PENENTUAN TINGKAT PARTISIPASI PADA ASURANSI … · dan Ф adalah fungsi densitas dari distribusi...

67
Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora Vol 3 No 2 September 2015 | 1 ISSN : 2302-3791 PENENTUAN TINGKAT PARTISIPASI PADA ASURANSI JIWA ENDOWMEN UNIT LINK DENGAN METODE POINT TO POINT Erna Hayati *) *) Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Islam Lamongan ABSTRAKSI Asuransi jiwa endowmen unit link merupakan asuransi yang menggabungkan asuransi jiwa tradisional endowmen dengan unit link. Dalam asuransi jiwa endwomen unit link, selain memberikan proteksi kepada tertanggung, di dalam asuransi ini juga terdapat unsur investasi. Salah satu metode pengindeksan yang digunakan untuk menghitung premi asuransi unit link adalah metode point to point. Dalam penentuan premi asuransi jiwa endowmen unit link, sangat penting sekali dalam penentuan tingkat partisipasi karena tingkat partisipasi ini menentukan besarnya pembagian keuntungan dari hasil investasi yang akan diberikan kepada tertanggung. Oleh karena itu tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan tingkat partisipasi yang optimum dan melihat perubahan tingkat partisipasi ketika jangka waktu kontrak asuransi, suku bunga, usia tertanggung dan volatilitas berubah. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data saham penutupan harian PT. Astra Internasional Tbk tahun 2014 dan data suku bunga BI bulan Desember tahun 2014. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat partisipasi asuransi jiwa endowmen unit linkdengan metode point to point semakin meningkat ketika jangka waktu kontrak asuransi semakin lama dan suku bunga bebas resiko semakin tinggi dan tingkat partisipasi semakin menurun ketika usia tertanggung semakin tua dan volatilitas semakin besar. Kata Kunci : Asuransi Jiwa Endowmen Unit Link, Point To Point, Tingkat Partisipasi PENDAHULUAN Dalam menjalani kehidupannya, manusia tidak dapat dihindarkan dari berbagai macam resiko yang mengancam jiwanya, diantaranya adalah resiko yang disebabkan karena kecelakaan, hari tua dan kematian. Akibat dari resiko tersebut, seseorang dihadapkan pada masalah kerugian finansial. Untuk menghadapi kondisi seperti itu, maka dibutuhkan suatu jaminan finansial. Salah satu lembaga yang bisa diandalkan untuk meminimalkan resiko yang disebabkan karena kecelakaan, hari tua dan kematian adalah asuransi jiwa. Dengan asuransi jiwa maka biaya hidup seorang tertanggung dapat tetap ditopang dan memperoleh jaminan keuangan. Saat ini banyak sekali produk asuransi jiwa yang ditawarkan oleh perusahaan asuransi. Produk asuransi jiwa yang paling diminati oleh konsumen adalah asuransi jiwa endowmen unit link. Asuransi jiwa endowmen unit link merupakan produk asuransi yang menggabungkan antara unsur proteksi dan investasi. Premi yang dibayarkan konsumen pada asuransi jiwa endowmen unit link sebagian digunakan untuk asuransi jiwa dan sebagian lagi untuk investasi diberbagai instrumen investasi seperti deposito, saham, obligasi dan lain sebagainya. Terdapat tiga metode yang umum digunakan dalam menghitung premi asuransi jiwa unit link antara lain metode point to point , annual ratchet dan high water mark. Metode point to point memiliki kelebihan dibandingkan dengan dua metode yang lain, kelebihannya adalah melindungi nasabah terhadap penurunan harga saham di tengah jalan (Hardy, 2003). Penentuan besarnya premi asuransi jiwa endowmen unit link sangat dipengaruhi sekali oleh besarnya tingkat partisipasi (Gaillardetz dan Lakhmiri, 2011), karena tingkat partisipasi ini menentukan besarnya pembagian keuntungan dari investasi yang akan diterima oleh tertanggung. Oleh sebab itu sangat penting sekali bagi perusahaan asuransi yang menjual produk unit link untuk menentukan tingkat partisipasi yang optimum sehingga pihak tertanggung dan perusahaan asuransi sama-sama memperoleh keuntungan. Menurut Perdana (2013), tingkat partisipasi asuransi jiwa endowmen unit link dengan metode annual ratchet semakin

Transcript of PENENTUAN TINGKAT PARTISIPASI PADA ASURANSI … · dan Ф adalah fungsi densitas dari distribusi...

Page 1: PENENTUAN TINGKAT PARTISIPASI PADA ASURANSI … · dan Ф adalah fungsi densitas dari distribusi Normal Standart. ... unit link seperti yang tertera pada Tabel 2 dan Gambar 2 sebagai

Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora Vol 3 No 2 September 2015 | 1

ISSN : 2302-3791

PENENTUAN TINGKAT PARTISIPASI PADA ASURANSI JIWA

ENDOWMEN UNIT LINK DENGAN METODE POINT TO POINT

Erna Hayati *)

*)

Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Islam Lamongan

ABSTRAKSI

Asuransi jiwa endowmen unit link merupakan asuransi yang menggabungkan asuransi jiwa

tradisional endowmen dengan unit link. Dalam asuransi jiwa endwomen unit link, selain

memberikan proteksi kepada tertanggung, di dalam asuransi ini juga terdapat unsur investasi.

Salah satu metode pengindeksan yang digunakan untuk menghitung premi asuransi unit link

adalah metode point to point. Dalam penentuan premi asuransi jiwa endowmen unit link,

sangat penting sekali dalam penentuan tingkat partisipasi karena tingkat partisipasi ini

menentukan besarnya pembagian keuntungan dari hasil investasi yang akan diberikan kepada

tertanggung. Oleh karena itu tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan tingkat

partisipasi yang optimum dan melihat perubahan tingkat partisipasi ketika jangka waktu

kontrak asuransi, suku bunga, usia tertanggung dan volatilitas berubah. Data yang digunakan

dalam penelitian ini adalah data saham penutupan harian PT. Astra Internasional Tbk tahun

2014 dan data suku bunga BI bulan Desember tahun 2014. Hasil penelitian ini menunjukkan

bahwa tingkat partisipasi asuransi jiwa endowmen unit linkdengan metode point to point

semakin meningkat ketika jangka waktu kontrak asuransi semakin lama dan suku bunga bebas

resiko semakin tinggi dan tingkat partisipasi semakin menurun ketika usia tertanggung

semakin tua dan volatilitas semakin besar.

Kata Kunci : Asuransi Jiwa Endowmen Unit Link, Point To Point, Tingkat Partisipasi

PENDAHULUAN

Dalam menjalani kehidupannya, manusia

tidak dapat dihindarkan dari berbagai macam

resiko yang mengancam jiwanya, diantaranya

adalah resiko yang disebabkan karena

kecelakaan, hari tua dan kematian. Akibat dari

resiko tersebut, seseorang dihadapkan pada

masalah kerugian finansial. Untuk menghadapi

kondisi seperti itu, maka dibutuhkan suatu

jaminan finansial. Salah satu lembaga yang bisa

diandalkan untuk meminimalkan resiko yang

disebabkan karena kecelakaan, hari tua dan

kematian adalah asuransi jiwa. Dengan asuransi

jiwa maka biaya hidup seorang tertanggung dapat

tetap ditopang dan memperoleh jaminan

keuangan.

Saat ini banyak sekali produk asuransi

jiwa yang ditawarkan oleh perusahaan asuransi.

Produk asuransi jiwa yang paling diminati oleh

konsumen adalah asuransi jiwa endowmen unit

link. Asuransi jiwa endowmen unit link

merupakan produk asuransi yang

menggabungkan antara unsur proteksi dan

investasi. Premi yang dibayarkan konsumen pada

asuransi jiwa endowmen unit link sebagian

digunakan untuk asuransi jiwa dan sebagian lagi

untuk investasi diberbagai instrumen investasi

seperti deposito, saham, obligasi dan lain

sebagainya.

Terdapat tiga metode yang umum

digunakan dalam menghitung premi asuransi jiwa

unit link antara lain metode point to point ,

annual ratchet dan high water mark. Metode

point to point memiliki kelebihan dibandingkan

dengan dua metode yang lain, kelebihannya

adalah melindungi nasabah terhadap penurunan

harga saham di tengah jalan (Hardy, 2003).

Penentuan besarnya premi asuransi jiwa

endowmen unit link sangat dipengaruhi sekali

oleh besarnya tingkat partisipasi (Gaillardetz dan

Lakhmiri, 2011), karena tingkat partisipasi ini

menentukan besarnya pembagian keuntungan

dari investasi yang akan diterima oleh

tertanggung. Oleh sebab itu sangat penting sekali

bagi perusahaan asuransi yang menjual produk

unit link untuk menentukan tingkat partisipasi

yang optimum sehingga pihak tertanggung dan

perusahaan asuransi sama-sama memperoleh

keuntungan.

Menurut Perdana (2013), tingkat

partisipasi asuransi jiwa endowmen unit link

dengan metode annual ratchet semakin

Page 2: PENENTUAN TINGKAT PARTISIPASI PADA ASURANSI … · dan Ф adalah fungsi densitas dari distribusi Normal Standart. ... unit link seperti yang tertera pada Tabel 2 dan Gambar 2 sebagai

Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora Vol 3 No 2 September 2015 | 2

ISSN : 2302-3791

meningkat ketika jangka waktu kontrak asuransi

semakin lama dan suku bunga bebas resiko

semakin tinggi dan tingkat partisipasi semakin

menurun ketika usia tertanggung semakin tua dan

volatilitas semakin besar. Hayati (2014) dan

Kholijah (2014) dalam penelitiannya juga

menentukan tingkat partisipasi asuransi jiwa

endowmen unit link dengan menggunakan

metode masing-masing point to point dan high

water mark. Penelitian yang dilakukan oleh

Hayati (2014) dan Kholijah (2014) juga

memberikan kesimpulan yang sama dengan

Perdana (2013) tentang perubahan tingkat

partisipasi ketika jangka waktu kontrak asuransi,

suku bunga, usia tertanggung dan volatilitas

berubah. Dalam penelitian Perdana (2013),

Hayati (2014) dan Kholijah (2014) selain

menentukan tingkat partisipasi, ketiganya juga

melakukan penentuan premi asuransi jiwa

endowmen unit link.

Mengingat pentingnya menentukan

tingkat partisipasi pada asuransi jiwa endowmen

unit link, maka tujuan penelitian ini adalah untuk

menentukan tingkat partisipasi yang optimum

menggunakan metode point to point dan melihat

perubahan tingkat partisipasi ketika jangka waktu

kontrak asuransi, suku bunga, usia tertanggung

dan volatilitas berubah.

TINJAUAN PUSTAKA

1. Volatilitas Return Saham

Volatilitas return saham (σ) merupakan

standar deviasi dari log return saham pada

periode tahunan. Volatilitas return saham

digunakan untuk menunjukkan fluktuasi saham

dan mengetahui seberapa besar resiko dari

saham. Jika volatilitas besar maka harga saham

cenderung fluktuasinya tinggi dan resikonya juga

tinggi. Sedangkan jika volatilitasnya kecil, maka

fluktuasi harga saham cenderung konstan dan

kecil dan resikonya juga kecil. Rumus untuk

menghitung volatilitas return saham tahunan

adalah sebagai berikut (Hull, 2009):

1

)(1

2

n

uu

xk

n

i

i

(1)

Dimana u adalah log return saham, u adalah

rata-rata log return saham dan k adalah

banyaknya periode perdagangan dalam satu

tahun.

2. Asuransi Jiwa Endowmen

Asuransi jiwa endowmen atau yang disebut

juga asuransi jiwa dwi guna adalah asuransi jiwa

yang memberikan dua manfaat sekaligus yaitu

memberikan uang pertanggungan ketika

tertanggung meninggal dalam periode tertentu

dan memberikan uang pertanggungan jika

tertanggung masih hidup pada masa akhir

pertanggungan. Nilai actuarial present value dari

asuransi jiwa endowmen yaitu (Bowers, et al,

1997):

𝐴𝑥 :𝑛| = 𝐴𝑥 :𝑛| 1 + nEx (2)

𝐴𝑥 :𝑛| = 𝑣𝑘+1 𝑛−1𝑘=0 kpx qx+k + v

n npx

3. Asuransi JiwaUnit Link

Asuransi jiwa unit link merupakan produk

asuransi yang menggabungkan unsur proteksi dan

investasi dalam satu produk. Dengan

menggunakan asuransi jiwa unit link, nasabah

tidak perlu kesulitan lagi mendatangi dua tempat

yaitu perusahaan asuransi dan perusahaan

pengelola investasi. Pilihan instrumen

investasinya juga beragam, dari yang resiko

rendah sampai resiko tinggi, diantaranya adalah

deposito, obligasi, saham dan lain sebagainya.

4. Nilai Sekarang Aktuaria dan Tingkat

Partisipasi Asuransi Jiwa Endowmen

Unit Link dengan Metode Point to Point

Metode point-to-point adalah salah satu

metode pengindeksan yang membagi indeks pada

tanggal akhir kontrak dengan indeks pada awal

penerbitan kontrak asuransi dan dikurangi satu.

Secara matematis, metode point-to-point dapat

ditulis sebagai berikut (Hardy, 2003):

R(t) = 𝑆 𝑡

𝑆 0 – 1 (3)

Dimana S(t) adalah harga saham pada akhir

kontrak asuransi dan S(0) adalah harga saham

pada awal penerbitan kontrak asuransi.

Struktur manfaat dari suatu investasi pada

waktu t dengan point to point adalah sebagai

berikut (Gaillardetz dan Lakhmiri, 2011):

Dα(t) = max[min[1+ α R(t), (1 + ζ)t], β(1 + g)

t]

(4)

Keterangan :

Dα(t) = struktur manfaat dari suatu investasi

pada waktu t

Page 3: PENENTUAN TINGKAT PARTISIPASI PADA ASURANSI … · dan Ф adalah fungsi densitas dari distribusi Normal Standart. ... unit link seperti yang tertera pada Tabel 2 dan Gambar 2 sebagai

Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora Vol 3 No 2 September 2015 | 3

ISSN : 2302-3791

R(t) = keuntungan yang diperoleh pada waktu

t, dimana R(t) dihitung dengan

menggunakan metode point to point.

α = tingkat partisipasi

ζ = tingkat suku bunga cap (batas atas)

β = besarnya persentase pengembalian

g = tingkat suku bunga jaminan

t = jangka waktu kontrak

Nilai kontrak dari struktur manfaat

menggunakan metode point to point pada waktu

t(0 ≤ t ≤ n) adalah sebagai berikut (Gaillardetz

dan Lakhmiri, 2011):

Π(t,n) = tnCtSCgCe ntnr )())1(()1[()(

dengan

C= tn

tS

gtnr

n

)

)(

)1()1(ln())(

2

1( 2

(5)

dan Ф adalah fungsi densitas dari distribusi

Normal Standart.

Sehingga diperoleh nilai sekarang

aktuaria asuransi jiwa endowmen unit link adalah

sebagai berikut:

𝐴𝑥 :𝑛| =

1

0

)1,0(n

k

k kpx qx+k + Π(0,n) npx

(6)

Menurut Gaillardetz dan Lakhmiri

(2011), besarnya tingkat partisipasi asuransi jiwa

endowmen unit link dapat dihitung dengan

menggunakan persamaan berikut ini:

1

0

)1,0(n

k

k kpx qx+k+Π(0,n) npx= 1 (7)

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan data

sekunder dan data simulasi. Data sekundernya

berupa data probabilitas hidup mengikuti tabel

mortalita Indonesia II tahun 1999, data harga

penutupan saham PT Astra Internasional Tbk

(ASII) selama tahun 2014 dan data suku bunga

BI. Penelitian ini dimulai dengan menentukan

tingkat partisipasi optimum pada data simulasi,

kemudian melihat perubahan tingkat partisipasi

ketika jangka waktu kontrak asuransi, suku

bunga, usia tertanggung dan volatilitas berubah.

Pengelolahan data pada penelitian ini

menggunakan Software R 2.14.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Dari data harga penutupan saham PT

Astra Internasional Tbk (ASII) selama tahun

2014 diperoleh rata-rata log return saham sebesar

0,000274 dan diperoleh nilai volatilitas return

saham sebesar 0,27189. Data suku bunga bebas

resiko yang digunakan dalam penelitian ini

mengacu pada suku bunga Bank Indonesia yang

dikeluarkan pada tanggal 11 Desember 2014

yang besarnya 7,75%. Selanjutnya data-data

tersebut akan dikombinasikan dengan data hasil

simulasi untuk menentukan tingkat partisipasi

yang optimum pada asuransi jiwa endowmen unit

link. Adapun diskripsi data simulasinya adalah

seorang laki-laki sebagai tertanggung berusia 45

tahun akan membeli produk asuransi jiwa

endowmen unit link selama 5 tahun dengan jenis

investasi yang dipilih berupa saham PT. Astra

Internasional Tbk (ASII). Saham dibeli pada

tanggal 2 Januari 2015 dengan harga

Rp.74.250,00. Saham yang dibeli sebanyak 5 lot

saham (2500 lembar saham).

Tingkat Partisipasi Optimum Asuransi Jiwa

Endowmen Unit Link pada Investasi Saham

PT. Astra Internasional Tbk.

Berdasarkan data simulasi, diketahui

bahwa :

Usia (x) = 45 tahun

Harga saham awal(S(0)) = Rp. 74.250

Jangka waktu kontrak(n) = 5 tahun

Volatilitas(σ) = 0,27189

Suku bunga bebas resiko(r) = 0,0775

Jumlah saham(j) = 2500

Garansi(β) = 90%

Suku bunga garansi (g) = 5%

Setelah dilakukan perhitungan dengan

bantuan software R 2.14, diperoleh tingkat

partisipasi asuransi jiwa endowmen unit link

pada investasi saham PT. Astra Internasional

Tbk yang optimum sebesar 69,58%.

Tingkat Partisipasi Asuransi Jiwa Endowmen

Unit Link dengan Jangka Waktu Kontrak

Bervariasi

Usia(x) = 45 tahun

Harga saham awal(S(0)) = Rp.74.250

Jangka waktu kontrak(n) = 2-20 tahun

Page 4: PENENTUAN TINGKAT PARTISIPASI PADA ASURANSI … · dan Ф adalah fungsi densitas dari distribusi Normal Standart. ... unit link seperti yang tertera pada Tabel 2 dan Gambar 2 sebagai

Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora Vol 3 No 2 September 2015 | 4

ISSN : 2302-3791

Volatilitas(σ) = 0,27189

Suku bunga bebas resiko(r) = 0,0775

Jumlah saham(j) = 2500

Garansi(β) = 90%

Suku bunga garansi (g) = 5%

Dari data simulasi tersebut diperoleh

tingkat partisipasi asuransi jiwa endowmen

unit link seperti yang tertera pada Tabel 1 dan

Gambar 1 berikut ini: Tabel 1. Tingkat Partisipasi dengan Jangka

Waktu Kontrak Bervariasi

Jangka Waktu

Kontrak (n)

Tingkat

Partisipasi

2 65,18

4 68,19

6 70,85

8 73,05

10 74,90

12 76,47

14 77,84

16 79,04

18 80,09

20 81,03

Gambar 1. Grafik Tingkat Partisipasi dengan

Jangka Waktu Kontrak Bervariasi

Dari Tabel 1 dan Gambar 1, dapat kita

ketahui bahwa semakin lama jangka waktu

kontrak maka tingkat partisipasi juga semakin

meningkat. Seiring dengan semakin lamanya

jangka waktu kontrak asuransi, maka keuntungan

yang diperoleh dari hasil investasi juga semakin

besar. Sehingga proporsi keuntungan yang

diperoleh perusahaan asuransi dan tertanggung

juga semakin besar. Untuk jangka waktu kontrak

yang kurang dari 5 tahun, tingkat partisipasi

sudah mencapai angka lebih dari 65%.

Tingkat Partisipasi Asuransi Jiwa Endowmen

Unit Link dengan Usia Tertanggung

Bervariasi

Usia (x) = 0 - 95 tahun

Harga saham awal(S(0)) = Rp. 74.250

Jangka waktu kontrak(n) = 5 tahun

Volatilitas (σ) = 0,27189

Suku bunga bebas resiko(r)= 0,0775

Jumlah saham(j) = 2500

Garansi(β) = 90%

Suku bunga garansi (g) = 5%

Dari data simulasi tersebut diperoleh

tingkat partisipasi asuransi jiwa endowmen

unit link seperti yang tertera pada Tabel 2

dan Gambar 2 sebagai berikut:

Tabel 2. Tingkat Partisipasi dengan Usia

Tertanggung Bervariasi

Gambar 2. Grafik Tingkat Partisipasi dengan

Usia Tertanggung Bervariasi

5 10 15 20

60

65

70

75

80

Jangka Waktu Kontrak

(tahun)

Tin

gka

t P

art

isip

asi (%

)

Grafik Tingkat Partisipasi dengan

Jangka Waktu Kontrak Bervariasi

0 20 40 60 80

62

64

66

68

usia

(tahun)

Tin

gka

t P

art

isip

asi (%

)

Grafik Tingkat Partisipasi dengan

Usia Tertanggung Bervariasi

Page 5: PENENTUAN TINGKAT PARTISIPASI PADA ASURANSI … · dan Ф adalah fungsi densitas dari distribusi Normal Standart. ... unit link seperti yang tertera pada Tabel 2 dan Gambar 2 sebagai

Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora Vol 3 No 2 September 2015 | 5

ISSN : 2302-3791

Dari Tabel 2 dan Gambar 2 di atas, dapat

diketahui bahwa tingkat partisipasi asuransi jiwa

endowmen unit link dengan metode point to point

relative sama jika usia tertanggung dibawah 70

tahun. Namun ketika usia tertanggung lebih dari

70 tahun, besarnya tingkat partisipasi semakin

menurun.

Tingkat Partisipasi Asuransi Jiwa Endowmen

Unit Link dengan Volatilitas Bervariasi

Usia (x) = 45 tahun

Harga saham awal (S(0)) = Rp. 74.250

Jangka waktu kontrak(n) = 5 tahun

Volatilitas(σ) = 0% - 100%

Suku bunga bebas resiko(r) = 0,0775

Jumlah saham(j) = 2500

Garansi(β) = 90%

Suku bunga garansi (g) = 5%

Dari data simulasi tersebut diperoleh

tingkat partisipasi asuransi jiwa endowmen unit

link seperti yang tertera pada Tabel 3 dan

Gambar 3 sebagai berikut:

Tabel 3. Tingkat Partisipasi dengan Volatilitas

Bervariasi

Volatilitas

(σ)

Tingkat

Partisipasi

0 100

0,1 95,87

0,2 80,01

0,3 66,04

0,4 55,70

0,5 48,09

0,6 42,39

0,7 38,05

0,8 34,70

0,9 32,06

1 29,98

Gambar 3. Grafik Tingkat Partisipasi dengan

Volatilitas Bervariasi

Berdasarkan Tabel 3 dan Gambar 3 di atas,

dapat diketahui bahwa tingkat partisipasi asuransi

jiwa endowmen unit link semakin menurun

ketika volatilitas return saham semakin naik. Hal

ini dikarenakan semakin besar besar volatilitas

return saham, maka semakin besar keuntungan

yang diperoleh perusahaan asuransi dengan

resiko yang besar. Sebaliknya jika volatilitas

return saham semakin kecil, maka resiko saham

tersebut juga kecil, akibatnya keuntungan yang

diperoleh juga kecil. Jadi ketika saham beresiko

besar (volatilitas besar), maka tingkat kerugian

yang akan diderita perusahaan juga semakin

besar, sehingga tingkat partisipasi nilainya

semakin kecil.

Tingkat Partisipasi Asuransi Jiwa Endowmen

Unit Link dengan Suku Bunga Bebas Resiko

Bervariasi

Usia (x) = 45 tahun

Harga saham awal(S(0)) = Rp. 74.250

Jangka waktu kontrak(n) = 5 tahun

Volatilitas (σ) = 0,27189

Suku bunga bebas resiko(r) = 0% - 15%

Jumlah saham(j) = 2500

Garansi(β) = 90%

Suku bunga garansi (g) = 5%

Dari data simulasi tersebut diperoleh tingkat

partisipasi asuransi jiwa endowmen unit link

seperti yang tertera pada Tabel 4 dan Gambar 4

sebagai berikut:

0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0

40

60

80

10

0

Volatilitas

(tahun)

Tin

gka

t P

art

isip

asi (%

)

Grafik Tingkat Partisipasi dengan

Volatilitas Bervariasi

Page 6: PENENTUAN TINGKAT PARTISIPASI PADA ASURANSI … · dan Ф adalah fungsi densitas dari distribusi Normal Standart. ... unit link seperti yang tertera pada Tabel 2 dan Gambar 2 sebagai

Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora Vol 3 No 2 September 2015 | 6

ISSN : 2302-3791

Tabel 4. Tingkat Partisipasi dengan Suku Bunga

Bervariasi

Suku Bunga

(r)

Tingkat

Partisipasi

0,01 10,01

0,02 10,01

0,03 14,90

0,04 33,43

0,05 46,27

0,06 56,37

0,07 64,50

0,08 71,11

0,09 76,50

0,10 80,90

0,11 84,50

0,12 87,44

0,13 89,84

0,14 91,80

0,15 93,40

Gambar 4. Grafik Tingkat Partisipasi dengan Suku

Bunga Bervariasi

Terlihat pada Tabel 4 dan Gambar 4,

bahwa tingkat partisipasi asuransi jiwa

endowmen unit link semakin besar ketika tingkat

suku bunga bebas resiko semakin besar. Hal ini

dikarenakan suku bunga bebas resiko merupakan

variabel dari fungsi diskonto, sehingga ketika

suku bunga bebas resiko semakin besar, maka

semakin kecil nilai fungsi diskonto dan semakin

kecil pula keuntungan dari investasi tersebut.

KESIMPULAN

Kesimpulan yang dapat diambil

berdasarkan analisis yang telah dilakukan adalah

sebagai berikut:

1. Besarnya tingkat partisipasi optimum untuk

asuransi jiwa endowmen unit link dengan

metode point to point yang diikuti oleh

seorang tertanggung berusia 45 tahun yang

membeli saham PT. Astra Internasional Tbk

sebanyak 5 lot dengan tingkat suku bunga BI

7,75%, garansi 90% , suku bunga garansi

5% dan jangka waktu kontrak 5 tahun adalah

sebesar 69,58%.

2. Perubahan besarnya tingkat partisipasi

asuransi jiwa endowmen unit link dengan

metode point to point jika jangka waktu

kontrak, usia tertanggung, volatilitas return

saham dan suku bunga bebas resiko

bervariasi adalah sebagai berikut:

a. Semakin lama jangka waktu kontrak

maka tingkat partisipasi juga semakin

meningkat.

b. Tingkat partisipasi asuransi jiwa

endowmen unit link dengan metode

point to point relative sama jika usia

tertanggung dibawah 70 tahun dan

ketika usia tertanggung lebih dari 70

tahun, besarnya tingkat partisipasi

semakin menurun.

c. Tingkat partisipasi asuransi jiwa

endowmen unit link semakin menurun

ketika volatilitas return saham semakin

naik.

d. Tingkat partisipasi asuransi jiwa

endowmen unit link semakin besar

ketika tingkat suku bunga bebas resiko

semakin besar.

DAFTAR PUSTAKA

Bowers, N.L, Gerber, H.U, Hickman, J.C, Jones,

D.A dan Nesbitt, CJ , (1997), Actuarial

Mathematics, Illinois : The Sociaty

Actuaties, Schaumburg.

Gaillardetz, P dan Lakhmiri, J.Y. (2011), “ A

New Premium Principle For Equity-

Indexed Annuities”, The Journal of Risk

and Insurance, Vol.78, No.1, hal. 245-

265.

Hardy, M , (2003), Investment Guarantees :

Modelling and Risk Management for

Equity-Linked Life Insurance, John Wiley

& Sons, Inc, USA.

0.02 0.04 0.06 0.08 0.10 0.12 0.14

20

40

60

80

Suku Bunga

(tahun)

Tin

gka

t P

art

isip

asi (%

)

Grafik Tingkat Partisipasi dengan

Suku Bunga Bervariasi

Page 7: PENENTUAN TINGKAT PARTISIPASI PADA ASURANSI … · dan Ф adalah fungsi densitas dari distribusi Normal Standart. ... unit link seperti yang tertera pada Tabel 2 dan Gambar 2 sebagai

Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora Vol 3 No 2 September 2015 | 7

ISSN : 2302-3791

Hayati, Erna. (2014). Penentuan Tingkat

Partisipasi dan Premi Bulanan Untuk

Kontrak Asuransi Jiwa Endowmen Unit

Link Dengan Menggunakan Metode Point

to Point, Tesis Master, Jurusan Statistika

FMIPA ITS, Tesis, Surabaya.

Hull, J.C,(2009), Options, Futures and Other

Derivatives, Pearson Prentice Hall, USA.

Kholijah, Gusmi. (2014). Penentuan Tingkat

Partisipasi dan Premi Tunggal Bersih

Pada Kontrak Asuransi Jiwa Endowmen

Unit Link Dengan Metode High Water

Mark, Tesis Master, Jurusan Statistika

FMIPA ITS, Tesis, Surabaya.

Perdana, H. (2013). Penentuan Premi dan

Tingkat Partisipasi untuk Kontrak

Asuransi Jiwa Dwiguna Unit Link Dengan

Menggunakan Metode Annual Ratchet,

Tesis Master, Jurusan Statistika FMIPA

UGM, Tesis, Yogyakarta.

Page 8: PENENTUAN TINGKAT PARTISIPASI PADA ASURANSI … · dan Ф adalah fungsi densitas dari distribusi Normal Standart. ... unit link seperti yang tertera pada Tabel 2 dan Gambar 2 sebagai

Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora Vol 3 No 2 September 2015 | 8

ISSN : 2302-3791

TINJAUAN YURIDIS PERKARA KEPAILITAN MENURUT

UNDANG – UNDANG NOMOR 37 TAHUN 2004 TENTANG KEPAILITAN

Dhevi Nayasari Sastradinata *)

*)

Dosen Fakultas Hukum Universita Islam Lamongan

ABSTRAK

Berlatar belakang Gejolak moneter yang mulai terjadi pada bulan Juli 1997 di Indonesia,

mengakibatkan lengsernya Presiden Soeharto sebagai Presiden Republik Indonesia pada

tanggal 21 Mei 1998. Kondisi ini telah menyebabkan utang-utang para pengusaha Indonesia

dalam valuta asing, terutama terhadap kreditor luar negeri menjadi membengkak luar biasa

sehingga mengakibatkan sebagian besar debitor tidak mampu membayar utang-utangnya

Kata Kunci : Tinjauan Yuridis, Perkara Kepailitan

PENDAHULUAN

Masalah utama dewasa ini, para hakim

dalam praktik menerapkan Undang-Undang

Kepailitan secara legistis, mendasarkan pada

“syarat-syarat pailit” sebagaimana termaktub

dalam Pasal 2 Undang-Undang Nomor 37

Tahun 2004. Sebagaimana juga Undang-

Undang Nomor 4 Tahun 1998 yang

digantikannya, sedangkan “syarat-syarat pailit”

tersebut tidak rasional, karena permohonan

kepailitan dapat diajukan dan putusan pailit

oleh Pengadilan Niaga dapat diajukan terhadap

debitor yang masih solven.1

Sebagaimana diketahui, sebelum gejolak

moneter tahun 1997, Indonesia telah memiliki

peraturan kepailitan, yaitu Faillissements-

verordening S.1905-217 jo S.1906 – 348.

Sekalipun sejak Indonesia merdeka pada

tanggal 17 Agustus 1945 sampai saat

Faillissements-verordening tersebut diubah dan

ditambah, syaratsyarat kepailitan sebagaimana

ditentukan di dalam Pasal 1 peraturan

kepailitan tersebut tidak pernah

dipermasalahkan oleh dunia usaha.

Menurut Pasal 1 Faillissements-

verordening tersebut, syarat untuk dapat

mengajukan permohonan pailit adalah :

“setiap debitor yang berada dalam

keadaan berhenti membayar kembali

utang tersebut, baik atas permintaannya

sendiri maupun atas permintaan seorang

kreditor atau beberapa orang kreditornya,

dapat diadakan putusan oleh hakim yang

1 Sutan Remy Sjahdeini. Hukum Kepailitan, penerbit :

Grafiti, Jakarta, 2002, hlm. 29

menyatakan bahwa debitor yang

bersangkutan dalam keadaan pailit”2.

Syarat-syarat pailit sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 1 Faillissements-

verordening tersebut hanya memberikan

kemungkinan untuk mengajukan permohonan

pailit terhadap debitor yang telah berada dalam

keadaan berhenti membayar kembali utang-

utangnya. Artinya, debitor tersebut telah dalam

keadaan insolven.Ketentuan mengenai syarat

pailit sebagaimana dimaksud sebelum diatur

dalam Faillissements-verordening, diatur dalam

ketentuan perundang-undangan yang terpisah

bagi pedagang.

Bagi pedagang termuat dalam peraturan

tentang ketidak mampuan pedagang, yakni

dalam Wet Boek van Koophandel (WvK), buku

ketiga yang berjudul van de voorziening in

geval van onvermogen van kooplieden. Sedang

bagi orang-orang bukan pedagang, termuat

dalam peraturan tentang keadaan nyata-nyata

tidak mampu, yakni dalam Reglement op de

Rechtsvordering (Rv), staatblad tahun 1847

nomor 52 juncto staatblad tahun 1949 nomor

63, buku ketiga, bab ketujuh yang berjudul Den

staat van kennelijk onvermogen Pasal 899

sampai dengan 915.

Dari sejarah sebelum diaturnya syarat-

syarat pailit dalam Faillissements-verordening,

meskipun masih terpisah, namun telah

menyatakan bahwa syarat untuk dapat

dinyatakan pailit, baik bagi pedagang maupun

bagi bukan pedagang, sebagaimana dapat

2 Sutan Remy Sjahdeini, Op Cit., hlm. 28.

Page 9: PENENTUAN TINGKAT PARTISIPASI PADA ASURANSI … · dan Ф adalah fungsi densitas dari distribusi Normal Standart. ... unit link seperti yang tertera pada Tabel 2 dan Gambar 2 sebagai

Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora Vol 3 No 2 September 2015 | 9

ISSN : 2302-3791

dilihat dari kedua judul ketentuan syarat-

sayarat pailit yakni

WvK dan Rv yang berlaku pada waktu

itu, adalah tidak mempunyai (onvermogen)

seseorang untuk membayar utangnya.Setelah

tidak dipisahkan lagi ketentuan tentang syarat-

syarat pailit bagi pedagang dan bukan

pedagang, maka yang dimaksud dalam

Faillissements-verordening (Fv) dengan setiap

debitor yang dalam keadaan berhenti

membayar kembali utang, sebagaimana

termaktub dalam Pasal 1 Faillissements-

verordening, adalah setiap debitor yang dalam

keadaan berhenti membayar kembali utangnya,

karena tidak mampu membayar utangnya, yang

terjadi karena keadaan finansialnya atau aset

yang tidak cukup.

Sejak diberlakukannya undang-undang

Nomor 4 Tahun 1998 yang kemudian diganti

dengan undang-undang Nomor 37 Tahun 2004,

maka debitor yang masih dalam keadaan

solven-pun juga dapat dimohonkan oleh

kreditor untuk dinyatakan pailit asal memenuhi

syarat yang ditentukan dalam Pasal 2 Undang-

Undang Nomor 37 Tahun 2004. Berdasarkan

pasal tersebut, seorang debitor dapat

dinyatakan pailit jika mempunyai dua atau

lebih kreditor dan tidak membayar lunas

sedikitnya satu utang yang telah jatuh waktu

dan dapat ditagih.

Permasalahan mengenai syarat-syarat

pailit baru muncul setelah dibentuknya

Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-

Undang Nomor 1 Tahun 1998 sebagaimana

kemudian telah diterima dan disahkan oleh

DPR menjadi Undang-Undang Nomor 4 Tahun

1998. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1998

tersebut bukan sekedar menggantikan

Faillissements-verordening tetapi mengubah

dan menambah isinya.Termasuk yang diubah

dari Faillissements-verordening adalah syarat-

syarat kepailitan yang disebutkan dalam Pasal 1

Faillissements-verordening.

Bunyi syarat-syarat kepailitan diubah

menjadi berbunyi :

“debitor yang mempunyai dua atau lebih

kreditor dan tidak membayar sedikitnya satu

utang yang telah jatuh waktu dan dapat

ditagih, dinyatakan pailit dengan putusan

pengadilan yang berwenang sebagaimana

dimaksud dalam pasal 2, baik atas

permohonannya sendiri, maupun atas

permintaan seorang atau lebih kreditornya”.

Dengan diubahnya syarat-syarat pailit

tersebut, maka bukan hanya debitor insolven

saja yang dapat diputuskan pailit oleh

Pengadilan Niaga tetapi juga debitor yang

masih solven.Perubahan syarat-syarat pailit

tersebut telah menjadi ancaman bagi

perkembangan dunia usaha, yang lebih lanjut

tidak mustahil dapat menimbulkan bencana

bagi perekonomian nasional.

Sangat disayangkan, ternyata Undang-

Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang

Kepailitan dan penundaan kewajiban

pembayaran utang yang menggantikan undang-

undang Nomor 4 Tahun 1998 masih

mengadopsi syarat-syarat pailit yang tidak

berbeda dengan syarat-syarat pailit menurut

Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1998

tersebut. Syarat-syarat pailit sebagaimana

ditentukan dalam Pasal 2 ayat (1) Undang-

Undang Nomor 37 Tahun 2004 adalah

:“Debitor yang mempunyai dua atau lebih

kreditor dan tidak membayar lunas sedikitnya

satu utang yang telah jatuh waktu dan dapat

ditagih, dinyatakan pailit dengan putusan

pengadilan yang berwenang, baik atas

permohonannya sendiri, maupun atas

permohonan seorang atau lebih kreditornya”.

