PENERAPAN ASAS KESEIMBANGAN DALAM PERJANJIAN …€¦ · pembiayaan dan mengategorikan perjanjian...

84
PENERAPAN ASAS KESEIMBANGAN DALAM PERJANJIAN PEMBIAYAAN TERHADAP PERLINDUNGAN KONSUMEN PT ADIRA FINANCE Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H) Oleh: Tiara Alfionissa (11140480000099) K O N S E N T R A S I H U K U M B I S N I S P R O G R A M S T U D I I L M U H U K U M FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH J A K A R T A 1439H /2018M

Transcript of PENERAPAN ASAS KESEIMBANGAN DALAM PERJANJIAN …€¦ · pembiayaan dan mengategorikan perjanjian...

  • PENERAPAN ASAS KESEIMBANGAN DALAM PERJANJIAN

    PEMBIAYAAN TERHADAP PERLINDUNGAN KONSUMEN

    PT ADIRA FINANCE

    Skripsi

    Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

    Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H)

    Oleh:

    Tiara Alfionissa

    (11140480000099)

    K O N S E N T R A S I H U K U M B I S N I S

    P R O G R A M S T U D I I L M U H U K U M

    FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

    SYARIF HIDAYATULLAH

    J A K A R T A

    1439H /2018M

  • v

    ABSTRAK

    Tiara Alfionissa. NIM 11140480000099. PENERAPAN ASAS KESEIMBANGAN

    DALAM PERJANJIAN PEMBIAYAAN TERHADAP PERLINDUNGAN

    KONSUMEN PT ADIRA FINANCE. Program studi Ilmu Hukum, Fakultas Syariah

    dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 1439 H/2018 M.

    xi + 72 halaman + 2 halaman daftar pustaka + 3halaman lampiran.

    Studi ini bertujuan untuk menjelaskan mengenai penerapan asas keseimbangan

    di dalam perjanjian pembiayaan yang ada di PT Adira Finance terhadap perlindungan

    konsumen yang diatur di dalam Undang-undang Nomor 8 tahun 1999 tentang

    Perlindungan Konsumen dan POJK Nomor 1 Tahun 2013 tentang Perlindungan

    Konsumen Sektor Jasa Keuangan. Perjanjian pembiayaan yang ditawarkan

    menggunakan perjanjian baku yang dibuat oleh satu pihak saja yaitu pihak pelaku

    usaha, sehingga dapat memberatkan konsumen sebagai debitur dikemudian hari

    apabila tidak diterapkannya asas keseimbangan di dalam perjanjian tersebut.

    Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan menggunakan

    pendekatan penelitian normatif-yuridis. Penelitian yang dilakukan selain melakukan

    pengkajian terhadap peraturan perundang-undangan, buku-buku, dan jurnal (library

    research) yang berhubungan dengan skripsi ini, peneliti juga melakukan penelitian

    langsung ke lapangan dengan cara wawancara kepada pihak yang berhubungan, yaitu

    Karyawan PT Adira Finance Kreo dan Konsumen dari PT Adira Finance.

    Hasil penelitian menunjukan bahwa di dalam perjanjian pembiayaan PT Adira

    Finance terdapat 4 (empat) pasal yang bertentangan dengan UUPK dan POJK-

    PKSJK, namun 2 (dua) dari pasal yang bertentangan tersebut pada aplikasinya

    menerapkan asas keseimbangan dimana konsumen mendapatkan hak untuk

    bernegosiasi dan meminta keringanan denda kepada pelaku usaha. Sedangkan, dua

    pasal lainnya bertentangan dengan UUPK dan POJK-PKSJK dan juga tidak

    menerapkan asas keseimbangan dimana konsumen tidak mendapatkan kejelasan

    mengenai pengenaan denda dikemudian hari dan tidak diberikannya hak untuk

    menuntut dan mengajukan keberatan terkait jumlah kewajiban konsumen.

    Kata Kunci : Penerapan Asas Keseimbangan, Perjanjian Pembiayaan, Perusahaan

    Pembiayaan Konsumen, Perlindungan Konsumen.

    Pembimbing : Dr. Djawahir Hejazziey, S.H., M.A., M.H

    Daftar Pustaka : 1997 sampai 2018

  • vi

    KATA PENGANTAR

    ِحيمِ ْحمِن الرَّ بِْسِم هللاِ الرَّ

    Segala puji dan syukur peneliti panjatkan ke hadirat Allah S.W.T, karena berkat

    rahmat, nikmat serta karunia-Nya peneliti dapat menyelesaikan skripsi dengan judul

    “PENERAPAN ASAS KESEIMBANGAN DALAM PERJANJIAN PEMBIAYAAN

    TERHADAP PERLINDUNGAN KONSUMEN PT ADIRA FINANCE”. Sholawat

    serta salam peneliti panjatkan kepada Nabi Muhammad Shallallahu’Alayhi wa

    Sallam, yang telah membawa umat manusia dari zaman kegelapan ke zaman yang

    terang benderang ini.

    Selanjutnya, dalam penelitian skripsi ini, peneliti banyak mendapatkan

    bimbingan, arahan, serta bantuan dari berbagai pihak, sehingga dalam kesempatan ini

    peneliti mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat:

    1. Dr. Asep Saepudin Jahar, M.A. Dekan dan para Wakil dekan Fakultas Syariah

    dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

    2. Dr. Asep Syarifuddin Hidayat, S.H., M.H., Ketua Program Studi Ilmu Hukum dan

    Drs. Abu Thamrin, S.H., M.Hum, Sekretaris Program Studi Ilmu Hukum UIN

    Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah berkontribusi dalam pembuatan skripsi ini.

    3. Dr. Djawahir Hejazziey, S.H., M.A., M.H, Dosen Pembimbing yang telah

    bersedia meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran serta kesabaran dalam

    memberikan bimbingan, motivasi, arahan, dan saran-saran yang sangat berharga

    kepada peneliti dalam menyusun skripsi ini.

    4. A. Kurniawan, selaku karyawan PT Adira Finance Kreo yang sudah

    menyempatkan waktunya untuk peneliti wawancarai terkait data penelitian

    skripsi.

    5. Kepala dan Staff Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah

    membantu dalam menyediakan fasilitas yang memadai untuk peneliti

    mengadakan studi kepustakaan guna menyelesaikan skripsi ini.

  • vii

    6. Pihak-pihak lain yang telah memberi kontribusi kepada peneliti dalam

    penyelesaian karya tulisnya.

    Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, khususnya bagi

    peneliti dan umumnya bagi pembaca. Sekian dan Terima kasih.

    Jakarta, 4 April 2018

    Penulis

  • viii

    DAFTAR ISI

    LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ……..…………………………...… ii

    LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI ………………………. iii

    LEMBAR PERNYATAAN ……………………………………………………..… iv

    ABSTRAK …..……………………………………………………………………… v

    KATA PENGANTAR …………………………………………………………….. vi

    DAFTAR ISI …………………………………………………………………...… viii

    BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………………….. 1

    A. Latar Belakang Masalah ……………………………………………… 1

    B. Identifikasi, Pembatasan, dan Perumusan Masalah ………………….. 6

    C. Tujuan Penelitian …………………………………………………….. 7

    D. Manfaat Penelitian …………………………………………………… 8

    E. Metode Penelitian ……………………………………………………...8

    F. Sistematika Penelitian ………………………………………………. 13

    BAB II KAJIAN PUSTAKA …………………………………………………... 14

    A. Kajian Teoritis ………………………………………………………. 14

    1. Kerangka Teoritis ……………………………………………….. 14

    2. Kerangka Konseptual …………………………………………… 31

    B. Tinjauan Kajian Review Terdahulu ………………………………… 32

    BAB III PERUSAHAAN PEMBIAYAAN KONSUMEN PT ADIRA

    FINANCE ………………………………………………………………. 36

    A. Perusahaan Pembiayaan Konsumen PT Adira Finance …………….. 36

    B. Isi Perjanjian Pembiayaan yang Merugikan di PT Adira Finance ….. 42

    BAB IV ANALISIS PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN PT ADIRA

    FINANCE ………………………………………………………………. 45

    A. Penerapan asas keseimbangan dalam perjanjian pembiayaan konsumen

    di PT Adira Finance ………………………………………………… 45

  • ix

    B. Upaya Hukum Konsumen terhadap Perusahaan Pembiayaan yang

    Tidak Menerapkan Asas Keseimbangan ……………………………. 61

    C. Analisa Peneliti mengenai Penerapan Asas Keseimbangan di dalam

    Perjanjian dan Perlindungan Hukum terhadap Konsumen …………. 63

    BAB V PENUTUP ……………………………………………………………… 68

    A. Kesimpulan …………………………………………………………..

    68

    B. Rekomendasi ………………………………………………………... 69

    DAFTAR PUSTAKA ………………...…………………………………………... 71

    LAMPIRAN ………………………………………………………………………. 73

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah

    Pembiayaan konsumen adalah salah suatu kegiatan pembiayaan dalam bentuk

    dana untuk pengadaan barang berdasarkan kebutuhan konsumen dengan system

    pembayaran angsuran atau berkala oleh konsumen.1 Di dalam Kitab Undang-

    Undang Hukum Perdata tidak menjelaskan secara khusus tentang perjanjian

    pembiayaan dan mengategorikan perjanjian pembiayaan sebagai perjanjian tak

    bernama atau onbenoemde overeenkomst (innominal).2 Namun demikian buku III

    KUHPerdata menganut sistem terbuka, yaitu memberikan kebebasan yang

    seluas-luasnya kepada masyarakat untuk mengadakan perjanjian yang berisi apa

    saja dan dengan siapa saja, asalkan tidak melanggar hukum, ketertiban umum dan

    kesusilaan.3 Dalam pembuatan perjanjian pembiayaan konsumen di Indonesia

    dilaksanakan berdasarkan ketentuan Pasal 1338 Ayat (1) KUHPerdata yang

    dikenal dengan Asas Kebebasan Berkontrak, yaitu suatu asas yang menyatakan

    bahwa setiap orang pada dasarnya boleh dan bebas untuk membuat suatu

    perjanjian sesuai dengan kehendak dan kepentingan mereka. Perjanjian

    pembiayaan konsumen tersebut wajib dibuat dalam bahasa Indonesia, dan apabila

    dipandang perlu dapat diterjemahkan ke dalam bahasa asing.

    Pada kenyataannya, dalam perjanjian pembiayaan konsumen masih ditemukan

    beberapa pasal yang dianggap tidak menerapkan asas keseimbangan terkait

    kedudukan antara kedua belah pihak, dan membuat salah satu pihak merasa

    dirugikan. Ketidak seimbangan tersebut terjadi karena adanya asas kebebasan

    berkontrak yang dibuat oleh salah satu pihak yang dominan saja.

    1 Sunaryo, Hukum Lembaga Pembiayaan, (Jakarta: Sinar Grafika, 2008), h. 2

    2 Mariam Darus Badrulzaman dkk, Kompilasi Hukum Perikatan, (Bandung: Citra Aditya Bakti,

    2001), h. 67.

    3 Subekti, Hukum Perjanjian, (Jakarta: Intermasa, 1998), h. 13.

  • 2

    Umumnya, perjanjian yang digunakan di dalam perjanjian pembiayaan

    konsumen menggunakan perjanjian baku atau kontrak standar (standard contract)

    yaitu kontrak yang klausul-klausulnya telah ditetapkan atau dirancang oleh salah

    satu pihak dan pihak lainnya hanya tinggal menandatangani perjanjian yang sudah

    dicetak tersebut.4 biasanya kontrak tersebut sudah tercetak dalam bentuk formulir-

    formulir tertentu hingga para pihak hanya mengisikan data-data informatif

    tertentu saja dengan sedikit atau bahkan tanpa perubahan dalam klausula-

    klausulanya, dimana pihak lain dalam kontrak tersebut tidak mempunyai

    kesempatan atau sedikit kesempatan untuk menegosiasi atau mengubah klausula-

    klausula yang sudah dibuat oleh salah satu pihak tersebut.5

    Secara ekonomi penggunaan kontrak standar dalam perjanjian dianggap

    memiliki keuntungan praktis, mengurangi negosiasi yang bertele-tele dan

    penghematan biaya, namun secara hukum perjanjian tersebut tentunya akan lebih

    menguntungkan bagi pembuatnya dan dapat menimbulkan ketidak seimbangan

    antara perusahaan pembiayaan konsumen dengan konsumennya, adanya ketidak

    seimbangan kedudukan antara para pihak dalam suatu perjanjian sering

    menyebabkan pihak yang kedudukannya lebih rendah akan mengalami keadaan

    yang kurang menguntungkan.

