PENENTUAN KOEFISIEN DISTRIBUSI

8
PENENTUAN KOEFISIEN DISTRIBUSI Dita Khoerunnisa (1112016200030) Nida Nurmiladia Rahmah, Eka Yulli Kartika Program Studi Pendidikan Kimia, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam , Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta ABSTRAK Pelarut yang kita ketahui memiliki sifat dan komponen berbeda sehingga banyak antar pelarut yang tidak dapat tercampur. Namun terkadang kesamaan terjadi yaitu suatu zat terlarut dapat dilarutkan oleh kedua pelrut yang tidak saling campur. Dengan menggunakan metode ekstraksi, dan titrasi sebagai penentu molaritas larutan dapat ditentukan koefisien distribusi sistem air-klorofom. Percobaan ini bertujuan untuk menentukan koefisien distribusi I 2 dalam sistem air-kloroform dengan cara mencampurkan I 2 terlebih dahulu pada kloroform lalu mengkocoknya dengan air dan menitrasi setiap lapisan yang terbentuk. Berdasarlan hasil pengamatan didapatkan koefisien distribusi yaitu 0,11. PENDAHULUAN Terdapat berbagai macam pelarut yang kita ketahui. Pelarut-pelarut tersebut memiliiki sifat dan komponen yang berbeda-beda ditinjau dari kandungan unsur, kepolaran dan lain sebagainya. Sehingga ketika ada dua pelarut yang saling bercampur tidak semua dapat tercampur dengan baik, ada kalanya terpisah antara pelarut satu dengan yang lain. Namun bagaimana halnya jika kedua pelarut yang tidak saling bercampur ditambahkan ke dalamnya zat terlarut yang dapat dilarutkan oleh kedua pelarut yang tidak saling melarutkan. Untuk dua pelarut yang tidak saling melarutkan, seperti air dan karbontetraklorida, ketika dicampurkan akan terbentuk dua fasa yang terpisah. Jika ke dalamnya ditambahkan zat terlarut

description

Kimia Analitik

Transcript of PENENTUAN KOEFISIEN DISTRIBUSI

Page 1: PENENTUAN KOEFISIEN DISTRIBUSI

PENENTUAN KOEFISIEN DISTRIBUSI Dita Khoerunnisa (1112016200030)  Nida Nurmiladia Rahmah, Eka Yulli Kartika P r o g r a m S t u d i P e n d i d i k a n K i m i a , J u r u s a n P e n d i d i k a n I l m u P e n g e t a h u a n A l a m , F a k u l t a s I l m u T a r b i y a h d a n K e g u r u a n , U n i v e r s i t a s I s l a m N e g e r i S y a r i f H i d a y a t u l l a h J a k a r t a ABSTRAK  Pelarut yang kita ketahui memiliki sifat dan komponen berbeda sehingga banyak antar  pelarut yang tidak dapat tercampur. Namun terkadang kesamaan terjadi yaitu suatu zat terlarut dapat dilarutkan oleh kedua pelrut yang tidak saling campur. Dengan menggunakan metode ekstraksi, dan titrasi sebagai penentu molaritas larutan dapat ditentukan koefisien distribusi sistem air-klorofom. Percobaan ini bertujuan untuk menentukan koefisien distribusi  I 2 dalam sistem air-kloroform dengan cara mencampurkan I 2 terlebih dahulu pada kloroform lalu mengkocoknya dengan air dan menitrasi setiap lapisan yang terbentuk. Berdasarlan hasil pengamatan didapatkan koefisien distribusi yaitu 0,11. PENDAHULUAN Terdapat berbagai macam pelarut yang kita ketahui. Pelarut-pelarut tersebut memiliiki sifat dan komponen yang berbeda-beda ditinjau dari kandungan unsur, kepolaran dan lain sebagainya. Sehingga ketika ada dua pelarut yang saling bercampur tidak semua dapat tercampur dengan baik, ada kalanya terpisah antara pelarut satu dengan yang lain. Namun  bagaimana halnya jika kedua pelarut yang tidak saling bercampur ditambahkan ke dalamnya zat terlarut yang dapat dilarutkan oleh kedua pelarut yang tidak saling melarutkan. Untuk dua pelarut yang tidak saling melarutkan, seperti air dan karbontetraklorida, ketika dicampurkan akan terbentuk dua fasa yang terpisah. Jika ke dalamnya ditambahkan zat terlarut yang dapat larut di kedua fasa tersebut, seperti iodium yang dapat larut dalam air dan

 Jurnal Kimia Fisik II, UIN Jakarta, April 2014 CCl4, maka zat terlarut akan terdistribusi di kedua pelarut (yang berbeda fasa) tersebut, sampai tercapai kesetimbangan (Mulyani,2007:23). Pada saat tersebut potensial kimia zat terlarut di fasa 1 sama dengan potensial kimianya di fasa 2. Karena keduanya tidak  bergantung pada komposisi, maka pada T tetap,