UUK dan PKPU memberikan peluang

bagi debitor maupun kreditor untuk

mengajukan upaya perdamaian. Upaya

perdamaian (accord) dapat diajukan oleh salah

satu pihak guna mengakhiri suatu perkara yang

sedang berjalan atau mencegah timbulnya suatu

perkara. Perdamaian (accord) dalam kepailitan

diartikan sebagai suatu perjanjian perdamaian

antara debitor pailit dengan para kreditor .

Debitur pailit berhak untuk menawarkan

perdamaian kepada seluruh kreditor

berpiutangnya bersama-sama.

Beberapa ketentuan menyangkut rencana

perdamaian dalam UUK dan PKPU diuraikan

berikut ini. Ketentuan dalam Pasal 145 UUK

dan PKPU menentukan:

a. Apabila Debitor Pailit mengajukan

rencana perdamaian dan paling lambat

8 (delapan) hari sebelum rapat

pencocokan piutang menyediakannya

di Kepaniteraan Pengadilan agar dapat

dilihat dengan cuma-cuma oleh setiap

Page 10: PENENTUAN TINGKAT PARTISIPASI PADA ASURANSI … · dan Ф adalah fungsi densitas dari distribusi Normal Standart. ... unit link seperti yang tertera pada Tabel 2 dan Gambar 2 sebagai

Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora Vol 3 No 2 September 2015 | 10

ISSN : 2302-3791

orang yang berkepentingan, rencana

perdamaian tersebut wajib dibicarakan

dan diambil keputusan segera setelah

selesainya pencocokan piutang, kecuali

dalam hal yang ditentukan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal

147.

b. Bersamaan dengan penyediaan rencana

perdamaian sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) di Kepaniteraan

Pengadilan maka salinannya wajib

dikirimkan kepada masing-masing

anggota panitia kreditor sementara.

Pasal 146 UUK dan PKPU menentukan

bagi kurator dan panitia kreditor sementara

masing-masing wajib memberikan pendapat

tertulis tentang rencana perdamaian dalam

rapat sebagaimana dimaksud dalam Pasal

145 UUK dan PKPU. Pembicaraan dan

keputusan mengenai rencana perdamaian

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 145

UUK dan PKPU, ditunda sampai rapat

berikut yang tanggalnya ditetapkan oleh

Hakim Pengawas paling lambat 21 (dua

puluh satu) hari.

Kemudian Pasal 147 UUK dan PKPU

ditunda dalam hal :

“Apabila dalam rapat diangkat panitia

kreditor tetap yang tidak terdiri atas orang-

orang yang sama seperti panitia kreditor

sementara, sedangkan jumlah terbanyak

Kreditor menghendaki dari panitia kreditor

tetap pendapat tertulis tentang perdamaian

yang diusulkan tersebut; atau rencana

perdamaian tidak disediakan di Kepaniteraan

Pengadilan dalam waktu yang ditentukan,

sedangkan jumlah terbanyak Kreditor yang

hadir menghendaki pengunduran rapat.”

Kemudian dalam Pasal 148 UUK dan

PKPU menentukan :

“Dalam hal pembicaraan dan pemungutan

suara mengenai rencana perdamaian

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 147

ditunda sampai rapat berikutnya, Kurator

dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari setelah

tanggal rapat terakhir harus memberitahukan

kepada Kreditor yang diakui atau Kreditor

yang untuk sementara diakui yang tidak

hadir pada rapat pencocokan piutang dengan

surat yang memuat secara ringkas isi rencana

perdamaian tersebut”.

Kemudian dalam Pasal 149 UUK dan

PKPU ayat 1 dan 2 ditentukan :

Ayat 1 : “Pemegang gadai, jaminan fidusia,

hak tanggungan, hipotek, atau hak agunan

atas kebendaan lainnya dan Kreditor yang

diistimewakan, termasuk Kreditor yang

mempunyai hak didahulukan yang dibantah,

tidak boleh mengeluarkan suara berkenaan

dengan rencana perdamaian, kecuali apabila

mereka telah melepaskan haknya untuk

didahulukan demi kepentingan harta pailit

sebelum diadakannya pemungutan suara

tentang rencana perdamaian tersebut”.

Ayat 2 : “Dengan pelepasan hak

sebagaimana dimaksud pada ayat (1),

mereka menjadi Kreditor konkuren, juga

dalam hal perdamaian tersebut tidak

diterima”.

Berdasarkan ketentuan-ketentuan

tersebut di atas, diketahui bahwa upaya

perdamaian hanya berlaku terhadap kreditor

konkuren (bersaing). Menurut Sunarmi

hanya kreditor konkurenlah yang berhak

untuk mengeluarkan suara terhadap rencana

perdamaian yang ditawarkan oleh debitor

pailit. Kreditor separatis, kreditor preferen

dengan hak untuk didahulukan tidak berhak

memberikan suaranya dalam rapat tentang

rencana perdamaian tersebut.

Jika kreditor separatis dan kreditor

preferen memberikan suaranya dalam rapat

rencana perdamaian, maka berarti bahwa

kreditor tersebut telah melepaskan hak-hak

istimewanya sebagaimana dalam KUH

Perdata dan selanjutnya berubah menjadi

kreditor konkuren, meskipun jika pada

akhirnya rencana perdamaian tersebut tidak

diterima, kreditor ini tetap menjadi kreditor

konkuren.

sebagaimana telah disinggung

mengenai rencana perdamaian di atas, bahwa

yang menawarkan perdamaian dalam

kepailitan harus lah dari pihak si pailit

(debitor pailit). Diajukannya rencana

perdamaian ini oleh debitor pailit,

disebabkan oleh karena kemungkinan alasan-

alasan berikut ini :

a. Mungkin debitor pailit menawarkan

kepada kreditornya bahwa ia akan membayar

(sanggup membayar) dalam jumlah tertentu

dari utangnya (tidak dalam jumlah

keseluruhannya).

Page 11: PENENTUAN TINGKAT PARTISIPASI PADA ASURANSI … · dan Ф adalah fungsi densitas dari distribusi Normal Standart. ... unit link seperti yang tertera pada Tabel 2 dan Gambar 2 sebagai

Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora Vol 3 No 2 September 2015 | 11

ISSN : 2302-3791

b. Mungkin debitor pailit akan

menawarkan akor likuidasi (liquidatie

accord) di mana debitor pailit menyediakan

hartanya bagi kepentingan para kreditornya

untuk dijual di bawah pengawasan seorang

pengawas (pemberes), dan hasil

penjualannya dibagi untuk para kreditor. Jika

hasil penjualan itu tidak mencukupi, maka

debitor pailit dibebaskan dari dalam hal

membayar sisa utang yang belum terbayar.

c. Mungkin debitor pailit menawarkan

untuk meminta penundaan pembayaran dan

diperbolehkan mengangsur utangnya untuk

beberapa waktu.

Sebagaimana telah disinggung di atas,

bahwa dalam pengajuan perdamaian pada

PKPU berbeda dengan pengajuan

perdamaian dalam kepailitan. Perbedaan

perdamaian antara perdamaian pada PKPU

dan perdamaian pada kepailitan dapat dilihat

dari segi waktu, penyelesaian, syarat

penerimaan, dan kekuatan mengikat. Dari

segi waktu, perdamaian pada PKPU diajukan

diajukan pada saat atau setelah permohonan

PKPU sedangkan perdamaian pada

kepailitan diajukan setelah adanya putusan

pailit dari majelis hakim pengadilan

niaga.Dari segi penyelesaian, pembicaraan

penyelesaian perdamaian dilakukan pada

sidang pengadilan yang memeriksa

permohonan PKPU sedangkan perdamaian

pada kepailitan dibicarakan pada saat

verifikasi (rapat pencocokan piutang) yaitu

setelah adanya putusan pailit.

Dari segi syarat penerimaan, syarat

penerimaan perdamaian pada PKPU harus

disetujui 2/3 jumlah kreditor yang diakui dan

mewakili 3/4 dari jumlah piutang.

Sedangkan perdamaian dalam kepailitan

harus disetujui oleh 1/2 kreditor konkuren

yang mewakili paling sedikit 2/3 (dua

pertiga) dari jumlah seluruh piutang

konkuren yang diakui.Hal ini ditegaskan

dalam Pasal 151 UUK dan PKPU yang

menentukan syarat berikut ini :

“Rencana perdamaian diterima apabila

disetujui dalam rapat Kreditor oleh lebih dari

1/2 (satu perdua) jumlah kreditor konkuren

yang hadir dalam rapat dan yang haknya

diakui atau yang untuk sementara diakui,

yang mewakili paling sedikit 2/3 (dua

pertiga) dari jumlah seluruh piutang

konkuren yang diakui atau yang untuk

sementara diakui dari kreditor konkuren atau

kuasanya yang hadir dalam rapat tersebut”.

Selanjutnya dalam Pasal 152 UUK dan

PKPU ditentukan pula syarat-syarat dalam

hal :

“Apabila lebih dari 1/2 (satu perdua) jumlah

Kreditor yang hadir pada rapat Kreditor dan

mewakili paling sedikit 1/2 (satu perdua)

dari jumlah piutang Kreditor yang

mempunyai hak suara menyetujui untuk

menerima rencana perdamaian maka dalam

jangka waktu paling lambat 8 (delapan) hari

setelah pemungutan suara pertama diadakan,

diselenggarakan pemungutan suara kedua,

tanpa diperlukan pemanggilan.

“Pada pemungutan suara kedua,

Kreditor tidak terikat pada suara yang

dikeluarkan pada pemungutan suara

pertama”. Hasil dari rapat perundingan itu

kemudian dibuatkan berita acara yang

ditandatangani oleh hakim pengawas dan

penitera pengganti.

Dari segi kekuatan mengikat

perdamaian pada PKPU berlaku pada semua

kreditor sedangkan perdamaian pada

kepailitan hanya berlaku bagi kreditor

konkuren saja. Apakah perdamaian bisa

dilakukan setelah adanya putusan MA yang

menolak kasasi debitor pailit? Pada

prinsipnya UUK dan PKPU menjamin hak

debitor pailit untuk dapat menawarkan suatu

perdamaian kepada semua kreditor (Pasal

144 UUK dan PKPU) 3.

Akan tetapi, rencana perdamaian itu

harus diajukan oleh debitor pailit paling

lambat 8 (delapan) hari sebelum rapat

pencocokan piutang dengan

menyediakannya di Kepaniteraan Pengadilan

Niaga. Rencana perdamaian tersebut wajib

dibicarakan dan diambil keputusan segera

setelah selesainya pencocokan piutang (Pasal

145 ayat 1 UUK dan PKPU). Dengan kata

lain, rencana perdamaian ini diajukan setelah

adanya putusan pailit terhadap debitor oleh

Pengadilan Niaga.

Memang debitor pailit diberikan hak

untuk melakukan upaya hukum yaitu kasasi

3 Rahayu Hartini, 2008. Hukum Kepailitan. Malang :

UMM Press : hal 175 )

Page 12: PENENTUAN TINGKAT PARTISIPASI PADA ASURANSI … · dan Ф adalah fungsi densitas dari distribusi Normal Standart. ... unit link seperti yang tertera pada Tabel 2 dan Gambar 2 sebagai

Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora Vol 3 No 2 September 2015 | 12

ISSN : 2302-3791

ke MA (Pasal 11 ayat 1 UUK dan PKPU),

tetapi permohonan kasasi ini diajukan paling

lambat 8 (delapan) hari setelah tanggal

putusan yang dimohonkan kasasi diucapkan,

dengan mendaftarkan kepada Panitera

Pengadilan yang telah memutus permohonan

pernyataan pailit (Pasal 11 ayat 2 UUK dan

PKPU).Hal ini berarti rencana pengajuan

perdamaian tidak lagi dapat diajukan setelah

ada putusan dari MA yang menolak kasasi

yang diajukan oleh debitor pailit, karena

jangka waktu untuk pengajuan rencana

perdamaian telah lewat waktu. Rencana

pengajuan perdamaian dalam rangka

kepailitan hanya boleh dilakukan setelah

putusan pailit dijatuhkan Pengadilan Niaga

dan tidak boleh lewat dari 8 (delapan) hari

setelah jatuhnya putusan pailit.

Jadi, perdamaian tidak bisa dilakukan

setelah ada putusan MA yang menolak

kasasi debitor pailit. Kreditor yang telah

mengeluarkan suara menyetujui rencana

perdamaian atau Debitor Pailit, dapat

meminta kepada Pengadilan pembetulan

berita acara rapat dalam jangka waktu 8

(delapan) hari setelah tersedianya berita

acara rapat.

Selanjutnya menurut Pasal 156 UUK

“Dalam hal rencana perdamaian diterima

sebelum rapat ditutup, Hakim Pengawas

menetapkan hari sidang Pengadilan yang

akan memutuskan mengenai disahkan atau

tidaknya rencana perdamaian tersebut”.

Pengesahan oleh pengadilan seperti ini

disebut homologasi.

Sidang Pengadilan harus diadakan

paling singkat 8 (delapan) hari dan paling

lambat 14 (empat belas) hari setelah

diterimanya rencana perdamaian dalam rapat

pemungutan suara atau setelah

dikeluarkannya penetapan Pengadilan dalam

hal terdapat kekeliruan.Selama sidang,

Kreditor dapat menyampaikan kepada

Hakim Pengawas alasan-alasan yang

menyebabkan mereka menghendaki

ditolaknya pengesahan rencana perdamaian.

Pada hari yang ditetapkan Hakim Pengawas

dalam sidang terbuka memberikan laporan

tertulis, sedangkan tiap-tiap Kreditor baik

sendiri maupun kuasanya, dapat menjelaskan

alasan-alasan yang menyebabkan ia

menghendaki pengesahan atau penolakan

perdamaian.

Dalam permohonan penetapan itu,

rencana perdamaian yang diajukan dapat

diterima atau bahkan ditolak oleh pengadilan

Alasan rencana perdamaian tersebut ditolak

antara lain (Pasal 159 ayat (2) UUK):

1. harta Debitor, termasuk benda untuk

mana dilaksanakan hak untuk menahan suatu

benda, jauh lebih besar daripada jumlah yang

disetujui dalam perdamaian;

2. pelaksanaan perdamaian tidak cukup

terjamin; dan/atau

3. perdamaian itu dicapai karena penipuan,

atau persekongkolan dengan satu atau lebih

Kreditor, atau karena pemakaian upaya lain

yang tidak jujur dan tanpa menghiraukan

apakah Debitor atau pihak lain bekerjasama

untuk mencapai hal ini.

Bila penolakan pengesahan perdamaian

itu terjadi, baik Kreditor yang menyetujui

rencana perdamaian maupun Debitor Pailit,

dalam waktu 8 (delapan) hari setelah tanggal

putusan Pengadilan diucapkan, dapat

mengajukan kasasi. Namun, bila yang terjadi

sebaliknya yang berarti rencana perdamaian

tersebut dikabulkan maka Kreditor yang

menolak perdamaian atau yang tidak hadir

pada saat diadakan pemungutan suara dan

Kreditor yang menyetujui perdamaian

setelah mengetahui bahwa perdamaian

tersebut dicapai dapat mengajukan kasasi

dalam waktu 8 (delapan) hari setelah tanggal

pengesahan tersebut diucapkan.

Perdamaian yang disahkan berlaku

bagi semua Kreditor yang tidak mempunyai

hak untuk didahulukan, dengan tidak ada

pengecualian, baik yang telah mengajukan

diri dalam kepailitan maupun tidak. Putusan

pengesahan perdamaian yang telah

memperoleh kekuatan hukum tetap

merupakan atas hak yang dapat dijalankan

terhadap Debitor dan semua orang yang

menanggung pelaksanaan perdamaian

sehubungan dengan piutang yang telah

diakui, sejauh tidak dibantah oleh Debitor

Pailit. Dengan putusan perdamaian yang

telah berkekuatan hukum tetap itu pula,

maka kepailitan debitor dinyatakan berakhir.

Menurut Munir Fuady, ada 10 akibat

hukum yang terjadi dengan putusan

perdamaian itu, yaitu

Page 13: PENENTUAN TINGKAT PARTISIPASI PADA ASURANSI … · dan Ф adalah fungsi densitas dari distribusi Normal Standart. ... unit link seperti yang tertera pada Tabel 2 dan Gambar 2 sebagai

Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora Vol 3 No 2 September 2015 | 13

ISSN : 2302-3791

1. Setelah perdamaian, kepailitan

berakhir.

2. Keputusan penerimaan perdamaian

mengikat seluruh kreditor konkuren

3. Perdamaian tidak berlaku bagi kreditor

separatis dan kreditor yang diistimewakan.

4. Perdamaian tidak boleh diajukan dua

kali.

5. Perdamaian merupakan alas hak bagi

debitor

6. Hak-hak kreditor tetap berlaku

terhadap guarantor dan rekan debitor

7. Hak-hak kreditor tetap berlaku terhadap

benda-benda pihak ketiga.

Kewajiban debitor selanjutnya ialah

melaksanakan apa isi perdamaian dengan

baik, karena bila ia lalai melaksanakan isi

perdamaian maka kreditor bisa menuntut

pembatalan perdamaian yang bukan tidak

mungkin debitor kembali dalam keadaan

pailit. Dalam hal kepailitan dibuka kembali,

maka kali ini tidak dapat lagi ditawarkan

perdamaian. Kurator wajib seketika memulai

dengan pemberesan harta pailit.

METODE PENELITIAN

Tipe Penelitian hukum yang di lakukan

adalah penelitian Yuridis normatife (hukum

normatif) 4. Metode Penelitian Hukum

normatif adalah suatu prosedur penelitian

ilmiah untuk menemukan kebenaran

berdasarkan logika keilmuan hukum dari sisi

normatifnya. Oleh karena tipe penelitian

yang di gunakan adalah tipe penelitian

yuridis normatif, maka pendekatan yang

digunakan adalah pendekatan perundang-

undangan 5 (statute approach) dan

Bahan hukum yang di pergunakan

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Bahan hukum primer yakni bahan hukum

terdiri dari perundang-undangan, catatan

resmi, atau risalah dalam pembuatan

perundang-undangan dan putusan hakim.

Bahan sekunder adalah bahan hukum yang

diperoleh dari buku teks,jurnal-jurnal asing,

pendapat para sarjana dan kasus-kasus

hukum,serta symposium yang dilakukan para

4 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum,

Jakarta, UI Press, 1986, hlm.10 5 Peter Mahmud M., Penelitian Hukum, Kencana

Prenada Media Group: Jakarta, 2005, hal.96-97

pakar. Bahan Hukum tersier adalah bahan

hukum seperti kamus hukum, ensiklopedia

dan lain-lain.Maka dalam pengumpulan

bahan hukum penulis mengunakan studi

dokumen atau bahan pustaka dalam

penulisan skripsi ini.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pemberlakuan. Undang-Undang

Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan

penundaan kewajiban pembayaran

itang.Dengan diubahnya syarat-syarat pailit

tersebut, maka bukan hanya debitor insolven

saja yang dapat diputuskan pailit oleh

Pengadilan Niaga tetapi juga debitor yang

masih solven.Perubahan syarat-syarat pailit

tersebut telah menjadi ancaman bagi

perkembangan dunia usaha, yang lebih lanjut

tidak mustahil dapat menimbulkan bencana

bagi perekonomian nasional. Sangat

disayangkan, ternyata Undang-Undang

Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan

penundaan kewajiban pembayaran utang yang

menggantikan undang-undang Nomor 4

Tahun 1998 masih mengadopsi syarat-syarat

pailit yang tidak berbeda dengan syarat-syarat

pailit menurut Undang-Undang Nomor 4

Tahun 1998 tersebut.

Syarat-syarat pailit sebagaimana

ditentukan dalam Pasal 2 ayat (1) Undang-

Undang Nomor 37 Tahun 2004 adalah :

“Debitor yang mempunyai dua atau lebih

kreditor dan tidak membayar lunas sedikitnya

satu utang yang telah jatuh waktu dan dapat

ditagih, dinyatakan pailit dengan putusan

pengadilan yang berwenang, baik atas

permohonannya sendiri, maupun atas

permohonan seorang atau lebih kreditornya”.

UUK dan PKPU memberikan peluang

bagi debitor maupun kreditor untuk

mengajukan upaya perdamaian. Upaya

perdamaian (accord) dapat diajukan oleh

salah satu pihak guna mengakhiri suatu

perkara yang sedang berjalan atau mencegah

timbulnya suatu perkara. Perdamaian (accord)

dalam kepailitan diartikan sebagai suatu

perjanjian perdamaian antara debitor pailit

dengan para kreditor. Debitur pailit berhak

untuk menawarkan perdamaian kepada

seluruh kreditor berpiutangnya bersama-sama.

Page 14: PENENTUAN TINGKAT PARTISIPASI PADA ASURANSI … · dan Ф adalah fungsi densitas dari distribusi Normal Standart. ... unit link seperti yang tertera pada Tabel 2 dan Gambar 2 sebagai

Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora Vol 3 No 2 September 2015 | 14

ISSN : 2302-3791

Beberapa ketentuan menyangkut

rencana perdamaian dalam UUK dan PKPU

diuraikan berikut ini. Ketentuan dalam Pasal

145 UUK dan PKPU menentukan:

a. Apabila Debitor Pailit mengajukan

rencana perdamaian dan paling lambat 8

(delapan) hari sebelum rapat pencocokan

piutang menyediakannya di Kepaniteraan

Pengadilan agar dapat dilihat dengan cuma-

cuma oleh setiap orang yang berkepentingan,

rencana perdamaian tersebut wajib

dibicarakan dan diambil keputusan segera

setelah selesainya pencocokan piutang,

kecuali dalam hal yang ditentukan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 147.

b. Bersamaan dengan penyediaan rencana

perdamaian sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) di Kepaniteraan Pengadilan maka

salinannya wajib dikirimkan kepada masing-

masing anggota panitia kreditor sementara.

Pasal 146 UUK dan PKPU menentukan

bagi kurator dan panitia kreditor sementara

masing-masing wajib memberikan pendapat

tertulis tentang rencana perdamaian dalam

rapat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 145

UUK dan PKPU. Pembicaraan dan keputusan

mengenai rencana perdamaian sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 145 UUK dan PKPU,

ditunda sampai rapat berikut yang tanggalnya

ditetapkan oleh Hakim Pengawas paling

lambat 21 (dua puluh satu) hari.

Kemudian Pasal 147 UUK dan PKPU

ditunda dalam hal :

“Apabila dalam rapat diangkat panitia

kreditor tetap yang tidak terdiri atas orang-

orang yang sama seperti panitia kreditor

sementara, sedangkan jumlah terbanyak

Kreditor menghendaki dari panitia kreditor

tetap pendapat tertulis tentang perdamaian

yang diusulkan tersebut; atau rencana

perdamaian tidak disediakan di Kepaniteraan

Pengadilan dalam waktu yang ditentukan,

sedangkan jumlah terbanyak Kreditor yang

hadir menghendaki pengunduran rapat.”

Kemudian dalam Pasal 148 UUK dan

PKPU menentukan :

“Dalam hal pembicaraan dan pemungutan

suara mengenai rencana perdamaian

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 147

ditunda sampai rapat berikutnya, Kurator

dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari setelah

tanggal rapat terakhir harus memberitahukan

kepada Kreditor yang diakui atau Kreditor

yang untuk sementara diakui yang tidak hadir

pada rapat pencocokan piutang dengan surat

yang memuat secara ringkas isi rencana

perdamaian tersebut”.

Kemudian dalam Pasal 149 UUK dan

PKPU ayat 1 dan 2 ditentukan :

Ayat 1 : “Pemegang gadai, jaminan fidusia,

hak tanggungan, hipotek, atau hak agunan

atas kebendaan lainnya dan Kreditor yang

diistimewakan, termasuk Kreditor yang

mempunyai hak didahulukan yang dibantah,

tidak boleh mengeluarkan suara berkenaan

dengan rencana perdamaian, kecuali apabila

mereka telah melepaskan haknya untuk

didahulukan demi kepentingan harta pailit

sebelum diadakannya pemungutan suara

tentang rencana perdamaian tersebut”.

Ayat 2 : “Dengan pelepasan hak

sebagaimana dimaksud pada ayat (1), mereka

menjadi Kreditor konkuren, juga dalam hal

perdamaian tersebut tidak diterima”.

Berdasarkan ketentuan-ketentuan

tersebut di atas, diketahui bahwa upaya

perdamaian hanya berlaku terhadap kreditor

konkuren (bersaing). Menurut Sunarmi hanya

kreditor konkurenlah yang berhak untuk

mengeluarkan suara terhadap rencana

perdamaian yang ditawarkan oleh debitor

pailit. Kreditor separatis, kreditor preferen

dengan hak untuk didahulukan tidak berhak

memberikan suaranya dalam rapat tentang

rencana perdamaian tersebut.

Jika kreditor separatis dan kreditor

preferen memberikan suaranya dalam rapat

rencana perdamaian, maka berarti bahwa

kreditor tersebut telah melepaskan hak-hak

istimewanya sebagaimana dalam KUH

Perdata dan selanjutnya berubah menjadi

kreditor konkuren, meskipun jika pada

akhirnya rencana perdamaian tersebut tidak

diterima, kreditor ini tetap menjadi kreditor

konkuren.

Sebagaimana telah disinggung

mengenai rencana perdamaian di atas, bahwa

yang menawarkan perdamaian dalam

kepailitan harus lah dari pihak si pailit

(debitor pailit). Diajukannya rencana

perdamaian ini oleh debitor pailit, disebabkan

oleh karena kemungkinan alasan-alasan

berikut ini :

Page 15: PENENTUAN TINGKAT PARTISIPASI PADA ASURANSI … · dan Ф adalah fungsi densitas dari distribusi Normal Standart. ... unit link seperti yang tertera pada Tabel 2 dan Gambar 2 sebagai

Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora Vol 3 No 2 September 2015 | 15

ISSN : 2302-3791

a. Mungkin debitor pailit menawarkan

kepada kreditornya bahwa ia akan

membayar (sanggup membayar) dalam

jumlah tertentu dari utangnya (tidak dalam

jumlah keseluruhannya).

b. Mungkin debitor pailit akan menawarkan

akor likuidasi (liquidatie accord) di mana

debitor pailit menyediakan hartanya bagi

kepentingan para kreditornya untuk dijual

di bawah pengawasan seorang pengawas

(pemberes), dan hasil penjualannya dibagi

untuk para kreditor. Jika hasil penjualan

itu tidak mencukupi, maka debitor pailit

dibebaskan dari dalam hal membayar sisa

utang yang belum terbayar.

c. Mungkin debitor pailit menawarkan untuk

meminta penundaan pembayaran dan

diperbolehkan mengangsur utangnya

untuk beberapa waktu.

Sebagaimana telah disinggung di atas,

bahwa dalam pengajuan perdamaian pada

PKPU berbeda dengan pengajuan perdamaian

dalam kepailitan. Perbedaan perdamaian

antara perdamaian pada PKPU dan

perdamaian pada kepailitan dapat dilihat dari

segi waktu, penyelesaian, syarat penerimaan,

dan kekuatan mengikat. Dari segi waktu,

perdamaian pada PKPU diajukan diajukan

pada saat atau setelah permohonan PKPU

sedangkan perdamaian pada kepailitan

diajukan setelah adanya putusan pailit dari

majelis hakim pengadilan niaga.Dari segi

penyelesaian, pembicaraan penyelesaian

perdamaian dilakukan pada sidang pengadilan

yang memeriksa permohonan PKPU

sedangkan perdamaian pada kepailitan

dibicarakan pada saat verifikasi (rapat

pencocokan piutang) yaitu setelah adanya

putusan pailit.

Dari segi syarat penerimaan, syarat

penerimaan perdamaian pada PKPU harus

disetujui 2/3 jumlah kreditor yang diakui dan

mewakili 3/4 dari jumlah piutang. Sedangkan

perdamaian dalam kepailitan harus disetujui

oleh 1/2 kreditor konkuren yang mewakili

paling sedikit 2/3 (dua pertiga) dari jumlah

seluruh piutang konkuren yang diakui.Hal ini

ditegaskan dalam Pasal 151 UUK dan PKPU

yang menentukan syarat berikut ini :

“Rencana perdamaian diterima apabila

disetujui dalam rapat Kreditor oleh lebih dari

1/2 (satu perdua) jumlah kreditor konkuren

yang hadir dalam rapat dan yang haknya

diakui atau yang untuk sementara diakui,

yang mewakili paling sedikit 2/3 (dua pertiga)

dari jumlah seluruh piutang konkuren yang

diakui atau yang untuk sementara diakui dari

kreditor konkuren atau kuasanya yang hadir

dalam rapat tersebut”.

Selanjutnya dalam Pasal 152 UUK dan

PKPU ditentukan pula syarat-syarat dalam

hal :

“Apabila lebih dari 1/2 (satu perdua) jumlah

Kreditor yang hadir pada rapat Kreditor dan

mewakili paling sedikit 1/2 (satu perdua) dari

jumlah piutang Kreditor yang mempunyai hak

suara menyetujui untuk menerima rencana

perdamaian maka dalam jangka waktu paling

lambat 8 (delapan) hari setelah pemungutan

suara pertama diadakan, diselenggarakan

pemungutan suara kedua, tanpa diperlukan

pemanggilan.

“Pada pemungutan suara kedua, Kreditor

tidak terikat pada suara yang dikeluarkan

pada pemungutan suara pertama”. Hasil dari

rapat perundingan itu kemudian dibuatkan

berita acara yang ditandatangani oleh hakim

pengawas dan penitera pengganti.

Dari segi kekuatan mengikat

perdamaian pada PKPU berlaku pada semua

kreditor sedangkan perdamaian pada

kepailitan hanya berlaku bagi kreditor

konkuren saja. Apakah perdamaian bisa

dilakukan setelah adanya putusan MA yang

menolak kasasi debitor pailit? Pada

prinsipnya UUK dan PKPU menjamin hak

debitor pailit untuk dapat menawarkan suatu

perdamaian kepada semua kreditor (Pasal 144

UUK dan PKPU).

Akan tetapi, rencana perdamaian itu

harus diajukan oleh debitor pailit paling

lambat 8 (delapan) hari sebelum rapat

pencocokan piutang dengan menyediakannya

di Kepaniteraan Pengadilan Niaga. Rencana

perdamaian tersebut wajib dibicarakan dan

diambil keputusan segera setelah selesainya

pencocokan piutang (Pasal 145 ayat 1 UUK

dan PKPU). Dengan kata lain, rencana

perdamaian ini diajukan setelah adanya

putusan pailit terhadap debitor oleh

Pengadilan Niaga.

Memang debitor pailit diberikan hak

untuk melakukan upaya hukum yaitu kasasi

ke MA (Pasal 11 ayat 1 UUK dan PKPU),

Page 16: PENENTUAN TINGKAT PARTISIPASI PADA ASURANSI … · dan Ф adalah fungsi densitas dari distribusi Normal Standart. ... unit link seperti yang tertera pada Tabel 2 dan Gambar 2 sebagai

Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora Vol 3 No 2 September 2015 | 16

ISSN : 2302-3791

tetapi permohonan kasasi ini diajukan paling

lambat 8 (delapan) hari setelah tanggal

putusan yang dimohonkan kasasi diucapkan,

dengan mendaftarkan kepada Panitera

Pengadilan yang telah memutus permohonan

pernyataan pailit (Pasal 11 ayat 2 UUK dan

PKPU).Hal ini berarti rencana pengajuan

perdamaian tidak lagi dapat diajukan setelah

ada putusan dari MA yang menolak kasasi

yang diajukan oleh debitor pailit, karena

jangka waktu untuk pengajuan rencana

perdamaian telah lewat waktu. Rencana

pengajuan perdamaian dalam rangka

kepailitan hanya boleh dilakukan setelah

putusan pailit dijatuhkan Pengadilan Niaga

dan tidak boleh lewat dari 8 (delapan) hari

setelah jatuhnya putusan pailit.

Jadi,perdamaian tidak bisa dilakukan

setelah ada putusan MA yang menolak kasasi

debitor pailit. Kreditor yang telah

mengeluarkan suara menyetujui rencana

perdamaian atau Debitor Pailit, dapat

meminta kepada Pengadilan pembetulan

berita acara rapat dalam jangka waktu 8

(delapan) hari setelah tersedianya berita acara

rapat.

Selanjutnya menurut Pasal 156 UUK

“Dalam hal rencana perdamaian diterima

sebelum rapat ditutup, Hakim Pengawas

menetapkan hari sidang Pengadilan yang akan

memutuskan mengenai disahkan atau

tidaknya rencana perdamaian tersebut”.

Pengesahan oleh pengadilan seperti ini

disebut homologasi.

Sidang Pengadilan harus diadakan

paling singkat 8 (delapan) hari dan paling

lambat 14 (empat belas) hari setelah

diterimanya rencana perdamaian dalam rapat

pemungutan suara atau setelah

dikeluarkannya penetapan Pengadilan dalam

hal terdapat kekeliruan.Selama sidang,

Kreditor dapat menyampaikan kepada Hakim

Pengawas alasan-alasan yang menyebabkan

mereka menghendaki ditolaknya pengesahan

rencana perdamaian. Pada hari yang

ditetapkan Hakim Pengawas dalam sidang

terbuka memberikan laporan tertulis,

sedangkan tiap-tiap Kreditor baik sendiri

maupun kuasanya, dapat menjelaskan alasan-

alasan yang menyebabkan ia menghendaki

pengesahan atau penolakan perdamaian.

Dalam permohonan penetapan itu,

rencana perdamaian yang diajukan dapat

diterima atau bahkan ditolak oleh pengadilan

Alasan rencana perdamaian tersebut ditolak

antara lain (Pasal 159 ayat (2) UUK):

1. harta Debitor, termasuk benda untuk

mana dilaksanakan hak untuk menahan suatu

benda, jauh lebih besar daripada jumlah yang

disetujui dalam perdamaian;

2. pelaksanaan perdamaian tidak cukup

terjamin; dan/atau

3. perdamaian itu dicapai karena

penipuan, atau persekongkolan dengan satu

atau lebih Kreditor, atau karena pemakaian

upaya lain yang tidak jujur dan tanpa

menghiraukan apakah Debitor atau pihak lain

bekerjasama untuk mencapai hal ini.

Bila penolakan pengesahan perdamaian

itu terjadi, baik Kreditor yang menyetujui

rencana perdamaian maupun Debitor Pailit,

dalam waktu 8 (delapan) hari setelah tanggal

putusan Pengadilan diucapkan, dapat

mengajukan kasasi. Namun, bila yang terjadi

sebaliknya yang berarti rencana perdamaian

tersebut dikabulkan maka Kreditor yang

menolak perdamaian atau yang tidak hadir

pada saat diadakan pemungutan suara dan

Kreditor yang menyetujui perdamaian setelah

mengetahui bahwa perdamaian tersebut

dicapai dapat mengajukan kasasi dalam waktu

8 (delapan) hari setelah tanggal pengesahan

tersebut diucapkan.

Perdamaian yang disahkan berlaku

bagi semua Kreditor yang tidak mempunyai

hak untuk didahulukan, dengan tidak ada

pengecualian, baik yang telah mengajukan

diri dalam kepailitan maupun tidak. Putusan

pengesahan perdamaian yang telah

memperoleh kekuatan hukum tetap

merupakan atas hak yang dapat dijalankan

terhadap Debitor dan semua orang yang

menanggung pelaksanaan perdamaian

sehubungan dengan piutang yang telah diakui,

sejauh tidak dibantah oleh Debitor Pailit.

Dengan putusan perdamaian yang telah

berkekuatan hukum tetap itu pula, maka

kepailitan debitor dinyatakan berakhir.

Menurut Munir Fuady, ada 10 akibat

hukum yang terjadi dengan putusan

perdamaian itu, yaitu

1. Setelah perdamaian, kepailitan berakhir.

Page 17: PENENTUAN TINGKAT PARTISIPASI PADA ASURANSI … · dan Ф adalah fungsi densitas dari distribusi Normal Standart. ... unit link seperti yang tertera pada Tabel 2 dan Gambar 2 sebagai

Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora Vol 3 No 2 September 2015 | 17

ISSN : 2302-3791

2. Keputusan penerimaan perdamaian

mengikat seluruh kreditor konkuren

3. Perdamaian tidak berlaku bagi kreditor

separatis dan kreditor yang diistimewakan.

4. Perdamaian tidak boleh diajukan dua kali.

5. Perdamaian merupakan alas hak bagi

debitor

6. Hak-hak kreditor tetap berlaku terhadap

guarantor dan rekan debitor

7. Hak-hak kreditor tetap berlaku terhadap

benda-benda pihak ketiga.

Kewajiban debitor selanjutnya ialah

melaksanakan apa isi perdamaian dengan baik,

karena bila ia lalai melaksanakan isi

perdamaian maka kreditor bisa menuntut

pembatalan perdamaian yang bukan tidak

mungkin debitor kembali dalam keadaan pailit.

Dalam hal kepailitan dibuka kembali, maka kali

ini tidak dapat lagi ditawarkan perdamaian.

Kurator wajib seketika memulai dengan

pemberesan harta pailit .

1. KESIMPULAN Secara singkat mengenai penjelasan

tentang PENGATURAN PERKARA

KEPAILITAN menurut Undang – undang

nomor 37 tahun 2004 Tentang Kepailitan.

Dalam penyelesaian perkara kepailitan

tentu diusahakan perdamaian sebagaimana

dalam Hukum Acara Perdata yang bersumber

dari HIR menyatakan bahwa dalam

menyelesaikan perkara hakim wajib

mengusahakan perdamaian terlebih dahulu.

dalam perkara kepailitan perdamaian tidak

diusahakan di awal, karena hakim hanya

diberi waktu 60 hari untuk mengeluarkan

putusan. dengan waktu yang sesingkat itu

tidaklah mungkin diusahakan perdamaian

terlebih dahulu.

Secara singkat Akibat Hukum Putusan

Kepailitan menurut Undang – undang nomor

37 tahun 2004 Tentang Kepailitan.

Sesuai Pasal 24 ayat 1, 2, 3 dan 4

Undang – Undang Kepailitan dan Penundaan

Kewajiban Pembayaran berbunyi sebagai

berikut :

Ayat 1 : Debitur demi hukum kehilangan

haknya untuk menguasai dan

mengurus kekayaannya yang

termasuk dalam harta pailit, sejak

tanggal putusan pernyataan pailit

diucapkan.

