Penelitian Hubungan Rokok Dgn Hipertensi

93
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Penyakit hipertensi masih menjadi perhatian bidang kesehatan karena angka prevalensinya yang tinggi dan akibat jangka panjang yang ditimbulkannya. Menurut WHO, hipertensi atau tekanan darah tinggi yaitu tekanan darah sistole sama dengan atau diatas 140 mmHg, diastole di atas 90 mmHg. 1 Di Indonesia sekitar 90 % merupakan hipertensi primer atau esensial merupakan peningkatan tekanan darah yang tidak diketahui penyebabnya (idiopatik). Beberapa faktor diduga berkaitan dengan berkembangnya hipertensi primer seperti genetik dan bertambahnya usia. Sedangkan sekitar 10 % merupakan hipertensi sekunder sebagai peningkatan tekanan darah karena suatu kondisi fisik yang ada sebelumnya seperti penyakit ginjal atau gangguan tiroid, selain itu penyebab hipertensi sekunder diantaranya merokok. 2 Data statistik kesehatan di Amerika menyebutkan bahwa 1 dari 4 orang dewasa menderita hipertensi. Apabila penyakit ini tidak terkontrol, maka akan menyerang organ target, dan dapat menyebabkan serangan 1

description

sdcv

Transcript of Penelitian Hubungan Rokok Dgn Hipertensi

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar belakangPenyakit hipertensi masih menjadi perhatian bidang kesehatan karena angka prevalensinya yang tinggi dan akibat jangka panjang yang ditimbulkannya. Menurut WHO, hipertensi atau tekanan darah tinggi yaitu tekanan darah sistole sama dengan atau diatas 140 mmHg, diastole di atas 90 mmHg.1Di Indonesia sekitar 90 % merupakan hipertensi primer atau esensial merupakan peningkatan tekanan darah yang tidak diketahui penyebabnya (idiopatik). Beberapa faktor diduga berkaitan dengan berkembangnya hipertensi primer seperti genetik dan bertambahnya usia. Sedangkan sekitar 10 % merupakan hipertensi sekunder sebagai peningkatan tekanan darah karena suatu kondisi fisik yang ada sebelumnya seperti penyakit ginjal atau gangguan tiroid, selain itu penyebab hipertensi sekunder diantaranya merokok.2Data statistik kesehatan di Amerika menyebutkan bahwa 1 dari 4 orang dewasa menderita hipertensi. Apabila penyakit ini tidak terkontrol, maka akan menyerang organ target, dan dapat menyebabkan serangan jantung, stroke, gangguan ginjal, serta kebutaan. Data Riskesdas pada tahun 2010 juga menyebutkan hipertensi sebagai penyebab kematian nomor tiga setelah stroke dan tuberkulosis, jumlahnya mencapai 6,8% dari proporsi penyebab kematian pada semua umur di Indonesia. Terdapat 10 diagnosa terbanyak pada usia > 60 tahun di Puskesmas kecamatan Pasar Minggu dari total 29931 kasus, 19,2% dari keseluruhan disebabkan oleh hipertensi.Merokok bukan lagi hal yang dianggap tabu oleh sebagian masyarakat. Selain jarang diakui sebagai suatu kebiasaan yang buruk, kebiasaan merokok juga sangat sulit dihilangkan. Begitu tinggi toleransi kepada perokok yang diberikan oleh masyarakat, walaupun berbagai penelitian telah menunjukan bahwa merokok adalah salah satu faktor risiko penting penyebab kematian.3 World Health Organization (WHO) pada tahun 2008 menyatakan, jumlah perokok di dunia mencapai 19,4% atau sekitar 1,3 miliar jiwa.4 Tingginya populasi dan konsumsi rokok di dunia, menempatkan Indonesia pada urutan ke-5 dalam hal konsumsi rokok setelah China, Amerika Serikat, Rusia dan Jepang pada tahun 2007, sedangkan pada tahun 2008, berdasarkan jumlah perokok, Indonesia adalah negara ketiga dengan jumlah perokok terbesar di dunia, setelah China dan India.5Merokok merupakan salah satu kebiasaan hidup yang dapat mempengaruhi tekanan darah.Pada keadaan merokok, pembuluh darah dibeberapa bagian tubuh akan mengalami penyempitan, dalam keadaan ini dibutuhkan tekanan yang lebih tinggi supaya darah dapat mengalir ke alat-alat tubuh dengan jumlah yang tetap. Untuk itu jantung harus memompa darah lebih kuat, sehingga tekanan pada pembuluh darah meningkat. Dengan menghisap sebatang rokok akan mempunyai pengaruh besar terhadap kenaikan tekanan darah, hal ini disebabkan oleh zat-zat yang terkandung dalam asap rokok. Asap rokok terdiri dari 4000 bahan kimia dan 200 diantaranya beracun, antara lain Carbon Monoxide (CO) yang dihasilkan oleh asap rokok dan dapat menyebabkan pembuluh darah cramp, sehingga tekanan darah naik, dinding pembuluh darah dapat robek.Gas CO dapat pula menimbulkan desaturasi pada hemoglobin, menurunkan langsung peredaran oksigen untuk jaringan seluruh tubuh termasuk miokard. CO menggantikan tempat oksigen di hemoglobin, mengganggu pelepasan oksigen, dan mempercepat atherosclerosis (pengapuran atau penebalan dinding pembuluh darah.6Perlstein dan Lee menyatakan merokok meningkatkan risiko penyakit aterosklerosis, penyakit cerebrovaskular, dan penyakit vaskular perifer. Merokok menyebabkan kira-kira 1,69 juta kematian pada kasus kardiovaskular di dunia.7 Li et al mengatakan bahwa nikotin meningkatkan angiotensin II yang berperan penting pada mekanisme patogenesis hipertensi.8Berdasarkan pertimbangan di atas, maka penulis ingin mengetahui gambaran mengenai kebiasaan merokok dan kejadian hipertensi pada dan melakukan penelitian yang berjudul Hubungan Antara Kebiasaan Merokok dengan Hipertensi Pada Pasien Lansia di Puskesmas kecamatan Pasar Minggu.1.2 Rumusan MasalahBerdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah pada penelitian ini yaitu, Adakah hubungan antara kebiasaan merokok dengan hipertensi pada pasien lansia di Puskesmas kecamatan Pasar Minggu?

1.3 Tujuan1.3.1 Tujuan Umum1. Menurunkan prevalensi hipertensi dan prevalensi merokok pada pasien lansia di Puskesmas kecamatan Pasar Minggu1.3.2 Tujuan Khusus1. Mengetahui gambaran kebiasaan merokok pada pasien lansia di Puskesmas kecamatan Pasar Minggu2. Mengetahui gambaran hipertensi pada pasien lansia di Puskesmas kecamatan Pasar Minggu3. Mengetahui hubungan antara jumlah rokok yang dihisap dengan hipertensipada pasien lansia di Puskesmas kecamatan Pasar Minggu4. Mengetahui hubungan antara lama merokok dengan hipertensi pada pasien lansia di Puskesmas kecamatan Pasar Minggu5. Mengetahui hubungan antara jenis rokok dengan hipertensi pada pasien lansia di Puskesmas kecamatan Pasar Minggu

1.4 Hipotesis1. Ada hubungan antara kebiasaan merokok dengan hipertensi pada pasien lansia di Puskesmas kecamatan Pasar Minggu2. Ada hubungan antara jumlah rokok yang dihisap hipertensi pada pasien lansia di Puskesmas kecamatan Pasar Minggu3. Ada hubungan antara lama merokok dengan hipertensi pada pasien lansia di Puskesmas kecamatan Pasar Minggu4. Ada hubungan antara jenis rokok dengan hipertensi pada pasien lansia di Puskesmas kecamatan Pasar Minggu

