PENERAPAN ALTERNATIF KONSENTRASI DAN WAKTU …
Transcript of PENERAPAN ALTERNATIF KONSENTRASI DAN WAKTU …
I
PENERAPAN ALTERNATIF KONSENTRASI DAN WAKTU
PEMBUATAN FASE GERAK METANOL DALAM ANALISIS
OBAT ZAT AKTIF HYDROQUINON MENGGUNAKAN
PENDEKATAN DESAIN EKSPERIMEN
(Studi Kasus Terhadap PT XYZ Pharmaceuticals)
Oleh
Nur Chairunisa
NIM: 004201405053
Laporan Skripsi disampaikan kepada Fakultas Teknik President
University diajukan untuk memenuhi Persyaratan akademik mencapai
gelar Sarjana Teknik Program Studi Teknik Industri
2018
I
LEMBAR REKOMENDASI PEMBIMBING
Skripsi berjudul Penerapan Alternatif Konsentrasi dan Waktu Pembuatan
Fase Gerak Metanol Dalam Analisis Obat Zat Aktif Hydroquinon
Menggunakan Pendekatan Desain Eksperimen (Studi Kasus Terhadap PT.
XYZ Pharmaceuticals) yang disusun dan diajukan oleh Nur Chairunisa
sebagai salah satu persyaratan untuk mendapatkan gelar Sarjana Strata Satu (S1)
pada Fakutas Teknik telah ditinjau dan dianggap memenuhi persyaratan sebuah
skripsi. Oleh karena itu, Saya merekomendasikan skripsi ini untuk maju sidang.
Cikarang, Indonesia, 2018
Prof. Dr. Ir. H. M. Yani Syafei, M.T
II
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS
Saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Penerapan Alternatif Konsentrasi
dan Waktu Pembuatan Fase Gerak Metanol Dalam Analisis Obat Zat Aktif
Hydroquinon Menggunakan Pendekatan Desain Eksperimen (Studi Kasus
Terhadap PT. XYZ Pharmaceuticals) adalah hasil dari pengetahuan terbaik
Saya dan belum pernah diajukan ke Universitas lain maupun diterbitkan baik
sebagian maupun secara keseluruhan.
Cikarang, Indonesia, 2018
Nur Chairunisa
III
PENERAPAN ALTERNATIF KONSENTRASI DAN WAKTU
PEMBUATAN FASE GERAK METANOL DALAM ANALISIS
OBAT ZAT AKTIF HYDROQUINON MENGGUNAKAN
PENDEKATAN DESAIN EKSPERIMEN
(Studi Kasus Terhadap PT XYZ Pharmaceuticals)
Oleh
Nur Chairunisa
NIM: 004201405053
Disetujui Oleh
Prof. Dr. Ir. H. M. Yani Syafei, M.T
Dosen Pembimbing
Ir. Andira, M.T
Kepala Program Studi Teknik Industri
IV
ABSTRAK
PT. XYZ Pharmaceuticals sebagai perusahaan farmasi yang sedang berkembang saat
ini, dituntut untuk selalu berinovasi dan melakukan perbaikan di setiap waktu dengan
menerapkan perbaikan berkesinambungan (Continous Improvement) antar karyawan di
perusahaan. Salah satunya adalah dengan melakukan perbaikan pada biaya (cost) yang
dikeluarkan oleh perusahaan pada salah satu tahapan kerja analisa di Laboratorium yaitu
pembuatan fase gerak Metanol. Pada penelitian yang dilakukan kali ini, digunakan
metode desain eksperimen menggunakan 2 faktor yaitu konsentrasi fase gerak dan waktu
pembuatan fase gerak yang masing – masing memiliki 2 level yaitu 50% dan 60% untuk
konsentrasi fase gerak, dan 2 minggu atau 4 minggu waktu pembuatan fase gerak
kemudian dilakukan 3 replikasi pada hasil Run Time.
Data penelitian eksperimen kemudian dilakukan pengujian uji deskriptif data, uji
kenormalan data, kehomogenan data, dan uji ANOVA (Analysis of Variance)
menggunakan ANOVA dua jalur. Berdasarkan dari hasil penelitian desain eksperimen
diperoleh kombinasi treatment terbaik adalah kombinasi pada taraf kadar 60%.
Sedangkan berdasarkan hasil evaluasi diperoleh waktu terbaik untuk meminimalisasi
biaya (cost) adalah per 4 minggu. Hasil evaluasi ini yang kemudian diajukan sebagai
perbaikan yang dilakukan di Laboratorium, yang kemudian dituangkan ke dalam Intruksi
Kerja baru yang harus diterapkan oleh personel di Laboratorium.
Kata kunci : Continous Improvement, Optimalisasi Penggunaan, Desain Eksperimen,
Fase Gerak Metanol
V
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul berjudul
“Penerapan Alternatif Konsentrasi dan Waktu Pembuatan Fase Gerak Metanol
Dalam Analisis Obat Zat Aktif Hydroquinon Menggunakan Pendekatan Desain
Eksperimen (Studi Kasus Terhadap PT. XYZ Pharmaceuticals)”. Penulisan skripsi
ini merupakan salah satu syarat penulis untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik Jurusan
Teknik Industri di President University. Atas terselesaianya penyusunan skripsi ini,
penulis mengucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada semua pihak yang telah
mendukung khususnya kepada :
1. Prof. Dr. Ir. H. M. Yani Syafei, M.T., selaku dosen pembimbing yang telah
meluangkan waktu, tenaga dan pikiran dalam pelaksanaan bimbingan selama ini, serta
memberikan pengarahan dan dorongan dalam penyusunan skripsi sehingga dapat
selesai tepat pada waktunya.
2. Ir.Andira, M.T, sebagai Kepala Prodi Teknik Industri Universitas Presiden.
3. Seluruh dosen Teknik Industri Universitas President yang telah membekali penulis
dengan ilmu pengetahuan dan pembelajaran yang berharga selama perkuliahan.
4. Supervisor dan rekan-rekan kerja departemen QA and QC PT. XYZ Pharmaceuticals
yang telah banyak memberikan bimbingan, dukungan serta bantuannya.
5. Kedua orang tua dan adik - adik yang selalu memberikan semangat, doa, dorongan,
bantuan serta pengertian yang besar kepada penulis selama mengikuti perkuliahan
maupun dalam menyelesaikan Skripsi di President University.
6. Rekan-rekan seperjuangan batch 2014 Industrial Engineering President University
Penulis menyadari, didalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan
serta banyak kekurangan. Untuk itu, besar harapan penulis jika terdapat kritik dan saran
yang membangun untuk membantu dalam penyempurnaan dimasa yang akan datang.
Penyusun,
Cikarang, 07 Februari 2018
VI
DAFTAR ISI
LEMBAR REKOMENDASI PEMBIMBING .......................................................................... I
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ......................................................................... II
ABSTRAK ............................................................................................................................... IV
KATA PENGANTAR .............................................................................................................. V
DAFTAR ISI ............................................................................................................................ VI
DAFTAR TABEL .................................................................................................................... IX
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................................ X
DAFTAR ISTILAH ................................................................................................................. XI
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................................ 3
1.3 Tujuan Penelitian.............................................................................................................. 3
1.4 Manfaat Penelitian............................................................................................................ 4
1.5 Batasan Penelitian ............................................................................................................ 4
1.6 Asumsi .............................................................................................................................. 4
1.7 Sistematika Penulisan ....................................................................................................... 5
BAB II STUDI LITERATUR .................................................................................................... 7
2.1 Definisi Kualitas ............................................................................................................... 7
2.2 Pengendalian Kualitas ...................................................................................................... 8
2.3 Metodelogi Kimia Analisis ............................................................................................ 10
2.4 Pengertian High Performance Liquid Chromatography ................................................ 11
2.4.1 Pengertian Retention Time .............................................................................................. 13
2.5 Pengertian dan Bahaya Metanol ..................................................................................... 13
2.6 Perbaikan Berkesinambungan (Kaizen) ......................................................................... 15
2.6.1 Diagram Pareto ................................................................................................................. 16
VII
2.6.2 Diagram Sebab Akibat (Cause and Effect Diagram) .................................................. 17
2.7 Eksperimen Desain ......................................................................................................... 19
2.7.1 Prinsip Dasar Eksperimen Desain .................................................................................. 21
2.8 Desain Faktorial ............................................................................................................. 21
2.8.1 Desain Faktorial Dua Faktor ........................................................................................... 22
2.8.2 Completely Randomized Eksperiment (Rangkaian Acak Lengkap) ......................... 23
2.9 Uji Asumsi Anova .......................................................................................................... 24
2.9.1 Anova Dua Arah (Two Way Anova)............................................................................... 26
BAB III METODE PENELITIAN .......................................................................................... 31
3.1 Langkah – Langkah Penelitian ....................................................................................... 31
3.2 Observasi Awal .............................................................................................................. 32
3.3 Identifikasi Masalah ....................................................................................................... 33
3.4 Pengumpulan Data ......................................................................................................... 34
3.4.1 Data Stratifikasi Permasalahan ....................................................................................... 34
3.4.2 Data Eksperimen Desain ................................................................................................. 35
3.4.3 Data Evaluasi Biaya Material dan Man Hours ............................................................. 36
3.5 Analisis Data dan Perbaikan .......................................................................................... 37
BAB VI DATA DAN ANALISIS ........................................................................................... 39
4.1 Pengumpulan Data ......................................................................................................... 39
4.1.1 Identifikasi dan Stratifikasi Masalah.............................................................................. 39
4.1.2 Penentuan Sebab Akibat .................................................................................................. 42
4.2 Analisis Data dan Perbaikan .......................................................................................... 45
4.2.1 Analisis Statistik Deskriptif ............................................................................................ 45
4.2.2 Analisis Uji Normalitas ................................................................................................... 49
4.2.3 Analisis Uji Homogenitas................................................................................................ 50
4.2.4 Desain Faktorial ................................................................................................................ 51
4.2.5 Analisis Statistik Uji Analysis of Varian ( Anova ) ..................................................... 54
VIII
4.3 Evaluasi Hasil ................................................................................................................. 58
4.3.1 Evaluasi Pengeluaran Biaya Material Pembuatan Fase Gerak ................................... 59
4.3.2 Evaluasi Pengeluaran Biaya Man Hours Pembuatan Fase Gerak .............................. 65
4.3.3 Evaluasi Hasil Limbah Fase Gerak ................................................................................ 69
4.3.3 Evaluasi Keseluruhan Hasil Improvement .................................................................... 70
4.4 Pembuatan IK (Intruksi Kerja) Baru .............................................................................. 72
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................................. 74
5.1 Kesimpulan..................................................................................................................... 74
5.2 Saran ............................................................................................................................... 75
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 76
IX
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Two Level Factorial Design .................................................................................... 23
Tabel 2.2 Rumus Hitung Pengujian ANOVA.......................................................................... 26
Tabel 4.1 Penilaian Identifikasi Masalah ................................................................................. 40
Tabel 4.2 Desain Faktorial 2 Faktor ........................................................................................ 52
Tabel 4.3 Perhitungan Jumlah Sampel Perbulan ..................................................................... 59
Tabel 4.4 Perhitungan Jumlah Sampel Per'2 Minggu .............................................................. 60
Tabel 4.5 Daftar Harga Material Fase Gerak ........................................................................... 61
Tabel 4.6 Total Biaya Material Sebelum dan Sesudah Improvement ...................................... 62
Tabel 4.7 Rata - rata Jumlah Waktu Pembuatan Fase Gerak ................................................... 66
Tabel 4.8 Perhitungan Jumlah Gaji Permenit .......................................................................... 66
Tabel 4.9 Jumlah Biaya Man Hours Pembuatan Fase Gerak................................................... 67
Tabel 4.10 Jumlah Volume Limbah Sebelum dan Sesudah Improvement .............................. 70
X
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kromatogram HPLC ............................................................................................ 12
Gambar 2.2 Prinsip Kerja HPLC ............................................................................................. 12
Gambar 2.3 MSDS Methanol .................................................................................................. 14
Gambar 2.4 Diagram Tulang Ikan ........................................................................................... 18
Gambar 2.5 Siklus Pembelajaran Ilmiah Desain Eksperimen ................................................. 20
Gambar 3.1 Kerangka Penelitian ............................................................................................. 31
Gambar 3.1 (Lanjutan) Kerangka Penelitian ........................................................................... 32
Gambar 4.1 Diagram Pareto Permasalahan ............................................................................. 41
Gambar 4.2 Diagram Sampel dengan Tingkat Kedatangan Tertinggi ..................................... 42
Gambar 4.3 Diagram Tulang Ikan dari Permasalahan ............................................................. 44
Gambar 4.4 Explore Statistic dalam SPSS .............................................................................. 45
Gambar 4.5 Explore Plots dalam SPSS ................................................................................... 46
Gambar 4.6 Case Processing Summary .................................................................................. 46
Gambar 4.7 Hasil Analisis Descriptive .................................................................................... 47
Gambar 4.8 Precentiles Analisis Descriptive .......................................................................... 48
Gambar 4.9 Extreme Values Analisis Descriptive ................................................................... 48
Gambar 4.10 Hasil Uji Normalitas Data .................................................................................. 49
Gambar 4.11 Hasil Uji Homogenitas Data .............................................................................. 50
Gambar 4.12 Analisa Secara Geometrik .................................................................................. 52
Gambar 4.13 Hasil Uji Descriptive Anova .............................................................................. 54
Gambar 4.14 Hasil Uji Homogenitas Anova ........................................................................... 55
Gambar 4.15 Hasil Uji Two Way Anova .................................................................................. 56
Gambar 4.16 Diagram Plot ...................................................................................................... 58
Gambar 4.17 Grafik Perbandingan Biaya Material ................................................................. 64
Gambar 4.18 Grafik Perbandingan Biaya Man Hours ............................................................. 68
Gambar 4.19 Diagram Perbandingan Volume Limbah ........................................................... 70
XI
DAFTAR ISTILAH
Treatments : Suatu set perlakuan yang dibuat sebagai eksperimen untuk mendapat
jawaban hipotesa riset, dan fokusnya kepada investigasi.
Perlakuan : Sekumpulan kondisi eksperimen yang akan digunakan terhadap unit
eksperimen dalam ruang lingkup desain yang dipilih
Fase Gerak : Pelarut tertentu yang mempengaruhi suatu pemisahan senyawa di
dalam mesin HPLC
Optimalisasi : Proses, cara dan perbuatan (aktivitas / kegiatan) untuk mencari solusi
terbaik dalam beberapa masalah, dimana yang terbaik sesuai dengan
kriteria tertentu.
ABSTRAK
PT. XYZ Pharmaceuticals sebagai perusahaan farmasi yang sedang berkembang saat
ini, dituntut untuk selalu berinovasi dan melakukan perbaikan di setiap waktu dengan
menerapkan perbaikan berkesinambungan (Continous Improvement) antar karyawan di
perusahaan. Salah satunya adalah dengan melakukan perbaikan pada biaya (cost) yang
dikeluarkan oleh perusahaan pada salah satu tahapan kerja analisa di Laboratorium yaitu
pembuatan fase gerak Metanol. Pada penelitian yang dilakukan kali ini, digunakan metode
desain eksperimen menggunakan 2 faktor yaitu konsentrasi fase gerak dan waktu
pembuatan fase gerak yang masing – masing memiliki 2 level yaitu 50% dan 60% untuk
konsentrasi fase gerak, dan 2 minggu atau 4 minggu waktu pembuatan fase gerak
kemudian dilakukan 3 replikasi pada hasil Run Time.
Data penelitian eksperimen kemudian dilakukan pengujian uji deskriptif data, uji
kenormalan data, kehomogenan data, dan uji ANOVA (Analysis of Variance)
menggunakan ANOVA dua jalur. Berdasarkan dari hasil penelitian desain eksperimen
diperoleh kombinasi treatment terbaik adalah kombinasi pada taraf kadar 60%. Sedangkan
berdasarkan hasil evaluasi diperoleh waktu terbaik untuk meminimalisasi biaya (cost)
adalah per 4 minggu. Hasil evaluasi ini yang kemudian diajukan sebagai perbaikan yang
dilakukan di Laboratorium, yang kemudian dituangkan ke dalam Intruksi Kerja baru yang
harus diterapkan oleh personel di Laboratorium.
Kata kunci : Continous Improvement, Optimalisasi Penggunaan, Desain Eksperimen,
Fase Gerak Metanol
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
International Pharmaceutical Manufacturers Group (IPMG), adalah asosiasi
yang beranggotakan perusahaan farmasi internasional berbasis riset dan beroperasi
di Indonesia, IPMG memperkirakan pertumbuhan pasar farmasi di Indonesia
mencapai 10 persen pada 2017. Ketua Umum IPMG, Jorge Wagner mengatakan
bahwa pasar industri farmasi di Indonesia tumbuh 7,49 persen hingga kuartal ke
empat tahun 2016, pertumbuhan ini lebih tinggi jika dibandingkan dengan periode
tahun sebelumnya yaitu 4,92 persen. Tingginya pertumbuhan industri farmasi ini
menyebabkan semakin tingginya persaingan antara perusahaan industri farmasi.
