PENERAPAN AJARAN KAUSALITAS TERHADAP TINDAK PIDANA …

22
PENERAPAN AJARAN KAUSALITAS TERHADAP TINDAK PIDANA YANG MENYEBABKAN HILANGNYA NYAWA ORANG (Studi Putusan Mahkamah Agung No. 1351 K/Pid/1988) JURNAL Di ajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat Guna Memperoleh gelar Sarjanah Hukum Oleh YOGI TRIYONO 130200274 DEPARTEMEN HUKUM PIDANA FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2017

Transcript of PENERAPAN AJARAN KAUSALITAS TERHADAP TINDAK PIDANA …

Page 1: PENERAPAN AJARAN KAUSALITAS TERHADAP TINDAK PIDANA …

PENERAPAN AJARAN KAUSALITAS TERHADAP TINDAK PIDANA

YANG MENYEBABKAN HILANGNYA NYAWA ORANG

(Studi Putusan Mahkamah Agung No. 1351 K/Pid/1988)

JURNAL

Di ajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat Guna

Memperoleh gelar Sarjanah Hukum

Oleh

YOGI TRIYONO

130200274

DEPARTEMEN HUKUM PIDANA

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2017

Page 2: PENERAPAN AJARAN KAUSALITAS TERHADAP TINDAK PIDANA …

PENERAPAN AJARAN KAUSALITAS TERHADAP TINDAK PIDANA

YANG MENYEBABKAN HILANGNYA NYAWA ORANG

(Studi Putusan Mahkamah Agung No. 1351 K/Pid/1988)

JURNAL

Di ajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat Guna

Memperoleh gelar Sarjanah Hukum

Oleh

YOGI TRIYONO

130200274

DEPARTEMEN HUKUM PIDANA

Disetujui oleh :

Ketua Departemen Hukum Pidana

Dr. M.Hamdan, SH.,MH.

NIP: 195703261986011001

Editor

Nurmalawaty, SH.,M.Hum

NIP: 196209071988112001

FAKULTAS HUKU

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2017

Page 3: PENERAPAN AJARAN KAUSALITAS TERHADAP TINDAK PIDANA …

i

ABSTRAKSI

Yogi Triyono *

Nurmalawaty, SH.,M.Hum **

Dr. M.Ekaputra, SH.,M.Hum ***

Jurnal ini berbicara tentang peranan ajaran kausalitas dalam tindak pidana

yang meyebabkan hilangnya nyawa orang, khususnya dalam kasus kelalaian pada

saat di jalan raya yang terjadi di Purworejo. Tidak mudah untuk menentukan apa

yang dianggap sebagai sebab terjadinya suatu akibat yang dilarang oleh hukum

pidana, karena suatu akibat dapat timbul disebabkan oleh berbagai faktor yang

saling berhubungan, termasuk dalam peristiwa yang mengakibatkan hilangnya

nyawa orang.

Permasalahan dari penulisan skripsi ini yaitu terletak pada bagaimana

ajaran kausalitas dalam hukum pidana indonesia, bagaimana pengaturan tentang

tindak pidana yang mengakibatkan hilangnya nyawa orang dalam KUHP, serta

bagaimana penerapan ajaran kausalitas dalam tindak pidana khususnya kasus

dalam Putusan Mahkamah Agung No. 1351 K/Pid/1988.

Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian hukum normatif

dengan metode pendekatan kualitatif. Penelitian hukum normatif yaitu penelitian

yang menggunakan bahan pustaka atau data sekunder yang di peroleh dari

berbagai literatur, peraturan perundang-undangan. Teknik analisis data yang di

gunakan adalah teknik analisis data kualitatif, yaitu dengan mengumpulkan data,

mengkualifikasikan, kemudian menghubungkan teori yang berhubungan dengan

masalah dan akhirnya menarik kesimpulan untuk menentukan hasil.

Ajaran kausalitas terbagi menjadi empat teori yaitu Teori Conditio Sine

Qua non, Teori mengindividualisir, Teori Menggeneralisir dan Teori Relevansi.

Hukum pidana Indonesia tidak secara eksplisit mengacu pada salah satu ajaran

yang ada, para pakar hukum lah yang membuat suatu pandangan tentang ajaran

kasusalitas yang manakah yang di pakai dalam suatu tindak pidana. Dalam KUHP

di atur tentang tindak pidana yang mengakibatkan hilangnya nyawa orang yaitu

kejahatan terhadap nyawa yang dilakukan dengan sengaja (dolus misdrijven),

kejahatan terhadap nyawa yang dilakukan karena kelalaian (Culpose misdrijven)

serta kejahatan terhadap jiwa (penganiayaan) yang mengakibatkan kematian. Pada

kasus didalam putusan Mahkamah Agung No.1351 K/Pid/1988, penulis dapat

menarik kesimpulan bahwa teori kausalitas yang diterapkan oleh hakim adalah

teori Relevansi.

