Penelitian cross.docx

15
Penelitian cross-sectional adalah penelitian yang dilakukan pada satu waktu dan satu kali, tidak ada follow up, untuk mencari hubungan antara variabel independen (faktor resiko) dengan variabel dependen (efek). Kalau ditanyakan tentang dimana titik potongnya? Bayangkanlah penelitian itu seperti lontong, dimanapun kamu memotong lontong itu, di tengah, dari ujungnya, di sisi manapun itu, lontong itu tetapmemiliki isi yang sama, besar yang sama, dan rasa yang sama. Sebagai contoh, dalam salah satu bedah jurnal penelitian di IKGM hari kamis lalu, tentang salah satupenelitian tentang fluorosis yang dilakukan pada anak usia 10-12 tahun di Brazil yang tinggal di daerahyang belum memperoleh fluoridasi air minum. Sebenarnya penelitian itu adalah penelitian lanjutan, danpenelitian dilakukan sebelum program fluoridasi air minum buatan dilaksanakan, mereka berusahamenyelidiki apa penyebab kecenderungan fluorosis tersebut, suspect utamanya adalah penggunaanpasta gigi berfluorida. Para peneliti melakukan pemeriksaan klinis rongga mulut dan aplikasi kuesioner.seperti itulah garis besarnya

description

word

Transcript of Penelitian cross.docx

Penelitian cross-sectional adalah penelitian yang dilakukan pada satu waktu dan satu kali, tidak ada follow up, untuk mencari hubungan antara variabel independen (faktor resiko) dengan variabel dependen (efek).Kalau ditanyakan tentang dimana titik potongnya? Bayangkanlah penelitian itu seperti lontong, dimanapun kamu memotong lontong itu, di tengah, dari ujungnya, di sisi manapun itu, lontong itu tetapmemiliki isi yang sama, besar yang sama, dan rasa yang sama.

Sebagai contoh, dalam salah satu bedah jurnal penelitian di IKGM hari kamis lalu, tentang salah satupenelitian tentang fluorosis yang dilakukan pada anak usia 10-12 tahun di Brazil yang tinggal di daerahyang belum memperoleh fluoridasi air minum. Sebenarnya penelitian itu adalah penelitian lanjutan, danpenelitian dilakukan sebelum program fluoridasi air minum buatan dilaksanakan, mereka berusahamenyelidiki apa penyebab kecenderungan fluorosis tersebut, suspect utamanya adalah penggunaanpasta gigi berfluorida. Para peneliti melakukan pemeriksaan klinis rongga mulut dan aplikasi kuesioner.seperti itulah garis besarnyaDalam penelitian cross-sectional tersebut, titik potongnya terletak pada anak-anak usia 10-12 tahun penderita fluorosis di daerah yang air minumnya belum terfluoridasi.Jadi, dalam penelitian cross-sectional, karakteristik sampel yang sama saat penelitian dilakukan adalahtitik potongnya.Rancangan Penelitian Cross SectionalRancangan cross sectional merupakan rancangan penelitian yang pengukuran dan pengamatannya dilakukan secara simultan pada satu saat (sekali waktu). Rancangan penelitian ini juga biasa disebut rancangan potong silang atau lintas bagian. Cross sectional adalah studi epidemiologi yang mempelajari prevalensi, distribusi, maupun hubungan penyakit dengan paparan (factor penelitian) dengan cara mengamati status paparan, penyakit, atau karakteristik terkait kesehatan lainnya, secara serentak pada individu-individu dri suatu populasi pada satusaat. Desain cross sectional merupakan suatu penelitian dimana variabel-variabel yang termasuk faktor risiko dan variabel-variabel yang termasuk efek diobservasi sekaligus pada waktu yangsama. Studi cross sectional disebut sebagai studi prevalensi atau survey, merupakan studi yangsederhana yang sering dilakukan.Dalam sebuah desain cross-sectional , adalah sulit untuk menemukan apakah variabel paparan potensial mendahului keluaran (contohnya, perbedaan postur kerja berkonstribusi pada pengembangan sakit tulang belakang) atau apakah variabel paparan potensial eksis sebagaisebuah hasil dari keluaran (contohnya, pekerja yang berbeda dalam postur sebagai adaptasi darisakit tulang belakang yang diderita). Oleh karena itu, studi cross-sectional sangat berguna untuk mengidentifikasi hubungan paparan-penyakit yang potensial namun tidak untuk menentukankausalitas.Penelitian lintas-bagian (cross sectional) relatif lebih mudah dan murah untuk dikerjakanoleh peneliti dan amat berguna bagi penemuan pemapar yang terikat erat pada karakteristik masing-masing individu. Data yang berasal dari penelitian ini bermanfaat untuk: menaksir besarnya kebutuhan di bidang pelayanan kesehatan dan populasi tersebut. instrumen yang seringdigunakan untuk memperoleh data dilakukan melalui: survei, wawancara, dan isian kuesioner.Contoh judul penelitian cross sectional adalahKualitas menyusui terhadap kelancaran pengeluaran air susu ibu Peneliti melakukan pengukuran atau pengamatan terhadap kualitasmenyusui, ketiganya diukur secara bersamaan dengan kelancaran pengeluaran ASI setelah melihat variabel yang termasuk dalam kualitas menyusui tersebut.Berikut ini adalah langkah-langkah yang dilakukan dalam rancangan penelitian crosssectional:Penelitian: Hubungan Kualitas Menyusui dengan Kelancaran Pengeluaran ASI1. Mengidentifikasi variabel penelitianBerdasarkan judul tersebut, maka variabel yang dapat diidentifikasi adalah sebagai berikut:Variabel Independen : kualitas menyusuiVariabel dependen : kelancaran pengeluaran ASIVariabel kendali : usia, paritasKemudian ditentukan batasan parameter yang jelas tentang kualitas menyusui dan kelancaran pengeluaran ASI.2. Mengidentifikasi subjek penelitianContoh: Subjek penelitian adalah populasi ibu menyusui dengan jumlah sampel yang telah ditentukansesuai dengan teknik sampling.3. Mengobservasi variabelContoh: Mengukur kualitas menyusui dengan parameter yang digunakan adalah cara dan frekuensinyatermasuk dalam kualitas baik atau kurang. Pengukuran kelancaran pengeluaran ASI dilakukandengan mengamati tingkat kelancaran pengeluaran ASI-nya termasuk baik atau tidak, lalukeduanya diamati dan diukur.4. Melakukan analisis dataContoh: Melakukan pengujian apakah kualitas menyusui termasuk kategori baik atau kurang. Hal ini dapat memengaruhi kelancaran pengeluaran ASI termasuk kategori lancar atau tidak.