Tingginya persaingan tersebut membuat perusahaan Farmasi harus mampu
menjaga mutu produknya agar tetap eksis. Untuk itu, perusahaan dituntut memiliki
keunggulan yang mampu bersaing dari segi kulitas (quality), harga (cost),
keakuratan serta ketepatan waktu dalam pengiriman (on time delivery) dan servis
(service), dengan memiliki keunggulan tersebut perusahaan farmasi diyakini dapat
menghadapi ketatnya persaingan di dunia industri saat ini. Perusahaan harus selalu
melakukan inovasi dan perbaikan baik dari segi kualitas maupun proses dari
produksi produk. Untuk itu perusahaan perlu melakukan perbaikan yang
berkesinambungan (Continuous Improvement). Melalui hasil perbaikan
berkesinambungan yang dilakukan secara bersama - sama berhasil atau tidaknya
perbaikan, diharapkan perusahaan dapat tetap bertahan di dunia bisnis dengan
persaingan yang sangat ketat saat ini
Saat ini, perusahaan PT. XYZ Pharmaceuticals menerapkan perbaikan
berkesinambungan di perusahaannya. Perusahaan ini dari tahun ke tahun memiliki
perkembangan produksi yang meningkat bila dilihat dari trend kenaikan batch
produksi di tahun 2015 naik menjadi 20% di tahun 2016. Peningkatan produksi
tersebut juga diimbangi dengan peningkatan jumlah sampel Laboratorium. Sampel
yang datang ke laboratorium PT. XYZ Pharmaceuticals diinspeksi kualitasnya,
tujuan dari inspeksi ialah untuk mengetahui produk sesuai atau tidaknya dengan
standar kualitas perusahaan. Dalam menganalisis kulitas dari produk obat di
Laboratorium, dilakukan analisa secara fisika dan kimia dan mikrobiologi.
Terdapat 3 sediaan sampel obat di PT. XYZ Pharmaceuticals yaitu solid,
semisolid dan solution. Berdasarkan data kedatangan sampel tahun 2016, sediaan
semisolid adalah sampel yang paling banyak dianalisa. Setelah data
distratifikasikan dapat diketahui penghasil limbah terbanyak berasal dari analisis
produk obat J dengan bahan baku aktifnya Hidroquinon. Untuk menganalisa produk
dengan zat aktif Hidroquinon, digunakan alat
Kromatografi Cair Kinerja Tinggi atau yang biasa di kenal dengan nama HPLC.
HPLC adalah alat instrument yang menerapkan prinsip analisa kimia kromatografi
untuk zat cair dan menggunakan tekanan yang tinggi. Untuk melakukan analisa
sampel menggunakan alat HPLC harus menggunakan fase gerak. Fase gerak yang
digunakan untuk analisa kadar zat aktif Hydroquinon adalah fase gerak Metanol
dengan kadar 60%.
Akibat produk yang semakin banyak, Laboratorium dituntut melakukan
perbaikan berkesinambungan dalam mengefisiensikan waktu dan biaya yang
dikeluarkan perusahaan saat proses analisa. Permasalahan yang sering terjadi di
laboratorium terdapat pada tahapan proses pembuatan fase gerak. Hal ini
dikarenakan, fase gerak selalu dibuat berlebihan sehingga menyebabkan
pemborosan dalam penggunaan pereaksi Metanol, peningkatan biaya man hours
yang harus dikeluarkan dikarenakan fase gerak harus selalu dibuat ketika analis
akan melakukan analisa, adanya waktu tambahan yang diperlukan oleh analis untuk
bekerja sehingga tidak dapat memanfaatkan waktu kerja dengan baik, serta
peningkatan jumlah volume limbah yang dihasilkan. Untuk itu, perlu dilakukan
perbaikan melalui metode desain eksperimen dengan menggunakan 2 faktor yaitu
konsentrasi fase gerak dan waktu pembuatan fase gerak yang masing – masing
memiliki 2 level yaitu 50% dan 60% untuk konsentrasi fase gerak, dan 2 minggu
atau 4 minggu waktu pembuatan fase gerak kemudian dilakukan 3 replikasi pada
hasil Run Time. Pemilihan faktor - faktor ini dianggap penting karena dapat
mempengaruhi pengeluaran biaya dalam pembuatan fase gerak menjadi lebih
sedikit
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, maka rumusan masalah
yang didapat adalah :
1) Bagaimana pengaruh faktor konsentrasi fase gerak yang digunakan dengan waktu
pembuatan fase gerak terhadap hasil Run Time.
2) Bagaimana penurunan biaya berdasarkan hasil dari eksperimen desain yang
dilakukan
1.3 Tujuan Penelitian
Berikut ini merupakan tujuan dari penelitian yang dilakukan :
1) Untuk mengetahui pengaruh konsentrasi fase gerak dan waktu pembuatan fase
gerak terhadap hasil run time dalam analisa produk obat zat aktif Hydroquinon
menggunakan pendekatan desain eksperimen.
2) Untuk mengetahui konsentrasi dan waktu yang paling tepat dalam upaya
optimalisasi biaya pembuatan fase gerak berdasarkan evaluasi cost (biaya) dan Man
Hours
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian yang dilakukan adalah :
1) Hasil penelitian ini, dapat diimplementasikan di PT. XYZ Pharmaceuticals dalam
hal pengurangan biaya pembuatan fase gerak dalam analisa obat dengan
kandungan zat aktif Hydroquinon,
2) Merekomendasikan upaya pengurangan biaya (cost) dalam analisa produk obat
dengan kandungan zat aktif Hydroquinon.
1.5 Batasan Penelitian
Berikut ini merupakan batasan masalah yang akan diteliti pada PT.
Pharmaceuticals masalah yang akan diteliti tidak menyimpang dari tujuan awal
penelitian. Batasan masalahnya antara lain :
1. Hasil analisa akhir didasarkan pada biaya (biaya material dan biaya proses) dalam
pembuatan fase gerak
2. Pengambilan data yang diambil merupakan data hasil analisa sampel menggunakan
HPLC dari September 2017 sampai November 2017.
3. Penelitian menggunakan data penerimaan sampel bulan Juni 2016 sampai Juli 2017.
4. Penelitian ini dibatasi dengan data analisa standar 1 zat aktif saja.
5. Permasalahan ini hanya dibatasi pada sampel analisa 1 sediaan semisolid saja.
1.6 Asumsi
Asumsi yang digunakan dalam penelitian kali ini adalah:
1) Kondisi mesin analisa kadar yang digunakan pada penelitian ini dalam keadaan baik
dan tervalidasi
2. Personil yang melakukan proses analisis di laboratorium sudah tertraining dan
terkualifikasi.
1.7 Sistematika Penulisan
Sistematika laporan penelitian ini terdiri dari lima bab. Lima bab tersebut terdiri
dari :
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berkaitan dengan dasar dilakukannya penelitian. Pada bab ini diuraikan :
Latar belakang, yang menjelaskan mengapa masalah atau studi kasus yang diangkat
dipandang menarik, penting, dan perlu diteliti untuk dicari pemecahan masalahnya.
Tujuan penelitian, yaitu menguraikan apa yang menjadi tujuan penelitian ini.
Batasan masalah, yaitu membatasi masalah yang sedang diteliti sehingga penelitian
menjadi terfokus.
Metode penelitian, yaitu metode-metode yang digunakan penulis selama
melakukan penelitian.
Asumsi, berisi uraian atau opini yang dijalankan pada metode penelitian.
Sistematika penulisan, berisi susunan bab-bab dalam pelaporan hasil penelitian.
BAB II STUDI LITERATUR
Pada bab ini menjelaskan mengenai landasan teori yang digunakan dalam mengolah
data untuk memecahkan masalah yang terdapat di PT. XYZ Pharmaceutical.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini membahas tentang diagram alir penelitian, metode pengumpulan data, data
teknis.
BAB VI PENGOLAHAN DATA DAN ANALISIS
Bab ini membahas tentang analisa standar zat aktif menggunakan fase gerak
Metanol dengan kadar 50% dan 60% yang dibuat masing – masing dalam satu kali
analisa yaitu 2 minggu dan 4 minggu analisa, dan dilihat efektivitas nya selama 2
dan 4 minggu dalam penggunaannya di alat HPLC dimulai dari September 2017
sampai dengan November 2017, kemudian dilakukan analisa data melalui uji
statistik Deskriptif, Uji Normalitas dan Homogenitas, Desain Faktorial dan Uji
Anova dua jalur.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran yang diambil dari hasil analisa data.
BAB II
STUDI LITERATUR
2.1 Definisi Kualitas
Akibat persaingan yang semakin ketat, perusahaan farmasi dituntut untuk
dapat memiliki competitive advatage agar dapat terus eksis salah satu caranya
adalah dengan memproduksi obat dengan harga yang murah dan dapat ampuh
menyembuhkan sehingga konsumen pun akan merasa puas. Konsumen
cenderung lebih memilih untuk membeli produk yang dapat memberikan nilai
atau manfaat terbesar. Jadi, cara untuk dapat terus mempertahankan pasar
penjualan adalah dengan membuat konsumen merasa puas, termasuk dengan
memberikan mutu produk dan kualitas layanan yang terbaik (Anshori 2007:18;
Kotler 2010:20-23). Kualitas merupakan salah satu faktor yang paling
mempengaruhi kepuasan konsumen. Kualitas dari suatu produk ditentukan
oleh sekumpulan kegunaan dan fungsinya, termasuk kinerja/ performance,
daya tahan, kesesuaian dengan spesifikasi, estetika produk, dan juga perceived
quality/ kesan produk (Mullins dan Boyd dalam Kotler 2009:362). Produk
dengan kualitas yang bagus dan terpercaya akan senantiasa tertanam dibenak
konsumen, karena konsumen bersedia membayar sejumlah uang untuk
membeli produk tersebut (Majalah Service Excellence Edisi 02/II, 2012:24-
26).
BSI EN ISO 9001: 2000 mendefinisikan istilah kualitas sebagai tingkat
di mana seperangkat karakteristik inheren (fitur yang membedakan) memenuhi
persyaratan" (BSI, 2000) sedangkan Crosby (Oakland, 1993) menggambarkan
kualitas sebagai kesesuaian dengan persyaratan pelanggan. Berdasarkan
definisi yang ada maka perusahaan dituntut untuk dapat menghasilkan produk
yang sesuai dengan harapan atau persyaratan konsumen dan produk tersebut
telah mampu memenuhi spesifikasi yang sudah ditetapkan oleh perusahaan.
Masalah kepuasan konsumen menjadi semakin kompleks karena perusahaan
juga perlu untuk memperhatikan aspek-aspek lain yang ada pada kualitas
produk dan kualitas layanan (Wibisono 2011:50-51). Pada dasarnya tujuan dari
suatu bisnis adalah untuk memperoleh laba atau keuntungan yang besar
berdasarkan tercapainya kepuasan dari konsumen. Terciptanya kepuasan
konsumen dapat memberikan beberapa manfaat, diantaranya hubungan antar
perusahaan dan konsumen menjadi harmonis, terciptanya loyalitas konsumen,
dan juga membentuk suatu rekomendasi word of mouth (Tjiptono 2008:24).
Persyaratan kualitas berdasarkan dari sudut pandang perusahaan adalah
dengan optimalnya integrasi dan bagaimana suatu perusahaan dapat
memanfaatkan sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan untuk dapat
memuaskan pelanggan internal maupun eksternal dalam hal barang dan jasa
yang ditawarkan. Dalam hal ini, perusahaan memiliki konsumen dari segi
internal dan eksternal. Dimana konsumen internal adalah konsumen antar
devisi perusahaan yang membutuhkan nilai atau manfaat langsung dari
pekerjaan yang dilakukan, sedangkan konsumen eksternal adalah konsumen
yang memanfaatkan nilai yang terkandung dari produk yang dibeli.
Perusahaan dituntut untuk dapat memanfaatkan sumber daya yang dimiliki
agar menghasilkan keuntungan yang besar. Dalam hal ini, kualitas tidak hanya
menyangkut pada hasil produk saja tetapi juga berdasarkan optimalisasi biaya
dalam proses produksi, kecepatan dalam pendistribusian produk, kemudahan
dalam menemukan produk yang dijual.
2.2 Pengendalian Kualitas
Semakin ketatnya persaingan industri saat ini menuntut setiap perusahaan
agar selalu berusaha dalam meningkatkan posisi produknya. Meningkatnya
posisi suatu produk dalam persaingan dapat dipengaruhi oleh bagaimana
tingkat kepuasan dari pelanggan terhadap produk tersebut, dengan kata lain
produk tersebut dapat dikatakan memiliki kualitas yang bagus atau sesuai
dengan selera konsumen. Untuk dapat menjamin suatu kualitas dari produk
yang diproduksi, perusahaan membutuhkan suatu proses yang tepat agar
menghasilkan kualitas yang baik pada produk serta tetap terus menjaga
konsistensi kualitasnya agar dapat sesuai dengan kebutuhan pelanggan yaitu
dengan menerapkan sistem pengendalian kualitas (quality control) dalam
setiap kegiatan produksinya. Pengendalian kualitas yang dilakukan oleh
perusahaan dimulai dari sebelum proses produksi berjalan, saat proses produksi
sedang berjalan, hingga proses produksi berakhir dengan menghasilkan
produk.
Ayuni, dkk. (2012) menyatakan bahwa pengendalian merupakan
ketentuan apa yang harus dilaksanakan, menilai dan mengoreksi
pelaksanaannya bila perlu dengan maksud supaya pelaksanaan pekerjaan
sesuai dengan rencana semula. Maka, berdasarkan penjelasan diatas dapat
disimpulkan pengertian dari pengendalian kualitas adalah suatu aktivitas
pengendalian (control) pada proses produksi dimulai dari awal sebelum
produksi berjalan, saat proses produksi berjalan hingga proses produksi
berakhir dengan mengukur kualitas dari masing – masing proses dan
membandingkan setiap proses dan hasil proses produksi dengan spesifikasi
atau persyaratan yang sudah ditetapkan dan mengambil tindakan penyehatan
atau perbaikan yang sesuai apabila didapatkan perbedaan antara aktual dengan
standar perusahaan.
Menurut Sukardi dkk (2011), perbaikan kualitas terhadap proses produksi
harus dilakukan terus-menerus agar meminimalisir kecacatan produk..
Menurut Feingenbaum (1992) adapun keuntungan dari kegiatan pelaksanaan
pengendalian kualitas sendiri yaitu dapat meningkatkan kualitas mutu dan
desain dari suatu produk, dapat meningkatkan atau mengefesienkan flow
produksi, dapat menambah moral serta kesadaran dari karyawan mengenai
kualitas dan dapat meningkatkan pelayanan produk serta dapat memperluas
target pemasaran.
2.3 Metodelogi Kimia Analisis
Analisa merupakan kata yang berasal dari bahasa Yunani kuno dan masuk
kedalam bahasa latin modern yaitu kata analisis yang memiliki arti
melepaskan. Kata analisis terdiri atas dua suku kata utama, yaitu ana yang
memiliki arti kembali dan luein yang memiliki arti melepas sehinggaapabila
digabungkan kata analuein memiliki arti melepas kembali atau mengurai
(Sudarmadji et al,. 1989). Proses analisa kimia menjadi sangat penting
khususnya di bidang farmasi, melalui hasil proses analisa kimia, produk obat
yang dihasilkan telah dijamin aman untuk dikonsumsi. Analisa kimia dibagi
menjadi dua jenis secara tradisional, yaitu analisa kualitatif dan analisa
kuantitatif. Analisa kualitatif dilakukan untuk mengetahui keberadaan suatu
unsur atau senyawa kimia, baik organik maupun anorganik sedangkan analisa
kuantitatif adalah suatu proses analisa kimia yang dilakukan untuk mencari
kadar kandungan dari komponen – komponen yang terdapat dalam cuplikan
atau sampel (Pudjaatmaka, 2002).
Analisa secara modern dikategorisasikan berdasarkan target dan metode.
Analisa kimia berdasarkan target dapat dibagi menjadi analisa kimia
bioanalitik, analisis material, analisis kimia, analisis lingkungan, dan forensik.
Sedangkan analisa kimia berdasarkan metodenya dapat dibagi menjadi analisa
spektroskopi, analisa spektrometri massa, analisa kromatografi, analisa
elektroforesis, analisa kristalografi, analisa mikroskopi, dan analisa
elektrokimia Sedangkan analisa kimia berdasarkan teknik dan instrumennya
dibagi menjadi dua yaitu analisis konvensional dan analisis instrumental.
Analisis konvensional adalah suatu teknik analisa sampel yang menggunakan
alat – alat konvensional sebagai pendukung, contohnya adalah pada salah
satu metode analisa titrimetri yang menggunakan peralatan gelas kaca
seperti erlenmeyer, buret, dan tabung reaksi. Sedangkan analisis instrumental
merupakan metode analisa sampel yang menggunakan alat – alat instrument
yang canggih dan modern contohnya pada analisa kadar sampel secara
spektrofotometri yang menggunakan alat spektrofotometer atau analisa
titrimetri secara konduktrometris.
2.4 Pengertian High Performance Liquid Chromatography
Kromatografi cair berperforma tinggi (high performance liquid
chromatography / HPLC) meruoakan salah satu alat instrument yang
digunakan dalam analisa suatu cuplikan sampel. HPLC menggunakan teknik
kromatografi dalam analisa sampelnya. Kromatografi didefinisikan sebagai
suatu prosedur pemisahan zat terlarut oleh suatu proses migrasi diferensial
dinamis dalam sistem yang terdiri dari dua fase atau lebih, salah satunya
diantaranya bergerak secara berkesinambung dalam arah tertentu dan di
dalamnya zat-zat itu menunjukkan perbedaan moibilitas disebabkan adanya
perbedaan adsorpsi, partisi, kelarutan, tekanan uap, ukuran molekul, atau
kerapatan muatan ion. Dengan demikian masing-masing zat dapat
diidentifikasi atau ditetapkan dengan metode analitik (Wardiyah, 2015).
Dalam kromatografi digunakan fase diam (stationary phase) dan fase
gerak (mobile phase). Teknik analisa kromatografi berguna untuk memisahkan
beberapa senyawa secara sekaligus dikarenakan setiap senyawa kimia
mempunyai afinitas selektif antara fase diam tertentu dan fase gerak tertentu.