Page 2: PENENTUAN KOEFISIEN DISTRIBUSI

 Dengan k koefisien distribusi atau koefisien partisi, yang harganya tidak tergantung  pada konsentrasi zat terlarut pada T yang sama. Jika sejumlah tertentu zat terlarut sudah setimbang dalam dua fasa yang berbeda dan kemudian ditambahkan lagi terlarut kedalamnya, maka terlarut itu akan terdistribusi lagi dalam kedua pelarut sampai diperoleh keadaan kesetimbangan baru yang konsentrasinya berbeda dengan konsentrasi sebelum penambahan akan tetapi nilai perbandingannya di kedua fasa berharga tetap (Mulyani,2007:23).  Jika larutan sangat encer maka fraksi mol sebanding dengan kemolalan atau kemolaran sehingga:    Hukum ini secara termodinamis tidaklah benar-benar tepat, tetapi merupakan suatu  pendekatan yang berguna. Hukum ini dalam bentuknya yang seerhana, tak berlaku bila spesi yang didistribusikan itu mengalami disosiasi atau asosiasi dlam salah satu fase tersebut. (Basset,1994: 165) Angka banding tersebut hanya konstan bila zat yang terlarut mempunyai masaa molekul relatif yang sama untuk kedua pelarut itu. bila suatu zat terlarut terdistribusi antar dua pelarut yang tak dapat campur, maka pada suatu temperatur yang konstan untuk setiap spesi molekul terdapat angka banding distribusi yang konstan anatara kedua pelarut itu, dan angka bnading distribusi ini tak bergantung pada spesi molekul lain apapun yang mungkkin ada. Harga angka banding berubah dengan sifat dasar kedua pelarut, sifat dasar zat terlarut dan temperatur (Svehla,1990:140).

 Jurnal Kimia Fisik II, UIN Jakarta, April 2014 ALAT DAN METODE a. Alat

Page 3: PENENTUAN KOEFISIEN DISTRIBUSI

 1 buah Corong pisah  1 buah Buret  1 pasang statif dan klem  2 buah labu erlenmeyer  1 buah corong  1 buah gelas kimia  1 buah gelas ukur  Laruton iodin-klorofom  Aquades  Larutan Na2S2O3  Larutan ammilum b. Metode

Page 4: PENENTUAN KOEFISIEN DISTRIBUSI

 Mengukur 25 ml larutan jenuh I2 dalam CHCl3 dan memasukannya dalam corong  pisah  Menambahkan 200ml akuades dalam corong pisah  Mengocok campuran tersebut selama 60 menit  Mendiamkan larutan tersebut hingga terbentuk 2 lapisan  Memisahkakn kedua lapisan tersebut melalui corong pisah  Memipet 5 ml larutan tiap lapisan. Masing-masing lapisan atas 2 kali dan lapisan  bawah 2 kali HASIL DAN PEMBAHASAN Sebelum titrasi Lapisan warna Sebelum di kocok Setelah di kocok Lapisan atas bening Orange Lapisan bawah Ungu pekat Ungu pekat

   Jurnal Kimia Fisik II, UIN Jakarta, April 2014 Sesudah titrasi lapisan Volume Na2S2O3 (ml) perubahan Lapisan atas 1,1 Bening 2,2 bening Lapisan bawah 14,5 Atas bening, bawah ungu  pekat V rata-rata lapisan atas=

Page 5: PENENTUAN KOEFISIEN DISTRIBUSI

 V1 M1 = V2 M2 [I2] H2O =

 [I2] CHCl3 =

 Maka

Penentuan koefisien distribusi dilakukan melalui zat terlarut Iodin pada pelarut klorofom dan air. Di awal percobaan iodin dilarutkan terlebih dahulu dengan klorofom. Zat-zat tertentu lebih mudah larut dalam pelarut-pelarut tertentu dibandingkan dengan pelarut- pelarut yang lain. Jadi iod jauh lebih dapat larut dalam karbon disulfida, kloroform atau karbontetraklorida dari pada dalam air (Svehla,1990:139). Selain itu menurut (Underwood,2002:296) iodin hanya larut sedikit dalam air (0,00134 mol/liter pda 25oC). Setelah itu campuran tersebut disatukan didalam labu corong pisah. Keduanya tidak menyatu karena air dan kloroform tidak dapat bercampur, hal ini disebabkan air merupakan  pelarut polar sedangkan klororfom merupakan pelarut nonpolar. Pelarut polar tidak dapat  bercampur dengan pelarut nonpolar. Untuk itu dilakukan pengocokan untuk mendistribusikan iodin kedalam pelarut air. Pengkocokan dilakukan selm 1 jam agar iodon terdistribusi secara maksimal. Dengan demikian didapatkan koefisien distribusi yang akurat.

Page 6: PENENTUAN KOEFISIEN DISTRIBUSI

Setelah pengocokan selama 1 jam warna air yang tadinya bening menjadi orange, ini disebabkan karena iodin yang terlarut dalam kloroform telah terdistribusi sebagian ke dalam air. Menurut