementation of land registration in the District Land
Office Kepahiang. Based on Government Regulation Number 24 Year 1997 on Land
Registration, implementation of land registration in Indonesia adheres to the principle
of publicity. The purpose of this study to determine the application of the principle of
publicity in the implementation of land registration in the District Land Office to
determine barriers Kepahiang and application of the principle of publicity in the
implementation of land registration in the District Land Office Kepahiang. This type
of research is empirical research, the research results that the application of the
principle of publicity in the implementation of land registration in 2011 to 2013 were
carried out in a systematic and sporadic in the District Land Office Kepahiang not be
done, because the rights to land parcels of land registered in the Land Office
Kepahiang District derived from State land and land for the first time registration is
done through the process of granting the right, then to the application of the principle
of publicity in the land registration data maintenance done and if people want to find
information about a parcel of land given in the form SKPT with the permission of the
Head Office. The barriers to the application of the principle of publicity in the
implementation of land registration in the District Land Office, among others:
Absence of long rights on land that has not been registered at the District Land Office
Kepahiang and no block maps that show the former lands of the old rights.
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah tanah bagi manusia tidak ada habis-habisnya, karena tanah
mempunyai arti yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Tanah bukan saja
sebagai tempat tinggal, tempat bertani, lalu lintas, tetapi pada akhirnya tanah
sebagai tempat manusia dikuburkan. Sebagaimana diketahui sebelum berlakunya
Undang-undang pokok Agraria, di Indonesia berlaku dua sistem hukum agraria di
tempat dan waktu yang sama.
Eddy Ruchiyat mengemukakan bahwa “ pada zaman kolonial ada tanah-
tanah dengan hak-hak barat, misalnya tanah eigendom, tanah erfpact , tanah opstal,
dan lain-lain, tetapi adapula tanah-tanah yang dikenal dengan hak-hak Indonesia
(tanah adat), misalnya tanah-tanah ulayat, tanah milik, tanah usaha, tanah gogolan,
tanah bengkok, tanah marga, dan lain-lain. 1
Tanah-tanah barat atau tanah-tanah Eropa hampir semuanya terdaftar
pada Kantor Pendaftaran tanah menurut Overschrijvingsordonantie atau Ordonasi
Balik Nama (S.1834-27). Tanah-tanah Barat ini tunduk pada ketentuan-ketentuan
hukum hukum agraria Barat, misalnya mengenai cara memperolehnya,
peralihannya, lenyapnya (hapusnya), pembebanannya dengan hak-hak lain dan
wewenang-wewenang serta kewajiban-kewajiban yang empunya hak. Tanah-tanah
1 Eddy Ruchiyat, Politik Pertanahan Sebelum Dan Sesudah Berlakunya UUPA, Alumni,
Bandung, 1995, Halaman 5 .
1
2
barat diatur di dalam KUH Perdata. Tanah-tanah Indonesia (Tanah adat), yaitu
tanah-tanah dengan hak-hak Indonesia, hampir semuanya belum terdaftar.
Pada tanggal 24 September 1960 Pemerintah telah menetapkan Undang-
undang Nomor 5 Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar Pokok Agraria dan
diundangkan dalam Lembaran Negara Nomor 104 Tahun 1960. Undang-undang
ini kemudian dikenal dengan sebutan Undang-undang Pokok Agraria atau UUPA.
Dengan berlakunya Undang-undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar
Pokok Agraria. Maka terhadap tanah-tanah dengan hak barat maupun tanah-tanah
dengan hak adat dikonversi. Konversi adalah pengaturan dari hak-hak tanah yang
ada sebelum berlakunya UUPA untuk masuk sistem dalam dari UUPA. 2
Adapun sarana pokok yang diperlukan untuk menjamin hak atas tanah
adalah penataan kembali pemilikan tanah melalui pendaftaran tanah. Pendaftaran
tanah merupakan hal yang penting sebagai bukti hak yang kuat terhadap hak atas
tanah untuk membuktikan sebagai pemilik hak atas tanah secara sah dan untuk
memberikan kepastian hukum mengenai hak-hak atas tanah, sesuai yang diatur
dalam Undang-undang Pokok Agraria Nomor 5 Tahun 1960 Pasal 19 ayat (1)
yang berbunyi :
“Untuk menjamin kepastian hukum oleh Pemerintah diadakan
pendaftaran tanah di seluruh Wilayah Republik Indonesia menurut
ketentuan-ketentuan yang diatur dengan Peraturan Pemerintah”.
2 A.P Parlindungan, Konversi Hak-Hak Atas Tanah, Mandar Maju, Bandung, 1994,
Halaman 1
3
Untuk melaksanakan ketentuan ini, telah diterbitkan Peraturan
Pemerintah Nomor 10 Tahun 1961 Tentang Pendaftaran tanah, yang kemudian
pada tanggal 8 Juli 1997 diubah dengan Peraturan Pemerintah Tahun 1997
Tentang Pendaftaran Tanah serta petunjuk pelaksananya diatur dalam
PMNA/Ka.BPN Nomor 3 Tahun 1997 Tentang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan
Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 Tentang Pendaftaran Tanah. Didalam Peraturan
Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 Tentang Pendaftaran tanah, dalam ketentuan
umum Pasal 1 ayat (1) dinyatakan bahwa :
“Pendaftaran tanah adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh
Pemerintah secara terus menerus, berkesinambungan, dan teratur.
Meliputi pengumpulan, pengolahan, pembukuan dan penyajian serta
pemeliharaan data fisik dan data yuridis, dalam bentuk peta dan daftar,
mengenai bidang-bidang tanah dan satuan-satuan rumah susun, termasuk
pemberian surat tanda bukti haknya bagi bidang-bidang tanah yang sudah
ada haknya dan hak milik atas satuan rumah susun serta hak-hak tertentu
yang membebaninya.”
Kata-kata “rangkaian” menunjukkan adanya berbagai kegiatan dalam
penyelanggaran pendaftaran tanah yang berkaitan satu dengan yang lain,
berturutan menjadi satu kesatuan rangkaian yang bermuara pada tersedianya data
yang diperlukan dalam memberikan jaminan kepastian hukum dibidang
pertanahan bagi rakyat.
Kata-kata “terus menerus, berkesinambungan” menunjukkan kepada
pelaksanaan kegiatan yang sekali dimulai tidak akan ada akhirnya sampai
persoalan itu selesai. Data yang telah terkumpul dan tersedia harus disesuaikan
dengan perubahan-perubahan yang terjadi kemudian, sehingga tetap sesuai dengan
4
keadaan terakhir. Pendaftaran tanah akan menghasilkan kepastian bukti hak atas
tanah yang merupakan alat bukti yang kuat, sebagai dasar status kepemilikan
tanah. Dengan adanya bukti hak atas tanah, maka seseorang dapat
mempertahankan haknya dan mempergunakan hak tersebut sesuai dengan
kepentingannya.
Pendaftaran tanah untuk pertama kali (initial registration) meliputi tiga
bidang kegiatan yaitu bidang fisik atau teknis kadaster, bidang yuridis dan
penerbitan dokumen tanda bukti hak. Kegiatan di bidang fisik dimaksudkan untuk
memperoleh data mengenai letaknya, batas-batasnya, luasnya dan lain-lain yang
berkenaan dengan bangunan dan tanaman-tanaman yang ada di atas tanah itu.
Kegiatan yuridis bertujuan untuk memperoleh data mengenai haknya,
siapa pemegang haknya, dan ada atau tidak hak-hak pihak lain yang
membebaninya sedang kegiatan yang ketiga adakah penerbitan surat tanda bukti
haknya. Surat tanda bukti hak atas tanah yang sudah terdaftar tersebut disebut
sertipikat. Dengan adanya sertipikat, maka pada bidang tanah dapat diketahui
kepastian letak tanah, batas-batas tanah, luas tanah, dan bangunan. Demikian pula
untuk memperoleh kepastian status tanahnya, siapa pemegang haknya dan ada atau
tidak hak-hak pihak lain.3
Pelaksanaan pendaftaran tanah meliputi kegiatan pendaftaran tanah untuk
pertama kali dan pemeliharaan data pendaftaran tanah. Kegiatan pendaftaran tanah
3 Effendi Parangin, Hukum Agraria Di Indonesia (suatu Telaah Dari Sudut Pandang
Praktisi Hukum, Rajawali, Jakarta, 1986, halaman. 97.
5
untuk pertama kali dilakukan melalui penegasan konversi atau pengakuan hak atau
pemberian hak. Agar semua orang mengetahui atau dianggap mengetahui siapa
pemilik suatu hak bidang tanah, apa status haknya, dan sudah terdaftar. Maka
dilakukan pengumuman. Diumumkan selama 30 hari untuk pendaftaran tanah
yang dilakukan secara sistematik dan 60 hari secara sporadik. Pengumuman status
pemilikan hak atas tanah merupakan asas publisitas dalam pelaksanaan
pendaftaran tanah untuk pertama kali dan pemberian informasi mengenai data
yuridis dalam bentuk SKPT bagi pihak yang berkepentingan merupakan asas
publisitas dalam pemeliharaan data pendaftaran tanah.
Penerapan asas publisitas dalam pelaksanaan pendaftaran tanah sangat
penting, karena untuk memberikan kesempatan kepada pihak lain untuk
memberikan sanggahan terhadap suatu bidang tanah yang didaftarkan sebelum
diterbitkannya sertipikat apabila merasa keberatan, untuk memudahkan kepada
semua pihak yang berkepentingan yang menyangkut terhadap suatu bidang tanah,
untuk mendapatkan informasi dan supaya dapat menghindari terjadi sengketa
tanah.
Kegiatan pendaftaran tanah diselenggarakan oleh Badan Pertanahan
Nasional yaitu suatu lembaga Pemerintahan Non Departemen yang bidang
tugasnya meliputi pertanahan dan pelaksanaan pendaftaran tanah dilakukan oleh
Kantor Pertanahan Kota/Kabupaten. Kantor Pertanahan adalah unit kerja BPN di
wilayah kabupaten atau kota, yang melakukan pendaftaran hak atas tanah dan
pemeliharaan daftar umum pendaftaran tanah.
6
Di Kabupaten Kepahiang pelaksanaan pendaftaran tanah dilakukan oleh
Kantor Pertanahan Kabupaten Kepahiang. Dalam kegiatan pra penelitian yang
dilakukan oleh penulis di Kantor Pertanahan Kabupaten Kepahiang, dalam
pelaksanaannya walaupun pendaftaran tanah sudah dilakukan, namun masih
sering terjadinya sengketa kasus kepemilikan hak-hak atas tanah, data yang
diperoleh penulis untuk ditahun 2011 ada 5 kasus, tahun 2012 ada 6 kasus dan
tahun 2013 ada 3 kasus dan kemudian masih banyak masyarakat atau pihak-
pihak yang berkepentingan sulit untuk mengetahui atas informasi-informasi
terhadap suatu bidang tanah di Kantor Pertanahan Kabupaten Kepahiang.
Menurut pengamatan sementara penulis, pada praktiknya penerapan asas
publisitas dalam pelaksanaan pendaftaran tanah belum dilaksanakan dengan baik.
Oleh karena itu penulis tertarik untuk meneliti masalah tersebut dengan memilih
judul: “ Penerapan Asas Publisitas Dalam Pelaksanaan Pendaftaran tanah
Di Kantor Pertanahan Kabupaten Kepahiang”.
B. Indentifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka pokok permasalahan
yang akan dibahas adalah :
1. Bagaimana penerapan asas publisitas dalam pelaksanaan pendaftaran tanah di
Kantor Pertanahan Kabupaten Kepahiang ?
2. Apa saja hambatan penerapan asas publisitas dalam pelaksanaan pendaftaran
tanah di Kantor Pertanahan Kabupaten Kepahiang ?
7
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui penerapan asas publisitas dalam pelaksanaan
pendaftaran tanah di Kantor Pertanahan Kabupaten Kepahiang.
b. Untuk mengetahui hambatan penerapan asas publisitas dalam
pelaksanaan pendaftaran tanah di Kantor Pertanahan Kabupaten
Kepahiang.
2. Manfaat Penelitian
a. Secara teoritis diharapkan dapat memberi sumbangan bagi pendidikan
ilmu hukum khusunya hukum perdata.
b. Secara praktis untuk memberikan bahan masukan dan evaluasi kepada
Kantor Pertanahan Kabupaten Kepahiang dalam penerapan asas publisitas
dalam pelaksanaan pendaftaran tanah di Kantor Pertanahan Kabupaten
Kepahiang.
D. Kerangka Pemikiran
Hukum benda adalah sub sistem dari Hukum Nasional. Sebagai sub
sistem, hukum benda memiliki asas-asasnya sendiri yang lebih khusus
(konkret). Menurut Maria Darus Badrulzaman ada 10 asas umum yang sifatnya
relative konkrit yang ada dalam hukum benda, yaitu:
8
a) Asas sistem tertutup
Asas sistem tertutup artinya bahwa hak-hak atas benda bersifat limitatip,
terbatas hanya pada yang diatur undang-undang. Di luar itu dengan
perjanjian tidak diperkenankan menciptakan hak-hak yang baru.
b) Asas hak mengikuti benda (Zaaksgevolg, droit de suite)
Asas hak mengikuti benda yaitu hak kebendaan selalu mengikuti bendanya
di mana dan dalam tangan siapapun benda itu berada.
c) Asas publisitas
Yang dimaksud dengan publisitas (openbaarheid) adalah pengumuman
kepada masyarakat mengenai status pemilikan.
d) Asas spesialitas
Dalam lembaga hak kepemilikan hak atas tanah secara individual harus
ditunjukan dengan jelas wujud, batas, letak, luas tanah. Asas ini terdapat
pada hak milik, hak guna usaha, hak guna bangunan atas benda tetap.
e) Asas totalitas
Hak pemilikan hanya dapat diletakkan terhadap obyeknya secara totalitas
dengan perkataan lain hak itu tidak dapat diletakkan hanya untuk bagian-
bagian benda.
f) Asas accessie
Dari asas totalitas ini muncul asas perlekatan (accessie), suatu benda
lazimnya terdiri atas bagian-bagian yang melekat menjadi satu dengan
benda pokok, seperti hubungan antara bangunan dengan genteng, kusen,
9
dan jendela. Asas ini menyelesaikan masalah status dari benda pelengkap
(accessoir) yang melekat pada benda pokok (principal). Menurut asas ini
pemilik benda pokok dengan sendirinya merupakan pemilik dari benda
pelengkap. Dengan perkataan lain status hukum benda pelengkap
mengikuti status hukum benda pokok. Benda pelengkap itu terdiri dari
bagian (bestanddeed) benda tambahan (bijzaak) dan benda penolong
(hulpzaak).
g) Asas pemisah horizontal
KUH Perdata mengenal asas perlekatan (accessie) vertical (tegak lurus)
dalam pasal 571, 600, 601, 603 s/d 605. UUPA tidak menganut asas
perlekatan saja, akan tetapi menganut pemisah horizontal yang diambil alih
dari hukum adat. Jual beli hak atas tanah tidak dengan sendirinya meliputi
bangunan dan tanaman yang terdapat di atasnya. Jika bangunan (tanaman)
akan mengikuti jual-beli hak atas tanah, harus dinyatakan secara tegas
dalam akta jual beli. Namun pemerintah menganut accessie vertical untuk
hak atas tanah yang sudah memiliki sertifikat. Pemisah horizontal dianut
pemerintah untuk hak atas tanah yang belum ada sertifikatnya (Surat
menteri pertanahan/agraria tanggal 8 Februari 1964 Undang-Undang
No.91/14 jo S.Dep. Agraria tanggal 10 desember 1966 No.
DPH/364/43/66). Dilihat dari kebutuhan masyarakat yang berkembang
maka accessie vertical untuk tujuan tertentu perlu dipertahankan karena
suatu benda tanpa accessie tidak ada artinya dijadikan obyek hukum.
10
h) Asas dapat diserahkan.
Hak pemilikan mengandung wewenang untuk menyerahkan benda.
i) Asas perlindungan
Asas ini dapat dibedakan dalam dua jenis yaitu perlindungan untuk
golongan ekonomi lemah dan kepada pihak yang beritikad baik (to goeder
trouw) walaupun pihak yang menyerahkannya tidak berwenang berhak
(beschikkingsonbevoegd). Hal ini dapat kita lihat dalam Pasal 1977
KUHPerdata.
j) Asas absolut (hukum pemaksa)
Ketentuan-ketentuan yang mengatur hukum benda bersifat absolut
(memaksa) artinya bahwa hak kebendaan itu wajib dihormati atau ditaati
oleh setiap orang. Lain halnya dengan hak yang bersifat relatip hukum
perikatan, maka hak-hak yang lahir dari perikatan itu hanya berlaku bagi
orang yang tertentu saja dengan perkataan lain dikatakan bersifat pribadi
(persoonlijk).4
1. Pengertian Asas Publisitas
Berdasarkan asas-asas tersebut, bahwa asas publisitas merupakan
salah satu asas yang terdapat dalam hukum benda. Menurut Rachmadi
4 Maria Darus Badrulzaman, Mencari Sistem Buku Benda Nasional, Alumni, Bandung,
1997, Halaman. 37- 42.
11
Usman bahwa asas publisitas berkaitan dengan pengumuman suatu
kepemilikan suatu benda tidak bergerak/tetap (tanah) kepada masyarakat.5
Penerapan asas publisitas terhadap benda bergerak dan benda tidak
bergerak yaitu :
a) Benda bergerak
Terhadap benda bergerak, pada prinsipnya peralihan
kepemilikan dan pembebanannya tidak wajib didaftarkan. Hal ini
mengandung artinya, bahwa peralihan kepemilikan suatu benda
bergerak cukup dengan penguasaan dan penyerahan nyata, tanpa harus
didaftarkan dalam daftar umum, kecuali ditentukan lain oleh undang-
undang. Jadi publisitas terhadap benda bergerak cukup dengan
penguasaan dan penyerahan nyata suatu obyek benda bergerak.
b) Benda tidak bergerak
Asas publisitas suatu benda tidak bergerak (tanah) terjadi
melalui pendaftaran dalam buku tanah (register). Pendaftaran dalam
buku tanah (register) dilakukan melalui pendaftaran tanah untuk
pertama kali dan pemeliharaan data pendaftaran tanah di Kantor
Pertanahan. Terhadap benda tidak bergerak (tanah) yang berkaitan
dengan asas publisitas yaitu keterangan mengenai letak, batasan, dan
luas bidang tanah kemudian keterangan mengenai status hukum bidang
5 Rachmadi Usman, Hukum Kebendaan, Sinar Grafika, Jakarta, 2011, Halaman . 46
12
tanah, pemegang haknya, dan apakah dibebani hak tanggungan atau
tidak. 6
Adapun indikator untuk mengukur penerapan asas publisitas
dalam pelaksanaan pendaftaran tanah yaitu :
1. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran
Tanah Pasal 26 ayat (1) :
Daftar isian beserta peta bidang atau bidang-bidang tanah yang
bersangkutan sebagai hasil pengukuran diumumkan selama 30 (tiga
puluh) hari dalam pendaftaran tanah secara sistematik atau 60 (enam
puluh) hari dalam pendaftaran tanah secara sporadik untuk
memberikan kesempatan kepada pihak yang berkepentingan
mengajukan keberatan.
2. Peraturan Menteri Agraria Nomor 3 Tahun 1997 tentang Ketentuan
Pelaksana Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang
Pendaftaran Tanah Pasal 63 ayat (2) :
Untuk memberikan kesempatan bagi yang berkepentingan mengajukan
keberatan mengenai data fisik dan data yuridis yang sudah
dikumpulkan oleh Panitia Ajudikasi, maka Daftar Data Yuridis dan
Data Fisik bidang tanah (daftar isian 201C) sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dan peta bidang-bidang tanah diumumkan dengan
menggunakan daftar isian 201B selama 30 (tiga puluh) hari di Kantor
Pertanahan dan Kantor Kepala Desa/Kelurahan.
3. Peraturan Menteri Agraria Nomor 3 Tahun 1997 tentang Ketentuan
Pelaksana Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang
Pendaftaran Tanah Pasal 86 ayat (2) :
Untuk memberikan kesempatan bagi yang berkepentingan mengajukan
keberatan atas data fisik dan data yuridis mengenai bidang tanah yang
6 Ibid.
13
dimohon pendaftarannya, maka Daftar Data Yuridis dan Data Fisik
bidang tanah (daftar isian 201C) sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dan peta bidang tanah yang bersangkutan diumumkan dengan
menggunakan daftar isian 201B selama 60 (enam puluh) hari di Kantor
Pertanahan dan Kantor Kepala Desa/Kelurahan.
4. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran
Tanah Pasal 34 ayat (1) :
Setiap orang yang berkepentingan berhak mengetahui data fisik dan
data yuridis yang tersimpan di dalam peta pendaftaran, daftar tanah,
surat ukur dan buku tanah.
5. Peraturan Menteri Agraria Nomor 3 Tahun 1997 tentang Ketentuan
Pelaksana Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang
Pendaftaran Tanah Pasal 187 ayat (1) :
Informasi tentang data fisik dan data yuridis yang ada pada peta
pendafataran,daftar tanah, surat ukur, dan buku tanah terbuka untuk
umum dan dapat diberikan kepada pihak yang berkepentingan secara
visual atau secara tertulis.
Informasi tertulis tentang data fisik dan data yuridis mengenai
sebidang tanah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan dalam
bentuk Surat Keterangan Pendaftaran Tanah.
6. Peraturan Menteri Agraria Nomor 3 Tahun 1997 tentang Ketentuan
Pelaksana Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang
Pendaftaran Tanah Pasal 191 :
(1) Data fisik dan data yuridis yang tercantum dalam daftar nama
hanya dapat diberikan kepada Instansi Pemerintah yang
memerlukan untuk keperluan pelaksanaan tugasnya dengan
mengajukan permintaan yang menyebutkan keperluan tersebut.
(2) Permintaan tersebut dipenuhi setelah disetujui oleh Kepala Kantor
Pertanahan.
14
7. Peraturan Menteri Agraria Nomor 3 Tahun 1997 tentang Ketentuan
Pelaksana Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang
Pendaftaran Tanah Pasal Pasal 192 :
(3) Dengan izin tertulis dari Kepala Kantor Wilayah kepada instansi
yang memerlukan untuk pelaksanaan tugasnya dapat diberikan
petikan, salinan atau rekaman dokumen pendaftaran tanah yang
tersimpan di Kantor Pertanahan.
(4) Dengan izin Kepala Kantor Wilayah kepada pemegang hak yang
bersangkutan dapat diberikan petikan, salinan atau rekaman
dokumen pendaftaran tanah yang menjadi dasar pembukuan hak
atas namanya yang tersimpan di Kantor Pertanahan.
2. Pengertian Pendaftaran Tanah
Pengertian pendaftaran tanah menurut Boedi Harsono, Pendaftaran
tanah adalah suatu rangkaian kegiatan, yang dilakukan oleh
Negara/Pemerintah secara terus menerus dan teratur, berupa pengumpulan
keterangan atau data tertentu mengenai tanah-tanah tertentu yang ada di
wilayah-wilayah tertentu, pengolahan, penyimpanan dan penyajiannya bagi
kepentingan rakyat, dalam rangka memberikan jaminan kepastian hukum di
bidang pertanahan, termasuk penerbitan tanda buktinya dan
pemeliharaannya.7 Selanjutnya pendaftaran tanah menurut Pasal 1 ayat (1)
Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 adalah rangkaian kegiatan yang
dilakukan oleh pemerintah secara terus menerus, berkesinambungan dan
teratur, meliputi pengumpulan, pengolahan, pembukuan, dan penyajian serta
pemeliharaan data fisik dan data yuridis, dalam bentuk peta dan daftar,
7 Boedi Harsono, Hukum Agraria Nasional, Djembatan, Jakarta, 1999, Halaman 72
15
mengenai bidang-bidang tanah dan satuan-satuan rumah susun, termasuk
pemberian surat tanda bukti haknya bagi bidang-bidang tanah yang sudah ada
haknya dan hak milik atas satuan rumah susun serta hak-hak tertentu yang
membebaninya.
Dengan adanya pendaftaran tanah ini barulah dapat dijamin tentang
hak-hak seseorang diatas tanah. Pihak ketiga pun secara mudah dapat melihat
hak-hak apa atau beban apa yang terletak di atas sebidang tanah. Dengan
demikian terpenuhi syarat tentang pengumuman (opanbaarheid) atau asas
publisitas.8
3. Kegiatan Pendaftaran tanah
Pelaksanaan pendaftaran tanah meliputi kegiatan pendaftaran tanah
untuk pertama kali dan kegiatan pemeliharaan data pendaftaran tanah.9
Pendaftaran tanah untuk pertama kali adalah kegiatan yang dilakukan
terhadap obyek pendaftaran tanah yang belum terdaftar. Kegiatan pendaftaran
tanah untuk pertama kali dilaksanakan melalui pendaftaran tanah secara
sistematik dan pendaftaran tanah secara sporadik.10
8 Sudargo Gautama, Tafsiran Undang-undang Pokok Agraria, Alumni, Bandung, 1981,
Halaman 46
9 Pasal 11 PP Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah
10 Boedi Harsono, Op.cit, Halaman 74 – 76
16
a. Pengertian pendaftaran tanah secara sistematik
Pendaftaran tanah secara sistematik adalah kegiatan pendaftaran
tanah untuk pertama kali yang dilakukan secara serentak, yang meliputi
semua obyek pendaftaran tanah yang belum didaftar dalam wilayah atau
bagian wilayah suatu desa atau kelurahan. Pendaftaran tanah secara
sistematik diutamakan, karena pendaftaran tanah secara sistematik
diselenggarakan atas prakarsa Pemerintah berdasarkan pada suatu rencana
kerja jangka panjang dan tahunan serta dilaksanakan di wilayah-wilayah
yang ditetapkan oleh Menteri Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional.
Salah satu kegiatan pendaftaran tanah atas prakarsa Pemerintah untuk
menjamin kepastian hukum hak atas tanah melalui kegiatan Proyek Operasi
Nasional Agraria (PRONA) yang diatur dalam Keputusan Menteri Agraria
Nomor 189 Tahun 1981 Tentang Proyek Operasi Nasional Agraria. Istilah
PRONA atau Proyek Operasi Nasional Agraria menurut Sudjipto adalah
suatu kegiatan yang diselenggarakan oleh Pemerintah di bidang pertanahan
khususnya yang berupa pensertifikatan tanah secara massal dan
penyelesaian sengketa-sengketa strategis.11
b. Pengertian pendaftaran tanah secara sporadik
Pendaftaran tanah secara sporadik adalah kegiatan pendaftaran
tanah untuk pertama kali mengenai satu atau beberapa obyek pendaftaran
11 Sudjito, PRONA (Pensertifikatan Tanah Secara Massal dan Penyelesaian Sengketa
Tanah Yang Bersifat Strategis), Liberty, Yogyakarta, 1987, Halaman 7.
17
tanah dalam wilayah atau bagian wilayah suatu desa atau kelurahan secara
individual atau massal, yang dilakukan atas permintaan pemegang atau
penerima hak atas tanah yang bersangkutan.12 Sedangkan pemeliharaan
data pendaftaran tanah adalah kegiatan pendaftaran tanah untuk
menyesuaikan data fisik dan data yuridis dalam peta pendaftaran, daftar
tanah, daftar nama, surat ukur, buku tanah dan sertipikat dengan
perubahan-perubahan yang terjadi kemudian. Perubahan itu misalnya
terjadi sebagai akibat beralihnya, dibebaninya atau berubahnya nama
pemegang hak yang telah didaftar, hapusnya atau diperpanjang jangka
waktu hak yang sudah berakhir, pemecahan, pemisahan, dan penggabungan
bidang tanah yang haknya didaftar.13
c. Tujuan pendaftaran tanah
Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang
Pendaftaran Tanah Pasal 3, Secara terperinci tujuan pendaftaran tanah
ialah:
a. Untuk memberikan kepastian hukum dan perlindungan hukum kepada
pemegang hak atas suatu bidang tanah, satuan rumah susun dan hak-
hak lain yang terdaftar, agar dengan mudah dapat membuktikan
dirinya sebagai pemegang hak yang bersangkutan.
12 Ibid
13 Ibid
18
b. Untuk menyediakan informasi kepada pihak-pihak yang
berkepentingan, agar dengan mudah dapat memperoleh data yang
diperlukan dalam mengadakan perbuatan hukum mengenai bidang
tanah dan satuan rumah susun yang sudah terdaftar
c. Untuk terselenggaranya tertib administrasi pertanahan.
E. Keaslian Penelitian
Dari penelusuran bahan pustaka beberapa hasil penelitian terdahulu yang
dicari di perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Bengkulu peneliti belum
menemukan judul yang sama seperti yang dibuat, tetapi peneliti menemukan
judul yang sedikit menyamai dengan judul yang dibuat yang didapat dari internet
dan mengambil obyek antara lain : Tinjauan Yuridis Penerapan Asas Sederhana
dan Terjangkau Dalam Pendaftaran Tanah Secara Sporadik Di Kabupaten
Banyuwangi, Tinjauan Yuridis Asas Publisitas Dalam Pendaftaran Tanah Di
Kecamatan Semarang Utara Kota Semarang, yang dapat dijadikan rujukan/acuan
dari penelitian ini, yaitu :
1. Penelitian yang dilakukan oleh Aditya S Paringga pada tahun 2013 dengan
judul : Tinjauan Yuridis Penerapan Asas Sederhana dan Terjangkau Dalam
Pendaftaran Tanah Secara Sporadik Di Kabupaten Banyuwangi. Perumusan
masalah yang terdapat dalam penelitian ini adalah sejauh mana penerapan
asas sederhana dan terjangkau dalam pendaftaran tanah secara sporadik di
Kabupaten Banyuwangi, faktor- faktor yang menjadi kendala dalam
19
menerapkan asas sederhana dan terjangkau tersebut, dan upaya- upaya yang
dilakukan oleh Kantor Pertanahan Banyuwangi sebagai penyelenggara
pendaftaran tanah dalam mengatasi kendala- kendala tersebut. Kesimpulan
dari penelitian ini mengungkapkan bahwa penerapan asas sederhana dan
terjangkau dalam pendaftaran tanah secara sporadik di Kabupaten
Banyuwangi belum bisa diterapkan. Hal ini disebabkan karena masih banyak
masyarakat sebagai pemohon hak atas tanah yang belum paham dengan syarat
dan prosedur dalam melakukan pendaftaran tanah, serta banyaknya syarat dan
prosedur dalam melakukan pendaftaran tanah menjadikan pendaftaran
tersebut terkesan berbelit- belit dan tidak efisien. Belum lagi jarak dan biaya
pendaftaran tanah yang belum bisa menjangkau kebutuhan dan kemampuan
golongan ekonomi lemah. Oleh karena itu pihak Kantor Pertanahan sebagai
penyelenggara pendafataran tanah perlu meningkatkan sosialisasi secara aktif
kepada masyarakat agar masyarakat paham mengenai syarat dan prosedur
serta pentingnya pendaftaran tanah. Kantor Pertanahan juga hendaknya lebih
mengaktifkan lagi Program Larasita dan Sekarwangi (Sertifikat untuk
Masyarakat Banyuwangi) agar lebih bisa menjangkau masyarakat dan
meminimalisir praktek percaloan, dan Kantor Pertanahan hendaknya
memberikan informasi kepada masyarakat tentang keringanan biaya bagi
masyarakat kurang mampu seperti yang diatur dalam Pasal 61 Peraturan
Pemerintah Nomor 24 tahun 1997 Tentang Pendaftaran Tanah.14
14 Anonim. http//law.uii.ac.id/.../UII-FAK-HUKUM 08410534 ADITYA%20S%20
20
2. Penelitian yang dilakukan oleh Novinianida Sus Poerdianto pada tahun 2007
dengan judul : Tinjauan Yuridis Asas Publisitas Dalam Pendaftaran Tanah Di
Kecamatan Semarang Utara Kota Semarang, Perumusan masalah yang
terdapat dalam penelitian ini adalah sejauh manakah pengetahuan masyarakat
Kecamatan Semarang Utara mengenai arti penting pendaftaran tanah dan
bagaimanakah proses publikasi penerbitan sertipikat sebagai produk hasil dari
pendaftaran tanah di Kantor Kecamatan Semarang Utara. Berdasarkan
penelitian yang dilakukan oleh Novinianida Sus Poerdianto ditarik kesimpulan
bahwa mayoritas masyarakat di Kecamatan Semarang Utara belum mengerti
sepenuhnya apakah arti penting sertipikat sebagai produk hasil dari Asas
publisitas dalam pendaftaran tanah. Adapun hambatan yang terjadi dalam
pelaksanaan pendaftaran tanah di Kecamatan Semarang Utara yaitu karena
adanya anggapan bahwa dengan memiliki surat Petuk pajak / Kohir / Girik /
Letter C / Letter D / saja sudah cukup membuktikan kepemilikan hak atas
tanah mereka. Prosedur pendaftaran tanah dan penerbitan sertipikat yang lama
dan berbelit – belit, dan juga adanya anggapan bahwa prosedur pendaftaran
tanah karena alasan biaya mahal tetap menjadi alasan mereka.15
Dari penelitian-peneltian yang pernah dilakukan sebagaimana disebutkan,
tampak ada perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti walau
PARIN.. Di akses pada hari Sabtu tanggal 23 November 2013 pukul 08.00 WIB
15 Anonim. http://eprints.undip.ac.id/14051/, Di akses pada hari Sabtu tanggal 23 November
2013 pukul 08.00 WIB
21
ada kesamaan obyek, namun masalah yang ingin dikaji dan lokasi penelitian
berbeda yaitu bagaimana penerapan asas publisitas dalam pelaksanaan pendaftaran
tanah di Kantor Pertanahan Kabupaten Kepahiang dan apa saja hambatan
penerapan asas publisitas dalam pelaksanaan pendaftaran tanah di Kantor
Pertanahan Kabupaten Kepahiang.
F. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Untuk menjawab permasalahan yang telah dirumuskan dalam
penelitian ini, maka penelitian ini tergolong dalam jenis penelitian hukum
empiris atau lazim disebut penelitian hukum sosiologis atau non doktrinal.
Penelitian hukum empiris adalah penelitian yang dilakukan untuk menelaah
kaidah hukum yang dilihat dari segi penerapannya atau hukum dilihat sebagai
suatu kekuatan sosial yang empiris.16
Penelitian hukum empiris ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana
penerapan asas publisitas dalam pelaksanaan pendaftaran tanah di Kantor
Pertanahan Kabupaten Kepahiang dan apa saja hambatan dalam penerapan
asas publisitas dalam pelaksanaan pendaftaran tanah di Kantor Pertanahan
Kabupaten Kepahiang. Penelitian akan menelaah praktik pendaftaran tanah di
Kantor Pertanahan Kabupaten Kepahiang periode dari tahun 2011 sampai
16 J. Supranto, Metode Penelitian Hukum dan Statistik, Rineka Cipta, Jakarta, 2003,
Halaman 2
22
dengan tahun 2013, yakni pendaftaran tanah yang dilaksanakan secara
sistematik dan pendaftaran tanah sporadik.
2. Lokasi Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di Kantor Pertanahan Kabupaten
Kepahiang.
3. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan yuridis sosiologis atau non
doktrinal yaitu penelitian berupa studi-studi empiris untuk menemukan teori-
teori mengenai proses terjadinya dan mengenai proses bekerjanya hukum
didalam masyarakat atau sering disebut dengan sosio legal research.
Pendekatan penelitian yang menggunakan metode penelitian hukum empiris
atau sosiologis merupakan studi hukum dalam aksi/tindakan (law in action),
karena penelitian jenis ini menyangkut hubungan timbal balik antara hukum
dan lembaga-lembaga sosial lainnya dalam masyarakat.17
4. Populasi dan Sampel
a. Populasi
Populasi adalah sejumlah manusia atau unit yang mempunyai ciri-
ciri atau karakteristik yang sama.18 Yang menjadi populasi penelitian ini
adalah seluruh pegawai Kantor Pertanahan Kabupaten Kepahiang dan
17 M. Abdi,(et al), Panduan Penulisan Tugas Akhir Untuk Serjana Hukum (S1), Fakultas
Hukum Universitas Bengkulu, Bengkulu, 2013, Halaman 42
18 Soerjono soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Universitas Indonesia, Jakarta, 1984,
Halaman 172
23
seluruh masyarakat yang pernah terlibat dan mengikuti pendaftaran tanah
secara sistematik dan pendaftaran tanah secara sporadik di Kabupaten
Kepahiang.
b. Sampel
Dalam pelaksanaan penelitian pada umumnya tidak dilakukan
terhadap seluruh obyek atau populasi penelitian, tetapi hanya menggunakan
sebagian dari keseluruhan obyek penelitian yang disebut sampel. Penarikan
sampel berguna untuk menentukan bagian-bagian yang akan diteliti atau
yang akan mewakili populasi. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan
teknik purposive sampling (sampel bertujuan) dalam penentuan sampel.
Penggunaan teknik ini dimaksudkan agar diperoleh subyek-subyek yang
ditunjuk sesuai dengan tujuan penelitian. Berdasarkan hal tersebut, maka
sampel (responden) dalam penelitian ini adalah :
a. 10 orang yang pernah mengikuti pendaftaran tanah secara sitematik
b. 10 orang yang pernah mengikuti pendaftaran tanah secara sporadik
c. Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten Kepahiang
d. Kepala Seksi Hak Tanah dan Pendaftaran Tanah,
e. Kasubsi Pendaftaran Hak,
f. Kepala Seksi, Konflik, Sengketa dan Perkara
Masyarakat dijadikan responden karena mereka yang melakukan
kegiatan pendaftaran tanah sedangkan pegawai Kantor Pertanahan
24
Kabupaten Kepahiang dijadikan responden karena mereka merupakan pihak
yang bertanggung jawab dalam pelaksanaan kegiatan pendaftaran tanah.
5. Jenis dan Sumber Data
Dalam penelitian ini jenis data yang dikumpulkan adalah data
primer dan data sekunder.
a. Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari sumber
pertama di lapangan dengan mengadakan wawancara langsung dengan
responden untuk mendapatkan informasi berkaitan dengan penerapan asas
publisitas dalam pelaksanaan pendaftaran tanah,
b. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari dokumen-dokumen resmi,
tulisan-tulisan maupun literatur serta peraturan perundangan yang berkaitan
dengan permasalahan penelitian.
6. Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian hukum empiris dapat dilakukan
dengan teknik-teknik seperti :
1) Pengamatan
Dalam penelitian ini akan mengamati tahap-tahap dalam proses
pendaftaran tanah, pemberian informasi kepada masyarakat dan
mengamati apakah tahap-tahap yang dilakukan sudah sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku atau tidak,
pengamatan dilakukan secara langsung di Kantor Pertanahan
Kabupaten Kepahiang terhadap penerapan asas publisitas dalam
25
pelaksanaan pendaftaran tanah sehingga dapat mengumpulkan data-data
yang lengkap.
2) Wawancara
wawancara yaitu kegiatan pengumpulan data dengan cara
berdialog yang dilakukan oleh pewawancara untuk memperoleh
informasi dari terwawancara. Peneliti dalam melakukan wawancara ini
akan membuat pertanyaan yang berkaitan dengan penerapan asas
publisitas dalam pelaksanaan pendaftaran tanah di Kantor Pertanahan
Kepahiang dan apa saja hambatan penerapan asas publisitas dalam
pelaksanaan pendaftaran tanah di Kantor Pertanahan Kabupaten
Kepahiang.
7. Metode Pengolahan Data
Data primer yang sudah dikumpul dari penelitian lapangan
selanjutnya diperiksa kelengkapan dan kebenarannya. Data yang sudah diolah
tersebut dikelompokkan kedalam kelompok-kelompok data yang disusun
sesuai dengan permasalahan yang diteliti, sehingga memudahkan pekerjaan
analisis data. Data sekunder yang diperoleh dari penelusuran bahan pustaka
dan perundang-undangan diolah dan dikombinasikan dengan data primer
untuk menguji apakah praktek dilapangan sudah sesuai dengan teori atau
ketentuan hukum yang seharusnya diterapkan.
26
8. Metode Analisis Data
Teknis analisis data yang dipakai dalam penelitian ini adalah analisis
kualitatif, yaitu menggambarkan data yang diperoleh dari hasil penelitian
dengan cara menghubungkan data primer dan data sekunder ke dalam bentuk
uraian-uraian kalimat, sebagai gambaran atau jawaban atas permasalahan
yang diteliti.
27
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
1. Pendaftaran Tanah
Istilah Pendaftaran tanah berasal dari kata “Cadastre” dalam bahasa
Belanda merupakan istilah teknis untuk suatu yang menunjukkan pada luas, nilai
dan kepemilikan (atau lain-lain alas hak) terhadap suatu bidang tanah. Kata
“Cadastre” berasal dari bahasa latin “Capitastrum” yang berarti suatu register atau
capita atau unit yang diperbuat untuk pajak tanah romawi (Capotatio Terrens).
Dalam buku Hukum Agraria Indonesia, Boedi Harsono mengatakan bahwa :
“Pendaftaran tanah adalah suatu rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh
Negara/Pemerintah secara terus menerus dan teratur, berupa pengumpulan
keterangan atau data tertentu mengenai tanah-tanah tertentu yang ada di
wilayah-wilayah tertentu, pengolahan, penyimpanan dan penyajian bagi
kepentingan rakyat, dalam rangka memberikan jaminan kepastian hukum di
bidang pertanahan, termasuk penerbitan tanda buktinya dan
pemeliharaannya”19
Kata-kata "rangkaian kegiatan" menunjuk adanya berbagai kegiatan
dalam penyelenggaraan pendaftaran tanah. Kata-kata "terus menerus" menunjuk
kepada pelaksanaan kegiatan, bahwa sekali dimulai tidak akan ada akhirnya. Kata
"teratur" menunjukkan, bahwa semua kegiatan harus berlandaskan kepada
peraturan perundang-undangan yang sesuai.
Pengertian pendaftaran tanah tersebut juga ditegaskan dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 Tentang Pendaftaran Tanah pada Pasal 1 angka
1 bahwa :
19 Boedi Harsono, Op.cit, Halaman 72
27
28
“Pendaftaran tanah adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah
secara terus menerus, berkesinambungan dan teratur, meliputi pengumpulan,
pengolahan, pembukuan dan penyajian serta pemeliharaan data fisik dan data
yuridis, dalam bentuk peta dan daftar, mengenai bidang-bidang tanah dan satuan
rumah susun, termasuk pemberian sertipikat sebagai surat tanda bukti haknya
bagi bidang-bidang tanah yang sudah ada haknya dan hak milik atas satuan
rumah susun serta hak-hak tertentu yang membebaninya”.
Pengertian di atas menunjukkan bahwa ada berbagai macam kegiatan
dalam penyelenggaraan pendaftaran tanah yang berurutan, saling berkaitan satu
sama lain dan merupakan suatu kesatuan untuk memperoleh apa yang disebut
sertipikat. Kegiatan pendaftaran tanah tidak hanya diadakan sekali tetapi untuk
seterusnya apabila terjadi perubahan terhadap tanah maupun pemegang haknya
sehingga sesuai dengan kenyataan terakhir yang ada berlandaskan peraturan
hukum yang ada.
Sebagaimana dinyatakan dalam Pasal 1 Peraturan Pemerintah Nomor 24
Tahun 1997 Tentang Pendaftaran Tanah bahwa defenisi pendaftaran tanah adalah
suatu rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh Pemerintah secara terus menerus,
berkesinambungan dan teratur, meliputi 6 (enam) hal, yaitu pengumpulan,
pengolahan, pembukuan dan penyajian serta pemeliharaan data fisik dan data
yuridis dalam bentuk peta dan daftar mengenai bidang-bidang tanah dan satuan-
satuan rumah susun, termasuk pemberian surat tanda bukti haknya bagi bidang-
bidang tanah yang sudah ada haknya dan hak milik atas satuan rumah susun serta
hak-hak tertentu yang membebaninya.
Definisi tersebut di atas merupakan penyempurnaan dari ruang lingkup
kegiatan pendaftaran tanah berdasarkan Pasal 19 ayat (2) Peraturan Pemerintah
29
Nomor 10 tahun 1961 yang hanya meliputi : pengukuran, perpetaan dan
pembukuan tanah, pendaftaran dan peralihan hak atas tanah serta pemberian
tanda bukti hak sebagai alat pembuktian yang kuat. Pendaftaran Tanah
diselenggarakan untuk menjamin kepastian hukum, pendaftaran tanah ini
diselenggarakan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dan pemerintah.
2. Obyek Pendaftaran Tanah
Adapun objek pendaftran tanah diatur dalam Pasal 16 ayat (1) UUPA,
yang menetapkan hak-hak atas tanah yang dapat diberikan dan dipunyai
seseorang bersama orang lain serta badan hukum. Hak-hak atas tanah yang
merupakan hak atas benda, yaitu :20
a. Hak Milik :
Pasal 20 ayat (1) memberikan pengertian Tentang hak milik sebagai
berikut : “ Hak milik adalah hak turun menurun, terkuat dan terpenuh yang
dapat dipunyai orang atas tanah, dengan mengingat ketentuan dalam Pasal 6”.
Kata-kata terkuat dan terpenuh itu “bermaksud untuk
membedakannya dengan hak guna usaha, hak guna bangunan, hak pakai dan
hak-hak lainnya, yaitu : untuk menunjukkan bahwa diantara hak-hak atas
tanah yang dapat dipunyai orang, hak miliklah yang “ter” (paling) kuat dan
penuh”.
20 Elza Syarief, Pensertipikatan Tanah Bekas Hak Eigendom, Gramedia, Jakarta. 2014,
Halaman 40
30
Apabila dikaitkan dengan ketentuan Pasal 6 UUPA “tidak berarti
bahwa kepentingan perseorangan dapat dikesampingan begitu saja melainkan
tetap dilindungi”.
Adapun dasar hukum bahwa hak milik harus didaftarkan adalah Pasal
23 ayat (1) UUPA yang menyatakan: “Hak milik, demikian pula setiap
peralihan, hapusnya dan pembebanannya dengan hak-hak lain harus
didaftarkan menurut ketentuan-ketentuan yang dimaksud dalam Pasal 19”.
b. Hak Guna Usaha
Pasal 28 ayat (1) memberikan pengertian Tentang hak guna usaha
sebagai berikut : “Hak guna usaha adalah hak untuk mengusahakan tanah
yang dikuasai langsung oleh Negara, dalam jangka waktu sebagaimana
tersebut dalam Pasal 29.
Dalam hal ini A.P Parlindungan menyatakan bahwa : “Tentunya
dimaksud disini pertanian adalah yang berskala besar seperti perkebunan.21
Adapun yang dapat mempunyai Hak Guna Usaha di atur dalam Pasal
30 ayat (1) adalah :
a. Warga Negara Indonesia,
b. Badan Hukum yang didirikan menurut hukum Indonesia dan berkedudukan
di Indonesia.
Mengenai keharusan Hak Guna Usaha didaftarkan dapat ditelaah dalam
Pasal 32 ayat (1) UUPA yang menyatakan :
21 A.P Parlindungan, Op.cit, Halaman 167
31
“Hak Guna Usaha, termasuk syarat-syarat pemberiannya, demikian
juga setiap peralihan dan penghapusan hak tersebut, harus didaftarkan
menurut ketentuan-ketentuan yang dimaksud dalam Pasal 19”
c. Hak Guna Bangunan
Pasal 35 ayat (1) UUPA memberikan pengertian Tentang Hak Guna
Bangunan sebagai berikut :
“Hak Guna Bangunan adalah hak untuk mendirikan dan mempunyai
bangunan-bangunan atas tanah yang bukan miliknya sendiri, dengan jangka
waktu paling lama 30 tahun”
Adapun yang dapat mempunyai Hak Guna Bangunan menurut Pasal 36
ayat (1) UUPA adalah :
a. Warga Negara Indonesia
b. Badan Hukum yang didirikan menurut hukum Indonesia dan berkedudukan
di Indonesia
Selanjutnya dasar hukum yang mengharuskan Hak Guna Bangunan
didaftarkan adalah Pasal 38 ayat (1) yang menyatakan :
“Hak Guna Bangunan, termasuk syarat-syarat pemberiannya, demikian
juga setiap peralihan dan hapusnya hak tersebut harus didaftarkan
menurut ketentuan-ketentuan yang dimaksud dalam Pasal 19”
d. Hak Pakai
Pasal 41 ayat (1) UUPA memberikan pengertian Tentang hak pakai
sebagai berikut :
“Hak Pakai adalah hak untuk menggunakan dan/atau memungut hasil
dari tanah yang dikuasai langsung oleh negara atau tanah milik orang lain”.
32
Adapun yang dapat mempunyai hak pakai menurut Pasal 42 UUPA
adalah :
a. Warga Negara Indonesia
b. Orang asing yang berkedudukan di Indonesia
c. Badan hukum yang didirikan menurut hukum Indonesia dan berkedudukan
di Indonesia
d. Badan Hukum orang asing, yang mempunyai perwakilan di Indonesia
Selanjutnya mengenai kemungkinan mengalihkan hak pakai ini
ditegaskan dalam Pasal 43 UUPA yang berbunyi :
1. Sepanjang mengenai tanah yang dikuasai langsung oleh negara maka hak
pakai hanya dapat dialihkan kepada pihak lain dengan izin pejabat yang
berwenang.
2. Hak pakai atas tanah milik hanya dapat dialihkan kepada pihak lain, jika hal
dimungkinkan dalam perjanjian yang bersangkutan
Adapun dasar hukum hak pakai harus didaftarkan adalah Peraturan
Menteri Agraria Nomor 1 Tahun 1966 tentang Pendaftaran Hak Pakai dan Hak
Pengelolaaan.
e. Hak Pengelolaan
Peraturan yang mengharuskan hak pengelolaan didaftarkan adalah
Peraturan Menteri Agraria Nomor 1 Tahun 1966. Selanjutnya peraturan tersebut
disempurnakan dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 1977
yang merupakan penyempurnaan dari segala peraturan Hak Pengelolaan yang
sudah ada. Dalam Pasal 1 ayat (1) PMDN Nomor 1 Tahun 1977 memberikan
pengertian Hak Pengelolaan sebagai berikut :
1. Merencanakan peruntukkan dan penggunaan tanah yang bersangkutan
2. Menggunakan tanah tersebut untuk keperluan pelaksanaan usahanya
33
3. Menyerahkan bagian-bagian daripada tanah itu kepada pihak ketiga menurut
persyaratan yang ditentukan oleh perusahaan pemegang hak tersebut, yang
meliputi segi-segi peruntukkan, penggunaan, jangka waktu dan keuangannya,
dengan ketentuan bahwa pemebrian hak atas tanah kepada pihak ketiga yang
bersangkutan dilakukan oleh pejabat-pejabat yang berwenang, sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Adapun pemegang hak pengelolaan bukan hanya pemerintah daerah
otonom tetapi juga departemen, Lembaga pemerintah dan juga perusahaan
pemerintah pusat/daerah. Dengan demikian hak pengelolaan ini merupakan
delegasi wewenang kepada daerah otonom, departemen, lembaga dan perusahaan
pemerintah.