Ayat 2 : tanggal putusan sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) dihitung

sejak pukul 00.00. waktu setempat.

Ayat 3 : dalam hal sebelum putusan

pernyataan pailit diucapkan telah

dilaksanakan transfer dan melalui

bank atau lembaga selain bank pada

tanggal putusan sebagaimana

dimaksud pada ayat (1), transfer

tersebut wajib diteruskan.

Ayat 4 : dalam hal sebelum putusan

pernyataan pailit diucapkan telah

dilaksanakan transaksi efek di bursa

efek maka transaksi tersebut wajib

diselesaikan.

Pasal 31 ayat 1,2, dan 3 Undang – Undang

Kepailitan dan Penundaan Kewajiban

Pembayaran berbunyi sebagai berikut :

Ayat 1 : Putusan pernyataan pailit berakibat

bahwa segala penetapan pelaksanaan

pengadilan terhadap sebagian dari

kekayaan Debitur yang telah dimulai

sebelum kepailitan, harus dihentikan

seketika dan sejak itu tidak ada suatu

putusan yang dapat dilaksanakan

termasuk atau juga dengan

menyandera Debitur.

Ayat 2 : Semua penyitaan yang telah

dilakukann menjadi hapus dan jika

diperlukan hakim pengawas harus

memerintahkan pencoretannya.

Ayat 3 : Dengan tidak mengurangi berlakunya

ketentuan sebagaimanadimaksud

dalam pasal 93, Debitur yang sedang

dalam penahanan harus dilepaskan

seketika setelah Putusan Pernyataan

Pailit diucapkan.

DAFTAR PUSTAKA

Rahayu Hartini, 2008. Hukum Kepailitan.

Malang : UMM Press : hal 175 )

Sutan Remy Sjahdeini. Hukum Kepailitan,

penerbit : Grafiti, Jakarta, 2002, hlm. 29

Munir Fuady.1999.Hukum Pailit dalam Teori

dan Praktek. Bandung : Citra Aditya

Bakti : Hal 118 – 119

Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian

Hukum, Jakarta, UI Press, 1986, hlm.10

Peter Mahmud M., Penelitian Hukum, Kencana

Prenada Media Group: Jakarta, 2005,

hal.96-97

Page 18: PENENTUAN TINGKAT PARTISIPASI PADA ASURANSI … · dan Ф adalah fungsi densitas dari distribusi Normal Standart. ... unit link seperti yang tertera pada Tabel 2 dan Gambar 2 sebagai

Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora Vol 3 No 2 September 2015 | 18

ISSN : 2302-3791

Peraturan Perundang-Undangan :

KUHP PERDATA BW.

KUHD.

UNDANG – UNDANG NO.37 TAHUN 2004

tentang KEPAILITAN &

PENUNDAAN KEWAJIBAN

PEMBAYARAN UTANG.

PP NO. 10 TAHUN 2005 tentang

PERHITUNGAN JUMLAH HAK

SUARA KREDITOR.

Internet :

http://bisdan-

sigalingging.blogspot.com/2014/10/upay

a-perdamaian-dalam-hukum-

kepailitan.html

http://click-

gtg.blogspot.com/2011/04/berakhirnya-

kepailitan.html

http://www.scribd.com/doc/90625583/

BERAKHIRNYA-KEPAILITAN#scri

Page 19: PENENTUAN TINGKAT PARTISIPASI PADA ASURANSI … · dan Ф adalah fungsi densitas dari distribusi Normal Standart. ... unit link seperti yang tertera pada Tabel 2 dan Gambar 2 sebagai

Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora Vol 3 No 2 September 2015 | 19

ISSN : 2302-3791

PERSEPSI WARGA NAHDLATUL ULAMA (NU)

LAMONGAN TERHADAP POLITIK

(Study Kasus Di Desa Sarirejo Kecamatan Sarirejo Kabupaten Lamongan )

Moh. Sa’diyin *)

ABSTRAKSI

Nahdatul Ulama disingkat NU, yang merupakan suatu jam’iyah Diniyah

Islamiyah yang berarti Organisasi Keagamaan Islam. Didirikan di Surabaya pada tanggal 31

Januari 1926 M/16 Rajab 1344 H. organisasi berkembang pesat yang beranggotakan kurang

Lebih 78 juta. Pasca Orde Baru, Organisasi ini membidani lahirnya Partai Kebangkitan

Bangsa (PKB). Dengan alasan sebagai wadah politik bagi warga NU.

Setelah itu perjalanan NU dan PKB tampak kabur bahwa NU mulai memasuki

kembali political sphere, setelah berjalanya waktu, wilayah politik mulai menggeser peran

utama NU, apalagi ditunjukan dengan atraksi politisi NU yang meninggalkan jauh dari

karakteristik ajaran Ahlusunah Waljamaah yaitu menjaga, membentengi, mengembangkan dan

melestarikan ajaran Islam menurut pemahaman أهل الّسنّة والجماعة di muka bumi.

Banyak persoalan yang dihadapi oleh warga NU tidak diselesaikan, mereka hanya

mengajar kekuasaan dan materi semata. Kondisi seperti menjadikan para politisi NU yang

menang tapi yang dikalahkan adalah warga NU, punya politisi dari kalangan NU atau tidak

sama saja, justru Mereka merasa dibohongi hnya dijadikan amunisi untuk kemenangan

sajasetelah itu ditinggalkan.

Kondisi seperti inilah yang menyebabkan presepsi waga NU tentang politik adalah

suatu yang kotor, hina dan menjijikan, arga NU kalau mempunyai presepsi seperti ini tidaklah

salah karena mereka diberi ontoh tokoh-tokoh politiknya yang tidak baik.

Kata kunci : Persepsi warga NU, politik, Ahlussunnah waljama’ah

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Nahdatul Ulama disingkat NU, yang

merupakan suatu jam’iyah Diniyah Islamiyah yang

berarti Organisasi Keagamaan Islam. Didirikan di

Surabaya pada tanggal 31 Januari 1926 M/16

Rajab 1344 H. Organisasi ini merupakan salah satu

organisasi terbesar di Indonesia. NU

mempersatukan solidaritas ulama tradisional dan

para pengikut mereka yang berfaham salah satu

dari empat mazhab Fikih Islam Sunni terutama

Mazhab Syafi’i. Basis sosial Nu dahulu dan kini

terutama masih berada di pesantren.

Kebangkitan sebagian pemuda Islam

Indonesia untuk membentuk organisasi pendidikan

dan dakwah, seperti Nahdatul

Wathan (Kebangkitan tanah air), dan Taswirul

Afkar (potret pemikiran). Kedua organisasi dirintis

bersama oleh Abdul Wahab Hasbullah dan Mas

Mansur organisasi inilah yang menjadi cikal bakal

lahirnya NU, tujuan dilahirkanya NU adalah;

meningkatkan hubungan antar ulama Sunni,

menyesuaikan kitab-kitab pesantren dengan ajaran

ahlusunnah wal-jama’ah, dakwah Islam ala

Aswaja, Mendirikan Madrasah, tempat ibadah, dan

pondok pesantren, mengurus yatim piatu dan fakir

miskin dan membentuk organisasi untuk

memajukan pertanian, perdagangan, dan industri

yang halal menurut hukum Islam. Anehnya pada

Pasca Orde Baru, Organisasi ini membidani

lahirnya Partai Kebangkitan Bangsa (PKB).

Dengan alasan sebagai wadah politik bagi warga

NU,

Setelah itu perjalanan NU dan PKB tampak

kabur ketika dihadapkan pada realitas perpolitikan

yang ditunjukkan oleh organisasi NU dan waganya

secara umum sehingga menunjukan bahwa NU

mulai memasuki kembali political sphere.

Munculnya kecenderungan pergeseran

perilaku politik kultural ke arah politik praktis

diikuti dari pusat sampai ke bawah, termasuk di

Lamongan khususnya Desa Sarirejo kecamatan

sarirejo lebih banyak bergesekan dengan wilayah

politik praktis seperti kepentingan untuk

menguasai pos-pos kekuasaan strategis dalam

pemerintahan, Bahkan, di lingkungan NU

Page 20: PENENTUAN TINGKAT PARTISIPASI PADA ASURANSI … · dan Ф adalah fungsi densitas dari distribusi Normal Standart. ... unit link seperti yang tertera pada Tabel 2 dan Gambar 2 sebagai

Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora Vol 3 No 2 September 2015 | 20

ISSN : 2302-3791

Lamongan khususnya kecamatan sarirejo tampak

adanya kevakuman aktivitas-aktivitas yang

bercorak sosial-keagaamaan, sehingga muncul

anggapan bahwa politik sebagai rana kehidupan

yang kotor, oleh sebab itu pemahaman politik yang

beretika harus segera disosialisasikan dan

ditekankan kepada warga NU di desa Sarirejo

kecamatan sarirejo agar kesalah pemahaman

tentang hakikat politik bisa segera diluruskan.

Tujuan Penelitian.

Tujuan daripada penelitian ini adalah untuk

mengetahui persepsi dan pemahaman warga NU di

Desa Sarirejo tentang Politik.

Manfaat Penelitian.

Dengan dilakukannya penelitian ini

diharapkan dapat memberikan manfaat untuk

berbagai fihak yang berkepentingan, antara lain :

Penulis sendiri, dengan melakukan penelitian ini

dapat menambah pengetahuan dan kepekaan

penulis terhadap permasalahan sekitar.

Pemerintah atau pihak-pihak terkait, agar bisa

memberikan gambaran dan informasi tentang

bagaimana persepsi warga (NU) Desa Sarirejo

sekarang terhadap politik, Pembaca diharapkan

dapat memberikan informasi mengenai makna

politik yang sebenarnya.

TINJAUAN PUSTAKA\

Pengertian NU Nahdatul Ulama disingkat NU, yang berasal

dari kata bahasa arab ”Nahdlotul Ulama” yang

artinya Kebangkitan para Ulama. merupakan

suatu jam’iyah Diniyah Islamiyah yang berarti

Organisasi Keagamaan Islam. Didirikan di

Surabaya pada tanggal 31 Januari 1926 M/16

Rajab 1344 H. Organisasi ini merupakan salah satu

organisasi terbesar di Indonesia dewasa ini. NU

mempersatukan solidaritas ulama tradisional dan

para pengikut mereka yang berfaham salah satu

dari empat mazhab Fikih Islam Sunni terutama

Mazhab Syafi’i. Basis sosial Nu dahulu dan kini

terutama masih berada di pesantren.

Politik Islam Ala Annahdliyah

NU merupakan جمعيّة دينيّة إجتماعيّة (organisasi

keagamaan yang bersifat sosial). Sebagai

organisasi keagamaan Islam, tugas utama NU

adalah menjaga, membentengi, mengembangkan

dan melestarikan ajaran Islam menurut

pemahaman أهل الّسنّة والجماعة di muka bumi.

Tantangan besar bagi NU, di era

keterbukaan yang memberi peluang masuknya

aliran-aliran dan kelompok-kelompok keagamaan

yang cenderung memanfaatkan kebebasan untuk

mencaci maki dan menyesat-nyesatkan (تضليل),

bahkan menkafir-kafirkan (تكفير) terhadap pihak

lain yang berbeda pemahaman keagamaan dengan

dirinya.

Padahal seharusnyalah era keterbukaan dan

kebebasan membuat setiap kelompok semakin

memantapkan sikap toleran (تسامح) dalam

menyikapi perbedaan.

Menghadapi kenyataan yang tidak

menggembirakan tersebut, menjadi tugas PBNU

untuk menggerakkan secara optimal perangkat

organisasi yang terkait dengan fungsi menjaga,

mengembangkan dan melestarikan ajaran Islam

ASWAJA, dengan mengoptimalkan peran dan

kinerja Lembaga Dakwah NU (LDNU), Lembaga

Takmir Masjid NU (LTMNU) dan Lajnatut-Ta’lif

wan-Nasyr NU (LTNNU). Dengan

pendekatanحكمة dan وعظة حسنة dapat dipelihara

kelangsungan ajaran ASWAJA, tanpa harus

terlibat dalam tindakan-tindakan anarkhis yang

sangat merugikan citra paham ASWAJA

Sebagai organisasi sosial, NU harus

mencurahkan perhatiannya secara serius pada

bidang sosial, seperti ekonomi, kesehatan,

pendidikan, pertanian dan lain-lain yang menjadi

problem kehidupan masyarakat. NU sebagai

lembaga, harus steril dari politik semacam itu.

Kepedulian NU terhadap politik diwujudkan dalam

peran politik Kebangsaan/ yakni ,( سياسة عالية سامية

politik kebangsaan, kerakyatan dan etika

berpolitik.

Politik kebangsaan berarti NU

harus إستقامة dan proaktif mempertahankan NKRI

sebagai wujud final negara Indonesia. Politik

kerakyatan antara lain bermakna NU harus aktif

memberikan penyadaran tentang hak-hak dan

kewajiban rakyat, melindungi dan membela

mereka dari perlakuan sewenang-wenang dari

pihak manapun.

Dengan menjaga NU untuk bergerak pada

tataran politik kebangsaan, jalinan persaudaraan di

lingkungan warga NU ( dapat (أخّىة نهضيّة

terpelihara. Sebaliknya,manakala NU secara

kelembagaan telah diseret ke pusaran politik

praktis, أخّىة نهضيّة akan tercabik-cabik,

karenanya نعىذ باهلل من ذلك! Oleh karena itu,

sinyalemen adanya Rais Syuriyah dan Ketua

Tanfidziyah di beberapa daerah yang dicalegkan

Page 21: PENENTUAN TINGKAT PARTISIPASI PADA ASURANSI … · dan Ф adalah fungsi densitas dari distribusi Normal Standart. ... unit link seperti yang tertera pada Tabel 2 dan Gambar 2 sebagai

Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora Vol 3 No 2 September 2015 | 21

ISSN : 2302-3791

dan lain sebagainya, wajib mendapatkan respons

yang sungguh-sungguh dari Rapat Pleno ini, sesuai

dengan ketentuan AD/ART tentang larangan

rangkap jabatan.

METODE PENELITIAN

Jenis Penelitian

Metode penelitian ini adalah menggunakan

metode kualitatif dengan menggunakan jenis

penelitian deskriptif analitis yaitu menguraikan.

Adapun Langkah-langkah penelitiannya adalah

sebagai berikut : Pertama Menelaah keseluruhan

data yang ada.Kedua Seleksi data, yaitu

merangkum, menyusun dan memilih hal-hal

pokok. Ketiga menafsirkan data, dengan tujuan

memperoleh gambaran keseluruhan atau bagian-

bagain tertentu dari data, sehingga dapat ditarik

suatu kesimpulan.

Sumber Data

Data di dapatkan dari dua sumber yaitu data Primer

data yang diperoleh i secara langsung dari

sumbernya, sekunder data yang diperoleh secara

tidak langsung dari objek penelitian, meliputi

kajian pustaka / buku-buku, laporan-laporan-

literatur yang berkaitan dengan penelitian

Teknis Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan

dalam penelitian ini adalah :Observasi, yaitu

teknik pengumpulan data dengan melakukan

pencatatan dan pengamatan secara langsung

terhadap obyek penelitian. Wawancara, Peneliti

menanyakan kepada responden, kemudian hasilnya

dicatat sebagai informasi penting dalam penelitian,

tanya jawab dilakukan secara interaktif maupun

secara sepihak saja. Dokumentasi, merupakan

teknik pengumpulan data lewat dokumen-dokumen

yang relevan

HASIL PENELITIAN

Geografis Desa

Secara adminitrasi, Desa Sarirejo terletak di

wilayah Kecamatan Sarirejo Kabupaten

Lamongan.Topografi desa ini berada diketinggian

118 mm. dengan luas 343,1 Ha. Sebagian besar

daerah ini terdiridari wilayah persawahan

selebihnya untuk Ladang, perkiman, kantor dan

sekolahan. Penduduk dari desa sejumlah 2250

jiwa, mata pencaharian mereka sebagian besar di

wilayah pertanian sebanyak 1763 selebihnya

menjadi buruh, guru, guru, pedagang dan profesi

lainya.

Sarana sosial

Desa Sarirejo juga sudah terdapat berapa

sarana sosial seperti tempat ibadah, Masji ada 4

Buah, Musolla 22 buah. Lembaga Pendidikan

formal mulai TK PUD Samapai SD/MI 8 lembaga,

sedangkan untuk lembaga Non-formal ada 1

PonPest dan TPQ 4 Lembaga. Untuk bidang

kesehatan terdapat Poskesdes 1 buah, Posyandu 3

buah dan balai kesehatan 1 buah

Organisasi Pemerintahan Desa

Susunan pemerintahan desa peraturan desa

nomor 03 tahun 2008 tentang Susunan organisasi

dan tata kerja pemerintahan desa Sarirejo, terdiri

dari: kepala Desa dijabat oleh Sholeh harun, sekdes

oleh nur Syifa’, Kaur Umum oleh Hanim Mufatin,

Kaur pemerintahan Oleh abd. Rokhim, Kasi

Pemerintahan oleh Sulaiman, Kasi pembangunan

tasrib oleh , kasi kesejahteraan masyarakat oleh

munif, Kasi Trantib oleh Waji kasi pemb.

Perempuan oleh siti aisiyah SE. Begitu Pula

organisasi lembaga BPD terdiri dari, ketua, wakil

ketua sekretaris dan ketua bidang yang jumlah

seluruhnya sebanyak 9 anggota.

Kelembagaan Masyarakat Desa

Di desa Sarirejo ini terdapat beberapa

kelembagaan diantaranya adalah Lembaga

Pemberdayaan masyarakat atau LPM, dan

Pembinaan Kesejahtraan Keluarga atau PKK,

LPM mempunyai tugas untuk merencanakan

pembangunan yang didasarkan atas asas

musyawarah, mengerakkan dan meningkatkan

prakasa dan partisipasi masyarakat, baik yang

berasal dari kegiatan pemerintah maupun swadaya

gotong royong masyarakat. Susunan organisasi

antara lain ketua oleh Sukarso, wakil Ketua oleh

suhadak, sekretaris oleh M Hamami dan dibantu

oleh 6 anggota yaitu Abd. Rokim,H. Nasiran.H.

Muhammad dan timan, Ruslan dan Sulkhan.

Sedangkan untuk PKK tujuannya adalah

melakukan Pembinaan dan pembimbingan untuk

ibu-ibu atau calon ibu dalam meningkatkan

ketrampilan, susunan organisasi lembaga ini terdiri

dari ketua oleh hastuti, wakil ketua oleh Marfuah,

bendahara olehJuariyah dibantu oleh 4 Pokja yang

masing-masing Pokja mempunyai ketua, wakil

ketua dan dibantu oleh seksi bidang dan 1 anggota

Page 22: PENENTUAN TINGKAT PARTISIPASI PADA ASURANSI … · dan Ф adalah fungsi densitas dari distribusi Normal Standart. ... unit link seperti yang tertera pada Tabel 2 dan Gambar 2 sebagai

Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora Vol 3 No 2 September 2015 | 22

ISSN : 2302-3791

HASIL PENELITIAN

Sejarah Berdirinya Jam’iyah NU Desa Sarirejo

Jauh sebelum organisasi (jamiyah) NU

didesa sarirejo berdiri, telah berkembang

komunitas (jama’ah) muslim yang mengikuti

paham keagamaan Ahlussunah Wal Jama’ah

(sunni) KH. Ach. Rois (Alm) disebut-sebut sebagai

sosok utama perintis dan pengembang islam sunni

pertama yang kelak menjadi embrio kelahiran NU

desa sarirejo

Sepeninggal KH. Ach. Rois pada tahun 1982

M. pengembangan NU desa sarirejo dipegang oleh

K. Abdurrahman Alm (dusun gendot desa sarirejo)

K. Ach Kholil Alm (dusun kradenan desa sarirejo)

KH. Ishaq Alm (dusun gendot desa sarirejo).

Praktis, pada masa ini sampai akhir tahun 1990 an

menjadi era perjuangannya para santri KH. Ach.

Rois dalam mengembangkan NU di desa sarirejo

sampai sekarang.

Struktur Jam’iyah NU Ranting Sarirejo

Struktur organiasasi NU Ranting Desa

Sarirejo sebagai berikut ; Rois’am Oleh Tkrib,

Ketua Tanfidziyah oleh M. Samsuri, SH dibantu

wakil ketua oleh: H. Suraji, S.Pd.I dan didampingi

oleh sekretaris Abd. Wahid, S.Pd.I dan Wakil

Sekretaris Syaichul Amin,S.Pd serta Bendahara

H. Nur Cholis, SH.

Selain itu terdapat bidang-bidang antara lain:

Organisasi dipegang oleh Fahrul Husaini, bidang

Pendidikan dan Kaderisasi oleh Asnan Spd, bidang

Sosial, Kependudukan dan Lingkungan Hidup oleh

Khoirul Huda, bidang kesehatan oleh Abd.

Ghozali, bidang dakwah oleh H. Sholik, bidang

Ekonomi, Koperasi dan Agrobisnis oleh Abd.

Rokim dan bidang Tenaga Kerja oleh Farid Hasim

Jenis Kegiatan Jam’iyyah NU Desa Sarirejo

Kegiatan NU Ranting Desa Sarirejo

diletakan dimasing-masing Dusun yang meliputi

dusun Gendot, Gedondong dan Kradenan, kegiatan

ini berupa jamaah tahlil istighosah, yasinan dan

pengajian-pengajian rutin yang diadakan pada hari-

hari tertentu, Kegiatan ini dilaksakan oleh semua

lapisan masyarakat dusun gendot (jama’ah laki-

laki) setiap hari kamis malam jum’at di masjid dan

tiap mushollah serta rumah warga apabila ada yang

meminta sedangkan untuk kegiatan yang dilakukan

oleh Muslimat dan fatayat setiap hari kamis malam

Jumat di tiap musholla, untuk Kegiatan Ishari

dilakukan oleh kaum laki-laki setiap hari sabtu

malam minggudi masjid

Persepsi Warga NU Desa Sarirejo terhadap

Politik Dalam jam’iyah NU ada dua kelompok yaitu

warga NU dan pengurus NU,warga NU adalah

anggota yang kegiatan keagamaannya di dasarkan

Islam ala ahlussunah wal jama’ah pedoman

dasarnya Alqu’an Hadits,Ijma’ dan Qiyas dan

bermadzhab empat,yaitu imam Syafi’I ,Imam

hambali,Ghozali dan Maliki. Sedangkan Struktural

adalah warga NU yang tergabung dalam organisasi

NU, Seperti yang di sampaikan Ibu Nur syafa’ah

beliau mengatakan

“Masyarakat desa sarirejo penduduknya

100% mengikuti faham ahlussunah wal

jama’ah madzhab assafi’iyah dengan

demikian saya pastikan ediologi saya NU, dan

kebetulan saya termasuk dalam jajaran

organisasi dikelembagaan NU atau Banom

NU yaitu di fatayat NU”,

Berdasarkan keterangan di atas warga NU di

Desa ini 100% mengikutu faham Ahlussunah

waljama’ah dan mereka juga aktif di structural

kepengurusan jam’iyah NU di Desa.

Dari paparan di atas menunjukkan

bahwasanya ajaran NU di yakini masyarakatnya

mampu menuntun menuju arah kehidupan yang

lebih bermoral dan berkebangsaan secara luas.

Akan tetapi pada bidang politik tidak bisa

disamakan, seperti yang dikemukakan Abd. Qodir

“sebenarnya semua AD- ART NU dan

kegiatannya sangat bagus untuk kontribusi

warganya juga bangsa ini, akan tetapi karena

organisasi NU yang seringkali menyalah

gunakan amanat organisasi sehingga banyak

juga warga NU yang tidak lagi eksis dan aktif

baik distruktural jamiyah maupun dalam

kegiatannya”

Semua masyarakat punya anggapan yang

sama tentang ajaran NU akan tetapi organisasi ini

sering di salah gunakan oleh beberapa oknum

yang tidak tidak amanah ,hal tersebut berpengaruh

pada momen-momen pemilu, Seperti yang

diungkapkan Wajib; “kalau kita amati akhir-akhir

ini politisi kita cenderung berpolitik kekuasaan

tanpa mengedepankan politik berkebangsaan,

sehingga indikasinya cuma kepentingan sesaat

demi sebuah tahta”.

Dari keterangan di atas menunjukan

rendahnya kemampuan dan SDM mereka justru

membawa keterpurukan jam’iyah ini, karena

mereka dalam berpolitik hanya mementingkan

Page 23: PENENTUAN TINGKAT PARTISIPASI PADA ASURANSI … · dan Ф adalah fungsi densitas dari distribusi Normal Standart. ... unit link seperti yang tertera pada Tabel 2 dan Gambar 2 sebagai

Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora Vol 3 No 2 September 2015 | 23

ISSN : 2302-3791

kekuasaan saja. Hal yang senada juga diungkapkan

H. Zaenal Abidin bahwa;

“sebenarnya seni politik amat diperlukan

dalam membawa aspirasi masyarakat NU,

akan tetapi kurangnya pemahaman dalam

kajian ilmu politik tersebut justru membawa

aroma politik menjadi berkesan tidak baik

dalam pandangan masyarakat luas khususnya

masyarakat desa sarirejo”

Tidak ketinggalan juga salah seorang

perwakilan jam’iyah fatayat NU Dusun kradenan

Ibu Rohani dia mengatakan :

“politik itu cuma permainan orang-orang

pejabat untuk mencari kedudukan di

pemerintah saja, kalau sudah jadi pejabat

pemerintah gak peduli haram atau halal yang

penting mereka keturutan keinginannya”

Dari pandangan masyarakat NU Desa Sarirejo

di era sekarang ini kepada politisi dituntut harus

mampu mengarahkan bangsa yang lebih baik,

karena masyarakat tetap membutuhkan mereka

baik, masyarakat tidak bisa di pisahkan dengan

politisi maka yang bisa diharapkan pada semua

wakil rakyat untuk bisa membawa aspirasinya lima

tahun kedepan agar supaya masyarakat NU

khususnya desa sarirejo merasakan sebuah

perubahan yang lebih baik. Seperti yang

ungkapkan oleh ibu Astutik lestri “walaupun

dalam setiap pemilu selalu terjadi politik uang tapi

saya sangat berharap besar pada dewan yang

sudah terpilih menjadi wakil rakyat betul-betul

amanah”

Harapan yang sama juga diungkapkan

Sholeh Harun

“saya sangat bertumpuh dengan anggota

DPRD yang baru saja dilantik kemarin dengan

optimis bisa memperjuangkan aspiransi

masyarakat, lebih-lebih diwilayah desa saya

ada anggota DPRD Bapak M. Samsuri, SH,

sehingga masyarakat desa sarirejo menjadi

lebih sejahtera”.

Tidak ketinggalan juga pendapat yang

disampaikan oleh salah satu tokoh pemuda desa

sarirejo saudara Syaikhul Amin, dengan tegas

menyampaikan

“saya berharap para anggota legeslatif setelah

terpilih sebagai wakil rakyat benar-benar

memperhatikan pemberdayaan pemuda untuk

mengembangkan kreatifitas potensi diri agar

supaya organisasi kepemudaan bisa pro-aktif

dan bekerjasama membantu progam-progam

yang ada dipemerintahan khususnya desa

sarirejo” ( 5 September 2014 )

Berdasarkan penuturan diatas ,mayoritas

warga NU Desa Sarirejo sangat menaruh harapan

besar kepada para legislator dan pejabat politik

lainya untuk benar-benar mampu mewujudkan

cita-cita masyarakat untuk hidup lebih sejahtera,

tanpa memandang dari unsur dan lembaga apa

mereka berasal.

Akan tetapi tidak bisa di pungkiri terdapat

juga sebagian warga NU di Desa Sarirejo yang

berfikir bahwasanya seorang legislator atau pejabat

politik yang berasal dari unsur NU mereka harus

lebih mengutamakan kepentingan politik di

daerahnya, ketimbang masyarakat yang lain atau

dari unsur lembaga yang lain. Seperti yang telah di

sampaikan oleh seorang kader parpol yang

sekaligus pentolan NU desa sarirejo yang enggan

disebutkan namanya,Dia mengatakan :

“masyarakat disini mayoritas NU ya mestinya

gudu orang-orang NU yang menjadi DPRD

agar bisa mendengarkan suara-suara orang

NU, walaupun NU sudah kembali pada

khittoh tapi realitasnya atribut dan ormas NU

lah yang terbukti mengusung mereka ke kursi

dewan, karna mereka ada ditengah-tenggah

warga NU maka sudah pastilah mereka

berkewajiban memperjuangkan nasib NU

dulu katimbang yang lain, jangan hanya

membawa nama lembaga bahkan agama di

jadikan alat politik saja tapi realitasnya tidak

memihak pada masyarakat NU apakah itu

tidak khiyanat?politik semacam itu bagi saya

haram mas hukumnya !”. (5 September 2014 )

Berdasarkan keterangan di atas memberikan

penjelasan apabila pejabat politik harus lebih

mengutamakan kepentingan masyarakat di

sekitarnya dahulu karena masyarakat setempatlah

yang berpartisipasi untuk membantu politisi

tersebut bisa menjadi pejabat.

Kita ini mulai belajar berdomokrasi, banyaknya

pelaksanaan pemilu sedikit banyak memberikan

pelajaran pada kita untuk berjiwa negarawan untuk

menerima hasil dari sebuah pemilu, walaupun

pilihan politik terkadang tidak sesuai dengan

keinginan kita, akan tetapi kalau kemenangan itu

didapat dengan cara-cara yang tidak terpuji hal

tersebut yang menyebabkan banyak warga NU

yang berfikir politik adalah kotor Seperti di

sampaikan Timan mengatakan; :

“pilihan politik menentukan pada keputusan

politik,memang terkadang tidak sesuai harapan

Page 24: PENENTUAN TINGKAT PARTISIPASI PADA ASURANSI … · dan Ф adalah fungsi densitas dari distribusi Normal Standart. ... unit link seperti yang tertera pada Tabel 2 dan Gambar 2 sebagai

Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora Vol 3 No 2 September 2015 | 24

ISSN : 2302-3791

bahkan terkadang sangat menyakitkan, jadi

apabila yang terpilih menjadi pejabat politik

atau pejabat public bukan dari unsur NU

sedangkan kita sejak kecil ditengah-tengah

masyarakat NU sunguh sangat menjadi

ganjalan di hati kita, apalagi banyaknya

pejabat politik hanya bertujuan cuma berpolitik

kekuasaan saja, ya kita harus bersikap kritis

biar tidak di bohongi terus “ ( 5 September

2014 )

Dari penjelasan di atas menerangkan

bahwa warga NU Desa Sarirejo mengharapkan

yang terpilih menjadi pejabat politik berasal dari

wilayahnya dan dari unsur

kelembagaannya.Ungkapan tegas dan lugas juga di

sampaikan oleh Suparti yang terkesan apatis dan

pesimis terhadap kegiatan politik sekarang ini Dia

mengatakan ;

“setiap kali ada pemilu saya selalu memilih

yang dari NU karena mayoritas masyarakat

lamongan warga NU jadi kalau yang menjadi

DPRD atau bupati tidak dari unsur NU hati

saya kut-kuten (jw. Marah besar) dan tidak bisa

menerima, karena saya dan ibu ibu muslimat

yang lain rata-rata wes gak percaya dengan

politik sekarang ini, semuanya Cuma

kebohongan saja mas, tidak perduli cara

apapun di tempuh, buktinya kalau sudah jadi

pejabat lupa kami semua mas, lupa janji-

janjinya” jujur mas iki suara hati ku. ( 5

September 2014 )

Dari gambaran ulasan diatas menjelaskan

bahwa masyarakat Desa Sarirejo benar-benar amat

tidak percaya dengan politisi sekarang ini,

Berbeda dengan yang di sampaikan oleh

anggota Banser Bashori, beliau mengatakan :

“NU kan sudah kembali ke khittoh 26 artine

sudah tidak terikat dengan salah satu parpol

jadi bebas dimana tempat kita memilih,

makanya kalau yang menjadi pemimpin atau

pemenang pemilu bukan dari unsur NU yoo

sportif wae dan saya dukung 100%”. ( 5

September 2014 )

Berdasarkan penjelasan diatas dapat di

simpulkan bahwasanya sikap netral setiap warga

NU dalam pemilu juga menjadi penunjang

kedewasaan dalam menerima hasil pemilu dan

sekaligus bentuk dukungan terhadap politisi

tersebut untuk menjalankan tugas-tugasnya demi

kesejahteraan masyarakat.

Kesimpulan

Dari penelitian yang di lakukan bahwa

sebagaian besar masyarakat Desa Sarirejo yang di

wawancarai mempunyai persepsi yang tidak baik

terhadap politik sekarang ini, karena para elit

politik sebagaian besar mengutamakan politik

kekuasaan saja. Dari hasil penelitian yang di

temukan bahwa sebagaian besar masyarakat atau

warga NU Desa Sarirejo mempresepsikan yang

tidak baik terhadap politik. hal tersebut disebabkan

karena berbagai factor, diantaranya :a.Hilangnya

kepercayaan warga NU terhadap pelaku politik

yang tidak konsisten, b. Tidak taat pada AD-ART

organisasi, c. Minimnya loyalitas dan solidaritas

pelaku politik terhadap kelembagaan dan warga

NU. Hal inilah yang menjadikan sebagaian besar

warga NU merasa di khiyanati dalam organisasi

dan janji-janjinya sewaktu masih berkampanye,

dengan begitu persepsi warga NU Desa Sarirejo

terhadap politik adalah tidak baik. Walapun

sebagian kecil masih ada yang berpresepsi baik itu

disebabkan karena masih ada hubungan keluarga

dengan politisi Dari penelitian yang sudah di

laksanakan menyatakan bahwa persepsi NU

kultural dan struktural di Desa Sarirejo adalah

sebagaian besar masyarakatnya berpersepsi tidak

baik terhadap politik

DAFTAR PUSTAKA

Alaena, Badrun, NU, Kritisisme dan Pergeseran

Makna Aswaja, Tiara Wacana, Yogyakarta,

2000..

Anam, Choirul, Pertumbuhan dan Perkembangan

NU, Bisma Satu, Surabaya, 1999..

DR. KH. MA. Sahal Mahfudh, Solusi Hukum

Islam. 2004

Imam Ghozali Said, Hasil Keputusan Muktamar,

Munas dan Kombes NU. (1926 – 2004)

KH. Hasim Muzadi, (ketua PBNU) Ahkamul

Fuqoha’. 2002

DR. H. Thohah Hamim, MA, Islam dan NU

dibawah tekanan problematika

Kontemporer.

Buku Profil Desa Sarirejo Kecamatan Sarirejo

Lamogan. 2014

Page 25: PENENTUAN TINGKAT PARTISIPASI PADA ASURANSI … · dan Ф adalah fungsi densitas dari distribusi Normal Standart. ... unit link seperti yang tertera pada Tabel 2 dan Gambar 2 sebagai

Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora Vol 3 No 2 September 2015 | 25

ISSN : 2302-3791

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN

MENGGUNAKAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEAMS GAMES

TOURNAMENT ( TGT) SISWA KELAS III SDN INDRO KEC. KEBOMAS

Hanik Kholifah *)

SDN Indro Kec.Kebomas Kab.Gresik

ABSTRAK Dalam pembelajaran strategi yang tepat sangat diperlukan dan merupakan rencana tindakan

( rangkaian kegiatan ) termasuk penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumber

daya/kekuatan dalam pembelajaran. Strategi disusun untuk mencapai tujuan tertentu. Artinya arah

dari semua keputusan penyusunan strategi adalah pencapaian tujuan. Dengan demikian penyusunan

langkah-langkah pembelajaran, pemanfaatan berbagai fasilitas dan sumber belajar semuanya

diarahkan dalam upaya pencapaian tujuan pembelajaran. Bila hal seperti di atas dilakukan oleh

semua guru maka sudah tentu hasil belajar akan dapat dicapai sesuai dengan tujuan yang telah

ditetapkan, akan tetapi tidak semua guru dapat melaksanakan tugas dengan baik, hal ini karena

kemampuan guru dalam menggunakan strategi dan metode pembelajaran belum sesuai dengan

materi yang diajarkan

Tujuan dari penelitian tindakan kelas ( PTK ) ini adalah untuk mengetahui sejauh mana

peningkatan hasil bnelajar matematika dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif

teams games tournament ( TGT) .

Dalam penelitian tindakan kelas ( PTK ) ini dilakukan dalam 3 siklus, dari hasil tindakan

yang dilakukan terbukti dapat meningkatkan hasil belajar siswa Kelas III dengan mencapai standar

ideal. Dari 57,94 % pada siklus I, dapat meningkat menjadi 67,94 % pada siklus II, dan siklus ke

III 79,41 %. Hasil penelitian tindakan ini menunjukkan metode pembelajaran kooperatif teams

games tournament ( TGT) dapat meningkatkan hasil belajar siswa Kelas III dalam dengan

ketuntasan mencapai 100 %.

Kata kunci : hasil belajar, TGT, Matematika

Proses belajar pada hakekatnya

merupakan kegiatan mental yang tidak dapat

dilihat. Artinya proses perubahan yang terjadi

dalam diri seseorang yang belajar tidak dapat

kita saksikan. Kita hanya mungkin dapat

menyaksikan dari adanya gejala-gejala

perubahan perilaku yang tampak. Misalnya,

ketika seorang guru menjelaskan suatu materi

pelajaran, walaupun seperti seorang siswa

memperhatikan dengan seksama sambil

mengangguk-anggukan kepala, maka belum

tentu yang bersangkutan belajar. Mungkin

mengangguk anggukan kepala itu bukan

karena ia memperhatikan materi pelajaran dan

paham apa yang dikatakan guru, akan tetapi

karena ia sangat mengagumi cara guru

berbicara,atau mengagumi penampilan guru,

sehingga ketika ia ditanya apa yang telah

disampaikan guru, ia tidak mengerti apa-apa

Dengan demikian penyusunan langkah-

langkah pembelajaran, pemanfaatan berbagai

fasilitas dan sumber belajar semuanya

diarahkan dalam upaya pencapaian tujuan

pembelajaran.