    Ditambah lagi saat menandatangani perjanjian pembiayaan konsumen banyak

    konsumen yang tidak teliti terhadap isi perjanjian tersebut dan cenderung

    langsung menandatanganinya karena malas membaca perjanjian tersebut yang

    berlembar-lembar dan kalimatnya yang panjang, bahkan kadang fontnya dibuat

    dengan ukuran yang kecil dan menggunakan bahasa hukum yang tidak dimengerti

    oleh konsumen. Pelaku usaha juga terkadang tidak menjelaskan isi dari perjanjian

    tersebut dan tidak memberikan waktu yang cukup untuk konsumen mempelajari

    4 Ahmadi Miru, Hukum Kontrak Perancangan Kontrak, (Jakarta: PT Raja Grafindo, 2007), h.

    39

    5 Munir Fuady, Hukum Kontrak (Dari Sudut Pandang Hukum Bisnis) Buku Kedua… h. 76.

  • 3

    dan mencermati satu persatu isi dari perjanjian. Kurangnya perhatian dari

    masyarakat dalam membaca isi perjanjian, membuat pihak yang memiliki posisi

    lebih kuat dapat menggunakan kesempatan tersebut untuk melakukan penyalah

    gunaan keadaan demi menguntungkan perusahaan misalnya dengan menggunakan

    asas kebebasan berkontrak dalam menentukan klausul-klausul tertentu seperti

    misalnya dalam isi perjanjian tersebut pelaku usaha sebisa mungkin

    meminimalkan kewajiban mereka dan memaksimalkan hak mereka sebagai

    pelaku usaha lalu mencantumkan klausula tindakan sepihak terhadap barang yang

    sudah dibeli oleh konsumen dan klausula yang dilarang oleh undang-

    undang/klausula eksenorasi seperti yang dijelaskan di dalam pasal 18 UUPK dan

    POJK no 1 Tahun 2013 tentang Perlindungan Konsumen Sektor Jasa Keuangan.

    Maka dari itu di dalam UUPK dan POJK-PKSJK juga diatur mengenai asas

    keseimbangan yang dimaksudkan untuk memberikan keseimbangan antara

    kepentingan konsumen, pelaku usaha dan pemerintah dalam arti materiil ataupun

    spiritual. Tujuan dari adanya asas keseimbangan disini tentunya untuk melindungi

    kedudukan para pihak yang bersangkutan.

    Dari penjelasan di atas, perusahaan dapat dikatakan tidak menerapkan asas

    keseimbangan dalam membuat isi perjanjian karena hak dan kewajiban konsumen

    berada jauh dibawah pelaku usaha dan dapat menyebabkan kerugian terhadap

    konsumen di kemudian hari, misalnya setelah perjajian pembiayaan itu berjalan

    dan konsumen terlambat bayar, jaminan mereka di eksekusi oleh pihak

    perusahaan pembiayaan tanpa adanya pemberitahuan terlebih dahulu dan lain

    sebagainya. Walaupun konsumen mengetahui adanya klausula yang bertentangan

    dengan undang-undang, konsumen hanya memiliki pilihan menerima atau

    menolak perjanjian baku yang disodorkan kepadanya, dalam hal demikian posisi

    konsumen adalah sangat lemah karena sebagai pihak yang membutuhkan.

    Meskipun tahu dalam posisi lemah akan tetapi konsumen tidak mempunyai

    pilihan lain selain menyetujui walaupun dengan berat hati karena sangat

    membutuhkan barang modal dari perusahaan pembiayaan tersebut.

  • 4

    Terlihat jelas bahwa walaupun sudah ada ketentuan mengenai perlindungan

    konsumen, tetapi masih ada saja pelaku usaha yang melakukan hal yang dapat

    merugikan konsumen dan tidak memposisikan kedudukan konsumen dengan

    seimbang di dalam perjanjian tersebut.

    Berdasarkan pemaparan yang telah dijelaskan di atas, sehingga peneliti

    tertarik untuk mengangkatnya dalam sebuah penelitian dengan judul: “Penerapan

    Asas Keseimbangan dalam Perjanjian Pembiayaan terhadap Perlindungan

    Konsumen PT Adira Finance”

    B. Identifikasi Masalah, Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah

    1. Identifikasi Masalah

    Berdasarkan latar belakang masalah yang dijabarkan sebelumnya, maka

    identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

    a. Saat menandatangani perjanjian pembiayaan, konsumen tidak

    membacanya dengan teliti dan cenderung langsung menandatangani

    perjanjian tersebut.

    b. Terjadi ketidakseimbangan hak dan kewajiban antara konsumen dengan

    pelaku usaha.

    c. Konsumen banyak dirugikan dengan tidak terpenuhinya asas

    keseimbangan di dalam perjanjian pembiayaan.

    d. Dalam isi perjanjian, pelaku usaha cenderung mencantumkan klausula

    yang menguntungkan perusahaan dan membebankan kewajiban-kewajiban

    secara berlebihan kepada konsumen.

    2. Pembatasan Masalah

    Karena luas dan dalamnya masalah-masalah tersebut dan agar penelitian

    ini dapat fokus membahas lebih tuntas, serta dapat mencapai sasaran yang

    diharapkan, maka perlu adanya pembatasan masalah. Berdasarkan identifikasi

    masalah yang ada maka peneliti hanya membatasi pada pelaksanaan

    perjanjian pembiayaan konsumen kendaraan bermotor saja.

  • 5

    3. Perumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi serta pembatasan

    masalah yang telah diuraikan di atas, maka peneliti memfokuskan pada

    masalah utama yaitu penerapan asas keseimbangan dalam perjanjian

    pembiayaan di PT Adira Finance , serta upaya hokum yang dapat dilakukan

    oleh konsumen saat tidak diterapkannya asas keseimbangan.

    Untuk mempertegas arah pembahasan dari masalah utama yang telah

    diuraikan diatas, maka dibuat rincian perumusan masalah dalam bentuk

    pertanyaan, sebagai berikut:

    a. Bagaimana penerapan asas keseimbangan dalam perjanjian pembiayaan

    konsumen PT Adira Finance?

    b. Bagaimana upaya hukum yang dapat dilakukan oleh konsumen saat

    pelaku usaha tidak menerapkan asas keseimbangan?

    C. Tujuan Penelitian

    Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

    1. Untuk memberikan informasi tentang penerapan asas keseimbangan dalam

    perjanjian pembiayaan di perusahaan pembiayaan

    2. Untuk mengetahui upaya hukum yang dapat dilakukan oleh konsumen saat

    tidak diterapkannya asas keseimbangan.

    D. Manfaat Penelitian

    Adapun hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat tidak

    hanya untuk peneliti, tetapi juga untuk akademik dan masyarakat umum.

    1. Manfaat Teoritis

    Dapat dijadikan acuan untuk studi berikutnya yang lebih mendalam terkait

    masalah yang sama.

    2. Manfaat Praktis

  • 6

    a. Dapat memberikan gambaran jelas sebelum melakukan pembelian

    kendaraan bermotor dengan perusahaan pembiayaan konsumen.

    b. Mengetahui bagaimana cara pelaku usaha dalam menjalankan asas

    keseimbangan di dalam perjanjian.

    c. Memberikan gambaran kepada pemerintah terkait banyaknya perusahaan

    pembiayaan yang masih melanggar UUPK terkait dengan isi

    perjanjiannya.

    3. Manfaat bagi masyarakat umum

    a. Masyarakat mengetahui pentingnya membaca dengan teliti isi

    perjanjian pembiayaan.

    b. Masyarakat mengetahui hak dan kewajiban antara pelaku usaha dan

    konsumen

    c. Masyarakat dapat lebih berhati-hati dalam memilih perusahaan

    pembiayaan.

    d. Masyarakat dapat menghindari terjadinya kemungkinan-kemungkinan

    buruk yang terjadi setelah menandatangani surat perjanjian

    pembiayaan.

    E. Metode Penelitian

    Dalam metode penelitian ini peneliti akan memaparkan tentang beberapa

    metode yang akan digunakan, diantaranya adalah:

    1. Pendekatan Penelitian

    Penelitian ini menggunakan pendekatan yuridis normatif, yaitu

    penelitian hukum yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau

    data sekunder sebagai bahan dasar untuk diteliti dengan cara mengadakan

    penelusuran terhadap peraturan-peraturan dan literature-literatur yang

    berkaitan dengan permasalahan yang diteliti. Penelitian hukum secara

    yuridis maksudnya penelitian yang mengacu kepada studi kepustakaan yang

  • 7

    ada ataupun terhadap data sekunder yang digunakan6 sedangkan bersifat

    normative maksudnya penelitian hukum yang bertujuan untuk memperoleh

    pengetahuan normative tentang hubungan antara satu peraturan dengan

    peraturan lain dan penerapan dalam prakteknya.

    2. Jenis Penelitian

    Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan

    penelitian kualitatif, yaitu penelitian yang menghasilkan data deskriptif

    berupa kata-kata atau tulisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat

    diamati.

    3. Sumber Data

    Sumber data yang digunakan dibedakan menjadi dua, yaitu:

    a. Data Primer

    Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari konsumen atau

    pihak yang terkait langsung dengan masalah yang diteliti. Dalam

    penelitian ini data primer dikumpulkan melalui wawancara dengan

    menggunakan pedoman wawancara yang dilakukan terhadap sumber

    informasi yang telah ditentukan sebelumnya berdasarkan pedoman

    wawancara, sehingga wawancara yang dilakukan merupakan wawancara

    yang terfokus (focused interview). Metode wawancara dianggap sebagai

    metode paling efektif dalam pengumpulan data primer di lapangan,

    karena interview dapat bertatap muka langsung. Hasil wawancara ini

    diharapkan dapat memberikan gambaran dalam perlindungan hukum

    terhadap konsumen jasa pembiayaan atas kendaraan bermotor yang

    bertentangan dengan undang-undang dan bagaimana penyelesaiannya.

    b. Data Sekunder

    6 Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif (Suatu Tinjauan Singkat),

    (Jakarta: Rajawali Pers, 2001), h. 13-14.

  • 8

    Data sekunder merupakan sumber data yang diperoleh peneliti secara

    tidak langsung melalui media perantara dan melalui studi kepustakaan

    dengan cara membaca, mengutip dan menelaah peraturan perundang-

    undangan, buku-buku, kamus, dan literature lain yang berkenaan dengan

    permasalahan yang akan dibahas. dalam penelitian ini peneliti

    menggunakan 3 bahan hukum sebagai berikut:

    1) Bahan hukum primer, yaitu bahan hukum yang mengikat yang

    berasal dari:

    a) KUHPerdata.

    b) Undang-Undang Nomor 8 tahun 1999 tentang Perlindungan

    Konsumen.

    c) Undang-Undang Nomor 42 tahun 1999 tentang Jaminan

    Fidusia.

    d) POJK Nomor 1/POJK.07/2013 tentang Perlindungan Konsumen

    Sektor Jasa Keuangan.

    e) POJK Nomor 29/POJK.05/2014 tentang Penyelenggaraan

    Usaha Peraturan Pembiayaan.

    f) Peraturan Presiden Nomor 9 tahun 2009 tentang Lembaga

    Pembiayaan.

    g) Peraturan Materi Keuangan RI Nomor 130/PMK.010/2012

    tentang Pendaftaran Jaminan Fidusia bagi Perusahaan

    Pembiayaan yang Melakukan Pembiayaan Konsumen untuk

    Kendaraan Bermotor dengan Pembebanan Jaminan Fidusia.

    h) Peraturan Menteri Keuangan Nomor 84/PMK.01/2006 tentang

    Perusahaan Pembiayaan.