1.5 Manfaat1.5.1 Bagi Ilmu Pengetahuan1. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi atau kepustakaan tambahan mengenai kebiasaan merokok dan hipertensi.2. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan informasi dan dapat digunakan untuk penelitian yang lebih lanjut mengenai hubungan kebiasaan merokok dan hipertensi.1.5.2 Bagi Profesi1. Penelitian ini diharapkan dapat menambah luas wawasan dan pengetahuan tentang dampak dari kebiasaan merokok dan hipertensi.1.5.3 Bagi Masyarakat1. Penelitian ini diharapkan menjadi evaluasi kepada masyarakat secara umum dan khususnya lansia yang memiliki kebiasaan merokok, agar dapat lebih memahami dampak buruk dari merokok.2. Penelitian ini diharapkan dapat memberi pengertian, penjelasan dan pemahaman yang lebih rinci tentang kebiasaan merokok, dampak buruk merokok dan pentingnya menjaga tekanan darah.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1. Merokok 2.1.1. Definisi RokokRokok adalah hasil dari olahan tanaman tembakau yang terbungkus termasuk cerutu atau bentuk lainnya yang dihasilkan dari tanaman Nicotiana Tabacum, Nicotiana Rustica dan species lainnya atau sintetisnya yang mengandung nikotin dan tar dengan atau tanpa bahan tambahan. Rokok adalah zat adiktif yang bila dikonsumsi mengakibatkan bahaya bagi kesehatan individu dan masyarakat sekitarnya.92.1.2. Kebiasaan Merokok Seseorang dikatakan perokok jika telah menghisap minimal 100 batang rokok. Merokok dapat mengganggu kesehatan, kenyataan ini tidak dapat kita pungkiri, banyak penyakit yang telah terbukti menjadi akibat buruk merokok baik secara langsung maupun tidak langsung. Tembakau atau rokok paling berbahaya bagi kesehatan manusia. Rokok secara luas telah menjadi salah satu penyebab kematian terbesar di dunia. Rata- rata merokok yang dilakukan oleh kebanyakan laki-laki dipengaruhi oleh faktor psikologis meliputi rangsangan sosial melalui mulut, ritual masyarakat, menunjukkan kejantanan, mengalihkan diri dari kecemasan, kebanggaan diri. Selain faktor psikologis juga dipengaruhi oleh faktor fisiologis yaitu adiksi tubuh terhadap bahan yang dikandung rokok seperti nikotin atau juga disebut kecanduan terhadap nikotin. 102.1.3 Kategori Perokok 1. Perokok Pasif Perokok pasif dalah asap rokok yang di hirup oleh seseorang yang tidak merokok (Pasive Smoker). Asap rokok merupakan polutan bagi manusia dan lingkungan sekitarnya. Asap rokok lebih berbahaya terhadap perokok pasif daripada perokok aktif. Asap rokok sigaret kemungkinan besar berbahaya terhadap mereka yang bukan perokok, terutama di tempat tertutup. Asap rokok yang dihembusan oleh perokok aktif dan terhirup oleh perokok pasif, lima kali lebih banyak mengandung karbon monoksida, empat kali lebih banyak mengandung tar dan nikotin.112. Perokok Aktif Menurut Bustan M.N, perokok aktif adalah asap rokok yang berasal dari isapan perokok atau asap utama pada rokok yang dihisap (mainstream). Dari pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa perokok aktif adalah orang yang merokok dan langsung menghisap rokok serta bisa mengakibatkan bahaya bagi kesehatan diri sendiri maupun lingkungan sekitar.122.1.4. Jumlah Rokok yang Dihisap Jumlah rokok yang dihisap dapat dalam satuan batang, bungkus, pak per hari. Jenis rokok dapat dibagi atas 3 kelompok yaitu :101. Perokok Ringan disebut perokok ringan apabila merokok kurang dari 10 batang per hari. 2. Perokok Sedang disebut perokok sedang jika menghisap 10 20 batang per hari. 3. Perokok Berat disebut perokok berat jika menghisap lebih dari 20 batang per hari.Bila sebatang rokok dihabiskan dalam sepuluh kali hisapan asap rokok maka dalam tempo setahun bagi perokok sejumlah 20 batang (satu bungkus) per hari akan mengalami 70.000 hisapan asap rokok. Beberapa zat kimia dalam rokok yang berbahaya bagi kesehatan bersifat kumulatif (ditimbun), suatu saat dosis racunnya akan mencapai titik toksis sehingga akan mulai kelihatan gejala yang ditimbulkan. 102.1.5. Lama Menghisap RokokLamanya seseorang merokok dapat diklasifikasikan menjadi kurang dari 10 tahun atau lebih dari 10 tahun. Semakin awal seseorang merokok makin sulit untuk berhenti merokok. Rokok juga punya dose-response effect, artinya semakin muda usia merokok, akan semakin besar pengaruhnya. 19Apabila perilaku merokok dimulai sejak usia remaja, merokok sigaret dapat berhubungan dengan tingkat arterosclerosis. Risiko kematian bertambah sehubungan dengan banyaknya merokok dan umur awal merokok yang lebih dini. Merokok sebatang setiap hari akan meningkatkan tekanan sistolik 1025 mmHg dan menambah detak jantung 520 kali per menit. 10Dampak rokok akan terasa setelah 10-20 tahun pasca digunakan . dampak rokok bukan hanya untuk perokok aktif tetapi juga perokok pasif. Walaupun dibutuhkan waktu 10-20 tahun, tetapi terbukti merokok mengakibatkan 80% kanker paru dan 50% terjadinya serangan jantung, impotensi dan gangguan kesuburan. 102.1.6. Jenis Rokok yang Dihisap Rokok tidak dapat dipisahkan dari bahan baku pembuatnya yaitu tembakau. Di Indonesia tembakau ditambah cengkeh dan bahanbahan lain dicampur untuk dibuat rokok. Selain itu juga masih ada beberapa jenis rokok yang dapat digunakan yaitu rokok linting, rokok putih, rokok cerutu, rokok pipa, rokok kretek, rokok klobot dan rokok tembakau tanpa asap (tembakau kunyah). 10Menurut Direktur Agro Departemen Perindustrian dan Perdagangan (Deperindag) Yamin Rahman menyatakan kandungan kadar nikotin pada rokok kretek melebihi 1,5 mg yaitu 2,5 mg dan kandungan kadar tar pada rokok kretek melebihi 20 mg yaitu 40 mg. Rokok kretek mengandung 6070 tembakau, sisanya 30%40% cengkeh dan ramuan lain. Cengkeh mengandung eugenol yang dianggap berpotensi menjadi penyebab kanker pada manusia dan terkait dengan zat kimia satrol yang menjadi salah satu penyebab kanker ringan. Sesuai data Diperindag volume eksport rokok per november 2002 mencapai 6.463 ton dengan nilai 75,8 juta dolar AS. Kadar nikotin yang ada pada rokok seharusnya adalah 1,5 mg dan kadar tar sebesar 20 mg dan menggunakan tembakau Virginia. Rokok yang dihisap dapat mengakibatkan peningkatan tekanan darah. Namun rokok akan mengakibatkan vasokonstriksi pembuluh darah perifer dan pembuluh di ginjal sehingga terjadi peningkatan tekanan darah. Merokok sebatang setiap hari akan meningkatkan tekanan sistolik 1025 mmHg dan menambah detak jantung 520 kali per menit. 2 Dengan menghisap sebatang rokok akan mempunyai pengaruh besar terhadap kenaikkan tekanan darah, hal ini disebabkan oleh zat-zat yang terkandung dalam asap rokok. 12Asap rokok terdiri dari 4000 bahan kimia dan 200 diantaranya beracun. Antara lain Karbon monoksida (CO) yang dihasilkan oleh asap rokok dan dapat menyebabkan pembuluh darah kramp, sehingga tekanan darah naik, dinding pembuluh darah dapat robek. Gas CO dapat pula menimbulkan desaturasi hemoglobin, menurunkan langsung peredaran oksigen untuk jaringan seluruh tubuh termasuk miokard. CO menggantikan tempat oksigen di hemoglobin, mengganggu pelepasan oksigen, dan mempercepat arterosklerosis (pengapuran atau penebalan dinding pembuluh darah). 10Selain zat CO merokok juga mengandung nikotin. Nikotin mengganggu sistem saraf simpatis dengan meningkatnya kebutuhan oksigen miokard. Selain menyebabkan ketagihan merokok, nikotin juga merangsang peningkatan tekanan darah. Nikotin mengaktifkan trombosit dengan akibat timbulnya adhesi trombosit (penggumpalan) ke dinding pembuluh darah. Nikotin, CO dan bahan lainnya dalam asap rokok terbukti merusak dinding pembuluh endotel (dinding dalam pembuluh darah), mempermudah penggumpalan darah sehingga dapat merusak pembuluh darah perifer. 112.1.7. Bahan-Bahan yang Terkandung Dalam Rokok Pada saat rokok dihisap komposisi rokok yang dipecah menjadi komponen lainnya, misalnya komponen yang cepat menguap akan menjadi asap bersama-sama dengan komponen lainnya terkondensasi. Dengan demikian komponen asap rokok yang dihisap oleh perokok terdiri dari bagian gas (85%) dan bagian partikel. 10Daftar Bahan Kimia Yang Terdapat Dalam Asap Rokok Yang Dihisap. 10NoBagian PartikelBagian Gas