Dengan bantuan penggunaan detector dan integrator kita akan mendapatkan
kromatogram. Kromatogram di dalam KCKT terdiri dari data-data seperti
jumlah puncak (peak) yang menyatakan jumlah komponen, sedangkan luas
puncak (peak) menyatakan konsentrasi komponen dalam campuran. Komputer
dapat digunakan untuk mengontrol kerja sistem KCKT dan mengumpulkan
serta mengolah data hasil pengukuran KCKT (Hendayana, 2010). Gambar 2.1
merupakan contoh kromatogram hasil intrepretasi mesin HPLC.
Gambar 2.1 Kromatogram HPLC
Prinsip kerja KCKT ialah dengan bantuan penggunaan pompa dalam
HPLC, mekanisme analisa terjadi ketika fase gerak cair dialirkan melalui
kolom ke detektor. Cuplikan dimasukkan ke dalam aliran fase gerak dengan
cara penyuntikan di lubang injector kemudian fase gerak dan cuplikan dialirkan
ke arah kolom menggunakan tekanan yang tinggi. Di dalam kolom terjadi
pemisahan komponen-komponen campuran, karena perbedaan kekuatan
interaksi antar solut-solut terhadap fase diam (Hendayana, 2010). Solut-solut
yang kurang kuat interaksinya dengan fase diam akan keluar dari kolom lebih
dahulu. Sebaliknya, solut-solut yang kuat interaksinya dengan fase diam, maka
solut-solut tersebut akan keluar dari kolom lebih lama. Setiap komponen
campuran yang keluar dari kolom dideteksi oleh detektor kemudian direkam
dalam bentuk kromatogram.
Gambar 2.2 Prinsip Kerja HPLC
2.4.1 Pengertian Retention Time
Selang waktu yang diperlukan oleh analit mulai saat injeksi sampai keluar
dari kolom dan sinyalnya secara maksimal ditangkap oleh detektor disebut
sebagai waktu tambat atau waktu retensi (Ni Ketut Sari, 2010). Waktu proporsi
(retention time) untuk setiap senyawa berbeda – beda. Retention time adalah
lamanya waktu yang dibutuhkan oleh senyawa dalam sampel yang dianalisa
untuk bergerak dimulai saat pertama kali sampel diinjeksikan ke dalam
kromatografi sehingga terukur peak – peak maksimumnya. Retention time
dipengaruhi oleh laju alir dari fasa gerak, sesuai dengan persamaan berikut:
𝑉𝑅 = 𝐹. 𝑡𝑅 .........................(2.5.1)
VR adalah volume retention, F adalah laju alir fasa gerak, dan tR adalah
retention time. Retention Time sudah banyak digunakan pada proses analisa
sampel secara kualitatif untuk mengidentifikasi analat dalam sampel itu
sendiri. Cara yang paling umum untuk mengidentifikasi adalah dengan melihat
Retention time (RT). Peak yang mempunyai RT yang sama dengan standard
umumnya adalah sebagai peak milik analat.
2.5 Pengertian dan Bahaya Metanol
Metanol sedikit larut dalam lemak dan minyak. Secara fisika metanol
mempunyai afinitas khusus terhadap karbon dioksida dan hidrogen sulfida.
Titik didih metanol berada pada 64,7° C dengan panas pembentukan (cairan) -
239,03 kJ/mol pada suhu 25° C (Anozie dan Bakare, 2004). Metanol
merupakan alkohol yang paling sederhana dengan rumus kimia CH3OH
memiliki sifat ringan, mudah menguap, tak berwarna, mudah terbakar, beracun
dan berbau khas. Di dalam dunia industri metanol sering digunakan sebagai
bahan tambahan pada bensin, bahan pemanas pada ruangan, pelarut cuplikan
sampel, serta bahan makanan untuk bakteri yang memproduksi protein.
Penggunaan Metanol di dalam kegiatan industri selain memberikan manfaat,
metanol juga dapat membahayakan kesehatan. Berdasarkan label yang tertera
pada botol pereaksi Metanol, terdapat tanda bahaya seperti pada gambar 2.3
dibawah ini :
Sumber data : Label Bahan Kimia Merck
Gambar 2.3 MSDS Methanol
A. Mudah menyala (flammable)
Metanol memiliki sifat yang mudah menyala (flammable). Ketika
metanol berinteraksi dengan oksigen yang terkandung dalam udara dan
sumber api, maka akan terjadi suatu kebakaran yang hebat meski dalam
suhu dan tekanan standar. hal ini diistilahkan sebagai segitiga api (fire
triangle)
B. Beracun (moderately toxic)
Metanol merupakan senyawa kimia yang berbahaya karena memiliki
sifat beracun. Keracunan yang diakibatkan oleh senyawa metanol adalah
keracunan yang mengakibatkan gangguan pada papil saraf optik secara
simetris, asidosis metabolik dan bahkan kematian. Hal ini bisa terjadi
karena oksidasi metanol oleh enzim dehidrogenase alkohol menjadi
formaldehid, dan selanjutnya dimetabolisme menjadi asam format oleh
dehidrogenase formaldehid. Asam format merupakan metabolit toksik
yang berperan pada terjadinya gangguan tajam penglihatan, asidosis
metabolik, kebutaan dan kematian pada penderita keracunan metanol
C. Karsinogenik (carcinogenic), Teratogenik (teratogenic), Mutagenik
(mutagenic)
Metanol juga memiliki sifat karsinogenik yaitu dapat menyebabkan
timbulnya sel kanker, selain itu metanol juga dapat mempengaruhi
pembentukan embrio, dan perubahan pada kromosom suatu sel.
2.6 Perbaikan Berkesinambungan (Kaizen)
Upaya yang dilakukan perusahaan dalam mengurangi variabilitas suatu
proses dan produksi barang yang tidak sesuai harus dapat terus berlanjut karena
peningkatan kualitas adalah proses yang tidak akan pernah selesai, bahkan
harus selalu dilakukan untuk dapat terus bersaing di dunia industri.
Pengendalian suatu proses berkaitan dengan identifikasi dan upaya untuk
menghilangkan sebab-sebab khusus suatu permasalahan yang dapat dikenali
alasan melalui proses diidentifikasi terlebih dahulu. Masaaki Imai mengatakan
bahwa perbaikan berkesinambungan disebut juga Kaizen dalam bahasa Jepang,
yang terdiri dari kata KAI [改] dan ZEN [善]. Dimana “KAI” yang
diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia memiliki arti “berubah” sedangkan
“ZEN” yang artinya adalah “Baik” Sehingga apabila dirangkai akan
mengandung makna berubah untuk menjadi lebih baik. Istilah ini mencakup
pengertian perbaikan yang melibatkan semua orang-baik manajer maupun
karyawan-dan melibatkan biaya dalam jumlah tak seberapa (Imai, 1998: 1),
sehingga dapat disimpulkan bahwa kaizen itu sendiri merupakan suatu usaha
perbaikan yang harus dilakukan secara terus – menerus dengan melibatkan
semua orang yang berada di dalam perusahaan.
Filsafat kaizen berpandangan bahwa cara hidup hidup kita – apakah itu
kehidupan kerja atau kehidupan sosial maupun kehidupan rumah tangga –
hendaknya berfokus pada upaya perbaikan terus-menerus (Imai, 1999).
Meskipun perbaikan yang dilakukan dalam kaizen bersifat kecil dan berangsur,
namun apabila proses kaizen dilakukan secara konsisten akan mampu
menghasilkan keuntungan yang dramatis bagi perusahaan yang
menerapkannya. Kaizen menekankan ke arah pola pikir yang berorientasi
terhadap proses, karena proses dinilai harus sempurna agar mendapatkan hasil
yang meningkat.
Peningkatan dalam segi kualitas harus menjadi tujuan dari perusahaan
dan semua individu yang ada di perusahaan. Karena hal ini dapat meningkatkan
tingkat pengembalian atau profitabilitas melalui peningkatkan produktivitas
serta dengan pengurangan biaya yang tidak diperlukan. Hal ini sesuai dengan
filosofi bahwa perusahaan harus terus berupaya dalam memperluas keunggulan
kompetitifnya dalam persaingan. Peningkatan ini mendukung prinsip bahwa
tidak ada penyimpangan yang terjadi berdasarkan standar yang dapat diterima,
yang mirip dengan prinsip fungsi kerugian yang dikembangkan dalam Metode
Taguchi (Taguchi 1986; Taguchi dan Wu 1979). Manajemen perusahaan harus
mampu menemukan dan mengidentifikasi permasalahan yang ada kemudian
memperbaiki setiap kesalahan yang terjadi di dalam proses. Berikut ini adalah
sistem utama yang harus mendapat posisi penting, guna mencapai sukses
strategi kaizen (Imai, 1999) :
a) Total Quality Control / Total Quality Management (TQC/TQM)
b) Sistem Produksi Just-In-Time (Sistem Produksi Toyota).
c) Total Productive Maintenance
d) Penjabaran Kebijakan Perusahaan (Policy Deployment)
e) Sistem Saran (Sugestion System)
f) Kegiatan Kelompok Kecil (Small-Group Activities)
2.6.1 Diagram Pareto
Diagram Pareto Menurut Zenhadi (2006), adalah suatu tampilan data
yang ditampilkan dalam bentuk grafik batang yang mununjukkan masalah
berdasarkan urutan dari banyaknya kejadian. Diagram pareto menampilkan
suatu urutan grafik batang berdasarkan klasifikasi data permasalahan dimulai
dari bagian kiri yang menunjukkan urutan rangking tertinggi, hingga ke bagian
kanan yang menunjukkan urutan rangking yang paling terendah. Dalam
mengidentifikasi suatu permasalahan menggunakan diagram pareto,
memudahkan kita dalam menemukan permasalahan yang paling penting untuk
dapat segera dicarikan solusi alternatif. Seperti yang dijelaskan oleh (Ariani,
2004), bahwa diagram pareto dapat membantu menemukan permasalahan yang
paling penting untuk segera diselesaikan (rangking tertinggi) sampai dengan
masalah yang tidak harus segera diselesaikan (rangking terendah). Diagram
pareto membantu dalam memprioritaskan masalah dengan mengaturnya ke
dalam urutan penurunan kepentingan. Dalam lingkungan sumber daya
perusahaan yang terbatas, diagram ini membantu perusahaan memutuskan
urutan masalah yang harus mereka hadapi.
Diagram Pareto diperkenalkan oleh seorang ahli Ekonom Italia (1848 -
1932) yaitu Alfredo Pareto. Alfredo pareto, menemukan bahwa kekayaan
terkonsentrasi di tangan beberapa orang. Pengamatan yang ia lakukan ini
membawanya untuk merumuskan prinsip pareto. Diagram pareto dapat
digunakan untuk mencari 20% jenis cacat yang terjadi yang merupakan 80%
kecacatan dari keseluruhan proses produksi. Evaluasi terhadap suatu sistem
produktivitas perusahaan harus mampu menjawab apa yang menjadi akar
penyebab dari penurunan produktivitas perusahaan tersebut. Berkaitan dengan
hal ini, dapat digunakan alat-alat sederhana yang telah populer seperti diagram
Pareto.
2.6.2 Diagram Sebab Akibat (Cause and Effect Diagram)
Diagram sebab akibat merupakan suatu grafik yang mengidentifikasi dan
menyusun secara sistematis berbagai faktor penyebab yang dapat dikaitkan
dengan suatu masalah atau efeknya (Ishikawa 1976). Diagram sebab dan akibat
dikembangkan oleh Kaoru Ishikawa pada tahun 1943, digunakan dalam bentuk
pengungkapan pendapat berikut kemungkinan – kemungkinan untuk mencari
pemecahan suatu masalah. Diagram ini merupakan suatu model untuk
menghubungkan antar penyebab dengan masalah yang menjadi tema
penelitian. Masalah itu disebut efek (effect) dan faktor yang mempengaruhinya
disebut penyebab (cause). Menurut Triasyulianti (2003) diagram sebab akibat
adalah suatu alat untuk menemukan faktor-faktor yang berpengaruh pada
masalah yang akan dipecahkan. Cause and effect diagram sangat menolong
untuk mengatasi permasalahan dengan mengidentifikasi penyebabnya dan juga
memberikan pemahaman terhadap efek (masalah) serta faktor – faktor yang
berakibat dalam suatu proses.
Diagram itu juga dikenal sebagai diagram tulang ikan (fisbone diagram)
atau Ishikawa Diagram (Rao et.al..,1996, Hal.188) karena penampilannya
(dalam bentuk diplot). Cause and effect diagram dibuat menyerupai tulang atau
rangka seekor ikan, dengan kategori penyebab utama disusun membentuk
seperti tulang yang dihubungkan dengan tulang belakan ukan, seperti
ditunjukkan pada gambar 2.4 :
Gambar 2.4 Diagram Tulang Ikan
Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa diagram tulang
ikan (fishbone analysis) adalah suatu tolls yang digunakan dalam menunjukkan
sebab akibat yang berguna untuk mencari atau menganalisis faktor – faktor
penyebab utama timbulnya masalah sehingga memudahkan kita dalam upaya
mengatasinya. Penggunaan diagram tulang ikan dilakukan untuk :
a) Menemukan sebab-sebab yang timbul dari permasalahan yang dihadapi
serta mengetahui akar dari penyebabnya.
b) Menganalisis timbulnya akibat yang ditimbulkan oleh permasalahan
melalui proses mencari dan menemukan akar permasalahan secara bersama
dengan metode brainstorming, dan
c) Menggambarkan faktor-faktor penyebab dari suatu akibat yang sedang
diamati.
2.7 Eksperimen Desain
Eksperimen menurut Kerlinger (1986: 315) adalah suatu penelitian
ilmiah dimana peneliti memanipulasi dan mengontrol satu atau lebih variabel
bebas dan melakukan pengamatan terhadap variabel-variabel terikat untuk
menemukan variasi yang muncul bersamaan dengan manipulasi terhadap
variabel bebas tersebut. Sementra itu Isaac dan Michael (1977: 24)
menerangkan bahwa penelitian eksperimen bertujuan untuk meneliti
kemungkinan sebab akibat dengan mengenakan satu atau lebih kondisi
perlakuan pada satu atau lebih kelompok eksperimen dan membandingkan
hasilnya dengan satu atau lebih kelompok kontrol yang tidak diberi perlakuan.
Berdasarkan definisi yang sudah diterangkan diatas, maka dapat ditarik
kesimpulan pengertian dari eksperimen itu sendiri adalah suatu penelitian yang
dilakukan dengan memanipulasi dan mengontrol satu atau bahkan lebih
variabel – variabel bebas serta melakukan pengamatan juga terhadap variabel
– variabel terikat dengan tujuan untuk mengetahui kemungkinan sebab dan
akibat yang dihasilkan oleh variabel dan kemudian hasil penelitian ini
dibandingkan hasilnya dengan satu atau bahkan lebih kelompok kontrol yang
tidak diberikan perlakuan. Dimana maksud dari variabel – variabel yang
dimanipulasi adalah variabel bebas dan variabel yang yang akan dilihat
pengaruhnya adalah variabel terikat.
Penelitian ilmiah mengenai desain eksperimen harus menjadi sebuah
proses yang berulang, seperti yang ditunjukkan pada gambar 2.5. Penelitian
ilmiah dimulai dari keadaan permasalahan saat ini yang sedang terjadi,
kemudian langkah selanjutnya yang dilakukan adalah memilih teori yang
mewakili kondisi saat ini untuk menguji atau mengeksplorasi atau
mengusulkan sebuah teori baru langkah ini sering disebut "Constructing a
Testable Hipothesis" dimana peneliti harus membuat hipotesis terkait
permasalahan yang ada, kemudian langkah selanjutkanya adalah merancang
desain eksperimen yang akan dilakukan pada permasalahan, diikuti dengan
melakukan percobaan dan aktualisasi perancangan yang sudah disusun untuk
pemecahan permasalahan, kemudian dilakukan analisa secara statistik untuk
mendapatkan kesimpulan jawaban, dan pada akhirnya dilakukan interpretasi
hasil analisa statistik terkait permasalahan yang dihadapi dengan melakukan
evaluasi pada hasil analisa.
Gambar 2.5 Siklus Pembelajaran Ilmiah Desain Eksperimen
Sumber : Experimental Design and Analysis (Howard J. Seltman, 2015)
Metodelogi yng diterapkan dalam eksperimen desain adalah memastikan
apakah semua faktor dan interaksinya memiliki suatu keterkaitan dengan
diselidiki secara sistematis melalui hasil analisa statistika. Oleh karena itu,
informasi yang dihasilkan berdasarkan analisis desai eksperimen dapat
diandalkan dan lebih komprehensif daripada hasil eksperimen dengan
menggunakan satu faktor. Severin and Tankard (2001:43) menjelaskan bahwa
keuntungan utama dari metode eksperimen adalah adanya kendali ditangan
peneliti dan ketepatan logika yang terkandung di dalamnya. Musa dan
Nasoetion (1989), menyatakan bahwa perancangan yang baik harus bersifat :
a) Efektif yaitu kemampuan dalam mencapai tujuan, sasaran, dan kegunaan
yang digariskan,
b) Terkelola yaitu berkenaan dengan kenyataan adanya berbagai keterbatasan
atau kendala yang terdapat dalam pelaksanaan percobaan maupun analisis
data,
c) Efisien yaitu berkenaan dengan dana, sumber daya, dan waktu,
d) Dapat dipantau, dikendalikan dan dievaluasi.