*Penulis, mahasiswa Departemen Hukum Pidana Universita Sumatera Utara **Pembimbing I, Staf Pengajar Departemen Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas

Sumatera Utara ***Pembimbing II, Staf Pengajar Departemen Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas

Sumatera Utara

Page 4: PENERAPAN AJARAN KAUSALITAS TERHADAP TINDAK PIDANA …

1

A. PENDAHULUAN

Tiap- tiap peristiwa pasti ada sebabnya tidak mungkin terjadi begitu saja,

dapat juga suatu peristiwa menimbulkan peristiwa yang lain. Disamping hal

tersebut diatas dapat juga terjadi satu peristiwa sebagai akibat satu peristiwa atau

beberapa peristiwa yang lain. Peristiwa sebab dan akibat tersebut di sebut dengan

causalitas.1

Dalam ilmu pengetahuan hukum pidana ajaran causalitas ini bertujuan

untuk memberikan jawaban atas pertanyaan bilamanakah suatu perbuatan

dipandang sebagai suatu sebab dan akibat yang timbul atau dengan perkataan lain

ajaran causalitas bertujuan untuk mencari hubungan sebab dan akibat seberapah

jauh akibat tersebut ditentukan oleh sebab.

Kausalitas dalam hukum pidana terkait dengan sebuah pertanyaan besar

yaitu siapakah yang bisa ditempatkan sebagai “penyebab” atas hasil dari tindak

pidana? Jawaban atas pertanyaan ini memiliki hubungan erat dengan apakah ada

hubungan sebab akibat antara perbuatan seorang pelaku dengan hasil kejahatan,

atau apakah hasil dari kejahatan tersebut sudah mencukupi untuk meminta

pertanggungjawaban pelaku tersebut.

Ajaran kausalitas dalam ilmu pengetahuan hukum pidana digunakan untuk

menentukan tindakan yang mana dari serangkaian tindakan yang dipandang

sebagai sebab dari munculnya akibat yang dilarang. Jan Remmelink,

mengemukakan bahwa yang menjadi fokus perhatian para yuris hukum pidana

1 E. Utrech, Rangkaian Sari Kuliah Hukum Pidana Suatu Pengantarhukum Pidana Untuk

Tingkat Pelajaran Sarjanah Mudahukum Suatu Pembahasan Pelajaran Umum, (Surabaya:

Pustaka Tinta Mas, 2000), Hal.381.

Page 5: PENERAPAN AJARAN KAUSALITAS TERHADAP TINDAK PIDANA …

2

adalah apa makna yang dapat dilekatkan pada pengertian kausalitas agar mereka

dapat menjawab persoalan siapa yang dapat dimintai pertanggungjawaban.2

Tidak mudah untuk menentukan apa yang dianggap sebagai sebab

terjadinya suatu akibat yang dilarang oleh hukum pidana, karena suatu akibat

dapat timbul disebabkan oleh berbagai faktor yang saling berhubungan. Misalnya

dalam suatu peristiwa yang mengakibatkan hilangnya nyawa seseorang.

Banyak sekali peristiwa-peristiwa yang pada dasarnya perlu di kaji lebih

lanjut dengan teori kausalitas ini, tak menutup kemungkinan seperti rangkaian

peristiwa yang terjadi di jalan raya yang menyebabkan kecelakaan dan berujung

pada kematian.

Pada perkembanganya lalulintas jalan dapat menjadi masalah bagi

manusia, karena semakin banyaknya manusia yang bergerak atau berpindah-

pindah dari suatu tempat ke tempat lainya, dan semakin besarnya masyarakat yang

menggunakan sarana transportasi angkutan jalan, maka hal inilah yang akan

mempengaruhi tinggi rendahnya angka kecelakaan lalulintas.

Menurut pengertian umum di dalam UU Nomor 22 Tahun 2009 tentang

Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, kecelakaan lalulintas adalah suatu peristiwa di

jalan yang tidak diduga dan tidak disengaja melibatkan kendaraan dengan atau

tanpa pengguna jalan lain yang mengakibatkan korban manusia dan/atau kerugian

harta benda.3

Akibat hukum dari kecelakaan lalulintas adalah adanya pidana bagi si

pembuat atau penyebab terjadinya peristiwa itu. Hukum pidana mengenal dua

bentuk kesalahan, yaitu kesengajaan dan kealpaan. Kecelakaan lalu lintas sebagai

2 Jan Remmelink, Hukum Pidana (Jakarta : Pt. Gramedia Pustaka Utama, 2003), Hal.

128-134.

3 Pasal 1 Angka 24 Uu Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.

Page 6: PENERAPAN AJARAN KAUSALITAS TERHADAP TINDAK PIDANA …

3

salah satu bentuk tindak pidana yang mengadopsi suatu bentuk kesalahan berupa

kealpaan memiliki suatu masalah dalam menentukan siapa yang harus

dipersalahan. Hal ini berkaitan dengan suatu kecelakaan yang didahului dengan

beberapa peristiwa yang pada ahirnya berujung pada hilannya nyawa orang lain

(kematian).

Berdasarkan latar belakang tersebut maka penulis tertarik untuk

mengetahui sejauh mana penerapan ajaran kausalitas terhadap suatu bentuk

kealpaan dalam kecelakaan lalulintas yang diawali beberapa rangkaian peristiwa

yang berujung pada kematian. Yang mana hal ini dirangkup dalam skripsi yang

berjudul “Penerapan Ajaran Kausalitas Terhadap Tindak Pidana Yang

Menyebabkan Hilangnya Nyawa Orang (Studi Putusan Mahkamah Agung

No. 1351 K/Pid/1988)

B. PERMASALAHAN

1. Bagaimana ajaran kausalitas di dalam hukum pidana Indonesia ?

2. Bagaimana pengaturan tentang tindak pidana yang mengakibatkan

hilangnya nyawa orang dalam KUHP ?