1.TarKarbon monoksida

2.Indol Ammoniak

3.Nikotin Asam hydrocyanat

4.Karbolzol Nitrogen oksida

5.KresolFormaldehid

1. Nikotin Nikotin yaitu zat atau bahan senyawa porillidin yang terdapat dalam Nicotoana Tabacum, Nicotiana Rustica dan spesies lainnya yang sintesisnya bersifat adiktif yang dapat mengakibatkan ketergantungan. Nikotin ini dapat meracuni syaraf tubuh, meningkatkan tekanan darah, menyempitkan pembuluh perifer dan menyebabkan ketagihan serta ketergantungan pada pemakainya. Jumlah nikotin yang dihisap dipengaruhi oleh berbagai faktor kualitas rokok, jumlah tembakau setiap batang rokok, dalamnya isapan, lamanya isapan, dan menggunakan filter rokok atau tidak. 112. Karbon Monoksida Karbon monoksida yang dihisap oleh perokok tidak akan menyebabkan keracunan CO, sebab pengaruh CO yang dihirup oleh perokok dengan sedikit demi sedikit, dengan lamban namun pasti akan berpengaruh negatif pada jalan nafas. Gas karbon monoksida bersifat toksis yang bertentangan dengan oksigen dalam transpor maupun penggunaannya. Dalam rokok terdapat CO sejumlah 2%-6% pada saat merokok, sedangkan CO yang dihisap oleh perokok paling rendah sejumlah 400 ppm (parts per million) sudah dapat meningkatkan kadar karboksi haemoglobin dalam darah sejumlah 2-16%.103. Tar Tar merupakan bagian partikel rokok sesudah kandungan nikotin dan uap air diasingkan, beberapa komponen zat kimianya karsinogenik (pembentukan kanker). Tar adalah senyawa polinuklin hidrokarbon aromatika yang bersifat karsinogenik. Dengan adanya kandungan bahan kimia yang beracun sebagian dapat merusak sel paru dan menyebabkan berbagai macam penyakit. Selain itu tar dapat menempel pada jalan nafas sehingga dapat menyebabkan kanker. Tar merupakan kumpulan dari beribu-ribu bahan kimia dalam komponen padat asap rokok. Pada saat rokok dihisap, tar masuk kedalam rongga mulut sebagai uap padat asap rokok. Setelah dingin akan menjadi padat dan membentuk endapan berwarna coklat pada permukaan gigi, saluran pernafasan dan paru-paru. Pengendapan ini bervariasi antara 3-40 mg per batang rokok, sementara kadar dalam rokok berkisar 24-45 mg. Sedangkan bagi rokok yang menggunakan filter dapat mengalami penurunan 5-15 mg. Walaupun rokok diberi filter, efek karsinogenik tetap bisa masuk dalam paru-paru, ketika pada saat merokok hirupannya dalam-dalam, menghisap berkali-kali dan jumlah rokok yang digunakan bertambah banyak. 104. Timah Hitam (Pb) Merupakan Partikel Asap Rokok Timah Hitam (Pb) yang dihasilkan sebatang rokok sebanyak 0,5 mikro gram. Sebungkus rokok (isi 20 batang) yang habis dihisap dalam satu hari menghasilkan 10 mikro gram. Sementara ambang batas timah hitam yang masuk ke dalam tubuh antara 20 mikro gram per hari. Bisa dibayangkan bila seorang perokok berat menghisap rata-rata 2 bungkus rokok perhari, berapa banyak zat berbahaya ini masuk ke dalam tubuh. 11

2.2. Hipertensi 2.2.1. Pengertian Hipertensi Menurut WHO, hipertensi atau tekanan darah tinggi yaitu tekanan darah sistole sama dengan atau diatas 140 mmHg, diastole di atas 90 mmHg (Mansjoer A., 2000). Hipertensi merupakan tekanan darah tinggi yang bersifat abnormal dan diukur paling tidak pada tiga kesempatan yang berbeda (dilakukan 4 jam sekali). Dianggap mengalami hipertensi apabila tekanan darahnya lebih tinggi dari 140 mmHg sistolik atau 90 mmHg diastolik.172.2.2 Kriteria dan Klasifikasi Hipertensi Banyak faktor yang berperan untuk terjadinya hipertensi meliputi factor risiko yang tidak dapat dikendalikan (mayor) dan faktor risiko yang dapat dikendalikan (minor). Faktor risiko yang tidak dapat dikendalikan (mayor) seperti keturunan, jenis kelamin, ras dan umur. Sedangkan faktor risiko yang dapat dikendalikan (minor) yaitu olahraga, makanan (kebiasaan makan garam), alkohol, stres, kelebihan berat badan (obesitas), kehamilan dan penggunaan pil kontrasepsi.18Klasifikasi hipertensi menurut WHO/ISH19KlasifikasiSistolik(mmHg)Diastolik(mmHg)

Normotensi105

Hipertensi sistolik terisolasi>140 10 tahunOrdinalTana L, Mihardja L, Rifai L. Merokok dan usia sebagai faktor risiko katarak pada pekerja berusia > 30 tahun di bidang pertanian. Universa Medicina 2007;26(3):120-8

2. Jumlah rokok yang dihisap perhariJumlah batang rokok yang dihisap atau dikonsumsi responden per hari.KuesionerMengukur variabel jumlah rokok yang dihisap dengan memberikan pertanyaan yang berkaitan dengan kebiasaan merokok.1. Perokok ringan: mengonsumsi rokok antara 1- 10 batang perhari;2. Perokok sedang: mengonsumsi rokok antara 11-20 batang perhari;3. Perokok berat: mengonsumsi rokok lebih dari 20 batang perhari.

Ordinal

Schuster R, Hertel AW, Mermelstein R. Cigar, Cigarillo and Little Cigar Use Among Current Cigarette-Smoking Adolscents. Nicotine Tob Res 2013;15(5):925-31.

3. Jenis RokokJenis rokok yang dihisap respondenKuesionerMengukur variabel jenis rokok yang dihisap dengan memberikan pertanyaan yang berkaitan dengan jenis rokok yang dikonsumsi responden

1. Rokok Filter2. Rokok KretekNominalJode J. 2010. Gambaran Kebiasaan Merokok Pada Pasien-Pasien Hipertensi Yang Datang Berobat ke Bagian Penyakit Dalam RSUP H. Adam Malik Medan.

No.Variabel BebasDefinisi OperasionalAlat UkurCara UkurHasil UkurSkalaSumber

1. HipertensiPeningkatan tekanan darah diatas normal.Berdasarkan 7th Joint National Committee (JNC7) didefinisikan:- tekanan darah normal 90)Nominal

Mansjoer A., 2000. Kapita Selekta Kedokteran jilid I. Jakarta: Media Aesculapius. p.86-92.

BAB IVMETODE PENELITIAN

4.1. Desain PenelitianJenis penelitian yang digunakan adalah observasional analitik dengan menggunakan pendekatan crosssectional.Penelitian dilakukan dengan melakukan pengamatan langsung pada obyek yang diteliti, pengambilan data variabel bebas dan variabel tergantung dilakukan pada satu waktu yang bersamaan.