    2) Bahan hukum sekunder, yaitu bahan hukumyang memberikan

    penjelasan mengenai bahan hukum primer, seperti buku-buku hasil

    karya para sarjana, hasil penelitian serta berbagai hasil wawancara

  • 9

    sebagai hasil penelitian peneliti yang berkaitan dengan permasalahan

    yang akan dibahas.

    3) Data non-hukum (Tersier)

    Bahan non hukum merupakan bahan hukum yang memberikan

    petunjuk atau penjelasan atas bahan hukum primer dan sekunder.

    Seperti kamus hukum, ensiklopedia, indeks kumulatif, internet dll.

    4. Teknik Pengumpulan Data

    Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik pengumpulan data

    terutama data sekunder dan sebagai penunjang adalah data primer. Sebagai

    berikut:

    a. Studi kepustakaan (library research), yaitu bentuk pengumpulan data

    yang dilakukan dengan membaca buku literature, mengumpulkan,

    membaca dokumen yang berhubungan dengan obyek penelitian, dan

    mengutip dari data-data sekunder yang meliputi peraturan perundang-

    undangan, dokumen dan bahan kepustakaan lain dari beberapa buku

    referensi, artikel-artikel dari beberapa jurnal, arsip, hasil penelitian

    ilmiah, peraturan perundang-undangan, laporan, teori-teori, media masa

    seperti koran, internet dan bahan kepustakaan lainnya yang relevan

    dengan masalah yang akan diteliti.

    b. Wawancara, yaitu percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan

    tersebut dilakukan dengan dua orang pihak, yaitu pewawancara

    (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai

    (interviewer) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu.7

    Wawancara dilakukan dengan cara terpimpin, yaitu wawancara

    dilaksanakan dengan jalan informan diberi kebebasan untuk menjawab

    7 Lexi J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2002),

    h. 103

  • 10

    pertanyaan yang ditentukan. Cara tersebut digunakan peneliti untuk

    mendapatkan keterangan secara lisan dari responden.8

    5. Teknik Pengolahan Data

    Interview atau wawancara yang dipakai dalam penelitian ini adalah

    wawancara bebas terpimpin, Hasil data Interview atau wawancara tersebut

    kemudian diubah dari format audio menjadi visual dalam bentuk teks

    melalui transkrip data.

    6. Analisis Bahan Hukum

    Data yang diperoleh dari penulisan kepustakaan maupun dari

    penelitian lapangan akan diolah berdasarkan analisis normatif, kualitatif.

    Normatif karena peneliti bertitik tolak dari peraturan yang ada sebagai

    norma hukum positif, sedangkan kualitatif yang dimaksud yaitu

    memaparkan kenyataan-kenyataan yang didasarkan atas hasil penelitian.9

    Memahami kebenaran yang diperoleh dari hasil pengamatan dan pertanyaan

    kepada sejumlah responden baik secara lisan maupun secara tertulis selama

    dalam melakukan penelitian.

    7. Teknik Penulisan

    Teknik penulisan dan pedoman yang digunakan peneliti dalam skripsi

    ini berdasarkan kaidah-kaidah dan teknik penulisan yang terdapat dalam

    “Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam

    Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2017”.

    F. Sistematika Penulisan

    Masing-masing bab terdiri atas beberapa subbab sesuai pembahasan dan

    materi yang diteliti di atas. Adapun perincian sebagai berikut:

    8 Koentjaraningrat, Metode Penelitian Masyarakat, (Jakarta: PT Gramedia, 1989), h. 162

    9 Zainal Arifin, Penelitian Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya), h. 233

  • 11

    BAB I : Merupakan bab pendahuluan yang memuat latar belakang masalah

    yang memuat alasan mengapa peneliti mengambil judul penelitian ini,

    identifikasi masalah, batasan dan rumusan masalah, tujuan dan

    manfaat, metode penelitian, serta sistematika penulisan.

    BAB II: Bab ini berisi kajian pustaka, kerangka teoritis dan kerangka

    konseptual, serta kajian tinjauan review terdahulu.

    BAB III: Dalam bab ini peneliti akan membahas secara umum mengenai profil

    perusahaan pembiayaan yang akan peneliti bahas di dalam penelitian

    ini, yaitu profil dari PT Adira Finance

    BAB IV: Dalam bab ini berisi uraian hasil dari penelitian yang kemudian

    dibahas dengan menggunakan teori yang terdapat di bab II.

    BAB V : Bab ini merupakan penutup yang berisi kesimpulan dan rekomendasi.

  • 12

    BAB II

    KAJIAN PUSTAKA

    A. Kajian Teoritis

    1. Kerangka Teoritis

    Berikut beberapa teori yang menjadi kerangka teori peneliti

    a. Asas Keseimbangan dalam Perjanjian

    Dalam rangka menjaga keseimbangan dan memelihara hak-hak yang

    dimiliki oleh para pihak sebelum perjanjian dibuat menjadi perikatan yang

    mengikat bagi para pihak, maka diaturlah berbagai asas umum yang

    merupakan pedoman serta menjadi rambu dalam mengatur dan membentuk

    perjanjian yang akan dibuat hingga pada akhirnya menjadi perikatan yang

    mengikat para pihak.

    Berdasarkan penjelasan singkat tersebut dan sebagaimana yang telah

    dijelaskan di dalam point sebelumnya mengenai asas – asas di dalam sebuah

    perjanjian, Herlien Budiono berpendapat adanya asas baru dalam hukum

    perjanjian yaitu asas keseimbangan.

    Pengertian asas kebebasan berkontrak dan asas pacta sunt servanda dalam

    kenyataannya dapat menimbulkan ketidakadilan. Kebebasan berkontrak

    didasarkan pada asumsi bahwa para pihak dalam kontrak memiliki posisi

    tawar (bargaining position) yang seimbang, tetapi dalam kenyataannya para

    pihak tidak selalu memiliki posisi tawar yang seimbang. Persyaratan standar

    selalu diterima oleh pihak lawan tanpa membaca persyaratan ini atau

    mengetahui isi secara utuh, bahwa terhadap penentuan kontrak standar

    tersebut pada penggunaannya menimbulkan kerugian yang sangat serius.

    Dalam beberapa peristiwa dalam persyaratan standar dibuat tanpa hak karena

    konflik-konflik yang akan datang diselesaikan apriori dengan merugikannya

  • 13

    atau karena penyelesaian konflik diserahkan kepada instansi yang tidak dapat

    diharapkan.

    Kontrak yang demikian seringkali diibaratkan dengan dua kekuatan yang

    tidak seimbang, antara pihak yang mempunyai bargaining position kuat (baik

    karena penguasaan modal/dana, teknologi maupun skill) dengan pihak yang

    lemah bargaining position – nya. Dengan demikian pihak yang lemah

    bargaining position – nya hanya sekedar menerima segala isi kontrak dengan

    terpaksa (taken for granted) sebab apabila mencoba menawar dengan

    alternative lain kemungkinan besar akan menerima konsekuensi kehilangan

    apa yang dibutuhkan. Jadi hanya ada dua alternative pilihan bagi pihak yang

    lemah bargaining position – nya untuk menerima atau menolak (take it or

    leave it), yang dimaksud dengan asas keseimbangan dalam hal ini adalah

    suatu asas yang dimaksudkan untuk menyelaraskan pranata-pranata hukum

    dan asas-asas pokok hukum perjanjian yang dikenal di dalam KUHPerdata

    yang mendasarkan pemikiran dan latar belakang individualisme pada satu

    pihak dan cara pikir bangsa Indonesia pada lain pihak. Bahwa kata

    keseimbangan pada satu sisi dibatasi oleh kehendak (yang dimunculkan oleh

    pertimbangan atau keadaan yang menguntungkan), dan pada sisi lain oleh

    keyakinan (akan kemampuan untuk) mengejawantahkan hasil atau akibat

    yang dikehendaki; dalam batasan kedua sisi ini tercapailah keseimbangan

    yang dimaknai positif. Pemahaman terhadap daya kerja asas keseimbangan

    yang menekankan keseimbangan posisi para pihak yang berkontrak terasa

    seimbang dalam kaitannya dengan kontrak konsumen.

    1) Pengertian Asas Keseimbangan

    Selain asas-asas pokok yang diatur di dalam KUHPerdata mengenai

    perjanjian, terdapat satu asas lagi yang menurut peneliti sangat penting

    dan harus diketahui penerapannya di dalam perjanjian, salah satunya

    adalah asas keseimbangan. Asas keseimbangan dalam Kamus Besar

  • 14

    Bahasa Indonesia mengandung arti sama, sebanding, menunjuk kepada

    satu keadaan, posisi, derajat, berat dll.1 Sedangkan asas keseimbangan

    dalam perjanjian yang dijelaskan oleh beberapa ahli seperti Herlien

    Budiono dan Sutan Remy Sjahdeini, adalah:

    a) Herlien Budiono di dalam bukunya mengatakan bahwa asas keseimbangan

    adalah asas yang dimaksudkan untuk menyelaraskan pranata-pranata

    hukum dan asas-asas pokok hukum perjanjian yang dikenal dalam

    KUHPerdata yang berdasarkan pemikiran dan latar belakang

    individualisme pada satu pihak sehingga hukum kontrak tersebut dapat

    diterima sebagai bagian dari hukum Indonesia.2

    b) Sutan Remy Sjahdeini memahami bahwa asas keseimbangan adalah

    keseimbangan para pihak yang berkontrak dari posisi atau kedudukan para

    pihak yang (seharusnya) sama.3

    Di dalam hukum perjanjian islam, terdapat asas yang menjelaskan

    mengenai asas keseimbangan, yaitu Al-Musawah. Al-Musawah mengandung

    pengertian bahwa para pihak mempunyai kedudukan (bargaining position)

    yang sama, sehingga dalam menentukan term and condition dari suatu

    akad/perjanjian setiap pihak mempunyai kesetaraan atau kedudukan yang

    seimbang.4 Dasar hukum mengenai asas ini tertuang di dalam ketentuan al-

    Qur’an Surat Al-Hujurat ayat 13.

    ْيِد َوأًَتُْن ُحُرٌم ۗ يَا أَيُّهَا الَِّذيَي آَهٌُىا أَْوفُىا بِاْلُعقُ ًَْعاِم إَِّلَّ َها يُْتلَٰى َعلَْيُكْن َغْيَر ُهِحلِّي الصَّ ىِد ۚ أُِحلَّْث لَُكن بَِهيَوةُ اْْلَ

    َ يَْحُكُن َها يُِريدُ إِىَّ َّللاَّ

    1 Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, edisi ke-IV, (Jakarta: PT Gramedia Pusaka

    Utama, 2008), h.373.

    2 Herlien Budiono, Asas Keseimbangan bagi Hukum Perjanjian di Indonesia, (Bandung:

    Citra Aditya Bakti, 2006), h. 510.

    3 Sutan remy Sjahdeini, Kebebasan Berkontrak dan Perlindungan yang Seimbang bagi Para

    Pihak dalam Perjanjian Kredit Bank di Indonesia, (Jakarta: Pustaka Utama Grafiti,2009), h. 7.

    4 Abdul Ghofur Anshori, Hukum Perjanjian Islam di Indonesia (konsep, regulasi, dan

    implementasinya), (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2010), h. 32

  • 15

    (الهجرات:٣١/٩٤)

    “Hai manusia, sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki

    dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-

    suku supaya kamu saling mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia

    diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa di antara kamu.

    Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Penyayang.” (QS.