3. Bagaimana penerapan ajaran kausalitas dalam tindak pidana khususnya

dalam Putusan Mahkamah Agung No. 1351 K/Pid/1988 ?

C. METODE PENELITIAN

Jenis penelitian yang digunakan dalam skripsi ini adalah penelitian hukum

normatif. Penelitian hukum normatif yaitu penelitian yang menggunakan bahan

pustaka atau data sekunder yang diperoleh dari berbagai literatur dan peraturan

Page 7: PENERAPAN AJARAN KAUSALITAS TERHADAP TINDAK PIDANA …

4

perundang-undangan yang berkaitan dengan skripsi ini. Selain itu skripsi ini juga

menganalisis mengenai peranan ajaran kausalitas dalam suatu tindak pidana guna

menentuakan sebab hilangnya nyawa orang dalam Putusan Mahkamah Agung

No.1351 K/Pid/1988.

D. HASIL PENELITIAN

1. Ajaran Kausalitas Dalam Hukum Pidana Indonesia

a. Macam-macam Ajaran Kausalitas

1) Teori Conditio Sine Quanon

Teori ini dikemukakan oleh Von Buri, seorang berkebangsaan Jerman

pada tahun 1873. Ajaran Von Buri ini dapat dikatakan sebagai dasar dari ajaran

kausalitas, karena berbagai teori yang muncul kemudian merupakan

penyempurnaan atau setidaknya masih berkaitan dengan teori yang

dikemukakannya. Menurut Von Buri dalam Sudarto, tiap syarat adalah sebab, dan

semua syarat itu nilainya sama, sebab kalau satu syarat tidak ada, maka akibatnya

akan lain pula. Tiap syarat baik positif maupun negatif untuk timbulnya suatu

akibat itu adalah sebab, dan mempunyai nilai yang sama. Kalau satu syarat

dihilangkan tidak akan mungkin terjadi suatu akibat konkrit, seperti yang senyata

nyatanya menurut waktu, tempat dan keadaan. Tidak ada syarat yang dapat

dihilangkan tanpa menyebabkan berubahnya akibat. Contoh : A dilukai ringan,

kemudian dibawa ke dokter, dalam perjalanan ia tertimpa genting lalu mati.

Menurut teori conditio sine qua non penganiayaan ringan terhadap A itu juga

merupakan sebab dari kematian A.4

4 Mohammad Ekaputra, Dasar-Dasar Hukum Pidana, (Medan : USU Press Cetakan ke-2

2015), hal.120.

Page 8: PENERAPAN AJARAN KAUSALITAS TERHADAP TINDAK PIDANA …

5

2) Teori Yang Mengindividualisir

Teori individualisir berusaha membuat perbedaan antara ‘syarat’ dan

‘sebab’. Menurut teori ini dalam tiap-tiap suatu peristiwa itu hanya ada satu sebab,

yaitu syarat yang paling menentukan untuk timbulnya suatu akibat.5 Teori ini

melihat semua syarat yang ada setelah perbuatan terjadi (post factum) dan

berusaha utuk menemukan satu syarat yang bisa dianggap sebagai syarat yang

paling menentukan atas timbulnya suatu akibat.6

3) Teori Yang Mengeneralisir

Teori ini menyatakan bahwa dalam mencari sebab (causa) dari rangkaian

faktor yang berpengaruh atau berhubungan dengan timbulnya akibat dilakukan

dengan melihat dan menilai pada faktor mana yang secara wajar dan menurut akal

serta pengalaman pada umumnya dapat menimbulkan suatu akibat.7 Pencarian

faktor penyebab tidak berdasarkan faktor setelah peristiwa terjadi beserta

akibatnya, tetapi pada pengalaman umum yang menurut akal dan kewajaran

manusia. Persoalannya kemudian bagaimana menentukan sebab yang secara akal

dan menurut pandangan umum menimbulkan akibat? Berdasarkan pertanyaan ini

kemudian muncul teori Adequat yaitu:8

a) Teori adequat subyektif

Dipelopori oleh J. Von Kries yang menyatakan bahwa yang menjadi sebab

dari rangkaian faktor yang berhubungan dengan terwujudnya delik, hanya satu

sebab saja yang dapat diterima, yakni yang sebelumnya telah dapat diketahui oleh

5 P.A.F Lamintang, Dasar- Dasar Hukum Pidana Indonesia, (Bandung : Citra Adtya

bhakti, 1997), Hal.239 6 Ibid. 7 Adami Chazawi, Pelajaran Hukum Pidana 2: Penafsiran Hukum Pidana, Dasar

Pemidanaan & Peringanan Pidana, Kejahatan Aduan, Perbarengan & Ajaran Kausalitas,

(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002), hal.222. 8 A. Zainal Abidin Farid, Hukum Pidana 1, (Jakarta:Sinar Grafika,2007), hlm.211.