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitiana) Lokasi penelitianPenelitian ini dilakukan di Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu, Jl. Kebagusan Raya.Jakarta SelatanIndonesia.b) Waktu penelitianPenelitian ini dilakukan sejak bulan April 2015 Mei 2015.

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian4.3.1. Populasi TerjangkauPopulasi terjangkau penelitian ini adalah lansia (usia 60 tahun keatas) di Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu. Berdasarkan hasil pencatatan data didapatkan 145 pasien lansia yang tercatat di Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu.

4.3.2. Kriteria Inklusi dan Eksklusi1. Kriteria Inklusi1. Seseorang yang berusia 60 tahun yang tercatat di Puskesmas Kecamatan Minggu2. Dapat beraktivitas secara mandiri atau ketergantungan minimal3. Mampu berkomunikasi, bisa membaca dan menulis4. Bersedia ikut serta dalam penelitian2. Kriteria Eksklusi1. Lansia yang memiliki gangguan jiwa2. Lansia yang memiliki gangguan komunikasi3. Lansia dengan ketergantungan berat dan atau dalam keadaan terminal.

4.3.3. Sampel PenelitianPerkiraan besar sampel yang digunakan pada penelitian ini menggunakan rumus: Rumus populasi infinitNo = Z2 x P x Q d2Z = Tingkat kemaknaan yang dikehendaki 95%, besarnya 1,96P= Prevalensi kelompok lansia yang menderita hipertensi P = 0,22Q= Prevalensi/proporsi yang tidak mengalami peristiwa yang diteliti (1P). Q = 1 0,22 = 0,78d= Akurasi dari ketepatan pengukuran untuk p > 10% adalah 0,05

No = (1,96)2 x 0,22 x 0,78 = 297,2 ~ pembulatan 297. (0,05)2

Rumus populasi finitn = n0 (1 + n0/N) n=Besar sampel yang dibutuhkan untuk populasi finitn0= Besar sampel dari populasi yang infinitN= Besar sampel populasi finitn = 297= 44,53 ~ pembulatan 45. (1 + 297/145 )Pemilihan sample dilakukan secara consecutive non-random sampling terhadap lansia di Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu. Perkiraan drop out sebanyak 15 % sehingga besar sampel minimal adalah 45 + (15% x 45) = 51,75 ~ pembulatan 52.4.4. Instrumen Penelitian1. Sphygmomanometer2. Kuesioner

4.5. Analisis DataSetelah semua data terkumpul maka langkah selanjutnya adalah menganalisis data. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan program SPSS 17.0, Analisis data dilakukan dengan Analisis Univariat dan Analisis Bivariat. 1. Analisis univariatAnalisis ini dilakukan pada masingmasing variabel.Hasil ini berupa distribusi dan persentase variabel penelitian.

2. Analisis bivariatAnalisis ini dilakukan terhadap dua variabel yang diduga berhubungan atau berkorelasi.Sesuai dengan skala pengukuran yang digunakan, maka analisis dilakukan dengan uji Chi Square dan Kolmogorov Smirnov.

4.6. Alur Kerja Penelitian

Menentukan topik dan judul penelitianDasar teoriTujuan penelitianMenyusun landasan teoriMengumpulkan data:Karakteristik respondenLama MerokokJumlah batang rokok Jenis rokokTekanan darahPenilaian karakteristik responden, lama merokok, jumlah batang rokok, jenis rokok dengan menggunakan kuesionerPengukuran tekanan darah dengan sphygmomanometerMelakukan pengolahan dan analisis dataHasil penelitian

BAB VHASIL PENELITIAN

Penelitian dilakukan dengan mengambil data primer.Data diperoleh dari pengisian kuesioner dan pemeriksaan tekanan darah.Penelitian ini dilakukan pada pasien lansia puskesmas Kecamatan Pasar Minggu.Jl. Kebagusan Raya No. 4 Jakarta. Responden dalam penelitian ini berjumlah 75 responden dengan usia diatas 60 tahun.5.1 Distribusi Variabel Penelitian5.1.1 Karakteristik RespondenTabel 5.1.Karakteristik pasien lansia Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu. Frekuensi

Karakteristik RespondenJumlah (n)Persentase (%)

Usia

60 74 tahun4256.0

74 80 tahun2432.0

>80 tahun912.0

Total75100.0

Jenis Kelamin

Laki- laki4154.7

Perempuan3445.3

Total75100.0

Pendidikan

Tidak sekolah56.7

SD1925.3

SMP2229.3

SMA1722.7

S11216.0

Total75100.0

Dari hasil perhitungan data menunjukan 75 orang responden (100.0%). didapatkan status usia lansia yang paling banyak ialah 60-74 tahun sebanyak 42 orang (56%), berikutnya 74-80 tahun sejumlah 24 orang (32%), dan lebih dari 80 tahun sebanyak 9 orang (12%). Status jenis kelamin lansia yang paling banyak ialah laki-laki sebanyak 41 orang (54.7%), dan perempuan sebanyak 34 orang (45.3%). Status pendidikan lansia yang paling banyak ialah lulusan SMP sebanyak 22 orang (29.3%), berikutnya lulusan SD sejumlah 19 orang (25.3%), lulusan SMA sebanyak 17 orang (22.7%), lulusan S1 sebanyak 12 orang (16%) dan tidak sekolah sebanyak 5 orang (6.7%).

5.1.2 Kebiasaan MerokokTabel 5.2.Distribusi pasien lansia Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu yang memiliki kebiasaan merokok. Frekuensi

Kebiasaan MerokokJumlah (n)Persentase (%)

Merokok4053.3

Tidak Merokok3546.7

Total75100.0

Berdasarkan hasil perhitungan didapatkan 40 orang (53.3%) dari 75 lansia memiliki kebiasaan merokok, dan 35 orang (46.7%) tidak memiliki kebiasaan merokok.5.1.3 Lama MerokokTabel 5.3.Distribusi lama kebiasaan merokok pada pasien lansia Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu. Frekuensi

Lama MerokokJumlah (n)Persentase (%)

10 tahun3690.0

Total40100.0

Dari hasil perhitungan data didapatkan status pasien dengan lama kebiasaan merokok, paling banyak ialah merokok >10 tahun sebanyak 36 orang (90.0%), dan didapatkan 4 orang sisanya merokok 20 batang1025.0

Total40100.0

Dari hasil perhitungan data dari 40 responden yang memiliki kebiasaan merokok, didapatkan jumlah responden merokok terbanyak 11-20 batang sejumlah 17 orang (42,5%), berikutnya 13 responden merokok 1-10 batang per harinya (32,5%), dan 10 sisanya merokok > 20 batang per hari (25,0%).5.1.5 Jenis RokokTabel 5.5 Distribusijenis rokok pada pasien lansia Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu. Frekuensi

Jenis RokokJumlah (n)Persentase (%)

Filter3485.0

Kretek 615.0

Total40100.0

Dari hasil perhitungan data pasien lansia dengan kebiasaan merokok yang paling banyak menggunakan jenis rokok filter sejumlah 34 orang (85,0%), dan Kretek sejumlah 6 orang (15,0%).