Kemp (dalam Wina,Sanjaya,2016;126 )

menjelaskan bahwa strategi pembelajaran

adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus

dikerjakan guru dan siswa agar tujuan

pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan

efisien. Senada dengan pendapat di atas, Dick

and Carey ( dalam Wina,Sanjaya,2016;126 )

juga menyebutkan bahwa strategi

pembelajaran itu adalah suatu set materi dan

prosedur pembelajaran yang digunakan secara

bersama-sama untuk menimbulkan hasil

belajar pada siswa.

Kondisi ini juga dialami oleh siswa

Kelas III di SDN Indro Kec. Kebomas, hasil

belajar matematika masih belum mencapai

standar KKM yang telah ditetapkan. Kondisi

Page 26: PENENTUAN TINGKAT PARTISIPASI PADA ASURANSI … · dan Ф adalah fungsi densitas dari distribusi Normal Standart. ... unit link seperti yang tertera pada Tabel 2 dan Gambar 2 sebagai

Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora Vol 3 No 2 September 2015 | 26

ISSN : 2302-3791

ini tentu perlu mendapat perhatian yang serius

bagi kita semua, karena pelajaran matematika

merupakan pelajaran dasar yang wajib

diberikan pada siswa Kelas III SD.

Tujuan Penelitian

Tujuan utama yang diharapkan dari hasil

penelitian tindakan ini adalah untuk

mengetahui :

1. Peningkatan hasil belajar matematika

dengan menggunakan pembelajaran

kooperatif Teams Games Tournament

(TGT) siswa KELAS III SDN Indro Kec.

Kebomas tahun pelajaran 2015-2016.

2. Efektivitas pembelajaran kooperatif

Teams Games Tournament ( TGT) dalam

meningkatkan hasil belajar matematika VI

SDN Indro Kec. Kebomas tahun pelajaran

2015-2016.

KAJIAN PUSTAKA

Metode Teams Games Tournaments (TGT)

a.Pengertian Teams Games Tournaments (TGT)

Menurut Slavin (2008 : 13), Teams Games

Tournaments (TGT) merupakan metode

pembelajaran kooperatif pertama dari John

Hopkins. Siswa Kelas III memainkan game ini

dengan tiga orang pada “meja-turnamen”, dimana

ketiga peserta dalam satu meja turnamen ini adalah

para siswa Kelas III yang memiliki rekor nilai

terakhir yang sama.

Dalam Teams Games Tournaments (TGT),

siswa Kelas III yang mempunyai kemampuan

akademik, jenis kelamin, ras, etnis, dan latar

belakang yang berbeda tergabung dalam sebuah

tim yang terdiri dari empat sampai enam siswa

Kelas III. Masing – masing anggota tim tersebut

akan dipertandingkan dengan anggota tim lainnya

yang berkemampuan homogen pada meja – meja

turnamen. Dengan demikian, memungkinkan siswa

Kelas III untuk belajar lebih semangat dan

menimbulkan tanggung jawab, kerjasama,

persaingan sehat, dan keterlibatan belajar.

b. Tahapan Pembelajaran dalam TGT

Menurut Slavin (2008 : 169), tahapan

pembelajaran kooperatif Teams Games

Tournaments (TGT) meliputi :

a) Tahap persiapan pembelajaran

Materi pembelajaran

Materi pembelajaran dirancang sedemikian

rupa untuk digunakan secara berkelompok.

Sebelum penyajian materi maka guru harus

mempersiapkan dahulu lembar soal turnamen

beserta lembar jawabannya

1) Menetapkan tim

Tim – tim dalam pembelajaran ini

beranggotakan empat sampai enam siswa

Kelas III yang terdiri dari siswa Kelas III

yang sedang, tinggi, dan rendah prestasi

belajarnya. Selain itu juga

mempertimbangkan kriteria heterogenitas

lainnya, seperti : jenis kelamin, latar

belakang sosial, suku, ras, dan sebagainya

b) Kegiatan pembelajaran

1) Pemberian materi

Guru memberikan gambaran awal

tentang materi yang akan dipelajari sebagai

langkah memotivasi siswa Kelas III saat

mengawali suatu proses belajar mengajar.

2) Belajar tim

Masing – masing tim diberi tugas

untuk mengerjakan lembar kegiatan yang

telah disediakan. Tujuan dari mengerjakan

lembar kegiatan untuk memastikan bahwa

semua anggota tim belajar, lebih khusus lagi

untuk menyiapkan anggotanya agar dapat

mengerjakan soal – soal latihan yang akan

dievaluasi melalui turnamen. Setelah guru

memberi materi, anggota tim bertemu untuk

mempelajari lembar kerja dari materi

lainnya. Dalam belajar kelompok, siswa

Kelas III diminta mendiskusikan masalah

bersama – sama, membandingkan jawaban

dan mengoreksi perbedaan pendapat jika

teman satu kelompoknya membuat satu

kesalahan.

3) Games tournament

Turnamen biasanya berlangsung pada

akhir minggu atau akhir pokok bahasan

setelah guru memberikan presentasi di kelas

dan tim telah melaksanakan kerja kelompok.

Turnamen ini berfungsi sebagai review

materi pelajaran. Langkah pertama

melakukan turnamen adalah membentuk

meja turnamen, caranya adalah masing-

masing kelompok diurutkan berdasarkan

tingkat kecerdasannya. Ranking siswa Kelas

III berurutan dari siswa Kelas III paling

pandai ke siswa Kelas IIIyg kurang pandai.

Penempatan siswa Kelas III pada meja

turnamen dapat dilihat pada gambar berikut :

Page 27: PENENTUAN TINGKAT PARTISIPASI PADA ASURANSI … · dan Ф adalah fungsi densitas dari distribusi Normal Standart. ... unit link seperti yang tertera pada Tabel 2 dan Gambar 2 sebagai

Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora Vol 3 No 2 September 2015 | 27

ISSN : 2302-3791

Gambar 1 Penempatan Meja Turnamen

Sumber : Slavin (2008 : 168)

Untuk memulai permainan, para siswa

Kelas III menarik kartu untuk menentukan

pembaca pertama yaitu siswa Kelas III yang

menarik nomor tertinggi. Permainan berlangsung

sesuai waktu dan dimulai dari pembaca pertama.

Pembaca pertama mengocok kartu dan

mengambil kartu yang teratas. Dia lalu

membacakan soal yang berhubungan dengan

nomor yang ada pada kartu, termasuk pilihan

jawabannya jika soalnya adalah pilihan ganda.

Pembaca yang tidak yakin akan jawabannya

diperbolehkan menebak tanpa dikenakan sanksi.

Jika konten dari permainan tersebut melibatkan

permasalahan, semua siswa Kelas III (bukan

hanya si pembaca) harus mengerjakan

permasalahan tersebut supaya mereka siap untuk

ditantang.

Setelah pembaca memberikan jawaban,

siswa Kelas III yang ada di sebelah kiri atau

kanannya (penantang pertama) punya pilihan

untuk menantang dan memberikan jawaban yang

berbeda. Apabila dia ingin melewatinya, atau bila

penantang kedua punya jawaban yang berbeda

dengan dua peserta pertama maka penantang

kedua boleh menantang. Akan tetapi, penantang

harus berhati-hati karena mereka harus

mengembalikan kartu yang telah dimenangkan

sebelumnya ke dalam kotak (jika ada) apabila

jawaban yang mereka berikan salah. Apabila

semua peserta punya jawaban, ditantang atau

melewati pertanyaan, penantang kedua (peserta

yang ada di sebelah kanan pembaca) memeriksa

jawaban dengan membacakan jawaban yang

benar. Pemain yang memberikan jawaban benar

akan menyimpan kartunya.

Untuk putaran berikutnya, semuanya

bergerak satu posisi ke kiri, penantang pertama

menjadi pembaca, penantang kedua menjadi

penantang pertama dan pembaca menjadi

penantang kedua. Ketika permainan tersebut

selesai, para pemain mencatat banyak kartu yang

mereka menangkan pada lembar skor permainan.

Semua siswa Kelas III harus memainkan

permainan ini pada waktu yang sama. Sementara

mereka bermain, guru seharusnya berkeliling dari

satu kelompok ke kelompok lain untuk

memastikan bahwa setiap siswa Kelas III

memahami prosedur permainan tersebut. Pada

akhir turnamen, siswa Kelas III menghitung kartu

mereka. Kemudian mereka mengisi nama, tim

dan skor mereka pada lembar skor permainan.

4) Rekognisi (Penghargaan) Tim

Skor tim dihitung berdasarkan skor turnamen

anggota tim. Poin -poin turnamen tiap siswa

Kelas III dipindahkan ke lembar rangkuman tim

masing-masing, tambahkan seluruh skor anggota

tim, dan bagilah dengan jumlah angota tim yang

bersangkutan.

A-1 A-2 A-3 A-4

Tinggi Sedang Sedang Rendah

B-1 B-2 B-3 B-4

Tinggi Sedang Sedang Rendah

C-1 C-2 C-3 C-4

Tinggi Sedang Sedang Rendah

Mejaturna

men 1

1

Mejaturna

men 2

1

Mejaturna

men 3

1

Mejaturna

men 4

1

Page 28: PENENTUAN TINGKAT PARTISIPASI PADA ASURANSI … · dan Ф adalah fungsi densitas dari distribusi Normal Standart. ... unit link seperti yang tertera pada Tabel 2 dan Gambar 2 sebagai

Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora Vol 3 No 2 September 2015 | 28

ISSN : 2302-3791

Tabel 1. Poin-Poin Turnamen Dengan Tiga Pemain

Pemain

Tidak

ada

yang seri

Seri

nilai

tertinggi

Seri

nilai

terendah

Seri nilai

3 macam

Peraih skor tertinggi 60 poin 50 poin 60 poin 60 poin

Peraih skor tengah 40 poin 50 poin 40 poin 40 poin

Peraih skor rendah 30 poin 30 poin 40 poin 30 poin

Sumber : Slavin (2008 : 175)

Tabel 2. Poin-Poin Turnamen Dengan Empat Pemain

Pemain Tidak ada yang seri

Seri nilai tertinggi

Seri nilai tengah

Seri nilai terendah

Seri nilai tertinggi

3 macam

Seri nilai terendah

3 macam

Seri nilai 4 macam

Seri nilai tertinggi

& terendah

Peraih skor

tertinggi

60 poin 50 poin 60 poin 60 poin 50 poin 60 poin 40 poin 50 poin

Peraih skor tengah atas

40 poin 50 poin 40 poin 40 poin 50 poin 30 poin 40 poin 50 poin

Peraih skor

tengah bawah

30 poin 30 poin 40 poin 30 poin 50 poin 30 poin 40 poin 30 poin

Peraih skor terendah

20 poin 20 poin 20 poin 30 poin 20 poin 30 poin 40poin 30 poin

Sumber : Slavin (2008 : 175)

METODOLOGI

Subyek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa Kelas III SDN

Kebomas Kec. Kebomas Tahun Pelajaran 2015-

2016.

Setting Penelitian

PTK akan dilakukan pada SDN IndroKec.

Kebomas tahun Pelajaran 2015 - 2016. SDN Indro

Kec. Kebomas terdiri dari 8 kelas, dengan jumlah

siswa Kelas III yang sangat besar dibandingkan

dengan jumlah siswa Kelas III yang ada di wilayah

Kec. Kebomas Kab. Gresik. PTK dilakukan di

SDN IndroKec. Kebomas adalah siswa KELAS III

dengan jumlah siswa Kelas III pada saat penelitian

dilakukan terdiri dari 34 orang ( P = 13 orang ;

dan L = 21 orang ).

Rancangan Penelitian

Tindakan dilaksanakan dalam 3 siklus. Kegiatan

dilaksanakan dalam semester Ganjil tahun

pelajaran 2015-2016. Lama penelitian 6 pekan

efektif dilaksanakan mulai tanggal 21Juli sampai

dengan 28Agustus 2015.

Variabel Penelitian

Dalam penelitian tindakan kelas ini

variabel yang akan diteliti adalah peningkatan

hasil belajar siswa Kelas III dalam dalam

pembelajaran matematika melalui metode

Teams Games Tournament ( TGT) Siswa

Kelas III diSDN IndroKec.

KebomasKabupaten Gresik.

Variabel tersebut dapat dituliskan kembali

sebagai berikut :

Variabel

Harapan

Variabel

Tindakan

Peningkatan kemampuansiswa

Kelas III pelajaran

MatematikaSDN IndroKec.

Kebomas.

Penerapan pembelajaran melalui

metode Teams Games Tournament

(TGT).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Siklus I

Hasil siklus I menjelaskan bahwa dengan

menerapkan pembelajaran dengan metode Teams

Games Tournament ( TGT) diperoleh nilai rata-

rata prestasi belajar siswa Kelas III adalah 57,94

% atau ada 11siswa Kelas III dari 34siswa Kelas

III sudah tuntas belajar. Hasil tersebut

menunjukkan bahwa pada siklus pertama secara

Page 29: PENENTUAN TINGKAT PARTISIPASI PADA ASURANSI … · dan Ф adalah fungsi densitas dari distribusi Normal Standart. ... unit link seperti yang tertera pada Tabel 2 dan Gambar 2 sebagai

Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora Vol 3 No 2 September 2015 | 29

ISSN : 2302-3791

klasikal siswa Kelas III belum tuntas belajar,

karena siswa Kelas III yang memperoleh nilai ≥ 65

hanya sebesar 67,65%, lebih kecil dari persentase

ketuntasan yang dikehendaki yaitu sebesar 85 %.

Hal ini disebabkan karena siswa Kelas III masih

merasa baru dan belum mengerti apa yang

dimaksudkan dan digunakan guru dengan

menggunakan metode Teams Games Tournament (

TGT).

Refleksi

Dalam pelaksanaan kegiatan belajar

mengajar diperoleh informasi dari hasil

pengamatan sebagai berikut:

(1) Guru kurang baik dalam memotivasi siswa

Kelas III dan dalam menyampaikan tujuan

pembelajaran

(2) Guru kurang baik dalam pengelolaan waktu

(3) Siswa Kelas III kurang begitu antusias selama

pembelajaran berlangsung.

Siklus II

Dari pelaksanaan siklus II diperoleh nilai rata-

rata prestasi belajar siswa Kelas III adalah 67,94%

dan ketuntasan belajar mencapai 70,59 % atau ada

24siswa Kelas III dari 34siswa Kelas III sudah

tuntas belajar. Hasil ini menunjukkan bahwa pada

siklus II ini ketuntasan belajar secara klasikal telah

mengalami peningkatan cukup lebih baik dari

siklus I. Adanya peningkatan hasil belajar siswa

Kelas III ini karena setelah guru menginformasikan

bahwa setiap akhir pelajaran akan selalu diadakan

tes sehningga pada pertemuan berikutnya siswa

Kelas III lebih termotivasi untuk belajar. Selain itu

siswa Kelas III juga sudah mulai mengerti apa

yang dimaksudkan dan dinginkan guru dalam

menerapkan pembelajaran dengan menggunakan

Metode Teams Games Tournament ( TGT).

Refleksi

Dalam pelaksanaan kegiatan belajar diperoleh

informasi dari hasil pengamatan sebagai berikut :

1) Memotivasi siswa Kelas III

2) Membimbing siswa Kelas III merumuskan

kesimpulan/menemukan konsep

3) Pengelolaan waktu

Siklus III

Berdasarkan tabel di atas diperoleh nilai

rata-rata tes formatif sebesar 79,41% dari 34siswa

Kelas III telah tuntas secara keseluruhan. Maka

secara klasikal ketuntasan belajar yang telah

tercapai sebesar 100 % ( termasuk kategori tuntas

). Hasil pada siklus III ini mengalami peningkatan

lebih baik dari siklus II. Adanya peningkatan hasil

belajar pada siklus III ini dipengaruhi oleh adanya

peningkatan kemampuan guru dalam menerapkan

pembelajaran dengan menggunakan metode Teams

Games Tournament ( TGT), sehingga siswa Kelas

III menjadi lebih terbiasa dengan pembelajaran

seperti ini sehingga siswa Kelas III lebih mudah

dalam memahami materi yang telah diberikan. Di

samping itu ketuntasan ini juga dipengaruhi oleh

kerja sama dari siswa Kelas III yang telah

menguasai materi pelajaran untuk mengajari

temannya yang belum menguasai.

Pembahasan Hasil Penelitian

1. Ketuntasan Hasil belajar Siswa Kelas III

Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan

bahwa penerapan pembelajaran dengan metode

Teams Games Tournament ( TGT)memiliki

dampak positif dalam meningkatkan prestasi

belajar siswa Kelas III.hal ini dapat dilihat dari

semakin mantapnya pemahaman siswa Kelas

III terhadap materi yang disampaikan guru (

ketuntasan belajar meningkat dari siklus I, II,

dan III ) yaitu; 57,94% ; 67,94 % ; 79,41%.

Pada siklus III ketuntasan belajar siswa Kelas

III secara klasikal telah tercapai.

2. Kemampuan Guru dalam Mengelola

Pembelajaran

Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas

siswa Kelas III dalam proses pembelajaran

melalui metode Teams Games Tournament (

TGT)dalam setiap siklus mengalami

peningkatan. Hal ini berdampak positif terhadap

prestasi belajar siswa Kelas III yaitu dapat

ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-

rata siswa Kelas III pada setiap siklus yang

terus mengalami peningkatan.

3. Aktivitas Guru dan Siswa Kelas III Dalam

Pembelajaran

Berdasarkan analisis data, diperoleh

aktivitas siswa Kelas III dalam proses

pembelajaran dengan menerapkan metode

Teams Games Tournament ( TGT) yang paling

dominan adalah bekerja dengan menggunakan

alat/media, mendengarkan/memperhatikan

penjelasan guru, dan diskusi antar siswa Kelas

III/antara siswa Kelas III dengan guru. Jadi

dapat dikatakan bahwa aktivitas siswa Kelas III

dapat dikategorikan aktif.

Sedangkan untuk aktivitas guru selama

pembelajaran telah melaksanakan langkah-

langkah pembelajaran metode Teams Games

Page 30: PENENTUAN TINGKAT PARTISIPASI PADA ASURANSI … · dan Ф adalah fungsi densitas dari distribusi Normal Standart. ... unit link seperti yang tertera pada Tabel 2 dan Gambar 2 sebagai

Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora Vol 3 No 2 September 2015 | 30

ISSN : 2302-3791

Tournament ( TGT)dengan baik. Hal ini terlihat

dari aktivitas guru yang muncul di antaranya

aktivitas membimbing dan mengamati siswa

Kelas III dalam mengerjakan kegiatan

pembelajaran, menjelaskan, memberi umpan

balik/evaluasi/tanya jawab di mana prosentase

untuk aktivitas di atas cukup besar.

Berdasarkan hasil penelitian di atas,

maka hasil belajar siswa Kelas III untuk

pelajaran matematika menerapkan

pembelajaran dengan metode Teams Games

Tournament ( TGT)hasilnya sangat baik. Hal

itu tampak pada pertemuan pertama dari 34

orang siswa Kelas III yang hadir pada saat

penelitian ini dilakukan nilai rata rata mencapai

; 57,94% ; 67,94 % ; 79,41%.

PENUTUP

Simpulan

1. Pembelajaran dengan menggunakan metode

Teams Games Tournament ( TGT) memiliki

dampak positif dalam meningkatkan prestasi

belajar siswa Kelas III di SDN IndroKec.

Kebomas yang ditandai dengan peningkatan

ketuntasan belajar siswa Kelas III dalam setiap

siklus, yaitu ; 57,94% ( siklus I ) ; 67,94 % (

siklus II ) ; 79,41 % ( siklus III ).

2. Penerapan pembelajaran dengan metode Teams

Games Tournament (TGT) pada pelajaran

matematika mempunyai pengaruh positif, yaitu

dapat meningkatkan prestasi belajar siswa

Kelas III.

3. Penerapan pembelajaran melalui metode Teams

Games Tournament ( TGT) efektif untuk

meningkatkan kembali materi ajar yang telah

diterima siswa Kelas III selama ini, sehingga

mereka merasa siap untuk menghadapi

pelajaran berikutnya.

PUSTAKA

Anggraeni, Dian. 2008. Komparasi Hasil Belajar

Antara Metode Pembelajaran Teams Games

Tournament (TGT) dan Pemberian Tugas

Terstruktur dengan Metode Konvensional

Pokok Bahasan Jurnal Penyesuaian pada

Siswa Kelas III Kelas XI IPS SMA 12

Semarang Tahun Ajaran 2007 / 2008.

(http//www.unnes.ac.id, diakses tanggal 28

November 2009)

Arikunto, Suharsimi. 2009. Dasar – dasar

Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi). Jakarta :

Bumi Aksara

Arikunto, Suharsimi. 2007. Penelitian Tindakan

Kelas. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Djamarah, Syaiful Bahri dan Zain, Aswan. 2002.

Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT

Rineka Cipta

Ibrahim, dkk, 2005. Pembelajaran Kooperatif.

Surabaya : Unipress.

Isjoni. 2007. Cooperative Learning. Bandung :

Alfabeta

Nur, Mohammad, dkk. 2005. Pembelajaran

Kooperatif. Surabaya: UNESA Univercity.

Nur, Mohammad. 2008. Pembelajaran Kooperatif.

Surabaya: PSMS Unesa

Peraturan Pemerintah RI. 2006. Undang-Undang

SISDIKNAS 2003. Jakarta : Sinar Grafika

Prihmono, Ely. Peningkatan Kemampuan Menulis

Surat Lamaran Pekerjaan Melalui Metode

Team Game Tournament (TGT) Pada Siswa

Kelas III Kelas XII IS 3 Sma Kristen 1

Surakarta. Jurnal Kajian Linguistik dan

Sastra, Vol. 19, No. 2, Desember 2007.

(email: [email protected], diakses 24

November 2009)

Page 31: PENENTUAN TINGKAT PARTISIPASI PADA ASURANSI … · dan Ф adalah fungsi densitas dari distribusi Normal Standart. ... unit link seperti yang tertera pada Tabel 2 dan Gambar 2 sebagai

Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora Vol 3 No 2 September 2015 | 31

ISSN : 2302-3791

PENYELENGGARAAN SCHOOL BASED INSET SEBAGAI UPAYA

PENINGKATAN PROFESIONALISME GURU DALAM KEGIATAN BELAJAR

MENGAJAR DI TK DHARMA WANITA PERSATUAN

KEC. GRESIK KAB. GRESIK

Titik Hidayati *)

*)

TK Dharma Wanita Persatuan Kec. Gresik Kab.Gresik

ABSTRAK

Erat hubungannya antara mutu kepala sekolah dengan berbagai aspek kehidupan sekolah

seperti disiplin sekolah, iklim budaya sekolah, dan menurunnya perilaku nakal peserta didik.

Dengan demikan sangat jelas apabila ingin meningkatkan kualitas peserta didik semenjak dini maka

salah satunya ditentukan oleh kinerja menejerial administrasi sekolah kepala sekolah. Mutu

pembelajaran di kelas salah satunya ditentukan juga oleh mutu kepala sekolah. Walaupun yang

berhubungan langsung dengan siswa di kelas adalah guru, tetapi guru tersebut berhubungan

langsung dengan kepala sekolah dan di bawah manajemen sekolah.

Dengan menggunakan model penelitian tindakan didapatkan kesimpulan bahwa (1) School

Based Inset TK Dharma Wanita Persatuan Kec. Gresik Kab. Gresik Tahun Pelajaran 2014 - 2015

menjadi instrumen yang sangat penting guna memajukan sistem pengajaran di kelas. (2) School

Based Inset mempunyai peranan penting bagi upaya peningkatan profesional guru dalam kegiatan

belajar mengajar , sebab menjadikan guru lebih maju, berwawasan ilmu pengetahuan dan

teknologi yang lebih modern.

Kata Kunci : School Based Inset,o profesionalisme guru, belajar mengajar

Pendidikan sekolah dasar merupakan

salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan

yang menitikberatkan pada peletakan dasar ke

arah pertumbuhan dan perkembangan fisik

(koordinasi motorik halus dan kasar), kecerdasan

(daya fikir, daya cipta, kecerdasan emosi,

kecerdasan spiritual), sosio emosional (sikap dan

perilaku serta agama) bahasa dan komunikasi,

sesuai dengan keunikan dan tahap-tahap

perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini.

(Depdiknas, 2004).

Sekolah memiliki tugas dan tanggung

jawab yang cukup besar dalam mempersiapkan

peserta didik yang berkualitas. Sehubungan

dengan hal tersebut kepala sekolah memiliki

volume kerja yang sangat besar hal ini sesuai

dengan pernyataan Supriadi (Mulyasa, 2003:24)

menyatakan bahwa:

Erat hubungannya antara mutu kepala

sekolah dengan berbagai aspek kehidupan

sekolah seperti disiplin sekolah, iklim budaya

sekolah, dan menurunnya perilaku nakal peserta

didik. Dengan demikan sangat jelas apabila ingin

meningkatkan kualitas peserta didik semenjak

dini maka salah satunya ditentukan oleh kinerja

menejerial administrasi sekolah kepala sekolah.

Berdasarkan pendapat di atas, dapat

dijelaskan kembali bahwa mutu pembelajaran di

kelas salah satunya ditentukan juga oleh mutu

kepala sekolah. Walaupun yang berhubungan

langsung dengan siswa di kelas adalah guru,

tetapi guru tersebut berhubungan langsung

dengan kepala sekolah dan di bawah manajemen

sekolah.

Tujuan Penelitian Tindakan Sekolah Dengan memperhatikan rumusan masalah

tersebut di atas, maka tujuan penelitian ini adalah

:

a. Untuk mengetahui tentang penyelenggaraan

School Based Inset sebagai upaya peningkatan

profesionalme guru dalam kegiatan belajar

mengajar di TK Dharma Wanita Persatuan

Kec. Gresik Kab. Gresik Tahun Pelajaran

2014 – 2015

b. Untuk mengetahui peranan School Based

Inset sebagai upaya peningkatan

prfesionalisme guru dalam kegiatan belajar

mengajar di TK Dharma Wanita Persatuan

Kec. Gresik Kab. Gresik Tahun Pelajaran

2014 – 2015

Page 32: PENENTUAN TINGKAT PARTISIPASI PADA ASURANSI … · dan Ф adalah fungsi densitas dari distribusi Normal Standart. ... unit link seperti yang tertera pada Tabel 2 dan Gambar 2 sebagai

Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora Vol 3 No 2 September 2015 | 32

ISSN : 2302-3791

c. Untuk mengetahui apakah ada perbedaan

yang signifikan tentang profesionalisme guru

kegiatan belajar mengajar terkait dengan

penyelenggaraan School Based Inset di TK

Dharma Wanita Persatuan Kec. Gresik Kab.

Gresik Tahun Pelajaran 2014 – 2015

KAJIAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Kinerja Guru di TK

Pengertian Kinerja

Prawirosentono (1992: 2) menjelaskan pengertian

tentang kinerja yaitu: “hasil kerja yang dapat

dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang

dalam suatu organisasi sesuai dengan wewenang

dan tanggung jawab masing-masing dalam

rangka upaya mencapai tujuan organisasi

bersangkutan secara legal, tidak melanggar

hukum, sesuai dengan moral ataupun etika.

Dalam kamus besar bahasa Indonesia,

"Kinerja” berarti sesuatu yang dicapai, prestasi

yang diperlihatkan atau kemampuan kerja (Balai

Pustaka, 1985: 503), sedangkan Hadari Nawawi

(1998: 234), menggunakan istilah "karya", yaitu

hasil pelaksanaan suatu pekerjaan, baik yang

bersifat fisik/ material maupun nonfisik/ material.

Penilaian karya atau kinerja setiap pekerjaan

menyangkut kemampuan pekerjaan yang

bersangkutan dalam melaksanakan tugas yang

diberikan kepadanya.

Kinerja merupakan kegiatan dalam

melakukan sesuatu dan orang yang kerja ada

kaitannya dengan mencari nafkah atau bertujuan

untuk mendapatkan imbalan atas prestasi yang

telah diberikan atas kepentingan organisasi. Pada

hakikatnya orang bekerja untuk memenuhi

kebutuhan atas dorongan atau motivasi tertentu.

Kebutuhan dipandang sebagai penggerak atau

pembangkit perilaku, sedangkan tujuan berfungsi

mengarahkan perilaku.

Kinerja Guru

Guru merupakan tokoh yang paling penting

dalam pendidikan, hal ini dikarenakan guru

berhubungan langsung dengan konsumen utama

pendidikan yaitu peserta didik. Guru yang baik

akan menjalankana kinerjanya secara profesional

walaupun benar dan resikonya cukup berat,

termasuk Guru. " Kinerja guru" adalah

seperangkat perilaku nyata yang ditunjukkan

guru pada waktu dia memberikan pelajaran

kepada siswanya. Kinerja guru dapat dilihat saat

melaksanakan interaksi belajar mengajar di kelas

termasuk bagaimana dia mempersiapkannya

(Rochman Natawijaya, 1999: 22).

Kompetensi guru Dalam Profesionalisme

Kompetensi tersebut akan diwujudkan

dalam bentuk penguasaan pengetahuan dari

perbuatan secara profesional dalam menjalankan

fungsi sebagai guru.

a. Indikator kemampuan guru

Untuk memperoleh gambaran yang terukur

pada pemberian nilai untuk setiap kemampuan ,

maka perlu ditetapkan kinerja setiap kemampuan.

Kinerja kemampuan / kompetensi terlihat dalam

bentuk indikator (Anonim ,2003:12).

b. Profesionalisme guru dan komitmen guru

Profesionalisme guru

Guru adalah tenaga fungsional yang

bertugas khusus untuk mengajar, mendidik,

melatih , dan menilai hasil pembelajaran peserta

didik serta efektifitas mengajar guru. Tugas guru

adalah profesi maka dari itu diharapkan dapat

melaksanakan tugas dengan baik. Karena profesi

menurut Sikun Pribadi dalam bukunya Etty

menyatakan bahwa: “ Profesi itu pada

hakekatnya suatu pernyataan atau janji terbuka ,

bahwa seseorang akan mengabdikan dirinya pada

suatu jabatan atau pekerjaan dalam arti biasa “

(Etty, 2003:2). Profesi merupakan pernyataan

atau janji terbuka oleh seorang profesional.

Dengan demikian pernyataan profesional

mengandung makna yang terbuka , sungguh–

sungguh yang ke luar dari lubuk hatinya dan

mengandung norma atau nilai nilai yang etis,

sehingga pernyataan yang dibuatnya baik bagi

orang lain juga baik bagi dirinya.

Konsep Dasar School Based Inset

Pengertian School Based Inset ( Penataran di

Sekolah )

Penataran di sekolah sebagai terjemahan

dari bahasa Inggris School Based Inservice

Educational Training. Inservice berasal dari kata

serve. Serve adalah kata keja yang artinya

melayani, serve menjadi inservice yang artinya

peningkatan. Sedangkan penataran berasal dari

kata “tatar”. Kata tatar berasal dari bahasa Jawa

yang artinya “tingkat”. Kata ini sudah lazim

dipergunakan dalam bahasa Indonesia tanpa

mengalami perubahan arti. Jadi secara harfiah

“penataran“ dapat diartikan “peningkatan”.

Pendapat umum menyatakan bahwa penataran

Page 33: PENENTUAN TINGKAT PARTISIPASI PADA ASURANSI … · dan Ф adalah fungsi densitas dari distribusi Normal Standart. ... unit link seperti yang tertera pada Tabel 2 dan Gambar 2 sebagai

Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora Vol 3 No 2 September 2015 | 33

ISSN : 2302-3791

adalah suatu kegiatan dalam ussaha untuk

mengadakan peningkatan.

Dalam usaha meningkatkan pengelolaan

sekolah kata “penataran” selalu dikaitkan dengan

personel sekolah terutama guru, setelah

mengikuti suatu penataran diharapkan agar ada

peningkatan terutama guru itu sendiri.

Peningkatan ini kiranya akan tercermin dengan

adanya perubahan yang terjadi pada guru

tersebut.

Aplikasi perubahan tersebut terlihat ketika

guru dalam melaksakan tugasnya. Perubahan itu

sendiri mencakup sikap, keterampilan dan

pengetahuan. Dengan adanya kegiatan ini

diharapkan guru dapat bekerja secara profesional

dan pelaksanaannya diusahakan tidak

mengganggu kegiatan belajar mengajar (kegiatan

belajar mengajar). Dari uraian tersebut di atas

dapat diambil suatu pengertian bahwa penataran

di sekolah suatu bentuk kegiatan yang merupakan

bagian pengembangan staf dalam usaha

meningkatkan kemampuan profesional personel

sekolah terutama guru dengan cara mengubah

sikap, meningkatkan ketrampilan dan

pengetahuan.

Konsep Dasar tentang Proses Belajar

Mengajar (PBM)

Belajar mengajar adalah interaksi atau

hubungan timbal balik antara siswa dengan guru

dan sesama siswa dalam proses pembelajaran.

Proses pembelajaran tidak akan pernah terjadi

jika tidak ada interaksi anatra guru dengan siswa

atau sebaliknya. Pembelajaran interaksi

mengandung unsur saling memberi dan

menerima. Dalam setiap interaksi belajar

mengajar ditandai sejumlah unsur yaitu:

Tujuan yang hendak dicapai, siswa dan guru,

bahan pelajaran, metode yang digunaka untuk

menciptakan situasi belajar mengajar , penilaian

dan fungsinya untuk menetapkan seberapa jauh

ketercapaian tujuan.

Istilah dari belajar itu sendiri mengandung

arti suatu proses perubahan sikap dan tingkah

laku setelah terjadinya interaksi dengan sumber

belajar. Sumber belajar ini bisa kita peroleh dari

buku, guru, lingkungan dan alam.

METODOLOGI

Persiapan Penelitian Tindakan

Penelitian tindakan sekolah ini dilaksanakan di

TK Dharma Wanita Persatuan Kec. Gresik Kab.

Gresik Tahun Pelajaran 2014 - 2015. Dari hasil

pengamatan langsung dan informasi yang di

terima oleh peneliti selaku Kepala TK/TK di

Kecamatan Gresik, bahwa sebagian guru di TK

Dharma Wanita Persatuan Kec. Gresik Kab.

Gresik Tahun Pelajaran 2014 - 2015 belum

memiliki kemampuan profesional dalam

melaksanaan kegiatan belajar mengajar karena

guru belum mampu menyusun agenda PBM

yang baik yang sesuai dengan keadaan dan

kondisi sekolah masing-masing.

Planing Tindakan

Jenis Tindakan nyatanya adalah melatih dan

membimbing guru-guru dengan timnya dalam

mengajar yang sesuai dengan kondisi dan situasi

di kelas. Bentuk kegiatan yang dilakukan adalah :

a. Mendiskusikan masalah atau hambatan dalam

melaksanakan kegiatan belajar mengajar

yang baik

b. Penyampaian informasi dari peneliti tentang

cara mengajar yang baik dan

mengembangkan diri secara profesional

sebagai guru

Pelaksanaan penelitian menetapkan setting dua

putaran , pada masing-masing putaran

dilaksanakan melalui empat tahapan yaitu: (1)

perencanaan penelitian, (2) pelaksanaan

penelitian, (3) observasi/ evaluasi, dan (4)

refleksi.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Siklus I

Pada siklus I ini hasil penelitian pada

aspek pengajaran kurang baik, diperoleh dari

hasil observasi dari putaran I ini, sikap guru

dalam menyusun program pengajaran kurang

menguasai materi yang akan diajarkan dengan

rata-rata nilai 5,6. Sementara itu di sisi lain,

Kepala sekolah sangat antusias memberikan

semangat kepada guru-guru untuk menyusun

program pengajaran serta konsepsi mengajar

yang mengandalkan potesi diri sebagai guru

secara profesional terutama dengan mengkaitkan

perkembangan wawasan intelektual akademis

serta mengikuti perkembangan ilmu dan

teknologi pengajaran di kelas.

Memperhatikan hasil pada putaran I

peneliti melakukan refleksi terhadap hasil yang

diperoleh. Hambatan-hambatan yang ditemukan

pada sikus I seperti efektivitas penyampaian

informasi-informasi tentang konsepsi School

Based Inset bersifat umum belum mencapai

Page 34: PENENTUAN TINGKAT PARTISIPASI PADA ASURANSI … · dan Ф adalah fungsi densitas dari distribusi Normal Standart. ... unit link seperti yang tertera pada Tabel 2 dan Gambar 2 sebagai

Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora Vol 3 No 2 September 2015 | 34

ISSN : 2302-3791

nilai maksimal dan hambatan tersebut

disempurnakan dalam putaran II.

Siklus II

Pada putaran II kegiatan yang dilakukan

adalah mendiskusikan hambatan-hambatan yang

dihadapi dalam penyusunan agenda pengajaran

yang baik di putaran pertama. Peneliti

menjelaskan lebih rinci tentang cara mengajar

yang inovatif utamanya pada aspek 1 yaitu

bagaimana cara merumuskan visi dan tujuan

pengajaran tiap-tiap bidang studi (kelengkapan

elemen serta satuan pengajaran yang lebih

inovatif). Aspek 2 yaitu bagaimana memasukkan

konsepsi School Based Inset dalam pengajaran

sehingga terdapat konsepsi pembelajaran yang

lebih edukatif dan mengkaitkan dengan

perkembangan ilmu dan teknologi secara baik

melalaui konsepsi School Based Inset agar

menjadi jelas dalam memberikan materi pelajaran

di depan kelas..

PEMBAHASAN

Data yang diperoleh dari hasil observasi

pada putaran I dan putaran II sikap guru dalam

menerima konsepsi School Based Inset dan

mempraktekkan di kelas cukup baik, dengan

rata-rata nilai 80, guru-guru di TK Dharma

Wanita Persatuan Kec. Gresik Kab. Gresik

Tahun Pelajaran 2014 - 2015 sangat antusia

menerima konsepsi School Based Inset dan

mempraktekkannya dengan baik . Sedangkan dari

hasil penilaian terhadap penilaian dalam

implementatif di kelas cukup baik .