Page 9: PENERAPAN AJARAN KAUSALITAS TERHADAP TINDAK PIDANA …

6

pembuat. Contoh, si A mengetahui bahwa si B mengidap penyakit jantung dan

dapat menimbulkan kematian jika dipukul oleh sesuatu. Kemudian si A tiba-tiba

memuukul si B dengan yang berakibat pada kematiannya, maka perbuatan

mengejutkan itu dikatakan sebagai sebab.9

b) Teori adequat objektif

Teori ini dikemukakan oleh Rumelin, yang menyatakan bahwa yang

menjadi sebab atau akibat, ialah faktor objektif yang ditentukan dari rangkaian

faktor-faktor yang berkaitan dengan terwujudnya delik, setelah delik terjadi. Atau

dengan kata lain causa dari suatu akibat terletak pada faktor objektif yang dapat

dipikirkan untuk menimbulkan akibat. untuk lebih jelasnya tentang perbedaan

antara teori adequat subjektif dengan teori adequat objektif serta penerapanya,

sunguh tepat contoh yang di berikan oleh Prof. Moeljatno di bawah ini.10

Seorang juru rawat tetap memberikan obat kepada seorang pasien

walaupun telah dilarang oleh dokter untuk memberikan obat pada pasien tersebut.

Sebelum obat itu diberikan kepada pasien, tanpa sepengetahuan si juru rawat ada

orang lain memasukkan racun ke dalam obat itu sehingga mengakibatkan matinya

pasien.11

Menurut ajaran Von Kroes (adequat subjektif), karena jururawat tidak

dapat membayangkan atau tidak mengetahui perihal dimassukanya racun pada

obat yang dapat menimbulkan kematian jika diminum maka perbuatan

meminumkan obat pada pasien bukanlah penyebab kematian pasien. Perbuatan

9 Ibid. 10 Ibid, hal.225. 11 Mohammad Ekaputra, Dasar-Dasar Hukum Pidana, (Medan : USU Press Cetakan ke-2

2015), hal.128.

Page 10: PENERAPAN AJARAN KAUSALITAS TERHADAP TINDAK PIDANA …

7

meminumkan obat dengan kematian tidak ada hubungan kausal atau hubungan

sebab akibat.12

Lain halnya apabila dipandang dari teori Rumelin (adequat objektif). Oleh

karena perbuatan orang lain memasukkan racun ke dalam obat tadi menjadi

pertimbangan dalam upaya mencari penyebab matinya walaupun tidak diketahui

oleh juru rawat, perbuatan juru rawat meminumkan obat yang mengandung racun

adalah adequat terhadap matinya karena itu ada hubungan kausal dengan akibat

kematian pasien.13

4) Teori Relevansi

teori relevansi diikuti oleh langenmeijer dan Mezger. Teori ini tidak

dimulai dengan mengadakan perbedaan antara musabab dan syarat seperti teori

menggeneralisir dan teori mengindividualisir, tetapi dimulai dengan

menginterprestasi rumusan delik yang bersangkutan. Dari rumusan delik yang

hanya memuat akibat yang dilarang dicoba untuk menentukan kelakuan-kelakuan

apakah kiranya yang dimaksud pada waktu membuat larangan tersebut. Jadi pada

teori relevansi ini pertanyaan pentingnya adalah : pada waktu undang-undang

menentukan rumusan delik itu, kelakuan-kelakuan yang manakah yang

dibayangkan olehnya dapat menimbulkan akibat yang dilarang?14

b. Ajaran kausalitas dalam KUHP dan RUU-KUHP 2015

Kitab Undang-Undang Hukum Pidana tidak secara eksplisit merujuk pada

salah satu ajaran yang ada. Hal ini dapat disimpulkan dari riwayat pembentukan

12Adami Chazawi, Pelajaran Hukum Pidana “Stelser pidana, tindak pidana, teori-teori

pemidanaan & Batas Berlakunya Hukum Pidana”, bagian 2, (Jakarta : PT Raja Grafindo persada,

2007), hal. 225. 13 Ibid. 14 Mohammad Ekaputra, Dasar-Dasar Hukum Pidana, (Medan : USU Press Cetakan ke-2

2015), hal.130

Page 11: PENERAPAN AJARAN KAUSALITAS TERHADAP TINDAK PIDANA …

8

KUHP maupun dari Pasal-Pasal di dalam KUHP. Remmelink mendapat kesan,

bahwa pembuat undang-undang beranjak semata-mata dari kenyataan kehidupan

sehari-hari, dengan kata lain beranjak dari pemahaman umum yang diberikan pada

pengertian sebab. Tampaknya hal ini dipandang hanya sebagai persoalan pada

tataran fakta. Hakim sekadar menetapkan adanya hubungan demikian atau tidak

(factual cause). Ini tidak menutup kemung­kinan bahwa pada saat itu sudah

dikenal ajaran filosofis maupun hukum pidana yang menyatakan bahwa tiap

kejadian, yang tanpanya peristiwa pidana tidak akan terjadi, dapat dipandang

sebagai sebab. Meskipun demikian, berkenaan dengan delik-delik yang

dikualifikasi, pembuat undang-undang pasti sudah hendak memperhitungkan

perlunya pembatasan bagi penentuan kejadian yang layak disebut penyebab.