2.7.1 Prinsip Dasar Eksperimen Desain
Untuk dapat memahami dengan mudah penerapan analisa eksperimen
desain dalam pemecahan suatu penelitian permasalahan, maka peneliti perlu
mengetahui prinsip – prinsip dasar yang digunakan dalam analisis desain
eksperimen. Suwanda (2011) mengatakan prinsip – prinsip dasar eksperimen
desain antara lain :
a) Pengulangan (Reflication) adalah melakukan suatu perlakuan terhadap lebih
dari satu unit eksperimen,
b) Pengacakan (Randomization) dimaksudkan bahwa unti eksperimen yang
akan dikenai perlakuan harus dipilih secara acak atau sebaliknya,
c) Pengendalian Lokal (Local Control) merupakan langkah – langkah atau
usaha yang berbentuk penyeimbangan, penggolongan (pelapisan) dan
pengelompokkan (pemblokan).
2.8 Desain Faktorial
Desain faktorial merupakan suatu metode statistik digunakan dalam
eksperimen untuk mengetahui pengaruh yang melibatkan beberapa variabel
faktor dengan level yang berbeda terhadap hasil variabel respon. Desain
faktorial merupakan desain yang paling efisien untuk menyelidiki efek dua atau
lebih faktor, karena masing – masing hasil pengamatan menyuplai informasi
tentang semua faktor (Suwanda, 2011). Untuk dapat mengetahui banyaknya
jumlah kombinasi yang diterapkan ke dalam penelitian adalah berdasarkan
perkalian antara jumlah level yang dimiliki oleh suatu faktor atau variabel
dengan level faktor atau variabel lain. Faktorial yang dikenal saat ini adalah
two level factorial design (2k), two level fractional factorial design (2k-p), dan
three level factorial design (3k).
Dalam desain faktorial, pada setiap replikasi haruslah mengandung
semua kombinasi perlakuan. Contoh jika terdapat 2 faktor, maka faktor A yang
menggunakan a taraf dan faktor B yang menggunakan b taraf, maka pada setiap
replikasi harus mengandung ab kombinasi perlakuan (Suwanda, 2011).
Kemudian dikenal efek utama dan efek interaksi. Efek utama adalah efek suatu
faktor dengan indikator adanya perubahan respon sebagai akibat adanya
perubahan taraf faktor. Interaksi faktor A dan B terjadi jika selisih respon
diantara taraf – taraf satu faktor tidak sama pada semua taraf faktor – faktor
lainnya.
Faktorial desain telah banyak diterapkan di dalam penelitian dalam
perancangan proses dan produk, serta digunakan juga untuk melakukan suatu
perbaikan dalam proses yang biasa disebut (process improvement). Metode
faktorial desain dapat diterapkan apabila suatu penelitian eksperimen terdiri
atas dua atau lebih faktor, sehingga dapat memungkinkan peneliti dalam
melakukan kombinasi yang akan terjadi antar level faktor yang akan
memberikan hasil berupa interaksi antar faktor yang mempengaruhi variabel
respon.
2.8.1 Desain Faktorial Dua Faktor
Desain faktorial dua faktor adalah desain eksperimen dengan faktor A
dan B yang masing – masing terdiri atas dua taraf (Sudjana,1980). Desain
faktorial dua faktor merupakan rancangan faktorial dimana setiap faktor
dibatasi oleh dua level yaitu level rendah dan tinggi. Rotasi untuk kedua level
tersebut adalah :
Level rendah dinotasikan dengan -1 atau (-)
Level tinggi dinotasikan dengan +1 atau (+)
Untuk two level factorial design, jumlah kombinasi yang dibutuhkan
adalah sebesar 2k (k menunjukkan jumlah faktor, k >1). Untuk memudahkan
penggunaan two level factorial design, maka disusun dengan tabel 2.1 :
Tabel 2.1 Two Level Factorial Design
Sumber : Desain Eksperimen Untuk Penelitian Ilmiah (Suwanda, 2011)
2.8.2 Completely Randomized Eksperiment (Rangkaian Acak Lengkap)
Rancangan Acak Lengkap Rancangan acak lengkap (RAL) merupakan
jenis rancangan percobaan yang paling sederhana. Rangkaian Acak Lengkap
adalah desain dengan perlakuan sepenuhnya secara acak kepada unit-unit
eksperiment ataupun sebaliknya. Penerapan perlakuan terhadap unit percobaan
dilakukan secara acak terhadap seluruh unit percobaan. Rancangan ini
dipergunakan jika ingin mempelajari perngaruh beberapa perlakuan dengan
sejumlah ulangan untuk menjadi satuan-satuan percobaan. Pada umumnya,
rancangan ini biasa digunakan untuk percobaan yang memiliki media atau
lingkungan percobaan yang seragam atau homogen (Mattjik & Sumertajaya,
2000: 53).
Karena kondisi sampel dan lingkungan yang homogen, maka setiap
perlakuan dan ulangan mempunyai peluang yang sama besar untuk menempati
semua plot-plot percobaan sehingga pengacakan dilakukan secara lengkap.
Penggunaan rancangan acak lengkap relatif terbatas, yaitu hanya pada
percobaan-percobaan yang faktor lingkungannya dapat dijaga atau
dikendalikan. Keuntungan dan kerugian menurut Pratisto (2004: 170), terdapat
beberapa keuntungan menggunakan rancangan acak lengkap , yaitu:
a) Denah perancangan percobaan mudah dibuat.
b) Analisis statistik terhadap unit percobaan sederhana.
c) Sangat fleksibel dalam hal jumlah penggunaan, perlakuan, serta
pengulangan
2.9 Uji Asumsi Anova
Menurut Walpole (1993), analisis ragam yaitu suatu metode untuk
menguraikan keragaman total data menjadi komponen-komponen yang
mengukur berbagai sumber keragaman. Analisis varians (analysis of variance)
merupakan suatu teknik analisis statistika yang menggunakan uji F karena
dilakukan untuk pengujian lebih dari 2 sampel. Di dalam uji analisa varian
peneliti mengamati bagaimana variabel independen kuantitatif dapat
digunakan untuk menentukan nilai dari masing-masing variabel dependen dan
apakah satu atau lebih variabel independen atau prediktor mempengaruhi
variabel dependen atau respons. Penggunaan teknik analisa varian
memungkinkan kita dalam mengetahui apakah perubahan variabel – variabel
independen dapat menyebabkan perubahan pada hasil variabel respon rata –
rata dan memungkinkan kita untuk menganalisis suatu data menggunakan
metode yang dikenal sebagai analisis varians atau anova. Anova pertama kali
dikembangkan oleh Sir Ronald Aylmer Fisher pada tahun 1920an dan
menggunakannya untuk menganalisis data dari suatu eksperimen pertanian.
Dalam melakukan analisa varian, diperlukan sebuah tujuan umum dari
penelitian yang dilakukan salah satunya adalah memeriksa apakah data sesuai
dengan prediksi tertentu. Prediksi ini adalah hipotesis tentang variabel yang
diukur dalam penelitian. Hipotesis adalah pernyataan tentang beberapa
karakteristik variabel atau kumpulan variabel. (Agresti & Finlay, 1997).
Hipotesis muncul dari teori yang mendorong penelitian. Ketika sebuah
hipotesis berhubungan dengan karakteristik suatu populasi, seperti parameter
populasi, seseorang dapat menggunakan metode statistik dengan data sampel
untuk menguji validitasnya. Uji signifikansi adalah cara untuk menguji
hipotesis secara statistik dengan membandingkan data dengan nilai yang
diprediksi oleh hipotesis. Data yang jauh dari perkiraan nilai memberikan bukti
melawan hipotesis. Semua tes signifikansi memiliki lima elemen yaitu asumsi,
hipotesis, statistik uji, nilai p, dan kesimpulan. Uji signifikansi
mempertimbangkan dua hipotesis tentang nilai parameter populasi: hipotesis
nol dan hipotesis alternatif. Hipotesis nol H0 adalah hipotesis yang langsung
diuji. Ini biasanya sebuah pernyataan bahwa parameter memiliki nilai yang
sesuai, dalam beberapa hal, tidak ada efeknya. Hipotesis alternatif Ha adalah
hipotesis yang bertentangan dengan hipotesis nol. Hipotesis ini menyatakan
bahwa parameter jatuh pada beberapa rangkaian nilai alternatif sesuai dengan
spesifikasi hipotesis nol. (Agresti & Finlay, 1997).
Anova analisis digunakan dalam membandingkan rata – rata dari
populasi bukan ragam dari populasi. Jenis data yang tepat dalam melakukan
analisa anova adalah nominal dan ordinal pada variabel bebasnya, dan apabila
data variabel bebasnya dalam bentuk interval atau ratio maka data tersebut
harus diubah terlebih dahulu ke dalam bentuk ordinal atau nominal. Sedangkan
variabel terikatnya adalah data interval atau ratio. Adapun asumsi dasar yang
harus terpenuhi dalam analisis varian adalah :
1) Kenormalan Distribusi data harus normal.
2) Kesamaaan variansi setiap kelompok. Data berasal dari popolasi yang sama
dengan variansi yang sama pula.
3) Pengamatan bebas dengan pengambilan sampel secara acak (random),
sehingga setiap pengamatan merupakan informasi yang bebas.
Anova dapat digolongkan kedalam beberapa kriteria, diantaranya :
1) Klasifikasi 1 arah (One Way ANOVA) Anova yaitu didasarkan pada
pengamatan satu faktor,
2) Klasifikasi 2 arah (Two Way ANOVA) yaitu didasarkan pada pengamatan
2 faktor,
3) Klasifikasi banyak arah (MANOVA) ANOVA yaitu didasarkan pada
pengamatan dengan banyak faktor.
2.9.1 Anova Dua Arah (Two Way Anova)
ANOVA dua arah ini digunakan bila sumber keragaman yang terjadi tidak
hanya karena satu faktor (perlakuan). Faktor lain yang mungkin menjadi
sumber keragaman respon juga harus diperhatikan. Faktor lain ini bisa
perlakuan lain atau faktor yang sudah terkondisi. Anova dua arah digunakan
apabila dilakukan replikasi lebih dari satu pengamatan untuk setiap kombinasi
variabelatau bahkan tanpa replikasi yaitu satu pengamatan untuk setiao
kombinasi variabel nominal.
Tujuan dan pengujian ANOVA 2 arah ini adalah untuk mengetahui apakah
ada pengaruh dari berbagai kriteria yang diuji terhadap hasil yang diinginkan.
Misal, seorang manajer teknik menguji apakah ada pengaruh antara jenis
pelumas yang dipergunakan pada roda pendorong dengan kecepatan roda
pendorong terhadap hasil penganyaman sebuah karung plastik pada mesin
circular. Dalam pengujian ANOVA ini, dipergunakan rumus hitung seperti
tabel 2.2 sebagai berikut :
Tabel 2.2 Rumus Hitung Pengujian ANOVA
Sumber : Desain Eksperimen Untuk Penelitian Ilmiah (Suwanda, 2011)
Toto Sugiharto (2009) juga menyebutkan bahwa dalam pengerjaan analisis
two ways anova menggunakan langkah-langkah sebagai berikut:
1) Penentuan hipotesis nol (H0) baik antar kolom maupun antar baris
2) Penentuan tingkat signifikansi.
3) Penghitungan jumlah kuadrat antar kolom (Between columns sum of
squares)
𝐽𝐾𝑘 = ∑𝑇𝑘
2
𝑛𝑘
𝐾𝑘=1 −
𝑇2
𝑁 ......................(2.9.1)
Dimana
JKk : Jumlah kuadrat antar kolom
K : Kolom
nk : Jumlah data dalam masing – masing kolom
N : Jumlah data keseluruhan
Tk2 : Kudrat masing – masing kolom
T2 : Kudrat jumlah keseluruhan
4) Perhitungan jumlah kuadrat antar baris (Between rows sum of squares)
𝐽𝐾𝑏 = ∑𝑇𝑏
2
𝑛𝑏
𝐵𝑏=1 −
𝑇2
𝑁 ......................(2.9.2)
Dimana
JKb : Jumlah kuadrat antar baris
B : Baris
nb : Jumlah data dalam masing – masing baris
N : Jumlah data keseluruhan
Tb2 : Kuadrat masing – masing baris
T2 : Kudrat jumlah keseluruhan
5) Penghitungan jumlah kuadrat keseluruhan – JKt (Total sum of squares).
𝐽𝐾𝑇 = ∑ .𝐵𝑏=1 ∑ 𝑥𝑏𝑘
2 −𝑇2
𝑁
𝐾𝑘=1 ......................(2.9.3)
Dimana
JKT : Jumlah kuadrat keseluruhan
B : Baris
K : Kolom
Xbk : Jumlah Data Dalam masing – masing baris dan kolom
N : Jumlah data keseluruhan
T2 : Kudrat jumlah keseluruhan
6) Perhitungann jumlah kuadrat kesalahan (galat atau error).
𝐽𝐾𝐺 = 𝐽𝐾𝑇 − (𝐽𝐾𝐵 − 𝐽𝐾𝐾) ......................(2.9.4)
Dimana
Keterangan :
JKT : Jumlah kuadrat keseluruhan
JKB : Jumlah kuadrat baris
JKK : Jumlah kuadrat kolom
JKG : Jumlah kuadrat galat
7) Penghitungan derajat bebas (degree of freedom).
a) Derajat bebas kolom (dbk).
𝑑𝑏𝑘 = 𝑘 − 1 ......................(2.9.5)
Dimana :
k : adalah jumlah kolom
b) Derajat bebas baris (dbb).
𝑑𝑏𝑏 = 𝑏 − 1 ......................(2.9.6)
Dimana :
b : adalah jumlah baris
c) Derajat bebas galat (dbg).
𝑑𝑏𝑔 = (𝑏 − 1)(𝑘 − 1) ......................(2.9.7)
Dimana :
b : adalah jumlah baris
k : adalah jumlah kolom
d) Derajat bebas keseluruhan (dbt)
𝑑𝑏𝑡 = 𝑁 − 1 ......................(2.9.8)
Dimana :
N : adalah keseluruhan data (b x K)
k : adalah jumlah kolom
8) Penghitungn kuadrat rata-rata (Means of squares)
a) Kuadrat rata-rata kolom – KRk (Column mean of squares – MSc)
𝐾𝑅𝑘 = 𝐽𝐾𝑘
𝑑𝑏𝑘 ......................(2.9.9)
Dimana :
JKk : Jumlah kuadrat kolom
dbk : Derajat bebas kolom
b) Kuadrat rata-rata baris – KRb (Row mean of squares – MSC).
𝐾𝑅𝑏 = 𝐽𝐾𝑏
𝑑𝑏𝑏 ......................(2.9.10)
Dimana :
JKb : Jumlah kuadrat baris
dbb : Derajat bebas baris
c) Kuadrat rata-rata galat – KRe ( Error mean of squares – MSe)
𝐾𝑅𝑔 = 𝐽𝐾𝑔
𝑑𝑏𝑔 ......................(2.9.11)
Dimana :
JKg : Jumlah kuadrat galat
dbg : Derajat bebas galat
9) Penghitungan Rasio F atau F-hitung.
a) F-hitung kolom (F-hk)
𝐹 − ℎ𝑘 = 𝐾𝑅𝑘
𝐾𝑅𝑔 ......................(2.9.12)
Dimana :
KRk : Kuadrat rata-rata kolom
KRg : Kuadrat rata-rata galat
b) F-hitung baris (F-hb)
𝐹 − ℎ𝑏 = 𝐾𝑅𝑏
𝐾𝑅𝑔 ......................(2.9.13)
Dimana :
KRb : Kuadrat rata-rata baris
KRg : Kuadrat rata-rata galat
10) Penentuan Ratio F kritik atau F-tabel.
a) F-tabel untuk kolom (F-tk)
b) F-tabel untuk baris (F-tb)
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Langkah – Langkah Penelitian
Berikut adalah kerangka penelitian untuk memudahkan proses perbaikan
berkelanjutan dengan optimalisasi penggunaan material Metanol dalam proses
analisa produk :
Identifikasi Masalah
Observasi Awal
Pengumpulan Data
Observasi Awal
Observasi langsung dan interview untuk
mendapatkan informasi dari pihak-pihak terkait
Mengamati proses analisa produk terkait di
laboratorium
Identifikasi Masalah
Analisis hasil dari observasi awal
Mengindifikasi masalah masalah yang ada
Mengidentifikasi potensial masalah yang akan
diteliti
Pengumpulan Data
Stratifikasi masalah menggunakan diagram batang
Mengumpulkan data sampel produk tahun 2016
menggunakan lembar pemeriksaan (check list)
Flow Process analisa kadar sampel menggunakan
alat HPLC
Time Study menggunakan stopwach dalam proses
pembuatan fase gerak Metanol
Analisa cost keseluruhan dari pembuatan fase gerak
Metanol
Observasi dan interview langsung pihak-pihak
terkait A
Sumber : Sumber :
Sumber :
1 Sumber :
Gambar 3.1 Kerangka Penelitian Gambar 3.1 Kerangka Penelitian Sumber :
Gambar 3.1 Kerangka Penelitian
Analisis Data dan
Perbaikan
Kesimpulan dan Saran
Studi Literatur
Konsep kualitas atau mutu
Perbaikan Berkelanjutsn (Continous Improvement)
Metodelogi Kimia
Kadar Zat Aktif dengan HPLC
Desain Eksperimen
Desain Faktorial
Uji Asumsi Anova dan Uji Anova
Uji Statistik dengan Software SPSS 22
Analisis Data dan Perbaikan
Membuat diagram sebab akibat (fish bone).
Menstandarisasi proses berdasarkan desain
eksperimen.
Melakukan evaluasi setelah penerapan desain
eksperimen.