    Al’Hujurat:49/13)

    Dari ketentuan tersebut, dalam Islam ditunjukan bahwa semua orang

    mempunyai kedudukan yang sama di depan hukum (equality before the law),

    sedangkan yang membedakan kedudukan antara satu dengan yang lainnya di

    sisi Allah adalah derajat ketaqwaannya. Orang yang mulia di sisi-Nya adalah

    orang-orang yang bertaqwa, antara lain dengan menjalankan perintah-

    perintah-Nya dan menjauhi larangan-larangan-Nya.5

    a) Tujuan Asas Keseimbangan

    Tujuan dari adanya asas keseimbangan adalah untuk memperoleh hasil

    akhir yang menempatkan posisi antara pihak seimbang (equal) dalam

    menentukan hak dan kewajibannya sebagai pelaku usaha dan konsumen.

    b) Aspek Asas Keseimbangan

    Ketiga aspek dari perjanjian yang terkait berkelindan yang akan

    difungsikan sebagai faktor penguji dalam rangka menetapkan akibat-

    akibat yang muncul apabila teriadi ketidak seimbangan adalah sebagai

    berikut:6

    (1) Perbuatan Para Pihak

    Perilaku individual di dalam khazanah ilmu hukum didefinisikan

    sebagai perbuatan yang ditujukan pada suatu akibat hukum. Agar

    5 Abdul Ghofur Anshori, Hukum Perjanjian Islam di Indonesia… h. 33.

    6 Herlien Budiono, Asas Keseimbangan bagi Hukum Perjanjian di Indonesia, h.334-338.

  • 16

    suatu perbuatan dapat memunculkan akibat hukum maka perbuatan

    hukum dimunculkan oleh dua kategori perbuatan, yakni pernyataan

    kehendak dan kewenangan bertindak.

    Keadaan tidak seimbang dapat terjadi sebagai akibat dari

    perbuatan hukum yang dengan cara terduga dapat menghalangi

    pengambilan keputusan atau pertimbangan secara matang. Yang

    dimaksud di sini adalah keadaan yang berlangsung lama, seperti

    ketidakcakapan bertindak (handelings-onbekwaamheid). Juga,

    tercakup ke dalam itu ialah perbuatan-perbuatan sebagai akibat dari

    cacatnya kehendak pelaku, misalnya karena ancaman (bedreiging),

    penipuan (bedrog), atau penyalahgunaan keadaan (misbruik van

    omstandighedeni).

    Penyalahgunaan keadaan dikatakan ada bila seseorang yang

    mengetahui atau seharusnya mengerti bahwa orang lain karena

    keadaan atau yang kondisi khusus, misalnya, keadaan kejiwaan, atau

    dalam hal adanya ketergantungan psikis atau praktikal lainnya, kurang

    pengalaman atau karena keadaan terpaksa (noodtoestand), ternyata

    telah tergerak untuk melakukan atau mendorong suatu perbuatan

    hukum tertentu. Terhadap aspek ini dapat ditambahkan satu factor

    lainnya, yakni berkenaan dengan pembebanan atau resiko yang berada

    bukan pada pihak pengambil keputusan, melainkan pada pihak

    lainnya. Perbuatan itu harus sedemikian rupa sehingga kontrak yang

    bersangkutan dimunculkan kekeliruan perihal suatu keadaan tertentu

    yang pada gilirannya dapat mengakibatkan situasi dan kondisi tidak

    seimbang.

    (2) Isi dari Kontrak

    Isi kontrak ditentukan oleh apa yang para pihak, baik secara tegas

    maupun diam-diam disepakati, terkecuali perbuatan hukum yang

  • 17

    bersangkutan bertentangan dengan aturan-aturan yang dikategorikan

    sebagai hukum yang bersifat memaksa. Hal ini pertama-tama

    berkaitan dengan asas kebebasan berkontrak, yakni bahwa pada

    prinsipnya setiap orang bebas untuk menentukan sendiri isi suatu

    kontrak. Isi kontrak berkenaan dengan apa yang telah dinyatakan para

    pihak, ataupun maksud dan tujuan yang menjadi sasaran pencapaian

    kontrak sebagaimana betul dikehendaki para pihak melalui perbuatan

    hukum tersebut. Sekalipun kebebasan untuk menentukan sendiri isi

    kontrak tidak dicantumkan secara tegas di dalam undang-undang,

    cakupan asas tersebut dibatasi oleh undang- undang, yakni bahwa

    setiap perbuatan hukum yang bertentangan dengan undang-undang,

    kesusilaan yang baik, atau ketertiban umum, bisa jadi absah, batal

    demi hukum, atau kadang dapat dibatalkan. Suatu perjanjian dengan

    isi seperti itu, umum, yang bertentangan dengan undang-undang,

    kesusilaan, atau ketertiban umum, mengakibatkan keadaan tidak

    seimbang. Perjanjian tersebut dasarkan asas keseimbangan

    menyebabkan keabsahan suatu perjanjian terganggu.

    (3) Pelaksanaan Kontrak

    Sudah selayaknya suatu kontrak harus dipenuhi oleh kedua pihak

    dengan itikad baik. Faktor-faktor pelengkap lain yang menjadi gayut

    bila pihak-pihak terkait tidak melengkapinya sendiri adalah ketentuan-

    ketentuan dari aturan pelengkap, yaitu kepatutan dan kelayakan.

    Penting bahwa itkad baik (goeder trouw) diprioritaskan, bahkan juga

    dalam hal perjanjian dengan aturan-aturan memaksa (dwingend recht).

    Selain itu, juga harus turut diperhitungkan perubahan keadaan yang

    berpengaruh terhadap pemenuhan prestasi yang diperjanjikan.

  • 18

    b. Perjanjian Pembiayaan Konsumen

    Di dalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata tidak menjelaskan secara

    khusus tentang perjanjian pembiayaan dan mengategorikan perjanjian

    pembiayaan sebagai perjanjian tak bernama atau onbenoemde overeenkomst

    (innominal).7 Di dalam Buku Ketiga, Bab II Pasal 1313 s/d Pasal 1319

    KUHPerdata. Pasal 1319 menyatakan bahwa semua persetujuan, baik yang

    mempunyai nama khusus maupun yang tidak dikenal dengan suatu nama

    tertentu, tunduk kepada peraturan umum yang termuat dalam bab ini dan bab

    lain. Oleh sebab itu maka perjanjian pembiayaan konsumen terikat oleh

    semua peraturan umum yang termuat dalam buku ketiga KUHPERdata, salah

    satunya adalah ketentuan pasal 1266 KUHPerdata terkait syarat batal.

    1) Pengertian Perjanjian

    Berdasarkan Pasal 1313 Buku III Kitab Undang-Undang Hukum

    Perdata, “Suatu perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang

    atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih”. Suatu

    perjanjian diartikan suatu perbuatan hukum mengenai harta benda

    kekayaan antara dua pihak, dalam satu pihak berjanji atau dianggap

    berjanji untuk melakukan suatu hal atau tidak melakukan sesuatu hal.8

    Hubungan hukum yang timbul karena perjanjian itu mengikat kedua belah

    pihak yang membuat perjanjian, sebagaimana daya mengikat Undang-

    Undang. Hal ini sesuai dengan Pasal 1338 ayat (1) KUH Perdata yang

    berbunyi: “Semua persetujuan yang dibuat secara sah berlaku sebagai

    Undang-Undang bagi mereka yang membuatnya”. Ikatan yang lahir dari

    perjanjian yang demikian dinamakan perikatan.

    7 Mariam Darus Badrulzaman dkk, Kompilasi Hukum Perikatan… h. 67.

    8 Prodjodikiro Wirdjono, Asas-Asas Hukum Perjanjian, Cetakan VII, (Bandung: Sumur

    Bandung, 1997), h. 12.

  • 19

    Perikatan menunjukkan adanya suatu hubungan hukum antara para

    pihak yang berisi hak dan kewajiban masing-masing. Perjanjian

    menunjukkan suatu janji atau perbuatan hukum yang saling mengikat

    antara para pihak. Menurut Subekti, “perikatan adalah suatu hubungan

    hukum antara dua pihak, berdasar mana pihak yang satu berhak menuntut

    sesuatu dari pihak yang lain, berkewajiban memenuhi itu”.9

    Dari definisi yang dikemukakan oleh Subekti, dapat disimpulkan

    bahwa perikatan memiliki unsur-unsur sebagai berikut, yaitu:

    a) Adanya hubungan hukum, yaitu hubungan yang diatur oleh hukum.

    b) Adanya pihak kreditur dan debitur, yaitu pihak yang aktifberpiutang

    (kreditur) dan berhak atas prestasi tertentu, sedangkan debitur adalah

    pihak yang diwajibkan memberikan prestasi tertentu.

    c) Adanya prestasi, yaitu hal yang dijanjikan untuk dilaksanakan baik

    oleh kreditur maupun oleh debitur sebagaimana diatur dalam Pasal

    1234 KUH Perdata yang menyatakan bahwa: “Tiap perikatan adalah

    untuk berbuat sesuatu atau tidak berbuat sesuatu”.

    Perjanjian dapat melahirkan lebih dari satu perikatan, seperti dalam

    perjanjian jual beli, akan lahir perikatan untuk membayar, menyerahkan

    barang, menjamin dari cacat tersembunyi, menjamin barang yang dijual

    dari tuntutan pihak ketiga dan lain-lain. Perikatan yang bersumber dari

    Undang-Undang pada umumnya perikatan yang dilahirkan dan ditentukan

    secara khusus oleh Undang-Undang, seperti ganti rugi, kewajiban

    mendidik anak, pekarangan yang berdampingan dan lain-lain.

    2) Asas dalam Hukum Perjanjian

    Dalam rangka menjaga keseimbangan dan memelihara hak-hak yang

    dimiliki oleh para pihak sebelum perjanjian dibuat menjadi perikatan yang

    mengikat bagi para pihak, maka diaturlah berbagai asas umum yang

    9 Subekti, Hukum Perjanjian, Cetakan 12, (Jakarta: Intermasa, 1990, h.1

  • 20

    merupakan pedoman serta menjadi rambu dalam mengatur dan

    membentuk perjanjian yang akan dibuat hingga pada akhirnya menjadi

    perikatan yang mengikat para pihak. Berikut ini akan dijelaskan asas-asas

    hukum perjanjian secara umum, diantaranya adalah:

    a) Asas konsensualisme

    Asas konsensualisme sering diartikan bahwa dibutuhkan

    kesepakatan untuk lahirnya kesepakatan. Pengertian ini tidak tepat

    karena maksud asas konsensualisme adalah bahwa lahirnya kontrak

    ialah pada saat terjadinya kesepakatan. Dengan demikian, apabila

    tercapai kesepakatan antara para pihak, lahirlah kontrak, walaupun

    kontrak itu belum dilaksanakan pada saat itu. Hal ini berarti bahwa

    dengan tercapainya kesepakatan oleh para pihak melahirkan hak dan

    kewajiban bagi mereka atau biasa juga disebut bahwa kontrak tersebut

    sudah bersifat obligatoir, yakni melahirkan kewajiban bagi para pihak

    untuk memenuhi kontrak tersebut.10

    Asas konsensualisme disimpulkan

    dari Pasal 1320 KUH Perdata.

    b) Asas Kebebasan Berkontrak

    Asas kebebasan berkontrak merupakan salah satu asas yang sangat

    penting dalam hukum kontrak. Kebebasan berkontrak ini oleh

    sebagian sarjana hukum biasanya didasarkan pada pasal 1338 ayat (1)

    BW, bahwa semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai

    undang-undang bagi mereka yang membuatnya. Demikian pula ada

    yang mendasarkannya pada pasal 1320 BW yang menerangkan

    tentang syarat sahnya perjanjian.11

    c) Asas Personalia

    10

    Ahmad Miru, Hukum Kontrak dan Perancangan kontrak, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,

    2007), h. 3

    11 Ahmad Miru, Hukum Kontrak dan Perancangan kontrak… h. 4

  • 21

    Asas ini diatur dalam pasal 1315 KUHPer, yang berbunyi “Pada

    umumnya tak seorangpun dapat mengikatkan diri atas nama sendiri

    atau meminta ditetapkannya suatu janji selain untuk dirinya sendiri”.

    Dari rumusan tersebut dapat kita ketahui bahwa pada dasarnya suatu

    perjanjian yang dibuat oleh seseorang dalam kapasitasnya sebagai

    individu, subjek hukum pribadi, hanya akan berlaku dan mengikat

    untuk dirinya sendiri.12

    d) Perjanjian Berlaku sebagai Undang-undang (Pacta Sunt Servanda)

    Asas yang diatur dalam pasal 1338 ayat (1) KUHPerdata ini

    menyatakan bahwa “Semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku

    sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya”. Jadi

    perjanjian adalah sumber dari perikatan. Sebagai suatu perikatan yang

    dibuat dengan sengaja atas kehendak para pihak secara sukarela, maka

    segala sesuatu yang telah disepakati oleh para pihak harus

    dilaksanakan oleh para pihak sebagaimana telah dikehendaki oleh

    mereka. Dalam hal salah satu pihak dalam perjanjian tidak

    melaksanakannya, maka pihak lain dalam perjanjian berhak untuk

    memaksakan pelaksanaannya melalui mekanisme dan jalur hukum

    yang berlaku.13

    e) Asas Itikad Baik

    Dalam pasal 1338 ayat (3) KUHPerdata, menyatakan bahwa

    “Perjanjian-perjanjian harus dilaksanakan dengan itikad baik”.

    Rumusan tersebut memberikan arti pada kita semua bahwa sebagai

    sesuatu yang disepakati dan disetujui oleh para pihak, pelaksanaan

    12

    Kartini Muljadi dan Gunawarman Widjaja, Perikatan yang Lahir dari Perjanjian, (Jakarta:

    PT Raja Grafindo Persada, 2003), h. 14

    13 Kartini Muljadi dan Gunawarman Widjaja, Perikatan yang Lahir dari Perjanjian… h. 59

  • 22

    prestasi dalam tiap-tiap perjanjian harus dihormati sepenuhnya, sesuai

    dengan kehendak para pihak pada saat perjanjian ditutup.14

    f) Kontrak Baku dalam Perjanjian

    Kontrak baku adalah kontrak yang klausul-klausulnya telah

    ditetapkan atau dirancang oleh salah satu pihak. Penggunaan kontrak

    baku dalam kontrak-kontrak yang biasanya dilakukan oleh pihak yang

    banyak melakukan kontrak yang sama terhadap pihak lain, didasarkan

    pada Pasal 1338 ayat (1) KUHPerdata bahwa semua perjanjian yang

    dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang

    membuatnya.15

    Kebebasan berkontrak sebagai mana diatur dalam Pasal 1338 ayat

    (1) tersebut sangat jelas ideal jika para pihak yang terlibat dalam suatu

    kontrak posisi tawar menawarnya seimbang antara satu dengan yang

    lainnya. Apabila dalam suatu perjanjian, kedudukan para pihak tidak

    seimbang, pihak lemah biasanya tidak berada dalam keadaan yang

    betul-betul bebas untuk menentukan apa yang diinginkan dalam

    perjanjian. Dalam hal demikian, pihak yang memiliki posisi lebih kuat

    biasanya menggunakan kesempatan tersebut untuk menentukan

    klausul-klausul tertentu dalam kontrak baku, yaitu kalusul-klausul

    yang menguntungkan bagi yang membuatnya, atau meringankan atau

    menghapuskan beban-beban atau kewajiban tertentu yang seharusnya

    menjadi bebannya.16

    c. Perlindungan Konsumen Perusahaan Pembiayaan

    1) Pengertian Perlindungan Konsumen

    14

    Kartini Muljadi dan Gunawarman Widjaja, Perikatan yang Lahir dari Perjanjian… h. 79

    15 Ahmad Miru, Hukum Kontrak dan Perancangan kontrak… h. 39

    16 Ahmad Miru, Hukum Kontrak dan Perancangan kontrak… h. 39-40

  • 23

    Dalam pasal 1 ayat (1) UUPK, perlindungan konsumen adalah segala

    upaya yang menjamin adanya kepastian hukum untuk memberi

    perlindungan kepada konsumen. Sedangkan konsumen dalam pasal 1 ayat

    (2) UUPK adalah setiap orang yang pemakai barang dan/atau jasa yang

    tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga,

    orang lain, maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan.

    Selain dalam UUPK, perlindungan konsumen juga diatur dalam POJK

    Nomor 1 Tahun 2013 tentang perlindungan konsumen sektor jasa

    keuangan. Di dalam pasal 1 ayat (3) POJK-PKSJK, perlindungan

    konsumen adalah perlindungan terhadap konsumen dengan cakupan

    perilaku pelaku usaha jasa keuangan. Sedangkan Konsumen adalah pihak-

    pihak yang menempatkan dananya dan/atau memanfaatkan pelayanan

    yang tersedia di Lembaga Jasa Keuangan

    2) Hak dan Kewajiban para Pihak

    Hak dan Kewajiban para pihak diatur di dalam UUPK dan POJK-

    PKSJK. Namun, dalam POJK-PKSJK hanya mengatur hak dan kewajiban

    dari pelaku usaha jasa keuangan saja. Di dalam UUPK, hak dan kewajiban

    para pihak terdapat di dalam Bab III pasal (4) sampai dengan pasal (7).

    Hak dan kewajiban para pihak yang diatur di dalam UUPK merupakan

    hak dan kewajiban yang membahas mengenai pelaku usaha secara umum.

    Sedangkan hak dan kewajiban yang diatur di dalam POJK-PKSJK

    merupakan hak dan kewajiban yang dikhususkan untuk para pelaku usaha

    di sektor jasa keuangan saja.

    3) Asas dalam Perlindungan Konsumen

    Dalam pasal 2 UUPK, perlindungan konsumen diselenggarakan

    sebagai usaha bersama berdasarkan 5 (lima) asas yang relevan dalam

    pembangunan nasional, yaitu:

  • 24

    a) Asas manfaat dimaksudkan untuk mengamanatkan bahwa segala

    upaya dalam penyelenggaraan perlindungan konsumen harus

    memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi kepentingan konsumen

    dan pelaku usaha secara keseluruhan.

    b) Asas keadilan dimaksudkan agar partisipasi seluruh rakyat dapat

    diwujudkan secara maksimal dan memberikan kesempatan kepada

    konsumen dan pelaku usaha untuk memperoleh haknya dan

    melaksanakan kewajibannya secara adil.

    c) Asas keseimbangan dimaksudkan untuk memberikan keseimbangan

    antara kepentingan konsumen, pelaku usaha, dan pemerintah dalam

    arti materiil ataupun spiritual.

    d) Asas keamanan dan keselamatan konsumen dimaksudkan untuk

    memberikan jaminan atas keamanan dan keselamatan kepada

    konsumen dalam penggunaan, pemakaian dan pemanfaatan barang

    dan/atau jasa yang dikonsumsi atau digunakan.

    e) Asas kepastian hukum dimaksudkan agar baik pelaku usaha maupun

    konsumen menaati hukum dan memperoleh keadilan dalam

    penyelenggaraan perlindungan konsumen, serta negara menjamin

    kepastian hukum.

    Sedangkan, di dalam pasal 21 POJK-PKSJK, pelaku usaha jasa keuangan

    wajib memenuhi keseimbangan, keadilan, dan kewajaran dalam pembuatan

    perjanjian dengan Konsumen. Keseimbangan dalam membuat perjanjian,

    misalnya dalam hal Konsumen telah memberikan informasi dan dokumen

    yang jujur dan tidak menyesatkan, Pelaku Usaha Jasa Keuangan wajib

    menyimpan dan menggunakan informasi dan dokumen tersebut semata-mata

    untuk kepentingan Konsumen.

    Keadilan dalam membuat perjanjian, misalnya dalam hal Konsumen telah

    sepakat untuk membayar produk dan/atau layanan dari Pelaku Usaha Jasa

  • 25

    Keuangan, Pelaku Usaha Jasa Keuangan juga harus memberikan produk

    dan/atau layanan dimaksud sesuai dengan perjanjian. Sebagai contoh

    kewajaran dalam membuat perjanjian, misalnya penetapan harga atau biaya

    yang dikenakan atas produk dan/atau layanan harus sesuai dengan biaya yang

    dikeluarkan.

    4) Perbuatan yang Dilarang bagi Pelaku Usaha

    Perbuatan yang dilarang oleh pelaku usaha di atur di dalam POJK-PKSJK.

    Selain itu, dalam pasal 8 UUPK juga mengatur mengenai perbuatan yang

    dilarang oleh pelaku usaha, pelaku usaha dalam menawarkan barang dan/atau

    jasa untuk diperdagangkan dilarang membuat atau mencantumkan klausula

    baku pada setiap dokumen dan/atau perjanjian apabila:

    a) Menyatakan pengalihan tanggung jawab pelaku usaha;

    b) Menyatakan bahwa pelaku usaha berhak menolak penyerahan kembali

    barang yang dibeli konsumen;

    c) Menyatakan bahwa pelaku usaha berhak menolak penyerahan kembali

    uang yang dibayarkan atas barang dan/atau jasa yang dibeli oleh

    konsumen;

    d) Menyatakan pemberian kuasa dari konsumen kepada pelaku usaha baik

    secara langsung maupun tidak langsung untuk melakukan segala tindakan

    sepihak yang berkaitan dengan barang yang dibeli oleh konsumen secara

    angsuran;

    e) Mengatur perihal pembuktian atas hilangnya kegunaan barang atau

    pemanfaatan jasa yang dibeli oleh konsumen;

    f) Memberi hak kepada pelaku usaha untuk mengurangi manfaat jasa atau

    mengurangi harta kekayaan konsumen yang menjadi obyek jual beli jasa;

    g) Menyatakan tunduknya konsumen kepada peraturan yang berupa aturan

    baru, tambahan, lanjutan dan/atau pengubahan lanjutan yang dibuat

  • 26

    sepihak oleh pelaku usaha dalam masa konsumen memanfaatkan jasa

    yang dibelinya;

    h) Menyatakan bahwa konsumen memberi kuasa kepada pelaku usaha untuk

    pembebanan hak tanggungan, hak gadai, atau hak jaminan terhadap

    barang yang dibeli oleh konsumen secara angsuran.

    Selain itu, pelaku usaha dilarang mencantumkan klausula baku yang letak

    atau bentuknya sulit terlihat atau tidak dapat dibaca secara jelas, atau yang

    pengungkapannya sulit dimengerti. Setiap klausula baku yang telah ditetapkan

    oleh pelaku usaha pada dokumen atau perjanjian yang memenuhi ketentuan

    sebagaimana dimaksud diatas dinyatakan batal demi hukum dan pelaku usaha

    wajib menyesuaikan klausula baku yang bertentangan dengan Undang-undang

    ini

    d. Pembiayaan Konsumen atas Kendaraan Bermotor

    1) Pengertian Pembiayaan Konsumen

    Dalam pasal 1 angka (6) Keputusan presiden Nomor 61 tahun 1988

    jo. Pasal 1 angka (7) Peraturan Presiden Nomor 9 tahun 2009, perusahaan

    pembiayaan konsumen adalah kegiatan pembiayaan dalam bentuk dana

    untuk pengadaan barang berdasarkan kebutuhan konsumen dengan system

    pembayaran angsuran atau berkala oleh konsumen. Selain itu pengertian

    lain dari pembiayaan konsumen adalah suatu pinjaman yang diberikan

    oleh suatu perusahaan kepada debitur untuk pembelian barang dan jasa

    yang akan langsung dikonsumsikan oleh konsumen, dan bukan untuk

    tujuan produksi atau distribusi. Perusaahan yang memberikan pembiayaan

    diatas, disebut perusahaan pembiayaan konsumen (costumer Finance

    company).17

    2) Jenis Perusahaan Pembiayaan

    17

    Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, (Jakarta: Rajawali Pers, 2008), h.23

  • 27

    Atas dasar kepemilikannya, perusahaan pembiayaan konsumen dapat

    dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu: 18

    a) Perusahaan pembiayaan konsumen yang merupakan anak dari

    perusahaan supplier barang dan jasa yang akan dibeli oleh debitur.