Pembuat undang-undang tidak mung­kin bertujuan menuntut pelaku untuk

bertanggung jawab atas semua hal (termasuk yang paling tidak mungkin) yang

berkaitan dengan delik. Menurut Remmelink bahwa ajaran relevansilah yang

paling mendekati sebagai landasan pemahaman kausalitas dalam KUHP (Belanda

maupun Indonesia). Berbeda dengan Remmelink, menurut Wirjono Prodjodikoro

KUHP tidak menganut suatu teori kausalitas tertentu. Jaksa dan Hakim diberi

keleluasaan memilih diantara teori-teori kausalitas yang dikenal.15

Dalam RUU-KUHP 2015 tidak memberikan bangunan konseptual

tentang ajaran kausalitas, namun dalam Buku Kedua, ditemukan rumusan tindak

pidana materiil, tindak pidana yang dikualifisir oleh akibatnya dan tindak pidana

omisi yang tidak murni.

15 Ibid, hal.131.

Page 12: PENERAPAN AJARAN KAUSALITAS TERHADAP TINDAK PIDANA …

9

Di dalam RUU-KUHP 2015 ditemukan Pasal-Pasal yang perumusannya

memiliki elemen causal verband yang terdiri dari tindak pidana materiil, tindak

pidana yang dikualifisir dengan akibat, omisi tidak murni, tindak pidana karena

kealpaannya menimbulkan akibat yang dilarang.

2. Pengaturan Tindak Pidana Yang Mengakibatkan Hilangnya Nyawa

Orang Lain Dalam Kuhp

a. Tindak Pidana Terhadap Nyawa (Pembunuhan)

Kesengajaan menghilangkan nyawa orang lain itu oleh Kitab Undang-

Undang Hukum Pidana (KUHP) yang dewasa ini berlaku telah disebut sebagai

suatu pembunuhan. Tindak pidana pembunuhan atau kejahatan terhadap nyawa

(misdrijven tegen het leven) adalah berupa penyerangan terhadap nyawa orang

lain. Untuk menghilangkannya nyawa orang lain itu seorang pelaku harus

melakukan sesuatu atau suatu rangkaian tindakan yang berakibat dengan

meninggalnya orang lain.16 Atas dasar objeknya (kepentingan hukum yang

dilindungi), maka kejahatan terhadap nyawa dengan sengaja dibedakan dalam 3

(tiga) macam, yaitu:

1) Kejahatan terhadap nyawa orang pada umunya, dimuat dalam Pasal: 338, 339,

340, 344, 345.

2) Kejahatan terhadap nyawa bayi pada saat atau tidak lama setelah dilahirkan,

dimuat dalam Pasal: 341, 342, dan 343

3) Kejahatan terhadap nyawa bayi yang masih ada dalam kandungan ibu (janin),

dimuat dalam Pasal: 346, 347, 348, dan 349.

b. Tindak Pidana Terhadap Nyawa Karena Kelalaian

Page 13: PENERAPAN AJARAN KAUSALITAS TERHADAP TINDAK PIDANA …

10

Kejahatan terhadap nyawa yang dilakukan karena kelalaian adalah

kejahatan yang dirumuskan dalam Pasal 359 KUHP yang menyatakan:

“Barang siapa karena kesalahannya (kealpaannya) menyebabkan orang lain mati,

diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun atau pidana kurungan

paling lama satu tahun”

Unsur-unsur dari rumusan tersebut di atas adalah:

1) Adanya unsur kelalaian (culpa)

2) Adanya wujud perbuatan tertentu

3) Adanya akibat kematian orang lain

4) Adanya hubungan kausa antara wujud perbuatan dengan akibat kematian

orang lain.

Culpa adalah “kesalahan pada umumnya”, tetapi dalam ilmu pengetahuan

hukum mempunyai arti teknis, yaitu suatu macam kesalahan si pelaku tindak

pidana yang tidak seberat seperti kesengajaan, yaitu kurang berhati-hati sehingga

akibat yang tidak disengaja terjadi.17

c. Tindak Pidana Terhadap Tubuh (Penganiayaan) yang Mengakibatkan

Kematian

Secara umum tindak pidana terhadap tubuh pada KUHP disebut

“penganiayaan”, mengenai arti dan makna kata penganiayaan tersebut banyak

perbedaan diantara para ahli hukum dalam memahaminya. Penganiayaan diartikan

sebagai perbuatan yang dilakukan dengan sengaja untuk menimbulkan rasa sakit

(pijn) atas luka (letsel) pada tubuh orang lain.

Adapula yang memahami penganiayaan adalah “dengan sengaja menimbulkan

rasa sakit atau luka, kesengajaan itu harus dicantumkan dalam surat tuduhan”

17 Wirjono Prodjodikoro, Asas-Asas Hukum Pidana di Indonesia, (PT Refika Aditama.

2003), hal. 72.

Page 14: PENERAPAN AJARAN KAUSALITAS TERHADAP TINDAK PIDANA …

11

sedangkan dalam doktrin/ilmu pengetahuan hukum pidana penganiayaan

mempunyai unsur sebagai berikut.

1) Adanya kesengajaan

2) Adanya perbuatan

3) Adanya akibat perbuatan (yang dituju), yakni

a) rasa sakit pada tubuh

b) luka pada tubuh

Unsur pertama adalah berupa unsur subjektif (kesalahan), unsur kedua dan

ketiga berupa unsur objektif.