Membuat standar IK baru berdasarkan hasil analisa
Kesimpulan dan Saran
Simpulan dan Saran
Membuat kesimpulan berdasarkan hasil penelitian
Memberikan saran untuk evaluasi perusahaan dan
penelitian berikutnya
Studi Literatur
A
Selesai Sumber : Sumber :
Sumber Sumber :
Gambar 3.1 (Lanjutan) Kerangka Penelitian
3.2 Observasi Awal
Observasi awal dilakukan dengan mengambil data-data yang diperlukan
pada proses analisa produk di laboratorium untuk mendapatkan informasi yang
mendukung penelitian ini. Pada observasi awal dilakukan wawancara untuk
memperoleh data dan informasi dengan tanya jawab secara langsung kepada
Analis Laboratorium Quality Control, Supervisor Quality Control of Finished
Good mengenai proses analisa produk yang diproduksi di PT.XYZ
Pharmaceuticals mengenai permasalahan yang ada di laboratorium.
Berdasarkan diskusi dengan personel laboratorium, maka didapatkan beberapa
masalah yang sering terjadi di laboratorium, yaitu :
1) Waktu release produk yang tidak sesuai dengan deadline pelepasan produk,
2) Kurangnya pengawasan stock out dari reagent yang biasa digunakan,
3) Adanya kekurangan alat gelas yang digunakan,
4) Adanya kekurangan beberapa alat instrument yang digunakan,
5) Banyaknya sisa fase gerak yang terbuang.
3.3 Identifikasi Masalah
Untuk menentukan objek permasalahan yang akan dilakukan perbaikan,
identifikasi masalah merupakan tahapan yang harus dilakukan setelah
observasi. Setelah dilakukan observasi secara langsung di area laboratorium,
diidentifikasi adanya permasalahan utama yaitu banyaknya sisa fase gerak
yang terbuang. Fase gerak ini digunakan untuk analisa kadar zat aktif di dalam
obat. Sisa fase gerak menjadi permasalahan utama karena, ditinjau dari
frekuensi kedatangan sampel yang tinggi menyebabkan seringnya analisa
produk menggunakan fase gerak, penggunaan fase gerak yang sering dapat
menyebabkan tingginya volume limbah yang dihasilkan hal ini dapat
menimbulkan potensi bahaya di laboratorium karena semakin banyaknya
limbah yang dihasilkan menyebabkan tempat pembuangan limbah menjadi
penuh dan mengambil area kerja laboratorium, hal ini menyebabkan analis
kurang leluasa dalam bergerak di laboratorium, dengan banyaknya volume sisa
fase gerak yang dihasilkan menyebabkan pemborosan dalam penggunaan
pereaksi serta meningkatkan biaya pengolahan limbah yang dihasilkan, selain
itu fase gerak yang digunakan harus selalu dibuat ketika analis akan melakukan
analisa hal ini menyebabkan man hours menjadi tinggi karena adanya waktu
tambahan yang diperlukan oleh analis untuk bekerja sehingga tidak dapat
memanfaatkan waktu kerja dengan baik. Untuk mengatasi masalah yang timbul
berdasarkan observasi, diperlukan suatu proses optimasi dalam menggunakan
fase gerak sehingga dapat mengurangi biaya (cost) yang dapat terjadi akibat
banyaknya sisa fase gerak yang terbuang.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengoptimalisasi penggunaan
pereaksi yang berdampak pada pengurangan biaya (Cost) yang dikeluarkan
oleh Laboratorium dalam melakukan kegiatan analisa sampel. Untuk itu,
digunakan metode analisa eksperimen Desain. Desain eksperimen merupakan
teknik untuk mendesain, menganalisa dan mengambil kesimpulan mengenai
populasi berdasarkan sekumpulan data sehingga ketidakpastian dapat
diperhitungkan dengan menggunakan ilmu hitung peluang. Agar penelitian
tidak keluar dari pokok permasalahan yang dibahas, maka ditentukanlah
batasan-batasan masalah.
3.4 Pengumpulan Data
3.4.1 Data Stratifikasi Permasalahan
Pengumpulan data didapatkan dari analisa kedatangan sampel di bulan
Januari – Desember 2016. Berdasarkan data penerimaan sampel di bulan
Januari - Desember tahun 2016, sampel semisolid adalah sampel yang paling
sering dianalisis oleh laboratorium PT. XYZ Pharmaceuticals dengan jumlah
315 sampel, kemudian menyusul sampel dengan sediaan solid sebanyak 100
sampel, dan sampel solution sebanyak 34 sampel. Data sampel lengkap di
lampiran 3. Kemudian, setelah mengetahui jumlah sampel dengan sediaan
semisolid adalah yang paling tinggi berdasarkan diagram batang, maka
diidentifikasikan kembali dari 315 sampel semisolid yang datang, sampel
dengan nama produk apa yang paling sering datang dalam satu bulan. Setelah
diidentifikasi dari 315 kedatangan sampel semisolid di tahun 2016 , maka
diketahui sampel dengan nama J adalah yang paling sering dianalisa oleh
analis, dan sampel produk J ini juga dianalisa bahan bakunya yaitu
Hydroquinon dan memiliki freuensi kedatangan yang sama tinggi dengan
produk jadinya. Maka berdasarkan analisa identifikasi masalah, didapatkan
permasalahan bahwa sampel dengan nama produk J yang memiliki kandungan
bahan aktif Hydroquinon adalah sampel yang paling sering dianalisa dan paling
banyak menghasilkan volume limbah B3.
3.4.2 Data Eksperimen Desain
Dalam penentuan pemilihan faktor – faktor yang akan digunakan dalam
desain eksperimen, maka dilakukan uji stabilita kualitas dari fase gerak.
Pengujian dilakukan dalam satu bulan menggunakan fase gerak yang dibuat
dalam dua kali pembuatan yaitu perdua minggu dan satu kali pembuatan yaitu
perempat minggu dengan menggunakan kadar fase gerak yang berbeda yaitu
50% dan 60%. Penggunaan kadar 60% merupakan standar yang biasa
digunakan di perusahaan, maka dari itu dipilih penggunaan konsentrasi 50%
untuk mengetahui kualitas dari fase gerak apakah dengan kadar yang semakin
kecil fase gerak masih dapat digunakan tanpa mempengaruhi nilai kadar
sampel. Berdasarkan data lampiran 3 dan 4 mengenai data penelitian stabilita
sampel diperoleh nilai kadar standar sampel masih dalam spesifikasi yaitu
diantara 95 – 100%, sedangkan nilai Run Time yang dihasilkan berubah
semakin lama seiring dengan lamanya penggunaan fase gerak Metanol, dan
nilai Run Time menjadi semakin lama seiring dengan penggunaan konsentrasi
fase gerak yang semakin kecil konsentrasinya.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut maka dalam analisa desain faktorial
digunakan 2 faktor yaitu waktu pembuatan dan kadar fase gerak yang
digunakan. Yang masing – masing faktor memiliki 2 level yaitu 50% dan 60%
untuk kadar fase gerak yang digunakan dan perdua minggu dan perempat
minggu waktu pembuatan dari fase gerak. Penggunaan kedua faktor ini
berkaitan dengan pengeluaran biaya (cost) dalam pembuatan fase gerak agar
menjadi lebih sedikit. Fase gerak yang dibuat dengan kadar yang lebih tinggi
akan memerlukan volume Metanol murni yang semakin banyak sedangkan
harga dari Metanol murni adalah Rp 375 per’ml, dan waktu pembuatan fase
gerak yang dibuat sesuai kedatangan sampel perbulan menghasilkan biaya man
hours yang tinggi karena jumlah rata – rata kedatangan sampel perbulan adalah
enam kali dan fase gerak harus dibuat enam kali juga. Sehingga biaya yang
dikeluarkan perusahaan akan semakin banyak, oleh karena itu improvement
pada pembuatan fase gerak perlu diterapkan melalui meotde desain
eksperimen.
Kemudian, dipilih variabel yang terikat yaitu hasil Run Time yang
dihasilkan berdasarkan analisa kadar zat aktif yang dilakukan selama
penelitian. Run Time mendeskripsikan berapa lama waktu yang dibutuhkan
senyawa untuk dianalisa oleh mesin HPLC. Run time digunakan sebagai
variabel dependen karena waktu run time memiliki keterikatan dengan
konsentrasi fase gerak yang digunakan, dimana apabila digunakan fase gerak
dengan konsentrasi yang lebih rendah akan menghasilkan nilai run time yang
semakin lama. Sedangkan waktu pembuatan fase gerak yang semakin lama
juga akan menghasilkan nilai run time yang lama juga.
3.4.3 Data Evaluasi Biaya Material dan Man Hours
Pengumpulan data lainnya berdasarkan cost dari biaya material dan man
hours yang dikeluarkan dalam pembuatan fase gerak. Di dalam
penggunaannya, fase gerak dibuat setiap kali analisa dilakukan. Hal ini
menyebabkan pemborosan dalam penggunaan material dan bahan untuk
membuat fase gerak. Dalam mengkaji biaya proses pembuatan fase gerak
berdasarkan material dan bahan, maka diperlukan studi mengenai biaya dari
proses pembuatan fase gerak. Material utama dalam pembuatan fase gerak di
laboratorium adalah pereaksi Metanol, Air Dimeneralisasi, dan membran filter
0,2µm. Sedangkan dalam hal man hours, data didapatkan melalui uji analisa
time study. Yaitu dengan mengukur waktu kerja yang dibutuhkan untuk
pembuatan fase gerak. Melalui time study diperoleh data berapa lama waktu
yang dibutuhkan untuk analis membuat fase gerak Metanol 60%.
3.5 Analisis Data dan Perbaikan
Data yang telah dikumpulkan kemudian diolah untuk menemukan solusi
perbaikan , dengan langkah - langkah sebagai berikut :
1) Data kedatangan sampel Januari – Desember 2016 distratifikasi dengan
jumlah paling banyak adalah sampel semisolid. Kemudian data sampel
semisolid distratifikasi kembali untuk didapatkan sampel yang paling
tinggi frekuensi kedatangannya.
2) Membuat diagram fishbone / diagram tulang ikan untuk mengidentifikasi
dan mengorganisasi faktor-faktor penyebab yang mungkin terjadi dari
suatu efek spesifik yang kemudian didapatkan akar permasalahan
penyebabnya.
3) Hasil data yang telah distratifikasi , di analisis kembali, proses atau bagian
mana saja yang menyebabkan terjadinya pengeluaran cost / biaya berlebih.
Selanjutnya dibuatkan option solution terkait proses optimalisasi cost
/hbiaya penggunaan fase gerak. Berdasarkan option solution yang
diperoleh kemudian dianalisis kembali, apa saja keuntungan yang didapat
jika mengimplementasikan option tersebut serta action yang harus
dilakukan untuk menyempurnakan option tersebut.
4) Setelah dipilih satu option solution untuk proses simplifikasi optimalisasi
cost / biaya penggunaan fase gerak, maka langkah selanjutnya akan
dilakukan Desain Eksperimen dan Evaluasi hasil. Desain eksperimen yang
akan dilakukan yaitu Rangkaian Acak Lengkap (RAL). Menggunakan 2
faktor yaitu konsentrasi fase gerak dan waktu pembuatan fase gerak
dengan variabel dependen berupa hasil run time yang akan mengalami
replikasi sebanyak 3 kali.
5) Kemudian dilakukan evaluasi pengeluaran cost / biaya berdasarkan biaya
material pembuatan dan biaya man hours pembuatan fase gerak sebelum
improvement dan sesudah improvement dengan menggunakan skala
pembuatan fase gerak per 2 minggu dan per 4 minggu.
6) Kemudian untuk menjamin agar perbaikan dapat dilakukan secara
berkelanjutan oleh peronel laboratorium, diperlukan peninjauan dan
memodifikasi intruksi kerja sebelum improvement dengan membuat
intruksi kerja baru mengenai pembuatan fase gerak Metanol agar hasil dari
improvement yang sudah dilakukan dapat diimplementasikan di area kerja
laboratorium.
BAB VI
DATA DAN ANALISIS
4.1 Pengumpulan Data
4.1.1 Identifikasi dan Stratifikasi Masalah
Berdasarkan proses observasi yang dilakukan melalui diskusi langsung
dengan personel laboratorium, maka didapatkan beberapa masalah yang sering
terjadi, yaitu :
1) Waktu release produk yang tidak sesuai dengan deadline pelepasan produk,
2) Kurangnya pengawasan stock out dari reagent yang biasa digunakan,
3) Adanya kekurangan alat gelas yang digunakan,
4) Adanya kekurangan beberapa alat instrument yang digunakan,
5) Banyaknya sisa fase gerak yang terbuang.
Dari kelima permasalahan yang ada, kemudian dibuat diagram pareto
mengenai masalah apa yang paling berpengaruh besar untuk melakukan
perbaikan berkelanjutan dengan mereduce biaya (cost) yang ada di
laboratorium PT. XYZ Pharmaceuticals. Dalam hal ini digunakan diagram
pareto dalam menentukan jenis permasalahan yang paling dominan dan
permasalahan yang memerlukan penanganan terlebih dahulu. Masing - masing
masalah diberikan nilai untuk membentuk diagram pareto. Dalam pemberian
nilai ini, dilakukan brainstorming antara analis yang bekerja di laboratorium
PT. XYZ Pharmaceuticals. Berikut ini merupakan nilai untuk masing – masing
permasalahan :
Tabel 4.1 Penilaian Identifikasi Masalah
No Jenis Masalah Frekuensi Urgensi Dampak
Negatif Total
1 Waktu Release 2 2 3 7
2 Stock Out Reagen 1 3 1 5
3 Kekurangan Alat Gelas 1 2 1 4
4 Kekurangan Alat
Instrumen 1 1 1 3
5 Sisa Fase Gerak Banyak
Terbuang 3 3 2 8
Sumber : Data Penelitian
Berdasarkan tabel 4.1 penilaian permasalahan diatas, permasalahan sisa fase
gerak banyak terbuang merupakan permasalahan yang memiliki nilai yang
paling tinggi. Penilaian ini didasarkan pada 3 faktor yaitu frekuensi timbulnya
permasalahan, nilai urgensi dari permasalahan, dan dampak yang dihasilkan
jika permasalahan tidak segera diselesaikan. Penilaian didasarkan pada nilai 3,
2, 1 dimana masing – masing nilai memberikan arti 3 = dinilai tinggi dalam
segipenghematan sehingga harus segera diselesaikan, 2 = dinilai sedang dalam
segi penghematan tetapi tetap harus diselesaikan, 1 = rendah dari segi tingkat
penghematan sehingga tidak apa – apa bila tidak segera diselesaikan, tetapi
tetap harus diselesaikan. Dari hasil pemberian nilai ini maka selanjutnya dibuat
diagram pareto. Diagram pareto dari permasalahan – permasalahan yang ada
di laboratorium adalah :
Sumber : Data Penelitian
Gambar 4.1 Diagram Pareto Permasalahan
0,0010,0020,0030,0040,0050,0060,0070,0080,0090,00100,00
0
8
16
24
Sisa Fase GerakBanyak Terbuang
Waktu Release Stock Out Reagen Kekurangan AlatGelas
Kekurangan AlatInstrumen
Tota
l pe
nila
ian
mas
alah
Jenis masalah
Masalah QC
Total
% akumulasimasalah
Gambar 4.1 menggambarkan grafik yang paling tinggi adalah banyaknya
sisa fase gerak yang terbuang. Sisa fase gerak menjadi permasalahan utama
karena, ditinjau dari frekuensi kedatangan sampel yang tinggi menyebabkan
seringnya analisa produk menggunakan fase gerak, penggunaan fase gerak
yang digunakan dapat menyebabkan tingginya volume limbah yang dihasilkan
dari kegiatan analisa di laboratorium. Selain meningkatkan volume limbah
laboratorium, sisa fase gerak yang banyak terbuang dapat meningkatkan man
hours dari analis menjadi tinggi, hal ini dapat terjadi karena adanya waktu
tambahan yang diperlukan untuk membuat fase gerak setiap kali melakukan
analisa, sehingga tidak dapat memanfaatkan waktu kerja dengan baik.
Setelah mengetahui permasalahan paling tinggi di Laboratorium, maka
dilakukan identifikasi produk apakah yang paling besar menyebabkan
tingginya volume fase gerak yang dibuang. Terdapat 3 macam sediaan sampel
produk yang dianalisa di laboratorium PT XYZ Pharmaceuticals, yaitu sampel
semisolid, solid dan solution. Ketiga sediaan sampel tersebut setiap harinya
dilakukan analisa uji secara fisika dan kimia untuk diketahui kualitasnya.
Untuk melakukan stratifikasi masalah digunakan data kedatangan sampel
laboratorium di tahun 2016. Pengamatan mulai dilakukan dengan melihat
frekuensi kedatangan sampel menggunakan alat bantu check list. Berdasarkan
data penerimaan sampel dari bulan Januari - Desember tahun 2016, sampel
semisolid adalah sampel yang paling sering dianalisis oleh laboratorium PT.
XYZ Pharmaceuticals dengan jumlah 315 sampel, kemudian menyusul sampel
dengan sediaan solid sebanyak 100 sampel, dan sampel solution sebanyak 34
sampel. Data sampel lengkap di lampiran 1 dan 2.
Sumber data : Data Penelitian
Gambar 4.2 Diagram Sampel dengan Tingkat Kedatangan Tertinggi
Setelah mengetahui jumlah sampel dengan sediaan semisolid adalah yang
paling tinggi, maka identifikasi dilakukan kembali dari 315 sampel semisolid
yang datang. Berdasarkan jumlah 315 sampel semisolid, diketahui dengan
nama J adalah yang paling sering dianalisa oleh analis, dan sampel produk J ini
juga dianalisa bahan bakunya yaitu Hydroquinon dan memiliki frekuensi
kedatangan yang sama tinggi dengan produk jadi J. Maka berdasarkan analisa
identifikasi masalah, didapatkan permasalahan bahwa sampel dengan nama
produk J yang memiliki kandungan bahan aktif Hydroquinon adalah sampel
yang paling sering dianalisa.