Memperhatikan hasil pada putaran II

melakukan refleksi terhadap hasil yang diperoleh

peneliti pada putaran II ini sudah ada

peningkatan kemampuan dan potensi guru-guru

di TK Dharma Wanita Persatuan Kec. Gresik

Kab. Gresik Tahun Pelajaran 2014 - 2015 dalam

mengembangkan wawasan ilmu pengetahuan dan

teknologi yang baik yaitu 8,00.

PENUTUP

Simpulan

1. School Based Inset TK Dharma Wanita

Persatuan Kec. Gresik Kab. Gresik Tahun

Pelajaran 2014 - 2015 menjadi instrumen

yang sangat penting guna memajukan

sistem pengajaran di kelas.

2. School Based Inset mempunyai peranan

penting bagi upaya peningkatan profesional

guru dalam kegiatan belajar mengajar ,

sebab menjadikan guru lebih maju,

berwawasan ilmu pengetahuan dan

teknologi yang lebih modern.

DAFTAR PUSTAKA

Depdikbud, 2009 , Penataan di Sekolah,

Surabaya, Depdikbud.

Depdikbud, 2010 Petunjuk Pelaksanaan Proses

Belajar Mengajar, Jakarta, Depdikbud.

Fred N. Kerlinger, 2008 , Behavior LL

Resourdes.

Mujiran, Drs, 2007 , Permohonan Profesional

Guru, Kepala Dikmenum.

Soeharto, Drs, 2007 , Musyawarah Guru Mata

Pelajaran, disajikan dalam Raker Ka. TK

Singarimbun, dkk, 2008 , Metode Penelitian

Survai, Jakarta, LP3ES.

Suharsini Arikunto, Prof, Dr, 2009 , Prosedur

Penelitian, Jakarta, Rineka Cipta.

S. nasution, Prof, Dr, 2008 , Dikdaktik Azas-

Azas Mengajar, ______, Jemman

.

Page 35: PENENTUAN TINGKAT PARTISIPASI PADA ASURANSI … · dan Ф adalah fungsi densitas dari distribusi Normal Standart. ... unit link seperti yang tertera pada Tabel 2 dan Gambar 2 sebagai

Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora Vol 3 No 2 September 2015 | 35

ISSN : 2302-3791

KUALITAS PENDIDIKAN SEBAGAI MOTOR PENGERAK

PEREKONOMIAN PERTUMBUHAN EKONOMI DI JAWA TIMUR

Abid Muhtarom *)

*)

Dosen Prodi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Islam Lamongan

ABSTRAK

Dalam studi makroekonomi, kenaikan output dapat dianalisis menjadi dua bagian, yaitu

studi dalam jangka panjang dan studi dalam jangka pendek. Dalam jangka panjang kenaikan

output dapat dipengaruhi oleh tekhnologi dan input faktor produksi. Seperti kapital dan tenaga

kerja. Investasi akan meningkatkan jumlah kapital, Sehingga adanya tambahan kapital tentu

saja akan meningkatkan ketersediaan lapangan kerja yang kemudian dapat memicu

peningkatan output nasional (Mubyarto,2003). Namun, faktor kunci yang paling berpengaruh

terhadap kenaikan output nasional adalah kemajuan tekhnologi. Hal ini karena kemajuan

tekhnologidapat menigkatkan output pada tingkat kapital dan tenaga kerja yang tetap.

Permasalahan-permasalahan seperti tersebut di atas dikarenakan banyaknya tenaga kerja

yang ada di Provinsi Jawa Timur sebagian besar tergolong sebagai unskilled labor atau tenaga

kerja tidak terdidik. Tenaga kerja tidak terdidik adalah tenaga kerja kasar yang hanya

mengandalkan tenaga saja. Contoh: kuli, buruh angkut, pembantu rumah tangga, dan

sebagainya. Tingginya angka unskilled labor menunjukkan bahwa kualitas tenaga kerja di

Jawa Timur masih rendah.

Kualitas tenaga kerja berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi. Artinya, ketika

kualitas tenaga kerja semakin meningkat, maka akan dapat memacu pertumbuhan ekonomi di

Jawa Timur. Jawa Timur memiliki angkatan kerja tingkat provinsi yang paling besar di

Indonesia, dan dapat dianggap sebagai provinsi dengan “surplus tenaga kerja”, terutama bagi

industri-industri padat karya yang membutuhkan keterampilan yang rendah.

Hambatan utama untuk memiliki lebih banyak angkatan kerja yang lebih terampil adalah

rendahnya akses terhadap pendidikan menengah, yang menyebabkan rendahnya capaian

pendidikan di provinsi tersebut. Terdapat jurang yang lebar antara kaum berada dan kaum

miskin, dan juga antara penduduk pedesaan dan perkotaan dalam hal akses terhadap

pendidikan menengah.

Kata kunci : kualitas pendidikan, motor penggerak, pertumbuhan ekonomi

Dalam studi makroekonomi, kenaikan

output dapat dianalisis menjadi dua bagian, yaitu

studi dalam jangka panjang dan studi dalam

jangka pendek. Dalam jangka panjang kenaikan

output dapat dipengaruhi oleh tekhnologi dan

input faktor produksi. Seperti kapital dan tenaga

kerja. Investasi akan meningkatkan jumlah

kapital, Sehingga adanya tambahan kapital tentu

saja akan meningkatkan ketersediaan lapangan

kerja yang kemudian dapat memicu peningkatan

output nasional (Mubyarto,2003). Namun, faktor

kunci yang paling berpengaruh terhadap kenaikan

output nasional adalah kemajuan tekhnologi. Hal

ini karena kemajuan tekhnologi dapat

menigkatkan output pada tingkat kapital dan

tenaga kerja yang tetap.

Berdasarkan kontradiksi

pendapatpertumbuhan ekonomi yang berada di

atas pertumbuhan ekonomi nasional. Pada tahun

2009 pertumbuhan ekonomi di Jawa Timur

sebesar 5,01% sedangkan pertumbuhan ekonomi

nasional sebesar 4,55%, dan pada tahun 2010

pertumbuhan ekonomi di Jawa Timur sebesar

6,68% dan nasional sebesar 6,10%.Kualitas dan

kuantitas tenaga kerja merupakan suatu faktor

yang mempengaruhi output suatu daerah. Jumlah

penduduk yang besar, khususnya penduduk

dengan usia produktif, akan meningkatkan

jumlah angkatan kerja yang tersedia. Jumlah

tenaga kerja yang besar disertai dengan kualitas

pendidikan yang

Tantangan utama pendidikan di Jawa

Timur adalah bagaimana meningkatkan kualitas

sumber daya manusia. Peningkatan kualitas

sumber daya manusia adalah salah satu cara

untuk meningkatkan produktivitas. Sekitar 55

Page 36: PENENTUAN TINGKAT PARTISIPASI PADA ASURANSI … · dan Ф adalah fungsi densitas dari distribusi Normal Standart. ... unit link seperti yang tertera pada Tabel 2 dan Gambar 2 sebagai

Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora Vol 3 No 2 September 2015 | 36

ISSN : 2302-3791

persen dari tenaga kerja di Jawa Timur hanya

mengecap pendidikan Sekolah Dasar. Hal ini

juga ditunjukkan oleh angka partisipasi murni

(APM) sekolah yang semakin menurun pada

tingkat SMP dan SMA.

Hasil Survei Angkatan Kerja Nasional

yang dilaksanakan pada Agustus 2009 diketahui

bahwa pekerja di Jawa Timur mengalami

peningkatan sebesar 442,8 ribu orang

dibandingkan Agustus 2008. Sejalan dengan

peningkatan jumlah pekerja tersebut, maka

jumlah pengangguran mengalami penurunan

sebesar 262,8 ribu orang (25,43

persen).Penyerapan tenaga kerja perempuan

selama Agustus 2008 – Agustus 2009, lebih besar

dibandingkan dengan laki-laki, yaitu masing-

masing jumlah pekerja perempuan meningkat

228,6 ribu orang dan pekerja laki-laki meningkat

sebesar 194,2 ribu orang. Namun demikian,

dominasi peningkatan penduduk perempuan yang

bekerja umumnya hanya sebagai pekerja

keluarga., sehingga peningkatan jumlah tenaga

kerja tidak selalu memberikan implikasi yang

positif terhadap peningkatan pendapatan pekerja,

karena penambahan jumlah tenaga kerja hanya

terserap sebagai pekerja keluarga atau membantu

rumahtangga/suami dalam melakukan kegiatan

ekonomi yang sifatnya informal. Lebih lanjut,

jika melihat status pekerjaan berdasarkan

klasifikasi formal dan informal, maka pada

Agustus 2009 sekitar 73,12 persen tenaga kerja

bekerja pada kegiatan informal (Pemprov jatim,

2010).

Permasalahan-permasalahan seperti

tersebut di atas dikarenakan banyaknya tenaga

kerja yang ada di Provinsi Jawa Timur sebagian

besar tergolong sebagai unskilled labor atau

tenaga kerja tidak terdidik. Tenaga kerja tidak

terdidik adalah tenaga kerja kasar yang hanya

mengandalkan tenaga saja. Contoh: kuli, buruh

angkut, pembantu rumah tangga, dan sebagainya.

Tingginya angka unskilled labor menunjukkan

bahwa kualitas tenaga kerja di Jawa Timur masih

rendah.

Berbagai upaya telah dilakukan oleh

pemerintah untuk bisa meningkatkan kualitas

tenaga kerja di Jawa Timur. Mengingat tingginya

jumlah tenaga kerja yang terserap lebih banyak

pada sektor informal. Sektor informal memang

menawarkan peluang kerja yang lebih fleksibel

dalam hal persyaratan namun lemah dalam hal

jaminan keberlangsungan pekerjaan tersebut (job

security). Pekerja sektor informal rentan terhadap

gejolak ekonomi dan cenderung tidak menentu

penghasilannya khususnya para pekerja bebas

(pekerja tidak tetap) yang hanya bekerja sesekali

saja dan berpindah-pindah majikan maupun jenis

pekerjaannya. Pekerja sektor informal juga

umumnya tidak dilindungi oleh fasilitas

kesehatan, perlindungan kecelakaan, maupun

jaminan pensiun.

Banyaknya tenaga kerja dengan jenjang

pendidikan SD jumlahnya lebih besar

dibandingkan dengan jenjang pendidikan yang

lain. Tahun 1994 banyaknya tenaga kerja

berpendidikan SD sebesar 10.639.450 orang,

berpendidikan SMP sebanyak 3.184.050 orang,

dan yang mempunyai pendidikan

SMA/MA/SMK sebanyak 2.863.691 orang.

Banyaknya tenaga kerja yang mempunyai

pendidikan diploma, sarjana (S-1), pasca sarjana

(S-2) dan doktor (S-3) jauh lebih sedikit lagi

yaitu hanya sebesar 256.535orang. Dengan

demikian secara umum rata-rata tenaga kerja

tahun 1994 mempunyai rata-rata lama pendidikan

sebesar 7,73 tahun.

Seiring berjalannya waktu pemerintah

mulai menggalakkan berbagai macam program

pendidikan untuk meningkatkan kualitas tenaga

kerja. Program-program tersebut berimbas pada

kenaikan jumlah tenaga kerja yang mempunyai

jenjang pendidikan menengah, diploma dan

sarjana yang hal tersebut berarti penurunan

banyaknya tenaga kerja yang mempunyai

pendidikan SD dan SMP. Pada tahun 2009,

banyaknya tenaga kerja berpendidikan SD

sebesar 11.155.876 orang, berpendidikan SMP

sebanyak 3.373.215 orang, dan yang mempunyai

pendidikan SMA/MA/SMK sebanyak 3.652.437

orang. Banyaknya tenaga kerja yang mempunyai

pendidikan diploma, sarjana (S-1), pasca sarjana

(S-2) dan doktor (S-3) jauh lebih sedikit lagi

yaitu hanya sebesar 323.774 orang. Dengan

demikian secara umum rata-rata tenaga kerja

tahun 2009 mempunyai rata-rata lama pendidikan

sebesar 7,95 tahun.

Kompleksitas permasalahan

ketenagakerjaan secara umum masih ditandai

relatif rendahnya kualitas tenaga kerja, baik dari

segi pendidikan formal maupun keterampilannya.

Akibatnya, tingkat produktivitas tenaga kerja

menjadi rendah, sehingga posisi tawar

(bargaining position) menjadi rendah; tingkat

upah yang rendah; sering terjadinya perselisihan

Page 37: PENENTUAN TINGKAT PARTISIPASI PADA ASURANSI … · dan Ф adalah fungsi densitas dari distribusi Normal Standart. ... unit link seperti yang tertera pada Tabel 2 dan Gambar 2 sebagai

Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora Vol 3 No 2 September 2015 | 37

ISSN : 2302-3791

hubungan industrial, dan pemutusan hubungan

kerja (PHK), serta rendahnya jaminan

kesejahteraan purna-kerja.

Pada sisi lain, perkembangan tuntutan

pasar kerja dan persaingan industri di pasar

global, di mana penggunaan teknologi dan

informasi sebagai unggulan di samping faktor

ekonomis, menuntut kebutuhan tenaga kerja

profesional yang memenuhi standar kualifikasi

tenaga kerja berbasis knowledge, skill dan

attitude (KSA), serta keterampilan sosial (social

skill). Pasar kerja di masa datang juga menuntut

adanya jaminan kondisi iklim ketenagakerjaan

yang kondusif, harmonis dan dialogis, yang

melahirkan suasana hubungan industrial yang

ramah, dan adanya kepastian hukum dalam usaha

dan investasi.

Kualitas tenaga kerja berpengaruh positif

terhadap pertumbuhan ekonomi. Artinya, ketika

kualitas tenaga kerja semakin meningkat, maka

akan dapat memacu pertumbuhan ekonomi di

Jawa Timur. Jawa Timur memiliki angkatan

kerja tingkat provinsi yang paling besar di

Indonesia, dan dapat dianggap sebagai provinsi

dengan “surplus tenaga kerja”, terutama bagi

industri-industri padat karya yang membutuhkan

keterampilan yang rendah. Investasi padat karya

dapat memanfaatkan kelompok pekerja dalam

jumlah yang besar dengan tingkat keterampilan

menengah, yaitu mereka yang setidaknya

memiliki pendidikan sekolah menengah. Tingkat

pengangguran bagi angkatan kerja dengan

pendidikan sekolah menengah ke atas kini berada

pada 11.3 persen, yang menunjukkan bahwa

pasar tenaga kerja masih jauh dari jenuh. Jawa

Timur juga memiliki salah satu tingkat upah

minimum dan rata-rata upah bulanan yang paling

rendah dibanding seluruh provinsi-provinsi lain

di Indonesia. Nilai upah premium untuk

mempekerjakan seorang pekerja terampil juga

lebih rendah dibanding sebagian besar daerah.

Demikian kenaikan kualitas tenaga kerja di Jawa

Timur akan dapat mendorong pertumbuhan

ekonomi.

Selain tenaga kerja, faktor kualitas tenaga

kerja yang bagus juga mempunyai peran penting

dalam mendorong pertumbuhan ekonomi di Jawa

Timur. Hal ini karena sumber daya manusia yang

produktif merupakan penggerak pertumbuhan

ekonomi. Untuk menghasilkan tenaga kerja yang

produktif, maka diperlukan pendidikan yang

bermutu dan relevan dengan kebutuhan

pembangunan. Dalam ekonomi yang semakin

bergeser ke arah ekonomi berbasis pengetahuan,

peran pendidikan tinggi sangat penting, antara

lain untuk menghasilkan tenaga kerja yang

unggul dan produktif, yang semakin mampu

menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi

yang dibutuhkan, untuk meningkatkan nilai

tambah kegiatan ekonomi yang berkelanjutan.

Pendidikan tinggi di sini terdiri dari program

pendidikan akademik, program pendidikan

vokasi, serta program pendidikan profesi.

Di Jawa Timur perkembangan kualitas

tenaga kerja menunjukkan trend yang terus

meningkat terutama pada tahun 2010. Hal ini

tidak terlepas dari sistem pendidikan di Jawa

Timur yang mulai menuju penyelarasan bidang

dan program studi dengan potensi pengembangan

ekonomi di setiap koridor ekonomi. Meskipun

belum maksimal, akan tetapi mulai menunjukkan

hasil yang positif. Kegiatan pokok yang telah

dilaksanakan oleh Pemrintah Provinsi dan Daerah

di Jawa Timur dalam hal peningkatan kualitas

tenaga kerja antara lain adalah sebagai berikut:

1. Pengembangan standar kompetensi kerja

dan sistem sertifikasi kompetensi tenaga

kerja.

2. Penyelenggaraan program-program

pelatihan kerja berbasis kompetensi.

3. Peningkatan dan fasilitasi pelaksanaan uji

kompetensi yang terbuka bagi semua tenaga

kerja.

4. Peningkatan relevansi dan kualitas lembaga

pelatihan kerja, serta peningkatan

profesionalisme tenaga kepelatihan dan

instruktur pelatihan kerja.

5. Fasilitasi peningkatan sarana dan prasarana

lembaga latihan kerja.

6. Meningkatkan pendidikan dan latihan bagi

calon tenaga kerja migran (TKI/TKW).

Selain itu, sistem pendidikan di Jawa Timur

juga mengakomodasi program pendidikan vokasi

untuk menghasilkan lulusan yang terampil.

Pengembangan program pendidikan vokasi

disesuaikan dengan potensi di masing- masing

koridor ekonomi. Di setiap kabupaten/ kota,

dikembangkan pendidikan tinggi setingkat

akademi (community college) atau politeknik

dengan bidang-bidang yang sesuai dengan

potensi di kabupaten tersebut. Pengembangan

community college, yang menyelenggarakan

program diploma 1, diploma 2 dan diploma 3,

diharapkan akan menghasilkan lulusan yang

Page 38: PENENTUAN TINGKAT PARTISIPASI PADA ASURANSI … · dan Ф adalah fungsi densitas dari distribusi Normal Standart. ... unit link seperti yang tertera pada Tabel 2 dan Gambar 2 sebagai

Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora Vol 3 No 2 September 2015 | 38

ISSN : 2302-3791

langsung dapat diserap oleh kegiatan ekonomi di

pusat-pusat pertumbuhan ekonomi di setiap

koridor ekonomi. Karena itu, pengembangan

community college dilakukan dengan secara

bersama-sama antara pemerintah, dunia usaha,

dan universitas sebagai pengelola community

college. Mutu community college dibina oleh

politeknik yang dikembangkan di ibukota

provinsi. Politeknik tersebut dikembangkan

sesuai dengan potensi dan keunggulan setiap

koridor ekonomi.

Selain pengembangan pendidikan tinggi,

pengembangan sumber daya manusia juga

dilakukan dengan pengembangan pendidikan

Sekolah Menengah Kejuruan (SMK),

pengembangan pelatihan kerja, dan

pengembangan lembaga sertifikasi. Berikut

adalah model berbagai dan terintegrasi

pendidikan tinggi dan menengah di Jawa Timur.

Model Berbagai Dan Terintegrasi Pendidikan Tinggi Dan Menengah Di Jawa Timur.

Sumber: Masterplan Percepatan Dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia 2011-2025

Namun demikian, fakta juga menunjukkan

bahwa secara kuantitas banyaknya unskilled

labor masih lebih besar dibanding dengan skilled

labor. Besarnya unskilled labor di Jawa Timur

bisa menjadi penghambat bagi daearah ini untuk

mempunyai pertumbuhan ekonomi yang

memuaskan di masa-masa mendatang. Di tahun

2009, lebih dari setengah (55 persen) dari

angkatan kerja di Jawa Timur hanya memiliki

pendidikan sekolah dasar atau lebih rendah,

termasuk 21 persen dari seluruh angkatan kerja

yang tidak pernah mengenyam pendidikan di

sekolah atau tidak menyelesaikan sekolah dasar.

Hanya sekitar 6 persen dari angkatan kerja

pernah mengenyam pendidikan lanjutan setelah

sekolah menengah. Mayoritas kualitas tenaga

kerja tidak terampil dipekerjakan pada sektor

pertanian yang memiliki tingkat produktivitas

yang rendah. Para pekerja di sektor ini mendapat

upah yang paling rendah. Sekitar 52 persen dari

pekerja pertanian berada pada kelompok umur

yang lebih tinggi (di atas 40 tahun) dengan

sekolah dasar sebagai tingkat pendidikan

tertinggi yang pernah dikecap.

Page 39: PENENTUAN TINGKAT PARTISIPASI PADA ASURANSI … · dan Ф adalah fungsi densitas dari distribusi Normal Standart. ... unit link seperti yang tertera pada Tabel 2 dan Gambar 2 sebagai

Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora Vol 3 No 2 September 2015 | 39

ISSN : 2302-3791

Jumlah dan Persentase Penduduk Yang Bekerja di Jawa Timur Menurut Pendidikan dan

Lapangan Usaha Tahun 2010

Sumber: BPS. Survey Angkatan Kerja Nasional. Agustus 2010, diolah Pusdatinaker

Keterangan:

1: Pertanian, kehutanan, perkebunan dan perikanan, 2:Pertambangan dan pengolahan, 3: Industri

Pengolahan, 4: Listrik, Gas dan air, 5: bangunan, 6: Perdagangan besar,eceran, rumah makan dan hotel, 7:

Angkutan, pergudangan dan komunikasi, 8: Keuangan, asuransi, usaha persewaan bangunan, tanah dan

jasa perusahaan, 9: Jasa kemasyarakatan.

Hal tersebut seperti ditunjukkan oleh data

yang dirilis oleh BPS dalam Survey Angkatan

Kerja Nasional berikut. Banyaknya tenaga kerja

yang terserap dalam sektor pertanian pada tahun

2010 sangat mendominasi, yaitu sebesar

7.939.480 orang atau sebesar 42,46%. Jika dilihat

berdasarkan jenjang pendidikan, banyaknya

kualitas tenaga kerja dengan pendidikan SD yang

terserap di sektor pertanian adalah sebesar

6.302.681 orang atau sebesar 33,71%, jenjang

SMP sebesar 1.117.227 orang (5,98%), SMA

umum sebesar 328.494 orang (1,76%), SMA

Kejuruan sebesar 156.373 orang (0,84%),

Diploma I/II/III/ Akademi 10.191 orang (0,05%)

dan Universitas sebesar 24.514 orang (0,13%).

Sehingga kualitas tenaga kerja tersebut di sektor

pertanian tidak membutuhkan ketarampilan / skill

yang tinggi dalam pendidikan formal.

Hambatan utama untuk memiliki lebih

banyak angkatan kerja yang lebih terampil adalah

rendahnya akses terhadap pendidikan menengah,

yang menyebabkan rendahnya capaian

pendidikan di provinsi tersebut. Terdapat jurang

yang lebar antara kaum berada dan kaum miskin,

dan juga antara penduduk pedesaan dan

perkotaan dalam hal akses terhadap pendidikan

menengah. Akses yang timpang ini dapat

disebabkan oleh terbatasnya jumlah sekolah

menengah, distribusi sekolah yang tidak merata

dan relatif tingginya biaya pendidikan menengah.

Di tahun 2005/2006, angka partisipasi murni di

Jawa Timur berada pada 97,24 persen untuk

tingkat dasar, 71,22 persen untuk menengah

pertama dan 42,56 persen bagi tingkat

menengah atas.

Tren ini serupa dengan angka partisipasi

murni di Indonesia, dimana angka partisipasi bagi

tingkat menengah pertama dan menengah atas

masih jauh dari tingkat universal. Di tingkat

kabupaten/kota, banyak kabupaten/kota mencatat

angka partisipasi murni sekolah dasar di atas 90

persen. Akan tetapi variasi angka partisipasi yang

lebih besar dapat dijumpai pada tingkat

menengah pertama dan menengah atas. Sebagai

contoh, tingkat angka partisipasi murni di Kota

Kediri adalah 112,75 persen (APM Tahun

2005/2006), sementara Kabupaten Sampang

hanya mencatat 45,63 persen.

Dalam rangka untuk mengatasi masalah

kualitas tenaga kerja seperti tersebut di atas,

maka pemberian akses yang lebih besar bagi

pendidikan menengah dapat meningkatkan

jumlah pekerja terampil di provinsi Jatim. Hal ini

dapat dicapai dengan meningkatkan alokasi dana

bagi pendidikan menengah dan juga memperluas

dan mengoptimalkan sekolah-sekolah kejuruan

dan lembaga pendidikan non formal.

1 2 3 4 5 6 7 8 9

<SD 6.302.681 96.782 1.027.451 2.129 466.423 1.670.597 345.014 16.892 597.032 10.525.001

SMP 1.117.227 18.885 594.605 4.387 241.386 849.651 166.106 47.947 385.762 3.425.956

SMA Umum 328.494 9.525 417.869 10.137 84.048 713.649 130.793 66.645 459.292 2.220.452

SMA Kejuruan 156.373 6.840 348.476 6.577 77.696 403.541 86.444 35.277 289.922 1.411.146

Diploma I/II/III/

Akademi 10.191 284 28.837 526 4.257 56.640 6.961 17.537 154.242 279.475

Universitas 24.514 1.576 65.325 1.909 20.838 93.702 20.265 47.702 559.247 835.078

Jumlah 7.939.480 133.892 2.482.563 25.665 894.648 3.787.780 755.583 232.000 2.445.497 18.697.108

1 2 3 4 5 6 7 8 9

<SD 33,71% 0,52% 5,50% 0,01% 2,49% 8,94% 1,85% 0,09% 3,19% 56,29%

SMP 5,98% 0,10% 3,18% 0,02% 1,29% 4,54% 0,89% 0,26% 2,06% 18,32%

SMA Umum 1,76% 0,05% 2,23% 0,05% 0,45% 3,82% 0,70% 0,36% 2,46% 11,88%

SMA Kejuruan 0,84% 0,04% 1,86% 0,04% 0,42% 2,16% 0,46% 0,19% 1,55% 7,55%

Diploma I/II/III/

Akademi 0,05% 0,00% 0,15% 0,00% 0,02% 0,30% 0,04% 0,09% 0,82% 1,49%

Universitas 0,13% 0,01% 0,35% 0,01% 0,11% 0,50% 0,11% 0,26% 2,99% 4,47%

Jumlah 42,46% 0,72% 13,28% 0,14% 4,78% 20,26% 4,04% 1,24% 13,08% 100,00%

LAPANGAN USAHAPENDIDIKAN JUMLAH

PENDIDIKANLAPANGAN USAHA

JUMLAH

Page 40: PENENTUAN TINGKAT PARTISIPASI PADA ASURANSI … · dan Ф adalah fungsi densitas dari distribusi Normal Standart. ... unit link seperti yang tertera pada Tabel 2 dan Gambar 2 sebagai

Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora Vol 3 No 2 September 2015 | 40

ISSN : 2302-3791

Berikut adalah model peningkatan

produktivitas menuju keunggulan kompetitif

yang bisa di jadikan acuan oleh pemerintah

Provinsi Jawa Timur. Model ini diambil

berdasarkan Masterplan Percepatan Dan

Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia

2011 s.d 2025.

Model Peningkatan Produktivitas Menuju Keunggulan Kompetitif

Sumber: Masterplan Percepatan Dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia 2011 s.d 2025

Inisiatif Inovasi : 1 -747 MP3EI

Sumber: Masterplan Percepatan Dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia 2011 s.d 2025

Untuk mewujudkan peningkatan

produktivitas, maka direkomendasikan usulan

Inisiatif Inovasi 1-747 MP3EI sebagai pendorong

utama terjadinya proses transformasi sistem

ekonomi berbasis inovasi melalui penguatan

sistem pendidikan (human capital) dan kesiapan

teknologi (technological readiness). Proses

transformasi tersebut memerlukan input

pendanaan Penelitian dan Pengembangan (R &

D) sebesar 1 persen dari GDP yang perlu terus

Page 41: PENENTUAN TINGKAT PARTISIPASI PADA ASURANSI … · dan Ф adalah fungsi densitas dari distribusi Normal Standart. ... unit link seperti yang tertera pada Tabel 2 dan Gambar 2 sebagai

Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora Vol 3 No 2 September 2015 | 41

ISSN : 2302-3791

ditingkatkan secara bertahap sampai dengan 3

persen GDP menuju 2025. Porsi pendanaan

penelitian dan pengembangan tersebut diatas,

berasal dari Pemerintah maupun dunia usaha.

Pelaksanaannya dilakukan melalui 7 langkah

perbaikan ekosistem inovasi, sedangkan

prosesnya dilakukan dengan menggunakan 4

wahana percepatan pertumbuhan ekonomi

sebagai model penguatan aktor-aktor inovasi

yang dikawal dengan ketat. Dengan demikian

diharapkan 7 sasaran visi inovasi 2025 di bidang

SDM dan IPTEK akan dapat tercapai sehingga

menjamin percepatan dan perluasan

pembangunan ekonomi yang berkelanjutan.

Seiring dengan kemajuan ekonomi dari faktor

driven economy menuju ke innovation driven

economy, diharapkan peran pemerintah di dalam

pendanaan R & D akan semakin berkurang dan

sebaliknya peran swasta semakin meningkat.

Berikut ini adalah beberapa inisiatif

pelaksanaan inovasi yang dapat mendukung

keberhasilan implementasi seperti tersebut di

atas:

1. PengembanganKlasterInovasiuntukmenduku

ngkoridorekonomi di JawaTimur.

Pengembangan koridor ekonomi harus

diiringi dengan penguatan klaster inovasi

sebagai centre of excellence dalam rangka

mendukung peningkatan kemampuan

berinovasi untuk meningkatkan daya saing.

Pengembangan centre of excellence tersebut

diharapkan terintegrasi dengan klaster-

klaster industri.

2. Revitalisasi PUSPIPTEK sebagaiScience &

Technology (S&T) Park

Merevitalisasi PUSPIPTEK sebagai S & T

Park bertujuan untuk melahirkan IKM/UKM

berbasis inovasi dalam berbagai bidang

strategis yang mampu mengoptimalkan

interaksi dan pemanfaatan sumber daya

universitas, lembaga litbang, dan dunia

usaha sehingga dapat menghasilkan produk

inovatif. Untuk menjaga keberlanjutan

pengelolaan S & T Park tersebut perlu

dilakukan:

a. Menjadikan PUSPIPTEK sebagai

Badan Layanan Umum (BLU) dengan

manajemen profesional sehingga

tercipta link antara bisnis dan riset;

b. Menjadikan PUSPIPTEK sebagai pusat

unggulan riset berteknologi tinggi.

3. Pembentukan Klaster Inovasi Daerah untuk

Pemerataan Pertumbuhan

Pemerintah Provinsi Jawa Timur dapat

mendorong dan memberdayakan upaya

masyarakat, pelaku usaha, pemerintah daerah

yang sudah memiliki inisiatif untuk

menumbuh-kembangkan potensi inovasi pada

beberapa produk dan program unggulan

wilayah, antara lain:

a. Model Pengembangan Kawasan Inovasi

Agroindustri, di Gresik Utara

ProvinsiJawaTimur;

b. Model pengembangan kawasan industri

inovasi produk-produk hilir yang

terintegrasi, untuk pengembangan kelapa

sawit, kakao, dan perikanan;

c. Model Pengembangan Kawasan Inovasi

Energi yang berbasisnon-renewable dan

renewable energy di Provinsi Kalimantan

Timur.

DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, Lincolin,1998.Ekonomi Pembangunan.

Edisi kedua, Yogyakarta: BPFE-

Yogyakarta

Baltagi, Budi H 2005. Econometric Analysis of

Panel Data. Third Edition. Chichester:

Jhon Wiley and sons.

Bank Dunia Dan International Finance

Corporation. 2010.Doing Bussiness di

Indonesia 2010:Memperbandingkan

Kebijakan Usaha di 14 kota dan 183

Perekonomian. Washington, DC :

Publikasi Bank Dunia dan International

Finance Corporation.

-----------,2000. Ekonomi Makro. Yogyakarta:

BPFE-Yogyakarta.

Boediono,1999. Ekonomi Makro. Yogyakarta:

BPFE-Yogyakarta.

Borensztein, E. & De Gregorio, J. & Lee, J-W.,

1998. "How does foreign direct investment

affect economic growth?," Journal of

International Economics, Elsevier , vol.

45(1), pages 115-135, June.

Brian J. Aitken & Ann E. Harrison, 1999. "Do

Domestic Firms Benefit from Direct

Foreign Investment? Evidence from

Venezuela," American Economic Review,

American Economic Association, vol.

89(3), pages 605-618, June.

Carcovic, Mario and Levine, Ross. 2004. Does

Foreign Direct Investment accelerate

Page 42: PENENTUAN TINGKAT PARTISIPASI PADA ASURANSI … · dan Ф adalah fungsi densitas dari distribusi Normal Standart. ... unit link seperti yang tertera pada Tabel 2 dan Gambar 2 sebagai

Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora Vol 3 No 2 September 2015 | 42

ISSN : 2302-3791

Economic Growth?. Published on The

Institute of International Economics

Confereences. Washington.

Chenery, Hollis B. And Carter, Nicholas G.

1973. Foreign Assistance and

Development Performance, 1960-1970.

The American Economic Review (AER),

63(2), 459 - 68.

Dajan, Anto. 1984. Pengantar Metode Statistik.

Jilid 2. Jakarta: LP3ES.

Gujarati,Domodar N.2003. Basic Econometrics.

Fourth Edition. New York: The McGraw-

Hill Companies.

----------. 1995. Ekonometrika Dasar. Jakarta:

Erlangga.

Haddad, M. and A. Harrison, 1993, "Are there

Positive Spillovers from Direct Foreign

Investment?", Journal of Development

Economics, Vol. 42, pp. 51-74.

Irwan dan Suparmoko,1992. Ekonomika

Pembangunan. Edisi lima, Yogyakarta:

BPFE-Yogyakarta.

Ismet, Johar. 1996. “Analisis Pertumbuhan

Ekonomi Dan Distribusi Pendapatan

Masyarakat Kota Batam Dengan

Pendekatan Model System Neraca Sosial

Ekonomi (SNSE)”online),(diakses tanggal

30Maret 2010)

Kelley, C. Allen dan Robert M.

Schmidt.1995.”Aggregate Population and

Economic Growth Corelation: The role of

the components of demographic changes”

(online),(diakses tanggal 21 Maret 2010)

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian.

2011. Masterplan Percepatan dan

Perluasan Pembangunan Ekonomi

Indonesia. Jakarta:Kementerian

Koordinator Bidang Perekonomian, Deputi

Bidang Infrastruktur dan Pengembangan

Wilayah Kementerian Koordinator Bidang

Perekonomian

Kobrin, S.J. 1977.“Foreign Direct Investments,

Industrialization, and Social Change”, Jai

Press, Connecticut.

Kuncoro, Mudrajat. 2000. “Ekonomi

Pembangunan: Teori, Masalah dan

Kebijakan”, UPP AMP YKPN,

Yogyakarta.

Kuntjoro Jakti, Dorojatun,2003. Mau kemana

Pembangunan Ekonomi Indonesia. Jakarta:

Prenada Media.

Lembaga Penyelidikan Ekonomi Masyarakat

(LPEM). 2007. Construction of Regional

Index of Cost of Doing Business in

Indonesia

Lipsey, Richard G dkk, 1991. Pengatar Makro

Ekonomi. Edisi kedelapan, Jakarta:

Erlangga.

Magnus Blomstrom & Robert E. Lipsey & Mario

Zejan, 1994. "What Explains Developing

Country Growth?," NBER Working Papers

4132, National Bureau of Economic

Research, Inc.

Mishkin, Frederich.1996. “The Channels of

Monetary Transmission : Lesson for

Monetary Policy” .National Bureau of

Economic Research Working Paper vol

5464: 2

Mubyarto. 2003. ” Teori Investasi dan

Pertumbuhan Ekonomi Dalam Ekonomi

Pancasila ”. Jurnal Ekonomi Rakyat. Edisi

16: 4

Noerdhaus dan samuelson, 2000. Ilmu Makro

Ekonomi. Jakarta: Media Global Edukasi.

Pujiati, Amin.2007. “Analisis Pertumbuhan

Ekonomi Di Karesidenan Semarang Era

Desentralisasi Fiskal " Jurnal

Pembangunan. (Online),hal: 61-

70,(http://uns.ac.id/ejournal/index.php/aku/

article/viewPDFInterstitial/15656/15648/,

diakses 20 Januari 2010)

Rosyidi, Suherman.2000. Pengantar Ilmu

Ekonomi. Jakarta:Erlangga.

Sadli, M, (2002), “Beberapa Masalah Dalam

Ekonomi Makro”, Modul Pelatihan

Training Manajer BRI, Jakarta.

Samuelson, Paul A dan William

D.Nordhaus.2001.”Ilmu

Makroekonom”.Edisi Tujuh

Belas.Terjemahan .Jakarta:PT Media

Global Edukasi.

Sarwoko, 2005. Dasar-Dasar ekonometrika.

Yogyakarta: Andi.

Sitompul,novita linda.2007. analisis pengaruh

investasi dan tenaga kerja terhadap PDRB

Sumatra Utara.Tesis tidak

diterbitkan.Medan: pasca Sarjana

Universitas sumatra utara.

Sodik, Jamzani,dkk. 2005. “Investasi, Pendidikan

Tenaga Kerja Dan Pertumbuhan Ekonomi

Regional (Studi Kasus Pada 26 Propinsi

Di Indonesia, Pra Dan Pasca

Otonomi)“Jurnal Ekonomi Pembangunan.

Page 43: PENENTUAN TINGKAT PARTISIPASI PADA ASURANSI … · dan Ф adalah fungsi densitas dari distribusi Normal Standart. ... unit link seperti yang tertera pada Tabel 2 dan Gambar 2 sebagai

Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora Vol 3 No 2 September 2015 | 43

ISSN : 2302-3791

(Online),vol.10,No.2(http://upn.ac.id/ejour

nal/ article / view PDF Interstitial/, diakses

20 Januari 2010)

Sukirno, Sadono.1981. Pengantar Teori

Makroekonomi. Jakarta: Bima Grafika

----------.1981. Pengantar Teori Makroeskonomi.

Jakarta: Bima Grafika

----------.1985. Ekonomi Pembangunan Proses,

Masalah dan Dasar Kebijaksanaan.

Jakarta: Fakultas Ekonomi UI dengan

Bima Grafika.

---------.2004. Makroekonomi Teori Pengantar.