3. Asas dan Sistem Pendaftaran Tanah
Di dalam Pasal 2 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 disebutkan
bahwa “ Pendaftaran tanah dilaksanakan berdasarkan asas sederhana, aman,
terjangkau, mutakhir dan terbuka.
a. Asas Sederhana, adalah agar ketentuan-ketentuan pokoknya maupun dengan
mudah dipahami oleh pihak-pihak yang berkepentingan, terutama para
pemegang hak atas tanah.
b. Asas aman, dimaksudkan untuk menunjukan bahwa pendaftaran tanah harus
diselenggarakan secara teliti dan cermat, sehingga hasilnya dapat memberikan
jaminan kapastian hukum sesuai tujuan pendaftaran tanah itu sendiri.
c. Asas terjangkau, artinya dapat dijangkau oleh golongan ekonomi lemah
memperhatikan kebutuhan dan kemampuannya, artinya pendaftaran tanah harus
dapat dijangkau oleh pihak-pihak yang memerlukan.
34
d. Asas muktahir artinya data-data yang ada di dalam atau diperoleh dari
penyelenggaraan pendaftaran tanah harus dijaga eksistensinya, sehingga
terpelihara sesuai dengan kenyataan di lapangan.
e. Asas terbuka, artinya melalui penyelenggaraan pendaftaran tanah, bagi maupun
pemerintah yang ingin memperoleh keterangan data fisik dan data yuridis, akan
dapat memperoleh data yang benar setiap saat di kantor pertanahan.22
Ada dua macam sistem pendaftaran tanah menurut Boedi Harsono, yaitu
sistem pendaftaran akta (registration of deeds) dan sistem pendaftaran hak
(registration of titles). Sistem pendaftaran tanah mempermasalahkan : apa yang
didaftar, bentuk penyimpanan dan penyajian data yuridisnya serta bentuk tanda
bukti haknya. Baik dalam sistem pendaftaran akta maupun dalam sistem
pendaftaran hak, akta merupakan sumber data yuridis. Dalam sistem Pendaftaran
akta, akta-akta inilah yang didaftar. Dalam sistem pendaftaran akta, pejabatnya
bersikap pasif. Ia tidak melakukan pengujian kebenaran data yang disebut dalam
akta yang didaftar. Di kantor Pejabat Pendaftaran Tanah (PPT), salinan akta
disimpan dan terbuka untuk umum, sedangkan pemilik hak diberikan tanda bukti
berupa asli atau minuta akta tersebut.
Dalam sistem pendaftaran akta tiap kali terjadi perubahan wajib dibuatkan
akta sebagai buktinya. Sehingga dalam sistem ini, data yuridis yang diperlukan
harus dicari dalam akta-akta yang bersangkutan. Cacat hukum dalam suatu akta
bisa mengakibatkan tidak sahnya perbuatan hukum yang dibuktikan dengan akta
22 Penjelasan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997, Halaman 53
35
yang dibuat kemudian. Untuk memperoleh data yuridis harus dilakukan apa yang
disebut “title search”, yang bisa memakan waktu dan biaya karena memerlukan
bantuan ahli. Maka kemudian diciptakanlah sistem yang lebih sederhana dan
memungkinkan orang memeperoleh keterangan dengan cara yang mudah, tanpa
harus mengadakan tittle search pada akta-akta yang ada yaitu sistem pendaftaran
hak
Dalam sistem pendaftaran hak setiap penciptaan hak baru dan perbuatan
perbuatan hukum yang menimbulkan perubahan kemudian, juga harus dibuktikan
dengan suatu akta. Tetapi dalam penyelenggaraan pendaftarannya bukan aktanya
yang didaftar, melainkan haknya yang diciptakan dan perubahan-perubahannya
kemudianlah yang didaftar.
Akta hanya merupakan sumber datanya. Untuk pendaftaran hak dan
perubahan-perubahannya yang terjadi, kemudian disediakan suatu daftar isian,
yang biasa disebut “register” atau di Indonesia disebut buku tanah, sehingga jika
terjadi perubahan, tidak dibuatkan buku tanah baru, melainkan dicatatkan pada
ruang mutasi yang disediakan pada buku tanah yang bersangkutan.
Sebelum dilakukan pendaftaran haknya dalam buku tanah dan pencatatan
perubahannya kemudian, oleh Pejabat Pendaftaran Tanah dilakukan pengujian
kebenaran data yang dimuat dalam akta yang bersangkutan, sehingga pejabatnya
dapat dikatakan bersikap aktif.
Dalam sistem ini buku-buku tanah disimpan di Kantor Pendaftaran Tanah
dan terbuka untuk umum. Sebagai tanda bukti hak, diterbitkan sertipikat yang
36
merupakan salinan register, yang di Indonesia sertipikat hak atas tanah terdiri atas
salinan buku tanah dan surat ukur yang dijilid menjadi satu dalam sampul
dokumen yang dinamakan sertipikat.23
4. Asas Publisitas
Menurut Maria Darus Badrulzaman yang dimaksud dengan asas
publisitas adalah pengumuman kepada masyarakat mengenai status pemilikan.24
Dengan dilaksanakannya pengumuman tersebut, maka seseorang yang hendak
membeli sesuatu hak atas tanah tidak perlu melakukan penyelidikan sendiri,
karena keterangan mengenai subjek dan objek atas suatu bidang tanah dapat
diperoleh dengan mudah pada instansi pemerintah yang ditugaskan
menyelenggarakan pendaftaran tanah.
Kemudian Elza Syarief mengemukakan asas publisitas berarti setiap
orang dapat mengetahui informasi kepemilikan atas suatu bidang tanah : siapa
yang memiliki, berapa luasnya, dan apakah terdapat beban di atasnya.25
Dalam pendaftaran hak atas tanah, pemegang hak yang telah terdaftar
dalam daftar-daftar umum diberikan surat tanda bukti hak, yaitu surat yang
membuktikan pemegang hak sebagai pemegang hak yang sah menurut hukum
sesuai dengan kekuatan bukti yang diberikan dalam daftar-daftar umum. Daftar-
daftar umum yang mempunyai kekuatan bukti serta pemberian surat tanda bukti
23 Boedi Harsono, Op.Cit, Halaman 76-79
24 Maria Darus Badrulzaman, Op.cit, Halaman 138
25 Elza Syarief, Op.Cit. Halaman 62
37
hak merupakan dorongan yang kuat bagi para pemegang hak untuk mendaftarkan
haknya. Daftar-daftar umum yang tidak membuktikan orang terdaftar di dalamnya
sebagai pemegang hak yang sah menurut hukum. Oleh karena daftar-daftar umum
tersebut tidak mempunyai kekuatan bukti, maka tidak ada dorongan bagi
pemegang hak yang lama untuk mendaftarkan haknya yang baru. Untuk
mendorong para pemegang hak baru mendapatkan haknya, maka pendaftaran itu
dijadikan sebagai syarat bagi peralihannya.
Selanjutnya menurut Soedikno Mertukusumo menyatakan bahwa dalam
pendaftaran tanah dikenal 2 macam asas, salah satunya asas openbaarheid (asas
publisitas), asas ini memberikan data yuridis tentang siapa yang menjadi subjek
haknya, apa nama hak atas tanah, serta bagaimana terjadinya peralihan dan
pembebanannya. Data ini sifatnya terbuka untuk umum, artinya setiap orang dapat
melihatnya.
Berdasarkan asas ini, setiap orang berhak mengetahui data yuridis tentang
subjek hak, nama hak atas tanah, peralihan hak, dan pembebanan hak atas tanah
yang ada di Kantor Pertanahan Kabupaten Kota/Kabupaten, termasuk mengajukan
keberatan sebelum sertipikat diterbitkan, sertipikat pengganti, sertipikat yang
hilang atau sertipikat rusak.26
Dengan didaftarkannya benda tetap (tanah) di Kantor Pertanahan
bertujuan untuk memberikan kepastian hak, yaitu :
26 Urip Santoso, Pendaftaran Tanah dan Peralihan Hak Atas Tanah, Prenada Media Grup,
Jakarta, 2011, Halaman 17
38
a. Untuk memungkinkan orang-orang yang mempunyai tanah dengan mudah
membuktikan bahwa dialah yang berhak atas sebidang tanah, apa hak yang
dipunyainya, letak tanah dan luas tanah.
b. Untuk memungkinkan kepada siapapun guna mengetahui hal-hal yang ia ingin
ketahui berkenaan dengan sebidang tanah,
c. Dengan adanya pendaftaran tanah tersebut juga seseorang dapat dengan
mudah memperoleh keterangan berkenaan dengan sebidang tanah, seperti hak
apa yang dipunyai, berapa luas lokasi tanah, dimana dan apakah dibebani hak
tanggungan hipotik atau kredit verband atau tidak.27
27 Bachtiar Effendi, Kumpulan Tulisan Tentang Hukum Tanah, Alumni, bandung,
1982,Halaman, 16
39
BAB III
PENERAPAN ASAS PUBLISITAS DALAM PELAKSANAAN
PENDAFTARAN TANAH DI KANTOR PERTANAHAN KABUPATEN
KEPAHIANG
Pendaftaran tanah merupakan syarat untuk dilakukan penerapan asas
publisitas terhadap benda tidak bergerak/tetap dalam hal ini tanah. Adapun indikator
untuk mengukur penerapan asas publisitas dalam pelaksanaan pendaftaran tanah di
Kantor Pertanahan Kabupaten Kepahiang, yaitu:
1. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah Pasal
26 ayat (1) :
Daftar isian beserta peta bidang atau bidang-bidang tanah yang bersangkutan
sebagai hasil pengukuran diumumkan selama 30 (tiga puluh) hari dalam
pendaftaran tanah secara sistematik atau 60 (enam puluh) hari dalam pendaftaran
tanah secara sporadik untuk memberikan kesempatan kepada pihak yang
berkepentingan mengajukan keberatan.
2. Peraturan Menteri Agraria Nomor 3 Tahun 1997 tentang Ketentuan Pelaksana
Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah Pasal 63
ayat (2) :
Untuk memberikan kesempatan bagi yang berkepentingan mengajukan keberatan
mengenai data fisik dan data yuridis yang sudah dikumpulkan oleh Panitia
Ajudikasi, maka Daftar Data Yuridis dan Data Fisik bidang tanah (daftar isian
201C) sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan peta bidang-bidang tanah
diumumkan dengan menggunakan daftar isian 201B selama 30 (tiga puluh) hari
di Kantor Pertanahan dan Kantor Kepala Desa/Kelurahan.
39
40
3. Peraturan Menteri Agraria Nomor 3 Tahun 1997 tentang Ketentuan Pelaksana
Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah Pasal 86
ayat (2) :
Untuk memberikan kesempatan bagi yang berkepentingan mengajukan keberatan
atas data fisik dan data yuridis mengenai bidang tanah yang dimohon
pendaftarannya, maka Daftar Data Yuridis dan Data Fisik bidang tanah (daftar
isian 201C) sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan peta bidang tanah yang
bersangkutan diumumkan dengan menggunakan daftar isian 201B selama 60
(enam puluh) hari di Kantor Pertanahan dan Kantor Kepala Desa/Kelurahan.
4. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 Tentang Pendaftaran Tanah Pasal
34 ayat (1) :
Setiap orang yang berkepentingan berhak mengetahui data fisik dan data yuridis
yang tersimpan di dalam peta pendaftaran, daftar tanah, surat ukur dan buku
tanah.
5. Peraturan Menteri Agraria Nomor 3 Tahun 1997 Tentang Ketentuan Pelaksana
Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 Tentang Pendaftaran Tanah Pasal
187 ayat (1) :
Informasi Tentang data fisik dan data yuridis yang ada pada peta
pendafataran,daftar tanah, surat ukur, dan buku tanah terbuka untuk umum dan
dapat diberikan kepada pihak yang berkepentingan secara visual atau secara
tertulis.
Informasi tertulis Tentang data fisik dan data yuridis mengenai sebidang tanah
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan dalam bentuk Surat Keterangan
Pendaftaran Tanah.
6. Peraturan Menteri Agraria Nomor 3 Tahun 1997 Tentang Ketentuan Pelaksana
Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 Tentang Pendaftaran Tanah Pasal
191 :
(1) Data fisik dan data yuridis yang tercantum dalam daftar nama hanya dapat
diberikan kepada Instansi Pemerintah yang memerlukan untuk keperluan
41
pelaksanaan tugasnya dengan mengajukan permintaan yang menyebutkan
keperluan tersebut.
(2) Permintaan tersebut dipenuhi setelah disetujui oleh Kepala Kantor
Pertanahan.
7. Peraturan Menteri Agraria Nomor 3 Tahun 1997 Tentang Ketentuan Pelaksana
Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 Tentang Pendaftaran Tanah Pasal
Pasal 192 :
(3) Dengan izin tertulis dari Kepala Kantor Wilayah kepada instansi yang
memerlukan untuk pelaksanaan tugasnya dapat diberikan petikan, salinan
atau rekaman dokumen pendaftaran tanah yang tersimpan di Kantor
Pertanahan.
(4) Dengan izin Kepala Kantor Wilayah kepada pemegang hak yang
bersangkutan dapat diberikan petikan, salinan atau rekaman dokumen
pendaftaran tanah yang menjadi dasar pembukuan hak atas namanya yang
tersimpan di Kantor Pertanahan.
Berdasarkan ketentuan peraturan di atas, maka penerapan asas publisitas
dalam pelaksanaan pendaftaran tanah bertambah penting dalam mencapai tujuan
pendaftaran tanah, yakni memberi kepastian hukum kepada subyek hak atas tanah
dan kepada semua pihak yang membutuhkan informasi terhadap suatu bidang tanah.
Masalahnya bagaimana penerapan asas publisitas tersebut dalam praktik pendaftaran
tanah ?
Berdasarkan penelitian yang dilakukan peneliti dengan mewawancarai
Krisno Kusdibyo, Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten Kepahiang, menjelaskan
bahwa penerapan asas publisitas dalam pelaksanaan pendaftaran tanah dalam praktik
pendaftaran tanah dilakukan pada kegiatan pendaftaran tanah untuk pertama kali dan
kegiatan pemeliharaan data pendaftaran tanah. Pasal 26 ayat (1) Peraturan Pemerintah
42
Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah Jo Pasal 63 ayat (2) dan Pasal 86
ayat (2) PMNA/Ka.BPN Nomor 3 Tahun 1997 tentang Ketentuan Pelaksana
Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah, digunakan
untuk penerapan asas publisitas dalam pelaksanaan pendaftaran tanah untuk pertama
kali. Kegiatan pendaftaran tanah untuk pertama kali dilakukan melalui kegiatan
pendaftaran tanah secara sistematik dan kegiatan pendaftaran tanah secara sporadik.
Kegiatan pendaftaran tanah secara sistematik adalah kegiatan pendaftaran tanah yang
dilakukan secara serentak yang meliputi semua obyek pendaftaran tanah yang belum
didaftar dalam wilayah atau bagian wilayah suatu desa/kelurahan.28 Sedangkan
pendaftaran tanah secara sporadik adalah kegiatan pendaftaran tanah untuk pertama
kali mengenai satu atau beberapa obyek pendaftaran tanah dalam wilayah atau bagian
wilayah suatu desa/kelurahan secara individual atau massal.29
Kemudian Pasal 34 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997
Tentang Pendaftaran Tanah Jo Pasal 187 ayat (1), Pasal 191 ayat (1) dan (2) dan
Pasal 192 ayat (3) dan (4) tentang Ketentuan Pelaksana Peraturan Pemerintah Nomor
24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah, digunakan untuk penerapan asas
publisitas dalam pemeliharaan data pendaftaran tanah.
Untuk dilakukan penerapan asas publisitas dalam pelaksanaan pendaftaran
tanah untuk pertama kali ditentukan oleh status tanah yang didaftarkan dan cara
28 Pasal 1 angka (10) PP No.24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah
29 Pasal 1 angka (10) PP No.24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah
43
pelaksanaan pendaftaran tanahnya, apakah dilakukan dengan cara penegasan hak atau
pengakuan hak atau pemberian hak.
Terhadap pelaksanaan pendaftaran tanah yang dilakukan dengan
pemberian hak atas tanah negara, penerapan asas publisitas dalam pelaksanaan
pendaftaran tanah tidak dilakukan, sedangkan kalau penegasan hak atau pengakuan
hak, penerapan asas publisitas dalam pelaksanaan pendaftaran tanah dilakukan.30
Analisis hasil penelitian dari keterangan di atas, bahwa penerapan asas
publisitas dalam pelaksanaan pendaftaran tanah dilakukan pada kegiatan pendaftaran
tanah untuk pertama kali dan kegiatan pemeliharaan data pendaftaran tanah.