4.1.2 Penentuan Sebab Akibat
Dalam menentukan akar dari permasalahan yang ada, maka dibuat
diagram fish bone atau biasa disebut juga diagram Ishikawa. Pembuatan
diagram sebab akibat ini dimaksudkan untuk mengetahui faktor- faktor
penyebab dan karakteristik kualitas yang disebabkan oleh faktor-faktor
penyebab sehingga dapat teridentifikasi dengan baik. Menggunakan 6 faktor
dalam pembuatan diagram sebab akibat yaitu faktor Environment digunakan
untuk mengidentifikasi
0
50
100
150
200
250
300
350
Solid Semisolid Liquid
Jenis Sediaan
Jum
lah
Bat
ch
Sisa Fase Gerak Banyak Terbuang
Pengaruh lingkungan dan penggunaan fasilitas atau ruangan di
laboratorium PT. XYZ Pharmaceuticals, faktor Machine dan Equipment
digunakan untuk mengidentifikasi penggunaan alat ukur dalam pembuatan fase
gerak yang menggunakan Metanol murni dan dihomogenkan menggunakan air
demineralisasi komposisi antara keduanya haruslah pas agar didapatkan
Metanol dengan konsentrasi 60%, faktor Man digunakan untuk
mengidentifikasi personil-personil analis yang terlibat pada proses persiapan
pembuatan fase gerak Metanol, faktor Measurement digunakan untuk
mengidentifikasi pengukuran terhadap standar yang digunakan pada proses
persiapan pembuatan fase gerak Metanol, factor Material digunakan untuk
mengidentifikasi material yang digunakan untuk pembuatan fase gerak
Metanol apakah sudah sesuai atau tidak, dan faktor Method digunakan untuk
mengidentifikasi metode yang diterapkan dalam proses yang digunakan.
Berikut adalah fish bone atau diagram sebab akibat dari proses optimalisasi
penggunaan fase gerak Metanol 60% dalam analisa produk “J” dengan bahan
aktif Hydroquinon di PT. XYZ Pharmaceuticals :
Gambar 4.3 Diagram Tulang Ikan dari Permasalahan
4.2 Analisis Data dan Perbaikan
4.2.1 Analisis Statistik Deskriptif
Pada analisa uji deskriptif kali ini digunakan program software SPSS 22.
Berdasarkan data hasil pengujian yang telah didapat, data dibuat secara statistik
deskriptif menggunakan software SPSS dan berikut langkah-langkah serta
hasil nya :
1) Klik icon SPSS yang pada komputer,
2) Kemudian Varibel View di sebelah Data View
3) Isi tiap baris Varibel View dengan variabel-variabel yang akan dilakukan
pengujian
4) Kemudian kembali pada Data View, isi angka pada tiap-tiap variabel,
5) Klik Analyze, pilih Explore.
6) Kemudian pilih variabel yang digunakan, variabel yang terpilih masuk di
Dependent list dan Factor list.
7) Klik statistic. Sehingga akan muncul jendela seperti gambar 4.4.
Sumber : SPSS 22
Gambar 4.4 Explore Statistic dalam SPSS
8) Kemudian klik plot
Sumber : SPSS 22
Gambar 4.5 Explore Plots dalam SPSS
Menu boxplot, pilih factor level, variabel dependen.
Pada menu descriptive, pilih Histogram atau Stem and leaf
Untuk uji normalitas pilih Normality plot with tests
9) Kemudian pada menu Display, statistic, plot atau keduanya.
10) Kemudian ok.
Setelah semua langkah selesai diproses, maka tampilan intrepretasi hasil
analisis akan ditampilkan sebagai berikut :
Sumber : Hasil Penelitian
Gambar 4.6 Case Processing Summary
Berdasarkan gambar 4.6 didapatkan tampilan hasil data yang terbaca,
data yang hilang, dan jumlah keseluruhan data. Pada data hasil tersebut dapat
disimpulkan bahwa data ini sudah valid dan bisa dilanjutkan ke proses
selanjutnya.
Sumber : Hasil Penelitian
Gambar 4.7 Hasil Analisis Descriptive
Disini terdapat banyak informasi deskripsi dari veriabel yang digunakan:
Mean : Yaitu nilai rata-rata dari data penelitian yaitu 3,1983
95% confidence interval : Merupakan tingkat kepercayaan yang digunakan
dalam penelitian yaitu 95%.
Lower Bound merupakan batas bawah dari data yaitu 2,7045 dan
Upper bound adalah batas atas dari data yaitu 3,6922
Median : Merupakan nilai tengah dari data penelitian yaitu 3,200
Std. Deviation : Merupakan simpangan baku dari data penelitian yaitu
0,77731
Minimum : Merupakan nilai terendah dari data yaitu 2,15
Maximum : Merupakan nilai tertinggi dari data 4,25
Sumber : Hasi Penelitian
Gambar 4.8 Precentiles Analisis Descriptive
Gambar 4.8 diatas menjelaskan percentile dari data penelitian yang
dilakukan. Kemudian untuk mengetahui data yang paling tertinggi dan yang
paling terendah dari data penelitian, perhatikan gambar 4.9 dibawah ini :
Sumber : Hasil Penelitian
Gambar 4.9 Extreme Values Analisis Descriptive
Gambar 4.9 menunjukkan bahwa nilai 4,25 menjadi nilai yang paling
tinggi yang pernah didapatkan saat penelitian, sedangkan nilai paling rendah
adalah 2,15.
4.2.2 Analisis Uji Normalitas
Uji normalitas data adalah uji yang dilakukan secara statistik untuk
mengetahui kenormalan suatu distribusi data. Uji normalitas data penting untuk
diketahui karena berkaitan dengan ketepatan pemilihan metode uji statistik
yang akan dipergunakan. Terdapat beberapa teknik yang umum untuk
digunakan dalam menguji normalitas data, antara lain yaitu uji Chisquare, uji
Lilifors, dan uji Kolmogrov Smirnov. Pada penelitian kali ini digunakan uji
Kolmogrov Smirnov untuk mengetahui kenormalan distribusi data. Adapun
dasar – dasar yang digunakan dalam pengambilan keputusan uji normalitas
adalah :
H0 : Menyatakan data terdistribusi dengan normal
H1 : Menyatakan data terdistribusi tidak normal
Sumber : Hasil Penelitian
Gambar 4.10 Hasil Uji Normalitas Data
Berdasarkan interpretasi hasil analisa kenormalan data menggunakan
SPSS 22 didapatkan kesimpulan bahwa data terdistribusi degan normal. Hal ini
dapat dilihat berdasarkan nilai kolom sig yang dihasilkan. Pada gambar 4.10
dapat dilihat nilai sig yang diperoleh adalah 0.079. Nilai sig 0.079 > dari α yaitu
0,05. Nilai sig tersebut menyatakan bahwa H1 ditolak dan H0 diterima
4.2.3 Analisis Uji Homogenitas
Uji homogenitas data digunakan untuk menyatakan bahwa data
pengamatan berasal dari populasi yang memiliki variansi yang sama. Uji
homogenitas dilakukan sebagai salah satu syarat dalam melakukan analisis
independent sampel T-Test dan Anova. Dasar yang digunakan dalam
pengambilan keputusan uji homogenitas adalah :
H0 : Menyatakan varian data dari dua atau lebih kelompok populasi adalah
sama
H1 : Menyatakan varian data dari dua atau lebih kelompok populasi tidak
Sama
Setelah dilakukan analisa uji homogenitas menggunakan SPSS maka diperoleh
intrepretasi seperti pada gambar 4.11 :
Sumber : Hasil Penelitian
Gambar 4.11 Hasil Uji Homogenitas Data
Berdasarkan hasil intrepertasi data, dapat diketahui nilai sig yang
diperoleh adalah 0,868 yang apabila dibandingkan dengan nilai α = 0,05 maka
dapat disimpulkan nilai sig 0,868 > dari α = 0,05 yang menandakan bahwa
kedua kelompok data mempunyai varian yang sama karena hipotesis H0 dapat
diterima dan H1 ditolak. Nilai angka Levene Statistic menunjukkan bila
semakin besar nilai sig yang didapat maka semakin besar homogenitanya.
4.2.4 Desain Faktorial
Desain faktorial biasa digunakan dalam percobaan desain eksperimen
yang melibatkan beberapa variabel faktor dalam penelitiannya, dimana di
dalamnya penting dikaji efek bersama dari variabel faktor-faktor tersebut pada
respon. Desain faktorial 2k secara khusus berguna dalam tahapan awal suatu
eksperimen, ketika terdapat banyak faktor yang harus diinvestigasi. Desain ini
memberikan banyak pengujian terkecil dengan k faktor yang dapat dikaji
dalam desain faktorial lengkap. Pada penelitian kali ini digunakan k faktor
yang masing-masing memiliki 2 taraf atau level. Taraf atau level dapat berupa
kuantitatif : konsentrasi fase gerak (%), waktu run time (second) maupun
kualitatif : waktu pembuatan fase gerak (2 minggu – 4 minggu). Asumsi dalam
hal ini adalah :
faktor tetap
desain random
asumsi normal terpenuhi
Kombinasi perlakuan, diulang 3 kali.
Data yang diperoleh berdasarkan analisa standar produk yang dilakukan
dengan 2 faktor yaitu fase gerak dengan kadar 50% dan 60%. Kemudian faktor
lainnya yang digunakan adalah waktu pembuatan dari fase gerak itu sendiri
yaitu selama 2 minggu dan 4 minggu. Sedangkan variabel respon yang
dilakukan adalah hasil Run Time yang didapat berdasarkan kombinasi. Berikut
ini adalah data analisa yang diperoleh :
Faktor A low (-) adalah konsentrasi 50%, sedangkan A high (+) adalah
konsentrasi 60%
Faktor B low (-) adalah waktu pembuatan selama per’dua minggu,
sedangkan B high (+) adalah waktu pembuatan selama per’empat minggu.
Tabel 4.2 Desain Faktorial 2 Faktor
Faktor Treatment
Combination
Replikasi Total
A B I II III
- - A low, B low 3,58 4,10 3,85 11,53
+ - A high, B low 2,51 2,35 2,47 7,33
- + A low, B high 4,25 3,91 3,78 11,94
+ + A high, B high 2,61 2,82 2,51 7,94 Sumber : Data Penelitian
Apabila dilakukan analisa secara geometrik, didapatkan gambar :
Sumber : Hasil Penelitian
Gambar 4.12 Analisa Secara Geometrik
Melalui notasi diatas, maka kombinasi perlakuan telah ditulis sebagai (1),
a, b, dan ab yang berarti :
(1) digunakan pada kombinasi yang low-low dimana menyatakan perlakuan
yang terjadi karena taraf rendah faktor A dan taraf rendah faktor B
a menyatakan kombinasi taraf high-low : dimana taraf tinggi faktor A dan
taraf rendah faktor B dinotasikan dengan huruf kecil faktor yang high.
b menyatakan kombinasi taraf high-low : dimana taraf rendah faktor A dan
taraf tinggi faktor B dinotasikan dengan huruf kecil faktor yang high.
ab digunakan pada kombinasi taraf yang keduanya high - high yaitu taraf
tinggi faktor A dan taraf tinggi faktor B.
Setelah mengetahui gambar segiempat hasil eksperimen secara geometrik,
dilakukan perhitungan efek utama dan efek interaksi. Efek utama adalah efek
suatu faktor dengan indikator adanya perubahan respon sebagai akibat adanya
perubahan taraf faktor . Interaksi faktor A dan faktor B terjadi jika selisih
respon di antara taraf – taraf satu faktor tidak sama pada semua taraf faktor –
faktor lainnya.
Pengaruh Utama Faktor A :
𝐴 = 1
2. 𝑟[𝑎𝑏 + 𝑎 − 𝑏 − (1)] =
1
2 𝑥 3⌈7,94 + 7,33 − 11,94 − (11,53)⌉
== −1,3667 Efek A negatif artinya penggunaan konsentrasi fase gerak metanol
yang semakin pekat, akan semakin menurunkan nilai hasil Run Time, hal
ini terjadi karena fase gerak yang memiliki konsentrasi lebih pekat, peak
dari sampel akan didapat lebih cepat sehingga run Time akan semakin
menurun.
Pengaruh Utama Faktor B :
𝐵 = 1
2. 𝑟[𝑎𝑏 + 𝑏 − 𝑎 − (1)]
= 1
2 𝑥 3⌈7,94 + 11,94 − 7,33 − (11,53)⌉ = 0,17
Efek B positif artinya dengan peningkatan B dari level low ke level high
akan semakin lama meningkatkan Run Time yang diperoleh hal ini terjadi
karena semakin lama penggunaan fase gerak, alkohol yang terkandung akan
menguap terus – menerus sehingga Run Time akan bertambah.
Pengaruh Interaksi AB :
𝐴𝐵 = 1
2. 𝑟[𝑎𝑏 + (1) − 𝑎 − 𝑏]
= 1
2 𝑥 3⌈7,94 + (11,53) − 7,33 − 11,94⌉ = 0,0333
Nilai efek AB yang didapat kecil sehingga dapat diasumsikan
pengaruh interaksi yang terjadi relatif kecil
4.2.5 Analisis Statistik Uji Analysis of Varian ( Anova )
Pada penelitian kali ini digunakan Anova Dua Jalur. Analisis Dua Jalur
Anova adalah teknik analisa data yang digunakan untuk menganalisa varian
suatu variabel respon yang dipengaruhi oleh 2 variabel faktor. Faktor yang
digunakan dalam analisa ini adalah data yang tersiri atas beberapa kelompok
kategori data. Anova dua jalur digunakan dalam menguji apakah popolasi data
memiliki rataan yang sama. Setelah melakukan langkah-langkah untuk
menentukan ANOVA dengan menggunakan software SPSS 22 maka diperoleh
hasil output SPSS viewer sebagai berikut :
Sumber : Hasil Penelitian
Gambar 4.13 Hasil Uji Descriptive Anova
Dari gambar 4.13 hasil uji Descriptive Statistic di atas, kita bisa menilai
rata-rata hasil run time dalam analisa standar berdasarkan variabel
waktu_pembuatan dan kadar_fase_gerak didapatkan nilai rata-rata hasil run
time dengan penggunaan kadar Metanol 50% dengan waktu pembuatan 4
minggu memiliki nilai yang tinggi, dan nilai rata-rata hasil run time dengan
penggunaan kadar Metanol 50% dengan waktu pembuatan 4 minggu memiliki
nilai yang tinggi juga. Sedangkan kebalikannya, didapatkan nilai rata-rata hasil
run time dengan penggunaan kadar Metanol 60% dengan waktu pembuatan 2
minggu memiliki nilai yang rendah, dan nilai rata-rata hasil run time dengan
penggunaan kadar Metanol 60% dengan waktu pembuatan 4 minggu memiliki
nilai yang rendah juga
Sumber : Hasil Penelitian
Gambar 4.14 Hasil Uji Homogenitas Anova
Gambar 4.14 menunjukkan tabel Levene's Test yang digunakan dalam
menilai uji homogenitas variabel. Berdasarkan hasil intrepretasi data
didapatkan nilai sig 0,782. Nilai sig tersebut > 0,05 yang menyatakan bahwa
varian data antar kelompok adalah homogen.
Sumber : Hasil Penelitian
Gambar 4.15 Hasil Uji Two Way Anova
Berdasarkan gambar 4.15 di atas, digunakan taraf signifikan α = 0.05.
Untuk memperoleh hasil, kita harus mengasumsikan terlebih dahulu asumsi
untuk H0 dan asumsi untuk H1.
Pada Faktor fase gerak diasumsikan :
H0 : Terdapat hasil nilai Run Time yang tidak berbeda signifikan antara fase
gerak kadar 50% dan 60% yang digunakan.
H1 : Terdapat hasil nilai Run Time yang berbeda signifikan antara fase gerak
kadar 50% dan 60% yang digunakan
Diperoleh nilai Sig untuk Kadar_Fase_Gerak sebesar 0.000 < α = 0.05.
Hasil analisa data menunjukkan Ho ditolak.
Pada faktor Waktu_Pembuatan diasumsikan :
H0 : Terdapat hasil nilai Run Time yang tidak berbeda signifikan antara
pembuatan fase gerak yang dibuat per’dua minggu dengan per’empat
minggu
H1 : Terdapat hasil nilai Run Time yang berbeda signifikan antara pembuatan
fase gerak yang dibuat per’dua minggu dengan per’empat minggu
Diperoleh nilai Sig sebesar 0.095 > α = 0.05. Hasil analisa data
menunjukkan Ho diterima.
Dan untuk hasil analisa data interaksi antara Kadar_Fase_Gerak dan
Waktu_Pembuatan diasumsikan :
H0 : Terdapat hasil nilai Run Time yang tidak berbeda signifikan antara
Interaksi antara Kadar Fase Gerak Metanol yang digunakan dengan
Waktu Pembuatan Fase Gerak yang digunakan
H1 : Terdapat hasil nilai Run Time yang berbeda signifikan antara Interaksi
Kadar Fase Gerak Metanol yang digunakan dengan Waktu Pembuatan
Fase Gerak yang digunakan
Diperoleh nilai Sig sebesar 0.465 > α = 0.05 yang berarti Ho diterima.
Corrected Model : Pengaruh Semua Variabel independen. Didapatkan
nilai Sig 0.000 < α = 0.05 menunjukkan bahwa model valid.
Intercept : Nilai perubahan variabel dependen tanpa perlu dipengaruhi
keberadaan variabel independen, artinya tanpa ada pengaruh variabel
independen, variabel dependen dapat berubah nilainya. Didapatkan
nilai Sig 0.000 < α = 0.05 menunjukkan intercept signifikan.
Kadar_Fase_Gerak : Adanya perbedaan Kadar_Fase_Gerak Metanol
yang signifikan pada kadar 50% dan kadar 60% yang digunakan
terhadap hasil Run Time yang diperoleh.