Contoh lain penelitian cross sectional:Hubungan Jajan Sembarangan dan Tidak Mencuci Tangan Sebelum makan dengan KejadianThypoid.Pada kasus thypoid, dalam studi ini populasi dikelompokan lagi dengan cara random,kemudian dibagi lagi menjadi empat kelompok yaitu jajan sembarangan & tidak cuci tangan(E+D+), jajan sembarangan & cuci tangan sebelum makan (E+D-), tidak jajan sembarangan &tidak cuci tangan (E-D+), dan tidak jajan sembarangan & cuci tangan sebelum makan (E-D-).Maka dapat diketahui bahwa sakit thypoid ditunjukan dengan E+D+ dan E-D+. Untuk yang tidak sakit thypoid ditunjukan dengan E+D- dan E-D-.prevalence kelompok terpapar (Po) dapat dicari dari = (E+D+) / (E+D+) + (E+D-)Prevalence kelompok tidak terpapar (P1) dapat dicari dari = (E-D+) / (E-D+) + (E-D-)Rasio Prevalence = Po / P1

Desain studi cross sectional pada kasus di atas :Kelebihan rancangan desain penelitian cross sectional (lintas-bagian atau potong lintang) adalah :1. Mudah untuk dilakukan.2. Murah.3. Tidak memaksa subyek untuk mengalami faktor yang diperkirakan bersifat merugikan kesehatan(faktor resiko) dan tidak ada subyek yang kehilangan kesempatan untuk memperoleh terapi yangdiperkirakan bermanfaat.Kelemahan rancangan desain penelitian cross sectional (lintas-bagian atau potonglintang) adalah:1. Memiliki validitas inferensi yang lemah dan kurang mewakili sejumlah populasi yang akurat,oleh karena itu penelitian ini tidak tepat bila digunakan untuk menganalisis hubungan kausal paparan dan penyakit.2. Sulit untuk menentukan sebab dan akibat karena pengambilan data risiko dan efek dilakukan pada saat yang bersamaan.3. Dibutuhkan jumlah subyek yang cukup banyak, terutama bila variable yang dipelajari banyak.4. Tidak praktis untuk meneliti kasus yang sangat jarang, misalnya kanker lambung, karena pada populasi usia 45-49 tahun diperlukan paling tidak 10.000 subyek untuk mendapatkan suatu kasus

STUDY CROSS SECTIONAL

Adalah suatu penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor resiko dengan efek, dengan cara pendekatan observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (poin time approach).Artinya, tiap subjek penelitian hanya diobservasi sekali saja dan pengukuran dilakukan terhadap status karakter atau variabel subjek pada saat pemeriksaan. Hal ini tidak berarti semua subjek penelitian diamati pada waktu yang sama. Tujuan penelitian ini untuk mengamati hubungan antara faktor resiko dengan akibat yg terjadi berupa penyakit atau keadaan kesehatan tertentu dalam waktu yang bersamaan, ditanya masalahnya (akibat) sekaligus penyebabnya (faktor resikonya).