Penerapan asas publisitas dalam pelaksanaan pendaftaran tanah untuk pertama kali
dilakukan sesuai status tanah yang akan di jadikan obyek pendaftaran tanah itu
sendiri, status tanah itu apakah tanah negara atau tanah yang berasal dari eks adat atau
eks barat. Untuk obyek pendaftaran tanah berasal dari tanah eks adat dan eks barat
wajib dilakukan pengumuman, sesuai yang diatur Peraturan Pemerintah Nomor 24
Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah dalam Pasal 26 ayat (1) Jo Pasal 63 ayat (2)
dan Pasal 86 ayat (2) PMNA/Ka.BPN Nomor 3 Tahun 1997 tentang Ketentuan
Pelaksana Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah,
kemudian untuk obyek pendaftaran tanah berasal dari Tanah Negara tidak wajib
dilakukan pengumuman sesuai yang diatur PMNA/Ka.BPN Nomor 9 Tahun 1999
tentang Tata Cara Pemberian dan Pembatalan Hak Atas Tanah Negara dan Hak
30 Wawancara dengan Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten Kepahiang, di Kepahiang,
tanggal 5 maret 2014, pukul 10.00 WIB
44
Pengelolaan dalam Pasal 101 ayat (1), (2), (3), dan (4) Jo Pasal 9 Peraturan Kepala
Badan Pertanahan Nasional Nomor 1 Tahun 2010 tentang Standar Pelayanan Dan
Pengaturan Pertanahan.
Tanah negara adalah tanah yang langsung dikuasai oleh Negara artinya tanah
yang tidak dipunyai dengan suatu hak atas tanah.31 Artinya tanah yang dimohonkan
hak diatasnya itu mungkin berstatus tanah negara dan tanah hak pengelolaan.
Dalam penjelasan Pasal 2 ayat (2) UUPA, menjelaskan bahwa “menguasai
negara” bukan berarti tanah hak milik negara merupakan organisasi kekuasaan
tertinggi yang berhak mengatur dan menguasai seluruh tanah yang ada di kawasan
Republik Indonesia. Tata cara permohonan dan pemberian hak atas tanah Negara
diatur dalam Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional
Nomor 9 Tahun 1999 tentang Tata Cara Pemberian dan Pembatalan Hak Atas Tanah
Negara dan Hak Pengelolaan.
Kemudian cara pelaksanaan pendaftaran tanahnya, apakah dilakukan melalui
penegasan hak atau pengakuan hak atau pemberian hak. Untuk tanah-tanah yang
berasal dari tanah eks barat dan eks adat dilakukan melalui penegasan hak atau
pengakuan hak, sedangkan untuk tanah Negara dilakukan melalui pemberian hak.
1. Penegasan Hak
Cara menyesuaikan hak-hak atas tanah yang lama kedalam sistem
UUPA disebut konversi. Penyelesaian dari tanah ex BW telah berakhir dengan
dikeluarkannya Keputusan Presiden Nomor 32 tahun 1979 yang menyatakan
31 Pasal 1 angka (3) PP No. 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran tanah.
45
bahwa : tanah-tanah tersebut telah berakhir masa konversinya dan bagi tanah-
tanah yang tidak diselesaikan haknya menjadi kembali tanah yang dikuasai
Negara. Untuk hak-hak adat yang tunduk kepada hukum adat telah diadakan
ketentuan khusus yaitu dengan Surat Keputusan Menteri Dalam Negari Nomor
26/DDA/1970, dimana konversi dari hak-hak adat tidak ada batasan waktu
konversi karena pertimbangan khususnya biaya, prosedur, dan ketidakpedulian
dari rakyat untuk mensertipikatkan tanahnya.
Berdasarkan ketentuan Pasal 88 ayat (1) huruf a Peraturan Menteri
Agraria/ KBPN Nomor 3 Tahun 1997 tentang Ketentuan Pelaksana Peraturan
Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997, bahwa untuk bekas Tanah Milik Adat (TMA)
yang alat bukti tertulisnya lengkap dan yang alat bukti tertulisnya tidak lengkap
tetapi ada keterangan saksi maupun pernyataan yang bersangkutan yang
dipercaya kebenarannya oleh Kepala Kantor Pertanahan ditegaskan Konversinya
menjadi hak milik, hal ini sesuai dengan ketentuan Tentang pembuktian hak lama
dalam Pasal 24 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 1997 tentang
Pendaftaran Tanah dimana untuk alat-alat bukti tersebut dapat dilakukan
penegasan hak.
2. Pengakuan Hak
Pasal 88 ayat (1) huruf b Peraturan Menteri agraria/KBPN Nomor 3
Tahun 1997 tentang Ketentuan Pelaksana Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun
1997 tentang Pendaftaran Tanah disebutkan “ hak atas tanah yang alat bukti
kepemilikannya tidak ada tetapi telah dibuktikan kenyataan penguasaan fisiknya
46
selama 20 tahun sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya diakui sebagai
hak milik. Sesuai dengan ketentuan Tentang pembuktian hak Lama dalam Pasal
24 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 1997 tentang Pendaftaran
Tanah, dimana untuk alat-alat bukti tersebut dapat dilakukan pengakuan hak.
Ketentuan ini mencerminkan perhatian dan perlindungan hukum terhadap
penguasaan dan pemilikan tanah oleh anggota masyarakat hukum adat yang
hanya didasarkan pada penguasaan secara fisik namun tidak mengurus
kepemilikannya.
3. Pemberian Hak
Menurut ketentuan Pasal 4 Undang-undang Pokok Agraria yang
selanjutnya dirinci dalam pasal 16 ayat (1), kepada perorangan atau badan hukum
dapat diberikan berbagai macam hak atas tanah. Meskipun secara tegas diatur,
akan tetapi wewenang untuk memberikan hak-hak atas tanah seperti disebutkan
dalam Pasal 16 ayat (1) UUPA adalah Negara Republik Indonesia. Pemerintahan
Republik Indonesia dalam hal ini adalah Badan Pertanahan Nasional. Selanjutnya
untuk lebih memperlancar pelaksanaan tugas yang berhubungan dengan hak atas
tanah dikeluarkan Peraturan Dalam Negeri (PMDN) Nomor 6 Tahun 1972
tentang Pelimpahan Wewenang Pemberian Hak Atas Tanah kepada
gubernur/bupati/walikota kepala daerah dan kepala kecamatan dalam
kedudukannya dan fungsinya sebagai wakil pemerintah. Peraturan diatas telah
diubah dengan Peraturan Menteri Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional
Nomor 3 Tahun 1999 tentang Pelimpahan Kewenangan Pemberian Dan
47
Pembatalan Keputusan Pemberian Hak Atas Tanah Negara. Dalam Pasal 17
Peraturan ini menyebutkan dengan berlakunya peraturan maka Peraturan Dalam
Negeri (PMDN) Nomor 6 Tahun 1972 tentang Pelimpahan Wewenang
Pemberian Hak Atas Tanah dan semua ketentuan yang bermaksud melimpahkan
kewenangan pemberian hak atas tanah dalam pelaksanaan peraturan/ keputusan
ini lainnya tidak berlaku.
Pemberian hak adalah suatu proses yang dimulai dari masuknya
permohonan kepada instansi yang berwenang sampai lahirnya hak atas tanah
yang dimohonkan itu. Suatu permohonan hak atas tanah dapat dinilai layak
menurut hukum untuk proses jika subjek permohonan dapat membuktikan secara
hukum bahwa dialah pihak satu-satunya yang berhak atas tanah yang
dimohonkannya itu. Penilaian terhadap pembuktian yang dilakukan petugas
pelaksana atas permohonan tersebut adalah bertitik tolak kepada riwayat
perolehan hak atas tanah yang bersangkutan yang ternyata sah dan dapat
dipertanggungjawabkan. Dalam penilaian terhadap pembuktian riwayat asal-usul
tanah ini, dapat ditemukan dalam aspek perdata dalam permohonan hak atas
tanah tersebut. Jika aspek hukum keperdataannya telah memenuhi syarat
penilaian dilanjutkan pada segi perencanaan pemerintah, peruntukan,
penggunaan tanah dan status tanah yang merupakan aspek hukum administrasi
pertanahan.
Demikian juga responden lainnya, Sri Kuntjoro, Kepala Seksi Hak Tanah
dan Pendaftaran Tanah, menjelaskan penerapan asas publisitas dalam pelaksanaan
48
pendaftaran tanah untuk pertama kali tidak selalu dilakukan. Penerapan asas
publisitas dilakukan dalam hal penegasan hak atau pengakuan hak dan untuk
pendaftaran tanah yang bersifat pemberian hak atas tanah negara penerapan asas
publisitas tidak perlu dilakukan, sedangkan untuk pemeliharaan data pendaftaran
tanah penerapan asas publisitas perlu dilakukan dalam hal pemberian informasi
mengenai sebidang tanah bagi pihak-pihak yang berkepentingan.32
Berdasarkan hasil penelitian, adapun prosedur/tahapan-tahapan dalam
pelaksanaan pendaftaran tanah untuk pertama kali yang dilakukan secara sistematik
dan sporadik, yaitu :
a. Tahapan pelaksanaan pendaftaran tanah secara sistematik :
1) Penetapan Lokasi
Dalam mengusulkan dan menetapkan obyek kegiatan agar dilakukan
secara cermat dan teliti sesuai dengan kriteria lokasi yang telah ditentukan.
Penetapan lokasi kegiatan hendaknya memperhatikan hasil-hasil dari program
pertanahan yang ada di Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota atau yang
dilakukan oleh Kantor Wilayah BPN Provinsi pada tahun anggaran
sebelumnya. Mekanisme penetapan lokasi kegiatan dilakukan dengan cara
sebagai berikut :
a) Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten /Kota menyusun daftar kecamatan
dan Desa/Kelurahan calon lokasi kegiatan sesuai dengan kriteria lokasi
32 Wawancara dengan Kepala Seksi Hak Tanah dan Pendaftaran Tanah, di Kepahiang,
tanggal 10 maret 2014 pukul 14.00 WIB.
49
dengan memperhatikan : Jumlah masyarakat golongan ekonomi lemah
sampai menengah di Desa/Kelurahan yang bersangkutan,
Usulan/permintaan kegiatan pensertipikatan tanah dari Pemerintah atau
Pemerintah Daerah, dan Ketersediaan infrastruktur pendaftaran tanah.
b) Kepala Kantor Wilayah BPN Provinsi meneliti dan mengkaji usulan calon
kecamatan lokasi kegiatan.
c) Kepala Kantor Wilayah BPN Provinsi menerbitkan Surat Keputusan
Kecamatan Lokasi kegiatan, dan menyampaikan Surat Keputusan tersebut
kepada Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota dengan tembusan
Kepala BPN-RI c.q Sekretaris Utama dan Deputi Bidang Hak Tanah dan
Pendaftaran Tanah selaku penanggung jawab dan ketua Tim Koordinator
Kegiatan.
d) Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota menetapkan lokasi
Desa/Kelurahan di dalam wilayah kecamatan lokasi kegiatan sebagiamana
dimaksud dalam Surat keputusan Kepala Kantor Wilayah BPN Provinsi
dengan tembusan kepada Kepala BPN RI c.q. Sekretaris Utama dan Deputi
Bidang Hak Tanah dan Pendaftaran Tanah selaku penanggungjawab dan
Ketua Tim Koordinator Kegiatan.
e) Kepala Kantor Wilayah BPN Provinsi dapat merevisi Kecamatan lokasi
kegiatan, atas usulan Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota
f) Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota dapat merevisi desa/kelurahan
lokasi kegiatan sepanjang memenuhi kriteria lokasi.
50
2) Penyuluhan
Sebelum pelaksanaan kegiatan pengumpulan data yuridis dan data
fisik, diadakan penyuluhan untuk memberikan penjelasan program, tujuan
serta manfaat, persyaratan permohonan hak, obyek dan subyek yang masuk
kriteria dalam kegiatan, hak dan kewajiban peserta sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku. Penyuluhan bertujuan untuk
memberitahukan kepada pemilik tanah atau kuasanya atau pihak lain yang
berkepentingan bahwa di Desa/Kelurahan tersebut akan diadakan kegiatan
pensertipikatan secara massal, contohnya : PRONA, PRODA, dan Lain
sebagainya.
3) Pengumpulan data yuridis (alat bukti/alas hak)
Petugas yang ditetapkan oleh Panitia Adjudikasi yang terdiri dari
petugas dari Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota dan Petugas Desa/Kelurahan
setempat untuk melakukan pengumpulan data yuridis (alat bukti/alas hak)
kepada peserta pendaftaran tanah secara sistematik, seperti : Surat Keterangan
Tanah yang di keluarkan oleh Kepala Desa/Kelurahan, Akta Jual Beli atau
kwitansi atau surat keterangan jual-beli kalau perolehan tanah dari jual beli,
Surat Keterangan Waris apabila tanah itu diperoleh dari warisan, Surat
Keterangan Hibah apabila Tanah itu diperoleh dari Hibah, Surat Pernyataan
Penguasaan Fisik Bidang Tanah untuk mengetahui riwayat bidang tanah, dan
lain sebagainya.
51
4) Pengukuran bidang tanah
Pengukuran bidang tanah dilakukan untuk pemastian letak dan batas
bidang-bidang tanah yang telah dipasang tanda-tanda batas kemudian dan
sudah mendapat persetujuan dari pemohon dan tetangga yang berbatasan
(asas contradicture delemitatie). Asas contradicture delemitatie adalah
persetujuan dari pemohon dan tetangga yang berbatasan.33
5) Pemeriksaan Tanah
Pemeriksaan tanah dilakukan oleh Panitia Pemeriksa Tanah A yang
ditetapkan oleh Panitia Adjudikasi dengan susunan keanggotaan dan tugasnya
berpedoman pada Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik
Indonesia Nomor 7 Tahun 2007 tentang Panitia Pemeriksa Tanah Jo Pasal 83
dan 84 Peraturan Menteri Negara Agraria Nomor 3 Tahun 1997 tentang
Ketentuan Pelaksana Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang
Pendaftaran Tanah.
6) Pengumuman
Untuk keperluan pendaftaran hak, hak atas tanah yang berasal dari
hak-hak lama (tanah eks adat atau eks barat) dilaksanakan pengumuman data
fisik dan data yuridis, selama 30 (enam puluh) hari di Kantor Pertanahan
Kabupaten/Kota, di Kantor Desa/ kelurahan lokasi letak tanah sesuai yang
33 Anonim. http://ianbachruddin.blogspot.com/2011/11/pendaftaran-tanah.html. Diakses
pada hari Sabtu tanggal 28 Juni 2014 pukul 11.40 WIB
52
diatur dalam Pasal 63 ayat (2) Peraturan Menteri Negara Agraria Nomor 3
Tahun 1997 tentang tentang Ketentuan Pelaksana Peraturan Pemerintah
Nomor 24 Tahun 1997. Pengumuman meliputi peta bidang tanah (data fisik
bidang tanah) dengan daftar luas masing-masing bidang tanah (data fisik
bidang tanah) dan data kepemilikan tanah (data yuridis bidang tanah) yang
dituangkan dalam daftar isian 201 C dan diumumkan dengan menggunakan
daftar isian 201 B, apabila terdapat keberatan pada saat pengumuman data
fisik dan data yuridis maka Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota atau
pejabat yang ditunjuk melakukan penelitian dan hasilnya dituangkan dalam
berita acara. Hasil pengumuman data fisik dan data yuridis dibuatkan
pengesahan oleh Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota.
7) Penerbitan SK hak/pengesahan data fisik dan data yuridis.
a) Hak atas bidang tanah yang berasal dari hak-hak lama yang alat bukti
tertulisnya lengkap sebagaimana dimaksud dalam Pasal 76 ayat (1)
Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala BPN Nomor 3 Tahun 1997, dan
yang alat bukti tertulisnya tidak lengkap tetapi ada keterangan saksi
maupun pernyataan yang bersangkutan sebagimana dimaksud dalam Pasal
76 ayat (2), penetapan haknya dilakukan melalui penegasan konversi sesuai
Pasal 88 ayat (1) huruf a dengan Surat Keputusan Kepala Kantor
Pertanahan Kabupaten/Kota yang dituangkan dalam Daftar Isian 201.
b) Hak atas bidang tanah yang berasal dari hak-hak lama yang alat bukti
tertulis tidak ada, tetapi telah dibuktikan kenyataan penguasaan fisiknya
53
selama 20 tahun sebagaimana dimaksud dalam Pasal 76 ayat (3), penetapan
haknya dilakukan melalui pengakuan hak sesuai Pasal 88 ayat (1) huruf b
dengan Surat Keputusan Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota yang
dituangkan dalam Daftar Isian 201
c) Hak atas bidang tanah yang berasal dari tanah negara penetapan haknya
melaui proses penetapan pemberian hak, dengan Surat Keputusan
Pemberian Hak Atas Tanah sesuai kewenangan yang diatur dalam
Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 1 Tahun 2011 jo
Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 3 Tahun 2012 jo
Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 2 Tahun 2013 tentang
Pelimpahan Kewenangan Pemberian Hak Atas Tanah dan Kegiatan
Pendaftaran Tanah Tertentu .