5.1.6 Tekanan DarahTabel 5.6.Distribusi tekanan darah pada pasien lansia Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu. Frekuensi

Tekanan DarahJumlah (n)Persentase (%)

Tidak HipertensiHipertensi324342.757.3

Total75100.0

Dari hasil perhitungan data didapatkan status pasien lansia dengan Hipertensi sebanyak 32 orang (42.7%) dan pasien yang tidak Hipertensi sebanyak 43 orang (57.3%).5.2 Demografi Hubungan Antar Variabel Penelitian

5.2.1 Hubungan antara lama merokok dengan tekanan darahTabel 5.7. Demografi hubungan lama merokok dengan tekanan darahTekanan darahP value

TidakhipertensiHipertensi TotalKolmogorov Smirnov

n%n%n%

Lama merokoktidak merokok2057.11542.935100.00.122

< 10 th125.0375.04100.0

> 10 th1130.62569.436100.0

Total3242.74357.375100.0

Dari hasil analisis data didapatkan 11 orang dari36 responden yang merokok > 10 tahun memiliki tekanan darah dalam batas normal (30.6%). Karena nilai EC yang < 5 = 33.3% maka syarat uji Chi Square tidak terpenuhi, dan digunakan uji Kolmogorov Smirnov. Didapatkan hasil nilai p = 0.122 yang menunjukkan tidak terdapatnya hubungan yang bermakna antara lama merokok dengan tekanan darah.5.2.2 Hubungan antara jumlah batang rokok dengan tekanan darahTabel 5.8. Demografi hubungan jumlah batang rokok dengan tekanan darahTekanan_DarahP Value

tidak hipertensihipertensiTotalChi Square

N%n%n%

Jumlah batang rokoktidak merokok2057.11542.935100.00.045

1-10 batang646.2753.813100.0

11-20 batang317.61482.417100.0

> 20 batang330.0770.010100.0

Total3242.74357.375100.0

Hasil analisis menunjukkan 14 respondendari 17 responden yang teratur merokok 11-20 batang perhari memiliki tekanan darah tinggi (82.4%).Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan rumus Chi-Square didapatkan nilai probabilitas (sig.) 0.045< 0.05 yang berarti terdapat hubungan antara jumlah batang rokok dengan tekanan darah.

5.2.3 Hubungan antara jenis rokok dengan tekanan darahTabel 5.9. Demografi hubungan antara jenis rokok dengan tekanan darahTekanandarahP value

tidak hipertensihipertensiTotalKolmogorov Smirnov

n%n%n%

Jenis rokokTidakmerokok2057.11542.935100.00.122

Filter 1235.32264.734100.0

Kretek 0.06100.06100.0

Total3242.74357.375100.0

Hasil analisis menunjukkan 12 responden dari 34 responden yang merokok filter memiliki tekanan darah dalam batas normal (35.3%). Karena nilai EC yang < 5 = 33.3% maka syarat uji Chi Square tidak terpenuhi, dan digunakan uji Kolmogorov Smirnov. Didapatkan hasil nilai p = 0.122 yang menunjukkan tidak terdapatnya hubungan yang bermakna antara jenis rokok dengan tekanan darah.

BAB VIPEMBAHASAN6.1.Karakteristik respondenResponden yang dilibatkan dalam penelitian ini adalah pasien lansia di Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu sebanyak 75 orang.Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan adanya variasi karakteristik responden berdasarkan usia, jenis kelamin dan pendidikan. 6.1.1. UsiaReponden yang terlibat dalam penelitian ini adalah pasien lansia di Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu yang berusia diatas 60 tahun. Berdasarkan tabel 5.1 dapat dilihat bahwa responden yang terbanyak berada pada umur 60 74 tahun sebanyak 42 orang (56%) dan terendah berumur > 80 tahun sebanyak 9 orang (12%). Nilai tersebut didapatkan karena usia harapan hidup di Indonesia mengalami peningkatan. Pada tahun 2004 usia harapan hidup berkisar 66 tahun, sedangkan tahun 2014 berkisar 72 tahun.236.1.2.Jenis KelaminBerdasarkan tabel 5.1 dapat dilihat bahwa responden yang lebih banyak terlibat dalam penelitian ini merupakan laki laki sebanyak 41 orang (54,7%) dan perempuan sebanyak 34 orang (45,3%).. Pada penelitian yang dilakukan ini, peneliti tidak membatasi tiap jumlah responden antara responden laki-laki dan perempuan, karena data yang diperlukan pada penelitian ini adalah data subjektif dari sampel yaitu, pasien lansia di Puskesmas kecamatan Pasar Minggu yang memenuhi kriteria inklusi, baik perokok maupun bukan perokok.

6.1.3. PendidikanBerdasarkan tabel 5.1 didapatkan status pendidikan lansia yang paling banyak ialah lulusan SMP sebanyak 22 orang (29.3%), dan status pendidikan yang terendah ialah tidak sekolah sebanyak 5 orang (6.7%). Tingkat pendidikan seseorang dapat mempengaruhi kebiasaan merokok, semakin rendah tingkat pendidikan yang dijalani seseorang makan semakin kebiasaan merokok akan meningkat.246.2.Kebiasaan merokokBerdasarkan hasil penelitian menunjukkan distribusi frekuensi kebiasaan merokok pada lansia didapatkan 40 orang (53,3%) merokok dan 35 orang (46,7%) tidak merokok. Rokok adalah zat adiktif yang bila dikonsumsi mengakibatkan bahaya bagi kesehatan individu dan masyarakat sekitarnya.9Seseorang dikatakan perokok jika telah menghisap minimal 100 batang rokok. Merokok dapat mengganggu kesehatan, kenyataan ini tidak dapat kita pungkiri, banyak penyakit yang telah terbukti menjadi akibat buruk merokok baik secara langsung maupun tidak langsung.Berdasarkan hasil studi Tai Hing Lam dari University of Hong Kong menyatakan, bahwa banyak perokok yang meremehkan risiko merokok terlebih mereka para perokok yang sudah berusia lanjut seringkali merasa terlalu tua untuk berhenti merokok atau bisa meraih manfaat yang akan diterima dari berhenti merokok.Hasil penelitian tersebut sudah menegaskan bahwa dengan berhenti merokok pada mereka yang berusia lanjut dapat mengurangi risiko kematian bahkan hingga mencapai 34%. Sementara risiko kematian pada mereka para pecandu rokok berusia lanjut naik hingga 83% dibanding mereka yang tidak pernah merokok sama sekali.25