Jakarta: Bima Grafika.

Suparmoko.1996. Pengantar Ekonometrika

Makro. Edisi ketiga, Yogyakarta: BPFE-

Yogyakarta

Syamsiyah, Siti. 2007. “Analisis Kualitas Tenaga

Kerja Dan Investasi Terhadap

Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten

Karanganyar”.skripsi yang diterbitkan

(http://ums.com/skrispsi/article/viewPDFIn

terstitial/,diakses 19 Januari 2010)

Tarmidi,T Lepi.1992. Ekonomi Pembangunan.

Jakarta: Fakultas Ekonomi UI.

Verbeek, Marno.2000. A Guide to Modern

econometrics. Chicherster:Jhon Wiley and

sons.

Widarjono, Agus.2005. Ekonometrika Teori dan

Aplikasi. Yogyakarta: Ekonisia Fakultas

ekonomi UII

Winoto, Joyo,2000,ekonomi pembangunan.

Bahan bacaan tambahan mata kuliah

perencanaan ekonomi wilayah dan

pedesaan. Program studi ilmu prencanaan

pembangunan wilayah dan pedesaan

program pascasarjana IPB.

Worldbank. 2011. Perkembangan Triwulanan

Perekonomian Indonesia: Tantangan saat

ini, peluang masa depan. Jakarta: Juni

2011

Worldbank. 2011. Perkembangan Triwulanan

Perekonomian Indonesia: Masa

Bergejolak. Jakarta: Oktober 2011

www.BPS.go.id

Page 44: PENENTUAN TINGKAT PARTISIPASI PADA ASURANSI … · dan Ф adalah fungsi densitas dari distribusi Normal Standart. ... unit link seperti yang tertera pada Tabel 2 dan Gambar 2 sebagai

Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora Vol 3 No 2 September 2015 | 44

ISSN : 2302-3791

PENERAPAN PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN AIR PADA

MATERI SIFAT-SIFAT BANGUN DAN HUBUNGAN

ANTAR BANGUN DI KELAS V SD

Nur Qomariyah Nawafilah *)

*)

Dosen Universitas Islam Lamongan

ABSTRAK Siswa sering menganggap bahwa matematika adalah pelajaran yang sulit. Oleh karena

itu guru harus menggunakan cara yang tepat dalam mengajarkannya. Salah satu solusi

dari permasalahan itu adalah pendekatan AIR (Auditory, Intellectualy, Repeatition).

Peneliti mengadakan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui pengelolaan

pembelajaran oleh guru, aktivitas dan kinerja siswa, hasil belajar serta respon siswa

terhadap pendekatan AIR. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan

rancangan one shot-case study dan dilaksanakan di MI Miftahul Ulum Simbatan

Lamongan. Penelitian ini berlangsung selama 3 kali pertemuan yang pelaksanaannya

sesuai dengan RPP yang telah dibuat oleh peneliti. Data yang diperoleh dari penelitian

yaitu data pengelolaan pembelajaran dan data aktivitas siswa yang diperoleh melalui

lembar pengamatan, data kinerja siswa yang diperoleh melalui kartu penilaian unjuk

kerja, data hasil belajar siswa yang diperoleh melalui soal tes hasil belajar, serta data

respon siswa yang diperoleh melalui lembar angket respon siswa. Berdasarkan hasil

analisis data, dapat disimpulkan bahwa kemampuan guru dalam mengelola

pembelajaran baik dengan rata-rata 2,78. Aktivitas siswa yang paling menonjol adalah

memperhatikan penjelasan guru atau siswa lain. Kinerja siswa baik dengan rata-rata

keseluruhan 17 untuk LKS 1 dan17,2 untuk LKS 2. Hasil belajar siswa mencapai 40%.

Respon siswa adalah sangat positif sebesar 92,43%.

Kata kunci: Pendekatan AIR, bangun dan hubungan antar bangun

PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan suatu upaya

untuk memberikan pengetahuan dan keahlian

tertentu kepada manusia untuk mengembangkan

potensi diri agar mampu menghadapi setiap

perubahan yang terjadi. Sebagaimana tercantum

dalam Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003

tentang Sistem Pendidikan Nasional (2003: 3)

pasal 1 ayat 1 bahwa pendidikan adalah usaha

sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

belajar agar peserta didik secara aktif dapat

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

keterampilan yang diperlukan dirinya,

masyarakat, bangsa dan negara.

Pemerintah melakukan berbagai upaya

untuk meningkatkan mutu pendidikan di

Indonesia yang kualitasnya masih rendah. Salah

satu upayanya yaitu dengan senantiasa

menyempurnakan kurikulum. Kurikulum yang

berlaku saat ini adalah Kurikulum Tingkat

Satuan Pendidikan (KTSP). KTSP merupakan

kurikulum operasional yang dikembangkan oleh

setiap satuan pendidikan serta merupakan acuan

dan pedoman bagi pelaksanaan pendidikan untuk

mengembangkan berbagai ranah pendidikan

(pengetahuan, keterampilan, dan sikap) dalam

seluruh jenjang dan jalur pendidikan, khususnya

pada jalur pendidikan sekolah (Mulyasa, 2006:

44).

Matematika merupakan salah satu bidang

studi yang mendukung perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi. Matematika

menduduki peranan penting dalam bidang

pendidikan karena selain sebagai fondasi bagi

ilmu pengetahuan, matematika juga sebagai

pembantu bagi ilmu pengetahuan yang lain.

Namun matematika sering digambarkan

sebagai pelajaran yang sulit, membosankan,

bahkan menakutkan. Karena anggapan tersebut

maka siswa semakin tidak menyukai pelajaran

matematika. Matematika mata pelajaran yang

sulit dipahami karena keabstrakan konsepnya

(Ruseffendi, 1988: 69). Kebanyakan konsep yang

Page 45: PENENTUAN TINGKAT PARTISIPASI PADA ASURANSI … · dan Ф adalah fungsi densitas dari distribusi Normal Standart. ... unit link seperti yang tertera pada Tabel 2 dan Gambar 2 sebagai

Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora Vol 3 No 2 September 2015 | 45

ISSN : 2302-3791

diajarkan guru hanya sekedar dihafalkan

sehingga kurang bermakna bagi siswa.

TIMSS (Trends in International

Mathematics and Science) dan PISA

(Programme for International Student

Assesment) menyebutkan bahwa untuk

matematika Indonesia berada di peringkat 36 dari

48 negara (Satria, 2009 dalam http://www.mail-

archive.com/forum-

pembacakompas%40yahoogroups.com). Fakta

ini mengisyaratkan bahwa penguasaan siswa

terhadap konsep materi yang diajarkan dalam

pelajaran matematika masih rendah. Banyak

faktor yang melatarbelakangi terjadinya hal itu,

salah satunya yaitu karena cara penyajian materi

pelajaran atau pembelajaran yang dilaksanakan.

Kebanyakan guru masih menggunakan metode

ceramah tanpa memperhatikan keterlibatan siswa

dalam pembelajaran.

Usaha yang dapat dilakukan guru

sebelum melaksanakan kegiatan belajar mengajar

adalah membuat rencana pembelajaran sematang

mungkin agar proses belajar mengajar dapat

terlaksana dengan baik. Menurut Suyatno (2009:

9) pembelajaran hendaknya dimulai dari

masalah-masalah aktual, autentik, relevan, dan

bermakna bagi siswa sehingga siswa dapat

menerapkan konsep yang dipelajarinya di dalam

kehidupan sehari-hari.

Untuk meningkatkan keterlibatan siswa,

guru juga harus pandai memilih model, metode,

strategi maupun pendekatan yang sesuai dengan

materi yang disampaikan. Salah satu pendekatan

yang mendorong siswa untuk belajar lebih aktif

yaitu pendekatan AIR. Unsur-unsur dalam

pendekatan AIR yaitu (1) Auditory; (2)

Intellectually; (3) Repeatition. Auditory yang

bermakna bahwa belajar haruslah dengan melalui

mendengarkan, menyimak, berbicara, presentasi,

mengemukakan pendapat, dan menanggapi.

Intellectually yang bermakna bahwa belajar

haruslah menggunakan kemampuan berpikir

(minds-on), belajar haruslah dengan konsentrasi

pikiran dan berlatih menggunakannya melalui

bernalar, menyelidiki, mengidentifikasi,

menemukan, mencipta, mengkonstruksi,

memecahkan masalah, dan menerapkan.

Repeatition merupakan pengulangan yang

bermakna pendalaman, perluasan, pemantapan

dengan cara siswa dilatih melalui pemberian

tugas atau kuis (Suyatno, 2009: 65 ).

Pelaksanaan pendekatan AIR nantinya

akan dikombinasikan dengan model

pembelajaran kooperatif yang mana model ini

dapat menuntun siswa untuk dapat bekerja sama

dan saling bertukar pendapat serta berdiskusi

dalam menyelesaikan permasalahan yang

diberikan guru. Model ini sangat sesuai jika

dipadukan dengan pendekatan AIR yang memang

dalam setiap unsurnya menekankan

pembelajaran berpusat pada siswa.

Materi yang digunakan dalam penelitian

ini adalah sifat-sifat bangun dan hubungan antar

bangun. Hal ini disebabkan materi ini cocok jika

diajarkan dengan pendekatan AIR yang menuntut

keaktifan siswa dalam membentuk konsep materi

yang diajarkan. Alasan lain adalah banyak

aplikasi materi ini dalam kehidupan sehari-sehari

siswa.

Dari uraian di atas, maka peneliti akan

melakukan penelitian yang berjudul Penerapan

Pembelajaran dengan Pendekatan AIR pada

Materi Sifat-Sifat Bangun dan Hubungan Antar

Bangun di Kelas V MI.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah penelitian

deskriptif. Pengamatan dilakukan pada

pengelolaan pembelajaran oleh guru, aktivitas

siswa selama proses pembelajaran, kinerja siswa

selama mengerjakan LKS, hasil belajar siswa

setelah diterapkan pembelajaran dengan

pendekatan AIR, serta respon siswa setelah

mengikuti pembelajaran dengan pendekatan AIR

.

Penelitian dilaksanakan di MI Miftahul

Ulum Simbatan Sarirejo Lamongan. Subyek

dalam penelitian ini adalah siswa kelas V MI

Miftahul Ulum Simbatan yang terdiri atas 15

orang siswa tahun pelajaran 2011-2012.

Rancangan penelitian yang digunakan

pada penelitian ini adalah One Shot Case Study,

karena hanya satu kelas saja yang dikenakan

perlakuan tertentu tanpa adanya kelas kontrol

dan tanpa tes awal. Dalam penelitian ini yang

dimaksud perlakuan tertentu yaitu penerapan

pendekatan AIR kepada subyek. Setelah

diterapkan perlakuan tersebut dilakukan analisis

terhadap pengelolaan pembelajaran oleh guru,

aktivitas siswa selama pembelajaran, kinerja

siswa dari proses pengerjaan LKS, dan hasil

belajar siswa dalam mengerjakan soal serta

respon siswa. Rancangan penelitian ini dapat

digambarkan sebagai berikut :

X O ( arikunto, 2002 : 77)

Page 46: PENENTUAN TINGKAT PARTISIPASI PADA ASURANSI … · dan Ф adalah fungsi densitas dari distribusi Normal Standart. ... unit link seperti yang tertera pada Tabel 2 dan Gambar 2 sebagai

Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora Vol 3 No 2 September 2015 | 46

ISSN : 2302-3791

Keterangan:

X : Perlakuan, yaitu penerapan pendekatan AIR

dalam proses belajar mengajar.

O : Hasil penelitian selama dan setelah

perlakuan, yaitu pengelolaan pembelajaran

selama kegiatan pembelajaran berlangsung

dengan penerapan pendekatan AIR, aktivitas

siswa selama kegiatan pembelajaran

berlangsung dengan penerapan pendekatan

AIR, kinerja siswa dalam mengerjakan LKS,

hasil belajar siswa setelah pembelajaran

dengan penerapan pendekatan AIR, respon

siswa setelah penerapan pendekatan AIR.

Prosedur pelaksanaan penelitian ini

dibagi atas empat tahap (Moleong, 2001), yaitu:

1. Tahap Persiapan

Sebelum melakukan penelitian,

kegiatan-kegiatan yang dipersiapkan peneliti

antara lain adalah: (a) menentukan tempat dan

subyek penelitian, (b) mengunjungi sekolah

yang akan digunakan untuk penelitian dan

meminta izin persetujuan untuk melakukan

penelitian, (c) membuat perangkat

pembelajaran dan instrumen penelitian yang

terdiri atas RPP, LKS, lembar kuis, lembar

pengamatan pengelolaan pembelajaran dan

aktivitas siswa, kartu penilaian unjuk kerja

siswa, lembar soal tes, dan lembar angket

respon siswa terhadap pembelajaran yang

menerapkan pendekatan AIR.

2. Tahap Pelaksanaan Pada tahap pelaksanaan, aktivitas yang

dilakukan antara lain adalah: (a) persiapan

siswa, (b) pemilihan dan pembentukan

kelompok heterogen, (c) pelaksanaan

pembelajaran dengan pendekatan AIR, (d)

pelaksanakan pengamatan terhadap

pengelolaan pembelajaran oleh guru, aktivitas

siswa selama penerapan pembelajaran dengan

pendekatan AIR, dan pengamatan terhadap

kinerja siswa dalam mengerjakan LKS, (e)

melakukan tes hasil belajar yang dilaksanakan

pada akhir pembelajaran, (f) menyebarkan

angket respon siswa setelah penerapan

pembelajaran dengan pendekatan AIR.

3. Analisis Data

Kegiatan analisis data dilakukan setelah

pengumpulan data. Data-data yang dianalisis

adalah sebagai berikut:

a. Pengelolaan Pembelajaran

Untuk mengolah hasil observasi dari

pengelolaan pembelajaran oleh guru

selama penerapan pendekatan AIR

dilakukan dengan cara menghitung nilai

rata-rata setiap kategori.

Kriteria hasil penelitian sebagai

berikut:

Nilai < 0,50 : Sangat kurang

0, 50 ≤ nilai ≤ 1, 50 : Kurang

1, 50 ≤ nilai ≤ 2, 50 : Cukup

2, 50 ≤ nilai ≤ 3, 50 : Baik

Nilai ≥ 3,5 : Sangat baik

Adapun kategorinya adalah sebagai

berikut:

1 : Sangat baik

2 : Baik

3 : Kurang baik

4 : Tidak baik

b. Aktivitas siswa

Lembar pengamatan aktivitas siswa

menunjukkan keaktifan siswa dalam

model pembelajaran yang dianalisis

sebaga berikut:

Persentase = 𝐵𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘𝑛𝑦𝑎 𝑎𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑚𝑢𝑛𝑐𝑢𝑙 𝑑𝑎𝑛 𝑡𝑒𝑟𝑎𝑚𝑎𝑡𝑖

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎 𝑕 𝑎𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑘𝑒𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢 𝑕𝑎𝑛

(Azizah, 1998)

c. Kinerja siswa

Untuk menganalisis data digunakan

kartu penilaian sebagai pedoman penilaian

dengan skala sebagai berikut:

1 : Tidak benar

2 : Kurang benar

3 : Benar tetapi kurang sempurna

4 : Sempurna (Rahaju, 2008)

Skor yang akan diperoleh siswa

pada rentang 6 skor 24.

Pengkategorian siswa dibagi menjadi 4

kategori berdasarkan skor yang diperoleh

setiap siswa adalah sebagai berikut:

6 – 10 : Gagal

11 – 15 : Kurang berhasil

16 – 20 : Berhasil

21 – 24 : Sangat berhasil

Lembar Unjuk Kerja Siswa sebagai

perangkat penilaian otentik dapat

dikatakan efektif jika hasil unjuk kerja

kelompok siswa memenuhi kriteria

berhasil atau sangat berhasil.

d. Tes Hasil Belajar

Untuk mengetahui ketuntasan siswa,

ditentukan oleh persentase ketuntasan

yang dihitung dengan cara:

Page 47: PENENTUAN TINGKAT PARTISIPASI PADA ASURANSI … · dan Ф adalah fungsi densitas dari distribusi Normal Standart. ... unit link seperti yang tertera pada Tabel 2 dan Gambar 2 sebagai

Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora Vol 3 No 2 September 2015 | 47

ISSN : 2302-3791

% 𝐾𝑒𝑡𝑢𝑛𝑡𝑎𝑠𝑎𝑛 𝑆𝑖𝑠𝑤𝑎 =𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑐𝑎𝑝𝑎𝑖 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎

𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙× 100%

Sedangkan perhitungan untuk menyatakan

persentase banyaknya siswa yang tuntas

dihitung dengan cara:

% 𝐵𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘𝑛𝑦𝑎 𝑆𝑖𝑠𝑤𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑇𝑢𝑛𝑡𝑎𝑠 =𝐵𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘𝑛𝑦𝑎 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑢𝑛𝑡𝑎𝑠

𝐵𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢 𝑕𝑛𝑦𝑎× 100%

Berdasarkan ketentuan dari sekolah

tempat penelitian, satu kelas dikatakan

tuntas belajar jika minimal 85% siswa

tuntas.

e. Angket Respon

Data angket respon siswa dihitung

dengan cara menentukan persentase dari

setiap pertanyaan . Respon siswa

dikatakan positif jika persentase sikap

positif lebih dari atau sama dengan 75%.

Data tersebut dianalisis dengan

menggunakan statistik deskriptif, dengan

persentase sebagai berikut:

Rs = 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑚𝑒𝑟𝑒𝑠𝑝𝑜𝑛 𝑝𝑜𝑠𝑖𝑡𝑖𝑓 𝑡𝑖𝑎𝑝 𝑖𝑛𝑑𝑖𝑘𝑎𝑡𝑜𝑟 𝑘𝑒−𝑖

𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑚𝑒𝑟𝑒𝑠𝑝𝑜𝑛

Rs=Persentase respon siswa

Tabel kategori respon siswa

No. Persentase Respon Siswa (%) Kategori

1.

2.

3.

4.

Rs ≥ 85

70 ≤ Rs < 85

50 ≤ Rs < 70

Rs < 50

Sangat positif

Positif

Kurang positif

Tidak positif

(Khabibah, 2006: 97) 4. Penulisan Laporan Penelitian

Penulisan laporan penelitian yang

menjelaskan kegiatan penelitian dari

persiapan penelitian sampai dengan penarikan

kesimpulan dari data-data yang telah

dianalisis untuk menjawab pertanyaan

penelitian yang meliputi pengelolaan

pembelajaran, aktivitas siswa, data kinerja

siswa, data tes hasil belajar, dan data angket

respon siswa.

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Hasil Pengelolaan Pembelajaran

Berdasarkan hasil pengamatan

pengelolaan pembelajaran, meskipun ada

beberapa kegiatan yang kurang terlaksana

dengan baik, namun secara keseluruhan

kemampuan guru dalam mengelola

pembelajaran dengan pendekatan AIR

memperoleh rata-rata 2,78 dengan kriteria

baik.

2. Hasil Aktivitas Siswa Pengamatan aktivitas siswa

dilaksanakan selama pembelajaran sifat-sifat

bangun dan hubungan antar bangun

berlangsung. Berdasarkan hasil pengamatan

diperoleh bahwa aktivitas siswa dalam

memperhatikan/ mendengarkan penjelasan

guru atau siswa lain (Auditory) sebesar

26,38%, membaca/ memahami LKS

(Auditory) sebesar 7,83%, berdiskusi/

bertanya antar siswa dengan siswa dan siswa

dengan guru (Auditory) sebesar 11,12%,

mengerjakan LKS secara berkelompok

(Auditory dan Intellectually) sebesar 13,24%,

presentasi (Auditory) sebesar 6,45%,

mengajukan pertanyaan (Auditory) sebesar

1,89%, menanggapi pertanyaan (Auditory)

sebesar 2,08%, mencatat/ merangkum

(Intellectually) sebesar 12,01%, mengerjakan

kuis (Repetition) sebesar 14,9%, melakukan

perilaku yang tidak relevan sebesar 7,32%.

Dengan demikian dapat dinyatakan

bahwa aktivitas yang paling dominan adalah

memperhatikan/ mendengarkan penjelasan

guru atau siswa lain (Auditory) sebesar

26,38%. Hal ini dikarenakan memang siswa

sudah terbiasa dengan pembelajaran dengan

metode ceramah yang memang siswa bersifat

pasif (hanya mendengarkan penjelasan guru).

Imbasnya dapat dilihat pada aktivitas

mengajukan dan menjawab pertanyaan yang

merupakan aktivitas dengan presentase paling

kecil diantara aktivitas-aktivitas yang lain.

3. Hasil Kinerja Siswa

Dalam penelitian ini, analisis data

secara keseluruhan mengenai kinerja siswa

pada LKS 1 dan LKS 2 dengan menerapkan

pendekatan AIR disajikan dalam tabel

berikut :

Page 48: PENENTUAN TINGKAT PARTISIPASI PADA ASURANSI … · dan Ф adalah fungsi densitas dari distribusi Normal Standart. ... unit link seperti yang tertera pada Tabel 2 dan Gambar 2 sebagai

Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora Vol 3 No 2 September 2015 | 48

ISSN : 2302-3791

Tabel Rata-rata Kategori LKS 1

Kelompok Jumlah Nilai Kategori

1 14 Kurang berhasil

2 19 Berhasil

3 17 Berhasil

4 18 Berhasil

5 17 Berhasil

Rata-rata keseluruhan 17 Berhasil

Dari tabel di atas dapat dinyatakan

bahwa kinerja siswa baik dengan rata-rata

keseluruhan 17. Dengan demikian dapat

disimpulkan kinerja siswa untuk LKS 1

selama penerapan pendekatan AIR pada

pembelajaran materi sifat-sifat bangun dan

hubungan antar bangun baik.

Tabel Rata-rata Kategori LKS 2

Kelompok Jumlah Nilai Kategori

1 16 Berhasil

2 18 Berhasil

3 18 Berhasil

4 19 Berhasil

5 15 Kurang berhasil

Rata-rata keseluruhan 17,2 Berhasil

Dari tabel di atas dapat dinyatakan

bahwa kinerja siswa baik dengan rata-rata

keseluruhan 17,2. Dengan demikian dapat

disimpulkan kinerja siswa untuk LKS 2

selama penerapan pendekatan AIR pada

pembelajaran materi sifat-sifat bangun dan

hubungan antar bangun baik.

4. Hasil Belajar Siswa

Tes hasil belajar siswa dilaksanakan

setelah penerapan pembelajaran dengan

pendekatak AIR pada materi sifat-sifat bangun

dan hubungan antar bangun selesai. Tes hasil

belajar ini terdiri atas 5 soal cerita. Tes

diberikan untuk mengetahui ketuntasan

belajar siswa setelah diterapkannya

pembelajaran dengan pendekatan AIR.

Berdasarkan nilai tes hasil belajar siswa,

diperoleh bahwa dari 15 siswa yang

mengikuti tes, terdapat 6 siswa yang tuntas

dan 9 orang tidak tuntas.

Sehubungan dengan KKM yang

ditetapkan sekolah yaitu siswa dikatakan

tuntas untuk pelajaran matematika jika

nilainya ≥ 65 dan siswa dikatakan tuntas

secara klasikal jika 85% siswa mendapat nilai

≥ 65. Karena jumlah siswa yang tuntas

sebanyak 6 siswa, maka diperoleh presentase

ketuntasan belajar secara klasikal sebesar

40% saja. Sehingga dapat disimpulkan bahwa

setelah penerapan pembelajaran dengan

pendekatan AIR ketuntasan belajar siswa

secara klasikal tidak tercapai.

5. Hasil Respon Siswa

Angket respon siswa terhadap

pendekatan AIR diberikan setelah penerapan

pembelajaran dengan pendekatan AIR dan

setelah siswa mengerjakan tes. Data respon

siswa berfungsi untuk mengetahui pendapat

siswa tentang pembelajaran dengan

pendekatan AIR sesuai dengan indikator yang

ada pada lembar angket respon siswa.

Berdasarkan hasil angket, diperoleh

bahwa 93,34% siswa memberikan respon

positif (menjawab “ya”) selama mengikuti

pembelajaran dengan pendekatan AIR.

Terdapat 86,67% siswa menjawab bahwa

dengan pembelajaran ini mereka lebih berani

bertanya. Sebanyak 80% siswa mengatakan

bahwa dengan pembelajaran ini membuat

mereka lebih berani mengungkapkan

pendapat dan 86,67% juga menjawab bahwa

dengan pembelajaran ini membuat siswa lebih

memahami materi pelajaran. Masih banyak

lagi respon-respon positif yang diberikan

siswa mengenai penerapan pembelajaran AIR.

Secara keseluruhan, sebanyak 92,43% siswa

Page 49: PENENTUAN TINGKAT PARTISIPASI PADA ASURANSI … · dan Ф adalah fungsi densitas dari distribusi Normal Standart. ... unit link seperti yang tertera pada Tabel 2 dan Gambar 2 sebagai

Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora Vol 3 No 2 September 2015 | 49

ISSN : 2302-3791

merespon positif terhadap pembelajaran

dengan pendekatan AIR. Karena persentase

siswa ≥85, maka respon siswa dikategorikan

sangat positif terhadap pembelajaran dengan

pendekatan AIR.

KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan

a. Kemampuan guru dalam mengelola

pembelajaran matematika pada materi

sifat-sifat bangun dan hubungan antar

bangun dengan menggunakan

pendekatan AIR di kelas V MI Miftahul

Ulum Simbatan adalah baik dengan rata-

rata keseluruhan 2,78.

b. Aktivitas siswa yang paling dominan

selama mengikuti pembelajaran dengan

menggunakan pendekatan AIR di kelas V

MI Miftahul Ulum Simbatan adalah

memperhatikan atau mendengarkan

penjelasan guru atau siswa lain.

c. Kinerja siswa dalam mengerjakan LKS

adalah berhasil dengan rata-rata

keseluruhan untuk LKS 1 sebesar 17 dan

LKS 2 sebesar 17,2.

d. Hasil belajar siswa setelah penerapan

pendekatan AIR pada pembelajaran

materi sifat-sifat bangun dan hubungan

antar bangun di kelas V MI Miftahul

Ulum Simbatan belum tuntas dengan

ketuntasan belajar sebesar 40%, sehingga

ketuntasan belajar klasikal tidak tercapai.

e. Respon siswa setelah mengikuti

pembelajaran dengan menggunakan

pendekatan AIR adalah sangat positif

dengan persentase 92,43%.

2. Saran Berdasarkan hasil yang diperoleh,

maka peneliti memberikan saran sebagai

berikut:

a. Hendaknya guru matematika mencoba

menerapkan pendekatan AIR untuk

meningkatkan peran siswa dalam

pembelajaran dengan berusaha

memperbaiki dari segi pelaksanaan

pembelajaran dan soal berupa LKS yang

akan dikerjakan siswa secara

berkelompok.

b. Untuk meningkatkan keaktifan siswa

sebaiknya guru melatih siswa sejak dini

mengungkapkan ide atau pendapat

mereka dengan banyak memberikan

pertanyaan yang memancing.

c. Penelitian hendaknya dilakukan pada

sekolah yang sudah pernah menerapkan

model pembelajaran kooperatif dengan

pendekatan AIR sehingga siswa tidak

bingung selama pembelajaran

berlangsung.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi.2002. Prosedur Penelitian

Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka

Cipta.

Azizah, Umi. 1998. Pengembangan Model

Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD untuk

Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Kimia

di SMU. Tesis yang tidak dipublikasikan.

Surabaya: Unesa.

Depdiknas. 2003. Undang-Undang Republik

Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang

Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta.

Khabibah, Siti. 2006. Pengembangan Model

Pembelajaran Matematika Dengan Soal

Terbuka Untuk Meningkatkan Kreativitas

Siswa Sekolah Dasar. Disertasi tidak

dipublikasikan. Surabaya: Unesa.

Moleong, Lexy J. 2001. Metodologi Penelitia

Kualitatif. Bandung: Remaja Rosadakarya.

Mulyasa. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Surabaya: Unpress Unesa.

Rahaju, Endah Budi. 2008. Suplemen Asesmen

Jurusan Matematika. Surabaya: Unpress

Unesa.

Russefendi. 1988. Pengantar Kepada Membantu

Guru Mengembangkan Kompetensinya dalam

Pengajaran Matematika untuk Meningkatkan

CBSA. Bandung: Tarsito.

Satria. 2009. Kualitas pendidikan Matematika di

Indonesia

(http://www.mailarchive.com/forumpembaca

kompas%40yahoogroups.com, diakses

tanggal 12 februari 2011).

Suyatno. 2009. Menjelajah Pembelajaran

Inovatif. Sidoarjo: Masmedia Buana Pustaka

Page 50: PENENTUAN TINGKAT PARTISIPASI PADA ASURANSI … · dan Ф adalah fungsi densitas dari distribusi Normal Standart. ... unit link seperti yang tertera pada Tabel 2 dan Gambar 2 sebagai

Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora Vol 3 No 2 September 2015 | 50

ISSN : 2302-3791

TAUHID DAN FIKIH DALAM NASKAH KITAB KEMATIAN

Rosinta Anjar Prima Pangastuti *)

*)

Dosen Universitas Islam Lamongan

ABSTRAK

Naskah Kitab Kematian mengandung ajaran-ajaran yang dapat diambil manfaatnya oleh

pembaca, oleh karena itu naskah tersebut harus diungkapkan isinya. Selain bermanfaat dalam

kehidupan, pengungkapan ajaran tauhid dan fikih dalam naskah tersebut adalah sebagai wujud

pelestarian budaya Indonesia. Fokus penelitian ini yaitu ajaran tauhid dalam naskah Kitab Kematian

dan fikih dalam naskah Kitab Kematian. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan ajaran tauhid

dan fikih dalam naskah Kitab Kematian. Tauhid artinya menjadikan sesuatu menjadi satu atau

keyakinan tentang satu atau Esanya Tuhan. Fikih adalah ilmu yang menerangkan hukum-hukum syara

yang diperoleh dari dalil-dalil yang tafshili (terinci) yakni dalil-dalil atau hukum-hukum khusus yang

diambil dari dasar-dasar Alquran dan Sunnah (hadis). Rancangan penelitian yang digunakan dalam

naskah Kitab Kematian ini adalah penelitian filologi dengan edisi naskah tunggal. Untuk

mengumpulkan data digunakan teknik baca catat. Teknik analisis data yang digunakan dalam

penelitian ini adalah teknik deskriptif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Ajaran tauhid dalam Kitab Kematian terdiri atas (1) Ilah

yang terbagi menjadi Ilah uluhiyah, Ilah rububiyah, dan asma’ wa sifat: Maha Pengasih (Ar-Rahman),

Maha Penyayang (Ar-Rahim), Maha Pemurah (Al-Karim), Maha Pemaaf (Al-Afuww), Maha Esa (Al-

Wahid), Maha Besar (Al-Kabir), Maha Kuasa (Al-Qudrah), Maha Berkehendak (Al-Iradah) (2)

Nubuwwah, dan (3) Samiyyat (membahas tentang alam kubur, azab kubur, bangkit di padang

mahsyar, surga dan neraka, arsy, dan kiamat). Ajaran fikih dalam Kitab Kematian ini membahas

tentang puasa, zakat, membaca Alquran, berbakti kepada orang tua, kewajiban terhadap jenazah, zina,

dan sholat.

Kata-kata Kunci: naskah, tauhid, fikih, filologi

Peninggalan kebudayaan bangsa Indonesia

sebagian besar berbentuk tulisan. Dari tulisan

tersebut, diperoleh gambaran lebih jelas

mengenai alam pikiran, adat-istiadat, dan sitem

nilai masyarakat pada zaman lampau, suatu

pengertian yang tidak mungkin tercapai jika

bahan-bahan keterangan ini hanya terdiri dari

peninggalan material, karena dalam hal itu

banyak kesimpulan pakar berdasarkan dugaan

belaka. Dalam penelitian peninggalan tulisan

dan kebendaan merupakan dua unsur yang

saling melengkapi (Ikram, 1997:24). Oleh

karena itu, penelitian terhadap naskah penting

untuk dilakukan mengingat naskah memuat

berbagai ilmu pengetahuan dan berbagai

kebudayaan masa lampau.

Semua naskah lama merupakan rekaman

kebudayaan Indonesia dari kurun zaman yang

lama, yang mengandung berbagai ragam

lukisan kebudayaan, buah pikiran, ajaran budi

pekerti, nasihat, hiburan, pantangan, dan lain

sebagainya, termasuk kehidupan keagamaan

mereka di waktu itu (Baried, 1994:vii).

Ditambahkan pula oleh Purnomo (2007:6)

bahwa isi dari naskah atau dokumen tertentu

tersebut adalah seluruh aspek kehidupan

budaya masyarakat atau bangsa yang

bersangkutan, seperti: kehidupan religi, sistem

filsafat, kepercayaan, atau hal-hal teknis

keseharian seperti: pengobatan, arsitektur, mata

pencaharian, pengajaran berbagai keahlian dan

keterampilan, serta seluruh aspek kehidupan

pada umumnya.

Naskah lama Indonesia terdapat di banyak

daerah, seperti Jawa, Melayu, Sunda, Madura,

Bali, Aceh, Makasar, dan Bugis (Robson,

1994:1). Jawa merupakan satu di antara daerah-

daerah yang menyimpan banyak naskah lama.

Naskah-naskah tersebut tersimpan rapi di

museum-museum. Misalnya saja Museum Mpu

Tantular Sidoarjo, Museum Sunan Giri Gresik,

Museum Trowulan Mojokerto, dan masih

banyak lainnya. Selain itu, naskah-naskah lama

ada yang merupakan milik pribadi dari

perorangan, namun keberadaannya sulit

diketahui.

Page 51: PENENTUAN TINGKAT PARTISIPASI PADA ASURANSI … · dan Ф adalah fungsi densitas dari distribusi Normal Standart. ... unit link seperti yang tertera pada Tabel 2 dan Gambar 2 sebagai

Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora Vol 3 No 2 September 2015 | 51

ISSN : 2302-3791

Museum Mpu Tantular merupakan

museum milik pemerintah yang didirikan di

Jalan Raya Buduran, Jembatan Layang

Sidoarjo. Museum tersebut memiliki banyak

koleksi benda-benda kuno. Salah satu di antara

benda-benda kuno tersebut adalah naskah lama.

Naskah lama yang terdapat di Museum Mpu

Tantular ada yang ditulis pada kulit binatang,

kertas, kulit kayu, maupun lontar. Naskah-

naskah tersebut disimpan dan dirawat dengan

baik agar terjaga kelestariannya. Namun, jika

hanya dijaga kelestarian bendanya tanpa

diketahui isinya maka naskah-naskah tersebut

tidak berguna untuk kehidupan manusia.

Naskah-naskah yang tersimpan di Museum

Mpu Tantular tersebut seperti naskah Bustam

Salatin, naskah Serat Yusuf, naskah Serat

Menak, naskah Kitab Kematian dan

sebagainya. Naskah Kitab Kematian

merupakan naskah yang belum pernah diteliti.

Oleh karena itu, naskah Kitab Kematian

tersebut akan menjadi menarik jika digali isinya

lebih dalam lagi.

Naskah Kitab Kematian menggambarkan

salah satu aspek kehidupan manusia yaitu

tentang kematian dan kehidupan setelah

kematian. Setiap makhluk hidup yang

diciptakan Allah SWT di dunia tidak luput dari

dua hal yaitu hidup dan mati. Hidup adalah

suatu pertalian antara ruh dan jasad. Keduanya

tidak bisa dipisahkan, bila terpisahkan maka

seseorang tidak bisa hidup. Dengan hidup

manusia bisa merasakan berbagai macam

kenikmatan. Tapi ingat, bahwa kehidupan

manusia di dunia ini hanya bersifat sementara.

Untuk itu pada saat hidup kita harus berusaha

untuk mengerjakan amal kebaikan sebagai

bekal menuju kehidupan yang abadi, karena

kebahagiaan serta kesengsaraan yang dirasakan

kelak bergantung amalan kita saat hidup di

dunia. Di samping itu kita juga harus memohon

kepada dari Allah SWT agar selalu

dilimpahkan rahmat baik di dunia maupun

akhirat.

Akhirat dipakai untuk mengistilahkan

kehidupan alam baka (kekal) setelah kematian/

sesudah dunia berakhir. Pernyataan peristiwa

alam akhirat sering kali diucapkan secara

berulang-ulang pada beberapa ayat di dalam

Alquran, yang mengisahkan tentang kiamat dan

akhirat. Akhirat dianggap sebagai salah satu

dari rukun iman yaitu: percaya kepada Allah,

percaya adanya malaikat, percaya akan kitab-

kitab suci, percaya adanya nabi dan rasul, dan

percaya takdir dan ketetapan Allah. Menurut

kepercayaan Islam, Allah akan memainkan

peranan, beratnya perbuatan masing-masing

individu. Allah akan memutuskan apakah orang

tersebut di akhirat akan diletakkan di neraka

atau di surga.

Akhirat adalah dimensi fisik dan hukum-

hukum dunia nyata yang terjadi setelah dunia

fana berakhir. Bagi mereka yang beragama

samawi meyakini bahwa kehidupan akhirat

sebagai tempat di mana segala perbuatan

seseorang di dalam kehidupan dunia ini akan

dibalas. Namun tidak sedikit juga orang yang

meragukan akan adanya kehidupan akhirat

(kehidupan setelah kematian). Mereka-mereka

yang meyakini adanya kehidupan akhirat ada

yang menyatakan: 'Mudahnya meyakini adanya

kehidupan setelah kematian sama mudahnya

dengan meyakini adanya hari esok setelah hari

ini, adanya nanti setelah sekarang, adanya

memetik setelah menanam'. Dengan meyakini

adanya kehidupan akhirat setelah kehidupan di

dunia ini akan menjaga seseorang dari

bertindak sesuka hatinya, karena ia yakin

segala hal yang ia perbuat dalam kehidupannya

sekarang akan dituainya kemudian di alam

setelah kematian.