    Perusahaan pembiayaan konsumen ini dibentuk oleh perusahaan

    induknya, yaitu supplier untuk memperlancar penjualan barang dan

    jasa perusahaan induknya, maka biasanya perusahaan hanya melayani

    barang dan jasa yang diproduksi atau ditawarkan oleh perusahaan

    induknya.

    Contoh: PT Trame merupakan perusahaan yang berdiri dibidang

    jual beli motor bekas dan baru. Saat daya beli masyarakat mulai turun,

    maka PT Trame ingin memperlancar penjualannya dengan cara

    mendirikan PT Tramefan. PT Tramefan merupakan perusahaan

    pembiayaan konsumen yang khusus melayani kredit pembelian segala

    merk motor baru dan bekas pada PT Trame.

    b) Perusahaan pembiayaan konsumen yang merupakan satu grup usaha

    dengan supplier barang dan jasa yang akan dibeli oleh debitur. Pada

    perusahaan pembiayaan konsumen jenis ini pada dasarnya tidak jauh

    berbeda dengan perusahaan pembiayaan konsumen yang merupakan

    anak dari perusahaan supplier. Perusahaan pembiayaan konsumen ini

    biasanya juga hanya melayani pembiayaan barang dan jasa yang

    diproduksi oleh supplier yang masih satu grup usaha dengan

    perusahaan tersebut. Perbedaannya hanya terletak pada hubungan

    antara supplier dengan perusahaan pembiayaan konsumen.

    Contohnya: PT Suzuki Finance merupakan hasil dari kerjasama

    antara Itochu Corporation dengan Suzuki Motor Corporation. Dimana

    18

    Y.R Soesilo, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, (Jakarta: Salemba empat, 2000), h. 149

  • 28

    Itochu merupakan perusahaan yang bergerak di berbagai macam

    bidang usaha, salah satu perusahaan yang tergabung dalam Itochu

    adalah Suzuki Motor Corporation yang merupakan produsen

    kendaraan bermotor. Demi meningkatkan penjualan kendaraan

    bermotor yang di produksi oleh Suzuki Motor Corporation, maka

    Itochu Corporation membentuk satu perusahaan lagi dengan nama

    Suzuki Finance yang bergerak dibidang pembiayaan konsumen.

    Pembiayaan konsumen yang dilayani oleh Suzuki Finance juga

    hanyalah pembelian kendaraan bermotor yang dilakukan di Suzuki

    Motor Corporation.

    c) Perusahaan pembiayaan yang tidak mempunyai kaitan kepemilikan

    dengan supplier barang dan jasa yang akan dibeli oleh debitur.

    Perusahaan pembiayaan yang tidak mempunyai kaitan kepemilikan

    dengan supplier biasanya tidak hanya melayani pembelian atas barang

    pada satu supplier saja. Perusahaan pembiayaan ini biasanya melayani

    pembiayaan pembelian pada supplier lain. Sedangkan untuk

    spesialisasi perusahaan pembiayaan konsumen ini biasanya terletak

    pada jenis atau tipe barang dan daerah pemasarannya tersebut.

    Perusahaan pembiayaan konsumen ada yang berspesialisasi pada

    pembelian barang elektronik, meubel, kendaraan bermotor baik baru

    maupun bekas, dll.

    Contohnya: PT Adira Finance adalah perusahaan pembiayaan

    konsumen yang tidak memiliki kaitan dengan supplier, ia melayani

    konsumen dari berbagai dealer dan pembiayaannya tidak hanya untuk

    kendaraan bermotor tapi juga untuk barang elektronik, perabotan

    rumah, umroh, property dll.

    3) Kedudukan Para Pihak dalam Perjanjian Pembiayaan Konsumen

  • 29

    Ada tiga pihak yang terlibat dalam suatu transaksi pembiayaan

    konsumen, yaitu pihak perusahaan pembiayaan konsumen, pihak

    konsumen, dan pihak supplier.

    a) Hubungan antara Perusahaan Pembiayaan Konsumen dengan

    Konsumen yang berupa hubungan kontraktual. Dimana pihak pemberi

    biaya sebagai kreditur dan pihak penerima biaya (konsumen) sebagai

    pihak debitur. Jadi hubungan kontraktual antara pihak penyedia dana

    dengan pihak konsumen adalah sejenis perjanjian kredit.19

    b) Hubungan Pihak Perusahaan Pembiayaan Konsumen dengan Pihak

    Supplier.

    Berbeda dengan hubungan antara perusahaan pembiayaan konsumen

    dengan konsumen dimana terjadi hubungan kontraktual, di dalam

    hubungan antara perusahaan pembiayaan konsumen dengan supplier tidak

    ada hubungan kontraktual. Dalam hal ini antara pihak penyedia dana

    (pemberi biaya) dengan pihak supplier (penyedia barang) tidak

    mempunyai sesuatu hubungan hukum yang khusus, kecuali pihak

    penyedia dana hanya pihak ketiga yang diisyaratkan. Maksud persyaratan

    itu adalah pembayaran atas barang-barang yang dibeli konsumen dari

    supplier akan dilakukan oleh pihak ketiga, yaitu perusahaan pembiayaan

    konsumen.

    c) Hubungan antara Konsumen dengan Supplier, yang terdapat dua

    hubungan kontraktual, yaitu:

    (1) Perjanjian pembiayaan konsumen antara perusahaan pembiayaan

    konsumen dengan konsumen.

    (2) Perjanjian jual beli antara supplier dengan konsumen.

    e. Resiko Kegiatan Usaha Pembiayaan

    19

    Sunaryo, Hukum Lembaga Pembiayaan, (Jakarta: Sinar Grafika, 2009), h.4

  • 30

    Bisnis pembiayaan sepeda motor dan mobil merupakan salah satu bisnis

    yang memiliki tingkat resiko yang sangat besar. Resiko itu antara lain

    adalah Prepayment yaitu konsumen melunasi utang mereka lebih awal dari

    perjanjian semula dan default yaitu konsumen tidak mempu melunasi hutang

    atau kredit kendaraa sepeda motor dan mobil.20

    Selain prepayment dan default, perusahaan pembiayaan juga mengalami

    resiko pengurangan nilai dari kendaraan yang disita dari para konsumen yang

    tidak mampu melunasi kreditnya. Hampir seluruh kendaraan yang disita dari

    para konsumen mengalami penurunan nilai jual, selain itu hampir kendaraan

    tersebut sudah mengalami kecacatan atau kerusakan. Ini menyebabkan

    perusahaan pembiayaan menghadapi resiko kesulitan untuk menjual

    kendaraan bekas tersebut ke pasar. Berdasarkan resiko tersebut, perusahaan

    pembiayaan merupakan salah satu perusahaan yang memiliki tingkat resiko

    kerugian yang besar bagi bisnisnya. Resiko adalah sesuatu yang sering kali

    terjadi dalam suatu kegiatan bisnis dan sifatnya tidak terduga. Untuk dapat

    menghilangkan atau meminimalisir resiko yang menyebabkan kerugian ini,

    sebuah perusahaan membutuhkan suatu strategi atau alat yang mampu

    menangani resiko tersebut. Strategi yang dapat diambil antara lain adalah

    menghindari resiko, memindahkan resiko, mengurangi efek negative resiko,

    dan menampung sebagian atau seluruh konsekuansi atas resiko tersebut.

    Dalam proses menanggulangi resiko prepayment, PT Adira Finance pada

    khususnya dan perusahaa pembiayaan kendaraan bermotor pada umumnya

    dapat menggunakan strategi menghindari resiko tersebut dengan membuat

    suatu kebijakan mengenai procedure dan tata cara pembayaran kredit

    kendaraan bermotor dimana salah satu procedure tersebut mewajibkan

    konsumen membayar sesuai dengan jangka waktu yang telah ditetapkan, tidak

    boleh kurang dari waktu tersebut atau lebih dari waktu tersebut. Namun,

    20

    Yuddy Saputra, Dua Macam Resiko Pembiayaan,

    https://yuddysaputra.blogspot.co.id/2011/08/ diakses pada tanggal 6 April 2018.

    https://yuddy/

  • 31

    apabila perusahaan pembiayaan tersebut belum membuat suatu kebijakan

    mengenai procedure dan tata cara pembayaran kredit, perusahaan pembiayaan

    tersebut dapat mengakumulasikan sisa bunga dengan tingkat inflasi yang

    diperkirakan oleh perusahaan sesuai dengan keadaan ekonomi saat ini ke satu

    waktu dimana konsumen ingin melunasi hutangnya pada waktu tersebut

    sebelum tengang waktu kredit seharusnya berakhir.

    Untuk resiko default, atau kegagalan pembayaran, PT Adira Finance

    dapat menggunakan strategi mengurangi dampak resiko tersebut serta

    menampung sebagian dari resiko tersebut. Salah satu cara mengurangi

    dampak resiko default, perusahaan sebaiknya melakukan penilaian dan

    observasi terlebih dahulu kepada konsumen yang akan mengajukan kredit

    motor atau mobil tersbut. Ada beberapa cara penilaian yang bisa digunakan

    dalam mengurangi dampak negative dari resiko default ini yang diantarannya

    melakukan penilaian secara ketat pada konsumen yang mengajukan kredit

    dari segi karakter konsumen, kondisi keuangan konsumen, kekayaan yang

    konsumen miliki, dan jaminan apa yang bisa diberikan oleh konsumen.

    Untuk menghindari resiko kerugian dari kendaraan yang disita dari

    konsumen yang tidak mampu melunasi hutangnya. Perusahaan dapat

    mengalihkan resiko kepada perusahaan asuransi dimana, apabila produk yang

    disita mengalami kerusakan yang menyebabkan penurunan nilai, perusahaan

    dapat melakukan kerja sama dengan perusahaan asuransi, yang mana apabila

    kendaraan tersebut mengalami kerusakaan, perusahaan tidak perlu

    mengeluarkan biaya kembali pada saat perbaikan kendaraan bermotor

    tersebut. Selain itu untuk dapat menjual kembali kendaraan tersebut, PT

    Adira Finance diharapkan melakukan kerja sama dengan perusahaan atau

    dealer penjual motor atau mobil bekas, yang mana dengan bekerja sama

    dengan dealer kendaraan bekas, perusahaan diharapkan dapat meminimalisir

  • 32

    kerugian atau bahkan mendapatkan keuntungan yang lebih dari penjuala

    kendaraan motor dan mobil bekas tersebut.

    2. Kerangka Konseptual

    Adapun yang menjadi kerangka konseptual dari peneliti adalah sebagai

    berikut:

    a. Penerapan

    Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pengertian penerapan

    adalah perbuatan menerapkan. Sedangkan menurut beberapa ahli berpendapat

    bahwa, penerapan adalah suatu perbuatan mempraktekkan suatu teori,

    metode, dan hal lain untuk mencapai tujuan tertentu dan untuk suatu

    kepentingan yang diinginkan oleh suatu kelompok atau golongan yang telah

    terencana dan tersusun sebelumnya.

    b. Asas Keseimbangan

    Sutan Remy Sjahdeini memahami bahwa asas keseimbangan adalah

    keseimbangan para pihak yang berkontrak dari posisi atau kedudukan para

    pihak yang (seharusnya) sama.21

    Sedangkan, di dalam UUPK Pasal 2, asas

    keseimbangan dimaksudkan untuk memberikan keseimbangan antara

    kepentingan konsumen, pelaku usaha, dan pemerintah dalam arti materiil

    ataupun spiritual.

    c. Perjanjian

    Berdasarkan Pasal 1313 Buku III Kitab Undang-Undang Hukum Perdata,

    “Suatu perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih

    mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih”. Suatu perjanjian

    diartikan suatu perbuatan hukum mengenai harta benda kekayaan antara dua

    21

    Sutan remy Sjahdeini, Kebebasan Berkontrak dan Perlindungan yang Seimbang bagi Para

    Pihak dalam Perjanjian Kredit Bank di Indonesia, (Jakarta: Pustaka Utama Grafiti,2009), h. 7.