Tindak pidana yang dilakukan terhadap tubuh dalam segala perbuatan-

perbuatannya sehinnga menjadikan luka atau rasa sakit pada tubuh bahkan sampai

menimbulkan kematian bila kita lihat dari unsur kesalahannya, dan

kesengajaannya diberikan kualifikasi sebagai penganiayaan (mishandeling), yang

dimuat dalam BAB XX Buku II, pasal 351 s/d 356.

Penganiayaan yang mengakibatkan matinya orang di atur dalam BAB XX

Buku II, pasal 351 ayat 3, pasal 353 ayat 3, pasal 354 ayat 2, dan pasal 355 ayat 2.

3. Penerapan Ajaran Kausalitas Dalam Tindak Pidana

a. Ajaran Kausalitas Dalam Tindak Pidana Ommissionis dan Tindak Pidana

Commissionis Per Ommissionis Commissa

Tindak pidana commissionis adalah tindak pidana yang berupa berbuat

(sesuatu yang dilarang - jadi berupa pelanggaran terhadap larangan), sedangkan

tidak pidana omisionis adalah tindak pidana yang berupa tidak berbuat (sesuatu

yang diperintahkan - jadi berupa pelanggaran terhadap perintah). Tindak pidana

Page 15: PENERAPAN AJARAN KAUSALITAS TERHADAP TINDAK PIDANA …

12

commissionis per ommissionis commissa yang terjadi adalah pelanggaran

terhadap larangan tetapi dilakukannya dengan cara tidak berbuat.18

Berkaitan dengan pembicaraan tentang Ajaran kausalitas, maka dari tiga

jenis tindak pidana di atas yang tidak mempunyai relevansi dengan ajaran

kausalitas adalah tindak pidana omisionis, sebab tindak pidana omisionis

merupakan tindak pidana formil yaitu tindak pidana yang sudah dianggap telah

terjadi dengan telah dilakukannya perbuatan yang dilarang, tanpa mempersoalkan

akibat (tindak pidana).

b. Penerapan Ajaran Kausalitas Dalam Tindak Pidana Yanng

Menyebabkan Hilangnya Nyawa Orang (Studi Putusan Mahkamah

Agung No.1351 K/Pid/1998)

1) Kasus Posisi

Sebuah kendaraan Umum Pick Up No. Polisi, AA 2018.C. dikemudikan

oleh Bukhari (28 th). Kendaraan ini memuat tiga penumpang. Seorang duduk

dimuka disamping sopir, sedaang dua penumpang lainnya duduk dibagian

belakang.

Kendaraan Pick Up ini melaju dijalan umum, arah timur ke barat, dari

Kuatoarjo menuju ke Kebumen. Saat itu cuaca mendung agak gelap, karena turun

hujan. Keadaan jalan umum lurus dan licin karena basah.

Didepan kendaraan Pick Up ini, sedang berjalan dipinggir jalan umum

tersebut sebuah becak dan sebuah sepeda yang dinaiki oleh Maniso yang

membonceng Suroso.

Salah seorang penumpang kendaraan Pick Up memberi tanda kepada

sopir, bahwa ia akan turun. Mendengar permintaan penumpang ini, maka sopir

18Ibid. Hal.182.

Page 16: PENERAPAN AJARAN KAUSALITAS TERHADAP TINDAK PIDANA …

13

Bukhari segera mendahului becak dan sepeda tersebut dan selanjutnya

menghentikan kendaraan Pick Upnya itu persis disepan sepeda yang sedang

berjalan tersebut, dengan maksud untuk menurunkan penumpangnya.

Begitu kendaraan Pick Up nya berhenti secara tiba-tiba, maka sopir Pick

Up tersebut mendengar suara mobilnya ditabrak dari belakang oleh sepeda yang

ditumpangi dua orang tadi. Setelah melihat kebelakang, ia mengetahui, bahwa

sepeda dan pengendaranya jatuh dijalan raya.

Tidak lama kemudian, dari arah berlawanan (muka) dari Barat ke Timur

melaju kendaraan truk box berjalan dengan kencangnya dan tak terduga lalu

menggilas sepeda bersama dua orang pengendaranya yang sedang jatuh dijalan

raya karena membentur kendaraan Pick Up dari belakang tadi.

Karena tergilas truk box, maka kedua pengendara sepeda (Maniso dan

Suroso) menderita luka parah dan setelah di Rumah Sakit, lalu meninggal dunia.

Kejadian ini diusut oleh pihak Kepolisian dan selanjunya oleh pihak

Kejaksaan Sopir kendaraan Pick Up (Bukhari) ditarik sebagai terdakwa dan

diajukan ke Pengadilan Negeri didakwa melakukan delict ex pasal 359. K.U.H

Pidana yaitu: “Karena kelalaiannya menyebabkan hilangnya nyawa orang lain.

2) Analisis Kasus

Apabila kasus di atas di telaah dari sudut pandang teori Conditio Snie Qua

non, semua causa mempunyai nilai yang sama atau dengan kata lain mempunyai

peranan dan andil yang sama. Apabila salah satu sebab tidak ada maka akan

menimbulkan akibat yang lain. Atau dengan kata lain matinya korban tidak akan

terjadi apabila salah satu sebab itu tidak ada.