8) Penerbitan sertipikat
Setelah tahapan-tahapan mulai dari penyuluhan sampai penerbitan
SK Hak dilakukan dan tanpa ada pihak yang mengajukan keberatan, maka
diterbitkanlah sertipikat sebagai alat bukti kepemilikan hak atas tanah yang
masing-masing sudah dibukukan dalam daftar umum pendaftaran tanah yang
bersangkutan.34
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dilapangan, seperti
mewawancarai pemohon Bapak Fahmi Andi Octavian, usia 42 Tahun, bertempat
tinggal di Desa Limbur Lama Kecamatan Muara Kemumu, Fahmi Andi Octavian
34 Petunjuk Teknis Kegiatan PRONA, Badan Pertanahan Nasional, 2013,halaman 15-27.
54
telah mensertipikatkan tanahnya pada tahun 2012 melalui kegiatan PRONA,
adapun riwayat tanah Fahmi Andi Octavian, yaitu : Bahwa semula tanah yang
dimohon haknya dikuasai oleh saudara Hasan Sari berdasarkan garapan sendiri
yang tidak memiliki surat menyurat, kemudian pada tahun 1999 tanah tersebut
beralih penguasaannya kepada saudara Dedi Siswanto yang diperoleh berdasarkan
Akta Jual Beli. Kemudian pada tahun 2012 tanah tersebut beralih kepada pemohon
saudara Fahmi Andi Octavian berdasarkan surat pemindahan penguasaan tanah
tanggal 01 Juli 2012, adapun alas hak yang digunakan oleh Fahmi Andi Octavian
untuk melakukan pendaftaran tanah yaitu : Akta Jual Beli, Surat Pernyataan
Penguasaan Fisik Bidang Tanah tanggal 01 Juli 2012 yang ditandatangani oleh
pemohon saudara Fahmi Andi Octavian di atas materai cukup dan disaksikan oleh
2 (dua) orang saksi serta diketahui oleh Kepala Desa Limbur Lama Kecamatan
Muara Kemumu Kabupaten Kepahiang dan dipertegas dengan Surat Keterangan
Tanah yang ditandatangani oleh Kepala Desa Limbur Lama Kecamatan Muara
Kemumu Kabupaten Kepahiang.35
Berdasarkan penelitian dengan mewawancarai pemohon Bapak Suparto,
usia 52 tahun, bertempat tinggal di desa Kuto Rejo Kecamatan Kepahiang, Suparto
telah mensertipikatkan tanahnya pada tahun 2012 melalui kegiatan PRONA, adapun
riwayat tanah Suparto yaitu : bahwa semula tanah yang dimohon haknya dikuasai
oleh saudara Zubaidah Basri berdasarkan garapan sendiri yang tidak memiliki surat
35 Wawancara dengan Fahmi Andi Octavian di Kepahiang, tanggal 13 maret 2014 pukul
10.00 WIB
b.Riwayat Tana…..
55
menyurat, kemudian pada tahun 1988 tanah tersebut beralih penguasaanya kepada
Saudara Hasan Basri yang diperoleh berdasarkan Jual Beli yang dilakukan secara
lisan sejak Tahun 1988, kemudian pada tahun 2012 tanah tersebut beralih kepada
pemohon saudara Suparto berdasarkan Surat Keterangan Jual beli yang ditanda
tangani ke 2 belah pihak dan disaksikan 2 (dua) orang saksi dan diketahui Kepala
Desa Kuto Rejo, adapun alas hak yang digunakan oleh Suparto untuk melakukan
pendaftaran tanah yaitu : Surat keterangan jual beli yang ditanda tangani ke 2 (dua)
belah pihak dan disaksikan 2 (dua) orang saksi dan diketahui Kepala Desa Kuto
Rejo kemudian Surat Pernyataan Penguasaan Fisik Bidang Tanah yang
ditandatangani oleh pemohon saudara Suparto di atas materai cukup dan disaksikan
oleh 2 (dua) orang saksi serta diketahui oleh Kepala Desa Kuto Rejo Kecamatan
Kepahiang Kabupaten Kepahiang dan dipertegas dengan Surat Keterangan Tanah
yang ditandatangani oleh Kepala Desa Kuto Rejo Kecamatan Kepahiang.36
Berdasarkan penelitian dengan mewawancarai pemohon Bapak Armawi.
K, usia 45 tahun, bertempat tinggal di Desa Sosokan Taba Kecamatan Muara
Kemumu, Armawi. K telah mensertipikatkan tanahnya pada tahun 2012 melalui
kegiatan PRONA, adapun riwayat tanah Armawi. K, yaitu : bahwa semula tanah
yang dimohon haknya dikuasai oleh saudara Ilyas berdasarkan garapan sendiri yang
tidak memiliki surat menyurat sejak tahun 1970, kemudian pada tahun 1992 tanah
tersebut beralih penguasaanya kepada Saudara Sabra yang diperoleh berdasarkan
36 Wawancara dengan Suparto di Kepahiang, tanggal 13 maret 2014 pukul 14.00 WIB.
b.Riwayat Tana…..
56
Jual Beli yang dilakukan secara Lisan, kemudian pada tahun 2010 tanah tersebut
beralih kepada pemohon Saudara Kailani berdasarkan Akta Jual Beli
No:116/AJB/KPH/2010 tanggal 08 Maret 2010 yang ditanda tangani oleh ke 2 belah
pihak yang disaksikan 2 orang saksi dan diketahui oleh Kepala Desa Sosokan Taba,
adapun alas hak yang digunakan oleh Armawi. K untuk mendaftarkan tanahnya
yaitu : Akta Jual-Beli No:116/AJB/KPH/2010, Surat Pernyataan Penguasaan Fisik
Bidang Tanah tanggal 09 Agustus 2010 yang ditandatangani oleh pemohon Saudara
Armawi. K di atas materai cukup dan disaksikan oleh 2 (dua) orang saksi serta
diketahui oleh Kepala Desa Sosokan Taba Kecamatan Muara Kemumu Kabupaten
Kepahiang dan dipertegas dengan Surat Keterangan Tanah yang ditandatangani oleh
Kepala Desa Sosokan Taba Kecamatan Muara Kemumu Kabupaten Kepahiang.37
Berdasarkan penelitian dengan mewawancarai pemohon Ibu Ria Agustina,
usia 37 tahun, bertempat tinggal di Desa Cinto Mandi Kecamatan Muara Kemumu
Kabupaten Kepahiang, Ria Agustina telah mensertipikatkan tanahnya pada tahun
2013 melalui kegiatan PRONA, adapun riwayat tanah Ria Agustina, yaitu : Bahwa
tanah yang dimohon Haknya semula dikuasai oleh saudara Marzuki berdasarkan
garapan sendiri dan tidak memiliki surat menyurat, kemudian pada tahun 2011
tanah tersebut beralih penguasaannya kepada Saudara Toni berdasarkan surat
pemindahan penguasaan tanah Tanggal 14 Maret 2011 yang ditanda tangani ke 2
belah pihak dan para saksi serta diketahui oleh Camat Kecamatan Muara Kemumu,
kemudian pada tahun 2013 tanah tersebut beralih kepada pemohon saudara Ria
37 Wawancara dengan Armawi. K, di Kepahiang, tanggal 13 maret 2014 pukul 11.00 WIB
b.Riwayat Tana…..
b.Riwayat Tana…..
57
Agustina berdasarkan Surat Keterangan Jual Beli Tanggal 20 Januari 2013, adapun
alas hak yang digunakan oleh Ria Agustina untuk mendaftarkan tanahnya yaitu :
Surat Keterangan Jual Beli, Surat Pernyataan Penguasaan Fisik Bidang Tanah
tanggal 22 Mei 2013 yang ditandatangani oleh pemohon saudara Ria Agustina di
atas materai cukup dan disaksikan oleh 2 (dua) orang saksi serta diketahui oleh
Kepala Desa Cinto Mandi Kecamatan Muara Kemumu Kabupaten Kepahiang dan
dipertegas dengan Surat Keterangan Tanah yang ditandatangani oleh Kepala Desa
Cinto Mandi Kecamatan Muara Kemumu Kabupaten Kepahiang.38
Berdasarkan penelitian dengan mewawancarai pemohon Bapak Indra
Saputra, usia 40 tahun, bertempat tinggal di Desa Weskust Kecamatan Kepahiang
Kabupaten Kepahiang, Indra Saputra telah mensertipikatkan tanahnya pada tahun
2011 melalui kegiatan PRONA, adapun riwayat tanah Indra Saputra, yaitu : bahwa
semula tanah yang dimohon haknya dikuasai oleh saudara Kadarna berdasarkan
garapan sendiri yang tidak memiliki surat menyurat. Bahwa kemudian pada tahun
2000 tanah tersebut beralih penguasaanya kepada Indra Saputra berdasarkan Surat
Keterangan Jual Beli Tanggal 20 Januari 2000, adapun alas hak yang digunakan
oleh Indra Saputra untuk mendaftarkan tanahnya, yaitu : surat keterangan jual beli,
Surat Pernyataan Penguasaan Fisik Bidang Tanah tanggal 01 Maret 2011 yang
ditandatangani oleh pemohon saudara Indra Saputra di atas materai cukup dan
disaksikan oleh 2 (dua) orang saksi serta diketahui oleh Kepala Desa Weskust
38 Wawancara dengan Ria Agustina di Kepahiang, tanggal 13 maret 2014 pukul 11.30
WIB.
58
Kecamatan Kepahiang Kabupaten Kepahiang dan dipertegas dengan Surat
Keterangan Tanah yang ditandatangani oleh Kepala Desa Weskust Kecamatan
Kepahiang Kabupaten Kepahiang.39
Berdasarkan penelitian dengan mewawancarai pemohon Bapak Ediansyah,
usia 27 tahun, bertempat tinggal di Desa Sukamerindu Kecamatan Kepahiang
Kabupaten Kepahiang, Ediansyah telah mensertipikatkan tanahnya pada tahun 2011
melalui kegiatan PRONA, adapun riwayat tanah Ediansyah, yaitu : bahwa semula
tanah yang dimohon haknya dikuasai oleh saudara Andi berdasarkan garapan
sendiri yang tidak memiliki surat menyurat. Bahwa kemudian pada tahun 2009
tanah tersebut di hibahkan kepada Aang berdasarkan Surat Keterangan Hibah
Tanggal 14 Januari 2009, kemudian pada tahun 2010 tanah tersebut dijual kepada
saudara Ediansyah pada tanggal 24 Mei 2010, adapun alas hak yang digunakan oleh
Ediansyah untuk mendaftarkan tanahnya, yaitu : surat keterangan hibah, surat
keterangan jual beli, dan Surat Pernyataan Penguasaan Fisik Bidang Tanah tanggal
01 Maret 2011 yang ditandatangani oleh pemohon saudara Ediansyah di atas
materai cukup dan disaksikan oleh 2 (dua) orang saksi serta diketahui oleh Kepala
Desa Sukamerindu Kecamatan Kepahiang Kabupaten Kepahiang dan dipertegas
dengan Surat Keterangan Tanah yang ditandatangani oleh Kepala Desa
Sukamerindu Kecamatan Kepahiang Kabupaten Kepahiang.40
39 Wawancara dengan Indra Saputra di Kepahiang, tanggal 13 maret 2014 pukul 19.00
WIB. 40 Wawancara dengan Ediansyah di Kepahiang, tanggal 14 maret 2014 pukul 19.20 WIB.
59
Berdasarkan penelitian dengan mewawancarai pemohon Ibu Titin Aliyah
Putri, usia 44 Tahun, bertempat tinggal di Desa Imigrasi Permu Kecamatan
Kepahiang Kabupaten Kepahiang, Titin Aliyah Putri telah mensertipikatkan
tanahnya pada tahun 2011 melalui kegiatan PRONA, adapun riwayat tanah Titin
Aliyah, yaitu : bahwa semula tanah yang dimohon haknya dikuasai oleh saudara
Rokiyah berdasarkan garapan sendiri yang tidak memiliki surat menyurat. Bahwa
kemudian pada tahun 2008 tanah tersebut di hibahkan kepada Titin Aliyah Putri
berdasarkan Surat Keterangan Hibah Tanggal 07 Maret 2008, adapun alas hak yang
digunakan oleh Titin Aliyah Putri untuk mendaftarkan tanahnya, yaitu : surat
keterangan hibah, dan Surat Pernyataan Penguasaan Fisik Bidang Tanah tanggal 01
Maret 2011 yang ditandatangani oleh pemohon saudara Titin Aliyah Putri di atas
materai cukup dan disaksikan oleh 2 (dua) orang saksi serta diketahui oleh Kepala
Desa Imigrasi Permu Kecamatan Kepahiang Kabupaten Kepahiang dan dipertegas
dengan Surat Keterangan Tanah yang ditandatangani oleh Kepala Desa Imigrasi
Permu Kecamatan Kepahiang Kabupaten Kepahiang.41
Berdasarkan penelitian dengan mewawancarai pemohon Bapak Ali
Hanafiah, usia 48 Tahun, bertempat tinggal di Desa Permu Kecamatan Kepahiang
Kabupaten Kepahiang, Ali Hanafiah telah mensertipikatkan tanahnya pada tahun
2013 melalui kegiatan PRONA, adapun riwayat tanah Ali Hanafiah, yaitu : bahwa
semula tanah yang dimohon haknya dikuasai oleh saudara Jandar berdasarkan
41 Wawancara dengan Titin Aliyah Putri di Kepahiang, tanggal 14 maret 2014 pukul 20.00
WIB.
60
warisan orang tuanya Hamdan Kurniawan pada tahun 1963. Bahwa kemudian pada
tahun 2010 tanah tersebut di hibahkan kepada Ali Hanafiah berdasarkan Surat
Keterangan Hibah Tanggal 24 Februari 2010, adapun alas hak yang digunakan oleh
Ali Hanafiah untuk mendaftarkan tanahnya, yaitu : surat keterangan waris, surat
keterangan hibah, dan Surat Pernyataan Penguasaan Fisik Bidang Tanah tanggal 01
Februari 2010 yang ditandatangani oleh pemohon saudara Ali Hanafiah di atas
materai cukup dan disaksikan oleh 2 (dua) orang saksi serta diketahui oleh Kepala
Desa Permu Kecamatan Kepahiang Kabupaten Kepahiang dan dipertegas dengan
Surat Keterangan Tanah yang ditandatangani oleh Kepala Desa Permu Kecamatan
Kepahiang Kabupaten Kepahiang.42
Berdasarkan penelitian dengan mewawancarai pemohon Bapak Dedi
Febriansyah, usia 24 tahun, bertempat tinggal di Desa Permu Kecamatan Kepahiang
Kabupaten Kepahiang, Dedi Febriansyah telah mensertipikatkan tanahnya pada
tahun 2013 melalui kegiatan PRONA, adapun riwayat tanah Dedi Febriansyah,
yaitu : bahwa semula tanah yang dimohon haknya dikuasai oleh saudara Jandar
berdasarkan warisan orang tuanya Dio Saputra pada tahun 1989. Bahwa kemudian
pada tahun 2010 tanah tersebut di jual kepada Rahmat Yuliansyah berdasarkan
Surat Keterangan Jual Beli Tanggal 21 Februari 2010, Bahwa kemudian pada tahun
2010 tanah tersebut di jual kepada Dedi Febriansyah berdasarkan Surat Keterangan
Jual Beli Tanggal 21 April 2012, adapun alas hak yang digunakan oleh Dedi
Febriansyah untuk mendaftarkan tanahnya, yaitu : surat keterangan Jual beli, dan
42 Wawancara dengan Ali Hanafiah di Kepahiang, tanggal 14 maret 2014 pukul 14.00 WIB
61
Surat Pernyataan Penguasaan Fisik Bidang Tanah tanggal 02 Februari 2012 yang
ditandatangani oleh pemohon saudara Dedi Febriansyah,di atas materai cukup dan
disaksikan oleh 2 (dua) orang saksi serta diketahui oleh Kepala Desa Permu
Kecamatan Kepahiang Kabupaten Kepahiang dan dipertegas dengan Surat
Keterangan Tanah yang ditandatangani oleh Kepala Desa Permu Kecamatan
Kepahiang Kabupaten Kepahiang.43
Berdasarkan penelitian dengan mewawancarai pemohon Bapak Andian
Syahputra, usia 45 tahun, bertempat tinggal di Desa Penanjung Panjang Kecamatan
Tebat Karai Kabupaten Kepahiang, Andian Syahputra telah mensertipikatkan
tanahnya pada tahun 2012 melalui kegiatan PRONA, adapun riwayat tanah Andian
Syahputra, yaitu : Bahwa semula tanah yang dimohon haknya dikuasai oleh saudara
Suharni berdasarkan garapan sendiri yang tidak memiliki surat menyurat, kemudian
tanah beralih penguasaan Kepada saudara Sudirman yang diperoleh berdasarkan
hibah Tanggal 06 Januari 1989, kemudian pada tahun 2006 tanah tersebut beralih
kepada pemohon Andian Syahputra berdasarkan surat keterangan jual beli pada
tanggal 24 Agustus 2006 yang ditanda tangani oleh ke 2 bela pihak yang disaksikan
2 orang saksi dan diketahui oleh Camat Kecamatan Jepahiang, adapun alas hak yang
digunakan oleh Andian Syahputra untuk mendaftarkan tanahnya, yaitu : surat
keterangan hibah, surat keterangan jual beli dan Surat Pernyataan Penguasaan Fisik
Bidang Tanah tanggal 02 Februari 2012 yang ditandatangani oleh pemohon saudara
43 Wawancara dengan Dedi Febriansyah di Kepahiang, tanggal 14 maret 2014 pukul 20.00
WIB
62
Andian Syahputra, di atas materai cukup dan disaksikan oleh 2 (dua) orang saksi
serta diketahui oleh Kepala Desa Permu Kecamatan Kepahiang Kabupaten
Kepahiang dan dipertegas dengan Surat Keterangan Tanah yang ditandatangani oleh
Kepala Desa Permu Kecamatan Kepahiang Kabupaten Kepahiang.44
b. Tahapan pelaksanaan pendaftaran tanah secara sporadik :
1. Pemohon datang ke kantor pertanahan untuk memperoleh informasi mengenai
syarat-syarat pendaftaran tanah.