  • 33

    pihak, dalam satu pihak berjanji atau dianggap berjanji untuk melakukan

    suatu hal atau tidak melakukan sesuatu hal.22

    d. Pembiayaan Konsumen

    Dalam Pasal 1 angka (6) Keputusan Presiden Nomor 61 tahun 1988 jo.

    Pasal 1 angka (7) Peraturan Presiden Nomor 9 tahun 2009, perusahaan

    pembiayaan konsumen adalah kegiatan pembiayaan dalam bentuk dana untuk

    pengadaan barang berdasarkan kebutuhan konsumen dengan system

    pembayaran angsuran atau berkala oleh konsumen. Selain itu pengertian lain

    dari pembiayaan konsumen adalah suatu pinjaman yang diberikan oleh suatu

    perusahaan kepada debitur untuk pembelian barang dan jasa yang akan

    langsung dikonsumsikan oleh konsumen, dan bukan untuk tujuan produksi

    atau distribusi. Perusaahan yang memberikan pembiayaan diatas, disebut

    perusahaan pembiayaan konsumen (costumer Finance company).23

    B. Tinjauan Kajian Review Terdahulu

    Penelitian skripsi ini peneliti merujuk kepada beberapa penelitian terdahulu,

    diantaranya:

    1. Nama : Yeti Siti Rohayati

    Institusi : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    Tahun : 2013

    Judul Skripsi : Penerapan Asas Keseimbangan dalam Perjanjian Kredit

    Modal Kerja di PT Bank Mandiri (Analisis: Undang-undang Nomor 8 Tahun

    1999 tentang perlindungan Konsumen).

    Dalam skripsi ini membahas mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi

    penerapan asas keseimbangan dalam perjanjian kredit modal kerja di bank serta

    22

    Prodjodikiro Wirdjono, Asas-Asas Hukum Perjanjian, Cetakan VII, (Bandung: Sumur

    Bandung, 1997), h. 12.

    23 Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, (Jakarta: Rajawali Pers, 2008), h.23

  • 34

    membahas mengenai perjanjian kredit didalam bank mandiri. Sedangkan

    perbedaan antara skripsi di atas dengan penelitian yang akan peneliti buat adalah

    bahwa skripsi di atas fokus terhadap perjanjian kredit modal kerja di bank

    mandiri, sedangkan focus yang akan peneliti lakukan mengenai perjanjian

    pembiayaan konsumen yang memang memiliki perbedaan dengan perjanjian

    kredit modal kerja. Selain itu, peneliti juga membahas mengenai upaya

    perlindungan hukum terhadap konsumen perusahaan pembiayaan akibat tidak

    diterapkannya asas keseimbangan.

    2. Nama : Ambatua Simarmata

    Institusi : Universitas Indonesia

    Tahun : 2012

    Judul Skripsi : Perusahaan Pembiayaan Konsumen (consumers Finance) dan

    prinsip kehati-hatiannya.

    Skripsi ini membahas mengenai bagaimana system perusahaan dalam

    melakukan pembiayaan terhadap konsumen dan bagaimana cara perusahaan

    menggunakan prinsip kehati-hatian dalam melakukan perjanjian pembiayaan

    konsumen agar tidak terjadi kerugian di dalam perusahaan pembiayaan konsumen

    tersebut. Perbedaan antara skripsi di atas dengan penelitian yang akan peneliti

    buat adalah bahwa skripsi di atas hanya membahas mengenai perusahaan

    pembiayaan konsumen secara umum, sedangkan penelitian yang akan peneliti

    tulis lebih memfokuskan perusahaan pembiayaan konsumen terhadap kendaraan

    bermotor. Selain itu, peneliti tidak hanya akan membahas perjanjian pembiayaan

    konsumen atas kendaraan bermotor saja, tetapi juga membahas mengenai

    bagaimana perlindungan hukum terhadap konsumen yang merasa dirugikan oleh

    pelaku usaha, jadi disini peneliti lebih memposisikan diri sebagai konsumen yang

    merasa dirugikan oleh pihak perusahaan pembiayaan konsumen. Kalau skripsi di

    atas menggunakan prinsip kehati-hatian dalam perjanjiannya, maka disini peneliti

  • 35

    akan membahas mengenai asas keseimbangan di dalam perjanjian pembiayaan

    tersebut.

    3. Nama : Herlien Budiono

    Judul Buku : Asas Keseimbangan bagi Hukum Perjanjian Indonesia

    Dalam buku tersebut membahas secara rinci mengenai macam-macam asas di

    dalam perjanjian terutama asas keseimbangan. Buku ini selain dijadikan sebagai

    kajian review terdahulu, peneliti juga mengambil beberapa bahan untuk

    dimasukan ke dalam teori-teori yang ada. Perbedaannya dengan penelitian yang

    akan peneliti tulis adalah di dalam buku tersebut tidak terdapat pembahasan

    mengenai perlindungan konsumen yang merasa dirugikan akibat tidak

    diterapkannya asas keseimbangan di dalam perjanjian yang diberikan oleh para

    pelaku usaha.

    4. Nama : Aldo Agustinus Lawadi, Achmad Busro, Ery Agus Priyono

    Judul Jurnal : Tinjauan Yuridis terhadap Perjanjian Pembiayaan Kendaraan

    Bermotor Roda Empat pada Lembaga Pembiayaan PT BCA Finance.

    Jurnal ini membahas mengenai perjanjian pembiayaan kendaraan bermotor

    roda empat yang diberikan oleh PT BCA Finance, dalam jurnal ini peneliti juga

    membahas mengenai isi perjanjian yang diberikan oleh PT BCA Finance

    bertentangan dengan asas proporsionalitas dan asas keseimbangan atau tidak.

    Perbedaannya dengan penelitian yang akan peneliti tulis adalah bahwa jurnal di

    atas membahas menggunakan asas proporsionalitas sedangkan peneliti membahas

    penerapan asas keseimbangan di dalam perjanjiannya.

  • 36

    BAB III

    PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN PT ADIRA FINANCE

    A. Profil Perusahaan Pembiayaan Konsumen PT Adira Finance

    1. Sejarah Singkat PT Adira Finance

    PT Adira Dinamika Multi Finance Tbk atau Adira Finance didirikan pada

    tahun 1990 berdasarkan Akta Pendirian Nomor 131 tanggal 13 Nopember 1990,

    dibuat di hadapan Misahardi Wilamarta, S.H., Notaris di Jakarta, dan telah

    mendapat pengesahan dari Menteri Kehakiman Republik Indonesia berdasarkan

    Surat Keputusannya Nomor C2-19.HT.01.01.TH.91 tanggal 8 Januari 1991, dan

    didaftarkan dalam register untuk maksud itu yang berada di Kantor Kepaniteraan

    Pengadilan Negeri Jakarta Selatan di bawah Nomor 34/Not.1991/PN.JKT.SEL

    pada tanggal 14 Januari 1991, serta diumumkan dalam Tambahan Nomor 421

    Berita Negara Republik Indonesia Nomor 12 tanggal 8 Pebruari 1991.

    Sejak awal, Adira Finance berkomitmen untuk menjadi perusahaan

    pembiayaan terbaik dan terkemuka di Indonesia. Adira Finance hadir untuk

    melayani beragam pembiayaan seperti kendaraan bermotor baik baru ataupun

    bekas. Melihat adanya potensi ini, Adira Finance mulai melakukan penawaran

    umum melalui sahamnya pada tahun 2004 dan Bank Danamon menjadi pemegang

    saham mayoritas sebesar 75%. Melalui beberapa tindakan korporasi, saat ini Bank

    Danamon memiliki kepemilikan saham sebesar 92,07% atas Adira Finance. Adira

    Finance pun menjadi bagian Temasek Holdings yang merupakan perusahaan

    investasi plat merah asal Singapura.1

    Pada 2012, Adira Finance menambah ruang lingkup kegiatannya dengan

    pembiayaan berdasarkan prinsip syariah. Demi memberikan pengalaman layanan

    pembiayaan yang maksimal, Perusahaan pun mulai menyediakan produk

    1 https://adira.co.id/sekilas-adira-Finance/, diakses pada tanggal 26 Januari 2018.

    https://adira.co.id/sekilas-adira-finance/

  • 37

    pembiayaan durables bagi konsumennya. Hingga tahun 2015, Adira Finance

    mengoperasikan 558 jaringan usaha di seluruh Indonesia dengan didukung oleh

    lebih dari 21 ribu karyawan, untuk melayani 3 juta konsumen dengan jumlah

    piutang yang dikelola lebih dari Rp. 40 triliun.2

    Adira Finance senantiasa berupaya untuk memberikan kontribusi kepada

    bangsa dan negara Indonesia. Melalui identitas dan janji brand “Sahabat Setia

    Selamanya”, Adira Finance berkomitmen untuk menjalankan misi yang berujung

    pada peningkatan kesejahteraan masyarakat Indonesia. Hal itu dilakukan melalui

    penyediaan produk dan layanan yang beragam sesuai siklus kehidupan konsumen

    serta memberikan pengalaman yang menguntungkan konsumen. Sampai dengan

    tanggal 31 Mei 2016, Perusahaan memiliki 201 kantor cabang, 279 kantor

    perwakilan dan 64 kios yang tersebar di seluruh wilayah Republik Indonesia.3

    2. Visi, Misi dan Nilai PT Adira Finance4

    a. Visi PT Adira Finance

    Menciptakan nilai bersama demi kesinambungan Perusahaan dan

    kesejahteraan masyarakat Indonesia.

    b. Misi PT Adira Finance

    1) Menyediakan produk dan layanan yang beragam sesuai dengan siklus

    kehidupan pelanggan

    2) Memberikan pengalaman yang menguntungkan dan bersahabat kepada

    pemangku kepentingan

    3) Memberdayakan komunitas untuk mencapai kesejahteraan

    c. Nilai-Nilai Perusahaan

    1) (Advance) Keunggulan

    2 https://adira.co.id/sekilas-adira-Finance/, diakses pada tanggal 26 Januari 2018.

    3 https://adira.co.id/sekilas-adira-Finance/, diakses pada tanggal 26 Januari 2018.

    4 https://adira.co.id/visi-misi-filosofi-dan-nilai/, diakses pada tanggal 26 Januari 2018.

    https://adira.co.id/sekilas-adira-finance/https://adira.co.id/sekilas-adira-finance/https://adira.co.id/visi-misi-filosofi-dan-nilai/

  • 38

    Satu langkah lebih baik dan lebih cepat dibandingkan orang lain pada

    umumnya atau pesaing; Mempunyai gambaran ke depan yang jelas dan

    terarah; dan Handal mengambil keputusan dengan cepat dan tepat dalam

    segala keadaan.

    2) (Discipline) Disiplin

    Mengarah kepada sesuatu yang lebih baik melalui proses perencanaan,

    pelaksanaan, pengawasan dan perbaikan secara terus-menerus; Cara

    berpikir dan cara bersikap yang sesempurna mungkin; dan Bersikap

    disiplin sesuai dengan norma organisasi.

    3) (Integrity) Integritas

    Berkomitmen yang disertai dengan sikap yang konsisten; Dapat

    dipercaya (jujur dan tulus); Dapat menjaga etika usaha; Mempunyai rasa

    memiliki yang tinggi; dan Menjadi panutan bagi karyawan lainnya.

    4) (Reliable) Dapat Diandalkan

    Mempunyai mental seorang juara, yang tercermin dari perilaku yang

    senantiasa berpikir positif dan cerdas; dan Rasa tanggung jawab yang

    penuh terhadap segala sesuatu yang dilakukan. (Accountable)

    Akuntabilitas Menyampaikan sesuatu berlandaskan pada data fakta; dan

    Keterbukaan yang obyektif dan bijaksana.

    5) (Teamwork) Kerjasama

    Sinergi; Bersedia berkorban satu sama lain; dan Tidak saling

    menyalahkan satu sama lain.