6.2.1. Lama MerokokBerdasarkan hasil penelitian menunjukkan distribusi frekuensi lama merokok pada lansia didapatkan status pasien dengan lama merokok yang paling banyak ialah >10 tahun sebanyak 36 orang (48%), dan terendah 20 batang sejumlah 10 orang (13.3%). Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden (22,7%) termasuk perokok sedang yaitu mengkonsumsi kurang dari 10 - 20 batang rokok per hari. Hal ini dikarenakan, merokok dapat memberikan ketenangan, menghilangkan sakit kepala dan stress serta dapat mengusir perasaan malas.266.2.3. Jenis RokokBerdasarkan hasil penelitian menunjukkan distribusi frekuensi jenis rokok pada lansia didapatkan status pasien lansia dengan jenis rokok yang paling banyak ialah tidak merokok sebanyak 35 orang (46.7%), berikutnya Filter sejumlah 34 orang (45.3%), dan yang terendah Kretek sejumlah 6 orang (8.0%). Umumnya sebagian besar rokok yang beredar di Indonesia menggunakan semacam filter khusus yang fungsinya untuk mengurangi kadar nikotin yang masuk ke dalam tubuh sang perokok meskipun tetap saja akan ada sebagian yang masuk ke paru-paru. Biasanya filter macam ini digunakan pada rokok putih, meskipun beberapa jenis rokok lain juga menggunakan filter seperti misalnya pada rokok kretek.276.3. HipertensiHipertensi masih menjadi masalah kesehatan pada kelompok lansia. Sebagai hasil pembangunan yang pesat dewasa ini dapat meningkatkan umur harapan hidup, sehingga jumlah lansia bertambah tiap tahunnya, peningkatan usia tersebut sering diikiuti dengan meningkatnya penyakit degeneratif dan masalah kesehatan lain pada kelompok ini. Hipertensi sebagai salah satu penyakit degeneratif yang sering dijumpai pada kelompok lansia.Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan distribusi frekuensi hipertensi pada lansia didapatkan status pasien lansia dengan hipertensi sebanyak 32 orang (42.7%) dan pasien yang tidak hipertensi sebanyak 43 orang (57.3%). Di Asia, penelitian di kota Tainan, Taiwan menunjukkan hasil bahwa pada usia diatas 65 tahun ditemukan prevalensi hipertensi sebesar 60,4%.6.4. Hubungan lama merokok dengan hipertensiHasil analisis bivariat menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara lama merokok dengan tingkat hipertensi.Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan uji Kolmogorov Smirnov didapatkan nilai probabilitas (sig.) > 0.05 yang berarti tidak terdapat hubungan antara lama merokok dengan tekanan darah.Hal ini dikarenakan sebagian besar responden didapatkan tidak merokok (57,1%).6.5. Hubungan jumlah rokok dengan hipertensiHasil analisis bivariat menunjukkan bahwa ada hubungan antara jumlah konsumsi batang rokok per hari dengan tingkat hipertensi (p < 0,05). Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan rumus Chi-Square didapatkan nilai probabilitas (sig.) 0.045 < 0.05 yang berarti terdapat hubungan antara jumlah batang rokok dengan tekanan darah.Zat-zat kimia beracun dalam rokok dapat mengakibatkan tekanan darah tinggi atau hipertensi.Salah satu zat beracun tersebut yaitu nikotin, dimana asupan nikotin sedikit sehingga hipertensi yang diderita ringan.Nikotin dapat meningkatkan adrenalin yang membuat jantung berdebar lebih cepat dan bekerja lebih keras, frekuensi denyut jantung meningkat dan kontraksi jantung meningkat sehingga menimbulkan tekanan darah meningkat. Konsep ini mengandung pengertian bahwa semakin banyak kadar zat-zat beracun tersebut maka semakin berat juga hipertensi yang terjadi. Kadar zat-zat kimia rokok dalam darah secara langsung ditentukan banyak sedikitnya konsumsi rokok.Terlepas dari perbedaan tingkat hipertensi yang terjadi karena perbedaan jumlah konsumsi rokok, pada dasarnya merokok berpengaruh terhadap kejadian hipertensi. Zat-zat kimia beracun seperti nikotin dan karbon monoksida yang dihisap melalui rokok yang masuk ke dalam aliran darah dapat merusak lapisan endotel pembuluh darah arteri, mengakibatkan proses aterosklerosis dan tekanan darah tinggi. Pada studi autopsi, dibuktikan kaitan erat antara kebiasaan merokok dengan adanya aterosklerosis pada seluruh pembuluh darah.Merokok pada penderita tekanan darah tinggi semakin meningkatkan resiko kerusakan pada pembuluh darah arteri.Hasil penelitian ini sesuai dengan beberapa hasil penelitian yang menunjukan bahwa tekanan darah pada perokok lebih tinggi dari pada bukan perokok, seperti pada penelitian yang dilakukan oleh Niskanen et al menunjukan pria yang merokok lebih dari 20 batang perhari mempunyai resiko mengalami hipertensi 2 kali lebih besar dengan rasio 2,38.28 Hasil serupa juga ditemukan pada penelitian yang telah dilakukan Hergens et al, di Swedia yang memaparkan bahwa 30% subyek penelitiannya menghisap tembakau dan orang-orang yang menghisap tembakau tersebut memiliki odds ratio terhadap peningkatan tekanan darah sebesar 1,23 dibandingkan dengan yang tidak menghisap tembakau.29 Penelitian lain oleh Bowman et al yang dilakukan pada 28.236 wanita di Massachusetts, yang awalnya tidak menderita hipertensi setelah pengamatan selama 9,8 tahun diperoleh peningkatan yang signifikan terhadap resiko hipertensi pada wanita yang merokok lebih dari 15 batang perhari yaitu sebesar 1,11 (IK 95%: 1,03-1,21), adapun mekanisme yang mendasari hubungan rokok dengan ekanan darah berdasarkan penelitian tersebut adalah proses inflamasi, baik pada mantan perokok maupun perokok aktif terjadi peningkatan protein C-reaktif dan agen-agen inflamasi alami yang dapat mengakibatkan disfungsi edotelium, kerusakan pembuluh darah, ataupun terjadi pembentukan plak, dan kekakuan pada dinding arteri yang berujung pada kenaikan tekanan darah.30 Penelitian-penelitian ini juga memperkuat penelitian yang dilakukan oleh Dochi et al di Jepang tahun 2009 yang menyatakan bahwa merokok berhubungan dengan hipertensi dan hipertensi sistolik denga rasio perokok dan bukan perokok adalah 1,13 pada penderita hipertensi (IK 95%: 1,03-1,23) dan 1,15 pada penderita hipertensi sistolik (IK 95%: 1,05-1,25).31Terlihat bahwa individu yang mempunyai kebiasaan merokok cenderung mempunyai tekanan darah yang lebih tinggi. Subjek yang mempunyai kebiasaan merokok sebaiknya menghentikan kebiasaan tersebut, disamping itu petugas pelayanan kesehatan juga dapat memberikan edukasi kepada pasien tentang risiko dari merokok.Terapi farmakologis juga dapat diberikan untuk menghentikan kebiasaan merokok, dengan nicotine replacement therapy atau pemberian bupropion, dan varenicline.Intervensi non-farmakologis dan farmakologis diperlukan juga untuk hipertensi. Intervensi non-farmakologis yang lebih awal dan lebih intensif pada perokok sangat berguna untuk mencegah terjadinya penyakit kardiovaskuler di masa yang akan datang. Intervensi yang dapat dilakukan meliputi diet rendah garam ( 2,4 gram natrium atau 6 gram NaCl), olahraga (aerobik) secara teratur ( 30 menit/hari), menerapkan pola diet kaya sayur, buah dan rendah lemak, dan tidak mengkonsumsi minuman beralkohol secara berlebihan serta melakukan penurunan berat badan hingga tercapai nilai indeks massa tubuh yang normal (18,5 22,9 kg/m2). Intervensi farmakologis pada penderita hipertensi dengan anti hipertensi sesuai JNC VII.6.6. Hubungan jenis rokok dengan hipertensiHasil analisis bivariat menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara jenis rokok dengan tingkat hipertensi. Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan uji Kolmogorov Smirnov didapatkan nilai probabilitas (sig.) > 0.05 yang berarti tidak terdapat hubungan antara jenis rokok dengan tekanan darah. Hal ini dikarenakan kurangnya variabilitas jenis rokok yang dipakai oleh responden, yaitu rata-rata yang digunakan adalah rokok filter (64.7%).6.7. Keterbatasan penelitianDalam pelaksanaan penelitian terdapat beberapa keterbatasan. Keterbatasan penelitian ini adalah:1. Penelitian ini menggunakan desain studi cross sectional atau desain potong lintang yang hanya menggambarkan variabel yang diteliti, baik independen maupun dependen pada waktu yang sama2. Proses pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara pengisian kuesioner kepada responden. Selama proses pengumpulan data ada beberapa kendala yang dialami oleh peneliti, yaitu penerimaan yang kurang bersahabat dari beberapa responden saat dilakukan wawancara sehingga jawaban yang diberikan cenderung sekedarnya saja. Hal ini bisa menyebabkan bias informasi.3. Populasi penelitian yang diambil ialah keseluruhan pasien lansia di Puskesmas kecamatan Pasar Minggu namun jumlah anggota populasi masih terbilang sedikit sehingga mempengaruhi signifikansi hubungan kedua variabel penelitian.

BAB VIIKESIMPULAN DAN SARAN

7.1. KesimpulanBerdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :1. Sebanyak 40 orang responden memiliki kebiasaan merokok (53.3%).1. Didapatkan hubungan antara jumlah batang rokok yang dihisap dengan kejadian hipertensi. 1. Tidak terdapat hubungan antara lama merokok dengan kejadian hipertensi.1. Tidak terdapat hubungan antara jenis rokok dengan angka kejadian hipertensi.