2. Pemohon mengambil blanko pendaftaran tanah untuk diisi dan melengkapi
syarat-syarat,
3. Setelah diisi dan syarat-syarat dilengkapi pemohon menyerahkan kembali
blanko dan syarat-syarat tersebut, kemudian berkas permohonan diperiksa
kelengkapannya oleh petugas loket.
Setelah syarat administrasi dilaksanakan, dilakukan pengukuran
bidang tanah dilakukan untuk pemastian letak dan posisi batas bidang-bidang
tanah yang telah dipasang tanda-tanda batas kemudian sudah mendapat
persetujuan dari pemohon dan tetangga yang berbatasan sesuai dengan asas
contradicture delemitatie. Asas contradicture delemitatie adalah persetujuan
dari pemohon dan tetangga yang berbatasan.45
44 Wawancara dengan Andian Syahputra di Kepahiang, tanggal 16 maret 2014 pukul 10.00
WIB 45 Anonim. http://ianbachruddin.blogspot.com/2011/11/pendaftaran-tanah.html. Diakses
pada hari Sabtu tanggal 28 Juni 2014 pukul 11.40 WIB
63
4. Dilakukan pemeriksaan tanah oleh Panitia Pemeriksa Tanah A yang
ditetapkan oleh Kepala Kantor Pertanahan Kota/Kabupaten apabila obyek
yang dimohonkan adalah tanah negara dengan susunan keanggotaan dan
tugasnya berpedoman pada Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional
Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2007 Tentang Panitia Pemeriksa Tanah
serta Pasal 83 dan 84 Peraturan Menteri Negara Agraria Nomor 3 Tahun 1997
Tentang Ketentuan Pelaksana Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997
Tentang Pendaftaran tanah.
5. Untuk keperluan pendaftaran hak, hak atas tanah yang berasal dari hak-hak
lama (tanah bekas adat) dilaksanakan pengumuman data fisik dan data yuridis,
selama 60 (enam puluh) hari di Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota, di Kantor
Desa/ kelurahan lokasi letak tanah sesuai yang diatur dalam Pasal 26 ayat 1
tentang Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 Jo Pasal 86 ayat (2)
tentang Ketentuan Pelaksana Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997.
Pengumuman meliputi peta bidang tanah dengan daftar luas masing-masing
bidang tanah (data fisik bidang tanah) dan data kepemilikan tanah (data
yuridis), apabila terdapat keberatan pada saat pengumuman data fisik dan data
yuridis maka Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota atau pejabat yang
ditunjuk melakukan penelitian dan hasilnya dituangkan dalam berita acara.
Hasil pengumuman data fisik dan data yuridis dibuatkan pengesahan oleh
Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota. Sedangkan untuk pemberian hak
atau pendaftaran tanah yang berasal dari tanah negara tidak perlu diumumkan.
64
6. Penerbitan SK hak/pengesahan data fisik dan data yuridis.
a) Hak atas bidang tanah yang berasal dari hak-hak lama yang alat bukti
tertulisnya lengkap sebagaimana dimaksud dalam Pasal 76 ayat (1)
Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala BPN Nomor 3 Tahun 1997, dan
yang alat bukti tertulisnya tidak lengkap tetapi ada keterangan saksi
maupun pernyataan yang bersangkutan sebagimana dimaksud dalam Pasal
76 ayat (2), penetapan haknya dilakukan melalui penegasan konversi sesuai
Pasal 88 ayat (1) huruf a dengan Surat Keputusan Kepala Kantor
Pertanahan Kabupaten/Kota yang dituangkan dalam Daftar Isian 201
b) Hak atas bidang tanah yang berasal dari hak-hak lama yang alat bukti
tertulis tidak ada, tetapi telah dibuktikan kenyataan penguasaan fisiknya
selama 20 tahun sebagaimana dimaksud dalam Pasal 76 ayat (3), penetapan
haknya dilakukan melalui pengakuan hak sesuai Pasal 88 ayat (1) huruf b
dengan Surat Keputusan Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota yang
dituangkan dalam Daftar Isian 201
c) Hak atas bidang tanah yang berasal dari tanah negara penetapan haknya
melaui proses penetapan pemberian hak, dengan Surat Keputusan
Pemberian Hak Atas Tanah sesuai kewenangan yang diatur dalam
Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 1 Tahun 2011 jo
Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 3 Tahun 2012 jo
Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 2 Tahun 2013 tentang
65
Pelimpahan Kewenangan Pemberian Hak Atas Tanah dan Kegiatan Tanah
Tertentu .
7. Setelah tahapan-tahapan mulai dari Pemohon datang ke kantor pertanahan
untuk memperoleh informasi mengenai syarat-syarat pendaftaran tanah
sampai dengan penerbitan Surat Keputusan Hak dilakukan dan tanpa ada
pihak yang mengajukan keberatan, maka diterbitkanlah sertipikat sebagai alat
bukti kepemilikan hak atas tanah yang masing-masing sudah dibukukan dalam
daftar umum pendaftaran tanah yang bersangkutan.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dilapangan, seperti
mewawancarai pemohon Bapak Abdul Rahim Lubis, usia 52 tahun, bertempat tinggal
di desa Simpang Kota Bingin, Kecamatan Merigi, Abdul Rahim Lubis telah
mensertipikatkan tanahnya pada tahun 2013 dengan cara mendaftarakan sendiri
tanahnya ke Kantor Pertanahan Kabupaten Kepahiang, saudara Abdul Rahim Lubis
sebelum mendaftarkan tanahnya di Kantor Pertanahan Kabupaten Kepahiang,
mengecek kebenaran tanah tersebut di Kantor Pertanahan Kabupaten Kepahiang
untuk mendapatkan informasi mengenai siapa pemilik tanah tersebut, jenis hak tas
tanah, dan apakah sedang di jaminkan di Bank atau tidak, akan tetapi Abdul Rahim
Lubis tidak muda untuk mendapatkan informasi tersebut karena untuk meminta
informasi mengenai data-data fisik dan data yuridis harus seizin Kepala Kantor sesuai
yang diatur dalam Pasal 34 ayat 1 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997
Tentang Pendaftaran Tanah jo Pasal 187 ayat 1, Pasal 192 ayat 4 PMNA Nomor 3
Tahun 1997 tentang Ketentuan Pelaksana Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun
66
1997, adapun riwayat tanah Abdul Rahim Lubis yaitu : Bahwa semula tanah yang
dimohon haknya dikuasai oleh saudara Dalina berdasarkan garapan sendiri yang
tidak memiliki surat menyurat. Kemudian tanah tersebut beralih penguasaanya
kepada anaknya yaitu saudara Rindu Sari berdasarkan Surat Persetujuan Waris
Tanggal 26 september 2013 yang diketahui Kepala desa Simpang Kota Bingin dan
ditanda tangani oleh saksi-saksi persetujuan waris dan menerima waris yang disahkan
oleh Camat Merigi No.443/10/MG/2013 Tanggal 27 september 2012. Bahwa
kemudian pada tahun 2013 tanah tersebut beralih kepada pemohon Saudara Abdul
Rahim Lubis berdasarkan Surat Keterangan Jual Beli tanggal 26 september 2013
yang ditanda tangani oleh ke 2 (dua) dan diketahui oleh kepala desa simpang Kota
Bingin. Adapun alas hak yang digunakan oleh Abdul Rahim Lubis untuk
mendaftarkan tanahnya, yaitu : surat keterangan waris, surat keterangan jual beli
Surat Pernyataan Penguasaan Fisik Bidang Tanah tanggal 26 September 2012 yang
ditandatangani oleh pemohon saudara Abdul Rahim Lubis di atas materai cukup dan
disaksikan oleh 2 (dua) orang saksi serta diketahui oleh Kepala Desa Simpang Kota
bingin Kecamatan Merigi Kabupaten Kepahiang Provinsi Bengkulu dan dipertegas
dengan Surat Keterangan Tanah Nomor : 01/SK./SKT/SKB/2013 tanggal 27
September 2013 yang ditandatangani oleh Kepala Desa Simpang Kota Bingin
Kecamatan Merigi Kabupaten Kepahiang Provinsi Bengkulu. 46
46 Wawancara dengan Abdul Rahim Lubis di Kepahiang, tanggal 11 maret 2014 pukul
17.00 WIB.
b.Riwayat Tana…..
67
Berdasarkan penelitian dengan cara mewawancarai Pemohon Bapak
Albasori, usia 42 tahun, bertempat tinggal di Kelurahan Pensiunan Kecamatan
Kepahiang, Albasori telah mensertipikatkan tanahnya pada tahun 2010 dengan cara
mendaftarakan sendiri tanahnya ke Kantor Pertanahan Kabupaten Kepahiang,
sebelumnya Albasori tidak mengetahui syarat-syarat dan biaya dalam pendaftaran
tanah, kemudian Albasori meminta informasi mengenai, prosedur, syarat-syarat dan
biaya ke bagian Informasi di Kantor Pertanahan Kabupaten Kepahiang, setelah itu
baru Albasori mengetahui dan mendaftarkan tanahnya, adapun riwayat tanah Albasori
yaitu : bahwa semula tanah yang dimohon haknya dikuasai oleh saudara H.
Achiroedin berdasarkan garapan sendiri yang tidak memiliki surat menyurat,
kemudian pada Tahun 1988 tanah tersebut beralih penguasaanya kepada saudara
Sapri yang diperoleh dari saudara H. Achiroedin sejak tahun 1988 dan tidak memiliki
surat menyurat, kemudian pada tahun 2010 tanah tersebut beralih kepada pemohon
saudara Albasori berdasarkan Surat Keterangan Jual Beli Tanggal 12 Maret 2010
yang ditanda tangani ke dua belah pihak disaksikan 2 orang saksi da diketahui oleh
Plt. Lurah Pasar Kepahiang, adapun alas hak yang digunakan oleh saudara Albasori
untuk mendaftarkan tanahnya, yaitu : surat keterangan jual beli dan Surat Pernyataan
Penguasaan Fisik Bidang Tanah tanggal 10 Oktober 2010 yang ditandatangani oleh
pemohon saudara Albasori di atas materai cukup dan disaksikan oleh 2 (dua) orang
saksi serta diketahui oleh Plt.Lurah Pasar Kepahiang Kecamatan Kepahiang
Kabupaten Kepahiang dan dipertegas dengan Surat Keterangan Tanah Nomor:
b.Riwayat Tana…..
68
990/KET/1004/2010 tanggal 10 Oktober 2010 yang ditandatangani oleh Plt.Lurah
Pasar Kepahiang Kecamatan.Kepahiang Kabupaten Kepahiang.47
Berdasarkan penelitian dengan cara mewawancarai pemohon Bapak Endang
Susanto, usia 38 tahun, bertempat tinggal di Kelurahan Pensiunan Kecamatan
Kepahiang, Endang Susanto telah mensertipikatkan tanahnya pada tahun 2012
dengan cara mendaftarakan sendiri tanahnya ke Kantor Pertanahan Kabupaten
Kepahiang karena saudara Endang Susanto sudah mengetahui prosedur pendaftaran
tanah, baik mengenai syarat-syarat, biaya-biaya dan lamanya waktu pelaksanaan
pendaftaran tanah, adapun riwayat tanah Endang Susanto, yaitu : Bahwa semula tanah
yang dimohon haknya dikuasai oleh saudara Suwarto berdasarkan garapan sendiri
yang tidak memiliki surat menyurat sejak tahun 1997, kemudian pada tahun 2002
tanah tersebut beralih penguasaanya kepada saudara Joko Sudarwanto, berdasarkan
Akta Jual Beli No : 594.4/46/AJB/KPH/2002 Tanggal 01 Juli 2002, kemudian pada
tahun 2012 tanah tersebut beralih kepada pemohon saudara Endang Susanto tanggal
04 Agustus 2012 yang ditanda tangani oleh ke 2 (dua) dan diketahui oleh Lurah
Pensiunan, adapun alas hak yang digunakan oleh Endang Susanto untuk
mendaftarkan tanahnya, yaitu : Akta Jual Beli dan Surat Pernyataan Penguasaan Fisik
Bidang Tanah tanggal 06 Februari 2012 yang ditandatangani oleh pemohon Endang
Susanto di atas materai cukup dan disaksikan oleh 2 (dua) orang saksi serta diketahui
oleh Lurah Pensiunan Kecamatan Kepahiang Kabupaten Kepahiang dan dipertegas
47 Wawancara dengan Albasori di Kepahiang, tanggal 17 maret 2014 pukul 19.45 WIB
b.Riwayat Tana…..
69
dengan Surat Keterangan Tanah Nomor: 678/Pens./2013 tanggal 06 November 2013
yang ditandatangani oleh Lurah Pensiunan Kecamatan Kepahiang Kabupaten
Kepahiang.48
Berdasarkan penelitian dengan mewawancarai pemohon Bapak Sukamto
Markatab, usia 63 tahun, bertempat tinggal di Desa Lubuk Penyamun Kecamatan
Merigi Kabupaten Kepahiang, Sukamto Markatab telah mensertipikatkan tanahnya
pada tahun 2013 dengan cara mendaftarakan sendiri tanahnya ke Kantor Pertanahan
Kabupaten Kepahiang karena saudara Sukamto Markatab sudah mengetahui prosedur
pendaftaran tanah, baik mengenai syarat-syarat, biaya-biaya dan lamanya waktu
pelaksanaan pendaftaran tanah, adapun riwayat tanah Endang Susanto, yaitu : Bahwa
semula tanah yang dimohon haknya dikuasai oleh Sukamto Markatab berdasarkan
garapan sendiri yang tidak memiliki surat menyurat sejak Tahun 1950, kemudian
pada Tahun 1962 tanah tersebut beralih penguasaanya kepada saudara Rokya,
berdasarkan pemberian orang tua secara lisan, Bahwa kemudian pada tahun 1992
tanah tersebut beralih kepada pemohon Saudara Sukamto Markatab berdasarkan Surat
Keterangan Jual Beli No: 92/LBP/16.8/1992. tanggal 13 Agustus 1992, adapun alas
hak yang digunakan oleh Sukamto Markatab untuk mendaftarkan tanahnya, yaitu :
Surat Keterngan Jual Beli dan Surat Pernyataan Penguasaan Fisik Bidang Tanah
tanggal 18 November 2011 yang ditandatangani oleh pemohon Saudara Sukamto
48 Wawancara dengan Endang Susanto di Kepahiang, tanggal 12 maret 2014 pukul 14.00
WIB
b.Riwayat Tana…..