    6) (Obsessed) Motivasi Tinggi

    Bekerja dengan proses yang benar dan berorientasi pada hasil yang

    optimal; Motivasi yang tinggi dalam bentuk bersedia melakukan pekerjaan

    lebih dan bersikap proaktif; Meningkatkan keahlian; dan Saling menjaga

    atau memelihara satu sama lain.

  • 39

    3. Jenis Pembiayaan di Adira Finance

    PT Adira Finance merupakan jenis perusahaan pembiayaan yang tidak

    mempunyai kaitan kepemilikan dengan supplier barang dan jasa yang akan dibeli

    oleh debitur/konsumen. Perusahaan pembiayaan yang tidak mempunyai kaitan

    kepemilikan dengan supplier biasanya tidak hanya melayani pembelian atas

    barang pada satu supplier saja. Perusahaan pembiayaan ini biasanya melayani

    pembiayaan pembelian pada supplier lain. Sedangkan spesialisasi perusahaan

    pembiayaan konsumen biasanya pada jenis atau tipe barang dan daerah

    pemasarannya.

    Saat peneliti melakukan wawancara di PT Adira Finance Cabang Kreo.

    Secara umum, PT Adira Finance ternyata memiliki memiliki 4 jenis pembiayaan,

    diantaranya adalah:5

    a. Pembiayaan MAXI, yang terdiri dari pembiayaan kredit motor atau mobil

    baru/bekas (new booking / repeat order) untuk seluruh merk kendaraan,

    KPR, umroh dan durable ( kredit untuk elektronik, gadget, dan perlengkapan

    rumah tangga). Pembiayaan ini berpedoman pada Peraturan Menteri

    Keuangan Republik Indonesia Nomor 84/PMK.012/2006

    b. Pembiayaan Leasing/FEET, yaitu pembiayaan khusus komersial (kendaraan

    truk, bus, dll) produk, range pembiayaan kredit diatas 2 miliar. Jenis

    pembiayaan ini berpedoman pada Peraturan Menteri Keuangan Republik

    Indonesia Nomor 84/PMK.012/2006

    c. Pembiayaan SMART, Solusi pembiayaan Adira Finance bagi para pemilik

    sepeda motor bekas.

    d. Pembiayaan Konsumen Berdasarkan Prinsip Syariah, yaitu kegiatan

    pembiayaan untuk pengadaan barang berdasarkan kebutuhan konsumen

    dengan pembayaran secara angsuran sesuai dengan prinsip. Pembiayaan

    5 Berdasarkan Wawancara Pribadi dengan Karyawan PT Adira Finance Kreo, tanggal 23

    Januari 2017

  • 40

    Konsumen berdasarkan Prinsip Syariah ini berpedoman pada Peraturan Ketua

    Bapepam-LK Nomor PER-03/BL/2007.

    Namun, Adira Finance Kreo hanya menyediakan pembiayaan untuk

    kendaraan roda dua yang baru maupun bekas, roda empat khusus lease back, dan

    durable saja. Di Adira Finance Kreo juga menerapkan dua metode yaitu

    konvensional dan juga syariah.6

    4. Mekanisme Transaksi Pembiayaan Konsumen di PT Adira Finance

    Adapun mekanisme transaksi pembiayaan konsumen di PT Adira Finance

    menurut informan yang peneliti wawancarai adalah:

    a. Tahap Permohonan

    Konsumen dapat melakukannya dengan 3 cara, yaitu:

    1) Kendaraan Baru (new), konsumen bisa mendapatkan rekomendasi dari

    dealer atau sub-dealer yang memang sudah bekerjasama dengan Adira

    Finance, konsumen juga bisa langsung mendatangi kantor Adira Finance

    terdekat dari lokasi rumahnya, selain itu konsumen juga bisa melalui

    karyawan Adira Finance.

    2) Kendaraan Bekas (use), kurang lebih sama dengan kendaraan baru,

    tambahannya adalah konsumen juga bisa melalui aplikasi OLX.

    3) Lease Back, konsumen dapat langsung datang ke kantor Adira Finance

    terdekat, melalui karyawan Adira Finance ataupun melalui kios yang

    sudah bekerjasama dengan Adira Finance.

    b. Tahap Pengecekan dan Pemeriksaan Lapangan

    Pada tahap ini, akan dilakukan pengecekan atas kebenaran dari pengisian

    formulir dengan melakukan analisis dan evaluasi terhadap data dan informasi

    yang telah diterima. Selanjutnya dilakukan:

    6 Interview Pribadi dengan Bapak Iwan Karyawan PT Adira Finance Kreo, tanggal 23 Januari

    2017

  • 41

    1) Kunjungan ke tempat calon konsumen (plant visit)

    2) Pengecekan ke tempat lain (credit checking)

    Hal ini dilakukan untuk memastikan kebutuhan akan barang konsumen

    dan menghitung secara pasti berapa besar tingkat kebenaran laporan calon

    konsumen dengan laporan yang telah disampaikan.

    c. Tahapan pembuatan costumer profile

    Berdasar hasil pemeriksa lapangan, marketing department akan membuat

    costumer profile yang memuat tentang identitas calon konsumen , jenis dan

    tipe barang kebutuhan konsumen, dll.

    d. Tahap pengajuan proposal kepada kredit komite

    Marketing department akan mengajukan proposal atas permohonan yang

    diajukan oleh calon konsumen terebut kepada kredit komite. Apabila

    permohonan calon konsumen ditolak, maka harus diberitahukan melalui surat

    penolakan. Sedangkan apabila permohonan disetujui, maka oleh marketing

    department akan diteruskan ke tahap berikutnya.

    e. Tahap pengikatan

    Berdasarkan keputusan dari kredit komite, selanjutnya bagian legal akan

    mempersiapkan pengikatan yang berupa perjanjian pembiayaan konsumen

    beserta lampirannya, jaminan pribadi (jika ada) dan jaminan perusahaan (jika

    ada) untuk ditandatangani oleh calon konsumen.

    f. Tahap pemesanan barang kebutuhan konsumen

    Setelah perjanjian ditandatangani, selanjutnya perusahaan pembiayaan

    konsumen akan melakukan pemesanan barang kebutuhan konsumen kepada

    supplier dan dituangkan dalam penegasan pemesanan pembelian/confirm

    purchase order dan bukti pengiriman dan surat tanda penerimaan barang.

  • 42

    g. Tahap pembayaran kepada supplier

    Setelah barang modal diserahkan oleh supplier kepada konsumen,

    selanjutnya supplier akan melakukan penagihan kepada perusahaan

    pembiayaan konsumen.

    h. Tahap penagihan/monitoring pembayaran

    Setelah seluruh pembayaran kepada supplier dilakukan, proses selanjutnya

    adalah pembayaran angsuran oleh konsumen sesuai dengan jadwal yang telah

    ditentukan. Pada tahap ini, collecting department akan memonitor

    pembayaran angsuran berdasarkan jatuh tempo yang telah ditetapkan, dan

    berdasarkan sistem pembayaran yang telah disepakati. Di samping itu, juga

    akan dilakukan monitoring terhadap jaminan dan jangka waktu berlakunya

    jaminan.

    i. Tahap pengembalian surat jaminan

    Setelah konsumen melunasi seluruh kewajibannya kepada perusahaan

    pembiayaan konsumen, maka perusahaan akan mengembalikan kepada

    konsumen berupa jaminan BPKB (Bukti Pemilik Kendaraan Bermotor)

    dan/atau sertifikat dan/ atau faktur /invoice dan dokumen lainnya jika ada.

    B. Isi Perjanjian Pembiayaan yang Merugikan di PT Adira Finance

    Di dalam perjanjian pembiayaan di PT Adira Finance, terdapat beberapa pasal

    yang peneliti anggap akan merugikan konsumen dikemudian hari dan selanjutnya

    akan peneliti analisis pada Bab IV, diantara pasal yang peneliti anggap akan

    merugikan konsumen diantaranya adalah:

    1. Pasal 2 ayat (10)

    “Seluruh kewajiban DEBITUR kepada KREDITUR dapat ditagih seketika dan

    sekaligus tanpa pemberitahuan/peringatan/teguran secara tertulis terlebih dahulu

    kepada DEBITUR, sehingga suatu peringatan dengan surat juru sita atau surat

    lainnya tidak diperlukan lagi apabila terjadi salah satu keadaan seperti yang

  • 43

    peneliti jabarkan sebelumnya, diantaranya adalah “Apabila DEBITUR lalai

    membayar angsuran secara penuh pada tanggal yang telah ditetapkan, atau

    DEBITUR lalai/tidak memenuhi syarat-syarat dalam perjanjian ini atau perjanjian

    /pernyataan lain yang berhubungan dan merupakan satu kesatuan dengan

    perjanjian ini dan/atau perjanjian lainnya yag terpisah dari perjajian ini.””

    2. Pasal 2 ayat (11) huruf (e)

    “Selama jangka waktu perjanjian ini, segala beban pajak dan/ atau beban lainnya

    atas jaminan baik sekarang maupun kemudian hari (bila ada) akan menjadi beban

    DEBITUR. Selama jangka waktu perjanjian, DEBITUR wajib mengasuransikan

    jaminan dan/ atau jasa. Segala kerusakan atau resiko lain pada jaminan,

    DEBITUR harus segera melaporkannya kepada KREDITUR dalam waktu 24 jam

    setelah kejadian tersebut berlangsung. Terhadap ketentuan huruf e butir 11 ini

    tidak dapat dijadikan alasan untuk tidak melaksanakan atau menunda kewajiban

    pembayaran angsuran DEBITUR kepada KREDITUR.”

    3. Pasal 2 ayat (11) huruf (g)

    “Berdasarkan catatan pembukuan KREDITUR, KREDITUR berhak menentukan

    seluruh jumlah kewajiban DEBITUR, baik berupa pokok pinjaman, sisa pokok

    pinjaman, bunga, denda, biaya pelelangan/penjualan, honorarium

    pengacara/kuasa untuk menagih, serta biaya-biaya lain yang timbul dan menjadi

    beban DEBITUR berdasarkan perjanjian ini,. DEBITUR dengan ini melepaskan

    semua haknya untuk mengajukan keberatan atau tuntutan atas: i) penyerahan

    jaminan; ii) perhitungan yang diberikan KREDITUR atas hasil penjualan jaminan

    dan potongannya; iii) jumlah kewajiban atau sisa kewajiban bunga dan iv) biaya-

    biaya lain /denda-denda serta ongkos-ongkos yang bersangkutan dengan

    penerimaan penjualan jaminan sebagaimana yang diuraikan diatas.”

    4. Pasal 2 ayat (4)

    “Untuk setiap hari keterlambatan pembayaran yang wajib dibayar berdasarkan

    perjanjian ini, maka DEBITUR dikenakan denda atas jumlah yang tertunggak

  • 44

    sebesar 0,5% (nol koma lima persen) per hari keterlambatan untuk, fasilitas

    pembiayaan kendaraan roda dua atau roda tiga (sepeda motor) dan 0,2% (nol

    koma dua persen) per hari keterlambatan untuk fasilitas pembiayaan kendaraan

    roda empat atau lebih (mobil) untuk fasilitas pembiayaan dengan jaminan selain

    kendaraan bermotor (seperti tanah dan/ atau bangunan dan lain-lain). Denda wajib

    dibayar seketika dan sekaligus tanpa diperlukan teguran untuk itu pada saat

    ditagih.”

  • 45

    BAB IV

    ANALISIS PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN PT ADIRA FINANCE

    A. Penerapan Asas Keseimbangan dalam Perjanjian Pembiayaan Konsumen di PT

    Adira Finance

    Perjanjian yang akan dianalisis oleh peneliti dalam penelitian ini adalah perjanjian

    pembiayaan konsumen atas kendaraan bermotor di PT Adira Finance Cabang Kreo.

    Untuk mendapatkan data yang dibutuhkan, peneliti melakukan wawancara langsung

    dengan karyawan yang bekerja di dalam perusahaan pembiayaan tersebut dan dua

    orang konsumen PT Adira Finance.

    Perjanjian pembiayaan konsumen