7.2. Saran7.2.1 Puskesmas1. Mempertahankan dan terus meningkatkan pelayanan kesehatan bagi seluruh pasien terutama lansia.2. Meningkatkan pengetahuan lansia-lansia yang berada dibawah ruang lingkup Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu mengenai pentingnya menjaga dan mempertahankan tekanan darah normal, menghindari kebiasaan merokok dengan mengadakan kegiatan penyuluhan maupun promosi kesehatan3. Menambah jumlah personil petugas kesehatan yang khusus mengatur maupun mengurus para lansia agar dapat meningkatkan kualitas pelayanan bagi para lansia itu sendiri dan diharapkan hal tersebut dapat mempermudah pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup para lansia.4. Mempertahankan dan terus melaksanakan kegiatan posyandu lansia yang dilakukan rutin sebulan sekali guna memantau tingkat kesehatan lansia-lansia yang berada didalam ruang lingkup Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu.5. Meningkatkan upaya persuasif terhadap para lansia yang masih memiliki kebiasaan merokok untuk segera menghentikan kebiasaan tersebut untuk meningkatkan kualitas hidup lansia khususnya dalam mempertahankan kebugaran jasmani dihari tua.7.2.2Masyarakat1. Khususnya bagi para lansia diharapkan lebih memperhatikan kondisi kesehatannya dengan pola hidup sehat, seperti menghentikan kebiasaan merokok dan tetap berpartisipasi aktif pada kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan dengan upaya meningkatkan kesehatan lansia.2. Diharapkan dukungan keluarga dari para lansia dalam upaya penghentian kebiasaan merokok untuk meningkatkan kebugaran jasmani lansia di usia tua.3. Partisipasi masyarakat sangat dibutuhkan dalam hal material, perhatian, maupun upaya bersama-sama meningkatkan kualitas hidup lansia.7.2.3PenelitianKami menyadari bahwa dari penelitian kami masih terdapat banyak kekurangan dikarenakan berbagai kendala dan keterbatasan.Kami berharap bagi peneliti selanjutnya dapat melakukan penelitian dengan ruang lingkup yang lebih luas, sehingga lebih bermakna bagi lansia itu sendiri maupun bagi ilmu pengetahuan.

DAFTAR PUSTAKA

1. Corwin, Elizabeths J. 2001. Buku Saku Patofisiologi. Edisi ke-3. Terjemahan Brahman U.Jakarta: EGC. p. 114-128;235-255 2. Ruhyanudin F. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem Kardivaskuler. Edisi 2. Malang : UMM.2007.3. Lindenberg A, Binkmeyer J, Dahmen N, Gallinat J, Millas W, Mobascher A, et al. The German multi-centre study on smoking-related behavior-description on a population-based case-control study. Addiction Biology 2011;16(4):638-53.4. World Health Organization. Country Profile Indonesia: Prevalence of tobacco use. WHO report on the global tobacco epidemic. Geneva: Switzerland: 2011. Available at: http://www.who.int/tobacco/surveillance/ policy/country_profile/ idn.pdf Accessed on June 16, 2013.5. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). Departemen Kesehatan RI 2010: 399-403.6. Suparto, 2000. Sehat Menjelang Usia Senja. Bandung: Remaja Rosdakarya Effset.7. Perlstein, TS dan Richard TL. Smoking, Metalloproeinases, and Vascular Disease. Arterioscler Thromb Vasc Biol 2006; 26: 250-256. 8. Li, et al. Nicotine Enhances Angiotensin II-Induced Mitogenic Response in Vascular Smooth Muscle Cells and Fibroblasts. Arterioscler Thromb Vasc Biol 2004; 24: 80-84. 9. PresidenRepublik Indonesia. PengamananRokokBagiKesehatan: PeraturanPemerintahRepublik Indonesia No. 19 tahun 2003. Bab I. Pasal 1. Ayat 1-2.10. Jode J. 2010. Gambaran Kebiasaan Merokok Pada Pasien-Pasien Hipertensi Yang Datang Berobat ke Bagian Penyakit Dalam RSUP H. Adam Malik Medan. Medan : Universitaas Sumatra Utara.11. Eso A, Hamra MY, Ahmadi AP. 2014. Hubungan Hiperurisemia, Obesitas, dan Kebiasan Merokok dengan Kejadian Hipertensi. Kendari: Universitas Halu Oleo. 12. Bustan, M.N., 2000. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Jakarta: Rineka Cipta. 13. WHO. Health stastics and health information system: Definition of an older or elderly person. Available at http://www.who.int/healthinfo/survey/ageingdefnolder/en/ . Accessed at 6 April 2015.14. Watson, Roger. Perawatan Lansia. Edisi ke-3. Jakarta: ECG 2003 15. WHO. The World Health Organization Quality of Life ( WHOQOL ) BREF. Available at http://www.who.int/entity/substance_abuse/research_tools/en/indonesian_whoqol.pdf Accessed at 6 April 2015.16. Depsos. Penduduk lanjut usia di Indonesia dan Masalah Kesejahteraannya. Available at http://www.depsos.go.id Accessed at 6 April 2015. 17. Corwin, Elizabeths J. 2000. Buku Saku Patofisiologi. Terjemahan Brahman U.Jakarta: EGC. p.56-6518. Sustrani L., 2006. Hipertensi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. p.24-3019. Mansjoer A., 2000. Kapita Selekta Kedokteran jilid I. Jakarta: Media Aesculapius. p.86-92 20. Arjatmo T, Hendra U., 2001. Ilmu Penyakit Dalam. Balai Penerbit FKUI. p.119-125; 212-22421. Soegarto I, 2004. Pencegahan & Penyembuhan Penyakit Jantung Koroner. Edisi ke-2. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, YPKI. p.63-11222. Soeharto I., 2001. Kolesterol & Lemak Jahat Kolesterol & Lemak Baik. Yayasan Pembina Kardiovaskuler Indonesia. Available from: http://books.google.co.id/books?id=xkzIOSgL4LEC&printsec=frontcover&dq=iman+soeharto&lr=. Accessed 6 April 2015 . 23. Depkes. Pendekatan Siklus Hidup dalam Pelayanan Kesehatan Lanjut Usia. Available from :http://www.depkes.go.id/article/view/201405300004/pendekatan-siklus-hidup-dalam-pelayanan-kesehatan-lanjut-usia.html. Accessed 9 Mei 2015.24. Alamsyah, Rika Mayasari. "Faktor-faktor yang mempengaruhi kebiasaan merokok dan hubungannya dengan status penyakit periodontal remaja di Kota Medan tahun 2007." (2009).25. Nakamura, Koshi, Federica Barzi, Tai-Hing Lam, Rachel Huxley, Valery L. Feigin, Hirotsugu Ueshima, Jean Woo et al. "Cigarette smoking, systolic blood pressure, and cardiovascular diseases in the Asia-Pacific region." Stroke 39, no. 6 (2008): 1694-1702.26. Partodiharjo S. Kenali Narkoba dan Musuhi Penyalahgunaan. Jakarta : Erlangga.2006. 49.27. Abdullah, A.S.; Stillman, F.A.; Yang, L.; Luo, H.; Zhang, Z.; & Samet, J.M. 2014. Tobacco Use and Smoking Cessation Practices among Physicians in Developing Countries: A Literature Review (19872010). Int. J. Environ. Res. Public Health, 11(1): 429-45528. Niskanen, Leo, et al. Inflamation, Abdominal Obesity, and Smoking as Predictors of Hypertension. Hypertension 2004; 44: 859-865. 29. Hergens, MP, M Lambe, G Pershagen dan W ye. Risk of Hypertension Amongst Swedish Male Snuff Users: A Prospective Study. J Intern Med 2008; 264: 187-194. 30. Bowman, TS, et al. A Prospective Study of Cigarette Smoking and Risk of Incident Hypertension in Women. J Am Coll Cardiol 2007; 50: 2085-92. 31. Dochi, Mirei. Smoking as An Risk Factor for Hypertension: A 14-Year Longitudinal Study in Male Japanese Workers. Tohoku J Exp Med 2009; 217: 37-43.