Waktu_Pembuatan : Tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada
Waktu Pembuatan Fase Gerak yang dibuat per 2 minggu atau per 4
minggu terhadap hasil Run Time yang diperoleh.
Kadar_Fase_Gerak* Waktu_Pembuatan : Interaksi antara Kadar
Fase Gerak Metanol yang digunakan dengan Waktu Pembuatan Fase
Gerak yang digunakan tidak teruji secara signifikan, maka untuk itu
analisis lanjutan perbandingan ganda tidak dilakukan.
Berdasarkan hasil analisa data eksperimen secara Anova diketahui bahwa
terdapat perbedaan yang signifikan antara kadar fase gerak yang digunakan
yaitu 50% dan 60% dan untuk waktu pembuatan fase gerak tidak terdapat
perbedaan yang signifikan antara pembuatan fase gerak Metanol yang dibuat
per 2 minggu dengan pembuatan fase gerak Metanol yang dibuat per 4 minggu.
Penggunaan kadar fase gerak Metanol 50% dengan penggunaan fase gerak
yang dibuat per 2 minggu maupun per 4 minggu menghasilkan Run Time yang
lebih lama, sedangkan penggunaan kadar fase gerak Metanol 60% dengan
penggunaan fase gerak yang dibuat per 2 minggu maupun per 4 minggu
menghasilkan Run Time yang lebih cepat. Sehingga jika dibandingkan, maka
dipilih taraf kadar 60% dengan pembuatan fase gerak per 2 minggu maupun
per 4 minggu sebagai kondisi terbaik untuk melakukan improvement di
laboratorium.
Diagram Plot digunakan untuk melihat apakah terdapat interaksi yang
terjadi antar variabel. Diagram plot tidak dapat dijadikan sebagai suatu acuan
yang valid karena diagram plot hanya dapat memberikan gambaran tentang
terjadi atau tidaknya efek interaksi antar variabel. Berdasarkan hasil analisa
data uji Analysis Of Variance Anova, didapatkan diagram plot seperti dibawah
ini :
Sumber : Hasil Penelitian
Gambar 4.16 Diagram Plot
Gambar 4.16 di atas menunjukkan diagram plot yang menggambarkan
ada ketidak sejajaran garis, sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa dicurigai
tidak ada efek interaksi. Garis sejajar ini menunjukkan bahwa hasil runtime
yang baik ditunjukkan paling bagus pada konsentrasi 60% namun interaksi
antar waktu pembuatan tidak berpengaruh.
4.3 Evaluasi Hasil
Berdasarkan hasil analisis data melalui metode desai eksperimen secara
Anova diketahui bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara kadar yang
digunakan untuk fase gerak, semakin tinggi kadar fase gerak yang digunakan
maka akan semakin mempercepat hasil Run Time, sedangkan tidak terdapat
perbedaan yang signifikan antara skala pembuatan fase gerak Metanol.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa dipilih taraf kadar fase gerak 60% dengan
pembuatan fase gerak per 2 minggu maupun per 4 minggu sebagai kondisi
terbaik untuk melakukan improvement di laboratorium.
Namun, tujuan utama dari improvement ini adalah untuk mengetahui cost
(biaya) pembuatan fase gerak mana yang menghasilkan cost (biaya) lebih kecil
antara pembuatan per 2 minggu dengan fase gerak yang dibuat per 4 minggu.
Untuk meyakinkan taraf dengan hasil cost (biaya) yang terkecil, maka
dilakukan evaluasi kembali berdasarkan pengeluaran cost (biaya) melalui
evaluasi pengeluaran biaya material, dan evaluasi man hours pembuatan fase
gerak.
4.3.1 Evaluasi Pengeluaran Biaya Material Pembuatan Fase Gerak
Untuk mengetahui volume yang harus dibuat per4 minggu maka dilakukan
perhitungan forecasting penggunaan fase gerak metanol 60 % yang digunakan
selama 12 bulan. Data penggunaan fase gerak ini diambil berdasarkan pada
data tahun lalu, yaitu tahun 2016. Diasumsikan, setiap satu sampel
menggunakan ± 300 ml.
Tabel 4.3 Perhitungan Jumlah Sampel Perbulan
Bulan Sampel Fase Gerak (ml)
Januari 5 1500
Februari 6 1800
Maret 4 1200
April 6 1800
Mei 7 2100
Juni 5 1500
Juli 6 1800
Agustus 7 2100
September 8 2400
Oktober 5 1500
November 7 2100
Desember 6 1800
Jumlah 72 21600
Rata2 6 1800
Sumber : Data Penelitian
Diperoleh jumlah volume yang harus dibuat diawal minggu untuk
penggunaan 1 bulan analisa adalah sebanyak 1850 ml. 50 ml ditambahkan
untuk melindungi probe HPLC agar tidak kering. Sedangkan, untuk
mengetahui berapa ml volume yang harus dibuat analis jika pembuatan fase
gerak dengan skala per’dua minggu sekali adalah sebagai berikut :
Tabel 4.4 Perhitungan Jumlah Sampel Per'2 Minggu
Bulan Sampel Fase Gerak (ml)
Januari 2 600
3 900
Februari 3 900
3 900
Maret 2 600
2 600
April 3 900
3 900
Mei 4 1200
3 900
Juni 3 900
2 600
Juli 3 900
3 900
Agustus 3 900
4 1200
September 4 1200
4 1200
Oktober 3 900
2 600
November 4 1200
3 900
Desember 3 900
3 900
Jumlah 72 21600
Rata2 3 900
Sumber : Data Penelitian
Berdasarkan hasil perhitungan forecasting diatas diperoleh jumlah volume
yang harus dibuat per’dua minggu sekali adalah sebanyak 950 ml 50 ml. Dalam
mengkaji total biaya proses yang harus dikeluarkan saat pembuatan fase gerak
berdasarkan material dan bahan, maka diperlukan studi mengenai biaya masing
– masing material yang digunakan dalam proses pembuatan fase gerak. Berikut
ini merupakan rincian biaya material tahun 2016 yang ada di laboratorium PT.
XYZ Pharmaceuticals :
Tabel 4.5 Daftar Harga Material Fase Gerak
Harga Methanol 100% per 4L : Rp 1.500.000,-
Harga Methanol per mL : Rp 375,-
Harga Air Demineralisasi per 1L : Rp 5.000,-
Harga Air Demineralisasi per 1mL : Rp 5,-
Membran Filter 0,2µm (100 pcs) : Rp 1.000.000,-
Membran Filter 0,2µm (1 pcs) : Rp 10.000,-
Sumber : Data Penelitian
Dalam mengevaluasi harga masing – masing material, maka dianalisa
harga terkecil dari total harga material. Untuk harga material Metanol 100%
satu botolnya berisi volume ± 4 liter, maka untuk didapatkan harga material
Metanol 100% dalam volume 1 ml adalah Rp 1.500.000,- dibagi dengan 4000
ml (karena dalam 1 botol pereaksi berisi 4 Liter yang setara dengan 4000 ml)
maka didapatkan harga per’volume ml Metanol 100% Rp 375,-
Untuk harga material Air Dimeneralisasi didapatkan harga material air
Dimeneralisasi dalam 1 liter adalah Rp 5.000,- maka untuk mengetahui harga
air dimineralisasi dalam volume 1 ml adalah Rp 5.000,- dibagi dengan 1000 ml
(karena dalam 1 Liter setara dengan 1000 ml) maka didapatkan harga
per’volume 1 ml Air Dimeneralisasi adalah Rp 5,-
Untuk harga material Membran Filter 0,2µm 1 pack adalah Rp 1.000.000,-
. Untuk 1 pack Membran Filter 0,2µm berisi 100 pcs. Maka, untuk mengetahui
harga per;embar material Membran Filter 0,2µm adalah dengan membagi Rp
1.000.000,- dengan 100 pcs dan didapatkan harga perlembar Rp 10.000,-
Tabel 4.6 Total Biaya Material Sebelum dan Sesudah Improvement
Penggunaan
Material
Sebelum
Improvement
Per ( 2 + 2)
minggu Per 4 minggu
Metanol Rp 675.000,- Rp 429.750,- Rp 420.750,-
Air
Dimeneralisasi Rp 6.000,- Rp 3.820,- Rp 3.740,-
Membran Filter Rp 60.000,- Rp 20.000,- Rp 10.000,-
Total Biaya Rp 741.000,- Rp 453.570,- Rp 434.490,-
Sumber : Hasil Penelitian
Berdasarkan tabel 4.6 diatas, dapat diketahui biaya material akan lebih
kecil dengan pembuatan fase gerak per’4 minggu. Untuk dapat
membandingkan jumlah total biaya material antara fase gerak yang dibuat
per’2 minggu dengan yang dibuat per’4minggu maka perhitungan pembuatan
material dibuat perskala 1 bulan. Dalam satu kali pembuatan fase gerak
sebelum improvement dibuat ± 500 ml Metanol 60%, karena hasil rata – rata
jumlah sampel perbulan melalui perhitungan forecasting adaah 6 sampel, maka
diperoleh jumlah volume fase gerak sebanyak 3.000 ml volume yang
dibutuhkan. Sedangkan untuk membuat fase gerak dengan volume 3000 ml
diperlukan Metanol 100% sebanyak 1800 ml Metanol dan dibutuhkan 1200 ml
Air Dimeneralisasi. Untuk biaya material Metanol adalah sebesar Rp 675.000,-
didapatkan dari 1800 ml x Rp 375,-. Sedangkan untuk biaya material Air
Dimeneralisasi yang dibutuhkan adalah Rp 6.000,- didapatkan dari 1200 ml air
dimeneralisasi x Rp 5,-. Dan untuk biaya material Membran Filter adalah Rp
60.000,- berdasarkan harga per membran filter Rp 10.000,- dikalikan dengan 6
kali rata – rata sampel. Sehingga apabila dikalkulasikan akan menghasilkan
total jumlah biaya sebesar Rp 741.000,-
Dalam upaya improvement pembuatan fase gerak per’dua minggu,
diperoleh jumlah volume fase gerak sebanyak ± 955 ml volume. Jumlah
volume ini dihasilkan berdasarkan perhitungan forecasting diatas. Sedangkan
untuk membuat fase gerak dengan volume 955 ml diperlukan Metanol 100%
sebanyak 573 ml Metanol dan dibutuhkan 382 ml Air Dimeneralisasi. Untuk
biaya material Metanol adalah sebesar Rp 214.875,- didapatkan dari 573 ml x
Rp 375,-. Sedangkan untuk biaya material Air Dimeneralisasi yang dibutuhkan
adalah Rp 1.910,- didapatkan dari 382 ml air dimeneralisasi x Rp 5,-. Dan
untuk biaya material Membran Filter adalah Rp 10.000,-. Sehingga apabila
dikalkulasikan akan menghasilkan total jumlah biaya sebesar Rp 226.785,-
yang kemudian dikalikan dengan 2 kali pembuatan dalam 1 bulan maka
didapatkan total jumlah biaya material sebesar Rp 453.570,-.
Dalam upaya improvement pembuatan fase gerak per’empat minggu,
diperoleh jumlah volume fase gerak sebanyak ± 1870 ml volume. Jumlah
volume ini dihasilkan berdasarkan perhitungan forecasting diatas. Sedangkan
untuk membuat fase gerak dengan volume 1.870 ml diperlukan Metanol 100%
sebanyak 1.122 ml Metanol dan dibutuhkan 748 ml Air Dimeneralisasi. Untuk
biaya material Metanol adalah sebesar Rp 420.750,- didapatkan dari 1.122 ml
x Rp 375,-. Sedangkan untuk biaya material Air Dimeneralisasi yang
dibutuhkan adalah Rp 3.740,- didapatkan dari 748 ml air dimeneralisasi x Rp
5,-. Dan untuk biaya material Membran Filter adalah Rp 10.000,-. Sehingga
apabila dikalkulasikan akan menghasilkan total jumlah biaya sebesar Rp
434.490,-.
Berdasarkan perhitungan diatas, maka dapat dipastikan efisiensi dalam
meminimalisasi total jumlah material dihasilkan pada proses pembuatan
material yang dilakukan per’empat minggu.
Sumber : Hasil Penelitian
Gambar 4.17 Grafik Perbandingan Biaya Material
Berdasarkan pengamatan diagram batang 4.17, selisih antara pembuatan
fase gerak per analisa dengan pembuatan fase gerak per 2 minggu sekali
menghasilkan Rp 287.430,- dan apabila dikonversikan menjadi % maka
didapatkan efisiensi pengurangan biaya (cost) pembuatan fase gerak sebesar
38.79%. Sedangkan selisih antara pembuatan fase gerak yang dibuat per 2
minggu sekali dengan pembuatan fase gerak per 4 minggu sekali menghasilkan
Rp 19.080,- dan apabila dikonversikan menjadi % maka didapatkan efisiensi
pengurangan biaya (cost) pembuatan fase gerak sebesar 4.21%. Selisih
efisiensi biaya material tertinggi terjadi antara fase gerak yang dibuat per
analisa dengan fase gerak yang dibuat per 4 minggu sekali. Selisih keduanya
menghasilkan pengurangan biaya sebesar Rp 306.510,- yang apabila
dikonversikan ke dalam % maka akan menhasilkan efisiensi sebesar 41.36%
Series10
200000
400000
600000
800000
peranalisa ( 2 + 2) minggu perbulan
Biaya Material Proses
38.79%
4.21%
41.36%
4.3.2 Evaluasi Pengeluaran Biaya Man Hours Pembuatan Fase Gerak
Untuk melakukan evaluasi pengeluaran biaya (cost) Man Hours yang
dikeluarkan PT XYZ Pharmaceuticals, dilakukan pengamatan Time Study pada
setiap proses yang dilakukan analis dalam membuat fase gerak Metanol.
Sebelum melakukan time study, perlu diketahui terlebih dahulu tahapan apa
saja yang dilakukan. Berikut ini merupakan tahapan proses yang dilakukan
oleh analis untuk membuat fase gerak Metanol :
1) Menuangkan Metanol 100% dengan volume (ml) yang sesuai perhitungan
V1.N1=V2.N2
2) Menuangkan, dan mengukur air dimeneralisasi dengan volume (ml) yang
sesuai perhitungan untuk mengencerkan Metanol 100% menjadi 60%
3) Homogenkan dengan mengaduk menggunakan pengaduk kaca larutan
Metanol 60% dengan air destilasi yang sudah diukur agar larutan homogen
4) Saring larutan fase gerak Metanol 60% menggunakan membran filter dan
pompa vakum
5) Masukkan larutan fase gerak Metanol 60% ke dalam botol khusus pereaksi
berisi fase gerak dan buat label penandaan pereaksi
6) Dihilangkan gelembung udara dengan alat ultrasonik
Dalam pengumpulan data evaluasi Man Hours, dilakukan dengan 4 orang
analis yang berbeda, kemudian tiap – tiap analis membuat fase gerak Metanol
60% dan tiap tahapannya diukur waktu menggunakan Stopwach. Pengambilan
data waktu dilakukan dalam 3 kali pengulangan sehingga diperoleh data waktu
pembuatan fase gerak Metanol 60% sesuai dengan data Lampiran Man Hours.
Berdasarkan data lampiran 7 Man Hours, diperoleh data rata – rata waktu
pembuatan fase gerak di bulan I 15.12 menit, pada bulan ke-2 diperoleh waktu
15.22 menit dan di bulan ke-3 diperoleh rata – rata waktu 15,27 menit
kemudian, rata – rata waktu ini dicari rata – rata nya kembali dan didapatkan
data seperti dibawah ini :
Tabel 4.7 Rata - rata Jumlah Waktu Pembuatan Fase Gerak
Pengeluaran Waktu
Data I 15,12
Data II 15,22
Data III 15,27
Total 45,61
Rata - Rata 15,2
Sumber : Data Penelitian
Setelah mengetahui rata – rata yang diperoleh melalui tabel 4.7 diatas
yaitu 15.2 menit. Kemudian diakumulasi dengan rata – rata penerimaan gaji
yang diperoleh dalam menit. Perhitungan untuk memperoleh jumlah gaji
permenit akan dijabarkan di bawah ini :
Tabel 4.8 Perhitungan Jumlah Gaji Permenit
Gaji Pokok / bulan = Rp 4.000.000,-
Gaji Pokok / menit = Rp 396,82,-
Rata - rata waktu yang dibutuhkan Membuat
Fase Gerak = 15,2 Menit
Sumber : Data Penelitian
𝐺𝑎𝑗𝑖 𝑝𝑜𝑘𝑜𝑘 𝑝𝑒𝑟′𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
= 𝐺𝑎𝑗𝑖 𝑃𝑜𝑘𝑜𝑘 𝑝𝑒𝑟𝑏𝑢𝑙𝑎𝑛
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ ℎ𝑎𝑟𝑖 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎 𝑥 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑗𝑎𝑚 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎
ℎ𝑎𝑟𝑖𝑥
𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡𝑗𝑎𝑚
=𝑅𝑝 4.000.000, −
21 ℎ𝑎𝑟𝑖 𝑥 8 𝑗𝑎𝑚ℎ𝑎𝑟𝑖
𝑥60 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
𝑗𝑎𝑚
= 𝑅𝑝 396,82 −/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
Berdasarkan perhitungan diatas, diperoleh jumlah rata – rata gaji yang
diterima permenit oleh analis adalah sebesar Rp 396,82,-. Kemudian jumlah
gaji ini dikalikan dengan rata – rata jumlah waktu yang dibutuhkan oleh analis
untuk membuat fase gerak.