Azab akhirat, alam kubur, dan

sebagainya adalah pengetahuan yang selama ini

dapat kita dengar dan baca melalui Alquran

maupun Hadis. Pengetahuan yang seperti itu

disebut ilmu tauhid. Selain unsur tauhid, dalam

naskah Kitab Kematian mengandung unsur

fikih. Tauhid artinya menjadikan sesuatu

menjadi satu. Tauhid menurut Adlan (1995:33)

adalah mengesakan Allah tanpa keraguan

sedikitpun. Menurut istilah agama Islam, tauhid

adalah keyakinan tentang satu atau Esanya

Tuhan. Segala pikiran dan teori berikut dalil-

dalilnya yang menjurus pada kesimpulan

bahwa Tuhan itu satu disebut ilmu tauhid. Fikih

adalah ilmu yang menerangkan hukum-hukum

syara yang diperoleh dari dalil-dalil yang

tafshili (terinci) yakni dalil-dalil atau hukum-

hukum khusus yang diambil dari dasar-dasar

Alquran dan Sunnah (hadis). Kitab Kematian

Page 52: PENENTUAN TINGKAT PARTISIPASI PADA ASURANSI … · dan Ф adalah fungsi densitas dari distribusi Normal Standart. ... unit link seperti yang tertera pada Tabel 2 dan Gambar 2 sebagai

Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora Vol 3 No 2 September 2015 | 52

ISSN : 2302-3791

mengandung ajaran tauhid yang terbagi

menjadi ilah, nubuwwah, dan samiyyat (tentang

alam kubur, azab kubur, bangkit di padang

mahsyar, alam akhirat, arsy, kiamat).

Sedangkan ajaran fikih dalam Kitab Kematian

yaitu tentang kewajiban terhadap jenazah,

puasa, zakat, sholat, membaca Alquran,

berbakti kepada orang tua, dan zina.

Naskah Kitab Kematian mengandung

ajaran-ajaran yang dapat diambil manfaatnya

oleh pembaca, oleh karena itu naskah tersebut

harus diungkapkan isinya. Selain bermanfaat

dalam kehidupan, pengungkapan ajaran tauhid

dan fikih dalam naskah tersebut adalah sebagai

wujud pelestarian budaya Indonesia.

Pengungkapan unsur tersebut akan diungkap

dalam penelitian ini dengan judul “Kitab

Kematian: Ajaran Tauhid dan Fikih (Kajian

Filologi)”.

1.1 Tujuan dan Manfaat Hasil Penelitian

Penelitian ini mempunyai tujuan yaitu

mendeskripsikan ajaran tauhid dan fikih dalam

naskah Kitab Kematian. Manfaat dalam

penelitian ini terdiri dari manfaat teoritis dan

manfaat praktis. Bagi peneliti secara teoritis

hasil penelitian ini dapat menambah wawasan

tentang isi karya sastra Jawa dan merupakan

salah satu usaha untuk pengembangan ilmu,

utamanya ilmu sastra, serta berbagai disiplin

ilmu lainnya. Penelitian ini diharapkan dapat

dipakai sebagai bahan tambahan pengajaran

sastra Jawa di Jurusan Pendidikan Bahasa

Daerah FBS Unesa, bagi perguruan tinggi

lainnya bisa menambah materi kuliah yang

berkaitan dengan bidang studi, terutama

filologi, serta mata kuliah lainnya yang relevan,

ajaran tauhid dan fikih yang terdapat dalam

naskah dapat dijadikan sebagai suri tauladan

melalui pembelajaran di sekolah.

METODE PENELITIAN

Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian yang digunakan

dalam naskah Kitab Kematian ini adalah

penelitian filologi dengan edisi naskah tunggal.

Penelitian filologi adalah penelitian yang

berorientasi pada naskah-naskah klasik sebagai

objek utama penelitian. Dalam penelitian ini

digunakan edisi naskah tunggal karena hanya

ada satu naskah yang diteliti, yaitu naskah

Kitab Kematian.

Langkah-langkah yang digunakan

dalam penelitian ini disesuaikan dengan

penelitian filologi. Langkah-langkah tersebut

dibagi menjadi empat tahap, yaitu: deskripsi

naskah dan teks, transliterasi dan suntingan

teks, terjemahan teks, dan pengungkapan tauhid

dan fikih yang terkandung dalam teks.

Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah naskah

Kitab Kematian. Naskah ini mempunyai nomor

inventarisasi 07.290 M yang merupakan koleksi

Museum Mpu Tantular di Jalan Raya Buduran,

Jembatan Layang Sidoarjo. Naskah ini masuk

ke Museum Mpu Tantular pada tanggal 27

April 2002 yang berasal dari Surabaya. Naskah

ini ditulis dalam bentuk tulisan tangan dengan

menggunakan aksara Arab Pegon dan

berbahasa Jawa dengan kondisi yang relatif

masih lengkap namun terdapat sebagian

halaman telah aus atau rusak. Naskah ini belum

pernah diteliti sebelumnya.

Data Penelitian

Data dalam penelitian ini adalah yang

berhubungan dengan tauhid dan fikih dalam

naskah Kitab Kematian. Ajaran tauhid dalam

naskah tersebut adalah tentang ilah

(ketuhanan), nubuwwah (kenabian), dan

samiyyat, sedangkan ajaran fikih dalam naskah

tersebut adalah tentang kewajiban terhadap

jenazah, puasa, zakat, membaca Alquran,

berbakti kepada orang tua, zina, dan sholat.

Teknik Pengumpulan Data

Inventarisasi naskah merupakan

pengumpulan dan pencatatan data yang

hasilnya berupa daftar naskah. Pengumpulan

data dalam penelitian ini menggunakan metode

studi pustaka dan studi lapangan. Metode studi

pustaka adalah sumber data penelitian berupa

katalogus naskah yang terdapat di berbagai

perpustakaan, museum, dan universitas.

Sedangkan metode studi lapangan adalah

mengadakan pelacakan naskah untuk melihat

dan memastikan keberadaan naskah yang sudah

diinformasikan dalam katalogus (Subandiyah,

2007:83-84).

Page 53: PENENTUAN TINGKAT PARTISIPASI PADA ASURANSI … · dan Ф adalah fungsi densitas dari distribusi Normal Standart. ... unit link seperti yang tertera pada Tabel 2 dan Gambar 2 sebagai

Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora Vol 3 No 2 September 2015 | 53

ISSN : 2302-3791

Untuk mengumpulkan data digunakan

teknik baca catat. Teknik baca catat dilakukan

dengan cara membaca teks Kitab Kematian

sambil melakukan transliterasi serta

penyuntingan, kemudian diterjemahkan ke

dalam bahasa Indonesia. Setelah itu, membaca

teks yang sudah diterjemahkan ke dalam bahasa

Indonesia dan mencatat data yang berupa kata

atau kalimat yang mengandung ajaran tauhid

dan fikih yang selanjutnya diklasifikasi dan

dianalisis.

Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan

dalam penelitian ini adalah teknik deskriptif.

Teknik deskriptif merupakan teknik yang

hakikatnya berdasarkan fakta-fakta yang ada

atau fenomena-fenomena yang memang secara

empiris ada dalam naskah. Teknik ini

digunakan untuk menghasilkan deskripsi ajaran

tauhid dan fikih dalam naskah Kitab Kematian.

Adapun langkah-langkah yang

ditempuh dalam analisis yang disesuaikan

dengan kajian filologi. Sebelum dianalisis,

naskah diinventarisasi dan dideskripsikan

bentuk fisiknya meliputi judul, keadaan,

bentuk, bahasa, dan isi singkatnya; kemudian

ditransliterasi dan diterjemahkan. Transliterasi

yang dilakukan adalah pengalihtulisan dari

huruf Arab Pegon ke huruf Latin dengan

penyesuaian ejaan yang berlaku. Setelah

ditransliterasi dan diterjemahkan, naskah Kitab

Kematian siap dianalisis sesuai dengan fokus

yang dikemukakan dalam penelitian, yaitu

ajaran tauhid dan fikih.

Prosedur Analisis Data

Prosedur analisis data penelitian ini

antara lain deskripsi naskah dan teks,

transliterasi dan suntingan teks, terjemahan

teks, identifikasi teks, klasifikasi teks, analisis

data, dan penyimpulan.

Deskripsi Naskah dan Teks

Deskripsi naskah ialah uraian naskah

secara terperinci dan teratur. Informasi dari

deskripsi naskah sangat diperlukan dan dapat

membantu menentukan naskah mana yang akan

dipilih untuk dasar edisi (Lubis, 2007:80).

Hal-hal yang dicantumkan dalam deskripsi

naskah menurut Subandiyah (2007:85) antara

lain: judul naskah, nomor naskah, ukuran

naskah/ teks, jumlah baris per halaman, bahan

naskah, aksara naskah, bahasa naskah, kolofon,

genre (bentuk teks), dan garis besar isi cerita.

Semua itu dilakukan untuk mempermudah

tahap penelitian selanjutnya.

Pada tahap ini peneliti mendeskripsikan

naskah dan teks dari segi fisik dan isi.

Deskripsi fisik naskah dan teks meliputi: judul

naskah, nomor naskah, ukuran naskah, jumlah

halaman, jumlah baris per halaman, bahan

naskah, aksara naskah, bahasa naskah, dan

kolofon. Deskripsi isi meliputi: genre (bentuk

teks), garis besar isi teks, dan hal-hal lain yang

diperoleh dari teks tersebut. Tujuan

mendeskripsikan naskah dan teks adalah untuk

menghasilkan deskripsi naskah dan teks Kitab

Kematian secara fisik maupun isi.

Transliterasi Teks

Transliterasi artinya penggantian jenis

tulisan, huruf demi huruf dari aksara naskah

kuna ke aksara yang berlaku saat ini. Istilah ini

dipakai bersama-sama dengan istilah transkripsi

dengan pengertian yang sama pada penggantian

jenis tulisan naskah (Baried, 1994:63). Menurut

Djamaris (2006:19) naskah merupakan salah

satu langkah dalam penyuntingan teks yang

ditulis dengan huruf dan bahasa daerah.

Naskah yang ditulis dalam kurun waktu

lampau menggunakan aksara dan bahasa masa

lampau juga. Robson (1994:2) menyatakan

bahwa sumber naskah kesusastraan Indonesia

ditulis dalam berbagai bahasa, bergantung pada

daerah asalnya. Dengan kata lain, berbagai

daerah di Indonesia memiliki kesusastraan

tertulis, yang direkam dan ditulis dalam tulisan

asli (non-Latin). Dari pandangan yang

demikian transliterasi naskah sangat penting

dalam menunjang pengkajian teks-teks klasik

tersebut.

Transliterasi naskah perlu dilakukan

sebab aksara dan bahasa masa lampau semakin

tidak dikenal dalam masyarakat masa kini.

Keadaan tersebut terjadi baik karena aksara

yang lama sudah tidak digunakan lagi maupun

aksara dan bahasa yang digunakan tidak

dikenal sama sekali. Transliterasi hendaknya

dilakukan tanpa mengubah isi dan ciri bahasa

naskah asli. Isi naskah akan tetap terjaga

Page 54: PENENTUAN TINGKAT PARTISIPASI PADA ASURANSI … · dan Ф adalah fungsi densitas dari distribusi Normal Standart. ... unit link seperti yang tertera pada Tabel 2 dan Gambar 2 sebagai

Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora Vol 3 No 2 September 2015 | 54

ISSN : 2302-3791

walaupun telah diubah ke dalam aksara dan

ejaan masa kini. Menurut Subandiyah

(2007:67) transliterasi harus mempertahankan

ciri-ciri teks asli sepanjang hal itu dapat

dilaksanakan, karena penafsiran teks yang

bertanggung jawab sangat membantu pembaca

dalam memahami teks.

Bahasa dan ejaan dalam naskah kuno di

mata masyarakat sekarang mungkin terasa

asing, karena mereka tidak mengenal bahasa

dalam naskah tersebut. Kebanyakan bahasa

naskah menggunakan bahasa daerah, tentunya

tidak semua orang mengenal bahasa daerah

tersebut. Oleh karena itu, salah satu langkah

filologi yaitu mengganti huruf demi huruf dari

abjad satu ke abjad yang mutakhir untuk

mempermudah pembaca memahami isi naskah.

Berkaitan dengan penelitian ini, naskah

Kitab Kematian menggunakan aksara Arab

Pegon akan diubah ke dalam aksara Latin.

Aksara Arab Pegon merupakan huruf Arab

yang dimodifikasi untuk dapat menuliskan

bahasa Jawa. Penggantian aksara disesuaikan

dengan pedoman transliterasi Arab-Latin

Keputusan bersama Menteri Agama dan

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor:

158 tahun 1987 Nomor: 0543/u/1987.

Dalam tahap ini peneliti mengganti aksara

teks Kitab Kematian yang menggunakan aksara

Arab Pegon menjadi aksara Latin. Penggantian

aksara disesuaikan dengan pedoman

transliterasi Arab-Latin Keputusan bersama

Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan

Kebudayaan Nomor: 158 tahun 1987 Nomor:

0543/u/1987.

Translitersi terhadap naskah Kitab

Kematian penting dilakukan mengingat naskah

ini ditulis dalam aksara pegon serta

menggunakan bahasa Jawa. Pengalihan aksara

pegon ke dalam aksara Latin ini dilakukan

sebagai awal untuk pengkajian isi kandungan

naskah tersebut. Aksara yang digunakan dalam

naskah Kitab Kematian hanya dapat dipahami

oleh orang tertentu. Dengan melakukan

transliterasi diharapkan dapat dipahami

masyarakat masa kini.

Terjemahan Teks

Menurut Subandiyah (2007:100)

menerjemahkan teks berarti memindahkan teks

yang tertulis dalam satu bahasa ke bahasa lain.

Terjemahan yang baik, menurut Lubis

(2007:88), ialah terjemahan yang mampu

melukiskan apa yang ingin dikatakan oleh teks

yang diterjemahkan ke dalam kalimat yang

indah dan mampu mengekspresikan substansi

teks sebagaimana bahasa asli.

Dalam proses penerjemahan teks ada tiga

hal yang harus dipahami oleh penerjemah,

yakni pemahaman amanat yang disampaikan,

pemahaman bahasa sumber, dan pemahaman

bahasa sasaran (Sudardi, 2003:67). Pemahaman

amanat harus diperhatikan, supaya amanat yang

disampaikan dalam teks tidak menyimpang dari

amanat sebenarnya. Pemahaman bahasa teks

maupun pemahaman bahasa sasaran penting

dilakukan dalam proses penerjemahan, oleh

karena itu peneliti dan pembaca dituntut

memahami kaidah-kaidah bahasa tersebut

minimal mengenal atau akrab dengan bahasa

teks dan bahasa sasaran.

Menurut Subandiyah (2007:101) terdapat

beberapa metode penerjemahan teks, yaitu

terjemahan harfiah, terjemahan agak bebas, dan

terjemahan yang sangat bebas. Terjemahan

harfiah adalah menerjemahkan dengan cara

sedapat mungkin menuruti teks kata demi kata.

Walaupun terjemahan ini berusaha untuk

membuat penyampaian teks secara tepat dan

jujur. Namun terjemahan ini tidak jarang

menemui kesulitan dalam menerjemahkan kata-

kata tertentu dalam bahasa lain.

Terjemahan agak bebas, yakni apabila

seorang penerjemah diberi kebebasan dalam

proses penerjemahannya, tetapi kebebasan itu

masih dalam batas kewajaran. Kebebasan di

sini tidak terikat kata demi kata. Namun

penerjemah harus dapat menguasai kedua

bahasa baik bahasa asli maupun bahasa tujuan

terjemahan. Dengan menguasainya penerjemah

akan dapat mengungkap apa yang ingin

disampaikan teks. Terjemahan yang dihasilkan

akan tidak mengubah isi dan kandungan teks

asli.

Terjemahan yang sangat bebas, yakni

penerjemahan bebas melakukan perubahan,

menghilangkan bagian, atau mengurangi atau

menambah, bahkan meringkas teks. Cara ini

tidak dapat digunakan dalam menangani teks

Page 55: PENENTUAN TINGKAT PARTISIPASI PADA ASURANSI … · dan Ф adalah fungsi densitas dari distribusi Normal Standart. ... unit link seperti yang tertera pada Tabel 2 dan Gambar 2 sebagai

Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora Vol 3 No 2 September 2015 | 55

ISSN : 2302-3791

klasik yang memerlukan tingkat kejujuran

tinggi.

Dalam penelitian naskah Kitab Kematian

digunakan terjemahan agak bebas. Terjemahan

tersebut dipilih untuk menghasilkan terjemahan

yang relevan dengan maksud yang disampaikan

dalam naskah Kitab Kematian tersebut. Ini

mengingat bahasa Jawa yang digunakan dalam

naskah Kitab Kematian mempunyai struktur

yang sedikit berbeda dengan bahasa Indonesia

yang menjadi tujuan penerjemahan naskah

tersebut. Dan terjemahan agak bebas ini

nantinya tidak menimbulkan kerancuan dalam

memahami naskah Kitab Kematian.

Identifikasi Data

Pada identifikasi data, teks yang sudah

diterjemahkan selanjutnya akan dibaca serta

diidentifikasi unsur-unsur yang mengandung

ajaran tauhid dan fikih.

Klasifikasi Data

Pada klasifikasi data, peneliti memilih,

memilah, dan mengelompokkan teks yang

sudah diidentifikasi sesuai dengan ajaran tauhid

yang meliputi tauhid ketuhanan, kenabian, dan

samiyyat juga ajaran fikih yang meliputi

kewajiban terhadap jenazah, puasa, zakat, haji,

membaca Alquran, berbakti kepada orang tua,

zina, dan sebagainya.

Analisis Data

Pada analisis data, teks yang sudah

diklasifikasikan dianalisis sesuai dengan teknik

analisis data.

Penyimpulan

Pada penyimpulan, teks yang sudah

dianalisis akan disimpulkan dengan tetap

mengacu pada fokus penelitian.

Uji Keabsahan Data

Uji keabsahan data dalam penelitian ini

dilakukan untuk menguji keakuratan data yang

akan dianalisis. Uji keabsahan data dalam

penelitian ini adalah dengan cara

mendiskusikan proses transliterasi dan

terjemahan dengan pakar filologi yaitu Dr.

Kamidjan, M.Hum dan Suwarni M.Pd. Uji

keabsahan data tersebut dilakukan dengan

transliterasi dan terjemahan oleh peneliti

terlebih dahulu kemudian dilakukan

pengecekan oleh kedua ahli tersebut sehingga

data penelitian akan lebih akurat.

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Ajaran tauhid dalam naskah Kitab Kematian

Ajaran tauhid dalam Kitab Kematian

terdiri atas ilah, nubuwwah, dan samiyyat. Ilah

terbagi menjadi ilah uluhiyah, ilah rububiyah,

dan asma’ wa sifat. Tauhid ilah uluhiyah dalam

Kitab Kematian membahas bahwa kita

diperintakan untuk berbakti kepada Allah dan

siapa yang tidak berbakti kepada Allah

diperintahkan untuk keluar dari bumi ciptaan

Allah. Sebagai makhluk Allah yang beriman

maka secara otomatis kita akan berbakti hanya

kepada Allah. Meyakini bahwa hanya Allah

sajalah yang patut disembah bukan yang lain.

Tauhid ilah rububiyah dalam Kitab Kematian

membahas bahwa Allah lah yang memberi

belas kasih dan memberi maaf atas segala dosa.

Oleh karena itu, sebagai umat Islam yang

beriman hanya kepada Allah kita wajib

memohon pertolongan atas kesulitan dan

ampunan atas segala dosa yang telah kita

perbuat. Selain itu, dijelaskan juga bahwa Allah

mempunyai kekuasaan terhadap semua yang

ada di dunia ini sehingga tidak ada satu pun di

dunia ini yang menyamaiNya. Tauhid asma’

wa sifat dalam Kitab Kematian yaitu seperti

rahmanirrahim (Yang Maha Pengasih Maha

Penyayang) kang murah (Yang Maha Pemurah)

angapuraningkang dusa (memaafkan yang

berdosa). Hal tersebut menunjukkan bahwa

Allah mempunyai sifat Maha Pengasih (Ar-

Rahman), Maha Penyayang (Ar-Rahim), Maha

Pemurah (Al-Karim), Maha Pemaaf (Al-

Afuww), Maha Esa (Al-Wahid), Maha Besar

(Al-Kabir), Maha Kuasa (Al-Qudrah), Maha

Berkehendak (Al-Iradah). Nubuwwah dalam

Kitab Kematian membahas bahwa adanya

pemberitaan yang datang dari Allah kepada

salah seorang hambanya yang dipilih dan

dikehendakinya. Seorang hamba yang dipilih

dan dikehendakinya yang dimaksud adalah

Nabi Muhammad SAW. Samiyyat membahas

tentang alam kubur, azab kubur, bangkit di

padang mahsyar, surga dan neraka, arsy, dan

kiamat.

Page 56: PENENTUAN TINGKAT PARTISIPASI PADA ASURANSI … · dan Ф adalah fungsi densitas dari distribusi Normal Standart. ... unit link seperti yang tertera pada Tabel 2 dan Gambar 2 sebagai

Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora Vol 3 No 2 September 2015 | 56

ISSN : 2302-3791

Ajaran fikih dalam naskah Kitab Kematian

Ajaran fikih dalam Kitab Kematian ini

membahas tentang puasa, zakat, membaca

Alquran, berbakti kepada orang tua, kewajiban

terhadap jenazah, zina, dan sholat. Puasa dalam

Kitab Kematian membahas bahwa ketika roh

melewati langit kedua, ditanya oleh malaikat

penjaga pintu langit kedua jika ia berpuasa

maka ia akan lolos melewati langit kedua dan

akan dinaikkan ke langit berikutnya. Oleh

karena itu, agar kita dapat lolos melewati langit

kedua maka hendaknya kita selalu menjalankan

ibadah puasa. Zakat dalam Kitab Kematian

membahas bahwa ketika roh melewati langit

kedua, ditanya oleh malaikat penjaga pintu

langit kedua jika ia berzakat maka ia akan lolos

melewati langit kedua dan akan dinaikkan ke

langit berikutnya. Oleh karena itu, agar kita

dapat lolos melewati langit kedua maka

hendaknya kita selalu membayar zakat. Orang

yang bahagia adalah orang yang memahami

kehidupan ini dan memahami hakikatnya,lalu

mengisinya dengan perbuatan dan kerja keras

serta menjalaninya dengan penuh kesungguhan

dan ketekunan,dia banyak memberi kepada

yang orang lain, karena jika tidak, maka ia akan

mengalami banyak gangguan dan kesulitan. Hal

itu dilakukan sesuai dengan apa yang

diperintahkan Alloh dan berupaya menjauhkan

diri dari hal-hal yang tidak diridhai Alloh, dan

hal ini hanya bisa dilakukan dengan cara

bersiap-siap untuk menghadapi kematian.

Membaca Alquran dalam Kitab Kematian

membahas bahwa ketika hari kebangkitan tiba

manusia yang tentram adalah manusia yang

membaca Alquran dari kecil hingga dewasa.

Membaca Alquran hendaknya kita tanamkan

sejak dini agar kita maupun anak-anak kita

dapat mengenal isi dan kandungan Alquran

untuk menjalani kehidupan ini lebih baik lagi.

Berbakti kepada orang tua dalam Kitab

Kematian membahas bahwa perintah berbakti

kepada orang tua setelah perintah untuk

beribadah kepada Allah tanpa

mempersekutukannya. Hal ini menggambarkan

pentingnya berbakti kepada orang tua. Dalam

ayat lain Allah SWT menjelaskan bahwa

bersyukur kepada orang tua (dengan berbakti

kepada keduanya) merupakan kesyukuran

kepada Allah SWT, karena Allah menciptakan

semua manusia dari rahim orang tua.

Kewajiban terhadap jenazah dalam Kitab

Kematian membahas bahwa melayat,

memandikan, mengantarkan ke kubur,

memasukkan dalam kubur, dan terakhir

menguburkan orang meninggal. Zina dalam

Kitab Kematian membahas bahwa orang yang

pekerjaannya suka berzina, di hari kebangkitan

kelak perutnya berlubang/ bolong dan baunya

bacin/ tidak enak. Hal tersebut menandakan

bahwa perbuatan yang telah dilakukannya akan

dicerminkan melalui wujud yang akan

diberikan oleh Allah pada hari kebangkitan

nanti. Sholat dalam Kitab Kematian membahas

bahwa manusia yang mengerjakan sholat

berjamaah dan sholat lima waktu akan dapat

menghancurkan iblis/ setan yang terkutuk. jika

seorang umat melaksanakan sholat berjamaah

akan membuat mata iblis menjadi buta. Jika

seorang umat melaksanakan sholat ashar maka

telinga iblis akan berserakan. Jika seorang umat

melaksanakan sholat subuh maka gigi iblis

akan mati rasa dan kakinya pincang. Jika

seorang umat melaksanakan sholat dhuhur

maka giginya akan rontok. Jika seorang umat

melaksanakan sholat lima waktu maka semua

tubuh iblis akan rusak atau hancur.

PENUTUP

Simpulan

Berdasarkan pembahasan naskah Kitab

Kematian tentang ajaran tauhid dan fikih maka

dapat disimpulkan bahwa ajaran tauhid dalam

Kitab Kematian terdiri atas (1) Ilah yang

terbagi menjadi Ilah uluhiyah, Ilah rububiyah,

dan asma’ wa sifat: Maha Pengasih (Ar-

Rahman), Maha Penyayang (Ar-Rahim), Maha

Pemurah (Al-Karim), Maha Pemaaf (Al-

Afuww), Maha Esa (Al-Wahid), Maha Besar

(Al-Kabir), Maha Kuasa (Al-Qudrah), Maha

Berkehendak (Al-Iradah) (2) Nubuwwah, dan

(3) Samiyyat (membahas tentang alam kubur,

azab kubur, bangkit di padang mahsyar, surga

dan neraka, arsy, dan kiamat).

Ajaran fikih dalam Kitab Kematian ini

membahas tentang puasa, zakat, membaca

Alquran, berbakti kepada orang tua, kewajiban

terhadap jenazah, zina, dan sholat.

Page 57: PENENTUAN TINGKAT PARTISIPASI PADA ASURANSI … · dan Ф adalah fungsi densitas dari distribusi Normal Standart. ... unit link seperti yang tertera pada Tabel 2 dan Gambar 2 sebagai

Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora Vol 3 No 2 September 2015 | 57

ISSN : 2302-3791

Saran

Penelitian terhadap naskah Kitab

Kematian ini hanya meneliti ajaran tauhid dan

fikih secara garis besar saja, sedangkan bahasan

kedua unsur tersebut sangatlah banyak dan

luas. Hal tersebut dikarenakan isi Kitab

Kematian yang terbatas dan hanya memiliki

beberapa unsur saja. Selain itu, sulitnya

transliterasi dan terjemahan juga menjadi

penyebab kurang terperincinya kedua unsur

tersebut. Apabila bahasan tentang ajaran tauhid

dan fikih dibahas lebih lengkap dan terperinci,

maka penelitian akan lebih baik lagi. Oleh

karena itu, disarankan agar peneliti naskah

kuno yang akan membahas ajaran tauhid dan

fikih agar memilih naskah yang isinya mudah

dipahami dan lengkap unsur-unsurnya.

DAFTAR PUSTAKA

Adlan, Abd Jabar. 1995. Pengantar Ilmu

Tauhid dan Pemikiran Islam. Surabaya:

Anika Bahagia.

Al-Fauzan, Shalih bin Fauzan. 2013. Kitab

Tauhid. Jakarta: Ummul Qura.

Baried, Siti Baroroh, dkk. 1994. Pengantar

Teori Filologi. Yogyakarta: Badan

Penelitian dan Publikasi Fakultas (BPPF)

Seksi Filologi, Fakultas Sastra Universitas

Negeri Gadjah Mada.

Djaelani, Abdul Qodir. 1996. Asas dan Tujuan

Hidup Manusia. Surabaya: Bina Ilmu.

Djamaris, Edwar. 2006. Metode Penelitian

Filologi. Jakarta: Manasco.

Ghazali, Imam. 2007. Ringkasan Ihya’

Ulumuddin: Upaya Menghidupkan Ilmu

Agama. Surabaya: Bintang Usaha Jaya.

Ikram, Achadiati, (Ed.). 1988. Bunga Rampai

Bahasa Sastra dan Budaya. Jakarta:

Intermasa.

Lubis, Nabila. 2007. Naskah Teks dan Metode

Penelitian Filologi. Jakarta: Departemen

Agama RI.

Nasution, Lahmuddin. 1987. Fiqh I. Surabaya:

Logos.

Purnomo, Bambang. 2007. Filologi dan Studi

Sastra Lama. Surabaya: Bintang.

Purnomo, Bambang. 2011. Kesastraan Jawa

Pesisiran. Surabaya: Bintang.

Rasjid, Sulaiman. 2013. Fiqh Islam. Bandung:

Sinar Baru.

Robson. 1994. Prinsip-Prinsip Filologi

Indonesia. Jakarta: Pusat Pembinaan dan

Pengembangan Bahasa dan Sastra

Universitas Leiden.

Shiddeiqy, T.M. Hasbi. 1978. Pengantar Ilmu

Fikih. Jakarta: Bulan Bintang.

Subandiyah, Heny. 2007. Filologi dan Metode

Penelitiannya. Surabaya: Unesa University

Press.

Sudardi, Bani. 2003. Penggarapan Naskah.

Surakarta: Badan Penerbit Sastra

Indonesia.

Syafei, Rachmat. 2001. Fiqih Muamalah.

Bandung: Pustaka Setia.

Page 58: PENENTUAN TINGKAT PARTISIPASI PADA ASURANSI … · dan Ф adalah fungsi densitas dari distribusi Normal Standart. ... unit link seperti yang tertera pada Tabel 2 dan Gambar 2 sebagai

Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora Vol 3 No 2 September 2015 | 58

ISSN : 2302-3791

KEWENANGAN PEMERINTAH DALAM PERLINDUNGAN DAN

PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP (KAJIAN TERHADAP UU NO 32

TAHUN 2004 DAN UU NO 32 TAHUN 2009)

Joejoen Tjahjani *)

*)Dosen Fakultas Hukum Universitas Islam Lamongan

ABSTRAK

Kewenangan pemerintah Daerah menurut UU No 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

sangatlah besar sehingga tuntutan untuk meningkatkan kinerja dan penerapan kebijakan dalam bidang

lingkungan hidup sangatlah dibutuhkan. Mengenai kewenangan pemerintah dalam perlindungan dan

pengelolaan LH juga diatur dalam UU No 32 Tahun 2009 (UUPPLH) Penelitian hukum ini

menggunakan tipe penelitian hukum normatif.. yaitu dengan meneliti bahan pustaka sebagai data

sekunder.

Jika dilihat Kewenangan Pemerintah Pusat juga besar dalam hal ini sehingga perlu

diberdayakan peran pemerintah dalam pengelolaan lingkungan dan juga fungsi dari pemerintah

sebagai suatu instansi pengawas jika terjadi pengelolaan lingkungan yang tidak baik pada pemerintah

daerah.Dalam hal ini perlu dikaji kembali berbagai kebijakan yang ada pada pemerintah daerah

sehingga tidak ada kebijakan-kebijakan yang berupa peraturan daerah yang merugikan lingkungan

dan tidak memperhatikan keadaan masyarakat.

Pemerintah Pusat dalam melakukan kewenangannya di bidang pengelolaan lingkungan hidup

harus mengikuti kebijakan yang telah diterapkan oleh Menko Wasbangpan dan Menteri Negara

Lingkungan Hidup. Jangan sampai pengurangan kewenangan pemerintah Pusat di bidang lingkungan

hidup tidak bisa mencegah kesalahan pengelolaan lingkungan hidup demi mengejar Pemasukan

APBD khususnya dalam pos Pendapatan Asli Daerah.

Kesesuaian kewenangan pemerintah di bidang LH tidak hanya antara pusat dan daerah saja,

tetapi juga antara UU pemerintah daerah dengan UU perlindungan dan pengelolaan LH.

Kata Kunci : Kewenangan Pemerintah, Lingkungan Hidup.

1.PENDAHULUAN Hakikat pembangunan nasional

sesungguhnya tertuju pada manusia, yaitu

membangun manusia Indonesia seutuhnya yang

bercirikan keselarasan hubungan manusia dengan

Tuhan, keselarasan hubungan individu dengan

masyarakat dan keselarasan hubungan manusia

dengan lingkungan alam. Bertolak dari

pemikiran tersebut di atas, maka pembangunan

yang dilaksanakan di Indonesia tidak

memisahkan antara pembangunan material

dengan pengembangan lingkungan hidup.

Lingkungan hidup sebagai karunia dan rahmat

Tuhan Yang Maha Kuasa kepada rakyat dan

bangsa Indonesia merupakan ruang bagi

kehidupan dalam segala aspek dan matranya

sesuai dengan wawasan nusantara.

Dalam rangka mendayagunakan sumber

daya alam untuk memajukan kesejahteraan

umum seperti diamanatkan dalam Undang-

Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

1945 dan untuk mencapai kebahagiaan hidup

berdasarkan Pancasila, maka perlu dilaksanakan

pembangunan berkelanjutan yang berwawasan

lingkungan hidup, berdasarkan kebijaksanaan

nasional yang terpadu dan menyeluruh dengan

memperhitungkan kebutuhan generasi masa kini

dan generasi masa mendatang. Untuk itu

dipandang perlu melaksanakan pengelolaan

lingkungan hidup yang serasi, selaras, dan

seimbang guna menunjang terlaksananya

pembangunan berkelanjutan yang berwawasan

lingkungan hidup. Dalam penyelenggaraan

pengelolaan lingkungan hidup sebagai upaya

pembangunan berkelanjutan yang berwawasan

lingkungan hidup, harus didasarkan pada norma

hukum dengan memperhatikan tingkat kesadaran

masyarakat dan perkembangan lingkungan

global serta perangkat hukum internasional yang

berkaitan dengan lingkungan hidup. Kesadaran

dan kehidupan masyarakat dalam kaitannya

dengan pengelolaan lingkungan hidup telah

berkembang sedemikian rupa sehingga perlu

disempurnakan untuk mencapai tujuan

pembangunan berkelanjutan yang berwawasan

lingkungan hidup.

Page 59: PENENTUAN TINGKAT PARTISIPASI PADA ASURANSI … · dan Ф adalah fungsi densitas dari distribusi Normal Standart. ... unit link seperti yang tertera pada Tabel 2 dan Gambar 2 sebagai

Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora Vol 3 No 2 September 2015 | 59

ISSN : 2302-3791

Beberapa dekade terakhir ini, masalah

lingkungan hidup semakin marak menjadi isu

sosial ekonomi dan bahkan juga politik. Masalah

lingkungan hidup apabila dikaitkan dengan

masalah hak-hak asasi manusia tidak saja

merupakan persoalan negara per negara tetapi

juga menjadi persoalan dunia internasional. Hal

tersebut tidaklah berlebihan, sebab hak untuk

memperoleh lingkungan hidup yang sehat

merupakan salah satu hal asasi yang diatur di

dalam Universal Declaration of Human Right

1948.

Atas dasar hal tersebut di atas, Pemerintah

Indonesia memandang perlu untuk menerbitkan

peraturan perundang-undangan yang khusus

mengatur tentang pengelolaan lingkungan hidup.

Pada tahun 1982 Pemerintah Indonesia telah

menerbitkan Undang-Undang Nomor 4 Tahun

1982 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok

Pengelolaan Lingkungan Hidup (UULH) yang

berlaku kurang lebih selama 15 tahun, kemudian

disempurnakan melalui penerbitan Undang-

Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang

Pengelolaan Lingkungan Hidup (UUPLH).

Selanjutnya pada 3 Oktober 2009 UUPLH telah

dirubah menjadi Undang-Undang Nomor 32

Tahun 2009 tentang Perlindungan dan

Pengelolaan Lingkungan Hidup (UUPPLH).

UUPPLH tersebut berlaku sebagai paying atau

umbrella act atau umbrella provision atau dalam

ilmu hukum disebut kaderwet atau raamwet,

sebab hanya diatur ketentuan pokoknya

saja.Lingkungan hidup menurut Pasal 1 angka 1

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 adalah

kesatuan ruang dengan semua benda, daya,

keadaan dan makhluk hidup, termasuk manusia

dan perilakunya, yang mempengaruhi alam itu

sendiri, kelangsungan perikehidupan dan

kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain.

Sesuai dengan hakikat Negara Republik

Indonesia sebagai negara hukum, maka

pengembangan sistem pengelolaan lingkungan

hidup di Indonesia haruslah diberi dasar hukum

yang jelas, tegas dan menyeluruh guna menjamin

kepastian hukum bagi usaha pengelolaan

tersebut. Dasar hukum tersebut dilandasi oleh

prinsip hukum lingkungan dan pentaatan setiap

orang akan prinsip tersebut yang keseluruhannya

berlandaskan wawasan nusantara.

Dengan demikian, dalam rangka

pelestarian lingkungan hidup, pemerintah

menyediakan sarana-sarana hukum yang

bertujuan untuk mengatur damengelola

lingkungan hidup tersebut yang selanjutnya

disebut hukum lingkungan. Hukum lingkungan

perlu ditegakkan terhadap perbuatan-perbuatan

yang melanggarnya. Penegakan hukum

lingkungan dapat dilaksanakan dengan 3 (tiga)

cara, yaitu melalui hukum administrasi, hukum

perdata dan hukum pidana dimana masing-

masing dengan sanksi berupa sanksi adminitratif,

sanksi perdata dan sanksi pidana. Dalam hal

penegakan hukum lingkungan dengan sarana

hukum pidana atau pertanggungjawaban hukum

pidana, patut kiranya dikemukakan bahwa

penggunaan sanksi hukum pidana sebagai sarana

penanggulangan delik-delik lingkungan lebih

bersifat subsidiar, bukan sebagai sarana yang

primair.