Lampiran 1INFORMED CONSENTPenjelasan mengenai penelitianPenelitian ini berjudul Hubungan Antara Kebiasaan Merokok dengan Hipertensi pada Lansia di Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara kebiasaan merokok,meliputi jumlah batang rokok yang dihisap perhari, jenis rokok, dan lama merokok dengan kejadian hipertensi dan penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan kondisi hipertensi pada lanjut usia yang nantinya informasi tersebut dapat dijadikan sebagai bahan edukasi dan peningkatan kualitas hidup lansia.Oleh karena itu, dengan ini kami mengharapkan bapak/ibu/saudara/i untuk ikut serta dalam penelitian ini. Bila bersedia maka peneliti akan mengadakan wawancara melalui kuesioner, dan hasil dari kuesioner ini akan dirahasiakan informasinya. Jika ada pertanyaan, bapak/ibu/saudara/i dapat menghubungi peneliti melalui nomer telepon 08123835791 atau melalui email di [email protected] Bapak/Ibu/Saudara/i dalam penelitian ini bersifat sukarela, Bapak/Ibu/Saudara/i bebas untuk menolak ikut serta dalam penelitian ini. Data dan identitas diri dari Bapak/Ibu/Saudara/i akan disamarkan dan dijaga kerahasiaannya. Bila bapak/ibu/saudara/i bersedia ikut dalam penelitian ini, kami mohon untuk membubuhkan tanda tangan pada formulir persetujuan penelitian dibawah ini.Jakarta,................2015

PenelitiLampiran 2FORMULIR PERSETUJUAN

Semua penjelasan diatas telah disampaikan kepada saya dan telah saya pahami dengan sebaik-baiknya.Dengan menandatangani formulir ini saya yang namanya tertulis dibawah ini SETUJU untuk ikut serta dalam penelitian ini.

Nama peserta penelitian:

Tanda tangan:

Tanggal:

Lampiran 3Kuesioner Identitas Responden1. Umur: ................ tahun2. Jenis kelamin:Laki-laki( )Perempuan( )3. Alamat:................................................................................................................................................................................................................................................4. Pendidikan:a. Tidak sekolah( )b. Sekolah Dasar( )c. SMP/SLTP( )d. SMA/SLTA( )e. Universitas/Akademi( )

Kuesioner Penelitian1. Apakah anda memiliki kebiasaan merokok?a. Ya( )b. Tidak ( )Jika jawaban anda tidak maka lanjut ke nomer 5. 2. Sudah berapa lama anda memiliki kebiasaan merokok? ....................Tahun3. Berapa jumlah rokok yang dihisap perhari? .................................Batang4. Apakah Jenis rokok yang dihisap ? ......................................Kretek/ Filter5. Apakah orang terdekat anda ada yang memiliki kebiasaan merokok?a. Ya( )b. Tidak( )6. Siapakah orang terdekat anda yang memiliki kebiasaan merokok?...............7. Dimanakah orang terdekat anda biasa merokok?a. Dalam rumah( )b. Luar rumah( )

HASIL PEMERIKSAAN FISIK

TEKANAN DARAH: ./.mmHgNADI: ...x/menitSUHU: ...oCPERNAFASAN: ...x/menitBERAT BADAN: ....................KgTINGGI BADAN:......................Cm

Lampiran 4

HASIL UNIVARIAT

usia

FrequencyPercentValid PercentCumulative Percent

Valid60-74 th4256.056.056.0

74-80 th2432.032.088.0

> 80 th912.012.0100.0

Total75100.0100.0

jenis_kelamin

FrequencyPercentValid PercentCumulative Percent

Validlaki-laki4154.754.754.7

perempuan3445.345.3100.0

Total75100.0100.0

pendidikan

FrequencyPercentValid PercentCumulative Percent

Validtidak sekolah56.76.76.7

SD1925.325.332.0

SMP2229.329.361.3

SMA1722.722.784.0

S11216.016.0100.0

Total75100.0100.0

lama_merokok

FrequencyPercentValid PercentCumulative Percent

Validtidak merokok3546.746.746.7

< 10 th45.35.352.0

> 10 th3648.048.0100.0

Total75100.0100.0

jumlah_rokok

FrequencyPercentValid PercentCumulative Percent

Validtidak merokok3546.746.746.7

1-10 batang1317.317.364.0

11-20 batang1722.722.786.7

> 20 batang1013.313.3100.0

Total75100.0100.0

jenis_rokok

FrequencyPercentValid PercentCumulative Percent

Validtidak merokok3546.746.746.7

filter3445.345.392.0

kretek68.08.0100.0

Total75100.0100.0

merokok

FrequencyPercentValid PercentCumulative Percent

Validtidak3546.746.746.7

ya4053.353.3100.0

Total75100.0100.0

tekanan_darah

FrequencyPercentValid PercentCumulative Percent

Validtidak hipertensi3242.742.742.7

hipertensi4357.357.3100.0

Total75100.0100.0

Lampiran 5HASIL BIVARIAT

HUBUNGAN MEROKOK DENGAN KEJADIAN TEKANAN DARAHCrosstab

tekanan_darahTotal

tidak hipertensihipertensi

merokoktidakCount201535

% within merokok57.1%42.9%100.0%

yaCount122840

% within merokok30.0%70.0%100.0%

TotalCount324375

% within merokok42.7%57.3%100.0%

Chi-Square Tests

ValuedfAsymp. Sig. (2-sided)Exact Sig. (2-sided)Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square5.622a1.018

Continuity Correctionb4.5671.033

Likelihood Ratio5.6801.017

Fisher's Exact Test.021.016

Linear-by-Linear Association5.5471.019

N of Valid Cases75

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 14.93.

b. Computed only for a 2x2 table

HUBUNGAN LAMA MEROKOK DENGAN KEJADIAN TEKANAN DARAHCrosstab

tekanan_darahTotal

tidak hipertensihipertensi

lama_merokoktidak merokokCount201535

% within lama_merokok57.1%42.9%100.0%

< 10 thCount134

% within lama_merokok25.0%75.0%100.0%

> 10 thCount112536

% within lama_merokok30.6%69.4%100.0%

TotalCount324375

% within lama_merokok42.7%57.3%100.0%

Chi-Square Tests

ValuedfAsymp. Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square5.667a2.059

Likelihood Ratio5.7352.057

Linear-by-Linear Association5.0491.025

N of Valid Cases75

a. 2 cells (33.3%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1.71.

Keterangan : karena nilai EC yang < 5 = 33,3% maka syarat uji Chi square tidak terpenuhi.Sehingga digunakan uji alternative kolmogorov smirnovTest Statisticsa

lama_merokok

Most Extreme DifferencesAbsolute.276

Positive.000

Negative-.276

Kolmogorov-Smirnov Z1.183

Asymp. Sig. (2-tailed).122

a. Grouping Variable: tekanan_darah

HUBUNGAN JUMLAH ROKOK DENGAN KEJADIAN TEKANAN DARAHCrosstab

tekanan_darahTotal

tidak hipertensihipertensi

jumlah_rokoktidak merokokCount201535

% within jumlah_rokok57.1%42.9%100.0%

1-10 batangCount6713

% within jumlah_rokok46.2%53.8%100.0%

11-20 batangCount31417

% within jumlah_rokok17.6%82.4%100.0%

> 20 batangCount3710

% within jumlah_rokok30.0%70.0%100.0%

TotalCount324375

% within jumlah_rokok42.7%57.3%100.0%

Chi-Square Tests

ValuedfAsymp. Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square8.069a3.045

Likelihood Ratio8.5433.036

Linear-by-Linear Association6.1631.013

N of Valid Cases75

a. 1 cells (12.5%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4.27.

HUBUNGAN JENIS ROKOK DENGAN KEJADIAN TEKANAN DARAHCrosstab

tekanan_darahTotal

tidak hipertensihipertensi

jenis_rokoktidak merokokCount201535

% within jenis_rokok57.1%42.9%100.0%

filterCount122234

% within jenis_rokok35.3%64.7%100.0%

kretekCount066

% within jenis_rokok.0%100.0%100.0%

TotalCount324375

% within jenis_rokok42.7%57.3%100.0%

Chi-Square Tests

ValuedfAsymp. Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square8.219a2.016

Likelihood Ratio10.4002.006

Linear-by-Linear Association7.8761.005

N of Valid Cases75

a. 2 cells (33.3%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2.56.

Keterangan : karena nilai EC yang < 5 = 33,3% maka syarat uji Chi square tidak terpenuhi.Sehingga digunakan uji alternative kolmogorov smirnov

Test Statisticsa

jenis_rokok

Most Extreme DifferencesAbsolute.276

Positive.000

Negative-.276

Kolmogorov-Smirnov Z1.183

Asymp. Sig. (2-tailed).122

a. Grouping Variable: tekanan_darah

61