Tabel 4.9 Jumlah Biaya Man Hours Pembuatan Fase Gerak
Berdasarkan data tabel 4.9 diatas, biaya man hours yang dikeluarkan oleh
analis sebelum Improvement adalah Rp 36.190,- jumlah rupiah ini didapatkan dari
:
Sebelum improvement : (waktu rata – rata Man Hours X rata – rata sampel
sebulan) X rata – rata gaji yang diterima. (15.2 menit X 6 sampel perbulan)
X Rp 396,82,- = Rp 36.190,-
Improvement dengan pembuatan sampel per 2 minggu : (waktu rata – rata
Man Hours X 2 kali pembuatan) X Rp 396,82,- = Rp 12.064,-
Improvement dengan pembuatan sampel per 1 bulan : (waktu rata – rata Man
Hours X 1 kali pembuatan) X Rp 396,82,- = Rp 6.032,-
Sebelum improvement, analis membuat fase gerak setiap diawal kegiatan
analisa. Sedangkan melalui perhitungan forecasting yang dilakukan rata – rata
kedatangan sampel perbulan adalah 6 sampel. Sehingga pada perhitungan
sebelum improvement data rata – rata waktu time study dikalikan dengan rata
– rata kedatangan sampel perbulan kemudian dikalikan kembali dengan rata –
rata biaya gaji analis permenit sehingga diperoleh jumlah Rp 36.190,-
Pada improvement pertama, analis membuat fase gerak setiap 2 minggu
sekali. Sehingga untuk mendapatkan nilai rupiah yang dikeluarkan oleh PT
XYZ Pharmaceuticals adalah dengan mengkalikan waktu rata – rata Man
Hours dikali 2 kali pembuatan. Kemudian dikalikan kembalikan kembali
dengan rata – rata biaya gaji analis permenit sehingga diperoleh jumlah Rp
12.064,-
Pada improvement kedua, analis membuat fase gerak setiap 1 bulan
sekali. Sehingga untuk mendapatkan nilai rupiah yang dikeluarkan oleh PT
XYZ Pharmaceuticals adalah dengan mengkkalikan waktu rata – rata man
Pengeluaran Sebelum
Improvement ( 2 + 2) Minggu Per 4 Minggu
Biaya Man Hours Rp 36.190,- Rp 12.064,- Rp 6.032,-
Sumber : Hasil Penelitian
hours dikalikan dengan 1 kali pembuatan. Kemudian dikalikan kembalikan
kembali dengan rata – rata biaya gaji analis permenit sehingga diperoleh
jumlah Rp 6.032,-
Sumber : Hasil Penelitian
Gambar 4.18 Grafik Perbandingan Biaya Man Hours
Berdasarkan pengamatan diagram batang diatas, selisih antara
pembuatan fase gerak per analisa dengan pembuatan fase gerak per 2 minggu
sekali menghasilkan Rp 24.126,- dan apabila dikonversikan menjadi % maka
didapatkan efisiensi pengurangan biaya (cost) pembuatan fase gerak sebesar
66.66%. Sedangkan selisih antara pembuatan fase gerak yang dibuat per 2
minggu sekali dengan pembuatan fase gerak per 4 minggu sekali menghasilkan
Rp 6.032,- dan apabila dikonversikan menjadi % maka didapatkan efisiensi
pengurangan biaya (cost) pembuatan fase gerak sebesar 50.00%
Selisih efisiensi biaya (cost) Man Hours tertinggi terjadi antara fase gerak
yang dibuat per analisa dengan fase gerak yang dibuat per 4 minggu sekali.
Selisih keduanya menghasilkan pengurangan biaya sebesar Rp 30.158,- yang
apabila dikonversikan ke dalam % maka akan menhasilkan efisiensi sebesar
83.33%
0
10000
20000
30000
40000
Peranalisa Per ( 2 + 2) minggu Per 4 minggu
Diagram Batang Total Biaya Man Hours
Bia
ya
Ma
n H
ou
rs (
Rp
)
83.33%
4.3.3 Evaluasi Hasil Limbah Fase Gerak
Selain dapat meminimalisasi biaya (cost) dari segi material dan man
hours, manfaat lain yang akan diperoleh oleh perusahaan melalui improvement
ini adalah semakin berkurangnya sisa limbah yang diperoleh dari proses
analisa. Data sisa limbah didapat dari hasil analisa yang dilakukan oleh
laboratoium dimana diasumsikan fase gerak Metanol yang digunakan untuk
analisa sebenarnya hanya memerlukan ± 300 ml saja :
a) Sebelum Improvement dibuat fase gerak ± 500 ml. Jumlah Volume fase
gerak ini diperoleh melalui IK analisa produk yang sudah ditetapkan dan
divalidasi oleh perusahaan dikurangi dengan jumlah volume kebutuhan
fase gerak yang sebenarnya yaitu 300 ml kemudian selisih antara keduanya
dikalikan dengan jumlah kedatangan sampel yaitu 6 sampel. Sehingga,
apabila dikalkulasikan didapatkan data hasi limbah sebelum improvement
adalah :
{(500 𝑚𝑙 − 300 𝑚𝑙) 𝑋 6} = 1200 𝑚𝑙 𝐿𝑖𝑚𝑏𝑎ℎ 𝐹𝑎𝑠𝑒 𝐺𝑒𝑟𝑎𝑘
b) Improvement dengan pembuatan sampel per 2 minggu dibuat fase gerak
sebanyak 950 ml berdasarkan perhitungan tabel. Pada 2 minggu pertama
diperoleh limbah sebanyak 48 ml dan pada minggu ke 4 didapatkan limbah
sebanyak 36 ml. Sehingga apabila dikalkulasikan diperoleh limbah
sebanyak 84 ml
48 𝑚𝑙 + 36 𝑚𝑙 = 84 𝑚𝑙 𝐿𝑖𝑚𝑏𝑎ℎ 𝐹𝑎𝑠𝑒 𝐺𝑒𝑟𝑎𝑘
c) Improvement dengan pembuatan sampel per 1 bulan dibuat fase gerak
sebanyak ±1850 ml berdasarkan perhitungan tabel 4.3. Diperoleh sisa
limbah fase gerak Metanol adalah sebanyak ± 79 ml.
Berdasarkan hasil analisa diatas maka diperoleh data keluaran limbah
sebelum dan sesudah analisa adalah sebagai berikut :
Tabel 4.10 Jumlah Volume Limbah Sebelum dan Sesudah Improvement
Analisa Sebelum
Improvement
Improvement
( 2 + 2) Minggu
Improvement
Per 4 Minggu
Sisa Hasil Limbah 1200 ml 84 ml 79 ml
Sumber : Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil analisa data pada tabel diatas, maka dibuat grafik
diagram batang sebelum dan sesudah improvement seperti gambar berikut :
Sumber : Hasil Penelitian
Gambar 4.19 Diagram Perbandingan Volume Limbah
4.3.3 Evaluasi Keseluruhan Hasil Improvement
Setelah melakukan evaluasi dari segi biaya material fase gerak, biaya
Man Hours pembuatan fase gerak, dan total volume limbah fase gerak sebelum
dan sesudah Improvement maka dibuat rekapitulasi keseluruhan data, dimana
pembuatan fase gerak per 4 minggu sekali akan memberikan minimalisasi
biaya sebesar . Sebelum improvement biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan
untuk membuat fase gerak sebesar Rp 777.190,- dengan menghasilkan volume
limbah sebanyak 1200 ml. Volume limbah ini diperoleh dari 200 ml limbah
0
200
400
600
800
1000
1200
1400
SebelumImprovement
( 2 + 2) Minggu Per 4 Minggu
Diagram Batang Keluaran Limbah
93.42%
0.60%
93.00%
yang dihasilkan per analisa sampel kemudian dikalikan dengan jumlah rata –
rata sampel perbulan yaitu 6 sampel.
Improvement dengan pembuatan fase gerak per’2 minggu sekali akan
memberikan minimalisasi biaya sebesar Rp 311.556,-. Hasil ini diperoleh dari
biaya sebelum improvement yaitu Rp777.190,- yang dikurangi dengan hasil
improvement sebesar Rp 465.634,-. Kemudian untuk volume limbah
didapatkan selisih antara sebelum improvemnet dengan improvement
pembuatan per 2 minggu sekali menghasilkan volume sebanyak 1.116 ml.
Improvemnet dengan pembuatan fase gerak per’4 minggu menghasilkan
minimalisasi biaya (cost) yang paling besar daripada improvemnt dengan
pembuatan per’2 minggu sekali. Selisih antara sebelum improvement dengan
sesudah improvement didapatkan selisih sebanyak Rp 440.552,-. Selisih ini
lebih besar dibandingkan dengan improvement yang dilakukan per’2 minggu.
Dan dilihat dari segi volume limbah, pembuatan fase gerak per’4 minggu
memberikan volume yang sedikit dibandingkan dengan pembuatan fase gerak
per’2 minggu yaitu sebanyak 79 ml. Maka berdasarkan hasil analisa evaluasi
setelah eksperimen desain, didapatkan waktu pembuatan terbaik untuk fase
gerak adalah pada pembuatan per’4 minggu sekali.
Tabel 1.11 Hasil Keseluruhan Improvement
Optimalisasi Sebelum Improvement
( 2 + 2) Minggu
Improvement
Per 4 Minggu Improvement
Biaya Material Rp 741.000,- Rp 453.570,- Rp 434.490,-
Biaya Man Hours Rp 36.190,- Rp 12.064,- Rp 6.032,-
Volume Limbah Fase Gerak 1200 ml 84 ml 79 ml
Sumber : Hasil Penelitian
4.4 Pembuatan IK (Intruksi Kerja) Baru
Setelah didapatkan hasil perbaikan yang paling efisien, maka agar
perbaikan dapat dilakukan secara berkelanjutan, diperlukan peninjauan seluruh
langkah kerja dan memodifikasi proses untuk implementasi berikutnya. Jika
tahapan ini sudah selesai, kita bisa mengulang proses ini dari awal kembali
untuk mencapai optimalisasi penggunaan bahan kimia yang lebih efisien.
Diharapkan kegiatan optimalisasi fase gerak dapat terus dilakukan menjadi
kegiatan yang wajib di laboratorium PT. XYZ Pharmaceuticals. Untuk
menjamin hal tersebut, maka hasil analisa pada tahap ini diimplementasikam
ke dalam Intruksi Kerja baru mengenai pembuatan fase gerak Metanol 60%.
Intruksi Kerja disini mencakup bagaimana proses pembuatan fase gerak
Metanol 60% yang akan dibuat untuk memenuhi kegiatan analisa sampel
laboratorium selama ± 1 bulan. IK Pembuatan Fase Gerak Metanol 60% di PT
XYZ Pharmaceuticals dapat dilihat pada lampiran 8.
Kemudian setelah dibuat IK baru oleh departemen QC, maka IK tersebut
haruslah divalidasi oleh team departement Validasi. Validasi merupakan suatu
proses yang dilakukan untuk membuktikan apakah suatu proses atau metode
dapat memberikan hasil yang konsisten dan sesuai dengan spesifikasi yang
sudah ditetapkan dan terdokumentasi dengan baik oleh perusahaan. Validasi
yang diterapkan pada IK baru adalah validasi proses dimana setiap proses yang
sudah dilakukan selalu mendapatkan hasil aktual yang konsisten dalam
memenuhi spesifikasi perusahaan. Validasi proses biasa dilakukan ketika
terdapat pembuatan produk baru, transfer process, dan perubahan proses yang
dapat mempengaruhi hasil analisa.
Setelah dilakukan validasi proses pada IK Pembuatan fase gerak
Metanol 60% yang baru, maka perlu adanya training tetang IK Pembuatan Fase
Gerak Metanol tekait dengan analis – analis yang bekerja di laboratorium, hal
ini dilakukan untuk mengaplikasikan IK baru ini agar dapat diimplementasi
secara berkelanjutan oleh analis – analis yang bekerja di laboratorium PT. XYZ
Pharmaceuticals. Dan untuk menjamin keberlangsungan pembuatan fase gerak
ini, maka dibuat log book yang berisi tanggal pembuatan fase gerak Metanol
60%. Setiap analis yang membuat fase gerak, haruslah mengisi tanggal
pembuatan, volume pembuatan pada log book tersebut.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisa dan pengamatan yang dilakukan di PT. XYZ
Indonesia, dapat disimpulkan :
1. Digunakan 2 faktor dan 2 level pada rangkaian acak lengkap (RAL) yang
digunakan melalui interpretasi hasil Run Time analisa produk
Hydroquinon. Didapatkan kombinasi treatment terbaik dalam
mengoptimalisasi penggunaan fase gerak Metanol dalam analisa produk
Hydroquinon adalah kombinasi treatment pada taraf kadar 60%.
Kombinasi ini didapat berdasarkan hasil pengujian ANOVA dua jalur
dimana terdapat perbedaan yang signifikan pada kadar fase gerak yang
digunakan, dan tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada waktu
pembuatan. Sehingga, dapat dipastikan kombinasi treatment terbaik
dengan menggunakan kadar fase gerak sebesar 60% yang dapat
menghasilkan nilai waktu Run Time yang sebentar.
2. Untuk mengetahui kombinasi waktu pembuatan fase gerak terbaik maka
dilakukan evaluasi biaya material dan Man Hours dalam pembuatan fase
gerak dan jumlah volume limbah yang dihasilkan. Berdasarkan evaluasi
diperoleh waktu terbaik untuk meminimalisasi biaya (cost) adalah per 4
minggu yang menghasilkan selisih cost yang memberikan minimalisasi
sebesar Rp 336.668,- dengan presentasi sebesar 43,32%.
5.2 Saran
Saran yang dapat diberikan terkait hasil analisa dan pengamatan dari
penelitian yang dilakukan ini adalah :
1. Dapat dilakukan penelitian lanjutan dengan penerapan desain eksperimen
menggunakan faktor dan level yang lebih banyak untuk mengetahui
potensi kombinasi yang lebih baik.
2. Dapat dilakukan kembali optimalisasi penggunaan fase gerak selain
Metanol dengan sampel produk lain, sehingga dapat memberikan
minimalisasi biaya (cost) yang dapat memberikan benefit yang lebih baik
pada perusahaan.
DAFTAR PUSTAKA
Sudjana. 2012. Desain dan Analisis Eksperimen Edisi IV. Bandung: Tarsito.
Suwanda. 2015. Desain Eksperimen untuk Penelitian Ilmiah. Bandung : Alfabeta.
Mitra, Amitava. 2018. Fundamentals of Quality Control and Improvement Third
Edition. Canada. John Wiley & Sons, Inc.
Ketrin, Rosi. Metrologi kimia : Peningkatan Kualitas dan Keamanan Pangan.
http://www.opi.lipi.go.id/data/1228964432/data/13086710321320151153
.makalah.pdf. Diunduh pada 10 Desember 2017 pukul 20:00 WIB.
Takeuchi, Yashito. 2006. Buku Teks Pengantar Kimia.
http://ashadisasongko.staff.ipb.ac.id/files/2012/02/Pengantar-Kimia.pdf.
Diunduh pada 10 Desember 2017 pukul 20:00 WIB.
Windarti, Tantri. 2014. Pengendalian Kualitas untuk Meminimasi Produk Cacat
Pada Proses Produksi Besi Beton.
https://ejournal.undip.ac.id/index.php/jgti/article/viewFile/7365/6016.
Diunduh pada 16 Desember 2017 pukul 11:00 WIB
Utomo, Dwi Priyo. 2011. Analisis Matematis dan Ekonomis Penggunaan Metanol
dan Etanol pada Kompor “HD”.
file:///C:/Users/ASUS/Downloads/531-724-3-PB.pdf. Diunduh pada 16
Desember 2017 pukul 11:00 WIB
AA Mas Putrawati Triningrat, Ni Made Kartika Rahayu, IB Putra Manuaba. 2010.
Visual Acuity of Methanol Intoxicated Patiens Before and After
Hemodialysis, Methylprednisolone and Prednisone Therapy.
http://journal.unair.ac.id/download-fullpapers-
JOI%20Vol%207%20No%204%20Des%202010%20(AA%20Mas%20Putrawa
ti).pdf. Diunduh pada 16 Desember 2017 pukul 11:00 WIB.
Ola Yemima, Darnah A. Nohe, Yuki Novia Nasution. 2014. Penerapan Peta
Kendali Demerit dan Diagram Pareto Pada Pengontrolan Kualitas Produksi
(Studi Kasus: Produksi Botol Sosro di PT. X Surabaya).
https://fmipa.unmul.ac.id/files/docs/14.[23]%20Jurnal%20Ola%20Yemima
%20Edit.pdf. Diunduh pada 24 Desember 2017 pukul 09:00 WIB.
Seltman, Howard J. 2015. Experimental Design and Analysis.
http://www.stat.cmu.edu/~hseltman/309/Book/Book.pdf. Diunduh pada 6
Januari 2018.
Houssem R. E. H. Bouchekara1, Mohamed Boucherma, Hicham Alla. 2011.
Interactive Implementation of Experimental Design Method-Application to
Engineering Optimal Design.
http://article.sapub.org/pdf/10.5923.j.ajcam.20110102.15.pdf. Diunduh
pada 13 Januari 2018.
W. Penny and R. Henson. 2006. Analysis of Variance.
http://www.fil.ion.ucl.ac.uk/~wpenny/publications/spm-book/anova.pdf.
Diunduh pada 13 Januari 2018.
Jeff Miller and Patricia Haden. 2006. Statistical Analysis with The General Linear
Model. www.otago.ac.nz/psychology/otago039309.pdf. Diunduh pada 13
Januari 2018.
Sahoo, Prasanna. 2013. Probability and Mathematical Statistics.
http://www.math.louisville.edu/~pksaho01/teaching/Math662TB-09S.pdf.
Diunduh pada 20 Januari 2018.
Stevianova. 2016. Intruksi Kerja Pembuatan Fase Gerak Metanol 60%. Cikarang :
PT Genero Pharmaceuticals.