70
Markatab di atas materai cukup dan disaksikan oleh 2 (dua) orang saksi serta
diketahui oleh Kepala Desa Lubuk Penyamun Kecamatan Merigi Kabupaten
Kepahiang dan dipertegas dengan Surat Keterangan Tanah Nomor:
120/2013/LBP/2013 tanggal 18-03-2013 yang ditandatangani oleh Kepala Desa
Lubuk Penyamun Kecamatan Merigi Kabupaten Kepahiang.49
Berdasarkan penelitian dengan mewawancarai pemohon An. Farida, usia 42
tahun, bertempat tinggal di Desa Permu Kecamatan Kepahiang Kabupaten
Kepahiang, Farida telah mensertipikatkan tanahnya pada tahun 2011 dengan cara
mendaftarkan sendiri tanahnya ke Kantor Pertanahan Kabupaten Kepahiang karena
saudara Farida sudah mengetahui prosedur pendaftaran tanah, baik mengenai syarat-
syarat, biaya-biaya dan lamanya waktu pelaksanaan pendaftaran tanah, adapun
riwayat tanah Farida, yaitu : Bahwa semula tanah yang dimohon haknya dikuasai oleh
saudara Malya berdasarkan warisan dari saudara sastra yang tidak memiliki surat
menyurat sejak Tahun 1956, kemudian pada tahun 2010 tanah tersebut beralih
penguasaanya kepada saudara Farida, berdasarkan Hibah dari orang tua, adapun alas
hak yang digunakan oleh Farida untuk mendaftarkan tanahnya, yaitu : Surat
Keterangan Hibah dan Surat Pernyataan Penguasaan Fisik Bidang Tanah tanggal 20
Februari 2011 yang ditandatangani oleh pemohon Saudara Farida di atas materai
cukup dan disaksikan oleh 2 (dua) orang saksi serta diketahui oleh Kepala Desa
Permu Kecamatan Kepahiang Kabupaten Kepahiang dan dipertegas dengan Surat
49 Wawancara dengan Sukamto Markatab di Kepahiang, tanggal 13 maret 2014 pukul 10.00 WIB
b.Riwayat Tana…..
71
Keterangan Tanah tanggal 20 Februari 2011 yang ditandatangani oleh Kepala Desa
Permu Kecamatan Kepahiang Kabupaten Kepahiang.50
Berdasarkan penelitian dengan mewawancarai pemohon An. Sunarti, usia
30 tahun, bertempat tinggal di Desa Imigrasi Permu Kecamatan Kepahiang
Kabupaten Kepahiang, Sunarti telah mensertipikatkan tanahnya pada tahun 2013
dengan cara mendaftarkan sendiri tanahnya ke Kantor Pertanahan Kabupaten
Kepahiang karena saudara Sunarti sudah mengetahui prosedur pendaftaran tanah,
baik mengenai syarat-syarat, biaya-biaya dan lamanya waktu pelaksanaan
pendaftaran tanah, adapun riwayat tanah Sunarti, yaitu : Bahwa semula tanah yang
dimohon haknya dikuasai oleh saudara Maih berdasarkan warisan dari saudara Arpan
sejak tahun 1963, kemudian pada tahun 1997 tanah tersebut diwariskan lagi kepada
anaknya Ujang Sopian, kemudian pada tahun 2012 tanah tersebut beralih kepada
Sunarti berdasarkan Hibah dari orang tuanya Ujang Sopian, adapun alas hak yang
digunakan oleh Sunarti untuk mendaftarkan tanahnya, yaitu : Surat Keterangan Waris
dan Surat Keterangan Hibah dan Surat Pernyataan Penguasaan Fisik Bidang Tanah
tanggal 27 Februari 2011 yang ditandatangani oleh pemohon Saudara Sunarti di atas
materai cukup dan disaksikan oleh 2 (dua) orang saksi serta diketahui oleh Kepala
Desa Permu Kecamatan Kepahiang Kabupaten Kepahiang dan dipertegas dengan
50 Wawancara dengan Farida di Kepahiang, tanggal 19 maret 2014 pukul 10.00 WIB
b.Riwayat Tana…..
72
Surat Keterangan Tanah tanggal 27 Februari 2011 yang ditandatangani oleh Kepala
Desa Permu Kecamatan Kepahiang Kabupaten Kepahiang.51
Berdasarkan penelitian dengan mewawancarai pemohon Ibu Yunita Sari,
usia 25 tahun, bertempat tinggal di Kelurahan Pasar Tengah Kecamatan Kepahiang
Kabupaten Kepahiang, Yunita Sari telah mensertipikatkan tanahnya pada tahun 2013
dengan cara mendaftarkan sendiri tanahnya ke Kantor Pertanahan Kabupaten
Kepahiang, adapun riwayat tanah Yunita Sari, yaitu : bahwa semula tanah yang
dimohon haknya dikuasai oleh saudara Hadi berdasarkan garapan sendiri yang tidak
memiliki surat menyurat, kemudian pada tahun 1998 tanah tersebut beralih kepada
saudara Nardina berdasarkan surat Keterangan Jual Beli tanggal 18 Mei 1998 yang
ditanda tangani oleh ke dua bela pihak dan disaksikan 2 orang saksi dan diketahui
kepala lingkungan II RT.III, kemudian tanah tersebut beralih penguasaan kepada
saudara Yustina Emi berdasarkan surat pemindahan Hak Milik Tanggal 13 September
2001, dan kemudian pada tahun 2013 tanah tersebut diwariskan oleh Yustina Emi
kepada anaknya Yunita Sari, adapun alas hak Yunita Sari untuk mendaftarkan
tanahnya, yaitu : surat keterangan jual beli, surat keterangan waris dan surat
pernyataan penguasaan fisik bidang tanah tanggal 02 Desember 2013 yang
ditandatangani oleh pemohon saudara Yunita Sari di atas materai cukup dan
disaksikan oleh 2 (dua) orang saksi serta diketahui oleh Lurah Pasar Kepahiang
Kecamatan Kepahiang Kabupaten Kepahiang dan dipertegas dengan Surat
51 Wawancara dengan Sunarti di Kepahiang, tanggal 19 maret 2014 pukul 10.30 WIB
b.Riwayat Tana…..
73
Keterangan Tanah Nomor: 1053/KET./1004//2013. tanggal 03 Desember 2013 yang
ditandatangani oleh Lurah Pasar Kepahiang Kecamatan Kepahiang Kabupaten
Kepahiang.52
Berdasarkan penelitian dengan mewawancarai pemohon Bapak Tarmizi,
usia 50 tahun, bertempat tinggal di Kelurahan Pasar ujung Kecamatan Kepahiang
Kabupaten Kepahiang, Tarmizi telah mensertipikatkan tanahnya pada tahun 2012
dengan cara mendaftarkan sendiri tanahnya ke Kantor Pertanahan Kabupaten
Kepahiang, adapun riwayat tanah Tarmizi, yaitu :
Bahwa semula tanah yang dimohon haknya dikuasai oleh Syaripudin
berdasarkan garapan sendiri yang tidak memiliki surat menyurat, kemudian pada
tahun 2011 tanah tersebut beralih penguasaanya kepada Dina Mardian berdasarkan
Jual Beli sejak tahun 2011, kemudian pada tahun 2012 tanah tersebut beralih kepada
pemohon Syaripudin berdasarkan Surat Keterangan Jual Beli Pada tanggal 17
Oktober 2011 yang ditanda tangani ke 2 (dua) belah pihak dan disaksikan oleh 2
(dua) orang saksi dan diketahui Lurah Pasar Ujung No : 590/Ps.U/2013 tanggal 17
Oktober 2013. Adapun alas hak Syaripudin untuk mendaftarkan tanahnya, yaitu :
surat keterangan jual beli dan surat pernyataan penguasaan fisik bidang tanah tanggal
17 Oktober 2013 yang ditandatangani oleh pemohon saudar Tarmizi di atas materai
cukup dan disaksikan oleh 2 (dua) orang saksi serta diketahui oleh Kepala Lurah
Pasar Ujung Kecamatan Kepahiang Kabupaten Kepahiang dan dipertegas dengan
Surat Keterangan Tanah Nomor: 321/KPH/2013 tanggal 17 Oktober 2013 yang
52 Wawancara dengan Yunita Sari di Kepahiang, tanggal 19 maret 2014 pukul 20.00 WIB
b.Riwayat Tana…..
74
ditandatangani oleh Kepala Lurah Pasar Ujung Kecamatan Kepahiang Kabupaten
Kepahiang.53
Berdasarkan penelitian dengan mewawancarai pemohon Bapak Septa
Veronika, usia 35 tahun, bertempat tinggal di Kelurahan Pasar ujung Kecamatan
Kepahiang Kabupaten Kepahiang, Septa Veronika telah mensertipikatkan tanahnya
pada tahun 2012 dengan cara mendaftarkan sendiri tanahnya ke Kantor Pertanahan
Kabupaten Kepahiang, adapun riwayat tanah Tarmizi, yaitu : bahwa semula tanah
yang dimohon haknya dikuasai oleh Sarman berdasarkan garapan sendiri yang tidak
memiliki surat menyurat sejak tahun 1970, kemudian pada tahun 2012 tanah tersebut
beralih kepada pemohon Septa Veronika berdasarkan Akta Jual Beli
No.050/AJB/KPH/2010 tanggal 09 Februari 2010. Adapun alas hak Septa Veronika
untuk mendaftarkan tanahnya, yaitu : akta jual beli dan surat pernyataan penguasaan
fisik bidang tanah tanggal 20 Maret 2012 yang ditandatangani oleh pemohon Septa
Veronika di atas materai cukup dan disaksikan oleh 2 (dua) orang saksi serta
diketahui oleh Kepala Lurah Pasar Ujung Kecamatan Kepahiang Kabupaten
Kepahiang dan dipertegas dengan Surat Keterangan Tanah Nomor:
21/Psu./KPH/2012 tanggal 20 Maret 2013 yang ditandatangani oleh Kepala Lurah
Pasar Ujung Kecamatan Kepahiang Kabupaten Kepahiang.54
53 Wawancara dengan Yunita Sari di Kepahiang, tanggal 19 maret 2014 pukul 20.40 WIB
54 Wawancara dengan Septa Veronika di Kepahiang, tanggal 19 maret 2014 pukul 21.30
WIB
b.Riwayat Tana…..
75
Berdasarkan penelitian dengan mewawancarai pemohon Ibu Fatima, usia
47 tahun, bertempat tinggal di Desa Karang Endah Kecamatan Kepahiang Kabupaten
Kepahiang, Fatima telah mensertipikatkan tanahnya pada tahun 2010 dengan cara
mendaftarkan sendiri tanahnya ke Kantor Pertanahan Kabupaten Kepahiang, adapun
riwayat tanah Fatima, yaitu : bahwa semula tanah yang dimohon haknya dikuasai
oleh Isyabia sejak Tahun 1970, kemudian pada tahun 2006 tanah tersebut diwariskan
kepada Fatimah pada tanggal 16 Juli 2006. Adapun alas hak Fatima untuk
mendaftarkan tanahnya, yaitu : surat keterangan waris dan surat pernyataan
penguasaan fisik bidang tanah tanggal 20 Maret 2010 yang ditandatangani oleh
pemohon Fatima di atas materai cukup dan disaksikan oleh 2 (dua) orang saksi serta
diketahui oleh Kepala Desa Karang Endah Kecamatan Kepahiang Kabupaten
Kepahiang dan dipertegas dengan Surat Keterangan Tanah tanggal 20 Maret 2013
yang ditandatangani oleh Kepala Desa Karang Endah Kecamatan Kepahiang
Kabupaten Kepahiang.
Dari tahapan-tahapan pendaftaran tanah, bahwa penerapan asas publisitas
dalam pelaksanaan pendaftaran tanah untuk pertama kali berkaitan dengan
pengumuman. Seperti yang dikemukakan oleh Maria Darus Badrulzaman, asas
publisitas (openbaarheid) adalah pengumuman kepada masyarakat mengenai status
pemilikan.55 Yang diumumkan dalam pendaftaran tanah yaitu mengenai letaknya,
batas-batasnya, luasnya (data fisik) dan mengenai haknya, siapa pemegang haknya,
dan ada atau tidak hak-hak pihak lain yang membebaninya (data yuridis),
55 Maria Darus Badrulzaman, Loc.cit, Halaman. 37
76
Analisis hasil penelitian dari wawancara dengan responden dari Kantor
Pertanahan Kabupaten Kepahiang dan pemohon diatas yang mendaftarkan tanahnya
baik yang melalui pendaftaran tanah secara sporadik maupun pendaftaran tanah
secara sistematik, bahwa pelaksanaan pendaftaran tanah untuk pertama kali dari tahun
2011 sampai dengan tahun 2013, penerapan asas dalam pelaksanaan pendaftaran
tanah tidak dilakukan karena tidak ditemukan riwayat tanah yang dijadikan objek
pendaftaran tanah yang berasal dari tanah-tanah eks barat dan eks adat, dan tanah-
tanah yang di daftarkan dari tahun 2011 sampai dengan tahun 2013 dilakukan dengan
cara pemberian hak atas tanahnya berasal dari tanah Negara. Dimana untuk hak atas
tanah yang berasal dari tanah Negara tidak diperlukan penerapan asas publisitas
dalam pelaksanaan pendaftaran tanah untuk pertama kali.
Berdasarkan data hasil wawancara dengan Hadi Alan Kurniawan, Kepala
Sub Seksi Pendaftaran Hak, bahwa penerapan asas publisitas dalam pelaksanaan
pendaftaran tanah untuk pertama kali yang berkaitan dengan pengumuman status
kepemilikan hak atas tanah, pernah dilakukan oleh Kantor Pertanahan Kabupaten
Kepahiang pada Tahun 2008. Penerapan asas publisitas dalam pelaksanaan
pendaftaran tanah untuk pertama kali dilakukan pada saat kegiatan PRONA tahun
2008, khususnya untuk di Dusun Kepahiang, hal ini dilakukan karena di Dusun
Kepahiang terdapat 58 persil tanah milik adat yang dikuasai kuasai masyarakat
secara turun menurun tanpa adanya bukti satupun surat menyurat, tetapi ada bukti
penguasaan fisik selama 20 tahun, maka sesuai yang diatur Pasal 26 ayat 1
Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah Jo Pasal 86
77
ayat 2 PMNA/Ka. BPN Nomor 3 Tahun 1997 tentang Ketentuan Pelaksana
Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997, yang berbunyi :
“Untuk memberikan kesempatan bagi yang berkepentingan mengajukan
keberatan atas data fisik dan data yuridis mengenai bidang tanah yang
dimohon pendaftarannya, maka Daftar Data Yuridis dan Data Fisik
Bidang Tanah (daftar isian 201 C) sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dan peta bidang tanah yang bersangkutan diumumkan dengan
menggunakan daftar isian 201B di Kantor Pertanahan dan Kantor Kepala
Desa/Kelurahan letak tanah selama 60 (enampuluh) hari.”
Analisis peneliti dari keterangan responden di atas, bahwa penerapan asas
publisitas dalam pelaksanaan pendaftaran tanah untuk pertama kali, ditentukan
oleh status bidang tanah yang akan dijadikan obyek pendaftaran tanah itu sendiri.
Status tanah itu meliputi tanah negara dan tanah hak, sedangkan jika untuk status
bidang tanah yang akan dijadikan obyek pendaftaran tanah itu meliputi tanah-
tanah dengan hak milik adat yaitu bidang tanah yang dikuasai secara turun
menurun tetapi belum didaftarkan, sebelum tanah hak milik adat tersebut didaftar
dan diterbitkan sertipikat, penerapan asas publisitas dalam pelaksanaan
pendaftaran tanah perlu untuk dilakukan. Gunanya untuk memberi kesempatan
bagi pihak yang keberatan untuk mengajukan keberatan jika tanah yang di sudah
dikuasai secara turun menurun itu bukan miliknya si pemohon pendaftaran tanah.
Kemudian penerapan asas publisitas dalam pelaksanaan pendaftaran tanah
merupakan syarat formal untuk memperkecil sengketa kepemilikan hak atas tanah,
karena di Kabupaten Kepahiang, sengketa yang terjadi dari tahun 2011 sampai
78
dengan tahun 2013 adalah sengketa status kepemilikan hak atas tanah, dan dapat
juga untuk mencegah kemungkinan terjadinya sertipikat tumpang tindih.56
Berdasarkan hasil penelitian di Kantor Pertanahan Kabupaten Kepahiang
yang berkaitan dengan Pasal 26 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun
1997 tentang Pendaftaran Tanah Jo Pasal 63 ayat (2) dan Pasal 86 ayat (2)
Peraturan Menteri Agraria Nomor 3 Tahun 1997 tentang Ketentuan Pelaksana
Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah yang
digunakan sebagai indikator untuk mengukur penerapan asas publisitas dalam
pelaksanaan pendaftaran tanah untuk pertama kali. Penerapan asas publisitas
dalam pelaksanaan pendaftaran tanah untuk pertama kali yang dilakukan secara
sporadik dan sistematik dari tahun 2011 sampai dengan tahun 2013 oleh Kantor
Pertanahan Kabupaten Kepahiang tidak dilakukan, alasannya karena obyek hak
atas bidang tanah yang didaftarkan di Kantor Pertanahan Kabupaten Kepahiang
berasal dari tanah Negara dan pendaftaran tanahnya dilakukan melalui proses
pemberian hak. Kemudian yang berkaitan dengan Pasal 34 ayat 1 Peraturan
Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah Jo Pasal 187 ayat
(1), Pasal 191 ayat (1) dan (2) dan 192 ayat (3) dan (4) Peraturan Menteri Agraria
Nomor 3 Tahun 1997 tentang Ketentuan Pelaksana Peraturan Pemerintah Nomor
24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah yang digunakan sebagai indikator untuk
mengukur penerapan asas publisitas dalam pemeliharaan data pendaftaran tanah
56 Wawancara dengan Kepala seksi sengketa, konflik dan perkara pertanahan, di
Kepahiang, tanggal 20 maret pukul 14.00 WIB