Dengan perkataan lain, sebagai penunjang

hukum administrasi, berlakunya ketentuan

pidana tetap memperhatikan asas subsidiaritas,

bahwa hukum pidana hendaknya didayagunakan

apabila sanksi bidang hukum lain, seperti sanksi

administrasi dan sanksi perdata dan alternatif

penyelesaian sengketa lingkungan hidup tidak

efektif, atau tingkat kesalahan pelaku relatif

berat, atau perbuatannya menimbulkan keresahan

masyarakat. Keberadaan asas subsidiaritas

pidana dalam penegakan tindak pidana

lingkungan sejak awal telah mengandung

kelemahan dalam penerapannya. Sistem

perumusan pada penjelasan tidak jelas sehingga

menyulitkan dalam praktik. Untuk

memperbaikinya maka berdasarkan UUPPLH

asas subsidiaritas diubah menjadi asas ultimum

remedium. Berdasarkan hal tersebut, penulis

berkeinginan untuk melakukan pengkajian secara

mendalam baik mengenai asas subsidiaritas

maupun asas ultimum remedium dan

pengaruhnya terhadap penegakan hukum pidana

lingkungan.

2. LANDASAN TEORI

A.Asas-asas hukum Lingkungan Dalam hukum lingkungan dikenal

beberapa asas yaitu asas subsidiaritas, asas

ultimum remedium, asas precautionary, asas

subsosialitas dan asas in dubio pro reo.

Asas Subsidiaritas

Kata subsidiaritas dalam kamus Inggris

Indonesia Jhohn Echols dan Hassan Shadily

ditemukan kata “subsidiary” yang mengandung

makna cabang, tambahan. Demikian pula dalam

kamus hukum di dapatkan kata subsidair yang

bermakna sebagai pengganti, tambahan, jika hal

Page 60: PENENTUAN TINGKAT PARTISIPASI PADA ASURANSI … · dan Ф adalah fungsi densitas dari distribusi Normal Standart. ... unit link seperti yang tertera pada Tabel 2 dan Gambar 2 sebagai

Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora Vol 3 No 2 September 2015 | 60

ISSN : 2302-3791

pokok tidak terjadi atau dapat dilakukan, maka

sebagai penggantinya. Dalam kamus umum

Belanda Indonesia ditemukan kata subsidiair

mengandung arti sebagai ganti, atau. Sedangkan

pada Black’s Law Dictionary subsidiary berarti

subordínate, under another’s control.

Asas subsidiaritas tercantum dalam

penjelasan umum pada angka 7 dari Undang-

undang Nomor 23 tahun 1997 tentang

Pengelolaan Lingkungan Hidup :

“bahwa sebagai penunjang hukum administrasi,

maka berlakunya ketentuan hukum pidana tetap

memperhatikan asas subsidiaritas, yaitu bahwa

hukum pidana hendaknya didayagunakan apabila

sanksi hukum lain, seperti sanksi administrasi

dan sanksi perdata, dan alternatif penyelesaian

sengketa lingkungan hidup sudah dinyatakan

tidak efektif, dan/atau tingkat kesalahan pelaku

relatif berat, dan/atau perbuatannya relatif besar

dan/atau perbuatannya menimbulkan keresahan

masyarakat”.

Penegakan hukum pidana bersifat

subsidiaritas berarti penegakan hukum pidana

semata-mata guna menunjang penegakan hukum

administrasi dan/atau penegakan hukum perdata

baik yang diselesaikan di Pengadilan maupun

melalui mediasi atau konsiliasi. Manakala

penegakan hukum administrasi maupun hukum

perdata tadi sudah tidak efektif pelaksanaannya

barulah dioperasionalkan penegakan hukum

pidana.

Inilah yang dimaksudkan dengan

penerapan hukum pidana tetap memperhatikan

asas subsidiaritas karena dalam hal-hal yang

telah disebutkan di atas, fungsi hukum pidana

hanya sebagai penunjang hukum administrasi,

hukum perdata di Pengadilan dan di luar

Pengadilan melalui Mekanisme Alternatif

Penyelesaian Sengketa (MAPS). Dengan asas

subsidiaritas pendayagunaan instrumen pidana

adalah sebagai cabang (bukan pokok) atau

berupa tambahan atau pengganti apabila

pendayagunaan instrumen hukum administrasi

dan hukum perdata serta penyelesaian sengketa

tidak efektif.

Asas Precautionary (Precautionary Principle)

Dari asas subsidiaritas ini dalam

penerapannya terkandung asas precautionary

(Precautionary Principle). Precautionary dalam

kamus Inggris Indonesia tersebut bermakna,

yang berhubungan dengan pencegahan atau

tindakan pencegahan. Dengan demikian

pencegahan lebih didahulukan dan diutamakan

dari penindakan. Sedangkan apabila akan

dilakukan penindakan harus dilakukan secara

bertahap dari tindakan yang teringan, tindakan

sedang dan terakhir dengan tindakan berat.

Prinsip precautionary ini dapat kita jumpai

pada prinsip nomor 15 deklarasi rio (Rio

Declaration on Environment and Development,

1992), yang memuat 21 prinsip untuk

membangun kerjasama global yang baru dan

seimbang melalui kerjasama antar negara.

Deklarasi rio ini telah mengadopsi beberapa

prinsip yang sebelumnya terdapat dalam

deklarasi Stockholm 1972 (Stockholm

Declaration on The Human Environment) yang

mengamanatkan pembangunan yang

berkelanjutan (sustainable development) sebagai

basis aksi global, regional dan lokal.

Asas atau prinsip ini mengandung

pengertian bahwa tindakan pencegahan atau

perlindungan lebih baik daripada tindakan

pemulihan, serta kekurangan ilmu pengetahuan

bukanlah suatu alasan untuk melakukan

pencegahan terhadap perbuatan-perbuatan yang

potensial merugikan lingkungan. Prinsip ini

mendorong untuk bertindak cepat dan tepat

(tidak menunda) sebagai upaya pencegahan

walaupun terdapat kelangkaan dan kurangnya

pembuktian atau ketersediaan data ilmiah yang

memadai. Asas atau prinsip 15 dari Deklarasi

Rio ini lebih tepat digunakan dalam hukum

perdata, karena pertanggung jawaban tanpa

pembuktian adanya unsur kesalahan.

Sedangkan untuk hukum pidana maka asas

precautionary ini mengandung makna bahwa

pencegahan lebih didahulukan dan diutamakan

dari penindakan. Kalau penindakan yang

dilakukan, maka penerapannya dilakukan secara

bertahap, tidak langsung dikenakan penindakan

yang terberat, yaitu dilakukan secara bertahap

dan berjenjang, dari penindakan yang teringan,

dan bila pelanggaran tetap dilakukan maka akan

dikenakan sanksi yang lebih berat, demikian

selanjutnya. Prinsip precautionary menghendaki

tindakan pencegahan atau pengawasan dari

instansi terkait harus lebih dikedepankan (hukum

administrasi) dibandingkan dengan penindakan

hukum pidana. Akan tetapi menurut Daud

Silalahi prinsip ini tidak jelas posisinya dalam

Undang-undang No 23 tahun 1997.

Asas Ultimum Remedium

Kesulitan atau hambatan asas subsidiaritas

pada praktik penegakan hukum pada UUPLH

Page 61: PENENTUAN TINGKAT PARTISIPASI PADA ASURANSI … · dan Ф adalah fungsi densitas dari distribusi Normal Standart. ... unit link seperti yang tertera pada Tabel 2 dan Gambar 2 sebagai

Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora Vol 3 No 2 September 2015 | 61

ISSN : 2302-3791

telah diperbaiki pada UUPPLH dengan

mengubah asas subsidiaritas menjadi asas

ultimum remedium yang dinyatakan pada

penjelasan umum UUPPLH angka 6 sebagai

berikut : “Penegakan hukum pidana lingkungan

tetap memperhatikan asas ultimum remedium

yang mewajibkan penerapan penegakan hukum

pidana sebagai upaya terakhir setelah penerapan

penegakan hukum administrasi dianggap tidak

berhasil. Penerapan asas ultimum remedium ini

hanya berlaku bagi tindak pidana formil tertentu,

yaitu pemidanaan terhadap pelanggaran baku

mutu air limbah, emisi dan gangguan”.

Ultimum mengandung makna paling akhir

atau terakhir, sedangkan kata remedium

ditemukan berasal dari kata remedy yang

mengandung makna obat atau memperbaiki.

Apabila ultimum remedium dikaitkan dengan

penegakan hukum pidana lingkungan, maka

harus dimaknai bahwa hukum administrasi

dinyatakan tidak berhasil barulah hukum pidana

didayagunakan sebagai upaya terakhir dalam

memperbaiki lingkungan. Dengan demikian

dalam kerangka operasionalisasi hukum pidana

dikaitkan dengan asas ultimum remedium jauh

lebih tegas dibandingkan operasionalisasi asas

subsidiaritas pada UUPLH. Hanya saja UUPPLH

sangat membatasi dengan delik formil (yang

berkaitan dengan hukum administrasi) tertentu

saja, padahal masih banyak delik formil yang

lain namun justru hukum pidana didayagunakan

secara primum remedium.

Asas Subsosialitas

Makna asas subsosialitas (subsocialiteit)

adalah hakim dapat tidak menjatuhkan pidana

walaupun terdakwa telah terbukti dan dinyatakan

bersalah, jika delik itu terlalu ringan atau melihat

keadaan pada waktu perbuatan dilakukan atau

sesudah perbuatan dilakukan. Asas subsosialitas

ini berkaitan langsung dengan asas ultimum

remedium.

Menurut Syahrul Machmud dalam hukum

pidana modern, terhadap terdakwa tidak selalu

dijatuhi pidana penjara, karena banyak hukuman

alternatif lain yang dapat diterapkan pada

terdakwa, hal ini telah tercantum dalam RUU-

KUHP. Meski demikian di Indonesi belum

diterapka hukum pidana modern, terbukti dari

UUPPLH yang baru, selalu menerapka pidana

penjara pada terdakwa, bahkan kepada pejabat

yang tidak melaksanakan tugasnya dengan baik

dapat dipidana penjara pula. Sehingga akibatnya

seluruh lembaga pemasyarakatan kelebihan

penghuni (over capacity). Keadaan semacam ini

sesungguhnya kurang menguntungkan bagi

perkembangan hukum pidana itu sendiri.

Asas In Dubio Pro Reo

Sejak UUPPLH diundangkan pada 3

oktober 2009, maka telah terjadi perubahan

undang-undang pada hukum lingkungan. Apakah

penggantian asas subsidiaritas oleh asas ultimum

remedium dapat mempengaruhi penerapan delik

formal pada penegakan hukum pidana

lingkungan. Bagaimana perlakuan hukum pidana

terhadap perubahan undang-undang tersebut.

Sanksi pidana pada UUPPLH lebih berat

bila dibandingkan dengan UUPLH, karena pada

UUPPLH dikenal sanksi minimal dan denda

minimal serta sanksi pidana yang jauh lebih

berat bila dibandingkan dengan UUPLH.

Demikian pula perlakuan terhadap delik formal

kecuali pada pelanggaran baku mutu air limbah,

baku mutu emisi, dan baku mutu gangguan,

semuanya diterapkan langsung hukum pidana

atau hukum pidana difungsikan primum

remedium. Sedangkan pada UUPLH pada delik

formal hukum pidana difungsikan secara

ultimum remedium.

Dengan demikian bila pelanggaran hukum

lingkungan dilakukan sebelum UUPPLH

diundangkan, maka pelanggarnya tetap

dikenakan UUPLH karena lebih ringan, hal ini

dikenal dengan asas in dubio pro reo atau

dikenakan hal yang menguntungkan /

meringankan terdakwa.

Penegakan Hukum Pidana Lingkungan

(environmental enforcement)

Makna penegakan hukum atau law

enforcement atau rechthandhaving khususnya

terhadap penegakan hukum pidana sebagaimana

yang dirumuskan dalam Seminar Hukum

Nasional 1980 dinyatakan : “Penegakan hukum

pidana diarahkan kepada perlindungan

masyarakat dari kejahatan serta keseimbangan

dan keselarasan hidup dalam masyarakat dengan

memperhatikan kepentingan-kepentingan

masyarakat/ negara, korban dan pelaku”.

Satjipto Rahardjo menjelaskan bahwa

hakekat dari penegakan hukum adalah suatu

proses untuk mewujudkan keinginan-keinginan

atau ide-ide hukum menjadi kenyataan.

Keinginan-keinginan hukum adalah pikiran-

pikiran badan pembentuk UU yang berupa ide

atau konsep-konsep tentang keadilan, kepastian

hukum dan kemanfaatan sosial yang dirumuskan

Page 62: PENENTUAN TINGKAT PARTISIPASI PADA ASURANSI … · dan Ф adalah fungsi densitas dari distribusi Normal Standart. ... unit link seperti yang tertera pada Tabel 2 dan Gambar 2 sebagai

Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora Vol 3 No 2 September 2015 | 62

ISSN : 2302-3791

dalam peraturan hukum itu. Dengan kata lain

penegakan hukum adalah suatu proses untuk

mewujudkan keinginan hukum menjadi

kenyataan.

Pengertian penegakan hukum lingkungan

menurut Tim Penyusun Kebijaksanaan Strategi

dan Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan

Hidup Kantor Menteri Negara Lingkungan

Hidup, bahwa penegakan hukum lingkungan

hidup adalah tindakan untuk menerapkan

perangkat hukum melalui upaya pemaksaan

sanksi hukum guna menjamin ditaatinya

ketentuan-ketentuan yang termuat dalam

peraturan perundang-undangan lingkungan

hidup.

Menurut Soerjono Soekanto agar upaya

penegakan hukum berjalan dengan baik dan

sempurna, maka paling sedikit harus ada empat

faktor yang harus dipenuhi :

1. Kaedah hukum atau peraturan itu sendiri.

2. Petugas yang menerapkan atau menegakkan.

3. Fasilitas yang diharapkan akan dapat

mendukung pelaksanaan kaedah hukum.

4. Warga masyarakat yang terkena ruang

lingkup peraturan tersebut.

Agar penegakan hukum dapat berjalan

sesuai dengan yang diinginkan, maka keempat

elemen tersebut harus berjalan seiring dan serasi.

Karena masing-masing elemen saling menunjang

dan melengkapi, sehingga bila salah satu elemen

kurang serasi maka akan sangat mempengaruhi

elemen lainnya, dan terjadilah ketimpangan

dalam upaya penegakan hukum tersebut.

Terhadap elemen ketiga tentang fasilitas

yang diharapkan dapat mendukung pelaksanaan

kaedah hukum, ternyata pemerintah pusat

maupun pemerintah daerah belum

mengganggarkan dana khusus untuk melakukan

uji klinis atas limbah yang dibuang oleh pihak

industri secara teratur. Karena penanggulangan

masalah lingkungan memerlukan dana yang

cukup besar, selain penguasaan ilmu

pengetahuan dan teknologi lingkungan serta

managemen lingkungan, dan oleh karenanya

diperlukan sarana dan prasarana yang cukup

memadai. Perlu disadari bahwa penegakan

hukum lingkungan lebih spesifik dan rumit,

maka agar penegakan hukum lingkungan ini

dapat berdaya guna dan berhasil guna perlu

didukung oleh laboratorium yang memadai

dengan tenaga yang profesional, serta dukungan

dana yang tidak kecil. Dengan demikian aparat

penegak hukum administrasi dapat melakukan

tugas dan fungsinya secara teratur sehingga dapat

dicegah kerusakan lingkungan sebelum semakin

menjadi rusak/parah. Kenyataan yang terjadi

selama ini adalah, manakala masyarakat telah

resah akibat alam tercemar, barulah aparat

pemerintah tururn tangan.

Kelemahan dari keempat faktor tersebut

terhadap masalah lingkungan jelas sangat besar

pengaruhnya, kelemahan tersebut menjadikan

penegakan hukum lingkungan kita semakin tidak

berdaya.

Sedangkan Satjipto Rahardjo menyatakan,

bahwa penegakan hukum mengandung pilihan

dan kemungkinan, oleh karenanya dihadapkan

pada masalah yang kompleks, baik pada tahap

aplikasinya maupun pada tahap formulasi.

Karena kondisinya tidak steril maka dalam

proses penegakannya juga dapat dihinggapi

berbagai permasalahan baik yang positif maupun

negatif, dipengaruhi oleh berbagai kepentingan

baik kepentingan pembuat Undang-undang,

kepentingan pelaksana Undang-undang, dan

kepentingan dari unsur-unsur yang terdapat di

dalam proses penegakan hukum tampaknya

memegang peran dominan.

Istilah pidana dalam tulisan ini terfokus

pada penegakan hukum pidana berkaitan dengan

asas susidiaritas atau asas ultimum remedium

yang berkaitan dengan asas precautionary yang

memiliki sifat khas, berbeda dengan penerapan

hukum pidana biasa.

Penegakan hukum pidana lingkungan

merupakan serangkaian kegiatan dalam upaya

tetap mempertahankan lingkungan hidup dalam

keadaan lestari yang memberi manfaat bagi

generasi masa kini dan juga generasi masa

depan. Upaya tersebut sangat komplek dan

banyak sekali kendala dalam tataran aplikatif.

Penerapan hukum pidana dikaitkan

dengan asas subsidiaritas yang diganti asas

ultimum remedium dengan delik formil, maka

hukum administrasi harus didayagunakan

terlebih dahulu. Apabila penegakan hukum

administrasi tidak efektif barulah penegakan

hukum pidana didayagunakan.

Khusus untuk UUPPLH pengaturan

tentang penyidik lingkungan diatur dalam pasal

94 dan pasal 95.

Pasal 94 UUPPLH menyebutkan :

Ayat (1) :Selain Penyidik Pejabat Kepolisian

Negara Republik Indonesia, juga

Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu

dilingkungan instansi pemerintah yang

Page 63: PENENTUAN TINGKAT PARTISIPASI PADA ASURANSI … · dan Ф adalah fungsi densitas dari distribusi Normal Standart. ... unit link seperti yang tertera pada Tabel 2 dan Gambar 2 sebagai

Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora Vol 3 No 2 September 2015 | 63

ISSN : 2302-3791

lingkup tugas dan tanggung jawabnya

dibidang perlindungan dan pengelolaan

lingkungan hidup diberi wewenang

sebagai penyidik sebagaimana

dimaksud dalam Hukum Acara Pidana

untuk melakukan penyelidikan tindak

pidana lingkungan hidup.

Ayat (4) : Dalam hal penyidik pejabat pegawai

negeri sipil melakukan yaitu bahwa

hukum pidana hendaknya

didayagunakan apabila sanksi hukum

lain, seperti sanksi administrasi dan

sanksi perdata, dan alternatif

penyelesaian sengketa lingkungan

hidup sudah dinyatakan tidak efektif,

dan/atau tingkat kesalahan pelaku

relatif berat, dan/atau perbuatannya

relatif besar dan/atau perbuatannya

menimbulkan keresahan masyarakat”.

penyidikan, penyidik pejabat pegawai

negeri sipil memberitahukan kepada

penyidik pejabat polisi Negara

Republik Indonesia dan penyidik

pejabat polisi Negara Republik

Indonesia memberikan bantuan guna

kelancaran penyidikan.

Ayat (5) : Penyidik pejabat pegawai negeri sipil

meberitahukan dimulainya penyidikan

kepada penuntut umum dengan

tembusan kepada penyidik pejabat

polisi Negara Republik Indonesia

Ayat (6) : Hasil penyidikan yang telah dilakukan

oleh penyidik pegawai negeri sipil

disampaikan kepada penuntut umum.

Pasal 95 UUPPLH menyebutkan :

Ayat (1) : Dalam rangka penegakan hukum

terhadap pelaku tindak pidana

lingkungan hidup, dapat dilakukan

penegakan hukum terpadu antara

penyidik pegawai negeri sipil,

kepolisian, dan kejaksaan di bawah

koordinasi Menteri.

Oleh karena itu penegakan hukum pidana

lingkungan pada dasarnya dapat dibagi menjadi

beberapa tahapan yaitu tahapan pre-emtive,

tahapan preventif dan tahapan represif. Tahapan

pre-emtive adalah suatu proses antisipatif di

mana upaya deteksi lebih awal berbagai faktor

pencetus pencemarandan/atau perusak

lingkungan. Tahapan preventif adalah

serangkaian tindakan nyata dengan tujuan

pencegahan pencemaran dan/atau perusakan

lingkungan. Tahapan represif adalah penindakan

dari aparat penegak hukum pidana terhadap

pelaku atas pelanggaran hukum berupa

pencemaran dan/atau perusakan lingkungan

.

METODOLOGI

Penelitian hukum ini menggunakan

tipe penelitian hukum normatif. "Menurut

Soerjono Soekanto, penelitian hukum normatif

merupakan penelitian hukum kepustakaan, yaitu

dengan meneliti bahan pustaka sebagai data

sekunder. Tipe penelitian hukum normatif

didasari oleh kerangka konsepsional dan

kerangka teoritis, juga terdiri dari penelitian

terhadap asas-asas hukum, sistematik hukum dan

taraf sinkronisasi vertikal maupun horisontal."

PEMBAHASAN

Asas subsidiaritas dalam UU No. 23

Tahun 1997 yang lalu telah dihapus pada UU No.

32 Tahun 2009, diganti dengan asas ultimum

remedium.

Asas subsidiaritas yaitu bahwa hukum

pidana hendaknya didayagunakan apabila sanksi

hukum lain, seperti sanksi administrasi dan

sanksi perdata, dan alternatif penyelesaian

sengketa lingkungan hidup sudah dinyatakan

tidak efektif, dan/atau tingkat kesalahan pelaku

relatif berat, dan/atau perbuatannya relatif besar

dan/atau perbuatannya menimbulkan keresahan

masyarakat”.

Dalam pasal 30 UU No 23 Tahun 1997 di

sebutkan bahwa :

1. Penyelesaian sengketa lingkungan hidup

dapat ditempuh melalui pengadilan atau di

luar pengadilan berdasarkan pilihan secara

sukarela para pihak yang bersengketa.

2. Penyelesaian sengketa di luar pengadilan

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak

berlaku terhadap tindak pidana lingkungan

hidup sebagaimana diatur dalam

Undangundang ini.

3. Apabila telah dipilih upaya penyelesaian

sengketa lingkungan hidup di luar pengadilan,

gugatan melalui pengadilan hanya dapat

ditempuh apabila upaya tersebut dinyatakan

tidak berhasil oleh salah satu atau para pihak

yang bersengketa.

Sedangkan dalam pasal 84 UU No. 32

Tahun 2009 dinyatakan bahwa :

(1) Penyelesaian sengketa lingkungan hidup

dapat ditempuh melalui pengadilan atau di

luar pengadilan.

Page 64: PENENTUAN TINGKAT PARTISIPASI PADA ASURANSI … · dan Ф adalah fungsi densitas dari distribusi Normal Standart. ... unit link seperti yang tertera pada Tabel 2 dan Gambar 2 sebagai

Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora Vol 3 No 2 September 2015 | 64

ISSN : 2302-3791

(2) Pilihan penyelesaian sengketa lingkungan

hidup dilakukan secara suka rela oleh para

pihak yang bersengketa.

(3) Gugatan melalui pengadilan hanya dapat

ditempuh apabila upaya penyelesaian

sengketa di luar pengadilan yang dipilih

dinyatakan tidak berhasil oleh salah satu atau

para pihak yang bersengketa.

Asas ultimum remedium mewajibkan

penerapan penegakan hukum pidana sebagai

upaya terakhir setelah penerapan penegakan

hukum administrasi dianggap tidak berhasil.

Penerapan asas ultimum remedium ini hanya

berlaku bagi tindak pidana formil tertentu, yaitu

pemidanaan terhadap pelanggaran baku mutu air

limbah, emisi dan gangguan”.

Asas ini lebih dipertegas pemaknaannya

dalam pasal 100 ayat (2) UUPPLH yaitu, setiap

orang yang melanggar baku mutu air limbah,

baku mutu emisi, atau baku mutu gangguan baru

dapat dipidana, jika sanksi administrasi yang

telah dijatuhkan tidak dipatuhi atau pelanggaran

dilakukan lebih dari satu kali mengapa tidak

dilakukan tindakan penegakan hukum

administrasi sebagai upaya preventif, tetapi

langsung diterapkan hukum pidana. Kelemahan

mendasar ini dapat dipastikan pada penegakan

hukum pidana pada UUPPLH akan mengalami

hambatan seperti pada UUPLH yang lalu.

Namun bila dicermati penjelasan umum

UUPPLH pada angka 6 tentang asas ultimum

remedium tetap mengandung kelemahan

mendasar. Karena penjelasan umum dalam

UUPPLH sangat tidak memadai untuk dijadikan

pedoman dalam tataran aplikatif. Karena dalam

tataran aplikatif sangat diperlukan aturan

pelaksana

yang sangat jelas dan detail dan harus

dihindarkan multi tafsir atau debattable dalam

memaknai suatu ketentuan. Kelemahan dalam

tataran formulatif tersebut jelas akan

menimbulkan banyak masalah pada tataran

aplikatif, seperti tidak adanya kepastian hukum

dan akan banyak menimbulkan masalah pada

bidang koordinasi antar institusi terkait dalam

penanganan masalah pencemaran dan/atau

perusakan lingkungan.

UUPPLH mewajibkan penerapan

penegakan hukum pidana terhadap delik formil

tertentu sebagai upaya terakhir, setelah hukum

administrasi dianggap gagal atau pelanggaran

telah dilakukan lebih dari satu kali. Konsekuensi

yuridis dari kata wajib ini adalah batal demi

hukum bila tidak ditaati. Konkritisasi dari hukum

administrasi dianggap gagal tersebut, tidak ada

penjelasan lebih lanjut.

PENUTUP

Kesimpulan

1. Penyelesaian sengketa lingkungan hidup

dapat ditempuh melalui pengadilan atau di

luar pengadilan. Di pengadilan melalui

hukum administrasi, hukum perdata dan

hukum pidana. Di luar pengadilan melalui

mediasi, litigasi dan arbitrasi.

2. Asas subsidiaritas yang diatur dalam UU no

23 Tahun1997 (UUPLH) telah diubah

menjadi asas ultimum remedium seperti yang

ditegaskan dalam UU No 32 Tahun 2009.

Pada dasarnya kedua asas tersebut sama yaitu

tidak langsung menerapkan sanksi pidana

dalam penegakan hukum lingkungan.

Perbedaannya asas subsidiaritas merupakan

preventif dalam penegakan hukum pidana

lingkungan, tetapi asas ultimum remedium

dapat langsung diterapkan apabila

pelanggaran dilakukan lebih dari satu kali

terhadap baku mutu air limbah, baku mutu

emisi, atau baku mutu gangguan.

3. Asas ultimum remedium mempunyai

kelemahan yaitu dalam penafsiran penegakan

hukum administrasi dianggap tidak berhasil

karena sanksi administrasi terdiri dari teguran

tertulis, paksaan pemerintah, pembekuan izin

lingkungan, atau pencabutan izin lingkungan.

Saran

1. Penegakan hukum lingkungan hendaknya

dilakukan secara optimal baik melalui

pengadilan maupun di luar

pengadilan,sehingga kasus penecenaran dan

atau perusakan lingkungan dapat ditekan.

2. Asas subsidiaritas dan asas ultimum

remedium masih perlu disosialisasikan agar

lebih dapat di pahami penerapannya

3. Harus ada kejelasan asas ultimum remedium

dalam penegakan hukum administrasi

sehingga ada kepastian berapa kali dan berapa

lama tindakan administrasi baru dapat

dikatakan tidak berhasil. Apakah setelah

mendapat teguran tertulis sebagai sanksi

administrasi yang paling rendah dan tidak

dipatuhi sudah dinyatakan dianggap tidak

berhasil ? Bagaimana pula makna

pelanggaran dilakukan lebih dari satu kali,

Page 65: PENENTUAN TINGKAT PARTISIPASI PADA ASURANSI … · dan Ф adalah fungsi densitas dari distribusi Normal Standart. ... unit link seperti yang tertera pada Tabel 2 dan Gambar 2 sebagai

Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora Vol 3 No 2 September 2015 | 65

ISSN : 2302-3791

apakah cukup dua kali saja ataukah tiga kali

atau lebih.

DAFTAR PUSTAKA

A. BUKU-BUKU

Andi Hamzah, Penegakan Hukum Lingkungan,

Sinar Grafika, Jakarta, 2005

Barda Nawawi, Kebijakan Hukum Pidana,

Kencana Prenada Media Group, Jakarta,

2008

Joni Emirzon, Alternatif Penyelesaian Sengketa

Di Luar Pengadilan, PT Gramedia Pustaka

Utama, Jakarta, 2001

Peter Mahmud, Penelitian Hukum, Kencana

Prenada Media Grup, 2005

Philipus M. Hadjon, (Koordinator Tim),

Pengantar Hukum Administrasi Indonesia,

Gajah Mada University Press, Yogyakarta,

2005

Satjipto Rahardjo, Masalah Penegakan Hukum,

Suatu Tinjauan Sosiologis, Sinar Baru,

Bandung.

Syahrul Machmud, Penegakan Hukum

Lingkungan Indonesia, Graha Ilmu,

Yogyakarta, 2012.

B. PERATURAN DAN PERUNDANG-

UNDANGAN.

Undang-Undang No 23 Tahun 1997 tentang

Pengelolaan Lingkungan Hidup.

Undang-Undang No 32 Tahun 2009 tentang

Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan

Hidup

Page 66: PENENTUAN TINGKAT PARTISIPASI PADA ASURANSI … · dan Ф adalah fungsi densitas dari distribusi Normal Standart. ... unit link seperti yang tertera pada Tabel 2 dan Gambar 2 sebagai

Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora Vol 3 No 2 September 2015 | 35

ISSN : 2302-3791

Petunjuk bagi (Calon) Penulis Jurnal Ilmu Sosial dan

Humaniora

1. Artikel yang ditulis untuk Jurnal Ilmu Sosial &

Humaniora meliputi hasil pemikiran dan hasil penelitian atau kajianpustaka yang mempunyai kontribusi baru di bidang Teknik. Naskah diketik degan huruf TimesNew Roman, ukuran 11 pts, dengan spasi ganda, dicetak pada kertas HVS kuarto sepanjang maksimum15 halaman, dan diserahkan dalam bentuk print-out sebanyak 3 eksemplar beserta disketnya. Berkas(file) dibuat dengan Microsoft word. Pengiriman file juga dapat dilakukan sebagai attacment e-mail kealamat: [email protected]

2. Nama penulis artikel dicantumkan tanpa gelar akademik dan ditempatkan dibawah judul artikel. Jikapenulis terdiri 4 orang atau lebih, yang dicantumkan di bawah judul artikel adalah nama penulis utama;nama penulis-penulis lainnya dicantumkan pada catatan kaki halaman pertama naskah. Dalam halnaskah ditulis oleh tim, penyunting hanya berhubungan dengan penulis utama atau penulis yangnamanya tercantum pada urutan pertama. Penulis dianjurkan mencantumkan alamat e-mail untukmemudahkan komunikasi.

3. Artikel ditulis dalam bahasa Indonesia atau Inggris dengan format esai, disertai judul pada masingmasingbagian artikel, kecuali bagian pendahuluan yang disajikan tanpa judul bagian. Judul artikeldicetak dengan huruf besar ditengah-tengah, dengan huruf sebesar 14 poin. Peringkat judul bagian dinyatakan dengan jenis huruf yang berbeda (semua judul bagian dan sub-bagian dicetak tebal atautebal dan miring), dan tidak menggunakan angka/nomor pada judul bagian:PERINGKAT 1 (HURUF BESAR SEMUA, TEBAL, RATA TEPI KIRI)Peringkat 2 (Huruf Besar Kecil, Tebal, Rata Tepi Kiri)Peringkat 3 (Huruf Besar Kecil, Tebal-Miring, Rata Tepi Kiri)

4. Sistematika artikel hasil pemikiran adalah: judul; nama penulis (tanpa gelar akademik); abstrak(maksimum 200 kata); kata kunci; pendahuluan (tanpa judul) yang berisi latar belakang dan tujuan atauruang lingkup tulisan; bahasan utama (dapat dibagi ke dalam beberapa sub-bagian); penutup ataukesimpulan; daftar rujukan (hanya memuat sumber-sumber yang dirujuk).

5. Sistematika artikel hasil penelitian adalah: judul; nama penulis (tanpa gelar akademik); abstrak(maksimum 200 kata) yang berisi tujuan, metode dan hasil penelitian; kata kunci; pendahuluan (tanpajudul) yang berisi latar belakang, sedikit kajian pustaka, dan tujuan penelitian; metode; hasil dan pembahasan;

kesimpulan dan saran; daftar rujukan (hanya memuat sumber-sumber yang dirujuk)

6. Sumber rujukan sedapat mungkin merupakan pustaka-pustaka terbitan 10 tahun terakhir. Rujukan yangdiutamakan adalah sumber-sumber primer berupa laporan penelitian (termasuk skripsi, tesis, disertasi)atau artikel-artikel penelitian dalam jurnal dan/atau majalah ilmiah.

7. Perujukan dan pengutipan menggunakan teknik rujukan berkurang (nama, tahun). Pencantuman sumberpada kutipan langsung hendaknya disertai keterangan tentang nomor halaman tempat asal kutipan.Contoh: (Davis, 2003: 47).

8. Daftar Rujukan disusun dengan tata cara seperti contoh berikut dan diurutkan secara alfabetis dankronologis. Buku:

Anderson, D, W., Vault, V. D. & Dickson, C. E.

1999. Problem and Prospects for the Decades Ahead:

Competency Based Teacher Education. Berkeley:

McCutchan Publising Co.

Buku kumpulan artikel:

Saukah, A. & Waseso, M.G. (Eds.). 2002. Menulis

Artikel untuk Jurnal Ilmiah (Edisi ke-4, cetakan ke-

1). Malang: UM Press.

Artikel dalam buku kumpulan artikel:

Russel, T. 1998. An Alternative Conception:

Representing Represensation. Dalam P.J. Black &

A.

Lucas (Eds), Children’s Informal Ideas in Science

(hlm. 62-84). London: Routledge.

Artikel dalam jurnal atau majalah:

Kansil, C.L. 2002. Orientasi Baru Penyelenggaraan

Pendidikan Program Profesional dalam

Memenuhi

kebutuhan Dunia Industri. Transpor, XX (4): 57-61.

Artikel dalam koran:

Pitunov, B. 13 Desember, 2002. Sekolah Unggulan

ataukah Sekolah Pengunggulan? Majapahit Pos,

hlm. 4 & 11.

Tulisan/berita dalam koran (tanpa nama

pengarang):

Page 67: PENENTUAN TINGKAT PARTISIPASI PADA ASURANSI … · dan Ф adalah fungsi densitas dari distribusi Normal Standart. ... unit link seperti yang tertera pada Tabel 2 dan Gambar 2 sebagai

Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora Vol 3 No 2 September 2015 | 36

ISSN : 2302-3791

Jawa Pos. 22 April, 1995. Wanita Kelas Bawah Lebih

Mandiri, hlm. 3.

Dokumen resmi:

Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.

1978. Pedoman Penulisan Laporan Penelitian. Jakarta:

Depdikbud. Undang-undang Republik Indonesia

Nomor 2 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.

1990. Jakarta: PT. Armas Duta Jaya.

Buku terjemahan:

Ary, D., Jacobs, L.C. & Razavieh, A. 1976.

Pengantar Penelitian Pendidikan. Terjemahan oleh

Arief

Furchan. 1982. Surabaya: Usaha Nasional.

Skripsi, Tesis, Disertasi, Laporan Penelitian:

Kuncoro, T. 1996. Pengembangan Kurikulum

Pelatihan Magang di STM Nasional Malang Jurusan

Bangunan, Program Studi Bangunan Gedung: Suatu

Studi Berdasarkan Kebutuhan Dunia

Usaha Jasa Konstruksi. Tesis tidak diterbitkan.

Malang: PPS IKIP MALANG.

Makalah seminar, lokakarya, penataran:

Waseso, M.G 2001. Isi dan Format Jurnal Ilmiah.

Makalah disajikan dalam Seminar Lokakarya

Penulisan Artikel dan Pengelolaan Jurnal Ilmiah,

Universitas Lambungmangkurat, Banjarmasin,

9-11 Agustus.

Internet (karya individual)

Hitchcock, S., Carr, L. & Hall, W. 1996. A Survey of

STM Online Journals, 1990-1995 : The Calm

before the Storm, (Online),

(http://journal.ecs.soton.ac.uk/survey/survey.ht

ml, diakses 12 Juni

1996)

Internet (artikel dalam jurnal online):

Kumaidi. 1998. Pengukuran Bekal Awal Belajar

dan Pengembangan Tesnya. Jurnal Ilmu Pendidikan.

(Online), jilid 5,No. 4,(http://www.malang.ac.id,

diakses 20 Januari 2000).

Internet (bahan diskusi):

Wilson, D. 20 November 1995. Summary of Citing

Internet sites. NETTRAIN Discussion List,

(Online), ([email protected],

diakses 22 November 1995).

Internet (e-mail pribadi):

Naga, D.S ([email protected]). 1 Oktober 1997.

Artikel Untuk JIP. E-mail kepada Ali Saukah

([email protected]).

9. Tata cara penyajian kutipan, table, dan gambar mencontoh langsung tata cara yang digunakan dalam artikel yang telah dimuat. Artikel berbahasa Indonesia menggunakan Pedoman Umum Ejaan BahasaIndonesia yang Disempurnakan (Depdikbud, 1987). Artikel bahasa Inggris menggunakan ragam baku.

10. Semua naskah ditelaah secara anonim oleh mitra bestari reviewers yang ditunjuk oleh penyunting menurut bidang kepakarannya. Penulis artikel diberi kesempatan untuk melakukan perbaikan (revisi) naskah atas dasar rekomendasi/saran dari mitra bestari atau penyunting, kepastian pemuatan atau penolakan naskah akan diberitahukan secara tertulis.

11. Pemeriksaan dan penyuntingan cetak-coba dikerjakan oleh penyunting dan/atau dengan melibatkan penulis. Artikel yang sudah dalam bentuk cetak-coba dapat dibatalkan pemuatannya oleh penyunting jika diketahui bermasalah. Segala sesuatu yang menyangkut perjanjian pengutipan atau penggunaan software komputer untuk pembuatan naskah atau ihwal lain yang terkait dengan HAKI yang dilakukan oleh penulis artikel, berikut konsekuensi hukum yang mungkin timbul karenanya, menjadi tanggung jawab penuh penulis artikel tersebut.