Penentuan Kualitas Daging Kambing
description
Transcript of Penentuan Kualitas Daging Kambing
LAPORAN PRAKTIKUM
PENENTUAN KUALITAS DAGING KAMBING
(11 MEI 2013)
Anggia Dini Pratiwi 2012349055
Dina Yhunita 2012349066
Yeni Friska 2012349051
Dita Eka R 2012349068
Siti Fatimah 2011349078
Fara Dina 2011349077
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
JURUSAN TEKNOLOGI PANGAN
UNIVERSITAS SAHID JAKARTA
2012
I. Teori
Daging, menurut Soeparno (1998), didefinisikan sebagai semua jaringan
hewan dan hasil produk pengolahan jaringan tersebut yang sesuai untuk dimakan
serta tidak menimbulkan gangguan kesehatan bagi yang memakannya. Menurut
Muchtadi dan Sugiyono (1992), daging didefinisikan sebagai urat daging (otot)
yang melekat pada kerangka, kecuali urat daging bagian bibir, hidung dan telinga
yang berasal dari hewan sehat sewaktu dipotong. Praktikum kali ini menggunakan
sampel daging kambing untuk diuji kualitasnya.
Daging kambing merupakan salah satu daging yang disukai oleh
masyarakat. Karakteristik daging kambing yaitu warna daging kambing lebih
gelap dibanding warna daging sapi (light red to brick red), serat yang halus dan
lembut, mempunyai bau yang lebih keras jika dibandingkan daging sapi, lemak
daging kambing keras dan kenyal serta berwarna putih kekuningan (Winarno
2002). Daging kambing mempunyai nilai kalori sebesar 154 kkal, protein 16,6%,
dan lemak 9,2% (Karyadi dan Muhilal 2005).
Kualitas kimia daging dipengaruhi oleh faktor sebelum dan setelah
pemotongan. Faktor sebelum pemotongan yang dapat mempengaruhi kualitas
daging adalah genetik, spesies, bangsa, tipe ternak, jenis kelamin, umur, pakan
dan bahan aditif (hormon, antibiotik, dan mineral), serta keadaan stres. Faktor
setelah pemotongan yang mempengaruhi kualitas daging adalah metode pelayuan,
metode pemasakan, lemak intramuskular (marbling), tingkat keasaman (pH)
daging, bahan tambahan (termasuk enzim pengempuk daging), metode
penyimpanan dan pengawetan, macam otot daging, serta lokasi otot (Astawan
2004). Kualitas kimia daging pada tiap bangsa kambing tidak sama. Oleh karena
itu, perlu adanya suatu penelitian yang bertujuan meneliti sejauh mana perbedaan
kualitas kimia ini ditinjau dari kadar air, protein, lemak, kandungan kalsium (Ca)
dan fosfor (P) pada daging kambing. Namun pada praktikum kali ini, kualitas
daging kambing ditentukan dari warna, pH, dan susut masak.
II. Bahan dan Alat
Alat-alat yang digunakan ialah pisau, hot plate, termometer, pH meter dan
beaker glass. Bahan-bahan yang digunakan ialah daging kambing dan air.
III. Cara Kerja
a. Pengamatan Subyektif
b. pH daging
c. Susut Masak
Daging dipisahkan dari lemaknya
Rebus daging selama 15 menit
Amati warna daging
Daging dilumatkan
ukur suhu
ukur pH
Daging ± 150 gram
Daging Lemak
Masing-masing dimasukkan ke dalam kantung plastik yang telah diberi label
Dipanaskan dalam penangas 80oC selama 30 menit
dinginkan
ditimbang
IV. Hasil dan Pembahasan
Daging merupakan salah satu bahan pangan yang mengandung nilai gizi
yang lebih banyak bila dibandingkan dengan bahan pangan lainnya. Oleh karena
itu, daging perlu dikonsumsi. Namun, untuk mengonsumsi daging, perlu
diperhatikan kualitasnya. Kualitas daging dapat diamati dari berbagai faktor
seperti warna, keempukan, tekstur, flavor, dan aroma. Praktikum kali ini menguji
kualitas daging kambing dari faktor warna, pH, dan susut masak.