Page 17: PENERAPAN AJARAN KAUSALITAS TERHADAP TINDAK PIDANA …

14

Oleh karena itu jika di telusuri melalui teori ini, maka contoh kasus di atas

tidak akan mencapai titik ahir karena harus menyelusuri semua sebab-sebab yang

menjadi rangkaian.

Yang kedua adalah teori individualisir, dari contoh kasus diatas dapat kita

lihat bahwa berdasarkan teori yang dikatakan oleh birkmeyer, faktor yang

dominan yang paling kuat pengaruhnya terhadap matinya si korban adalah korban

di tabrak oleh truk box. Apabila ajaran birkmeyer ini digunakan pada contoh

kasus tersebut maka peristiwa terdakwa yang berhenti secara tiba-tiba di depan

sepeda korban yang kemudian mengakibatkan korban terjatuh ke kanan jalan

setelah menabrak bagian belakang mobil pick up terdakwa, bukanlah sebagai

faktor penyebab kematian si korban tetapi sebagai faktor syarat saja. Oleh karena

itu terdakwa tidak bertanggung jawab secara langsung karena bukan terdakwa

yang menabrak korban hingga tewas.

Yang ketiga adalah teori yang menggenalisir. Seperti yang sudah dibahas

pada bab sebelumnya bahwa teori Mangeneralisir ini melahirkan dua pendirian

yaitu Teori Adequat Subjektif dan Teori Adequat Objektif.Apabila kasus diatas

kita telaah dari pandangan teori adequat subjektif yang menyatakan bahwa faktor

penyebab adalah faktor yang menurut kejadian normal adalah adequat (sebanding)

atau layak dengan akibat yang timbul, yang faktor mana di ketahui atau di sadari

si pembuat sebagai adequat untuk menimbulkan akibat. Dari contoh kasus di atas,

maka faktor yang sebanding dengan akibat adalah faktor truk box yang menabrak

korban, yang akibatnya adalah kematian.Perbuatan terdakwa sama sekali tidak

menghendaki matinya korban.

Page 18: PENERAPAN AJARAN KAUSALITAS TERHADAP TINDAK PIDANA …

15

Menurut pandangan teori adequat objektif yang mengatakan bahwa

Bagaimana kenyataan objektif setelah peristiwa terjadi beserta akibatnya Apakah

faktor tersebut menurut akal dapat dipikirkan Untuk menimbulkan akibat.19

Apbila di pandang dari teori inimaka kasus di atas dimana terdakwa

menghentikan mobil Pick up nya sama sekali tidak dapat menimbulkan akibat

berupa kematian.

Yang ke empat teori relevansi yang di ikuti oleh langenmeijer dan

mazger. Teori ini tidak dimulai dengan mengadakan perbedaan antara musabab

dan syarat, seperti teori yang menggeneralisir dan teori mengindividualisir, tetapi

di mulai dengan menggunakan interpretasikan rumusan delik yang bersangkutan.

Dari rumusan delik yang hanya memuat akibat yang di larang di coba untuk

menentukan kelakuan kelakuan apakah kiranya yang di maksud pada saat

pembuat larangan tersebut. Jadi kalo kita lihat contoh kasus di atas pasal 359

merumuskan tentang unsur kelalaian yang mana kelalaian tersebut luas

cakupannya dalam bentuk apapun yang dapat menimbulkan matinya seseorang.

Maka jelas perbuatan terdakwa yang lalai di jalan umum dapat mengakibatkan apa

saja termasuk matinya orang.

Oleh karena itu setelah memahami berbagai macam ajaran kausalitas pada

bab sebelumnya dan memahami pembuktian yang tertulis dalam putusan tersebut

dan melihat persesuaian antara alat bukti, dapat disimpulkan bahwa putusan

Mahkamah Agung No.1351 K/Pos/1998 A.n Terdakwa A.Buchori ini cenderung

pada teori relevansi.

19Adami Chazawi, Pelajaran Hukum Pidana “Stelser pidana, tindak pidana, teori-teori

pemidanaan & Batas Berlakunya Hukum Pidana”, bagian 2,(Jakarta : PT Raja Grafindo persada,

2007), hal. 222.

Page 19: PENERAPAN AJARAN KAUSALITAS TERHADAP TINDAK PIDANA …

16

E. PENUTUP

1. Kesimpulan

a) Ajaran kausalitas dalam hukum pidana Indonesia terbagi atas bebera teori

yaitu teori Conditio Sine Qua non, teori yang mengindividualisir, teori yang

menggeneralisir dan teori relevansi. KUHP maupun RUU-KUHP tidak secara

eksplisit mengacu pada salah satu ajaran yang ada, para pakar hukum lah yang

membuat suatu pandangan tentang ajaran kasusalitas yang manakah yang di

pakai sebagai landasan pemahaman dalam KUHP maupun RUU-KUHP.

b) Kejahatan terhadap nyawa dalam KUHP dapat dibedakan atau dikelompokkan

atas 2 dasar yaitu : Kejahatan terhadap nyawa yang dilakukan dengan sengaja

(dolus misdrijven) yang di atur dalam Pasal 338 s/d Pasal 349 KUHP dan

Kejahatan terhadap nyawa yang dilakukan karena kelalaian (Culpose

misdrijven) yang di atur dalam Pasal 359 KUHP seta ada pula kejahatan

terhadap jiwa (penganiayaan) yang dapat pula mengakibatkan kematian yang

di atur dalam Pasal 351 ayat 3, Pasal 353 ayat 3, Pasal 354 ayat 2 dan Pasal

355 ayat 2 KUHP.

c) Pada kasus dalam putusan MA No.1351 K/Pid/1988 ini bahwa keyakinan

hakim sangatlah penting untuk menentukan ajaran kausalitas yang akan di

terapkan. Dengan mengacu pada fakta hukum dapat dilihat bahwa keterangan

saksi, keterangan terdakwa serta barang bukti menemukan titik persesuaian.

Oleh karena itu hakim Mahkamah Agung dalam memutuskan perkara No.

1351 K/Pid/1988 sesuai jika di kaitkan dengan Teori Relevansi. Teori

relevansi ini tidak dimulai dengan mengadakan perbedaan antara musabab dan

syarat seperti teori menggeneralisir dan teori mengindividualisir, tetapi

Page 20: PENERAPAN AJARAN KAUSALITAS TERHADAP TINDAK PIDANA …

17

dimulai dengan menginterprestasi rumusan delik yang bersangkutan. Dari

rumusan delik yang hanya memuat akibat yang dilarang dicoba untuk

menentukan kelakuan-kelakuan apakah kiranya yang dimaksud pada waktu

membuat larangan tersebut.

2. Saran

a) Dalam hukum pidana indonesia perlu adanya ilmu yang pempelajari khusus

tentang ajaran kausalitas, karena dalam hukum pidana indonesia khususnya

KUHP tidak mengatur secara khusus dan jelas tentang ajaran kausalitas mana

yang di anut dan menjadi patokan yang tetap, melainkan tergantung pada

kasus yang terjadi.

b) Perlu di lakukan pengkajian secara terperinci terhadap Kitab Undang-undang

Hukum Pidana, khususnya terhadap ketentuan yang mengatur tentang

kualifikasi tindak pidana yang mengakibatkan hilangnya nyawa orang yang

memerlukan ajaran kausalitas.

c) Perlu di tegaskan bagi setiap penegak hukum khususnya hakim di indonesia

agar mempunyai keyakinan yang teguh dalam menentukan ajaran kausalitas

yang akan di gunakan untuk menyelesaikan perkara pidana agar keadilan yang

seadil adilnya dapat tercapai

Page 21: PENERAPAN AJARAN KAUSALITAS TERHADAP TINDAK PIDANA …

18

DAFTAR PUSTAKA

A. BUKU

Abidin, Zainal Farid, Hukum Pidana 1, Jakarta : Sinar Grafika, 2007.

Buku Ajar Konsep Dasar Hukum Pidana, Malang : Fakultas Syaria UIN ,2004.

Chasawi, Adami, Pelajaran Hukum Pidana Bagian I, Jakarta : PT Raja Grafindo,

Jakarta, 2002.

Chazawi, Adami, Pelajaran Hukum Pidana “Stelser Pidana, Tindak Pidana,

Teori-Teori Pemidanaan & Batas Berlakunya Hukum Pidana”, Bagian 2,

Jakarta :PT Raja Grafindo Persada, 2007.

Djaluli, A, Fiqh Jinayah-Upaya Menanggulangi Kejahatan Dalam Islam, Jakarta :

PT. Raja Grafindo Persada, 1996.

Ekaputra, Mohammad, Dasar-Dasar Hukum Pidana, Medan : USU Press Cetakan

Ke-2, 2015.

Fazar, Mukti ND, Yulianto Achmad, Dualisme Penelitian Hukum Normatif Dan

Empiris, Yogyakarta : Pustaka Belajar, 2010.

Lamintang, P.A.F, Dasar- Dasar Hukum Pidana Indonesia, Bandung : Citra Adtya

Bhakti, 1997.

Mahmud, Peter Marzuki, Penelitian Hukum, Jakarta : Kencana Persada Media

Group, 2008.

Marpaung, Leden, Tindak Pidana Terhadap Nyawa Dan Tubuh (Pemberantasan

Dan Prevensinya), Jakarta : Sinar Grafika Cetakan Pertama, 2000.

Tongat, Dasar Dasar Hukum Pidana Indonesia Dalam Prespektif Pembaharuan,

Malang : UMM Pres, 2009.

Page 22: PENERAPAN AJARAN KAUSALITAS TERHADAP TINDAK PIDANA …

19

B. UNDANG-UNDANG

Kitab Undng-Undang Hukum Pidana

Naskah Akademik RUU-KUHP 2015

UU Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan

C. INTERNET

http://reformasikuhp.org/ajaran-kausalitas-dalam-r-kuhp-2/ diakses pada tanggal

14 februari 2017

http://www.hukumonline.com/berita/baca/hol21602/Pasal-penghasutan-kembali-

diusulkan-menjadi-delik-materil diakses pada tanggal 14 februari 2017

Pembunuhan Menurut KUHP, http://www.referensimakalah.com/

2013/03/pembunuhan -menurut-kuhp.html, diakses pada hari Jumat tanggal 17

maret 2017