Kelebihan penelitian Cross Sectional :Mudah dilaksanakan, sederhana, ekonomis dalam hal waktu, dan hasil dapat diperoleh dengan cepat dan dalam waktu bersamaan dapat dikumpulkan variabel yang banyak, baik variabel resiko maupun variabel efek.

Kekurangan penelitian Cross Sectional :Diperlukan subjek penelitian yang besarTidak dapat menggambarkan perkembangan penyakit secara akuratTidak valid untuk meramalkan suatu kecenderunganKesimpulan korelasi faktor resiko dengan faktor efek paling lemah bila dibandingkan dengan dua rancangan epidemiologi yang lain.

Contoh sederhana : Ingin mengetahui hubungan antara anemia besi pada ibu hamil dengan Berat Badan Bayi Lahir (BBL), dengan menggunakan rancangan atau pendekatan cross sectional.

Tahap pertama : Mengidentifikasi variabel-variabel yang akan diteliti dan kedudukanya masing-masing.

Variabel dependen (efek ) : BBL

Variebel independen (risiko ) : anemia besi.

Variabel independent (risiko) yang dikendalikan : paritas, umur ibu, perawatan kehamilan, dan sebagainya.

Tahap kedua : menetapkan subjek penelitian atau populasi dan sampelnya. Subjek penelitian : ibu-ibu yang baru melahirkan, namun perlu dibatasi daerah mana ereka akan diambil contohnya lingkup rumah sakit atau rumah bersalin. Demikian pula batas waktu dan cara pengambilan sampel, apakah berdasarkan tekhnik random atau non-random.

Tahap ketiga : Melakukan pengumpulan data, observasi atau pengukuran terhadap variabel dependen-independen dan variabel-variabel yang dikendalikan secara bersamaan (dalam waktu yang sama) Caranya mengukur berat badan bayi yang sedang lahir, memeriksa Hb ibu, menanyakan umur, paritas dan variabel-variabel kendali yang lain.

Tahap keempat : Mengolah dan menganalisis data dengan cara membandingkan. Bandingkan BBL dengan Hb darah ibu. Dari analisis ini akan diperoleh bukti adanya atau tidak adanya hubungan antara anemia dengan BBL.

Survey cross sectional adalah suatu penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor risiko dengan efek, dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (point time approach). Artinya, tiap subjek penelitian hanya diobservasi sekali saja dan pengukuran dilakukan terhadap status karakter atau variabel subjek pada saat pemeriksaan. Hal ini tidak berarti bahwa semua subjek penelitian diamati pada waktu yang sama.

Penelitian cross sectional ini sering juga disebut penelitian transversal, dan sering digunakan dalam penelitian-penelitian epidemiologi. Dibandingkan dengan penelitian-penelitian yang lain, metode penelitian ini merupakan yang paling lemah karena penelitian ini paling mudah dilakukan dan sangat sederhana. Pengertian-pengertian yang perlu dipahami dalam penelitian cross sectional, dan juga untuk jenis penelitian analitik yang lain, di antaranya adalah :

Penyakit, atau efek

Faktor risiko untuk terjadinya penyakit tersebut

Agen penyakit (penyebab penyakit)

Langkah-langkah penelitian cross sectional adalah sebagai berikut:

1. Mengidentifikasi variabel-variabel penelitian dan mengidentifikasi faktor risiko dan faktor efek

2. Menetapkan subjek penelitian

3. Melakukan observasi atau pengukuran variabel-variabel yang merupakan faktor risiko dan efek sekaligus berdasarkan status keadaan variabel pada saat itu (pengumpulan data)

4. Melakukan analisis korelasi dengan caara membandingkan proporsi antar kelompok-kelompok hasil observasi (pengukuran).

Guna:

Mengetahui prevalens atau rasio prevalens

Mengetahui hubungan antara risiko dan penyakit

Contoh:

Untuk mengetahui prevalens infeksi klamidia pada wanita di Poliklinik STD di RSCM

Untuk mengetahui adanya hubungan antara penggunaan pil KB (faktor risiko) dengan infeksi klamidia (faktor efek)

Kelebihan-kelebihan studi cross sectional :

Memungkinkan menggunakan populasi dari masyarakat, sehingga generalisasi lebih baik

Relatif mudah, murah dengan hasil yg cepat

Dpt utk meneliti banyak variabel sekaligus

Jarang terancam drop out

Dapat digunakan untuk tahap awal penelitian kohort/eksperimen

Dpt digunakan sebagai dasar untuk penelitian selanjutnya

Kekurangan-kekurangan studi cross sectional :

Diperlukan subjek penelitian yng besar

Tidak dapat menggambarkan perkembangan penyakit secara akurat

Tidak valid untuk meramalkan suatu kecenderungan.

Kesimpulan korelasi faktor risiko dengan faktor efek paling lemah bila dibandingkan dengan dua rancangan epidemiologi yang lain

Rancangan Penelitian Case Control