Warna daging kambing dapat diamati setelah daging direbus selama 15
menit. Hasil pengamatan subyektif warna daging dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Pengamatan subyektif warna
Warna Daging
Sebelum perebusan Setelah perebusan
Merah Putih pucat
Sebelum perebusan, daging berwarna merah. Hal ini disebabkan daging
tersebut memiliki proporsi besar serat yang sempit, kaya mioglobin, mitokondria,
enzim respirasi yang berhubungan dengan aktivitas otot yang tinggi dan
kandungan glikogen yang rendah. Namun, setelah perebusan, warna daging
menjadi putih pucat akibat menurunnya konsentrasi mioglobin. Kemungkinan
mioglobin tersebut telah rusak akibat suhu tinggi saat perebusan.
Setelah dilakukan pengamatan subyektif, daging kambing diuji pH-nya.
Pengukuran pH bertujuan menentukan sifat asam, netral dan basa suatu produk
pangan. Pengujian pH daging dilakukan dengan cara melumatkan daging, lalu pH-
nya diukur. pH daging kambing diketahui sebesar 6,31oC dengan suhu 27oC.
Pengukuran pH ini dilakukan segera setelah dipotong. Sebaiknya pH daging tidak
ditentukan segera setelah pemotongan. Penurunan pH terjadi setelah hewan di
potong (post mortem) hingga tercapai pH ultimat yang besar dan lamanya
ditentukan oleh sisa glikogen. Perubahan pH berhubungan erat dengan warna
serta tekstur daging dan produknya.
Uji kualitas daging kambing selanjutnya ialah uji susut masak. Susut masak
yaitu berat sampel daging yang hilang selama pemasakan atau pemanasan.
Besarnya susut masak dapat dipergunakan untuk mengestimasi jumlah jus dalam
daging masak. Daging yang mempunyai susut masak yang lebih rendah
mempunyai kualitas yang relative baik daripada daging dengan susut masak yang
lebih besar. Hasil pengujian susut masak dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2 Hasil pengujian susut masak daging kambing
Berat daging (g) % susut masak
Sebelum dimasak Sesudah dimasak
150 85 43,33 %
Nilai % susut masak yang diperoleh relative kecil. Oleh karena itu, dapat
dikeatahui bahwa sampel daging kambing yang digunakan berkualitas baik.
V. Kesimpulan
Kualitas daging kambing dapat ditentukan dengan cara menentukan warna,
pH, dan susut masak. Berdasarkan data yang diperoleh, diketahui bahwa warna
daging sebelum perebusan ialah merah, sedangkan setelah perebusan, daging
berwarna putih pucat. Nilai pH daging kambing diketahui 6,31 dengan suhu 27oC.
Susut masak daging kambing diketahui sebesar 43,33 %, sehingga dapat
disimpulkan bahwa sampel daging kambing yang digunakan berkualitas baik.
VI. Daftar Pustaka
Astawan M. 2004. Mengapa Kita Perlu Makan Daging [terhubung berkala]
http://www.depkes.go.id/index.php?
option=articles&task=viewarticle&artid=110&Itemid=3. Diakses 7 Mei
2013
Karyadi dan Muhilal. 1992. Daging [terhubung berkala]
http://www.jakarta.go.id/jakpus/Ternak/ datsu.htm. Diakses 7 Mei 2013
Muchtadi TR. dan Sugiyono. 1992. Ilmu Pengetahuan Bahan Pangan.
Depdikbud. Dirjen DIKTI. PAU IPB, Bogor
Soeparno. 1998. Ilmu dan Teknologi Daging. Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press
Winarno FG. 2002. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama